Ceritasilat Novel Online

Bayangan Bidadari 21


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo Bagian 21



"Terima kasih, Yo-Taihiap. Biarlah, aku akan berusaha mencari tabib yang pandai untuk menyembuhkan kedua kakiku yang lumpuh. Sementara ini aku ingin beristirahat di sini untuk menenteramkan hatiku. Akan tetapi, bagaimanapun juga, aku menghaturkan banyak terima kasih atas kebaikan hatimu, Yo-Taihiap."

   Yo Kang merasa malu dan menyesal sekali bahwa dia pernah mencurigai pemuda yang amat baik ini sebagai si pembunuh misterius! Dia teringat akan Lian Hong, lalu berpamit dari Gan Bouw dan empat orang pembantunya yang setia. Yo Kang ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan Lian Hong ke Hek I Kaipang untuk mencari tahu perihal Kwee In Hong yang termasuk dalam daftar orang-orang yang tersangka sebagai si pembunuh misterius. Hek I Kaipang sendiri tentu saja tidak mungkin dia curigai, karena Hek I Kaipang sudah jelas menjadi korban kematian tiga puluh orang anggautanya di cabang perkumpulan pengemis itu di An-Hui. Dia pun ingin menceritakan kepada Lian Hong betapa kecurigaannya terhadap Gan Bouw ternyata keliru dan pemuda yang malang itu dapat dihapus dari daftar orang-orang tersangka.

   Tidak sukar bagi Lian Hong untuk menemukan perkampungan Hek I Kaipang. Dari jauh saja sudah tampak perkampungan di lereng gunung itu. Sebuah perkampungan yang dikelilingi pagar bambu runcing dan di sekitar situ tampak orang-orang yang berpakaian serba hitam penuh tambalan. Pakaian pengemis, namun orang-orang itu sama sekali bukan tampak sebagai pengemis-pengemis yang tua dan lemah, melainkan orang-orang yang bertubuh sehat dan kekar, membayangkan tubuh orang-orang yang ahli silat.

   Memang sebetulnya para anggauta Hek I Kaipang bukanlah pengemis-pengemis biasa. Mereka mengemis hanya untuk menjadi tanda anggauta perkumpulan mereka. Hek I Kaipang terkenal sebagai perkumpulan orang-orang yang selalu menentang kejahatan, bahkan juga diam-diam menentang penjajahan Mongol. Ketika Lian Hong tiba di depan pintu gerbang, lima, orang anggauta perkumpulan itu yang sedang bertugas jaga di pintu gerbang, segera menyambutnya. Seorang di antara mereka, yang berusia sekitar empat puluh lima tahun, berjenggot lebat dan bermata tajam, segera bertanya.

   "Siapakah Nona dan apakah Nona mempunyai keperluan dengan perkumpulan kami?"

   Lian Hong senang melihat sikap mereka itu sopan dan ramah, tidak kasar atau ugal-ugalan seperti kebanyakan anggauta perkumpulan lain.

   "Paman, aku Ong Lian Hong. Aku ingin bertemu dengan Ketua kalian, Pat-Jiu Sin-Kai untuk menanyakan tentang Kakakku yang bernama Kwee In Hong, yang dulu pernah datang ke sini."

   "Kwee In Hong...?"

   Pengemis berjenggot lebat itu mengerutkan alisnya.

   "Ah, maksud Nona Sian-Li Eng-Cu (Si Bayangan Bidadari)? Benar, ia pernah menjadi tamu Pangcu (Ketua). Silakan, Nona. Mari kuantar Nona menghadap."

   Lian Hong lalu mengikuti pengemis berjenggot lebat itu memasuki perkampungan Hek I Kaipang. Ia melihat keadaan dalam perkampungan itu dengan heran dan kagum. Biarpun para anggauta itu mengenakan pakaian hitam tambal-tambalan, namun dalam kampung itu tampak rapi dan bersih. Pondok-pondoknya juga lumayan bersih dan teratur, sama sekali tidak seperti perkampungan kumuh seperti yang biasa menjadi tempat tinggal para pengemis dan gelandangan.

   Dan ternyata perkampungan itu luas sekali, di bagian belakangnya terdapat bagian lereng atas yang dijadikan semacam kebun sayur. Pengemis berjenggot lebat itu membawa Lian Hong memasuki sebuah bangunan induk yang berada di bagian belakang perkampungan dan itulah tempat tinggal Sang Ketua. Pat-Jiu Sin-Kai duduk di ruangan depan yang luas. Dia juga berpakaian hitam-hitam akan tetapi tanpa tambalan dan di atas meja di depannya terdapat sebatang tongkat hitam. Jenggot dan kumisnya sudah putih semua dan karena kumis dan jenggot itu lebat, maka sebagian mukanya tertutup rambut putih. Matanya bersinar tajam danKakek ini berusia sekitar enam puluh lima tahun. Ketika mendengar langkah Si pengemis jenggot lebat dan Lian Hong, dia mengangkat mukanya memandang dan tampak heran.

   "Lapor, Pangcu. Nona ini bernama Ong Lian Hong dan ia datang untuk bertanya kepada Pangcu tentang Nona Kwee In Hong."

   "Ah, silakan masuk, Nona Ong Lian Hong."

   Terdengar Ketua Hek I Kaipang itu menyambut dengan ramah sambil berdiri dan mem persilakan Lian Hong yang sudah masuk itu untuk duduk. Sementara itu, pengemis berjenggot lebat itu sudah memberi hormat dan keluar lagi, meninggalkan Lian Hong yang berada di ruangan itu berdua saja dengan Pat-Jiu Sin-Kai.

   "Apakah aku berhadapan dengan Pat-Jiu Sin-Kai, Ketua dari Hek I Kaipang?"

   Tanya gadis itu.Kakek itu tersenyum dan mengangguk.

   "Benar, Nona. Apa yang dapat kami lakukan untuk membantumu?"

   Tanyanya dengan ramah sekali. Lian Hong merasa senang dan langsung percaya kepadaKakek yang bicaranya lembut, sopan dan sikapnya ramah itu.

   "Begini, Pangcu, aku hendak mencari keterangan tentang Nona Kwee In Hong. Bukankah ia belum lama ini datang ke sini untuk membicarakan urusan Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai?"

   "Benar, Nona. Urusan antara Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai sudah kami selesaikan. Nona Kwee In Hong berjasa besar untuk perdamaian antara Bu-Tong-Pai dengan kami."

   "Yang ingin kuketahui, Pangcu, setelah dari sini, ke manakah ia pergi? Aku ingin sekali menemuinya. Apakah Pangcu mengetahui ke mana ia pergi?"

   "Nanti dulu, Nona Ong, terus terang saja, kami sudah berjanji untuk merahasiakan di mana adanya Nona Kwee In Hong. Akan tetapi kalau Nona mau menceritakan, apa urusan Nona dengannya, mungkin kami dapat memberitahu."

   (Lanjut ke Jilid 20)

   Bayangan Bidadari/Sian Li Eng Cu (Cerita Lepas)

   Karya: Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 20

   Lian Hong berpikir sejenak. Ketua Hek I Kaipang ini jelas bukan termasuk orang yang dicurigai, maka tidak ada salahnya mengaku apa tugas dan keperluannya. Apalagi, tampaknya semakin mencurigakan keadaan Kwee In Hong yang agaknya sengaja bersembunyi dan Kakek ini mengetahui tempat persembunyiannya!

   "Begini, Pangcu. Tentu Pangcu sudah mendengar akan kekacauan yang terjadi karena adanya pembunuh misterius yang membunuhi para anggauta Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai."

   Kakek itu mengangguk-angguk.

   "Tentu saja kami telah mendengarnya, Nona. Berita itu telah tersiar luas dan kabarnya, pembunuh itu adalah murid Siauw-Lim-Pai yang lihai sekali."

   "Hemm, agaknya tidak mungkin kalau murid melakukan pembunuhan itu, Pangcu. Karena itu aku, seorang murid Siauw-Lim-Pai, menerima perintah dari Suhu Bu Kek Tianglo untuk menyelidiki peristiwa ini, mencari dan menangkap pembunuhnya. Aku mencurigai beberapa orang dan aku ingin sekali bertemu Kwee In Hong untuk menanyakan banyak hal kepadanya. Nah, Pangcu tahu betapa pentingnya ini, maka harap suka memberitahu kepadaku, di mana adanya Kwee In Hong?"

   Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat menggerakkan alisnya yang putih dan memandang heran.

   "Jadi Nona Ong Lian Hong ini murid Ciangbunjin (Pimpinan) Bu Kek Tianglo sendiri? Bukan main! Kalau begini engkau yang masih muda remaja begini, telah memiliki tingkat yang tinggi sekali, Nona! Terimalah hormat kami!"

   Kakek itu bangkit berdiri dan ketika Lian Hong juga bangkit berdiri, dia menangkap kedua tangan depan dada lalu memberi hormat sambil membungkuk ke arah gadis itu. Lian Hong maklum bahwa Kakek itu menjura sambiI mengerahkan sinkang (tenaga sakti). Maka ia pun maklum bahwa itu, seperti biasa dilakukan orang-orang yang tingkat kepandaiannya sudah tinggi, merupakan cara menguji kepandaian orang dengan halus, bukan menguji secara keras dan kasar. Maka ia pun cepat merangkap kedua tangan dan menjura sambil berkata.

   "Ah, aku tidak berani menerima penghormatan Pangcu!"

   Hawa dorongan yang amat dahsyat menyambar dari sepasang tangan Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat ke arah Lian Hong. Akan tetapi dari kedua tangan gadis itu juga menyambar tenaga dorongan yang amat kuat karena ia menggunakan tenaga sakti I-Kin-Keng.

   "Wuuuttt... dessss...!!"

   Lian Hong merasa kedua lengannya tergetar, akan tetapi tubuh Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat juga tergetar.

   "Bukan main! Nona Ong Lian Hong semuda ini agaknya engkau telah meiliki tenaga sakti I-Kin-Keng yang amat hebat! Kami kagum sekali, Nona!"

   "Ah, Pangcu terlalu memuji. Sekarang, harap katakan di mana adanya Kwee In Hong?"

   "Tentu, tentu!"

   Ketua Hek I Kaipang itu memandang ke kanan kiri lalu berkata lirih.

   "Ini merupakan rahasia, Nona, dan aku sudah berjanji kepada Nona Kwee In Hong untuk merahasiakannya. Bahkan tidak ada anggauta kami yang mengetahui. Aku satu-satunya orang yang mengetahui. Nona Kwee In Hong sedang bersembunyi di sini."

   "Di sini...?"

   "Ya, di sini, di tempat rahasia bawah tanah dan hanya aku yang mengetahui."

   "Pangcu, aku ingin bertemu dengannya!"

   "Baiklah, Nona Ong, akan tetapi aku hanya dapat mengantar sampai ke mulut terowongan dan selanjutnya engkau masuk sendiri dan menemuinya. Akan tetapi benarkah engkau kenal baik dengannya? Aku tidak ingin ia menyalahkan aku karena membuka rahasia ini."

   "Jangan khawatir, Pangcu. Sesungguhnya, aku adalah saudaranya, aku adalah Adik tirinya, satu ibu berlainan ayah."

   "Ahhh... begitukah? Kalau begitu, aku tidak ragu lagi. Mari, Nona."

   Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat mengajak Lian Hong memasuki kamar tidurnya yang luas. Dia menutup dan memalang daun pintu kamarnya, lalu mengajak Lian Hong ke sebuah almari besar yang berdiri di sudut kamar. Dengan kedua tangannya, Pat-Jiu Sin-Kai mendorong almari itu sehingga tergeser ke tengah dan di belakang almari itu terdapat sebuah dinding tembok biasa seperti di bagian lain. Akan tetapi ketika Pat-Jiu Sin-Kai menekan sesuatu di bagian sudut tembok, tiba-tiba saja dinding itu terbuka selebar setengah tombak dan di belakang tembok itu terdapat sebuah jalan terowongan yang agak gelap.

   "Nah, mari kita menuju ke tempat persembunyian rahasia itu, Nona."

   Lian Hong mengikuti Kakek itu memasuki terowongan dan setelah melangkah sejauh sekitar dua puluh langkah, terowongan itu tiba di depan sebuah pintu.

   "Dari sini engkau harus masuk sendiri, Nona, dan engkau akan bertemu dengai Nona Kwee In Hong. harus cepat keluar agar jangan ada anak buahku yang menaruh curiga. Tempat ini amat kurahasiakan."

   Dia lalu menekan tombol kecil di sebelah pintu dan daun pintu itu terbuka. Di belakargnya terdapat sebuah kamar sekitar satu tombak persegi. Masuklah Lian Hong melalui pintu.

   "Nona, di sudut kanan terdapat sebuah tombol. Tekanlah dan sebuah pintu akan terbuka, menuju ke tempat persembunyian Nona Kwee In Hong."

   Liang Hong yang sudah percaya betul kepada Ketua Hek I Kaipang lalu mencari tombol itu. Dia menemukan tombol lalu menekannya.

   Tiba-tiba terdengar suara keras dan daun pintu dari mana Lian Hong masuk tadi tertutup dengan cepat dan lantai kamar itu pun mendadak terbuka sehingga tak dapat terhindarkan lagi tubuh Lian Hong terjerumus ke bawah! Gadis itu terkejut, akan tetapi tidak dapat menghindar lagi. Ia hanya dapat mengerahkan ginkang (ilmu meringankan diri) sehingga tubuhnya dapat tiba di lantai bawah dengan ringan. Begitu kedua kakinya hinggap di lantai bawah, lantai kamar di atasnya itu tertutup kembali dengan cepatnya! Tinggi lantai atas itu dari tempat ia berpijak lebih dari dua tombak. Lian Hong masih tidak mengerti betul apakah Pat-Jiu Sin-Kai menjebaknya, ataukah imemang ia diberi kesempatan bertemu dengan In Hong. la merasa penasaran dan mencabut sebatang pedang. Ia melompat ke atas dan membacokkan pedangnya ke langit-langit yang tadi terbuka dan tertutup kembali.

   "Tranggg...!"

   Bunga api berpijar dan ternyata langit-langit yang dicat putih itu terbuat dari baja yang tebal dan kuat! Lian Hong mulai merasa curiga. la ialu memeriksa ruangan di mana ia terjatuh itu. Sebuah ruangan yang luas sama dengan ruangan di atas dari mana ia tadi terjeblos ke bawah. Tidak ada pintu di Situ. Setelah mencari-cari tombol dan tidak menemukan, ia lalu menggunakan sepasang pedangnya untuk membacoki dinding di empat penjuru ruangan itu. Terdengar suara berdenting berulang-ulang disertai bunga api berpijar-pijar.

   Akan tetapi ternyata dinding baja tebal itu terlampau kuat untuk dirusak sepasang pedang Lian Hong! Gadis itu kini maklum bahwa ia telah terjebak! Tidak ada jalan keluar baginya. la terkurung dalam ruangan tertutup. Ia merasa heran bukan main. Mengapa Pat-Jiu Sin-Kai yang bersikap baik itu menjebaknya? Apakah Kakek yang menjadi Ketua Hek I Kaipang itu yang menjadi Si Pembunuh misterius? Atau barangkali menjadi pembantunya? Bersekongkol dengan Si Pembunuh misterius ataukah dia Si Pembunuh misterius sendiri? Benarkah keterangan Pat-Jiu Sin-Kai bahwa Kwee In Hong bersembunyi di sini, ataukah itu hanya keterangan palsu belaka? Ah, apakah Pat-Jiu Sin-Kai bersekongkol dengan Kwee In Hong melakukan pembunuhan-pembunuhan itu? Lian Hong menjadi bingung dan sampai lama ia duduk di tengah ruangan itu, melepas lelah.

   "Tenang,"

   Pikirnya.

   "Engkau terjebak dan berada dalam ancaman bahaya, tenanglah jangan bingung dan takut!"

   Demikian ia berbisik kepada diri sendiri. la memutar otaknya mencari jalan keluar, akan tetapi selalu gagal. Ia sudah menyelidiki ruangan itu berkali-kali, namun belum juga menemukan jalan untuk lolos dari tempat itu.

   Ruangan itu mendapatkan penerangan dari lubang kecil memanjang di sudut atas, tepi langit-langit. Dari situ pula datangnya hawa udara. Ia tidak tahu apakah penerangan itu sinar matahari ataukah lampu besar yang menerobos melalui celah-celah memanjang di tepi langit-langit itu. la yakin bahwa di bagian di mana ada celahnya itu, pasti ada ruangan lain. Akan tetapi dindingnya amat kokoh, tidak bergeming ketika ia bacoki dengan sepasang pedangnya, juga ketika ia menggunakan tenaga sakti I-Kin-Keng sekuatnya untuk memukul dengan kedua telapak tangannya, dinding itu hanya tergetar sedikit, agaknya tidak mungkin digempur. Tidak ada jalan lain bagi Lian Hong kecuali menanti dan ia duduk bersila di sudut ruangan itu untuk menghimpun tenaga. Tubuhnya harus tetap siap dan kuat untuk menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatannya.

   Yo Kang melakukan perjalanan cepat menuju perkampungan Hek I Kaipang. Matahari telah mulai condong ke barat ketika akhirnya dia dapat menemukan perkampungan Hek I Kaipang yang belum pernah dia kunjungi. Dia belum pernah bertemu dengan Pat-Jiu Sin-Kai yang menjadi Ketua Hek I Kaipang, akan tetapi sudah lama dia mendengar akan narna besar dan nama baik Pat-Jiu Sin-Kai sebagai seorang tua yang gagah perkasa dan segolongan dengan para perkumpulan pendekar. Setelah tiba di depan pintu gerbang perkumpulan itu, kembali murid Hek I Kaipang yang berjenggot lebat bersama beberapa orang anggauta perkumpulan itu menyambutnya.

   "Siapakah engkau, sobat? Dan ada keperluan apakah datang berkunjung ke perkampungan kami?"

   Tanya pengemis berjenggot lebat itu dengan ramah dan lembut. Yo Kang mengangkat tangan memberi hormat.

   "Maafkan kalau kedatanganku mengganggu Cu-wi (Anda Sekalian). Aku adalah seorang she Yo dan kedatanganku ini hendak menyusul seorang adik misanku yang kemarin datang ke sini, namanya Ong Lian Hong. Dapatkah Cu-wi memberitahukan di mana adanya gadis itu sekarang?"

   "Ah, benar, Saudara Yo. Kemarin memang ada seorang tamu, seorang gadis muda bernama Ong Lian Hong. la menjadi tamu Ketua kami, akan tetapi kami tidak tahu ke mana ia pergi. Tentu saja hanya Pangcu yang mengetahui ke mana perginya Nona itu."

   "Kalau begitu, harap Cu-wi suka membawaku menghadap Locianpvie Pat-Jiu Sin-Kai karena aku perlu sekali bertemu dengan adik misanku itu."

   "Baiklah, mari ikut denganku menghadap Pangcu kami."

   Yo Kang mengikuti pengemis berjenggot lebat itu dan mereka memasuki ruangan depan di mana kemarin Lian Hong diterima Ketua Hek I Kaipang itu... Setelah menghadapkan Yo Kang kepada I Sang Ketua, pengemis jenggot lebat itu pun pergi meninggalkan mereka berdua, bercakap-cakap. Pat-Jiu Sin-Kai menyambut kedatangan Yo Kang dengan ramah seperti ketika dia menerima Lian Hong kemarin. Setelah Yo Kang memperkenalkan dirinya, Pat-Jiu Sin-Kai mengerutkan alisnya dan tampak terkejut.

   "Ah, apakah Sicu yang berjuluk Bu-Tong Sin-To, pendekar muda Bu-Tong-Pai yang terkenal itu?"

   Yo Kang mengangguk.

   "Benar, Pangcu. Aku menghadap Pangcu untuk bertanya tentang Adik misanku Ong Lian Hong yang kemarin datang berkunjung ke sini."

   "Ya, ya. la mencari Nona Kwee In Hong, apakah Sicu juga mencari Nona Kwee In Hong?"

   "Terus terang saja, memang aku dan Nona Kwee In Hong yang mengurus kesalah-pahaman antara Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai. Nona Kwee In Hong mengunjungi Pangcu untuk menganjurkan agar Pangcu berunding dengan Bu-Tong-Pai mencari pembunuh yang keji itu, yang jelas bukan murid Bu-Tong-Pai."

   "Ya, kami sudah mengetahui semua itu dan kami telah mengirim utusan untuk berunding dengan pihak Bu-Tong-Pai. Jadi Sicu mencari Nona Ong Lian Hong dan juga Nona Kwee In Hong?"

   "Benar, Pangcu. Dapatkah Pangcu memberitahukan di mana mereka berdua berada?"

   Dia cepat menambahkan.

   "Kalau Pangcu tidak tahu di mana adanya Kwee In Hong karena mungkin sudah agak lama ia datang ke sini, cukup Pangcu memberitahu di mana adanya Ong Lian Hong yang kemarin datang ke sini?"

   "Sebetulnya ini merupakan rahasia dan kami sudah berjanji kepada Nona Kwee In Hong untuk merahasiakannya. Hanya karena Nona Ong Lian Hong mengaku sebagai adik tiri Nona Kwee In Hong, maka akhirnya kami mau memberi tahu kepadanya di mana adanya Nona Kwee In Hong. Sekarang, karena Sicu adalah Kakak misan mereka berdua, maka kami juga mau memberitahu kepada Sicu. Sebetulnya, Sicu, Nona Kwee In Hong sejak dulu datang ke sini itu lalu minta kepada kami untuk tinggal dan bersembunyi di sini. Sekarang Nona Ong Lian Hong sudah berkunjung dan menemaninya."

   "Tinggal di sini? Bersembunyi? Mengapa harus bersembunyi, Pangcu?"

   Kakek itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum, senyum bibir yang tertutup jenggot dan kumis lebat.

   "Aku tidak ingin mencampuri urusan Nona Kwee In Hong yang kami hormati, Sicu. Nona Ong Lian Hong juga bertanya demikian, maka kami persilakan ia bertanya sendiri, kepada Kakaknya. Kalau Sicu ingin tahu, mengapa tidak bertanya saja sendiri kepada Nona Kwee In Hong?"

   "Ah, tentu saja, Pangcu. Aku akan senang sekali kalau dapat bertemu Adik Kwee In Hong dan Ong Lian Hong."

   "Baiklah, Yo-Sicu, akan tetapi engkau harus masuk sendiri pada pintu pertama, karena aku sudah berjanji kepada Sian-Li Eng-Cu untuk tidak mengganggunya di tempat peristirahatannya. Aku tidak ingin ia marah kepadaku. Mari, ikuti aku, Sicu."

   Yo Kang mengikuti Ketua Hek I Kaipang memasuki kamar Ketua itu. Seperti apa yang dialami Lian Hong kemarin, Pat-Jiu Sin-Kai menggeser almari dan menekan tombol sehingga dinding itu terbuka. Mereka memasuki lorong sampai tiba di depan sebuah pintu. Dengan menekan tombol, daun pintu terbuka dan tampak sebuah ruangan.

   "Nah, mulai dari ruangan ini engkau harus masuk sendiri, Yo-Sicu. Di sudut kanan dinding ruangan ini terdapat sebuah tombol. Tekanlah tombol itu dan sebuah pintu akan terbuka, menuju ke tempat persembunyian Nona Kwee In Hong yang sekarang ditemani Nona Ong Lian Hong. Akan tetapi tunggu, aku harus cepat pergi dari sini agar Nona Kwee In Hong tidak melihatku."

   Setelah berkata demikian Pat-Jiu Sin-Kai lalu meninggalkan tempat itu. Yo Kang sama sekali tidak menaruh curiga, bahkan diam-diam dia menjadi semakin curiga kepada In Hong.

   Mengapa In Hong harus menyembunyikan diri di tempat ini? Hal ini saja menunjukkan bahwa gadis itu agaknya merasa bersalah dan bersembunyi. Benarkah In Hong yang menjadi pembunuh misterius itu dan kini ia menyembunyikan diri karena takut akan pembalasan para partai besar? Akan tetapi mengapa Pat-Jiu Sin-Kai membantu In Hong? Agaknya Ketua Hek I Kaipang itu takut terhadap In Hong. Dia lalu mencari di sudut kanan dan benar saja, dia melihat sebuah tombol kecil. Tanpa prasangka buruk dia lalu menekan tombol itu. Terdengar bunyi keras dan daun pintu yang tadi terbuka dari mana dia masuk, tiba-tiba tertutup. Yo Kang terkejut akan tetapi tiba-tiba lantai yang diinjaknya terbuka dan tanpa dapat dia hindarkan lagi tubuhnya terperosok ke bawah! Dia mengerahkan ginkang sehingga tidak terbanting ke atas lantai ruangan bawah itu.

   "Yo-Twako...!"

   Lian Hong berseru, kaget akan tetapi juga girang. Ia semalam tidak dapat tidur karena merasa semakin khawatir. Semua usahanya untuk mencari jalan keluar gagal dan ia benar-benar terkurung dinding tebal dan tidak mungkin dapat lolos. Kemudian tiba-tiba terdengar bunyi gaduh dan Yo Kang meluncur dari atap yang terbuka sebentar itu. Begitu tubuh Yo Kang terperosok atap itu sudah tertutup kembali.

   "Lian Hong...!"

   Yo Kang berseru ketika melihat gadis itu.

   "Mana Adik Kwee In Hong?"

   "Ah, celaka, Twako? Kita telah tertipu dan terjebak! Sejak kemarin aku terjebak di ruangan ini dan tidak ada jalan keluar sama sekali!"

   Gadis ini lalu menceritakan semua pengalamannya kemarin sejak ia menghadap Pat-Jiu Sin-Kai lalu dijebak jatuh ke ruangan bawah tanah itu. Kemudian Yo Kang juga menceritakan pengalamannya yang sama.

   "Jahanam!"

   Lian Hong memaki gemas.

   "Kiranya Pat-Jiu Sin-Kai adalah seorang penjahat yang amat licik dan curang!"

   "Hemm, kalau melihat begini, jelas bahwa besar kemungkinan dia yang menjadi Si Pembunuh misterius itu, Siauw-moi Entah apa yang terjadi dengan Adik In Hong. Dia pasti berbohong ketika mengatakan bahwa Adik In Hong bersembunyi di sini!"

   Kemudian, karena penasaran walaupun Lian Hong sudah menceritakan bahwa ke empat dinding, lantai dan atap ruangan itu terbuat dari baja yang tebal dan kuat, Yo Kang mencoba dengan goloknya, membacoki semua bagian ruangan itu. Namun hasilnya sia-sia, hanya suara berdentang-dentang dan muncratnya bunga api. Karena maklum bahwa mereka terancam bahaya mati kelaparan, Lian Hong menjadi marah dan ia mengerahkan tenaga saktinya lalu memekik nyaring. Suaranya melengking dan memang ia menghendaki agar suaranya menembus ruangan itu dan dapat terdengar Pat-Jiu Sin-Kai.

   "Heii! Jahanam keparat Pat-Jiu Sin-Kai! Kalau memang kamu orang gagah, keluarkan kami dan mari kita bertanding sampai seorang di antara kita mati!"

   Suaranya melengking dan mendatangkan gema yang nyaring. Yo Kang juga mengerahkan sinkang dan berteriak mengguntur.

   "Pat-Jiu Sin-Kai manusia pengecut! Aku tantang kau untuk mengadu ilmu silat! Engkau tentu yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu! Pengecut busuk, tidak malukah engkau sebagai seorang Ketua berbuat begini curang menjebak kami?"

   Tiba-tiba terdengar suara pada dinding di mana terdapat lubang memanjang itu. Suara berderit dan tiba-tiba terbuka sebuah lubang sehasta lebarnya.

   "Hemm, jangan sembarangan menuduh Pat-Jiu Sin-Kai yang bukan-bukan!"

   Seorang gadis muda muncul dari lubang itu.

   "Enci In Hong...!"

   Lian Hong lalu merangkul In Hong dan Yo Kang memandang dengan girang sekali.

   "Ah, sukurlah engkau berada dalam keadaan selamat dan sehat, In Hong-moi! Aku amat mengkhawatirkan keadaanmu. Akan tetapi, Hong-moi, mengapa engkau bersembunyi di sini?"

   "Siapa yang bersembunyi? Aku juga terjebak di sini seperti kalian!"

   Lian Hong memandang encinya dengan mata terbelalak.

   "Lha, kalau begitu mengapa engkau tadi melarang kami memaki Pat-Jiu Sin-Kai?"

   In Hong tersenyum memandang adik tirinya lalu berkata,

   "Mari, kalian ikut aku dan kalian akan melihat dan mengerti sendiri."

   Dua orang itu mengikuti In Hong memasuki ruangan yang menembus tempat mereka terjebak itu. Ternyata ruangan ini luas sekali, merupakan ruangan yang mendapat penerangan dari lampu-lampu besar yang tergantung di mana-mana. Di situ terdapat pula tumpukan ransum, beras gandum dan bahkan daging kering, juga dapur tempat masak dengan semua prabotnya. Terdapat pula kamar mandi dengan air sumber yang mancur bening dan airnya membuat sebuah sungai kecil yang menghilang kedalam celah-celah batu. Ruangan itu berada di bawah tanah, namun kering dan agaknya memang sengaja dibuat orang yang pandai untuk tempat bersembunyi. Yo Kang dan Lian Hong mengikuti In Hong yang membawa mereka memasuki kamar dan begitu keduanya masuk, Lian Hong cepat mencabut sepasang pedangnya dan memaki.

   "Jahanam busuk!"

   Yo Kang juga siap menyerang ketika dia melihat... Pat-Jiu Sin-Kai rebah telentang di atas sebuah pembaringan dalam kamar itu! Akan tetapi In Hong cepat melompat dan menghadang di depan mereka.

   "Tenanglah kalian berdua! Pat-Jiu Sin-Kai yang ini bukanlah dia yang menjebak kita! Pat-Jiu Sin-Kai yang ini adalah Ketua Hek I Kaipang yang aseli dan dia juga menjadi korban seperti kita!"

   Lian Hong dan Yo Kang saling Pandang dengan heran. Kemudian Yo Kang berkata,

   "Hong-moi, apa artinya semua ini? Apakah engkau maksudkan bahwa yang menjebak kami itu adalah Pat-jiti Sin-kai palsu dan yang ini adalah Pat-Jiu Sin-Kai aseli? Apa yang telah terjadi dan siapakah Pat-Jiu Sin-Kai palsu yang di atas itu?"

   "Benar, Enci In Hong. Aku juga bingung dan ingin tahu. Sekarang ceritakanlah."

   
Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Mari kita keluar kamar agar jangan mengganggu. Biarkan dia tidur, dia luka parah dan perlu istirahat."

   Mereka bertiga keluar dari kamar lalu duduk di luar kamar, di atas bangku-bangku yang berada di situ. Kwee In Hong lalu menceritakan pengalamannya. Ketika ia berpisah dari Yo Kang dan menuju ke Hek I Kaipang untuk membujuk Ketuanya, Pat-Jiu Sin-Kai agar mengadakan perundingan dengan pihak Bu-Tong-Pai untuk menyelidiki dan menangkap orang yang mengaku murid Bu-Tong-Pai dan telah membunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang di An-Hui, ia diterima sendiri oleh Pat-Jiu Sin-Kai. Ketua Hek I Kaipang itu bersikap ramah sekali, bahkan In Hong diterima sebagai seorang tamu agung dan Pat-Jiu Sin-Kai mengadakan pesta dan melayani In Hong makan minum. Dia menyatakan penyesalannya bahwa ada anak buah Hek I Kaipang yang menyerang orang-orang Bu-Tong-Pai dan berjanji untuk mengadakan perundingan dengan Ketua Bu-Tong-Pai.

   "Karena sikapnya yang baik, aku menjadi lengah, tidak tahu bahwa dalam arak itu terkandung obat pembius. Aku menjadi mabok dan dalam keadaan setengah sadar dia menyerangku. Aku melawan namun dalam keadaan seperti itu, aku tidak dapat menghindarkan totokannya. Setelah aku tertotok roboh, dia lalu membawa aku ke ruangan ini, katanya aku dapat menemani Pat-Jiu Sin-Kai di sini, lalu dia meninggalkan aku."

   "Wah, licik dan curang sekali penjahat itu!"

   Seru Lian Hong marah dan penasaran.

   In Hong melanjutkan ceritanya. Setelah ditinggalkan orang yang menjebloskan ke ruangan bawah tanah itu dan kesehatannya pulih kembali, ia mendapatkan bahwa di situ terdapat seorang Kakek yang mirip dengan Pat-Jiu Sin-Kai yang menawannya. Kakek ini dalam keadaan terluka parah sekali sehingga ingatannya hilang, bicaranya tidak karuan dan tubuhnya amat lemah. Biarpun bicaranya tidak karuan, namun In Hong akhirnya dapat menduga bahwa Kakek inilah adanya Pat-Jiu Sin-Kai yang aseli sedangkan yang di atas itu adalah Pat-Jiu Sin-Kai palsu. Agaknya penjahat itu menangkap Pat-Jiu Sin-Kai, melukainya sehingga ingatannya hilang dan tubuhnya lemah, lalu dia menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai, mungkin tanpa diketahui anak buahnya karena penyamaran itu memang presis sekali dan penjahat itu pandai meniru gerak-gerik Pat-Jiu Sin-Kai.

   "Aku sudah memeriksa semua keadaan di sini dan ternyata tidak ada jalan keluar sama sekali! Semua jalan tertutup dan dinding-dindingnya dilapis baja tebal. Yang menembus ke sini hanya ruangan di mana kalian terjebak itu, yang dapat dibuka dari sini dengan menekan tombol. Berminggu-minggu aku merawat Pat-Jiu Sin-Kai agar dia dapat mengingat kembali dan dapat menunjukkan jalan keluar, namun dia tetap linglung. Tadi aku mendengar teriakanmu yang melengking-lengking maka aku lalu membuka pintu tembusan itu dan ternyata kalian berdua yang terjebak."

   Setelah In Hong selesai bercerita, mereka bertiga merasa lebih lega biarpun tidak ada jalan keluar, karena mereka kini bertiga. Mereka masih terus mencari kalau-kalau menemukan jalan keluar, namun sia-sia. Mereka lalu bercakap-cakap tentang Si Pembunuh misterius. Yo Kang mengemukakan pendapatnya.

   "Melihat semua yang terjadi terhadap kita bertiga, agaknya sudah jelas sekarang bahwa pembunuh misterius itu adalah orang yang menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai dan berada di atas sebagai Ketua Hek I Kaipang itu. Orang yang dapat menyamar sedemikian pandainya, menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai tanpa ada yang mengetahuinya, tentu pandai pula menyamar sebagai Hwesio Siauw-Lim-Pai dan lain-lain. Akan tetapi, siapakah kiranya orang yang menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai dan menjadi pembunuh misterius itu?"

   "Mari kita teliti satu demi satu di antara mereka yang kita curigai, Yo-Twako. Bagaimana kalau Ketua Thian-Te-Pang seperti yang kau ceritakan dan kau curigai itu?"

   "Lian Hong, maksudmu Gan Bouw Ketua Thian-Te-Pang? Hemm, aku pun menaruh curiga kepadanya. Aku mengenalnya, bahkan pernah menjadi tamunya dan malapetaka hampir menimpaku ketika aku berada di sana."

   In Hong lalu menceritakan apa yang ia alami ketika bermalam di Thian-Te-Pang sebagai tamu Gan Pangcu (Ketua Gan). Betapa ia dibius orang melalui air pencuci muka dan diculik oleh penjahat yang menurut orang Thian-Te-Pang berjuluk Tok Coa Moko. Aku ditolong oleh Gan Bouw yang membunuh penculik itu. Nah, sekarang aku ingat bahwa ada kemungkinan Gan Bouw bermain sandiwara dan dia yang mengatur penculikan itu."

   "Tapi dia telah menyelamatkanmu dan membunuh penjahat itu, Enci In Hong!"

   Lian Hong membantah.

   "Benar juga, aku menjadi ragu. Akan tapi sikapnya terlalu ramah dan baik, hal ini justeru membuat aku curiga walaupun kecurigaanku tanpa dasar yang kuat."

   "Memang tadinya aku sendiri mencurigainya, akan tetapi sekarang kalian tidak perlu mencurigainya. Gan Bouw bersih dan tidak bersalah sama sekali, bahkan dia seorang pendekar yang baik hati dan malah menjadi korban. Dia sekarang menderita luka dalam yang parah dan membuat dia menjadi lumpuh kedua kakinya, bahkan menurut pemeriksaanku, jalan darahnya kacau balau yang amat membahayakan hidupnya."

   "Ihh! Apakah yang telah terjadi, Twako?"

   Tanya In Hong, heran, juga Lian Hong memandang Yo Kang dengan heran mendengar berita ini.

   "Aku dan Adik Lian Hong berpisah. Ia hendak mencarimu dengan bertanya kepada Hek I Kaipang tentang engkau, Hong-moi, akan tetapi ia terjebak. Aku sendiri yang memang menaruh curiga kepada Gan Bouw pergi ke Thian-Te-Pang untuk menyelidiki. Akan tetapi apa yang kudapatkan di sana? Baru kemarin Thian-Te-Pang diserbu Empat Datuk Besar bersama pasukan Mongol. Sebagian besar anggauta Thian-Te-Pang dibunuh, perkampungannya dibakar habis dan Gan Pangcu sendiri terluka dalam yang amat parah sehingga kini dia menggeletak dalam pondok darurat, tak berdaya dan dirawat empat orang pembantunya yang setia."

   "Akan tetapi mengapa Empat Datuk Besar dan pasukan Mongol membasmi Thian-Te-Pang?"

   Tanya In Hong.

   "Tentu saja Empat Datuk Besar itu dendam kepadanya. Ketika aku dan Ceng Seng Hwesio dari Siauw-Lim-Pai diserang oleh Tung Giam-Lo-Ong dan See Te-Tok bersama pasukan Mongol dan kami berdua terancam bahaya. Gan Bouw muncul dan menolong kami, membantu kami mengusir dua orang Datuk Besar dan pasukannya itu. Kemudian, ketika Im Yang Siang To-jin dari Kun-Lun-Pai dan Wu Wi Thaisu dari Go-Bi-Pai diserang Pak Lo-Kui dan Lam Sian bersama banyak pasukan Mongol, juga Gan Bouw yang muncul dan menolong mereka. Gan Bouw telah menolong orang-orang dari Siauw-Lim-Pai, Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai, dan menentang Empat Datuk Besar, maka mereka datang bersama pasukan besar Mongol membalas dendam dan membasmi Thian-Te-Pang, melukai Gan Bouw sehingga cacad dan lumpuh."

   "Aduh, kasihan...!"

   Kata dua orang gadis itu berbareng.

   "Menyesal sekali aku pernah mencurigai orang sebaik itu!"

   Kata In Hong yang teringat betapa sikap Gan Bouw amat baik kepadanya, bahkan pemuda itu memperlihatkan dengan jelas bahwa dia jatuh hati kepadanya!

   "Memang patut disesalkan, Hong-moi. Akan tetapi kita memang harus mencurigai semua orang."

   Kata Yo Kang.

   "Sekarang ini jelas sudah bahwa Gan Bouw, tidak mungkin pembunuh misterius yang kita cari. Pembunuh itu pasti bukan Gan Bouw, melainkan orang yang kini menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai!"

   "Sebenarnya, apakah yang terjadi di luar sana, Twako? Seperti engkau telah maklum, yang kuketahui hanyalah tentang pembunuhan terhadap tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang di An-Hui yang kabarnya dibunuh oleh orang yang menggunakan ilmu Tong-Sim-Ciang dari Bu-Tong-Pai. Kemudian Ang Cun tokoh Hek I Kaipang itu pun bersama dua orang saudaranya terbunuh pula oleh pukulan Tong-Sim-Ciang. Kemudian ada pembunuh gelap menyerangmu dengan ilmu Pek-Kong-Ciang dari Kun-Lun-Pai. Nah, hanya kekacauan itu yang kuketahui sehingga kita berpisah, Yo-Twako. Aku menyelidiki ke Hek I Kaipang dan engkau hendak Melapor ke Bu-Tong-Pai. Ketika aku datang ke sini, aku dijebak Pat-Jiu Sin-Kai yang ternyata palsu karena yang aseli berada di sini dalam keadaan sakit terluka pukulan ampuh dan tidak berdaya. Apakah yang telah terjadi?"

   "Wah, banyak sekali yang terjadi, Enci In Hong! Terjadi kekacauan hebat yang menggegerkan dunia kang-ouw sehingga Bu-Tong-Pai mengutus Yo-Twako dan Siauw-Lim-Pai mengutus aku untuk melakukan penyelidikan. Juga sudah pasti pihak Kun-Lun-Pai dan juga mengutus wakilnya untuk menyelidiki perkara ini!"

   "Apa yang terjadi?"

   Tanya In Hong heran.

   "Mula-mula Bu-Tong Sam-Lo dan enam orang anggauta Bu-Tong-Pai tewas dibunuh orang yang menggunakan ilmu-ilmu dari Siauw-Lim-Pai, seperti Tiam-Hiat-Hoat, Siauw-Cu-Twi, dan Tat-Mo Sin-Kun! Akan tetapi orang yang hanya diketahui berkepala gundul dan berpakaian Hwesio itu tidak diketahui jelas mukanya karena peristiwa itu terjadi dalam cuaca gelap. Kemudian tiba giliran Kun-Lun-Pai. Pada suatu malam bayangan yang sama itu telah membunuhi beberapa orang murid Kun-Lun-Pai. Bukan itu saja, juga murid Go-Bi-Pai bernama Wi Tek Tosu terbunuh oleh bayangan gundul berjubah Hwesio! Semua pembunuhan itu dilakukan orang gundul berjubah Hwesio yang tidak tampak jelas wajahnya. Tentu saja partai-partai yang kehilangan anggauta yang terbunuh itu minta pertanggungan jawab Siauw-Lim-Pai. Suhu Bu Tek Tianglo minta waktu sampai datangnya hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai dan menyuruh aku untuk menyelidiki dan menangkap pembunuh itu. Akan tetapi celakanya, aku sendiri sekarang malah terjebak di sini dan tidak dapat keluar. Padahal hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai hanya tinggal belasan hari lagi!"

   "Hemm, kalau begitu, yang patut dicurigai, selain Empat Datuk Besar, agaknya aku lebih condong menyangka kalau pelaku pembunuhan misterius yang kini menyamar sebagai Pan-jiu Sin-kai adalah Si Han Lin yang pernah kau ceritakan itu, Lian Hong!"

   Lian Hong tertegun dan alisnya berkerut. Ah, benarkah? Benarkah pemuda itu yang menjadi pembunuh misterius? Pemuda itu baru beberapa hari ini bertemu dengannya, dan ia mulai tertarik, bahkan kecurigaannya terhadap Si Han Lin dan Ang Hwa Niocu menipis. Hatinya diliputi penuh keraguan!

   "Tak salah lagi."

   Kata pula Yo Kang.

   "Si Han Lin murid Thian Beng Siansu itu bersama wanita yang kau ceritakan itu, Ang Hwa Niocu, agaknya yang menjadi pembunuh misterius! Bagaimana menurut pendapatmu, Adik Lian Hong?"

   Lian Hong mengerutkan alis dengan penuh keraguan.

   "Ahh... entahlah, aku tidak tahu..."

   Ia tidak ingin menceritakan pertemuannya dengan Si Han Lin dan Ang Hwa Niocu.

   "Siapa kau bilang nama tadi...?"

   In Hong bertanya sambil memandang kepada Lian Hong.

   "Si Han Lin...? Benarkah, ada yang bernama Si Han Lin...?"

   "Benar, Enci In Hong. Dia seorang pemuda murid Thian Beng Siansu, namanya Si Han Lin. Kenalkah engkau dengan dia, Enci?"

   "Aku pernah bertemu seorang guru silat di Hak-Ciu yang tewas karena berkelahi dan dipukul oleh Pak Lo-Kui. Sebelum meninggal dunia dia pernah pesan kepadaku puteranya yang bernama Si Han Lin. Menurut pengakuannya, mendiang Si Hoo adalah murid Bu-Tong-Pai."

   In Hong memandang Yo Kang.

   "Apakah Yo-Twako tidak mengenalnya?"

   Yo Kang menggeleng kepala.

   "Kalau Si Hoo itu Ayah Si Han Lin, tentu dia merupakan murid Bu-Tong-Pai yang jauh lebih dulu dariku, maka aku tidak mengenalnya."

   "Apakah benar Si Han Lin yang menjadi pembunuh misterius itu?"

   Tanya In Hong.

   "Seingatku, Ayahnya, mendiang Si Hoo, adalah seorang guru silat yang mempunyai nama baik di Hak-Ciu."

   "Sudahlah, kukira sekarang yang paling penting bagi kita bertiga adalah bagaimana dapat keluar dari tempat ini."

   Kata Yo Kang. In Hong menggeleng kepalanya.

   "Aku sudah mencari dan memeriksa seluruh tempat ini dan tidak menemukan jalan keluar, Twako. Harapan kita satu-satunya hanyalah Pat-Jiu Sin-Kai. Kalau ingatannya sudah pulih, mungkin dia dapat menunjukkan jalan keluar dari tempat ini. Dia adalah pemilik tempat ini, pasti dia mengetahui jalan rahasia di sini. Sayang, dia tidak ingat apa-apa!"

   "Hemm, kalau begitu, mari kita mencoba untuk menyatukan tenaga, barangkali dapat membangkitkan tenaganya, mengusir hawa beracun dari tubuhnya dan membuat ingatannya dapat bekerja kembali."

   Demikianlah, tiga orang itu lalu berusaha sedapatnya untuk menyembuhkan Pat-Jiu Sin-Kai yang kehilangan tenaga dan ingatannya.

   Kuil Siauw-Lim-Pai yang menjadi pusat perguruan silat Siauw-Lim-Pai berada di kaki Gunung Sung-San di Propinsi Honan, Cina Tengah. Tempat itu memang indah dan sunyi sehingga cocok sekali untuk menjadi tempat belajar ilmu silat dan samadhi, menenangkan pikiran dan membenamkan perhatian ke dalam pelajaran ilmu silat dan agama. Akan tetapi pada pagi hari itu, banyak sekali orang datang berkunjung. Hari itu adalah hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai. Biasanya, kalau Siauw-Lim-Pai mengadakan perayaan ulang tahun, yang datang hanya wakil-wakil dari partai-partai besar dan penting saja, dan beberapa orang tokoh besar dunia persilatan, pemuka-pemuka agama.

   Akan tetapi pagi hari itu lain sama sekali. Hari itu amat penting karena Ketua Siauw-Lim-Pai, Bu Kek Tianglo memberi waktu pertanggungan jawab Siauw-Lim-Pai terhadap pembunuhan-pembunuhan misterius itu sampai hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai. Maka, kini yang berbondong-bondong datang ke Siauw-Lim-Si adalah para Ketua Partai Persilatan, bahkan juga perguruan-perguruan yang ingin menyaksikan apa yang akan terjadi sebagai akibat pembunuhan-pembunuhan yang terjadi, yang kabarnya dilakukan seorang murid Siauw-Lim-Pai yang pandai. Terutama sekali mereka yang langsung menjadi korban pembunuhan misterius itu.

   Mereka merasa penasaran dan hendak menuntut Siauw-Lim-Pai, maka kini mereka datang dengan lengkap, Ketuanya sendiri bersama para pembantu dan banyak anggautanya. Bu-Tong-Pai datang dengan pasukan anak buah yang dipimpin sendiri oleh Tiong Li Seng-jin yang sudah berusi tujuh puluh dua tahun! Selain sang Ketua, juga datang pula wakil Ketua Bu-Tong-Pai, yaitu Tiong Hak Tosu yang bertubuh tinggi besar dan tujuh orang murid kepala, diikuti sekitar lima puluh orang murid! Kun-Lun-Pai juga terdiri lebih dari lima puluh orang, dikepalai sang Ketua sendiri yaitu Pek Ciang San Lo-jin Tampak pula Im Yang Siang To-jin, dua orang murid kepala yang terkenal itu dan beberapa orang murid lain yang tingkatnya sudah tinggi.

   Demikian pula pihak Go-Bi-Pai datang lengkap, dipimpin Sang Ketua Pek Eng Thaisu yang juga berusia tujuh puluh dua tahun, ditemani Wu Wi Thaisu dan beberapa orang murid kepala, diikuti hampir seratus orang murid! Tiga partai persilatan terbesar inilah yang merasa penasaran dan hendak menuntut Siauw-Lim-Pai karena masing-masing mereka kehilangan murid yang terbunuh oleh pembunuh misterius yang disangka tentu murid Siauw-Lim-Pai! Selain tiga perkumpulan silat terbesar Ini, datang pula rombongan Kong-Thong-Pai, Hoa-San-Pai, dan beberapa orang tokoh kang-ouw terkenal. Rombongan terakhir yang muncul adalah rombongan pengemis Hek I Kaipang yang pakaiannya mencolok karena semua memakai pakaian serba hitam tambal-tambalan. Rombongan ini dipimpin sendiri oleh Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat!

   Setelah para tamu berkumpul di halaman depan Kuil yang amat luas itu, berjajar sekelompok-sekelompok, maka keluarlah Bu Kek Tianglo, diiringkan Ceng Seng Hwesio, kelima murid anggauta Ngo-Heng-Tin. Para Hwesio dan murid Siauw-Lim-Pai sudah sejak tadi berbaris di depan pintu gerbang, berdiri tegap dan tenang walaupun hati mereka merasa tegang. Biarpun hari itu hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai, namun karena ada urusan yang amat penting itu, Siauw-Lim-Pai sekali ini tidak merayakan hari ulang tahunnya. Setelah Bu Kek Tianglo berhenti melangkah dan berdiri di tepi serambi Kuil yang lebih tinggi setengah tombak dari halaman, dia lalu mengangkat kedua tangan depan dada dan terdengar suaranya yang lembut namun yang dapat terdengar oleh semua orang yang hadir memenuhi halaman luas itu.

   "Cu-wi To-yu (Sahabat Pendeta To) dan Beng-yu (Sahabat Sekalian), Pinceng (saya) atas nama Siauw-Lim-Pai mengucapkan selamat datang kepada Cu-wi (Anda Sekalian), juga terima kasih atas kedatangan di sini. Akan tetapi dengan sangat menyesal Pinceng terpaksa mohon maaf bahwa Pinceng tidak dapat menyuguhkan hidangan seperti tahun-tahun yang lalu karena kami tidak dapat merayakan hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai. Kami sedang prihatin, maka maafkan kami."

   "Siancai...!"

   Terdengar suara Pek Ciang San Lo-jin, Ketua Kun-Lun-Pai, yang nyaring.

   "Bu Kek Tianglo, mengapa bicara sungkan dan berputar-putar? Kami semua datang bukan untuk minta hidangan, ini engkau ketahui betul! Lebih baik buktikan pertanggungan-jawabmu seperti yang telah kau janjikan!"

   "Siancai..., apa yang dikatakan Pek Ciang San Lo-jin itu benar. Lebih baik Siauw-Lim-Pai bersikap terbuka dan jujur. Tidak perlu banyak alasan karena semua orang sudah tahu belaka bahwa yang melakukan semua pembunuhan itu, termasuk yang membunuh murid kami Wi Tek Tosu, adalah seorang murid Siauw-Lim-Pai! Hayo, Bu Kek Tianglo, lebih baik keluarkan pembunuh itu dan jangan mencoba untuk menyangkal atau melindungi dia!"

   Kata Pek Eng Thaisu Ketua Bu-Tong-Pai.

   "Siancai, terpaksa kami harus membenarkan mereka, Suheng!"

   Kata Tiong Li Seng-jin kepada Bu Kek Tianglo.

   "Agar perkara ini segera dapat diselesaikan secara tuntas, lebih baik kalau Suheng memberi penjelasan bagaimana pertanggungan jawab Siauw-Lim-Pai. Apakah pembunuh misterius itu sudah dapat di-tangkap? baik pembunuh itu murid Siauw-Lim-Pai atau bukan, pihak Siauw-Lim-Pai harus dengan gagah dapat mempertanggung-jawabkannya. Kalau tidak, nama besar Siauw-Lim-Pai akan hancur dan ternoda. Hayolah, Suheng Bu Kek tunjukkan kebesaran jiwamu untuk membersihkan nama Siauw-Lim-Pai!"

   "Hancurkan Siauw-Lim-Pai!"

   Tiba-tiba terdengar suara yang lantang sekali dan ternyata Pat-Jiu Sin-Kai Ketua Hek I Kaipang yang berteriak itu.

   "Melihat betapa murid Siauw-Lim-Pai melakukan semua pembunuhan misterius itu, kini kami pun yakin bahwa pembunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang di An-Hui tentu dilakukan pula oleh orang Siauw-Lim-Pai itu, dengan menyamar sebagai murid Bu-Tong-Pai untuk mengadu domba antara kami Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai! Siauw-Lim-Pai sajalah yang harus bertanggung jawab atas semua pembunuhan itu!"

   Ramailah mereka yang seolah berlumba menyatakan pendapatnya dan hampir semua dari mereka menyatakan setuju bahwa Siauw-Lim-Pai harus bertanggung jawab atas semua pembunuhan itu.

   "Cuwi yang mulia, dengar pernyataan Pinceng! Siauw-Lim-Pai tidak akan lari dari tanggung jawab! Semenjak mendengar akan adanya pembunuh misterius yang melakukan banyak pembunuhan dengan menggunakan ilmu dan nama Siauw-Lim-Pai, Pinceng telah mengutus wakil-wakil Siauw-Lim-Pai untuk melakukan penyelidikan. Akan tetapi apa mau dikata, sampai saat ini, utusan Pinceng itu belum juga kembali sehingga kami tidak tahu apakah usahanya menyelidiki dan menangkap pembunuh misterius itu berhasil atau tidak. Oleh karena Pinceng sudah berjanji untuk mempertanggung-jawabkannya pada hari ini, Pinceng tidak akan lari dari tanggung jawab dan tidak akan menjilat ludah sendiri. Nah, kalau Cu-wi (Anda Sekalian) berkeras untuk minta pertanggungan-jawab atas kematian para murid Cu-wi, biarlah Pinceng yang mewakili Siauw-Lim-Pai menanggung dosa pembunuh misterius itu. Silakan kalau Cu-wi hendak membunuh Pinceng sebagai penebusan dosa. Pinceng tidak akan menghindar atau melawan. Omitohud!"

   Pada saat yang amat menegangkan itu, tiba-tiba terdengar suara gaduh dan muncullah Empat Datuk Besar bersama seratus orang lebih pasukan Mongol! Lam Sian (Dewa Selatan) Datuk Selatan yang gendut pendek itu mengeluarkan suara tawa yang lantang terbahak-bahak.

   "Hua-ha-ha-ha! Bu Kek Tianglo hendak menebus pembunuhan puluhan orang oleh murid-muridnya dengan menyerahkan tubuhnya yang sudah tua bangka? Sungguh enak sekali bagi Siauw-Lim-Pai! Dosa itu terlalu berat, hutang itu terlalu banyak untuk dapat dilunasi hanya dengan nyawa seorang Kakek tua bangka yang takkan lama lagi hidup di dunia. Ha-ha-ha!"

   Pat-Jiu Sin-Kai segera menyambung.

   "Sejak dulu Siauw-Lim-Pai berwatak sombong, memandang rendah semua partai persilatan yang lain, menganggap Siauw-Lim-Pai sebagai sumber utama semua ilmu silat! Ternyata sekarang terbukti hanya berwatak pengecut, tidak berani mempertanggung-jawabkan dosa-dosa yang telah dilakukannya!"

   "Omitohud! Cu-wi boleh mempunyai pendapat apa saja, akan tetapi kami bukanlah orang-orang yang lari dari kenyataan dan tidak berani menghadapinya. Kalau Cu-wi tidak puas dengan penyerahan diri Pinceng untuk menebus kesalahan yang dilemparkan kepada Siauw-Lim-Pai, lalu apa yang Cu-wi kehendaki untuk kami lakukan?"

   Kata Bu Kek Tianglo dengan suara tenang.

   "Bu Kek Tianglo! Kami adalah utusan pemerintah! Karena jelas bahwa Siauw-Lim-Pai membuat kejahatan dengan pembunuhan-pembunuhan besar sehingga mengacaukan ketenteraman, maka kami mendapat tugas dari pemerintah untuk menangkap semua anggauta Siauw-Lim-Pai! Maka, kami perintahkan agar semua anggauta Siauw-Lim-Pai menyerah, membuang senjata dan menjadi tawanan kami untuk dihadapkan di pengadilan!"

   Pak Lo-Kui Datuk Utara itu berseru dengan garang. Tung Giam-Lo menyambung.

   "Siapa yang membela Siauw-Lim-Pai kami anggap menibantu kejahatan dan akan kami tangkap pula. Yang melawan akan kami binasakan!"

   "Omitohud!"

   Kata Bu Kek Tianglo sambil memandang kepada empat orang Datuk Besar itu.

   "Kami hanya mempunyai permasalahan dengan saudara-saudara seperguruan silat yang lain! Kami tidak mempunyai urusan dengan Kerajaan Mongol dan tidak merasa mempunyai kesalahan apa pun terhadap pemerintah. Sudah tentu kami tidak mau menyerahkan diri begitu saja untuk ditangkap karena kami sama sekali tidak merasa bersalah terhadap pemerintah!"

   "Wah, Siauw-Lim-Pai sombong! Kesalahannya sudah jelas masih berpura-pura alim! Kalau kalian dapat menipu rakyat, kalian tidak mungkin dapat mengelabui kami. Kami tidak begitu bodoh untuk membela Siauw-Lim-Pai karena itu sama saja dengan membantu kejahatan mereka. Sudah tiba saatnya Siauw-Lim-Pai dibasmi dari permukaan bumi karena hanya akan mengotori dunia persilatan!"

   Teriak Pat-Jiu Sin-Kai dengan lantang. Tiong Li Seng-jin berbisik kepada Tiong Hak Tosu, wakil Ketua Bu-Tong-Pai.

   "Pat-Jiu Sin-Kai itu mencurigakan. Dulu mati-matian memusuhi Bu-Tong-Pai yang dituduh membunuh tiga puluh orang muridnya, sekarang berbalik mati-matian memusuhi Siauw-Lim-Pai. Hati-hati, jangan mudah terbujuk olehnya. Pinto curiga olehnya."

   Akan tetapi para pimpinan perguruan lain tersulut kemarahan mereka terhadap Siauw-Lim-Pai oleh ucapan Pat-Jiu Sin-Kai ini maka mereka tampak beringas dan agaknya sudah siap untuk maju mengeroyok Siauw-Lim-Pai! Pada saat itu, enam orang berlari menuju Siauw-Lim-Pai. Mereka adalah Pat-Jiu Sin-Kai yang masih tampak lemah sehingga dia digandeng dua orang pemuda di kanan kirinya, dan tiga orang gadis cantik berlari mengikuti di belakangnya. Dua orang pemuda yang menggandeng Ketua Hek I Kaipang agar dapat berlari cepat itu bukan lain adalah Yo Kang, dan Si Han Lin.

   Adapun tiga orang gadis cantik yang mengikuti di belakang adalah Ang Hwa Niocu, Kwee In Hong dan Ong Lian Hong! Bagaimana. mereka dapat berada di sini dan menuju ke Siauw-Lim-Pai? Untuk mengetahui hal itu, mari kita mengikuti pengalaman mereka belasan hari yang lalu. Seperti kita ketahui, Yo Kang, In Hong dan Lian Hong menyatukan sinkang (tenaga sakti) mereka untuk menyembuhkan luka dalant tubuh Pat-Jiu Sin-Kai. Usaha mereka berhasil. Biarpun Ketua Hek I Kaipang itu belum dapat disembuhkan sama sekali, namun ingatannya pulih. Berkat petunjuknya, mereka dapat menemukan terowongan rahasia di tempat mereka ditawan itu. Mereka berempat lalu mengikuti terowongan sampai akhirnya mendapatkan guha mulut terowongan itu tertutup batu-batu besar dari luar! Jalan keluar pun tertutup!

   "Ah, mulut terowongan tertutup batu-batu besar dari luar. Kalau tidak ada bantuan dari luar menyingkirkan batu-batu itu, kita tidak dapat meloloskan diri."

   Kata Yo Kang setelah memeriksa keadaan mulut terowongan, yang tertutup itu. Mereka bertiga sudah mencoba untuk mendorong pergi batu-batu itu. Akan tetapi karena terowongan itu hanya kecil, hanya cukup untuk tubuh satu orang, maka mereka tidak dapat menyatukan tenaga dan seorang saja tidak cukup kuat untuk mendorong pergi batu-batu yang agaknya bertumpuk di situ. Saking kecewa dan marahnya, In Hong mengeluarkan teriakan melengking. Disusul teriakan putus asa Lian Hong, bahkan kemudian Yo Kang yang biasanya lebih tenang itupun mengeluarkan teriakan melengking sehingga bergema di seluruh terowongan dan ruangan bawah tanah itu.

   Tiba-tiba terdengar lengkingan panjang yang datangnya dari luar mulut terowongan yang tertutup tumpukan batu! Lengking itu tidak mengandung arti kata-kata, akan tetapi bagi mereka sudah jelas bahwa di luar sana terdapat orang dan orang itu dapat mengeluarkan teriakan yang mengandung sinkang (tenaga sakti) yang kuat. Maka, mereka bertiga bergantian berteriak minta tolong. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar dan suara gedebukan! Batu-batu yang bertumpuk itu mulai bergoyang-goyang. Ada orang membongkar tumpukan batu itu dari luar! Akhirnya batu besar terakhir didorong minggir dan Lian Hong, In Hong, dan Yo Kang yang menggandeng Pat-Jiu Sin-Kai melompat keluar. Begitu tiba di luar, Lian Hong segera membentak nyaring.

   "Jahanam keparat! Engkaukah pembunuh keji yang kami cari!"

   Dan gadis galak ini sudah mencabut sepasang pedangnya dan menyerang Si Han Lin yang berdiri di situ bersama Ang Hwa Niocu!

   "Eh, tunggu dulu. Aiiiittt...!"

   Han Lin mengelak dengan loncatan ke samping.

   "Jangan sembarangan menuduh, Adik Ong Lian Hong!"

   Ang Hwa Niocu berseru.

   "Kami berdua justeru menyelidiki pembunuh, dan dia... eh, dia di sini...?"

   Ang Hwa Niocu menudingkan telunjuknya ke arah Pat-Jiu Sin-Kai yang muncul bersama Yo Kang.

   "Tenang semua!"

   Kata Yo Kang.

   "Pembunuh itu adalah orang yang menjebak dan menjebloskan kami ke penjara bawah tanah. Dia adalah Pat- Jiu Sin-Kai palsu! Ini yang aseli, terluka dan ditahan dalam penjara bawah tanah!"

   "Wah, celaka"' kata Si Han Lin.

   "Justeru Pat- Jiu Sin-Kai telah pergi membawa rombongan anggauta Hek I Kaipang menuju ke Siauw-Lim-Pai. Kalau dia itu yang palsu..."

   "Pat-Jiu Sin-Kai palsu itulah pembunuhnya!"

   Kata In Hong.

   "Kalau begitu, mari kita cepat mengejar ke sana. Hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai tinggal beberapa hari lagi! Mungkin akan terjadi malapetaka pada Siauw-Lim-Pai kalau kita tidak cepat datang ke sana!"

   "Benar, mari kita pergi cepat. Kita dapat saling cerita dalam perjalanan nanti."

   Kata Yo Kang. Mereka berlima lari, akan tetapi karena Pat-Jiu Sin-Kai masih lemah, terpaksa Yo Kang dan Han Lin menggandeng Kakek itu di kanan kiri sehingga seolah-olah Kakek itu mereka bawa lari! Dalam perjalanan cepat ini mereka saling menceritakan pengalaman dan keadaan diri masing-masing. Tentu saja secara singkat. Namun Lian Hong, In Hong, dan Yo Kang kini mengerti bagaimana Si Han Lin dan Ang Hwa Niocu dapat menolong mereka dengan membongkar tumpukan batu-batu besar yang menutup mulut terowongan.

   Si Han Lin dengan singkat menceritakan keadaan dirinya. Ketika In Hong, Lian Hong, dan Yo Kang dalam keadaan penasaran, marah dan kecewa berteriak-teriak, Han Lin dan Ang Hwa Niocu yang sedang mencari jejak Lian Hong, mendengar dan mereka berdua lalu membalas teriakan itu dan membongkar batu-batu sehingga empat orang yang terkurung itu dapat keluar. Demikianlah, ketika Yo Kang, Si Han Lin, In Hong, Lian Hong, Ang Hwa Niocu, dan Pat- jiu Sin-kai yang aseli itu tiba di halaman Siauw-Lim-Pai yang penuh orang dan suasana menjadi tegang karena agaknya Siauw-Lim-Pai akan dikeroyok banyak sekali orang, membantu Empat Datuk Besar dan pasukannya vang hendak menangkapi seluruh anggauta Siauw-Lim-Pai, Si Han Lin berseru dan suaranya yang didukung tenaga sakti amat kuat itu menggeledek dengan dahsyat mengejutkan semua orang.

   

Pedang Sinar Emas Karya Kho Ping Hoo Sepasang Naga Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini