Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 49


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 49


Raja Silat Karya dari Chin Hung   Walaupun keadaan di dalam gua tersebut amat gelap gulita, tetapi secara samar-samar Liem Tou masih dapat melihat sesosok benda bergerak lewat.   Buru-buru Liem Tou mengenjotkan badannya dengan gerakan "Hwee Yan To Liem"   Atau burung walet terbang ke hutan, menerobos masuk ke atap dalam gua tersebut.   Tidak nyana keadaan di dalam gua tersebut ternyata amat luas sekali, setelah merandek sejenak Liem Tou lantas bisa melihat jelas seluruh keadaan di dalam gua itu.   Ternyata keadaan di dalam gua bukan su atu lorong yang lurus melainkan berbelok-belok tidak menentu, dan saat ini sama sekali tidak kelihatan sesosok bayangan manusia pun.   "Celaka...! Apakah mungkin ia sudah berhasil meloloskan diri...?"   Teriak Liem Tou dalam hatinya.   Ia tidak menggubris lebih banyak lagi, badannya dengan kecepatan laksana sambaran petir segera berkelebat ke depan.   Tetapi , ..walaupun ia sudah berbelok dua tikungan masih tidak melihat juga sesosok bayangan manusia pun.   Karena hatinya cemas gerakannya meluncur ke depan pun semakin cepat lagi ...   Dan kini sebelum belokon ketiga dilalui mendadak dari arah depan berkumandang datang suara langkah manusia yang amat ringan bahkan suara langkah tersebut bergerak mendekati ke arahnya.   "Hmmm ! Seorang manusia yang ingin hantar kematian sendiri!"   Pikir Liem Tou dalam hatinya.   Tanpa berpikir panjang lagi, menanti ia sudah berputar belokan tersebut dan ujung matanya berhasil menangkap bayangan seorang anggota Perkumpulan Sin Beng Kauw bergerak mendekat, telapak tangannya segera dibabat ke arah depan.   "Aku ingin lihat kau ingin lari kemana,"   Bentaknya keras.   Saat ini ia hanya mengirim satu pukulan dengan menggunakan tiga bagian tenaganya saja.   Siapa nyana ketika itulah dari pihak lawan mendadak menyambar datang suatu pukulan yang maha dahsyat, diam- diam Liem Tou merasa amat terperanjat.   Belum sampai pikirannya berputar, tenaga pukulannya sudah ditambahi lagi dengan dua bagian.   "Braaak. , , ! "   Ditengah suara bentrokan yang sangat keras itulah tubuh Liem Tou tanpa terasa lagi sudah tergetar keras.   Di tengah suara benturan yang amat keras dan debu mengepul memenuhi seluruh angkasa kembali terdengar suara desiran tajam berkelebat memenuhi angkasa.   Dari tengah mengepulnya debu tebal secara tiba-tiba Liem Tou menemukan berkelebat datangnya dua titik bayangan hijau yang memancarkan cahaya tajam.   Melihat datangnya cahaya kehijau-hijauan tersebut Liem Tou segera mengerti bila pihak lawannya menggunakan kesempatan tersebut telah melepaskan senjata rahasia ke arahnya.   Di tengah melayangnya debu yang begitu tebal mendadak muncul serangan senjata rahasia, mungkin jika bukan Liem Tou tentu akan termakan oleh datangnya serangan tersebut.   Di dalam keadaan gugup buru-buru pemuda tersebut miringkan badannya ke samping dengan menempelkan punggungnya pada dinding, walaupun berhasil lolos dari mara bahaya tidak urung hawa gusarnya memuncak juga.   Dari sepasang matanya memancarkan cahaya tajam.   Dua batang senjata rahasia dengan membawa suara desiran tajam segera menyambar lewat dari depan dadanya.   Menanti debu sudah mulai menghilang, keadaanpun mulai terang tiba-tiba Liem Tou merasakan hatinya tergetar keras.   "Aaakh ..! Sin Beng Kauw Cu!"   Tak kuasa lagi teriaknya tertahan. Tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa terbahak-bahak.   "Sungguh kebetulan sekali, sungguh kebetulan sekali! Sun Ci Sie! Demikian pun bagus juga,"   Serunya.   Orang yang berdiri di hadapannya pada saat ini bukan lain adalah Sin Beng Kauw Cu, Boe Beng Tok su adanya.   Seluruh tubuhnya memakai jubah warna hitam, di atas dadanya bersulamkan sebuah lukisan arca yang berwarna merah darah dengan pinggiran dari emas wajahnya seram dan mengerikan sedang satu senyuman dingin menghiasi bibirnya.   "Sun Ci Sie!"   Kembali Liem Tou berteriak keras.   "Mari ... mari ...mari ...! Asal kau bisa menerima tiga buah pukulanku maka pada malam ini aku akan lepaskan seluruh anggota Perkumpulan Sin Beng Kauwmu."   Mendengar perkataan tersebut senyuman yang semula menghiasi bibir Boe Beng Kok su mendadak lenyap tak berbekas.   "Liem Tou! Aku bukan Sun Ci Sie!"   Bentaknya dingin.   "Semisalnya kau adalah Sun Ci Sie, kemungkinan besar aku masih bisa ampunidirimu satu kali,"   Seru Liem Tou pula dengan wajah seram.   "Tetapi bila kau adalah Boe Beng Kok su maka jangan harap kau orang bisa hidup melewati malam ini". Sin Beng Kauweu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya itu, mendadak ia bertanya.   "Liem Tou! Aku tidak ingin bentrok dengan dirimu pada saat seperti ini. Jika kau merasa punya kepandaian, boleh kau coba-coba memasuki lembah Boe Beng Kok ku secara terang- terangan. Cuma... sebelum itu aku ingin menanyakan suatu urusan kepadamu. Peristiwa yang terjadi di pantai Sah Kiem Than di Telaga Auw Hay apakah kau orang yang bertindak sebagai pentolannya??!"   Mendengar pertanyaan tersebut Liem Tou agak melengak juga dibuatnya.   "Aaakh , . ! dia sudah tahu urusan ini?"   Diam-diam pikirnya. Sin Beng KauwCu yang melihat Sikapnya itu, tanpa menanti jawaban dari Liem Tou lagi dalam hati lantas mengerti. Kembali ia mendengus dingin.   "Hmmm! Liem Tou karena peristiwa ini maka kau akan merasakan penyesalan yang tak terhingga!"   Tiba tiba . .. Liem Tou teringat kembali akan si gadis cantik pengangon kambing, tak terasa lagi hatinya merasa berdesir.   "Kau ingin berbuat apa?"   Bentaknya keras.   "Kau bakal memperoleh pembalasan yang setimpal!"   Perlahan-lahan Sin Beng Kauw Cu putar badan dan siap-siap hendak berlalu Melihat sikap dari Boe Beng Kok su ini, tanpa terasa lagi Liem Tou merasakan hatinya agak tegang.   "Kau berhenti!"   Bentaknya dengan suara seperti geledek.   "Malam ini kita sudah saling berjumpa di tempat ini, jika kau belum memberikan pertanggungan jawabmu yang jelas jangan harap bisa lolos dari tempat ini. Aku ingin bertanya kepadamu, pada setahun yang lalu sewaktu terjadi peristiwa di atas gunung Ching Shia, masih ingatkah kau dengan urusan tersebut? apakah aku harus membantu dirimu!?"   Boe Beng Tok su mendengus dingin, mendadak ia mengangkat tangan kirinya dan memperhatikan jari-jari tangannya ymg tinggal empat biji. Agaknya ia pun sudah kena dibuat bergelora hatinya oleh suasana.   "Kaupun masih ingat dengan sebiji jariku yang telah hilang ini??..."   Bentaknya pula berat.   "Bukankah itu urusanmu sendiri? jari tanganmu kau babat sendiri lalu apa sangkut pautnya dengan aku??"   Teriak Liem Tou dengan marah pula. Dengan pandangan mata yang dingin dan menyeramkan Boe Beng Tok su melototi diri Liem Tou beberapa saat lamanya, mendadak ia tertawa.   "Heeee,, heee,, heeee,... sungguh pandai sekali kau orang mendorong seluruh kesalahan itu ke badanku, aku mau tanya lagi, adakah ikatan dendam atau sakit hati antara kau dengan diriku?.."   "Hmm! Seperti tindakanmu yang kejam dan sama sekali tidak berperikemanusiaan, sekalipun aku bunuh dirimu apa salahnya?"   Berbicara sampai di situ, mendadak ia merasakan suatu rasa benci yang tak terbendung, sambil mengulapkan tangannya ia membentak keras.   "Sudah... tidak usah banyak bicara lagi, terima nih seranganku!"   Selesai berkata satu pukulan dahsyat dibabat ke arah depan. Serangannya kali ini ia sudah guna tenaga sebesar tujuh bagian laksana ambruknya gunung Thaysan dan melandanya air di tengah samudera dengan dahsyat menyambar ke arah depan.   "Cukup dengan pukulanku ini, aku rasa kau Boe Beng Tok su tak bakal bisa menerimanya!"   Pikirnya dalam hati.   Dimana angin pukulan menyambar lewat ternyata sama sekali tidak mendapatkan rintangan apa pun, hawa pukulannya langsung merghantam ke atas dinding belokan kurang lebih tiga kaki dari tempatnya berdiri sehingga membuat dinding batu itu muncul sebuah lubang yang besar.   Kiranya Boe Beng Tok su sudah berlalu sewaktu ia melancarkan serangan dahsyat.   Melihat kejadian tersebut Liem Tou merasa amat terperanjat, tanpa berpikir panjang lagi dan tidak menggubris Siauw Giok Cing yang sedang menanti di luar gua, dengan cepat badannya bergerak ke dalam gua melakukan pengejaran.   Satu tikungan demi satu tikungan dengan cepat sudah dilalui...   Entah lorong rahasia itu panjangnya ada berapa, sembari berlari ia memperhatikan terus keadaan di sekelilingnya.   Mendadak terdengar suara desiran tajam menyambar lewat, dua ekor ular berbisa dengan gerakan yang paling cepat sudah meluncur ke atas badan pemuda tersebut.   Untung saja penglihatan Liem Tou tajam dan gerakan tangannya cepat, sedikit badan nya menyingkir ke samping sepasang tangannya bersama-sama bergerak menyekal bagian tujuh coen dari ular tersebut.   Sedikit jari tangannya menjepit, ular tersebut mendesis tajam lalu melingkar dan menemui ajalnya.   Setelah melemparkan bangkai ular itu ke atas tanah, terburu-buru ia melanjutkan kembali gerakannya ke depan.   Kembali beberapa tikungan dilalui, kini jalan perginya sudah terhadag oleh sebuah terali kayu yang amat besar dan berat.   Sambil kerahkan tenaga murninya, di dalam sekali babatan Liem Tou menghajar kayu penghalang tersebut.   Dimana angin serangan menyambar lewat terali kayu hancur berantakan, di dalam sekali loncatan pemuda itu melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.   Siapa sangka baru saja berlari kurang lebih tiga, lima kaki jauhnya kembali terlihat sebuah terali kayu menghadang perjalanannya.   Demikianlah, dengan menggunakan cara yang sama Liem Tou menghancurkan pula penghalang tersebut.   Setelah bersusah payah akhirnya pemuda itu berhasil menemukan sedikit titik sinar cahaya yang menyorot masuk ke dalam gua, buru-buru ia berlari ke arah depan semakin cepat lagi.   Tetapi pada saat yang bersamaan pula, cahaya tajam itu mendadak lenyap tak berbekas bahkan diikuti suara benturan yang sangat keras.   Tergesa-gesa Liem Tou berlari mendekat, sewaktu tangannya meraba sekitar sana maka ditemuinya di hadapannya ternyata sudah terhadang oleh selapis pintu besi yang amat dingin.   Melihat kejadian tersebut kegusarannya semakin memuncak.   "Hmm! apa yang dianggapnya pintu besi sudah cukup untuk menghalangi perjalananku?"   Teriaknya.   Ketika ia mengerahkan tenaga murninya dorong, maka terasalah olehnya pintu tersebut rada sedikit bergoyang, hatinya jadi merasa agak lega.   Ia tahu pintu besi ini pun hanya digunakan untuk sementara menghalangi perjalanannya, jika sungguh-sungguh ingin mengurung dirinya dalam gua masih tidak sanggup.   Tetapi ketika itu pula ia merasakan bahwa Boe Beng Tok su sengaja berbuat demikian tidak lebih ingin menghalangi perjalanannya untuk sementara waktu sehingga memberi kesempatan baginya untuk mengatur siasat yang lebih jahat lagi.   Tentu dia orang sedang mengatur suatu siasat keji di luar pintu, menanti ia ber hasil membuka pintu ini maka mereka akan melancarkan serangan benda-benda beracun ke arahnya.   Menghadapi serangan bokongan semacam ini, kendati ia berilmu tinggi pun jangan harap bisa meloloskan diri dari kematian.   Berpikir sampai disitu tak terasa lagi Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya.   "Hmmm ! Apa dianggap begitu mudah?"   Gumamnya seorang diri.   Tetapi secara mendadak satu ingatan berkelebat di dalam benaknya, ia merasa saat inilah merupakan kesempatan yang baik untuk ia bertindak selagi mereka harus pecahkan perhatiannya, kenapa saat ini ia tidak menerjang masuk ke dalam Lembah Boe Beng Kok dengan mengambil jalan yang lain? Bukankah dengan terpecahnya perhatian mereka ini dirinya malah lebih mudah untuk menyelundup masuk?? Mendapat akal yang demikian bagus, hatinya jadi sangat kegirangan.   Seketika itu juga sepasang telapak tangannya bersama- sama didorong ke depan melancarkan satu pukulan dengan menggunakan tenaga pukulan hanya sebesar tiga bagian.   Hal ini seketika itu juga menggetarkan pintu besi tersebut dan menimbulkan suara pantulan yang amat keras.   Pada waktu yang bersamaan pula Liem Tou berteriak keras .   "Sungguh amat bagus kau sebagai seorang Sin Beng KauwCu, apakah kepandaianmu hanya terbatas sampai disini saja?? Apa kau anggap dengan berbuat demikian lantas bisa menghalangi aku Liem Tou menerjang masuk kedalam lembah kalian?? Heee ... heee... aku nasehati kalian lebih baik jangan bermimpi di siang hari bolong!"   Kembali ia menghantam pintu besi tersebut sehingga menimbulkan suara getaran tiada hentinya dalam ruangan tersebut, debu serta pasir pada berontokan dari atas pintu tersebut.   Ketika dirasanya sudah cukup untuk mengelabui mereka, sekali lagi Liem Tou hantam pintu besi itu dengan berat lalu putar badan dan balik ke jalan yang semula.   Panjang lorong rahasia tersebut tak lebih hanya dua lie saja, dengan kelihayan dari ilmu meringankan tubuhnya hanya di dalam sekejap mata saja pemuda itu keluar dari lorong itu.   Pada waktu itu, waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga.   Tetapi suasana di sekeliling tempat itu sunyi sepi tak kedengaran sedikit suara pun bahkan bayangan dari Siauw Giok Cing pun lenyap tak berbekas.   Ilmu silat yang dimiliki Siauw Giok Cing tidak berada di bawah siapa pun, anggota perkumpulan Sin Beng Kauw tidak mungkin bisa melukai dirinya.   Oleh sebab itu pemuda tersebut pun tidak perlu terlalu menguatirkan keselamatannya.   Tanpa banyak pikir lagi Liem Tou segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat naik ke atas gunung, bagaikan segulung asap ringan saja ia melayang menuju ke arah puncak.   Walaupun selama ini ia sudah melalui pos-pos penjagaan yang disebar oleh orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw, tetapi berhubung kepandaian silat orang orang itu ada batasnya maka mereka sama sekali tak menemukan bila Liem Tou sudah berlalu.   Sedangkan Liem Tou sendiripun tidak mau menggubris mereka mereka itu.   Setelah melewati beberapa puncak gunung akhirnya sampailah ia di atas puncak lembah Boe Beng Kok, setelah memandang sejenak ke arah kerlipan air sungai yang mengalir di sana, secara hati-hati sekali pemuda itu mulai menyelinap masuk ke dalam lembah.   Di atas tebing yang curam beberapa kali ia pinjam tenaga, laksana sambaran kilat akhirnya tiba juga di tengah lembah Boe Beng Kok, setelah merandek sejenak dan menyapu seluruh keadaan lembah tersebut kembali Liem Tou melanjutkan perjalanannya.   Dengan menyembunyikan badannya ia melewati sebuah sungai kecil lalu meloncat naik ke atas wuwungan rumah, tapi ia tidak berdiam terus di sana sebab dengan berbuat begitu jejaknya dengan mudah akan ditemukan para anggota perkumpulan Sin Beng Kauw.   "Dimanakah letak air terjun beracun itu?"   Diam-diam pikirnya dalam hati.   "Aku harus tolong dulu Wan moay lolos dari mara bahaya, setelah itu dengan hati tentram mencari balas terhadap Sun Ci Si!"   Beberapa buah bangunan telah dilewati dengan cepatnya tapi hasilnya tetap nihil hanya saja dengan demikian ia dapat temukan bila penjagaan yang dilakukan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw di sana betul-betul ketat, hanya saja mereka tak tahu bila Liem Tou sejak semula telah menyelinap masuk ke dalam lembah Boe Beng Kok mereka.   Setiap orang anggota perkumpulan tersebut punya pendapat yang sama yaitu Liem Tou masih berada dalam lorong jalan rahasia, sedikit keteledoran inilah berakibat dengan sangat mudah sekali Liem Tou berhasil menyelinap masuk ke dalam markas mereka tanpa diketahui jejaknya.   Penemuannya ini membuat Liem Tou bertindak makin berhati-hati lagi, tanpa pikir panjang badannya bergerak menuju ke satu titik sebuah kaki puncak yang terlihat di hadapannya.   Tidak lama kemudian ia temukan di bawah kaki puncak tadi berkumpul belasan orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw.   Mereka pada berdiri di sekeliling sebuah batu besar dengan di tangan masing-masing mencekal sebuah tabung bambu berwarna hitam yang bagian satu digigit pada mulut, bagian lain diarahkan ke arah batu.   Seratus tombak di luar gerombolan manusia manusia tadi berdiri tiga orang lelaki.   Sewaktu Liem Tou perhatikan ketiga orang itu dengan teliti, maka ia temukan mereka bukan lain adalah Boe Beng Tok su itu Kauw cu dari perkumpulan Sin Beng Kauw, Pouw Sauw Ling serta seorang hweesio gede yang membawa senjata sekop.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya, badannya berputar ke samping lalu berkelebat lewat untuk mencari letak air terjun beracun.   Tidak selang beberapa waktu ia dapat menangkap suara percikan air keras, diikuti suara "Tok, Tok, Tok"   Seperti derapan kaki manusia bergerak mendekat. Sesosok bayangan manusia menyambar lewat kurang lebih tiga tombak di hadapannya. tidak salah lagi suara ketokan tadi berasal dari kaki orang itu dan tidak dapat diragukan dia pasti adalah Oei Poh.   "Aaakh ...! dia pun ikut datang,"   Pikirnya di hati.   "Kapan ia sampai disini? Suara kakinya yang terbuat dari kayu selama hidup tak bakal hilang, persoalan ini memang sangat menyesalkan hatinya."   Dalam keadaan seperti ini Liem Tou tidak berniat sama sekali untuk mencari si cacad Oei Poh, buru-buru badannya bergerak menuju arah berasalnya suara air terjun tadi.   Beberapa waktu kemudian ia tiba di sebuah lembah yang kecil dan sempit, di tengah jepitan tebing tinggi terdapat sebuah air terjun yang memancarkan airnya dari tempat ketinggian air terjun tadi tidak bening melainnya memancarkan cahaya kehijauan yang menggidikkan hati.   Dalam lembah sempit itu berdiri tiga orang berjaga di mulut selat dengan senjata terhunus.   Salah seorang diantara mereka membawa sebuah genta tembaga, agaknya asalkan ia bergerak maka ia akan segera bunyikan genta tembaga tadi, dengan demikian seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada di lembah segera akan menguruk datang semua ke sana.   Liem Tou yang bersembunyi di belakang sebuah batu besar di luar selat, otaknya berputar terus mencari siasat untuk merubuhkan ketiga orang peronda tersebut tanpa menimbulkan suara.   Mendadak suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia teringat dengan cara Oei Poh membokong lawannya melalui tengah udara, terpikir pula olehnya ketiga orang penjaga tersebut hanya pusatkan seluruh perhatiannya keluar selat tak mungkin mereka akan mendongak untuk periksa keadaan di atas mereka.   Tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia meloncat naik ke sebuah tebing yang tingginya kurang lebih tiga kaki sehingga tiba di pinggang tebing tersebut tepat di atas di mana ketiga orang itu berdiri.   Dalam keadaan yang tidak bersiap sedia ia akan melancarkan serangan bokongan sehingga membuat mereka kacau balau dan tidak sempat membunyikan genta tembaga tersebut.   Mendadak ...   Seluruh lembah Boe Beng Kok bermandikan cahaya dan terang benderang bagaikan di siang hari, suara bentakan bentakan keras pun bergema memecahkan kesunyian.   Liem Tou merasa amat terperanjat, diam-diam pikirnya.   "Aaakh ... ! Akhirnya jejak Oei Poh konangan juga, aku harus bekerja cepat, untuk tolong orang lalu pergi memberi pertolongan kepadanya."   Sesudah punya pikiran itu, tanpa berpikir panjang lagi badannya melayang turun dari atas tebing curam itu diiringi melancarkan satu pukulan yang maha dahsyat bagaikan ambruknya gunung Thay san dan menggulungnya ombak di tengah samudera ke arah bawah.   Ketiga orang anggota Sin Beng Kauw yang ditugaskan menjaga air terjun beracun itu tidak sempat melihat jelas bayangan tubuhnya, sudah tentu tidak mungkin pula bagi mereka untuk menghadapi serangan lawan.   "Braaak...!"diiringi bentrokan keras ketiga orang itu kontan menemui ajalnya di tangan Liem Tou. Tetapi bagaimanapun juga akhirnya genta tembaga tadi kena tersapu menggelinding juga oleh desiran angin pukulan tersebut sehingga menimbulkan suara yang amat nyaring. Buru-buru Liem Tou pungut genta tembaga tadi, tapi tindakannya rada terlambat satu langkah. Ia melongok keluar lembah, sedang dalam hati pikirnya.   "Setelah mereka mendengar suara bunyi genta tersebut pasti ada orang yang datang memeriksa, aku harus menggunakan waktu yang amat singkat ini untuk menerobos masuk ke balik air terjun beracun itu."   Karena ingin berebut waktu, badannya laksana kilat meluncur ke sisi air terjun tapi ia tidak berjalan terlalu dekat karena air terjun tadi mengandung racun yang amat ganas.   Dari luar air terjun, secara lapat-lapat ia temukan di balik terjunan air tersebut terdapat sebuah batu raksasa yang menonjol keluar, sekalipun begitu kendati secara bagaimanapun juga ia akan menyeberang badannya pasti akan terciprat oleh air beracun.   Soal ini benar-benar merupakan satu persoalan yang rumit, setelah berpikir sejenak akhirnya ia mengirim satu pukulan dahsyat ke arah air terjun itu.   Jilid-49 Gadis pengangon kambing ditolong Liem Tou.   TERKENA angin pukulan tadi, air muncrat keempat penjuru hingga mencapai tiga tombak jauhnya, tapi air terjun dari atas segera menutupi ruangan kosong tadi sehingga sama sekali tidak memberi kesempatan baginya untuk menerjang masuk kedalam.   Melihat kejadian itu Liem Tou kerutkan alisnya rapat-rapat, ia tidak mengerti harus gunakan cara apakah untuk melewati tempat tersebut.   Mendadak.   "E ei .... manusia dari mana yang sudah makan nyali harimau daging macan berani mengacau disini?"   Bentak seorang dari luar lembah.   Liem Tou berpaling, diluar lembah berdiri lima orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang sedang melototi dirinya bulat-bulat, wajah mereka menyengir seram jelas tidak pandang sebelah matapun terhadap dirinya yang menyaru sebagai seorang pengemis cilik berbaju hijau.   Liem Tou yang tidak berhasil menerobos masuk kebalik air terjun untuk menolong si gadis cantik pengangon kambing.   hatinya sedang gelisah dan cemas melihat datangnya kelima orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu, ia segera membentak murka.   "Kalau aku sengaja mau mencari satori kau mau apa ?"   Kelima anggota perkumpulan Sin Beng Kauw ini rata-rata merupakan Siancu dari perkumpulan tersebut, mendengar kata-kata yang kasar dari sang pemuda dengan gusar mereka2 meraung keras kemudian merubruk maju kedepan.   lima macam senjata tajam secara berbareng menghajar tubuh Liem Tou.   Dengan kejadian penyerbuan serempak ini Liem Tou makin naik pitam, ia membentak keras.   "Kalian bajingan-bajingan yang tidak berbiji mata, mau cari mati haaa...?"   Telapak tangan dibalik lalu didorong kemuka.   "Brasak...!"   Seorang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang berada dipalig depan termakan oleh serangan tersebut, sehingga tubuhnya terpental sejiuh lima tombak dan terbentur diatas dinding tebing, kepalanya hancur otaknya berserakan.   Sisanya empat oramg Siangcu setelah melihat musuh sangat lihay mereka putar badan siap melarikan diri, tapi sayang kecepatan gerak mereka tak dapat memadai kecepatan Liem Tou.   Dimana bayangan hijau berkelebat lewat.   empat orang anggota Sin Beng Kauw tak seorang pun berhasil lolos dari hajaran pemuda.   Empat sosok mayat menggeletak diatas tanah dalam keadaan yang sangat mengerikan.   Sembari memandang mayat-mayat yang membujur diatas permukaan tanah Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya, mendadak tanpa perdulikan keadaan disekelilingnya ia terjang masuk kebalik air terjun beracun iru.   Gerakannya cepat bagaikan sambaran petir, sungguh luar biasa sekali.   Ketika badannya tiba dibawah air terjun tadi, badannya segera merosot kebawah, dengan gerakan "Pah Ong Tji Ting' atau Raja keji mengangkat hioloo sepasang telapak bersama- sama didorong kemuka mengirim dua gulung angin pukulan yang lembut tapi dahsyat.   Dalam sekejap mata air terjun dibabat sehingga muncrat keempat penjaru dan terbentuklah sebuah liang kecil yang cukup untuk diterobos lewat.   Mengambil kesempatan yang sangat baik inilah, tidak ragu- ragu lagi ia menerobos masuk kebalik air terjun dan tepat berdiri diatas tonjolan batu besar tadi, menanti hawa pukulan sudah lewat airpun menerjun kebawah dengan dahsatnya.   "Oouw, sungguh berbahaya!"   Diam-diam Liem Tou menjulurkan lidahnya.   Ketika ia menunduk dan melihat diatas pakaiannya yang bobrok ada beberapa bagian kecipratan air terjun hatinya merasa amat terperanjat.   Kiranya dimana pakaian yang ketetesan air racun tadi segera membusuk dan bagaikan terbakar oleh letikan bara meninggalkan beperapa lubang yang besar.   Liem Tou makin terkejut lagi kelihayan cairan racun tersebut, ia tahu bilamana badannya yang ketetesan air terjun tadi bukan saja kulit serta dagingnya akan membusuk bahkan tulang pun akan hancur berantakan, tidak kuasa ia memandang air terjun itu dengan termangu-mangu.   Tapi setelah pikirannva berputar.   Ia jadi tercenngang dan berada dalam keadaan keheran-heranan.   "Bila air terjun ini mengalir tiada hentinya bahkan akupun kecipratan beberapa butir air beracun itu, secara bagaimana anggota Sin Beng Kauw bisa menyelinap masuk kebalik air terjun ini."   Pikirnya.   "Bila demikian adanya. disekitar sini pasti ada sesuatu alat untuk mengthntikan aliran air beracun tersebut."   Pada waktu itulah diluar air terjun telah kedatangan tujuh.   delapan orang anggota Sin Beng Kauw, ketika mereka temukan menggeletaknya beberapa sosok mayat diatas tanah rata-rata pada berdiri dengan wajah tegang.   Liem Tou yang berdiri diatas batu cadas dengan terhalang oleh selapis air terjun terus memandang semua gerak-gerik mereka dengan tenang, mendadak ia mengenali kembali dua orang anggota Sin Beng Kauw diantara kedelapan orang itu merupakan dua orang musuh yang mengerubuti Lie Loo-djie sewaktu diatas gunung Tjing Shia tempo dulu.   Hatinya berdebar keras, sepasang matanya memancarkan sinar berapi-api penuh amarah.   Tapi dikarenakan terhalang air terjun yang sangat deras, untuk sementara waktu ia tekan keinginan untuk menbalas dendam tersebut.   Beberapa orang anggota Sin Beng Kauw yang ada diluar air terjun setelah memeriksa sejenak suasana disekeliling sana dan tidak berhasil menemukan bayangan manusia, akhirnya mereka meninggalkan dua orang untuk berjaga-jaga disana dan sisanya berlalu.   Dalam benak mereka tak seorangpun yang menaruh curiga ada seseorang yang berhasil melewati air terjun beracun itu, dalam pikiran mereka sekalipun seseorang yang memiliki kepandaian ilmu silat sebagaimana dahsyatnya pun tidak mungkin bisa melewati air terjun itu sebelum berhasil menemukan tombol rahasia untuk menghentikan air tadi.   Siapa nyana dengan taruhan nyawa Liem Tou berbasil juga menerobos masuk dalam ruangan dibaliK air terjun tadi.   Waktu itu Liem Toi sedang repot memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, sedikit pun tidak salah ia temukan sebuah lubang pintu yang kecil disisi tonjolan bata raksasa tadi.   dengan sekuat tenaga didorongnya kebelakang tapi pintu batu itu tetap tak bergeming.   Kegagalan ini mengakibatkan kegusaran Liem Touw memuncak, ia bermaksud menghajar batuan tadi dengan kerahkan hawa murninya.   Tapi, pikirannya katika itu jauh lebih tenang.   Ia tahu dalam keadaan seperti ini dirinya tak boleh berbuat gegabah.   buru- buru dicarinya cara membuka pintu tersebut disekeliling tempat itu.   Dengan sepasang matanya yang tajam, lubang yang bagaimanapun kecilnya tak akan lolos dari pandangan matanya kendati berada dalam kegelapan.   Akhirnya ia temukan juga sebuah tonjolan batu yang kecil sekali bagaikan buah kelengkeng.   Ketika tonjolan tadi dipencet, dengan menimbulkan suara nyaring pintu batu perlahan- lahan membuka ke samping.   Liem Tou kegirangan setengah mati, tubuhnya langsung meloncat masuk kedalam seraya teriaknya keras;   "Wan moay ! Wan moay ! Aku datang untuk menolong dirimu !"   "Oouw, engkoh Liem! Kau benar-benar datang kemari!"   Dari dalam ruangan batu berkumandang keluar suara lirihan si gadis cantik pengengon kambing.   Suara tersebut rada gemetar, jelas hati gadis tersebut merasa amat terharu.   Dengan pandangan mata yang tajam Liem Tou memperhatikan suasana disekeliling tempat itu, ia temukan sigadis cantik pengangon kambing duduk dipojokan ruangan, tangan kakinya diikat dengan otot kerbau sehingga badannya tak dapat berkutik.   Darah panas bergolak dalam dada Liem Tou hingga mencapai keubun-ubun, dengan penuh terharu serunya.   "Ouw! Adik Wan. Bagaimana sikap mereka terhadap dirimu? Kau sungguh menderita sekali!'"   Dengan tangannya ia memotong putus otot-otot kerbau yang mengikat badan si gadis, tapi berhubung gadis itu telah lama dibelenggu, tangan kakinya sudah jadi kaku semua, walau sudah lepas dari belenggu badannya masih tidak dapat bergerak.   "Wan-moay !"   Seru Liem Tou dengan hati cemas "Coba kau aturlah pernapasanmu dan salurkan hawa murni mengelilingi seluruh badan agar darah bisa mengalir lancar di tangan maupun dikakimu. Denpan demikian kau bisa pulih seperti sedia kala."   "Aku sudah mencoba tapi tak berguna."   Dengan penuh isak tangis si gadis cantik pengangon kambing menggeleng.   "Aku sudah lama dibelenggu, tangan kaki sudah mengering, rasanya susah pulih kembali dalam beberapa saat saja."   "Lalu bagaimana baiknya? Dalam lembah Boe Beng Kok banyak tersebar alat-alat jebakan, dan yang paling lihay diantaranya adalah alat rahasia 'Liong Ling Hok Lei' atau Naga terpekik Bangau berteriak serta 'Hauw Kauw Yen Tie' atau Harimau maupun Monyet menjerit' Kesemuanya ini belum pernah kutemui. Bila kau tak dapat bergerak secara bagaimana kita bisa keluar dari lembah ini ?"   Si gadis cantik pengangon kambing amat sedih sekali.   "Engloh Liem! lebih baik kau berlalulah seorang diri, jangan mengganggu aku lagi."   "Hal ini mana boleh jadi?"   Bentak Liem Tou dengan sepasang mata memancarkan cahaya berkilat. Sekalipun aku Liem Tou harus mati dalam lembah Boe Beng Kok ini juga harus menolong Wan-moay lolos dari sini."   "Engkoh Liem cepat jangan bicara begitu."   Buru-buru gadis itu mencegah sang pemuda melanjutkan kata-katanya. Sambil berkata ia melirik sekejap kearah Liem Tou. dalam hati gadis itu menggertak dan tiba-tiba meloncat bangun lalu tegak di atas tanah.   "Coba kau lihat bukankah aku sudah dapat berdiri?"   Serunya dengan senyum dipaksa.   Siapa sangka baru saja ucapan tadi meluncur keluar mendadak air mukanya berubah hebat, sepasang lutut menjadi lemas dan jatuh berlulut kembali diatas tanah.   Liem Tou tidak menyangka dapat terjadi peristiwa ini.   hatinya meresa terperanjat, laksana sambaran angin taupan ia mencekal tubuh gadis cantik pengangon kambing erat- erat.   "Waen-moay!"   Teriaknya Keras.   "Apa gunanya Kau menyiksa diri? jangan kau paksakan lagi. baiklah! kau duduk dan perlahan-lahan mengatur pernapasan. aku akan menemanimu disini, bila mana perlu aku bisa tolong membantu dirimu."   Sigadis cantik pengangon kambing tahu hal ini tak dapat dipaksakan, terpaksa hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh tubuh dan mendesak darah mengalir melewati seluruh anggota badan terutama kaki dan tangan.   Kendati yang didapat nihil belaka, gadis tersebut hanya merasa empat anggota badannya seperti bukan menempel dibadannya lagi semuanya telah menjadi kaku dan rasanya untuk membebaskan kembali rasa kaku tersebut bukan suatu pekerjaan yang gampang.   Tapi dalam keadaan seperti ini apa akal? Perlahan sepasang matanya dipejamkan dan dengan pusatkan seluruh perhatian mulai mengatur pernapasan.   Dalam pada itu perasaan Liem Tou pun jadi tenang kembali, ia berjongkok dan menggosok keempat anggota badan gadis pengangon kambing itu perlahan.   Dalam ruangan gelap yang sunyi, mereka berdua benar- benar merasakan kenikmatan berduaan, hati bertemu hati menambah tebal rasa cinta dikedua belah insan berlawanan jenis ini.   Lama kelamaan gadis cantik pengangon kambing mulai merasakan adanya hawa panas yang mulai merembet pada kaki serta tangannya, sudah tentu Liem Tou pun merasakan hal ini, tidak terasa lagi hawa murni disalurkan semakin menebal dan gosokannya pun makin dipercepat.   Mendadak sigadis canrik pengangon kambing merasa tercium bau kelakian yang menyebar keluar dari tubuh Liem Tou jantungnya berdebar sangat keras tanpa disadari ia sudah berhenti menyalurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan.   Perbuatan gadis langsung dirasakan Liem Tou.   "Eeei, apa yang telah terjadi ?"   Tegurnya. Hati gadis cantik pengangon kambing tergetar keras, ia melirik sekejap ke arahnya dengan wajah penuh rasa jengah ia menunduk.   "Aku merasa jauh lebih baikan."   Liem Tau merasa cemas dan ingin sekali ia cepat sembuh, segera desaknya lebih jauh.   "Coba salurkan kembali hawa murninya jangan berhenti. Sebentar lagi masih banyak urusan yang harus kita lakukan."   Pikiran yang semula mulai bercabang kini menyatukan diri kembali, dengan ikuti cara menyalurkan ilmu lwekang menurut ajaran Toa Loo Tjin Keng si gadis cantik pengangon kambing mulai berusaha lebih lanjut.   Pada waktu itulah.   mendadak ....   Suara demburan air terjun diluar ruangan batu bergema sangat keras, mendengar suara tersebut Liem Tou hatinya merasa agak bergerak.   'Bila anggota perkumpulan Sin Beng Kauw menutup pintu batu ini bukankah aku harus lebih repot lagi untuk keluar dari sini ?"   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Liem Tou bangkit berdiri kemudian berjalan kemuka dan periksa pintu batu itu dengan cermat, ia temukan pintu tadi terbuat amat sempurna, alat rahasia dibalik pinta kokoh kuat dan susah dirusak. Kembaii hatinya berpikir.   "Jika mereka benar-benar mau datang, biar aku berjaga disini mereka pasti tak akan berani menempuh bahaya dengan pertaruhkan nyawa sendiri. biarlah pintu ini terbentang lebar. meskipun kaucu mereka datang sendiripun belum tentu dengan mudah bisa menguncinya kembali. Setelah berpikir sampai disitu ia kembaii kesisi sigadis cantik pengangon kambing dan bantu menggosoki badannya. Waktu itu sigadis cantik pengangon kambing pejamkan matanya rapat-rapat, wajahnya sangat tenang dan cantik, didalam penglihatan Liem Tou ia sudah pulih dengan kecantikannya seperti dulu. Tidak terasa pemuda she Liem ini merasakan hatinya sangat girang dan bangga. Siapa nyana dalam pada itulah mendadak air terjun beracun yang ada diluar gua dengan meninggalkan suara demikian keras telah berhenti mengalir. dari balik ruangan pintu itu ia temukan pada dasar lembah banyak terkumpul bayangan manusia. Ketika itu ada dua sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan kecepatan bagaikan kilat. Liem Tou sangat terperanjat. ia tahu jejaknya telah diketahui oleh orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw dan sebentar lagi pertarungan sengit akan berlangsung. Dengan cepat ia meloncat bangun, dilihatnya kedua bayangan manusia itu telah berdiri diatas batuan cadas. mereka sedang merasa curiga dan ragu-ragu terhadap terbukanya pintu batu tersebut. Dari posisi letak persembunyiannya Liem Tou .Menang diatas angin, ia berada ditempat kegelapan dan musuh ditempat terang, bersamaan pula menurut perhitungannya bila ini hari dia orang tidak menggunakan tindakan telengas mungkin selamanya tak akan bisa keluar lagi dari lembah Boe Beng Kok dalam keadaan selamat. Oleh sebab itu hawa membunuh mulai meliputi seluruh wajahnya tanpa banyak berpikir lagi jari tangannya disentil kedepan, dengan menimbulkan suara desiran tajam kedua orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw tadi roboh binasa. Ilmu sakti To Kong sinkangnya bisa dipancarkan sebentar kuat sebentar lunak kini yang digunakan adalah tenaga lunak, tanpa bergerak tanpa berbunyi sedikitpun tidak berwujod tahu-tahu sudah bersarang ditubuh ke dua orang anggota perkumpulan yang berdiri diatas batu cadas itu. Tanpa mendengus lagi kedua orang itu roboh keatas tanah dan menggelinding masuk kedalam sebuah telaga kecil yang penuh berisikan air beracun. Suasana kontan jadi gempar, seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kau yang ada disana pada berteriak-teriak dan suasana berubah sangat ramai. Buru-buru Liem Tou berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing.   "Wan moay !"   Serunya.   "Apakah kau sudah pulih kembali seperti sedia kala ? Mau keluar inilah saat yang paling bagus."   Mungkin pada saat ini si gadis cantik pengangon kambing sedang berada pada saat-saat kritis, matanya dipejamkan rapat-rapat badan tak berkutik dan mulut membungkam.   Melihat kejadian tersebut walau dalam hati Liem Tou merasa amat gelisah.   tapi ia tidak mendesak lebih jauh.   Ia berpaling dan melalui celah-celah baru mengintip semua gerak-gerik anggota Sim Beng Kauw yang ada diluar.   Tampak olehnya didasar lembah yang kecil pada saat ini telah kedatangan puluhan orang anggota perkumpulan diantaranya banyak sekali merupakan jago-jago tua.   Kembali Liem Tou berpikir.   "Kemungkinan besar kebanyakan orang-orang ini merupakan sisa-sisa pengikut si Hweesio tujuh jari "Tjhiet Tji Tauw-tou"   Tempo dulu setelah ini hari berjumpa dengan diriku, aku harus berusaha bagi orang-orang Bu-lim untuk membasmi habis mereka ini."   Waktu itu ada puluhan orang anggota Sin Beng Kauw yang wataknya rada berangasan mulai pentang mulut mencaci maki.   "Eei, Liem Tou ! Yang berada didalam apakah betul Liem Tou si cucu kura-kura ? Ayoh cepat keluar dan beradu kepandaian dengan kami."   Liem Tou tak kuasa menahan diri lagi, Ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak.   "Selama beberapa waktu ini aku masih suka berada sebentar disini. Jika kalian punya nyali ayoh majulah !"   Tiga orang anggota tua berdiri membanjar dibawah lembah, kuda-kuda mereka sangat kuat dan dengan penuh perhatian sedang memperhatikan kearah dalam gua.   Setelah melihat munculnya Liem Tou dan tak tahu kapan pemuda itu akan melancarkan serangannya mereka semakin waspada.   Jarak pintu batu dengan kawanan jago hanya terpisah lima tombak Liem Tou lalu dengan tenaga lweekangnya jarak sebegitu masih bisa dicandak, diam-diam dia berpikir.   "Kenapa aku tidak turun tangan dari sini dan melukai dulu satu dua orang diantara mereka ?"   Setelah mengambil keputusan ia mulai menggembor keras;   "Aku nasehati dirimu lebih baik cepat-cepat meninggalkan tempat ini, panggil saja kauwcu kalian, kamu semua bukan tandingjnku."   "Hmm! Liem Tou kau jangan mengibul terlalu besar."   Teriak salah seorang seraya memaki kalang kabut.   "Jika kau betul- betul punya kepandaian kenapa tidak berani meloncat turun? buat apa kau sembunyi terus disana seperti cucu kura-kura ?"   Mendengar kiri kanan memaki dirinya sebagai cucu kura- kura. Liem Tou tak dapat menahan rasa gusar dihatinya lagi.   "Kalian berhati-hatilah aku segera datang,"   Bentaknya keras.   Suasana menjadi tegang, setiap pasang mata dari anggota- anggota perkumpulan Sin Beng Kauw bersama-sama dialihkan ke arah pintu batu, Padahal Liem Tou mana mau meloncat turun pada keadaan seperti itu, melihat sikap mereka ia merasa gelisah sendiri.   Setelah menanti beberapa saat para anggota perkumpulan Sin Beng Kauw belum juga melihat Liem Tou munculkan diri, tanpa disadari rasa tegang semakin mengendor.   Mereka siap memaki lagi kalang kabut.   Siapa nyana pada saat itulah mendadak Liem Tou melancarkan tenaga To Kong Sin-kangnya.   Dua jari dikebaskan berulang kali kedepan dengan membawa desiran yang tajam serta deruan angin yang mengerikan melanda kemuka.   Seketika itu juga seorang anggota Sin Beng Kiau yang berdiri berjajar tiga itu mendengus berat kemudian roboh binasa.   Dan dua orang kakek tua lainnya ketika melihat kejadian tersebut menjadi sangat terperanjat.   sekali loncat mereka mundur beberapa tombak kebelakang.   Tetapi pada detik itu juga kembali ada tiga orang anggota Sin Bang Kauw roboh menemui ajalnya, sekalipun begitu mereka belum juga berhasil melihat bayangan tubuh Liem Tou.   Suasana jadi kacau balau, para anggota perkumpulan berebutan mundur tiga tombak Kebelakang, dengan demikian jarak mereka dengan Liem Tou jadi terpaut delapan tombak lebih.   Liem Tou segeta tertawa terbahak-bahak.   "Hahahaha ... bagaimana ? jika punya nyali ayoh jangan bergerak !"   Ilmu jari pemuda she Liem ini luar biasa dahsyatnya, orang yang kena tertotok rata-rata terhajar jalan darah kematiannya, mereka berbaring diatas tanah seperti mati sedang para anggota lainnya tidak berani maju mendekat untuk memberi pertolongan, mereKa memandang kawan-kawannya dengan mata terbelalak.   Pada waktu itulah mendadak salah seorang diantara anggota perkumpulan Sin Beng Kauw berteriak keras;   "Kepandaian silat Liem Tou terlalu lihay tak mungkin mengalahkan dirinya Cepat lepaskan kembali air terjun beracun itu. Menanti kawanan telah tiba kita baru bergebrak kembali."   Hati Liem Tou kontan tergetar. pikirnya;   "Bila mereka sungguh-sungguh alirkan air beracun itu lagi, persoalan akan jadi repot."   Tapi ingatan baik segera berkelebat dalam benaknya, mendadak ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak.   "Heee, heee, heee, setelah aku bisa masuk kebalik air terjun ini, apa yang perlu aku takuti dalam meloncat keluar dari sini ? Apa gunanya kalian banyak bekerja ?"   Cuma, sekalipun diluarnya ia bicara demikian semua perhatiannya telah dipusatkan untuk memperhatikan seluruh tindak tanduk mereka, mendadak ia temukan seorang anggota perkumpulan dengan langkah buru-buru bergerak menuju kesebelah kiri tebing gunung.   Kesempatan baik hampir lewat, buru-buru Liem Tou menoleh dan melirik sekejap kearah sang gadis, melihat ujung bibirnya tersungging satu senyuman manis ia lantas tahu bila hasil yang diinginkan sudah hampir tercapai.   sebentar lagi ia bakal pulih Kesehatannya dan meloncat keluar dari tempat itu.   Ia punya rencana setelah keluar dari gua tadi, sedikit- dikitnya ia akan pukul hancur perkumpulan Sin Beng Kauw itu agar mereka tak dapat bertingkah lebih jauh.   Pada saat ia berpaling itulah, anak murid Sin Beng Kauw tadi sudah tiba ditebing sisi kiri.   ia tahu disitulah letak alat rahasia itu menerjunkan air beracun, Sekalipun Liem Tou hendak menunggu hingga orang itu siap turun tangan memencet tombol dan diketahui letak kunci tersebut ia baru turun tangan.   Tidak terasa hatinya ikut merasa tegang, tapi suara tertawa datang bergema tiada hentinya.   Ilmu To Kong Sinkang sudah lama dipersiapkan, menunggu orang itu mulai mengeluarkan tangannya memencet dinding tebing, tiba-tiba Liem Tou membentak keras, segulung asap hijau laksana sambaran kilat meluncur keluar.   Saking cepatnya sehingga susah diikuti dengan pandangan mata.   Ketika tubuh Liem Tou sudah meeyelusup tiga tombak kemuka, serangan jari baru dilepaskan hal ini dilakukan justeru karena takut serangannya salah arah dan sebaliknya malah menggerakkan alat rahasia.   Segulung angin pukulan bagaikan sebilah pedang tajam menghujam punggung orang itu.   Anggota Sin Beng Kauw tadi dapat mengetahui letak alat rahasia air terjun beracun tersebut.   jelas kedudukannya dalam perkumpulan tidak rendah, kepandaian silat yang dimiliki pun bukan ilmu silat sembarangan.   Ketika ia merasakan datangnya desiran tajam dibelekang tubuh, daya tangkapnya sudah merasakan, badannya dengan sebat menyingkir kesamping dan tangannya bergerak kearah tombol alat rahasia sama sekali tidak ditarik kembali, ia melanjutkan maksudnya.   Melihat orang itu berhasil meloloskan diri dari datangnya serangan dahsyat itu, Liem Tou jadi melengak, bersamaan itu pula rasa gusar metmuncak dalam hatinya.   Telapak kiri digetarkan kemudian dibabat keluar.   ia sudah mengeluarkan jurus dahsyat 'Ngo Tji Tji Hwie"   Atau Lima Jari Terbang Bersama' yang termuat dalam kitab pusaka "To Kong Po Liok."   Dan kelima jari tangan kirinya pada saat yang berbareng meluncur keluar desiran angin tajam satu tombak d'sekelilingnya segera terkurung didalam kurungan angin pukulannya.   Pada waktu itu jari orang tadi sudah berada tiga cun diatas tombol rahasia mendadak merasakan datangnya angin serangan buru-buru badannya menyingkir kesamping dengan gerakan yang sebat.   Tetapi, ia masih belum sanggup lolos dari cengkeraman Liem Tou.   "Aduuuh !"   Diiringi jeritan keras.   kakinya menjadi lemas dan badannya roboh ketanah.   Pada saat yang bersamaan Liem Tou sudah melayang ketengah udara,.   telapak tangannya ditekan semakin kedepan.   Kontan jiwa orang itu melayang seketika itu juga.   Pada waktu itulah ia temukan orang yang baru saja ia bunuh barusan bukan lain adalah seorang anggota Sin Beng Kauw yang pernah mengerubuti supeknya Lie San sewaktu berada digunung Tjing Shia tempo dulu.   Semalaman beruntun Liem Tou telah membinasakan belasan orang, kini ia makin tidak perduli segala urusan lagi sembari putar badan mendadak ia menubruk kearah gerombolan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu.   ngin pukulan jari memenuhi angkasa, dalam keadaan kacau balau para anggota Sin Beng Kau muntah darah dan roboh bergelimpangan diatas tanah, Mendadak dari kejauhan berkumandang datang suara suitan keras yang memecahkan kesunyian ditengah malam buta itu, suaranya amat seram dan menggidikan hati membuat bulu roma semua orang pada bangun berdiri.   Mendengar Suitan tersebut Liem Tou merasa sangat terperanjat pikirnya.   "Siapakah yang telah memperdengarkan suara suitan sangat nyaring ini?"   Tidak sempat berpikir panjang lagi, sekali enjotkan badan ia balik ke dalam ruangan batu itu Kebetulan si gadis ecntik pengangon kambing itu sedang bangkit dan berdiri disana dengan wajah termangu-mangu.   Si gadis cantik pengangon kambing merasa tertegun, sebab ia merasa terharu harus berpisah dengan ruangan batu yang telah di diami hampir mencapai satu tahun lamanya.   Karena dalam hati Liem Tou saat ini masih ada urusan, ia tidak perduli urusan tetek bengek tersebut.   Sembari menarik tangannya buru-buru serunya ;   "Apa gunanya kau berdiri tertegun disini ? Sudah sembuh belum ?"   Si gadis cantik pengangon kambing mengangguk, saking girang dan terharunya tak tertahan ia merangkul tubuh pemuda itu erat-erat.   "Oouw, engkoh Liem, kau sungguh baik sekali..."   Kena dipeluk gadis tersebut erat-erat, segulung bau harum yang tersiar keluar dari badan gadis perawan membuat jantung berdebar sangat keras, ia balas memeluk tubuh gadis cantik pengangon kambing dan mencium pipinya yang halus dengan penuh bernapsu.   "Oouw adik Wan! akhirnya aku berhasil menolong dirimu!"   Serunya tiada henti.   Gadis cantik pengangon kambing memeluk pemuda itu semakin erat, sedikitpun ia tidak menunjukkan kelemahannya.   Dalam pada itu suara suitan nyaring yang menembusi angkasa kembali berkumandang tajam, Liem Tou segera tersadar kembali dari alunan api asmara.   Ia mendengar setelah suitan tadi berlalu gelak tertawa yang gegap gempita menyusul datang.   Begitu mendengar gelak tertawa tersebut mendadak air muka Liem Tou berubah besar, ia merasa sangat kenal dengan suara tadi, karena dia bukan lain adalah Pouw Sauw Ling, Suitan nyaring tadi pasti diperdengarkan oleh Oei Poh kata Siauw Giok Tjing pun kembali berkelebat dalam benaknya.   "Bila ia menemui sesuatu hal yang diluar dugaan, aku akan cari kau untuk dimintai pertanggungan jawabnya. Dengan hati gelisah Liem Tou Cekal pergelangan gadis cantik pengangon kambing erat-erat lalu ditariknya keluar.   "Wan moay, cepat keluar, jangan sampai kita kacaukan urusan."   Bentaknya keras.   Tidak menunggu jawaban dari gadis itu lagi ujung kakinya menutul tanah dengan menarik tangan gadis cantik pengangon kambing mereka berlalu dari sana.   Setibanya didasar lembah, dengan termangu-mangu gadis cantik pengangon kambing mendongak perhatikan bintang- bintang yang bertaburan dilangit kemudian menghela napas panjang, karena sudah lama dikurung dalam ruangan gadis ini merasa begitu bebas begitu leluasa perasaan hatinya.   Lain halnya dengan Liem Tou, ia sama sekali tidak tertarik dengan hal itu, sembari kerahkan ilmu meringankan tubuh ia berlari terus menuju kedepan dengan langkah terburu-buru.   Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki gadis cantik pengangon kambing berbeda jauh dengan kepandaian pemuda tersebut.   apalagi sudah ada setahun lamanya tak pernah digunakan, dengan manja gadis itu segera berseru ;   "Engkoh Liem, ada urusan apa toh sehingga kau terburu- buru?"   Dalam keadaan seperti ini Liem Tou tiada berminat untuk menjawab, dalam beberapa kali loncatan ia sudah tiba ratusan tombak jauhnya.   Ia menduga pertarungan sengit antara Pouw Sauw Ling dengan Oie Poh pasti terjadi di mulut lorong rahasia bahwa Kauwcu pun tentu ada disana.   kalau tidak Oei Poh tak mungkin bisa menderita kekalahan ditangan Pouw Sauw Ling.   Makin dipikir hatinya semakin cemas.   dengan sepenuh tenaga ia lari kemuka.   Sejurus kemudian mereka telah tiba dimulut lorong rahasia, sedikit pun tidak salah ditempat itu telah berkumpul hampir ratusan orang anggota Sin Beng Kauw, dan orang-orang itu bukan lain adalah anggota Sin Beng Kauw yang membawa tabung bambu ditangan.   Tidak salah lagi orang yang sedang melaK-J kan pe- tarungan seDgit di dalam kepungai orang orang itu bukan laio adalah O31 Pol serta Pouw Sauw Ling.   Dalam pada itu satu suara suitan tajam yang diperdengarkan dari balik kurungan makin lama semakin santar sedang gelak tawa dari Pouw Sauw Ling makin keras.   Tiba-tiba Liem Tou melepaskan cekalan tangan si gadis cantik pengangon kambing, lalu bisiknya.   "Cepat cari tempat dan sembunyikan diri."   Sembari berseru tubuhnya kembali menerjang sejauh puluhan tombak kedepan, mendadak ia melihat berkelebat lewatnya bayangan hijau tapi ia tak mau perduli, dalam sekali loncatan lagi ia telah tiba dibelakang tubuh anggota-anggota Sin Beng Kauw.   Pada soal itu dari gerombolan orang-orang tersebut terdengar seseorang berseru dingin;   "Pouw Siangcu, waktu tidak mengijinkan kau mempermainkan dirinya lagi. cepat bereskan jiwanya."   Mendengar suara tadi berasal dari mulut Sin Beng Kauwcu itu Boe Beng Tok-su, walau pun dalam hati Liem Tou merasa terperanjat dalam saat yang bersamaan tubuhnya mencelat lagi kurang lebih tujuh delapan tombak tingginya ditengah angkasa.   Dari tengah udara ia temukan keadaan di dalam kalangan yang membuat hawa amarahnya susah dibendung lagi.   Dilihatnya Pouw Sauw Ling dengan menarik cambuk Pek Kut Piannya sedang mempermainkan Oei Poh, setiap kali ia tertawa tergelak cambuknva menghajar tubuh orang she Oei itu satu kali.   Keadaan Oei Poh sungguh patut dikasihani, kini ia telah kehilangan daya tempurnya dia hanya bergulingan di atas tanah menahan rasa sakit dibadan.   Para auggoia Sin Beng Kau yang mengurung disekeliling kalanganpun ikut berteriak-teriak memberi semangat buat Pouw Sauw Ling disamping mengejek simanusia cacad tersebut.   Liem Tou yang ada ditengah udara tak sanggup menahan diri lagi, setelah berjumpalitan beberapa kali bentaknya gusar;   "Pouw Sauw Ling! ini hari aku tak akan mengampuni dirimu lagi."   Badannya bagaikan kilat menyambar kebawah, menanti Pouw Sauw Ling serta seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw merasakan datangnya seseorang ditempat itu.   Liem Tou telah berdiri dihadapan manusia she Pouw.   Dalam keadaan seperti ini ia telah melupakan semua kata- kata permintaan dari Pouw Djien Tjoei Pouw Sauw Ling berkaok-kaok kaget, cambuk Pek Kut Piannya dengan gencar dihantam kedepan.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      tapi mana mungkin ia berhasil menahan datangnya serangan tersebut? Pouw Sauw Ling hanya merasakan lengannya jadi kaku diikuti tulangnya terasa amat sakit.   Serangan yang dilancarkan Liem Tou barusan telah bersarang pada pundaknya.   Badan sempoyongan.   kuda-kuda menjadi gempur.   Tak kuasa lagi badanya mencelat sejauh dua tombak dan roboh diatas tanah tak berkutik lagi.   Liem Tou tak perduli keselamatannya lagi, sekali loncat ia sudah mengundurkan Oei Poh Dalam kurungan anggota Sin Beng Kauw yang demikian banyaknya, Liem Tou tahu keadaan tidak menguntungkan dirinya, selagi tubuhnya siap bergerak meninggalkan tempat itu, Tiba-tiba...."Liem Tou! Kau masih ingin berlalu dari sini?"   Bentakan dingin berkumandang memenuhi angkasa.   Sebetum Lim Tou berlalu.   Boe Beng Tok-su itu Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw telah berebut kemuka.   Agaknya ia sudah dibuat gusar hingga mencapai pada puncaknya Saat ini Sun Tji Si berdiri saling berhadap-hadapan dengan Liem Tou sambil memandangnya dengan sinar mata dingin.   Terpaksa Liem Lou membatalkan maksudnya untuk melarikan diri.   tapi bagaimana ia harus membereskan Oei Poh yang terluka ? Jika ia harus mengempit Oie Peoh yang terluka sembari bergebrak melawan Boe Beng Tok-su maka seluruh kepandaian silatnya tak bisa dikeluarkan semua, kemungkinan besar ia akan memperoleh kekalahan, dengan demikian bukan saja dirinya akan rugi bahkan Oei Poh pun bakal menemui bencana.   Tapi jikalau ia lepaskan dirinya keatas tanah, empat penjuru merupakan anggota Sin Beng Kauw apalagi Oei Poh tiada bertenaga untuk melakukan perlawanan lagi, hal ini tak mungkin bisa ia lakukan.   Demikianlah Liem Tou mulai terjerumus dalam keadaan serba susah.   Mendadak satu ingatan baik berkelebat dalam benaknya.ia tertawa.   "Kauwcu, sungguh tepat sekali kedatanganmu! sewaktu berada dalam lorong rahasia tadi kau tidak berani menerima tantanganku untuk bergebrak, mungkin kau takut jika terluka tak akan ada yang mau menolongi, kini ditempat ini ada muridmu ada pula cucu muridmu, inilah suatu kesempatan yang paling bagus buat kita untuk mencari menang dengan andalkan kepandaian silat masing-masing terutama sekali saat ini aku sedang menggendong Oei-heng, inilah kesempatan baik bagimu untuk mencari kemenangan."   Boe Beng Tok-su mendengus dingin.   "Liem Tou lebih baik kau jangan menggunakan cara ini, terang-terangan kau takut pada saat ini aku turun tangan masih bicara tetek bengek yang tak berguna, apakah kau tak bisa meletakan dia keatas tanah."   "Oowu. sungguh sedap didengar perkataanmu itu. bila kuletakkan Oei-heng keatas tanah, bukankah sama halnya menuruti kemauanmu dan kasih kesempatan buat kau untuk turun tangan membinasakan dirinya ?"   Kembali Boe Beng Tok-su tertawa dingin.   "Liem Tou ! Kau anggap sekalipun orang itu Kau gendong lantas tak bisa untuk kami bunuh ? Terus terang kuberitahu kepadamu, panah beracun tabung hitam dari perkumpulan kami bisa membinasakan seorang manusia dalam dua puluh empat jam kemudian tak ada obat yang bisa memunahkan racun tersebut!"   Mendengar perkataan itu bagaikan diguyur sebaskom air dingin Liem Tou merasakan hatinya bergidik, sekali lagi diulangi kata-kata terakhir itu;    Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini