Pendekar Bego 21
Pendekar Bego Karya Can Bagian 21
Pendekar Bego Karya dari Can Selesai berkata bersama Bwe kiam ciu kakek itu terjun ke arena pertarungan. Kim liong lojin berhadapan dengan Mo thian tiau Teng Cok, sedangkan Bwe kiam ciu bertarung melawan It bok siansu. Sebenarnya It bok siansu menggunakan senjata sekop, tapi berhubung dia harus bertempur melawan seorang angkatan muda, terpaksa dia harus menancapkan senjatanya ke atas tanah dan bertarung menggunakan tangan kosong. Dengan begini tinggal Tee ih siang mo dan iblis perempuan baju merah yang belum turun tangan. Dalam keadaan begini, iblis perempuan itu segera bersuit nyaring memberi tanda kepada anak buahnya untuk melakukan serangan. Dalam waktu singkat, segenap anggota Ki thian kau yang berada disekeliling tempat itu bergerak ke depan melancarkan serbuan secara besar besaran ke arah para jago dari Hoa san pay. Pertarungan massal berkobar dengan serunya. Tau Chin, lotoa dari Tee ih siang mo segera berseru. "Jelek jelek begini, aku juga seorang jagoan, masa tak ada pekerjaan buatku?" Iblis perempuan berbaju merah tertawa lebar. "Tau huhoat!" Sahutnya. "kalau memang tanganmu lagi gatal, lihatlah! Disitu kan masih ada seorang cewek cakep, kenapa tidak kau ajak bocah itu untuk mencari kesenangan?" Tau Chin segera membuka bibirnya yang tebal dan tertawa terbahak bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... benar, benar! Ucapanmu itu memang tepat sekali, pertarungan yang bakal berkobar pasti lebih santai dan menarik hati..." Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling ke arah Tau Chin seraya berseru. "Lojin, maaf kalau aku duluan" Badannya yang cebol dan gemuk dikombinasikan dengan sepasang kaki yang pendek dan gemuk juga, ini membuat gerak geriknya tak ubah seperti seekor ayam betina. Setibanya dihadapan Bwe Ling soat, sambil cengar cengir tertawa kuda sapanya. "Nona muda, berapa umurmu tahun ini?" Bwe Ling soat memutar biji matanya yang jeli, lalu pura pura berlagak kaget dan ketakutan, sambil mundur berulang kali serunya agak tergagap. "Buu... buat... buat apa kau menanyakan soal ini?" "Aaah...! Masa kau tidak mengerti?" Kata Tau Chin sambil cengar cengir. "tapi... baiklah, asal kau tidak melakukan perlawanan, seusai membasmi Hoa san pay, lohu akan melanggar kebiasaan dengan mengampuni selembar jiwamu, tapi ada syaratnya juga..." "Apa syaratnya?" "Tentu saja mau kawin dengan aku!" Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Bagaimana? Kau bersedia bukan?" Tak terlukiskan rasa mendongkol dan marah Bwe Ling soat setelah mendengar perkataan itu, sumpahnya dalam hati. "Tua bangka sialan, kau benar benar bangkotan yang tak tahu diri, jika tidak diberi sedikit pelajaran, kau pasti menganggap nonamu benar benar gampang dipermainkan" Berpikir demikian, tanpa terasa ujarnya sambil tertawa. "Kawin dengan kakek kakek sih bukan persoalan, tapi mesti punya kepandaian yang hebat, tapi yaya pernah bilang bahwa Tee ih siang mo hanya bisa dianggap sebagai jagoan kelas rendah, meski nama besarya setinggi langit, padahal ilmunya cetek sekali. Boleh saja kalau ingin kawin dengan nonamu cuma... kau musti menyambut tiga jurus pedang nonamu lebih dulu" Paras muka Tau Chin segera berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tapi kemudian sambil tertawa terbahak bahak katanya. "Nona Bwe, jangan toh baru tiga jurus pedang, sekalipun tiga puluh tusukan juga tidak menjadi soal, cuma kau tak boleh menyesal nantinya..." Selesai berkata, dengan sombongnya dia berdiri tegak dihadapannya dan tidak bergerak lagi. "Loloskan senjatamu!" Bwe Ling soat segera berseru. "Dengan kedudukan lohu dalam dunia persilatan, jangan toh baru kau, sekalipun kakekmu juga tak akan kuhadapi dengan senjata!" Bwe Ling soat sendiripun cukup mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki iblis tua itu sudah mencapai puncak kesempurnaan, apa yang diucapkan tentu saja bukan kata kata yang kosong, tapi dia memang berhasrat untuk memancing iblis itu masuk jebakan, maka dengan wajah yang ketakut takutan katanya kembali. "Hayo cepat bersiap siaplah, jurus seranganku yang pertama segera akan kulepaskan!" Pedangnya digetarkan pelan, lalu secepat kilat menusuk ke ulu hati lawan. Jurus yang dipergunakan adalah Liong cu jut sian (anak naga menampakkan diri). satu jurus serangan dalam Kim liong kiam hoat milik partai Hoa san. Tau Chin masih berdiri dengan tegak, segulung tenaga pukulan yang keras segera menghantam ujung pedang itu sehingga miring ke samping, kemudian sambil tertawa terbahak bahak serunya. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... nona, bukannya aku sengaja hendak merendahkan dirimu, tapi yang benar kungfumu masih ketinggalan jauh sekali!" "Kenapa musti keburu bangga Serangan kedua dari nonamu toh belum dilancarkan? Lihat serangan!" Dalam melepaskan serangan yang kedua ini, gadis tersebut masih tetap mempergunakan jurus serangan dalam Kim liong kiam hoat yang disebut Cian liong jut hay (naga air muncul dari samudra). Cahaya pedang berkilauan diangkasa dan membias ke empat penjuru. Tau Chin membuang bahu sambil bertekuk pinggang, untuk kedua kalinya ia berhasil menghindarkan diri dari serangan itu secara gampang. Melihat itu, Tau Chin kembali tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku lihat, ada baiknya kalau kau mengaku kalah saja!" Katanya. "jangankan kau, sekalipun kakekmu sendiri yang memainkan ilmu pedang Kim liong kiam hoat, jangan harap bisa melukai lohu walaupun seujung rambut pun!" "Hmm! Barusan aku cuma mainkan pedang dengan gerakan lambat, kau jangan sombong dulu, lihatlah seranganku yang terakhir ini" Walaupun senyuman diujung bibirnya telah lenyap, namun jurus pedang yang digunakan masih sekitar jurus pedang Kim liong kiam hoat dari aliran Hoa san. Jurus ketiga ini adalah jurus yang paling tangguh dari ilmu pedang Kim liong kiam hoat, yakni Yau liong cay thian (naga buas ditengah sawah). Sudah banyak tahun lamanya iblis tua ini memperdalam pengetahuannya tentang ilmu pedang Kim liong kiam hoat, jangankan matanya terpentang lebar, sekalipun harus menghadapi dengan mata tertutuppun dia sanggup, apalagi yang dihadapi cuma seorang bocah perempuan belaka. Baru saja dia hendak mendongakkan kepalanya untuk tertawa tergelak, mendadak permainan pedang itu berubah ditengah jalan. Tiba tiba saja pedang ditangan Bwe Ling soat membiaskan tujuh jalur bayangan pedang yang tebal yang secara terpisah mengancam jalan darah Yu bun hiat, Tong kok hiat, Siang ki hiat, Im tok hiat, Tiong cu hiat Su ke hiat dan Ki hay hiat, tujuh buah jalan darah kematian ditubuh manusia. Menghadapi ancaman yang demikian hebatnya ini, Tau Chin tak sanggup untuk tertawa lagi. Ia merasa ada segulung desingan hawa pedang yang tajam menembusi angin pukulannya langsung menerjang hawa khikang pelindung badannya dan menyerang ke ulu hati. Dalam keadaan demikian, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Tau Chin, ia teringat kembali dengan peristiwa tragis pada enam puluh tahun berselang, dimana ia pernah dikalahkan oleh Koan tian kekcu dengan jurus Jit hay yang wi (tujuh samudra nama cemerlang). Tanpa terasa lagi dia menjerit kaget. Dalam gugup dan gelisahnya, tanpa pedulikan soal gengsi lagi, buru buru iblis tua itu menggunakan jurus keledai malas bergelinding untuk menjatuhkan diri ke tanah. Walaupun selembar jiwanya berhasil diselamatkan dari ancaman maut tersebut, namun sebuah mulut luka sebesar setengah jengkal sempat menghiasi pula dada dibawah iganya sehingga darah segar bercucuran membasahi sekujur badannya. Masih untung pada enam puluh tahun berselang ia pernah menderita kerugian pula diatas jurus serangan itu sehingga mempertingkat kewaspadaannya, coba kalau Tau Cho yang menghadapi serangan tersebut, mungkin jiwanya sudah melayang sedari tadi. Paras muka Tau Chin berubah menjadi jelek dan tak sedap dilihat, tanpa banyak bicara ia segera meloloskan senjatanya. Senjata andalannya berbentuk aneh sekali bentuknya menyerupai pedang mestika, hanya saja di ujung pedangnya terdapat sebuah kaitan yang melengkung. Sudah puluhan tahun lamanya Tau Chin tak pernah pergunakan senjatanya lagi, tapi hari ini terpaksa ia gunakan juga senjata tersebut, ini menunjukkan kalau dia memandang serius kepandaian silat yang dimiliki gadis tersebut. Tau Cho masih belum tahu akan duduk persoalan yang sebenarnya, melihat toakonya mengeluarkan senjata andalannya, dia menjadi tercengang dan memandang kearahnya dengan pandangan kaget, tercengang dan tidak habis mengerti. "Loji kita sudah salah melihat!" Cepat Tau Chin berseru dengan wajah serius. "kau tahu akan asal usul dari ilmu silat yang dimiliki nona ini? Jurus serangan yang barusan dia pakai tidak lain adalah jurus Jit hay wi yang yang pernah membuatku mendendam sepanjang tahun!" "Masa dia adalah anak murid Koan tiau kek dari Lam hay?" Tanya Tau Cho kurang percaya. "Tentu saja! Kalau tidak begitu, dengan dasar apa Kim liong lojin membiarkan cucu perempuannya bertarung melawan kita berdua?" Tanya jawab yang dilakukan Tee ih siang mo secara terbuka ini tentu saja didengar oleh semua orang baik kawan maupun lawan. Para jago Hoa san pay jelas girang sebaliknya para jago dari thian kau merasa tak puas dengan kenyataan tersebut. Setiap orang pernah mendengar bahwa ilmu pedang dari Lam hay Koan tiau kek merupakan suatu kepandaian hebat yang tiada taranya dalam dunia persilatan. Terutama sekali Iblis perempuan berbaju merah Hoa Long jin, gurunya sebelum meninggal dulu pernah berpesan. "Jika dikemudian hari kau harus bersua dengan anak murid dari kuil Sian gwan si dipuncak bukit Pak thian san, atau murid Koan tiau kek dari Lam hay, lebih baik berhati hatilah dalam setiap tindakan" Maka setelah mendengar kalau Bwe ling soat adalah murid dari Koan tiau kek di Lam hay, timbul rasa was was dan jeri dalam hati kecilnya, dia lantas berpikir. "Sekalipun ilmu pedang nona ini berasal dari Koan tiau kek, namun kematangan serta pengalamannya dalam melakukan pertempuran masih cetek sekali, sekalipun dia lihay rasanya tak mungkin kekuatan dia seorang bisa merubah posisi Hoa san pay yang terjepit hari ini." Berpikir demikian, dia lantas berkata kepada Tee ih siang mo. "Tau huhoat, dengan kepandaian silat yang dimiliki cianpwe berdua, sekalipun nona she Bwe ini murid Koan tiau kek, rasanya masih tidak sulit bagi kalian untuk menghadapinya, yang kita kuatirkan sekarang hanyalah kemungkinan munculnya nikou setan gurunya itu!" Diperingatkan oleh iblis perempuan itu, Tau Chin dan Tau Cho segera menghimpun tenaga dalamnya untuk memeriksa keadaan disekeliling tempat itu. Akhirnya sambil melotot kebelakang semak belukar disisi arena, Tau Chin menegur sambil tertawa seram. "Jago lihay dari manakah yang telah muncul disitu? Kenapa tidak menampilkan dirimu?" Mendengar teguran tersebut, diam diam Bwe Ling soat berpikir pula dalam hatinya. "Jangan jangan suhu merasa kuatir dan benar benar telah menyusul kemari?" Baru lewat ingatan tersebut dalam benaknya, tampak dedaunan bergoyang kencang dan muncullah seorang pemuda bertampang jelek dari balik semak itu. Dia bukan lain adalah pemuda jelek yang pernah dijumpai Bwe Ling soat ketika berada dikota Teng wan. Ia masih berdandan sederhana dengan baju petaninya yang kasar, sama sekali menunjukkan gejala yang aneh. Melihat orang yang muncul cuma seorang pemuda ingusan, Tau Chin segera tertawa terkekeh kekeh, kemudian tegurnya. "Bocah muda, apa yang sedang kau lakukan di bawah semak belukar itu...?" "Tidak melakukan apa apa!" Jawab pemuda jelek itu tergagap. "Kau juga murid Hoa san pay?" "Bukan, bukan!" Jawab pemuda itu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali. "aku cuma seorang petani biasa yang kerjanya menanam di sawah, sebenarnya aku datang untuk mencuri belajar ilmu silat Hoa san pay siapa tahu jejak ku keburu konangan kalian!" "Peduli siapakah kau pokoknya setelah hari ini kau hadir disini, maka jangan harap bisa pergi lagi, hayo berdiri disana dengan tenang dan jangan berkutik" "Tidak bisa!" Seru pemuda jelek itu keras kepala. "tempat ini adalah ruang Kim liong teng dari partai Hoa san pay semestinya perkataanitu hanya pantas diucapkan oleh orang orang Hoa san, sedangkan kau dan aku sama sama adalah orang luar, masa kau hendak saling berebut hak dengan sang tuan rumah?" Tau Chin menjadi naik darah, serunya. "Bangsat, jika kau ngotot terus, jangan salahkan kalau lohu akan menjagal dirimu lebih dulu!" Tampaknya pemuda jelek itu kena digertak sehingga merasa ketakutan setengah mati. Betul juga, dia lantas membungkam dalam seribu bahasa dan dengan kebodoh bodohan dia saksikan pertarungan massal yang sedang berlangsung dengan serunya di tengah arena itu. Tee lwe siang mo saling bertukar pandangan sekejap, kemudian mereka segera tampil ke depan dan menghampiri Bwe Ling soat. Senjata yang digunakan si iblis pertama adalah sebuah gada besar, sedangkan si iblis kedua bersenjatakan sebuah ruyung lemas. Ruyung itu berwarna hitam pekat dengan kepanjangan tujuh jengkal, terbuat dari selembar kulit ular berwarna perak yang kuat sekali, senjata itu sangat lihay. Dengan si iblis pertama melancarkan serangan jarak dekat melalui pukulan pukulan dahsyat, si iblis kedua dengan ruyung lemasnya menyerang dari jarak enam tujuh depa dari arena sambil kadangkala memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melancarkan sergapan. Kerja sama Tee lwe siang mo itu betul betul luar biasa sekali, hal mana memaksa Bwe Ling soat harus memberikan perlawanan paling seru... Sekalipun ilmu pedang aliran Koan tiau kek disebut suatu ilmu pedang yang cukup lihay, toh bagaimanapun juga kematangan sang dara dalam memainkan kepandaian itu masih jauh dari sempurna. Yang lebih runyam lagi, ternyata pada saat itulah Su kiam mulai keteter hebat sekalipun pada mulanya mereka masih mampu untuk mempertahankan diri. Apalagi Kanglam Pat tay ong (delapan raja dari Kanglam) terhitung jago jago yang tersohor namanya dalam kalangan hek to, mereka boleh dibilang amat ganas, bengis dan hebat, itulah sebabnya situasi segera berubah sama sekali. Sebaliknya anak murid partai Hoa san yang terlibat dalam suatu pertempuran massal melawan jago jago dari golongan sesat masih bisa mengimbangi secara wajar, oleh karena jumlah merekapun kebetulan sekali agak berimbang. Hanya Bwe Kiam ciu yang harus bertarung melawan It po siansu keteter hebat, posisinya terdesak sekali dan jiwanya berada di ujung tanduk. Sekalipun dia lebih beruntung karena memakai senjata, akan tetapi semua serangannya seakan akan terbendung sama sekali, andaikata Kiam liong lojin tidak membantu terus dari samping, mungkin sedari tadi Bwe Kiam ciu sudah kehilangan nyawanya di ujung baju dari hwesio tua tersebut... Tapi akibatnya, Kiam liong lojin yang berulang kali harus menyelamatkan jiwa cucunya ia sendiri malah terkurung oleh serangan serangan maut dari Mo thian tiau. Itu berarti, bila dilihat dari situasi yang terpentang didepan mata sekarang, partai Hoa san sudah mulai memperlihatkan tanda tanda kekalahan total. Kim liong lojin mulai risau dan murung oleh keadaan tersebut. Sedikit kurang berhati hati, ia segera terdesak hebat oleh serangan serangan kilat dari Mo thian tiau sehingga mulai menunjukkan tanda tanda kekalahan. Pada saat itulah terdengar Hong hun lo sat Hoa Long jin sedang membentak terhadap It po siansu. "Manusia yang tak berguna, hanya untuk membereskan seorang pemuda ingusan pun tak mampu, mau sampai kapankah pertarungan ini baru diakhiri?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo It po siansu tidak berbicara apa apa, dengan wajah pucat pias seperti mayat dia segera mengundurkan diri ke samping. Tiba tiba si pemuda jelek itu melangkah maju kemuka, lalu katanya dengan lantang. "It po cianpwe, kau tak usah bersedih hati, walaupun partai anda sudah mengalami kehancuran, apakah berarti sudah tak bisa dibangkitkan kembali?" "Aaai... tapi hal ini mana mungkin?" Gumam hwesio tua itu dengan wajah sedih. "kekuatan dari Ki thian kau demikian besarnya, pengaruh mereka sudah meluas sampai di mana mana..." "Itu tergantung kepada keyakinanmu terhadap kemampuanmu sendiri, sebab aku bisa melihat bahwa kau tidak bersungguh sungguh ingin menyerah kepada musuh kau berbuat demikian karena dipaksa oleh keadaan, coba kalau bukan demikian! buat apa aku musti memperingatkan dirimu?" "Lantas apa maksud sauhiap dengan peringatan ini?" Tanya It po siansu termenung sejenak. "Sederhana sekali, harap kau segera terjun ke arena pertempuran dan membantu empat jago pedang itu" Semenjak dibentak oleh Hong hun lo sat untuk mundur dari arena pertarungan tadi, dalam hati kecil It po siansu sudah muncul perasaan menyesal yang amat tebal, apalagi setelah dinasehati oleh pemuda jelek tersebut, tanpa berpikir panjang lagi dia segera menyanggupi. Sambil mencabut keluar senjata sekopnya dari atas tanah, dia lantas melompat masuk ke arena pertarungan dimana Hoa san su kiam sedang terdesak hebat. Pada mulanya Kanglam Pat tay ong masih mengira hwesio ini diperintahkan Hoa tongcu atau siperempuan iblis untuk datang membantu mereka, siapa tahu sebuah serangan kilat tiba tiba dilancarkan ke arah mereka, dalam posisi tidak siap Ong Bong thian segera tersambar oleh senjata sekop yang tajam itu sehingga tewas seketika itu juga. Dengan rubuhnya seorang rekan mereka, sisa dari tujuh raja tersebut menjadi terkejut bercampur marah, segera bentaknya dengan penuh kegusaran. "Anjing gundul kau berani membunuh rekan kami? Bangsat rupanya kau sudah bosan hidup!" Kontan saja It po siansu dikurung pula dalam kepungan. Sesungguhnya Hoa san su kiam sudah kepayahan menghadapi serangan serangan musuhnya yang amat dahsyat itu, akan tetapi dengan terjunnya It po siansu ke dalam arena, otomatis keadaanpun sama sekali berubah. Tidak sampai dua puluh gebrakan, si raja malas Ong Mo kim, si raja huncwe To Cut liang, si Raja arak Kim Tay lim, si Raja perempuan Pot Seng, si Raja penyilat Thio Cut bun, si Raja judi So Cay lay dan si Raja mengipul Ui Kun peng sudah berhasil dihalau serangannya dan balik terdesak hebat. Walaupun begitu Bwe Kiam ciu yang berada dipihak lain justru dibikin kalang kabut terdesak oleh serangan serangan Ang bun Losat yang gencar dan dahsyat. Ujar Hoa Leng jin dengan ketus. "Bwe sauhiap pun tongcu minta agar kau berlaku sedikit cerdik, lebih baik menyerah saja sedari sekarang, daripada akhirnya kau akan terdesak hebat dan mampus secara mengenaskan" "Menyerah?" Jengek Bwe Kiam ciu sambil mendengus dingin. "kepalaku boleh putus, darah boleh mengalir, tapi jangan mimpi bisa memaksaku untuk menyerah kalah!" Mendengar perkataan itu, sepasang alis mata Hoa Long jin segera berkenyit sambil tertawa dingin serunya kemudian. "Kalau begitu kau memang sudah kepingin mampus!" Berhubung dengan penghianatan dari It po siansu, mau tak mau Hoa Long jin harus berusaha untuk menyelesaikan kejadian kejadian lain yang tidak menguntungkan. Tiba tiba senjata gunting emas berbentuk ularnya memancarkan kilatan cahaya emas, bagaikan naga yang terbang di angkasa tahu tahu senjata tersebut menyambar ke bawah dan menggunting ke atas pedang Bwe Kiam ciu serta mematahkannya menjadi beberapa bagian. Setelah itu sambil menempelkan senjatanya diatas ulu hati si anak muda itu, bentaknya kepada Kim liong lojin. "Hey orang she Bwe, cucumu sudah terjatuh ke tanganku, sekarang kau jawab saja, mau menyerah atau tidak?" Segagah gagahnya Kim liong lojin di medan laga, tapi setelah keadaan berubah menjadi begini rupa, terpaksa ia harus menarik diri dari pertarungan, sambil melompat mundur dari arena pertempuran, serunya. "Hoa tongcu, tegakah kau untuk turun tangan keji terhadap cucuku itu...?" "Tak bisa kupastikan, ini tergantung pada keputusanmu sendiri, tapi bila kau masih menyayangi nyawa cucumu ini, lebih baik perintahkan kepada segenap anak murid partaimu untuk membuang senjata dan menyerah kalah" Kim liong lojin merasa amat gusar sekali dengan sinar mata berapi api serunya. "Kalau ingin bunuh aku, bunuhlah sekarang juga, kalau kau ingin membunuh cucuku bunuhlah sekarang juga, aku orang she Bwe lebih rela kehilangan keturunan daripada harus bertekuk lutut dihadapan kalian semua" Dalam pada itu Bwe Ling soat yang sangat menguatirkan keselamatan kakaknya juga berada dalam posisi yang amat gawat sekali dibawah desakan desakan dari Tee lwe siang mo, dalam anggapannya Bwe Kiam ciu sudah pasti akan tewas. Siapa tahu pada saat itulah tahu tahu si pemuda berwajah jelek itu sudah berada dibelakang tubuh Hoa Long jin, dengan suara keras dia lagi membentak. "Hoa tongcu menurut penglihatanku lebih baik ampuni saja selembar jiwanya!" Ketika Hoa Long jin hendak membalikkan tubuhnya sambil menghindarkan diri, tahu tahu jalan darah Pay sim hiat dipunggungnya sudah ditekan orang, dia lantas sadar bila ia berani berkutik lagi secara gegabah maka asal lawannya menyalurkan tenaga pukulan ke dalam tubuhnya, niscaya dia akan tewas dalam keadaan mengerikan Pucat pias selembar wajahnya karena ngeri dengan perasaan apa boleh buat terpaksa dia harus menuruti permintaan orang. Setelah Hoa long jin menarik kembali senjatanya dari atas ulu hati, buru buru Bwe Kiam ciu melompat mundur kebelakang, segera ia mendongakkan kepalanya memandang kearah penolongnya itu, dia baru kaget setelah mengenalinya pemuda berwajah jelek tersebut. Sekarang dia baru tahu kalau pemuda berwajah jelek itu sesungguhnya memiliki ilmu silat yang amat lihay, dengan perasaan berterima kasih dia lantas berseru. "Saudara terima kasih banyak atas pertolonganmu itu, tapi kau jangan sekali kali melepaskan iblis perempuan itu, hati hati terhadap serangan balasannya" "Benarkah itu?" Belum habis pemuda berwajah jelek itu berseru Hoa Long jin telah tertawa dingin, tiba tiba ia memutar balikkan senjata guntingnya kebelakang dan tahu tahu menyembur keluar segulung asap berwarna merah yang langsung menyambar ketubuh lawan. Pemuda berwajah jelek itu segera menjerit tertahan, kemudian tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas tanah. Ang hun losat Hoa Long jin tertawa seram, sambil membalikkan badannya ia mendamprat dengan gusar. "Manusia jelek yang tak tahu diri, berani benar menyergap diriku, hmmm! Kau telah menolong orang lain, sekarang ingin kulihat siapakah yang akan menolong dirimu..." Seraya berkata, dia mengayunkan senjata gunting emasnya itu dan menggamprok leher pemuda berwajah jelek itu. Bwe Kiam ciu yang menyaksikan kejadian tersebut segera membentak keras, sambil mengayunkan senjatanya ia menerjang ke depan siap memberikan pertolongan. Pada detik terakhir menjelang senjata gunting itu menyambar di atas leher pemuda jelek itu, tiba tiba sambil tertawa tergelak pemuda tersebut berkelit ke samping kemudian melompat bangun. Bersama waktunya, dengan kedua jari tangannya ia menjepit senjata gunting tersebut kencang kencang. Ang hun losat, Hoa Long jin merasa amat terperanjat, buru buru ia membetotnya dengan sepenuh tenaga, namun sama sekali tak ada hasilnya, detik itulah dia baru sadar kalau pemuda jelek yang sedang dihadapinya itu sesungguhnya memiliki ilmu silat yang sangat lihay. Pada saat ini bukan saja ia merasa jeri, selapis hawa napsu membunuhpun telah memancar keluar dari balik matanya. Menyaksikan hal itu, pemuda jelek itu berseru kaget, buru buru dia mendorong senjata gunting tadi kesamping. Betul juga, diantara bentakan keras dari perempuan iblis tersebut, tampak selapis cahaya biru yang amat menyilaukan mata menyembur keluar dari balik senjata tersebut. Kebetulan ada seorang anggota Ki thian kau sedang menerjang tiba, tubuhnya persis menyongsong datangnya cahaya kilat itu, tak amapun lagi ia tersembur telak oleh cahaya biru tersebut. Diiringi jeritan ngeri yang menyayatkan hati orang itu segera berkelejit diatas tanah dalam keadaan mengerikan, kemudian tewas tak lama kemudian mayatnya hancur lebur dan akhirnya tinggal segumpal darah kental belaka. Ini membuktikan sampai dimanakah hebatnya racun yang digunakan iblis perempuan tersebut, walaupun pemuda berwajah jelek itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, tak urung tercekat juga dibuatnya... Ang hun losat (iblis perempuan berwajah cantik) Hoa Long jin segera tertawa cekikikan, ujarnya. "Sekarang kau sudah menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya jarum Hua kut ciam (jarum penghancur tulang) dari pun tongcu, nah, makanya lebih baik, jangan bertingkah seenaknya sendiri" "Aku hampir terkecoh karena sama sekali tidak siap untuk menghadapi seranganmu... hmm! Tapi sekarang, aku telah mengetahui rahasianya, sekalipun kau memiliki asap beracun dan jarum jarum beracun lagi juga tak ada gunanya, kalau tak percaya? Silahkan buktikan sendiri... "Kalau toh kita sama sama yakin dengan kemampuannya masing masing pihak, lalu apa gunanya musti banyak bicara? Asal kita lanjutkan saja pertarungan ini, toh akhirnya segala sesuatunya dapat terlihat sendiri secara jelas" "Benarkah itu!" Seraya berseru, pemuda jelek itu segera melompat maju ke depan, telapak tangannya secepat sambaran kilat meluncur ke depan dan mengancam jalan darah Yu bun hiat ditubuh perempuan iblis itu. Menghadapi serangan lawan yang begitu cepat dan dahsyatnya itu, Ang hun lo sat Hoa long jin menjadi amat terkejut. Pada mulanya dia masih mengira dirinya yang terlampau teledor sehingga kena didahului lawan tapi setelah menyaksikan sendiri betapa lihaynya serangan lawan itu, ia baru sadar bahwa lawannya ini benar benar memiliki ilmu silat yang sangat lihay. Kendatipun dalam hati kecilnya ia merasa takit bercampur ngeri, namun senyuman diujung bibirnya malah semakin menebal, katanya. "Sauhiap, kau pandai amat makan tahu!" OooodOeoooo Pemuda berwajah jelek itu enggan untuk menggubris ucapan musuhnya, sambil tersenyum ia cuma berkata "Terserah apa yang hendak kau katakan! Tapi aku hendak memberi tahu kepadamu, pertama kau harus memerintahkan kepada segenap anak buahmu untuk menghentikan serangan, kalau tidak Hmm! Aku bisa menghancurkan isi perutmu" Dari balik sorot matanya terpancar keluar tekadnya yang bulat, siapa saja yang menyaksikan sorot mata tersebut akan tahu kalau perkataannya itu tidak bohong. Sesungguhnya Ang hun lo sat Hoa Long jin masih memiliki beberapa macam kepandaian lihay, tapi ia tak berani menggunakannya secara sembarangan, sebab ia cukup mengerti betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki musuhnya itu. Menyaksikan lawannya hanya berdiam diri belaka, pemuda berwajah jelek itu segera membentak lagi. "Sebenarnya kau mau tidak memerintahkan semua anak buahmu agar menghentikan serangan?" Ang hun lo sat amat terkesiap, buru buru sahutnya. "Tak kusangka kalau hatimu sekeras baja baik, baik, sekarang juga akan kuperintahkan kepada mereka agar menghentikan serangan!" Dengan suara lantang diapun berseru. "Segenap anggota Ki thian kau segera menghentikan semua pertarungan!" Begitu perintah sudah diturunkan, Tee lwe siang mo dan segenap iblis dsrai Ki thian kau mengundurkan diri dari arena pertarungan. Hoa Long jin segera melirik sekejap kearah pemuda jelek itu, kemudian katanya lagi. "Sekarang semua anak buahku sudah menghentikan pertarungan, nah sauhiap, apa lagi yang hendak kau katakan?" Pemuda jelek itu tidak menggubris perkataannya, kepada Kim liong lojin kembali ujarnya. "Bwe cianpwe, tolong kumpulkan segenap anggota partai dibelakang tubuhku!" Semenjak ditolong oleh pemuda tersebut, Kim liong lojin sudah merasa sangat berterima kasih sekali kepada pemuda berwajah jelek itu, maka tanpa banyak bicara dia segera melaksanakan permintaannya itu. Dalam waktu singkat, segenap anak murid Hoa san pay telah berkumpul semua dan berdiri dibelakang pemuda jelek itu. Menanti semuanya telah berkumpul, pemuda itu baru berkata lagi kepada perempuan iblis tersebut. "Aku harap kau segera menyerah kalah saja, ketahuilah didalam pertarungan yang berlangsung hari ini perkumpulan kalian sudah pasti akan menderita kekalahan total!" "Aaah, belum tentu, sekalipun kami belum mampu menangkan Hoa san pay bukan berarti kami akan kalah" Tee lwe siang mo ikut tertawa seram sambungnya. "Heeehh... heeehh... heeehh... bocah keparat, jangan kau anggap dengan mengandalkan sedikit ilmu langkahmu yang aneh itu maka kami semua akan jeri kepadamu!" Pemuda jelek itu mengangkat bahunya sambil tertawa, katanya. "Tee lwe siang mo meski terhitung punya nama juga di kalangan Hek to tapi kalau berbicara soal ilmu silat yang sesungguhnya, aku mah masih belum memandang sebelah matapun kepada kalian" "Bajingan cilik kau tak usah tekebur, beranikah kau untuk berduel melawan lohu?" Tantang Tau Chin si iblis pertama dengan wajah merah karena marah. "Jangan tekebur lebih dulu, barusan kau bisa menang karena mengandalkan jumlah banyak, coba kalau sendirian... huuh, sudah keok sedari tadi...!" "Untuk menghadap murid Koan tiau kek dari Lam hay yang lihay dalam ilmu pedang, terpaksa saja kami harus maju berduaan, tapi kau... Huuh bajingan cilik apa yang kau andalkan?" Pemuda jelek itu tertawa dingin. "Ilmu pedang Koan tiau kek memang sangat lihay dan tiada tandingannya dikolong langit, aku merasa tak sanggup untuk menandinginya tapi kalau hanya menghadapi manusia manusia semacam kalian berdua, hmm, cukup manusia kelas dua seperti aku pun sudah mampu untuk memberi pelajaran yang setimpal kepadamu!" Selama hidup belum pernah Tau Chin menjumpai orang yang sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap mereka macam pemuda jelek itu, kontan saja dia naik pitam, bentaknya. "Bocah keparat hayo cepat menggelinding keluar dari situ, lohu akan menghajar adat lebih dulu kepada manusia tekebur semacam dirimu itu" Pemuda jelek itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya. "Kalau musti maju sendirian, sudah terang kau bukan tandinganku, apalagi sekalipun harus bertarung juga sama sekali tidak menarik, lebih baik suruh saja Tau Co adikmu itu untuk maju bersama" Baru saja Tau Chin hendak menampik Ang hun losat telah menimbrung dari samping. "Tau huhoat, mungkin orang itu benar benar bermaksud tidak baik? kenapa musti mengalah terus?" Mendengar kisikan tersebut, Tau cu segera maju ke muka dan bersama sama Tau Chin menuju ke tengah arena, serunya bersama. "Bajingan cilik, sekarang apa lagi yang hendak kau katakan?" Pemuda jelek itu tersenyum, kepada Bwe Ling soat katanya. "Nona, bolehkah aku meminjam sebentar pedang mestikamu itu?" Pedang mestika milik Bwe Ling soat ini adalah sebilah pedang mestika dari Koan tiau kek yang sudah diwariskan turun temurun, pada gagang pedangnya terdapat sebutir batu mestika dengan ukiran huruf "Ci Im" Setelah menerima pedang mestika tersebut, pelan pelan pemuda berwajah jelek itu maju ke tengah arena, agaknya dia benar benar tidak memandang sebelah matapun terhadap kemampuan Tee lwe siang mo tersebut. Setelah tiba lebih kurang tujuh jengkal dari hadapan sepasang iblis tersebut, katanya sambil tersenyum. "Apalagi yang kalian berdua nantikan?" Tee lwe siang mo segera tertawa seram, di tengah bentakan yang keras si iblis pertama Tau Chin dengan memutar gadanya menciptakan selapis cahaya perak menyerang dari arah sebelah kiri, sedangkan iblis kedua Tay Chu dengan memutar ruyung lemasnya menyergap datang dari sebelah kanan. Ketika bertarung melawan Bwe Leng soat tadi mereka masih belum mengeluarkan segenap kemampuannya karena masih terdapat perasaan sayangnya terhadap gadis itu. Tentu saja keadaannya pada saat ini sama sekali berbeda pertama karena pemuda itu berwajah jelek dan mendatangkan perasaan muak bagi yang memandang, kedua ucapannya yang tajam telah menyinggung perasaan mereka berdua yang menimbulkan rasa marah dihati kecil kedua orang iblis itu. Maka begitu melancarkan serangan, mereka segera mengeluarkan ilmu Tui hun jit si (tujuh jurus pengejar nyawa) yang diandalkannya selama ini untuk menggencet lawan. Menyaksikan dahsyatnya serangan serangan itu baik Kim liong lojin maupun para jago dari Hoa san pay sama sama merasa terkejut dengan wajah berubah hebat. Bahkan Bwe Ling soat, itu murid dari Koan tiau kek yang lihaypun ikut mengerutkan dahinya setelah menyaksikan betapa gencarnya serangan serangan yang dilancarkan dua orang iblis tersebut pikirnya. "Tadi, seandainya kedua orang iblis tua inipun menggunakan Tui hun jit si untuk menghadapi diriku, mungkin pada saat ini kami semua sudah sama sama terluka parah!" Berpikir sampai disitu tanpa terasa timbul perasaan kuatirnya terhadap keselamatan pemuda jelek itu. Sudah barang tentu rasa kuatirnya itu sama sekali tak berguna, mengapa tidak? Dengan kepandaian silat yang dimiliki si pemuda jelek tersebut sesungguhnya ia masih lebih dari cukup untuk menghadapi dua orang iblis tua tersebut. Bagaikan seekor naga sakti tubuhnya berjumpalitan kesana kemari mengiringi sambaran pedangnya yang membetot sukma rasanya. "Sreeet! Sreeet! Sreeet! Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan berantai yang memaksa Tee lwe siang mo terdesak mundur berulang kali. Agaknya Ang hun lo sat Hoa Long jin juga menyadari akan kelihayan pemuda jelek tersebut, dia kuatir anak buahnya terluka ditangan lawan, maka buru buru ia mengambil keputusan untuk memerintahkan kedua orang iblis tersebut agar segera mengundurkan diri. Iblis kedua Tay Chu merasa sangat tidak puas dengan keputusan tersebut, serunya. "Hoa tongcu, kami toh belum kalah..." "Tidak, kalian sesungguhnya sudah kalah!" Tukas Ang hun lo sat dengan cepat. "dengan pengalaman kalian berdua yang amat luas, masakah masih belum kalian saksikan bahwa tiga jurus serangan yang dipergunakan pemuda jelek itu adalah jurus Hud kong bu ciau (cahaya Buddha memancar ke jagad), Hoat lu siang coan (hukum alam selalu berputar) serta Hud hoat bu pian (hukum Buddha tak bertepian) dari ilmu pedang Tay cian kiam hoat milik Ling mong Seng ceng dari kuil Sian goan si? Coba lihat, alis mata kalian sudah dipapas bersih oleh pedangnya!" Setelah diperingatkan oleh iblis perempuan tersebut, Tee lwe siang mo baru merasa amat terperanjat, apalagi setelah tahu bahwa alis mata mereka sudah dicukur gundul, tanpa terasa peluh dingin mengucur keluar membasahi tubuhnya. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hari ini, bukan saja mereka telah bertemu dengan murid sakti dari Lam hay koan tiau kek, bahkan telah berjumpa pula dengan ahli waris Ling mong Seng ceng dari kuil Sian goan si, sekalipun kedua orang iblis tersebut bernyali besar, toh mereka tak berani banyak bercuap lagi dalam keadaan demikian. Ang hun lo sat Hoa Long jin kembali tertawa terkekeh kekeh, katanya dengan merdu. "Sungguh tak kusangka kau adalah seorang jago lihay yang tidak mau menampakkan diri!" "Menurut anggapan Hoa tongcu, aku adalah siapa?" Pemuda berwajah jelek itu balik bertanya. "Tentu saja kau datang dari kuil Siang goan si! Sungguh tak kusangka Bu lim ji seng (dua malaikat dari dunia persilatan) sama sama telah mempunyai ahli waris!" Begitu ucapan tersebut diutarakan, baik dari pihak musuh maupun dari pihak teman sama sama berseru tertahan. Pemuda berwajah jelek itu tidak mengaku pun tidak menyangkal, hanya ujarnya lagi dengan suara keras. "Kalian hendak menarik diri dari sini? Ataukah hendak melakukan perlawanan terakhir?" "Sudah barang tentu kami akan menarik diri, tapi dapatkah ku thau siapa namamu?" "Kenapa tidak? Aku she Ong bernama It sin!" "Benarkah kau adalah murid Leng mong Seng ceng?" "Maaf, soal ini tak bisa kujawab!" "Padahal sekalipun tidak kau katakan juga tidak mengapa, masa dikolong langit masih terdapat ilmu pedang Sakya Tay cian kiam hoat kedua? Baiklah, selama gunung nan hijau, air tetap mengalir, semoga saja dalam waktu singkat kita dapat bersua kembali" Seusai berkata, bersama sama anak buahnya segera mengundurkan diri dari situ. Tiba tiba San tian gin liong (naga perak halilintar) Li Ki Liat berseru lantang. "Wahay raja judi harap berhenti!" Mendengar teriakan tersebut, si Raja judi So Cay lay segera berhenti tegurnya. "Mau apa kau?" "Apakah si Raja judi yang tersohor namanya diseantero jagad sudah tak mampu untuk membayar kekalahannya?" Merah padam selembar wajah Raja judi setelah mendengar teguran itu, buru buru sahutnya. "Omong kosong, soal menang kalah mah soal biasa bagiku!" "Kalau memang begitu, silahkan kau menuruti janjimu tadi untuk merangkak turun dari Hoa san!" Desak Li Ki liat lebih jauh. "Lo jit, jangan melakukan perbuatan boodh!" Si Raja penjilat pantat segera menasehati. "hayo cepat berangkat, siapa berani menghalangimu, kita bersaudara akan beradu jiwa dengannya" Tapi si Raja judi segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak, siapa berani bertaruh dia harus berani pula membayar taruhannya Lak ko, lebih baik kau berangkat lebih duluan jangan mengurusi diriku lagi" Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Raja penjilat pantat melarikan diri dari situ. Raja judi So Cay lay juga tidak berbicara apa apa lagi, dia segera berjongkok dan merangkak keluar dari tempat itu. Sekalipun sedang merangkak, ternyata gerakan tubuhnya cukup cepat, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Sekalipun gerak geriknya amat lucu, tapi tak seorangpun dari anggota Hoa san pay yang tertawa karena geli. Sut lui gin kiam (pedang perak geledek menyambar) Tio Beng hau segera menegur. "Lo su, buat apa kau harus mempermalui dirinya? Dilihat dari penampilan si Raja judi tadi, sesungguhnya dia bukan seorang yang jahat. dalam tubuh orang orang Hek to, ternyata bisa dijumpai manusia semacam dia, sesungguhnya hal ini sulit sekali, bila dikemudian hari maka kim Soat kita bersua kembali dengan mereka lebih baik pergaullah dengan baik baik siapa tahu kalau kita bisa membereskan masalah ini secara baik baik" "Ucapan toako pasti akan siaute turuti!" Buru buru Li Ki liat mengiakan dengan cepat. Dengan perginya orang orang Ki thian kau maka Kim liong lojin segera menitahkan anak muridnya agar mengubur mayat mayat yang penuh bergelimpangan disana Tiba tiba Ong It sin berkata. "Biar boanpwe melakukan pemeriksaan sejenak disekitar tempat ini, siapa tahu kalau ada yang masih hidup?" Kim liong lojin segera menghela napas panjang, katanya. "Sauhiap betul betul berhati baik!" "Aaah, boanpwe tak berani menerima pujian tersebut" Seru Ong It sin sambil tertawa. Selesai berkata, dia lantas memeriksa dengan teliti mayat mayat yang bergelimpangan diatas tanah itu. Betul juga, dari ketiga puluh sosok mayat tersebut, akhirnya ia berhasil menemukan seorang anggota Ki thian kau yang masih hidup, sekalipun ia terluka sangat parah, namun jiwanya masih tetap utuh. Buru buru Ong It sin mengambil keluar sebutir obat mujarab dan dijejalkan kedalam mulut orang itu, ternyata lewat setengah harian kemudian, orang itu telah hidup kembali dengan segar. Sudah barang tentu tak terlukiskan rasa gembira dan terima kasihnya orang itu kepada pemuda jelek itu. "Sobat siapa namamu?" Tanya Ong It sin kemudian. "Hamba she Be bernama Yong hok" "Sudah berapa lama sahabat Be bergabung dengan perkumpulan Ki thian kau?" "Dulunya hamba adalah seorang anggota Liok lim di wilayah Kanglam, sudah hampir setahun lamanya bergabung dengan perkumpulan Ki thian kau...!" "Kau termasuk di bawah perintah siapa?" "Hamba termasuk dalam ruangan Ang yok tong" "Berapa sih jumlah ruangan dalam perkumpulan kalian?" "Semuanya terdiri dari empat ruangan, menurut urutannya terbagi menjadi Ang yok tong, Pek tho tong, Uh kok tong dan Pek Bwe tong!" "Siapakah kaucu kalian?" Be Yong hok segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan rasa sesal. "Kecuali Hu hoat dan tongcu kami, tak seorangpun yang pernah berjumpa muka dengan kaucu kami itu" "Maksudmu dia selalu mengenakan kain cadar untuk menutupi wajahnya...?" Be Yong hok segera mengangguk tanda membenarkan. "Berada dimanakah markas besar kalian?" Kembali Ong It sin bertanya lirih. Be Yong hok termenung dan berpikir sejenak, akhirnya dengan bulatkan tekad dia menjawab. "Berada di bukit Long sia san!" "Tahukah kau diantara rombongan yang dikirim untuk menyergap perguruan perguruan besar kecuali rombongan kalian masih ada siapa saja yang diutus...?" "Kaucu kami telah menitahkan Pek tho tongcu yakni Pek tok biu kui (Mawar putih beracun) Hong Tongcu dengan membawa Ciong lay su sia serta lima orang tianglo dari Kek po ditambah Say siu jin mo serta Tee leng kun untuk berangkat kebukit Kun lun!" "Sudah berapa lamakah mereka berangkat?" Tanya Ong It sin dengan wajah terkejut. "Kami berangkat pada saat yang bersamaan ketika kami berangkat untuk menyerang Khong tong dan Heng san pay, mereka telah berangkat kebukit Im san" "Pek tok bi jui tersebut benar benar berhati keji, Im san pay telah mereka basmi sampai ludas entah bagaimana dengan nasib Kun lun pay...?" Bergumam sampai disitu dia lantas berkata lagi "Dalam perjalanan pulangnya nanti, tahukah kau mereka masih akan berkunjung kepartai mana lagi?" "Soal ini maaf kalau hamba kurang tahu" "Sahabat Be, setelah kau sembuh nanti, kumohon kepadamu agar mencari pekerjaan yang baik, janganlah berbuat kejahatan lagi, percayalah cepat atau lambat perkumpulan Ki thian kau pasti akan musnah dari permukaan bumi, sampai waktunya sarang mereka pun pasti akan rata dengan permukaan tanah" "Terima kasih banyak atas nasehat dari sauhiap, hamba pasti akan menjadi seorang manusia yang berguna bagi masyarakat!" Ketika Ong It sin keluar dari ruangan tersebut, dilihatnya Bwe Kiam ciu dan Bwe Ling soat sedang menunggu kedatangannya didepan pintu. Rupanya Kim liong lojin untuk merayakan kemenangan yang berhasil mereka capai. Mengikuti dibelakang dua bersaudara Bwe Ong It sin berjalan menuju ke ruang tengah tampak olehnya Kim liong lojin serta Gin liong su kiam telah menantinya dibawah undak undakan. Sambil menarik tangan Ong It sin, kata Kim liong lojin kemudian sambil tertawa. "Coba tiada bantuan dari lote, mungkin partai kami benar benar sudah hancur ditangan kaum iblis tersebut, budi kebaikan lote tak akan kami lupakan untuk selamanya, sebagai tanda terima kasih kami, harap lote bersedia meneguk secawan arak!" "Cianpwe buat apa kau musti bersikap demikian, bukankah tindakanmu ini justru memandang asing diriku?" Walaupun demikian, dalam perjamuan tersebut akhirnya pemuda itu diloloh sampai mabuk berat. Kim liong lojin segera menitahkan kepada Bwe Kiam ciu dan Bwe Leng soat untuk memayang Ong It sin kedalam kamar untuk beristirahat. Menyaksikan bayangan punggung pemuda itu diam diam jago tua ini menghela napas panjang, pikirnya. "Berbicara soal kebajikan, kemuliaan dan ilmu silat, Ong sauhiap ini memiliki kelebihan dari siapapun juga, sayang wajahnya terlampau jelek, coba kalau tidak, Leng soat pasti merupakan pasangan yang cocok baginya, aaai... benar benar sayang sekali!" Keesokan harinya setelah sadar dari mabuknya Ong It sin pun mohon diri kepada Kim liong lojin. Mendengar itu, Kim liong lojin segera bertanya. "Ong sauhiap, dimanakah tempat tinggalmu?" Dengan wajah sedih Ong It sin menjawab. "Ibu boanpwe sudah lama meninggal, sedang ayahku tewas dibunuh orang, saat ini aku hidup sebatang kara tanpa sanak tanpa keluarga dan tanpa rumah" Mendengar jawaban tersebut, Kim liong lojin ikut merasa bersedih hati, selang sejenak kemudian dia baru bertanya lagi. "Siapakah ayahmu? Bolehkah aku turut mengetahui namanya?" "Ayahku adalah Kwang tong tayhiap Kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan) Ong Tang thian" "Oooa... rupanya sauhiap adalah keturunan dari Kim to butek? Lohu pernah beberapa kali berjumpa dengannya, ia memang seorang lelaki gagah dan berjiwa terbuka, malah merupakan sahabat karib anakku, konon pada sepuluh tahun berselang ia telah tewas ditangan lima orang gembong iblis yang sangat lihay dari golongan hek to hanya lantaran rahasia sebuah kotak kemala..." "Benar, kotak itu menyangkut tentang sebilah padang Hu si ku kiam, sarung naga Cian nian liong siau serta se Jilid kitab Sang yang kiam hoat yang maha dahsyat..." Setelah berhenti sejenak, terusnya. "Apakah cianpwe pernah mendengar gembong gembong iblis yang mana saja yang tersangkut didalam peristiwa berdarah itu?" "Lohu jarang sekali berkelana dalam dunia persilatan, mungkin Sun Siok tong lebih jelas tentang masalah ini..." Ia lantas berpaling kearah Hui siang gin liong (naga perak salju melayang) Sun Siok tong seraya berkata. "Beritahu kepada Ong sauhiap, siapa siapa saja yang terlibat didalam pengeroyokan terhadap Kwan tong tayhiap dimasa lalu?" Hui siang gin liong Sun Siok tong segera mengiakan, setelah berpikir sebentar, katanya. "Menurut apa yang kuketahui, mereka adalah Hek wu kong (kelabang hitam) Be Ji nio Tiang bi lo yau (siluman tua beralis panjang) Tian Sim han, Siang pit lo han (raksasa berlengan baja) Yap Kiu, Kim san sia kiam (kipas emas pedang sesat) Tio pin serta Ik Tianglo lima orang..." "Siok tong, ceritakanlah garis besar keadaan sebenarnya yang kau ketahui tentang peristiwa berdarah itu kepada Ong sauhiap!" Hui siang gin liong Sun Siok tong kembali mengiakan, katanya kemudian dengan suara nyaring. "Waktu itu terjadi pada belasan tahun berselang, tempatnya adalah Hui hu ko di luar perbatasan dekat tembok besar, sedangkan siapa pembunuh pembunuhnya telah kukatakan tadi tentang bagaimana ceritanya sampai aku tahu tentang persoalan ini? Kebetulan pada waktu itu aku mendapat tugas pergi ke bukit Tiang pek san untuk mencari sebatang jinson tua untuk membuat obat, kebetulan tengah jalan aku telah menjumpai pertarungan tersebut, waktu itu Kwan tong tayhiap sudah terkena jarum beracun Hong wi ciam dari si kelabang hitam Be Ji nio, kemudian terkena tusukan pedang dari Tiang bi lo yau yang tepat menembusi ulu hatinya, berbareng itu juga Kim san sia kiam Thio Pin mengayunkan pula pedangnya membacok lengan kirinya, sedangkan tusukan golok dari Ik tiang lo dan pukulan beruntun dari Siang pit lo han menyusul mengejar pula tubuhnya. "Selain itu akupun menjumpai Ho hoa siancu Liok Lui dari Tiong lam pay sedang lari menghampiri Ong tayhiap sambil berteriak teriak, sungguh menyesal sekali pada waktu itu aku tak bisa berbuat apa apa berhubung aku harus cepat pulang ke gunung untuk menolong jiwa ayahku, jadi sesungguhnya bukan aku enggan memberi pertolongan" Dari nada ucapan tersebut dapat diketahui bahwa ia merasa menyesal sekali. "Sun tayhiap!" Dengan cepat Ong It sin berkata. "dalam hal ini kau tak bisa disalahkan, untuk menghadapi gembong gembong iblis yang begitu buas dan lihaynya, sekalipun aku turun tangan juga percuma saja sudah banyak tahun aku gagal untuk mencari tahu siapakah gerangan musuh besar pembunuh ayahku, sungguh beruntung Sun tayhiap bersedia memberitahukan kepadaku hari ini untuk hal itu aku merasa sangat berterima kasih sekali. "Ong toako, besar kemungkinan semua musuh besar pembunuh ayahmu itu telah bergabung dengan perkumpulan Ki thian kau" Kata Bwe Ling soat tiba tiba. "asal kita basmi perkumpulan itu, tak sulit bagimu untuk membalas dendam" "Terima kasih atas petunjuk nona!" "Sauhiap!" Kata Kim liong lojin pula "sesudah meninggalkan bukit Hoa san entah kau punya rencana hendak kemana?" "Boanpwe telah berjanji dengan Coa Thian tam untuk bertemu dilembah Lo sian kok dibukit See thian, berkat Coa tayhiaplah boanpwe dapat masuk kedalam perguruan guruku" "Oooh... jadi kau maksudkan Ih lwe sam eng Yaa kau memang sepantasnya lekas lekas berangkat!" Dari mimik wajah kakek itu rupanya Ong It sin dapat menangkap sesuatu yang tak beres buru buru ia bertanya. "Sesungguhnya apa yang telah terjadi?" "Menurut kabar yang tersiar dalam dunia persilatan, katanya Siok tong Itu liong (naga sakti dari wilayah Szechuan) Ciu long serta Ya li kiam (pedang gadis suci) Tong Siau wan telah dibantai oleh perkumpulan Ki thian kau secara keji lembah Lo sian kok pun sudah mengalami tragedi" Begitu mengetahui kalau Coa tayhiap bersaudara mengalami ancaman bahaya, Ong It sin segera bangkit berdiri untuk mohon diri. "Sekalipun gelisah juga tak perlu terburu buru" Kata Kim liong lojin kemudian "ketahuilah lembah Lo sian kok adalah sebuah tempat yang bermedan amat bahaya, susah rasanya bagi sembarang orang untuk membobolkan pertahanan disini, aku pikir sampai kini lembah tersebut belum berhasil mereka hancurkan bila kau ke sana tak ada salahnya untuk mengajak serta Leng soat, dia juga seorang jago tangguh, pertama bisa membantumu kedua diapun harus banyak berlatih dalam dunia persilatan tentu saja bila Ong sauhiap tidak merasa keberatan?" Sesungguhnya Ong It sin ingin menampik maksud baik orang tapi iapun tak tega menghilangkan kegembiraan Bwe Ling soat yang pada saat itu sudah berseri seri terpaksa permohonan orang pun dikabulkan. Selain mempersiapkan bekal untuk kedua orang itu secara khusus Kim liong lojin menghadiahkan pula sebilah pedang mestika untuk si anak muda itu. Pedang mestika tersebut adalah sebilah senjata mestika dari partai Hoa san yang dinamakan Kim liong kiam. Dari pedang mestika inilah Kim liong lojin mendapat julukannya yang sekarang ini. Sudah barang tentu Ong It sin menampik pemberian yang sangat berharga itu. Tapi dengan cepat Kim liong lojin berkata. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Dewasa ini orang orang Ki thian kau sudah membuat keonaran diseluruh dunia persilatan gembong gembong iblis yang kenamaan dari golongan hek to pun telah bergabung dengan mereka, aku rasa cuma murid murid dari Dua malaikat saja yang sanggup menghadapi mereka. Aku tahu bahwa sauhiap berilmu tinggi, tapi ada baiknya kalau kau membawa serta sebilah pedang sebagai persiapan, siapa tahu bila suatu ketika kau akan berhadapan langsung dengan kaucu mereka? Bila musti melayani dengan tangan kosong, toh akhirnya yang rugi adalah kau sendiri?" Setelah didesak berulang kali, akhirnya Ong It sin menerima juga pemberian tersebut tapi katanya. "Orang kuno bilang, ingin menjadi orang yang simpatik janganlah menampik kebaikan orang, baiklah pedang ini akan boanpwe terima untuk digunakan, tapi bila suatu ketika boanpwe berhasil mendapat senjata yang lain, pedang ini akan kukembalikan lagi" Rupanya Kim liong lojin tahu bahwa kehendak pemuda tersebut tak bisa ditentang, terpaksa diapun menyanggupi. Sebelum berangkat kakek itu kembali memperingatkan. "Dalam perjalanan menuju kelembah Lo sian kok nanti, bila urusan disitu telah selesai lebih baik Ong sauhiap sekalian mampir kebukit Tiong san, sebab menurut dugaan lohu, besar kemungkinan Ki thian kau juga menaruh maksud jelek terhadap Siau lim pay" Ong It sin segera mengiakan. Tengah hari itu juga, ia bersama Bwe Ling soat dengan menunggang kuda jempolan segera berangkat menuju kearah kota Kay hong. Sekalipun dandanan Ong It sin pada saat ini amat perlente dan berpotongan seorang sastrawan, namun wajahnya tetap jelek seperti babi, sudah barang tentu dengan tampang sejelek itu mendampingi seorang gadis yang cantik bak bidadari dari kahyangan tersebut mendatangkan suatu pemandangan yang sangat menyolok, tak heran kalau sepanjang perjalanan mereka menjadi bahan cerita orang banyak. Ada yang berkata begini. "Waah, kalau gadis secantik itu musti mendampingi pemuda sejelek babi, keadaan itu ibaratnya sekuntum bunga yang ditancapkan diatas tahi kerbau!" Ada pula yang mengomel. "Maknya, sialan maka seekor burung hong dipersunting seekor babi budukan..." Ada yang merasa sayang, ada pula yang merasa mendongkol dan merasa tak enak. Padahal berbicara yang sesungguhnya apa sangkut pautnya urusan ini dengan mereka? Mau cantik kek atau buruk kek, apa pula urusannya dengan mereka? Untung saja Bwe Leng soat sama sekali tidak mempedulikan kejelekan Ong toakonya ini. Selama belasan hari perjalanan bukan saja hubungannya dengan Ong toako bertambah akrab dan terbuka, bahkan ia merasakan betapa jujurnya pemuda itu, kecuali wajahnya yang memang jelek, boleh dibilang pengetahuannya sangat luas pengalamannya cukup lumayan. Tanpa terasa gadis itupun berpikir. "Perkataan suhu memang benar, yang dikatakan bagus bukan dinilai dari wajah seseorang melainkan dari ketulusan hatinya, perkataan ini sungguh tepat sekali dengan kenyataan" Begitulah hari itu mereka berdua menyeberangi sungai Tiang kang dan tiba di Karesidenan Leng kok sian. Mereka pun menginap di rumah penginapan It peng dengan mengambil kamar nomor tujuh dan sembilan. Ketika Bwe Ling soat keluar rumah untuk membeli barang, Ong It sin merasa kesepian maka diapun berjalan jalan didalam serambi. Pada saat itulah dari balik ruangan disebelah barat terdapat dua pasang mata yang sedang mengintip gerak gerik pemuda itu dari balik kegelapan. Terdengar salah seorang diantaranya berkata. "Sin tongcu coba kau lihat! Bangsat itu tampangnya jelek tapi justru memiliki rekan seperjalanan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, coba kau bilang lucu atau tidak?" Yang berbicara adalah seorang perempuan cantik yang menggembol sepasang golok dipunggungnya, sayang hawa hitam menyelimuti diantara alis matanya, dia adalah seorang anggota baru dari Ki thian kau bernama Ciok bok ci yao (Walet merah bermata indah) Ciau Hong hong. Asmara Dibalik Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo