Pendekar Patung Emas 43
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 43
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu sambil tersenyum tambahnya. "Tetapi Loolap tidak terlalu memaksa bilamana Cuo-heng tidak berminat yaa.. sudahlah." Cuo It Sian tersenyum tawar. "Urusan ini harus menunggu dia orang menyetujuinya baru bisa jadi. aku lihat lebih baik tunggu sampai dia pulang dulu baru kita bicarakan lagi" "Baiklah, kita tunggu dia pulang dulu baru dibicarakan kembali." Berbicara sampai disini kepada putranya yang ketiga Si Ih lantas tanyanya. " Si Eh, Ci Beng, bocah itu agaknya sudah pergi sangat lama bukan?" "Benar, sudah ada sebulan lamanya" Sahut Nyio Si Ih dengan hormatnya. Nyio Sam Pak segera mengerutkan alisnya rapat2. "Bocah ini segala-galanya baik cuma sayang dia rada suka bermain!" Serunya. "Nyio-heng apa suruh dia pergi mengambil pedang dirumah kediamannya Cu Kiam Loojien?" Tiba2 Cuo It Sian bertanya. "Benar, tahun yang lalu Loolap pergi melakukan perjalanan kedaerah Lam Huang dan secara tidak sengaja sudah menemukan sebuah besi baja yang bagus, maka loolap lantas serahkan besi itu kepada Cu Kiam Loojien untuk dibuatkan sebilah pedang, bulan kemarin Cu Kiam Loojien datang mengirim surat katanya pedang tersebut sudah jadi maka loolap lantas kirim orang untuk mengambilnya.""Haaaa ... haaaa ... walau pun Nyio-heng sudah mengundurkan diri dari keramaian dunia, tetapi kegemarannya terhadap pedang agaknya belum pernah hilang" Ujar Cuo It Sian sambil tertawa. "Benar ... benar ... mari, mari ..kita minum arak." Mereka berlima kembali saling maneguk satu cawan setelah itu mulai bersantap. Tiba-tiba agaknya Nyio Sam Pak sudah teringat akan sesuatu, daging yang sudah disumpit dan hendak dimasukkan kedalam mulut mendadak ditarik kembali. "Aaaah , , benar" Ujarnya sambil angkat kepalanya. "Pedang Biat Hun Kiam yang tempo hari Loolap hadiahkan kepada Cuo-heng apakah masih ada ?" "Masih ada, masih ada, Siauw-te selalu membawanya didalam badan." Agaknya Nyio Si Ih tidak mengerti apa yang dibicarakan itu. cepat tanyanya: Apa itu pedang pendek Biat Hun Kiam ?" "Oooh sebilah pedang pendek dari jaman Cun Ciu, dahulu loolap hadiahkan kepada Cuo heng." "Bagaimana macamnya pedang pendek dari jaman Cun Ciu itu ?" Tanya Nyio Si Ih lagi dengan wajah ke-heran2an. "Cuo-heng" Ujar Nyio Sam Pak kemudian kepada diri Cuo It Sian. "Sewaktu tempo hari loolap hadiahkan pedang Biat itu kepada Cuo heng bocah-bocah masih kecil sehingga belum pernah melihat bagaimana bentuk dari pedang Biat Hun Kiam itu, sekarang dapatkah Cuo-heng mengambilnya keluar untuk dilihat-lihat ?" Cuo It Sian segerai mengangguk, dari dalam sakunya dia mengambil keluar pedang pendek Biat Hun Kiam itu kemudian diangsurkan kepada Nyio Si Ih. "Hian-tit silahkan melihat" Ujarnya sambil tertawa.Nyio Si ih segera bangkit berdiri dan menerima pedang itu dengaa menggunakan sepasang tangannya, setelah itu perlahan mencabut keluar pedang pendek itu. Ketika dilihatnya pedang tersebut memancarkan sinar yang menyilaukan mata tidak terasa lagi dia sudah memuji. "Sebuah pedang yang amat bagus," "Mari berikan kepadaku" Ujar Nyio Si Jien dengan cepat. Mereka tiga bersaudara segera saling bergilir memandang pedang tersebut, akhirnya Nyio Sam Pak menerima pedang itu. Sembari memperhatikan pedang itu ujarnya. "Pedang Biat Hun Kiam ini memang merupakan sebilah pedang yang amat bagus sekali cuma saja mendatangkan hawa membunuh yang tidak enak, apakah Cuo heng pernah menggunakan pedang ini untuk membunuh seseorang ?" "Tidak pernah! " Sahut Cuo It Sian sambil gelengkan kepalanya. Baru saja dia berbicara sampai disitu mendadak dari depan ruangan berkumandang suara terjatuhnya barang yang pecah berantakan. Cuo It Sian yang didalam hatinya memang sudah menaruh curiga, begitu mendengar suara terjatuhnya barang pecah belah itu dengan cepat meloncat bangun kemudian putar badannya menengok keluar. "Ada urusan apa?" Teriaknya. Diatas lantai didepan pintu tampaklah pecahan mangkok serta tumpahan kuah yang mengotori seluruh permukaan. Kiranya seorang pelayan yang membawa satu nampan kuah ayam entah secara bagaimana sewaktu ada didepan pintu itu sudah jatuh sehingga kuahnya tumpah. "Nyio An, kau kenapa tidak berhati~hati!" Bentak Nyio Sam Pak dengan gusar"Nyio An" Si pelayan itu segera memperlihatkan rasa takutnya, dengan badan gemetar sahutnya dengan gugup. "Ham ... hamba . , hamba . salah! kaki ... kaki hamba kena ... kena ter ter - ..tersangkut batu . ." "Cepat ambil sapu dan bersihkan tempat itu !" Bentak Nyio Sam Pak lagi dengan gusar. Nyio An segera menyahut dan dengan ter-gesa2 mengundurkan diri dari sana. "Hmmm! Usianya sudah lanjut tetapi bekerja selalu saja tidak keruan !" Maki Nyio Sam Pak lagi. "Nyio-heng tidak usah memaki dirinya lagi" Cegah Cuo It Sian dengan cepat. "Kemungkinan sekali kuah itu memang amat panas sekali." Nyio Sam Pak segera memasukkan kembali pedang pendek itu kedalam sarungnya lalu diserahkan kembali kepadanya. "Cuo-heng silahkan duduk kembali" Ujarnya sambil tertawa. "Budak itu sungguh bodoh, baik2 semangkuk kuah ayam kini malah hancur berantakan tidak keruan !" Cuo It Sian segera menerima kembali pedang pendek itu, baru saja hendak dimasukkan kembali kedalam badannya mendadak air mukanya berubah sangat hebat, sambil mencabut kembali pedang pendeknya jelas wajahnya berubah semakin seram. "Nyio-heng sebenarnya kau mau berbuat apa ?" Tanyanya sambil memandang tajam diri Nyio Sam Pak. "Kenapa?" Balas tanya Nyio Sam Pak sambil tertawa. "Bilamana Nyio-heng merasa keberatan untuk memberikan pedang Biat Hun Kiam itu kepadaku lebih baik mintalah kembali secara terus terang, di siang hari bolong buat apa kau melakukan pekerjaan itu?"Sembari berkata tangannya dengan cepat disamber menekan pundak kanan dari Nyio Si Ce. "Si Ce-heng cepat menyingkir." Suara peringatan itu keluar dari mulutnya Ti Then. Secara diam-diam dia bersama-sama dengan Wie Ci To sudah munculkau dirinya di depan ruangan makan tersebut. Mendeogar suara peringatan itu Nyio Si Ce segera berjumpalitan kebelakang ber-sama2 dengas kursinya dia mundur kebelakang lantas dengan meminjam kesempatan itu meloncat sejauh dua kaki lebih. Nyio Si Jien serta Nyio Si Ih bersaudara pun bersama-sama meloncat dua kaki kebelakang meninggalkan meja perjamuan. Cuo It Sian yang telapak tangannya menekan tempat kosong tubuhnya dengan cepat berputar kamudian menoleh memandang kearah pintu luar, Begitu melihat Wie Ci To serta Ti Then muncul didepan pintu ruangan, air mukanya seketika itu juga berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat. "Heee heee. kiranya Wie Poccu juga sudah datang," Ujarnya sambil tertawa dingin "Kalian terus menerus memfitnah dan mendesak loohu untuk menyerahkan harta kekayaan loohu, kalian sungguh kejam sekali." "Hmmmm, orang she Cuo sampai keadaan seperti ini juga ingin sekalian menggigit loohu," "Nyio-heng." Ujar Cuo It Sian kemudian kepada diri Nyio Sam Pak. "Wie Poocu ini demi berhasilnya maksud hati untuk merebut harta kekayaan dari loohu berulang kali dia berusaha memfitnah aku dengan merebut pedang Biat Hun Kiam tersebut, karena dia hendak menggunakan pedang Biat Hun Kiam itu sebagai bukti menuduhsiauw-te sudah membunuh orang, kau jangan sampai kena tertipu olehnya," Wajah Nyio Sam Pak segera berubah jadi amat keren. Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap keatas wajahnya lalu dengan dinginnya bertanya; "Apakab Cuo-heng benar2 tidak pernah membunuh orang ?" "Tidak! Siauw-te buat apa membunuh orang? Seharusnya Nyio- heng tahu bagaimana aku jadi orang ..." "Kalau begitu !" Potong Nyio Sam Pak dengan cepat. "Siapa yang sudah membunuh mati Cu Kiam Loojien serta muridku Cau Ci Beng?". Selama ini Cuo It Sian selalu menganggap perbuatannya membunuh mati Cu Kiam Loojien serta si elang sakti Cau Ci Beng tidak akan diketahui orang lain. Saat ini mendengar secara tiba2 Nyio Sam Pak mengungkat kembali akan kedua orang itu didalam hati dia merasa sangat terkejut sekali. "Siapa yang sudah melihat ?" Tanyanya tanpa terasa. "Ti Kiauw-tauw" Sahut Nyio Sam Pak dengan wajah yang amat adem. Mendadak Cuo It Sian tertawa keras dengan amat seramnya. "Nyio-heng, persahabatan kita sudah ada puluhan tahun lamanya, apakah sampai ini hari kau masih tidak memahami sifat dari Siauw-te? Kenapa bukannya kau mempercayai omongan Siauw- te bahkan sebaliknya mempercayai omongan sembarangan, omongan fitnah dari mereka berdua yang ingin mencelakai Siauw-te ?" "Mata loolap masih belum kabur, siapa yang benar siapa yang salah masih dapat membedakan dengan jelas " Seru Nyio Sam Pak sambil tertawa dingin. "Apa lagi dari tindak tandukmu tadi yang hendak menawan putraku Si Ce. loolap sudah tahu kalau perkataan dari Wie, Ti dua orang tidak salah!"Sepasang mata dari Cuo It Sian dengan mengandung rasa benci yang amat sangat memandang diri Wie Ci To berdua tanpa berkedip, dari wajahnya tersungginglah satu senyuman dingin yang amat menyeramkan. "Tidak salah! " Ujarnya kemudian. "Cu Kiam Loojien serta muridmu Cau Ci Beng memang loohu yang bunuh tetapi kalian tidak punya bukti, dengan nama baik serta kedudukan yang terhormat dari loohu didalam Bu-lim aku rasa didalam dunia kangouw tidak bakal ada orang yang mempercayai tuduhan j&ng kalian lancarkau kepada loohu! "Tetapi beberapa patah kata perkataan yang kau ucapkan barusan ini merupakan satu bukti yang nyata !" Sahut Wie Ci To sambil tertawa nyaring; "Tetapi kecuali kalian, ada siapa yang mendengar pula perkataanku ini?" Ejek Cuo It Sian sambil tertawa dingin. "Masih ada loolap!" Bersamaan dengan berkumandangnya suara itu didepan pintu muncul kembali seorang. 00O00 58 Dia adalah seorang hweesio tua yang memakai baju lhasa berwarna abu2 dengan ditangannya membawa sebuah tongkat. Melihat munculnya orang itu air muka Cuo It Sian berubah semakin hebat lagi. "Siapa kau ?" Tanyanya dengan cepat. Walaupun dia tidak tahu siapakah hweesio tua itu tetapi dia tahu dia orang bukanlah anggota dari perkampungan Thiat Kiam San Cung ini. Bilamana seseorang yang bukan termasuk orang dari perkampungan Thiat Kiam San Cung mendengar perkataannyatersebut sudah tentu lebih dari cukup untuk menjadi seorang saksi, karenanya hal ini benar2 membuat dia merasa sangat terperanjat. Dengan sikap yang amat keras dan berwibawa hweesio tua itu bungkukkan badannya memberi hormat. "Loolap It Ie !" "Ciangbunjin dari Ngo Thay San. It Ie Sangjien?" Tanya Cuo It Sian dengan kaget, tubuhnya tergetar dengan amat keras sekali. "Benar loolap adanya!" Sahut hweesio itu sambil mengangguk. Air muka Cuo It Sian semakrn pucat lagi. dia percaya dengan nama serta kedudukannya yang ada didalam Bu-lim sekali pun Wie Ci To serta Nyio Sam Pak menuduh dia pernah melakukan pembunuhan dan perkosaan dengan diri mereka sebagai saksinya orang2 didalam Bu-lim sebagian besar tidak akan mau percaya karena itu tadi dia berani mengaku kalau Cu Kiam Loojien serta Cau Ci Beng memang dia yang bunuh, siapa sangka pada saat yang bersamaan It Ie Sangjien dari Ngo Thay San sudah munculkan diri disana. Dia tahu dengan kedudukan It Ie Sangjien sebagai seorang pendeta yang beribadat tinggi setiap perkataan dan perbuatannya tentu akan dihormati oleh semua orang bilamana dia orang bertindak sebagai saksinya maka bukankah kedudukan akan jadi kepepet. Nyio Sam Pak yang melihat air mukanya penuh diliputi oleh perasaan terkejut tak terasa lagi dia sudah tersenyum. "Wie Poocu menduga kau tentu tidak akan mengakui dosa2 tersebut maka mengusulkan kepada Loolap untuk kirim orang pergi ke gunung Ngo Thay San mengundang datang It Ie Sangjien ini, sekarang kau sudah mengaku telah membunuh orang dan It Ie Sangjien pun sudah mendengarnya dengan jelas, kau ada perkataan apalagi yang hendak dikatakan?". Lama sekali Cuo It Sian termenung akhirnya dia menghela napas panjang."Hey kau orang she-Wie, hatimu sungguh begitu atos" Ujarnya sambil menoleh kearab Wie Ci To. "Loohu dikarenakan menuruti napsu sendiri sehingga melakukan satu perbuatan yang memalukan kau tanpa mengingat perbuatan mulia yang sudah loohu lakukan selama ini didalam Bu-lim memaksa Loohu harus melakukan bunuh diri juga, kau .... kau sungguh kejam! ". Berbicara sampai disini tidak kuasa lagi dua titik air mata menetes keluar membasahi pipinya. Air muka Wie Ci To segera berubah sangat hebat, dengan nada yang amat keren dan serius ujarnya; "Tanpa sebab kau sudah membunuh anak buahmu sendiri, lalu memperkosa istrinya kau manusia yang tidak lebih menyerupai binatang masih berani membela diri juga ?". Dengan perlahan Cuo It Sian menundukkan kepalanya rendah2. Ujar Wie Ci To lagi . "Untuk menutupi dosamu kau sudah menggunakan pelbagai cara yang memalukan untuk mtnculik Ti Kiauw-tau serta Siauw-li bahkan membinasakan pula sekeluarga petani didusun Thay Peng Cung, diikuti membunuh Cu Kiam Loojien serta si elang sakti Cau Ci Beng. Perbuatanmu sungguh kejam sekali". "Hee ... heee ... Wie Ci To. Di mana dapat mengampuni orang ampunilah dia orang" Ujar Cuo It Sian sambil tertawa seram. "Loohu sudah hidup sampai begini tua apakah kau benar2 ingin merusak nama baik dari Loohu?". "Perkataan dari Loohu pada tiga tahun yang lalu ini hari masih terhitung." Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujar Wie Ci To dengan suara yang berat. "Bila mana kau mau bunuh diri untuk menebus dosa ini maka loohu tidak akan mengumumkan dosamu ini secara terbuka !". "Bagaimana kalau Loohu menggunakan seluruh kekayaanku untuk menolong orang miskin sebagai tebusan atas dosaku itu, setelah itu loohu akan mengundurkan diri dari keramaian Bu-lim ..." Serunya lagi dengan ter-sedu2."Tidak bisa !" Potong Wie Ci To dengan keras. "Kalau begitu kau benar2 mengingini nyawa dari Loohu ini?" Seru Cuo It Sian sambil tertawa dingin. "Ayoh cepat turun tangan !". Baru saja kata2 terachir diucapkan mendadak dengan gaya burung bangau menerjang kelangit tubuhnya meluncur keatas atap. "Braaaak ....!" Dengan disertai suara yang amat keras sekali atap rumah itu sudah hancur berantakan sedang tubuhnya dengan melalui lubang diatas atap itu menerjang keluar. Wie Ci To segera membentak keras, tubuhnya pun segera meloncat naik keatas wuwungan rumah, Sewaktu dilihatnya Cuo It Sian melarikan diri kebelakang perkampungan diapun dengan cepat mengikuti dari belakang, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling lihay dengan cepatnya dia mengejar dari belakang. Ti Then serta Nyio Sam Pak dengan cepat mengikutinya pula dari arah belakang untuk melakukan pengejaran. Cuo It Sian melarikan diri dengan amat cepatnya. hanya didalam sekejap saja dia sudah melewati empat buah rumah bagaikan kilat cepatnya dia melarikan diri terus kedepan. Tetapi agaknya orang2 didalam perkampungan Thiat Kiam San Cung itu sudah mengadakan persiapan, sewaktu sepasang kaki dari Cuo It Sian menginjak pada atap bangunan yang kelima mendadak tampaklah dari atas wuwungan rumah muncul sesosok bayangan manusia yang dengan dahsyatnya membabat sepasang kaki dari Cuo It Sian. "Turun !" Bentaknya. Di dalam keadaan yang ter-gesa2 Cuo It Sian jadi terperanjat sekali, tetapi bagaimanapun dia adalah seorang jago kawakan. tubuhnya dengan cepat menjatuhkan diri kebawah kemudian berbelok kekanan melanjutkan larinya. Disebelah kanan merupakan bangunan yang berloteng.Siapa tahu diatas loteng itupun sudah ada orang yang bersembunyi disana, baru saja tubuhnya hampir mencapai atas loteng itu mendadak kembali tampaklah seorang yang muncul kembali dari atas bangunan itu sambil melancaikan satu serangan dahsyat kearahnya. Dengan cepat Cuo It Sian berjumpalitan ditengah udara. karena tidak sempat lagi untuk menangkis lagi datangnya serangan tersebut, sembari mengebutkan ujung jubahnya dia melayang turun keatas tanah. Wie Ci To, Ti Then, Nyio Sam Pak serta It Ie Sangjien waktu itupun sudah tiba disana dan mengurungnya rapat2. Cuo It Sian yang melihat dia orang tidak dapat melarikan diri lagi, air mukanya gera berubah jadi pucat pasi. "Bagus ..bagus" Serunya sambil tertawa seram. "Walaupun ini hari loohu tidak bisa meloloskan diri dari kematian tetapi kau orang she-Wie pun jangan harap dapat hidup lebih lama lagi". Air muka Wie Ci To segera berubah sangat adem. "Seluruh perbuatan dari loohu selama hidup belum pernah tercela, sekalipun setelah mati kau jadi setan loohu juga tidak akan takut!" Sahutnya. "Tidak salah! " Seru Cuo It Sian dengan gusar. "Kau orang she- Wie memang suci bersih dan jujur, tetapi kaupun jangan harap bisa lolos, ada satu hari kau pun akan menyesal sendiri" "Untuk membasmi penjahat sekalipun loohu harus mati juga tidak akan menyesal!" Ujar Wie Ci To lagi sambil tertawa dingin. Jilid 34.3 : Ancaman pasukan aneh "Kau tunggu saja Loohu sejak semula sudah atur satu pasukan aneh yang dapat menghancurkan dirimu, tidak sampai setengah tahun kemudian kau beserta seluruh benteng Pek Kiam Poo jangan harap bisa meloloskan diri dari bencana ini!"Selesai berkata tangan kanannya dengan cepat digaplokkan keatas kepalanya sendiri. Terdengar suara hancurnya tulang batok kepalanya seketika itu juga hancur berantakan dan berserakan diatas tanah, setelah itu tubuhnya dengan perlahan roboh keatas tanah menemui ajalnya. Melihat kejadian itu It Ih sagjien segera memejamkan matanya. "Omintobud . , ,siancay " , ,siancay" Serunya berulang kali. Nyio Sam Pak berdiam diri lama sekali setelah itu dia baru menghela napas panjang. "Walaupun dia sudah bunuh diri tetapi dia orang sama sekali tidak memperlihatkan rasa menyesalnya .., heeai ... sungguh sayang..sungguh sayang.." "Dia selalu menganggap perbuatan baiknya yang selama ini dipupuk bisa menghapuskan kejahatan yang pernah diperbuat itu siapa sangka sekalipun seorang budiman hanya karena sedikit salah saja maka jasanya yang terdahulu akan ikut lenyap dengan sendirinya, apalagi kejahatan yang diperbuat olehnya kali ini benar- benar merupakan satu kejahatan yang luar biasa." "Bilamana bukannya ini hari loolap mendengar dengan mata kepala sendiri akan pengakuannya mungkin loolap masih tidak akan percaya kalau dia pernah melakukan perbuatan dengan memperkosa istri orang lain" Ujar Nyio Sam Pak lagi sambil menghela napas panjang. "Dengan sifatnya sebenarnya tidaklah mungkin bisa melakukan pekerjaan semacam itu." "Manusia tidak akan terhindar dari sifat kebinatangannya, bilamana tidak dapat mawas diri maka sukar sekali buat kita untuk bisa menghindarkan diri dari perbuatan semacam itu" Ujar Wie Ci TO. "Benar" Sambung It Ih sangjien dengan cepat. "Perkataan dari Wie sicu sedikitpun tidak salah, mungkin Cuo sicu bisa berbicara demikian dikarenakan hartanya yang banyak dirumah membuat dia harus bersikap keras dan berwibawa, karenanya untuk memuaskannapsu kebinatangannya dia harus melakukan perbuatan semacam ini" "Dia bilang sudah mengatur satu pasukan aneh, entah siasat apa lagi itu?" Ujar Nyio Sam Pak tiba2 sambil angkat kepalanya memandang kearah diri Wie Ci To. "Mungkin omong kosong untuk gertakan saja !" Jawab Wie Ci To sambil tertawa dingin. "Lebih baik Wie Poocu sedikit berhati2, loolap dahulupun mengira dia adalah seorang kawan yang patut untuk diajak sebagai teman, tetapi dari sini sudah dapat dilihat kalau dia orang adalah seorang yang amat licik sekali bahkan suka untuk menggunakan akal, kemungkinan sekali sejak semula dia memang sudah mempersiapkan semacam siasat yang hendak mencelakai Wie Poocu serta Benteng Pek Kiam Poo" "Ini hari ada It Ih Sangjien yang bertindak sebagai saksi, lain kali bilamana di antara Benteng kami dengan pihak Cuo It Sian terjadi sesuatu urusan, aku rasa mudah sekali untuk dapat dibereskan... " "Sekarang kita hendak mengurus jenazahnya dengan cara bagaimana ?" Tanya Nyio Sam Pak kemudian. "Baik2 menguburkan dirinya saja" "Baiklah, urusan ini serahkan saja kepada putriku untuk pergi menguruskannya, mari kila kembali keruangan tengah saja". xxxxx Keesokan harinya It Ih Sangjien berpamitan pada Nyio Sam Pak serta Wie Ci To untuk kembali kegunung Ngo Thay san. Wie Ci To yang merasa tidak tenang atas perkataan-perkataan yang sudah diucapkan oleh Cuo It Sian sesaat hendak bunuh diri, setelah menghantarkan It Ih Sangjien pulang diapun segera berkata kepada Nyio Sam Pak. "Nyio-heng, aku orang she-Wie pun harus pulang"."Tidak!!" Cegah Nyio Sam Pak dengan cepat. "Wie Poocu harus tinggai lagi beberapa hari baru pulang". "Bilamana dilain waktu ada kesempatan kita bertemu lagi, sekarang aku orang she Wie harus pulang ke benteng untuk mengurusi perkawinan". "Perkawinan siapa?" Tanya Nyio Sam Pak melengak. "Putriku." Nyio Sam Pak pernah mendengar Ti Then memanggilnya sebagai Gak hu, mendengar perkataan tersebut dia segera memandang sekejap kearah Ti Then. "Menantu dari Wie Poocu apakah Ti Kiauw tauw ini?" Tanyanya sambil tertawa. "Benar." Sahut Wie Ci To mengangguk. "Aku orang she Wie sudah berkata bilamana urusan dari Cuo It Sian ini sudah beres aku akan segera melangsungkan perkawinan mereka." "Putrimu bisa dijodohkan dengan Ti Kiauw tauw boleh dikata merupakan pasangan yang setimpal" Ujar Nyio Sam Pak dengan girang. "Selamat. selamat, sampai waktunya jangan lupa memberi kabar kepada Loolap," "Tentu, tentu.." Sahut Wie Ci To tertawa. Mendadak Nyio Sam Pak menarik kembali senyuman yang menghiasi bibirnya itu, lalu ujarnya dengan serius. "Bilamana Wie Poocu benar-benar bermaksud berangkat ini hari, loolap ada satu permintaan." "Nyio-heng silahkan berbicara, asalkan aku orang she Wie bisa melaksanakan pasti akan melakukannya!" "Sebetulnya bukan satu urusan yang besar cuma saja jenasah dari muridku Cau Ci Beng Loolap ingin memindahkan ia kedalam perkampungan, bilamana tidak menunda perjalanan kalianbagaimana kalau loolap perintahkan Si Ce serta Si Jien untuk mengikuti kalian ? Cukup Wie Poocu suka menujukkan tempat terkuburnya Cau Ci Beng biarlah putraku yang bekerja sendiri" "Baiklah" Sahut Wie Ci To kemudian sambil mengangguk. "Kalau begitu putramu boleh siap-siap untuk melakukan perjalanan." Nyio Sam Pak segera menoleh kearah putranya Nyio Si Ce serta Nyio Si Jien. "Kalian cepatlah mengadakan persiapan, Wie Poocu serta Ti Kiauw tauw sebentar lagi akan berangkat." Kedua orang bersaudara itu segera menyahut dan masuk kedalam untuk mengadakan persiapan, Agaknya Nyio Sam Pak teringat kembali akan sesuatu, mendadak dia bangkit berdiri. "Ooooh benar, kalian berdua tunggulah sebentar, loolap akan pergi kedalam sebentar" Dengan tergesa-gesa dia meninggalkan ruangan besar, tidak selang lama kemudian dia sudah berjalan masuk kembali kedalam ruangan dengan membawa satu kotak. Ujarnya kemudian sambil tertawa tawar. "Putrimu dengan Ti Kiauw-tauw akau melangsungkan perkawinannya, loolap tidak ada barang apa2 cuma sedikit hadiah ini harap kau suka menerimanya" Air muka Ti Then segera terasa amat panas. "Tidak ... Nyio loocianpwee kau jangan berbuat demikian, boanpwee tidak berani menerimanya "ujarnya dengan gugup" Nyio Sam Pak duduk kembali keterapas semula setelah ltu dia tertawa ter~bahak2. "Jangan dikata Ti Kiauw-tauw sudah menolong loolap membasmi Si-iblis bungkuk Leng Hu Ih, sekalipun dengan persahabatan antara loolap dengan Wie Poocu kedua hadiah ini harus diberikan juga kepadamu."Sambil berkata dia meletakkan kotak yang semula kesamping kemudian dari dalam sakunya mengambil keluar pula satu kotak yang amat indah itu. Ketika kotak itu dibuka, tampaklah sebuah intan sebesar jari kelingking muncul di hadapan mata. "Intan iai adalah pemberian dari seorang kawanku dari daerah Si Ik pada beberapa tahun yang lalu" Ujarnya kemudian. "Sekarang loolap akan menghadiahkannya kepada putri Wie Poocu sebagai tanda selamat." Intan tersebut berwarna biru dan memancarkan sinar yang berkilauan. jelas sekali harganya tidak ternilai, Agaknya Wie Ci To juga mengerti bagaimana berharganya barang tersebut, dengan cepat dia gelengkan kepalanya. "Tidak bisa jadi, tidak bisa jadi.." Tolaknya. "Bagaimana Nyio heng boleh menghadiahkan barang itu kepada siauwli? Bilamana Nyio heng memang bermaksud untuk memberi hadiah maka hadiah itu tidak boleh kelewat seratus tahil perak" Intan tersebut boleh dikata mempunyai harta sebesar sepuluh laksa tahil. "Sekalipun berharga sepuluh laksa tahil tetapi barang itupun merupakan benda mati" Ujar Nyio Sam Pak tertawa. "Bilamana bukannya kalian datang tepat pada waktunya mungkin loolap beserta seluruh isi perkampungan ini sudah tanpa bernyawa lagi, apakah intan ini masih bisa disimpan?" "Tidak bisa ..tidak bisa!" Seru Wie Ci To terus sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Eeh ... eeh , ..bukannya disumbangkan untuk Wie Poocu, kenapa kau orang begitu ribut?" Berbicara sampai disini dia segera mengangsurkan intan itu kepada Ti Then."Ti Kiauw-tauw harap suka mewakili aku untuk menyerahkan barang ini kepada nona Wie sesampainya didalam Benteng". Ti Then menoleh memandang kearah Wie Ci To, dia tidak berani untuk menerimanya. "Wie Poocu, sebenarnya kau tahu bagaimana sifat dari Loolap" Ujar Nyio Sam Pak lagi. "Bilamana ini hari kau tidak mau menerimanya maka Loolap akan suruh orang sengaja mengirim benda terebut ke-dalam Benteng Pek Kiam Poo!". "Baiklah, kau terimalah!" Ujar Wie Ci To kemudian sambil mengerutkan alisnya. Saat itulah Ti Then baru berani menerima intan tersebut. "Sudah seharusnya boanpwee mewakili nona Wie mengucapkan terima kasih atas pemberian dari Nyio Loocianpwee ini " Ujarnya perlahan. Setelah itu dengan hormatnya dia menjura memberi hormat. Nyio Sam Pak segera tertawa ter-bahak2 dia mengambil pula kotak yang lebih besar itu. "Yang ini loolap hadiahkan untuk Ti Kiauw-tauw sebagai hadiah. Sedikit sumbangan ini harap kau suka menerimanya." Ujarnya lagi sambil tertawa. "Barang itu barang pusaka apa lagi ?" Timbrung Wie Ci To dari samping. Nyio Sam Pak segera membuka kotak itu, dia tersenyum. "Sebuah pakaian yang terbuat dari kulit ! " Serunya. Pakaian yang terbuat dari kulit itu berwarna putih, diatasnya dengan amat rapatnya tertancap jarum2 yang amat tajam. Melihat barang tersebut air muka Wie Ci To segera berubah amat hebat "Aaah .., Luan Wee Cia ?? " Serunya."Penglihatan Poocu sungguh lihay. memang tameng landak adanya." Luan Wee Cia atau baju luar tameng landak ini jika dibicarakan di daiam Bu-lim boleh dikata merupakan satu barang yang sangat berharga sekali, jikalau dipakai dibadan boleh dikata mirip dengan sebuah tameng besi yang amat dahsyat tidak perduli senjata atau telapak tangan jangan harap bisa melukai barang seujung rambut pun" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tidak, tidak" Seru Wie Ci To lagi sambil gelengkan kepalanya. "Barang pusaka yang demikian berharganya seharusnya Nyio heng ..." "Seharusnya diberikan orang lain" Sambung Nyio Sam Pak dengan cepat. "Dan orang yang paling cocok untuk menerima barang tersebut adalah Ti Kiauw tauw" "Nyio Loocianpwee harap menerimanya kembali, boanpwee tidak berani menerimanya," Tampik Ti Then cepat. "Apa kau orang baru menerima barang ini bilamana Loolap sudah berlutut dihadapanmu?" "Tidak. tidak ada urusan semacam ini" Teriak Ti Then sambil membelalakkan matanya. "Ti Kiauw tauw membantu perkampungan kami melenyapkan musuh besar, budi semacam ini apa halangannya kalau loolap berlutut dihadapanmu ?" Sehabis berkata dia sungguh2 mau jatuhkan diri berlutut. Ti Then benar2 amat terperanjat sekali, dengan gugup dia meninggalkan tempat duduknya sambil berteriak. "Sudah. sudahlah boanpwee menerimanya" "Haaa haaa loolap tidak takut kau tidak menerimanya" Seru Nyo Sam Pak sambil tertawa terbahak-bahak.Setelah menerima pakaian luar tameng landak itu Ti Then segera bungkukkan badannya memberi hormat. "Barang yang demikian berharganya boanpwee benar-benar tidak berani untuk menerimanya," Ujarnya cepat. "Bilamana dikemudian hari Nyio Loocianpwee membutuhkan sesuatu harap segera kirim orang pergi mencari boanpwee" "Baik, baik bilamana memang ada kejadian seperti itu Loolap segera akan kirim orang untuk meminjamnya dari tangan Ti Kiauw tauw." Saat itulah tampak Nyio Si Ce dua bersaudara dengan membawa buntalan sudah berjalan keluar. "Baiklah," Ujar Wie Ci To kemudian sambil merangkap tangannya member hormat. "Sekarang juga loohu pamit dulu, setelah hari perkawinan siauwli ditetapkan tentu loohu akan kirim orang untuk memberi kabar kepada Nyio-heng, sampai waktunya Nyio-heng harus dating ber-sama2 dengan putramu" "Sudah tentu ! sudah tentu !" Dia menghantar Wie Ci To serta Ti Then sampai diluar perkampungan, setelah mereka berangkat dia baru balik kembali kedalam perkampungan. Wie Ci To, Ti Then serta dua bersaudara dari keluarga Nyio masing2 dengan menunggang seekor kuda mengikuti jalan gunung menuruni gunung Lak Ban San tersebut kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kearah Timur. Selama ditengah perjalanan tidak terjadi peristiwa apa2, pada hari yang kelima mereka sudah tiba dikota Tiang An. Ti Then dengan mengambil kesempatan itu segera menguangkan kertas uang sebesar lima belas laksa tahil perak yang didapatkan dari tangan Giok Bien Langcoen, Coe Hoay Loo itu kemudian membelikan juga beberapa macam kado buat Wie Lian In.Setelah menginap satu malam didalam kota, keesokan harinya mereka kembali melajutkan perjalanannya. Sebelum meninggalkan kota Tiang An Ti Then memasukkan uang sebanyak lima belas laksa tahil itu kedalam empat buah karung, kemudian dengan minta bantuan dari Wie Ci To serta dua bersaudara dari keluarga Nyio setiap kali mereka memasuki kota dan menemukan rumah orang miskin secara diam2 lantas memberi beberapa tahil perak kedalamnya. Demikianlah sembari melakukan perjalanan mereka menyebarkan uang tersebut kepada kaum miskin. Sewaktu memasuki daerah Auw Leng uang sebesar lima belas laksa tahil perak sudah tersebar habis. Ti Then merasa sangat gembira sekali, ujarnya sambil tertawa. "Beberapa hari ini aku rasakan sebagai hari2 yang paling berbahagia buatku selama hidupnya !" "Inilah yang dinamakan berbuat amal paling menyenangkan" Seru bang Wie Ci To sambil tersenyum. "Harta kekayaan dari Cuo It Sian jika dihitung ada seberapa banyaknya ?". "Dia adalah manusia yang paling kaya di wilayah daerah Siok Ceng bilamana dihitung dengan sawah dan tanahnya mungkin ada diatas seribu laksa tahil perak". "Uang yang sebegitu banyaknya bisa menolong banyak orang miskin, hari itu kenapa Gak-hu tidak mau menerima uang tebusannya itu untuk kemudian dibagi bagikan kepada orang miskin ?" "Tidak, dosa dari seorang manusia tidak dapat ditebus dengan menggunakan uang" Seru Wie Ci To dengan keren. "Dengan kematian ini entah harta kekayaan yang sebegitu banyaknya itu hendak diberikan kepada siapa?" "Dia ada seorang putra yang sejak semula sudah meninggalkan rumah entah pergi kemana, kali ini setelah mendengar ayahnyabunuh diri kemungkinan sekali bisa pulang untuk mengatur urusan terakhir dari ayahnya" "Putranya apa bisa bersilat ?" "Loohu dengar tidak bisa, dia adalah seorang sastrawan yang pernah lulus ujian Negara, agaknya bernama Ing Koei" "Perkataan yang diucapkan Cuo It Sian sebelum bunuh diri Gak- hu merasa sungguh-sungguh atau bohong ?" "Loohu sendiri juga tidak jelas" "Bilamana urusan ini adalah nyata" Sambung Nyio Si Ce dengan cepat. "Dan Wie Loocianpwee merasa sulit untuk dihadap mereka segeralah kirim orang untuk memberi kabar kepada kami- walaupun Tia dia orang tua sudah mengundurkan diri dari dunia kangouw tetapi kami bersaudara nanti akan memberi bantuan kepada Wie loocianpwee untuk sumbang sedikit tenaga." "Baik" Ujar Wie Ci To sambil tertawa. Tua muda empat orang sembari berjalan sembari bercakap cakap, kembali berjalan sepuluh hari lagi sampailah mereka di tengah tanah tandus antara gunung Cun san dengan kota Hoa Yong Sian, yaitu tempat dimana Si elang sakti Cau Ci Beng menemui ajalnya. Ti Then segera turun dari kudanya dibawah pohon tersebut, sambil menuding keatas tanah gundukan dibawah pohon yang rindang itu ujarnya. "Cau-heng dikubur ditempat ini." Nyio Si Ce serta Nyio Si Jien lantas meloncat turun dari kuda, kemudian setelah mencabut keluar pedangnya mereka mulai menggali kuburan tersebut. Tidak begitu dalam mereka menggali segera tersiarlah bau busuk mayat yang amat menusuk hidung. Mereka dua orang bersaudara segera berhenti menggali."Cau sute kau menemui kematian dengan begitu kasihannya !" Ujar Nyio Si Jien sambil melelehkan air mata. Dengan perlahan Nyio Si Jien menoleh kearah Wie Ci To, kemudian ujarnya. "Wie Loocianpwee serta Ti-heng apakah hendak kembali kedalam Benteng?" "Loohu akan menuuggu setelah jenazahnya akan dikeluarkan dari tanah baru berangkat" "Tidak !" Seru Nyio Si Ce dengan gugup. "Wie Loocianpwee serta Ti-heng yang bersusah payah sudah menghantar kami bersaudara sampai disini sudah lebih dari cukup, kini biarlah Si Jien mengikuti Loocianpwee ber-sama2 melakukan perjalanan sampai dikota Hoa Yong Sian untuk membeli kereta- peti mati dan barang2 lain setelah itu Wie Loocianpwee berdua boleh berangkat kembali ke Benteng." "Tidak membutuhkan bantuan Loohu?". "Tidak, urusan yang demikian kecilnya ini, kami bersaudara bisa membereskan sendiri". "Kalau begitu Loohu berpisah dulu sampai disini, sampai waktunya perkawinan antara Ti Kiauw-tauw serta siauw-li, kalian dua bersaudara harus datang pula untuk minum arak kegirangan". "Tentu ... tentu, kami pasti datang" Sahut Nyio Si Ce sambil merangkap tangannya memberi hormat. Demikianlah Wie Ci To, Ti Then serta Nyio Si Jien segera melanjutkan kembali perjalanannya kearah Barat kembali ke kota Hoa Yong Sian. Tidak sampai dua puluh li mereka sudah berada didalam kota, setelah menemani Nyio Si Jien membeli kereta serta peti mati dan menghantar dia orang melakukan perjalanan, Ti Then serta Wie Ci To baru bersantap siang kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Benteng.Air muka Wie Ci To penuh dihiasi senyuman kegembiraan, ujarnya di tengah perjalanan. "Kali ini kita dapat membereskan Cuo It Sian dengan begitu mudahnya sungguh berada diluar dugaan . ." "Benar." Sahut Ti Then mengangguk. "Dengan demikian kita sudah membuang banyak kerepotan dari pada harus melakukan sesuai dengan rencana dimana mengharuskan Gak-hu menyamar sebagai Nyio Sam Pak, walaupun kita berhasil mencuri pedang itu tetapi untuk membereskan nyawanya harus menanti dulu sampai tahun besok setelah Gak hu mengumumkan dosanya di hadapan umum, wah kalau sampai waktu itu baru bisa turun tangan untuk membinasakan dirinya mungkin hati pun sudah mangkel sekali." "Cuo It Sian bilang Loohu bernapsu untuk membunuh dirinya terus menerus, berarti pula dia sedang menegur loohu tidak mempunyai hati untuk mengampuni orang lain, kau rasa bagaimana?" "Tidak, dia yang melakukan pekerjaan jahat dosanya amat besar sekali tidak boleh diampuni lagi." "Karena kau akan menjadi menantu loohu maka loohu akan memberi nasehat kepadamu kau janganlah sekali-kali menganggap dengan kepandaian silat yang amat tinggi dan pergi kesana kemari tanpa diketahui orang lain sekalipun melakukan suatu perbuatan salah tidak bakal bisa ketahuan, kau harus ingat akan kata-kata yang mengatakan : Sekaiipun kau bisa mengelabui orang tetapi jangan barap bisa mengelabui dirimu sendiri, apa lagi mengelabui mata hati Lao Thian-ya setiap orang yang percaya berbuat jahat dia tentu akan menerima karma sesuai dengan perbuatannya," Ti Then yang teringat akan dirinya yang mendapat perintah dan majikan patung emas untuk pergi memperistri putri orang lain uatuk kemudian melaksanakan satu rencana busuk dalam hati merasa sangat menyesal sekali, saking gemasnya dia kepingin sekali mencari sebuah lubang untuk diterobosi.Dia ingin sekali menceritakan seluruh rencana yang sudah disusun oleh majikan patung emas dan rahasia dimana dia orang telah digunakan oleh majikan patung emas tetapi setelah teringat akan sesuatu dia batalkan kembali maksudnya itu. Karena sejak bersama-sama dengan Wie Ci To meninggalkan Benteng Pek Kiam Poo sampai kedalam perkampungan Thiat Kiam San Cung dan hingga kini walaupun dia belum pernah bertemu kembali dengan pemuda berbaju biru itu orang yang dikirim majikan patung emas untuk mengawasi gerak geriknya tetapi dia selalu merasa pemuda berbaju biru itu masih mengawasi terus akan dirinya, bilamana sekarang dia membeberkan semua rahasia dari majikan patung emas bilamana sampai terdengar atau terlihat oleh pemuda berbaju biru itu dan dilaporkan kepada majikan patung emas. Walaupun hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan dia orang tetapi Wie Ci To beserta seluruh anggota Benteng Pek Kiam Poo akan menemui bencana yang luar biasa ada kemungkinan majikan patung emas segera akan turun tangan .... membunuh Wie Ci To atau menculik Wie Lian In!" Maka itu setelah berpikir bolak balik akhirnya dia merasa lebih baik urusan jangan dibicarakan dulu, menanti setelah dia mendapatkan satu cara untuk menghadapi majikan patung emas waktu itulah dia baru minta ampun dihadapan Wie Ci To. Wie Ci To yang melihat setelah dia orang mendengar perkataannya itu air mukanya segera kelihatan sangat aneh dalam anggapannya dia mengira perkataannnya sudah terlalu berat, segera dia tertawa. "Loohu percaya penuh kau pasti bukanlah manusia semacam itu, perkataan yang aku ucapkan ini hari cumalah omongan sepintas lalu saja." "Nasehat dari Gak-hu sedikitpun tidak salah, aku orang pasti akan mengingatkan terus didalam hati.""Loohu bisa mempunyai seorang menantu seperti kau dalam hati loohu merasa amat girang sekali " Ujar Wie Ci To tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mendadak terdengar Ti Then menghela napas panjang. "Seperti Cuo It Sian, orang yang memiliki nama baik didalam Bu- lim setelah melakukan sedikit kesalahan saja maka namanya akan jadi rusak. Sebaliknya kita yang sudah turun tangan memberi hukuman pun menemui banyak kesukaran. coba bayangkan saja disamping harus menghukum dia kita pun harus memberi penjelasan kepada orang2 Bu-lim lainnya. Setelah dipikir-pikir aku rasa membunuh orang2 dari kalangan Hek-to jauh lebih gampang lagi misalnya saja boanpwee sudah membinasakan Giok Bien Langcoen Coe Hoay Loo jelas tidak usah diterangkan lagi orang2 lainpun sudah pada tahu kenapa boanpwee membunuhnya". "Benar. perkataan tersebut sedikitpun tidak salah. Menghadapi Cuo It Sian, Loohu merasa benar2 merupakan satu pekerjaan yang paling susah" "Kejadian yang seperti peristiwa Cuo It Sian ini apakah Gak-hu pernah menemuinya lagi ?" Tanya Ti Then kemudian dengan meminjam kesempatan ini. "Sudah tidak ada!" Sahut Wie Ci To sambil gelengkan kepalanya. "Selama hidupnya Gak-hu kecuali mengikat permusuhan dengan si pendekar pedang tangan kiri apakah tidak pernah mengikat permusuhan dengan jago2 Bu lim lainnya?" "Tidak ada. buat apa kau menanyakan hal ini?" "Tidak mempunyai arti yang istimewa, boanpwee cuma sembarangan bertanya saja!" Sahut Ti Then tertawa. Dengan perlahan Wie Ci To menghela napas panjang. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 35 "LOOHU jarang sekali mengikat permusuhan dengan orang lain dikarenakan urusan pribadi bilamana para jagoan dsri kalangan hek- to yang pernah loohu kasi hukuman dahulu sekarang menaruh dendam kepadaku hal itu yaa boleh dikata merupakan satu hal yang jamak." "Sewaktu boanpwee belum memasuki benteng Pek Kiam Poo, terhadap diri Gak-hu pun pernah menaruh satu perasaan " Kata Ti Then. "Eeeei ... perasaan apa ?" Tanya Wie Ci To sembari memperhatikan wajahnya dalam2. Setelah mendengar perkataan dari boanpwee, Gak-hu jangan marah lhoo." Ujar Ti Then tertawa. "Loohu tidak akan marah, kau boleh langsung berkata terus terang saja." "Boanpwee merasa seluruh perbuatan serta gerak gerik dari Gak- hu mengandung kemisteriusan hingga membuat orang merasa susah untuk mengambil dugaan." "Kau maksudkan dari segi apa?" Tanya Wie Ci To tertawa. "Semisalnya dengan loteng penyimpan kitab itu ...." "Rahasia yang menyelubungi loteng Penyimpan kitab itu sudah kau ketahui " Potong Wie Ci To dengan cepat. "Di tempat itu kecuali menyimpan sebuah kenangan lama yang sukar loohu lupakan sama sekali tidak menyimpan rahasia apapun !" "Sudah tentu boanpwee mau pecaya terhadap apa yang Gak-hu katakan. tetapi boanpwee rasa orang luar tidak bakal mau percaya. mereka tentu akan menganggap Gak-hu menyimpan barang pusaka yang berharga didalam Loteng penyimpan kitab tersebut." Wie Ci To yang mendengar perkataan itu lantas tertawa."Jago Bu~lim yang mengetahui kalau loohu memiliki sebuah Loteng Penyimpan kitab yang melarang setiap orang memasuki tempat itu sudah tidak sedikit jumlahnya, tetapi selama puluhan tahun ini tiada seorang pun yang berani mengadakan penyelidikan kedalam Loteng tersebut, kini mereka sudah tidak merasa keheranan lagi terhadap tempat itu." "Hanya untuk menyimpan sebuah lukisan serta sebuah rahasia pribadi Gak-hu harus membangun sebuah loteng penyimoan kitab yang demikian kuatnya boanpwee rasa hal ini rada luar biasa, sama saja dengan persoalan kecil yang dibesar2kan" "Kau berkata demikian apa mungkin di hatimupun sudah menaruh curiga kalau di dalam Loteng penyimpan kitab dari loohu itu sudah tersimpan semacam barang pusaka yang berharga ?" Tanya Wie Ci To sambil memandang tajam dirinya kemudian tertawa. "Boanpwee menduga bilamana Gak-hu benar2 sudah menyimpan semacam barang di dalam loteng penyimpan kitab itu maka barang itu pasti bukan barang pusaka yang berharga melainkan sebuah benda yang sama sekali tidak berharga tetapi mempunyai sangkut paut yang amat besar sekali dengan keselamatan kita semua, atau boleh dikata sifat dari barang itu ada kemiripan dengan potongan pedang pendek dari Cuo It Sian, bukan begitu ?" Wie Ci To tersenyum tetapi tidak memberikan jawabannya, lewat beberapa saat kemudian baru menggelengkan kepalanya. "Tidak benar. dugaanmu sama sekali salah" Ti Then pun tertawa. dia tidak banyak berbicara lagi. Setengah bulan kemudian, akhirnya tua muda dua orang tiba juga didalam Benteng Pek Kiam Poo. Wie Lian In serta para jagoan pedang yang ada di dalam Benteng sewaktu mendengar berita ini cepat pada keluar pintu Bentenguntuk melakukan penyambutan kemudian bsrsama sama masuk kedalam Benteng dan duduk beristirahat di dalam ruangan tamu. Wie Ci To yang dikarenakan Cuo It Sian sudah melakukan bunuh diri maka dia tidak mengumumkan akan kejahatan yang sudah diperbuat olehnya, oleh sebab itulah terhadap pengalamannya selama ia meninggalkan benteng bersama-sama dengan Ti Then sepatah katapun tidak dia ungkat, dia cuma menanyakan keadaan dari Benteng dari diri si pendekar penembus ulu hati Shia Pek Tha. "Keadaan Benteag aman tenteram tidak terjadi urusan apapun." Terdengar Shia Pek Tha memberikan laporannya. Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Cuma si Cui lojien dari gunung Cing Shia pernah datang berkunjung mencari poocu untuk diajak main catur tetapi setelah mengetahui poocu tidak ada dalam benteng dia lantas pulang," "Baiklah, tidak ada urusan lagi. kalian boleh mengundurkan diri" Seru Wie Ci To kemudian sambil mengangguk. Msnanti setelah Shia Pek Tha serta para jagoan pedang mersh sudah pada mengundurkan diri dari dalam ruangan, Wie Ci To bangun berdiri dan kirim satu senyuman kepada diri Wie Lian In. "In-jie." Ujarnya dengan halus. "Bilamana kau ingin mengetahui bagaimana kesudahan dari pekerjaan yang dilakukan loohu serta Ti Kiauw tauw, kau boleh suruh Ti Kiauw tauw menceritakannya loohu sekarang mau beristirahat dulu," Selesai berkata dia segera berjaian keluar dari ruangan tersebut. Menanti setelah bayangan punggung dari Wie Ci To lenyap dari pandangan, dengan tidak sabaran lagi Wie Lian In segera menoleh dan mendesak Ti Then dengan kata2 yang keras. "Cepat ceritakan, kalian berhasil atau tidak ?" "Haaa . , haaa ..jangaa keburu, biarlah aku mengembalikan buntalan kedalam kamar dan cuci muka dulu nanti aku tentu menceritakan kisah ini dengan jelas."Baiklah kalau begitu cepatlah kau pergi aku tunggu dirimu didalam kebun." Sekembalinya dalam kamar, Ti Then meletakkan dulu buntalannya keatas meja setelah itu dia baru perintah si Loo-cia mengambil air untuk mencuci muka. Setelah semuanya selesai dengan langkah perlahan dia baru berjalan menuju kedalam kebun. Sejak semula Wie Lian In sudah menanti didalam gardu, sewaktu melihat Ti Then muncul disana dia lantas menepuk2 bangu yang ada disamping badannya. "Mari, duduk disini!" Katanya. Ti Then tanpa berbicara lagi segera duduk disisi badannya. Wie Lian In segera menjatuhkan diri kedalam pelukannya, dengan wajah yang kikuk ujarnya perlahan. "Aku mau tanya padamu, beberapa hari ini apakah kau merindukan diriku?". "Sudah tentu! tiada seharipun aku tidak merindukan akan dirimu!" Sahut Ti Then sembari merangkul pinggangnya yang ramping itu. "Sungguh ?" "Sungguh !!" "Akupun sangat merindukin dirimu" Ujar Wie Lian In lagi dengan pandangan penuh cinta. "Ada berapa kali aku bermaksud untuk menyusul dirimu". "Aaaah ... masih untung kau tidak menyusul diriku". "Kenapa?" Tanya Wie Lian In keheranan."Urusan sudah terjadi diluar dugaan, kami tidak jadi pergi kekota Tiong Cing Hu. Aku dengan ayahmu berhasil membereskan diri Cuo It Sian didalam perkampungan Thiat Kiam San cung". "Aaaah . , . Cuo It Sian juga pergi ke perkampungan Thiat Kiam San Cung?" Tanya Wie Lian In dengan terperanjat. "Benar, urusan sebenarnya adalah begini" Diapun segera menceritakan seluruh kejadian itu kepada diri Wie Lian In. "Demikianlah....akhirnya dia terdesak dan bunuh diri dihadapan kita !" Terdengar Ti Then mengakhiri ceritanya. Wie Lian In setelah selesai mendengar cerita itu segera menghembuskan napas panjang2. "Sungguh tidak disangka bajingan tua itu bisa dilenyapknn dengan demikian mudahnya, bagaimana dia mau melakukan bunuh diri ?" Tanyanya. "Didalam keadaan seperti itu dia tahu untuk meloloskan diri bukanlah satu pekerjaan yang gampang, apalagi ayahmu pun sudah memberi ancaman bilamana dia tidak mau melakukan bunuh diri untuk menebus dosanya maka seluruh kejahatan yang diperbuat akan diumumkan didalam Bu-lim maka itu terpaksa dia harus memilih jalan bunuh diri ini." Dengan pandangan penuh rasa kuatir Wie Lian In segera dongakkan kepalanya memandang sepasang mata Ti Then. "Kau bilang matamu kena disambit kapur oleh si iblis bungkuk Leng Hu Ih, sekarang spa sudah sembuh ?" Tanyanya. "Sama sekali sudah sembuh." "Luka yang dilengan ?" "Juga telah sembuh.""Setelah kau serta Tia menghantarkan dua bersaudara dari keluarga Nyio menemukan tempat dikuburnya jenszah Cau Ci Beng lalu segera berangkat pulang?" Dari dalam sakunya dia lantas mengambil keluar sebuah kotak dan diangsurkan kepada Wie Lian In. "Ini terimalah barang hadiah untukmu dari! Nyio Loo cung-cu coba bukalah untuk dilihat-lihat. "Barang hadiah ?" Tanya Wie Lisn In melengak. "Benar. sewaktw dia mendengar ayahmu bilang kau hendak kawin dengan aku. maka hadiah ini lantas dititipkan kepadaku untuk disampaikan kepadamu," Ujar Ti Then sambil tertawa. Air muka Wie Lian In seketika itu juga berobah merah. "Ayahku bilang spa ?" Tanyanya dengan malu. "Dia bilang setelah kembali kedalam Benteng maka dia orang tua segera akan mempersiapkan perkawinan kita." Wie Lian In segera membuka kotak itu sewaktu dilihatnya isi dari kotak itu bukan lain adalah sebuah berlian biru tidak kuasa lagi matanya terbelalak lebar. "Oooh, , Thian!" Teriaknya kaget. "Berlian biru ini sangat berharga sekali." "Menurut taksiran ayahmu ada kemungkinan berlian itu bernilai sapuluh- laksa tahil perak" "Barang yang demikian berharganya bagaimana kau berani menerimanya ?" Tanya Wie Lian In dengan terkejut bercampur girang. "Nyio Loo cung-cu jadi orang sangat lapang dada dia paksa aku untuk menerimanya bahkan dia bilang bilamana aku tidak mau terima maka dia sengaja akan kirim orang untuk menghantarkan barang itu kemari"Wie Lian In segera mengambil keluar berlian biru itu dan ditelitinya beberapa saat setelah itu sambil tertawa katanya. "Mungkin untuk membalas budi kalian yang sudah membantu dia membasmi si iblis bungkuk Leng Hu Ih dan anak buahnya maka sengaja dia hadiahkan barang2 yang berharga, waah ... aku yang tidak ikut2 malah kecipratan rejeki . ." "Dia masih hadiahkan barang ini untukku" Ujar Ti Then kembali sambil mengeluarkan baju tameng landak psmberian Nyio Sam Pak itu. "Tahukah kau barang apakah ini ??". Wie Lian In lantas terima pakaian luar tameng landak itu dan diperhatikan beberapa saat lamanya. "Ooooh sebuah pakaian dalam, agaknya terbuat dari kulit semacam binatang!" Katanya. "Eeehni ..baju ini kalau dipakai dibadan bisa tahan tusukan senjata tajam bahkan dapat msmunahkan pula tenaga lweekang dari jagoan macam apapun". "Apakah baju luar tameng landak ?" Tanya Wie Lian In dengan bersemangat. "Tidak salah, ternyata kau mengerti juga akan barang berharga" Sahut Ti Then sembari mengangguk. Wie Lian In menarik napas panjang. "Barang semacam ini bukankah merupakan satu barang pusaka yang di-idam2kan oleh setiap jago Bu-lim?" Serunya dengan hati sangat gembira. "Sebetulnya aku tidak berani menerima pemberian hadiah yang sangat berharga ini, tetapi Nyio Loo Cung-cu terus menerus mendesak bahkan dia bilang jikalau aku tidak mau menerima maka dia mau berlutut dihadapanku, aku tidak punya akal lagi terpaksa barang ini aku terima." Dia berhenti sebentar untuk tukar napas setelah itu sambil tertawa tambahnya :"Padahal aku tidak membutuhkan barang semacam ini, aku sudah mengambil keputusan untuk hadiahkan barang ini kepada orang lain!". Mendengar keputusan dari Ti Then ini tidak terasa lagi Wie Lian In jadi merasa tegang. "Tidak boleh ... tidak boleb, tidak bisa jadi!" Serunya dengan gugup. "Barang pusaka yang di-idam2kan oleh setiap jagoan Bu-lim bagaimana boleh kau hadiahkan kepada orang lain, kau jangan berbuat ke-tolol2an!" "Aku mau hadiahkan barang ini buat calon istriku yang tercinta apa juga tidak boleh ?" Tanya Ti Then sambil memandang diri Wie Lian In dengan mesra. Wie Lian In agak tertegun dibuatnya, tetapi sebentar kemudian dia sudah tertawa cekikikan. "Hmmm sungguh pintar mulutmu, aku tidak mau!" Teriaknya. "Kenapa kau tidak mau ? Tanya Ti Then melengak. "Barang semacam ini sangat berguna sekali buat dirimu, lain kali bilamana kau keluar Benteng harus memakainya dibadanmu. jikalau misalnya sampai bertemu dengan jagoan yang memiliki kepandaian silat amat tinggi jadi tidak sampai menderita luka. oooOOOooo 59 Dengan perlahan Wie Lian In segera mencubit pahanya, lalu dengan wajah penuh perasaan cinta kasih ujarnya dengan suara perlahan. "Oooh.., engkohku yang bodoh, beberapa hari kemudian barangmu sama juga dengan barangku, barangku sama juga seperti barangmu, buat spa kau hadiahkan barang itu kepadaku ?" Ti Then yang merasa perkataannya sedikit pun tidak salah,segera angkat bahunya dan tertawa."Kalau begitu lain kali bilamana kau mau keluar pintu maka harus mengabulkan permintaanku untuk memakainya dibadan." Wie Lian In segera menganggukkan kepalanya lalu menempelkan pipinya keatas dadanya, dia benar2 sudah dimabuk oleh cinta. Dari dalam sakunya kembali Ti Then mengambil keluar sebuah kotak. "Ehmm yang sekarang ini adalah hadiahku yang aku beli sewaktu ada di kota Tiang An, entah sukakah kau dengan barang2 ini?" Tanyanya. "Asalkan kau yang membeli aku tentu suka!" Sembari berkata dia membuka kotak itu untuk dilihat isinya, terlihatlah tusuk konde, anting2, gelang dan macam2 perhiasan yang memancarkan cahaya terang muncul dihadapan matanya, tidak kuasa lagi dalam hati dia merasa amat girang. "Bukankah kau pernah bilang hendak membelikan hadiah buatku yang nilainya tidak melebihi satu tahil perak?" Godanya sambil tertawa. "Aku rasa barang2 perhiasan ini tidak sampai satu tahil perak bukan ?" "Barang2 itu aku beli dengan menggunakan uangku sendiri maka harganya tidak ada batas-batasnya." "Aku pun sudah belikan beberapa pakaian buat-mu, sekarang barang-barang itu sudah ada didalam kamarku biar nanti aku ambilkan buat kau lihat..." Mereka berdua duduk ber-mesra2an hingga jauh malam menjelang datang, waktu itulah sambil bergandengan tangan mereka baru berjalan keluar dari dalam kebun menuju kekamar baca untuk menjenguk Wie Ci To sebentar, kemudian ber~sama2 pergi bersantap malam. Sehabis bersantap Ti Then kambali ke kamarnya untuk membersihkan badan, berganti pakaian lalu jalan2 keluar untuk melakukan perondaan disekeliling Benteng. Sehabis berkatasebentar dengan para jagoan pedang dia baru kembali kedalam kamarnya untuk beristirahat. Dia tahu tanpa diundang majikan patung emas pasti akan munculkan dirinya ditengah malam, karenanya tanpa mengirim tanda lagi dia lantas naik keatas pembaringan untuk tidur. Ternyata sedikitpun tidak salah, seperti juga beberapa kali yang lain pada kentongan ketiga tanpa diundang majikan patung emas sudah munculkan dirinya diatas atap rumah, setelah membuka atap dengan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dia mulai menurunkan patung emasnya. Kali ini Ti Then merasakan kedatangannya jauh lebih jelas, sesaat sebelum patung emas itu berada ditepi pembaringannya dia sudah terjaga dari pulasnya, dia segera bangun dari tidurnya lalu menarik tali hitam yang mengikat patung emas tersebut. "Hey agaknya kali ini kau merasa begitu ter-buru2, kenapa selalu saja kau tidak memberikan waktu buatku untuk beristirahat dengan nyenyak?" Teriaknya dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara. Nada ucapan dari majikan patung emas masih tetap dingin, kaku dan sangat tawar sekali. "Apakah setiap kali kau meninggalkan benteng Pek Kiam Poo tidak pernah tidur dengan nyenyak?" Serunya dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara pula. "Perjalanan jauh melelahkan badan, setelah kembali kedalam Benteng sudah tentu harus tidur dulu semalam dengan nyenyaknya!". Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo