Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 3


Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 3


Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong   Jilid 2.2. Masuk Benteng Pek Kiam Po Ku Ie yang melihat sekali keluar uang ratusan tail banyaknya menjadi amat girang, dengan membuntuti di belakang tubuhnya dia mengucapkan terima kasihnya dengan tidak henti hentinya, ujarnya.   "Lu Kongcu, pada kemudian hari harap datang lagi, bila kau datang aku akan memerintahkan Liuw Su Ceng untuk masakkan beberapa macam sajuran untuk menyambut kedatangan Kongcu, Su Cen kami ini bukan saja sangat pandai di dalam menari menyanyi serta membuat syair dia pun pandai memasak!"   Ti Then hanya menyahut dengan sembarangan, dengan cepat dia membopong, tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw keluar dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu tidak salah lagi di depan telah tersedia sebuah kereta kuda yang amat mewah, dengan cepat dia mengangkat kedua orang itu ke dalam kereta sedang dirinya pun mengikuti duduk di dalam kereta tersebut.Orang yang menjadi kusir kereta tak lain adalah penjaga yang diberi upah dirinya tadi, dengan cepat dia menutup pintu kereta dan manyalankan keretanya dengan cepat.   Dengan perlahan lahan Ti Then mulai menggeserkan diri mendekati kusir kuda, tanyanya.   "Kau tahu tidak jalan menuju ke benteng Pek Kiam Po ? "   "Tahu . tahu . pada tahun yang lalu ketika Pocu merajakan ulang tahunnya yang keenam puluh di dalam Benteng telah diadakan perlombaan, hamba pada saat itu juga ikut masuk ke dalam benteng untuk melihat keramaian.   "   Ehm...   itu sangat bagus sekali perjalanan menuju kebenteng Pek Kiam Po masih ada dua puluh li jauhnya aku akan berbaring untuk beristirahat sebentar, bilamana kereta sudah tiba di bawah sebuah pohon siong yang tua kau hentikanlah kereta kuda dan memanggil bangun diriku."   "   Baik....baik....kongcu silahkan beristirahat, hambamu tidak akan salah mencari jalan."   Dengan perlahan Ti Then masuk ke dalam kereta kembali, tangannya dengan sangat cepat sekali rnenotok jalan darah pingsan ditubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw setelah itu barulah dia membaringkan diri untuk beristirahat.   Dengan cepat dia telah jatuh tidur dengan njenyaknya, dikarenakan dia telah kebiasaan untuk berkelana keseluruh tempat oleh karena itu sejak dahulu telah terbiasa dengan tidur ditempat mana-mana, asalkan dalam hatinya tidak memikirkan urusan apa- apa maka dengan cepat dia telah jatuh pulas dengan njenyaknya.   Kereta kuda itu dengan mengikuti jalan raja di bawah gunung itu berlari selama satu jam lamanya, sesampainya di bawah pohon siong tua yang dimaksudkan oleh Ti Then dengan cepat penjaga sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu menghentikan keretanya dan turun untuk memanggil diri Ti Then, teriaknya "Lu kongcu....Lu Kongcu...kau sudah mendusin belum?"Pada saat kereta kuda itu berhenti Ti Then telah mendusin dari tidurnya mendengar panggilan itu dengan perlahan dia duduk dan tanyanya "Ehm ...sudah sampai??"   "Belum, bukankah tadi kongcu memesan pada hamba untuk memanggil kongcu ditempat ini ? ?"   "Ehm . ."   Segera dia membuka pintu kereta kuda itu dan meloncat turun, kepalanya diangkat memandang sejenak keadaan cuaca, ujarnya kemudian "Sudah kentongan kedua ?"   "Benar, setelah berjalan dua li lagi kita akan tiba di dalam benteng Pek Kiam Po itu"   Dengan tangannya Ti Then menggosok gosok wajahnya sehingga kesadarannya pulih kembali, kemudian dengan menyeret keluar tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw dari dalam kereta kuda ujarnya "Cukup, sekarang kau boleh pulang"   Penjaga sarang pelacuran itu di tertegun, tanyanya.   "Kongcu tidak rnenghantar mereka sampai di dalam Benteng Pek Kiam Po?"   "Sudah tentu harus dihantar.   "Tetapi . tetapi "   Kenapa?"   "Bilamana aku menggunakan kereta kuda dari Touw Hoa Yuan kalian menghantar mereka masuk ke dalam Benteng, tentu Wi Pocu tidak akan mengam puni Hong Mong Ling ini ... dimana bisa mengam puni orang lakukanlah pengam punan itu terhadap setiap orang, buat apa kita berbuat keterlaluan."   Agaknya penjaga itu dibuat sadar oleh perkataan dari Ti Then ini, segera sahutnya:"Ooh...agaknya kongcu tidak ingin menjelaskan urusan yang sebenarnya kepada Pek Kiam Pocu, Wi Ci To?"   "Benar.   "   Sepasang mata penjaga Touw Hoa Yuan itu sedikit melirik kearah tubuh Cang Bun Piauw yang menggeletak di atas tanah, lalu ujarnya lagi.   "Kalau begitu, Lu kongcu akan menggunakan cara apa untuk menjelaskan tentang Cang siangkong ini kepada diri Wi Ci To itu pimpinan dari benteng Pek Kiam Po "   "Biar Hong Mong Ling yang menjelaskan sendiri"   Penjaga itu tertawa, setelah memberi hormat lalu ujarnya.   "Kalau memangnya begitu, hamba akan segera kembali"   Sehabis berkata dia kembali ke atas kereta dan memutar haluan untuk kembali ke dalam sarang pelacurnya. Sebelum berangkat terdengar Ti Then telah memesan wanti- wanti lagi ujarnya dengan agak keras.   "Setelah peristiwa ini bilamana terdapat orang lain yang rnencari berita tentang urusan yang sebenarnya terjadi, kalian orang-orang dari Touw Hoa Yuan boleh menjelaskannya dengan sejujurnya tetapi jangan bilang kalau kau pernah menghantar mereka berdua hingga tempat ini, cukup kau bilang aku telah membawa mereka berdua sampai diluar kota"   "Baik.."   Sahut penjaga itu, pecutnya diajunkan kepantat kudanya, dengan sangat cepat kereta kuda itu meluncur kearah kota.   Ti Then berdiam diri hingga kereta kuda itu jauh dari pandangannya barulah dengan perlahan mulai membuka pakaian serta sepatunya yang baru serta mewah itu, kemudian rambutnya dibuat kacau sehingga kembalilah bentuknya seperti semula.   Kiranya sekali pun diluar dia memakai pakaian yang sangat bagus dan mewah tetapi di dalam tubuhnya masih tetap memakaipakaiannya yang sudah dengkil serta compang camping itu, sehingga begitu pakaian barunya dicopot maka di dalam sekejap saja dari seorang "Lu Kongcu yang perlente berubah menjadi wajah asli dari Ti Then yang kotor serta dengkil.   Sesudah membuka pakaian serta sepatu barunya dengan cepat disimpannya benda-benda itu sesuatu tempat yang sangat tersembunyi disekitar tempat itu sesudah itulah dengan langkah yang cepat pula berjalan kembali ke bawah hohon siong tua dan sambil mengempit tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw berjalan ke depan.   Setelah berjalan puluhan tindak lamanya tiba-tiba di dalam benaknya teringat kembali akan kata-kata dari Majikan patung emas : Sesudah turun gunung aku bertindak seperti seekor cacing dalam perutmu selamanya akan mengikuti kau kemana pun juga."   Pikirannya segera berkelebat diam diam batinnya.   "Hm ..kenapa aku tidak mau mencoba-coba untuk membuktikan apa benar dia terus mengikuti diriku ? Berpikir sampai di situ tanpa ragu ragu ujarnya.."Aku akan segera memasuki Benteng Pek Kiam Po, coba lihat permainanku ini bagus tidak ? Tetapi setelah suara itu berkumandang, keluar lama sekali tetap tidak terdengar suara sahutan.   "Apa mungkin Madikan patung emas tidak ikut datang kemari ?"   "Atau mungkin dia sengaja tidak mau memberi jawabannya?"   Pikirannya segera berkelebat lagi, batinnya.   "Hm...hm...agaknya perkataan yang diucapkan tempo hari hanya untuk menggertak diriku saja. Hm...Hmm... Berpikir sampai di sini dengan segera dia mempercepat langkah kakinya berjalan kearah Benteng Pek Kiam Po. Perjalanan menuju kebenteng Pek Kiam Po itu makin lama terlihat makin cepat, jalan raja yang menghubungkan Benteng itudengan kota Go bi pun dibuat demikian lebar serta ratanya, sungguh tidak nyana kalau dapat dibuat sedemikian bagusnya. Baru saja dia lari dengan cepatnya ke depan, tiba-tiba tetlihatlah olehnya di atas tanah bertuliskan enam buah tulisan yang sangat besar sekali.   "Semoga kau cepat mencapai hasil yang dicita-citakan.   "   "   Haa....Tidak salah lagi tulisan dari Majikan Patung Emas". Ti Then menarik napas panjang-panjang, pada air mukanya pun dengan perlahan-lahan timbul perasaan apa boleh buat, sambil tertawa pahit dia mengangkat bahunya, dan ujarnya.   "Kalau kau memangnya sudah datang aku mau memberitahukan padamu akan suatu urusan, tiga ratus tahil perak yang kau berikan kepadaku kini sudah kuhamburkan hingga habis."   Sehabis berkata dengan rnenggunakan kakinya menghapus tulisan di atas tanah, setelah itu barulah melanjutkan perjalanannya menuju ke depan.   Setelah berjalan kurang lebih ratusan tindak terlihatlah jawaban dari Majikan Patung Emas yang ditulis di atas tanah ditengah jalan juga.   Kira-Kira tulisan itu berbunyi: Kau jadi orang terlalu sosial, sikapmu yang dernikian sosialnya terhadap Liuw Su Cen membuat orang merasa sajang, kini aku beri seratus tail perak lagi harap kau gunakan lebih hemat lagi, jangan di hambur hamburkan seenakmu ? Di samping beberapa patah tulisan itu terletaklah sebuah bungkusan yang berisikan uang perak.   Ti Then segera memungut buntalan itu dan dimasukkan ke dalam sakunya, setelah menghapus tulisan itu sambil tertawa ringan ujarnya.   "Untuk mencuri seekor ajam juga harus disediakan segenggam beras, Liuw Su Cen bagaimana pun juga merupakan seorangpelacur yang sangat terkenal dan punya nama yang cemerlang sekali pun kuberi ratusan tail perak kepadanya juga tidak mengapa, perlu apa kau demikian kikirnya."   "Kau mau ikut aku memasuki Benteng Pek Kiam Po tidak ?"   Sehabis berkata dengan kecepatan yang luar biasa dia berlalu dari tempat itu. Kali ini setelah berjalan seratus tindak baru terlihat jawaban dari Majikan Patung Emas, jawaban nya sangat singkat sekali hanya tertuliskan satu huruf saja jakni "Ikut."   Tak terasa lagi tirnbul perasaan yang sangat tertarik dan girang sekali di dalam hatinya.   Sekali pun dia belum pernah memasuki Benteng Pek Kiam Po tetapi dia tahu dengan amat jelas kalau penjagaan di dalam Benteng Pek Kiam Po tetapi amat rapat dan keras sekali, tidak mungkin seseorang dapat menjusup ke dalam dengan sangat mudah tanpa ditemukan oleh penjaganya.   Sudah tentu dengan kepandaian yang dimiliki Majikan Patung Emas dia bisa menjusup ke dalam benteng Pek Kiam Po tanpa diketahui oleh penjaganya, tetapi persoalannya yang penting, Dapatkah dia bertahan lebih lama di dalam Benteng Pek Kiam Po itu ???? Tugas dirinya yang terutama di dalam memasuki Benteng Pek Kiam Po ini adalah memperistri Wi Lian In tetapi tugasnya ini tidak mungkin akan mencapai hasilnya di dalam satu hari satu malam saja, bila mana dirinya harus berdiam selama setengah tahun di dalam benteng ini apa mungkin dia pun dapat menyembunyikan diri di dalam Benteng selama setengah tahun lamanya tanpa diketahui oleh orang lain ?? Hal ini tidak mungkin akan bisa terlaksana! Tetapi bilamana dia dapat bertahan dan bersembunyi di dalam Benteng Pek Kiam ini selama setengah tahun lamanya tentu tanpadiragu-ragukan lagi dia merupakan anggota dari Benteng Pek Kiam Po ini.   Sedang bilamana dia benar-benar merupakan salah satu anggota dari Benteng Pek Kiam Po ini maka tidaklah akan sukar untuk menjelidiki sebenarnya rencana busuk apakah yang sedang disusun olehnya untuk dilaksanakan oleh dirinya sendiri.   Ti Then yang sembari jalan sambil berpikir semakin terasa amat tertarik dan girang, tak terasa dia tertawa tergelak, ujarnya.   "Sungguh bagus sekali, dengan demikian bilamana aku membutuhkan petunjuk darimu maka sembarangan waktu aku bisa meminta keterangan, tetapi aku harus menggunakan cara apa untuk mengadakan hubungan dengan dirimu ?"   Sehabis berkata dia melanjutkan lagi perjalanannya ke depan. Seperti yang semula kali ini pun pada ratusan tindak baru ditemukan jawabannya.   "Hubungan dilakukan pada malam hari ketuklah jendela sebanyak tiga kali dan sulutlah lampu minyak didekatnya, tetapi aku tidak tentu akan munculkan diri"   Di sampingnya terlihat ada tulisan yang tertuliskan.   "Sudah cukup, di depan sudah ada anak buah dari Benteng Pek Kiam Po yang melakukan jaga malamnya, kau tidak perlu bertanya lagi- Ti Then pun dengan cepat menghapus tulisan-tulisan itu, setelah itu dengan langkah yang lebar melanjutkan perjalanan ke depan. Jalanan gunung itu berkelok-berkelok dan berputar-berputar diantara lereng gunung, puncak gunung Go bi san dipandang ditengah malam yang buta itu kelihatan semakin menjeramkan, puncaknya yang aneh serta banyak berserakan disekitar tempat itu, pohon siong tumbuh bagaikan mega rapatnya, tebing-tebing yang amat curam diselingi dengan jurang yang amat lebar dan dalam menambah keseraman sekitar tempat itu, di sekitar tempat itu punsering terdengar suara pekikan dari kera-kera yang berkeliaran ditambah dengan desiran pohon siong tertiup angin memecahkan kesunyian malam yang mencekam . Ti Then belum pernah mengunjungi Benteng Pek Kiam Po hanya dia pernah dengar orang bilang katanya Benteng Pek Kiam Po itu terletak di bawah puncak Sian Ciang Jen itu, hanya dia tahu asalkan mengikuti jalan gunung ini terus berjalan ke atas maka akhirnya akan sampai juga ke dalam benteng Pek Kiam Po itu. Dengan mengikuti jalanan gunung itu dia berjalan kurang lebih satu li jauhnya setelah melalui sebuah jembatan gantungan mendadak di hadapannya berkelebat sebuah bajangan manusia yang melayang turun dari atas pohon, dalam hati segera dia tahu kalau orang itu tentunya penjaga malam dari Benteng Pek Kiam Po, dengan cepat dia menghentikan langkah kakinya dan berdiri diam ditempat. Orang yang datang itu adalah seorang pemuda yang memakai pakaian singsat berwarna hitam pekat, pada punggungnya tersoren sebilah pedang yang berwarna hitam pula, sesaat ketika dia melayang turun dari atas pohon sama sekali tidak menimbulkan suara sedikit pun hal ini memperlihatkan kalau kepandaiannia tidak lemah. Begitu Ti Then melihat kalau pemuda itu menjoren sebilah pedang yang berwarna hitam segera dia tahu kalau orang itu termasuk di dalam "Pendekar pedang hitam"   Dari Benteng Pek Kiam Po.   Kiranya di dalam Benteng Pek Kiam Po ini para pendekar pedang yang tergabung di dalamnya dibagi menjadi tiga macam jaitu Pendekar Pedang Merah, Pendekar pedang putih dan Pendekar Pedang Hitam, diantara ketiga tingkatan itu kedudukan "Pendekar pedang Merah lah yang tertinggi kemudian disusul oleh "Pendekar Pedang Putih dan akhirnya baru "Pendekar pedang hitam.   Orang-Orang dari "Pendekar Pedang Hitam: bilamana hendak naik ke dalam kedudukan "Pendekar pedang Putih haruslahmendapat pengujian dari para "Pendekar pedang merah "   Terlebih dahulu sedang dari pendekar putih bilamana akan naik kependekar pedang merah harus diuji oleh Majikan Benteng ini sendiri sedang setiap orang yang telah naik di dalam kedudukan ,"Pendekar pedang merah"   Barulah diperkenankan berkelana di dalam dunia kang ouw sebaliknya pendekar pedang putih serta pendekar pedang hitam tidak diperkenankan keluar dari Benteng untuk mengadakan perjalanan di dalam Bu-lim, bilamana mendapat perintah untuk dilaksanakan di dalam Bu-lim mereka pun tidak diperkenankan dengan menggunakan kedudukan pendekar pedang putih atau pendekar pedang hitam untuk menyebut dirinya.   Oleh karena itulah sekali pun orang-orang di dalam Bu-lim tahu kalau di dalam Benteng Pek Kiam Po terdapat pendekar pedang hitam serta pendekar pedang putih tetapi selamanya belum pernah menemuinya sendiri.   Sesuai dengan namanya tentu keadaannya pun harus sama dan jika menurut penilaian dengan tingkatan itu maka kepandaian yang dimiliki orang orang dari pendekar pedang hitam seharusnya paling cetek dan paling lemah tetapi setelah Ti Then melihat sendiri pendekar pedang hitam yang berdiri di hadapannya segera tahu kalau pemikiran dirinya pada waktu yang lalu adalah salah besar, diam-diam dalam hatinya sangat memuji, pikirnya.   "Hanya seorang pendekar pedang hitam saja sudah memiliki kepandaian yang demikian tingginya apalagi kepandaian silat dari orang orang pendekar pedang merah kelihatannya kepandaian silat yang dimili si sipedang naga emas Wi Ci To tidaklah lemah sesuai dengan dugaan dari majikan patung emas semula... Dia bisa punya pikiran seperti ini dikarenakan majikan patung emas pernah berkata kepadanya kalau dia sudah sanggup untuk mengalahkan sipedang naga emas Wi Ci To di dalam ratusan jurus saja. Di dalam sarang pelacuran Touw Hoa Yuan dia bisa berhasil membekuk batang leher Hong Mong Ling dari "Pendekar pedang merah kesemuanya ini hanya hasil dari luar dugaannya.Baru saja pikiran-pikiran itu berkelehat di dalam benaknya dengan kecepatan bagaikan kilat. Pendekar pedang hitam yang menghalangi perjalanannya itu telah membuka mulut bertanya.   "Kawan siapa namamu, ditengah malam buta ini naik gunung ada urusan apa yang penting"   Sikap serta nada ucapannya tidak sombong juga tidak halus, sepasang matanya yang sangat tajam dengan tak henti-hentinya memandang kearah Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw yang dikepit diketiak Ti Then.   Dikarenakan malam yang semakin larut ditambah lagi jaraknya masih ada tiga empat kaki jauhnya oleh karena itu sama sekali dia tidak menduga kalau diantara dua orang yang dikempit di bawah ketiak Ti Then itu adalah Si naga mega Hong Mong Ling dari "pendekar pedang merah"   Benteng Pak Kiang Po. Dengan cepat Ti Then membungkukkan dirinya memberi hormat dan sahutnya.   "Cayhe Ti Then, tadi malam ketika berjalan diluar kota Go-bi telah menemukan kedua orang ini dipukul tak sadarkan diri dan menggeletak di tengah jalan. Oleh karena kenal kalau salah satu diantaranya adalah Pendekar Pedang Merah dari Benteng Pek Kiam Po maka sengaja aku datang menghantarkan mereka"   Dengan sedikit pun tidak ragu-ragu dia telah melaporkan nama aslinya kepadanya karena di dalam hatinya dia telah mengambil keputusan, dia merasa sekali pun dirinya menerima perintah yang mengharuskan memperistri Wi Lian In tetapi bagaimana pun juga urusan ini menyangkut nama baik dari seorang nona, dirinya harus menanggung segala beban serta resikonya dan tidak mungkin menggunakan nama palsu untuk meni punya.   Pendekar pedang hitam itu begitu mendengar perkataan tersebut air mukanya segera berubah hebat, dengan cepat dia maju dua langkah ke depan, begitu melihat orang yang berada di bawah ketiak sebelah kanan dari Ti Then adalah bakal menantu kesajangandari majikan Benteng Pek Kiam Po perasaan terkejutnya semakin menghebat, serunya.   "Ooh Thian... .dia....kenapa dia,"   "Hanya jatuh tidak sadarkan dirinya saja, agaknya di dalam tubuhnya tidak mengalami cedera apa pun. Dengan perasaan yang arnat terkejut tanya pendekar pedang hitam itu lagi .   "Siapa orang yang satunia ? "Cayhe juga tidak kenal.."   "Tetapi dia bukan orang dari Benteng kami."   Ujar pendekar pedang hitam "Tadi dia menggeletak bersama-sama dengan kawan pendekar pedang merah ini, maka itu cayhe terpaksa bawa sekalian kemari."   "   Dengan tiara bagaimana dia bisa terluka."   "Tidak tahu"   Sahut Ti Then sambil menggelengkan kepalanya. Ketika cayhe hendak mamasuki kota telah menemukan mereka menggeletak ditengah jalan diluar kota"   Dengan perasaan yang sangat terkejut dan ragu ragu pendekar pedang hitam itu tak henti-hentinya memandang kearah tubuh Hong Mong Ling yang tidak sadarkan diri itu, gumamnya.   "Sungguh heran.   "   Sungguh mengherankan sekali, di dalam Bu- lim saat ini ada siapa yang berhasil memukul dia hingga seperti ini ?.   "   Ti Then segera tersenjum ujarnya.   "Menanti dia sadar kembali tentu akan mengetahui dengan lebih jelas lagi."   Pendekar pedang hitam itu tidak berani berlaku ajal lagi, sambil mengangguk sahutnya :"Baik silahkan saudara mengikutiku masuk ke dalam Benteng Sehabis berkata dia maju menyambut tubuh Hong Mong Ling dan memutar tubuhnya berlalu, Ti Then dengan mengempit tubuh Cang Bun Piauw terpaksa mengikuti di belakang orang itu, tanyanya.   "Jaraknya dari sini sampai ke dalam Benteng masih seberapa jauhnya ? "   "Tidak jauh, segera akan tiba."   "Ehm...saudara termasuk pendekar pedang hitam dari Benteng Pek Kiam Po?"   "Benar"   Sahut pendekar pedang hitam itu.   "Cayhe She Ki bernama Hong?"   "Ooh jaa... Lo-heng tadi bilang she Ti, Ti apa ?."   "Ti Then"   "   Sahut Ti Then singkat.   "Ti Then? 'Sepertinya nama ini pernah kudengar, agaknya..Hmm.. tak dapat kuingat kembali Kakinya didepakkan ke atas sesaat kemudian tiba-tiba dengan kejut bercampur girang menoleh kembali memandang kearah Ti Then, ujarnya.   "Kau adalah si pendekar berbaju hitam Ti Then?"   Ti Then hanya tersenjum saja, sahutnya.   "Hek Ie Hiap tiga buah kata, cayhe tidak sanggup menerimanya.   "Aku dengar ilmu pedangniu amat tinggi, bukan begitu? tanya Ki Hong dengan girangnya.   "Tidak benar "sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya "Pada saat ini ada siapa yang dapat menandingi kehebatan serta kelibayan dari ilmu pedang Benteng Pek Kiam Po?"   Ki Hong masih tetap meneruskan perjalanannya menuju ke dalam Benteng Pek Kiam Po, sembari berjalan ujarnya:"Cayhe sering mendengar katanya ilmu Pedang dari Lo-heng bisa rnenandingi pendekar pedang merah dari Benteng kami orang- orang yang memiliki usia seperti Lo-heng sekarang hanya Hong Mong Ling seorang, karena itulah Lo-heng boleh dikata merupakan bintang diantara kami orang-orang muda.   "Ki-heng terlalu mernuji"   Sahut Ti hen sambil tertawa.   "Kepandaian yang cetek dari Cayhe mana bisa dibandingkan dengan kelihayan ilmu pedang pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam po.   "   "Aah .,, Ti-heng terlalu sungkan, nama besarmu sekali pun Pocu dari benteng kami pun telah mengenalnya.   "Haa ..."Sahut Ti Then.   "Bisa mendapatkan penghargaan dari orang berkepandaian tinggi sungguh membuat Cay he merasa sangat bahagia...Bagaimana pandangan Pocu kalian tentang diriku ini? "Menurut apa yang diucapkan majikan Benteng kami kepada orang lain, Kaum pendatang baru di dalam Bu-lim yang paling menonjol pada saat ini ada tiga orang, diantara ketiga orang itu adalah Ti-heng sendiri, kemudian bakal menantu majikan benteng kami jaitu Hong Kouw-ya dan yang terakhir adalah . - "   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Bukankah si Hong Liuw Kiam Khek atau sipendekar pedang suka pelesiran Ing Ping Siuw ini?"   Timbrung Ti Then.   "Benar, apa Ti-heng pernah bertemu muka dengan si pendekar pedang suka pelesiren Trig Ping Siuw "Belum pernah, hanya pernah mendengar nama besarnya. - "Cayhe dengar ilmu pedangnya sangat tinggi sekali bahkan pernah dengan menggunakan pedangnya membabat habis Lauw San Lak Hiong atau enam penyahat dari gunung Lauw san"   "Benar, Lauw San Lak Hiong bukanlah merupakan lawan yang sangat enteng, tetapi Ing Ping Siuw ternyata bisa menahan serangan keenam orang itu bahkan di dalam sekejap sajamembunuh habis mereka, sungguh bukan merupakan pekerjaan yang mudah "   Sedang mereka berbicara itu dari hadapan jalanan gunung itu telah muncul seorang pendekar pedang hitam yang melintangkan pedangnya menghalangi perjalanan mereka teriaknya dengan keras "Siapa yang datang?"   "Saudara, aku adanya"   Sahut Ki Hong dengan cepat.   "Oooh . ."segera pendekar pedang hitam itu memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung kemudian berjalan ke depan menjongsong datangnya Ki Hong tetapi ketika melihat datangnya membopong tubuh sinaga mega Hong Mong Ling sedang di belakang tubuhnya pun berjalan seorang pemuda yang asing, tak terasa dia menjadi amat terkejut, serunya.   "Aduh ....terjadi urusan apa?"   Ki Hong segera menjelaskan yang sebenarnya bahkan rnemperkenalkan orang itu kepada Ti Then, tanyanya kemudian "Kau sudah bertemu dengan kepala barisan Shia Kiauw To ???"   "Aku tidak melihat dia berjalan keluar, mungkin masih berada di dalam Benteng"   "   Kalau begitu bagus sekali, Siauw-te akan masuk mencari dia untuk memberi laporan. Sehabis berkata segera dia memimpin jalan menuju kedalarn Benteng..   "Siapa itu kepala barisan she-Shia ?"   Tanya Ti Then.   "Oooh... dia adalah seorang pendekar pedang merah dari benteng kami, sebutannya sebagai Juan Sim Kiam atau si pedang penembus ulu hati, Shia Pek Tha din merupakan salah satu dari murid-murid kesajangan majikan Benteng kami, ini malam dialah yang bertugas sebagai kepala regu jaga asal kita menemukan sesuatu urusan harus dilaporkan kepada dirinya terlebih dahulu"sahut Ki Hong."Ooh kiranya sipedang penembus ulu hati Shia Pek Tha, pada tahun yang lalu dikota Tiang An Cayhe pernah bertemu dan minum arak bersama dengan dia, ehm dia memang merupakan seorang yang sangat periang dan suka bergaul."   "Dengan cara bagaimana Ti Then bisa berkenalan dengan dirinya?"   "Pada suatu malam pada tahun yang lalu"   Sahut Ti Then "ketika Caybe sedang berpesiar didaerah istana delapan dewa, tiba-tiba kulihat didekat tempat itu tiga orang sedang bertempur, ketika aku melihat lebih dekat lagi segera kukenal kalau dua diantaranya adalah iblis dari kalangan Hek to, ketika aku lihat Shia Pek Tha agaknya tidak kuat melawan mereka maka aku munculkan diri untuk menolong menggempur mundur kedua orang itu, demikanlah kami berkenalan dan ketika saling omong-omong itulah baru aku ketahui kalau dia merupakan pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po.   Keesokan harinya Shia Pek Tha mengundang cayhe minum arak di atas loteng Cuang Yuan Lo...   "   Ki Hong menjadi amat girang, ujarnya "Jika dernikian adanya, maka Ti heng dengan kepala regu Shia Pek Tha merupakan kawan lama, nanti bilamana bertemu dengan Ti heng tentu akan sangat girang"   Sembari berbicara mereka telah berjalan berputar putar di dalam puncak gunung itu sebuah bangunan yang sangat megah dan kokoh kuat segera terbentang di hadapan mata, ketika dipandang lebih teliti lagi terlihatlah benteng Pek Kiam Po yang sangat terkenal dan menggetarkan kangouw ini mem punyai bentuk bangunan yang amat aneh tetapi sangat angker.   Bangunan itu didirikan di bawah tebing yang amat curam disekelilingnya dikelilingi oleh tembok yang amat tinggi, di depan pintu benteng berdirilah sebuah loteng pengintai sehingga keadaannya mirip sekali dengan sebuah kota kecil.   setiap ruangan di dalam benteng tersebut terang benderang sehingga kelihatan besar keangkerannia."Benteng Pek Kiam Po.   "   Tiga buah tulisan yang amat besar terpancang jauh tinggi di depan pintu benteng dan terlihat terbuat dari emas murni di bawah sorotan sinar rembulan memancarkan sinarnya yang menyilaukan mata.   Benteng Pek Kiam Po.   Inilah Benteng Pek Kiam Po yang mewakili keadilan dan kebenaran di dalam dunia Kangouw.   Oleh karena di dalam hati Ti Then memangnya mem punyai suatu rencana yang tertentu begitu melihat benteng Pek Kiam Po yang amat megah serta angker itu tak terasa lagi menjadi amat tegang.   Untuk menenangkan pikiran serta hatinya dia menarik napas panjang-panjang, kemudian ujarnya.   "Ehm . sungguh besar benteng ini mungkin seluruh benteng ini berisi ribuan orang banyaknya?"   Ki Hong hanya mengia saja tanpa memberikan penjelasan yang lebih panjang.   Agaknya semua anggota dari benteng Pek Kiam Po itu mem punyai kewajiban untuk menutup mulutnya rapat-rapat terhadap segala rahasia dari benteng itu sehingga mereka sama sekali tidak mau membuka rahasia di depan orang luar.   Ti Then pun segeta merasakan kalau pertanyaannya sudah keterlaluan, segera dia putar haluan ujarnya lagi.   "Tebing itu pun amat besar sekali, apa tebing itu yang disebut sebagai Sian Ciang Jen ??.   "Tidak salah"   Sahut Ki Hong"   Sian Ciang Jen ini jauh lebih indah dari Sian Ciang Jen yang terdapat di atas gunung Hoa San.   Ketika itulah mereka telah sampai di depan pintu benteng yang sangat besar itu.   Dua orang penjaga pintu benteng begitu melihat yang datang adalah orang sendiri segera membukakan pintu mempersilahkan Ki Hong serta Ti Then masuk, segera Ki Hong membawa Ti Thenkesebuah ruang tamu yang amat luas dan meletakkan tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw ke atas kursi, ujarnya kemudian.   "Ti heng, silahkan menunggu sejenak, aku hendak memberi laporan sebentar kepada Shia-te "   Baru saja dia selesai berbicara, tiba-tiba dari luar ruangan tamu yang luas itu berkumandang datang suara yang amat nyaring dan sedikit serak-serak yang sedang bertanya .   "Ki Hong, kau membawa siapa datang kemari ?"   Sehabis berkata seorang lelaki berusia pertengahan yang memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar dan amat kekar berjaIan masuk ke dalam ruangan itu.   Wajah dari orang lelaki berusia pertengahan itu amat keren dan gagah, wajahnya persegi dengan telinga yang besar, alisnya tebal bagaikan sapu, matanya bagaikan bola mata seekor harimau hidungnya bagaikan hidung singa, berewoknya memenuhi seluruh wajahnia sedang tubuhnya memakai baju berwarna merah darah dengan sebilah pedang berwarna merah yang disorenkan dipinggangnya, sikap serta tindak tanduknya memperlihatkan seorang yang amat gagah sekali.   Orang ini tidak lain adalah sipedang penembus ulu hati, Shia Pek Tha adanya.   Ketika sinar matanya bertemu denga tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw yang bersandar di atas kursi dengan lemasnya itu tak terasa air mukanya berubah hebat, kakinya sedikit menutul tanah dengan kecepatan yang luar biasa melayang ketengah udara dan berkelebat ke samping tubuh kedua orang itu.   Tetapi ...ketika dia berjaIan lebih dekat lagi dan dapat melihat wajah dari Ti Then dengan sangat jelas, air,mukanya terlintaslah perasaan tertegunnya, serunya.   "   Kau ...Ti Then??"   Ti Then segera merangap tangannya memberi hormat, ujarnya:"Sejak perpisahan..apa.Shia..heng baik-baik saja??"   Si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha menjadi amat terkejut bercampur girang, sambil memandang kearah Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw dua orang tanyanya "Sebenarnya apa yang telah terjadi?"   "Ketika tadi siauwte berjalan hendak memasuki kota Go bi menemukan kedua orang ini menggeletak di pinggir jalan agaknya mereka telah dipukul hingga jatuh tidak sadarkan diri, karena siauwte kenal diantara mereka dua ada seorang yang merupakan pandekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po maka sengaja datang mengantar mereka kembali "   Si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha setelah mendengar perkataan itu segera memeriksa keadaan dari Hong Mong Ling dan mengadakan pemeriksaan dengan teliti pada seluruh tubuhnya setelah itu barulah dia membuka kelopak matanya, ujarnya "Ehm ..tidak ada tanda-tanda terIuka dalam, agaknya hanya tertotok jalan darah pingsannya saja"   "Oooh... kiranya hanya tertotok jalan darah pingsannya saja"sahut Ti Then. Pada saat itu sipedang penembus ulu hati Shia Pek Tha telah memutar tubuhnya berkata kepada Ki Hong ujarnya.   "Cepat undang Pocu serta Siaocia datang."   Ki Hong menyahut dan segera berlalu dengan targesa gesa dari dalam ruangan.   Setelah itu barulah dengan perlahan Shia Pek Tha memeriksa keadaan dari Cang Bun Piauw, ketika menemukan kalau Cang Bun Piauw pun juga tertotok jalan darah pingsannya tak terasa lagi menjadi mengerutkan alis dalam dalam, ujar nya.   "Sungguh mengherankan sekali, bagaimana bisa terjadi urusan seperti ini?""Shia heng apa kenal dengan orang ini ? "   "Kenai"   Sahut Shia Pek Tha.   orang ini bernama Cang Bun Piauw dengan julukan sitikus rakus dart Go-bi dia merupakan seorang yang paling gemar pelesiran, bukan saja berjudi, mabok mabok kan serta suka main perempuan bahkan perbuatannya pun tidak ada yang merupakan pekerjaan baik-baik:"   "Benar..memang hal ini amat aneh dan mengherankan sekali"   "Kalau benar mereka hanya ditotok jalan darah pingsannya kenapa Shia heng tidak membantu membebaskan jaIan darahnya yang tertotok.?.."   "Tidak"   Sahut Shia Pek Tha sambil menggelengkan kepalanya.   "Menanti setelah suhu datang baru kita bicarakan lagi, suhuku mem punyai pangetahuan yang sangat luas di dalam cara menotok jalan darah dari seluruh penjuru dunia, asalkan dia orang tua melihat sendiri cara menotok jalan darah ini kemungkinan sekali bisa mengetahui siapakah sebenarnya orang yang merubuhkan mereka."   Setelah itu dia bangkit berdiri, kepada Ti Then sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya.   "Aku orang she-Shia seharusnya mengucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu pada Lo-te."   "Oooh... tidak perlu sungkan-sungkan"   "Sesudah perpisahan kita di kota Tiang An di dalam sekejap saja sudah lama tidak bertemu selama ini Lo-te baik-baik bukan ?"   Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa pahit, sahutnya.   "Sangat buruk, semakin lama semakin miskin". Sejak tadi Shia Pek Tha telah dapat melihat si pendekar baju hitam yang berdiri di hadapannya sekarang jauh berbeda keadaannya dengan sewaktu bertemu dikota Tiang An pada tahun yang lalu, ketika tahun yang lalu dia bertemu dengan Ti Then bukan saja pakaian yang dipakainya sangat mewah serta perlente bahkan keadaannya pun sangat gagah, sedang kini Ti Then telah berubahdemikian miskinnya sehingga baju yang dipakai pun compang camping tidak karuan dan sangat dengkil sekali tidak terasa hatinya menjadi amat terkejut bercampur heran, kini ketika mendengar dia bilang kalau dirinya semakin lama semakin miskin tak tertahan tanyanya: -ooo0dw0ooo-   Jilid 3.1. Hong Mong Ling si pendusta "Lo-te telah menemui bencana apa yang demikian seriusnya?"   "Tidak ada "   Sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya.   "Hanya siauw-te telah menghabiskan harta benda peninggalan leluhurku, sehingga kini telah berubah menjadi seorang yang amat miskin"   Shia Pek Tha tertawa terbahak-bahak, tanyanya .   "   Perkataan dari Lo-te ini apa benar benar ?"   "Buat apa aku menipu dirimu ?? "   Shia Pek Tha tersenjum ujarnya.   "Kalau begitu aku orang she-Shia benar-benar mengagumi dan memuji dirimu.   "   Perkataan dari Shia-heng ini bagaimana bisa diucapkan ??"   Tanya Ti Then sambil tertawa kaget.   "Lo-te punya kepandaian silat yang demikian tingginya ternyata dapat hidup tenteram di dalam keadaan yang miskin, tidak pernah menggunakan kepandaian silatnya untuk merampok atau merampas barang orang lain, bukankah hal ini patut dikagumi dan dipuji '???"   Shia-heng tidak usah terlalu memuji dan kagum terhadap Siauw- te, kemungkinan sekali pada suatu hari bilamana Siauw-te sudah tidak bisa menahan kemiskinan yang menimpa segera akan mendaftarkan diri menjadi anggauta perampok.Baru saja Shia Pek Tha hendak berbicara lagi, mendadak matanya dapat melihat suhunya si pedang naga emas Wi Ci To beserta putrinya Wi Lian In telah berjalan memasuki ruangan itu, dengan nada yang serius ujarnya dengan cepat .   "Suhu telah datang! "   Orang yang disebut sebagai jago nomor dua di dalam Bu-lim ini, pocu dari Benteng Pek Kiam Po sipedang naga emas Wi Ci To sekali pun usianya sudah lebih dari enam puluh tahun tetapi jika dilihat dari wajah serta bentuknya tidak lebih kelihatan baru berusia lima puluh tahunan.   Tubuhnya tinggi besar dengan sikap serta tindak tanduk yang halus bagaikan siucay tetapi keren bagaikan baja bahkan sikapnya amat menjenangkan sekali, bila orang yang tidak tahu tentu tidak akan percaya kalau dia merupakan seorang jago berkepandaian tinggi yang memiliki ilmu pedang yang amat lihay, bahkan mungkin menganggap dia sebagai seorang siucay yang hanya tahu akan syair-syair saja.   Agaknya dia telah mendapatkan keterangan yang amat jelas dari mulut Ki Hong oleh karena itu setelah berjalan masuk ke dalam ruangan sedikit pun tidak memperlihatkan sikapnya yang amat terperanyat, dengan tidak mengucapkan sepatah kata pun juga dia berjalan mendekati tubuh Hong Mong Ling kemudian menggendong tubuhnya dan direbahkan ke atas tanah, tangannya tidak ambil diam sampai di situ saja dengan amat cekatan mengadakan pemeriksaan diseluruh tubuhnya.   Putri dari Wi Ci To jaitu Wi Lian In yang berada di sampingnya dengan wajah yang penuh perasaan kuatir memandang tak henti- hentinya ketubuh Hong Mong Ling, ujarnya dengan agak gugup.   "Dia, dia tidak mengapa bukan ?"   Putri dari Wi Ci To itu memang amat cantik sekali wajahnya, agaknya perkataan dari majikan patung emas sedikit pun tidak salah.   Wajah dari Wi Lian In hampir mem punyai kesamaan dengan wajah dari Liuw Su Cen dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan, wajahnya berbentuk kuaci dengan alisnya bagaikan bulan, matanyayang cemerlang bagaikan bintang timur, bibirnya yang keciI mungil berwarna kemerah-merahan sehingga kelihatan amat cantik sekali, keadaan serta sikapnya pun jauh lebih agung dan lebih halus jika dibandingkan Liauw Su Cen, Ti Then yang melihat kecantikan wajahnia tak terasa diam-diam memuji tak henti-henti-nya, pikirnya.   "Hong Mong Ling sudah mempunyai bakal istri yang demikian cantiknya ternyata masih pergi bermain cinta dengan seorang pelacur urusan ini memang sedikit mengherankan . ."   Ketika terpikir olehnya kalau Wi Lian In ini kemungkinan sekali akan berubah menjadi bakal istrinya tak terasa lagi jantungnya berdebar dengan amat keras.   "Dapatkah dia berhasil memperistri Wi Lian In yang cantik jelita itu?"   Ketika dia sudah menjadi istrinya, perintah selanjutnya dari majikan patung emas itu akan menjuruh dia berbuat apa lagi? Apakah dengan meminyam sebutan menantu dari dirinya untuk menutupi gerak-gerik selanjutnya kemudian mengadakan gerakan- gerakan untuk mengacau dan menghancurkan benteng Pek Kiam Po ini dari dalam? Tidak, Majikan patung emas sudah pernah memberi penjelasan kepadanya kalau dia tidak akan memerintahkan dirinya untuk melakukan pekerjaan yang membahajakan orang-orang dari benteng Pek Kiam Po, tetapi perkataannya apa boleh dipercaya? Kalau begitu sekali pun "Rencana"   Dari majikan patung emas itu tidak mendatangkan kerugian bagi orang-orang dari Benteng Pek Kiam Po, apa mungkin "rencana"   Nya mendatangkan keuntungan bagi benteng Pek Kiam Po ini? Kalau mendatangkan keuntungan bagi Benteng Pek Kiam Po lalu apakah keuntungan itu? Ketika Ti Then berpikir sampai di sini tidak terasa lagi dia mulai melayangkan pandangannnya memperhatikan sipedang naga emas Wi Ci To itu.Sampai saat ini juga dalam hatinya dia masih tetap mencurigai kalau Majikan patung emas itu adalah rubahan dari si pedang emas Wi Ci To ini dikarenakan dia hendak melindungi putrinya Wi Lian In tidak sampai dijodohkan dengan seorang pemuda hidung bangor maka dia hendak menggunakan dirinya untuk mengacau dan merusak hubungan cinta antara putrinya dengan Hong Mong Ling, dengan demikian putrinya Wi Lian In bisa dijodohkan dengan dirinya.   Dan kini terlihatlah olehnya pada wajah Wi Ci To memperlihatkan perasaan `tidak suka"   Dan 'tidak puas"   Nya terhadap Hong Mong Ling ini. Sipedang naga emas Wi Ci To sesudahnya memeriksa dengan teliti seluruh tubuh dari Hong Mong Ling, alisnya dikerutkan kencang-kencang ujarnya dengan keren.   "Hm..dia terpukul belakang lehernya terlebih dahulu kemudian baru ditotok jalan darah pingsannya"   "Suhu, dia tertotok oleh cara menotok jalan darah yang macam bagaimana?"   Tanya Shia Pek Tha. Cara.menotok jalan darah yang sangat biasa, tidak ada tempat yang terlalu mengherankan "   Sesudah berhenti sejenak dia menoleh kearah Cang Bun Piauw sambil tanyanya.   "Siapa orang ini?"   "Si tikus rakus dari Go bi Cang Bun Piauw"   Si pedang naga emas Wi Ci To sambil menggerakkan tangannya membebaskan jalan darah yang tertotok pada tubuh Hong Mong Ling tanyanya.   "Orang mana tikus rakus dari Go bi itu?"   "Rumahnya tinggal didaiam kota Go bi, dia adalah seorang kongcu yang suka pelesiran, suka judi mau pun mabok-mabokan"Mendengar perkataan itu dengan wajah yang penuh perasaan terkejut Wi Lian In angkat kepalanya, tanyanya pada Shia Pek Tha.   "Pek Tha suheng, kau bilang apa? Pada wajah Shia Pek Tha segera timbul perasaan bimbang dan sedihnya, sesaat kemudian barulah sahutnya.   "Sumoay, kau tidak usah marah kemungkinan sekali suhengmu telah salah bicara' "HmmDengus Wi Ci To dengan dinginnya."   Cepat katakan dengan jelas kau kenal dengan orang ini ?"   "Tecu hanya tahu tindakan serta gerak gerik dan perbuatan orang ini saja, dengan dirinya sama sekali tidak kenal"   "Hmm..aku lihat dia sama sekali tidak paham ilmu silat."   "Benar"   Sahut Shia Pek Tha,"   Ajahnya pernah memangku jabatan sebagai pembesar kota sehingga harta kekajaannya amat banyak sekali sedang dia lalu menggunakan nama besar dari bapaknya serta kekajaannya untuk berbuat tidak senonoh diluaran dan menganiaja kaum rakjat yang lemah."   Dengan-perlahan Wi Ci To putar tubuhnya pergi membebaskan jalan darah dari Cang Bun Piauw, tanyanya lagi.   "Lalu bagaimana mungkin Mong Ling bisa bergaul dengan orang macam ini?"   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Tentang ini tecu juga tidak tahu,"   Sahut Shia Pek Tha dengan cepat.   "Kemungkinan sekali Mong Ling sute sama sekali belum pernah kenal dengan orang ini, hanya mungkin pokoknya bagaimana keadaan sesungguhnya lebih baik tunggu saja Mong Ling sute sesudah sadar kembali baru kita tanyai"   Wi Ci To melihat Hong Mong Ling belum juga sadarkan diri segera putar tubuhnya mengangguk kepada Ti Then, ujarnya sambil tertawa.   "Inikah si pendekar baju hitam Ti Then ?""Benar"   Sahut Ti Then sambil rangkap tangannya memberi hormat.   "   Ha. .. ha... ha . Lohu telah tidak sedikit mendengar cerita mengenai pendekar baju hitam, lohu amat girang bisa bertemu dengan seorang pendekar muda yang amat terkenal di dalam dunia kang ouw."   "Pocu terlalu memuji"   "Siapakah suhu dari Ti-heng ?"   Ditanyai dengan pertanyaan itu Ti Then segera menjadi serba susah, dengan gugup sahutnya.   "Tentang hal ini boanpwe.."   "Ha... ha.. ha.. bilamana Tiheng merasa ada sesuatu yang tidak enak untuk dibicarakan lebih baik tidak usah menyawab, orang yang bisa menggembleng seorang pemuda seperti Ti heng ini tentunya merupakan seorang diago tua yang telah lama menyembunyikan diri dan mengasingkan diri dari pengalaman."   "Tidak salah"   Sahut Ti Then cepat.   "Suhuku memang telah lama mengasingkan diri dari pergaulan, dia orang tua pernah memberi tahu pada boanpwe untuk tidak secara sembarangan mernberitahukan namanya kepada orang lain"   Bagaimana pun juga pengalaman dari Wi Ci To telah amat luas, begitu melihat keadaan itu segera dia tukar pembicaraan, ujarnya lagi.   "   Pada tahun yang lalu Ti-heng pernah membantu Shia Pek Tha memukul mundur musuh tangguh dan ini hari Ti-heng menolong muridku lagi pulang ke dalam Benteng dalam hati Lohu benar-benar merasa sangat berterima kasih.   "Aah..mana, mana . hanya secara kebetulan saja, perlu apa terlalu dipikirkan.   "   Saat itulah terdengar suara Shia Pek Tha yang sedang berseru:"Suhu ... Mong Ling sute sudah sadar kembali"   Sinaga mega Hong Mong Ling yang rebah terlentang ditengah ruangan dengan perlahan sadar kembali, sambil mengucak-ucak matanya dia memandang dengan perlahan kesekelilingnya, tetapi ketika dia melihat dengan jelas kalau dirinya sedang rebah ditengah ruangan dalam Benteng Pek Kiam Po dengan cepat segera meloncat bangun.   Pada saat itu pula ketika dilihatnya Cang Bun Piauw berada pula disisi tubuhnya tak terasa air mukanya berubah dengan hebatnya.   Dengan dingin ujar Wi Lian In.   "   Hm.. telah terjadi peristiwa apa?"   Hong Mong Ling tidak segera memberi jawaban, dengan wajah yang penuh perasaan terkejut dan ketakutan dia memandang wajah Wi Ci To, Shia Pek Tha serta akhirnya berhenti pada wajah Ti Then.   Dengan pandangan yang amat tajam dia memandang beberapa saat lamanya ke atas wajahnya kemudian dengan bimbang gumamnya.   "Kau..kau ....siapa kau? "   "He ..he ,sahut Wi Ci To sambil tertawa dingin.   "Dia adalah sipendekar baju hitam Ti Then, juga merupakan in-jin yang telah menolong kau kembali.   "   Mendengar perkataan itu dengan cepat sambung Ti Then.   "Malam tadi cayhe kebetulan sedang lewat hendak masuk kota ketika sampai diluar kota telah melihat di samping jalan rebah Hong-heng berdua dengan tidak sadarkan diri, oleh karena cayhe kenal kalau Hong-heng adalah pendekar pedang merah dari benteng Pek Kiam Po ini maka sengaja menolong Hong heng berdua kembali ke dalam benteng. Ketika Hong Mong Ling dengar kalau Ti Then menemukan dirinya berada diluar kota dalam hatinya baru merasa amat lega sedangperasaan terkejut serta ketakutan yang menghiasi wajahnya pun dengan perlahan mulai lenyap. Dengan cepat dia bangkit berdiri sambil ujarnya.   "Ooh ... kiranya begitu, kalau begitu cayhe mengucapkan banyak terima kasih dahulu atas budi pertolongan dari Ti-heng,. Sambil berkata dia merangkap tangannya memberi hormat kepada Ti Then. Wi Lian In yang berdiri disisinya dengan wajah yang cemberut ujarnya dengan amat dingin.   "Cepat bilang, bagaimana bisa terjadi peristiwa ini?"   Hong Mong Ling melihat sekejap kearah Cang Bun Piauw yang masih belum sadarkan dirinya, pikirnya dalam hati.   "   Hmm ...sekarang dia belum sadar kembali, biar aku tunggu sebentar lagi baru bicara.   "   Berpikir sampai di situ, tangannya memegang belakang leher, ujarnya .   "Ehm..bicara sesungguhnya aku sendiri juga tidak tahu telah terjadi peristiwa apa...Wajah Wi Ci To segera berubah, dengan keren bentaknya.   "Hmm..Kau dipukul orang hingga tidak sadarkan diri mana mungkin tidak tahu apa yang telah terjadi ? Dengan tetap menggosok kedua pelipisnya ujar Hong Mong Ling dengan perlahan, .   "Suhukau orang tua tidak usah marah biarlah tecu dengan tenang mengingat-ingat kembali- Heeeikepalaku masih tetap pusing sekaliaduh."   "Hmm sungguh kurang ajar"   Dengus Wi Lian In sambil depakkan kakinya ke atas tanah.Hong Mong Ling dengan tundukkan kepalanya "berpikir keras"   Menanti setelah dia melihat Cang Bun Piauw dengan perlahan-lahan sadar kembali barulah angkat kepalanya kembali sambil sahutnya: --Tecu sekarang sudah teringat kembali peristiwa yang sebenarnya adalah begini, ini hari ketika tecu sampai diluar kota Go bi cuaca sudah hampir gelap, baru saja hendak melangkah masuk kota tiba-tiba di belakang tubuhku terdengar ada seseorag yang sedang berteriak teriak memanggil tecu: Hei ..yang berada di depan bukan kah Mong Ling heng?"   Ketika tetiu menoleh terliharlah orang itu adalah Cang Bun Piauw adanya"   "He... h.e..Potong Wi Lian In sambil tertawa dingin "bagus sekali kiranya kau sudah berkenalan dengan si tikus rakus dari Go bi Cang Bun Piauw ini"   "In moay jangan salah paham"   Ujar Hong Mong Ling dengan ketakutan.   "Siau heng sama sekali tidak kenal dengan orang ini, kami tidak lebih hanya punya kesempatan bertemu satu kali saja"   "Hmmm .. lanjutkan !", bentak Wi Ci To. Hong Mong Ling ragu-ragu sejenak kemudian barulah sambungnya.   "Ketika tecu melihat orang itu adalah dia maka segera tecu tanya dia punya urusan apa, dia tidak ada hanya katanya baru saja menagih hutang dari desa dan kini akan pulang dalam kota, dia ingin berjalan bersama-sama dengan tecu. Ketika baru saja berjalan tidak jauh mendadak dari samping jaIan meloncat keluar seorang berkerudung menanyakan tecu apakah benar pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po, maka segera tecu membenarkan pertanyaan itu. Siapa tahu orang berkerudung itu tanpa mengucapkan kata-kata lagi segera menjerang tecu."   Ti Then yang berdiri di samping ketika mendengar ceritera itu diam-diam merasa amat geli, pikirnya."   Majikan patung emas bilang Hong Mong Ling ini berhati tidak lurus jadi orang amat curang ternyata sedikit pun tidak salah. Didengar dari cerita bohongnya ini sudah tahu kalau kepandaiannya di dalam hal itu amat liehay sekali.   "   Sinar mata Wi Ci To memancarkan sinar yang amat tajam potongnya.   "Bagaimana nada suara dari orang berkerudung itu? Berapa besar usianya?"   "Jika didengar dari nada ucapannya agaknya berasal dari daerah San Si, sedang usianya kurang lebih lima puluh tahunan."   "Pakai senyata?"   "Tidak"   Sahut Hong Mong Ling dengan cekatan.   "Tetapi ilmu telapaknya amat aneh dan liehay sekali, tecu yang didesak dengan serangan telapak yang bertubi-bertubi itu memaksa tecu sama sekali tidak punya kesempatan untuk mencabut pedang menyambut datangnya serangan musuh. Sehingga akhirnya- akhirnya belakang leherku terkena gaplokannya sesudah itu urusan selanjutnya tecu tidak tahu sama sekali Sinar mata Wi Ci To berkelebat tak henti-hentinya, dengan berat ujarnya.   "Kau tidak.tahu kepandaian silatnya dari golongan apa?"   Wajah Hong Mang Ling segera menampiIkan perasaan kecewanya, sahutnya dengan sedikit malu.   "Benar tecu sama sekali tak tahu"   "Ehm.."   Sambil mengelus jenggotnya Wi Ci To berpikir keras sejenak.- "Didaerah sekitar San-si siapa yang paling hebat dalarn ilmu telapaknya?"   "Apa mungkin Thiat Sah Ciang atau si pukulan pasir besi, Cau Si Pei? ""Tidak mungkin"   Sahut Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya.   "sekali pun ilmu telapak dari si pukulan pasir besi: Cau Si Pei sangat hebat tetapi dia tidak mungkin memenangkan kalian"   "Tia"   Seru Wi Lian In.   "dia sudah sadar, coba tanyakan pada dirinya"   Wi Ci To ketika melihat Ceng Bun Piauw sudah bangkit dan duduk di atas tanah segera memutar tubuhnya. Sinar matanya dengan amat tajam memperhatikan seluruh tubuhnya,kemudian barulah tanyanya.   "Cang kongcu, dapatkah kau menceritakan peristiwa yang terjadi kemarin malam dengan amat teliti kepada Lo hu? "   Kau orang tua apakah majikan dari Benteng Pek Kiam Po?"   "Tidak salah! memang lohu sendiri.   "   Sahut Wi Ci To sambil mengangguk.   "Selamat bertemu, selamat bertemu. Siauw-cu telab lama rnendengar nama besar dari Wi Pocu, hanya selama ini tidak punya jodoh untuk bertemu, ini hari dapat "   Wi Lian In yang tahu orang itu merupakan seorang kongcu yang suka pelesiran, judi mabok-mabokan dalam hatinya sudah timbul perasaan bencinya, kini tak tertahan lagi bentaknya dengan keras.   "Tidak usah banyak ngomong, cepat bicara.   "   Cang Bun Piauw yang dibentak men jadi berdiri termangu- mangu, segera dengan wajah yang penuh senjuman tengik lanjutnya.   "Baik.. baik.   "peristiwa yang sebenarnya adalah begini. Ini hari Siauw seng pergi kedesa Lie-khia-cung untuk menarik pajak sawah, pada saat pulang dan tiba diluar kota secara kebetulan telah bertemu dengan Hong-heng ini, lalu siauw-seng berjalan bersama dengan dirinya, tetapi belum berjalan begitu jauh secara tiba-tiba dari samping jalan meloncat keluar seorang yang berkerudung "Apa yang diceritakan olehnya persis dengan cerita yang dikisahkan oleh Mong Ling. Tanya Wi Ci To .   "Sesudah dia merubuhkan muridku, baru memukul rubuh dirimu?"   "Benar "- sahut Cang Bun Piauw sambil mengangguk.   "Siauw seng tidak punya dendam dan sakit hati dengan dirinya ternyata dia berani turun tangan terhadap siauw seng, sungguh kurang ajar sekali "   "Hmm sesudah dia pukul rubuh muridku pernah mengucapkan kata-kata apa?"   Cang Bun Piauw menundukkan kepalanya pura-pura berpikir keras, sesaat kemudian baru sahutnya.   "Ooh .. ada, sesudah dia pukul rubuh Hong heng dia pernah tertawa dingin sambil ujarnya: . He he... pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po tidak lebih juga hanya begini saja"   Sehabis berbicara segera dia lajangkan tangannya memukul rubuh Siauw seng. Wi Ci To mengangguk perlahan kemudian dengan perlahan dia menoleh ke arah Hong Mong Ling sambil tanyanya.   "Sebenarnya kau kuat menahan beberapa jurus serangannya?"   "Di dalam keadaan yang amat gugup dan kelabakan tecu hanya berhasil menyambut sepuluh jurus saja"   "He..he..orang yang bisa mengalahkan kau hanya di dalam sepuluh jurus saja tidak banyak"   "Suhu..tahukah kau siapa orang itu?"   "Ehm . aku masih belum bisa mengetahui"   Sahut Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya."Apa mungkin musuh bujutan suhu pada masa yang laluCo Shu Koay kiam atau sipendekar pedang tangan kiri, Cian Pit Yuan? "   Tanya Shia Pek Tha.   "Bila dia orang yang melakukan"   Sahut Wi Ci To- "   Seharusnya dia langsung datang mencari aku, tidak mungkin bisa pergi menjerang Hong Mong Ling"   "Suhu"   Seru Hong Mong Ling "Siapa itu sipendekar pedang tangan kiri, Cian Pit Yuan ? "Seorang pendekar pedang kenamaan yang pada dua puluh tahun yang lalu pernah kalah di bawah ilmu pedangku dan dia pernah bersumpah untuk mencari balas."   Berbicara sampai di sini dia menoleh memandang Shia Pek Tha lagi, lanjutnya.   "Tidak perduli siapakah orang berkerudung itu, tetapi dia sudah menghina Hong Mong Ling sudah tentu kedatangannya tidak punya niat baik, cepat kau pergi bangunkan beberapa orang pendekar pedang merah untuk menyaga diseluruh tempat sekitar Benteng?."   Shia Pek Tha segera bungkukkan dirinya menerima perintah dan mengundurkan diri dari dalam ruangan. Sesudah memberi perintah pada Shia Pek Tha dengan perlahan Wi Ci To menoleh lagi kearah Hong Mong Ling, ujarnya.   "Mong Ling, kau bawalah Ti-heng beserta Cang kongcu masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, besok pagi-pagi suruhlah orang menghantar Cang Kongcu masuk ke dalam kota Go-bi terlebih dahulu"   Hong Mong Ling segera bungkukkan diri menerima perintah, setelah itu kepada Ti Then serta Cang Bun Piauw ujarnya.   "Kalian berdua silahkan mengikuti siautw-te masuk kamar untuk beristirahat."   Ti Then serta Cang Bun Piauw segera minta ijin pada Wi Ci To dan mengikuti di belakang tubuh Hong Mong Ling ke luar dariruangan tamu, setelah berjalan beberapa lama sampailah mereka disebuah deret kamar yang memanyang, Hong Mong Ling dengan cepat membuka dua buah pintu kamar, semula dia mempersilahkan Ti Then memasuki salah satu kamar kemudian barulah membawa Cang Bun Piauw kekamar yang lain.   Sesudah masuk ke dalam kamar tangannya segera menutupi pintu dan menjulut lampu, ujarnya kepada Cang Bun Piauw dengan nada yang amat perlahan.   "Sungguh amat bahaja, kurang sedikit saja diketahui rahasia kita"   " "Siapa bilang tidak, semula kita masih berada di dalam Touw Hoa Yuan dan di pukul rubuh oleh Lu kongcu itu, bagaimana akhirnya bisa dibuang diluar kota?"   "Hmm . .mungkin Lu kongcu itu telah membawa kita keluar kota . kali ini berhasil mengelabuhi mereka tetapi kau harus ingat jangan sekali-sekali sampai keadaan yang sesungguhnya bocor dan diketahui orang lain.   "Ooh ..sudah tentu sudah tentu..   "Hehe ."ujar Hong Mong Ling lagi.   "Bilamana urusan ini sampai diketahui orang lain dan sumoayku tahu kalau aku pernah pergi main wanita .he . he ..tentu dia tidak mau kawin sama aku lagi, saat itu aku akan membereskan nyawamu.   "   Cang Bun Piauw yang diancam seperti itu terpaksa hanya bisa tertawa pahit saja sambil sahutnya "Kau legakanlah hatimu, orang lain aku berani main-main tetapi terhadap Hong-heng aku tidak akan berani main-main"    Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini