Ceritasilat Novel Online

Mestika Golok Naga 6


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo Bagian 6



"Aku menolak kehendaknya yang terkutuk dan dia marah lalu aku dipenjarakan!"

   Jawabnya.

   "Biar aku dibunuh mati sekalipun, aku tidak akan sudi menyerah kepadanya!"

   Cun Ki memandang kagum. Heran dia melihat seorang puteri kaisar demikian tabahnya menghadapi segala kesulitan yang demikian menyudutkannya.

   "Ah, engkau seorang pemberani, nona. Sungguh aku kagum dan hormat kepadamu."

   "Akan tetapi engkau, Souw-Enghiong. Demi menolong aku, engkau sendiri sampai tertangkap dan nyawamu terancam."

   "Aku tidak takut mati, nona. Mati dalam perjuangan merupakan suatu kehormatan bagiku. Mati bukan apa-apa bagiku, akan tetapi aku amat memprihatinkan dirimu, nona... Engkau terancam bahaya yang hebat, bahkan mungkin bahaya maut."

   Gadis itu tersenyum! Hampir Cun Ki tidak percaya kepada matanya sendiri. Dalam keadaan seperti itu, gadis itu masih dapat tersenyum demikian manisnya.

   "Dalam hal keberanian menghadapi kematian, engkau bukan seorang diri, Enghiong. Aku sendiripun tidak takut mati kalau kehormatanku terancam. Aku lebih menghargai kehormatan dari pada kematian."

   "Nona... engkau... engkau Seorang Wanita yang mulia dan bijaksana, aku kagum sekali!"

   Kata Cun Ki dengan suara terharu. Panglima Wu Chu marah sekali mendengar laporan penjaga akan isi percakapan mereka itu dan dia memerintahkan menahan terus kedua orang itu. Istana gempar lagi pada keesokan harinya ketika kaisar mendengar laporan para pengawal dan dayang. Puteri Sung Hiang Bwee kembali diculik orang berkedok hitam! Kaisar lalu memanggil semua menteri dan panglima dan memerintahkan mereka semua untuk berusaha menemukan puteri dan menghukum penculiknya dengan hukuman yang paling berat.

   "Ampun, Yang Mulia. Menurut pendapat hamba, penculiknya pastilah pemuda yang bernama Tan Tiong Li itu."

   Kaisar mengerutkan alisnya.

   "Ah, tidak masuk diakal! Pemuda itu bahkan yang menolongnya dari penculiknya yang pertama kali. Bagaimana kini engkau menuduh dia menjadi penculiknya?"

   "Dengan perhitungan yang tepat, Yang Mulia. Menurut basil laporan para penyelidik, terjalin hubungan antara pemuda itu dengan tuan puteri sejak ia ditolong. Dan mengingat bahwa pemuda itu belum lama ini bergabung dengan pemberontak Gak Liu, bahkan mengakibatkan kematian anak laki-laki hamba, maka hamba yakin bahwa penculiknya tentulah dia! Bukan menculik, melainkan sudah bersekutu dengan sang puteri yang ingin melarikan diri dari istana untuk dapat berkumpul dengan pemuda itu!"

   "Jin Kui, kalau engkau ternyata tidak mengucapkan tuduhan yang benar, kami dapat marah sekali kepadamu!"

   Bentak kaisar.

   "Akan tetapi kalau hamba berkata benar bagaimana, Yang Mulia? Kalau pemuda itu dapat tertangkap, tentu akan dapat ditemukah di mana adanya puteri Paduka."

   "Kalau begitu tangkap dia!"

   "Akan tetapi, dahulu Paduka pernah menjanjikan kedudukan kepadanya, kalau sekarang tanpa perintah penangkapan Paduka, bagaimana hamba dapat melaksanakannya?"

   "Baik, kubuat perintah penangkapan Tan Tiong Li!"

   Kata Kaisar yang sedang sedih dan khawatir karena terculiknya Sung Hiang Bwee. Perdana Menteri Jin Kui memang cerdik sekali. Tentu saja dia tahu bahwa yang menculik Hiang Bwee bukan Tiong Li melainkan Si Muka Tengkorak, bahkan dia yang mengatur semua itu. Dan untuk memperkuat pengejaran terhadap Tiong Li pertu sekali ada surat perintah Kaisarsehingga dia dapat mengerahkan seluruh tenaga pasukan. Bagaimana kalau nanti Tiong Li tertangkap dan Hiang Bwee tidak dapat diajak pulang? Mudah saja. Bunuh pemuda itu, habis perkara dan katakan kepada Kaisar bahwa Hiang Bwee telah terbunuh oleh pemuda itu.

   Mulailah Perdana Menteri Jin Kui melaksanakan semua rencananya untuk membalas kematian puteranya. Hiang Bwee yang menjadi gara-gara kematian puteranya sudah terbalas, dan sekarang tentu telah menjadi selir Panglima Besar Wu Chu, dan Tiong Li sudah dijadikan buronan pemerintah. Kemudian dia mengerahkan pasukan yang dipimpin oleh Kui To Cin-jin dan dua orang sutenya yang sudah datang dari utara, yaitu kakak beradik Ouw Yang, menyerbu ke Lembah Maut untuk membasmi Ban-Tok Sian-Li dan anak buahnya yang dianggap telah membantu pemberontak! Juga pasukan ini ditugaskan untuk mencari para gerombolan pemberontak dan membasminya, terutama sekali yang dipimpin oleh Gak Liu. Dengan surat perintah penangkapan atas diri Tan Tiong Li dari Kaisar, maka kini di mana-mana terpasang pengumuman tentang pelarian Tan Tiong Li sebagai orang buruan.

   Pada saat itu Tiong Li sedang berkunjung ke dusun lereng Liong-san untuk bersembahyang didepan makam ayahnya dan juga untuk bersembahyang di bekas pondok gurunya, Pek Hong San-jin yang dulu dibakarnya bersama jenazah kakek itu. Setelah selesai bersembahyang dia meninggalkan pegunungan Liong-san dan beberapa hari kemudian tibalah dia di kota Cun-keng. Begitu memasuki kola itu, dia melihat banyak orang berkerumun membaca sehelai pengumuman yang di tempel di dinding. Dia ikut berdesakan untuk membacanya dan betapa terkejutnya melihat wajahnya terpampang di pengumuman itu dan di situ disebutkan bahwa siapa yang dapat menangkap Tiong Li, pemberontak dan penculik puteri akan diberi hadiah oleh Kaisar.! Tiong Li terkejut bukan main dan pada saat itu dia mendengar orang berteriak di sebelahnya.

   "Wah, ini dia orangnya, pemberontak dan penculik puteri itu!"

   "Bukan! Aku bukan pemberontak apalagi penculik puteri!"

   Bantah Tiong Li. Akan tetapi orang-orang itu sudah mengenalnya dari gambar yang terlukis di pengumuman dan banyak orang segera mengulur tangan untuk menangkaprnya. Tiong Li tidak mau melawan mereka yang hanya bertindak karena pengumuman itu dia mengelak lalu melarikan diri dengan cepat keluar kota Cun-keng,

   Dikejar orang banyak dan tak lama kemudian ada pasukan penjaga kota yang ikut mengejar. Akan tetapi dia telah lari jauh meninggalkan kota dan tiba dalam hutan di luar kota. Dia berhenti berlari dan duduk di atas batu, termenung. Dia menjadi orang buruan. Dan kaisar sendiri yang mengumumkan bahwa siapa dapat menangkapnya akan diberi hadiah. Puteri telah diculik orang. Siapakah puteri itu? Apakah Hiang Bwee kembali dicilik orang dan kaisar menyangka dia yang melakukannya? Fitnah keji.! Kata fitnah ini mengingatkan dia kepada Jin Kui. Orang itu penuh dengari siasat licik dan fitnah keji. Dahulupun ketika dia menolong Hiang Bwee malah akan di fitnah sebagai penculiknya, dan ketika dia keluar kota, dia malah diserang puteranya dengan fitnah memberontak.

   Perdana Menteri Jin Kui patut dicurigai sebagai pelempar fitnah dan kalau dia yang melempar fitnah, tentu dia tahu pula siapa yang menculik sang puteri. Tidak ada lain jalan, dia harus ke Kota Raja untuk melakukan penyelidikan. Akan tetapi karena gambarnya terpampang di mana-mana, tidak mungkin dia memasuki Kota Raja begitu saja. Dia akan ditangkap sebelum dapat melakukan apa-apa, baru memasuki pintu gerbang saja dia akan dikepung pasukan dan ditangkap. Setelah mencari akal, Tiong Li melanjutkan perjalanannya dengan menyamar sebagai pengemis. Dia mengotori muka dan tangannya, memakai sepatu butut, pakaiannya juga butut dan penuh tambalan, memakai sebuah caping butut yang lebar menutupi mukanya. Dengan pakaian seperti itu, benar saja dia tidak diperhatikan orang dan dapat melakukan perjalanan dengan leluasa.

   Siapa orangnya yang akan mencurigai seorang pengemis berpakaian butut, bersepatu butut, memakai caping rusak pula dan kaki tangan dan mukanya kotor seperti orang yang sudah berhari-hari tidak pernah mandi.? Demikian pula ketika Tiong Li memasuki pintu gerbang Kota Raja Hang-couw, para penjaga keamanan di pintu gerbang itu tidak memperdulikan, bahkan memandang jijik dan menghardiknya agar cepat pergi jangan terlalu lama berada di pintu gerbang.! Akan tetapi tanpa setahu Tiong Li, ada seorang yang memperhatikannya sejak dia memasuki pintu gerbang, bahkan ketika dia berjalan memasuki kota, orang itu membayanginya dari jauh, tanpa sadar bahwa dia dibayangi orang karena yang berjalan di belakang nya, agak jauh itu adalah seorang pengemis yang memegang tongkat hitam. Orang itu masih muda dan wajahnya tampan gagah biarpun bajunya baju pengemis.

   Memang, pengemis muda itu bukan lain adalah Gan Kok Bu, putera ketua Hek-Tung Kai-pang yang pernah menolong Ban-Tok Sian-Li dan yang jatuh cinta kepada The Siang Hwi. Ketika Kok Bu melihat seorang pengemis baju butut masuk ke pintu gerbang, orangnya tidak dikenalnya, dan juga tidak ada tanda-tanda dari sebuah perkumpulan pengemis, dia menjadi curiga dan membayangi. Dia menduga bahwa pengemis bercaping butut itu adalah seorang yang menyamar, dan dia tidak tahu orang itu berdiri di pihak mana. Seorang pejuang ataukah seorang mata-mata Kerajaan Kin yang menyelundup masuk, Karena curiga, dia lalu membayangi. Kecurigaannya semakin bertambah ketika dia tidak melihat pengemis itu pergi ke pasar atau tempat-tempat ramai melainkan berjalan keliling kota dan beberapa kali melewati rumah gedung Perdana Menteri Jin Kui.

   Kalau sedang lewat di depan gedung ini, pengemis muda itu memandang penuh perhatian. Juga ketika melewati papan pengumuman tentang pemberontak yang akan ditangkap, pengemis muda itu memandang dengan penuh perhatian. Gan Kok Bu semakin curiga dan dia kini mendekati, memandang penuh perhatian dan akhirnya matanya yang tajam mengenal pengemis muda itu seperti lukisan orang yang diburu pemerintah, yang bernama Tan Tiong Li. Mengertilah dia. Orang ini adalah buruan itu, seorang pemberontak, berarti seorang pejuang! Dia harus memperingatkannya karena dalam Kota Raja disebar banyak mata-mata Oleh Perdana Menteri Jin Kui. Tiong Li menjadi terkejut sekali ketika melihat seorang pengemis muda mendekatinya dan berbisik,

   "Saudara Tan Tiong Li, mari kau ikuti aku dan kita bicara..."

   Karena orang itu jelas sudah mengenalnya, Tiong Li terpaksa mengikuti ke mana orang itu pergi. Dia tidak menyangka buruk, akan tetapi tetap bersikap waspada sehingga kalau orang itu berniat buruk, dia sudah dapat menjaga diri. Orang itu mengajaknya keluar masuk lorong-lorong sempit yang sunyi kemudian mengajaknya memasuki sebuah bangunan lama yang kosong.

   Di situ berkumpul banyak pengemis dari bermacam usia dan keadaan. Ada yang timpang, ada yang buta, dan ada yang membawa anak, ada laki-laki dan perempuan. Ketika orang itu lewat, para pengemis itu kelihatan tunduk kepadanya dan mereka memberi jalan dengan sangat hormat, bahkan di sebuah ruangan sebelah dalam ketika orang itu masuk dan memberi isyarat, para pengemis yang tadinya berada di situ lalu menyingkir tanpa berkata apapun. Dalam rumah gedung tua kosong itu terdapat sedikitnya duapuluh orang pengemis dan agaknya menjadi Semacam tempat berteduh atau bermalam mereka. Setelah ruangan itu kosong, orang itu mempersilakan Tiong Li duduk di lantai, berhadapan dengan dia. Sejenak mereka saling pandang dan Tiong Li berkata dengan suara berbisik.

   "Saudara siapakah dan bagaimana bisa mengenalku?"

   "Namaku Gan Kok Bu, putera dari ketua Hek-Tung Kaipang. Aku dapat mengenalmu karena betapa baikpun penyamaranmu, kalau orang sudah menaruh curiga dan mengamati penuh perhatian, tentu akan dapat melihat persamaan antara saudara dengan gambar di papan pengumuman itu."

   "Dan dengan maksud apa engkau mengundangku ke sini?"

   Tanya Tiong Li, memandang tajam. Kok Bu tersenyum.

   "Tidak dengan maksud buruk, sobat. Ketahuilah bahwa kami semua bersimpati dan membantu perjuangan para pejuang."

   "Akan tetapi aku bukan seorang pejuang "

   Kata Tiong Li. Gan Kok Bu tersenyum.

   "Orang yang disebut pemberontak oleh Perdana Menteri Jin Kui, adalah seorang pejuang."

   "Perdana Menteri Jin Kui?"

   (Lanjut ke Jilid 06)

   Mestika Golok Naga (Cerita Lepas)

   Karya : Asmaraman S. Kho Ping hoo

   Jilid 06

   "Ya, tentu dia yang berdiri di belakang pengumuman itu. Entah kesalahan apa yang kau lakukan terhadap dirinya maka dia memasang pengumuman itu atas nama kaisar. Engkau berhati-hatilah sobat, karena Perdana Menteri itu licik sekali dan dia telah menyebar banyak mata-mata di Kota Raja."

   Maklumlah Tiong Li bahwa orang ini tentu sudah lama tadi membayanginya dan melihat dua kali dia lewat di depan rumah Perdana Menteri. maka dia tidak perlu tagi pura-pura.

   "Begini, saudara Gan Kok Bu. Memang benar bahwa aku hendak melakukan penyelidikan karena sesungguhnya aku, sama sekali tidak bersalah. Aku tidak menculik puteri istara. Nah, dapatkah engkau memberi keterangan kepadaku mengenai hal itu? Pertama, puteri siapakah yang diculik orang? Siapa namanya nya?"

   "Puteri yang paling terkenal di Kota Raja, namanya Sung Hiang Bwee. la diculik orang beberapa hari yang lalu, diculik di waktu malam oleh orang berkedok yang melumpuhkan para pengawal dan dayang."

   Diam-diam Tiong Li merasa khawatir sekali. Kembali Sung Hiang Bwee di culik orang! Mungkin penculiknya yang dulu bergerak lagi. Memang orang itu lihai sekali, dan agaknya tidak sukar bagi orang itu untuk merobohkan para pengawal dan menculik sang puteri. Akan tetapi siapa berdiri di balik Ini semua? Melihat betapa Perdana Menter Jin Kui yang berdiri di belakang fitnah yang dilemparkan kepadanya, mungkin juga pembesar itu yang mengetahui perihal penculikan puteri itu.

   "Agaknya kalau Perdana Menteri Jin Kui melakukan fitnah terhadap diri ku bahwa aku yang menculik sang puteri, dia tahu siapa pelakunya."

   Gan Kok Bu mengangguk-angguk,

   "Sangat boleh jadi walaupun aku masih sangsi apakah dia yang mendalangi penculikan, Kalau benar demikian, untuk apa? Kalau yang mendalangi itu puteranya, Jin Kiat, memang sangat boleh jadi karena puteranya itu mata keranjang. Akan tetapi Jin Kiat telah tewas oleh Pendekar Gak Liu, maka sulit lah menduga siapa dalangnya."

   "Akan tetapi setidaknya Perdana Menteri itu tentu mengetahuinya ,"

   Kata Tiong Li.

   "Akupun menduga demikian. Lalu, apa yang hendak kaulakukan, Tan tai- hiap? Aku sudah mendengar pula bahwa engkau bentrok dengan Jin Kiat dan justeru ketika engkau dikeroyok itu muncul Gak Liu yang kemudian berhasil membunuh Jin Kiat. Mungkin juga karena itulah maka engkau difitnah karena sekarang Perdana Menteri Jin Kui juga berusaha keras untuk menangkap Gak Liu."

   "Aku harus menyelidiki ke rumah Jin Kui!"

   Kok Bu nampak terkejut sekali.

   "Akan tetapi itu amat berbahaya! Rumah itu dikepung dan dijaga ketat sekali!"

   "Aku tidak takut dan dapat mengatasi bahaya itu."

   "Akan tetapi, kalau engkau masuk ke sana lalu diketahui dan dikejar-kejar, bagaimana mungkin engkau akan dapat melakukan penyelidikan? Ah, aku mempunyai akal dan aku akan membantumu, Tiong Taihiap! Aku akan membawa beberapa orang kawan untuk mengacau dipintu gerbang, untuk menarik para penjaga agar berdatangan ke pintu gerbang. Nah, dalam keadaan panik itu tentu engkau dapat menyusup melalui tembok yang ditinggalkan para penjaganya. Bagaimana pendapatmu, Taihiap?"

   Wajah Tiong Li berseri.

   "Akal yang bagus sekali! Terima kasih banyak atas bantuanmu, saudara Gan. Akan tetapi hal ini akan merepotkan engkau saja."

   "Aih, tidak ada kata repot! Bukankah kita sama-sama pejuang yang membela kepentingan rakyat jelata? Malam ini kita bergerak, Tan-Taihiap."

   Demikianlah, pada malam hari itu,Tiong Li sengaja mengenakan pakaian serba hitam dan Kok Bu membawa belasan orang rekan dari Hek-Tung Kai-pang tanpa setahu ayahnya karena sejak ayahnya mencela Siang Hwi sebagai murid Ban-Tok Sian-Li dan melarang dia bergaul dengan gadis itu, Kok Bu masih marah kepada ayahnya.

   Dia mencari jejak Siang Hwi namun tidak berhasil sehingga kembalilah dia ke Kota Raja. Dengan belasan orang rekan itu, Kok Bu menyamar dan berpakaian biasa, tidak seperti pakaian anggauta Hek-Tung Kai-pang. Pada saat yang ditentukan, Kok Bu dan kawan-kawannya membakar api besar di dekat pintu gerbang rumah kediaman Jin Kui. Ketika melihat api berkobar dan melihat belasan orang menyerang para penjaga di pintu gerbang, para penjaga lain datang berlarian ke tempat itu untuk menghadapi para perusuh. Akan tetapi setelah para penjaga semua berkumpul dan tidak kurang dari tigapuluh orang pasukan jaga melakukan perlawanan, Kok Bu memberi isyarat kepada kawan-kawannya dan segera melarikan diri. Tak seorangpun di antara mereka terluka karena merekapun tidak menyerang dengan sungguh-sungguh, hanya memancing saja agar semua penjaga berdatangan ke pintu gerbang.

   Sementara itu, dengan gerakannya yang ringan dan gesit seperti seekor burung walet, Tiong Li menggunakan ilmu Jouw-sang-hui, melompat ke atas tembok yang sudah ditinggalkan penjaganya dan melompat masuk ke sebelah dalam tembok pagar. Dia menyusup ke dalam taman sehingga tidak nampak, bersembunyi dan menyelinap di balik rumpun bunga, atau batang pohon yang tumbuh di dalam taman itu. Akhirnya, tak lama kemudian dia sudah berada di atas atap gedung tempat tinggal Perdana Menteri Jin Kui. Di atas sebuah ruangan di mana duduk Perdana Menteri Jin Kui, dia mendekam dan mengintai ke bawah. Dilihatnya Perdana Menteri Jin Kui duduk dijaga oleh lima orang pengawal dan tak lama kemudian muncullah seorang yang amat dikenalnya, yaitu Si Muka Tengkorak yang lihai.!

   "Bagaimana Apa yang terjadi di luar?"

   Tanya Perdana Menteri Jin Kui kepada Si Muka Tengkorak. Tang Boa Lu melapor.

   "Hanya ada belasan orang pengacau yang membikin ribut di pintu gerbang. Akan tetapi setelah para penjaga datang menyerang, mereka kabur dan menghilang di kegelapan malam. Mereka itu hanya beberapa orang pemberontak pengecut yang agaknya hendak mencoba untuk menyerang para penjaga akan tetapi setelah mendapat perlawanan lalu melarikan diri."

   "Ah, para pemberontak itu memperhebat pengacauannya. Jangan-jangan mereka tahu tentang puteri..."

   "Aih, apa yang mereka ketahui, Taijin? Puteri Sung Hiang Bwee kini telah berada di tangan Panglima Besar Wu Chu di Kerajaan Kin, tidak ada seorangpun yang mengetahui, harap Taijin jangan khawatir."

   Kemudian bermunculan Ciang Sun Hok, Ma Kiu It, dan juga Kui To Cin-jin.

   "Sungguh celaka. Di Kota Raja terdapat belasan orang pemberontak dan kalian tidak mengetahuinya. Ini sungguh berbahaya sekali."

   "Hemm, bagaimana dengan tugas kalian? Apakah dapat menangkap para pengacau itu?"

   "Kami telah melakukan pengejaran akan tetapi mereka itu lenyap dalam kegelapan malam, Taijin,"

   Ciang Sun Hok melapor. Ma Kiu It, panglima pengawal Jin Kui, segera berkata,

   "Jangan khawatir, Taijin. Besok pagi saya akan mengerahkan pasukan untuk melakukan pembersihan di dalam kota. Saya juga mencurigai para pengemis Hektung Kai-pang."

   "Ada apa dengan mereka? Bukankah selama ini para pengemis Hek-Tung Kai-pang tidak pernah melakukan pelanggaran?"

   Tanya Jin Kui.

   "Memang benar, mereka tidak melakukan kejahatan atau pelanggaran apapun. Akan tetapi saya mendengar bahwa mereka semua mempelajari iImu silat dan kabarnya malah mereka memiliki banyak jagoan. Hal ini amat berbahaya karena siapa tahu diam-diam mereka itu membantu para pemberontak!"

   "Kalau begitu lakukan penggeledahan dalam sarang mereka Kalau mendapatkan senjata tajam, sita dan kalau sikap mereka mencurigakan, lakukan penangkapan!"

   "Baik, Taijin."

   Tiong Li sudah mendengar cukup. Pertama, dia sudah tahu bahwa yang diculik adalah Sung Hiang Bwee dan kiranya puteri itu diserahkan kepada Panglima Besar Wu Chu dari kerajaan Kin. Siapa lagi yang punya ulah seperti itu kalau bukan Perdana Menteri Jin Kui? Tiong Li mengepal tinjunya kalau ingat betapa puteri yang cantik jelita itu telah diserahkan kepada panglima Bangsa Kin! Dan berita kedua juga amat penting. Besok pagi akan diadakan penggeledahan di Hek-Tung Kai-pang yang mulau dicurigai! Dia harus memberitahu kepada Kok Bu secepatnya. Karena itu, dengan hati-hati dia meninggalkan gedung itu dan memasuki taman. Akan tetapi sekarang, jalan keluarnya sudah tertutup. Semua tembok terdapat penjaganya, di sebelah dalam dan luar tembok sehingga tidak mungkin dia keluar tanpa diketahui orang. Akan tetapi dia tidak perduli. Dengan menggunakan iImu Jouw-sang-hui, dia melompat ke atas tembok.

   Para penjaga melihat dan mengejarnya, akan tetapi dua orang penjaga yang terdekat segera roboh begitu Tiong Li menggerakkan kakinya. Dan sebelum para penjaga lain dapat menyerangnya, dia sudah berkelebat dan lenyap ditelan kegelapan malam. Tentu saja para penjaga menjadi gempar dan segera melaporkan kepada Perdana Menteri Jin Kui. Perdana Menteri Jin Kui menjadi pucat wajahnya mendengar laporan bahwa baru saja ada orang keluar dari dalam tembok pagar rumahnya. Berarti tadi ada orang yang berkeliaran di rumahnya! Pada hal di situ terdapat Ciang Sun Hok, Ma Kiu It, Kui To Cin-jin dan bahkan Tang Boa Lu. Dan mereka semua tidak mengetahuinya. Ini hanya membuktikan betapa lihainya orang yang menyusup masuk tadi. Dan mungkin orang itu sudah mendengarkan percakapan antara dia dan para pembantunya.

   "Celaka! Kejar, cari dan tangkap orangnya!"

   Teriaknya kepada para pembantunya. Empat orang itu segera berlompatan mengejar, akan tetapi tentu saja mereka hanya berputar-putar dalam kegelepan malam tanpa menemukan siapa- siapa.! Tiong Li yang mengenakan pakaian hitam itu kembali ke rumah gedung kosong di mana Gan Kok Bu sudah menantinya.

   "Bagaimana hasilnya, Taihiap?"

   "Ada berita amat penting dapat kudengar,"

   Kata Tiong Li.

   "Puteri Sung Hiang Bwee itu ternyata diculik untuk diserahkan kepada Panglima Besar Wu Chu dari Kerajaan Kin dan sekarang sudah berada di sana!"

   "Jahanam busuk! Puteri kaisar diserahkan kepada Panglima Kin? Jin Kui memang seorang pengkhianat busuk!"

   "Ada berita yang lebih penting sekali untuk kalian,"

   Kata Tiong LI.

   "Besok pagi-pagi panglima pengawal dari Jin Kui akan mengadakan pembersihan terhadap Hek-Tung Kai-pang."

   "Ah, apa alasannya?"

   Seru Kok Bu terkejut sekali.

   "Agaknya Hek-Tung Kai-pang mulai dicurigai karena anggautanya banyak yang mempelajari silat. Besok akan dilakukan penggeledahan di sarang Hek- tung Kai-pang. Kalau bertemu senjata tajam akan disita dan kalau sikap kalian mencurigakan akan dilakukan penangkapan!"

   "Terima kasih, Tan-Taihiap. Berita ini memang penting sekali untuk kami. Nah, selamat tinggal. Sekarang juga aku harus memberitahu ayah dan kawan-kawan agar mereka bersiap-siap menghadapi pemeriksaan besok pagi."

   Kok Bu meninggalkan Tiong Li yang kembali menyamar sebagai seorang pengemis dan malam itu juga meninggalkan k"ta raja. Untung baginya bahwa kecurigaan terhadap para pengemis belum sampai kepada para petugas jaga di pintu gerbang sehingga dengan mudah dia menyelinap keluar dari pintu gerbang tanpa banyak halangan. Perkumpulan Ceng-Liong-Pang yang berpusat di pegunungan Ceng-liong-san adalah sekelompok pejuang yang gigih.

   Ketuanya, Gui Kong Sek adalah seorang patriot sejati. Biarpun usianya sudah lima puluh tahun lebih, akan tetapi dia masih menjadi pejuang yang gigih, memimpin anak buahnya yang sebanyak dua ratus orang itu untuk melawan dan menentang penjajah Bangsa Kin. Karena letaknya berada di perbatasan antara Kerajaan Sung dan Kerajaan Kin, terletak di daerah tak bertuan yang amat luas, maka mudah bagi para pejuang Cengliong-pang untuk mengganggu pasukan Kin. Baik pasukan Kerajaan Kin maupun pasukan Sung yang menganggap mereka itu pemberontak, mengalami kesulitan untuk membasmi kelompok ini, Setiap kali diserbu, ketompok ini cerai berai bersembunyi di pegunungan Ceng-liong-san, dan mengadakan perlawanan gerilya yang merugikan pasukan yang hendak membasmi mereka.

   Gui Kong Sek adalah seorang ahli silat Bu-tong-pai yang berkepandalan tinggi, juga berwatak gagah. Dalam waktu luang, kalau tidak ada pertempuran, dia bisa mengasingkan diri dalam sebuah gua untuk bersamadhi. Kalau sudah berada di dalam gua itu tak seorangpun anak buah boleh mengganggunya, kecuali terjadi hal yang penting sekali dan dia dapat bertahan sampai beberapa hari bersamadhi di dalam gua itu. Pada suatu hari Gui Kong Seng menyudahi samadhinya setelah lima hari berada di dalam gua, dan semua anggauta Ceng-Liong-Pang merasa heran melihat sikap ketua mereka begitu pendiam, tidak seperti biasanya. Bahkan berhari hari ketua itu tidak pernah lagi mengadakan pertemuan dengan para murid dan pembantunya untuk membicarakan terjangan. Pada suatu hari sang ketua memanggil para murid dan pembantunya, dan dengan suara tenang dan berwibawa dia berkata kepada mereka,

   "Selama ini kita telah salah jalan. Dalam samadhiku aku merenungkan semua yang telah kita lakukan selama ini dan aku merasakan suatu kesalahan yang besar, Kita harus mencontoh mendiang Jenderal Gak Hui yang setia kepada kaisar sampai mati. Kita juga harus setia kepada pemerintah Sung dan kaisar, maka kita harus mencegah adanya pemberontakan terhadap Kerajaan Sung! Kita harus membantu kerajaan untuk membasmi para pemberontak!"

   Tentu saja semua murid, dan sute dan pembantu menjadi heran sekali melihat perubahan ini. Sang Ketua yang hidup sebatang kara dan tidak berkeluarga itu kelihatan amat berubah!

   "Akan tetapi, Pangcu,"

   Kata seorang sutenya.

   "Apakah itu berarti bahwa kita tidak lagi memusuhi Bangsa Kin?"

   "Semua tergantung keputusan pemerintah. Kalau Kerajaan Sung memusuhi Kin, kita juga harus memusuhinya. Akan tetapi kalau Kerajaan Sung berdamai dengan Kin, kita tentu saja tidak boieh menentangnya. Pendeknya, kita harus bekerja untuk Kerajaan Sung dan tidak menentang politik dan pendiriannya!"

   Dia lalu membubarkan pertemuan itu dan tentu saja keputusan ini amat menghebohkan para angguta Cengliong-pang.

   Selama ini perkumpulan itu disegani kawan dan lawan sebagai pejuang yang amat gigih, dan kini tahu-tahu ke tuanya membanting haluan ke arah yang ber lawanan.! Dan keheranan itu bertambah menjadi penasaran ketika dua pekan kemudian, perkumpulan itu menerima kunjungan tamu, yaitu para jagoan dari Kota Raja para pembantu Perdana Menteri Jin Kui yang membicarakan tentang pembasmian para pemberontak.! Hal ini tentu saja membuat para anggauta Ceng-liongpang menjadi penasaran sekali, terutama dua orang sute dari Hui Kong Sek. Mereka merasa curiga dan hendak melakukan penyelidikan. Akan tetapi, pada malam hari itu, kedua orang sute ini kedapatan tewas di kamar sang ketua yang segera memanggil semua anggauta dan menunjuk mayat kedua orang sutenya sambil berkata,

   "Lihat, mereka ini hendak berkhianat dan bermaksud membunuhku! Akan tetapi mereka tidak berhasil dan berbalik terbunuh olehku. Hendaknya mereka ini menjadi contoh kepada kalian. Siapa yang hendak berkhianat akan mengalami nasib yang sama! Nah, siapa lagi yang hendak membantah keputusanku bahwa mulai sekarang kita harus setia kepada Kerajaan Sung dan membasmi para pemberontak?"

   Semua anggauta menjadi ketakutan dan tidak ada yang berani membantah, Bukan itu saja. Setelah Gui Kong Sek bersekutu dengan orang orang kepercayaan Menteri Jin Kui, mulai berdatangan utusan dari Kerajaan Kin.!

   Dan berkat bantuan Gui Kong Sek, banyak kelompok pejuang yang dapat dibasmi. Sarang mereka diserbu atas petunjuk ketua Ceng- liong-pang itu, bahkan para anggauta Ceng-Liong-Pang dipaksa untuk ikut menyerbu. Pada suatu hari, Tiong Li yang melakukan perjalanan untuk mencari puteri Sung Hiang Bwee, tibalah di daerah kekuasaan Ceng-Liong-Pang. Selagi dia berjalan seorang diri, kini dia tidak lagi menyamar sebagai pengemis sejak keluar dari Kota Raja, mendadak bermunculan duapuluh orang lebih yang menghadangnya. Tadinya dia mengira bahwa mereka adalah perampok-perampok, akan tetapi melihat pakaian mereka yang pantas, dia mengira mereka itu kelompok pejuang. Dengan tenang Tiong Li menghadapi seorang tinggi kurus yang agaknya menjadi pemimpin dari kelompok orang itu.

   "Sobat-sobat sekalian,ada keperluan apakah anda sekalian menghadang perjalananku?"

   Mendadak seorang di antara mereka berseru,

   "Aku mengenal orang ini. Gambarnya terpampang di mana-mana. Dia adalah Tan Tiong Li, pemberontak yang melarikan puteri istana itu!"

   "Tangkap dia!"

   "Jangan sampai lolos pemberontak ini!"

   Orang-orang itu berteriak-teriak dan menghunus senjata, mengepung Tiong Li. Tiong Li berusaha menyabarkan mereka,

   "Kawan-kawan, harap jangan terburu nafsu. Memang benar aku bernama Tan Tiong Li dan memang benar gambarku terpampang di papan pengumuman di mana-mana, akan tetapi semua itu hanyalah fitnah belaka. Aku bukan seorang pemberontak dan aku sama sekali tidak menculik puteri Istana."

   "Bohong...!"

   "Mana ada maling mengaku pencuri?"

   "Serang dia! Bunuh!"

   
Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Orang-orang itu sudah tidak terkendalikan lagi, beramai-ramai mereka menyerang Tiong Li.

   Pemuda itu mengelak dari semua serangan itu, tubuhnya berkelebatan dan begitu dia menggerakkan tangan kaki, para pengeroyok itu berpelantingan seperti daun-daun kering di terbangkan angin! Si Tinggi kurus sendiri menggunakan pedangnya menusuk dada Tiong Li, akan tetapi dengan mudah Tiong Li meloncat ke samping dan sebelum si kurus sempat menyerang lagi, sebuah totokan membuatnya roboh dengan lemas dan tidak dapat bangkit kembali. Tiong Li terus mengamuk dan dalam waktu singkat semua orang yang berjumlah duapuluh tiga orang itu telah roboh semua! Dia memang tidak bermaksud membunuh, maka mereka itu hanya mengalami salah urat atau tertotok saja, tidak ada yang terluka berat ataupun tewas. Tiong Li mendekati si tinggi kurus dan sekali tepuk dengan tangannya, dia membebaskan totokannya, lalu bertanya,

   "Sebetulnya kalian siapakah dan mengapa memusuhiku? Kulihat kalian bukan perampok."

   Si tinggi kurus maklum bahwa dia berhadapan dengan seorang pemuda yang memiliki kesaktian.

   "Kami adalah anggauta Ceng-Liong-Pang."

   "Hemmm...!"

   Tiong Li mengerutkan alisnya dengan heran.

   "Bukankah menurut pendengaranku Ceng-Iiongpang adalah sebuah perkumpulan para pejuang patriot yang menentang penjajah Kin? Kenapa menyerang aku yang difitnah oleh Perdana Menjeri Jin Kui?"

   Si tinggi kurus itu menghela napas panjang,

   "Ini semua atas perintah pang-cu. Entah apa yang terjadi, Pangcu kami telah berubah sama sekali. Bukan saja berhubungan dengan para utusan Perdana Menteri Jin Kui, akan tetapi juga dengan utusan dari Kerajaan Kin!"

   "Ah...!"

   Tiong Li terkejut sekali.

   "Apa yang telah terjadi?"

   Si tinggi kurus ini adalah seorang murid tertua dan dia sendiri sebenarnya tidak setuju dengan tindakan gurunya, apa lagi setelah kedua orang paman gurunya tewas oleh gurunya sendiri. Kini, bertemu dengan seorang pemuda sakti yang dimusuhi Perdana Menteri Jin Kui, timbul harapannya kalau-kalau pemuda ini dapat membongkar rahasia apa yang terkandung di balik perubahan sikap ketua mereka itu.

   "Terjadinya beberapa bulan yang lalu, Setelah keluar dari tempat samadhinya, Pangcu menjadi berubah sama sekali. Dia melarang kami melakukan gerakan menyerang pasukan Kin, bahkan tak lama kemudian dia menerima utusan dari Menteri Jin Kui, dan utusan dari pasukan Kin. Dan kemudian dia bahkan memaksa kami untuk memusuhi para pejuang yang disebutnya sebagai pemberontak-pemberontak yang patut dibasmi."

   "Apa alasannya?"

   "Katanya kita harus mengikuti jejak mendiang Jenderal Gak Hui yang setia kepada kaisar sampai mati. Kita tidak boleh menentang kebijaksanaan Kaisar dan kalau Kaisar berbalik dengan penjajah Kin, kitapun harus mengikuti jejak Kaisar. Dengan sikapnya itu, dia membantu pasukan Sung untuk membasmi kau m pejuang. Hal ini amat mendukakan kami semua akan tetapi kami tidak berdaya, Taihiap."

   "Ah, sungguh mencurigakan!"

   Kata Tiong Li.

   "Mungkin ketua kalian itu di ancam dan dipaksa. Aku harus menyelidiki persoalan ini!"

   Si tinggi kurus itu menjatuhkan dirinya berlutut di depan kaki Tiong Li dan perbuatan ini diturut oleh semua anak buahnya.

   "Kami akan merasa berterima kasih sekali kalau Taihiap suka menyelidiki. Dua orang paman guru kami yang hendak menyelidiki masalah itu bahkan dibunuh sendiri oleh ketua kami."

   "Jangan khawatir, aku akan menyelidikinya. Pasti ada sebabnya yang membuat ketua kalian berubah pendirian secara mendadak seperti itu. Nah, mari bawa aku menghadap dia!"

   Duapuluh tiga orang itu lalu berramai-ramai mengantar Tiong Li ke sarang mereka. Kedatangan mereka disambut oleh para anggauta lainnya yang berjumlah kurang lebih dua ratus orang itu, dan ketika mereka mendengar bahwa pemuda itu adalah Tan Tiong Li yang di cari-cari oleh pemerintah, dan mendengar bahwa pemuda itu hendak menyelidiki sang ketua yang berubah pendirian, sebagian besar dari mereka merasa senang sekali. Ada memang beberapa orang di antara mereka yang berpihak ke pada sang ketua,

   Akan tetapi jumlah mereka tidak banyak dan mereka disuruh diam oleh para anggauta yang menghendaki agar Tiong Li menyelidiki perubahan sikap ketua mereka. Berbondong-bondong mereka lalu mengantar Tiong Li menghadap Gui Kong Sek, ketua mereka. Gui Kong Sek sedang berbincang- bincang dengan seorang tamunya, yaitu utusan dari pasukan Kin yang datang ke marin. Tamu ini adalah seorang utusan panglima Besar Wu Chu yang bernama Un Ci Siang, seorang bertubuh tinggi besar seperti raksasa dan nampaknya kuat sekal.! Begitu mendengar suara ribut-ribut di luar, ketua Ceng-Liong-Pang bersama tamunya lalu berlari keluar. Mereka melihat para angguta berbondong datang mengiringkan seorang pemuda tampan. Melihat pemuda ini, Gui Kong Sek terbelalak dan berteriak sambil menudingkan telunjuknya kepada Tiong Li.

   "Dia pemberontak itu, penculik puteri kaisar! Tangkap dia!"

   Akan tetapi anak buahnya tidak ada yang bergerak, dan Tiong Li sambil tersenyum melangkah maju menghampiri Gui Kong Sek.

   "Anak buahmu tidak akan menangkap aku, Pangcu. Bahkan mereka mempercayaiku untuk bicara denganmu. Harap Pangcu menjawab terus terang saja semua pertanyaanku."

   Gui Kong Sek mengerutkan alisnya.

   "Bicara denganmu? Bicara apa lagi!? Engkau seorang pemberontak laknat!"

   "Aku bukan pemberontak dan bukan pula penculik puteri. Hal ini tentu engkau tahu benar kalau memang engkau telah bersekutu dengan Perdana Menteri Jin Kui. Pangcu, aku mewakli para anggauta Ceng-Liong-Pang untuk bertanya kepadamu. Kenapa engkau mengubah sikap mu sebagal seorang pejuang? Engkau bersekutu dengan Perdana Menteri Jin Kui dan engkau berbaik dengan orang-orang Kin yang seharusnya kau musuhi. Apa artinya ini semua?"

   "Aku taat kepada Perdana Menteri berarti taat kepada pemerlntah. Kami bukan pemberontak melainkan pejuang yang membela kepentingan. Kerajaan Sung."

   "Akan tetapi mengapa bersekutu dengan orang Kin?"

   "Kerajaan Sung tidak memusuhi kerajaan Kin, melainkan ingin bersahabat, kita hanya mendukung politik yang digariskan oleh Kaisar! Tan Tiong Li, engkau lancang mencampuri urusan dalam perkumpulan kami!"

   "Urusan dalam perkumpulan Ceng-Liong-Pang adalah urusan kita semua yang merasa sebagai pejuang yang hendak mengusir bangsa Kin dari tanah air Engkau telah berbalik haluan, mengubah pendirian tentu ada sebab tertentu. Apakah engkau dipaksa oleh Perdana Menteri Jin Kui, atau engkau telah makan suapan Bangsa Kin? Kenapa pula engkau membunuh dua orang sutemu yang hendak menyelidiki masalah perubahan sikapmu itu?"

   Mendengar ini, Un Ci Siang yang tinggi besar itu telah menjadi marah dan tidak sabar lagi.

   "Pang-cu, kalau bocah ini mengganggumu, biarkan aku yang mengusirnya untukmu!"

   "Jangan usir, melainkan tangkap hidup atau mati karena dia seorang buronan pemerintah Sung!"

   Kata Gui Kong Sek. Tiong Li sudah mendengar dari orang-orang Cengliong-pang tadi bahwa tamu inipun utusan panglima Kin, maka dia memandang dengan mata bersinar.

   "Engkau seorang perwira Kin, musuh besar kami! Engkaulah yang harus menyerah kepada kami!"

   Si tinggi besar itu sudah mencabut sebatang golok yang besar dan mengkilap tajam, membentak,

   "Pemberontak laknat, kematian sudah di depan mata, jangan banyak mulut tagi!"

   Dan diapun sudah menyerang dengan goloknya. Serangannya dahsyat sekali karena memang raksasa ini memiliki tenaga yang besar. Tiong Li mengelak dan membalas dengan tendangan yang juga dapat dielakkan lawan.Ternyata raksasa itu adalah seorang jagoan dari Kin, memiliki ilmu siat yang cukup tangguh. Akan tetapi lawannya adalah Tiong Li, seorang pemuda yang telah memiliki kesaktian, maka biarpun hanya bertangan kosong, Tiong Li sama sekali tidak terdesak, bahkan ketika dia memainkan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan-kun,

   si raksasa menjadi repot sekali harus mengelak ke sana sini. Pertandingan seru itu menjadi perhatian semua anggauta Ceng-Liong-Pang dan melihat betapa tamunya belum juga berhasil merobohkan Tiong Li, mendadak Gui Kong Seng mengeluarkan teriakan nyaring dan dia sudah melompat ke depan menggunakan pedangnya untuk mengeroyok! Pada saat itulah para murid dan anggauta Ceng-Liong-Pang memandang heran. Mereka sama sekali tidak mengenal ilmu pedang yang dimainkan ketua mereka! Bukan ilmu pedang dari Ceng-Iiong-pang yang dimainkan ketua itu, melainkan ilmu pedang yang asing sama sekali bagi para murid Ceng-Iiong-pang, namun harus diakui bahwa ilmu pedang itupun dahsyat sekali.! Biarpun dikeroyok dua oleh orang yang bergolok dan berpedang sedangkan dia sendiri bertangan kosong, namun sama sekali Tiong Li tidak pernah terdesak.

   Memang kedua orang lawannya memainkan pedang dan golok dengan dahsyat dan cepat, membentuk dua gulungan sinar yang melingkar-iingkar, namun tubuh Tiong Li seperti berubah menjadi bayangan yang berkelebatan di antara dua gulungan sinar itu. Tak pernah golok dan pedang itu dapat mengenai tubuhnya dan ketika dia menggunakan ilmu pukulan Thai-lek Kim-kong-jiu, golok yang berada di tangan Un Ci Siang terlepas karena lengannya kena dihantam tenaga sakti itu sehingga tergetar hebat. Di lain saat, ketika Tiong Li membalik untuk menghantam Gui Kong Sek, orang ini sudah meloncat ke belakang dan bersama tamunya dia melarikan diri! Agaknya baik Un CI Siang maupun Gui Kong Sek maklum bahwa mereka berdua tidak akan mampu menandingi Tiong LI, maka keduanya segera kabur cerai berai.!

   "Jangan biarkan orang Kin itu lolos!"

   Teriak Tiong Li kepada anak buah Ceng-Liong-Pang dan dia sendiri segera mengejar Gui Kong Seng.

   Orang-orang Cengliong-pang bagalkan baru sadar dari mimpi, Tadi mereka bengong dan terkagum-kagum melihat betapa Tiong Li mampu menandingi pengeroyokan dua orang itu dan kini, melihat Un Ci Siang melarikan diri, mereka segera beramai-ramai mengejar dan mengepung sambil mengacung acungkan senjata untuk mengeroyok. Un Ci Siang terkepung dan mengamuk dengan tangan kosong. Amukannya merobohkan sedikitnya lima orang anggauta Ceng-Liong-Pang, akan tetapi karena jumlah mereka amat banyak, akhirnya jagoan dari Kerajaan Kin itu jatuh juga menjadi korban puluhan senjata yang membuat tubuhnya hancur dan tewas. Setelah menewaskan Un Ci Siang, para anggauta Ceng-Liong-Pang itu lalu ikut mengejar ketua mereka sendiri yang dikejar oleh Tiong Li.

   Dengan panik Gui Kong Sek lari ke gua di mana dia biasa bertapa. Akan tetapi Tiong Li tetap mengejarnya dan melihat bahwa dia tidak dapat melepaskan diri dari pengejarnya, ketua Ceng-Liong-Pang ini lalu masuk ke dalam gua tempat dia biasa bertapa itu. Gua itu besar dan gelap dan ketika tubuh ketua Cengliong-pang itu masuk ke dalamnya dia segera ditelan kegelapan gua itu. Dengan berani Tiong Li mengejar masuk dengan sikap hati-hati dan waspada sekali. Tiba-tiba dia mendengar desir angin dari depan dan sangat cepat tubuh nya mengelak ke samping. Tiga batang piauw (pisau terbang) meluncur lewat tubuhnya dan dia terus mengejar ke dalam. Kiranya gua itu bukan hanya lebar, akan tetapi juga dalam dan merupakan semacam terowongan yang berlika-liku. Di sebelah dalam keadaannya tidak segelap di bagian luar karena mendapat sorotan sinar dari atas,

   mungkin dari celah-celah di mana sinar matahari dapat masuk. Ketika dia masuk terus akhirnya dia tiba di sebuah ruangan dan Tiong Li berhenti melangkah dan memandang dengan mata terbelalak. Dia melihat ketua Ceng-Liong-Pang yang tadi sudah berdiri didekat seorang laki-laki yang terbelenggu kaki tangannya sambil menodongkan pedangnya ke dada laki-lakl itu. Dan laki-laki itu memiliki bentuk wajah yang serupa benar dengan ketua Ceng-Liong-Pang itu! Sekarang mengertilah Tiong Li. Ketua Ceng-Liong-Pang yang dikejarnya tadi adalah ketua yang palsu, sedangkan ketua aselinya menjadi menjadi orang tahanan di dalam gua ini, dibelenggu kaki tangannya.! Pantas saja ketua Ceng-Liong-Pang membawa anak buahnya menyeleweng dan bersengkongkol dengan Perdana Menteri Jin Kui dan orang Kin, kiranya dia adalah ketua palsu.!

   "Jangan mendekat, atau orang ini akan kubunuh lebih dulu!"

   Bentak ketua palsu itu.

   "Hemm, biar engkau membunuhnya juga bagaimana engkau akan dapat lolos dari sini?"

   Tiong Li balas menggertak. Diam-diam mendengar lapat-lapat suara para anggauta Ceng-Liong-Pang yang mengejar menuju tempat itu.

   "Aku punya usul. Bagaimana kalau engkau membebaskan dia sedangkan aku membebaskanmu, membiarkan engkau keluar dari sini dan melarikan diri?"

   Ketua palsu itu memang menghendaki demikian.

   "Bagaimana aku dapat percaya kepadamu?"

   Bentaknya.

   "Aku Tan Tiong Li bukan orang yang suka melanggar janji. Aku bersumpah tidak akan mengganggumu dan membiarkan engkau keluar dari sini kalau engkau membebaskan tawanan itu! Kalau engkau tidak percaya dan tidak mau, silakan lakukan apa saja akan tetapi jangan harap dapat lolos dari tanganku!"

   Gertakan ini mengenal sasaran.

   "Baik, aku akan membebaskan dia dan minggirlah!"

   Tiong Li minggir memberi Jalan kepada orang itu yang segera meloncat melewati Tiong Li dan berlari keluar terowongan gua. Tiong Li tidak memperdulikannya lagi karena dia percaya bahwa ketua palsu itu tentu akan bertemu dengan para anggauta Ceng-Liong-Pang yang melakukan pengejaran dan sudah tiba di depan gua! Dia lalu meloncat ke dekat orang yang terbelenggu itu.

   "Apakah engkau ini Pangcu Gui Kong Sek yang aseli?"

   Orang itu mengangguk lemah.

   "Benar, dan orang tadi adalah seorang kaki tangan Bangsa Kin yang menyamar sebagai diriku, ketika aku bersamadhi disini, tiba-tiba aku diserang dan ditotok sehingga tidak berdaya."

   Tiong Li lalu membebaskan kaki tangan orang itu dan mengajaknya keluar. Mereka mendengarkan suara ributribut di luar gua.

   "Aku adalah ketua kalian! Kalian mau apa? Apakah hendak berkhianat kepadaku? Apakah kalian semua minta mati?"

   Tiba-tiba Gui Kong Sek yang aseli meloncat ke depan.

   "Jangan percaya, dia pembohong dan dia menyamar sebagai aku. Akulah Gui Kong Sek yang aseli, yang selama ini dia tahan, di dalam gua!"

   Semua orang terkejut melihat ada dua Gui Kong Sek, akan tetapi mereka semua percaya kepada Gui Kong Sek yang pakaiannya kumal dan kurus ini, maka segera mereka mengepung Gui Kong Sek yang palsu. Orang itu menggunakan pedangnya mengamuk, akan tetapi dia di keroyok dan kini Gui Kong Sek yang aseli juga sudah menerima sebatang pedang dari anak buahnya dan dengan sengit ikut menyerang.

   Tiong Li hanya menonton saja. Dia sudah bersumpah tidak akan mengganggu Gui Kong Sek palsu itu, dan dia sudah memperhitungkan bahwa ketua palsu Itu tidak akan dapat meloloskan diri karena para anggauta Cengliong-pang sudah tiba di depan gua. Perhitungannya tepat sekali dan kini ketua palsu itu di keroyok oleh banyak sekali anggauta Ceng-Liong-Pang yang membantu ketuanya yang aseli. Biarpun ketua palsu itu cukup lihai, akan tetapi kini dia menghadapi ketua aseli yang juga hebat Ilmu pedangnya, ditambah lagi pengeroyokan puluhan orang anggauta Ceng-Iiong-pang. Akhirnya diapun roboh dan menjadi sasaran puluhan batang senjata tajam sehingga tubuhnya hancur lebur. Tiong Li hendak mencegah akan tetapi sudah terlambat. Dia hanya menyatakan penyesalannya kepada Gui Kong Sek ketua Ceng-Liong-Pang.

   "Sayang sekali, kalau dia ditangkap hidup-hidup tentu kita dapat bertanya siapa dalang semua ini?"

   "Maafkan kami, Taihiap. Kami tidak lagi dapat menahan kemarahan."

   "Sudahlah, sekarang Pangcu mempunyai tugas baru yang amat berat dan penting, yaitu membersihkan nama Ceng-Liong-Pang yang sudah terlanjur buruk di mata para pejuang."

   Setelah itu Tiong Li berpamit dan diantar sampai keluar dari daerah Ceng Iiong-pang oleh ketuanya dan para anggautanya yang berterima kasih sekali.

   Kalau tidak ada pertolongan pemuda perkasa itu tentu Cengliong-pang terlanjur menjadi sebuah perkumpulan yang menyimpang dan menyeleweng.! Tiong Li melanjutkan perjalanannya, hatinya diliputi kekhawatiran melihat betapa pihak Bangsa Kin agaknya berusaha benar-benar untuk bersama Perdana Menteri Jin Kui menumpas para patriot pejuang.

   Ban-Tok Sian-Li Souw Hian Li tinggal di Lembah Maut, sebuah lembah yang curam dan berbahaya di tepi Sungai Yang-ce, Karena tempat itu memang merupakan perbukitan dengan lembahnya yang curam dan banyak terdapat jurang, berbahaya sekali, maka disebut Lembah Maut. Di tempat berbahaya ini Ban-Tok Sian-Li mempunyai sebuah rumah gedung yang megah, tinggal di situ bersama muridnya, The Siang Hwi dan beberapa orang pembantu wanita.

   Di sekeliling rumahnya terdapat pondok-pondok mungil dan ini merupakan tempat tinggal anak buahnya yang berjumlah sekitar tigapuluh orang. Para anggauta itu, yang juga merupakan murid-murid yang dilatih oleh The Siang Hwi yang mewakili gurunya, adalah wanita yang berusia dari duapuluh sampai tigapuluh tahun. Biarpun namanya Lembah Maut, akan tetapi tempat ini mempunyai bagian yang subur sekali sehingga mereka dapat bercocok tanam di tanah subur itu. Ada pula yang setiap hari mencari ikan di Sungai Yang-ce. Pada suatu hari, setelah mandi Siang Hwi bertemu dengan gurunya di beranda depan, Ban-Tok Sian-Li Souw Hian Li sepagi itu juga sudah mandi dan nampak segar sehingga Siang Hwi menjadi kagum. Gurunya itu nampak selalu tetap muda, pantas menjadi kakaknya yang hanya berbeda satu dua tahun. Pada hal, gurunya itu sepuluh atau sebelas tahun lebih tua darinya.

   "Selamat pagi, Subo."

   "Selamat pagi, Siang Hwi. Kenapa engkau kelihatan wajahnya agak pucat dan muram?"

   "Semalam aku kurang tidur, Subo Aku mendapatkan mimpi buruk sekali membuat aku sukar tidur."

   Gurunya tersenyum.

   "Ihh, seperti anak kecil saja engkau, Siang Hwi. Ke"apa mimpi saja dipikirkan sampai tidak dapat tidur?"

   "Entahlah,"

   Subo. Akan tetapi sungguh mimpi itu membuat teecu tidak dapat tidur dan hati merasa gelisah. Sungai Yang-ce meluap dan airnya sampa menghanyutkan semua yang berada di sini!"

   Senyum Ban-Tok Sian-Li semakin melebar.

   "Anak bodoh! Mana mungkin air Sungai Yang-ce dapat naik ke lembah ini? Andaikata benar terjadi banjir, tidak mungkin air sungai dapat naik ke tempat yang tinggi ini!"

   Baru saja percakapan mereka sampai ke situ, tiba-tiba terdengar suara hiruk pikuk dan sorak sorai. Seluruh anak buah Lembah Maut menjadi gempar karena tiba-tiba sekali tempat itu sudah diserbu oleh pasukan yang besar jumlahnya! Tidak kurang dari seratus orang perajurit Kerajaan Sung menyerbu tempat itu, dan tanpa banyak cakap ,lagi telah menyerang. Siang Hwi dan Ban-Tok Sian-Li cepat berlari keluar sambil membawa pedang dan mereka segera disambut oleh Kui To Cin-jin dan Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak.! Segera terjadi pertempuran hebat antara Ban-tok Sfan-li dan Tang Boa Lu, sedangkan The Siang Hwi sudah bertanding melawan Kui To Cin-jin yang bersenjatakan rantai baja.

   "Tangkap pemberontak!"

   "Hancurkan mereka!"

   Teriakan-teriakan itu terdengar dan Ban-Tok Sian-Li tidak merasa perlu untuk bertanya lagi. Memang ia kini bersimpati kepada para pejuang dan semenjak peristiwa di Kota Raja, yaitu tewasnya An Kiong hartawan di Kota Raja yang dibelanya itu, la sudah dianggap sebagai pemberontak pula. Maka, iapun mengamuk dan mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk merobohkan lawan, Akan tetapi lawannya, Si Muka Tengkorak, merupakan lawan yang setingkat dengannya sehingga pertandingan itu menjadi amat seru. Sementara itu, para anggauta pasukan Kerajaan Sung ketika mendapat kenyataan bahwa lawan mereka semua adalah wanita yang rata-rata masih muda dan cantik,

   Mereka merasa gembira sekali dan berusaha keras untuk menangkap mereka hidup-hidup. Karena jumlah mereka seratus orang lebih sehingga jauh lebih besar dari pada jumlah anak buah Lembah Maut yang hanya tigapuluh orang, maka dengan cepat mereka dapat mendesak lawan. The Siang Hwi yang mendapatkan lawan Kui To Cinjin, merasa kewalahan. Orang yang berjubah seperti pendeta dan bersenjata rantai baja ini memang lihai bukan main. Mukanya yang seperti tikus, kini tersenyum dan Jenggotnya yang panjang bergoyang-goyang. Biarpun tubuhnya tinggi kurus, namun rantai yang menyambar-nyambar dengan amat kuat dan setiap kali bertemu dengan pedangnya, Siang Hwi merasa betapa tela"ak tangannya panas dan tergetar hebat. Setelah lewat lima puluh jurus, Siang Hwi sudah tidak kuat bertahan lagi.

   "Trangggg...!"

   Dengan keras sekali pedangnya bertemu rantai baja dan pedang itu terlepas dari pegangannya dan sebelum sempat menghindar, sebuah tendangan membuat ia terpelanting dan sebuah totokan menyusul, membuat ia tidak mampu bergerak lagi. Pada saat itu, sebagian besar anak buah Lembah Maut juga sudah tertawan dan ada pula beberapa orang yang terluka parah dan tewas.

   Akan tetapi lebih banyak yang tertawan hidup-hidup. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan ini, Ban-Tok Sian-Li memutar pedangnya dengan kecepatan hebat dan ia dapat membuat lawannya terpaksa mundur. Kesempatan ini ia pergunakan untuk meloncat jauh ke belakang dan Ban- tok Sian-Li melarikan diri. la tidak ingin tertangkap atau terbunuh pula karena maklum bahwa pihaknya sudah menderita kekalahan. Akhirnya semua anggauta Lembah Maut telah kalah. Duapuluh orang tertawan hidup-hidup dan mereka itu berada dalam rangkulan para perajurit yang tertawa-tawa penuh kemenangan. Kui To Cin-jin menawan Siang Hwi karena dia tahu bahwa muridnya, mendiang Jin Kiat pernah tergila-gila kepada gadis ini dan seolah gadis ini yang patut dimintai pertanggungan jawab.

   Maka dia bermaksud membawanya kepada Perdana Menteri Jin Kui untuk diadili karena gurunya dapat melarikan diri. Sarang itu lalu dirampok habis-habisan, kemudian rumah gedung dan semua pondok yang mengelilinginya dibakar oleh pasukan itu. Kui To Cin-jin tidak memperdulikan nasib para anggauta Lembah Maut. Dia menyerahkan mereka kepada anak buahnya yang bagaikan segerombolan serigala yang haus darah lalu mempermainkan dan memperkosa mereka sampai puas dan merekapun di tinggalkan mati di tempat itu. Melihat ini, Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak juga tidak perduli sama sekali. The Siang Hwi yang melihat ini merasa sakit sekali hatinya dan diam-diam ia bersumpah bahwa kelak ia akan berusaha untuk membalas sakit hati ini kepada dalangnya yang ia duga bukan lain adalah Perdana Menteri Jin Kui,

   Akan tetapi pada saat itu ia tidak berdaya sama sekali, menjadi tawanan Kui To Cin-jin. la memang tidak diganggu dan Kui To Cin-jin melarang para perajurit mengganggunya karena ia hendak diserahkan kepada Perdana Menteri Jin Kui untuk diadili, akan tetapi ia di ikat kedua tangannya dan dinaikkan kuda di depan Kui To Cin-jin, ditelungkupkan melintang di atas punggung kuda. Kui To Cin-jin dan Tang Boa Lu menunggang kuda di depan pasukan itu. Mereka berdua merasa gembira karena telah berhasil membasmi para pemberontak di Lembah Maut. Perdana Menteri Jin Kui memerintahkan jagoannya yang diandalkan, yaitu Kui To Cin-jin untuk memimpin penyerangan itu, dan mengingat bahwa Ban-Tok Sian-Li amat lihai, maka dia minta agar Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak membantunya.

   

Pendekar Kelana Karya Kho Ping Hoo Kisah Si Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini