Pendekar Bego 24
Pendekar Bego Karya Can Bagian 24
Pendekar Bego Karya dari Can "Malam ini nasibku lagi sial, Tio Ngo lebih baik kau saja yang menjadi bandar, selesai berjaga nanti aku akan bermain lagi, siapa tahu nasibku waktu itu jauh lebih baik" Sambil berkata dia maju terus kedepan sehingga dalam waktu singkat telah berada lima depa dari tempat orang itu. "Hei, siapa yang berada dibelakangmu itu?" Tiba tiba Tio Ngo menegur dengan suara lantang "Dia kan Liang lotoa!" Tio Ngo sudah cukup lama bergaul dengan Lang lotoa, tentu saja dia bisa membedakan mana yang asli dan mana yang gadungan, apalagi sebagai orang yang cerdas ia sudah menaruh curiga ketika si gemuk datang sebelum waktunya. Dengan suatu gerakan cepat tiba tiba ia melompat ke depan siap meledakkan ranjau ranjau itu. "Kau berani?" Bentak Bwe Leng soat. Sebuah totokan kilat segera dilancarkan dari tempat kejauhan. Begitu jalan darah dipunggung Tio Ngo terhajar, tubuhnya seketika itu juga roboh terjengkang ke atas tanah. Baru saja dia ingin berteriak, jalan darah bisunya kembali sudah tertotok. Tidak sampai disitu saja, Bwe Leng soat dengan cepat memburu ke depan dan menotok jalan darah pingsannya. Maka begitu selesai membereskan musuhnya, gadis itu segera membawa si gemuk pindah ke barisan Pek lui toa tin sebelah kanan dan belakang. Dalam waktu singkat, Bwe Leng soat berhasil kembali merobohkan dua orang musuh Sekarang tinggal seorang musuh yang berjaga disebelah kiri. "Bwe lihiap!" It pa to Thio hong berkata. "saudara yang berjaga ditempat itu bernama Han Tan, dia jauh lebih cerdik daripada Tio Ngo, tubuhnya juga memakai kaus kotang pelindung badan, ia tidak mempan dibacok tidak mempan pula ditotok, selain itu diapun kurang akur dengan aku. Bila aku musti mendatanginya bersamamu, sudah pasti dia akan mencurigai diriku" "Lantas menurut pendapatmu?" "Biar aku tinggal disini saja, sedang lihiap boleh menyaru sebagai Liang lotoa untuk menggantikan gilirannya, karena saat ini adalah saatnya untuk aplusan, aku rasa dia tak akan mencurigaimu" Bwe Leng soat berpikir sebentar, kemudian sahutnya. "Setelah melewati kerja sama yang bagus sebanyak tiga kali, aku tahu kau tak akan berhianat, nonapun tak suka mencurigai orang, baiklah, kau boleh tetap tinggal disini!" Seusai berkata dia lantas melangkah maju ke depan. Begitu Bwe Leng soat membalikkan badannya, sekulum senyuman licik segera tersungging diujung bibir si gemuk itu, pikirnya. "Budak ingusan tertipu kau kali ini! Sekalipun ilmu silatmu terhitung sangat lihay, jangan harap kau bisa tinggalkan lagi tempat ini dalam keadaan selamat..." Baru saja dia akan membalikkan badannya untuk kabur... Mendadak Bwe Leng soat membalikkan badannya sambil melancarkan tiga buah totokan maut. "Blaam!" Tubuh sigemuk Thio hong yang besar segera roboh terbanting ke atas tanah dan tak mampu berkutik lagi. Tapi dengan terjadinya peristiwa itu, suara tadi segera mengejutkan lelaki berbaju merah yang berjaga ditepi barisan, segera bentaknya dengan suara nyaring. "Siapa disitu?" Terpaksa Bwe Leng soat maju menghampirinya sambil menyahut. "Aku untuk aplusan!" Walaupun lelaki berbaju merah itu melihat orang itu bertubuh mirip Liang lotoa, tapi ia dapat menangkap suaranya yang jauh berbeda. Akan tetapi diantara dua belas orang ditugaskan menjaga barisan Pek lui lok hun tin, cuma Liang lotoa seorang yang bertubuh kurus kecil, selain dia, lantas siapakah orang ini? Kewaspadaannya segera ditingkatkan, bentaknya kemudian. "Sebutkan namamu!" "Aaah, masa kau tidak kenal siapakah aku orang she Liong ini?" Lelaki berbaju merah itu kembali tertawa seram. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... lantas siapakah aku ini?" Tegurnya. "Kau toh Huan Tam!" "Betul, aku memang Huan Tam, tapi kau bukan lotoa, dalam hal ini jangan harap kau bisa membohongi diriku" Mendengar perkataan itu Bwe Leng soat merasa amat terperanjat, buru buru pikirnya "Waah... jangan jangan usahaku selama ini akan sia sia belaka..." Berpikir sampai disitu, segera timbullah suatu akal bagus, seraya berpaling teriaknya. "Hei, si gemuk! Cepat kemari, coba kau lihat orang sendiripun dia tidak kenal." Tanpa sadar Huan Tam mendongakkan kepalanya, tapi ia segera menyaksikan dihadapannya sama sekali tak tampak sesosok bayangan manusiapun. Pada detik itulah Bwe Leng soat dengan kecepatan luar biasa telah mendekati hampir lima kaki lebih kedepan sekarang jaraknya tinggal satu kaki dari hadapan muka. Dengan perasaan terkesiap Huan Tam segera merogoh sakunya mengambil keluar sebiji mata uang kim che piau, lalu siap disambit ketengah barisan ranjau. Seandainya mata uang kim che piau tersebut sampai menghantam ketengah barisan Pek lui lok hun tin, maka akibatnya ranjau ranjau yang tertanam disekitar tempat itu akan meledak. Untunglah pada saat itu Bwe Leng soat telah membentak keras, pedangnya dengan menciptakan sekilas cahaya bianglala merah menyambar kemuka Baru saja Huan Tam mengayunkan tangannya tahu tahu lengan tersebut sebatas sikut sudah terlepas kutung. Ia menjerit kesakitan, bagaikan binatang terluka serunya dengan penuh kebencian. "Sudah pasti kau adalah perempuan rendah she Bwe itu!" Sambil menggigit bibir mendadak ia menjatuhkan diri ke atas barisan Pek lui toa tin tersebut. Agaknya Bwe Leng soat telah menduga sampai kesitu, dia mendengus dingin, tubuhnya berkelebat ke depan melampaui Huan Tam kemudian. "Duuuk!" Sebuah tendangan dahsyat bersarang telak diatas perutnya membuat tubuh Huan Tam terpental kembali dari arah barisan Pek lui lok hun toa tin tersebut. Didalam melancarkan tendangan ini gadis tersebut telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, bagaimana mungkin Huan Tam bisa tahan... Tak ampun lagi selembar jiwanya melayang meninggalkan raganya. Walaupun Bwe Leng soat berhasil juga mengakhiri nyawa Huan tam dan menghindari suatu akibat yang fatal, tak urung jantungnya berdebar juga karena ngeri. Setelah menghembuskan napas panjang, ujarnya kepada Ong It sin yang berada ditengah arena. "Ong toako dengan cara apa aku harus menolongmu keluar dari situ?" "Luas barisan Pek lui lok hun toa tin ini mencapai dua puluh lima kaki lebih, empat penjuru penuh dengan ranjau darat yang maha dahsyat, bila ingin keluar dari sini, paling tidak aku musti berlompatan sebanyak tiga kali" "Lantas bagaimana caramu memasuki barisan tersebut?" Tanya Bwe Leng soat dengan kening berkerut. "Waktu itu aku berlarian diatas pohon Liu, ditambah daya lentingan dari dahan pohon Liu yang kuat, maka dalam waktu singkat aku bisa melampaui daerah seluas dua puluh lima kaki lebih, tapi sekarang keadaannya jauh berbeda" Bwe Leng soat berpikir sebentar, lalu tanyanya. "Kau pernah belajar ilmu meringankan tubuh Sut peng tok sui (menyusup daun melintas air)?" "Dulu aku pernah belajar!" "Kalau pernah belajar, itu lebih baik lagi. Sekarang hanya ada satu cara yang bisa digunakan" "Kau suruh aku melentik keudara dan melewati tanah lapang ini?" "Betul, cuma kau musti berhati hati, sebab salah perhitungan sedikit saja bisa berakibat terancamnya jiwa" "Sekalipun berbahaya akan kucoba juga, sebab hidup sebagai seorang manusia ada kalanya memang perlu menyerempet bahaya" "Kalau kau memang sudah setuju, beritahulah jarak lompatanmu, agar aku bisa membuatkan persiapan" "Tanpa meminjam tenaga aku bisa berjumpalitan sebanyak dua kali diudara, mungkin bisa mencapai kejauhan empat belas kaki lebih...!" "Kalau begitu bersiap siaplah! Akan kusambut kedatanganmu dengan melepaskan dua batang ranting pohon Liu" Ong It sin segera mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, tubuhnya segera melambung keudara dan melayang sejauh delapan kaki lebih dari tempat semula. Kemudian sesudah menarik napas panjang panjang, kaki yang satu menjejak diatas kaki yang lain, sekali lagi badannya melambung sejauh enam kaki lebih ke depan. Pada saat itulah, dari depan sana terdengar Bwe Leng soat berseru lantang. "Ong toako, perhatikan ranting pohon liu itu" Ong It sin segera meminjam ranting pohon liu yang melayang tiba itu untuk melejit lebih kedepan, setelah hal ini dilakukan berulang ulang akhirnya berhasil juga ia melepaskan diri dari barisan Pek lui lok hun toa tin tersebut. Kendatipun sudah lolos dari bahaya, tak urung pemuda itu kehabisan tenaga juga sehingga wajahnya kelihatan sangat letih. Dari sakunya Bwe Leng soat segera mengeluarkan sebutir pil mestika, sambil disodorkan kepada pemuda itu katanya. "Inilah pil Kiu coan leng wan yang dibuat guruku, makanlah, tenagamu akan pulih kembali dengan segera" Ong It sin menerima dan menelannya, benar juga, tak lama kemudian kesegarannya telah pulih kembali. "Ong toako" Kata Bwe Leng soat kemudian. "Pek lui lok hun toa tin ini hanya akan dipakai untuk mencelakai orang saja bila dibiarkan utuh lebih baik kita ledakkan saja" "Tapi... apakah disekitar tempat ini tak ada manusia atau binatang peliharaan orang?" "Sudah kuperiksa, sekitar tempat ini merupakan sebuah tanah lapang kosong, sampai setengah li dari sini masih belum ditemukan penghuni" Ong It sin segera mendongakkan kepala memeriksa cuaca sejenak, kemudian mengangguk. "Baiklah!" Sambil menjauhi tempat itu, sebutir batu segera disambit ketengah barisan tersebut. Begitu batu tersebut menyentuh tanah, suatu ledakan beruntun yang luar biasa dahsyatnya segera menggelegar memenuhi seluruh angkasa. Waktu itu sekalipun Ong It sin dan Bwe Leng soat sudah meninggalkan hutan pohon liu tersebut tubuh mereka masih merasakan juga gempa bumi yang dihasilkan akibat dari ledakan itu Menyaksikan kedahsyatan tersebut, sambil menjulurkan lidahnya Ong It sin berkata. "Nona Bwe, untung saja kau berhasil menyelamatkan jiwaku, kalau tidak, mungkin tubuhku sudah hancur berkeping keping akibat dari ledakan dahsyat ini" "Agaknya kita tak boleh bersikap kasihan lagi terhadap kawanan iblis itu" Kata Bwe Leng soat "bila bersua kembali dilain waktu, kita harus turun tangan keji serta membasminya dari muka bumi" Nona yang sebenarnya berhati penuh welas kasih ini rupanya sudah diliputi oleh hawa napsu membunuh akibat menyaksikan kekejaman musuh musuhnya itu. "Sekarang mereka sudah berangkat ke kuil Siau lim si untuk membuat keonaran kita harus segera berangkat untuk memberi pertolongan, jangan sampai terlalu banyak korban yang berjatuhan" Seru Ong It sin kemudian. "Mari kita pulang dulu kepenginapan, bersama Coa tayhiap dan To hu tay hiap kita melakukan perjalanan bersama" Tak lama kemudian sampailah mereka dalam rumah penginapan. Waktu itu Coa Thian tam dan To hu Hiong sudah lama menanti melihat muda mudi itu sudah balik kembali, dengan nada mengomel segera tegurnya. "Semalam kemana saja kalian pergi?" "Aaai... panjang sekali ceritanya" Jawab Ong It sin "coba kalau nona Bwe tidak datang tepat pada waktunya, siaute mungkin sudah mati didalam barisan Pek lui lok hun toa tin" "Hei, apa yang dimaksudkan barisan Pek lui lok hun toa tin itu?!" Tanya Coa Thian tam keheranan. Berbicara sampai disitu, mendadak ia seperti merasa terkejut serunya kembali. "Jangan jangan ledakan dahsyat yang terdengar tadi ada hubungannya dengan kalian?" "Yaa, itulah dia" Kata Bwe Leng soat. "semalam, Ong toako sudah terperangkap didalam barisan Pek lui lok hun toa tinnya perkumpulan Ki thian kau. Yang dimaksudkan dengan barisan Pek liu lok hun toa tin adalah suatu barisan yang disekelilingnya ditanam seratus buah ranjau darat yang dihubungkan satu sama lainnya, bisa dibayangkan bagaimana akibatnya bila ranjau ranjau tersebut meledak bersama" "Aaai... untung saja Ong lote mempunyai rejeki besar, coba kalau berganti orang lain mana mungkin masih bisa hidup?" Kata Coa Thian tam dengan perasaan lega. Sementara itu Pek lek to To hu Hiong telah menitahkan kepada pelayan untuk menyiapkan kuda, selesai membayar rekening maka berangkatlah mereka berempat menuju ke bukit Siong san. oooxdwxooo Sementara itu, suasana didepan kuil Siau lim si dibukit Siong san amat tegang dan berbahaya. Beribu ribu orang jago berbaju merah dari perkumpulan Ki thian kau telah mengepung seluruh kuil tersebut dengan rapat, senjata yang terhunus dan hawa pembunuhan yang luar biasa membuat situasi sungguh mengerikan sekali. Rupanya Ki thian kau telah berhasrat untuk menaklukkan partai Siau lim didalam serbuannya kali ini, hal mana terbukti dari dikerahkannya jago jago dari delapan kantor cabang, belasan kantor ranting dan sekawanan gembong iblis yang tersohor akan kekejiannya dalam dunia persilatan. Go liong taysu, murid angkatan kedua partai Siau lim yang bertugas menjaga pintu gerbang merasa terkejut sekali ketika menyaksikan kehadiran begitu banyak iblis dari Ki thian kau yang mengepung kuilnya, kontan saja mukanya berubah hebat. Belum sempat ia menutup pintu gerbang kuilnya, seorang perempuan berbaju merah telha membentak nyaring. "Hei, hwesio cilik! Berhenti kau!" Go liong taysu meski terhitung murid angkatan ketiga didalam kuil Siau lim si, sesungguhnya ia telah berusia empat puluh tahunan lebih, tak terlukiskan perasaannya ketika dipanggil hwesio kecil oleh orang itu. Xxxxod-woxxxx Jilid 22 IA menyapu sekejap ke arah perempuan itu, lalu sambil merangkap tangannya di depan dada, katanya. "Sicu, ada urusan apa kau memanggil pinceng?" Dalam sekilas pandangan saja, ia telah menjumpai bahwa perempuan itu memiliki paras muka yang cantik dengan pinggang yang ramping, payudara yang amat besar dan pinggul yang gemuk, dia tak lain adalah Ang hun lo sat Hoa Long jin. "Cepat sampaikan kepada Toa gi siansu, ketua dari partai kalian bahwa Tay sang kaucu Ki thian kau kami telah datang berkunjung, suruh dia memimpin segenap muridnya untuk datang menyambut!" Teriak Ang hun lo sat Hoa Long jin lagi. "Menyambut?" Tentu saja Go long taysu bisa memahami maksud kata itu sebagai menyerah kalah. Sesungguhnya partai Siau lim sudah mendapat kabar dan tahu kalau beberapa waktu lagi pihak Ki thian kau akan melancarkan serangan kepada partai mereka, tapi ia tak menyangka kalau serangan tersebut bisa datang sedemikian cepatnya. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Terpaksa ia menyahut. "Baik!" Dengan cepat ia lari masuk ke dalam ruangan dan membunyikan lonceng tanda bahaya. xdoooOooowx Suara dentingan lonceng dengan cepat menggema diseluruh tanah perbukitan tersebut. Tak lama kemudian, dari luar kuil segera muncul lima ratusan hwesio berbaju abu-abu. Kawanan hwesio tersebut rata rata masih muda dan kekar, masing masing bersenjatakan sebilah golok. Menyusul kemudian muncul tiga puluh enam orang hwesio berjubah putih. Mereka berpakaian sama seperti pakaian Go liong taysu berusia lima puluh tahunan, senjata yang digunakan adalah senjata sekop. Akhirnya muncul delapan belas orang hwesio tua berjubat kuning gading, hwesio hwesio tua ini bersenjatakan toya. Cianbunjin dari partai Siau lim, Toa gi siansu berjalan dibelakang dan diapit oleh dua orang hwesio berjenggot hitam sedada yang bersenjata toya. Dengan wajah serius Toa gi siansu memberi hormat kepada tamunya, kemudian menegur. "Tolong tanya, karena persoalan apakah partai kalian membawa orang untuk menyerang partai Siau lim kami?" Sangkoang Bu cing segera tertawa seram, jawabnya. "Partai kalian terlalu sombong, sama sekali tidak menggubris permohonan yang kami ajukan, memangnya kamu sekalian tidak pandang sebelah mata terhadap partai sesat kami ini?" "Omintohud! Partai kalian ingin menjajah seluruh daratan Tionggoan dan menitahkan pelbagai partai besar untuk menyerahkan diri, bahkan sama sekali tidak memberi muka kepada partai lain, sekarang kau malah memutar balikkan persoalan, coba katakan, siapa yang tidak memandang kepada siapa?" Untuk sesaat Sangkoan Bu cing menjadi terbungkam dan tak tahu bagaimana musti menjawab. Si Kelabang hitam Be Ji nio segera tertawa seram, katanya. "Toa hwesio, tajam amat selembar bibirmu itu, cuma... aku rasa kita tak usah ribut lagi aku hanya ingin bertanya kepadamu sekarang mau menyerah atau tidak?" Sesudah mengetahui kalau musuhnya Be Ji nio, Toa gi siansu segera mendengus dingin. "Hmm...! Semenjak partai kami didirikan hingga sekarang, lolap cuma tahu membela kebenaran untuk menaklukkan iblis, tiada kamus dalam sejarah partai kami bahwa Siau lim pay akan menyerah kalah dan bertekuk lutut kepada kaum iblis." Si Kelabang hitam Be Ji nio segera tertawa dingin. "Toa gi si keledai gundul serunya, kau mustinya juga tahu, partai kami telah menyiapkan begini banyak jago Liok lim untuk menumpas kalian, dengan kekuatan beberapa ratus orang dari partai kalian, tidakkah kau merasa bahwa tindakanmu itu ibaratnya telur yang akan diadu dengan batu karang? Hmm! Kalau kami berkeras kepala lagi, jangan salahkan kalau partai kalian akan kami ratakan dengan tanah!" Pelan pelan Toa gi siansu menyapu sekejap kawanan iblis dari Ki thian kau yang berjumlah ribuan orang itu, dia tahu bahwa kekuatan partainya jauh ketinggalan dibandingkan kekuatan orang, jika tiada bantuan yang datang dari luar, niscaya partai Siau lim akan musnah sampai disitu saja. Tapi dengan cepat pendeta tua itu berpikir lagi. "Andaikata menyerah kepada Ki thian kau, jelas tindakanku ini akan membuat malunya nama Cousu, apalagi sesudah menyerah, merekapun akan menggunakan tenaga partai kami untuk menaklukkan dunia, bukankah perbuatan semacam ini sama artinya dengan membantu kaum laknan membuat kejahatan didunia?" Berpikir sampai disitu, dengan keraskan hati segera katanya. "Bila takdir menghendaki demikian partai Siau lim kami akan pasrah kepada nasib" "Mengapa kau tidak mempertimbangkan lagi keputusanmu itu?" Bujuk Be Ji nio. "Aku sudah cukup mempertimbangkannya, jadi tak usah dipikirkan lebih jauh" Be Ji nio masih ingin membujuk lagi, tapi Hu kaucu Sangkoan Bu cing yang berada disampingnya segera menukas. "Yang mau menurut kita pakai, yang membandel kita sikat, kalau toh Toa gi hwesio belum puas hatinya sebelum melihat peti mati, buat apa kita musti sungkan sungkan lagi? Bukan begitu Tay seng kaucu?" Be Ji nio menghela napas panjang. "Aaai... tampaknya kita memang terpaksa harus memberi pelajaran dengan darah!" Baru selesai dia berkata, Siluman perut besar Go ing ciu dari Jit sia cia si yau segera menampilkan diri seraya berkata. "Hamba bersedia untuk bertarung dalam babak pertama!" Sekalipun Sangkoan Bu cing sudah pernah berlatih ilmu sakti dari atas pedang Hu si ku kiam, tapi ia sampai detik itu masih belum memiliki keyakinan untuk dapat menangkan pihak Siau lim pay. Maka ketika dilihatnya siluman perut besar Go Ing ciau bersedia untuk maju ke depan, ia segera mengambil keputusan untuk melihat kekuatan lawan dari pertarungan babak pertama, maka dengan cepat diapun mengangguk tanda setuju. Siluman perut besar Go Ing ciau segera meloloskan sepasang senjata roda Ji gwat siang lun nya dan maju kedepan bagaikan jalannya seekor itik katanya. "Para hwesio gundul, dengarkan baik baik, hari ini aku Go Ing ciau akan mencoba kelihayan dari ilmu silat Siau lim pay, siapa yang ingin tampilkan diri untuk menerima kematian?" Seorang hwesio berjubah putih segera menampilkan diri, orang ini bernama Go sim hwesio. Dengan senjata sekop ditangan, serunya. "Siluman yang tak tak tahu diri benar benar nyalimu, pinceng tak akan membiarkan manusia macam kau membuat keonaran didepan kuil kami, lihat serangan!" "Sreeet...!" Sebuah sapuan sekop segera diayunkan kemuka. Siluman perut besar Go Ing ciau mengayunkan pula senjata roda Jit gwat lunnya untuk menangkis sambil menjojoh, jurus serangan yang dipakai adalah Ku s*u boan keng (pohon kering akar melingkar). Menyaksikan tangkisan musuhnya, Go sim hwesio berpikir. "Siluman ini mempunyai nama dalam deretan empat belas siluman dari tujuh selat, tampaknya kepandaian silat yang dimilikinya bukan nama kosong belaka" Dengan cepat dia gunakan jurus Lek pit boa san (membacok rontok bukit boa san), Po im kiam jit (menyingkap awan melihat matahari) dan Lay liong ki meh (datang dari asal usulnya) tiga jurus dahsyat untuk melancarkan serangan. Jangan dilihat jurus jurus serangan yang dipergunakan itu amat biasa dan tiada sesuatu yang aneh tapi dalam permainan Go sim hwesio ternyata kehebatannya luar biasa sekali. "Bagus!" Teriak siluman perut gendut. Dengan sepasang roda Jit gwat siang lun itu diputar menggunakan jurus Ji gi gwat sia (matahari aneh rembulan miring) untuk menyergap musuh. Kendatipun perlawanan yang dilakukan cukup tangguh, namun rupanya ia masih bukan tandingan Go sim hwesio, dua puluh gebrakan kemudian ia sudah menunjukkan tanda tanda akan kalah. Tapi siluman berperut besar ini memang cukup licik, ketika dilihatnya Go sim hwesio cukup tangguh, dengan cepat ia memencet tombol rahasia pada senjata roda Jit gwat siang lunnya untuk menyemprotkan air racun yang sudah dipersiapkan sebelumnya itu. Go sim hwesio membentak keras, senjata sekopnya ditutul keatas tanah, kemudian menggunakan tenaga pantulan tersebut badannya melambung ke udara dan persis melepaskan diri dari semprotan air beracun itu. Melihat semprotan air beracunnya tidak mendatangkan hasil, siluman perut besar Go Ing ciau menjadi gugup bercampur panik dengan cepat dia membalikkan badannya siap melarikan diri. Go sim hwesio membenci atas kekejiannya, melihat musuhnya mau kabur, lengannya segera digetarkan keras, senjata sekopnya dengan menciptakan selapis bayangan hitam langsung menyapu keudara. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, batok kepala siluman berperut besar itu tahu tahu sudah terpapas separuh hingga darah segar bermuncratan ke mana mana, seketika itu juga ia roboh binasa. Dengan matinya siluman berperut besar Go Ing ciau serentak sisa siluman yang bergabung dalam Jit sia cap si yau maju ke muka siap membalaskan dendam bagi kematian saudaranya. Tapi Hu kaucu Sangkoan Bu cing segera membentak keras. "Memangnya kalian kuatir dendam Go hiangcu tak terbalaskan? Hayo cepat mundur semua!" Kawanan iblis dari tujuh selat tak berani membangkang, mereka segera menarik diri dan mundur ke belakang. Sangkoan Bu cing segera menitahkan Say siu jin mo untuk turun dalam pertarungan babak kedua. Pihak Siau lim pay segera mengutus Tay cu siangsu dari ruang Lo ham tong untuk keluar menghadapi musuh. Tenaga dalam yang dimiliki Tay su siansu sesungguhnya terhitung lumayan, cuma sayang dia masih kalah bila dibandingkan dengan ilmu Kiu thian to soh kang milik Say siu jin mo. Padahal dari sekian banyak tianglo yang berada dalam ruang Lo han tong, ilmu silat Tay su siansu terhitung paling lihay, bila dia saja tak sanggup mempertahankan diri sudah barang tentu terpaksa ciangbunjin mereka Tay gi siansu harus turun tangan sendiri untuk menghadapi musuhnya itu. Dengan suara lantang Say siu jin mo Kwik Cing berkata. "Hwesio gede, sesungguhnya sudah lama lohu berniat untuk mengunjungi kuil Siau lim si serta mencoba kelihayan ilmu silat partai kalian, siapa tahu para tianglo dari Lo han tong yang begitu tersohor namanya dalam dunia persilatan pun tak lebih cuma begitu begitu saja, kejadian ini sungguh membuat aku orang she Kwik merasa kecewa sekali" Semenjak Tay gi siansu menduduki jabatan sebagai ketua partai Siau lim, dia lebih menganjurkan kepada murid muridnya untuk belajar ilmu agama Buddha ketimbang murid muridnya giat berlatih silat, tidak heran kalau nama besar partai Siau lim pada dua puluh tahun belakangan ini tidak setenar dulu. Maka setelah mendengar perkataan dari Say siu jin mo tersebut, dia baru sadar bahwa agama Buddha meski sangat penting artinya, tapi ilmu silatpun tak boleh dikesampingkan. "Omintohud!" Ia lantas merangkap tangannya didepan dada sambil memuji keagungan Buddha. "keliru kalau sicu berkata demikian. Bayangkan saja sejarah partai kami sedari dulu, soal ilmu silat selalu merupakan topik pembicaraan orang banyak, andaikata lolap tidak selalu menganjurkan kepada anak muridku agar lebih memperdalam agama, hari ini, tak nanti kami akan biarkan laian semua berbuat sewenang wenang ditempat ini" Say siu jin mo segera mengipatka rambutnya yang merah, kemudian terkekeh dengan seramnya. "Heeeh... heeehhh... heeehhh... keledai tua, kematianmu sudah berada didepan mata, berani benar kau berbicara secara sembarangan?" Pedangnya segera digetarkan menciptakan selapis bunga pedang yang menyelimuti seluruh angkasa, kemudian dengan suatu gerakan kilat langsung membacok ketubuh Tay gi siansu, ketua dari partai Siau lim tersebut. Ditengah cahaya pedang, sinar berkilauan tiba tiba memancar keempat penjuru dan mengurung sekujur tubuh lawan. Jurus serangan ini sesungguhnya jauh lebih keji dan mematikan bila dibandingkan dengan jurus serangan yang digunakan untuk menghadapi Tay cu siansu tadi. Tay gi siansu mendengus dingin. "Hmm! Siancu jangan keburu bangga dulu" Tongkat kemala liok hud giok ciang yang berada ditangannya segera diputar sedemikian rupa menciptakan selapis bayangan cahaya kehijau hijauan. Bukan saja serangan tersebut dengan cepat membuyarkan kekuatan Kiu thian to soh kang yang menyurup badan, malah terkandung pula kekuatan dahsyat yang balik menyerang ke tubuh lawan. Tay gi siansu memang tak boleh dianggap enteng, betul selama banyak tahun belakangan ini dia lebih menitik beratkan perhatiannya untuk mendalami agama, akan tetapi ilmu silatnya sama sekali tidak terbengkalai. Ratusan gebrakan kemudian, Say siu jin mo mulai keteter hebat dan lambat laun makin tak kuasa menahan diri. Hu kaucu dari Ki thian kau, Sangkoan Bu cing yang menyaksikan gelagat tersebut, segera menitahkan Tee leng kun untuk menggantikan rekannya yang terdesak itu. Tee leng kun segera menggetarkan ruyung seratus tulang tengkoraknya untuk menggantikan kedudukan Say siu jin mo, seluruh kemampuannya untuk memainkan Yu leng biau ciu pian hoat yang diperolehnya dari kitab Kiu im ciu keng segera dipancarkan sepenuh tenaga. Setiap ancaman ruyung yang dilancarkan hampir semuanya dilakukan dengan gerak enteng seakan akan kakek bertampang jelek ini sama sekali tidak memiliki tenaga dalam. Padahal setiap serangannya itu mengandung penghancur yang beribu ribu kati beratnya, salah salah bisa jadi akan merenggut nyawanya. Ilmu Goan yok sin kang yang dimiliki Tay gi siansu sebenarnya termasuk suatu ilmu sakti dari kaum Buddha, sayang sekali Kiu im hiat sat yang dimiliki Tee leng kun telah mencapai puncak kesempurnaan, suatu ketika karena kurang berhati hati, lengan kiri Tay gi siansu segera tersambar senjata lawan sehingga terluka. Melihat kejadian itu, Hu kaucu dari perkumpulan Ki thian kau, Sangkoan Bu cing segera tertawa terbahak bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... Tay gi siansu sekarang tentunya kau sudah tahu akan kelihayan bukan! Lebih baik sedikitlah tahu diri dan berani menghadapi kenyataan, sekarang aku masih memberi kesempatan kepadamu untuk mempertimbangkan, akan menyerah atau bertempur terus" Suatu kebulatan tekad yang membaja segera tercermin diatas wajah Tay gi siansu, serunya dengan lantang. "Kepala boleh putus kepribadian tak boleh dijual, partai Siau lim pay tidak akan menyerah kepada kaum siluman yang bengis" Tee leng kun segera tertawa terkekeh kekeh. "Heeehh... heeehh... heeehh... memangnya kau bisa mengambil keputusan sendiri..." Ruyung Pek kut pian yang berada ditangannya segera disapu kebawah lalu menyerang semakin gencar ibaratnya hujan badai. Tiba tiba dari antara rombongan pendeta berbaju kuning keluar seorang hwesio berjenggot hitam, dengan suara dalam segera bentaknya keras keras. "Tay gi, mundur! Biar aku yang menghadapinya" Dengan hormat ketua dari Siau lim pay itu menjura, kemudian mengundurkan diri ke belakang. Tee leng kun yang menyaksikan kejadian itu segera berpikir didalam hati. "Hwesio ini kelihatannya masih muda belia, mengapa sikap Tay gi siansu sebagai seorang ketua Siau lim bisa begitu menghormat kepadanya? Jangan jangan..." Belum habis ingatan itu melintas didalam benaknya, Lotoa dari Tee lwe siang mo telah berseru lantang. "Saudara Im, hati hati! Hwesio gede itu adalah Thian ih sinceng dari kuil Siau lim si yang tersohor dalam dunia persilatan karena ilmu King kong ciangnya" Mendengar peringatan tersebut, sekujur badan Tee leng kun bergetar keras, dengan cepat pikirnya. "Seandainya benar benar si hwesio tua tersebut, mungkin aku tak akan bisa meraih keuntungan apa apa darinya! Cuma herannya, hwesio itu semestinya telah berusia seratus tahun lebih, mengapa wajahnya masih begini muda? Tampaknya tenaga dalam yang dimilikinya telah mencapai puncak kesempurnaan yang paling tinggi" Berpikir demikian, dia segera meningkatkan kewaspadaannya, dengan dingin dia berseru. "Tolong tanya taysu, apakah ucapan dari saudara Tau itu benar..." "Omintohud!" Pendeta tua berjubah kuning itu memberi hormat. "lolap memang betul Thian ih" Tee leng kun segera menarik kembali kesombongannya, kemudian berkata. "Konon taysu telah berhasil melatih ilmu Kim kong ciang dari kalangan Buddha, dengan memberanikan diri aku orang she Im ingin sekali memohon petunjuk darimu!" "Im sicu!" Kata Thian ih Sianceng sambil berkerut kening. "sebelum pertarungan dimulai, terlebih dulu lolap ingin memberi nasehat kepadamu, perguruan kami tidak berniat untuk mencari kedudukan atau merebut kekuasaan dalam dunia, mengapa perkumpulan kalian membawa begini banyak anak buah untuk menyerbu partai kami? Dapatkah kalian segera mengundurkan diri dari sini?" Tee leng kun tak berani mengambil keputusan, terpaksa dia mendongakkan kepalanya menengok ke arah hu kaucu Sangkoan Bu cing. Jelas dia sedang menunggu petunjuk dari pimpinannya. Sangkoan Bu cing segera tersenyum sahutnya "Tentu saja boleh, tapi kalian harus memenuhi tiga buah syarat yang kuajukan ini" "Tiga syarat yang mana?" "Pertama anggota Siau lim si dilarang untuk memperlajari ilmu silat lagi, ketiga puluh enam macam kepandaian rahasia yang kalian miliki harus dipersembahkan kepada perkumpulan kami sebagai pertanda akan ketulusan hati kalian" "Kedua?" "Kedua, kalian dilarang meninggalkan bukit Siong san barang selangkahpun" Walaupun kedua buah syarat itu boleh dibilang sewenang wenang, Thian ih sinceng masih dapat bersabar diri, tanyanya kemudian. "Tolong tanya bagaimana dengan syarat yang ketiga?" "Kalua memang kalian lebih suka mendalami soal agama daripada masalah lain, dan lagi lebih suka hidup mengasingkan diri daripada berhubungan dengan orang, belajar ilmu silat pun tak ada artinya, maka syaratku yang ketiga adalah setiap anggota partai Siau lim yang pernah belajar silat, segenap kepandaiannya harus dipunahkan" Setelah mendengar perkataan itu, Thian ih Sin ceng baru naik pitam bentaknya. "Omong kosong, dengarkan jawaban dari lolap Pertama, sejak Tay mo coausu mendirikan partai kami, ditetapkan bahwa setiap anggota kuil diwajibkan mempelajari salah satu dari ketiga puluh enam macam kepandaian sakti tersebut, lagi pula kepandaian itu merupakan warisan dari cousu kami,t akan kami berikan kepada orang persilatan lain, apalagi kepada perkumpulan sesat macam kalian. Jadi soal yang pertama, kami tak dapat menuruti" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ang hun losat menggertakkan bibirnya seperti ingin berbicara, tapi Sangkoan Bu cing segera mencegah. "Biarkan dia berbicara lebih jauh" Terdengar Thian ih sinceng berkata kembali. Anggota kuil kami diwajibkan untuk membuat amat bagi masyarakat didunia ini, mereka harus berkelana untuk melakukan kewajiban itu, maka persyaratan kalian yang melarang kami meninggalkan bukit Siong san pun tak bisa diterima" "Masih ada yang lain?" Tanya Tee leng kun. "kami siap mendengarkan keteranganmu lebih jauh" "Bagi orang yang belajar silat, memunahkan kepandaiannya sama hal dengan membunuh dirinya, bayangkan saja, mungkinkah kami akan menerima syarat kalian itu?" Setelah berhenti sebentar, dia berkata kembali. "Apalagi membunuh, kalian anggap kekuatan yang kalian miliki itu sudah cukup untuk membasmi partai Siau lim kami...?" Mendengar perkataan itu, perasaan para iblis itu segera bergetar keras, tanpa terasa mereka menjadi ragu ragu. Sangkoan Bu cing segera tertawa seram serunya dengan lantang. "Tay su, jadi kau anggap kami hanya bisa gertak sambal belaka? Kalau kau sampai berpendapat demikian maka keliru besar anggapanmu itu! Im huhoat, tak ada salahnya bagimu untuk menjajal sampai dimanakah kehebatan Kim kong ciang milikinya itu!" Tee leng kun segera mengiakan, segera bentaknya. "Hwesio gundul! lihat ruyung!" Pek kut ku lok piannya segera diputar kencang menciptakan hembusan angin puyuh yang amat dahsyat, diiringi berkelebatnya bayangan putih secara gencar segera mengurung tubuh lawan. Sudut serangan yang dipergunakannya itu sedemikian tepat dan manisnya, tenaga dan kecepatan yang dipakai begitu hebatnya, membuat ancaman itu terasa lihay sekali. Begitu turun tangan, dia lantas menggunakan jurus Sin si bu siang (setan gantung mati hidup) dari ilmu Lei mo tam bun toa kiu si. Thian ih sinceng segera berkelebat dan menghindar ke samping, tampak seluruh arena seakan akan dipenuhi oleh bayangan tubuhnya. Begitu serangannya mengenai sasaran yang kosong Tee leng kun segera merasa amat terperanjat Untung saja pengalamannya dalam menghadapi pertempuran cukup luas, dengan kening berkerut dia lantas menentukan mana yang sesungguhnya dan mana yang tipuan. Lengan kanannya segera ditekan kebawah, ujung Pek kut ko lo piaunya disapu keatas bahu Thian ih taysu keras keras. "Taysu!" Jengek Tee leng kun sinis. "ternyata kau tidak lebih cuma begitu saja!" Thian ih sin ceng tertawa hambar. "Benarkah begitu? Kalau begitu tak ada salahnya bagimu untuk menerima juga sebuah pukulanku ini!" Menyusul seruan tersebut, tinjunya segera diayunkan kemuka, hembusan angin tajam dengan cepat menghantam ditubuh Tee leng kun dan menyebabkan sepasang bahunya bergetar keras hawa darah dalam rongga dadanya bergelora keras. Cepat ia menarik napas panjang, dengan memaksakan diri ia tekan pergolakan hawa darah didalam rongga dadanya itu. Kemudian sambil membungkukkan badan, ruyung Pek kut piau tersebut digetarkan kearah depan. Bayangan ruyung bergetar membentuk gerakan setengah lingkaran busur di udara, lalu menyapu ke arah sepasang kaki Thian ih Sinceng. Ruyung tersebut menyambar ke muka ibaratnya seekor ular berwarna hitam yang sangat lihay. Walaupun Thian ih sinceng memiliki hawa sinkang pelindung badan, toh ia tahan juga menghadapi kehebatan racun dari ruyung beracun itu. Sambil berkelit dia melompat kebelakang untung saja gerakan tersebut dilakukan sangat cepat, coba kalau meleset sedetik saja maka akibatnya pasti mengerikan sekali. Begitulah, meskipun ia berhasil menghindarkan diri, amarah yang berkobar dalam hatinya sukar dibendung, pikirnya kemudian. "Iblis iblis keji ini benar benar tidak mengenal rasa perikemanusiaan...!" Tidak menunggu serangan kedua dari Tee leng kun dilancarkan, sebuah pukulan dahsyat telah dilontarkan di depan. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepat menyapu ke depan. Tee leng kun sudah menderita rugi satu kali, tentu saja ia tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, sambil memutar badan, ruyung tulang putihnya dengan cepat disapu ke tubuh hwesio tua itu. Menghindari sambil menyerang satu gerakan dilakukan hampir bersamaan, ancaman ini benar benar tak boleh dianggap enteng. Jangan dilihat tampangnya amat jelek, ternyata ilmu silat yang dimilikinya benar benar luar biasa dahsyatnya. Sekarang Thian ih hwesio baru sadar bahwa selisih kepandaian silatnya dengan Tee leng kun kecil sekali, hal ini membuatnya semakin tak berani gegabah. Maka sambil membentak keras, jubah pandetanya yang lebar dikebaskan ke atas, lalu sambil berjumpalitan diudara, dengan kepala di bawah kaki di atas dia melancarkan sebuah tonjokan dari tengah udara. Segulung angin pukulan yang amat kencang, dengan cepat menghantam diatas dada Tee leng kun. Paras muka Tee leng kun berubah hebat, dia menjerit kaget dan segera menjatuhkan diri kebelakang untuk memunahkan sebagian dari tenaga serangan tersebut. Sayang sekali, meskipun gerak menghindarnya dilakukan cukup cepat, toh badannya terkena pukulan juga. Kontan saja tubuhnya terlempar sejauh beberapa kaki dari posisinya semula. Dengan cepat Tee leng kun melompat bangun dari atas tanah, mukanya pucat pias seperti mayat, jelas luka yang dideritanya tidak enteng "Omintohud, sicu terlalu mengalah!" Kata Thian ih sinceng kemudian. Ternyata ia segera mengundurkan diri ke samping ciangbunjinnya dan tidak melanjutkan serangan itu lebih lanjut. Walaupun Tee leng kun telah kalah tapi dari pihak Ki thian kau segera tampil Tee lwe siang mo. Dengan suara lantang Tau Chin segera berteriak keras kepada hwesio itu. "Toa hwesio jangan malas, hayo layani kami dua bersaudara!" "Kau maksudkan kalian berdua?" Tanya Thian ih Sinceng. "Betul ini yang dinamakan memukul harimau tak terpisah dari bersaudara sekalipun kau bukan harimau, hakekatnya lebih ganas daripada seekor harimau" "Omintohud, kalau memang Tau sicu ingin menantang lolap untuk bertarung, terpaksa lolap harus melayani keinginan kalian itu" Seusai berkata, dia lantas melangkah maju. Tee lwe siang mo segera memberi tanda masing masing lantas meloloskan senjatanya dan menyerang dari kiri kanan. Begitu turun tangan, kedua orang itu segera melancarkan serangannya dengan jurus jurus yang mematikan. Cahaya pedang menyelimuti angkasa, bayangan ruyung memenuhi gelanggang, hampir setiap jurus serangan yang dilancarkannya tertuju kebagian yang mematikan tubuh lawan. Pelru diketahui, selama puluhan tahun lamanya Tee lwe siang mo berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah ada jago jago lihay didunia ini yang sanggup bertahan sebanyak sepuluh gebrakan ditangannya. Tapi sekarang, Thian ih sinceng mampu menghadapi mereka berdua sekaligus tanpa kelihatan keteter, malahan sebaliknya ia berada di posisi yang lebih menguntungkan, dari sini dapat diketahui sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang dimilikinya itu. Say siu jin mo yang muncul kembali dalam dunia persilatan setelah melatih ilmu kiu thian to soh sin kangnya, sudah lama terkandung niat didalam hatinya untuk membuat gara gara dengan pihak Siau lim pay, akan tetapi setelah melihat kehebatan dari orang orang Siau lim tersebut, diam diam ia bersyukur karena tidak sampai bertindak secara gegabah... Dengan suara lirih Ang hun lo sat Hoa Long jin lantas berbisik kepada Toh bin kui Hong Hiang kim. "Kelihatannya, belum tentu kita bisa menangkan pihak Siau lim pay...!" "Keliru besar jika Hoa tongcu berpendapat demikian, apa yang kau lihat sekarang masih belum cukup untuk menilai kekuatan kita" "Apakah kita masih mempunyai siasat lain yang bisa menangkan keadaan ini?" Tanya Ang hun lo sat tidak mengerti. "Kau lupa, hu kaucu kita mempunyai kecerdasan maupun ilmu silat yang maha dahsyat, berulang kali dia menitahkan keempat orang hu hoat untuk turun tangan, sudah tentu hal ini mempunyai alasan tertentu" "Alasan apa?" "Cici mengapa begitu bodoh? Apakah cara menyelidiki semacam ini juga tidak kau pahami?!" Ang hun lo sat Hoa Long jin berpikir sebentar, kemudian berseru tertahan dan manggut manggut. "Yaa, sekarang aku mengerti!" Si mawar beracun kembali menuding ke depan seraya berseru. "Coba kau lihat wajah Hu kaucu, ia sudah nampak berseri, ini menandakan kalau keadaan akan segera berubah..." Baru saja ia menyelesaikan kata katanya, mendadak terdengar Thian yan sianceng membentak keras. "Siapa yang telah menyergap lolap?" Sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan, dua pukulan yang maha dahsyat dengan cepat mementalkan tubuh Tau Chin dan Tau Chu hingga jauh sekali. Akan tetapi dia sendiripun jatuh terduduk diatas tanah. Dengan wajah terkejut Thian ih sinceng buru buru memburu ke depan sambil serunya. "Kau sudah terkena sergapan siapa?" "Mungkin terkena jarum beracun Hong wi tok ciam dari si kelabang hitam Be Ji nio..." Buru buru Thian ih sinceng mengeluarkan tiga biji Toa huan wan dan dimasukkan ke mulut suhengnya, kemudian serunya. "Suheng, mari kau kubopong masuk kedalam kuil untuk mengobati lukamu itu" "Jangan, dewasa ini kuil Siau lim si sedang terancam bahaya besar, bila kita pergi meninggalkan tempat ini, besar kemungkinan hal tersebut akan mempengaruhi semangat mereka" "Lantas bagaimana baiknya?" Seru Thian ih sianceng gugup. Tampaknya padri lihay ini telah dibikin gelagapan oleh situasi yang sedang dihadapinya itu. "Keadaan telah berkembang menjadi begini rasanya tiada cara lain yang lebih baik lagi cuma kita tak boleh menyerah, sekalipun harus mati dimedan pertarungan, kita juga harus mempertahankan diri, mengapa tidak suruh mereka siapkan barisan Lo han tin?" Belum lagi Thian ih sinceng mengemukakan permintaan tersebut, Tay gi siansu telah menitahkan lima ratus orang pendeta muda dari angkatan ketiga untuk membentuk sebuah barisan Lo han tin. Pada saat itulah terdengar Sangkoan Bu cing sedang berseru dengan lantang. "Tay gi taysu, susiokmu itu sudah terkena jarum beracun Hong wi tok ciam perkumpulan kami tak ada orang yang bisa mengobati luka tersebut, jika kau bersedia untuk menyerah, akupun bersedia untuk menghadiahkan obat penawar kepadamu" Mendengar ucapan tersebut, kontan saja Tay gi siansu menolak permintaan orang. Melihat itu dengan bengis Sangkoan Bu cing melotot, kemudian setelah tertawa seram serunya. "Kalau toh hwesio hwesio ini tak tahu diri jangan salahkan kalau kami akan bertindak keji!" Begitu selesai berkata, dia lantas menurunkan perintah untuk melancarkan serbuan. Suara bentakan yang gegap gempita segera menggema dari empat arah delapan penjuru. Walaupun jumlah anggota Siau lim si tidak sebanyak jumlah anggota Ki thian kau, akan tetapi berhubung mereka telah membentuk barisan Tin huan lo han toa tin, maka untuk sesaat kawanan iblis tersebut tak mampu berbuat banyak. Si Kelabang hitam Be Ji nio yang menyaksikan keadaan tersebut, segera mengusulkan. "Bu cing, kalau pertarungan dibiarkan berlangsung begini terus, bisa jadi akan banyak korban yang berjatuhan dikedua belah pihak, sekalipun akhirnya bisa meraih kemenangan, kerugian yang kita derita pun pasti besar sekali" "Lantas bagaimana pendapat Tay sang kaucu..." "Didalam melakukan operasi kali ini, aku telah membawa setabung jarum beracun Hong wi tok ciam lebih banyak, inilah kesempatan bagiku untuk menggunakannya. Selain daripada itu, putik beracun dari si mawar beracun Hong Hiang kim tongcu juga bisa dimanfaatkan kehebatannya, hari ini kita harus membikin beres hwesio hwesio baru tersebut" Berkata sampai disitu dia lantas memberi tanda, lalu bersama simawar beracun segera menyerbu ke dalam barisan Lo han toa tin tersebut... Tanpa mengeluarkan sedikit suarapun kedua orang itu segera mengayunkan tangannya berulang kali, yang seorang melepaskan putik putik beracun sedang yang lain menebarkan jarum Hong wi tok ciam yang lembut. Menghadapi hujan senjata rahasia yang begitu hebat, meskipun sebagian besar di antaranya berhasil dipukul rontok oleh para hwesio dari Siau li si itu, tapi tak sedikit pula yang berhasil menyusup masuk ke dalam barisan Lo han toa tin. Kawanan hwesio itu hanya merasakan tubuhnya kesemutan, tahu tahu golok terlepas ditangan dan tubuh mereka roboh terkapar diatas tanah... Tak selang beberapa saat kemudian, sudah berpuluh puluh orang anggota partai Siau lim yang menemui ajalnya. Perubahan yang terjadi secara tiba tiba ini kontan saja membuat barisan Lo han toa tin tersebut menjadi kacau balau tak karuan Hu kaucu dari Ki thian kau, Sangkoan Bu cing yang melihat ada kesempatan baik di depan mata, tentu saja tidak menyia nyiakannya dengan begitu saja, dia segera menurunkan perintah untuk melakukan pembunuhan secara besar besaran. Anak buahnya yang sebagian besar adalah pembunuh pembunuh berdarah dingin tentu saja kegiranan mendapat perintah tersebut apalagi mereka beranggapan membunuh kepala gundul adalah sasaran yang tepat, tak heran kalau tampak kepala manusia bergelindingan diatas tanah. Sesaat kemudian, darah segar telah bercucuran dimana mana, seluruh permukaan tanah telah dipenuhi oleh mayat yang bergelimpangan disana sini. Tentu saja di pihak Ki thian kau sendiri pun tak sedikit yang menjadi korban, apalagi Tay gi siansu ketua dari Siau lim pay telah bertekad untuk melakukan pertarungan sengit untuk mempertahankan diri, pertarungan sengit yang paling dahsyat segera berkobar di situ... Pertempuran ini benar benar luar biasa sekali jubah Toa gi siansu yang berwarna putih kini sudah berubah menjadi merah karena darah, sedangkan Thian ih sinceng juga melakukan pembunuhan secara besar besaran sekalipun mulutnya berkemak kemik terus menerus membaca doa. Ketika ia menerima tantangan dari Tee leng kun tadi, sebenarnya terbentik setitik harapan dalam benak hwesio ini untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah. Tapi kenyataannya menghendaki lain, terpaksa dengan sebilah golok dia membabat semua orang yang berusaha menerjang kearahnya itu, tentu saja tindakan ini dilakukan dengan perasaan terpaksa. Rupanya hwesio itu sudah sadar, bila ia sampai bersikap bajik dan penuh belas kasihan, bukan saja berakibat kematian buat dirinya sendiri, Thian yan sinceng yakni kakak seperguruan juga tak akan lolos dari kematian. Thian yan sinceng sendiri yang duduk bersila di tanah merasakan kesedihan yang luar biasa ketika melihat seorang demi seorang dari anak murid roboh binasa. Yang paling menyesal sudah barang tentu Tay gi siansu sendiri, ia menyesal mengapa dimasa lalu dia melarang anak muridnya memperdalam ilmu silat sebaliknya lebih menekuni soal agama, sekarang dia baru sadar bahwa tindakan tersebut adalah suatu kesalahan yang besar. Ketika dilihatnya partai Siau lim sudah diambang pintu kehancuran, sedangkan dirinya tak mampu berbuat banyak, hatinya terasa pedih seperti diiris iris dengan pisau. Suatu jeritan ngeri kembali berkumandang memecahkan keheningan, ternyata Tay kak siansu dari ruang hukuman telah mati terbunuh ditangan Say siu jin mo. Menyusul kemudian Lak pay siancu dari ruang baca terpapas sebuah lengannya. Kini tinggal Thian ih sinceng serta beberapa orang tianglo saja yang masih bertarung sengit. Menghadapi keadaan semacam ini, tiba tiba timbul ingatan didalam pikiran ketua Siau lim pay ini untuk membereskan nyawa sendiri segera pekiknya dihati. "Oooh Thian! Kau harus mempunyai mata, mengapa kau biarkan mereka yang berhati bajik dibantai seenaknya, sedang kaum jahanam memperoleh perlindungan" Sangkoan Bu cing yang berada disekitar sana segera mengejek dingin serunya. "Toa hwesio, riwayatmu sudah hampir habis, sejarah Siau lim pay akan berakhir sampai disini saja bersiap siaplah untuk berpulang kelangit barat!" Sambil berseru dia melanjutkan pembantaiannya terhadap sisa murid partai Siau lim yang sudah kocar kacir itu. Tay gi siansu benar benar tak kuasa menerima kenyataan yang tragis itu, tangannya segera diayunkan keatas siap menghantam ubun ubun sendiri... oooOdwOooo Di saat yang kritis inilah mendadak dari kejauhan sana berkumandang datang dua kali suara pekikan yang amat nyaring... Begitu pekikan tersebut berkumandang, kebengisan serta kebuasan orang orang Ki thian kau segera menyusut banyak. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan gemas Sangkoan Bu cing segera berseru. "Tidak kusangka bocah keparat itu tidak terkurung didalam barisan pk lui lok hun toa tin, betul betul sialan!" "Lebih baik kita percepat pembantaian yang kita lakukan!" Seru si kelabang hitam Be Ji nio dengan cepat. "agar pertempuran disini telah berakhir bila ia tiba disini nanti" Siapa tahu, baru saja dia menyelesaikan kata katanya itu, dari depan kuil Siau lim si telah melayang turun sepasang muda mudi yang berwajah tampan dan cantik. Begitu sampai ditengah arena, yang lelaki itu segera berteriak keras. "Anjing anjing Ki Thian kau segera hentikan serangan kalian!" Seruan tersebut diucapkan dengan penuh kewibawaan, membuat kawanan iblis itu menjadi tertegun dan segera menghentikan serangannya. Hu kaucu dari Ki thian kau menjadi gusar sekali setelah menyaksikan anak buahnya menghentikan serangan, segera bentaknya keras keras. "Jangan pedulikan dia, hayo turun tangan terus!" Kegaduhan kembali terjadi diantara kawanan iblis tersebut... Melihat itu pemuda tampan tersebut segera membentak keras. "Barang siapa berani sembarangan bergerak, segera akan kupenggal batok kepalanya" Hek sim yau (siluman berhati hitam) Pek Kiu kong yang berada agak jauh dari pemuda itu segera mendengus dingin, serunya. "Locu justru tidak percaya dengan tahayul!" Dengan sorot mata bengis dia segera menyerang seorang hwesio yang berada didekatnya dan memenggal batok kepalanya. Ia memang berhasil memenggal kutung batok kepala hwesio tersebut, tapi cahaya emas segera berkelebat lewat dan siluman berhati hitam sendiripun turut mampus diujung senjata lawan. Dengan demikian, kawanan iblis dari Ki thian kau benar benar tak berani bergerak lagi secara sembarangan. Dengan gusar Sangkoan Bu cing segera berseru. "Orang she Ong, apakah kau hendak mencampuri urusan ini?" Pemuda tampan itu bukan lain adalah Ong It sin yang baru lolos dari kepungan barisan Pek lui lok hun toa tin, tentu saja gadis cantik itu tidak lain adalah Bwe Leng soat. Dengan kening berkerut Ong It sin segera berseru. "Hu kaucu, apakah kau tidak merasa bahwa pertanyaanmu itu berlebihan...?" Sangkoan Bu cing segera mencibirkan bibirnya. "Huuuh, kini jumlah kami jauh lebih banyak memangnya kau mampu berbuat apa?" "Bagaimanapun buruknya situasi yang bakal kuhadapi, akan kuusahakan dengan segala kemampuan yang kumiliki" "Dengan pihak Siau lim si kau toh tiada hubungan apa apa, mengapa musti mengorbankan selembar nyawa dengan percuma?" "Hmm... seandainya urusan tersebut adalah urusan pribadi, aku sih tak akan turut campur, tapi jika kalian berniat untuk menghasai seluruh dunia persilatan... Hmmm bagaimanapun juga aku akan turut serta mengambil bagian" Agaknya keputusan itu sudah bulat dan tak ada orang yang bisa menggoyahkan hatinya lagi. Sangkoan Bu cing segera mengerutkan dahi, kepada Bwe Leng soat dia bertanya. "Bagaimana dengan nona?" Tanpa berpikir panjang Bwe Leng soat segera menjawab. "Seperti juga Ong toako, akupun akan turut serta didalam urusan ini..." Sangkoan Bu cing segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak, suaranya keras bagaikan jeritan kuntilanak sehinga kain kerudung muka pun turut bergetar keras. Lama sekali, ia baru berkata lagi. "Tak kusangka nona yang tampaknya pintar ternyata sama goblok nya dengan orang she Ong Itu, padahal apa gunanya melakukan perbuatan yang sama sekali tak ada gunanya itu?" "Disinilah letak perbedaan antara golongan hitam dan golongan putih..." Kata Bwe Leng soa serius. "kalian boleh terlalu mementingkan diri sendiri, tapi kami tak akan mengikuti jejak munafik seperti itu..." Sangkoan Bu cing tertawa dingin. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... cukup banyak kata kata semacam itu yang pernah kudengar, aku tidak percaya seorang nona semacam kau benar benar tidak takut mati!" Setelah berhenti sejenak, terusnya. "Begini saja, akan kuberi waktu sebentar untukmu, agar kau mempunyai cukup waktu untuk mempertimbangkan diri." Sebenarnya Bwe Leng soat hendak menampik, tapi Ong It sin segera mengedipkan matanya memberi tanda. Maka kedua orang itupun mengundurkan diri kesamping. Dengan suara lirih Bwe Leng soat lantas bertanya. "Ong toako, mengapa kau cegah diriku untuk menampik permintaan mereka...?" Sambil menuding Thian yan sinceng yang duduk ditanah, Ong It sin menjawab. "Mengapa kau tidak menyaksikan keadaan dari hwesio itu? Kemungkinan besar ia menderita luka dalam yang parah. Pakaian yang dikenakan hampir sama dengan pakaian yang dikenakan ciangbunjin, ini berarti kedudukannya pasti tinggi. Mengapa kita tidak menengok dulu keadaannya...?" Mengikuti arah yang ditunjuk Bwe Leng soat segera berpaling, benar juga, lebih kurang beberapa kaki didepan sana tampak seorang hwesio berjenggot hitam sedang duduk bersila, hwesio itu berjubah kuning dan penuh berlepotan darah, disampingnya berdiri pula seorang hwesio berjubah kuning yang bermandi darah pula. Tampaknya kedua orang hwesio itu adalah jago jago lihay dari kuil Siau lim si. Maka diapun lantas mengangguk. "Baiklah!" Ia berkata. Begitu selesai berkata, dengan suatu gerakan yang cepat dia lantas meluncur kedepan. Baru saja kedua orang itu tiba disitu, seorang pendeta tua berjenggot putih yang membawa tongkat kemala Liok hud giok ciang telah memberi hormat sambil menyapa. "Apakah kalian berdua adalah Ong tayhiap serta Bwe lihiap?" "Betul, apakah taysu adalah hongtiang dari Siau lim pay?" Lolap benar benar tak becus, coba kalian berdua tidak datang tepat waktunya, aaai...! Entah bagaimana akibatnya?" "Taysu jangan banyak berbicara dulu, mara bahaya belum lewat, kita masih harus tetap waspada" Perawan Lembah Wilis Karya Kho Ping Hoo Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo