Kisah Tiga Naga Sakti 18
Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 18
Maka tanpa ragu-ragu lagi mereka lalu melangkah menghampiri dan memasuki pekarangan rumah itu. Namun, diam-diam hati Ku Eng merasa tidak enak ketika melihat betapa gadis itu ternyata sudah dewasa, tentu sedikitnya sudah duapuluh tahun usianya, dengan tubuh yang padat dan penuh lekuk lengkung menggairahkan, wajah yang cantik sekali dengan kulit yang halus putih, hanya anehnya, gadis yang sudah dewasa itu seperti anak kecil saja, bermain-main seorang diri sambil terkekeh dan kadang-kadang bergembira, sendirian saja seperti orang yang miring otaknya! Melihat gadis itu bergembira seperti itu, dengan mata ditujukan ke dalam kotak hitam, kedua tangan saling remas seperi orang tegang, mulutnya juga berkata penuh semangat,
"Hayo. gigit kakinya, gigit kepalanya"".. ah, tolol""., awas serangan ekornya, bodoh benar!"
Saking tertarik oleh sikap penuh semangat ini, Beng Han dan Kui Eng tidak berani mengganggu, malah mereka lalu menjenguk ke dalam kotak hitam. Kiranya gadis cantik, itu sedang mengadu dua binatang yang sedang berkelahi dengan amat seru dan mati-matian. Dua ekor binatang itu adalah seekor kalajengking besar dan seekor kadal besar. Mereka dikurung di dalam kotak hitam, tidak mampu keluar dan dipaksa untuk saling berhadapan di dalam tempat sempit itu. Dan di sudut kotak hitam itu terdapat setumpuk tahi kerbau yang masih basah dan lunak.
Perkelahian itu memang menarik sekali. Kalajengking yang kehitaman itu berdiri dengan gagah, dengan kaki terpentang di kanan kiri, capit yang dua buah itu siap untuk mencapit lawan dari depan, akan tetapi yang lebih gagah lagi, ekornya diangkat ke atas, melengkung ke depan dengan ujung siap untuk menyengat. Kelihatan ujung sengatnya yang coklat kemerahan, melengkung ke atas terhias bulu bulu halus yang menyeramkan. Beng Han mengenal kala jengking seperti ini, semacam binatang yang amat berbisa dan sengatannya dapat mematikan seorang manusia!
Akan tetapi kadal itupun agaknya sudah nekat. Kadal adalah sebangsa binatang yang biasanya penakut dan lebih condong melarikan diri kalau bertemu lawan dari pada melawan. Akan tetapi, di tempat sempit itu dia dipaksa antuk berhadapan dengan lawan, maka dia pun mulai marah dan nekat. Karena tubuhnya lebih besar dan mulutnya terbuka lebar penuh gigi kecil-kecil meruncing, kadal ini seperti memandang rendah lawannya.
Dengan gerakannya yang amat cekatan, seperti seekor ular karena memang dia sebangsa ular berkaki empat, kadal itu menubruk ke depan dan membuka mulut menggigit untuk kesekian kalinya, tidak memperdulikan capitan kalajengking itu yang mengenai pinggir mulutnya. Akan tetapi, sebelum gigi-giginya menghancurkan kepala kalajengking itu, seperti yang telah berkali-kali dilakukan dan diusahakannya, ekor kalajengking yang melengkung dari atas itu telah menyengat kepalanya.
"Cruttt"".!"
Kadal itu melepaskan gigitannya, mundur-mundur dan menggoyang-goyang kepalanya, seperti setan arak yang sedang mabok, terus mundur dan tiba-tiba dia memasukkan kepalanya ke dalam tumpukan tahi kerbau yang lunak basah dan dingin sejuk itu.
"Nyessss"".!"
Sejenak dia membenamkan kepalanya ke dalam tahi kerbau itu, agaknya nerasakan kenikmatannya, kemudian dicabutnya kepalanya itu dan dia sudah menjadi segar kembali! Entah sudah beberapa kali dia tadi menggigit, disengat dan membenamkan kepala di dalam tahi kerbau sampai kepalanya menjadi kehijauan berlepotan tahi kerbau, akan tetapi juga kepala dan perut kalajengking itu sudah mulai luka-luka. Pertandingan dilanjutkan dan kadal yang tidak melihat jalan lari itu memberanikan diri maju lagi.
"Capp!"
Kadal menggigit.
"Cusss!"
Kalajengking menyengat.
"Nyesss!"
Kadal membenamkan kepala di dalam tahi kerbau
lagi.
"Wah, kau tolol! Kenapa membiarkan kepalamu menjadi bulan-bulanan sengatan kala-jengking?"
Gadis itu mengomel.
"Lama-lama kepalamu akan meledak karena keracunan!"
"Dan kau, sungguh menjijikkan, kau curang, menyengat dengan cara bersembunyi, menyembunyikan ekor di belakang dan menyengat dari atas. Curang menjijikkan, sungguhpun jurusmu itu hebat dan boleh ditiru! Tidak adil ini, kau harus menggunakan capitmu dan tidak boleh menyerang dari belakang!"
Gadis itu lalu mengambil kalajengking itu dengan tangan kiri. Hampir saja Beng Han berteriak mencegah. Dia sudah mengenal kalajengking jenis itu yang amat berbahaya. Sekali menyengat, nyawa gadis ini dapat direnggut Akan tetapi Kui Eng memberi isyarat agar dia jangan mencampuri. Suami isteri itu hanya memandang saja.
Akan tetapi, ketika kalajengking itu menggerakkan ekornya untuk menyengat jari tangan yang memegangnya, dengan tenang gadis iti lalu menggunakan kuku jarinya, jari telunjuk dan ibu jari, untuk mematahkan ujung ekor yang mengandung sengat itu.
"Krekk!"
Ekor itu patah ujungnya dan gadis itu lalu melemparkan kalajengking kembali ke dalam kotak hitam! Melihat ini, Kui Eng menjadi marah. Gadis itu kejam bukan main!
"Curang! Kejam!"
Tak terasa lagi nyonya muda ini berseru. Kui Eng adalah seorang pendekar wanita yang semenjak muda menjadi pembela keadilan. Melihat pertarungan antara kalajengking dan kadal, dia sebetulnya sudah berfihak kepada kalajengking yang termasuk binatang yang lebih kecil dan dia tahu, kalau tidak diserang, tidak mungkin kalajengking itu menyerang kadal. Binatang kalajengking bukanlah binatang buas. Sengatnya yang berbahaya itu hanya dipergunakan kalau keselamatan dirinya terancam. Manusiapun tidak mungkin disengat kalajengking kalau dia tidak menganggunya, baik disengaja maupun tidak. Kalau terinjak atau tertimpa, barulah kalajengking menggunakan sengatnya Tidak ada kalajengking yang tanpa sebab menyerang manusia atau binatang lain. Maka, fihak yang tidak besalah dan lebih kecil itu kini dipatahkan sengatnya, satu-satunya senjatanya pelindung diri, tentu saja Kui Eng menjadi marah.
Akan tetapi gadis itu tidak memperdulikan, bahkan mengangkat mukapun tidak dan dia sudah melihat lagi ke dalam kotak hitam. Kini kadal itu menyerang lagi dan si kalajengking juga memapaki dengan capitannya, kemudian ekornya melengkung dan menyengat. Akan tetapi karena ujung ekornya sudah patah, sengatnya telah lenyap, maka ekornya itu hanya menyentuh-nyentuh kepala kadal seperti membelai saja. Gigitan kadal makin hebat dan akhirnya badan kalajengking menjadi terkoyak-koyak dan dimakan oleh si kadal!
"Ihh, keji!"
Kembali Kui Eng berseru sebelum suaminya dapat mencegah.
Wanita muda itu kini mengangkat muka memandang, Kui Eng terkejut. Gadis itu memang cantik bukan main, cantik manis, akan tetapi sepasang matanya mengeluarkan sinar aneh dan tajam seperti kilat menyambar, seperti ada sinar berapi yang panas dan yang langsung menembus dada menjenguk isi hati! Dan wanita itu kini berdiri, tubuhnya tinggi semampai, pinggangnya ramping sekali dan tubuhnya mempunyai lekuk lengkung yang sempurna danmenggairahkan, padat menonjol penuh sifat kewanitaan yang menantang dan merangsang. Namun, semua itu ditutup pakaian yang aneh, seperti pakaian pertapa atau pendeta.
Baru sekarang nampak oleh suami isteri pendekar ini bahwa gadis itu memakai pakaian serba putih dengan ikat pinggang hitam, potongannya kebesaran seperti jubah pendeta namun karena terbuat dari pada sutera halus maka begitu menempel tubuh lalu mencetak bentuk tubuh itu dengan ketatnya. Di bagian dada dan punggung dari baju putih itu terdapat lukisan Im Yang terbuat dari benang emas dan rambutnya yang digelung ke atas itu terhias oleh ratna mutu manikam yang dibentuk seperti bulatan Im Yang pula.
Hidungnya kecil mancung, agak menjungat ke atas sehingga mendatangkan kemanisan yang khas dan lucu mulutnya agak lebar dengan bibir yang penuh dan merah, kedua pipinya juga kemerahan ketika sepasang mata yang tajam indah itu menyambar ke arah Gan Beng Han. Lalu wanita itu tersenyum dan sepasang bibir yang merah basah itu merekah, nampaklah deretan gigi putih berkilau, akan tetapi hanya sebentar saja dan mutiara-mutiara putih itu telah lenyap lagi di balik daging berkulit tipis merah yang menggairahkan itu. Begitu gadis itu bangkit berdiri, memandang dan tersenyum, seketika wajah suami isteri itu kelihatan terkejut bukan main.
"Ah, kiranya engkau"".!"
Kui Eng berseru dan wajahnya berobah agak pucat, lalu menjadi merah sekali "Engkau Im-yang-kauwcu".?"
Gan Beng Han berdiri dengan mata terbelalak, lalu mukanya menjadi merah sekali, merah sampai ke lehernya. Teringat dia akan pengalamannya yang menyeramkan kurang lebih sembilan tahun yang lalu, ketika isterinya akan melahirkan Ai Ling. Malam yang menyeramkan itu kini terbayang di depan matanya. Ketika itu sudah tiba waktunya isterinya melahirkan kandungannya dan seorang bidan sedang menunggunya. Untuk melenyapkan kegelisahan hatinya karena dia tidak diperbolehkan mendekati isterinya oleh sang bidan, dia berlatih silat di lian-bu-thia sambil terus mendengarkan suara dari dalam kamar itu.
Dia mendengar keluhan dan rintihan Kui Eng dan makin hebat isterinya merintih, makin hebat pula dia menggerakkan kaki tangan memukul dan menendang untuk menekan kegelisahan hatinya. Dan pada saat itulah muncul seorang dara cantik jelita yang mengagumi latihannya akan tetapi gadis itu lalumenyatakan cinta kepadanya, dan mengajaknya pergi dari situ. Tentu saja Beng Han, biarpun amat kagum menyaksikan kecantikan dara itu, menjadi marah dan mengusirnya. Mereka bertanding dan ternyata amat sukar baginya untuk mengalahkan wanita itu! Kemudian, dengan uap merah yang mengebul dari saputangannya, wanita itu berhasil merobohkannya. Wanita itu merayunya namun tetap dia tidak sudi melayani dan akhirnya wanita itu mengancam untuk menculik anaknya yang baru terlahir!
Dalam keadaan amat gelisah mengkhawatirkan keselamatan isterinya yang baru melahirkan yang kini didengarnya suara tangis bayi terlahir, Beng Han tidak dapat menolak lagi dan dia dibawa pergi ke dalam taman di mana dia terpaksa melayani hasrat wanita itu demi keselamatan anak isterinya! Kemudian, wanita itu menghilang setelah lebih dulu menjenguk ke dalam kamar melihat Kui Eng dan anaknya seperti bayangan setan atau juga bayangan bidadari sehingga Kui Eng merasa seolah-olah mimpi dijenguk oleh bidadari!
Setelah keadaan Kui Eng normal kembali, barulah Beng Han yang berwatak jujur itu menceritakan peristiwa yang membuatnya merasa amat malu itu. Kui Eng yang berwatak keras memang mula-mula marah dan penuh cemburu, akan tetapi dia lalu sadar bahwa suaminya melakukan hal itu tentu karena terpaksa, karena tidak ingin melihat dia dan anaknya diganggu oleh iblis betina itu. Dia bergidik kalau mengenangkan betapa suaminya yang demikian lihai masih kalah oleh wanita itu yang menurut suaminya mengaku sebagai Im-yang-kauw-cu (ketua Agama Im Yang)!
Peristiwa itu sudah lampau, sudah bertahun tahun lamanya dan mereka berdua sudah melupakannya kembali. Kini, dalam usaha mencari murid mereka yang mereka duga dilarikan oleh tokoh Im-yang-pai, mereka berdua mendatangi pusat Im-yang-pai dan dengan sendirinyamereka teringat akan wanita yang mengaku sebagai ketua Im-yang-kauw itu. Dan karena ingat akan itulah maka Kui Eng berkeras hendak menemani suaminya, karena betapapun juga kecurigaannya dan rasa cemburunya timbul kembali! Siapa yang tidak akan cemburu kalau mendengar bahwa suaminya pernah bermain cinta dengan seorang wanita yang tadinya di anggap sebagai bidadari itu? Dan biarpun hanya satu kali, dalam keadaan setengah sadar, dia melihat wajah wanita itu, kini begitu dia melihat wanita yang berpakaian putih itu berdiri dan tersenyum, seketika Kui Eng teringat akan wanita sembilan tahun yang lalu, yang menjenguk kamarnya seperti seorang bidadari itu. Dan tentu saja Beng Han juga segera mengenalnya, maka jantungnya berdebar tegang dan mukanya menjadi merah sekali.
"Aihh, kiranya Gan-taihiap (pendekar besar Gan) yang datang? Apakah engkau juga rindu kepadaku seperti aku merindukanmu selama ini taihiap? Betapa sering aku berjumpa denganmu dalam mimpi!"
Halus merayu suara itu sehingga Beng Han menjadi makin merah mukanya. Dia tidak berani mengangkat muka memandang wanita itu, sedangkan di sebelahnya, Kui Eng sudah mengepal tinju dan matanya bernyala-nyala penuh kemarahan!
Wanita itu memang Kim-sim Niocu atau Im-yang-kauwcu, ketua dari Im-yang-kauw yang amat terkenal di seluruh dunia kang-ouw itu. Dia ini lebih terkenal dari pada ayahnya, Ko Beng Thian-cu yang menjadi ketua Im-yang pai dan yang jarang sekali muncul sungguhpun tentu saja namanya sebagai ketua perkumpulan besar itu dikenal semua orang. Kim-sim Niocu agaknya tahu akan kemarahan Kui Eng, maka dia tersenyum makin manis. Ketika Beng Han melirik, diam-diam dia amat terheran-heran, demikian pula Kui Eng. Dahulu, ketika suami isteri ini bertemu dengan Kim-sim Niocu sembilan tahun yang lalu, wanita ini masih muda, paling banyak berusia duapuluh tahun, dan kini, sembilan tahun kemudian, wajah dan tubuh wanita itu sama sekali tidak kelihatan lebih tua setahunpun! Masih kelihatan seperti berusia duapuluh tahun, atau lebih muda lagi.
"Ha-ha-ha, Gan-hujin (nyonya Gan), engkau kelihatan masih cantik, sungguhpun sudah tidak segar lagi, seperti bunga mulai melayu. Tidak heran karena engkau telah melahirkan anak. Engkau tadi mencela aku dan mengatakan curang dan keji melihat aku membantu kadal? Aihh, engkau tidak tahu betapa kejinya kalajengking itu. Dan aku sedang mempelajari gerakannya, sungguh hebat dan keji curang lagi, suka menyerang dari belakang. Berbeda dengan kadal yang suka menyerang berhadapan. Kupikir-pikir, sifat kadal mirip sifat suamimu"".. eh, Gan-taihiap amat jujur jantan dan"".. hemm, menggetarkan hati wanita. Dia hebat dan"".."
"Perempuan cabul tutup mulutmu!"
Kui Eng sudah tidak dapat menahan kemarahannya lagi. Dia tidak ingat bahwa dia berada di tempat orang, bahwa wanita itu adalah seorang ketua yang amat berpengaruh, dan juga memiliki kepandaian yang melebihi suaminya. Dia lupa bahwa kedatangannya adalah untuk menyelidiki tentang muridnya yang terculik, dengan mata mendelik dan sinarnya berapi dia telah menyerang dengan tangan, yang kiri mencakar muka cantik itu karena ingin sekali dia merobek-robek wajah yang berkulit halus putih itu, sedangkan tangan kanan menusuk ke arah dada seolah-olah dia ingin mcncokel keluar jantung wanita itu!
"Hayaaa""..sudah agak layu ditambah galak lagi, tentu engkau tersiksa di rumah Gan-taihiap. Nah, kau wanita galak boleh lihat kelihaian kalajengking yang kaubela tadi!"
Wanita baju putih itu kelihatannya diam saja diserang, akan tetapi tiba-tiba dari belakangnya meluncur sinar hitam yang melengkung dari atas kepalanya, datang dari belakang persis seekor kalajengking dan tahu-tahu ujung sinar hitam itu telah menotok Kui Eng pada saat kedua tangan Kui Eng sudah berada hanya beberapa senti saja dari sasarannya. Tanpa dapat dicegah lagi nyonya muda ini mengeluh dan roboh dengan lemas!
"Kauwcu (ketua), mengapa engkau mengganggu isteriku?"
Gan Beng Han menegur dengan suara penuh teguran. Wanita ini sebelum berhasil memaksanya untuk melayani hasrat hatinya dahulu telah lebih dulu berjanji tidak akan mengganggu anak isterinya. Karena percaya akan janji wanita ini pulalah yang membuat Beng Han berbesar hati untuk menyusul muridnya yang disangkanya diculik oleh fihak Im-yang-pai. Dia pikir bahwa kalau dia dapat bertemu dengan Im-yang-kauwcu ini maka dia dapat mengingatkan wanita ini akan janjinya untuk tidak mengganggu dia dan keluarganya, sedangkan muridnya dapat pula dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Beng Han menegur wanita itu sambil cepat menghampiri isterinya dan berusaha untuk membebaskan totokannya. Akan tetapi terkejutlah dia ketika mendapatkan kenyataan bahwa usahanya itu gagal! Kiranya wanita itu mempergunakan ilmu totokan yang berbeda sekali dengan Ilmu Tiam-hiat-hoat yang biasa.
Melihat ini, Kim-sim Niocu tertawa genit.
"Hi-hik, Gan-taihiap, kau tidak akan berhasil. Ketahuilah, setiap kali seekor kalajengking menyengat, yang disengat tentu akan keracunan dan mati. Kalau aku tidak ingat kepadamu, idak ingat bahwa dia ini isterimu, apakah kau kira dia masih bernyawa? Tidak, taihiap, aku tidak mengganggu isterimu. Dialah yang menyerangku dan aku hanya ingin memperlihatkan kepadanya bahwa kalajengking bukan binatang yang patut dibela karena curang dan keji. Jurus tadi baru saja kuciptakan dengan meniru gerakan kalajengking kalau bertanding melawan kadal. Hebat, bukan?"
Gan Beng Han menarik napas panjang lalu bangkit berdiri.
"Kauwcu, harap kau suka menyembuhkan isteriku."
"Baik, baik, itu mudah saja. Kalajengking dapat menyengat dan meracuni, akan tetapi juga mampu menyembuhkan. Lihat saja!"
Tiba-tiba sinar hitam menyambar dan ternyata sabuk hitamnya seperti tadi telah menyambar dengan bentuk melengkung, dua kali menotok pundak dan leher Kui Eng dan nyonya muda itu sudah dapat bergerak kembali!
Akan tetapi, Kui Eng bukan Kui Eng dan bukan murid Lui Sian Lojin kalau dia menerima kekalahan begitu saja. Sama sekali tidak! Apalagi melihat suaminya tidak mampu memulihkannya, dan suaminya tidak menyerang wanita itu sebaliknya minta tolong menyembuhkannya, dia menjadi marah luar biasa.
"Singgg""..!"
Pedangnya telah dicabut dan dengan bentakan nyaring dia telah menyerang ketua Im-yang-kauw itu!
"Isteriku"""
Jangan""."
Beng Han mencegah, namun Kui Eng tidak perduli, bahkan pencegahan suaminya ini membuat api di dalam dadanya makin berkobar. Dia langsungmenggunakan jurus-jurus terhebat dari Kwi-hoa Kiam-hoat ciptaan gurunya dan pedangnya lenyap berobah menjadi sinar bergulung-gulung yang tiba-tiba mencuat dan menusuk ke arah dada lawan, terus digoreskan ke bawah sehingga kalau serangan ini mengenai sasaran, dada dan perut lawan tentu akan terobek dan terbuka!
"Ihhh, hebat!"
Kim-sim Niocu berseru dan tubuhnya berkelebat menjadi bayangan putih yang mencelat ke belakang, kemudian sinar hitam sabuknya menyambar-nyambar. Terjadilah pertandingan antara pedang bersinar putih dan sabuk bersinar hitam.
"Hi-hik, terima kasih, nyonya Gan. Aku memang sedang ingin menyempurnakan ilmu sabuk berdasarkan gerakan kalajengking dan engkau datang sehingga aku dapat melatih dan menguji ilmu baruku!"
Wanita itu tertawa dan hal ini membuat Kui Eng makin marah. Pedangnya mendesing-desing merupakan sinar maut namun gerakan sabuk di tangan Kim-sim Niocu hebat bukan main sehingga ke manapun sinar pedang menyambar, selalu bertemu dengan sinar hitam dan tertahan. Bahkan sering sekali sinar hitam itu melengkung seperti ekor kalajengking menyengat dan beberapa kali Kui Eng berseru kaget karena hampir saja dia kena ditotok lagi. Melihat ini, Beng Han merasa khawatir dan serba salah.
Untuk membantu isterinya menyerang, dia hanya akan mempersulit keadaan saja karena andaikata mereka berdua akan dapat menangkan ketua Im-yang kauw ini, hal yang masih dia sangsikan karena kini dia melihat betapa gerakan wanita itu jauh lebih lihai dari pada sembilan tahun yang lalu, mereka berdua masih harus menghadapi semua tokoh Im-yang-pai! Dia tahu bahwa dengan kekerasan, mereka tidak mungkin akan dapat menolong murid mereka, bahkan membahayakan keselamatan diri sendiri. Akan tetapi, kini dia melihat betapa pedang isterinya telah didesak hebat dan gerakannya telah menjadi lemah.
"Siauw Kim"".., jangan celakai isteriku""!"
Akhirnya saking gelisahnya dia berseru dan meloncat ke depan untuk melindungi isterinya. Im-yang-kanwcu itu tertawa dan meloncat mundur, menarik sabuk hitamnya sehingga Kui Eng terbebas dari desakan.
"Gan-koko, engkau masih ingat nama kecilku? Aihh"".. terima kasih, kiranya engkaupun tidak dapat melupakan aku""".
"
Tiba-tiba Kui Eng yang sudah menghentikan serangannya, menoleh kepada suaminya dan memandang dengan mata terbelalak. Sinar matanya penuh dengan api cemburu yang berkobar. Melihat ini, Beng Han menjadi kaget dan gugup. Saking gelisahnya, tadi dia sampai lupa diri dan menyebut nama wanita yang pernah menggetarkan perasaan cinta dan berahinya untuk beberapa lamanya itu, atau tepatnya, selama setengah malam di dalam taman.
"Kauwcu"".aku""..!"
Dia tergagap lalu menghadapi isterinya.
"Isteriku, harap kauhentikan penggunaan kekerasan""."
"Cihh, tak tahu malu!"
Tiba-tiba Kui Eng membentak, lalu membalikkan tubuhnya dan lari meninggalkan mereka.
"Eng-moi"".!!"
Beng Han berlari mengejar, akan tetapi tiba-tiba lengannya dipegang orang dari belakang, yang memegang adalah tangan halus namun mengandung kekuatan hebat sehingga larinya tertahan.
"Gan-koko, biarkan saja dia pergi. Aku yang menanggung bahwa dia tidak akan terganggu. Tanpa bantuanku, apa kaukira kalian berdua akan mampu keluar dari tempat ini dengan selamat?"
Beng Han menjadi kaget dan ragu-ragu Dia tahu bahwa omongan ini bukan kosong belaka, sedangkan dia melihat isterinya bukan lari keluar, melainkan masuk lebih dalam dan kini sudah lenyap di balik bangunan besar di depan. Dia tahu bahwa mereka telah memasuki sarang harimau dan kiranya memang hanya wanita cantik ini saja yang akan dapat menolong mereka dan menolong muridnya. Maka dia menarik napas panjang lalu berkata.
"Kauwcu, aku sangat mengharapkan pertolonganmu agar isteriku dan juga muridku dapat dibebaskan dan dapat pulang bersamaku dalam keadaan selamat."
Wanita itu tersenyum dan Beng Han harus mengakui bahwa kecantikan wanita ini memang masih membekas di dalam hatinya dan kini kernbali jantungnya merasakan getaran hangat yang kuat, yang dicobanya untuk ditekan sehingga terjadi perang di dalam hatinya sendiri. Di satu fihak, dia tidak ingin melibatkan diri dengan wanita ini karena hal itu akan memarahkan hati isterinya, dan di lain pihak dia tidak dapat menyangkal bahwa hatinya tertarik sekali dan ada kerinduan dalam hatinya terhadap wanita ini.
Jari-jari tangan yang halus itu meremas tagannya dan wanita itu menariknya.
"Aih, Gan-koko yang baik. Perlukah engkau minta tolong kepadaku? Tanpa kaumintapun, sudah tentu aku akan menolongmu. Mari kita bicara. Duduklah dan apa yang kaumaksudkan dengan muridmu tadi? Tentang isterimu, jangan khawatir, kalau dia mengacau, paling hebat dia hanya akan ditangkap dan selanjutnya akulah yang berhak memutuskan segalanya. Duduklah."
Seperti seekor kerbau dituntun, dengan enak saja Beng Han menurut dan mereka duduk berhadapan di atas kursi yang terukir indah, yang berada di beranda rumah itu. Wanita itu bertepuk tangan tiga kali dan muncullah tiga orang pelayan wanita yang masih muda-muda dan cantik-cantik dari sebelah dalam. Mereka lalu berlutut memberi hormat kepada Im-yang-kauwcu.
"Buang kotak itu bersihkan lantainya, dan cepat sediakan makan minum untuk Gan-taihiap!"
Dengan cekatan sekali tiga orang pelayan itu bekerja, ada yang menyingkirkan kotak terisi kadal dan bangkai kalajengking, ada yang bersihkan lantai dan yang seorang lagi berlari ke dalam. Tak lama kemudian, hidangan-hidangan mewah dan arak wangi sudah dihidangkan di atas meja, masih mengepulkan uap panas dan baunya sedap. Tentu saja hati Beng Han merasa tidak enak sekali. Isterinya entah berada di mana dan bagaimana keadaannya, akan tetapi dia menghadapi meja penuh hidangan lezat bersama seorang wanita cantik!
"Kauwcu"".., aku"".. aku amat mengkhawatirkan keadaan isteriku, harap kau biarkan aku pergi menyusul dan mencarinya."
"Aihh, jangan khawatir. Kalau engkau pergi menyusulnya, kalian malah akan celaka. Sekarang, marilah kita makan minum untuk merayakan pertemuan kita yang tak terduga-duga ini. Biar kuanggap saja engkau merasa rindu kepadaku dan sengaja datang untuk menjengukku. Koko, mari minum!"
Wanita itu mengangkat cawan araknya dan terpaksa Beng Han juga melayaninya minum arak.
Mereka lalu makan minum dan betapapun berat rasa hati Beng Han, namun karena dia mengharapkan bantuan wanita ini menyelamatkan isterinya dan muridnya, maka dia makan minum sambil menceritakan peristiwa yang terjadi di Kuil Ban-hok-tong di Cin-an. Dan ternyata penuturannya itu amat menarik perhatian Kim sim Niocu yang mendengarkan penuh perhatian, matanya terbelalak penuh keheranan dan dia mendengarkan tanpa memutuskan penuturan pendekar itu. Setelah menceritakan semua tentang penyerbuan orang-orang Im-yang-pai di kuil itu dan bagaimana muridnya terculik oleh mereka, Beng Han lalu berkata dengan suara penuh penyesalan,
"Perbuatan anak buahmu terhadap Kuil Ban-hok-tong itu sudah keterlaluan kauwcu, dan merupakan pengacauan yang menggegerkan rakyat Cin-an. Akan tetapi, sampai muridku yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa itu diculik, benar benar membuat hatiku penasaran sekali. Maka kami suami isteri datang ke sini untuk minta dikembalikan muridku. Tidak kami sangka akan berjumpa denganmu di sini hingga terjadi hal tadi. Maka, kuharap engkau suka memegang janji tidak akan menganggu aku sekeluarga, maka harap kau suka cepat membebaskan muridku itu dan juga membiarkan isteriku pulang bersamaku."
Kim-sim Niocu menghela napas panjang, lalu menggeleng kepala.
"Ceritamu seperti dongeng saja, Gan-koko. Aku tidak tahu sama sekali tentang orang-orang Im-yang-pai yang dikatakan mengacau di Cin-an! Padahal, kalau hal itu benar-benar terjadi, sudah pasti aku mengetahuinya. Apakah buktinya bahwa para pengacau itu adalah orang-orang kami?"
"Buktinya? Aku sendiri tidak melihat peristiwa itu, akan tetapi para hwesio di Ban-hok-tong mengenal gerakan silat mereka, dan lebih dari itu, Thian Lee Hwesio dari Ban-hok-tong ketika bertanding dengan seorang di antara para pengacau, telah berhasil merampas sebuah lambang yang tergantung di dada orang itu. Lambang itu adalah lambang dari baja dan terdapat gambarnya yang persis dengan gambar di bajumu itu."
Beng Han menudingkan telunjuknya ke arah dada Kim-sim Niocu. Wanita itu mengerutkan alisnya, dan menggeleng-geleng kepalanya.
"Mana mungkin terjadi hal seperti itu? Ayah sedang menutup diri di dalam kamar pengasingan, sudah tiga bulan lamanya, dan para pimpinan Im-yang-pai tidak akan melakukan suatu urusan, apa lagi sebesar yang terjadi di Cin-an itu, tanpa setahu dan seijinku. Mereka itu tentu orang-orang palsu yang sengaja menggunakan nama Im-yang-pai"".."
Wanita itu menghentikan kata-katanya dan menoleh ke pintu.
"Harap kauwcu sudi memaafkan kalau saya mengganggu,"
Kata kakek berusia limapuluh tahun itu yang menjura dengan penuh hormat kepada Kim-sim Niocu.
"Paman Ciang, kau datang hendak melapor apakah?"
Suara wanita itu halus namun sikapnya amat berwibawa dan dingin, membuat Beng Han bergidik. Kalau bicara dengan dia, wanita ini seperti wanita biasa, penuh keluwesan kehalusan dan ramah. Akan tetapi kini sikapnya berubah sama sekali, kalau tadi mengandung kehangatan api, kini dingin seperti es membeku.
"Lapor kepada kauwcu atas perintah ji-pangcu bahwa telah tertangkap seorang wanita muda yang datang mengacau."
"Di mana dia sekarang?"
"Dia telah terjebak ke dalam kamar bawah tanah di belakang gudang perpustakaan."
"Bagus, biarkan dia di sana. Katakan kepada ji-susiok bahwa wanita itu adalah seorang tamuku, maka jangan diganggu, perlakukan baik-baik dan beri hidangan, akan tetapi jangan sampai keluar dari kamar itu untuk sementara ini."
"Baik, kauwcu,"
Kakek itu sudah membalikkan tubuh untuk pergi, akan tetapi Kim-sim Niocu memanggilnya kembali dan berkata.
"Sampaikan kepada ji-susiok agar dia datang ke sini, aku mempunyai hal penting untuk dibicarakan dengan dia, sekarang juga."
"Baik, kauwcu!"
Orang itu menjura lalu mengundurkan diri, keluar dari ruangan beranda rumah itu. Diam-diam Beng Han kagum juga akan kekuasaan wanita ini, dan kekhawatirannya berkurang ketika dia mendengar bahwa isterinya tertawan dan akan diperlakukan dengan baik.
"Kauwcu, aku telah menyampaikan semua persoalannya. Kalau memang muridku tidak berada di sini, dan kalau bukan orang-orang Im-yang-pai yang melakukan pengacauan di Cin-an itu, maka hal itu adalah tanggung jawab Im-yang-pai untuk menyelidiki. Maka biarkanlah aku dan isteriku pulang saja."
"Nanti dulu, koko, rasa rinduku terhadapmu masih belum mereda,"
Tiba-tiba sikap wanita itu kembali menjadi hangat dan ramah "Dan engkau harus menceritakan semua itu kembali kepada ji-susiok yang menjadi wakil dari ayahku. Jangan kau khawatir, aku tanggung bahwa isterimu tidak akan terganggu dan seteiah rasa rinduku mereda dan urusan di Cin-an ini telah ditangani oleh ji-susiok, aku berjanji untuk melepaskan engkau dan isterimu. Apakah engkau tidak percaya lagi kepadaku?"
Tentu saja Beng Han tidak berani membantah lagi dan dia mengangguk, lalu menemani wanita itu melanjutkan makan minum tanpa banyak cakap. Hatinya tetap diliputi kegelisahan, apa lagi kalau dia ingat bahwa isterinya tadi meninggalkan dia dengan hati marah dan penuh rasa cemburu.
Tiba-tiba terdengar angin menyambar. Beng Han cepat menengok keluar dan terkejutlah dia ketika melihat berkelebatnya bayangan orang yang luar biasa cepatnya, seperti terbang saja dan tahu-tahu di situ telah berdiri seorang kakek berpakaian serba putih, hampir sama dengan pakaian Kim-sim Niocu dan juga di dada dan punggung baju kakek ini terdapat lukisan lingkaran Im Yang. Pakaiannya seperti pakaian tosu dan rambutnya juga digelung ke atas. Kakek ini tinggi besar, bermuka hitam dan bengis, matanya lebar dan usianya tentu sedikitnya sudah enampuluh tahun. Anehnya, Kim-sim Niocu agaknya tidak tahu akan kedatangan ini, padahal Beng Han tahu benar bahwa tentu wanita itu mengetahuinya. Dia sendiri mendengar suara angin itu, apa lagi Kim-sim Niocu yang lebih lihai dari pada dia.
"Kauwcu"".!"
Terdengar kakek itu berkata dengan suaranya yang parau dan besar akan tetapi di balik suara itu terkandung khi kang yang amat kuat sehingga kembali Beng Han terkejut. Dia sudah pernah bertemu dengan Kim-sim Niocu, bahkan atas paksaan wanita cantik itu, dia pernah bermain cinta dengan wanita ini. Akan tetapi, nama besar ketua Im-yang pai hanya baru didengarnya saja dan belum pernah dia bertemu dengan orangnya. Dia pernah mendengar bahwa ketua Im-yang-pai adalah ayah Kim-sim Niocu dan berjuluk Kok Beng Thiancu, dan bahwa ketua ini mempunyai empat orang sute yang juga merupakan tokoh tokoh pimpinan Im-yang-pai.
Maka ketika dia tadi mendengar Kim-sim Niocu menyebut ji-susiok (paman guru ke dua), dia dapat menduga bahwa tentu kakek bermuka hitam ini adalah ketua ke dua di Im-yang-pai dan pernah dia mendengar nama si muka hitam ini, yaitu Cin Beng Thiancu. Kini baru Kim-sim Niocu menoleh dan ketika melihat kakek itu membungkuk ke arahnya, wanita ini cepat bangkit berdiri.
"Ah, kiranya ji-susiok telah datang. Ji-susiok, silakan makan minum bersama kami!"
"Terima kasih, kauwcu, saya sudah makan."
"Kalau begitu, mari kita duduk di dalam, Ji-susiok, ada sesuatu yang amat penting untuk kita bicarakan. Gan-taihiap, mari kita masuk saja."
Beng Han bangkit dan mengangguk, lalu ia engikuti wanita itu masuk ke ruang dalam dan kini mereka bertiga duduk di ruangan yang nyata amat indah itu. Setelah mereka duduk, Kim-sim Niocu memperkenalkan Beng Han kepada susioknya.
"Ji-susiok, tamu kita ini adalah Gan Beng Han taihiap dari Cin-an."
Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek itu mengangguk ke arah Beng Han, memandang sejenak dan berkata.
"Gan-taihiap dalah seorang gagah, ini kami sudah lama mendengar, sayang membiarkan isterinya menimbulkan keributan di Im-yang-pai.Entah apa maksudnya!"
Ucapan itu halus, akan tetapi penuh teguran sehingga Beng Han merasa tidak enak sekali. Kalau ternyata bahwa perusuh-perusuh itu adalah orang-orang Im-yang-pai, maka kedatangannya bersama isterinya masih beralasan. Kini, setelah ternyata bukan orang-orang Im-yang-pai yang mengacau di Cin-an, maka sebaliknya dia dan isterinyalah yang seakan-akan datang melakukan keributan di Im-yang-pai!
"Harap ji-pangcu sudi memaafkan isteri saya yang hanya ingin menolong murid kami yang tadinya kami sangka berada di sini,"
Kayanya sambil bangkit berdiri dan rnenjura.
"Ji-susiok, kedatangan Gan-taihiap dan isterinya ini ada hubungannya dengan peristiwa aneh yang terjadi di Cin-an. Ternyata ada orang-orang yang menggunakan nama Im-yang-pai, bahkan dengan meninggalkan lambang! Im-yang-pai, melakukan pengacauan di kuli Ban hok-tong di Cin-an, bahkan murid Gan taihiap mereka culik."
"Hemm""
Apakah yang terjadi, Gan taihiap?"
Kakek bermuka hitam itu lalu memandang Beng Han dengan sinar mata penuh selidik mencorong dari sepasang matanya yang lebar .
Sekali lagi Gan Beng Han menceritakan tentang peristiwa yang terjadi di Cin-an itu seperti yang telah diceritakannya kepada Kim-sim Niocu tadi. Cin Beng Thiancu mendengarkan penuh perhatian, alisnya berkerut dan mukanya makin lama makin bengis, tanda bahwa dia marah mendengar penuturan itu. Setelah pendekar itu selesai dengan ceritanya, Cin Benjj Thiancu mengadukan kedua telapak tangannya dengan keras.
"Tarrr""..!!"
Gan Beng Han terkejut bukan main. Kakek ini benar-benar hebat luar biasa. Dua telapak tangan yang diadukan itu mengeluarkan suara ledakan dan dia melihat uap mengepul di antara dua telapak tangan itu! Dia pernah mendengar akan adanya ilmu sakti yang disebut Tian-lui Sin-ciang (Tangan Sakti Geledek dan Kilat) yang belum pernah dilihatnya. Apakah kakek ini mahir ilmu sakti itu? Bulu tengkuknya meremang ketika dia melihat kedua telapak tangan itu berobah menghitam dan mengeluarkan asap seperti terbakar!
"Tidak salah lagi, ini tentu ada hubungannya dengan menghilangnya Liang Bin Cu!"
Akhirnya kakek itu berkata.
"Gan-taihiap, bukankah lambang yang kau lihat itu lingkaran gambar Im Yang berwarna hitam dan putih sedangkan huruf hurufnya berwarna biru?"
Beng Han mengangguk.
"Benar, locianpwe."
"Hemm, tidak salah lagi kalau begitu, ji-susiok. Itulah lambang dari murid tingkat tiga,"
Kata Kim-sim Niocu.
"Akan tetapi saya mengenal Liang Bin Cu itu orang macam apa. Tidak mungkin dia melakukan penyerbuan itu, dan siapa pula yang dia ajak sebagai rombongannya? Juga tidak mungkin dia mencemarkan nama Im-yang-pai secara demikian!"
Kakek itu mengangguk-angguk.
"Memang benar, kauwcu. Sayapun tidak mempunyai maksud untuk mencurigai orang sendiri yang sudah kita percaya. Akan tetapi, mungkin saja lambang itu adalah milik Liang Bin Cu yang dirampas orang dan dipergunakan untuk maksud keji merusak nama kita, sedangkan Liang Bin Cu sendiri"".hemm, saya kira dia tentu sudah tewas."
"Ahh".! Dia dibunuh orang dan lambangnya dipakai untuk melakukan kekacauan menggunakan nama Im-yang-pai?"
Kim-sim Niocu terbelalak dan mukanya menjadi merah karena marahnya.
"Ji-susiok, ini bukan urusan kecil Harap susiok suka cepat melakukan penyelidikan! dan menangkap serta menghukum biang keladinya! Seret dia atau mereka di depan kakiku karena saya sendiri yang akan menjatuhkan hukuman kepada mereka!"
Cin Beng Thiancu mengangguk, bangkit berdiri.
"Baik, kauwcu. Memang kita harus bertindak sebelum terlambat."
"Terlambat? Apa maksud ji-susiok?"
(Lanjut ke Jilid 19)
Kisah Tiga Naga Sakti (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 19
"Ji-pangcu berkata benar, memang amat berbahaya keadaan Im-yang-pai. Pemerintah tentu tidak akan mendiamkan saja. Penyerbuan itu merupakan pemberontakan karena mengganggu upacara penyambutan benda suci yang dilaksanakan atas perintah kaisar sendiri. Maka secepatnya bertindak membersihkan nama, lebih baik,"
Kata Gan Beng Han.
"Aihh, kalau begitu harap susiok menanganinya sendiri, saya akan memberitahukan ayah jika terbuka kesempatan untuk itu,"
"Saya sendiri akan memimpin anak murid melakukan penyelidikan, kauwcu, dibantu oleh para sute. Sayang bahwa ngo-sute (adik ke lima) sedang merantau, kalau ada dia, tentu, ia dapat banyak membantu dengan kecerdikannya. Gan-taihiap, terima kasih atas. beritamu, saya mohon diri."
Wanita itu bangkit, mengangguk, dan berkata.
"Harap ji-susiok memerintahkan para penjaga agar tidak mengganggu Gan-hujin dan menahannya dalam kamar itu sampai besok pagi"
Kakek itu mengerutkan alisnya, melirik ke arah Beng Han, lalu mengangguk dan membalikkan badan, kemudian sekali berkelebat lenyaplah tubuhnya dari situ. Beng Han termangu-mangu, penuh kagum. Sebuah lengan yang halus melingkar pinggangnya dari belakang dan terdengar suara halus wanita itu.
"Kepandaian Ji-susiok hebat, bukan? Dia memperoleh banyak kemajuan setelah kuberi petunjuk dalam hal ginkang dan rahasia penyempurnaan Ilmu Tian-lui Sin-ciang""""
Beng Han terkejut dan menoleh. Karena wanita itu berdiri dekat sekali, muka mereka berhadapan sedemikuan dekatnya sehingga mereka saling dapat merasakan hembusan napas masing-masing. Beng Han hendak mundur, akan tetapi lengan yang merangkul pinggangnya itu dibantu dengan lengan ke dua yang merangkul pundaknya, bahkan kini tubuhnya ditarik mendekat.
"Gan-koko aku rindu sekali kepadamu, marilah"""."
Beng Han mengerahkan tenaga, mempertahankan dirinya agar tidak ditarik, dan dengan suara kaku dia berkata.
"Kauwcu""."
Beng Han menarik napas panjang.
"Siauw Kim, ingatlah akan janjimu dahulu. Aku hanya melayanimu satu kali dan engkau berjanji tidak akan mengganggu aku sekeluarga selamanya. Engkau sedang menghadapi urusan besar yang menimpa Im-yang-pai, sedangkan aku sendiri sedang menghadapi kegelisahan karena muridku diculik orang dan isteriku menjadi tawanan di sini. Bagaimana kita dapat"".."
"Aihhhh, kekasihku yang jantan! Siapa yang melanggar janji? Apakah aku pernah mengganggumu selama ini? Engkau dan isterimu malah yang datang menggangguku, bukan? Marilah, kau temani aku semalam ini dan berlaku manis kepadaku, besok engkau dan isterimu akan kuantar sendiri keluar dari sini dengan segala kehormatan."
"Kalau aku menolak?"
Beng Han berkata keras.
"Hemm, Gan Beng Han, ingat bahwa isterimu telah melakukan pelanggaran di Im-yang pai! Kau anggap Im-yang-pai perkumpulan apakah yang boleh sembarangan saja dikacau oleh orang seperti isterimu? Seharusnya dia diberi hukuman, potong sebelah kaki, atau sebelah lengan, atau potong hidung dan kedua telinganya!"
"Kau"".. kau perempuan kejam!"
Kim-sim Niocu melangkah maju dan kembali kedua lengannya merangkul leher dengan sikap manja sekali, penuh daya tarik.
"Koko yang baik, betapa tega engkau mengatakan aku kejam? Aku akan mengampuni isterimu, kini memperlakukan dia dengan baik sebagai tamu agung, dan aku menyerahkan diriku kepadamu, kemudian akupun akan menolong muridmu, dan engkau masih mengatakan aku kejam? Apa kukira Im-yang-pai akan mengampuni orang-orang yang merusak nama Im-yang-pai itu? Mereka akan dibasmi dan mungkin saja muridmu yang berada bersama mereka akan ikut terbunuh, kecuali kalau aku memesan kepada anak buahku agar menyelamatkan dia. Koko, aku begini baik kepadamu, karena"". karena aku cinta kepadamu, engkau seorang laki-laki yang jantan. Kalau engkau menolak kerinduanku kepadamu, bukankah engkau yang menjadi laki-laki kejam, bukan aku?"
Beng Han terdesak sampai ke sudut, tidak mampu menjawab. Dahulu, sembilan tahun yang lalu, demi keselamatan isterinya yang sedang melahirkan, dia secara terpaksa memenuhi permintaan wanita ini. Sekarang, dia melihat kebenaran dalam ucapan ucapan itu, maka dia menjadi bingung dan tidak tahu bagaimana harus membantahnya.
"Apakah aku kejam kalau bersikap seperti ini kepadamu, Gan-koko?"
Suara halus itu berbisik penuh rayuan dan kedua lengan itu merangkul ketat, kemudian sebelum Beng Han dapat menguasai dirinya, mulut wanita itu telah menciumnya dengan penuh kemesraan, kehangatan dan penyerahan.
Beng Han adalah seorang pendekar yang hatinya bersih dari kecabulan. Dia tidak pernah menyeleweng, tidak pernah memikirkan wanita lain, dan cintanya terhadap isterinya adalah bulat. Akan tetapi, menghadapi rayuan Kim-sim Niocu yang dikenalnya dengan nama Bu Siauw Kim, wanita yang pernah digaulinya selain isterinya, apa lagi karena melihat betapa keadaannya terdesak, keselamatan isterinya dan muridnya terancam, ditambah lagi dengan dorongan darah muda dari tubuhnya yang sehat, maka untuk kedua kalinya, dia tidak kuasa lagi mempertahankan diri. Tak lama kemudian, sambil berdekapan mereka terhuyung memasuki kamar yang indah dari kauwcu itu di mana tidak lagi Beng Han melayani hasrat wanita itu, melainkan keduanya saling melayani dan saling menumpahkan gelora nafsu berahi yang menyesak dada.
Kim-sim Niocu atau Im-yang-kauwcu yang bernama Bu Siauw Kim itu sesungguhnya bukan pula seorang wanita cabul yang menjadi hamba nafsu berahi. Sama sekali bukan! Dia tidak pernah menikah, tidak pula menyimpan pria-pria untuk memuaskan nafsunya. Akan tetapi, dia tidak pantang berhubungan badan dengan pria yang disukainya, di manapun dan bilamanapun. Dia tidak perduli apakah pria itu sudah menikah, atau masih jejaka, sudah tua ataukah masih muda. Kalau pria itu menggerakkan rasa cintanya, dia akan mendekatinya dan menyerahkan dirinya! Agama yang dianutnya tidak melarang bubungan badan antara pria danwanita, bahkan menganggap hubungan itu merupakan penyelarasan dari Im dan Yang, menganggapnya sebagai sesuatu yang suci. Karena itu, semua anggauta Im-yang-kauw boleh melakukan hubungan badan dengan siapapun juga, asalkan berdasarkan suka sama suka, tidak boleh melakukan perkosaan. Tentu saja dalam hal ini timbul akal-akal mereka untuk menundukkan lawan tanpa perkosaan, yaitu dengan cara merayu, merangsang atau menggunakan obat dan sebagainya lagi.
Kalau dia menghendaki, tentu saja Bu Siauw Kim dapat mencari suami yang hebat segala galanya. Banyak pria yang tergila-gila kepadanya Namun dia tidak mau terikat, dia ingin bebas dalam pergaulannya dengan pria. Biasanya, sehabis bertemu dengan pria yang disukainya, pada keesokan harinya pria itu telah dilupakannya lagi, karena baginya, bermain cinta dengan seorang pria tiada bedanya dengan makan nasi di waktu perutnya lapar. Akan tetapi ada beberapa orang pria yang meninggalkan kesan di dalam hatinya, dan di antara mereka itu adalah Gan Beng Han. Oleh karena itu, begitu bertemu dengan pendekar ini, timbullah perasaan rindunya dan kebetulan sekali dia mendapatkan akal untuk setengah memaksa pria itu memasuki kamarnya.
Mungkin sifat yang aneh dari Bu Siauw Kim ini diwarisinya dari ayahnya. Kok Beng Thiancu juga tidak pernah menikah, akan tetapi banyak melakukan hubungan dengan wanita-wanita yang disukainya. Dan Siauw Kim terlahir dari seorang di antara wanita-wanita itulah. Melihat keadaan ayahnya apa lagi setelah mendalami tentang pelajaran Agama Im-yang-kauw. Siauw Kim juga memandang rendah pernikahan dan hidup bebas seperti ayahnya, mendekati pria manapun juga yang menggerakkan gairah hatinya. Maka tidaklah mengherankan kalau wanita ini pernah bermain cinta dengan anggauta anggauta Im-yang-pai sendiri, di antaranya bahkan ada seorang susioknya yang pernah menjadi kekasihnya! Kok Beng Thiancu yang berwatak aneh, sama sekali tidak menaruh keberatan, bahkan membenarkan sikap puterinya ini!
Bu Siauw Kim memang seorang wanita yang cantik. Ilmu kepandaiannya yang tinggi membuat ia mampu menjaga tubuhnya menjadi selalu padat berisi dan lunak seperti tubuh seorang dara belasan tahun, padahal usianya adalah tigapuluh lima tahun! Dan Beng Han sebagai seorang laki-laki yang memang jujur dan kurang pengalaman, tentu saja mudah dipermainkan sehingga selama semalam suntuk itu, pendekar ini seolah-olah lupa segala, lupa kepada isterinya dan lupa kepada muridnya. Demikian hebat rayuan Kim-sim Niocu yang menyeretnya ke dalam ayunan gelombang nafsu. Betapa banyaknya pria-pria gagah perkasa mudah runtuh oleh rayuan wanita cantik telah dibuktikan dalam sejarah semenjak jaman kuno sampai sekarang!
Hari masih pagi sekali, akan tetapi dari cahaya di jendela kamar itu, Beng Han tahu bahwa malam telah lewat. Maka dia lalu berkata lirih, menekan hatinya yang merasa menyesal sekali setelah malam yang menggairahkan itu lewat.
"Siauw Kim"". malam telah lewat, kau harus memenuhi janjimu untuk membiarkan aku dan isteriku pergi"""
Penyesalan memang selalu mengikuti kesenangan. Keduanya itu merupakan saudara kembar yang tak terpisahkan. Kesadaran selalu muncul setelah lupa diri dalam gelombang nafsu, seperti sinar matahari baru muncul setelah badai mereda. Gelombang nafsu selain menggulung mereka yang lemah, yang tidak waspada terhadap diri sendiri sehingga kewaspadaan dan perhatian tidak ada pada saat itu, membuat mereka lupa dan lemah, menjadi hamba nafsu. Penyesalan terlambat muncul akan tetapi setelah lewat waktu yang lama, penyesalan inipun lenyap dan biasanya muncul kerinduan akan pengalaman yang telah dinikmatinya sebagai pemuasan nafsu.
Dengan demikian manusia dipermainkan oleh batinnya sendiri dan menjadi hamba nafsu secara berulang-ulang, terus-menerus selama tidak terdapat kewaspadaan terhadap diri sendiri setiap saat, selama tidak mengenal diri sendiri setiap saat. Wanita cantik itu mengeluarkan keluhan panjang sambil menggeliat, seperti seekor kucing malas, wajahnya penuh senyum kepuasan rambutnya kusut dan kacau, lalu lengannya melingkar di leher Beng Han, agaknya masih enggan untuk melepaskan pendekar yang dianggapnya lain dari pada sekian banyaknya pria yang pernah ditemuinya.
"Hemmmm"".. masih pagi"". sebentar lagi""."
Gumamnya dengan mata masih tertutup dan dia memeluk lebih erat.
Akan tetapi tak lama kemudian, dua orang yang masih tenggelam dalam gelombang permainan cinta asmara ini, dikejutkan oleh suara hiruk-pikuk di luar kamar itu. Suara teriakan-teriakan gugup di tengah-tengah sorak-sorai menggegap-gempita dari seluruh penjuru seolah-olah banyak sekali orang sedang mengepung tempat itu!
"Kita dikepung tentara kerajaan!"
"Cepat pukul tanda bahaya!"
Dan terdengarlah kentungan tanda bahaya dipukul gencar. Kim-sim Niocu meloncat turun dari pembaringan, diikuti oleh Beng Han. Keduanya cepat mengenakan pakaian dan Kim-sim Niocu sudah mengenakan pakaiannya sebagai ketua Im-yang-kauw, menyambar pedangnya yang dipasang di atas punggungnya, kemudian berkata kepada Beng Han.
"Koko, mari kita bebaskan isterimu!"
Beng Han hanya mengangguk dan keduanya cepat pergi ke tempat tahanan di mana Kui Eng semalam itu tidak tidur, berada di dalam sebuah kamar yang amat kuat, berpintu besi dan di luar kamar terjaga oleh belasan orang nggauta Im-yang-pai. Wanita ini merasa marah sekali dan hatinya penuh cemburu kepada suaminya dan ketua lm-yang-kauw, bahkan dia sudah menangis semalam suntuk membayangkan jaminya dan wanita cabul itu.
Tiba-tiba pintu terbuka dari luar dan Kui Eng meloncat berdiri, wajahnya menjadi pucat sekali ketika dia melihat suaminya berdiri di luar pintu bersama Kim-sim Niocu, dan wajah yang pucat itu berubah merah seperti dibakar ketika dia melihat betapa rambut wanita itu masih kusut dan kacau, wajahnya yang agak pucat itu masih membayangkan kemesraan, sedangkan suaminya menundukkan mukanya yang agak pucat dengan kening berkerut, nampak tanda-tanda bahwa suaminya merasa menyesal dan malu! Dalam hal seperti ini, mata wanita memang amat tajam dan mudah saja menangkap arti dari semua itu. Maka tentu saja hatinya seperti disayat-sayat oleh rasa cemburu yang hebat!
"Koko, harap kau dan isterimu suka meyakinkan para pemimpin tentara kerajaan bahwa Im-yang-kauw sama sekali tidak bersalah dalam urusan penyerbuan kuil di Cin-an itu. Aku mengharapkan bantuanmu, Gan-koko."
Setelah berkata demikian, Kim-sim Niocu ngajak semua penjaga pergi dari situ untuk mengatur semua anak buah menghadapi pengepungan bala tentara kerajaan.
Sejenak Beng Han dan isterinya hanya berdiri berhadapan tanpa mengeluarkan suara setelah wanita itu pergi. Beng Han masih menundukkan mukanya, tidak berani mengeluarkan suara, bahkan tidak berani mengangkat muka untuk memandang wajah isterinya. Makin hebat penyesalan menyesak dadanya mengingat akan semua yang dilakukannya bersama Kim-sim Niocu semalam, selagi isterinya meringkuk di dalam kamar tahanan ini! Betapa dia mencinta isterinya! Betapa dia telah terpaksa melakukan permainan cinta asmara bersama wanita itu dan betapa rasa sukanya terhadap wanita itu hanyalah merupakan dorongan nafsu berahi belaka! Dan dia menyesal bukan main.
Akhirnya, setelah keadaan sunyi yang amat mencekam hati itu lewat seolah-olah takkan ada akhirnya, terdengar suara Kui Eng, suaranya lirih saja, halus, akan tetapi mengandung kedukaan yang mengiris jantung Beng Han
"Engkau".. telah mengulangi perbuatanmu delapan tahun yang lalu"""
Beng Han mengangkat mukanya, akan tetapi begitu bertemu dengan pandang mata isterinya yang membayangkan kedukaan dan kemarahan hebat itu, dia cepat menundukkan mukanya lagi. Dengan suara lirih dia berkata.
"Aku aku tidak berdaya"". demi menyelamatkan engkau yang tertawan". dan murid kita"."
"Alasan kotor! Sejak kapan engkau rnemandang nyawa lebih berharga dari pada kehormatan? Aku lebih suka seratus kali mati dari pada tertolong oleh"". oleh pengorbananmu. yang memang kau inginkan itu!"
"Eng-moi"".!!"
Akan tetapi Kui Eng sudah meloncat pergi sambil berkata.
"Aku harus mengadu nyawa dengan perempuan hina itu!"
"Eng-moi"".!"
Beng Han mengejar akan tetapi isterinya sudah berlari cepat. Terpaksa dengan hati penuh kegelisahan suami ini mengikuti isterinya. Dia tahu akan kekerasan hati isterinya maka dia khawatir sekali kalau-kalau terjadi hal yang hebat dan penyesalan nkan perbuatannya semalam tadi makin menyesak didadanya.
Cemburu adalah suatu bentuk nafsu yang amat menyiksa hati, menggelapkan pikiran dan meracuni batin. Orang bilang bahwa cemburu datang karena adanya cinta! Bahkan yang berpendapat bahwa bukanlah cinta kalau tiada cemburu! Benarkah ini? Ataukah pandangan seperti itu justeru amat menyesalkan?
Mungkinkah cinta itu disamakan dengan cemburu yang mengakibatkan kemarahan dan kebencian? Kalau begitu tidak ada bedanya antara cinta kasih dan kebencian! Tidak mungkin sama sekali ini! Cinta kasih bukanlah kebencian, cinta kasih bukanlah kemarahan dan cinta kasih sama sekali bukanlah cemburu! Dari mana datangnya cemburu? Kita dapat menyelidikinya dengan mudah kalau kita mau membuka mata dan mengenal diri sendiri. Cemburu adalah iri hati Cemburu timbul dari kesenangan kita yang diganggu orang. Kita menginginkan sesuatu, atau seseorang yang amat menyenangkan kita, untuk diri kita sendiri saja, untuk menjadi milik kita menjadi hak kita, dan berada di bawah kekuasaan kita seorang saja.
Maka kalau orang yang kita senangi itu, atau yang mendatangkan kesenangan pada diri kita, menoleh kepada orang lain, timbullah rasa kecewa dan marah yang dinamakan cemburu, dan sebagai akibatnya timbul pula kebencian, baik terhadap orang yang merampas dia yang menyenangkan kita maupun terhadap si dia sendiri yang mengecewakanhati kita karena menoleh kepada orang lain. Kita ingin menguasai orang itu sepenuhnya, menjadi milik kita sendiri, memonopolinya, mengurungnya.
Dan itukah yang dinamakan cinta kasih? Cemburu jelas ditimbulkan karena kesenangan kita terganggu! Dan cinta kasih sama sekali bebas dari pada keinginan menyenangkan diri sendir! Cemburu mendatangkan permusuhan dan konflik. Cinta kasih sama sekali bebas dari permusuhan dan konflik dalam bentuk apapun juga! Cemburu menimbulkan duka dan sengsara. Cinta adalah kebahagiaan! Bukan berarti bahwa cinta adalah kebalikan dari cemburu atau benci. Cinta adalah cinta! Akan tetapi jelas bahwa cemburu dan benci bukanlah cinta!
Pagi hari itu memang terjadi penyerbuan dari pasukan-pasukan kerajaan yang besar lumlahnya, dipimpin oleh panglima-panglima yang langsung datang dari kerajaan. Seperti telah diceritakan di bagian depan, pasukan-pasukan dari kerajaan ini diperkuat pula oleh Pek I Nikouw, Thian Ki Hwesio, Tiong-san Lo-kai, dan beberapa orang hwesio yang lihai dari Kuil Ban-hok-tong di Cin-an. Pasukan itu telah mengurung sekeliling perkampungan Im-yang-pai di lereng Tai-hang-san itu, hanya tinggal menanti perintah untuk menyerbu. Tentu saja para anggauta Im-yang-pai menjadi panik dan gempar. Im-yang-pai memang merupakan perkumpulan yang kuat, akan tetapi jumlah anggauta mereka yang berkumpul di pusat itu tidak ada seratus orang sedangkan bala tentara pemerintah itu berjumlah seribu orang, tentu saja untuk melawan pasukan pemerintah mereka jauh kalah banyak dan kalah kuat!
Akan tetapi, Kok Beng Thiancu dan puterinya, Kim-sim Niocu yang menjadi kauwcu dari Im-yang-kauw, telah memimpin anak buah mereka dan kini ayah dan anak ini berhadapan dengan para komandan pasukan dengan sikap yang tenang. Di pagi itu, Kim-sim Nio-cu yang mengenakan pakaian sebagai ketua Im-yang-kauw, nampak cantik sekali. Rambutnya masih kusut belum disisir, wajahnya yang halus belum terkena air, matanya masih memperlihatkan kantuk karena memang semalam suntuk dia tidak tidur, wajahnya agak pucat akan tetapi ada tanda merah di kedua pipinya.
Dia berdiri dengan sikap tenang di samping ayahnya Kok Beng Thiancu, ketua Im-yang-pai yang jarang dilihat orang, jarang ada orang kang-ouw dapat menjumpainya karena kakek ini selalu bersembunyi dan mengasingkan diri memperdalam ilmunya dan selalu dalam Samadhi, saat itu terpaksa keluar karena menghadapi urusan besar dan tadi telah dilapori puterinya sendiri bahwa tempat itu telah dikurung oleh pasukan pemerintah, kini berdiri tegak dengan tenang sekali. Kakek ini bertubuh sedang saja, pakaiannya malah sederhana sekali! tidak ada tanda gambar Im Yang di bajunya akan tetapi sinar matanya amat berwibawa dan wajahnya yang dapat dikatakan tampan itu keren sekali. Usianya kurang lebih enampuluh tahun. Akan tetapi pada saat itu, kakek ini diam saja dan membiarkan puterinya yang bicara kepada pimpinan pasukan pemerintah.
Pendekar Lembah Naga Karya Kho Ping Hoo Mutiara Hitam Karya Kho Ping Hoo Si Walet Hitam Karya Kho Ping Hoo