Pendekar Patung Emas 6
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 6
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong "Sudah tentu diantara kalian ada yang merasa bahwa usia Ti siauw-hiap masih sangat muda sedang usia kalian jauh iebih tua kini diharuskan belajar silat dengan dia tidak urung akan merasa malu juga soal ini merupakan suatu soal yang sangat biasa tetapi kalian haruslah memahami suatu kenyataan yang dikatakan belajar ilmu tidak mengingat tua atau muda yang mencapai terdahulu dialah guru. Kepandaian silat dari Ti siauwhiap jauh melebihi kepandaian kalian sudah tentu kalian harus menghormati dia sebagai guru- Dia berhenti sejenak.lagi, sesudah memandang setiap pendekar pedang yang berdiri di sana ujarnya lagi sambil tersenjum "Untuk membuktikan kalau Ti siauwhiap punya hak dan punya alasan yang kuat bertindak sebagai pimpinan kalian maka muiai sekarang Lohu akan memberikan suatu kesempatan kepada kalian, bagi siapa yang merasa tidak puas boleh keluar minta pelajaran dari Ti Siauwhiap, Lo hu tidak akan marah, ada tidak?" "Tidak ada" Kedua puluh lima orang pendekar pedang merah tidak ada yang bergerak dari tempatnya, sejak semula mereka sudah mendengar kalau kemarin pagi dengan tidak melancarkan serangan apa pun Ti Then sudah berhasil mengalahkan seorang pendekar pedang putih,kemudian tidak sampai sepuluh jurus berhasil rnengalahkan si naga Hong Mong Ling pula, di samping itu ada pula yang secara sembunyi-sembunyi melihat Ti Then ketika dia sedang mendemontrasikan ilmu meringankan tubuh serta ilmu pukulan karena itu mereka merasa bahwa dirinya masih belum apa-apanya jika dibandingkan dengan Ti Then, sudah tentu tidak ada yang berani mengajukan dirinya. Para pendekar pedang putih dan pendekar pedang hitam yang berdiri di belakang sudah tentu semakin tidak berani bergerak lagi: Senjuman yang menghiasi bibir Wi Ci To dengan pelahan menghilang dari wajahnya dengan serius ujarnya. "Bilamana tidak ada orang yang berani keluar untuk minta pelajaran dengan Ti siauw-hiap maka sejak hari ini kalian semua harus menghormati dirinya dan mengikuti petunjuknya, barang siapa yang berani kurang ajar dengan Ti siauw-hiap maka Lohu tidak akan mengam puni lagi" Perkataannya barn saja selesai dari antara pendekar pedang merah tiba-tiba terlihat seseorang mengacungkan tangan kanannya agaknya dia hendak mengatakan sesuatu. Orang itu merupakan seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan dengan bentuk tubuh yang kurus kecil tetapi kedua belah pelipisnya menonjol keluar sepasang matanya memancarkan sinar yang sangat tajam agaknya dia merupakan seorang jago berkepandalan tinggi yang sempurna Melihat hal itu ujar Wi Ci To de ngan cepat "Ki Kiam-su apa mau minta pelajaran dari Ti siauw-hiap ? "Benar" Sahut pendekar pedang merah she-Ki itu. "Baiklah, kau kemarilah ? Dengan langkah yang mantap pendekar pedang merah she-Ki itu berjalan ke depan kemudian memberi hormat kepada Wi Ci To.Dengan perlahan Wi Ci To menolak memandang Ti Then, sambil tersenjum ujarnya. "Lohu akan memperkenalkan dahulu pada Ti siauwhiap, dia merupakan pendekar pedang merah yang paling tua diantara lainnya yang disebut sebagai To Hun Kiam Khek atau pendekar pedang pencabut sukma Ki Tong Hong" " Ti Then segera merangkap tangannya memberi hormat ujarnya. "Sudah lama mendengar nama besar dari saudara ini hari bisa bertemu sungguh sangat beruntung sekali" Si pendekar pedang pencabut sukma Ki Tong Hong pun membalas hormat, sahutnya. "Tidak berani Ti siauw-hiap terlalu sungkan" Dengan perlahan dia menoleh kearah Wi Ci To ujarnya sambil tersenjum. "Pocu, hamba tahu bahwa hamba bukan tandingan dari Ti siauw- hiap tetapi dalam hal kepandaian silat yang diutamakan adalah pengalaman di dalam menghadapi musuh, dengan memberanikan diri hamba ingin mencoba-coba pengalaman dari Ti slauwhiap." "Baik., mau mencoba dengan tiara apa.." Sahut si pendekar pedang pencabut sukma Ki Tong Hong dengan perlahan. "Kepandaian silat dari Ti siauw-hiap sudah mencapai pada taraf kesempurnaan hal ini hamba dengar dari saudara saudara sekalian, di dalam demonstrasi sudah tentu berbeda dengan pertempuran- yang menentukan mati hidup seseorang, bilamana bisa memperoleh kemenangan ditengah pertempuran dengan senyata tajam yang sungguh-sungguh dapat dihitung liehay" "Jadi maksudmu akan bertempur dengan Ti siauwhiap di dalam suatu pertempuran yang menentukan mati hidup?" Tanya Wi Ci To dengan nyaring."Benar" Sahut Ki Tong Hong. "Dengan memggunakan seluruh kekuatan berusaha mengalahkan pihak lain, dalam turun tangan tidak boleh menaruh belas kasihan sedang bilamana salah satu menerima luka juga tidak diperkenankan menyalahkan" Mendengar perkataan itu Wi Ci To mengerutkan alisnya, sambil menoleh kearali Ti Then tanyanya. "Bagaimana pendapat dari Ti siauwhiap ? -Bagus" Boanpwe akan menggunakan nyawaku sebagai jaminan untuk menemani saudara ini" Wi Ci To menoleh lagi kearah Ki Tong Hong tanyanya . "Kau siap hendak menggunakan kepandaian apa bertempur melawan Ti Siauw- hiap ? "Yang terutama sudah tentu harus menggunakan pedang, tetapi hamba tadi sudah bilang kalau pertempuran ini merupakan suatu pertempuran yang menentukan mati hidup seseorang sehingga harus menggunakan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk bertempur tidak perduli dengan menggunakan kepandaian yang ganas atau kejam macam apa pun boleh digunakan" "Baiklah" Ujar Wi Ci To " Bilamana kau mem punyai kemungkinan untuk membinasakan Ti siauw-hiap Lohu tentu tidak akan menyalahkan kau tetapi bilamana sampai kau dikalahkan oleh Ti Siauwhiap sehingga menderita cacad jangan sampai mendendam di dalam hati" "Hal ini sudah tentu" Dengan perlahan Wi Ci To mengangkat kepalanya serunya dengan keras: -Hong Ling, pinyamkan pedangmu kepada Ti Siauw-hiap ? Mendengar perkataan itu dalam hati Hong Mong Ling menjadi sangat girang segera dia melepaskan pedangnya dari pinggang dan berjalan ke depan menjerahkan pedang berikut sarungnya kepada Ti Then.Pada wajahnya menampilkan perasaan yang sangat girang sekali. Bagaimana dia bisa girang ? Ti Then menyambut pedang itu sedang dalam hati pikirnya . "Orang ini begitu mendengar Wi Ci To menjuruh dia meminyamkan pedangnya kepadaku pada air mukanya segera memperlihatkan perasaan girang, apa mungkin dia sudah bersekongkol dengan Ki Tong Hong untuk melaksanakan sebuah rencana keji untuk mencelakai diriku ?" Berpikir sampai di sini segera dia mencabut pedangnya dan memeriksa dengan teliti. Sesudah memeriksa seluruh bagian dari pedang itu ternyata sedikit pun tidak menemukan tempat-tempat curiga apa pun. Akhirnya dia menyingkirkan sarung pedang itu ke samping kemudian bergeser tiga langkah ke samping, kepada Ki Tong Hong ujarnya sambil tertawa . "Ki cianpwe silahkan melancarkan serangan." Ki Tong Hong pun mencabut keluar pedangnya dengan nyaring sahutnya : Ti siauw-hiap harap berhati-hati, cayhe dalam dunia kangouw terkenal sebagai orang yang suka mengadu jiwa, banyak akal dan jadi orang licik bahkan pekerjaan yang paling rendah juga bisa aku keluarkan." Sekali pun perkataannya ini diucapkan dengan nada bergurau tetapi cukup membuat orang yang mendengar merasa ngeri dan bergidik: Kiranya si pendekar pedang pencabut sukma ini merupakan seorang jago "tanpa am pun" Yang sangat terkenal, hanya saja dia khusus turun tangan terhadap orang-orang dari golongan Hek-to saja sehingga dengan demikian Wi Ci To juga tidak bisa mengambil tindakan atau hukuman terhadap dirinya. Dengan sangat tenang Ti Then tersenjum ujarnya . "Terima kasih atas peringatanmu, kan melancarkan serangan.""Maaf" Mendadak tubuhnya maju tiga langkah ke depan pedangnya diputar setengah lingkaran ditengah udara kemudian menusuk ke depan dengan kekuatan yang sangat luar biasa. Gerakan ini dilakukan begitu cepatnya sehingga mirip dengan berkelebatnya sinar kilat, sungguh tidak malu disebut sebagai seorang pendekar pedang yang kenamaan. Sebaliknya Ti Then sudah bisa melihat kalau serangan yang dilancarkan ini merupakan suatu jurus serangan tangan kosong maka tubuhnya sama sekali tidak bergerak atau menghindar bahkan pedangnya pun tidak diangkat untuk balas melancarkan serangan. Ki Tong Hong melihat dia tidak mau juga melancarkan serangan segera menarik. kembali serangan kosongnya itu ditengah jalan, jurus serangan segera berubah dari menusuk mendiadi gerakan menabas, tubuhnya mendesakmaju lagi ke depan dari arah dada kini berubah menyambar pinggang Ti Then. Diantara berkelebatnya sinar pedang tahu-tahu pedang itu sudah mencapai pinggang Ti Then tidak lebih sejauh tiga cun. Saat itulah Ti Then baru bersuit nyaring, mendadak tubuhnya melonyak ke atas dengan menggunakan jurus 'Yan Cu Can Swi" Atau burung walet menyapu air, sedang pedangnya ditekan ke bawah memusnahkan jurus serangan itu. Jurus serangan ini diika dilihat dari depannya sekali pun mirip dengan sebuah jurus untuk menangkis serangan musuh tetapi di belakang dari jurus serangan selandutnya secara diam-diam tersembunyi sebuah serangan dahsyat yang mematikan. Dia percaya bahwa Ki Tong Hong akan sukar untuk menghindarkan diri dari jurus serangan yang mematikan ini hanya saja dia tidak ingin mematikan nyawa dari Ki Tong Hong dalam hati dia hanya punya niat melukai Ki Tong Hong saja Siapa tahu, begitu pedangnya digunakan untuk menangkis serangan pihak lawan suatu peristiwa yang diluar dugaan telah terjadi terhadap dirinya."Criiiing . " Dengan menimbulkan suara yang sangat nyaring pedang yang digunakan untuk menangkis serangan pedang dari Ki Tong Hong menjadi terasa sangat ringan sekali. Pedangnya sudah terputus?? Bahkan putusnya dari ujung gagang pedang hingga ujung pedangnya sendiri. Terhadap setiap jago berkepandaian tinggi dari Bu-lim peristiwa ini boleh dikata merupakan suatu peristiya yang sangat menakutkan sekali. Sesaat Ti Then sedang merasa tertegun itulah dia hanya merasakan pinggangnya terasa amat sakit ternyata dia sudah berhasil dilukai oleh pedang Ki Tong Hong yang tidak mau menyia- nyiakan ke sempatan yang sangat baik itu. Darah segar segera memancar keluar membasahi seluruh pakaiannya. "Tahan ?" Bentak Wi Ci To dengan cepat. Dengan cepat Ki.Tong Hong mengundurkan diri ke belakang hingga beberapa kaki jauhnya dari tempat semula: -Pocu, kenapa ?" Ujar Ti Then sambil tersenjum. "Lukamu tidak mengapa bukan ?" Tanya Wi Ci To. "Ha ha ha ha , tidak sampai binasa" "Hal ini merupakan suatu peristiwa yang diluar dugaan, bilamana bukannya pedang itu terputus kau pun tidak sampai menderita luka, biarlah sekarang ganti sebilah pedang lagi untuk melanjutkan bertempur"- Pada saat dia bilang "Peristiwa yang di luar dugaan itu dengan tanpa sadar dia sudah melirik sekejap kearah Hong Mong Ling agaknya dalam hati dia sudah tahu kalau hal ini merupakan permainan licik dari Hong Mong Ling. "Tidak bisa ganti pedang baru-"Kenapa" Tanya Wi Ci To dengan tercengang. "Tadi Ki cianpwe sudah memberi penjelasan dengan sangat jelas sekali, dia bilang dia mau bertempur di dalam pengalaman bertempur dengan diri boanpwe sedang putusnya pedang sekali pun merupakan suatu peristiwa yang berada diluar dugaan bilamana boanpwe tidak segera bisa mengubah keadaan bahaja menjadi keadaan yang menguntungkan hal ini mengertikan kalau pengalaman boanpwe masih sangat cetek -Jika demikian adanya kau sudah mengakui kalau sudah dikalahkan?" Ujar Wi Ci To keren sedang air mukanya berubah menjadi demikian seriusnya. "Tidak" Sahut Ti Then tegas. "Boanpwe juga tidak akan mengakui kalah karena sebelumnya Ki ciatipwe sudah beri penjelasan bahwa pertempuran ini merupakan suatu pertempuran yang menentukan mati hidup sedang kini boanpwe hanya menderita suatu luka sangat ringan, ha ha ha belum sampai terbinasa". "Kalau memangnya demikian kau boleh ganti dengan sebilah pedang lainnya" "Tidak bisa" Ujar Ti Than sambil menggelengkan kepalanya"Kedua belah pihak dengan menggunakan nyawanya bertempur mati-matian bilamana satu pihak terputus pedangnya sudah tentu pihak yang lain tidak akan mengijinkan pihak yang terputus pedangnya berganti dengan pedang baru, maka itulah bilamana boanpwe sampai bertukar dengan pedang yang baru ini namanya tidak adil" Sehabis berkata dia membuang gagang pedang itu ke atas tanah dan berjalan mendekati Ki Tong Hong, ujarnya tersenjum. "Ki cianpwe silahkan melanjutkan serangan selanjutnya" Ki Tong Hong melihat pinggangnya terluka dan darah segar masih terus menerus mengalir keluar dengan derasnya tetapi dia sama sekali tidak melihatnia barang sekejap pun tak terasa hatinyamenjadi tergetar, juga, sambil mundur satu langkah ke belakang ujarnya sambil tersenjum "Ti siauw-hiap sudah terluka, biarlah sampai di sini saja pertempuran kita kali ini" Ti Then tertawa dingin ujarnya. "Kau tak .mau turun tangan, cayhe akan turun tangan terlebih dahulu." "Baiklah" Ujar Ki Tong Hong sambil tertawa serak. " Kau dengan menggunakan tangan kosong melanjutkan pertempuran ini, baiklah kau terlebih dahulu yang menjerang. " Ti Then hanya mengangguk dengan perlahan, mendadak tubuhnya mendesak maju ke depan dua langkah tangaanya dengan sangat perlahan ditepuk kearah depan. Ki Tong Hong tidak berani berlaku gegabah dengan tergesa-gesa dia menggeserkan diri ke samping, dari sebelah samping segera melancarkan satu serangan dahsyat menusuk jalan darah "Yu Bun Hiat" Di bawah dada Ti Then. Pada saat dia melancarkan serangan tusukan yang sangat dahsyat itulah mendadak tubuh Ti Then berkelebat dengan sangat cepat dan tahu-tahu Ki Tong Hong te!ah kehilangan bajangan musuhnya. Menanti dia merasakan kalau Ti Then sudah berada di belakang tubuhnya saat itulah belakang lehernya sudah brhasil dicengkeram oleh Ti Then dan dilemparkan seluruh tubuhnya ketengah udara. Kecepatan gerakannya demikian dahsyatnya sehingga Wi Ci To sendiri pun belum sempat melihat dengan jelas gerakan apa yang dilakukan tubuh dari Ki Tong Hong sudah terlempar ketengah udara. "Bluuk" Dengan mengeluarkan suara yang keras tubuh Ki Tong Hong yang dilemparkan Ti Then itu terjatuh ke atas tanah beberapa kaki dari tempat semula, untuk beberapa saat lamanya tidak sanggup untuk berdiri:Setiap hadirin di dalam lapangan itu dibuat menjadi pada melongo, air mukanya berubah menjadi pucat pasi siapa pun tidak pernah menyangka dan siapa pun tidak akan percaya kalau Ti Then berhasil menguasai seorang pendekar pedang merah yang tertua dari Benteng Pek Kiam Po hanya di dalam satu jurus saja dengan menggunakan tangan kosong, Tetapi peristiwa yang sesungguhnya telah terjadi di hadapan mata mereka semua. Untuk beberapa saat lamanya seluruh lapangan menjadi sunyi senyap, secara samar-samar diliputi oleh selapis napsu untuk membunuh yang sangat hebat. Para pendekar pedang merah lainnya dari perasaan terkejut kini berubah menjadi perasaan gusar yang meluap-meluap karena mereka rasa kalau Ti Then terlalu menghina Ki Tong Hong yang dibantingnya dengan demikian kerasnya. Seat itulah agaknya Wi Ci To pun merasakan keadaan yang aneh itu segera bentaknya dengan keren. "Njoo Kiam-su, cepat bangunkan Ki Kiam-su dan bawa ke samping Seorang pendekar pedang merah segera menyahut dan membangunkan tubuh Ki Tong Hong, dengan perlahan dia membimbing dirinya mengundurkan diri dari lapangan untuk beristirahat dihalaman belakang. Air muka Wi Ci To berubah menjadi sangat keren, sambil menyapu sekejap kearah para pendekar pedang merah ujarnya lagi dengan keren "Saudara sekalian, ini semua adalah keluhuran dari hati Ti Kiauw- tauw yang tidak menggunakan akal licik apa pun juga, dia menggunakan kepandaian silat yang sesungguhnya mengalahkan Ki-kiam-su, diantara kalian bilamana ada yang masih tidak puas boleh minta pelajaran darinya saat ini juga" Para pendekar pedang merah yang melihat wajah Pocu mereka sudah berubah menjadi demikian serius serta kerennya tidak terasapada merasa jeri apalagi mereka pun merasa kalau kepandaian silat dari Ti Then sudah mencapai pada taraf yang sangat tinggi, sehingga dengan demikian tak seorang pun yang berani keluar untuk men coba-coba. Setelah menanti beberapa seat lamanya Wi Ci To melihat tak adaseorang pun yang berani keluar minta pelajaran segera ujarnya. "Kalau memang sudah tidak ada lagi tetap dengan perkataan lohu tadi sejak ini hari kalian harus menghormati dan menurut perkataan dari Ti siauw-hiap, bilamana ada orang yang berani berlaku kurang ajar terhadap dirinya maka lohu akan segera mengusir dia dari dalam Benteng Pek Kiam Po ini" Sehabis berkata dia turun dari mimbar ujarnya kepada Ti Then. "Ti Kiauw-tauw silahkan naik mimbar untuk menerima penghormatan " "Buat apa harus demikian" Ujar Ti Then sambil tersenjum. "Harus berbuat demikian, ini merupakan peraturan dari Benteng kami" Terpaksa dengan langkah yang periahan Ti Then berjalan naik ke atas mimbar sesudah menerima penghormatan dan sorak sorak dari seluruh pendekar pedang yang ada ditengah lapangan dia merangkap tangannya membalas hormat, ujarnya "Saudara-Saudaraku sekalian, dengan mendapatkan perhatian dari Pocu terpaksa cayhe menerima jabatan sebagal pimpinan dari saudara-saudara sekalian, semoga saja saudara-saudaraku sekalian jangan terlalu memandang tinggi kepada diri cayhe, cayhe harap kalian dengan menggunakan kedudukan sesama saudara saling hormat menghormati, saling belajar ilmu silat dan saling bantu membantu disegala bidang, sejak ini bilamana cay he melakukan kesalahan harap sandara-sandara sekalian mau memberi petunjuk" Sehabis berkata dia memberi hormat lagi dan turun dari atas mimbar.Sesudah itu Wi Ci To lah yang angkat bicara ujarnya. "Sejak besok pagi Ti Kiauw-tauw akan mulai memberikan petunjuk-petunjuk dalam ilmu silat, untuk ini yang akan menerima petundiuk adalab Yuan Ci Long -Fan Kia Yong, Tay Tiauw Eng, Njoo Ceng Bu Tong Shu In Lin Liang, Kim Lok Hong, Kian Ceng Haan, Mong Ling serta Lian In dari pendekar pedang merah, kalian sepuluh orang setiap pagi harus sudah berkumpul di sini tanpa ada alasan untuk meninggakannya" Sehabis berkata dia menoleh kearah si pedang naga perak Huang Puh Kian Pek sambil tanyanya: - Sute kau punya urusan ? "Tidak ada ? "Baiklah, sekarang kalian boleh bubar" Sekembalinya Ti Then ke dalam kamarnya sebentar kemudian Shia Pek Tha sudah datang lagi dengan membawa dua stel pakaian berserta obat luka, ujarnya sambil tertawa: -Ti-heng cayhe mendapat perintah dari pocu sengaja datang untuk mengobati luka dari Ti-heng-- -Aah , tidak berani, hanya suatu luka yang sangat kecil biarlah siauw-te turun tangan sendiri" Dia melepaskan pakaian bagian atasnya terlihatlah pada pinggangnya tergores sebuah luka sepanjang empat cun dengan dalam setengah cun, sedang darah segar masih terus mengalir keluar dengan derasnya tak terasa dia tertawa pahit, ujarnya. "Heei ..untung saja nyawaku belum dipanggil oleh Thian, bilamana tergurat setengah cun lebih dalam lagi kiranya sejak tadi sudah binasa" Sambil membantu Ti Then membalut lukanya ujar Shia Pek Tha. "Memang sungguh merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh, sekali pun pedang dari Mong Ling bukan merupakan pedang kunoyang antik tetapi merupakan suatu pedang yang bagus, bagaimana secara mendadak bisa putus sendiri ?" "Mungkin pedang itu ada kekuatan gaibnya sehingga lebih baik putus dari pada aku yang memakainya ?" Shia Pek Tha menoleh memandang keluar pintu kamar kemudian ujarnya dengan suara perlahan. "Ti-heng tidak akan mencurigai hal itu perbuatan licik dari Mong Ling bukan?" -.Tidak ! tidak" Ujar Ti Then sambil gelengkan kepalanya. - Mong Ling heng merupakan seorang budiman bagaimana bisa melakukan pekerjaan semacam ini" Siauw-te kira hal itu hanya merupakan suatu peristiwa diluar dugaan saja" - Aku pikir dia tidak mungkin bisa berbuat demikian, kau sudah menolong dia kembali ke dalam benteng kenapa dia harus membalas suatu budi dengan dendam ? Sesudah lukanya dibalut dan berganti dengan sebuah pakaian semangat Ti Then telah pulih kembali, ujarnya. "Mari pergi, kita pergi lihat Ki Kiam su itu" "Sesudah terbanting dengan keras oleh kau kini dia masih terlentang di atas pembaringan, bilamana sekarang kita pergi menengok dirinya, kiranya" " Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia akan berpikir secara bagaimana pun sesukanya, pokoknya hal ini merupakan kejujuran dari hati siauw-te." - Baiklah" Ujar Shia Pek Tha sambil mengangguk. "Cayhe akan membawa Ti-heng ke sana." Ketika mereka berdua sampai di depan kamar Ki Tong Hong terlihatlah pintu kamar terbuka lebar-lebar, Ki Tong Hong berbaring di atas pembaringan sedang di depan pembaringan berdirilah empat orang pendekar pedang merah Hong Mong Ling merupakan salahsatu diantaranya, entah mereka waktu itu sedang membicarakan soal apa tetapi begitu melihat kedatangan Ti Then segera bersarna- sama menutup mulutnya rapat-rapat sedang pada air mukanya memperlihatkan perasaan terkejutnya. Dengan langkah perlahan Ti Then berjalan masuk ke dalam kamar, kepada Ki Tang Hong yang berbaring di atas pembaringan dia merangkap tangannya memberi hormat, ujarnya. "Maaf tadi sudah melukai Ki toako, entah kini merasa bagaimana?" "Untung masih baik" Sahut Ki Tong Hong dengan tawar. "Atas kemurahan Kiauw-tauw yang tidak turun tangan jahat cayhe merasa sangat berterima kasih" "Heei ... tadi siawwte tidak sempat menahan diri sehingga mambuat Ki toako terluka, dalam hati merasa tidak enak"- "Kiauw-tauw terlalu sungkan, cayhe belajar ilmu tidak rajin bagaimana harus menyalahkan diri kiauwtauw" "Semoga Ki Toako jangan sampai memasukkan peristiwa hari ini ke dalam hati" -ooo0dw0ooo- Jilid 5.1. Mengusir Pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan "Sudah tentu, sudah tentu" Ujar Ki Tong Hong. "Sekali pun cayhe telah mengalami kekalahan total tetapi di dalam hati merasa sangat girang, sejak hari ini di dalam benteng terdapat seorang Ti Kiauwtauw yang memimpin hal ini merupakan suatu keuntungan bagi seluruh pendekar pedang dari benteng kami" Dengan perlahan Ti Then menoleh kearah Shia Pek Tha, ujarnya sambil tertawa:"Shia heng, siauwte ingin menggunakan uang saku sendiri menyamu seluruh saudara-saudara dari Benteng, kau bilang kurang lebih harus membutuhkan uang berapa?" "Ti kiawtauw tidak usah berbuat demikian" Ujar Shia Pek Tha sambil tertawa. "Seharusnya dari pihak kami yang menyamu kau" "Tidak, tidak..siauwte akan mengundangtiga puluh meja perjamuan, seratus tahil uang perak cukup tidak?" "Ha ha ha hasatu meja perjamuan tiga tahil perak, ini sudah merupakan suatu perjamuan yang mewah" "Siauwte juga hanya memiliki seratus tahil saja, kalau memangnya sudah cukup, baiklah kita putuskan demikian saja, mari kita laporkan pada Pocu malam ini kita bersama-sama bergembira" Malam itu seluruh lapangan latihan silat telah penuh dengan meja-meja perjamuan yang diatur dengan sangat rapih, lampu menerangi seluruh penjuru, dengan tenangnya Pocu sendiri si pedang naga emas Wi Ci To sampai orang yang terbawah pendekar pedang hitam kini menjadi tamu sendiri Ti Then, dua ratus orang banyaknya bersama-sama bergembira pada meja perjamuannya masing-masing membuat suasana demikian ramainya. Ti Then sendiri satu persatu menghormati setiap meja perjamuan dengan secawan arak, sikapnya sangat ramah dan simpatik sehingga orang-orang yang semula merasa tidak senang dengan kehadirannya ini lama kelamaan timbul pula perasaan simpatik dari dalam hati mereka. Tetapi karena orang yang harus dihormati demikian banyaknya membuat dia makin lama semakin mabok oleh air kata-kata itu. Wi Ci To yang melihat langkahnya mulai gentajangan segera ujarnya pada Shia Pek Tha sambil tertawa. "Pek Tha, Ti kiauwtauw sudah tidak kuat dengan kekuatan arak, cepat antar dia ke dalam kamar untuk beristirahat"Dengan sangat hormat Shia Pek Tha menyahut, segera dia meninggalkan meja perjamuan, mendekati Ti Then yang sedang minum dengan puasnya di samping Ki Tong Hong, ujarnya dengan perlahan. "Ti Kiauwtauw, kamu orang sudah mabuk" Sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya. "Ki toako, mari kita teguk secawan lagi" "Bila Ti Kiauwtauw tidak mau istirahat sebentar ke dalam kamar lebih baik kurangi sedikit dalam meneguk arak, kamu orang sudah meneguk terlalu banyak" Ti Then sesudah saling meneguk secawan arak dengan Ki Tong Hong segera putar tubuhnya dengan sempojongan dia berjalan kembali ke meja perjamuan Wi Ci To, ujarnya sambil tersenjum. "Wi pocu, boanpwe sama sekali tidak mabok, harap kamu orang tua legakan hati" "Ha ha ha ha" Sahut Wi Ci To sambil tertawa. "Lohu lihat kamu orang sudah menghabiskan tiga puluh cawan arak, bilamana tidak berhenti mungkin kamu orang sebagai majikan akan rubuh terlebih dahulu" "Tidak mengapatidak mengapa, justru karena mabuk membuat hati menjadi semakin tenteram, boanpwe pernah satu kali meneguk menghabiskan arak sebanyak delapan kati akhirnya otakku masih tetap segar dan bersih" "Heeei..buat apa kamu orang meneguk arak sebegitu banyaknya, haruslah kamu orang ketahui banyak minum merusak badan apalagi lukamu belum sembuh benar-benar" "Ha ha ha" Sahut Ti Then sambil tertawa terbahak-bahak. "Boanpwe tidak takut merusak badan, hanya takut semakin miunum semakin tidak mabok" Wi Ci To tersenjum, tanyanya. "Kau gemar minum arak hingga mabok?""Sekali mabok menghilangkan beribu-ribu macam kemurungan di dalam hati, boanpwe kepingin sekali mabok selamanya tidak sadar kembali..semakin mabok semakin tenang semakin sadar semakin memusingkan kepala" Wi Ci To yang mendengar perkataannya ini segera memandang tajam wajahnya, tanyanya lagi. "Kamu punya kemurungan hati?" "Benar, kemurungan yang sangat banyak sekali, misalnya ehmm..misalnya ada seorang lelaki menjual obat tetapi boanpwe sama sekali tidak tahu di dalam cupu-cu punya menjual obat macam apa?" Wi Ci To yang mendengar kata-kata dalam keadaan mabok itu tidak terasa menjadi tertawa geli, ujarnya. "Coba lihat, kamu masih bilang tidak mabok.." Baru saja kata-kata mabok keluar dari mulutnya sekonyong- konyong..sebuah benda melayang turun dengan cepatnya dari tengah udara. "Braaak.." Dengan menimbulkan suara yang keras benda itu tepat terjatuh di atas meja perjamuan membuat cawan serta mangkok pada beterbangan dan jatuh ke atas tanah. Orang-Orang yang duduk dimeja perjamuan itubegitu melihat benda tersebut tidak tertahan lagi air mukanya segera berubah hebat, sambil menjerit kaget mereka pada meloncat berdiri dari tempatnya masing-masing. Coba anda terka benda macam apa yang terjatuh dari tengah udara itu? Ternyata sebutir batok kepala manusia yang masih meneteskan darah segar dari bekas bacokannya. Shia Pek Tha yang melihat kejadian itu segera berteriak keras. "Oh Thian, bukahkah dia adalah Kang Kian Sian dari pendekar pedang hitam?"Sepasang mata dari Wi Ci To berubah menjadi merah padam, dengan berat tanyanya. "Dia sedang meronda di atas gunung?" "Benar!" Sahut Shia Pek Tha. Di dalam sekejap mata saja semua orang sudah bisa menduga peristiwa apa yang sedang terjadi, seluruh hadirin menjadi tenang kembali keadaan begitu sunyi senyapnya sehingga tidak terdengar sedikit suara pun, masing-masing tangan dengan kencang mencekal gagang pedangnya masing-masing sedang seluruh perhatian ditujukan siap menghadapi perubahan yang bakal terjadi. +++ "Siapa yang datang?" Tanya Ti Then dengan perlahan. Wi Ci To menggelengkan kepalanya, agaknya dia sendiri pun tidak tahu, tubuhnya dengan perlahan bangkit berdiri dari kursi, ujarnya dengan nada yang berat. "Kawan dari mana yang sudah datang mengunjungi benteng kami, silahkan unjukkan diri untuk bertemu" Suatu suara aneh yang sangat menjeramkan segera berkumandang datang dari atas wuwungan rumah di samping kiri lapangan latihan silat itu, sahutnya dengan seram. "Aku, he he he..orang she Wi sungguh pandai kamu orang bersenang senang mengadakan perjamuan hingga jauh malam tetapi tahukah kamu orang majat-majat yang bergelimpangan di tengah jalan sudah mulai mendingin?" Para pendekar pedang merah yang ada ditengah perjamuan begitu mendengar di atas wuwungan rumah ada orang segera siap menubruk ke atas, saat itulah Wi Ci To sudah membentak dengan keras. "Jangan bergerak!" Para pendekar pedang merah tidak berani membangkang perintahnya terpaksa duduk kembali ketempatnya masing-masing. "Siapa sebenarnya saudara itu?""He he..kawan lamamu" Sahut orang itu sambil tertawa menjeramkan. "Hmm..hmm..selamanya lohu hanya bersahabat dengan orang- orang jujur dan suka berterus terang, selamanya belum pernahberkenalan dengan seorang manusia yang suka main sembunyi-sembunyi seperti anak kura-kura" Orang itu tertawa terbahak-bahak, sahutnya. "Lohu sendiri juga tidak punya niat untuk main sembunyi-sembunyi seperti cucu kura- kura" Sambil berkata terlihatlah sesosok bajangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa melayang turun dari atas atap. Gerakan tubuhnya sangat ringan bagaikan burung walet, di dalam sekejap mata saja dia sudah melayang turun beberapa kaki diluar lapangan latihan silat tersebut. Rumah itu jaraknya dengan permukaan tanah tidak lebih setinggi tujuh delapan kaki, kini dengan satu kali lompatan saja ternyata dia bisa melayang turun dengan mudahnya hal ini dengan jelas memperlihatkan kalau ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai pada taraf kesempurnaan. Bentuk tubuhnya kaku persis seperti sesosok majat hidup yang baru saja bangkit dari kuburan. Jika dilihat usianya kurang lebih diantara enam puluhan, tinggi tubuhnya sedengan sedang bentuknya kurus kering rambutnya terurai awut-awutan, wajahnya kotor dan baju yang dipakainya pun compang camping persis seperti orang pengemis, hanya saja dipinggang sebelah kanannya tersoren sebilah pedang panjang. Di samping itu dia memiliki sepasang mata yang sangat tajam bagaikan sambaran kilat, pada saat berkelebat membuat orang yang melihat pada bergidik saking ngerinya. Diam-diam Wi Ci To menghembuskan napas dingin, karena walau pun dia tidak tahu siapa orang itu tetapi dalam hatinya sadar kalau malam ini kedatangan seorang musuh yang sangat tangguh. Sesudah berhasil menenangkan pikirannya barulah ujarnya. "Maaf pandangan lohu sudah lamur, siapakah sebenarnya saudara ini?"Orang aneh itu mementangkan mulutnya tertawa dingin sehingga terlihatlah sebaris giginya yang kuning memuakkan, sahutnya. "Selama beberapa tahun ini Wi Pocu selalu memimpin Bu-lim, kedudukannya pun sangat terhormat, tidak aneh kalau sudah melupakan kawan lama" "Hemmm..hmm.."ujar Wi Ci To sambil tertawa dingin tak henti- henti-nya. "Walau pun sudah lama Lohu mem punyai kedudukan sebagai pimpinan seluruh Bu-lim tetapi selamanya tidak pernah terlalu memandang tinggi kedudukan ini, asalkan kawan-kawan karib dari satu jalan yang sama Lohu tidak akan melupakan untuk selamanya" "Tetapi kamu orang sudah lupakan aku?" "Hal ini dikarenakan saudara memang bukannya kawan lama dari Lohu" Mendadak Huang Puh Kian Pek berjalan mendekati Wi Ci To, ujarnya dengan perlahan. "Suheng coba lihat telinga kanannya!" Mendengar perkataan itu dengan cepat Wi Ci To memperhatikan telinga sebelah kanan dari orang itu dengan sangat teliti saat itulah dia baru menemukan kalau telinga kanannya jauh lebih kecil dari telinga kirinya, tidak tertahan tubuhnya tergetar dengan sangat keras, serunya. "Haaa? Kau adalah si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan?" "Ha ha ha..bagus sekali, bagus sekali..akhirnya kenal juga..sungguh untung sekali..untung sekali" Walau pun Wi Ci To boleh dihitung merupakan seorang yang sangat tenang tetapi saat ini pada wajahnya tidak urung menampilkan perasaan terkejutnya juga, sama sekali tidak terduga olehnya si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan yang pada masa lalu merupakan seorang pemuda tampan kini sudah berubah menjadi seorang jelek yang sangat mengerikan.Yang datang tidak akan punya maksud baik, yang bermaksud baik tidak akan datang, ini hari si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan muncul ditempat itu sudah tentu membawa maksud yang tidak baik, apalagi jika dilihat gerak-geriknya yang tambah lincah agaknya sukar untuk dihadapi jika dibandingkan dengan dahulu. Bahkan kedatangannya kali ini bertepatan dengan beradanya Ti Then di dalam Benteng, apa mungkin Ti Then benar-benar merupakan muridnya? Apa betul dia yang perintahkan Ti Then untuk masuk Benteng bertindak sebagai mata-mata? Sesudah berpikir sampai di sini tidak tertahan lagi hati Wi Ci To berdebar dengan kerasnya. Kepandaian yang dimiliki Ti Then saja dia sendiri sudah merasa sulit untuk hadapi, kalau benar-benar Ti Then merupakan muridnya si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan ini maka dengan jelas sekali memperlihatkan kalau kepandaian silat dari pihak lawan sudah mencapai pada taraf yang jauh lebih tinggi dari dirinya, dengan demikian kemungkinan sekali Benteng Pek Kiam Po akan musnah di dalam serangannya kali ini. Pikiran tersebut dengan cepat berkelebat di dalam benaknya, segera dia putar tubuhnya berkata kepada Huang Puh Kian Pek yang berdiri di sisinya. "Sute, perhatikan seluruh gerak-gerik dari Ti Then..dengan perlahan-perlahan coba dekati tubuhnya bila menemukan gerak- geriknya sedikit mencurigakan segera turun tangan kuasai dia" Huang Puh Kian Pek sedikit mengangguk kemudian dengan berpura-pura tidak sadar tubuhnya mulai bergeser kesisi tubuh Ti Then. Ti Then yang selama ini selalu menganggap Wi Ci To sebagai Majikan Patung Emas sudah tentu tidak terlalu memperhatikan gerak-gerik dari Huang Puh Kian Pek yang mulai bergeser mendekati tubuhnya itu.Pada air muka Wi Ci To dengan perlahan-lahan mulai menampilkan senjuman, sambil memandang tajam kearah si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan ujarnya. "Dua puluh tahun tidak bertemu, tidak disangka Cian-heng sudah berubah menjadi sedemikian rupa.." "Semuanya ini merupakan pemberian dari Wi Toa Pocu" Sahut si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan dengan dinginnya. "Bagaimana perkataanmu ini?" "Sejak aku orang she Cian kau lukao telinga kananku di depan umum karfena merasa malu untuk bertemu dengan orang maka di dalam beberapa tahun ini aku orang she Cian selalu bersembunyi ditengah gunung hingga saat ini" "Tapi" Ujar Wi Ci To. "Sesaat sebelum terjadinya pertandingan pada waktu itu kita pernah berjanyi terlebih dulu, tidak perduli siapa pun yang terluka atau terkalahkan tidak diperkenankan mendendam di dalam hati, mungkin Cian-heng sudah melupakan akan hal ini?" "Ha ha ha ha..tidak lupa..tidak lupa, aku orang she Cian sama sekali tidak mendendam" "Lupa atau tidak hanya dalam hatimu sendiri yang jelas" Ujar Wi Ci To sambil tersenjum. "Aku orang she Cian benar-benar tidak akan mendendam di dalam hati, ada pepatah mengatakan menang kalah merupakan kejadian yang biasa di dalam suatu pertempuran, kemarin kalah mungkin hari ini akan pulang dengan memperoleh kemenangan, buat apa mendendam di dalam hati?" "Lalu ini hari Cian-heng punya perhitungan pulang dengan memperoleh kemenangan?" Tanya Wi Ci To lagi. "Benar" Sahut Cian Pit Yuan sambil mengangguk. "Aku orang she Cian tentu punya hak ini bukan?" "Sudah tentu ada..sudah tentu ada, tetapi kamu orang tidak seharusnya membunuh anak murid lohu, kamu orang merupakanseorang jago yang punya nama sangat terkenal di dalam Bu-lim, kini ternyata turun tangan membunujh seorang boanpwe yang masih rendah tingkatannya, hal ini membuat lohu merasa kecewa bagi dirimu" "Sebenarnya aku orang she Cian tidak punya niat untuk bunuh dia, kesemuanya karena dia sendiri yang mencari mati" "Oooh benar begitu?" Tanya Wi Ci To sambil tertawa dingin. "Aku orang she Cian sebetulnya punya niat dengan hormat untuk menemui kau Wi Toa Pocu, siapa tahu anak muridmu itu terlalu memandang rendah orang lain, dia melihat aku orang she Cian berpakaian compang-camping dan miskin ternyata tidak memperkenankan aku masuk bahkan memaki-maki dan meperolok- olok aku orang, terpikir olehku dengan peraturan yang keras dari Bentengmu ini sudah tentu tidak mungkin memiliki seorang anak murid semacam dia, karena itulah orang semacam itu tidak mungkin bisa terpakai lagi di sini maka aku mewakili kamu orang menyingkirkan nyawa dari sini" Shia Pek Tha yang mendengar perkataan ini menjadi sangat gusar, mendadak dia meloncat bangun dari tempat duduknya, sambil mengaum keras bentaknya. "Omong kosong, Kang Kian Sian merupakan pendekar pedang yang paling luhur hatinya, paling jujur dan paling menuruti aturan , kamu bangsat tua sudah bunuh dirinya kini memfitnah lagi, aku akan adu jiwa denganmu terlebih dulu" Sambil berkata dia meloncat kearahnya sambil mencabut pedang dari sarung segera dia melancarkan satu serangan dahsyat ke depan. Cian Pit Yuan tertawa terbahak-bahak, tubuhnya sedikit miring ke samping segera terhindarlah dari tusukan dahsyat Shia Pek Tha ini bersamaan pula kaki kanannya maju satu langkah ke depan dengan tepat berhasil menghajar pundak Shia Pek Tha, membuat tubuhnya tidak tahu lagi mundur beberapa langkah ke belakang dengan sempojongan sambil tertawa keras ujarnya:"Minggir sedikit, kau masih terlalu jauh untuk lawan aku" Shia Pek Tha merupakan salah satu pendekar pedang merah yang tertua di dalam Benteng Pek Kiam Po ini, julukannya Satu kali tusukan menembus ulu hati, sudah sangat terkenal di dalam dunia kangouw, kini satu tusukannya bukan saja berhasil digagalkan oleh Cian Pit Yuan bahkan tubuhnya sendiri berhasil pula dipukul oleh Cian Pit Yuan hingga mundur sempojongan, hal ini merupakan suatu kejadian yang jauh diluar dugaan. Dengan perkataan lain, hal ini membuktikan kalau kepandaian silat dari si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan ini sudah berhasil dilatih hingga mencapai pada taraf kesempurnaan. Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Wi Ci To yang melihat kejadian itu segera sadar kalau Shia Pek Tha bukanlah musuh dari Cian Pit Yuan itu, jika pertempuran ini diteruskan tidak lebih juga bikin malu saja segera bentaknya dengan keras. "Pek Tha, kau mundur!" Tetapi Shia Pek Tha sama sekali tidak mau ambil perduli bentakannya itu, sambil membentak keras sekali lagi dia menyambarkan pedangnya ke depan, pedangnya diputar hingga mirip naga yang sedang menari di dalam sekejap mata saja dia sudah berhasil melancarkan empat jurus serangan sekaligus dengan gerakan menusuk, membabat, membacok serta menyambar. Keempat jurus serangan ilmu pedang ini walau pun dilakukan dengan sedikit perbedaan waktu tetapi waktu dilancarkan keluar mirip sekali dengan empat buah serangan dilancarkan sekaligus disekeliling tubuh Cian Pit Yuan itu. Tetapi sebaliknya Cian Pit Yuan sama sekali tidak mencabut keluar pedangnya, tubuhnya masih tetap berada ditempat semula hanya saja kakinya dengan sangat ringannya bagaikan mengalirnya mega di angkasa, tubuhnya dengan sangat lincah berhasil menghindarkan diri dari seluruh serangan itu, pada saat serangan yang keempat baru saja dilancarkan terlihatlah telapak tangannya sedikit miring dengan sangat hebat dia berhasil menghajar perut Shia Pek Tha.Waktu melancarkan serangan itu sama sekali tidak dilakukan dengan cepat, hanya kecepatan serta kejituan serangannya itu membuat Shia Pek Tha tidak berhasil menghindarkan diri lagi dari serangan itu. Bagaikan sebuah tiang besar tubuh Shia Pek Tha dengan mengeluarkan dengusan berat rubuh ke atas tanah dengan kerasnya. Seluruh hadirin ditempat itu begitu melihat hanya di dalam satu gerakan saja Cian Pit Yuan berhasil memukul rubuh Shia Pek Tha tidak terasa pada melototkan matanya lebar-lebar sedang air mukanya berubah dengan sangat hebatnya. Dalam hati Wi Ci To sadar kalau dia harus secepat mungkin turun tangan sendiri, tetapi baru saja dia hendak maju ke depan, Ti Then yang berada di sampingnyajauh lebih cepat satu tindak dari dirinya, terlihat tubuh Ti Then sedikit berkelebat dia sudah berada di hadapan Cian Pit Yuan. Sebenarnya Huang Puh Kian Pek terus menerus bersiap diri untuk menguasai Ti Then, tetapi gerakan dari Ti Then jauh lebih cepat daripada apa yang dipikirkan, hampir-hampir boleh dikata sesaat tubuh Ti Then sudah berada satu kaki dari tempat semula dia baru turun tangan berusaha mencegah kepergian Ti Then itu, tetapi gerakannya ini sudah tentu tidak mencapai pada sasarannya tidak terasa air mukanya berubah menjadi merah padam, bentaknya. "Ti Then, kamu mau berbuat apa?" Ti Then sudah menjongkokkan diri di samping tubuh Shia Pek Tha, terlihatlah dari samping mulutnya darah segar masih menetes keluar dengan derasnya sedang keadaannya pun berada di dalam keadaan tidak sadarkan diri, segera dia angkat kepala sambil ujarnya. "Saudara itu cepat kemari membimbing Shia toako ke samping!" Seorang pendekar pedang putih yang berada didekatnya segera maju ke depan dan membopong tubuh Shia Pek Tha yang tidak sadarkan diri itu ke samping tubuh Wi Ci To.Setelah itu barulah dengan perlahan Ti Then bangkit berdiri dan memandang tajam kearah Cian Pit Yuan, ujarnya sambil tertawa dingin. "Gerak-gerikmu sungguh tidak jelek hanya bilamana dengan mengandalkan kepandaian ini saja sudah berani mengacau benteng Pek Kiam Po ini mungkin tidak begitu mudah" Tadi Cian Pit Yuan sudah melihat dengan jelas kalau gerakan tubuhnya sangat cepat sekali, dalam hatinya tidak urung merasa terkejut juga kini tidak terasa lagi dia lebih memperhatikan beberapa kejap kearahnya, dengan pandangan yang sangat tajam dengan sangat teliti dia mulai memeriksa Ti Then dari atas kepala hingga ujung kakinya, kemudian barulah katanya. "Siapa kau?" "Hemm..hmmm..orang yang ada di dalam kalangan ini kecuali saudara seorang lainnya merupakan orang-orang dari benteng Pek Kiam Po" "Ha ha haooh..begitu?" Ujar Cian Pit Yuan sambil tertawa terbahak-bahak. "Lohu pernah dengar di dalam benteng Pek Kiam Po terdapat pendekar pedang merah, putih serta hitam, hey bangsat cilik kamu termasuk dari tingkatan yang mana?" "Pendekar pedang hitam" Sahut Ti Then singkat. Cian Pit Yuan yang mendengar perkataan ini tidak tertahan lagi mengerutkan alisnya kencang-kencang, ujarnya dengan kurang percaya. "Pendekar pedang hitam? Kalau begitu cepat menggelinding dari sini, kalau tidak hemmm..hmmm jangan salahkan lohu turun tangan kejam lagi terhadap dirimu" "Sekali pun aku hanya seorang pendekar pedang hitam tetapi dalam hati aku masih punya pegangan untuk membereskan orang semacam kamu"Cian Pit Yuan begitu mendengar perkataan itu segera menjadi gusar, sambil angkat kepala serunya dengan keras. "Hey orang she Wi, kamu orang apa mau lihat pendekar pedang hitammu yang ini juga kehilangan nyawa?" Begitu Wi Ci To melihat sikap dari Ti Then terhadap pihak lawannya segera tahulah dia bahwa Ti Then tidak mungkin merupakan anak muridnya, tetapi untuk membuktikan kalau Ti Then sama sekali tidak punya hubungan dengan pihak lawan di dalam hatinya segera timbul keinginan untuk melihat masing-masing pihak saling bergebrak dulu, maka sambil tertawa keras ujarnya. "Cian-heng, kalau memangnya kamu orang tahu kalau di dalam bentengku ini terdapat pendekar pedang hitam, putih serta merah, apa mungkin kamu orang tidak tahu kalau di dalam benteng kami ini berlaku juga satu peraturan?" Cian Pit Yuan menjadi tertegun, tanyanya. "Peraturan apa?" "Setiap orang yang masuk ke dalam benteng ini bilamana hendak bertempur lawan lohu maka terlebih dahulu harus melewati tiga rintangan, memukul rubuh pendekar pedang hitam terlebih dahulu kemudian melewati rintangan pendekar pedang putih, merah baru kemudian bergebrak sendiri dengan lohu" "Hemm..hmmm.." Ujar Cian Pit Yuan sambil tertawa dingin. "Tapi seorang pendekar pedang hitammu sudah aku bunuh" "Lohu tidak melihat dengan mata kepala sendiri siatuasi pada saat itu, mungkin juga kamu bunuh dia dengan siasat licin?" Cian Pit Yuan menjadi sangat gusar, sahutnya kemudian. "Baiklah pendekar pedang hitam itu boleh tidak dihitung tetapi yang baru saja ini?" "Dia bukan orang yang lohu tunjuk sudah tentu tidak bisa dihitung"Cian Pit Yuan semakin gusar lagi, sambil menuding kearah Ti Then ujarnya sambil tertawa dingin. "Kini dengan resmi kamu tunjuk pendekar pedang hitam ini untuk bergebrak lawan aku orang she Cian?" "Tidak salah!" Sahut Wi Ci To sambil mengangguk. "Aku orang she Cian kalau tidak turun tangan masih tidak mengapa, tapi begitu turun tangan maka pasti akan bunuh orang, apa kau tega melihat anak muridmu terbunuh oleh aku orang she Cian?" "Ha ha hasebaliknya lohu malah yang mau beri nasehat padamu lebih baik sedikit berhati-hati, mungkin yang binasa adalah kamu orang sendiri" Cian Pit Yuan mendengus dengan dinginnya, dia tidak mau ambil bicara lebih banyak lagi, sambil menoleh kearah Ti Then ujarnya. "Hey bangsat cilik, ajoh mulai turun tangan!" "Tidak bisa..tidak bisa" Ujar Ti Then. "Kamu orang adalah pihak yang menjerbu ke dalam benteng kami ini sudah seharusnya kamu orang yang turun tangan terlebih dulu" Cian Pit Yuan tidak bisa menahan hawa amarahnya lagi, bentaknya. "Bangsat cilik, orok busuk..kamu orang berani mengejek di depan mata lohu" Sambil berkata tangannya dengan sangat dahsyat menghajar dada pihak musuhnya. Dia tetap tidak siap sedia menggunakan pedangnya, hal ini dikarenakan dia sama sekali tidak percaya kalau seorang pendekar pedang hitam semacam Ti Then ini bisa mengalahkan dirinya. Padahal Ti Then sendiri juga tak punya pegangan yang teguh untuk memperoleh kemenangan ini tetapi kini dengan nyalinya yang besar dia ingin mencoba bergebrak dengan seorang musuh yangtangguh ini, dia tidak takut kalau sampai dikalahkan bahkan dalam hatinya dia mengharapkan kalau dirinya bisa dikalahkan, sehingga dengan demikian dia bisa membatalkan perjanyiannya dengan Majikan patung emas itu, karena dia sudah berjanyi dengan Majikan patung emas asalkan di dalam Bu-lim dia bisa menemui seorang yang bisa mengalahkan dirinya atau bertempur seimbang dengan dirinya maka segera dia akan memperoleh kebebasan kembali. Maka itulah dia sangat mengharapkan bisa dikalahkan oleh pihak lawannya yang tangguh ini, tetapi dia tidak berani mengalah secara sengaja oleh karena itulah begitu melihat Cian Pit Yuan melancarkan serangan dahsyat kearah dadanya dengan cepat dia menyambut serangan itu dengan telapaknya juga. "Plak..!" Sepasang telapak tangannya masing-masing bertemu menjadi satu terlihatlah tubuh Ti Then mundur satu langkah ke belakang. Cian Pit Yuan begitu melihat Ti Then hanya berhasil dipukul mundur satu langkah saja tidak terasa air mukanya berubah sangat hebat, sambil tertawa aneh ujarnya. "Hemmm..hmmmm punya simpanan juga, coba terima satu seranganku ini lagi" Suaranya baru keluar dari mulut, telapak tangannya sudah menyambar datang. Dengan menggunakan jurus Co Yuan Hoa Su, telapak tangannya dengan dahsyat menghajar perut dari Ti Then. Ti Then tidak mau adu keras lawan keras lagi, tubuhnya sedikit miring ke samping dengan menggunakan jurus Pek Hok Liang Ci atau bangau putih mementangkan sajap tubuhnya dari bawah ke atas balas mengancam bahu pihak lawan. Cian Pit Yuan tertawa dingin, telapak tangannya segera berubah jurus, tubuhnya memutar ke sebelah kanan dengan menggunakan jurus Ji Lang Tan San auat Ji Lan memikul pakaian, balas menjerang jakan darah Thay yang hiat, dikening sebelah kiri dari Ti Then.Kedua orang itu saling serang menjerang dengan kecepatan bagaikan kilat, di dalam sekejap saja puluhan jurus sudah berlalu tetapi masing-masing tetap seimbang tanpa ada yang berhasil merebut di atas angin. Dengan keadaannya seperti ini lama kelamaan hati Cian Pit Yuan menjadi sedikit gugup dan bingung. Pada dua puluh tahun yang lalu dia dikalahkan di bawah serangan pedang Wi Ci To dengan menahan perasaan malu segera hilang dari dunia kangouw untuk berlatih dengan giat ditengah pegunungan yang sunyi, kini sesudah berhasil melatih ilmunya di dalam hati menganggap dengan mudah mungkin dia berhasil mengalahkan Wi Ci To sehingga terbalas dendam sakit hati terpapasnya telinga sebelah kanannya itu, siapa tahu pada pertempuran pertamanya secara resmi dia sudah berhadapan dengan seorang Pendekar Pedang Hitam yang sukar untuk ditundukkan, hanya cukup seorang Pendekar pedang hitam saja sudah demikian lihaynya hal ini membuktikan kalau Wi Ci To yang sekarang jauh lebih lihay daripada Wi Ci To dua puluh tahun yang lalu. Semakin bertempur hatinya semakin terperanyat sehingga di dalam keadaan yang tidak tenang itu membuat seluruh jurus serangan yang dilancarkan semakin tidak karuan, karena itulah sesudah lewat lima enam puluh jurus lagi lama kelamaan dia sudah terdesak hingga berada di bawah angin. Dalam hati Ti Then juga tidak menginginkan dia terkalahkan dengan sangat cepat karena itulah bentaknya dengan keras. "Pusatkan seluruh perhatian untuk bertempur, kalau tidak segera kamu akan dikalahkan" Cian Pit Yuan menjadi sangat terkejut segera dia pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi musuh, tenaga murninya diatur sehingga lancar dengan demikian dia berhasil juga menyambut setiap serangan musuh yang sangat genting itu.Kedua orang itu semakin bertempur semakin cepat hingga akhirnya semua hadirin hanya melihat sekumpulan bajangan manusia yang sebentar naik sebentar turun kemudian terdengar pula suara menyambarnya angin pukulan yang sangat dahsyat. Siapa pun tidak bisa melihat dengan jelas yang mana Ti Then dan mana pula Cian Pit Yuan sendiri. Sesudah bertempur kurang lebih empat jurus lagi tiba-tiba. "Plok.." Terlihatlah bajangan manusia itu berpisah dan masing- masing mengundurkan diri beberapa langkah ke belakang. Air muka dari Cian Pit Yuan berubah menjadi hijau membesi, tangan kirinya di balik terdengar suara pekikan naga pada tangannya sudah bertambah dengan sebilah pedang panjang yang sangat tajam dan memancarkan sinar kebiru-biruan, bentaknya dengan keras. "Bangsat cilik, cepat ambil pedangmu, Lohu akan mencoba juga kepandaianmu di dalam permainan pedang, bila kau berhasil menyambut seratus jurus serangan lohu ini maka sejak ini hari lohu akan mengundurkan diri dari Bu-lim selamanya tidak akan mendatangi benteng Pek Kiam Po ini untuk menuntut balas" "Bagus..bagus sekali" Sahut Ti Then sambil tersenjum. "Hanya saja kamu orang sudah bunuh satu saudara kami maka sebelum kau meninggalkan tempat ini maka telinga sebelah kirimu harus ditinggalkan juga" Saking gusarnya air muka Cian Pit Yuan yang sudah berubah menjadi hijau membesi semakin jelek lagi, teraknya dengan keras. "Bangsat cilik..bangsat cecunguk anying, mungkin kamu orang sudah bosan hidup..cepat ambil pedangmu" Kiranya pada dua puluh tahun yang lalu Cian Pit Yuan sekali pun jadi orang sangat aneh tetapi suka kebagusan, sesudah telinga sebelah kanannya terluka oleh pedang Wi Ci To karena perasaan malunya inilah segera dia angkat sumpah untuk membalas dendam sakit hati itu, kini dia dengar Ti Then mau menabas telinga sebelah kirinya juga tidak terasa menjadi sangat gusar sekali.Tiba-tiba terdengar Wi Ci To tertawa terbahak-bahak ujarnya. "Cian-heng, bagaimana kalau ganti baju dulu baru menlanjutkan pertempuran ini?" Air muka dari Cian Pit Yuan segera berubah menjadi merah padam, ujarnya dengan gusar. "Hey orang she Wi menang kalah masih belum ditentukan jangan keburu girang dulu!" Semua orang yang hadir ditempat itu sesudah mendengar perkataan dari Wi Ci To ini barulah memperhatikan keadaan dari Cian Pit Yuan, terlihatlah pakaian bagian dadanya sudah sobek beberapa bagian hal ini memperlihatkan kalau pertempuran yang baru saja selesai ini dia sudah terkalahkan, tidak aneh kalau dia minta berganti dengan pertempuran pedang. Ti Then ketika melihat seluruh sinar mata dari orang-orang yang ada disekitar tempat itu memandang kearahnya dengan perasaan kagum tidak terasa hatinya merasa sangat bangga, ujarnya sambil tertawa tawar. "Saudara mana yang mau meminyamkan pedangnya untuk siauwte gunakan?" Sebilah pedang panjang segera dilemparkan kearahnya. Ti Then sesudah berhasil menyambut pedang itu dilihatnya sebentar seluruh tubuhnya kemudian barulah ujarnya kepada Cian Pit Yuan sambil tertawa. "Mari, silahkan mulai melancarkan serangan" Perasaan gusar yang menghiasi wajah Cian Pit Yuan dengan mendadak lenyap tanpa bekas sedang sikapnya pun segera berubah menjadi sangat serius. Pedangnya dilintangkan disepan dada sepasang matanya memandang mendatar ke depan agaknya seluruh perhatiannya sedang dipusatkan pada ujung pedangnya, sehingga kelihatan sekali sikapnya yang gagah tidak malu disebut sebagai seorang jago nomor wahid.Wi Ci To yang melihat keadaannya itu menganggukkan kepalanya dengan perlahan, kepada Huang Puh Kian Pek yang berada disisinya ujarnya dengan perlahan. "Kamu lihat bagaimana?" "Tidak jelek" Sahut Huang Puh Kian Pek dengan perlahan juga. "Orang ini sudah melumerkan tiga kekuatan luar menjadi satu kekuatan dahsyat, agaknya latihannya sudah mencapai pada tingkatan yang keenam dari puncak kesempurnaan" Wi Ci To menghela napas perlahan, ujarnya. "Heei..bila ini hari bukannya Ti Then yang turun tangan mungkin kerugian dan penderitaan yang akan dialami benteng ini akan jauh lebih berat lagi" Huang Puh Kian Pek mengangguk dengan perlahan dan tidak ambil bicara lagi, karena saat ini Ti Then serta Cian Pit Yuan yang sedang bertempur ditengah kalangan sudah mencapai pada situasi yang sangat tegang dan seru, jika dibicarakan terhadap mereka boleh dikata pertempuran kali ini merupakan suatu pertempuran yang paling sengit yang tidak mungkin tidak dilihat. Ti Then serta Cian Pit Yuan yang saling berhadap-hadapan dengan perlahan mulai menggeserkan diri ketengah kalangan, suatu suasana pertempuran yang sangat seru dan sengit membuat pernapasan setiap hadirin terasa sangat sesak. Pembakaran Kuil Thian Loksi Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo