Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Bagian 5
Piao Ling tahu mengenai tempat itu dan sangat kenal dengan orang di sana.
Sore belum tiba, tapi akan segera tiba.
Matahari akan terbenam. Warung-warung makan pun mulai terlihat sibuk.
Pelayan yang sifatnya aneh tetap dengan aneh membereskan meja dan kursi. Bos warung itu sedang mengambil daging sapi dan kaki babi dari dalam panci kemudian menaruhnya di dalam lemari.
Hari belum gelap, lampion tua yang sudah dipenuhi dengan debu dan asap mulai dinyalakan.
Lampion ini dipasang atau tidak dipasang pun keadaannya akan sama saja.
Warung makan ini belum selesai dibereskan tapi sudah ada 5-6 tamu datang ke sana untuk makan.
Sewaktu Zang Hua datang, pelayan aneh itu dengan aneh sedang meletakkan sayur di atas meja tamu-tamu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Ren Piao Ling, pelayan aneh itu sikapnya segera berubah dia menjadi seperti orang lain.
Wajahnya terpasang tawa ramah dan dengan hormat menghampiri mereka dan menyuruh mereka duduk di salah satu meja.
"Hari ini kalian ingin makan apa?"
"Kau yang menentukan," Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "bagaimana bila menurut kebiasaanmu?"
"Baiklah."
"Apakah kau ingin minum arak?"
"Malam ini aku masih ada keperluan lain."
"Kalau begitu jangan terlalu banyak minum," kata pelayan tertawa, "sedikit arak tidak akan menjadi apa-apa."
"Baiklah."
"Aku akan segera mengantarkan sayur dan arak."
Pelayan itu tertawa dan berlalu dari sana. Zang Hua melihat sosok pelayan itu, dia tidak mengerti dan menggelengkan kepalanya, "Aku ingat di sini hanya ada 2 macam sayur."
Dia bertanya ke Ren Piao Ling, "Mengapa dia harus bertanya lagi kepadamu?"
Ren Piao Ling tertawa sambil mengedipkan matanya dan menjawab, "Mungkin dia hanya ingin mendengarkan aku bicara."
"Apa" Mendengarkanmu bicara?" tanya Zang Hua, "apa yang enak didengar darimu?"
"Banyak orang mengatakan kalau suaraku enak didengar," jawab Ren Piao Ling dengan santai,
"apakah kau tidak memperhatikannya?"
Zang Hua segera membungkukkan badannya dan memegang perut seperti ingin muntah tapi dia tidak bisa menahan tawanya.
"Ini adalah lelucon terlucu yang kudengar tahun ini," kata Zang Hua sambil tertawa.
"Aku tiba-tiba ingat dengan sebuah kalimat," kata Ren Piao Ling, "kata-kata ini sangat lucu dan juga masuk akal."
"Kalimat apa?"
"Jika seorang perempuan yang berada di depanmu terus berpura-pura, berarti dia senang kepadamu," kata Ren Piao Ling.
"Anjing kentut!" Zang Hua tertawa, "siapa yang berkata seperti itu?"
"Aku," jawab Ren Piao Ling, "aku yang mengatakannya, kecuali aku siapa yang bisa berkata dengan ilmu yang begitu tinggi?"
"Ada," jawab Zang Hua, "ada satu orang lagi."
"Siapa dia?"
"Zhu Ba Jie."
Makanan yang dipesan dengan cepat sudah diantar, kecuali kaki babi dan daging kecap sapi, masih banyak sayur dan daging yang dimasak dengan kecap.
Zang Hua melihat pelayan itu lalu bertanya, "Apakah bosmu sudah diganti?"
'Tidak!" "Bukankah di sini hanya ada menu kaki babi dan daging sapi kecap?"
"Masih ada mie."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah tidak ada yang lainnya?"
"Tidak ada."
"Aneh, apakah mataku salah lihat?" Zang Hua menggosok matanya dan berkata, "Sepertinya aku melihat sayur yang lain."
Dia melihat pelayan itu lalu bertanya lagi, "Masakan ini datang dari mana?"
"Diambil dari dalam panci."
"Bukankah di sini hanya menjual kaki babi dan daging sapi kecap?" tanya Zang Hua aneh,
"mengapa hari ini menunya berubah?"
"Tidak ada perubahan," jawab pelayan itu sambil tertawa, "karena hari ini kau datang bersama dengan Kakak Ren."
"Kalau aku datang sendiri bagaimana?"
"Kalau kau datang sendiri hanya akan ada kaki babi dan daging sapi kecap."
Zang Hua terpana kemudian dia bertanya, "Pelayan tadi memanggilmu dengan sebutan Kakak Ren?"
"Sepertinya memang seperti itu."
"Mengapa dia memanggilmu Kakak Ren?" tanya Zang Hua, "apakah dia adalah saudaramu?"
"Apakah tidak boleh?"
"Boleh, pasti boleh," Zang Hua tertawa, "semua orang boleh bersaudara denganmu."
"Benar, syaratnya hanya satu yaitu dia harus seperti orang," kata Ren Piao Ling, "kalau dia tidak seperti orang, dia hanya mayat berjalan."
Memang di dunia ini ada orang yang semacam Ini, walaupun hidup dan dia adalah manusia, tapi gerak gerik mereka seperti boneka yang diikat benang.
Orang semacam itu belum pernah melewati hidupnya sendiri. Semua yang dia lakukan hanyn dikuasai oleh orang lain.
Orang semacam itu selalu ada dan tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini.
Melihat Ren Piao Ling berjalan di dalam kegelapan kemudian mengobrol dengan beberapa orang, kemudian melihatnya kembali, Zang Hua berkata, "Apakah orang yang pincang itu pun adalah saudaramu?"
"Namanya bukan pincang," jawab Ren Piao Ling, "belum pernah ada orang yang memanggilnya Pincang."
"Orang memanggilnya dengan sebutan apa?"
"Zhang Ban Cheng."
"Apakah namanya adalah Zhang Ban Cheng?"
"Namanya adalah Zhang Ju Pin, tapi orang memanggilnya Zhang Ban Cheng," kata Ren Piao Ling.
"Mengapa?"
"Karena di kota ini hampir separuhnya adalah rumahnya."
"Sekarang bagaimana?"
"Sekarang hanya tinggal tanah kosong ini."
"Tanah ini miliknya?" Zang Hua terpaku.
"Benar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia sudah jatuh miskin seperti itu mengapa dia tidak mengambil kembali tanah ini dan berdagang sendiri?"
"Karena dia takut begitu mengambil kembali tanah ini, pada saat malam tiba, dia tidak mempunyai tempat untuk berjalan-jalan."
"Karena itu dia memilih untuk menjadi miskin, dan lebih memilih melihat orang lain mengeruk uang di tanahnya?"
"Dia tidak miskin."
"Masa tidak miskin?"
Zang Hua membalikkan badannya untuk melihat Zhang Ban Cheng yang terlihat sosoknya di kegelapan. Baju yang dipakainya sudah pantas dibuang ke tempat sampah. Sepatu yang dipakainya pun sudah berbentuk seperti sandal.
Melihat penampilannya itu, Zang Hua menggelengkan kepala dan berkata, "Sudah seperti itu tidak disebut miskin, harus seperti apa baru dikatakan miskin?"
"Walaupun bajunya compang camping, walaupun setengah rumahnya di kota ini telah terjual, tapi dia telah mendapatkan sahabat setengah kota ini," kata Ren Piao Ling, "teman tidak bisa dibeli dengan uang, karena itu dia dinamakan Zhang Ban Cheng."
Ren Piao Ling melihat Zang Hua dan berkata, "Dan dia lebih kaya dari orang lain."
"Di mata sebagian orang, orang yang mempunyai teman lebih kaya dari pada orang yang mempunyai uang.
Zang Hua menarik nafas dan menggelengkan kepalanya kemudian dia menghabiskan arak dan berkata, "Kalau begitu dia adalah orang yang aneh."
"Karena dia orang aneh maka dari bibirnya kita sering mendengar kabar aneh."
Mata Zang Hua menjadi bercahaya, dia bertanya, "Apakah kau mendengar sebuah kabar aneh?"
"Teman banyak, maka kabar yang didengar pun banyak."
"Apa yang telah kau dengar?"
"Dia memberitahu kepadaku bahwa di kota ini di bagian barat ada sebuah tempat sampah."
"Tempat sampah?" Zang Hua terpaku, "kau merasa kabar ini aneh" Hanya orang yang tidak pernah melihat sampah baru merasa kalau kabar ini aneh."
Zang Hua tertawa dan berkata lagi, "Paling sedikit babi pun pasti pernah melihat tempat sampah."
"Dia memberitahu kepadaku bahwa di tumpukan sampah itu ada sekuntum bunga."
"Ternyata babi ini belum pernah melihat sampah dan juga belum pernah melihat bunga."
Ren Piao Ling tidak meladeninya, dia terus berkata, "Tempat sampah ini adalah tempat di mana dulu istri Nan Jun Wang tinggal."
Cahaya di mata Zang Hua mulai terlihat.
"Dia masih mengatakan kepadaku, begitu istri Nan Jun Wang menghilang 20 tahun yang lalu, bunga ini mulai tumbuh."
"Bunga apakah itu?" Zang Hua mulai merasa kabar ini menarik.
"Aku tidak tahu."
"Tidak tahu?"
Tidak ada seorang pun yang pernah melihat bunga ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti apakah bentuknya?"
Zang Hua paling tahu tentang berbagai macam bunga dan paling mengerti.
"Dia tidak memiliki daun, dan juga tidak mempunyai akar," jawab Ren Piao Ling, "dia tumbuh dari tempat gelap dan dari pohon yang merambat."
Tidak ada daun, tidak ada akar?"
"Bijinya tidak begitu besar, begitu bunga ini keluar tunas maka muncullah bunga," jelas Ren Piao Ling, "harus dibiarkan selama beberapa bulan baru bisa mekar dengan indah. Setiap tahun bunga ini mekar dengan indah sekali, dia hanya mekar selama 4 hari. Walaupun sudah layu dia masih sebesar kubis."
"Begitu besarnya kah bunga itu?" Zang Hua kaget.
"Sebesar apakah bunga terbesar di dunia"
"Bentuk bunga itu bagus dan terang. Di atas bunga ada suatu benda seperti karang yang berada di wajah kita, bunga ini berat maka sering membuat bunga ini tidak bisa berdiri dengan tegak," jelas Ren Piao Ling, "apakah kau pernah melihat bunga ini?"
"Tidak pernah," jawab Zang Hua, "tapi aku pernah mendengar tentang bunga ini."
Zang Hua minum araknya lagi dan berkata, "Di bagian barat di sebuah negeri yang jauh ada sebuah negara tropis dan sering mendapatkan hujan, ada semacam bunga yang tidak memiliki daun, tidak mempunyai akar, bunga itu sebesar dan setinggi anak yang berusia 5-6 tahun."
"Di negara mereka bunga ini bernama apa?"
"Bunga raja," jawab Zang Hua, "dalam bahasa mereka disebut lasano'."
"Apakah arti dari Lasano?"
"Katanya itu adalah nama seseorang," jawab Zang Hua "orang itu yang pertama kali menemukan bunga ini."
"Karena itu maka di negara mereka bunga ini disebut Lasano?"
"Benar," jawab Zang Hua, "karena yang tumbuh di tempat sampah itu pasti bunga itu."
"Kecuali hal ini apa lagi yang dia katakan?" tanya Zang Hua dengan semangat.
"Aku ingat tadi ada seseorang yang mengatakan bahwa berita ini sama sekali tidak aneh," kata Ren Piao Ling, "mengapa kau menanyakan hal lain lagi?"
"Siapa yang mengatakan kabar ini tidak aneh, orang itu hanya babi," kata Zang Hua sambil tertawa.
Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Besok adalah tepat 20 tahun menghilangnya istri Huang Fu dan juga mekarnya bunga itu di hari pertama."
"Karena itu Huang Fu Qing Tian pasti akan datang ke tempat sampah itu?"
"Pertama dia datang ke sana adalah untuk mengenang mendiang istrinya, kedua adalah untuk melihat bunga aneh itu," kata Zang Hua.
Ren Piao Ling mengangguk.
"Kalau begitu, besok adalah hari terbaik bagimu untuk membunuh Nan Jun Wang?"
"Mungkin itu adalah saat yang paling tepat," kata Ren Piao Ling, "Huang Fu Qing Tian setiap tahun di hari yang sama akan pergi ke sana dan selalu pergi ke sana sendiri."
Zang Hua berpikir sebentar, pelan-pelan dia meminum araknya. Kelihatan opera yang dimainkan oleh Nan Jun Wang adalah sebagai peran utama.
Ren Piao Ling tidak berkata bahwa itu salah, dia hanya minum araknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sorot mata Zang Hua jatuh ke tempat gelap yang ada di kejauhan. Tiba-tiba dia berkata,
"Apakah tempat ini sangat dekat dengan rumah Nan Jun Wang?"
"Betul, sangat dekat."
"Kalau begitu mengapa kita tidak datang saja ke rumah Huang Fu untuk memberitahukan hal ini kepadanya?" tanya Zang Hua, "tunggu apa lagi" Ayolah!"
"Aku menunggu seseorang."
"Kau menunggu siapa?"
"Menunggu seseorang yang pantas untuk ditunggu."
"Mengapa harus menunggu dia?"
"Karena aku memang harus menunggunya."
"Begitu pentingkah dia?" tanya Zang Hua.
"Benar."
"Apakah dia mempunyai kabar penting yang ingin dia beritahu kepadamu?"
"Benar."
"Apakah kabar ini ada hubungannya dengan Huang Fu Qing Tian?"
Kali ini Ren Piao Ling malas untuk menjawab. Dia pelan-pelan meminum araknya dan dengan nikmat memakan ampela bebek kecap.
"Kau ingin menunggu sampai kapan?"
"Menunggu sampai orang itu datang."
"Kalau dia tidak datang?"
"Aku akan terus menunggu."
"Apakah orang itu adalah ayahmu?"
"Aku bukan ayahnya," suara seseorang menjawab dari belakang Zang Hua, "aku hanya bisa menjadi ibunya."
Suaranya serak dan rendah, tapi membawa daya tarik yang kuat. Perempuan dengan suara seperti itu terasa sangat berbeda.
Begitu Zang Hua membalikkan badannya, dia sudah melihat seorang perempuan. Zang Hua tidak bisa melukiskan dengan kalimat bagaimana sosok perempuan itu.
Matahari sudah terbenam, bulan diam-diam tergantung di atas langit.
Sinar bulan menyinari lapangan kosong itu. Perempuan itu dengan santai berdiri di bawah sinar bulan. Dia diam tidak mengatakan apa pun.
Wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi, sedikit pun tidak ada ekspresi. Tidak bicara dan tidak bergerak, jarinya pun tidak bergerak. Tapi Zang Hua merasa kalau perempuan ini bergerak, seperti akan bicara, seperti ingin menceritakan bagaimana hidupnya yang sulit dan berpisahnya dengan orang-orang.
Apalagi sepasang matanya yang setengah tertutup hitam dan putih sehingga sulit dibedakan.
Terlihat dia seperti baru bangun dari tidur.
Saat sepasang mata ini jika melihatmu, maka kau akan merasa kalau dia sedang menceritakan kesedihannya dan rasa kesepian dalam hidupnya dan menceritakan percintaannya yang mendalam.
Setelah melihatnya, kau pasti akan merasa kasihan kepadanya tapi begitu kau mendekatnya, tiba-tiba dia akan menjauh dan semakin jauh....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti jauh berada di atas langit, seperti jauh di laut atau di gunung.
Zang Hua belum pernah melihat perempuan semacam ini, tapi dia tahu kalau perempuan seperti itu adalah perempuan yang diidam-idamkan oleh laki-laki.
Hua Man Xue cantik, tapi bila dibandingkan dengan perempuan ini, Hua Man Xue terlihat seperti gadis desa yang bodoh.
"Ternyata orang yang ditunggu oleh Ren Piao Ling adalah dia." Zang Hua merasa sangat marah, tapi dia pun mengakui kalau perempuan ini memang pantas untuk ditunggu dan juga enak untuk dilihat.
Ren Piao Ling terus menatapnya.
Perempuan ini dengan sikap malas-malasan duduk di sebelah Ren Piao Ling. Dengan santai dia mengambil cangkir arak yang berada di depan Ren Piao Ling. Lalu dengan cepat dia
menghabiskan arak itu, dia minum lebih cepat dari Ren Piao Ling.
Perempuan seperti dia, seharusnya bukan dengan cara seperti itu minum arak. Tapi caranya minum tidak membuat orang merasa dia adalah perempuan kasar, malah merasa kalau dia adalah seorang perempuan yang istimewa, membuat orang yang tidak mabuk menjadi mabuk.
. Dia minum 7-8 cangkir, setelah itu baru mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Zang Hua. Senyumnya terlihat begitu malas.
"Hanya orang yang bosan terhadap hidup ini baru bisa tersenyum begitu malas dan begitu dingin.
Sekarang dia mulai minum cangkir kesembilan.
Zang Hua mengangkat kepalanya untuk melihat bintang di langit dan juga melihat ke matanya.
Zang Hua baru melihat cahaya bintang juga dan cahaya mata yang pudar di matanya.
"Di sini ada seseorang yang terus menunggumu," Zang Hua berkata, "Apakah kau tahu siapa dia?"
Dia hanya tertawa malas.
"Kalian ada perlu apa, cepat bicaralah," Zang Hua sengaja tidak melihatnya, "dan lebih baik jika kalian bicara dengan singkat karena kami masih mempunyai hal penting harus dikerjakan."
Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Jika arak belum cukup untuk diminum, biksu akan malas berbicara."
"Biksu?" Zang Hua terkejut, "apakah namanya adalah biksu?"
"Benar!"
Mengapa perempuan ini bernama biksu" Mengapa bukan biksuni"
Zang Hua terus melihatnya kemudian dia melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Kapan dia baru cukup minum?"
Biksu tiba-tiba tertawa dan berkata, "Sampai aku mabuk berarti itu cukup."
"Mabuk?" tanya Zang Hua, "setelah mabuk apakah dia bisa bicara?"
Tangan Biksu masih memegang cangkir tapi sorot matanya menerawang ke tempat jauh.
Dengan santai dia berkata, "Yang kubicarakan adalah masalah mabuk."
"Begitu banyak orang selalu berbahasa orang mabuk."
Ren Piao ling tertawa.
Biksu tertawa lagi dengan malas. Kemudian menepuk-nepuk pundak Ren Piao Ling dan berkata,
"Kau sangat baik, sudah lama aku tidak melihat ada laki-laki sebaik dirimu." Dia tertawa lagi dan berkata, "Pantas ada gadis yang cemburu kepadaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cemburu!" seru Zang Hua, "siapa yang cemburu?"
Biksu tidak menjawab. Wajahnya menghadap ke arah lampu dan berkata, "apakah kau melihat keriput di wajahku?"
Cahaya lampu sangat redup.
Walaupun Zang Hua tidak begitu jelas melihat keriput di wajahnya tapi kelihatannya dia sangat lelah dan juga letih.
Lelah terhadap kehidupan ini.
"Di bawah sinar lampu melihat orang cantik," Biksu tertawa, "di bawah sinar lampu perempuan akan terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya."
"Oh ya?"
"Perempuan seumurku kadang-kadang bisa cemburu," dengan santai dia tertawa, "apalagi gadis seumurmu."
"Kau sudah mabuk," kata Zang Hua, "kau mulai mabuk."
"Kata-kata mabuk yang diucapkan oleh seseorang adalah kata-kata yang jujur," Biksu menarik nafas, "tapi sayang orang-orang yang ada di dunia ini kebanyakan tidak suka dengan kata-kata orang mabuk."
"Aku senang mendengarnya," sela Ren Piao Ling.
Sorot mata biksu melihatnya, kemudian menerawang ke tempat jauh, suaranya pun seperti terbang ke tempat jauh.
"Apa yang kau dengar tidak salah."
Wajah Ren Piao Ling berubah, "Kau tidak salah?"
Dia mengangguk tapi tidak berkata lagi.
Ren Piao Ling juga terdiam. Dia hanya berpikir. Setelah lama dia baru berkata, "Terima kasih."
"Kelak kau pasti masih memiliki kesempatan . untuk berterima kasih kepadaku," kata biksu,
"sekarang lebih baik kalian cepat pergi. Adik ini kalau terus menunggu dia akan marah."
Kata biksu lagi, "Jika seorang laki-laki menyuruh perempuan untuk terus menunggu, dia bukan seorang laki-laki yang baik."
Kata Zang Hua, "Bagaimana jika perempuan terus ditunggu oleh laki-laki?"
"Itu tidak apa-apa, hanya...."
"Hanya apa?"
"Hanya kau harus ingat, laki-laki selalu tidak sabaran," mata biksu menatap ke tempat jauh lagi,
"sekalipun kau pantas menyuruhnya untuk menunggu tapi dia tidak akan berlama-lama menunggumu."
Tiba-tiba Zang Hua terdiam. Dia seperti mengerti kata-kata biksu yang terdengar sedih itu.
"Kami akan pergi, bagaimana denganmu?" tanya Ren Piao Ling.
"Aku masih mau minum lagi," biksu tertawa dengan malas.
"Aku akan menemanimu minum," kata Ren Piao Ling.
"Mengapa kau harus menemaniku?"
"Karena aku tahu bagaimana perasaan seseorang jika hanya minum sendiri."
"Perasaan itu kalau tidak pernah dirasakan olehnya sendiri, maka dia tidak akan tahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa pun perasaanmu, jika sudah terbiasa maka ini tidak akan menjadi masalah," biksu berkata, "pergilah! Tidak perlu menemaniku."
Dia mengangkat cangkirnya. Sewaktu dia mengangkat cangkirnya Zang Hua tiba-tiba merasa dia sedang sendiri.
Berapa orang pun yang berada di sisinya, dia tetap merasa sendiri.
"Itu sudah bukan rasa kesepian lagi, itu adalah suatu rasa kesepian yang berasal dari hati yang sudah mati.
Ren Piao Ling terdiam. Dengan perlahan dia berdiri, dan dengan pelan dia mengambil cangkirnya lalu ' berkata, "Aku akan minum segelas lagi baru akan pergi dari sini."
"Aku tidak ingin ini menjadi yang terakhir," kata biksu.
"Pasti, ini bukan yang terakhir." Mereka berdua bersulang.
Zang Hua berdiri dan berkata, "Sekarang kita harus pergi?"
Ren Piao Ling mengangguk. "Tidak menunggu kalian bercerita dulu?"
"Kami sudah selesai dengan kata-kata kami."
"Hanya satu kalimat itu?"
"Kadang-kadang satu kalimat lebih kuat dari sekedar basa basi."
Sesudah itu Ren Piao Ling segera berjalan ke tempat gelap. Terpaksa Zang Hua ikut pergi dengannya tapi Zang Hua masih sempat membalikkan badannya untuk melihat biksu.
Dia melihat badan biksu yang kurus.
Pundaknya terlihat seperti sedikit bungkuk, di pundaknya seperti ada beban yang berat yang menghimpitnya.
"Beban kehidupan.
Bayangannya tampak menyendiri, terlihat begitu lelah...
-ooodwooo- Sebuah tembok tinggi. Dan sebuah pintu. Ada sebuah gembok berkarat yang mengunci pintu itu.
Kecuali Bai Tian Yu dan Xie Xiao Yu, tidak ada orang lain di tempat itu. Mereka berdua melihat gembok yang berada di pintu itu.
"Sudah beberapa tahun ini, ayahku selalu diam di sini," kata Xie Xiao Yu.
"Tadi kau mengatakan bahwa ayahmu diam di sini, mungkin kelihatannya tidak mungkin, karena belum tentu dia akan selamanya berada di dalam."
Bai Tian Yu dengan diam melihat pintu itu.
"Kalau ayah ada di rumah, pasti dia akan berada di dalam sana. Kalau tidak, aku tidak tahu dia pergi ke mana."
"Barusan kau mengatakan bahwa dia masih berada di rumah," kata Bai Tian Yu.
"Tapi sekarang apakah ada atau tidak, kita pun tidak tahu," ucap Xie Xiao Yu sambil tertawa,
"dulu pun seperti itu, baru saja ayah menyapa dengan seseorang hanya dalam waktu sekejap dia sudah menghilang. Kemudian ada seseorang yang berada di kota lain yang melihat dia. Setelah dicocokkan itu hanya berlangsung 2 jam kemudian."
"Kalau begitu pintu digembok bukan berarti ayahmu tidak berada di dalam."
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, di depan Kakak Bai aku tidak berani bohong," kata Xie Xiao Yu, "aku benar-benar tidak tahu apakah ayah ada di dalam atau tidak."
"Bagaimana kalau kita berteriak dari luar?"
"Sepertinya ini tidak akan ada gunanya. Walaupun aku belum pernah masuk ke dalam tapi aku pernah berani mencoba cara ini. Kadang-kadang ayahku memang ada di dalam, tapi dia tidak akan menjawab," kata Xie Xiao Yu, "dia sudah berpesan jika dia akan bertemu dengan seseorang, maka dia akan keluar dari sana. Kau tidak perlu mengganggunya."
"Kalau begitu harus dengan cara merusak pintu ini baru kita masuk ke sana?"
"Pastinya tidak hanya ada cara ini, meloncat masuk melewati tembok pun masih bisa dilakukan," Xie Xiao Yu tertawa dan berkata lagi, "sepertinya Kakak Bai bukan orang yang akan meloncati tembok dan masuk ke dalam."
"Aku secara terang-terangan datang untuk bertarung dengan ayahmu, tidak perlu dengan cara meloncati tembok untuk masuk," kata Bai Tian Yu sambil berpikir, "kalau aku merusak pintu apakah kau akan melarang perbuatanku?"
"Seharusnya aku melarangmu tapi aku tidak sanggup melarang Kakak Bai, untuk apa aku menghabiskan tenaga dengan sia-sia?" Xie Xiao Yu tertawa, "ini hanya sebuah pintu tidak perlu mengorbankan nyawa untuk melindungi pintu itu."
"Nona Xie, kau benar-benar gadis pintar."
"Ayahku banyak musuh tapi jarang mempunyai teman," kata Xie Xiao Yu sambil tertawa,
"walaupun Wisma Shen Jian terkenal tapi tidak bisa melindungiku selamanya. Menjadi putri Xie Xiao Feng harus pintar kalau tidak tidak mana bisa aku hidup lama."
"Betul, ayahmu sangat terkenal, tapi orang-orang tetap ingin membunuhmu," kata Bai Tian Yu,
"contohnya seperti suami istri Tie Yan, tidak ada seorang pun yang berani melarang mereka."
"Siapa yang mengatakan tidak ada" Bukankah Kakak Bai pernah menahan serangan mereka?"
tanya Xie Xiao Yu, "berani menyerang putri Xie Xiao Feng pasti dia bukan orang biasa, orang yang bisa melindungiku pun tidak banyak, seperti Kakak Bai adalah contoh dari sedikit orang itu."
"Nona Xie, jangan lupa aku ke sini adalah untuk bertarung dengan ayahmu," kata Bai Tian Yu dengan dingin, "jangan cepat-cepat menganggap teman denganku."
"Mengapa" Kau bertarung dengan ayahku bukan denganku. Sama sekali tidak ada
hubungannya denganku."
"Bila bertarung dengan ayahmu salah satu pihak pasti ada yang kalah."
"Itu sudah pasti, tapi ini tidak apa-apa," kata Xie Xiao Yu, "ilmu silat seperti kalian, kalah dan menang hanya selisih sedikit sekali, tidak akan terjadi pertumpahan darah atau ada yang meninggal."
"Belum tentu," kata Bai Tian Yu, "karena begitu pedangku keluar tidak akan bisa dihentikan lagi."
"Dalam satu jurus kau berhasil melukai suami istri Tie Yan juga berhasil mematahkan pedang Lin Ruo Ying, bukankah jurusmu bisa dikeluarkan dan bisa ditarik kembali?"
"Karena ilmu silat mereka terlalu rendah, aku belum mengeluarkan semua jurusku," Bai Tian Yu tertawa.
"Kau dan ayahku bertarung, kau tidak perlu mengeluarkan seluruh tenagamu," kata Xie Xiao Yu, "pesilat tangguh bertarung menggunakan teknik, tidak perlu menggunakan tenaga besar.
Kadang-kadang hanya berhadapan dan melihat saja sudah tahu siapa yang akan menang atau kalah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau ternyata juga pesilat tangguh, kalau tidak kau tidak akan berkata seperti itu," mata Bai Tian Yu menjadi bercahaya, "jika belum sampai di tahap itu, kau tidak akan memiliki perasaan seperti itu."
"Kakak Bai, aku adalah putri Xie Xiao Feng, aku adalah nona rumah generasi Wisma Shen Jian, aku pun tidak boleh memiliki ilmu silat yang terlalu rendah."
Bai Tian Yu melihatnya, tiba-tiba dia berkata, "Dengan tingkat ilmu silatmu seperti ini, sebenarnya waktu itu kau tidak usah takut dikejar-kejar dan kau tidak perlu mencari tempat untuk bersembunyi, karena ilmu silat mereka tidak setinggi dirimu."
Hati Xie Xiao Yu sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau Bai Tian Yu akan begitu teliti menilainya dan dia menyelidik sisi lainnya. Otaknya langsung berputar cepat, dia telah mengambil suatu keputusan, dengan cara apa dia akan menutupi, akhirnya dia memutuskan lebih baik bicara dengan jujur. Karena itu dia tertawa dan berkata, "Kalau ilmu silatku lebih rendah dari mereka, mana mungkin aku lari dari mereka?"
"Kalau begitu kau sengaja lari ke Shui Yue Lou?"
"Bisa dikatakan seperti itu," jawab Xie Xiao Yu, "aku tahu suami istri itu sangat lihai. Aku ingin melihat siapa yang sanggup menekan mereka" Juga ingin tahu dengan nama ayah yang begitu terkenal, apakah pada saat putrinya mengalami kesulitan akan ada seseorang yang akan menolongku?"
"Apakah hal ini membuatmu tidak suka?"
"Benar, waktu itu semua yang berada di Shui Yue Lou adalah pendekar terkenal, alchirnya hal itu malah membuatku kecewa."
Xie Xiao Yu melihat Bai Tian Yu, kemudian dia tertawa dan berkata, "Tapi aku pun mendapatkan hasil. Aku bisa kenal dengan pendekar yang masih begitu muda seperti Kakak Bai."
"Bukan karena keadilan dan kebenaran maka aku menolongmu."
"Paling sedikit, kau sudah menolongku."
"Karena aku saat itu aku memang sedang ingin mencari suami istri Tie Yan untuk kuajak bertarung," kata Bai Tian Yu, "aku yakin, aku bisa menang dari mereka kalau tidak aku akan tidak akan berbuat bodoh sampai mempertaruhkan nyawa supaya bisa menolongmu."
"Aku mengetahui hal ini dengan jelas," kata Xie Xiao Yu, "waktu itu aku dan Kakak Bai sama sekali tidak saling kenal, aku pun tidak mempunyai alasan meminta Kakak Bai menolongku."
Bai Tian Yu melihatnya, kemudian tertawa dari berkata, "Kau sangat bisa menghibur dirimu sendiri."
"Aku hanya berpikir, jika kau menyuruhku mengorbankan nyawa dan menolong orang yang tidak kau kenal, aku pun tidak akan mau."
Dengan sorot mata lembut dan penuh dengan perasaan, Xie Xiao Yu melihat Bai Tian Yu kemudian dengan suara lembut dia berkata, "Kecuali seseorang yang kucintai, demi dia, aku rela melakukan apa pun."
"Apakah kau sudah menemukan orang seperti ini?"
"Belum," jawab Xie Xiao Yu, "tapi aku percaya aku bisa mendapatkannya dengan cepat."
Sorot matanya terlihat sangat lembut, tapi di mata Bai Tian Yu semua ini terlihat biasa-biasa saja. Bai Tian Yu tidak mengerti apa yang sedang dia katakan.
Bai Tian Yu seperti ingin cepat-cepat menyelesaikan pembicaraan ini. Dia masuk ke pintu itu.
Mengulurkan tangan kanannya dan memegang gembok pintu itu.
-ooodwooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAB 9 Tempat penyimpanan pedang di Wisma Shen Jian
Ada 4 orang. Empat orang yang mengenakan baju panjang berwarna abu. Empat orang itu sejak tadi bersembunyi di dalam. Sekarang mereka tiba-tiba muncul dan sudah berada di depan Bai Tian Yu.
Wajah mereka tampak dingin. Umur mereka sekitar 40 tahun. Mereka masing-masing
membawa pedang. Wajah mereka tidak berekspresi apa pun, mata mereka yang berwarna abu dan seperti membeku melihat Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu tidak bergerak. Dia melihat keempat orang ini, lalu melihat Xie Xiao Yu tapi Xie Xiao Yu malah tertawa dan berkata, "Kakak Bai, kalau aku mengatakan aku tidak mengenal mereka berempat, apakah kau akan percaya?"
"Maksudmu adalah mereka bukan orang Wisma Shen Jian?"
"Aku tidak berani berkata seperti itu karena aku sendiri baru tinggal di Wisma Shen Jian ini 1
tahun lebih."
"Satu tahun lebih bukan termasuk jangka panjang tapi masa kau tidak kenal dengan orang-orang Wisma Shen Jian, sepertinya ini tidak mungkin?" tanya Bai Tian Yu.
"Aku kenal dengan orang-orang yang berada di tempat lain, karena mereka bekerja di sini setelah aku datang," Xie Xiao Yu melihat keempat orang ini dan berkata lagi, "tapi orang yang berada di dalam halaman ini tidak ada satu pun yang kukenal, aku tidak pernah masuk ke sana dan mereka juga tidak pernah keluar dari sana."
"Tidak pernah keluar, lalu mereka bagaimana bisa hidup?"
"Aku tidak tahu," jawab Xie Xiao Yu sambil menggelengkan kepalanya, "aku tidak mengurus rumah ini, yang mengurus adalah Xie Ting Sheng."
Xle Ting Sheng adalah nama lengkap Pengurus Xie. Banyak yang memanggilnya Pengurus Xie atau Tuan Xie. Lama kelamaan orang-orang melupakan namanya aslinya.
Xie Xiao Yu adalah nona rumah Wisma Shen Jian. Dia pasti tidak akan dipanggil dengan sebutan Tuan Xie oleh Nona Xie, tapi memanggil namanya langsung.
"Xie Ting Sheng pun tidak tahu mengenai keberadaan kami," salah satu dari mereka yang berusia setengah baya itu berkata, "karena pada saat kami masuk Wisma Shen Jian, saat itu Wisma Shen Jian masih diurus oleh pamannya. Kami sudah 30 tahun berada di sini. 10 tahun yang lalu Pengurus Xie tua meninggal baru digantikan oleh keponakannya."
"Kalau begitu kalian berempat adalah orang yang paling tua yang berada di Wisma Shen Jian?"
Xie Xiao Yu tertawa.
"Kami bukan orang Wisma Shen Jian," suara orang yang berusia setengah baya itu terdengar seperti wajahnya, begitu datar,
"Kami hanya berdiam di tempat penyimpanan pedang."
"Tempat penyimpanan pedang?" Xie Xiao Yu kaget, "dimana tempat itu?"
"Di sini," orang setengah baya itu menunjuk ke arah pekarangan.
"Ternyata di sini adalah tempat penyimpanan pedang. Aku sangat malu, karena aku tidak tahu.
Aku adalah nona rumah di sini," jelas Xie Xiao Yu.
"Aku pernah mendengar tuan membicarakan Nona, kau dan tempat penyimpanan pedang ini tidak ada hubungan sama sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah di sini bukan termasuk wilayah Wisma Shen Jian" Ini adalah tempat tinggal tuan kalian dan tuan kalian adalah ayahku."
"Kami tidak pernah bertanya kepada tuan kami mengenai hal-hal yang berada di luar tempat penyimpanan pedang," ucap laki-laki setengah baya itu,
"kami hanya tahu tempat penyimpanan pedang ini, tidak ada hubungannya dengan orang lain."
"Jadi aku harus memanggil kalian berempat dengan panggilan apa?" tanya Xie Xiao Yu sambil tertawa.
"Di tempat penyimpanan pedang ini hanya ada tuan dan budaknya, tidak ada nama panggilan,"
jawab laki-laki setengah baya itu.
"Untuk memudahkan dalam memanggil, aku akan memberi nama kepada kalian A, B, C, dan D."
"Kalau begitu, apakah di tempat penyimpanan pedang ini ada 60 orang budak penjaga pedang?" tanya Xie Xiao Yu.
"Tempat penyimpanan pedang ini tidak ada hubungannya dengan dunia luar, karena itu aku tidak bisa menjawab," kata A.
"Aku ingin mencari Xie Xiao Feng," tiba-tiba Bai Tian Yu berkata, "apakah dia ada di dalam?"
"Di tempat penyimpanan pedang tidak ada nama orang itu," jawab si A.
"Kalau begitu aku akan mencari majikan yang memiliki tempat penyimpanan pedang ini."
"Kalau tuanku ingin bertemu denganmu, dia pasti akan ke luar dan dia juga akan mencarimu,"
kata si A dengan dingin, "kalau tidak, mencari di sana pun akan percuma. Tempat ini tidak boleh dimasuki oleh orang luar."
"Apakah tuanmu tidak ada?" tanya Bai Tian Yu.
"Aku tidak bisa menjawabnya," kata si A, "aku percaya kalian sudah tahu, di luar tembok sepanjang 6 meter adalah tempat terlarang. Karena kalian untuk pertama kalinya melanggar masuk ke tempat ini maka kami hanya akan memperingatkan kalian saja. Lain kali bila terjadi hal seperti ini lagi maka kalian akan kami bunuh. Sekarang juga cepatlah kalian pergi!"
"Aku datang untuk untuk mencari Xie Xiao Feng dan bertarung dengannya," kata Bai Tian Yu.
"Aku katakan kepadamu, tidak ada orang yang kau maksudkan," jawab si A, "kalau kau mau mencari Xie Xiao Feng, seharusnya pergi ke tempat lain." "Di mana aku bisa mencarinya?"
"Aku tidak tahu," jawab su A, "tempat penyimpanan pedang ini tidak ada hubungannya dengan dunia luar. Tempat ini adalah tempat penyimpanan pedang bukan tempat untuk bertarung."
Bai Tian Yu tertawa dengan dingin dan berkata, "Kalau begitu mengapa kalian masing-masing membawa pedang?"
"Yang kami pegang bukan pedang."
"Bukan pedang?" tanya Bai Tian Yu, "lalu itu apa?"
"Kau ingin menyebutnya apa saja boleh, tapi ini bukan pedang."
"Seharusnya itu adalah pedang tapi kalian mengatakan kalau itu bukan pedang," Bai Tian Yu tertawa dengan nada menghina, "kalian menipu diri sendiri. Apakah kalian tidak takut bila ditertawakan oleh orang-orang?"
Sesudah mendengar kata-kata itu, mereka seharusnya marah, tapi mereka terlihat sangat tenang, sama sekali tidak terlihat ada kemarahan dari mata mereka. Kata si A dengan dingin, "Kau mengatakan apa pun kepada benda ini, itu terserah padamu," kata si A, "tapi di tempat penyimpanan pedang, ini tidak bisa disebut pedang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bai Tian Yu tiba-tiba merasa dia tidak bisa tertawa, sebenarnya dia merasa marah. Manusia adalah makhluk yang sangat menyenangkan, tapi bila lawan bicaranya tidak meladeni, maka ini akan menjadi suatu hal yang tidak menyenangkan.
Bai Tian Yu melihat kepada si A, "Kalian keluar dari tempat kalian untuk melarangku masuk ke sana?"
"Benar," jawab si A, "pintu itu untuk menutupi tempat penyimpanan pedang, karena itu kau tidak boleh merusaknya."
"Kalau aku tetap nekad untuk merusak, kalian akan bagaimana?"
"Akan terjadi hal yang tidak menyenangkan," jawab si A dengan dingin, "kau akan merasa menyesal karena telah melakukan hal ini dan orang-orang pun akan menyalahkanmu."
"Tadinya aku tidak ingin merusak pintu itu tapi setelah mendengar kau bercerita seperti ini, aku malah ingin merusaknya," kata Bai Tian Yu tertawa terbahak-bahak, "karena aku adalah orang tidak pernah menyesali apa yang telah kuperbuat dan aku paling suka bila aku disalahkan oleh orang-orang."
"Kami akan sekuat tenaga melarangmu."
"Kami akan dengan sekuat tenaga melarangmu," tidak ada seorang pun yang curiga dengan kata-kata si A karena anak berumur 3 tahun pun bisa melihat. Mereka sudah pasti akan dengan sekuat tenaga melarangnya.
Bai Tian Yu pun bisa melihat dan tahu tapi dia hanya tertawa. Dengan cepat dia menghindari mereka berempat dan sudah berada di depan pintu itu.
Empat orang dengan 4 pedang dengan cepat menusuk ke punggung Bai Tian Yu.
Empat pedang dengan jurus yang sama. Hanya satu tusukan sangat sederhana dan terlihat sangat biasa, tidak ada perubahan jurus tapi terlihat jurus itu sangat ganas dan tidak bisa ditahan.
Dalam keadaan seperti itu semua orang pasti akan segera menghindari tusukan ini. Setelah itu baru mencari cara untuk memecahkan pintu itu tapi yang mereka temui adalah Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu malah tetap mengeluarkan tangan kanannya untuk menghantam pintu itu dan tangan kiri dari posisi yang tidak diduga sama sekali, berubah dengan cara yang sangat aneh.
Yaitu seperti melambaikan tangan, terdengar suara TANG, TANG, TANG, TANG," suara keras terdengar bertubi-tubi. Pedang si A, B, C, dan D masing-masing beradu, dan dengan muka heran mereka saling pandang, mereka melihat Bai Tian Yu, pintu itu sudah dipecahkan oleh kepalan tangan Bai Tian Yu.
Xie Xiao Yu pun merasa sangat aneh. Dengan cepat dia melihat ke ruangan dalam.
Xie Xiao Yu merasa sangat kecewa.
Halaman itu walaupun luas tapi terlihat sangat tidak terurus. Rumput liar ada di mana-mana.
Rumput liar itu menutupi seluruh rumah.
Ini hanya halaman yang berantakan dan tidak terurus, tapi itu adalah tempat tinggal Tuan Muda Ketiga, benar-benar membuat orang tidak percaya.
Yang paling menarik perhatian adalah adanya 2 kuburan yang berada di sudut halaman.
Kuburan itu berada di antara rimbunnya rumput liar. Entah kuburan siapa yang berada di dalamnya, tapi bisa diketahui kalau kuburan itu adalah kuburan baru karena rumput di atas kuburan itu masih sangat rata. Malah bisa dikatakan kalau kuburan itu adalah keadaan yang paling baik dan rata di halaman itu.
Empat orang budak pedang melihat pintu yang sudah hancur. Mereka sedikit kaget tapi juga bersikap lebih dingin dan seram. Mereka bukan marah, malah keluar dari sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bukan melarikan diri, tapi menjauh dari halaman itu sejauh 20-30 meter, kemudian mereka berhenti.
Mereka bertingkah seperti tikus-tikus yang berada di dalam kurungan, tiba-tiba melihat pintu kurungan yang terbuka dan tikus-tikus itu pun dengan cepat keluar dari sana. Keluar ke tempat di mana mereka biasa bersembunyi.
Bersembunyi di tempat tertutup dan tidak terlihat tapi mereka berempat tidak begitu. Mereka hanya masuk sebentar kemudian segera keluar lagi.
Memegang pedang dan masuk, memegang pedang keluar lagi. Sewaktu masuk pedang mereka berwarna putih dan berkilau, tapi sewaktu mereka keluar pedang mereka berlumuran darah dan darah masih menetes dari pedang.
Keempat pedang mereka sama berlumur darah, berarti mereka berempat paling sedikit telah membunuh satu orang. Tapi dari tetesan darah yang mengalir dari pedang mereka, yang mereka bunuh sepertinya tidak kurang dari 4 orang.
Mereka masuk sebentar, kemudian segera keluar lagi. Setelah membunuh mereka langsung keluar, sama sekali tidak terdengar suara. Orang yang mereka bunuh mungkin belum tahu kalau mereka sudah diambil jiwanya.
Gerakan yang cepat, pedang yang cepat.
Bai Tian Yu tidak bergerak dan juga tidak ada ekspresi. Tapi wajah Xie Xiao Yu sedikit berubah.
"Apa yang mereka lakukan?" tanya Xie Xiao Yu.
"Mungkin mereka telah membunuh orang," jawab Bai Tian Yu.
"Mengapa mereka harus membunuh?"
"Mungkin karena mereka tidak suka dengan orang yang diam-diam bersembunyi di sini," Bai Tian Yu tertawa, "aku juga tidak suka orang semacam itu."
"Apakah mereka adalah orang-orang Wisma Shen Jian?" tanya Xie Xiao Yu.
"Mereka bukan orang yang menjaga tempat penyimpanan pedang," jawab su A, "tuanku pernah berpesan, tidak boleh mengintip sekeliling halaman ini. Jika ada yang melanggar maka dia harus mati."
"Berarti itu di dalam jarak 6 meter," kata Xie Xiao Yu, "tapi mereka tidak dalam jarak 6 meter."
"Enam meter adalah jarak pada waktu pintu tertutup," jelas si A, "sekarang pintu terbuka, berarti tempat terlarang yang ada juga semakin luas. Asal tempatnya bisa melihat ke dalam, maka tempat itu menjadi daerah terlarang."
"Siapa pun yang bisa melihat keadaan di dalam, maka dia harus mati?"
"Benar," jawab si A, "sewaktu kau datang, tuanku telah bicara kepadamu. Kalau kau tidak memberitahu kepada orang-orangmu, berarti kau yang salah. Kalau kau sudah memberitahu, lalu mereka datang berarti mereka datang hanya untuk mencari mati."
"Mereka bukan orang-orangku. Mereka adalah orang-orang Wisma Shen Jian," jawab Xie Xiao Yu.
"Dulu Wisma Shen Jian tidak ada orang ini," kata si A, "kau yang membawa mereka masuk ke sini."
"Aku adalah nona Wisma Shen Jian," kata Xie Xiao Yu dengan sombong.
"Kalau tuanku masih hidup, kau bukan nona Wisma Shen Jian," kata si A, "kalau tuanku sudah meninggal pun kau hanya nona dari Wisma Shen Jian, bukan tuan dari tempat penyimpanan pedang. Karena itu kau tidak perlu mengurus hingga ke tempat penyimpanan pedang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bai Tian Yu merasa sangat aneh, kelihatannya antara Xie Xiao Feng dan Xie Xiao Yu memiliki hubungan yang istimewa.
Tadinya Xie Xiao Yu ingin bicara lagi, tapi sewaktu dia melihat Bai Tian Yu, dia sadar dia sudah terlalu banyak bercerita. Dengan tertawa dia berkata kepada Bai Tian Yu, "Kami jarang bertemu, karena itu banyak hal yang belum kami sepakati, ini membuatku malu di depan Kakak Bai,"
Bai Tian Yu hanya tertawa dan tidak mengatakan apa pun. Dia membalikkan badannya dan bertanya kepada si A, "Kalau begitu kami pun harus mati?"
"Aku tidak tahu."
"Tidak tahu?" Xie Xiao Yu terpaku.
"Karena kalian sudah membuka pintu itu, maka hidup atau mati bukan kami lagi yang menentukan," jawab si A.
"Siapa yang akan menentukan nasib kami?" tanya Bai Tian Yu.
"Pasti orang yang berada di dalam," jawab si A.
"Apakah di dalam masih ada orang?"
"Jika kalian masuk kalian pasti akan tahu."
"Kalau kami tidak mau masuk bagaimana bisa tahu?"
A merasa sedikit terkejut dan berkata, "Kalian sudah membuka pintu, bukankah berarti kalian ingin masuk?"
"Belum tentu," jawab Bai Tian Yu sambil tertawa, "mungkin kami hanya ingin melihat pemandangan di dalam, sekarang pintu sudah terbuka. Di dalam hanya ada 2 kuburan dan keadaan di dalam sana sangat berantakan, tidak ada yang bisa dilihat di sana. Karena itu aku tidak ingin masuk kecuali Xie Xiao Feng ada di dalam."
"Kami tidak mengurus hal begitu banyak," jawab si A, "kami hanya tahu bahwa kau yang membuka pintu ini, maka kau harus masuk kalau tidak kau akan mati di luar."
"Tadinya aku memang ingin masuk," kata Bai Tian Yu sambil tertawa dingin, "tapi sesudah mendengar kata-katamu, aku malah tidak ingin masuk. Aku ingin tahu dengan cara apa kalian bisa menyuruhku masuk."
A tidak menjawab. Dia menjawab dengan gerakan. Empat orang mengangkat pedang dan
dipalangkan di depan dada. Ujung pedang dan tangan dikeluarkan, disusun membentuk kipas.
Dengan pelan mereka saling berhadapan.
Lingkaran semakin terbentuk. Hawa membunuh yang berada di ujung pedang semakin kental.
Sikap Bai Tian Yu tidak bisa main-main lagi. Dia tahu mengenai barisan pedang ini, bukan waktunya untuk bermain-main lagi.
Barisan pedang ini memiliki tekanan yang tidak terlihat. Menekan orang supaya mundur, sebenarnya mundur bukan hal yang tidak mungkin, mundur selangkah demi selangkah adalah pintu keluar untuk meloloskan diri.
Bai Tian Yu berubah menjadi sangat serius, pedang di tangannya sudah terangkat. Dia sudah mengumpulkan semua tenaganya, bersiap-siap mengeluarkan jurus yang bisa membuat batu pecah dan langit kaget.
Dua belah pihak hanya berjarak 3 meter.
Dalam jarak 3 meter yang kosong itu, tidak ada apa pun di sana, dua tenaga besar disiapkan untuk diadu.
Tiba-tiba ada angin sepoi-sepoi yang berhembus. Di dalam hembusan angin ini membawa selembar daun yang sudah menguning. Daun ini melayang dan jatuh di antara mereka. Daun belum sampai ke bawah tapi sudah menghilang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam jarak kosong di antara mereka, seperti ada beribu-ribu pedang tajam dan beribu-ribu golok. Golok dan pedang ini dipegang oleh beribu-ribu tangan yang tidak terlihat.
Jangankan selembar daun, 10 orang masuk ke sana pun akan menjadi beberapa ratus potong daging atau bahkan menjadi daging cincang.
Wajah Xie Xiao Yu menjadi pucat. Hatinya menciut, tapi matanya bercahaya sangat terang dan senang.
Nafasnya terdengar menjadi cepat, semua ini karena rasa senang dicampur dengan sedikit rasa takut. Apa yang membuatnya begitu senang"
Bentrokan yang tidak terlihat. Di luar kelihatan mereka seperti seimbang. Tapi benturan adalah benturan, harus ada akhirnya.
Benturan itu memperlihatkan hasil.
Menang atau kalah, mati atau hidup"
Bentrokan antara Bai Tian Yu dan para budak pedang itu sepertinya harus ada yang mati salah satu di antaranya, atau ada yang hidup baru bisa selesai.
Setiap orang dari kedua belah pihak mempunyai perasaan seperti itu. Hanya siapa yang akan mati atau siapa yang akan hidup, perasaan mereka tidak sama.
Tapi dengan cepat semua ini bisa terlihat, karena keempat budak pedang itu melangkah maju satu langkah lagi. Jarak mereka semakin dekat, tapi belum sampai pada jarak di mana mereka bisa saling mengadu senjata.
Ini adalah awal dari hidup atau mati.
Seharusnya sekarang bisa diketahui hasilnya, tapi ternyata tidak ada.
Karena Bai Tian Yu mundur selangkah. Jadi jarak mereka tetap 3 meter.
A, B, C, dan D terus maju, Bai Tian Yu terus mundur.
Satu, dua, tiga, empat, lima. Xie Xiao Yu pun ikut mundur. Akhirnya mereka mundur hingga masuk ke pintu itu. Hasilnya sudah terlihat, ternyata Bai Tian Yu kalah.
Pedang Bai Tian Yu disimpan. Sikapnya terlihat sangat tenang, sepertinya tidak pernah terjadi sesuatu di sana. Tapi para budak pedang itu, sepertinya baru sembuh dari sakit berat, malah hampir seperti akan pingsan.
Juga seperti baru selamat dari aliran sungai yang deras. Sekujur tubuh mereka basah. Si A tampak lebih lebih kuat, dia membawa pedangnya kemudian memberi hormat, sikapnya terlihat kalau dia merasa sangat berterima kasih dan berkata, "Terima kasih, Tuan Bai."
"Tidak apa-apa. Mereka yang memaksaku masuk."
"Tidak, kami sangat mengerti jika Tuan Muda Bai mengeluarkan serangan, maka kami tidak akan selamat."
"Apakah kalian memang menghendaki aku masuk?"
"Betul, kalau tidak bisa membuat Tuan Muda Bai masuk, maka kami hanya mempunyai jalan mati untuk berterima kasih kepada Anda."
"Oh, begitu," Bai Tian Yu tertawa, "sebetulnya aku memang ingin masuk tapi aku tidak mau masuk dengan cara dipaksa. Jika kalian mengundangku masuk, maka sejak tadi aku sudah masuk."
Si A diam sebentar, kemudian berkata, "Kalau Tuan Muda Bai tidak ingin masuk, kami pasti mati tapi kami tetap akan merasa berterima kasih kepada Tuan."
Walaupun mereka adalah budak yang tidak mempunyai nama, tapi harga diri mereka lebih tinggi dari pesilat tangguh biasa dan sangat mengerti mana yang salah dan mana yang benar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku juga tidak ingin dalam situasi seperti tadi dipaksa masuk ke dalam. Aku ingin dengan kemauan sendiri masuk , bukan dengan mengeluarkan jurus dulu."
"Kalau Tuan Muda mengeluarkan serangan, kami pasti akan mati."
"Aku lebih mengerti hal ini," kata Bai Tian Yu, "tapi aku tidak mau karena kalian aku harus mengeluarkan serangan. Aku datang untuk mencari Xie Xiao Feng dan kalian bukan Xie Xiao Feng."
"Baik, baik sekali. Begitu pedang setan diayunkan pasti akan ada yang mengalirkan darah. Kau bisa menguasai pedang dan memilih orang supaya dia mengeluarkan serangannya. Aku kira aku akan terlepas dari pikiran sesat. Teman kecil, masuklah!"
Suara seorang tua keluar dari rumah gubuk yang ada di dalam halaman itu
-ooodwooo- BAGIAN 3 Tidak berdayanya seorang pengelana
BAB 1 Tuan Muda Ketiga dan pedangnya
Begitu mendengar suara ini, wajah si A dan lainnya memancarkan cahaya penghormatan.
Mereka segera menunduk.
Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu dengan sorot mata bertanya-tanya, apakah orang yang berbicara tadi adalah Xie Xiao Feng"
Dari mata Xie Xiao Yu, Bai Tian Yu dia sudah mendapatkan jawabannya. Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu seperti sedikit takut. Aneh, dia merasa takut, bukankah Xie Xiao Feng adalah ayahnya"
Bila anak bertemu dengan ayahnya sendiri, apa yang harus ditakuti"
Tapi Bai Tian Yu tidak berpikir banyak lagi, dia datang ke sini untuk mencari Xie Xiao Feng, sekarang dia sudah bertemu dengan Xie Xiao Feng, mau tidak mau dia harus maju, karena itu dia berjalan ke arah gubuk itu.
Begitu Bai Tian Yu bergerak, Xie Xiao Yu tampak ragu sebentar, tapi kemudian dia mengikuti Bai Tian Yu dari belakang, tapi terdengar suara Xie Xiao Feng berkata lagi, "Xiao Yu, kau tunggu di sana, biarkan dia sendiri yang ke sini."
-ooodwooo- Gubuk ini sangat sederhana. Di dalamnya tidak ada apa-apa, hanya ada 2 tikar bulat untuk duduk. Tikar itu diletakkan saling berhadapan. Seorang tua sedang duduk bersila di sana. Satu tikar lagi diperuntukkan bagi Bai Tian Yu.
Akhirnya Bai Tian Yu bisa melihat orang yang telah membuat dunia persilatan menjadi geger"
Xie Xiao Feng. Bai Tian Yu sendiri tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Bagaimana perasaannya sekarang" Biasanya jika dia melihat orang yang akan bertarung melawan dirinya, dalam dadanya pasti dipenuhi dengan api yang berkobar dan semangat yang tinggi.
Tapi Bai Tian Yu sama sekali tidak merasakannya hal itu sekarang.
Sekarang jago pedang nomor satu telah berada di hadapannya, hatinya pasti merasa sangat senang atau terkagum-kagum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi tidak bagi Bai Tian Yu.
Mendengar dari nada suaranya, sepertinya Xie Xiao Feng sudah berusia tua.
Seharusnya usia Xie Xiao Feng baru 50 tahun lebih tidak lewat dari 60 tahun. Di dunia persilatan usia seperti itu belum termasuk tua.
Tapi begitu melihat Xie Xiao Feng, dia merasa ragu apakah Xie Xiao Feng sudah tua" Atau masih muda" Tidak bisa dibedakan.
Tapi Bai Tian Yu merasa kalau orang itu adalah Xie Xiao Feng.
Sudah banyak cerita tentang Xie Xiao Feng yang telah didengarnya. Dia juga sering memikirkan tentang Xie Xiao Feng. Saat dia kecil dia sudah bertekad bila dia sudah besar dia akan mencari Xie Xiao Feng. Sebelum bertemu dengan Xie Xiao Feng, dia sudah merencanakan apa yang harus dilakukannya bila bertemu dengan seorang yang bernama Xie Xiao Feng. Sekarang Xie Xiao Feng sudah berada di hadapannya, semua rencana yang sudah tersusun di dalam otaknya menjadi buyar semua.
Perasaan pertama yang dirasa oleh Bai Tian Yu kepada Xie Xiao Feng adalah dia adalah seorang pak tua. Karena suaranya terdengar begitu tua dan memakai baju panjang berwarna abu.
Duduk bersila di tikar bulat, dia seperti seorang pendeta yang telah lama keluar dari kehidupan dunia luar.
Sorot mata Xie Xiao Feng begitu lelah dan kelihatannya dia sudah bosan terhadap kehidupan ini.
Tapi begitu diawasi lagi dengan teliti, dia baru melihat kalau Xie Xiao Feng belum terlalu tua.
Rambutnya hanya beberapa helai saja yang sudah berwarna putih. Wajahnya tidak ada kerutan keriput. Kulitnya masih kencang dan mengkilat.
Bentuk wajahnya sangat tampan, boleh dikatakan dia adalah seorang laki-laki yang sangat tampan. Pantas saja sewaktu dia masih muda banyak membuat perempuan-perempuan tergila-gila kepadanya. Melihat keadaannya sekarang, asal dia mau dia masih bisa membuat perempuan yang bagaimanapun tergila-gila kepadanya.
Walaupun hanya ada satu tikar bulat, tapi diletakkan di depan tuan pemilik gubuk berarti kedudukan Xie Xiao Feng dan Bai Tian Yu adalah satu tingkat.
Ini adalah kehormatan yang sangat tinggi. Yang bisa duduk di tikar bulat ini sepertinya bisa dihitung dengan jari. Jika dulu Bai Tian Yu akan merasa tidak nyaman tapi sekarang pandangannya sudah berubah. Dia menganggap kecuali dirinya tidak ada yang pantas duduk berhadapan dengan Xie Xiao Feng, karena itu dengan sangat tenang dia duduk di tikar itu.
"Bagus sekali!" Xie Xiao Feng melihat dia. Sorot mata Xie Xiao Feng seperti memuji, "anak muda seharusnya seperti itu, memandang dirinya tinggi, cita-cita pun bisa lebih tinggi, maka dia baru memiliki masa depan yang cerah."
Ini adalah kata-kata pujian, tapi kata-katanya seperti kata-kata orang tua yang mengajar kepada anak muda.
Aneh, Bai Tian Yu hanya diam dan mendengarkan. Sebenarnya dia harus mendengarkan karena Xie Xiao Feng adalah angkatan tuanya.
Sekalipun dia bisa mengalahkan Xie Xiao Feng, tapi dia tetap seorang angkatan muda.
Dengan teliti Xie Xiao Feng melihat Bai Tian Yu dan berkata, "Aku lihat kau adalah orang yang senang bicara."
"Aku bukan orang yang seperti itu."
"Dulu juga aku bukan orang seperti itu," kata Xie Xiao Feng sambil tertawa, tapi kata-katanya terdengar penuh dengan kesedihan. Dia berkata, "tapi sekarang aku sudah berubah, aku banyak bicara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau orang sudah mempunyai umur, bicaranya akan bertambah banyak dan menjadi cerewet.
"Tapi hanya di tempat ini aku bisa banyak bicara," kata Xie Xiao Feng, "kalau tidak ada orang, aku sering bicara sendiri, apakah kau tahu alasannya?"
"Aku tidak senang menebak-nebak." Kata-katanya terdengar sangat tidak sopan, tapi Xie Xiao Feng tidak marah. Dengan tertawa dia berkata lagi "Betul, anak muda memang harus bicara terus terang. Hanya orang yang sudah berumur akan bicara berbelit-belit. Satu kalimat sederhana pun harus diucapkan dengan berputar-putar dan banyak perkataan."
"Apakah karena orang sudah berumur, dan karena mereka tahu umur mereka tidak panjang maka dia banyak bicara" Apakah jika tidak bicara sekarang maka kelak mereka tidak akan mempunyai kesempatan"
Tapi saat dia seumur Bai Tian Yu, dia tidak akan mempunyai perasaan seperu itu. Tapi masalah Xie Xiao Feng tetap membuat orang bertanya-tanya.
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengapa jago pedang nomor satu di dunia ini bisa berubah menjadi orang cerewet"
Mengapa hanya disini, maka dia baru bisa menjadi seperti itu"
Walaupun Bai Tian Yu tidak ingin menebaknya, tapi dia tetap ingin tahu, karena itu sorot matanya melihat ke sekeliling tempat itu.
Tempat ini bukan tempat yang bisa membuat orang merasa senang. Di sini sangat sepi, keadaannya menyedihkan dan banyak rumput liar, penuh dengan hawa kematian. Di sini tidak ada yang hidup. Siapa pun yang tadinya merasa sangat bersemangat untuk hidup, tapi jika sudah lama berada di tempat ini, dia pun akan tenggelam di dalam kesedihan.
Tapi sepertinya semua ini tidak mengganggu keadaan Xie Xiao Feng. Seseorang yang sudah mempunyai ilmu silat begitu tinggi. Dia tidak akan terganggu oleh keadaan dari luar.
Bai Tian Yu belum memberikan jawaban yang pasti. Untung Xie Xiao Feng tidak memberi banyak waktu untuk berpikir, dia sudah memberikan jawabannya, "Karena di tanganku tidak ada pedang."
Ini benar-benar bukan sebuah jawaban.
Di tangannya memang tidak ada pedang, tapi apa hubungannya dengan keadaan hati
seseorang"
Orang penakut, dia mungkin dengan senjata yang dipegangnya akan membuat dia menjadi lebih berani, tapi apakah Xie Xiao Feng hanya dengan mengandalkan pedang maka dia baru bisa lebih berani"
Bai Tian Yu merasa sangat puas dengan jawaban itu, paling sedikit dia mengerti apa arti dari semua ini.
Xie Xiao Feng adalah jago pedang yang sangat tinggi ilmunya. Seumur hidup dihabiskan untuk pedangnya. Pedang adalah jiwa dan semangatnya.
Pedang tidak ada di tangannya, berarti dia sudah tidak mempunyai hidup dan tidak mempunyai semangat lagi.
Xie Xiao Feng menghapus pedang dalam kehidupannya, sekarang yang tertinggal hanya seorang pak tua yang lemah dan sangat biasa.
Melihat ekspresi wajah Bai Tian Yu, Xie Xiao Feng tahu bahwa Bai Tian Yu mengerti apa yang dimaksud olehnya, karena itu dia sangat senang.
"Kita bisa terus mengobrol," kata Xie Xiao Feng, "kalau tidak kau tidak akan tertarik pada obrolan berikutnya."
Bai Tian Yu sedikit merasa senang karena dari kata-kata yang diucapkan oleh Xie Xiao Feng, dia sudah menganggap Bai Tian Yu adalah teman yang mengerti bagaimana keadaan dia sebenarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bisa dianggap sebagai teman yang mengerti jiwanya, itu adalah hal yang sangat
menyenangkan. Apalagi dia adalah seorang Xie Xiao Feng, perasaan yang ada bukan hanya senang tapi ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Sebenarnya sudah 20 tahun aku tidak memegang pedang," kata Xie Xiao Feng, "walaupun di Wisma Shen Jian ada pedang sakti, tapi pedang itu sudah dibuang ke dalam sungai oleh seseorang."
Bai Tian Yu tahu mengenai hal ini.
Sewaktu Xie Xiao Feng bertarung dengan Yan 13. dengan susah payah Yan 13 mengalahkan Xie Xiao Feng pada jurus ke-15.
Jurus ini berhasil mengalahkan Xie Xiao Feng yang mendapat julukan tidak terkalahkan. Tapi yang mati adalah Yan 13.
Yan 13 bunuh diri karena dia ingin menghilangkan pedang dan jurusnya yang berhasil mengalahkan Xie Xiao Feng.
"Walaupun pedang sakti sudah tenggelam, tapi nama Wisma Shen Jian masih ada," kata Xie Xiao Feng, "apakah kau tahu apa alasannya?"
"Aku tahu," jawab Bai Tian Yu mengangguk, "karena Anda masih ada di dunia ini."
Jika suatu ilmu pedang sudah mencapai tahap seperti itu, meskipun tangannya tidak memegang pedang, benda apa saja yang dipegangnya, akan sama seperti sedang memegang pedang. Apakah itu adalah ranting pohon, tali, atau benang sulam, semua seperti pedang baginya.
Pedang sudah ada di dalam hati Xie Xiao Feng. Ada atau tidak ada sama saja.
Kata-kata Xie Xiao Feng sulit dimengerti, tapi Bai Tian Yu bisa mengerti. Kata-kata yang diucapkan berikutnya, lebih dimengerti lagi oleh Bai Tian Yu.
"Tanganku tidak ada pedang."
Kalimat itu masih kalimat tadi, tapi makna kata-kata itu lebih dalam lagi.
"Kenapa?"
Ini pertanyaan bodoh. Bila ada pertanyaan yang tidak mengerti, kata ini selalu diucapkan untuk bertanya.
Sekarang dia mengajukan pertanyaan seperti itu, hanya Bai Tian Yu yang bisa menanyakannya karena dia sudah mengerti apa yang dikatakan oleh Xie Xiao Feng. Maka dia pun bertanya seperti itu.
Tadinya Bai Tian Yu tidak siap mendapatkan jawaban seperti itu, dia tahu ini semua menyangkut masalah pribadi dan rahasia orang itu. Tapi di luar dugaan Xie Xiao Feng malah memberikan jawaban kepadanya.
Xie Xiao Feng menunjuk tangannya ke arah 2 kuburan itu....
Kuburan itu berada di halaman. Begitu masuk orang bisa bisa melihat kalau di sini ada suatu tempat yang istimewa. Bai Tian Yu sejak tadi pun sudah tahu, untuk apa Xie Xiao Feng harus menunjuk lagi tempat itu"
Tapi begitu Xie Xiao Feng menunjuk, Bai Tian Yu baru tahu kalau jawabannya ada di dalam gubuk itu.
Kuburan itu adalah kuburan biasa, yang berbeda adalah orang yang berada di dalam kubur itu.
Dua kuburan itu tidak ada nisannya. Nisan tergantung di pagar gubuk. Hanya ada 2 papan, yang satu berada di kiri dan yang satu berada di kanan. Jika melihat kedua papan ini, masing-masing menghadap ke arah satu kuburan, seperti berdiri di depan kuburan yang dimaksud.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuburan dari teman lama yang ditakutinya yaitu Yan 13.
Kuburan istri Mu Rong Qiu Ying.
Yan 13 adalah orang yang pernah mengalahkannya. Mu Rong Qiu Ying adalah istri dan juga musuhnya yang paling besar dalam hidupnya. Dengan cara apa pun dia selalu hampir membuat Xie Xiao Feng mati.
Walaupun kedua orang ini sudah mati tapi Xie Xiao Feng tidak melupakan mereka, karena itu Xie Xiao Feng mengatakan sudah tidak ada pedang lagi di tangannya.
Meskipun Xie Xiao Feng tidak bisa dilawan oleh siapa pun tapi dia pernah dikalahkan oleh kedua orang itu.
Mu Rong Qiu Ying telah membuat dia gagal beberapa kali. Yan 13 hanya mengalahkan dia satu kali tapi membuat dia selamanya tidak bisa muncul kembali ke dunia persilatan, karena itu Xie Xiao Feng menamakan tempat itu sebagai tempat penyimpan pedang.
Meskipun pedang sangat tajam dan cepat tapi kalau sampai di tempat ini, semua tidak bercahaya. Walaupun kehidupan Xie Xiao Feng begitu kemilau tapi di hadapan kedua orang itu, dia adalah orang gagal.
Melihat Xie Xiao Feng, hati Bai Tian Yu timbul rasa hormat kepadanya. Kedua orang itu sudah mati tapi Xie Xiao Feng menjadikan tempat ini sebagai pemicu bagi dirinya sendiri.
Untuk apakah semua ini"
Yan 13 dan Mu Rong Qiu Ying bukan orang yang pantas untuk dihormati tapi Xie Xiao Feng malah menguburkan mereka di sini. Yang pasti bukan untuk memperingati mereka.
Untuk apakah semua ini"
Kali ini Bai Tian Yu tidak bertanya lagi, dia tidak perlu bertanya karena dia sudah mendapatkan jawabannya. Dia terdiam lama baru berdiri dan berkata, "Kali ini aku datang untuk mencari Tetua untuk mengajak Tetua untuk bertarung."
"Aku tahu." Xie Xiao Feng mengangguk, "sudah lama tidak ada yang mengajakku bertarung."
"Aku lakukan ini bukan untuk mencari nama." kata Bai Tian Yu, "aku benar-benar mencari Tetua untuk bertarung."
"Aku tahu, sekarang kau sudah menjadi orang terkenal," Xie Xiao Feng tertawa.
"Dengan ilmu pedang milikku, aku mengira aku bisa bertarung dengan Tetua."
"Kau terlalu sungkan. Kau harus mengatakan kalau kau bisa mengalahkanku."
"Tapi sekarang aku tidak bisa mencabut pedang di hadapan Tetua."
"Karena tanganku tidak memegang pedang?"
"Bukan karena itu," kata Bai Tian Yu, "karena sekarang siapa pun bisa membunuh Tetua."
"Benar," kata Xie Xiao Feng, "karena itu aku harus memasang larangan di depan pintu dan tidak memperbolehkan orang masuk ke sini. Karena di sini aku sebagai seorang pak tua yang memotong ayam pun tidak bisa."
"Tapi aku tahu bila sudah keluar dari tempat ini, aku bukan lawan Tetua."
"Belum tentu," kata Xie Xiao Feng, "dalam pertarungan siapa yang menang atau kalah sulit untuk dikatakan."
Bai Tian Yu dengan teliti melihat Xie Xiao Feng, kemudian dia membawa pedangnya dan memberi hormat kepada Xie Xiao Feng lalu berkata, "Aku sudah kalah."
Sejak umur 7 tahun, Bai Tian Yu sudah berlatih pedang, setiap hari dia berlatih selama 8 jam.
Kemudian berlatih mencabut pedang selama 1 jam. Sekarang dia sudah berusia 23 tahun, dia sudah berlatih selama 16 tahun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia sangat rajin berlatih pedang. Dia melakukan semua ini agar nama keluarganya terkenal.
"Dia bermarga Bai. Dia memegang pedang Chun Yu. Lalu apa hubungannya dengan ketua perkumpulan Para Durjana Bai Xiao Lou"
Mengalahkan Xie Xiao Feng adalah cita-citanya sejak kecil. Agar bisa mengalahkan Xie Xiao Feng, dia rajin berlatih ilmu pedang dan juga sering mengeluarkan darah.
Sekarang setelah dia berhadapan langsung , dengan Xie Xiao Feng, tiba-tiba dia mengaku
'Aku kalah.'. Mendengar 2 kata ini, Xie Xiao Feng sedikit pun tidak merasa kaget.
"Maaf, aku sudah mengganggu Tetua. Terima kasih Tetua sudah memberi petunjuk kepadaku,"
Bai Tian Yu dengan tenang berkata.
Xie Xiao Feng melihat Bai Tian Yu dan bertanya, "Usiamu berapa?"
"23 tahun."
"Kau masih muda, sedangkan aku sudah berusia 57 tahun," kata Xie Xiao Feng sambil tertawa,
"sewaktu aku berusia 47 tahun, aku baru membangun kuburan pedang ini. Kau lebih awal 24
tahun dariku."
"Tapi Tetua sudah 10 tahun berada di sini."
"Tidak, belum lama ini aku masih sering jalan-jalan keluar. Kebiasaan ini tidak bisa berubah,"
kata Xie Xiao Feng, "kau lebih beruntung."
"Aku lebih beruntung?"
"Benar," kata Xie Xiao Feng sambil mengangguk, "aku selalu berhasil, karena itu aku terlambat mendapatkan kegagalan. Tapi kau pada usiamu 23 tahun, sudah merasa gagal karena itu kelak keadaanmu sulit untuk dikatakan."
Bai Tian Yu berpikir sebentar dan berkata, "Kelak kalau ada kesempatan aku akan bertarung lagi dengan Tetua."
"Baiklah," Xie Xiao Feng tertawa, "lebih baik kita bertemu di sini lagi."
"Mengapa?"
"Kau sudah masuk ke dalam, berarti tempat ini sudah bukan tempat terlarang lagi," kata Xie Xiao Feng.
"Maafl"
"Jangan mengatakan maaf," kata Xie Xiao Feng, "sewaktu kau masuk, di sini masih merupakan kuburan pedang karena tempat ini hanya kita yang tahu."
Xie Xiao Feng melihat Bai Tian Yu dan bertanya, "Apakah kau mengerti akan hal ini?"
"Aku mengerti," Bai Tian Yu tertawa, "aku pasti akan mengingat kata-kata ini dan tidak akan memberitahukan kepada siapa pun."
"Terutama kepada putriku."
Bai Tian Yu terpaku, "Apakah benar dia adalah putri Tetua?"
"Benar."
Saat dia akan keluar dari kuburan pedang, Bai Tian Yu masih sempat membalikkan kepalanya untuk melihat dua kuburan dan gubuk itu. Hatinya dipenuhi dengan rasa kagum, tapi dia lebih kagum kepada ilmu pedang Xie Xiao Feng.
Di luar pintu Wisma Shen Jian, dia mendengar 5 tetua perkumpulan menceritakan tentang kehebatan pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5 perkumpulan ini merupakan 5 perkumpulan yang paling kuat di dunia persilatan. Ketua mereka pun pasti jago kelas satu dalam ilmu silat.
Mereka menganggap ilmu pedang Bai Tian Yu adalah ilmu yang paling kuat.
Mereka tidak tahu yang Xie Xiao Feng cari adalah ilmu yang lebih tinggi.
Xie Xiao Feng adalah seorang jago pedang yang dia pikirkan selalu tentang masalah pedang.
Pedang adalah senjata, golok pun merupakan senjata.
Ilmu silat yang sudah mencapai tarap yang tinggi, golok dan pedang tidak bisa dibedakan lagi.
Hanya bentuknya saja yang tidak sama.
Bagi Bai Tian Yu, yang dia pikirkan, hanya sampai pada tarap pedang adalah orang dan orang tetap orang.
Tapi bagaimana dengan Xie Xiao Feng"
Sejak kapan dia memasuki tarap seperti ini, tidak ada seorang pun yang tahu. Tapi 10 tahun yang lalu, dia sudah memutuskan untuk memilih jalan ini. Ini merupakan suatu kepastian.
Karena dia sudah membangun tempat penyimpanan pedang. Di tempat ini dia mencari sebuah kehidupan yang tenang.
Pedang adalah pedang, aku adalah aku. Pedang bukan pedang, aku bukan aku. Kalau sudah mencapai tarap seperti ini, itu artinya dia hampir mencapai tarap dewa dan Budha.
Bai Tian Yu selalu membawa pedang.
Pedangnya tampak bercahaya hijau muda. Pedang yang terukir "Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu'.
Pedang yang sekali diayunkan akan membelah benda menjadi dua bagian. Pedang setan yang ditakuti oleh setan atau dewa sekali pun.
Kalau tidak ada pedang ini, Bai Tian Yu bukan seorang Bai Tian Yu. Orang dan pedang tidak bisa dipisahkan.
Dulu Xie Xiao Feng selalu memegang sebilah pedang sakti, tapi 10 tahun yang lalu, dia sudah membangun kuburan pedang, dia mengubur pedang saktinya.
Tempat penyimpanan pedang itu tidak ada yang istimewa, juga 2 kuburannya. Yang terpenting adalah arti dari 2 kuburan untuk Xie Xiao Feng.
Bila di tempat lain membuat 2 kuburan seperti ini, apakah ini pun ada artinya bagi Xie Xiao Feng"
Bai Tian Yu tidak menanyakan pertanyaan ini karena dia percaya kalau dia bertanya begitu, Xie Xiao Feng tidak akan menjawabnya.
Karena yang mereka cari sekarang adalah keadaan di mana orang sama sekali belum pernah mencarinya karena itu dia harus masuk ke sana baru bisa mengetahui keadaaan yang sebenarnya.
Walaupun dia sudah masuk, dia tidak akan bisa memberitahukan hal ini kepada orang lain, karena orang lain tidak mempunyai perasaan dan pengalaman seperti itu. Seperti seseorang masuk ke sebuah taman yang aneh. Sesudah keluar dari sana' dia tentu akan memberitahukan hal ini kepada temannya, bahwa di dalam taman itu ada bunga berwarna emas dan buah yang berwarna warni. Tapi kebetulan temannya adalah orang buta yang sejak kecil tidak bisa melihat, dia tidak akan paham dengan keadaan di taman buah itu.
Orang buta dia tidak mengenal warna, mungkin dari wanginya dia bisa membedakan buah dan bunga, tapi dia tidak akan bisa mengetahui keindahan bunga dan buah itu.
Tapi Bai Tian Yu tetap ingat dengan kata-kata Xie Xiao Feng, lain kali jika dia datang, di sini sudah tidak ada lagi kuburan pedang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Arti dari kalimat ini adalah Xie Xiao Feng bisa keluar dari tempat itu bila telah memasuki taraf yang lain. Dia akan memindahkan dua kuburan itu ke dalam hatinya karena disetiap tempat manapun bisa menjadi tempat penyimpanan pedang.
Bai Tian Yu tahu tentang taraf ini, tapi dia tidak tahu kapan dia bisa memasuki taraf seperti ini.
Dia tahu dia masih kalah bila dibandingkan dengan Xie Xiao Feng, karena itu dia sangat menghormati Xie Xiao Feng.
Seorang Bai Tian Yu belum bisa mencapai taraf seperti itu, hanya orang seperti Xie Xiao Feng lah baru bisa membuat dia kagum dan hormat kepadanya.
-ooodwooo- Xie Xiao Yu tidak menunggu Bai Tian Yu di sana. Setelah Bai Tian Yu masuk hanya ada 4 jago pedang yang menjaga pintu itu.
"Terima kasih, Tuan Muda Bai," begitu Bai Tian Yu keluar, si A langsung berkata dengan hormat.
"Terima kasih untuk apa?" Bai Tian Yu sedikit terpaku, "mengapa kau berterima kasih kepadaku?"
"Terima kasih karena Tuan Muda Bai sudah membantu tuanku keluar dari kuburan pedang ini."
"Apakah kalian tidak salah, aku telah membantu tuanmu?"
"Benar, ini tidak salah." jawab si A, "sudah lama tuanku selalu dikurung oleh kesulitan ini.
Karena jurus pedang ini, yaitu jurus ke-15 pedang Yan 13."
"Aku tahu jurus ini, bukankah semua ini sudah lewat?" tanya Bai Tian Yu.
"Benar, sekarang memang sudah menjadi masa lalu," jawab si A, "di depan Tuan Muda Bai, ini pasti bukan apa-apa."
Kata Bai Tian Yu dengan kaget, "Aku sama sekali tidak pernah melihat jurus ini."
"Tuan Muda Bai sudah pernah melihatnya," ucap si A sambil tersenyum, "kami berempat pada saat terakhir telah memaksa Tuan Muda Bai menerima jurus ini."
"Apakah jurus tadi?"
"Betul!" jawab si A.
"Jurus itu yang bisa mengalahkan pesilat pedang nomor satu Xie Xiao Feng?" tanya Bai Tian Yu.
"Kemahiran kami tidak bisa bersaing dengan kemahiran Pendekar Yan 13 dulu tapi yang kami mainkan betul betul adalah jurus itu."
"Kalau kemahirannya tidak cukup, apakah bisa memainkan jurus tadi?"
"Sebenarnya tidak bisa," jawab si A, "tapi selama 10 tahun ini secara khusus kami berlatih jurus ini. Sebenarnya jurus yang kami keluarkan tadi belum ada lawannya. Tapi tetap tidak bisa menghadang pedang sakti milik Tuan Muda Bai."
Bai Tian Yu terdiam.
"Sudah beberapa tahun ini tuanku tenggelam menekuni ilmu pedangnya sampai mencapai taraf tertinggi," jelas si A, "tapi pada akhirnya tuanku tetap tidak bisa memecahkan jurus pedang itu."
Bai Tian Yu mengerti hal ini.
Xie Xiao Feng mengurung diri di tempat penyimpan pedang seperti seorang Budha yang menghadap tembok, mereka juga berusaha memecahkan jurus pedang itu. Begitu mereka sudah memecahkannya, maka mereka mencapai ke taraf yang lebih tinggi lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bai Tian Yu tidak perlu membuat pertumpahan darah untuk memecahkan jurus ini. Ini membuat Xie Xiao Feng mengerti. Begitu Bai Tian Yu mengaku kalah kepada Xie Xiao Feng, Xie Xiao Feng tidak menerimanya begitu saja.
Begitu mendengar kata-kata si A, Bai Tian Yu merasa senang. Tadinya dia masih merasa sedikit menyesal, sekarang rasa sesal ini sudah tidak ada.
"Sekarang di Wisma Shen Jian tidak ada lagi tempat penyimpanan pedang," kata Bai Tian Yu kepada si A dan teman-temannya.
"Benar," kata si A, "memang tidak diperlukan lagi."
"Kalian berempat tidak perlu menjaga lagi di sini."
"Benar," kata si A sambil mengangguk, "Tuan Muda Bai sudah membantu tuanku juga membantu kami lepas dari beban."
"Apakah kalian berempat masih akan tinggal di sini?"
"Tadi Nona Xie ingin kami tinggal di Wisma Shen Jian tapi kami sudah menolaknya," kata si A,
"Wisma Shen Jian tidak cocok untuk kami."
"Di mana tempat yang cocok untuk kalian?"
"Banyak. Dulu kami hidup karena pedang, demi pedang pula kami harus tetap hidup. Sekarang kami bisa meletakkan pedang dan berbuat banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan," jawab si A,
"sepertinya aku bisa memelihara ikan, aku bisa membuka tempat pemeliharaan ikan. Si B senang menanam bunga, dia bisa menjadi tukang kebun."
"Apakah kalian ingin mengubur pedang kalian?"
"Benar, kami akan mengubur pedang kami."
"Kalian tahu, kalau kalian tidak meletakkan pedang pun, kalian masih bisa menikmati banyak kehormatan."
"Kami tahu. kata tuanku, jika kami keluar dari sini pasti jarang ada jago silat yang bisa menandingi kami. Kami akan menjadi pesilat tangguh."
"Apakah kalian tidak menginginkannya?"
"Walaupun kami menginginkannya tapi kami pasti akan mengalami banyak kesulitan. Jika sudah menjadi pesilat tangguh, kami tidak akan ada waktu untuk melakukan pekerjaan yang kami suka,"
kata Si A, "Tuan Muda Bai tidak melihat, umur kami sudah tidak muda lagi. Boleh dikatakan sudah melewati setengah abad. Dulu karena pedang kami bisa hidup, sekarang kami tidak akan hidup karena pedang lagi. Kami akan hidup untuk kami sendiri."
Bai Tian Yu menjadi hormat kepada keempat orang itu. Mereka tidak peduli lagi dengan nama dan kedudukan, kelak mereka pasti akan hidup dengan senang dan bahagia.
"Apakah kalian sudah memutuskan jalan kehidupan kalian?" tanya'Bai Tian Yu.
"Sudah," jawab si A, "waktu tuanku membangun kuburan pedang ini, beliau memberikan 51.200 tail perak kepada kami."
"Jumlah yang lumayan besar."
"Tapi ini adalah gaji kami di tahun pertama."
"Itu adalah tahun pertama, kalau sudah 10 tahun, jumlahnya pasti tidak terhitung lagi."
"Tidak, semua ini bisa dihitung dengan mudah," kata si A, "hanya ada satu, sebuah uang seharga 100 tail."
"Hanya itu?" tanya Bai Tian Yu, "hanya ada seratus tail?"
"Benar," kata si A, "tuanku sangat loyal."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bai Tian Yu melihat mereka, "Apakah otak kalian bisa berpikir dengan sangat jelas?"
Si A tertawa, "Otak Tuan Muda Bai pun tidak terpikir, hanya kau tidak tahu bagaimana perjanjian antara kami dengan tuan kami."
"Oh ya?" tanya Bai Tian Yu, "bagaimana tentang perjanjian kalian?"
"Perjanjiannya adalah begitu kalau kami tinggal di sini selama 1 tahun dan bila kami ingin pergi maka kami boleh membawa pulang uang sejumlah 51.200 tail. Pada tahun kedua bila kami ingin pergi kami boleh membawa uang sejumlah 25.600 tail," kata si A, "setiap tahun jumlah uang akan berkurang separuhnya, sekarang sudah berlalu 10 tahun, jadi yang tersisa tepat 100 tail."
"Perhitungan gaji seperti apa ini?"
"Ini adalah perhitungan antara tuanku dan kami," kata si A sambil tertawa, "kalau kami tinggal di sini selama satu tahun, ilmu pedang kami memang tinggi tapi hati kami tidak merasa tenang, maka dengan banyak uang baru bisa hidup dengan tenang. Kalau tidak kami akan menjadi perampok atau golongan sesat baru bisa memuaskan hidup kami sendiri."
"Sepertinya ada sedikit benar," kata Bai Tian Yu. "Tuanku kalau bekerja selalu mempunyai maksud dan tujuannya dan ternyata tujuannya benar."
"Kalau aku baru datang beberapa tahun kemudian, kalian hanya akan mendapatkan 1 tail perak." kata Bai Tian Yu sambil tertawa.
"Benar," jawab si A, "kalau kami ikut dengan tuanku, satu tail pun tidak kami peroleh. Waktu itu hidup kami akan terasa lebih senang."
"Kalau begitu, apakah aku datang terlalu awal?"
"Kami hanya berharap kami bisa ikut dengan tuanku selama beberapa tahun lagi. Tapi begitu memikirkan kalau tuanku bisa keluar dari sini dan naik lebih tingkat yang lebih tinggi lagi.
Pengorbanan yang kami lakukan itu pantas."
"Betul, benar-benar sangat pantas." Mereka malah merasa beruntung lepas dari budak pedang, malah menganggap itu adalah suatu pengorbanan. Semua orang akan menganggap mereka adalah orang bodoh. Hanya mereka sendiri yang tahu itu bukan suatu kebodohan.
Yang pasti, Bai Tian Yu pun telah mengerti.
-ooodwooo- BAB 2 Bunga dalam deraian hujan
Pagi ini turun hujan, hanya hujan gerimis.
Bunga tampak bergerak-gerak di dalam hujan, begitu pula dengan orang-orang.
Huang Fu Qing Tian memakai payung kertas, berdiri di depan bunga raja itu, dia terus menatap bunga itu.
Air hujan membasahi payung itu, air mengikuti aliran hujan jatuh ke bawah kemudian meresap ke dalam tanah.
Bunga itu berada di sudut dinding, berwarna kuning muda, bunga itu terdiri dari 5 kelopak dan memancarkan wangi yang enak bila dicium, seperti wangi seorang perawan.
Bunga itu pantas dikatakan sebagai bunga raja. Tinggi bunga itu melebihi tinggi seorang anak kecil yang berusia 5 tahun, mungkin malah setinggi anak yang berusia 7 tahun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bunga itu tidak memiliki daun, hanya terdiri bunga dan tangkainya saja, besar tangkai itu sebesar lengan orang dewasa.
Huang Fu Qing Tian tidak yakin apakah tangkai itu bisa menahan berat bunga yang tampak besar, berapa lama dia bisa bertahan"
Hujan telah membasahi bumi dan telah mencuci bersih debu yang sudah lama menempel di tempat sampah itu. Tapi hujan tidak bisa membersihkan dan menghapus kenangan yang ada di dalam pikiran Huang Fu Qing Tian.
Sebuah kenangan yang menyedihkan juga ada kenangan yang manis.
Di dunia ini suatu persoalan bila sudah berlangsung lama maka hal itu akan pudar termasuk apa yang disebut dengan cinta. Hanya kenangan yang tidak dapat pudar begitu saja, malah semakin lama akan semakin melekat dengan kuat dalam ingatan.
Walaupun yang ada adalah kenangan sedih tapi orang-orang malah menikmatinya. Meskipun kenangan itu adalah sebuah kenangan yang sedih tapi masih ada kenangan manis.
Huang Fu Qing Tian melihat bunga tapi pikirannya melayang ke masa lalu.
Dalam setiap kenangan pasti akan teringat kepada seseorang, seorang perempuan yang mempunyai kaki panjang, rambut yang diikat dengan rapi, menyerupai ekor kuda. Rambutnya selalu mengikuti gerakannya ketika meloncat atau bergerak, seperti pohon Yang Liu yang tertiup oleh angin musim semi.
Walaupun hati Huang Fu Qing Tian terasa pedih dan sakit tapi mulutnya masih bisa tersenyum dengan manis.
Pertarungan yang berlangsung 20 tahun lalu telah membuatnya terkenal tapi sekaligus membuat dia kehilangan orang-orang yang dia cintai. Kalau saja dia bisa mundur ke masa lalu dan mengulangi kembali kejadian itu, apakah dia tetap akan melakukan hal seperti yang telah dia lakukan 20 tahun yang lalu"
Apakah dia akan seperti itu"
Mengapa mengenang kembali masa lalu selalu membuat hati orang menjadi sedih seperti diiris dengan sembilu"
Kenangan yang ada kecuali hanya membuat seseorang merasa hatinya menjadi sakit tapi juga membuat dia menjadi tidak waspada, dan juga membuatnya terlambat untuk bergerak.
Biasanya sebelum dia memasuki tempat sampah itu, Huang Fu Qing Tian tahu kalau di tempat itu kental dengan hawa membunuh, tapi sekarang dia tidak merasakannya sampai seseorang telah berdiri di depan matanya, tapi dia masih belum merasakan kehadirannya.
Di mata Huang Fu Qing Tian hanya ada bunga raksasa itu, mengapa sekarang ada orang"
Orang itu datang dari mana" Apakah dia bersembunyi di bawah tanah" Atau bersembunyi di balik tembok"
Sekarang hujan masih turun, masih hujan gerimis, bunga itu masih tampak bergerak-gerak, tadinya dia hanya bergerak sedikit tapi sekarang terlihat seperti bertambah cepat dan kencang, tiba-tiba bunga itu hancur.
Bersamaan dengan hancurnya bunga itu muncul bayangan seseorang dengan perawakan kurus dan kecil, bayangan itu keluar dari serpihan bunga itu, di tangannya tampak sinar berkelebat.
Sinar itu berwarna hijau tua.
Cahayanya membawa racun ganas.
Dalam keadaan yang sama sekali belum siap, dan jarak yang terbentang begitu dekat, pada saat Huang Fu Qing Tian tidak berkonsentrasi penuh, tiba-tiba muncul seorang pembunuh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pembunuh tangguh dan di tangannya ada senjata beracun, siapa yang bisa menghindari senjata itu"
Sekalipun Huang Fu Qing Tian berada dalam keadaan waspada, dia pun tidak akan bisa menghindari serangan itu, apalagi orang itu muncul dari dalam bunga, dan di belakang tubuh Huang Fu Qing Tian masih ada dua buah pedang mengancam.
Dua pedang itu mengikuti hembusan angin, pedang yang satu panjang dan pedang yang satu tampak pendek, satu dari kiri dan satu dari kanan siap menusuk ke kedua sisi Huang Fu Qing Tian.
Semua berlangsung dalam waktu yang singkat hingga saat-saat terakhir.
Di bumi hanya tertinggal suasana sepi dan sunyi. Kematian yang sepi. Sepi karena kematian.
Semua ini terjadi pada saat Huang Fu Qing Tian berada dalam keadaan tidak berkonsentrasi penuh, juga pada saat Huang Fu Qing Tian belum sadar dengan apa yang telah terjadi, tapi semua ini telah berakhir.
Pada saat bunga itu hancur dan orang itu meloncat, Huang Fu Qing Tian sadar kalau dirinya tidak akan bisa menghindari serangan itu, sewaktu dia akan mundur, dia pun sudah merasakan kalau di belakang dan di kedua sisinya ada hawa dingin yang menyergapnya.
Dia sadar dia sama sekali tidak bisa bergerak sekalipun dia ingin bergerak sebisanya kemanapun, tapi dia tetap tidak akan bisa menghindar, serangan itu dilakukan dari depan dan belakang.
Dia tahu kali ini dia pasti akan mati, tapi dia sama sekali tidak merasa takut, dia hanya merasakan suatu kehampaan.
Di dalam pikiran dan di dalam hatinya sama sekali tidak ada pikiran lain, hanya ada kehampaan. Perasaan ini tidak dapat dikatakan dengan bahasa apa pun, hanya saja orang yang pernah mengalaminya akan merasakan perasaan seperti itu.
Ternyata kematian tidak seseram seperti apa yang dibayangkan selama ini. Huang Fu Qing Tian tidak merasa takut, tiba-tiba dia tertawa, tawanya seperti melepaskan semua hal yang ada di dunia ini.
Sewaktu dia tertawa tiba-tiba dari atas turun bayangan seseorang, kemudian dia mendengar ada suara pedang terputus sebanyak 2 kali, kemudian terdengar dua kali teriakan.
Bayangan orang itu belum mendarat, senjata yang ada di tangannya terlihat seperti kait dan sudah mengunci pedang panjang dan pendek itu.
Suara pedang patah baru terdengar setelah melihat bayangan seseorang turun dan orang itu telah membalikkan badannya. Dua pedang sudah terkunci, lepas, kemudian melayang. Melayang ke arah pemegang pedang pendek dan pedang panjang.
Pedang yang telah patah itu menancap di leher mereka berdua, terdengar teriakan dan setelah itu terlihat darah mereka bercipratan ke mana-mana.
Kemudian bayangan itu turun dan membalikkan badannya, dia berputar di depan mereka, dan melewati belakang Huang Fu Qing Tian. Sewaktu dia membalikkan badan, kait yang dipegang oleh orang itu seperti dibongkar, tapi juga seperti tidak. Begitu dia berputar di depan Huang Fu Qing Tian, kait yang dipegang oleh orang itu sudah memghilang, dan digantikan dengan golok.
Sebuah golok melengkung.
Kemudian Huang Fu Qing Tian melihat golok melengkung itu seperti membuat gambar cahaya dari atas ke bawah, dia seperti menggambar bulan sabit.
Begitu cahaya itu tampak, terdengar suara teriakan lagi. Orang yang muncul dari bunga raksasa itu jatuh seperti bulan sabit, kemudian setelah itu bumi dan langit tampak hening.
-ooodwooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hujan gerimis dengan cepat membersihkan darah yang berasal dari mayat-mayat itu.
Tiga mayat yang bergelimpangan di tanah dan wajahnya tertutup oleh topeng.
Topeng itu bergambar setan.
Huang Fu Qing Tian tidak melihat mayat itu, dia hanya melihat orang yang telah menolongnya.
Tapi orang itu tidak melihatnya, dia menatap ke belakang Huang Fu Qing Tian.
Ada apa di belakang Huang Fu Qing Tian"
Apakah ada pembunuh yang masih tersisa"
Di belakang Huang Fu Qing Tian tampak ada seseorang, tapi dia bukan pembunuh, dia adalah Zai Si.
Zai Si tertawa dan bertepuk tangan, "Bagus! Baik sekali Ren Piao Ling," kata Zai Si, "bagus sekali aksi dari Pedang Lei Hen."
Ternyata orang yang diam-diam menolongnya adalah Ren Piao Ling, Huang Fu Qing Tian melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Apakah kau adalah Ren Piao Ling?"
"Benar."
"Kau adalah pembunuh bayaran termahal Ren Piao Ling?"
"Juga pembunuh bayaran termiskin," kata Ren Piao Ling sambil tertawa.
"Katanya asalkan ada uang kau bisa membunuh siapapun."
"Kabar itu salah," kata Ren Piao Ling, "aku mempunyai 3 persyaratan tersendiri."
"Apakah 3 persyaratan itu?"
"Kalau orang itu orang baik tidak akan kubunuh, bila aku sedang tidak senang aku tidak akan membunuh."
"Apa yang satu lagi?"
"Bila aku terlalu senang pun tidak akan membunuh."
Huang Fu Qing Tian melihat Ren Piao Ling tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Pantas kau juga disebut sebagai pembunuh yang paling sengsara, orang seperti dirimu mempunyai 3 persyaratan untuk tidak membunuh, pasti akan hidup dengan sengsara sampai mati."
"Walaupun aku belum hidup sampai sengsara dan mati tapi sepertinya akan terjadi seperti itu,"
Ren Piao Ling tertawa, "kalau hari ini tidak ada bisnis yang kulakukan, malam ini aku akan mati karena sengsara."
"Apakah aku boleh menyuruhmu menerima bisnis ini?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Bukan Anda tapi uang Anda."
"Uangku?" Huang Fu Qing Tian tampak terkejut, "siapa yang membayarmu dengan uangku?"
"Akulah yang membayarnya," jawab Zai Si. Huang Fu Qing Tian tidak membalikkan badan, dia hanya menghela nafas dan berkata, "Mengapa setiap kali kau melakukan sesuatu, aku selalu tahu yang paling akhir?"
Zai Si belum sempat menjawab, Ren Piao Ling sudah membuka mulut, "Aneh, ini memang aneh."
"Apa yang aneh?"
Zai Si berkata, "Perkumpulan Para Durjana selalu tidak bisa dilihat oleh siapa pun gerakannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu tidak benar," tanggap Ren Piao Ling, "karena pembunuhan yang dilakukan mereka hari ini, mereka pasti sudah merencanakannya sejak lama, dan telah berlatih berulang kali, mereka pasti menginginkan gerakan mereka kali ini 100% berhasil."
Ren Piao Ling melihat mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan berkata, "Kalau mereka menginginkan pembunuhan ini 100% berhasil mengapa mereka masih harus menggunakan
topeng?" Setelah Ren Piao Ling bicara seperti itu, Zai Si baru merasa curiga.
"Apakah maksud mereka menggunakan topeng?" tanya Ren Piao Ling.
"Supaya tidak dikenali oleh orang-orang siapa mereka sebenarnya," yang menjawab adalah Zai Si.
"Bila mereka yakin 100% akan berhasil melakukan pembunuhan ini mengapa mereka masih harus menggunakan topeng?" Ren Piao Ling melihat topeng yang masih melekat di wajah mayat itur, "Apakah...apakah mereka melakukan semua ini karena...."
Tiba-tiba Zai Si berjongkok dan membuka topeng itu.
"Aku pikir walaupun kau membuka topeng itu, belum tentu kau bisa melihat wajah mereka,"
kata Ren Piao Ling.
Zai Si bertanya, "Mengapa?"
"Mereka menggunakan topeng maksudnya tak lain adalah agar kita tidak mengenali mereka,"
jelas Ren Piao Ling, "tuan mereka pasti bisa menebak apa yang akan terjadi bila mereka mati, kita pasti akan membuka topeng dan melihat wajah di balik topeng itu."
Ren Piao Ling membalikkan badannya untuk melihat Zai Si, lalu berkata, "Tuan mereka sudah memperhitungkan semuanya, coba kau pikir apakah mereka akan membereskan wajah mereka agar tidak terlihat oleh kita?"
-ooodwooo- Topeng itu dibuka, dan mereka tidak bisa mengenali wajah orang-orang itu, wajah mereka sudah tidak berdaging, hanya tinggal tulang tengkorak yang terlihat, ternyata daging wajah mereka sudah dihancurkan oleh semacam obat.
Obat itu dibubuhkan di balik topeng, begitu mereka mati maka obat itu akan mengalir keluar dan segera menghancurkan wajah mereka.
"Cara yang sangat kejam," kata Huang Fu Qing Tian, "mereka mati pun tetap tidak dilepaskan begitu saja."
Zai Si melihat mayat-mayat itu dan dengan pelan dia berdiri kemudian berkata, "Aku salah."
"Kau salah?" tanya Huang Fu Qing Tian, "apakah kau bisa membuat kesalahan?"
"Bisa," Zai Si mengangguk, "kali ini aku telah melakukan suatu kesalahan besar."
"Kau telah salah apa?" tanya Ren Piao Ling.
"Hari ini sasaran mereka bukan Nan Jun Wang," Zai Si membalikkan kepalanya menatap Huang Fu Qing Tian.
"Apakah Anda masih ingat surat yang diantarkan bersama-sama dengan perhiasan itu tertulis apa?"
"Ya, aku ingat," jawab Huang Fu Qing Tian, "surat itu berisi : sepertinya Tuan sudah bertemu dengan putri Tuan yang menghilang 20 tahun yang lalu, kami merasa sangat senang, dan kami memberikan...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Huang Fu Qing Tian tidak melanjutkan kata-katanya, karena tiba-tiba saja dia teringat kepada sesuatu yang menakutkan, dia melihat Zai Si, lalu dia membalikkan badan dan berlalu dari sana.
"Sudah terlambat," Zai Si berteriak, "aku yakin dia tidak ada di sana lagi."
-ooodwooo- BAB 3 Kemampuan seorang perempuan
Apakah perempuan itu menarik" Bukan karena wajahnya cantik atau tidak, melainkan apakah dia bisa menggunakan kemampuan yang dimilikinya.
Seorang perempuan menarik bukan hanya dipandang apakah dia berani buka-bukaan
melainkan bagaimana dia bisa menutupi tubuhnya.
Seorang perempuan yang telanjang bulat memang mempunyai daya tarik di depan laki-laki, tapi ketertarikan seperti ini ada batasnya.
Tubuh seorang perempuan yang dibungkus dengan baju dan berpenampilan rapi walaupun dia kehilangan kecantikannya tapi dia tetap mempunyai daya tarik tersendiri, perempuan yang telanjang pun kadang-kadang tidak enak dipandang.
Sekarang Xie Xiao Yu terlihat sangat menarik.
Begitu Bai Tian Yu keluar dari tempat penyimpanan pedang dan keluar dari wisma pedang, dia melihat Xie Xiao Yu. Dengan aneh Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu yang sekarang ada di depannya. Dia harus mengakui daya tarik Xie Xiao Yu. Tidak ada seorang pun yang bisa bertahan dari godaan Xie Xiao Yu.
Dia tidak menyia-siakan kemampuannya sebagai perempuan dan dia mempunyai modal yang cukup untuk dipamerkan.
Xie Xiao Yu tahu bagian mana yang harus dibuka karena itu dia memakai baju tranparan, membuat tubuh dan kulitnya terlihat oleh orang-orang terutama laki-laki.
Dan dia menutupi bagian-bagian rahasia dari tubuhnya dengan rapat, dengan begitu daya tariknya malah bertambah kuat.
Di balik baju transparan itu dia masih mengenakan dua tali panjang berwarna kuning emas dan tali terpasang lagi dengan tali-tali kecil dalam bentuk berjejer. Tali-tali itu panjangnya hanya beberapa centimeter.
Tali itu menutupi bagian dadanya yang memuncak, dengan pas menutupi payudaranya.
Sedangkan yang satu jejer lagi yang berada di bawah menutupi perutnya.
Tali-tali itu terlihat sangat lembut, begitu dia menggerakkan tubuhnya, tali-tali itu. pun ikut bergoyang. Pada saat bergoyang inilah membuat sorot mata lelaki ingin melihatnya.
Hanya dengan melihat itu saja bisa membuat jantung orang berdetak lebih cepat.
Dengan gerakan indah Xie Xiao Yu memutar tubuhnya, sekali lagi memamerkan tubuhnya yang bagus dan montok. Kemudian dengan tersenyum senang dia berkata, "Apakah baju ini indah?"
Bai Tian Yu harus mengakui kecantikan Xie Xiao Yu.
"Kalau kau mengatakan indah, pasti benar-benar cantik," kata Xie Xiao Yu, "baju ini didatangkan dari luar negeri. Pedagangnya mengatakan kalau harga baju ini beberapa ribu tail perak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Xie Xiao Yu tertawa lagi dan berkata, "Begitu benda ini dibawa ke Tiongkok, dia merasa menyesal karena di Tiongkok tidak ada orang yang berani memakainya. Aku tidak percaya dengan semua itu maka dia pun bertaruh denganku. Bila aku berani memakai baju ini di depannya, dia harus memberikan baju ini untukku."
"Kau memakai baju ini untuk diperlihatkan kepadanya?"
"Tidak," jawab Xie Xiao Yu, "setelah aku melihat tubuhku di cermin ketika mengenakan baju ini, tiba-tiba aku merasa baju yang melekat di badanku tidak hanya berharga beberapa ribu tail saja karena itu aku telah kalah, maka aku membayarnya 10.000 tail."
"Pantas bila dibayar dengan harga itu," kata Bai Tian Yu sambil mengangguk, "kalau aku jadi kau, aku akan lebih memilih kalah 10.000 tail dan tidak akan membiarkan dia melihat tubuhku."
"Aku tidak bermaksud seperti itu."
"Maksudmu apa?"
"Aku mengakui baju ini memang sangat indah, bisa menonjolkan lekuk-lekuk indah tubuh seorang perempuan," kata Xie Xiao Yu, "kecantikan memang untuk dinikmati."
"Benar," kata Bai Tian Yu sambil tertawa.
"Aku hanya merasa kalau orang itu tidak pantas menikmati kecantikanku ketika mengenakan baju ini," kata Xie Xiao Yu, "aku pernah memakai baju ini di hadapan beberapa orang laki-laki."
"Aku bisa menebak keadaan mereka."
"Benar, mata mereka melotot hingga besar, mulut mereka menganga seperti ingin mengupasku hingga telanjang baru mereka akan merasa puas."
"Itu sangat normal."
"Mereka menganggap aku sepotong daging. Di mata mereka aku adalah seorang perempuan, tapi mereka tidak memandang kecantikanku," Xie Xiao Yu tertawa, "kepada laki-laki yang seperti itu, ada mata tapi tidak mempunyai biji mata, untuk apa aku menyia-nyiakan kecantikanku di depan mereka" Karena itu aku menghukum mereka."
"Oh ya?"
"Aku menghukum dengan cara mereka harus makan sepotong daging."
"Hukuman itu tidak terlalu berat."
"Daging itu beratnya 5 kilogram," kata Xie Xiao Yu sambil tertawa, "dan daging itu adalah daging mentah."
"Kalau begitu pasti akan sulit ditelan."
"Benar, tapi mereka begitu menurut kemudian mereka pun memakannya sampai habis," kata Xie Xiao Yu tertawa lagi, "ada seseorang pada saat dia telah menggigit daging itu dua kali, dia malah memuntahkannya kembali, kemudian aku membutakan sebelah nyatanya, yang lain terpaksa menurut dan menghabiskan daging itu."
"Mereka lebih memilih makan daging mentah daripada mata mereka dibutakan," kata Bai Tian Yu, "tapi kau pun keterlaluan karena kau yang memancing mereka untuk melihatmu."
"Benar, aku sengaja menyuruh mereka melihatnya," kata Xie Xiao Yu, "tapi sebelumnya sudah ada perjanjian di antara kami, sesudah menikmati tubuhku mereka harus berdiri dan pergi ke tempat lain untuk memberikan komentar."
"Lalu bagaimana akhirnya?"
"Akhirnya tidak ada seorang pun yang berani berdiri karena tempat yang kusediakan itu semuanya adalah perempuan," kata Xie Xiao Yu, "mereka semua adalah perempuan-perempuan terhormat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau ada laki-laki bisa bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan dengan tenang berbicara dengan orang lain, laki-laki ini bukan seorang laki-laki," kata Bai Tian Yu, "kecuali dia adalah laki-laki yang mempunyai penyakit tertentu."
"Kau jangan menganggap semua laki-laki tidak baik," Xie Xiao Yu tertawa dan terlihat sangat suci, "paling sedikit aku sudah menemukan seorang laki-laki seperti itu, dia bisa melihatku dari sisi seni. Dia tidak merasa aneh juga tidak mempunyai pikiran macam-macam."
"Laki-laki ini pasti mempunyai penyakit."
"Setahuku, laki-laki ini tidak mempunyai penyakit," kata Xie Xiao Yu, "dia sangat sehat dan juga normal."
"Apakah ada laki-laki seperti itu" Aku benar-benar mengaguminya," kata Bai Tian Yu, "siapakah dia" Aku ingin berteman dengannya."
"Aku tahu, kau pasti senang bila bertemu dengannya," kata Xie Xiao Yu, "karena itu aku telah mengundangnya ke sini. Marilah kita temui dia."
"Walaupun aku senang bertemu dengan orang itu tapi aku tidak senang bila harus aku yang mencarinya."
"Dia mempunyai alasan tidak bisa datang ke sini."
"Bagiku tidak ada alasan yang bisa dijadikan alasan."
"Kau pasti akan memaafkan alasannya," kata Xie Xiao Yu, "kalau alasannya tidak membuatmu puas kau boleh segera membunuhku."
"Aku tidak ingin karena urusan kecil harus membunuh orang."
"Tidak perlu kau yang melakukannya," kata Xie Xiao Yu, "kalau kau menganggap dia tidak mau keluar, dan tidak bisa memaafkannya, maka aku akan segera memenggal kepalaku sendiri."
Dia berani mempertaruhkan nyawanya, walaupun orang itu adalah Bai Tian Yu yang tidak tertarik kepadanya, dia pun merasa persoalan ini aneh.
Jalan penuh dengan bunga, di ujung jalan terdapat sebuah rumah yang harum.
Rumah itu sangat aneh, kecuali bunga di sana tidak ada benda lainnya.
Bunga digantung di tembok, di dalam pot penuh dengan bunga. Karpet pun dianyam dengan corak bunga. Satu-satunya meja yang ada di sana pun diukir dengan motif bunga.
Benar-benar seperti dunia bunga. Ada yang ada di atas pohon, di sawah, ada pula yang berada di dalam air.
Di tengah-tengah rumah ini terdapat sebuah kolam kecil yang terbuat dari batu putih. Di atas kolam itu terdapat beberapa teratai putih.'
"Ini adalah kamar tidurku," kata Xie Xiao Yu, "aku sangat menyukai bunga, di sini tempatnya berantakan. Kakak Bai, kau jangan menertawakanku."
Semua orang jika sudah sampai di sini, akan membuat mata terasa lebih segar.
"Aku pernah membaca sebuah puisi dari jaman kuno, ada sebuah wangi bunga yang bisa menyerang orang atau ada sebuah gambar yang bisa membuat orang merasa hangat. Tapi aku tidak mengerti mengapa wangi bunga begitu lembut, tidak seperti hawa pedang atau golok yang menyerang orang. Hari ini aku datang ke sini baru merasakan bahwa wangi bunga bisa menyerang orang," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "kau menanam bunga hampir memenuhi seluruh tempat ini, tapi bunga-bunga ini terasa membawa hawa membunuh."
Wajah Xie Xiao Yu berubah, tapi dia segera tertawa dan berkata, "Pasti karena ayahku adalah pesilat pedang terkenal, dan aku bukan perempuan biasa yang mudah dihina."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku percaya pada kata-kata itu," Bai Tian Yu melihat bunga mawar yang berada di sisinya dan berkata, "setiap saat bunga ini akan selalu mengeluarkan panah beracun yang mematikan."
Kemudian dengan jarinya dia menyentil bunga mawar itu.
"Mawar berduri', semua pun sudah tahu tapi duri mawar paling-paling hanya akan menusuk orang tapi tidak akan meminta nyawa.
Tapi mawar yang ada di rumah Xie Xiao Yu bisa meminta nyawa..
Panah kecil yang terbuat dari baja itu bertenaga sangat besar dan mengeluarkan sinar biru. Itu adalah sinar yang telah diberi racun.
Panah keluar dari bunga mawar. Melesat ke sebuah tiang yang terukir pohon Mei Hua.
TING TANG, terdengar suara berdenting. Bunyi dari panah kecil itu yang menancap separuh di pohon Mei Hua itu. Pohon Mei Huanya ternyata terbuat dari besi.
Ruangan yang penuh dengan bunga, mengapa bisa ada sebuah pohon Mei Hua"
Apa kegunaan dari pohon besi itu"
"Baiklah. Sejak dulu bunga mawar memang banyak duri dan juga begitu perasa. Bunga Mei Hua bertulang besi tapi hatinya dingin seperti es," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "selain kau tahu mengenai keindahan bunga, kau pun tahu bagaimana jiwa sekuntum bunga."
Wajah Xie Xiao Yu tidak berubah, dia tertawa, "Perhiasan-perhiasan yang ada di sini, Kakak Bai tidak perlu melihatnya."
Bai Tian Yu tertawa, dia melihat ke seluruh ruangan dan bertanya, "Mana dia" Bukankah kau membawaku kemari untuk bertemu dengan laki-laki itu?"
Xie Xiao Yu tertawa dan berkata, "Dia ada di depanmu."
Di depan Bai Tian Yu tidak ada siapa pun, hanya ada sebuah cermin besar dan terpantul sosok Bai Tian Yu.
"Mana dia?"
"Apakah kau tidak melihatnya?" Xie Xiao Yu menunjuk cermin, "dia berdiri di depanmu."
Bai Tian Yu melihat cermin. Dia melihat bayangan dirinya yang ada di cermin.
"Orang ini melihatku dari sisi seni," Xie Xiao Yu melihat sosok Bai Tian Yu yang ada di dalam cermin. Dia berkata lagi, "Kakak Bai, alasannya tidak keluar untuk bertemu denganmu, sekarang apakah kau sudah merasa puas?"
"Puas, aku sangat puas."
Bai Tian Yu hanya bisa menjawab seperti itu. Sejak dulu siapa yang bisa menyuruh orang yang ada di dalam cermin bisa keluar untuk bertemu sosok aslinya"
"Kalau sudah merasa puas, apakah Kakak Bai ingin menghukumnya?"
"Apakah harus menghukumku dengan memakan 10 kilogram daging mentah?"
'Kakak Bai bukan orang yang pantas makan daging," kata Xie Xiao Yu, "aku mempunyai arak yang terbuat dari ratusan jenis bunga. Apakah Kakak Bai ingin mencobanya?"
"Itu sudah pasti, ada perempuan cantik, harus ada arak yang bagus."
"Tapi di sini tidak ada teh," kata Xie Xiao Yu, "arak itu tidak boleh minum bersama-sama dengan daging, kalau tidak rasanya akan berbeda."
"Benar juga," Bai Tian Yu juga tertawa, "di tempat seperti ini ada dewi yang menemaniku, kita harus bersikap seperti dewa dan dewi pada saat meminumnya, mana boleh ada daging."
Bai Tian Yu berubah dia lebih banyak berbicara tapi Xie Xiao Yu telah setuju dan masih dijelaskan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya pembicaraan ini sangat mengasyikkan tapi wajahnya terlihat sepertinya dia sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Dia berjalan ke kolam kecil itu. Dari dalam air dia mengeluarkan sebuah botol keramik. Mulut botol itu ditutup dengan lilin. Dia membuka tutup botol itu dengan jarinya. Kemudian dia mencari 2 gelas kristal dan meletakkannya di atas meja. Kemudian dia menuangkan arak itu ke dalam 2
gelas. "Arak ini cocok diminum pada saat dingin, karena itu aku selalu mendinginkan dengan air kolam ini. Silakan Kakak Bai mencobanya."
Begitu mengangkat gelas, Bai Tian Yu merasa botol itu sangat dingin. Dia tertawa dan berkata,
"Benar-benar dingin."
"Betul, air kolam ini berasal dari mata air yang dingin," jelas Xie Xiao Yu, "dingin seperti es."
"Aku tidak tahu kalau di dalam wisma ini ada mata air yang begitu dingin," ucap Bai Tian Yu,
"setahuku, hanya di tempat paling barat di Xing Shu Hai ada sebuah kolam yang sangat dingin dan air yang mengalir pun sangat dingin."
"Pengetahuan Kakak Bai sangat luas. Tempat-tempat sepi seperti itu Kakak Bai pun tahu," kata Xie Xiao Yu, "sebenarnya mata air ini hanya mata air biasa, hanya mata air kota Wu Si ditambah dengan mata air Hang Zhou."
"Kedua mata air itu sangat terkenal," kata Bai Tian Yu, "mata air di kota Wu Si sangat baik untuk dijadikan arak. Mata air yang ada di kota Hang Zhou sangat baik untuk memasak."
"Aku hanya mengambil separuh-separuh, jadi ini hanya mata air biasa."
"Jika kedua mata air ini disatukan akan terasa dingin, aku baru mendengar hal seperti ini."
"Betul, air bisa dingin karena air itu masuk melewati pohon Mei dan keluar dari akar bunga Mei Hua besi itu, hanya itu saja."
Bai Tian Yu melihat pohon Mei Hua itu dan berkata, "Pantas walaupun air panas yang mengalir ke dalam, keluar pasti akan menjadi air dingin," kata Bai Tian Yu, "Nona Xie memang sangat pintar."
Besi memang dingin. Walaupun dijemur di udara panas sekalipun besi tetap akan terasa dingin.
Tapi besi pohon itu adalah besi terbaik dan jarang ada di sana. Besi itu biasanya untuk membuat pedang atau golok pusaka. Tapi Xie Xiao Yu malah membuat pohon Mei Hua.
Pohon itu terbuat dari besi dingin. Tapi panah tadi bisa menancap ke dalam pohon itu, berarti panahnya lebih aneh dan lebih istimewa dari besi pohon Mei Hua"
Tapi Bai Tian Yu seperti tidak memikirkan hal ini lagi, bukan karena tawa Xie Xiao Yu yang membuatnya lupa untuk berpikir.
Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu, tiba-tiba dia menarik nafas.
Pada saat ini dan di tempat ini, dia masih bisa menarik nafas. Pantas ini membuat Xie Xiao Yu terkejut. Kata-kata berikut Bai Tian Yu lebih membuat Xie Xiao Yu kaget lagi.
"Aku pernah bertanya kepada ayahmu, apakah kau benar-benar putrinya?"
Xie Xiao Yu terpaku dan bertanya, "Apa jawaban ayahku?"
"Tidak kusangka, beliau mengatakan kalau
Pendekar Setia 13 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Peristiwa Burung Kenari 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama