Pedang Karat Pena Beraksara 17
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 17
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D Dari tindakanaya ini, jelas dia hendak menyerahkan Ma koan tojin kepada orang itu, agar orang itulah yang memberi pelajaran kepada tosu tersebut. Tadi Ma koan tojin pernah mendengar Tok Hay ji memanggil orang itu sebagai susiok, kini setelah menyaksikan kelihayan musuhnya ia baru merasa terperanjat. Seingatnya, di dalam dunia persilatan belum pernah dijumpai seorang jagoan yang bertampang seperti ini, hal yang mana menunjukkan kalau orang itu adalah jagoan dari Tok see sia. Sebagai seorang jagoan yang sudah termasyur selama banyak tahun dalam dunia persilatan, tentu saja dia tidak berhasrat untuk mengundurkan diri dengan begitu saja. Walaupun paras mukanya tidak menunjukkan perubahan apa-apa, padahal secara diam-diam dia telah menghimpun segeaap tenaga dalamnya untuk bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak di nginkan-Kepada Tok Hay ji serunya sambil tertawa seram. "Dia adalah susiokmu ?" "Siapa bilang ? Aku malah mengira dia adalah susiokmu " Jawab Tok Hay-ji cepat. Sementara itu si kakek berbaju coklat itu sudah semakin mendekat, ketika orang itu menyaksikan Tok Hay-ji sudah mundur sedangkan Ma koan tojin masih menghadang dihadapannya, tanpa terasa bentaknya keras-keras. "Minggir kau." Sambil mengayunkan tangan kirinya, sebuah pukulan segera dilontarkan ke tubuh Ma koan tojin. Mimpipun Ma koan tojin tidak mengira kalau orang itu sekali tidak manggubris tentang peraturan dunia persilatan, bahkan begitu ingin bertarung, sebuah pukulan langsung dilontarkan kearahnya. Satu-satunya yang ditakuti olehnya adalah ilmu beracun dari orang-orang Tok see sia, bagaimana mungkin ia berani menyambut serangan mana dengan kekerasan? Tubuhnya dengan cepat melejit ke samping untuk menghindarkan diri dari ancaman mana. Siapa sangka serangan tangan kiri kakek berbaju coklat itu tidak dilanjutkan lebih jauh, baru tiba ditengah udara tahu-tahu dia sudah dia sudah merubahnya menjadi serangan cengkeraman. Dengan suatu gerakan yang amat cepat dia cengkeram belakang baju Ma-koan tojin, lalu serunya: "Aku toh sudah menyuruh kau menggelinding pergi, sekarang juga kau harus menggelinding pergi dari sini." Diantara getaran tangannya, dia sudah melemparkan tubuh Ma koan tojin ke depan. Sungguh terperanjat hati Lok Khi setelah menyaksikan kemampuan si kakek berbaju coklat yang berhasil membekuk dan melemparkan tubuh Ma-koan tojin hanya dalam sekali gebrakan saja, segera bisiknya lirih: "Engkoh Hong, gerak serangan yang dimiliki orang ini sangat aneh, entah siapakah dia?" Tentu saja Wi Tiong-hong lebih-lebih tidak tahu, dia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali dengan mulut tetap membungkam. Tok Hay ji segera bertepuk targan sambil bersorak-sorai. "Tosu tua setelah berjumpa dengan susiokmu, mengapa kau sama sekali tak mampu berkutik ?" Kakek berbaju coklat itu melotot sekejap kearah Tok Hay ji kemudian secara tiba-tiba ia berpaling ke arah empat orang yang sedang bertarung disebelah depan sana, dan membentak keras. "Mengapa kalian tidak segera menghentikan pertarungan?" Oleh bentakan yang menggeledak itu Thi lo han Khong Beng, Naga tua berekor botak To Sam-seng, Tok si cuan dan lelaki yang bersenjatakan penggaris besi sama-sama menghentikan serangan. Kakek berbaju coklat itu segera mengalihkan kembali sorot matanya ke tempat persembunyian Wi Tiong hong dan Lok Khi, ke mudian tiba-tiba bentaknya keras. "Kalian juga segera keluar " Kakek ini benar-benar sangat lihay, tampaknya siapa pun tak dapat mengelabuhi dia. Tanpa terasa sorot mata semua orang yang hadir di arena pun bersama-sama dialihkan ke situ. Sambil tertawa dingin Lok Khi segera berkata. "Engkoh Hong, keluar ya keluar, siapa yang takut kepada mereka ?" Kedua orang muda mudi itu segera melompat keluar dari batu-batuan cadas. Semua orang tidak mengenai siapa kah kakek berbaju coklat itu, semua saja tidak mengetahui maksud tujuannya. Dalam pada itu yang bertempur telah menghentikan pertarungan sedang yang munculkan diri pun sudah muncul. Diseputar batuan cadas itu segera berkumpul beberapa orang yang saling mengelompok pada rombongannya masing- masing, tak seorang pun diantara mereka yang bersuara. Kini, sorot mata kawanan jago itu sudah di alihkan kembali dari wajah Wi Tiong-hong dan Lok Khi keatas wajah kakek berbaju coklat itu. Sikakek memandang sekejap wajah orang-orang itu, kemudian tanyanya. "Aku lihat kalian semua mungkin sudah pernah datang satu kali kemari, apakah pernah melihat toa-siocia kami datang kemari?" "Toa siocia kalian?" Tok Hay ji balik bertanya. Kakek berbaju coklat itu melotot besar-besar, kemudian bentaknya. "Toa siocia kami tentu saja Su toa siocia." "Su toa siocia." Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Wi Tiong hong, dia jadi teringat kembali dengan sinona berbaju hijau yang pernah menghadiahkan pil penawar racun kepadanya itu, di atas botol porselen tempat obat tersebut bukankah pernah terbaca tulisan yang berbunyi; "Buatan keluarga su." Mungkinkah Su toa siocia yang dimaksudkan orang ini adalah si nona berbaju hijau itu. Dalam pada itu Lok Khi telah mencibirkan bibirnya yang tebal sambil tertawa dingin. "Heeh, heeeh, heeeh, kau bertanya kepada kami, lantas kami harus bertanya kepada siapa?" Tampaknya maksud kedatangan kakek berbaju coklat itu hanya untuk mencari Su Toa- siocianya, terhadap sindiran Lok Khi itu sama sekali tidak ambil perduli. Dengan kening berkerut dia segera termenung sambil berpikir sejenak kemudian ujarnya lagi: "Kalau begitu, toa siocia tidak datang kemari ?" Makoan tojin yang kena dibikin keok dalam satu gebrakan saja benar-benar merasa amat tak puas, dia merasa nama baiknya sebagai Makoan lojin dari bukit Hong san sudah cukup lama termashur dan dikenal dalam dunia persilatan. jika kenyataannya dia tak becus, andaikata berita ini sampai tersiar keluar, bukankah dia akan merasa sangat kehilangan muka? Maka sambil tertawa seram pelan pelan dia menyongsong kedepan, kemudian setelah menjura katanya: "Lo-sicu sungguh berilmu sangat tinggi, dengan memberanikan diri pinto ingin minta petunjuk kepada sicu, siapa gerangan nama dan sebutanmu ...?" Secara diam-diam hawa murninya telah di himpun menjadi satu dalam telapak tangan meminjam kesempatan dikala menjura tadi dia lepaskan sebuah pukulan gelap ketubuh lawan. Serangan ini boleh dibilang telah disertai dengan tenaga dalam hasil latihannya selama puluhan tahun, walaupun tanpa wujud dan tidak terdengar sedikit suara pun, namun kekuatannya sanggup menghancurkan batu karang dan melukai orang tanpa terasa. Kakek berbaju coklat itu memandang sekejap ke arahnya. kemudian menegur dengan dingin. "Jadi kau masih merasa belum puas?" Selesai mengucapkan perkataan tersebut- dia tidak menggubris orang-orang itu lagi, mendadak kepalanya didongakkan dan memperdengarkan suara pekikan nyaring. Suara pekikannya amat keras hingga menjulang tinggi menembusi awan, kemudian memancar ke empat penjuru dan mendengung tiada hentinya. Dalam anggapan Ma koan tojin semula dengan serangannya tersebut, kendatipun pihak lawan memiliki tenaga dalam yang sempurna. namun tak siap. paling tidak tubuhnya akan terpental mundur sejauh satu-dua langkah. Kemudian dia akan menggunakan kesempatan itu untuk mundurkan diri, meminta maaf dan tak usah kehilangan muka. Siapa tahu pihak lawan hanya mengucapkan sepatah kata kemudian tidak menggubrisnya lagi. Tidak. serangan gelap yang dipancarkan olehnya bukan saja tidak menemukan tenaga perlawanan juga tidak terasa hadangan apapun, seakan-akan lenyap tak berbekas dengan begitu saja. Sekarang dia baru terperanjat, buru-buru dia terperanjat, mundur untuk menyelamatkan diri. Kakek berbaju coklat itu sama sekali tak acuh, pada hakekatnya dia tak menganggap peristiwa tersebut sebagai suatu kejadian, bahkan melirik sekejap pun tidak. Disaat inilah, dari empat penjuru berkumandang suara pekikan panjang yang saling bersahut-sahutan, suara itu berasal dari tempat kejauhan sana. Jelas, dengan pekikan panjangnya tadi, kakek berjubah coklat itu sedang mengumpulkan para jagonya. Ma koan tojin semakin terkesiap sesudah mendengar pekikan itu, hatinya dag dig dug tak keruan, sedangkan Thi lo han Khong beng hwesio dan si Naga tua berekor botak To Sam seng juga turut berubah muka. Mereka bertiga saling berpandangan sekejap kemudian masing-masing mengundurkan diri dan bergabung menjadi satu kelompok. Tok si cuan, Tok Hayji dan lelaki bersenjata penggaris baja itu pun dapat merasakan situasi yang tak menguntungkan, serentak mereka bersiap sedia pula menghadapi segala kemungkinan yang tak di nginkan. Dalam pada itu, Lok Khi telah meloloskan golok tipisnya yang berbentuk bola dan digenggam dalam tangan, sementara tubuhnya masih tetap bersandar ditubuh Wi Tiong-hong sembari berbisik: "Engkoh Hong, nampaknya kita sudah berada dalam kepungan orang lain..." Wi Tiong-hong manggut-manggut, "Ya, nampaknya mereka adalah orang-orang dari Lam hay bun " Tambahnya pelan. Sementara berbicara, suara pekikan yang berkumandang disekeliling tempat itu kian lama sudah kian mendekat, kemudian tampak empat sosok bayangan abuabu yang meluncur tiba dengan kecepatan tinggi, dalam waktu singkat mereka sudah melayang turun didepan kakek berbaju coklat itu. Diatas punggung ke empat orang lelaki berpakaian ringkas warna coklat itu masing- masing menggembol sebuah senjata yang berbentuk aneh, mereka berhenti dan berdiri berjejer lebih kurang satu kaki dihadapan Kakek tersebut, tangannya lurus ke bawah dengan wajah serius sikapnya menghormat sekali. Kakek berbaju coklat itu manggut-manggut kepada mereka, lalu katanya pelan. "Toa siocia tak ada disini, mari kira pergi." Seusai berkata. dia mengulapkan tangannya dan kelima sosok bayangan manusia itu bersama-sama melompat pergi dengan kecepatan luar biasa. Semua orang yang berada diarena tak menyangka sama sekali kalau orang-orang itu akan berlalu dengan begitu saja, padahal semua orang sudah merasakan ketegangan semenjak tadi. Setelah mengalami nasib sial berulang kali pada hari ini, Ma koan lojin benar-benar geram sekali, maka begitu sikakek berbaju coklat itu pergi, semua kemarahannya segera dilimpahkan ke atas tubuh Tok Hay ji. Dengan sorot mata berkilat dan bibir digertak kencang-kencang, serunya dengan suara menyeramkan. "Hei, mengapa susiokmu pergi dengan begitu saja?" Berbareng dengan ucapan itu, pelan-pelan dia bergerak mendekati Tok Hay-ji. Thi Lohan Khong beng hwesio serta Naga tua berekor botak To Sam seng tak ketinggalan serentak mereka pun bergerak maju, Tok Hay-ji mendengus dingin, sahutnya. "Kenapa? Apakah kau masih ingin bertarung?" Ma koan Tojin menyeringai seram. "Heehh ..heeehh.. heeehh, bila pinto membiarkan kau berhasil mempertahankan diri sebanyak sepuluh jurus lagi mulai detik ini aku tak akan bernama Ma koan dari bukit Hong san lagi." Tok Hay-ji segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh, .haaahh...haahh.. tak usah kuatir, kali inipun aku tak akan membiarkan kau mampu bertahan sebanyak tiga gebrakan lagi..." Sementara itu lelaki bersenjata penggaris-baja itu telah berkata kepada Tok si cuan dengan kening berkerut: "Kita tak punya banyak waktu lagi untuk ribut dengan mereka, siapa sih ketiga orang itu?" Tok sicuan menuding orang-orang itu sambil menjawab. "Dia adalah Makoan tojin dari bukit Hong san, dia adalah Thi lohan Khong beng hwesio dan dia adalah Naga tua berekor botak To Sam seng dari kota huan-yang." "Apakah mereka termasuk manusia manusia yang punya nama?" Tanya lelaki yang bersenjata penggaris lagi. "Tentu saja, mereka adalah manusia-manusia yang mempunyai nama besar dalam dunia persilatan." Pelan-pelan lelaki bersenjata penggaris baja itu mengangguk. "Jadi mereka pun datang lantaran Lou bun si tersebut?" "Masa ditanya lagi?" Sela Tok Hay-ji. "Kalau begitu, mereka tak boleh dilepaskan dengan begitu saja." "Yaa. tentu saja, bangsat-bangsat itu memang tak boleh dilepaskan dengan begitu saja." Seru Tok Hay-ji sambil tertawa. Ma koan tojin adalah orang banyak curiga, selama ini ia dengarkan tanya jawab tiga orang itu dan menyaksikan sikap mereka yang seolah-olah tidak memandang sebelah matapun terhadap mereka bertiga, tanpa terasa ia berhenti sambil ucapnya dengan nada menyeramkan: "Tahukah kalian, apakah kamipun akan melepaskan kalian dengan begitu saja?" Lelaki bersenjata penggaris besi itu manggut-manggut, kemudian tertawa dingin. "Heehh. .heeeh.. heeh... bagus, bagus sekali, kalau begitu mari kita mencoba bersama-sama, didalam tiga gebrakan kemudian, bila kalian membinasakan kami, tentu saja kami tak akan banyak berbicara, sebaliknya bila dalam tiga gebrakan kemudian tak mampu membunuh kami, heeehh... heehh . aku kuatir, kesempatan bagi kalian bertiga, untuk melarikan diripun mungkin sudah tak ada." Dengan kening berkerut kencang, mendadak si Naga tua berekor botak To Sam seng membentak keras. "selamanya lohu tidak percaya dengan segala macam tahayul" "Betul." Sambung Ma koan tojin sambil tertawa seram. "paling banter, kalian toh akan mengandalkan bubuk beracun saja untuk merobohkan kami..." "Kalau ingin bunuh, ayo kita bunuh sekarang, apagunanya banyak berbicara?" Sambung Thi lohan Khong beng hwesio pula dengan suara yang lantang sekali. Tangan kanannya menggenggam dua bilah golok kecil dan menerjang maju kemuka, sementara telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan membacok lelaki yang bersenjata penggaris besi itu. Tenaga pukulan yang dimiliki Thi lohan Khong beng hwesio benar-benar lihay sekali begitu serangan dilontarkan. "weees" Segulung angin serangannya yang dahsyat segera menggulung ditengah angkasa dan menyambar ke-muka dengan kecepatan tinggi. Lelaki yang bersenjatakan penggaris besi itu tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat dia mengigos kesamping menghindarkan diri dari amukan serangan sedangkan senjata penggaris bajanya langsung diayunkan kedepan mengetuk sikut hwesio tersebut. Begitu kedua orang itu bertarung, Ma koan tojin dan Naga tua berekor botak To Sam seng turut bergerak pula, masing- masing segera melepaskan sebuah pukulan dahsyat, sementara tubuhnya menerjang kemuka menghantam tubuh Tok si cuan serta Tok Hay-ji. Enam sosok bayangan manusia saling berpencar, bayangan cambuk. cahaya golok segera menyelimuti seluruh angkasa. Untuk saling memanfaatkan kesempatan dan waktu yang tersedia, begitu turun tangan, ke dua belah pihak sama-sama mengeluarkan jurus serangan yang paling tangguh. Lok Khi mendengus dingin setelah menyaksikan kesemuanya itu, sambil melengos katanya. "Huuuh, pada hakekatnya mereka seolah-olah tidak memandang sebelah matapun pada kita." Wi Tiong hong segera tertawa lebar. "Ai orang lain tidak mengusik kita kenapa kita mesti marah ? Mereka toh tidak mencari gara-gara pada kita bukankah hal ini justru lebih menggirangkan ?" Lok Khi segera mencibirkan bibirnya. "Hmm, kau anggap mereka orang baik?" Serunya. "Huh, mereka ingin cepat membereskan lawannya, hal ini setengahnya dikarenakan kita." "Apa maksudmu ?" "Hal inipun tak pernah kau duga. perduli siapakah pihak lawannya, mereka hanya tahu cepat-cepat membereskan musuhnya agar bisa menghimpun kembali tenaga untuk menghadapi kita." Tak tahan lagi Wi Tiong hong segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Belum lagi bayangan Lou bun si ditemukan, orang-orang ini sudah saling bertarung mati-matian, betul-betul perbuatan yang bodoh." Padahal orang-orang dari kedua belah pihak itu yang sama-sama bergunanya untuk kita, biar aku suruh mereka berhenti bertarung lebih dulu." "Kau bilang mereka berguna untuk kita?" Tanya Wi Tiong-hong dengan wajah keheranan. "Tentu saja berguna sekali...." Berbicara sampai disitu, dia segera mendongakkan kepalanya sambil berteriak lantang. "Hei, kalian semua harap berhenti dulu." Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Teriakan yang merdu dan lembut itu tentu saja dapat didengar oleh enam orang yang berada di arena, akan tetapi mereka ingin menyelesaikan pertarungan tersebut secepatnya ketika itu, siapapun berhasrat untuk menghabisi lawannya secepat mungkin, sudah barang tentu tidak ada yang mau menuruti perkataannya. Melihat teriakannya sama sekali tak di gubris lawan, bahkan orang-orang itu masih bertempur dengan sengit, mendongkol juga hati Lok Khi dibuatnya. "Hmmmm, kalian benar-benar tidak memandang sebelah matapun terhadapku." Demikian ia berseru. "engkoh Hong. tunggu saja dahulu di tempat itu." Katanya kemudian. Dia segera menjejakkan kakinya dan sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar segera menerjang ke tengah arena di mana ke enam orang itu sedang melangsungkan pertarungan seru. Belum lagi orangnya sampai "cri ing "dari tengah udara sudah melintas lewat serentetan cahaya perak yang amat menyilaukan mata kemudian bagaikan tubuh dan pedang melebur menjadi satu, dia meluncur ke muka dengan kecepatan yang mengagumkan. "cri ing cri ing!" Secepat sambaran petir gadis itu sudah menyambar lewat diantara tubuh ke enam orang itu. Meskipun Wi Tiong hong sudah tahu kalau Lok Khi memiliki kepandaian silat yang tinggi akan tetapi selamanya ia belum pernah menyaksikan gadis itu turun tangan secara benar-benar, tertegun juga hatinya setelah menyaksikan kelihayan Lok Khi, nona tersebut Diam-diam dia lantas memuji. "Anak murid Thian Sat-ilo benar-benar luar biasa." OooOOooo Bab-37 CAHAYA PERAK tiba-tiba sirap. kemudian terlihat Lok Khi telah menarik kembali golok tipisnya dan melayang turun kembali ke atas permukaan tanah, sambil bertolak pinggang ia mendengus dingin tiada hentinya. "Hm, aku toh menyuruh kalian berhenti, sudah kalian dengar belum seruanku itu ?" Dari enam orang yang bertempur, sebetulnya mereka terbagi dalam tiga bagian pertarungan yang berbeda-beda, dalam sengitnya pertarungan itulah, mendadak semua orang merasakan cahaya perak menyilaukan mata, tahu-tahu masing- masing pihak merasa kena diserobot. Untuk sesaat mereka menyangka kalau pihak lawan telah mendapat bantuan dari rekannya sehingga buru buru mereka mengundurkan diri ke belakang. Begitu ke enam orang i u didesak untuk mundur selangkah, seketika itu juga semua pertarungan berhenti. Menanti mereka sudah melihat jelas siapa gerangan musuhnya itu, barulah semua orang merasa tertegun. Ma-koan tojin, Thi lohan dan Naga tua berekor botak pernah menyaksikan bagaimana Wi Tiong hong mematahkan serangan pisau terbang dari Thian Sat nlo ketika berada di perusahaan An-wanpiaukiok tempo hari, mereka semua sudah tahu kalau pemuda itu memiliki kepandaian silat yang lihay. Akan tetapi siapa pun tidak menyangka kalau gadis bertampang jelek yang sama sekali tidak menyolok disisi Wi Tiong hong, justru memiliki ilmu silat yang jauh lebih hebat lagi. Lelaki bersenjata penggaris baja itu nampak tertegun. kemudian tanya nya dengan suara rendah: "Siapa sih ke dua orang itu ?" "Yang lelaki adalah Wi Tiong-hong, sedangkan yang perempuan itu tidak kuketahui siapakah dia ?" Jawab Tok Hay-ji. Tok-si cuan yang pernah menyaru sebagai si Makhluk bertanduk tunggal Ku Tian-sun mengenali siapakah kedua orang itu, buru buru dia menyambung dengan cepat: "Wi Tiong hong adalah wakil pangcu dari perkumpulan Thi-pit-pang sekarang, sedangkan yang perempuan adalah adik misannya bernama Lok Khi" Dalam pada itu, Ma-koan tojin telah menjura sambil menegur. "Li sicu benar-benar berilmu sangat tinggi, entah ada urusan apakah menyuruh kami berhenti bertarung? Harap sicu sudi menjelaskan, pinto pasti akan mendengarkan dengan seksama." Masih tetap bertolak pinggang, Lok Khi berkata. "Aku ingin bertanya kepada kalian, aku dan Piauko ku berdiri disini, sebetulnya sudah kalian lihat atau belum ?" Nadanya amat mendongkol. Ma koan tojin dibuat tertegun oleh pertanyaan tersebut, tapi sebentar kemudian sudah tertawa terbahak-bahak. kembali dia menjura kemudian baru ujarnya: "Sejak Wi sauhiap dan li-sicu menampakkan diri, pinto sekalian sudah mengetahuinya, tentu saja tahu juga akan kehadiran kalian, cuma musuh besar berada di depan mata, sehingga bila kami tidak menyapa kalian berdua, harap kalian sudi memaafkan " "Yaa benar, apalagi Wi-lote pun sudah pernah membantu lohu sekalian untuk meloloskan diri dari kepungan orang sewaktu berada diperusahaan An-wanpiau-kiok tempo duu..." Sambung Naga tua berekor botak sambil ketawa. Tidak menunggu sampai mereka menyelesaikan kata-katanya, sambil tertawa dingin Lok Khi telah menukas: "Hmmm, dengan kedudukanmu si Naga tua berekor botak, kalian anggap pantas untuk menyebut saudara dengan kakak misanku?" Paras maka Naga tua berekor botak To Sam seng segera berobah hebat, tapi dia tetap bersabar untuk menahan diri. Sebaliknya Tok Hay-ji segera memanfaatkan kesempatan itu sambil tertawa terbahak- bahak ejeknya: "Haaah ...haaaahh ... haaah... suatu dampratan yang tepat sekali, kau orang she To terhitung manusia macam apa ?" Mencorong sinar tajam dari balik mata Naga tua berekor botak, tampaknya ia hendak mengumbar hawa amarahnya lagi. Lok Khi segera berpaling kearah Tok Hay ji dan mendamprat sambil mendengus. "Hmmm, kau sendiri pun bukan manusia baik-baik " "Bagaimana kalau kita berduel satu melawan satu?" Tantang Tok Hay ji cepat. "Hmmm " Lok Khi mendengus sinis. "aku tak akan takut menghadapi racunmu, akupun tak punya kesempatan untuk bertarung melawanku. Terus terang saja, kau masih belum pantas untuk bertarung melawanku." "Besar amat nada pembicaraan nona." Kata lelaki bersenjata penggaris besi itu cepat, "sekarang aku ingin bertanya kepadamu- sebenarnya ada urusan apa kau menyurut kami berhenti bertarung ?" Lok Khi menendang sekejap ke arahnya, kemudian katanya. "Apakah kau she Lu?" Lelaki bersenjata penggaris itu tertawa terbahak-bahak. "Haah, haaah, haaah, aku bukan she Lu, tapi julukanku menggunakan kata Lu." "Aku tidak ambil perduli apakah she Lu atau julukanmu yang menggunakan kata Lu." "Aku adalah Tok-lu-pan (Lu-pan beracun), ada urusan apa nona mencari diriku ?" Tanya lelaki bersenjata penggaris besi itu. Diam-diam Lok Khi mengangguk. sedang di luaran serunya setelah mendengus: "Hmmm. siapa yang mencari kau? Aku hanya ingin bertanya kepada kalian, apa sebabnya kalian bertarung mati-matian ? Sebenarnya dikarenakan apa?" Lu-pan beracun tertegun. "Pertanyaan dari nona sungguh mengherankan," Sahutnya. "apakah kalian berdua bukan datang untuk mencari orang-orang Ban-kiam hwee ?" "Tentu saja kami datang untuk mencari mereka" Jawab Lok Khi sambil tertawa, "apakah kalian sudah menemukan orang-orang dari Ban kiam hwee itu ?" "Aku baru saja datang, masih belum sempat melakukan pemeriksaan yang teliti." "Hmmm, kalian datang mencari orang-orang Ban kiam bwee tak usah ditanya pun sudah tahu kalau disebabkan Lou bun si, apakah kalian sudah berhasil mendapatkan Lou bun si ? Hmm, bayangannya saja belum kelihatan, kalian sudah saling beradu jiwa?" "Menurut pendapat nona, apa yang harus kami lakukan sekarang ?" Tanya Ma koan tojin,. "Tadi, kalian berarti sudah mencari setengah harian lamanya, tapi dimanakah pintu masuk mereka belum juga ditemukan, bukankah demikian ...?" "Kalau begitu pembicaraan pinto sekalian sudah didengar semua oleh nona?" "Buat apa ditanya lagi ?" Kemudian sambil berpaling kearah Lupan beracun, terusnya. "Kau bernama Lupan beracun, rupanya pintu masuk mereka sudah kau temukan bukan ?" Lok Khi segera mendengus. "Hmm, walau pun pintu alat rahasia yang digunakan Ban-kiam-hwe berasal dari Lam- hay tapi setelah melewati banyak tahun, sudah dapat dibayangkan banyak perubahan yang telah mereka lakukan, sekalipun kau berhasil menemukan pintu masuknya, belum tentu bisa menembusi rintangan-rintangan yang ada." "Perkataan nona memang benar, aku memang-mempunyai keyakinan yang terlalu besar." Lok Khi segera menyapu mereka sekejap. kemudian setelah tertawa dingin katanya lebih jauh: "Itulah dia, belum lagi pintu masuknya ditemukan, apalagi setelah menemukan pintu rahasia itu belum tentu bisa menembusinya, belum lagi harus bertarung melawan orang orang Ban kiam-hwe dan memaksa congkoan pasukan pita hitam menyerahkan Lou-bun-si tersebut kepada kalian, tapi sekarang kalian sudah saling bertarung sendiri untuk saling beradu jiwa, benar-benar satu perbuatan yang amat menggelikan." Mencorong sinar tajam dari balik mata Ma koan tojin, dia saling berpandangan sekejap dengan si Naga tua berekor botak, kemudian serunya sambil tertawa terbahak-bahak: "Haaahh ...haaahh ... haaahh ....jadi nona mengharapkan agar kita saling bekerja sama?" "Bekerja samakan jauh lebih baik daripada saling beradu jiwa tanpa hasil yang bisa diraih ?" Jengek si nona dingin. Thi lohan Khong beng hwesio tertawa nyaring. "Bagus, cara ini memang bagus sekali." Teriaknya. "bila Lou bun si berhasil kita temukan, kita bertiga rombongan baru saling menentukan siapa yang lebih unggul dan berhak mendapatkan benda mestika tersebut . ." Cepat-cepat Wi Tiong hong menjura, katanya. "Harap kalian jangan salah paham, aku dan adik misanku sama sekali tak berniat dengan Lou-bun-si tersebut." "Lantas mau apa kalian datang kemari?" Tok Hay ji sambil membelalakkan matanya lebar-lebar, seakan-akan tidak percaya. Dengan wajah serius, si anak muda itu berkata. "Aku hendak mencari congkoan pasukan pita hitam dari Ban kiam hwee, dan memintanya agar membebaskan Ting ci kang, Ting toako kami." Mendengar itu, Thi lo han Khong beng-hwesio segera tertawa terbahak-bahak. "Hahh ...haah... haahh ..itu mah soal gampang, asal kita telah berhasil membekuk Chin congkoan, masa dia tak akan melepaskan orang ?" Naga-tua berekor botak juga manggut berulang kali. "Ya, betul Asal kita berhasil mengetahui pintu masuknya, siaute telah meninggalkan banyak kode rahasia disitu, aku percaya masih mampu untuk membungkam alat-alat jebakan mereka." Lok Khi segera berpaling ke arah Tok Lupan sambil bertanya. "Bagaimana dengan kalian ?" "Soal ini tak bisa kuputuskan sendiri, harus kami rundingkan lebih dulu sebelum memberi jawaban." Maka Lu-pan beracun segera menjejak Tok si-cuan dan Tok Hay-ji untuk menyingkir kesamping dan merundingkan persoalan itu dengan suara rendah, selang berapa saat kemudian Lu-pan beracun baru berkata. "Kami setuju" "Apakah ingin meracuni kami secara diam-diam ?" Ejek Naga tua berekor botak sambil tertawa dingin. "Setelah kami menyatakan kesanggupan kerja sama, tentu saja tak akan melakukan perbuatan semacam itu, dan lagi apa yang diucapkan tak akan dilanggar." "Sekalipun dilanggar juga tak menjadi soal, aku punya obat penawarnya..." Sambung Lok-Khi cepat. Dari dalam sakunya dia keluarkan dua buah botol kecil dan segera diperlihatkan ke semua orang "Kalian tak usah kuatir." Cepat Tok si cuan menimbrung. "obat penawar yang berada ditangan Lok lihiap adalah benda milikku." "Tentu saja kami percaya penuh kepada Li sicu" Sahut Ma koan tojin cepat. "Suduh cukup, sekarang kita sudah selesai berunding, maka Tok Lupan harus mulai memperlihatkan kelihayannya." Seru Lok Khi. Lupan beracun manggut-manggut, dengan membawa senjata penggaris besinya dia mundur sampai beberapa langkah, kemudian memperlihatkan sekeliling tempat itu dengan seksama. Mendadak dia melompat naik keatas sebatang pohon besar, tangannya menekan dahan pohon tersebut satu kelilingan, lalu matanya celingukan kesana kemari. Lebih kurang satu perminuman teh kemudian dia baru menggelengkan kepalanya beruang kali sambil melompat turun. Tok Hay ji yang menyaksikan kejadian tersebut, tak tahan lagi segera berseru. "Lu suko, adakah kau telah menemui sesuatu." Lupan beracun tidak menjawab tapi selangkah demi selangkah berjalan menuju ketimur, ratusan langkah kemudian berbalik menuju kearah selatan, lalu memasuki sebuah sekat lebar kearah selatan sana, Akan tetapi belum sampai berapa jauh, dia telah menggelengkan kepalanya sambil berjalan kembali. Kemudian setelah berpikir sebentar, dengan cepat dia berjalan lurus menuju kearah batu besar di mana Wi Tiong hong berdua menyembunyikan diri tadi, tanpa mengucapkan Sepatah katapun dia mengukur Sekeliling batu besar tadi dengan penggaris besinya setelah itu berjalan kembali menuju kepohon besar. Wi Tiong hong yang menyaksikan orang itu hanya sibuk sambil menghitung tiada hentinya, diam-diam merasa keheranan, segera pikirnya didalam hati. "pintu rahasia itu berada disini, mengandalkan hitungan kakimu saja, masa mereka bisa ditemukan ?" Tampaknya Tok Hay-ji juga tak sabar lagi, segera dia menegur kembali. "Lu suko, sebenarnya apa yang terjadi ?" Tok-si cuan segera mengulangi perbuatan rekannya itu, dia berkata. "Dia sedang menghitung, jangan kau ganggu jalan pemikirannya." -oooOOooo- SEMENTARA itu Lu pan beracun telah berjalan balik dari pohon besar itu, dia menuding kearah batuan cadas tersebut dengan penggaris besinya, kemudian berkata: "Coba siapakah diantara kalian yang bersedia menyingkirkan batu- batu cadas itu, coba diperiksa apakah didalamnya terdapat gelang besinya ?" "Biar pinceng yang mencoba." Khong beng hwesio segera berseru dengan cepat. Sambil berkata, dia berjongkok dan telapak tangannya pelan-pelan ditolak kearah depan. Tenaga pukulannya memang hebat sekali, tampak batuan cadas yang besar kecil bertumpuk menjadi satu itu segera terdorong pergi dari posisinya semula oleh dorongan pukulan tangannya itu. Dari atas permukaan tanah muncul pula batuan cadas lain dalam jumlah yang lebih banyak. Sorot mata semua oraag telah tertuju keatas batu cadas tersebut, tapi kecuali batuan cadas, disitu tak ditemukan gelang besi macam apa pun... Melihat hal itu, Lu pan beracun bergumam. "Masa keliru? seharusnya disinilah letaknya." Dengan mempergunakan penggaris besi itu dia melakukan pemeriksaan lagi disekitar batu cadas tersebut, tapi kemudian sambil menggelengkan kepalanya dia segera berlalu dan mendekati pohon besar tersebut. Dengan penggaris besi, kembali dia mengetuk badan pohon tadi, kembali ujarnya: "Siapakah diantara kalian yang bersedia untuk mencabut pohon itu dan diperiksa bawahnya ?" "Apakah dibawah pohon ada gelang besinya?" Tanya si Naga tua berekor botak. "Harus diperiksa dulu baru ketahuan." "Baik, lohu akan mencabutnya untuk diperiksa." Pohon besar itu tingginya mencapai berapa kaki, dengan sepasang tangan memeluk dahan pohon kencang kencang, dia segera menggoyangkannya beberapa kali, lalu sambil membentak: "Naik!" Pohon besar itu berikut akar-akarnya segera tercabut keluar dari atas tanah. Dengan penggaris besinya Lupaa beracun menggali seputar tanah bekas pohon, tapi sesaat kemudian dia sudah berdiri, katanya sambil menggeleng gelengkan kepalanya: "Pintu masuk mereka tidak berada disini." Dengan amat kecewa Tok Hay ji berseru. "Tidak mungkin salah, tempo hari sudah jelas aku berjalan keluar dari rumah gubuk mereka." "Rumah gubuk?" Lu pan beracun melototkan matanya. "ditempat ini ada sebuah rumah gubuknya ?" "Yaa, benar Rumah gubuk itu berada disekitar sini, tapi sekarang sudah mereka bongkar dan tak ditemukan lagi bekas-bekasnya." "Mengapa tidak kau katakan sedari tadi ?" "Rumah gubuknya sudah dibongkar sehingga sama sekali tak ditemukan lagi bekas- bekasnya, sekalipun dibicarakan apalah gunanya ?" "Tentu saja ada gunanya." Begitu selesai berkata, dia mulai menghitung lagi dengan cermat, lalu sambil berkemak-kemik menghitung angka, dia berjalan masuk kedalam hutan kecil disisi bukit, disitulah dia berhenti. Kemudian dari sakunya dia mengeluarkan sebuah kompas kecil yang diletakkan di tanah dan diamati setengah harian lamanya. Mendadak ia tertawa tergelak. serunya: "Haah .. .haah... haah . .rumah gubuk itu seharusnya berada disini Kalian segera turun tangan dan mencabut keluar dua baris pepohonan yang ada dideretan paling belakang." Yang dimaksudkan dengan dua baris pepohonan itu, paling tidak berjUmlah dua-tiga puluh batang pohon lebih. Tok Hay ji segera berseru. "Lo suko, kali ini kau tidak bakal salah menghitung ??" "Kalau tidak percaya, coba saja untuk mencabut salah satu diantaranya " Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tok Hay ji segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Kalau aku mah tidak memiliki tenaga kerbau sebesar itu ?" Serunya. "Asal kau sudah mencobanya sendiri, maka akan segera kau pahami keteranganku itu." "Baiklah, akan segera kucoba." Selesai berkata, dia berjalan mendekati sebatang pohon besar yang berada disebelah kiri, kemudian menyalurkan tenaga dalamnya . ke dalam tangan, sekuat tenaga dia mencabut keluar batang pohon tersebut. Siapa tahu pohon besar itu pada hakekatnya tidak membutuhkan tenaga sebesar itu untuk mencabutnya keluar, bahkan karena kelewat bertenaga sehingga hampir saja tubuhnya jatuh terjengkang ke atas tanah. Dengan gugup dia menahan diri sambil menundukkan kepalanya, ternyata akar pohon tersebut berikut segumpal tanah lumpur ditanam dengan begitu saja disitu, jelas merupakan batang pohon yang sengaja dipindah dari tempat lain untuk di tanam di situ. Dengan sangat keheranan dia lantas mengangkat kepalanya seraya bertanya. "Lu suko, tampaknya pohon itu belum begitu lama di tanam di sini ?" Lu pan beracun tertawa dingin. "Heeh . .. heehh ..heeh .. .hampir saja kita ditipu mereka habis-habisan, jelas dua baris pohon yang berjumlah dua puluh tujuh batang itu baru saja dipindahkan kesitu beberapa hari berselang, ini berani rumah gubuk yang kau maksudkan berada disitu pula pada mulanya." Seperti baru saja memahami akan sesuatu, Tok Hay ji segera berseru tertahan: "Tak heran kalau kira tak berhasil menemukan rumah gubuk itu, rupanya bekas tempat gubuk itu sudah ditanami pohon, Aai ..tapi apakah hubungannya antara persoalan ini dengan pintu rahasia mereka. .?" Lu pan beracun tidak menggubris pertanyaan itu, dia mengangkat kepalanya dan berkata kepada semua orang. "Sekarang waktu sudah tidak pagi lagi, lebih baik kalau saudara sekalian segera turun tangan untuk mencabuti deretan pepohonan di belakang situ, dengan demikian aku baru bisa mulai menghitung di manakah letak rumah gubuk mereka." Mendengar perkataan itu, semua orang segera turun tangan dan mencabuti dua baris pepohonan pada deretan paling belakang. Dengan satu tangan memegang kompas untuk menentukan mata angin, tiada hentinya Lu pan beracun mengukur liang liang bekas pepohonan tersebut dengan penggarisnya. Sepertanak nasi kemudian, dia mulai melukis bentuk rumah gubuk diatas tanah, kemudian baru tanyanya. "Coba kalian perhatikan, apakah rumah gubuk itu berbentuk demikian. .. ?" Betapa kagumnya Wi Tiong hong setelah di lihatnya letak rumah gubuk. besar kecilnya maupun bentuknya persis seperti apa yang pernah dia saksikan dengan mata kepala sendiri. Buru-buru dia mengangguk. "Benar, rumah gubuk yang siaute lihat memang berbentuk demikian, sama sekali tak salah." Ma-koan tojin sendiripun berseru dengan wajah kaget. "Benar, ketika pinto melakukan penyelidikan pada malam itu, memang disinilah letak rumah gubuk tersebut." Lu-pan beracun segera tertawa ter-bahak2. "Haaahhh ...haaahhh ...haahh : .. itulah dia " Ia berseru. Dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke salah satu liang tanah, kemudian merogoh liang tadi dengan tangan kirinya. Siapa tahu begitu tangannya dirogohkan ke dalam liang, mendadak ia menjerit kaget dan cepat cepat ia menarik kembali tangannya. OooooO Bab-38 DENGAN cepat semua orang mengalihkan sorot matanya, ternyata pada jari telunjuk tangan kiri Lu pan beracun telah membawa sebuah makhluk hidup, Rupanya makhluk hidup itu adalah kura-kura kecil berwarna coklat, kura-kura tersebut menggigit jari tangannya kencang- kencang, sementara kepala maupun ke empat anggota badannya telah ditarik masuk kedalan kulit kerasnya. "Aaah ...ci-liantok ku (kura-kura beracun bergaris merah)" Jerit Tok si cun kaget, Saking sakitnya paras muka Lu pan beracun telah berubah pula menjadi hebat sekali, dengan cepat ia menginjak keras kulit keras kura-kura tersebut, kemudian menarik tangan kirinya dengan sepenuh tenaga. Ternyata kura-kura kecil itupun mengigit jari tangannya mati-matian, sekali pun sudah kena terbetot keluar, sepasang matanya yang kecil berwarna merah pun sudah mendelik besar, namun gigitannya sama sekali tidak menjadi kendor. Tindakan yang diambil Lu-pan beracun amat cepat sekali, sambil menahan rasa sakit dia menarik tangan kirinya sehingga kepala kura-kura itu turut terbetot keluar, kemudian penggaris besi ditangan kanannya secepat kilat menghantam leher kura- kura tersebut hingga putus menjadi dua bagian. Darah kental segera berhamburan kemana mana, kepala kura-kura itu kena dibabat sampai putus jadi dua, namun kepalanya yang menggigit jari tangan Lu pan beracun belum juga mau dilepaskan. Terpaksa Lu pan beracun menggunakan sebilah pisau kecil dari sakunya kemudian mencongkel mulutnya dengan gigi yang tajam sebelum berhasil melepaskan diri dari gigitan. Dalam waktu singkat, mulut lukanya itu telah berubah warna menjadi hitam pekat sementara jari tangannya makin lima turut membesar berlipat ganda. Tidak sempat berbicara lagi, Lu pan beracun merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah botol kecil, membuka penutup botolnya dengan gigitan, lalu menuang bubuk obat tersebut ke dalam mulutnya. Selesai minum obat, dia baru mendengus dingin seraya berkata: "Benar-benar suatu perbuatan yang amat keji, rupanya mereka sudah memperhitungkan kalau aku bakal datang kemari, maka sengaja mereka persiapkan kura-kura beracun bergaris merah dalam liang pohon itu, hmmm.. sekali pun ada kura- kura beracun bergaris merah, memangnya mereka mampu mengapa-apakan diriku ?" Orang-orang yang berasal dari Tok see sia tentu saja tak takut makhluk beracun, tetapi semua adegan tersebut cukup membuat ciut hati Ma koan tojin dan Wi Tiong hong sekalian. "Lu suko, apakah dibawah situ ada gelang besinya ?" Tanya Tok Hay ji kemudian. "Menurut pendapatmu. mungkinkah ada gelang besinya ?" Lu pan beracun balik bertanya. "Waah, kalau begitu kitakan tak bakal berhasil menemukan pintu masuknya ?" Lu pan beracun tidak menjawab, dia hanya termenung sambil membungkam. Mendadak dari belakang tubuh mereka berkumandang seruan seorang dengan nada dingin. "Tujuh langkah ke kiri, tiga belas mundur ke belakang melompat sembilan depa, gelang tersebut akan temukan." Meskipun suarnya dingin tapi kedengaran merdu, jelas berasal dari suara seorang gadis. Waktu itu, semua orang sedang memusatkan perhatiannya kearah Lu pan beracun, siapa pun tidak memperhatikan belakang tubuh mereka, ketika mendengar ada suara pembicaraan orang, buru-buru dia membalikkan badannya sambil memeriksa. Lebih kurang dua kaki dibawah pohon, tampak seorang gadis berbaju hijau sedang berdiri anggun disitu. Ma-koan tojin Thi-lohan Khong Beng hwesio dan naga tua berekor botak menjadi terkesiap sekali. Lu pan beracun membelalakan matanya lebar-lebar dan menatap lawan tanpa berkedip. sebaliknya Lok Khi segera mendengus dan melengos ke arah lain-.. Kemunculan nona berbaju hijau itu sama sekali tidak mengagetkan atau mengherankan, sebab berita tentang terjatuhnya Lou bun si ke tangan orang orang Ban kiam hwe sudah tersebar luas dalam dunia persilatan, tentu saja orang-orang akan berbondong bondong datang kesitu. Tapi yang membuat mereka terkejut adalah kemunculan si nona berbaju hijau sampai pada jarak dua kaki dibelakang mereka, ternyata tidak diketahui oleh siapapun, dari sini dapat diketahui kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pihak lawan luar biasa sekali "Apakah yang kau maksudkan adalah gelang besi untuk membuka pintu rahasia ?" Seru Tok Hay-ji kemudian. Nona berbaju hijau itu mendengus dingin "Hmm, apakah kalian bukan mencari gelang besi tersebut ?" Tok Hay-ji segera berpaling ke arah rekannya sambil berseru. "Lu suko, biar aku pergi mencarinya, coba kita lihat apakah yang dia ucapkan itu benar ?" Lu pan beracun tidak menjawab, dia hanya menggunakan kompasnya untuk membetulkan arah, setelah itu serunya dengan terperanjat. "Seandainya gelang besi tersebut berada disitu, seharusnya tempat itu merupakan pintu mati." "Hmmm, kau anggap mereka bisa meninggalkan pintu hidup buat kalian, sebelum pergi dari sini?" Jengek si nona dingin. Dalam pada itu Tok Hay ji telah mengikuti petunjuk nona berbaju hijau itu berjalan tujuh langkah ke kiri, tiga belas langkah mundur kebelakang dan persis mundur dibawah sebatang pohon yang besar. Dengan suara lantang dia lantas bertanya. "Apakah gelang besi itu berada diatas pohon?" "Buat apa mesti ditanya lagi?" Jawab nona itu lagi dingin. Tok Hay ji segera melompat setinggi sembilan depa. dimana persis merupakan cabang dahan pohon yang tertutup rapat oleh ranting maupun dedaunan. Sambil menerobos masuk kedalam, Tok Hay ji segera berteriak dengan suara lantang. "Lu suko, disini benar- benar terdapat gelang besinya." Lu pan beracun segera mendongakkan kepalanya sambil berseru. "Kanan berputar tiga kali, terbuka pemandangan seram. berputar lima kali ke kiri, tidak luka tentu mampus." "Hei, Lu suko, apa yang kau katakan?" "Putarlah tiga kali ke kanan, lalu putar lagi kesebelah kiri." "Baik" Sahut Tok Hay-ji. Dia segera melakukan apa yang diperintahkan. Mendadak dari tujuh delapan kaki di arah barat laut segera berkumandang suara gemerincing nyaring. Suara gemerincingan itu berasal dari dalam dasar tanah saja, tidak begitu keras tapi dapat terdengar nyata. Tapi Ma koan lojin dan Lu pan beracun sekalian memiliki ketajaman pendengaran yang luar biasa, begitu mendengar suara tersebut, sorot mata mereka segera dialihkan kearah mana berasalnya suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari semak belukar diatas sebuah tumpukan batu cadas. Waktu itu tumpukan batu cadas yang berada dibagian tengah itu sedang pelan-pelan bergeser kebelakang, kemudian muncul ah sebuah lapisan batu cadas. Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian itu diam diam merasaamat kagum, pikirnya: "Pintu masuk menuju keperut bukit ini benar-benar dibuat amat sempurna seandainya tidak ada petunjuk dari nona berbaju hijau itu, mungkin Lu pan beracun sendiripun tidak mudah untuk menemukannya..oooh, sewaktu aku dibawa keluar dari dalam tanah dengan mata tertutup dulu, apakah tempat ini juga yang telah kulewati ?" Sementara itu Naga tua berekor botak To sam seng telah tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya: "Benar, benar, menurut ingatan siaute tak bakal salah lagi, malam itu seharusnya aku memang keluar dari situ." Selesai berkata dia lantas maju lebih dulu. Ma koan tojin, Thi lohan Khong-beng hwesio serentak turut maju kedepan, tapi baru saja mencapai dua kaki dari lapisan batu besi itu, mereka berhenti sendiri. Tok Hay-ji yang berada di pohon juga segera melompat turun kuatir ketinggalan dia berebut didepan naga tua berekor botak dan slap menerjang lebih kemuka. "Cepat berhenti" Mendadak Lu pan membentak. Dalam tertegunnya Tok Hay-ji berdiri melongo, untung Lu pan beracun yang berada dibelakangnya segera menariknya dari situ, kemudian dengan cepat dia mengambil sebutir batu, ditimpuk kearah batu datar tadi dan cepat-cepat menjatuhkan diri menggelinding ke samping. Batu itu menggelinding kemuka menimbulkan suara nyaring, ternyata perhitungan Lu pan beracun tepat sekali, ketika menggelinding sampai dimuka lapisan batu cadas tersebut daya mengglindingnya habis dan berhenti dengan sendirinya. Didalam anggapan Tok Hay-ji, Lu sukonya hendak menggunakan batu besar itu untuk membuka pintu, maka melihat batu itu berhenti tepat diatas pintu, diapun berseru: "Lu suko, biar aku..." Belum selesai dia berkata, kembali terdengar suara gemerincingan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, mendadak batu besar itu menyusup kedalam tanah dan muncul ah sebuah mulut gUa. Begitu mulut gua itu muncul, suara desingan angin tajam pun bergema memecahkan keheningan, segulung panah beracun segera berhamburan keluar dari balik pintu itu dan meliputi wilayah seluas satu kaki lima enam depa lebarnya. Seandainya ada orang yang mendekat secara gegabah, dibawah terjangan panah- panah beracun yang meluncur cepat itu, sudah pasti jarang ada yang berhasil meloloskan diri. Saking terkejutnya Tok Hay-ji sampai mundur sejauh beberapa langkah, teriaknya tertahan: "Maknya, tak heran kalau pintu ini di namakan pintu kematian." Sementara itu, Lok Khi yang menyaksikan Ma-koan tojin sekalian bertiga berhenti sendiri setelah tiba dua kaki dari lapisan batu cadas itu, seakan-akan mereka sudah tahu kalau dari balik mulut gua bakal menyembur keluar senjata rahasia, kecurigaannya segera membara, dengan suara lirih dia berbisik: "Engkoh Hong, tampaknya si hidung kerbau sekalian seperti telah tahu kalau disitu terdapat alat rahasianya." "Mungkin mereka menyaksikan lapisan batu itu belum juga membuka, maka tak berani sembarangan bergerak." Dalam pada itu, Lu-pan beracun telah beranjak maju lebih dulu, sepanjang jalan dia menyingkirkan panah panah beracun itu dengan mempergunakan senjata penggaris besinya, kemudian setelah meneliti sekejap sekeliling gua itu, dia baru berpaling sambil berkata: "Sekarang kalian boleh masuk. bukankah kalian sudah bilang kalau sepanjang lorong telah ditinggali tanda rahasia ?" "Benar" Sahut Naga tua berekor botak To Sam seng. "ketika siaute keluar dari lorong rahasia, diam-diam telah kutinggalkan tanda rahasia disitu, biarlah siaute yang akan membawa jalan untuk kalian." Selesai berkata, dia lantas memandang sekejap ke arah Ma koan tojin dan Thi lohan sekalian, kemudian tanpa sangsi lagi dia berjalan-lebih dahulu memasuki gua tersebut. Ma koan lojin dan Thi Lohan tanpa ragu-ragu segera mengikuti di belakangnya masuk ke dalam gua. Tiba-tiba sekulum senyuman menghiasi wajah Tok Hay-ji, tapi Lu-pan beracun melotot sekejap ke arahnya dan turut menuruni anak tangga gua tersebut. Ketika Lok Khi menyaksikan semua orang sudah masuk ke dalam lorong rahasia tersebut buru-buru dia berseru. "Engkoh Hong, mari cepat kita menyusul mereka." Belum sempat Wi Tiong hong beranjak pergi, mendadak terdengar gadis berbaju hijau itu berseru. "Tunggu sebentar." Dengan tanpa terasa anak muda itu berhenti. "Nona, kau masih ada petunjuk apa lagi ?" Tanyanya. Dengan sorot mata yang hangat dan mesra gadis berbaju hijau itu memandang sekejap ke wajah Wi Tiong hong lalu tertawa. "Biarkan mereka masuk lebih dulu, sebentar akupun hendak masuk ke dalam, aku akan menjadi petunjuk jalan bagi kalian." Lok Khi yang mendengar perkataan itu segera mencibirkan bibirnya, kemudian mendengus. "Hmmm, engkoh Hong, orang lain toh sudah siap menemani dirimu, kalau begitu biarlah aku pergi dulu." Selesai berkata seperti segulung hembusan angin dia sudah lari menuju ke mulut gua. Wi Tiong hong tahu, gadis berbaju hijau itu menyuruh dia menunggu sebentar pasti disebabkan suatu persoalan, maka cepat-cepat dia berteriak keras. "Adikku harap tunggu sebentar." Waktu itu Lok Khi sudah tiba di mulut gua ketika dilihatnya Wi Tiong-hong masih ragu dan sama sekali tidak menyusulnya dia menjadi semakin mendongkol serunya kemudian dengan gemas. "Baik biar aku saja yang menyingkir agar kalian punya kesempatan untuk berduaan, aku... aku tak usah kau urusi lagi..." Selesai berkata, dengan cepatnya dia sudah menyelinap masuk kedalam gua tersebut. "Adikku adalah seorang gadis yang berwatak kasar, harap nona sudi memaafkan." Buru-buru Wi Tiong hong berseru kemudian. Seusai berkata, dia pun membalikkan badan dan siap menyusul kedalam gua tersebut. Merah padam selembar wajah gadis berbaju hijau itu karena jengah, mendadak bentaknya lagi dengan suara dingin. "Eeeh, tunggu sebentar." Ketika Wi Tiong hong lihat Lok Khi sudah turun ke dalam gua, hatinya makin gelisah akan tetapi setelah mendengar suara bentakan dari gadis berbaju hijau itu, mau tak mau dia berhenti juga , katanya seraya berpaling. "Nona..." Selangkah demi selangkah nona berbaju hijau itu berjalan mendekat, tidak menanti pemuda itu berbicara, sambil tertawa dia telan mendongakkan kepalanya sembari berkata. "Aku mengetahui kalau hatimu sangat gelisah, bukan demikian ?" "Adikku sudah masuk ke dalam lorong rahasia, kemungkinan besar jiwanya akan terancam, tentu saja aku harus menyusulnya." Nona berbaju hijau itu segera menarik kembali senyuman, lalu berkata dengan sedih. "Tampaknya kau si kakak misan baik juga hatinya " Setelah berhenti sejenak. mendadak paras mukanya berubah menjadi dingin, kemudian bayangan hijau berkelebat lewat, ia sudah melewati disamping Wi Tiong hong dan menuju ke depan pintu gua, katanya dingin. "Mari, ikut aku." Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambil menjinjingnya dengan cepat dia telah menuruni lorong rahasia tersebut. Memandang wajah si nona yang sebentar tertawa ringan, sebentar dingin dan kaku, diam-diam Wi Tiong hong menggelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya. "Watak nona ini gampang berubah-ubah, tampaknya sukar amat untuk menghadapinya." Sementara ia masih tertegun, nona berbaju hijau itu sudah menuruni sepuluh undakan lebih, dari dalam gua terdengar dia sedang menegur dengan suara dingin. "Hei, mengapa kau tidak turun ?" Buru-buru Wi Tiong hong membungkukan badan dan menerobos masuk ke dalam lorong rahasia tersebut, baru beberapa langkah, ia sudah menyaksikan gadis berbaju hijau itu dengan membawa sebutir mutiara yang memancarkan cahaya tajam sedang berdiri menanti di situ. Di dalam gua yang gelap terpancar segulung mutiara yang lembut dan melapisi nona berbaju hijau itu dibalik lingkaran sinar mutiara, hal ini membuat gadis itu nampak lebih cantik dan menawan hati, sedemikian cantiknya sehingga terasa agak misterius. Wi Tiong hong tak berani memandang terlalu lama, cepat-cepat dia menuruni anak tangga lorong tersebut. Pelan-pelan cahaya mutiara itu bergeser, gadis berbaju hijau itu bagaikan bak sekuntum awan sedang pelan-pelan bergerak turun kebawah. "Sudah kau lihat namaku yang tercantum dalam botol kemala yang kuberikan kepadamu tempo hari?" Mendadak gadis berbaju hijau itu bertanya memecahkan keheningan. Wi Tiong-hong tidak menyangka kalau gadis itu bakal menanyakan tentang botol perselen tersebut, terutama nama yang terukir di atasnya, dengan wajah memerah karena jengah segera sahutnya. "Melihat sih sudah melihat." "Tapi kau tidak tahu kalau itu namaku bukan? sekalipun demikian kau toh sudah tahu bahwa aku she Su ...Hmmm." Di tengah ucapan tersebut, mendadak dia mendengus dingin lalu mendamprat keras. "Benar-benar bedebah." Wi Tiong hong tertegun, baru saja bicara secara baik-baik, mengapa gadis itu mendengus secara tiba-tiba. Sementara itu Su Siau-hui telah mendekatkan mutiaranya ke atas dinding gua, kemudian katanya: "coba kau lihat, bukankah tanda tersebut merupakan tanda rahasia yang ditinggalkan tua bangka she To itu ?" Mengikuti arah yang ditunjuk. Wi Tiong-hong segera menyaksikan sebuah guratan kuku diatas dinding batu tersebut, guratan itu melengkung seperti Cacing, tapi kalau diperhatikan lebih seksama, bentuknya persis seperti seekor naga terbang. Sebagaimana diketahui To Sam-seng berjulukan Naga tua berekor botak, tentu saja naga terbang itu merupakan kode rahasianya. Terdengar nona Su Siau hui berkata lagi. "Kalau bukan dia yang sengaja hendak memancing semua orang masuk jebakan, sudah pasti orang lain yang sengaja membiarkan dia meninggalkan kode rahasia tersebut agar dia masuk perangkap." "Kini mereka sudah menuju keperangkap?" Seru Wi Tiong-hong dengan perasaan terperanjat. "kalau begitu Lu-pan beracun sekalian juga sudah terangkap?" Kembali Su Siau hui mendengus dingin. "Kau maksudkan manusia yang membawa penggaris besi itu? Hmm. dari mana dia bisa menduga akan perubahan yang terdapat di balik kesemuanya ini ?" Wi Tiong hong menjadi teringat kembali akan perkataan dari Tok si cuan tentang peralatan rahasia yang dipakai orang orang Ban-kiam-hwee, konon peta lukisannya berasal dari Lam-hay-bun seandainya ucapan itu benar, berarti gadis inipun mengetahui tentang peralatan rahasia tersebut. Terdengar Su Siau hui berkata lebih jauh. "Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa pintu ini adalah pintu mati ? Bila dia mengikuti cara lewat pintu kematian untuk masuk dari sini, dari pintu ini, tentu saja hal tersebut tak salah lagi. Tapi alat rahasia yang dipasang ditempat ini justeru saling berlawanan meski satu sama lainnya saling berkaitan bagaimana mungkin dia bisa menghitungnya menurut cara perhitungan itum . , .? kalau orang lain memang sengaja hendak memancingmu masuk jebakan, sekalian menurut perhitunganmu jalan yang dilalui benar, toh disiapkan memang sengaja diatur demikian." "Apakah kita masih dapat menyusulnya?" Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo