Pendekar Bego 30
Pendekar Bego Karya Can Bagian 30
Pendekar Bego Karya dari Can "Siapa suruh kau mengenakan baju setipis itu? Hayo cepat ganti yang lain!" "Ganti yaa ganti!" Bunga mawar beracun Hong Hiang kim kembali membuka lemari pakaiannya dan mengambil sebuah yang berwarna merah. Tapi berhubung bahan pakaiannya sama maka keadaannya sama sekali tidak berbeda jauh. Dengan kening berkerut Bwe Leng soat seperti hendak membentak lagi, tapi Ong It sin segera menyela. "Sudahlah, yang penting kita harus selesaikan dulu masalah utamanya!" Bwe Leng soat segera mengerling sekejap kearahnya, kemudian berseru. "Kenapa tidak kau katakan sejak tadi? Coba kalau dia masih bugil, kau kan bisa lebih puas menikmati keindahan tubuhnya? Aaai... kalian orang lelaki memang tak seorangpun yang baik!" Ong It sin hanya bisa mengangkat bahu tanpa berbicara. Bwe Leng soat segera berpaling ke arah Hong Hiang kim sambil bertanya. "Adik Yau telah kau sekap dimana?" OooOdwOooo "Adik Yau apa? Aku tidak tahu!" Sahut si Bunga mawar beracun Hong Hiang kim sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Sudahlah, tak usah berlagak pilon, kau kira kami tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya? Kalau kau mengira begitu, maka kau telah melakukan suatu kesalahan yang amat besar!" Walaupun dalam hati kecilnya si bunga mawar beracun merasa terkejut sekali, namun paras mukanya sama sekali tidak berubah, katanya. "Keadaan sebenarnya yang mana? Kenapa Ong sauhiap tidak menerangkannya kepadaku?" "Orang yang kami katakan tadi she Bwe bernama Yau, dia adalah murid Seng hong tianglo atau adik seperguruan Lau Hong setelah ditangkap oleh pihak Ki thian kau, kau bersama Gi hay jin yau diperintahkan pula untuk mengangkutnya ke kota ular beracun dengan kereta sebagai hadiah buat gurumu Thian tok tay ong agar bergabung dengan kalian, ucapku ini tentunya tidak salah bukan?" Si bunga mawar beracun ingin menyangkal, serunya. "Kau bilang Gi hay jin yau ong Toan Cing hun melakukan perjalanan bersamaku, sekarang dimana orangnya?" Ong It sin segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak. "Haahh... haahh... haahh... Hong tongcu, kau benar benar seorang pelupa, bukankah kita perah bersua di luar kota Lam leng? Masa kau hendak mengingkarinya...?" Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya. "Sedangkan Gi hay jin yau Toan Cing hun, karena dia berani menyebarkan obat perangsang kepada kami, maka sengaja kukirim dia pulang ke langit barat!" "Sekalipun hal itu merupakan suatu kenyataan! Tapi, bukankah Bwe Yau sudah kalian tolong? Sekarang, kau minta kepadaku lagi, apakah cengli?" Menyaksikan perempuan cabul itu menyangkal terus menerus, Bwe Leng soat naik darah. Dengan wajah sedingin es, dia berseru. "Hong tongcu, kau tak bisa mengingkar lagi, terus terang kuberitahukan satu hal kepadamu, bukankah kau bersama Su coa long kun dengan memperalat Hek jiu gi ya pemilik rumah makan Tay hong telah menculik Bwe Yau?" "Apa buktinya?" "Buktinya? Banyak sekali, ketika kau bersama Su coa longkun kabar keluar kota bukankah perjalanan kalian telah dihadang oleh seorang nenek dan seorang kakek..." Mendengar ucapan itu, si Bunga mawar beracun makin terperanjat, pikirnya. "Heran, mengapa mereka bisa mengetahui akan hal ini?" Tanpa terasa dia lantas bertanya. "Apakah sepasang suami istri tua itu telah menemukan nona Bwe Yau?" "Tentu saja menemukannya, malah mereka telah bertarung melawan Su coa longkun" "Bagaimana hasilnya?" Dengan gemas Bwe Leng soat berseru. "Su coa longkun telah mempergunakan peluru kabut untuk melarikan diri, sedang kau pun membawa Bwe Yau kabur ke kota ular beracun" "Darimana kalian bisa tahu akan peristiwa ini dengan begini jelasnya...?" Sambil mengangkat bahu Bwe Leng soat tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... jangan dianggap kalian punya akal licik lantas semuanya bisa dikelabuhi, kami pun sama juga mempunyai akal untuk mengetahuinya... terus terang saja, sepasang suami istri tua itu adalah penyaruanku bersama It sin" Seketika itu juga si Bunga mawar beracun menjadi terperanjat sekali sehingga paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat. Tapi satu ingatan dengan cepat melintas pula didalam benaknya, dia lantas bertanya. "Kalau begitu pemuda suku Cawa yang berhasil membunuh Kim coa longkun Pit Lei beng dan Thi coa longkun Ong Eng serta menawan Gin coa longkun Ouyang Si dan Hui coa longkun Wan Hiong adalah hasil karya dari kalian pula." "Betul, memang hasil karya kami!" "Hmm, begitukah perbuatan dari seorang pendekar? Menggunakan kesempatan dikala suhu kami pergi kedusun bawah bukit kalian menyelundup masuk kekota ular berbisa untuk menolong orang, perhitunganmu betul betul bagus sekali... tapi pernahkah kau bayangkan sekalipun Bwe Yau sudah kalian tolong, tapi berpuluh ribu suku Cawa akan mati disuhuku?" Siapa tahu belum habis dia berkata Ong It sin telah tertawa terbahak bahak. "Itu yang dinamakan anjing membawa tongkat, betul betul tak tahu malu" "Apa maksudmu?" "Kau anggap suhumu pasti berhasil dengan usahanya? Terus terang kukatakan kepadamu semua penduduk suku Cawa telah pindah dari dusunnya kepergian suhumu tak lebih hanya menubruk tempat kosong, siapa tahu mereka akan pulang dengan wajah penuh hangus?" Sampai disitu, sibunga mawar beracun tak bisa berbicara lagi, dia tahu kedua orang itu amat cerdik, bila dia berlagak pilon lagi maka yang rugi adalah dia sendiri. Maka ujarnya kemudian. "Kalau begitu, aku harus menyerahkan nona Bwe Yau kepada kalian?" "Tentu saja!" "Bila nona Bwe Yau kuserahkan kepada kalian, apakah kalian akan membunuhku?" "Asal kau tidak bermain busuk, tentu saja akupun tak akan membunuh dirimu" "Kalau begitu, ikutilah aku!" Selesai berkata, dia lantas melayang turun dari loteng bunga mawar. "Orangnya disekap dimana?" Tanya Bwe Leng soat kemudian. "Dalam ruang batu Sian ki!" "Berapa jauh jaraknya dari sini?" "Selewatnya tiga buah bangunan istana kita akan sampai ditempat tujuan" Tanpa banyak berbicara dia lantas menelusuri beranda dan menuju kedepan. Tiba tiba ditemuinya para jago lihay dari kota ular beracun telah berkumpul semua disitu dengan senjata terhunus. Si kakek kepala putih Liok Siong leng dan Cho Siong berada pula diantara kerumunan orang orang itu. Bahkan diantaranya terdapat pula seorang kakek berjenggot hitam. Tiba tiba terdengar kakek berkepala putih Liok Siong leng berseru dengan lantang. "Hei sobat muda, cepat serahkan Hong Hiang kim kepada kami!" "Huuh, apa yang kau andalkan?" Jengek Ong It sin. "Kau tahu siapakah aku?" Seru kakek kepala putih sambil tertawa dingin. "Heeehh... heeehh... heeehh... terus terang kuberitahukan kepadamu, pada dua puluh tahun berselang aku sudah termashur di wilayah barat daya, tak sedikit jago persilatan yang mati keracunan ditanganku, sobat muda, apakah kau juga ingin mampus?" Ong It sin sama sekali tidak jeri ejeknya. "Kalau memang kau gagah perkasa, mengapa sewaktu berada di loteng bunga mawar tadi kau melarikan diri terbirit birit? Juga Ciu tay ya Cho Siong..." Dua orang kakek itu kontan saja merasa jengah setengah mati sampai pipinya turut berubah menjadi merah padam. Dari malu si kakek kepala putih menjadi naik darah, dia membentak keras dan segera tampil ke depan, serunya. "Sobat muda, kau kira lohu takut kepadamu? Justru karena kau telah membunuh Cho Kit, dan agar supaya kalian tak sampai kabur, maka sengaja kukumpulkan semua jago lihay untuk mengepungmu, kalau tahu gelagat, hayo cepat cepat menyerahkan diri. O0o0o0dwo0o0o0 Jilid 28 "HMM, kalau didengar dari perkataanmu sih sepertinya punya keyakinan besar mengapa kau tidak segera main?" Si kakek kepala putih Liok Siong Leng mendengus dingin. "Hmm... kalau toh kau berkata demikian lohu sudah sepantasnya kalau memenuhi keinginanmu secepatnya, kalau begitu tinggalkan saja temanmu itu sebagai teman tidurku malam nanti" Baru selesai dia berkata, mendadak bayangan manusia berkelebat lewat kemudian... "Ploook!" Sebuah tempelengan keras telah bersarang diatas wajahnya. Menyusul kemudian, terdengar seorang berkata dengan suara yang amat nyaring. "Tua bangka celaka, kau berani bicara sembarangan?" Sebagai kakek seperguruannya Thian tok ong, sebenarnya si kakek kepala putih Liok Siong leng adalah seorang jago lihay yang berilmu silat sangat tinggi. Tapi sekarang dia harus dipecundangi oleh seorang gadis muda dihadapan orang banyak, hatinya menjadi sangat tidak puas, teriaknya dengan penuh kegusaran. "Bocah perempuan, lohu kalau gagal menangkapmu, sia sia saja aku hidup setua ini" "Huuh... tak usah berlagak sok, belum tentu kau bisa hidup selewatnya malam ini!" Si kakek kepala putih tertawa seram. "Kalau ingin merenggut nyawa lohu jangan disini, lebih baik berganti tempat saja" "Dimana?" Bwe Leng soat tak mengerti maksud lawannya sehingga tanpa terasa dia bertanya. "Diatas ranjang dalam kamar sana!" Bwe Leng soat menjadi naik darah, makinya. "Tua bangka keparat, rupanya kau ingin mencari mampus!" Sembari berseru, serentetan cahaya tajam menyambar lewat, tahu tahu pedang itu sudah dimasukkan kembali kedalam sarungnya. Tapi si kakek kepala putih masih berdiri tak berkutik ditempat tersebut... ia tidak berbicara juga tidak bergerak. Ciu tay ya Cho Siong menjadi keheranan serunya. "Apa yang telah terjadi? Masa saudara Liok bisa takut terhadap bocah perempuan itu?" Sementara dia masih keheranan, si kakek berjenggot hitam yang berada di sisinya telah berkata. "Masa kau tak dapat melihat kalau si kakek kepala putih sudah menemui ajalnya?" "Aaah, mana mungkin?" Seru Cho Siong tidak percaya. "dengan kepandaian silat yang dimiliki saudara Liok, masa dia akan tewas ditangan seorang bocah perempuan?" "Bila kau tidak percaya, mengapa tidak maju ke depan dan memeriksanya sendiri?" Cho Siong segera maju dan mendorong tubuhnya sambil berseru. "Saudara Liok, ayoh bergeraklah!" Tubuh si kakek kepala putih memang bergerak, tapi bergeraknya ke belakang lantas roboh terkapar ke atas tanah. Peristiwa ini dengan cepat membuat puluhan orang lelaki berbaju putih dari kota ular beracun menjadi ketakutan setengah mati. Cho Siong paling terkesiap, dia maju dan memeriksa tubuh rekannya dengan seksama ternyata diatas tubuhnya sama sekali tidak ditemukan luka apapun. Pada saat itulah, si kakek berjenggot hitam tampil kedepan sambil ujarnya. "Nona, ilmu pedangmu benar benar luar biasa sekali, apakah kau adalah muridnya si rahib bajingan dari Koan tiau khek di Lam hay?" Mendengar suhunya dihina, dengan gusar Bwe Leng soat segera membentak keras. "Siapakah kau?" Kakek berjenggot hitam itu tertawa seram. "Kau bertanya lohu? Heeehhh... heeehhh... heeehhh... orang menyebutku sebagai Put si sin mo (iblis sakti yang tak pernah mati), sudah pernah mendengar nama ini?" Begitu mendengar julukan itu, Bwe Leng soat maupun Ong It sin menjadi amat terperanjat, serunya tanpa sadar. "Rupanya kau adalah Phoa Cun lam, Tocu dari pulau Sin mo to di laut timur!" "Benar!" "Apakah cianpwe hendak membantu pihak kota ular beracun?" "Tentu saja. Selama tuan rumah tidak berada disini, sudah barang tentu aku tak akan membiarkan kalian berbuat onar disini!" "Lantas mau apa kau?" Seru Bwe Leng soat dengan kening berkerut. "Aku hendak membekuk dirimu lebih dulu" Bwe Leng soat tak berani gegabah, dia segera meloloskan pedang mestikanya sambil berjaga jaga. "Apalagi yang hendak kau nantikan?" Tantang sang nona. Sebelum iblis tua itu menjawab, Ong It sin telah melompat ke depan sambil berseru. "Adik Soat, konon si iblis sakti yang katanya tak pernah mati ini sudah berhasil meyakini ilmu Tay im tay kiu jiu yang hebat, biar aku saja yang meminta petunjuk darinya" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sementara Bwe Leng soat masih merasa sangsi, Put si sin mo telah berkata dengan jumawa. "Bocah keparat, jika kau ingin maju lebih dulupun boleh saja, cuma kuatirnya kalau kau tak sanggup menahan tiga gebrakanku saja!" Dari ucapan tersebut, dapat diketahui bahwa dia memandang remeh pada lawannya ini. Bunga mawar beracun Hong Hiang kim segera berteriak keras. "Phoa toocu..." "Hiantit li, kau tak usah banyak berbicara lagi" Tukas Put si sin mo dengan cepat. "bila dalam tiga gebrakan aku tak bisa meraih kemenanganku, lohu segera akan angkat kaki dari sini" Sebetulnya si bunga mawar beracun Hong Hiong kim hendak memberi tahu kepadanya kalau Ong It sin adalah ahli waris dari Leng mong sinceng yang berdiam di kuil Sian gwan si, tenaga dalamnya jauh diatas Bwe Leng soat dan menyuruhnya berhati hati. Tapi sekarang, setelah mendengar perkataan itu, si bunga mawar beracun pun tak bisa berbicara apa apa lagi. Sementara itu pertarungan telah berkobar dengan sengitnya, pukulan pukulan Tay im tay kiu jiu yang dilancarkan oleh Put si sin mo memang hebatnya bukan kepalang, sayang yang dihadapi adalah Ong It sin, sebagaimanapun dahsyatnya serangan yang dilepaskan, semuanya kena dipunahkan secara mudah. Lambat lambat Put si sin mo menjerit terperanjat sekali terutama setelah semua pukulannya seakan akan batu yang tenggelam ditengah samudra, ini semua membuatnya mulai berpikir. "Tenaga pukulan yang dilancarkan bocah keparat ini ibaratnya segulung hembusan angin lembut, kenapa persis seperti pukulan Tay khek sinkang dari aliran kuil Sian gwan si?" Perlu diketahui ilmu pukulan tersebut merupakan ilmu silat yang tinggi dalam aliran agama Buddha, dan justru merupakan tandingan dari ilmu Tay im kiu jiu tersebut. Tanpa terasa Put si sin mo kembali berpikir. "Tapi... masa didunia ini terdapat kejadian yang begini kebetulannya...?" Berpikir sampai disitu, secara beruntun dia melancarkan kembali dua buah pukulan berantai. Didalam melancarkan serangannya kali ini, dia telah mempergunakan tenaga dalam sebesar sembilan bagian, seketika itu juga seluruh langit penuh diliputi oleh angin puyuh yang menderu deru. "Suatu serangan yang sangat bagus!" Dengan mengerahkan ilmu Tay khek sin kang miliknya, dia segera sambut datangnya ancaman itu. Ketika angin pukulan itu dilancarkan, Put si sin mo masih belum merasakan apa apa, menanti tenaga dari kedua belah pihak sudah saling menyentuh, dia baru merasakan datangnya segulung angin pukulan yang maha dahsyat menerjang dadanya. Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaannya waktu itu, untung saja tenaga dalamnya sudah mencapai tingkatan menarik dan mengerahkan menurut kehendak hatinya. Tatkala dia merasakan keadaannya tidak beres, buru buru tenaga dalamnya diperlipat gandakan menjadi dua bagian lagi. Tapi daya serangannya makin lama semakin besar, sebaliknya tenaga pantulannya makin lama semakin kuat pula. Put si sin mo menjadi amat terperanjat, tanpa sadar dia mundur dua langkah. Sekalipun demikian, hawa darah didalam dadanya telah bergolak sangat keras, cepat dia menarik napas dan berusaha keras untuk menekan kembali golakan darah di tubuhnya itu. Akibatnya dia merasa kehilangan muka, mencorong sinar buas dari balik matanya dengan sorot mata yang menyeramkan dan menggertak gigi menahan diri, teriaknya. "Bocah busuk, rupanya kau adalah muridnya Leng mong si keledai gundul itu... beritahu kepadaku, siapa namamu?" "Boanpwe bernama Ong It sin, berkat petunjuk dari cianpwe, aku benar benar merasa beruntung sekali..." Put si sin mo mengebaskan jenggot hitamnya dan tertawa dingin, katanya lagi. "Bocah keparat, kau tak usah berlagak sok, lohu bukan seorang manusia yang bisa dipermainkan dengan begitu saja, cepat loloskan senjata tajammu!" "Apakah cianpwe ingin memberi petunjuk ku lewat ujung senjata tajam?" Tegur Ong It sin dengan kening berkerut. Adapun dia berkata demikian, tujuan yang sesungguhnya tak lain adalah memberi peringatan kepada lawannya bahwa perbuatan yang hendak dilakukannya ini tak lain sama halnya dengan menjilat ludah sendiri Kontan saja Put si sin mo menjadi naik darah, sambil tertawa seram serunya. "Bocah keparat, bagus betul daya ingatanmu!" "Demi kehidupanku, sekalipun daya ingatanku lebih jelekpun, kata kata penting seperti ini tak bisa kulupakan dengan begitu saja" "Hmm...! Kau mengira dalam satu gebrakan saja kau sudah bisa meloloskan diri dari cengkeraman lohu?" Seru Put si sin mo sambil menarik muka. Ong It sin segera tersenyum. "Jika jurus serangannya makin berkurang tentu saja kesempatannya semakin banyak" "Bocah keparat, terlalu awal bila kau berpendapat demikian! Dikolong langit dewasa ini boleh dibilang jarang sekali ada orang yang bisa meloloskan diri dari Thian hui tee miat (langit hancur bumi musnah) ku ini." "Boanpwe tidak berpendapat demikian, hanya kurasakan seganas ganasnya sebuah jurus serangan, sudah pasti terdapat jurus tandingan atau jurus pemecahan lainnya." Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Oleh sebab itu, satu jurus serangan dari cianpwe terasa terlampau sedikit" "Bocah keparat, kau berani memandang rendah diriku!" Seru Put si sin mo dengan perasaan bergetar keras. "Tidak!" Dari pinggangnya put si sin mo segera meloloskan sebilah golok pembacok bukit lalu berseru. "Bocah keparat, perhatikan baik baik!" Begitu senjatanya diloloskan, maka terasa ada segulung hawa pembunuh yang sangat tajam segera menerjang ke depan. Sementara itu, Ong It sin juga telah menghunus pedangnya sambil bersiap sedia. Saat ini, semangatnya boleh dibilang berkobar kobar, begitu melihat datangnya hawa pembunuh, ia malah mundur selangkah ke belakang. Hawa pedang yang tebal dan dahsyat dengan cepatnya menahan hawa serangan lawan. Ketika Put si sin mo menyaksikan serangan yang dilancarkan belum lagi mencapai tengah jalan namun sudah terbendung musuh dalam hati kecilnya dia lantas berpikir. "Bila bocah ini disingkirkan, dikemudian hari pasti akan merupakan bibit bencana..." Tanpa terasa hawa pembunuhan segera menyelimuti kembali seluruh wajahnya. Mendadak badannya berputar, golok pembacok bukitnya diputar menjadi delapan belas arah, bacokan demi bacokan dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Seketika itu juga seluruh udara seperti diliputi oleh sayatan pisau yang terasa sakit di badan. Sekalipun hanya terdiri dari satu jurus belaka, namun kekuatannya begitu dahsyat sehingga sukar untuk dilukiskan dengan kata kata. Tapi, pada saat yang bersamaan juga, Ong It sin telah melancarkan pula sebuah serangan. Didalam serangannya itu, hanya ujung pedangnya saja yang bergetar, tidak nampak dimanakah letak kehebatannya. Sekalipun demikian, jurus Thian hui tee miat yang diandalkan oleh Put si sin mo itu ternyata gagal total sama sekali tidak menghasilkan apa apa. Terutama sekali yang membuat hatinya makin terkesiap adalah jurus pedang yang dipergunakan lawannya, ternyata tak lain adalah jurus Hoat lun siang coan (roda hukum selalu berputar) suatu jurus serangan yang pernah digunakan pula oleh Leng mong Sin ceng untuk menghadapi dirinya... Ketika dilangsungkannya pertarungan dengan sinceng dipuncak bukit Thian san tempo hari, si hwesio tua itupun tak pernah menunjukkan sikap santai seperti apa yang ditunjukkan pemuda ini maka tak tahan dia lantas bertanya. "Bocah muda, apa nama jurus seranganmu itu?" "Jurus itu bernama Wi cing wi it (segenap inti kekuatan hanya satu)...!" Paras muka Put si sin mo Phoa Cun Lam berubah hebat, dia segera menarik kembali golok pembacok bukitnya dan kabur meninggalkan tempat itu. Cho Siong ingin menahannya, tapi tak sempat lagi. Kini, dari sekian banyak jago yang berada dalam kota ular beracun, yang mati telah mati, yang pergi telah pergi, siapa lagi yang berani mencari gara gara dengan menghalangi kedua jagoan tersebut. Sibunga mawar beracun menghela napas dihati, lalu berkata. "Mari kita pergi!" Tampaknya diapun merasa putus asa. Tak selang berapa saat kemudian, sampailah mereka didepan sebuah bangunan gedung bertingkat. "Disinilah tempat tinggal guruku" Demikian ia menerangkan. "ruang batu sian ki sik si berada dibawah kamar tidur itu" "Kuperingatkan kepadamu, lebih baik jangan berniat jahat" Kata Bwe Leng soat dengan suara dalam. "mulai saat ini diujung pedang nonamu tak mengenal ampun" Mendengar perkataan itu, tercekat perasaan si bunga mawar beracun. Tapi dia segera mengangkat bahunya sambil berkata. "Akupun berharap kau jangan terlalu bertindak seenaknya, sebab bila aku mati, tak akan ada manusia lagi yang bisa mengajak kau memasuki ruangan Sian ki sik si" Kalau dipikir kembali, ucapan ini memang tak salah, Ong It sin kuatir, kedua orang itu semakin ribut maka buru buru katanya. "Tak usah dikatakan lebih jauh, Hong tongcu, adik Soat, kita tak usah membuang waktu lagi" "Ehmm... pandai betul kau merayu orang" Seru sibunga mawar beracun Hong Hiang kim sambil mengerlingkan biji matanya. Sebetulnya Ong It sin ingin membantah tapi bunga mawar beracun telah menempelkan jari tangannya diatas bibir menunjukkan tanda jangan berisik, kemudian katanya. "Ikutilah aku!" Dengan langkah lebar dia berjalan masuk melalui pintu gerbang istana, sementara Ong It sin dan Bwe Leng soat mengikuti dibelakangnya dengan ketat. Ternyata dua orang pengawal yang berjaga di depan pintu istana sama sekali tidak berniat untuk menghalanginya. Tentu saja hal ini dikarenakan kedudukan si bunga mawar beracun yang istimewa. Ketiga orang itu berjalan melewati beberapa buah ruangan, kemudian tibalah mereka didalam sebuah ruangan yang besar sekali. Ruangan kamar itu mempunyai dekorasi yang serba megah dan mewah, semua peralatan serba mewah dan indah. Menyaksikan hal itu, Ong It sin lantas berpikir. "Penghidupan Thian to tay ong sungguh berlebihan dan berfoya foya tak tahu diri, entah berapa banyak perempuan dan gadis yang sudah dinodainya, hanya mengandalkan hal ini saja, dapat diketahui kalau sarang ini tak bisa dibiarkan berlangsung terus" Berpikir demikian, dia lantas mengambil keputusan untuk memusnahkan kota ular dari muka bumi. Sedangkan soal nyawa si bunga mawar beracun, hal ini tergantung pada kesungguhan hatinya untuk diajak bekerja sama. Pada saat itulah muncul seorang perempuan yang berdandan genit ditempat itu, segera tegurnya. "Nona, apakah kau tidak tahu kalau si tua telah memimpin sekawanan jago turun gunung?" "Soal ini aku sudah tahu... ketika suhu hendak pergi, beliau menyuruh aku untuk membantunya membujuk nona Bwe Yau, apakah sekarang ia telah bersedia menikah dengan suhu dia orang tua?" "Perempuan itu betul betul keras kepala, bukan saja tak mau menuruti bujukan kami, malah ia berpuasa total, nona, apakah kau mempunyai akal untuk membujuknya agar menurut?" Bunga mawar beracun segera melemparkan sebuah kerlingan kearahnya, kemudian menjawab. "Aku sendiripun tidak begitu yakin, cuma, sobat ini justru pandai membujuk, siapa tahu kalau dia bisa berhasil membujuknya sehingga bermanfaat? Biarkan dia masuk ke ruang sian ki sik si untuk bertemu dengannya...!" Perempuan genit itu segera berkata kepada Bwe Leng soat sambil tertawa. "Kalau begitu merepotkan nona untuk membujuknya, bila Thian Ong telah pulang nanti, kami akan sekalian berterima kasih kepadamu!" Seraya berkata, sinar matanya berkelebatan kian kemari. Bwe Leng soat serasa gembira sekali, namun ia sudah bertindak teledor dengan tidak mengertikan kerdipan mata lawan, apa yang dipikirkan waktu itu hanya bagaimana caranya untuk menyelamatkan Bwe Yau, maka ujarnya kemudian. "Hu Hoat, merepotkan kau tolong bukakan pintu ruangan Sian ki si tersebut..." "Baik!" Sambil berkata dia lantas naik ke atas undak undakan batu dan menekan tombol bulatan diatas dinding ruangan. Seketika itu juga terdengar suara gemerincingan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, dari atas dinding muncullah sebuah pintu sempit yang cuma bisa dilewati oleh satu orang. "Saudara berdua, Bwe Yau berada didalam sana, silahkan masuk ke dalam..." Kata si bunga mawar beracun. Tanpa berpikir panjang Bwe Leng soat segera berkelebat ke muka dan menerobos masuk ke dalam ruang rahasia tersebut. Ong It sin hendak menghalanginya tapi tak sempat lagi, maka dia berteriak keras. "Tunggu sebentar..." Sayang kepergian Bwe Leng soat terlampau cepat, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas. Terdengar dari dalam ruangan sana berkumandang suara dari perempuan itu. "Engkoh It sin! Cepat kemari... Bwe Yau betul betul disekap di tempat ini!" Ong It sin sama sekali tak berkutik, dia tetap berdiri tegap ditempat tanpa berkutik barang sedikitpun juga. "Ong sauhiap, masuklah ke dalam ruangan! Dan bantulah nona Bwe Leng soat!" Seru bunga mawar beracun. "Aaah, tak usah" Jawab Ong It sin. "hanya dia seorang toh sudah lebih dari cukup, belakangan ini kalau bisa malas memang lebih enak bermalas malasan!" Kalau didengar dari perkataannya itu, jelas dapat diketahui kalau dia sudah menaruh curiga. Bunga mawar beracun menjadi berkerut kening setelah mendengar perkataan itu, tiba tiba teriaknya. "Sunio, cepat!" Seraya berkata dia lantas kabur menuju ke atas undak undakan batu sana... Perempuan genit itu segera menekan bulatan batu diatas dinding tersebut, dengan cepat pintu rahasia diatas ruangan Sian ki si menutup rapat, setelah itu tangan kanannya kembali menekan keatas tombol. Tiba tiba saja dari atas atap ruangan muncul selapis pintu besi yang dengan cepat bagaikan sambaran kilat jatuh ke bawah dan menghadang jalan pergi Ong It sin. Si bunga mawar beracun dan perempuan genit itu segera tertawa cekikikan sembari berseru. "Ong It sin, kau sudah masuk perangkap kami, bukan cuma nona Bwe saja yang akan menjadi korban, nona Bwe yang seorangpun akan menjadi santapan yang nikmat buat guru kami... haaahhh... haaahhh... haaahhh..." Tapi gelak tertawa itu terhenti ditengah jalan, mendadak mereka saksikan bayangan tubuh Ong It sin lenyap tak berbekas, ini membuat hati mereka menjadi tercengang. "Kemana perginya bocah keparat itu?" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tanya perempuan genit itu kemudian. Si Bunga mawar beracun gelengkan kepalanya berulang kali. "Entahlah!" Dia menjawab. "baru saja aku berpaling, bayangan tubuhnya sudah tak kelihatan lagi" "Mungkin bocah keparat itu melihat gelagat tidak menguntungkan, maka dia lantas melarikan diri!" "Aku rasa tak mungkin dia akan berbuat demikian" "Hiang kim, jangan begitu yakin dengan kemampuanmu, aku Tho bin hu (sirase berwajah Tho) sudah banyak melihat orang lelaki, semakin gemar bersolek lelaki itu semakin kecil nyalinya" Siapa tahu sebelum selesai Tho bin hu berbicara, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara dingin. "Perempuan siluman!" Katanya. "Walaupun aku merasa sayang dengan nyawaku tapi tak mudah masuk perangkap, rencana busuk kalian berdua boleh dibilang sudah gagal total..." Dengan cepat kedua orang itu membalikkan tubuhnya. Seorang pemuda berdiri dihadapan mereka, siapa lagi orang itu kalau bukan Ong It sin? Paras muka si bunga mawar beracun berubah, putik- putik beracun yang berada dalam genggamannya disambit ke depan. Berbicara yang sesungguhnya, dalam jarak yang demikian dekatnya ini, mustahil Ong It sin bisa meloloskan diri dari ancaman tersebut. Siapa tahu, begitu jarum lembut beracun dilepaskan ke depan, ternyata yang menjerit ngeri sambil menutup muka adalah si bunga mawar beracun Hong Hiang kim sendiri. Rupanya, ketika Ong It sin menyaksikan putik beracun yang disambit kearahnya itu tahu tahu muncul didepan mata, dalam keadaan yang terdesak, dia lantas mengeluarka ilmu Cian ling sin (hembusan napas sakti) yang dipelajarinya dalam kuil Sian gwan si. Termakan oleh hembusan tenaga dalam yang dipancarkan lewat dalam pusar ini, kontan saja putik putik bunga mawar beracun itu terpental balik semua kebelakang. Kejadian ini benar benar tak disangka oleh si bunga mawar beracun... Begitulah dengan kesakitan hebat perempuan cabul itu bergulingan diatas tanah dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Ong It sin benar benar amat membenci atas kelicikan perempuan itu, secara beruntun dia melancarkan pula beberapa buah totokan jalan darah diatas sepasang lengannya, dalam keadaan begini, kendatipun dalam sakunya terdapat obat pemunah juga percuma saja. Tak selang berapa saat kemudian, paras mukanya yang cantik jelita itu berubah menjadi bengkak dan membusuk, kemudian pelan pelan hancur dan berubah menjadi air berwarna kuning. Perempuan ini bukan saja membuat si rase berwajah bunga Tho menjadi terkesiap, bahkan Ong It sin sendiripun merasakan hatinya menjadi bergidik. ooooOdwOoooo "Siluman perempuan" Seru Ong It sin. "sejak bertemu dengan kau tadi, sudah kuketahui kalau kalian sedang bermain siasat, memangnya kau mengira bisa mengelabuhi diriku?" "Anggap saja kau memang pintar, cuma... jangan kau anggap aku bisa dipermainkan dengan seenaknya!" "Kalau tak bisa dipermainkan dengan seenaknya, lantas mau apa kau...?" Dari sakunya siluman rase berwajah bunga Tho itu mengeluarkan sebutir peluru berwarna merah, kemudian katanya. "Orang she Ong, kau mengenali permainan ini?" Ong It sin mencoba mengawasinya dengan seksama, ternyata benda itu adalah sebuah butiran peluru sebesar telur itik yang berwarna merah darah. Sekilas ingatan segera berkelebat didalam benaknya, tanpa terasa terkesiap hatinya. Tapi, walaupun hatinya merasa tercekat, hal tersebut tak sampai diperlihatkan diatas wajahnya, dengan hambar dia berkata. "Tampaknya benda itu adalah peluru siau gi tan dari Ciok hong li?" "Heeehh... heeehh... heeehh... tampaknya pengetahuanmu masih mendingan juga..." Jengek Tho bin hu sambil tertawa dingin. "coba katakan, permainan semacam ini boleh dibilang lihay atau tidak? Begitu meledak, maka wilayah seluas sepuluh kaki disekitar tempat ini pasti akan musnah dan berubah menjadi hangus" Ong It sin sama sekali tidak ambil peduli atas ancaman tersebut, kembali dia berkata. "Perempuan siluman, peluru Siau gi tan milikmu itu cuma benda mati, sebaliknya orang adalah benda hidup, sehebat hebatnya benda milikmu itu memangnya kau bisa berbuat apa kepadaku?" "Kalau begitu, tampaknya sebelum melihat peti mati kau tak akan mengucurkan air mata!" Seru Tho bin hu menyeramkan. Ong It sin bukan saja tidak mundur menghindarkan diri, sebaliknya dengan wajah keren malah maju kedepan selangkah demi selangkah katanya dengan tenang. "Andaikata kau tidak percaya, mengapa tidak kau lemparkan saja benda itu kearahku? Coba kita lihat siapa yang bakal mampus, kau? Atau aku...?" Menyaksikan ketenangan orang, seketika itu juga rasa percaya pada diri sendiri yang tertanam dihati Tho bin hu lenyap tak berbekas, tanpa terasa ia teringat kembali dengan keadaan yang dialami si bunga mawar beracun Hong Hiang kim, bukan saja senjata rahasia beracunnya gagal melukai lawan malah sebaliknya dia mampus sendiri terkena senjata milik sendiri. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa hatinya menjadi bimbang. Ong It sin tidak menyia nyiakan kesempatan baik tersebut dengan begitu saja, sementara musuhnya ragu, dengan kecepatan luar biasa dia telah menerjang maju lima depa lebih kedepan. Tho bin hu menjerit kaget buru buru dia mengayunkan tangannya melemparkan benda peledak tersebut ke depan. Peluru Siau gi tan tersebut dengan membawa serentetan cahaya merah yang menyilaukan mata segera berkelebat lewat ditengah udara dan tahu tahu lenyap tak berbekas. Melihat kenyataan tersebut, Tho bin hu menjadi amat terperanjat, sepasang matanya yang jeli dengan cepat berkeliaran ke sana kemari. Ong It sin segera tertawa terkekeh kekeh katanya. "Siluman perempuan, kau ingin mengetahui kemana kaburnya peluru Siau gi tan tersebut?" Sementara itu, Tho bin hu sedang merasa sangsi, apakah benda peledaknya sudah gagal atau tidak, maka ketika mendengar ucapan tersebut serunya sambil tertawa dingin. "Memangnya sudah kau rampas?" "Siapa bilang tidak?" Dari sakunya, si anak muda itu segera mengeluarkan sebutir peluru berwarna merah. Kontan saja Tho bin hu merasakan hatinya bagaikan tenggelam, tanpa banyak berbicara dia membalikkan badan dan mengambil langkah seribu... "Perempuan siluman, kau hendak kabur ke mana?" Hardik Ong It sin dengan suara menggeledek. Sekali melompat ke depan, tahu tahu ia sudah menghadang didepan perempuan itu. Tho bin hu cepat cepat bertekuk pinggang dan bermaksud untuk menerobos lewati bawah ketiak lawan. Siapa tahu, baru saja tubuhnya berkelebat lewat, mendadak badannya terasa mengencang keras, tahu tahu badannya sudah kena dikempit dibawah ketiak lawan sehingga untuk bernapaspun tak mampu. Dengan ketakutan dia lantas berteriak. "Ong sauhiap, kalau kau tidak mengendorkan tubuhku lagi, peluru Siau gi tan yang berada dalam sakuku pasti akan meledak bersama, tubuh kita pun otomatis akan hancur menjadi abu" Buru buru Ong It sin mengedorkan tangannya selain itu dia pun segera menotok jalan darahnya. "Kau tidak menipu aku bukan?" Serunya. Sambil berkata, dia lantas memeriksa saku Tho bin hu dan merogohnya, benar juga, dengan cepat dia menemukan belasan butir peluru Siau gi tan berada disitu. Andaikata peluru itu sampai meledak bersama, dapat dibayangkan bagaimana jadinya? Maka si anak muda itupun berkata. "Mengingat kau telah memperingatkan diriku sehingga nyawa kita berdua selamat dari kematian, aku takkan membunuhmu, setelah kuselamatkan nona Bwe Yau nanti, kaupun akan kulepaskan!" Seusai berkata, dia lantas menotok dua buah jalan darahnya. Kemudian dia lantas menekan tombol bulat diatas dinding ruangan diiringi suara keras terbukalah pintu rahasia tersebut. Belum lagi Ong It sin melangkah masuk kedalam dari balik ruangan itu tahu tahu sudah berkelebat lewat dua sosok bayangan manusia. Tentu saja mereka adalah Bwe Leng soat serta Bwe Yau. Mula mula Bwe Leng soat celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu, sewaktu dilihatnya Tho bin hu sudah tak berkutik, diapun lantas bertanya. "Ke mana perginya si bunga mawar beracun?" "Itu dia!" Sahut Ong It sin sambil menuding ke atas tanah. Bwe Leng soat menengok kebawah, ia saksikan ada segumpal cairan kuning yang menggenangi permukaan tanah, dengan keheranan kembali tanyanya. "Apa gerangan yang telah terjadi?" "Perempuan siluman itu hendak menggunakan tipu muslihatnya untuk menjebak dan mengurung kita didalam ruang rahasia Sian ki sik si, siapa tahu rencana busuknya kuketahui maka dia menyerang diriku dengan senjata rahasia duri mawar beracun, senjata itu kupantulkan balik dengan ilmu Cian liong siu milikku, akibatnya senjata makan tuan dan ia mampus diujung senjatanya sendiri!" Mendengar perkataan itu, Bwe Leng soat dan Bwe Yau segera bertepuk tangan kegirangan. Tiba tiba Bwe Yau menjerit tertahan kemudian tubuhnya mundur dengan sempoyongan dan jatuh terduduk diatas tanah. "Adik Yau, kenapa kau?" Buru buru Ong It sin bertanya. "Adik Yau, sudah tiga hari berpuasa!" Bwe Leng soat dengan cepat. Buru buru Ong It sin berpaling kearah Tho bin hou sambil serunya dengan cepat. "Disini ada makanan?" "Ada, ada, disitu ada ikan daging dan itik asin!" Jawab Tho bin hou sambil menuding kebawah meja sana. "Bagus sekali!" Buru buru Ong It sin mengambil makanan itu dan diberikan kepada Bwe Yau. Tanpa sungkan sungkan Bwe Yau menyambutnya dan tak lama kemudian telah dimakan sampai habis. Orang bilang manusia itu besi makanan itu baja setelah perut menjadi kenyang Bwe Yau pun merasakan semangatnya telah menjadi segar kembali, katanya kemudian. "Engkoh It sin, kota ular beracun ini hanya merupakan sarang bencana saja bagi umat manusia, lebih baik kita punahkan saja" "Ucapan adik Yau memang masuk diakal..." Dia lantas menepuk bebas jalan darah Tho bin hou seraya berkata. "Aku harap kau bisa bertobat dan kembali ke jalan yang benar, sekarang, pergilah melarikan diri!" "Sampai jumpa di lain kesempatan!" Kata Tho bin hou sambil menjura, dengan cepat dia melompat ke tengah udara dan lenyap dikejauhan sana. Sejenak kemudian, Ong It sin dan Bwe Leng soat bertiga pun ikut meninggalkan istana tersebut. Sebelum pergi, mereka melemparkan dua butir peluru Siau gi tan ke arah ruang istana, ledakan demi ledakan dengan cepat mengobarkan api besar yang membakar seluruh bangunan istana. "Kalau bekerja lebih baik jangan kepalang tanggung" Kata Bwe Leng soat kemudian. "hayo kita ledakkan sekalian seluruh kota ular beracun itu..." "Tapi, kita akan meledakkannya dengan apa?" Tanya Bwe Yau. Ong It sin lantas menunjuk ke arah kantung peluru milik Tho bin hou tersebut seraya katanya. "Peluru Siau gi tan yang berada disini masih cukup untuk memusnahkan kota ini dengan tanah!" Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Kalian berdua berangkatlah duluan, aku akan mulai meledakkan bangunan ditempat ini" Bwe Leng soat dan Bwe Yau segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya menerobosi bangunan rumah ular yang bulat bulat itu kabur dari sana. Sedangkan Ong It sin segera bekerja keras dan menebarkan peluru peluru Siau gi tan itu keempat arah delapan penjuru kota. Ledakan demi ledakan yang menggelegar di angkasa, menimbulkan pula ledakan dahsyat dari bahan peledak dan belerang yang pada dasarnya memang dipendam diseputar kota itu. Akibatnya suatu ledakan mengerikan yang tak terlukiskan dengan kata segera berkumandang memecahkan keheningan, kebakaran yang amat dahsyat segera berkobar dan menghancurkan segala sesuatu yang berada disekitarnya. Manusia dan kawanan ular segera berpencaran kian kemari berusaha untuk menyelamatkan nyawa sendiri sendiri. Bau amis yang menusuk hidung selapis demi selapis tersiar kemana mana menimbulkan hawa udara yang memuakkan. Kota ular beracun yang sudah didiami Thian to tay ong selama puluhan tahun ini dalam sekejap mata telah musnah dan rata dengan permukaan tanah. setelah menyaksikan kehancuran tadi, Ong It sin baru mengajak dua orang gadisnya diam diam mengundurkan diri dari situ. Dalam pada itu, Thian tok tay ong yang berada dibawah bukit sama sekali tidak menyadari akan peristiwa yang telah menimpa tempat kediamannya. Saat itu, dia sedang memimpin kawanan jagoannya melakukan pemeriksaan diseputar dusun dibawah bukit itu. Suasana dalam dusun amat gelap gulita tiada lampu. Tiada pula penjagaan, yang ada tinggal rumah rumah yang telah kosong belaka. sedangkan Beng Sam wi beserta rakyatnya telah melarikan diri. Menyaksikan keadaan ini, Thian tok tay ong menjadi naik darah, segera teriaknya. "Aku tidak percaya kalau kepada suku anak jadah itu bisa melarikan diri dengan meninggalkan dusunnya" "Paduka Tay ong, mengapa kita tidak menyerbu kedalam dusun untuk melakukan pemeriksaan?" Usul Soh hou jiu (si tangan sakti mengunci tenggorokan) Go Liong. "Siapa tahu mereka mempersiapkan jebakan disitu" Kata Ciat cing to (golok tanpa perasaan) Sun Goan tiong. "Sekalipun disana dipersiapkan jebakan, memangnya kita akan takut terhadap orang orang suku Biau tersebut?" Seru Kou hun Ciong (tombak penggalek sukma) Tiau Han bin. "Perkataan dari Tiau lote memang betul" Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujar Kim ti ang (kakek seruling emas) pula "seandainya suku Biau saja tak mampu kita hadapi, harus ditaruh kemanakah paras muka kita?" Setelah mendengarkan pendapat pendapat dari anak buahnya, terakhir Thian tok tay ong pun memutuskan. "seandainya kalian setuju untuk menyerbu kedalam dusun, maka kitapun tak usah takut takut lagi, sebab walaupun muridku sudah mati dua orang namun Gin coa longkun Ouyang Si serta Hui coa longkun Wan Hiong masih tertawan musuh kita harus menyelamatkan mereka lebih dahulu!" Maka berangkatlah keempat orang pahlawan dari kota ular beracun itu menuju ke dalam dusun diikuti Thian tok tay ong di belakangnya. Ketika sampai di pintu gerbang, terbaca oleh mereka secarik kertas yang ditempelkan didepan pintu yang isinya berbunyi demikian. "Barang siapa memasuki pintu gerbang ini hanya ada sebuah jalan kematian!" Kou hun Ciong (si tombak penggaet sukma) Tiau Hau bin yang pada dasarnya memang latah, segera merobek kertas itu sambil berkata. "Kou paling tidak percaya dengan segala macam permainan busuk, akan kulihat apa yang bisa mereka lakukan!" Sembari berkata dia lantas memasuki pintu gerbang dusun itu. Dibalik pintu terbentang sebuah jalan berbatu kerikil disitu suasana amat hening dan tak kedengaran sedikit suarapun. Bahkan sesosok bayangan manusia tidak nampak berada disekitar tempat tersebut. Menyaksikan keadaan itu, dia lantas berpaling dan ujarnya kepada rekan yang berada dibelakangnya. "Ternyata mereka sedang menggunakan siasat kota kosong, mak nya, orang orang suku Biau itupun meniru siasatnya Khong Beng!? Hayo kita serbu kedalam!" Bersama dengan selesainya perkataan itu maka berangkatlah kawanan iblis dari kota ular beracun itu menyerbu ke dalam kota, tentu saja Thian tok tay ong diiringi para busunya juga mengikuti dibelakang. Belum jauh mereka berjalan, mendadak Tiau Han bin si tombak penggaet sukma yang berjalan dipaling depan menjerit kaget... Si kakek seruling emas yang berada dibelakangnya segera menegur. "Tiau lote, kenapa kau menjerit jerit seperti ketemu setan saja? Ada apa?" Dengan wajah hijau membesi, si tombak penggaet sukma Tiau Hau bin menunjuk ke atas wuwungan rumah sambil berseru. "Coba lihat, siapakah mereka berdua?" Si kakek seruling emas segera mendongakkan kepalanya, tampak ada dua orang lelaki berbaju putih yang tergantung dibawah wuwungan rumah dan bergoyang terhembus angin. Sementara semua orang masih ragu bercampur kaget, tiba tiba Thian tok tay ong berseru. "Siapa diantara kalian yang bersedia melakukan pemeriksaan? Coba lihat, apakah kedua orang itu adalah sau siacu?" "Biar hamba yang pergi!" Seru si tangan sakti pengunci tenggorokan Gi Liang sambil melompat kedepan. Ternyata kedua sosok mayat itu tak lain adalah jenasah dari Gin coa long kun Ouyang Si serta Hui coa long kun Wan Hiong. Keadaan mereka mengenaskan sekali, selain biji matanya melotot keluar, juga lidahnya menjulur keluar, sehingga tampangnya kelihatan mengerikan sekali. Thian tok tay ong lebih marah lagi setelah menemukan secarik kertas yang digantungkan pada mayat mayat itu, diatas kertas tadi bertuliskan beberapa huruf yang berbunyi. "PANTAS KALAU MAMPUS" Dengan dada bagaikan mau meledak, gembong iblis tua itu segera menurunkan perintahnya. "Geledah semua tempat, kalau dijumpai orang orang suku Cawa, biar dia itu lelaki atau perempuan, tua atau bayi, bunuh sampai mampus!" Para Busu dari kota ular beracun dipimpin keempat orang pahlawannya segera mengiakan dan langsung menyerbu kedalam ruangan tengah rumah kediaman kepala suku Cawa. Baru saja mereka berjalan beberapa langkah... suatu ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan. Ditengah jeritan ngeri yang memilukan hati, gading dan darah berhamburan keempat penjuru, dua puluhan orang jago yang bergerak paling duluan tahu tahu sudah mati dalam keadaan hancur lebur. Rupanya didalam ruangan tersebut telah dipasang bahan peledak yang amat dahsyat. Menyaksikan anak buahnya kembali menjadi korban, Thian tok tay ong menjadi sedih bercampur gusar. Tapi, kecuali begitu apa pula yang bisa dia lakukan? Masih untung dia tidak turut melakukan penyerbuan tadi, coba kalau penyerbuan tersebut dipimpin olehnya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang meninggalkan raga. Maka setelah termenung dan mempertimbangkannya sejenak, sambil menggigit bibir menahan diri, serunya dengan penuh kegusaran. "Lohu bersumpah akan membalas dendam atas sakit hati ini!" Seraya berkata dia lantas membalikkan tubuhnya dan lari kembali kekota ular beracun. Secara lamat lamat dia mendengar ada orang sedang tertawa tergelak sambil berseru. "Mahluk tua beracun, tak kau sangka bakal menemukan keadaan seperti sekarang bukan? Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau nasib lagi apes beginilah keadaannya" Thian tok tay ong semakin geram setelah mendengar perkataan itu, pikirnya. "Seorang Kuncu tidak kuatir membalas dendam tiga tahun kemudian, besok juga Lohu akan membawa orang untuk meratakan dusun kalian dengan tanah...!" Kemudian dengan ganas dia meludah ke atas tanah. Beberapa saat kemudian, sampailah gembong iblis ini diatas bukit Ko li kuan san, mendadak ditemukan cahaya api sedang berkobar dengan hebatnya didepan sana. "Aaah, tak mungkin kebakaran itu terjadi di kota ular beracunku!" Diam diam dia berpikir. Padahal pikiran semacam itu tak lebih hanya menipu diri sendiri. Sebab, diatas bukit tersebut hakekatnya tiada rumah penduduk lain kecuali kota Tok coa sia miliknya. Dengan perasaan gelisah bercampur cemas dengan cepat dia melanjutkan perjalanannya menuju ke depan. Ketika dia sudah melewati Thian long peng mendadak dari depan sana muncul serombongan pasukan manusia yang sedang berjalan mendekat, jumlah rombongan itu mencapai dua puluh tiga, empat orang lebih. Melihat itu, si gembong iblis tersebut kembali berpikir. "Aaah, mungkin suheng si kakek kepala putih Liok Siong leng atau hujin Tho bin hou yang membawa pasukan untuk menyusul diriku?" Berpikir demikian, dengan perasaan agak lega dia lantas menegur. "Siapa yang datang?" Mendengar bentakan itu, rombongan yang berada didepan sana segera berhenti. Menyusul kemudian terdengar pula seseorang berseru. "Sudah begini malam, kau masih berlarian kesana kemari, siapakah dirimu?" Thian tok tay ong menjadi tertegun, ia merasa suara tersebut terasa asing sekali baginya, karena dari sekian banyak jago yang berada dalam kota Tok coa sia, tak seorang pun yang memiliki suara sedemikian nyaringnya. Apalagi ucapan orang itu amat kasar dan tekebur, ini semua membuat Thian tok tay ong menjadi amat mendongkol, sahutnya kemudian. "Siapakah diriku, pasang telingamu baik baik dan dengarkan dengan seksama..." "Baik, aku akan mendengarkan dengan seksama. cepat katakan" "Lohu she Hek lian bernama Jin, pemilik kota ular beracun, orang persilatan menyebut diriku sebagai Thian tok Tay ong" "Sudah lama kudengar namamu itu!" Dengan tak senang hati Thian tok tay ong berkata kembali. "Apakah kau hanya mengucapkan sepatah kata itu saja? Setelah lohu menyebutkan namaku, sekarang adalah giliran kau untuk menyebutkannya" Orang itu tertawa terbahak bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama, sekalipun diucapkan belum tentu kau ketahui, siapa tahu hanya mengotori pendengaranmu saja." "Tidak menjadi soal, coba katakan!" "Aku she Ong bernama It sin..." "Ong It sin?" Thian tok tay ong mengulangi perkataan itu sampai beberapa kali, mendadak ia seperti teringat akan satu hal. dengan perasaan bergetar keras mencorong sinar tajam dari balik matanya. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... jadi kau adalah putranya Kwang tiong kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan) Ong Tang thian?" "Betul. Kim to bu tek Ong Tang thian adalah ayahku!" "Bukankah selama ini kau berada di daratan Tionggoan dan khusus memusuhi kawan kawan dari golongan hek to? Mau apa kau berkunjung ke bukit Ko li kuan san? Apa maksud tujuanmu?" Sembari berkata, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat meluncur kehadapan Ong It sin. Dengan cepat ia dapat menyaksikan bahwa rombongan orang orang itu terdiri dari dua puluhan pemuda dari suku Cawa serta Bwe Yau. Dengan cepat dia menyadari apa gerangan yang telah terjadi, tanpa terasa paras mukanya berubah hebat, sambil tertawa seram dia berseru. "Bagus, bagus sekali, rupanya menggunakan kesempatan dikala lohu tidak berada di tempat, kau telah mendatangi kota ular beracunku?" Bahwasanya dia mengajukan pertanyaan tersebut sesungguhnya hanya merupakan suatu tindakan yang tak berguna, sebab andaikata Ong It sin tidak mengunjungi kota ular beracunnya, bagaimana mungkin Bwe Yau bisa lolos dari ruangan Sian ki sik si beracun Sambil tersenyum Ong It sin lantas berkata "Pergi kesana sih sudah pergi, sayang kota kalian terlampau menjijikan lagipula penuh dengan binatang ular, karena itu aku telah berbuat sedikit gegabah" "Kau telah apakan kota ular beracunku?" Seru Thian tok tay ong dengan hati terperanjat. "Oooh... aku hanya meminjam peluru Siau gi tan milik istrimu untuk membakar kota tersebut, tentunya cianpwe tak akan menjadi marah bukan..." Thian tok tay ong menjadi naik darah saking mendongkolnya dia merasakan dadanya seperti mau meledak. Ong It sin sama sekali tidak sudi mengampuninya, kembali dia berkata lebih jauh. "Sumoay kami Bwe Yau telah mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari kalian, meski begitu kami tak akan mempersoalkan kembali, sebab itu sengaja kami menjemputnya pulang, sekalian membereskan hutang piutang di antara kita berdua" Semakin didengar, Thian tok tay ong merasakan kemarahannya makin meluap, akhirnya dia berteriak keras. "Bocah keparat, tak disangkal lagi keempat orang muridku pasti sudah tewas di tanganmu semua bukan?" "Aaah, mana, mana, aku memang salah bertindak sehingga mengakibatkan mereka jadi..." Thian tok tay ong melototkan sepasang matanya bulat bulat, kalau bisa dia ingin menelan Ong It sin bulat bulat, teriaknya dengan amat geram. "Malam ini, lohu bersumpah akan menguliti dirimu!" "Sayang, meski cianpwe mempunyai keinginan tersebut, aku tidak mempunyai kegembiraan untuk merasakannya, lebih baik tak usah kau lakukan saja!" Thian tok tay ong menjadi hilang sabarnya, tanpa banyak berbicara lagi ia segera menerjang kedepan, sepasang tangannya diayunkan berulang kali, secara beruntun dia lancarkan tiga belas buah pukulan berantai. Dalam anggapan Thian tok tay ong semula, serangan serangannya yang amat dahsyat itu paling tidak bisa mendesak anak muda itu menjadi terdesak hebat siapa tahu oleh Ong It sin telah dipunahkan dengan gampang dan amat sederhana. Kejadian tersebut membuat Thian tok tay ong makin bertarung merasakan hatinya semakin bergidik. Merasakan keadaan semakin gawat dengan cepat ia mempergunakan ilmu Ci tian ciang untuk menghadapi lawannya, ilmu pukulan Ci tian ciang merupakan salah satu dari tiga pukulan beracun dalam dunia persilatan. Dalam sekejap mata kemudian, lengan Thian tok tay ong telah berubah menjadi merah membengkak dan beberapa kali lipat lebih besar dari keadaan semula. Menjumpai keadaan itu, Bwe Yau yang berada disamping arena menjadi terperanjat bercampur ketakutan. Bahkan Bwe Leng soat sendiripun menunjukkan perasaan tak tenang. Akan tetapi, Ong It sin yang berada di arena pertarungan sama sekali tidak memperlihatkan rasa gugup atau takut, malahan sekulum senyuman menghiasi ujung bibirnya! Ilmu pukulan Tay kek sin kang telah dihimpunnya ke dalam lengan kanan, kemudian sejurus demi sejurus dilontarkan ke depan menghadapi ancaman ancaman musuh yang meluncur datang. Dengan cepat Thian tok Tay ong menemukan bahwa setiap pukulan Ci tiang ciang yang dilancarkan olehnya itu seketika lenyap tak berbekas begitu bertemu dengan serangan lawan. Lama kelamaan dia menjadi sadar, rupanya pihak lawan telah mempergunakan ilmu Tay khek sin kang dari aliran Sian gwan si untuk menghadapi serangannya, tak heran kalau ilmu pukulan Ci tian ciang yang dihimpunnya sama sekali tidak memberikan hasil apa apa. Menghadapi keadaan seperti itu, diam diam ia merasa terkesiap sekali... Tapi ia tidak puas dengan begitu saja, di dalam anggapannya, pihak lawan tak lebih baru berusia dua puluh dua tiga tahunan, sekalipun ilmu Tay khek sin kang dapat dipergunakan untuk menghadapi ilmu pukulan Ci tian ciang, tapi soal kesempurnaan tak mungkin bisa melebihi dirinya... Berpikir sampai disitu, dia lantas memperketat serangannya, bacokan demi bacokan dilancarkan berulang kali, dalam waktu singkat dua puluh tujuh buah pukulan telah dilepaskan. Kalau dilihat dari sikapnya yang menggertak gigi, dapat diduga kalau ia sudah mengerahkan tenaganya hingga mencapai dua belas bagian. Keadaannya pada waktu itu sungguh mengerikan sekali batuan pasangan batu yang berada disekitar tempat itupun beterbangan diangkasa, kesemuanya itu membuat lelaki suku Cawa yang menonton jalannya pertarungan disana menjadi bergidik dan ketakutan. Bahkan ada pula diantara mereka yang bersiap siap untuk maju membantu Ong It sin. Melihat itu Bwe Leng soat segera mencegah sambil berkata. "Memangnya kalian sanggup untuk menghadapi seujung jari orang lain? Lebih baik berdiri saja disini dengan tenang, nona jamin Ong sauhiap tak akan mengalami kerugian apa apa" Ketika semua orang mendongakkan kepalanya tampaklah Ong It sin dengan jubahnya berwarna biru bergerak kesana kemari bagaikan seekor naga sakti sedemikian hebatnya dia bergerak kesana kemari membuat Thian tok tay ong menjadi kepayahan dan mandi keringat. Sambil menyumpah serapah gembong iblis tua itu meronta bagaikan binatang liar yang sedang gila, dia menerjang kian kemari secara kalap. Sementara pertarungan berlangsung dengan sengit sepasang biji matanya berkeliaran kian kemari berusaha mencari jalan keluar untuk melarikan diri dari situ. Suatu ketika secara tiba tiba dia melancarkan serangkaian serangan berantai yang memaksa Ong It sin terdesak mundur sejauh beberapa depa dari tempat semula. Ketika Ong It sin berpekik nyaring sambil bersiap sedia melancarkan serangan balasan, mendadak iblis tua itu berjumpalitan sejauh sepuluh kaki lebih dan kabur dari situ. Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo