Ceritasilat Novel Online

Anak Berandalan 8

Anak Berandalan Karya Khu Lung Bagian 8


elarikan diri. Sembunyi
di dalam goa itu atau kembali ke tempat Lian Seng Pek.
Tidak! Tidak mungkin meminta bantuan atau pertolongan Lian Seng Pek.
Tempat goa inilah yang teraman. Dia harus membekap Siauw Tjap it-long ditempat yang
aman. Tidak mungkin mereka bisa menemukannya.
Betulkah" Apa betul To Siao Thian cs tidak bisa menemukan jejak mereka"
Inilah pikiran yang mau membohongi diri sendiri. Kadang kala, seseorang yang sudah
mendapatkan jalan buntu, sering menggunakan kata-kata yang tidak masuk diakal; pikiranpikiran
yang mengelabui diri sendiri.
Seseorang harus pandai menipu, kalau dia ingin hidup bebas. Kalau dia ingin hidup berumur
panjang. Kenangan Sim Pek Kun melayang-layang, melayang kembali kearah bangunan kecil di dalam
lembah gelap. Terpeta wajah Siauw Tjap it-long yang sedang membangun sebuah rumah
lainnya; berketak ketik dengan kedua tangannya yang cekatan dan gesit. Tapi secepat itu pula,
bayangan tersebut buyar berantakan.
Tubuh Siauw Tjap it-long bergerak, ini sangat mengejutkan Sim Pek Kun. Cepat-cepat ia
mendekapnya pula. Siauw Tjap it-long hendak membuka kelopak matanya, tapi masih terasa
berat, dengan suaranya yang perlahan dia bertanya: "Kau..?"
Walau hujan sudah tiada, keadaan malam tetap gelap, dan keadaan di dalam goa lebih gelap
lagi. Di dalam keadaan yang gelap gulita, tentu saja tidak bisa membedakan wajah seseorang.
Sim Pek Kun tidak bisa melihat perobahan Siauw Tjap it-long, dan Siauw Tjap it-long juga
tidak bisa melihat dirinya. Tapi, dari hembusan harum semerbak itu, Siauw Tjap it-long sudah
bisa menduga akan hadirnya sang ratu rimba persilatan.
Semacam rasa bangga menyerang hati
Sim Pek Kun, menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Dengan suaranya yang merdu,
menganggukkan kepala dan berkata: "Ya! Aku! Kau baru tertidur!"
Siauw Tjap it-long tidak menjawab pertanyaan itu, lama ia bernafas, akhirnya berkata:
"Mengapa kau datang lagi?"
Sim Pek Kun bertanya: "Maksudmu?"
"Kau... kau tahu..." berkata Siauw Tjap it-long terputus-putus. "Aku... aku tidak mau
menyusahkanmu lagi."
Sim Pek Kun berkata: "Aku yang menyusahkan dirimu."
"Bukan..." berkata Siauw Tjap it-long. "Biar bagaimana, mereka pasti bisa menemukan
jejakku. Biar bagaimana, aku bisa hidup tanpa kehadiranmu. Mengerti?"
"Mengerti." berkata Sim Pek Kun.
"Nah! Pergilah!"
"Tidak!" Berkata Sim Pek Kun tegas. "Aku tidak mau pergi."
"Dengar... dengarlah..." dengan cepat Sim Pek Kun memotong pembicaraan itu: "Kali ini,
tidak perduli apa yang kau ucapkan, aku tidak bisa menurut perintahmu lagi."
Belum pernah Siauw Tjap it-long mendengar suara Sim Pek Kun yang seperti ini. Biasanya
wanita itu lemah gemulai, jinak dan menurut. Tapi sekarang berubah, tegas dan kuat.
Timbul pikiran lama, mudah saja Siauw Tjap it-long mengusir Sim Pek Kun. Dengan aneka
macam cara, dengan menyakiti hatinya, atau menyinggung hati sang ratu rimba persilatan,
pasti Sim Pek Kun bisa terusir pergi. Tapi Siauw Tjap it-long tidak mau melakukan hal itu, ia
menghela nafas dan terdiam.
"Pergilah!" berkata Siauw Tjap it-long perlahan, suaranya amat lemah.
"Baik." berkata Sim Pek Kun. "Aku akan pergi. Tapi bukan sekarang. Beruntung hujan sudah
berhenti. Beruntung orang-orang itu sudah pergi. Kini berhasil melarikan diri. Tunggu
sesudah hari menjadi pagi. Aku segera mengantarmu kembali dan saat itu........ disaat itulah
baru pergi."
"Eh, kau biasanya tidak bisa menipu orang." ia berkata. "Sekarang mengapa hendak menipu,
membohong kepadaku dan berbohong kepada diri sendiri?"
"Aku.... aku bohong." berkata Sim Pek Kun.
"Aku tahu, tidak perduli siapa diantara mereka, satupun tidak bisa membiarkan aku hidup
lebih lama lagi."
Suara Siauw Cap-it-long masih tetap lemah, tapi sangat jelas.
Sim Pek Kun bertanya :
"Mengapa dan dengan alasan apa mereka menghendaki kematianmu ?"
Siauw Cap-it-long berkata :
"Hanya kematiankulah yang bisa menenangkan hidup mereka. Hanya kematiankulah yang
bisa menarik kembali nama-nama mereka."
Sim Pek Kun bisa menangkap sesuatu dari arti kata-kata itu, ia mencoba menyelidik, tanyanya
: "Mungkin mereka telah melakukan sesuatu kesalahan besar yang dipergoki olehmu ?"
Siauw Cap-it-long tidak menjawab pertanyaan itu. Tidak menjawab berarti membenarkan.
Sim Pek Kun mengeluarkan elahan napas panjang, ia berkata :
"Aku juga sudah bisa melihat padanya ciri-ciri para pendekar itu, mereka menganggap diri
sendiri sebagai ksatria, mereka menganggap diri sendiri sebagai seorang jago, maunya disebut
pendekar, mereka mendapat julukan tayhiap. Tapi apakah isi hati mereka".... Huh! Mereka
hanya belatung belatung terbungkus oleh kulit."
"Oh......" Siauw Cap-it-long melompongkan mulut.
Sim Pek Kun berkata lagi :
"Apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka lakukan sangatlah bertentangan dengan
panji semboyan hidup pendekar. Hanya janji-janji kosong. Hanya pidato-pidato muluk. Jual
kecap!" Siauw Cap-it-long berkata :
"Untuk menghilangkan jiwaku, mereka tidak perduli dengan aneka macam cara."
"Itulah kenyataan." berkata Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long berkata :
"Karena itulah, lebih baik kau menyingkir pergi."
"Tidak." berkata Sim Pek Kun. "Aku tidak mau pergi."
Suara ini sangat tegas dan tandes. Tidak bisa diganggu gugat lagi.
Keadaan sunyi. Beberapa waktu kemudian, Sim Pek Kun bertanya :
u, menganggukkan kepala dan berkata: "Ya! Aku! Kau baru tertidur!"
Siauw Tjap it-long tidak menjawab pertanyaan itu, lama ia bernafas, akhirnya berkata:
"Mengapa kau datang lagi?"
Sim Pek Kun bertanya: "Maksudmu?"
"Kau... kau tahu..." berkata Siauw Tjap it-long terputus-putus. "Aku... aku tidak mau
menyusahkanmu lagi."
Sim Pek Kun berkata: "Aku yang menyusahkan dirimu."
"Bukan..." berkata Siauw Tjap it-long. "Biar bagaimana, mereka pasti bisa menemukan
jejakku. Biar bagaimana, aku bisa hidup tanpa kehadiranmu. Mengerti?"
"Mengerti." berkata Sim Pek Kun.
"Nah! Pergilah!"
"Tidak!" Berkata Sim Pek Kun tegas. "Aku tidak mau pergi."
"Dengar... dengarlah..." dengan cepat Sim Pek Kun memotong pembicaraan itu: "Kali ini,
tidak perduli apa yang kau ucapkan, aku tidak bisa menurut perintahmu lagi."
Belum pernah Siauw Tjap it-long mendengar suara Sim Pek Kun yang seperti ini. Biasanya
wanita itu lemah gemulai, jinak dan menurut. Tapi sekarang berubah, tegas dan kuat.
Timbul pikiran lama, mudah saja Siauw Tjap it-long mengusir Sim Pek Kun. Dengan aneka
macam cara, dengan menyakiti hatinya, atau menyinggung hati sang ratu rimba persilatan,
pasti Sim Pek Kun bisa terusir pergi. Tapi Siauw Tjap it-long tidak mau melakukan hal itu, ia
menghela nafas dan terdiam.
"Pergilah!" berkata Siauw Tjap it-long perlahan, suaranya amat lemah.
"Baik." berkata Sim Pek Kun. "Aku akan pergi. Tapi bukan sekarang. Beruntung hujan sudah
berhenti. Beruntung orang-orang itu sudah pergi. Kini berhasil melarikan diri. Tunggu
sesudah hari menjadi pagi. Aku segera mengantarmu kembali dan saat itu........ disaat itulah
baru pergi."
"Eh, kau biasanya tidak bisa menipu orang." ia berkata. "Sekarang mengapa hendak menipu,
membohong kepadaku dan berbohong kepada diri sendiri?"
"Aku.... aku bohong." berkata Sim Pek Kun.
Siauw Tjap it-long berkata:
"Aku tahu, tidak perduli siapa diantara mereka, satupun tidak bisa membiarkan aku hidup
lebih lama lagi."
Suara Siauw Cap-it-long masih tetap lemah, tapi sangat jelas.
Sim Pek Kun bertanya :
"Mengapa dan dengan alasan apa mereka menghendaki kematianmu ?"
Siauw Cap-it-long berkata :
"Hanya kematiankulah yang bisa menenangkan hidup mereka. Hanya kematiankulah yang
bisa menarik kembali nama-nama mereka."
Sim Pek Kun bisa menangkap sesuatu dari arti kata-kata itu, ia mencoba menyelidik, tanyanya :
"Mungkin mereka telah melakukan sesuatu kesalahan besar yang dipergoki olehmu ?"
Siauw Cap-it-long tidak menjawab pertanyaan itu. Tidak menjawab berarti membenarkan.
Sim Pek Kun mengeluarkan elahan napas panjang, ia berkata :
"Aku juga sudah bisa melihat padanya ciri-ciri para pendekar itu, mereka menganggap diri
sendiri sebagai ksatria, mereka menganggap diri sendiri sebagai seorang jago, maunya disebut
pendekar, mereka mendapat julukan tayhiap. Tapi apakah isi hati mereka".... Huh! Mereka
hanya belatung belatung terbungkus oleh kulit."
"Oh......" Siauw Cap-it-long melompongkan mulut.
Sim Pek Kun berkata lagi :
"Apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka lakukan sangatlah bertentangan dengan
panji semboyan hidup pendekar. Hanya janji-janji kosong. Hanya pidato-pidato muluk. Jual
kecap!" Siauw Cap-it-long berkata :
"Untuk menghilangkan jiwaku, mereka tidak perduli dengan aneka macam cara."
"Itulah kenyataan." berkata Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long berkata :
"Karena itulah, lebih baik kau menyingkir pergi."
"Tidak." berkata Sim Pek Kun. "Aku tidak mau pergi."
Suara ini sangat tegas dan tandes. Tidak bisa diganggu gugat lagi.
Keadaan sunyi. Beberapa waktu kemudian, Sim Pek Kun bertanya : "Aku tahu, apa
kejelekan-kejelekan Thio Bu Kek, Hay-leng-cu dan To Siao Thian. Tapi kesalahan apa yang
sudah dilakukan oleh Lie Kang ?"
Dengan dingin Siauw Cap-it-long berkata :
"Anggapmu, Lie Kang itu adalah seorang laki-laki sejati" Ia sangat tahu diri?"
Sim Pek Kun berkata :
"Semua orang mengatakan seperti itu."
Siauw Cap-it-long berkata :
"Lie Kang adalah seorang laki-laki sejati dihadapan kaum laki-laki. Tapi... kalau dia bertemu
dengan seorang wanita yang berjalan sendirian, nah... disitu akan terbuka kedoknya."
Sim Pek Kun tidak bicara. Karena bahan pembicaraan merekapun sudah habis.
Hujan turun lagi, ternyata masih belum puas membasahi bumi. Dari perlahan, membesar dan
deras kembali. Tiba-tiba Siauw Cap-it-long berkata :
"Sebentar lagi hari menjadi pagi."
"Hm...." Sim Pek Kun membenarkan dugaan itu.
"Betul-betul kau tidak ada niatan untuk pergi ?" bertanya Siauw Cap-it-long.
"Sudah kukatakan. Aku tidak mau pergi." berkata Sim Pek Kun.
"Baik." berkata Siauw Cap-it-long. "Mari kita pergi bersama-sama."
Tawaran ini membuat Sim Pek Kun ragu-ragu. Siauw Cap-it-long berkata :
"Lihat ! Matahari mulai memancarkan cahayanya, musuh berada didepan kita kau kira...."
"Tidak menunggu sampai hujan mereda?" bertanya Sim Pek Kun.
"Lebih baik hujan ini tidak berhenti." berkata Siauw Cap-it-long. "Dia telah membuat
pertolongan yang sangat banyak."
"Pertolongan" Pertolongan kepada siapa?"
Siauw Cap-it-long berkata :
"Adanya hujan terus menerus membantu usaha kita. Tapi mengganggu pencaharian mereka.
hujan ini telah menghancurkan tapak-tapak kaki, sehingga sekarang, mereka belum berhasil
menemukan jejak kita. Karena adanya hujan inilah, kita mendapat kesempatan berlari. Kita
tertolong."
Meninggalkan cerita Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun, kita melihat keadaan Lie Kang,
Thio Bu Kek, To Siao Thian dan Hay-leng-cu.
Disaat itu, keempat orang tersebut berada dicabang jalan. Hujan masih memukul tubuh
keempat orang. Mereka berhenti di jalan bercabang. Thio Bu Khek menghela nafas dan
berkata: "Hujan sialan! Ia telah menghilangkan jejak tapak kaki. Ia telah menghilangkan bau
buronan kita. Dimisalkan kita membawa anjing juga tidak mungkin bisa mengendus bau
orang buronan itu.
Dengan dingin Hay-leng-cu berkata: "Biar bagaimana, mereka tidak bisa melarikan diri."
To Siao Thian berkata: "Tepat. Di dalam keadaan yang seperti ini, kita orangpun tidak bisa
melakukan perjalanan cepat. Apalagi Sim Pek Kun ia harus membawa danmenggendong
seorang laki-laki yang bertubuh berat.
"Lihat!" berkata Thio Bu Khek. "Di depan kita terdapat dua jalan..."
Lie Kang berkata: "Kita berpencaran."
Thio Bu Khek ragu-ragu sebentar dan berkata: "Boleh juga. Aku bersama-sama dengan Lamhaycu. Saudara Lie Kang..."
"Biar aku seorang diri." Potong Lie Kang. Tidak menunggu persetujuan ketiga kawannya,
tubuh Lie Kang melejit, ia mengambil jalan sebelah kiri. Jalan itu agak lebar.
Thio Bu Khek, To Siao Thian dan Hay-leng-cu saling pandang, demikian sehingga lenyapnya
bayangan Lie Kang.
"Dia memiliki pukulan yang hebat. Ilmu meringankan tubuhnya juga tidak rendah, tapi
orangnya sangat butek."
Thio Bu Khek tertawa dan berkata: "Kau maksudkan dia salah pilih jalan?"
"Ya." berkata To Siao Thian. "Sim Pek Kun tidak mungkin mengambil jalan ini."
"Alasannya?" bertanya Hay-leng-cu.
To Siao Thian menjawab pertanyaan itu: "Jalan dia tempuh adalah jalan yang lebar, mudah
dilewati orang. Untuk seseorang yang sedang berada di dalam keadaan pelarian, tidak
mungkin memilih jalan yang baik. Anggapnya, di jalan yang baik ia mudah dikejar. Sim Pek
Kun akan mengajak Siauw Tjap it-long menempuh jalan pegunungan, jalan pegunungan tidak
mudah dicapai orang."
Lie Kang menempuh jalan lebar. Dia meninggalkan jalan yang sempit kecuali ketiga rekanrekannya.
Thio Bu Khek berkata: "Betul. Inilah kesalahannya. Aku heran pengalaman-pengalaman Lie
Kang tidak berada dibawah kita, mengapa ia tidak berpikir dahulu?"
To Siao Thian memandang langit yang masih menuang-nuang air hujan, ia berkata: "Bukan
itu saja yang mengherankan, ada sesuatu yang lainnya."
"Urusan apa lagi?"
To Siao Thian berkata: "Lie Kang adalah seorang laki-laki sejati. Entah perbuatan tidak
senonoh apa yang telah dipergoki oleh Siauw Tjap it-long sehingga dendamnya begitu hebat."
Thio Bu Khek berkata: "Dia memaksa melakukan perjalanan seorang diri, memisahkan dari
rombongan. Kukira takut rahasianya itu dibongkar di depan umum."
Menyambung lagi cerita Sim Pek Kun dan Siauw Tjap it-long.
Siauw Tjap it-long berkata: "Nah inilah kesempatan baik."
"Kesempatan baik apa?" bertanya Sim Pek Kun.
Siauw Tjap it-long berkata: "Mereka tidak mudah menemukan jejak kita, tentu berpencaran."
"Kemudian?"
"Lie Kang paling takut rahasianya dibongkar. Apalagi dibongkar di depan kawan-kawannya.
Karena itu, tentunya ia akan memisahkan diri. Tidak mau bergabung dengan ketiga orang
lainnya." Dugaan yang tepat!
Sim Pek Kun memandang jago itu dan bertanya: "Thio Bu Kek, To Siao Thian dan Hay-lengcu
bisa berkumpul menjadi satu?"
"Untuk sementara."
"Alasannya?"
Siauw Tjap it-long memberi penjelasan, ia berkata: "Orang yang bisa membunuh Siauw Tjap
it-long akan mendapatkan nama besar. Karena itulah, mereka hendak memperebutkan pahala.
Masing-masing hendak mengangkangi jasa. Pepisahan dan perpecahan tidak bisa dielakan."
"Apa mereka tidak takut digempur olehmu" apa kekuatan seorang cukup untuk menandingi
dirimu?" Sim Pek Kun mengutarakan kecurigaannya.
Siauw Cap-it-long berkata:
"Mereka semua tahu, aku sudah menderita luka berat. Dan tidak mempunyai daya tempur
lagi." "Tapi aku tidak menderita luka" berkata Siauw Cap-it-long
Dengan tertawa Siauw Cap-it-long berkata:
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan ilmu kepandaian mereka!"
Sim Pek Kun menjebikan bibir, ia berkata:
"Menurut apa yang kutahu,keempat orang itu tidak berani menempur aku."
Siauw Cap-it-long menghela napas, ia berkata:
"Mereka tidak berani menempurmu. Karena kau adalah Nyonya Lian Seng Pek. Bukan berarti
mereka takut kepada ilmu kepandaian Sim Pek Kun".
Siauw Cap-it-long berkata:
"Mereka akan salah membuat perhitungan".
"Oh ......"
"Mereka tidak tahu" berkata Siauw Cap-it-long. "Seseorang yang mendapat tekanan hebat itu,
mempunyai reaksi timbal balik yang tidak kalah hebatnya."
"Tentu saja. Mereka tidak tahu berapa hebat ilmu kepandaianmu".
Siauw Cap-it-long berkata:
"Dengan ilmu kepandaian kita berdua. Tidak sulit mengalahkan satu orang. Kalau mereka
berpencaran, kukira kita bisa membunuhnya satu-persatu."
Suara ini dikeluarkan dengan hawa nafsu yang meluap-luap, hawa pembunuhan yang
membara.

Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sim Pek Kun menyelidik. Beberapa saat kemudian ia menghela nafas dan bertanya:
"Bagaimana pandanganmu?"
"Kuharap saja mereka tidak berkumpul, maka kita bereskan satu-persatu."
"Kemana kita harus pergi?"
"Tidak perlu pergi", berkata Siauw Cap-it-long, "Tunggu saja disini".
"Tunggu disini?" bertanya Sim Pek Kun. "Mereka bisa sampai ke tempat ini".
"Kita sudah tidak bisa lari. Lari pasti dikejar mereka, lebih baik menunggu atau memancing
mereka". "Tapi ...."
"Tentu saja. Keadaan kita sangat berbahaya. Tapi lebih berbahaya lagi, kalau mengambil cara
lain. Tenagaku sangat terbatas, kita harus menggunakannya baik baik"
Sim Pek Kun memandang sang jago berandalan itu, dengan sinar mata penuh pujian dan
kesetiaan. Siauw Cap it-long memandang kearah sang ratu rimba persilatan dan katanya :
"Sedang kupikirkan, siapakah orang pertama yang sampai ditempat ini ?"
"Seharusnya siapa ?" bertanya Sim Pek Kun.
"Kukira To Siao Thian"
"Bagaimana kau bisa menduga kepada To Siao Thian ?"
"Pengalaman pengalaman To Siao Thian lebih banyak. Ilmu meringankan tubuhnya juga
terhebat" Siauw Cap it-long memberi keterangan. "Dan orang pertama yang harus kita bekuk
adalah manusia yang bernama To Siao Thian ini"
"Kalau dia sudah datang, apa yang harus kukerjakan ?" bertanya Sim Pek Kun.
Siauw Cap it-long ragu ragu, berpikir beberapa lama ia, bergumam :
"Biasanya seorang yang licik mempunyai penyakit sendiri" "Penyakit apa ?"
"Penyakit takut sendiri kepada banyangan diri sendiri" berkata Siauw Cap it-long. "kita harus
menggunakan kelemahan mereka"
"Bagaimana harus menghadapinya ?"
Siauw Cap it-long membisiki sesuatu, mengutarakan rencananya ditelinga Sim Pek Kun.
Hampir saja mereka bersentuhan.
Seperti apa yang Siauw Cap it-long sudah duga, orang yang pertama yang berhasil
menemukan jejak meraka adalah simanusia paling licik, To Siao Thian.
Itu waktu, Sim Pek Kun sedang duduk disebuah batu yang sedang menonjol keluar. Letaknya
batu itu berada didepan goa, solah oalh sedang mengalami pikiran kusut, ia berhujan hujan,
dan tidak merasakan rasa dingin.
To Siao Thian sudah berada ditempat itu, tapi tidak diketahui oleh Sim Pek Kun.
To Siao Thian bisa melihat adanya Sim Pek Kun, tapi To Siao Thian tidak menemukan Siauw
Cap it-long. Kemana Siauw Cap it-long " Tentunya bersembunyi di dalam goa.
Dengan rasa curiga, dengan berindap indap, To Siao Thian berjalan kedepan. Wajahnya
memperlihatkan senyuman, dan ia berada didepan Sim Pek Kun, seolah olah memperlihatkan
sikapnya terkejut, ia bertanya :
"Lian Hujin, bagaimana kau bisa berada ditempat ini ?"
Seolah olah TO Siao Thian itu bukan membikin pengejaran, seolah olahao Thian itu sedang
berjalan jalan, atau mungkin bertamasya dan tiba ditempat tersebut, seolah olah To Siao Thian
bertemiu dengan Sim Pek Kun secara tidak sengaja.
Mendengar teguran To Siao Thian, baru Sim Pek Kun mendongakan kepala, melirik kearah
jago licik itu, dengan senyumanya bertanya :
"Lama betul " mengapa sampai sekarang baru sampai ?"
Sepasang mata To Siao Thian mengkilat kilat ia mencari jalan keluar untuk mengartikan
pertanyaan itu, tanyanya :
"Lian Hujin sedang menunggu diriku ?"
Sim Pek Kun berkata :
"Aku mengalami sesati jalan, kini sedang menunggu orang yang bisa diandalkan untuk
mengantar aku pulang"
To Siao Thian bertanya :
"Kemana Siauw Cap it-long ?"
Sim Pek Kun menghela napas, ia berkata
"Sudah mati ! tentunya kalian tahu, tidak mungkin dia bisa memperpanjang hidupnya "
To Siao Thian mengangguk anggukkan kepala, ia juga turut mengeluarkan keluhan napas
panjang, seolah olah, sangat bersedih, dan kini ia berkata :
"Betul betul. Lukanya memang betul betul berat. tapi kalau mendapat perngobatan secara
tetap dan cepat, kukira ia masih mempunyai kesempatan hidup"
Sim Pek Kun tertawa.
To Siao Thian bertanya lagi :
"Dimanakah mayatnya Siauq Cap it-long itu " ah! kukira, ia masih belum mati betul"
Sim Pek Kun melirik kearah goa, tapi secepat itu pula kerlingan matanya dialihkan ketempat
lain, ia berkata :
"Aku sudah berlari lari setengah malam. Sangat letih, tidak kuat menggendongnya, kubuang
dia ditengah jalan"
"Dibuang dimana ?" bertanya To SIao Thian.
Agak gugup Sim Pek Kun berkata :
"Didalam keadaan gelap gulita, mana kutahu terbuang dimana. Perlahan lahan saja kita cari,
mungkin bisa ditemukan"
"Sudah pasti bisa ditemukan" berkata To Siao Thian tertawa.
Tiba tiba wajah To Siao Thian ditekuk masam, tubuhnya mencelat kearah goa, berteriak keras
: "Siauw Cap it-long ! DIdalam keadaan yang seperti ini, pa guna kau main petak sembunyi "
Hayo ! Keluar ! "
Tidak terdengar sahutan, goa itu sangat sunyi dan sepi.
Tapi Sim Pek Kun memperlihatkan wajahnya yang ketakutan, wajah yang gelisah.
Sepasang biji mata To Siao Thian berputar, dan ia membalik kembali, kini sudah berada
disebelah SIm PEk Kun, tngannya dicengkeram memegang pergelangan tangan San Ratu
Rimba Persilatan, ditekuk kebelakang.
"Maaf! " ia berkata cepat.
Wajah Sim Pek Kun berubah, ia membentak :
"Mau apa ?"
"Tidak apa apa" berkata TO Siao Thian. "Hanya minta pertolongan dan bantuan Lian Hujin,
coba berjalan didepan, ajak aku memasuki goa.
Dengan mengertak gigi, SIm Pek Kun membentak :
"Berani... berani kau berlaku kurang ajar ?"
Dengan dingin To Siao Thian berkata :
"Untuk hari biasa, tentu saja tidak berani. Tapi lain dulu lain sekarang. Didalam keadaan yang
seperti ini, didaerah kehutanan yang sunyi dan sepi, tiada lain mahluk penghuni, lebih baik
Lian Hujin mengambil sikap yang lebih bijaksana"
Wajah Sim Pek Kun pucat pasi, lagi lagi membanting banting kaki.
To SIao Thian sudah mendorong Sim Pek Kun kedepan goa, hendak dijadikan tameng, mau
dijadikan sandera. Sesudah itu, dengan kecurigaan yang luar biasa, To SIao Thian membentak
: "Siauw Cap it-long, dengar ! Sim Pek Kun sudah berada ditanganku, berani main gila, kalian
berdua akan mengalami kecelakaan yang lebih hebat... "
Suara To Siao Thian yang terakhir belum tertutup. tiba tiba ia mengeluarkan jeritan. Seperti
ada ribuan tawon mengantuk punggungnya.
Menggunakan kesempatan baik, Sim PEk Kun menarikkan tangnnya. memukul kebelakang.
To Siao Thian tertusuk jarum jarum, terpukul olej Sim Pek Kun. terguling jatuh dimulut goa.
Ia kini mengarah kebelakang.
Disana didepan To Siao Thian sudah berdiri seseorang, itulah Siauw Cap it-long. Dengan
senyumnya yang mengejek Siauw Cap it-ong memandangi TO Siao Thian.
Korban pertama !
Sepasang mata To Siao Thian didelikkan seolah olah mau meletus keluar, ia menahan sakit
dam membentak :
"Kau... kau sirampok besar... "
Siauw Cap it-long berkata :
"Kalau aku sudah menjadi seorang perampok besar, kau sekarang juga sudah menjadi
perampok tolol, kau kira aku berada didalam goa, bukan " Inilah kecerobohanmu. AKu tidak
berada didalam, aku berada diluar goa.
* TIPU MUSLIHAT *
"Kau... kau... "
To Siao Thian masih belum mengerti, "Kau menggunakan senjata apa ?"
"Hanya jarum mas dari keluarga Sim yang biasa saja" Berkata Siauw Cap it-long. "Tentu saja
jarum mas dari keluarga Sim yang mengandung unsur beracun"
Wajah To siao Thian berkerinyut, daging dagingnya berkerutukan, ia merintih sebentar,
kepalanya toklek, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada dunia.
Tubuh To Siao Thian jatuh menggeletak.
Tubuh Siauw Cap it-long juga terjatuh.
Sim Pek Kun terkejut, cepat cepat ia menubruk.membangunkannya, dan bertanya dengan
suara merdu : "Kau tidak apa apa" "
Siauw Cap it-long tertawa menyengai katanya :
"Ku usahakan sedapat mungkin, agar ia tidak jatuh, sebelum To Siao Thian menghembuskan
napasnya yang terakhir. Aku berhasil, kalau saja aku jatuh dahulu, kita bisa celaka ...
Sim Pek Kun menghela napas, ia berkata: "Tidak kusangka, kau menggunakan jarum mas dari
keluarga SIm tidak dibawahku "
Siauw Cap it-long menghela napas, ia berkata :
"Seseorang yang sudah hampir mengalami hari hari terakhirnya, apapun bisa saja dilakukan"
"Sesudah To Siao Thian jatuh menggeletak, tubuh itu tidak berkitik lagi"
Napas Siauw Cap it-long masih berlum teratur betul, sengal sengal, menengok kearah mayat
To Siao Thian ia bergumam :
"Masih beruntung, kecurigaannya ia sangat hebat, kalau tidak, oh... "
Sim Pek Kun berkata :
"Biar kuseret manyatnya kedalam goa "
"Jangan! " berkata Siauw Cap it-long. "Mayat ini bisa digunakan sebagai umpan. Sangat baik
untuk kita gunakan" "Masih hendak digunakan ?"
Siauw Cap it-long mengatupkan kedua matanya, ia sedang mengilmiah, dan perlahan lahan
berkata : "Orang kedua yang akan datang pasti adalah Thio Bu Kek"
Sim Pek Kun tidak mengajukan pertanyaan, dari mana Siauw Cap it-long bisa menduga kalau
orang kedua yang bisa menemukan jejak mereka adalah Thio Bu Kek. Ia begitu yakin dan
percaya, menyerahkan segala sesuatu kepada Siauw Cap it-long.
Tapi Siauw Cap it-long, sudah memberi keterangan lebih dahulu, katanya :
"Thio Bu Kek memiliki kecerdikan otak yang luar biasa, dan sifatnya juga licik cerdik,
biasanya orang yang cerdik pandai ini selalu memiliki keistimewaan, itulah keistimewaan
takut kepada diri sendiri. Takut dan bernyali kecil"
"Bagaimana kau harus menghadapi Thio Bu Kek ?" bertanya Sim Pek Kun.
Siauw Cap it-long berkata :
"Dalam selipan sepatuku terdapat pisau kecil, tolong keluarkan"
Pisau kecil itu sangat tajam, SIm Pek Kun mencobanya, dan ia berkata :
"Kau hebat ! Siapa yang sangka kau masih mempunyai simpanan didalam sepatu ?"
Siauw Cap it-long berkata :
"Aku lebih suka menggunakan pisau. Pisau itu bukan saja dapat digunakan untuk membunuh
orang, juga serba guna"
"Aku mengerti " berkata Sim Pek Kun. "Pisau yang bagus harus bercahaya terang,s eperti
intan dan berlian. kalau saja jatuh dalam tanganmu pasti kau bisa memuaskan"
Sim Prk Kun berkata :
"Dimasa aku kecil, aku tidak boleh menggunakan pisau. Karena pisau itu bisa berbahaya, bisa
melukai jari ternyata disamping kejahatan kejahatan sang pisau pribadi bisa saja kita
menggunakan pisau tersebut"
"Itulah kita telah melibatkan diri didalam satu kesulitan, pisau ini bisa banyak membantu"
"Bagaimana kau hendak menyuruh sang pisau membantu usaha kita ?"
SIauq Cap it-long menerima pisau tersebut dan berkata :
"Balikkan kepalamu kebelakang"
SIm Pek Kun masih menatap Siauw Cap it-long, ia berkata :
"Aku tidak perlu membalikkan kepala kebelakang. Apapun yang kau kerjakan, pasti saja
betul. Mengapa harus membalikkan kepala ?"
Siauw Cap it-long mengelakan pandangan mata Sim Pek Kun, dengan pisaunya ditancapkan
kedada mayat To Siao Thian, Sesudah itu baru memberi penjelasan :
"Dengan cara seperti itu, seolah olah To Siao Thian terbunuh mati secara depan berdepan.
Thio Ku Kek bisa menduga sesuatu, ia harus berpikir pikir, sampai dimanakah ilmu
kepandaianku " Masih dalam keadaan terluka " Atau sudah kuat bertempur lagi, maka sengaja
kupasang keadaan yang seperti ini. Kalau Thio Bu Kek tahu, To Siao Thian mati tertusuk dari
depan, tentu ia tidak berani dekat padaku "
"Ng... "
"Didepan itu ada dua baris pohon, sudahkah kau lihat ?" bertanya Siauw Cap it-long.
Sim Pek Kun berkata :
"Thio Bu Kek tentu takut kepadamu, karena kau sudah berhasil membunuh To Siao Thian
dari depan. Tentu ia tidak berani mendekati. Tentu ia mengundurkan diri sehingga kearah dua
baris pohon itu. Beginikah caramu ?"
"Hebat !" Siauw Cap it-long tertawa "kau telah mendapat pelajaran yang baik kemajuanmu
juga cepat"
"Kemudian ?" bertanya Sim Pek Kun " Kau bersembunyi dibalik ujung lain dari pohon pohon
tersebut, disana daunnya lebih rimbun. TIdak mudah diketahui, kau berjongkok sebawah
mungkin sudah mengarti ?"
"Mengerti" Siauw Cap it-long berkata : "Harus baik baik menggunakan kesempatan ini,
sebelum ia sadar akan kelengahannya, jarum masmu itu harus bisa mengenainya"
Sim Pek Kun tertawa manis, ia berkata :
"Percayalah, dajur dari keluarga Sim bukan saja bisa digunakan untuk menyulam, ia lebih
banyak kegunaannya untuk menyerang"
Siauw Cap It Long mengeluarkan elahan napas panjang, dengan tertawa ia berkata: "Inilah
memberi umpan memancing ikan. Tidak takut ia sudah datang, yang kita takuti adalah
kecurigaannya"
Menyambung kata kata Siau Cap It Long, tiba tiba terdengar satu suara lain: "Bagus!
Memang tipu yang luar biasa"
Sim Pek Kun dan Siau Cap It Long saling pandang, wajah mereka berubah. Ternyata mereka
berunding terlalu lama, musuh sudah tiba!
Siapa yang datang" Betulkah Thio Bu Kek"
Bukan! Orang yang datang, orang yang menggagalkan rencana Siau Cap It Long adalah Hay
leng Cu. Siau Cap It Long belum bisa menjadi dewa, betapa tepatpun perhitungannya tidak mungkin
selalu memaksakan orang. Kadang kala, perhitungannya juga bisa mengalami kegagalan,
seperti kejadian tadi, ia memperhitungkan kedatangan Thio Bu Kek, yang diluar dugaan,
orang kedua yang berhasil menemukan jejak mereka adalah Hay Leng Cu! Bukan Thio Bu
Kek! Badan Sim Pek Kun menjadi dingin.
Hay Leng Cu menggunakan tudung hujan yang lebar, tangannya memegang pedang, berdiri
tidak jauh dari Sim Pek Kun berada. hujan masih membasahi bajunya, membasahi badan Hay
Leng Cu yang kurus kering.
Keadaan Hay leng Cu di tempat yang seperti itu, seolah lah setan dari akherat yang lari
meninggalkan tempatnya, menggerayangi dunia manusia, mencari pengganti.
Sim Pek Kun tidak berani menatap Hay Leng Cu terlalu lama, berpaling kearah Siau Cap It
Long, hendak meminta pendapat si jago berandalan.
Siau Cap It Long masih tertawa. Dengan dingin Hay Leng Cu bertanya: "Diluar dugaan,
bukan" Tidak diduga akan kedatanganku?"
Siau Cap It Long berkata: "Kau kira diluar dugaan kita" Bah, sebetulnya sudah kuketahui
lama, gerakkan kasak kusukmu yang bersembunyi disana. Sengaja kuberikan kepadamu,
semua rencana rencana kita, kalau tidak bicara seperti ini, mana mungkin kau berani datang
kemari?" Suara Siau Cap It Long menandakan suaranya yang sangat girang, suara di dlaam keadaan
yang wajar. Sim Pek Kun hampir tidak percaya atas reaksi yang seperti ini. Wajah Hay leng Cu berubah
sedikit. Sim Pek Kun hampir percaya, bahwa keterangan Siau Cap It Long itu adalah
keterangan yang sejujurnya, keterangan dari hatinya yang asli.
Wajah hay leng Cu berubah, tapi langkahnya tidak segera terhenti, gerakkannya tidak cepat,
juga tidak lambat. Setiap langkah kaki, dibarengi oleh irama pedang yang terayun. Gerakkan
hampir tidak bisa tercela, sulit untuk menyerang orang yang membawakan sikap yang siap
siaga. Hay Leng Cu tidak mudah percaya kepada keterangan orang, ia tidak percaya kepada siapa
yang dikatakan oleh Siau Cap It Long, tapi ia juga tidak percaya kepada matanya sendiri.
Dalam keadaan yang luka parah itu, Siauw Tjap it-long tidak mempunyai kekuatan tempur,
tapi ia tidak percaya, tidak percaya kalau Siauw Tjap it long itu mau menyerah dan mandah
menerima cincangan.
Siauw Tjap it Long tidak bisa menunggu waktu, tidak bisa ditunggu lagi, waktu cepat berlalu.
Dengan semua sisa kekuatan yang ada, Siauw Tjap it long menerkam.
Bagaikan seekor singa yang luka, terkaman itu sangat garang dan roboh di depan kaki Haylengtju. Kekuatannya tidak menjakinkan, seperti sebongkah batu, djatuh di depan kaki Haylengtju. Sim Pek Kun mengeluarkan djeritan kaget.
Pedang Hay-leng-tju bergerak. Seperti pagutan ular, memagut dan menotok ke djalan darah
Siauw Tjap-it-long.
Siauw Tjap-it-long tidak bisa mengelakkan datangnja serangan ini, meningkatkan badan,
meraihkan tangan kanan, menjambak datangnya pedang Hay-leng-tju.
Tjresss... pedang itu mengenai telapak tangan Siauw Tjap-it-long, menusuk daging
mengakibatkan pendarahan, cairan merah muncrat.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wadjah Hay-leng-tju menyeringai puas, ia hendak menarik pedang itu, hendak ditusukkannya
sekali lagi. Dan di saat ini, Siauw Tjap-it-long membalikkan telapak tangan, dengan djarak dagingnja
masih melekat, ia memegangi tajamnya pedang Hay-leng-tju.
Tentu sadja disertai dengan tenaga dalam.
Hay-leng-tju hendak berontak, tidak berhasil, tubuhnya menjadi limbung dan djatuh rubuh.
Djarum mas pencabut nyawa bertaburan di udara, dibarengi jatuhnya air hujan, mengurung
Hay-leng-tju. Reaksi Siauw Tjap it-long sangat cepat, melebihi siapa saja. Mengetahui kekuatannya lemah,
mengetahui tidak ada daja kekuatan sendiri, dengan darah dagingnya dia menempel pedang
Hay-leng-tju, dengan harapan bisa mendapat bantuan Sim Pek Kun.
Kalau saja Sim Pek Kun tidak bisa diajak kerja sama, membiarkan kesempatan itu lewat,
celakalah mereka.
Yang mujur Sim Pek Kun telah mendapat pengalaman2, telah bisa menyerasikan keadaan, di
saat itu juga ia menaburkan jarum mas pencabut nyawa dari keluarga Sim yang hebat.
Namanya tipu daya yang digunakan oleh Sim Pek Kun adalah Boan-thian-hia-ie yang berarti
hujan jarum mas pencabut nyawa.
Nama tadi cocok dengan keadaan, jatuhnya Siauw Tjap it long di depan kaki Hay-leng-tju
adalah untuk menghindari terkena salah satu jarum tersebut, inilah kesempatan baik.
Hay-leng-tju menggeram, melempar pedang, menjungkir balikkan badan. Tidak urung, tujuh
batang jarum emas pencabut nyawa telah bersarang di dalam tubuhnya.
Sebuah belati yang mungil dan mulus turut bersarang di perut manusia jahat.
Siauw Tjap-it-long terlena di tanah, nafasnya semakin sengal2 ngos2an, air hujan masih
memukul dirinya, tapi tidak dirasakan sakit lagi. Mungkinkah jujan sudah menjadi kecil, atau
keadaan yang semakin lemah hingga tidak bisa merasakan adanya rasa sakit itu"
Sim Pek Kun berdiri ter-mangu2, matanya memandang ke arah majat Hay-leng-tju, hampir ia
tidak percaya kepada kenyataan yang ada. Sukmanya hampir copot.
Siauw Tjap-it-long menggeser badan, berontak, ia sedang berdaja upaja untuk bangkit berdiri.
Kejadian ini mengejutkan Sim Pek Kun menyadarkan lamunannya, cepat2 ia lari memayang
kedua tangan laki2 itu, dengan sabar ia berkata:
"Oh.... lukamu...."
Berapa banyak luka yang sudah mencacah tubuh Siauw Tjap-it long, darah menjadi satu
dengan air hujan.
"Tidak jadi soal," berkata Siauw Tjap-it-long, "Coba tolong bangunkan aku."
"Lukamu begitu hebat," berkata Sim Pek Kun. "Lebih baik... lebih baik kau berbaring saja."
"Aku harus duduk. Aku harus bangun." berkata Siauw Tjap-it-long. "Kalau tidak... maka aku
terbaring untuk selama2nya..."
Hujan mulai mereda, kini hujan gerimis tapi masih belum berhenti.
Akhirnya Siauw Tjap-it-long bisa duduk bersila di tepian mayat Hay-leng-tju dan To Siao
Thian, di sana ia membenarkan djalan peredaran darah.
Sim Pek Kun berdiri di sebelah, se-olah2 dunia ini tersedia untuk mereka berdua. Tidak ada
tempat untuk dunia lainnya.
Siauw Tjap-it-long mengatupkan sepasang mata itu lama, tiba-tiba ia membuka dan berkata,
"Thio Bu Kek, sudah lama kau datang, mengapa masih menyembunyikan diri ?"
Hati Sim Pek Kun tercekat, hampir ia lompat keatas, matanya menyapu kesekeliling tempat,
ia tidak melihat ada bayangan Thio Bu Kek. Apa arti kata-kata Siauw Cap-it-long tadi "
Beberapa saat berlalu, lagi-lagi Siauw Cap-it-long membuka suara :
"Thio Bu Kek, kau sudah berada disitu. Mengapa tidak keluar ?"
Kata-kata yang sama diulang sehingga empat kali.
Setiap kali memakan waktu beberapa menit, demikian sehingga ulangan keempat, betul betul
Thio Bu Kek bisa dipancing keluar.
Langkah Thio Bu Kek bersikap tenang, tapi wajahnya memperlihatkan kecurigaan,
keheranan. Dengan langkahnya yang begitu ringan, bagaimana Siauw Cap-it-long bisa
mengetahui kedatangannya "
Siauw Cap-it-long sudah membuka mata. Tapi tidak terarah ke tempat Thio Bu Kek. Ia
tersenyum kecil dan berkata :
"Sudah kuketahui, kau pasti datang ditempat ini, yang berada diluar dugaan, mengapa kau
datang ayal-ayalan, sehingga telah didahului oleh Hay-leng-cu."
Thio Bu Kek melirik kearah mayat Hay-leng-cu yang menggeletak, wajahnya berubah.
Mempelototkan mata memandang Siauw Cap-it-long, rasa tercengangnya semakin hebat.
Siauw Cap-it-long berkata :
"Jangan mendelikkan mata seperti itu. Hay-leng-cu dan To Siao Thian bukan mati dibunuh
olehnya." "Bukan kau ?" bertanya Thio Bu Kek. "Siapa " Siapa yang membunuh mereka ?"
"Aku sendiripun tidak tahu." berkata Siauw Cap-it-long. "Baru saja mereka tiba disini,
mendadak saja jatuh. Sesudah itu mati."
Mata Thio Bu Kek berlikat-kilat, ia bertanya :
"Mereka datang untuk mati didepanmu ?"
"Ya." berkata Siauw Cap-it-long. "Datanglah lebih dekat lagi. Lihat dan periksa saja luka
mereka, maka kau bisa mendapatkan buktinya."
Kata-kata ini menyebabkan reaksi yang lain. Thio Bu Kek tidak maju kedepan, tapi ia sudah
mundur kebelakang, katanya marah :
"Mengapa harus dekat. Dari sini, aku juga bisa melihat adanya tanda-tanda kematian mereka."
"Kau tidak percaya keteranganku ?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Bibir Thio Bu Kek bergerak-gerak, tetapi tidak sepatah katapun yang keluar dari tempat itu.
Siauw Cap-it-long menghela napas panjang panjang, dengan membawakan sikapnya yang
seperti sangat sedih, ia berkata.
"Tenagaku sudah habis, lukaku juga tidak ringan, aku hendak melarikan diri, tapi sudah tidak
bertenaga lagi, bagaimana bisa membunuh orang " Bagaimana bisa membunuh To Siao Thian
tayhiap dan Hay-leng-cu yang menjadi jago pedang kenamaan dari Hay-lam-kiam-pay ?"
Thio Bu Kek masih diam, Ia hendak mengilmiah keadaan dan strategis kesempatan.
Siauw Cap-it-long berkata lagi :
"Sekarang aku sedang duduk disini. Menunggu ajal kematianku."
"Menunggu ajal kematian ?" bertanya Thio Bu Kek ragu-ragu.
Siauw Cap-it-long tertawa getir, ia berkata :
"Mengapa harus bohong kepadamu " Kalau kau datang lebih dekat lagi, menarik batok
kepalaku. Kukira mudah saja dicopot. Aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk bertahan.
Yang lebih hebat lagi, tidak ada yang bisa membantu usahaku. Jarum pencabut nyawa dari
nona Sim Pek Kun juga sudah habis diobral. Inilah yang membuat lebih celaka !"
Sim Pek Kun hanya bisa mengeluh didalam hati, mengeluh secara gelisah sekali. Ia lebih
mengerti, kata-kata Siauw Cap-it-long yang dikatakan itu adalah suara yang sejujurnya,
mereka tidak mementingkan hidup, dia juga sudah kehabisan jarum pencabut nyawa.
Heran ! Mengapa Siauw Cap-it-long harus memberikan keterangan seadanya, sudah gilakah
dia " Apa akibatnya, kalau Thio Bu Kek percaya kepada keterangan itu dan maju kedepan "
Bah ! Runyam ! Kenyataan tidak seperti apa yang Sim Pek Kun bayangkan, langkah Thio Bu Kek bergerak,
tapi bukan dia maju kedepan, kini mundur semakin jauh lagi.
Siauw Cap-it-long berkata :
"Kalau kau hendak membunuh diriku, inilah kesempatan terbaik. Mengapa kau harus
membuang peluang waktu" Hayo !"
Tiba-tiba Thio Bu Kek tertawa berkakakan, entah apa yang ditertawakan olehnya, ia tertawa
begitu besar, sampai air matanya meleleh dua tetes.
Siauw Cap-it-long berkata :
"Eh, inilah rasa kejantananmu" Mengeluarkan air mata, sebelum melakukan pembunuhan ?"
Sesudah Thio Bu Kek tertawa puas, ia berkata :
"Kalian berdua adalah lakon-lakon sandiwara yang baik. Permainan akrobat kalian juga hebat.
Sangat realistis ! Sayang, aku tidak mempunyai pikiran otak yang seperti To Siao Thian, dan
juga tidak mau disamakan dengan Hay-leng-cu."
Siauw Cap-it-long bertanya :
"Masih tidak percaya kepada keteranganku ?"
"Aku tidak mau dijadikan kelinci percobaan. Aku tidak mengharapkan sebuah belati kecil
yang tertancap diatas dadaku."
"Sayang ! Sayang sekali !" berkata Siauw Cap-it-long. "Sayang sekali kalau kau membuang
kesempatan yang baik dihari ini."
"Terima kasih.... terima kasih.... terima kasih atas budi kebaikanmu."
"Kau akan menyesal dikemudian hari." berkata Siauw Cap-it-long.
"Lebih baik aku menyesal dikemudian hari, daripada harus menggeletak untuk selamalamanya."
berkata Thio Bu Kek, tubuhnya melejit, mumbul keatas dan meluncur pergi.
Meninggalkan Siauw Cap-it-long.
Siauw Cap-it-long berkata :
"Kalau kau sudah berhasil menemukan jawaban yang dianggap tepat, silahkan balik kembali,
biar bagaimana, aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk lari !"
Suara Siauw Cap-it-long yang terakhir, tentu saja tidak bisa didengar oleh Thio Bu Kek.
Karena disaat mana, bayangan Thio Bu Kek sudah lenyap tak terlihat.
Sesudah kepergian Thio Bu Kek, tulang-tulang Sim Pek Kun dirasakan menjadi lemas, ia
jatuh dan terduduk ngeloso. Ia mengirim satu kerlingan mata yang menarik, dan berkata :
"Tidak kusangka. Thio Bu Kek bisa dikaburkan olehmu !"
Siauw Cap-it-long mengeluarkan elahan napas panjang, ia berkata :
"Aku sendiripun tidak menyangka, sebelumnya aku tidak mempunyai pegangan yang sangat
kuat." "Tetapi, hampir saja aku jatuh pingsan karena kata-katamu tadi."
"Beruntung hujan masih belum berhenti." berkata Siauw Cap-it-long. "Thio Bu Kek belum
bisa membedakan, yang mana keringat ketakutan dan yang mana butiran air hujan."
"Hujan baik." berkata Sim Pek Kun. "Air hujan membersihkan dirimu, membersihkan
darahmu sehingga Thio Bu Kek tidak tahu bahwa kau telah banyak menderita luka."
Mereka saling pandang, akhirnya mereka tertawa.
Sim Pek Kun bisa mengeluarkan suara lega, timbul rasa kantuknya, matanya terlalu sepet,
letihnya tidak kepalang, sesudah melakukan perjalanan seorang diri, perjalanan yang belum
pernah ditempuh selama hidup Sim Pek Kun. Akhirnya ia bisa berhasil menyelamatkan
nyawa Siauw Cap-it-long.
"Hanya Lie Kang seorang yang belum datang." bisik Siauw Cap-it-long.
Tentu saja Lie Kang belum sampai di tempat itu, Lie Kang salah jalan karena takut kalau
rahasianya dibongkar oleh Siauw Cap-it-long, karena itu ia memisahkan diri. Memilih jalan
yang lebar, itulah jalan salah. Juga berbeda dengan keadaan To Siao Thian, Hay-leng-cu dan
Thio Bu Kek yang menuju jalan sempit. Satu persatu mereka berhasil menemukan Siauw
Cap-it-long. Lie Kang memilih jalan lebar ! Tentu saja harus berputar-putar.
"Kemanakah Lie Kang pergi ?" bertanya Sim Pek Kun
"Kukira ia tidak datang." berkata Siauw Cap-it-long.
Lagi-lagi mereka berpandangan, tangan Sim Pek Kun meremas tangan Siauw Cap-it-long.
Sebagai seorang nyonya agung, sebagai seorang wanita yang pernah kawin, seharusnya Sim
Pek Kun tidak berani melakukan gerakan itu. Tetapi, keadaan lain dari pada yang lain,
keadaan sekarang adalah keadaan yang kritis, mungkin keadaan untuk terakhir kali pertemuan
mereka. Dimulut, mereka tidak mengucapkan kata cinta. Tapi hati mereka sudah terikat, mereka
kepada penghidupan, mengapa tidak mengamprokkan lebih cepat dari apa yang keadaan "
Mengapa Siauw Cap-it-long bertemu Sim Pek Kun, sesudah Sim Pek Kun kawin dengan Lian
Seng Pek "
Mereka masing-masing berkata dalam hati, mengharapkan tidak hadirnya Lie Kang. Tapi hal
itu tidak mungkin, cepat atau lambat, pasti Lie Kang bisa sampai ditempat mereka.
Biar bagaimana, Lie Kang tidak akan melepaskan kesempatan itu.
Dimisalkan Lie Kang tidak berhasil menemukan jejak mereka, bisakah Siauw Cap-it-long
bertahan " Didalam luka yang seperti itu " Bisakah Siauw Cap-it-long memperpanjang
umurnya " Luka Siauw Cap-it-long terlalu berat, sangat parah !
Melupakan keagungan seorang nyonya yang terhormat, Sim Pek Kun menoleh kesamping,
perlahan-lahan ia berkata :
"Maksudku.... maksudku, agar kau bisa menyelami hatiku."
"Aku bisa." berkata Siauw Cap-it-long.
"Biar bagaimana," berkata Sim Pek Kun mengertek gigi. "Aku tak akan menyesal lagi."
Siauw Cap-it-long berdiam beberapa lama, beberapa saat kemudian ia berkata :
"Kalau kau mau, aku mempunyai cara untuk menghadapi Lie Kang."
********** Hujan masih belum habis. Menetes turun dari atas langit.
Lie Kang mengangkat tudung cekuknya, ia menyusut wajahnya yang basah. Sudah sebelah
gunung dicari, tidak berhasil ia menemukan kedua buronannya. Ia hampir kecewa.
Disaat inilah ia menemukan Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long celentang disana, Hay-leng-cu berada disebelah Siauw Cap-it-long,
tangannya masih memegang pedang, pedang itu telah menusuk bagian selangkangan si jago
berandalan. To Siao Thian juga sudah menggeletak, berbeda dengan keadaan Hay-leng cu, tangan To Siao
Thian masih memegang urat nadi Siauw Cap-it-long, dan lain tangannya menempuh di jalan
darah Siauw Cap-it-long.
Sepintas lalu, dengan adanya tiga mayat yang bergelimpangan seperti itu, tentunya sudah
terjadi pergumulan hebat, akhirnya sama-sama mati.
Beberapa langkah dari ketiga orang itu, tergeletak lain tubuh, itulah Sim Pek Kun.
Dada Sim Pek Kun masih bersembul naik turun, tentunya belum mati. Wajah nyonya itu
pucat pasi, alisnya yang hitam panjang telah basah, bajunya juga basah, membungkus
tubuhnya yang padat berisi.
Sepasang mata Lie Kang bentrok dengan tubuh montok itu, dan disanalah ia terpaku.
Sim Pek Kun seperti tertidur, seperti juga jatuh pingsan. Ia tidak tahu, bahwa sepasang mata
liar sudah mengincar dirinya.
Berkelebat cahaya dimuka Lie Kang, terjadi sedikit perobahan, kini semakin lama semakin
membara, memanasi seluruh tubuhnya. Melawan jatuhnya air hujan, seperti ada api yang
sedang bekerja, napasnya menjadi sengal-sengal dan ia mengeluarkan suara desisan.
"Tidak percuma dia mendapat julukan ratu rimba persilatan....."
Kata-kata ini dibarengi oleh terkamannya. Lie Kang sudah menubruk tubuh Sim Pek Kun
yang montok dan berisi.
Badan Sim Pek Kun terasa gemetar.
Dengan napas yang sengal-sengal, Lie Kang menyobek baju depan nyonya itu, matanya
semakin liar, semakin nakal....
Didalam keadaan seperti inilah tiba-tiba mata Lie Kang melotot, mendelik dan mengejang,
desisan suaranya semakin lama semakin perlahan, akhirnya terhenti....
Dari mulut Lie Kang, meleleh keluar cairan darah merah.
Dada Lie Kang telah tertancap belati, tepat mengenai jantung dan uluhati, karena itulah
kematiannya sangat cepat.
Sim Pek Kun mendorong pergi tubuh itu, rasa takutnya masih belum hilang, ia menggigil.
Sim Pek Kun masih belum bisa merasakan perobahan yang terjadi. Badan Lie Kang yang
menubruk itu dari panas, menjadi hangat, akhirnya dingin, dingin dan membeku.
Korban Lie Kang adalah korban yang ketiga.
Siauw Cap-it-long berhasil membunuh orang yang hendak membunuh mereka.
********* Sim Pek Kun melarikan diri, ia melarikan diri dari atas gunung, kini sesudah berhasil
mengelakkan musuh-musuhnya, dengan memayang Siauw Cap-it-long, ia mulai turun
gunung. Meninggalkan mayat Lie Kang, meninggalkan mayat Hay-leng-cu, dan
meninggalkan mayat To Siao Thian.
Tidak mudah untuk mencapai gunung itu juga sulit untuk menuruni gunung. Luka Siauw Capitlong terlalu berat, mereka berjalan secara tergesa-gesa, walau tidak ada pengejaran. Tapi
maut masih selalu mengincar.
Kini, Sim Pek Kun sadar, bahwa laki-laki sejati Lie Kang juga memiliki sifat kepuasannya.
Selama perjalanan turun itu, tidak sekejap matapun keluar dari mulut Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long juga tidak mengganggu kedatangan itu, mereka berjalan dengan tergesagesa.
Disaat ini, didalam rimba terdapat dua bayangan.
Kedua bayangan itu melesat dengan cepat.
Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun tidak tahu akan adanya dua bayangan tersebut.
Siapakah kedua bayangan itu "
Mereka adalah Lian Seng Pek dan Thio Bu Kek.
Lian Seng Pek membiarkan isterinya menggandeng gandeng seorang laki lain, menghela
napas panjang. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Tidak terjadi perobahan yang
menyolok mata. Berdiri di samping Lian Seng Pek adalah Thio Bu Kek, memperhatikannya segala perobahan
si kongcu tersebut.
Beberapa saat kemudian, Thio Bu Kek bertanya.
"Saudara Lian Seng Pek, kau juga hendak mengejar mereka ?"
Perlahan-lahan Lian Seng Pek menggoyang kepalanya, dengan perlahan ia berkata :
"Kalau dia mau kembali kepadaku, cepat atau lambat, pasti dia kembali. Tapi kalau dia sudah
tidak butuh diriku, diuber pun percuma saja."
Thio Bu Kek bungkam. Dan disaat ini ia memperlihatkan senyumnya sinis, ia bergumam :
"Betul. Sim Pek Kun pasti kembali kepadamu. Tidak mungkin Siauw Cap-it-long bisa
bertahan lama."
SEBUAH TEMPAT YANG SANGAT AJAIB
_______________________________
Sesudah melewati bukit tanah itu, mereka akan berjalan di dataran luas.
Siauw Cap-it-long membekap mulutnya, membekap batuk yang hampir tidak tertahan.
Mereka telah melakukan perjalanan di dalam keadaan sakit.
Dengan penuh perhatian, Sim Pek Kun bertanya :
"Kau lelah " Istirahat dulu, ya ?"
Siauw Cap-it-long bergoyang kepala, tapi disaat inilah tubuhnya roboh, tangan yang dibekap
ke mulut juga terpentang, tangan itu telah bercucuran darah.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sim Pek Kun berteriak kaget, cepat-cepat membangunkan Siauw Cap-it-long.
Disaat ini juga, kepala Sim Pek Kun menjadi puyeng, terasa dunia berputar, semakin lama
semakin hebat, akhirnya ia juga roboh, roboh diatas badan Siauw Cap-it-long. Roboh tidak
sadarkan diri lagi.
Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun jatuh tidak sadarkan diri.
***************
Orang pertama yang sadarkan diri adalah Siauw Cap-it-long !
Begitu pikirannya bisa dikasi bekerja, segera ia mencari jejak Sim Pek Kun.
Usaha itu tidak percuma, Sim Pek Kun tertidur disebelahnya.
Yang aneh, mereka tidak berada dirumput-rumput pegunungan, mereka tertidur di sebuah
tempat tidur yang empuk, tempat tidur yang bersih.
Tempat tidur itu adalah tempat tidur nomor satu, bisa digunakan oleh dua orang. Siauw Capitlong dan Sim Pek Kun tertidur sama-sama.
Tempat tidur itu disertai dengan seprei putih, rapih dan bersih, terdapat juga kelambu putih,
dengan sulam-sulaman berpinggiran benang emas aneka ragam yang menarik.
Mereka juga tidak mengenakan pakaian yang basah kuyup, pakaian itu sudah tiada, mereka
mengenakan pakaian tidur yang bersih, baju tidur yang terbuat dari kain halus.
Tiba-tiba Siauw Cap-it-long mendapatkan dirinya sudah berada disuatu tempat yang sangat
misterius. Mereka berada dalam impian "
Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun tertidur ditempat tidur yang sangat bersih. Itulah ruangan
yang sangat mewah.
Tempat istana raja "
Didepan mereka terdapat sebuah meja, meja emas, dan emas murni, diatas meja ada lilin,
disekitarnya ada pajangan, terbuat dari batu batu pualam.
Siauw Cap-it-long mengkerut kepala, siapakah yang menjadi pemilik istana ini " Ruangan
ditempat dimana mereka berada adalah ruangan terindah yang pernah dialami olehnya.
Tempat itu lebih kaya dari seorang hartawan, mungkinkah berada didalam istana raja "
Siauw Cap-it-long berkedip-kedip beberapa kali, ia tidak pernah mengimpi, terlebih-lebih
impian dalam khayalan.
Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long meninggalkan tempat tidur, ia berusaha sedapat mungkin,
agar tidak membangunkan Sim Pek Kun.
Tentu saja, hal ini untuk menghindari kerewelan. Kalau saja Sim Pek Kun sadar dan
mengetahui, ia tidur bersama seorang laki-laki yang bukan menjadi suaminya, kecanggungan
mereka sulit dilepaskan.
Berindap-indap, Siauw Cap-it-long meninggalkan tempat tidur.
Diluar kamar itu, terdapat lorong panjang, lorong yang disertai dengan permadani mahal.
Memeriksa luka-lukanya, luka itu sudah sembuh. Keanehan terjadi !
Bagaimana lukanya bisa sembuh begitu cepat "
Karena ia sudah tertidur. Karena sudah ada orang yang menyembuhkannya.
Siapa orang yang menolong mereka" Dengan obat apa berhasil menyembuhkan luka-luka
yang begitu cepat " Dengan alasan apa mau menolongnya "
Pertanyaan pertanyaan yang terlalu banyak.
Diatas pintu terukir oleh ukiran emas, disana tergantung dua gelang, berwarna kuning, itulah
mas murni. Siauw Cap-it-long mendapatkan dirinya didalam satu dunia khayalan.
BONEKA DAN ISTANA BONEKA
Ruangan ini tidak terlalu besar. Tiada banyak isi, hanya sebuah meja besar yang menghiasi
ruangan. Meja ini sangat besar, hampir memakan setengah ruangan dari tempat yang ada.
Diatas meja itu berdiri beberapa boneka, mereka berada didalam rumah boneka.
Inilah rumah-rumahan, rumah-rumahan yang terindah.
Didalam khayalan anak pembesar manapun tidak mungkin bisa menemukan rumah-rumahan
seindah seperti apa yang ada diatas meja ini.
Rumah-rumahan itu terbuat dari bahan bahan yang mirip. Gentengnya terbuat dari tanah liat
merah, dan untuk genteng kacanya, terbuat dari kaca pula. Seolah-olah istana raja, istana
boneka. Mengelilingi rumah-rumah itu, terdapat taman-tamanan yang sudah diremajakan.
Pada taman kecil yang indah molek itu tertanam pohon siong, terdapat rumput, jembatan
kecil, kali kecil, gunung-gunungan kecil, tempat istirahat kecil, semua serba kecil.
Disela-sela rumput-rumput kecil itu terdapat juga seekor kancil kecil, sangat hidup didalam
bentuk mungil. Terdapat kelinci, burung bangau dan menjangan, semua serba kecil.
Pohon-pohon itu rindang dan hidup, bunga-bunganya segar, terdapat harum semerbak.
Semua serba kecil, semua serba menarik.
Binatang-binatang yang terbuat dari batu, tapi hidup, seolah-olah kalau kita panggil, mereka
bisa segera menerima panggilan itu dan berlari hidup.
Siauw Cap-it-long memusatkan perhatiannya di tempat rumah istirahat, genteng warna merah,
kayu hijau, dan terpasang meja batu. Diatas meja batu terpasang papan catur, dua orang
sedang bercatur. Dua orang itu adalah dua orang kakek tua, mengenakan pakaian dan topi.
Sebuah sungai kecil mengalir, melewati bangunan tempat istirahat yang sedang digunakan
bermain catur. Seorang yang disebelah timur adalah seorang tua yang berpakaian coklat, dia sedang
memusatkan pikirannya pada papan catur, alisnya dikerutkan, seolah-olah sedang memikirkan
perobahan situasi yang sangat sulit.
Seorang yang berbaju hijau mencuci kaki, tangannya baru dilepaskan pegangan, ia melirik
kearah orang-orangan kecil yang berbaju coklat, dengan memperlihatkan senyum emosinya.
Suatu tanda bahwa set kemenangannya berada dipihaknya.
Dua orang-orangan kecil ini sangat hidup. Alis mereka, pakaian mereka terbuat dari bahan
yang sangat mahal. Cocok dan Khas.
Pemandangan diatas meja itu membuat orang kesima, membuat orang mengkerutkan kepala.
Tidak jauh dari bangunan tersebut terdapat lain bangunan rumah terlalu indah, lebih tepat
kalau disebut istana.
Itulah istana boneka !
Didalam istana boneka terdapat duapuluh tujuh ruangan.
Ruangan besar, ruangan samping, ruangan tempat tidur, ruangan tamu, ruangan gudang, dan
ruangan dapur serta lain-lainnya.
Dari jendela, tiap orang bisa memperhatikan keadaan ruangan dalam ruangan itu.
Didalam sebuah ruangan terdapat serba menakjubkan.
Meja dan kursi kursi terbuat dari emas, perak, pualam dan intan berlian terbikin dengan
mungil. Disetiap ruangan dari rumah boneka dikompliti dengan segala yang menurut contoh aslinya.
Bantalan-bantalan tempat duduk terbuat dari kapas, kecil dan mungil.
Bangku-bangku dan meja-meja dapur terbuat dari kayu yang diplitur, hanya diperkecil
beberapa kali dari aslinya.
Betul-betul menakjubkan !
Didalam ruangan tamu, berduduk dua orang, seolah-olah sedang menunggu panggilan tuan
rumah, seorang berambut gondrong dan bermuka bopeng, seorang lagi tidak gondrong, tapi
mempunyai muka panjang lonjong seperti muka seekor keledai.
Orang-orangan ini sangat kecil dan mungil. Hidup. Seolah-olah manusia yang disusutkan.
Dua orang gadis pelayan sedang memasuki ruangan tamu itu, seorang sedang membawa baki
minuman, seorang lagi sedang menyingkap tirai pintu, siap menyuguhkan kepada kedua tamu
kecil itu. Dua cangkir minuman yang sebesar kancing terbuat dari porselen asli.
Kedua boneka pelayan itu memperlihatkan senyumannya yang tidak memandang mata,
karena mereka tahu bahwa sang majikan tidak mengindahkan tamu-tamunya.
Kedua anak-anakan kecil ini adalah dayang dayang dari raja istana boneka.
Mata Siauw Cap-it-long dialihkan ke ruangan lain. Inilah ruangan tempat tidur dari istana
boneka itu. Majikan dari rumah kecil ajaib sebangsa raja, dia sedang tertidur, bersembunyi dibalik
selimutnya. Entah impian muluk apa yang dikenang kembali, dia baru mendapat
pemberitahuan tentang kedatangan kedua tamunya, seolah-olah hendak turun berdiri.
Empat orang-orangan kecil yang berpakaian seperti dayang sudah siap melayani raja itu,
seorang diantaranya, sedang memegang kopiah kebesaran, seorang lagi sedang membawakan
baju berpinggiran emas, seorang sedang mengipas-ngipas, seorang sedang berjongkok,
membersihkan sepatu.
Majikan dari yang punya rumah boneka ajaib itu berwajah putih, tidak berkumis, sangat
keren. Dia sebangsa raja atau bangsawan kaya.
Dari ruangan timur, Siauw Cap-it-long berganti ke lain bagian. Inilah ruangan dapur, seorang
koki kecil tampak seperti sedang repot, membuat persiapan untuk makanan pagi sang
majikan. Dunia boneka yang tersedia di atas meja itu sungguh hidup dan menarik, sangat memikat hati
Siauw Cap It Long.
Tidak ada sesuatu yang bisa dicela. Siauw Cap-it-long menghela napas panjang, ia mengoceh
: "Majikan yang seperti ini sungguh hebat sekali."
Dari dua puluh tujuh ruangan didalam rumah boneka hanya satu yang kosong. Ruangan
lainnya terdapat anak-anak kecil, mereka adalah gadis-gadis yang berparas cantik, ada yang
sedang memetik gitar, ada yang sedang membaca buku, ada yang menyulam, ada yang
bersisir, dan ada juga yang bermalas-malasan, ada yang terbaring di tempat tidur, ada juga
yang belum bangun.
Entah ahli seni pahat dari mana yang bisa menciptakan begitu indah" Sungguh sungguh dunia
boneka terindah.
Diluar istana boneka itu terdapat lorong, tidak jauh dari situ adalah ruang buku, terdapat
tumpukan kitab-kitab, diantaranya terdapat juga bau wangi, sepercik dupa wangi sedang
dibakar. Siauw Cap-it-long bukan anak-anak lagi, tapi menghadapi dunia boneka yang begitu indah,
tanpa disadari, sukmanya terbetot masuk. Ingin sekali ia bisa menyusutkan diri, menyesuaikan
ukuran ukuran boneka, memasuki rumah dunia boneka.
Sedang Siauw Cap-it-long termangu-mangu dibelakangnya terdengar suara deburan napas, ia
ketahui kalau Sim Pek Kun itu juga sudah sadarkan diri.
Wajah Sim Pek Kun pucat pasi, ia terkejut menyaksikan keadaannya ditempat itu. Tapi rasa
terkejutnya hilang sama sekali, manakala ia bisa menyaksikan adanya dunia boneka yang
cantik dan molek itu.
Matanya berkelip-kelip, menyaksikan keindahan-keindahan dari orang-orangan yang sangat
kecil. Lama sekali Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun terpekur, akhirnya sang ratu rimba
persilatan berkata.
"Sungguh rumah yang sangat indah. Kalau saja betul-betul ada rumah yang seperti ini, dan
bisa beristirahat beberapa hari, tentu sangat memuaskan."
Siauw Cap-it-long tertawa, memandang kearah patung-patung kecil itu, rumah-rumah kecil,
binatang-binatang kecil dan segala sesuatu yang serba kecil terpasang diatas meja, ia tertawa.
Sesudah itu berkata :
"Sayang sekali, tidak ada seorang dukun pun yang bisa menyusupkan tubuh kita memasuki
tempat ini."
Siauw Cap-it-long, menunjukkan jarinya ke rumah-rumahan kecil.
Sim Pek Kun menoleh, memandang Siauw Cap-it-long menatapnya beberapa saat, ia bertanya
: "Kita orang masih hidup?"
Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala dan berkata :
"Ya. Kita masih hidup."
Suara ini tidak banyak, tapi cukup berkesan. Mengandung unsur-unsur harapan.
Setiap manusia memiliki sifat-sifat yang tidak mengenal cukup, demikian juga keadaan Siauw
Cap-it-long dan Sim Pek Kun. Mereka bisa sembuh mendadak, mereka ditolong orang secara
ajaib, dan kini mereka masih mengharapkan sesuatu yang lebih ideal.
Siapakah orang yang menolong mereka " Siapakah yang memiliki istana boneka hidup itu "
Seseorang manusia yang masih hidup pasti memiliki angan-angan yang jauh dan panjang.
Lama sekali mereka menyelami diri kedalam rumah-rumahan kecil yang indah dan mungil
itu, akhirnya Sim Pek Kun menundukkan kepala dan bertanya :
"Kau yang membawa aku ketempat ini ?"
Ia sangka Siauw Cap-it-long yang memberi pertolongan
Tapi Siauw Cap-it-long pun tidak tahu, siapa tokoh silat yang menolong mereka. Karena itu ia
menjawab pertanyaan sang ratu rimba persilatan :
"Disaat aku sadarkan diri, kita sudah berada ditempat ini."
Sim Pek Kun bertanya :
"Tahukah kau, dimana kita berada ?"
"Belum tahu." jawab Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun menolehkan kepala, melirik ketempat boneka boneka dan bertanya :
"Kukira kita telah ditolong oleh seseorang tokoh silat luar biasa, tokoh ajaib yang mempunyai
banyak harta kekayaan, dan kesukaannya juga aneh, maka ia bisa memiliki dunia boneka yang
begitu indah."
"Kalau bukan seorang ajaib, tidak mungkin bisa menyediakan boneka-boneka yang sangat
ajaib." Sim Pek Kun berkata :
"Kita sudah ditolong. Mengapa membiarkan kita begini saja?"
Siauw Cap-it-long belum menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba terdengar satu suara yang garing
merdu berkata :
"Karena majikan kami tidak ingin mengganggu ketenangan tuan dan nyonya."
Kata-kata "Tuan dan nyonya" keluar dari suara orang itu, seolah-olah suara yang
menyinggung, anggapnya Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long itu sebagai suami isteri.
Seorang gadis pelayan dengan pakaian warna putih, dengan wajah berbentuk telor, dengan
rambut yang hitam jengat memasuki ruangan mereka, gadis pelayan inilah yang menjawab
pertanyaan. Tubuh gadis ini sangat ramping, disaat tidak tertawa, tampak sikapnya yang keras kepala.
Seolah-olah seorang gadis dingin, tapi disaat dia tersenyum, tertawa, tampaklah dua baris
giginya yang putih, begitu lemah gemulai, menarik dan memikat.
Kedua pelipisnya tinggi, tapi tidak banyak mengganggu kecantikan. Disinilah letak gairah
yang lebih hebat, lebih banyak dan lebih mudah memikat hati laki-laki, bisa mendebarkan hati
insan non sejenis.
Gadis pelayan ini tidak bisa dikatakan cantik, tapi berdiri didepan mereka, daya tariknya
hebat, kalau saja tidak disertai Sim Pek Kun disana, semua kekuatan magnit berada pada
gadis pelayan tersebut.
Sim Pek Kun tidak berani mendongakkan kepala, tidak berani memandang gadis pelayan itu.
Tapi si gadis pelayan memperhatikan Sim Pek Kun, dari atas kepala sehingga ujung kaki, dan
dari ujung kaki naik pula sehingga dari atas kepala.
Seorang wanita yang cantik lebih tertarik kalau melihat adanya lain wanita yang lebih cantik.
Penilaian wanita kepada seorang wanita lebih hebat daripada penilaian seorang pria. Sesudah
puas membikin penilaian kepada Sim Pek Kun, baru pelayan itu memandang dan menoleh
kearah Siauw Cap-it-long.
Gadis pelayan tersebut, bukanlah seorang pemalu, tapi disaat sinar matanya bentrok dengan
sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long yang besar, mau tidak mau, sepasang sinar mata si
gadis pelayan dikalahkan, tunduk kebawah.
Dengan kemalu-maluan gadis pelayan itu berkata :
"Nama hamba Siok siok, khusus mendapat perintah untuk melayani kebutuhan tuan dan
nyonya." Lagi-lagi sebutan tuan dan nyonya, dalam keadaan seperti itu mengartikan bahwa Siauw Capitlong dan Sim Pek Kun itu sudah menjadi suami isteri.
Sim Pek Kun menundukkan kepalanya rendah-rendah, dengan harapan Siauw Cap-it-long
bisa memberikan keterangan.
Tapi Siauw Cap-it-long tidak menolak panggilan dan sebutan seperti itu.
Terdengar si gadis pelayan yang bernama Siok siok berkata lagi :
"Kalau nyonya membutuhkan sesuatu, suruh hamba yang melakukan."
Siauw Cap-it-long berkata :
"Boleh aku bertanya ?"
"Hamba akan menjawab menurut apa yang hamba tahu." berkata pelayan yang bernama Siok
siok itu. Siauw Cap-it-long berkata :
"Kita sangat berterima kasih kepada majikanmu yang memberi pertolongan, tapi sehingga
saat ini kita belum tahu siapa nama dan kependekaran orang yang menjadi majikanmu itu."
Siok siok berkata :
"Kongcu kami sedang berburu, tanpa disengaja, dia telah menemukan kalian dan
menolongnya."
Siauw Cap-it-long mengangkat kepala.
Gadis pelayan yang bernama Siok siok itu berkata lagi :
"Biasanya kongcu kami tidak mau usilan. Tapi kalian adalah sepasang kekasih yang begitu
sepadan, rasa cinta kalian telah membangunkan perasaan kongcu kami. Disaat kalian sudah
tidak sadarkan diri, tangan kalian masih gandeng bergandeng, sulit berpisahan ....."
Wajah Sim Pek Kun menjadi merah jengah. Ia lebih malu.
Masih beruntung, Siauw Cap-it-long bisa mengatasi kecanggungan itu, ia berkata :
"Siapa dan bagaimana nama sebutan majikanmu ?"
Siok siok menjawab pertanyaan itu :
"Ia she Thian, kami yang menjadi hamba tidak tahu nama aslinya, kami hanya menyebutnya
Thian kongcu."
"Thian kongcu ?"
"Ya. Thian kongcu."
"Disamping itu tidak ada sesuatu yang bisa kau jelaskan lagi ?"
"Hanya ini yang bisa hamba beritahukan."
Siauw Cap-it-long bertanya :
"Bisakah kita bertemu dengan Thian kongcu ?"
"Bisa saja. Tapi......" Siok siok tidak meneruskan kata-katanya.
"Tapi apa ?" tanya Siauw Cap-it-long.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang sudah jauh malam. Ia sudah tidur."
Baru sekarang, Siauw Cap-it-long melihat titik-titik keanehan rumah bangunan ini, didalam
rumah tidak ada jendela. Ada cahaya terang, karena terpasang lampu-lampu pada dinding
kamar-kamar dan ruangan.
Siok siok berkata :
"Thian kongcu bisa mengetahui kalau tuan dan nyonya bukan manusia biasa, lebih dari pada
biasa, ilmu kepandaian tuan dan nyonya tentu sangat tinggi, dipesannya wanti-wanti, agar
kami, orang-orang yang menjadi hambanya, harus baik-baik melayani."
Siauw Cap-it-long tertawa tawar dan berkata :
"Ilmu kepandaian tinggi " Ah...... kalau kita memiliki ilmu kepandaian tinggi, mana mungkin
begini terlantar sampai seperti ini."
Perlahan-lahan Siok siok berkata :
"Tuan telah menderita luka di enam tempat, dua luka luar, empat luka dalam. Luka-luka
diluar masih bisa diberi mengerti, tapi empat luka-luka dalam itu adalah luka-luka hebat,
seperti terpukul oleh ilmu pukulan Batu Remuk atau Kim Kong Ciang. Inilah pukulan keras,
kalau orang biasa yang dipukul sekali, sudah pasti mati. Tuan bisa bertahan, kalau tidak
memiliki ilmu kepandaian tinggi, mungkinkah nasibnya yang terlalu baik ?"
Mata Siauw Cap-it-long berkilat, ia tertawa dan berkata :
"Oh ! Kalau begitu, kau memiliki pandangan mata hebat. Tentu juga seorang jago silat."
"Kami hanya hamba-hamba dari Thian kongcu. Mana bisa dikatakan sebagai jago silat ?"
"Kalau tidak memiliki ilmu kepandaian silat, bagaimana tahu, kalau aku terpukul oleh ilmu
kepandaian Batu Remuk atau pukulan Kim Kong Ciang ?"
"Aku sering mendengar mereka mengucapkan kata-kata itu." Berkata Siok siok.
Untuk mengelakkan sesuatu, Siok siok segera berpamit, meminta diri dan berjalan pergi.
Siauw Cap-it-long tidak menahannya dan juga tidak memanggilnya.
Baru sekarang Sim Pek Kun berani melirik, ia mengajukan pertanyaan dengan suara perlahan
: "Bagaimana penilaianmu atas gadis itu ?"
"Tidak jelek, juga tidak tolol." berkata Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun berkata :
"Bukan saja tidak jelek, lebih dari pada itu, ia juga cantik. Dari adanya hamba yang seperti
gadis tadi, kubisa menduga, penghuni rumah ini adalah orang yang bagaimana."
Siauw Cap-it-long berkemak-kemik, tapi ia tidak mengemukakan pendapatnya itu.
Sim Pek Kun berkata lagi :
"Penghuni rumah ini seperti mengandung sesuatu yang misterius, penuh keajaiban, apa
maksudnya menolong kita " Bermaksud baik atau jahat ?"
Siauw Cap-it-long mempaparkan kedua tangannya. Inilah tanda tidak tahan.
"Aku haus." berkata Sim Pek Kun
"Bersabarlah." berkata Siauw Cap-it-long. "Aku juga haus. Tapi kita harus waspada. Belum
diketahui maksud majikan gadis pelayan yang bernama Siok siok itu. Kita harus berhati-hati."
"Betul ! Kita harus berhati-hati. Mungkin dia mengandung sesuatu maksud yang tidak baik."
Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara Siok siok : "Kalau Thian kongcu mempunyai maksud
tidak baik, tuan dan nyonya tidak bisa hidup sampai sekarang."
Entah dari mana munculnya, gadis pelayan itu balik kembali.
Ternyata lorong jalan disertai dengan permadani-permadani tebal. Maka gerakan Siok siok
yang lincah dan ringan tidak menimbulkan suara. Secepat itulah ia sudah berada didepan
kedua tamunya. Sim Pek Kun menjadi jengah, malu kepada diri sendiri, menundukkan kepala.
Siok siok telah membawakan dua cangkir minuman, dengan senyumnya yang riang, ia
berkata : "Atas perintah Thian kongcu, tuan dan nyonya mendapat suguhan teh ajaib. Menurut
ceritanya, teh ajaib adalah asal mula teh cap botol. Bibit dari sorga. Bisa menambah kekuatan,
dan mempunyai keajaiban."
Sim Pek Kun mengkerlip-kerlipkan mata.
Siok siok melirik kearah Sim Pek Kun dan berkata :
"Tapi kalau ada orang yang menaruh curiga dan tidak mau meminum sumbangan tehnya, kita
juga tidak memaksa."
Siauw Cap-it-long berkata :
"Jiwa kami telah ditolong oleh Thian kongcu, dimisalkan teh minuman ini mengandung
racun, aku juga pasti meminumnya."
Betul-betul Siauw Cap-it-long membawakan sikapnya yang berani, ia mengangkat cangkir teh
dan menenggaknya cepat.
Siok siok menghela napas, ia berkata : "Pantas kongcu kami menjunjung tinggi kepala kalian.
Dengan adanya keberanian ini sudah cukup membuktikan betapa hebat nyali tuan."
Diperhatikannya bagaimana Sim Pek Kun meminum pemberian teh itu.
Tentu saja sesudah Siauw Cap-it-long mengeringkan teh minuman tersebut, tidak adalah
alasan bagi Sim Pek Kun untuk menolak.
Dia menenggak juga !
Tiba-tiba.........
Siauw Cap-it-long jatuh menggeloso, dan mengikuti gerakan itu, Sim Pek Kun juga jatuh
ditanah. Dua-duanya tidak sadarkan diri.
Siok siok memperhatikan senyumnya yang misterius, dengan suara merdu ia berkata :
"Sudah kukatakan, teh ini mempunyai keajaiban yang luar biasa, segera kalian bisa
mengimpikan keajaiban itu. Aku tidak menipu kalian."
MENJADI MANUSIA BONEKA "
Cara-caranya orang tidur itu terdapat aneka macam. Cara-cara siuman juga bukan satu
macam, disaat kita sudah sadarkan diri, sesudah melakukan pekerjaan yang sangat letih,
mendapat waktu istirahat yang cukup, kita bisa menikmati kepuasan itu.
Disaat kita bangun dari tidur yang nyenyak, tampak matahari pagi menyorot di jendela, dan
bersama-sama orang yang dikasihi disamping sisi, inilah siuman yang menyegarkan.
Ada juga rasa yang tidak enak.
Sesudah kita sadar dari menenggak minuman keras atau dibangunkan secara paksa, didalam
keadaan kaget, cara itu tidak enak sekali.
Biasanya orang yang bangun dan sadarkan diri, sesudah mendapat cekokan obat tidur, orang
itu bisa pening kepala, terasa menjadi pusing, kepalanya dirasakan sangat berat, dan ada juga
yang bisa merasa mau muntah.
Berbeda dengan keadaan-keadaan itu, Siauw Cap-it-long bangun dan sadarkan diri didalam
keadaan yang enteng dan ringan, seperti terapung, rasanya nyaman dan segar.
Sim Pek Kun tertidur disebelahnya, tidur dengan nyenyak.
Seperti menghisap ganja, perasaan hati Siauw Cap-it-long diombang-ambingkan kebahagiaan,
belum pernah terjadi rasa yang seperti ini.
Rasa ini segera menjadi kenyataan, tidak lama kemudian, Siauw Cap-it-long bisa melihat
adanya tumpukan buku-buku.
Semua ruangan penuh dengan tumpukan buku-buku, dan sesudah itu ia melihat adanya tempat
perapian pembakaran dupa.
Asap mengepul tipis-tipis, dupa itu adalah dupa ternama dari dupa Long-yan-siang.
Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long tampak bangun, maka kini dia bisa melihat, diatas meja
terdapat alat-alat tulis, alat-alat tulis model kuno.
Dan dia juga bisa melihat sebuah lukisan yang terkenal, itulah lukisan yang mengandung
sejarah. Lukisan kecil didalam istana boneka yang kini sudah diperbesar.
Hati Siauw Cap-it-long tercekat, seolah-olah ia bisa merasakan sesuatu yang tidak beres.
Bulu-bulunya menggerinding bangun, seperti direndam air es.
Istana boneka yang diperbesar " Atau dia yang diperkecil "
Beberapa lama ia berdiri didepan meja itu, berkerut alis dan membalikkan badan.
Bangunan ini terdapat jendela, jendelanya cukup besar, tidak jauh.
Menerobos pemandangan diluar jendela, matahari sedang menyorot memasuki tempat itu.
Cahaya matahari menyinari jembatan lengkung, air sungai dibawah jembatan itu berkilat-kilat
mengalir. Tidak jauh dari jembatan, terdapat bangunan tempat istirahat. Dalam bangunan itu ada dua
orang yang sedang main catur.
Seorang tua berbaju coklat sedang bertopang dagu, sebatang kail pemancing terletak
disebelahnya. Lain tangannya memegang biji catur, masih ragu-ragu, dimana harus diletakkan
biji catur itu.
Seorang tua berbaju hijau tertawa-tawa memandang lawannya, ia agak bangga atas hasil yang
gemilang, ia berada didalam situasi kemenangan.
Pemandangan inilah yang membuat hati Siauw Cap-it-long semakin menjadi tercekat, kedua
orang tua itu adalah anak-anakan yang pernah dilihat didalam taman impian boneka.
Kepala Siauw Cap-it-long dirasakan seperti berputar, hampir ia tidak bisa bertahan bangun.
Bisakah percaya kepada sepasang matanya "
Diluar jendela rumput yang menghijau keliwat bagus, angin sepoi-sepoi bertiup,
membawakan harum semerbak dari bunga-bunga yang mekar.
Sepasang menjangan lompat keluar dari rumpun pohon-pohonan, seolah-olah terkejut karena
di jendela ada orang yang mengintipnya. Sesudah itu, sepasang menjangan tadi lenyap
kembali. Mainan yang hidup "
Diluar taman itu terdapat tembok tinggi, memisahkan pandangan mata.
Tapi, diluar bangunan tinggi itu seperti terdapat poci arak, dan tidak jauh dari poci arak
terdapat dua cawan teh.
Itulah cawan teh yang digunakan oleh Siok siok, diminum oleh Siauw Cap-it-long dan Sim
Pek Kun. Cawan arak yang bisa dipegang dengan dua jari. Kini, cawan arak tersebut telah berubah,
berubah menjadi lebih besar dari sebuah bangunan rumah.
Siauw Cap-it-long bukanlah seorang yang mudah mengalami getaran jiwa, tapi apa yang
disaksikan telah membuat ia sangat terkejut. Kedua tangannya gemeteran, kakinya menjadi
lemas, keringat dingin mulai membasahi dirinya.
Sim Pek Kun sedang menghembuskan napasnya panjang-panjang, sang ratu rimba persilatan
baru siuman. Cepat-cepat Siauw Cap-it-long membalikkan badan, hendak menutupi pemandangan diluar
jendela. Gangguan-gangguan yang menekan penderitaan batin Sim Pek Kun sudah terlalu hebat kalau
sampai dikejutkan lagi oleh kegaiban ini, wanita itu bisa mengalami gegar otak.
Dengan maksud baik, Siauw Cap-it-long harus berusaha, agar Sim Pek Kun tidak merasakan
keanehan yang terjadi.
Keanehan itu terlalu ajaib, hampir saja Siauw Cap-it-long menjadi gila, kalau tidak
mempunyai iman yang cukup kuat.
Sim Pek Kun mengucek-ucek kedua matanya, ia mengajukan pertanyaan :
"Eeeeh, bagaimana kita bisa berada disini " Tempat apa pula ini ?"
Siauw Cap-it-long memperlihatkan senyuman terpaksa, ia tidak tahu, bagaimana harus
menjawab pertanyaan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun menghela napas dan berkata :
"Kulihat Thian kongcu itu seorang tokoh ajaib luar biasa aneh. Ia sudah menolong kita, dia
tidak mempunyai maksud untuk mencelakakan kita, mengapa harus memberi obat bius "
Mengapa mengambil kita ketempat ini " Tidak bisakah mengajak bersama-sama saja ?"
Senyum Siauw Cap-it-long semakin dipaksakan, semakin sulit memberi jawaban.
Sim Pek Kun menatap wajah laki-laki itu, kini ia bisa melihat perobahan wajah Siauw Cap-itlong
yang aneh. "Eh ?" bertanya Sim Pek Kun. "Mengapa kau " Tidak enak badan ?"
"Oh...... oh...... bukan." berkata Siauw Cap-it-long, "hanya sedikit keanehan."
DIDALAM RUMAH BONEKA
Siauw Cap-it-long berusaha agar Sim Pek Kun tidak mengetahui keajaiban yang sudah
mereka alami. Tidaklah mungkin, kalau mengatakan ada sesuatu obat yang bisa menyusutkan
manusia, menyusutkan dua orang menjadi dua boneka kecil.
Tapi perobahan-perobahan wajah Siauw Cap-it-long itu tidak bisa mengelabui Sim Pek Kun,
ia menoleh dengan heran, mengikuti apa yang menjadi keanehan itu.
Wajah Sim Pek Kun berubah, tertegun dan terbelalak, perlahan-lahan ia menggeser sinar
matanya, memperhatikan ruangan dimana mereka berada.
Mereka telah berada disebuah kamar buku, seluruh isi ruangan itu adalah kitab-kitab tebal,
catatan-catatan dan aneka macam buku-buku.
Dengan memaksakan dirinya, Siauw Cap-it-long berkata :
"Kukira Thian kongcu takut kita kesepian, sengaja mengantar ketempat ini, simpenan buku
disini cukup untuk melewatkan waktu sampai lima tahun. Lima tahun membaca buku."
Mulut Sim Pek Kun berkemak-kemik, bibirnya berubah matang, tangannya gemetaran,
mendadak saja dia menyerobot ke jendela, mendorong tubuh Siauw Cap-it-long.
Apa yang bisa disaksikan "
Jembatan melengkung, air yang beranak sungai, dua orang tua yang sedang main catur.....
Sim Pek Kun mengeluarkan suara jeritan, tubuhnya roboh, lagi-lagi ia jatuh pingsan.
Asap dipendupaan sudah tidak mengepul, suatu tanda bahwa dupa itu telah terbakar habis.
Hati Sim Pek Kun masih belum bisa ditenangkan.
Lama sekali kemudian, ia membuka suaranya perlahan, "Inilah tempat yang kita saksikan
tadi, Istana Boneka!"
"Ngng?" Siauw Cap-it-long hanya bisa menganggukkan kepala.
"Sekarang, kita berada di dalam Istana Boneka?" bertanya Sim Pek Kun.
"Ngng?" Siauw Cap-it-long memberikan jawaban serba guna.
Dengan suara gemetar, Sim Pek Kun bertanya, "Tapi" bagaimana kita bisa menyusut diri"
Kedua orang tua itu adalah boneka2 mati, bagaimana bisa hidup dan bergerak?"
Siauw Cap-it-long mengeluarkan suara elahan nafas panjang. Inilah kesulitan yang tidak bisa
dipecahkan. Keajaiban yang pertama kali ditemukan.
Tidak seorangpun dari otak manusia yang bisa percaya kepada kenyataan itu, seseorang bisa
disusutkan menjadi sekecil boneka, boneka hidup.
Bibir Sim Pek Kun menjadi biru, gemetaran.
Ia berusaha menggigit bibirnya, mulai berdarah, inilah suatu tanda ia masih hidup di dalam
kenyataan, bukan hidup di dalam impian.
Dengan tertawa getir, Siauw Cap-it-long berkata, "Baru saja kita katakan kehendak kita yang
hendak bermain di dalam rumah boneka. Tidak disangka, impian itu menjadi kenyataan."
Sim Pek Kun sudah kehilangan pegangan sendi hidup, menarik tangan Siauw Cap-it-long dan
berteriak, "Lekas! Lekas kita lari meninggalkan tempat ini."
"Lari kemana?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun tertegun.
Lari kemana" Kemana mereka bisa melarikan diri"
Sim Pek Kun menundukkan kepala, setetes air mata menjatuhi tangan Siauw Cap-it-long.
Tiba-tiba" tok" tok"
Terdengar suara pintu diketok.
"Siapa?"
Pintu tidak terkunci, seorang gadis pelayan berbaju merah berjalan masuk, Sepasang matanya
berputar, inilah boneka gadis pelayan yang khusus menyediakan minuman untuk tamu2
rumah boneka. Gadis pelayan ini juga termasuk seorang boneka, kini telah berubah berdarah daging, ia
menjadi manusia hidup.
Siauw Cap-it-long menatapnya tajam2 sehingga membuat si gadis pelayan itu merasa malu.
Memberi hormat dan berkata, "Majikan kami memberi perintah, agar hamba bisa mengajak
tuan dan nyonya untuk makan bersama."
Tidak sepatah kata keluar dari mulut Siauw Cap-it-long, ia mengikuti gadis pelayan itu
berjalan keluar.
Di dalam keadaan yang seperti itu, pertanyaan tiada guna.
* * * Melewati lorong ruangan, mereka sudah berada di ruangan besar. Di ruangan itu terdapat tiga
orang yang sedang ber-cakap2, satu adalah tuan rumah, inilah Raja Boneka dari Istana
Boneka. Kedua orang lainnya adalah 2 boneka yang dilihat pernah menjadi tamu, seorang berkepala
besar berambut gondrong dan mempunyai wajah bopengan.
Ketiga wajah ini pernah dilihat oleh Siauw Cap-it-long, tapi Siauw Cap-it-long melihat
wajah2 mereka di saat mereka menjadi boneka2 mati, kini sudah mempunyai darah dan
daging. Mereka sama2 hidup.
Siauw Cap-it-long hidup bersama-sama dengan para boneka kecil di dalam Istana Boneka!
Di saat Siauw Cap-it-long berjalan masuk, ketiga orang itu bangkit dari tempat duduknya.
Orang yang menjadi raja istana boneka bangkit berdiri, berkata, "Selamat hidup bersama
kita!" Yang di kanan berambut gondrong, mukanya bopeng. Yang di kiri tinggi besar, mukanya
panjang seperti kuda, tangannya kapalan, tentu memiliki kekuatan tenaga dalam hebat.
Kedua orang ini berupa orang2 kasar, tapi mengenakan pakaian yang mewah.
Mereka juga menyambut dengan gembira, "Selamat bertemu!" sapanya kepada jago
berandalan kita.
Kedatangan Siauw Cap-it-long telah disambut oleh ketiga orang itu, mereka bangkit satu
tanda penghormatan. Siauw Cap-it-long membalas hormat itu.
"Silahkan duduk!"berkata tuan rumah.
Suaranya seperti perempuan, bau harum semerbak menyerang hidung, orang ini seperti banci.
Raja wadam"
Siauw Cap-it-long duduk di tempat yang sudah tersedia.
Tidak lama kemudian datang para pelayan yang membawa makanan, si rambut gondrong
yang bermuka bopengan berkata, "Jangan malu2, makanan tersedia untukmu."
Sudah ber-duduk2, tuan rumah boneka mengajukan pertanyaan, "Bagaimana sebutan tuan
yang mulia?"
"Siauw Cap-it-long," berkata orang yang ditanya.
"Mari kuperkenalkan, saudara ini adalah saudara Lui Bie." Tuan rumah boneka menunjuk si
rambut gondrong yang bermuka bopeng dan menunjuk pula orang yang bermuka panjang
seperti kuda, ia berkata, "Inilah saudara Liong Kui."
Hati Siauw Cap-it-long tergerak, ia bertanya, "Saudara Liong Kui" Dengan gelar Pendekar
Kuda Semberani Liong-tayhiap?"
Orang yang bermuka panjang seperti kuda membungkukkan badan, ia menjawab, "Itulah


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gelar yang kawan2 berikan."
Siauw Cap-it-long menoleh ke arah rambut gondrong yang bermuka bopengan, yang disebut
bernama Lui Bie itu, ia bertanya, "Tuan Lui Bie ini tentunya adalah tuan Lui Bie dengan gelar
Pendekar Tikar Terbang?"
"Kami sudah lama tidak berkelana di rimba persilatan," berkata Lui Bie tertawa. "Tidak
disangka, tuan masih mempunyai ingatan begitu baik."
"Siapa yang tidak kenal kepada Pendekar Kuda Semberani dan Pendekar Tikar Terbang" Dua
jago silat kenamaan dari jaman silam" Tiga belas tahun yang lalu, sesudah terjadi peperangan
yang besar di gunung Thian-san, nama djiwi berdua menjadi buah tutur orang."
Sepasang sinar mata Lui Bie berkilat, ia menjadi bangga, tapi tidak lama ia bersedih juga.
Dengan menghela nafas berkata, "Itulah kejadian yang telah usang, sekarang mungkin nama
kita sudah hampir dilupakan orang."
Pada tiga belas tahun yang lalu, kedua pendekar ini dengan tangan kosong pernah menempur
tujuh pendekar dari gunung Thian-san. Tanpa menderita luka dan cedera, dan itulah benar2
prestasi yang hebat!
Siauw Cap-it-long berkata, "Sesudah peperangan di gunung Thian-san, jejak djiwi berdua
tidak berbekas lagi, para jago memperbincangkan, tidak ada yang bisa menduga kemana
kepergian djiwi berdua."
Wajah Lui Bie semakin suram, dengan tertawa menyeringai ia berkata, "Bukan orang lain saja
yang tidak menduga, kami sendiripun tidak bisa menduga terjadi sampai di sini." Sesudah itu
ia meneguk araknya, mengeringkan minuman tersebut.
Tuan rumah boneka juga menghela nafas, ia berkata, "Di sini sudah bukan umat manusia lagi,
siapa saja yang sampai di tempat ini hilang harapan hidupnya."
Sepasang tangan Siauw Cap-it-long dirasakan menjadi dingin, ia bertanya, "Ini bukan tempat
dunia" Mungkinkah?"
Wajah tuan rumah boneka memperlihatkan kemurungan juga, ia berkata, "Di sini hanya ada
kehidupan boneka."
Siauw Cap-it-long juga terbelalak, tertegun di tempat. Lama sekali, dengan dipaksakan,
dengan memberanikan diri bertanya, "Dunia boneka?"
Tuan rumah itu menganggukkan kepala, ia berkata, "Tidak salah, hanya dunia boneka."
Tertawa sebentar, ia menyambung keterangannya, "Apa bedanya dunia boneka dan dunia
manusia" Manusia hidup seperti impian, sama juga dengan boneka."
Lui Bie berkata, "Di dalam dunia manusia, orang itu dipermainkan oleh yang berkuasa. Dan
disini, kita dimainkan oleh orang."
Sekujur tubuh Siauw Cap-it-long terasa semakin dingin, ia bertanya, "Cungcu, bagaimana
sebutanmu yang mulia?"
Tuan rumah itu menjawab dengan kata-kata murung. "Aku menetap di sini sudah lebih dari
dua puluh tahun. Mana ingat nama asliku" Mereka menamakan aku sebagai Raja Boneka,
panggil saja dengan sebutan itu."
"Tapi..."
Tuan rumah yang menyebut diri sendiri sebagai Raja Boneka memotong perkataan Siauw
Tjap-it-long dan berkata:
"Dua puluh tahun lagi, kukira kalian juga bisa melupakan asal usul dan nama sendiri."
Di depan orang asing, Sim Pek Kun tidak mau bicara. Ia bungkam, menyerahkan semua
kebijaksanaan kepada Siauw Cap-it-long.
Tapi keterangan tuan rumah boneka tersebut sangat mengejutkannya, tanpa disadari ia
berteriak; "Dua... dua puluh tahun?"
Seneonya naik, karena dia akan hidup di dalam komplotan boneka hidup sampai dua puluh
tahun. Tuan rumah boneka itu menganggukkan kepala berkata,
"Ya, dua puluh tahun... di saat aku baru memasuki dunia khayalan boneka, aku juta tidak
tahan dan tidak sanggup menerima tekanan2 bathin yang hebat, satu haripun tidak sanggup,
mana bisa bertahan hidup bersama-sama dengan jiwa boneka" Tapi... hari demi hari
kulewatkan... bulan demi bulan kulewatkan, akhirnya tahun berganti tahun... dua puluh tahun
aku bertahan. Biar bagaimana aku masih hidup, seorang yang hidup lebih baik daripada mati."
Sim Pek Kun memalingkan kepala, dua butir air mata djatuh ke lantai. Ia tidak mau
mengucurkan air mata jatuh ke lantai, ia tidak mau mengucurkan rasa kesedihan di depan
orang apalagi di depan orang yang belum dikenal. Sayang penghidupan itu sangat menekan
jiwanya, dia menangis.
Siauw Cap-it-long masih mengilmiah sesuatu, ia meragukan adanya dunia boneka,
memandang kepada si raja rumah boneka ajaib, memandang pendekar Tikar Terbang Lui Bie,
akhirnya memandang kepada pendekar Kuda Semberani Liong Kui. Kepada mereka ia
bertanya, "Kalian tahu, bagaimana cara kehadiran kalian di tempat ini?"
Lui Bie balas memandang Siauw Cap-it-long, ia bertanya,
"Kau tahu, jalan2 yang ditempuh menuju ke tempat ini?"
Siauw Cap-it-long menyengir. "Bukan saja tidak tahu. Percayapun sulit diterima," ia berkata
terus terang. Lui Bie menenggak araknya, ia berkata,
"Ya, sulit untuk dipercaya. Siapapun tidak percaya, bagaimana seorang manusia hidup bisa
jadi boneka kerdil" Bahkan menjadi boneka hidup" Yah... percayapun begitu, tidak
percayapun begitu juga... aku hidup di dalam khayalan yang seperti ini selama duabelas tahun,
mengharapkan satu impian... kuharapkan terjadi sesuatu, aku bisa sadar dari impian ini.
Tapi... impian tetap impian. Aku hidup di dalam impian selama dua belas tahun. Impian yang
tidak bisa dibangunkan."
Liong Kui juga turut berkata:
"Sekarang kita harus percaya bahwa impian itu adalah suatu kenyataan hidup juga."
Raja boneka mencicipi araknya perlahan2, dan diletakkan pula di meja. Setelah itu
memandang Siauw Cap-it-long, dia mengajukan pertanyaan, "Sebelum tuan berada di tempat
ini, pernahkan mengalami jiwa krisis?"
Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala, "Kami pernah berada di ambang pintu kematian."
"Jiwa kalian juga ditolong oleh seorang yang bernama Thiang kongcu?" bertanya lagi si raja
boneka. "Bagaimana cungcu bisa tahu?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Raja boneka menghela nafas, ia berkata, "Keadaanku tidak jauh berbeda dengan keadaan
kalian. Di saat jiwaku terancam maut, Thian Kongcu yang memberi pertolongan. Tapi..."
Lui Bie memotong pembicaraan si raja boneka dan berkata gemas, "Tapi maksudnya
menolong kita itu bukan dengan maksud baik. Kita dijadikan budak2nya, kita dijadikan
mainan2nya yang paling istimewa."
Memandang kepada mereka, Siauw Cap-it-long bertanya, "Di antara jiwie bertiga, siapakah
yang telah melihat wajah Thian kongcu?"
Si raja boneka menghela nafas dan menjawab pertanyaan itu. "Siapapun belum pernah
bertemu muka dengannya. Tapi sampai sekarang, sudah bisa tuan bayangkan bagaiman
keadaan Thian Kongcu itu."
Lui Bie menggertek gigi, ia berkata, "Dia bukan seorang manusia. Dia adalah biang iblis,
lebih jahat daripada iblis." Berkata sampai di sini , Lui Bie menengok ke arah jendela,
wajahnya memperlihatkan rasa takut.
"Awas!" raja boneka memberi peringatan. "Kalau sampai ia marah, akibatnya terlalu buruk.
Dengan menggunakan dua jari, ia bisa memitas kita, tahu?"
Siauw Cap-it-long mengerutkan alis, mendongakkan ke atas, memeriksa ke langit luar, dia
sedang membayangkan akan kedatangan Thian kongcu yang besar seperti raksasa atau
kedatangan Siok-siok yang besar seperti raksasi, tapi bayangan-bayangan itu tidak kunjung
datang. "Pernah Thian kongcu menampilkan diri?" ia bertanya.
"Belum." berkata Lui Bie. "Tapi kita selalu dibayangi oleh ketakutan-ketakutan sendiri."
"Boleh dibayangkan." bertanya Liong Kui. "Apa rasanya hidup seperti ini, kita selalu
dirundung ketakutan."
Raja boneka berkata:
"Untuk hari-hari pertama, memang tidak tenang dan gelisah, tapi semakin lama rasa gelisah
itu sudah menjadi biasa. Tidak gentar lagi. Kita tidak perlu takut lagi."
Liong Kui menatap tajam dan berkata:
"Siapa saja yang sudah tiba di tempat ini, ia akan menjadi beku dan kaku, tidak bisa
merasakan kehidupan."
Siauw Cap-it-long tidak tahu, betulkah ia tidak bisa merasakan kehidupan" Kini, ia hendak
menenggak araknya, diambilnya cawan arak, diminumnya cepat.
"Eh!" tiba-tiba ia berkata: "Mengapa tidak mau melarikan diri?"
Inilah pertanyaan yang pernah Sim Pek Kun ajukan kepadanya.
Liong Kui menoleh kepada Siauw Cap-it-long dan bertanya:
"Lari ke mana?"
"Betul! Ke mana hendak melarikan diri" Mereka hanya berupa boneka-boneka kecil. Di
dalam mata Thian kongcu dan Siok-siok, lebih mudah menginjak atau melempar manusiamanusia
boneka ini. Kemana mereka harus melarikan diri"
Bisakah Siauw Cap-it-long melarikan diri dari istana boneka" Bagaimana caranya" Mari kita
mengikuti bagian berikutnya.
KEHIDUPAN MANUSIA-MANUSIA BONEKA
RAJA, Liong Kui, Lui Bie, Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun membikin perjamuan makan.
Mereka masih bercakap-cakap.
Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun adalah dua manusia yang baru saja disusutkan, karena
itu, mereka mempunyai hasrat yang lebih besar untuk mendapat hak kebebasan.
Memandang kepada si raja boneka, Siauw Cap-it-long berkata:
"Kita harus berusaha melarikan diri!"
"Kesempatan untuk melarikan diri masih ada," kata si raja boneka.
"Oh ?" sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long memancarkan harapan hidup. "Bagaimana?"
Si raja boneka memberi keterangan:
"Seseorang yang bisa menjebolkan ilmu sihir Thian-kongcu, kita bisa mendapat kebebasan
hak hidup yang sempurna."
"Menjebolkan ilmu sihir Thian-kongcu ?" bertanya Siauw Cap-it-long. "Siapa yang bisa
merusak ilmu sihir Thian-kongcu?"
Raja boneka menghela napas, ia berkata:
"Kita harus menggunakan kecerdikan otak kita, harus bisa berusaha."
"Berusaha" Bagaimana kita harus berusaha?"
Raja boneka berkata:
"Ilmu sihir, tidak jauh berbeda dengan ilmu kepandaian silat, sampai dimana tinggipun ilmu
itu, tentu mempunyai batas tertentu. Seseorang yang mempunyai batas tertentu. Seseorang
yang mempunyai ilmu silat tinggi, bukan berarti menjadi tokoh silat tanpa tandingan.
Demikianpun keadaan ilmu hitam, betapa hebat ilmu sihir Thian-kongcu, bukan berarti tidak
ada tandingan. Diantaranya terdapat juga kelengahan-kelengahan, sengaja Thian-kongcu
memberi kesempatan dan memberi kebebasan untuk mencari dan merusak dimana letak kunci
kelengahan itu."
"Thian-kongcu sengaja?" bertanya Siauw Cap-it-long.
"Thian-kongcu membuat satu sayembara," berkata raja boneka. "Sayembaranya seperti ini,
dia senang mendapat tandingan-tandingan kuat, sengaja menggunakan teh ajaibnya,
menyusutkan kita, mengkerdilkan kita, tapi sengaja membuat satu kelengahan, dikatakan ada
sesuatu yang bisa merusak ilmu gaib itu. Kalau kita berhasil menemukan sesuatau, maka
reaksi minuman ajaib pecah. Kita bisa membesar, dan manusia yang normal lagi."
"Sayembara ini dikeluarkan oleh Thian-kongcu?" bertanya Siauw Cap-it-long
"Ya," berkata si raja boneka. "Thian-kongcu pernah mengatakan kepadaku, bahwa dia akan
memberi kebebasan kepada siapa saja yang bisa mencari benda pengrusak ilmu gaibnya."
Sesudah itu, si raja boneka mengeluarkan keluhan napas panjang, ia berkata:
"Selama dua puluh tahun aku menjadi boneka ditempat ini, setiap hari aku membikin
penyelidikan, dimana terletak benda yang bisa memperbesar tubuh kita. Tetap tidak berhasil."
Siauw Cap-it-long berpikir beberapa waktu, kemudian ia bertanya:
"Bangunan rumah ini terdapat dua puluh tujuh ruangan?"
"Kalau ruangan dapur dihitung juga, jumlah ruangan adalah dua puluh delapan," menjelaskan
si raja boneka.
"Maka, benda yang bisa memperbaiki keadaan normal kita terdapat diantara dua puluh
delapan ruangan ini, bukan?" berkata Siauw Cap-it-long. "Bagaimana kita tidak bisa
menemukannya?"
Raja boneka menyengir, berkata:
"Karena tidak seorangpun yang bisa menduga benda apa yang dimaksudkan oleh Thiankongcu.
Mungkin juga sebutir beras. Mungkin juga sebatang lidi, mungkin juga sekeping
papan, atau mungkin juga sebongkah batu. Siapa yang dapat menduga?"
Siauw Cap-it-long berhasil dibungkamnya.
"Benda apa yang bisa memecahkan rahasia ilmu gaib Thian-kongcu"
Siauw Cap-it-long belum tahu.
Raja boneka berkata:
"Maka untuk menyesuaikan dan menormalkan tubuh kita, dengan mencari benda ajaib ini,
lebih sulit dari menaiki tangga surga."
"Sama saja dengan tidak ada," berkata Siauw Cap-it-long.
"Thian-kongcu membuat lain sayembara," berkata raja boneka.
"Lain sayembara?"
"Ya," berkata raja boneka. "Ia membuat dua sayembara. Sayembara pertama, tidak mungkin
bisa dijebolkan. Maka ia mengeluarkan sayembara berikutnya."
"Tentunya sayembara yang lebih mudah dipecahkan?"
"Mari ikut!" berkata raja boneka, ia bangkit dan berdiri.
Mengajak kepada tamu-tamunya, raja boneka itu meninggalkan ruangan tamu.
Menuju kepekarangan, disana terletak sebuah batu hijau, sangat mengkilap dan licin,
menunjuk kearah batu hijau itu, si raja boneka berkata:
"Inilah sayembara yang kedua."
"Artinya?" Siauw Cap-it-long memandang kepada si raja boneka dengan sinar mata penuh
tanda tanya. "Tempat ini dinamakan batu persembahan," Raja boneka memberi keterangan. "Yang
diartikan dengan batu persembahan ialah batu khusus untuk membikin persembahan kepada
Thian-kongcu. Kalau ada seseorang yang bersedia mempersembahkan benda berharga" Maka
ia bisa membebaskan dan menghidupkan kembali, menghilangkan surut boneka."
Sesudah itu, raja boneka menatap Siauw Cap-it-long lama, ia bertanya:
"Benda apakah yang paling berharga bagimu?"
Siauw Cap-it-long tidak menjawab pertanyaan itu, ia balik bertanya:
"Benda berharga apa yang tjhungtju miliki?"
"Bendaku yang berharga adalah jiwa," berkata si raja boneka. "Benda yang paling berharga
bagi semua orang adalah jiwa masing-masing. Semua manusia boneka yang hidup disini
sangat egoistis. Semua sayang kepada jiwanya sendiri. Tentu saja tidak mau mengorbankan
dirinya untuk diserahkan kepada Thian-kongcu."
Sayembara Thian-kongcu yang kedua juga tiada arti. Apaguna bagi para manusia boneka
tersebut" Kalau mereka diharuskan menyumbangkan jiwanya diatas batu pengorbanan,
sesudah mereka mati. Apa artinya bangkit dan hidup menjadi mayat manusia normal"
Thian-kongcu betul-betul seperti iblis djedjadian.
Entah dengan cara bagaimana, si raja boneka bisa menghubungi Thian-kongcu"
Yang satu kecil, yang lain besar.
Untuk membebaskan orang-orang yang sudah dikerdilkan oleh Thian-kongcu, untuk
membikin normal kembali tubuh yang sudah disusutkan menjadi tubuh boneka itu, Thiankongcu
membuat dua sayembara.
Sayembara untuk melepaskan ilmu sihir dan ilmu gaibnya.
Sayembara yang pertama adalah menemukan rahasia anti sihir, benda itu terdapat disalah satu
tempat diantara dua puluh delapan ruangan yang berada didalam istana boneka.
Sayembara kedua,a dalah menyerahkan sesuatu yang paling berharga kepada Thian-kongcu,
dan ditempat itu. benda berharga yang dimiliki oleh para boneka kecil adalah jiwa mereka
yang berharga, kalau mereka bersedia menyerahkan jiwa, Thian-kongcu akan membebaskan
penyihirannya. Dua jalan ini sama-sama jalan buntu.
"Bagaimana?" bertanya si raja boneka.
"Nonsens!" berkata Siauw Cap-it-long. "Kedua sayembara itu sama saja dengan tidak ada.
Tidak mungkin!"
Raja boneka berkata:
"Sepuluh tahun yang lalu, aku melihat seorang boneka yang dimanusiakan. Demikian
kejadiannya, sepasang suami-isteri telah diboneka hidupkan oleh Thian-kongcu.
Tinggal didalam istana boneka. Mereka saling cinta, kasih mengasihi, tentu saja mereka
sayang kepada jiwa sendiri, tapi mereka lebih sayang kepada jiwa kekasihnya. Demikianlah,
untuk membebaskan sang suami dari kekangan ilmu sihir Thian-kongcu, sang isteri rela
mengorbankan dirinya, dia menyerahkan diri diatas batu pengorbanan dan ditukar dengan
kebebasan sang suami."
"O ?" berkata Siauw Cap-it-long. "Pengorbanan masih bisa diganti dengan jiwa orang."
"Tentu saja. Kalau bukan seperti itu, apa artinya pengorbanan. Kita tidak mau menjadi
bangkai besar bukan?"
"Betul-betul Thian-kongcu menghidupkan atau membesarkan suami itu?"
"Betul-betul Thian-kongcu membesarkan suami tersebut," berkata raja boneka dengan suara
yang yakin. Siauw Cap-it-long memperhatikan si raja boneka, raja boneka yang menjadi penghuni istana
boneka. Raja boneka yang tidak mau menyebut namanya sendiri, dikatakan bahwa nama itu
sudah dilupakan.
Beberapa saat, untuk menambah keterangannya, raja boneka berkata lagi:
"Sengaja tidak kusebut nama-nama dari suami-isteri itu, sang isteri sudah berkorban, sang
suami tentu masih hidup dalam rimba persilatan. Selama perdjuangannya sepuluh tahun, aku
yakin kalau suami itu sudah mendapat nama kembali, ia mendapat kedudukan tinggi, hidup
sebagai manusia abadi."
Sim Pek Kun membungkam. Sangat lama, baru sekarang ia turut bicara:
"Kedua suami-isteri itu mempunyai jiwa besar ?"
Siauw Cap-it-long tidak sependapat, ia menggelengkan kepala dan berkata dengan suara
dingin: "Menurut pendapatku, mereka adalah sepasang suami-isteri yang tolol."


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sepasang suami-isteri tolol?" bertanya raja boneka tertegun.
"Ya," menjelaskan Siauw Cap-it-long, "isteri itu tolol, anggapnya ia mengorbankan diri
sendiri untuk mendapat kebebasan sang suami. Tapi apakah reaksi dari orang yang dikasihi"
Suami itu tidak mungkin cinta kepada isterinya, terbukti dari hidup seorang diri didunia
manusia normal. Tidak mungkin membiarkan sang isteri membikin pengorbanan, kalau dia
mengindahkan jiwa isteri tersebut. Apa guna ia hidup kembali, kalau kehilangan isteri yang
dicintai" Apa guna ia hidup dimanusia normal" Tanpa didampingi oleh isterinya yang
tercinta."
Raja boneka kalah berdebat. Ia diam.
"Menurut hematku," berkata Siauw Cap-it-long lagi. "Kalau betul suami itu masih hidup
dengan sadar, tentu mempunyai hati yang pepat, pasti menyesal. Hidup didalam penyesalan
adalah hidup yang sangat sengsara, kukira dia menderita, bermabuk- mabukan, lebih baik
mati dari pada hidup sengsara."
Raja boneka diam beberapa saat, akhirnya ia berkata:
"Langkah mereka bukan berarti langkah yang harus dipuji, tapi inilah cara-cara untuk
membebaskan diri dari istana boneka."
Hanya cara itukah yang bisa membebaskan diri dari istana boneka"
Mari kita mengikuti bagian berikutnya.
HIDUP TERKUTUK DIDALAM ISTANA BONEKA
RADJA boneka mengajak para tamu masuk kembali, dia memandang jauh kedepan, mulutnya bicara:
"Didalam dunia boneka adalah hidup yang sangat sengsara. Kita hidup terkekang, tidak ada
kebebasan, kita kehilangan kesempatan pribadi."
Lui Bie juga tertawa, ia berkata:
"Betul. Hidup dalam keadaan yang seperti ini, berarti hidup diatas duri, kita lebih suka mati.
Tapi kita juga tidak menghendaki datangnya kematian itu. Kita harus
baik-baik menggunakan kesempatan hidup, tidak peduli peraturan-peraturan, tidak peduli
nama, tidak peduli apa itu artinya kekangan."
Dan sesudah itu, dengan suara keras, Lui Bie berteriak keluar:
"Bwee-cu Siauw-bun, aku tahu, kalian sudah lama berada diluar, mengapa tidak mau masuk?"
Terdengar suara kelenang kelening, dua gadis berjalan masuk, mereka mengenakan perhiasan yang rebo.
Lagi-lagi dua boneka hidup!
Sebelum Siauw Cap-it-long menjadi manusia boneka, ia pernah menyaksikan kedua gadis ini,
itu waktu, mereka adalah dua patung kecil, satu sedang tidur, seorang lagi sedang duduk,
mereka adalah boneka2 mati.
Tapi, kedua boneka kecil itu sudah hidup dan bisa berjalan.
Bukan saja bisa berjalan, kedua gadis itu tertawa dengan riang, mulai menuju dan
menghampiri Lui Bie, dan memeluki laki-laki bopengan itu.
Dengan kedua tangan, Lui Bie merangkul kedua gadis tersebut, ia tertawa dan berkata:
"Inilah kedua isteriku, tapi siapa saja yang suka kepada mereka, aku bersedia memberi pinjam."
Bersedia meminjamkan isteri kepada orang lain"
Inilah ciri-ciri kehidupan didalam istana boneka. Mereka tidak mempunyai pegangan hidup,
karena itu sudah menjadi tidak normal. Sulit diterima dan sulit dipercaya.
Memperlihatkan wajahnya yang tidak percaya, wajah itu sangat kaku.
Lui Bie mendelikkan mata dan membentak:
"Tidak percaya" Baik! Akan segera kubuktikan."
Lui Bie melepaskan rangkulannya pada gadis yang disebelah kiri, ia berkata kepada gadis itu:
"Siauw Bun, daerah mana dari tubuhmu yang terindah?"
Gadis yang dipanggil Siauw Bun tertawa manis, ia berkata:
"Paha."
Tubuh Siauw Bun ramping dan tinggi, mempunyai ukuran vital yang menarik. Bagaimanapun
tetap indah, tapi mendapat pertanyaan itu, ia menonjolkan dan menjawab dengan suara paha.
Lui Bie berkata:
"Kau bangga karena memiliki sepasang paha yang indah, nah, mengapa tidak kau perlihatkan
kepada semua orang?"
Siauw Bun tertawa, perlahan-lahan ia menyingkap kainnya, dan dibalik kain itu, tidak
mengenakan benang lain, dua buah paha yang mulus terpancang didepan mata semua orang.
Beberapa macam perasaan menyerang Sim Pek Kun, perasaan takut, perasaan marah, dan perasaan jijik.
Siauw Bun masih tertawa riang, disingkapnya lebih tinggi, tampak bagian-bagian yang lebih putih.
Raja boneka seperti sudah biasa menyaksikan paha isteri si Pendekar Tikar Terbang, ia
Kisah Sepasang Rajawali 32 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pendekar Pemetik Harpa 28

Cari Blog Ini