Pendekar Bego 27
Pendekar Bego Karya Can Bagian 27
Pendekar Bego Karya dari Can "Kita harus lindungi rakyat untuk mengundurkan diri dari sini" Dengan suara lantang Ong It sin segera berseru. "Saudara saudara sekalian, harap mengikuti aku untuk melarikan diri dari sini, cepat!" Dalam waktu singkat kawanan manusia berbondong bondong mengikuti dibelakangnya. Ong It sin segera menggetarkan toyanya sehingga muncullah sebilah pedang emas yang berkilauan, dengan ayunan senjata tajamnya dia hajar kawanan iblis yang sedang membantai rakyat itu. "Tua bangka" Seru Tee leng kun dengan suara menyeramkan. "besar amat nyalimu, berani betul bermusuhan dengan kami" Ruyung tengkorak putihnya diiringi desingan angin tajam segera menyambar kedepan dengan dahsyatnya. Ong It sin segera memutar pedangnya sambil bergerak maju, tahu tahu sekilas cahaya emas menyambar didepan matanya. Tee leng kun terkesiap, segera bentaknya. "Saudara Kwik, kenapa kau tidak menyerang untuk membendung jalan mundurnya?" Say siu jin mo serentak menggerakkan pedangnya sambil melancarkan bacokan kilat. Ong It sin yang mendengar datangnya sambaran angin tajam dari belakang tubuhnya segera membalikkan badan sambil menangkis. "Traaang...!" Bentrokan nyaring menggema di angkasa dan menimbulkan percikan bunga api. Say siu jin mo segera merasakan getaran yang keras sekali sehingga tangannya hampir saja tak sanggup diangkat kembali. Walaupun ia gagal melancarkan serangan, toh berhasil juga menolong Tee leng kun untuk meloloskan diri dari kepungan. Menyaksikan kelihayan musuhnya itu, kontan saja kedua orang iblis itu menjadi waspada dan sikapnya lebih berhati hati. "Heran!" Demikian Tee leng kun berpikir. "kenapa belakangan ini terdapat begitu banyak jago yang sangat lihay?" Mula mula muncul Bwe Leng soat murid Koan tiau khek dan Ong It sin murid Sian gwan si, sekarang muncul sepasang suami istri dari dusun yang telah tua, sebetulnya berapa banyak lagi jago lihay yang berada didunia ini... Padahal asal mereka mau memperhatikan sepasang pedang yang dipergunakan kedua orang dusun itu, tidak sulit bagi mereka untuk mengenalinya sebagai pedang mestika milik Ong It sin dan Bwe Leng soat. Sayang mereka terlalu terkesima oleh kelihayan musuhnya sehingga tidak sampai menaruh perhatian khusus kesoal itu. Dengan banyaknya kawanan iblis yang kena ditumpas, maka keganasan dari pihak Ki thian kau menjadi punah. Kawanan rakyat dan penjaja makanan yang lolos dari musibah segera melarikan diri terbirit birit pulang kekota Si ciu... Ong It sin Bwe Leng soat, Say siu hud sim Kwik Sui Coa Thian tam, To hu Hiong serta Cian ih sin heng lek sekalian memberi perlindungan yang ketat sekali sepanjang jalan hingga tiba ditempat tujuan. Tau Chin mengusulkan untuk melakukan pengejaran tapi Sangkoan Bu cing tidak setuju katanya "Kita tak boleh bertindak demikian bisa jadi tindakan yang gegabah malah akan memancing perhatian pihak pemerintah kalau sampai pasukan pemerintah mengeroyok kita, bisa hancur kekuatan yang kita miliki" "Aku lihat pengacau pengacau itu bukan berasal dari sepuluh partai besar dunia persilatan" Ujar Tee leng kun dengan suara menyeramkan, wajah mereka rata rata teramat asing tapi kungfunya lihay sekali, aku pikir lebih baik kita utus orang masuk kekota untuk menyelidiki asal usul dari beberapa orang itu" Sangkoan Bu cing setuju dengan usul itu, maka diapun mengutus orang pilihannya untuk melakukan penyelidikan. Tapi anehnya ternyata kawanan jago itu lenyap tak berbekas, seakan akan semuanya sudah pergi meninggalkan tempat itu. Karena tidak berhasil menemukan kabar apa apa, maka Sangkoan Bu cing pun memimpin anak buahnya kembali ke bukit Long sia san. Kekalahan yang berulang kali membuat Sangkoan Bu cing selalu bermuram durja. Si mawar beracun Hong Hiang kim segera menariknya masuk kedalam kamar tidur, lalu berkata. "Paduka, kau tak usah bermuram durja, bukan hamba sengaja berbicara besar, asal kau dapat mengundang kedatangan guruku niscaya segala urusan akan menjadi beres!" "Suhumu bercokol dibenteng Tok coa sia, aku kuatir sukar untuk mengundang kedatangannya" "Suhuku bukannya sukar diundang, persoalannya apakah kau punya nona yang bisa menarik perhatiannya, andaikata kau bersedia untuk menghadiahkan Bwe yau kepadanya suhuku akan melakukan segala sesuatunya dengan senang hati pula." Mendengar perkataan itu, Sangkoan Bu cing menjadi agak sangsi belum lagi nona tersebut dicicipi, sekarang harus dipersembahkan kepada orang lain, bagaimana juga ia merasa agak keberatan. "Apakah kau tidak suka dengan guruku?" Tanya si mawar beracun tanpa terasa. "Siapa yang bilang begitu?" "Kau toh sudah tahu kalau guruku suka main perempuan, andaikata tidak menghadiahkan Bwe Yau kepadanya, ia tak akan mau datang kemari, tapi kau..." "Aku kenapa?" Si Mawar beracun segera tertawa. "Kau ini... lebih mementingkan perempuan cantik daripada pekerjaan" "Kau keliru besar bila sampai berpendapat demikian, dari dulu sampai sekarang tiada seorang lelakipun yang bisa mengatasi soal perempuan, tapi aku lebih mengutamakan ambisiku untuk menguasahi seluruh dunia persilatan..." "Kalau begitu, yang mulia sudah bersedia?" "Demi keberhasilan kita untuk melenyapkan musuh tangguh, kenapa tidak kulakukan hal ini?" "Keputusan yang paduka ambil, selamanya selalu mengagumkan hamba" Sesudah berhenti sejenak, kembali ujarnya. "Bila dikemudian hari kaucu sudah berhasil dengan pekerjaan ini, bagaimana caramu untuk berterima kasih kepadaku?" "Mungkin akan kuajak dirimu untuk bersama sama menikmati kesuksesan itu" Jawab Sangkoan Bu cing sambil tertawa. Menggunakan kesempatan tersebut, si Mawar beracun segera menjatuhkan diri kedalam pelukannya. "Kau jahat, kau jahat, sukanya menggoda orang aja...!" Omelnya lirih. "Benteng Tok coa sia letaknya ada diwilayah Tin see, jaraknya mencapai seribu li dari sini siapa yang akan bertugas untuk menghantarnya sampai disitu?" "Menurut pendapatmu?" Si mawar beracun balik bertanya. "Orang yang paling tepat adalah kau!" Setelah berhenti sejenak, godanya. "Siapa tahu menggunakan kesempatan tersebut gurumu akan mengajarkan kepandaian yang lebih hebat lagi dalam hal ilmu diatas ranjang" "Aaah... memangnya kepandaian diatas ranjang yang hamba miliki sekarang masih belum dapat memuaskan hatimu?" "Haaahh... haaahh... haaahh... memuaskan sekali!" Jawab Sangkoan Bu cing sambil tertawa tergelak. Maka mereka berdua segera melepaskan pakaiannya dan membuktikan ucapan tersebut dengan kenyataan. Simawar beracun selain amat beracun, juga amat jalang. Kenyataannya boleh dibilang jauh melebihi Ang hun lo sat Hong liu kua hu maupun Leng hiat siancu. Tapi Sangkoan Bu cing justru sangat menggemari kecabulan dan kejalangannya itu. Selesai mengerjakan adegan ranjang, secara rahasia mereka lantas mengutus Gi hay ji yau (manusia siluman selatan birahi) Toan cing hun untuk membawa pergi nona Bwe yau dari situ. Sebelum pergi, Sangkoan Bu cing menitipkan sepucuk surat yang isinya mengundang Toa tok tay ong (raja racun) untuk datang bergabung serta menjadi seorang Cong hu hoat dalam perkumpulannya. Tugas ini boleh dibilang teramat rahasia sekali, selain simawar beracun serta seorang dayangnya yang bernama Cun ji, boleh dibilang tiada orang lain yang mengetahuinya. Hari ketiga setelah si mawar beracun dan Gi hay jin yau dengan membawa Bwe yau berangkat ke kota Tok coa sia, tiba tiba dari depan lembah Ban hoa kek dibukit Long sia san datang tanda bahaya. Kemudian muncul penjaga lembah yang melaporkan. "Didepan lembah telah datang seorang pendeta dan seorang tosu yang mohon berjumpa dengan kaucu" "Apakah mereka membawa kartu pengenal?" Tanya Ang hun lo sat Hoa Long jin. "Tidak!" "Juga tidak melaporkan namanya?" "Tidak!" "Apakah merekapun tidak menerangkan ada urusan apa datang mencari kaucu?" Untuk kesekian kalinya pelapor itu menggelengkan kepalanya berulang kali. Sebelum Ang hun lo sat mengambil keputusan apakah hendak menjumpainya atau tidak tiba tiba dari luar lembah Ban hoa kok bergema lagi tanda rahasia. Lalu seorang hiangcu dengan wajah setengah membengkak lari masuk sambil melaporkan. "Pendeta dan toosu itu tak mau menuruti nasehat kami dan menyerbu masuk kedalam lembah banyak penjaga yang telah terluka, bahkan hamba pun ikut dipecundangi!" Mendengar laporan itu, Ang hun lo sat menjadi terperanjat sekali, kebetulan keempat orang pelindung hukum juga sampai disitu. Mendengar laporan tersebut, dengan gusar Say siu jin mo berseru. "Kurang ajar benar kedua orang keparat ini, kalau tidak diberi pelajaran tentu dianggapnya perkumpulan kita bisa dipermainkan dengan sekehendak hatinya" Tee lwe siang mo segera menyatakan persetujuannya. Mendengar itu, Ang hun lo sat lantas berkata "Persoalan ini tak bisa ditunda tunda lagi, mari kita menengok bersama kesana!" Tiba didepan ruang istana, tampaklah dari jalanan yang membentang didepan sana muncul dua orang yang pelan pelan berjalan mendekat. Dibelakang mereka berdua mengikuti empat orang hiangcu yang sedang berteriak teriak. "Hei, kenapa kalian tidak menuruti peraturan disini?" Hwesio yang gemuk dan wajahnya penuh daging lebih itu segera tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh konon perkumpulan kalian berambisi untuk menaklukkan seluruh kolong langit, kenapa anak buahnya hanya gentong gentong nasi belaka? Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." Say siu jin mo Kwik Ceng berebut maju ke muka, bentaknya kepada hwesio itu. "Keledai gundul, jangan sombong dan omong besar, silahkan kau mencicipi dulu sebab pukulanku ini Dengan menghimpun tenaga Kiu thian to suo sin kang yang dimilikinya, dengan jurus Lip pit hoa san (membacok runtuh bukit Hoa san) dia hantam hwesio gemuk itu. Dengan cepat hwesio itu mengebaskan ujung bajunya melepaskan sebuah pukulan angin puyuh ke depan, lalu serunya. "Hhmm... memang punya simpanan juga, cuma berbicara soal tenaga dalam, kau masih perlu melatih diri selama sepuluh tahun lagi" Say siu jin mo adalah seorang jagoan yang tinggi hati, sudah barang tentu ia tak tahan menghadapi ejekan tersebut, sambil tertawa dingin sepasang matanya diayunkan kemudian melancarkan serangan dahsyat kedepan... Dengan cekatan, hwesio itu berkelit ke samping, lalu serunya. "Aduuh mak, tulang ayam macam diriku ini mana tahan menghadapi pukulan saktimu itu" Meski dibibir dia berteriak tiada hentinya tapi dalam sekali ayunan tangan, Say siu jin mo tahu tahu sudah terkena terhantam oleh tenaga pukulan yang maha sakti itu sehingga mundur kebelakang dengan sempoyongan... Dalam waktu singkat sepuluh jurus sudah lewat, jangankan Say siu jin mo ingin melukai musuhnya, untuk menjawil ujung bajunya pun tidak mampu... Kenyataan tersebut sangat memalukan Say siu jin mo, tanpa sadar paras mukanya berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus. Ang hun lo sat sendiripun merasa terkesiap sekali sehingga untuk sesaat lamanya tak mampu berbuat apa apa. Dengan suara lantang Tee lwe siang mo segera berteriak. "Saudara Kwik, harap beristirahat sebentar, biar kami bersaudara yang menjumpai taysu ini" Say siu jin mo segera melompat mundur kebelakang, tapi dengan cepat hwesio itu menggoyahkan tangannya berulang kali sambil berseru keras. "Eeeh... eehh... tunggu sebentar, aku si hwesio paling takut kalau digilir orang, bisa jadi nyawapun akan turut melayang" "Hwesio, kalau memang takut bertarung cepat berlutut dan minta ampun kepada kami berdua" "Boleh" Sahut hwesio itu sama sekali tidak gusar. "asal kalian sanggup meringkus tosu tua hidung kerbau ini aku si hwesio pun akan menyerah kalah" Tosu tua itu berbadan kurus kering seperti bambu, setelah mengucapkan Bu liang siu hud, katanya: Hei hwesio tua, kenapa musti menyeret pula diriku? Apalagi pinto belum tentu bisa menangkan Tee lwe siang mo yang sudah ternama dalam dunia persilatan, kalau sampai kalah, kau jangan salahkan diriku nanti...!" Hwesio gemuk itu segera tertawa cekikikan. "Aaah... kecuali kalau kau sengaja berbuat begitu, aku si hwesio mah merasa lega!" Dari tanya jawab tersebut, seakan akan dia merasa yakin jika Ih lwe siang mo pasti kalah. Tau Chin menjadi naik pitam segera bentaknya. "Saudaraku, hayo maju!" Sepasang tinjunya langsung diayunkan ke depan melancarkan pukulan dahsyat. Deruan angin pukulan memekikkan telinga, jurus serangan yang digunakan amat kalut dan banyak sekali perubahannya. Kalau Tau Chin lebih mengutamakan tenaga pukulan yang kang yang berhawa panas dan keras maka Tau Chu lebih mengutamakan pukulan im kang yang berhawa dingin. Dengan mengkombinasikan tenaga im dan yang tersebut maka terciptalah suatu tenaga kekuatan yang maha dahsyat sekali. Tapi anehnya, si tosu tua yang kurus kering seperti bambu itu sama sekali tidak terpengaruh oleh tenaga yang maha dahsyat itu, malahan kebasan senjata hud timnya selalu menciptakan hawa dingin yang menyelimuti hampir setengah kaki luasnya. Dua puluh gebrakan kemudian, dua bersaudara Tau sudah semakin terdesak hebat hingga musti berputar kian kemari untuk berusaha menghindarkan diri. Suatu ketika, mendadak tosu tua itu berpekik panjang, mendadak dengan menggunakan sistim "melekat" Dia menarik tenaga pukulan Tau Chu dan menempelnya hingga tak berkutik. Kemudian dengan menggunakan taktik "membelenggu" Dia membelenggu pergelangan tangan Tau Chu dengan senjata hud timnya lalu melemparkan kedepan, tak ampun Tau Chu segera terlempar ke depan dan jatuh terjerembab. "Maaf" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seru tosu tua itu kemudian. Merah padam wajah kedua orang bersaudara Tau, untuk beberapa saat lamanya mereka sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Kembali terdengar hwesio gemuk itu tertawa terkekeh kekeh. "Heehh... heehh... heehh.... apakah jago lihay perkumpulan kalian hanya begini begini saja?" "Totiang, kau keliru besar" Kata Ang hun lo sat, Hoa Long jin, dalam perkumpulan kami masih terdapat manusia yang berilmu silat semacam dirimu, harap kau tunggu sebentar!" Selesai berkata, dia lantas memerintahkan kepada seorang hiangcu yang berada disampingnya. "Ngo siong, undang Hu kaucu!" Belum lagi Ngo Siong membalikkan badannya, mendadak terdengar seseorang berkata dengan lantang. "Tak usah diundang lagi, aku sudah tiba disini sedari tadi!" Ketika tosu dan pendeta itu mendongakkan kepalanya, tampak seorang pemuda tampan bermata elang berbaju merah dengan sulaman sekuntum bunga tho diatas tubuhnya pelan pelan berjalan mendekat. Ang hun lo sat Hoa Long jin beserta keempat hu hoat segera menyambut kedatangannya dengan hormat. "Omintohud, apakah kau adalah Sangkoan hu kaucu?" Tanya hwesio gemuk itu sambil merangkap tangannya didepan dada. "Benar!" OdoooOoowo Sementara masing masing pihak memberi hormat, secara diam diam tenaga dalamnya telah dikerahkan untuk saling beradu tenaga dalam. Tapi hasilnya, kedua belah pihak sama sama merasakan tubuhnya bergetar keras, siapapun tidak berhasil merebut keuntungan apa apa, alias setali tiga uang. Baik si hwesio gemuk maupun Sangkoan Bu cing diam diam merasa terperanjat sekali. Dengan kening berkerut Sangkoan Bu cing lantas berkata. "Kalian berdua berilmu silat sangat tinggi, bahkan tak segan segan untuk meruntuhkan derajat dan berkunjung kelembah Ban hoa kok, bolehkah kuketahui julukan kalian" Dengan senyuman masih menghiasi ujung bibirnya si hwesio gemuk berkata. "Boleh saja, aku bernama Siau hin mi lek (Mi lek berwajah tertawa)...!" "Dan siapa pula tootiang?" Tanya Sangkoan Bu cing kepada si tosu tua itu. "Pinto bernama Seng Me cu!" "Kalian berdua tinggal dimana?" "Tay huang!" Jawab pendeta dan tosu itu hampir bersamaan waktunya. Mendengar itu para iblis menjadi amat terperanjat. Konon di bukit Tay huang san bercokol seorang gembong iblis yang bernama Hiat jiu thian mo (iblis langit bertangan darah) kelihayannya sudah meliputi seluruh jagad. Akhirnya karena perbuatan iblis ini semena mena dan menyebar kekejaman dimana mana, seng sim lo hwesio dari Sian gwan si dan Bu cu sinni dari Koan tiau kek segera bertindak untuk memusnahkan ilmu silat yang dimilikinya dan mengurungnya dibukit Tay huang san. Siapa tahu sekarang muncul dua orang pendeta dan tosu yang mengaku sebagai ahli warisnya, tak heran kalau semua orang jadi terkesiap dibuatnya. Dengan cepat Sangkoan Bu cing berpikir. "Siau Mi lek dan Sin Meh cu adalah manusia manusia dari golongan sesat, semestinya kalau mereka berkomplot dengan kami" Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia lantas bertanya. "Apakah kedatangan kalian kemari adalah untuk mencari balas?" "Kami tiada dendam!" "Ada sakit hati?" "Tidak ada sakit hati!" Sangkoan Bu cing menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya, setelah itu baru bertanya. "Kalau begitu kalian datang kemari untuk berpesiar?" Hwesio gundul itu segera tertawa terbahak bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... itu mah kekuasaan orang yang menganggur, kami tak punya kesenangan seperti itu" Setelah berhenti sejenak, kembali katanya. "Apalagi tak sedikit tempat pesiar yang indah didunia ini, bukit Leng sia sau toh bukit gerbang buat apa kami berpesiar ketempat semacam ini?" "Waaah... kalau begitu, aku menjadi tidak habis mengerti" Seru Sangkoan Bu cing sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Sin Me cu masih tetap membungkam dalam seribu bahasa. Sebaliknya Siau mi lek segera berkata. "Sangkoan sicu, kau benar benar tidak mengerti atau berpura pura tidak mengerti?" "Tentu saja benar benar tidak mengerti" "Kalau memang benar benar tidak mengerti terpaksa akan kuberitahukan kepadamu" "Katakan!" Sambil tertawa terkekeh kekeh kata Siau mi lek. "Ada orang bilang sepanjang tahun cuaca dalam lembah Ban hoa kok bagaikan dimusim semi karena itu kami berdua berniat tinggal ditempat ini" Sangkoan Bu cing merasa terkesiap sekali tapi diluaran ia sama sekali tidak menunjukkan rasa kaget ataupun gugup ujarnya. "Oooh... rupanya kalian berdua ingin mengangkangi markas kami ini...?" "Bagaimana menurut pendapatmu? Apakah setuju?" Berkilat sepasang mata Sangkoan Bu cing sesudah mendengar perkataan itu tiba tiba ia berkata "Aaah... mana mungkin disatu rumah terdapat dua orang tuan rumahnya...?!" "Lembah Ban hoa kok toh sangat luas, kalian berdiam disini, kami berdiam disana, bukankah urusannya akan beres?" "Enak benar kalian berbicara, mana mungkin satu pembaringan ditiduri dua orang sekaligus?" "Oooh... jadi kalau begitu sicu tak mau meluluskan permintaan kami...?" "Tentu saja!" Jawab Sangkoan Bu cing ketus meski hatinya merasa sangat bergetar keras. "Kau tahu bukan sekarang tinggal kau seorang yang mampu mengambil keputusan didalam lembah ini, asal sicu berhasil kami robohkan, bukankah lembah Ban hoa kok ini otomatis akan terjatuh juga ketangan kami? Nah, apalah gunanya kau musti bersikeras untuk mempertahankan diri?" Paras muka Sangkoan Bu cing kembali berubah menjadi hebat, sinar pembunuhan segera memancar keluar dari balik matanya. "Akupun hendak memberitahukan kepadamu, kalian berdua bakal mampus ditanganku." Seraya berkata, dia meloloskan pedangnya yang tersoren dipinggang. Menyaksikan musuhnya sudah berdiri dengan pedang terhunus dan mata memancarkan sinar tajam, Siau Mi lek segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak. "Apanya yang menggelikan?" Bentak Sangkoan Bu cing dengan gusar. "Aku mentertawakan kau lantaran dirimu terlalu tegang, apalagi Hu si pet si (delapan jurus ilmu pedang Hu si kiam hoat) bukannya suatu kepandaian yang tiada tandingannya" Sangkoan Bu cing merasakan hatinya sangat bergetar keras, dengan cepat dia masukkan kembali pedangnya ke dalam sarung, kemudian tanyanya ragu ragu. "Taysu, darimana kau bisa tahu kalau aku dapat mempergunakan Hu si pat si?" "Tentu saja ada orang yang memberitahukan hal ini kepadaku" Jawab Siau Mi lek sambil tertawa licik. "Apakah dia adalah seorang pemuda?" Sangkoan Bu cing berlagak sok pintar. Yang dimaksudkan adalah Ong It sin. Tapi Siau mi lek segera menggelengkan kepalanya berulang kali. ododdeododoo Jilid 25 "DUGAANMU tidak benar!" Katanya "Kalau begitu dia adalah seorang gadis?" Siau mi lek tertawa terbahak bahak. "Haahh... haahh... haahhh... anak saja sudah dilahirkan, masa masih pantas disebut gadis?" "Omong kosong" Seru Sangkoan Bu cing tidak percaya. "aku tidak percaya kalau muridnya Koan tiau kek itu sudah tidak perawan lagi" "Hei, siapa yang kau maksudkan?" Tanya Siau mi lek tercengang. "Tentu saja Bwe Leng soat si dayang itu" Mendengar perkataan tersebut, Siau mi lek segera mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak lagi. Sangkoan Bu cing yang ditertawakan menjadi kebingungan setengah mati, katanya kemudian. "Hei, sebenarnya siapa yang memberitahukan asal usul ilmu silatku itu kepadamu?" Sebelum Siau mi lek menggoda lebih jauh Sin Me cu telah berkata lebih dulu. "Tidak sulit untuk mengetahui siapa orang itu, coba lihat benda ini!" Dari sakunya dia lantas mengeluarkan sebuah lencana terbuat dari emas murni. Setelah menerima lencana tersebut dan memeriksanya sebentar, Sangkoan Bu cing segera mengetahui apa yang terjadi, kiranya lencana itu adalah lencana Wi hong leng hu milik kaucunya. Buru buru dia memberi hormat seraya berkata. "Jadi kalian berdua adalah utusan dari kaucu? Maaf, maaf..." "Tak usah sungkan sungkan, kita toh orang sendiri semua" Sangkoan Bu cing buru buru menjura lagi. "Tempat ini bukan tempat untuk berbicara. Silahkan masuk ke dalam ruangan" Siau Mi lek dan Sin Me cu tidak sungkan sungkan lagi, ditemani oleh Ang hun lo sat mereka segera berangkat ke ruang Seng thian tian. Setelah mengambil tempat duduk, Sangkoan Bu cing baru bertanya. "Taysu, apakah kaucu baik baik saja?" "Ia telah berhasil melatih ilmu Ang tiau hui ceng sin kang, selesai membereskan satu persoalan, segera akan kembali kemari" Mendengar berita itu, semua anggota Ki thian kau segera bersorak sorai dengan gembiranya. "Kaucu telah mengundang kalian masuk menjadi anggota perkumpulan, apakah ada sesuatu pesan yang hendak disampaikan kepadaku?" Tanya Sangkoan Bu cing kemudian. "Pesan lain tidak kuketahui, tapi sebelum berangkat dia memang menitipkan sepucuk surat kepadaku" Sambil berkata dia mengeluarkan sepucuk surat dan diberikan kepadanya... Sangkoan Bu cing segera menerima surat itu dan dibaca isinya. "Dengan surat ini kuterangkan bahwa Sin Me cu tootiang telah kuangkat menjadi ji hu kaucu (wakil ketua kedua) dari perkumpulan kita, dan Siau Mi lek menjadi sam hu kaucu (wakil ketua ketiga). tertanda: Be Siau soh" Mengetahui akan hal itu, maka dengan cepat Sangkoan Bu cing menyiapkan perjamuan dan mengadakan pesta besar untuk menyambut kedatangan dua orang itu. Sementara itu, Ong It sin sekalian juga telah selesai mengadakan perundingan untuk mengambil tindakan selanjutnya untuk menyelamatkan jiwa Bwe Yau. Dalam keputusan itu ditetapkan, Ong It sin, Bwe Leng soat dan Say siu hud sim Kwik Sui ditugaskan untuk berangkat kebukit Long sia san guna memberi pertolongan. Senja itu, dengan kecepatan yang luar biasa berangkatlah ketiga orang itu menuju kearah barat daya. Tanpa menimbulkan sedikit suarapun mereka bertiga berhasil menghindari penjagaan penjagaan yang ada disepanjang jalan. "Kwik cianpwe!" Ujar Bwe Leng soat suatu ketika. "bagaimana kalau kau tetap tinggal dimulut lembah saja sambil melindungi kami berdua bila telah berhasil nanti?" "Baik!" Jawab Say siu hud sim. Maka dia pun lantas menyembunyikan diri dibalik pepohonan yang lebat disekitar sana. Setelah masuk hampir sepuluh kaki ke dalam lembah, Ong It sin menyaksikan ada empat orang lelaki berbaju merah sedang berdiri berjaga jaga di kiri kanan mulut lembah, penjaga dilakukan sangat ketat. Baru saja dia akan bertanya kepada Bwe Leng soat bagaimana caranya melintasi lembah itu, gadis tersebut telah berkata lebih dulu. "Lebih baik kita pergunakan cara lama saja!" Dia lantas memungut sebutir batu dan segera ditimpukkan ke arah sebelah kanan. Sreeet...! diiringi bunyi tajam, batu itu segera menyambar lewat dan meluncur ke depan. Ketika mendengar suara aneh, lelaki berbaju merah itu segera berpaling dan segera mengejar kedepan untuk melakukan pemeriksaan. Menggunakan kesempatan itu, Ong It sin dan Bwe Leng soat segera meluncur lewat dengan kecepatan luar biasa. Sepanjang jalan mereka tidak menjumpai banyak rintangan, dengan ilmu meringankan tubuh yang sempurna mereka berhasil menyusup kedalam lembah Ban hoa kok. Tak lama kemudian, mereka mendengar suara ramai berkumandang dari depan sana. Ong It sin segera berpikir. "Jangan jangan Sangkoan Bu cing hendak manfaatkan kesempatan pada malam ini untuk memperkosa Bwe yau?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Berpikir demikian dengan perasaan gelisah dia lantas menyampaikan kecemasannya itu kepada rekannya: Bwe Leng soat segera berkata: Lebih baik kita masuk lewat samping saja daripada menimbulkan rasa kaget mereka Untung saja penjagaan dalam markas besar Ki thian kau pada malam itu kendor sekali, tanpa mengalami kesulitan apa apa mereka telah berhasil menyusup ke dalam sebuah bangunan loteng. Sungguh kebetulan sekali, bangunan loteng itu ternyata adalah tempat tinggal si Mawar beracun Hong Hiang kim. Karena si mawar beracun sudah berangkat ke Tok coa sia pada tiga hari berselang, maka disitu hanya tinggal dayangnya Cun ji dan Ciu ji dua orang. Waktu itu, kebetulan dua orang dayang tersebut tak punya acara apa apa, maka mereka duduk sambil mengobrol. Terdengar Ciu ji berkata. "Enci Cun, tahukah kau kenapa pada malam ini ruang Seng thian tian begitu ramainya?" "Aku sudah tiga hari tak pernah keluar dari pagoda Li hiang kek ini, aku malah sedang bersiap siap untuk bertanya kepadamu" "Konon hari ini hu kaucu pertama sedang menyelenggarakan pesta perjamuan untuk menyambut kedatangan wakil ketua kedua dan wakil ketua ketiga. "Aaah, wakil ketua yaa wakil ketua" Seru Cun ji sambil berdiri tertegun, masa ada urutannya nomor satu nomor dua dan nomor tiga?" "Hu kaucu pertama adalah Sangkoan hu kaucu kami yang lalu, sedangkan hu kaucu kedua dan hu kaucu ketiga konon diangkat kaucu baru baru ini... Ong It sin dan Bwe Leng soat yang kebetulan bersembunyi ditempat kegelapan segera saling berpandangan sekejap, kemudian memperhatikan dengan lebih seksama. "Manusia macam apakah mereka itu?" Tanya Cun ji kemudian. "Mereka adalah seorang toosu tua dan seorang hwesio bukan cuma umurnya sudah mencapai tujuh puluh tahunan keatas, lagipula tampangnya jelek sekali" Kata Ciu ji. "Mirip siapa?" "Pokoknya susah untuk menemukan orang yang bertampang sejelek itu dalam perkumpulan kita, bayangkan saja si toosu tua itu mana ceking, tinggi, persis seperti batang bambu sedang si hwesio itu gemuk, pendek, perutnya gede lagi!" "Sudah kau selidiki siapa namanya?" Tanya Cun ji. "Tentu saja sudah, si toosu bernama Sin Meh cu, dia adalah hu kaucu nomor dua, sedang si hwesio bernama Siau mi lek, dia adalah Hu kaucu nomor tiga" "Dari mana sih kedatangan mereka?" "Konon mereka adalah ahli waris dari Hiat jiau thian mo (iblis langit tangan berdarah) yang bercokol di bukit Tay hong san" Begitu mendengar nama "Hiat jiau thian mo" Disinggung, bukan cuma Cun ji saja yang kaget bahkan Ong It sin serta Bwe Leng soat yang bersembunyi ditempat kegelapan pun turut merasakan badannya gemetar keras. Kedengaran Cun ji berkata lagi. "Konon kedua orang Hu kaucu yang baru datang itu membawa berita bagus, katanya kaucu kita berhasil menguasahi ilmu maha sakti Ang kim hui ceng sin kang, bila dia sudah keluar gunung nanti maka suatu usaha besar besaran akan dilaksanakan untuk menguasahi seluruh jagad" Bwe Leng soat yang mendengar ucapan itu, diam diam lantas berbisik lirih. "Ong toako, tampaknya kekuatan yang dimiliki Ki thian kau sekarang sudah tak dapat dihadapi lagi oleh kekuatan kita berdua!" Diam diam Ong It sin mendepakkan kakinya ke tanah sambil menghela napas panjang, keluhnya. "Kesemuanya ini harus disalahkan karena kebodohanku dimasa lalu, coba kalau pedang Hu si ku kiam serta sarung pedang Cian nian liong siau tersebut tidak kuserahkan kepada Be Siau soh, tak nanti dunia persilatan akan berubah sekacau ini" "Kau tak perlu menyesali diri sendiri apalagi dalam gerakan kita malam ini harus bertindak sangat hati hati, kalau tidak, bisa jadi akan muncul banyak kesulitan untuk kita berdua." "Tapi bagaimanapun juga, kita harus segera menyelamatkan jiwa Bwe Yau!" "Tapi, dimanakah orangnya?" Pada saat itulah, tiba tiba Ciu ji mengajukan suatu pertanyaan yang cukup mengejutkan. "Enci Cun ke mana perginya Tongcu?" "Dia bersama Gi hay jin yau telah pergi ke kota Tok coa sia!" "Pergi menjumpai suhunya?" Cun ji mengalihkan sorot matanya untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dengan merendahkan suaranya dia berbisik amat lirih. "Tidak, dia membawa serta nona she Bwe itu untuk dipersembahkan kepada Thian tok tay ong, agar dia bersedia pula menduduki jabatan Cong huhoat didalam perkumpulan kita ini. Cuma kau musti memegang rapat rahasia ini, kalau sampai rahasia ini bocor jangan harap kita bisa hidup dengan selamat" Ciu ji segera menjulurkan lidahnya seraya berbisik. "Coba tahu begitu, lebih baik aku tidak tahu saja!" Ong It sin serta Bwe Leng soat yang secara kebetulan berhasil mendapatkan kabar tersebut merasa tercengang sekali, dalam hati mereka lantas berpikir. "Waaah, sudah berapa lama mereka berangkat?" Sementara itu terdengar suara Ciu ji sedang bertanya lagi. "Enci Cun, kapan sih tongcu kita berangkat melakukan perjalanan?" Cun ji segera menunjukkan ketiga jari tangannya sambil menyahut. "Tiga hari berselang!" Kabar ini sangat diluar dugaan Ong It sin buru buru dia menarik tangan Bwe Leng soat sambil serunya. "Hayo kita berangkat, kita harus cepat cepat menyusul mereka!" Begitu selesai berkata, kedua orang itu segera bersama sama melompat turun dari atas loteng. Mungkin lantaran tergesa gesa, ujung baju mereka tersambar angin segera mengejutkan kedua orang dayang tersebut. Dengan suara nyaring mereka segera membentak. "Siapa disitu?" Sambil membentak, kedua orang itu segera menerjang keluar dari dalam ruangan. Cun ji menyaksikan ada dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dan segera lenyap dibalik kegelapan sana, melihat itu, dengan kaget dia menjerit. "Ada mata mata" Teriakannya itu segera mengejutkan para penjaga yang tersebar disekeliling tempat itu. Sekejap mata kemudian, suara tanda bahaya dibunyikan dimana mana, suasana menjadi gempar ramai. Waktu itu Ong It sin dan Bwe Leng soat baru saja menyeberangi sebuah wuwungan rumah dan melayang turun dibalik dinding pekarangan yang tinggi. Tiba tiba terdengar seseorang membentak dengan suara yang parau dan kasar. "Mata matanya ada disini" Sambil berkata, ketiga batang piau segera disambitkan kedepan dengan kecepatan luar biasa. Ong It sin sama sekali tidak menggubris akan datangnya ancaman tersebut sepasang kakinya segera menjejak tanah sementara tangannya membalik melancarkan sebuah pukulan untuk mementalkan senjata rahasia itu, lalu dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dia langsung meluncur kedepan sejauh tujuh kaki lebih. Bwe Leng soat yang berada dibelakangnya dengan cepat menyusul pula dibelakang pemuda itu. Ketika lelaki yang melepaskan serangan senjata rahasia itu menyaksikan serangannya berhasil dipukul rontok secara gampang ia menjadi tertegun dan untuk sesaat lamanya tak tahu apa yang musti dilakukan. Dalam pada itu, para gembong iblis yang berkumpul di istana Seng thian tian telah bermunculan semua. Dengan suara lantang Sangkoan Bu cing segera berseru. "Mana mata matanya?" "Kedua orang mata mata itu sudah kabur melalui tempat itu!" Sahut lelaki yang menyambit senjata rahasia itu sambil menuding ke arah depan. Sangkoan Bu cing segera tertawa dingin, kepada Tee leng kun, Say siu jin mo dan Tee Hwe siang mo perintahnya. "Cepat sambut kedatangan mereka dimulut lembah sana!" Keempat orang gembong iblis itu segera mengiakan dan berangkat menuju ke depan sana. Kemudian, Sangkoan Bu cing juga berseru kepada Sin Meh cu serta Siau bin Mi lek. "Kalian berdua ikut aku mengambil jalan kecil!" Sungguh cepat gerakan tubuh ketiga orang itu, apalagi memotong jalan, dalam sekejap mata mereka telah berhasil mendahului Ong It sin serta Bwe Leng soat. Ketika dua orang muda mudi itu sampai disana, Sangkoan Bu cing telah menghadang jalan pergi sambil tertawa dingin tiada hentinya... "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... aku mengira siapa yang telah datang, ternyata saudara Ong dan Nona Bwe!" "Betul, memang kami berdua!" Jawab Ong It sin sambil menghentikan napasnya. "Setelah kalian berdua datang berkunjung ke lembah kami ditengah malam buta begini, kenapa tidak bersedia menjumpai si tuan rumahnya?" "Kami datang dikala senang, pergi dikala tak suka, peduli amat dengan tuan rumah atau tidak!" Jawab dari Ong It sin itu diberikan secara ketus dan angkuh. Mendengar itu, Sangkoan Bu cing segera tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... rupanya kalian datang untuk mencari nona Bwe yau? Wah... kalau begitu, kau betul betul kebangetan, toh disampingmu sudah ada nona cantik yang akan memberi hiburan kepadamu, kenapa kau malah mencari yang jauh..." "Bedebah, kurangi kata kata busukmu itu," Hardik Bwe Leng soat dengan gusar. Sangkoan Bu cing segera angkat bahunya dan tertawa tengik. "Masa kau tidak mengakui kalau diantara kalian sudah terlibat dalam cinta segi tiga?" "Kau tak usah ngaco belo!" Saking jengkelnya sekujur badan gadis itu sampai gemetar keras, kemudian sambil melepaskan sebuah tusukan kilat ke depan bentaknya. "Enyah kau dari sini!" Jika dia sedang marah, maka terpancarlah suatu kewibawaan yang besar sekali. Menyaksikan serangan yang muncul secara keji itu, buru buru Sangkoan Bu cing menggerakkan pedangnya untuk menangkis kemudian godanya lagi dengan sinis. "Jadi kau menyangkal?" Tanpa terasa Bwe Leng soat menjadi ragu, tapi segera bentaknya lagi. "Aku mencintai Ong toako atau tidak, itu adalah urusanku sendiri, orang lain tak usah mencampurinya, mumpung belum terlambat hayo cepat menyingkir kau dari situ!" "Hmm, jangan sombong dulu nona, jangan kau anggap ilmu pedang dari kuil Koan tiau kek sudah nomor wahid dikolong langit." "Jika kau tidak puas, boleh saja kau tetapkan waktu agar bisa berduel dikemudian hari," Tantang Bwe Leng soat sambil menggigit bibirnya kencang kencang. "Kenapa musti memilih hari lain, hari ini toh sama saja?" "Aku sudah pernah merasakan beberapa jurus ilmu pedang hasil curianmu itu." "Kalau memang begitu, kenapa kau tidak bergerak dulu dengan Ji suhu kaucu dan Sam suhu kaucu kami?" "Ooh, kau maksudkan Sin Meh cu dan Siau bin Mi lek?" Begitu nama dari kedua orang gembong iblis itu disinggung, mau tak mau diam diam Sangkoan Bu cing merasa terperanjat juga. Siau bin Mi lek segera tertawa lebar serunya. "Li sicu, kau benar benar hebat dan pendengaranmu sungguh amat tajam, begitu bertemu lantas bisa kenali pinceng. Hmm, ini menunjukkan kalau pengetahuanmu sangat luas. Jika pinceng tidak mempergunakan kesempatan ini untuk meminta beberapa petunjuk ilmu silat aliran Lam hay, kejadian ini pantas untuk disesalkan" Begitu selesai berkata, ujung jubahnya segera dikebaskan ke muka, melancarkan sebuah pukulan dahsyat. Angin pukulan yang sangat kencang dengan cepatnya meluncur kedepan. Angin pukulan itu memang dahsyat, malah tanah pun ikut terbang sampai tiga cun dalamnya. Itulah ilmu pukulan Kang hong ciang dari Thian tok tay ong. Rupanya Bwe Leng soat mengetahui serangan lawannya, dia lantas berpikir. "Tak heran dia bisa ditarik oleh Be Siau soh, rupanya orang ini telah memperoleh segenap kepandaian sakti dari si gembong iblis tua itu." Walaupun dihati dia berpikir demikian, tubuhnya sendiri berkelit ke samping untuk menghindarkan diri. Siau bin Mi lek segera tertawa terkekeh kekeh ujarnya. "Bwe sicu sungguh terlalu memuji, apa yang berhasil pinceng dapatkan sekarang tidak lebih cuma seperdua dari kepandaian yang dimiliki guruku..." Bwe Leng soat makin terkesiap setelah mendengar perkataan itu, dia tak mengira kalau gembong iblis itu demikian lihaynya. Ong It sin yang berada disisinya segera berseru. "Nona Bwe, kau harus perhatikan baik baik cakar iblis Thian tok mo jiau nya, jangan sampai kena disambar oleh kukunya, sebab kukunya amat beracun, begitu ketemu darah segera mati..." "Bocah keparat, kau jangan mengaco belo tak karuan..." Bentak Siau bin mi lek sambil tertawa dingin. Walaupun dimulut dia menyangkal, sesungguhnya hawa murni yang dimilikinya telah dihimpun menjadi satu, dia berharap dalam satu gebrakan saja serangannya akan mendatangkan hasil. Tapi sekarang, rahasianya sudah dibongkar oleh Ong It sin, dalam malu dan gusarnya, dia segera mengembangkan ilmu cengkeraman iblis Thian tok mo jiaunya untuk meneter lawan. Menuding timur dia menyerang kebarat, mencakar utara menyambar keselatan, semua serangan yang dipergunakan hampir seluruhnya merupakan jurus jurus serangan keji yang mengerikan. Tiga puluh jurus sudah lewat bagaikan terpaan angin puyuh dari hujan badai, pada saat itulah Bwe Leng soat baru sempat meloloskan pedang mustikanya. Diantara gerakan tangannya, tampak cahaya merah memancar keempat penjuru. Dia segera menggunakan ilmu Huang lan kiam hoat dari Lam hay untuk balas mendesak lawannya, serangan demi serangan dilancarkan secara bergelombang, hampir semuanya merupakan jurus jurus serangan yang dahsyat dan mengerikan. Siau bin mi lek segera tertawa terbahak bahak, pujinya. "Suatu ilmu pedang yang amat bagus!" Ditengah bentakan keras, badannya melambung ketengah udara setinggi dua kaki lebih, kemudian dengan kepala dibawah kaki diatas, hawa murninya dihimpun dalam kelima jari tangannya untuk melancarkan sebuah cengkeraman ke depan. Bwe Leng soat buru buru mengayunkan telapak tangan kirinya melepaskan sebuah pukulan untuk memaksa membaliknya angin beracun yang dilancarkan musuh dalam ilmu Thian tok mo jiaunya itu. Tapi kelima gulung angin serangan beracun yang dipancarkan kelima jari tangan lawan sangat dahsyat dan tajam bagaikan pedang, meski Bwe Leng soat telah mengerahkan tenaga pukulannya lewat telapak tangan kiri, hampir saja dia tak sanggup menahan diri, kenyataan tersebut seketika itu juga membuat hatinya amat terkesiap. Perlu diketahui, semenjak kecil Bwe Leng soat sudah belajar ilmu silat di Lam hay, di kuil Koan tiau kek, hampir segenap kepandaian silat yang ada didunia ini telah dipelajarinya dengan seksama. Terutama sekali ilmu Toa hoan yok sinkang yang dilatihnya boleh dibilang sudah mencapai pada taraf pengerahan dan penarikan menurut kehentak hati, hal tersebut menyebabkan semua serangan yang dilancarkannya segera akan membuat terbentuknya selapis dinding baja yang sangat kuat. Bila ilmu cengkeraman biasa yang dihadapi jangan harap serangan tersebut berhasil menembusi pertahanannya. Maka dengan kening berkerut, Bwe Leng soat lantas berpikir. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku telah mempergunakan ilmu sakti ajaran suhu pun belum sanggup untuk menaklukkan hwesio ini, rupanya tenaga dalam yang dia miliki telah berada jauh diatas kemampuan Sangkoan Bu cing" Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, sambil berpekik nyaring mendadak tubuh dan pedangnya terhimpun menjadi satu, kemudian dengan kecepatan luar biasa badannya melambung ketengah udara. Baru pertama kali ini dia pergunakan ilmu pedang terbang yang maha dahsyat itu. Ketika Sangkoan Bu cing dan Sin Meh cu mendongakkan kepalanya, maka tampaklah tubuh Bwe Leng soat bagaikan sesosok bayangan hitam meluncur ke bawah diiringi cahaya pedang berwarna kemerah merahan. Jago perempuan dari Lam hay ini memang luar biasa sekali baik dikala tubuhnya melambung ke atas maupun disaat meluncur ke bawah, dia selalu memperlihatkan suatu cara yang sangat istimewa. Berbarengan dengan meluncurnya cahaya pedang, hawa serangan makin lama semakin dahsyat, apalagi ketika mencapai tiga depa diatas batok kepala Siau bin Mi lek, cahaya merah yang sangat tebal segera memancar ke empat penjuru, sungguh luar biasa sekali keampuhan dari serangannya itu... Sangkoan Bu cing maupun Sin Meh cu adalah jago jago persilatan yang berilmu silat tinggi, ketajaman matanyapun jauh melebihi orang lain maka sekilas pandangan saja mereka memandang cahaya merah yang terhimpun disekitar pedang mestika tersebut, tahulah mereka bahwa gadis tersebut telah menghimpun seluruh kekuatan tubuhnya diujung serangan pedang tadi. Kali ini Siau bin Mi lek tak bisa tertawa lagi, semua perhatian dan kekuatannya segera dihimpun menjadi satu untuk bersiap siap menghadapi segala kemungkinan. Pikirnya. "Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, orang bilang ilmu pedang dari Lam pak ji seng telah mencapai tingkatan yang luar biasa, buktinya sekarang, murid dari Koan tiau kek saja sudah begini hebatnya... yaa, nama besar mereka memang bukan cuma nama kosong belaka." Ingatan tersebut dengan cepatnya melintas didalam benak hwesio tersebut. Untuk menghadapi ancaman musuh yang sangat lihay itu, diapun segera menghimpun semua tenaga dalamnya kemudian disalurkan kedalam kesepuluh jari tangannya kemudian pada saat yang tepat mendadak ia mendongakkan kepalanya sambil melancarkan sebuah cengkeraman ke tengah udara. Sepuluh gulung desingan angin serangan bagaikan pisau pisau yang tak berwujud dengan cepatnya meluncur ke tengah udara dan menyongsong datangnya ancaman pedang dari lawannya. Menyaksikan kelihayan musuhnya, Bwe Leng soat merasa terperanjat sekali sampai keningnya berkerut kencang. ooooOdwOoooo Sadarlah gadis itu sekarang, bahwa dia telah berjumpa dengan seorang musuh yang amat tangguh. Dari sini pula dapat diketahui bahwa lembah Ban hoa kok sesungguhnya merupakan suatu tempat yang menyerupai gua harimau sarang naga. Buru buru dia menghimpun segenap perhatian dan tenaganya untuk menghadapi lawan, lalu dengan suatu kecepatan luar biasa ia melancarkan sebuah tusukan kilat keatas ubun ubun lawan. Jelas pertarungan semacam ini merupakan suatu pertarungan yang bersifat mengadu jiwa. Apabila cakar maut Thian tok mo jiau tersebut sampai menusuk kedalam jalan darahnya, sudah bisa dipastikan sari racun itu akan menyerang ke dalam isi perut yang menyebabkan kematian bagi korbannya. Akan tetapi sebaliknya jika jalan darah Thian leng hiat di ubun ubun hwesio itu sampai tertusuk oleh pedang sinona sama saja diapun akan tewas dalam keadaan mengerikan. Siau bin mi lek amat terkesiap, dengan gugup dia memutar badannya untuk menghindarkan diri. Dengan cepatnya ia merobah dari serangan mencengkeram ia merubah tangan kirinya sebagai pertahanan untuk melindungi kepala, sementara tangan kanannya melanjutkan kembali serangannya. Tapi dengan tindakan itu, justru dia telah kehilangan suatu peluang yang baik Sementara itu, serangan pedang yang dilancarkan Bwe Leng soat telah menyambar tiba. Kendatipun ia cukup cepat menghindarkan diri kesamping namun tak urung badannya kena tersambar juga. Tapi, dalam keadaan yang sangat kritis itulah cakarnya tiba tiba menyambar keatas merobek ujung baju kiri Bwe Leng soat sehingga tampak kulit badannya yang putih bersih. Paras muka Ong It sin segera berubah menjadi amat berat dan amat serius. Sebaliknya Sin Meh cu ketakutan sampai badannya basah oleh keringat dingin. Dengan suara lirih Sangkoan Bu cing berkata. "Perempuan rendah ini masih mempunyai jurus pembunuh, Siau bin taysu, hadapi dia!" Untuk membalas dendam atas tersambarnya telinga sebelah kirinya tadi, secara beruntun Siau bin mi lek melancarkan dua belas buah serangan berantai dengan suara tertawanya yang menyeramkan, cakarnya menangkis bacokan pedang lawan kemudian mencengkeram sepasang payudara Bwe Leng soat. Saat ini dia sudah kalap, sepasang matanya juga turut berubah menjadi merah berapi api. Bentakan nyaring menggema memecahkan keheningan, sambil miring ke samping, Bwe Leng soat segera melancarkan sebuah serangan lagi dengan jurus Tiap po bwe long (lapisan ombak menimbulkan gelombang). "Sreeet...!" Sebuah jari tangan Siau bin mi lek kembali kena tersambar sampai kutung. "Keledai gundul, rupanya kau sudah kepingin mampus!" Bentaknya. Ditengah bentakan tersebut, secara beruntun dia melancarkan serangan dengan jurus Keng to kay long (Ombak dahsyat gelombang maut), Ki long pay khong (Ombak raksasa menyapu angkasa) dan Po lan Cong heng (deruan ombak datang melintang). Ketiga buah serangan itu boleh dibilang merupakan jurus jurus paling tangguh yang pernah diciptakan oleh gurunya selama sepuluh tahun belakangan ini, bisa dibayangkan bagaimana akibat dari serangan semacam itu. Betul Siau bin Mi lek memiliki ilmu iblis yang maha sakti, namun baru dua jurus yang disambut, ia sudah merasa kehabisan tenaga untuk menghadapi serangan yang ketiga. Buru buru dia menjatuhkan diri berguling diatas tanah dan melarikan diri dari arena pertempuran. Meski dia mundur dengan cepat, tapi sedari tadi pula Bwe Leng soat telah mempersiapkan serangan mautnya. Sambil berpekik nyaring, cahaya pedangnya berkilauan diangkasa dan sekejap mata kemudian sudah berhasil menyusul diri Siau bin Mi lek. Sangkoan Bu cing maupun Sin Meh cu yang menonton jalannya pertarungan itu menjadi amat terkesiap. Ternyata gerakan tubuh yang dilakukan oleh Bwe Leng soat tersebut bukan saja amat enteng lincah, lagipula gerakannya cepat sekali, sehingga seakan akan bayangan hitam yang mengikuti dibelakang tubuh Siau bin Mi lek tersebut. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa si hwesio bermuka tertawa itu belum sanggup bertarung satu lawan satu melawan murid kesayangan Lam hay bun ini. Berdasarkan beberapa alasan, pertama karena kaget atas kehebatan ilmu pedang yang dimiliki Bwe Leng soat, kedua untuk menyelamatkan jiwa Siau bin Mi lek, serentak kedua orang itu menyerbu masuk ke dalam arena pertempuran. Sangkoan Bu cing menerjang ke depan sambil melancarkan tusukan kilat. Sedangkan Sin Meh cu menyerang dengan sapuan senjata hud tim bajanya... Digencet secara bersama oleh dua orang jago tersebut, seketika itu juga Bwe Leng soat kena terdesak dibawah angin. Sangkoan Bu cing segera tertawa dingin, ejeknya. "Nona Bwe, apabila kau sanggup mengalahkan kami berdua, boleh saja kau kabur dari sini, kalau tidak..." "Kalau tidak kenapa?" Tukas Bwe Leng soat sambil menangkis tusukan pedang lawan "Biar aku saja yang memberi jawaban!" Sela Sin Meh cu sambil melepaskan sebuah sapuan ke depan. "kau harus tinggal disini dan menjadi istrinya Hu kaucu pertama" "Kentut busuk!" Maki Bwe Leng soat sambil mundur selangkah, mukanya dingin kaku seperti es. "kau anggap nonamu takut kepada kalian?" Sin Meh cu segera memberi tanda kerlipan mata kepada Sangkoan Bu cing untuk melancarkan sergapan. Dengan cepat kedua orang itu merubah taktik pertarungannya, yang seorang meneter terus dengan serangkaian serangan gencar, sedangkan yang lain menyergap setiap saat ada kesempatan. Taktik pertarungan semacam ini memang boleh dibilang cukup keji dan mengerikan. Tak sampai dua puluh gebrakan kemudian, hampir saja Bwe Leng soat kena disergap oleh lawan. Ong It sin yang menyaksikan kejadian itu menjadi naik darah, segera bentaknya: ada yang hilang.. Begitu daya tekanan yang mendesak Bwe Leng soat mengendor, pedang mestika ditangannya mulai melancarkan serangan serangan gencar lagi untuk balas mendesak musuhnya. "Nona Bwe!" Kata Ong It sin kemudian "kita masih ada urusan penting lain yang harus segera diselesaikan, hayo berangkat!" Dengan cepat dia menggetarkan tangannya menciptakan selapis bunga emas yang memancar ke empat penjuru masing masing menyergap tubuh ketiga orang itu. Bwe Leng soat segera bertekuk pinggang berkelit ke samping, lalu dengan cepat menyelinap keluar lembah. Sangkoan Bu cing segera mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring. Dari arah mulut lembah segera berkumandang suara desingan anak panah yang sangat gencar. Siau bin Mi lek segera tertawa seram, ejeknya. "Budak ingusan, jangan harap kau bisa melarikan diri dari tempat ini... lebih baik menyerah saja!" "Hmm! Jika kami hendak pergi, aku rasa kalian bertiga tak akan mampu bisa menghalangi kami" Ejek Ong It sin. Pedangnya segera diputar sambil digetarkan, bukan saja senjata Hud tim dari Sin Meh cu kena terhisap, pedang Sangkoan Bu cing juta turut terhisap kencang kencang. "Lepas tangan!" Hardiknya kemudian keras keras. Pedang Kim liong kiamnya digetarkan ke atas, cahaya tajam yang berkilauan segera memancar keempat penjuru. Tahu tahu senjata Hud tim milik Sin Meh cu itu kena terpapas separuh bagian. Sangkoan Bu cing juga merasa pergelangan tangannya menjadi kesemutan, pedangnya segera tergetar lepas dan mencelat sejauh beberapa kaki dari tempat semula. Bwe Leng soat segera memutar pedangnya menciptakan selapis kabut pedang yang amat tebal untuk melindungi badan, semua senjata rahasia dan anak panah yang ditujukan kearahnya serentak terhajar rontok semua ke atas tanah. Menggunakan kesempatan itu, Ong It sin segera berseru. "Nona Bwe, mari kita terjang keluar dari sini!" Dari mulut lembah di kejauhan sana, terdengar suara Tee leng kun sedang berseru sambil tertawa dingin. "Hmm... kalian anggap sanggup untuk meloloskan diri dari kepungan kami?" Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang kembali suara serak dari seseorang. "Lohu akan membantu usaha mereka untuk keluar dari situ, mau apa kau...?" Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, segulung angin pukulan yang sangat dahsyat telah berhembus lewat. Tee leng kun tentu saja merasa terperanjat sekali, dengan gugup cepat cepat dia menghindarkan diri ke samping. Pada saat itulah, tampak dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa telah meluncur lewat dari pos penjagaannya dan kabur keluar dari lembah. Menanti ia menyaksikan orang yang menyergapnya itu ternyata adalah Say bin hud sim (muka singa berhati Buddha), kontan saja amarahnya meluap, sambil menggetarkan ruyung tulang tengkorak putihnya, dengan cepat ia mengejar dari belakang. Ong It sin segera membalikkan badannya sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke depan. Tee leng kun sangat terperanjat, dengan cepat tubuhnya terhajar sampai mencelat ke belakang, jelas isi perutnya tergoncang dan menderita luka dalam yang cukup parah. Sementara itu Siau bin Mi lek, Sin Meh cu dan Sangkoan Bu cing telah menyusul pula keluar dari lembah. Seraya menyarungkan kembali pedangnya, Ong It sin berpura pura gusar sambil membentak. "Kau telah apakan nona Bwe Yau?" Dia memang sengaja bertanya demikian, agar musuh mengira ia gagal mendapat tahu tentang kabar gadis tersebut. Dengan kening berkerut, Sangkoan Bu cing segera tertawa terbahak bahak sahutnya. "Haaahhh... haaahhh... haaah... tidak kami apa apakan, malah kuanggap dia sebagai tamu agungku hingga dia meluluskan permintaanku untuk kawin dengan aku!" Bwe Leng soat tertawa dingin, sebenarnya dia mau berkata begini. "Hmm, kau anggap kami tak tahu kalau nona itu sudah dikirim ke kota ular beracun..." Untung saja Ong It sin segera menyikut tangannya dan memberi tanda agar ia jangan mengantarnya keluar. Buru buru Bwe Leng soat menelan kembali kata katanya itu, kemudian ganti berkata: Malam ini kami akan sudahi pertarungan sampai disini dulu, tiga hari kemudian kami pasti akan datang berkunjung kembali. Sangkoan Bu cing tertawa dingin serunya. "Kau jangan keburu merasa bangga lebih dulu, lain kali, jangan harap kalian bisa lolos dari sini dengan selamat!" "Jangan bicara tekebur dulu kalau tidak mampu, soalnya banyak yang kena batunya! ejek Ong It sin sambil mengangkat bahu. Agak merah muka Sangkoan Bu cing karena jengah, katanya kemudian dengan suara dalam. "Kalau kau ingin datang, datang sajalah ke mari. semoga saja bukan aku yang kena batunya" Sembari berkata, mukanya menunjukkan perasaan benci dan buasnya yang amat tebal. Ong It sin sama sekali tidak ambil peduli, kepada Bwe Leng soat dan Say bin hud sim serunya. "Hayo kita pergi!" Seusai berkata, dia lantas berangkat lebih dulu meninggalkan tempat tersebut. Dalam sekejap mata, ketiga orang itu sudah lenyap dibalik kegelapan sana. Sambil memandang bayangan punggung ketiga orang musuhnya yang makin menjauh, Sangkoan Bu cing menggertak giginya kencang kencang sambil menyumpah. "Bocah keparat kau sungguh amat tekebur suatu hari, aku pasti akan merenggut nyawamu!" Siau bin Mi lek juga tertawa getir, katanya. "Sungguh tak kusangka kalau ahli waris dari Ji seng benar benar lihay sekali!" Sikapnya sekarang sudah tidak seperti tadi lagi, ia bersikap lebih halus dan murung. "Mungkin hanya kaucu kami yang sanggup untuk membereskan kedua orang ini" Kata Sangkoan Bu cing. "Kalau begitu kita harus perketat penjagaan disini, kalau bisa atur jebakan agar mereka masuk perangkap!" Usul Sin Meh cu. "Yaa tampaknya terpaksa kita harus berbuat demikian" Ujar Sangkoan Bu cing pula sambil menghela napas sedih. Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Pendekar Dari Hoasan Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo