Ceritasilat Novel Online

Kisah Tiga Naga Sakti 38


Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 38



Seperti tidak mempunyai daya lagi untuk menguasai dirinya sendiri, membiarkan dirinya dirangkul dan dituntun oleh wanita baju hijau yang cantik jelita itu memasuki kamar. Selanjutnya dia hanya menyerah saja dan wanita yang ahli merayu itu menjadi gurunya. Gin San seperti orang mabok, makin mabok makin ingin minum lebih banyak, makin tidak sadar. Dan wanita itu demikian pandai, demikian lembut, demikian cantik. Gin San terseret dan hanyut dalam permainan nafsu berahinya sendiri yang dikobarkan oleh wanita yang ahli merayu itu.

   Dalam keadaan terlelap dan lupa akan kesadarannya itu Gin San membiarkan dirinya dipermainkan oleh wanita itu dan nafsunya sendiri. Baru pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia terbangun dari tidur nyenyak karena kelelahan. Baru dia sadar dan begitu dia membuka mata, dia terperanjat dan terheran mengapa dia berada di atas pembaringan dalam sebuah kamar yang asing baginya. Bau harum menusuk hidungnya dan dia menoleh ke kanan. Wanita itu rebah terlentang di sampingnya dalam keadaan yang amat mempesona. Sebuah lengan wanita itu masih menindih dadanya sebagian rambut yang panjang itu masih melibat lehernya. Wanita itu tertidur nyenyak dengan bibir terhias senyum kepuasan. Gin San bangkit duduk. Dia teringat kini dan kedua alisnya berkerut, suatu perasaan sesal yang amat hebat menusuk hatinya. Mengapa dia membiarkan dirinya dipermainkan wanita ini, dipermainkan nafsu? Mengapa dia telah melanggar pantangan dari mendiang suhunya? Dia menyesal sekali, dan terasa hatinya hampa dan kecewa.

   "Engkau"""

   Jantan""..!"

   Bisikan ini membuat Gin San kembali menengok. Ternyata wanita itu telah terbangun, mungkin karena gerakannya ketika bangkit duduk tadi. Selimut penutup tubuh wanita itu merosot, memperlihatkan dadanya yang padat dan indah bentuknya. Gin San membuang muka, merasa malu kepada diri sendiri.

   "Kekasihku"". engkau hebat"..ah, betapa aku cinta padamu, aku bersedia mati untukmu...".., ah, engkaulah yang dapat mengisi kekosongan hatiku selama ini, engkau merupakan penghibur yang mengobati luka-luka di hatiku, engkau penawar yang membuat semua kesengsaraan lenyap dari hatiku"..ah, orang gagah, betapa aku berterima kasih kepadamu""."

   Dua pasang mata bertemu pandang, dan Gin San melihat betapa cantiknya wanita itu, baik wajah maupun tubuhnya. Dan ketika wanita itu mengembangkan kedua lengannya yang telanjang, dengan gaya penuh pikatan, Gin San tak dapat menahan gelora hatinya dan kembali dia tenggelam dalam pelukan wanita itu, kembali dia tidak berdaya menolak, bahkan menerima segalanya dengan gembira, kembali muncul kehausan yang tak kunjung kenyang atau puas itu.

   Demikianlah kenyataan dari pada kelemahan manusia menghadapi nafsu-nafsu yang ditimbulkan oleh keinginan mengulang apa yang dianggap menyenangkan. Hubungan kelamin antara pria dan wanita bukanlah sesuatu yang jorok, bukanlah sesuatu yang kotor, bukanlah sesuatu yang hina. Namun, hubungan itu harus didasari dengan cinta kasih! Tanpa dasar cinta kasih, maka hubungan kelamin itu hanya menjadi pemuas nafsu belaka, menjadi tujuan pengejaran kesenangan! Dan kalau sudah menjadi pengejaran kesenangan untuk memuaskan nafsu berahi, maka terjadilah hal-hal yang amat rendah! Akhirnya kedua orang insan itu untuk sementara merasa puas dan mereka rebah terlentang berdampingan.

   "Siapakah engkau""..?"

   Gin San bertanya lirih, merasa heran terhadap diri sendiri mengapa dia merasa tidak berdaya dan amat lemah menghadapi wanita ini.

   "Hik-hik, betapa lucunya keadaan kita."

   Wanita itu berbisik, dan jari-jari tangannya yang kecil halus itu membelai dada dan leher Gin San dengan lembutnya, belaian yang membuat bulu-bulu di tubuh pemuda itu meremang, yang menimbulkan gelitik berahi,

   "Mengapa lucu?"

   "Kita sudah melakukan segalanya ini, sudah bermain cinta, sudah semesra ini, sudah saling mengenal secara mendalam sekali, akan tetapi namapun masing-masing belum tahu. Tidak lucukah ini?"

   Wanita itu tertawa, suara ketawanya lembut dan merdu, seperti bernyanyi. Ketika wanita itu bangkit dan menciumnya, Gin San mendapatkan dirinya benar-benar telah tenggelam secara dalam sekali. Wanita ini demikian menyenangkan hatinya.

   "Siapakah engkau!"

   Kembali dia bertanya setelah wanita itu berbaring lagi. Mereka saling menggenggam tangan.

   "Aku adalah seorang janda yang hidup seorang diri di sini, hidup merana dan sengsara, kesepian dan gelisah, sampai engkau muncul, kekasihku, dan mengisi kehidupanku yang sunyi hampa dengan sinar matahari dan seribu bunga. Namaku Tang Kim Hwa"".., dan siapakah engkau, wahai pemuda perkasa, tokoh Beng-kauw yang hebat?"

   Akan tetapi Gin San belum mau menjawab pertanyaan ini.

   "Mengapa engkau berada di sini seorang diri saja? Bukankah tempat ini termasuk wilayah Im yang-kauw?"

   "Tempat ini adalah hutan belukar, tidak menjadi wilayah siapapun, melainkan daerah bebas. Dan Im-yang-kauw".. ah, jangan sebut-sebut Im-yang-kauw""."

   "Mengapa?"

   "Suamiku adalah seorang pemburu yang gagah perkasa, jauh sebelum Im-yang-kauw datang ke tempat ini. Pada suatu hari, suamiku bentrok dengan orang-orang Im-yang-kauw ketika memperebutkan daerah perburuan. Suamiku bertanding melawan tokoh Im-yang-kauw dan tewas. Semenjak itu, telah beberapa bulan lamanya, aku hidup seorang diri, tidak ingin pergi dari tempat sunyi ini""

   Sampai Thian mengirim engkau untuk mengisi hidupku. Ahhh kekasihku, aku telah menyerahkan jiwa ragaku kepadamu, engkau kasihanilah aku, jangan engkau tinggalkan aku lagi"".!"

   Wanita itu kembali merangkul. Akan tetapi Gin San dengan halus menolaknya ketika wanita itu kembalf hendak merayunya.

   "Nanti dulu, kita harus saling mengenal dengan baik. Kulihat ilmu silatmu amat lihai mengapa engkau tidak membalas kematian suamimu terhadap Im-yang-kauw?"

   "Ah, engkau pandai memuji ilmu silatku ini, mana mungkin dapat dibandingkan dengan para tokoh Im-yang-kauw atau Pek-lian-kauw Aku tidak mau mencari penyakit. Aku tidak mau mencari mati konyol seperti suamiku, dan pula, kematian suamiku adalah keraatian gagah, dalam pertandingan yang adil. Dia kalah pandai dan tewas, hal itu sudah wajar dan tidak perlu aku menaruh dendam, hanya menyesali diri sendiri mengapa tidak memiliki kepandaian setinggi kepandaianmu, misalnya. Wahai, orang muda perkasa, siapakah engkau? Siapa namamu?"

   "Namaku Coa Gin San, dan seperti kukatakan kemarin, aku adalah murid Beng-kauw yang hendak mencari ketua Im-yang-kauw yang telah membunuh tiga orang ketua Beng-kauw."

   "Hemm, engkau hendak membalas dendam?"

   "Tidak, sama sekali tidak! Beng kauw pernah menyeleweng dan merugikan Im-yang kauw, maka kalau Im-yang-kauw membalas dendam, hal itu sudah sewajarnya dan Beng-kauw runtuh karena kesalahan para pemimpirnya sendiri Akan tetapi aku hendak memperlihatkan bahwa Beng-kauw bukanlah perkumpulan lemah yang tidak mempunyai orang pandai, maka aku ingin menguji kepandaian ketua Im-yang-kauw yang katanya wanita lihai itu bukan untuk balas dendam, melainkan untuk membuktikan mana yang lebih unggul antara tokoh Beng-kauw dan tokoh Im yang-kauw."

   "Hemm, engkau akan menghadapi banyak sekali tokoh Im-yang-kauw, Pek-lian-kauw, dan banyak pula anak buah mereka!"

   Wanita itu berkata dengan suara mengandung kekhawatiran.

   "Jangan engkau begitu nekat."

   "Karena itulah aku mengambil jalan memutar, aku ingin menjumpai ketua itu sendirian dan menantangnya secara gagah, tidak main keroyokan. Sungguh tidak kusangka, aku tidak bertemu dengan ketua Im-yang-kauw, melainkan bertemu dengan engkau, Kim Hwa"""..!"

   "Dan engkau menyesal?"

   Gin San tersenyum.

   "Tidak, bahkan aku girang sekali."

   Mereka tertawa dan saling rangkul, saling berciuman pula.

   "Nanti dulu"".., Kim Hwa, apakah engkau mengenal orang-orang Im-yang-kauw dan Pek-lian-kauw itu?"

   Wanita itu masih merangkul dan dia mengangguk, lalu menarik napas panjang, membelai rambut di pelipis Gin San.

   "Ketua Im-yang pai berjuluk Kok Beng Thiancu, kepandaiannya hebat. Dan ketua Pek-lian-kauw lebih hebat lagi, namanya Thai-kek Seng-jin, ilmunya amat tinggi. Ada pula orang Uighur yang sakti di sana, namanya Gu Lam Sing, dan mereka bertiga itu saja merupakan lawan yang sukar dikalahkan"".."

   "Aku tidak perduli dengan mereka yang kausebutkan tadi. Aku mencari ketua Im-yang-kauw, katanya seorang wanita yang lihai"

   Wanita itu mengangguk.

   "Dia memang lebih lihai dari mereka bertiga itu! Yang membunuh orang-orang Beng-kauw adalah wanita itulah. Namanya"". ah, dia itu orang baru, aku tidak mengenal namanya, bahkan belum pernah jumpa. Hanya suamiku pernah menceritakan kehebatan wanita itu, dan suamiku""roboh oleh dia itulah!"

   "Heemmmm""..!"

   Gin San mengerutkan alisnya.

   "Demikian hebatkah dia?"

   "Memang dia hebat sekali, kaupun agaknya bukan lawan dia!"

   Dibakar seperti itu, Gin San bangkit duduk dan alisnya berkerut.

   "Aku mau cari dia! Mau tahu sampai di mana kepandaian wanita yang telah membunuh tiga orang ketua Beng-kauw itu! Aku harus menandinginya dan aku akan mengalahkannya!"

   Wanita itu juga bangkit duduk, tidak memperdulikan selimut yang merosot dan memperlihatkan tubuh atasnya yang telanjang. Dia merangkul pundak Gin San dengan sikap manja.

   "Coa Gin San, apakah engkau hendak memusuhi Im-yang-kauw?"

   "Sama sekali tidak! Dalam permusuhan antara Im-yang-kauw dan Beng-kauw itu, fihak Beng-kauw yang bersalah. Akan tetapi Im-yang-kauw tidak boleh memandang rendah Beng-kauw, bahkan aku hendak mengulurkan tangan, mengajak Im-yang-kauw untuk bersahabat dengan Beng kauw. Akan tetapi aku harus mengalahkan wanita itu lebih dulu."

   Wanita itu tersenyum girang.

   "Bagus, kalau begitu aku dapat membantumu mencari wanita itu."

   Gin San kaget dan girang, lalu balas merangkul.

   "Engkau manis sekali! Benarkah engkau dapat membantuku menemukan dia?"

   Kim Hwa cemberut, namun tentu saja kelihatan makin menarik ketika bibir bawahnya dijebikan itu.

   "Aku mau membantumu, akan tetapi apa upahnya?"

   Gin San tertawa.

   "Upahnya ini!"

   Dia lalu mencium dan Kim Hwa membalasnya penuh gairah. Untuk beberapa lamanya mereka kembali bermesraan.

   "Sudahlah, masih banyak waktu untuk bersenang, akan tetapi aku harus dapat menemukan tokoh Im-yang-kauw itu dan mengadu ilmu dengan dia!"

   Gin San bangkit dan menyambar pakaiannya.

   "Hi-hik, engkau takut menjadi lemah? Jangan khawatir, kekasihku. Aku sudah menguji kepandaianmu dan aku yakin engkau akan dapat mengalahkan musuh yang bagaimana kuatpun. Nah, dengar baik-baik. Tokoh wanita itu pernah kulihat beberapa kali berada di puncak bukit yang ada telaganya di sana itu. Agaknya setiap senja dia mandi di telaga dan menikmati pemandangan matahari tenggelam di waktu senja. Memang indah sekali pemandangan di sana di waktu senja. Kalau engkau pergi ke sana senja ini, engkau tentu akan bisa mendapatkan dia seorang diri saja."

   "Ah, terima kasih! Sore nanti aku pasti akan mencarinya di sana!"

   Kim Hwa lalu berpakaian dan turun dari pembaringan, dengan gembira dia menggandeng pemuda itu keluar, sambil bersendau gurau dia lalu membuat masakan, memotong ayam dan menanak nasi, memasak bermacam masakan dibantu oleh Gin San. Kiranya di tempat itu, Kim Hwa mempunyai persediaan bahan masakan yang cukup banyak, bahkan cukup mewah! Ada ayam hidup, banyak telur, ada pula ikan-ikan laut kering, dan banyak pula bumbu-bumbu yang mahal! Sambil diseling sendau-gurau dan peluk cium penuh kemesraan, mereka masak, makan dan bercakap-cakap.

   Sepanjang hari itu mereka lewatkan dengan makan minum, bergurau, bercinta dan tertawa seperti kelakuan sepasang suami isteri yang berbulan madu sebagai pengantin baru saja! Tanpa disadarinya, Gin San tenggelam semakin dalam dan dia merasa seolah-olah menemukan kebahagiaan di samping wanita yang pandai merayu ini. Sebaliknya, wanita yang pada pertemuan pertama kali itu dilihat oleh Gin San sedang duduk menangis terisak sedih, kini lenyap sudah semua bekas kesedihannya dan bersikap amat gembira, juga agaknya amat mencinta pemuda itu!

   Menjelang senja, setelah memperoleh petunjuk letak bukit yang nampak dari situ, Gin San berangkat untuk mencari tokoh Im-yang-kauw yang telah membunuh tiga orang bekas-suhengnya itu.

   "Gin San, berhati-hatilah engkau"". ah, aku takkan kuat lagi hidup sendirian tanpa engkau di sampingku!"

   Wanita itu merangkulnya ketika dia hendak berangkat.

   Gin San memegang dagunya dan mencium bibirnya.

   "Jangan khawatir, Kim Hwa. Aku akan dapat menundukkannya. Kautunggulah saja di sini, aku pasti akan kembali."

   Setelah melepaskan rangkulan Kim Hwa, sekali berkelebat Gin San sudah lenyap dari depan wanita itu. Kim Hwa terbelalak penuh kagum, lalu tersenyum dan mengepal kedua tinjunya yang kecil.

   "Aku takkan melepasnya lagi"". tidak akan melepaskannya lagi""..!"

   Dan diapun menyelinap di antara semak-semak belukar.

   Benar seperti dikatakan oleh Kim Hwa, pemandangan dari atas puncak bukit itu memang amat indah. Sinar matahari menjelang senja yang sudah redup dan sejuk kemerahan itu membuat air telaga seperti genangan emas yang mempersona. Akan tetapi Gin San tidak melihat gadis yang dicarinya itu. Dengan amat hati-hati dia lalu mendekati telaga karena menurut keterangan Kim Hwa, biasanya tokoh wanita Im-yang-kauw yang lihai itu selalu setiap senja mandi di telaga lalu duduk termenung memandang ke barat, ke arah matahari terbenam. Akan tetapi, di mana adanya gadis itu sekarang? Mulai timbul kekhawatiran di hatinya bahwa secara tidak kebetulan sekali gadis itu tidak muncul senja ini.

   Tiba-tiba pendengarannya yang tajam menangkap suara air gemercik, padahal air telaga yang bermandikan cahaya matahari kemerahan itu nampak tenang, sedikitpun tidak berkeriput. Dia cepat memandang dan dia terpesona!

   Dengan jantung berdegup tegang Gin San mengintai dari balik batang pohon besar. Tempat itu masih agak jauh, namun cukup jelas baginya melihat dara itu mandi di tepi telaga! Nampak jelas lekuk lengkung tubuh yang telanjang itu, yang berdiri dalam air sebatas pinggang. Terbelalak Gin San memandang. Tubuh yang berkulit putih keemasan terkena cahaya matahari senja. Bukan main! Seperti arca dari emas! Akan tetapi patung emas ini hidup Kedua tangannya menepuk-nepuk air yang muncrat ke atas dan dia nampak gembira bermain-main seorang diri di air itu. Setumpuk pakaian berada di tepi telaga, di atas sebuah batu besar.

   Gin San tak berani bergerak, akan tetapi matanya tak pernah berkedip. Bukan hanya tubuhnya saja yang hebat, akan tetapi juga wajah dara itu nampak demikian ayu, demikian manis dan membuat Gin San melongo. Baru saja dia dirayu seorang wanita yang sudah matang seperti Kim Hwa. akan tetapi sekarang dia melihat tubuh seorang dara remaja yang, demikian jauh lebih muda, yang seolah-olah menjanjikan kehangangatan dan kemesraan yang jauh melebihi apa yang telah dialami dan didapatkannya dari Kim Hwa!

   Dari sinilah timbulnya nafsu, baik nafsu berahi maupun nafsu apapun juga. Dari pikiran yang mengingat-ingat, yang membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau dianggap menyenangkan, yang nikmat dan sebagainya. Pikiran yang membayang-bayangkan ini mengharapkan kesenangan, maka timbullah keinginan untuk mengalami apa yang dibayangkannya sebagai kesenangan yang nikmat itu. Apabila seorang pria melihat wanita cantik atau seorang wanita melihat pria tampan lalu merasa tertarik dan suka, hal ini adalah wajar dan biasa karena memang terdapat daya tarik antara kedua jenis kelamin ini.

   Akan tetapi begitu pikiran masuk dan membayangkan hal-hal yang dianggapnya menyenangkan, jika pikiran membayangkan betapa akan senangnya kalau bercinta dengan pria atau wanita yang menarik hatinya itu, maka timbullah keinginan memiliki, timbullah nafsu berahi yang tidak wajar lagi, buatan pikiran yang ingin menikmati kesenangan. Melihat bunga indah harum merasa suka, itu sudah wajar. Akan tetapi begitu pikiran masuk dan membayangkan betapa akan senangnya kalau dapat memiliki kembang itu untuk dirinya sendiri, maka timbullah keinginan untuk memetiknya, dan pengejaran keinginan ini pelaksanaannya sering kali mendatangkan perbuatan maksiat. Mungkin kembang milik orang lain itu akan dipetiknya!

   Gin San terpesona. Tertarik oleh kecantikan dara yang sedang mandi dan diintainya itu. Tak lama kemudian dara itu, seolah-olah merasakan sesuatu menyudahi mandinya dan sekali bergerak, tubuhnya yang telanjang itu meloncat ke balik batu besar, lenyap dari penglihatan Gin San. Gin San terkejut dan kagum. Dapat meloncat seperti itu dari dalam air yang merendam tubuh setinggi perut, padahal letak batu besar itu agak tinggi dan cukup jauh, menunjukkan bahwa dara itu memiliki ginkang yang amat hebat! Dia sendiri masih harus menimbang nimbang dulu apakah akan dapat melakukan loncatan seperti itu. Dua buah tangan yang kecil dan putih meraih pakaian di atas batu besar dan tak lama kemudian dara itu telah berjalan dengan langkah-langkah tenang menuju ke puncak dekat telaga.

   Pakaiannya serba putih dan halus, lenggangnya tidak dibuat-buat dan wajar, namun gerakan kedua pinggul dan pinggang itu seperti langkah seekor harimau, demikian lemah gemulai namun membayangkan kekuatan dahsyat di dalamnya. Dan Gin San makin terpesona! Gadis itu lalu duduk di atas batu di puncak, menghadap ke barat di mana matahari mulai terbenam dan menciptakan warna-warna indah kemerahan yang mengandung segala macam warna di angkasa barat. Gadis itu menggunakan kedua tangannya membereskan rambut dan menyanggulnya dengan sederhana, namun di dalam gerakan itu sendiri terkandung sifat kewanitaan yang lembut dan manis.

   Dara cantik jelita yang membuat Gin San seperti tergila-gila itu bukan lain adalah Ling Ling. Seperti kita ketahui, dara ini terkena bujukan Thai-kek Seng-jin yang mempergunakan ilmu sihir, kemudian dengan gaya cerita yang menarik ketua Pek-lian-kauw itu berhasil meyakinkan hati Ling Ling bahwa Pek-lian kauw dam Im-yang-kauw adalah perkumpulan-perkumpulan para patriot, para pendekar pejuang dan pembela rakyat kecil, sama dan sejiwa dengan mendiang ayah bundanya yang juga selalu membela rakyat tertindas dan menentang kekuasaan yang lalim.

   Dia diperlakukan dengan penuh hormat oleh dua perkumpulan itu, dan biarpun dia tidak secara resmi menjadi ketua Im-yang-kauw, namun dia dipandang sebagai seorang tokoh besar di perkumpulan itu, di samping Kok Beng Thiancu yang bersikap sebagai ayah kepadanya. Ling Ling merasa bahwa pesan gurunya. Bu Eng Lojin, dan sukongnya Lui San Lojin kepadanya tidaklah sia-sia. Dia telah menjadi seorang pejuang atau pendekar pembela rakyat dan penentang para pembesar yang menindas rakyat! Inilah sebabnya mengapa dia mengamuk dengan dahsyat kalau Pek-lian-kauw dan Im-yang-kauw menyerbu pasukan pemerintah yang dianggap sebagai penindas rakyat jelata!

   Memang sudah menjadi kesukaan Ling Ling untuk mandi di telaga itu setiap sore. kemudian menikmati pemandangan indah yang diciptakan oleh matahari senja yang mulai terbenam meninggalkan sinar lembayung kemerahan. Pada senja hari itupun dia seperti biasa mandi di telaga, akan tetapi dia merasakan sesuatu yang tidak seperti biasanya. Timbul bayangan betapa akan memalukan kalau ada orang melihatnya bertelanjang mandi di tempat itu! Dan bukan tidak mungkin kalau ada orang yang mengintai, mengingat bahwa tempat itu penuh dengan semak belukar dan pohon-pohon besar, Bayangan ini membuat dia cepat-cepat menyudahi mandinya, berpakaian lalu duduk di atas batu di puncak dari mana dia dapat melihat matahari terbenam di balik bukit dengan jelas karena tempat menghadap ke barat itu tinggi dan terbuka.

   Tiba-tiba dara itu menegakkan tubuhnya dan mencurahkan perhatiannya kepada pendengarannya. Jelas sekali terdengar suara orang-seolah-olah orang itu bicara di dekat telinga nya.

   "Benarkah nona orangnya yang telah menyerbu Beng kauw dan membunuh tiga orang ketuanya?"

   Ling Ling cepat menengok ke kanan, kearah datangnya suara itu. Dia memandang dengan tajam, namun tidak melihat siapa-siapa bahkan tidak ada semak-semak bergerak, seolah olah yang bicara tadi adalah setan yang tidak nampak. Akan tetapi dia bukan seorang dara penakut, dan dia cukup cerdik untuk dapat menduga bahwa tentu ada orang pandai yang sengaja memamerkan kepandaian, mempergunakan Ilmu Coan-im-jip-bit (Mengirim Suara Dari Jauh), yaitu ilmu yang didasarkan atas kekuatan khikang sehingga orang itu dapat mengirimkan suaranya dari jarak jauh. Dan orang itu bertanya tentang Beng-kauw! Tentu orang ini musuh adanya, musuh yang datang dari Beng-kauw, mungkin untuk membalas dendam atas kematian tiga orang ketua Beng-kauw. Akan tetapi dia tidak takut dan dia lalu berdiri dengan tenang, menghadap ke arah suara itu, mengerahkan khikangnya dan menjawab dengan ilmu yang sama,

   "Apakah engkau orang yang pernah mengacau di Pek-lian kauw dan pernah menantang Im-yang-kauwcu?"

   Kini giliran Gin San yang terkejut dan kagum bukan main. Gadis itu ternyata bukan hanya memiliki ginkang yang hebat, akan tetapi juga memiliki khikang yang kuat sehingga dapat membalas ilmunya! Selain itu, bahkan gadis itu telah mengenal suaranya pula. Makin besar keinginan hatinya untuk menguji kepandaian nona ini, kalau benar nona ini yang telah membunuh tiga orang suhengnya, ketua dari Beng-kauw itu.

   Dari balik semak-semak di mana dia bersembunyi dan berdiri terhalang oleh semak-semak dan pohon besar, dia lalu menjawab dengan pengerahan khikang pula "Benar, akulah orangnya, nona!"

   Hening sejenak dan sedikit waktu itu dipergunakan oleh Ling Ling untuk menyelidiki dari arah suara itu di mana gerangan sembunyinya orang yang mengeluarkan suara itu. Kemudian, begitu tubuhnya bergerak melesat ke depan angin menyambar dan membuat daun-daun pohon dan semak-semak di mana Gin San bersembunyi itu rontok, dan di lain saat dara itu telah berdiri di depannya! Karena terhalang pohon-pohon besar, maka hanya sedikit saja sinar matahari lembayung dapat menerobos ke tempat ini sehingga cuacanya agak gelap di situ. Sejenak dua orang muda itu berdiri saling berpandangan dengan sinar mata penuh selidik.

   "Hemm, kiranya engkau!"

   Ling Ling berkata dengan nada suara mengejek dan dia masih penasaran teringat betapa dulu dia tidak sempat melanjutkan pertandingan melawan tokoh Beng-kauw muda yang dia tahu amat lihai.

   "Menjawab pertanyaanmu tadi, benar akulah orangnya yang telah membunuh tiga orang ketua Beng-kauw. Habis, engkau mau apa?"

   Dara itu membusungkan dada dan menegakkan kepala, sikapnya penuh tantangan. Biarpun sesungguhnya tiga orang ketua Beng-kauw itu tidak mati di tangannya semua, akan tetapi dia mengaku saja karena dia tidak takut menghadapi pemuda ini!

   Mendengar ucapan itu dan menyaksikan sikap nona itu, Gin San menarik napas panjang. Sikap nona ini jelas mengandung permusuhan dan kebencian terhadap Beng-kauw. Dan dia tidak dapat menyalahkan kalau nona ini seorang tokoh Im-yang-kauw, karena apa yang dilakukan oleh Beng-kauw belasan tahun yang lalu di Cin-an memang amat curang dan telah mengakibatkan Im-yang-kauw diserbu dan dibasmi oleh pasukan pemerintah!

   "Nona, kalau boleh aku bertanya, apakah engkau seorang tokoh Im-yang-kauw? Apakah engkau kauwcu (kepala agama) dari Im-yang-kauw?"

   "Bukan!"

   Jawab Ling Ling pendek dan ketus.

   "Ah, kalau begitu engkau seorang tokoh Pek-lian-kauw?"

   Tanya Gin San agak kecewa, Dia sudah cukup mengenal Pek-lian-kauw sebagai perkumpulan yang mempergunakan agama untuk mengelabuhi rakyat, untuk membakar hati rakyat agar memberontak terhadap pemerintah yang berkuasa.

   Pek-lian-kauw selalu mempergunakan kesempatan selagi terjadi perang saudara dan banyak kesengsaraan di antara rakyat untuk mengembangkan agama mereka! Demikianlah kesan yang didapatnya ketika dia mendengar berita-berita tentang Pek-lian kauw. Dan nona yang amat dikaguminya ini adalah tokoh Pek-lian-kauw! Akan tetapi hatinya lega ketika dia mendengar nona itu menjawab dengan tegas pula.

   "Juga bukan! Aku membantu Im-yang-kauw dan Pek lian kauw karena dua perkumpulan itu adalah perkumpulan orang-orang gagah, patriot-patriot sejati, sebaliknya Beng-kauw adalah perkumpulan yang curang dan jahat!"

   "Tapi, nona! Beng kauw tidak"".."

   "Sudahlah! Engkau datang mau apa?"

   Bentak Ling Ling.

   Panas juga rasa hati Gin San melihat sikap nona ini, sungguhpun dia makin kagum kepada, dara ini, karena setelah berhadapan muka, biarpun dalam cuaca remang-remang, dia dapat melihat kecantikan asli yang amat mengagumkan, dan dia dapat merasakan kesegaran terpancar dari pribadi nona ini. Dia merasa panas dan penasaran.

   "Nona, akupun tahu bahwa dalam urusan antara Im-yang-kauw dan Beng-kauw, fihak Beng-kauw telah bersalah dan telah menebus kesalahannya itu dengan kehancuran. Dan kematian tiga orang ketua Beng-kauw juga adalah karena kesalahan langkah dari mereka sendiri Aku tidak menaruh

   (Lanjut ke Jilid 39)

   Kisah Tiga Naga Sakti (Cerita Lepas)

   Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 39

   dendam apa-apa terhadap Im-yang-kauw Akan tetapi, sebagai seorang murid Beng kauw, tidak mungkin aku diam saja melihat Beng-kauw dibasmi orang, dan aku ingin mencoba kepandaian jagoan yang telah diperalat oleh Im-yang-kauw dan Pek-lian-kauw! Tidak tahu berapa banyakkah nona dibayar untuk menjadi jagoan mereka?"

   Sepasang mata yang indah itu terbelalak dan mengeluarkan sinar berapi, mukanya menjadi merah saking marahnya. Dia telah dimaki secara tidak langsung! Dia dikatakan jagoan yang menerima bayaran!

   "Keparat sombong bermulut lancang!"

   Bentaknya.

   "Mari kuantar engkau pergi ke neraka menyusul iblis-iblis Beng-kauw!"

   Dan Ling Ling sudah menerjang dengan hebatnya! Gin San cepat mengelak dan harus diakuinya bahwa serangan dara itu cepat bukan main, bahkan terlalu cepat baginya dan pukulan tangan yang kecil mungil itu mengandung kekuatan dahsyat! Dia mengelak lalu menangkis sambil mengerahkan tenaganya.

   "Dukkk!"

   Keduanya terpental dan ternyata bahwa tenaga sinkang mereka berimbang kekuatannya! Melihat kenyataan ini, Gin San makin kagum. Akan tetapi lawannya tidak memberi kesempatan kepadanya untuk banyak meragu, karena Ling Ling sudah menerjang lagi dengan kecepatan seperti seekor burung walet menyambar-nyambar.

   Mula mula Gin San hanya mempertahankan diri saja, berusaha untuk mempelajari ilmu silat lawan agar mudah baginya untuk menguasainya. Akan tetapi, tidak semudah itu kenyataannya. Ginkang dari dara ini ternyata masih menang setingkat dibandingkan dengan ginkangnya, sehingga dia harus bergerak cepat dan waspada, sama sekali tidak sempat lagi untuk mempelajari gerakan lawan, bahkan kalau dia tidak cepat balas menyerang tentu akhirnya dia yang celaka!

   Kalau dibuat perbandingan antara dua orang muda perkasa ini, memang dalam hal ilmu meringankan tubuh, Ling Ling masih menang setingkat. Ilmu ginkang ini merupakan keistimewaan yang khas dari gurunya, yaitu Bu Eng Lojin. Baru nama julukan kakek yang bertapa di Kwi-hoa-san ini saja sudah menunjukkan betapa kakek ini seorang ahli ginkang yang jarang bandingannya. Julukan Bu-Eng atau Tanpa Bayangan sudah jelas membayangkan keahliannya, dan keahlian ini tentu saja diturunkan kepada Ling Ling. Sebagai seorang dara yang memiliki pembawaan lincah gembira, ilmu ini memang cocok sekali untuk Ling Ling sehingga dia dapat menguasai ginkang yang amat hebat dari gurunya. Mengenai ilmu silat pada umumnya, sukar dibuat perbandingan antara Ling Ling dan Gin San, apa lagi karena memang pada hakekatnya dasar dasar yang menjadi sifat ilmu silat mereka jauh berbeda.

   Oleh karena itu, perkelahian antara dua orang muda itu amat bebat dan serunya. Gin San kalah cepat dan dia harus mempergunakan tenaganya yang masih sedikit lebih kuat untuk menutup kekalahan dalam ginkang ini, dan diapun membalas setiap pukulan lawan dengan pukulannya sendiri yang ampuh. Cuma bedanya, kalau dalam setiap serangan Ling Ling terkandung niat sepenuhnya untuk merobohkan lawan tanpa memperdulikan apakah lawan itu akan tewas karenanya, sebaliknya Gin San selalu membatasi diri dan menjaga agar jangan sampai dia kesalahan tangan membunuh nona yang amat dikaguminya ini. Dia datang hanya untuk menguji kepandaian, bukan untuk berkelahi saling bunuh!

   
Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Dukk, plakk""!!"

   Gin San terhuyung ke belakang. Dia berhasil menangkis pukulan yang menyambar ke arah kepalanya, akan tetapi pukulan ke dua masih meleset mengenai pundaknya sehingga dia terhuyung. Serangan yang dilakukan oleh Ling Ling tadi memang merupakan serangan maut yang amat berbahaya dan amat cepat datangnya. Dan selagi tubuhnya terhuyung, nona itu sudah menerjang lagi dengan hebatnya.

   Gin San cepat menggulingkan dirinya, menghindar dari serangan susulan itu, akan tetapi lawannya terus mendesak, beberapa kali melakukan tendangan keras yang semua dapat dihindarkan oleh Gin San yang berloncatan ke sana-sini namun membuat dia terdesak dan kehilangan keseimbangan.

   "Nona, kita hanya saling menguji kepandaian""."

   Dia memperirgatkan, namun Ling Ling tidak perduli, mendesak terus sehingga kini Gin San benar-benar terdesak hebat. Karena merasa dirinya berada dalam bahaya, Gin San sudah siap untuk menggunakan ilmu simpanannya, yaitu Cap-sha Tong thian. Akan tetapi dia masih ragu ragu karena dia tahu betapa ampuhnya jurus-jurus ilmu ini dan dia khawatir kalau akan mencelakakan lawannya yang amat dikaguminya. Pada saat itu, tiba-tiba berkelebat bayangan hijau. Cuaca sudah mulai gelap sehingga Ling Ling tidak mengenal siapa adanya orang baju hijau yang bergerak cepat ini, dia hanya tahu bahwa orang ini adalah seorang wanita yang lihai. Tiba-tiba saja wanita itu menubruknya dengan cengkeraman yang hebat sekali. Ling Ling mengelak, akan tetapi dari samping kirinya, pukulan Gin San sudah datang sehingga terpaksa dia menangkisnya.

   "Plakk! Dukkkk.....!"

   Ling Ling mengeluh lirih dan terguling, pingsan karena ketika dia menangkis pukulan Gin San tadi, dia telah ditotok oleh wanita baju hijau yang lihai itu sehingga dia terguling roboh dan tak sadarkan diri! Wanita itu, yang bukan lain adalah Tang Kim Hwa si baju hijau yang lihai, bergerak ke depan hendak mengirim pukulan maut untuk membunuh Ling Ling, akan tetapi tiba-tiba Gin San meloncat dan menangkap lengannya.

   "Jangan"".!"

   Serunya dan dia mengerahkan tenaganya. Wanita baju hijau itu berusaha melepaskan lengannya yang dipegang, namun betapapun dia mengerahkan tenaga tetap saja pegangan Gin San tak dapat terlepas. Diam-diam dia harus mengakui kekuatan pria yang membuatnya tergila-gila itu.

   "Kenapa tidak boleh dibunuh? Dia hampir saja tadi membunuhmu!"

   Teriak Tang Kim Hwa dengan penasaran.

   Gin San menggeleng kepalanya.

   "Jangan bodoh, dia tidak mungkin dapat mengalahkan aku. Aku tadi memang sengaja mengalah, karena antara dia dan aku sesungguhnya tidak ada permusuhan sesuatu. Aku hanya ingin menguji kepandaiannya, dan ternyata dia amat hebat dan"".. cantik jelita""."

   "Ah, kau"""

   Kau tertarik oleh kecantikannya! Dia harus kubunuh!"

   Kim Hwa menjerit marah penuh dengan perasaan cemburu dan dia sudah menubruk lagi ke arah tubuh Ling Ling yang sudah tidak bergerak itu.

   "Bresss!"

   Dia terlempar ke belakang dan ternyata dia telah didorong dengan keras oleh Gin San. Wanita itu kembali menjerit dan membelalakkan matanya, memandang kepada Gin San dengan penuh kemarahan.

   "Kau"". kau memukulku"".? Ah, Gin San, kita saling mencinta dan kau"".. kau kini memukul karena gadis ini"".?"

   Gin San bersungut-sungut.

   "Engkau tidak boleh membunuhnya, dan kalau engkau nekat, terpaksa aku akan menentangmu!"

   "Kau"".. kau sudah tergila-gila kepadanya? Kau"".. jatuh cinta kepada gadis ini?"

   Tang Kim Hwa berseru dan kini dalam suaranya terkandung tangis dan memang dia sudah mulai mencucurkan air mata karena hatinya terasa perih oleh cemburu,

   Gin San berdiri memandang kepada tubuh dara yang rebah terlentang di atas tanah itu. Biarpun cuaca sudah mulai remang-remang gelap, namun dia masih dapat melihat garis tubuh yang penuh lekuk lengkung menggairahkan itu dan dia mengepal tinjunya, lalu berkata perlahan namun dengan hati geram.

   "Salahmu semua ini! Salahmulah kalau aku sekarang tergila-gila kepadanya!"

   Tang Kim Hwa terbelalak memandang pemuda itu.

   "Salahku? Apa"".. apa maksudmu Gin San?"

   "Sebelum aku bertemu denganmu, banyak sudah aku menjumpai gadis-gadis cantik, wanita-wanita cantik yang akan suka menyerahkan diri kepadaku namun semua kutolak! Aku pantang melakukan hubungan badan dengan wanita, aku masih seorang perjaka! Akan tetapi""..engkau menodaiku, engkau merayuku sampai aku jatuh...".. dan engkau membangkitkan berahiku sehingga begitu aku melihat dia yang begitu cantik, bangkit berahiku dan aku harus memilikiya...""

   "Gin San! Tapi""

   Kita saling mencinta"., aku cinta padamu, aku akan mati kalau engkau mencinta wanita lain"".!"

   Gin San menggeleng kepala, mengerutkan alisnya.

   "Aku tidak tahu apa itu cinta, aku hanya ingin melampiaskan nafsu birahiku kepadanya, dan kalau engkau menghalangi, biarkan aku pergi dengan dia dan meninggalkanmu, Kim Hwa!"

   Gin San sudah melangkah menghampiri Ling Ling yang masih tak sadarkan diri itu.

   "Jangan""! Ah, aku mengerti, Gin San, aku mengerti. Biarlah, kau boleh saja bermain-main dengan wanita manapun juga, asalkan engkau tidak meninggalkan aku dan asal engkau selalu mencintaku, menjadi kekasihku."

   Tiba-tiba wanita itu merangkul pundak Gin San dan sikapnya sama sekali berobah, penuh rayuan.

   "Dengar, Gin San, aku tadi gila karena cemburu. Salahku sendiri. Tak baik engkau bawa pergi gadis ini begitu saja. Kalau ketahuan fihak Pek-lian-kauw dan Im-yang kauw, tentu engkau akan dikejar-kejar dan dikeroyok. Kalau engkau memperkosanya, tentu mereka akan selalu memusuhimu. Sebaiknya bawa dia ke pondok, kemudian aku akan memberinya obat agar dia menyerahkan diri kepadamu dengan suka rela, bukan dengan jalan pemerkosaan. Bukankah baik sekali begitu?"

   Gin San memandang Kim Hwa dan akhirnya dia mengangguk.

   "Baik, engkau sungguh manis, Kim Hwa. Aku berterima kasih kepadamu kalau gadis ini mau menyerahkan diri dengan suka rela kepadaku, dan aku takkan melupakan kebaikanmu itu."

   Gin San lalu memondong tubuh Ling Ling yang masih lemas, kemudian bersama Tang Kim Hwa mereka kembali ke pondok sunyi dalam hutan itu. Wanita cantik

   itu cepat menyalakan lampu-lampu dan membawa sebuah lampu minyak ke dalam kamar di mana Gin San merebahkan Ling Ling di atas pembaringan. Melihat wajah yang manis di bawah sinar lampu yang kemerahan itu, makin tertarik hati Gin San dan dia harus diam-diam mengakui bahwa dia telah jatuh cinta kepada dara ini! Makin bangkit berahinya sampai berkobar dan dia sudah tidak sabar lagi menanti ketika dia melihat Tang Kim Hwa mengambil sebungkus obat bubuk merah dan mencampur obat bubuk ini dengan setengah cawan arak. Kemudian, dengan bantuan Gin San yang mengangkat leher Ling Ling dan memangkunya, Kim Hwa menuangkan arak itu sedikit demi sedikit ke dalam mulut Ling Ling sampai habis.

   Dara itu lalu direbahkan lagi, dan Kim Hwa berkata.

   "Sekarang kautunggulah saja sampai dia bangun, tentu obat itu telah bekerja dengan baik"

   Gin San memandang kepada wanita itu dan mengangguk.

   "Terima kasih, Kim Hwa, engkau sungguh baik sekali."

   Kim Hwa menghampiri, merangkul dan mencium bibir pemuda itu dengan mesra.

   "Jangan kau lupa padaku, Gin San."

   Gin San balas mencium "Tidak, engkau adalah wanita pertama yang telah menjatuhkan hatiku, Kim Hwa."

   Wanita itu menahan isak dan berlari keluar, diikuti pandang mata Gin San yang tersenyum.

   Gin San duduk di atas pembaringan, di dekat tubuh Ling Ling yang masih rebah terlentang. Sejenak dia tertegun, teringat betapa telah terjadi perobahan hebat pada dirinya. Dulu, biarpun dia selalu tertarik dan suka melihat wanita cantik, namun dia berkeras tidak mau menyerah kepada desakan nafsu berahi. Teringat betapa dia mudahnya dia akan dapat merayu wanita-wanita yang jatuh cinta padanya untuk bermain cinta, seperti Liang Hwi Nio murid Im yang kauw itu, kemudian Yo Giok Hong janda yang amat cantik itu dan puterinya, Tio Bi Cin. Akan tetapi dia tidak mau melakukan hal itu. Sekarang, setelah dia jatuh dalam pelukan Tang Kim Hwa, dia menjadi lemah dan tidak kuasa lagi mengalahkan nafsu berahinya.

   Akan tetapi betapapun juga dia tidak mau melakukan perkosaan, ah, tidak, dia tidak mau merosot sampai serendah itu! Dia tidak akan menjadi seorang penjahat jai hwa cat (penjahat pemerkosa wanita). Maka diapun hanya duduk bersila saja di dekat tubuh yang menggairahkannya itu, bersamadhi untuk menekan nafsunya yang menggelora. Dia hanya akan mau menjamah wanita kalau si wanita itu memang mau melayaninya. Dan dia percaya bahwa obat yang diberikan oleh Kim Hwa tadi akan membuat dara yang membuatnya tergila-gila ini akan membalas cintanya!

   Menjelang pagi, barulah Ling Ling mulai bergerak. Dia menggeliat, merintih lirih, matanya setengah terpejam dan kedua tangannya membuka-buka kancing bajunya dan

   mulutnya mengeluh seperti orang mimpi,

   """.ah, panas...".. panas"".."

   Gin San sudah membuka matanya, lalu dia mendekati, menelungkup di dekat Ling Ling, nafsunya bernyala nyala dan jari-jari tangannya membelai rambut yang hitam halus dan panjang kusut itu, lalu perlahan-lahan dia merangkulnya sambil melihat apa yang akan menjadi tanggapan dara itu. Ling Ling dengan mata setengah terpejam menoleh, tersenyum aneh dan masih merintih, akan tetapi lengannya yang berkulit halus itu membalas rangkulan Gin San!

   "Ah, nona, engkau manis sekali"".. ah, betapa aku cinta padamu...."

   Gin San mendekap dan mencium. Dengan girang dia merasakan betapa dara itu tidak menolak, bahkan menyerah dengan penuh semangat, merintih dan rangkulannya makin kuat. biarpun dara itu tidak menolak diciuminya. namun mendengar suara rintihan-rintihan itu khawatir juga hati Gin San. Dia menahan tubuh dengan tangan, memandang wajah yang cantik kemerahan dan masih setengah terpejam itu, kemudian berbisik.

   "Nona"".. kenapakah? Engkau tidak sakit..."..?"

   "Hemm..."? Panas""! Panas sekali....!"

   Ling Ling mengeluh dan menggunakan kedua tangan untuk menyingkap rambutnya yang panjang terurai menutupi sebagian muka dan lehernya itu, menyingkapnya tinggi-tinggi agar lehernya tidak terasa terlalu panas.

   Tiba-tiba Gin Sin tersentak kaget dan matanya terbelalak memandang ke arah leher yang panjang dan berkulit putih halus kemerahan itu, melekat pada setitik tahi lalat di leher itu. Kemudian pandang matanya merayap ke arah wajah yang memang seperti telah dikenalnya itu dan kini teringatlah dia akan mata itu, bibir itu, hidung itu.

   "Ai Ling""! Ling Ling""!!"

   Gin San berseru keras seperti orang baru sadar dari mimpi buruk dan dia mengguncang tubuh Ling Ling.

   Dara itu membuka matanya, sepasang mata yang jernih dan indah, akan tetapi pada saat itu agak sayu, bibirnya merekah dalam senyuman yang memikat, dengan giginya yang putih nampak berkilat, senyum manis dan malu-malu yang amat merangsang.

   "Engkau"".mengenal nama kecilku"".? Ahhh...""

   Engkau sungguh gagah""."

   Melihat keadaan gadis ini yang tidak sewajarnya, yang agaknya sudah tak berdaya dalam rangsangan obat perangsang yang amat kuat itu, secepat kilat Gin San menggerakkan tangan menotok dua kali. Ling Ling mengeluh dan rebah pingsan lagi! Sejenak Gin San duduk bengong memandang wajah dara yang pingsan itu, dan dia mengusap keringat dingin di dahinya. Celaka, hampir saja dia melakukan perbuatan terkutuk atas diri Ling Ling! Gan Ai Ling! Pantas saja dia seperti merasa tidak asing dan sudah mengenal dara perkasa itu. Dan kiranya adalah Ling Ling! Gin San meloncat turun dari atas pembaringan dan berjalan hilir-mudik meredakan perasaannya yang tegang luar biasa tadi. Hampir saja dia menyeret Ling Ling ke dalam perbuatan hina! Kenyataan bahwa dara itu adalah Ling Ling seketika menyadarkannya dan mengusir semua nafsu berahinya, sungguhpun kenyataan ini makin menggores di hatinya dan membuat dia makin mencinta gadis itu.

   Gan Ai Ling, Ling Ling, dan dia jatuh cinta kepada bekas su-moinya ini! Setelah merasa tenang Gin San lalu menghampiri pembaringan, perlahan-lahan dia mengumpulkan tenaga sinkangnya pada kedua telapak tangannya dan mulailah dia mengurut dan mendorong dengan sinkangnya untuk mengusir hawa beracun yang menimbulkan rangsang berahi itu dari tubuh Ling Ling. Tak lama kemudian, tubuh dara itu sudah tidak panas lagi dan wajahnya sudah tidak kemerah-merahan seperti tadi, napasnya tidak terengah-engah, Gin San lalu menotoknya, membebaskannya dan Ling Ling membuka matanya. Begitu matanya terbuka, dia mengeluh akan tetapi ketika dia melihat Gin San, dia bergerak cepat dan meloncat turun dari atas pembaringan. Dengan liar matanya memandang ke pembaringan, ke arah pakaiannya, kemudian kepada pemuda yang duduk di atas bangku.

   "Apa.... apa yang terjadi""..? Ah, kau"

   Setan Beng-kauw""..!"

   Dia sudah siap untuk menerjang lagi.

   "Ling Ling, tenanglah, dan kau lihat baik-baik, siapakah aku? Lupakah engkau kepada Coa Gin San...""?"

   "Gin San...""? Kau"".. Gin San"".? Ah, benar, engkau Gin San! Tapi"". bukankah engkau tokoh Beng-kauw yang menyerangku itu""..?"

   Gin San mengangguk.

   "Ah, agaknya nasib membuat kita berdiri dan saling berhadapan seperti musuh, Ling Ling. Engkau tahu-tahu menjadi seorang tokoh Im yang pai dan Pek-lian kauw. sedangkan aku menjadi seorang tokoh Beng-kauw, dan kita berhadapan sebagai musuh. Betapa menyedihkan! Akan tetapi, Ling Ling, sungguh aku tidak mengerti sarna sekali, bagaimana mungkin engkau menjadi tokoh Im-yang-kauw, padahal orang tuamu tewas oleh ketua Im-yang-kauw? Dan bersekutu dengan Pek lian-kauw""..?"

   Sejak tadi Ling Ling memandang wajah Gin San dengan penuh keheranan. Gin San si anak nakal itu telah menjadi seorang pemuda yang harus diakuinya tampan dan gagah, dan lebih dari itu lagi, ilmu kepandaian Gin San benar-benar hebat sehingga dia sendiri sampai kewalahan menghadapinya! Kini, mendengar pertanyaan itu, Ling Ling bersungut-sungut dan berkata.

   "Dan engkau sendiri, mengapa menjadi tokoh Beng kauw? Tak tahukah engkau bahwa ayah dan ibu sampai tewas karena kecurangan Beng-kauw yang menyamar sebagai orang orang Im-yang-kauw ketika mereka mengacau di kuil dulu itu?"

   "Panjang sekali ceritanya, Ling Ling""."

   "Dan panjang pula riwayatku mengapa aku membantu Im-yang-kauw dan Pek-lian-kauw".."

   Pada saat mereka saling menegur itu, tiba-tiba mereka tertarik akan suara hiruk-pikuk dari jauh, makin gaduh suara itu dan lapat-lapat terdengar suara orang-orang berteriak, seperti suara orang-orang yang sedang bertempur. Banyak sekali orang! Perang agaknya!

   "Aah""..! Agaknya ada terjadi sesuatu pada Im-yang pai dan Pek-lian kauw! Suara itu dari sana"".!"

   Ling Ling meloncat keluar diikuti oleh Gin San, Pemuda ini mencari-cari dengan pandang matanya dan diam-diam merasa heran mengapa dia tidak mendengar atau melihat Kim Hwa. Jelas bahwa wanita itu tidak berada di dalam pondok, dan agaknya Kim Hwa tentu sudah mendengar suara orang-orang bertempur itu dan sudah lebih dulu lari ke sana, pikirnva. Dia merasa amat canggung dan tidak enak kalau teringat akan Kim Hwa, takut kalau-kalau terjadi pertemuan antara Kim Hwa, dan Ling Ling dan dia tidak ingin Ling Ling tahu akan hubungannya dengan wanita cantik itu.

   Ketika lari ini, Ling Ling mengerahkan ilmunya berlari cepat dan diam-diam dia kagum sekali melihat bahwa Gin San tidak tertinggal jauh, padahal dia selalu percaya bahwa ilmunya berlari cepat sudah amat hebat sekali.

   Dia ingin mengetahui siapa gerangan guru dari Gin San yang dulu lenyap dilarikan oleh orang-orang Beng-kauw yang menyamar sebagai orang-orang Im-yang kauw itu! Makin dekat dengan tempat yang menjadi pusat sementara dari Im yang-kauw dan Pek lian-kauw, makin yakinlah hati Ling Ling bahwa memang terjadi pertempuran hebat di situ, bukan hanya pertempuran antara sedikit orang, melainkan suatu pertempuran banyak orang, atau lebih mirip perang kecil yang terjadi amat hebatnya dengan suara hiruk-pikuk, pekik kesakitan, sorak kemenangan dan diseling beradunya senjata tajam amat gaduhnya.

   Dia mempercepat larinya, diikuti oleh Gin San dan begitu melihat bahwa memang benar tempat itu diserbu oleh pasukan pemerintah, Ling Ling menjadi marah sekali! Dia tidak mau sembarangan melayani para perajurit, melainkan langsung menyerbu ke tengah mencari para komandan dari pasukan kerajaan yang sedang menekan dan menyerang orang-orang Im-yang kauw dan Pek-lian-kauw itu.

   Akhirnya, di tengah-tengah pertempuran itu, Ling Ling melihat seorang perwira muda yang mengamuk dengan hebatnya dan dia terkejut bukan main. Perwira muda ini sama sekali tidak mempergunakan senjata, hanya dengan kedua tangan kosong saja dia melempar-lemparkan para pengeroyoknya seperti orang melempar-lemparkan rumput kering saja. Dia melihat pula Kok Beng Thiancu, Thai-kek Seng-jin dan yang lain lain juga mengeroyok perwira muda itu yang dibantu oleh perwira-perwira lain yang mempergunakan senjata tajam akan tetapi tidak ada seorangpun di antara mereka yang demikian lihai seperti perwira muda itu. Maka tahulah dia apa yang harus dilakukannya. Dia meloncat, mengeluarkan suara melengking nyaring dan dia sudah menerjang perwira muda itu dengan ganasnya!

   Perwira muda itu terkejut melihat datangnya seorang wanita berpakaian putih yang menyerang dengan ganasnya. Cepat dia mengelak, akan tetapi sekali pukulannya luput, wanita itu telah membalik dan tangannya sudah menyerang lagi dengan totokan ke arah leher sedangkan, tangan kanannya menusuk dengan jari jari tangan terbuka ke arah lambung. Perwira itu mengeluarkan seruan kaget dan cepat menangkis.

   "Plak! Plak!"

   Keduanya tergetar dan melangkah mundur, akan tetapi dara cantik yang menyerang itu sudah menerjang lagi dengan langkah-langkah kaki yang indah. Perwira itu dapat menangkis dengan baik dan tiba-tiba wanita itu berkelebat lenyap dan tahu-tahu sudah berada di belakangnya. Karena terkejut melihat kecepatan gerak lawan ini, perwira yang lihai itu membalikkan tubuh dan langsung membalas serangan lawan.

   "Aihhh""!"

   Ling Ling berseru kaget ketika mengenal gerakan itu. Itulah Sin-liong-hoan-sin (Naga Sakti Memutar Tubuh), yang merupakan jurus dari perguruannya. Karena kaget ini, hampir saja dia kena terpukul dan dia terhuyung. Pada saat itu, Gin San sudah meloncat ke depan dan menyerang perwira itu untuk membantu Ling Ling karena tadi dia melihat Ling Ling terhuyung dan mengira bahwa Ling Ling membutuhkan bantuan.

   Perwira itu terkejut bukan rnain dan merasa heran betapa di tempat itu muncul banyak orang muda yang begini lihai. Dia cepat menangkis sambil mengerahkan tenaganya. Dua tangan bertemu dan keduanya kembali tergetar dan terdorong mundur sampai tiga langkah. Mereka saling pandang, keduanya terbelalak, apa lagi ketika perwira itu melirik ke arah wajah Ling Ling yang sudah siap menyerangnya lagi.

   "Ling-moi"".! Gin San...".!"

   "Heiii, kau"

   Sian Lun!"

   Teriak Gin San.

   "Lun-suheng....! ". teriak pula Ling Ling.

   Mereka itu tertegun dan saling pandang dengan terheran heran. Sungguh Ling Ling dan Gin San tak pernah mimpi bahwa pemuda yang mengenakan pakaian perwira gagah ini adalah Sian Lun! Sian Lun juga tentu saja tidak pernah mimpi akan bertemu dengan kedua orang yang dirindukannya ini di antara musuh, di antara orang-orang Im-yang-kauw dan Pek-lian-kauw. Sungguh suatu hal yang amat mengejutkan, mengherankan dan juga membingungkannya. Maka dia lalu cepat berkata.

   "Hayo kalian ikut dan bicara denganku di luar tempat ini!"

   Ling Ling dan Gin San yang juga masih termangu-mangu dan bingung, mengangguk, dan Sian Lun cepat mendekati Ong ciangkun dan berseru.

   "Ong ciangkun, cepat tarik mundur dulu pasukan dan tunggu laporanku. Ada perobahan besar!"

   Setelah berkata demikian, Sian Lun lalu memberi isyarat kepada Ling Ling dan Gin San untuk mengikutinya mengerahkan ilmu berlari cepat meninggalkan medan pertempuran itu dan memasuki sebuah hutan di sebelah selatan tempat itu. Sementara itu, biarpun merasa terheran-heran, Ong Gi ciangkun yang sudah percaya penuh kepada Sian Lun, cepat membunyikan aba aba untuk menarik mundur pasukan. Pasukan kerajaan juga merasa heran sekali. Jumlah mereka jauh lebih besar dari pada fihak musuh, tiga empat kali lebih besar dan mereka sudah mulai mendesak fihak musuh, mengapa tiba-tiba disuruh mundur?

   Namun tentu saja mereka tidak berani membantah dan cepat mereka lalu meninggalkan gelanggang pertempuran dan mengundurkan diri ke balik bukit di mana mereka berkumpul dan mengatur barisan sambil menanti perintah selanjutnya. Adapun fihak Im-yang-kauw dan Pek-lian-kauw yang mengalami pukulan hebat dan tahu bahwa fihak mereka kalah kuat, tidak melakukan pengejaran.

   Mereka bertiga kini berdiri saling berhadapan untuk beberapa lamanya. Melihat dua orang pemuda ini, teman-temannya sejak kecil yang tadinya lenyap, datang keharuan yang mendalam di hati Ling Ling dan dia melangkah maju, memegang tangan mereka dengan kedua tangannya dan tak tertahankan lagi dia menangis!

   "Twa-suheng""..!Ji-suheng"".I"

   Kini Ling Ling menyebut suheng kepada mereka dan teringatlah dia akan ayah bundanya yang telah tiada dan tangisnya makin mengguguk.

   Sian Lun dan Gin San lalu merangkulnya dengan sebelah lengan sedangkan lengan yang lain saling rangkul sehingga mereka bertiga kini berangkulan di dalam hutan yang sunyi itu. Mereka merasa terharu sekali, dan juga diam-diam merasa kagum dan heran betapa mereka bertiga bertemu di tempat yang tak tersangka-sangka dan mereka sama-sama memiliki ilmu kepandaian yang tinggi!

   Sian Lun yang masih seperti dulu, bersikap tenang itu, segera dapat menguasai keharuannya dan dia berkata.

   "Mari kita saling menceritakan riwayat masing masing agar kita dapat saling mengetahui keadaan masing-masing dan mengapa kita sampai berhadapan sebagai lawan. Sute, engkau yang lebih dahulu menghilang ketika itu, maka engkau pula yang sepatutnya menceritakan lebih dulu pengalamanmu."

   Gin San tersenyum dau mengangguk-angguk.

   "Baik, baik""."

   Mereka lalu duduk dibawah pohon saling berhadapan, dan saling berpandangan. Atau lebih lepat lagi, Gin San dan Sian Lun tiada hentinya memandang wajah Ling Ling, sedangkan dara ini memandang kepada mereka bergantian dengan wajah berseri. Terjadi sesuatu dalam hati Sian Lun seperti yang terjadi dalam hati Gin San. Dua orang pemuda ini diam-diam mengagumi Ling Ling dan diam-diam mereka jatuh hati kepada dara ini! Sementara itu, Ling Ling mengagumi keduanya dan dia gembira bukan main dapat bertemu dengan dua orang suhengnya yang kini telah menjadi pemuda pemuda yang demikian tampan dan gagah perkasa, berkepandaian tinggi!.

   Gin San menceritakan secara tingkat betapa dahulu dia ditawan oleh orang-orang Beng-kauw untuk menjadi sandera, akan tetapi betapa dia kemudian diambil murid oleh tokoh besar Beng-kauw di utara yang bernama Maghi Sing. Dia telah mewarisi kepandaian Maghi Sing dan telah mengadakan perjalanan ke selatan, di pusat dari Beng-kauw dan kemudian menceritakan betapa dia kembali ke utara, mendengar akan kematian Gan Beng Han dan isterinya.

   "Beng-kauw di utara memang menyeleweng,"

   Katanya.

   "dan aku mendapat perintah dari susiok-couw di selatan untuk membersihkan Beng-kauw utara. Itulah sebabnya ketika mendengar Beng-kauw diserbu oleh Im yang-kauw, aku tidak mendendam, karena kematian para ketua Beng-kauw utara adalah salah mereka sendiri. Juga aku tidak mendendam kepada Im-yang-kauw atas kematian suhu dan subo, karena aku tahu bahwa yang bersalah sebenarnya adalab Beng-kauw."

   "Jadi engkau mencari ketua Im yang-kauw dahulu itu adalah untuk membalaskan kematian ayah ibuku? Kemudian engkau mencari ketua Im-yang-pai untuk menguji kepandaiannya karena sebagai orang Beng kauw engkau hendak mengangkat kembali nama Beng-kauw dari kehancuran?"

   Tanya Ling Ling dan Gin San mengangguk.

   "Aku girang telah datang karena dengan demikian aku dapat bertemu denganmu, sumoi."

   "Ah, kalau begitu tidak mengherankan apa bila engkau menjadi tokoh Beng-kauw, sute. Kuharap saja engkau akan berhasil membawa Beng-kauw ke jalan terang sesuai dengan tujuan agama itu, dan tidak menjadi perkumpulan yang memberontak kepada pemerintah."

   Gin San mengangguk dan tersenyum.

   "Setelah aku menceritakan pengalamanku, sekarang giliran siapa?"

   "Twa-suheng yang lebih dulu pergi meninggalkan aku, hayo ceritakan pengalamanmu, suheng,"

   Kata Ling Ling. Diam diam dara ini pun kagum karena melihat bahwa suhengnya ini selain menjadi seorang pemuda tampan dan gagah, juga agaknya kedudukannya dalam ketentaraan cukup tinggi dan kekuasaannya besar, buktinya sekali perintah saja, pasukan pemerintah benar-benar mengundurkan diri dan pertempuran itupun telah berhenti. Sian Lun menarik napas panjang, memandang kepada Ling Ling dengan tajam, lalu berkata.

   "Agaknya ada persamaan di antara kita, sumoi, melihat gerakan-gerakanmu itu""". hemm, baiklah, kalian dengarkan riwayatku."

   Sian Lun lalu bercerita, betapa ketika dia hendak melindungi Ling Ling dalam keributan dahulu itu, hampir saja dia menjadi korban penyerangan orang-orang Beng-kauw dan pada saat itu muncul seorang kakek lihai yang menolongnya. Kakek itu adalah Siangkoan Lojin yang terhitung susiok-couwnya sendiri, akan tetapi kemudian menjadi gurunya! Kemudian dia menceritakan betapa dia mendengar akan kematian paman dan bibinya Gan Beng Han suami isteri, betapa kemudian dia mencari Ling Ling ke rumah keluarga Yap Yu Tek di An-kian.

   

   Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

Rajawali Emas Karya Kho Ping Hoo Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini