Kisah Tiga Naga Sakti 36
Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 36
Ling Ling memandang tajam, melihat senjata kedua orang kakek ini teringatlah dia akan peristiwa sepuluh tahun yang lalu ketika ia melawan kongce itu dengan sebatang pedang kecil sehingga pedangnya patah dan dia nyaris tewas oleh tendangan kakek bermuka kuning ini kalau saja tidak ditangkis oleh Sian Lun! Maka sambil tersenyum mengejek dia berkata.
"Nah, kalian majulah!"
Tentu saja dua orang saikong itu merasa sungkan untuk menyerang seorang dara remaja yang bertangan kosong dengan menggunakan senjata, apa lagi mengingat bahwa mereka maju berdua. Dengan mata mendelik karena sudah marah sekali, Ui-bin Sai-kong membentak.
"Bocah sombong, keluarkan senjatamu!"
Akan tetapi Ling Ling tersenyum."Saikong siluman, semenjak pedang kecilku kaupatahkan dengan kongcemu itu sepuluh tahun yang lalu. aku ingin sekali mematahkan kongcemu dengan tangan kosong saja. Majulah!"
Alis Ui-bin Sai-kong berkerut dan kini teringatlah dia kepada anak perempuan kecil yang pernah menyerangnya, membantu Pek I Nikouw yang lihai.
"Ah, kiranya engkau bocah setan itu?"
Bentaknva, diam-diam dia merasa jerih juga karena ketika anak itu berusia delapan tahun saja sudah membuktikan keberanian yang luar biasa. Sekarang, dengan sikap yang angkuh ini, kiranya anak luar biasa yang telah menjadi dara remaja ini tentu mempunyai suatu andalan yang cukup kuat Maka tanpa banyak cakap lagi dia lalu membentak keras dan menyerang dengan sepasan kongcenya. Sinar putih menyambar dari kanan kiri, mengarah kepala dan lambung Ling Ling.
Biarpun bagi orang awam dan bagi para anggauia perkumpulan yang hidir dan yang rata-rata memiliki ilmu silat cukup kuat itu nampak betapa sepasang kongce itu menyambar amat cepatnya sehingga berobah menjadi dua sinar putih, namun bagi Ling Ling, gerakan itu terlampau lamban! Dengan amat mudahnya dia mengelak dan mundur dua langkah ke belakang. Akan tetapi pada saat itu, terdengar bentakan parau dan Hek-bin Sai-kong sudah menyerang dari kiri, sepasang pedangnya juga berobah menjadi dua gulungan sinar yang menusuk dan membabat. Pada saat yang hampir bersamaan, sepasang kongce yang tadi tidak mengenai sasaran, kini sudah meluncur datang lagi melengkapi serangan sepasang pedang. Boleh dikara empat batang senjata menyambar dari pelbagai jurusan secara hampir serentak.
Dengan gerakan indah dan lincah, senyumnya tak pernah meninggalkan bibir, Ling Ling terus mengelak dan dia bersilat dengan gaya Kong-jiu-jip-pek-to (Dengan Tangan Kosong Memasuki Ratusan Golok), ilmu silat yang menjadi kebanggaan dari perguruan di Kwi-hoa-san. Ilmu ini tentu saja mengandalkan kelincahan atau ginkang yang amat tinggi, di samping langkah-langkah kaki yang amat hebat sehingga setiap gerakan tubuh, setiap langkah kaki, sudah mampu menghindarkan diri dari serangan lawan yang bagaimana hebatpun.
Melihat betapa sampai belasan jurus senjata mereka belum juga berhasil mencium lawan, dua orang saikong itu terkejut bakan main. Tahulah mereka bahwa gadis ini adalah seorang yang amat mahir dalam ilmu ginkang, maka merekapun merobah siasat penyerangan mereka. Kalau tadi mereka menyerang jurus demi jurus dengan gerakan kuat dan langsung, kini mereka mulai memutar senjata mereka dan hendak mempergunakan kecepatan putaran senjata itu untuk mengimbangi kecepatan lawan. Maka nampaklah empat gulungan sinar yang berputar-putar dan mengepung Ling Ling dari empat penjuru, seolah-olah menutup seluruh jalan keluarnya!
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara melengking panjang dan lenyaplah tubuh dara itu dari depan mereka! Dua orang kakek itu terkejut bukan main, cepat memutar tubuh dan menubruk dara itu yang sudah berada di belakang mereka. Namun, kembali tubuh itu melesat dan berobah menjadi bayangan yang menghilang! Demikian cepatnya gerakan dara ini sehingga kedua orang kakek itu menjadi pening dan kabur pandangan mata mereka setelah beberapa kali mereka berputaran karena selalu dara itu lenyap setiap kali diserang. Inilah ilmu ginkang yang sudah mencapai puncaknya dan hal ini tidak mengherankan. Dara itu dibimbing sendiri oleh Bu Eng Lojin, kakek sakti itu. Dari julukan ini saja, Bu Eng (Tanpa Bayangan), orang dapat menduga bahwa kakek itu adalah seorang ahli ginkang yang luar biasa, dan memang demikianlah adanya.
Maka, setelah Ling Ling dapat mewarisi ginkang dari suhunya ini, dia dapat pula melakukan gerakan gerakan yang sedemikian cepatnya seolah olah dia dapat menghilang saja seperti setan! Kalau Ling Ling menghendaki, tentu dia sudah dapat merobohkan dua orang lawannya itu dalam beberapa jurus saja karena memang tingkat kepandaian dua orang saikong itu masih jauh di bawah tingkatnya. Akan tetapi Ling Ling memang ingin menguji kepandaian dua orang lawan itu dulu di samping keinginannya menguji diri sendiri. Kini, setelah dua orang kakek itu pening dan tubrukan-tubrukan serta serangan-serangan mereka mulai ngawur, tiba-tiba dia melengking nyaring dan ketika dua orang kakek itu menubruknya, tubuhnya mencelat ke atas dan dari atas dia sudah cepat mengulur tangan dan di lain saat kedua tangannya telah merampas sebatang pedang dan sebatang kongce!
Dua orang kakek itu marah sekali, membalik dan melihat betapa dara itu telah berdiri menanti mereka dengan dua macam senjata itu di tangan! Dua orang saikong itu mengeluarkan suara menggereng seperti singa dan mereka menubruk dengan senjata mereka yang tinggal sebelah itu. Ling Ling tidak mengelak, melainkan menggunakan kedua senjata itu menangkis sambil mengerahkan sinkangnya.
"Cringgg! Cringggg!!"
Bunga api berhamburan ketika kongce bertemu kongce dan pedang bertemu pedang, dan akibatnya pedang dan kongce di tangan Ui-bin Sai-kong dan Hek-bin Sai-kong telah patah! Dan sebelum dua orang saikong itu mampu menghilangkan rasa kaget, kembali dara itu mengeluarkan lengking panjang, kedua tangannya bergerak dan nampaklah dua sinar berkeredepan menyambar ke depan. Dua orang kakek itu berteriak mengerikan dan roboh dengan dada tertancap senjata masing-masing sampai tembus ke punggun! Tewaslah mereka dengan mandi darah! Melihat tewasnya dua orang murid yang di andalkan dalam keadaan mengerikan itu, Kwa Cin Cu marah bukan main.
"Keparat, berani engkau membunuh murid kami?"
Bentaknya dan sinar terang menyambar dahsyat ketika golok peraknya meluncur dan dia sudah menyerang Ling Ling dengan kemarahan meluap. Golok itu menyambar bagaikan seekor harimau menerkam kelinci, dan begitu Ling Ling mengelak dengan loncatan ringan ke kiri, kembali sinar golok sudah mengejar dan menyerang dengan babatan pada kedua pahanya! Kembali Ling Ling meloncat ke kanan, akan tetapi dari sebelah kanan ini tangan kiri Kwan Cin Cu sudah bergerak memukul dan nampaklah uap hitam menyambar. Itulah tanda bahwa kakek ini telah melakukan pukulan yang lebih keji dari pada goloknya karena pukulan itu adalah ilmu Toat-ben tok-ciang (Tangan Beracun Mencabut Nyawa) yang ketika melatihnya dipergunakan otak dan darah segar anak-anak!
Ling Ling tidak terkejut, bahkan dengan berani dia juga menggerakkan tangan kanan menyambut hantaman pukulan sakti itu. Melihat ini, Kwan Cin Cu yang agak memandang rendah lawan yang disangkanya hanya memiliki ginkang yang tinggi saja dan nona semuda itu tidak mungkin dapat menahan pukulannya Toat-beng-tok-ciang, merasa girang sekali dan dia menambah tenaga pada dorongan tangan kirinya,
"Desss""..!!"
Akibat benturan dua telapak tangan itu sungguh tak terduga sama sekali oleh ketua pertama dari Beng-kauw ini. Dia terpental sampai tiga meter dan tubuhnya tergetar hebat sehingga tubuhnya terasa panas dingin, sedangkan tubuh dara itu hanya mendoyong ke belakang saja! Melihat betapa dalam adu tenaga itu suheng mereka kalah kuat, Hok Kim Cu dan Thian Bhok Cu sudah menerjang pula untuk mengeroyok Ling Ling. Akan tetapi Thai-kek Seng-jin sudah meloncat ke depan menyambut Hok Kim Cu, sedangkan Kok Beng Thiancu juga maju menyambut Thian Bhok Cu! Terjadilah pertempuran antara enam orang tokoh itu, tiga lawan tiga!
Hok Kim Cu dengan pedang emasnya yang lihai itu bertemu lawan tangguh dan seimbang, yaitu Thai-kek Seng-jin yang mainkan tongkat bambunya yang terbuat dari bambu Sisik Naga. Mereka sama-sama mengeluarkan segala ilmu kepandaian mereka, mengerahkan seluruh tenaga untuk merobohkan lawan, dan saking cepatnya mereka memutar senjata, maka tubuh mereka sampai lenyap terbungkus oleh gulungan sinar emas dan sinar hijau dari pedang dan tongkat itu. Pertandingan ini sungguh hebat, seru dan seimbang sehingga amat menegangkan hati mereka yang menontonnya.
Thian Bhok Cu juga menghadapi lawan sang seimbang, yaitu Kok Beng Thiancu. Ketua Im-yang-pai ini memang lihai bukan main dan biarpun dia menghadapi tongkat kayu Thian Bhok Cu agaknya seperti dengan kedua tangan kosong belaka, namun sesungguhnya tidak demikian karena kedua tangannya itu menggenggam masing-masing sebatang pisau kecil yang tak diperlihatkan dan ditekuk ke dalam, tersembunyi di balik lengan baju sedangkan gagangnya tergenggam tangan. Akan tetapi, setiap pukulannya kalau dielakkan lawan, maka pisau yang tersembunyi itu akan mencuat keluar dan menyerang ke arah tubuh lawan yang mengelak. Gerakan pisau ini disontekkan dengan pergelangan tangan sehingga tidak tersangka-sangka datangnya.
Lawan yang sudah mengira berhasil mengelak pukulan akan terkejut karena tiba-tiba ada pisau kecil yang merobek kulit tubuhnya! Akan tetapi, Thian Bhok Cu adalah ketua nomor tiga dari Beng-kauw yang sudah banyak pengalaman dan sudah mendengar akan senjata aneh lawannya inil, maka diapun tidak mau bertempur dalam jarak dekat, melainkan menggunakan keuntungan yang ada padanya dalam pertempuran itu, dengan mengandalkan tongkatnya yang panjang mengirim totokan-totokan maut ke arah jalan darah lawan. Maka, tak 1ama kemudian Kok Beng Thiancu terdesak hebat dan hanya mampu mengelak atau menangkis sambil melim dungi lengan yang menangkis dengan matj pisau yang disembunyikan iiu.
Sementara itu, Kwan Cin Cu masih berusaha mendesak Ling Ling dengan golok peraknya yang menyambar-nyambar ganas diselingi pukulan-pukulan Toat-beng-tok-ciang. Namun justeru ketua pertama dari Beng-kauw inilah yang memperoleh lawan terlampau berat baginya, tidak seperti dua orang sutenya yang setidaknya masih dapat mempertahankan diri dalam pertandingan yang seru dan berimbang. Betapapun Kwan Cin Cu telah mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaganya, namun Ling Ling masih dapat mempermainkannya karena dara remaja itu mengandalkan ginkangnya yang amat luar biasa Bahkan Kwan Cin Cu sendiri sempat dibikin pening dan bingung karena beberapa kali lawannya itu tiba tiba saja lenyap dan tahu-tahu muncul dibelakang atau di kiri atau kanannya dengan serangan maut berupa pukulan yang mengandung hawa panas mengerikan! Kwan Cin Cu menjadi nekat dan sambil menyerang makin ganas, dia mengeluarkan pekik yang memerintahkan anak buahnya untuk menyerbu musuh!
Orang orang Beng-kauw yang tadinya asyik menonton pertandingan tingkat tinggi itu, menjadi terkejut dan mereka lalu berteriak teriak, megangkat senjata dan menyerbu rombongan orang-orang Pek-lian-kauw dan Im-yang-kauw. Tentu saja fihak dua perkumpulan inipun menyambut serbuan itu dengan marah dan terjadilah pertempuran di pagi hari yang cerah di tepi pantai Po-hai itu! Gu Lam Sing, tokoh Uighur dan jago gulat itu, seperti orang berpesta saja karena dia tidak mendapatkan lawan yang terlalu tangguh, dan setiap kali dia berhasil menangkap lengan seorang musuh, tentu orang itu ditekuknya seperti menelikung ayam, membantingnya dan lawan itu tewas dalam keadaan mengerikan, kepala pecah dan tulang remuk-remuk atau dengan kaki dan lengan terlepas sambungan tulangnya!
Beberapa kali Kwan Cin Cu dan dua orang sutenya berusaha mempergunakan ilmu sihir bahkan Kwan Cin Cu hampir saja berhasil menundukkan Ling Ling dengan ilmunya Sin gan Hoat lek, yaitu semacam ilmu hypnotism yang mencengkeram dan menguasai batin lawan. Akan tetapi semua usahanya dan usaha dua orang sutenya itu selalu digagalkan pada saat munculnya oleh Thai-kek Seng-jin yang waspada akan hal semacam itu. Setiap ilmu sihir yang dikeluarkan oleh tiga orang ketua Beng-kauw ini lenyap oleh bentakan ketua Pek-lian-kauw ini. Dan memang dalam ilmu sihir Pek-lian-kauw sudah terkenal mempunyai banyak ahlinya yang kuat sekali, termasuk Thai-kek Seng-jin inilah. Dan tentu saja pengaruh sihir yang dilepas oleh tiga orang ketua Beng kau itu tidak dapat dengan sepenuhnya mempengaruhi orang-orang yang memiliki sinkang sekuat Kok Beng Thiancu dan Ling Ling sehingga tenaga sihir mereka itu sudah banyak berkurang kekuatannya.
Melihat betapa pertempuran telah berlangsung antara anak buah Beng kauw melawan anak buah Pek-lian-kauw dan Im-yang-pai Ling Ling mengeluarkan suara melengking panjang dan kini gerakannya makin cepat lagi, membuat lawannya bingung dan pada saat Kwan Cin Cu dengan bingung memutar tubuhnya membalik, Ling Ling sudah meloncat lagi dengan kecepatan kilat ke sebelah kanan lawan dan begitu dia membentak nyaring dan tangannya menghantam, Kwan Cin Cu mengeluh dan golok peraknya terlepas dari pegangan karena lengan kanannya terasa nyeri seperti retak tulangnya ketika terkena pukulan Ling Ling dengan tangan miring.
"Aduhhh""..!"
Kakek ini masih sempat melempar tubuh ke belakang untuk menyelamatkan diri, akan tetapi baru saja dia meloncat bangun, kiranya dara itu sudah lebih dulu dari padanya dan menyambutnya dengan tendangan ke arah pusarnya. Tendangan itu sedemikian cepat dan kuatnya sehingga Kwan Cin Cu dengan kaget menyilangkan kedua tangan di depan pusar untuk melindungi bagian berbahaya ini, akan tetapi pada saat itu, kedua tangan Ling Ling bergerak cepat, yang kanan menampar kepala yang kiri menotok ke arah dada!
Kwan Cin Cu mengangkat tangan kiri ke atas sambil mengerahkan tenaga Toat-beng-tok-ciang, menangkis tamparan ke arah kepalanya, namun karena kecepatan dara itu memang jauh lebih menang, kakek ini tidak dapat mengelak lagi ketika tangan kiri dara itu menotok dadanya, tepat mengenai jalan darah besar yang langsung berhubungan dengan jantungnya.
"Kekkk"".!!"
Kwan Cin Cu megap-megap, kedua tangannya mendekap dadanya dan roboh terjengkang, tewas tak lama kemudian karena jalan darah itu telah pecah dan jantungnya terguncang hebat!
Melihat lawannya telah roboh, Ling Ling cepat meloncat dan membantu Kok Beng Thiancu yang masih sibuk menghadapi desakan tongkat Thian Bok Cu. Melihat suhengnya roboh Thian Bhok Cu marah dan menyambut terjangan Ling Ling dengan tusukan tongkat ke arah ke dua mata dara itu! Akan tetapi, Ling Ling sekali ini memperlihatkan kepandaiannya. Dia tidak mengelak, bahkan memapaki dan ternyata gerak tangannya lebih cepat dari pada gerakan tongkat lawan sehingga sebelum tongkat itu menyentuh bulu matanya dia telah terlebih dulu dapat menangkapnya, mengerahkan tenaga sinkang, menekuk dan"".
"Krekkkk!"
Tongkat itu patah menjadi tiga potong! Pada saat Thian Bhok Cu terkejut sekali melihat tongkatnya yang ampuh itu patah-patah, Kok Beng Thiancu telah menubruk dan dua batang pisaunya amblas memasuki leher dan dada ke tua nomor dua dari Beng-kauw itu.
"Crepp"""
Blessss"".. aughhhh"".."
Thian Bhok Cu roboh pula dan tewas.
Melihat betapa suheng dan sutenya tewas, bukan main marahnya hati Hok Kim Cu. Akan tetapi kemarahan ini bercampur rasa gentar karena dia tahu bahwa melanjutkan perlawanan berarti akan membunuh diri. Fihak lawan terlalu kuat. Kalau masih ada Maghi Sing, tidak mungkin fihak lawan akan dapat menandingi. Beng-kauw, bahkan kalau di situ ada Gin San saja, tentu fihak musuh dapat dipukul mundur.
Akan tetapi kini dua orang ketua Beng-kauw telah tewas dan kalau dia tidak cepat melarikan diri, dia tentu akan tewas pula. Tiba-tiba dia membentak nyaring dan pedang emasnya melakukan serangan yang dahsyat sekali terhadap Thai-kek Seng-jin. Ketua Pek-lian-kauw ini terkejut dan terpaksa meloncat mundur sambil memutar tongkat bambunya untuk melindungi tubuhnya. Akan tetapi kiranya lawan yang membuka serangan dahsyat tadi tidak melanjutkan serangannya, bahkan mempergunakan kesempatan selagi dia meloncat ke belakang tadi, kini Hok Kim Cu membalikkan tubuhnya dan melompat jauh untuk melarikan diri!
Tiba-tiba nampak bayangan orang berkelebat cepat sekali dan tahu-tahu Ling Ling telah menerjang Hok Kim Cu dari samping. Hok Kim Cu masih melihat berkelebatnya bayangan di sebelah kanannya ini, maka dia cepat menggerakkan pedang emasnya untuk menyerang. Akan tetapi Ling Ling sudah miringkan tubuhnya sambil mengirim tendangan yang tak terduga-duga dan yang tepat mengenai lutut kanan Hok Kim Cu.
"Krekkk! Aughhh"".!"
Karena sambungan lututnya patah, tubub Hok Kim Cu terguling dan dia masih berusaha untuk menggunakan pedangnya membacok ke arah kaki Ling Ling Namun dara itu lebih cepat, sudah meloncat menghindar, bahkan kini kakinya menyambar lagi, tepat mengenai punggung tangan yang memegang pedang sehingga pedang emas itu terlempar. Dan sebelum Hok Kim Cu mampu bangkit, nampak ada seorang dara lain yang menubruk dengan pedangnya.
"Blessss""..!"
Pedang di tangan gadis ini menusuk perut Hok Kim Cu sampai tembus. Kakek ini mengeluarkan teriakan mengerikan dan darah menyembur keluar. Tewaslah dia dalam keadaan mengerikan pula.
Ling Ling melihat bahwa yang membunuh Hok Kim Cu adalah Liang Hwi Nio, gadis cantik murid Im-yang-kauw yang pernah menyerbu ke sarang Beng-kauw dan pernah tertawan. Liang Hwi Nio sudah mencabut kembali pedangnya sambil meloncat mundur, kemudian membungkuk ke arah Ling Ling sambil berkata.
"Harap lihiap maafkan kelancanganku, sekarang baru puas hatiku telah membunuh jahanam ini!"
Ling Ling hanya mengangguk dan tersenyum, dapat menduga bahwa kebencian gadis itu tentu ada sebabnya, dan dia dapat menduganya. Tentu Hok Kim Cu pernah bersikap menyakitkan hati ketika gadis ini menjadi tawanan dahulu. Dugaannya memang benar. Hok Kim Cu hampir saja berhasil memperkosa Hwi Nio dan dia itu tentu telah menjadi korbannya kalau tidak muncul Gin San yang menyelamatkannya.
Melihat betapa tiga orang ketua mereka telah roboh dan tewas, lenyaplah semangat para anggauta Beng-kauw. Mereka melarikan diri meninggalkan mayat hampir setengah jumlah mereka yang diamuk oleh Gu Lam Sing dan para anggauta Pek-lian-kauw dan Im-yang-pai. Dengan kegembiraan besar sebagai orang-orang yang menang perang, rombongan itu meninggalkan sarang Beng-kauw dan kembali ke sarang mereka, yaitu sarang Pek lian kauw karena untuk sementara Im-yang-pai menumpang di tempat sekutunya itu.
Telaga Po-yang terletak dalam Propinsi Kiang-si di selatan. Telaga ini cukup besar dan pemandangan alam di sekitar telaga itu amat indah. Hawanyapun sejuk sekali karena telaga ini terletak di antara bukit-bukit yang penuh dengan hutan-hutan liar. Di dalam sebuah hutan di tepi Telaga Po-yang ini terdapat sekumpulan rumah yang merupakan sebuah perkampungan. Namun sesungguhnya bukan sebuah kampung atau dusun biasa, melainkan sebuah markas atau sarang dari perkumpulan Beng-kauw. Beng-kauw di selatan ini menjadi sumber atau pusat dari Beng-kauw yang banyak didirikan di mana-mana sebagai cabangnya. Karena Beng-kauw yang berada di tepi Telaga Po-yan ini merupakan pusatnya, maka kegiatan di situ sebagian besar hanya mengajarkan dan mengembangkan pelajaran agama itu. Biarpun demikian.
Nama Beng kauw di tempat ini amat terkenal oleh semua golongan kang-ouw, karena Beng kauw terkenal mempunyai banyak orang sakti, sungguhpun mereka itu tidak pernah mengadakan bentrokan dengan siapapun. Kalau membandingkan sepak terjang Beng kauw pusat ini dengan Beng-kauw yang berada di cabang-cabang, sungguh mengherankan semua orang. Beng kauw di pusat ini seperti sebuah perkumpulan agama yang serius, yang melakukan ibadat dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat, sebaliknya Beng-kauw di cabang, terutama yang berada di utara dan dipimpin oleh Maghi Sing, selain memasuki kesibukan dunia kang-ouw, bahkan menjurus ke arah pergerakan politik!
Akan tetapi Beng kauw pusat di tepi Telaga Po-yang ini masih murni, oleh karena itu maka dihormati oleh semua golongan kang-uw Peraturannya bagi anak buahnya amat keras. Terutama sekali karena Beng kauw itu diketuai oleh seorang yang memiliki kepandaian amat luar biasa yang tidak pernah memperlihatkan ilmu ilmunya itu di luar Ben kauw, maka orang-orang kang ouw makin segan dan menghormat, tidak berani sembarangan mencampuri urusan pribadi Beng kauw.
Ketua Beng kauw itu adalah seorang kakek tua renta, sukar ditaksir berapa usianya akan tetapi jelas lebih dari seratus tahun! Kakek ini hanya dikenal julukannya saja, yaitu Bu Heng Locu. Menurut kabar angin, kakek ini selama puluhan tahun bertapa di dunia barat, di antara puncak-puncak Himalaya dan baru setelah usianya tua dia kembali ke timur membawa Agama Beng-kauw itu untuk dikembangkan. Maghi Sing yang menjadi tokoh Beng-kauw di utara itu adalah murid keponakannya. Melihat kehebatan ilmu kepandaian Maghi Sing, maka dapat dibayangkan betapa saktinya kakek tua renta yang seperti sudah pikun ini!.
Beng-kauw pusat ini merupakan semacam penggemblengan bagi calon-calon pendeta Beng-kauw yang setelah tamat ditugaskan untuk memperkembangkan agama itu ke seluruh pelosok dunia. Selain Bu Heng Locu sebagai ketuanya, juga di situ terdapat lima orang kakek yangj usianya sebaya dengan sang ketua, lima orang kakek tua renta yang amat dihormati karena mereka ini adalah Lima Penasihat Tua, yang merupakan dewan penasihat dari pusat perkumpulan Beng-kauw ini! Dan para calon pendeta yang menjalani penggemblengan disitu, bukan hanya digembleng dengan ilmu agama, akan tetapi juga dengan ilmu silat Beng kauw yang amat tinggi, tidak pernah lebih dari lima-puluh orang jumlahnya. Dewan Penasihat atau Lima Penasihat Tua itu, biarpun amat dihormati dan merupakan ahli-ahli Agama Beng kauw, namun dalam hal ilmu silat mereka tidaklah sehebat kepandaian sang ketua, karena memang mereka jauh lebih condong memperdalam ilmu agamanya dari pada ilmu silatnya. Namun mereka ini dihormati oleh semua anggauta, bahkan sang ketua sendiri tunduk kepada mereka dan selalu mempertimbangkan nasihat-nasihat mereka.
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali, nampak perobahan besar terjadi di perkampungan Beng kauw ini. Biasanya, perkampungan ini sunyi dan tenang sekali, nampak damai dan tenteram, hanya terdengar bunyi pendeta membaca doa atau mantera, atau terdengar pula suara mereka kalau sedang berlatih silat, dan yang nampak di luar rumah-rumah itu hanya para anggauta yang bekerja di sawah ladang di mana mereka menanam sayur-sayuran yang hidup lengan suburnya. Akan tetapi, pagi hari itu, nampak perobahan besar ketika semua anggauta berkumpul di tanah terbuka yang berada di tengah-tengah pedusunan itu, tanah terbuka yang bersih dan ditumbuhi rumput hijau tebal.
Kurang lebih limapuluh orang anggauta itu semua berkumpul di situ, duduk membentuk lingkaran besar dan di tengah-tengah lingkaran duduk lima orang kakek yang bukan lain adalah Lima Penasihat Tua. Juga para tokoh Beng kauw yang kedudukannya lebih inggi, yang telah berhak memakai jubah pendeta Beng-kauw, yang jumlahnya ada tujuh orang, telah berkumpul dan duduk tidak jauh dari Lima Penasehat Tua itu. Mereka sedang merundingkan sesuatu dengan wajah serius.
Apakah yang telah terjadi? Mereka itu sedang merundingkan keadaan sang ketua, Bu Heng Locu yang sedang dilanda sakit yang mengakibatkan kedua kaki kakek ini menjadi lumpuh! Keadaan ini tentu saja mendorong para anggauta untuk memikirkan calon pengganti ketua, karena seorang ketua yang dalam keadaan sakit berat dan lumpuh tentu saja tidak dapat bekerja dengan baik dan perlu beristirahat. Bahkan Bu Heng Locu sendirilah yang minta kepada para tokoh Beng-kauw untuk mengadakan pemilihan ketua baru, maka pada hari itu mereka semua, kecuali sang ketua yang rebah di dalam kamarnya, berkumpul di tanah terbuka semacam padang rumput itu untuk membicarakan persoalan penting itu.
Semenjak subuh tadi sudah diadakan perundingan, akan tetapi di antara tujuh orang murid Bu Heng Locu yang hadir di situ, tidak seorangpun berani menjabat kedudukan ketua Mereka merasa belum mampu untuk menggantikan kedudukan guru mereka.
"Hemm, kalau kalian sebagai murid-murid ketua kita merasa tidak mampu, lalu siapa yang yang patut menjadi ketua Beng-kauw?"
Akhirnya seorang di antara Lima Penasehat Tua berkata sambil menarik napas panjang.
"Kwan Liok, menurut pandangan kami, juga menurut pendapat suhumu, engkaulah satu satunya orang yang patut menggantikan kedudukan suhumu sebagai ketua Beng-kauw Mengapa engkau menolaknya?"
Seorang kakek lain di antara
Lima Penasihat Tua itu berkata.
Kwan Liok adalah seorang di antara tujuh orang murid Bu Heng Locu, bahkan seorang murid terbaik, baik dalam ilmu silat maupun ilmu agama. Akan. tetapi, Kwan Liok yang terkenal sebagai seorang yang amat mencinta suhunya itu menggeleng kepala keras-keras dan dia mengerutkan alisnya sambil berkata,
"Maafkan saya, ngo-wi loclanpwe. Biarpun dalam keadaan sakit namun suhu masih ada, mengapa kita sibuk mencari pengganti ketua? Biarlah suhu tetap menjadi ketua dan kalau beliau tidak dapat
(Lanjut ke Jilid 37)
Kisah Tiga Naga Sakti (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 37
melakukan tugasnya selagi sakit, dapat saja beliau memerintah kami sebagai murid-murid beliau untuk mewakili tugas beliau. Akan tetapi kedudukan ketua sebaiknya biarlah tetap dipegang oleh suhu."
Enam orang murid yang lain mengangguk setuju dan agaknya semua anggauta yang lain juga setuju dan mulailah mereka berbisik-bisik sehingga keadaan menjadi agak bising. Kebisingan itu membuat mereka agak lengah sehingga tidak melihat bahwa ada seorang lain yang datang. Dari gerakannya yang seperti terbang cepatnya dan tidak diketahui oleh banyak orang pandai di situ membuktikan bahwa orang ini memiliki kepandaian tinggi. Dia ini seorang laki-laki yang memakai jubah pendeta, akan tetapi pakaian dan jubahnya itu serba baru dan mewah, terbuat dari kain yang mahal dan bersulam, sepatunya hitam mengkilap baru dan pinggangnya memakai sabuk rantai emas, tangannya juga memegang sebatang tongkat terbuat dari pada emas! Laki-laki ini usianya kurang lebih limapuluh tahun, akan tetapi wajahnya nampak muda, tampan dan gagah.
"Ha-ha ha, kalian semua telah melupakan aku agaknya!"
Tiba tiba dia berkata dan semua orang menoleh, memandang kepada laki-laki berpakaian pendeta yang memasuki lingkaran itu dengan lagak tinggi hati akan tetapi wajahnya berseri dan mulutnya tersenyum lebar. Dengan langkah lebar dia menghampiri Lima Penasehat Tua dan membungkuk dengan sikap gagah.
"Ngo-wi locianpwe. aku menyampaikan salam hormatku!"
Kini semua orang mengenal orang ini, dan Lima Penasehat Tua juga segera mengenalnya, dan mereka merasa terkejut sekali. Orang ini bukanlah orang asing bagi semua orang Beng Kauw.
Dia adalah Ouw Sek yang sudah berani berjuluk Pek-ciang Cin-jin. Siapa yang berani berjuluk Cin-jin seharusnya adalah seorang pendeta yang benar-benar telah hidup dengan bersih, akan tetapi orang ini mempergunakan julukan seperti untuk mengejek saja! Ouw Sek ini adalah bekas murid dari Bu Heng Locu, bahkan murid pertama dan yang paling dikasihi karena memang Ouw Sek memiliki bakat yang amat luar biasa dalam ilmu silat. Dia hampir dapat mewarisi semua ilmu dari suhunya itu, dan andaikata tidak terjadi sesuatu yang membuat dia ternoda, agaknya semua tokoh Beng kauw sekarang tidaklah akan bingung menentukan siapa yang harus menggantikan kedudukan ketua Beng-kauw. Tentu pilihan akan terjatuh kepada Ouw Sek ini Akan tetapi, tiga tahun yung lalu terjadilah hal yang hebat, hal yang bahkan menjadi sebab dari sakitnya ketua Beng-kauw sampai sekarang dan yang mengakibatkan Ouw Sek diusir dari Beng-kauw dan tidak diakui lagi sebagai murid atau anggauta Beng kauw.
Seperti kebiasaan para tokoh Agama Beng-kauw, pendeta-pendeta Beng-kauw tidak dilarang untuk beristeri. Bu Heng Locu yang sudah tua itupun mempunyai seorang isteri muda yang cantik, yang usianya baru tigapuluh tahun. Tiga tahun yang lalu, pada suatu malam yang sial, Bu Heng Locu yang biasanya kalau bersamadhi mengeram diri sendirian dalam sebuah guha di bukit yang tak jauh dari perkampungan Beng-kauw sampai satu bulan baru pulang, malam itu pulang dengan tiba-tiba setelah bersamadhi selama satu minggu. Dan dapat dibayangkan bagaimana perasaan hatinya ketika dia melihat dalam kamarnya muridnya yang terkasih, Ouw Sek sedang berjina dengan isteri mudanya!
Kakek ini dapat menenangkan hatinya sehingga tidak melakukan hal yang keras. Dia hanya menegur muridnya itu dan karena muridnya telah melakukan suatu pelanggaran yang amat besar, maka sesuai dengan peraturan, Ouw Sek diusir dan tidak diakui lagi sebagai anggauta Beng kauw. Biarpun Ouw Sek menangis dan minta minta ampun, namun Bu Heng Locu tidak merobah keputusannya. Ouw Sek terpaksa lalu pergi dari perkampungan Beng-kauw diantar pandang mata menghina dan merendahkan oleh semua anggauta Beng-kauw.
Akan tetapi, peristiwa itu tidak berbenti sampai di situ saja. Isteri muda dari Bu Heng Locu itu saking malunya, telah menggantung diri sampai mati di dalam kamar mandi! Peristiwa ini mendatangkan pukulan batin yang hebat bagi Bu Heng Locu yang sudah amat tua, ditambah lagi oleh jasmaninya yang memang telah tua dan lemah, maka dia jatuh sakit sakitan dan selama tiga tahun ini dia tak pernah sehat sampai akhirnya kedua kakinya menjadi lumpuh! Oleh karena itu, dapat dibayangkan betara kagetnya semua orang ketika melihat munculnya murid murtad itu. Akan tetapi, Lima Penasihat Tua adalah orang orang yang berpengalaman dan tidak mudah menjadi gugup. Seorang di antara mereka lalu bangkit berdiri dan berkata dengan suara berwibawa,
Enam orang murid yang lain mengangguk setuju dan agaknya semua anggauta yang lain juga setuju dan mulailah mereka berbisik-bisik sehingga keadaan menjadi agak bising. Kebisingan itu membuat mereka agak lengah sehingga tidak melihat bahwa ada seorang lain yang datang. Dari gerakannya yang seperti terbang cepatnya dan tidak diketahui oleh banyak orang pandai di situ membuktikan bahwa orang ini memiliki kepandaian tinggi. Dia ini seorang laki-laki yang memakai jubah pendeta, akan tetapi pakaian dan jubahnya itu serba baru dan mewah, terbuat dari kain yang mahal dan bersulam, sepatunya hitam mengkilap baru dan pinggangnya memakai sabuk rantai emas, tangannya juga memegang sebatang tongkat terbuat dari pada emas! Laki-laki ini usianya kurang lebih limapuluh tahun, akan tetapi wajahnya nampak muda, tampan dan gagah.
"Ha-ha ha, kalian semua telah melupakan aku agaknya!"
Tiba tiba dia berkata dan semua orang menoleh, memandang kepada laki-laki berpakaian pendeta yang memasuki lingkaran itu dengan lagak tinggi hati akan tetapi wajahnya berseri dan mulutnya tersenyum lebar. Dengan langkah lebar dia menghampiri Lima Penasehat Tua dan membungkuk dengan sikap gagah.
"Ngo-wi locianpwe. aku menyampaikan salam hormatku!"
Kini semua orang mengenal orang ini, dan Lima Penasehat Tua juga segera mengenalnya, dan mereka merasa terkejut sekali. Orang ini bukanlah orang asing bagi semua orang Beng Kauw.
Dia adalah Ouw Sek yang sudah berani berjuluk Pek-ciang Cin-jin. Siapa yang berani berjuluk Cin-jin seharusnya adalah seorang pendeta yang benar-benar telah hidup dengan bersih, akan tetapi orang ini mempergunakan julukan seperti untuk mengejek saja! Ouw Sek ini adalah bekas murid dari Bu Heng Locu, bahkan murid pertama dan yang paling dikasihi karena memang Ouw Sek memiliki bakat yang amat luar biasa dalam ilmu silat. Dia hampir dapat mewarisi semua ilmu dari suhunya itu, dan andaikata tidak terjadi sesuatu yang membuat dia ternoda, agaknya semua tokoh Beng kauw sekarang tidaklah akan bingung menentukan siapa yang harus menggantikan kedudukan ketua Beng-kauw. Tentu pilihan akan terjatuh kepada Ouw Sek ini Akan tetapi, tiga tahun yung lalu terjadilah hal yang hebat, hal yang bahkan menjadi sebab dari sakitnya ketua Beng-kauw sampai sekarang dan yang mengakibatkan Ouw Sek diusir dari Beng-kauw dan tidak diakui lagi sebagai murid atau anggauta Beng kauw.
Seperti kebiasaan para tokoh Agama Beng-kauw, pendeta-pendeta Beng-kauw tidak dilarang untuk beristeri. Bu Heng Locu yang sudah tua itupun mempunyai seorang isteri muda yang cantik, yang usianya baru tigapuluh tahun. Tiga tahun yang lalu, pada suatu malam yang sial, Bu Heng Locu yang biasanya kalau bersamadhi mengeram diri sendirian dalam sebuah guha di bukit yang tak jauh dari perkampungan Beng-kauw sampai satu bulan baru pulang, malam itu pulang dengan tiba-tiba setelah bersamadhi selama satu minggu. Dan dapat dibayangkan bagaimana perasaan hatinya ketika dia melihat dalam kamarnya muridnya yang terkasih, Ouw Sek sedang berjina dengan isteri mudanya!
Kakek ini dapat menenangkan hatinya sehingga tidak melakukan hal yang keras. Dia hanya menegur muridnya itu dan karena muridnya telah melakukan suatu pelanggaran yang amat besar, maka sesuai dengan peraturan, Ouw Sek diusir dan tidak diakui lagi sebagai anggauta Beng kauw. Biarpun Ouw Sek menangis dan minta minta ampun, namun Bu Heng Locu tidak merobah keputusannya. Ouw Sek terpaksa lalu pergi dari perkampungan Beng-kauw diantar pandang mata menghina dan merendahkan oleh semua anggauta Beng-kauw.
Akan tetapi, peristiwa itu tidak berbenti sampai di situ saja. Isteri muda dari Bu Heng Locu itu saking malunya, telah menggantung diri sampai mati di dalam kamar mandi! Peristiwa ini mendatangkan pukulan batin yang hebat bagi Bu Heng Locu yang sudah amat tua, ditambah lagi oleh jasmaninya yang memang telah tua dan lemah, maka dia jatuh sakit sakitan dan selama tiga tahun ini dia tak pernah sehat sampai akhirnya kedua kakinya menjadi lumpuh!
Oleh karena itu, dapat dibayangkan betara kagetnya semua orang ketika melihat munculnya murid murtad itu. Akan tetapi, Lima Penasihat Tua adalah orang orang yang berpengalaman dan tidak mudah menjadi gugup. Seorang di antara mereka lalu bangkit berdiri dan berkata dengan suara berwibawa,
"Ouw Sek, engkau tidak berhak untuk datang ke tempat kami. Eugkau dan semua orang tahu bahwa engkau bukan lagi menjadi anggauta Beng-kauw. Orang she Ouw, harap kau pergi dari sini dan jangan mengganggu urusan Beng kauw!"
Akan tetapi, mendengar pengusiran ini, Ouw Sek tertawa bergelak. Suara ketawanya bergema di empat penjuru karena memang dia sengaja memamerkan khikangnya yang terkandung dalam suara ketawanya itu. Lima orang Penasehat Tua dan tujuh orang murid Bu Heng Locu terkejut bukan main. Dari suara itu saja mereka tahu bahwa Ouw Sek ternyata kini telah memiliki tingkat kepandaian yang amat tinggi dengan tenaga sinkang yang hebat. Kiranya selama tiga tahun ini orang she Ouw itu telah memperdalam ilmu-ilmu yang diwarisinya dari Bu Heng Locu! Suasana menjadi tegang dan semua orang memandang dengan khawatir.
"Ha-ha ha, siapa bilang bahwa aku adalah orang luar Beng kauw? Aku bahkan merupakan ahli waris dari suhu Bu Heng Locu, dan kalau ada "rang yang paling tepat dan patut menduduki jabatan ketua Beng-kauw menggantikan suhu yang sakit sakitan, maka orang itu adalah aku!"
"Keparat""..!"
Terdengar teriakan nyaring dan tujuh orang murid Bu Heng Locu sudah meloncat bangun menghadapi Ouw Sek. Melihat tujuh orang ini yang dipimpin oleh Kwan Liok, Ouw Sek tertawa mengejek.
"Hemm, kalian mau apa berlagak di depanku? Lupakah kalian bahwa akulah orangnya yang telah melatih kalian mewakili suhu? Aku adalah twa-suhengmu, juga seperti gurumu sendiri."
"Orang she Ouw, harap engkau tahu diri dan tidak mengacau di Beng-kauw kami!"
Kata Kwan Liok.
"Mengingat bahwa engkau telah diampuni oleh suhu, dan mengingat hubungan lama antara kita semua, kuharap engkau suka tahu diri dan meninggalkan kami sccara baik-baik."
Kwan Liok adalah seorang di antara para sutenya yang dulu amat disayang oleh Ouw Sek, bukan hanya karena Kwan Liok memiliki bakat baik dalam ilmu silat, akan tetapi juga karena Kwan Liok memiliki watak terbuka jujur dan gagah perkasa.
Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek memandang bekas sutenya ini dengan alis berkerut dan sinar mata mencela, lalu berkata.
"Hmmm, Kwan-sute, apakah engkau telah lupa betapa dahulu aku selalu sayang kepadamu, bahkan membimbingmu lebih baik dari pada yang lain dalam ilmu silat? Apakah
sekarang engkau hendak menentangku?"
"Ouw Sek, engkau sekarang adalah seorang yang telah murtad dari Beng-kauw, dan kalau engkau mengacau Beng-kauw, berarti engkau musuh Beng-kauw dan karenanya musuhku pula,"
Jawab Kwan Liok, suaranya halus akan tetapi matanya memancarkan sinar menentang.
Ouw Sok tertawa.
"Ha-ha engkau selamanya penuh semangat dan setia kepada Beng. kauw, bagus sekali, Kwan-sute. Kalau aku menjadi ketuanya, engkau sepatutnya menjadi pembantu utama."
"Engkau manusia murtad!"
Bentak Kwan Liok dan dia sudah menyerang dengan pukulan tangan kanan ke arah dada bekas suhengnya itu.
Akan tetapi, sambil tersenyum mengejek Ouw Sek mengelak dengan mudahnya, kemudian berseru.
"Hayo kalian maju semua kalau hendak melihat bahwa aku pantas menjadi ketua kalian!"
Enam orang murid utama lain dari Beng-kauw yang sudah menjadi marah sekali melihat sikap orang murtad itu kini menerjang maju membantu Kwan Liok. Ouw Sek dikeroyok oleh tujuh orang sutenya! Menurut perhitungan dan dugaan para murid ketua Beng-kauw itu, tidak mungkin bekas suheng yang murtad ini akan mampu menandingi mereka, bertujuh yang maju berbareng. Tingkat kepandaian orang she Ouw itu paling hebat setanding dengan tiga orang di antara mereka, maka kalau dikeroyok tujuh sudah pasti mereka akan mampu mengalahkannya.
Akan tetapi mereka terkejut bukan main ketika tiba-tiba Ouw Sek tertawa bergelak diikuti oleh berkelebatnya tubuhnya yang berderak dengan kecepatan yang tidak lumrah! Sebelum mereka mampu menjaga diri, terdengar teriakan-teriakan keras dan berturut-turut tujuh orang murid Beng-kauw itu menghadapi serangan-serangan yang amat dahsyat, pukulan-pukulan yang mendatangkan angin berpusing sehingga dua orang di antara mereka yang tidak dapat menangkis dengan tepat sudah roboh dengan dada terpukul dan terdcngar suara keras dan patahnya tulang-tulang iga mereka. Dua orang itu roboh dan tewas seketika, sedangkan lima orang lain yang berhasil menangkis atau mengelaknya sampai terhuyung dan terpental! Bukan main kagetnya lima orang murid ketua Beng-kauw itu. Tak mereka sangka bahwa kini Ouw Sek telah menjadi selihai itu! Akan tetapi melihat roboh dan tewasnya dua orang saudara seperguruan mereka, Kwan Liok dan empat orang saudaranya menjudi marah sekali dan mereka kini mengeluarkan senjata masing-masing dan menyerang dengan ganas.
"Ha-ha-ha, kalian masih belum mau membuka mata melihat kenyataan?"
Ouw Sek mengejek sambil mengelak ke sana-sini dengan cepat sekali.
"Baiklah, aku akan mengadakan pemilihan di antara kalian, yang tidak berguna bagiku akan mampus!"
Setelah dia berkata demikian, tiba tiba terdengar suara bercicitan nyaring dibarengi sinar emas berkeredepan menangkisi senjata lima orang murid utama Beng-kauw itu dan terdengar suara nyaring beradunya senjata ketika tongkat emas di tangan Ouw Sek bertemu dengan senjata mereka. Terjadi perkelahian yana amat hebat dan seru akan tetapi, segera ternyata pula bahwa Ouw Sek memang hebat bukan rnain. Sinar tongkatnya yang berwarna kuning emas itu luar biasa sekali gerakannya dan mengurung sinar senjata lima orang lawanannya, bahkan makin lama makin menekan sehingga lima orang pengeroyok itu merasa terhimpit dan terkurung.
Seolah-olah merekalah yang dikeroyok, bukan mengeroyok! Kecepatan gerakan Ouw Sek amat hebat, dan juga dalan hal tenaga sinkang, Ouw Sek jauh menang sehingga kembali terdengar teriakan teriakan susul-menyusul dan robohlah lima orang itu satu demi satu! Ternyata di antara mereka yang hanya terluka saja adalah Kwan Liok dan dua orang sute lain, sedangkan yang dua orang lagi roboh dan tewas! Ternyata Ouw Sek telah mengadakan pemilihan, tidak membunuh tiga di antara para bekas sutenya termasuk Kwan Liok yang dianggapnya berguna baginya kelak kalau dia sudah menjadi ketua Beng-kauw sedangkan yang empat orang lagi dibunuhnya.
Tentu saja hal ini membuat semua anggauta Beng kauw terbelalak dan keadaan menjadi geger. Akan tetapi melihat betapa tujuh orang murid utama Beng-kauw saja sama sekali tidak mampu menandingi Ouw Sek, tentu saja tidak ada seorangpun di antara para anggauta Beng-kauw yang berani berkutik, maklum bahwa tingkat kepandaian mereka jauh ketinggalan untuk dapat melawan orang yang lihai itu. Dengan lagak sombong, tangan kiri mengempit tongkat emasnya dan tangan kanan mengebut-ngebutkan pakaiannya yang terkena debu, Ouw Sek menghampiri lima orang kakek penasihat Beng-kauw itu. Dia tersenyum lebar menatap wajah yang pucat-pucat dari lima orang kakek tua renta itu.
"Nah, ngo-wi locianpwe melihat bahwa aku tidak main-main. Aku yang berhak menjadi ketua menggantikan suhu yang sudah tua dan..."."
Dia berhenti berkata lalu memandang ke sekeliling, ke arah semua anggauta Beng-kauw dengan sinar mata tajam mengancam.
"siapa di antara kalian ada yang tidak setuju, boleh maju dan menyatakan itu di depanku!"
Keadaan menjadi sunyi yang amat menegangkan, sehingga banyak anggauta Beng kauw yang hampir tidak berani bernapas. Mereka itu bukanlah orang-orang penakut atau pengecut. Kalau ada orang asing yang menyerang Beng-kauw, betapapun lihai orang itu tentu akan mereka lawan mati-matian. Akan tetapi Ouw Sek adalah bekas murid utama dari ketua mereka, maka mereka menjadi jerih dan tidak tahu harus berbuat apa karena ketua mereka sendiri sedang sakit, dan tujuh orang murid utama itu telah roboh
oleh Ouw Sek.
Biarpun terkejut dan marah sekali melihat tujuh orang murid itu roboh, namun Lima Penasihat Tua masih bersikap tenang. Seorang di antara mereka berkata dengan suara lantang "Ouw Sek, betapapun juga engkau pernah menjadi murid Beng-kauw dan tentu engkau masih belum lupa akan peraturan-peraturan Beng kauw yang kami junjung tinggi dan yang kami hargai lebih dari pada nyawa sendiri. Engkau tentu tahu bahwa seorang ketua Beng kauw barulah sah dan diakui oleh seluruh dunia apabila ketua itu memiliki Bendera Keramat yang menjadi ciri khas dan tanda kekuasaan ketua Beng-kauw. Oleh karena itu, mana mungkin engkau mengajukan diri sebagai calon ketua Beng-kauw kalau engkau tidak memiliki tanda itu? Seluruh dunia tentu akan mentertawakan kita kelak dan Beng-kauw akan dipandang rendah sebagai perkumpulan yang sudah melupakan peraturannya sendiri!"
Tentu saja ucapan seorang di antara Lima Penasehat Tua itu adalah siasat mereka untuk menentang kehendak Ouw Sek menjadi ketua Beng-kauw. Mereka tahu bahwa bendera pusaka iu berada di tangan Bu Heng Locu, sang ketua. Oleh karena itu mereka menyinggung ini agar Ouw Sek tidak dapat memaksakan kehendaknya dan bahwa penggantian ketua hanya mungkin kalau Bu Heng Locu mewariskan bendera pusaka itu kepada seorang calon yang dipilih oleh sang ketua itu sendiri.
Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi, tiba-tiba Ouw Sek tertawa bergelak mendengar kata-kata ini dan tangan kanannya merogoh ke balik bajunya yang merupakan jubah pendeta itu dan ketika tangan kanan itu ditarik dan digerakkan, maka berkembang dan berkibarlah sebuah bendera kecil berwarna putih mengkilap yang warnanya menyilaukan mata. Bendera itu seperti bernyala, atau warna putihnya mengandung sesuatu yang membuat bendera itu bercahaya terang! Tentu saja semua anggauta Beng-kauw mengenal bendera pusaka ini dan mereka segera berlutut! Keadaan menjadi gempar dan Lima Penasehat Tua itupun saling pandang dengan mata terbelalak, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan karena merekapun mengenal bendera pusaka dari Beng-kauw yang kini ternyata telah berada di tangan Ouw Sek!
"Ouhhh"". manusia terkutuk""!"
Suara terdengar halus menggetar dan semua orang menengok ke arah dari mana datangnya suara itu. Suara itu datang dari balik pondok ketua di mana terdapat guha yang menjadi tempat bersamadhi ketua itu, dan tiba-tiba nampak tubuh seorang kakek melayang menuju ke padang rumput itu! Tubuh itu benar-benar "melayang"
Karena kedua kakinya duduk bersila namun tubuh itu dapat meluncur dengan ringannya ke tempat itu dan turun dengan empuk ke atas tanah dalam keadaan duduk bersila, menghadapi Ouw Sek.
Ternyata orang ia adalah Bu Heng Locu, kakek tua renta ketua Beng-kauw pusat! Wajahnya sudah penuh keriput, sepasang matanya yang muram dan sayu itu kini mengeluarkan sinar berapi ditujukan ke arah Ouw Sek, dan memandang kepada bendera pusaka yang masih berada di tangan bekas muridnya itu. Kakek ini memang memiliki kesaktian hebat. Biarpun kedua kakinya sudah lumpuh, namun dengan menggunakan sisa tenaganya dia mampu membuat lompatan seperti itu sehingga tubuhnya seperti melayang saja. Wajah kakek ini pucat sekali dan jelas nampak bahwa dia tidak sehat dan amat lemah, dalam keadaan sakit.
Sambil bersila di atas tanah berumput tebal itu, Bu Heng Locu menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka bekas muridnya yang masih menyeringai lebar.
"Ouw Sek manusia iblis Engkau"". engkau telah mencuri bendera pusaka Beng kauw""..!"
Jelas betapa kakek ini dikuasai oleh amarah yang membuai suaranya sukar untuk keluar. Mendengar ucapan itu, terkejutlah Lima Penasihat Tua karena mereka kini mengerti mengapa bendera pusaka itu berada di tangan Ouw Sek. Kiranya sebelum datang ke padang rumput itu, Ouw Sek telah mempergunakan kesempatan selagi semua orang berkumpul di situ dan selagi ketua Beng kauw sakit dan bersamadhi di dalam guha, dia telah memasuki kamar ketua itu dan mencuri bendera pusaka Beng-kauw!
Akan tetapi Ouw Sek tertawa sambil menggulung bendera pusaka itu dan menyimpannya di dalam bajunya lagi.
"Ha-ha-ha, suhu memang sudah terlalu tua, lemah dan pikun!"
Katanya lantang dan berani.
"Manusia she Ouw, sungguh tak kusangka bahwa engkau tidak menjadi baik, tidak mau bertobat, bahkan telah menumpuk dosamu dengan perbuatan-perbuatan terkutuk. Hayo cepat kembalikan bendera pusaka kami dan cepat enyah dari sini!"
Bentak Bu Heng Locu dengan dada bergelombang saking marahnya.
"Suhu, mengapa suhu tidak mau tenang? Kemarahan bisa membikin putus napasmu, suhu! Suhu sudah tua dan pikun! Siapakah yang tidak tahu bahwa akulah yang sudah mewarisi semua ilmu Beng kauw, dan aku pula yang sudah mewarisi bendera pusaka Beng-kauw! Akulah yang berhak mewarisi kedudukan ketua Beng-kauw!"
Dia membusungkan dadanya dengan sikap congkak.
"Manusia jahat dan murtad! Selama aku masih hidup, jangan harap engkau akan dapat memperkosa Beng-kauwl"
Bu Heng Locu berteriak.
Akan tetapi kini Ouw Sek menghadapi Lima Penasihat Tua dan berkata.
"Ngo-wi locianpwe, harap pertimbangkan baik-haik. Siapakah yang melanggar peraturan Beng-kauw Menurut peraturan Beng-kauw yang kalian semua junjung tinggi, siapa yang memiliki bendera pusaka dialah yang berhak menjadi kauwcu Dan aku telah memiliki bendera itu! Aku telah memiliki ilmu ilmu yang harus dimiliki ketua Beng-kauw, dari ilmu silat, ilmu agama dan sebagainya. Di antara kita ini, siapakah yang akan mampu menandingi aku? Aku berhak menjadi ketua dan sudah sepatutnya kalau aku yang menjadi ketua. Suhu terlalu tua, terlalu lemah sehingga Beng-kauw selama ini tidak memperoleh kemajuan! Aku adalah tenaga muda, akulah yang akan memajukan Beng-kauw, akan memperkembangkan Beng-kauw dan kalian lihat saja, aku akan membuat Beng-kauw kelak menjadi agama istana! Dan menurut peraturan dari Beng-kauw pula, siapa yang merasa tidak setuju dengan kauwcu yang memegang bendera, dia boleh maju untuk mengalahkan kauwcu dalam adu kepandaian! Nah, siapakah yang merasa tidak setuju kalau sku menjadi kauwcu dari Beng-kauw?"
"Keparat jahanam! Akulah yang akan menentangmu!"
Bu Heng Locu melakukan gerakan dan tubuhnya yang bersila itu meloncat ke depan, gerakannya ringan sekali biarpun gerakan itu membuat orang merasa iba karena kedua kakinya lemas dan tidak dapat digerakkan sama sekali.
"Kauwcu, harap suka mundur dan ingat akan kesehatan kauwcu!"
Kata seorang di antara Lima Penasihat Tua itu dan mereka berlima kini maju berjajar di depan Ouw Sek.
Seorang di antara mereka mewakili teman-temannya berkata dengan suara keren dan penuh wibawa.
"Ouw Sek! Selama Beng-kauw berdiri, belum pernah ada orang luar berani memperkosa perkumpulan kami.
Kami sebagai Lima Penasibat Tua yang mengembangkan pelajaran Agama Beng-kauw, sesuai dengan agama yang Iniengutamakan sinar terang untuk memerangi Kegelapan, kami berkewajiban untuk menentang kehendakmu yang melanggar peraturan Beng-kauw yang tidak pernah dilandasi kekerasan Engkau hendak menjadi kauwcu secara paksa, hal ini bertentangan dengan pelajaran kami karena perbuatanmu itu termasuk suatu perbuatan gelap, maka kami akan menentangnya. Kami bertugas menasehati dan menentukan mana yang benar dan sesat dalam Beng-kauw, dan tindakanmu adalah sesat, maka kami akan menentangnya
dengan taruhan nyawa!"
Diam diam Ouw Sek terkejut bukan main dan wajahnya agak berobah pucat. Dia adalah seorang yang semenjak kecil berada di Beng-kauw dan tentu saja dia sudah cukup tahu bahwa kedudukan penasehat dalam Beng-kauw amat dihormati dan dijunjung tinggi sebagai pendeta-pendeta Beng-kauw yang mendalam pengetahuannya tentang agama itu, merupakan kalangan tua yang patut ditaati semua nasihatnya. Maka, biarpun para kakek yang menjadi penasehat itu hanya memiliki pengertian mendalam tentang agama dan hanya sedikit saja tahu akan ilmu silat sebagai latihan menyehatkan badan, namun di kalangan Beng kauw mereka ini dihargai dan dihormati sekali.
Kini, Lima Penasehat Tua itu berdiri menentangnya! Akan tetapi, dia sudah melangkah terlalu jauh untuk dapat mundur kembali. Apapun yang menghalang di depannya harus dibersihkan! Dengan mengeraskan hatinya dia berkata sambil tersenyum.
"Kalian ini lima orang tua bangka yang sudah pikun, hendak mengandalkan kedudukan kalian menentangku? Dengan orang-orang macam kalian ini, perkumpulan kita akan makin mundur dan lemah Kalian sudah tidak ada gunanya lagi, ketinggalan jaman, akupun tidak butuh kalian kalau aku menjadi ketua Beng-kauw!"
Ucapan ini benar-benar hebat dan mengejutkan sekali. Semua anggauta Beng kauw sampai menjadi pucat mendengar ini. Lima Penasihat Tua itupun terkejut dan melihat bahwa Beng-kauw terancam bahaya besar kalau sampai terjauh ke tangan manusia ini. Maka. biarpun mereka itu adalah orang orang tua yang hanya memiliki kepandaian silat rendah saja kalau dibandingkan dengan Ouw Sek, mereka menubruk maju dengan nekat demi mencegah kerusakan Beng-kauw oleh murid murtad ini.
"Ha ha-ha, memang kalian sudah pantas meninggalkan dunia ini!"
Bentak Ouw Sek dan tanpa ragu-ragu, tidak tanggung-tanggung lagi dia lalu memutar tongkat emasnya secepat kilat menyambut mereka. Terdengar suara keras lima kali ketika tongkat emas itu menghantam kepala mereka dan lima orang kakek itu roboh tersungkur dengan kepala pecah dan tewas seketika!
"Ouhhhh"
Kau"
Kau"
Manusia laknat"!"
Melihat betapa Lima Penasehat Tua yang menjadi junjungan Beng-kauw itu tewas dalam keadaan demikian menyedihkan, Bu Heng Locu menjerit dengan suara seperti orang menangis dan dia sudah menerjang ke arah bekas murid itu dengan kedua tangan di ulur dan mencengkeram ke arah dada dan ke pala Ouw Sek.
Ouw Sek maklum bahwa biarpun gurunya itu sedang dalam keadaan sakit, namun ketua Beng-kauw ini memiliki kepandaian yang hebat sekali. Memang dia sudah memperhitungkan semua tindakannya. Andaikata gurunya itu tidak sedang sakit sehingga kedua kakinya lumpuh, tentu dia akan berpikir sepuluh kali lebih dulu sebelum melakukan tindakan mencoba untuk menguasai Beng-kauw. Biarpun dia selama tiga tahun ini telah menggembleng diri dan memperkuat ilmu silat dan ilmu sihirnya namun kalau bekas suhunya berada dalam keadaan sehat, dia masih ragu ragu apakah dia akan mampu menandingi Bu Heng Locu! Akan tetapi. setelah kakek itu menderita sakit sampai lumpuh kedua kakinya, tentu saja dia tidak merasa takut.
"Hemm.. ..!"
Dia mendengus sambil mengelak ke belakang dan tongkat emasnya menyambar ke depan dalam usahanya membabat serangan bekas gurunya itu. Bu Heng Locu berjungkir balik di udara untuk menghindarkan diri, kemudian tubuhnya meluncur turun dari atas, dan kedua tangannya kembali menyerang dari kanan kiri ke arah kedua pelipis kepala lawan. Hebat bukan main ilmu ginkang dari kakek ini, akan tetapi karena memang tubuhnya lemas oleh sakit, gerakannya masih kurang cepat bagi Ouw Sek yang kini telah memiliki tingkat tinggi sekali dalam ilmu silatnya. Akan tetapi Ouw Sek juga tahu akan bahayanya serangan itu. maka dia tidak berani bertindak ceroboh menangkis serangan itu, melainkan membuang tubuh ke belakang dan berjungkir balik tiga kali.
Suling Emas Karya Kho Ping Hoo Dara Baju Merah Karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Rajawali Karya Kho Ping Hoo