Ceritasilat Novel Online

Mustika Gaib 6


Mustika Gaib Karya Buyung Hok Bagian 6


Mustika Gaib Karya dari Buyung Hok   heeee ...   Kong sun But Ok terus tertawa melihat perobahan wajah Kang Hoo, lalu katanya, Mungkin hatimu mengatakan aku ini seorang gila.   Heeeheee .....   Ah.   Mana berani, seru Kang Hoo terkejut.   Hmmm, huaaheeeee.......   kembali Kong- sun But Ok tertawa lagi, Nah mulai hari ini kau akan kujadikan muridku, aku akan menurunkan ilmu bathin yang selama puluhan tahun ini kuciptakan, nanti setelah kau menerima ilmu itu kau bisa malang melintang di atas dunia ini.   Tapi sebelumnya kau harus membaca dulu surat Al-faatihah, sebanyak tujuh kali di hadapanku.   Apa kau bisa? Kang Hoo mengangguk kepala, lalu ia mulai membacakan apa yang diminta oleh orang tua itu.Tapi setelah Kang Hoo membaca surat Al Faatihah, sebanyak satu kali, mendadak Haji Kong-sun But Ok mengerutkan kening, katanya dingin, Aku tidak butuh lagu suara itu.   Kau baca dengan bahasa kita! 118 Tafsirnya? tanya Kang Hoo.   Ya.   Tafsirnya, tidak guna kau melagukan ayat demi ayat, bila kau tidak mengerti bagaimana bunyi tafsirnya.   kata Haji Kong-sun But Ok.Maka setelah memandang sang guru, Kang Hoo membacakan tafsir dari Al Faatihah di depan sang guru.   Ucapnya dengan pemusatan pikiran ke hadapan Tuhan,1.   Dengan nama Allah yang Pemurah dan Pengasih.2.   Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.3.   Yang Maha Pemurah dan Pengasih, 4.   Yang memerintah di hari Qiamat.5.   Engkaulah yang kami sembah dan Engkaulah yang kami minta tolong.6.   Tunjukkanlah kami ke jalan yang benar.   Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai, dan bukan pula jalannya orang yang sesat.Terimalah ya Tuhanku.Sambil duduk bersila di atas pembaringan kayunya, Kong-sun But Ok mendengarkan terus Kang Hoo membacakan tafsir dari ayat Al Faatihah sebanyak tujuh kali.   Setelah selesai Kang Hoo membacakan ayat itu, Haji Kong-sun But Ok, manggut-manggut, ia tersenyum, Bagus, bagus ......   mulai detik ini kau kuangkat jadi muridku, menerima gemblengan lahir bathin.   Nah kau bangkitlah.   Mendenpar perintah itu, Kang Hoo segera bangkit berdiri di depan sang guru agamanya.Kong-sun But Ok masih duduk bersila di atas pembaringannya.   Ia memandang Kang Hoo, lalu katanya,' Pelajaran pertama.   Pusatkan seluruh perhatianmu! Ciptakan hawa amarahmu! Mendapat perintah latihan pertama yang demikian rupa Kang Hoo, jadi berdiri bengong memandang sang guru.   Ah, Ayo! Jangan mematung begitu, bentak Kong- sun But Ok.   Guru, ....   ini mana mungkin, kata Kang Hoo memandang gurunya, Menciptakan hawa amarah, bukankah itu bertentangan dengan ajaran agama.   Kita harus menjauhkan sifat-sifat jelek, melenyapkan perasaan sirik dengki, menciptakan situasi damai pada jiwa kita.   Hari ini guru memerintah aku menciptakan hawa amarah.   Mana bisa.   Mata Kong-sun But Ok, berputaran memperhatikan Kang Hoo, yang berani membantah perintahnya, tampak begitu pipi tuanya yang keriput itu bergerak- gerak, entah perasaan apa yang dikandung dalam dada si orangtua aneh itu.Sementara itu Kang Hoo masih terus berdiri mematung, hatinya sedikit bergidik menyaksikan sikap gurunya yang demikian rupa.   Tanpa disadari, kakinya bergeser mundur ke belakang dua tindak.   Nggg ...   menggereng Kong-sun But Ok menyaksikan sang murid mundur ke belakang, lalu katanya, Kau maju dua langkah! Mendengar perintah maju dua langkah, sepasang kaki Kang Hoo, bergerak maju lagi dua langkah, mendekati sang guru.   Apakah kau masih ingin mengangkat aku menjadi guru? tanya Haji Kong-sun But Ok.Kang Hoo mengangguk kepala.   Tapi mulutnya bungkam.Kong-sun But Ok masih duduk bersila di atas pembaringan kayunya, ia 119 mengangguk angguk kepala lalu katanya, Dengarlah! Pusatkan perhatianmu! Ciptakan hawa amarah.   Kembali Kang Hoo mendapat perintah latihan demikian, hatinya jadi gelisah mengapa gurunya ini memerintahkan ia menciptakan hawa amarah Bukankah itu bertentangan dengan ajaran agama.   Meskipun ia mesti melanggar ajaran agama itu.   Tapi bagaimana secara mendadak tanpa hujan tanpa angin bisa timbul hawa amarahnya.   Maka cepat-cepat ia berkata, Guru.   sebenarnya......   hamba bagaimana bisa menciptakan bawa amarah itu.   Ini sulit.   Mendengar jawaban Kang Hoo demikian rupa, Kong-sun But Ok tertawa terbahak-bahak, lalu sambil menunjuk-nunjuk dengan suling peraknya, ia berkata, Aku tahu, aku tahu, jawabanmu ini benar nah, begitulah harusnya kau menjawab, jangan sok pintar soal agama.   Aku ini Haji, bertahun-tahun mengembara di tanah suci Mekah, aku lebih tahu darimu.   Hmm.   Untuk menciptakan hawa amarah, sebenarnya itu mudah kulakukan dengan meniup seruling ini, aku bisa membuat kau marah seperti kerbau gila.   Tapi itu tidak sempurna, ilmu yang akan kuturunkan harus dipupuk dari semangatmu sendiri tanpa bantuan suara suling.   Apa kau mengerti maksudku? Meskipun ia tidak mengerti akan apa yang diucapkan sang guru.   Kang Hoo menganggukkan kepala, jawabnya, Ya.   Jawaban singkat Kang Hoo itu terpaksa, ia kuatir kalau gurunya nanti menunjukkan wajah seperti tadi, Wajah itu sangat menakutkan.   Maka meskipun ia sendiri kurang mengerti apa maksud kata gurunya tadi la menjawab saja Ya.   Urusan belakang bagaimana nanti saja.   Apa kau sudah mulai memusatkan pikiranmu? tanya Haji Kong-sun But Ok.   Teecu akan mulai.   jawab Kang Hoo tergetar.   Nah cobalah, seru sang guru.Kang Hoo memejamkan sepasang matanya, ia memusatkan pikirannya mengumpulkan hawa amarah.   Otaknya diperas guna menciptakan hawa marah tadi.   Pikirannya diarahkan pada lawan-lawan yang pernah melukainya.   Dibayangkannya manusia-manusia seragam hitam beselubung muka yang membunuh ayahnya serta melukai dirinya.   Tapi yang timbul bukanlah hawa amarah sebaliknya, rasa sedih yang mempengaruhi jiwanya, sedih ia teringat bagaimana sang ayah binasa di tangan musuh gelap, dan bagaimana ia melihat sendiri mayat ayah itu mencair.   Tanpa dirasa matanya yang dipejamkan itu mulai membasah.Kong-sun But Ok memperhatikan keadaan Kang Hoo, ia melihat sepasang mata si pemuda yang terpejam itu mengembang air, cepat ia membentak, Anak tolol! Aku bukan suruh kau bersedih hati.   Mendengar suara bentakan sang guru, Kang Hoo jadi kaget, ia tersentak, matanya dibuka, dengan lengan bajunya ia menggosok air mata tadi.   Katanya gemetar, Teecu teringat akan ayah.   120 Hmm.   Kalau kau tidak mampu memusatkan pikiranmu, kata Kong-sun But Ok, Baiklah aku akan mengambil cara lain.   Nah sekarang kau robek baju rombengmu itu.   Kembali Kang Hoo dibuat bingung mendengar perintah sang guru.   Tapi ia tidak mau banyak pikir, cepat ia merobek bajunya yang sudah rombeng.   Maka di dalam goa itu terdengar suara memberebet yang panjang.   Dan berbarengan dengan sirapnya suara koyakan baju itu, di tangan Kang Hoo sudah memegang sobekan kain bajunya.   Kurang lebar.   seru sang guru.   Kurang lebar? Kang Hoo berkata dalam hatinya.   Lalu ia membuang sobekan itu di lantai goa.   Kemudim membuka bajunya dan baju yang telah dibuka itu, dirobek-robeknya menjadi beberapa lembar.   Lalu ditunjukkan di depan sang guru.Menampak kelakuan gila Kang Hoo.   Dengan masih duduk bersila di atas ranjang kayu Kong sun But Ok tersenyum, katanya, Berikan aku salah satu sobekan itu.   Kang Hoo memberikan selembar koyak-koyakan kain bajunya yang terlebar pada sang guru, sedang sisa yang lainnya masih dipegangnya di tangan kiri.Sambil manggut-manggut, Kong sun But Ok menerima sobekan baju Kang Hoo, lalu ia meletakkan suling peraknya di atas pangkuan, sobekan baju tadi, diperas-perasnya berulang kali.   Tampak wajah Haji Kong sun But Ok serius, seperti ia sedang mengerahkan tenaganya untuk menghancurkan sobekan kain tadi,Tapi sobekan kain tadi bukan dihancurkan setelah diperas-perasnya, lalu ia membuat tiga buah ikatan simpul.   Setelah itu baru ia memandang Kang Hoo katanya, Perhatikan!''Berbarengan dengan kata-katanya, Kong-sun But Ok melemparkan sobekan baju Kang Hoo, ke atas langit-langit goa, maka sobekan baju itu meluncur terbang ke atas, berbareng mana, setelah ia melemparkan sobekan baju tadi, tangannya cepat mengambil itu seruling perak, lalu seruling tadi dilempar ke atas menyusul meluncurnya sobekan kain baju.Luncuran suling perak yang cepat itu membentur sobekan baju di tengah udara, kemudian terangkat naik ke atas lalu membentur langit-langit goa.Kang Hoo yang terus memperhatikan kelakuan gurunya, ia mempelototkan sepasang matanya, hatinya tidak mengerti, tapi ia tidak sempat bertanya apa maksud gurunya berbuat demikian, jelas sekali bagaimana suling perak itu meluncur menerjang sobekan kain bajunya lalu menancap membentur langit-langit goa batu.   Dan sobekan baju tadi ditembusi suling, tiga simpul ikatan pada kain baju itu terjuntai ke bawah.   Hmm.   Dengar! seru Haji Kong-sun But Ok.Mendengar seruan sang guru, Kang Hoo memandang wajah gurunya dengan penuh perhatian.   Untuk melatih menciptakan hawa amarah.   Kau pukullah tiga simpul kain itu di atas langit-langit goa.   Mendengar keterangan gurunya demikian rupa Kang Hoo menengadah ke atas, ia memperhatikan tiga simpulan sobekan kain baju itu di atas langit-langit goa.   121 Meskipun langit-langit goa itu tingginya lebih dari tiga meter, tapi dengan mengandalkan latihan lompat tinggi yang ia pernah latih di bawah asuhan Beng Cie sianseng, baginya tidaklah sulit untuk dapat melakukan serangan di atas tadi.   Tapi ia masih bingung, apakah dengan cara demikian benar bisa menciptakan hawa amarahnya.   Sesaat ia masih memandangi ke atas langit-langit goa batu, gurunya sudah berkata lagi, Sebelum kau berhasil melakukan latihan ini, kau dilarang meninggalkan goa, kecuali waktu makan dan waktu kau sembahyang, selainnya kau harus terus berlatih memukul tiga simpulan kain di atas sana.   Sembahyang? seru Kang Hoo.   Ya.   jawab sang guru tersenyum.   Lima waktu.   Ingat jangan kau lalaikan.   Sebenarnya, latihan ini harus diiringi dengan latihan semadhi, tapi semadhi itu mirip dengan ajaran Budha.   Maka dengan jalan melakukan sembahyang lima waktu, itu sama saja kau bersemadhi memusatkan pikiran pada Tuhan Yang Maha Esa.   Inilah ciptaan ilmuku.   Kau nanti akan tahu bagaimana hasil dari latihan ini.   Di bawah goa ini terdapat sebuah goa merupakan mata air, kau boleh turun ke sana menggunakan akar rotan untuk kau membersihkan dirimu, dan mengambil wudlu (air sembahyang).   Ingat goa ini menghadap ke timur, jika kau hendak melaksanakan lima waktu kau harus menghadap ke barat.   Mengerti? Kang Hoo nengangguk.   Ayo mulai! perintah sang guru.Kang Hoo memandang ke atas langit-langit goa lalu ia melempar sisa sobekan bajunya di lantai kemudian ia mengempos tenaganya lalu lompat melambung ke atas memukul sobekan kain bersimpul tiga itu.Gerakan pukulan pertama tadi berhasil dengan baik, Kang Hoo dengan mudahnya memukul sasarannya, kemudian tubuhnya kembali turun ke bawah.   Lalu ia memandang sang guru.   Lihat apa? Tanya Kong-sun But Ok, ketika melihat muridnya itu memandang dirinya.   Kau pukul benda di atas itu, pusatkan perhatianmu, anggap benda itu musuhmu.   Ingat jangan berhenti kalau aku tidak memberi perintah.   Kalau kau masih bego saja, kulempar kau keluar goa.   Anak tolol! Mendengar makian sang guru, Kang Hoo tidak berani membantah, ia cepat melakukan serangan lagi pada simpulan kain di atas langit-langit goa.   Kali ini gerakannya dilakukan berulang-ulang, bila ia telah tiba kembali di lantai goa, kembali melejit memukul ke atas.   Latihan berlangsung terus, mataharipun mulai doyong ke barat, hari menjadi sore.Kang Hoo yang melakukan latihan aneh itu, napasnya sudah tersengal, badannya sudah mandi keringat, bahkan pada badannya sudah terdapat luka-luka.   Karena dalam latihan itu, tidak jarang Kang Hoo mesti jatuh terguling di lantai dan membuat badannya yang sudah tak berbaju itu mesti merasakan bagaimana tajamnya batu-batu gunung di dalam goa.   Tapi ia tidak mau memperdulikan itu semua, tambah ia mendapat luka tambah semangatnya terbangun.   Untuk 122 mengulangi menyerang sobekan kain di atas langit-langit goa.Ketika napasnya sedang memburu melakukan gerakan latihan aneh itu, mendadak saja terdengar sang guru berkata, Berhenti! Waktu Ashar! Kau harus sembahyang empat raka'at.   Mendengar perintah suhunya, Kang Hoo cepat menghentikan latihan.   Tubuhnya sudah basah mandi keringat!Melihat kalau Kang Hoo sudah basah kuyup dengan keringat juga napasnya tersengal-sengal Kong-sun But Ok berkata.   Kau makan dulu buah di dalam kuali batu itu di luar sana.   Setelah itu kau boleh merambat turun mencuci dirimu mengambil wudhu.   Kau harus melakukan sembahyang di tempat ini.   Kang Hoo tidak berani membantah perintah gurunya, ia berjalan keluar mengambil buah di atas kuali tanah.   Dengan napas ngos-ngosan ia melahap buah tadi.   Setelah itu baru dengan menggunakan akar rotan ia merosot lurun ke arah goa dimana terdapat mata air.Tak lama Kang Hoo sudah merambat kembali naik ke atas goa.   Mustika Gaib Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lecet-lecet pada kulit badannya sudah dicuci bersih.   Ia menghadap sang guru.Kong-sun But Ok mengetahui kalau sang murid sudah kembali ke dalam goa.   Dengan masih duduk bersila ia berkata, Nah, tunggu apa lagi, ini waktu Ashar jangan sampai terlambat! Ya, ya, teecu tahu, jawab Kang Hoo, ia memperhatikan letak tempat dalam goa itu, pintu goa menghadap ke timur jadi ia harus menghadap ke barat ke arah qiblat.   Yang berarti ia mesti menghadapi gurunya yang masih duduk bersila di atas pembaringan kayu.Selagi Kang Hoo memperhatikan keadaan tempat itu, sang guru sudah bertanya lagi, Apa celanamu sudah kau cuci bersih? Kang Hoo mengangguk.   Nah sembahyanglah, gunakan tikar anyam itu! Mendapat perintah itu, Kang Hoo tidak berani membantah ia mulai berdiri tegak menghadap qiblat lalu hatinya berniat.Sementara itu Kong-sun But Ok masih terus duduk di atas pembaringan kayunya memperhatikan Kang Hoo yang mulai melakukan sembahyang.Kang Hoo tahu kalau gurunya Haji itu masih duduk di depannya, tapi ia tidak mau perduli terus melakukan sembahyang hingga selesai empat rakaat.   Setelah mana barulah ia berdiri.   Bagus! kata Kong sun But Ok.   Guru, seru Kang Hoo, Mengapa guru tidak sembahyang? Anak setan? bentak haji Kong-sun But Ok, Kau jangan banyak cerewet turut saja perintahku.   Nah sekarang mulai kau berlatih lagi, nanti waktu Magrib kau mesti melakukan sembahyang lagi.   Kalau kau masih berani banyak mulut akan kucekik batang lehermu.   Mendengar kalau sang guru menjadi marah besar.   Kang Hoo jadi merengket ia cepat membalik badan memulai latihannya, dalam hati Kang Hoo berkata, Haji gila! Orang dipaksa sembahyang ia sendiri duduk nongkrong di atas tempat 123 tidur! Hatinya berkata demikian, tangan dan kaki Kang Hoo bergerak melakukan latihan mengerahkan hawa amarah.Latihan tadi berlangsung sampai malam, waktu Maghrib dilewati.   Menyusul mana waktu Isya berlalu.Kang Hoopun tidak lupa pada setiap waktu itu melakukan sembanyang tapi sang guru, haji Kong-sun But Ok masih terus saja duduk nongkrong di atas pembaringan kayunya ia tidak pernah melakukan sembahyang.Pengalaman satu hari itu di bawah didikan guru barunya, Kang Hoo mendapatkan pengalaman baru yang sangat aneh, karena di dalam goa pada malam hari itu, keadaan tampak terang, sinar terang mana ternyata keluar dari suling perak sang guru di atas langit-langit batu.Siang tadi Kang Hoo tidak melihat adanya cahaya pada suling perak itu, tapi ketika hari memasuki waktu Magrib, pada batang seruling tampak titik-titik mengkilat yang memantulkan cahaya.   Beginilah setiap hari kau mesti melatih, kata Kong-sun But Ok, Setelah lewat waktu Isya kau baru boleh berhenti berlatih.   Dan itu suling perak mengandung titik sinar di malam hari.   Kau jangan heran di dataran Tiongkok negeri kita ini, bukankah banyak benda mustika seperti itu.   Tapi suling ini kudapatkan dari negeri Bagdad.   Rupanya dunia ini sangat luas, dan sangat banyak dengan keanehan- keanehan, bukan saja negeri kita yang memiliki banyak benda-benda aneh, tapi negeri lain juga tidak kurang terdapat benda-benda' antik.   Nah, seperti suling itu, ku dapat hadiah dari seorang Arab di tanah Bagdad.   Negeri dari seribu satu malam, Kang Hoo mendengar cerita gurunya yang pernah mengembara ke benua Arabia itu.   Meskipun telinganya mendengarkan semua kata-kata gurunya, tapi pikirannya masih di buat bingung.   Bukankah gurunya ini seorang Haji? Mengapa ia tidak melakukan sembahyang lima waktu? Terus-terusan duduk nongkrong di atas ranjang kayunya.   Juga Kang Hoo sedikit heran, sang guru itu setahunya sejak ia berada dalam goa belum pernah makan barang sedikitpun apa ia tidak merasa lapar?Berpikir bolak-balik akhirnya hati kecil Kang Hoo berkata, Apakah aku benar- benar telah mendapatkan seorang guru otak miring? Apakah ia ini seorang Haji gila? Tapi kata hati kecilnya itu ia tak berani utarakan di depan gurunya.   Kuatir kalau sang guru timbul marahnya.   Nah, kau istirahat di goa depan, besok subuh, setelah kau melakukan sembahyang dua rakaat, kau mulai lagi melatih mengerahkan hawa amarahmu.   Ingat diwaktu malam jangan ganggu aku! Mendengar perintah gurunya, Kang Hoo membalikkan badan ia jalan keluar goa depan, lalu karena lelahnya terus saja membaringkan diri dan tak lama kemudian ia sudah tidur menggeros.   HARI PAGINYA.Sehabisnya sembahyang subuh, Kang Hoo memulai lagi latihannya.   124 Haji Kong-sun But Ok masih duduk bersila di atas ranjang kayu, memperhatikan sang murid yang lompat ke atas memukul-mukul ikatan simpul sobekan baju di atas langit-langit goa.Gerakan lompatan Kang Hoo, dalam melakukan serangan pukulan ke atas itu begitu indahnya, ia menggunakan jurus-jurus ilmu silat yang pernah ia pelajari dari Beng Cie sianseng.Tapi pagi ini setelah beberapa kali, ia melakukan serangan pukulan itu, ia tidak dapat berdiri tegak lagi begitu turun di bawah, badannya seringkali terguling roboh di atas lantai batu goa.Begitu ia jatuh roboh, terasa bagaimana kulit badannya dibikin lecet oleh benturan pada lantai goa tadi.   Tapi mendadak saja semangatnya terbangun, ia bangkit berdiri lagi dan melakukan serangan pukulan ke atas.   Berulang kali gerakan itu dilakukannya, berulang kali pula tubuhnya terguling jatuh di lantai.Sementara itu Kong-sun But Ok terus memperhatikan dari atas pembaringan kayu.   Sang matahari di timur menggelusur naik mengikuti putaran bumi.   Dan ketika sinar matahari berada empatpuluh derajat di timur keadaan Kang Hoo sudah demikian rupa.   Ia seperti tidak sanggup lagi untuk melakukan serangan pukulan ke atas.   Begitu kakinya lompat dan tangannya bergerak memukul, mendadak badannya roboh terguling.Kang Hoo merasakan keanehan itu muncul tiba-tiba, ia mengerutkan kening, pikirnya, Apakah aku sudah kehabisan tenaga? Setelah berpikir begitu, kembali ia lompat menerjang ke atas, tapi gerakkannya kini tak dapat lompat tinggi, begitu ia bangun dan mengayun tangan tubuhnya mendadak terguling lagi.   Kong-sun But Ok yang menyaksikan kalau muridnya terus-terusan jatuh terguling, ia tersenyum-senyum sambil mengangguk kepala.Sementara itu Kang Hoo tambah sengit, begitu ia roboh terguling, tanpa merasakan lagi sakitnya luka- luka pada kulit, ia segera meletik, menggunakan jurus Ikan Gabus Meletik ia lompat ke atas.Tapi sungguh aneh, jurus Gabus meletik yang biasanya begitu hatinya bergerak lantas badannya bisa meletik lompat bangun, kini tak berguna, karena begitu sang hati ingin menggunakan jurus itu, begitu keadaan tubuhnya menjadi kaku tak dapat digerakkan hingga ia hanya berkutetan di lantai goa.   Cukup! mendadak Haji Kong-sun But Ok berseru.Waktu itu Kang Hoo masih rebah di atas lantai goa, ia baru saja berkutetan ingin meletik bangun, begitu mendengar perintah sang suhu, maka dengan tersengat ia bangkit duduk.   Kini terasa bagaimana seluruh badannya terasa perih karena lukanya.   Bangun! perintah sang guru.   Latihanmu sudah selesai! Mendengar kalau latihan Kang Hoo sudah selesai, ia jadi heran, bukankah tambah lama Kang Hoo tambah tak becus untuk melakukan serangan pada tiga ikatan simpul sobekan baju.   Mengapa kini sang suhu mengatakan latihannya sudah 125 selesai, dengan membawa rasa herannya, ia bangun berdiri menghadapi gurunya, lalu tanyanya, Guru, apa maksudnya? Anak tolol! seru Haji Kong-sun But Ok, Dengan latihanmu yang terakhir itu kau telah berhasil menciptakan hawa amarah! Aaaaaa.....   teriak Kang Hoo, ia memandang ke atas langit goa dimana terdapat sobekan kain bersimpul tiga yang menancap di batang suling perak gurunya.   Nah, kau dengarlah, kata Kong sun But Ok.   Kang Hoo kembali memandang gurunya dengan sinar mata heran.   Sementara itu sang guru sudah berkata lagi, Bukankah pada akhir-akhir latihanmu, begitu kau niat hendak melakukan serangan, seperti ada sesuatu yang membuat badanmu menjadi kaku hingga kau tak dapat melakukan gerakan serangan.   Bukankah begitu? Mendengar pertanyaan sang guru Kang Hoo mengkerutkan kening, kemudian ia mengingat-ingat kejadian selama ia melakukan latihan, lalu mengangguk kepala, katanya perlahan, Benar, memang aneh, pertama kali dengan mudah aku bisa memukul tiga simpul sobekan kain di atas ini, tapi mengapa tambah lama seperti ada sesuatu kekuatan yang membuat gerakanku jadi kaku dan aku roboh terguling.   Bagaimana bisa jadi begitu? Mendengar ocehan sang murid, Kong-sun But Ok tersenyum, katanya, Itulah karena kau telah berhasil menciptakan hawa amarahmu.   Jadi? tanya Kang Hoo masih tidak mengerti.   Sulit untuk kau pahami.   kata sang guru di atas pembaringan kayu, Karena inilah dasar ilmu tenaga dalam yang akan kuturunkan padamu.   Ilmu itu kuambil dari dua intisari kekuatan bathin, yang diambil dari kekuatan ilmu bathin Islam dan kekuatan ilmu bathin Budha.   Guru.   potong Kang Hoo, Guru mengatakan kalau guru seorang haji, tentunya menganut agama Islam itu, tetapi bagaimana selama dua hari ini teecu tidak pernah melihat guru melakukan sembahyang lima waktu.   Tapi menyuruh teecu melaksanakannya, sedang guru sendiri hanya nongkrong di atas pembaringan.   Nggg ...   Kong-sun But Ok menggereng.   Sudah kubilang, kedua ajaran agama itu telah kupelajari matang, Budha sudah menjadi darah dagingku.   Islam sudah mengelotok dalam kepalaku, hingga aku tak perlu mesti bersusah payah melaksanakan ajaran agama itu.   Kalau aku mati tentunya aku juga bisa memilih masuk sorga atau masuk nirwana? Dengan hasil penyelidikanku selama bertahun- tahun aku telah berhasil menemukan sesuatu.   Itulah perpaduan dari intisari kekuatan bathin.   Itulah suatu ilmu yang sangat luar biasa.   Tentunya ilmu itu adalah ilmu dari aliran putih.   Selama kau dalam didikanku, kau harus melakukan sembahyang lima waktu menurut agama yang kau anut, sebenarnya latihan itu 126 bisa juga diiringi dengan latihan semadhi, tapi dengan melaksanakan sembahyang lima waktu itu, itu lebih dari cukup.   Bersemadhi dan berolah raga melancarkan jalan darah di tubuhmu.   Bukankah setiap rakaat yang kau lakukan dalam sembahyang itu, melakukan gerakan dan pemusatan pikiran, dengan demikian, berarti sekaligus kau sudah melakukan semadhi dan mengatur membuka jalan darahmu yang beku.   Kang Hoo mendengarkan penuturan sang guru aneh itu, dengan penuh perhatian, sementara sang guru masih terus berkata, Latihan pukulanmu pada sobekan kain di atas langit-langit goa ini, adalah merupakan latihan pertama, kau sendiri merasakan bagaimana pada hari ini mendadak badanmu terasa tertekan oleh sesuatu kekuatan, bila kau melakukan serangan.   Nah aku tanya, apakah dalam kau melakukan pukulan itu hatimu marah, penuh angkara murka? Mendengar pertanyaan sang guru, Kang Hoo mengangguk, katanya, Benar, tambah lama, teecu jadi tambah sengit, lebih-lebih setelah hamba jatuh mendapat lecet, mendadak kemarahan teecu muncul tiba-tiba, dan ketika itu mulainya adanya keanehan tambah teecu bernafsu tambah tak dapat bergerak.   Hehebeeeheeeeeee......   Kong sun But Ok tertawa terkekeh, Nah dari pe-lajaran pertama itu kau mesti dapat menarik satu kesimpulan? Apa kau sudah dapat memahami? Mendengar pertanyaan demikian Kang Hoo melompongkan mulut, ia tidak bisa menjawab pertanyaan sang guru, kesimpulan apakah yang telah dihasilkan dari hasil latihan pertama itu.   Setelah lama ia berpikir, akhirnya ia menggeleng kepala.Kong-sun But Ok menyaksikan kebingungan yang murid ia tersenyum katanya, Mungkin otakmu terlalu tolol! Bukankah dengan hawa amarahmu kau tak bisa berbuat apa-apa.   Nah setiap manusia mempunyai itu kelemahan.   Kelemahan itulah yang menghancurkan diri mereka.   Kemarahan dan hawa amarah yang menggelora dalam dirinya sebenarnya melenyapkan tenaganya.   Merusak susunan syaraf.   Tinggal sekarang apakah kita bisa menggunakan kesempatan itu untuk merobohkan mereka dengan mudah.   Tanpa senjata tanpa banyak mengeluarkan tenaga? Hmmmm.   Puluhan tahun umurku kukorbankan untuk mencari rahasia ini, dan setelah aku mengembara ke negeri Arabia, kasrak kusruk ke negara Bagdad akhirnya aku menemukan sesuatu dari ajaran agama Islam.   Kemudian kupadukan penemuanku itu dengan ajaran Budha akhirnya terciptalah ilmu yang akan kuterapkan dalam dirimu.   Berkata sampai di situ, haji Kong-sun But Ok, menatap ke atas langit-langit goa dimana terdapat kain bersimpul tiga.   Lalu ia berkata lagi, Sobekan kain itu telah kubuatkan tiga simpul apa kau tahu maksudnya? Kang Hoo memandang ke atas langit-langit goa kemudian ia menatap wajah sang guru lalu katanya, Tidak tahu! 127 Hmm.   Sobekan baju itu telah kuisi dengan satu kekuatan bathin.   kata sang guru Itulah ilmu bathin yang kuciptakan, dan karena ilmu bathin itu berdasar atas kejiwaan, maka ilmu itu kuberi nama ilmu Karakhter.   Ilmu Karakhter? guman Kang Hoo Apakah ilmu itu bukan semacam ilmu Hoat- sut? Tidak! jawab tegas Haji Kong-sun But Ok, Ilmu Karakhter bukan ilmu Hoat-sut.   Itulah ilmu bathin yang paling murni bersumber dari jiwa dan darah daging manusia itu sendiri, dan ilmu itu sebenarnya sudah ada sejak manusia itu lahir ke atas dunia.   Mendengar keterangan sang guru, kembali Kang Hoo melompongkan mulutnya, tambah lama ucapan sang guru tambah tak bisa dimengerti.   He ....   heee.....   Kong-sun But Ok tertawa, Kau tambah lama kelihatan tambah tolol.   Apa yang membuatmu itu jadi tolol? Guru, kata Kang Hoo memandang gurunya, Ilmu Karakhter itu menurut guru sudah ada pada setiap manusia lahir ke dunia, kalau begitu, untuk apa perlu dilatih.   Dan tentunya setiap manusia itu adalah jago-jago yang luar biasa.   Hmmm.   Kalau setiap manusia itu bisa mengerahkan kekuatan Karakhter yang diwariskan sejak ia lahir, di dunia ini tidak akan ada kekacauan.   Dunia ini tidak akan ada pembunuhan, saling fitnah dan saling caci maki .   Karena setiap orang yang betul-betul ingin mengerahkan kekuatan Karakhter yang ada pada dirinya ia mesti melenyapkan hawa amarahnya Menenangkan pikiran.   Menjauhi segala angkara murka.   Maka kekuatan itu akan muncul melindungi dirinya.   Kalau tidak, huh.   Iblis dan setanlah yang akan mengeram dalam jiwa orang itu! Mendengar ucapan guru ini, kembali Kang Hoo dibikin pusing, dalam penjelasan itu dikatakan kalau ilmu Karakhter itu mesti melenyapkan hawa amarah dan angkara murka, tapi bagaimana sang guru ini, melatih ia melakukan serangan pukulan pada sobekan kain guna menciptakan hawa amarah, maka sambil menggaruk kepala, Kang Hoo bertanya, Guru.   Kalau begitu untuk apa guru melatih aku menciptakan hawa amarah.   Dan itu kekuatan Karakhter sebenarnya kekuatan apa dari mana sumbernya? Anak tolol.   kata Kong-sun But Ok.   Latihan mengerahkan hawa amarah itu penting, dengan kau dapat mengerahkan hawa amarahmu maka kau juga bisa memadamkan hawa marah itu dan melenyapkan seketika.   Dan sumber kekuatan Karakhter itu adalah merupakan kekuatan tersembunyi yang terdapat pada diri tiap-tiap manusia sejak ia lahir.   Bukankah kau dalam kandungan ibumu meronta- ronta ingin keluar dari rahim ibumu.   Bagaimana waktu itu kau tahu, bahwa di luar perut ibumu itu masih ada dunia yang mesti kau masuki.   Apakah ketika kau masih bayi itu sudah merasakan kehendak hatimu untuk keluar dari dalam kandungan itu? Setiap manusia tentu tidak! Gerakan bayi itulah membuktikan adanya kekuatan 128 Karakhter.   Itulah kekuatan Karakhter.   Dan kekuatan itu begitu sang bayi lahir, lambat-lambat tertutup oleh kekotoran dunia, lenyap hari tambah hari, tahun ke tahun.   Hingga kekuatan Karakhter itu bagaikan sebuah permata terpendam dalam lumpur.   Nah, dengan hasil penyelidikanku itu aku berhasil menemukan cara membersihkan permata itu agar bersinar kembali.   Dan kekuatan Karakhter itu muncul lagi dalam diri manusia.   Itupun kalau kau menghendakinya.   Syarat pertama tentunya kau mesti mentaati ajaran agama.   Tidak perduli agama apa, Budha ataukah agama yang kau anut.   Itu sama saja.   Apa kau mengerti? Kang Hoo menggarukkan kepala, ia tidak bisa menjawab mengerti apa tidak.   Sudahlah, waktu ini sudah waktu Dhuhur nah lakukanlah ibadahmu.   kata Kong sun But Ok.   Setelah itu kau boleh istirahat.   Dan besok pagi kau akan mendapat latihan yang kedua! Dengan membawa perasaan herannya, Kang Hoo keluar goa, menggunakan akar rotan menuruni tebing.   Membersihkan diri.   SINAR KUNING EMAS SANG surya memancar di ufuk timur.   Di dalam goa, pagi itu Kang Hoo duduk bersila menghadap sang guru yang duduk bersila di atas pembaringannya.Di tangan Kong-sun But Ok telah memegang seruling peraknya.   Batang seruling digosok-gosokannya dengan jari-jari tangannya, kemudian ditiup- tiupnya beberapa kali.   Setelah itu, baru ia berkata pada sang murid.   Pagi ini, kau mulai melatih tahap kedua dalam menciptakan kekuatan Karakhter pada dirimu.   Mustika Gaib Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Nah berdirilah! Mendengar perinlah sang guru, Kang, Hoo cepat-cepat berdiri.   Maju dua langkah! seru Kong sun But Ok.Kang Hoo mengikuti perintah itu.   Ia maju dua langkah mendekati sang guru, hingga tepat benar berada di depan gurunya.   Keraskan otot perutmu.   kata lagi sang guru.Kang Hoo melakukan apa yang diperintah, ia mengeraskan otot perutnya dengan mengembungkan perut itu ke depan.   Tahan begitu! Kata Kong-sun But Ok, Tapi kau jangan tahan napas, aturlah jalan napasmu sebaik mungkin! Si murid mengangguk.   Hmmmm.   Awas aku akan mulai melatih perutmu ini.   seru Haji Kong-sun But Ok.   Setelah berkata begitu, Kong-sun But Ok menggunakan seruling peraknya, memukul-mukul perut Kang Hoo yang bundar mengembung tanpa baju itu.   Suara pukulan saling pada perut Kang Hoo terdengar bedebak bedebuk memenuhi ruangan goa.Semula Kang Hoo dapat menahan rasa sakit pukulan batang suling pada perutnya, tapi tambah lama rasa sakit itu kian menyiksa dirinya, keringat dingin menetes di kening.But Ok menyaksikan kalau sang murid sudah tak tahan 129 menerima pukulan batang suling.   Ia lalu menghentikan gerakan pukulannya Lalu katanya, Cukup! Begitu sang guru menghentikan gerakan pukulan pada perut Kang Hoo ia bernapas lega, tapi ia masih merasakan bagaimana panasnya pukulan suling itu.   Nah, setiap pagi.   Kau mesti menerima latihan itu.   Dan selanjutnya kau harus melakukan latihan itu sendiri, pada setiap kali sebelum kau mengambil air wudhu (air sembahyang) gunakan punggung tapak tanganmu untuk memukul perutmu.   Sekarang kau siaplah untuk melakukan latihan tahap ketiga, itulah melatih kekuatan matamu! Kang Hoo mendengarkan keterangan sang guru, belum lagi ia sempat bertanya, sang guru sudah berkata lagi, Latihan mata! Pergilah kau ke pintu lubang goa, pandanglah sinar matahari pagi yang baru mencorot keluar.   Buka lebar-lebar matamu.   Kau mesti dapat mengalahkan pengaruh sinar matahari itu.   Ayo jalan.   Latihan gila? pikir Kang Hoo membalik badan.   Ia berjalan keluar goa.   Hatinya terus menggerutu.   Mataku bisa rusak memandang sinar matahari.   Apa ia ini memang benar-benar ahli ilmu tenaga dalam ataukah seorang yang kebanyakan belajar agama hingga otaknya jadi rusak? Tapi semua itu hanya dikata dalam hati ia tidak berani mencetuskan keluar.   Apa boleh buat.   Belakangan ini hidupnya selalu mendapat gangguan.   Jalan ke sana menemukan bahaya, lari kemari mendapat celaka.   Dan kini ia mesti mengalami siksaan dari latihan gila ilmu Karakhter.   EGITU ia tiba di pintu goa, Kang Hoo terus duduk di pinggir tebing, kakinya terjuntai ke bawah, sedang sepasang matanya melotot memandang sinar matahari yang baru saja mencorot keluar.Dalam pandangan mata Kang Hoo, matahari pagi itu tampak memerah, ia dapat menyaksikan bagaimana bundaran matahari pagi itu perlahan-lahan menggelusur naik dari balik bumi kian lama sinar merah itu berubah putih memerak, membentur kedua biji matanya.   Terasa kedua biji matanya mulai kabur, dan dari kelopak mata tadi mengalir air mata mengucur ke kedua pipinya.Kang Hoo terus berusaha bertahan, agar sepasang matanya bisa terus memandang matahari itu.   Tapi begitu matanya sudah banyak mengucurkan air mata, ia tak tahan lagi, cepat memejamkan kedua matanya.   Guna melenyapkan rasa tidak enak akibat mengucurkan air mata tadi, dan pantulan matahari yang menyerang kedua biji matanya.   Anak tolol! seru sang guru dari dalam goa.   Kau memejamkan mata.   Huh sinar matahari begitu saja kau tak bisa lawan.   Nah kau jalan kemari.   Mendengar suara gurunya, Kang Hoo heran, bagaimana guru ini mengetahui kalau ia sudah memeramkan sepasang matanya, bukankah sang guru berada di 130 belakang dirinya, juga goa bagian belakang itu, dipisahkan sebuah dinding batu, dari dalam sana sang guru tentunya tak dapat melihat apa yang terjadi di uar, tapi bagaimana haji itu bisa berkata tepat.   Maka begitu ia mendengar suaranya, ia tak berani berlaku ayal, segera ia bangun berdiri membalik badan memasuki goa.   Tapi matanya masih tetap dipejamkan.   Berjalan tiga langkah, barulah Kang Hoo membuka sepasang matanya, begitu sang mata melotot melek, ia kaget tidak kepalang karena pandangannya menjadi gelap, di sana ia tidak dapat melihat apapun.   Semuanya gelap gulita.   Hmmm.   Ayo jalan.   Buka matamu lebar-lebar! Jalan! Jangan sampai timbul jengkelku! Huh akan kukorek biji mata tak berguna itu! Meskipun matanya belum bisa melihat akibat memandang sinar matahari tadi, Kang Hoo terus melangkah maju, berulang kali ia hampir jatuh membentur tembok goa.   Akhirnya sambil merayap dengan tangannya, ia memasuki kamar sang guru.   Berhenti! perintah sang guru.   Guru.   Ini bagaimana? teriak Kang Hoo Mataku gelap.   Tak bisa melihat? Apa aku buta? Anak tolol! bentak sang guru.   Kau tenangkan pikiranmu.   Tak lama matamu itu kembali normal! Mendengar perkataan gurunya itu hati Kang Hoo sedikit lega, ia berdiri, memusatkan pikirannya, agar sang mata kembali bisa melihat sebagaimana biasa.   Berulang kali ia memejamkan sepasang matanya, dan akhirnya ia kembali bisa melihat sinar keremangan di dalam goa itu, yang kian lama kian jelas juga.   Hmmm.   Apa penglihatan matamu sudah normal kembali? tanya sang guru.Kang Hoo mengangguk.Kong-sun But Ok masih duduk bersila, ia memperhatikan wajah Kang Hoo, lalu menggeleng-geleng kepala katanya, Latihan matamu cukup untuk hari ini, besok kau mesti tahan sampai waktu Dhuhur (tengah hari) dan bilamana kau sudah sanggup melawan sinar matahari dari pagi sampai waktu itu, matamu boleh dikata sudah memenuhi syarat untuk mendapat latihan tahap berikutnya.   Karena waktu itu sinar matamu sudah sanggup mengalahkan silaunya serangan sinar matahari.   Dan kau akan menampak matahari itu hanya merupakan bulatan seperti rembulan dimalam hari! Kang Hod masih berdiri di depan gurunya, ia mendengarkan kata demi kata ucapan sang guru.Sementara itu Kong-sun But Ok sudah berkata lagi.   Kau rebahlah di lantai.   Aku akan membuka jalan darah di tubuhmu! Mendapat perintah itu, Kang Hoo segera menggeletak rebah di atas lantai di bawah pembaringan gurunya.   Sinar matahari menyorot masuk ke dalam goa menerangi keadaan kedua manusia tua dan muda.   Si tua sedang menggembleng si muda.   Si muda menerima gemblengan itu, tanpa ia sendiri mengerti apa maunya si tua bangka.Begitu melihat sang murid 131 telah rebah di bawah pembaringan, Kong-sun But Ok lompat turun dari atas pembaringan.   Ia langsung lompat ke atas sepasang kaki sang murid yang membujur, kakinya menginjak kedua tulang kering kaki Kang Hoo.   Sambil rebah, Kang Hoo memperhatikan tingkah laku sang guru yang mulai menginjak kedua kakinya.   Ia heran, latihan macam apa lagi yang akan dikerjakan oleh gurunya ini dengan berbuat demikian? Jalan darah apa yang mesti dibuka?Kong-sun But Ok yang telah berada di atas sepasang kaki Kang Hoo, mulai bergerak berjalan naik ke atas paha, lalu naik lagi ke perut dada sampai pada tulang pundaknya.Kang Hoo meringis menahan bobot berat sang guru yang menginjak- injak dirinya lebih-lebih dari kedua tapak kaki sang guru terasa getaran-getaran yang seperti menusuk-nusuk lubang pori-pori pada kulitnya membuat hati si pemuda tambah gelisah.   Sementara itu sang guru masih terus jalan mundar- mandir menginjak badannya.   Dan mendadak saja sang guru berkata, Atur jalan napasmu.   Pusatkan seluruh pikiran kepada satu tujuan! Mendengar perintah itu, Kang Hoo mengerti, sang guru menyuruhnya memusatkan pikiran.   Maka otaknya segera dikosongkan dari segala macam ingatan.   Semua ingatannya ditujukan pada Tuhan yang Esa, dadanya mulai turun naik mengatur pernapasan.Kong-sun But Ok menyaksikan sang murid telah melakukan mengatur jalan napasnya mempercepat gerak menginjak-injak badan sang murid, tambah lama kian cepat dan tambah aneh ia mulai bergerak melompat-lompat di atas sekujur badan Kang Hoo.   Kang Hoo telah memusatkan pikirannya Pada Tuhan Yang Maha Esa dan mengatur pernapasannya, seakan ia tidak merasakah bagaimana dirinya diinjak- injak sambil berlompatan oleh sang guru.   Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama, karena meskipun bagaimana kuatnya pikiran seorang muda seperti ia, tidak sanggup menahan rasa sakit yang ditimbulkan dari gerak lompat-lompatannya sang guru, lebih-lebih getaran-getaran yang keluar dari sepasang tapak kaki gurunya seperti menekan, menusuk dan menyedot itu seakan melumerkan daging dan tulang tubuhnya.   Cepat ia membuka matanya, mulutnya mengeluarkan suara keluhan.Sang guru yang mendengar kalau si murid sudah tak sanggup, menahan injakan lompatan itu ia lalu lompat ke atas pembaringan dan kembali duduk bersila.   Bangun! katanya kemudian.Dengan lemah Kang Hoo bangkit berdiri, ia masih merasakan bagaimana sakitnya seluruh tulang yang diinjak lompat-lompatan oleh sang guru.   Lebih-lebih keadaan perutnya, perut itu terasa mulas, hampir saja ia tak kuat berdiri.   Hmmm.   Itulah cara membuka jalan darah buntu menurut ajaran Bagdad.   Beda dengan cara yang biasa dilakukan oleh jago-jago tua rimba persilatan dari negeri kita.   Tapi faedahnya sama.   Dengan cara menginjak-injak tubuhmu, maka saluran tenaga murni dapat mengalir ke dalam jalan darahmu melalui tapak kakiku.   132 Selanjutnya kau masih harus melakukan latihan itu.   Terlentang dan tengkurap.   Nah sekarang kau makanlah.   Hari hampir waktunya dhuhur! TANPA DIRASA SEBULAN sudah dilalui, Kang Hoo masih berdiam dalam goa Hoa-ie-tong menerima gemblengan dari sang guru aneh untuk menciptakan ilmu Karahkter.   Keadaan Kang Hoo waktu ini sudah berbeda ketika ia baru saja mendiami goa.   Matanya sudah dapat melawan sinarnya matahari sampai satu hari penuh.   Begitupun badannya telah sanggup menerima injakan-injakan kaki sang guru, sampai pada jari-jari tangannya.   Di samping mendapat gembelengan latihan tadi, Kong-sun But Ok juga memberikan sang murid pelajaran agama Budha.Semula Kang Hoo sedikit kaget, mendengar sang guru ingin mengajarkan agama Budha padanya, tapi setelah ia mendengarkan penjelasan sang guru, maka ia tidak bisa menolak kehendak gurunya, dan waktu sifat gurunya sudah berubah lunak, tidak seperti ketika pertama kali ia melakukan latihan, gurunya tampak begitu bengis.   Dua ajaran agama kau pahami! kata Kong-sun But Ok, Itu tidak ada salahnya.   Karena dari intisari kedua agama itu banyak manfaat untuk diri kita, untuk selanjutnya terserah pada pribadimu.   Yang mana kau akan kau anut.   Karena semua agama itu baik.   Mengajarkan kita bagaimana supaya tahu tata susila.   Menjauhkan yang buruk melakukan yang baik.   Tujuannya sama satu.   Seperti kita hendak ke kotaraja kau boleh ambil jalan dari selatan, lalu ke timur utara tokh akhirnya juga bisa sampai.   Atau ambil jalan ke utara dulu baru ke timur atau langsung dari puncak gunung ini menuju ke sana.   Ketika sang guru berkata seperti itu Kang Hoo duduk, bersila di depan gurunya.   Ia mengangguk-angguk kepala.   Selanjutnya aku tidak akan menurunkan ilmu silat, kau boleh gunakan ilmu silat yang kau pelajari dari gurumu Beng Cie Sianseng.   Tapi itu juga kukira sudah tidak perlu lagi untukmu, karena dengan mengerahkan kekuatan Karakhter.   Kau bisa merobohkan orang tanpa menggerakkan tangan atau kaki.   Nanti kau akan tahu sendiri bagaimana bekerjanya ilmu itu kalau kau sudah selesai mempelajarinya.   Nah, mulai besok pagi, kau harus melakukan tapa Mati Geni? Mendengar keterangan gurunya sampai di situ, Kang Hoo, memandang wajah sang guru katanya, Mati Geni? Tapa apa itu? Apakah seperti semadhi yang dilakukan oleh para Lama dan tosu? 133 Kong-sun But Ok tersenyum mendengar pertanyaan sang murid, lalu katanya, Tapa Mati Geni memang hampir sama dengan tapa semadhi yang dilakukan oleh para Tosu dan Lama dari golongan Budha.   Juga tidak beda dengan ilmu-ilmu semadhi dalam mengatur peredaran jalan darah menciptakan tenaga Kie-kang.   Ilmu ini kudapatkan dari negeri Bagdad, dan akan kucoba menerapkan ke dalam dirimu, maka selama sebulan ini aku menggembleng dirimu dengan bengis.   Kau tahu maksudku? Guru, apa maksudnya tapa Mati Geni itu? tanya Kang Hoo.   Hmm.   Sudah kukatakan, tapa Mati Geni hampir serupa dengan ilmu semadhi.   Melenyapkan hawa marah menarik kekuatan dari pengaruh alam sekitar yang melingkungi diri kita.   Mati Geni itu adalah upaya mematikan pengaruh Hwee (api) yang terdapat dalam lima unsur zat Ngo-heng pada diri kita yang terdiri dari zat Kim, Bok, Sui, Hwee dan Touw (emas, kayu, air, api, tanah) Dalam ilmu bathin pelajarannya bangsa negeri Bagdad, semadhi itu disebut Mati Geni, artinya mematikan pengaruh api yang terdapat pada diri manusia.   Karena api itulah unsur kehidupan setan.   Sedang manusia menurut ajaran agama mereka terbuat dari tanah.   Hingga kalau unsur api itu yang ada dalam diri manusia akibat pengaruh perkembangan alam sekitarnya, sudah bisa padam.   Maka barulah orang bisa mengerahkan kekuatan bathin yang bersumber dari kemurnian jiwa dan kekuatan itulah merupakan ilmu kekuatan Karakhter yang sangat ajaib.   Guru, mengapa tidak sekalian melatih melenyapkan unsur lima zat itu? Mana bisa! Kata sang guru di atas pembaringan kayu.   Kalau kita mencoba menghilangkan pengaruh kelima zat itu pada diri kita berarti kita ini sudah tidak bernapas lagi.   Kita mati! Hmmmm.   Kang Hoo manggut bersila di bawah pembaringan sang guru.   Berapa lama dan bagaimana melakukan tapa itu! Untuk tahap pertama tiga hari tiga malam.   jawab Kong-sun But Ok.   Selama kau melakukan tapa Mati Geni, kau tidak boleh memakan sedikit makananpun, bahkan setetes airpun tidak boleh masuk ke dalam tenggorokanmu kau mesti duduk bersila, membaca doa-doa yang akan kuajarkan padamu? Kang Hoo masih duduk terus di bawah pembaringan sang guru, badannya sudah tak mengenakan pakaian, tampak ototnya kekar, berisi, sedang celananya sudah banyak robek-robek ia belum sempat untuk tukar pakaian.   Meskipun ia duduk mendengarkan dengan penuh perhatian segala ucapan sang guru tapi hatinya penuh tanda tanya.   Puasa tiga hari tiga malam tanpa makan minum? Dan ini guru bagaimana selama sebulan lebih belum pernah aku lihat ia minum atau makan sedikitpun, apa ia ini sedang 134 melakukan tapa Mati Geni? Huh, kalau aku disuruh melakukan tapa sekian lama.   Bisa-bisa aku mati lemas.   Tanpa dirasa haripun merayap semakin malam angin gunung yang terus berhembus masuk ke dalam goa dinginnya sudah tak dirasa Kang Hoo.   Ia sudah biasa dengan keadaan di atas puncak gunung itu.Hari berikutnya adalah hari di mana Kang Hoo mesti duduk bersila menjalankan tapa Mati Geni selama tiga hari guna melenyapkan pengaruh zat api yang mengandung sifat-sifat setan.   Mustika Gaib Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dengan tekun Kang Hoa, menjalankan tapa itu, ia juga tidak lupa membaca doa dan amalan-amalan yang diberikan oleh gurunya.   Ternyata doa itu terdiri dari dua unsur inti dua macam agama.Dalam tiga hari itu, benar-benar Kang Hoo sedang digembleng, menjadi manusia sakti mandraguna.Kalau Kang Hoo duduk bersila di atas lantai goa itu menghadap barat, melakukan tapa Mati Geni, maka Kong-sun But Ok, ia juga duduk bersila memeramkan sepasang matanya.   Tidak bergerak dari atas pembaringan kayunya.   Kedua manusia itu masing-masing melakukan pertapaan.   Meskipun angin gunung berhembus santer memasuki lubang goa, tapi keadaan itu tidak dapat menggangu jalan tapa mereka.   Empat hari kemudian.   Sang surya baru saja memancarkan sinarnya keadaan di atas puncak gunung sunyi sepi tak seekor burungpun terdengar berbunyi atau terbang.   Itulah dikarenakan ketinggiannya puncak gunung dan hawanya yang begitu dingin.Sinar matahari pagi yang menerobos masuk goa, membentur wajah Kong-sun But Ok yang duduk di atas pembaringan kayunya, di bawah sana duduk bersila Kang Hoo dengan tekunnya.Begitu sinar surya membentur wajah tua Kong-sun But Ok, sepasang mata orang tua itu terbuka, bibirnya tersenyum memandang ke bawah pembaringan dimana sang murid masih duduk bersila, Sambil tersenyum Kong sun But Ok mengetuk kening Kang Hoo dengan seruling peraknya.   Pletuukkk ....! Begitu keningnya diketuk batang suling, Kang Hoo kaget, ia membuka sepasang matanya, kemudian mengkerutkan kening memandang sang guru yang duduk bersila di depannya di atas pembaringan kayu.   Cukup sudah tiga hari, kata Kong-sun But Ok, Kau telah berhasil melakukan tapa Mati Geni.   Guru, kata Kang Hoo, suaranya begitu lemah seperti tak bertenaga.   Apa sudah cukup tiga hari? Sang guru menganggukkan kepala, lalu katanya, Kau jangan bergerak sembarangan, selama tiga hari kau terus duduk bersila.   Kau harus mengatur jalan darahmu, dan dengarkan kata-kataku, kau harus ikuti petunjukku bagaimana kau memulai menggerakkan badan! Dengan memasang kuping panjang-panjang Kang Hoo mendengarkan patah demi patah ucap aa sang guru.   Sementara sang guru sudah berkata lagi, Sekarang, kau gerakkan kepalamu ke kiri lalu kanan, ulangi sampai tujuh kali.   Kemudian setelah itu gerakan kepala itu ke atas ke bawah, juga tujuh kali, lalu badanmu 135 miringkan ke depan dan ke belakang, kemudian ke samping kiri dan kanan, lalu perlahan-lahan putar badanmu itu ke kiri kanan.   Semua itu mesti dilakukan tujuh kali.   Mendengar perintah sang guru Kang Hoo menggerakkan badannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk gurunya.   Setelah melakukan gerakan tadi seluruhnya.   Sang guru berkata lagi.   Sekarang sambil bersila angkat badanmu perlahan-lahan, kemudian duduk kembali.   Kang Hoo mengerjakan perbuatan itu sampai tujuh kali.   Nah, kaki kananmu gerakan ke depan.   kata Kong sun But Ok.Seterusnya Kang Hoo mengikuti semua apa petunjuk sang guru akhirnya kaki kirinya juga mesti digerakkan, kemudian ia mesti rebah terlentang, lalu bergulingan di atas lantai batu.   Setelah selesai bergerak begitu menuruti petunjuk sang guru, ia rebah di lantai menunggu perintah lebih lanjut.   Selesai! Semua berjalan baik! Bangunlah! seru Kong-sun But Ok Dengan berakhirnya latihan ini, maka kau sudah bisa melatih tahap berikutnya, melakukan beberapa kali lagi tapa yang memakan waktu lebih panjang! Sementara itu, Kang Hoo sudah duduk bersila di depan gurunya, terus mendengarkan perkataan sang guru.   Setelah mengetahui si murid sudah duduk di depannya, sang guru memerintahkan Kang Hoo untuk memakan sebiji buah yang mengandung banyak air.   Sejak hari itu kembali Kang Hoo menerima didikan latihan ilmu Karakhter, disamping ia juga mendapatkan pelajaran agama Budha, dan memperdalam pelajaran agama Islamnya, kedua agama itu dihubung-hubungkannya satu dengan lain, dicari-carinya perbedaan dan persamaan, kemudian barulah ia mengerti apa maksud sang guru memerintahkan ia mempelajari agama Budha.Haji Kong-sun But Ok juga tidak lupa mengajarkan Kang Hoo bagaimana cara meniup suling perak dari Bagdad.Tanpa dirasa, dua tahun telah dilewatinya.Selama dua tahun itu ia melatih diri di bawah Kong-sun But Ok, entah sudah berapa puluh kali ia mendengar tentang kekuatan ilmu Karakhter itu, tapi selama itu ia belum pernah mencoba sampai dimana pengaruh kekuatan ilmu itu.   Karena selama itu ia belum pernah mencoba ilmunya.   ooOOoo Suatu pagi, dikala bayangan sang surya memancar di sela puncak gunung, menerangi jagat raya, di dalam goa Kong-sun But Ok terdengar berkata, Ingat kekuatan Karakhter yang ada pada dirimu saat ini sangat luar biasa, kau jangan sembarang menggerakkan tangan atau kaki.   Itu semua bisa menyebabkan orang menjadi celaka! 136 Guru...! Jangan bicara dulu! kata Haji Kong-Sun But Ok, Dengar baik-baik, kekuatan karakhter itu akan segera muncul melindungi dirimu, bila kau menghadapi orang yang menyerang dan betul-betul ingin mencelakai dirimu, hawa amarah lawan itulah yang akan menclakai dirinya sendiri.   Begitu kemarahan mereka memuncak, begitu pula besarnya bahaya yang akan mereka dapatkan.   Kang Hoo tidak berani memotong ucapan sang guru, ia mendengarkan dengan penuh perhatian.   Sekarahg kau lihat! kata Haji Kong-sun But Ok, Aku akan menunjukkan beberapa gerak tangan yang bisa mencelakai orang.   Setelah berkata begitu, kedua tapak tangan Kong-sun But Ok dirangkapkan ke depan dada kemudian diangkat naik ke atas sampai berada di atas kepalanya.Kang Hoo memperhatikan gerakan sang guru, dengan rasa heran.   Sementara itu rangkapan kedua tangan sang guru yang telah berada di atas kepala disentakkan ke bawah mengembang ke kiri dan kanan.   Gerakan itu tidak bedanya seperti gerak jurus Garuda Membentangkan sayap.   Garuda Membentangkan sayap.   kata Kang Hoo dalam hatinya.Setelah melakukan gerakan demikian Haji Kong-sun But Ok bertanya, Apa kau bisa melakukan gerakan itu? Tentu saja Kang Hoo bisa, karena gerakan itu sangat mudah, dan hampir serupa dengan gerak jurus ilmu silat yang pernah ia pelajari dari gurunya Beng Cie sianseng.   Maka jawabnya singkat, Bisa.   Mudah, memang sangat mudah.   kata Kong-sun But Ok, Tapi akibatnya sangat mengenaskan bagi lawan.   Kau jangan sekali-kali melakukan gerakan seperti itu.   Kalau tidak terpaksa! Mendengar ucapan sang guru sampai di situ Kang Hoo melompongkan mulutnya tidak mengerti, mengapa gerakan begitu saja bisa mencelakai lawan.   Kau bingung bukan? tanya sang guru yang mengetahui isi hati muridnya.Kang Hoo menundukkan kepala.   Lihat aku! kata Kong-sun But Ok, Kau mesti tahu, setiap gerakan anggota badanmu bisa mengeluarkan kekuatan Karakhter dan gerakan tadi, bila kau lakukan terhadap lawan yang menyerangmu, maka badan lawan itu akan terkoyak menjadi dua, robek terpisah dari kaki terus sampai ke batang leher.   Dengan duduk bersila menghadap sang guru, Kang Hoo mendengar keterangan itu, meskipun dalam hatinya masih diliputi tanda tanya tentang kebenaran kata-kata gurunya dan kekuatan Karakhter itu.   Tapi ia tidak berani banyak bicara, terus ia mendengarkan dan menunggu sampai sang guru mengakhiri ucapannya.   Nah.   berkata lagi Haji Kong sun But Ok.   Dalam rimba persilatan, terdapat ilmu totok jalan darah untuk membuat lawan roboh tidak berkutik.   Dan dalam ilmu Karakhter terdapat satu gerak mengunci, bila kau menggerakkan tanganmu terhadap lawan yang menyerang, lawan itu akan roboh terkunci tidak dapat bergerak sebelum kau membuka kunci ini.   Ilmu totok jalan darah dan ilmu kunci 137 karakhter hampir sama, hanya berbeda dalam gerakan dan penggunaan.   Dalam ilmu totok orang bisa menggunakan totokan terhadap orang, meskipun orang itu tidak salah dosa tapi dalam ilmu kunci Karakhter kau tidak bisa menggunakan ilmu itu kalau orang itu tidak menyerang dirimu.   Di sinilah keindahan seni bela diri Karakhter.   Cocok dengan ajaran agama.   Sekarang kau lihat.   Setelah berkata begitu Haji Kong-sun But Ok, kembali mengangkat kedua tangannya, kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi ke atas di depan mukanya, kemudian disilang, lalu silangan tangan di depan muka itu, dientak ke bawah.   Mudah! kata sang guru setelah memperlihatkan gerakan itu.Kang Hoo memperhatikan saja semua gerak tangan sang guru.   Lalu bagaimana gurunya memberi petunjuk membuka kunci gerakan itu.   Beberapa gerakan, kau bisa bikin sendiri.   Itu terserah kehendakmu.   Karena dengan duduk tenang seperti itu kau sudah dapat melindungi dirimu.   Tak seorangpun dapat menyentuh dirimu.   Itulah kekuatan ilmu Karakbter yang sangat luar biasa.   Setelah berkata begitu Haji Kong-sun But Ok menyerahkan suling perak pada sang murid katanya, Kau ambillah ini hitung-hitung tanda mata dariku.   Kau juga telah melatih bagaimana meniup suling ini.    Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini