Tamu Aneh Bingkisan Unik 2
Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Bagian 2
Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya dari Qing Hong Dari kamar perpustakaan terdengar suara rendah. "Suruh dia masuk." Pak tua itu terlihat ragu dan berkata. "Wang Ye" Wang Y e sudah berkata lagi dari dalam kamar. "Tidak apa-apa, suruh dia masuk!" Pak tua itu membukakan pintu untuk Xin Suan dan berkata. "Silakan!" Xin Suan segera masuk. Di dalam perpustakaan keadaan sangat bersih dan terang juga sangat indah. Wang Ye sedang berdiri me lihat keluar jendela. Dia memakai baju sutra berwarna kuning, tubuhnya tinggi dan besar. Tampak sekali wibawa seorang raja. Peti kayu yang diantar oleh pengawal tadi diletakkan di sisi kanannya. Peti kayu itu sudah dalam keadaan terbuka dan bisa terlihat ada 7 kepala manusia di dalamnya. 7 kepala manusia itu sudah dibubuhi obat pengawet maka tidak akan menjadi busuk. Tapi ada bau tidak sedap keluar dari peti kayu itu. Xin Suan berlutut. "Hamba bernama Xin Suan datang menghadap Wang Ye." Wang Ye pelan-pelan memutar "Berdirilah, mari kita mengobrol." Badannya dan berkata, Usia Wang Ye sekitar 50 tahunan, alisnya yang panjang, sepasang matanya terang, di bawah dagu terlihat janggut. Mungkin sejak dia muda dia sudah hidup enak maka sekarangpun masih terlihat muda dan tidak ada kerutan. Xin Suan berkata. "Terima kasih Wang Ye." Dia sudah berdiri. Wang Ye melihatnya cukup lama dan bertanya sambil menunjuk ke arah peti kayu itu. "Apakah kau yang membunuh ketujuh orang itu?" "Benar." "Karena apa?" "Alasannya ada dua. Pertama, karena mereka sudah membunuh orang terlalu banyak. Dosa mereka sudah bertumpuk. Kedua, aku sedang membutuhkan uang dan aku ingin menggantikan mereka mengabdi kepada Wang Ye." Wang Ye terdiam. Dia berjalan pelan kemudian berkata. "Apakah kau yang membunuh mereka bertujuh?" "Benar." "Bagaimana caramu membunuh mereka?" "Tidak menggunakan racun, tidak menggunakan tipuan. Dengan cara benar aku menghabisi mereka." "Benarkah kau yang membunuh mereka?" "Kalau tidak, hamba tidak akan berani datang kemari." "Siapa namamu?" "Xin Suan." "Apakah itu nama samaran?" "Benar." "Siapa nama aslimu?" "Aku tidak mempunyai nama asli." "Tempat lahir, apakah kau tidak bisa menyebutkannya?" "Maaf, aku tidak bisa." "Mengapa kau tahu aku menyewa mereka untuk bekerja di sini?" "Secara tidak sengaja aku mendengarnya." "Apakah aku bisa mempercayaimu?" "Wang Ye bisa percaya kepada mereka bertujuh. - Wang Ye pun harus bisa percaya kepadaku." Wang Ye tertawa terbahak-bahak. "Apapun yang bisa mereka lakukan, akupun pasti bisa dan aku percaya aku bisa lebih baik dari mereka." Wang Ye mengangguk dan tertawa. "Karena kau telah membunuh mereka, maka aku percaya pada kata-katamu." Wang Ye keluar dari kamar perpustakaan dan berkata. "Ikut denganku!" Xin Suan mengikutinya keluar dari perpustakaan dan masuk ke sebuah ruang makan. Di sana terlihat meja dengan menu yang sudah disiapkan. Ada sayur dan arak. Tidak ragu lagi di sana sudah disiapkan sayur enak dan mahal, dimeja itu terlihat ada 8 pasang sumpit dan 8 buah cangkir arak yang tersusun rapi. Dari sana sudah dapat diketahui siapa saja yang diundang. Setelah tiba di depan meja makan, Wang Ye memerintahkan pak tua itu untuk pergi dan dengan tertawa kepada Xin Suan. "Silakan duduk! Apakah kau tahu kalau sayur dan arak ini sengaja disiapkan untuk siapa?" "Aku tahu." "Sayang mereka tidak memiliki rejeki untuk makan enak." "Apapun yang berhubungan menggantikan mereka." Dengan makanan aku bisa Wang Ye menepuk tangannya 3 kali, segera muncul 2 orang perempuan cantik berjalan ke arah meja makan. Mereka memberi hormat kepada Wang Ye. Dan Wang Ye berkata. "Tuangkan arak!" Kedua gadis cantik itu menuangkan arak untuk mereka. Wang Ye mengangkat gelasnya dan berkata. "Mari kita bersulang!" Xin Suan tidak sungkan lagi. Dia juga menghabiskan arak yang ada di dalam cangkir Setelah itu sambil mengobrol mereka makan dan minum. "Apakah kau tahu mengapa aku ingin menggunakan jasa ke tujuh pembunuh itu?" "Aku hanya tahu sedikit." "Coba katakan!" "Mereka sangat jahat dan sadis. Mereka bisa melakukan apapun." "Kau salah." "Oh ya?" "Aku memilih mereka karena mereka sudah terlalu banyak membunuh. Sampai mereka terbunuhpun mereka tidak akan merasa harus ada yang disesalkan." "Oh begitu?" "Apakah kau tahu untuk apa aku menyewa mereka?" "Biar aku sedikit menebak." "Katakan saja!" "Untuk membunuh orang." "Kau salah." "Oh ya?" "Aku menyewa jasa mereka untuk mengantarkan Biao (barang antaran)." "Apakah Wang Ye membuka kantor Biao?" "Tidak, aku mempunyai sebuah benda penting yang harus diantar ke Jin Ling, karena aku takut akan dirampok di tengah jalan maka aku memutuskan untuk menyewa jasa mereka dan mengantarkan Biao itu." "Mengapa Anda tidak menitipkannya saja pada kantor Biao?" "Mereka tidak akan sanggup." "Apakah karena lawan yang dihadapi terlalu kuat?" "Benar." "Bagaimana dengan orang pemerintahan?" "Mereka lebih-lebih tidak bisa." "Kalau benda itu begitu penting, mengapa tidak mencari pendekar-pendekar untuk mengantarkannya? Dan Anda tidak perlu memilih ke tujuh pembunuh yang dosanya telah bertumpuktumpuk." "Bukankah tadi aku sudah menjelaskan bahwa tugas ini sangat berbahaya, orang yang mengantarkan Biao ini hanya 10% nya saja yang mempunyai peluang hidup, karena itu aku merasa kalau memang harus ada yang mati biarlah orang itu saja, mereka orang dari aliran sesat, seperti yang kau katakan tadi, tujuh pembunuh yang mempunyai dosa bertumpuk-tumpuk." "Apakah Wang Ye tidak takut kalau mereka akan bersekongkol dengan orang lain?" . "Maksudmu dengan kata lain mereka akari mencurinya dariku?" "Benar." "Tidak mungkin, walaupun benda itu sangat penting, tapi tidak akan ada gunanya bagi mereka, tidak bisa dimakan juga tidak bisa dijual." "Mereka bisa menjualnya kepada pihak lain!" "Tidak mungkin, karena aku sudah berjanji dengan mereka, berapapun yang mereka minta aku akan memberikannya." "Oh...." "Apakah sekarang kau sudah mengerti dengan maksudku?" "Hanya ada satu hal yang tidak kumengerti...benda apakah itu?" "Walaupun pertanyaan ini diajukan oleh ke tujuh pembunuh itu, akupun tidak akar memberitahukannya kepada mereka!" "Oh...." "Apakah kau sudah mengambil keputusan untuk menggantikan posisi mereka?" "Ya, aku sudah memutuskannya." "Aku akan memberitahumu sekali lagi, dari semua orang yang mengantarkan barang ini hanya 10% saja yang bisa bertahan hidup." "Tidak masalah." "Apakah kau yakin kau bisa menuntaskan tugas ini?" "Apakah aku bisa menyelesaikannya dengan baik atau buruk tidak ada seorangpun yang bisa menjaminnya, aku hanya bisa menanyakan bagaimana kalau ternyata aku gagal me laksanakan tugas ini?" "Aku tidak akan menyuruhmu untuk mengganti rugi, karena pada saat itu kau sudah mati." Xin Suan merasa membutuhkan minum, dia mulai m inum segelas demi segelas. Wang Ye tahu saat itu dia sedang berpikir, karena itu Wang Ye pun tidak banyak bicara, lalu diapun mulai memakan sayur yang tersedia sambil menunggu Xin Suan bicara. Xin Suan berturut-turut minum 5 cangkir, setelah itu dia baru berkata. "Bagaimana cara memperhitungkan honornya?" "Berapa yang kau inginkan?" "Walaupun Wang Ye telah mengatakan berapapun yang kuminta Wang Ye akan membayar sesuai dengan permintaanku, tapi tentu ada batasnya bukan?" "Itu sudah pasti." "Sebenarnya berapa jumlah yang akan Wang Ye bayar kepada ke tujuh pembunuh itu?" "Tadinya aku akan membayar mereka sebanyak 100 ribu tail perak untuk dibagikan kepada mereka bertujuh." "Kalau begitu aku mengajukan 100 ribu sebagai honorku." "Aku tahu kau mempunyai ilmu yang sangat tinggi, tapi untuk melakukan pekerjaan ini kau membutuhkan asisten." "Aku mempunyai teman." "Benda yang harus kau antar sangat besar, dan harus diantar dengan kereta, apakah kau mempunyai kereta?" "Tidak." "Kalau begitu aku akan menyiapkan sebuah kereta kepadamu, hanya ada satu hal yang kuperingatkan kepadamu, kau tidak boleh membuka benda itu. Kalau tidak aku tidak akan membayar honormu." "Aku hanya tertarik pada uang 100 ribu tail perak itu saja." "Benda itu tersimpan di dalam peti besi, begitu sudah tiba di Jin Ling, bila aku menemukan ada bekas peti itu dibuka, kau tidak akan mendapatkan honornya, selain itu kau harus dihukum!" Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Anda boleh tenang saja, Wang Ye." "Aku akan membayarmu sebanyak 1.000 tail perak dulu untuk ongkos perjalanan, dan 100 ribu tail akan kubayar setelah kau menyelesaikan pekerjaan ini." "Bagaimana kalau aku mati?" "Kau tidak akan mendapatkan apapun." "Kalau aku membereskannya dengan sempurna, Lapi tidak mendapatkan honor..." "Jangan sembarangan bicara, aku adalah adik raja, bagaimana aku bisa menipu rakyatku sendiri." "Bila barang telah diantar sampai Jin Ling, kepada siapa aku harus menyerahkannya?" "Berikan saja kepadaku, aku akan menunggumu di sana." "Kapan aku harus berangkat?" "Bagaimana kalau besok?" "Baiklah!" "Di mana temanmu?" "Dia akan bertemu denganku di tengah perjalanan nanti." "Baiklah, apakah masih ada pertanyaan lain?" "Apakah aku boleh tahu siapa yang akan menjadi lawanku?" "Aku tidak bisa mengatakannya, tapi bila di tengah perjalanan nanti ada yang berniat merampokmu, mereka pasti pendekarpendekar nomor satu, mereka pasti disewa oleh lawanku, karena itu kalau kau bertarung dengan mereka, jangan pedulikan nyawa mereka lagi!" 0-0-dwkz-0-0 Sebuah kereta keluar dari Hang Zhou dan berjalan ke arah barat laut. Kereta tidak terlihat baru dan tidak ada keistimewaan lainnya, kereta itu seperti kereta biasa. Yang menjadi kusir adalah Xin Suan sendiri. Pakaiannyapun seperti pakaian kusir biasa. Dengan lancar dia mengendarai kereta itu. Menurut perkiraan Xin Suan, malam ini kereta akan tiba di Wu Kang dan dia akan menginap di kota itu. Sewaktu dia membunuh ke tujuh pembunuh itu dia terlihat sangat santai, tapi sekarang ternyata beban pikirannya terasa sangat berat, karena dia sadar kali ini keadaannya tidak akan sama seperti pada saat dia membunuh ke tujuh pembunuh itu, semua dilakukan dengan begitu mudah. Uang 100 ribu tidak mudah didapatkan. Satu hal yang pasti dia tidak takut membunuh. Dia malah takut barang itu tidak akan bisa tiba di Jin Ling dan dia tidak akan mendapatkan honor yang telah dijanjikan Wang Ye. Pada saat meninggalkan Hang Zhou hari sudah siang, sekarang adalah musim panas, maka udara juga terasa sangat panas. Walaupun terasa panas tapi sepanjang perjalanan terlihat warnawarna hijau pohon, air sungai mengalir. Bumi yang luas ini dipenuhi kehidupan. Tapi bagi para pemakai jalan mereka tidak tahan dengan hari yang begitu panas. Walaupun Xin Suan tidak merasa lelah tapi dia butuh berhenti untuk beristirahat sebentar. Xin Suan berhenti di sebuah jalan di dekat kebun arbei, laiu diapun turun dari kereta. Kemudian dia berjalan ke belakang kereta dan membuka tutup kereta dan dia mengeluarkan sebuah ember. Tapi sorot matanya melihat ke atas kereta. Di dalam kereta itu ada sebuah barang penting. Barang itu tersimpan di dalam peti besi. Peti itu tingginya 4 kaki masih terlihat baru, di luar masih terlihat gembok besi yang mengunci peti itu. Benda apakah yang tersimpan di dalam peti itu? Mengapa Wang Ye rela mengeluarkan uang 100 ribu tail perak untuk menyewa jasa orang dan mengantarkan benda itu sampai ke Jin Ling? Xin Suan sebenarnya merasa aneh dan ingin tahu apa alasan sebenarnya, dia ingin tahu apa sebenarnya yang tersimpan di dalam peti itu? Tapi dia tidak berniat membukanya, karena bila keingintahuannya terusik dia akan kehilangan uang 100 ribu tail perak. Dia hanya menatap peti itu beberapa kali, setelah itu dia menutup kembali peti itu dengan kain, dia mengambil air yang berada di parit kecil yang ada di sisi jalan dan memberi minum kudanya. Dari belakang kereta muncul seseorang. Orang itu adalah seorang pengemis tua, bajunya penuh dengan tambalan, di pundaknya tergantung sebuah tas besar, tangannya memegang tongkat yang terbuat dari bambu, langkahnya cepat dan mantap! Xin Suan melihatnya kemudian dia mengangkat ember berisi air untuk diberikan kepada kudanya. Pengemis tua itu tiba di hadapan Xin Suan tiba-tiba dia berkata. "Tuan, apakah Anda akan pergi ke Wu Kang?" Xin Suan mengangguk. Pengemis tua itu tertawa dan berkata. "Akupun akan pergi ke Wu Kang, apakah aku boleh ikut dengan kereta Tuan sampai di Wu Kang?" "Tidak boleh." Pengemis tua itu tetap tertawa dan berkata. "Sudahlah kalau Tuan tidak mengijinkannya tidak apa-apa, memang yang disebut pengemis di mana-mana selalu dihina. Kalau ketiga teman yang berada di belakang meminta bantuan kepadamu, kau pasti akan langsung menyetujuinya." Setelah berkata seperti itu dia melanjutkan perjalanannya lagi. Dia berjalan sangat cepat. Karena takut terjadi sesuatu bila dia terus berada di kebun arbei itu selain itu dia hanya seorang diri, kalau terjadi sesuatu itu hanya akan merugikannya saja maka dia segera menyusul pengemis tua itu. Dia keluar dari kebun arbei dan menemukan sebuah tempat luas. Tapi di belakang sudah muncul tiga orang yang mencurigakan, sepertinya mereka adalah pedagang, usia mereka sekitar 50-60 tahun. Tapi begitu Xin Suan me lihat mereka dia sudah langsung tahu siapa mereka sebenarnya. Karena pada saat mereka berjalan sudah tidak terlihat sedang berjalan lagi melainkan mengejar kereta Xin Suan. Xin Suan tahu dia tidak akan bisa menghindar lagi, karena itu dia memutuskan untuk memperlambat laju kereta kudanya dan siap menghadapi ketiga orang itu. Ketiga orang yang mengenakan baju pedagang itu sudah berada di belakang kereta, salah satu dari mereka yang berbibir tebal berkata. "Hai T uan kecil! Ijinkan kami menumpang keretamu!'' Xin Suan menghentikan keretanya dan berkata. "Maaf, tidak bisa!" Xin Suan terus melihat ketiga pak tua itu, tangan pak tua berbibir tebal itu sudah memegang keretanya dan berkata. "Kereta seperti ini tidak membawa banyak barang, mengapa kau tidak mengijinkan kami menumpang keretamu?" Xin Suan turun dari keretanya dan berdiri di hadapan ketiga pak tua itu, sambil tertawa dia berkata. "Mengapa kalian bertiga tidak bicara jujur saja?" Pak tua berbibir tebal itu tertawa terbahak-bahak dan menjawab. "Aku merasa aneh, mengapa di kereta ini hanya ada Adik saja?" Dengan tenang Xin Suan menjawab. "Karena Wang Ye mengharuskan seorang prajurit pandai dan tangkas, jadi tidak membutuhkan banyak orang, karena itu dengan adanya aku, itu saja sudah cukup." Pak tua itu tertawa lagi. "Apakah kau adalah Wu Xing Jian (Pedang Tanpa Wujud) Ke Gu She?" Xin Suan balik bertanya. "Apakah harus Wu Xing Jian Ke Gu She yang baru pantas mengantarkan bingkisan ini?" Pak tua itu menjawab. "Benar! Katanya dia adalah angkatan yang paling menonjol ilmu silatnya, berani membunuh dan juga berani mati!" "Tapi aku bukan dia," Kata Xin Suan. "Sungguh aneh, apakah Wang Ye tidak memberitahumu bahwa tugas ini sangat berbahaya, bahkan nyawamu bisa melayang?" Tanya pak tua itu. "Wang Ye hanya mengatakan hal yang lebih serius dari yang Tuan ucapkan tadi bahwa hanya 10% yang bisa bertahan hidup," Kata Xin Suan. "Lalu mengapa kau mau saja menerima tugas seberat ini?" Tanya pak tua itu sambil tertawa. "Karena aku juga berani membunuh dan siap untuk mati, selain itu ilmuku lebih tinggi dari dia," Jawab Xin Suan. Pak tua itu tertawa terbahak-bahak dan berkata lagi. "Aku lihat kau hanya seorang bocah bodoh yang tidak tahu apa-apa!" "Apakah kau datang untuk mengajakku bertengkar?" Tanya Xin Suan. Wajah pak tua itu berubah dan dia tertawa dingin. "Aku lihat kau masih muda, lebih baik kau tinggalkan kereta ini dan pergi dari sini!" Xin Suan segera mengambil pedang dari keretanya, lalu diapun berkata. "Rencanaku malam ini harus sudah tiba di Wu Kang, harap kalian jangan mengganggu perjalananku, kalau mau mengajakku berkelahi, ayo akan kulayanil" Pak tua berbibir tebal itu tertawa s inis dan berkata. "Baiklah, aku akan mengantarkanmu ke jalan kematian!" Segera dia memasukkan tangannya ke pinggang dan mencabut sebuah pisau. Pisau itu tidak mengkilat, berwarna kehitaman. Xin Suan juga mengeluarkan pedang dari sarungnya, dia segera siap bertarung. Pak tua itu memberi isyarat kepada kedua temannya. Setelah itu dia baru berjalan ke arah Xin Suan, dengan nada dingin dia bertanya. "Apakah kau akan menyebutkan namamu?" "Tidak perlu. Aku yakin aku akan tetap hidup, lebih baik Tuan yang menyebutkan nama untuk bersiap-siap, siapa tahu Tuanlah yang akan mati." "Bila aku sudah mengeluarkan senjataku, kau pasti tidak akan berani bertarung denganku," Kata pak tua itu dengan tertawa sinis. Kata-katanya belum habis, pisaunnya sudah menyerang ke dada Xin Suan. Tidak ada gerakan persiapan, tapi jurus yang dikeluarkan sangat cepat dan sudah mencapai tahap tertinggi. Begitu melihat, Xin Suan sudah tahu bahwa pak tua itu adalah jago silat tangguh berilmu silat tinggi. Dia memang terkejut tapi gerakannya tidak terlihat gugup, dia segera mencabut pedangnya untuk menahan serangan pak tua itu Pak tua itu memang sengaja ingin encoba ilmu silat Xin Suan, melihat Xin Suan berhasil menahan serangannya, pak tua itu tidak mengubah jurusnya. Dan pisau pak tua itu terus menusuk, terdengar dua senjata beradul Terdengar suara CIIINGG, tubuh Xin Suan tergetar dan tanpa terasa dia terdorong mundur 1 langkah ke belakang, pak tua itu juga ikut tergetar hingga mundur 3 langkah. Wajah pak tua itu tampak berubah, dia berkata. "Bocah, kau benar-benar berilmu!" Cahaya pisau tampak berkilauan, sekarang dia menebas ke bagian bawah tubuh X in Suan. Xin Suan meloncat beberapa meter ke atas, seperti seekor elang terbang melewati kepala pak tua itu dan secepat kilat dia telah mendarat di atas kereta! Ternyata kedua teman pak tua ketika melihat temannya sedang bertarung dengan Xin Suan, mereka berusaha masuk ke dalam kereta dan akan membawa kereta itu pergi dari tempat itu. Baru saja kereta akan bergerak Xin Suan sudah menyergap seperti prajurit langit mendarat ke bumi, dan di tengah-tengah udara dia menyerang bagian kepala mereka dengan pedangnya! Kedua orang tua itu yang satu bersenjatakan pecut baja, sedangkan yang lainnya menggunakan sepasang golok bulan dan matahari. Mereka melihat ke arah Xin Suan yang menyerang dari atas, segera salah seorang pak J-ia memainkan pecutnya untuk menahan gan Xin Suan, dan senjata mereka segera beradu, dan tampak bayangan orang yang beterbanganl Xin Suan seperti tergetar akibat bentrokan senjatanya, dia terus melayang setinggi 6-7 kaki, kemudian dengan posisi miring dia turun dengan kencang dari jarak beberapa puluh meter. Kedua pak tua yang berada disebelah kiri dan kanan melihat gerakan Xin Suan dengan wajah pucat! Ternyata pada saat mereka bertarung tadi mereka sudah mendapat luka, pak tua yang menggunakan pecut baja tampak pundaknya tergores, sedangkan pak tua yang memakai sepasang golok bulan dan matahari, tangan kanannya terlihat berdarah! Mereka seperti tidak percaya dengan ilmu silat Xin Suan yang begitu lihai, karena itu mereka hanya bisa melihat Xin Suan dengan terpana dan lupa menyerang. Pak tua berbibir tebal itu walaupun merasa terkejut tapi begitu melihat Xin Suan sudah mendarat, gerakan kaki dan tangannya tidak berhenti, segera dia menyerang Xin Suan dengan pisaunya, dia sekaligus melancarkan 3 jurus serangan berturut-turut kepada Xin Suan! JING! JING! JING! Xin Suan memainkan pedangnya secepat kilat, kemudian diapun bersiul panjang, tubuhnya melayang. Kemudian berputar di udara dan segera memancarkan sinar pedang berkilauan yang membuat orang yang melihatnya merasa pusing! "Aahhhh!" Pak tua berbibir tebal itu berteriak, tubuhnya terpelanting dan jatuh beberapa meter jauhnya, dan tubuhnya terus bergetar mundur. Begitu di teliti ternyata kepalanya sudah tersabet seperempat bagian" Dan ca iran otaknya tampak berceceran, tentu saja dia tidak akan bisa hidup lebih lama lagi. Pak tua yang memakai senjata pecut baja itu ternyata ingin menggunakan kesempatan yang ada, dia malah melarikan kereta, tapi begitu dia melihat temannya terluka parah, diapun hanya bisa bengong. Akhirnya semua berakhir seperti itu, sama sekali diluar dugaannya, mereka hanya bisa terpana seperti orang idiot. Xin Suan mendekat dan dengan dingin berkata. "Jangan bengong saja, sekarang silahkan kalian bergabung menyerang!" Kedua pak tua itu segera turun dari kereta, pak tua yang bersenjatakan golok tampak gentar, dia membentak. "Bocah! Sebutkan namamu!" "Xin Suan, hati yang dipenuhi X in Suan!" Pak tua bersenjatakan golok itu berkata. "Baiklah! Nanti kita akan bertemu lagi!" Setelah itu dia memberi isyarat kepada temannya yang bersenjatakan pecut dan diapun meninggalkan X in Suan begitu saja. Pak tua bersenjatakan pecut itu tidak berani berdiam lebih lama lagi di sana, diapun mengikuti temannya pergi, dalam waktu s ingkat mereka sudah menghilang. Xin Suan memasukkan pedang ke dalam sarungnya lalu diapun menaiki keretanya dan meneruskan perjalanan. Hari mulai gelap tidak lama kemudian sampailah dia di kota Wu Kang, di sisi jalan dia membeli sedikit makanan dan membawa keretanya ke sebuah tanah kosong di dekat sebuah kuil dan di sana diapun makan makanan yang telah dibelinya tadi. Dia tidak ingin tinggal di penginapan karena bila dia menginap di sana dia akan terpisah dengan barang antaran itu. Melihat apa yang telah terjadi siang tadi, dia sadar orang yang berniat merampas benda pusaka itu tidak akan jauh dari posisinya, karena itu satusatunya cara supaya dia tidak kehilangan benda pusaka itu adalah dengan selalu berada di sisi benda itu. Setelah makan, ternyata hari sudah semakin gelap. Kuil itu dibangun di sebuah jalan yang sepi. Setelah hari gelap orang yang berlalu lalang di sana semakin sedikit, karena itu tidak ada yang memperhatikan kereta kudanya. Sebenarnya ini hanya berlaku untuk orang biasa, sekarang ada seseorang yang berjalan menghampirinya. Ternyata dia adalah pengemis tua yang tadi ditemuinya di tengah jalan dan berniat menumpang kereta Xin Suan! Dengan bantuan tongkat bambunya dia berjalan selangkah demi selangkah mendekati kereta, begitu me lihat Xin Suan yang sedang berada di atas keretanya, dia pura-pura kaget dan berkata. "Oh, ternyata Kau, kita bertemu lagi di s ini." Xin Suan tersenyum dan berkata. "Manusia yang masih hidup pasti akan sering bertemu!" "Apa yang Anda lakukan di s ini?" Tanya pengemis tua itu. "Menginap," Jawab Xin Suan. "Apakah kau tidak mempunyai uang untuk menginap di sebuah penginapan?" "Benar!" "Sepertinya kau lebih miskin dari seorang pengemis sekalipun, seperti juga aku!" "Benar!" Pengemis itu menunjuk ke arah kuil dan berkata. "Di dalam kuil kita bisa menginap, mengapa kau tidak masuk saja ke dalam?" "Aku tidak menyukai kura-kura dan ular!" "Tapi kalau malam hari akan banyak nyamuk di sini, dan mereka akan menggigitmu!" "Kalau nyamuk-nyamuk itu menggigitku, aku akan memukul mereka hingga mati," Xin Suan mengeluarkan kedua tangannya. Pengemis tua itu tertawa terbahak-bahak. "Bicara memang mudah, kita lihat buktinya nanti!" "Pergilah, aku mau tidur." Pengemis tua itu pergi sambil tertawa. Baru saja Xin Suan memejamkan matanya.... Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ta! Ta! Tal".... Tiba-tiba penjaga malam memukul kayu dan dari jauh terdengar suaranya. Diiringi suaranya terlihat cahaya lampion dari kejauhan, yang mendekati tempat Xin Suan, akhirnya dia berhenti di depan pintu kuil. Dilihat dengan teliti ternyata orang itu adalah seorang tukang mie. Orang itu menurunkan pikulannya di depan kuil dan berjalanjalan di sekitar sana. Akhirnya dia melihat kereta Xin Suan. Dia memukul kayunya dan bertanya. "Tuan, apakah Tuan mau membeli mie?" Xin Suan menggelengkan kepalanya. Tukang mie itu ternyata perawakannya sangat kurus, dia melihat Xin Suan, dan tetap bertanya. "Aku masih mempunyai sedikit pangsit, apakah Tuan mau?" Xin Suan sekali lagi menggelengkan kepalanya. Sewaktu tukang mie itu membalikkan tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara FENG, dari lengan bajunya dia melepaskan sebatang panah kecil! Seharusnya dengan jarak yang begitu dekat sangat sulit untuk menghindar tapi Xin Suan sudah bersiap dari tadi, tampak tangan kanannya terangkat sedikit, seperti s iap menyambut anak panah itu dengan tangannya. Kemudian tubuhnya bergerak seperti harimau menerkam dan memukul tukang mie itu! Tubuh tukang mie tampak sempoyongan, kemudian terdengar bunyi tulang kepala retak, kedua matanya tampak melotot dan diapun ambruk begitu saja! Tiba-tiba Xin Suan merasa sedikit menyesal, dia baru teringat bila sudah membunuh sangat sulit untuk membereskan mayatnya, kedua alisnya tampak berkerut. Tapi dengan cepat dia sudah memikirkan cara untuk mengatasi mayat tersebut, dia melihat ke sekelilingnya, tidak ada orang yang mengetahui perbuatannya, segera dia menggendong mayat itu dan dimasukkannya ke dalam kereta. Dia berencana akan membiarkan mayat itu semalaman di dalam kereta, besok baru akan dibuang di sebuah tempat terpencil. Pasti ini bukan cara yang terbaik, tapi cara ini adalah cara yang paling sederhana, asalkan tidak ada yang mengetahuinya, semua bisa dilakukan. Dia kembali ke keretanya, lalu memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Setelah kurang lebih setengah jam beristirahat, dia mulai merasakan ada bahaya yang akan menghampirinya, dia bersiap-siap akan pergi dari sana. Tapi ternyata sudah terlambat! Terdengar suara ribut dari arah jalan sebelah sana, kemudian datanglah 3 orang polisi diiringi dengan gerombolan orang. Setelah Xin Suan melihat, diapun marah. "Kurang ajar! Aku tahu mereka akan melakukan semua ini!" Di dunia ini yang paling menyebalkan bagi setiap orang adalah peraturan dan hukum negara, sekalipun orang itu adalah pesilat tangguh, orang miskin, atau orang jahat, dia tidak akan mau mengambil resiko melawan hukum negara. Apa yang dirasakan oleh Xin Suan sekarang adalah perasaan seperti itu. Kalau dia ingin membawa kereta itu pergi dari sana, dia harus membunuh ketiga polisi itu terlebih dulu, tapi apakah dia bisa membunuh mereka? Tentu saja dia tidak akan bisa. Kalau melakukannya, semua akan menyulitkannya. dia tidak bisa Karena itu sekarang dia merasa serba salah. Ketiga polisi itu sudah berada di hadapannya, salah satu dari mereka bertanya. "Siapa namamu?" "Apakah ada yang salah?" Tanya Xin Suan. "Ada yang melapor ke kantor kami, katanya kau telah membunuh seseorang di sini," Jawab polisi itu. "Siapa yang melaporkannya?" Tanya Xin Suan. "Jangan urus siapa yang melapor, aku hanya tanya, apakah benar kau telah membunuh orang di sini?" Polisi itu mulai membentak. "Aku membela diri lalu membunuhnya, apakah itu salah?" Segera polisi itu mengambil borgol dan memasangkannya ke tangan Xin Suan. "Tunggu dulu!" Di antara kerumunan orang itu muncul seorang pengemis tua, sambil tertawa dia berkata. "Aku bisa menjadi saksi, dia tidak membunuh orang!" Dengan serius polisi itu bertanya. "Kau mengatakan apa tadi?" Pengemis itu berkata lagi. "Sejak tadi aku berputar-putar di daerah sini, dan aku tidak melihat dia membunuh orang." "Aku melihatnya membunuh." Seorang laki-laki keluar dari kerumunan orang dan berkata. "Aku melihatnya dengan jelas, setelah membunuh orang dia memasukkan mayatnya ke dalam kereta itu." Pengemis tua itu tertawa terbahak-bahak. "Aku kira siapa, ternyata hanya seorang gila." Pengemis tua itu berkata lagi. "Pak polisi, mengapa kalian percaya begitu saja pada kata-kata orang ini, dia adalah orang gila." "Sembarangan bicara, kau yang orang gila!" Seru laki-laki setengah baya itu sambil marah-marah. Dia lalu berkata pada polisi itu. "Pak polisi, kalau kalian tidak percaya, coba kalian geledah keretanya di dalamnya pasti ada mayat orang yang telah dibunuhnya." Polisi itu segera berjalan ke belakang kereta membuka tirainya dan melihat ke dalam. Dia membalikkan badannya dan langsung menampar laki-laki setengah baya itu, dengan marah dia berseru. "Kurang ajar! Kau benar-benar orang gila!" Laki-laki setengah baya itu hanya terpaku dan bertanya. "Pak polisi, apa salahku? Mengapa Anda memukulku?" Polisi itu ma lah mendorongnya dan membentak. "Cepat pergi! Tadi aku sedang asyik minum arak, kau tiba-tiba datang melapor yang bukan-bukan, kalau kau bukan orang gila, aku sudah memotong lidahmu!" Laki-laki setengah baya itu mundur 3 langkah dan berkata. "Aneh, ini sangat aneh! Tadi aku jelas melihatnya dia membunuh dan memasukkan mayat itu ke dalam kereta" Segera dia meloncat ke belakang kereta membuka tirainya, setelah dilihat dengan teliti wajahnya langsung berubah! Ternyata di dalam kereta tidak ada mayat! Polisi itu tertawa dingin dan bertanya. "Apa yang akan kau katakan kepada kami?" Laki-laki itu masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia berteriak. "Aku benar-benar melihatnya membunuh, dia pasti menyembunyikannya di suatu tempat! Pak polisi, suruh dia buka peti itu" Xin Suan dengan cepat lari ke belakang kereta, dengan cepat dia memegang nadi di pergelangan tangan orang itu dan tertawa dingin. "Bagaimana kalau kita bertaruh?" "Apa?" Tanya laki-laki setengah baya itu dengan bengong. "Aku akan membuka peti ini, kalau memang ada mayat di dalamnya, aku akan memberikan kepalaku kepadamu, tapi kalau tidak ada mayat, kepalamu harus kau berikan kepadaku!" Sambil berkata seperti itu tangan Xin Suan memencet nadi tangan laki-laki itu. Karena sakit laki-laki itu berteriak dan berkata. "Pak polisi, lihat dia akan membunuhku!" Polisi itu berkata. "Lepaskan dia, biarkan dia pergi!" Xin Suan mendorongnya pergi dan membentak. "Cepat pergi! Apakah kau tidak mendengar perintah polisi ini?" Laki-laki setengah baya itu dengan cepat meninggalkan tempat itu dan Xin Suan berkata pada polisi. "Maaf, tidak kusangka malah terjadi hal seperti ini...." Polisi itu menunjuk peti besi itu dan bertanya. "Apa isi peti itu?" Xin Suan me lihat sekeliling baru menjawab. "Bagaimana kalau kita ke sana untuk mengobrol lebih lanjut?" Xin Suan menarik polisi itu menjauh dari keretanya dengan wajah serius dan suara kecil dia berkata. "Apakah Anda akan memeriksa peti itu?" "Benar," Jawab polisi itu. "Kalau Anda menginginkan kematian, aku akan membuka peti itu untuk Anda," Kata Xin Suan "Apa maksud perkataanmu?" Tanya polisi itu. "Peti besi itu milik Wang Ye, beliau yang menyuruhku mengantarkan besi itu ke suatu tempat." "Wang Ye?" "Wang Ye yang tinggal di X i Hu Nan Ping Shan!" "Ada hubungan apa antara kau dan Wang Ye?" "Aku adalah orang yang disewa Wang Ye untuk mengantarkan Biao ini!" Polisi itu melihatnya dan berkata. "Jangan-jangan kau sedang mencoba untuk menakut-nakutiku?" Tanya polisi itu. "Kalau Anda tidak percaya, aku akan memberikan peti ini kepada Anda tapi kalau sampai hilang, Anda yang harus bertanggung jawab!" Setelah berkata seperti itu Xin Suan membalikkan badan dan siap berlalu dari sana. Polisi itu merasa takut, segera dia menghalangi Xin Suan dan berkata. "Kakak, jangan berbuat seperti itu kepadaku, mari kita bicarakan masalah ini pelan-pelan." "Kalau Anda percaya kepadaku, tolong usir orang-orang itu, suruh mereka jangan menggangguku lagi," Pinta Xin Suan. Polisi itu mengangguk setuju dan berkata. "Baik, baiklah! Aku akan mengusir mereka." "Kecuali hal itu, aku minta Anda bertiga malam ini membantuku menjaga kereta ini, dan jangan biarkan seorangpun mendekati kereta ini," Pinta Xin Suan lagi. Tentu saja polisi itu langsung menyetujui permintaan Xin Suan, dan polisi itupun mengusir orang-orang yang mendekati keretanya, dan dia memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua temannya, dan mereka bertiga segera berpencar, dari tempat masing-masing mereka menjaga kereta itu. Dengan tenang Xin Siian kembali ke keretanya, dia duduk di bangku kusir dan langsung tidur. 0-0-dwkz-0-0 Hari kedua siang. Kereta dijaga dengan ketat oleh tiga orang polisi. Setelah keluar dari kota Wu Kang kereta itu terus berjalan ke arah barat laut. Tempat kedua yang akan dituju adalah Wu Xing. Perjalanan yang harus ditempuh kurang lebih 45 kilometer, membutuhkan perjalanan selama satu hari. Kalau di tengah perjalanan nanti tidak terjadi sesuatu, Xin Suan bisa menginap di kota Wu Xing. Tapi bahaya yang ditemui Xin Suan semakin bertambah, baru saja kereta keluar dari kota Wu Kang, setelah menempuh perjalanan sejauh 7-8 kilometer, telah terjadi sesuatu pada Xin Suan. Seorang penunggang kuda tiba-tiba muncul dari dalam hutan dan menghalangi laju kereta Xin Suan. Penunggang kuda itu berusia sekitar 40 tahunan, dia sangat tampan, berbaju putih dan berkuda putih, gerakannyapun sangat luwes. Melihat keadaan ini Xin Suan langsung menghentikan keretanya. Begitu kereta berhenti, Xin Suan bertanya. "Apakah aku harus membayar uang lewat?" Si baju putih tersenyum malah bermaksud sebaliknya! "Memberiku uang?" Tanya Xin Suan aneh. "Benar!" Si baju putih mengangguk. "Baiklah, aku memang sedang berniat akan menyumbang untuk daerah yang terkena musibah, Tuan pasti sudah pernah mendengar bahwa sekarang sedang musim kemarau panjang, kemarau telah menyebabkan tanah kering dan pecah-pecah, karena itu banyak orang kelaparan" Si baju putih tidak menunggu sampai X in Suan selesa i bicara, dia sudah menyela. "Aku akan menyumbang sebanyak 30 tail perak!" "Aku mewakili orang-orang yang terkena musibah itu mengucapkan terima kasih kepada Anda... Mana uangnya?" Tanya Xin Suan. "Asalkan kau mau membawa kereta ini dan mengikutiku sampai di ujung sana, menurunkan barangnya, kau akan mendapatkan 30.000 tail perak," Kata si baju putih sambil tersenyum. "Kalau uang 30.000 tail saja tidak cukup." "Aku akan menambahkan 30.000 tail perak lagi." Xin Suan menggelengkan kepala. "Bagaimana kalau 70.000 tail?" Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Xin Suan tetap menggelengkan kepala. Si baju putih tertawa dingin. "Berapa jumlah yang dibenkan Wang Ye?" "100 ribu tail perak." "Kalau begitu aku akan menambahkan 20.000 tail perak!" "Bila ditambah 10 kali lipat mungkin aku akan goyah." "Maksudmu aku harus memberimu 1.200.000 tail?" "Benar, kalau aku mempunyai uang sebanyak itu, aku tidak peduli apakah dia Wang Ye atau bukan." Si baju putih tampak mengerutkan dahinya lalu berkata. "Xin Suan, ambisimu terlalu besar, itu tidak baik!" "Tempat yang terkena bencana begitu luas, orang yang mengalami musibahpun sangat banyak, uang sebanyak 1.200.000 tail seperti secangkir air yang disiram ke tanah," Jawab Xin Suan. "Sudahlah, kita tidak perlu membicarakan tentang orang yang terkena musibah. Ini untuk yang terakhir, aku akan memberikan 200 ribu tail kepadamu, bagaimana?" Xin Suan menggelengkan kepalanya lagi. "Tidak tahu diri, kau harus tahu, kami hanya ingin mendapatkan benda yang ada di dalam peti itu, aku rasa kau tidak akan sampai di Jin Ling!" "Kalau Anda sudah selesai bicara, minggirlah, aku mau lewat." "Apakah kau tidak menimbang lebih lanjut?" "Tidak perlu." "Baiklah, kita akan bertemu lagi di depan!" Segera si baju putih memutar kudanya dan berlalu dari sana. Xin Suan membawa keretanya berjalan lagi. Pada saat Wang Ye mengatakan honornya adalah 100 ribu tail, dia sadar bahwa barang yang akan dibawanya adalah barang yang sulit dibawa. Sejak kemarin hingga saat ini, orang yang ingin merebut barang itu selalu muncul, Xin Suan sudah tidak merasa aneh, yang pasti dia tidak akan merasa takut, karena dia sudah ada persiapan sebelumnya. Tapi entah mengapa sekarang hatinya terasa berat, karena dia tahu bahwa si baju putih tadi adalah sejenis orang yang sulit dihadapi. Kereta baru saja berjalan setengah kilometer Dari s isi jalan muncul lagi seseorang. Ternyata orang itu adalah si pengemis tua! Begitu dekat dengan kereta diapun naik dan dengan tegang dia bertanya. "Bagaimana perasaanmu?" "Baik!" "Apakah kau tidak merasa tubuhmu tidak nyaman?" "Tidak." "Aneh!" "Ada apa sebenarnya?" "Apakah kau tidak mengenal orang berbaju putih tadi?" "Tidak!" "Dia adalah Qian Shou Du Shu Sheng; Jin Ju! (Pelajar beracun bertangan seribu)" "Ternyata dia...." "Apakah kau pernah mendengar namanya?" "Benar, kalau tidak salah dia adalah ahli senjata rahasia." "Dia juga pandai menggunakan racun." "Menurut kabar senjata rahasianya yang paling lihai adalah Wu Xing Duo M ing Zhen (Jarum tanpa wujud perengut nyawa). Senjata jarumnya lebih kecil dari bulu sapi, pada saat ditembakkan, mata kita tidak dapat melihat wujud jarum itu...." "Benar..." Jawab si pengemis tua itu. "Apakah jarum itu beracun?" "Pasti ada racunnya." "Bagaimana dengan orang yang sudah terkena racun Wu Xing Du Zhen (Jarum tanpa wujud) "Kalau racun itu tidak segera diobati, satu jam kemudian seluruh tubuh orang itu akan kejang-kejang kemudian meninggal." "Apakah kau bisa menawarkan racun itu?" Pengemis tua itu tertawa dan menjawab. "Aku sudah tahu sepanjang perjalananmu pasti akan menemui bahaya dan mungkin akan menemukan hal aneh, karena itu aku sudah menyiapkan segala sesuatunya termasuk Jie Du Dan (Obat penawar racun) yang bisa menawarkan segala jenis macam racun." "Tolong berikan sedikit kepadaku." Pengemis itu terpaku. "Untuk apa?" "Sekarang aku merasa tidak enak badan, ingin muntah, pusing, dan berkunang-kunang." Begitu si pengemis melihat wajahnya terlihat wajah Xin Suan sangat pucat, segera dia mengeluarkan sebuah botol kecil dan mengeluarkan sebutir obat berwarna hijau kepada Xin Suan dan berkata. "Cepat minum obat ini!" Setelah minum obat penawar itu Xin Suan berkata. "Dia memang pantas disebut Qian Shou Du Shu Sheng, sampai sekarang aku tidak tahu sejak kapan aku terkena Wu Xing Duo Ming Zhen miliknya!" Segera pengemis itu memeriksa seluruh tubuhnya dan berkata. "Jarum beracun itu harus segera dikeluarkan dari tubuhmu, kalau tidak nyawamu tidak akan tertolong...." "Sewaktu dia pergi, aku melihat dia melambaikan tangan, mungkin saat itulah dia melepaskan jarum itu ke arahku." "Nanti kalau kau bertemu dengannya lagi, kau harus lebih memperhatikan gerak-geriknya... Nah, ternyata ada di sini!" Dia mengeluarkan jarum itu dari tangan Xin Suan, jarum itu sangat kecil dan lebih lembut dari sehelai rambut hitam, dia memperlihatkan jarum itu kepada Xin Suan. Setelah Xin Suan me lihatnya dia mengangguk lalu memuji. "Dia bisa mengatur tenaga untuk menembak jarum sekecil ini, orang itu bukan orang sembar angan." "Ilmu silatnya lebih tinggi dari ketujuh pembunuh itu, dan lebih rumit beberapa kali lipat dari mereka, kau harus berhati-hati bila berhadapan dengannya." Xin Suan mengangguk. "Kepalaku masih terasa pusing, rasa mualnya juga belum hilang, apakah obat penawarnya manjur?" "Sepertinya tidak akan menjadi masalah, sebentar lagi kau tentu akan muntah, setelah muntah kau akan" Kata-kata pengemis itu belum selesai, Xin Suan sudah muntah, cia terus muntah-muntah. Pengemis itu mengambil alih tali kekang kudanya dan berkata. "Lebih baik kau beristirahat dulu di dalam kereta, biar aku yang mengendarai kereta ini." Tapi X in Suan tidak mengijinkannya, dia berkata. "Lebih baik kau turun di sini saja, atau kau lebih baik secara diam-diam membantuku." "Aku tidak bisa meninggalkanmu." "Mengapa?" "Hari ini aku muncul di depan umum identitasku sudah terbuka, lawan sudah tahu kalau kita sejalan, kalau aku berpisah denganmu sekarang, aku pasti akan terbunuh." "Oh...." "Aku tidak seperti dirimu mempunyai ilmu silat tinggi dan bisa mengalahkan setiap musuh yang menyerang." "Kalau begitu kau tinggal saja di dalam kereta," Pengemis itu melemparkan tasnya ke dalam kereta dan bertanya. "Apakah kau sudah merasa agak baikan?" 'Ya, keadaanku sudah lebih baik dibandingkan tadi." "Qian Shou Du Shu Sheng sangat mahir menggunakan senjara rahasia dan juga sangat kejam, dia mengatakan akan bertemu denganmu di depan sana, itu tentu bukan sekedar bergurau." "Aku tahu itu." "Apakah kau sanggup mengalahkannya?" "Untuk masalah bertarung, kau tidak perlu merasa khawatir, tapi untuk masalah lain aku tidak berani menjaminnya." "Kemarin ada tiga orang pak tua, tukang mie, lalu ada Qian Shou Du Shu Sheng. Mereka semua sejalan, tapi siapakah dalang di belakang mereka?" Xin Suan menggelengkan kepalanya dan berkata. "Aku tidak tahu, Wang Ye tidak mengatakannya...." Dia seperti teringat sesuatu dan tersenyum. "Tangan terampil dan pengemis aneh, ternyata kau adalah si tangan terampil dan pengemis aneh itu!" "Ada apa?" Pengemis itu sedikit terpana. "Aku teringat pada kejadian semalam di kuil itu, kau bisa mencuri mayat yang kusimpan di dalam kereta, dan aku tidak merasakan kalau kau yang memindahkannya, kau benar-benar hebat!" Pengemis itut tertawa. "Kecuali ilmu mencuri ayam, aku tidak mempunyai keahlian lainnya." "Dengan mempunyai keahlian seperti itu, sudah cukup." "Apa maksudmu?" "Tidak, aku hanya berharap jangan sampai kau pun mempunyai niat untuk mendapatkan peti besi itu!" "Apakah kau tidak percaya kepadaku?" "Kita adalah teman, susah ataupun senang kita hadapi bersama, apakah hanya karena ada persoalan berbagi uang maka baru bisa menjadi teman?" Pengemis tua itu berpikir sebentar lalu menggelengkan kepalanya. "Kita tidak bisa bersahabat, kalau ada uang baru bisa berbagi!" "Oh ya?" Xin Suan tertawa. "Aku hanya seorang pengemis, tidak mungkin mempunyai uang banyak juga tidak menginginkan banyak uang, kalau aku ingin kaya, aku tidak akan menjadi pengemis." "Kalau begitu, kau tidak tertarik pada peti besi itu?" "Kalau aku tertarik, melepaskannya." Sekarang jugahttp://dewi-kz.info / aku tidak akan Tiraikasih Websitehttp://kangzusi.com / "Mengapa?" "Karena aku tidak cukup memenuhi syarat." "Apa maksudmu?" "Dilihat dari segi manapun Qian Shou Du Shu Sheng lebih kuat dari aku si pengemis ini, karena itu aku tidak akan berkhayal yang muluk-muluk." "Apakah kau tidak ingin mengetahui apa isi peti besi itu?" "Bukankah saat kau akan berangkat kau sudah menjelaskannya kepadaku, kecuali kau sendiri yang membuka peti untuk melihatnya, aku tidak ingin tahu isi peti itu." "Apakah kau hanya menginginkan uang 100 ribu tail perak saja?" "Benar, kalau aku sudah mendapatkan uang 100 ribu tail perak, aku bisa memberikan uang itu untuk menolong orang yang terkena musibah. Kita mempunyai tujuan yang sama, tidak ingin melihat orang-orang yang berada di kampung halaman mati kelaparan." Xin Suan berkata. "Aku mempunyai ide, kalau aku berhasil mendapatkan uang sebesar 100 ribu tail, kita sumbangkan 50 ribu untuk para korban bencana alam, sedangkan 50 ribu sisanya kita bagi dua, bagaimana?" "Sudahlah Dik, walaupun ilmu silatku tidak sekuat dirimu tapi jembatan yang telah kulewati lebih banyak dibandingkan dirimu, jangan mencari tahu tentang diriku." Xin Suan tertawa terbahak-bahak. Satu jam telah berlalu, kereta sudah berada di Gunung Mo Gan, pengemis tua melihat ke sekeliling tempat itu dan berkata. "Sepertinya Qian Shou Du Shu Sheng akan muncul disini." "Mengapa kau bisa tahu?" "Karena daerah ini jarang dilewati orang, kalau keadaan tidak menguntungkan baginya, dia bisa melarikan diri masuk ke dalam hutan." "Tapi aku kira sekarang ini dia tidak akan berani mengajakku bertarung." "Benar, mungkinHai, apa itu?" Xin Suan mengikuti pandangan pengemis itu. Ternyata yang ditunjuk oleh pengemis itu adalah sebuah orangorangan sawah! Tapi orang-orangan itu tidak dipasang di tengah sawah, melainkan dipasang di tengah jalan yang tidak terlalu jauh jaraknya dari mereka! Xin Suan segera mengurangi kecepatan keretanya dan berkata. "Bukankah itu adalah orang-orangan sawah?" "Benar, apa maksudnya diletakkan di tengah jalan seperti ini?" Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Xin Suan tertawa dingin. "Qian Shou Du Shu Sheng benar-benar bertingkah macam-macam, aku akan ke sana untuk melihat." Dia memberikan tali kekang kudanya kepada pengemis aneh itu, lalu dia turun dari kereta berjalan ke arah orang-orangan itu. Tapi tangan si pengemis itu sudah menarik lengan Xin Suan dan menggelengkan kepalanya sambil berkata. "T idak, pada saat seperti sekarang ini lebih baik kau jangan sampai meninggalkan kereta." "Apakah kau mengira dia sengaja memancingku turun dari kereta?" "Mungkin saja!" "Apakah kau takut dia akan merampok peti itu?" "Bukan, aku takut kau akan terkena tipuannya." "Tapi kita tetap harus memindahkan orang-orangan itu supaya kereta kita bisa lewat." "Kita akan berjalan kesana bersama-sama." Xin Suan tetap membawa keretanya ke sana, kira-kira tinggal 10 meter lagi dari orang-orangan itu, dia baru menghentikan keretanya. Orang-orangan itu memakai sebuah topi usang. Bajunya berwarna hitam dan sudah kumal, terlihat sobekan ada di mana-mana. Tubuh bagian bawahnya terbuat sebuah kayu dan menancap di tanah. Dari luar tidak terlihat ada sesuatu yang aneh. Mereka saling memandang, lalu dengan nada aneh Xin Suan bertanya. "Apakah ada sesuatu yang berbeda pada orang-orangan sawah ini?" Pengemis aneh itu mengelilingi orang-orangan itu kemudian dia mengerti dan melambaikan tangannya ke arah Xin Suan. "Bagaimana?" Tanya Xin Suan. Pengemis itu berbisik kepada Xin Suan. Xin Suan terlihat mengangguk dan berkata. "Baiklah, biar aku yang mengerj akanny a." Dia kembali ke kereta dan mengambil pedangnya, dia mencabut pedang itu dari sarungnya, kemudian dia menusukkan pedang itu ke arah orang-orangan sawah. Dia membelah orang-orangan itu dari atas, setelah itu dia melayang balik, sisa bagian bawah dari orang-orangan itu keluar berbagai senjata rahasia. Senjata-senjata rahasia itu berupa panah pendek, paku, dan jarum berwarna hitam. Senjata itu keluar seperti hujan dan meluncur ke sekeliling tempat itu. Xin Suan dan pengemis itu seperti tidak mempunyai persiapan, mereka secara bersama-sama berteriak kemudian ambruk ke tanah. Pengemis tua itu roboh dan dia merintih, tubuhnya terlihat kejang-kejang dia terus berkata. "Mataku...mataku...." Matanya tidak bisa dibuka, sepertinya matanya telah terkena jarum hitam yang beracun itu. Tubuh Xin Suan pun terlihat kejang-kejang, dia masih berusaha untuk berdiri tapi ambruk lagi ke bawah, aWiirnya dia tidak bergerak lagi. "Ha! Ha! Ha!" Sebuah tawa terdengar dari balik gunung, terlihat sesosok bayangan terbang dari hutan tidak lama kemudian dia sudah berdiri di jalan itu. Orang itu tidak lain adalah Qian Shou Du Shu Sheng. Tawanya terdengar sadis, dia melihat Xin Suan dan pengemis tua yang sudah terkapar di bawah, dia berkata. "Kalian berdua tidak usah pura-pura mati, orang yang terkena senjataku dalam waktu satu jam tidak akan mati begitu saja." Memang benar Xin Suan masih hidup dia berusaha mengangkat kepalanya melihat lawan yang akan dihadapinya dan dia marah. "Kau...kurang ajar!" Qian Shou Du Shu Sheng tertawa dan berkata. "Kalau kau marah-marah lagi, aku akan memotong lidahmu!" Xin Suan masih marah. "Bedebah! T ernyata kau lebih busuk dari seekor anjing buduk!" Qian Shou Du Shu Sheng mulai marah, segera dia mengambil pedang dan menusuknya ke mulut Xin Suan. Xin Suan masih memegang pedangnya, dia mengangkat pedang dan berputar. Qian Shou Du Shu Sheng tergetar mundur 3-4 langkah ke belakang. Qian Shou Du Shu Sheng kaget dan berteriak. "Bocah, kau masih mempunyai tenaga untuk bertarung?" Xin Suan langsung meloncat bangun dia tertawa. "Aku bukan hanya mempunyai tenaga untuk bertarung tapi juga mempunyai tenaga untuk membunuh!" Qian Shou Du Shu Sheng benar-benar kaget, wajahnya tampak berubah. Pengemis itu juga meloncat bangun, mereka sama sekali tidak terluka oleh senjata rahasia itu! Ternyata semua hanya akal-akalan mereka untuk memancing Qian Shou Du Shu Sheng keluar dari tempat persembunyiaimya. Setelah sadar bahwa dia tertipu, Qian Shou Du Shu Sheng segera mencoba melarikan diri dari sana. Tapi Xin Suan dan pengemis tua itu segera mengepungnya, Xin Suan tertawa dan berkata. "Aku dengar ilmu pedangmu lumayan tinggi, bagaimana kalau kita bermain beberapa jurus?" Qian Shou Du Shu Sheng melihat pada pengemis tua yang berada di belakang Xin Suan dan bertanya. "Bertarung dengan dirimu saja, atau dengan kalian berdua?" "Tentu saja denganku saja," Jawab Xin Suan. Qian Shou Du Shu Sheng sepertinya tidak mengenal Xin Suan, setelah mendengar bahwa mereka akan bertarung satu lawan satu akhirnya dia mengangguk setuju dan berkata. "Baiklah, kalau aku menang bagaimana?" "Peti besi ini akan kuberikan kepadamu," Kata Xin Suan. "Baik, mari kita mulai bertarung!" Kata Qian Shou Du Shu Sheng. Segera Xin Suan melancarkan serangannya, jurusnya terlihat sangat biasa dan gerakannya sangat lambat, bahkan seperti tidak bertenaga. Begitu me lihat pedang Xin Suan sudah berada di depannya, dia segera membentak dan dengan cepat pedangnya menghadang gerakan pedang Xin Suan. Kemudian dia membalas dengan cepat. Sinar pedang tampak berkilau seperti jaring, mereka sudah bertarung sebanyak 10 jurus lebih, kemudian Qian Shou Du Shu Sheng mencoba melarikan diri dari sana, tapi Xin Suan terus mengejarnya dari belakang. Tampak pundak Xin Suan terluka dan ada noda darah di sana. Qian Shou Du Shu Sheng tidak terluka sama sekali, wajahnya tersenyum, dengan sorot mata penuh kemenangan dia melihat Xin Suan. Tapi keadaan seperti itu hanya bertahan sebentar. Wajahnya tiba-tiba berubah, tawa kemenangannya sudah tidak tampak lagi, sebagai gantinya adalah wajah kejang dan kesakitan. "Roboh!" Kata Xin Suan. Ternyata Qian Shou Du Shu Sheng menuruti perkataannya, kedua lututnya menekuk, dia berlutut dan roboh. Kemudian dari perutnya mengalir darah seperti mata air! Ternyata lukanya lebih parah dari X in Suan malah luka ini sangat vital. Setelah roboh Qian Shou Du Shu Sheng mencoba menarik nafas panjang, tampaknya dia sudah tidak bernyawa lagi. "Ilmu pedang orang ini lumayan bagus...." Kata pengemis tua itu. "Benar, semenjak aku turun gunung, dia adalah musuh terkuat yang pernah kutemui." "Bagaimana dengan lukamu?" "Luka ringan, tidak apa-apa." Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo