Ceritasilat Novel Online

Anak Berandalan 3

Anak Berandalan Karya Khu Lung Bagian 3


ih tidak bisa merasa
bahwa dia itu adalah orang yang kaya mendadak.
Di dalam rimba persilatan orang seperti Thio Bu Kek jumlahnya tidak banyak, tetapi sekarang
berjalan bersama-sama dengan anak muda tadi, benar-benar seperti pengawalnya saja dia.
Orang ini apabila bukan Lian Seng Pek, di dalam dunia ini siapa lagi yang mungkin dapat
disamakan dengan Lian Seng Pek" Jikalau Lian Seng Pek bukan sedemikian itu, ia juga sudah
bukan Lian Seng Pek yang asli lagi!
Lian Seng Pek yang berjalan masuk, begitu masuk sudah melihat Siauw Cap It Long.
Dia juga tidak kenal dengan Siauw Cap It Long, lebih-lebih belum pernah bertemu muka
dengannya, lagipula sama sekali tidak bisa memikirkan bahwa pemuda yang sekarang berdiri
di ambang pintu ruangan itu adalah Siauw Cap I Long.
Akan tetapi ia hanya melihatnya sepintas lalu saja, ia sudah merasakan bahwa pemuda ini ada
banyak hal yang berbeda dengan yang lainnya...
Dalam hal apa sebetulnya berbeda" Dia sendiri juga tidak dapat mengatakan.
Ia ingin memandang lebih lama kepada pemuda ini, akan tetapi ia tidak dapat berbuat
demikian, sebab mengawasi dan mengamati seseorang terlalu melit, adalah suatu perbuatan
yang tidak sopan.
Dalam hidupnya Lian Seng Pek belum pernah melakukan suatu perbuatan yang melanggar
kesopanan........
Ketika semua orang sudah melihat kedatangan Lian Seng Pek dengan Thio Bu Kek, sudah
tentu lantas terdengar pula suara riuh dari tamu-tamunya di dalam ruangan.
Kemudian Thio Bu Kek pergi menjumpai Nyonya Besar Sim.
Sim Thay Kun meskipun masih berseri-seri tetapi dari matanya sudah tidak tampak lagi
perasaan gembiranya seperti tadi, ia agaknya seperti mendapat firasat bahwa urusan agak
tidak beres. Thio Bu Kek menjura memberi hormat dan kemudian berkata:
"Boanpwe datang terlambat, hingga mencapaikan Thay-hujin menunggu lama, di sini
Boanpwe haturkan maaf sebesar-besarnya."
"Tidak apa, datang terlambat bagaimana pun juga ada lebih baik daripada tidak datang.
Bukankah begitu?" berkata Sim Thay Kun sambil tertawa.
"Ya," jawab Thio Bu Kek.
"To Siao Thian, Hay-leng-cu dan si Raja Garuda tua itu, mengapa mereka tidak datang"
Apakah tidak ada muka untuk menemui aku?"
Thio Bu Kek menghela napas perlahan, katanya:
"Mereka benar-benar memang tidak ada muka untuk menemui Thay-hujin......"
Sepasang mata Sim Thay Kun seperti mendadak berubah menjadi muda, matanya bergerakgerak
dan ia berkata:
"Apakah goloknya telah hilang?"
Thio Bu Kek menundukkan kepala.
Sim Thay Kun berkata lagi dengan suara hambar:
"Golok hilang tidak halangan, asal orangnya jangan sampai ikut-ikutan hilang."
Thio Bu Kek menundukkan kepalanya semakin rendah, katanya:
"Boanpwe sebetulnya juga tak ada muka buat menemui Thay-hujin. Tapi......."
Sim Thay Kun mendadak tertawa, katanya:
"Kau tidak perlu memberi penjelasan, aku juga tahu bahwa dalam urusan ini tanggungjawabnya
bukanlah diserahkan kepadamu. Ada Raja Garuda tua dengan kalian bersama, ia
yang mau membawa golok itu, maka golok itu pasti hilang di tangannya."
"Biarpun begitu tapi boanpwe juga tetap tidak lepas dari kesalahan dalam hal kelalaian.
Jikalau tidak dapat merampas kembali golok itu, boanpwe tidak ada muka lagi untuk bertemu
dengan sahabat-sahabat rimba persilatan," berkata Thio Bu Kek sambil menghela napas.
"Orang yang bisa merampas golok dari tangan Raja Garuda tua, dalam dunia ini jumlahnya
juga tidak seberapa, siapakah orangnya yang berani merampas golok itu?" bertanya Sim Thay
Kun. "Hong Si Nio," jawab Thio Bu Kek.
"Hong Si Nio"........... nama ini aku rasanya sudah pernah dengar. Kabarnya ia memiliki
kepandaian yang cukup tinggi. Tapi kurasa dengan ilmu kepandaian seperti dia, barangkali
masih belum dapat merampas golok dari tangan si Raja Garuda!"
"Sudah tentu ia bukan sendirian, ada pembantunya," menjawab Thio Bu Kek.
"Siapa?" bertanya Sim Thay Kun.
Thio Bu Kek menghela napas panjang, baru menjawab sepatah demi sepatah:
"Siauw Cap-it-long!"
Orang-orang yang berada dalam ruangan itu tidak kecewa mendapat nama julukan orangorang
sopan, mendengar berita yang mengejutkan ini semua ternyata bisa berlaku demikian
tenang, tiada seorang pun di antara mereka yang menunjukkan sikap terkejut atau kecewa,
bahkan tiada seorang pun yang tampak membuka mulut. Sebab mereka tahu, pada saat seperti
itu, ucapan apa pun bisa menimbulkan perasaan pahit bagi Thio Bu Kek.
Sebagai orang sopan, tidak nanti mereka berbuat demikian.
Yang menunjukkan perasaan terkejut hanya dua orang, satu adalah Yo Khay Thay, yang lain
adalah Hong Si Nio.
Yo Khay Thay menatap Hong Si Nio, Hong Si Nio sebaliknya menatap wajah Siauw Cap-itlong.
Dalam hatinya sudah tentu merasa sangat heran, sudah tentu ia tahu bahwa golok yang hilang
itu bukanlah golok yang tulen. Kalau begitu di manakah golok yang tulen itu"
Mendengar disebutnya nama Siauw Cap-it-long, Sim Thay Kun baru mengerutkan alisnya,
lalu katanya seperti menggumam sendiri.
"Siauw Cap-it-long, Siauw Cap-it-long.... pada waktu paling belakangan ini mengapa aku
selalu mendengar nama orang ini" Segala kejahatan di dalam dunia ini seolah-olah diborong
olehnya sendiri."
Mendadak ia ketawa dan berkata lagi:
"Aku si nenek ini benar-benar ingin melihat rupa orang itu, sebetulnya dia orang yang
bagaimana macamnya" Seseorang dapat melakukan kejahatan demikian banyaknya,
sesungguhnya juga tidak gampang-gampang dapat dilakukan."
May Kang berkata sambil cemberutkan muka:
"Orang ini jikalau tidak disingkirkan, dunia Kang-ouw tidak akan aman, boanpwe cepat atau
lambat suatu kali kelak pasti akan dapat membawa batok kepalanya untuk diperlihatkan
kepada Thay-hujin."
Sim Thay Kun tidak menghiraukan segala omongannya, sebaliknya ia berkata kepada Chie
Ceng Teng: "Chie Ceng Teng, kau ingin batok kepala Siauw Cap-it-long atau tidak?"
Chie Ceng Teng berpikir sebentar, baru menjawab:
"Ucapan saudara May tidak salah, selama orang ini belum dapat disingkirkan, dunia Kangouw
tidak akan aman......."
Sim Thay Kun tidak menantikan habis ucapannya sudah bertanya lagi kepada Liu Sek Ceng:
"Liu Sek Ceng, bagaimana kau?"
"Boanpwe sudah lama ingin menguji kepandaian orang itu," menjawab Liu Sek Ceng cepat.
Mata Sim Thay Kun beralih kepada Lian Seng Pek, kemudian bertanya:
"Dan kau?"
Lian Seng Pek hanya tersenyum tanpa menjawab.
Sim Thay Kun menggelengkan kepala, mulutnya menggumam:
"Kau bocah ini segala-galanya semua baik, sayang tidak terlalu suka bicara..... kalian percaya
atau tidak, ia datang di tempatku sini sudah setengah bulan, tapi aku belum pernah dengar ia
berkata lebih dari sepuluh patah kata!"
Yo Khay Thay membuka mulut, tetapi segera dikatupkan lagi.
Sim Thay Kun bertanya padanya:
"Kau ingin bicara apa" Katakanlah. Apakah kau juga ingin meniru dia?"
Yo Khay Thay melirik kepada Hong Sie Nio, barulah berkata:
"Boanpwe selalu merasakan, ada kalanya tidak bicara lebih baik daripada terlalu banyak
bicara." Sim Thay Kun kini tertawa, katanya:
"Kalau begitu, bagaimana dengan kau sendiri" Kau ingin membunuh Siauw Cap-it-long atau
tidak?" "Orang itu namanya terkenal di segala pelosok sebagai orang jahat, siapapun yang bisa
menyingkirkannya, namanya akan kesohor di seluruh rimba persilatan, sudah tentu boanpwe
juga ada maksud seperti itu. Tapi...."
"Tapi apa?"
Yo Khay Thay menundukkan kepala, katanya sambil tertawa masam:
"Boanpwe... barangkali bukan tandingannya."
Sim Thay Kun tertawa besar, katanya:
"Baik, kau si bocah ini bicaramu masih jujur, aku si nenek justru suka sekali kepada orang
yang sopan santun dan mengetahui keadaan diri sendiri. Tapi sayang, aku tidak mempunyai
cucu perempuan yang kedua untuk dinikahkan kepadamu."
Wajah Yo Khay Thay kembali menjadi merah, matanya tidak berani memandang Hong Sie
Nio lagi.... hingga bagaimana sikap Hong Sie Nio pada waktu itu, ia mungkin dapat
membayangkan sendiri.
Kini pandangan mata Sim Thay Kun baru dialihkan lagi ke diri May Kang, katanya hambar:
"Kau lihat, ada demikian banyak orang, semuanya ingin mendapatkan batok kepala Siauw
Cap-it-long. Kau kata hendak menenteng batok kepala Siauw Cap-it-long untuk diperlihatkan
kepadaku, barangkali itu tidak mudah dilakukan."
O R A N G T O L O L
Hong Sie Nio memandang Siauw Cap-it-long, katanya perlahan:
"Ada demikian banyak orang menghendaki batok kepalamu, kau rasa bagaimana?"
"Aku senang sekali." menjawab Siauw Cap-it-long.
"Senang" Kau masih merasa senang?"
Siauw Cap-it-long tertawa.
"Aku masih belum tahu bahwa batok kepalaku demikian berharga. Kalau aku tahu begitu,
barangkali sudah lama kugadaikan ke rumah pegadaian."
Hong Sie Nio juga tertawa.
Malam itu sunyi, suara tertawanya seperti keliningan perak.
Di taman belakang di perkampungan keluarga Sim, setiap tetamu telah mendapat sebuah
kamar. Orang yang datang berkunjung ke kampung keluarga Siem, jikalau tidak mau
menginap satu malam, itu berarti terlalu tidak pandang muka kepada Sim Thay Kun.
Suara tertawa Hong Sie Nio dengan cepat sudah berhenti, katanya sambil mengerutkan alis:
"Golok yang kita rampas itu jelas adalah golok tiruan, tetapi yang merka kata kehilangan
golok yang tulen. Menurut kau, urusan ini aneh atau tidak?"
"Tidak aneh."
"Tidak aneh" Tahukah kau kemana perginya golok yang tulen itu?"
"Golok yang tulen....."
Baru berkata sampai di situ ia sudah mengatupkan bibirnya.
Sebab ia sudah dengar suara langkah kaki seseorang yang berjalan ke arahnya. Ia tahu itu
pasti adalah Yo Khay Thay, hanya langkah kakinya seorang sopan, baru perdengarkan
suaranya demikian berat.
Sebagai seorang sopan, tidak mungkin mau mencuri dengar pembicaraan orang dengan
caranya seperti maling.
Hong Sie Nio kembali mengerutkan alisnya, katanya perlahan:
"Sukma tidak buyar, kembali datang mengintil...."
Ia memutar tubuhna, mendelikkan matanya kepada Yo Khay Thay yang wakti itu sudah tiba
di belakangnya, katanya dingin:
"Apakah kau hendak mengucapkan terima kasih kepadaku?"
Muka Yo Kay Thay merah seketika, katanya:
"Aku.... tak ada maksudku begitu."
"Akupun sebetulnya yang harus mengucapkan terima kasih kepadamu. Coba tadi kau katakan
terus terang bahwa aku adalah Hong Sie Nio, orang-orang itu pasti tidak akan mau
melepaskan aku."
"Mengapa aku...hendak membuka rahasia?"
"Bukankah mereka mengatakan aku adalah maling yang mencuri golok itu?"
"Aku tahu bukan kau."
"Bagaimana kau tahu?"
"Sebab....sebab.... aku percaya kepadamu."
"Apa sebab kau percaya kepadaku?"
Yo Khay Thay kembali menyeka peluh dikeningnya, katanya:
"Tidak tahu, aku... aku percaya padamu."
Hong Sie Nio mengawasi padanya, mengawasi mukanya yang bulat persegi. Sikap yang
terlalu jujur! Dari sepasang mata Hong Sie Nio tak tertahankan lagi, mulai tampak sedikit basah dan
berkaca-kaca. Sekalipun ia orang yang terbuat dari batu, ada waktunya juga bisa terharu. Dalam saat seperti
itu, ia juga tidak tahan mengendalikan perasaannya sendiri, hingga ia menggenggam tangan
Yo Khay Thay dan berkata dengan suara lemah lembut:
"Kau benar seorang baik."
Mata Yo Kay Thay juga basah, katanya dengan suara gelagapan:
"Aku.... aku tidak terlalu baik, aku juga terlalu jahat...aku...."
Hong Sie Nio tertawa, katanya:
"Kau benar-benar seorang sopan, tetapi juga seorang tolol...."
Dengan tiba-tiba ia teringat diri Siauw Cap-it-long, ia segera melepaskan tangannya dan
berpaling seraya berkata sambil tertawa:
"Kau kata dia ini....."
Tertawanya mendadak berhenti, sebab Siauw Cap-it-long sudah tidak berada di belakang
dirinya lagi. Siauw Cap-it-long sudah menghilang.
Cukup lama juga Hong Sie Nio berada dalam keadaan tercengang, lalu tiba-2 ia bertanya
kepada Yo Khay Thay:
"Kemana dia" Apakah kau melihat ia pergi kemana?"
"Siapa?" bertanya Yo Khay Thay yang juga terkejut.
"Dia... adikku, kau lihat padanya atau tidak?"
"Ti.... tidak."
"Apakah kau sudah buta" Orang demikian besar seperti dia, mengapa kau tidak dapat
melihat?" "Aku.... aku benar-benar tidak melihat, aku hanya .... hanya melihat kau...."
"Ah kau ini, benar-benar seorang tolol." berkata Hong Sie Nio sambil menjejakkan kakinya
ke jubin. Cahaya lampu di dalam rumah masih terang benderang.
Hong Sie Nio hanya mengharapkan Siauw Cap-it-long kembali lagi ke kamarnya, tetapi ia
tidak berani memastikan, sebab ia mengerti betul sifat dan adat Siauw Cap-it-long..... ia tahu
Siauw Cap-it-long setiap saat bisa menghilang.
Dalam rumah itu tidak terdapat seorangpun juga, di atas meja terdapat sepotong kertas yang
ditindih pelita.
Tinta di atas kertas masih belum kering semua, itu ditulis oleh Siauw Cap-it-long dengan
tulisannya yang aneh.
"Lekas menikah dengannya, jikalau tidak kau nanti pasti akan menyesal. Aku berani tanggung
dalam hidupmu ini, tidak akan menemukan lagi seorang yang lebih baik terhadapmu daripada
orang ini."
Demikian bunyi tulisan itu.
Hong Sie Nio menggigit bibir, matanya sudah merah, katanya dengan gemas:
"Bajingan ini, binatang ini, benar-benar bukan keturunan ayah ibunya."
Yo Khay Thay berkata sambil tertawa:
"Dia bukankah adikmu" Bagaimana kau boleh memaki padanya demikian rupa?"
Hong Sie Nio lompat dan berkata dengan suara keras:
"Siapa kata dia adikku" Apa kau sudah melihat setan?"
Yo Khay Thay demikian cemas, hingga keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya,
katanya: "Kalau dia bukan adikmu, lalu siapa?"
Hong Sie Nio tidak dapat membendung air matanya, katanya:
"Dia ..... dia juga seorang tolol!"
Orang tolol sudah barang tentu bukanlah orang sopan, tetapi orang sopan sedikit banyak pasti
ada mengandung sifat tolol. Orang yang mau menjadi orang sopan memang bukanlah suatu
perbuatan yang pintar.
Dari mulut Siauw Cap-it-long terdengar suara nyanyian perlahan, irama nyanyian itu mirip
dengan irama nyanyian gembala di tanah datar, irama yang mengandung sifat sedih tetapi
juga mengandung rasa kesunyian.
Setiap kali ia menyanyikan lagu itu, perasaan hatinya selalu merasa tidak terlalu enak, apa
yang tidak memuaskan baginya, ialah ia selama-lamanya tidak suka menjadi seorang tolol.
Suasana malam tidak terlalu menggembirakan, sebab sinar bintang di langit, dan di
rerumputan sebentar-bentar terdengar suara binatang malam, hingga sekitar tempat itu jelas
dirasakan kesunyiannya.
Dalam malam sunyi seperti itu, di bawah sinar bintang di langit, dengan seorang diri berjalan
di alam terbuka, pikiran dan perasaannya kadang-kadang bisa melupakan segala pikiran dan
kesusahan. Akan tetapi, tidak demikian dengan Siauw Cap-it-long. Pada waktu semacam itu, ia selalu
bisa memikirkan banyak urusan yang seharusnya tidak dipikirkan, ia bisa teringat kepada diri
sendiri, bisa teringat kepada semua pengalamannya semasa hidupnya....
Dalam hidupnya itu, ia selamanya akan menjadi seorang di luar garis, selamanya selalu
merasa terpencil, ada kalanya ia benar-benar merasa letih, tetapi sebaliknya belum pernah ia
berani mengaso.
Sebab penghidupan manusia seperti sebatang pecut, selamanya ada yang memecutinya dari
belakang, suruh ia berjalan ke depan, suruh ia pergi mencari, tetapi selamanya belum pernah
mau memberitahukan padanya apa sebetulnya yang harus dicari....
Ia hanya berjalan maju terus tanpa berhenti, selalu mengharapkan bisa menemukan kejadian
yang hebat-hebat. Jikalau tidak, hidupnya itu bukankah terlalu tidak ada harganya"
RAHASIA RAJA GARUDA
Dengan mendadak, telinganya dapat menangkap suara berkelebatannya pakaian yang sangan
kuat, begitu mendengar ia sudah lantas dapat mengenali bahwa suara itu timbul dari


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergeraknya seorang pejalan malam yang memiliki kepandaian ilmu meringankan tubuh yang
cukup mahir. Suara angin mendadak berhanti didalam rimba dihadapannya, kemudian disusul oleh suara
dengus orang yang timbul dari dalam rimba itu, bahkan masih terdengar suara rintihannya
yang menandakan sedang kesakitan.
Orang berjalan malam itu jelas sudah mendapat luka parah.
Langkah kaki Siauw Cap it loing tidak berhenti, ia masih berjalan terus kedepan, kini berjalan
memasuki rimba, dan suara dengusan dan rintihan tadi juga berhenti dengan segera.
Sesaat kemudian, tiba tiba terdengar suara orang berkata :
"Kawan, berhentilah !"
Kini Siauw Cap it long baru perlahan lahan memutar tubuhnya. Tampak olehnya seseorang
menongolkan badannya dari belakang pohon, kepalanya luar biasa besarnya, dengan
rambutnya awut-awutan.
Orang ini ternyata adalah Raja Garuda Lengan Satu !
Diwajah Siauw Cap ti Long tidak menunjukan perobahan sikap sedikitpun juga, tanyanya
lambat lambat :
"Tuan ada keperluan apa ?"
Mata Raja Garuda Lengan Satu yang hanya tinggal satu terus menatap padanya, lama sekali,
baru berkata sambil menghela napas :
"Aku terluka" "Aku sudah tahu"
"Tahukah kau didepan sana ada perkampungan keluarga Sim?"
"Tahu"
"Lekas gendong aku kesana, Lekas, sedikitpun tidak boleh terlambat"
"Kau tidak kenal aku, aku juga tidak tahu siapa kau. Mengapa aku harus gendong kau pergi
kesana?" "Kau... berani berlaku kurang ajar terhadapku ?" berkata si Raja Garuda Lengan Satu merah :
"Kau yang tidak aturan ataukah aku " jangan lupa, sekarang adalah kau yang minta tolong
padaku, bukan aku yang ninta tolong padamu "
Raja Garuda Lengan Satu kembali menatap wajahnya, sinar matanya penuh dengan hawa
amarah dan kebuasannya, tetapi kulit diwajahnya perlahan lahan sudah berkerinjit, jelas ia
sedang menahan rasa sakitnya.
Telah lama dalam keadaan keheningan, batu terdengan suara elahan nafasnya, sedang
dibibirnya tersungging senyuman yang dipaksakan, ia berusaha untuk mengeluarkan sepotang
mas dari dalam sakunya, kembali berkata dengan napas memburu :
"Ini kuberikan padamu, jikalau kau mau membantu aku, dikemudian hari aku pasti akan
membalas budimu besar sekali"
Siauw Cap it-long tertawa, katanya "
"Nah,begitu baru mirip suara orang. Mengapa tadi kau tidak mengatakan demikian ?"
Perlahan lahan is berjalan menghampiri, seolah olah benar benar hendak mengambil potongan
mas itu, tetapi baru saja tangannya diulurkan, lengan satu dari si Raja Garuda secepat kilat
sudah melayang, lima jari tangannya yang runcing, menyambar pergelangan tangan Siauw
Cap it-long. Ibarat binatang kelabang, meskipun sudah mati tubuhnya masih belum kaku, demikianlah
keadaan si Raja Garuda Lengan Satu yang jahat, meskipun dalam keadaan terluka parah dan
keadaan diri senridi sangat berbahaya, tetapi serangan terakhir itu, masih dapat dilakukan
demikian cepat dan hebat sekali.
Akan tetapi Siauw Cap it-long bertindak lebih cepat lagi ia lompat dan jumpalitan ditengah
udara untuk mengundurkan diri kedang ujung kakinya ketika itu dapat menggaet potongan
mas yang terjatuh ditanah, setelah itu ia menyambuti dengan tangannya, dengan tenang ia
sudah berhasil mundur sejauh delapan kaki.
Kelincahan, ketangkasan, dan kegesitannya demikian indah dipandang, hanya orang yang
menyaksikan dengan mata kepala sendiri baru percaya, bagi orang lain sesungguhnya tidak
dapat menbanyangkan.
Wajah Raja Garuda Lengan Satu berubah semakin menyedihkan, katanya "\ "Kau Siapa?"
demikian ia bertanya.
"Aku sudah kenal kau, apa kau masih belum mengenali aku ?" balas bertanya Siauw Cap itlong
sambil tersenyum.
"kau... apakah kau bukan Siauw Cap it-long ?" berseru si Raja Garuda Lengan Satu.
"Akhirnya kau tahu juga" berkata Siauw Cap it-long sambil tertawa.
Mata si Raja Garuda Lengan Satu kembali menatap wajah Siauw Cap it-long, seolah olah
ketemu dengan setan, dari mulutnya menghembuskan suara seperti orang bernapas kemudian
menggumam: "Baik, Siauw Cap it-long, apakah kau baik?" " ...Ya, aku sekarang tidak sakit" Si Raja Garuda
Lengan Satu kembali pendelikan mata kepadanya, dengan mendadak tertawa besar.
Kalau ia tidak tertawa itu masih baik, tapi karena sudah tertawa lukanya malah dirasakan
semakin sakit, hingga keringat dingin dengan cepat mengucur keluar, tetapi ia masih terus
tertawa tidak berhentinya, entah apa sebenarnya yang ia ingat.
Siauw Cap it-long percaya dalam hidupnya ini, barangkali belum pernah tertawa demikian,
maka ia lalu bertanya padanya:
"Apa kau merasa gembira?"
"SUdah tentu aku gembira, hanya disebabkan Siauw Cap it-long juga sama dengan aku, juga
bisa tertipu oleh akal muslihat orang lain" berkata si Raja Garuda Lengan Satu dengan naps
memburu. "oh" Tubuh si Raja Garuda sudah mulai berkerinjit ia menahan sakit sambil mengertek gigi,
katanya dengan suara serak:
"Tahukah kau bahwa golok yang kau rampas itu adalah golok paslu ?"
"Sudah tentu aku tahu, akan tetapi kau... bagaimana kau tahu ?"
"Dengan kepandaian tiga binatang kecil itu, bagaimana dapat mengelabui mataku terus
terusan!" "Justru lantaran kau mengatahui rahasia mereka, maka itu mereka barulah hendak
membunuhmu !" "Itu memang benar"
Siauw Cap it-long menghela napas, kemudian baru berkata : "Dengan orang orang yang
mempunyai kedudukan baik seperti Thio Bu Kek, Hay lengcu dan TO Siao Thian bertiga,
bagaimana lantasan sebilah golok talah menempuh bahaya demikian besar " Sehingga...
sayang nama baik, kedudukan baik, rumah tangga dan nyawanya dipertaruhkan semuanya"
Apalagi, golok hanya sebilah sedang orangnya ada tiga, bagaimana harus membaginya ?"
SI Raja Garuda Lengan Satu batuk batuk tidak berhentinya, alam baru berkata :
"Mereka senridi... tidak menginginkan golok itu "
"Jadi siapa yang menghendaki " Apakah dibelakang mereka masih ada orang yang
memerintah ?"
Batuk si Raja Garuda Lengan Satu semakin keras, sudah mengeluarkan darah.
"Orang itu ternyata dapat memerintahkan Thio Bu Kek, To Siao Thian dan Hay lengcu
dengan sesuka hatinya, siapakah dia sebenarnya"
SI Raja Garuda Lengan Saru dengan menggunakan tangannya yang tinggal satu menunjang
mulutnya, ia berusaha sadapat mungkin untuk menelan kembali darah yang hendak keluar
dari mulutnya, ia hendak mengeluarkan nama orang itu, tetapi hanya baru menyebut satu
huruf, darah segar sudah menyembur keluar dari mulutnya tak tertahankan lagi.
Siauw Cap it-long menghela napas, selagi hendak membimbingnya dan supaya bisa
mengucapkan kata kata lagi, tetapi justru pada saat itu badannya mendadak melompat
sebentar sudah menghilang keatas pohon. justru pada saat itu, sudah ada tiga orang masuk
kedalam rimba yang gelap itu.
Dalam dunia ini ada banyak orang yang memiliki daya kemampuan yang sangat aneh, seolah
olah selalu dapat mengendus bau maut atau tahu bahaya, meskipun matanya tidak melihat,
juga telinganya tidak mendengar, tetapi kalau sedang ada bahaya mengancam, selalu dapat
menghindarkan ancaman bahaya itu pada saat bahaya akan tiba.
Orang macam itu jikalau menjadi pembesarnegeri pasti menjadi seorang pembesar negeri
yang kesohor, jikalau dimedan perang,pasti akan meupakan jendral yang tangkas, jikalau
ceburkan diri dikalangan Kang-ow juga pasti bisa malang melintang didunia kang-ow, dan
menjadi seorang pendekar tanpa tandingan.
Siauw Cap it-long juga orang yang mempunyai daya kemampuan aneh semacam itu, orang
semacam ini sekalipun tidak bisa hidup lebih lama dari pada orang lain, tetapi walaupun mati,
kematiannya juga lebih berharga dari pada orang lain.
Tiga orang yan baru masuk kedalam rimba tadi, kecuali Hay lengcu dan To Siao Thian, masih
ada lagi, seorang berpakaian jubah jihau yang tampaknya seperti orang sastrawan lemah,
orang ini tidak tinggi tubuhnya, wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun sikap ramah tetapi
biji matanya kalau bergerak sangat hidup, jelas bahwa wajah orang itu mengenakan kedok
kulit manusia yang dibuat sangat indah.
Gerakannya juda tidak lebih gesit dari pada To Siauw Thain atau Hay lengcu, tetapi
gerakannya itu tenang, seolah olah sedang berjalan ditaman bunga, langkahnya itu tenang
namun bertenaga.
Wajahnya meskipun disembunyikan hingga kehilatannya menakutkan, tetapi separang
matanya yang hidup membuat ia menunjukkan daja penariknya yang sangat aneh, hingga
menimbulkan orang memperhatikannya tanpa disadari olehnya sendiri.
Tetapi apa yang paling menarik perhatian Siauw Cap it-long, adalah sebilah golok yang
tergantung dipinggangnya, golok ini berikut gagangnya tidak lebih dua kaki panjangnya,
sarungnya dan gagangnya bentuknya sederhana, juga tidak dihiasi benda benda yang
menyolok dan menarik, golok masih belum keluar dari sarungnya, hingga tidak dapat dilihat
tajam atau tidak.
Akan tetapi Siauw Cap it-long hanya melihat sekejap mata saja, sudah dapat membedakan
bahwa golok ini ada mengandung hawa dan wibawa yang dapat membuat terbang semangat
orang. Apa golok itukah yang dinamakan golok Kwa-liok-to "
Thio Bu Kek, Hay Lengcu dan To Siao Thiam, dengan tidak sayangi namanya sendiri akan
hancur menjaga rapat golok Kwa-liok-to ini. Apakah golok itu akan diberikan kepada orang
ini" Siapakah dia" Ada mempunyai pengaruh apa dia hingga dapat membuat Thio Bu Kek dan
lain lainnya demikian dengar kata kepadanya"
Suara batuk batuk si Raja Garuda Lengan Satu perlahan lahan sudah mulai lemah hingga
hampir tidak kedengaran lagi.
Hay Lengcu dan Tio Siao Thian saling berpandang sejenak, menarik napas panjang.
"Mahluk tua aneh ini sungguh panjang nyawanya, ternyata bisa melarikan diri sampai disini"
berkata To Siao Thian sambil tertawa :
"Betapapun panjang umur orang, juga tidak sanggup menahan pedang dan dua tangan dari
kita !" berkata Hay Lengcu dingin.
"Sebetulnya dengan adanya pukulan Siao Kongcu tadi, sudah cukup untuk memindahkan
nyawanya, sama sekali tidak perlu kita turut campur tangan" berkata To Siao Thian sambil
tertawa. Orang berjubah hijau ini mungkin agaknya tertawa, katanya dengan suara lemah lembut :
"Benarkah ?"
Perlahan lahan ini berjalan menghampiri si Raja Garuda Lengan Satu, dengan mendadak
tangannya bergerak, dan golok sudah keluar dari sarungnya.
Golok itu memancarkan sinar hijau muda tetapi tidak begitu menyilaukan mata.
Golok itu hanya tampak memancarkan sinar sekelebatan, dalam sekejap batok kepala si
Garuda Lengan Satu sudah berpisah dari kepalanya.
Orang berjubah hijau melihat sajapun tidak, ia hanya mengawasi golok ditangannya.
Golok hanya tampak sinarnya yang berwana jihau muda, tetapi tidak tampak tanda darah.
Orang muda berjubah hijau itu menghela napas perlahan dan berkata :
"Golok bagus, benar benar golok luar bisa bagusnya"
Orang sudah mati, ia masih tega hati memenggal kepalanya, betapa kejam tindakan itu, benar
benar jarang ada, sehingga orang seperti Hay Lengcu dan lain lain juga lentas berubah
wajahnya. Siao Kong cu yang sangat misteri
Orang berjubah hijau itu perlahan lahan masukkan goloknya kedalam sarungnya, lalu berkata
: "Suhu dahulu pernah mengajarkan kepada kita, jikalau hendak membuktikan seseorang sudah
mati benar benar atau belum, hanya ada satu cara ialah penggal dan seriksa dulu batok
kepalanya"
Sepasang matanya memandang To Siao Thian dan Hay lengcu, kemudian berkata lagi dengan
suara lemah lembut :
"Coba kalian katakan, ucapan ini ada benarnya atau tidak ?"
To Siao Thian memperdengarkan suara batuk batuknya dua kali, katanya sambil tertawa yang
dibuat buat: "Ada benarnya, ada benarnnya... "
"Ucapan yang keluar dari mulut suhuku, sekalipun tidak ada benarnnya, djuga harus diakui
ada benarnnya, betul tidak ?" bertanya pula siorang berjubah hijau.
"Benar, benar, benar, benar sekali" berkata Tio Siao Thian.
Orang berjubah hijau itu memperdengarkan suara tertawanya lagi kemudian berkata pula :
"Ada orang mengucapkan perkataan baik tentak suhuku, aku selalu merasa gembira jikalau
kau hendak membuat aku merasa gembira, seharusnya kau banyak mengucapkan kata kata
yang baik baginya dihadapanku"
Siao kongcu sungguh suatu nama yang sangat aneh.
Orang berjubah hijau ini ternyata bernama Siao Kongcu.
Dilihat dari matanya, didengar dari ucapannya, sudah dapat diketahui bahwa usianya masih
sangat muda, tetapi orang orang sudah berusia limapuluh enam tahunan seperti To Siao Thian
dan Hay Lengcu, demikian merendahkan dirinya, ini sesungguhnya merupakan suatu kejadian
yang sangat ganjil.
Tampaknya ia seperti seorang yang lemah lembut, tetapi untuk memenggal batok kepala
orang yang sudah mati, ia masih tidak pendang mata sedikitpun juga.
Siauw Cap it-long yang menyaksikan itu semua, diam diam menghela napas, ia benar benar
tidak dapat menduga asal usul dari orang itu.
"Mungkin sudah demikian kejam dan ganasnya, entah bagaimana orangnya yang dikatakan
sebagai suhunya itu?" demikian Siauw Cap it-long bertanya tanya kepada dirinya sendiri.
Ini benar benar merupakan suatu hal yang tidak dapat diukur dengan pikiran manusia,hingga
ia tidak berani memikirkan lagi.
Terdengar pula suara Siao Kongcu yang berkata:
"Sekarang meskipun SU-Khong Cu sudah mati, tetapi kita masih ada tugas lain yang harus
dilakukan, betul tidak ?"
"Ya " menjawab To Siao Thian.
"Itu tugas apa ?"
To Sioa Thian mengawasi Hay lengcu sejenak, baru berkata : " Ini... "
"Apa kau tidak dapat memikirkan ?"
"Tidak : menjawab TO Siao Thian sambil tertawa getir.
"Dengan usia kalian yang sudah demikian lanjut, urusan sepele ini saja tidak dapat
memikirkan, sesungguhnya sangat aneh !" berkata Siao Kongcu sambil menghela napas.
"Aku sudah tua hingga suka menjadi linglung, harap Kongcu suka memberi penjelasan"
Berkata TO Siao Thian sambil tertawa getir.
"dengan sebenarnnya, kalian memang benar seharusnya banyak belajar dari aku " kata Siao
Kongcu sambil menghela mapas.
Usia To Siao Thian dan Hay lengcu, paling sedikit masih lebih dua kali lipat dari usia Siao
Kongcu, tetapi ia telah pandang mereka seperti anak kecil, dan lain lainnya ternyata juga
benar benar dengar kata seperti anak kecil.
Siao Kongcu kembali menarik napas, baru berkata lagi:
"Sekarang kutanya padamu, Su-Khong Cu sudah banyak tahun melang melintang di dunia
Kang-ouw, dan kini telah binasa secara mendadak, apakah hal itu tidak menimbulkan
perasaan curiga orang ?"
"Ya " jawab To Sioa Thian.
"Nah, Kalau ada orang merasa curiga, sudah pasti ada orang yang harus pergi menyelidiki,
dengan cara bagaimana Su-Khong Cu bisa binasa, dan siapa yang membunuhnya !"
"Benar " Siao Kongcu mengedip ngedipkan matanya, tanyanya pula :
"Kalau begitu, aku tanya padamu lagi, siapa sebetulnya yang membunuh Su Kongcu ini "
tahukan kau ?"
Kecuali Siao KOngcu, masih ada siapa lagi yang memiliki kepandaian demikian tinggi ?"
Menjawab To Siao Thian sambil tertawa.
Sepasang mata Siao Kongcu mendadak dipendelikkan, katanya :
"Kau kata Su-Khong CU aku yang membunuh " kau lihat ! apakah aku ini mirip dengan
seorang pembunuh ?"
To Siao Thian tercengang katanya :
"Bu... bukan... "
Kalau bukan aku yang membunuh, apakah kau "
To Siao Thian menyeka keringatnya, katanya :
"Su-Khong Cu denganku tidak apa permusuhan dan tidak ada ganjalan sakit hati, mengapa
aku harus membunuh dia ?"
"Itulah ! jikalau kau kata bahwa kau yang membunuh Su Khong Cu, dalam dunia Kang-ouw,
masih akan tetap merasa curiga, orang akan tetap mesih hendak mengadakan penyelidikan
dulu !" Hay Lengcu yang sejak tadi diam saja, kini juga bicara, katanya :
"AJu juga tidak membunuh dia "
"Sudah tentu kaupun tidak bisa membunuh dia, lalu siapakah yang membunuh Su-Khong Cu
ini ?" bertanya Siao Kongcu.
To Siao Thian, Hay Lengcu saling berpandangan, mereka tak dapat menjawab.
Siao Kongcu berkata pula sambil menghela napas :
"Percuma kalin masih mempunyai mata, bagaimana tidak dapat melihat Siaw Cap it-long ?"
Ketika ucapan itu keluar dari mulut Siao Kongcu, Siauw Cap it-long benar benar sangat
terkejut. "Apakah orang ini sudah melihat diriku ?"
Demikian ia bertanya tanya kepada dirinya sendiri.
Untung pasa saat itu Siao Kongcu sudah berkata lagi :
"Tadi toch sudah jelas adalah Siauw Cap it-long yang memenggal batok kepala Su-khong Cu
dengan goloknya, dan golok yang digunakan itu bukanlah justru golok Kwa-Liok-to ?"


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang mata To Siao Thian mendadak bersinar terang, lalu katanya dengan suara garang :
"Benar, Benar ! Aku tadi juga menyaksikan dengan jelas bahwa Siauw Cap it-long
membunuh SU-Khong Cu dengan goloknya, bahwa golok yang digunakan itu benar adalah
golok Kwa-liok-to. Cuma sayang usiaku sudah terlalu lanjut hingga mataku lamur, hampir
saja aku lupa "
"Ungutn kau masih belum lupa benar benar, hanya... meskipun Su-khong Cu dibunuh oleh
Siauw Cap it-long, tetapi orang orang dalam dunia Kang-ouw sebaliknya tidak tahu, sekarang
bagaimana ?"
"Ini... kita benar benar harus mencari suatu akal supaya orang dunia Kang-ouw
mengetahuinya " Berkata TO Siao Thian.
"Sedikitpun tidak salah, kau sudah mendapatkan akal apa ?"
"Untuk sementara masih belum dapat memikirkan " berkata TO Siao Thian sambil
mengerutkan alisnya.
Siao Kongcu menggeleng gelengkan kepala dan berkata
"Sebetulnya akal ini sederhana sekali. Kau lihatlah !"
Golok pusakanya itu kembali keluar dari sarungnya, hanya tampak berkelebatannya sinar
hijau, sudah mengupas kulit sebuah pohon, katanya :
"Darah Su-Khong Cu masih belum terlalu dingin, kau lekas robek pakaiannya, lalu basahi
dengan darahnya dan tulislah beberapa huruf diatas pohon ini, aku akan membacakan
bunyinya, dan kau yang menulis. Mengertikah ?"
"Baik " menjawab To Siao Thian yang begitu cepatnya menuruti perintahnya.
"Kau tulis dulu begini mula mula : Memotong menjangan tidak lebih baik dari pada
memotong kepala orang, bisa menggunakan golok ini untuk memenggal kepala orang seluruh
negeri bukankah amat menyenangkan "...
Kemudian dibawahnya kau tulis nama Siauw Cap it-long. Dengan demikian, maka orang
orang seluruh negeri, semua akan tahu bahwa perbuatan ini siapa yang melakukan. Kau kata
akal ini bukankah sangat sederhana sekali ?"
TO Siao Thian berkata sambil menepuk tangan :
"Bagus bagus; Kong Cu benar benar seorang pandai, bukan saja pandai ilmu silat, juga pandai
segala akal. Beberapa patah kata ini juga sepertu jauh keluar dari mulut Siauw Cap it-long
sendiri " "Aku juga tidak perlu lagi merendahkan diriku, karena kata kata ini kecuali aku, siapa lagi
yang bisa memikirkan ?" berkata siao Kongcu sambil tertawa.
. . . . . . Siauw Cap it-long yang mendengar dan menyaksikan itu semua, dadanya dirasakan seperti
mau meledak. Kongcu itu meskipun usianya belum tua tetapi akal muslihatnya yang demikian jahat dan keji,
rasanya masih diaras orang yang lebih tua usianya dan sudah banyak pengalaman dalam
kejahatan, jikalau dibiarkan ia hidup beberapa tahun lagi, orang orang dikalangan Kang-ouw
berangkali akan mati ditangannya semua.
Sementara itu sudah terdengar suara Siao Kongcu yang bertanya lagi :
"Sekarang apakah urusan kita sudah selesai semua ?"
"Boleh dikata selesai sebagian " menjawab To Siao Thian memperdengarkan suara batuk
batuknya hingga dua kali, lalu berpaling dan membuang ludah kearah lain, sedang Hay
Lengcu wajahnya sudah berubah, karena tidak dapat lagi menahan emosinya, ia lalu berkata :
"Apakah masih perlu membelah batok kepala Su-khong Cu ini lagi"
"Itu juga tidak perlu, tapi jikalau secara kebetulan Siaw Cap it-long liwat disini, dan
menyaksikan jenazah SU-Khong Cu, menyaksikan pula tulisan diatas pohon, coba kau pikir,
apa kiranya yang akan dilakukannya ?" bertanya Siao Kongcu sambil tertawa dingin :
Hay Lengcu dan To Siao Than demikian tercengang sampai bungkan terus.
Siao Kongcu nerkata pula :
"Jikalau ia bukan seperti kalian demikian bodoh, pasti akan memapas tulisan diatas pohon itu,
lalu memindahkan lagi janazah Su Khong Cu kelain tempat, dengan demikian, bukankah
semua usaha kita akan tersia sia belaka ?"
"Benar, kita ternyata belum memikirkan sampai disitu " Kata To Siao Thian.
"inilah sebabnya mengapa kalian harus dengar ucapanku, sebab kalian sebetulnya tidak
secerdik aku "
"Menurut pikiran Kongcu bagaimana kita harus berbuat selanjutnya ?" bertanya To Siao
Thian. "Akal ini sebetulnya juga sangat mudah dan sederhana sekali, benarkah kalian tidak dapat
memikirkan ?"
To SIao Thian hanya tertawa getir sebagai jawabannya. Siao Kongcu menggelengkan kepala
dan berkata sambil menghela napas :
"Kau takut dia akan mengupas tulisan dibatang pohon, apakah kau sendiri tidak bisa
mengupas lebih dulu ?"
"Akan tetapi... "
"Kau mengupas kulit pohon yang ada tolisannya itu, lalu antarkan keperkampungan keluarga
Sim, disana sekarang ini masih ada banyak orang, kau boleh suruh mereka menyaksikan
kematian Su Kong CU !"
Ia tertawa, katanya lagi "
"Ada demikian banyak mata orang yang menyaksikan, sekalipun Siaow Cap it-long lompat
kedalam sungai Hoang ho, juga tidak dapat menyuci bersih penasarannya... coba kalian
katakan, akal ini baik atau tidak ?"
To Siao Thian menarik napas panjang, lalu berkata "
"Akal Kongcu yang demikian teliti, benar benar tidak dapat dibandingkan dengan orang lain "
"Kau juga tidak perlu mengumpak diriku, asal selanjutnya dengar kataku juga sudah cukup"
Mendengar ucapan itu, bukan saja To Siao Thian dan Hay Leng cu semua pada takluk benar
benar, sedangkan Siauw Cap it-long sendiri tak mau mengagumi Siao Kongcu itu, yang
sesungguhnya mempuyai banyak akal keji.
DIa benar benar belum pernah ketamu dengan seorang yang demikian baik. cacad paling
besar Siauw Cap it-longialah : Urusan yang semakin sulit dan semakin berbahaya ia semakin
hendak melakukannya, orang semakin hebat, ia semakin ingin menghadapinya.
Sementara itu sudah terdengar Siao Kongcu berkata pula "
"Kalian setelah berkunjung keperkampungan keluarga Sim, aku masih ada beberapa urusan
hendak kalian minta kalukan sekalian !"
"Harap perintahkan saja " berkata to Siao Thian.
"Aku hendak minta kalian mencari keterangan tentang istri Lian Seng Pek, ialah Sim Pek
Kum, kapan akan pulang kerumah mertuanya" apakah Lian Pek Kun akan berjalan bersama
sama " dan kapan siap melakukan perjalanan ?"
"Ini sebaliknya tidak terlalu susah, hanya... " berkata To Siao Thian.
"Apakah kau ingin bertanya padaku, apa sebab hendak mencari keterangan tentang dia ia"
apakah lantaran kau tidak berani menanyakan terus terang, hingga kau hanya mengucapkan
sepotong saja " betul tidak begitu ?"
"Aku tidak berani, hanya... "
"Kembali hanya, hanya saja, sebetulnya kalau kau tanya padaku juga tidak halangan aku
boleh beritahukan padamu, maksudku keluar pintu kali ini, ialah hendak membawa pulang
dua rupa barang, satu diantaranya sudah tentu golok Kwa Liok to,danmasih ada satu lagi " itu
adalah perempuan tercantik dalam rimba persilatan, Sim Pek Kun !"
Wajah To Siao Thian berubah sesaat, ia agak tidak bisa bernapas.
"Ini ada urusanku, kau takut apa ?" berkata Siao Kongcu sambil tertawa.
"Kepandaian ilmu silat san ilmu pedang Lian Seng Pek, kongcu mungkin belum pernah lihat,
menurut apa yang kutahu, orang ini menyembunyikan rahasia semua kepandaiannya, tidak
mau menonjol nonjolkan kepada orang lain, bahkan... "
"Kau tidak perlu mengatakan lagi, aku juga tahu Lian Seng Pek bukan orang yang gampang
gampang dihadapi, maka aku masih perlu minta bentuan kalian"
To Siao Thian menyeka keringatnya yang membasahi sekujur tubuhnya, lalu katanya:
"Asal,,, asal aku sanggup melakukan, Kongcu perintahkan saja "
"Kau juga tidak perlu menyeka peluhmu, urusan ini tidak terlalu susah...
"Lian Seng Pek kupikir pasti bisa mengantar istrinya pulang, maka itu kalian harus
memikirkan suatu daya upaya, untuk menipu ia pergi kelain tempat"
To Siao Thian kembali harus menyeka keringatnya, katanya sambil tertawa getir :
"Lian Seng Pek suami istri demikian dapan cinta kasihnya, barangkali... "
...apa kau takut ia tidak bisa kena terpancing ?"
"Barangkali tidak mudah"
"Jikalau diganti dengan aku, sudah tentu aku juga tidak suka berpisah dengan istri yang cantik
bagaikan bidadari itu. Tetapi bagaimanapun besarnya seekor ikan, kita toch perlu mencari
akal supaya ikan itu terpancing oleh kita, bukan ?"
"AKal apa ?"
"Hendak memancing kakap harus menggunakan umpan!"
"mana umpannya ?"
"Lian Seng Pek mempunyai harta benda tidak terhitung jumlahnya, ia memiliki kepandaian
ilmu surat dan ilmu silat yang sempurna semua, dalam usia sangat muda namanya sudah
kesohor diseluruh negeri, dan ia juga sudah menikah dengan Sim Pek Kun seorang istri
bijaksana dan cantik molek, coba kau kata, ia seorang masih pikirkan apa lagi ?"
"Menjadi orang sudah seperti ia begitu, seharusnya juga merasa puas" menjawab To Siao
Thian sambil menarik napas lega.
"Hati manusia selamanya tidak bisa merasa puas, ia sekarang ini sedikinya masih ingin
mendapatkan sebuah barang"
"APakah golok Kwa-liok-to yang kau maksudkan ?"
"Kecuali golok Kwa-liok-to, aku benar benar tidak dapat memikirkan didalam dunia ini masih
ada barang mujijat apa yang dapat menggerakkan hatinya"
"Hanya satu... itu adalah batok kepala Siauw Cap it-long !"
Mata To Siao Thian terbuka lebar, katanya sambil tepok tangan :
"Benar, mereka semua tentu menganggap bahwa golok pusaka itu terjatuh ditangan Siauw
Cap it-long, jikalau ia dapat membunuh Siauw Cap it-long, bukan saja namanya semakin
kesohor, goloknya juga akan menjadi miliknya !"
"Benar ! Maka dari itu,buat memancing kakap seperti Lian Seng Pek ini, harus menggunakan
Siauw Cap it-long sebagai umpannya"
"Tetapi kakap ini bagaimana bisa terpancing " masih perlu petunjuk Kongcu "
Siao Kongcu menggeleng gelengkan kepala dan berkata sambil menghela napas :
"APakah akal ini kalian masih belum mengerti " Asal kalian beritahukan kepada Lian Seng
Pek, katakan bahwa kalian sudah tahu dimana jejaknya Siauw Cap it-long, sudah tentu Lian
Seng Pek juga akan segera mau turut kalian pergi"
Sepasang mata memandang To Siao Thian dan mulutnya tersungging senyuman menyindir,
katanya pula: "Orang seperti Liang Seng Pek ini, jikalau lantaran nama baik dan kedudukan, walaupun
harus pertaruhkan nyawa sendiri juga akan melakukan, apalagi isterinya. Sudah tentu akan
dikesampingkan.
"Kalau demikian halnya, menikah dengan orang semacam Lian Seng Pek ini, juga tidak
terlalu beruntung."
"Sedikitpun tidak salah. Jikalau aku seorang perempuan, aku lebih suka menikah dengan
Siauw Cap-it-long, juga tidak suka menikah kepada Lian Seng Pek."
"Oh?"
"Orang semacam Siauw Cap-it-long ini jikalau jatuh cinta kepada seseorang, kadang-kadang
ia tidak perdulikan se-gala2nya, selalu cinta dan membela sang isteri, sedangkan Lian Seng
Pek adalah seorang yang terlalu banyak pikir, menjadi isteri seorang semacam dia ini
sesungguhnya tidaklah mudah."
Teriknya matahari dimusim kemarau begitu hebatnya, kulit serasa dibakar.
Dibawah sebuah pohon besar yang daunnya rindang, ada seorang tukang menjual arak
pikulan, araknya dingin, dapat digunakan untuk menghilangkan dahaga, juga boleh digunakan
untuk menghilangkan rasa ketagihan arak, disamping arak, masih ada kacang goreng, telur
pindang, meskipun rasanya belum tentu enak, tetapi buatannya cukup bersih.
Penjual arak itu adalah seorang tua jang rambutnya putih, hidungnya istimewa, merah sekali
seperti dipoles dengan warna merah, ditilik dari hidungnya yang merah dapat diketahui bahwa
penjual arak itu sendiri pasti adalah seorang yang gemar minum arak juga.
Pakaian tukang jual arak itu meskipun mesum, tetapi wajahnya menunjukkan sikapnya yang
selalu gembira, se-olah2 sudah menerima nasib dengan keadaannya itu. Bagi orang lain
meskipun menganggap bahwa penghidupan orang tua itu tidak seberapa baik, tetapi ia sendiri
sebaliknya sudah merasa puas.
Siauw Cap-it-long selamanya senang bergaul dengan orang demikian.
Seseorang hidup didalam dunia, asal bisa hidup dengan senang gembira, itu sudah cukup,
perlu apa memikirkan dan mempedulikan orang lain" Siauw Cap-it-long ingin mengobrol
dengan orang tua penjual arak itu, tetapi orang tua itu sebaliknya ada sedikit acuh tak acuh
terhadapnya. Maka itu Siauw Cap-it-long juga hanya minum araknya saja untuk menghilangkan rasa
dahaganya. Minum arak seperti main catur, ia sendiri seperti main kepada dirinya sendiri, sudah tentu
keadaan demikian itu sangat tidak enak, minum arak dengan seorang diri juga sebetulnya
kurang menyenangkan, Siauw Cap-it-long selamanya tidak suka minum arak seorang diri.
Akan tetapi, tempat itu justru merupakan tempat sepi ditepi jalan persimpangan tiga, ia sudah
menduga pasti bahwa kereta Sim Pek Kun, pasti akan melalui jalan persimpangan tiga itu. Ia
duduk ditempat itu, bukanlah se-mata2 hanya hendak minum arak saja.
Digunakan sebagai umpan kakap oleh orang lain, bukanlah suatu hal jang enak. Siauw Cap-itlong
hari itu setelah mendengar percakapan antara orang berjubah hijau dengan To Siao
Thian, hampir saja tidak sanggup menahan hawa amarahnya, dan hampir saja ia unjuk muka
dan bertempur dengan Siao kongcu itu.
Akan tetapi ia sudah banyak tahun berkecimpungan didunia Kang-ouw, sudah belajar dan
mengerti betul apa artinya menunggu, ia tidak peduli melakukan perbuatan apa, selalu mau
menunggu sehingga pada saat yang paling baik.
Siauw Cap-it-long sudah minum arak dari cawan yang ketujuh, dan kini sedang minum buat
yang kedelapan kalinya.
Orang tua hidung merah mengawasi padanya dengan mata menyipit, sedang mulutnya berkata
sambil ter-tawa2:
"Apakah masih mau minum lagi" Kalau kau mau minum lagi barangkali tidak bisa berjalan."
"Tidak bisa berjalan ja tidur disini, itu apa salahnya" Bisa tidur dialam terbuka, nanti begitu
sadar dari mabukku, rasanya lebih segar!" menjawab Siauw Cap-it-long sambil tertawa.
"Apa kau tidak lekas ingin pulang?"
"Pulang kemana" Aku sendiri juga tidak tahu dari mana aku datang, kau suruh aku pulang
kemana?" Orang tua hidung merah itu menghela napas, sedang mulutnya menggumam:
"Orang ini barangkali sudah mabuk, hingga ucapannya tidak keruan."
"Penjual arak bukankah mengharap orang lain bisa mabuk araknja" Lekas tuangkan lagi
secawan." Orang tua hidung merah hanya menyahut: "Baik," selagi hendak menuangkan lagi araknya,
dari satu jalanan tiba2 tampak serombongan orang yang lari mendatangi.
Sepasang mata Siauw Cap-it-long segera menjadi terang, pula dirinya sedikit rasa mabukpun
tidak ada. MEMBURU MANUSIA
SEROMBONGAN orang itu, diantaranya ada yang membawa burung diatas bahunya, ada
yang membawa anjing dengan rantai ditangannya, semuanya berpakaian ringkas, membawa
pedang dan busurnya, dipelana kudanya masih membawa barang2 untuk berburu, jelas
mereka itu tentunya habis pulang dari berburu.
Saat itu memang saat jang paling baik untuk berburu.
Dikuda pertama duduk seseorang yang tampaknya seperti kanak2, dilihat dari jauh orang itu
wajahnya putih seperti pupur sedang pakaiannya sangat perlente, kudanya juga seekor kuda
pilihan. Anak muda itu tampaknya seperti anak seorang hartawan.
Kakek hidung merah juga tahu bahwa dagangannya bakal laku, maka semangatnya terbangun
dengan segera. Sebaliknya dengan Siauw Cap-it-long, ia tampaknya agak kecewa sebab itu
bukanlah orang yang sedang ditunggu.
Waktu itulah si kakek hidung merah mulai ber-kaok2 memprogandakan araknya:
"Arak daun bambu hijau enak rasanya, harum baunya, minum satu cawan semangat
terbangun, dua cawan semangat cukup, tiga cawan se-olah2 menjadi dewa."
Siauw Cap-it-long yang mendengar ucapan itu lalu berkata sambil tertawa:
"Aku sudah minum tujuh cawan mengapa sedikit semangatpun tidak ada" Malah sebaliknya
aku kini rasanya sangat mengantuk dan ingin tidur."
Kakek hidung merah pendelikkan mata kepadanya, untung waktu itu rombongan orang
berkuda itu per-lahan2 sudah berhenti, anak muda yang menunggang kuda pertama itu sudah
berkata sambil tertawa:
"Kalau kita pulang masih memerlukan perjalanan jauh, marilah kita singgah untuk minum
dulu dua cawan arak disini, tampaknya araknya boleh juga."
Anak muda itu mukanya bulat, matanya lebar, mulutnya kecil, kulitnya putih dan halus, kalau
ketawa dikedua pipinya tampak tegas lesungnya, benar-benar sangat menarik dan
menyenangkan. Siauw Cap-it-long mengawasi lagi kepadanya, dalam dunia ini memang banyak anak muda
keturunan orang kaya, tetapi yang dilihatnya menyenangkan jumlahnya tidak banyak, dan
anak muda keturunan orang kaya yang menyenangkan lagi pula tidak sombong dan
bertingkah jumlahnya lebih sedikit lagi.
Anak muda keturunan orang kaya itu ternyata juga memperhatikan Siauw Cap-it-long.
Baru saja orang2nya menggelar tikar untuk duduk, ia tiba2 berkata kepada Siauw Cap-it-long:
"Dari pada senang2 seorang diri, ada lebih baik kalau senang2 ber-sama2. Kawan ini maukah
minum ber-sama2 dengan kami?"
"Bagus sekali. Namun disakuku hanya tinggal uang untuk delapan cawan arak saja, aku
sedang memikirkan dimaan uangnya untuk cawan kesembilan, jikalau ada orang
mengundang, benar-benar sangat baik sekali," berkata Siauw Cap-it-long sambil tertawa.
Anak muda itu tertawa semakin gembira, katanya:
"Tak kusangka kawan ini ternyata demikian gemar minum arak. Lekas, lekas sediakan arak
lagi!" Kakek hidung merah terpaksa menuang araknya lagi, namun ia pendelikkan matanya
kepada Siauw Cap-it-long sedang mulutnya menggumam:
"Ada arak, lalu minum tidak menggunakan uang, kali ini barangkali kau akan lebih cepat
mabuk."

Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang hidup masih bisa mabuk arak, itu namanya tidak mengecewakan hidupnya, apalagi
kalau bisa mabuk lebih cepat, itu ada lebih baik, silahkan minum!" berkata Siauw Cap-it-long
sambil tertawa.
Suara silahkan itu baru saja keluar dari mulutnya, secawan arak sudah tidak kelihatan lagi.
Orang lain kalau minum arak tentu diminumnya sedikit2 dan per-lahan2, tetapi Siauw Cap-itlong
kalau minum arak dituang begitu saja, asal kepala didongakkan, secawan arak sudah
masuk ditenggorokannya dan tidak tinggal setetespun juga.
Pemuda itu berkata sambil tepuk tangan dan tertawa:
"Kamu semua sudah lihat atau belum" Betapa cepatnya kawan ini minum arak."
"Jikalau mereka belum lihat, aku bersedia minum beberapa cawan lagi," berkata Siauw Capitlong. "Kawan ini bukan saja kuat minum tetapi juga sangat menyenangkan, entah siapa nama tuan
yang mulia?"
"Kau dan aku ketemu dijalan, kau mengundang aku minum arak, sehabis minum aku jalan
lagi. Jikalau aku tahu namamu, dalam hati tentunya akan timbul perasaan terima kasih,
dikemudian hari mau tak mau aku harus mengundang minum kau sekali, dengan begitu, maka
arak yang kuminum sekarang ini sudah tidak menggembirakan lagi, maka itu tentang namaku
" tidak perlu kuberitahukan padamu, sebaiknya kau juga jangan beritahukan namamu
padaku." "Benar, benar, benar!"
"Kau dan aku kali ini bisa minum se-puas2nya ditempat ini, sudah boleh dikatakan ada jodoh,
mari, mari, mari " telur pindang ini tampaknya boleh juga, dengan telur pindang sebagai
kawan arak, mabuknya agak lambat dan araknya juga boleh minum lebih banyak," berkata
pemuda itu sambil tertawa.
"Benar, benar! Kita mabuk terlalu cepat juga tidak ada artinya," menimpali Siauw Cap-it-long
sambil tertawa.
Ia lalu mengambil sebutir telur pindang, dengan mendadak ia angkat tangannya dan telur itu
dilontarkan tinggi2, setelah itu ia mendongakkan kepalanya, dan membuka lebar mulutnya,
telur yang meluncur turun dari atas masuk kedalam mulutnya, hanya dengan beberapa kali
kunyahan saja, telur itu sudah masuk kedalam perutnya.
"Kawan, kau bukan saja bisa minum cepat, makan telurmu juga cepat ?" berkata pemuda
hartawan itu. "Hanya disebabkan aku tahu sendiri bahwa kematianku juga lebih cepat daripada orang lain,
maka itu tidak peduli melakukan urusan apa saja, aku tidak berani mem-buang2 waktu,"
berkata Siauw Cap-it-long sambil tertawa.
Pemuda itu paling banter juga baru berusia empat lima belas tahun, tetapi kekuatannya minum
arak sangat mengejutkan, Siauw Cap-it-long menenggak secawan, dia juga bisa menemani
secawan, bahkan minumnya juga tidak perlahan.
Orang2 yang mengikuti dirinya semuanya gesit-gesit, bersemangat tinggi dan tubuhnya
tegap2 tetapi tiada satupun yang kuat minum arak seperti dia.
Mata Siauw Cap-it-long sudah mulai menyipit, lidahnya juga dirasakan mulai tebal,
nampaknya sudah ada tujuh delapan puluh persen bagian mabuk, orang yang sudah mabuk
tujuh delapan puluh persen, miunmnya pasti lebih banyak dan lebih cepat.
Orang yang sudah mulai mabuk tujuh puluh delapan puluh persen, hendak tidak minum arak
lagi juga sudah merasa susah.
Begitulah, Siauw Cap-it-long akhirnya mabuk juga.
Pemuda hartawan itu menarik napas dan berkata sambil menggelengkan kepala:
"Kekuatannya minum arak ternyata juga tidak seberapa hebat, ini benar2 sangat
mengecewakan."
Kakek hidung merah waktu itu baru kedengaran suaranya, berkata sambil tertawa:
"Dia sendiri tadi pernah kata bahwa kalau sudah mabuk ia akan tidur ditempat ini, mati juga
tidak halangan."
Pemuda itu pendelikkan mata kepadanya dan berkata:
"Bagaimanapun juga ia adalah tamuku, bagaimana boleh dibiarkan tidur ditempat ini?"
Ia lalu melambaikan tangannya memerintahkan orang-orangnya, katanya:
"Jaga kawan ini, tunggu setelah kita berjalan, bawa sekalian dia pulang."
Pada saat itu, matahari masih belum menyelam kebalik gunung, namun dijalan raya tidak
tampak orang berjalan lagi.
Pemuda itu agaknya merasa kurang gembira, dengan menggendong sepasang tangannya,
matanya memandang kearah jauh, tiba-tiba ia berkata:
"Kakek, siap2lah. Sebentar lagi kau bakal kedatangan orang yang akan membeli arakmu
lagi." Benar saja dari jauh tampak mendatangi sebuah kereta dan serombongan orang yang
mengikutinya. Kereta yang dicat warna hitam itu, meskipun sudah tua usianya, namun tampaknya masih
cukup bagus dan mentereng, pintu kereta sudah tentu ditutup rapat, demikian pula tirai
jendelanya juga diturunkan, orang yang duduk didalam kereta, jelas tidak suka diketahui oleh
orang dari luar.
Kusir kereta adalah seorang setengah baya yang pendiam, namun dari sinar matanya
menandakan bahwa ia memiliki kekuatan dan kepandaian yang cukup tinggi, didepan dan
belakang kereta masih ada tiga penunggang kuda sebagai pengiring, semuanya juga adalah
orang2 yang berkepandaian cukup tinggi.
Serombongan kereta dan kuda itu berjalan sangat cepat, tetapi anjing-anjing dan kuda-kuda
yang dibawa oleh pemuda tadi sudah membendung setengah jalan raya itu, maka ketika kereta
itu berjalan sampai disitu, juga terpaksa dilambatkan.
Begitu rombongan kereta dan kuda itu tiba, kakek hidung merah kembali menawarkan
dagangannya. Penunggang kuda yang mengiringi kereta tampaknya sudah merasa dahaga, jelas juga ingin
minum secawan dua cawan arak, tetapi tiada satupun yang turun dari atas kudanya, mereka
hanya menantikan pengawal pemuda hartawan tadi supaya memberikan jalan bagi kereta dan
kudanya. Tiba2 dari dalam kereta terdengar suara orang berkata:
"Kalian sudah melakukan perjalanan setengah hari, tentunya juga sudah letih, baiklah berhenti
disini sebentar untuk minum arak."
Suara itu demikian merdu merayu, juga mengandung perasaan simpatik dan perhatian kepada
orang2nya, hingga membuat orang rela menuruti perintahnya.
Pengawal diatas kuda tadi segera turun dari kudanya dan berkata sambil membungkukkan
badan: "Terima kasih nyonya!"
Orang didalam kereta itu berkata pula:
"Lao Tio, kau djuga turun kereta dan minumlah secawan arak, biar bagaimana kita juga tidak
perlu ter-gesa2 melanjutkan perjalanan."
Kusir kereta yang bernama Lao Tio tadi tampak ragu2 sejenak, akhirnya juga bawa keretanya
ketepi jalan, saat itu si kakek hidung merah menyediakan tiga cawan arak untuk tiga pengawal
berkuda, selagi menuang yang keempat, dan para pengawal yang masing2 sudah disediakan
cawan arak, juga sudah siap akan diminum, tiba2 si kusir she Tio itu berseru:
"Tunggu dulu, periksa dulu didalam arak itu ada racunnya atau tidak!"
Muka si kakek hidung merah sesaat menjadi merah, katanya dengan mendongkol:
"Racun" Dalam arakku dari mana ada racun" Baik, biarlah aku yang keracunan lebih dulu!"
Ia sendiri benar2 sudah minum arak didalam tangannya.
Orang itu tidak menghiraukan padanya, dari dalam sakunya mengeluarkan sebatang sendok
perak, ia telah mengaduk-aduk didalam cawan arak, ketika melihat bahwa sendok peraknya
tidak berubah warna, barulah diminumnya seceguk, kemudian berkata sambil
menganggukkan kepala:
"Boleh diminum."
Para pengawal yang memegangi cawannya masing2 barulah merasa lega, mereka segera
menenggaknya hingga kering, katanya sambil tertawa:
"Arak ini benar2 boleh juga, entah bagaimana dengan telur pindangnya?"
KECANTIKAN YANG DAPAT MERUNTUHKAN IMAN
PENGAWAL tadi memilih sebutir telur pindang yang paling besar, selagi hendak
dimasukkan kedalam mulutnnya, kusir tadi tiba2 membentak lagi: "Tunggu sebentar ?"
Pemuda perlente itu sebetulnya juga tidak menghiraukan mereka, tapi saat itu juga tidak tahan
menahan tertawanya, maka mulutnya menggumam:
"Apakah dalam telur pindang juga mengandung racun" Kawan ini sesungguhnya juga terlalu
hati2 sekali."
Orang she Tio itu memandangnya sejenak, katanya dengan muka cemberut:
"Orang keluar pintu, kalau bisa berlaku hati2 sedikit, sebaiknya berlaku hati2 ada lebih baik."
Kembali dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah pisau kecil dari perak, selagi hendak
membelah telurnya, pemuda perlente itu sudah berjalan menghampiri dan berkata padanya
sambil tertawa:
"Tak kusangka dalam saku tuan ini masih membawa banyak permainan yang lucu2, kita juga
pikir untuk membuat pisau semacam ini, apakah kawan boleh meminjamkan padaku barang
sebentar?"
Orang she Tio itu mengawasi padanya dari atas hingga kebawah, akhirnya pisau kecil itu jadi
juga diberikan kepadanya. Seorang perlente seperti pemuda itu, setiap permintaan yang keluar
dari mulutnya, sesungguhnya sedikit sekali orangnya yang dapat menolak.
Pisau perak berbentuk kecil itu buatannya sangat indah sekali.
Pemuda perlente menggunakan ujung jari tangannya meng-gosok2 ujung pisau, sikap
diwajahnya semakin lemah-lembut, katanya sambil tersenyum:
"Pisau yang sangat indah buatannya entah dapat digunakan untuk membunuh orang atau
tidak?" "Pisau ini memang bukan digunakan untuk membunuh orang," berkata si orang she Tio.
"Kau salah, asal saja berupa pisau, sudah tentu dapat digunakan untuk membunuh orang ?"
Baru saja berkata sampai ucapan "membunuh", pisau kecil ditangannya sudah terbang
melesat, hingga tampak sinar perak meluncur, ketika ia lontarkan perkataannya terakhir, pisau
kecil itu sudah menancap ditenggorokan orang she Tio.
Jilid 4__________________
SI orang Shw Thio menggeram hebat, lebih dulu mencabut pisau dari tenggorokannya, lalu
menyerbu pemuda itu.
Akan tetapi kala itu darah merah sudah menyembur keluar dari lukanya terlalu banyak, tentu
saja kekuatan tenaganya juda turut keluar bersama darahnya.
Ia berjalan belum sampai tiga langkah, sudah jatuh ditanah, tepat dibawah kaki pemuda
perlente itu. Biji matanya melotot keluar, hingga matinya pun ia mungkin tidak percaya akan terjadi
peristiwa seperti ini.
Pemuda perlente itu menundukkan kepala mengawasi orang she Tio yang telah rebah dengan
mandi darah itu, sinar matanya masih tetap redup dan sikapnya tampak menyenangkan,
katanya dengan suara lemah lembut :
"Aku tadi kata bahwa semua jenis pisau didalam dunia ini boleh saja digunakan untuk
membunuh orang, Sekarang kau seharusnya sudah percaya, bukan ?"
Tiga pengawal yang menunggang kuda itu agakanya tercengang sekali atas kejadian itu,
mereka benar benar tidak akan menduga bahwa pemuda perlente yang demikian lemah
lembut dan menarik hari orang, ternyata adalah seorang iblis jahat yang bisa membunuh orang
tanpa berkedip.
Sehingga orang she Tion itu rubuh, golok dari pinggang mereka baru dihunus keluar, sambil
membentak marah mereka menyerbu sipemuda perlente.
Pemuda perlente itu menghela napas, katanya :
"Kamu semua bukan tandinganku, perlu apa harus menghantar nyawa cuma cuma ?"
Pengawal yang baru minum secawan arak itu, matanya sudah merah, tidak menunggu habis
ucapan sipemuda ia sudah menyerang kelap pemuda perlente itu dengan sebuah goloknya.
Pemuda itu tenang tenang saja, katanya sambil tertawa dan menggelengkan kepala :
"Sungguh hebat seranganmu... "
Namun ia sedikitpun tidak bergerak, tangannya hanya diangkat sedikit, ia hanya
menggunakan dua jari tangan, sudah berhasil menjepit ujung golok tadi, dan golok itu tadi
seperti dibacokkan diatas batu, tidak tembus ditangan itu.
Pengawal itu membalikkan tangannya hendak menggunakan ujung golok untuk memapas jari
tangan sipemuda perlente.
Dengan tiba tiba terdengar suara serrr, sebatang anak penah sudah menancap dibelakang
punggung pengawal tadi, terus menembus dan keluar dari depan dadanya, darah segar
menyembur keluar.
Semua ini terjadinya demikian cepat dan dalam waktu sangat singkat, dua pengawal yang lain
saat itu baru saja berada didepan pemuda perlente tadi, belum mereka melancarkan
serangannya sudah menyeksikan kematian kawan sendiri.
Tepat pasa saat itu terdengar suara orang dalam kereta yang berkata lambat lambat :
"Kalian memang benar semua bukan tandingannya, sebaiknya lekas mundur !"
Pintu kereta lalu terbuka, dari dalamnya muncul keluar seseorang.
Dalam waktu sekejap mata,se mua orang yang ada disitu, bukan saja sudah menghentikan
tindakannya tetapi juda hampir tidak bisa bernapas, Betapa tidak. Selama hidup mereka,
mungkin belum pernah mereka menyaksikan wanita secantik ini. Pakaian yang dikenakan
oleh wanita ini samasekali tidak terdiri dari bahan pakaian istimewa, tetapi tidak perduli
pakaian macam apa saja asal melekat ditubuhnya semua bisa berubah menjadi pakaian
istimewa. Ia tidak menggunakan perhiasan apa-apa, diwajahnya juga tidak memakai pupur dan lisptik.
Sebab baginya, perhiasan atau barang permata dan bedak atau pupur sudah merupakan barang
yang terlalu ber-lebih lebihan.
Tidak peduli betapa mahal harganya barang permata dan perhiasan, semua tak dapat membagi
kecantikannya, tidak peduli betapa mahal harganya bedak atau pupur dan lipstik, juga tidak
bisa menambah lebaih banyak kecantikan wanita ini.
Kecantikan wanita ini tidak dapat dilukiskan oleh siapapun juga.
Kalau ada juga sementara orang menggunakan kembang sebagai perempuan untuk seorang
wanita cantik, tetapi kembang bagaimana bisa demikian menggiurkan seperti dia" Ada orang
bida kata dia seperti orang dalam lukisan, tetapi pelukis mana yang kiranya sanggup melukis
dia dalam keadaan seperti hidup"
Bidadari dari kayangan, mungkin masih bisa dibandingkan kelemah lembutannya. Tetapi dia,
demikian agungnya dia, hingga tidak perduli siapa asal melihat sepintas lalu saja terang tidak
akan bisa melupakannya untuk semala-lamanya.
Akan tetapi dia sebaikmya tidak seperti hidup benar benar didalam alam dunia ini, di dalam
dunia bagaimana ada wanita demikian cantik" Dia seolah olah pada setiap waktu setiap saat
bisa dengan mendadak menghilang dari muka bumi.
Dia adalah perempuan tercantik dalam rimba persilatan, Sim Pek Kun.
Dalam waktu singkat itu, pemuda perlenta itu juga se-olah olah sudah berhenti bernapas.
Sikap diwajahnya dengan mendadak berubah sangat aneh, sudah tentu is merasa terkejut dan
ter-heran heran, juga merasa mengiri, juda merasa silau oleh kecantikan perempuan itu, itu
adalah reaksi setiap kaumpria jikalau berhadapan dengan wanita cantik luar biasa.
Yang aneh ialah : Sinar matanya itu seolah-olah mengandung dengki.
Tetapi sesaat kemudian, ia sudah tertawa. Tertawanya itu demikian ke kanak-kanakan,
demikian menyenangkan, sedang sepasang matanya terus menatap wajah SIm Pek Kun, lalu
berkata sambil tersenyum :
"Ada orang kata perempuan yang pintar semua tidak cantik, perempuan yang cantik
sebaliknya tidak pintar, sebab mereka repot menghiasi wajahnya sendiri, hingga sudah tidak
ada waktu untuk mengurusi hatinya sendir"
Ia menghela napas perlahan,baru berkata lagi :
"Aku sekarang baru tahu bahwa ucapan ini tidak semuanya benar... "
Sementara itu Sim Pek Kun sudah turun dari atas keretanya, lalu berjalan kehadapan pemuda
perlente itu. Meskipun didalam matanya sudah menunjukan kemarahannya, tetapi ia jelas sedang
mengendalikan perasaannya.
Dalam hidupnya itu, selalu mendidik dirinya untuk menjadi seorang wanita agung yang benar
benar harus dapat menindih perasaan marah, sedih,girang... segala perasaan yang terkandung
dalam hatinya. Sekalipun ia tidak dapat menahan perasaannya dan mau mengeluarkan air mata, juga lebih
dahulu menyekap dirinya didalam kamar.
Is berdiri dihadapan pemuda itu dengan tenang, mendangarkan ucapan yang keluar dari mulut
pemuda perlente tadi.
Selama hidupnya itu, ia belum pernah memotong ucapan orang lain, sebab perbuatan
semacam itu, juga merupakan suatu perbuatan yang tidak sopan, Ia sudah lama belajar harus
berbicara sesedikit mungkin banyak dengan sebanyak mungkin.
Sehingga pemuda perlenta itu sudah habis mengucapkan perkataanya, ia baru bertanya lambat
lambat : "Siapa nama kongcu yang mulia ?"
"Aku hanya seorang yang tidak terkenal namanya, bagaimana dapat dibandingkan nama besr
nona Sim" Nama dan she ku ini, sebetulnya malu kuucapkan dihadapan nona Sin, baiknya
jangan disebutkan sajalah"
SIm Pek Kun ternyata juga tidak bertanya lagi.
APa yang tidak suka diucapkan oleh orang lain, ia tidak mau bertanya lagi.
Ia mengawasi jenazah orang orangnya ditanah sebentar, lalu bertanya :
"Dua orang ini entah kongcu yang membunuhnya tau bukan ?"
"Apakah nona Sim tadi pernah melihat aku membunuh orang ?"
Sim Pek Kun menganggukkan kepala.
Pemuda perlente itu kembali tertawa dan berkata :
"Kalau nona sudah melihat sendiri perlu apa tanya lagi ?"
"Hanya disebabkan kongcu tidak mirip dengan seorang yang kejam dan buas"
"Terima kasih atas pujian nona, tetapi, peribahasa ada kata : Tahu orangnya tahu mukanya
tetapi tidak tahu isi hantinya, ucapan ini harap nona perhatikan baik baik.
"Kongcu sudah membunuh mereka, apakah lantaran mereka itu mempunyai permusuhan
dengan kongcu ?"
"itu juga tidak"
"Kalau begitu, apakah mereka pernah berlaku tidak sopan terhadap kongcu?" "Sekalipun
mereka berlaku tidak sopan terhadapku, bagaimana aku bisa berpikiran seperti mereka?"
"Kalau demikian halnya, mengapa kongcu membunuh mereka" Ini benar2 membuat orang


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak habis mengerti."
Pemuda perlente itu tertawa, katanya:
"Apakah nona hendak mendapatkan penjelasannya sekarang juga?"
Sim Pek Kun mengerutkan alisnya tidak membuka mulut lagi.
Dua orang itu berbicara dengan sikap sopan-santun, sedikitpun tidak ada yang dihinggapi oleh
emosi yang me-luap2 tetapi orang lain yang menyaksikan semua pada tercengang, hanya
Siauw Cap-it-long masih terus rebah telentang disana tidak bergerak, agaknya sudah tidur
seperti orang mati.
Sesaat kemudian, Sim Pek Kun tiba2 berkata:
"Silahkan!"
Pemuda perlente itu tercengang, tanyanya:
"Silahkan apa?"
"Silahkan turun tangan."
Wajah merah pemuda perlente tadi kini mendadak berubah menjadi pucat pasi, lalu katanya:
"Turun " tangan" Apakah kau menghendaki aku berkelahi denganmu?"
"Tanpa sebab kongcu membunuh mereka, sudah tentu ada maksudnya. Karena aku tak dapat
mengorek keterangan darimu, terpaksa hanya dengan kekuatan tenaga kita mencari keadilan."
"Hanya " hanya " nona, kau adalah jago pedang kenamaan didalam dunia Kang-ouw,
sedang aku hanya seorang anak kecil, bagaimana dapat melawanmu?"
"Kongcu juga tidak perlu merendahkan diri, silahkan."
"Aku tahu, aku tahu " kau tentunya ingin membunuh aku, untuk membayar nyawa mereka."
Pemuda perlente itu agaknya ketakutan setengah mati, hingga suaranya juga jadi kedengaran
tergetar. "Membunuh orang harus membayar dengan nyawa, hal ini memang sdah sewajarnya."
"Aku hanya membunuh dua budakmu saja, dan kau hendak mengambil nyawaku, kau " kau
berbuat demikian sesungguhnya juga terlalu kejam!"
"Biar budak sekalipun juga mempunyai nyawa" Betul tidak?"
Sepasang mata pemuda perlente itu sudah merah, dengan tiba2 ia berlutut dan berkata sambil
menangis: "Aku telah ketelepasan tangan membunuh mereka, enci, ampunilah kesalahanku. Aku tahu
enci bukan saja cantik, tetapi hatinya juga sangat baik, pasti tidak akan tega membunuh
seorang anak kecil seperti aku ini."
Tadi sebelum ia melakukan pembunuhan bicaranya bukan saja teratur baik, tetapi juga seperti
orang tua yang sudah banyak pengalaman, tetapi saat itu dengan mendadak berubah
kelakuannya seperti seorang anak kecil yang nakal.
Hal ini membuat Sim Pek Kun jadi tercengang.
Urusan dan akal muslihat orang2 dunia Kang-ouw ia sebetulnya jarang menghadapi. Bertemu
dengan orang semacam ini, membuat ia semakin tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Pemuda perlente itu kini sudah mengucurkan air mata, katanya dengan suara gemetaran:
"Enci, jikalau kau masih penasaran, baiklah kau pilih dua orangku yang mana saja, bunuhlah
mereka, bagaimana pikiran enci ?"!"
Tidak peduli siapa saja, terhadap seorang anak seperti ia itu, orang manapun tidak tega turun
tangan. Apalagi Sim Pek Kun. Siapa duga, justru pada saat itu, anak k ecil yang menunjukkan
sikap meminta-minta diampuni itu, dengan mendadak bergelindingan ditanah, kaki kirinya
menyapu kaki Sim Pek Kun sedang kaki kanan menendang bagian bawah perut, tangan kiri
dan kanan, secepat kilat melancarkan tujuh delapan jenis senjata rahasia, ada yang
mengandung kekuatan tenaga demikian hebat, ada yang berputaran disekitar tubuh Sim Pek
Kun. Kedua tangannya itu tadi jelas kosong tidak membawa apa2, tetapi saat itu dengan mendadak
ada tujuh delapan jenis senjata rahasia yang berlainan bentuknya telah melesat keluar dari
tangannya dengan berbareng, benar2 dapat membuat orang tidak habis pikir, entah dari mana
senjata rahasia itu diambilnya.
Sim Pek Kun ternyata masih tidak bergerak sedikitpun juga, ia hanya mengerutkan alisnya,
lengan jubahnya yang panjang sudah menggulung, hingga tujuh delapan jenis senjata rahasia
itu telah digulung semua, dan sudah tidak tampak lagi bayangannya.
Keluarga Sim memang terkenal didalam dunia tentang senjata rahasianya jarum mas, setiap
orang yang bisa menggunakan senjata rahasia, sudah tentu juga bisa menyambut atau
mengelak, Sim Pek Kun yang hatinya lemah-lembut, meskipun kalau menggunakan senjata
rahasia itu cukup cepat, cukup jitu, tetapi kurang kejamnya. Sim Thay Kun tahu itu. Ia selalu
anggap caranya sang anak menggunakan senjata rahasia masih belum terlatih baik, apabila
ketemu dengan lawan tangguh, pasti akan mendapat kerugian.
Maka dari itu Sim Thay Kun suruh dia bertekun mempelajari semacam ilmu, bagaimana harus
menyambut serangan senjata rahasia orang lain. Begitulah, dalam gerakannya dengan
menggunakan lengan bajunya tadi, ia menggunakannya se-olah2 tidak bertenaga, namun
benar2 merupakan suatu ilmu tertinggi didalam rimba persilatan.
Gerak kakinya juga demikian lincah dan indah, bahkan berhasil baik mengelakkan setiap
serangan dari pemuda perlente itu, ia hanya menggerakkan sedikit saja sepasang kakinya
sudah berhasil mengelakkan serangan sepasang kaki pemuda perlente itu, yang dinamakan
ilmu serangan Wan-yo-thwee.
Tak ia sangka bahwa pemuda perlente itu masih memiliki banyak macam ilmu serangannya,
benar2 membuat orang tidak dapat membayangkannya meskipun kedua kakinya sudah
menendang, namun dalam sepatunya masih disembunyikan dua bilah golok.
Meskipun tujuh delapan jenis senjata rahasianya tadi sudah mengenakan tempat kosong,
namun dari dalam lengan bajunya kembali sudah mengepulkan dua macam asap yang sangat
ringan. Sim Pek Kun hanya merasakan kakinya kesemutan, seperti diantuk nyamuk, selanjutnya ia
telah dapat mencium bau harumnya bunga "
Dan kejadian selanjutnya, ia sudah tidak ketahui lagi.
BINATANG LANDAK
Dan pada saat itulah pemuda perlente tadi baru bangkit berdiri lagi dengan wajah berseri-seri,
ia membersihkan kotoran abu dipakaiannya, memandang Sim Pek Kun yang rubuh
menggeletak ditanah, katanya sambil tertawa bangga:
"Enciku yang baik kepandaian ilmumu benar2 cukup hebat, cuma sayang kepandaianmu ini
hanya dapat diperlihatkan kepada orang lain, sedikitpun tidak ada gunanya.:
Dengan tiba2 terdengar suara tepukan tangan.
Pemuda perlente itu dengan cepat memutar tubuhnya, ia segera menampak sepasang mata
yang memancarkan sinar terang.
Suara orang yang menepuk tangan tadi bukan lain dari pada Siau Cap-it-long.
Tadi Siau Cap-it-long jelas sudah dalam keadaan mabuk dan tidak ingat diri lagi, tetapi
sekarang dari sinar matanya itu tidak menunjukkan sedikitpun juga tentang mabuknya, ia
malah memandang pemuda perlente sambil tertawa, kemudian berkata:
"Adik kecil, kau benar2 memiliki kepandaian yang cukup berarti, aku sangat kagum sekali."
Pemuda perlente itu me-ngedip2kan matanya lalu berkata:
"Terima kasih atas pujianmu, aku sebetulnya tidak berani menerima."
"Ku pernah dengar orang kata bahwa dahulu Jie-lay-hud yang mempunyai tangan seribu,
diseluruh tubuhnya ada terdapat senjata rahasia, hal ini mirip dengan binatang landak,
sehingga disentuh sajapun tidak boleh, kutidak sangka laote juga merupakan seskor binatang
landak kecil," berkata Siauw Cap-it-long dengan sindirannya
"Dengan terus terang, aku juga hanya mempunyai kepandaian itu saja, tidak memiliki
kepandaian lain lagi," berkata pemuda perlente sambil tertawa.
Dua pengawal Sim Pek Kun saat itu juga sudah dikejutkan hingga pada berdiri terpaku, saat
itu dengan mendadak mereka menjadi marah dan menyerbu si pemuda sambil mengacungkan
golok masing-masing, tampaknya sudah bertekad hendak mengadu jiwa dengannya.
Mulut pemuda perlente masih berbicara, bibirnya masih tersungging senyuman, kepalanya
menolehpun tidak, hanya agak membungkukkan tubuhnya, se-olah2 hendak minta maaf
kepada Siau Cap-it-long.
Ikat pinggang batu kumala dipinggangnya pada saat ia baru saja membungkukkan badannya
terdengar suara terputusnya ikat pinggang, dari ikat pinggang itu sudah menyembur jarum
perak bagaikan hujan.
Dua pengawal Sim Pek Kun baru saja melangkah maju dua langkah, matanya menjadi kabur,
mereka hendak mengelak sudah tidak keburu lagi, sedang jarum tadi sudah menyerang muka
mereka bagaikan turunnya hujan.
Dua orang tadi menjerit, jatuh rubuh ditanah, muka mereka dirasakan gatal dan nyeri, hingga
tidak dapat ditahannya lagi maka lalu menghabiskan jiwanya sendiri dengan membacokkan
goloknya dileher masing-masing.
Wajah Siau Cap-it-long juga berubah, katanya sambil menghela napas panjang:
"Kiranya ucapanmu sepatahpun juga tidak dapat dipercaya."
Pemuda perlente itu menepuk-nepukkan tangan, katanya sambil tertawa:
"Ini memang benar adalah wasiatku yang terakhir, aku tidak membohongimu, aku telah
anggap kau sebagai kawanku, mari, kalau kau tidak mabuk kita boleh minum dua cawan
lagi." "Aku sudah tak ingin minum lagi."
"Arak itu memang benar2 tidak ada racunnya, aku benar2 tidak membohongimu."
"Meskipun aku suka minum arak yang tidak menggunakan uang, tapi aku masih bukan setan
arak, jikalau dalam arak itu ada racunnya, kau pikir apakah aku masih bisa minum lagi?"
berkata Siau Cap-it-long sambil menghela napas.
Mata pemuda perlente itu bergerak berputaran, katanya sambil tertawa:
"Aku lihat sekalipun arak itu ada racunnya, kau tentu juga belum tahu."
"Kalau begitu kau keliru, aku bukannya tidak tahu, kalau aku tidak tahu siapa lagi yang tahu!"
"Apakah terhadap aku sudah ada pikiran siap siaga lebih dahulu" Kau lihat apa aku ini mirip
dengan orang jahat?"
"Tentang kau bukan saja tampaknya masih ke-kanak2an, tetapi juga menyenangkan,
sampaikan kakek hidung merah ini yang tampaknya juga mirip orang jahat aku sebetulnya
juga tidak menduga bahwa ia juga ternyata sudah sekomplot denganmu."
Kemudian dengan cara bagaimana kau mengetahuinya?"
"Orang tua yang sudah berjualan arak beberapa puluh tahun lamanya, menciduk arak pasti
cepat dan gapah, tetapi sewaktu ia menciduk arak malah sering2 araknya tumpah keluar,
menjual arak dengan cara demikian, bukankah akan menjadi rugi?"
Pemuda perlente mendelikkan matanya kepada kakek hidung merah, katanya pula sambil
tertawa: "Kalau benar kau sudah tahu kita bukanlah orang baik, apa sebab kau tidak lekas pergi?"
"Tahukah kau apa sebabnya aku datang kesini?"
"Tidak tahu."
"Aku datang kemari, ialah lantaran hendak menunggu kau."
Pemuda perlente juga tercengang, tanyanya:
"Menunggu aku" Bagaimana kau tahu aku bisa datang kemari?"
"Oleh karena Sim Pek Kun juga pasti akan lewat ditempat ini!"
Pemuda perlente itu menatap wajah Siauw Cap-it-long, katanya:
"Tampaknya, kau benar2 mengetahui tidak sedikit urusan orang lain."
"Aku masih tahu bahwa kau pandai mengarang."
"Menulis karangan?" bertanya pemuda perlente itu terkejut.
Siauw Cap-it-long hanya tertawa, kemudian berkata:
"Memotong manjangan ada lebih baik memotong kepala, dapat menggunakan golok ini untuk
memenggal kepala orang seluruh negeri, bukankah sangat menjenangkan " kata2 ini kecuali
kau siapa lagi yang dapat mengarangnya?"
Wajah pemuda perlente itu menjadi pucat pasi seketika.
Siauw Cap-it-long mendadak berkata lagi:
"Meskipun kau tidak pernah melihat aku tetapi aku sudah pernah melihatmu, bahkan masih
tahu kau mempunyai satu nama yang sangat unik, ialah Siao kongcu."
Kali ini lama sekali, Siao kongcu baru tertawa. Tertawanya itu menyenangkan hati orang, ia
berkata dengan suara lemah-lembut:
"Kau sebetulnya tahu tidak sedikit urusan, cuma sayang masih ada satu hal yang kau masih
belum tahu."
"Oh?"
"Araknya meskipun tidak beracun, tetapi pindang telurnya ada racunnya!"
"Oh?"
"Kau tidak percaya?"
"Djikalau dalam telur itu ada racunnya, aku tadi makan sebutir mengapa sampai sekarang
masih belum mati?"
Siau kongcu tertawa, lalu katanya:
"Djikalau minum arak terlalu banyak, racun bekerjanya bisa menjadi lambat."
"Kalau begitu minum banyak arak juga ada baiknya."
"Apalagi racun yang kugunakan, bekerjanya semua tidak cepat, sebab aku tidak suka melihat
orang mati terlalu cepat, menyaksikan orang mati lambat2, bukan saja merupakan suatu hal
yang aneh, juga sangat mengggembirakan."
Siauw Cap-it-long menghela napas panjang, mulutnya menggumam:
"Anak yang baru berusia sepuluh tahun lebih, sudah mempunyai hati demikian kejam, aku
benar2 tidak tahu dia itu bagaimana dilahirkan?"
"Aku juga tidak tahu bagaimana kau dilahirkan, tetapi aku tahu benar bagaimana kau nanti
akan mati!"
Siauw Cap-it-long mendadak tertawa lagi, katanya:
"Mati karena makan racun pindang telur. Betul tidak" Kalau begitu biarlah aku makan sebutir
lagi!" Per-lahan2 ia membuka tangannya dan dalam tangan entah dari mana dapatnya benar-benar
ada sebutir telur pindang.
Ia menggerakkan tangannya, telur itu sudah terlempar keatas, kemudian ia mendongakkan
kepala dan membuka lebar mulutnya, telur itu sudah turun dan masuk kemulutnya, dengan
satu kunyahan telur itu sudah berada dalam perutnya.
"Rasanya benar2 boleh juga, biarlah aku makan sebutir lagi."
Kembali ia membuka tangannya, didalam telapakan tangannya entah bagaimana ia sudah
dapatkan sebutir telur pindang lagi.
Dengan cara seperti tadi, ia memakan telurnya itu.
Tetapi ketika ia membuka lagi tangannya, didalam tangannya itu kembali masih ada telurnya
lagi. Mata setiap orang semua menyaksikannya, tetapi siapapun tidak tahu ia menggunakan cara
bagaimana untuk mendapatkan telur yang tiada habis2nya itu.
Siauw Cap-it-long berkata sambil tertawa:
"Aku bukanlah ayam induk, tetapi mengapa sebaliknya bisa bertelur" Kalian kata heran atau
tidak?" Siao kongcu berdiam lama, lalu menghela napas dan berkata:
"Kali ini benar2 salah pandanganku terhadap dirimu, kalau kau sudah mengetahui bahwa
kakek hidung merah itu adalah orangku, bagaimana kau mau makan telur pindangnya?"
"Kau tentunya mengerti sendiri," berkata Siauw Cap-it-long sambl tertawa besar.
"Ada peribahasa yang berkata: "Mabuk dapat menghilangkan kesusahan hati, kau tadi sudah
mabuk, tidak seharusnya mendusin."
"Oh!"
"Orang yang mabuk arak, begitu mendusin maka berbagai pikiran datang mengganggu lagi."
"Tapi aku seperti tidak ada pikiran apa2 yang mengganggu."
"Hanya orang mati saja yang tidak terganggu pikirannya."
"Apakah aku ini orang mati?"
"Meskipun kau masih bukan orang mati, tetapi juga sudah hampir waktunya."
"Apakah kau ingin membunuh aku?"
"Ini kau hanya dapat sesalkan dirimu sendiri, karena kau tahu terlalu banyak."
"Kau tadi masih berkata anggap aku sebagai kawan, apa sekarang kau tega turun tangan?"
Siao kongcu tertawa, dan berkata:
"Kalau tiba saatnya diperlukan, sekalipun isteri sendiri juga bisa dibunuh, apalagi cuma
kawan!" Siauw Cap-it-long menghela napas, mulutnya menggumam:
"Tampaknya istilah kawan ini semakin tidak berharga lagi."
Ia per-lahan2 bangkit berdiri, tiba2 berkata:
"Tetapi kau tadi sudah pernah kata aku adalah kawanmu, aku juga tidak ingin
membohongimu, kau hendak membunuh aku tidaklah mudah, kepandaian ilmu silatku
meskipun tidak baik, tetapi sangat berguna."
"Bagaimanapun juga aku ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri."
Dengan mendadak ia melakukan satu gerakan tangan, dan sesaat kemudian orangnya sudah
melesat keatas pohon.
Sesaat kemudian terdengar gerakan anak panah yang menghembuskan anak panah bagaikan
hujan. Orang ini sudah terlatih baik, turun tangan semuanya demikian cepat, tetapi Siauw Cap-itlong
yang tadi jelas berdiri dibawah pohon, ketika anak panah menghujani dirinya, orangnya
sudah tidak tertampak lagi!
Siao kongcu baru saja melompat keatas pohon, sudah menampak Siauw Cap-it-long sudah
berada diatas pohon dan memandangnya dengan wajah ber-seri2.
Siauw Cap-it-long ternyata sudah lebih dulu berada diatas pohon menantikan kedatangannya.
Siao kongcu terkejut, ia berkata sambil tertawa di-buat2:
"Kiranya ilmu meringankan tubuhmu juga cukup hebat."
"Masih boleh juga."
"Tapi aku juga tahu bagaimana dengan ilmu kepandaian ilmumu yang lain."
Sementara mulutnya masih berbicara, tangan si pemuda perlente tidak diam, didalam waktu
yang sangat singkat, dia sudah mengeluarkan serangan sampai tujuh kali.
Kecepatan tangan pemuda kecil ini memang luar biasa, hanya didalam sekejap mata, aneka
macam tipu telah dikeluarkan olehnya, dari tujuh pukulan tadi, terselip juga variasi2 indah
yang menarik, diseling oleh tipu2 muslihat yang luar biasa, perubahan2 dan kombinasi2
membayangi pukulan2nya, yang mana pukulan keras dan yang mana menjadi pukulan variasi,
sulit sekali dilihat dengan mata.
Prinsip ini hanya berlaku untuk orang lain saja.
Tapi, tidak berlaku untuk Siauw Cap-it-long.
Siauw Cap-it-long bukanlah seorang manusia biasa, dia dapat membedakan, tipu mana yang
boleh dielakkan, dan tipu mana yang tidak boleh dielakkan. Bayangannya bergeser, semua
serangan2 sang lawan telah menubruk tempat kosong.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemuda perlente gagal menyergap orang, disaat itu juga dia mengibaskan sepasang tangan,
terdengar suara yang gemerincing 10 macam benda menyerang Siauw Cap-it-long, itulah
kuku2 palsu. Ternyata, si pemuda perlente menggunakan kuku2 palsu, dengan adanya senjata istimewa itu,
musuh mudah dipedayakan olehnya. Kini dia menggunakan senjata diluar dugaan itu,
menyerang 5 tempat jalan darah ditubuh Siauw Cap-it-long.
Jari2 tangan si pemuda begitu halus dan licin, seharusnya dipasang pada tangan seorang
wanita. Seperti juga hati wanita, tangan-tangan halus dengan jari2 halus itu tidak mudah diselidiki.
Tidak ada orang yang tahu, bahwa sepuluh jari kuku si pemuda perlente bisa dilepas dan bisa
digunakan sebagai senjata rahasia.
Siauw Cap-it-long juga tidak tahu akan rahasia ini.
Terdengar suara jeritan Siauw Cap-it-long, dengan sepasang tangan menekap dada, tubuh
Siauw Cap-it-long terjungkal dari atas pohon.
Si pemuda perlente tertawa, dia mengeluarkan ocehannya yang menandakan betapa
angkuhnya manusia ini. Katanya:
"Jangan dikira, aku tidak mempunyai senjata-senjata ampuh. Bilamana kau terlalu
memandang rendah pada diriku, itulah suatu kesalahan yang terbesar."
Tubuhnya melesat dari ranting pohon yang diinjak, dia juga melayang turun.
Tiba-tiba......
Satu suara berkata:
"Kau masih mempunyai senjata ampuh yang lainnya?"
Itulah suara Siauw Cap-it-long.
Entah dengan cara bagaimana, Siauw Cap-it-long yang sudah jatuh dari atas pohon itu bangkit
berdiri lagi. Dengan senyumnya yang berseri-seri, dia berkata kepada si pemuda perlente.
Telapak tangan Siauw Cap-it-long direntangkan, maka..... di sana berjejerlah 10 jari-jari kuku
palsu dari si pemuda perlente itu. Benda-benda tersebut sangat tipis sekali.
Wajah si pemuda perlente berubah.
"Kau..... kau..... kau....." Dia menjadi begitu gugup.
"Jangan takut," menggoda Siauw Cap-it-long. "Aku belum mati."
Si pemuda perlente membentak:
"Siapa kau?"
"Aku seorang manusia biasa."
"Mengapa......"
"Aku kurang senang bilamana dijadikan umpan, seperti pancingan ikan." Suara Siauw Cap-itlong
sangat tenang. "Auw......." Tiba-tiba tubuh si pemuda perlente itu jatuh terlentang.
Di saat yang bersamaan, dari ujung kaki bajunya ada mengeluarkan asap tebal, bsss....
mengepullah asap itu, mengeruhkan suasana di sekitarnya.
Api pun turut menyembur keluar dari benda ajaib tadi.
Lagi-lagi senjata ampuh luar biasa dari si pemuda perlente. Semacam roket kecil di jaman
sekarang. Roket kecil yang menyemburkan api dan diselubungi oleh asap itu menyerang Siauw Cap-itlong.
Rumput di tempat itu segera terbakar, senjata rahasia sebangsa roket itu dibuat dari bahanbahan
kimia yang tidak mudah padam, lama sekali api berkobar-kobar di tempat itu, meluas
ke sekitarnya. Si pemuda perlente mengundurkan diri, menjauhkan diri dari api itu.
Dia hendak mendengarkan suara jeritan Siauw Cap-it-long yang dilalap api.
Lama sekali suara yang dinanti-natikan olehnya itu tidak kunjung datang.
Inilah gelagat buruk.
Cepat-cepat si pemuda perlente menolehkan diri, di sana, di belakang dirinya sudah berdiri
seseorang. Siapa lagi dia kalau bukan Siauw Cap-it-long"
Siauw Cap-it-long memperlihatkan senyumnya, katanya:
"Senjata ampuh yang kedua juga sudah muncul, bagus sekali!"
Pemuda itu mengertak gigi.
"Siauw Cap-it-long," geramnya marah sekali. "Biar aku adu jiwa denganmu."
Siauw Cap-it-long tertawa lagi.
"Aku belum mau mengadu jiwa denganmu," katanya riang.
Tangan si pemuda perlente yang diletakkan di pinggang diseret panjang, maka bertambahlah
lain senjata ampuh, itulah ikat pinggang yang sangat tipis, hitam berkilat, dapat digunakan
sebagai cambuk dan amat praktis untuk dipakai menyerang orang yang berada pada jarak
jauh. Wingggg..............
Disabetkannya cambuk tipis hitam itu ke arah Siauw Cap-it-long.
Serangan ini bukan serangan cambuk biasa, diluruskan keras sekali, lebih mirip dengan tiputipu
gerakan ilmu pedang.
Dalam sekejap mata si pemuda perlente mengancam 7 jalan darah lawannya.
Siauw Cap-it-long memperhatikan betul-betul, ilmu yang diperlihatkan oleh lawannya banyak
persamaannya dengan ilmu pedang dari daerah Hay-lam. Tapi bukan ilmu pedang Hay-lam
Kiam-hoat. Belum pernah Siauw Cap-it-long menyaksikan ilmu cambuk pedang serupa ini.
Tubuh Siauw Cap-it-long bergerak-gerak sangat cept, dia berlompat-lompatan menyingkirkan
diri dari ancaman ujung cambuk ikat pinggang lawan, empat gerakan yang sama lagi
dilakukan, tiba-tiba dia merentangkan sepasang tangan, dan ditepukkannya ke depan, sangat
keras sekali, sehingga menimbulkan suara tepukan.
Plakkk..............
Ujung cambuk ikat pinggang si pemuda perlente sudah berada di dalam sepasang telapak
tangannya, itulah gencetan yang disertai tenaga dalam.
Dua orang itu berhenti bersilat. Masing-masing diam tak bergerak.
Cambuk ikat pinggang hitam dapat diluruskan panjang, tentu saja harus disertai dengan
tenaga dalam. Pada saat seperti itu, tenaga dalam si pemuda perlente tidak ada tempat
penyaluran, dia mulai menarik ke belakang.
Siauw Cap-it-long melepaskan rangkepan telapak tangannya.
Dan dua bayangan itu pun terpisah kembali, hampir si pemuda perlente jatuh terlentang ke
belakang. Mengetahui bukan tandingan Siauw Cap-it-long, pemuda perlente itu meletikkan diri, gerakan
ini disertai dengan taburan benda hitam, lagi-lagi terjadi hawa peperangan, gelap pekat
menyesatkan pandangan mata.
Permainan bahan-bahan kimia pemuda ini memang banyak sekali.
Pemuda perlente itu melarikan diri.
Dari suasana perang yang penuh kabut hitam dan kabut putih, disertai oleh api merah itu,
terselinglah suaranya:
"Siauw Cap-it-long, ilmu kepandaianku memang tidak dapat menandingimu, selamat
tinggal......"
Suara yang terakhir sudah terdengar jauh sekali.
Dia sudah dapat menduga siapa si jago gagah perkasa yang menjadi tandingannya.
Kecuali Siauw Cap-it-long, tidak mungkin ada jago kedua.
Tapi Siauw Cap-it-long sudah tidak berada di tempat itu.
Suara si pemuda perlente begitu senang sekali, dia menganggap sudah berhasil
menyingkirkan diri dari gangguan Siauw Cap-it-long.
Karena itu dia menoleh ke arah kabut hitam yang mengepul naik tinggi itu, tanpa membikin
perhitungan yang lebih masak lagi.
Kini dia siap melanjutkan perjalanan. Badannya bergerak ke belakang, siuutttt..... meluncur
jauh. Tiba-tiba.......
Wajahnya berubah.
Berdiri di depan pemuda itu adalah seorang laki-laki berbaju biru, berikat pinggang biru juga,
dengan sepasang matanya yang bersinar tajam, memandang segala gerak-gerik si pemuda
perlente, di bibirnya tersungging senyuman mengejek, maka terlihatlah jelas, bagaimana
bentuk kumisnya yang cukup merayu itu.
Siauw Cap-it-long!
Betul. Siauw Cap-it-long sudah menunggu lama di tempat itu.
Bagaikan ketemu hantu di siang hari bolong, si pemuda membalikkan badan, dan lari cepat
sekali. Dari belakangnya, terdengar suara Siauw Cap-it-long:
"Ke mana kau hendak melarikan diri" Mungkinkah sudah kehabisan senjata ampuh?"
Hanya dua kali geseran badan, Siauw Cap-it-long sudah berhasil menghadang jalan orang.
Si pemuda meringis, hampir dia menangis, dengan suara yang merengek minta dikasihani, dia
berkata: "Kali ini betul-betul aku kehabisan senjata..... Betul-betul kehabisan senjata..... Tidak ada
senjata ampuh lainnya."
Siauw Cap-it-long tertawa tawar, kemudian berkata:
"Terlebih-lebih lagi, setelah kau kehabisan senjata ampuh. Jangan harap kau dapat melarikan
diri." Pemuda itu berkata lagi:
"Siauw Cap-it-long, mengapa kau selalu menggagalkan rencanaku" Apakah karena adanya si
cantik jelita Sim Pek Kun" Bolehlah, akan kuserahkan dia kepadamu."
"Untuk persembahanmu yang seperti ini, aku mengucapkan banyak terima kasih," berkata
Siauw Cap-it-long.
"Bolehkah aku pergi dari tempat ini?" merengek lagi pemuda itu.
"Belum bisa." Jawaban Siauw Cap-it-long sangat tegas.
"Mengapa?"
"Belum waktunya kau pergi."
"Mungkinkah...... mungkinkah hendak meminta golok Kwa-liok-to?"
"Golok Kwa-liok-to tidak berada pada badanmu, tidak perlu harus kuminta darimu!"
"Bilakah kau hendak memintanya?" bertanya si pemuda penuh harapan.
"Bukan soal meminta atau tidak minta golok Kwa-liok-to," berkata Siauw Cap-it-long
perlahan. "Hari ini, aku harus membikin perhitungan denganmu."
"Perhitungan apa?"
Siauw Cap-it-long menyedot napas dalam-dalam, katanya:
"Aku, Siauw Cap-it-long, belum pernah menyaksikan manusia kejam buas seperti kau ini,
hanya dalam waktu sekejap kau dapat membunuh 4 orang, seolah-olah bukan jiwa hidup
ciptaan Tuhan."
"Kau sendiri, baikkah hatimu?"
"Setidak-tidaknya, aku tidak lebih jahat daripadamu!"
"Kau tidak puas melihat aku dapat membunuh empat orang itu?"
"Tentu saja."
"Mengapa kau tidak menolong mereka, sebelum aku turun tangan kepada mereka?"
Siauw Cap-it-long menghela napas, katanya sedih:
"Tentu saja aku akan menolong jiwa empat orang itu, kalau gerakanmu tidak terlalu cepat.
Sayang kau terlalu kejam, berkepandaian tinggi pula. Sebelum aku tahu apa yang harus
kulakukan, jiwa keempat orang itu sudah kau layangkan ke alam baka. Inilah salah
perhitungan."
"Segala sesuatu telah terjadi, jiwa orang-orang itu tidak bisa ditarik kembali. Tidak mungkin
menghidupkan seorang yang sudah mati. Apalagi sekaligus empat orang jiwa, mungkinkah
kau mau menyembahyangi mereka?"
"Orang yang hendak kusembahyangi adalah.... kau...." Siauw Cap-it-long menudingkan
jarinya. Wajah pemuda itu menjadi pucat pasi seolah-olah tidak berdarah lagi.
"Kau......" dia menjadi gemetar. "Kau hendak membunuhku?"
"Aku tidak suka membunuh orang," berkata Siauw Cap-it-long tenang. "Tetapi aku tidak
pantang melakukan pembunuhan. Apalagi kepada manusia terkutuk yang sebangsamu ini,
lebih baik tidak memandang bulu lagi. Umurmu masih belum cukup dewasa, toh sudah
mempunyai kekejaman yang seperti itu, bagaimana jadinya bila kau sudah mempunyai
pikiran yang lebih masak" Beberapa tahun lagi, dunia akan dijungkir-balikkan olehmu.
Karena itu, aku harus membunuh....
DI CEMBURU WANITA
Mendengar ancaman kata-kata yang terakhir dari apa yang dicetuskan oleh Siauw Cap-itlong,
tiba-tiba saja, pemuda kecil itu tertawa.
Cara tertawanya dia kali ini lain sekali, tidak lagi mengandung kekejaman, juga tidak disertai
kelicikan, tertawanya begitu menawan hati, inilah tertawa seorang perawan yang bisa
meruntuhkan iman seorang laki-laki, menggiurkan sekali.
Setelah melakukan suatu gerakan yang lebih menantang, pemuda kecil itu berkata:
"Mungkinkah aku belum cukup dewasa?"
Seperti membuat suatu atraksi seni tari tontonan istimewa, perlahan-lahan pemuda itu
meloloskan baju atasnya.
Siauw Cap-it-long menduga kepada tipu muslihat baru dari lawannya, tapi dia tidak takut, dan
untuk mempersingkat terjadinya duel yang akan datang, tangan laki-laki ini bergerak cepat,
giliran dia yang menyerang si pemuda kecil.
Kecepatan tangan Siauw Cap-it-long sangat menakjubkan.
Belum pernah ada orang yang dapat menyingkirkan diri dari serangan ini, belum pernah ada
orang yang dapat menandingi kecepatan tangan ini.
Dan betul-betul hal itu terjadi.
Siauw Cap-it-long membuat suatu gerakan yang biasa saja, tapi kecepatannya luar biasa,
itulah kecepatan suara halilintar di angkasa. Secepat itu pula, tangan Siauw Cap-it-long sudah
mampir di pundak lawannya.
Kita katakan tangan itu mampir, karena belum melakukan sesuatu apa. Inipun sudah cukup
berbahaya, bilaman tokoh silat lainnya, setelah dimampiri atau dielus oleh tangan Siauw Capitlong tidak mungkin orang itu dapat meloloskan diri lagi.
Lain lagi halnya dengan pemuda kecil yang mempunyai hati kejam itu, kelicinannya tidak
kalah dari binatang apapun juga, kegesitannya memang luar biasa, dengan bentuk tubuhnya
yang begitu kecil, lebih memudahkan dia bergerak.
Tampak dia merosotkan diri, sreeetttt.... dan dibarengi oleh satu suara robekan kain baju,
berhasil juga si pemuda perlente meloloskan diri dari cengkeraman maut Siauw Cap-it-long.
Yang berhasil ditangkap Siauw Cap-it-long hanya selembar baju depan pemuda itu.
Apakah yang terjadi" Sesudah baju depan si pemuda tersobek sebagian"
Suatu pemandangan yang indah menarik lantas terbentang di depan mata. Ternyata, pemuda
perlente itu bukanlah seorang laki-laki, dia adalah seorang wanita yang mengenakan pakaian
pria. Sepasang tumpukan daging putih meletak menonjol keluar menerobos sobekan kainnya.
Seorang anak perawan yang baru mulai akan meningkat dewasa!
Si kecil perlente adalah seorang anak perawan, betul dia mengenakan pakaian laki-laki setelah
terjadinya kejadian ini, terbongkarlah segala rahasianya!
Siauw Cap-it-long terpaku di tempat!
Wajah pemuda kecil itu bersemu merah, dia menjadi sangat malu sekali, cara Siauw Cap-itlong
merobek baju depannya itu adalah suatu perbuatan yang sangat kurang ajar sekali.
Di saat Siauw Cap-it-long belum tahu apa yang harus diperbuat olehnya, gadis itu sudah
mulai menangis sedih, sambil menjatuhkan diri menubruk dada Siauw Cap-it-long.
Semacam parfum yang tidak terdapat pada toko-toko penjual bahan-bahan kimia menyerang
hidung Siauw Cap-it-long. Itulah keringat perawan si pemuda kecil.
Seperti mabuk kepayang, Siauw Cap-it-long menggunakan kedua tangannya untuk
mendorong pergi gadis yang menangis di dalam pelukan dadanya yang lebar itu.
Dan lagi-lagi dia terkejut sekali, tangan yang didorong itu harus segera ditarik pulang, karena
apa yang disentuh oleh tangannya lebih berada di luar dugaan, itulah buah dada si pemuda
kecil. Siapakah yang bisa berlaku kejam kepada seorang gadis menawan hati yang seperti pemuda
perlente itu"
Tangan halus Siao Kongcu yang kecil itu mulai merayap naik, dan akhirnya terhenti pada
pundak Siauw Cap-it-long.
Cresss...... Dia menggunakan kuku-kuku jarinya mencakar pundak tersebut.
Wajah Siauw Cap-it-long berubah, dia marah, tangannya dikerahkan, dan memukul kepala
gadis itu. Siao kongcu sudah tertawa cekikikan, begitu gesit sekali, licin sekali, dia sudah berhasil
meloloskan diri. Dengan berdiri di depan si jago berandalan, tanpa menutup lebih dahulu
sepasang buah dadanya yang terbuka itu.
"Siao Cap-it-long." katanya riang dan senang, "Kau masuk ke dalam perangkapku, di dalam
kuku-kuku jariku tadi sudah tersedia racun buas yang jahat, itulah racun Cit-kiauw-hoa-kutsan,
berarti merusak tulang di dalam tujuh jam. Di dalam waktu yang sangat singkat, dagingdagingmu
akan meleleh dan mencair seperti daging busuk. Masih berani kau menantangku
kini?" Apa yang dikatakan si Siao kongcu bukan ancaman kosong. Siauw Cap-it-long sudah merasa
akan adanya bahaya itu, dia harus segera menyingkirkan diri, atau akan mati di bawah
kekejaman tangannya pemuda kecil itu.
Giliran Siauw Cap-it-long yang menjadi pecundang lawan, tubuhnya melejit, dengan satu
enjotan kaki yang sangat kuat, dia melesat dan meninggalkan tempat itu.
Siauw Cap-it-long melarikan diri!
Si pemuda kecil Siao kongcu mengusap-usap dadanya, dengan bangga dia berkata:
"Inilah senjata ampuhku yang terakhir, senjata terampuh untuk menghadapi kaum laki-laki,
senjata yang dimiliki oleh setiap wanita, dan kau....kau... Siauw Cap-it-long..... Kau tidak
luput dari parapan senjata ini."
Gadis ini melanjutkan perjalanannya, dia harus menyelesaikan rencananya.
Di saat itu, Siauw Cap-it-long sudah lari jauh, lari jauh untuk menghidari tangan jahat Siao
kongcu. Hanya si Cantik Jelita Sim Pek Kun yang masih melakukan perjalanan.
Sim Pek Kun sedang diumbang-ambingkanb oleh empuknya kereta mewah yang
ditumpanginya. Seolah-olah mengendarai awan terbang, kereta itu membuat sang penumpang
tidak mengalami penderitaan kocokan, begitu megah dan begitu empuk, segala sesuatu
dispesialkan untuk manusia-manusia yang terkaya.
Sim Pek Kun memeramkan matanya.
Roda-roda kereta menggelinding terus, dengan disertai pegas-pegas empuk, hal itu tidak


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengganggu ketenangan Sim Pek Kun.
Seolah-olah terbayang, bahwa di samping dirinya duduk sang suami, seolah-olah Lian Seng
Pek mendampingi dirinya.
Perkawinannya dengan Lian Seng Pek telah berjalan 4 tahun. Selama itu, belum pernah terjadi
perubahan-perubahan sifat.
Lian Seng Pek selalu meluluskan segala permintaannya. Hartawan manakah yang tidak kenal
kepada Lian Seng Pek" Tokoh silat manakah yang tidak kenal Lian Seng Pek"
Lian Seng Pek adalah tokoh rimba persilatan yang ternama, juga mempunyai harta kekayaan
yang luar biasa, karena itu namanya begitu cemerlang sekali.
Sim Pek Kun adalah istri dari pemuda hartawan itu. Tentu saja hidup di dalam serba
kecukupan. Belum pernah sang suami menentang kemauannya.
Sim Pek Kun membuka kedua matanya yang ditutupkan sejak tadi.
Lian Seng Pek tidak berada di samping dirinya.
Inilah suatu kenyataan.
Selama 4 tahun mereka menikah, belum pernah terjadi percekcokkan.
Seharusnya suatu penghidupan yang gembira dan menyenangkan hati.
Betulkah Sim Pek Kun puas"
Belum pernah ada seorang manusia yang puas kepada kenyataan-kenyataan. Inilah suatu
kenyataan. Sifat tamak manusia itu ada, tidak pernah luput dari manusia manapun.
Demikian halnya keadaan si Cantik Jelita Sim Pek Kun.
Dia hidup serba kecukupan, toh merasa kurang cukup puas juga.
Suaminya adalah seorang pendiam yang jarang membuka mulut. Inilah ketidak-puasan yang
pertama. Di dalam perjalanan ini, Lian Seng Pek tidak ikut menyertainya, inilah ketidak-puasannya
yang kedua. Cumbu rayu seorang suami terhadap istrinya terlalu sedikit, inilah yang tidak diharapkan oleh
istri orang manapun juga.
Seorang istri membutuhkan keuangan yang cukup.
Juga membutuhkan cinta kasih yang selayaknya.
Dalam hal bercinta, Lian Seng Pek belum bisa memuaskan lawan jenisnya.
Dia sampai hati membiarkan istrinya melakukan perjalanan seorang diri, tanpa pengawalan
dari seorang suami yang dicintai.
Setiap kali melakukan perjalanan jauh, Sim Pek Kun selalu merasa kesunyian.
Setiap kali ditinggal pergi jauh oleh sang suami, Sim Pek Kun menjadi hidup hampa, seolaholah
makanan kurang sarinya.
Di kala Lian Seng Pek hendak melakukan perjalanan, Sim Pek Kun pernah mencegah dengan
maksud dapat menyertainya.
Tapi, mulutnya terkatup.
Tidak guna dia bicara.
Sebagai seorang jago silat dan sebagai seorang hartawan terkemuka serta terpelajar, setiap
langkah Lian Seng Pek sudah direncanakan lebih dahulu masak-masak.
Lian Seng Pek dilahirkan sebagai pemimpin umum, sebagai tokoh rimba persilatan dan juga
tokoh para hartawan-hartawan.
Wanita yang bagaimanapun tidak dapat mengekang kebebasannya.
Demikian juga Sim Pek Kun, dia tidak berhak mengekan
Harpa Iblis Jari Sakti 33 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Pendekar Setia 9

Cari Blog Ini