Mustika Gaib 10
Mustika Gaib Karya Buyung Hok Bagian 10
Mustika Gaib Karya dari Buyung Hok Dan di depannya hari ini di dalam goa tikus, ia berhadapan dengan seorang pemuda buta yang menjadi murid dari musuh suhunya. Saking bingungnya Kang Hoo hanya duduk diam melompongkan mulut. Sementara itu, Hong Pin yang berdiri di depan Kang Hoo dengan pandangan mata butanya, dan sepasang telinga yang dipasang tajam mendengarkan gerak gerik lawan di depannya, tapi selama itu, Kang Hoo tidak menunjukkan gerakan apa-apa, ia masih duduk di atas batu. Memgetahui kalau lawan di depannya ini masih diam duduk, maka Hong Pin menggerang, bentaknya, 200 Anak babi! Apa kau tidak dengar! Ayo bangun, kau hadapi aku, kalau tidak jangan sesalkan tongkat Tiok-ciat-pian ini akan segera menghancurkan batok kepalamu. Mendengar caci maki Hong Pin demikian rupa, Kang Hoo bukan jadi marah, sebaliknya ia tersenyum kemudian katanya, Sabar dulu, jangan turun tangan! Aku ini sebenarnya merasa bingung sendiri jadinya, mengapa begitu usiaku meningkat tujuh belas tahun mendadak mesti menghadapi kejadian-kejadian aneh, dan kejadian-kejadian itu menimbulkan perkara darah. Kalau kau memang hendak menuntut balas atas sakit hati suhumu terhadap Pek-kut le-su kau boleh lakukan nanti, kini sebelumnya aku minta kau turut memikirkan sesuatu hal. Mendengar sampai di situ, Hong Pin mengkerutkan kening, kemudian bentaknya, Kau jangan bikin siasat banyak bicara membuat lawan lengah! Ayo bangun. Kang Hoo tidak memperdulikan bentakan Hong Pin yang sudah siap untuk melakukan serangan, setelah ia memutuskan ceritanya yang dipotong oleh Hong Pin, kembali ia tersenyum dan berkata lagi, Hei, bukankah kau juga mengenal itu gadis berbaju merah Siong In? Mendengar pertanyaan Kang Hoo, si pemuda buta yang berdiri di depannya dengan tubuh gemetaran menahan marah ia membentak, Soal balas dendam ini tidak ada urusan dengan perempuan itu! Tenanglah , seru Kang Hoo. Ia masih duduk di atas batu. Gadis itu pada dua tahun yang lewat pernah menolong jiwaku, tapi hari ini, aku mendapatkan dan melihat dengan kepala sendiri, kalau ayahnya berusaha membunuh diriku. Apakah ini bukannya kejadian aneh. Aku sendiri tidak kenal dengan mereka, aku juga tidak pernah minta bantuan putrinya untuk menolong diriku pada dua tahun yang lewat itu dan akupun tidak punya permusuhan apa-apa dengan ayahnya bahkan mengenalpun tidak. Seperti keadaanmu ini, begitu kau tiba di bawah lembah bukankah kau niat untuk menolong diriku dari cengkraman mereka, tapi mengapa kau mendadak sekarang ingin menempur aku dan mengadu jiwa. Bukankah kejadian di atas dunia yang menimpa diriku ini sangat aneh? Mendengar sampai di situ, Hong Pin yang sudah meluap hawa amarahnya, sampai berdirinya bergemetaran menahan marah, jadi melengak, dalam hati kecilnya juga merasa heran mendengar cerita Kang Hoo, tapi mengingat sumpah gurunya maka ia segera membentak, Soal urusan pribadimu aku tidak mau tahu! Urusan guru kita, kita selesaikan di tempat ini. 201 Begitu mengakhiri ucapannya, Hong Pin sudah tidak bisa menahan emosinya, ia segera mengayun tongkat Tiok-ciat-pian mengemplang kepala Kang Hoo yang masih duduk di atas batu. Kang Hoo kaget dan rasa kaget itu membuat perut bagian pusarnya seperti ada hawa hangat yang bergerak. Ia melihat tangan kiri pemuda buta di depannya itu bergerak mengangkat tongkat besi. Tapi kekagetan Kang Hoo mendadak berubah jadi rasa heran karena Hong Pin yang melakukan serangan kemplangan tongkatnya tertahan di tengah udara, ia seperti sedang berkutet sendiri. Tongkatnya yang masih berada di tengah udara bergetar, ia seperti sedang mengerahkan tenaganya untuk melakukan serangan kemplangan, tapi aneh sang tongkat seperti tak mau digerakkan, tampak jelas raut wajah Hong Pin begitu beringas. Sedang kakinya tergetar ingin digerakkannya maju tapi ia seperti mengalami kesulitan, keadaannya seperti seorang yang sudah terkena totokan jalan darah beku. Tapi masih tampak gerak-gerakan yang menandakan kalau Hong Pin terus niat untuk melakukan serangan kemplangan. Melihat kejadian itu, saking herannya Kang Hoo, jadi berdiri, serunya, Kau...... Baru saja ucapan 'kau' keluar, mendadak Kang Hoo tambah heran, karena begitu ia bangkit berdiri, dan melangkah maju, Hong Pin yang masih mengangkat tongkat besi, mendadak sempoyongan mundur ke belakang. Dan beberapa tindak lagi pastilah, si pemuda buta itu akan mental nyeplos keluar lubang goa. Melihat kejadian itu Kang Hoo lari mengejar ke depan, maksudnya untuk menangkap Hong Pin jangan sampai jatuh ke luar lubang goa, meskipun goa itu letaknya tidak tinggi dari bawah lembah, tapi, kalau sampai terjatuh dari atas sana, tentulah ia sedikitnya akan mendapat luka. Tapi gerakan Kang Hoo yang lompat maju sudah dapat didengar di telinga Hong Pin, maka dengan mengerahkan tenaganya sambil terus terhuyung mundur, Hong Pin niat melakukan serangan dengan tongkat besinya itu, tapi entah bagaimana, begitu ia melakukan serangan tongkat, mendadak seperti ada kekuatan yang mendorong dirinya, terpental keluar. Sementara itu, kalau Kang Hoo yang dibingungkan dengan kejadian aneh yang menimpa diri Hong Pin yang seperti seorang pemuda ayan, maka Hong Pin yang semula niat melakukan serangan kemplangan pada batok kepala Kang Hoo, ia jadi kaget bukan kepalang. Karena ketika ia mengangkat tongkatnya dengan tangan kiri melakukan serangan kemplangan ke arah kepala Kang Hoo yang masih duduk di atas batu, mendadak saja seperti ada satu kekuatan tenaga dalam yang menahan serangannya, tongkat tadi seperti tertahan oleh satu dorongan tenaga yang tak tampak hingga tak dapat digerakkan maju tapi Hong Pin mana mau habis sampai 202 di situ, ia segera mengempos tenaganya mengerahkan kekuatan murninya guna maju menyerang Kang Hoo, tapi tambah ia bernapsu untuk melakukan serangan, tenaga kekuatan yang mendorong dirinya kian hebat, lebih-lebih ketika Kang Hoo bangkit berdiri dan melangkah maju, maka badan Hong Pin tambah keras terpental ke belakang. Waktu melihat kejadian itu, Kang Hoo jadi kaget, ia lompat maju untuk menangkap badan Hong Pin yang terpental agar jangan sampai si pemuda jatuh keluar dari lubang goa, meskipun letak goa tingginya dari dasar lembah tidak begitu tinggi kalau saja Hong Pin sampai terpental dan jatuh di bawah lembah, paling tidak ia akan mendapat luka. Tapi niat baik Kang Hoo itu berkesudahan lain, begitu ia lompat maju menerjang, telinga Hong Pin mendengar suara angin terjangan itu, meskipun waktu itu keadaan dirinya sudah terpental, tapi dengan sepenuh tenaga ia melakukan serangan balasan, kalau perlu ia akan adu jiwa dengan Kang Hoo. Tapi usaha Hong Pin ternyata sia-sia karena tubuhnya sudah tak dapat berbuat apapun, melayang terus nyeplos keluar lubang goa. Badan Hong Pin yang mental keluar lubang goa membentur batang pohon siong yang sudah hangus di depan goa, batang pohon siong itu, roboh mengkeretek, dan badan Hong Pin terpental ke udara. Sementara itu Kang Hoo yang lompat menubruk keluar untuk menangkap badan Hong Pin juga sudah berada di tengah udara, ia tidak menduga kalau tubuh Hong Pin bisa melayang begitu cepat, dan ketika batang pohon siong ditumbuk badan Hong Pin, dengan masih berada di tengah udara mendadak saja pikiran Kang Hoo berubah, kalau ia meneruskan gerakan menubruk ada kemungkinan akan terjadi salah paham, tentunya Hong Pin akan menyangka ia berniat untuk melakukan serangan, maka setelah menyaksikan bagaimana Hong Pin melayang setelah menubruk batang pohon siong, gerakan badan Kang Boo dirobah, ia melakukan gerakan,jumpalitan di tengah udara dan kemudian turun di bawah lembah. Waktu itu keadaan Hong Pin, masih melayang di tengah udara, hatinya jadi panik, tapi ia juga bukan sembarang si buta, begitu badannya akan terbanting jatuh ke atas tanah, maka tongkat Tiok-ciat-piannya mendahului ditotolkan ke atas permukaan bumi, dan dengan meminjam tenaga totolan tongkat itu, badan Hong Pin kembali mencelat ke atas, begitu kembali berada di tengah udara ia segera mengatur posisi badannya dan menenangkan pikirannya,agar jatuhnya bisa selamat. Dan gerakan Hong Pin memang luar biasa, karena dengan mudah ia sudah bisa mengatur posisi badannya di udara, hingga tubuhnya yang sedang meluncur turun kembali tampak begitu indah dan ringan, bagaikan selembar daun jatuh ke 203 bumi, begitu ia tiba di atas tanah, ia langsung berdiri dengan menunjang tongkat di depan dirinya. Manakala Hong Pin telah berdiri tetap di dasar lembah, sepasang mata butanya mencari-cari kian kemari, sedang hidungnya kembang kempis mencium-cium, telinganya dipasang lebar, untuk mendengar suara-suara yang mencurigakan. Kang Hoo lebih dulu telah berdiri di atas tanah, dan ketika ia melihat Hong Pin yang baru turun berdiri sedang memeriksa keadaan sekitar tempat itu, ia berkata, Saudara Hong Pin, aku ada di sini. Apa yang terjadi denganmu? Mendengar pertanyaan itu, Hong Pin menggerendeng ia mengarahkan pandangan wajahnya ke arah datangnya suara, kemudian membentak, Anak babi. Hebat ilmu tenaga dalammu, tapi hari ini di bawah lembah, aku akan adu jiwa denganmu. Eh! Tenaga dalam apa? Tanya Kang Hoo membelalakkan mata memandang si buta. Murid seorang iblis tentunya menurunkan sifat-sifat iblis, bentak Hong Pin Kau begitu memandang hina diriku, kau masih bertanya tentang tenaga dalam apa? Bukankah ketika aku menyerangmu dengan tongkat ini, di dalam goa, kau telah mengerahkan ilmu kekuatan tenaga dalammu, kalau tidak, bagaimana aku bisa terpental keluar goa? ENDENGAR KATA-KATA ITU, Kang Hoo melangkah mundur ke belakang, ia masih tidak mengerti akan ucapan Hong Pin, bukankah ketika Hong Pin melakukan gerakkan kemplangan dengan tongkat bajanya, ia sama sekali tak mengerahkan tenaga dalam, ia hanya sedikit merasa terkejut, hingga pada bagian perut pusarnya ada suatu hawa yang bergerak akibat kekagetan itu. Dan kemudian melihat bagaimana Hong Pin begitu sulit tampaknya untuk melakukan gerakan serangannya. Kejadian itu diluar dugaan Kang Hoo, dan ia saat itu masih belum mengerti apa yang terjadi atas diri Hong Pin, maka buru-buru ia berkata lagi, Kau salah paham! Aku sama sekali tidak mengerahkan tenaga dalam. Bagaimana bisa kau katakan aku mengerahkan tenaga dalam? Si pendekar goblok belum mengerti tenaga dalam. 204 Suara kata-kata Kang Hoo itu, jelas terdengar di telinga Hong Hoo, kemudian lenyap ditelan angin lembah. Hembusan angin lembah mengibar-ngibarkan baju Hong Pin, sepasang mata butanya di arahkan ke depan dimana suara Kang Hoo didengar keluar, sedang tongkat Tiok-ciat-piannya kini disilang di depan dada, ia berdiri menghadapi Kang Hoo, wajah Hong Pin berkerut keras, ia menahan hawa amarahnya yang sudah hampir tak bisa dikendalikan lagi, dengan suara gemetar karena marahnya Hong Pin berkata, Kau sangka karena sepasang mataku buta tidak dapat mengetahui bagaimana kau mengerahkan ilmu tenaga dalam itu, dan bagaimana kau tadi menerjang aku. Bukanknh maksudmu hendak membunuh? Salah! Potong Kang Hoo. Kau salah paham. Aku memang lompat menerjang maju, tapi maksudku bukan hendak membunuh dirimu tapi sebaliknya untuk menangkap dirimu yang sempoyongan keluar goa, agar kau jangan sampai jatuh, tapi kenyataannya kau sudah melayang nyeplos keluar. Mendengar itu, Hong Pin tertawa berkakakan suara tawa itu menggema ke seluruh isi lembah, lama ia tertawa demikian rupa. Hingga dari sepasang matanya yang buta mengeluarkan air mata. Setelah ia menyusuti air matanya dengan ujung baju lengan kiri, baru Hong Pin berkata lagi, Kau bilang tidak akan membunuh aku. Kau kata hendak menolong aku agar jangan sampai aku jatuh, tapi kenyataannya kau menambah kekuatan tenaga dalammu mendorong aku keluar lembah. Manusia busuk. Ucapanmu tidak beda dengan ucapan licik gurumu Pek-kut Ie-su. Mendengar ucapan Hong Pin demikian rupa, Kang Hoo jadi bingung, sementara ia tak dapat menjawab perkataan Hong Pin, dan dengan seruling peraknya ia menggaruk-garuk belakang punggungnya, entah bagaimana punggung itu mendadak jadi terasa gatal, karena badan Kang Hoo tidak mengenakan pakaian, tampak bagaimana kepolosan perutnya dan urat-urat lengannya yang begitu kekar. Garukan batang seruling pada punggung Kang Hoo, terdengar di telinga Hong Pin yang tajam, begitu ia mendengar suara garukkan tadi, Hong Pin membayangkan kalau lawan di depannya sedang menyiapkan ilmu pukulan guna menyerang dirinya, ia jadi tersentak kaget, tongkat baja Tiok-ciat-pian, yang disilang di depan dada, mendadak saja, diputar demikian kerasnya di depan dirinya, suara desingan dari putaran tongkat itu menggema isi lembah. Kalau keadaan Hong Pin dikagetkan oleh suara garukan seruling Kang Hoo, yang di anggapnya lawan telab menyiapkan serangan pukulan, maka Kang Hoo bisa melihat, kawan buta di depannya telah memutar tongkat baja Tiok-ciat pannya 205 untuk melakukan serangan, mendadak saja dia berteriak, Tunggu, kau jangan serang dulu. Dengan masih memutar tongkat Tiok-ciat-pian, Hong Pin tertawa dingin lalu berkata, Kau hendak menipuku. Hmmm. Apa aku tak tahu kau sudah menyiapkan pukulan serangan beracunmu. Aku bersedia adu jiwa. Eh, mana ada pukulan beracun! Sela Kang Hoo tambah bingung. Apa kau ini gila? Aku baru saja menggaruk punggungku dengan seruling, bagaimana kau katakan aku menyiapkan pukulan beracun. Mendengar ucapan itu, dengan masih memutar tongkat Tiok-ciat-pian, Hong Pin melangkah mundur, keningnya berkerut, telinganya terus dipasang untuk mendengar gerakan Kang Hoo, tapi sampai saat itu Kang Hoo masih berdiri tidak bergerak, maka tahulah Hong Pin kalau suara yang tadi didengarnya memang adalah suara garukan seruling, dan karena ia telah salah sangka, maka selembar wajahnya menjadi panas. Karena rasa malu. Beruntung waktu itu mukanya telah dipupuri oleh obat perubah wajah, hingga dari seorang gadis, ia menjelma menjadi seorang pemuda, kalau saja wajah itu tidak tertutup oleh pupur obat pengubah muka, maka akan tertampak bagaimana mukanya yang menjadi merah mateng karena malunya. Dan gerakan tongkat Tiok-ciat-piannya juga tambah mengendur. Kemudian katanya, Baik. Karena mataku buta, aku telah salah sangka dengan gerakanmu, tapi gurumu adalah musuh suhuku. Maka perhitungan ini harus diselesaikan. Nah kau bersiaplah. Aku akan segera melakukan serangan Tongkat Maut! Setelah berkata demikian, Hong Pin berdiri tenang, ia menenangkan pikirannya, kemudian tongkat Tiak-ciat-piannya dipegang dengan dua tangan di depan dada, tongkat itu diarahkan lurus ke depan, tepat ke arah jantung Kang Hoo, seakan ia hendak melakukan gerakan tusukan ke depan. Kang Hoo menyaksikan Hong Pin sudah siap akan melakukan gerakan tusukan dengan tongkat wajahnya, ia jadi kebingungan. Memandang mendelong ke arah sahabat buta itu. Sementara itu, Hong Pin yang berdiri dengan meluruskan tongkatnya ke depan, dengan langkah tenang ia melangkah maju, setindak demi setindak mendekati Kang Hoo. Kang Hoo masih berdiri di tempatnya, begitu ia melihat gerakan langkah kaki Hong Pin yang demikian tenangnya mendatangi, kian lama kian dekat, Kang Hoo melangkah mundur setindak demi setindak ke belakang, sedang Hong Pin terus 206 melangkah maju, tapi karena gerakan mundur Kang Hoo menuju ke lamping lembah, ketika badannya membentur lamping batu, ia tak dapat melangkah mundur lagi. Hong Pin maju dengan tongkat diluruskan ke depan, ia mengkerutkan keningnya, selalu mengikuti suara gerakan badan Kang Hoo, tongkatnya terus diarahkan ke bagian dada lawan. Dan ketika ia mendengar Kang Hoo terus melangkah mundur ia tersenyum adem, dan begitu Kang Hoo mepet di lamping batu, Hong Pin masih terus maju. Tapi begitu tiba sejarak lima kaki di depan Kang Hoo, ia menghentikan langkahnya. Kang Hoo berdiri mepet pada lamping batu lembah, ia bisa melihat bagaimana ujung tongkat baja lawan sudah diarahkan di depan dadanya. Kini ia juga sudah siap untuk melakukan gerakan pembelaan diri, ia akan melakukan gerakan jurus menggunting dan merampas tongkat lawan. Itulah jurus ilmu silat yang pernah ia latih dari guru pertamanya Beng Cie Sianseng. Tapi mendadak saja pikiran itu berubah manakala ia teringat akan pesan suhunya yang kedua, Pek kut Ie-su alias Kong sun But Ok, bukankah ia dilarang untuk melakukan gerakan sembarangan dan kalau nanti dalam menghadapi Hong Pin ia melakukan gerak jurus guntingan, bukankah akan mengakibatkan bahaya, meskipun ia belum yakin akan hasil latihannya selama dua tahun di bawah asuhan Kong sun But Ok, tapi hati nurani Kang Hoo yang mulia itu tidak mau mencelakai orang tanpa sebab musabab lebih-lebih tentang permusuhan antara guru Hong Pin yang bernama Cui Ngo Ko dan Pek-kut Ie-su, ia sama sekali tidak tahu menahu, dan setelah berpikir bolak-balik, maka buru-buru berkata, Hong Pin, kau tunda dulu seranganmu, dengarlah! Mendengar itu Hong Pin menggereng, ujung tongkat masih diarahkan pada dada lawan, terdengar ia berkata, Kau mau menggunakan akal licik apa? Dengar dulu! sahut Kang Hoo. Setelah itu kau boleh menyerang sesuka hatimu. Tapi dengan syarat. Kentutmu! Bentak Hong Pin. Perhitungan balas dendam ini, tanpa syarat. Baik! Potong Kang Hoo. Tapi dengar, guruku pernah berkata, aku dilarang untuk membuat gerakan sembarangan, kalau tidak akan mencelakai diri lawan. Maka kau boleh serang aku dengan tangan kosong, aku tak akan melakukan serangan balasan atau mengelak. Kau takut kalau kau mampus di ujung senjataku, bentak Hong Pin. Manusia licik, kau suruh aku menyerang dengan tangan kosong, tentunya di balik itu kau akan melakukan serangan dengan senjata serulingmu. 207 Tidak! Jawab Kang Hoo. Mau atau tidak! Seru Hong Pin. Kau terimalah serangan tongkatku. Inilah jurus Tongkat Maut! Setelah berkata begitu Hong Pin melangkah maju lagi satu tindak, dan ujung tongkat tinggal beberapa dim saja di depan dada Kang Hoo. Kang Hoo menghadapi sikap keras lawan di depannya, ia tak bisa berbuat lain pikirnya, Apa boleh buat, semua orang selalu memusuhi diriku. Setelah berpikir begitu, ia mulai mengatur langkah, akan melakukan gerak jurus menggunting, ia sudah tidak mau perduli apa akibat dari gerakan itu. Tapi mendadak saja, ia teringat kembali akan ucapan suhunya, tentang gerak jurus kunci dari ilmu Karakhter. Bukankah gerak jurus kunci itu, dilakukan dengan menyilang kedua tangan di depan dada, dan saat ini di depan dadanya sudah mengancam ujung tombak, maka dengan gerak jurus mengunci itu lebih baik dari pada gerak jurus menggunting. Kalau saja tenaga Karakhter yang diciptakan suhunya Kong-sun But Ok itu suatu hal yang omong kosong dan tidak dapat mengunci tubuh lawan di depannya seperti orang terkena totokan jalan darah. Maka dengan gerak mengunci menyilang kedua tangan di depan dada, ia dapat mengelakkan serangan tusukan pada dadanya, dan kemudian ia bisa menjatuhkan diri ke tanah, bukankah dengan demikian serangan lawan bisa dielakkan juga. Dan kalau kekuatan ilmu Karakhter itu terbukti ada, maka itu juga tidak membahayakan diri Hong Pin, karena Hong Pin hanya akan mengalami seperti orang yang terkena totokan jalan darah. Dan setelah berpikir bolak balik memutar otak, akhirnya Kang Hoo mengambil kepatusan yang mantap. Lalu katanya, Nah, kau sudah boleh menyerang! Setelah berkata begitu, kedua tangan Kang Hoo diuruskan ke bawah di depan kedua pahanya, ia siap menunggu serangan Hong Pin. Mendengar tantangan Kang Hoo, kemarahan Hong Pin memuncak., dengan mengeluarkan suara teriakan keras ia melakukan serargan. Tongkat Tiok-ciat-pian yang sudah berada di depan dada Hong Pin mendadak saja diangkat naik ke atas, kedua tangannya yang memegang gagang tongkat turut naik lurus sampai ke atas kepala, berbarengan dengan gerakan itu Hong Pin melambung ke atas dan kaki kanannya meluncur ke depan menyerang dada Kang Hoo. Kang Hoo tidak menyangka akan perobahan gerakan Hong Pin, ia jadi kaget, karena semula disangkanya tentu Hong Pin akan melakukan gerakan tusukan ke arah dadanya, ternyata, gerakan itu hanya tipuan belaka, karena yang melakukan serangan ke arah dada Kang Hoo bukanlah ujung tongkat Tiok-ciat-pian, tapi 208 tendangan kaki Hong Pin, sedang serangan tongkat dilakukan dari atas udara dengan menggunakan ujung gagang tongkat menghajar batok kepalanya. Ketika tadi Kang Hoo mendengar suara teriakan dan perobahan gerakan Hong Pin, dengan buru-buru ia lalu melakukan gerakan mengunci, kedua tangannya disilang dan diangkat ke atas dada, dan waktu itu serangan tendangan kaki Hong Pin sudah meluncur datang, tapi begitu gerakan silangan tangan Kang Hoo bergerak ke atas menyambut tendangan kaki, Hong Pin, mendadak saja badan Hong Pin yang melakukan serangan melambung itu mental ke atas, hingga tendangannya juga mengenai tempat kosong, dan serangan totokan gagang tongkat pada batok kepala lawan juga tak dapat dilaksanakan. Hong Pin gagal melakukan serangan Tongkat Mautnya, bahkan kini badannya mental tinggi ke udara, terdorong oleh tenaga kekuatan yang tak terlihat dan tak mengeluarkan suara, ia jadi kaget dan belum lagi rasa kagetnya hilang, mendadak saja seperti ada kekuatan aneh yang membuat kedua tangan dan kaki seperti bergerak saling silang seakan kedua tangan itu menempel satu dengan lain dan keadaan sepasang kakinyapun demikian pula, kemudian tubuhnya jatuh ambruk di atas tanah. Sedang Tongkat Tiok-ciat-piannya terpental dan membentur lamping lembah. Kejadian itu berlangsung sangat cepat, Kang Hoo sama sekali tidak menduga bagaimana akibat dari gerak mengunci ilmu Karakhter, ia tidak tahu apa yang sudah dialami Hong Pin, ia hanya bisa melihat kalau di tengah udara mendadak tongkat Tiok-ciat-pian Hong Pin terpental, dan tubuhnya jatuh ambruk di tanah. Setelah melakukan gerak jurus mengunci tadi, ia masih berdiri di tempatnya memandang bengong pada Hong Pin yang sudah ambruk tak berkutik, tidak jauh di depan dirinya sejarak delapan tombak. Lama Kang Hoo memandang bengong pada Hong Pin yang menggeletak di atas tanah, sepasang tangan Hong Pin seperti melekat menjadi satu, lurus di atas kepalanya dan sepasang kakinyapun demikian juga, napasnya tersengal-sengal, tampak tubuh Hong Pin yang demikian rupa berkutet bergerak, guna melepaskan kedua tangannya yang saling tempel, melilit, tapi begitu ia bergerak, seakan ada satu kekuatan yang membuat kedua tangan dan kaki itu tambah tak dapat bergerak, dan badannyapun seperti seekor ikan yang kehabisan air, hanya bisa menggelepar- gelepar di tempatnya. Kang Hoo melihat kejadian itu, ia melangkah maju ke depan untuk melihat lebih teliti apa yang terjadi, dan ketika ia bisa menegasi bagaimana Hong Pin sedang menggelepar-gelepar berusaha melepaskan diri dari pengaruh kunci Ilmu Karakhter, mendadak saja Kang Hoo tertawa berkakakan. 209 Mendengar suara tertawa Kang Hoo menggema ke seluruh isi lembah, Hong Pin jadi lebih beringas, hatinya marah dan mengamuk berusaha untuk bangkit berdiri, tapi, tambah ia mengerahkan tenaganya, badannya seperti tambah lengket pada bumi hingga akhirnya ia tak bisa bergerak sedikitpun. Kang Hoo menonton kelakuan Hong Pin demikian rupa, ia terus tertawa berkakakan, ia tidak dapat menahan rasa gelinya. Hong Pin merasa terus-terusan ditertawakan lawan, dengan napas tersengal- sengal ia membentak, Anak babi! Kalau mau bunuh, cepat bunuh! Kau jangan tertawakan. Aku lebih suka mampus dari pada kau hina demikian rupa. Ilmu iblismu ini memang sangat luar biasa. Untuk apa mempermainkan orang? Sebenarnya Kang Hoo tertawa berkakakan bukanlah mentertawakan Hong Pin, tapi mendadak ia teringat akan dirinya sendiri, bagaimana ketika pertama kali ia mendapat latihan ilmu Karakhter di dalam goa Hoa-ie tong, waktu itu ia diperintahkan untuk menciptakan hawa amarahnya memukul tiga simpul kain di atas langit-langit goa, bukankah keadaan waktu itu, sama dengan keadaan Hong Pin, begitu ia bernapsu untuk melakukan serangan, maka seperti ada kekuatan tenaga yang membuat dirinya berat dan tak dapat berkutik? mengingat peristiwa itu, yang kini dialami Hong Pin, maka ia jadi tak dapat menahan rasa gelinya. Maka sudah tertawa berkakan. Tapi Hong Pin sudah jadi salah paham atas suara tawa itu, disangkanya Kang Hoo sedang menghina. Maka ia terus memaki dengan menuduh Kang Hoo menggunakan ilmu siluman. Mustika Gaib Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hai! Anak babi! Bentak Hong Pin, berkutet di atas tanah. Kau bunuh aku. Jangan terus-terusan tertawa seperti babi gila. Mendengar makian itu, Kang Hoo dengan tersengal-sengal karena tertawa, ia berkata, Sabarlah, Kalau kau ingin mampus! Aku tidak melarang. Tapi urusan permusuhan antara gurumu itu dan Pek-kut Ie su, aku tidak punya sangkut paut apa-apa, dan kau jangan memaksa aku untuk turun tangan, karena meskipun kau gunakan cara apa, aku tak akan melawanmu. Ini kali kau sudah terkunci oleh jurus kunci dari ilmuku, Huaaa.... tapi itu juga aku tidak menduga sebelumnya, karena ilmuku ini aku dapatkan dari guruku Pek kut Ie su alas Kong sun But Ok. Hari ini dalam keadaan dirimu terkunci demikian rupa kalau aku ingin membunuhmu itulah urusan gampang, dengan melempar tombakmu itu ke atas dadamu pastilah kau akan binasa. Mendengar sampai di sini Hong Pin tidak sabar lagi, ia berteriak keras, Anak babi! Bunuhlah! 210 Kang Hoo mendengar disebutnya berulang-ulang ucapan anak babi, ia tidak menjadi marah, dengan menggeleng kepala ia melangkah menuju dimana tongkat Tiok-ciat-pian menggeletak, dipungutnya tongkat tersebut, kemudian ia menghampiri Hong Pin sejarak dua kaki ia menghentikan langkahnya dan berdiri, sambil menunjuk dengan tongkat baja, Kang Hoo berkata, Inilah tongkatmu. Memang sungguh aneh, senjata luar biasa. Nah, kau sebagai biangnya babi, menghadapi seekor anak babi..... Mendadak Hong Pin menggereng, ia berusaha menggulingkan dirinya ke arah Kang Hoo, tapi kekuatan aneh yang mengekang dirinya tak pernah lepas, membuat ia tak dapat bergerak. Sementara ita Kang Hoo sudah berkata lagi, Saudara Hong Pin, tenangkanlah jiwamu, di dalam lembah ini aku berjanji akan membantumu mencari Angsa Emas Berkepala Naga, dan nanti setelah kupunahkan pengaruh kunci ini, kau boleh pulang ke pulau Cin hong to, tunggu aku di sana, setelah aku mendapatkan Angsa Emas, segera aku akan berkunjung ke pulaumu. Dan beritahu gurumu bahwa permusuhan yang terjadi antara ia dengan guruku Pek-kut Ie su diluar tanggung jawabku. Mendengar sampai di situ Hong Pin mendadak menggereng, katanya, Dasar anak babi, kau mau lepas tangan atas tanggung jawab perbuatan gurumu! Murid tidak tahu diri. Dengan masih berdiri memegangi tongkat Tiok-ciat-pian, Kang Hoo berkata lagi, Bukannya aku tidak mau tanggung jawab atas perbuatan guruku, tapi .... kurasa apakah gurumu sanggup merobohkan diriku. Dan juga, kejadian beberapa tahun itu sungguh mengherankan, kalau suhuku mempunyai seorang musuh, atau ia pernah melakukan pembunuhan, mengapa ia tidak pernah menceritakan padaku, dan mengapa ia seperti seorang yang baik hati. Kalau seumpama kejadian itu benar, kemungkinan gurumu pernah membuat sakit hati pada guruku, dan dendam itu tidak akan habis saling balas membalas tapi aku di sini terus terang saja, aku tak akan melakukan pembalasan dendam apapun, dan aku tak takut menghadapi ancaman balas dendam dari gurumu. Nah. Sekali lagi mengertilah. Dan dengar baik- baik untuk terakhir kalinya. Aku bersumpah untuk membantumu mencari Angsa Emas Berkepala Naga, guna memulihkan kebutaan matamu, dengan demikian bukankah aku sudah bisa mengurangi dosa guruku. Hong Pin yang menggeletak di tanah, mendengar ucapan itu, tiba-tiba tertawa dingin, kemudian katanya, Akal busuk! Kau jangan banyak kampanye di depan hidungku. Nah, terangkan di mana gurumu itu sembunyi setelah aku kembali ke pulau akan kuberitahu suhu. 211 Guruku! Ulang Kang Hoo. Wajahnya menengadah ke atas, ia memandang kehijauannya langit siang itu, pemandangan di sekitar lembah merupakan lamping- lamping batu. Otak Kang Hoo teringat bagaimana ketika suhunya memerintahkan ia terjun ke bawah jurang dari atas puncak gunung Hong tong san. Dan akhirnya ia terguling-guling jatuh, kecemplung ke dalam sungai. Selagi Kang Hoo mengingat kembali bagaimana ia bisa sampai di tempat ini, mendadak saja Hong Pin sudah membentak lagi, Hai, dimana gurumu? Guruku. Di dalam goa Hoa-ie tong, di puncak gunung Hong tong san. Bagus, seru Hong Pin. Sekarang kau buka totokan iblis ini. Aku akan segera kembali ke pulau melaporkan pada suhu. Kang Hoo mengangguk kepala, katanya, Baik. Tapi kau ingat, jangan cari suhuku, tunggulah aku di pulaumu. Aku akan segera ke sana. Sampai kapan kau akan datang? Paling lama dalam waktu tiga bulan, dapat atau tidak aku menemukan Angsa Emas Berkepala Naga, aku akan melapor padamu. Juga kuharap kau lupakanlah permusuhan ini. Nasibku memang buruk, selalu menemukan musuh jahat, meskipun aku sendiri tidak tahu bagaimana mulanya timbul permusuhan-permusuhan itu. Hong Pin juga merasa aneh menghadapi pemuda di depannya, pemuda itu tidak mengenakan baju atas, ia hanya memakai celana yang sudah rombeng, tapi masih tampak bersih, dan kalau benar sang guru itu bermusuhan dengan Pek kut Ie-su alias Kong-sun But Ok, mengapa murid dari musuh itu tak segera turun tangan membunuh. Bukankah kesempatan itu sudah berada di depan mata, bahkan ia mendengar bagaimana Kang Hoo akan membantu mencarikan Angsa Emas Berkepala Naga dan akan diantarnya sendiri ke pulau. Kalau Hong Pin mengingat sumpah dan pesan gurunya untuk membunuh setiap generasi dan anak murid Pek-kut Ie su, ia harus segera dapat membunuh Kang Hoo, meskipun ia sudah dalam keadaan tdak berdaya. Tapi mengingat sikap Kang Hoo demikian rupa, hatinya menjadi lemah, lebih-lebih wajah si pemuda itu cukup ganteng, dalam hatinya timbul perasaan aneh. Itulah perasaan naluriah ke wanitaannya. Hingga sejenak wajahnya menjadi berubah-ubah. Beruntung ia dalam penyamaran sebagai laki-laki dan pupur obat perubah wajah itu telah menutupi perubahan wajahnya. Kalau tidak tentunya Kang Hoo bisa melihat bagaimana wajah lawan yang menggeletak itu mengalami perubahan beberapa kali, Kang Hoo juga tidak mengetahui kalau pemuda yang menggeletak di atas tanah itu adalah seorang gadis buta. Sejenak di dalam keadaan hawa lembah yang sejuk 212 itu, terjadi pergulatan dialog pada rongga otak mereka masing-masing. Hingga suasana di dalam lembah menjadi sunyi. Kesiuran anginlah yang terdengar. Kesunyian itu rupanya tak berlangsung lama karena Hong Pin yang menggeletak di tanah sudah berkata lagi, Lekas buka totokan setanmu! Aku akan penuhi semua kehendakmu. Mendengar itu, Kang Hoo yang masih berdialog dalam rongga otaknya, jadi kaget, kemudian katanya, Nah begitulah hendaknya, aku menghendaki dua hal, pertama permusuhan antara guru guru kita ditunda. Kedua kau boleh pulang ke pulaumu. Setelah aku mendapatkan Angsa Emas Berkepala Naga aku akan segera menyerahkan benda itu padamu. Setelah berkata demikian, Kang Hoo meletakkan tongkat Tiok-ciat-pian di atas tanah, kemudian ia melangkah maju dan membongkokkan badan, tangan kanannya menepuk beberapa kali pada tangan dan kaki Hong Pin, itulah cara ia membuka kunci dari ilmu Karakhter. Hong Pin menggeletak di atas tanah, ia melihat bagaimana tangan Kang Hoo bekerja menepuk-nepuk, mendadak saja ia jadi cemberut, bagaimana seorang gadis bisa ditepuk-tepuk demikian oleh pemuda yang baru ia kenal, tapi karena ia dalam penyamaran, ia tak bisa menyalahkan Kang Hoo. Kang Hoo melakukan gerakan tepukan pada tubuh Hong Pin, sekian lama tapi kedua tangan Hong Pin belum juga mau terlepas masih tetap berpilin melengket jadi satu, maka buru-buru ia berkata, Kau masih marah? Hong Pin menggereng, katanya, Bagaimana kau tahu, aku masih mendongkol terhadapmu? Kang Hoo jadi tersenyum, katanya, Ilmu yang kuperlajari sangat aneh, kalau kau belum bisa melenyapkan hawa amarahmu, maka aku tak dapat membuka kunci ini. Ilmu apa? Tanya Hong Pin mendelikkan mata. Kau menggunakan ilmu siluman apa? Hai. keluh Kang Hoo. Kini ia duduk di samping Hong Pin memperhatikan si buta yang masih mengomel terus, katanya, Kalau kau terus-terusan mengomel begini, aku tak sanggup membuka totokanku. Jadi aku harus bagaimana? Tanya Hong Pin. Lenyapkan hawa amarahmu. jawab Kang Hoo. Ilmu gila! Gerutu Hong Pin. Dadaku masih panas. Bagaimana aku harus melenyapkan hawa marah seketika? 213 Kalau begitu, seru Kang Hoo bangun berdiri kemudian jalan ke arah kaki Hong Pin yang masih melekat jadi satu, kemudian membungkukkan badan, lain tangannya menepuk-nepuk. Hong Pin yang mengetahui kalau Kang Hoo menepuk sepasang kakinya, ia jadi kaget, lebih-lebih ketika tepukan itu naik ke arah pahanya, segera ia membentak, Hai! Apa perlunya mesti menepuk ke seluruh? Tenanglah! Seru Kang Hoo memandang Hong Pin. Kau tokh bukan seorang perempuan, mengapa harus takut ditepuk olehku? Mendengar ucapan itu, hati Hong Pin merasa geli. Pikirnya, kalau saja Kang Hoo mengetahui ia adalah seorang gadis, pastilah si pemuda tak akan melakukan hal yang demikian. Tapi karena saat ini Hong Pin dalam penyamaran, dan Kang Hoo belum mengetahui tentang penyamaran itu, ia terus saja menepuk kaki sampai ke paha Hong Pin, setelah selesai melakukan gerakan itu, lalu ia jalan ke arah kepala Hong Pin, dan katanya, Aku sudah membuka kunci yang mengekang kebebasanmu. Tapi kau harus melenyapkan hawa amarahmu lebih dulu, baru kau bisa bergerak bebas. Setelah berkata begitu, Kang Hoo meninggalkan Hong Pin, ia jalan mengelilingi lembah, memperhatikan keindahan alam di bawah lembah itu. Sementara itu Hong Pin masih menggeletak di tanah, ia bisa mendengarkan bagaimana langkah kaki Kang Hoo kian lama kian menjauhinya, dan dari pendengarannya ia mengetahui kalau lawan sedang melakukan perjalanan mengelilingi lembah. Waktu itu, otak Hong Pin berpikir, ilmu yang membuat tubuhnya tak bisa bergerak ini sebenarnya ilmu apa? Kalau dikata itu merupakan ilmu totokan jalan darah jarak jauh, tapi bagaimana cara membuka totokan itu harus lebih dulu keadaan orang yang tertotok melenyapkan hawa amarahnya. Dan bukankah tadi Kang Hoo telah menepuk-nepuk tangan dan kakinya, dan kalau merasakan dari tepukan-tepukan itu, ia sama sekali tidak merasakan keanehan apa-apa, hanya terasa beberapa kali getaran memasuki urat-urat halus. Tapi keadaan dirinya belum juga bisa lepas dari kekangan ilmu totokan aneh ini. Maka setelah berpikir bolak-balik segera ia mengosongkan pikirannya, menentramkan hatinya guna melenyapkan hawa amarah yang masih mengamuk dalam dada. Begitu Hong Pin berhasil menenangkan pikiran, maka lenyaplah sang hawa amarah dan waktu itu tanpa disadari, mendadak saja, ia meletik bangun. Dan ilmu kunci dari Kang Hoo sudah terbuka, hingga kini ia bisa membebaskan diri. Saking heran, Hong Pin jadi berdiri melongo, kemudian baru ia berteriak memanggil, Hai. Kang Hoo! 214 Kang Hoo mendengar suara panggilan itu, ia sengaja jalan menghampiri, kemudian katanya, Nah, kau sudah bebas. Setelah berkata begitu, Kang Hoo mengambil tongkat Tiok-ciat-pian yang menggeletak di tanah, kemudian diserahkan pada Hong Pin, sambil berkata, Ini tongkatmu! Mendengar Kang Hoo menyerahkan tongkatnya, Hong Pin segera menyambuti, kemudian tongkat itu ditunjang di depan dirinya lalu ia berkata, Ilmu yang kau gunakan itu apa namanya? Itulah ilmu Karakhter. Jawab Kang Hoo. Mendengar keterangan itu, Hong Pin mengkerutkan kening, serunya! Ilmu Karakhter? Bukankah itu berarti ilmu jiwa? Benar! Sahut Kang Hoo. Itulah ilmu yang bersumber dari intisari kemurnian jiwa, Hmmm. Apa bukan kekuatan rokh? Tanya Hong Pin. Kekuatan rokh.? Kang Hoo bingung Ya, ilmu kekuatan rokh, kata Hong Pin. Tapi tak mungkin, mana bisa seorang iblis seperti Pek-kut Ie su menciptakan ilmu itu, karena ilmu yang bersumber dari kekuatan rokh itu, haruslah seseorang yang memiliki jiwa bersih. Tidak seperti gurumu yang bertangan berdarah. Mendengar sampai di situ, mendadak Kang Hoo tertawa kecil katanya, Kau mulai ngaco! Berbarengan dengan akhir ucapan Kang Hoo, mendadak saja tanpa diduga semula, Hong Pin sudah mengayun tongkatnya, tongkat Tiok ciat-pian, yang digunakan sebagai tongkat mendadak bergerak ke atas, kemudian mengemplang batok kepala Kang Hoo. Kang Hoo belum sadar akan adanya bahaya, ia masih berdiri dengan tenang, ketika tongkat lawan sudah berada di atas kepalanya, ia baru kaget, kekagetan mana membuat pusar perutnya terasa panas, dan berbarengan saat itu, tongkat yang meluncur datang tadi, tertahan di tengah ulara, sedang Hong Pin terhuyung- huyung mundur ke belakang, kemudian terpelanting roboh. Melihat kejadian itu, Kang Hoo hanya melompongkan mulut, ternyata kekuatan Karakhter bisa bekerja tanpa ia sendiri menghendaki. Begitu serangan lawan datang, maka lawan itu akan segera terpelanting roboh dengan otomatis. Sementara itu Hong Pin yang roboh terguling, cepat ia meletik bangun, kini ia siap sedia dengan tongkatnya menjaga serangan balasan Kang Hoo, tapi lama ia berdiri tak terdengar lawan melakukan serangan, bahkan dengan suara datar ia mendengar kata-kata Kang Hoo, Hong Pin, kau masih penasaran? 215 Hmmm. Ilmumu memang luar basa, jawab Hong Pin. Hari ini aku benar-benar tunduk! Tapi ingat, dendam itu belum bisa dilenyapkan. Nah kalau kau mau balas menyerang, silahkan. Sudah kukatakan. jawab Kang Hoo. Aku tidak punya permusuhan. Untuk apa balas menyerang? Nah kau boleh pergi. Setelah berkata begitu, Kang Hoo lalu membalikkan badan, ia meninggalkan Hong Pin, kemudian lompat naik ke lubang goa. Hong Pin mendengar langkah kaki Kang Hoo meninggalkan dirinya, dan dengan rasa penuh kemendongkolan karena tak dapat membalas dendam suhunya kepada murid Pek-kut Ie-su yang juga merupakan musuhnya, juga karena akibat asap beracun, pukulan Pek-kut Ie-su, maka sepasang matanya menjadi buta. Kini ia hanya bisa menghela napas panjang, jalan meninggalkan lemba. ooOOoo Dl DALAM GOA, Kang Hoo duduk di atas batu, seruling peraknya diselipkan di pinggang, kepalanya menunduk ke bawah, ia memikirkan nasibnya. Aneh! Apakah ucapan si buta itu benar? Kang Hoo berkata sendiri. Kalau Pek kut Ie su yang dimaksud Hong Pin adalah guruku, pastilah urusan akan lebih runyam lagi. Tapi mana mungkin suhu memiliki sifat kejam demikian rupa, hingga ia membunuh seluruh isi pulau Cin-hong to, meskipun suhu memiliki sifat-sifat aneh. Ia memang aneh, setelah dua tahun melatih diriku di atas puncak gunung Hong Tong san dalam goa Hoa ie tong, ia menyuruh aku terjun ke dalam jurang, hingga sampai satu hari penuh tubuhku melayang-layang di udara terbuka menembusi awan, kemudian menggelinding di lamping-lamping gunung, lalu jatuh masuk ke dalam sungai. Kang Hoo bicara sendirian di dalam goa itu, pikirannya jadi dipenuhi serbu satu macam pertanyaan. Apakah benar suhunya Pek kut Ie-su adalah seorang iblis kejam? Ia terus duduk terpekur di dalam goa hingga matahari tenggelam. Hari berganti malam. Bagaimana Kang Hoo bisa berada di dalam goa itu. Maka mari kita kembali mengikuti kejadian ketika ia lompat terjun dari puncak Hong-tong-san. MEMUTAR balik kisah sebelumnya. Setelah Kang Hoo lompat keluar dari dalam goa Hoa ie-tong, tubuhnya melayang-layang turun ke bawah, waktu itu, hati kecilnya menunggu-nunggu sang guru yang akan segera turun tangan memberi bantuan agar dirinya jangan sampai jatuh terbanting pada batu-batu cadas yang banyak terdapat di lereng gunung. 216 Tapi setelah ia melewati kepulan awan, sang guru belum juga tampak melayang turun. Karena memang saat itu gurunya di dalam goa Hoa-ie-tong sudah menghembuskan napasnya yang penghabisan. Setelah satu hari ia jatuh melayang ke bawah, ia baru bisa melihat bagaimana keadaan di bawah, diantara menghijaunya bumi, kian lama tampak tonjolan-tonjolan batu di lereng gunung. Hatinya jadi kaget bukan kepalang, kalau saja tubuhnya jatuh membentur batu pastilah akan jadi hancur lebur. Beruntung ketika ia hampir jatuh di kaki gunung, berada di atas sebuah pohon, maka cepat ia menjambret ranting pohon, tapi karena ia baru saja jatuh dari tempat yang sangat tinggi, begitu ranting pohon itu dijambret, maka ranting tadi sudah terbawa bobot berat badannya kemudian patah. Dan badan Kang Hoo jatuh ke bawah, lalu bergelundungan ke bawah lamping gunung. Beruntung Kang Hoo pernah mendapat latihan ilmu silat dari guru pertamanya Beng Cie Sianseng, ketika badannya jatuh menggelundung ke bawah lamping gunung, ia dapat menghindari benturan-benturan batu gunung pada kepalanya, kemudian tubuhnya yang terus bergelundungan terus masuk kecemplung ke dalam sungai. Mustika Gaib Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kang Hoo tak pandai berenang, begitu kecemplung ke dalam sungai, kontan tubuhnya kelelap ke dalam air. Hingga tiba di dalam sungai. Di dasar sungai, ia merayap berusaha menuju ke tepian. Meskipun ia tahu, kalau waktu itu ia tidak bisa membedakan mana bagian tepi dan mana bagian tengah sungai tapi terus saja ia merayap di dasar sungai. Dan bila setelah ia menemukan tepi sungai, ia akan segera merambat naik ke atas. Dan tak lama, benar saja, kepalanya membentur tanah tepi sungai. Hatinya jadi girang, ia lalu berdiri, dan merambat naik ke atas. Bruuuuh.... Kang Hoo menyemburkan air dalam mulutnya. Kemudian ia lompat naik ke darat. Tangannya segera meraba pada pinggangnya. Ia kuatir seruling pemberian suhunya jatuh ke dasar sungai. Tapi seruling itu masih berada di tempatnya. Di tepi sungai Kang Hoo bisa melihat keadaan sekitarnya, ternyata sungai itu terletak diantara dua lamping gunung yang sempit. Kang Hoo mencari goa untuk ia istirahat, dan setelah ia mendapatkan lubang goa, ia duduk bersandar di depan pintu goa. Dimana ia duduk melamun hingga hari menjadi gelap dan sinar rembulan perlahan-lahan memancarkan sinarnya. Selagi Kang Hoo memandangi sang rembulan yang baru muncul di atas langit, mendadak saja telinganya mendengar suara berisik dari dalam goa, suara berisik tadi membuat lantai goa jadi bergetar keras. Saking herannya ia lompat bangun 217 memandang ke dalam goa. Waktu itu sinarnya rembulan bisa menerangi lubang goa, tapi sinar bulan itu tak bisa terus menerangi goa bagian dalam di sana tampak gelap, dan suara berisik itu keluar dari dalam goa, menimbulkan getaran pada lantai goa. Dengan mempelototkan mata lebar-lebar, Kang Hoo terus menatap ke dalam. Sedang suara berisik makin santer. Dan tak lama kemudian ia jadi lompat mundur ke belakang, karena dari dalam goa ituvseperti menggulung air bah menerjang dirinya. Belum lagi Kang Hoo bisa berbuat apa-apa, gulungan yang tampaknya seperti air bah itu sudah berada di depan mata, kemudian berpencaran dan menggulung. Kini sepasang mata Kang Hoo bisa melihat kalau benda yang merupakan air bah itu ribuan ekor tikus yang mengeluarkan suara mencicit sangat berisik. Tampak tikus-tikus tadi seperti akan menyerang dirinya, tapi aneh, tak seekor tikuspun dapat mendekatinya, begitu mereka maju beberapa kaki di depan Kang Hoo, mendadak mereka berkelilingan memutari diri si pemuda yang berdiri mematung terlongong- longong. Tambah lama ribuan ekor tikus yang berlarian mengelilingi dirinya tambah banyak, bertumpukan dan kemudian saling gigit sendiri diantara kawan mereka. Membuat peristiwa itu tambah membingungkan. Waktu itu Kang Hoo masih belum sadar, kalau ia sedang menghadapi rombongan tikus kelaparan yang berusaha menggerogoti dirinya, tapi ribuan tikus itu tak dapat mendekati si pemuda, disebabkan bekerjanya ilmu aneh Karakhter. Meskipun tikus-tikus yang berlarian mengelilingi dirinya tak bisa mendekati ia, tapi suara mencicit dari tikus itu membuat telinganya jadi berdengung, dan tiba- tiba saja tanpa disadari, ia meraba seruling perak. Lalu meniup seruling itu dengan menirukan suara cicit tikus. Maka di empat penjuru lubang goa itu memancar sinar terang yang keluar batang seruling. Ribuan tikus yang sedang saling gigit diantara kawan-kawan mereka sendiri begitu mendengar suara seruling, dan mendadak di dalam goa jadi terang benderang, ribuan tikus menghentikan gerakannya, suara berisik dari cicitannya juga sirap seketika, dan tampak tikus-tikus itu mengangkat sepasang kaki depannya, memandang Kang Hoo, tentunya keadaan tikus-tikus yang tertindih di bawah kawan mereka berusaha keluar untuk melihat datangnya suara tadi. Kang Hoo bisa melihat bagaimana mendadak tikus-tikus itu menghentikan gerakannya, mereka pada berdiri dengan mengangkat kaki depan dan mulut yang berkumis bergerak-gerak memandang pada Kang Hoo. Kang Hoo masih terus meniup seruling, dengan nada suara mencicitnya tikus, kemudian kakinya melangkah maju selangkah ke dalam goa, ia ingin melihat bagaimana sikap tikus- tikus ini. 218 Begitu kaki Kang Hoo melangkah maju, tumpukan tikus yang berada di depannya segera lari serabutan, mereka seperti membuka jalan, lari serabutan ke pinggir goa, lalu berdiri mengangkat kaki depannya memandang Kang Hoo. Karena selama di dalam goa Hoa-ie-tong, Pek kut Ie-su alias Kong sun But-Ok juga melatih ia bagaimana cara meniup seruling, maka Kang Hoo kini merobah nada suara tiupan seruling itu menjadi lebih tinggi, tapi suaranya masih tetap bagaikan suara tikus, tapi seperti tikus yang sedang marah dan sedang bertempur. Mendengar suara seruling berubah, tikus-tikus yang sedang mengangkat kaki depannya berdiri memandang Kang Hoo menjadi buyar, mereka serabutan lari kabur, masuk kembali ke dalam goa, hingga yang tinggal di sana hanya tikus-tikus yang binasa karena digigit kawan-kawan mereka sendiri ketika tadi berebut ingin menggerogoti Kang Hoo Melihat kejadian itu, hati Kang Hoo jadi gembira, ia menghentikan suara tiupan serulingnya, kemudian duduk bersandar di dalam lubang goa. Menunggu gerakan tikus-tikus itu selanjutnya. Lama ia duduk, ternyata tikus-tikus tadi masih belum berani balik kembali, suara cicitnyapun tak terdengar. Mereka kabur, gerutu Kang Hoo. Seruling ini memang ajaib. Setelah menggerutu demikian. Kang Hoo memejamkan matanya, karena sangat lelah, ia ingin segera tidur. Tapi baru saja matanya terpejam, ia mendengar kembali suara larinya beberapa ekor tikus, maka cepat ia menbuka mata, dan benar saja di depannya sudah berdiri lima ekor tikus yang mengangkat kedua kaki, memandang Kang Hoo. Melihat itu Kang Hoo jadi tersenyum ia membiarkan tikus-tikus itu memandangi dirinya, dan karena lelah hampir sehari penuh jatuh dari atas puncak gunung, ia tertidur pulas. Begitu sinar matahari menerpa wajahnya Kang Hoo kaget, buru-buru membuka matanya dan begitu sang mata terbuka, yang pertama dilihatnya, di sana mendekam lima ekor tikus. Lima ekor tikus itu begitu melihat Kang Hoo bergerak, mereka serentak lari ke dalam goa. Kang Hoo tidak mau memperdulikah tikus-tikus tadi, ia menuruni tebing, lalu mandi di sungai dan mencuci celana. Setelah selesai mencuci celana dan mandi ia lalu masuk lagi ke dalam goa. Karena kuatir kalau-kalau tikus-tikus yang jumlahnya ribuan itu akan menyerang lagi, ia meniup seruling. Tapi suara tiupan itu sangat lemah. Lalu ia jalan masuk menyusuri lubang goa. Di dalam lubang goa itu rupanya menjadi sarangnya ribuan tikus, begitu Kang Hoo memasuki lubang goa dimana tikus-tikus itu serabutan memberi jalan lalu seruntulan jalan di belakang Kang Hoo. Keadaan di dalam goa kian lama kian gelap juga, tapi sinar terang yang keluar dari batang seruling membuat keadaan dalam 219 lorong goa menjadi terang, hingga ia bisa melihat bagaimana lubang goa yang panjang berliku-liku. Setelah setengah harian ia jalan, maka tibalah ia di mulut goa bagian belakang. Begitu Kang Hoo sampai di mulut goa belakang, ia bisa melihat pemandangan di luar goa merupakan sebuah lembah. Dan letak lubang goa berada di atas sebuah lamping gunung, di depan goa terdapat beberapa batang pohon Siong. Kang Hoo segara lompat turun ke bawah, ia mencari buah-buahan untuk tangsal perut. Ketika matahari terbenam, entah bagaimana, tanpa disadari, Kang Hoo mengeluarkan beberapa kalimat, menyebut nama Tuhannya, dan ketika itu salah seorang dari anggota golongan Kalong berseragam dan berselubung muka hitam yang sedang mengadakan penyelidikan guna mencari rahasia Angsa Emas telah mendengar suara itu. Ia memberi laporan pada sang pemimpin, maka di pagi buta terjadilah peristiwa dimana puluhan orang-orang seragam hitam menerjang masuk ke dalam goa untuk membunuh Kang Hoo. Tapi mereka telah pada terpental kembali. Selanjutnya kejadian tersebut telah kita lihat di bagian depan. Yang berakhir Kang Hoo berkenalan dengan pemuda samaran Hong Pin. Sesudah Hong Pin mengetahui kalau Kang Hoo adalah murid Pek-kut Ie-su yang merupakan musuh besar dari suhunya dan dirinya maka ia telah berusaha untuk membunuh Kang Hoo, tapi kekuatan ilmu Karakhter yang ada pada diri Kang Hoo menunjukkan keajaibannya hingga membuat Hong Pin mati kutu dan pergi meninggalkan lembah. DI DALAM GOA, Kang Hoo terus duduk terpekur memikirkan nasibnya yang buruk. Karena gara-gara agama baru yang dianut ayahnya, ia mesti menjadi seorang pemuda yang yatim piatu. Mengingat ia telah melepas janji pada Hong Pin untuk mencari Angsa Emas Berkepala Naga, maka hari itu juga ia meninggalkan goa menuju ke Kun-san, ia mesti menyelidiki lebih dulu sumber tersiarnya berita tentang adanya itu patung Angsa Emas Berkepala Naga. Guna tidak merasa kesepian dalam perjalanan, ia meniup serulingnya mengeluarkan irama tikus, maka ribuan tikus mendengar suara itu, mereka seperti diperintah, sudah pada jalan berbondong-bondong di belakang Kang Hoo, berjalan di jalan-jalan pegunungan. Dan ketika hari gelap ia baru tiba di daerah Kun san. Malam hari, Kang Hoo tidur di atas dahan pohon. Haripun berganti pagi. Matahari kembali menyinari bumi, totolan embun di daun pohon terbang terhisap panasnya sang surya. Daun-daun pohon bergoyang ditiup 220 angin pagi, diantara sekian banyak rimbunnya daun-daun pohon yang tumbuh di atas Kun san, tampak melingkar di satu cagak dahan, seorang pemuda yang masih menggeros tidur. Pemuda itu bukan lain adalah Kang Hoo, si jago Karakhter, dengan badan atas telanjang, ia menggeletak melingkar ditutupi rimbunnya daun pohon di atas cagak dahan. Celananya robek di sana sini, di pinggangnya terselip sebuah seruling perak. Waktu itu sebenarnya Kang Hoo sudah mengetahui perobahan malam berganti pagi tapi ia masih bermalas-malasan, melingkar terus. Teringat akan janjinya pada Hong Pin, buru-buru Kang Hoo lompat turun dari atas cabang pohon dimana ia melingkar, gerakan pemuda sangat aneh, karena dalam lompat turun ke tanah, ia tidak bangun lagi, langsung sambil merngkar ia menggulingkan dirinya, tampaknya seperti seorang yang jatuh dari atas pohon, tapi begitu sampai di tanah, mendadak tubuhnya meletik dan berdiri. Ribuan tikus yang berada di bawah pohon, begitu mereka melihat tubuh Kang Hoo jatuh, mereka serabutan lari menyingkir dengan mengeluarkan suara cicit yang ramai. Hingga begitu Kang Hoo berdiri tegak di atas tanah, ia sudah berada dalam kurungan tikus-tikus. Sejenak ia memperhatikan keadaan tikus-tikus yang sudah tertarik dengan suara serulingnya. Hatinya berkata, Tikus-tikus ini mana mungkin selamanya mengikuti aku terus. Sebaiknya kutinggalkan di tempat ini, kalau kubawa terus- terusan bisa-bisa akan menimbulkan perkara aneh yang baru, ada kemungkinan mereka akan menjadi ganas dan, menggerogoti daging manusia. Betul terhadap aku mereka tak melakukan serangan, karena mereka tertarik dengan suara seruling ini. Tapi terhadap lain orang aku tak dapat membayangkan bagaimana akibatnya apabila ribuan tikus ini berkeliaran dalam pergaulan manusia. Setelah berkata begitu dalam hatinya, lalu ia meniup seruling peraknya, untuk mengusir pergi ribuan ekor tikus itu. Ribuan tikus mendengar suara itu, mereka jadi kaget, serabutan mundur menjauhi Kang Hoo, dan saat itu dengan kecepatan luar biasa tubuh Kang Hoo melesat kabur meninggalkan tempat itu. Sebentar saja Kang Hoo telah melewati beberapa puluh lie, jauh di depannya sudah tampak membayang bangunan-bangunan kelenteng yang banyak bertebaran di atas Kun san tapi, dari sekian banyak kelenteng itu, di sana sudah kosong tak ada seorang padri atau tosu maupun lhama yang mendiami. Keadaan di sekitar halaman kelenteng merupakan hutan, rumput alang-alang sudah tumbuh tinggi di sana. Menemukan pemandangan itu, Kang Hoo dibuat bingung, kemana ia harus mencari itu Angsa Emas Berkepala Naga, menurut keterangan Hong Pin, sumber berita dari itu benda emas muncul dari atas Kun san, tapi kelenteng-kelenteng di 221 tempat ini semua sudah kosong tak berpenghuni, ia juga lupa menanyakan di sebelah mana ia harus mencari itu Angsa Emas Berkepala Naga. Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo