Pendekar Bego 16
Pendekar Bego Karya Can Bagian 16
Pendekar Bego Karya dari Can Sekuat tenaga Ong It sin meronta dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman, mukanya sampai merah karena ngototnya, jelas ia tak mau tunduk dengan begitu saja. "Perempuan bajingan!" Teriaknya keras keras. "aku mempunyai dendam sedalam lautan denganmu, kenapa aku musti takluk kepada bajingan perempuan seperti kau?" Ejekan demi ejekan tersebut semakin mengobarkan nafsu membunuh dalam hati Liok Lui, ia mendengus dingin, telapak tangan kirinya segera diayunkan ke udara, siap menghajar batok kepala anak muda tersebut. Setelah sampai dalam keadaan demikian, kecuali melototkan sepasang matanya bulat bulat, Ong It sin tak sanggup berkata apa apa lagi. "Orang she Ong!" Kembali Liok Lui berkata dengan dingin. "jika kuingin mencabut jiwamu, hal ini dapat kulakukan bagaikan membalikkan telapak tangan sendiri, tapi kali ini kuampuni jiwamu, bila lain kali sampai terjatuh kembali ketanganku, hmm...! Aku akan melepaskan dirimu dengan begitu saja!" Bukannya gembira setelah mendengar perkataan itu, Ong It sin malah gelengkan kepalanya berulang kali. "Perempuan bajingan!" Demikian ia berseru "kau tak usah mencoba untuk merayu aku, sekalipun kau lepaskan diriku, aku tetap akan membalaskan dendam bagi kematian ayahku" Liok Lui menjadi sangat geram sambil menggigit bibir telapak tangannya segera ditekankan ke bawah dengan kekuatan luar biasa. Ong It sin merasakan dadanya sesak sekali termakan tindihan yang kian lama kian bertambah kuat itu, tampaknya sebentar lagi si anak muda itu bakal tewas ditangannya... Untunglah pada saat itu mendadak terdengar seseorang berteriak keras dari kejauhan sana. "Sumoy, kau sedang bertarung dengan siapa?" Pada mulanya teriakan itu masih berada ditempat kejauhan, tapi sejenak kemudian sudah berada didepan mata, dari sini dapat diketahui betapa sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu. Ong It sin segera berpaling, tapi begitu mengetahui siapa yang datang, hatinya jadi tercekat. "Habis sudah riwayatku kali ini!" Pekiknya dihati. "kukira teman yang datang tak tahunya adalah konco perempuan bajingan ini... Kiranya orang yang baru datang itu adalah salah satu diantara empat jago lihay dari partai Tiong lam, Tui im khek (jago pengejar awan) Ih Hui adanya. Setibanya ditempat kejadian, Ih Hui melirik sekejap ke arah Ong It sin lalu ujarnya. "Sumoay, pekerjaan yang harus kita kerjakan amat penting dan gawat kenapa kau masih bergurau dengan si tolol ini?" Liok Lui mendengus. "Hmm! Dia sendiri yang mencari gara gara denganku, memangnya aku suka bergurau dengan tolol babi seperti itu? Tapi... bagaimana keadaan di situ?" "Ciangbun suheng sedang bertahan seorang diri disitu, hayo kita cepat kesana!" Paras muka Liok Lui segera berubah hebat, dengan mengerahkan hawa murni Thian gi cin khinya tiba tiba ia getarkan lengan dan mengerahkan tubuh Ong It sin ke udara. Setelah melemparkan anak mudai itu, Liok Lui beserta Ih Hui segera berlalu dari situ. Ketika sedang terlempar ke udara, Ong It sin merasakan tubuhnya lemas tak bertenaga tapi sewaktu meluncur turun, ia mulai panik tangan dan kakinya segera digerakkan dengna harapan bisa memperlambat daya luncurnya menuju ke bawah, siapa tahu bukan saja tidak memberikan keuntungan apa apa malah sebaliknya ia terjatuh tepat diatas pohon. Pakaian yang dikenakan anak muda itu segera robek robek disana sini keadaannya makin mengenaskan lagi. Pada mulanya ia berusaha untuk membalikkan badannya dan merangkak turun dari pohon itu tapi bukan saja tak berhasil, badannya malah semakin meluncur kebawah hingga akhirnya terbanting keras keras ditanah. "Bluuk...!" Ketika pantatnya saling beradu dengan tanah, sakitnya bukan kepalang sampai lama sekali pemuda itu baru sanggup merangkak bangun itupun harus sambil meringis menahan sakit. Kontan saja meluncurlah semua kata kata mutiara mulai dari yang halus sampai yang kasar, pokoknya semua kata kata makian yang dikenal, diketahui dan bisa disebutkan diberondongkan semuanya tanpa berhenti.... "Hei, buat apa kau mencaci maki terus menerus?" Tiba tiba seorang menegur dari atas. "orang yang kau maki sudah pergi jauh" Dengan tertegun Ong It sin mendongakkan kepalanya keatas, tampak hanya dedaunan yang rimbun disekitar sana, jangankan orangnya, bayangan pun tak nampak. Maka itu dengan keheranan ia menegur lagi. "Hei, siapa yang ada diatas pohon? Apakah kau juga tak mampu turun? Gampang sekali sobat, meronta saja dengan sekuat tenaga, maka kau akan terjatuh sendiri dari atas pohon!" Ia mengira orang itupun seperti dia terlempar keatas pohon dan tak mampu turun, maka diajarkan cara untuk turun dari pohon seperti barusan yang dialaminya sendiri. Siapa tahu baru selesai ia berkata dari atas pohon segera berkumandanglah suara gelak tertawa yang amat keras. Sungguh mengerikan sekali gelak tertawa orang itu, bukan saja amat nyaring, lagi pula memekikkan telinga. Menyusul gelak tertawa itu, seorang kakek cebol tampak melompat turun dari atas pohon tersebut dan tahu tahu sudah berdiri sambil bertolak pinggang dihadapannya. Kakek itu tidak berkata apa apa, dia hanya menuding Ong It sin sambil tertawa terbahak bahak tiada hentinya, bahkan kemudian ia mendekap perut sendiri saking sakitnya untuk dibuat tertawa. Lama kelamaan Ong It sin jadi jengah sendiri, dengan hati mendongkol segera serunya. "Hei, kalau berani tertawa lagi, jangan salahkan kalau kugebuk nanti!" Sebetulnya kakek cebok itu sudah mau berhenti tertawa, tapi setelah mendengar perkataan itu, sekali lagi ia tertawa terpingkal pingkal. "Hei, apa lagi yang kau tertawakan?" Teriak Ong It sin dengan mata melotot. "hmm, setelah merasakan bogem mentahku nanti, tanggung kau tak akan mampu untuk tertawa lagi..." Meskipun ia telah mengacungkan tinju, tapi tidak sampai dilayangkan ke tubuh orang, sebab bagaimanapun juga orang itu hanya mentertawakan dia dan tidak melakukan kesalahan apa apa, oleh sebab itu diapun tak ingin sembarangan memukul orang. Sementara itu kakek cebol tadi sudah berjalan makin lama semakin dekat, tiba tiba sepasang tangannya menekan bahu Ong It sin dan menggoncang goncangkan tubuhnya. Ong It sin berkaok kaok penawaran, sebaliknya kakek cebol itu tertawa makin keras goncangnya pun makin dipercepat. Akhirnya Ong It sin tak tahan habis sudah kesabarannya, tiba tiba ia layangkan tinjunya kemuka... "Duuuk!" Bersarang telak diatas wajah sang kakek. Seketika itu juga kakek cebol itu berhenti tertawa sepasang tangannya cepat ditarik kembali dan kemudian digunakan untuk menutupi wajahnya, dengan sempoyongan dia mundur selangkah ke belakang. "Coba lihat!" Ong It sin segera berteriak. "sejak tadi kau sudah kukatakan, jangan main main! Kalau sampai kena kutonjok tentu badanmu sakit tapi kau nekad terus, nah sekarang rasain kamu! Enak kan kalau kena ditinju mukanya?" "Aduduuuh,,, celaka, celaka dua belas!" Jerit kakek cebol itu sambil mencak mencak. "kau telah meninju hidungku sehingga gepeng... aduuuh mak sakitnya, hidungku hancur kali ini..." Seraya berkata, ia lepaskan tangannya yang menutupi wajahnya itu. Ketika Ong It sin dapat melihat wajahnya, kontan saja ia menjadi tertegun sehingga matanya terbelalak dan mulutnya melongo. Betul juga, ternyata hidung si kakek cebol itu telah hilang, hampir seluruh hidungnya itu telah melesak masuk ke dalam wajahnya. Padahal sekalipun tinjunya itu berhasil meremukkan tulang hidung, tak mungkin hidung itu akan masuk seluruhnya ke dalam wajah. Itu berarti kalau bukan si kakek cebol itu memang sejak lahir tak berhidung, ia pasti telah pergunakan ilmu Sut kut gi cing (menyusut tulang merubah otot) untuk menarik masuk hidungnya ke dalam. Tentu saja Ong It sin tak akan menduga sampai kesitu, ketika dilihatnya hidung si kakek cebol itu betul betul melesak masuk akibat pukulannya, ia menjadi amat menyesal sekali. "Waah... rupanya pukulanku tadi terlampau keras sehingga hidungnya musti penyok, apa yang musti kulakukan sekarang?" Sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal ia mondar mandir kesana kemari dengan kebingungan. Terdengar kakek cebol itu berteriak teriak kembali. "Bocah busuk, kau telah mempenyokkan hidungku, kalau biniku bertanya nanti, apa musti jawabku? Hayo kau harus bertanggung jawab, kalau biniku tak mau sama aku lagi, bagaimana aku musti berkata?" "Katakan... katakan saja kalau hidungmu penyok karena dipukul orang...!" Jawab Ong It sin dengan gugup. Kakek cebol itu segera menunjukkan sikap apa boleh buat, sambil gelengkan kepalanya berulang kali katanya lagi. "Bila biniku bertanya lagi, kenapa setelah hidungmu dihantam orang sampai penyok, kau tidak membalas pukulan itu? Apa yang musti kukatakan...?" Ong It sin membalik balikkan matanya sambil garuk garuk kepala, lalu dengan gelagapan ia berbisik. "Tentang soal ini... tentang soal ini... tentu saja harus bilang bahwa kau telah membalas pukulan itu!" "Yaa, yaa, memang ucapanmu itu benar" Seru si kakek cebol sambil berteriak kegirangan. "kalau begitu, biarlah kubalas tonjokan itu dengan sebuah tonjokan pula" Ong It sin tertawa getir, sambil meraba raba hidung sendiri ia mengeluh. "Tapi... tapi... kenapa kau musti membalas? Sekalipun hidungku dipukul sampai penyok, toh hidungku yang penyok tak bisa mancung kembali...?" "Aaah, siapa bilang begitu?" Bantah sikakek cebol. "siapa tahu kalau dengan sebuah pukulan balasanku ini, hidungku yang penyok menjadi mancung kembali? Hati hati kau..." Sementara Ong It sin masih tertegun, tahu tahu matanya menjadi kabur menyusul kemudian... "Duuk!" Sebuah bogem mentah telah bersarang diatas wajahnya. Jotosan itu sungguh keras dan disertai tenaga yang luar biasa, bukan cuma hidungnya saja yang terasa linu dan sakit, bahkan matapun ikut berkunang kunang. Sedemikian sakitnya akibat pukulan itu, air matanya sampai bercucuran dan untuk beberapa waktu lamanya ita tak sanggup melihat benda apapun disekeliling sana. Lama, lama sekali, ia baru bisa berteriak keras. "Anak kura kura, berat amat pukulanmu itu?" "Haaahh... haaahh... haaahh... kalau pukulanku itu tidak keras, mana mungkin hidungku bisa muncul kembali?" Ong It sin gelengkan kepalanya berulang kali untuk menghilangkan rasa pusing, pelan pelan berhasil juga ia melihat keadaan disekelilingnya. Betul juga, hidung si kakek cebol yang penyok itu tahu tahu sudah muncul kembali. Buru buru Ong It sin meraba hidung sendiri, setelah mengetahui kalau hidungnya masih ada, ia menghembuskan nafas lega seraya bergumam. "Masih untung hidungku tidak ikut penyok coba kalau sampai penyok? Aduh mak... tidak tahu bagaimana jadinya nanti?" Kakek cebol itu kembali tertawa terpingkal pingkal setelah mendengar perkataan itu sambil berputar ditanah seperti gasingan, ia berteriak lagi. "Sungguh menarik, sungguh menarik, tahukah kau bahwa aku sengaja mengampunimu maka hidungmu tidak sampai kuhajar sampai penyok?" Ong It sin tertawa nyengir. "Oooh... kiranya kau memang berbaik hati, lantas kenapa musti melihat padaku sambil tertawa??" Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek cebol itu, ditatapnya seluruh wajah Ong It sin dengan seksama, kemudian tanyanya "Bocah busuk, siapa namamu. Kenapa bisa berada disini seorang diri? Aku lihat ilmu silatmu cukup hebat, tapi kenapa sama sekali tak becus dalam gerakan silat?" Sesungguhnya tak sedikit pertanyaan yang diajukan kakek cebol itu, tapi Ong It sin hanya sempat mendengar tentang "tenaga dalammu hebat", sementara kata kata lainnya hampir tak digubris sama sekali olehnya. Dengan wajah berseri dan penuh rasa bangga, Ong It sin bangkit berdiri, ternyata tinggi badan kakek cebol itu hanya sampai sebatas pinggangnya, maka sambil mengelus kepala si kakek yang cebol katanya. "Oooh... jadi kau baru tahu sekarang? Aku memang seorang jago lihay dari dunia persilatan" Kakek cebol itu menarik tubuhnya menghindari belaian tangan orang terhadap kepala botaknya, lalu berkata. "Jika kau memang seorang jagoan lihay, berani tidak beradu kepandaian denganku?" Dengan wajah memandang rendah kebawah Ong It sin melirik sekejap kearah kakek cebol tersebut, kemudian gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tidak merasa bermusuhan denganmu buat apa musti merenggut nyawamu? Jika kau sudah bosan hidup, gantung diri saja atau terjun ke jurang, tentu enak rasanya dari pada mati digebuk orang, kenapa musti pingin mampus diujung telapak tanganku?" OoooodOeooooo Kakek cebol itu kembali tertawa terpingkal pingkal setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian. "Kalau kau tak mau beradu tenaga danganku, dari mana aku bisa tahu kalua kau adalah seorang jagoan lihay?" "Waah... waahh... lebih baik jangan" Cegah Ong It sin. "betul dengan beradu tenaga maka kau akan tahu aku seorang jagoan lihay atau bukan, tapi apalah artinya jika sampai nyawamu ikut melayang?" Kakek cebol itu kembali memaksa dengan pelbagai cara, tapi Ong It sin yang menganggap kepandaiannya sangat lihay selalu menolak. Akhirnya karena kehabisan akal, maka sambil mencak mencak kakek cebol itu berteriak. "Hei, kalau kau tak mau memukul aku, aku akan memukul duluan... coba kulihat mau apa kau nanti!" Selesai berkata tangannya lantas diayun dan... "Plak! Plok! Plak! Plok!" Secara beruntun ia perseni tujuh delapan buah tamparan keatas wajah Ong It sin. Si anak muda itu segera merasakan bayangan tangan saling menyambar didepan mata, hakekatnya ia tak mampu untuk menghindarkan diri lagi, maka setelah menyambut ketujuh delapan buah tamparan tersebut, ia berdiri kaku di tempat semula. Diam diam pemuda itu merasa keheranan pikirnya. "Betul betul mencengangkan hati, tubuhnya begitu cebol dan kecil, kenapa bisa menampar aku dengan begitu gampang." Karena heran maka setelah tertegun sejenak, ia membungkukkan badan sambil melancarkan sebuah serangan balasan. Bukannya mundur kakek cebol itu malah ke depan... "Plaaak!" Serangan keras dari Ong It sin itu bersarang telak diatas dada lawan. "Hmm! Rasain lu sekarang, sudah tahu akan kelihayanku bukan?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Teriaknya. Tapi kakek cebol itu hanya tertawa cekikikan saja sambil memandang kearahnya, sedikitpun tidak tampak kesakitan atau ketakutan. Ini semua membuat Ong It sin kembali tertegun, serunya dalam hati. "Amboi! Kukira tubuhnya yang ceking itu tak akan tahan terhadap tonjokanku itu, siapa tahu ia begitu lihay, biar kuberi sebuah pukulan yang lebih keras lagi..." Sambil berpikir ia bermaksud menarik kembali tangannya, siapa tahu tangannya itu seperti menempel diatas pelakat yang keras, untuk sesaat lamanya tak mampu dilepaskan Ong It sin berkaok kaok keras dengan penuh penasaran, ia merasa tangannya yang menempel didada kakek itu seperti terhisap oleh suatu kekuatan yang besar, sehingga bagaimanapun ia meronta selalu tidak berhasil untuk melepaskan diri. Ong It sin makin penasaran, ia berusaha untuk meronta lagi kuat kuat, tapi sedikitpun tak berguna akhirnya karena geram ia berteriak teriak seperti orang gila. "Hei, terhitung jagoan macam apa kau?" Ejek kakek cebol itu kemudian sambil tertawa. "masa jotosannya tidak saja lembek sampai tangan sendiripun tak mampu ditarik kembali, hei! Mau pura pura mampus yaa kau? Hayo cepat lancarkan pukulan berikutnya!" Ong It sin menarik napas panjang dan menarik kembali tangannya dengan sekuat tenaga, tapi alhasil jangankan terlepas dari hisapan, bergemingpun tidak. Kakek cebol itu kembali tertawa katanya. "Bocah busuk, aku lihat tanganmu ini sudsah tak berguna lagi lebih baik dipotong saja biar beres!" "Dikebas kutung mah bagus sekali!" Jawab Ong It sin sambil tertawa getir. "tapi bisa dipasang lagi tidak." "Lantas bagaimana baiknya? Masa aku mesti membawa tanganmu kesana kemari? Kan berabe! Kalau kau enggan menebasnya, biar aku saja yang membantumu untuk menebas tangan ini!" Pergelangan tangannya segera diputar dan... "Sreet!" Ia sudah meloloskan sebilah pisau belati yang amat tajam. Ketika pisau tersebut disambar keatas pergelangan tangannya, sekalipun belum menyentuh kulit, Ong It sin telah merasakan hawa dingin yang menyambar datang... Ia menjadi ketakutan setengah mati, sambil berteriak teriak seperti babi yang hendak disembelih serunya. "Oooh ampun! ampun, kalau bukan kau yang menghisap tanganku, masa tanganku mau tinggal diatas badanmu yang bau? Kau tak boleh menebasnya dengan begitu saja!" "Nah, sekarang kau baru mengaku kalau tanganmu kena kuhisap sehingga badanmu tak mampu berkutik, hayo sekarang katakan dulu ilmu silat milik siapa yang paling hebat." Ong It sin menjadi tertegun, sekarang ia baru mengerti. "Jadi kalau begitu ilmu silatmu memang diatasku tapi hidungmu sudah kena kupukul sampai penyok tadi, maka jika dihitung hitung ilmu silat kita sama kuat alias setali tiga uang!" Padahal kakek cebol itu sengaja menarik masuk hidungnya untuk menggoda Ong It sin, siapa tahu sekarang menuduh ilmu silatnya yang tak becus meski mangkel kakek cebol itu merasa geli juga. Setengah harian lebiht mereka saling berdebat dengan sengit untuk mempertahankan pendapat masing masing tapi Ong It sin tetap ngotot berpendapat kalau ilmu silat mereka seimbang. Akhirnya karena kewalahan, kakek cebol itu melepaskan hisapannya atas tangan pemuda itu dan berkata sambil tertawa. "Baiklah, kalau memang ilmu silat kita seimbang seharusnya kitapun berganti panggilan, aku lebih tua beberapa tahun darimu mulai sekarang aku akan memanggilmu sebagai saudara goblok!" Ong It sin tertawa, sahutnya. "Bagus, kau memanggil aku saudara goblok maka akupun akan memanggilmu sebagai engkoh cebol!" Begitulah kalau ada dua orang yang sama sama suka bergurau bertemu menjadi satu apalagi merasa mencocoki dengan watak masing masing, angkat saudara, bukan suatru kejadian yang aneh. "Saudara goblok!" Seru kakek cebol kemudian. "sebetulnya ada urusan apa kau datang kemari seorang diri?" "Aku sedang mencari seseorang... ooh, bukan, bukan semua orang, tapi dua orang" "Sudah cukup lama aku berbaring diatas pohon itu" Kata si kakrek cebol sambil menuding ke atas sebuah pohon. "setiap orang yang lewat tempat ini tak akan lolos dari pengamatanku, macam apa sih dua orang yang sedang kau cari itu?" Sebelum menjawab Ong It sin telah menghela napas, kemudian tanpa sebab pipinya berubah menjadi merah padam. Melihat itu, si kakek cebol segera mendengus. "Hmm! Kenapa pipimu menjadi merah padam?" "Engkoh cebol, kau... kau tidak tahu, orang yang kucari itu adalah seorang... seorang gadis yang amat cantik!" Kakek cebol itu memutar biji matanya berulang kali, kemudian sahutnya. "Kalau gadis cantik yang berjalan sendirian sih tak ada, tapi ada seorang gadis ayu yang melakukan perjalanan bersama si pipi licin anaknya Sangkoan Tin, apa mereka yang sedang kau cari" "Aaah... betul, betul, merekalah yang sedang kucari" Buru buru Ong It sin menyahut. Sejak munculkan diri sampai sekarang hampir sekulum senyuman selalu menghiasi wajah kakek cebol itu, tapi sekarang tiba tiba saja senyuman itu lenyap tak berbekas. "Saudara goblok, apa kau tahu siapa sesungguhnya bocah perempuan itu?" "Tentu saja tahu!" "Kalau tahu coba katakan dulu kepadaku" Ong It sin kembali menghela napas panjang. "Aaai...! Dia... dia she Be... dia adalah nyonya pocu dari benteng Khek po, lantaran mencuri pedang antik Hu si ku kiam milik suamimya, ia kabur dari benteng tersebut, tapi dia... dia adalah seorang yang baik sekali" Ketika mendengar perkataan itu, paras muka si kakek cebol segera menunjukkan suatu sikap yang aneh sekali, jelas apa yang dikatakan oleh Ong It sin tak pernah diketahui oleh si kakek cebol tersebut sebelumnya. Setelah termangu sejenak, maka ia baru berkata. "Oooh... jadi masih ada begini banyak liku likunya dibalik persoalan ini, tapi kalau kuperhatikan gerakan tubuhnya itu, agaknya ilmu meringankan tubuh yang ia pergunakan berasal dari satu aliran dengan perempuan beracun Be Ji nio" "Yaa, yaa, betul! Be Ji nio memang ibunya!" Buru buru Ong It sin menyambung. "Apa hubunganmu dengannya?" Kembali kakek cebol itu bertanya. Sebetulnya pertanyaan ini hanya diajukan tanpa maksud tertentu, tapi justru pertanyaan tersebut merupakan masalah yang paling menyulitkan diri Ong It sin. Seketika itu juga paras mukanya berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus, untuk sesaat lamanya ia tak sangup mengucapkan sepatah katapun. Kakek cebol itu kembali memperhatikannya sekejap, setelah itu baru katanya. "Saudara goblok, ternyata kau memang benar benar bego, dan bukannya cuma pura pura tolol!" Ong It sin semakin gelagapan, katanya kemudian dengan suara terbata bata. "Dia... dia... sangat baik kepadaku, benar benar baik sekali kepadaku. Belum... belum pernah ada orang sebaik ini kepadaku kecuali dia... yaa, cuma dia seorang yang baik kepadaku!" Berbicara pulang pergi dari tadi sampai sekarang, yang diucapkan kecuali "dia sangat baik kepadaku", hampir tiada perkataan kedua lagi yang dia katakan. "Kalau dia memang baik kepadamu, kenapa tidak melakukan perjalanan bersamamu? Kenapa dia malah berjalan bersama anaknya Sangkoan Tin yang berpipi licin itu?" Seru kakek cebol. Ong It sin menghela napas dengan sedih. "Aaai... aku sendiripun tidak mengerti, kenapa ia musti bersikap demikian kepadaku?" Melihat kebegoan orang, kakek cebol itu tertawa. "Goblok! Tak ada nona cantik yang tak suka pria tampan, dengan tampang seperti kau, mana mungkin gadis macam dia bisa baik kepadamu? Lebih baik kau jangan bermimpi disiang hari bolong lagi!" "Mimpi?" Bisik Ong It sin bimbang. Tapi dengan cepat ia gelengkan kepalanya berulang kali, serunya. "Tidak, aku bukan lagi bermimpi, aku tak pernah bermimpi disiang hari bolong!" "Saudara goblok!" Kata kakek cebol sambil menepuk bahunya. "sebenarnya aku sedang berbaring diatas pohon karena ada satu persoalan yang tidak bisa dipecahkan, hatiku sedang kesal dan masgul tapi kedatanganmu telah memancing gelak tertawaku, kaupun mengaku diriku sebagai engkoh tuamu maka aku hendak menghadiahkan sebuah benda kepadamu, mau bukan...?" Ong It sin segera tertawa getir. "Kau punya hadiah buatku, tapi aku punya hadiah untuk diberikan kepadamu... aah, malu aku!" "Sudah, kau tak usah banyak berpikir yang bukan bukan, hayo keluarkan tanganmu!" Ong It sin menurut dan segera meluruskan tangannya ke depan. Kakek cebol itu segera memegang tangan kanannya dan menekan keatas sepasang tangannya... "Criing! Criing! Criing!" Dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, tiba-tiba Ong It sin merasakan kelima jari tangannya menjadi amat kaku. Dengan hati terkejut buru buru ia menarik kembali tangannya, ternyata kelima jarinya telah bertambah dengan sebuah sarung tangan berwarna hitam pekat, pada ujung jari sarung tangan itu terdapat kuku yang tajam dan berwarna kehijau hijauan yang tampak mengerikan sekali. Ong It sin mencoba untuk melepaskan sarung tangan itu, tapi bagaimanapun ia berusaha toh tetap tak ada hasilnya. Dengan wajah getir iapun berkata. "Hei, apa apaan kau? Hayo cepat lepaskan benda itu!" "Goblok!" Maki kakek cebol itu. "sarung tangan tersebut adalah semacam senjata tajam yang luar biasa sekali, tak mungkin ada orang yang berani merampasnya bila mereka mempunyai pengetahuan, maka hanya sekilas pandangan saja akan tahu kalau benda ini milikku, otomatis merekapun akan bersikap amat sungkan kepadamu, jika kau bertarung melawannya, kau pasti akan berada diatas angin" Dengan penuh keheranan Ong It sin mengamati sarung tangan itu beberapa waktu lamanya, kemudian ia berkata. "Aah, tidak bisa jadi! Kalau aku kurang hati hati, bukankah cakar itu bakal melukai diriku sendiri?" "Coba kau putarlah pergelangan tanganmu dengan keras!" Perintah kakek cebol itu sambil tertawa. "Kreek!" Ong It sin segera memutar pergelangan tangannya, ternyata kuku kuku tajam yang berada diujung jari itu otomatis menyusup masuk kedalam, ketika ia memutar lagi pergelangan tangannya, maka kuku kuku itu muncul kembali. Ong It sin menjadi kegirangan setengah mati, serunya. "Engkoh cebol, banyak terima kasih atas pemberianmu ini setelah kumiliki benda ini maka aaku tak usah takut lagi untuk bertarung melawan keempat jago lihay dari Tiong lam san akupun bisa membalaskan dendam berdarah bagi ayahku" "Oooh yaa, setengah harian lamanya kau bertarung melawan seorang perempuan tadi sebenarnya siapa sih ayahmu?" "Ayahku bernama Kwang gwa tayhiap Ong Tang thian" "Apa?" "Dia adalah seorang tokoh termashur dari luar perbatasan, aku rasa kau pasti pernah mendengar nama besarnya" "Yaa, betul! Aku pernah mendengar akan nama orang ini, tapi pernahkah ia mati ditangan orang orang Tiong lam pay?" "Benar, Liok Lui yang mengakuinya sendiri!" "Aku rasa lebih baik persoalan ini diselesaikan sekali lagi, aku kuatir kalau kenyataan tidak demikian. Sekarang akupun tak bisa banyak berbicara kepadamu, aku hanya berharap kau bisa bertindak dengan sangat berhati hati" Ong It sin tidak menjawab, dia hanya memejamkan matanya sambil mengulangi kembali kata kata dari kakek cebol itu, kemudian gumamnya seorang diri. "Benarkah dia bukan pembunuh ayahku? Tapi kalau bukan dia, lantas siapa...?" Mendadak ia mendongakkan kepalanya lalu berseru. "Jangan jangan kau tahu siapakah musuh musuh besar pembunuh ayahku...?" Kakek cebol itu tidak menjawab, tapi malah berusaha menghindari pertanyaan tersebut, serunya tiba tiba. "Saudara goblok, aku rasa kita musti berpisah dulu sampai disini, semoga kita bisa berjumpa lagi dikemudian hari" Sekalipun bodoh, Ong It sin adalah seorang laki laki berhati polos yang jarang punya teman, betul kakek cebol itu pernah mempermainkannya habis habisan, tapi ia tak pernah masukkan kejadian itu didalam hati. Maka ketika kakek cebol itu mohon pamit ia menjadi sedih sekali sehingga mulutnya ternganga dan lama sekali tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Kakek cebol itupun memandang ke arahnya, lama sekali ia baru berkata sambil tertawa. "Eeeh... kenapa kau hanya memandang diriku dengan kebodohan...?" "Kau... kau memang sangat baik kepadaku... kau adalah manusia baik...!" Ujar Ong It sin dengan wajah bersungguh sungguh. Kakek cebol itu tertawa. "Kaupun baik juga" Ia membalas. Lama sekali kedua orang itu saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun Akhirnya kakek cebol itu menggerakkan tubuhnya dan berkelebat pergi meninggalkan tempat itu. Ong It sin ingin memanggil tapi kakek cebol itu sudah keburu pergi jauh, bahkan sekejap kemudian telah lenyap tak berbekas, terpaksa dia cuma bisa berdiri tertegun dengan mulut melongo belaka. Akhirnya dengan rasa kesal Ong It sin menggerutu. "Tampaknya diapun seorang jago yang amat tangguh..." Sambil bergumam ia permainkan kembali sarung tangan berwarna hitam itu. Ketika teringat olehnya akan perkataan dari si kakek cebol yang mengatakan bahwa ia pernah menjumpai Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing sedang berjalan ke depan sana, pemuda itu segera berlarian kencang menuju pula ke depan. Dalam waktu singkat, tujuh delapan li sudah dilewatkan dengan cepat, dari kejauhan sana ia segera menjumpai ada berpuluh puluh orang sedang mengerubuti tiga orang. Pertarungan waktu itu sedang berlangsung dengan serunya, ketiga orang yang dikepung itu bersenjata pedang, tiga bilah cahaya pedang yang semu hijau itu menyambar kian kemari dengan hebatnya. Betul mereka cuma berjumlah tiga orang, namun dalam kepungan orang sebanyak itu sedikit pun tidak memperlihatkan tanda tanda akan kalah. Karena masih berada ditempat yang jauh, Ong It sin tak sempat melihat jelas siapa gerangan mereka semua, dia hanya merasa tak puas ketika melihat ada tiga orang sedang dikerubuti orang banyak. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dalam keadaan demikian, ia tak ambil peduli siapakah orang yang sedang bertarung itu dan apa sebabnya mereka sampai saling bergebrak, pemuda itu hanya tahu pertarungan itu tak adil dan dia harus membantu yang sedikit untuk menghadapi mereka yang banyak. Maka sambil lari mendekati gelanggang pertarungan teriaknya keras keras. "Berhenti! Berhenti...! Jangan bertarung dulu...!" Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang amat sempurna, teriakan itu ternyata amat keras bagaikan bunyi genta yang menggelegar diudara, sungguh memekikkan telinga. Sambil berteriak ia lari ke depan arena dan menarik dua orang yang sedang bertarung itu. Dua orang yang ditarik menjadi kaget, karena menganggap dia sebagai musuh tangguh maka kedua orang itupun dengan cepat mundur kebelakang sambil membuang senjatanya ke tanah. Sambil berlarian mendekat dan acungkan tangannya, Ong It sin berteriak lagi. "Kalian..." Tapi hanya sepatah kata kemudian dengan wajah tertegun pemuda itu menghentikan kata katanya. Ternyata saat ini dia telah melihat jelas siapakah mereka itu, tiga orang yang berdiri bertempelan punggung dengan pedang dilintangkan didepan dadanya itu ternyata tak lain adalah Liok Lui Ih Hui serta Ih lwe sang jin dari partai Tiong lam pay. Sebenarnya kedatangan Ong It sin kesana adalah untuk membela kebenaran serta memberantas ketidak adilan, tapi ia mendjadi riku sendiri setelah mengetahui siapakah tiga orang yang sedang dikerubuti, untuk sesaat ia hanya berdiri tertegun sambil tak diketahui apa yang harus dilakukan. Ketika Liok Lui menyaksikan kemunculan Ong It sin disitu, pedangnya segera diputar siap melancarkan tusukan. Tapi sebelum serarngan tersebut dilancarkan, tiba tiba Ih Hui menyikut tubuh rekannya sambil moncongkan bibirnya menunjuk kearah tangan pemuda itu. Liok Lui lantas melirik sekejqap ke arah tangan Ong It sin, begitu menjumpai sarung tangan hitam tersebut, paras mukanya segera berubah hebart. Dalam pada itu Ih lwee sangjin telah berseru pula dengan suara dalam yang hebat "Semua jangan bergerak" Waktu itu Ong It sin hakekatnya tidak memperhatikan ucapan dari Ih lwe sangjin maupun sikap kaget dari Ih Hui dan Liok Lui, dia cuma berdiri disana dengan wajah tersipu sipu. Sampai lama sekali, ia baru mendongakkan kepalanya dan memperhatikan belasan orang disekitar sana. Rupanya belasan orang tersebut telah menganggapnya sebagai musuh pula, karena saat itu mereka telah melebarkan kepungan dengan mengepung dirinya bersama tiga jago dari Tiong lam pay. Ong It sin memperhatikan sekejap belasan orang tersebut, ternyata mereka terdiri dari laki perempuan tua muda tak menentu, diantaranya terdapat seorang kakek berwajah aneh yang berambut panjang warna perak, alis matanya memanjang kebawah, agaknya ia merupakan pemimpin dari rombongan tersebut. Maka sambil menjura kepada kakek tersebut, sapanya. "Numpang tanya lotiang!" Sebenarnya belasan orang itu sudah mengepung Ong It sin rapat rapat, setiap orang memperhatikan gerak gerik pemuda itu dengan seksama, tapi setelah ia menjura kepada si kakek tadi maka semua orang dapat melihat sarung tangannya itu dengan jelas. Paras muka kakek itu kontan saja berubah hebat, cepat ia mengutarakan tangannya memberi tanda. Gembira sekali Ong It sin setelah melihat semua orang orang terkejut setelah menjumpai sarung tangannya itu, hal ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan si kakek cebol kepadanya memang tidak bohong. Sementara itu, kakek tadipun telah balas memberi hormat lalu katanya. "Ada persoalan apakah saudara menunda pertarungan kami?" Sikap kakek itu ternyata amat sungkan sungkan ini membuat Ong It sin menjadi tertegun dan untuk sesaat lamanya tak tahu bagaimana harus menjawab Seperti apa yang diketahui, sepanjang hidupnya adalah dia hanya diperintah atau dibentak orang secara keras dan seenaknya, belum pernah ada orang yang berbicara sesungguh ini kepadanya maka ia agak termangu juga menghadapi keadaan tersebut. Sesudah tertawa bodoh, sahutnya. "Apakah kalian sedang berkelahi?" Hakekatnya pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan yang sama sekali tak berguna, sebab kalau bukan sedang berkelahi lantas apakah sambaran golok dan hawa pedang yang menyambar nyambar hanya suatu gurauan belaka...? Tapi kakek itu menjawab juga dengan sikap yang amat sopan dan sungkan sungkan. "Benar kami bersaudara empat belas orang mempunyai perselisihan dengan pihak Tiong lam pay karena kebetulan saling berjumpa disini, maka perhitungan lama harus dituntut." "Waah... kebetulan sekali kalau begitu!" Ujar Ong It sin. "Tiong lam pay adalah musuh musuhku juga karena telah membunuh ayahku..." Begitu ucapan tersebut diutarakan, ketiga orang jago lihay dari Tiong lam pay itu segera mendengus dingin, sementara wajah keempat belas orang lainnya berseri seri. oodoooOooowoo "Kalau memang begitu, bagus sekali!" Kakek berambut perak itu segera bersorak. "jadi kita mempunyai musuh yang sama bukan?" "Tentu saja! Tapi aku lihat jumlah kalian terlalu banyak, kalau musti menggunakan jumlah banyak untuk melawan jumlah kecil, aku rasa... aku rasa hal ini ada sedikit kurang tepat, lotiang be... betul tidak perkataanku ini?" Kakek itu segera mengerutkan dahinya sambil berpikir. "Entah siapakah bocah buruk ini? Kenapa cara berbicaranya cuma ngaco belo belaka macam orang gila?" Coba kalau ia tidak mengenali sepasang sarung yang dipakai Ong It sin adalah benda kepunyaan seorang jago lihay, sejak tadi ia sudah akan mengumbar hawa amarahnya. Tapi sekarang, ia terpaksa dia musti menahan sabar, sambil tertawa paksa sahutnya. "Yaa, yaa, memang perkataan saudara ada benarnya juga! Tapi kami empat belas orang adalah saudara saudara senasib sependeritaan, sekalipun musuh yang dihadapi seorang kita juga akan turun tangan empat belas orang musuhnya dua puluh delapan orang, kami juga tetap akan turun berempat belas..." Perkataan dari kakek tersebut kedengarannya memang masuk diakal, sebab dengan ucapan tersebut mereka menunjukkan kalau tidak akan mengandalkan jumlah banyak, karena untuk menghadapi satu orang, mereka juga berempat belas, menghadapi jumlah yang lebih besarpun mereka juga berempat belas. ==doowoo== Jilid 15 PADAHAL, sesungguhnya hal mana merupakan bagian dari kelicikan kakek tersebut, sebab didalam kenyataan, mereka tak pernah berjumpa dengan musuh yang jumlahnya jauh melebihi mereka, jadi meskipun dalam perkataan mereka bicara dengan manis, namun dalam kenyataan mereka tetap mengandalkan jumlah banyak untuk mencari kemenangan. Sayang otak Ong It sin terlalu bebal, ia tidak berpikir sampai kesitu, maka ketika merasakan kalau perkataan dari kakek itu ada benarnya juga, ditambah ladi ia memang benci dengan orang orang Tiong lam pay, maka serunya kemudian. "Betul, betul, memang betul juga perkataanmu itu" Sambil berkata dengan langkah lebar dia berjalan keluar dari arena. Tapi baru beberapa langkah saja ia berjalan, tiba tiba terdengar olehnya Liok Lui sedang berseru sambil tertawa dingin. "Sudah semenjak lama kuduga kalau kau bukan manusia baik baiK, sekarang terbukti sudah kebenaran dari perkataanku itu, ternyata kau memang sekomplotan dengan siluman siluman dari Tiong kang jit sia!" Begitu mendengar ucapan itu, kontan saja Ong It sin menghentikan langkahnya dan berdiri melongo. Seandainya jago lain yang disebutkan, mungkin pemuda itu tidak tahu, tapi sebagai orang yang dibesarkan diwilayah zuchuan, ia sudah amat sering mendengar tentang kejahatan yang dilakukan oleh kaum perampok disekitar sana. Karenanya, setelah mengetahui bahwa keempat belas orang itu bukan lain adalah siluman siluman dari tujuh silat disungai Tiong kang, ia lantas berdiri tertegun. Kemudian sambil menuding ke arah kakek itu ia memutar sarung tangannya keras keras... "Kraaak!" Kuku kuku tajam yang membawa sinar semu hijau itupun segera bermunculan dari balik sarung tangan. Kakek itu menjadi keder, tanpa sadar ia mundur setengah langkah ke belakang dengan ketakutan. "Yaa, sekarang aku baru tahu kiranya kau adalah Tiang bi lo yau (siluman tua beralis panjang) dari Gou kan be hei shia!" Seru Ong It sin kemudian. Kakek tua itu segera manggut manggut. "Betul, sungguh tajam penglihatanmu, aku memang Thian bi lo sian (dewa tua beralis panjang)...!" Sebagaimana diketahui empat belas siluman dari tujuh selat atau Jit sia cap si yau adalah manusia busuk yang seringkali melakukan perbuatan terkutuk, karena itu julukan tersebut merupakan pemberian umat persilatan kepadanya, sebaliknya mereka sendiri menyebut diri sebagai Jit shia cap si sian (empat belas dewa dari tujuh selat). Ketika melihat musuhnya sudah mengaku, Ong It sin semakin tercekat perasaannya, ia memutar biji matanya dan segera menjumpai seorang laki laki ceking bermata juling. Dengan hati yang bergetar lebih keras segera serunya. "Dan kau... kau adalah Tok gan yau (siluman bermata tunggal) dari selat Gi hiat shia!" Lelaki bermata tunggal itu mengangguk. "Yaa, betul! Aku adalah Dewa bermata tunggal!" Satu per satu Ong It sin mengamati keempat belas orang itu, dari sekian banyak orang yang hadir ada empat lima orang yang memiliki ciri khas ternyata bisa disebutkan olehnya dengan jelas dengan demikian tak bisa disangsikan lagi, mereka sudah pasti adalah Empat belas siluman dari tujuh selat Betul Ong It sin orangnya bodoh, tapi ia masih bisa membedakan dengan jelas mana yang lurus dan mana yang sesat, tentu saja hal ini dikarenakan sikapnya yang polos dan tulus. Untuk sesaat lamanya ia menjadi tertegun dan tak tahu bagaimana harus dibuat. Sekalipun Tiong lam pay adalah suatu perguruan kaum lurus, dan seandainya dia ingin membantu kaum lurus membasmi yang sesat harus membantu pihak Tiong lam pay tapi Tiong lam pay adalah musuh besarnya, tak mungkin dia akan membantu mereka. Sebaliknya jika dia harus bersama dengan keempat belas siluman itu untuk menghadapi Tiong lam pay, diapun merasa enggan untuk bersatu dengan kaum sesat, tak heran kalau pemuda itu menjadi termangu mangu untuk sesaat lamanya. Tiang bi lo yau sebagai seorang jago kawakan yang berpengalaman segera dapat merasakan kesulitan yang sedagn dihadapi oleh Ong It sin itu... Terhadap Ong It sin pribadi, sesungguhnya mereka berempat belas tak pandang sebelah matapun, Tiong lam sau hiap yang begitu lihaypun berani mereka lawan, tentu saja dasar silat yang mereka miliki cukup tangguh. Akan tetapi pemilik sarung tangan yang dikenakan Ong It sin justru merupakan musuh yang menakutkan, mereka tak berani membuat kesalahan terhadap orang itu, maka dari itu mereka lebih senang jika Ong It sin jangan mencampuri urusan mereka. Karena itu, setelah berpikir sebentar Tiang bi lo yau lantas berkata dengan lantang. "Aku sudah mengetahui tentang maksud hati anda, bukankah kau merasa bahwa jumlah kami sudah terlampau banyak maka kau tak ingin turun tangan lagi?" "Benar... benar...!" Sahut Ong It sin cepat cepat. Tidak menanti pemuda itu menyelesaikan kata katanya, Tiang bi lo yau segera berseru cepat. "Rekan rekan, harap pada menyingkir semua" Sambil berteriak tiba tiba tangannya memutar kebelakang. Kiranya sewaktu mengajak Ong It sin berbicara tadi, tangan kanannya disembunyikan terus dibelakang punggungnya sehingga anak muda itu tak tahu senjata macam apakah yang ia pergunakan. Tapi sekarang, setelah tangannya digetarkan maka terasalah cahaya tajam berkilauan diangkasa, tahu tahu ia sudah membawa sebuah benda panjang yang runcing dengan tiga ujung jarum pada ujungnya. Dengan menimbulkan suara amat tajam, tiba tiba senjata tersebut menyambar lewat dari sisi tubuh Ong It sin dan langsung menusuk ke depan. Dengan tindakan dari Tiang bi lo yau itu maka rekan- rekannya pun segera menggerakkan pula senjatanya untuk melancarkan serangan kembali. Dengan berkobarnya kembali pertarungan sengit itu, Ong It sin yang berada ditengah gelanggang terpaksa harus mengundurkan diri dari arena bila tak ingin kena serangan musuh... Dengan termangu mangu Ong It sin berdiri disamping arena sambil memandang pesona jalannya pertarungan, sekarang ia baru menyadari kalau ilmu silat yang dimiliki keempat belas siluman dari tujuh selat itu betul betul luar biasa sekali. Tapi kepandaian yang dimiliki ketiga orang jago dari Tiong lam pay tidak terhitung lemah juga, hawa pedang melapisi seluruh angkasa dan menciptakan suatu pertahanan yang sangat kuat, sekalipun demikian sulit juga buat mereka untuk melancarkan serangan balasan, betul untuk sementara waktu masih bisa bertahan, tapi lama kelamaan mereka pasti akan menderita kekalahan total. Makin lama Ong It sin merasa gelagat semakin tak beres, ia merasa tidak seharusnya hanya berpeluk tangan belaka membiarkan empat belas orang jago mengerubuti tiga orang musuh, Maka sekali lagi dia berteriak keras. "Tahan! Tahan!" Beberapa kaliia sudah berteriak teriak, akan tetapi teriakannya kali ini sama sekali tidak manjur, sebab kedua belah pihak sama sama tak mau menghentikan pertarungan. Dengan mendongkol Ong It sin segera berteriak kembali. "Tiang bi lo yah, aku suruh kau berhenti kenapa kalian masih bertarung terus?" Waktu itu siluman tua beralis panjang dengan jurus jurus mautnya khusus meneter Ih lwe Sangjin seorang, karena Ong It sin menyebut langsung namanya, maka mau tak mau dia harus menjawab juga. Bukankah kau mengatakan punya dendam sakit hati dengan pihak Tiong lam pay? serunya, kenapa bukannya masuk kearena pertarungan, sebaliknya malahan suruh kami berhenti bertempur?" Tiba tiba satu akal bagus melihat dalam benaknya, dia lantas menjawab dengan lantang. "Aku ingin membalas dendam sendiri, siapa suruh kalian membantu aku...?" Dengan kemampuan kau seorang, mana mungkin bisa menandingi mereka bertiga?" "Aku adalah seorang jago kelas satu didunia, siapa bilang tidak mampu?" Seru Ong It sin gusar. Tiang bi lo yau menjadi tertegun sendiri melongo sesudah mendengar perkataan itu baru pertama kali dia mendengar ada orang mengakui dirinya sebagai jago tangguh. Sesudah termenung sejenak, diapun berpikir. "Daripada selama pertarungan berlangsung, ia berteriak terus menerus lebih baik suruh saja dia bertarung lebih duluan... bagaimanapun juga tiga orang dari Tiong lam pay itu sudsah menjadi mangsa dalam kepugan kami, cepat atau lambat toh mereka bakal terjatuh juga ke tangan kami..." Karena berpendapat demikian, ia lantas bersuit nyaring, keempat belas rekannya serentak mengundurkan diri dari arena pertarungan. Tiang bi lo yau yang berada disamping pemuda itu segera berkata. "Bukankah kau hendak bertarung sendiri melawan musuh musuh besarmu? Nah, silahkan kau turun tangan sekarang, agar kamipun bisa membuka mata lebar untuk menikmati kelihayanmu" Sekalipun Ong It sin bodoh orangnya, tapi dia pun tahu juga akan kehebatan tiga jago dari Tiong lam pay tersebut, untuk menghadapi Liok Lui seorang saja ia sudah menderita kerugian, apalagi ditambah Ih lwe Sangjin dan Ih Hui dua orang! Tapi dalam keadaan demikianpun ia tak bisa mengundurkan diri lagi dari situ, karenanya sambil keraskan kepala ia melangkah maju ke depan seraya berseru. "Baik aku akan segera maju ke depan!" Setibanya dihadapan ketiga orang jago dari Tiong lam pay itu, Ong It sin segera menjura, kemudian katanya. "Aku dan kalian mempunyai ikatan dendam sakit hati sedalam lautan, hari ini aku sengaja hendak beradu jiwa dengan kalian, aku pikir akupun tak usah mengutarakan kata kata sungkan lagi bukan?" Selesai berkata, telapak tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan. Dengan senjata aneh yang dikenakannya sekarang, menurut kebiasaan ia semestinya melancarkan cengkeraman terhadap ketiga orang itu. Tapi pada hakekatnya tak tahu apa artinya mencengkeram ataupun mencakar, dia hanya tahu kalau hendak menyerang maka sebuah pukulan *** disodokkan ke depan. Tiga orang jago dari Tiong lam pay itu saling berpandang sekejap, mereka tidak melancarkan serangan balasan, hanya pedangnya diputar ke muka dan... "Criing!" Tiga bilah pedang disilangkan di depan dada untuk menghalangi gerak maju dari Ong It sin. Bila anak muda itu melanjutkan juga serangannya, niscaya lengan tersebut akan beradu dengan ujung pedang, maka buru buru ia menarik kembali serangannya dengan kaget. Untung saja hawa murninya yang sudah disiapkan sempat ditarik kembali mentah mentah. Ih Hui maupun Ih lwe Sangjin pernah bertarung melawan Ong It sin ketika masih berada di bukit Tiong lam san tempo hari, maka ketika dilihatnya pemuda tersebut bertambah lihay, lagi pula mengenakan sarung tangan yang maha sakti itu, dengan keheranan mereka berseru tertahan. "Sobat Ong, apa hubunganmu dengan pemilik Sin cian ci (jari dewa) ini?" "Sin sian ci? Apakah Sin sian ci itu?" Ong It sin balik bertanya dengan wajah tertegun. Dengan kening berkerut Ih lwe sangjin menjawab. "Itu pemilik sarung tangan yang kau kenakan sekarang!" Ong It sin segera tertawa terkekeh. "Haaahh... haaahhh... haaaahhhh... rupanya dia yang kau maksudkan..." Katanya. "dia adalah sahabatku, toakoku, saudara angkatku!" Haruslah diketahui, orang yang menghadiahkan sarung tangan kepada Ong It sin itu adalah seorang tokoh persilatan yang amat lihay sekali, sudah lama orang itu lenyap dari dunia persilatan. Seandainya Ong It sin mengakuinya sebagai seorang cianpwee nya, maka meskipun Sin cian ci berada ditangan pemuda bodoh itu, Ih lwe sangjin akan tetap mempercayainya. Tapi sekarang Ong It sin mengakui orang itu sebagai saudara angkatnya... betul si anak muda itu berbicara yang sesungguhnya, tapi bagi pendengaran orang lain, hal ini mustahil bisa terjadi. Sebab itulah bukan cuma Ih lwee sangjin bertiga saja yang tidak percaya, bahkan empat belas siluman dari tujuh selat pun mulai berbisik bisik dan bicarakan persoalan itu. Ih lwee Sangjin cukup menyadari akan ketololan musuhnya itu, maka sambil tertawa kembali ia berkata. "Waah, kalau begitu kau adalah saudara kecilnya?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Yaa, apa boleh buat? Usianya jauh lebih tua daripadaku, kalau tidak menjadi saudara ciliknya, memang kau suruh aku menjadi kakeknya?" Dengan perkataannya itu, seakan-akan ia hendak mengatakan kepada semua orang bahwa ia terpaksa menerima sebagai saudara cilik orang lantaran kalah umur, padahal kalau bisa ia enggan dibawah orang lain. Mendengar itu, Ih lwee sangjin lantas berkata lagi. "Kalau toh kalian adalah saudara angkat kenapa tidak kau ketahui kalau saudaramu itu adalah Sin sian ci?" "Kalau dia tidak mengatakannya kepadaku, darimana pula aku bisa tahu...?" Jawab pemuda itu tak sabar. Ih lwee sangjin saling berpandangan sekejap dengan Liok Lui serta Ih Hui, kemudian katanya. "Ditanganmu terdapat sin sian ci, aku pikir kau pasti mempunyai hubungan dengan pemilik sin sian ci tersebut, tentu saja apa yang kau ucapkan kami percaya sepenuhnya nah kamipun tak ingin menyusahkan dirimu lebih jauh, sekarang kau boleh segera pergi dari sini!" Thian bi lo koay (siluman tua beralis panjang) yang mendengar perkataan itu segera mengerutkan dahinya, ia berpikir. "Bocah muda itu tak boleh sampai pergi dari sini, kalau tidak, rencanaku menonton dua harimau berkelahi pasti akan gagal total!" Kemudian setelah berhenti sejenak, ia berpikir lebih jauh. "Konon pemilik sin sian ci itu wataknya suka menang sendiri, dan lagi sangat membelai orangnya bocah goblok itu memiliki sin sian ci miliknya, itu berarti dia ada hubungan dengannya, kalau kupancing agar ia bertarung melawan pihak Tiong lam pay maka kejadian ini pasti akan merugikan pihaknya..." Berpikir sampai disini, diapun bersiap siap untuk buka suara. Tapi sebelum niat dilaksanakan, tiba tiba terdengar Ong It sin telah berkata. "Tidak bisa, aku tak bisa pergi dari sini, kecuali kalau kalian srahkan bajingan perempuan itu kepadaku, akan kuseret dia ke luar perbatasan, lalu akan kusembelih dirinya ditempat itu untuk membalas sakit hati ayahku, tentu saja sejak itu pula aku tak akan menyulitkan kalian lagi" Ih lwee sangjin, Liok Lui serta Ih Hui yang mendengar perkataan itu segera merasa yaa mendongkol yaa geli. Dengan cepat Ih Hui berseru. "Hei, aku lihat kau sedang bermimpi disiang hari bolong, bagus benar perkataanmu itu" "Memangnya kenapa?" Teriak Ong It sin marah. "dia kan telah membunuh ayahku? Memangnya sesudah berani berbuat tak berani bertanggung jawab?" "Sobat Ong, ayahmu bukan mati ditangan kami orang orang Tiong lam pay" Kata Ih lwe sangjin sambil menahan diri berusaha "ketahuilah dibalik peristiwa berdarah itu sesungguhnya masih terdapat banyak lika likunya yang rumit, lebih baik selidiki lagi duduknya perkara sebelum bertindak secara gegabah kalau begini terus caramu bekerja, sampai kapan dendam berdarah ayahmu baru bisa terbalas?" Ong It sin lebih marah lagi dibuatnya sambil menuding ke arah Liok Lui teriaknya "Bukankah sewaktu berada di bukit Tiong lam san tempo dulu, ia telah mengaku sendiri? Memangnya pengakuan tersebut hanya pengakuan yang keluar seperti kentut? Kenapa kau mau saja membelai dirinya?!" Liok Lui yang berangasan jadi berang, ia tak sanggup menahan sabar lagi, maka belum habis Ong It sin membacot, ia sudah berteriak keras keras. "Kau sendiri bau seperti kentut" Tanpa banyak berrbicara lagi, pedangnya diayunkan ke depan menebas pergelangan tangan Ong It sin. Menghadapi serangan itu, Ong It sin sangat terperanjat, buru buru ia menarik tangannya kebelakang sambil melompat mundur. Tapi gerakan pedang dari Liok Lui itu sungguh teramat cepat, sekalipun Ong It sin sudah menarik tangannya dengan cepat, namun ujung pedang tersebut tahu tahu sudah berada diatas kelima jari tangannya. Agaknya lengan anak muda itu segera akan kutung diujung senjata perempuan itu... Untunglah disaat yang berbahaya, Ih lwee sangjin bertindak cepat tiba tiba pedangnya diayunkan ke depan untuk menangkis babatan pedang rekannya. "Traang...!" Pedang Liok Lui tertangkis ke saamping. Ong It sin berpekik aneh, menggunakan kesempatan itu mendadak ia melancarkan sebuah serangan ke depan. Buru buru Liok Lui ayunkan tangannya untuk mengrhindarkan diri dari ancaman tersebut, tapi ujung jari pemuda itu ternyata sempat menyambar ujung bajunya hingga terobek sebagian. Menyaksikan keadaan ini, Liok Lui menjadi sangat gusar teriaknya. "Suheng apakah kau hendak mencelakai jiwaku?" Ih lwee sangjin mengayunkan pedangnya berulang kali mendesark mundur Ong It sin dari situ. Tapi Ong It sin bukan orang yang takut mati, semakin garang musuhnya menyerang, semakin nekad pula ia memberikan perlawanannya. Sayang Ih lwee sangjin terlampau tangguh baginya, mengikuti sambaran pedangnya, selapis cahaya pedang yang disertai kekuatan hebat mendesak datang secara bergelombang, ini membuat anak muda itu musti mundur terus berulang kali. Lima kali Ih lwee sangjin melancarkan bacokan lima kali Ong It sin mundur ke belakang, tiba tiba pemuda itu merasa pandangan matanya jadi silau, tahu tahu batok kepala bagian kanannya terasa dingin sekali. Menyusul kemudian Ih lwee sangjin menarik kembali pedangnya dan berdiri serius. "Coba rabalah kepalamu!" Katanya. Ketika Ong It sin meraba kepalanya, ternyata rambut bagian sebelah kanan telah terpapas oleh sambaran pedang Ih lwee sangjin hingga botak sebagian. Kejut dan marah Ong It sin menghadapi kejadian ini, kalau orang lain tentu akan mundur teratur, maka pemuda ini sebaliknya malah menerjang maju tanpa mempedulikan keadaan apapun. "Kembalikan nyawa ayahku!" Teriaknya. Ih lwee sangjin segera memutar pedangnya dan menyodok kedepan dengan gagang pedangnya. Segulung tenaga yang sangat besar segera menumbuk tubuh Ong It sin hingga mundur selangkah dengan tubuh sempoyongan menyusul kemudian pedang tersebut berkelebat lewat... Sekali lagi Ong It sin merasa kepala bagian kirinya menjadi dingin, ketika kepalanya diraba ternyata rambut disebagian sana pun ikut terpapas juga hingga menjadi botak. Sesungguhnya kedua bacokan tersebut merupakan ilmu sakti milik Ih lwee Sangjin yang disebut Seng si it sian (mati hidup satu garis), kelihayannya luar biasa, jangankan Ong It sin, sekalipun orang yang berilmu lebih hebat pun belum tentu sanggup untuk menghadapinya. Ong It sin segera mundur selangkah ke belakang, kali ini tanpa disuruh Ih lwee sangjin ia memeriksa rambut sendiri, begitu mengetahui apa yang telah terjadi, ia mengeluh. Untuk sesaat lamanya sianak muda itu hanya berdiri termangu ditempat semula tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan, mukanya yang jelekpun berubah menjadi merah darah hingga tampak seperti babi panggang. Ih lwee sangjin kembali menggetarkan pedangnya hingga menimbulkan suara dengungan nyaring, sedangkan Ih Hui yang berada disampingnya segera tertawa terbahak bahak. "Haaahh... haahh... haahh... kalau rambutnya yang digunduli, tak lama lagi pasti akan tumbuh kembali, sebaliknya kalau batok kepala yang terpapas, niscaya sukar untuk muncul lagi, kenapa kau belum juga angkat kaki dari sini?" Paras muka Ong It sin berubah menjadi pucat kemerah merahan, untuk sesaat dia cuma berdiri kaku tak berkutik ditempat semula. "Kenapa tidak segera enyah dari sini?" Bentak Liok Lui pula dengan suara menggeledek. Diantara kebasan ujung bajunya, hawa sakti Thian gi cinkhi segera dipancarkan keluar. Pembakaran Kuil Thian Loksi Karya Kho Ping Hoo Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo