Ceritasilat Novel Online

Kisah Si Pedang Terbang 13


Kisah Si Pedang Terbang Karya Kho Ping Hoo Bagian 13



Mendengar sebutan in-kong itu, Han Lin tersenyum.

   "Ah, Ciu-twako, harap jangan menyebut aku inkong. Kita sama"sama mengetahui bahwa membantu orang yang benar dan terancam malapetaka adalah merupakan kewajiban kita. Engkau sendiripun tentu akan berbuat seperti aku. Karena itu, adalah wajar saja dan jangan terlalu dilebihkan. Engkau lebih tua setahun dariku, sebut saja aku adik."

   Mendengar ucapan itu, Kang Hin menjadi berseri wajahnya.

   "Sia-siauwte (adik Sia), engkau sungguh seorang budiman sejati. Baiklah, aku merasa bangga sekali dapat menyebut siauwte kepadamu. Silakan duduk."

   Mereka duduk berhadapan dan Han Lin langsung saja bertanya.

   "Twako, aku melihat engkau termenung dan muram, ada urusan apakah gerangan yang mengganggu hatimu, kalau aku boleh mengetahuinya?"

   "Aku teringat kepada suhu."

   "Ah, tidak baik mengingat yang sudah mati dengan kesedihan. Tidak akan memberi jalan terang kepada yang mati, twako.

   "Aku tidak teringat akan kematian suhu, melainkan akan peraturan yang ditinggalkannya."

   "Peraturan apa yang kaupikiran itu, twako? Bukankah mendiang Tio-pang-cu meninggalkan peraturan-peraturan sebagai layaknya ditrapkan pada perkumpulan yang gagah perkasa?"

   "Engkau tahu, siauwte. Suhu menderita kesengsaraan adalah akibat dia melanggar peraturan, yaitu peraturan tidak boleh menikah. Karena peraturan itu, maka suhu mengadakan hubungan gelap dengan ketua Ang-liang-pang dan hal ini dijadikan modal oleh Seng Gun untuk menyusup ke Nam"kiang-pang."

   "Tapi, toako. Peraturan itu tidak ada hubungannya dengan dirimu, kenapa disusahkan? Atau.... apakah berangkali Ciu"toako juga mempunyai niat akan menikah?"

   "Aku hanyalah seorang laki-laki biasa, siauwte, yang dapat saja jatuh cinta kepada seorang wanita dan menikah. Akan tetapi, dengan adanya peraturan itu, aku merasa dibelenggu."

   Han Lin merasa isi dadanya seperti ditusuk, kini tahulah dia bahwa Kang Hin dan Mei Li sudah saling mencinta akan tetapi hal ini malah menyusahkan hati Kang Hin karena mereka tidak bisa menikah oleh adanya peraturan itu. Akan tetapi dia tersenyum cerah dan tidak memperlihatkan perasaan hati nya. Bahkan dia merasa iba kepada Kang Hin.

   "Apa susahnya, toako? Siapa yang membuat peraturan itu? Tentu ketua Nam-kiang-pang yang dahulu, bukan.Nah, kini ketuanya adalah engkau, maka engkau berhak mengubah dan mengadakan peraturan baru. Engkau dapat membatalkan larangan itu dan membolehkan ketua Nam kiang-pang berumah tangga dan berkeluarga."

   "Tapi.... tapi.... apakah hal itu bukan suatu pelanggaran dan memalukan sekali?"

   "Eh, kenapa melanggar? Kalau peraturan itu mengenai sepakterjang yang menunjukkan kegagahan seorang anggauta Nam-kiang-pang, tentu akan buruk sekali, misalnya engkau membolehkan seorang anggauta untuk melakukan kejahatan. Akan tetapi, pernikahan bagi seorang ketua perkumpulan adalah wajar, apa lagi perkumpulanmu bukanlah perkumpulan para pendeta. Kalau engkau kumpulkan semua anggauta dan kau ambil ke putusan, mengumumkan dicabutnya peraturan itu, maka tentu saja sudah sah dan tak seorangpun dari luar perkumpulan boleh mencampuri."

   Wajah Kang Hin kini berseri.

   "Ah, begitukah, siauwte? Sungguh, ucapanmu ini melegakan hatiku. Terimakasih banyak, Sia-siauwte.

   Han Lin tersenyum.

   "Kupujikan saja engkau akan berhasil menyunting bunga idamanmu itu, toako. Aku hanya mengharapkan kartu undangannya saja."

   Wajah Kang Hin berubah merah.

   "Aih, siauwte, biarpun aku berterima kasih atas pujianmu itu, namun aku belum mendapat kepastian tentang hal itu."

   Jawaban ini saja membuat Han Lin mengerti bahwa di antara adik misannya dan pemuda ini belum terdapat pertalian cinta kasih. Dan sungguh aneh, ada semacam kelegaan menyusupi hatinya. Han Lin diam-diam terkejut melihat kenyataan dalam dirinya ini. Berarti bahwa dia mencinta piauw-moinya itu. Mencinta Mei Li yang adik misannya sendiri?

   Pada keesokan harinya, Han Lin dan Mei Li berpamit dari Kang Hin dan ketika berpamitan ini, diam-diam Han Lin memperhatikan sikap Mei Li. Biasa-biasa saja, tidak nampak kesedihan se pasang kekasih yang berpisah. Namun jelas bahwa Kang Hin nampak lesu seperti kehilangan semangatnya sehingga dia merasa kasihan kepada pemuda itu. Cinta Sepihak? Entahlah, akan tetapi mudah-mudahan begitu dan dia terkejut sendiri dengan harapan hatinya ini. Karena waktu diadakannya pesta oleh Hoat-kauw tinggal seminggu lagi, maka Han Lin dan Mei Li tidak menolak ketika Kang Hin memberi dua ekor kuda yang baik ke pada mereka. Mereka melakukan perjalanan berkuda dengan secepatnya menuju ke arah Bukit Harimau.

   Setelah Han Lin dan Mei Li pergi, Kang Hin cepat mengumpulkan anak buahnya.

   "Kita harus pergi ke sana, ke Bukit Harimau. Kita harus membuat pembalasan dan membantu mereka yang menentang Hoat-kauw yang bersekutu dengan orang Mongol untuk mengacaukan keadaan Dan aku akan melapor ke benteng pasukan pemerintah."

   Demikianlah, kalau tadinya Kang Hin tidak menyatakan niatnya itu kepada. Mei Li dan Han Lin, adalah karena dia tidak ingin gerakan besar-besaran itu diketahui orang lain dan mungkin kedua orang itu akan mencegahnya. Setelah memberitahu anak buahnya, dia sendiri pergi ke benteng pasukan Kerajaan Tang yang berada sekitar limapuluh li jauhnya dari Nam-kiang-pang.

   Nam-kiang-pang sudah dikenal baik oleh para komandan pasukan. Bahkan Tio-pangcu pernah berjasa dengan ikut pasukan membasmi gerombolan pemberontak sekitar sepuluh tahun yang lalu. Pasukan mengenal Nam-kiang-pang sebagai perkumpulan orang gagah. Oleh karena itu ketika terdengar berita ada keributan di Nam-kiang-pang, para komandan merasa segan untuk mencampurinya.

   Kini, seorang gagah yang mengaku sebagai ketua Nam-kiang-pang datang mohon menghadap komandan, tentu saja dia segera. di terima dengan baik dan oleh penjaga dia dikawal menuju ke ruangan tamu dan komandan pasukan itu, Bu-ciang-kun yang nama lengkapnya Bu Kim Thouw, setelah diberi laporan, segera pula menyambutnya.

   Setelah memberi hormat dan dibalas oleh komandan Bu, Kang Hin memperkenalkan diri sebagai ketua Nam-kiang-pang yang berkunjung untuk melaporkan hal yang amat penting.

   "Nanti dulu, Ciu-pangcu. Yang kami ketahui, Nam-kiang"pang diketuai oleh Tio-pangcu.

   "Benar sekali, ciangkun. Akan tetapi Tio-pangcu meninggal dunia dan saya adalah muridnya yang diangkat untuk menggantikan kedudukannya."

   "Ahhh! Kapan dan bagaimana meninggalnya? Kenapa kami tidak diberitahu?"

   "Belum lama terjadinya dan karena ini menyangkut urusan dalam, maka tidak disiarkan keluar. Suhu tewas di tangan persekutuan jahat dan persekutuan itu bertujuan menggulingkan pemerintah, karena itulah saya sengaja datang menemui ciangkun untuk membuat laporan.

   Mendengar ada persekutuan hendak menjatuhkan pemerintah, tentu saja Bu-ciangkun segera menaruh perhatian dan mendengarkan dengan tertarik. Kang Hin tidak menyembunyikan sesuatu. Dimulai dengan menyelundupnya Tong Seng Gun ke dalam Nam kiang-pang, kemudian betapa Seng Gun dan rekan-rekannya berusaha mengadu domba antara partai aliran dan perkumpulan untuk melemahkan dunia persilatan, kemudian betapa Seng Gun yang ternyata adalah antek Mongol itu bekerja sama dengan Hoat-kauw.

   Mendergar laporan itu, Bu-siang-kun mengerutkan alisnya. Hal itu merupakan berita penting dan gawat.

   "Sudah yakin benarkah engkau bahwa Hoat kauw bersekutu dengan orang Mongol Ciu-pangcu?"

   "Sudah ada buktinya, ciangkun. Bahkan saya sudah melakukan penyelidikan diantara para anggauta kami yang dahulunya dipaksa menjadi anak buah Tong Seng Gun bahwa dia sebetulnya adalah murid dari Sam Mo-ong yang menjadi antek orang Mongol. Kabarnya Sam Mo-ong ini adalah kaki tangan Ku Ma Khan, kepala suku Mongol yang berpengaruh itu."

   "Ah, kita harus bergerak! Di mana sarang mereka, pangcu?"

   "Mereka suka berpindah-pindah, memang cerdik orang"orang Mongol itu. Akan tetapi beberapa hari lagi Hoatkauw mengadakan pesta ulang tahun dan mengundang para tokoh kangouw. Tentu untuk dipengaruhi atau dipaksa mendukung gerakan mereka dan saya kira tokoh-tokoh Mongol itu akan hadir pula. Saya sendiri akan membawa anak buah saya untuk menyerbu ke sana. Kalau ciangkun percaya kepada saya dan suka bekerja sama, saya mohon bantuan pasukan...."

   "Tentu saja, pangcu. Bahkan aku sendiri yang akan memimpin limaratus orang pasukan!"

   Tentu saja Kang Hin merasa girang dan berterima kasih sekali. Mereka berangkat hari itu juga, seratus orang anak buah Nam-kiang-pang dan limaratus orang pasukan yang dipimpin sendiri oleh Bu-ciangkun.

   Bukit Harimau mendapat kunjungan banyak orang sehingga suasananya ramai dan meriah. Puncak bukit itu memang merupakan lapangan yang luas sekali dan di sana dibangun pondok-pondok darurat yang mengelilingi sebuah panggung yang luas dan di situ disediakan tempat duduk yang banyak sekali.

   Dalam peristiwa yang amat penting bagi Hoat-kauw itu, karena saat itu bukan saja merupakan pesta ulang tahun, akan tetapi juga merupakan penentuan keberhasilan usaha mereka bekerja sama dengan pihak Mongol, yaitu meharik semua golongan untuk membantu Mongol dan tunduk kepada Hoat-kauw sebagai pimpinan, maka Bu-tek Ngo Sin-liong yang merupakan tokoh-tokoh Hoat-kauw, juga hadir pula ketua Hoat-kauw, yaitu Hoat Lan Siansu, paman guru dari Bu-tek Ngo Sin-liong yang sudah berusia tujuhpuluh tahun.

   Kakek ini merupakan datuk besar dunia persilatan yang tingkat kepandaiannya sejajar dengan pera ketua perkumpulan besar seperti ketua Beng-kauw, ketua Im-yang-kauw dan lain-lain. Dan tentu saja wakil dari orang Mongol, yaitu Sam Mo-ong hadir pula di sana bersama Tong Seng Gun yang sudah dianggap berjasa besar menundukkan Nam kiang-pang dan menanam permusuhan di antara para tokoh dan perkumpulan dunia persilatan, bersama orang-orang Hoat-kauw. Sedangkan Sam Mo-ong sendiri dengan pasukan khusus Mongol telah menundukkan banyak suku bangsa di utara yang dipaksa untuk membantu gerakan Mongol kalau saatnya sudah tiba.

   Bukan saja para tokoh besar yang lihai itu berada di situ, akan tetapi diam-diam merekapun mengerahkan anak buah mereka. Hoat-kauw sendiri menaruh orang sebanyak duaratus lebih di situ, juga pasukan khusus Mongol yang terdi-ri dari seratus orang memasang barisan pendam atau barisan yang tersembunyi, siap menjaga keselamatan para pimpinan mereka!

   Biarpun pesta baru akan diadakan besok, akan tetapi hari itu sudah banyak orang datang. Dan di antara mereka itu terdapat seorang gadis cantik jelita yang tentu saja menarik perhatian banyak orang. Gadis berusia delapan belas tahun lebih itu memang cantik je lita dan menarik perhatian. Nampak begitu lembut dan lemah gemulai. Langkahnya saja seperti seorang penari ketika ia meloncat turun dari atas sela kudanya dan menundukkan mukanya sambil menuntun kuda.

   Apa lagi ia tidak memegang sepotongpun senjata tajam sehingga hanya kelihatan sebagai seorang puteri hartawan atau bangsawan terpelajar yang lemah. Akan tetapi kalau orang mengetahui siapa ia, tentu orang itu akan tertagun dan kaget. Gadis ini bukan lain adalah Ji Kiang Bwe, yang biarpun usianya baru delapanbelas tahun namun telah mewarisi ilmu-ilmu yang hebat dan tinggi dari Pek Mau Sinkouw, seorang datuk yang mengasingkan diri. Dan ia adalah ketua dari Kim-kok pang namun tidak ada orang mengenalnya, karena baru beberapa pekan saja ia menjadi ketua, menggantikan ayahnya yang terbunuh dalam pertandingannya melawan orang Hoat"kauw.

   Seperti telah diceritakan di bagian depan, Ji Kiang Bwe bertemu dan berkenalan dengan Souw Kian Bu yang menjadi tamunya. Kemudian Ji Kiang Bwe menerima surat undangan dari Hoat-kauw untuk.datang kepesta ulang tahun di Bukit Harimau. Ia menolak ketika Kian Bu hendak menemaninya, dan pemuda itu lalu meninggalkan Kim-kok-pang. Hari ini, Kiang Bwe tiba dari perjalanannya berkuda menuju bukit itu.

   Para tokoh Hoat-kauw sudah mengatur sedemikian rupa sehingga kedatangan setiap orang telah diketahuinya dari kaki bukit mula. Maka, kedatangan gadis inipun sudah diketahui.

   Semua orang merasa heran.karena tidak ada yang mengenalnya. Ketika Bi-sin-liong Kwa Lian, si cantik dari Bu"tek Ngo Sin-liong mengirim surat undangan, ia hanya menyerahkan kepada seorang anggauta Kim-kok-pang untuk disampaikan kepada pimpinannya, tidak tahu bahwa kini yang menjadi ketua Kim-kok-pang adalah seorang gadis muda, puteri dari ketua yang telah tewas dalam perkelahiannya melawan Ang-sin-liong Yu Kiat.

   Biarpun tidak mengenalnya, akan tetapi karena ia. cantik jelita dan kedatangan nya seorang diri dan penuh rahasia, menunggang seekor kuda yang baik dan pakaiannyapun seperti seorang puteri bangsawan dan indah rapi, maka Lam-hai Sin-liong Kwa Him, orang ke empat dari Bu-tek Ngo-Sin-liong yang memiliki watak mata keranjang, segera mewakili Hoat-kauw menyambutnya.

   Kiang Bwe melihat seorang laki-laki berusia tigapuluh tahun lebih bermuka merah bertubuh tinggi besar, di pinggangnya terdapat sepasang golok, maju menghadang dan menyambutnya dengan senyum. Laki-laki itu member! hormat. Kiang Bwe menahan kakinya dan mem balas penghormatan itu sambil memandang penuh perhatian.

   "Selamat datang, nona. Kami merasa mendapat kehormatan besar dengan kunjungan nona. Nona dari golongan dan partai apakah? Kami perlu mengetahui untuk mengatur tempat penginapan bagi nona.

   "Tidak perlu repot-repot. Aku dapat melewatkan malam di bawah pohon. Namaku Ji Kiang Bwe dan aku adalah ketua baru Kim-kok-pang.

   "

   Kwa Him tertegun. Dia tahu bahwa Ji-pangcu, ketua Kim"kok-pang, beberapa bulan yang lalu tewas di tangan twa suhengnya, dan sumoinya, Kwa Lian, telah mengirim surat undangan kepada pimpinan Kim-kok-pang. Siapa kira ketuanya yang sekarang gadis yang begini cantik! Kim-kok"pang amat penting untuk ditundukkan, karena perkumpulan itu dapat menjadi sumber keuangan yang kuat, maka diapun segera memberi hormat lagi.

   "Aih, kiranya nona adalah Pangcu dari Kim-kok-pang. Mari, nona silakan, tempat untuk istarahat nona sudah dipersiapkan."

   Dia lalu menuntun kuda itu dari tangan Kiang Bwe yang menyerahkan kendali kudanya, dan mengajak gadis itu menuju ke sebuah pondok yang kecil mungil. Kwa Him menambatkan kuda itu di depan rumah dan berkata.

   "Silakan, nona, dan anggaplah pondok ini sebagai rumahmu sendiri."

   "Terima kasih,"

   Jawab gadis itu sederhana, tanpa ingin tahu siapa orang yang mewakili Hoat-kauw menyambutnya itu. Namun, hal ini membuatnya waspada, karena sekarang orang Hoat-kauw sudah tahu bahwa ia adalah ketua Kim-kok-pang dan tentu saja mereka dapat menduga bahwa kedatangannya bukan hanya karena undangan, melainkan ada hubungannya dengan kematian ayahnya. Ia lalu membuka daun pintu pondok yang tidak terkunci dan ternyata pondok kecil itu bersih dan.cukup menyenangkan. Ia lalu membuka sepatunya dan bersila di atas dipan kayu untuk bersamadhi.

   Kiang Bwe tidak menyadari bahwa sejak dari kaki bukit tadi, diam-diam ada orang yang membayanginya dari jauh. Orang ini adalah seorang pemuda tampan bercaping lebar dan membawa pedang di punggungnya. Dia adalah Souw Kian Bu. Seperti telah diceritakan terdahulu, ketika Kiang Bwe menolak dia temani ke Bukit Harimau, dia bertanya kepada gadis itu di mana dan kapan pesta Hoat-kauw diadakan. Berdasarkan keterangan gadis itu, dia dapat mencari tempat itu dan bahkan mendahului Kiang Bwe sehingga dia dapat membayangi gadis itu. Dia tidak mau memperlihatkan diri, khawatir kalau-kalau Kiang Bwe menjadi tidak senang. Akan tetapi diam diam dia mengambil keputusan untuk melindungi gadis yang ternyata telah mencuri hatinya itu.

   Cinta memang sesuatu yang rahasia dan ajaib. Dari manakah asalnya dan apa penyebabnya? Cinta jelas bukan sex, karena binatang agaknya tidak mengenal cinta, kecuali induk kepada anaknya, namun binatang mengenal sex. Dari manakah datangnya? Memang, pertama kali orang jatuh cinta setelah melihat lawan jenisnya. Akan tetapi, inipun belum benar, karena bukankah orang buta juga dapat jatuh cinta?

   Tentu saja pengenalan pertama melalui pancaindranya, ini berarti bahwa cinta ada hubungannya dengan jasmani, cinta timbul dari daya tarik alami antara lawan jenis, kemudian diperkuat oleh nafsu berahi. Sukar membayangkan kita dapat mencinta kekasih kita yang sekarang kalau andaikata hidungnya mendadak lenyap atau cacat lain yang membuat wajahnya menjadi mengerikan. Itu menandakan bahwa dalam cinta terkandung nafsu yang tertarik oleh keindahan tubuh.

   Sukar pula membayangkan kita dapat mencinta seseorang yang tidak lagi dapat berhubungan badan sebagai suami isteri! Inipun menandakan bahwa di dalam cinta terkandung nafsu berahi. Semua ini sudah wajar karena memang sudah kita bawa serta ketika lahir. Namun, di antara banyak wanita cantik, di antara banyak pria tampan, mengapa ada seorang yang tertentu yang kita cinta? Kenapa kita tidak mencinta semua wanita cantik atau semua pria tampan? Di sini menunjukkan bahwa di dalam cinta ada pengaruh batiniah, bukan sekadar badaniah, yang mungkin sekali berujut dengan persamaan selera, persamaan watak, prilaku dan sebagainya lagi.

   Maka, tidak mengherankan kalau ada pria tampan jatuh cinta kepada wanita yang tidak cantik, sebaliknya banyak wanita cantik jatuh hati kepada pria yang tidak tampan. Demikian banyak lika-liku cinta sehingga tiada bosan"bosannya kita membicarakannya.

   Bagaimanapun juga, bukankah hidup ini cinta juga? Entah itu cinta kepada kekasih kepada sahabat, kepada sanak keluarga, kepada tanaman, benda atau hewan atau lingkungan, bahkan cinta ke pada diri sendiri atau makanan! Cinta menimbulkan gairah untuk hidup, untuk melanjutkan hidup. Kalau orang tidak mempunyai perasaan cinta lagi kepada apapun juga, maka sama halnya orang itu sudah mati!

   Selain Kang Bwe yang muncul di situ dan Kian Bu yang datang secara gelap, sembunyi-sembunyi berbaur dengan para tamu sehingga tentu saja dia disangka seorang anggauta rombongan tamu, muncul pula Han Lin yang datang bersama Mei Li. Kedatangan gadis inipun menarik perhatian banyak orang, karena walaupun ada pula tokoh-tokoh wanita dunia kangouw yang datang, namun tidak ada yang secantik Mei Li atau Kiang Bwe.

   Dua orang kakak beradik misan inipun disambut oleh seorang di antara Bu-tek Ngo Sin-liong, yaitu Ti-at-sin-liong Lai Cin yang tinggi kurus bermuka pucat. Ketika ditanya dari mana mereka datang, dan dari golongan apa, Han Lin menjawab bahwa mereka adalah kakak beradik yang baru melakukan perantauan dan tidak termasuk golongan manapun.

   "Dalam perjalanan, kami mendengar tentang pesta yang diadakan oleh Hoat-kauw, maka kami tertarik.dan datang. Kalau tidak dilarang, kami ingin menyaksikan keramaian dan meluaskan pemandangan."

   Kalau saja di situ tidak ada Mei Li, mungkin Han Lin akan diusir oleh Tiat-sin-liong Lai Cin. Akan tetapi wajah cantik molek memang besar sekali pengaruhnya. Lai Cin hanya mengangguk dan mempersilakan mereka menempati sebuah pondok. Mei Li hendak membantah akan tetapi Han Lin memberi isarat dan setelah berada berdua saja di pondok itu dia berbisik.

   "Kalau membantah akan menimbulkan kecurigaan, Li-moi. Biarlah kita tinggal sepondok, engkau tidur di dalam dan aku akan tinggal di luar."

   "Mana bisa begitu, koko? Aku tidak mungkin dapat tidur membiarkan engkau kedinginan dan masuk angin di luar pondok. Aku akan tidur di pembaringan dan engkau tidur di bawah, dan tilam pembaringan boleh kaupakai. Bagaimanapun juga, kita berdua adalah saudara misan, kakak dan adik, bukan?"

   Han Lin tersenyum, akan tetapi sungguh aneh, dia merasa betapa hatinya tidak enak sekali mendengar ucapan Mei Li itu, yang mengingatkan bahwa mereka adalah kakak beradik!

   Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali muncul dua orang muda yang kembali menjadi pusat perhatian. Bahkan orang"orang Hoat-kauw terkejut dan heran sekali karena yang muncul itu bukan lain adalah Sie Kwan Lee dan Sie Kwan Eng, kakak beradik dari Bengkauw! Pada hal mereka tidak mengundang Bengkauw, bahkan merencanakan untuk menghasut agar semua partai memusuhi Beng-kauw.

   Sekarang, dua orang muda putera ketua Beng-kauw bahkan datang sendiri. Ular mencari penggebuk namanya. Tetapi mereka menyambut juga dan mempersilakan dua orang muda itu menduduki deretan bangku yang disediakan untuk para ketua partai dan tokoh besar.

   Han Lin dan Mei Li hanya mendapatkan bangku tempat para tamu yang lebih rendah tingkatnya. Sebaiiknya, Yu Kiang Bwe mendapatkan tempat kehormatan karena dia adalah ketua Kim-kok-pang. Di situ duduk pula wakil-wakil dari Siauw-lim-pai, Bu-tong-pai, Kong-thong pai, Gobi-pai dan lain-lain. Juga wakil dari aliran-aliran agama dan kepercayaan hadir. Pesta itu sungguh sukses dan mendatangkan banyak tamu karena keadaan pada waktu itu membuat para tokoh ingin sekali mendengar apa yang hendak dibicarakan dalam pesta itu.

   Seng Gun juga duduk di kursi kehormatan sebagai ketua Nam-kiang-pang. Dan di kursi utama duduklah empat orang laki-laki tua yang mengesankan ngan sikap mereka yang angker dan angkuh. Mereka ini bukan lain adalah Hoat Lan Sian-su, ketua Hoat-kauw sendiri yang rambutnya sudah putih semua, jenggotnya panjang putih dan di punggungnya terdapat sebatang pedang beronce kuning. Pakaiannya longgar dan serba kuning seperti jubah pendeta. Dan di samping kirinya duduk pula tiga orang yang angker. Mereka bukan lain adalah Sam Mo-ong, utusan orang Mongol yang bersekutu dengan Hoat-kauw.

   Kedudukan Hoat-kauw dan sekutunya saat itu kuat sekali. Bukan saja di situ hadir ketua Hoat-kauw, lima orang Bu-tek Ngo Sin-liong, ada pula Seng Gun dan masih banyak tokoh Hoat-kauw yang lain, juga Sam Mo-ong yang tidak dikenal banyak orang, akan tetapi merupakan kekuatan inti dari persekutuan itu. Dan selain ini, seratus orang anak buah Mongol dan duaratus orang ang gauta Hoat-kauw siap untuk menentang siapa saja yang memusuhi Hoat-kauw.

   Jumlah tamu yang datang ada kurang lebih seratus orang. Sebelum pertemuan dibuka, nampak Bu-tek Ngo Sin-liong bicara berbisik-bisik dengan Ho-at Lan Sian-su dan Sam Mo"ong, juga Seng Gun ikut bicara. Agaknya mereka mengatur siasat.

   Hal ini tidak luput dari penglihatan Han Lin dan Mei Li, juga Kiang Bwe melirik dan tersenyum. Kwan Lee dan Kwan Eng juga melihatnya akan tetapi kakak beradik ini bersikap tenang dan santai saja.

   Tibalah saatnya bagi Hoat Lan Sian-su ketua Hoat-kauw untuk bicara. Dia bangkit berdiri dan tubuhnya masih tinggi tegap walaupun usianya sudah tujuhpuluh tahun. Dengan gagah dia melangkah ke depan sampai ke tengah panggung dan setelah memberi hormat ke seluruh penjuru, dia berkata dengan nyaring.

   "Kami ketua Hoat-kauw menghaturkan terima kasih atas kedatangan saudara sekalian dan atas semua bingkisan yang diberikan kepada kami. Semoga ini akan dapat mempererat hubungan di antara kita dan mudah-mudahan lain waktu kami akan dapat membalas semua kebaikan saudara. Karena kami sudah tua, maka selanjutnya untuk membicarakan persoalan kami serahkan kepada murid keponakan kami, Ang Sin-liong Yu Kiat!"

   Terdengarlah orang bertepuk tangan dan yang lain ikut menyusul dan terdengarlah tepuk tangan gemuruh mengiring ketua itu mundur dan menyambut munculnya Ang-sin-liong Yu Kiat.

   Tokoh ini sudah banyak dikenal orang karena sebagai orang pertama dari Bu-tek Ngo Sin-liong, tentu saja dia terkenal sekali. Dia seorang yang tinggi tegap dan tampan, pakaiannya berwarna merah dan sikapnya sombong. Tidak mengherankan kalau orang-orang Bu-tek Ngo Sin-liong bersikap sombong. Baru julukan mereka saja sudah menunjukkan kesombongan mereka. Mereka menggunakan julukan Bu-tek (Tanpa Tanding), seolah mereka mau membual bahwa merekalah jagoan-jagoan tanpa tanding, tidak ada yang mampu melawan!

   Dengan sikap tangkas Yu Kiat yang berusia limapuluh tahun itu memberi hormat ke seluruh penjuru, lalu terdengar suaranya yang menggeledek,

   "Saudara sekalian, semestinya dalam pesta ulang tahun ini kami bergembira, apa lagi saudara sekalian sudah datang menghadirinya. Akan tetapi mengingat suasana sekarang di dunia persilatan sedang kacau, maka kami mohon agar sebelum melanjutkan pesta, saudara sekalian mengambil keputusan atas sikap yang akan kami lakukan. Saudara sekalian pasti telah mendengar berita tentang keganasan Beng-kauw, tentang sepak terjang Beng"kauw yang telah membunuhi banyak orang. Juga saudara sekalian tentu sudah mendengar tentang pengkhianatan se orang muda bernama Ciu Kang Hin dari Nam-kiang-pang yang kemudian ternyata membantu orang Beng-kauw. Oleh karena itu, karena di sini kami melihat hadir pula dua orang tokoh Beng-kauw, maka bagaimana pendapat saudara kalau kami mengusir mereka?"

   Sejenak sunyi menyambut ucapan itu. Akan tetapi lalu terdengar suara setuju di sana-sini, dan para tokoh kang-oauw yang termasuk golongan bersih seperti Siauw-lim-pai, Butong-pai dan lain-lain tidak mau memberi suara. Mereka memang tidak pernah suka kepada Beng-kauw, akan tetapi mereka tidak mempunyai alasan untuk memusuh? Beng-kauw.

   Bahkan mereka lebih condong memusuhi Ciu Kang Hin yang dikabarkan telah membunuh seorang tokoh Siauw-lim-pai dan seorang tokoh Butong-pai.

   Sementara itu, kakak beradik putera ketua Beng-kauw saling pandang.

   Kwan Eng mengangguk dan dara jelita ini yang lebih dahulu menggerakkan tubuhnya melayang ke atas panggung, diikuti oleh Kwan Lee, kakaknya. Dua orang muda itu sudah berdiri di depan Yu Kiat, lalu berbalik dan menghadapi para tamu.

   "Kami kakak beradik memang putera puteri ketua Beng-kauw, dan kami sengaja datang untuk membela diri, mempertahankan kebenaran Beng-kauw yang tidak bersalah. Hendaknya cuwi semua ketahui bahwa selama ini, anggauta"anggauta ka mi yang dibunuhi, bahkan wanita dan kanak"kanak juga dibunuh tanpa alasan yang jelas. Kami dikabarkan membunuhi banyak tokoh dunia kangouw, akan tetapi semua itu fitnah belaka. Kami tidak menyangkal bahwa mungkin ada di antara anggauta kami yang membunuh dalam perkelahian, akan tetapi hal itu adalah wajar, karena kalau anggauta kami yang kalah kuat, maka dialah yang tewas atau terluka. Apa anehnya terluka atau tewas dalam perkelahian di dunia persilatan?.Akan tetapi kalau anggauta kami diburu seperti binatang buas, dibunuh tanpa alasan seperti orang membunuhi ayam, sungguh membuat kami penasaran dan kami minta keadilan di sini, janganlah para locian-pwe mudali saja percaya ucapan orang-orang yang melakukan fitnah kepada kami!"

   "Bocah-bocah lancang!"

   Ang-sin-liong Yu Kiat membentak marah.

   "Kalian hendak menuduh Hoat-Kauw melakukan fitnah kepada kalian? Sudah jelas bahwa Beng-kauw sejak dahulu merupakan perkumpulan sesat yang ditentang para pendekar dan semua orang tahu bahwa Ciu Kang Hin dari Nam-kiang"pang berkhianat dan membela orang-orang Beng-kauw!"

   "Ciu Kang Hin tidak membela Beng-kauw, melainkan dia menjadi korban dari pengkhianatan seorang sutenya yang palsu!"

   Bentak pula Sie Kwan Eng dengan berani dan sikap menantang.

   Seng Gun bangkit berdiri.

   "Nanti dulu!"

   Katanya lantang.

   "Yang dimaksud sute dari Ciu Kang Hin adalah aku, dan aku yang membela Nam-kiang-pang mati-matian sehingga diangkat menjadi ketua. Ciu Kang Hin memang pengkhianat dan dia membela Beng-kauw, mungkin karena jatuh cinta kepa da puteri ketua Beng-kauw ini!"

   "Tong Seng Gun binatang berkaki dua"

   Kwan Eng memaki.

   "Tidak usah banyak cakap, di sini aku menantangmu untuk bertanding, membuktikan siapa di antara kita yang benar!"

   Sebelum Seng Gun menjawab, Ang-sin-liong Yu Kiat yang sudah mendengar bahwa puteri ketua Beng-kauw itu telah berhasil menguasai ilmu pukulan Salju Putih, segera berkata,

   "Tidak perlu banyak berbantahan. Sekarang kita dengar saja pendapat para orang gagah yang hadir di sini. Apakah ada di antara para lo-cian-pwe dan para saudara yang gagah mendukung pendapat puteri ketua Beng-kauw itu? Ataukah semua menyangkal kebenarannya dan bahwa Hoat-kauw sama sekali tidak melempar fitnah?"

   Tiba-tiba Ji Kiang Bwe bangkit berdiri dan mengangkat tangan ke atas sambil berseru,

   "Kami mempunyai penilaian sendiri tentang Hoat-kauw! Kami dari Kim-kok-pang menuntut kepada Hoat kauw yang telah membunuh ayah kami, ketua Kim-kok-pang! Biarpun pertandingan itu satu lawan satu, akan tetapi terjadi karena Hoat-kauw hendak memaksa Kim kok"pang menjadi sekutunya dan ditolak oleh Kim-kok-pang. Aku sebagai puterinya menghendaki agar pembunuh ayah itu maju ke depan untuk menandingi aku!"

   Mendengar ini, Ang-sin-liong Yu Kiat sebagai orang yang telah membunuh Yu-pangcu dari Kim-kok-pang, menjawab lantang,

   "Yu-pangcu dari Kim-kok-pang berselisih paham dengan kami dan tewas dalam pertandingan satu lawan satu. Kalau nona hendak membalas dendam, itu wajar dan nanti tentu nona akan dihadapkan dengan orang yang telah menewas kan ayahmu dalam pertandingan. Harap nona menunggu sampai urusan dengan Beng-kauw selesai."

   Sebetulnya, Ang-sin-liong Yu Kiat mendatangi ketua Kim"kok-pang untuk membujuk agar Kim-kok-pang mau bersekutu dengan Hoat-kauw, apa lagi mengingat bahwa ketua Kim-kok"pang itu ma-sih satu marga dengan dia. Akan tetapi Yupangcu berkeras menolak sehingga terjadi percekco kan yang dilanjutkan dengan pertandingan, sehingga mengakibatkan tewasnya ketua Kim-kok-pang itu.

   Kiang Bwe duduk kembali akan tetapi ia sudah mengambilkeputusan untuk membantu orang Beng-kauw karena ia yakin bahwa orang-orang Hoat-kauw bukanlah orang-orang yang baik dan boleh di percaya. Sebaliknya iapun tahu bahwa biarpun Beng-kauw terkenal sebagai perkumpulan aneh dan sesat, akan tetapi tidak pernah menanam permusuhan dengan perkumpulan lain.

   "Kami ulangi, apakah di antara para tamu yang mendukung Beng-kauw?"

   Ang sin-liong Yu Kiat mengulang pertanyaan nya dengan lantang dengan keyakinan bahwa tentu tidak akan ada orang yang mau membela atau mendukung Beng-kauw, perkumpulan sesat itu.

   Akan tetapi, tiba-tiba saja terdengar bentakan nyaring seorang wanita yang bangkit berdiri dan mengangkat ta ngan ke atas.

   "Kami berdua mendukung kebenaran Beng-kauw karena kami yakin benar bahwa Beng-kauw telah di.fitnah!"

   Semua orang terkejut dan memandang pern bicara itu yang bukan lain adalah Mei Li, dan Han Lin terpaksa ikut bangkit di samping adik misannya yang sudah me nyatakan sikapnya itu. Sebetulnya dia tidak ingin bicara dulu, akan tetapi karena Mei Li yang sudah tidak sabar lagi itu sudah mendahului, terpaksa diapun bangkit berdiri untuk mendu kung pernyataan gadis itu.

   Seng Gun yang mengenal Mei Li segera berbisik kepada Hoat Lan Sian-su yang mengangguk-angguk. Dia memperkenalkan gadis itu sebagai Hui-kiam Sianli (Dewi Pedang Terbang) yang lihai sekali ilmu pedangnya. Dan diapun memandang kepada Han Lin dengan alis berkerut. Rasanya pernah dia bertemu dengan pemuda itu, akan tetapi dia lupa lagi entah di mana.

   Tiba-tiba Kwi-jiauw Lo-mo ayahnya atau sesungguhnya kakeknya, orang pertama dari Sam Mo-ong, berkata.

   "Ah, bukankah itu pemuda yang dari Libun, murid mendiang Kong Hwi Hosiang?"

   Barulah Seng Gun teringat dan dia terheran-heran. Bocah itu sudah terjungkal kedalam jurang!

   Kiranya belum tewas dan kini muncul dan berani membela Beng-kauw.

   "Apa buktinya bahwa Beng-kauw hanya difitnah?"

   Ang-sin"liong menantang karena dia yakin gadis itu tidak tahu rahasia di balik semua peristiwa itu.

   
Kisah Si Pedang Terbang Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Aku tahu bahwa yang melakukan fitnah adalah Hoat-kauw sendiri, yang menyelundupkan orangnya, yaitu Tong Seng Gun sehingga pengkhianat itu berhasil menguasai Nam-kiang"pang, Dan melalui Nam-kiang-pang, mereka melakukan fitnah kepada Beng-kauw. Semua pembunuhan itu sebetulnya dilakukan oleh mereka yang menyelundup ke dalam Nam"kiang-pang!"

   Semua orang terbelalak tidak percaya dan Yu Kiat tertawa bergelak.

   "Ha ha-ha, saudara sekalian dengarlah baik baik. Ini jelas akal busuk Beng-kauw memutar balikkan fakta. Jelas yang memimpin Nam-kiang-pang adalah Tio Hui Po dan muridnya, Ciu Kang Hin, yang memusuhi Beng-kauw karena Beng-kauw melakukan banyak kejahatan dan pembunuhan. Bahkan kemudian Beng-kauw berhasil membujuk Ciu Kang Hin sehingga murid Nam-kiang-pang itu menjadi pengkhianat. Kalau kita dapat menangkap Ciu Kang Hin, tentu dia menjadi saksi utama tentang kejahatan Beng-kauw.

   "Semua itu bohong, omong kosong!"

   Terdengar bentakan nyaring dan semua orang makin terkejut lagi melihat munculnya Ciu Kang Hin yang sudah meloncat ke atas panggung itu!

   Melihat pemuda itu berani muncul, Ang-sin-liong Yu Kiat terkejut akan tetapi juga girang.

   "Ini dia penjahat besar itu datang, kita tangkap dia!"

   Dia sudah siap untuk menyerang, akan tetapi Yang Mei Li dan Han Lin meloncat ke atas panggung dan Han Lin berseru keras dengan suara berpengaruh karena dia menggunakan kekuatan sihirnya.

   "Jangan bergerak!"

   Seketika Ang-sin-liong merasa kaki tangannya kaku dan tidak mampu bergerak. Biarpun hanya sesaat, peristiwa itu mengejutkan hatinya.

   "Biarkan Ciu Kang Hin memberi penjelasan agar didengar semua orang, baru mengambil keputusan. Apakah cuwi yang terhormat menganggap hal ini adil?"

   Karena urusan itu ternyata amat berliku dan amat menarik, maka semua orang menyatakan setuju. Ang-sin-liong Yu Kiat menjadi bingung dan diapun kembali kerombongannya, sedangkan Han Lin mengajak Mei Li kembali ke tempat duduknya. Sengaja kedua orang muda ini melayang bagaikan dua ekor burung saja dan tahu-tahu telah berada di kursi mereka, melampaui kepala banyak orang. Tentu saja demonstrasi ginkang yang tinggi ini mengagumkan semua orang. Kini tinggal Ciu Kang Hin seorang diri yang berdiri di panggung.

   Seng Gun berbisik-bisik dengan Sam Mo-ong dan ketua Hoat-kauw dan mereka diam-diam menyuruh para pembantu mempersiapkan pasukan mereka menjaga segala kemungkinan. Sedangkan Souw Kian Bu yang berada diantara para tamu, diam-diam kagum kepada adik misannya, juga tunangannya, Yang Mei Li, yang begitu berani membela Beng"kauw, Akan tetapi yang dijaganya tetap saja Ji Ki-ang Bwe!

   Kini Ciu Kang Hin dengan sikap gagah berdiri menghadapi semua orang dan setelah mengangkat kedua tangan untuk memberi hormat, dia berkata.

   "Saya tidak tahu apakah semua ucapan saya akan ada gunanya, karena saya tahu bahwa para lo-cian-pwe dan saudara yang gagah perkasa telah dipengaruhi oleh Tong Seng Gun. Dia adalah seorang penyelundup dan yang berhasil menipu suhu. Dialah yang mengatur segalanya sehingga semua pembunuhan seolah dilakukan orang Beng-kauw. Saya sendiri dapat dikelabui dan selama ini saya menentang Beng-kauw sebagai perkumpulan jahat.

   Akan tetapi saya belum pernah membunuh orang Beng"kauw yang tidak bersalah. Seng Gun yang meniupkan berita seolah saya pembunuh nomor satu dari Beng-kauw sehingga saya dimusuhi Beng-kauw. Akan tetapi semua itu akhirnya terungkap dia sendiri dan kaki tangannya yang membunuh para tokoh kang-ouw yang tidak menurut. Dia dan sekutunya yang membunuh Ho Jin Hwesio, Kiang Cu To-jin, dan Pek Kong Seng-jin. Dia ber sekutu dengan Hoat-kauw, dengan orang-orang yang menjadi antek Mongol untuk menjatuhkan pemerintah kerajaan Tang.

   "Bohong! Pemutar-balikkan kenyataan! Mana buktinya bahwa aku membunuh para tokoh itu? Engkaulah yang membunuhnya dan banyak saksinya. Puluhan orang anggauta Nam-kiang-pang menjadi saksi"

   Tiba-tiba terdengar suara orang.

   "Siancai semua itu tidak bohong!"

   Dan Seng Gun menjadi pucat meilhat Pek Kong Seng-jin sudah berada dipanggung, di dekat Ciu Kang Hin.

   "Yang mencoba untuk membunuh pinto adalah Tong Seng Gun, dilakukan secara curang, memukul pinto dari belakang ketika pinto berada di tepi jurang. Untung ada yang menolong pinto"

   Wajah Seng Gun berubah pucat, akan tetapi pada saat itu, Bu-tek Ngo Sin-liong sudah berlompatan ke atas panggung, seolah hendak menangkap Kang Hin. Melihat ini Pek Kong Seng-jin la-lu meninggalkan panggung dan melompat ke bangku di antara para tamu. Pada saat yang sama, Mei Li dan Han Lin sudah melompat ke atas panggung, demikian pula Yu Kiang Bwe yang berseru nyaring.

   "Sudah jelas sekarang kelicikan dan ke curangan Hoat-kauw!"

   Kakak beradik Beng-kauw, Sie Kwan Lee dan Sie Kwan Eng yang tadi sudah mengundurkan diri juga berlompatan ke atas panggung sehingga kini Bu-tek Ngo Sin-liong berhadapan dengan enam orang muda mudi yang gagah perkasa!

   Suasana menjadi gaduh. dan ribut karena semua tamu tidak tahu harus berbuat apa. Di atas segala kegaduhan itu, tiba-tiba terdengar suara ketua Hoat-kauw, yaitu Hoat Lan Sian-su.

   "Cu wi, ha rap tenang. Kami akan mengatasi orang"orang Beng-kauw dengan semua anteknya ini. Harap cuwi jangan ada yang membela mereka, bahkan sepatutnya cuwi membantu kami untuk menangkap dan menghukum mereka!"

   Di antara para tamu memang banyak yang merasa sakit hati kepada Beng-kauw, maka ada belasan orang yang sudah bangkit berdiri dan berteriak, Basmi Beng-kauw!!"

   "Orang-orang Hoat-kauw pengecut, hayo suruh keluar orang yang telah membunuh ayahku!"

   Tantang Yu Kiang Bwe dan dara perkasa ini sudah mengeluarkan senjatanya yang istimewa, yaitu sabuk rantai baja putih yang panjangnya satu meter dan ujungnya tajam dan runcing, Sabuk itu mengeluarkan cahaya berkilauan ketika ia menggerakkannya dengan sikap menantang.

   "Ha-ha-ha, akulah yang membunuh Yu-pangcu. Dan kalau engkau hendak menyusul ayahmu, majulah!"

   Kata Ang-sin"liong Yu Kiat sambil meloloskan golok gergajinya yang menyeramkan.

   Pertempuran sudah hampir terjadi ketika ketua Hoat-kauw kembali berseru.

   "Harap semua tamu duduk tenang dan menjadi penonton saja. Siapa yang bergerak membantu Beng"kauw, terpaksa kami anggap musuh!"

   Dan tiba-tiba muncullah kini pasukan Hoat-kauw dan orang-orang Mongol, yang jumlah seluruhnya tidak kurang dari tigaratus orang, mengepung tempat itu!

   Han Lin dan kawan-kawannya terkejut.

   "Curang sekali!"

   Kata Yu Kiang Bwe.

   "Aku sebagai ketua Kim-kok-pang, seorang diri saja datang tanpa anak buah seorangpun, dan kalian sudah mempersiapkan pasukan besar untuk mengeroyok!"

   "Ha-ha-ha,"

   Ketua Hoat-kauw itu berseru.

   "Sebaiknya kalau kalian orang orang muda tahu diri, menyerah dan mau bekerja sama dengan kami. Kalau tidak, kalian akan dicincang hancur!"

   "Omitohud, Hoat Lan Sian-su, pang cu dari Hoat-kauw, apa artinya semua ini? Kenapa banyak bermunculan orang Mongol di sini? Benarkah bahwa Hoat-kauw bersekutu dengan orang Mongol?"

   Seorang hwesio wakil Siauw-lim-pai yang hadir di situ bertanya.

   "Orang luar tidak perlu mencampuri urusan kami!"

   Jawab Hoat Lan Sian su dengan tegas.

   "Yang penting, kami mengajak Siauw-lim-pai dan semua aliran untuk bekerja sama memakmurkan rakyat jelata. Siapa yang menentang, terpaksa kami anggap sebagai musuh."

   Mendengar ini, semua orang menjadi terkejut sekali, akan tetapi mereka merasa tidak berdaya karena dikepung ratusan orang anak buah Hoat-kauw.

   "Hayo tangkap orang-orang Beng-kauw dan pendukungnya itu!"

   Hoat Lan Sian-su memerintah.

   Tiba-tiba terdengar bunyi tambur dan terompet. Semua orang terkejut dan memutar tubuh, dan muncullah ratusan orang anggauta Nam-kiang-pang dan pasukan pemerintah.

   Seorang panglima yang menunggang kuda, yaitu Bu"ciangkun, membentak.

   "Semua orang Hoat-kauw dan orang Mongol menyerah atau akan kami basmi. Para tamu yang tidak terlibat harap mundur dan jangan ikut campur!"

   Kini keadaan menjadi berbalik. orang-orang Hoat-kauw menjadi pucat karena pasukan yang mengepung itu bersen jata lengkap dan jumlahnya banyak sekali!

   Akan tetapi Hoat Lan Sian-su yang melihat betapa pihaknya terancam lawan yang banyak jumlahnya, segera tertawa.

   "Ha"ha-ha-ha, orang muda jaman sekarang ternyata curang dan sama sekali tidak gagah, lagi pengecut. Beraninya mengerahkan pasukan pemerintah!"

   Sementara itu Seng Gun yang melihat anak buah Nam"kiang-pang ikut mengepung, segera menghardik mereka.

   "Kalian anak buah Nam-kiang-pang, siapa suruh kalian mengepung tempat ini. Kembalilah!"

   Akan tetapi banyak orang Nam-kian ang-pang berseru.

   "Bunuh Tong Seng Gun!!"

   Mendengar ini, Tong Seng Gun menjadi pucat dan maklumlah dia bahwa Nam-kiang-pang telah dikuasai kembali oleh Kang Hin.

   Akan tetapi Han Lin yang merasa tidak enak mendengar ejekan Hoat Lan Sian-su tadi, segera berbisik kepada Kang Hin karena dia dapat menduga bahwa tentu Kang Hin yang minta bantuan pasukan karena anak buah Nam-kiang-pang datang bersama pasukan itu.

   "Ciu twako, minta kepada komandan itu agar menunda gerakannya agar kita dapat melawan mereka satu lawan satu secara jantan."

   Kang Hin mengangguk lalu dia berseru kepada Bu"ciangkun.

   "Bu-ciangkun, karena ini adalah urusan orang"orang dunia persilatan, maka selama mereka tidak melakukan pengeroyokan, biarkan kami melawan mereka dalam pertandingan satu lawan satu."

   Bu Kim Thouw, panglima itu sendiri adalah seorang ahli silat yang cukup tangguh, maka mendengar ini, dia dapat mengerti. Apa lagi diapun ingin menonton pertandingan silat dari orang orang tingkat tinggi. Maka dia mengangguk dan memberi aba-aba kepada semua pasukan untuk siap berjaga"jaga saja menanti perintah selanjutnya namun agar tidak membiarkan siapa saja keluar dari kepungan.

   Setelah itu, Han Lin berkata kepa da Hoat Lan Sian-su.

   "Nah, pangcu dari Hoat-kauw, kini kami telah siap. Kita boleh bertanding satu lawan satu untuk menentukan siapa lebih gagah di antara kita. Ingat, kalau kalian bertindak curang, pasukan sudah siap untuk menghancurkan kalian!"

   Hoat Lan Sian-su masih mempunyai harapan. Kalau orang"orang muda ini sudah dapat dibasmi, tentu mereka tidak akan mengalami kesulitan menggempur pasukan itu, walaupun jumlah mereka lebih banyak.

   "Baik!"

   Dan dia menoleh kepada murid-murid keponakannya.

   "Kalian atur saja siapa yang akan maju melawan musuh."

   Ang-sin-liong Yu Kiat memandang rendah mereka yang muda-muda itu, maka dia lalu berkata kepada Bin-sin-liong Kwa Lian.

   "Sumoi, engkau majulah dulu."

   Bi-sin-liong Kwa Lian yang berusia duapuluh delapan tahun dan cantik jelita dan genit itu, tersenyum Iapun tidak takut menghadapi lawan yang terdiri dari orang-orang muda itu. Setelah semua orang yang berada di atas panggung mengundurkan diri, ia mencabut pedang beronce merah dan memasang aksi yang menarik dan gagah.

   "Nan, siapa yang akan mengantarkan nyawa ke sini?"

   Mei Li yang sejak tadi sudah gatal-gatal tangannya, tidak ingin didahului orang. Tubuhnya sudah melayang ke atas panggung dan ia telah berdiri di depan Kwa Lian. Berhadapan dengan Mei Li, kecantikan Kwa Lian memudar bagaikan bulan disaingi munculnya matahari. Mei. Li nampak jauh lebih jelita, lebih segar dan lebih lincah.

   "Hemm, katakan dulu siapa engkau karena dahulu ketika kita saling bertemu, aku mengenalmu sebagai orang Hoat"kauw yang hendak membunuhi orang-orang Beng-kauw yang tidak bersalah,"

   Tanya Mei Li, suaranya mengandung ejekan.

   Kwan Lian terkejut mengenal ' Mei Li.

   "Hemm, kiranya Hui"kiam Sian-li yang sejak dahulu sudah membantu Beng-kauw? Bagus, ketahuilah, aku adalah orang termuda dari Bu-tek Ngo Sin-liong namaku Bi-sin-liong Kwa Lian. Kalau dulu aku belum sempat merobohkanmu, seka rang bersiaplah menerima kematianmu!"

   Wanita mata keranjang dan cabul itu sudah menggerakkan pedangnya. Sinar pedang berkelebat dan Mei Li menggunakan pedang kirinya menangkis sambil mengerahkan tenaga sin"kang.

   "Trangg.,..!!"

   Nampak bunga api berpijar menyilaukan mata dan kedua wanita perkasa yang cantik itu sudah saling terjang lagi. Bi-sin-liong Kwa Lian tidak percuma menjadi orang termuda dari Bu-tek Ngo- Si-liong karena ilmu pedangnya tangguh sekali, tenaganya kuat dan gerakannya cepat. Akan tetapi sekali ini ia bertemu tanding, bahkan seorang lawan yang jauh lebih lincah dan lebih kuat dibandingkan dengannya.

   Sepasang pedang yang beterbangan menyambar-nyambar bagaikan dua ekor burung hidup itu, membuat ia berkeringat dan repot harus mengelak dan menangkis. Ia merasa seolah-olah dikeroyok banyak orang,

   Setelah pertandingan lewat tigapuluh jurus, tahulah Bi-sin"liong bahwa julukan lawannya bukan kosong belaka, Dewi Pedang Terbang itu memang benar-benar memiliki ilmu pedang terbang yang belum pernah ditemuinya selama ia malang melintang di dunia persilatan sehingga ia berani menjadi orang ke lima dari mereka yang menyebut diri Lima Naga Sakti Tanpa Tanding!

   "Haiiiiittt!"

   Mei Li berseru nyaring dan pedang kanannya menyambar dengan dahsyatnya, kali ini menukik dan menyambar ke arah perut lawan.

   "Cringggg!"

   Pedang di tangan Kwa Lian menangkis, akan tetapi pada saat itu, ujung pedang yang satu lagi. dari Mei Li sudah datang menusuk dada. Kwa Lian membuang tubuh. ke kanan, dan pedang itu masih sempat menyambar dan melukai pundaknya.

   Biarpun hanya merobek baju dan kulit pundak, namun cukup perih dan mengejutkan, Naga Sakti Cantik (Bi"sin-liong) mengeluarkan rintihan lirih dan melihat sepasang pedang itu masih terbang menyambar, ia lalu melempar tubuh ke atas tanah dan bergulingan menjauh. Terpaksa Mei Li menarik tali pedangnya dan memegang kembali sepasang pedang. Pada saat itu, Kwa Lian melompat turun.

   "Hyaaaatt,...!"

   Kwa Lian menggerakkan tangan kirinya dan serangkum sinar hijau menyambar. Itulah jarum-jarum beracun yang dilemparkan Kwa Lian untuk menyerang lawannya. Mei Li tidak menjadi gugup Pedang kirinya berkelebat dan jarum-jarum halus itupun runtuh ke atas papan panggung.

   Kwa Lian agaknya sudah nekat Karena kini jarak di antara mereka sudah dekat, ia lalu menggerakkan kepalanya dan rambut yang disanggul itu terlepas dan gumpalan rambut yang hitam dan panjang menyambar bagaikan ular ke depan, menyerang ke arah leher Mei Li!

   Mei Li terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa lawannya dapat menggunakan rambut panjangnya sebagai senjata. Karena itu, tahu-tahu rambut itu sudah melibat lehernya dan untung bahwa ia tidak menjadi gugup. Pedang kanannya menyambar dan....

   "brett"

   Rambut itu putus terbabat pedang.

   "Ihhh!"

   Kwa Lian menjerit! Biasanya, dengan kekuatan sinkangnya, rambutnya menjadi ulet dan kuat seperti tali sutera, siapa kira kini dapat dibabat buntung oleh pedang Mei Li. Kaget dan marah membuat ia kurang was-pada dan ketika pedang kiri Mei Li menyambar, ia tidak sempat lagi mengelak atau menangkis. Begitu cepatnya pedang menyambar, bagaikan kilat saja dan orang tidak melihat tubuhnya tertusuk pedang, akan tetapi ia mengeluh, terkulai dan roboh dengan dada kiri bercucuran darah yang membasahi pakaiannya. Ia mendekap dada kiri yang sempat dimasuki pedang Mei Li yang melompat kebelakang dengan sikap tenang, lalu roboh, pedangnya terlepas dari tangannya.

   Melihat kekasihnya roboh, Seng Gun marah sekali. Dia melompat ke atas panggung dan cepat berlutut memeriksa keadaan Kwa Lian. Terlambat, wanita cantik itu telah tewas. Seng Gun menahan geramnya dan memberi isarat kepada anak buahnya. Dua orang melompat ke atas panggung dan membawa tubuh yang masih hangat itu turun dari panggung dan Seng Gun sudah menghadapi Mei Li dengan muka merah saking marahnya.

   "Hui-kiam Sian-li, engkau ternyata antek Beng-kauw yang jahat. Mari, akulah lawanmu!"

   Tantangnya dan kini Seng Gun mencabut golok dengan tangan kanan dan suling perak dengan tangan kiri. Dia telah mahir menggunakan Thi-an-te To-hoat, satu di antara ilmu-ilmu ampuh di dunia persilatan yang dia pelajari dari Tio Hui Po, akan tetapi diapun hendak memanfaatkan ilmu sulingnya yang dia pelajari dari kakeknya sendiri, yaitu Kwi-jiauw Lo-mo.

   Mei Li tersenyum dan sebelum ia menjawab, tiba-tiba Kang Hin meloncat ke atas panggung.

   "Manusia pengecut!"

   Dan dia menjura kepada Mei Li sambil berkata.

   "Siauw-moi, harap kau istirahat, biar akulah yang akan melayani jahanam busuk ini."

   Mei Li mengerti bahwa Kang Hin adalah orang yang paling mendendam atas kejahatan Seng Gun, maka biarpun ia sendiri sebetulnya ingin turun tangan membunuhnya, ia harus mengalah. Sambil tersenyum ia mengangguk.

   "Hati-hati twako Ular ini banyak akalnya dan waspadalah terhadap suling peraknya itu."

   Kini dua orang lawan yang dahulunya menjadi suheng dan sute itu saling berhadapan, saling pandang dan mata mencorong penuh kebencian, akan tetapi mulut Seng Gun menyeringai penuh ejekan karena dia merasa yakin bahwa dia akan mampu mengalahkan bekas suhengnya itu. Ilmu golok sakti sudah mereka kuasai dan dalam hal ilmu golok itu dia tidak akan kalah dibandingkan Kang Hin, sedangkan dia telah memiliki ilmu ilmu hebat dari Sam Mo-ong. Bahkan Tio Hui Po sendiri yang menjadi guru dapat dibunuhnya tanpa banyak kesukaran, apa lagi muridnya!

   Kang Hin juga maklum bahwa Seng Gun lihai sekali, maka dia bersikap hati-hati, akan tetapi bukan berarti dia takut Sama sekali tidak bahkan dia bertekad bulat untuk dapat membalaskan dendam sakit hatinya atas kematian suhunya. Dia sudah memalangkan goloknya di depan dada lalu mulai bergerak melakukan serangan. Seng Gun memperlebar seringainya karena tentu saja dia sudah hafal akan gerakan dari ilmu silat Thian-te To-hoat itu. Cepat dia menghindar dan membalas dengan serangan kilat suling peraknya.

   Terjadilah pertandingan yang seru dan hebat. Golok di tangan Kang Hin membentuk sinar yang lebar dan mengeluarkan suara mengaung-ngaung, akan tetapi karena Seng Gun sudah mengenal baik ilmu golok itu, dengan mudahnya dia menghindar sambil membalas dengan jurus serangan yang tidak dikenal Kang Hin. Oleh karena itu, perlahan-lahan mulailah Kang Hin terdesak hebat setelah lewat tigapuluh jurus.

   Namun, Kang Hin menggigit bibirnya, mengerahkan seluruh tenaganya dan memutar goloknya sedemikian rupa sehingga tidaklah mudah bagi Seng Gun untuk dapat mengenai tubuh lawan. Dia mulai penasaran dan ketika terdapat kesempatan baik, dia memukul punggung golok itu dari pinggir sehingga tubuh Kang Hin terhuyung karena memang arah goloknya telah diketahui lawan. Dan selagi dia terhuyung, Seng Gun meniupsulingnya, menyerang dengan jarum-jarum beracun!

   Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat dan Sie Kwan Eng, bagaikan seekor burung rajawali, telah meloncat ke atas dan sekali tangannya bergerak, terasa ada hawa dingin menyambar dan semua jarum itu runtuh ke atas tanah. Itulah pukulan jarak jauh dengan Ilmu Pukulan Salju Putih yang telah menyelamatkan nyawa Kang Hin walaupun ada sebatang jarum yang tetap melesat dan menancap di pundak pemudaNam-kiang-pang itu. Biarpun hanya sebatang, akan tetapi karena jarum itu mengandung racun yang ampuh, Kang Hin terhuyung dan tentu akan roboh kalau saja Sie Kwan Eng tidak cepat memapahnya. Kang Hin sudah pernah terkena racun dari jarum-jarum suling Seng Gun, dan ini adalah yang kedua kalinya dia terkena racun jarum hitam itu.

   Melihat bahwa yang menyelamatkan Kang Hin adalah gadis Beng-kauw itu, Seng Gun tertawa dan berkata lantang, 'Cuwi lihat sendiri betapa Kang Hin saling bantu dengan puteri ketua Beng-kauw. Kiranya ada hubungan di antara mereka!

   "Jahanam, tunggu, aku yang akan nenghadapimu! kata Sie Kwan Eng yang masih memapah tubuh Kang Hin. Akan tetapi tahu-tahu Si Pedang Terbang Yang Mei Li sudah berada di sampingnya.

   "Kau urus Ciu-twako yang terluka, biar aku yang menghadapi anjing licik dan curang ini!"

   Melihat yang maju adalah Hui-kiam Sian-li, Kwan Eng lalu mundur dan memapah tubuh Kang Hin untuk dirawat dan diobati. Sebagai puteri ketua Beng-kauw yang tidak asing dengan bermacam racun, tentu saja ia memiliki obat pemunah yang manjur.

   Kini Seng Gun berhadapan dengan Mei Li dan diam-diam pemuda ini merasa agak gentar karena dia sudah mengenal kelihaian si pedang terbang yang baru saja mengalahkan dan menewaskan kekasihnya, orang ke lima dari Bu-tek Ngo Sin"liong. Dia memegang goloknya dengan erat dan menyilangkan golok itu dengan suling peraknya, siap untuk melawan mati"matian.

   

Gelang Kemala Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sadis Karya Kho Ping Hoo Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini