Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 32


Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 32


Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong   "Betul"   Sahut Ti Then sambil mengangguk.   "Kita harus mengetahui terlebih dulu apakah Ih, Kha serta Pauw betul-betul sudah terjatuh ke tangannya setelah itu baru memikirkan beberapa syarat untuk ditukar dengan ketiga orang itu"   Wi Ci To melihat Liauw Khiet berdiri dipintu depan segera perintahnya .   "Liauw Khiet cepat kau perintahkan orang untuk siapkan makanan, setelah berdahar kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini."   Dengan sangat hormatnya Liauw Khiet menyahut dan berlalu dari tempat itu. Ti Then yang secara tiba-tiba sudah teringat kembali kedua ekor kudanya yang sudah dititipkan di rumah petani di bawah gunung Kim Hud san lantas bertanya kepada Wi Lian In.   "Kau tidak membawa kedua ekor kuda kita ?"   "Sudah."   Sahut Wi Lian In cepat,"   Kemarin Tia sudah membeli lagi empat ekor kuda jempolan, nanti kita masing-masing menungang kuda untuk kembali ke dalam Benteng."Setengah jam kemudian tua muda enam orang sudah selesai sarapan pagi dan melunasi rekening rumah penginapan, setelah itu bersama-sama naik ke atas kudanya dan malakukan perjalanan menuju ke kota Go-bi, Jarak kekota Ci Kiang sampai ke kota Go-bi ada tiga empat hari perjalanan, karenanya mereka berenam tidak berani melakukan perjalanan terlalu cepat takut kuda tunggangannya tidak kuat sehingga karena itu perjalanan mereka dilakukan tidak cepat juga tidak lambat.   Di tengah perjalanan tiba-tiba Wi Lian In kirim satu kerdipan mata kepada Ti Then, Ti Then yang melihat hal itu segera tahu kalau dia orang mau mengajak dirinya untuk bercakap-cakap karenanya sengaja dia orang memperlambat lari kudanya.   Akhirnya makin lama mereka berdua ketinggalan semakin jauh dari rombongan, tanya Ti Then kemudian sambil melarikan kudanya berbareng dengan dirinya.   "Ada urusan apa ?"   "Kita semua sudah salah menduga"   Ujar Wi Lian In sambil menuding kearah Cuo It Sian yang berlari di depan.   "Ternyata dia orang bukanlah lelaki berkerudung itu!" 'Sungguh !"   Sahutnya tegas "Satu orang tidak mungkin bisa berubah menjadi dua orang, kemarin dia berjalan bersama-sama dengan kita, sudah tentu dia tidak bisa pergi menyuruh lelaki berbaju hijau itu untuk mengirim surat tersebut."   "Tetapi lelaki berbaju hijau itu berkata bahwa pada setengah jam sebelumnya orang berkerudung itu baru pergi mencari dirinya, sedangkan dia.. Cuo It Sian sewaktu bertemu dengan kita sampai waktu lelaki itu memanahkan suratnya agaknya belum kelewat setengah jam Iamanya?"   "Benar !"   Sahut Wi Lian In mengangguk.   "Dia berbicara dengan kita lama sekali, pasti ada setengah jam lamanya""Kalau memangnya demikian dia orang masih tetap sangat mencurigakan sekali"   Ujar Ti Then sambil tertawa.   "Kenapa?"   Seru Wi Lian In lertegan.   "Apakah dia orang mem punyai ilmu untuk memisahkan diri ?"   "Manusia berkerudung yang memerintahkan lelaki berbaju hijau untuk kirim surat panah tersebut bukanlah manusia berkerudung yang kita temui, melainkan manusia berkerudung yang lain."   "Bagaimana kau bisa tahu dia adalah orang lain ?'"   Tanya Wi Lian In keheranan.   "Lelaki berbaju hijau itu bilang orang yang memerintahkan dirinya adalah seorang lelaki berkerudung yang badannya amat kurus sekali, sedangkan, lelaki berkerudung yang kita temui tempo hari sewaktu masih ada di istana Thian Teh Kong mem punyai perawakan yang tinggi besar dari hal ini saja sudah jelas membuktikan kalau dia adalah orang lain."   "Eeei . , . lelaki berkerudung yang melarikan diri sewaktu berada di perkam pungau Thay Peng Cun itu pun agaknya mem punyai perawakan yang amat kurus sekali ?"   Ujar Wi Lian In secara tiba- tiba.   "Tidak salah, kemungkinan sekali memang dia orang "   Sahut Ti Then sambil mengangguk.   "Hmm.Jika dilihat dari hal ini, orang yang ada di depan kita ini sangat mencurigakan sekali ?"   "Jika keadaan ini tidak melihat maka aku sangat mengagumi nyaiinya yang demikian besar"   Ujar Ti Then sambil tersenyum.   "Kau orang apakah tidak menceritakan urusan ini kepada ayahku ?"   "Tidak, dia terus menerus mengikuti dari samping tubuh ayahmu lantas suruh dengan cara bagaimana membuka suara??"   "Urusan ini harus cepat-cepat dilaporkan kepada Tia, aku pencaya Tia pun masih mengira lelaki berkerudung yangmemerintahkan lelaki berbaju hijau itu adalah lelaki berkerudung yang semula."   "Menanti jika malam nanti kita menginap di rumah penginapan, dengan mengambil kesempatan sewaktu Cuo It Sian tidak ada di samping ayahmu cepat-cepatlah kau menceritakan hal ini kepada beliau."   Wi Lian In segera mengangguk.   "Tetapi"   Ujar Ti Then kembali.   "Kau tidak boleh tetap ngotot menuduh Cuo It Sian adalah lelaki berkerudung itu, kau cukup memberitahu kepada ayahmu saja lelaki berkerudung yang memerintahkan lelaki berbaju hijau itu sama sekali bukanlah lelaki berkerudung yang kita temui di dalam istana Thian Teh Kong."   "Kalau cuma berkata demikian bagaimana Tia bisa mengerti ?"   "Ayahmu itu manusia macam apa ? Ada urusan apa yang dia orang tidak dapat pikirkan ?"   Seru Ti Then sambil tersenyum. Wi Lian In segera mengangguk, dia tersenyum.   "Tidak perduli lelaki berkerudung itu benar Cuo It Sian atau tidak, menanti setelah kita kembali ke dalam Benteng kemungkinan sekali segera kita orang bisa tahu barang apa yang dia minta sehingga memaksa ayahmu untuk menyerahkan kepadanya !"   Hari itu malam hari sudah menjelang, keenam orang itu pun baru saja tiba di sebuah kota, mereka segera pada mencari rumah penginapan untuk beristirahat.   Dengan mengambil kesempatan sewaktu Cuo It Sian tidak ada di samping ayahnya Wi Lian In segera menceritakan bagaimana manusia berkerudung yang memerintahkan lelaki berbaju hijau itu sama sekali bukan manusia berkerudung yang mereka temui di dalam istana Thian Teh Kong.   Setelah mendengar perkataan itu agaknya Wi Ci To sama sekali tidak menjadi terkejut atau heran.   "Lalu bagaimana ?"   Tanyanya sambil tertawa."Semula aku mengira dia adalah seorang yang sama ternyata dugaan ini salah, kalau begitu . , . kalau, begitu - - ."   "Kalau begitu hal ini berarti juga manusia berkerudung itu adalah anak buahnya dari manusia berkerudung hitam itu"   Sambung Wi Ci To dengan cepat.   "Selain itu berarti juga ada salah seorang yang harus kita curigai"   "In-ji, kau orang jangan pikir yang bukan-bukan"   Seru Wi Ci To kemudian sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat.   "Bukannya aku menaruh banyak curiga, tetapi berbagai fakta sudah membuktikan , kalau ...   "   "Sudahlah "   Potong Wi Ci To sambil mengulapkan tangannya.   "Kita jangan membicarakan persoalan ini lagi, aku ada satu urusan yang hendak aku tanyakan kepadamu"   "Urusan apa ?' tanya Wi Lian In tertegun.   "Urusan ini sebetulnya ibumu yang cocok untuk bertanya"   Ujar Wi Ci To sambil tertawa perlahan."Tetapi sayang ibumu teiah meninggal dunia maka itu terpaksa akulah yang mewakili dirinya untuk menanyai kau orang....sebenarnya kau punya perhatian tidak terhadap Ti Kiauw tauw ?"   Wi Lian In sama sekali tidak menyangka ayahnya bisa menanyakan soal ini pada saat dan tempat seperti ini, seketika itu juga saking malunya seluruh wayahnya sudah berubah menjadi merah padam.   "Aku tidak tahu.., .   "   Serunya sambil menutupi wayahnya dengan kedua belah tangannya. Wi Ci To segera tersenyum.   "Aku lihat selama beberapa hari Ini kau sudah mulai menaruh rasa cinta terhadap Ti Kiauw-tauw, tetapi sekali pun begitu aku harus bertanya terlebih dahulu kepapamu, kau rasa bagaimana ?"Dalam hati Wi Lian In merasakan hatinya berdebar-debar dengan amat kerasnya, dia merasa terkejut bercampur girang tetapi tangannya tetap menutupi wayahnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. '"Dengan mengambil kesempatan dia orang tidak ada di sini kau boleh mengutarakan isi hatimu kepadaku, dengan demikian aku pun bisa mengambil inisiatif"   Desak Wi Ci To selanjutnya.   "Dia . ., . dia .... putrimu merasa dia .... dia tidak jelek ... !"   "Benar !"   Ujarya Wi Ci To sambil tertawa.   "Aku pun merasa dia orang tidak jelek hanya saja lohu merasa ada berbagai tempat yang benar-benar membuat orang merasa tidak paham!"   "Tia, kau tidak memahami apanya ??"   Tanya Wi Lian In kemudian dengan malu-malu.   "Lohu sendiri pun tidak bisa mengutarakannya keluar, lohu cuma merasa agaknya dia mem punyai sesuatu rahasia."   "Tetapi aku tidak melihat bagian mananya yang tidak beres."   "Kau tentu masih ingat sewaktu si anying langit rase bumi menyerang Benteng Pek Kiam Po kita pada malam hari bukan ?"   Ujar Wi Ci To dengan perlahan.   "Malam itu setelah si rase bumi meninggalkan Tebing Sian Ciang lohu sudah mengundang dia untuk kembali ke dalam benteng dan mengajaknya masuk ke dalam kamar bukuku untuk berbicara, waktu itu lohu sangat menaruh curiga kalau dialah Lu kongcu itu lantas dengan sejujurnya lohu minta dia memberitahukan maksud tujuannya, semula dia tidak mau menyawab akhirnya setelah lohu mendesaknya lebih lanjut mendadak dia meneteskan air mata."   Mendengar sampai di situ Wi Lian ln segera mencibirkan bibirnya.   "Dia memangnya bukan Lu Kougcu itu setelah Tia memaksa dia terus untuk menyawab sudah tentu hatinya terasa tertekan sehingga menjadi sedih hati dan meneteskan air mata ""Tidak ....bukan demikian"   Bantah Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya.   "Waktu itu lohu cuma bertanya kepadanya apakah ada sesuatu perkataan yang sukar untuk diutarakan atau mungkin ada persoalan yang menyulitkan hatinya, lohu bilang kalau ada tentu aku akan bantu untuk menyelesaikan persoalan tersebut, setelah mendengar perkataan tersebut mendadak dia meneteskan air matanya, dia bilang jikalau lohu mau membantu dirinya untuk menyelesaikan persoalan ini hanya ada satu cara saja yaitu meminta lohu berkelahi dengan dirinya, mengalahkan dirinya !"   "Apa artinya ini?"   Seru Wi Lian In tertegun.   "Aku sendiri pun tidak paham tetapi dia orang tidak mau menjelaskan lebih lanjut, dia cuma bilang harap lohu untuk sementara waktu mau menganggap dirinya sebagai musuh besar lalu bertempur dengan dirinya, jikalau lohu berhasil mengalahkan dirinya hal ini berarti juga sudah membantu dia menyelesaikan satu persoalan yang menyulitkan sekali."   Sepasang mata Wi Lian In segera terbelalak lebar-lebar, dengan perasaan sangat terperanyat ujarnya .   "ini ... ini... sebetulnya apa artinya?"   "Dia bilang alasannya sampai kini belum bisa diterangkan, tetapi jikalau lohu berhasil mengalahkan dirinya maka dia mau menceritakan sebab-sebabnya kepadaku."   "Lalu Tia menyanggupinya ?"   Tanya Wi Lian In terperanyat.   "Dia mem punyai budi terhadap kita ayah beranak, bagaimana aku bisa mengabulkan permintaannya yang sangat membingungkan ini ?"   Seru Wi Ci To sambil tertawa pahit.   "Sampai sekarang dia belum pernah mengatakan sebab- sebabnya !"   "Tidak !"   "Kalau begitu biarlah aku pergi menanyai dirinya !"Selesai berkata dia segera pjtar badan siap berlalu dari dalam kamar.   "Tidak !"   Cegah Wi Ci To sambil menarik tangannya.   "Kau jangan pergi menanyai dirinya !"   "Kenapa ?"   Tanya Wi Lian In keheranan.   "Setiap orang tentu mem punyai suatu rahasia yang tidak bisa dikatakan kepada orang lain. sekarang bilamana kau bertanya kepadanya belum tentu dia mau mengutarakannya keluar bahkan lohu merasa rahasianya ini tentu tidak ada sangkut pautnya dengan Benteng kita, karena selama beberapa hari ini menurut pengamatan lohu terhadap dirinya aku sudah dapat melihat kalau dia sama sekali tidak menaruh suatu rencana terhadap Benteng kita, dia Betul-betul merupakan seorang pemuda yang halus budi dan baik-baik"   "Tetapi kalau memangnya dia mem punyai kesukaran seharusnya kita pergi membantu dirinya"   Ujar Wi Lian In dengan ngotot.   "Benar!"   Sahut W ie Ci To sambil mengangguk.   "Tetapi satu- satunya jalan untuk membantu dia menyelesaikan kesukarannya adalah menyuruh lohu mengalahkan dirinya dengan menggunakan ilmu silat, coba kau pikir dapatkah hal ini dijalanan?"   "Kalau begitu biar aku pergi bertanya kepadanya, kemungkinan sekali dia mau memberikan jawabannya". Sekali lagi Wi Ci To gelengkan kepalanya.   "Tidak,jikalau kau bertanya padanya saat ini dia orang bisa salah paham dan menganggap kita ayah beranak masih menaruh curiga terhadap dirinya"   Dia berhenti sebentar lantas sambungnya sambil tertawa.   "Cuma ada suatu waktu di dalam keadaan yang tertentu kau boleh pergi bertanya kepadanya."   "Keadaan bagaimana?"   Tanya Wi Lian In keheranan."Setelah kalian menjadi suami isteri !"   Wayah Wi Lian In segera berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus, saking malunya tak sepatah kata pun bisa diucapkan keluar.   "Setelah kalian menjadi suami isteri berarti juga kita sudah satu keluarga, saat itulah kau boleh bertanya kepada dirinya kemungkinan sekali dia mau mengatakan sebab-sebabnya."   Ujar Wi Ci To lagi.   "Tetapi Tia masih belum jelas mengetahui asal-usulnya bagaimana Tia begitu tega menjodohkan.."   Baru saja berbicara sampai di sini mendadak dia dapat melihat Ti Then serta Suma San Ho berjalan masuk ke dalam kamar, dengan terburu-buru dia menutup mulutnya.   kembali.   Dengan perlahan Wi Ci To angkat kepalanya memandang kearah Ti Then serta Suma San Ho yang baru saja masuk ke dalam kamar itu, ujarnya kemudian sambil tertawa .   "Ti Kiauw-tauw, San Ho kalian keluarlah sebentar, lohu sedang membicarakan suatu urusan dengan Siauw-li"   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dengan sangat hormatnya Ti Then serta Suma San Ho menyahut lalu mengundurkan diri dari dalam ruangan. Ketika Wi Lian In melihat mereka sudah mengundurkan diri segera sambungnya kembali dengan suaranya lirih .   "Tia, apakah kau tega menjodohkan kami kepadanya?"   Dengan perlahan Wi Ci To mengangguk- "Bukankah tadi aku sudah bilang dia adalah seorang pemuda yang dapat dipercaya, tidak perduli di dalam hatinya masih menyimpan rahasia apa atau lain kali akan berbuat pekerjaan apa, lohu percaya dia tidak akan membahayakan keselamatan dari Benteng kita."   Wi Lian In segara mengangguk tanpa mengucapkan kata-kata lagi."Sekarang aku mau tanya lagi, apakah kau sungguh-sungguh menyenangi dirinya?"   Tanya Wi Ci To lebih lanjut.   "Siauw-li serahkan Tia yang mengambil keputusan "   Sahutnya perlahan, dengan air muka yang berobah menjadi merah.   Halaman 47-48 robek/hilang "Benar, lolap masih teringat beberapa tahun yang lalu Pocu pernahmengalah dua biji catur kepada lolap tetapi akhirnya kita main seimbang, ini hari Lolap mau melihat apakah permainan caturku ada mendapatkan kemajuan atau tidak."   "Bagus sekali !"   Sahut Wi Ci To dengan girang.   "Tetapi kita batasi dua kali permainan saja, besok kita harus masih melakukan perjalanan, ini malam kita orang tidak boleh terlalu banyak capai."   Berbicara sampai di sini segera tolehnya kearah Wi Lian In."   "In-ji, kau pergilah menyuruh pelayan mempersiapkan seperangkat catur !"   Wi Lian In menyahut dan mengundurkan diri dari dalam kamar lalu perintahkan pelayan untuk mengambil alat catur. Setelah semuanya selesai dia baru pergi mencari Ti Then serta Suma San Ho ujarnya kemudian .   "Ti Kiauw-tauw, Suma suheng, bagaimana kalau kita berjalan- jalan ke kebun bunga ?". Padahal dia cuma ingin mengajak Ti Then seorang saja, karena melihat Suma San Ho pun ada di situ dia merasa tidak baik untuk meninggalkan dia seorang diri oleh sebab itulah sengaja dia mengajaknya sekalian. Ternyata Suma San Ho tahu diri juga, sahutnya dengan cepat .   "Kalian berdua pergilah, aku tidak ingin pergi."   "Kenapa tidak mau ikut ?"   Sengaja Wi Lian In mengomel."Ie-heng merasa lelah sewaktu melakukan perjalanan, lebih baik aku cepat-cepat kembali ke kamar untuk beristirahat."   Selesai berkata dia sengaja memperlihatkan muka setan pada Ti Then lantas kembali ke dalam kamar.   Demikianlah akhirnya Ti Then serta Wi Lian In berjalan ke dalam kebun bunga di belakang rumah penginapan tersebut, agaknya kebun bunga itu tidak pernah terawat karena kelihatan sekali rumput yang tumbuh dengan amat suburnya ....   Walau pun begitu di dalam pandangan Wi Lian In tempat ini merupakan suatu tempat yang sangat indah sekali, bersama-sama dengan Ti Then mereka berjalan menuju ke sebuah gardu lalu duduk berdampingan "Kau sudah beritahukan urusan itu kepada ayahmu ?"   Tanya Ti Then kemudian.   "Benar !"   Sahut Wi Lian In mengangguk.   "Tetapi Tia mengatakan aku banyak menaruh curiga terhadap.orang lain dan suruh aku jangan banyak berpikir tidak karuan."   "Kemungkinan juga Cuo It Sian bukanlah manusia berkerudung hitam itu, seharusnya ayahmu jauh lebih jelas dari kita."   Dengan perlahan Wi Lian In mengangguk.   "Saat ini Tia sedang main catur dengan dia orang di dalam kamar ...."   "Tadi ayahmu sedang membicarakan apa dengan kau ?"   Tanya Ti Then kemudian.   "Coba kau terka !"   Seru Wi Lian In sambil mencibirkan bibirnya. Ti Then tersenyum.   "Apakah kalian sedang membicarakan barang yang diminta oleh manusia berkerudung hitam itu?"   "Bukan !"   Jawab Wi Lian In sambil mengelengkan kepalanya."Membicarakan cara-cara untuk menolong Ih, Kha serta Pauw tiga orang??"   "Soal itu tidak ada keharusan untuk mengelabuhi kau serta Suma Suheng !"   "Lalu membicarakan urusanmu ?"   Seru Ti Then sambil tertawa.   "Cuma benar separuh saja."   "Lalu yang separuh membicarakan siapa ?"   Tanya Ti Then lagi sambil tertawa serak. Wi Lian In segera manempelkan bibirnya dekat telinganya lantas dengan nada yang manya sahutnya .   "Membicarakan dirimu."   "Membicarakan tentang apa tentang diriku?"   Tanya Ti Then dengan hati menegang. Wi Lian In segera kirimkan satu kedipan mata yang menggiurkan kepadanya "Coba kau terka lagi?"   Ujarnya.   "Dia orang tua menasehati dirimu untuk jangan terlalu bergaul rapat dengan diriku?"   "Hihihiiijustru sebaliknya!"   Mendengar sampai di situ Ti Then segera menjadi paham kembali, dia tersenyum.   "Kau menceritakan urusan tentang hubungan kita yang sudah mengikat menjadi calon suami istri ?"   "Tidak, baru saja aku mau membicarakan urusan itu dengan Tia mendadak dia balik bertanya kepadaku apakah aku..apakah aku... kau mengerti bukan ?"   "Tidak!"   Sahut Ti Then sambil tertawa. Dengan manyanya dia segera mencubit lengan Ti Then, serunya dengan suara aleman.   "Jikalau kau pura-pura bodoh terus aku tidak mau berbicara lagi.""Baik baiklah! aku tidak pura-pura bodoh lagi "ujar Ti Then kemudian sambil tertawa terbahak-bahak.   "Lantas bagaimana kau memberikan jawabannya kepada ayahmu?"   "Aku bilang aku tidak tahu."   "Bagus sekali"   "Kenapa bagus sekali ?"   Seru Wi Lian ln sambil mengirim satu kerlingan mata kepadanya.   "Tidak mau dan tidak tahu mem punyai perbedaan yang sangat besar sekali, bukan begitu ?"   "Ehmm .. , . selamanya Tia belum pernah langsung menanyakan urusan ini kepadaku, tadi aku benar-benar merasa sangat malu sekali"   Ujar Wi Lian In lagi sambil merebahkan dirinya ke dalam rangkulan Ti Then.   "Tidak usah putar-putar lagi, akhirnya bagaimana ?"   "Dia bilang sesudah menolong Ih, Kha serta Pauw tiga orang segera dia orang tua mau mengawinkan kita berdua."   Seketika itu juga Ti Then merasakan hatinya terjeblos ke dalam jurang yang amat dalam sekali, dia merasa hatinya bagaikan dipukul oleh ombak samudra yang tak putus-putusnya.   Urusan ini merupakan satu hal yang dinantikan sejak lama sekali, juga merupakan sebuah urusan yang paling ditakuti olehnya.   saat ini dia tidak dapat mengata hatinya girang atau murung, seluruh tubuhnya terasa menjadi sangat tegang sekali, karena dengan demikian berarti juga 'Rencana busuk"   Dari majikan patung emas sudah hampir mencapai kesuksesan sedangkan dirinya sebagai seorang patung emas pun bakal mulai memperoleh perintah, untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sama sekali merugikan Wi Ci To bersama putrinya.."   OoooOOooooWalau pun di dalam hati kecilnya dia sudah mengambil keputusan jikalau majikan patung emas mau perintah dirinya melakukan suatu pekerjaan yang sekali merugikan Wi Ci To beserta putrinya dia akan melakukan perlawanan dengan taruhan nyawa, tetapi setelah dipikir lebih teliti lagi dia pun merasa bahwa urusan ini tidak bisa diselesaikan dengan kematian dirinya, karena majikan patung emas baru mau memberikan peiintahnya yang kedua selelah dirinya kawin dengan Wi Lian In.   Sedangkan pada saat itu nasi sudah akan menjadi bubur, jikalau dirinya mati bukankah sama saja dengan dirinya sudah merusak kebahagiaan dari seorang nona? Makanya dia merasakan hatinya sangat bingung sekali.   Saat ini Wi Lian In pun dapat melihat dia orang betul-betul mem punyai pikiran yang ruwet, dengan perlahan tangannya ditepuk- tepukkan ke atas bahunya lalu tanyanya dengan suara yang amat halus.   "Agaknya kau merasa tidak begitu gembira ??"   "Siapa yang bilang??"   Ujar Ti Then dengan cepat sambil memperlihatkan senyumya.   "Dari sikapmu aku bisa melihat jelas!"   "Tapi belum tentu rasa gembira yang terkandung di dalam hati harus diperlihatkan di atas wayah"   "Tetapi berita ini tidak seharusnya membuat kau orang merasa sangat tidak gembira !"   "Apakah wayahku memperlihatkan kalau hatiku merasa tidak senang?"   Tanya Ti Then kemudian.   "Sedikit pun tidak salah,"   "Kau sudah salah melihat"   Seru Ti Then kemudian.   "Aku tidak mem punyai alasan untuk merasa tidak gembira, aku cuma..eeei!Ini yang dinamakan ilmu menenangkan hati, yang dimaksud sekali pun gunung ambruk di depan mata tidak menjadi kaget, gembira tidak kelihatan senang, menemui bencana tidak kelihatan murung, malang tidak tampak mengerang.   "Omong kosong! Kecuali tidak suka padaku kalau tidak bagaimana bisa melihat gembira tidak menjadi girang hati?"   Sela Wi Lian In sambil mencibirkan bibirnya.   "Bukankah aku sekarang sedang girang hati?' Ujar Ti Then cepat- cepat sambil meraperlihatkan tertawanya yang dipaksakan.   "Aku bisa melihat kau sengaja memperlihatkan tertawamu yang dipaksakan"   "Bagaimana bisa jadi ?"   Ujar Ti Then sambil mengangkat bahunya.   "Aku sudah bilang aku tidak mem punyai alasan untuk bergirang hati"   "Bilamana seseorang tidak dapat mengikuti perubahan perasaan hatinya dengan memperlihatkan gembira, marah, murung dan sedih hati hal ini membuktikan kalau ...... membuktikan kalau"   "Membukikan kalau orang itu adalah seorang yang amat dingin kaku dan tidak berperasaan bukan begitu??"   Sambung Ti-Then dengan cepat.   "Tapi aku tahu kau bukanlah seorang manusia yang dingin kaku dan tidak berperasaan' "Kalau begitu sangat bagus sekali" ''Lalu kau mem punyai rahasia apa yang terkandung di dalam hatimu ??"   Desak Wi Lian In lagi.   "Aku tidak punya rahasia apa-apa !"   "Kau sedang menipu aku !"   "Jika semisalnya aku benar-benar ada rahasia hati maka itu berarti juga aku sedang merasa murung apakah dikemudian hari aku bisa memberikan kegembiraan buat dirimu""Asalkan kau benar-benar suka padaku tidaklah perlu untuk merasa murung hati"   Ujar Wi Lian In sambil memandang tajam wayahnya.   "Sudah tentu aku suka padamu. ..."   Wi Lian ln segera menarik-narik ujung bajunya, lantas ujarnya dengan suara yang perlahan .   "Omong sesungguhnya sebetulnya kau mempnyai rahasia atau tidak ?"   Dalam hati Ti Then merasakan hatinya serasa berdesir.   "Haa ... haaa . - . haaa .... Bagaimana malam ini kau bisa memperlihatkan sikap yang demikian berubah dan tidak seperti biasanya ?"   Ujarnya sambil tertawa paksa.   "Apa kau orang minta bukti ?"' "Coba katakan !"   Ujar Ti Then sambil angkat kepalanya.   "Sebenarnya Tia sudah cegah aku untuk jangan menanyakan urusan ini kepadamu, dia bilang sekali pun di dalam hatimu tersimpan sesuatu rahasia tetapi belum tentu mem punyai bahaya bagi kita ayah beranak, sekali pun begitu tapi aku merasa ada pentingnya juga untuk bertanya lebih jelas lagi kepadamu karena sekarang aku sudah menjadi calon istrimu, aku mem punyai hak dan tugas untuk ikut memikul kemurungan hatimu itu !"   Semakin lama Ti Then merasa hatinya semakin tidak tenang, tetapi pada wayahnya masih tetap memperlihatkan sikapnya yang sama sekali tidak menjadi sesuatu urusan apa pun.   "Jikalau di dalam hatiku tersimpan suatu urusan tentu aku bisa memberitahukannya kepadamu, tapi aku betul-betul tidak mem punyai rahasia apa pun."   "Kalau begitu"   Ujar Wi Lian In lagi sambil memandang tajam wa jahnya.   "Waktu itu setelah kau berhasil memukul mundur si anying langit rase bumi di atas tebing Sian Ciang dan mengikuti Tla masuk ke dalam ruangan baca di dalam benteng kenapa kau minta Tia untuk berkelahi dengan dirimu ? Kenapa kau bilang apabila Tia bisamengalahkan dirimu berarti pula sudah membantu kau menyelesaikan suatu urusan yang amat sulit ?"   Ti Then sama sekali tidak menyangka dia bisa secara tiba-tiba menanyakan kembali urusan ini, untuk beberapa saat lamanya dia orang dibuat kelabakan tidak tahu bagaimana baiknya untuk memberikan jawabannya.   "Ooouw .... soal ini??"   Ujarnya agak malu.   "Sekarang juga aku minta penjelasan yang beralasan dari dirimu,"   "Ituitu ..... sebetulny tidak ada urusan ap-apa!"   Sahut Ti Then dengan gelagapan.   "Waktu Itu kalian terus menerus menganggap aku sebagai Lu kongcu maka dalam hati aku merasa kheki dan ingin sekali ..ingin sekali meningalkan Benteng Pek Kiam Po, tetapi menginginkan aku orang supaya tetap tinggal di sana, hatiku waktu itu benar-benar merasa serba susah bahkan ayabmu terus menerus mendesak aku dan bertanya apakah di daiam hatiku sudah tersimpan satu rahasia. Di dalam keadaan terdesak mendadak dalam ingatanku berkelebat satu akal. aku pura-pura memperlihatkan kalau aku benar-benar mem punyai sesuatu rahasia hati yang tidak bisa diberitahukan kepada orang lain, dengan mengambil kesempatan itu aku pun mengajak dia untuk berkelahi. Padahal aku tahu ayahmu pasti tidak akan mau bertempur dengan diriku, saat itu aku sengaja berkata demikian sebetulnya bertujuan agar ayahmu menarah rasa curiga yang lebih besar lagi terhadap diriku sehingga mengijinkan aku meninggalkan Benteng Pek Kiam Po kalian itu!"   "Penjelasan ini sama sekali tidak sesuai dengan keadaan !"   Seru Wi Lian In kemudian setelah selesai mendengarkan perkataannya itu.   "Tetapi hal ini merupakan kejadian yang sungguh-sungguh!"Agaknya Wi Lian In merasa sangat tidak puas dengan penjelasannya itu, dia tundukkan kepalanya tidak mengucapkan sepatah kata pun, Ti Then dengan sikap seperti sengaja seperti juga tidak sengaja menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu, lantas bisiknya dengan suara yang amat lirih .   "Lian in, jikalau kau merasa tidak tega hati ternadap aku orang kau boleh beritahukan kepada ayahmu supaja untuk sementara waktu menunda maksudnya untuk menyelenggarakan perkawinan di antara kita !"   Wi Lian In merasa semakin tidak puas lagi, mendadak dia bangkit berdiri.   "Baik, aku segera memberitahukan urusan ini kepada Tia ! "   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Selesai berkata dengan gemas dan marahnya dia berlari meninggalkan gardu tersebut.   Dengan, pandangan yang amat sayu Ti Then memperhatikan dia orang berlalu meninggalkan kebun bunga itu, dalam hati dia benar- benr merasa sangat sedih sekali, tetapi dia pun merasa sedikit girang hati.   Dia menganggap bilamana Wi Lian In benar-benar memberitahukan perkataan ini kepada ayahnya maka untuk sementara waktu Wi Ci To tentunya akan menghapuskan pikiran tersebut, walau pun hal ini akan menusuk hatinya tetapi terhadap kehidupan selanjutnya malah mem punyai kebaikan.   Jika dibicarakan dengan perkataan lain, dia menganggap sehari dirinya belum kawin dengan Wi Lian In maka satu hari pula majikan patung emas tidak dapat memberikan perintahnya yang kedua, jika secara demikian berlarut-larut terhadap "Rencana busuk"   Yang disusun oleh majikan patung emas pun menjadi kurang menguntungkan sebaliknya terhadap dirinya sendiri Wi Ci To dan Wi Lian In sangat "Menguntungkan"   Sekali.Tetapi apakah Wi Lian In benari pergi ke kamar ayahnya dan meminta dia orang tua untuk sementara waktu membatalkan maksudnya hendak mengadakan perkawinan di antara mereka? Tidak! Sama sekali tidak! Dia terus berlari masuk ke dalam kamarnya di rumah penginapan tersebut lantas naik ke atas pembaringan untuk tidur dengan lelapnya.   Keesokan harinya tua muda enam orang sesudah membereskan rekening segera meninggalkan rumah penginapan itu untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Benteng.   Di tengah perjalanan tidak terjadi urusan apa-apa, pada hari keempat siang akhirnya mereka berenam sudah tiba kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po.   Di bawah sambutan yang amat hormat dari beberapa puluh orang pendekar pedang merah Wi Ci To masuk ke dalam Benteng dan duduk di tengah ruangan, tanysnya kemudian kepada si jago pedang penembus ulu hati, Shia Pek Tha .   "Pek Tha, sudah beberapa lama kau kembali ke dalam Benteng ?"   "Hamba sudah ada enam, tujuh hari lamanya kembali ke dalam Benteng."   "Apakah di dalam Benteng sudah terjadi sesuatu urusan ?"   Tanya Wi Ci To kembali.   "Tidak."   "Apakah tidak menemukan adanya manusia yang tidak dikenal menyusup ke dalam Benteng kita ?"   "Tidak ada, sejak Pocu meninggalkan Benteng keadaan di sini sama sekali aman tentram tidak t erjadi suatu peristiwa pun."Dengan perlahan Wi Ci To menyapu sekejap kearah para pendekar pedang merah yang berdiri di sampingnya lantas tanyanya.   "Kalian semua pada menerima perintah untuk meninggalkan Benteng guna menawan Hong Mong Liang manusia terkutuk itu, sewaktu kembali ke dalam Benteng ada siapa yang pernah bertemu dengan Ih Kun, Kha Cay Hiong serta Pauw Kia Yen?"   "Tecu tidak ada yang melihat !"   Sahut para pendekar pedang merah secara berbareng.   "Bagaimana dengan mereka bertiga?"   Tanya Shia Pek Tha dengan amat terperanyat.   "Mereka bertiga sudah terjatuh ke tangan seorang manusia berkerudung hitam"   Segera dia menceritakan seluruh kejadian itu dengan sejelas- jelasnya.   Sampai waktu ini masih ada tujuh puluh dua orang pendekar pedang merah yang belum kembali dari tempat luaran, apakah Ih, Kha serta Pauw tiga orang betul-betul terjatuh ke tangan manusia berkerudung hitam itu masih merupakan satu pertanyaan yang mencurigakan bagiku ....   "   Ujar Shia Pek Tha dengan perlahan.   "Tidak akan' salah lagi !"   Seru Wi Ci To sambil tertawa dingin tak henti-hentinya.   "Manusia berkerudung itu tidak perlu menggunakan omongan bohong untuk menipu kita. Ih, Kha serta Pauw tiga orang pasti sudah terjatuh ketangan musuh !"   Shia Pek Tha termenug berdiam diri.   "Dia minta lohu kem bali ke dalam Benteng untuk menunggu kabar beritanya"   Ujar Wi Ci To lagi.   "Maka di dalam beberapa hari ini pasti ada berita yang akan muncul, kalian seharusnya sedikit berhati-hati lagi."   Selelah semuanya selesai dia segera memerintahkan untuk mempersiapkan perjamuan buat menyambut datangnya si SianThay-ya atau si pembesar kota Cuo It Sian.   Sore itu dengan membawa mabok Ti Then balik kembali ke dalam kamarnya, si Lo- cia itu pelayan tua segera membantu dia membawakan sebaskom air untuk cuci muka, lalu sambil tertawa pecengis-an ujarnya .   "Ti Kiauw-tauw, katanya Hong Mong Ling itu bangsat cilik sudah mati ?"   "Benar!"   Sahut Ti Then sambil mencuci muka.   "Dia dibinasakan oleh sebuah batu yang disambit oleh manusia berkerudung hitam."   "Sebetulnya manusia berkerudung itu berasal dari aliran mana?"tanya Lo-cia lagi.   "Sampai sekarang masih belum tahu..."   "Hamba dengar si rase bumi Bun Jin Cu pun sudah mati"   "Tidak salah, dia sudah bunuh diri !"   Dia orang "kenapa mau bunuh diri?"   Desak si-Lo-cia lebih lanjut. Ti Then segera melemparkan handuknya kearah dia lantas menepuk-nepuk bahunya.   "Aku baru saja pulang"   Ujarnya sambil tertawa.   "Sekarang aku orang harus tidur dulu dengan nyenyak lain kali saja aku beritahukan kepadamu."   "Baik .... baik .... baik !"   Sahut Lo-cia sambil bungkukkan dirinya memberi hormat.   "Heee .... heee .... hamba selamanya tidak bisa menghilangkan penyaktt cerewetnya ini, Ti Kiauw-tauw silahkan beristirahat!"   Selesai berkata dengan mengambil baskom air itu dia mengundurkan dirinya dari dalam kamar.   Ti Then segera naik ke atas pembaringan untuk beristirahat, tidak terasa lagi dia sudah tertidur dengan amat nyenyaknya.   Menanti setelah didengarnya ada orang yang mengetuk pintunya dia baru bangun dari pulasnya, ketika melihat keluar jendelaterlihatlah hari sudah gelap, dengan tergesa-gesa dia meloncat bangun sambil bertanya .   "Siapa ?"   "Aku !"   Suara dari Wi Lian In ! "Silahkan masuk !"   Ujar Ti Then kemudian sambil tersenyum.   "Kenapa tidak pasang lampu?"   Tanyanya.   "Aku baru saja cuci muka sebentar, kemudian sudah tertidur dengan amat nyenyaknya."   Dia segera menyulut lampu kamar dan katanya sambil tertawa .   "Apa sudah waktunya untuk tidur malam ?"   "Sudah hampir"   Sahut Wi Lian In mengangguk.   "Aku lihat satu siangan kamu orang terus menerus tutup pintu tidak keluar makanya sengaja aku kemari untuk menjenguk, tidak tahunya kau sedang tidur."   "Setelah tiba di dalam Benteng hatiku merasa amat tenang sekali, karenanya mudah sekali untuk tertidur nyenyak."   "Hiii ..hii .... kiranya kau pun mem punyai perasaan hati tenang setelah kembali ke dalam Benteng sehingga bisa tertidur dengan amat nyenyaknya"   Ujar Wi Lian In sambil tertawa.   "Aku masih mengira kau dapat bersikap seperti di tempat luaran, melihat kegembiraan tidak senang, menemui bencana tidak murung!"   "Kau orang sungguh pintar sekali mencari kelemahan ucapan orang lain"   Seru Ti Then sambil angkat bahunya.   "Tia serta Cuo It Sian sedang ngomong-ngomong di dalam kamar buku, bagaimana kalau kita pergi ke sana ?"   "Baiklah, mari kita ke sana."   "Rasanya kau sudah tidak menaruh rasa curiga dengan Cuo It Sian?""Rasa curiga sudah tentu masih ada sedikit"   Ujar Ti. Then sambil tertawa.   "Tetapi kalau memangnya ayahmu menyalahkan kita orang terlalu banyak menaruh curiga kepada orang lain lebih baik untuk sementara kita lepaskan rasa curiga tersebut"   "Tla sering menggunakan hati seorang budiman untuk menghadapi pikiran licik manusia rendah, aku merasa kuatir"   Ti Then termenung sebentar lantas ujarnya sambil tertawa .   "Bilamana kau merasa kuatir aku bisa ajarkan satu cara buat dirimu."   "Coba kau katakanlah !"   "Selama beberapa malam ini kau jangan tidur tetapi sembunyilah diluar jendela Cuo It Sian untuk melakukan pengintaian."   "Kau menganggap jikalau dia adalah manusia berkerudung hitam itu maka dia bisa melakukan gerakannya pada malam hari ?"   Tanya Wi Lian ln sambil memperhatikan wajahnya.   "Benar "   Sahut Ti Then mengangguk.   "Kemungkinan sekali diwaktu malam secara bersembunyi-sembunyi dia bisa mendekati jendela dari ayahmu untuk kirim beritanya."   "Apakah yang kau maksud dengan berita adalah waktu serta tempat untuk saling tukar menukar barang ?"   Tanya Wi Lian ln perlahan.   "Benar."   "Dapatkah dia orang pergi mencari barang milik ayahku dengan mengambil kesempatan sewaktu ada di dalam Benteng kita ?"   "Tidak mungkin!"   Sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya.   "Jikalau dia menganggap barang tersebut bisa dicuri sejak dahulu dia sudah turun tangan untuk mencurinya."   Dengan perlahan Wi Lian ln mengangguk."Jikalau menyuruh aku seorang diri mengawasi gerak-geriknya dengan seorang diri aku rasa terlalu tidak enak, bagaimana jika kau temani aku?"   Ujarnya kemudian. -ooo0dw0ooo-   Jilid 26 : Manusia berkerudung ternyata Sian Thay-ya "TIDAK, aku tidak dapat menemani kau orang !"sahut TI Then sambil gelengkan kepalanya.   "Kenapa ?"   Tanya Wi Lian In dengan kurang senang.   "Di dalam Banteng sebelum mendapatkan perintah dari ayahmu aku tidak leluasa untuk sembarangan bergerak"   "Jikalau Tia nanti menyalahkan kau biarlah aku ssorang diri yang menanggung."   "Aku orang bukannya takut dimaki oleb ayahmu sebaliknya karena kedudukanku sebagai Kiauw-tauw seharusnya menghormati ayahmu"   Ujar Ti Then mengharapkan.   "Baiklah, jikalau kau tidak mau menemani aku biarlah aku ajak Pek Tha suheng untuk menemani aku orang !"   Seru Wi Lian In sambil mencibirkan bibirnya.   "Bagus, aku setuju !"   Dengan sangat tidak senang Wi Lian In berlalu dari sana.   Malam hari itu sekali lagi Wi Ci To menyamu diri Cuo It Sian, semua orang minum arak dan bersantap dengan gembiranya, setelah ngobrol ke sana ke sini akhirnya masing-masing kembali ke kamarnya sendiri-sendiri untuk beristirahat.   Ti Then yang sekembalinya ke dalam kamar segera mandi lalu naik ke atas pembaringannya untuk tidur.   Dia tahu majikan patung emas tentu akan munculkan dirinya ditengah malam untuk menanyai kejadian serta kemajuan yangdicapai dengan Wi Lian In selama satu bulan lebih ini, dalam hati dia terus berpikir untuk mencari jawaban yang akan diberikan nanti.   Ternyata sedikit pun tidak salah, kurang lebih pada kentongan ketiga majikan patung emas sudah munculkan dirinya beserta dengan patung emasnya dari atas atap rumah.   Kali ini Ti Then sudah bangun dari pulasnya sebelum majikan patung emas menurunkan patung emasnya, dengan mata melotot lebar-lebar dia memperhatikan sepasang tangan yang agak samar- samar membuat atap kamarnya lalu melihat juga patung emas itu dengan perlahan-lahan diturunkan ke samping pembaringan, dalam hati diam-diam dia orang merasa sangat terperanyat sekali pikirnya.   "Kenapa tiap kali dia munculkan dirinya di atas atap rumah selama ini tidak pernah ditemui oleh para pendekar pedang yang melakukan perondaan di sekeliling Benteng ?? apa mungkin dia benar-benar sudah berhasil melatih ilmu untuk melenyapkan diri ? "Ti Then, kau bangunlah !"   Terdengar suara dari majikan patung emas dengan amat Iembutnya berkumandang datang dari atas rumah. Ti Then segera bangun dan menggoyang-goyangkan patung emas tersebut, serunya dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara .   "Aku tahu malam ini kau bisa datang"   Majikan patung emas pun segera tertawa.   "Aku pun tahu kau orang sedang menunggu aku"   "Kau ada banyak pertanyaan yang hendak kau ajukan bukan ?"   "Benar!"   Sahut majikan patung emas itu singkat.   "Ehmmm..kau boleh mulai bertanya !"   "Kau bicaralah ! Ceritakan seluruh kejadian yang kau alami sejak meninggalkan benteng Pek Kiam Po sampai kembali lagi ke dalam benteng""Jika demikian adanya, bercerita sampai pagi pun belum tentu bisa selesai"   Seru Ti Then dengan keras.   "Katakan saja yang penting-penting"   "Setelah kami meninggalkan Benteng Pek Kiam Po karena jarak waktu perjalanan dengan si rase bumi, mengambil keputusan untuk pergi kegunung Kim Teng San terlebih dahulu untuk main-main. .."   "Hey bocah Cilik !"   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Potong majikan patung emas tiba-tiba.   "Kau orang sengaja pergi kegunung Kim Teng San apakah hendak mempamerkan kepandaian silatmu di hadapan si kakek pemalas Kay Kong Beng itu?"   "Apa arti dari perkataanmu ini?"   Serunya.   "Tahun yang lalu kau pernah pergi ke tempatnya meminta dia menerima kau sebagai muridnya tetapi dia tidak mau menerima, di dalam hatimu sudah tentu merasa gemas juga terhadap dirinya bukan ? kini kau sudah berhasil mempelajari kepandaian silat dari diriku, kau sengaja mau memamerkan di hadapannya bukan begitu ?"   "Tidak benar "   Jawab Ti Then sambil gelengkan kepalanya.   "Dia orang tidak mem punyai alasan untuk harus menerima aku sebagai muridnya sehingga aku pun tidak punya alasan untuk membenci dirinya apa lagi sengaja pergi ke tempat tinggalnya untuk mempamerkan kepandaian silatku !"   "Ehmm .., sekarang teruskan !"   "Semula kami pun tidak ingin pergi menemui Kay Kong Beng tetapi kemudian Wi Lian In bilang sekali pun dia orang belum pernah bertemu muka dengan jago nomor wahid di dalam Bu-lim saat ini dan terus menerus mengajak aku untuk menyambanginya, akhirnya aku membawanya juga pergi ke atas puncak, siapa tahu sewaktu hendak tiba di depan gua tempat Kay Kong Beng itulah mendadak kita menemukan Hong Mong Ling sedang berlutut di depan gua itu ...   "Dengan amat tenangnya majikan patung emas mendengarkam semua kisahnya, menanti setelah didengarnya Hong Mong Ling telah dibinasakan oleh seorang dengan menggunakan sambitan batu sewaktu dia orang mau memberi tahu nama dari orang yang sudah melakukan jual beli dengan Hu Pocu segera diselanya .   "Sudah tentu orang itu adalah orang yang telah melakukan jual beli dengan Huang Puh Kiam Pek ?"   "Sedikit pun tidak salah, dia membinasakan Hong Mong Ling agar dia menutup mulut untuk selama-lamanya."   "Lantas kau berhasil menemukan orang ini?"   Tanya majikan patung emas lagi.   "Tidak"   Gerak geriknya sangat cepat sekali, waktu aku bersama- sama dengan nona Wi melakukan pemeriksaan di sekeliling tempat itu ternyata sama sekali tidak menemukan sedikit pun jejak yang mencurigakan, akhirnya kita teringat kembali kalau di dalam Bu-lim saat ini orang yang bisa membayar uang sebesar satu laksa tahil perak kecuali si anying langit rase bumi cuma ada Sian Thay-ha atau si pembesar kota Cuo It Sian saja karenanya kami mengambil keputusan untuk pergi mencari Cuo It Sian ..   "   Dia segera menceritaikan seluruh kisahnya dengan amat jelas sekali, tidak selang lama kemudian seluruh kejadian yang dialaminya sudah selesai diceritakan.   "Jika demikian adanya Cuo It Sian itu ini memang merupakan seorang yang sangat mencurigakan sekali"   Ujar majikan patung emas kemudian.   "Ya atau tidak aku tidak berani bicara sembarangan,"   "Seharusnya Wi Ci To mengetahui akan hal ini."   "Aku pun berpikir demikian !"   "Wi Ci To bilang dia orang tidak tahu barang apa yang diminta oleh manusia berkerudung hitam itu, menurut aku tentunyamerupakan omong kosong belaka !"   Ujar majikan patung emas lagi dengan perlahan.   "Aku pikir tentunya kau tahu bukan barang apa yang diminta oleh manusia berkerudung hitam itu ?"   "Aku tidak tahu!"   "Tentunya aku pun berbicara tidak sesungguhnya!"   Sambung Ti Then segera.   "Aku bukannya manusia berkerudung hitam itu bagaimana aku orang bisa tahu barang apa yang diminta dirinya?"   "Aku percaya kau orang tentunya merupakan orang-orang dari satu golongan, barang yang diminta pun tentu sama!"   "Haaa..haaa....bagaimana kalau kita bertaruhan?"   Ujar majikan patung emas sambil tertawa.   "Taruhan apa?"   "Bilamana dikemudian hari kau tahu kalau barang yang diminta manusia berkerudung itu sama dengan barang yang aku minta kau boleh tidak usah menjadi patung emasku lagi, sebaliknya jikalau barang yang aku minta sama sekali berbeda bagaimana kalau kau orang jadi patung emasku lagi untuk selama satu tahun"   Ti The a segera merasakan hatinya bergidik.   "Tidak mau....tidak mau... ."   Serunya dengan gugup.   "Kau sudah takut?"   Ejek majikan patung emas sambil tertawa.   "Benar!"   Sahut Ti Then sambi! memperlihatkan tertawanya yang amat pahit.   "Aku yang jadi patung emas sudah merasakan sangat menderita sekali, jikalau harus jadi patung emas selama satu tahun lagi bukankah nyawaku pun akan ikut Ienyap?"   "Kalau begitu seharusnya kau orang mau percaya kalau tujuanku sama sekali berbeda dengan tujuan dari manusia berkerudung hitam itu!""Aku percaya ....... aku percaya !"   Sahut Ti Then berulang kali.   "Ehmm ...... bagaimana hubunganmu dengan Wi Lian In ?"   Tanya majikan patung emas lagi.   "Seperti keadaan semula, tidak baik juga tidak jelek."   Mendengar perkataan itu majikan patung emas menjadi amat gusar.   "Hal ini berarti juga kau orang belum mengeluarkan kepandaianmu terhadap dirinya, bukan begitu ?"   Bentaknya dengan keras.   "Coba kau pikirlah lebih teliti, kejadian yang sudah aku alami selama satu bulan ini, kami benar-benar tidak mem punyai kesempatan untuk berCintaan dan bermesra-mesraan !"   "Aku tidak percaya !"   Seru majikan patung emas.   "Jikalau diantara kalian yang satu punya rasa Cinta sedang yang lain tidak punya maksud berbuat begitu sekali pun kalian dijebloskan ke dalam neraka tingkat kedelapan belas juga sama sekali tidak punya selera untuk berkasih-kasihan."   "Aku nasehatkan kau lebih baik jangan keburu-buru, urusan semacam ini tidak bisa dipaksa!"   "Aku pun menasehatkan padamu"   Seru majikan patung emas sambil tertawa dingin."   Jikalau kau ingin cepat-cepat bebaskan diri dari belenggu, cepat-cepat memperistri dirinya !"   "Jikalau Wi Ci To mem punyai maksud untuk mengawinkan putrinya kepadaku kemungkinan sekali sudah hampir"   "Dia orang pernah memberi tanda kepadamu?"   "Belum"   Sahut Ti-Then sambil gelengkan kepalanya.   "Sekarang dia orang sedang merasa risau karena ketiga orang anak buahnya terjatuh ke tangan manusia berkerudung hitam itu, mana dia orang punya selera untuk mengurusi urusan ini?""Kalau memangnya begitu apa yang kau artikan dengan Mungkin sudah hampir itu? kau berdasarkan apa berani berkata demikian ?"   "Aku sedang berpikir jikalau aku bisa menolong Ih, Kha serta Pauw tiga orang lolos dari 'belenggu manusia berkerudung hitam itu kemungkinan sekali dia bisa mengawinkan putrinya kepadaku"   "Tidak salah !"   Sahut majikan patung emas itu membenarkan.   "Hal ini membutuhkan berapa waktu lamanya?"   "Soal ini tidak bisa diketahui dengan pasti sskarang kami sedang menunggu berita dari manusia berkerudung hitam itu, menanti selelah ada berita darinya aku segera akan melakukan sesuatu gerakan, uma saja....."   "Cuma saja apa?"   "Aku takut dia orang tidak memperkenankan aku ikut campur di dalam urusan ini"   "Yang kau maksudkan Wi Ci To ?"?"   Tanya majikan patung emas.   "Benar!"   Jawab Ti Then sambil mengangguk.   "Dia tidak mau memberitahukan barang apa yang diminta oleh manusia berkerudung hitam itu kemungkinan sekali dia pun tidak memperbolehkan aku untuk membantu dia orang pergi menolong orang karena jikalau aku ikut di dalam gerakannya maka akhirnya kemungkinan juga aku pun bisa ikut mengetahui "rahasia"   Nya !"   "Tetapi dia pun tidak mungkin membiarkan ketiga orang anak buahnya kehilangan nyawa bukan?"   "Sudah tentu, tetapi dia bisa pergi seorang diri untuk menyelesaikan urusan ini dengan manusia berkerudung hitam itu."   "Aku kira tidak mungkin, kecuali dia rela menyerahkah barang yang diminta pihak lawan kalau tidak dia pasti akan membawa pembantu di dalam menyelesaikan urusan ini"   "Jikalau dia membutuhkan tenaga bantuanku sudah tentu aku akan membantunya dengan hati rela dan menolong kembal Ih, Kha serta Pauw tiga orang, saat itu bilamana dia mem punyai maksuduntuk mengawinkan putrinya kepadaku kemungkinan sekali segera akan mengutarakannya keluar."   "Baiklah., aku menunggu beritamu !"   Akhirnya seru majikan patung emas itu dengan perlahan.   "Kalau aku sudah ada janyi sebelumnya dengan dirimu sudah tentu aku bisa melakukannya dengan sepenuh hati, tetapi aku tidak berani memastikan aku pasti bisa memenuhi harapanmu, tidak perduli bagaimana pun juga perkawinan adalah, merupakan satu soal yang maha besar, hal ini kau seharusnya mengerti jelas terlebih dahulu."   Sebenarnya majikan patung emas sudah menarik patung emasnya naik ke atas untuk berlalu dari sana, mendengar perkataan itu mendadak dia berhenti sehingga membiarkan patung emasnya bergantungan ditengah udara.   "Apa arti dari perkataanmu itu ?"   Tanynya.   "Aku bilang belum tentu aku berhasil mencapai apa yang diharapkan."   "Kecuali kau sengaja mengacau jalannya rencanaku ini kalau tidak pasti akan berhasil"   Ujar majikan patung emas sambil tertawa dingin.   "Karena Wi Lian In sudah menaruh rasa Cinta kepadamu !. Kalian berdua sudah sama-sama jatuh Cinta dan sama-sama senang pada yang lainnya!"   "Tetapi masih ada searang Wi Ci To"   Sambung Ti Then dengan amat cepat.   "Jikalau dia orang tidak mem punyai maksud untuk mengawinkau putrinya kepadaku, sekali pun Wi Lian In menaruh Cinta kepadaku secara bagaimana pun juga tidak berguna."   Majikan patung emas termenung berpikir sebentar, lalu dengan suara yang amat ketus dan dingin teriaknya .   "Apakah kau orang sudah menceritakan hubungan diantara kita kepada Wi Ci To secara diam-diam ?"   "Tidak!""Kalau begitu"   Sambung majikan patung emas lagi.   "Dengan watak serta kepandaian silatmu ditambah pula dengan jasa yang kau peroleh buat benteng Pek Kiam Po, Wi Ci To pasti akan menerima dirimu sebagai menantunya!"   Ti Then termenung tidak menyawab lagi.   "Tapi menurut aku"   Sambung majikan patung emas lagi.   "Tidak perduli kau berhasil bantu dia untuk menolong Ih, Kha serta Pauw bertiga atau tidak, setelah urusan ini beres semua dia pasti akan mengawinkan putrinya kepadamu, kalau tidakkalau tidak hal ini berarti kau pernah secara diam-diam memberitahukan kepada Wi Ci To kalau kau orang sama sekali tidak punya maksud untuk mengawini putrinya, sampai waktu itu aku tidak berlaku sungkan- sungkan lagi terhadap dirimu!"   Ti Then tetap bungkam diri tidak berbicara. Dengan perlahan majikan patung emas menarik kembali patung emasnya ke atas sambil ujarnya kembali .   "Pokoknya kau orang boleh berlega hati, kau tidak usah takut kalau lain kali aku menyuruh kau mencelakai Wi Ci To, Wi Lian In atau anak buahnya, sekali lagi aku terangkan tujuanku sama sekali tidak ada jeleknya terhadap semua orang yang ada di dalam Benteng Pek Kiam Po ini"   "Tidak ada jeleknya apakah mungkin ada baiknya ?"   Waktu itu majikan patung emas sudah menarik kembali patung emasnya, ketika mendengar perkataan tersebut dia lantas menyawab .   "Boleh dikata sangat menguntungkan dirimu, karena Wi Ci To yang punya menantu seperti kau boleh dikata sangat menguntungkan dirinya."   "Kalau begitu apakah tujuanmu baru berhasil setelah aku berhasil memperistri diri Wi Lian In ?""Bukan, tujuanku adalah . , .. baiklah ! Aku bisa beri sedikit keterangan buat dirimu. Cuanku pun sama dengan tujuan dari manusia berkerudung hitam itu yaitu ingin mendapatkan semacam barang yang tidak berharga dari Wi Ci To, Cuma saja barang yang aku minta sama sekali berbeda dengan barang yang diinginkan oleh manusia berkerudung hitam itu !"   "Kalau memangnya sama sekali tidak berharga buat apa kau orang berusaha begitu keras dengan bersusah payah hendak mendapatkanaja ?"   "Karena dia sangat penting buat diriku"   Sahut majikan patung emas itu dengan tegas.   "Kita ambil contoh saja bilamana aku sedang membangun satu rumah tetapi kekurangan sebuah batu bata sebaliknya di daiam Benteng Wi Ci To mem punyai kelebihan batu bata maka itu aku ingin mendapatkan batu bata milik Wi Ci To ini terhadap dirinya boleh dikata sama sekali tidak menemui kerugian apa pun sebaliknya jika dibicarakan buat aku orang dengan barang itu maka rumahku akan segera jadi.... sudahlah, untuk malam ini sampai sekian saja, kau pergilah tidur!"   Dia mengulur keluar tangannya yang samar-samar untuk menutup atap kamar lantas bagaikan bertiupnya angin sudah berlalu dari sana tanpa mengeluarkan sedlkit suara pun.   Dengan termangu-mangu Ti Then memandang ke atas jendela, penjelasan dari majikan patung emas ini bukan saja tidak membuat dia menjadi jelas atas beberapa persoalan yang membingungkan hatinya bahkan semakin membingungkan lagi, sudah tentu dia paham apa yang diminta oleh majikan patung emas itu bukanlah sebuah batu bata seperti perkataannya tadi, perkataan biar pun ini tidak lain Cuma perumpamaan saja, tetapi di dalam hati dia berpikir.   "Kalau memangnya barang yang diminta oleh majikan patung emas itu sama sekali tidak ternilai sehingga menyerupai sebuah batu bata apa lagi merupakan barang 'Sisa"' dari Wi Ci To, kenapa dia orang tidak mau memintanya dari Wi Ci To secara berterus terang ? Sebaliknya menggunakan berbagai macam tindakan untuk bersusah-payah memperolehnya ?"Karena itulah dia menanggap perkataan dari si majikan patung emas itu sama sekali tidak benar! Dengan bersusah-payah dia memeras seluruh otaknya untuk memecahkan persoalan ini, sampai terang tanah dia tidak bisa memejamkan matanya kembali. Pagi Itu setelah dia orang selesai sarapan pagi dengan Wi Ci To serta Cuo It Sian dikarenakan dari manusia berkerudung hitam itu masih belum ada ''Berita'"   Yang datang semua orang tidak ada pekerjaan untuk dilakukan. Cuo It Sian segera mengusulkan kepada Wi Ci To .   "Wi Pocu !"   Ujarnya.   "Dari pada menganggur bagaimana kalau kita main catur di dalam kamar bacamu ?"   "Bagus sekali !"   Sahut Wi Ci To sambil mengangguk.   "Hari itu sewaktu masih ada di rumah penginapan kita masing-masing menang satu kali, ini hari kita harus menentukan siapa yang menang siapa yang kalah !"   Demikianlah mereka berdua segera masuk ke dalam kamar baca untuk main catur. Menanti setelah mereka pergi dalam ruangan Wi Lian In buru- buru berbisik kepada Ti Then dengan suara yang amat lirih .   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Kemarin malam aku bersama-sama dengan Pek Tha suheng mengawasinya satu malam akhirnya sama sekali tidak menemukan apa pun."   "Jikalau dia adalah manusia berkerudung hitam itu maka ini hari atau malam ini tentu akan mengadakan sesuatu gerakan, kalian awasi lagi satu malam !"   Wi-Lian In segera menguap beberapa kali, ujarnya.   "Semalaman tidak tidur sungguh lelah sekali, aku mau pergi tidur dulu!"   "Benar, kau harus beristirahat dulu, nanti biarlah aku yang melakukan pengawasan.""Jikalau kau menemukan sesuatu cepatlah datang kekamarku untuk beritahukan kepadaku."   "Tentu"   Sahut Ti Then mengangguk.   Setelah Wi Lian In pergi dia segera berjalan menuju ke kamar baca dari Wi Ci To pikirnya mau menonton jalannya permainan catur tersebut, tetapi baru saja berjalan sampai di bawah loteng penyimpan kitab itu mendadak terlihatlah Shia Pek Tha berjalan dari depan, dia segera- tertawa.   "Ti Kauw-tauw, bagaimana kalau kita mencari satu tempat untuk ngobrol ?"   Dalam hati Ti Then tahu dia mau membicarakan soal apa, segera dia mengangguk.   "Baiklah, mau kemana ?"   "Kekebun bunga saja, di sana agak tenang dan sepi"   Sesampainya di dalam kebun bunga mereka berdua segera duduk di dalam sebuah gardu bersegi enam, terdengar Shia Pek Tha membuka pembicaraan terlebih dahulu.   "Kemarin malam aku bersama-sama nona Wi melakukan pengintaian semalaman di depan kamar Cuo It Sian tentunya Ti Kiauw-tauw tahu bukan ?"   "Tahu!"   Jawab Ti Then sambil mengangguk.   "Semula dia minta siauw-te yang menemani tetapi siauw-te segera merasa hal itu tidak pantas karenanya aku suruh dia pergi mencari Shia-heng "   Ar muka Shia Pek Tha segera berubah menjadi sangat murung.   "Ti Kiauw-tauw!"   Ujarnya.   "Kau mengira Cuo lt Sian itu apakah ada kemungkinan adalah manusia berkerudung hitam itu ?"   "Jika dilihat dari jejak serta keadaannya memang dia orang sangat mencurigakan sekali, tetapi siauw-te tidak berani memastikan kalau dia oranglah manusia berkerudung hitam itu.""Tapi Cuo It Sian merupakan seorang jago tua yang namanya sangat terkenal di dalam Bu-lim, bagaimana mungkin dia mau melakukan pekerjaan seperti ini?"    Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung

Cari Blog Ini