Bukit Pemakan Manusia 18
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 18
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung Sambil menerima kotak kemala itu penutupnya segera dibuka, Didalam kotak kumala itu, kecuali sebilah pedang kecil sepanjang tiga inci, terdapat pula beberapa lembar dokumen. Mo Tin-hong segera mengambil keluar pedang kecil sepanjang tiga cun, yang bercahaya tajam itu, kemudian bersama sepucuk surat diserahkan kepada Sun Tiong lo dan katanya. "Ayahmu disebut orang Giok bin sian kiam ci liong jiu (Dewa pedang berwajah kemala tangan sakti penangkap naga), pedang kecil itu tanda kepercayaannya, sedang surat itu ditulis sendiri olehnya, silahkan hintit ambil dan memeriksanya sendiri." Sun Tiong lo melirik sekejap kearah Mo Tin hong, kemudian diterimanya surat serta pedang pendek itu. Pedang pendek itu tanpa sarung, ketajamannya dapat terlihat dari kilatan cahaya yang memantul tertimpa Iampu. Andaikata Mo Tin hong berniat jahat, dalam jarak sejauh satu langkah yang begitu pendek, bila pedang pendek itu secara tiba-tiba disambitkan ke depan, percaya Sun Tiong lo pasti akan menjumpai kesulitan untuk menghindarkan diri. Tentu saja, Sun Tiong lo pun sudah melakukan persiapan yang cukup sebelum menjulurkan tangannya untuk menyambut pedang pendek serta surat tersebut, kendatipun demikian, andai kata menerima sergapan secara tiba-tiba, toh tak urung dia akan terluka juga. Untuk menghindari segala kecurigaan orang, ternyata Mo Tin- hong meletakkan surat dan pedang pendek itu keatas meja. Diam-diam Sun-tiong-lo tertawa geli, diambilnya kedua benda itu dan diperiksa dengan teliti. Mula-mula dia memeriksa dulu pedang pendek tersebut, pada badan pedang terukir empat buah huruf yang berbunyi. "GIOK-BIN-SIAN-KIAM" Dibawah keempat huruf itu terukir sebuah tangan, Sun-tiong-lo mengerti tangan itu melambangkan julukan ayahnya sebagai Ka- liong jiu (tangan sakti penangkap naga). Ketika surat itu dilihat, terlihatlah tulisan ayahnya yang tertuju untuk Mo Tin-hong, dalam surat mana tercermin jelas hubungan persaudaraan yang sangat akrab diantara mereka berdua, bahkan dapat dirasakan kalau hubungan persaudaraan itu melebihi saudara kandung sendiri. Sekarang Sun tiong-lo sudah percaya, dia percaya kalau orang yang berada dihadapannya sekarang adalah kakak angkat ayahnya yang disebut orang sebagai Hui thian-sin-liong (naga sakti terbang diangkasa) Mo Tin-hong. Dalam pada itu, Mo Tin hong telah berkata lagi dengan suara rendah dan berat. "Walaupun waktu berjalan amat cepat, namun persahabatan yang sejati diantara kami tetap kekal dan abadi." Berbicara sampai disitu, sepasang mata Mo Tin hong berkaca- kaca, lanjutnya kembali dengan suara gagah. "Aku telah bersumpah, aku akan berusaha keras untuk membalaskan dendam bagi kematian adik Pak-gi suami isteri !" Diam-diam Sun Tiong lo memperhatikan terus semua gerak gerik dari Mo Tin hong, ketika dianggapnya kesediaan Mo Tin hong bersungguh hati dan bukan pura-pura, tanpa terasa rasa curiganya berkurang beberapa bagian, tapi rasa keheranannya semakin bertambah. Mendadak Sun Tiong lo teringat akan satu persoalan segera tanyanya kepada Mo Tin hong. "Mo tayhiap, mengapa kau bisa menjadi penguasa dari Bukit pemakan manusia ini?" Mo Tin hong segera menghela napas panjang serunya. "Aaai, ceritanya panjang sekali." Setelah berhenti sebentar, kembali ujarnya. "Sekarang tolong hiantit menjawab sebuah pertanyaan empek, apakah kau masih menaruh curiga pada diri empek?" Sun Tiong lo menggelengkan kepalanya. "Sekarang aku sudah percaya kalau sancu adalah Mo tayhiap!" Sahutnya cepat. Mo Tin hong segera mengerling sekejap ke arah Sun Tiong lo, kemudian katanya lagi. "Tapi kau masih merasa curiga terhadap segala yang lain dari empekmu?" Dengan berterus terang Sun Tion lo mengangguk. "Benar, untuk ini aku harap Mo tayhiap suka memaafkan." Katanya. Mo Tin hong segera tertawa getir. "Aaah, tidak apa-apa, aku bisa memberi penjelasan yang sejelasjelasnya kepadamu." Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan. "Ada sepatah kata, empek mesti menanyakan kepadamu sampai jelas, kemarin ada manusia berbaju kuning berseliweran diatas bukit ini, apakah hal itu merupakan hasil karya hiantit?" "Yaa, betul, ituiah aku dan kakakku" Sun Tiong to mengakui sambil mengangguk. Mo Tin hong lantas manggut-manggut, dia segera berpaling keluar loteng sambil berseru. "Pengawal!" Segera terdengar seseorang mengiakan dengan hormat dan muncul didepan pintu. Kepada orang itu, Mo Tin horig lantas ber kata dengan suara dalam. "Turunkan perintah uniuk menarik kembali seluruh jago yang berjaga dipos mereka !" "Apakah Sancu masih ada pesan lain ?" Tanya orang itu agak tertegun setelah mendengar perintah tersebut. "Suruh mereka kembali ke tempatnya masing masing !" Orang itu mengiakan dan buru buru mengun durkan diri, Menanti orang itu sudah pergi, Mo Tin hong baru berkata kepada Sun Tiong lo . "Bau ji berada dimana ? Undang saja dia kemari, empek hendak mengajak kalian berdua untuk membicarakan lagi persoalan lama." Sun Tiong lo segera tertawa terbahak bahak "Tiada keperluan untuk berbuat demikian, akupun dapat mewakili kakakku!" Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Mo Tin hong manggut-manggut, ujarnya kemudian. "Baiklah, empek akan mengisahkan kembali kejadian yang memedihkan hatiku dimasa lampau, mau percaya atau tidak terserah pada keputusan hiantit sendiri." Kembali Sun Tiong lo tertawa. "Mana yang bisa dipercaya tentu saja akan kupercayai!" Sebelum berbicara, Mo Tin hong menghela napas panjang lebih dulu, kemudian katanya. "Sewaktu empek merayakan hari ulang tahun ku yang keempat puIuh, ayahmu telah berkunjung pula ke perkampungan Ang liu ceng!" "Tentang peristiwa itu akupun tahu, persoalan antara ayahku dengan Yan lihiap pun terjadi pada waktu itu...." "Betul" Mo Tin-hong manggut-manggut. "empek sama sekali tidak menyangka kalau peristiwa itu bisa diakhiri secara begini tragis... aaaai!" "Sancu, lebih baik kau membicarakan tentang persoalanmu sendiri saja." "Begitupun boleh juga, persoalan apakah yang ingin kau ketahui ? tanyakan saja." "Baik, pertama tama aku ingin bertanya lebih dulu, mengapa Sancu meninggalkan perkampungan Ang lui ceng ?" Hawa amarah serta rasa benci segera terhias diatas wajah Mo Thin hong, katanya. "Kalau dibicarakan kembali, sungguh menggemaskan, empek dipaksa orang untuk meninggalkan rumah !" "Ooooh dipaksa siapa ?" Dari dalam sakunya Mo Tin hong mengambil sesuatu benda dan dilemparkan keatas meja, katanya. "Silahkan hiantit untuk memeriksa sendiri!" Ketika sorot mata Sun Tiong lo dialihkan ke atas meja, dengan cepat ia menjerit kaget. "Haaah, lencana Lok-hun pay ?" "Betul, lencana Lok hun pay !" "Bagaimana jalan ceritanya ?" Tanya Sun Ti ong lo kemudian dengan kening berkerut. Mo Tin hong tertawa getir. "Setelah kuceritakan nanti, harap hiantit jangan banyak menaruh curiga, setelah empek mengadakan perkawinan sehingga timbul peristiwa antara ayahmu dengan Yan lihap dari bukit Han san, demi persoalan ini empek segera berangkat menuju ke Han san." "Oleh karena kurasakan hal ini penting, lagipula untuk meredakan perselisihan yang mungkin terjadi, tanpa memberitahukan kepada siapapun empek berangkat seorang diri menuju ke bukit Han san. "Siapa tahu waktu itu Yan sian po sedang menutup diri melakukan samadhi, sedang Yan lihiap belum kembali, hingga kedatangan empek ke sana pun gagal total. Sekembalinya dari bukit Han san dan kembali ke perkampungan Ang-liu-ceng, aaai, keponakanku..." Berbicara sampai disini, air mata Mo Tin hong segera jatuh bercucuran dengan derasnya, ia nampak merasa amat sedih. Sun Tiong lo tidak bersuara, nona Kim juga tidak bermaksud untuk menghibur. Sesaat kemudian, Mo Tin hong baru menghentikan isak tangisnya dan bercerita lebih lanjut. "Rupanya sewaktu empek berangkat ke bukit Han san ituIah, dalam perkampungan Ang liu ceng telah terjadi peristiwa, lelaki perem puan seluruh isi kampung yang terdiri dari seratus tiga puluh lima orang telah ditemukan dalam keadaan tewas!" Sun Tiong lo menjerit kaget. "Aaah, jadi sudah berlangsung peristiwa seperti itu?" Serunya. Tapi setelah berhenti sebentar, dia berkata lagi. "Mengapa kejadian ini tak sampai tersiar didalam dunia persilatan?" Kembali Mo Tin hong tertawa getir. "Dengarkanlah kisahku selanjutnya hiantit akan menjadi mengerti dengan sendirinya." Dalam pada itu seorang pelayan datang menghidangkan air teh dan makanan kecil, ini membuat Mo Tin hong harus berhenti sebentar. Menanti pelayannya sudah pergi dan Mo Tin hong sudah meneguk setegukan air teh, ia baru bercerita lebih jauh. "Diruang tengah ku jumpai lencana Lok hun pay ini tertancap diatas dinding, dengan cepat empek sadar kalau keselamatan jiwaku terancam, dengan cepat akupun mengambil keputusan. "Mula-mula kukuburkan dulu semua mayat ke dalam ruangan bawah tanah, kemudian ku-bersihkan seluruh perkampungan hingga tidak meninggalkan kesan bahwa dalam perkampungan ini sudah tertimpa suatu musibah yang mengerikan. Kemudian empek pun membawa semua benda yang penting dan diam-diam meninggalkan rumah, akhirnya sampailah empek diatas bukit gerbang diantara sepuluh laksa bukit tinggi yang ada dijagad ini dan menyembunyikan diri." Tiba-tiba Sun Tiong lo tertawa dingin. "Bukit "pemakan manusia" Ini sudah berdiri sejak puluhan tahun berselang, perkataan Sancu itu..." "Yaa, kedengarannya memang seperti saling bertentangan." Tukas Mo Tin hong. "padahal kalau sudah tahu duduknya persoalan, hal itu hanya sepele, ketika aku datang kemari, diatas bukit sudah bercokol beberapa orang penyamun yang ganas, mereka selalu membunuhi setiap orang yang memasuki bukit ini. "Suatu ketika empek secara tak disengaja tersesat diatas bukit itu dan hampir saja terkena jebakan mereka, tapi akhirnya mereka berhasil ku taklukkan, karena aku memang tak punya rumah lagi, maka kumanfaatkan bukit ini sebagai tempat tinggalku." "Semenjak empek menjadi Sancu, terhadap setiap umat persilatan yang kebetulan tersesat disini belum pernah kulakukan pembunuhan, tapi akupun tidak membiarkan mereka turun dari bukit ini lagi, kuatir jika mereka sampai membocorkan rahasiaku!" Mendengar sampai disitu, Sun Tiong lo ter-menung dan berpikir sebentar, kemudian tanya nya lagi. "Kemana perginya sahabat-sahabat persilatan yang masih hidup itu... ?" "Kini mereka sudah menjadi anak buah empek yang setia !" "Oooh... lantas apa sebabnya Sancu menentukan peraturan peraturan yang luar biasa?" "Tentu saja untuk berjaga-jaga terhadap lencana Lok hun-pay itu, Hiantit, kau adalah seorang yang pintar, tentunya kau juga dapat berpikir sendiri, andaikata empek benar-benar seorang manusia buas yang berhati keji, tak nanti akan kudirikan batu peringatan didepan mulut bukit untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang memasuki bukit ini tanpa sengaja !" Perkataan ini memang sangat masuk diakal, kontan saja membuat Sun Tiong lo untuk sesaat tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Tapi dalam waktu singkat itulah Sun Tiong lo telah menemukan kembali persoalan yang lain. "Tapi sancu kan seringkali turun gunung?" "Betul, empek tak pernah melupakan rasa dendamku, terutama sekali bagi kematian anak buahku yang tak berdosa !" "Oooh, apakah selama banyak tahun ini Sancu berhasil menemukan sesuatu?" Mo Tin-hong segera menghela napas panjang. "Aaaai tidak, ternyata lencana Lok hun pay itu seperti tiada kabar beritanya lagi!" "Dengan kekuatan serta kemampuan yang Sancu miliki sekarang, rasanya kau sudah tak usah takut terhadap lencana Lok hun pay lagi bukan..?" Tanya Sun Tiong lo dengan membawa maksud Iain. Mo Tin hong segera tertawa. "Aku sengaja mengatur segala macam jebakan dan perangkap diatas bukit ini, tujuannya memang untuk menghadapi dia" Tiba-tiba Sun Tiong lo mengalihkan pembicaraan itu ke soal lain, katanya. "Sancu, tahukah kau yang menjelang kematian yang menimpa ayah ibuku, merekapun pernah menerima lencana Lok hun pay?" Mo Tin hong menggelengkan kepalanya. "Empek hanya tahu kalau adik Pak gi sekeluarga tertimpah musibah" Katanya. "meskipun aku telah mengunjungi banyak orang, namun kebanyakan tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, Ngo kian hengte turut tertimpa musibah pula pada saat Ita, sementara nasib Cu~peng tidak diketahui..." "Kini, sudah seharusnya kalau Sancu membicarakan tentang Su nio tersebut," Tukas Sun Tiong-lo. Mo Tin hong segera menggebrak meja lalu berseru. "Kalau dipikirkan sekarang, asal-usul dari perempuan rendah ini memang patut dicurigai" "Apakah Sancu tak pernah menemukan sesuatu yang mencurigakan sebelum ini ?" Mo Tin hong segera menggeleng. "Dulu, dia adalah seorang penyanyi dari su ngai Chin-huay hoo..." "Masa seorang penyanyi juga memiliki kepandaian silat yang demikian lihay ?" "Tentang soal ini, empek pernah melakukan penyelidikan, dia adalah anak perempuan dari seorang gembong iblis dari wilayah Liau tang yang disebut orang Tok sim siusu (sastrawan berhati keji) Wong Khong lang... tak heran jika diapun memiliki ilmu silat" "Bagaimana dengan nasib Wong Khong leng" "Mati ditangan musuhnya membuat anaknya tercerai berai, Su nio berada pada urutan ke-empat dan bernama Ling ling, dia dibawa oleh inang pengasuhnya sebelum akhirnya terlantar di Chin huay sebagai seorang penyanyi" "Bagaimanakah pandangan Sancu terhadap hubungan antara penyanyi ini dengan masalah sakit hatiku?" "Jikalau dilihat dari keadaannya sekarang, sudah dapat dipastikan dia adalah orang kepercayaan dari Lok hun pay, cuma duduk persoalan-yang sebenarnya baru dapat terungkap bila dia sudah berhasil dibekuk kembali..." Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Setiap kali dia turun gunung, apakah Sancu tak tahu?" Sela Sun Tiong Io. Dengan wajah serius Mo Tin hong menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sejak datang kebukit ini, belum pernah dia pergi kemana-mana lagi." "Sebelum datang kemari bagaimana?" "Empek baru berkenalan dengannya setahun berselang di sungai Chin huay, dan setengah tahun berselang baru membawanya kembali ke bukit ini, jadi terhadap tingkah lakunya sebelum itu tidak begitu tahu!" Sun Tiong lo hanya manggut manggut dan tidak berbicara lagi. Penjelasan yang diberikannya Mo Tin hong cukup jelas, sepantasnya kalau dewasa ini sudah tiada sesuatu yang bisa dicurigai lagi. Dalam pada itu, nona Kim selama ini cuma mendengarkan saja dari samping, mendadak ikut menimbrung. "Sebetulnya Khong It hong itu berasal darimana?" "Sekarang tidak ada kesempatan untuk membicarakan manusia laknat tersebut..." Kemudian setelah berhenti sejenak, sambil berpaling ke arah Sun Tiong-lo katanya. "Hiatitit, apakah kau dapat mengundang keluar Bau-ji hiantit agar berjumpa denganku?" "Aaaah, jangan terburu napsu." Sun Tiong-Jo tertawa. "aku masih ada persoalan yang hendak kutanyakan kepadamu." Sambungnya. "Masih ada persoalan apa lagi ?" Mo Tin hong mengerutkan keningnya kencang-kencang. "Menurut apa yang kuketahui, Khong It-hong dan Su nio telah bersekongkol dengan orang luar dan sudah menetapkan waktu untuk menyerang dan merebut bukit pemakan manusia itu...." Mo Tin-hong tertawa terbahak-bahak, tukasnya. "Haaaahh... haaaahhh... haaah, pihak lawan sudah tahu sekarang bahwa Khong It hong menemui kegugalan, tapi mereka menganggap sudah cukup memahami keadaan dari bukit milik empek ini, maka tidak menunggu lama lagi mereka memutuskan hendak melakukan penyerangan pada kentongan ketiga malam nanti !" "Apakah orang-orang itu ada sangkut pautnya dengan lencana Lok-hun-pay ?" "Sulit untuk dijawab, tapi empek telah menurunkan perintah agar meninggalkan beberapa orang diantaranya dalam keadaan hidup,sampai waktunya Hiantit boleh menanyai mereka sendiri, pasti akan kau raih sesuatu hasil yang lumayan !" Sun Tiong lo tertawa hambar, dia lantas mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, sambil menuding nona Kim katanya. "Mo sancu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah nona Kim. Mo Tin hohg merasa terperanjat sekali setelah mendengar peikataan itu, segera jawabnya. "Apakah hiantit ingin menanyakan asal usul dari anak Kim?" Diam-diam Sun Tiong lo harus mengagumi kehebatan Mo Tin norig dalam menghadapi sesuatu perubahan situasi, jawabnya cepat. "Benar, aku dengar nona Kim sebenarnya she Kwik?" "Siapa yang bilang?" Tanya Mo Tin hong. Tentu saja Sun Tiong lo tak bisa mengatakan kalau Su nio yang bilang, terpaksa sambil tertawa ujarnya. "Benar atau tidak, tentunya Sancu mengerti bukankah begitu?" Padahal sewaktu Mo Tin hong mendengar Sun Tiong lo mengatakan kalau nona Kim she Kwik, ia sudah tahu siapa yang berkatakan demikian, tapi ia tetap berlagak pilon dengan bertanya lagi. "Hiantit, kau mesti mengatakannya padaku persoalan ini mesti dibuat jelas!" Nona Kim masih bersifat jujur dan polos, tanpa sadar dia lantas berseru. "Su-nio yang bilang..." "Lagi lagi perempuan keparat ini" Tukas Mo Tin-hong dengan wajah penuh kegusaran. "apa yang dia bilang?" Setelah menjawab, nona Kim baru menyesal maka mendengar pertanyaan itu buru buru katanya. "Dia mohon pengampunan dariku agar membebaskan Khong Ithong, lantas katanya kalau aku bukan..." "Betul-betul seorang perempuan cabul yang keji, rupanya dia ingin meminjam golok membunuh orang!" Sumpah Mo Tio hong sambil mendepak-depakkan kakinya berulang kali. Sun Tiong-io segera melirik sekejap kearah nya, lalu ujarnya. "Bisakah ada kemungkinan semacam itu?" Mo Tin hohg menghela napas panjang. "Aaai, Hiantit, mengapa kau pintar sewaktu, pikun sesaat ?" "Tolong tanya dimanakah letak kepikunan ku itu?" Sun Tionglo pura-pura berlagak tidak mengeiti. "Sebenarnya dia bisa saja menyembunyikan rahasia dirinya secara tenang dan tenteram di sini, kemudian bila saatnya sudah sampai, dia dapat bekerja sama dengan Khong It hong serta musuh yang datang dari luar untuk bersama-sama menyerang bukit dan mendudukinya. "Tapi lantaran Hiantit muncul disini, dan dia kuatir rahasianya ketahuan, kemudian lantaran Khong It hong gagal hingga rahasianya terbongkar. tahu kalau tak bisa tinggal lebih lama lagi disini sebelum pergi dia baru melaksanakan siasat meminjam golok membunuh orang ini." "Dia cukup mengerti, sekembalinya empek ke atas bukit, sudah pasti empek akan menanyai Hiantit dan anak Kim, maka dia membohongi anak Kim dengan mengatakan anak Kim dulu adalah anak dari keluarga Kwik yang di curi. "Hiantit, coba kau pikirkan lagi, sudah belasan tahun anak Kim mengikuti empek, bila siasatnya itu berhasil sehingga Hiantit mengira hal ini sungguhan, tentu saja kaupun akan menganggap empek sebagai orang jahat. "Otomatis jika empek mengatakan kalau aku kenal dengannya baru setahun menjadi kata yang bohong ? Ditinjau dari sini, kenapa Hian tit tidak mau mempercayai empekmu ?" "Yaa, betul" Seru nona Kim dengan cepat. "hampir saja aku tertipu oleh siasatnya." Sedangkan Sun Tiong lo segera tertawa hambar, katanya. "Sancu mengatakan perkenalan kalian baru berlangsung setahun, tapi didalam suatu persoalan dia telah mengatakan kalau ia sudah lama berkumpul dengan Sancu, perbedaan wak tu yang terjadi amat besar sekali, apakah ini..." "Justru disitulah terletak kelicikan serta kebusukan hatinya!" Tukas Mo Tin hong sebelum anak muda itu menyelesaikan kata- katanya. Sun Tiong lo tertawa dan melanjutkan lagi kata-katanya yang belum selesai tadi. "Perbedaan soal waktu, duduk persoalan yang sesungguhnya rasa-rasanya bagi aku sudah terbentang cukup jelas, bila apa yang dikatakan Sancu barusan jujur, hal ini menandakan kalau Sunio adalah seorang manusia yang amat berbahaya, tapi kalau sebaliknya maka hal ini menandakan jika Sancu tidak jujur!" "Yaa, perkataanmu itu memang betul, demi jelasnya persoalan dan terhapusnya semua kecurigaan, empek mesti menyelesaikan semua persoalan yang ada di bukit ini secepatnya, kemudian segera terjun kedunia persilatan dan mencari perempuan sialan itu sampai ketemu" Sun Tiong-lo tertawa, sambil menuding ke arah nona Kim ujarnya. "Kalau begitu Sancu, tolong nona Kim sebenarnya adalah..." "Hiantit, apakah kau masih percaya dengan perkataan dari perempuan cabul itu ?" Tukas Mo Tin hong. Untuk kesekian kalinya sun Tiong lo tertawa. "Sancu, terus terang kukatakan, hingga sekarang aku masih belum dapat mempercayai semua perkataanmu itu!" "Aaaah, tak mengapa" "Tapi aku tidak menyangkal kalau Sancu adalah kakak angkat mendiang ayahku dulu !" Mo Tin-hong segera berkerut kening, katanya. "Kalau begitu hiantit benar-benar sulit untuk diajak berbicara, sudah percaya tapi tak percaya ?" "Tentang persoalan ini, rasanya masih terlalu awal untuk dibicarakannya." Agaknya Mo tin hong tak ingin memperbincangkan persoalan itu lebih lanjut, sambil manggut-manggut dia lantas berkata. "Benar, persoalan ini memang seharusnya dibicarakan lagi bila perempuan cabul itu sudah tertangkap kembali !" "Tapi, masalah yang menyangkut soal nona Kim rasanya perlu kau terangkan sekarang juga!" Sambung Sun tiong lo dengan cepat tanpa perubahan emosi diwajahnya. -ooo0dw0ooo Jilid 21 MO TIN HONG bagaikan telah menduga perkataan itu, dengan cepat dia menjawab. "Budak Kim adalah putri kandung empekmu." Sun Tiong lo melirik sekejap ke arah nona Kim lalu dengan dingin katanya kepada Mo-Tin hong. "Mo Sancu, sungguhkah perkataanmu itu?" Dia didesak berulang kali, Mo Tin-hong jadi mendongkol serunya kemudian dengan suara dalam. "Hiantit, pantaskah kau ajukan pertanyaan seperti itu?" "Sancu jangan gusar dulu." Kata Sun Tiong lo sambil berkerut kening. "aku bisa berkata demikian karena aku mendapat bukti yang menunjukkan kalau Sancu belum pernah beristri!" Ketika mendengarkan perkataan itu, Mo Tin hong tidak menunjukkan rasa kaget atau terkesiap, dia hanya menghela napas panjang. Kemudian setelah melirik sekejap ke arah Nona Kim, katanya. "Pergilah dulu dari sini sebentar!" "Adakah sesuatu yang tak boleh kudengar?" Kata nona Kim sambil mengerdipkan matanya. "Ada sementara persoalan dan perkataan memang tidak leluasa untuk didengar oleh kaum wanita!" Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa nona Kim berlalu dari ruangan loteng dengan wajah sedih. Menanti gadis itu sudah berlalu, Mo Tin liong baru berkata dengan suara lirih. "Hiantit, ibu kandung budak Kim sebetulnya mempunyai keadaan yang sama dengan kakakmu!" Mendengar perkataan itu Sun Tiong lo jadi tertegun. "Tapi mendiang ayahku sudah ada istri" Katanya. "Aaaai ... kisah sedih dari empek ini apakah mesti kuceritakan kepada hiantit?" Sun Tiong lo merasa agak menyesal, dengan kepala tertunduk dia menjawab. "Aku hanya menguatirkan tentang nona Kim, lain tidak" Sorot mata Mo Tin hong segera dialihkan ke wajah Sun Tiong lo, kemudian secara tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "Sancu, mengapa kau tertawa?" Tegur Sun Tiong lo cepat. Mo Tin hong menggelengkan kepalanya berulang kali, dia hanya tertawa belaka tanpa menjawab. Sun Tiong lo seperti menyadari akan sesuatu, sekali lagi dia menundukkan kepalanya. Lewat sesaat kemudian, Mo Tin hong baru berkata lagi. "Hiantit, apa rencanamu selanjutnya?" Sudah barang tentu Sun Tiang lo sudah mempunyai rencana tertentu, namun dia tak dapat mengutarakan rencananya ini, maka jawabnya setelah termenung sebentar. "Bila Sancu dapat melanggar peraturan yang berlaku dengan mengijinkan aku berdua meninggalkan bukit ini, tentu saja akan kujelajahi seantero jagad untuk melacaki jejak dari lencana Lok hun pay tersebut..." "Perkataan empek sudah cukup jelas" Kata MoTin-hong sambil tertawa lebar. "peraturan yang berlaku dibukit ini hanya dimaksudkan untuk melindungi keselamatanku. Hiantit bersaudara bukan orang luar, tentu saja kalian boleh pergi datang dengan sehendak hati kalian sendiri..." Buru-buru Suu Tiong lo menjura untuk menyatakan rasa terima kasihnya. "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih dulu kepada Sancu atas kemurahan hatimu." Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba katanya lagi. "Aku masih ada suatu permintaan lain, harap Sancu bersedia untuk meluluskannya pula." "Katakanlah hiantit, empek tentu akan meluluskan!" Sun Tiong lo tersenyum katanya. "Ada dua orang teman juga ingin meninggalkan bukit ini, apakah Sancu bersedia untuk melepaskannya pula?" "Siapakah dia?" Tanya Mo Tin-hong sambil tersenyum meski hatinya tergerak. "Cengcu perkampungan ini beserta pelayannya!" Mo Tin-hong segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh.... haaahh... haaahhh... boleh saja, kapan hiantit hendak berangkat?" "Bila tiada halangan, paling baik kalau hari ini bisa berangkat." "Ooooh..." Lama sekali Mo Tin-hong termenung tanpa mengucapkan sepatah kata pun juga. Beberapa waktu kemudian, dengan wajah serius ia baru berkata. "Dapatkah hiantit berdiam diri sehari lagi disini ?" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Pentingkah itu ?" Sun tionglo mengerdipkan matanya berulang kali. Mo Tin-hong segera merendahkan suaranya sambil setengah berbisik. "Malam nanti kemungkinan besar musuh tangguh akan menyerang kesini, empek sangat mengharapkan bantuan dari hiantit bersaudara untuk menanggulangi keadaan itu !" "Entah musuh baik atau musuh jahat jang akan datang malam nanti, harap Sancu jangan menyuruh kami bersaudara untuk turun tangan!" Kontan saja Mo Tin-hong berkerut kening. "Seandainya pihak musuh benar-benar merupakan kawanan manusia bengis yang berhati busuk ?" Tanyanya. "Aku percaya masih mampu untuk membedakan mana yang baik dan mana pula yang jahat !" Sementara Sun Tiong-lo masih termenung, Mo Tin-hong telah menyambung lebih jauh. "Tak usah kuatir hiantit, pihak lawan tiada seorangpun yang merupakan manusia baik-baik" Waktu itu Sun Tiong-lo mempunyai gagasan dalam hati kecilnya, maka sahutnya kemudian. "Aku bersedia mengabulkan permintaan San cu untuk tinggal sehari lebih lama disini, cuma ada sepatah kata perlu kuterangkan lebih dulu." - ooo0dw0ooo- BAB KE DUA PULUH ENAM "Oooh . ... tampaknya saat perjumpaan antara empek dengan hiantit bersaudara bukanlah saat yang benar" Mo Tin-hong segera mengeluh. "Tidak, adalah tempat perjumpaannya yang tidak benar!" Sambung Sun Tiong lo cepat. Tergerak hati Mo Tin hong sesudah mendengar perkataan itu, mendadak dia mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya. "Hiantit, masih ingatkah kau dengan ucapan empek sewaktu aku hendak pergi pada malam kau baru tiba disini?" "Yaa, masih ingat" Sun Tiong lo manggut-manggut. "aku memang ingin bertanya kepada Sancu ada petunjuk apa?" Mo Tin hong tersenyum. "Sampai sekarang, hiantit masih me-naruh rasa curiga kepada empek sesungguhnya persoalan ini kurang sesuai untuk diperbincangkan tapi selewatnya malam nanti, bila kita berjumpa lagi, hiantit boleh..." "Yaa, akupun mempunyai firasat demikian, saat untuk bertemu kembali dengan Sancu me mang tak akan jauh!" Tukas anak muda itu cepat. Mo Tin hong tertawa. "Tentu saja lebih bagus lagi kalau bisa begitu, cuma kejadian dimasa mendatang sukar diduga, oleh karena itu empek ingin menggunakan kesempatan ini untuk menerangkan suatu masalah yang amat besar kepada diri hiantit...." Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan. "Putriku Mo Khim sudah cukup hiantit kenal, anak Kim memang berwatak keras tapi berhati baik dan mulia, ilmu silat yang dimiliki pun terhitung lumayan juga. "Apa maksud Sancu membicarakan soal nona Kim dengan diriku?" Sela Sun Tiong lo cepat. Mo Tin hong menghela napas panjang. "Aiai... terus terang kukatakan kepadamu hiantit, sewaktu hiantit baru tiba di bukit ini, empek sudah tahu kalau hiantit mempunyai kesan bukan manusia biasa, kau adalah naga diantara manusia, semenjak saat itu aku sudah berniat untuk menjodohkan..." Ucapan itu sudah cukup jelas, tapi sama sekali diluar dugaan Sun Tiong-lo. Sejak permulaan hingga sekarangpun Tiong lo tidak begitu percaya terhadap ucapan Su-nio, tapi mengenai masalah asal usul nona Kim dia mempunyai firasat yang lain, maka terhadap perkataan dari Su-nio pun dia menaruh rasa percaya, Namun sekarang, secara tiba-tiba saja Mo Tin hong mengutarakan maksud hatinya, hal ini membuat Sun Tiong-lo mau tak mau harus merubah sudut pandangannya, sebab itu dalam sikap maupun pembicaraan lambat laun sikapnyapun berubah menjadi lebih lembut. Setelah berhenti sejenak, sambil tertawa Mo Tin hong melanjutkan kembali kata2nya. "Sekarang, setelah kuketahui asal usul Hiantit. hati empek merasa semakin lega lagi, maka akupun ada niat untuk menjodohkan anak Kim kepadamu, entah bagaimanakah menurut pendapat hiantit ?" Dihadapkan langsung oleh masalah tersebut. Sun Tiong lo benar benar merasa tersudut, dengan wajah memerah karena jengah dia tundukkan kepalanya rendah-rendah tanpa menjawab. Mo Tin hong segera menepuk-nepuk bahu Sun Tiong lo, lalu katanya dengan nada bersungguh-sungguh. "Hiantit, empek pun sama seperti kau, dendam kesumat atas musnahnya perkampungan Ang liu ceng tak akan terlupakan untuk selamanya, demi persoalan ini, sekalipun harus pergi ke ujung langit pun empek tetap akan melacaki terus." "Empek pun hendak membekuk perempuan cabul itu sebagai saksi, aku ingin tahu siapakah sebenarnya pemilik lencana Lok hun- pay tersebut, sebab itu secepatnya empek akan menye lidiki masalah ini." "Bila anak Kim harus turut empek melakukan perjalanan jauh, bukan saja kurang leluasa bahkan membahayakan pula keselamatan jiwanya, sedangkan kalau ditinggalkan diatas bukit, seandainya sampai ada musuh yang menyerbu kemari, kuatirnya dia bakal dibekuk musuh sebagai sandera. "Maka dari itu, setelah empek pertimbangkan berulang kali, ditambah pula dengan bahan pengamatanku selama ini, empek tahu akan perasaan anak Kim terhadap hiantit, karenanya kumohon kepada hiantit untuk membawanya serta dalam perjalanan, entah bagaimana menurut pendapat hiantit sendiri?" Jelas tawaran ini merupakan suatu tawaran baik, berbicara terus terang, Sun Tiong lo sen diripun telah mengambil keputusan, bilamana Mo Tin hong benar-benar bukan ayah si nona, dia akan berusaha dengan segala kemampuan untuk membawa nona itu pergi dari situ. Diluar dugaan sekarang, Mo Tin hong telah menawarkan hal ini kepadanya, menghadapi kejadian yang sama sekali diluar dugaan ini, untuk sesaat lamanya Sun Tiong lo malah menjadi ragu sendiri. Sementara itu Mo Tin hong telah bertanya. "Apakah hiantit menganggap sekali kurang cocok .." "Sancu" Tukas Sun Tiong lo cepat. "aku bersedia menemani putrimu untuk melakukan perjalanan bersama, tapi persoalan selepas itu bagaimana kalau jangan dibiarkan dulu?" Mo Tin hong segera tertawa terbahak-bahak. "Haahh...haahh...haahh...baik, empek percaya hal ini merupakan suatu permulaan yang baik." Setelah berhenti sejenak, dia lantas berseru kearah luar mangan loteng. "Undang nona kemari, cepat!" Suara menyahut berkumandang dari bawah sana. Mo Tin hong segera merubah kembali nada suaranya dengan berkata. "Hiantit, dapatkah kau undang kehadiran kakakmu untuk berjumpa dengan empek?" "Bagaimana kalau malam nanti kita penuhi keinginan sancu saja?" "Hal ini tentu saja baik sekali" Mo Tin hong manggut-manggut Setelah berhenti sejenak, sambil beranjak katanya lagi. "Untuk membebaskan diri dari segala kecurigaan, empek bersedia mengadakan perjanjian dengan hiantit dengan batas waktu satu tahun, setahun kemudian bagaimana kalau hiantit dan kakakmu dipersilahkan datang kembali kemari." "Aku tak akan mengingkari janji !" Sementara pembicaraan berlangsung, bayangan tubuh nona Kim telah muncul didepan pintu loteng. Pelan-pelan Mo Tin hong bangkit berdiri, sambil menggape ke arah Nona Kim katanya. "Anak Kim, kemarilah kau, ayah ada kabar baik hendak disampaikan kepadamu !" Dengan langkah yang lemah lembut nona Kim berjalan mendekat. Sambil menuding ke arah Sun Tiong lo, Mo Tin hong berkata. "Saudara Sun mu ini hendak meninggalkan bukit esok pagi, barusan ayahpun telah berrunding dengan Sun si-heng agar membawa serta dirimu dalam perjalanan ini, atas kesediaan Sun si heng..." "Tapi ayah....dia kan..." Dengan wajah tersipu-sipu karena malu nona segera membungkam. Mo Tin hong segera lertawa terbahak-bahak. "Haah....haahh....haahh... jangan dia... dia melulu, kau adalah kau, dia adalah dia !" Sesudah berhenti sebentar, katanya lagi kepada Sun Tiong lo. "Empek masih ada berapa persoalan yang harus segera diselesaikan, nah, kalian boleh berbincang sepuasnya" Begitu selesai berkata, tidak menunggu bagaimanakah tanggapan dari Sun Tiong lo dan nona Kim, dengan langkah lebar dia segera berjalan keluar dari ruangan loteng itu. - ooo0dw0ooo- Malam sudah kelam. Waktu itu kentongan pertama sudah lewat. Cahaya lentera yang menerangi bukit Pemakan manusia telah dipadamkan, suasanapun sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Kentongan kedua telah tiba. Serentetan bayangan manusia berwarna hitam mendadak muncul di luar perkampungan dan mendekati dinding pekarangan. Penghuni dalam perkampungan seakan-akan sudah pulas semua, ternyata kehadiran orang-orang itu sama sekali tidak dirasakan oleh mereka. Maka bayangan hitam itupun satu persatu melompati dinding pekarangan dan menyusup masuk kebagian tengah perkampungan. Ketika dihitung satu persatu jumlahnya, aah ternyata mencapai dua puluh empat orang lebih. Kedua puluh empat sosok bayangan hitam itu dengan cepat menyebarkan diri dan mengurung seluruh gedung ditengah perkampungan itu. Penghuni perkampungan itu masih saja pulas dengan nyenyak, tak seorang manusiapun yang merasakan musuh-musuh tangguh tersebut. Tampak dua sosok bayangan manusia diantaranya muncul keluar dari arah timur dan langsung melayang turun didepan pintu gerbang perkampungan itu. Sungguh besar nyali mereka, begitu tiba di depan pintu gerbang, ternyata mereka segera turun tangan untuk mendorong pintu gerbang. Aneh... betul-betul suatu peristiwa yang sangat aneh. Pintu gerbang tersebut ternyata tidak dikunci, sewaktu didorong tadi, diiringi suara gemericit segera terpentang lebar. Dibalik pintu merupakan suatu ruangan yang gelap gulita seperti gua, tak sesosok bayangan manusiapun yang nampak hadir didalam sana. Sreeet..! Sreeet....! Sreeet...! Kembali ada tiga sosok bayangan manusia meluncur turun didepan pintu gerbong, kini jumlahnya mereka jadi berlima. "Aah, tidak benar, tampaknya keadaan tidak benar..." Salah seorang diantaranya segera berbisik lirih. Yang lainnya berbisik pula. "Ya, mungkin si bajingan tua itu sudah melakukan suatu persiapan untuk menantikan kedatangan kita, untung saja kita datang dengan susunan rencana yang matang, menyerbu secara terang terangan ataupun menyerang secara gelap kedua-duanya sama saja, mari kita segera turun tangan!" "Menurut pendapatku, lebih baik kita menunggu sejenak lagi!" Orang yang berbicara pertama kali tadi kembali berkata. "Apa lagi yang mesti kita tunggu?" "Menunggu pemberitahuan dari Tin lam-hengte (Tin-lam bersaudara)!" Orang ketiga segera berkata. "Apa yang diucapkan saudara Tan tadi memang betul, bagaimanapun juga mau menyerbu terang-terangan, ataukah melancarkan sergapan secara diam-diam toh sama saja keadaannya, apa lagi yang mesti kita kuatirkan? Lebih baik lepaskan dulu tiga butir peluru api, setelah suasana terang benderang baru kita turun tangan!" Orang yang pertama tadi tidak kukuh dengan pendiriannya lagi, lantas mengangguk. "Baiklah, saudara Gak, silahkan lepaskan peluru peluru api itu!" Baru selesai dia berkata, mendadak dari balik gedung besar itu berkumandang keluar suara tawa menggetarkan sukma. Menyusul gelak tawa itu terdengar seorang berkata. "Buat apa kalian melepaskan peluru api sebagai penerangan? Biar lohu saja yang menitah orang untuk memasang lentera, bukankah cara ini lebih praktis dan baik?" Baru selesai ucapan tersebut berkumandang cahaya lentera telah muncul, dalam waktu yang singkat Bukit Pemakan Manusia telah menjadi terang benderang, entah berapa banyak lentera dan obor yang memancarkan cahaya, dalam waktu singkat seluruh bukit sudah berubah menjadi terang benderang seperti disiang hari saja. Dibawah sorotan cahaya lentera, tentu saja kedua puluh empat tamu tak diundang itu menjadi kelihatan jelas sekali. Sementara itu, dari dalam gedung kembali terdengar seseorang berkata dengan lantang. "Lohu kira manusia darimanakah yang telah makan hati beruang empedu macan kumbang sehingga malam-malam begini berani mendatangi bukit pemakan manusia ini, tak tahunya cuma kawanan manusia kurcaci macam kalian." Sementara pembicaraan berlangsung, Mo Tin hong dengan mengenakan pakaian berwarna putih salju telah menampakkan diri dari balik ruangan dengan langkah santai. Dibelakang tubuhnya mengikuti pula empat orang yang aneh sekali dandanannya. Meski mereka berempat, tapi boleh dibilang sama artinya dengan dua orang saja. Sebab dua orang yang ada disebelah kiri, entah soal wajah, dandanan maupun gerak gerik, semuanya mirip satu sama lainnya seperti pinang dibelah dua, muka itu pucat pias persis seperti setan gantung. Demikian pula keadaan dua orang manusia disebelah kanannya, cuma wajah mereka hitam pekat seperti pantat kuali. Sebaliknya ke dua puluh empat orang penyerbu itu rata-rata merupakan jago lihay dari kalangan Hek To yang sudah termashur selama banyak tahun dalam dunia persilatan namun tak seorangpun diantara mereka yang mengenali siapakah keempat orang dibelakang tubuh lawan itu. Mo Tin hong berhenti pada jarak kurang lebih tiga kaki dihadapan kedua puluh empat orang jago lihay dari golongan hitam itu, dengan sinar mata yang amat tajam dia memandang sekejap orang-orang itu, kemudian sekulum senyuman dingin yang penuh penghinaan tersungging diujung bibirnya. Sesungguh kedua puluh empat orang jago lihay dari golongan hitam ini masing-masing merupakan pentolan dari suatu wilayah tertentu, tapi demi cita-cita mereka untuk menyerbu masuk kedalam bukit pemakan manusia, secara insidentil mereka memilih seorang pemimpin baru untuk mengepalai kelompok tersebut. Yang menjadi pentolan mereka sekarang adalah Tin lam sam tok (tiga manusia beracun dari Tin lam) yang sudah termashur namanya dalam dunia persilatan, berbicara dalam persoalan tenaga dalam, soal kepandaian silat, soal akal bulus maupun kekejaman, mereka merupakan manusia yang paling menonjol diantara ke dua puluh empat orang jago lihay ini. Hanya saja ketiga orang manusia beracun ini cukup tahu diri, meski mereka tak tahu siapakah pemilik Bukit Pemakan Manusia tersebut, namun mereka sadar bahwa kepandaian silat yang dimiliki Sancu tersebut sudah pasti lihay bukan kepalang. Merekapun sadar bahwa didalam Bukit Pemakan manusia terdapat pula jago lihay yang tak terhitung jumlahnya, ibarat sarang naga gua harimau, salah-salah bisa jadi mereka kena dipunahkan tak berbekas. Oleh karena itu mereka bertigapun secara diam-diam telah bersekongkol pula dengan dua orang iblis tua lainnya untuk memberikan bantuan secara diam-diam bilamana diperlukan. Kini, yang sedang melangsungkan tanya jawab dengan Mo Tin hong tak lain adalah lotoa dari Tin lam sam tok yang disebut orang Siau bin tok sin (dewa racun berwajah senyum), Yau Tang bei. Sebelum berbicara dia tertawa dulu, lalu baru berkata. "Sancu, baik-baikkah kau, malam ini lohu dan semua sahabat serta mereka yang seharusnya datang, telah datang semua kemari !" Mo Tin hong mendengus dingin. "Yau Tang bei!" Tegurnya. "kaukah yang memegang pucuk komando pada malam ini ?" "Haaahh... haaahhh... haaahhh... apa daya, semua orang memandang tinggi dari lohu, terpaksa kedudukan itu harus lohu jabat!" Sahut Yau Tang bei sambil tertawa terkekeh. Mo Tin hong mendesis sinis, pelan-pelan sorot matanya menyapu sekejap wajah ke dua puluh empat jago yang hadir dihadapannya itu, kemudian sambil berkerut kening dia termenung beberapa waktu lamanya. Sesaat kemudian, dengan suara dalam ia baru membentak keras. "Ke mana sembunyinya si manusia tertawa dan manusia menangis? Suruh mereka berdua tampilkan diri guna berbincang bincang dengan diriku!" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitu ucapan tersebut diutarakan, Tin Iam sam tok baru merasa amat terkejut. Sebagaimana diketahui, mereka telah bersekongkol secara diam- diam dengan dua orang iblis tua untuk bersama-sama menyerbu Bukit pemakan manusia, dua orang iblis tua yang di maksudkan memang tak lalu adalah si manusia tertawa dan Manusia menagis, orang lain tak ada yang tahu akan rahasia ini, tapi kenyataannya sekarang Mo Tin hong mengetahui hal tersebut dengan jelas, hal mana benar-benar sama sekali diluar dugaannya. Nama busuk manusia tertawa dan manusia menangis sudah dikenal setiap umat persilatan, tapi semejak puluhan tahun berselang, kedua orang gembong iblis ini sudah lenyap dari keramaian dunia persilatan, siapapun tak menyangka kalau saat ini mereka dapat muncul kembali diatas Bukit pemakan manusia. Memang tak salah kalau orang bilang: Manusia punya nama, pohon punya bayangan. Ketika Mo Tin-hong menyinggung soal kedua orang manusia aneh tersebut, meski hal mana jauh diluar dugaan kawanan jago golongan hitam yang melakukan penyerbuan itu, namun mereka menunjukkan perasaan amat gembira. Sebab mereka adalah komplotan yang sebenarnya bekerja karena telah bersekongkol dengan Khong It-hong, biasa tahu usaha Khong It-hong mengalami kegagalan total, hal mana membuat keadaan orang orang itu seperti menunggang diatas punggung harimau saja. Akhirnya setelah berunding heberapa kali, mereka memutuskan untuk menyerbu Bukit pemakan manusia pada malam ini... Walaupun begitu, sebenarnya kawanan iblis itupun merasa agak keder juga menghadapi kelihayan Mo Tin hong serta jago-jago lihay yang ada diatas bukit, bayangkan saja betapa girangnya mereka setelah mengetahui bahwa kelompok mereka sesungguhnya ditunjang oleh manusia menangis dan manusia tertawa yang sudah diketahui kelihayannya itu, hal mana sama artinya dengan harapan mereka untuk berhasil menjadi makin besar. "Menangis dan tertawa dua orang cianpwee pasti akan kemari, tapi sekarang masih belum saatnya bagi mereka untuk menampakkan diri, bila kau tahu diri, lebih baik cepat cepatlah berikan tiga mestika dari bukit ini kepada kami..." Kata Yau Tang bei. Belum selesai dia berkata, dari arah sebelah barat sana telah berkumandang beberapa ledakan keras, menyusul kemudian serentetan cahaya terang membumbung tinggi ke angkasa. Mo Tin hong segera tertawa terbahak-bahak sambil menuding ke arah Yau Tang bei katanya. "Ucapanmu kelewat tekebur, coba kau lihatlah sendiri !" Yau Tang bei sama sekali tak menyangka kalau undakan tersebut hanya suatu tipu muslihat belaka, serentak dia bersama kawan jagoannya berpaling kearah mana datangnya suara ledakan tersebut. Tapi apa yang dilihat langit nan hitam, tiada sesuatu apapun yang dijumpainya, dengan cepat mereka sadar kalau dirinya tertipu, baru saja akan bersiap sedia menghadapi segala perubahan, jerit ngeri memilukan hati telah berkumandang saling menyusul. Apa yang terjadi ? Diantara dua puluh tua orang jago lihay yang dipimpinnya, sudah ada enam orang diantaranya yang roboh terkapar di tanah dengan tulang kepala hancur serta darah kental menodai seluruh badannya, kematian yang mengerikan sekali. Ternyata orang yang melepaskan serangan itu tak lain adalah empat orang manusia aneh yang berdiri dibelakang tubuh Mo Tin- hong. Keempat orang itu tidak membawa senjata, mereka hanya menyerang dengan menggunakan tangan kosong belaka. Tapi caranya melancarkan serangan serta jurus serangan yang ganas betul-betul menggidikkan hati orang, hanya dalam waktu singkat ada dua orang jago lagi yang menemui ajalnya dalam keadaan mengerikan. Sambil menggigit bibirnya menahan diri, Yau Teng-bei segera membentak dengan suara dalam. "Seperti yang direncanakan semuIa, semua orang turun tangan bersama, maju ke depan serentak, gunakan peluru api untuk menyerang, kepung Mo loji rapat-rapat dan serahkan ke empat makhluk itu kepeda lohu bersaudara..." Maka serentak kawanan jago lihay dari golongan hitam itu menyerbu ke depan mengancam Mo Tin-hong. Ada belasan orang diantaranya yang merogoh kedalam saku masing masing untuk mempersiapkan peluru api. Paras muka Mo Tin hong dingin menyeramkan, hawa napsu membunuh telah menyelimuti pula wajahnya, jelas dia telah melakukan persiapan semenjak permulaan tadi. Ketika memberi komando kepada kawan jagonya untuk mengurung Mo Tin hong tadi, Yau Tang bei bersaudarapun merogoh ke saku masing-masing untuk mempersiapkan senjata tajam andalan mereka. Sementara itu, ke empat orang manusia aneh tadi bukannya maju menyerang malahan sebaliknya mundur ke belakang, delapan buah sinar mata mereka bukan ditujukan kepada wajah Yaukeh hengte (tiga bersaudara keluarga Yau) sebaliknya tertuju ke wajah Mo Tin-hong. Mendadak terdengar Mo Tin-hong membentak keras kearah kawanan iblis dari golongan hitam yang menyerbu kedepan itu. "Harap kalian tunggu sebentar, dengarkan dulu perkataan lohu !" "Orang she Mo." Ucap Yau Tang bei sambil mengambil senjata kaitan emas cakar harimau nya "bila kau tahu keadaan dan segera menyerah, hal ini jauh lebih baik daripada harus melangsungkan pertarungan, bila ada perkataan cepat kau utarakan !" Mo Tin hong mendengus dingin. "Terhadap kawanan tikus macam kalian, sebenarnya lohu hendak melakukan pembantaian sampai seakar-akarnya, tapi mengingat kita adalah sesama umat manusia ciptaan Thian, maka sekali lagi kuperingatkan kepada kalian, segera mengundurkan diri dari sini, daripada memperoleh bencana yang diinginkan !" Yau Tang-bei segera tertawa seram. "Heeeh.... heeeh.... heeeh... orang she Mo, hanya beberapa patah kata itukah yang hendak kau sampaikan ?" Kini kemenangan sudah ada di tangan Mo Tin hong, bila menuruti adatnya, ingin sekali dia turunkan perintah untuk membasmi seluruh jagoan tersebut hingga mampus semua. Tapi berhubung Sun Tiong lo dan nona Kim bersembunyi disekitar sana melakukan pengawasan, maka untuk memperlihatkan keluhuran budinya serta bersikap seolah-olah dia tak gemar membunuh, terpaksa hawa amarahnya harus ditekan dan berlagak hendak memberi peringatan. Tentu saja diapun mengetahui dengan jelas bahwa kawanan jago dari golongan hitam itu tak akan menyudahi pertarungan sampai disitu saja, sudah barang tentu dia lantas manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk mengobral keluhuran budi serta kebajikannya, agar Sun Tiong-lo dapat merubah pendapat terhadap dia. Benar juga, kawanan jago lihay dari golongan hitam itu, mulai dari Yau Tang bei sampai lain lainnya merupakan jagoan yang tak gentar menghadapi kematian, bahkan mereka menganggap Mo Tin hong kuatir diserang dengan api, maka ada minat untuk berunding secara baik-baik. Menyaksikan siasatnya termakan, Mo Tin hong sengaja menunjukkan sikap yang lebih mengalah lagi, katanya. "Yau Tang bei, terus terang lohu katakan kepadamu, lohu menetap diatas bukit ini sama sekali tidak disertai niat untuk mengangkangi tiga mestika hasil bukit ini, dan lagi tiga macam benda itupun bukan benda yang dibutuhkan oleh seorang Kuncu..." Belum habis dia berkata, Yau Tang bei telah menyela. "Bagus sekali, lohu dan rekan-rekan lainnya bukan manusia sejati, yang kami harapkan justru adalah ketiga mestika yang ada dibukit ini bila kau berniat tidak untuk mengangkanginya kenapa tidak dibagi saja kepada kami?" "Tutup mulutmu!" Bentak Mo Tin hong gusar "dengarkan dulu perkataan lohu hingga selesai, lohu tinggal disini hanya bermaksud untuk menyembunyikan diri dari kejaran seorang musuh tapi sekarang urusan telah berkembang jadi begini rupa, maka beberapa hari kemudian akan aku tinggalkan bukit ini untuk pindah ketempat lain..." "Bagus sekali" Sekali lagi Yau Tang bei menukas. "bila kau akan pergi, biarlah kami yang pindah kemari, bukankah itu adil namanya?" "Hm!" Mo Tin hong mendengus dingin. "seandainya ke tiga macam mestika hasil bukit ini diberikan kepada seorang lelaki sejati,maka benda benda itu akan bermanfaat sekali bagi umat manusia didunia ini, sebaliknya jika diperboleh manusia macam kalian, yang ada cuma mencelakai sesama umat manusia saja kau anggap lohu akan menyerahkannya dengan begitu saja pada kalian?" "Sekali lagi kuperingatkan pada kalian, usaha persekongkolan kalian dengan murid murtadku Khong It hong sudah bocor, dan malam ini lohu sudah melakukan persiapan yang matang, bila kalian masih saja tak tahu diri, jangan salahkan bila lohu tak akan berlaku sungkan-sungkan lagi terhadap kalian!" "Huu, kalau hanya menggertak melulu apa gunanya? Mengapa tidak kau perlihatkan kelihayan yang sesungguhnya?" "Katak dalam sumur juga berani membicarakan luasnya angkasa?" Kembali Mo Tin hong mendengus dingm. "berulang kali lohu sudah berusaha untuk menyadarkan kalian dan membuka jalan kehidupan buat kamu semua, jika kalian bersedia mundur, maka mengingat ketidak tahuan kalian, kamu semua dapat tinggalkan bukit ini dalam keadaan selamat, kalau tidak..." "Kalau tidak kenapa ?" Sela Yau Tang-bei. "Sekali lagi lohu hendak peringatkan kepada kalian semua, ketahuilah keempat orang anak buahku ini tak lain adalah Lam-ciaupak- nio atau malaikat bengis dari selatan, iblis keji dari utara yang nama besar mereka sudah pernah menggetarkan seluruh dunia persilatan. Kini sepasang bersaudara ini sudah takluk dan menjadi anak buahku, sekarang tabiat mereka sudah berubah dan tak suka membunuh orang lain, tapi bila lohu turunkan perintah, kekejaman serta kebrutalan mereka akan dipraktekkan kembali dihadapan kalian !" Begitu mendengar nama Lam ciau pak mo, serentak kawanan iblis dari golongan hitam itu dibuat terperanjat. Sayang sekali mereka agak lambat terjun ke dalam dunia persilatan, sehingga tak seorang pun yang mengenali wajah asli dari Lam ciau pak mo tersebut ditambah lagi ambisi mereka untuk merebut Bukit pemakan manusia amat besar, meski jeri tak seorangpun yang mengundurkan diri dari tempat itu. Tujuan yang sebenarnya dari Mo Tin hong adalah membunuh semua jago yang menyerbu bukitnya pada malam ini, maka sambil tertawa terbahak-bahak sorot matanya memandang sekejap kearah Lam ciau pak mo, kemudian sambil menuding kearah Yau Tang bei katanya. "Yau Tang bei, sebenarnya kalian mau mundur atau tidak? Harap jawab pertanyaan lohu ini!" Yau Tang bei memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu sahutnya dengan lantang. "Setelah memasuki bukit mestika kau anggap kami akan pulang dengan tangan hampa ?" Sekali lagi Mo Tin hong tertawa terbahak-bahak. "Haaaah... haaah... haaaah... kalau nafsu serakah sudah merajai pikiran, sekalipun pintar akan menjadi bodoh, sekalipun pengecut juga akan berubah menjadi pemberani. Baiklah, sekali lagi lohu memberi kesempatan kepada kalian, segera undanglah kehadiran manusia menangis dan manusia tertawa untuk hadir disini mungkin kedua orang itu masih cukup kenal dengan Lam ciu pak mo..." Belum habis perkataan itu diucapkan, Yau Tang bei telah membentak kekiri kanannya. "Perbincangan yang tak cocok akan menghamburkan waktu saja, kita segera turun tangan !" Baru selesai perintah itu diturunkan, tiga butir peluru api telah disambit ke dalam pintu gerbang gedung tersebut. Ternyata Mo Tin hong tidak memberikan pertolongan apa apa, sambil berpekik panjang serunya kepada Lam sat pak mo. "Kerahkan segenap tenaga kalian, bunuh mereka semua !" Diiringi pekikan aneh yang memecahkan telinga, Lam-sat pak-mo serentak menerjang kemuka dan menubruk ke arah kawanan jago tersebut. Sementara itu, dari dalam ruangan gedung sudah kedengaran suatu gerakan, ditengah desingan angin tajam, tiga butir peluru api yang disambit kedalam ruangan gedung im mendadak padam dengan sendirinya, menyusut kemudian tampak sepasukan jago lihay berbaju hitam berjalan keluar dari balik gedung itu. Semuanya berjumlah enam belas orang, masing-masing bersenjata pedang dan memiliki ketajaman mata yang menggidikkan hati. Dengan wajah sedingin es, Mo Tin hong memberi tanda kepada Busu-busu berbaju hitam itu seraya berseru. "Kepung! Ingat, jangan biarkan mereka lolos, tangkap hidup- hidup mereka semua !" Enam belas orang Busu berbaju hitam itu menyahut bersama, serentak merekapun melakukan pengepungan. Mereka hanya mendapat perintah untuk mengurung dan membekuk musuh yang melarikan diri, tentu saja bukan berarti mereka turut melancarkan serangan, maka orang-orang itu hanya melakukan pengepungan ditempat itu. Dalam kepungan Lam-sat pak mo bekerja dengan santai, betul lawan yang mereka hadapi adalah jago jago lihay dan golongan hitam, namun ibaratnya harimau bertemu dengan kawanan domba, siapa terhajar oleh serangan mereka pasti mampus atau terluka parah. Anehnya beberapa bacokan golok dan pedang bersarang ditubuh Lam sat pak mo, akan tetapi mereka seperti tidak merasakan apa- apa, tubuhnya kebal senjata seakan-akan terbuat dari baja asIi, hal mana makin mengejutkan kawanan jago dari golongan hitam itu. Dalam waktu singkat, dari dua puluh empat orang penyerbu tangguh yang hadir diarena, kecuali Yau Tang bei kakak beradik, tinggal sepuluh orang jago yang masih mempertahankan diri, sebaliknya Lam sat pak mo makin bertarung makin berani, keadaan mereka tak ubahnya seperti orang yang kerasukan setan. Pada saat itulah dari kejauhan sana tiba-tiba berkumandang suara tertawa dan suara tangisan yang menyeramkan. Begitu cepat gerakan tubuh kedua orang iblis itu, hanya dalam waktu singkat suara mereka sudah semakin mendekat Begitu mendengar suaranya, Mo Tin hong lantas mengetahui siapa yang telah datang, de ngan suara lantang segera bentaknya. "Para kiamsu berbaju hitam dengar perintah segera mengundurkan diri dan berjaga-jaga di samping pintu gerbang gedung!" Serentak para kiamsu berbaju hitam itu mengundurkan diri, dengan memecahkan diri jadi dua baris, mereka berjaga didepan pintu. Agaknya Lam sat pak mo menyadari pula datangnya musuh tangguh, serentak mereka hentikan serangannya dan sambil berjajar, sementara hawa murninya telah dinimpun menjadi satu bersiap sedia menghadapi segala ke mungkinan yang tak diinginkan. Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok