Raja Silat 52
Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 52
Raja Silat Karya dari Chin Hung Menanti telapak hampir bertemu Liem Tou yang melihat telapak tangan orang itu berwarna hitam hatinya langsung bergerak. "Aduuh, celaka, ia ingin mengadu jiwa dengan diriku." Serunya dalam hati. Baru saja serangannya meluncur sampai separuh jalan, tubuhnya sudah menyingkir setengah langkah kesamping, mendadak ia buyarkan serangannya seraya berputar ke belakang laksana sambaran kilat. "Braaak!" Telapak kirinya dengan tepat menghajar diatas punggung orang itu. tampak cahaya hitam menyambar lewat orang itu muntahkan darah segar berwarna hitam. Beberapa saat kemudian pemuda she Liem ini telah berhasil meloloskan diri dari barisan kabut beracun dan bergabung kembali dengan sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing. "Bagaimana?? apakah kalian menjumpai mara bahaya??" Buru-buru tanya Liem Tou lirih. "Masih baikan panah beracun, barisan bubuk beracun belum bisa mengurung k mi berdua." Jawab si gadis cantik pengangon kambing. "Engkoh Liem!" Ujar Siauw Giok Tjing kemudian. Cepat kau menuju keSelatan dan kami bergerak ke Utara dengan demikian barisan Kioe To Tin ini segera akan hancur, setelah itu kita bersama-sama berjumpa kembali diair terjun beracun untuk merundingkan kembali bagaimanakah caranya untuk menghancurKan alat rahasia Naga Berpekik Bangau Berteriak serta Harimau Mengaum Monyet Menjerit." "Baik. tapi aku rasa alat rahasia Naga Berpekik Bangau Berteriak serta Harimau Mengaum Monyet Menjerit tidak perlu dihancurkan lagi." "Kenapa?? apa gunanya kita biarkan alat rahasia itu??" Seru Siauw Giok Tjing agak tercengang. "Sampai waktunya kita bicarakan lagi!" Ia merandek untuk tertawa, kemudian tambahnya. "Aku lihat begini saja apabila Tjing-moay serta Wan-moay berhasil menghancurkan barisan beracun disebelah Utara segera berangkatlah menuju kemulut lorong rahasia dan lepaskan api dari mulut lorong tersebut!" . Siauw Giok Tjing tertegun, sepasang biji matanya berputar tapi ia menjawab juga. "Baiklah. Bukankah kau takut ia berhasil melarikan diri??..." Liem Tou mengangguk tubuhnya segera menerobos masuk kedalam barisan jarum beracun dan berangkat kearah kelatan. Padahal barisan Kioe Tok tin dari lembah Boe Beng Kok ini mana mungkin bisa menahan terjangan dari Liem Tou sebagai seorang jago nomor wahid dikolong langit pada saat ini?? sekalipun barisan seratus racun pun belum tentu bisa berkutik. Kurang lebih seperminum teh kemuiian Liem Tou telah tiba didepan mulut lorong rahasia yang menghubungkan lembah Boe Beng Kok dengan tempat luaran, tampak mulut gua telah tersumbat oleh sebuah batu yang sangat besar, sehingga tidaklah mungkin bagi orang lain untuk memasukinya kembali. Melihat kejadian itu Liem Tou merasakan hatinya agak bergerak, pikirnya dihati. "Aaakh! Terlambat sudah ia telah pergi, kalau tidak apa gunanya ia sumbat mulut gua ini dengan batu besar??" Ketika ia berpaling lagi maka dilihatnya berpuluh-puluh orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw berdiri ditempat kejauhan mereka hanya memandang dan tak seorang pun yang berjalan mendekat. Bahkan tak seorangpun diantara mereka yang turun tangan mencegah Liem Tou membongkar batu besar yang menyumbat mulut lorong tersebut. Pada saat itulah tiba-tiba Liem Tou menemukan diatas batu besar itu memancar cahaya kehitam-hitaman yang mengkilap, seperti diatas batu tersebut telah dilabur dengan selapis tir. Buru-buru ia tarik kembali tangannya sedang dalam hati diam-diam pikirnya. "Aduuh.. hampir-hampir saja aku kena tertipu, terang serangan diatas batu ini sudah dilapisi dengan racun yang ganas . ." Ia tidak memperdulikan batu besar itu lagi. sebaliknya malah putar badan menyerang kembali anggota Sin Beng Kauw yang berdiri disekitar sana. Kali Ini ia Tidak melancarkan pukulan telapak lagi. jari tangannya bekerja merobohkan seorang musuh diantaranya kemudian dibawah kesamping batu, teriaknya keras. "Aku mau bertanya kepadamu, asalkan kau suka menjawab akan kuampuni selembar jiwamu. Kauwcu kalian apakah melarikan diri melalui lorong rahasia ini???" Saking takutnya anggota Sin Beng Kauw itu sudah kehilangan sukma, ia tak dapat menjawab hanya dari tenggorokannya memperdengarkan suara senggukan yang keras. Menanti Liem Tou mengulangi kembali pertanyaan itu dengan wajah kalem. ia baru mengangguk. "Lalu sejak kapankah ia pergi?? dan dimanakah pouw Siangtju kalian?...." "Kauwtju .suu ..sudah pergi sangat laama .. seee .. sedang Pouw Siangtju lee ..lenyap tak berbekas." Liem Tou berpikir sebentar, akhirnya ia mengangguk. "Baiklah" Ujarnya kemudian. "Cepat kau beritahu kepada temanmu suruh cepat-cepat bubarkan barisan sehingga jangan sampai lebih banyak lagi korban yang harus mati dan menderita luka. Suruh mereka melarikan diri semua dan bubarkan perkumpulan ini karena Kauwcu kalian sudah tidak maui kamu semua lagi, apa gunanya kalian mati-matian membelai sang Kauwcu yang melarikan diri terlebih dulu???" . Orang itu mengangguk. bangun berdiri dan menyampaikan ucapan itu Kepada kawan-kawan lainnya setelah berunding sebentar akhirnya orang-orang itu membubarkan diri dan buru-buru melarikan diri. Melihat keadaan yang terbentang di depan mata Liem Tou hanya bisa menghela napas panjang ia segera berangkat kearah air terjun beracun dimana si gadis cantik pengangon kambing seorang diri berdiri di sana dengan termangu-mangu dan pandangan terpesona. "Wan-moay, apa yang sedang kau pikirkan???" Tegur Liem Tou seraya berjalan menghampiri gadis itu. Melihat sekarang sang pemuda sudah datang si gadis cantik pengangon kambing jadi kegirangan. "Aku sedang berpikir, air terjun ini telah mengurung diriku selama satu tahun lamanya." Liem Tou mengerti gadis ini sedang mengenang kembali pengalaman pahitnya beberapa waktu berselang, segera hiburnya; "Urusan yang sudah berlalu lupakan saja, buat apa kau pikirkan terus didalam hati??? Eaeei..dimana Tjing-moay???". "Bukankah kau suruh dia melepaskan api dimulut lorong rahasia ???" "Boe Beng Tok-su telah pergi. aaai entah kepergiannya kali ini bakal menimbulkan peristiwa apa lagi??? mari kita pergi!" Ia mencekal tangan Si gadis cantik pengangon kambing untuk diajak meninggalkan air terjun beracun itu, tapi baru saja berjalan beberapa langkah ia sudah berhenti kembali. secara mendadak ia teringatkan bahayanya membiarkan air terjun beracun tetap berfungsi seperti sedia kala. Ia segera berjalan menuja kedinding sebelah kiri, setelah menemukan tombol rahasianya ia tekan tombol itu. Dengan cepat air terjun berhenti mengalir dan tidak setetes air pun yang menetes ke luar. Hal ini membuat pemuda kita menjadi keheranan, pikirnya. "Alat rahasia ini sungguh bagus sekali, bahkan membuat cairan racun mengalir keluar tiada hentinya, apa yang terjadi?" Ia berjalan mendekati telaga di bawah air terjun. dilihatnya telaga tersebut tidak besar juga tidak ada setetes air pun yang menyalir kelain tempat, lalu mengapa cairan racun bisa mengalir terus menerus? Setelah dipikir dan diperiksa beberapa saat, akhirnya ia jadi sadar kembali. kiranya telaga kecil itu langsung berhubungan dengan sumber dimana berasalnya air terjun tersebut dalam kenyataan air itu hanya mengalir dengan berputar terus dari telaga dialirKan kembali ke arah sumber dialirkan kembali ke air terjun. tidak areh ka 'au alat rshasiacya dipencet dan saluran tertutup maka air tidak mengalir lagi. Setelah memahami hal tersebut Liem Tou tidak dibuat tercengang lagi, seraya menggandeng tangan si gadis cantik ia balik lagi kelembah Boe Beng Kok. Suasana di tempat itu telah sunyi, tak seorang anggota Sin Beng Kauw pun yang tersisa disana. Memandang bangunan rumah yang berderet-deret, tiba- tiba Liem Tou berpaling seraya ujarnya kepada si gadis cantik pengangon kambing. "Wan-moay, kiia tak perlu masuk lagi, lebih baik kita bakar habis rumabh-rumah ini dari pada ditinggalkan sehingga digunakan orang lain untuk buat jahat, setelah itu kita harus buru-buru mengejar si Boe Bek Tok-su dan membasminya dari muka bumi." Sigadis cantik pengangon kambing mengangguk, mereka berdua segera menyulut api dan mulai membakar seluruh bangunan perkumpulan Sin Beng Kauw tersebut. Dalam sekejap mata markas besar yang di gunakan pihak Sin Beng Kauw selama banyak tahun telah terjilat didalam kobaran api, membuat seluruh gunung Tjiong Lay-san jadi terang benderang. Ditengah kobaran api yang sangat santer itulah Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing berlalu. "Eeei...engkoh Liem." Tiba-tiba Lie Wan Giok berseru. "Apakah kau tidak ingin menonton pertarungan antara Suo Kut Mo Pian melawan sihwesio gundul yang kakinya buntung itu ?" "Jika kita harus balik lagi kesana kemungkinan besar kedua orang itu sudah berlalu aku lebih menguatirkan tentang keadaan diri Pouw Sauw Ling." . Mendengar disebutkannya nama Pouw Sauw Ling air muka si gadis cantik pengangon kambing segera berubah hebat. "Hmm! bila aku bisa berjumpa kembali dengan dirinya, akan Kusuruh ia tak bisa hidup terlalu lama lagi." Liem Tou tahu hampir saja si gadis cantik pengangon kambing menderita kerugian besar ditangannya sehingga tidak aneh kalau ia membenci dirinya hingga merasuk ketulang sum-sum. Tetapi demi Pouw Djien Tjoei mau tidak mau ia harus melindungi juga keselamatannya. setelah berpikir sebentar ujarnya. "Wan-moay, aku hendak memberitahukan satu hal kepadamu, Entji Ie bisa lolos dari mara bahaya tahukah kau siapa yang telah menolong dirinya?" "Bukan kau yang tolong dirinya ? lalu siapa ?" "Adik dari Pouw Siuw Ling yang bernama Pouw Djien Tjoei, ia mohon kepadaku agar aku suka mempertahankan jiwa Pou w Sauw Ling, sudah tentu aku harus menyanggupinya." Kata Liem Tou sambil tertawa sedih. Sigadis cantik pengangon kambing termenung berpikir sejenak, akhirnya ia menggenggam tangan Liem Tou erat- erat. "Aku sudah memahami maksudmu, kalau begitu lakukanlah sesuai dengan keinginanmu." "Aaah. akupun mengerti kesemuanya ini kau lakukan demi diriku..." Seru Liem Tou tak tertahan lagi. ia putar badan dan menciumi pipi serta bibir gadis cantik pengangon kambing dengan penuh kemesraan. Tak terasa lagi kedua orang itu sudah tiba dikaki gunung, mendadak terdengar suara rintihan berkumandang datang. Liem Tou yang mendengar suara tersebut segera pasang telinga baik-baik kemudian setelah tentukan arah bergerak mendekati. Akhirnya ia temukan seorang menggeletak ditepi tebing. orang itu bukan lain adalah Pouw Sauw Ling. Lengan kirinya yang kena dipatahkan Liem Tou dengan ilmu pukulan, belum sampai sembuh kini kena dihantam pula oleh Boe Beng Tok-su keras-keras, setelah terjatuh kebawah badannya terluka hampir memenuhi seluruh tubuhnya. ia tak dapat berkutik sedang darah segar mengucur keluar membasahi tanah. Tanpa berpikir panjang lagi Liem Tou angkat bangun badannya karena takut pemuda she Pouw itu berbuat keanehan, lagi kendati dalam keadaan luka, Liem Tou sekalian menotok jalan darah pingsannya kemudian baru digotong dipunggung. Seraya menoleh kearah sigadis cantik pengangon kambing ujarnya. "Terpaksa aku akan serahkan orang ini kepada diri Enci Djien Tjoei. ". Lie wan Giok tersenyum dan mengangguk. Demikianlah dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh, selama perjalanan selanjutnya kedua orang ini tidak menemui halangan apapun! Menanti mereka tiba disuatu bukit, tampaklah Siauw Giok Tjing dengan keren telah menanti disana. "Enci Tjing!" Tak kuasa lagi si gadis cantik pengangon kambing berseru memanggil. "Ayoh cepat kemari! coba kalian lihat kematian mereka berdua sungguh teramat mesra!" Teriak Siauw Giok Tjing. Liem Tou dan si gadis cantik pengangon kambing buru- buru mengejar kemuka dilihatnya si hweesio tujuh jari Tjhiet Tji Tauw Too saling berpeluk pelukan dengan eratnya diri Suo Kut Mo Pian, mayatnya menggeletak ditepi jalan. sedang telapak tangan masing-masing pihak saling menempel dipunggung lawan dan tangan yang lain saling mencekal cambuk panjang kuat-kuat. Keadaannya mirip dengan dua ekor ular yang saling bergulat sehingga susah untuk dipisahkan. Lama sekali Liem Tou berdiri disana akhirnya ia menggunggam. "Dosa! dosa! dengan begini boleh dihitung dendam sakit hati mereka selama empat puluh tahun sudah bisa diselesaikan!" Pemuda ini segera meletakkan tubuh Pouw Sauw Ling keatas tanah, meminjam pedang Lam Beng Kiam dari Siauw Giok Tjing dan membuat sebuah lubang untuk mengubur jenasah dari Tjhiet Tji Tauw Tou serta Sou Kut Mo Pian dalam satu liang yang sama, setelah itu baru ujarnya kepada Siauw Giok Tjing serta sigadis cantik pengangon kambing. "Mari kita pergi, tubuhku sudah penuh berpelepotan darah. kita harus membeli pakaian baru dulu dikota kemudian baru melanjutkan pengejarannya terhadap diri Boe Bang Tok-su." Ia bergerak terlebih dahulu kemuka sehabis berbicara, terpaksa sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing mengiringi dari belakang. Setelah mereka memandang sejenak kobaran api yang membakar seluruh markas besar perkumpulan Sin Beng Kauw di lembah Boe Beng Kok dari sebuah bukit, Liem Tou dengan menggendong Pouw Sauw Ling serta membawa si gadis cantik penganton kambing dan Siauw Giok Tjing malam itu juga keluar dari daerah pegunungan Tjiang Lay-san untuk beristirahat di sebuah rumah penginapan di kota dekat pegunungan tersebut. Setelah tukar pakaian, mereka pun berisrirahat untuk sementara. Malam itu Liem Tou bersemedi dua jam untuk memulihkan kembali tenaga sinkangnya yang banyak berkorban sewaktu bergebrak melawan Suo Kut Mo Pian, menanti pagi hari telah menjelang datang ia baru selesai dan tepat waktu itu si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing sedang mengetuk pintu. Liem Tou segera buka pintu, tetapi .."Aaah! engkoh Liem, coba lihat selembar wajahmu, kenapa jadi begitu?" Sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing sama-sama berkaok-kaok kaget ketika melihat tampang dari Liem Tou. "Aku masih baik-baik saja, kenapa dengan wajahku???" Liem Tou kelihatan rada tercengang. "Kau tentu keracunan, coba lihat wajahmu timbul gelembung air hitam yang menemui wajah." Setelah mendengar ucapan dari ke dua orang itu Liem Tou baru ikut merasa cemas, setelah berpikir sebentar akhirnya ia teringat kembali sewaktu kemarin malam harus menghindarkan diri dari sambitan dua batang senjata rahasia beracun, ketika tubuhnya menerobos lewat melalui asap beracun badannya pernah terasa gatal dan kaku, mungkinkah hal ini disebabkan oleh karena asap beracun itu? "Cepat ambil sebaskom air biar aku cermini wajahku sendiri," Buru-buru serunya, Siauw Giok Tjing dengan sebat berjalan keluar, tidak lama kemudian ia sudah masuk kembali dengan membawa sebaskom air, setengah mangkok minyak dan hancurkan rumput pemunah racun untuk kemudian direndam kedalam minyak tersebut. Ketika Liem Tou mencerminkan wajahnya diatas air. ia baru naik pitam sehingga berkaok-kaok tiada hentinya. Ternyata selembar wajahnya yang tampan kini sudah tidak mirip manusia, tampannya kelihatan begitu tua dan galak sekali bahkan jeleknya luar biasa. "Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sungguh ganas. jika aku tahu begini kemarin malam tak kulepaskan seorang pun diantara mereka, coba kau lihat setelah wajahku jadi begini, apakah entjie Ie serta Wan-moay masih mau dengan aku ?" Ucapan ini seketika itu juga menimbulkan rasa geli dari Siauw Giok Tjing sehingga tertawa cekikikan, Sedangkan si gadis cantik pengangon kambing dengan nada manja berseru. "Engkoh Liem, tutup mulutmu, siapa yang suruh kau bicara sembarangan!. ." Liem Tou hanya tertawa meringis belaka, segera ia menceritakan secara bagaimara kemarin malam ia keracunan di dalam barisan asap beracun. "Tidak mengapa, tidak mengapa." Potong Siauw Giok Tjing dengan wajah tenang. "Hal ini sudah kuduga sebelumnya, asalkan kita gosokkan rumput pemunah racun tersebut maka wajahmu segera akan pulih kembali tanpa membuang waktu yang terlalu lama !" Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tidak bisa jadi." Teriak Liem Tou kembali. "Sedetikpun aku tak boleh berdiam diri, coba kau pikir Hong Susiok kena ditangkap ke-Hong, bagaimanakah keadaannya pada saat ini kita tidak tahu. Boe Beng Tok-su pun berhasil melarikan diri. Aaaaaai...sebenarnya aku harus pergi mencari siapa dahulu ?" . "Sudah tentu harus mencari Hong Susiok terlebih dahulu." Sela si gadis cantik pengangon kambing dengan cepat- Siauw Giok Tjing tidak ikut bicara,ia hanya bantu poleskan minyak bercampur hancuran rumput pemunah racun itu keatas wajah Liem Tou. Ketika mendengar timbrungan dari Lie Wan Giok, pemuda she Liem ini termenung sejenak. kemudian mengangguk berulang kali. "Benar, benar. kita harus pergi mencari Hong Susiok dahulu bahkan balaskan dendam bagi kematian supek. tetapi aku harus kembali dulu kegunung Tjing Shia untuk membawa serta Giok djie, karena dia tahu tempat persembunyian dari Thian Pian Siauw tju". "Betul! aku harus turun tangan membunuh sendiri diri Thian Pian Siauw-tju, untuk balaskan dendam kematian ayahku." Samsung si gadis cantik pengangon kambing dengan sedih. "Luka racunmu belum sembuh, beristirahatlah dua hari disini. biar enci Tjing tetap tinggal disini melayani dirimu. aku pulang dulu kegunung Tjing Shia untuk membawa serta Giok djie turun gunung tiga hari kemudian kita berjumpa kembali dikota Ih Djan lalu menungang perahu menuju ke Timur". Sewaktu mengucapkan kata-kata itu wajahnya kelihatan sangat teguh dan bulat tekad, kemudian tidak menanti jawaban dari Liem Tou serta Siau Giok Tjing lagi ia segera putar badan dan berlalu dari rumah penginapan itu dengan langkah lebar. Menanti Siauw Giok Tjing selesai mempolesi wajah Liem Tou dengan minyak rumput pemunah racun, bayangan sigadis cantik pengangon kambing telah lenyap tak berbekas. Kedua orang itu tak bisa berbuat apa-apa terpaksa menuruti ucapan sigadis cantik pengangon kambing untuk berangkat kekota Ie Djan. Waktu itu luka racun diwajah Liem Tou telah mengering dan lepas dari wajahnya sehingga kulit muka pemuda iiu terkupas dengan ganti kulit muka lain. Setelah membeli dua ekor kuda dan membawa serta Pouw Sauw Ling mereka berangkat melanjutkan perjalanan, tetapi ditengah perjalanan dibikin terheran dan terperanjat. Ternyata disepanjang jalan mereka banyak menjumpai mayat-mayat yang bergelimpangan ditepi jalan. rata-rata sebab kematian orang-orang itu adalah tertembusnya dada mereka oleh tusukan pedang. Pada mulanya menemukan dua sosok mayat Liem Tou serta Siauw Giok Tjing masih menganggap sebagai penemuan secara kebetulan saja, tetapi setelah jang ditemukan makin lama semakin banyak hatinya baru mulai diliputi kecurigaan. "Eeei..apa yang telah terjadi?!??" Seru Liem Tou tertegun. "Siapa yang tahu??" Siauw Giok Tjing sendiripun tidak paham mengapa begitu banyak mayat yang berserakan disepanjang jalan. Menanti mereka tiba dikota Sam Khe Tjeng untuk beristirahat, mendadak ditengah jalan menemukan kembali dua sosok mayat laki dan perempuan, yang satu tua dan yang lain muda kemudian disampingnya berserakan alat-alat senjata yang bisa digunakan untuk menjual obat. Lama kelamnan Liem Tou tak dapat menahan diri lagi, ia segera menanyakan persoalan ini dengan si pelayan kedai. Sang pelayan yang ditanyai kontan menjulurkan lidahnya. "Aiaahh! Khee-koan. inilah yang dinamakan takdir!" "Takdir?? apa yang dinamakan takdir???" "Takdir adalah kehendak dari para malaikat. sudah..jangan ditanyakan lagi aku mohon kau kau jangan menanyakan urusan ini lagi!" . Sepasang alis Liem Tou berkerut. mendadak ia naik pitam. seraya meloncat bangun bentaknya keras. "Dikolorg langit tak akan ada malaikat sejahat ini cepat katakan apa yang telah terjadi!" Dengan sebat Liem Toa mencengkeram pergelangan sipelayan itu erat-erat sehingga menjeritlah orang itu kesakitan. Setelah Mendengar orang itu menjerit, Liem Tou baru tersadar kembali dan segera mengendorkan tangannya. "Aaakh! maaf, maaf! aku sudah bikin kau jadi sakit." Katanya penuh rasa penjesalannya. "Cepat kau katakan, apa sebenarnya yang telah terjadi..." Dengan mendongkol sipelayan itu melototi sekejap wajah pemuda she Liem, lalu setelah matanya menyapu empat penjuru ujarnya; "Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw telah membinasakan ayah beranak dua orang itu dengan kejam, kau tidak tahu kemarin sewaktu anggota Sin Bing Kauw lewati tempat ini bagaikan hujan badai saja mereka sudah membinasakan tiga puluh orang?" Mendadak Liem Tou melotot bulat-bulat, ia semakin gusar lagi. Seraya melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing tiba-tiba teriaknya. "Entji Tjing; perbuatan ini pasti dilakukan oleh Boe Beng Tok-su. aku lihat ia sudah hampir gila...." "Apa yang ingin kau lakukan?' tanya Siauw Giok Tjing perlahan. sikapnya masih sangat tenang. "Ayoh berangkat, kita cepat berangkat menyusul dia. sebab membiarkan dia hidup mungkin beratus-ratus orang bakal mati konyol, aku lihat pikiranrya sudah jadi sinting ..." Bicara sampai disitu matanya melirik sekejap diri Pouw Sauw Ling yang masih tidak sadarkan diri, kepingin sekali pada saat ini juga ia kirim satu pukulan mencabut nyawanya. Pada waktu itu hidangan sayur yang di pesan telah siap. tetapi Liem Tou tidak ingin membuang waktu terlalu banyak. ia robek pakaiannya untuk bungkus santapan tersebut, kemudian dengan tangan kiri mencekal tubuh Pouw Sauw Ling segera melayang keluar dari kedai. Tanpa perduli diri Siauw Giok Tjing lagi ia kempi perut kudanya dan Siauw Giok Tjing yang melihat hal itu tak bisa berbuat apa2 lagi, terpaksa ia mengejar dari belakang. Menanti gadis itu hampir menyandak diri, tampaklah wajah Liem Tou penuh diliputi kegusaran yang memuncak. ia lemparkan tubuh Pouw Sauw Ling yang tidak sadarkan diri ketengah udara seraya ujarnya keras; "Enci Tjing, cepat terima orang itu dan tolong bawa kembali kegunung Ha Moo San untuk diserahkan kepada Pouw Djien Tjoei. aku sudah bertekad untuk mengejar Boe Beng Tok-su. kau serta Wan-moay dan Giok djie boleh menunggu diriku dikota Ih Djan. nah, selamat berpisah!!" Sekali kakinya menjejak tanah, badannya segera meluncur sejauh puluhan kaki dan akhirnya lenyap dari pandangan. Kita tinggalkan dulu Liem Tou yang mengejar Boe Beng Tok-su dan kembali pada diri Siauw Giok Tjing yang menunggang kuda dengan membawa serta Pouw Sauw Ling dikuda yang lain, ia tetap melanjutkan perjalanan dengan cepat. Sejak ia tinggalkan kota terakhir, selama perjalanan tidak dijumpai lagi barang sesosok mayatpun dalam hati terpikir olehnya apa bila Liem Tou pasti tak akan menemukan keadaan seperti ini. lalu apa sebabnya??? Apakah mungkin pikiran Boe Beng Tok-su sudah normal kembali dan berhenti membunuh orang?? Dan kemana pula perginya Liem Tou untuk mencari jejak Boe Beng Tok-su. ?? Walaupun pikiran Siauw Giok Tjing ruwet, tetapi kini Liem Tou sudah pergi dan ia tak dapat berbuat apa-apa lagi. Terpaksa kudanya dilarikan cepat-cepat melanjutkan perjalanannya menuju ke arah Selatan. Sepanjang jalan ia tidak menemui kesulitan tetapi menjelang magrib mendadak awan tebal menutupi seluruh angkasan hujan pun turunlah dengan sangat derasnya. Sekitar tempat itu sunyi tak kelihatan sebuah rumah penduduk pun yang dapat digunakan untuk berteduh, ia tak bisa berbuat apa-apa. terpaksa dengan menempuh hujan lebat, ia melanjutkan perjalanannya kedepan, ia hanya berharap sebelum tengah malam tiba bisa sampai di kota Liong Wo, untuk kemudian esok harinya berangkat lagi ke gunung Tjing Shia dan menyerahkan Pauw Sauw Ling kepada adiknya Pouw Djien Tjoei. Melakukan perjalanan ditengah hujan yang deras sungguh susah sekali, kurang lebih sepertanak nasi kemudian secara lapat-lapat ia temukan adanya cahaya lampu di tempat kejauhan. "Aaaah...! tempat itu pasti rumah tinggal penduduk." Pikirnya dihati. Karena tiada tempat lain yang dapat digunakan untuk berteduh. maka tanpa berpikir panjang lagi gadis ini mendekati rumah penduduk dimana berasalnya cahaya lampu tadi, Tak selang berapa saat ia sudah mendekati tempat itu yang bukan lain terdiri tiga rumah gubuk, cahaya lampu memancar keluar dari salah sebuah bangunan gubuk tadi. Gadis she Siauw ini segera berjalan mendekati tempat itu, siapa sangka sewaktu ia tiba tiga, lima tombak dari pintu rumah mendadak dilihatnya sesosok bayangan hitam berjubah panjang berkelebat lewat, hatinya segera bergerak, pikirnya. "Dalam dusun yang miskin seperti ini, darimana munculnya seseorang memakai jubah panjang?" Karena berpikir sampai disitu buru-buru ia menghentikan gerakannya dan melompat turun dari atas pelana, kemu dan dengan membawa Pouw Sauw Ling mendekati wuwungan rumah serta menambatkan tunggangannya di pohon. Pada saat itulah dari dalam ruangan terdengar suara langkah kaki yang berat berjalan hilir mudik, Siauw Giok Tjing tahu bila ia berkelebat lewat melewati jendela maka jejaknya pasti konangan. Akhirnya ia berputar kepintu depan yang terbuat dari bambu serta rumput kering. di antaranya masih terdapat pula beberapa buah lubang yang bisa digunakan untuk mengintip. Tanpa ragu-ragu lagi ia mengintip kedalam, lalu berseru tertahan. "Aaakh. .! beruntung aku belum masuk ke dalam rumah ini dengan ceroboh. "" Kiranya didalam ruanpan tersebut terdapat enpat orang, mereka bukan lain adalah Boe Beng Tok-su beserta tiga orang anggota Sin Bang Kauw yang berusia pertengahan. jelas mereka tentu adalah jago-jago lihay yang paling diandalkan. Orang yang berjalan bolak balik barusan adalah Boe Beng Tok-su, sedangkan ketiga orang lainnya duduk termenung disamping. Dengan sangat tenang Siauw Giok Tjing mengintip terus diluar pintu, beberapa saat kemudian terdengarlah Boe Beng Tok-su dengan mata melotot alis menjungkat dan depak- depakkan kakinya berseru kelang kabut; "Liem Tou! Lien Tou! aku benci dirimu. Sehingga ingin kubongkar kuburan nenek moyangmu !" Merandek sejenak kemudian gumamnya kembali. "Entah bagaimana keadaan guru? mungkinkah ia terluka dengan Suo Kut Mo Pian?" Ia mendengus berat kemudian sambungnya. "Kedatangan suhu sungguh terlalu kebetulan, kenapa ia justru datang sewaktu Liem Tou bergebrak mati-matian melawan Suo Kut Mo Pian. Aaai . , kalau tidak maka mereka berdua pasti akan sama-sama terluka parah dan mengambil kesempatan itu kubasmi mereka berdua, bukankah hal ini jauh lebih bagus?" Mendadak ia berhenti bergebrak kemudian berpaling ke arah ketiga orang lainnya. "Markas besar sudah hancur, perkumpulan Sin Beng Kauw tinggal puing-puing berserakan, walaupun di daerah Utara maupun daerah Selatan masih ada istana cabang yang bisa digunakan untuk bersembunyi sementara waktu. tapi apa gunanya?" Ketiga orang anggota Sin Beng Kauw itu menghela napas berat-berat, ask seorang pun yang menyahut. Suasana di dalam ruangan kembali pulih jadi sunyi senyap Boe Beng Tok-su pun berjalan bolak-balik lagi kesana kemari. Siauw Giok Tjing setelah berhasil melihat jelas keadaan disana dengan jalan menginti ia segera berpikir. "Sebenarnya apa yang sedang mereka inginkan? dari Tjiong Lay-san melarikan diri kemari, sepanjang jalan membinasakan orang apakah semua orang yang ada di kolong langit mempunyai dendam sakit hati dengan dirinya?. , Hujan turun makin lebat, mendadak kuda yang di tempat dekat pohon meringkik panjang. Jilid-52 Boe Beng Tok-su melepas pedang dan kitab. "ADUUH CELAKA!" TAK KUASA LAGI Siauw Giok Tjing berseru tertahan. Sedikitpun tidak salah ketika mendengar suara ringkikkan kuda Boe Beng Tok-su serta ketiga orang anggota Sin Beng Kauw yang ada didalam ruangan segera memadamkan lampu lentera dan meloncat ke luar. Melihat munculnya keempat orang itu Siauw Giok Tjing menyembunyikan dirinya rapat-rapat dari pandangan mata mereka, tetapi setelah dilihatnya beberapa orang itu meluncur keatas pohon dimana kudanya tertambat dan teringat pula Pouw Sauw Ling masih ada disini, gadis she Siauw ini baru merasa sangat cemas, badannya segera bergerak menubruk kedepan. "Kauwtju, kau hendak melarikan diri ke mana?" Bentaknya. Badannya mengenjot segera melayang ke arah Boe Beng Tok-su dengan sebat mencabut keluar pedang hitamnya, air muka berubah dingin, berat dan menyeramkan. "Apakah kalian sungguh-sungguh hendak membinasakan diriku??" Serunya kaku. Siauw Giok Tjing tetap berdiri tak berkutik, sepasang matanya dengan tajam memperhatikan wajahnya kemudian perlahan-lahan mencabut keluar pedang Lam Beng Kiam. "Aku dengar dari Liem Tou katanya pedang hitam kautju sungguh luar biasa bahkan selama ini diantara kita berdua tiada kesempatan saling bergebrak, mari-mari, malam ini merupakan kesempatan baik yang susah ditemukan. Silahkan Kauwtju memberi petunjuk." Boe Beng Tok-su mendengus dingin selagi ia hendak menyahut mendadak salah seorang anak buah datang berbisik . "Lapor Kauwtju Pouw siangtju ada disini." Pada mulanya Boe Beng Tok-su kelihatan rada tertegun. akhirnya dengan gusar ia meraung. "Dia berada dimana?? Cepat tangkap dirinya." Orang itu segera putar badan dan berlalu, Siauw Giok jing yang mendengar ucapan itu dengan sangat jelas hatinya jadi cemas, dengan cepat ia putar badan pedang Lam Beng Kiamnya laksana sambaran kilat berkelebat lewat kedepan. Walaupun orang itu adalah salah seorang jago lihay yang paling diandalkan didalam perkumpulan Sin Beng Kauw tetapi mimpi pun ia tidak pernah menyangka apabila Siauw Giok Tjing yang berdiri didepan Boe Beng Tok-su bisa melancarkan serangan sedemikian cepatnya. baru saja ia berseru keget, Siauw Giok Tjing telah membentak keras pedang Lam Beng Kiamnya menembusi dada orang itu dan tanpa berteriak lagi orang itu roboh binasa diatas tanah. Buru-buru Siauw Giok Tjing cabut keluar pedangnya, darah segar muncrat memerah. Pada saat itulah dari belakang tubuhnya menyambar datang serentetan hawa pedang yang dingin bagaikan orang gila Boe Beng Tok-su menerjang kedepan. Pedang hitamnya laksana serentetan jaringan pedang mengurung datang. Melihat datangnya serangan Siauw Giok Tjing segera menggetarkan pedang Lam Beng Kiamnya menciptakan serentetan bunga pedang untuk mengunci datangnya serangan, sedang badannya mundur tiga langkah kebelakang, bentaknya keras; "Kauwcu, tunggu sebentar! bagaimana pun malam ini aku harus merasakan bagaimanakah kelihaian dari ilmu pedang hitammu ini. Cuma, aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kau begitu benci dengan Pouw Siauw Ling?" "Pouw Siauw Ling sebagai anggota Sin Beng Kauw berani coba membunuh kauwtjunya, orang semacam ini tak boleh diampuni lagi". Siauw Giok Tjing tertawa dingin. "Heeh...heeh...heeh . .kauwtju, perkataanmu sama sekali salah besar!" Serunya. Suhumu Tjhiet Tji Tauw Tuo serta suhu dari Pouw Sauw Ling, Suo Kut Mo Pian telah saling mengikat permusuhan sedalam lautan sejak dahulu, kalau mereka bersumpah tidak akan hidup bersama Sudah tentu saja waktu mereka saling bertempur Pouw Sauw Ling harus membelai gurunya, inilah yang dinamakan berbakti pada sang guru, Tidak bisa kau cap dirinya sebagai penghianat!" Boe Beng Tok-su kontan sirap hawa amarahnya seraya menggetarkan pedangnya membentuk serentetan cahaya pedang. "Jika demikian adanya apakah tindakannya lah yang benar?" "Sudah tentu dia yang benar," Siauw Giok Tjing pun mulai naik pitam "Kini aku hendak serahkan dirinya kepada adiknya, maka dari itu aku peringatkan kepadamu. Jika kau berani mengganggu barang seujung rambutnya pun aku tak akan berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu. Terus terang saja kuberitahu, apa yang telah terjadi di dalam perkumpulan Sin Beng Kauw serta beberapa besar kekuatan yang kalian miliki sudah kuketahui bagaikan melihat jari tangan sendiri. Seluruh rencanamu tak bakal lolos dari perhitunganku." Sembari berkata pedang Lam Beng Kiamnya digetarkan membentuk selapis cahaya merah, sambungnya lebih lanjut. "Kauwcu, aku lihat luka yang kau derita bekas terkena pukulan Kiem Tou belum sembuh benar-benar, bila sungguh- sungguh bergebrak didalam lima puluh jurus saja kemungkinan kau masih bisa bertahan, tapi setelah lewat jumlah itu kau bakal kalah total. Apalagi karena bentrokan serta gebrakan yang dipaksakan, maka luka yang belum sembuh akan kambuh lagi sehingga lukanya akan sepuluh kali lebih hebat. Aku menasehati dirimu lebih baik segera lepaskan pedang dan mengundurkan diri kepegunungan yang sunyi, sejak ini tidak mengganggu kaum Bu-lim lagi. Asalkan kau suka menyanggupi permintaanku ini sudah tentu akan kuberikan satu jalan hidup untukmu." Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan ini saking khekinya seluruh wajahnya berubah pucat pasi bagaikan mayat. Ia mendongak tertawa seram. "Budak busuk yang tidak tahu diri, kau ingin paksa aku lepaskan pedang? haah... haah. .haah . .kau anggap aku bisa menurut perkataanmu dengan demikian saja? Terus terang saja kuberitahukan kepadamu Pedangku ini adalah pemberian dari suhuku tempo dulu Sebelum memperoleh perintah dari suhuku siapapun jangan harap bisa paksa aku buang pedang". Melihat ketentuan orang itu, Siauw Giok Tjing mulai berpikir didalam hatinya. 'Agaknya aku harus turun tangan dengan kekerasan!' "Kauwtju, ucapanku ini adalah bermaksud baik untuk pribadimu sendiri, akupun sudah dapat menduga apabila kau tak mau mendengar. Baiklah, setelah kau berhahil menerima limapuluh jurus seranganku. akan kuberitahukan satu persoalan padamu." Mendengar gadis itu hendak memberitahukan suatu urusan kepadanya, sepasang mata Boe Beng Tok-su melotot bulat- bulat. "Urusan apa???" "Terima dulu kelimapuluh jurus seranganku!" Bentak Siauw Giok Tjing keras-keras. Pedang Lam Beng Kiamnya di getarkan sehingga membentuk selapis bayangan pedang yang menyilaukan mata menghajar dada lawan. Boe Beng Tok-su tidaK mau mengalah, pedang hitamnya balas digetarkan menerima datangnya serangan lawan. Boe Beng Tok-su mendengus berat, sepasang pundaknya sedikit bergerak mengundurkan diri sejauh lima depa kebelakang, wajahnya yang selalu dingin kini makin pucat. Sedangkan Siauw Giok Tjing pun buru-buru tarik kembali pedangnva untuk diperiksa apakah gumpil atau tidak. Setelah mendongak kembali ia mulai melancarkan serangan gencar meneter pihak lawannya, kali ini ia menggunakan jurus serangan lihay dari Beng san-pay dalam sekejap mata delapan jurus sudah dikerahkan. Tetapi Boe Beng Tok-su benar-benar bisa dikatakan sebagai seorang ahli didalam penggunaan ilmu pedang, dengan tenang ia hadapi serangan-serangan musuh. setiap menjumpai jurus dihancurkan dengan jurus pula selembar wajahnya yang pucat pasi kini pulih kembali seperti sediakala, bahkan senyum pun mulai menghiasi wajahnya. Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Siauw Giok Tjing yang melihat desaknya yang gencar sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ditengah kalangan, didalam hati kembali berpikir. "Jelas ia masih bisa mempertahankan diri, aku harus ganti cara bertempur," Mendadak permainan ilmu pedangnya berubah dari gerakan yang sangat cepat berganti dengan gerakan yang sangat lambat. setiap jurus dilancarkan dengan mengerahkan hawa murni yang dimilikinya. khusus ia tunjukkan untuk menghajar ujung pedang Boe Beng Tok-su. Baru saja permainan pedangnya berubah Boe Beng Tok-su telah waspada, air mukanya telah berubah hebat. seluruh perhatian dipusatkan untuk menghadapi lawan dan sedikitpun tak berani berlaku ayal. Terutama sekali di dalam menghindari bentrokan-bentrokan kekerasan dengan ujung pedang Siauw Giok Tjing yang tajam. Setelah Siauw Giok Tjing berhasil menemukan titik kelemahan dari Boe Beng Tok-su, serangannya semakin ganas memaksa Kauwtju dari perkumpulan Sin Beng Kauw ini harus menggunakan gerakan badan yang lincah untuk mengimbangi gerakan lawan. Dalam sekejap mata tiga puluh jurus sudah lewat. Melihat pihak lawan belum berhasil juga dirubuhkan Siauw Giok Tjing mulai naik pitam, cahaya pedang di perketat bersamaan itu pula telapak kirinya mengeluarkan sejurus ilmu pukulan Sian Hong Tjiang. Boe Beng Tok-su yang belum sembuh dari lukanya terhajar oleh pukulan Liem Tou, saat ini tak berani menerima datangnya serangan dengan kekerasan, setiap kali ia harus meloncat ataupun berkelit dari bentrokan-bentrokan kekerasan Hingga tiba pada suatu saat secara tiba-tiba gadis she Siauw mengirim sebuah ilmu pukulan Sian Hong Tjiang-hoat bersamaan pula pedang Lam Beng Kiamnya menyambar datang Buru-buru Boe Beng Tok-su menyingkir kesamping, pedang hitamnya dibalik membabat lengan gadis tersebut. Dengan cepat Siauw Giok Tjing mundur selangkah kebelakang pedang Lam Beng Kiamnya diayun setengah jalan. "Kauwtju kali ini kau menderita rugi!" Bentaknya keras. Ujung pedang laksana sambaran kilat meneter lebih kedepan, untuk kedua kalinya sepasang ujung pedang itu saling bentrok dengan nyaringnya sehingga menimbulkan percikan bunga-bunga api. Boe Beng Tok su segera merasakan darah panas didalam rongga dadanya bergolak, wajahnya pucat pasi bagaikan mayat hampir saja ia roboh terjungkal keatas tanah. Ia tahu luka dalamnya kembali kambuh, tapi dengan paksakan diri ia mempertahankan diri. Siapa sangka pada saat itulah ilmu pukilan Sian Hong Tjiang yang dilancarkan Siauw Giok Tjing tadi telah menyambar lewat dari belakang punggungnya. Menanti ia menyadari akan datangnva serangan dari belakang untuk menghindar sudah terlambat satu langkah. "Braaak!" Pundaknya kontan terkena hajar dengan telaknya. Tak kuasa lagi Boe Beng Tok-su muntah darah segar badannya mundur dua langkah kebelakang dengan sempoyongan, menggunakan pedang hitamnya ia coba mempertahankan badannya sehingga tidak sampai roboh keatas tanah. Setelah mengetahui pihak lawan tidak sanggup untuk bergebrak lagi, Siauw Giok Tjing pun mengundurkan diri kesamping, kedua orang anggota Sin Beng Kauw yang melihat kauwcunya terluka, dengan cepat maju menghampiri untuk membimbing bangun dirinya, tetapi dengan penuh kegusaran Boe Beng Tok-su telah mendorong mereka kebelakang. "Minggir!" Teriaknya keras. "Tapi ...kauwcu, lukamu sangat parah!" "Minggir, minggir! siapa yang suruh kalian ikut campur." Boe Beng Tok-su semakin gusar lagi. Kedua orang anggota Sin Beng Kauw itu terpaksa lepas tangan dan mundur tiga langkah bebelakang. Diatas wajah Boe Beng Tok-su yang pucat pasi tiba-tiba berkerut, agaknya ia sudah teringat akan sesuatu hal. Sinar mata yang sayu perlahan-lahan menyapu sekejap wajah kedua orang itu, kemudian dengan nada lemah katanya . "Kiem siangtju, Than siangtju berpalinglah kesana !" Kedua orang siangtju itu kelihatan tertegun, tetapi perintah dari sang Kauwtju tak terbantahkan terpaksa mereka berpaling juga. Dengan tenang Siauw Giok Tjing memperhatikan semua gerak-gerik Boe Beng Tok-su, dilihatnya orang itu tarik napas panjang seraya memandang langit nan gelap dengan mata mendelong. Sekonyong-konyong.... Cahaya hijau berkelebat lewat diiringi suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati. "Aku terpaksa harus berbuat begini." Terdengar ia berseru. Batok kepala kedua orang itu siangcunya sudah terbabat putus sehingga mengelilingi diatas tanah, darah segar bagaikan sumber mata air menyembur ke udara dan menggeletaklah dua sosok mayat tak berkepala itu diatas genangan darah mereka sendiri. Lama...lama sekali perlahan-lahan ia baru putar badan memandang wajah Siauw Giok Tjing dengan pandangan mendelong sinar matanya penuh diliputi kesedihan, mendendam serta benci "Masih ada perkataan apa lagi yang belum habis kau ucapkan?? cepat katakan !" Bentaknya keras. Melihat sinar mata yang begitu menggidikkan kepingin sekali gadis she Siauw membereskan dirinya didalam sekali tusukan sehingga untuk selamanya ia tak dapat berbuat kejahatan lagi. Tetapi sewaktu melihat wajahnya telah digenangi dengan air mata, ia jadi tidak tega. "Lepaskan pedangmu!" Ujarnya halus. "Karena hanya inilah satu-satuaya jalan kehidupan untukmu. Tetapi Boe Beng Tok-su masih melototi gadis itu dengan pandangan mendelong, wajahnya bergetar dengan mimik yang mengenaskan. Pedang pemberian suhu sampai mati tak akan kulepaskan!" "Jikalau suhumu sudah tak ada dikolong langit lagi??" Sambung Siauw Giok Tjing sambil tertawa ringan. Mendadak sepasang kaki Boe Beng Tok-su jadi lemas. badannya gontai hampir-hampir saja roboh keatas tanah. SeteTah berpikir sebentar, wajahnya mulai jadi tenang kembali. "Kau jangan coba mengibul apakah dia orang tua sungguh- sungguh... ." Ucapan selanjutnya sudah tidak jelas lagi, kacau balau tidak karuan, , Selagi Siauw Giok Tjing siap hendak berbicara, mendadak angin dingin menyambar lewat. Tahu-tahu Liem Tou sipahlawan kita sudah berdiri disana dengan angkernya. Siauw Giok Tjing kegirangan setengah mati, sebaliknya Boe Beng Tok-su dengan andalkan pedangnya sebagai pengganti tongkat mundur tujuh delapan langkah kebelakang. Terdengar pemuda she Liem mendengus dingin. "Aku sudah mencari dirimu disekitar beberapa ratus li, tidak disangka ternyata kau berada disini!" Serunya. Selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati Boe Beng Tok-su. "Engkoh Liem jangan bunuh dirinya," Tiba-tiba Siauw Giok Tjing mencegah. "Ia sudah terluka parah, tiada bertenaga lagi baginya untuk berbuat sesuatu." Liem Tou tidak menggubris ucapan gadis itu, ia melanjutkan langkahnya mendekati Boe Beng Tok-su "Engkoh Liem, ia sudah bersiap sedia akan lepaskan pedang mengundurkan diri dari dunia kangouw mengapa kau mengharuskan ia mati???" Kembali Siauw Giok Tjing berteriak. Liem Tou merandak sebentar lalu tertawa dingin. "Heee .. heee. ..hee....melepaskan pedang apa gunanya??? sebelum ia suka menyerahkan kitab Pek Tok Toh nya maka orang ini masih bisa berbuat keonaran dan meninggalkan bencana dikemudian hari." "Aaakh.. .!" Sehabis mendengar ucapan tersebut gadis she Siauw baru berseru tertahan, ia tidak pernah berpikir sampai hal itu. "Kauwtju! segera teriaknya keras. "Terus terang kuberitahu kepadamu, gurumu telah bertempur mati sewaktu melawan Suo Kut-mo-pian dilembah Boe Beng Kok, cepat lepaskan pedang dan serahkan kitab pusaka Pek Tok Toh kemudian berlalulah! kalau tidak mungkin engkoh Liem sungguh- sungguh akan membinasakan dirimu. " Sampai detik inilah Sang Kauwtju dari perKumpulan Sin Beng Kauw tak berkutik lagi. ia hanya jatuhkan diri berlutut kearah Barat dan angguk anggukkan kepalanya berulang kali. Setelah bangun berdiri katanya penuh ketegasan; "Liem Tou, apabila kau ingin membinasakan diriku cepatlah turun tangan." Dengan sikap jumawa ia mendongak ke angkasa, sedikitpan tidak menunjakan rasa jerih. "Kauwcu. kau tak boleh berbuat demikian." Cegah Siauw Giok Tjing dengan nada keras. "setelah aku melepaskan satu jalan hidup untukmu mengapa kau malah tidak mau terima?? dengan kepandaian silat yang kau miliki, saat ini, asalkan bisa lemparkan kesesatan kembali kejalan yang benar. maka dalam kalangan Bu-lim kau tentu bakal menerima satu nama yang dikagumi." Boe Beng TOK SU tidak memperdulikan ucapan dari Siauw Giok Tjing. hanya teriaknya kepada Liem Tou dengan suara keras. "Liem Tou, kau mau turun tangan membunuh atau tidak??" Liem Tou tetap berdiri ditempat semula sambil melototi wajahnya, ia sama sekali tak berkutik. Lama sekali Boe Beng Tok-su menanti, tapi akhirnya ia menghela napas sedih. "Liem Tou, bila malam ini kau tidak membinasakan diriku maka dikemudian hari kau bakal menyesal!!" Sesudah melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing. dari dalam sakunya ia ambil keluar se Jilid kitab yang tebal bersama-sama dengan pedang hitamnya dibuang keatas tanah, lalu putar badan tanpa menoleh lagi berlalu dari sana dan lenyap ditangan kegelapan. Menanti bayangan dari Boe Beng Toksu lenyap dari pandangan, Liem Tou serta Siauw Giok Tjing baru berpaling kearah kitab pusaka Pek Tok Toh serta pedang hitam yang menggeletak diatas tanah. "Tjing-moay! ujar Liem Tou memecahkan kesunyian. "Tindakan ini bukaakah sama halnya melepaskan harimau pulang ke gunung?? menanti ia munculkan dirinya lagi, mungkin kita bukan tandingannya." "Liem Tou kau jangan mengucapkan kata-kata itu" Teriak Siauw Giok Tjing penuh kegusaran. "Jika kau menyesal, kenapa tidak kau bunuh sekalian orang itu sewaktu ia belum pergi tadi?? setelah melepaskan dia pergi, seharusnya jangan kau ucap kata-kata macam begini lagi." Liem Tou membungkam dalam seribu bahasa, ia berbongkok memungut kembali pedang hitam itu, setelah dipandangnya sebentar ia memuji. "Pedang bagus, pedang bagus., sungguh sebilah pedang bagus". Ia memandang pula kearah kitab pusaka Pek Tok Toh tersebut mendadak pedang hitam yang dicekalnya berkelebat berulang kali menusuk kitab tadi sehingga hancur berantakan. "Barang macam begini ditinggalkan dalam kolong langit hanya bisa mencelakai orang saja. lebih baik aku musnahkan saja." Untuk menolong Siauw Giok Tjing tidak sempat lagi, ia hanya bisa menghela napas panjang seraya menegur. "Apa gunanya kau hancurkan kitab tersebut sehingga musnah??? Kauwtju telah hapalkan seluruh isi kitab tadi masak-masak dan bila ingin digunakan hanya tinggal tarun tangan belaka, apa gunanya menggunakan kitab ini lagi?? jika kau membiarkan ia tetap bertahan mungkin sekali di kemudian hari kita masih bisa gunakan cara racun melawan racun untuk memusnahkan dirinya, eei. kenapa kau begitu keburu napsu?" Liem Tou yang telah berbuat salah kini berbuat salah lagi hatinya merasa sangat kecewa. "Baik-baik, hitung-hitung aku yang salah, Lebih baik kau tak usah menegur diriku lagi. Eei, dimana Pouw Sauw Ling? apakah ia masih ada??" Siauw Giok Tjing mengangguk. ia simpan kembali pedang Lam Beng Kiamnya dan membawa Liem Tou menuju ke arah bawah pohon dimana kedua ekor kudanya ditambat. Tampak Pouw Sauw Ling masih berada diatas punggung kudanya, Siauw Giok Tjing segera melepaskan tali les kudanya yang sebuah diserahkan ketangan Liem Tou. "Mari kita pergi, malam ini kemungkinan besar masih bisa menginap dikota Boen Tjing, besok pagi segera berangkat menuju ke kota Ie Djan. Aaah, kali ini kau harus pergi ke gunung Tjing Shia dahulu." "Kau tidak ikut pergi??" Mendengar ucapan tersebut sang pemuda berseru. "Apa gunanya aku pergi kesana??". "Kau harus pergi kesana, jika Wan-moay tahu kau tidak ikut hatinya tentu tidak tenang. Apalagi selama setahun ini harus menyusahkan dirimu kaupun seharusnya pergi beristirahat, tentang soal menghadapi Thian Pian Siauwtju serta menolong Hong Susiok biarlah aku berangkat kesana bersama Wan- moay serta Giok djie." "Baiklah." Akhirnya gadis itu mengangguk. "Biarlah aku pergi bantu Oei-heng membangun kembali perusahaan Tjing Liong Piauw-kiok disamping menantikan beritamu. Mari kita pergi." Demikianlah Siauw Giok Tjing serta Liem Tou segera melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Ie Djan dengan menempuh dibawah hujan gerimis. Diatas sungai yang lebar sebuah sampan laksana kilat meluncur kemuka mengikuti arus sungai yang deras. Diatas sampan terbanglah tiga ekor burung rajawali yang berkaok- kaok tiada hentinya. Mendadak dari atas sampan meluncur lewat sepuluh titik hitam mengarah ketiga ekor burung elang tadi. Sang burung elang bersama-sama berkaok dan menyambar kearah bayangan tadi dengan kecepatan luar biasa. Tak sebuah hitampun yang akhirnya jatuh kembali keatas permukaan, semuanya lenyap tak berbekas Kiranya titik-titik hitam tadi bukan lain adalah sepulun potong daging yang segera dilalap habis oleh ketiga ekor burung elang itu, Bersamaan itu pula dari atas sampan terdengar suara tepuk tangan serta sorakan memuji yang gegap gempita, seorang bocah perempuan dengan suara yang merdu berseru. "Paman Liem, kepandaianmu sangat lihay tapi untuk saling berebut daging dengan rasa-rasanya belum tentu menang. bukankah begitu?" Diatas sampan itu duduk tiga orang, mereka adalah Liem Tou sigadis cantik pengangon kambing serta Giok djie. Saat ini mereka bertiga dengan menunggang sampan sedang bergerak kearah Timur menuju kelautan Timur untuk mencari Tian Pian Siauwtju serta menolong si perempuan tunggal Touw Hong Terdengar Liem Tou segera tertawa "Jikalau aku sama sekali tidak becus untuk mengalahkan ketiga ekor binatang berbulu itu, lalu apa gunanya kau mengatakan kepandaianku sangat lihay." "Engkoh Liem. kau jangan bergurau lagi." Si gadis cantik pengangon kambing ikut tertawa. "Kau telah melepaskan Boe Beng Tok-su, dan cabang-cabang Sin Beng Kauw yang tersebar dimana -mana belum menderita kerugian apa2. apakah kau berani tanggung mereka tidak akan munculkan dirinya kembali?" Liem Tou menggeleng. "Boe Beng Tok-su merasa kepandaiannya tidak becus sekali dan munculkan dirinya kembali juga percuma saja. Apalagi Tjhiet Tji Tauw Tuo baru saja mati sehingga ia kehilangan kekuatan yang menyokong dirinya jelas ia tak akan berani munculkan dirinya kembali". "Tetapi. kau pun harus tahu sekalipun markas besar Sin Beng Kauw berhasil dipukul hancur tetapi kantor-kantor cabangnya masih melanjutkan berbuat jahat agaknya ia masih belum tahu apabila markas besar mereka sudah kau obrak- abrik." . "Soal ini memang bisa dirasakan benar, paling sedikit harus ada orang untuk memberitahukan urusan ini kepada mereka," Setelah berpikir sebentar Liem Tou mengangguk. "Cuma. setelah kepergian Boe Beng Tok-su malam itu, ia tentu punya rencana baru lagi. Menurut pandanganku lebih baik kita tinggalkan jalan air menempuh jalan darat saja disamping menyeliki urusan ini. Menurut perhitunganku apalagi cabang- cabang Sin Beng Kauw dipelbagai tempat telah bubar maka ini bisa diduga dibalik hal tersebut masih tersembunyi sesuatu, tetapi jikalau ia pergi dengan begitu saja maka ini berarti apabila ia sudah kecewa dan putus asa..."' "Engkoh Liem, otakmu sungguh cermat, baiklah. Kita akan segera mendarat." Sewaktu Liem Tou hendak menggerakan sampannya menepi, mendadak dari arah depan muncul sebuah perahu yang memmuat seorang pemuda berbaju putih. Dari tempat kejauhan Liem Tou dapat mengenali kembali bila orang itu bukan lain adalah Boe Beng Tok-su. Segera serunya kepada sigadis cantik pengangon kambing; "Wan-moay coba kau lihat, bukankah orang itu adalah Boe Beng tok-su?? bila di tinjau dari pakaiannya yang dikenakan berwarna putih, terang ia sudah bubarkan diri sebagai kauwtju perkumpulan Sin Beng Kauw. Entah apa maksudnya mengenakan baju putih ini adalah menandakan apabila ia sudah tobat dari perbuatan jahatnya dan kini kembali kejalan yang benar atau sebaliknya"?' "Bagus sekali. benar-benar dia orang adanya!" Sela Giok djie pula dari samping. Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Biar aku perintahkan burung-burung elangku untuk patuk buta sepasang matanya." ' "Giok djie, jangan ceroboh!" Bentaknya Liem Tou segera. Si gadis caritik pengangon kambing yang melihat kemunculan Boe Beng Tok-su dengan terang terangan, hatinya mulai curiga, pikirnya. "Dikolong langit mana mungkin ada peristiwa yang begitu kebetulan?? Jelas pada mulanya ia sudah menyelidiki dahulu jejak kita kemudian baru sengaja memapaki. ." Dengan suara rendah ia segera kasih peringatan kepada diri Liem Tou. "Engkoh Liem, hati-hati apabila ia sedang menggunakan siasat. Seharusnya pada saat seperti ini ia bersembunyi di gunung atau alam yang sunyi, dan kini sebaliknya ia malah menyongsong kita. dibalik hal tersebut tentu ada hal-hal yang tidak beres. Kita jangan sampai kena tertipu!" Liem Tou mengangguk. "Aku rasa dalam keadaan seperti ini ia tak bakal bisa main setan dengan kita, cuma, bilamana ia sudah tahu tujuan kepergianku kaii ini dan ia keburu bekerja sama dengan Thian Pian siauwtju maka hal ini merupakan tanda bahaya bagiku tapi sekarang kita masih bisa menghadapinya kau boleh berlega hati!" Kedua buafh sampan itu makin lama makin mendekat, saat itulah Liem Tou dapat menangkap wajah Boe Beng Tok Su penuh diliputi keseriusan, alisnya berkerut dan matanya berkilat. Sikapnya amat jumawa, dingin dan gagah mendatangkan perasaan kagum dihati semua orang. Walaupun terang-terangan ia dapat melihat perahu yang ditumpangi Liem Tou sekalian bergerak mendekat, tetapi ia tetap tak menggubris maupun berbicara, hanya sepasang matanya melototi diri Liem Tou tajam-tajam. Perahu dengan cepatnya bergerak hingga jaraknya tinggal seratus tombak saja, apabila salah satu tidak menyapa terlebih dahulu maka perahu itu tentu akan berlalu lewat dari sisinya. Liem Tou pertama-tama yang tak dapat menahan diri. ia segera berteriak menegur. "Orang yang berada diujung perahu sebelah depan benarkah Kauwtju dari perkumpulan dari Beng Kauw, Boe Beng Tok-su adanya??? tidak kusangka dunia sesempit ini, dimanapun kita selalu berjumpa." Mendadak Boe Beng Tok-su mengebutkan ujung bajunya mengirim satu pukulam kosong keatas permukaan sungai, perahu yang sedang meluncur datang seketika itu juga menjadi perlahan. Liem Tou pun dengan gerakan yang sama melancarkan satu pukulan ketengah sungai, perahu yang ditumpangi ikut menjadi perlahan. Pada sast itulah Boe Beng Tok-su buka suara berseru. "Liem Tou, jangan kau sebut aku sebagai Kauwtju lagi. perkumpulan Sin Beng Kauw telah musnah di tanganmu, kini markas kami tinggal puing-puing yang berserakan." Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya. "Cuma saja, walaupun perkumpulan Sin Beng Kauw telah musnah tetapi dendam diantara kita berdua belum selesai. kau harus membayar kerugianku ini dengan suatu nilai yang jauh lebih besar." Liem Tou bergidik mendengar ucapan itu, kemudian tertawa tergelak. "Haaahh...haaaaahh.. .Sun Tji Si. aku lihat kau sedang bermimpi disiang hari bolong, setelah kau ketahui bahwa kepandaian silatmu tidak becus, mana mungkin bisa kau tuntut balas dendam tersebut?? terus terang saja kuberitahu kepadamu' dengan dosa yang keu perbuat selama setahun ini ber-sama2 perkumpulan Sin Beng Kauswmu sekalipun belum bisa menebus dosa sebesar ini, bilamana buktinya aku masih teringat akan ucapan yang pernah diutarakan Tjing-moay, ingin sekali aku cabut jiwamu." Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo