Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 42


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 42


Raja Silat Karya dari Chin Hung   Dengan menimbulkan suara yang amat keras, kedua gulung angin pukulan itu dengan tepat berhasil menghajar permukaan tanah tidak jauh dari tempat itu.   Ketika sigadis cantik pengangon kambing menoleh dan memperhatikan lebih teliti maka terlihatlah angin pukulan itu adalah hasil dari pukulan Lie Siauw Ie yang membokong diri Pouw Siauw Ling, sedang Liem Tou entah sejak kapan tahu- tahu sudah menghadang dihadapannya darah segar tiada henti menetes keluar dari pundaknya yang lebar tentunya pundak tersebut berhasil dilukai oleh Pouw Siauw Ling.   Waktu itulah sigadis cantik pengangon kambing baru sadar bilamana dirinya sama sekali tidak terluka justru dikarenakan Liem Tou tanpa memperdulikan keselamatannya sudah unjukkan diri untuk menolong.   "Engkoh Liem kau tak usah mengurusiku lagi,"   Teriaknya kemudian dengan alis dikerutkan rapat-rapat. Mereka sama sekali tidak mengikuti peraturan Bulim kaupun boleh melanggar sumpah untuk turun tangan untuk balas melancarkan serangan !"   Agaknya dalam hati ia merasa amat terharu sehingga titik- titik air mata mengucur ke luar dengan derasnya.   "Wan moay kau tak usah bersedih hati,"   Hibur Liem Tou sambil menoleh dan tertawa pahit.   "Kau serta enci le baik baiklah berjaga diri kalian tak usah mengurusi diriku lagi. Sekalipun bencana yang akan kualami pada hari ini akan berubah, jadi bagaimanapun aku tidak akan melanggar sumpah."   "Adik Tou, perkataan dari Wan moay memang benar,"   Timbrung Lie Siauw Le dari samping dengan suara yang keras.   "Musuh yang munculkan diri pada saat ini luar biasa kosennya, bilamana kau tidak juga turun tangan mungkin.."   Perkataan selanjutnya ia telah kembali karena tenggorokannya terasa seperti tersumbat.   Tetapi Liem Tou hanya tundukkan kepalanya saja tanpa mengucapkan sepatah kata.   Mendadak sigadis cantik pengangon kambing mengangkat kepalanya dan memandang kearah depan, waktu itu Lie Loo lie dengan sekuat tenaga lagi melancarkan serangannya melawan serangan-serangan gencar dari ke empat orang berbaju hitam itu, walaupun tidak sampai terkalahkan tetapi dari keningnya sudah mengucurkan keringat sebesar kacang kedelai.   Ketika memandang pula kearah keempat orang berbaju hitam itu, mendekati senjata tajam mereka tak berhasil mendekati Li Loo jie tetapi kerja samanya sangat erat.   Suatu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya.   "Bilamana ia harus bergebrak terus seperti ini, lama ketamaan bukankah tenaga murninya akan menemui kerugian dan akhirnya kalah?"   Pikirnya dihati. Tanpa terasa lagi hatinya sudah berdebar keras.   "Engkoh Liem !"   Teriaknya kemudian dengan cemas.   "Apakah kau tidak mau turun tangan juga sehingga mengharuskan ayahku mati ditangan orang lain ? Sekalipun Liem Tou mempunyai ketenangan yang tinggipun setelah mendengar perkataan itu hatinya terasa seperti digodam dengan martil besar, hawa murninya dengan cepat mengalir dari pusar membuat darah lega mengucur keluar dengan derasnya dari mulut luka dipundaknya. Wajahnya mendadak berubah menghijau ia berdiri terkesima dan untuk beberapa saat lamanya tak mengerti apa yang harus dilakukan. Karena hatinya kacau, maka ketetapan hatinya pun ikut goyang, nafsu membunuh mulai berkelebat memenuhi wajahnya. bilamana ada orang yang membakar hatinya sekali lagi mungkin ia segera akan turun tangan! Ketika itulah mendadak terdengar suara bentakan yang amat keras dari Ciat Siauw siansu itu Hong tiang dari partai Siauw lim pay ;   "Lie Siang ! aku datang membantu."   Bersamaan waktunya pula tampak seorang hweesio muda memutarkan tubuhnya ditengah udara kemudian bagaikan sebatang anak panah yang terlepas dari busur menubruk kesisi tubuh Lie Loo jie yang terkurung didalam kepungan keempat orang siancu dari perkumpulan Sin Beng Kauw itu.   Dengan demikian situasi pertempuran pun segera berubah sekalipun sukar untuk menentukan siapa yang menang siapa yang kalah tetapi kedua belah pihak sama-sama ngotot itu untuk bertahan pada posisinya masing-masing.   Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat situasi pertempuran sudah berubah dalam hati baru bisa menghembuskan napas lega, sedang Liem Tou pun kembali jadi tenang.   "Suhu aku akan mendengarkan perkataanmu !"   Dalam batinnya. Baru saja ia selesai berpikir, mendadak suara tertawa keras yang amat menyeramkan kembali berkumandang masuk kesamping telinganya diikuti Boe Beng Tok su mengayunkan tangan kirinya sambil membentak nyaring .   "Liam Tou! apakah selama ini kau baik-baik saja? tentunya kau orang masih ingat dengan aku Ay Lauw"   Liem Tou sudah tentu tak akan melupakan diri Ay Lauw Hek Tiauw atau sirajawali hitam dari gunung Ay Lauw Hek san, Sun Ci Si, ketika melihat jari tangan kirinya yang tinggal empat buah itu ia tertawa sedih.   "Sun Ci Si ! sebenarnya aku ada janji satu tahun dengan dirimu, untuk melakukan pembalasan dendam, tetapi aku sendiripun sama sekali tidak menduga kalau pada setahun yang lalu diatas puncak pertama gunung Cing Shia dihadapan jago-jago Bulim aku orang sudah mengunci tangan. Yaaa . sekarang akupun tidak ingin banyak bicara lagi, kau ingin potong kepala atau turun tangan kecil cepatlah turun tangan aku tidak akan balas menyerang."   Walaupun Sun Ci Si sendiri pernah juga mendengar bilamana Liem Tou telah mengunci tangan, tetapi selama ini ia tidak percaya, didalam anggapannya berita itu tentunya berita bohong atau siasat dari Liem Tou guna menghindarkan diri dari kepungan-kepungan musuh tangguhnya.   Tetapi kini, sesudah mendengar pengakuan dari pemuda itu sendiri, ia baru terkesima; untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun, bisa diucapkan keluar.   Liem Tou yang melihat wajah Boe Beng Tok-su memperlihatkan sikap yang serba saIah segera tertawa terbahak-babak, sambungnya kembali.   "Sun Ci Si, bilamana aku melihat dandananmu serta tanda pada dadamu mungkin kaulah kauw-cu dari Sin Beng Kauw yang namanya mulai terdengar di dalam Bulim ? Aku dengar kau sudah mengangkat dirimu sebagai kauw cu dengan julukan Boe Beng Tok su. Jika ditinjau dari hal ini tentunya kau sudah ada persiapan untuk menjagoi seluruh kolong langit bukan?"   Boe Beng Tok su melirik sekejap ke arah Liem Tou, kemudian ia mendengus dengan beratnya.   Pouw Siauw Ling yang ada disisinya ketika mendengar perkataan dari Liem Tou.   mendadak sadar bilamana pemuda itu sudah mengandung suatu maksud tertentu, buru-buru selanya.   "Kauw cu, bilamana kau tidak cepat-cepat bereskan Liem Tou si bangsat cilik ini; bagaimana mungkin dirimu bisa tancapkan kaki didalam dunia persilatan ?"   "Pouw Siauw Ling !"   Maki Lie Siauw Ie dengan gusar.   "Kau tidak usah banyak bacot disini. Bilamana adik Tou sungguh- sungguh ada maksud untuk mencabut nyawamu, pada setahun yang lalu kau musnah dari bumi. Apakah kau tidak malu pada perbuatanmu pada saat ini?"   Pouw Siauw Ling jadi amat gusar.   "Liem Tou sudah membunuh ayahku bahkan memenggal batang lehernya, bilamana dendam ini tidak kubalas, bagaimana aku bisa bertanggung jawab terhadap arwah ayahku?"   Mendengar perkataan itu Liem Tou segera tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya, dia mencegah perdebatan sengit antara Lie Siauw le dengan Pouw Siauw Ling lalu terhadap Boe Beng Toksu ujarnya.   "Sun Ci Si aku orang she Liem sudah berkata kalau diriku pada saat ini telah mengunci tangan, sekalipun ada orang yang bermaksud untuk membunuh dirikupun, aku tidak akan membalas. Tetapi aku sebelumnya, aku ingin memperingatkan kepadamu. bilamana kau ingin tancapkan diri didalam Bu lim dalam kedudukan terhormat maka janganlah sekali-kali melanggar peraturan Bu lim; kalau tidak kendati aku Liem Tou mati ditanganmu pun kau tak bakal punya muka lagi untuk munculkan diri didalam Bu lim."   Pouw Siauw Ling yang mendengar perkataan itu sampai disitu wajahnya kontan berubah hebat.   dalam hari ia benar- benar terasa takut bilamana hati Boe Bang Tok-su benar- benar kena dibakar sehingga meninggalkan tempat itu.   Karena pergaulannya selama beberapa buIan ini sudah cukup baginya untuk bisa meraba sifat dingin dan sifat kesombongan darl Boe Beng Tok su, biarpun dalam saat gusar ia sangat berbahaya dan bisa bertindak keji, tetapi perubahan sikapnya luar biasa pula.   Bilamana dibiarkan terus dan digosok pula oleh Liem Tou, mungkin sekali ia bisa angkat kaki.   Pouw Siauw Ling yang takut kejadian itu sampai terjadi, segera angkat cambuknya menghantam kedepan.   "Liam Tou ! Kau berani memaki kauw-cu kami!"   Bentaknya.   Cambuknya dengan disertai sambaran angin yang tajam menyapu datang tetapi baru saja cambuknya meluncur sampai ditengah jalan mendadak batok kepalanya terasa seperti ditekan dengan segulung angin pukulan yang maha dahsyat hal ini membuat dia jadi menjerit kaget dan meloncat mundur kearah belakang.   Ditengah ruangan Cie Ing Tong mendadak melayang turun Oei Poh itu akan murid dari si Cing Liong To Si Piauw tauw wajahnya sukar untuk dilukIskan dan dengan tajam ia melototi Pouw Siauw Ling sambil bertertak.   "Kau tidak usah berlagak jago! Kau tidak usah berlagak jago !"   SambiI berkata mendadak dia putar badan dan mengirim satu pukulan kearah Liem Tou.   "Liem Tou !"   Bentaknya keras.   "Asalkan aku bisa melampiaskan kemangkelan hatiku maka urusan bakal beres sudah, kau terimalah pukulanku ini !"   Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon kambing sama sekali tidak menduga dia bisa melancarkan serangan secara tiba-tiba, didalam keadaan terperanjat mereka berdua buru- buru mendorongkan sepasang telapaknya untuk memunahkan datangnya serangan tersebut.   Siapa sangka ilmu pukulan yang digunakan Oei Poh pada waktu itu adalah ilmu pukulan "Sian Hong Cian"   Dari Heng san pay.   Walaupun angin pukulannya menyambar dari depan tetapi kekuatan serangannya memutar dari belakang tubuh.   Baru saja sepasang telapak Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing dilancarkan kedepan, terdengarlah Liem Tou mendengus berat tubuhnya terjengkang maju satu langkah kedepan.   Walaupun begitu sang pemuda tidak sampai memuntahkan darah segar; jelas Oei Poh sudah turun tangan ringan terhadap dirinya.   Oei Poh yang melihat serangannya berhasil mencapai pada sasarannya dengan amat gembira ia tertawa tergelak, kemudian meloncat ketengah udara sambil serunya.   "Liam Tou; untuk ini hari urusan diantara kita aku permisi sampai disini dulu!"   Tubuhnya yang ada ditengah udara berjumpalitan beberapa kali kemudian laksana sambaran kilat meluncur kearah Pouw Siam Ling.   Pouw Siauw Ling ketika melihat Oei Poh memiliki gaya gerakan yang begitu indah buru-buru melintangkan cambuk Pek Kut Pian-nya keatas kepala untuk menantikan datangnya serangan dari pihak musuh.   Hanya didalam sekejap saja seluruh ruangan sudah dipenuhi dengan bayangan Oei Poh seorang diri yang menyambar kian kemari, sedang jagoan lainnya pada berdiri melongo-longo disisi kalangan.   Sebaliknya Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing dengan cemas membimbing bangun tubuh Liem Tou.   "Kau sudah terluka? Bagaimana dengan keadaan lukamu?"   Tanya kedua gadis itu dengan hampir berbareng.   Air muka Liem Tou pada saat itu amat pucat sedang keadaannya rada payah kepalanya terasa amat pening sedang dadanya mual, untung saja tenaga dalam yang dimilikinya sudah mencapai pada taraf kesernpurnaannya.   Setelah mengatur pernapasan beberapa saat lamanya perasaan itu berhasil ditekan keluar dari dalam tubuhnya.   "Aaakh tidak mengapa !"   Sahutnya kemudian sambil tertawa ketika mendengar pertanyaan dari dua orang gadis itu.   "Oei Poh tidak akan bertindak kejam. Kemungkinan pula ia bukan hanya sekali saja mendatangi perkampungan Ma Mo san cung kita ini !"      Jilid 42 : Isi peti mati "Jenazah dari Liem Tou"   SETELAH mendengar perkataan tersebut Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon kambing baru merasa lega. Waktu itulah mendadak.   "Pergi bentak Lie Loo jie dengan suara amat keras.   "Braaak ..!"   Salah satu dari keempat orang berbaju hitam yang mengepung diri Lie Loo jie sejak tadi itu berhasil kena dihantam sehingga terpental keluar dari kalangan dan rubuh tidak bisa bangun lagi.   "Tia. jangan lepaskan mereka barang seorangpun."   Teriak si gadis cantik pengangon kambing, Mendengar teriakan itu Liem Tou jadi kaget, ia tahu urusan akan berubah semakin ruyam lagi.   Sedikit pun tidak salah, mendadak terdengar Boe Beng Tok su mendengus dingin kemudian mengangkat pedang hitamnya keatas dan melototi sekejap kearah si gadis cantik pangangon kambing.   "Liem Tou, siapakah orang itu,"   Tanyanya kepada sang pemuda dengan nada dingin.   Yang ditanya oleh Boe Bang Tok cu bukannya si gadis cantik pengangon kambing melainkan Oei Poh.   Kiranya Oei Poh dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sangat sempurna berhasil berkelebat kesana kemari dengan gesitnya hal ini membuat Pouw Siauw Ling jadi kelabakan dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup untuk melakukan tindakan sesuatu apapun.   Liem Tou yang dicintai lantas saja tahu bilamana Boe Beng Tok su ada maksud pinjam alasan tersabut untuk turun tangan, karenanya ia lantas tertawa.   "Sun Ci Si ! Jadi kau anggap dia adalah jagoan yang aku sewa untuk membantu diriku?"   Akhirnya ia tertawa.   Liem Tou tahu keadaannya pada saat ini amat berbahaya sekali, didalam pikirannya ia terus-menerus mencari jalan guna menjepit diri Boe Beng Tok su sehingga dia tak sanggup lagi untuk turun tangan, setelah usahanya ini berhasil maka baru berusaha untuk menolong Lie Loo jie meloloskan diri dari kurungan dan menghindar bencana ini.   Siapa sangka Boe Beng Tok su bukanlah seorang manusia bodoh, tampak dia orang sambil tertawa dingin dengan perlahan maju mendekati diri sang pemuda.   "Liem Tou teriaknya.   "Bagaimana juga aku tak akan melepaskan dirimu !"   Sembari berkata pedangnya dilintangkan di depan dada dan bertindak maju, walaupun begitu matanya sama sekali tidak memperhatikan sang pemuda, jelas dia orang tak memandang sebelah mata pun terhadap diri Liem Tou.   Waktu itu kembali Oei Poh melancarkan dua buah serangan gencar kearah Pouw Siauw Ling kemudian melayang kembali ketengah udara, Sekali loncatkan badan tubuhnya berhasil melayang sejauh dua kaki dari diri Siauw Ling.   Mendadak cahaya hitam berkelebat memenuhi angkasa Boe Beng Toksu bersuit nyaring sehingga membuat suasana didalam ruargan Cie lng Tong diliputi oleh napsu membunuh yang semakin menebal.   "Sungguh keji siasat dari bangsat ini !". Batin Liem Tou yang berdiri disisi kalangan. Kiranya mengambil kesempatan sewaktu Oei Poh melayang mundur kebelakang, Boe Beng Toksu telah meloncat maju kedepan sambil memainkan pedang hitamnya sedemikian rupa beberapa kaki disekelilingnya dengan cepat kena terkurung dibawah sambaran hama pedang yang tajam. Kepandaian yang paling diandalkan oleh Oei Poh adalah meloncat dan menyambar di tengah udara kemudian mencari kesempatan yang bagus untuk melukai orang, kini Boe Beng Toksu telah mendahului dirinya dengan merebut posisi yang lebih menguntungkan kemudian melancarkan serangan pedang yang menimbulkan desiran tajam seketika itu juga membuat hatinya jadi amat terperanjat. Keringat dingin membasahi seluruh tubuh, tenaga dalamnya segera disalurkan kesatu titik dan siap-siap dibabat kearah depan. Tiba tiba Bayangan hijau berkelebat disusul segulung angin pukulan yang maha dahsyat menyambar kearah Boe Beng Tok su.   "Tahan !"   Boe Beng Toksu tak berani berlaku gegabah, buru-buru ia menarik kembali pedang hitamnya dan melayang beberapa depa ke belakang setelah itu ia baru pentangkan matanya lebar-lebar untuk memandang kearah orang yang baru datang itu.   Kiranya dia hanyalah seorang gadis berbaju hijau yang masih muda saat itu dengan hati yang amat cemas gadis itu lagi berteriak kearah Liem Tou.   "Cepat lari, Boen Ing telah datang !"   Sejak semula Liem Tou sudah mengetahui kalau orang itu adalah Cing jie ia kerutkan alisnya rapat-rapat tanpa bergerak dari tempatnya semula.   Boe Beng Tek su yang berhasil mengurung Oei Poh dibawah kurungan hawa pedangnya tetapi kini kena digagalkan oleh Ceng jie hatinya jadi amat gusar! Pedang hitam dilintangkan kedepan dada, lalu bagaikan segulung angin taufan manggulung kearah Cing jie.   Cing jie yang mencekal pedang Lan Beng Kiam sudah tentu tidak akan takut terhadap ketajaman pedang musuhnya, melihat ujung pedang dari Boe Beng Tok su hampir mendekati tubuhnya dengan gesit ia menyentakkan pedangnya kedepan untuk merangkis.   "Traaaang .!"   Dengan menimbulkan suara bentrokan laksana pekikan naga dan bunga-bunga api memecik keangkasa dan masing-masing pihak pada meloncat mundur kebelakang.   Baik Boe Beng Tok su maupun Cing jie dengan hati terparanjat buru-buru memeriksa pedangnya masing-masing ketika melihat pedangnya tak cedera kembali mereka bergerak jadi satu dengan serunya.   Hanya didalam sekejap mata seluruh angkasa telah dipenuhi dengan berkelebatnya cahaya hitam serta cahaya putih yang saling melibat, saling mengejar dengan ramainya.   Keadaan pada waktu itu benar-benar amat menegangkan.   Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing sama sekali tidak kenal dengan Cing jie tetapi melihat gadis tersebut kenal dengan Liem Tou, dengan hati penuh tanda tanya ia bertanya dengan suara yang lirih.   "Siapakah gadis berbaju hijau itu?"   "Puteri It Tiap Cing jie dari gunung Heng san yang telah memperoleh seluruh kepandaian silat aliran Heng san pay"   "Dan siapa pula Boen Ing yang dimaksudkan?"   Tanya Lie Siauw Ie sesudah termenung sebentar.   "Anak murid dari It Tiap Cing jie perempuan siluman itu amat keji buas dan cabul!"   Baru saja ia selesai berkata dari arah luar ruangan Cie Ing Tong tiba2 melayang datang sesosok bayangan tubuh yang bukan lain adalah Boen Ing siperempuan langsing dan menawan hati itu .   Melihat kejadian itu tak kuasa lagi Lie Si auw Ie berseru memuji .   "Oooo, seorang gadis yang amat cantik sekali!"   Sebaliknya Liem Tou jadi amat kaget, mukanya berubah menegang dan kini kelihatan amat serius sekali.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Air muka Boen Ing diliputi oleh suatu sikap yang seperti tertawa tapi tidak mirip dengan tertawa dengan sepasang mata yang jeli dan mempesonakan ia memandang kearah Liem Tou.   Terhadap pertempuran yang sedang berlangsung ditengah kalangan dia orang sama sekali tidak mengambil perduli - selangkah demi selangkah perempuan itu semakin mendekat diri Liem Tou.   Ketika Boen Ing sudah berada sangat dekat sekali dengan pemuda itu, sigadis cantik pengangon kambing yang ada di sisinya tak bisa menahan sabar lagi.   "Apa yang hendak kau lakukan?"   Bentaknya.   Sambil tersenyum Boen Ing melirik sekejap kearah sigadis cantik pengangon kambing, ia sama sekali tidak menjawab, bahkan melanjutkan kembali langkahnya kedepan.   Melihat kejadian tersebut Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing bersama-sama membentak keras lalu melayang ke hadapan Liem Tou.   Saat itulah Boen Ing baru menghentikan gerakannya.   "Aduuuh ..!"   Teriaknya kaget.   "apakah kalian berdua merasa ada tenaga untuk menghalangi diriku? Liem Tou, lebih baik kau ikuti saja diriku tanpa membangkang; Karena kau hingga kini aku sampai belum juga merasakan nikmatnya kawin!"   Liem Tou tahu bila Lie Siauw Ie serta gadis cantik pengangon kambing bukanlah tandingannya karena takut mereka berdua bakal mendapat cidera.   Buru-buru ia mendesak maju kehadapan kedua orang gadis itu.   Sambil memandang kearah Boen lng, lalu pikirannya dalam hati.   "Tidak aneh kalau anak murid dari partai Heng san pay pada terjebak kedalam perangkapnya. Tarnyata ia mempunyai wajah yang begitu menawan hati. Belum sempat ia memberikan jawaban mendadak dari sisi kiri kembali berkelebat datang sesosok bayangan abu-abu yang langsung menerjang kearah diri Boen lng. Dengan ketajaman mata Liem Tou sekilas pandang saja ia sudah bisa lihat kalau orang itu bukan lain adalah Lie Loo jie dari Hang san Jie Yu tampaklah dengan wajah yang diliputi oleh kegusaran dan dengan geram ia menerjang diri perempuan itu. Ketika tubuhnya tiba disamping perempuan itu, sepasang telapaknya bersama-sama didorong kedepan dan melancarkan satu pukulan yang maha dahsyat. Boen Ing hanya tersenyum terhadap datangnya serangan itu dan dia orang sama sekali tidak menggubrisnya.   "Nona Boen, kau hati-hati !"   Teriak Pouw Siauw Ling yang berada disamping dengan amat cemas.   Sejak munculnya Boen Ing tadi, Pouw - Siauw Ling sudah mengenalkan kembali dan diam-diam hatinya merasa amat girang.   Cuma saja disebabkan selama ini Boen -Ing hanya memperhatikan Liem Tou terus menerus maka untuk beberapa waktu dia orang sama sekali tidak menyapa dirinya.   Liem Tou yang melihat Heng san Loo jie secara mendadak melancarkan serangan bokongan dalam hati jadi amat kaget, tak kuasa lagi ia pun sudah berteriak keras.   "Boen jie jangan !"   Tetapi waktu sudah tidak mengijinkan lagi, baru saja angin pukulan dari Heng san Loo jie menyambar keluar mendadak Boen-ing tekuk pinggang lantas berputar.   Kecuali Liem Tou sendiri, orang-orang lain sama sekali tidak dapat melihat dengan menggunakan cara apakah perempuan itu turun tangan, tahu-tahu terdengar Heng san Too jie berteriak keras.   Dengan sifat yang berangasan dan ingin menang dari Heng san Too jie, dia orang mana mau mandah digebuk, sambil menggigit kencang, bibirnya mendadak tubuhnya meloncat kembati kedepan.   Kendati tubuhnya masa sempoyongan, matanya melotot lebar-lebar sedang mulutnya tiada bentinya memaki dengan kata-kata yang kotor.   "Anak jadah, sundal tengik ...! perempuan cabul, Loo toa ku sudah kau bawa kemana ? bilamana kau tidak suka bicara yang jelas ini hari juga aku Loo jie akan mengadu jiwa dengan dirimu !"   Sembari berkata tubuhnya kembali menerjang kearah tubuh Boen lng.   Perempuan itu hanya tersenyum saja tanpa memperlihatkan gerakan apapun juga menanti tubuh Heng san Loo jie hampir mendekati tubuhnya mendadak ia kebutkan ujung jubah kirinya kedepan.   Segulung angin sambaran yang amat keras kontan menggulung tubuh Loo jie dan melemparkannya kebelakang.   Heng San Loo jie yang sudah terluka parah kini tak sanggup lagi untuk menghindar.   Kelihatannya ia bakal mati dibawah serangan yang maha dahsyat itu.   Pada saat yang amat kritis itulah mendadak tampak bayangan hitam dan putih yang sedang bertempur sengit saling berpisah.   Cahaya putih laksana serentetan pelangi langsung meluncur kearah tubuh Boen Ing yang lagi melancarkan serangan.   Melihat datangnya serangan tersebut Boen Ing buru-buru menarik kembali serangannya dan menangkis cahaya putih itu, melihat munculnya Cing jie dengan gusar ia membentak.   "Bangsat kiranya kau kembali rasakanlah pukulanku."   Tubuhnya dengan gesit meloncat ke tengah udara kemudian memancarkan sebuah serangan gencar kedepan.   Cing jie tidak jadi gugup; pedang Lau Beng Kiam ditangannya dikebaskan membentuk bunga-bunga pedang yang dengan cepat mengguIung ketubuh Boen Ing.   Hanya didalam sekejap mata mereka berdua sudah saling bergebrak dengan sengitnya.   Ketika itulah Pouw Siauw Ling melihat suatu kesempatan yang amat bagus "Kauwcu !"   Teriaknya dengan cepat.   "Bilamana kita tidak bergerak pada saat ini, kau man tunggu sampai kapan lagi?"   Sambil berkata cambuk Pek Kui Pian di tangannya dimainkan sehingga menimbulkan suara angin pukulan yang menderu-deru dan menggulung seluruh tubuh Oei Poh. Boe Beng Tok su yang mendengar suara teriakan tersebut kontan menjadi tersadar kembali.   "Liem Tou, hutang kita pada setahun yang lalu kita bereskan sekarang juga !"   Bentaknya dingin.   Ditengah berkelebatnya cahaya hitam, tubuhnya dengan dahsyat menubruk kearah dirinya Liem Tou.   Melihat perubahan situasi itu sang pemuda baru merasa bilamana waktunya telah tiba; sambil menghela napas dia segera menutup matanya rapat rapat.   Suara bentakan gusar dari Lie Siauw le serta sigadis cantik pengangon kambing berkumandang saling susul-menyusul mengiringi suara tertawa dingin dari Boe Beng Tok-su.   "Breet.. !", Liem Tou hanya merasakan dadanya perih dan amat sakit sekali; pikiran pertama begitu berkelebat didalam benaknya buru-buru ia berteriak keras.   "Enci Ie ! Adik Wan cepat lari ! Jangan urusi diriku lagi !"   Ketika ia membuka matanya kembali tampaklah dadanya sudah tergores.   Sebuah luka sepanjang beberapa coen oleh babatan pedang hitam Boe Beng Tok su sehingga mengenai tulang dadanya, darah segar mengucur keluar dengan amat derasnya.   Pada saat yang bersamaan dari luar perkampungan berkumandang datang suara teriakan yang ramai disertai suara tangisan dari bocah serta kaum perempuan yang memilukan hati, dan dari jendela ruangan Cie Ing Tong dapat terlihat api berkobar dengan besarnya membakar seluruh perkampungan.   Hatinya semakin sedih seperti diiris-iris, lalu gumamnya seorang diri.   "Angin topan melanda dari empat penjuru, api lilin sirap dan ruangan hancur, asap mengepul dan membuyar tertiup angin "   Teringat akan hal itu tak kuasa lagi seluruh tubuhnya gemetar dengan amat keras, air mata mengucur keluar membasahi wajahnya.   Mendadak terdengar suara dengusan kerbau yang memanjang menyadarkan kembali pemuda itu dari lamunannya, ketika menoleh kekalangan pertempuran terlihatlah Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing dengan mengandalkan tangan kosong sedang bergebrak melawan Boe Beng Tok su.   Keadaannya amat kritis dan berbahaya sekali.   Walaupun kini ia sudah terluka parah tetapi pikirannya masih juga memikirkan keselamatan dari kedua orang gadis itu dengan paksakan diri ia menarik napas panjang dan serunya kepada kerbaunya yang ada diluar.   "Engkoh kerbau cepat kemari dan tolonglah enci Ie serta adik Wan keluar dari sini."   Tiba tiba bayangan hitam kembali berkelebat datang disusul segulung angin sambaran yang tajam menghajar lengannya tahu-tahu tangan kirinya sudah kena tersayat oleh pedang Boe Beng Toksu sehingga darah segar mengucur semakin deras.   "Liem Tou kenapa kau masih belum juga pergi !"   Teriak Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon kambing berbareng ketika melihat keadaannya yang amat mengenaskan itu.   "Apakah kau rela mati dibunuh oleh mereka itu ?"   Walaupun dalam hati Liem Tou merasa sedih bagaikan ditembusi dengan beribu-ribu batang anak panah tetapi ia tetap menuruti atas perkataan suhunya.   Ia merasa bahwa kejadian ini adalah takdir yang tak mungkin dapat dihindarkan oleh tenaga manusia.   Karenanya ia cuma tundukkan kepalanya sambil menggeleng dan memandang kucuran darah segar yang mengalir keluar dari luka pada dada serta lengannya itu.   Pada saat saat yang amat kritis itulah mendadak ditengah ruangan kembali bertambah dengan dua orang yang bukan lain adalah Thian Pian Siauw cu serta Thiat Bok Taysu, mereka berbisik sebentar, kemudian secara mendadak bersama-sama menubruk ke arah Lie Loo jie.   "Haahahaa.. Lie Loo jie,"   Teriak Thian Pian Siauw cu sambil tertawa seram.   "Baiknya ini hari kita saling adu kepandaian !"   Didalam sekejap mata angin pukulan menderu-deru diselingi suara suitan serta jeritan melengking yang menyeramkan dari Thiat-Bok Taysu membuat keadaan diri Lie Loo jie semakin berbahaya.   Sejak munculnya Thian Pian Siauw cu serta Thiat Bok Taysu di tengah kalangan perhatian dari sigadis cantik pengangon kambing sudah bercabang ia mulai menguatirkan keselamatan diri ayahnya Lie Lojie disamping itu harus pula menahan serangan-serangan gancar dari Boe Beng Toksu teriaknya tibatiba dengan suara keras;   "Tia ! Kau orang tua jangan bergebrak dengan mereka..!"   Lie Lojie yang mendengar suara teriakan dari sigadis cantik pangangon kambing dalam anggapannya gadis itu sudah terbunuh ditangan pihak musuh didalam keadaan amat terperanjat pikirannya jadi bercabang.   Mengambil kesempatan sangat baik itulah Thian Pian Siauwcu melancarkan satu pukulan yang amat dahsyat kedepan bersamaan waktunya pula ketiga orang berbaju Hitam lainnya bersama-sama menggerakkan senjatanya membacok kearah tubuh siorang tua itu.   Lie Loo jie jadi gelagapan dibuatnya..   "Braak !"   Tidak ampun lagi dadanya kena dihajar dengan keras oleh pukulan dari Thian Pian Siauwcu itu sehingga sang tubuh dari siorang tua tak kuasa untuk berdiri tegak lagi kepalanya terasa pening dadanya terasa mual, tubuh terpukul mundur selangkah kebelakang dengan sempoyongan.   Karena tubuhnya mundur kebelakang dengan tepat sudah menyongsong datangnya tusukan ketiga bilah golok dari ketiga orang si angcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw.   Terdengar salah seorang siangcu membentak keras tangannya mendorong kedepan senjatanya dengan cepat menusuk punggung Lie Loo jie sehingga menembus kedadanya.   Lie Loo jie menjerit ngeri darah segar muncrat keluar dari mulutnya kemudian rubuh ke arah depan.   Siangcu yang baru saja berhasil menusuk Lie Loo lie ketika mendengar suara jeritannya itu saking kagetnya tanpa mencabut kembali pedangnya buruburu mundur kebelakang.   Sedang Thian Pian Siauw cu segera tertawa terbabak- bahak dengan kerasnya.   "Haa haa Lie Sang biarlah aku orang she Ke beri satu kematian yang wajar untuk dirimu !"   Teriaknya. Ketika tubuhnya maju kedepan hendak menambahi lagi satu pukulan, Thiat Bok Taysu yang ada disisinya tiba-tiba mencegah.   "Ke Siauw cu, buat apa kau orang harus turun tangan sendiri ?"   Sembari berkata tubuhnya maju selangkah kedepan, sepasang telapak tangannya yang sudah kehilangan kesepuluh jarinya dengan cepat diangkat dan siap siap dibabat kebawah.   Tetapi mimpipun ia tidak pernah menyangka secara tiba tiba Lie Loo jie meloncat bangun, ditengah menyemburnya darah segar sepasang telapaknya bersama sama didorong kedepan.   Thiat Bok Taysu jadi gugup setengah mati, belum sampai pikiran kedua melayang didalam benaknya Thiat Bok Taysu sudah menjerit ngeri, tubuhnya terlempar jauh beberapa kali ketengah udara, Kiranya hweesio itu sudah termakan oleh pukulan terakhir Lie Loo jie yang menggunakan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya sehingga isi perutnya hancur berantakan.   Sepasang matanya yang hijau melotot keluar sedang darah segar mengucur keluar terus dari panca inderanya.   Seketika itu juga Thian Bok thaysu menemui ajalnya.   Lie Loo jie pun sesudah melancarkan pukulannya yang terakhir ia menghembuskan napas panjang, tubuhnya dengan perlahan-Iahan melemas untuk berbaring kembali keatas tanah dan akhirnya jago tua menghembuskan napas yang penghabisan.   Demikian seorang jagoan yang dihormati olen seluruh orang-orang Bulim telah menemui ajalnya dibawah serangan gabungan dari Thiau Pian Siauw cu serta orang-orang dari perkumpulan Sin Bang Kauw, Lie Loo jie mati dalam keadaan mata melotot lebar-lebar agaknya ia merasa tidak rela dengan kematiannya itu.   Dengan kematiannya ini, Hong tiang dari Siauw lim pay, Ciat Siauw siansu yang selama ini bertempur mendampingi dirinya mendadak menggigit kencang bibirnya dan melancarkan tiga buah pukulan gencar kedepan, menanti musuhnya terdesak mundur tubuhnya buru-buru maju kedepan mendekati mayat dari Lie Loo jie.   Dengan hati terharu teriaknya keras.   "Lie Sang heng, kematianmu sungguh mengenaskan sekali ! Aku pasti akan membalaskan dendam bagimu !"   Selesai berkata ia enjotkan badannya malayang sejauh tiga kaki kemudian meluncur ke luar dari jendela dan lenyap tak berbekas.   Si hweesio cilik yang selama ini mengikuti jejak Hong tiangnya pun buru buru mengikuti jejaknya berlalu dari sana.   Sekali lagi Thian Phian Siauw cu tertawa panjang, setelah melihat Thiat Bok Thaysu tidak tertolong lagi ia putar badan menghadapi Liem Tou yang sudah bermandikan darah, sekali lagi ia tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.   Ketika itu didalam ruangan Cie Ing Tong kembali berdatangan segerombolan manusia.   Ketika Thian Pian siauwcu menoleh kearah gerombolan orang-orang itu mendadak ia tertawa keras kembali.   "Haaa ..haaa Loo Ciang kau sudah datang terlambat satu tindak; Le Sang sudah pergi !"   Teriaknya. Kiranya orang dua yang baru datang bukan lain dialah Auw Hay Ong, Ciang Cau suami istri bersama anak buahnya.   "He he hee he ! Ke hong. kau jangan keburu bangga disini masih ada Liem Tou,"   Teriak si Auw Hay Ong Ciang Cau sambil menyapu kearah pemuda tersebut.   Baru saja ia selesai berkata mendadak terdengar suara dengusan keras dari sang kerbau yang berada diluar ruangan.   Auw Hay Ong yang mengetahui betapa dahsyatnya kerbau tersebut dalam hati jadi amat cemas.   "Cepat bereskan Liem Tou !"   Teriaknya.   Ditengah suara bentakan yang amat ramai para jago dari Kiem Tien Pay pada bubarkan diri dan bersama-sama menerjang kedepan.   Liem Tou yang pada waktu itu sudah dipenuhi dengan luka, sekalipun tenaga dalamnya tinggi tetapi berhubung banyaknya darah yang mengalir keluar, tubuhnya sudah sempoyongan sedang pemandangannyapun mulai buram, apalagi sesudah Lie Loo jie menemui ajalnya, kejadian ini membuat hatinya terasa terjerumus kedalam gudang salju Tubuhnya gemetaran amat keras, wajahnya berubah pucat pasi bagaikan mayat sedang matanya mendelong memandang ketempat ke jauhan, dalam hati ia mulai merasa menyesal, menyesal karena ia harus mengunci tangan dan mengucapkan sumpah yang berat sehingga kini walaupun ada tenaga tak kuasa untuk memberikan perlawanan.   Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat ayahnya terbunuh tak bisa menahan goncangan dihatinya lagi, ia menjerit ngeri dan rubuh tak sadarkan diri diatas tanah.   Kini tingggal Lie Siauw Ie seorang saja sambil menahan kepedihan dihati tetap melanjutkan pertempurannya bergebrak mati-matian menahan seranganserangan dari Boe Beng Tok-su.   Tetapi sejak kemunculan orang-orang Kiem Tien Pay tiba- tiba saja Boe Beng Tok su mengundurkan dirinya kesamping.   "Liem Tou !"   Katanya dingin.   "Aku lihat Iukamu tidak ringan, untuk melarikan diri pun tak bakal sanggup biarlah orang-orang yang tertinggal disini untuk bereskan dirimu. Hutang piutang diantara kitapun sampai disini saja kita selesaikan."   "Baiklah, Sun Ci Si"   Sahut Liem Tou sambil tertawa sedih.   "Semoga, saja kau bisa membahagiakan dunia persilatan, hutang piutang diantara kitapun sudah sampai disini."   Baru berbicara sampai disitu mendadak kakinya jadi lemas sehingga tubuhnya rubuh setengah berlutut, tetapi dengan alis yang dikerutkan rapat-rapat ia berusaha bangun kembali lalu memandang kearah Boe Beng Tok su sambil tersenyum.   Boe Beng Tok su mengangguk, baru saja dia putar tubuh mendadak satu ingatan barkelebat didalam benaknya.   Matanya menyapu sekejap kearah si gadis cantik pengangon kambing yang menggeletak diatas tanah, tubuhnya mendadak maju kedepan dan membopong tubuh gadis tersebut.   "Sun Ci Si. kau ingin berbuat apa ?"   Bentak Liem Tou dengan gusar.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Heee..heee Liem Tou, kau boleh berlega hati ! ! Aku Boe Beng Tok su paling tidak suka bermain perempuan."   Selesai mengucapkan beberapa patah kata itu tanpa perduli diri Liem Tou lagi; ia putar badan dan bersuit dengan nyaring. Pouw Siauw Ling yang mendengar suara suitan tersebut hatinya jadi cemas.   "Kauw cu, apakah kau hendak melepaskan Liem Tou dengan begitu saja ?""   Teriaknya.   Tubuhnya dengan cepat menubruk kedepan; cambuk ditangannya laksana kilat menyambar keatas menghajar tulang punggung dari pemuda itu, disusul tangannya yang lain menarik kebawah, cambuk bertulang putih yang dipenuhi dengan duri itu kontan saja menggores pada punggung pemuda dengan beberapa liang Iuka yang dalam dan panjang.   Saking sakitnya kembali Liem Tou rubuh keatas tanah sambil menggigit kencang bibirnya.   Ia menahan suara rintihan yang rasanya hendak meloncat keluar dari ujung mulut.   Agaknya Pouw Siauw Ling tak rela melepaskan Liem Tou begitu saja cambuknya kembali diayunkan siap menghajar mati pemuda tersebut.   "Pouw Siancu !"   Bentak Boe Beng Toksu dengan gusar.   "Apakah kau orang hendak melanggar perintah dari kauwcu mu ?"   Mendengar suara bentakannya yang begitu dingin Pouw Siauw Ling merasa hatinya bergidik cambuk Pek kut Pian yang telah diayunkan ketengah udara diletakkan kembali akhirnya ia meludahi tubuh pemuda itu sembari teriaknya gemas.   "Bilamana aku tidak terhasil menghancurkan tubuhmu dendam hatiku tak bakal dapat lenyap !"   Dengan gemasnya ia jejakkan kakinya keatas tanah, bersama-sama dengan Boe BengTok su berlalu melalui jendela.   Dengan sekuat tenaga Liem Tou berusaha untuk bangun duduk, tetapi ia tak ada tenaga lagi untuk berdiri; melihat Lie Siauw Ie masih juga bertempur mati-matian melawan orang- orang dari partai Kiem Tien Pay, tak tertahan lagi pemuda jadi menghela napas panjang.   "Enci Ie!! cepatlah kau pergi dari sini!! Urusan sudah jadi begini ... !! "   Berbicara sampai disitu, titik-titik air mata mulai mengucur keluar membasahi wajahnya. Mendadak matanya melotot lebar-lebar; dengan geram dan wajah menyengir seram teriaknya dengan keras.   "Biarkan aku mati! Biarkan aku mati! kenapa kalian tidak biarkan aku mati saja?"   Setelah melihat peristiwa yang terjadi didepan mata, dalam hati dia semakin menyesali atas sumpah berat yang pernah diucapkan sewaktu mengunci tangannya, kalau semisalnya dulu ia tidak bersumpah berat maka kini hari tak bakal terjadi peristiwa yang menyedihkan ini.   Ketika kepalanya didongakkan tampaklah Thian Pian Siauwcu serta Auw Hay Ong suami isteri dengan tenangnva berdiri di tengah-tengah ruangan Cie lng Tong, mereka tidak turun tangan, juga tidak berlalu dari sana.   Cuma saja anak buah dari partai Kiem Tien Pay dengan gencarnya menyerang terus kearah Liem Tou membuat Lie Siauw Ie terpaksa harus memberikan perlawanan dengan sepenuh tenaga.   "Liem Tou !", terdengar Oei Poh berteriak secara tiba tiba "Dahulu kau pernah menolong nyawaku, aku tidak akan berhutang budi terhadap dirimu lagi". Sembari berkata tubuhnya menerjang ke depan sembari mengeluarkan ilmu simpanannya aliran "Heng San Pay"   Sepasang telapaknya dengan melancarkan pukulan berputar hanya didalam sekejap saja menghantam tubuh berpuluh- puluh orang jagoan dari partai Kiem Tien Pay sehingga kocar- kacir Iari tunggang-langgang.   tak seorang pun yang berhasil mendekati badannya.   Melihat kejadian itu, Auw Hay Ong Bo jadi teramat gusar sepasang matanya melotot bulat-bulat; sembari mengetrukkan tongkatnya keatas tanah ia berteriak kearah Thian Pin- Siauwcu.   "Hey Ke Hong kenalkah kau orang dengan bangsat cilik ini? Ilmu pukulannya sungguh kukoay!"   "Bagaimanapun pengetahuan Thian Pian - Siauwcu jauh lebih luas jika dibandingkan dengan Auw Hay Ong Bo,"   Terdengar dia menjawab dengan keras.   "Itulah ilmu pukulan Siang Hong Ciang Hoat dari partai Heng San Pay, lebih baik itu orang sedikit berhati hati."   Dengan hampir bersamaan waktunya Auw Hay Ong serta Auw Hay Ong Bo bersama-sama menjejakkan kakinya keatas tanah kemudian laksana sambaran kilat masing-masing melancarkan satu pukulan gencar memaksa Oei Poh terdesak dan mundur kebelakang.   Tenaga dalam yang dimiliki Oei Poh sebetulnya biasa-biasa saja dan hanya boleh dihitung sebagai jagoan kelas satu didalam dunia persilatan.   Selama ini ia bisa begitu dahsyat dan hebatrya kesemuanya ini tidak lain hanya mengandalkan keampuhan dari ilmu pukulan Sian Hong Ciang serta kedua buah jurus sakti yang terukir diatas batu didalam lembah mati- hidup.   Saat ini walau pun untuk menghadapi serangan musuh yang sangat gencar ini dia bisa mengeluarkan ketiga buah jurus sakti Lang -Gong Sam Cat nya, tetapi dengan perbuatannya itu sudah tentu Liew Tou pun akan ikut menemui ajalnya.   Menghadapi situasi yang amat mendesak dan kritis ini Oei Poh tak urung jadi kelabakan juga, untuk sesaat ia merasa kebingungan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi hal tersebut.   Pada detik detik terakhir tiba-tiba terdengar suara dengusan dari sang kerbau disusul derapan kaki yang amat keras merasa menerjang masuk kedalam ruangan Cie Ing Tong.   Melihat munculnya kerbau tersebut Auw Hay Ong suami isteri tadi sangat terperanjat.   "Ke Hong, tahan binatang itu !"   Gembornya keras Thian Pian Siauw cu yang belum pernah merasakan bagaimana dahsyatnya kekuatan kerbau itu, mendengar peringatan itu ia lantas tertawa ringan.   "Loo ciang kau boleh legakan hati buat apa urusan yang sekecil itu kau ributkan?"   Sembari berkata ia putar badannya sambil mengirim satu pukulan kearah binatang itu.   Siapa cangka kerbau itu sangat cerdik sekali, bukan saja kulitaya keras laksana baja.   bahkan setelah memperoleh didikan selama satu tahun lamanya dalam hal tenaga dalam kini ia boleh dikata sudah merupakan seekor kerbau yang benar-benar Ajaib.   Dimana angin pukulan Thian Pilan Siauwcu mnenyamnbar lewat, kerbau itu dengan sebatnya menundukkan kepalanya menghindar, ditengah suara dengusan gusar yang amat keras tanpa perduli segala rintangan dengan cepatnya ia menubruk kearah depan .   Thian Pian Siauw cu sudah tentu tidak pernah menyangka bilamana kerbau itu bisa sedemikian lihaynya tubuhnya buru- buru manekuk kemudian manyingkir kesamping .   "Sreeet .!"   Dengan menimbulkan suara - desiran yang tajam tahu-tahu kerbau itu sudah lewat dari sisi rubuhnya kemudian langsung mempersiapkan tanduknya menerjang kearah Auw Hay Ong suami isteri.   "Binatang kau berani cari gara-gara dengan aku orang ?"   Teriak Auw Ong Bo dengan gusarnya."Sekarang juga aku kirim kau pulang keasalmu !"   Tongkat besi ditangannya dengan menggunakan jurus Lek Pit Hoat San"   Atau membabat hancur gunung Hoa san menghantam kearah bawah dengan kerasnya.   Dia cepat, kerbau itu jauh lebih cepat tahu-tahu binatang itu sudah memutar kesamping ekornya yang panjang laksana sebuah cambuk lemas dengan menimbulkan desiran angin serangan yang menajam menggulung - kearah besi di tangan Auw Hay Ong Bo.   Auw Hay Ong Bo yang mempunyai tenaga dalam hasil latihan selama sepuluh tahun lamanya ketika melihat perbuatan dari kerbau itu hatinya jadi teramat girang pikirnya.   "Hmm ! tongkat besi dari Loo nio sangat berat sekali, asalkan aku gunakan sedikit tenaga untuk menekan kebawah maka kau binatang celaka tak bakal bisa lobos dari kematian !"   Diam-diam hawa murninya disalurkan ke seluruh tangan, baru saja ia bermaksud untuk menekankan tongkat besinya kebawah, mendadak sang kerbau ini mendahului setindak dari dirinya.   Ditengah dengusan yang amat keras, ekornya yang panjang ditampar kesamping dengan kecepatan laksana kilat.   Auw Hay Ong Bo kontan merasakan telapak tangannya tergetar amat keras.   hampir hampir saja tongkat besi ditangannya tergetar lepas dari cekalannya.   Gerakan dari sang kerbau ini tidak berhenti sampai disitu saja; mengambil kesempatan yang sangat baik ini sepasang kaki belakangnya dengan kecepatan penuh menendang kearah lambung musuhnya.   Seluruh geraknya ini dilakukan dalam waktu sekejap mata, bagi Auw Hay Ong Bo sadar tentu tak ada waktu lagi untuk menghindar.   "Aduuh!", ditengah suara jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma, lambungnya sudah kena tendangan sehingga tubuhnya rubuh keatas tanah dengan bermandikan darah segar. Agaknya kerbau itu masih menaruh rasa benci terhadap perempuan itu, tubuhnya itu kembali kebelakang dan menginjak injak beberapa kali keatas tubuh Auw Hay Ong Bo yang menggeletak diatas tanah. Kejadian ini kontan saja membuat para jagoan dari partai Kiem Tien Pay pada ketakutan dan mengundurkan diri beberapa, kaki jauhnya dengan wajah pucat pasi. Sehabis merubuhkan seorang musuh kerbau itu dengan gagah dan sepasang mata berwarna merah darah berdiri tegak di tengah kalangan kelihatannya ia siap siap hendak melancarkan serangannya kembali kearah musuh.   "Engkoh kerbau, cepat bawa adik Tou menyingkir dari sini,"   Teriak Siauw Ie dangan cepat.   Dengan terburu-buru gadis itu menarik lengan Liem Tou untuk menaikkan keatas punggung kerbaunya.   Kiranya Liem Tou sama sekali tidak jatuh pingsan cuma saja disebabkan lukanya terlalu parah, maka tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak lagi.   Waktu itu pemuda itu pun merasa bilamana dirinya diangkat oleh Lie Siauw le ke atas punggung kerbaunya, mendadak dengan mata membelalak lebarlebar teriaknya setengah mendesis.   "Enci le, kau pergilah ! Kau hendak menyingkir dengan cara apa ?"   "Sesudah kau pergi, aku bisa mencari akal sendiri, legakanla hatimu !"   "Tidak Enci le ! kau harus maningggalkan tempat ini bersama-sama diriku kita bersama saja naik kerbau ini !"   Bantah Liem Tou sambil goyangkan kepalanya berulang kali.   "Tidak bisa jadi. kerbaumu tak bakal sanggup untuk mengangkat kira berdua apa lagi musuh tangguh ada dibadapan mata. Kerbau itu sembari melarikan diri harus menahan pula serangan musuh !"   Air mata yang mengucur keluar dari kelopak mata Liem Tou kini telah berubah jadi cucuran darah segar, ketika melihat pertempuran sengit yang sedang berlangsung antara Cing jie dengan Boen lng dimana beberapa kali Boen Ing hendak mengejar kedepan untuk merebut dirinya tetapi setiap kali pula tertahan oleh serangan gadis itu, hatinya jadi tergerak.   Sambil menarik napas panjang tiba-tiba saja teriaknya keras.   "Oei Poh ! nona Cing ! aku Liem Tou merasa sangat berterima kasih sekali atas budi pertolongan kalian yang begitu besar. Kini aku sudah terlalu parah dan tidak bisa bergerak lagi, jika kalian berdua suka menolong aku tolonglah sampai selesai, sampai kalian suka menjagakan keselamatan dari Lie Siauw le anak murid diri Lie Sang serta gadis cantik pengangon kambing yang telah diculik oleh Sin Beng Kauw cu untuk itu asalkan aku Liem Tou tidak sampai mati dikemudian hari tentu akan kubalas budi kebaikan kalian ini."   Menanti nada ucapannya sudah lemah dan sama sakali tak bertenaga, dalam pikirannya mendadak teringat kembali akan nasib dari si perempuan tunggal Tauw Hong, cuma sayang akhirnya ia tak sempat untuk mengucapkan hal itu, karena darah yang mengucur ke luar terlalu banyak, akhirnya pemuda tersebut jatuh tak sadarkan diatas punggung kerbau.   Lie Siauw le yang melihat kejadian ini tak mau banyak berpikir panjang lagi.   "Engkoh kerbau, cepat pergi,"   Teriaknya keras.   Dengan keras ia tabok pantat dari sang kerbau tersebut, Diantara suara dengusan yang memberat, kerbau itu jejakan kakinya keatas tanah lalu dengan kecepatan bagaikan kilat menerjang keluar dari ruangan Cie Eng Tong.   Melihat Liem Tou yang tak sadarkan diri dengan menunggang kerbau Thian Pian siauw Cu segera tertawa dingin, tubuhnya dengan cepat meloncat kedepan menghadang didepan pintu.   Sang kerbau yang bertujuan menolong majikannya sama sekali tak menggubris keadaan disekelilingnya, dengan dahsyat ia tundukkan kepalanya dan menerjang kedepan.   Thian Pian Siauw -cu yang melihat gerak- gerik kerbau itu segera membentak keras, dengan amat dahsyat ia mengirim dua pukulan sekaligus menghantam keatas kepala binatang tersebut.   Agaknya kerbau itu mengerti bila kekuatan pukulan tersebut amat dahsyat.   ia meraung keras tubuhnya buru-buru mundur beberapa kaki kebelakang.   Tetapi kerbau tersebut tidak berhenti sampai disitu saja setelah mundur, dengan garangnya kembali menerjang kearah depan.   Thian Pian siauwcu bukanlah seorang manusia yang bodoh, serangan demi serangan dilancarkan tiada hentinya memaksa kerbau tersebut berulang kali harus mengundurkan dirinya kebelakang.   Lama kelamaan kerbau itu jadi gusar juga, sifat kebinatangannya mulai meliputi kembali.   Ia mendengus gusar dengan kerasnya sehingga membuat seluruh ruangan Cie Eng Tong tergetar hebat.   Pada saat itu "Ia"   Berdiri kurang lebih dua kaki didepan tubuh Thian Pian siauwcu matanya yang besar berwarna merah melotot kedepan tak berkedip.   Ekornya yang tegak lurus bagaikan pit menegak laksana tombak sedang dari ujung mulutnya menyiarkan hawa panas yang diiringi gerengan marah .   ..   Disebelah belakang, sejak kematian Auw Hay Ong Bo terinjak injak oleh sang kerbau beberapa kali Auw Hay Ong, Ciang Cau bermaksud hendak menerjang kedepan tetapi setiap kali kena terhadang oleh serangan-serangan Oei Poh serta Lie Siauw le..Pedang Boen Ing pun kena terhadang oleh Cing Jie, hal ini membuat siapa pun sulit untuk memisahkan diri guna ikut campur didalam bentrokan antara sang kerbau dengan Thian Pian siauwcu.   Si Thian Pian siauwcu yang mengerti bagaimana lihaynya sang kerbau tersebut sedikit pun tidak berani berlaku gegabah, demikianlah akhirnya sang binatang serta sang manusia berdiri saling berhadapan tanpa ada pihak lain yang mulai bergerak.   Mendadak suatu ingatan terkelebat didalam benak Thian Pian siauwcu,, pikirnya dalam hati.   "Yang aku maui adalah nyawa dari Liem Tou si bangsat cilik itu, asalkan aku berhasil membinasakan dirinya sehingga membabat bibit bencana dikemudian hari, maka keadaan bereslah sudah, buat apa kau orang harus ngotot bergebrak terus dengan kerbau itu ?"   Berpikir akan hal itu, mendadak tubuhnya meloncat kesamping memberikan satu jalan bagi kerbau itu untuk melewati pintu tersebut.   Didalam hatinya ia bermaksud apabila kerbau itu menerjang keluar melalui sisi tubuhnya, mengambil kesempatan tersebut Thian Pian siauwcu hendak meloncat ketengah udara dan mencengkeram tubuh Liem Tou seperti gerakan diri burung elang menyambar anak ayam sewaktu gerakan itu berhasil bukankah persoalan mudah dibereskan.   Setelah mengambil keputusan didalam hatinya ia mulai tersenyum dan melirik kearah kerbau itu dengan maksud memancing.   Kembali sang kerbau mendengus berat kakinya yang didepan disepak sepak berulang kali tetapi tubuhnya sama sekali tidak menerjang kedepan, agaknya iapun sedang memikirkan sesuatu.   Thian Pian siauwcu yang melihat kerbau itu kendati sangat marah tubuhrya tidak juga suka bergerak, dalam hati merasa amat mendongkol.   Ia mulai ada maksud untuk mengusiknya mendadak telapak kirinya dibabat kedepan mengirim satu pukulan tajam menghajar tubuh sang kerbau tersebut.   Sedikitpun tidak salah agaknya kali ini sang kerbau itu tak bisa menahan sabar lagi.   Kepalanya ditundukkan rendah- rendah, dari mulutnya mengeluarkan busa putih.   Akhirnya dengan gerakan yang amat ganas ia menerjang maju kedepan.   Thian Pian siauwcu yang melihat kerbau tersebut kena terpancing oleh siasatnya dalam hati merasa sangat girang.   Tetapi sebentar kemudian ia sudah menjerit kaget, kiranya kerbau tersebut sama sekali tidak menerjang kearah pintu luar.   sebaliknya dengan ganas dan garangnya menerjang kearahnya.   Laksana sambaran kilat ia menjejakkan kakinya keatas permukaan tanah kemudian melayang keluar sejauh beberapa depa dari tempat semula.   Mengambil kesempatan itulah sang kerbau menggoyang- goyangkan ekornya yang panjang, tanpa menoleh lagi menerjang dari ruangan Cie Eng Tong tersebut.   Dengan kecepatan yang penuh, binatang itu lari menuruni gunung Ha Mo san dengan melalui tiga rintangan, Tanpa banyak membuang waktu lagi, setelah tiba dibawah gunung segera lari menjauh.   Hanya didalam sekejap saja bayangannya telah lenyap tak berbekas.   "Thian Pian siauwcu yang melihat gagal total dan sebaliknya malah memberikan kesempatan bagi kerbau itu untuk menerjang keluar dari dalam ruangan, hatinya merasa teramat gusar, ia bersuit keras memanggil burung elangnya kemudian tanpa banyak waktu lagi dengan menunggang diatas punggung burung peliharaannya ia melakukan pengejaran cepat terhadap kerbau itu. Sang kerbau kesayangan Liem Tou ini sambil membawa tubuh majikannya, menggerakkan keempat kakinya terus menerus jauh meninggalkan gunung Ha Mo san, terhadap kuntitan dari Thian Pian siauwcu ia sama sekali tidak mengambil gubris. Thian Pian siauwcu yang menunggang burung elangnya pun tidak suka melepaskan mangsanya dengan begitu saja, ia menguntit terus dari atas udara kemana kerbau itu pergi. Ditengah perjalanan Liem Tou pernah tersadar satu kali tetapi badannya pada saat terasa amat sakit. seperti hancur berantakan sedikitpun tak bisa berkutik. Apabila badannya bukan dilibat erat-erat oleh ekor sang kerbau tersebut mungkin sejak tadi ia sudah rubuh terjungkal keatas tanah. Akhirnya pemuda itu jatuh pingsan kembali menanti ia tersadar untuk kedua kalinya pikirnya jadi terang kembali atau paling sedikit ia sudah merasa bila dirinya kena ditolong oleh kerbaunya dan kini sedang melarikan diri dari kejaran musuh. Tubuhnya yang mendeprok diatas punggung kerbau hanya bisa melihat permukaan tanah, yang berlalu dengan cepat bersamaan itu pula ia mulai merasakan luka didadanya yang terkena sabetan pedang Boe Beng Toksu terasa amat sakit seperti ditusuk-tusuk dengan beribu ribu bilah golok tajam sakitnya luar biasa. Akhirnya ia tak kuat menahan diri lagi dari mulutnya mulai memperdengarkan suara rintihan yang amat lirih. Sang kerbau seketika mendengar suara rintihan dari Liem Tou, larinya mulai perlahan, Tetapi berhubung Thian Pian siauwcu mengikutinya terus ia tak berani berhenti. Dengan kejadian itu maka rasa sakit didada pemuda itupun rada jauh berkurang, ia mulai teringat kembali dengan peristiwa yang baru saja terjadi diruangan Cie Eng Tong, bagaikan baru sadar dari impian buruk keringat dingin mengucur keluar dengan derasnya Terakhir is cuma bisa bergumam perlahan "Oooo. suhu ! akhirnya aku berbuat seperti apa yang kau pesan."   Baru saja ia selesai bergumam mendadak ekor kerbau itu menyambar badannya dan dengan gerakan yang manis melemparkan badannya ketengah udara.   "Aduh" !"   Teriak pemuda itu saking kaget nya.   Tubuhnya yang jauh terlempar setinggi dua depa dengan cepat berjumpalitan beberapa kali, dan akhirnya dengan empuk berhasil duduk tenang diatas pantat kerbau kembali.   Saat itulah sang pemuda baru mengerti maksud tujuan dari kesayangannya ini.   Liem Tou yang berhasil duduk enak; pikirannya mulai teringat kembali dengan obat yang ada didalam sakunya.   Dengan bersusah payah dan mengeluarkan banyak tenaga akhirnya Liem Tou berhasil juga mengeluarkan obat itu; tetapi pada saat itu juga tangannya yang merogoh kedalam saku telah terbentur dengan suatu benda.    Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Seruling Gading Karya Kho Ping Hoo Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini