Ceritasilat Novel Online

Angrek Tengah Malam 4

Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Bagian 4


" Li Hong Xiu tidak perlu berpikir lagi, segera mampu menjawab langsung, bahkan dia bisa
menguraikan keluarga tempatnya dilahirkan, otak dan kekurangannya, dalam sekejap menjelaskan
dengan lancar. Bahkan masih bisa menjawab pada hari apa dan jam berapa, dalam keadaan
seperti apa melakukan perbuatannya.
Bukan saja dia ingat, bahkan memaksa Chu Liu Xiang mengingatnya.
Dalam tengah malam, di bawah sinar lampu, dia menyalakan satu xiang lu dupa, memaksanya
untuk mengingat.
Di dunia Jiang Hu, dalam situasi musuh mengelilingi, pembunuh berkeliaran, jika kau bisa
menguasai bahan lebih banyak salah satu orang, maka sebagian ancaman dari orang tadi
terhadap dirimu juga akan berkurang.
Jika kau bisa menguasai keseluruhan keadaan salah seorang, maka bagaimana dia masih bisa
menjadi ancaman terhadap dirimu"
Tahu diri sendiri dan tahu pihak lawan, seratus kali perang akan seratus kali menang, kalimat
bijak ini bisa beredar sejak dahulu kala sampai sekarang, sudah tentu juga mengandung suatu
prinsip kebenaran di dalamnya.
Karena itu, dia memaksa Chu Liu Xiang mengingat dalam hati, jalan peristiwa dan hasil
pertempuran sejumlah tokoh yang sangat berhasil dan yang dalam keberhasilannya mendadak
kalah begitu saja.
Karena perasaannya terhadap Chu Liu Xiang tidak sama dengan yang lain.
Jika hanya sekedar perasaan kakak beradik, juga perasaan kakak beradik yang berbedal Jika
hanya perasaan persahabatan, juga perasaan persahabatan yang berbeda.
Oleh karena itu dia mengharapkan Chu Liu Xiang selamanya tidak pernah kalah.
Sekali pun kalah, juga harus menang dari kekalahan, menang dalam kekalahan. Selamanya
tidak perlu berkompromi, selamanya tidak usah mengalah biar satu cun atau pun satu fen.
Karena dia bisa melakukan sedemikian banyak pekerjaan untuk Chu Liu Xiang, sudah pasti Li
Hong Xiu adalah seorang yang sangat pandai.
Yang paling penting ialah, di antara sejumlah pekerjaan yang dilakukannya untuk Chu Liu Xiang
ini, juga mempunyai beberapa sifat istimewa yang sama.
Tidak kalah. Boleh mati tapi tidak boleh kalah.
"Setiap orang dalam hidupnya tentu harus mati sekali, akan tetapi ada sejumlah orang yang
dalam hidupnya tidak pernah kalah," kata petapa fakir. " Li Hong Xiu adalah orang yang
menghendaki Chu Liu Xiang menjadi orang yang demikian itu."
Hidup abadi sudah sama sekali tidak mungkin diperoleh, tidak terkalahkan masih bisa dicapai.
"Karena dia juga tidak takut mati, di antara sejumlah pekerjaan yang dilakukannya untuk Xiang
Shi, justru mengandung semacam sifat tidak takut mati itu."
Setelah merenungi cukup lama, Lang Ge Shi berkata: "Aku mengerti."
Sesungguhnya dia bukan betul-betul sudah mengerti keseluruhannya.
Apakah ada semacam hubungan misterius tertentu di antara Li Hong Xiu dan Li Lan Xiu"
Hubungan semacam apa" Li Lan Xiu apanya Li Hong Xiu"
Nama-nama ini sudah barang tentu juga mungkin hanya suatu kebetulan, di atas dunia ini
entah berapa banyak nama marga dan nama kecil orang yang sama.
Akan tetapi, mengapa watak di antara mereka, juga punya semacam keistimewaan yang mirip
sekali" "Bagaimana mengatakannya, Li Hong Xiu adalah seorang perempuan yang sangat tegar dan
berani, jika Chu Liu Xiang mau menghadiri kematian, dia juga tentu ikut ke sana," kata petapa
fakir. "Sekali pun dia tahu pasti mati, juga tetap pergi."
"Betul," kata Lang Ge Si. "Aku pun yakin dia akan melakukannya."
Matanya melihat lurus ke kejauhan di depan, di matanya seolah-olah ada satu sosok manusia.
Orang ini bukan Li Hong Xiu, tapi seseorang yang berpakaian putih yang berdiri sendirian di
samping tandu. Dia ingin memotong langsung ke dalam inti persoalan, ingin langsung bertanya kepada petapa
fakir ini! "Apa sesungguhnya peran kegunaan Lan Xiu dalam aksi sekali ini" Dengan Li Hong Xiu pun ada
hubungan yang bagaimana?"
Dia masih belum buka mulut memulai, petapa fakir sudah mengalihkan pembicaraan kepada
diri Song Tian Er.
Song Tian Er adalah seorang anak perempuan yang sangat luar biasa, kelihatannya seperti
agak bodoh, tidak memedulikan segala sesuatu, tidak memasukkan ke dalam hati segala sesuatu,
dan sangat mudah puas. Ada kalanya dia mungkin bisa berharap ada seorang pangeran bisa
menghadiahi dia sebuah benteng kota pada hari ulang tahunnya.
Akan tetapi, jika saja ada seseorang bisa memberikan selembar gambar benteng kota kepada
dirinya, dia bakal sudah sangat bahagia.
Tahu puas dan senantiasa gembira, karena itu dia sepanjang hari selalu melewatinya dengan
penuh kegembiraan, senyumnya yang manis, senyumnya yang manis terhadapmu.
Hanya terhadapmu, tidak terhadap orang lain.
Jika di sampingmu ada seorang anak perempuan begini, coba bilang apakah kau gembira atau
tidak" Dan lagi, dia pandai memasak makanan.
Dia orang Wu Yang Cheng (kota), Yang Cheng ialah Guang Zhou, 'Chi Zai Guang Zhou' (makan
di Guang Zhou), sudah diketahui umum.
Karena itu dia juga suka makan, dan suka orang lain menyenangi sayur masakannya.
Orang yang suka makan biasanya memang demikian.
Karena itu dia juga harus pandai memasak sayur, bahkan masakannya enak sekali, bahkan Chu
Liu Xiang yang sangat suka makan dan sangat cerewet, hampir tidak pernah mengomeli sayur
masakannya. Dia bahkan memberi tahu teman-temannya, bahkan ketika sebelum matinya Wu Hua He
Shang, masakan pribadinya, masih sulit menandingi sayur vegetarian Song Tian Er.
Para koki paling terkenal di dunia, apa masih ada yang bisa menandingi dia"
Jika mau memegang hati laki-laki, jalan pintas yang paling cepat ialah melalui lambung dan
ususnya. Semua laki-laki suka makan enak, jika ada seorang anak perempuan demikian di samping
badan, bahkan diusir dengan cambuk pun sulit menyuruhnya pergi.
Anak gadis ini selalu ikut di samping Chu Liu Xiang, setiap hari ada, setiap saat ada, akan tetapi
dalam mata Chu Da Ye kita ini, seperti selamanya belum pernah melihat adanya or?ang seperti
dia. Hanya melihat sayur masakannya, tapi tidak melihat orangnya, bahkan tidak melihat sepasang
paha yang padat keras dan panjang, yang sering kali menjadi berwarna perunggu kuno oleh
sengatan sinar matahari, apa tidak membuat or?ang semakin ingin tertawa kesal.
Yang aneh, Song Da Jie kita ini sepertinya sedikitpun tidak peduli. Setiap hari dilalui dengan
gembira sekali. Bahkan jauh lebih gembira dibandingkan dengan Li Hong Xiu maupun Su Rong
Rong. Di antara ketiga gadis ini, yang paling tidak gembira barang kali ialah Su Rong Rong.
Ada orang mengatakan, di dalam ketiga gadis itu, yang pal?ing cantik ialah Su Rong Rong, ada
orang mengatakan yang paling lemah lembut adalah dia, juga ada yang mengatakan Chu Xiang
Shi paling menyukai dia.
Semua ini tidak berani kupastikan.
Yang bisa kupastikan ialah, di antara mereka, satu-satunya yang paling tidak gembira adalah
dia. Apakah benar gadis yang paling pintar dan paling cantik adalah yang paling tidak gembira"
Su Rong Rong, tidak perlu diragukan, luar biasa pintar.
Dia bertanggung jawab membuat rencana, membangun sebuah ruang cermin untuk Chu Liu
Xiang, sudah membelikan sangat banyak topeng wajah kulit manusia yang sangat halus dan bagus
untuk Chu Xiang Shi, dan sejumlah besar bahan dan alat berhias untuk mengubah wajah.
Dia sendiri juga sangat mahir berdandan dan mengubah wajah, sehingga Chu Liu Xiang setiap
saat bisa tampil di dunia Jiang Hu dengan berbagai wajah dan identitas yang tidak sama.
"Seribu kali ganti selaksa kali berubah, sebentar di sini sebentar lagi di sana, kini di He Si, besok
di Jiang Be." Chu Xiang Shi yang romantis dan misterius, membentuk perjalanan hidup yang
penuh keajaiban.
Penampilan bentuk demikian, sepenuhnya dibangun oleh tangannya.
Su Rong Rong ramah dan hangat, malah juga gampang memahami maksud orang lain.
Kehidupan sehari-hari Chu Liu Xiang, makanan dan istirahatnya, sebagian terbesar dirawat dan
diasuhnya. Xiang Shi bisa dikatakan sebagai orang yang sangat mandiri, tapi dia pernah bilang kepada
teman baiknya: "Aku boleh segalanya tidak punya, tapi kalau tidak ada Rong Rong, aku sebetulnya juga tidak
tahu harus bagaimana lagi."
Dari sini bisa diketahui ketergantungannya dan perasaannya kepadanya, mengapa dia masih
juga tidak bergembira"
Karena dia tahu, dia masih belum menjadi miliknya sepenuhnya, yang diinginkannya ialah
seorang laki-laki yang sepenuhnya menjadi miliknya.
Chu Liu Xiang sepenuhnya milik Rong Rong, dan Rong Rong menjadi milik Chu Liu Xiang.
Tapi dia bukan jenis manusia serupa itu.
Chu Liu Xiang adalah milik khalayak ramai, dia adalah idola pujaan hati setiap remaja yang
hangat, sahabat yang ingin diakrabi oleh setiap jagoan di dunia Jiang Hu, adalah kekasih bagi
setiap perempuan dalam lamunan indahnya di dalam kamar pingitannya, pangeran dalam impian
setiap gadis yang merindukan kemesraan, juga merupakan menantu paling ideal dalam mata para
ibu calon mertua.
Karena itu Rong Rong tidak bisa bergembira.
Karenanya juga sering kali dia menemukan 'akal' untuk membuat Chu Liu Xiang jadi gugup,
bahkan tidak sayang sengaja membuat dirinya diculik atau dibajak oleh musuh dari Chu Liu Xiang.
Karena itu baru bisa ada sejumlah orang Jiang Hu menganggap dia itu kacau berpikirnya dan
bodoh sekali, gampangnya, dia adalah perempuan yang sangat mudah masuk perangkap.
Seorang perempuan yang cintanya sudah membuat mabuk, terhadap laki-laki yang dia sukai,
semula memang memakai suatu akal siasat dan langkah tindakan, sedikit penipuan!
Sedikit akal busuk, sedikit ancaman, dan tiga bagian madu.
Akan tetapi yang dipergunakannya jauh lebih cerdik dan pada yang dipergunakan sebagian
besar perempuan di muka bumi ini.
Akan tetapi dia juga tidak mungkin mengantarkan seseorang yang tidak punya dendam
kesumat ke dalam got busuk untuk mati.
Dia tidak mampu melakukan, dia juga tidak sampai hati.
Dia tidak mampu mengeraskan hati, melakukan segala macam perbuatan yang setiap waktu
dan setiap tempat bisa dilakukan oleh Su Su dalam waktu sekejap mata.
Akan tetapi dari suatu sudut pandang lain, tidakkah di antara mereka juga terdapat berbagai
persamaannya"
Apakah mereka tidak juga memiliki semacam keistimewaan untuk sadar atau tidak sadar
melakukan penipuan"
Sekalipun kursi ini luar biasa besarnya, sayang sekali, belum tentu kursi yang lebar enak
diduduki. Sebuah kursi yang dibuat dari kayu atau batu yang keras, tidak peduli berapa besar dan
lebarnya, seorang perempuan yang telanjang duduk di atasnya mana bisa enak.
Gaya Lang Ge Si tidak menunjukkan sekarang ini sedang menikmati sesuatu apa pun, bahkan
gayanya sebagai seorang puteri juga sudah tidak ada.
Dia bahkan sudah melilitkan sepasang kakinya yang panjang dan panjang sekali itu.
Petapa fakir itu masih terus memerhatikan dia dengan teliti, seperti seorang anak nakal yang
sedang mengamati seekor serangga langka yang baru ditangkapnya.
Apa yang dilihat dengan matanya, semestinya adalah tubuh perempuan, sesuatu yang bisa
membangkitkan libido laki-laki mana pun juga, akan tetapi di matanya sudah tidak ada nafsu lagi.
Karena yang dilihat oleh matanya saat ini, bukan lagi tubuhnya, melainkan rohnya.
Hatinya sudah tentu sudah dilihat jelas, seperti dia yang sudah tentu juga sudah melihat jelas
antara Su Rong Rong dan Su Su, Li Hong Xiu dan Xiu Xiu tentu ada suatu hubungan istimewa
yang misterius. Karena di antara mereka betul-betul ada semacam keistimewaan yang sama.
Petapa fakir itu tentu juga paham masalah ini, mereka sama-sama memiliki semacam watak
'memandang enteng hidup dan menghargai tinggi 'YI" (gie = kesetiakawanan dan kebenaran)."
Dia menjelaskan: "Mungkin mereka bukan menjunjung tinggi 'YI", karena anak perempuan
biasanya tidak terlalu banyak menjunjung 'YI'."
Kata petapa fakir: "Jika di antara seorang anak perempuan dengan anak perempuan lainnya
terlalu bicara 'YI", maka dia bakal kehilangan cinta kasihnya."
Petapa fakir ini, begitu memahami perempuan, betul-betul mengejutkan orang.
Jika seorang manusia tidak bisa 'Zhong Yi' (menjunjung tinggi 'YI'), melainkan mau dia 'Qing
Sheng', maka dia akan lebih sulit lagi.
Apa lagi anak perempuan.
Kecuali dalam watak kodratinya, sudah punya semacam 'sifat istimewa' yang sangat istimewa,
semacam sifat tidak takut mati yang istimewa.
"Dari segi perempuan, sifat istimewa semacam ini jarang dijumpai, tapi mereka berdua
mempunyainya," kata petapa fakir. "Ini karena di antara mereka ada semacam hubungan istimewa
yang sangat khusus."
"Seperti antara Su Rong Rong dan Su Su juga ada semacam hubungan misterius yang
istimewa."
"Aku mengerti," kata Lang Ge Si. "Aku sangat mengerti semacam hubungan yang kau
maksudkan."
Kali ini jawaban petapa fakir semakin langsung.
Katanya: "Li Lan Shan adalah kakak Li Hong Xiu yang sudah meninggal sejak dia masih muda,
Su Pei Rong adalah adik lain ibu Su Rong Rong."
Petapa fakir sengaja memakai semacam nada suara yang sangat dingin ketika bertanya kepada
Lang Ge Si, "Apakah kau bisa mengatakan hubungan mereka sangat dekat sekali?"
Rahasia ini semestinya sudah sangat mengejutkan orang, akan tetapi Lang Ge Si sepertinya
tidak memberikan reaksi!
Lewat lama, dia baru berkata dengan nada suara yang sama dinginnya dengan petapa fakir itu:
"Kau mencari mereka mestinya sudah cukup lama, bahkan mestinya cukup sulit mencarinya."
"Betul."
"Akan tetapi tak peduli betapa pun sulitnya kau juga tetap mencarinya," kata Lang Ge Si.
"Karena dengan adanya mereka berdua di samping Mu Rong, Chu Liu Xiang semakin tidak bisa
membiarkan mereka mati dalam aksi kali ini."
"Betul," kata petapa fakir. "Asalkan dia belum mati, dia pasti akan turun tangan."
"Jika Liu Ming Qiu belum mati, aksi sekali ini belum tentu akan berhasil, Su Su membunuh Liu
Ming Qiu, seharusnya dia adalah pemegang jasa terbesar dalam aksi sekali ini," kata Lang Ge Si.
"Seharusnya memang begitu."
'Tapi kau malah mengatakan, kedudukan Xiu Xiu dalam kaitan aksi kali ini, jauh lebih penting
daripada siapa pun juga."
"Mengapa?" Lang Ge Shi bertanya. Petapa fakir menatapnya dalam-dalam. "Aku percaya
seharusnya kau mengerti apa yang kumaksudkan," katanya. "Aku yakin kau mengerti."
"Betul, aku mengerti."
Setelah lama Lang Ge Si terdiam, akhirnya dia juga mengakui: "Tujuan terbesar dan terutama
dari aksi kalian kali ini, bukannya menetapkan mati hidupnya Chu Liu Xiang, melainkan
menghendaki kematiannya."
"Dia harus mati," petapa fakir juga mengakui. "Jikalau kita masih hidup, maka dia yang harus
mati." "Kau pernah mengatakan, sejak aksimu dimulai, maka Chu Liu Xiang sudah harus mati."
"Betul."
"Sebab begitu aksi ini dimulai, jika dia tidak segera tampil turun tangan, maka itu juga berarti
dia tanpa ragu juga sudah mati."
"Jadinya begitu."
"Akan tetapi bagaimana jika dia belum mati" Jika dia mendadak muncul dalam batas waktu
sekilas di atas jalan yang panjang itu, maka kalian berdasarkan apa bisa menempatkan dia dalam
kematian?" Lang Ge Si dengan tawar dan dingin bertanya kepada petapa fakir itu.
"Apa dengan mengandalkan Tie Da Lao Ban" Atau mengandalkan kepada si setan kecil yang
mampu ditekuk-tekuk dan digulung seperti ular kecil itu" Ataukah mengandalkan pada diri setan
tua yang setengah laki dan setengah perempuan, yang bukan orang dan bukan setan itu?"
Petapa fakir menghela nafas, karena dia tidak dapat tidak mengakui.
"Andaikan mereka dalam waktu sekejap bisa mengambil nyawa Chu Liu Xiang, maka Chu Liu
Xiang sudah tentu juga bukan Chu Liu Xiang!"
"Maka berdasarkan apa pula kau mengatakan asalkan dia muncul, maka dia sudah pasti juga
mati?" Lang Ge Si menjawab sendiri pertanyaan ini. "Kau berani mengatakan begitu, hanya karena
kau sudah menempatkan sebuah bidak catur Xiu Xiu," kata Lang Ge Si.
"Dialah yang menjadi tangan pembunuh terakhir kalian!" "Bukan dia satu orang, dia bersama
dengan Mu Rong."
"Betul," kata Lang Ge Si. "Asalkan Chu Liu Xiang muncul, segera juga mereka bisa
menempatkannya dalam kematian, dan hanya mereka yang mampu melakukannya, karena dia
selamanya tidak pernah membayangkan bahwa kedua orang ini merupakan bintang pembunuh
yang sebenarnya."
Petapa fakir mendadak juga tertawa, bahkan sorot mata jahanamnya juga memancarkan tawa
sesungguhnya. "Lang Lai Ge Ge, kau sangat pintar, kau sesungguhnya jauh lebih pintar daripada yang bisa
kubayangkan." Hal ini, baru merupakan hal paling penting. Tak ada Xiu Xiu, sekali pun Chu Liu
Xiang bisa muncul, juga tidak ada orang yang bisa mengambil nyawanya dalam waktu sekejap,
jika tidak bisa mengambil nyawanya dalam sekejap, dia akan pergi.
Waktu dia mau pergi, di dunia ini barang kali tidak ada seorang pun bisa mengejar dia.
Karena itu, harus bisa mencapai hal ini, barulah aksi ini bisa mencapai hasil.
Bab 3 Selembar Peta Setelah mendengarkan penjelasan petapa fakir, di dunia ini barang kali juga sudah tidak bisa
dipungkiri ketelitian rencana ini dan nilai dari aksi ini.
Lang Ge Si juga tidak bisa menyangkal hal ini. Tapi dia hanya bertanya. "Bagaimana aku?" dia
bertanya kepada petapa fakir. "Apa peranku dalam aksi kali ini" Mengapa kau mencariku?"
"Bukan aku mau mencarimu," petapa fakir tersenyum. "Jika aku tidak salah mengingat,
sepertinya kau yang mencariku."
Dia tertawa dengan sangat ramahnya. "Akan tetapi aku tidak bisa tidak mengakui, aku sedikit
banyak juga tertarik kepadamu."
Sorot mata Lang Ge Si bergeser dari kakinya yang telanjang ke arah mata dingin petapa fakir


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. "Tertarik apanya?" tanyanya. "Tempat yang kau tertarik, sudah tentu, bukan aku, orangnya."
"Sekali ini kau salah," kata petapa fakir. "Lang Lai Ge Ge. jika di dunia ini ada seseorang tidak
tertarik terhadap dirimu, maka barang kali dia bukan lagi manusia."
"Apakah kau bukan manusia?"
"Aku manusia," kata petapa fakir. "Paling tidak untuk sebagian besar waktu aku bisa termasuk
seorang manusia."
Dia mendadak menambahkan: "Akan tetapi aku sedikit berbeda dengan orang lain saja."
"Apanya yang berbeda?"
"Jika orang lain melihatmu, apa lagi melihatmu dalam kesempatan seperti sekarang ini, perkara
pertama apa yang mereka pikirkan?"
Lang Lai Ge Ge tanpa berpikir lagi segera menjawab: "Ranjang."
Petapa fakir tertawa lagi. "Lang Lai Ge Ge, sekali ini barang kali kau kembali salah," katanya.
"Sebagian besar laki-laki yang melihatmu, perkara pertama yang dipikir belum tentu pasti
ranjang." Dia malahan masih menjelaskan: "Karena jenis perkara ini belum tentu harus dilakukan di
ranjang." Sikap dia bicara biarpun ramah dan sopan, namun kalimatnya penuh mata belati tajam,
mujurnya hal ini tidak banyak pengaruhnya bagi Lang Lai Ge Ge.
Karena dia seolah-olah sama sekali tidak mendengar kalimat ini, dia hanya bertanya: "Apakah
kau juga mengatakan bahwa kau tidak sama dengan laki-laki lain?"
"Betul."
"Dalam hal apa kau tidak sama?"
"Ketika aku melihatmu, bukan saja tidak memikirkan ranjang, juga tidak memikirkan segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan ranjang."
"Kau memikirkan apaku?" tanya Lang Ge Si.
Petapa fakir tidak langsung menjawab pertanyaan ini, dia cuma berdiri, dia mengambil
selembar peta dari suatu tempat tersembunyi.
Selembar peta yang dipenuhi gambar gunung, sungai, kali, kota, benteng dan pepohonan.
"Waktu aku melihatmu, aku memikirkan sebuah gambar peta ini," kata petapa fakir "Tidak
peduli aku melihat bagianmu yang mana, tak peduli aku melihat kakimu atau pun pinggangmu,
yang aku pikirkan ialah gambar peta ini."
Wajah Lang Ge Si berubah, bahkan seluruh badannya juga berubah.
Dilihat di luarnya, dia tidak berubah, sekujur badannya dari ujung rambut sampai ke ujung jari
kaki tidak mengalami perubahan.
Akan tetapi dia sudah berubah.
Seluruh tubuhnya, dari kepala sampai kaki semuanya sudah berubah.
Kulitnya yang licin dan lemas, sudah mendadak seperti meledak, meledak menjadi angkasa
langit terbuka yang kosong, di atasnya bertebaran bintang-bintang yang tidak terhitung
banyaknya. Bintang tak terhitung, gemetaran menggigil tak terhitung.
Pada suatu kesempatan tertentu, setiap gemetaran menggigil menjadi semacam rangsangan
yang tidak bisa dilawan.
Gambar ini sebetulnya cuma selembar gambar peta saja.
Mengapa selembar peta bisa membuat Lang Ge Si berubah begitu banyak, bahkan sebegitu
dahsyat" "Kau semestinya sudah kenal peta ini," kata petapa fakir kepadanya. "Lang Lai Ge Ge, kukira
kau tentu tahu peta ini, tapi aku juga berani menjamin, kau pasti tidak bisa membayangkan
bagaimana peta ini bisa berada di tanganku."
Lang Ge Si tidak menjawab, karena dia sudah tidak punya kata-kata untuk diucapkan.
Sudah tentu dia kenal peta ini, ini adalah peta wilayah penempatan pusaka kerajaan Persia
yang tersimpan dan ditanam di bumi Tiongkok.
Kerajaan Persia merupakan salah satu kerajaan tertua di dunia, bahkan salah satu dari
beberapa kerajaan terkaya di dunia.
Sebelum jaman Dinasti Han dan Dinasti Tang, sudah diketahui adanya saudagar dari Persia
yang datang berniaga ke Tiongkok. Keluarga istana kerajaan juga sudah lama mengagumi
kemewahan dan kemegahan Tiongkok, ditambah dengan pengalihan kekuasaan keluarga
kerajaan, maka tidak sedikit yang menitipkan harta kekayaan kepada para saudagar itu untuk
diangkut ke Zhong Yuan, disembunyikan pada suatu tempat yang sangat dirahasiakan!
Sudah tentu jumlah harta kekayaan ini sangat besar sekali. Dan pemilik harta kekayaannya
tidak bisa menikmati harta ini.
Seseorang yang memiliki harta kekayaan dan perlu menyembunyikan dengan rahasia, biasanya
umurnya tidak panjang. Bahkan sering kali mati secara misterius. Dan or?ang yang
menyembunyikan harta kekayaan ini, sudah barang tentu mati lebih dahulu.
Jika orang-orang ini tidak mampu membuat orang-orang yang menyembunyikan harta
kekayaan itu bisa mati lebih cepat, maka bagaimana mungkin menyerahkan harta kekayaan itu ke
dalam tangan mereka"
Meskipun mereka orangnya sudah mati, dan harta kekayaannya ikut lenyap, kematian dan
harta kekayaan mereka sudah sejak semula menjadi simpul mati yang tidak teruraikan.
Jika ada seseorang bisa menguraikan simpul ini, dengan sendirinya dia bakal menjadi orang
paling kuat yang menguasai harta kekayaan tidak terkirakan di seluruh dunia.
Orang sejenis ini jumlahnya pasti sangat sedikit, akan tetapi cepat atau lambat pasti akan
muncul. Orang sejenis ini, bukan saja harus luar biasa cerdas, luar biasa teliti dan cermat, bahkan dia
harus punya peruntungan nasib mujur yang luar biasa.
Kaisar Akbar kerajaan Persia generasi kali ini merupakan orang seperti ini.
Sejak kecil dia sudah menemukan satu hal, sejak pertama dia dilahirkan, dia sudah memiliki
segalanya. Karena itu takdir kehidupannya, juga sudah ditetapkan.
Seseorang yang sudah memiliki segala sesuatu, apakah masih mempunyai kegembiraan hidup
lagi" Di dunia ini apakah masih ada suatu hal yang bernilai dan perlu diperebutkan"
Maka, lalu dia hidup untuk apa" Apakah sekedar hanya untuk 'hidup' saja"
Maka, apa bedanya orang ini dengan seorang pengemis yang sekedar bertahan melanjutkan
hidup, yang empas empis hidup tidak mati pun enggan"
Seseorang baru berarti hidupnya, jika ada suatu target tujuan yang harus dikejar dan direbut
dalam perjalanan hidupnya.
Kaisar Akbar ini sejak sangat kecil sudah mengerti masalah ini, karena itu sejak usia dini dia
juga sudah menetapkan akan mengerjakan suatu pekerjaan yang dianggap orang lain mustahil
bisa dikerjakan.
Pekerjaan pertama yang mau dikerjakannya, dia ingin menggali dan menemukan seluruh harta
kekayaan milik kerajaan Persia yang pernah lenyap.
Dia sudah melakukan pekerjaan ini.
Peta ini adalah hasil kerjanya.
Dia pernah meneliti semua bahan dan data yang ada, dan meneliti setiap jumlah harta
kekayaan kerajaan yang mengalir ke luar sampai sangat jelas.
Siapa sesungguhnya orang yang menguasai harta kekayaan yang berjumlah besar itu" Sejak
kapan catatan mulai hilang" Dalam batas waktu ini, siapa saja yang mungkin membawa harta
kekayaan ini ke luar wilayah negara" Orang ini pergi ke mana saja" Pernah sampai di mana saja"
Di antara orang-orang ini, siapa yang masih berhubungan dengan pemegang harta kekayaan
itu" Sudah tentu pekerjaan ini sangat sulit, akan tetapi bagi seseorang yang sudah punya ketetapan
hati juga sudah punya peruntungan takdir, yang cerdas dan teliti, maka tidak ada sesuatu di
kolong langit ini yang tidak mungkin dikerjakan.
Gambar peta ini adalah satu bukti.
Setiap lokasi peta yang diberi tanda [X], menunjukkan lokasi penimbunan dan penyimpanan
harta benda yang jumlahnya tidak terkirakan besarnya.
Oleh karena itu, gambar peta ini sudah merupakan pusaka harta kekayaan yang tidak ternilai
besarnya. Kaisar Akbar menyerahkan gambar peta ini kepada Lang Ge Si.
Dia tahu, pekerjaannya sangat berat dan sulit, pekerjaan yang sulit, harus ada tenaga
pendukung di belakangnya.
Di dunia ini masihkah ada tenaga pendukung yang lebih kuat daripada uang dan harta
kekayaan" Sudah tentu Lang Ge Si juga tahu masalah ini, sudah tentu juga tahu berapa besar nilai gambar
peta ini. Setelah melihat peta ini, segera dimusnahkannya.
Karena dia sudah mengingatnya dalam hati, hanya rahasia yang tersimpan dalam hati, yang
tidak bisa dicuri atau pun dirampas orang lain.
Sama seperti suatu kenangan yang amat disayang dalam hati seseorang, hanya bisa disimpan
dengan cara ini, baru bisa menjadi miliknya selamanya.
Dia pun selamanya tidak bisa membayangkan bagaimana gambar peta ini malahan muncul
sekarang, dan gambar peta ini justru berada di tangan petapa fakir ini.
"Aku tahu kau sangat terkejut melihat gambar peta yang berada di tanganku ini. Karena di
dunia, ini sebetulnya sudah tidak mungkin ada gambar peta ini," kata petapa fakir.
"Kaisar Akbar sudah menyerahkan peta ini ke dalam tanganmu, karena dia sudah hafal dalam
hati," kata petapa fakir lagi. "Kau pun sudah memusnahkannya, karena kau sudah
menghafalkannya dalam hati juga."
Lang Ge Si tidak tahan tidak bertanya: "Bagaimana sekarang di tanganmu masih bisa ada peta
ini?" "Karena aku bisa mencuri."
Petapa fakir tersenyum "Aku juga sama seperti kaisar Akbar kalian, bisa memakai suatu cara
istimewa mencuri barang, sesuatu yang sudah lama terpendam di hati orang lain," katanya.
"Sudah tentu cara ini tidaklah mudah."
Sudah tentu cara ini tidak mudah.
Sejak saat Lang Ge Si meninggalkan Persia, petapa fakir ini sudah memperhatikannya.
Segala sesuatu, dari makan dan minum, bangun dan tidurnya, kehidupan sehari-harinya, semua
tingkah lakunya, setiap pihak dan orang yang melakukan kontak dan komunikasi, dan juga
respons dan reaksinya.
"Apakah kau tahu berapa banyak orang yang kukerahkan untuk mengamatimu?" tanya petapa
fakir kepada Lang Ge Si.
Sudah barang tentu dia tidak tahu.
Dia menjawab sendiri. "Kau tidak pernah memikirkan," kata petapa fakir. "Untuk mengamati
tingkah laku dan pemikiranmu, total aku telah mengerahkan 6.360 orang dan semuanya petugas
kelas satu."
Lang Ge Si kali ini tidak sampai terkejut.
Untuk mengamati tingkah lakunya memang tidak sulit, namun untuk menyelidiki pemikirannya
sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah.
Orang yang berhasil ditangkap, untuk memutuskan jenis perkara ini, juga akan memberikan
kesimpulan yang mungkin sangat berbeda.
Karena itu untuk mengetahui keadaan kejiwaan seseorang, tenaga menusia yang bisa
dimobilisasi, juga mungkin harus lebih besar daripada satu kesatuan pasukan setingkat resimen.
Karena im memang salah satu misteri manusia paling besar.
Hendak mencuri selembar gambar peta dari dalam hati seseorang, sudah tentu juga lebih
banyak kesulitannya dari pada satu lemari arsip gambar peta.
Sekali pun petapa fakir masih tetap saja berlagak sangat serius, tapi tawanya juga sangat
gembira. "Dalam hal ini, kukira apa yang dianggap dunia sebagai guru maling Chu Liu Juang, belum
tentu bisa lebih tinggi dari padaku."
"Itu sesuatu yang sudah pasti," kata Lang Ge Si dengan dingin. "Sebab di seluruh dunia orang
juga tahu, Xiang Shi senantiasa tidak pernah mencuri rahasia dari dalam hati or?ang."
Setiap orang tahu, Chu Liu Xiang adalah seorang yang pal?ing menghormati hak kerahasiaan
pribadi orang lain.
"Jika dia mau mencuri," kata Lang Ge Si. "Paling banyak dia juga cuma mencuri perasaan hati
orang lain."
"Betul," petapa fakir mengakui.
"Aku juga orang Jiang Hu, dan aku pernah menekuni sejarah Jiang Hu dari dulu sampai
sekarang, bahkan para pendekar terkenal jauh dalam ratusan tahun silam, juga tidak
terkecualikan," katanya. "Akan tetapi aku juga mengakui, dalam hal ini, Chu Xiang Shi tidak ada
yang bisa menandinginya."
Chu Liu Xiang selamanya tidak membunuh orang, dia selalu beranggapan.......
Dalam keadaan bagaimana pun juga, tidak peduli dia melakukan kesalahan seberapa pun
besarnya, selalu harus menerima hukuman dan undang-undang hukum yang berlaku, baru bisa
ditetapkan kesalahannya.
Setelah kesalahannya ditetapkan, baru bisa diputuskan hukuman baginya.
Pada jaman Chu Liu Xiang itu, pemikiran semacam ini barang kali tidak dibenarkan oleh
sebagian besar orang, akan tetapi sekarang, pemikiran semacam ini sudah menjadi standar norma
semua negara hukum yang beradab.
"Kalau saja kau juga beranggapan Chu Liu Xiang adalah seorang yang luar biasa, mengapa kau
menghendaki kematiannya?" tanya Lang Ge Si.
Petapa fakir menolak memberikan jawaban atas pertanyaan ini, akan tetapi matanya sudah
mewakili jawabannya.
Dalam waktu sekejap saja, matanya mendadak memancarkan kebencian mendarah daging dan
rasa dendam kesumat.
Lang Ge Si menghela nafas dalam hati, berlanjut dengan pertanyaan kedua.
"Bagaimana kau tahu kaisar Akbar sudah menyerahkan gambar peta ini kepadaku?"
Sekali pun petapa fakir itu sudah menjawab pertanyaannya, tapi sama saja dengan tidak
menjawab. "Setiap orang punya caranya sendiri dalam bekerja, dan cara ini biasanya tidak untuk
diberitahukan kepada orang lain," kata petapa fakir. "Tidak terkecuali diriku."
Katanya: "Tidak peduli cara apa yang kupergunakan, sebelum kau keluar dari batas negeri
Persia, aku juga sudah sangat memahami masalahmu."
"Maka sejak awal kau sudah terus menguntitku."
Petapa fakir menggelengkan kepala. "Bukan aku yang terus menguntitmu, tapi justru kau yang
menguntitku terus."
"Ooohhh?"
"Aku sudah tentu terlebih dahulu harus memberitahumu agar tahu, aku sekarang sedang
melaksanakan rencana ini, bisa disatupadukan dengan pekerjaanmu."
"Karena kau percaya begitu aku tiba di sini, pasti bisa mencarimu, dan tidak sayang serta tidak
peduli dengan memakai cara apa pun."
"Betul," kata petapa fakir. "Aku sangat yakin kau akan melakukan demikian."
"Karena kau tidak sayang untuk melakukan segala apapun juga harus mendapatkan gambar
petaku ini."
"Betul," kata petapa fakir. "Aku bukan saja mau mempergunakan harta kekayaanmu untuk
membantuku menyelesaikan rencanaku ini, aku juga masih mau mempergunakanmu sebagai
pribadi, untuk bisa menyingkirkan laba-laba itu dan setan kecil pemotong kepala itu."
Dia menerangkan, "Jika aku turun tangan sendiri, orang bisa menganggapku sedikit
keterlaluan."
Mereka memang adalah teman persekongkolan gelapnya, jika dia turun tangan sendiri
membunuh mereka, bukan saja tidak bijak, bahkan tidak beruntung.
"Dalam rencana kali ini, setiap aspek sudah kuperhitungkan dengan cermat," kata petapa fakir.
"Hanya satu hal di luar dugaanku."
"Masalah apa?"
Petapa fakir menatap tajam kepada Lang Lai Ge Ge yang berkaki panjang dan berpinggang
ramping. "Mengapa kau tidak membunuh si setan kecil itu?" tanyanya. "Tadi kau punya
kesempatan yang sangat baik sekali, mengapa kau tidak membunuhnya?"
Pada waktu sekejap tadi, memang benar dia setiap saat bisa memotong kepala si setan kecil
pemotong kepala itu di bawah sepasang kaki panjangnya.
"Tadi memang aku bisa membunuh si setan kecil itu," kata Lang Ge Si. "Aku sebetulnya juga
ingin membunuhnya."
"Tapi mengapa tidak membunuhnya?"
"Karena aku mendadak tidak mampu turun tangan."
"Mengapa?"
"Hanya sejenak itu, aku mendadak punya suatu perasaan yang sangat aneh," kata Lang Ge Si.
Tepat pada waktu dia mengatakan kalimatnya, badannya dan wajahnya juga memancarkan
mimik dan sikap yang luar biasa aneh, sepertinya seorang gadis remaja di dalam tengah musim
panas yang hangat, mendadak menyentuh tangan seorang laki-laki, tangan seorang laki-laki yang
dia sukai. "Aku mendadak merasa sangat terangsang," kata Lang Ge Si.
Suaranya juga berubah, sepertinya sudah menjadi semacam igauan mimpi malam musim semi.
Dia kemudian melanjutkan semacam suara itu dengan mangatakan:
"Waktu si setan kecil itu memanjat ke atas badanku, aku mendadak merasa sekujur badanku
dari atas sampai ke bawah sepertinya disumpalkan ke dalam sebuah tabung berbulu."
Lang Ge Si mengatakan pelan-pelan: "Kala seseorang merasakan adanya sensasi serupa itu,
bagaimana bisa bertindak membunuh orang?"
Pertama kali mata petapa fakir itu menunjukkan mimik terkejut.
"Kau bilang ketika mendapatkan perasaan sensasi semacam itu, justru waktu si setan kecil itu
memanjat ke atas badanmu?"
"Betul."
"Setan kecil itu bisa membuatmu mendapatkan perasaan sensasi semacam itu?"
"Hanya dia yang bisa memberikanku perasaan sensasi semacam itu," kata Lang Ge Si. "Mulai
dari pertama kali aku punya nafsu, hanya dia seorang yang bisa memberikanku perasaan sensasi
semacam ini."
Petapa fakir tercengang.
Dia sejak awal sudah tahu Lang Lai Ge Ge ini pasti bisa mengatakan hal sebenarnya, sebab dia
sudah 'mendorong' dia ke dalam suatu limit untuk tidak bisa tidak mengatakan kebenaran
sesungguhnya. Akan tetapi dia tidak mengira kata-kata yang diucapkannya bisa membuat dia begitu terkejut.
Seorang perempuan cantik jelita yang sedemikian besar tinggi, memandang laki-laki seantero
dunia sebagai kotoran anjing, seorang yang hanya bisa melampiaskan nafsu mencintai diri sendiri
dengan menghadap cermin, bagaimana bisa terbangkitkan nafsu birahinya oleh seorang kerdil


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berwajah sangat jelek"
Betapa ini menjadi hal yang sulit diperkirakan" Siapa pula yang bisa memberikan penjelasan"
Lang Ge Si bisa menjelaskan, karena dia punya penjelasannya sendin.
"Aku percaya, paling tidak ada sesuatu yang kau pasti bisa mengerti," Lang Ge Si mengatakan
kepada petapa fakir. "Si setan pemotong kepala ini sama sekali tidak sama dengan lelaki lain."
"Aku mengakui hal ini," kata petapa fakir. "Si setan kecil ini tampaknya sama sekali tidak mirip
seorang manusia, sudah tentu berbeda dengan laki-laki lain."
Lang Ge Si memanggutkan kepala sepintas. "Di dunia ini memang sangat banyak laki-laki yang
bukan manusia, dan bukan hanya dia seorang."
Petapa fakir juga tidak bisa tidak mengakui hal ini, sebagaimana Lang Ge Si juga tidak bisa
tidak mengakui di dunia ini sangat banyak perempuan yang bukan manusia.
"Akan tetapi si setan kecil ini tetap tidak sama," kata petapa fakir. "Dia mirip dengan seekor
ular, seekor tikus, seekor kacoa, seekor cicak, seekor laba-laba, perempuan yang melihatnya dan
tidak berteriak-teriak dengan suara melengking, barang kali sangat sedikit."
"Justru karena itulah, maka menjadi perangsang," kata Lang Ge Si. "Justru karena dia begitu
buruknya, begitu menjijikkan, begitu membuat orang mau muntah, maka waktu dia memeluk
diriku, aku betul-betul merasa sangat terangsang."
Dia bertanya kepada petapa fakir: "Coba kau pikirkan, jika si setan pemotong kepala ini betulbetul
adalah anak laki-laki yang cakap dan tampan, mana akan ada lagi nikmat bermata
dengannya?"
Petapa fakir kembali tercengang.
Seorang perempuan dewasa, dipeluk seorang anak laki-laki kecil yang normal wajar, memang
betul tidak menimbulkan rangsangan apapun.
Hal ini siapa pun mustahil tidak mengakuinya.
"Tidak wajar" sendiri memang juga merangsang, sebenarnya juga titik kelemahan kodrati
manusia. Bagi seorang perempuan yang pada dasarnya juga sudah tidak wajar, rangsangan semacam ini
sudah barang tentu semakin sulit dilawan.
"Karena itu aku tidak tahan si setan kecil itu," kata Lang Ge Si.
Ketika si setan kecil itu memeluk dirinya, apa perasaan yang timbul dalam hatinya" Badan
dagingnya punya perasaan apa pula, kata-kata semacam ini sesungguhnya sudah siap untuk
dilanjutkan. Akan tetapi dia tidak melanjutkannya.
Karena dia mendadak mencium semacam bau yang dia sangat yakin pada kesempatan waktu
ini dan di tempat ini sama sekali tidak mungkin mencium bau wangi ini.
Dia mencium bau wangi semacam bunga anggrek.
Sekarang masih musim gugur, masih jauh dari waktu bunga anggrek mekar. Dalam ruangan
kamar batu yang menyeramkan ini, bagaimana mungkin tercium bau bunga anggrek"
Dia bahkan tidak percaya kepada penciuman hidungnya sendiri.
Akan tetapi dia yakin dirinya sepenuhnya sehat, bukan saja pertumbuhan badannya baik,
bahkan sejak kecil sudah mengalami pelatihan yang sangat keras.
Dia sepenuhnya yakin, sekujur badannya dari atas sampai ke bawah, setiap organ badannya
adalah sepenuhnya sehat, belum pernah mengalami sesuatu kesalahan.
Hal "tidak mungkin" semacam ini, seharusnya tidak mungkin terjadi pada dirinya. Akan tetapi
sekarang justru telah terjadi.
Karena itu dia sangat waspada.
Mungkin karena dia sepenuhnya sangat sehat dan responsnya sangat istimewa peka, maka
baru bisa menimbulkan kegemparan istimewa juga.
Hal ini sangat penting.
Setiap orang yang wajar dan sehat, mendadak mengalami sesuatu kejadian yang menurut
dirinya sama sekali tidak mungkin terjadi, akan selalu demikian. Su Su juga demikian.
Karena itu, setelah dia menjerat mati Liu Ming Qiu, dia baru bisa mendadak jatuh pingsan,
karena dia mendadak melihat seseorang yang sebelumnya tidak pernah dikira akan dijumpai pada
waktu itu. Siapa orang itu"
Waktu itu terjadinya kapan" Pada waktu itu, rembulan tepat berada di kulminasi tengah langit
di atas. Pada waktu itu, bulan sedang bulat, pada waktu itu, wangi bunga anggrek mendadak
seperti kabut tebal subuh menyebar ke mana-mana.
Tidak mungkin, ini tidak mungkin. Ketika bulan purnama di tengah malam berada di tengah
langit di tengah bulan kedelapan, bagaimana bisa terjadi ada bunga anggrek mekar"
Mendadak Lang Ge Si merasa dirinya pusing, keseluruhan dirinya sedang berpusing-pusing
tanpa hentinya, sepertinya mendadak dituangkan ke dalam sebuah tabung pemutar.
Sebab dia betul-betul melihat ada sekuntum bunga sedang mekar.
Dia betul melihatnya. Dia betul melihat sekuntum bunga anggrek sedang mekar di wajah
petapa fakir ini.
Seraut wajah yang pucat, begitu putih dan pucatnya. Selain putih, dia tidak melihat warna lain.
Bagaimana wajah ini bisa muncul" Kapan dia mulai muncul" Bagaimana bisa mendadak muncul
dari tengah berlapis-lapis bayang-bayang misterius"
Bagaimana tumbuh wajah ini sesungguhnya" Dengan hidung bagaimana" Alisnya bagaimana"
Mulut bagaimana" Wajah bagaimana"
Lang Ge Si tidak melihatnya.
Dia tidak melihat, bukan karena wajah ini hanya selembar wajah yang putih, putih
menyeramkan yang mencolok pandangan mata.
Dia tidak melihat, karena dia hanya melihat sekuntum bunga anggrek.
Sekuntum bunga anggrek yang segar, yang merah dan sangat merah, mendadak seperti bunga
darah mekar di atas wajah yang pucat itu.
Saat ini betul-betul tengah malam.
Saat ini sedang ada sebentuk bulan bulat tergantung tinggi di langit. Tergantung tinggi di
angkasa di tengah kegelapan malam di tengah musim gugur.
Tengah malam ini, malahan ada bunga anggrek. Anggrek Tengah Malam.
Mengapa bunga anggrek ada yang berwarna merah"
Bunga anggrek punya banyak sekali warna, aneka macam dan rupa bentuknya, bahkan ada
yang hitam seperti hitam hijau seperti jamrud, akan tetapi warna anggrek semacam ini, anggrek
merah seperti darah, bahkan lebih merah dan pada darah.
Bahkan merahnya seperti lidah nyala api neraka.
Bagaimana anggrek semacam ini bisa muncul di kalangan manusia, bagaimana muncul di atas
wajah seorang manusia.
Seraut wajah yang pucat, mendadak disirami warna merah, pada sebidang tanah bersalju,
mendadak mencuat lidah nyala api.
Hamparan bumi mendadak jadi sunyi sepi, segala bahasa semua berakhir. Lang Ge Si
tenggelam ke dalam suatu keraguan dan kegentaran yang tidak bisa dijelaskan.
Setiap hal, setiap ikhwal di bawah kolong langit ini, mustahil jadi keabadian yang kekal, akan
tetapi setiap perubahan hal ikhwal tentu masih membutuhkan tenaga dari luar, menerima
pengaruh lingkungan, dan dalam kesempatan ini, pada detik ini, ada siapa lagi yang bisa
menyebutkan sebab musabab perubahan drastis (mutasi) ini" Siapa" Hal apa" Sebab apa, yang
menyebabkan dia mendapatkan perubahan ini"
BAGIAN KEEMPAT SU SU ....Mendadak dia menemukan di hadapannya muncul satu orang, seseorang yang dia dulu
belum pernah membayangkan bisa muncul dalam kehidupannya orang ini sedang memperhatikan
dia dengan sorot matanya yang aneh.....
Bab 1 Pesta Su Su jatuh pingsan.
Dia seorang perempuan yang luar biasa tegar, sepanjang hidupnya jarang mengalami waktu dia
betul-betul jatuh pingsan.
Akan tetapi begitu melihat orang ini, dia jatuh pingsan. Ketika dia sadar, dia juga menyaksikan
satu perkara aneh. Dia melihat sebuah pesta.
Pesta tidaklah aneh, di atas dunia ini, pesta tiap hari juga ada, aneka macam orang, aneka
macam pesta, ada pesta membuat orang gembira, ada pesta membuat orang kesal tidak senang.
Pesta bukan sesuatu perkara yang aneh, akan tetapi pesta sekali ini, justru merupakan suatu
pesta yang aneh.
Pesta yang ini, tuan rumah maupun tamunya hanya empat orang, akan tetapi yang melayani ke
empat orang tadi, dari pengikut, pengirim, pelayan, pembantu, juru masak bahkan mencapai
paling sedikit empat ratus orang.
Ini pun bukan sesuatu yang luar biasa aneh, hal semacam ini sangat biasa terjadi, di rumahrumah
para pejabat bangsawan, orang kaya raya, pejabat tinggi dan pedagang garam.
Yang aneh ialah, pesta ini diselenggarakan di atas sebuah tebing gunung.
Sebuah tebing yang mirip seperti segumpal awan melayang ke atas, di puncak sebuah gunung
Selembar hamparan batu datar, yang batunya mirip kualitas batu yade (giok), entah berapa chi
lebarnya. Su Su sudah tahu dia tidak akan bisa melihat lagi, tidak bakal bisa melihat lagi tebing ini.
Dulu dia belum pernah melihatnya, kelak dia juga pasti tidak bakal melihatnya lagi. Karena ini
hanya sebuah kejadian langka.
Sehamparan tebing datar yang putih seperti yade putih memang sebuah kejadian unik dan
langka, pesta ini juga sesuatu yang unik dan langka.
Karena orang ini berada di dalam pesta ini, di atas tebing gunung ini.
Karena orang ini adalah orang yang paling ingin ditemuinya.
Orang ini mengenakan pakaian panjang warna biru, sangat biru, potongannya sangat
sederhana. Orang ini sangat kurus, wajahnya seperti warna busa ketika air laut menggulung terbalik. Juga
mirip dengan warna awan melayang di langit biru dalam awal musim panas.
Siapa pun tidak ada yang tahu warna itu warna apa, siapa pun tidak bisa menerangkannya.
Ekspresi muka, budi pekerti dan sikap kelakuan orang ini juga tidak bisa dilukiskan.
Orang yang begitu perlente, begitu perlente menonjol anggun, duduk di atas sebuah gunung.
Dia duduk di tempat itu menemani tamu.
Seorang lagi pendamping tamu adalah orang bertangan sebelah, sekali pun tinggal sebelah
tangan, akan tetapi wajahnya bercahaya, semangatnya berkobar, kelihatannya seperti orang yang
baru naik jabatan setelah lulus ujian negara, dari Zhuang Yuan menjadi Qu Ren.
Tidak peduli siapa pun asalkan pernah melihat wajahnya, segera bisa mengenalinya sebagai
seorang yang sangat berhasil dalam usaha, perkawinan, perasaan, ekonomi, persahabatan,
kehidupan, segala bidang dia berhasil. Berhasil memberikan kegembiraan.
Orang yang ini, tidak peduli dilihat dari segi apa pun, akan terlihat dia sangat berhasil dan
sangat gembira.
Hanya satu hal yang sangat mengherankan.
Orang yang sedemikian berhasil dan sedemikian bergembira, namun tidak ada orang yang
berani menatap wajahnya, karena di antara kedua alisnya, selalu sepertinya membawa semacam
hawa membunuh yang dingin dari telapak kaki sampai dengan hatinya.
Semacam suasana yang membuat kau sendiri tidak bisa tidak percaya, asalkan dia turun tangan
membunuhmu, maka kau pasti akan mati.
Orang semacam ini memang sangat jarang ada, namun tidak boleh ceroboh menyenggolnya,
tidak peduli siapa pun dia, asalkan sudah melihat sekali wajahnya, segera akan mengerti hal ini.
Su Su adalah seorang perempuan yang nyalinya luar biasa besar, hatinya juga cukup kejam,
akan tetapi waktu dia melihat orang ini, hanya memberitahu dirinya sendiri satu kalimat.
Jangan menyentuhnya.......
Su Su belum pernah melihatnya juga tidak mengenalnya, akan tetapi dia tahu, jika
menyenggolnya, maka kesempatan hidupnya akan menjadi tidak banyak lagi.
Siapa orang ini"
Tamu utamanya seorang nenek tua.
Aku berani bertaruh, siapa pun tidak bisa memikirkan bagaimana seorang nenek tua renta bisa
pada kesempatan demikian duduk di tempat ini, minum arak bersama tiga or?ang.
Dia bukan saja minum arak, malahan minumnya sangat banyak, bahkan lebih banyak
dibandingkan dengan anak muda yang suka berebut jadi jagoan.
Dia minum arak seperti minum air segar saja.
Semua orang mengatakan, bisa makan itu peruntungan baik, nenek tua ini mungkin seorang
nenek yang paling mujur didunia.
Nenek lainnya, katakanlah bisa hidup sampai seumur dia ini, juga tidak bisa makan dan minum
seperti dia, katakanlah dia mampu makan dan minum seperti dia, juga tidak bakal semewah dari
semegah semacam ini, katakanlah semewah dan semegah ini, juga tidak bakal banyak mempunyai
anak dan cucu, katakanlah dia punya anak dan cucu sedemikian banyak, juga tidak bakal seperti
dia, semua anak cucunya sangat berprestasi di masyarakat.
Katakanlah memiliki semua yang dia punyai, juga mustahil ada seorang nenek tua renta, bisa
seperti dia, punya nama dan pengaruh sedemikian besar.
Nenek tua ini mempunyai sepuluh orang anak, sembilan puteri, delapan menantu laki-laki, tiga
puluh sembilan orang cucu laki-laki dan cucu perempuan, ditambah lagi enam puluh delapan
buyut laki-laki dan buyut perempuan.
Di antara anak dan menantunya, ada seorang yang berasal dari dinas tentara, pernah
bertempur ratusan kali, sudah menjadi seorang perwira yang paling besar dan banyak jasanya,
jenderal paling berwibawa (Wei Wu Jiang Jun).
Akan tetapi jenderal ini sama sekali bukan yang paling dihormati di kalangan anak menantunya.
Di depan mata keluarga ini, seorang jenderal sama sekali bukan apa-apa.
Dia punya sembilan anak perempuan, hanya delapan yang bersuami, ini juga bukan karena
yang seorang tidak bisa menikah.
Orang dunia Jiang Hu juga tahu, kesembilan puteri nenek tua ini, semuanya cantik jelita seperti
bidadari, dan masing-masing memiliki mas kawin yang sangat besar, lelaki yang melamar mereka,
bisa berbaris mengantre dari Beijing, terus sampai Nanjing.
Dia punya seorang puteri yang belum menikah, karena dia ini sudah mencukur rambut menjadi
seorang bhiksuni, sudah mewarisi perguruan 'E Mei" (Go Bi), sudah menjadi salah satu dari tujuh
orang zhang men yang paling besar pengaruh dan kuasanya di jaman ini.
Bahkan menjadi perempuan paling berkuasa dari dunia Jiang Hu.
Bagaimanapun masyarakat ini adalah masyarakat patriarkal- patrimonial, jika seorang
perempuan mampu menjadi pemangku jabatan nomor satu di masyarakat kaum lelaki, sudah
bukan perkara mudah.
Sekali pun berada pada urutan ketujuh, sudah bukan hal yang sangat mudah.
Cucu paling bungsu (terkecil) dari nenek tua renta ini malahan adalah Jin Ling Zhi.
Jin Ling Zhi adalah sahabat karib Chu Liu Xiang dan Hu Tie Hua, dia mengenal mereka
bersamaan. Mereka sedang mandi di sebuah pemandian yang khusus untuk laki-laki, dia menerobos masuk
ke dalam. Pemandian semacam ini sudah amat kuno, merupakan tempat terlarang bagi lelaki yang sudah
sangat kuno, beratus tahun lamanya, jarang sekali ada perempuan berani menerobos masuk ke
dalam, Bahkan kita boleh bilang, mutlak tidak ada perempuan berani menerobos masuk ke
dalamnya. Bahkan aku bisa mengatakan juga, terkecuali para perempuan yang perempuan tapi bukan
perempuan, sama sekali tidak ada perempuan yang berani menerobos masuk ke dalamnya.
Yang berani menerobos masuk ke dalam tempat terlarang bagi laki-laki ini, sudah tentu harus
memiliki sedikit keberanian.
Berbicara adanya seorang perempuan yang bisa mengenal dua orang laki-laki, maka hal ini
sudah barang tentu merupakan suatu awal permulaan bagi keanehan yang amat menimbulkan
rangsangan sensasi.
Akan tetapi pengalaman yang bersama-sama mereka tempuh di kemudian hari, sesudah
mereka berkenalan, justru jauh lebih unik dan merangsang lagi.
Mereka pemah berbaring di dalam peti mati, terapung-apung di samudera raya, juga pernah
menunggu kematian di neraka yang gelap gulita.
Mereka pernah menangkap dengan jala beberapa ekor ikan duyung dari samudera raya-ikan
duyung yang bisa membunuh manusia.
Mereka bahkan pernah berjumpa dengan kelelawar yang sepanjang hidupnya tidak pemah
melihat sinar cahaya.
Mereka pernah bersama-sama menempuh hidup, dan bersama-sama pula mengatasi kesulitan.
Mereka adalah sahabat karib.
Persahabatan antara Hu Tie Hua dan Jin Ling Zhi semakin tidak sama lagi, mungkin karena ini
pula, maka antara Chu Liu Xiang dan Jin Ling Zhi agak jauh sedikit.
Yang paling sial ialah, kemudian Jin Ling Zhi meninggal.
Orang yang sudah mati tidak punya perasaan.
Orang mati sudah mati, segalanya mati, nyawanya, badannya, darah dagingnya, pikirannya,
semuanya sudah mati, bersih, bagaimana masih bisa punya perasaan"
Akan tetapi, masih ada perasaan itu.
Sekali pun orang mati sudah tidak punya perasan terhadap orang hidup, tapi orang hidup masih
punya perasaan terhadap orang mati.
Bukankah ini merupakan suatu tragedi kemanusiaan terbesar juga"
Siapa tuan rumah pesta kali ini"
Seraut wajah yang sangat istimewa, sangat kurus, profilenya sangat menonjol, tulang pipinya
sangat tinggi, sehingga kelihatannya di wajahnya ada dua buah lubang, sebagian wajah yang
tenggelam di bawah bayangan tulang pipi, kelihatannya seperti sebuah lubang.
Sebuah mulut yang sangat lebar, waktu tidak tertawa, seolah sangat tegar, bahkan bengis,
waktu tertawa kelihatannya seperti belah ketupat (wajik), bahkan seperti Yuan Bao (bongkahan
emas atau perak).
Sepasang mata yang sangat besar, sorot matanya bening tapi tajam, akan tetapi seringkah
juga bisa dalam sekejap mata mengekspresikan semacam mimik wajah penuh kasih sayang yang
memikat, seolah-olah angin musim semi yang sejuk, yang baru saja bertiup melewati salju yang
sedang mencair.
Sebuah tulang kerangka yang besar, tangan yang panjang, kaki yang panjang, kepala yang
besar, bahu yang lebar, sangat mirip dengan fosil manusia purba.
Betapa sangat anehnya orang ini.
Su Su pernah melihat laki-laki, melihat laki-laki banyak sekali, akan tetapi laki-laki yang aneh
seperti ini, belum pernah dilihatnya.
Hal yang paling aneh ialah, laki-laki ini bukan saja lebih aneh dibandingkan dengan semua lakilaki
lain, bahkan lebih kaya dibandingkan dengan semua laki-laki yang pernah dia lihat, hal ini dia
mampu memastikannya.
Dalam memberikan pernilaian terhadap lukisan kuno dan barang seni kuno lain, sudah barang


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu lebih sulit lagi, itu perlu menunggu sampai dia mencapai umur tujuh belas tahun.
Berdasarkan perkiraan awal Su Su, seperangkat pakaian yang dikenakannya serta asesoris yang
dipakai pada pakaiannya yang bernilai ialah.......
Biaya yang dikeluarkan 38.000 orang sejak kelahirannya sehingga meninggalnya membutuhkan
biaya, dan biaya hidup bagi 38.000 orang, yang hidup cukup mewah, meliputi makanan daging
ayam, bebek dan ikan, dan yang dipakai ialah satin, brokat dan sutera, serta isteri dan selir yang
manja. Sudah tentu ini sebagai sesuatu yang tidak bisa dipertimbangkan, akan tetapi apakah kau
pernah juga mendengar sebuah cerita, dengan sebutir permata mustika menukar tanah sebuah
negara. Dalam kehidupan memang sudah sangat banyak hal yang tidak bisa diperkirakan nilainya,
bahkan masih banyak hal lagi yang tidak ternilai harganya.
Penentuan harga bagi setiap orang dan suatu benda yang paling penting masih berada di
dalam hatimu. Seorang pelacur yang hina dina, mungkin di hatimu jauh lebih tinggi nilainya
dibandingkan seorang perawan suci.
Akan tetapi pernilaian Su Su terhadap pakaian yang dikenakan orang ini sepenuhnya obyektif,
malahan sangat tepat, bahkan dibandingkan dengan setoran keuntungan sebuah rumah
pegadaian yang paling besar keuntungannya pun masih lebih tepat.
Su Su sejak dulu belum pernah berjumpa dengan seseorang serupa ini, juga belum pernah
memikirkan di dunia ini ada seseorang yang memakai pakaian sedemikian mewah muncul di
hadapannya. Bahkan hatinya sudah mulai tergerak.
Mana ada seorang perempuan, yang melihat pakaian dan intan berlian semewah ini, yang tidak
tergerak hatinya, jika ada tentunya dia seorang perempuan yang bukan perempuan.
"Apa arti bukan perempuan sesungguhnya?"
"Jika dia bukan yang palsu, tentunya yang mati."
Su Su adalah perempuan yang sangat pandai, pengetahuannya sangat banyak dan luas, dan
sangat rajin dalam belajar. Ada kalanya dia belajar dengan susah payah.
Sesungguhnya, dalam sebagian besar waktunya dia belajar dengan sangat berat, bahkan tidak
peduli berapa pengorbanan yang dikeluarkan untuk belajar, bahkan mengorbankan beberapa hal
yang paling disayang oleh seorang perempuan dalam hidupnya.
Tidak ada orang yang tahu, setelah selesai mempelajari apakah dia bahagia atau susah"
Bahkan dia sendiri pun tidak tahu.
Akan tetapi dia tahu bahwa dia sudah berhasil, di dunia Wu Lin yang berhasil membentuk satu
pola gaya dan bisa malang melintang dalam suatu saat, jika ada seratus macam, sekali pun dia
tidak mempelajarinya, paling sedikit juga bisa mengenali jalur dan riwayatnya.
Di dunia Wu Lin jika dijumpai seratus orang yang mencapai puncak prestasi, dia paling tidak,
bisa mengenali sembilan puluh sembilan orang.
Orang berpakaian biru itu dia kenal.
Begitu dia melihatnya, di hatinya akan merasa ada sebatang tombak. Ujung tombaknya ada di
hati. Hatinya seperti api.
Bukan api yang bisa membakar orang, melainkan api yang menghangatkan, api yang hangat,
seperti semacam api yang menyala dalam tungku tanah merah kecil, menjelang turun salju di
malam hari. Seperti ada perasaan akan ada teman-teman baik yang akan datang minum arak baru dari api
tungku kecil menjelang malam dingin.
Seperti suasana hati orang yang kehilangan kekasih pertama, dan kemudian menemukan cinta
kasih yang baru. Seperti sudah akan segera mati" Mau segera mati. Apa rasanya"
Su Su bahkan juga mengenali nenek tua renta itu.
Sebuah pesta meriah sedang berlangsung di tengah simpang siur gelas arak dan piring
mangkuk. Dalam keadaan seperti ini, suasana seperti ini, setiap or?ang akan merasa sangat puas. Su Su
sepertinya juga tertulari suasana hati mereka.
Begitu melihat laki-laki berpakaian biru itu, hati Su Su agak tergetar, bagaimana dengan
melihat nenek tua itu" Bagaimana dengan suasana hatinya"
Siapa yang tidak tahu Wan Fu Wan Shou Yuan dari Jiang Nan" Semua orang Jiang Nan pasti
tahu, pada Min Yuan (taman terkenal) ini ada tiga paling / lebih.
Kembangnya paling banyak.
Bunga dari Jiang Nan, hampir semuanya ditanam di sini, tidak dibagi jenis, tidak kenal musim,
bahkan dalam musim dingin, bunga musim semi juga bisa datang.
Orangnya paling banyak, terutama orang terkenal.
Orang terkenal dari dunia Jiang Hu hampir semua terkumpul di sini, orang yang belum pernah
datang ke Wan Fu Wan Shou Yuan, biarpun ada nama tapi tetap terbatas.
Jika bicara orang terkenal Jiang Hu dari Jiang Nan ada sebanyak seratus orang, maka keluarga
besar ini juga sudah mencapai empat puluh sembilan orang.
Harta kekayaannya paling banyak.
Harta kekayaan marga Jin sudah sulit diperhitungkan.
Harta sawah, harta ladang, harta usaha, harta pertokoan, di antaranya termasuk toko peti mati,
segala kebutuhan seseorang dari lahir sampai dengan mati, selalu mereka sediakan.
Akan tetapi ini masih belum cukup.
Di dalam marga mereka, yang paling patut dipamerkan, ialah sesuatu yang paling tidak
diperlukan tapi paling didambakan...
Mutiara mustika.
Orang di dunia ini, siapa yang tidak suka mutiara mustika"
Mutiara mustika, akik manau, batu yade, fei cui, bi yu, hijau nenek, mata kucing, berlian, siapa
yang tidak menyukai"
Katakanlah di antara laki-laki ada beberapa yang tidak menyukainya, bagaimana dengan
perempuan"
Perempuan yang tidak menyukai mutiara mustika, barangkali lebih sedikit daripada perempuan
yang tidak menyukai laki-laki.
Mutiara mustika milik marga Jin, barangkali bisa membuat sebagian besar gadis menjual dirinya
sendiri. Nenek tua renta ini adalah pemilik generasi terakhir dari Wan Fu Wan Shou Yuan, mungkin juga
seorang tiran perempuan dari generasi terakhir keluarga marga Jin.
Tiran di dunia ini makin hari juga makin sedikit.
Siapa itu orang yang punya dua lobang di wajahnya yang hatinya seperti punya beratus dan
beribu lobang itu"
Su Su berdiri. Berdiri dari dipan empuk yang sangat nikmat dan sangat nikmat sekali.
Gayanya berdiri sangat anggun, karena sejak kecil dia sudah mengalami pelatihan yang sangat
keras, sudah mengerti dengan cara bagaimana seorang perempuan bisa menyenangkan laki-laki.
Seorang perempuan yang tidak tahu cara menyenangkan laki-laki, bagaimanapun tidak
mungkin menjadi seorang perempuan yang berhasil, ada kalanya bahkan tidak bisa dianggap
sebagai seorang perempuan.
Ketika Su Su berdiri, berdiri dengan menggunakan suatu sikap yang sangat anggun, orang lain
nyaris semuanya tidak ada yang memperhatikan dia.
Setiap orang sepertinya punya kesibukan yang harus dikerjakannya, bahkan kalau di dunia ini
ada suatu perkara yang paling tidak main-main sudah terjadi di samping mereka mereka juga
tidak akan melihat, tidak berani melihat.
Sudah tentu ada juga yang tidak merasa patut melihatnya.
Hanya satu orang yang terkecuali.
Waktu Su Su berdiri, orang berpakaian biru itu hampir bersamaan juga berdiri.
Gayanya luar biasa lembut, sikapnya juga luar biasa lembut, akan tetapi di dalam kelembutan
itu, juga terkandung suatu sikap yang luar biasa aneh.
Semacam sikap 'mati'.
Begitu tenang, begitu lembut, begitu sendiri, begitu tawar, akan tetapi di dalam hati nuraninya
sepertinya juga sedang menyala sebuah bara api yang tidak pernah padam.
Siapa dia orang ini, siapa yang punya kharisma semacam ini"
Su Su tahu siapa orang ini, hanya saja dia tidak berani memutuskan, karena itu ketika dia
berjalan mendekat ke arahnya dia juga berjalan ke sana, bertanya dengan suara, yang jika
dipikirkan kembali dia sendiri merasa serba malu dan takut kepadanya. "Apakah kau Chu Liu
Xiang?" Betul. Mutlak dan pasti betul.
Orang ini sudah tentu memang Chu Liu Xiang, selain Chu Liu Xiang, siapa lagi yang masih
punya pesona daya pikat serupa itu"
Semacam pesona daya pikat kematian.
Di dunia ini apakah ada hal lain yang lebih mempesona daya pikatnya dari pada 'kematian'"
Di dunia ini, selain 'kematian*, masih adakah hal lain yang bisa membuat orang bunuh diri"
Kehidupan itu sedemikian bernilai tinggi, betapa sulitnya jika mau menyuruh seseorang bunuh
diri" Jika saja di dalam 'kematian' tidak ada suatu pesona daya pikat, bagaimana bisa menyuruh
orang mati"
Pesona daya pikat kematian, apakah juga semacam lupa?" Betul.
Lupa adalah suatu perkara yang sangat sulit, selain 'mati'. Apakah masih ada perkara lain yang
bisa membuat orang lupa keseluruhannya.
Tidak saja lupa, bahkan tidak ada lagi, segalanya tidak ada lagi. Nyawa tidak ada, yang sudah
mati juga tidak ada lagi, gembira tidak ada, derita sakit juga tidak ada.
Betapa ini merupakan pelepasan yang menyenangkan sekali, betapa mendasarnya.
Chu Liu Xiang. Chu Liu Xiang itu orang yang bagaimana, seseorang memerlukan berapa banyak pergulatan
dan penggodokan pengalaman, masih harus ditambah lagi peruntungan nasib baik, agar bisa
menjadi seorang Chu Liu Xiang.
Ya Tuhan, mendadak Su Su merasa dirinya menjadi lemas.
"Apakah kau betul Chu Liu Xiang itu?" tanya Su Su.
Sesungguhnya dia sudah tentu juga percaya dialah Chu Liu Xiang 'itu', tetapi tetap juga tidak
tahan untuk tidak bertanya, sebab betapa ini menjadi suatu keajaiban yang sulit dipercaya.
Betul-betul bisa menjumpai Chu Liu Xiang dengan mata kepala sendiri, betapa mencengangkan,
betapa membuat segala sesuatunya sebagai tidak terbayangkan.
Orang berbaju biru itu tertawa, lalu dia merabai hidungnya dengan cara yang sangat anggun
dan sangat aneh.
Dia betul suka meraba hidung, dia memang betul.
"Benar, aku memang betul Chu Liu Xiang itu," katanya. "Aku percaya Chu Liu Xiang sepertinya
hanya aku seorang."
Nenek tua itu mendadak juga tertawa.
"Jika orang semacam dia terlalu banyak, maka mainnya jadi tidak mengasyikkan."
Orang berlengan sebelah yang matanya dingin seperti belati tajam itu ikut menyela juga,
"Jika di dunia ini tidak ada orang seperti dia, mainnya juga kurang mengasyikkan."
Orang yang wajahnya ada dua lubang itu, bahkan hanya tertawa saja, bahkan tidak membuka
mulut. Ini sesungguhnya perkara yang sulit bisa dibayangkan, jika kau tahu dia itu siapa, kau baru
tahu betapa mengherankan perkara ini.
Sudah tentu orang berbaju biru ini adalah Chu Liu Xiang yang 'itu', namun bukankah Chu Liu
Xiang sudah mati"
Dalam kabar angin ini, sepertinya Chu Liu Xiang juga bukan manusia jenis ini.
Cerita kabar angin tentang Chu Liu Xiang, sepertinya agak lebih muda, agak lincah, tapi Chu Liu
Xiang yang ini juga seperti terlalu matang, juga sepertinya terlalu berhati-hati.
Su Su kembali tidak tahan untuk tidak bertanya lagi, "Or?ang sedunia sudah tahu Chu Liu
Xiang sudah mati, jika kau ini Chu Liu Xiang, mengapa kau belum mati"
"Sudah tentu aku juga akan mati, bahkan sudah memutuskan segera akan mati," kata orang
berbaju biru itu. "Tapi sayangnya sementara ini aku belum bisa mati."
"Mengapa?" tanya Su Su.
"Karena kau." Orang berbaju biru melihatnya, menghela nafas pelan. "Paling sedikit ada
sebagian alasan karenamu, maka aku tidak bisa mati."
"Karena aku?"
Wajah Su Su kelihatannya seperti terkejut, juga sepertinya sedikit berlagak terkejut.
"Kau tidak bisa mati karena aku?" dia bertanya kepada Chu Liu Xiang. "Atau oleh karenaku
maka kau belum memikirkan untuk mati?"
Anak perempuan kecil ini, malahan sepertinya mau mengejek melecehkan Chu Liu Xiang.
Cara semacam ini adalah salah satu cara terbaik yang sering dilakukan anak perempuan untuk
menutupi kesalahan dirinya sendiri.
Mujurnya Chu Liu Xiang entah sudah berapa kali diejek dan dilecehkan oleh anak perempuan
dengan cara begini. Jika Chu Liu Xiang tidak bisa menghadapi perkara sejenis mi, maka Chu Liu
Xiang sampai sekarang paling sedikit sudah mati delapan belas ribu kali. Bahkan selalu mati di
dalam pelukan anak perempuan.
Nenek tua itu tertawa, orang yang wajahnya punya dua lubang juga tertawa, bahkan orang
yang dalam matanya mengandung sorotan mata maut itu juga tertawa.
Mereka tertawa, hanya karena mereka beranggapan bagaimana seorang anak perempuan kecil
ini bisa memakai cara semacam itu untuk menghadapi Chu Liu Xiang, betul-betul sesuatu perkara
yang sangat lucu. Betul-betul hal yang sangat menggelikan.
Sampai saat seperti ini, bahkan Su Su sendiri juga merasa sangat menggelikan.
Chu Liu Xiang memandangnya dengan semacam pandangan mata yang sangat lembut, dalam
matanya juga ada nada tertawa.
Katakan sekalipun dia tahu anak perempuan kecil ini punya niat melukainya, namun matanya
tetap memancarkan nada tertawa, karena baginya, dia sudah terlalu banyak melihat orang dan
perkara di dunia ini.
Jika seseorang mau melukai orang lain, juga mungkin bukan karena kesalahan mereka sendiri,
akan tetapi semacam 'keterpaksaan'.
Keterpaksaan, betapa pahit dan kecutnya, betapa pedih menyakitkannya, betapa malangnya.
Chu Liu Xiang cuma memberitahu anak perempuan kecil yang merasa dirinya sebegitu pintar
dan sudah berhasil mengibuli Chu Liu Xiang ini.
"Aku tahu ada satu orang, seorang yang sangat misterius, yang sangat berkekuatan, sudah
membentuk satu organisasi yang sangat menakutkan," katanya. "Satu-satunya tujuan organisasi
ini adalah untuk membuktikan apakah aku sudah betul-betul mati atau belum."
Dia mengusap lagi hidungnya yang sangat terkenal itu.
"Perkara ini sudah tentu sangat sulit dilakukan."
Dia tertawa. "Langkah tindakanku sejak umur dua belas tiga belas tahun sudah sulit diselidiki."
Orang yang wajahnya ada dua buah lubang itu mendadak menyela: "Hal ini aku boleh
memberikan kesaksian."
Siapa sesungguhnya orang ini" Mengapa boleh mengatakan kata-kata demikian, bagaimana dia
tahu masalah Chu Liu Xiang di masa remaja, bahkan bisa membuktikannya"
Di atas dunia ini, yang boleh mengatakan kata-kata semacam ini mungkin hanya satu orang.....
Hu Tie Hua. Akan tetapi orang yang wajahnya ada dua lubang ini, sudah tentu bukan Hu Tie Hua.
Orang ini begitu mewah dan megah, begitu tenang pendiam, bagaimana mungkin dia itu Hu Tie
Hua" Su Su betul-betul sudah tidak tahan lagi.
Dia tahu banyak rahasia Chu Liu Xiang yang akan diberitahukan kepadanya, akan tetapi dalam
waktu sekejap ini, dia betul-betul tidak tahan untuk bertanya: "Siapa orang ini?"
Chu Liu Xiang tertawa dan berkata: "Siapa orang ini, seharusnya kau juga tahu, tapi kau juga
tidak berani percaya. Bukan kau saja yang tidak berani percaya, di seluruh Jiang Hu, barang kali
juga tidak ada orang yang berani percaya."
Kata Chu Liu Xiang: "Aku berani menjamin, di seluruh Jiang Hu, siapa pun tidak bakal percaya
orang ini adalah Hu Tie Hua, semakin tidak ada orang percaya Hu Tie Hua bisa berubah menjadi
orang semacam ini."
Su Su tercengang, tercengang melihat orang di depan matanya ini. Begitu dingin tenang, begitu
mewah dan megah, begitu kurus, akan tetapi bahkan begitu tenang.
Orang ini dan Hu Tie Hua dalam cerita orang sepertinya sama sekali tidak sama. Hu Tie Hua
dalam cerita orang, sepertinya hanya seekor kucing mabuk.
Akan tetapi jika Hu Tie Hua cuma seekor kucing mabuk, maka dia bukannya Hu Tie Hua, juga
tidak bisa menjadi sahabat baik dari Chu liu Xiang.
Hal ini semua harus tahu jelas.
Hu Tie Hua bukan saja sahabat paling baik Chu Liu Xiang, juga sahabat paling lama.
Dia suka mengadu minum arak dengan Chu Liu Xiang, suka meniru Chu Liu Xiang mengusapngusap
hidung, hanya karena dia menyukai Chu Liu Xiang, bukan karena dia bodoh.
Perempuan yang disukainya, tidak ada yang menyukai dia, perempuan yang menyukainya, dia
malah tidak suka. Juga bukan karena dia bodoh.
Bodoh. Hanya semacam sikap yang sengaja dia kerjakan, semacam rupa luar saja.
Orang lain jadi tidak waspada, cuma mewaspadai Chu Liu Xiang, coba kau katakan rupa luar ini
betapa bisa menguntungkan Chu Liu Xiang" Sahabat manis begini, ke mana kau bisa menemukan
lagi" Su Su sudah hampir pingsan lagi.
Dia menyaksikan orang yang wajahnya ada dua buah lubang itu, dia bertanya dengan suara
yang hampir tidak terdengar: "Apa kau betul-betul Hu Tie Hua itu?"
"Sepertinya ya," senyum di wajah orang ini ternyata juga sangat ramah. "Kayaknya Hu Tie Hua
juga cuma satu saja"
"Kau...," tanya Su Su. "Mengapa kau bisa berubah menjadi begini."
"Aku berubah jadi macam apa?" dia balik bertanya "Wajahku sekarang memangnya ada
keanehan apa"
Su Su melihat kembali dan tercengang setengah harian.
"Perkara lain aku tidak tahu, hanya satu perkara aku pasti mau menanyakan."
"Masalah apa?"
"Orang-orang Jiang Hu semua tahu, Hu Tie Hua adalah si setan miskin yang kodrati, akan
tetapi sekarang kau sepertinya kaya bukan main."
Hu Tie Hua tertawa.
Waktu dia mulai tertawa, dia seorang yang tenang pendiam dan mewah megah, akan tetapi
dalam waktu sekejap mendadak berubah dengan semacam cara yang tidak terlukiskan.
Perubahan ini bahkan tidak bisa dilukiskan.
"Bini mau nyolong laki, langit mau hujan, orang mau kaya, perkara yang tidak ada akalnya."
Mengucapkan kalimat ini, sudah gaya bicara Hu Tie Hua.
"Semula aku mati dipukulpun tidak ingin jadi kaya," kata orang yang wajahnya ada dua lubang
itu. "Tapi waktu itu setiap orang bilang Chu Liu Xiang sudah mati, sampai aku pun tidak bisa tidak


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempercayainya."
"Jika saja kutu busuk tua ini betul sudah mati, mengapa aku tidak ingin jadi kaya!"
"Kutu busuk tua?" tanya Su Su. "Mengapa kau bilang Chu Mang Shi itu kutu busuk tua?"
Hal ini sudah tentu Su Su tidak mengerti, orang lain menyebutnya "Mang Shi", Hu Tie Hua
malah menyebutnya 'kutu busuk tua', karena perasaan persahabatan di antara mereka sudah tidak
sama dengan orang lain yang manapun juga, ada kalanya bahkan lebih mesra dibandingkan
antara saudara kandung sesungguhnya, asal mula julukan itu pun sudah lama sekali.
"Jika dia bukan kutu busuk tua, lalu siapa yang kutu busuk tua?" kata Hu Tie Hua. "Hanya saja
selain aku, yang menjuluki dia sebagai si kutu busuk tua barang kali sudah tidak berapa orang
lagi." Chu Liu Xiang juga mulai mengusap hidungnya kembali, nenek tua juga tertawa, Su Su sudah
tahu orang ini memang Hu Tie Hua.
Maka dia semakin mau bertanya "Jika kutu busuk tua mati, mengapa kau pasti mau kaya?"
"Karena kutu busuk tua sudah mati, maka aku mau memakai uang secara royal, malahan tidak
boleh tidak royal."
"Mengapa?"
"Karena membalas dendam menghabiskan uang banyak," kata Hu Tie Hua. "Membalas dendam
untuk orang lain, mungkin saja hanya mengadu nyawa dianggap sudah cukup, akan tetapi mau
membalas dendam untuk Chu Liu Xiang, pasti menghamburkan banyak uang." Dia akan
menjelaskan. "Coba kau pikir, kutu busuk tua ini orang macam apa perlu orang macam apa baru bisa
membunuhnya, perlu cara apa baru bisa membunuhnya, di antaranya perlu mengerahkan berapa
banyak orang, perlu membuat satu perencanaan yang sangat teliti?" kata Hu Tie Hua. "Hal yang
paling penting ialah, setelah membunuh orang semacam Chu Liu Xiang, masih memerlukan berapa
besar daya tenaga untuk bisa menutupi rahasia ini?"
Dalam keadaan semacam ini, tidak peduli siapapun juga, tentu bisa membayangkan, orang
yang mampu membuat Chu Liu Xiang mati terbunuh, mustahil satu orang saja, melainkan suatu
organisasi yang sangat besar dan teliti.
"Aku bukan saja bukan seekor kucing mabuk seperti yang dibayangkan orang, bahkan jauh
lebih pandai tujuh belas delapan belas kali lipat dibandingkan yang dibayangkan or?ang," kata Hu
Tie Hua. "Hal ini sudah barang tentu bisa kau bayangkan."
Hal ini semua sepaham.
"Untuk bisa menghadapi organisasi sedemikian besar, sudah tentu bukan yang bisa dikerjakan
oleh satu orang saja," kata Hu Tie Hua. "Bahkan yang termasuk orang berbakat sepertiku, juga
tidak bakal mampu."
Semua jadi tertawa.
Hu Tie Hua yang tenang dan pendiam, yang wajahnya sudah mempunyai dua buah lubang,
masih Hu Tie Hua yang sama, caranya bicara, masih tetap nada dan gaya yang sama dengan yang
dulu. Dia tidak bisa berubah" Atau sengaja tidak mau berubah"
"Untuk bisa menghadapi organisasi seperti ini, paling sedikit perlu tiga persyaratan," kata Hu
Tie Hua. "Pertama, harus punya kawan, kedua, harus ada uang, dan ketiga, tetap harus ada uang,"
katanya "Kawan, sejak dari dulu aku punya, malahan teman yang baik, akan tetapi, uang?"
"Karena itu kau harus mendapatkan untung, dan punya uang."
"Betul."
"Kelihatannya, kau sepertinya juga betul-betul sudah mendapatkan tidak sedikit untung."
"Bukan hanya tidak sedikit, bahkan banyak."
"Waktu kau berpikir bisa mendapatkan untung, maka kau bisa mendapat banyak untung."
"Kelihatannya memang demikian ini."
"Apakah mendapatkan untung cuma semudah ini saja?"
"Mendapat untung sudah tentu tidak mudah, jika ada or?ang yang mengatakan mudah
mendapatkan untung, maka or?ang itu pasti kura-kura," katanya. "Akan tetapi orang berbakat
sepertiku. keadaannya akan berlainan sama sekali."
Pasti keadaannya tidak bakal sama. Ada orang dapat untung seperti merogoh saku baju, ada
orang mendapat untung seperti kura-kura berlomba lari, ada kalanya mendapat untung seperti
turun hujan, kau belum bersiap-siap dengan baik, bongkahan besar emas batangan sudah
berjatuhan dari langit.
"Aku mendapatkan untung dengan cara demikian," kata Hu Tie Hua. "Ada kalanya aku mau
mendapatkan untung agak sedikit juga tidak bisa."
Dia menghelas nafas.
"Barang macam uang ini, seperti halnya perempuan, ketika kau mengejarnya, dia melotot dan
tidak mau menggubris, ketika kau mau menolaknya, bahkan menolaknya pun sulit."
Su Su mau berlagak tidak mendengarkan, nenek tua malah tertawa.
"Ini sebetulnya kisah pengalaman nyata, memang ada kalanya perempuan betul demikian,
hanya saja kau baru akan mengakui kalau umurmu sudah sampai setua aku ini."
"Ini bukan kisah nyata pengalamanku," buru buru Hu Tie Hua menjelaskan. "Ini diberitahukan
oleh kutu busuk tua"
Su Su mendadak menemukan mereka ini memiliki kelebihan kebaikan yang tidak dimiliki dan
tidak mampu dipelajari oleh orang lain.
Orang-orang ini semuanya sangat santai, tidak peduli dalam keadaan apa pun, tidak peduli
keadaan begitu gawatnya, mereka tetap bisa mendapatkan kesempatan untuk bersantai.
Ini juga sebabnya mereka mampu hidup sampai sekarang, bahkan, hidup jauh lebih baik
dibandingkan orang lain.
Ini bahkan mungkin Hu Tie Hua bisa menjadi kaya.
Orang yang bertangan satu itu, tetap tenang dan diam duduk disitu, sepertinya di dunia ini
sudah tidak ada sesuatu apapun yang bisa menggesernya biar setengah fen pun juga.
Siapa dia orang ini"
Bab 2 Zhong Yuan Yi Oian Hong
(Sebuah Titik Merah Di Zhong Yuan)
Sepuluh tahun yang lalu, di Jiang Hu pernah muncul satu orang, mengenakan pakaian serba
hitam, sebilah pedang, selembar topeng wajah kulit manusia putih, memperlihatkan sepasang
mata tajam, yang kelihatannya lebih menyeramkan daripada pedangnya.
Padahal yang betul-betul mengerikan justru adalah pedangnya.
Sebilah pedang untuk membunuh orang, setiap saat setiap tempat bisa membunuh orang
dalam waktu sekejap saja.
Yang lebih menakutkan lagi ialah......
Orang ini siapa pun dibunuh, asalkan orang, pasti dia bunuh.
Yang lebih menakutkan lagi ialah......
Asalkan orang ini mau membunuh seseorang, maka orang ini sudah sama dengan orang mati.
Pernah ada orang bertanya kepadanya: "Asalkan ada orang mau membayar mahal, siapapun
kau bunuh, bahkan termasuk sahabat baikmu, apa hal ini benar?"
"Benar," kata orang ini.
"Cuma sayangnya, aku tidak punya teman yang perlu dibunuh," katanya. "Karena
sesungguhnya aku memang tidak punya teman."
Ada orang pernah melihat bagaimana dia turun tangan membunuh, melukiskan kemampuannya
bermain pedang.
Gayanya mengayunkan pedang sangat aneh, dari batas siku ke atas sepertinya sama sekali
tidak bergerak, hanya dengan tenaga pergelangan tangan menusukkan pedangnya.
Banyak ahli pedang mengomentari jurus-jurus permainan pedangnya.
Permainan pedangnya belum bisa dianggap telah mencapai puncak tertinggi, akan tetapi
caranya membunuh, sangat ganas dan telengas, dan tidak ada yang mampu menandinginya.
Ada komentar lain ialah mengenai diri pribadinya.
Kegemaran paling besar orang ini ialah membunuh orang, tujuan hidupnya, hanya untuk
membunuh orang.
"Zhong Yuan Yi Dian Hong?" Su Su tidak tahan untuk tidak berteriak. "Sou Hun Jian Wu Ying
(Pedang Tanpa Bayangan Pemburu Sukma), Zhong Yuan Yi Dian Hong (Satu Titik Merah di Zhong
Yuan)." Dia bertanya: "Apakah betul dia yang pada tahun-tahun silam dikenal dengan sebutan 'Zhong
Yuan Di Yi Kuai Jian (Pedang Paling Cepat di Zhong Yuan), yang membunuh orang tanpa terlihat
tetesan darahnya?"
"Betul," kata Hu Tie Hua. "Memang dia ini orangnya."
"Dia belum mati?"
"Sepertinya belum," kata Hu Tie Hua. "Ada semacam orang yang sepertinya tidak mudah mati,
dan orang yang menghendaki kematiannya sebaliknya tidak banyak lagi."
"Apakah dia juga sama seperti Chu Xiang Shi, berpura-pura mati untuk beberapa lama?"
"Sepertinya memang begitu."
"Sekarang, mengapa dia hidup kembali?" tanya Su Su.
"Sudah barang tentu karena aku."
"Apakah kau yang menemukannya," tanya Su Su lagi." Buat apa kau menemukannya?"
Hu Tie Hua tersenyum.
"Jika mencari pembunuh, carilah Yi Dian Hong," kata Hu Tie Hua. "Aku menemukannya sudah
tentu untuk membunuh orang."
Sikapnya mendadak berubah menjadi pendiam, tenang, semacam ketenangan yang diperoleh
orang dalam liku-liku perjuangan hidup yang penuh dengan pahit getir.
"Orang mau membunuh kita, kita mau membunuh mereka coba kau katakan apakah ini bukan
keadilan langit dan aturan bumi juga."
Su Su memandangi orang ini, orang yang membunuh or?ang, mendadak, dia mendapatkan
memang dia ini betul-betul berbeda dari orang lain.
Karena dia sudah merasakan adanya hawa membunuh or?ang ini.
Di dunia ini ada semacam orang yang seperti belati tajam yang sudah membunuh orang tanpa
batas banyaknya, orang seperti ini sudah pasti punya semacam hawa membunuh.
Su Su bahkan tidak berani melihat dia lagi. Katakan saja dia dari tadi duduk tenang di situ, dia
juga tidak berani melihatnya.
Dia lebih suka melihat kedua lubang di wajah Hu Tie Hua, yang mungkin juga sudah menjadi
lubang pembenaman berapa banyak darah dan air mata.
Dia bertanya kepada Hu Tie Hua: "Yi Dian Hong artinya apa" Sekujur badannya dari atas
sampai ke bawah satu titik warna merah pun tidak ada, mengapa orang menyebutnya Yi Dian
Hong?" Pertanyaan ini sebetulnya tidak patut ditanyakan kepada Hu Tie Hua, dia seharusnya menanyai
diri Yi Dian Hong sendiri.
Bahkan pertanyaan ini seharusnya juga tidak patut dipertanyakan. Semua orang dari dunia
Jiang Hu juga sudah tahu mengapa semua orang menyebutnya Yi Dian Hong.
Sinar pedang berkelebat, musuh sudah tumbang, di atas titik jalan darah Tian Tu di
tenggorokan, meneteskan setetes darah merah.
Cuma satu tetes darah.
Wajah orang ini sudah menggeliat, sekepala penuh dengan tetesan keringat sebesar kedele,
sekali pun menggunakan seluruh tenaganya, tetap tidak bisa mengeluarkan sedikit suara apapun
juga, hanya terdengar hembusan nafas seperti binatang buas.
Yi Dian Hong, betapa hebatnya, membunuh orangpun tidak mau menghamburkan tenaga
sedikitpun, asalkan bisa menusuk tepat sasaran, kebetulan pas mematikan orang, sebatang
pedang itu tidak bakal ditusukkannya lebih dalam setengah fen juga.
Hu Tie Hua memberitahu Su Su.
"Nama julukan Zhong Yuan Yi Dian Hong diperoleh dengan cara demikian."
Seorang pembunuh seperti Zhong Yuan Yi Dian Hong ini, bagaimana bentuk sejati dari
nyawanya" Sepanjang hidupnya, harus dilewatkan dengan suatu cara bagaimana"
Su Su mendadak merasakan adanya suatu rangsangan, mendadak ingin menubruk dan
memeluknya, agar bersama tergulung dan tenggelam ke dalam gelombang liar pelampiasan
keinginan. Dia mendadak merasakan dia bahkan boleh mati untuknya. Apakah ini karena dia juga seorang
pembunuh yang membunuh orang lain"
Di depan mata seorang perempuan, orang jahat seringkah lebih menarik daripada orang baik.
Pada waktu ini, semua sudah lumayan banyak minum arak.
Waktu berbicara, sudah barang tentu sambil minum arak, waktu mendengarkan orang
berbicara, juga sudah tentu sambil minum arak.
Bagi orang tertentu, tidak minum arak bahkan bisa mati. Su Su mendadak menemukan dirinya
juga sedang minum arak.
Arak yang diminumnya adalah semacam arak yang istimewa, warna araknya merah seperti
darah, akan tetapi dingin seperti es.
Dia belum pernah minum arak seperti ini, akan tetapi dia tahu arak semacam ini adalah arak
apa. Dalam Jiang Hu semua orang tahu Chu Liu Xiang paling menggemari semacam arak Persia
yang sudah direndam es, yang disajikan di dalam gelas yang lebih bening dari pada kristal.
Ini bukan baru beredar sejak sekarang, melainkan ini adalah adab kuno yang diteruskan.
Arak harum dari anggur dalam gelas terang cahaya bulan, arak harum bernada enam dikejar
sambil naik kuda.
Jika aku terbaring mabuk di padang pasir jangan kau tertawakan, sejak dulu berapa orang bisa
pulang perang. Su Su mendadak juga merasakan adanya suatu nadakesedihan yang tidak terungkapkan, juga
suatu rasa sedih tidak berdaya.
Kehidupan memang adalah ketidakberdayaan, kelahiran bukan kehendak diri sendiri, kematian
juga bukan kehendak diri sendiri.
Di bawah ini adalah pendapat Jin Lao Tai Tai (Nenek Tua Jin) itu terhadap masalah ini.
"Aku juga teman Chu Liu Xiang, akan tetapi aku tidak pernah berpikir membalaskan
dendamnya," katanya. "Dalam hal ini aku sama sekali tidak sama dengan Hu Tie Hua. Karena aku
sama sekali tidak pernah percaya Chu Mang Shi bisa mati."
"Dia bilang, dia bisa membaca raut wajah orang," kata Hu Tie Hua. "Dia mampu melihat bahwa
Chu Liu Xiang bagaimanapun bukan orang dengan wajah bisa mati muda"
"Yang kumaksudkan dengan membaca raut wajah, sama sekali bukan takhayul," kata Jin Lao
Tai Tai. "Karena sangat banyak orang yang pernah kulihat."
Dia menerangkan. "Aku percaya setiap orang punya suatu pola wajah, juga dikaitkan dengan
semacam tabiat pekerti, semacam keadaan kekuatan, semacam watak, semacam kecerdasan,
yang dibawa sejak kelahirannya, namun juga dipelihara di kemudian hari," kata Jin Lao Tai Tai.
"Seseorang dengan pola nasib yang tinggi, sekalipun peruntungannya sedang jelek, juga tetap
akan jauh lebih baik daripada orang dengan pola nasib yang buruk dengan peruntungan terbaik."
Dia menerangkan lagi.
"Misalnya dikatakan, seorang pemikul pupuk dengan peruntungan terbaik, paling banyak tidak
akan lebih banyak daripada berhasil memikul beberapa kali pupuk cair." (Yang dimaksudkan pupuk
dalam pertanian di Tiongkok adalah terutama dari fermentasi pupuk limbah manusia yang
umumnya cair.) Ini bukannya sebuah perumpamaan yang bagus, pemikul pupuk, ada kalanya juga bisa
menemukan emas, akan tetapi contoh demikian jarang sekali ditemukan.
Orang sejenis Jin Lao Tai Tai, yang dibicarakan tentunya tidak bakal suatu kejadian yang
sangat khusus untuk dipakai contoh, karena hal demikian sudah tidak ada artinya lagi baginya.
"Selain aku, kupercaya di atas dunia ini masih ada orang lain dengan pemikiran sama
denganku," kata Jin Lao Tai Tai. "Orang ini juga tidak akan percaya Chu Xiang Shi begitu mudah
mati." "Orang ini adalah otak utama organisasi yang membunuh Chu Liu Xiang?"
"Betul."
"Mengapa dia tidak percaya Xiang Shi sudah mati?"
"Karena dia pasti adalah seorang musuh terbesar sepanjang hidupnya Chu Liu Xiang," kata Jin
Lao Tai Tai. "Seorang yang pintar pasti mengenal baik musuhnya, pasti lebih dalam mengenal dia dari pada
teman-temannya, jika tidak demikian, maka dia juga pasti sudah mati."
"Mengapa?"
Jin Lao Tai Tai mengangkat gelas dan menghirup pelan, sudut bibirnya membawakan
senyuman yang tidak terukur artinya, dan matanya menunjukkan dia sedang berpikir sangat
dalam. Ini memang sebuah masalah yang sangat rumit, maka dia harus memilih kata-kata yang lebih
tepat untuk bisa menerangkan.
Mengapa seseorang yang mengenal musuhnya dengan baik, harus lebih mendalam
dibandingkan dengan mengenali teman-temannya"
Sekali pun jawaban Jin Lao Tai Tai sangat beralasan, akan tetapi juga dipenuhi dengan
semacam kesedihan dari ketidakberdayaan.
Semacam kesedihan dan keengganan terhadap kehidupan.
"Karena akan sangat mudah jika seseorang akan mencelakakan temannya, tapi sangat tidak
mudah untuk mencelakakan musuhnya," katanya. "Sebab itu dia harus sudah sangat mengenal
musuhnya, dan baru mungkin mencelakakannya."
Katanya lagi: "Seseorang yang paling gampang mencelakakan dirimu, biasanya adalah yang
paling mengenal dirimu, orang semacam ini biasanya juga adalah teman terdekatmu."
Betapa sangat menyedihkannya masalah ini, betapa membuat pilu hati, akan tetapi bagaimana
jika kau tidak punya teman!
Aku ingat, aku pernah bertanya atau ditanyai pertanyaan sejenis ini, jawabannya sangat
sederhana. "Tidak punya teman, lebih baik mati saja."
"Siapa orang ini?" tanya Su Su. "Maksudku ingin mengatakan, siapa otak utama organisasi ini?"
"Tidak ada orang yang tahu siapa dia!" kata Jin Lao Tai Tai. "Paling banyak juga kita hanya bisa
memberikan sebuah nama pengganti."
Di dalam dokumen arsip mereka, tokoh misterius ini diberi nama pengganti 'ANGGREK'
Tidak diragukan, Su Su juga merasa sangat terkejut, karenanya dia juga sudah mulai minum
arak lagi, setelah menghabiskan segelas penuh baru bertanya.
"Berapa banyak kalian mengetahui tentang diri orang ini?"
Tidak seberapa," kata Jin Lao Tai Tai. "Kami cuma tahu dia seorang yang sangat teliti dan
cermat sekali, dan dengan Chu Xiang Shi ada ikatan rasa dendam yang sulit diuraikan."
Nenek Jin menghelas nafas.
"Dalam situasi demikian ini, kami boleh dibilang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang orang
ini." "Akan tetapi kalian malah menamai dia dengan Anggrek?"
"Betul."


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa kalian menamakan dia sebagai Anggrek?" Su Su sepertinya sangat mendesak
bertanya. "Apa hubungan orang ini dengan Anggrek?"
Jin Lao Tai Tai yang sudah mulai minum lagi sejak dari tadi, sekarang juga sudah mengganti
dengan gelas lainnya yang diminumnya dengan gaya anggun dan sangat nikmat.
Jin Lao Tai Tai ini, ketika muda tentu seorang perempuan yang cantik, dan sangat terpelajar.
Yang mengejutkan, Jin Lao Tai Tai yang anggun dan sangat sopan serta tahu adab ini, malahan
tidak menjawab pertanyaan yang biasanya selalu dijawab.
Dalam keadaan umum, menolak menjawab pertanyaan or?ang dianggap sebagai hal yang
kurang sopan, kecuali orang yang bertanya soal ini tidak sopan.
Pertanyaan yang ditanyakan oleh Su Su biasa ditanyakan siapapun juga, Jin Lao Tai Tai cuma
berkata: "Dalam kondisi ini, kita boleh yakin, Lan Hua Xian Sheng ini sangat memahami Chu Xiang Shi,
pasti jauh lebih mendalam daripada pemahaman kita."
"Sebab pemahaman seseorang terhadap musuhnya, pasti jauh melebihi pemahamannya
terhadap temannya."
"Betul," suara helaan nafas Jin Lao Tai Tai lembut, seperti awan musim semi di gunung di
kejauhan. "Banyak masalah di dunia memang seperti demikian, bukan saja kita perlu memahami, malah
harus menahan."
Dia dengan ringan lembut memberitahu Su Su.
"Apalagi perempuan, pemahaman perempuan dan lemah lembutnya, bagi laki-laki, sering kali
jauh lebih bermanfaat daripada pedang yang tajam."
Su Su mendadak merasa sangat terharu.
Ini sebetulnya kata-kata seorang nenek tua kepada cucu perempuannya yang masih kecil, di
waktu minum teh sehabis makan nasi, sekarang nenek tua renta ini berbicara hal ini kepadanya.
Bagaimana perasaan hati seorang gadis yatim piatu yang hidupnya terlunta-lunta, setelah
mendengarkan kata-kata semacam ini"
Jin Lao Tai Tai berkata lagi: "Seseorang yang betul-betul bisa memahami begitu mendalam
terhadap Chu Xiang Shi, bagaimana pun dia akan sulit percaya Chu Xiang Shi bisa mati dengan
begitu mudah."
"Biar pun orang-orang Jiang Hu sudah memastikan kematian Chu Xiang Shi, mustahil dia
percaya." "Betul," kata Jin Lao Tai Tai. "Kecuali kalau dia melihat sendiri jenasah Xiang Shi."
Di kalangan Jiang Hu sampai sekarang belum ada orang yang sudah melihat jenasah Xiang Shi.
"Karena itu dia harus membuktikan hidup matinya Xiang Shi," kata Jin Lao Tai Tai. "Atau jika
dia tidur pun tidak bisa, mati pun juga tidak rela."
"Bagaimana dia baru bisa membuktikan?"
"Hal ini kita juga sudah lama mempertimbangkannya, aku percaya kecerdasan kita juga tidak
lebih rendah dibandingkan dengan dia," kata Jin Lao Tai Tai. "Kita juga sudah membuat suatu
perencanaan, untuk membuktikan mati hidupnya Xiang Shi."
Katanya: "Kita percaya, cuma memakai cara semacam ini, baru bisa membuktikan kematian
Xiang Shi."
"Cara macam yang mana?"
"Cara macam ini sekalipun rumit, akan tetapi bisa diungkapkan dengan satu kata."
"Kata apa itu?"
"Perasaan"
Perasaan, dalam segenap tingkah laku jenis manusia, apakah masih ada yang lebih penting
daripada kata 'perasaan' ini"
Kadang-kadang perasaan itu sangat lembut, ada kalanya lebih tajam daripada belati tajam,
seuap saat bisa membuat orang merasa terpotong-potong dalam ketiadaan bentuk, hanya
menyesali mengapa dirinya belum juga mati.
"Lan Hua Xian Sheng ini kalau bisa sangat memahami Xiang Shi, sudah pasti tahu Xiang Shi
sangat menghargai perasaan orang, sekali pun dia sudah memutuskan tidak ikut campur utang
piutang budi dan dendam dunia Jiang Hu, akan tetapi jika dia mendengar berita ada seseorang
yang mutlak tidak boleh mati masuk ke dalam bahaya pasti mati, dia pasti akan muncul kembali."
Kata Jin Lao Tai Tai: "Jika dia belum mati, maka dia pasti akan muncul kembali, jika dia belum
juga muncul, maka bisa dipastikan dia betul-betul sudah mati."
Jin Lao Tai Tai bertanya kepada Su Su: "Untuk membuktikan mati hidupnya Xiang Shi,
bukankah ini cara yang paling baik?"
Su Su cuma bisa membenarkan: "Benar."
Jin Lao Tai Tai menghela nafas: "Aku yakin kau sudah tahu siapa orang ini."
Su Su juga tidak bisa menyangkal. "Benar."
Hu Tie Hua buru-buru menyela: "Bukankah tiga orang lebih menjamin daripada satu orang?"
"Benar."
"Karena itu mereka mencari tiga orang, tiga orang yang di dalam mata si kutu busuk tua mutlak
tidak boleh mati." Hu Tie Hua menatap Su Su.
"Dari ketiga orang itu kau adalah salah satunya."
Su Su tidak bicara lagi.
Jin Lao Tai Tai kembali menghela nafas.
"Karena itu Xiang Shi baru saja bisa bicara, dia masih belum mati, sebagian alasannya justru
adalah kau."
Su Su kembali menenggak habis satu gelas arak lagi.
Siapapun juga tidak tahu, apa yang dirasakannya sekarang di dalam hatinya, akan tetapi setiap
orang tahu dia pun seorang manusia juga sedikit banyak akan tetap mempunyai sifat kodrati
sebagai seorang manusia.
Orang dalam Jiang Hu, bukan maunya sendiri, cinta dan dendam sulit ditolak, budi dan dendam
tiada habisnya.
Jika kau sudah bosan dengan kehidupan semacam ini, hanya 'mati' saja.
Hanya saja ada orang yang mau mati juga sulit matinya.
Tragedi orang dunia Jiang Hu, bukankah sesungguhnya dicari sendiri"
Gadis remaja merindukan musim semi, perempuan janda merindukan musim gugur, akan tetapi
semacam kepedihan oleh ketidakberdayaan yang betul-betul merasuk ke dalam sumsum, yang
sangat disayangkan, hanya bisa dipahami oleh seorang laki-laki sejati.
Tidakkah hal ini bukan suatu perkara yang luar biasa aneh?"
Tidak. Tidak menerima direndahkan, tidak diijinkan menyesali dan meratapi, tidak mau tunduk, tidak
memuntahkan hati yang lara, betapapun juga tidak mengalah.
Orang semacam ini mengalami segala hal tanpa daya apapun, tidakkah bakal sedikit lebih
banyak di bandingkan dengan orang lain"
Kebanggaan dan kesombongan ada nilai yang harus dibayar.
Lan Hua Man Sheng menetapkan, asalkan kalian bertiga sudah dalam bahaya kematian, maka
Xiang Shi bisa hidup kembali.
Jin Lao Tai Tai berkata: "Akan tetapi jika Xiang Shi sudah pensiun, bagaimana dia bisa tahu
kabar ini?"
Dijawabnya sendiri: "Sudah tentu dia akan membuai masalah ini menjadi suatu peristiwa
kegemparan yang besar terlebih dahulu."
"Sudah tentu dia juga tahu seperti si kutu busuk tua itu, sekali pun sudah pensiun dan
mengundurkan diri, telinganya masih lebih tajam dari kelinci.
Hal ini sepenuhnya sesuai dengan rencana "Aksi Ngengat Terbang" kali ini.
"Hal kedua, untuk menyelesaikan rencana ini, perlu membuat Xiang Shi percaya kalian sudah
tak diragukan lagi akan mati, dan selain dia, di dunia ini sudah tidak ada orang lain yang bisa
menolong kalian."
"Hal ini sangat sulit dilaksanakan," kata Hu Tie Hua. "Si kutu busuk tua biasanya selalu lebih
pandai daripada setan."
"Karena itu Lan Hua Xian Sheng harus memusnahkan kekuatan pokok yang ada di samping Mu
Rong, menempatkan dia pada posisi pasti kalah."
Pertempuran mati hidup, yang kalah yang mati.
"Kami sejak awal mula sudah memikirkannya, dalam rencana kali ini, yang menjadi penghalang
paling besar adalah Liu Ming Qiu Xian Sheng," kata Jin Lao Tai Tai. "Jika Liu Xian Sheng belum
mati. Mu Rong takkan ada aturan mati."
"Maka dia tidak boleh tidak mati."
"Akan tetapi orang-orang dunia Jiang Hu semua sudah tahu, jika mau menempatkan Liu Xian
Sheng pada tempat kematian, tidak lebih mudah daripada menghadapi Xiang Shi," kata Jin Lao Tai
Tai. "Maka kami juga percaya dia harus punya tentara khusus yang bisa melakukan penyerangan
mendadak."
"Pasukan khusus ini, siapa orangnya" Siapa orang yang bisa membunuh Liu Xian Sheng dalam
waktu sekejap mata?"
Jika mau membunuh dia, harus mampu membunuh dalam waktu sekejap, karena kesempatan
untuk bisa membunuh dia, hal yang pasti sangat pendek waktunya, sekelebat sirnalah dan
selamanya tidak kembali lagi.
Sekalipun orang semacam ini tak banyak jumlahnya, akan tetapi di dunia ini memang benar
keberadaannya. "Kami semua tidak bisa membayangkan siapa orang ini, maka kami juga menyusun sebuah
rencana." Rencana mereka hanya satu kata.
Tunggu. Perang yang lama, tidak hanya menguji keberanian dan kecerdasan, juga menguji daya tahan,
yang terakhir bahkan lebih penting lagi.
Pelajaran ini, tidak boleh tidak selalu diingat dalam hati.
"Karena itu kami memilih tempat ini, menunggu di sini," Jin Lao Tai Tai tersenyum.
"Sekarang aku baru tahu. kelompok kita ini adalah segerombolan rubah tua."
Tertawa sampai matanya tidak kelihatan lagi, dan karena akhirnya mereka juga menunggu
sampai bisa menyaksikan hal yang mereka ingin tahu.
Dan akhirnya mereka menyaksikan pasukan khusus ini.
Jin Lao Tai Tai memandang Su Su dengan tertawa sampai sepasang matanya memicing
menjadi dua utas benang tipis.
"Sampai dengan waktu itu, kita baru bisa memahami rencana Lan Hua Xian Sheng ini sampai
ke akar-akarnya," katanya. "Dia memanfaatkan kalian bertiga sebagai umpan, untuk memancing
ikan besar Xiang Shi ini, karena dia sudah memperhitungkan, asalkan Xiang Shi belum mati, pasti
akan berusaha menolong kalian, sekali pun tahu bahwa kalian semua juga mau mengambil
nyawanya, dia juga akan menolong kalian."
Hu Tie Hua menghela nafas lagi.
"Seorang yang sepintar seperti si kutu busuk tua, kadang-kadang juga suka melakukan
pekerjaan bodoh."
Titik paling penting dalam rencana ini, sudah pasti ialah bagaimana caranya bisa membuat Chu
Liu Xiang mati."
Asalkan dia muncul, sudah pasti mati.
Sekali pukul harus kena, kena ya mati, karena kesempatan kedua kali mutlak tidak ada lagi
"Sekali pukul ini, sudah tentu harus melewati seribu perencanaan dan seratus perhitungan,
sama sekali tidak boleh ada kesalahan."
"Akan tetapi tidak peduli bagaimana pun diperhitungkan, di atas dunia ini, barang kali tidak ada
orang yang berani berkata bahwa dengan sekali pukul saja, Chu Liu Xiang bisa diterkam dan tewas
di tempat."
"Kecuali jika yang turun tangan ialah orang yang tidak terpikirkan untuk diwaspadai."
Kata Jin Lao Tai Tai: "Dalam hal ini, Mu Rong dan Xiu Xiu adalah pilihan yang terbaik."
Katanya lagi: "Xiang Shi menolong mereka, mereka membunuh Xiang Shi, kalau pun
diberitahukan kepada orang lain, juga tidak ada yang mau percaya, semua orang hanya tahu Chu
Liu Xiang sudah mati, sudah mati setahun sebelum pertempuran ini terjadi.."
Su Su terkejut sepenuhnya.
Rencana yang sepertinya tidak mengandung kelemahan untuk diserang, ketika sampai di
tangan orang-orang ini, malahan berubah menjadi tidak tahan satu pukulan saja.
Dia hampir tidak bisa memercayai semua ini adalah sebuah kenyataan.
Lewat cukup lama, dia baru buka mulut dan berkata: "Jika kalian sudah membuka rencana ini,
mengapa tidak langsung membongkar dan memaparkannya keluar?"
"Kami tidak berani bertindak gegabah."
"Mengapa?"
"Karena kalian, kau, Mu Rong, dan Xiu Xiu."
"Aku tidak mengerti."
"Jika rencana dibongkar, maka kalian bertiga tidak ada manfaat dan nilainya lagi, Lan Hua
setiap saat bisa membunuh kalian untuk melampiaskan kemarahannya."
Jin Lao Tai Tai berkata: "Karena itu Xiang Shi bersikukuh untuk bertahan, tidak peduli ada
kegiatan apapun juga, harus mendahulukan pertimbangan keselamatan kalian."
Lanjutnya: "Tidak peduli dalam keadaan apapun, bagaimana pun tidak boleh membiarkan
kalian mati di tangan orang lain sekali pun sudah tahu kalian hanya umpan juga."
Su Su mengangkat kepala, dia segera melihat orang pendiam yang berbaju biru itu, tidak peduli
siapapun melihat dia, bagaimanapun tidak bisa membayangkan perjalanan hidupnya yang penuh
aneka gejolak dan ragam kejadian.
Teman-temannya, pasangan kekasihnya, musuh bebuyutannya, petualangannya, kisah
romantis dan kelembutan cinta kasihnya, dan ratusan pertempuran yang berat dengan segala
resikonya. Dan, setiap hal semuanya bukan sesuatu yang mudah dan biasa.
Bagaimana orang ini sesungguhnya" Mengapa perjalanan hidup bernyawanya jauh lebih kaya
jika dibandingkan dengan sebagian besar orang di dunia ini sejak dahulu kala hingga sekarang"
Mengapa Sang Pencipta sangat istimewa menjaga dan memeliharanya"
Samp Istana Pulau Es 19 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Petualang Asmara 21

Cari Blog Ini