Tamu Aneh Bingkisan Unik 6
Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Bagian 6
Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya dari Qing Hong "Oh...." Penasihat Xu tertawa dan berkata. "Tenanglah, Wang Ye memerintahkan kepadaku untuk mencarimu, honormu sebesar 100 ribu tail sudah dipersiapkan untukmu." Mendengar perkataan Penasihat menurunkan peti besi itu dari kereta. Xu, Xin Suan segera Racun yang dioleskan di peti besi itu sudah dibersihkan semenjak pengemis tua itu mati. Penasihat Xu menuruni tangga, berjalan mendekati peti besi itu dan berkata. "Apakah peti ini pernah dibuka?" "Tidak pernah, Penasihat Xu boleh memeriksanya kalau tidak percaya dengan omonganku." Penasihat Xu tertawa dan berkata. "Tidak Perlu, sebenarnya peti besi itu tidak berharga, dibuang ke jalanpun tidak akan ada yang mau!" "Apakah benar?" Penasihat Xu tertawa. "Benar, kalau kau mau aku akan membukakannya supaya kau bisa melihat isinya." "Oh ya?" Dari balik baju bagian dada Penasihat Xu, dia mengeluarkan sebuah kunci dan membuka gembok besar itu, kemudian sambil tertawa dia berkata. "Bukalah!:" "Apakah boleh?" "Sudah pasti boleh!" Sewaktu Xin Suan akan membuka peti itu, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya dan berkata. "Tidak, yang membuatku tertarik adalah honornya, bukan isi peti ini." "Apakah kau tidak ingin tahu apa isi peti ini?" "Kalau aku melihat isi peti ini aku tidak dapat mengambil honornya...." Penasihat Xu tertawa terbahak-bahak. "Tidak akan, kalau kau masih merasa khawatir, aku akan memberikan honornya dulu kepadamu." Dari dalam lengan bajunya, Penasihat Xu mengambil selembar cek dan berkata. "Ini adalah uang 100 ribu tail, kau bisa mencairkannya di bank Jing Shan di kota bagian barat." Dengan teliti Xin Suan melihat cek itu, sepertinya tidak ada masalah, dia menyimpan di balik bajunya kemudian bertanya. "Kapan Wang Ye akan pulang?" "Aku tidak tahu, sekarang semua sudah selesai, kaupun tidak perlu bertemu dengan beliau lagi!" "Kalau begitu aku pamit dulu." Xin Suan memberi hormat dan naik ke atas kereta. Penasihat Xu tiba-tiba memanggil. "Xin Suan!" "Apakah Anda masih ada petunjuk lain?" Penasihat Xu menunjuk peti besi itu dan bertanya. "Apakah benar kau tidak mau melihat isi peti besi itu?" "Aku tidak tertarik." "Kau menjaga benda ini dengan nyawamu, apakah benar kau tidak ingin tahu?" "Tanpa melihatnyapun aku sudah tahu apa isinya." "Oh ya? Coba kau katakan apa isinya?" "Dokumen, apakah benar?" Penasihat Xu tertawa terbahak-bahak. "Bukan! Bukan!" Xin Suan terpaku. "Bukan?" "Bukan." "Kalau bukan dokumen, pasti suatu barang bukti bukan?" "Juga bukan." "Perhiasan?" "Lebih-lebih bukan." Xin Suan merasa aneh dan bertanya. "Kalau begitu apakah isinya adalah mayat?" Penasihat Xu tetap menggelengkan kepalanya. "Mayat tidak akan berharga 100 ribu perak!" Karena merasa aneh akhirnya Xin Suan membuka tutup peti itu, begitu melihat benda ada di dalam peti, wajahnya berubah dan berteriak. "Ini" Ternyata benda yang ada di dalam peti itu benar-benar bukan barang berharga. Benda itu hanya tanah berwarna kuning. Sebuah peti yang dipenuhi dengan tanah Wang Ye memberikan honor 100 ribu tail hanya untuk mengantar benda ini, ada apakah sebenarnya di balik semua kejadian ini? Orang-orang yang muncul sepanjang perjalanan berusaha merebut peti besi ini apakah semua itu hanya karena tanah kuning ini? "Tidak mungkin, di bawah tanah ini pasti ada benda lainnya!" Terpikirkan hal itu, Xin Suan segera membalikkan peti besi itu dan menumpahkan semua tanah kuning itu keluar dari peti, begitu melihat hasil perbuatannya, dia lebih terpaku lagi. Karena di dalam tanah itu tidak ada benda apapun, semua hanya tanah berwarna kuning. Melihat wajah Xin Suan begitu terkejut, Penasihat Xu tertawa terbahak-bahak. Xin Suan terpaku, akhirnya diapun ikut tertawa kecut dan berkata. "Sekarang aku sudah mengerti." "Kau sudah mengerti?" "Benar, ini hanya akal-akalan saja, benar kan?" "Benar." "Sedangkan barang yang aslinya sudah sampai di tempat tujuan?" "Benar!" Xin Suan mengangkat bahu dan berkata. "Wang Ye memang banyak akal, aku benar-benar kagum kepada beliau." "Ini adalah rencana yang kususun untuk Wang Ye." "Ternyata seperti itu, ternyata ini adalah rencana yang disusun oleh Penasihat Xu?" "Benar." "Kalau ini adalah rencana Penasihat Xu, aku ingin mengeluarkan kemarahanku dulu." "Apa?" Baru saja kalimat ini selesai diucapkan, dagu Penasihat Xu sudah terkena pukulan, dan Penasihat Xu melayang ke tempat jauh.... 0-0-dwkz-0-0 Xin Suan membawa keretanya kembali ke penginapan di mana Shui Xian Hua menginap. Dengan cepat seorang pelayan keluar untuk menyambutnya lalu bertanya. "Tuan, Anda hanya sekedar beristirahat atau mau menginap?" "Aku belum pasti, aku ingin mencari seorang seorang gadis yang bernama Shui Xian Hua." "Oh, dia ada di kamar nomor lima, apakah Anda ingin menyuruh Nona itu keluar?" "Boleh, tolong panggilkan dia keluar." Hanya dalam waktu singkat Shui X ian Hua sudah keluar. Dia tertawa seperti sekuntum bunga. "Apakah urusanmu sudah selesai?" "Benar!" "Di mana uang 100 ribu tail perakmu?" "Ada di dalam kereta." "Benarkah beliau memberikannya Padamu?" "Kalau beliau membunuhnya!" Tidak memberikannya Padaku, aku akan "Peti besi itu...." "Jangan bicarakan tentang peti besi itu lagi!" "Apakah kau tahu apa isi peti besi itu?" "Aku tahu!" "Apakah itu?" "Kelicikan." "Apa?" "Kelicikan." "Kau tertipu?" Shui Xian Hua tertawa. "Tidak, aku tetap mendapatkan uang 100 ribu tail, tujuan semulaku memang hanya ingin mendapatkan uang 100 ribu tail itu." "Apakah kau tidak mau masuk?" "Kalau kau mau, aku ingin segera meninggalkan tempat ini, pergi dari kota ini untuk mencari udara bersih." "Lalu bagaimana?" "Mengikuti rencana semula." "Di mana kau akan membeli beras dan makanan?" "Beli di sepanjang Ji Nan pun tidak apa-apa." "Aku akan menambahkan 100 ribu tail perak, mungkin dengan sejumlah uang itu bisa menolong banyak orang." "Sebisa mungkin kita tolong mereka." Shui Xian Hua mengeluarkan uang dan memberikan kepada pelayan supaya dia membayarkan biaya penginapan. Kemudian diapun naik ke atas kereta dan berkata. "Ayo kita pergi!" Kereta sudah keluar dari Jin Ling mereka berjalan menuju tempat yang lebih jauh dan lebih sulit. Xin Suan menarik nafas dalam-dalam dan berkata. "Udara di luar kota lebih bersih daripada udara di dalam kota." "Apakah ada yang membuatmu kesal?" "Ya...." "Bukankah tadi kau mengatakan tujuanmu hanya mencari uang 100 ribu tail? dan sekarang tujuanmu sekarang sudah tercapai." "Benar!" "Kalau begitu mengapa kau masih belum merasa puas?" "Tidak, aku sudah merasa puas." "Jangan berbohong, aku bisa melihat situasi hatimu, saat ini hatimu sedang tidak enak!" Xin Suan melihatnya dan berkata. "Coba kau tebak, mengapa hatiku tidak enak?" "Kau merasa telah diperalat oleh orang lain, dan merasa telah melakukan hal bodoh, apakah tebakanku benar?" "Aku sudah memukulnya." "Apakah setelah memukulnya kau bisa melampiaskan kekesalan hatimu?" "Sudahlah, tidak usah dibicarakan lagi!" "Apa isi peti itu?" "Sudah kukatakan itu adalah sesuatu licik!" "Apakah isi peti itu adalah benda yang tidak berharga?" Xin Suan tidak menjawab. "Wang Ye itu tidak mengerti tentang dirimu, kalau beliau tahu kau sanggup mengantarkan peti itu sampai di Jin Ling, dia tidak perlu menggunakan cara seperti ini." Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Xin Suan mengerutkan dahi dan berkata "Shui Kian Hua, kalau kau terus bawel, aku akan mengusirmu turun dari kereta!" Shui Xian Hua tertawa dan berkata "Baiklah, aku tidak akan bicara lagi, tapi mungkin ada satu hal yang membuatmu ingin tahu." "Tentang apa?" "Seseorang yang lainnya yang Wang Ye pakai." "Kau mengatakan apa tadi?" "Kau harus tahu, Wang Ye memang mempunyai peti besi yang harus diantar sampai ke Jin Ling, beliau menyewamu dan juga menyewa orang lain untuk mengantarkan peti yang asli." "Siapakah orang itu?" "Wu Xing Jian Ke Gu Shi!" Xin Suan terpaku kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Kata Shui Xian Hua. "Jangan tertawa ini adalah hal yang sebenarnya, Wang Ye benar-benar telah memberikan barang aslinya kepada Gu Shi, dan menyuruh yang mengantarkannya" Xin Suan tetap tertawa terbahak-bahak. 0-0-dwkz-0-0 BAB 5 Pedang tanpa tandingan Kata Shui X ian Hua. "Wang Ye menganggap Wu Xing Jian, Ke Gu Shi (Pendekar pedang tanpa wujud, Ke Gu Shi) mempunyai ilmu silat lebih tinggi dibandingkan dengan dirimu, maka bingkisan yang asli dijaga dan diantar olehnya, karena Gu Shi memang seorang pendekar terkenal sedangkan kau hanya seorang pemuda yang tidak memiliki nama." Suara tawa Xin Suan berubah menjadi rendah dan dia bertanya. "Bagaimana kau bisa mengetahui hal ini? "Dua hari yang lalu, kami baru mendapatkan kabar sebenarnya." "Kami?" Tanya Xin Suan sambil mengerutkan dahinya. "Benar, yang termasuk kami di sini adalah Pan Long Da Xia, Huo Ru Feng dan puluhan teman lainnya, dan aku adalah salah satu dari mereka." Sambil tertawa dingin Xin Suan berkata. "Sepertinya kau tidak benar-benar mau menikah denganku, kau masih tetap menginginkan peti besi itu bukan?" "Dua keinginan itu tetap ada, aku memang benar-benar ingin menikah denganmu sekaligus juga ingin merebut peti besi itu dari tanganmu." Dia membalikkan badan dan dengan serius memandang Xin Suan lalu berkata. "Xin Suan, sebenarnya kau yang orang seperti apa? Apakah di dalam hatimu kecuali uang sejumlah 100 ribu tail, tidak ada hal yang lainnya?" Xin Suan terpaku, dengan bingung dia bertanya. "Apakah kau ingin meminta sesuatu kepadaku?" "Benar," Jawab Shui X ian Hua dengan tegas. "Aku tidak mengerti." "Apakah kau akan mendengar perkataanku ?" "Baiklah, katakan saja." "Sekarang aku tanya padamu, apakah kau berasal dari suku bangsa Han?" "Benar." "Sekarang kau hidup di bawah kekuasaan suku bangsa apa?" Wajah Xin Suan bergetar dan dengan suara kecil dia menjawab. "Suku bangsa Man Zhou." "Benar, sekarang jarak kematian raja terakhir Dinasti M ing sudah berlangsung selama 60 tahun lebih, banyak orang sudah melupakan sebenarnya dia berasal dari suku bangsa apa." "Benar, aku sendiripun jarang memikirkan hal ini." "Pantas, sebelum kau berkelana di dunia persilatan, waktumu pasti dihabiskan untuk berlatih ilmu silat dan kau tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal lain." "Benar, memang seperti itu." "Tapi di dunia persilatan banyak orang yang ingin menggulingkan Dinasti Man Qing lalu mendirikan kembali Dinasti M ing, mereka tidak peduli dengan hidup dan mati mereka sendiri, apakah dia untung atau rugi, mereka terus melakukan hal ini." "Siapakah otak semua gerakan ini? "Sekarang aku tidak bisa memberitahumu, yang ingin kusampaikan kepadamu adalah bahwa kami sedang melakukan sebuah rencana, kalau sukses, keadaan akan berubah." "Teruskan ceritamu." "Raja sekarang sudah tua, dia sudah tidak bisa lebih lama lagi menguasai kerajaan, menurutmu, setelah dia wafat, siapa yang berhak untuk menjadi raja selanjutnya?" "Aku tidak tahu." "Raja mempunyai banyak putra, sekarang mereka terbagi menjadi 3 kelompok, yang satu adalah kelompok pangeran ke-2, didukung oleh pangeran ke-3, yang satu lagi adalah kelompok pangeran ke-8, didukung oleh pangeran-ke 1, ke-9, ke-10, dan ke14. Sedangkan yang satunya lagi adalah kelompok pangeran ke-4, didukung oleh pangeran ke-13 dan ke-17, di antara kelompokkelompok itu, pangeran ke-8 lah yang paling kuat, tapi kami melihat pangeran ke-4 lah yang paling memiliki harapan. Karena pangeran ini sangat pintar dan berbakat, beliau bukan orang sembarangan. Kalau posisi raja diduduki olehnya, maka keadaan akan menjadi kacau." "Mengapa dia tidak disingkirkan saja?" "Kami sudah beberapa kali mencobanya tapi selalu saja gagal. Di satu pihak, istana sangat sulit dimasuki pihak luar, di pihak lain ilmu silat pangeran ke-4 sangat tinggi, membunuh pangeran ke-4 bukan hal yang mudah." "Kalau begitu, apa rencana kalian selanjutnya?" "Berdasarkan hasil perundingan, kami akan membantu pangeran ke-14 untuk merebut posisi raja." "Bukankah pangeran ke -14 mendukung pangeran ke-8?" "Benar, tapi kami ingin membantu beliau mendapatkan posisi raja." "Apa maksudmu?" "Pangeran ke-14 sangat lemah juga tidak berguna, dia tidak memiliki pendirian, bila beliau menjadi raja, kerajaan Man Qing akan kacau, kita baru memiliki kesempatan untuk memberontak." "Apakah kalian yakin dia bisa berhasil?" "Benar, raja sangat menyukai pangeran ke-8, karena itu raja memerintahkan pangeran ke-8 menjadi jenderal dan menguasai banyak prajurit, dan dengan jasa-jasanya, dia akan mendapatkan banyak dukungan, itu artinya raja memiliki maksud tertentu, ingin memberikan kedudukan raja kepadanya." "Bagaimana dengan pangeran ke-14, seperti apakah dia?" "Dia tidak mempunyai ambisi, tapi setelah kami terus mendorongnya, beliau baru mengambil keputusan untuk tidak mendukung pangeran ke-8 dan bermaksud mendirikan kelompok sendiri." "Apakah beliau tahu tujuan kalian?" "Tentu saja tidak tahu." "Sekarang rencana kalian sudah mencapai tahap mana?" "Tadinya semua berjalan dengan lancar, tapi karena ada yang membocorkan rahasia kami dan diketahui oleh mata-mata pangeran ke-4, akhirnya catatan pangeran ke-14 jatuh ke tangan mata-mata pangeran ke-4." "Catatan mengenai apa?" "Semua daftar orang-orang yang mendukungnya." "Dalam peti besi itu berisi daftar nama orang-orang itu?" "Benar." "Setelah pangeran ke-4 mendapatkan daftar nama itu, apa yang akan terjadi nantinya?" "Dia akan me laporkan semuanya kepada raja dan menuduh pangeran ke-14 berniat memberontak dan menggulingkan kerajaan. Dia juga akan menangkap orang-orang yang namanya tertulis di dalam daftar itu." "Bagaimana dengan Wang Ye yang tinggal di Hang Zhou...." "Dia adalah pangeran ke-13. Semenjak mata-mata pangeran ke-4 berhasil mendapatkan daftar nama itu, dia lari dan bersembunyi di wisma pangeran ke-13. Kami sudah beberapa kali berniat untuk mencuri tapi tidak pernah berhasil. Pangeran ke-13 takut daftar nama itu akan direbut kami, maka dia menyewa orang Untuk mengantarkan daftar itu ke ibukota, lalu Memberikannya kepada pangeran ke-4." "Tapi Jin Ling bukan ibukota!" "Benar, pangeran ke-13 menyuruhmu mengantarkan peti besi itu ke Jin Ling hanya untuk menutupi keadaan sebenarnya, setelah au berangkat, dia menyuruh Wu Xing Jian Ke, Gu Shi secara diam-diam berangkat ke utara membawa daftar nama itu. Ternyata kami baru mengetahuinya dua hari yang lalu." "Sekarang kita harus bagaimana?" "Tentu saja kita harus merebut kembali daftar nama itu dari Gu Shi!" "Daftar nama itu sudah jatuh ke tangan pangeran ke-13, apakah dia tidak menyuruh agar memperbanyak daftar nama itu?" "Mungkin saja, karena itu orang-orang kami dengan ketat mengepung wisma itu? Siapapun yang masuk dan keluar dari wisma itu tidak akan kami lepaskan." "Dimana sekarang Wu Xing Jian Ke Gu Shi berada?" "Katanya sekarang dia ada di kota Huai Yin." "Apakah orang-orang kalian sudah mengejarnya sampai ke sana?" "Benar, kami saling memberi kabar dengan bantuan merpati pos kepada Guan Shi Shuang Xiong (Sepasang laki-laki marga Guan) yang ada di Propinsi Shan Dong, menyuruh mereka dengan segala cara menghalangi Gu Shi, tapi aku yakin Guan Shi Shuang Xiong tidak mungkin bisa menahannya, orang yang mengejarnya juga tidak akan sanggup melawan Gu Shi...." "Siapa yang mengejar ke sana?" "Dong Hai X ian Niang Nian Cai Xia dan Jin Dao Wang (Raja golok emas) Hong Jiu." "Di mana Pan Long Da Xia?" "Kedua tangannya yang membusuk belum sembuh." Xin Suan menghentikan keretanya di sisi jalan, diam-diam dia berpikir, setelah itu baru berkata. "Apakah kau berharap aku pergi ke sana untuk menghadapi Gu Shi?" Shui Xian Hua mengangguk. "Benar, maksud Pendekar Huo adalah bila kau membutuhkan honor sebesar 100 ribu tail perak, aku akan memberikannya kepadamu." Xin Suan dengan pelan berkata. "Aku tidak membutuhkan uang 100 ribu tail, aku hanya membutuhkan seekor kuda yang bagus dan sehat!" Shui Xian Hua merasa sangat senang, segera dia turun dari kereta dan melambaikan tangannya, dalam waktu singkat terlihat ada seekor kuda datang beserta dengan penunggangnya, dan dia membawa seekor kuda yang lain, dengan cepat datang ke arah mereka. Melihat keadaan itu Xin Suan tertawa dan berkata. "Sepertinya kau sudah mempersiapkan semua ini, hanya menunggu aku setuju saja!" "Benar, karena waktunya sudah sangat mendesak." Dari dalam kereta Xin Suan mengeluarkan sebuah peti besi yang kelihatan berat dan berkata. "Aku sudah menukar uangnya dengan emas...." "Sulit membawannya bila naik kuda, serahkan saja kepada orang-orang kami." Xin Suan tampak begitu tenang dan berkata. "Menyerahkannya kepada orang kalian?" Dari baju bagian dadanya Shui X ian Hua mengeluarkan selembar cek dan memberikannya kepada Xin Suan sambil berkata. "Ini adalah cek seharga 100 ribu tail, kau bisa menukarnya antuk mengambil uang di Ji Nan." Xin Suan melihat cek itu kemudian berkata. "Baiklah, emas yang ada di dalam peti besi ini menjadi milik kalian." Orang yang membawa kuda sudah sampai di depan mereka. Shui Xian Hua berkata kepada si penunggang kuda itu. "Wang Yong, bawalah kereta ini, di dalam kereta ada peti besi, serahkanlah kepada Pendekar Huo." Segera penunggang kuda itu turun dan membawa kereta itu pergi. Shui Xian Hua membawa dua ekor kuda yang dibawa oleh Wang Yong dan salah seekor kuda itu diberikan kepada Xin Suan sambil berkata. "Mari kita berangkat sekarang!" Setelah menaiki kudanya, mereka segera memacu kudanya supaya berlari dengan kencang. 0-0-dwkz-0-0 Seekor kuda putih yang gagah berlari dengan cepat. Kuda itu sedang berlari di sebuah jalan kecil di Shan Dong. Penunggangnya adalah seorang pemuda berusia kira-kira 27 tahun. Alisnya panjang, matanya seperti ular, hidungnya seperti paruh burung, dan mengenakan baju putih. Di pinggangnya terselip sebuah pedang panjang yang dimasukkan ke sebuah sarung yang terbuat dari kulit ular. Sewaktu kuda sedang berlari dengan cepat tiba-tiba me luncur sebuah panah dari hutan dan diarahkan ke perut kuda putih itu. Kuda itu meringkik kemudian kaki depannya diangkat tinggitinggi dan hanya dalam waktu sebentar kuda itu langsung ambruk ke tanah. Pemuda berbaju putih itu bergerak dengan lincah, begitu kaki depan kuda itu terangkat, dia sudah melepas sadel dan seperti sebuah awan putih dengan ringan meloncat turun dari kudanya. Menghadapi perubahan secara tiba-tiba ini dia sama sekali tidak merasa kaget atau takut, dia tampak tenang seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Dia menghampiri kuda putihnya dan melihat ada anak panah yang menancap di perut kuda itu, dia menggelengkan kepalanya dan berkata. "Sungguh sayang...." Kemudian dia berjongkok dan mengelus kepala kudanya. Kuda putih yang dielus kepalanya oleh pemuda itu langsung bergetar tubuhnya, kedua matanya membuka dengan besar kemudian mati. Pemuda itu berjongkok dengan diam, melihat kuda putihnya sudah mati, agak lama dia baru mencabut panah itu. Dia membalikkan tubuhnya dan tangannya tampak melempar sesuatu--Panah bergerak secepat kilat masuk kembali ke dalam hutan. "Aduh!" Dari dalam hutan terdengar ada yang berteriak kesakitan. Begitu panah dilempar, diapun ikut meloncat, terlihat pemuda itu sudah masuk ke dalam hutan dan menghilang. Hanya sekejap. Hu!! Sesosok bayangan keluar dan terbang keluar dari dalam hutan. Tidak! Bukan terbang tapi dilempar keluar dari dalam hutan, seperti melempar suatu benda berat kemudian terjatuh dengan bunyi berdebum ke bawah. Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kemudian pemuda berbaju putih itu menyusul keluar dari dalam hutan, kembali ke jalan tadi, kakinya menginjak orang yang tadi dilemparnya. Orang itu seorang laki-laki berbadan tegap. Tapi dilengannya terlihat ada sebuah panah yang menembus tangannya. Yang paling membuatnya tidak tahan adalah kaki yang menginjak dadanya, kaki itu menekan dadanya sehingga sulit baginya untuk bernafas. "Aduh... aduh.. .aduh...." Laki-laki tegap itu seperti seekor sapi yang siap disembelih, kaki dan tangannya terus bergerak-gerak, dari tenggorokannya keluar suara rintihan yang memilukan! Pemuda berbaju putih itu menatap langit dan dengan dingin berkata. "Kau bukan perampok biasa, cepat katakan siapa kau sebenarnya?" Laki-laki berbaju tegap itu tidak mau menjawab. Kaki pemuda itu semakin keras menginjak dadanya. "Aduh... aduh... aduh...." Suara laki-laki itu semakin besar dan semakin memilukan, wajah coklatnya sekarang berubah menjadi pucat seperti kertas! Pemuda berbaju putih itu mengurangi jnjakannya dan berkata. "Kuberi kesempatan bicara dan ini adalah terakhir kalinya!" Tapi laki-laki itu malah menjawab. "Bunuh saja aku!" Pemuda berbaju putih itu berkata. "Tentu saja aku akan membunuhmu, tapi mati ada beberapa macam, ada yang mati dengan cepat, ada yang mati dengan tidak nyaman, kau mau mencoba yang mana?" Laki-laki itu berkata. "Bocah, lakukan saja!" Pemuda berbaju putih itu tersenyum dan berkata. "Baiklah!" Tangannya terarah ke belakang pundaknya dan mencabut pedangnya yang panjang, dia meletakkan pedang di telinga kiri lakilaki tegap itu, lalu memotong telinga tersebut. Sakit sebentar dengan sakit yang berlangsung lama beda rasanya, dibandingkan pada saat telinganya dipotong, ini adalah cara menyiksa yang paling kejam! Tubuh laki-laki itu gemetar karena menahan sakit, teriakannya seperti seekor babi yang disembelih. Akhirnya telinga itu terlepas dari tempatnya. Kemudian pemuda itu meletakkan lagi pedangnya di telinga kanan laki-laki tegap itu, dia tertawa dan berkata. "Kapan kau akan bicara katakan kepadaku." Kemudian dia siap memotong telinga satunya lagi. Laki-laki tegap itu sudah tidak tahan dan dia berkata. "Baiklah, aku akan memberitahumu!" "Katakan sekarang!. "Tolong geser kaki dan pedangmu, baru aku akan bicara." Kaki digeser dan pedangpun disimpan. Laki-laki itu membalikkan badan dan berkata. "Margaku Guan, namaku adalah Ren...." "Kau adalah Lao Er dari Guan Shi Shuang X iong?" "Benar." "Apakah di antara kita ada dendam?" "Tidak." "Tapi mengapa kau berbuat seperti itu kepadaku?" "Karena kau pantas mati!" Kata-katanya baru selesai, kedua tangannya sudah menyerang ke tubuh bawah pemuda berbaju putih. Ini adalah serangan antara hidup dan mati. Tapi sayang, baru saja telapaknya mengenai tangan pemuda itu, kepalanya sudah terlepas, melayang membawa darah yang berceceran seperti air hujan! Ini adalah akibat tebasan pedang panjang milik pemuda berbaju putih itu, gerakan pedangnya benar-benar cepat, hanya sempat terlihat kilauan pedang, kepala Guan Ren sudah berpindah tempat dan di permukaan pedang sama sekali tidak terlihat ada noda darahnya. Tapi kedua tangan dan kesepuluh jari Guan Ren masih mencengkram bagian bawah tubuh pemuda itu, walau kepalanya sudah melayang tapi kedua tangannya masih dengan erat mencengkram alat vital pemuda berbaju putih itu. Cengkraman itu membuat pemuda berbaju putih itu kesakitan wajahnya tampak pucat, dia tertawa dingin, kakinya terangkat dan menendang ke dada Guan Ren, menendangnya ke tempat yang jauh. Sesudah semua dibereskan, dengan mata dingin pemuda itu melihat ke sekeliling, kemudian dia memasukkan pedangnya ke dalam sarung dan pergi.... Menjelang malam pemuda berbaju putih itu sudah tiba di kota Chi Y ang, dan memasuki sebuah penginapan. "Pelayan, aku ingin memesan sebuah kamar yang paling bagus." "Ya. Ya." "Bantu aku untuk mencari sesuatu." "Ya, silakan T uan katakan." "Ini ada uang 50 tail perak, bantu aku untuk mencari seekor kuda yang bagus, besok aku akan menggunakannya!" "Ya. Ya." "Apakah kau tahu di mana tempat tinggal Guan Shi Shuang Xiong?" "Guan Shi Shuang X iong?" "Apakah kau tidak tahu?" "Aku tidak pernah mendengar nama itu." "Dua bersaudara Guan sangat terkenal di Slni, mengapa kau bisa tidak tahu?" "Aku benar-benar tidak tahu." "Kalau begitu tolong cari tahu alamat mereka di mana, aku akan memberikan uang kepadamu!" "Ya, ya, baiklah Tuan. Terima kasih." Dengan cepat dia mendapatkan kamar utama, kemudian diapun mandi di dalam kamar, makan, kemudian naik ke atas ranjang siap untuk tidur.... Pagi-pagi, setelah sarapan, pelayan masuk ke dalam kamarnya dan menyapa. "Selamat pagi, Tuan." Pemuda berbaju putih itu menyahut dan bertanya. "Di mana kudaku?" Pelayan menjawab. "Sudah ada di depan baru saja sampai, sekarang sedang menunggu Tuan di luar, kudanya sehat dan kuat." "Di mana alamat Guan Shi Shuang Xiong?" "Di Meng Shan bagian barat, bernama Desa Guan." "Di mana letak Meng Shan?" "Dari s ini T uan berjalan ke arah timur, kira-kira dalam waktu satu hari akan bisa sampai di sana." Pemuda itu mengeluarkan uang dan meletakkannya di atas meja, berkata. "Ambillah!" Pelayan itu sudah bekerja selama puluhan tahun di penginapan itu, baru pertama kalinya dia bertemu dengan seorang tamu yang begitu royal, dia memang berharap mendapatkan uang yang besar, tapi dia tidak berani langsung mengambilnya, karena itu dia merasa sangat tidak tenang, tangannya tampak berputar-putar dan berkata. "Tuan, ini...terlalu banyak, kuda anda hanya seharga 45 tail perak, aku malah harus mengembalikan s isa uangnya!" "Sisa uang itu untuk membayar sewa kamar, uang yang ada di atas meja bisa kau ambil-" Kata-kata pemuda itu membuat pelayan tidak berani menolak lagi, sebenarnya pelayan itu tidak berani mengambil, tapi sewaktu tangannya terulur untuk mengambil uang itu, pemuda itu tiba-tiba berkata. "Tapi...." Segera pelayan itu menarik tangannya kembali dan bertanya. "Apakah Tuan masih ada pesan lain?" Pemuda berbaju putih itu tampak berpikir sebentar, dengan dingin dia berkata. "Apakah alamat pemberianmu bisa dipercaya? Kalau salah aku malah akan terkena masalah di sana." Wajah pelayan itu tampak sedikit pucat tapi dia tetap berkata. "Alamatnya tidak salah, Tuan." Pemuda itu segera bersiap-siap berangkat, begitu keluar dari kamar dia bertanya. "Aku akan berangkat sekarang, mana kudaku?" Segera pelayan memasukkan uangnya dan dengan cepat keluar dari kamar, dia berjalan di depan. Setelah pemuda itu berada di depan penginapan, datanglah pelayan itu sambil membawa kudanya dengan tersenyum pelayan itu bertanya. "Tuan, apakah Anda merasa cocok dengan kondisi kuda ini?" Pemuda itu tidak menjawab, tapi dia Segera me loncat ke atas kuda. Hari kedua, siang. Dia sudah tiba di Meng Shan bagian barat, berhenti di depan sebuah rumah. Pelayan itu tidak salah di atas rumah itu tertulis 'Rumah Keluarga Guan'. Pemuda itu turun dari kuda dan mengikat kudanya di sebuah pohon. Ada seorang pelayan yang keluar menghampirinya dan memberi hormat, dengan sopan dia bertanya. "Permisi, apakah Tuan adalah...." Dengan dingin pemuda itu menjawab. "Apakah di sini adalah tempat tinggal Guan Shi Shuang Xiong?" Pelayan itu menjawab. "Benar, siapa nama T uan? Ada keperluan apa Tuan datang kemari?" Dengan dingin pemuda itu berkata. "Aku ingin bertemu dengan Guan Yong." "Silakan T uan menyebutkan marga dan nama Tuan, biar aku bisa melapor." "Namaku adalah Gu Shi!" "Gu...apa?" "Wu Xing Jian Ke Gu Shi!" Pelayan itu tampak terkejut dan berkata. "Harap Tuan menunggu sebentar." Segera dia masuk kc dalam rumah. Hanya dalam waktu sebentar datang dua laki-laki setengah baya keluar dari rumah itu, yang satu wajahnya mirip dengan Guan Ren, sedangkan yang satunya lagi gagah dan wajahnya dipenuhi dengan cambang. Dengan cepat mereka berjalan ke depan pintu dan bersamasama memberi hormat kepada Wu Xing Jian Ke Gu Shi, dengan ramah salah satu dari mereka berkata. "Aku tidak tahu kalau Pendekar Gu akan datang ke sini, aku minta maaf!" Wu Xing Jian Ke Gu Shi sangat angkuh, dia tidak membalas memberi hormat, dengan dingin dia bertanya. "Di antara kalian berdua siapa yang bernama Lao Da Guan Shi Shuang X iong?" Laki-laki yang wajahnya mirip dengan Guan Ren segera menjawab. "Aku adalah Lao Da." Dia menunjuk laki-laki yang wajahnya penuh dengan cambang. "Dia adalah adikku Guan Ren'." Wu Xing Jian Ke, Gu Shi terkejut dan bertanya. "Apa?" Jawab Guan Yong. "Ini adikku Guan Ren." Wu Xing Jian Ke Gu Shi terus melihat ke arah Guan Ren wajahnya diliputi dengan keanehan dan bertanya. "Kau memiliki berapa orang adik?" Jawab Guan Yong. "Teman-teman dari dunia persilatan yang kenal denganku pasti tahu bahwa aku hanya mempunyai seorang adik." Wu Xing Jian Ke, Gu Shi mengerutkan alisnya dan berkata dengan dingin. "Ini sangat aneh...." Guan Yong bertanya. "Mengapa Pendekar Gu merasa aneh?" "Kemarin saat aku berada di Chi San aku telah membunuh seseorang dan dia mengaku kalau namanya adalah Guan Ren!" Guan Yong tertawa dan berkata. "Mungkin hanya secara kebetulan marga dan namanya sama." Wu Xing Jian Ke Gu Shi berkata lagi. "Tidak, dia dengan jelas mengatakan bahwa dia adalah Guan Shi Shuang X iong, Lao Er Guan Ren." Guan Yong tertawa terbahak-bahak dan berkata. Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sangat lucu, kami Guan bersaudara walaupun hanya mempunyai sedikit nama tapi kami bukan pesilat tangguh tidak disangka ada yang memalsukan nama Guan bersaudara!" Guan Ren tertawa dan bertanya. "Pendekar Gu, apakah orang yang telah memalsukan namaku telah membuat Anda marah?" Wu Xing Jian Ke Gu Shi mengangguk dan berkata. "Dia melepaskan panah ke perut kudaku dan kudaku mati." Tanya Guan Ren. "Mengapa bisa terjadi seperti itu?" Wu Xing Jian berkata dengan dingin. "Dia menghalangiku" Tiba-tiba dia tidak melanjutkan kata-katanya, dia berjalan ke arah pohon dan membuka ikatan tali kudanya. Tanya Guan Yong. "Apakah Pendekar Gu akan pergi?" Wu Xing Jian Ke Gu Shi mengangguk. Kata Guan Y ong. "Pendekar Gu sudah jauh-jauh datang ke sini, silakan mampir dulu ke rumahku untuk sekedar minum teh." Wu Xing Jian Ke menjawab. "Terima kasih." Guan Yong tertawa dan berkata. "Kami dua bersaudara sangat mengagumi Pendekar Gu, sekarang Pendekar Gu telah datang kesini, pada kesempatan yang langka ini kami mengundang anda mampir untuk sekedar minum bersama dengan kami, apakah Tuan bersedia?" Jawab Wu Xing Jian "Aku masih ada keperluan lain." "Kami tidak akan menghabiskan waktu Anda terlalu lama." Wu Xing Jian berubah pikiran, dia kembali lagi ke tempat mereka dengan tersenyum berkata. "Baiklah, aku akan mengganggu waktu kalian sebentar." Guan Yong segera tertawa dan berkata. "Silakan!" Wu Xing Jian Ke Gu Shi berjalan masuk ke kediaman keluarga Guan, rumah keluarga Guan besar, mungkin kamar-kamarnya berjumlah 30 lebih. Anehnya rumah itu tampak sepi hanya terlihat beberapa orang saja. Wu Xing Jian Ke Gu Shi sambil berjalan sambil melihat-lihat keadaan rumah keluarga Guan Y ong, dia bertanya. "Mengapa tidak ada orang di sini?" Guan Yong balik bertanya. "Apa?" Jawab Wu Xing Jian Ke Gu Shi. "Orang yang kumaksud!" Guan Yong tertawa. "Rumah kami tidak terlalu banyak orang, semuanya hanya berjumlah 12 orang." Tanya Gu Shi. "Apakah tidak ada istri?" Guan Yong menjawab. "Tidak ada!" Wu Xing Jian Ke Gu Shi tertawa dan tidak berkata apaapa lagi. Mereka bertiga berada di ruang tamu dan duduk di sana. Pelayan datang membawakan teh. Guan Yong berpesan agar pelayan menyiapkan makan siang, kemudian dia mengangkat cangkirnya dan berkata. "Pendekar Gu, silakan diminum tehnya." Dia minum terinya dulu, ini adalah peraturan dunia persilatan, artinya teh itu tidak beracun. Kemudian Wu Xing Jian Ke Gu Shi pun ikut minum seteguk, lalu dia duduk menyandar ke belakang kursi sambil tersenyum. "Sangat aneh, aku merasa Guan Ren yang kubunuh lebih pantas menjadi adikmu!" Guan Yong tertawa. "Begitukah?" Kata Guan Shi. "Biasanya saudara kandung itu wajahnya lebih mirip...." Dia menunjuk Guan Ren yang ada di depannya dan berkata. "Adikmu ini sama sekali tidak mirip denganmu!" Guan Yong tertawa terbahak-bahak. "Apakah Pendekar Gu curiga kalau aku telah menipu Anda dengan adik palsu?" Gu Shi tersenyum tapi tidak berkata apa-apa, sepertinya dia memang mengakui kecurigaannya. Guan Yong tertawa lagi. "Kalau kemarin adikku telah terbunuh oleh Pendekar Gu, walaupun aku tidak mempermasalahkannya, tapi aku tidak akan mempersilakan Pendekar Gu masuk untuk minum teh bersama "Seliris dengan kami." Gu Shi tertawa dan berkata. "Masuk akal!" "Karena itu orang yang telah dibunuh oleh Pendekar Gu itu pasti bukan adikku." Gu Shi tetap tersenym tapi tidak menjawab. "Apakah Pendekar Gu tidak percaya?" Tanya Guan Yong. "Aku percaya." "Walaupun ilmu s ilat kami tidak terlalu tinggi tapi sifat kami tidak berputar-putar, kalau Pendekar Gu berniat berteman dengan kami, hal ini akan membuat kami merasa bangga," Kata Guan Yong. "Temanku tidak banyak, yang paling akrab hanya ada satu..." Kata Guan Shi. "Siapakah dia?" Tanya Guan Yong. "Aku sendiri," Jawab Gu Shi. Guan Yong terpaku, kemudian sambil tertawa dia berkata. "Pendekar Gu pandai bergurau, bila tidak mempunyai teman, hidupmu di dunia ini menjadi tidak berarti!" "Tapi aku hidup dengan senang," Jawab Gu Shi. Guan Yong merasa obrolan mereka menjadi tidak terarah, segera dia mengganti topik pembicaraan. "Pendekar Gu ada perlu apa datang ke Shan Dong?" "Aku hanya kebetulan lewat sini saja," Jawab Gu Shi. "Anda akan pergi ke mana?" "Aku akan ke ibu kota." "Aku dengar ilmu pedang Pendekar Gu sangat lihai, tidak disangka ternyata Anda masih begitu muda!" "Anda terlalu memuji." Tiba-tiba Guan Ren bertanya. "Akhir-akhir ini dunia persilatan telah muncul seorang anak muda hebat, apakah Pendekar Gu pernah bertemu dengannya?" "Siapakah dia?" "Xin Suan," Jawab Guan Ren. Gu Shi menggelengkan kepala dan menjawab. "Aku tidak pernah mendengar tentangnya." "Menurut orang-orang, ilmu pedangnya sangat menakutkan, pedangnya telah membunuh 7 orang pembunuh dari golongan hitam." "Ke tujuh pembunuh itu selain sadis, ilmu silat mereka tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan pemuda itu," Jelas Gu Shi. Guan Ren tertawa dan berkata. "Masih ada satu lagi orang yang terkenal, mungkin Pendekar Gu pernah mendengar namanya." "Siapakah dia?" "Pan Long Da Xia, Huo Ru Feng," Jawab Guan Ren. Sambil tertawa sombong Gu Shi berkata. "Di dalam pikiranku, Pan Long Da Xia bukan orang terkenal!" "Ilmu silat Pendekar Gu sangat tinggi, kalau digunakan dengan tepat bisa berguna untuk dunia persilatan," Kata Guan Y ong sambil tertawa. "Aku hanya tertarik pada satu macam bendauang!" Kata Gu Shi dengan pelan. "Maksud Pendekar Gu, asalkan ada uang apapun akan Anda lakukan?" Tanya Guan Yong sambil tertawa. "Benar!" Gu Shi mengangguk. "Kalau begitu, ternyata Pendekar Gu pun seorang...." Kata Guan Yong dengan ekspresi sedikit sedih. Jawab Gu Shi. "Pembunuh dan juga pengantar Biao." "Kalau begitu kali ini Pendekar Gu pergi ke ibukota karena disewa untuk melakukan suatu bisnis?" Tanya Guan Yong. "Benar!" "Apakah kami bisa mendengar sedikit ceritanya?" Tanya Guan Yong. "Tidak, tapi Anda boleh membeli barang yang ada di tanganku, asalkan cocok harganya, aku akan menjualnya." Mata Guan Yong langsung terlihat bersemangat. "Apakah Pendekar Guan Yong membawa barang berharga?" "Benda itu berupa daftar nama." "Daftar nama apa?" "Di dalamnya tercatat nama-nama pemberontak, kalau aku menyerahkannya kepada raja, mereka pasti akan mati." "Oh...." Kata Guan Yong. "Aku akan menjual daftar nama ini dengan harga 100 ribu tail perak, apakah Tuan mau membelinya?" Guan Yong menggelengkan membutuhkannya." Kepalanya, "Aku tidak Gu Shi tersenyum dan berkata. "Kalau Anda membeli daftar nama ini, bisa menolong banyak orang, termasuk Anda sendiri." Wajah Guan Yong tampak berubah dan bertanya. "Apa maksud Pendekar Gu?" Gu Shi tertawa dan menjawab. "Anda sangat tidak beruntung, kemarin aku melihat daftar nama itu dan ternyata nama Anda dua bersaudara tercantum di dalamnya!" Guan Y ong segera berdiri, wajahnya tampak berubah, sepertinya dia mulai tidak tenang. Waktu itu datang seorang pelayan memberitahu, makanan sudah siap dihidangkan." "Tuan, Guan Yong berusaha menahan gejolak hatinya, dan berkata. "Tuan Gu, ikutlah denganku..." Belum habis kata-katanya, Gu Shi sudah tertawa. "Guan Yong, Anda benar-benar bisa menahan diri, aku telah membunuh adikmu, kau masih bisa mengundangku makan, apa maksudmu?" Kedua alis Guan Yong tampak berkerut dan berkata. "Pendekar Gu, Anda salah, adikku sekarang berdiri di depanmu!" Gu Shi tertawa lagi dan berkata. Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kita tidak sedang membicarakan adikmu, hari ini aku telah datang ke sini, aku tidak mau pulang dengan tangan kosong. Daftar nama yang ada di tanganku apakah benar Anda tidak mau membelinya?" Dengan serius Guan Y ong berkata. "Harganya terlalu tinggi. Aku tidak sanggup membelinya!" Gu Shi tertawa dan berkata lagi. "Aku kira harga itu tidak terlalu tinggi, 100 ribu tail perak bisa membeli beratus-ratus nyawa, harga itu malah terlalu murah menurutku!" Tiba-tiba Guan Yong menarik nafas panjang dan berkata. "Pendekar Gu, apakah Anda adalah suku bangsa Han? Kalau kau masih memiliki s ifat perikemanusiaan, jangan lakukan hal ini!" "Jangan banyak bicara, apakah kau mau membelinya atau tidak?" Gu Shi tertawa dingin. "Sepuluh ribu tail perak, kami hanya sanggup membayar sejumlah itu, selebihnya kami tidak sanggup!" Kata Guan Yong. Gu Shi berdiri dan bertanya. "Untuk terakhir kalinya aku tanya, apakah benar Anda tidak mau membalas dendam adikmu?" Sikap Guan Yong menjadi serius lagi, dia seperti berusaha menahan gejolak hatinya, tapi kali ini dia tidak berhasil menahannya. Wajahnya mulai terlihat marah dan sedih, kedua matanya melotot dia berteriak seperti suara gunung api meletus. "Bocah tengik, jujur bicara, hari ini kau sudah memasuki kediaman keluarga Guan, jangan harap bisa keluar hidup-hidup dari sini!" Kata-katanya baru selesai dia sudah berlari ke depan pintu dari balik pintu dia mengambil sebuah pentungan besi lalu dengan gagah dia berdiri di depan pintu! Gu Shi tertawa terbahak-bahak. "Akhirnya kau sudah tidak bisa bertahan lagi! Ha ha ha! Kau kira aku mudah ditipu? pergi ke ruang makan untuk menerima jamuan makan siangmu? Apakah kau kira dengan arak beracun kau bisa meracuniku? Ha ha ha...." Guan Y ong melotot dan berkata. "Kau adalah seekor anjing yang sudah terkena penyakit, hari ini aku harus membalaskan kematian adikku, aku harus membasmi orang jahat dari dunia persilatan!" Laki-laki yang memalsukan identitas Guan Ren pun sudah mengeluarkan pecut bajanya dan siap untuk bertarung. Wajah Gu Shi dipenuhi dengan hawa membunuh, dia tertawa dan berkata. "Aku tidak mengerti, menurut daftar nama itu, tertulis beberapa nama pendekar ternama, mengapa mereka tidak datang sendiri malah menyuruh kalian yang hanya kucing-kucing tidak berguna?" Guan Yong tidak menjawab, sekarang keinginannya hanya satu yaitu membunuh musuh yang ada di depannya, dan berharap pentungan besi itu bisa memukul Gu Shi sampai tubuhnya hancur lebur. Dengan perlahan Gu Shi mengeluarkan pedangnya dan berkata. "Hati-hati, aku akan mengeluarkan jurus pedangku!" Guan Yong mengangkat pentungan besinya dia sudah memasang pcsisi siap bertarung. Laki-laki bercambang itupun mulai memutar pecut bajanya sambil menunggu pertarungan dimulai. Dengan tertawa sinis Gu Shi melihat tingkah laku mereka, wajahnya terlihat angkuh dan kejam, dia berdiri sebentar, kemudian berteriak seperti binatang, pedang panjangnya tampak berkilau---Hanya dalam sekejap Guan Y ong hanya melihat kilauan pedang dan kilauan itu datang seperti gelombang yang menggulung, tapi sejak awal dia sudah memutuskan untuk bertarung hingga titik darah penghabisan. Maka dia tidak merasa takut dan tidak akan mundur lagi, diapun mengeluarkan suara seperti guntur, pentungan besi itu terus bertahan dan menyerang! "CING!" "TANG!" Dua suara itu saling beradu, terlihat Guan Yong mundur, tubuh bagian belakangnya menabrak daun pintu sehingga membuat ruangan itu bergetar. Di dahinya terlihat luka pedang sepanjang 2 inch, darah keluar dari luka itu dan mengalir ke wajahnya! Laki-laki bercambang itu melihat semua kejadiannya, dia terkejut, dia takut kalau Gu Shi akan mengejar Guan Yong lagi. Segera dia membentak. "Lihat jurusku!" Dia sudah memainkan pecutnya dan diarahkan kepada kedua bahu Gu Shi. Gu Shi hanya tertawa, tubuhnya berputar dan tiba-tiba dia jongkok, membalikkan tangannya dan membentak. "Putus!" Wu Xing Jian! (pedang tanpa wujud). Benar-benar Wu Xing Jian. Terlihat cahaya pedang melewati pinggang laki-laki bercambang itu, darah segera muncrat dari pinggangnya! Kemudian tubuh laki-laki bercambang itu terpotong menjadi dua, tidak lama diapun roboh, tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah terpisah menjadi dua bagian, darah keluar seperti air mancur! Pedang panjang milik Gu Shi tetap terlihat bersih, sama sekali tidak ada noda darah. Guan Y ong terpaku, matanya menjadi merah, dia berteriak. "Kau sungguh kejam!" Diiringi teriakannya, dia sudah bergerak seperti orang gila menyerang Gu Shi dengan pentungan besinya, memukul ke kiri dan ke kanan! Dengan mudah Gu Shi mengangkat pedangnya menahan serangan Guan Yong, tiba-tiba dia tertawa dan berkata. "Pergi!" Terdengar suara BUK, pinggang Guan Yong terkena tendangan Gu Shi dan terbang ke tempat jauh. Gu Shi tidak segera mencabut nyawa Guan Yong, pedang panjangnya malah disimpan, dia tertawa. "Guan Yong, aku akan membiarkanmu hidup, supaya kau bisa memberitahu semua hal ini kepada Huo Ru Feng, buian ini pada tanggal 15 siang, aku akan menunggu dia di Ji Nan di rumah makan Tian Xiang, kalau dia membutuhkan daftar nama ini, bawalah uang sejumlah 100 ribu tail perak!" Setelah itu dia pergi dari sana. Guan Y ong berusaha berdiri tapi mungkin karena luka dalamnya terlalu berat, baru saja melangkah, dia sudah jatuh tersungkur dan memuntahkan banyak darah. Gu Shi hanya tersenyum dan berkata. "Tidak apa-apa, kau masih bisa bertahan hidup 3-4 bulan lagi." Guan Yong mengangkat kepalanya dan berteriak. "Saudarasaudara, laksanakan rencana kedua kita!" Gu Shi sudah masuk ke dalam ruangan, mendengar kata-kata ini dia segera berhenti melangkah, dia menolehkan kepalanya lalu tertawa dingin. "Kau masih memiliki rencana apa?" Kata-katanya baru selesai, terdengar suara panah, lalu disusul dengan suara FUSH! FUSH! FUSH! MendekatinyaHanya dalam sekejap panah api ditembakkan ke dalam ruangan. Gu Shi terkejut, dia segera bersembunyi di balik pintu. "CHA!" "CHA!" "CHA!" Puluhan anak panah api masuk ke celah-celah pintu, ada yang masuk ke dalam ruangan ada yang tertancap di depan pintu. Api mulai membakar pintu. Mungkin karena di luar ruangan telah disiram minyak tanah terlebih dahulu, maka kobaran apipun langsung menjalar, pintu keluar sudah tertutup oleh kobaran api yang besar! "CHA!" "CHA!" "CHA!" Datang lagi anak panah api dan menancap di dinding ruangan, api segera membakar ruangan. Ruangan tamu sudah terbakar! Walau ilmu silat Gu Shi sangat tinggi tapi tubuhnya tetap terdiri dari daging dan darah. Dia tetap takut kepada api yang berkobar. Dia melihat ke sekeliling dan dia te lah terkurung oleh api, wajahnya tampak berubah, dia tertawa dingin. "Guan Yong, kau tidak takut mati dan berniat mati bersama-sama denganku!" Guan Yong tertawa dan menjawab. "Benar! Guan Shi Shuan Xiong orang apa, kau seharusnya sudah tahu!" Dengan dingin Gu Shi berkata. "Kepala boleh putus, tapi keadilan harus tetap dijaga, aku kagum kepadamu! Tapi kau terlalu naif, apakah dengan cara seperti ini kau merasa bisa membuatku mati?" Jawab Guan Yong. "Ruangan ini sudah disiram dengan banyak minyak, dan di sekeliling ruangan inipun sudah disiram minyak tanah, kecuali kau mempunyai ilmu sihir kau baru bisa lolos, kalau tidak kau pasti akan mati!" Gu Shi me lihat keluar ruangan, benar saja di luar sudah seperti lautan api, dan tidak bisa menggunakan ilmu meringankan tubuh keluar dari ruangan ini. Hatinya langsung terasa berat, tapi dia segera terpikirkan satu cara untuk me lepaskan diri, dia berkata dengan dingin. "Kau benar, aku memang mempunyai kemampuan sihir!" Dia mengeluarkan pedang panjangnya lagi, dan berkata. "Tapi aku berubah pikiran, sebelum aku keluar dari sini. aku akan membunuhmu dulu!" Dia berjalan mendekati Guan Yong. "BRAK!" Tiba-tiba tempat di mana Guan Yong jatuh tadi terbalik, mungkin itu adalah papan yang bisa dibalikkan. Begitu papan itu terbalik, Guan Yong sudah menghilang dari sana! Dan posisi papan sudah kembali seperti semula. Gu Shi sama sekali tidak terpikir mengapa bisa terjadi seperti itu, dia marah dan berteriak, segera dia lari ke papan itu, dia terus menusuk papan tadi dengan pedangnya. Papan yang bisa terbalik itu, di luarnya adalah batu bata sedangkan di dalamnya adalah lempengan baja, dengan cara apapun papan itu tidak bisa dibuka ataupun digali. Sekarang api besar sudah mengelilingi ruang tamu, asap tebal sudah memenuhi ruangan itu, udara panas membuat Gu Shi sesak nafas. Dia tidak berani lama-lama di sana, segera dia membalikkan badan dan mengayunkan pedangnya, dengan cepat dia memotong kaki meja. Memasukkan pedangnya ke dalam sarung. Lalu dia mengangkat meja itu dengan sekuat tenaga dia melempar meja itu ke atas. "HONG!" Suara itu sangat keras, meja itu terlempar dan telah membuat langit-langit rumah berlubang. Genting pecah dan kayukayu berhamburan seperti hujan kayu, meja jatuh mengikuti serpihan kayu itu. Dia mengangkat lagi meja itu lalu melemparnya kembali ke atas, terdengar suara HONG lagi, atap rumah berlubang lebih besar. Begitu meja itu turun lagi dia menyambutnya lalu melemparnya lagi, kali ini meja keluar dari lubang itu kemudian terjatuh di atap rumah. Dia segera meloncat melalui lubang itu dan mendarat di atap rumah. Gu Shi me lihat ke sekelilingnya, ruangan tamu tampak sudah terkepung oleh kobaran api. Terlihat di bawah masih banyak minyak tanah dan membuat api berkobar semakin besar, lidah apinya bahkan sudah mencapai 3 meter lebih! Dari luar dinding terlihat masih banyak orang yang terus menyiram minyak ke dalam kobaran api.... Gu Shi tertawa dingin dia mengangkat meja itu dan dengan sekuat tenaga melemparnya lagi. Begitu meja itu dilempar, dengan Menggunakan ilmu meringankan tubuh yang tinggi yaitu Ba Bu Zhan, dia meloncati papan meja itu, dia seperti naik ke awan lalu terbang keluar dinding. "Lihat! Dia berhasil keluar dari sana!" "Ahh...." Pelayan yang sedang menyiram minyak ke dalam api, melihat Gu Shi menaiki papan meja lalu melayang keluar, mereka terus berteriak. Hanya dalam sekejap papan meja itu sudah melayang keluar melalui tembok api, Gu Shi yang berdiri di atas papan meja itu tidak terluka sama sekali. Dia bersiul panjang kemudian mendarat, terjadilah peristiwa pembunuhan besar-besaran. Pelayan-pelayan itu bukan lawannya, hanya dalam waktu s ingkat sudah terlihat 7-8 orang terbunuh, pelayan lainnya tampak ketakutan, akhirnya mereka melarikan diri. Gu Shi mengejar salah satu pelayan, dari belakang mencakar punggungnya, kemudian mengangkat pelayan itu dan membantingnya, lalu dengan pedang dia menunjuk ke dada si pelayan itu, dia bertanya. "Cepat katakan, di mana Guan Yong sekarang?" Pelayan itu tampak ketakutan, wajahnya pucat, tubuhnya gemetar, dengan gugup dia berkata. "Aku...aku...tidak...tidak tahu!" ? Wajah Gu Shi terlihat tawa kejam, dia berkata. "Kalau kau mengatakan sekali lagi tidak tahu, aku akan membunuhmu!" Pelayan itu tampak lebih gemetar lagi dan berkata. "Baiklah, kau...kau mau membunuhku, bunuh saja aku!" Gu Shi melihat pelayan itu begitu ketakutan, tapi pelayan itu bersikukuh tidak mau memberitahu, dia tertawa dan berkata. "Apakah kau tidak takut mati?" Pelayan itu menjawab. "Aku...aku takut mati tapi kalau harus mengatakan di mana Ketua bersembunyi, itu...pasti tidak akan kulakukan!" Gu Shi tertawa dan berkata. "Kau benar-benar seorang pelayan yang setia!" "Ketua kami sangat adil dan baik, memandang kami...memandang kami seperti saudara kandung, tentu saja kami siap mati demi beliau!" Kata pelayan itu. "Baiklah, aku akan membantumu mempercepat kematianmu demi dia!" Kata Gu Shi. Sewaktu pedang Gu Shi akan menusuk, di belakangnya ada yang bicara. "Gu Shi, mengapa kau membuat perhitungan dengan seorang pelayan?" Gu Shi membalikkan kepalanya untuk melihat siapa yang bicara, di belakangnya berdiri seorang pak tua yang gagah dan seorang perempuan cantik, dia tahu kalau mereka pasti orang terkenal, karena itu dia segera melepaskan pelayan keluarga Guan, lalu dengan dingin bertanya. "Apakah Anda berdua adalah orang-orang dari keluarga Guan?" Pak tua gagah itu kurang lebih berumur 65 tahun, wajahnya terlihat berwibawa, dia mengenakan baju mewah. Di pinggangnya terselip sebuah golok. Dia adalah seorang pesilat terkenal! Perempuan cantik itu kurang lebih berusia 27 tahun, walaupun kulitnya tidak begitu putih tapi mata dan giginya indah. Tubuhnya bergerak dengan ringan, kepalanya terbungkus kain hijau, dan mengenakan baju berwarna biru tua. Anehnya di pundaknya terselip sebuah dayung! Pak tua itu mulai bertanya. "Aku adalah Hong Qiu dijuluki Jin Dao Wang (Raja golok emas)." Gu Shi hanya menyahut. "Oh!" Wajahnya tersenyum dan berkata. "Ternyata Anda adalah Tetua Hong yang terkenal itu, maafkan aku!" Walaupun dia memanggil tetua tapi sikapnya tetap sangat sombong, bahkan dia tidak menganggukkan kepalanya untuk memberi salam, lalu dia melihat perempuan cantik itu dan bertanya. "Siapakah nona ini? Aku yakin nona inipun bukan sembarangan orang." Perempuan itu tertawa dan menjawab. "Oh, aku bernama Nian Cai Xia, aku adalah seorang perempuan yang hidup susah di laut." Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Gu Shi bertanya. "Apakah Nona adalah Dong Hai Xian Niang Nian Cai Xia?" Nian Cai Xia mengangguk. "Benar!" Dengan aneh sekaligus tertarik dia bertanya. "Mengapa Nona Nian yang terbiasa hidup di laut sekarang datang ke darat?" Nian Cai Xia tertawa dan menjawab. "Aku tidak ingin hidup kesepian!" Gu Shi tertawa terbahak-bahak. "Apakah Nona tidak takut nanti tidak cocok dengan kehidupan di darat?" Nian Cai Xia tertawa. "Sampai saat ini aku merasa baik-baik saja." Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo