Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 47


Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 47


Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong   Gumamnya seorang diri.   "Benteng ini amat luas, ada kemungkinan dia lagi berbicara di kamar seorang pendekar pedang merah, biarlah aku pergia cari dia lagi."   Akhirnya dia berjalan kembali ke halaman depan, setiap kali bertemu dengan orang dia tentu menanyakan jejak dari Yuan Siauw Ko.   Tetapi sekali pun satu deretan kamar para pendekar pedang merah itu sudah diperiksanya dan kali ini tidak kedengaran juga suara dari Yuan Siauw Ko.   Hatinya mulai merasa semakin cemas lagi.   "Ehm..apa mungkin dia sudah pergi ke kamar kecil?"Kembali dia berjalan menuju ke benteng sebelah kiri dimana berdiri gubuk-gubuk kecil yang digunakan untuk membuang hajat, akhirnya hasil yang diperoleh hanya nihil saja. Ehmm , ..!! ada kemungkinan dia sudah mendatangi kamar kecil dan sekarang sudah kembali kekamarnya lagi. Karenanya dia lantas kembali lagi ke kamar Yuan Siauw Ko, tetapi sekalipun sudah masuk kedalam kamar keadaannya sama saja, sama sekali tidak kelihatan ada sesosok manusiapun. Tetapi didalam kamar diatas meja dia menemukan secarik surat. Isi surat itu berbunyi demikian: Ditujukan kepada Wie Toa poocu serta Ti Kiauw-tauw. Sewaktu sadar dart impian tiba2 aku teringat masih ada perjanjian dengan seorang kawan digunung Cing Shia dua hari kemudian. Karena waktu mendesak dan takut terlambat dalam perjanjian maka aku pergi tanpa pamit, harap kalian suka memaafkan dan semoga ssja aku bisa datang kembali untuk ikut merayakaa hari perkawinanmu. Loolap Yuan Siauw Ko- Beberapa perkataan itu ditulis dengan tergesa-gesa sekali sehingga tidak begitu genah tulisannya. Surat ini didalam pandangan Wie Ci To serta orang2 lainnya kecuali merasa diluar dugaan dan sayang terhadap Yuan Siauw Ko yang pergi tanpa pamit tidak akan menimbulkan kecurigaan yang lain, tetapi dimata Ti Then hal ini segera menimbulkan rasa curiga yang luar biasa. Karena dia tahu Yuan Siauw Ko bukanlah manusia yang bernyali kecil, dia tidak akan pergi menemui perjanjian dengan kawannya secara tiba2 setelah mengadakan perundingan untuk membuka rahasia dari majikan patung emas, didalam keadaan yang sesungguhnya hal ini tidak mungkin bisa terjadi.Tetapi, sekarang Yuan Siauw Ko benar2 sudah pergi tanpa pamit, apa sebabnya dia berbuat demikian ??? Tidak ragu2 lagi kepergian Yuan Siauw Ko secara tiba2 ini tentu ada sangkut pautnya dengan Majikan patung emas!. Majikan pstung emas pastilah sudah menggunakan satu tindakan yang amat lihay untuk memaksa Yuan Siauw Ko mau tidak mau harus meninggalkan Benteng Pek Kiam Poo. Atau ada kemungkinan surat ini sama sekali bukanlah ditulis oleh Yuan Siauw Ko sendiri sebaliknya hasil karya dari Majikan Patung emas. Setelah dia membunuh Yuan Siauw Ko lantas menulis surat ini untuk pasang jebakan agar perbuatan dosanya ini tidak sampai diketahui oleh orang lain. Berpikir sampai disini Ti Ihen merasakan kepalanya pusing matanya berkunang-kunang, hampir-hampir dia jatuh tidak sadarkan diri. Seluruh badannya terasa panas dingin, tangan yang memegang surat itu pun gemetar tiada hentinya.   "Ti Kiauw-tauw, kau kenapa?"   Tiba-tiba berkumandang dayang pertanyaan dari seseorang. Dan orang itu bukan lain adalah Kiem Cong Loojien. Sewaktu melewati dari depan kamar Yuan Siauw Ko dia bisa melihat air muka Ti Then rada aneh, karenanya dia lantas berhenti untuk bertanya.   "Yuan loocianpwee sudah pergi,"   Sahutnya sambil tertawa sedih. Kiem Cong Loojien jadi melengak.   "Kau bilang apa?"   Dengan tangan masih gemetar Ti Then lantas serahkan surat itu kepadanya."Inilah surat yang ditinggalkan Yuan Loocianpwee. Ciangbunjien, kau boleh lihat.."   Kiem Cong Loojien segera menerimanya dan membaca hingga habis. I "Aaach ..sungguh aeeh , ..sungguh aneh , . ."   Teriaknya tercengang.   "Sekali pun ada urusan yang bagaimana pentingnya seharusnya dia bilang dulu dengan Wie Poocu kalau mau pergi."   "Ada kemungkinan Yuan Loocianpwee merasa membangunkan Wie Poocu di tengah malam buta adalah satu pekerjaan yang kurang sopan sehingga"   "Tetapi kepergiannya yang tanpa pamit bukankah kurang sopan juga?"   Potong Kiem Cong Loojien dengan cepat.   "Ciangbunjien tidur di kamar sebelahnya, apakah kau tidak mendengar sedikit suara pun?"   Kiem Cong Loojien dongakkan kepalanya termenung sebentar, dia gelengkan kepalanya.   "Tidak, loohu yang menjadi tetamu di dalam Benteng sudah tentu tidak usah bersiap sedia, karenanya begitu naik ke atas pembaringan kontan tidur dengan nyenyaknya, mungkin sekalipun ada suara Loohu juga tidak akan mendengarnya."   "Kalau begitu ayoh cepat kita laporkan urusan ini kepada Poocu."   Karena waktu itu adalah waktu bersantap pagi maka kedua orang itu langsung menuju ke ruangan bersantap. Sedikitpun tidak salah, Wie Ci To sudah menanti diruang bersantap, bagitu melihat munculnya Kiem Cong Loojien dia lantas bangun menyapa.   "Kemarin malam ciangbunijien bisa tidur dengan nyenyak bukan ?""Sungguh nyenyak sekali sehingga kamar sebelah sudah kehilangan orangpun tidak merasa"   Jawab Kiem Cong Loojien sambil menyengir.   "Apa ? Sudah kehilangan orang?"   Wie Ci To tertegun. Ti Then segera maju ke depan dan menyeraahkan surat dari Yuan Siauw Ko kepadanya.   "Yuan Loocianpwee kemarin malam sudah meninggalkan benteng !"   Lapornya. Air muka Wie Ci To berubah hebat, dia lantas terima surat itu dan diperiksanya satu kali, jeias wajahnya memperlihatkan rasa terkejut yang luar biasa.   "Aach ... ! Sebenarnya sudah terjadi urusan apa?"   Serunya tak terasa.   "Ada kemungkinan Yuan Loocianpwe tidak suka mengganggu Gak-hu sehingga dia pergi tanpa pamit ...   "   Wie Ci To termenung berpikir sebentar mendadak dari sepasaag matanya memancarkaa sinar yang amat tajam dan memandang diri Ti Then tak berkedip.   "Apakah diantara kalian berdua sudah terjadi satu urusan yang tidak menyenangkan hati ?"   "Tidak !"   Sahut Ti Then dengan serius.   "Kemarin sore siauw-say temani dia orang berpesiar keatas gunung dan kami ber-cakap2 dengan hati yang amat girang, di antara kami berdua sama sekali tidak terjadi satu peristiwa yang tidak menyenangkan hati".   "Kalau begitu urusan ini sungguh aneh sekali."   Seru Wie Ci To dengan suara yang berat, sinar matanya berkedip-kedip.   "Loohu tidak percaya kalau dikarenakan sungkan mengganggu Loohu ditengah malam buta Yuan Piauw tauw sudah pergi tanpa pamit, didalam soal ini pasti ada sebab2nya!""Loolap merasa kepergian Yuan Piauw-tauw meninggalkan benteng adalah satu hal yang mengherankan .."   Tukas Kiem Cong Loojien.   Ti Then termenung tidak berbicara, sebelum dia mengadakan pembicaraan dengan Majikan patung emas, dan sebelum membuktikan kalau kepergian Yuan Siauw Ko ada hubungannya dengan Majikan patung emas dia tidak ingin memberi pendapatnya, dia pun tidak bisa membongkar rahasia dari majikan patung emas karena bilamana kepergian tanpa pamit dari Yuan Siauw Ko ini adalah hasil karya dari Majikan Patung emas maka hal ini membuktikan kalau peringatan yang diucapkan Majikan Patung Emas bukanlah satu gertakan sambal belaka, dia benar2 berani turun tangan membunuh orang, apa yang diucapkan tidak akan dipungkiri kembali.   Atau dengan perkataan lain, Ti Then benar2 merasa bilamana dirinya tanpa memikirkan akibatnya lantas menyiarkan patung emas maka Majikan Patung emas pun segera turun tangan membereskan Wie Ci To serta Wie Lian In, hal ini Ti Then tidak akan merasa tega untuk melihatnya.   "Bilamana Loohu adalah Wie Ci To maka Loohu rela mati di tangan majikan patung emas daripada melihat putriku ditipu mentah-mentah oleh dirimu."   Walau pun perkataan dari Yuan Siauw Ko ini benar tetapi bagaimana pun juga dirinya belum betul-betul mencelakai Wie Lian In, bilamana sampai saat ini dia harus membinasakan nyawa dari mereka ayah beranak ini benar-benar tidak berharga.   Karena itu pikiran Ti Then pun kini berubah kembali, semangat serta keberanian yang diperlihatkan kemarin hari kini meruntuhdia mulai merasa ragu-ragu.   Wie Ci To sendiri agaknya merasa tidak paham juga, alisnya dikerutkan rapat-rapat, sambil bergendong tangan dia berjalan mondar-mandir."Apa mungkin pelayanan dari Benteng kita tidak baik sehingga dia jadi jemu dan pergi?"   Terdengar dia kembali bergumam.   "Bilamana membicarakan soal itu seharusnya Loolaplah yang paling memperhatikan"   Sela Kiem Cong Loojien sambil tertawa.   "Tetapi setelah menjadi tamu selama beberapa hari didalam Benteng Loolap merasa pelayanan disini amat bagus sekali"   "Benar"   Sambung Ti Then.   "Terhadap sifat dari Yuan Loocianpwee siauw-say lah yang paling paham, dia orang tua bersifat lapang dada dan bukanlah seorang manusia yang berhati sempit"   "Tetapi kepergiannya yang tanpa pamit sama sekali tidak benar. Dia bilang secara tiba-tiba sudah teringat kembali ada janji dengan seorang sahabat karib, bilamana partemuan ini harus pergi kenapa dia bisa melupakannya?"   "Ada kemungkinan pertemuan ini sudah dijanjikan pada tempo hari karena tidak pernah diingat-ingat maka sewaktu kemarin malam teringat kembali dia jadi ribut sendiri"   "Kau lihat partemuan apakah yang sudah dijanjikan dengan temannya itu ?"   Tanya Wie Ci To sambil memandang tajam wajahnya.   "Soal ini sulit untuk diketahui, kalau memangnya dia orang tua menyebut sebgai sahabat karib maka seharusnya pertemuan ini tidak sampai membahayakan jiwanya"   Sahut Ti Then.   "Kalau begitu lebih baik kita kirim dia orang untuk lihat-lihat di gunung Cing Shia, kau lihat bagaimana?"   "Begitu pun bagus sekali."   "Coba kau panggil Shia Pek Tha dan suruh dia kirim seorang pendekar pedang merah untuk pergi ke gunung Cing Shia"   Ti Then segera menyahut dan mengundurkan diri dari ruangan bersantap, setelah menemukan Shia Pek Tha dia lantas menceritakan kepergian dari Yuan Siauw Ko yang tanpa pamit padakemarin malam serta perintah dari Poocu untuk kirim seseorang untuk mengadakan pemeriksaan di gunung Cing Shia, setelah itu dia baru kembali lagi ke ruang bersantap.   Dia menemani Kiem Cong Loojien serta Wie Ci To untuk bersantap, tapi hatinya yang lagi murung mana ada napsu untuk makan? Dia cuma mengharapkan hari cepat malam.   Malam hari pun mulai menjadi kelam.   Dari dalam kamar Wie Lian In dia langsung kembali ke kamarnya, setelah mengundurkan si Loo Cia pelayan tua itu dia lantas mengambil lampu dan diketuknya tiga kali di dekat jendela, setelah itu baru naik ke atas pembaringan.   Saat ini napsu untuk tidur pun berkurang, sepasang matanya dengan melotot lebar-lebar memandang tajam atas genting.   Kentongan pertama.kentongan kedua..dengan cepatnya berlalu, kini kentongan ketiga pun menjelang.   Tidak lama melewati kentongan ketiga dari atas atap terasa adanya suara tindakan seorang diikuti sepasang tangan yang samar- samar membuka atap kesamping lalu menurunkan patung emas itu ke bawah.   Majikan patung emas sudah tiba.   Dia turunkan patung emasnya itu ke samping pembaringan Ti Then lalu dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suaranya dia lantas kirim perkataan.   "Ti Then, aku terka malam ini kau tidak dapat tidur bukan? Bukankah kau lagi menunggu aku?"   "Tidak salah"   Sahut Ti Then dengan suara yang amat dingin sekali.   "Kau sudah bunuh Yuan Piauw-tauw?"Majikan patung emas tidak menjawab, sebaliknya malah balas bertanya.   "Kenapa kau orang tidak suka mendengarkan perkataanku dan menceritakan seluruh rahasia ini kepada Yuan Siauw Ko?"   Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera merasakan hatinya tergetar amat keras.   "Siapa yang bilang aku sudah menceritakan seluruh rahasia ini kepadanya? Apa kau mendengar dengan telinga sendiri?"   Bantahnya dengan keras.   "Heee ..heee ... kemarin sore kalian bersama-sama berpesiar keatas gunung, dengan mengambil kesempatan itu kau ceritakan seluruh rahasia ini kepadanya. Hmmm urusan sudah nyata, kau masih ingin mungkir ?"   Seru Majikan patung emas sambil tertawa dingin tiada hentinya.   "Hmm, sewaktu Wie Ci To menunjuk aku untuk mengawani dia berpesiar keatas gunung dalam hati aku sudah tahu kalau kau pasti akan menaruh curiga. Hmmm, ternyata dugaanku sedikitpun tidak salah."   "Kau tidak mengaku ?"   Seru Majikan patung emas sambil mendengus.   "Tidak."   "Tetapi Yuan Siauw Ko sudah mengaku."   "Heee ... heee , ..hee , , jangan coba tipu aku. Yuan Piauw- tauw sama sekali tidak tahu urusan ini, dia bisa mengaku tentang soal apa dengan dirimu?"   Ejek Ti Then tertawa dingin. Majikan patung emas tidak langsung memberi jawaban, dia termenung berpikir sebentar kemudian baru sahutnya.   "Dia mengaku kalau kau sudah menceritakan seluruh rahasia ini kepadanya bahkan sudah menyusun rencana siap-siap hendak menawan diriku."Ti Then tahu Yuan Sianw Ko bukanlah seorang manusia yang takut mati, dia tidak akan mau mengakui keseluruhan ini.   "Kau yangan omong kosong!"   Teriaknya kemudian dengan gusar.   "Kau sendiri yang omong kosong"   "Kau sudah bubuh dirinya?"   "Tidak"   "Lalu kau membawa dirinya kemana?"   Desak Ti Then lebih lanjut.   "Suatu tempat yang sangat rahasia."   "Kalau kau sudah mengambil kesimpulan kalau aku sudah membocorkan rahasia ini kepadanya, kenapa tidak sekalian bereskan nyawanya?"   Majikan patung emas segera tertawa seram.   "Aku tahu bilamana aku bunuh dirinya maka kau tidak akan mendengarkan petunjukku lagi, maka itu untuk sementara waktu aku kurung dia di suatu tempat tertentu, setelah tujuanku tercapai maka waktu itulah aku baru lepaskan dirinya kembali."   "Lalu surat yang ditinggalkan di kamarnya apa kau yang tulis?"   "Bukan"   "Lalu dia yang menulis?"   "Juga bukan"   "Kalau begitu surat itu ditulis oleh pemuda yang kau kirim untuk menyelundup ke dalam Benteng Pek Kiam Poo itu?"   "yangan lupa kau adalah patung emasku, kau dilarang untuk menyelidiki urusanku."   "Walau pun aku adalah patung emasmu tetapi sama sekali berbeda dengan patung emas yang ada di depanmu ini, bilamana aku mengambil keputusan untuk tidak mendengarkan perintahmu lagi maka kau sedikitpun tidak bisa berbuat apa-apa.""Benar"   Sahut majikan patung emas membenarkan.   "Tetapi kau yangan lupa aku masih ada satu cara untuk menghadapi dirimu, aku bisa pergi membinasakan Wie Ci To ayah beranak, menghancurkan seluruh pendekar pedang yang ada di dalam Benteng Pek Kiam Poo, soal ini tentunya bukan satu persoalan yang menyenangkan bukan?"   Mendengar ancaman itu Ti Then segera merasakan hatinya kurang puas, dia merasa sangat jengkel.   "Bilamana kau ingin aku menyelesaikan rencanamu ini dengan baik, maka kau harus beritahu padaku apakah Yuan Piauw-tauw sudah mati atau belum"   "Soal itu sangat mudah sekali, lewat dua hari kemudian aku bisa membawa tulisannya untuk kau lihat, bilamana kau bisa melihat surat yang ditulis dia sendiri maka segera akan kau ketahui kalau dia masih ada di dalam dunia."   "Cuma sayang aku tidak kenal dengan tulisannya, dulu aku sama sekali tidak pernah melihat tulisannya"   "Bagaimana kalau aku suruh dia menulis satu urusan yang diketahui oleh kalian berdua saja?"   "Bagus, kau suruhlah dia menulis nama-nama dari seluruh nama serta gelar dari Piauwsu yang ada di Yong An Piauwkiok, bilamana ada satu kata saja yang salah maka aku tidak akan percaya kalau dia masih hidup."   "Baik,"   Sahut majikan patung emas.   "Aku pun memberi peringatan kepadamu, Yuan Siauw Ko adalah satu contoh yang baik buat dirimu, sejak ini hari bilamana kau berani bocorkan kembali rahasiaku maka bukan saja aku mau bunuh orang yang mengetahui rahasiaku itu bahkan Yuan Siauw Ko pun akan aku bunuh"   "Aku tidak mau bicara lagi dengan dirimu, cepat kau pergi!"   Teriak Ti Then dengan kasar.   Dengan perlahan majikan patung emas menarik kembali patung emasnya dan berlalu dari sana.Dua hari kemudian.   Jarak dengan hari perkawinan pun tinggal lima hari.   Para sahabat serta handai taulan yang menerima undangan pun mulai berdatangan sehingga suasana di dalam Benteng Pek Kiam Poo semakin lama semakin menjadi ramai.   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Pagi hari itu sewaktu Ti Then bangun dari tidurnya dia menemukan di samping badannya sudah menggeletak secarik kertas yang di dalamnya tertuliskan kata2 dengan amat rapat sekali.   Majikan patung emas sama sekali tidak mengingkari janji, dia benar2 sudah membawa tulisan asli dari Yuan Siauw Ko.   Semangat Ti Then jadi berkobar kembali, dia segera mengambil kertas putih itu dan dibacanya dengan teliti.   Di atas kertas putih itu tertuliskan nama2 orang serta gelarnya, dan mereka bukan lain adalah nama2 Piauw-su yang dulu pernah bekerja di perusahaan ekspedisi Yong An Piauwkiok.   Menurut pemikiran Ti Then dahulu Piauwsu yang bekerja di perusahaan Yong An Paiuwkiok semuanya ada seratus dua puluh orang banyaknya, sekali pun majikan patung emas memiliki pengetahuan yang amat luas juga sukar baginya untuk mengetahui seluruh nama-nama dari piauwsu itu, dan bilamana didalam nama- nama itu dia tidak menemukan tulisan yang salah maka hal ini membuktikan kalau tulisan itu benar-benar ditulis oleh Yuan Siauw Ko dan hal ini membuktikan juga kalau dia masih hidup, kalau tidak mana jelas Yuan Siauw Ko menemui bencana.   Dengan telitinya dia memeriksa nama-nama serta gelar dari Piauwsu, tetapi sewaktu melihat nama dari Piauwsu keempat mendadak hatinya terasa tergetar dengan keras.   Karena dia menemukan nama dari piauwsu keempat itu telah salah ditulis! Nama yang sebenarnya adalah "Cian Se Jien"   Tetapi yang ditulis adalah "Cian Su Wo"Hm! Bagaimana mungkin Yuan Siauw Ko bisa salah menulis dengan kata-kata "Jien"   Jadi "Wo"   Atau "saya"? jelas nama-nama ini bukan ditulis sendiri oleh Yuan Siauw Ko, Yuan Siauw Ko pasti menemui bencana. Berpikir akan hal ini Ti Then segera merasakan darah panas didalam dadanya bergolak dengan amat kerasnya, hawa amarah bergolak dihati.   "Iblis bajingan, kiranya kau betul2 sudah membinasakan Yuan Loocianpwee!"   Makinya dengan gusar.   Tetapi walau pun hatinya merasa sedih bercampur gusar dia tetap melanjutkan membaca nama2 itu karena dia masih menaruh harapan kalau nama2 selanjutnya tidak ditwmui kesalahan lagi.   Bilamana diantara nama2 itu Cuma satu tulisan saja yang salah, hal ini bisa dijelaskan ada kemungkinan Yuan Siauw Ko tidak sengaja menulis salah.   Tetapi sewaktu membaca sampai nama piauwsu yang ketujuh kembali dia menemukan kesalahan! Di atas kertas itu tertuliskan nama "Huo Cay Ciang"   Padahal seharusnya nama itu salah, kata-kata "Cay"   Dituliskan jadi "Cay"   Yang berarti "berada"!.   "Ehm! "Cay"   Dan "Cay"   Artinya sama, apa mungkin ini pun kesalahan dari Yuan Siauw Ko?"   Karenanya dia melanjutkan kembali untuk membaca nama-nama itu.   Akhirnya didalam kertas itu samuanya dia sudah menemukan tujuh tulisan yang salah: Ong Beng ditulis jadi Lui Beng, Cau It Jan ditulis jadi Cau It Tong, Kang Kuang Peng ditulis jadi Kang Kuang Ping..   Dengan amat gusarnya dia merobek2 kertas itu hingga hancur, tetapi sewaktu dia hendak menghancur lumurkan kertas itu, tiba2 satu ingatan berkelebat didalam ingatannya.Berpikir sampai disitu dengan terburu2 dia menyambung kembali sobekan kertas itu dan dilihatnja lagi dengan lebih teliti lagi tulisan2 yang salah itu, Dengan cepatnya dia menemukan disetiap tulisan yang ditulis salah tentu ada satu titik hitam.   Ehmm!! Titik2 hitam ini apa sengaja ditulis oleh Yuan Siauw Ko? apakah tujuannya agar dia bisa memperhatikan beberapa tulisan yang ditulis salah itu? Benar! bagaimana kalau tulisan2 yang salah itu disambung menjadi satu?? "Aku ada didalam gua karang dibawah gua Lui Tong Ping".   Seketika itu juga Ti Then jadi amat girang sekali sehingga hampir2 terjingkrak-jingkrak.   Satu harapan kembali muncul dihatinya ...   dia mengharapkan malam hari cepat menjelang.   XXXXXX Akhirnya, malam haripun menjelang datang, seluruh jagat sudab menjadi gelap gulita bintangpun tidak tampak.   Keramaian yang mencekam di dalam Benteng Pek Kiam Poo pun dengan perlahan menjadi sunyi kembali.   Ti Then segera kembali ke kamarnya dan ganti pakaian untuk tidur.   Malam itu dia tidak kirim tanda untuk mengajak Majikan patung emss untuk bertemu muka, bahkan secara diam2 berdoa agar majikan patung emas tidak munculkan dirinya tanpa diundang, karena malam ini dia bersiap sedia untuk pergi ke dalam gua karang dibawah gua Lui Tong Ping untuk menjenguk Yuan Siauw Ko.   Dengan tenangnya dia berbaring diatas pembaringan untuk menanti saat kentongan ketiga lewat, dia harus menanti setelah lewat kentongan ketiga baru pergi karena dia harus menanti pula apakah majikan patung emas akan munculkan dirinya atau tidak."Tok .   tok ..tok!"   Akhirnya kentongan ketiga pun tiba.   Dia tetap berbaring diatas pembaringannya tidak bergerak, dia menanti kembali seperempat jam lamanya setelah benar-benar mengetahui kalau Majikan patung emas tidak datang dia baru turun dari pembaringannya dengan perlahan-lahan lalu membuka jendela dan meloncat ke atas atap.   Setelah itu dengan menggunakan bayangan rumah sebagai tempat persembunyian dia mengitari satu lingkaran benteng itu kemudian panjat tembok benteng dan berjalan keluar.   Dia Yang bertindak sebagai kiauw-tauw dari Benteng Pek Kiam Poo sudah tentu mengetahui dengan amat jelas sekali seluruh tempat2 penjagaan yang terbesar didalam Bsnteng itu, karenanya dengan amat mudah sekali dia berhasil menghindarkan diri dari penjagaan para pendekar pedang.   Hanya didalam sekejap saja dia sudah berhasil mencapai dibawah tembok benteng.   Setelah dilihatnya disekeliling tempat itu tak ada orang dia lantas mengeluarkan ilmu cecak merayap untuk melewati tembok itu dan meloncat keluar kemudian dengan gerakan tubuh yang amat cepat sekali berkelebat menuju ke gunung Go-bie.   Dia sudah ber-kali2 berpesiar keatss gunung ber-sama2 dengan Wie Lian In, terhadap keadaan pemandangan disekitar tempat itu pun dia sudah hapal benar.   Dia tahu goa Lui Tong Ping itu letaknya diatas puncak gunung tidak jauh dari kuil Pek Im Si.   Setelah melewati kuil Toa Jan Si, Auw Ceng Ti, Pek Im Si, dan jalan gunung yang kecil dan sempit akhirnja dia berhasil tiba diatas gua Lui Tong Ping.   Dibawah gua Lui Tong Ping itu merupakan satu tebing yang curam dengan jurang yang dalamnya tak terhingga, dan merupakansatu tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh kaum pesiar, karena tempat itu sangat berbahaya dan sukar sekali untuk dilalui.   Saat ini waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga lebih, suasana didalam gua Lui Tong amat gelap gulita dan secara samar2 membawa rasa seram yang mendirikan bulu roma.   Ti Then dengan sedikitpun tidak ragu2 berjalan menuruni tebing itu, dengan menggunakan batu2 cadas yang pada tersebar di seluruh tempat setapak demi setapak dia meloncat turun.   Kurang lebih sepertanak nasi kemudian dia tiba dibawah gua Lui Tong Ping itu.   Walaupun cuaca dimalam hari amat gelap tetapi ia masih bisa melihat pemandangan disekitar tempat itu dengan jelas.   Dia melihat dibawah gua Lui Tong Ping itu merupakan satu lembah yang amat terjal itu, empat penjuru dikelilingi tebing yang hampir tegak lurus dengan pohon siong yang tumbuh miring menjulang kearah jurang.   Diatas permukaan tanah penuh tersebar batu2 cadas yang besar dan tajam dengan ditumbubi lumut yang amat banyak, agaknya sejak pertama kali hingga kini tiada seorangpun yang pernah mendatangi tempat itu.   Setelah berjalan dan memeriksa disekeliling tempat itu beberapa saat lamanya akhirnya diantara dua buah batu cadas yang amat besar dia menemukan sebuah gua alam yang tidak begitu besar.   Sambil berjongkok dia memeriksa permukaan tanah itu, ternyata sedikitpun tidak salah di depan gua itu tampak telapak kaki yang samar2, didalam hati dia tahu dugaannya tidak salah karenanya sembari mencabut keluar pedangnya dia menerobos masuk kedalam gua.   Suasana didalam gua itu amat gelap tak tampak lima jarinya sendiri.Dengan menggunakan pedang Ti Then meraba-raba beberapa saat lamanya, dia menemukan pedangnya sudah terbentur dengan sebuah dinding gua yang amat keras, karena dia tidak tahu arah gua itu berbelok ke arah mana terpaksa dari dalam sakunya mengambil keluar obor sebagai penerangan.   Dengan menggunakan cahaya sinar obor itulah dia mulai memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, saat itulah dia baru melihat walaupun gua itu Cuma satu tapi berbelok-belok, sebentar melebar sebentar lagi menyempit dan dinding yang saat ini menghalangi perjalanannya adalah sebuah batu cadas yang menonjol keluar sedang lorong itu berbelok kearah sebelah kanan.   Dengan mengikuti lorong itu dia berbelok kekanan, setiap kali bsrjalan beberapa langkab dia menyulut kembali obornya.   Setelah berjalan beberapa saat lamanya akhirnya dia tiba juga disuatu ruangan yang amat besar sekali.   Gua itu dibatasi dengan dinding batu yang terjal dan tajam, disekelilingnya tak tampak barang apa pun kecuali batu sehingga keadaannya amat menyakitkan.   Baru saja Ti Then hendak melakukan pemeriksaan lebih teliti lagi, mendadak obor yang ada ditangannya padam kembali.   Hatinja rada mendongkol, dia lantas mengambil keluar sebuah obor kembali siap2 disulut.   Mendadak ...   "Ti Then, kau?"   Suara seseorang secara tiba2 saja berkumandang keluar dari sisi kirinya, jelas dari nada suara itu menunjukkan hatinya merasa amat kegirangan.   Dan suara itu .   , .   , bukan lain adalah suara dari si tangan sakti Yuan Siauw Ko.   Mendengar teguran itu Ti Then jadi amat girang sekali, dengan ter-buru2 dia menyulut obornya untuk memeriksa tempat disekeliling tempat itu."Yuan Loocianpwee, kau ada dimana?"   Tetapi sebentar kemudiam dia sudah lihat dimana Yuan Siauw Ko berada.   oooOOOOooo 64 Dari balik sebuah batu cadas yang tingginya ada tiga depa dengan panjang empat depa tampak si tangan sakti Yuan Siauw Ko merangkak keluar, kaki kanannya diborgol sedang rantainya diikat kebawah batu cadas tersebut, cuma tangan tiga hari saja tidak melihat sinar sang surya keadaannya sudah benar-benar berubah, wajahnya tidak mirip manusia lagi.   Dengan sekali lompat Ti Then meloncat ke hadapannya dan berjongkok.   "Yuan Loocianpwee, diadia mengurung kau di tempat ini?"   Tanyanya dengan terperanjat.   Dia bisa mengajukan pertanyaan ini dikarenakan dia melihat batu cadas yang mengikat rantai itu cuma seribu kati saja beratnya, sedang dengan tenaga dalam yang dimiliki si tangan sakti Yuan Siauw Ko untuk mendorong batu cadas itu bukanlah satu pekerjaan yang sulit, tetapi kelihatannya dia terkurung rapat dan tak dapat meloloskan diri.   Sambil bersandar pada batu cadas itu Yuan Siauw Ko tertawa sedih.   "Tentunya kau merasa heran bukan, kenapa cuma batu seberat seribu kati saja bisa mengurung loohu ?"   Tanyanya. Sepasang mata dari Ti Then dengan amat tajamnya memperhatikan rantai yang memborgol kakinya itu lalu memandang ke arah ujung rantai yang ditindih batu cadas itu.   "Benar !"   Sahutnya keheranan.   "Apakah batu cadas ini ada permainan lainnya ?"."Tidak ada!"   Sahut Yuan Siauw Ko sambil gelengkan kepalanja.   "Dia cuma mendorong batu cadas ini untuk ditindihkan keatas rantai besar itu . ."   "Kalau memangnya demikian, kenapa kau orang tua tidak mendorongnya ?"   Dengan sedihnya Yuan Siauw Ko menghela napas panjang.   "Dia sudah musnahkan seluruh kepandaian silat dari loohu !"   "Apa? dia sudah musnahkan seluruh kepandaian silat kau orang tua?"   Teriak Ti Then terperanjat.   "Kini Loohu seperti juga orang tua biasa, seorang kakek biasa bilamana ingin mendorong batu cadas bukankah hal ini sama saja dengan satu impian disiang hari bolong ?"   "Apakah dia memberi makanan serta minuman buat kau orang tua?"   Tanya sang pemuda lagi dengan gusarnya.   "Ada, dia membawa sekantong ransum kering serta sekantongan air bersih, hanya cukup buat Loohu gunakan selama setengah bulanan."   "Mari aku bantu tarikan rantai besi itu"   Dia meletakkan kembali pedangnja lalu dengan menggunakan sepasang tangannya menarik rantai itu kebelakang.   "Sreeett ... ! "   Dengan satu kali sentakan dia berhasil memutuskan rantai itu menjadi dua bagian. Tetapi Yuan Siauw Ko masih tetap duduk tidak bergerak sedikitpun.   "Apa kau bisa mencari tempat ini setelah mengertikan kesembilan nama yang sengaja aku tulis salah itu ?"   Tanyanya.   "Benar !"   Sahut Ti Then mengangguk.   "Dia bilang kau orang tua masih hidup, boanpwee tidak percaya dan paksa dia untuk meminta nama2 dari seluruh Piauw-su yang pernah bekerja di perusahaan 'Yong An Piauw-kiok"Kemarin dia meletakkan nama2 itu di samping pembaringan boanpwce, sewaktu boanpwee melihat diatas daftar nama itu banyak terdapat tulisan yang salah dalam anggapanku pasti bukan tulisan yang sebenarnya dari kau orang tua, akhirnya setelah boanpwee baca seluruh kesalahan itu menjadi satu, akhirnya aku baru tahu kalau kau orang tua sengaja hendak memberi tahu tempat dimana Loocianpwee dikurung"   "Malam ini kau datang kemari, apakah dia orang tahu ?"   Tanya Yuan Siauw Ko dengan cemas.   "Mungkin dia tidak tahu".   "Apa yang dia katakan kepadamu ?"   Tanya Yuan Siauw Ko lagi sambil tertawa pahit.   "Dia bilang kau orang tua sudah mengakui pernah mendengar rahasianya"   "Kau percaya ?"   "Tidak percaja !".   "Bagus sekali !"   Seru Yuan Siauw Ko dengan amat girang.   "Dia sudah mengetahui bagaimanakah sifat dari loohu, loohu sama sekali tidak mengakui soal apa pun kepadanya"   "Bagaimana dia bisa membawa kau orang tua meninggalkan Benteng Pek Kiam Poo?"   Tanya Ti Then ingin tahu.   "Ditengah malam buta dia mengetuk pintu kamar loohu, katanya kau lagi menunggu diluar benteng dan ada urusan penting yang hendak dirundingkan dengan loohu, pada waktu itu Loohu tidak tahu kalau dia lagi main siasat.."   "Kalau begitu kau sudah melihat dia orang?"   Tanya Ti Then dengan hati berdebar-debar.   Dia dengan Majikan patung emas sudah mengadakan hubungan selama tujuh, delapan bulan lamanya tetapi hingga hari ini tidak tahu sebenarnya Majikan patung emas itu lelaki atau perempuan dan bagaimana wajahnya.Kini mendengar Majikan patung emas sudah munculkan dirinya untuk memancing Yuan Siauw Ko keluar benteng hatinya jadi berdebar ingin cepat-cepat tahu.   "Benar! Bahkan loohu melihatnya dengan amat jelas sekali"   Sahut Yuan Siauw Ko sambil tertawa. Ti Then segera merasa hatinya semakin berdebar keras lagi.   "Siapakah dia orang?"   Tanyanya cemas.   "Seorang kenalan yang setiap hari dapat kau temui."   Agaknya dia merasa didalam urusan ini amat menarik sekali sehingga sengaja jual mahal untuk menyebutkan nama orang itu.   "Apakah dia adalah salah seorang pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Poo?"   Tanya Ti Then ingin tahu.   "Bukan!"   Jawab Yuan Siauw Ko tertawa, dengan perlahan dia gelengkan kepalanya.   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Apaapa Wie Ci To?"   Sekali lagi Yuan Siauw Ko gelengkan kepalanya.   "Bukan!"   "Lalu siapakah dia orang?"   "Coba kau terka!"   Ti Then termenung berpikir sebentar tetapi sekali pun sudah lewat beberapa saat lamanya dia tidak dapat mengetahui juga siapakah orang itu.   "Yuan Loocianpwee, kau jangan jual mahal, sebenarnya siapakah orang yang sudah menyamar sebagai Majikan patung emas itu?"   "Haa ... haaa .... buankah tadi aku sudah berkata orang iiu dapat kau temui setiap hari ...!"   "Pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Poo bukan, Wie Ci To bukan lalu . .. lalu siapakah dia orang?"Dengan pandangan tajam Ti Then memperhatikan Yuan Siauw Ko tanpa berkedip, dalam hati dia merasa gemas atas ke-jual- mahalan dari si orang tua she Yuan itu. Yuan Siauw Ko yang melihat pemuda itu dibuat gemas dia cuma tersenyum saja.   "Loocianpwee, aku mohon siapakah orang yang sudah menyamar sebagai Majikan Patung Emas itu?"   "Dia ... dia ... adalah."   "Siapa ? siapa dia ??"   Desak Ti Then dengan gemas. Sekali lagi Yuan Siauw Ko tertawa ter-bahak2.   "Kalau aku beritahu siapakah majikan patung emas itu, kau ingin beri apa kepadaku?"   "Apa yang Loocianpwee inginkan pasti aku kabulkan !"   Sahut Ti Then dengan bernapsu. -oo0dw0oo-   Jilid 38 : Loo-cia ternyata Majikan Patung Emas Mendadak Ti Then membelalakkan matanya lebar-lebar.   "Apa mungkin Loo-cia si pelayan tua itu?"   Tanyanya gemetar. Dengan perlahan Yuan Siauw Ko mengangguk.   "Tidak salah, memang dialah orangnya."   Air muka Ti Then seketika itu juga berubah menjadi pucat psi bagaikan mayat, seluruh tubuhnya terasa jadi dingin dan kaku, mulutnya melongo-longo sedangkan matanya terbelalak lebar-lebar, untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun diucapkan keluar.   Kiranya Majikan patung emas adalah penyamaran dari Loo-cia itu pelayan tua!Cia Tiang Sian!! Seorang pelayan tua yang sudah mengikuti Wie Ci To selama empat puluh tahun lamanya ternyata bukan lain adalah majikan patung emas yang sangat misterius itu.   Lama sekali Ti Then berdiri termangu-mangu, setelah itu baru serunya tertahan.   "OohThian!"   "Orang yang menjalankan tidak bakal tahu sedang yang menonton dari samping amat jelas, hari itu setelah kau menceritakan seluruh persoalan kepada Loohu, Loohu segera teringat kalau si Loo-cia pelayan tua itu adalah seorang manusia yang patut dicurigai, tapi kau tidak suka mempercayainya."   Ti Then tetap berada didalam keadaan yang amat terkejut, terdengar dia bergumam seorang diri.   "Bagaimana mungkin dia adalah Majikan Patung Emas? Bagaimana mungkin dia adalah Majikan Patung Emas ? Dia sudah ada empat puluh tahun lamanya mengikuti Wie Ci To, sedang kepandaian silatnya"   Baru saja berbicara sampai disitu mendadak di dalam ruangan gua itu terasa adanya kelebatan cahaya terang sebentar kemudian suasana di tempat itu sudah terang benderang oleh cahaya obor.   Seorang tua dengan membawa lampu lentera berjalan masuk ke dalam.   Dia..bukan lain adalah Loo-Cia itu pelayan tua! Sewaktu melayani Ti Then di dalam benteng wajahnya selalu tersungging satu senyuman ramah, sedang sekarang..bukan saja wajahnya tidak diliputi oleh senyuman bahkan kelihatan begitu dingin kaku, dan menyeramkan sekali, bahkan boleh dikata sudah nerubah jadi seorangseorang berdarah dingin!Terhadap Loo-Cia yang melayani dirinya terus dan dirinya tidak mengetahui kalau dia adalah Majikan Patung Emas, Ti Then merasa hatinya amat tergetar keras sehingga wajahnya berubah pucat pasi.   Walau pun dengan memegang pedang erat-erat dia berdiri di hadapan Majikan patung emas tetapi tak sepatah kata pun bisa dia ucapkan keluar! Loo-cia meletakkan dahulu lampu lentera itu keatas sebuah batu, sikapnya amat dingin bagaikan es, setelah memandang sekejap kearah Ti Then serta Yuan Siauw Ko dia baru berkata.   "Hmm! Selama ini kau tidak suka menerima perintahku dengan hati rela dan selama ini pula tidak suka menerima peringatan dari diriku, kelihatannya kau merasa tidak percaya kalau aku berani turun tangan membunuh orang."   Nada suaranya amat dingin, seperti perkataan yang diucapkan oleh Raja Akhirat! Membuat setiap orang yang mendengar segera merasakan bulu kuduknya pada berdiri.   Ti Then yang untuk pertama kalinya mencium bau kematian tubuhnya terasa tergetar amat keras, dengan cepat kuda-kudanya diperkuat, siap-siap menghadapi sesuatu pertempuran yang menentukan mati hidupnya.   "Loo-cia!"   Teriaknya dengan keras.   "Rupanya kaulah Majikan Patung Emas!"   "Heeheee..cuma sayang keadaan sudah terlambat, sekali pun kau tahu juga tiada gunanya."   Ti Then yang melihat dari sinar matanya memancarkan napsu membunuhnya yang luar biasa, tak kuasa lagi dia menghembuskan napas dingin.   "Bilamana kau sungguh-sungguh mau membinasakan kami, aku ada satu permintaan."   "Coba kau katakan.""Aku tidak suka menerima kematian dengan demikian saja, aku mau mengadu jiwa dengan dirimu!"   "Hee..hee..itu memang menjadi hakmu!"   Seru Majikan patung emas sambil tertawa dingin.   "Tetapi aku tahu dengan kepandaian silatku masih bukan merupakan tandinganmu maka itu aku sangat mengharapkan sebelum kau membinasakan diriku suka menjelaskan apakah sebenarnya tujuan yang engkau tuju!"   "Baik!"   Jawab Loo-cia dengan seram.   "Menanti napasmu hampir putus, aku bisa beritahukan kepadamu! Sekarang kau boleh mulai turun tangan!"   Ti Then segera menoleh kearah Yuan Siauw Ko dan ujarnya dengan hati menyesal.   "Boanpwee sudah menyeret cianpwee ikut terancam jiwanya, dalam hati aku benar-benar merasa menyesal. Semoga saja pada penjelmaan di kemudian hari bisa menjadi anjing atau kuda untuk membalas jasa dari Loocianpwee ini!"   Terhadap soal kematian agaknya Yuan Siauw Ko merasa sangat tawar, mendengar perkataan dari Ti Then itu dia tertawa.   "Tidak! Soal ini bukanlah kesalahanmu, kau tidak hutang apa-apa dengan loohu!"   Dengan sedihnya Ti Then segera menghela napas panjang, dengan perlahan dia menoleh ke arah Loo-cia.   "Yuan loocianpwee ini tidak tahu urusan, bilamana kau tidak suka melepaskan dirinya maka harap kau suka kasih satu pemberesan yang cepat,"   Katanya.   "Baik!"   Nada suaranya amat tegas sedikitpun tidak ragu-ragu, jelas terhadap diri Ti Then serta Yuan Siauw Ko dia sudah punya maksud untuk membereskannya."Heehee..kepandaian silatku aku berhasil pelajari dari dirimu, entah kali ini bisa tidak menerima dua puluh jurus seranganmu?"   Kata Ti Then sambil tertawa. Sehabis berkata tubuhnya maju ke depan, pedangnya diayun menotok tubuh Loo-cia. Jurus serangan ini bernama "Sian Jien Ci Lo"   Atau dewa sakti menunjuk jalan, yang merupakan satu jurus serangan yang bukan dipelajari dari pihak lawannya karena dia tahu bagaimana harus menggunakan ilmu pedang yang dipelajari darinya untuk menyerang dia orang maka hal ini sama sekali tidak ada gunanya.   Loo-cia tertawa dingin, dia tetap berdiri tidak bergerak.   Menanti ujung pedang dari Ti Then sudah hampir mendekati badannya, mendadak telapak kanannya baru membalik, dengan menggunakan tangan kosong dia mencengkeram pedang dari Ti Then.   Melihat serangan tersebut Ti Then jadi terkejut, dengan gugup dia menarik kembali serangannya, sambil menyingkir kekanan dengan menggunakan jurus "Jie Lang Tan San"   Atau Jie Lang memanggul gunung, membabat pinggang musuhnya.   "Ilmu pedang bagus!"   Puji Loo-cia dengan keras.   Tubuhnya menyingkir ke samping, dengan amat gesit dan lincahnya kembali dia berhasil menghindarkan diri dari tusukan Ti Then, mendadak tubuhnya menyerang ke sebelah kiri, telapaknya dengan mengubah jadi cengkeraman elang, menghajar jalan darah Ciang Bun pada pinggang Ti Then.   Dengan gugup Ti Then menyingkir kebelakang, pedangnya dengan memutar satu lingkaran bagaikan burung merak lagi mementangkan sayap dia menghajar dadanya Loo-cia.   Masing-masing pihak bergebrak dengan kecepatan yang luar biasa, setiap jurus dipecahkan dengan jurus, didalam berjaga membawa daya menyerang hanya didalam sekejap saja sudah puluhan jurus sudah berlalu dengan amat cepatnya.Tetapi pada saat masing-masing pihak bertempur dengan amat seru itulah tiba-tiba..   "Rubuh!"   Bentak Loo-cia dengan keras.   Hanya didalam sekejap saja sinar pedang berkelebat memenuhi angkasa, bayangan telapak mengacaukan pandangan, masing- masing pihak sudah berhenti bergerak sedang tubuh Ti Then pun dengan perlahan-lahan rubuh ke atas tanah.   Semuanya ini membuat Yuan Siauw Ko yang menonton di samping dibuat melongo-longo, dia yang melihat Ti Then dapat dengan amat sengitnya melawan Majikan Patung emas menurut anggapannya, walau pun Ti Then tidak dapat memperoleh kemenangan paling sedikit untuk menerima seratus jurus pun masih bisa.   Siapa sangka cuma sepuluh jurus saja dia sudah menemui kekalahan secara mendadak, hal ini benar-benar amat mencengangkan hatinya.   Sedang Ti Then sendiri pun merasa kebingungan, dia tidak mengerti pihak lawan sudah menggunakan cara apa untuk menotok jalan darahnya, bahkan dia pun merasa jari tangan pihak lawan pun tidak sampai mengenai tubuhnya tetapi sudah cukup membuat badannya jadi kaku sehingga tak dapat berdiri lebih lama.   Tetapi pikiran serta kesadarannya masih penuh, keadaannya mirip dengan orang yang tertotok jalan darah kakunya.   Dengan menggunakan kakinya Loo-cia lantas membalik badannya sehingga terlentang, air mukanya masih tetap dingin dan buas kejam.   "Kau lihat!"   Ujarnya.   "Walau pun aku sudah menciptakan dirimu sebagai jago nomor tiga di seluruh Bu-lim, tetapi bilamana ingin membereskan dirimu aku masih bisa lakukan dengan amat mudah."   "Sekarang tentunya kau sudah boleh menceritakan tujuanmu bukan?""Sebentar lagi pasti aku beritahukan kepadamu!"   Dengan perlahan dia bergeser kesamping tubuh Yuan Siauw Ko dan memasukkan sepasang tangannya kebawah batu cadas, entah dengan menggunakan cara yang bagaimana tahu-tahu batu cadas itu sudah terangkat setinggi satu depa kemudian kakinya menendang rantai besi itu kebawah batu dan menurunkan kembali batu cadas itu.   "Buat apa kau berbuat demikian?"   Ujar Yuan Siauw Ko sambil tertawa dingin.   "Karena kau cuma tinggal satu jam saja hidup di dunia."   "Seluruh kepandaian silat loohu sudah kau punahkan, apa kau takut loohu melarikan diri?"   "Benar, untuk sementara waktu aku akan meninggalkan gua ini satu jam kemudian akan kembali lagi kesini untuk membereskan kalian berdua!"   Sehabis berkata dia lantas berjalan keluar dari gua tersebut. Melihat tindakan dari Majikan Patung Emas itu Ti Then segera merasakan hatinya tergetar amat keras.   "Tunggu dulu!"   Teriaknya dengan cemas. Majikan Patung Emas segera menghentikan langkahnya dan menoleh.   "Permintaanmu itu bisa aku penuhi satu jam kemudin, sekarang lebih baik kau berbaring dulu disini!"   Katanya dingin.   "Kau mau kemana?"   "Pulang ke dalam Benteng."   "Mau apa?"   "Urusi pekerjaan!"   Sahut Majikan Patung Emas singkat. Sehabis berkata dia melanjutkan kembali langkahnya menuju ke depan.Ti Then sudah dapat menebak apa yang hendak dikerjakan olehnya sekembalinya ke dalam Benteng, hatinya merasa semakin cemas lagi.   "Tunggu dulu, apa yang hendak kau lakukan sekembalinya ke dalam Benteng?"   "Teriaknya dengan cemas.   "Sejak semula aku sudah bilang"   Ujarnya sambil menghentikan langkahnya kembali.   "Bilamana dengan menggunakan cara yang lunak tidak dapat mencapai tujuan terpaksa aku harus menggunakan cara kekerasan!"   Mendengar kata-kata itu Ti Then merasakan matanya berkunang- kunang.   "Tidak! Kau tidak boleh membunuh mereka ayah beranak!"   Teriaknya dengan keras.   "Satu jam kemudian kau pun bakal mati, buat apa sekarang kau merasa kuatir buat orang lain?"   Sehabis berkata dia melangkah kembali keluar. Dalam hati Ti Then tahu didalam keadaan tak siap sedia Wie Ci To ayah beranak pasti sukar untuk meloloskan diri dari kematian, tidak terasa lagi dia sudah menghela napas panjang.   "Sudahlah, aku menyerah kepadamu!"   Katanya lemas. Majikan Patung Emas pura-pura tidak mendengar, dia melanjutkan kembali langkahnya menuju ke depan.   "Kau kembalilah, aku suka menurut petunjukmu lagi!"   Teriak Ti Then semakin keras. Dengan perlahan Majikan Patung Emas baru menghentikan langkahnya dan menoleh.   "Kau bangsat cilik tidak bisa dipercaya, bagaimana aku dapat mempercayai kembali kata-katamu?"   Ujarnya dingin.   "Yuan loocianpwee masih ada di tanganmu, kau takut apa?"Majikan Patung Emas termenung berpikir sebentar, setelah itu baru putar badannya berjalan balik.   "Kau sungguh-sungguh tidak akan mengkhianati aku lagi?"   "Tidak!"   "Sekarang kau sudah tahu akulah Majikan Patung Emas, bilamana kau berani memecahkan rahasiaku, maka yang pertama- tama aku bunuh adalah Yuang Cong-piauwtauw ini!"   "Kau boleh berbuat demikian."   "Baik, untuk terakhir kalinya aku suka mempercayai dirimu!"   Sehabis berkata dia lantas berjongkok untuk membebaskan jalan darah kaku dari Ti Then yang tertotok. Ti Then yang merasa cara menotok jalan darahnya ini sangat istimewa sekali, tidak tertahan lantas tanyanya.   "Agaknya tadi kau orang tidak membentur badanku bukan?"   "Sudah tentu, karena yang aku gunakan adalah totokan angin!"   Jawab Loo-cia sambil tertawa seram. Jari tangan kanannya segera ditekuk dan disentilkan ke depan.   "Plaaak!"   Dengan disertai suara angin yang amat nyaring batu kecil yang ada beberapa depa jauhnya segera tersentil jatuh ke tengah kejauhan. Waktu itu Ti Then baru bangkit berdiri, melihat kedahsyatan dari ilmu tersebut dalam hati merasa amat terperanjat.   "Agaknya ilmu silat semacam ini kau orang belum pernah mengajarinya kepadaku!"   "Seharusnya aku tinggalkan beberapa ilmu untuk aku simpan, kalau tidak bagaimana aku bisa menguasai dirimu?"   Ti Then segera bangkit berdiri dan menoleh ke arah Yuan Siauw Ko sambil tertawa pahit."Loocianpwee! Sebenarnya boanpwee tidak ingin takluk dengan perbuatan jahat, tetapi saat ini aku mau tidak mau harus tunduk satu kali!"   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sudah tentu Yuan Siauw Ko mengerti akan maksud hatinya, kesemuanya ini dia lakukan dikarenakan Wie Ci To ayah beranak, karenanya terhadap keputusan inipun dia mengetahui jelas.   "Loohu tahu, kau pergilah dengan lega hati!"   Ujarnya sambil tertawa.   "Kau punya rencana hendak mengurung Yuan loocianpwee sampai kapan baru dilepaskan kembali?"   Tanya Ti Then kemudian sambil menoleh kearah Loo-cia.   "Sesudah tujuanku tercapai!"   "Kau orang tidak seharusnya memusnahkan ilmu silatnya"   Omel Ti Then.   "Caraku untuk memusnahkan ilmu silat orang lain sama sekali berbeda dengan cara biasanya, sampai waktunya aku lepaskan dia pergi tentu kepandaian silatnya aku pulihkan kembali."   "Apa sungguh-sungguh perkataanmu itu?"   Tanya Ti Then dengan hati girang.   "Tidak salah"   "Di dalam waktu-waktu ini aku mengharapkan kau jangan merugikan dirinya"   "Asalkan dia tidak melarikan diri, aku pasti tidak akan merugikan dirinya."   "Keadaan dari loohu sekarang ini seperti anjing pun lebih baik, kau masih bilang tidak merugikan?"   Cela Yuan Siauw Ko dari samping.   "Aku merasa senang untuk memberi lebih enak sedikit kepadamu, tetapi dengan keadaan pada saat ini terpaksa aku cuma bilang bersikap demikian kepadamu."Berbicara sampai disini dia lantas menoleh kearah Ti Then.   "Sekarang cepat kau kembali ke dalam Benteng!"   Perintahnya.   "Kau tidak kembali bersama-sama aku?"   "Kau pulanglah terlebih dahulu."   Dengan wajah ragu-ragu Ti Then menoleh sekejap kearah Yuan Siauw Ko, lama sekali baru ujarnya.   "Kau masih ada disini untuk berbuat apa?"   "Kau boleh lega hati, bilamana aku ingin mencelakai dirinya saat ini pun aku bisa turun tangan."   Ti Then yang merasa perkataannya ini sedikit pun tidak salah lantas merangkap tangannya menjura kearah Yuan Siauw Ko, setelah itu memungut kembali pedangnya dimasukkan kedalam sarung.   Baru saja Ti Then berjalan beberapa langkah mendadak terdengarlah Loo-cia si majikan patung emas berkata kembali.   "Ooh benar, bilamana jejakmu malam ini diketahui oleh para pendekar pedang yang berjaga-jaga di benteng, kau hendak menggunakan cara apa untuk memberi penjelasan?"   Sembari melanjutkan perjalanannya keluar dari gua itu jawab Ti Then tawar.   "Aku bilang baru saja menemukan orang yang melakukan perjalanan malam melewati benteng, aku lantas melakukan pengejaran hingga di luar benteng."   "Betul, memang seharusnya kau memberi penjelasan secara demikian"   Sahut Loo-cia tertawa.   Dia pun lantas ikut di belakang Ti Then berjalan keluar dari gua, menanti bayangan tubuh Ti Then sudah lenyap dari pandangan dia baru kembali lagi kedalam gua dan menarik lepas rantai besi yang ditindih dibawah batu cadas tersebut.Kemudian sambil membawa kantongan ransum serta air, ujarnya kepada Yuan Siauw Ko.   "Ayoh, kita pun harus berangkat!"   "Kemana?"   "Tempat ini sudah diketahui oleh Ti Then, maka aku harus membawa dirimu menuju kedalam gua yang lain"   Dengan berdiam diri Yuan Siauw Ko bangkit berdiri dan mengikuti dari belakang tubuhnya berjalan keluar dari gua tersebut.   Sesampainya diluar gua, dikarenakan kepandaian silat dari Yuan Siauw Ko sudah musnah sehingga tidak bisa mengerahkan ilmu meringankan tubuh maka dengan dibimbing oelh Loo-cia mereka melayang dan menaiki keatas tebing gua Lui Tong Ping tersebut.   Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya menuju kedalam gunung yang lebih jauh lagi.   Sewaktu bayangan tubuhnya sudah ada beberapa kaki jauhnya dari sana, mendadak dari bawah gua Lui Tong Ping itu berkelebat kembali sesosok bayangan hitam yang secara diam-diam tanpa mengeluarkan sedikit suara pun menguntit dari belakang Loo-cia hingga ke tempat tujuannya.   Adakah bayangan hitam itu adalah Ti Then? Bukan, saat ini Ti Then sudah kembali ke benteng Pek Kiam Poo.   XXXdwXXX Para tetamu yang sengaja datang membawa selamat sudah berdatangan, suasana di dalam benteng Pek Kiam Poo mulai jadi ramai.   Saat itu sewaktu Ti Then lagi duduk melamun di dalam kamar mendadak tampak Loo-cia masuk ke dalam kamar.   "Ti Kiauw-tauw, Poocu mengundang kau ke kamar baca untuk bercakap-cakap"   Katanya sambil tertawa."Urusan apa?"   Tanya Ti Then melengak.   "Entahlah!"   Dia menoleh dulu memandang sekeliling tempat itu kemudian sambil memperendah suaranya dia berkata kembali.   "Jarak sekarang dengan hari perkawinanmu tinggal empat hari saja. Di dalam empat hari ini apa yang dikatakan oleh Wie Ci To kepadamu harus kau laporkan semua kepadaku, tahu tidak?"   Ti Then segera mengangguk dan putar badan berlalu dari sana. Setibanya didalam kamar baca Wie Ci To tampaklah Wie Lian In pun pada sat itu ada didalam kamar baca, karenanya dia lantas maju memberi hormat kepada Wie Ci To.   "Loo-cia bilang katanya Gak-hu thayjien lagi mencari menantumu?"   "Benar"   Sahut Wie Ci To tersenyum.   "Loohu punya satu urusan yang hendak dirundingkan dengan dirimu, kau duduklah"   Ti Then segera duduk di samping. Wie Ci To mendehem beberapa kali, lalu sambil menuding kearah Wie Lian In ujarnya sambil tertawa.   "Lian In budak ini secara mendadak kemarin hari minta kepada Loohu untuk mendirikan satu kamar baru"   Ti Then jadi melengak.   "Apa sempat untuk membangun sebuah kamar baru lagi?"   Tanyanya.   "Maksud dari Lian In bukannya minta dibangunkan satu kamar yang baru, dia cuma bilang tidak suka menganggap kamarnya sekarang sebagai kamar yang baru, dia pikir ingin mencari tempat lain untuk mendirikan kamar baru buatnya."   Dengan tidak paham Ti Then memandang sekejap ke arah Wie Lian In."Bukankah kamarmu sekarang ini sangat bagus sekali?"   Tanyanya.   "Hmm, kamar itu syudah aku diami selama puluhan tahun lamanya, sejak semula aku sudah merasa bosan"   Seru Wie Lian In sambil mencibirkan bibirnya.   "Sudah..sudahlah, kau tidak usah seperti bocah cilik saja!"   "Perkatraannya memang amat betul"   Timbrung ie Ci To sambil tersenyum.   "Setelah kalian menikah ada seharusnya dimulai dengan barus segala-galanya"   "lalu kau sudah setuju dengan kamar yang mana di dalam Benteng ini?"   Tanya Ti Then sambil tertawa, dengan perlahan dia menoleh kearah Wie Lian In.   "Aku sudah setuju dengan kamar didalam loteng penyimpan kitab tersebut."   Semula Ti Then agak melengak, tetapi sebentar kemudian dia sudah tertawa geli.   "Lian In, kau jangan berguyon"   Serunya.   "Tetapi tia sudah setuju"   Sekali lagi Ti Then dibuat kebingungan, dia merasa urusan ini ada diluar dugaannya.   "Sungguh?"   Tanyanya sambil menoleh kearah Wie Ci To.   "Sungguh"   Sahut Wie Ci To mengangguk.   "Tetapi"   "Loteng penyimpan kitab itu tidak mengandung rahasia apa pun"   Potong Wie Ci To dengan cepatnya, apalagi setelah Loohu ceritakan soal lukisan Shu Sia Mey kepada kalian hatiku pun rada baikan, maka itu Loohu sudah mengabulkan permintaan dari Lian In untuk serahkan itu loteng penyimpan kitab sebagai kamar baru kalian."Untuk beberapa saat lamanya Ti Then dibuat kebingungan, dia tahu didalam loteng penyimpan kitab pasti sudah tersimpan satu rahasia, sedang barang yang diinginkan oleh Majikan patung emas itu pun pasti tersimpan di dalam Loteng penyimpan kitab tersebut.   Sekarang mereka ayah beranak menyerahkan loteng tersebut kepada dirinya untuk dijadikan sebagai kamar baru, bukankah hal ini sama saja dengan mengundang pencuri ke dalam kamar? Dan memberi kesempatan buat Majikan Patung emas atau boleh dikata dirinya sendiri untuk melakukan niatnya? "Kau tidak suka dengan tempat itu ?"   Tanya Wie Lian In tiba- tiba.   "Bilamana kau menyuruh aku mengambil keputusan maka aku rasa kamarmu yang sekarang itu jauh lebih baik."   "Kenapa ?"   Tanya Wie Lian In kurang senang.   "Loteng penyimpan kitab itu tentu merupakan tempat yang paling tenang dari ayahmu, kita tidak seharusnya merebut tempat kesenangan dari ayahmu itu."   "Soal ini kau tidak usah kuatir,"   Sambung Wie Ci To dengan cepat.   "Pada beberapa waktu ini Loohu sudah jarang membaca buku lagi bahkan loohu rela memberikan loteng penyimpan kitab itu buat kalian gunakan sebagai kamar baru."   "Apa maksud dari Gak hu ?"   "Loohu masih teringat dengan kata-katamu tempo hari, dikarenakan Loohu sudah melarang setiap orang memasuki loteng penyimpan kitab itu maka mudah menimbulkan rasa curiga dari orang lain kalau di dalam loteng itu benar-benar sudah tersimpan barang pusaka, demi jelasnya persoalan ini maka Loohu rasa serahkan ruangan itu buat kalian adalah merupakan satu penyelesaian yang paling baik."   "Asalkan kau tidak menolak maka aku segera akan suruh orang untuk membersihkan tempat itu dan memasukkan semua alat2rumah tangga kedalam ruangan"   Sambung Wie Lian In dengan cepat.   "Lalu buku-buku itu hendak pindah kemana ?"   "Kamar kosong didalam Benteng masih banyak, buku-buku itu mudah saja dipindahkan ke tempat lain"   "Sedang alat rahasianya ?"   "Alat rahasia sukar untuk dibongkar, tetapi Loohu bisa jelaskan semua alat rahasia itu kepada kalian agar kalian pun mengerti cara menggunakannya."   "Sebetulnya menantumu merasa kurang setuju,"   Ujar Ti Then sambil tertawa.   "Tetapi kalau memangnya Gak hu serta Lian In sudah setuju maka siauw say pun tidak akan menolak lagi"   Mendengar perkataan tersebut Wie Ci To segera bangkit berdiri.   "Loohu akan pergi menutup alat rahasianya, kemudian suruh orang untuk memindahkan kitab serta lukisan-lukisan itu. Dan mengadakan pembersihan seperlunya". Sehabis berkata dia lantas berlalu dari sana. Menanti bayangan tubuh dnri Wie Ci To sudah lenyap dari pandangan Ti Then baru menoleh kearah Wie Lian In dan mengomel.   "Kau tidaklah patut untuk mengajukan permintaan ini kepada ayahmu !".   "Kenapa ?"   Tanya Wie Lian In sambil mencibirkan bibirnya.    Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini