Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung Bagian 3
k memperluas wilayah mereka."
"Li Yan Bei bertaruh untukku?"
"Itulah sebabnya, pertama-tama ia mencoba untuk membeli tanah Li Yan Bei."
"Dengan menggunakan cek itu?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Seorang pendeta yang membeli tanah itu, Gu Qing Feng."
"Karena ia berpendapat bahwa Ye Gu Cheng pasti akan kalah, maka Du Tong Xuan pasti akan kalah dalam taruhan itu?"
"Dengan cara ini, ia bisa melenyapkan dua kekuatan besar di ibukota hanya dalam satu sapuan, dan dengan usaha yang minimum pula."
Koleksi Kang Zusi
"Rencana yang demikian rumit, hanya kalian berdua yang bisa memikirkan sesuatu seperti ini."
XiMen Chui Xue menghela nafas.
"Bukan aku yang membuat rencana ini, tapi dia!"
"Tapi kaulah orang yang bisa menebaknya," XiMen Chui Xue membalas dengan dingin.
"Bukankah itu berarti kau lebih hebat daripada dia?"
"Menurutmu, dugaanku itu tidak benar?"
"Aku tidak berkata begitu."
"Tapi kau tentu berpendapat begitu, aku tahu." Sebuah senyuman agak kesal pun muncul di wajah Lu Xiao Feng. Tiba-tiba ia menghela nafas dan menambahkan: "Di samping itu, aku pun berpendapat begitu!"
"Kau pun berpendapat bahwa dugaanmu itu tidak sepenuhnya logis?"
"Itulah sebabnya mengapa aku tadi mengatakan bahwa aku belum menemukan benangnya!"
"Bukankah kau telah menemukan salah satunya?"
"Itu tidak cukup."
Tentu saja mereka saat itu bukan sedang berbincang-bincang sambil berdiri di ruangan tersebut.
Tidak ada orang yang suka berada dalam ruangan yang gelap dan lembab bersama dengan sesosok mayat. Angin dingin daerah pinggiran kota, di fihak lain seperti menjernihkan fikiran orang, membuat otak lebih tajam. Mereka berjalan dengan lambat menelusuri sebuah jalan kecil, di bawah sinar bulan September. Angin musim gugur meniup dengan lembut rerumputan kuning di pinggir jalan, dunia tampak sunyi dan sepi. Mereka telah berjalan cukup jauh.
"Benang ini masih tidak bisa menjelaskan semuanya," Lu Xiao Feng tiba-tiba bicara lagi. "Masih ada satu kematian lagi yang tidak bisa dijelaskan."
"Kematian siapa?"
"Zhang Ying Feng."
XiMen Chui Xue mengenalnya. "Tiga Orang Gagah dan Empat Perempuan Cantik" semuanya berasal dari sekte yang sama. Ini berarti kakak seperguruan Yan Ren Ying itu tidak lain daripada kakak seperguruan Sun Xiu Qing juga. Sekarang Sun Xiu Qing telah menjadi Nyonya XiMen, XiMen Chui Xue pun tentu harus menangani urusan Zhang Ying Feng ini.
"Ia terbunuh?"
"Ia terbunuh kemarin," Lu Xiao Feng merasa harus menceritakan kembali kejadian itu. "Kematian yang amat aneh."
"Siapa yang membunuhnya?"
"Seharusnya kau."
"Seharusnya aku?" XiMen Chui Xue mengerutkan keningnya. "Seharusnya aku yang membunuhnya?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Karena tujuan kedatangannya ke ibukota sini tidak lain adalah untuk membalas dendam!"
"Jadi itulah alasanku untuk membunuhnya?" XiMen Chui Xue menjawab dengan dingin.
"Luka yang mematikan ada di tenggorokannya, di situ hanya ada satu tetes darah."
Tentu saja XiMen Chui Xue mengerti apa arti ucapannya itu.
Hanya sebuah serangan yang amat tajam, luar biasa menakutkan, dan cepat sekali yang bisa menimbulkan luka seperti itu. Dan itu hanyalah satu serangan saja! Selain dari XiMen Chui Xue, siapa lagi yang mampu menyerang secepat itu"
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Sayangnya aku sekarang pun sudah tahu bahwa kau bukan pembunuhnya!"
"Kau telah tahu siapa orangnya?"
"Ada dua orang tersangka utama, seorang kasim dan seorang muka bopeng."
"Mati di tangan dua orang seperti itu tidaklah memalukan." XiMen Chui Xue bukanlah orang yang tidak memiliki perasaan humor.
"Sayangnya Zhang Ying Feng tidak mungkin mati di tangan mereka." Lu Xiao Feng menertawakan keadaan serba sulit itu. "Pertama, aku masih belum menemukan motif mengapa mereka ingin Koleksi Kang Zusi
membunuh Zhang Ying Feng. Kedua, mereka tidak mungkin mampu menandingi Zhang Ying Feng."
"Jadi dua orang yang seharusnya merupakan pembunuh tidak mungkin menjadi pembunuh!"
"Karena itu kepalaku jadi sakit."
"Siapa pembunuhnya?"
"Itulah yang ingin kuketahui. Mau tak mau, aku curiga bahwa kematian Zhang Ying Feng ada hubungannya dengan semua ini!"
"Kenapa begitu?"
"Karena kau pun bisa menganggap kasim sebagai pendeta. Dan mereka juga memakai kaus kaki putih."
XiMen Chui Xue merenungkan keadaan itu dalam diam.
"Yan Ren Ying yang menemukan mayat Zhang Ying Feng?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Ya."
"Di mana dia sekarang?"
"Kau ingin bertemu dengannya?"
"Aku ingin melihat luka mematikan di tenggorokan Zhang Ying Feng, mungkin aku bisa menduga siapa pemilik pedang yang membunuhnya itu!"
"Aku telah memeriksa luka itu, memeriksanya dengan amat teliti."
"Aku tahu ilmu kungfumu tidak buruk, ketajaman mata dan keahlianmu pun tidak rendah." XiMen Chui Xue membantah dengan dingin. "Tapi bila menyangkut pedang, pengetahuanmu tidak jauh lebih baik daripada seorang perempuan tua!"
Lu Xiao Feng hanya bisa tertawa pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa membantah. Tidak ada orang yang bisa berdebat tentang pedang dengan XiMen Chui Xue.
"Jika kau bersikeras untuk pergi, aku akan membawamu ke sana." Ia meneruskan, senyuman lelah masih terlihat di wajahnya. "Tapi kau sebaiknya berhati-hati."
"Mengapa?"
"Karena Yan Ren Ying telah menemukan beberapa pembantu, di antara mereka bukan hanya terdapat 2 orang lhama dari Tibet, tapi juga ada dua orang jago pedang misterius yang telah terlatih selama bertahun-tahun dan berasal dari sebuah sekte pedang yang misterius di puncak Gunung Perairan Dewi."
"Apakah mereka menggunakan pedang?"
Tidak perduli betapa misteriusnya sebuah sekte pedang, pada akhirnya mereka tentu akan tetap menggunakan pedang.
"Asal mereka menggunakan pedang, mereka yang seharusnya berhati-hati bila mereka bertemu denganku!" XiMen Chui Xue memberi komentar dengan dingin.
"Jadi yang harus berhati-hati itu mereka, bukan kamu." Lu Xiao Feng tersenyum.
"Tentu saja."
"Bagaimana dengan kedua lhama itu?"
"Lhama itu bagianmu."
Pendeta Budha dan Tao telah banyak membuat Lu Xiao Feng sakit kepala, sekarang lhama-lhama itu menjadi urusannya pula.
"Ada orang yang mencari kemasyuran, kekuasaan, ada pula yang mencari harta, kau tahu apa yang kucari?" Ia bergumam.
"Masalah."
"Tepat. Tidak perduli ke mana pun aku pergi dan ke mana pun aku memandang, yang kutemukan hanya masalah!"
"Jadi ke mana kita akan pergi?"
"Losmen Keberuntungan."
Losmen Keberuntungan terletak di jalan utama di sebelah timur kota. Mungkin, inilah hotel tertua dan terbesar di ibukota. Saat mereka tiba, hari telah larut malam, tapi Yan Ren Ying dan teman-temannya tidak berada di sana.
Koleksi Kang Zusi
"Tuan Yan ingin menguburkan kakak seperguruannya," pegawai hotel menerangkan. "Ia pergi beberapa saat yang lalu dengan kedua tuan lhama!"
"Ke mana tujuan mereka?"
"Altar Tanaman Dewa."
--------------Altar Tanaman Dewa terletak di luar Gerbang Kedamaian Abadi.
"Mengapa mereka membawanya ke sana?"
"Karena altar itu telah lama tidak digunakan, maka lhama-lhama itu hendak menggunakannya untuk kremasi."
"Kremasi?"
"Secara tradisional, para petani dan penggembala di wilayah luar tembok besar selalu dikremasi oleh pendeta lhama saat mereka meninggal. Walaupun ada di antara mereka yang telah pindah ke daerah tengah, mereka tetap memelihara tradisi itu, begitu juga dengan kebiasaan mengimpor rumput tertentu dari wilayah luar sana."
"Apakah ada sesuatu yang istimewa dengan rumput itu?"
"Ya, bukan hanya rumput itu amat lembut, warnanya juga tetap hijau walaupun telah kering."
"Apa yang mereka lakukan dengan rumput itu?"
"Mereka membantali peti-peti itu dengan rumput tersebut!"
"Peti apa?"
"Semacam peti mati, tapi hanya digunakan sampai saat kremasi."
"Mengapa begitu?"
"Karena lhama-lhama itu meminta upah, jika upahnya tidak dibayar penuh, maka kau harus menunggu. Aku pernah melihatnya sekali, seluruh aula dipenuhi oleh peti-peti selebar setengah meter dan setinggi satu meter."
"Peti-peti itu lebarnya hanya setengah meter dan tingginya satu meter?"
Lu Xiao Feng mengangguk, sepertinya ia hampir muntah.
"Jadi mayat itu tidak berbaring atau berdiri, tapi harus berjongkok di dalam peti."
XiMen Chui Xue pun mengerutkan keningnya.
"Aula utama itu bukan hanya terisi oleh peti-peti ini, kantung-kantung kuning pun bergantungan di langit-langit."
"Apa isi kantung-kantung itu?"
"Abu mayat. Mereka mengirimkan abu mayat itu kembali ke kampung halaman mereka hanya satu kali dalam setahun. Maka, sebelum dikirim, mereka menggantungnya di langit-langit aula utama."
"Kita tidak bisa membiarkan mereka memasukkan abu Zhang Ying Feng ke dalam salah satu kantung itu."
"Maka kita sebaiknya bergegas."
Bab 7: Penyelamatan Di Krematorium
Larut malam. Cahaya di aula tampak redup, membuat aula itu tampak lebih mirip kuburan. Udara malam di bulan September seharusnya dingin dan menyegarkan, tapi di dalam sini, seperti membawa bau busuk yang luar biasa.
Bau busuk di markas para kasim dulu sudah cukup untuk membuat orang muntah, tapi bau busuk di sini berbeda. Bau ini aneh dan menakutkan. Karena ini adalah bau daging yang membusuk. Di beberapa buah peti terlihat bercak darah, darah yang merah gelap perlahan-lahan terlihat mengalir keluar dari sela-sela potongan kayu.
"Brak!" Tiba-tiba sepotong kayu tampak terpental dan sebuah retakan muncul di atas peti itu.
Seakan-akan ada seorang manusia hidup di dalam peti itu yang sedang berusaha untuk keluar.
Mungkinkah orang mati bisa hidup kembali" Bahkan XiMen Chui Xue pun merasakan punggungnya menjadi dingin.
"Jangan khawatir," Lu Xiao Feng menepuk pundaknya dan memaksakan sebuah senyuman berani di wajahnya. "Orang mati tidak bisa hidup kembali."
Koleksi Kang Zusi
XiMen Chui Xue tertawa mendengar ucapan itu.
"Tapi orang mati akan membusuk, dan tubuh mereka akan membengkak, membengkak sedemikian rupa hingga menghancurkan peti."
"Tidak ada yang meminta penjelasan darimu." XiMen Chui Xue berkata dengan dingin.
"Aku khawatir kalau kau ketakutan."
"Aku hanya takut pada satu jenis manusia!"
"Manusia macam apa?"
"Yang tidak mau tutup mulut."
Lu Xiao Feng tertawa, walaupun itu bukan tawa yang teramat riang. Tidak ada orang yang bisa merasa gembira di tempat seperti ini.
"Aneh, tidak seorang pun dari mereka yang berada di sini." Lu Xiao Feng bergumam sambil berjalan mondar-mandir di antara peti-peti itu.
Ia lebih suka dimaki orang karena tidak menutup mulutnya daripada benar-benar menutup mulut. Di tempat seperti ini, sebentar saja orang akan jadi gila jika tidak bicara. Bicara bukan hanya membantunya untuk merasa tenang, hal itu juga akan membuatnya bisa melupakan bau yang menakutkan ini untuk sementara.
"Mungkin mereka sedang mengkremasi mayat Zhang Ying Feng di belakang, satu-satunya tungku pembakaran di tempat ini berada di belakang gedung."
"Satu-satunya tungku pembakaran?"
"Di sini hanya ada satu tungku, dan tungku itu mengeluarkan asap."
"Kau tahu banyak."
"Ada satu hal yang tidak ia ketahui." Terdengar seseorang mengejek dari belakang gedung sana.
"Tungku itu bisa mengkremasi 4 orang sekaligus. Kalian berempat akan terbakar menjadi abu."
Pendeta lhama tidak semuanya ganjil dan aneh, tapi kedua lhama ini bukan hanya ganjil, tapi juga aneh. Tidak ada orang yang bisa menguraikan bagaimana wajah mereka, karena wajah mereka terlihat seperti dua topeng setan yang terbuat dari tembaga bercat hijau.
Mereka mengenakan jubah kuning, tapi jubah itu hanya menutupi setengah bagian tubuh atas dan pundak kiri mereka dibiarkan terbuka. Di tangan kiri mereka ada 9 buah cincin tembaga hijau yang sepadan dengan anting yang tergantung di telinga mereka. Senjata di tangan mereka pun berupa cincin tembaga berwarna hijau. Selain tempat genggaman mereka di cincin itu, badan cincin itu tampak tajam dan runcing. Siapa pun, bila melihat dua orang seperti ini di sebuah tempat seperti ini, tentu akan mengucurkan keringat dingin karena ketakutan. Tapi Lu Xiao Feng malah tertawa.
"Ternyata pendeta lhama tidak bisa menghitung," ia bergurau. "Di sini kami hanya berdua, bukan berempat."
"Dua di depan, ditambah dua di belakang." Salah satu lhama itu tiba-tiba tersenyum menyeramkan, memperlihatkan gigi-giginya yang menakutkan. Tapi wajah lhama yang satunya lagi tampak membeku seperti muka mayat.
"Siapa dua orang yang ada di belakang?" Lu Xiao Feng tidak memahami ucapannya.
"Dua orang yang akan menemani kalian berdua ke Tanah Barat."
Lu Xiao Feng kembali tertawa.
"Aku tidak ingin pergi ke sana, aku tidak punya teman di sana."
"Bunuh!" Lhama yang tidak tersenyum tadi tiba-tiba memberi perintah. Cincin tembaga itu bergetar ketika kedua lhama tersebut bersiap-siap untuk menyerang.
"Mereka berdua adalah pendeta lhama." XiMen Chui Xue berkata dengan dingin.
"Mereka hanya berdua."
"Lhama-lhama itu bagianmu."
"Jadi apa yang akan kau lakukan?"
XiMen Chui Xue tertawa. Tiba-tiba ia menghunus pedangnya. Dengan sebuah sinar kilat, pedang itu terbang ke arah sebuah peti kayu di pinggir. Tidak ada orang yang bisa membayangkan kecepatan ia menghunus pedangnya dan menyerang, juga tidak ada yang bisa menduga kalau ia akan menyerang peti itu, pedangnya tidak pernah membunuh orang yang sudah mati.
Koleksi Kang Zusi
"Brak!" Tepat saat itu, sebuah peti lain tiba-tiba hancur berantakan dan sebatang pedang berbentuk seperti ular pun melayang keluar, langsung menuju selangkangan Lu Xiao Feng. Serangan ini benar-benar amat cepat dan mendadak, juga amat tidak terduga.
Orang mati masih bisa membunuh" Jika Lu Xiao Feng bukan Lu Xiao Feng, ia tentu telah terbunuh oleh pedang itu! Tapi Lu Xiao Feng adalah Lu Xiao Feng. Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan, dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, menangkap pedang itu!
Tidak perduli apakah serangan itu berasal dari manusia atau hantu, asalkan ia mau, ia akan selalu berhasil menangkap pedang itu, baik itu pedang manusia atau pedang setan.
Ini benar-benar sebuah ilmu tunggal di dunia ini dan tidak pernah gagal.
"Ssttt!" Dan tepat saat itu pula pedang XiMen Chui Xue menembus peti tadi. Tiba-tiba sebuah raungan yang menggetarkan sukma terdengar dari dalam peti saat potongan-potongan kayu beterbangan dan seseorang melompat keluar.
Seorang laki-laki bertubuh gelap dan kurus dengan pedang berwarna hitam di tangannya. Wajahnya penuh dengan darah, darah yang merah.
"Ternyata mereka ada empat orang!" Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Empat orang, tujuh mata." XiMen Chui Xue memberi komentar dengan dingin.
Mata kiri laki-laki berpakaian hitam yang melompat keluar dari dalam peti itu telah, ajaib sekali, terkorek keluar oleh ujung pedang tadi. Seperti orang gila, ia mengayun-ayunkan pedang hitamnya yang berbentuk ular dan ia, dengan kecepatan seperti kilat, melakukan 9 kali serangan. Tekniknya ganjil tapi efektif, aneh tapi keji. Sayangnya ia menggunakan pedang. Sayangnya ia bertemu dengan XiMen Chui Xue!
"Aku tidak bermaksud untuk membunuh." XiMen Chui Xue berkata dengan dingin.
Pedangnya melesat sekali lagi, dan sekali lagi! Raungan orang berbaju hitam itu tiba-tiba berhenti dan tubuhnya tiba-tiba membeku dan ia berdiri di sana seperti patung. Darah masih menyembur, tapi ia telah roboh seperti balon yang ditusuk.
Dengan pedang terjepit di antara jari-jarinya, Lu Xiao Feng memandang pada peti di hadapannya.
Ajaib, tidak ada sedikit pun gerakan atau suara dari dalam peti itu.
"Tentu bukan seorang lhama yang berada di dalam peti ini." Tiba-tiba ia menarik kesimpulan.
"Mm."
"Aku menangkap sebatang pedang untukmu, bagaimana kalau kau menangkap seorang lhama untukku dan kita pun boleh menganggapnya impas?"
"Setuju." XiMen Chui Xue tiba-tiba melayang dan kilauan pedangnya lalu menghujani lhama yang tersenyum tadi seperti badai petir. Ia tidak menyukai tampang lhama itu saat tersenyum.
Cincin lhama itu mulai berputar-putar dan mengelilingi dirinya. Gerakannya juga ganjil tapi efektif, aneh tapi keji. Cincin kembar itu merupakan sepasang senjata yang aneh, jika sebatang pedang atau golok tersangkut dalam lingkarannya, tentu pedang atau golok itu setidaknya akan terampas, kalau tidak tentu akan patah.
Kilauan pedang tampak berkerlap-kerlip saat memasuki lingkaran cincin kembar itu seperti seekor kupu-kupu yang melemparkan dirinya sendiri ke dalam nyala api. Senyum menyeramkan pun muncul kembali di wajah lhama itu saat ia tiba-tiba memutar cincin kembar itu dan berusaha mematahkan pedang XiMen Chui Xue menjadi dua potong!
"Patah!" Kata itu belum sempat keluar dari tenggorokannya, karena saat ia hendak membuka mulutnya dan bicara, tiba-tiba ia menyadari bahwa pedang itu telah tiba di depan tenggorokannya.
Pedang yang begitu dingin seperti es! Ia hampir bisa merasakan dinginnya pedang saat perlahan-lahan memasuki darahnya. Lalu ia tidak merasakan apa-apa lagi, ia pun tidak tersenyum lagi.
XiMen Chui Xue tidak menyukai tampangnya waktu ia tersenyum.
Walaupun wajah lhama yang tidak tersenyum tadi telah pucat pasi, ia masih mengkertakkan giginya dan hendak menyerang.
Tapi XiMen Chui Xue malah hanya menunjuk pada Lu Xiao Feng.
"Kau adalah bagiannya." Perlahan-lahan ia mengangkat tangannya dan meniup dengan lembut setetes darah di ujung pedangnya dan tidak memandang lhama itu lagi. Lhama tersebut mundur Koleksi Kang Zusi
selangkah dengan heran dan melihat tetesan darah itu jatuh ke atas tanah. Akhirnya, ia menghentakkan kakinya ke tanah dan menyerbu Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng masih menjepit pedang yang berasal dari peti tadi di antara jari-jarinya. Sebuah senyuman ironis pun muncul di wajahnya.
"Orang ini benar-benar tidak mau rugi untuk apa saja"."
"Cring!" Bunyi itu memotong ucapannya. Sembilan cincin di tangan kiri lhama itu tiba-tiba semuanya datang berputar-putar ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Lhama itu sendiri juga melesat pergi dengan kecepatan tinggi.
Setelah cincin tembaga itu lepas dari tangannya, ia melesat ke sebuah jendela dan kabur. XiMen Chui Xue telah memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarungnya dan berdiri di sana, menonton dengan santai, sambil menggendong tangan di balik punggung, seolah-olah semua itu tidak ada hubungannya dengan dirinya.
"Cring! Cring! Cring!" Serentetan bunyi dering, seperti bunyi mutiara yang bergulir di atas sebuah piring giok, kembali terdengar, dengan beberapa kali sentilan jarinya, Lu Xiao Feng telah mementalkan semua cincin tembaga itu ke udara.
Cincin seperti ini sebenarnya merupakan senjata yang amat berbahaya dan sukar diatasi, tapi bagi dirinya, senjata itu seperti mainan anak-anak.
"Pernah terfikir untuk menjual jari-jarimu itu?" XiMen Chui Xue tiba-tiba bertanya.
"Itu tergantung dengan apa kau hendak membelinya."
"Kadang-kadang aku ingin menukar salah satu jariku dengan itu."
Lu Xiao Feng tertawa.
"Aku tahu ilmu pedangmu lumayan dan cukup cepat saat menyerang. Tapi satu buah jari tanganmu paling-paling hanya sama nilainya dengan satu buah jari kakiku." Ia bergurau.
Peti itu masih tetap sunyi-sepi. Pedang tadi tidak mungkin bisa menusuk sendiri. Di mana orangnya"
Lu Xiao Feng mengetuk peti tersebut.
"Kau hendak bersembunyi di sana sampai mati?"
Tidak ada jawaban.
"Jika kau tidak keluar, kami terpaksa akan menghancurkan rumahmu."
Masih tidak ada jawaban.
"Orang ini mungkin tidak tahu bahwa apa yang aku katakan, akan selalu kulakukan." Lu Xiao Feng menghela nafas.
Ia mengangkat tangannya dan menampar. Peti itu pun terbelah hancur. Orangnya masih ada di dalam peti, berjongkok di dalam peti, tidak bergerak sedikit pun. Air mata, air liur, dan ingus dari hidungnya telah keluar semuanya, dari tubuhnya juga tercium bau busuk. Ternyata dia sudah mati ketakutan.
Hal ini mengejutkan Lu Xiao Feng. Gunung Perairan Dewi, sekte pedang yang misterius, semua nama ini terdengar menakutkan, tapi siapa yang menyangka kalau orangnya bisa mati ketakutan"
"Orang ini bukan berasal dari Gunung Perairan Dewi." XiMen Chui Xue tiba-tiba berkata.
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku mengenal ilmu pedang mereka."
"Seperti apa ilmu pedang mereka itu?"
"Jurus tadi adalah Pusaran Angin dari Sekte Pedang Laut Selatan."
"Mereka adalah murid-murid Sekte Pedang Laut Selatan?"
"Pasti."
"Mengapa mereka menyamar sebagai jago-jago pedang dari Gunung Perairan Dewi?"
"Pertanyaan itu seharusnya kau ajukan padanya."
"Sayangnya ia tampaknya tidak mampu bicara lagi."
"Jangan lupa kalau di belakang sana masih ada dua orang lagi."
Siapakah dua orang yang berada di belakang" Satu orang mati dan satu orang hidup!
Tentu saja orang yang mati tidak bisa bergerak, tapi orang yang hidup pun ternyata tidak bisa bergerak juga. Orang yang mati adalah Zhang Ying Feng, yang hidup adalah Yan Ren Ying.
Koleksi Kang Zusi
Pemuda yang angkuh itu sekarang sedang tergeletak di atas tanah seperti orang mati, seolah-olah mereka berdua sedang berada dalam antrian untuk dikremasi.
Lu Xiao Feng tahu bahwa ia hanya tertotok urat nadinya dan ia pun membantu pemuda itu duduk.
Dengan sebuah sentilan tangan yang cepat, XiMen Chui Xue telah membuka totokan itu dan menatap pemuda itu dengan tatapan sedingin es.
Pemuda itu juga melihat wajah XiMen Chui Xue yang pucat dan beku seperti es saat ia berusaha untuk berdiri.
"Siapa kau?"
"XiMen Chui Xue."
Wajah Yan Ren Ying menjadi pucat pasi dan ia pun jatuh lagi.
"Bunuh aku!" Ia menghela nafas.
XiMen Chui Xue tertawa dengan dingin.
"Mengapa kau tidak membunuhku?" Yan Ren Ying berkata sambil mengkertakkan giginya.
"Mengapa kalian malah menolongku?"
"Karena ia tidak pernah ingin membunuhmu." Lu Xiao Feng pun menghela nafas. "Kaulah yang ingin membunuhnya."
Yan Ren Ying menundukkan kepalanya, sepertinya ia lebih suka mati daripada merasakan apa yang ia rasakan sekarang.
"Cara mereka menotok urat nadinya juga berasal dari Sekte Laut Selatan." XiMen Chui Xue tiba-tiba berkata.
"Mereka adalah bala bantuan yang diundang olehnya, mengapa mereka malah menyakitinya?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Pertanyaan itu seharusnya kau ajukan sendiri padanya!" XiMen Chui Xue menjawab dengan dingin.
"Mereka tidak diundang." Belum lagi Lu Xiao Feng sempat bertanya, Yan Ren Ying telah menjawab. Sambil mengkertakkan giginya, ia menerangkan. "Mereka yang datang mencariku."
"Mereka sukarela membantumu untuk balas dendam?"
Yan Ren Ying mengangguk.
"Mereka bilang, mereka adalah sahabat guruku."
"Dan kau percaya?"
Sekali lagi kepala Yan Ren Ying ditundukkan dengan malu. Ia memang masih terlalu muda, masih mudah terpengaruh oleh semua dusta dan jebakan yang ditawarkan oleh dunia persilatan.
Lu Xiao Feng hanya bisa tersenyum simpatik.
"Kau tahu mengapa mereka ingin menyingkirkanmu?"
Yan Ren Ying terdiam.
"Mereka menyerangku setelah kami tiba di sini. Tapi rasanya aku mendengar mereka mengatakan satu hal."
"Apa itu?"
"Bukan kami yang membunuhmu, tiga patung lilin itulah yang membunuhmu." Itulah yang mereka katakan sebelum Yan Ren Ying tadi roboh.
"Patung apa?"
"Patung yang dibuat oleh kakak seperguruanku."
"Di antara kami bertujuh, ia selalu menjadi yang paling cerdas, dan ia pun memiliki sepasang tangan yang cekatan." Ia meneruskan penjelasannya. "Sekali saja ia melihat wajahmu, dengan cepat ia bisa membuat gambarmu di lengan bajunya yang terlihat amat mirip denganmu."
"Apakah ia sanak saudara "Manusia Tanah Liat Zhang" di ibukota?"
"Ibukota adalah kampung halamannya. Ia amat mengenal orang-orang di sana."
-- Hal itu pun menjelaskan kenapa ia mengenal Kakak Ke-enam Ma.
"Waktu kami berpisah, ia tidak membawa patung apa pun. Tapi waktu aku sedang memeriksa mayatnya, 3 buah patung terjatuh dari balik bajunya."
"Di mana patung-patung itu sekarang?" Lu Xiao Feng segera bertanya.
"Di sini bersamaku. Tapi aku tidak mengenal 3 orang ini."
Koleksi Kang Zusi
Tapi Lu Xiao Feng mengenalnya; setidaknya ia mengenal dua orang di antaranya. Ia langsung mengenalinya saat ia melihat patung-patung itu.
"Ini adalah Tuan Wang dan Kakak Ke-enam Ma."
Kecekatan tangan Zhang Ying Feng benar-benar mengagumkan, tapi sayangnya patung yang ketiga telah rusak.
"Ia tentu membuat 3 buah patung ini sebelum ia mati, karena ia tahu bahwa 3 orang ini hendak membunuhnya."
"Menurutmu, 3 orang ini adalah pembunuh yang sebenarnya?" XiMen Chui Xue bertanya.
"Tak perlu diragukan lagi."
"Jadi sebelum ia mati, ia masih sempat memikirkan cara untuk meminta saudara-saudara seperguruannya membalaskan dendamnya dan membuat patung wajah para pembunuh yang sebenarnya?"
"Benar."
"Tapi di saat genting antara hidup dan mati seperti itu, di mana ia bisa menemukan lilin?"
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ia tidak perlu mencarinya," Yan Ren Ying yang menjawab pertanyaan ini. "Ia selalu membawa sepotong lilin bersamanya. Kapan saja ia punya waktu luang, ia tentu akan bermain-main dengan lilin itu."
"Tampaknya tangannya yang cekatan itu bukan hanya bakat alami, tapi karena latihan juga." Lu Xiao Feng menghela nafas.
Kenyataannya, untuk mendapatkan keahlian seperti itu bukan hanya diperlukan latihan yang keras, tapi juga harus dibarengi dengan semangat yang berapi-api dan tak mudah padam yang mungkin tidak bisa difahami oleh orang lain. Hal ini sama seperti keahlian mana pun. Jika tujuanmu adalah kesempurnaan, maka kau harus memiliki semangat yang menyala-nyala. Semangat seperti itu pula yang dimiliki XiMen Chui Xue terhadap ilmu pedang.
Sebuah perasaan tersentuh pun muncul di wajah XiMen Chui Xue, karena ia juga memahami semangat ini. Tidak ada orang yang tahu dan memahami semangat ini sejelas dirinya. Pada masa mudanya, tak perduli ke mana pun ia pergi, ia pun selalu membawa-bawa pedangnya, bahkan waktu ia sedang mandi atau pun tidur lelap.
"Zhang Ying Feng dibawa oleh Kakak Ke-enam Ma ke sarang kasim itu untuk mencarimu!" Lu Xiao Feng berkata.
"Tapi ia malah menemukan rahasia Tuan Wang dan Kakak Ke-enam!" XiMen Chui Xue menduga-duga.
"Maka mereka membunuhnya."
"Tuan Wang dan Kakak Ke-enam Ma mungkin sama sekali tidak berguna, tapi orang ketiga itulah majikan mereka."
"Ia tahu sebelumnya bahwa ia bukanlah tandingan orang ini dan ia pasti mati. Maka diam-diam ia membuat patung-patung ini agar orang lain tahu siapa pembunuhnya!"
Karena ia telah menduga bahwa orang lain tidak akan pernah mencurigai orang ketiga ini sebagai pembunuh yang sebenarnya. Jika begitu, hal ini berarti rahasia yang sedang dibicarakan 3 orang itu tentulah sebuah rahasia yang bisa mengguncangkan dunia.
"Bangunan-bangunan di sana semuanya kecil dan sempit, dan selalu penuh sesak." Lu Xiao Feng meneruskan. "Mereka tidak berhasil menemukan tempat untuk menyembunyikan mayat ini, mereka pun tidak bisa menemukan cara untuk menghancurkan mayat ini."
"Maka mereka melemparkan mayat ini ke atas punggung seekor kuda dan mengusir kuda itu keluar." XiMen Chui Xue menarik kesimpulan.
"Mereka bermaksud melemparkan kesalahan ini padamu, agar kau berhadapan dengan Sekte E"Mei. Menimpuk dua ekor burung dengan sebutir batu."
Walaupun kebenaran telah tersingkap, mereka tetap tidak tahu bagian terpenting dari informasi ini "
patung ketiga telah rusak.
XiMen Chui Xue mengamati patung yang rusak itu dengan teliti.
"Orang ini pasti bukan Hwesio Jujur!"
Koleksi Kang Zusi
Orang ini mempunyai rambut. Zhang Ying Feng bukan hanya bisa membuat tiruan yang mirip, ia pun bisa menjiplak rambut orangnya.
"Tampaknya ia sangat gemuk."
"Bukan, wajahnya telah rata, itulah sebabnya ia terlihat begitu gemuk."
"Ia punya jenggot, tapi tidak terlalu panjang."
"Jadi ia tidak begitu tua."
"Wajahnya tampak hijau."
"Itu warna lilinnya, bukan wajahnya."
"Jadi sekarang kita tahu bahwa ia berjenggot, tidak begitu gemuk, tidak begitu kurus." Lu Xiao Feng menghela nafas dan sebuah senyuman letih pun muncul di wajahnya.
Ada puluhan ribu orang yang sesuai dengan deskripsi itu di kota sana, di mana mereka akan mencarinya"
Api di dalam tungku telah menyala. Lhama-lhama itu sepertinya sudah lama berencana untuk mengkremasi Yan Ren Ying dan Zhang Ying Feng.
"Mereka mungkin berada di bawah komando Tuan Wang dan datang ke sini untuk membunuh Yan Ren Ying dan membungkamnya. Jadi mereka mungkin tidak mengira kalau kita akan tiba di sini!"
"Atau mungkin mereka bukan diperintah ke sini oleh Tuan Wang, mungkin "orang ketiga" itulah dalang sebenarnya di balik semua ini."
"Apa pun juga, lhama-lhama itu juga pendeta, mereka juga memakai kaus kaki putih."
"Ada sejumlah pendeta Tao di dalam Sekte Laut Selatan."
Api tampak berkerlap-kerlip dan menyinari wajah Zhang Ying Feng, juga menyinari luka mematikan di lehernya.
"Tahukah kau siapa yang membuat luka itu?"
"Tidak. Tapi ada beberapa orang selain diriku yang mampu membuat luka seperti itu!"
"Selain darimu, ada berapa banyak?"
"Tidak banyak, tidak lebih dari 5 orang yang masih hidup."
"Siapa saja 5 orang itu?"
"Ye Gu Cheng, Tosu Kayu, dan 2 atau 3 orang jago pedang lainnya yang tidak akan kau kenali walaupun kusebutkan namanya. Salah seorang dari mereka adalah seorang pertapa yang tinggal di Gunung Air Dewi."
"Kau mengenalnya?"
"Walaupun aku tidak mengenalnya," XiMen Chui Xue menyeringai, "Aku tahu ilmu pedangnya."
"Bagaimana dengan Jago Pedang Hunan Wei Zi Yun?"
"Tekniknya tidak mantap, juga tidak cukup cepat," XiMen Chui Xue menggelengkan kepalanya,
"apalagi Yin Xian."
Lu Xiao Feng merenung sebentar.
"Mungkin ada beberapa orang yang ilmu pedangnya tinggi, tapi amat jarang terlihat menggunakan pedang."
"Sepertinya tidak mungkin, tapi tetap tidak mustahil."
"Jika Hwesio Jujur menggunakan pedang, aku yakin ilmu pedangnya pasti mengagumkan. Aku selalu merasa bahwa tingkat pemahamannya terhadap ilmu kungfu sebenarnya amat mendalam dan luas."
"Hwesio Jujur tidak punya rambut, atau jenggot."
Lu Xiao Feng tertawa.
"Kalau ada manusia yang palsu, apalagi cuma jenggot palsu." Tampaknya ia tetap curiga pada Hwesio Jujur.
Yan Ren Ying selama itu selalu berdiri di pinggir; mendadak ia berjalan mendekat dan membungkuk pada XiMen Chui Xue.
"Tidak perlu berterimakasih padaku, yang menolongmu bukan aku, tapi Lu Xiao Feng." XiMen Chui Xue buru-buru berkata.
"Aku bukan berterimakasih padamu, hutang budiku pada kalian karena telah menyelamatkan nyawaku tidak mungkin dibalas dengan sekedar ucapan terimakasih." Sebuah raut wajah yang aneh Koleksi Kang Zusi
pun muncul di wajahnya, dalam kerlipan cahaya api, sukar memastikan apakah ia ingin tertawa atau menangis.
"Aku ingin memohon agar kau membawa permintaan maafku kepada adik seperguruanku."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku telah salah faham terhadapnya selama ini. Aku memandang rendah dirinya. Aku berfikir bahwa ia seharusnya tidak pergi bersama musuh sekte kami." Yan Ren Ying bimbang sebelum akhirnya mengumpulkan cukup keberanian untuk meneruskan. "Tapi sekarang aku akhirnya faham, balas dendam tidaklah sepenting yang kufikir sebelumnya"."
-- Balas dendam bukanlah sesuatu yang harus dilakukan. Ada jauh lebih banyak emosi dan perasaan yang lebih agung dan mulia daripada kebencian. Ia tidak mengucapkan kata-kata ini, karena ia tak sanggup untuk mengatakannya. Tapi akhirnya ia faham di dalam hatinya. Karena saat ini kebencian di hatinya tidak mungkin bisa dibandingkan dengan pekatnya perasaan terima kasih. Tiba-tiba ia membungkuk, mengangkat mayat kakak seperguruannya, dan mulai melangkah pergi dengan kepala yang tegak. Jalan yang akan ditempuh masih tertutup oleh kegelapan, tapi terangnya cahaya sudah datang mendekat.
Lu Xiao Feng memperhatikan kepergiannya sebelum akhirnya menghela nafas: "Ia masih muda, setiap kali aku melihat seorang pemuda seperti dia, aku selalu merasa bahwa dunia ini tidak terlalu buruk. Tidak ada buruknya bila kita tetap hidup."
Berapa harga kehidupan" Kehidupan akan selalu terisi oleh harapan. Mata XiMen Chui Xue kembali terlihat berkerlap-kerlip dengan kehangatan. Ini bukanlah pantulan nyala api di matanya, tapi pantulan es yang mencair di hatinya.
Lu Xiao Feng memandangnya dan tiba-tiba menepuk pundaknya.
"Kau akhirnya menyelamatkan sebuah nyawa hari ini, bagaimana rasanya?"
"Lebih baik daripada mencabut nyawa!"
______________________________
Di bawah nyala api yang berkerlap-kerlip, wajah "orang ketiga" tampak menyeringai dan aneh.
Tidak seorang pun akan terlihat menyenangkan bila wajahnya rata.
"Sekarang Kakak Ke-enam telah mati, hanya tinggal satu orang yang tahu identitasnya!"
"Tuan Wang?"
"Mm."
"Kau ingin mencarinya?"
"Tidak." Lu Xiao Feng menghela nafas. "Ia mungkin berada jauh di dalam Kota Terlarang sekarang, aku tak akan bisa menemukannya walaupun aku berusaha."
"Dan walaupun kau menemukannya, ia tidak akan pernah menyingkap rahasia itu."
Lu Xiao Feng memandang patung di tangannya dengan seksama, matanya kembali terlihat bersinar-sinar.
"Masih ada satu cara lagi bagiku untuk mengetahui siapa dirinya."
"Cara apa?"
"Aku bisa pergi mencari si Manusia Tanah Liat Zhang, aku yakin ia tahu cara untuk mengembalikan patung ini kembali ke keadaannya semula."
XiMen Chui Xue menatap matanya dengan secercah senyuman.
"Kau benar-benar cerdas."
"Aku memang tidak bodoh." Lu Xiao Feng tertawa.
"Kau akan pergi sekarang juga?"
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya, sebuah kehangatan yang lembut dan halus pun muncul di matanya.
"Sekarang aku hanya ingin menemui seseorang"."
Ia tidak menyebutkan nama orang itu, tapi XiMen Chui Xue telah tahu siapa orang tersebut.
Bintang perlahan-lahan menghilang, langit yang tiada batas dan berangin akhirnya lenyap. Sinar yang terang pun mulai muncul.
Koleksi Kang Zusi
Bab 8: Pertempuran Awal
Tanggal 15 September pagi. Lu Xiao Feng berjalan keluar dari sebuah pintu di sudut halaman belakang toko roti itu, berbelok keluar dari halaman, dan berjalan menelusuri jalan yang tertutup oleh kabut pagi. Walaupun ia tidak tidur malam sebelumnya, ia tidak lelah. Setelah mandi air dingin, ia merasa lebih segar dan bertenaga, seluruh tubuhnya bahkan lebih siap untuk menghadapi hari ini.
Ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membongkar persekongkolan ini dan menemukan dalang di balik semua ini. Patung lilin itu masih berada di dalam kantung sebelah dalam bajunya. Ia bersumpah akan meratakan wajah orang itu seperti wajah patung ini.
"Manusia Tanah Liat Zhang tinggal di Jalan Ikan Mas di belakang Jalan Cherry. Pintu depannya bercat hitam dan di depannya ada sebuah papan nama, sangat mudah untuk ditemukan."
Ia telah menemui OuYang Qing. Walaupun gadis itu tidak berkata apa-apa, warna wajahnya telah berubah jauh lebih sehat, jelas ia telah melalui saat-saatnya yang kritis.
-- XiMen Chui Xue bukan hanya memiliki ilmu pedang pembunuh, ia juga memiliki obat penolong jiwa.
"Menolong nyawa tampaknya benar-benar lebih nikmat daripada mencabut nyawa."
Lu Xiao Feng tersenyum. Ia hanya bisa berharap bahwa seseorang yang biasa membunuh bisa berubah menjadi orang yang suka menolong nyawa orang lain.
Ia pun telah bertemu dengan Sun Xiu Qing. Sun Xiu Qing yang dulu suka bicara dan orangnya terus terang juga telah berubah, berubah menjadi seorang wanita yang lembut dan sabar. Karena ia bukan lagi seorang jago pedang wanita yang mencari nama di dunia persilatan, ia segera akan menjadi seorang ibu.
"Kalian telah lupa mengundangku minum arak, sebaiknya kalian jangan lupa untuk mengundangku makan telur merah!"
"Kapan kau akan mengundang kami untuk meminum arakmu?"
Lu Xiao Feng melihat kehangatan dan kelembutan di mata OuYang dan bertanya sendiri di dalam hatinya: "Apakah ini sudah waktunya aku mulai berkeluarga?"
Tentu saja hal ini masih terlalu dini. Tapi jika sebuah fikiran seperti itu muncul di hati seorang laki-laki, hari di mana hal itu menjadi kenyataan tentu tidak akan lama lagi.
Daun jatuh tidak jauh dari akar, manusia pun akhirnya akan selalu menetap. Di samping itu, ia pun telah terlalu lama mengembara. Hidup seorang perjaka yang tidak terikat mungkin mengalami banyak masa suka, tapi kekosongan dan kesepian setelah masa suka itu adalah sesuatu yang tidak semua orang bisa menahannya.
Dan juga merupakan sesuatu yang hanya bisa difahami oleh sedikit orang. Malam-malam yang panjang tanpa tidur, perasaan sunyi setelah musik berhenti dan orang-orang pergi, air mata dan penyesalan saat terbangun setelah mabuk semalaman". Bagaimana sebenarnya rasanya" Hanya di lubuk hatinya mereka benar-benar mengetahui yang sebenarnya.
Manusia Patung Zhang adalah seorang laki-laki tua. Tampaknya ia telah lupa bahwa ia pernah memiliki seorang anak yang pemboros seperti Zhang Ying Feng.
Di benak orang-orang tua ini, semua anak muda yang pergi keluar dan mengembara di dunia serta tidak menetap dan mempersembahkan hidupnya untuk bisnis keluarga adalah anak yang boros.
Tentu saja Lu Xiao Feng tidak mengungkit-ungkit kematian Zhang Ying Feng. Usia, dalam bentuk apa pun, adalah sejenis kesedihan. Ia tidak ingin menambahkan selapis kesedihan lagi pada hidup orang tua ini. Tapi saat pokok pembicaraan beralih pada keahliannya, orang tua yang bungkuk ini seperti tegak lagi tubuhnya dan sinar matanya berkerlap-kerlip dengan bangga.
"Tentu saja aku bisa memperbaiki patung lilin ini ke bentuk aslinya. Tidak perduli seperti apa patung ini sebelumnya, aku bisa mengembalikannya seperti semula." Orang tua ini berkata dengan bangga. "Kau datang pada orang yang tepat, anak muda."
"Berapa lama waktu yang kau butuhkan?" Mata Lu Xiao Feng pun tampak bersinar-sinar.
"Paling lama dua jam." Orang tua itu tampak amat yakin. "Datanglah kembali dan ambil ini dua jam lagi."
Koleksi Kang Zusi
"Tidak bisakah aku menunggu di sini?"
"Tidak." Orang tua itu memperlihatkan keangkuhannya. "Aku tidak membiarkan orang lain melihatku bekerja."
Ini adalah aturannya. Bila mengerjakan hal ini, kata-katanya adalah hukum, karena Lu Xiao Feng tidak bisa melakukan apa yang ia bisa. Maka Lu Xiao Feng pun terpaksa pergi.
Di samping itu, daripada selama dua jam tidak berbuat apa-apa, lebih baik pergi minum teh di warung teh di jalan depan sana.
Warung Kedamaian Surgawi merupakan sebuah warung teh yang besar. Bukanya tepat mulai fajar, dan tempat itu selalu dipenuhi oleh pembeli sejak buka. Karena warung-warung teh di ibukota tidak sesederhana warung-warung teh di tempat lain, para pembeli datang ke sana juga bukan sekedar untuk minum teh.
Terutama di pagi hari, sebagian besar orang sedang menunggu untuk dijemput atau ditawari pekerjaan. Tukang batu, tukang kayu, tukang antar barang, penjahit, dan segala macam tukang dan pedagang lain tentu akan berdatangan ke sekitar warung teh di pagi hari setelah memenangkan sebuah kontrak yang besar atau mendapat tugas untuk mencari pekerja. Jika mereka terlambat datang, mungkin mereka hanya akan mendapatkan pekerja yang buruk.
Bagian dalam warung teh itu mungkin tampak semrawut, tapi kenyataannya setiap profesi memiliki wilayah sendiri di dalamnya. Para tukang kayu tidak akan pernah duduk bersama dengan tukang batu, karena duduk di tempat yang salah berarti tidak akan mendapat pekerjaan.
Ada yang disebut "tempat persinggahan". Setiap profesi memiliki beberapa buah meja yang membentuk "tempat persinggahan" dan tidak boleh ada kekeliruan. Ini bukan pertama kalinya Lu Xiao Feng mengunjungi ibukota, dan ia pun tahu pasti mengenai aturan-aturan ini. Maka ia mengambil tempat duduk di dekat pintu dan menuangkan secangkir teh "Delapan-Ratus-Sekantung" untuk dirinya sendiri.
Teh di sini tidak dijual menurut bobotnya, tapi dijual per kantung. Satu kendi teh, satu kantung daun teh. Ada yang disebut "Dua-Ratus-Sekantung", "Empat-Ratus-Sekantung", dan yang terbaik,
"Delapan-Ratus-Sekantung". Delapan ratus itu sebenarnya berarti delapan tael perak sekantung.
Tentu saja karena ini ibukota, yang tentu saja harus lebih mengesankan daripada tempat-tempat lain, delapan tael perak tadi disebut saja sebagai delapan ratus. Lu Xiao Feng menghirup cangkirnya sebanyak dua kali dan baru saja hendak memanggil pelayan untuk memesan kacang goreng saat dua orang tiba-tiba duduk di mejanya dan menghadap ke arahnya.
Berbagi meja di sebuah warung teh adalah hal biasa. Tapi raut wajah kedua orang ini terlihat amat aneh, tatapan mata mereka malah lebih aneh lagi. Di antara mereka berdua, keempat mata mereka menatap tak berkedip pada wajahnya.
Mereka mengenakan pakaian yang indah, mata mereka pun tampak bersinar-sinar, dan kening mereka pun menonjol. Jelas mereka adalah jago-jago kungfu.
Salah seorang di antara mereka tampaknya berusia lebih tua, ia adalah seorang yang bertubuh tinggi besar dengan gaya mengancam, dan walaupun ia tidak membawa senjata, ia memiliki sepasang tangan penuh otot dengan buku jari yang menonjol yang tampaknya bisa menghancurkan batu cadas. Orang yang lebih muda mengenakan pakaian yang lebih mewah, tampaknya ia memiliki kening yang tinggi dan memancarkan hawa yang lebih kuat daripada si tua tadi. Matanya yang jernih terlihat merah seperti darah, seakan-akan ia tidak tidur semalaman, seakan-akan mata itu dipenuhi oleh kebencian dan kemarahan.
Mereka menatap Lu Xiao Feng, tapi Lu Xiao Feng tidak melirik mereka sedikit pun.
Mereka berdua saling berpandangan. Laki-laki yang lebih tua tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak kayu dan meletakkannya di atas meja.
"Tuan, apakah Tuan ini Lu Xiao Feng?"
Lu Xiao Feng terpaksa mengangguk, dan menggigit bibirnya sedikit tanpa sadar. Kedua kumisnya yang ia sukai itu sepertinya telah banyak membawa masalah yang tidak diinginkan.
"Aku Bu Ju."
"Halo." Lu Xiao Feng menjawab tanpa memperlihatkan ekspresi sedikit pun, seakan-akan ia tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya. Kenyataannya, tentu saja ia pernah.
Koleksi Kang Zusi
Mungkin tidak banyak orang di dunia ini yang pernah mendengar nama itu. "Telapak Pembelah Langit". Nama Bu Ju telah mengendalikan sejumlah wilayah, mulai dari Sichuan hingga Hunan. Ia adalah Ketua Umum dari 36 kelompok bajak laut dan penjahat di daerah itu! Sudut mata Bu Ju tampak berkedut.
Biasanya, bila sudut matanya berkedut, itu berarti bahwa ia hendak membunuh. Tapi kali ini ia terpaksa menahannya.
"Kau pernah mendengar namaku, Tuan?" Ia menekan kemarahannya.
"Tidak."
"Kalau begitu, seharusnya kau telah mendengar apa yang ada di dalam kotak ini." Bu Ju mengejek.
Ia membuka kotak itu. Di dalamnya ada tiga buah cincin giok yang amat besar, berkilauan, dan benar-benar tanpa cacat. Lu Xiao Feng adalah orang yang pandai menaksir. Dengan mudah ia bisa melihat bahwa ketiga cincin giok ini adalah harta yang tak ternilai harganya.
Tapi ia kembali menggelengkan kepalanya.
"Belum pernah melihat benda-benda ini sebelumnya."
"Aku tahu kau belum pernah melihatnya, tak banyak orang yang punya kesempatan untuk melihat harta ini." Bu Ju menjawab dengan cepat sebelum tiba-tiba mendorongkan kotak itu ke sisi Lu Xiao Feng. "Tapi jika kau mau melakukan sesuatu untukku, semua ini menjadi milikmu!"
"Sesuatu seperti apa?" Lu Xiao Feng pura-pura tidak tahu.
"Ketiga cincin giok ini ditukarkan dengan tiga helai sabuk sutera itu."
"Sabuk yang mana?"
"Tidak ada gunanya bermain-main, jadi atau tidak?" Bu Ju menjawab dengan dingin, langsung ke tujuannya.
Lu Xiao Feng pun tersenyum. Ia telah menduga apa yang mereka kehendaki sejak mereka duduk tadi.
-- "Kami telah menyuruh orang untuk mulai menyebarkan informasi ini pada teman-teman di dunia persilatan!"
-- "Tanpa sabuk itu di tubuh mereka, tanpa memandang siapa pun orangnya, akan dieksekusi di tempat jika tertangkap saat memasuki Istana Terlarang tanpa izin!"
Ia tahu masalah yang akan terjadi saat ia mendengar kedua kalimat ini.
"Ya atau tidak?" Bu Ju mendesak dengan marah, ia mulai kehilangan kesabarannya.
"Tidak!" Jawabannya sederhana dan langsung. Ia bukanlah tipe orang yang takut pada masalah.
Bu Ju hampir melompat bangkit dan buku-buku jarinya terdengar bergemeretak seperti bunyi batu berjatuhan, ekspresi wajahnya pun tampak tidak bersahabat lagi. Tapi ia tidak bergerak, karena orang muda itu menahan tubuhnya dengan sebelah tangan dan mengeluarkan sebuah benda lagi dengan tangannya yang lain dan meletakkannya di atas meja. Benda itu adalah sebutir anggur beracun. Tidak lain daripada Anggur Beracun Keluarga Tang yang terkenal ke seluruh dunia, racunnya akan segera menghentikan nafas orang saat bersentuhan dengan darah.
Di bawah sinar matahari, jelas terlihat bahwa Anggur Beracun ini bukan hanya terbuat dari baja yang paling murni, desainnya pun amat rumit, pada setiap lembar daunnya tersembunyi 7 buah jarum baja. Saat terbentur, jarum-jarum ini akan beterbangan sehingga, tidak perduli apakah anggur ini mengenai tulang atau pun darah, orangnya pasti akan mati.
Senjata semacam ini tidak biasanya diletakkan di atas meja untuk dilihat oleh orang lain, dan amat sedikit orang yang sempat mengamatinya dengan teliti. Bahkan Lu Xiao Feng pun terpaksa mengakui bahwa senjata ini membawa semacam kekuatan yang tak dapat difahami. Walaupun tergeletak di atas meja, ia masih bisa merasakan kekuatannya.
"Nama keluargaku Tang." Suara orang muda itu tiba-tiba memecahkan keheningan.
"Tang Tian Zong?"
"Ya!" Orang muda itu mengakui dengan bangga. Ia benar-benar bangga pada dirinya sendiri.
Kemampuannya adalah yang terbaik di antara saudara-saudaranya dan murid-murid keluarga Tang, walaupun usianya adalah yang termuda.
"Kau hendak menukar senjata rahasiamu ini dengan sabuk suteraku?"
Koleksi Kang Zusi
"Senjata ini benda mati. Jika kau tidak tahu cara menggunakannya, aku bisa memberimu sekantung penuh senjata seperti ini dan tetap tidak akan ada gunanya!" Tang Tian Zong memberi komentar dengan dingin.
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Ternyata kau hanya bermaksud memperbolehkan aku melihatnya."
"Tidak banyak orang yang bisa melihat senjata seperti ini."
"Aku pun bisa mengeluarkan sabuk sutera itu untuk kalian lihat, juga tidak banyak orang yang bisa melihatnya!"
"Sayangnya sabuk itu tidak bisa digunakan untuk membunuh."
"Tergantung berada di tangan siapa sabuk itu, kan" Di tangan yang tepat, bahkan sehelai rumput pun bisa membunuh."
Ekspresi wajah Tang Tian Zong menjadi gelap dan ia menatap langsung ke mata Lu Xiao Feng.
Tiba-tiba, ia menekan dengan menggunakan tangannya yang berada di atas meja dan Anggur Beracun itu segera melompat ke udara.
"Sing!" Dengan sebuah bunyi desiran, senjata rahasia itu telah melesat sejauh lebih dari 6 m.
"Tak!" Senjata itu melesak ke salah satu balok di langit-langit. Bukan hanya ke langit-langit, tapi hingga melesak ke dalam kayunya. Ternyata bukan hanya senjata pemuda ini didesain dengan terampil, keahlian tangannya pun mengejutkan. Tapi Lu Xiao Feng tampaknya sama sekali tidak memperhatikan.
Tatapan mata Tang Tian Zong tampak semakin menyeramkan.
"Itulah kemampuan membunuh yang sebenarnya dari senjata tersebut."
"Oh!"
"Tiga cincin giok serta satu nyawa, kau setuju untuk bertukaran?"
"Nyawa siapa?"
"Nyawamu."
Lu Xiao Feng kembali tersenyum.
"Jika aku menolak, kau akan mengambil nyawaku?"
Sebuah seringai pun muncul di wajah Tang Tian Zong saat Lu Xiao Feng mengajukan pertanyaan itu. Dengan perlahan, Lu Xiao Feng menghirup cangkirnya sebanyak dua kali sebelum tiba-tiba ia menyadari sebuah hal yang amat penting. Jika Tang Tian Zong dan Bu Ju bisa menemukannya, maka orang lain pun tentu dapat melacak keberadaannya.
Jika Manusia Tanah Liat Zhang benar-benar mampu mengembalikan patung lilin itu ke bentuknya semula, maka tentu akan ada orang yang ingin membunuhnya dan menghilangkan petunjuk itu. Lu Xiao Feng meletakkan cangkir tehnya, ia memutuskan untuk berhenti bermain-main dengan kedua orang ini. Patung itu adalah petunjuk terakhirnya, Manusia Tanah Liat Zhang tidak boleh mati.
"Kau telah mengambil keputusan?" Tang Tian Zong mendesak.
Lu Xiao Feng tertawa kecil sambil bangkit dengan perlahan, mengambil 3 buah cincin giok itu dari atas meja, dan memasukkannya ke dalam kantungnya.
"Kau menyetujui pertukaran itu?" Bu Ju mulai tersenyum.
"Tidak."
Senyuman Bu Ju segera berubah menjadi kerutan.
"Lalu mengapa kau mengambil cincin giok-ku?"
"Aku telah berbincang-bincang dan menemani kalian untuk beberapa lama, maka aku harus mendapatkan sesuatu sebagai balasannya." Lu Xiao Feng menerangkan dengan santai. "Waktuku amatlah berharga."
Sekali lagi Bu Ju melompat bangkit. Kali ini Tang Tian Zong tidak menariknya kembali, karena kedua tangannya telah berada di dalam kantung kulit macan tutul di pinggangnya.
Tapi Lu Xiao Feng tidak memperdulikan semua itu.
"Jika kalian benar-benar menginginkan sabuk sutera itu, masih ada sebuah cara, tapi aku punya syarat." Ia berkata sambil tersenyum.
"Syarat apa?" Bu Ju mendesak, hampir tak dapat menahan kemarahannya lagi.
"Kalian berdua harus berlutut sekarang juga dan memberi hormat padaku sebanyak tiga kali."
Koleksi Kang Zusi
Sambil meraung murka, Bu Ju menyerang. Tangan Tang Tian Zong pun bergerak.
"Prang!" Sebuah poci tiba-tiba muncul di tangan Bu Ju dan ia menghancurkan poci itu hingga berkeping-keping, menumpahkan isinya ke seluruh jubah sutera ungu yang ia kenakan. Anehnya, ia tidak tahu bagaimana poci itu bisa berada di tangannya.
Tadi ia ingin mencengkeram pundak Lu Xiao Feng, tapi entah bagaimana caranya ia malah mencengkeram poci teh ini. Tang Tian Zong telah mengeluarkan sebelah tangan dari kantungnya dengan sebuah senjata rahasia di tangan, tapi, entah karena alasan apa, ia tetap menggenggamnya saja.
Lu Xiao Feng telah berada di seberang jalan, sambil melambai-lambaikan tangannya dengan gembira pada mereka.
"Kalian telah menghancurkan poci itu, maka kalian harus memberi ganti rugi. Kupersilakan juga kalian berdua untuk membayar tagihanku. Terima kasih banyak."
Bu Ju hendak mengejar waktu tiba-tiba ia mendengar suara desisan beberapa kali dari mulut Tang Tian Zong. Wajahnya tampak pucat seperti kertas, tapi kemudian segera berubah menjadi hijau sebelum berubah lagi menjadi merah darah dan keringat dingin pun mengalir di keningnya. Jalan darahnya telah tertotok. Kapan Lu Xiao Feng melakukan gerakannya" Wajah Bu Ju yang membaja tiba-tiba berubah menjadi pucat pasi dan ia menghela nafas panjang dan menjatuhkan dirinya kembali ke atas kursi.
"Sudah kubilang, jika kalian ingin Lu Xiao Feng mendengarkan kalian, kalian harus bergerak lebih dahulu." Tiba-tiba, dari luar pintu, terdengar suara tawa. "Asal ia masih bisa bergerak, kalianlah yang harus mendengarkan dia."
Seseorang berjalan masuk sambil bicara, kepalanya gundul dan saat tersenyum ia terlihat seperti sebuah patung Budha: "Aku jujur, aku selalu mengatakan hal yang sebenarnya. Kalian percaya sekarang?"
Lu Xiao Feng tidak melihat Hwesio Jujur. Jika ia melihatnya, tentu ia akan semakin gelisah. Tapi walaupun ia tidak melihat Hwesio Jujur, ia merasa seakan-akan ia sudah hampir mati karena cemas.
Bukan hanya ia merasa amat cemas, ia pun merasakan penyesalan yang teramat dalam.
Seharusnya ia tidak meninggalkan si Manusia Tanah Liat Zhang sendirian. Seharusnya ia setidaknya duduk di sana dan berjaga di pintu. Sayangnya jika Lu Xiao Feng bisa duduk dan minum secangkir teh, ia tidak akan pernah mau berdiri di luar dan menunggu orang.
Sekarang ia hanya bisa berharap bahwa "orang ketiga" itu belum menemukan Manusia Tanah Liat Zhang. Ia bahkan bersumpah, jika Manusia Tanah Liat Zhang masih hidup dan bisa mengembalikan patung itu padanya, ia tidak akan minum teh selama 3 bulan berikutnya, tak perduli betapa enaknya rasa teh itu.
Manusia Tanah Liat Zhang ternyata masih hidup, dan dilihat dari tampangnya ia bahkan jauh lebih bahagia daripada sebelumnya. Karena patung lilin itu telah diperbaiki, itu berarti ia akan dibayar.
Saat seseorang bertambah tua, ia semakin jarang memiliki kesempatan untuk membelanjakan uangnya, karena rasa tertariknya dalam mencari uang akan semakin bertambah dan bertambah.
Mendapatkan dan membelanjakan uang sepertinya selalu terlihat berbanding terbalik satu sama lain, hal yang amat aneh, bukan" Setelah ia masuk dan melihat Manusia Tanah Liat Zhang, barulah Lu Xiao Feng akhirnya menghela nafas lega. Anehnya, ia tidak lupa untuk memperingatkan dirinya sendiri.
-- Tidak minum teh selama 3 bulan berikutnya, tak perduli betapa enaknya rasa teh itu. Teh juga bisa membuat orang kecanduan. Orang yang suka minum akan merasa amat sukar untuk tidak minum teh. Untunglah baginya, ia pun tidak lupa untuk mengingatkan dirinya mengenai satu hal lagi: ia masih bisa minum arak, arak yang banyak.
Manusia Tanah Liat Zhang mengulurkan kedua tangannya, patung itu berada di satu tangan, tangan yang lain kosong. Lu Xiao Feng faham benar apa maksudnya.
Orang yang benar-benar ahli selalu ingin dibayar sesegera mungkin setelah mereka menyelesaikan tugasnya, kalau tidak mereka akan merasa amat tidak senang walau kau hanya terlambat sedikit.
Kenyataannya, tindakannya tadi untuk tidak meminta Lu Xiao Feng membayar terlebih dulu adalah suatu hal yang mengagumkan. Setelah tangan yang kosong itu terisi oleh cek, barulah Manusia Koleksi Kang Zusi
Tanah Liat Zhang melepaskan genggamannya pada patung lilin di tangan yang lain. Setelah itu barulah sebuah senyuman muncul di wajahnya. Tapi Lu Xiao Feng tidak mampu tersenyum. Wajah di patung lilin itu tidak lain daripada wajah XiMen Chui Xue.
Jalan Ikan Mas adalah sebuah jalan yang amat sepi dan tenang. Matahari bulan September yang menyinari punggung orang tidak terasa dingin atau pun panas. Dapat berjalan di sebuah jalan seperti ini pada hari seperti ini adalah suatu hal yang amat menyenangkan.
Tapi Lu Xiao Feng tidak merasa gembira. Ia benar-benar tidak percaya kalau XiMen Chui Xue yang membunuh Zhang Ying Feng, ia pun tidak percaya kalau XiMen Chui Xue bekerja sama dengan kasim-kasim itu. Yang terpenting, ia tidak percaya kalau XiMen Chui Xue akan berdusta, apalagi berdusta padanya. Tapi wajah patung ini memang wajahnya XiMen Chui Xue.
"Apakah kau membuat kekeliruan?" Ia ingin bertanya begitu pada Manusia Tanah Liat Zhang, tapi tidak jadi.
Ia selalu menghormati keahlian dan kedudukan orang lain. Dalam bidang ini, Manusia Tanah Liat Zhang memiliki kemampuan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Jika ia menyatakan bahwa Manusia Tanah Liat Zhang telah membuat kekeliruan, perbuatan itu akan dianggap lebih menghina daripada sebuah tamparan di pipi.
Lu Xiao Feng tidak pernah suka membuat orang lain merasa tidak enak, tapi saat ini ia sendiri yang merasa tidak enak. Patung ini merupakan petunjuknya yang paling menjanjikan, tapi sekarang setelah ia mendapatkan petunjuknya, ia malah lebih bingung daripada sebelumnya. Bagaimana hal ini bisa terjadi" Ia tidak bisa membayangkannya.
Sinar matahari yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas pun memandikan wajahnya, dan juga wajah patung lilin di tangannya. Sambil menatap patung itu, ia pun terus berjalan. Tapi, saat ia berjalan keluar dari gang itu dan masuk ke jalan raya, tiba-tiba ia melompat di tempat, segera berputar, dan berlari kembali ke arah semula, seakan-akan seseorang telah mencambuknya dari belakang. Apa yang baru saja ia temukan"
Tempat Manusia Tanah Liat Zhang bertemu dengan pelanggan-pelanggannya juga merupakan ruang kerjanya. Jendela menutupi ketiga sisi ruangan itu. Di sana juga ada sebuah meja besar dengan bermacam-macam benda keramik, debu, cat, pisau ukir, dan sikat. Selain dari membuat patung lilin, ia juga membuat ukiran peta dan melukis beberapa gambar jimat yang bisa menakut-nakuti setan.
Kali ketiga Lu Xiao Feng masuk ke sini, orang tua itu sedang membungkuk di meja sambil mengukir. Ia bahkan tidak mengangkat kepalanya saat Lu Xiao Feng masuk.
Walaupun ada jendela, ruangan itu masih terasa gelap. Pandangan mata orang tua itu, tentu saja, tidak tertuju ke arah semula, wajahnya saat itu sudah hampir menyentuh meja.
Lu Xiao Feng berdehem beberapa kali, tidak ada reaksi dari orang tua itu. Ia berdehem lagi, kali ini lebih keras. Masih tidak ada reaksi. Bahkan tidak ada gerakan sedikit pun, begitu juga dengan pisau di tangannya. Bagaimana dia bisa mengukir peta tanpa menggerakkan pisaunya"
Apakah ada orang yang telah mendatangi orang tua ini" Jantung Lu Xiao Feng seperti karam, tapi ia lalu melompat dan berdiri di belakang si Manusia Tanah Liat Zhang dan hendak menarik tubuhnya untuk melihat apa yang telah terjadi.
"Di luar sana amat berangin, pergilah tutup pintu!" Orang tua itu tiba-tiba memberi perintah.
Jantung Lu Xiao Feng pun berdetak lagi mendengar suara itu, lalu ia mundur dan, sambil menertawakan kebodohannya sendiri, menutup pintu dengan perlahan. Ia merasa seperti seorang wanita tua yang gila.
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku ke sini untuk menukar patung lilin tadi!"
"Menukar patung lilin yang mana?"
"Yang kau berikan tadi itu adalah patung yang salah, jadi aku menginginkan kembali patung yang kuberikan padamu!"
Tadi waktu ia berjalan keluar dari gang, barulah ia menyadari bahwa patung lilin yang diberikan si Manusia Tanah Liat Zhang itu berwarna kekuning-kuningan, sementara yang diberikan Yan Ren Ying padanya berwarna hijau terang. Tentu patung-patung itu ditukar oleh orang tua ini untuk Koleksi Kang Zusi
mengarahkan tuduhan pada XiMen Chui Xue sebagai si pembunuh. Jika orang tua ini bukan salah satu dari mereka, setidaknya dia tentu telah dibeli mereka.
"Aku tadi memintamu untuk mengembalikan patung lilin itu ke bentuknya semula, bukan untuk dibuatkan sebuah patung lainnya."
Dengan lambat ia kembali mendekati orang tua itu, tanpa mengalihkan matanya dari pisau di tangannya. Sebatang pisau yang digunakan untuk mengukir peta pun bisa digunakan untuk membunuh, ia tidak ingin diperlakukan seperti peta itu dan membiarkan orang lain membuat beberapa ukiran di tenggorokannya.
Anehnya, si Manusia Patung Lilin Zhang lalu menurunkan pisau di tangannya sebelum berpaling dengan lambat.
"Apa yang kau bicarakan" Aku tidak mengerti."
Lu Xiao Feng juga tidak, karena ia baru melihat wajah orang tua ini. Manusia Tanah Liat Zhang ini bukanlah Manusia Tanah Liat yang tadi ia temui.
Ia hampir menelan lidahnya sendiri. Setelah beberapa saat barulah ia bisa menarik nafas lagi dan kemudian memandang orang tua itu beberapa kali lagi.
"Kau ini Manusia Tanah Liat Zhang?" Akhirnya ia bertanya.
Orang tua itu tersenyum dan terlihatlah barisan giginya yang kuning.
"Memang ada Tukang Cukur Wang Bopeng yang asli dan palsu, tapi hanya ada satu Manusia Tanah Liat Zhang yang asli, tidak ada toko lainnya!"
"Lalu siapa yang tadi itu?"
Manusia Tanah Liat Zhang menyipitkan matanya dan memandang ke sekeliling ruangan.
"Siapa yang kau bicarakan" Aku baru saja kembali, bahkan bayangan pun tidak ada di sini."
Lu Xiao Feng merasa seakan-akan seseorang baru saja menyumpalkan segenggam buah persik busuk ke dalam tenggorokannya.
Jadi Manusia Tanah Liat Zhang yang tadi ia temui adalah yang palsu. Ternyata lebih mudah menipunya daripada mencuri permen dari seorang anak bayi.
Manusia Tanah Liat Zhang menatap patung lilin yang berada di tangannya.
"Tapi aku memang membuat patung ini, bagaimana kau bisa mendapatkannya?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Kau pernah melihat orang ini sebelumnya?" Lu Xiao Feng segera memburu.
"Tidak."
"Bagaimana kau bisa membuat patung yang mirip dirinya tanpa pernah bertemu dengannya sebelumnya?"
Manusia Tanah Liat Zhang tersenyum.
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku belum pernah bertemu Guan Yu, tapi aku juga bisa membuat patungnya!"
"Apakah seseorang membawakan lukisan dirinya padamu dan memintamu untuk membuatkan patung ini untuknya?"
"Akhirnya kau faham juga."
"Siapa yang memintamu untuk membuat ini?"
"Orang ini." Ia berputar dan mengambil sebuah patung lilin dari atas meja. "Waktu ia datang, kebetulan aku memegang sepotong tanah liat di tanganku, maka aku pun membuatkan patung dirinya tanpa sadar. Tapi aku lupa memberikan patung ini padanya."
Mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar. Tapi tangan orang tua itu kebetulan memegang patung tersebut di bagian kepala, maka ia tidak bisa melihat hal yang paling ingin ia lihat, wajah itu.
Manusia Tanah Liat Zhang menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
"Waktu kau bertambah tua, ingatanmu pun tidak bekerja dengan baik lagi. Jika kau lupa yang ini, kau pun lupa yang itu." Ia bergumam.
"Mungkin ingatanmu tidak bekerja dengan baik lagi, tapi keberuntunganmu masih bekerja dengan amat baik." Lu Xiao Feng tiba-tiba bergurau.
"Keberuntungan apa?"
"Jika kau tidak lupa memberikan patung ini padanya, kau tentu tidak akan mendapatkan 500 tael perak secara gratis."
Koleksi Kang Zusi
Mata si Manusia Tanah Liat Zhang pun tampak bersinar-sinar: "Kau mau memberiku 500 tael perak?"
"Asal kau berikan patung tanah liat itu padaku, 500 tael perak ini menjadi milikmu!"
Manusia Tanah Liat Zhang tak bisa menahan dirinya lagi dan ia segera mengangsurkan patung tanah liat itu tepat ke arah wajah Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng baru saja hendak mengulurkan tangannya dan menerimanya waktu "brak!", kepala patung itu tiba-tiba terbuka dan tujuh atau delapan buah bintang jatuh yang berukuran kecil dan dingin pun melesat ke arah tenggorokannya.
Ternyata di dalam patung tanah liat itu tersembunyi sebuah pegas dan pegas itu bekerja pada jarak kurang dari setengah meter dari tenggorokan Lu Xiao Feng!
Jaraknya kurang dari setengah meter, dengan kecepatan yang luar biasa seperti kilat, serangan yang tidak terduga oleh siapa pun, dan tujuh batang jarum beracun yang akan membunuh orang saat menyentuh darahnya.
Tampaknya kali ini Lu Xiao Feng akan mati! Siapa pun akan tewas dalam kondisi seperti ini! Jarak sedemikiran rupa, kecepatan seperti ini, senjata semacam ini, tidak satu pun makhluk di khayangan atau di kedalaman neraka yang mampu menghindari serangan ini.
Perangkap ini jelas telah direncanakan dengan teliti hingga detil yang terkecil, jebakan ini bukan hanya seharusnya berhasil, tapi juga hampir mustahil gagal!
Bahkan Lu Xiao Feng pun tidak mampu menghindari serangan ini. Tapi ia tidak mati, karena masih ada sebuah patung lilin di tangannya. Waktu pegas tadi mengeluarkan bunyi "brak!", tangannya pun mengibas dan patung lilin itu melayang dari tangannya dan ketujuh jarum tadi pun menancap di patung tersebut.
Walaupun sudah menancap di patung itu, tenaga jarum beracun itu belum hilang sepenuhnya dan patung tersebut masih membentur tenggorokan Lu Xiao Feng. Walaupun patung lilin itu tidak bisa membunuh, hal tersebut masih mengejutkan dirinya. Di saat yang kacau itulah, Manusia Tanah Liat Zhang telah melesat dan melompat melalui salah satu jendela. Saat Lu Xiao Feng sadar apa yang terjadi, ia telah berada di luar.
Reaksi "Manusia Tanah Liat Zhang" ini pun amat cepat, setelah melihat jebakannya gagal, ia pun kabur.
Tapi setelah keluar lewat jendela, terdengar serentetan suara teriakan diikuti oleh sebuah suara
"duk" yang keras dan agak datar, seakan-akan sesuatu yang berat berbenturan dengan sepotong kayu.
Setelah suara "duk" itu, teriakan tadi pun berhenti. Saat Lu Xiao Feng keluar dari ruangan itu, orang tersebut tampak tergeletak di atas tanah di tengah-tengah halaman, sepertinya ia pingsan. Seorang laki-laki sedang berdiri di sampingnya dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, kepalanya terlihat gundul.
"Hwesio Jujur!" Lu Xiao Feng hampir menjerit.
Sambil memegangi kepalanya, Hwesio Jujur berusaha tersenyum.
"Tampaknya aku harus mengganti namaku, menggantinya jadi Hwesio Sial."
"Kenapa kau jadi sial?"
"Jika aku tidak sial, lalu mengapa orang membenturkan kepalanya pada kepalaku tanpa sesuatu sebab?"
Saat ini sebuah memar yang amat besar dan berwarna hitam terlihat di kepala si "Manusia Tanah Liat Zhang". Lu Xiao Feng tidak tahu apakah ia harus tertawa atau bingung. Ia tahu pasti bahwa tidak mungkin dua kepala bisa berbenturan secara tidak sengaja, ia pun tidak bisa membayangkan kenapa Hwesio Jujur mau membantunya.
"Untunglah kepalaku keras." Hwesio Jujur bergumam dan ia terus-terusan menggosok kepalanya.
"Itulah sebabnya kau mungkin tidak beruntung, tapi Manusia Tanah Liat Zhang ini yang nasibnya jauh lebih buruk." Lu Xiao Feng bergurau.
"Kau bilang dia ini Manusia Tanah Liat Zhang?"
"Apa bukan?"
"Jika dia adalah Manusia Tanah Liat Zhang, maka aku adalah Lu Xiao Feng."
Koleksi Kang Zusi
Tentu saja Lu Xiao Feng tahu Manusia Tanah Liat Zhang ini bukanlah yang asli, tapi ia pun tidak faham mengapa yang pertama, Manusia Tanah Liat Zhang yang asli, mau mengganti patung lilin itu untuk memperdayainya.
"Aku mungkin tidak ganteng, tapi aku pernah datang ke sini dan meminta si Manusia Tanah Liat Zhang untuk membuat patung tiruanku."
"Jadi kau mengenal Manusia Tanah Liat Zhang?"
Hwesio Jujur mengangguk.
"Kau datang ke mari untuk menyuruh Manusia Tanah Liat Zhang membuatkan patung tiruanmu juga?"
"Tak tahu apakah ia mampu menirukan keempat alis mataku dengan baik." Lu Xiao Feng tertawa.
"Walaupun kau punya 8 alis, ia pasti mampu meniru semuanya dengan baik, hingga ke setiap utas rambut sekalipun. Sayangnya, sekarang dia hanya bisa menunggu orang lain yang membuatkan tiruannya!"
"Mengapa begitu?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Aku tadi datang lewat belakang, di belakang sana ada sebuah sumur."
"Apa yang ada di dalam sumur itu?"
Hwesio Jujur menghela nafas.
"Mungkin sebaiknya kau melihat sendiri!"
Tentu saja di dalam sumur ada air. Tapi di dalam sumur ini, selain air, juga ada darah. Darah si Manusia Tanah Liat Zhang!
"Aku datang ke sini karena aku menangkap bau amis darah dari sumur ini." Dengan sebuah kerutan di wajahnya, Hwesio Jujur merangkap tangannya dan membungkuk. "Lebih baik aku tidak melihat apa yang telah kulihat. Amida Buddha, Buddha Maha Pengampun."
Yang ia lihat adalah empat sosok mayat, dan sekarang Lu Xiao Feng pun melihat mereka juga.
Empat orang anggota keluarga si Manusia Tanah Liat Zhang telah tewas di dasar sumur.
Lu Xiao Feng tidak bicara ataupun membuka mulutnya, ia tidak ingin muntah di depan si Hwesio Jujur. Seluruh isi perutnya seperti jungkir balik.
Baru sekarang ia menyadari bahwa kedua Manusia Tanah Liat Zhang yang ia temui hari ini adalah gadungan. Yang pertama bertanggung-jawab atas penukaran patung dan membuatkan patung XiMen Chui Xue. Dan bila Lu Xiao Feng tidak terperdaya oleh tipuan itu, ia tentu akan kembali dan gadungan yang kedua menunggu di sini untuk mencabut nyawanya!
Jebakan yang begitu berbahaya dan licik, jika jebakan yang satu gagal maka ada satu jebakan lagi yang menunggumu. Lu Xiao Feng tiba-tiba menghela nafas. Tiba-tiba ia menyadari bahwa nasibnya memang amat baik, ia masih selamat hingga saat ini.
Hwesio Jujur pun menghela nafas bersamanya.
"Dari dulu sudah kubilang, kau diselubungi oleh aura nasib buruk dan tentu akan mengalami nasib buruk!"
"Nasib buruk macam apa yang akan kualami sekarang?"
"Apa yang sedang kau lakukan" Kau datang untuk meminta orang mati membuatkan patung tiruan dirimu. Apakah itu bukan nasib buruk?"
Lu Xiao Feng balas menatap Hwesio Jujur.
"Walaupun aku datang ke mari untuk meminta orang mati membuatkan patung diriku, kau sendiri sedang melakukan apa di sini?"
Pertanyaan itu tampaknya telah membuat Hwesio Jujur tertegun. Untunglah baginya, tepat pada saat itu si "Manusia Tanah Liat Zhang" yang kepalanya memar itu tiba-tiba mengeluarkan suara erangan. Waktu mereka pergi ke belakang tadi, mereka tidak membiarkan orang itu tergeletak di sana dan membawanya.
"Tampaknya ia hampir siuman," Hwesio Jujur menghela nafas lega. "Syukurlah aku tidak membenturnya hingga tewas!"
"Apakah kau bermaksud membenturnya hingga tewas?" Lu Xiao Feng menatapnya.
Koleksi Kang Zusi
Hwesio Jujur segera merangkap tangannya kembali untuk berdoa: "Amida Buddha, keliru, keliru.
Tuhan menganugerahkan kehidupan, jika aku punya maksud begitu, bukankah aku akan dilemparkan ke neraka tingkat 18?"
Lu Xiao Feng tertawa.
"Di sana tidak seburuk itu, setidaknya kau tentu akan bertemu beberapa teman lama. Di samping itu, jika kau tidak masuk ke neraka, lalu siapa yang akan masuk?"
{Catatan: Kalimat Lu Xiao Feng "jika kau tidak masuk ke neraka, lalu siapa yang akan masuk?"
adalah analog dengan sebuah ucapan sang Buddha yang berbunyi: "Jika aku tidak masuk ke neraka, lalu siapa yang akan masuk?"}
Hwesio Jujur menggelengkan kepalanya dengan kesal dan mulai bergumam sendiri: "Tidak boleh berdebat dengan orang ini. Tidak boleh berdebat dengan orang ini. Tidak boleh".."
"Kau sedang berdoa?" Lu Xiao Feng tak bisa menahan senyumannya.
"Aku hanya mengingatkan diriku sendiri agar aku tidak berdebat tentang neraka lagi di kemudian hari." Hwesio Jujur menghela nafas.
Lu Xiao Feng ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Ia melihat orang yang tergeletak di atas tanah itu akhirnya sadar dan berusaha duduk sambil memegangi kepalanya. Lu Xiao Feng memandangnya, dan waktu ia juga melihat Lu Xiao Feng, matanya segera memperlihatkan perasaan takut. Ketika ia melihat Hwesio Jujur, ia tampaknya semakin terkejut. Kelihatannya ia mengenali hwesio ini.
Tapi tidak ada ekspresi sama sekali di wajah Hwesio Jujur, Lu Xiao Feng pun tidak membuka mulutnya. Mereka berdua berdiri di depannya dalam bisu, menatapnya. Orang ini mungkin bukan Manusia Tanah Liat Zhang yang sebenarnya, tapi ia memang seorang laki-laki tua. Lu Xiao Feng tahu tidak ada gunanya baginya untuk bicara, tentu ia telah menyadari situasinya.
Laki-laki tua itu menghela nafas: "Aku tahu kalian tentu memiliki banyak pertanyaan untukku, dan aku pun tahu apa yang ingin kalian tanyakan."
Tentu saja ia seharusnya tahu. Siapa pun orangnya, setelah dijebak, tentu ingin bertanya dari mana asal musuhnya dan siapa yang merencanakan jebakan itu. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 50 tahun bagaimana mungkin tidak tahu akan hal itu"
"Tapi apa pun yang kalian tanyakan, ada satu kalimat yang tidak bisa kukatakan, karena sekali aku mengatakannya, aku tentu akan mati."
"Kau takut mati?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Aku mungkin sudah tua, aku tahu kalau hidupku tidak lama lagi, tapi saat ini aku lebih takut mati daripada sewaktu aku masih muda!" Ia berkata sambil tersenyum kaku. Itu adalah kenyataan.
Semakin bertambah usia seseorang, semakin ia takut mati. Itulah sebabnya mengapa orang-orang yang tidak kenal takut adalah orang-orang muda, itulah sebabnya orang-orang yang terjun dari gedung-gedung juga adalah orang-orang muda " kapan kau melihat orang yang sudah tua melakukan bunuh diri"
"Jika kau begitu takut pada kematian, apakah kau tidak takut kalau kami membunuhmu?" Lu Xiao Feng bertanya dengan wajah kosong.
"Tidak, aku tidak takut!"
"Mengapa tidak?" Lu Xiao Feng heran.
"Karena dilihat dari penampilanmu, aku tahu kalau kau tidak suka membunuh, dan tampaknya kau pun tidak bermaksud untuk membunuhku."
"Kau tahu itu?"
"Aku hidup hingga seusia ini, jika aku tidak tahu itu, lalu apa saja yang kukerjakan seumur hidupku ini?" Ia pun mulai tertawa, tertawa seperti seekor rubah tua.
"Kau keliru!" Lu Xiao Feng menatapnya dengan garang dan memotong suara tawanya.
"Oh?"
"Kau tidak keliru tentang diriku, aku tidak akan membunuhmu. Tapi kau keliru tentang orang yang mengirimmu ke mari. Kau tidak berhasil membunuhku, maka tidak perduli apakah kau membocorkan rahasia atau tidak padaku, ia akan tetap membunuhmu."
Senyuman di wajah orang tua itu pun membeku dan perasaan takut muncul di matanya.
Koleksi Kang Zusi
"Aku yakin kau tahu bagaimana cara dia bekerja. Jika kau ingin pergi, aku tidak akan mencegahmu.
Tapi aku tidak perduli jika kau mati atau tidak!"
Orang tua itu bangkit dan berdiri, tapi ia tidak bergerak dari tempatnya.
"Aku tidak banyak membunuh orang, tapi yang kuselamatkan tidaklah sedikit!" Lu Xiao Feng meneruskan.
"Kau" kau mau menolongku?"
"Kau mau membocorkan rahasia itu?"
Orang tua itu bimbang, ia belum mampu mengambil keputusan.
"Silakan berfikir, aku".."
Tiba-tiba ia berhenti bicara, hampir berhenti bernafas pula. Tiba-tiba ia melihat bahwa bagian putih mata orang tua itu telah berubah menjadi hijau pucat. Tapi di dalam mata yang hijau pucat itu ada setitik darah, siap untuk menetes. Saat ia berlari ke sisi orang tua itu, sudut matanya telah pecah, tapi tampaknya ia sama sekali tidak merasakan sakit.
Lu Xiao Feng menggenggam tangannya, tangan itu terasa dingin seperti es. Lu Xiao Feng terperanjat.
"Cepat, beritahukan namanya padaku!"
Bibir orang tua itu bergerak sedikit dan sebuah senyuman yang aneh pun muncul di wajahnya.
Senyuman itu baru saja muncul dan segera membeku. Seluruh tubuhnya telah menjadi kaku dan kulitnya telah kering seperti kulit sapi. Lu Xiao Feng mengulurkan tangan dan menyentuhnya.
"Bum!" Kulitnya berdebum seperti genderang.
"Bubuk Mumi Kayu!" Hwesio Jujur hampir menjerit, ia pun terperanjat.
Lu Xiao Feng menghela nafas perlahan.
"Racun di dalam darah, manusia pun menjadi mumi."
"Mungkinkah dia telah keracunan dari semula dan baru sekarang racun itu bereaksi?"
"Jika kau tadi tidak berbenturan dengannya, mungkin ia telah berubah menjadi mumi segera setelah ia terbang keluar dari halaman."
"Jadi tidak perduli apakah jebakan yang dipasangnya berhasil atau tidak, ia memang pasti mati."
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Rencana yang begini rumit, begitu banyak nyawa yang telah melayang, semuanya ini untuk apa?"
"Untuk membunuhmu!"
Sebuah tatapan tidak percaya pun muncul di wajah Lu Xiao Feng: "Jika semua ini adalah untuk membunuhku, harga yang mereka bayarkan mungkin sudah terlalu banyak!"
"Dan kau telah menilai dirimu sendiri terlalu rendah!"
"Mereka ingin membunuhku hanya karena mereka takut kalau aku merintangi jalan mereka!"
"Menurutmu, mereka punya tujuan lain?"
"Mm."
"Apa tujuan itu?"
"Dengan melihat besarnya harga yang telah mereka bayarkan sebegitu jauh, tentu ini menyangkut sesuatu yang amat besar!"
"Tapi apakah itu?"
"Mengapa kau tidak bertanya pada sang Buddha-mu Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun itu?"
"Sang Buddha hanya mendengar doa hwesio, dan hwesio tidak bisa mendengar kata-kata sang Buddha."
"Lalu mengapa kau menjadi hwesio?"
Hwesio Jujur tersenyum.
"Karena menjadi hwesio itu lebih baik daripada menjadi Lu Xiao Feng, Lu Xiao Feng terlalu banyak mengalami kecemasan dan masalah, hwesio amat sedikit mengalaminya!"
Tiba-tiba ia mulai bernyanyi dengan keras dan bertepuk-tangan: "Kau mengalami masalah, aku tidak bermasalah. Masalah yang begitu besar, kau sendiri yang mencari gara-gara. Kau ingin mencari tahu lebih banyak, maka aku ingin pergi!"
Nyanyian itu tidak berhenti, tapi ia benar-benar pergi.
Koleksi Kang Zusi
"Masalah yang begitu besar, kau sendiri yang mencari gara-gara."
Lu Xiao Feng menatap sosok tubuhnya hingga menghilang dan tersenyum letih: "Sayangnya, walaupun aku berhenti mencari masalah, merekalah yang datang mencariku."
------------------Langit cerah, cuaca menyegarkan. Musim gugur telah tiba dengan kekuatan penuh. Lu Xiao Feng berjalan keluar dari gang dan bertemu dengan seorang laki-laki yang berdiri di mulut gang menantinya. Pakaiannya indah, tapi wajahnya pucat. Dia tak lain adalah jago nomor satu dari keluarga Tang, Tang Tian Zong.
Mengapa ia menunggu di sini" Masalah apa lagi yang akan ditemui Lu Xiao Feng"
Lu Xiao Feng tersenyum: "Di mana temanmu" Apakah dia telah membayar teh itu?"
Tang Tian Zong menatapnya dengan mata yang merah seperti darah. Tiba-tiba, ia berlutut dan menyembah Lu Xiao Feng sebanyak 3 kali, sehingga Lu Xiao Feng pun dibuat terkejut bukan main.
-- "Masing-masing kalian berlutut sekarang juga dan ber-kowtow padaku sebanyak tiga kali."
Lu Xiao Feng sendiri yang telah memberikan syarat itu, tapi ia tidak pernah menduga kalau Tang Tian Zong benar-benar mau melakukannya.
Seorang pemuda angkuh seperti dirinya biasanya lebih suka kepalanya dipancung daripada ber-kowtow pada seseorang, siapa pun orangnya.
Tapi walaupun demikian, Tang Tian Zong telah melakukannya, dan bukan hanya benar-benar ber-kowtow, bunyi kepalanya saat membentur tanah pun terdengar cukup keras.
Pemuda yang congkak dan sombong ini mau merendahkan diri sedemikian rupa, sebenarnya apa tujuannya"
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Haruskah kau memburu Ye Gu Cheng" Kau mungkin tidak akan berhasil membalaskan dendammu walaupun kau berhasil memburunya!"
Tang Tian Zong bangkit lagi dan kembali menatap Lu Xiao Feng dalam kebisuan. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun atau mengeluarkan satu suara pun.
Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah melepaskan sehelai sabuk sutera dari pinggangnya dan menyerahkannya. Tang Tian Zong menerima sabuk itu, berputar, dan berjalan pergi.
Bab 9: Masalah Sabuk
Tanggal 15 September, siang hari. Sinar matahari tampak berkilauan saat menyinari kota itu. Lu Xiao Feng berjalan keluar dari Jalan Ikan Mas dan mulai menelusuri jalan raya yang kuno tetapi tetap ramai itu. Walaupun ia tidak tidur malam sebelumnya, ia masih tampak penuh energi dan semangat.
Laki-laki dan perempuan berjalan mondar-mandir di jalanan dan pedagang besar dan kecil di kedua sisi jalan sedang sibuk menawarkan barang dagangannya. Walaupun ia lebih sering terlibat dalam masalah daripada yang bisa ia hitung, hatinya tetap dipenuhi oleh perasaan gembira. Karena ia menyukai manusia.
Ia menyukai wanita, ia menyukai anak-anak, ia suka bersahabat, ia selalu punya hati yang dipenuhi oleh kehangatan untuk semua orang. Orang-orang pun banyak yang menyukai dirinya. Pakaian di badannya mungkin agak kotor, tapi matanya tetap bersinar-sinar, ia tetap berdiri tegak dan bangga seperti sebelumnya. Wanita mana pun, dari usia 14 hingga 40 tahun, sekali melirik dirinya, diam-diam tentu akan meliriknya lagi untuk kedua kalinya.
Ia telah melepaskan sabuk-sabuk yang terlilit di pinggangnya dan meletakkannya di atas pundaknya. Dari 6 sabuk sutera, ia telah memberikan 2, satu pada Hwesio Jujur, satu lagi pada Tang Tian Zong.
Sekarang ia hanya berharap dapat menyingkirkan ke-4 sabuk sisanya sesegera mungkin. Satu-satunya pertanyaan yang menghalang adalah ia tidak tahu kepada siapa ia harus menyerahkan sabuk-sabuk itu. Di depan sana ada sebuah pertunjukan monyet yang baru saja hendak dimulai dan anak-anak segera mengerumuninya.
Koleksi Kang Zusi
Seorang laki-laki tua berambut perak, sambil bertopang pada sebatang tongkat, berjalan perlahan-lahan keluar dari sebuah toko obat dan hampir ditabrak jatuh oleh dua orang anak kecil yang sedang berlari-lari ke tempat pertunjukan monyet itu.
Lu Xiao Feng segera berlari menghampiri dan memapahnya, mencegahnya jatuh.
"Bagaimana keadaanmu, Tuan?" Ia tersenyum.
Laki-laki tua itu terbungkuk-bungkuk, sambil berusaha mengambil nafas. Tiba-tiba, ia memalingkan kepalanya ke arah Lu Xiao Feng, mengedipkan mata, menjulurkan lidahnya, dan membuat muka setan.
Lu Xiao Feng terheran-heran. Ia telah banyak melihat kejadian-kejadian aneh, tapi belum pernah ia bertemu laki-laki tua yang membuat muka setan pada dirinya.
Waktu ia akhirnya memperhatikan mata laki-laki tua itu, ia hampir menjerit. SiKong Zhai Xing!
Ternyata laki-laki tua ini sebenarnya adalah samaran si "Raja Pencuri" yang tiada tanding dan tiada banding itu.
Walaupun ia berusaha untuk tidak menjerit, ia lalu mengerahkan sedikit tenaga di tangannya dan menjepit lengan atas si raja maling dengan keras.
"Bajingan kecil, kau pun muncul juga?" Ia berkata dengan suara yang rendah.
"Hehe, karena bajingan besar sepertimu telah muncul, mengapa bajingan kecil sepertiku tidak boleh berada di sini?"
Lu Xiao Feng menambah sedikit tenaga lagi dalam jepitannya: "Kau hendak mencuri salah satu sabuk suteraku?"
Wajah SiKong Zhai Xing berkerut-kerut karena kesakitan dan ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan marah.
"Tidak?"
"Tidak, aku benar-benar tidak mengincar sabuk suteramu itu."
Melihat tampangnya, Lu Xiao Feng akhirnya melepaskan jepitannya dan tersenyum.
"Kau sudah berganti profesi?"
"Tidak!" SiKong Zhai Xing menjawab, ia menghela nafas dan menggosok-gosok pundaknya itu.
"Jika kau belum berganti profesi, lalu mengapa kau tidak mencuri?"
"Aku sudah punya satu, mengapa aku masih harus mencuri satu lagi?"
"Apa yang sudah kau punyai?"
"Sehelai sabuk sutera."
Lu Xiao Feng terdiam sebentar.
"Kau sudah punya sehelai sabuk sutera?"
"Ya."
"Dari mana kau mendapatkannya?"
SiKong Zhai Xing tersenyum.
"Aku baru saja mengambilnya dari seorang teman."
"Dan teman itu adalah aku?"
SiKong Zhai Xing menghela nafas: "Kau tahu bahwa aku tidak mempunyai teman sebanyak itu."
Lu Xiao Feng tersentak dan mengulurkan tangan, berusaha mencengkeram tangan SiKong Zhai Xing lagi.
Tapi SiKong Zhai Xing tidak mau membiarkan dirinya mencengkeram tangannya lagi dan ia segera berlari menjauh.
"Dari empat helai sabuk yang ada padamu, aku hanya mengambil satu, itu berarti aku sudah cukup murah hati, apakah kau tidak puas?" ia bertanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Lu Xiao Feng menatapnya dengan marah, tapi kemudian tiba-tiba ikut tertawa pula.
"Dulu kukira kau adalah orang yang cerdas, tapi ternyata kau hanya orang tolol!"
SiKong Zhai Xing mengedip-ngedipkan matanya, menunggu apa yang hendak ia katakan selanjutnya.
"Apakah kau telah bertanya pada dirimu sendiri mengapa aku seenaknya saja membawa-bawa sabuk sutera ini jika sabuk-sabuk ini adalah sabuk-sabuk sutera yang sesungguhnya?"
"Apakah sabuk sutera ini palsu?" SiKong Zhai Xing hampir menjerit.
Koleksi Kang Zusi
Lu Xiao Feng mengedipkan mata padanya, menjulurkan lidahnya, dan balas membuat muka setan pada dirinya.
SiKong Zhai Xing berdiri tertegun di sana selama beberapa saat dan kemudian, seperti main sulap, mengeluarkan sabuk sutera itu dari dalam lengan bajunya.
"Tampaknya sabuk ini benar-benar palsu." Ia bergumam.
Lu Xiao Feng tertawa.
"Aku tahu kau selalu mengatakan tidak pernah mencuri barang palsu, tapi siapa yang menduga bahwa hari ini adalah hari di mana kau berhasil diperdayai orang."
"Tolong jangan ceritakan pada siapa pun tentang hal ini, kau akan menghancurkan reputasiku."
"Kau mencuri dariku, dan aku tidak boleh bercerita pada orang lain tentang hal itu?" Lu Xiao Feng merenung.
"Bagaimana jika aku mengembalikannya?"
"Jika kau mengembalikannya, aku tetap akan bercerita pada orang-orang. Raja Maling telah mencuri barang palsu! Semua pencuri bawahanmu tentu akan tertawa terbahak-bahak hingga gigi mereka copot bila mereka mendengar tentang hal ini!"
"Bagaimana jika aku mengembalikan sabuk sutera ini padamu dan kemudian mengundangmu makan besar?"
Lu Xiao Feng bimbang dan pura-pura menimbang-nimbang tawaran itu.
"Ini patut dipertimbangkan, tapi tergantung makanan macam apa yang akan kau suguhkan padaku."
"Sirip ikan yang dimasak dalam saus kacang, ditambah dengan dua ekor bebek yang gemuk dan besar, bagaimana menurutmu?"
{Catatan: Karena mereka berada di Beijing, dua ekor bebek yang disebut SiKong Zhai Xing itu, tentu saja, bebek Peking}
Lu Xiao Feng tampaknya tidak begitu yakin, akhirnya, setelah banyak pertimbangan, ia mengangguk juga. Kenyataannya, ia hampir terbahak-bahak di dalam hatinya dan berguling-gulingan di tanah, hampir mati ketawa.
-- Akhirnya, ia berhasil memperdayai bajingan kecil ini. Melihat SiKong Zhai Xing mengangsurkan sabuk sutera itu padanya dengan demikian hormat dan sopan, ia hampir tak bisa menahan tawanya.
Ia bukan saja hampir bergulingan di tanah sambil tertawa terbahak-bahak, ia pun merasa ingin berjungkir-balik.
Tapi kemudian, secara tak terduga, SiKong Zhai Xing tiba-tiba menarik kembali sabuk sutera itu.
"Tidak, tak bisa jadi!" Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apanya yang tak bisa jadi?" Lu Xiao Feng segera bertanya.
"Bebek-bebek itu terlalu gemuk, dan sirip ikan terlalu berminyak. Jika kau makan terlalu banyak, kau akan sakit perut. Kita kan sahabat lama, aku tidak bisa melakukan itu pada seorang sahabat lama!"
Lu Xiao Feng tertegun sekali lagi.
SiKong Zhai Xing mengedip-ngedipkan matanya.
"Di samping itu, aku baru saja teringat sesuatu. Mendapatkan sabuk palsu kan masih lebih baik daripada tidak mendapat sabuk sama sekali, bagaimana menurutmu?" Ia tampaknya juga sedang berusaha amat keras untuk menahan ledakan tawanya sebelum akhirnya melepaskannya sambil bersalto tiga kali dan melompat ke atas atap sebuah bangunan. Masih sambil tertawa, ia melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada Lu Xiao Feng dan tiba-tiba menghilang.
Perut Lu Xiao Feng hampir meledak karena marahnya.
"Aku bersumpah, bajingan kecil itu adalah musuhku. Aku tidak mendapat apa-apa selain nasib buruk setiap kali bertemu dengannya." Ia bergumam dengan gigi yang dikertakkan.
Ia bahkan belum selesai bicara ketika tiba-tiba ia menyadari bahwa anak-anak kecil yang tadinya menonton pertunjukan monyet itu sekarang sedang mengerumuninya. Setiap pasang mata mereka sedang memandangnya, seakan-akan mereka merasa bahwa dirinya jauh lebih menarik daripada pertunjukan monyet kecil itu.
"Mengapa kalian tidak menonton monyet di sana itu?" Lu Xiao Feng hampir tak bisa memasang muka kaku, karena ia menyadari nada ironi ucapannya itu.
Koleksi Kang Zusi
Satu orang anak menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Monyet itu tidak lucu, kau yang lucu."
Lu Xiao Feng tidak tahu apakah ia harus tertawa ataukah marah.
"Apa yang lucu denganku?" Ia terpaksa bertanya.
"Kau bersahabat dengan kakek tadi, kau tentu juga tahu caranya terbang."
Lu Xiao Feng akhirnya faham, anak-anak ini berkumpul di sekelilingnya untuk melihatnya terbang.
Anak-anak itu semuanya mulai berseru dan memohon: "Tuan, bisakah kau terbang untuk kami"
Tolonglah!"
Lu Xiao Feng menghela nafas, tapi tiba-tiba ia kemudian tertawa kecil mengingat kejeniusan dirinya sendiri.
"Aku akan mengajarkan kalian sebuah lagu pendek, dan jika kalian menyanyikannya untukku, aku akan terbang untuk kalian. Bagaimana?"
Semua anak itu segera bertepuk-tangan dengan senang.
"Ya, kami akan bernyanyi, kami akan menyanyikannya setiap hari mulai sekarang!"
Lu Xiao Feng segera duduk untuk mengajari anak-anak itu lagu berikut:
"SiKong Zhai Xing, si peri monyet.
Peri nakal, juga bajingan yang busuk.
Bajingan yang jahat sekali, patut mendapat pukulan di pantat."
Anak-anak ini adalah pelajar yang baik, mereka segera hafal lagu tersebut dan mulai menyanyikannya sekeras-kerasnya, bernyanyi tiada hentinya.
Semakin lama Lu Xiao Feng mendengarkan lagu ini, semakin lucu rasanya. Segera ia terbungkuk-bungkuk sambil tertawa terbahak-bahak. Maka, ia pun lalu bersalto tiga kali, mendarat di atas atap sebuah bangunan, dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada anak-anak itu.
"Jika kalian menyanyikan lagu ini kapan pun kalian bisa, aku akan datang kembali dan terbang untuk kalian kapan pun aku bisa!" Ia berkata di tengah-tengah deraian tawanya.
______________________________
Benar saja, satu sabuk telah berkurang dari 4 sabuk yang tadinya berada di atas pundaknya. Bahkan Lu Xiao Feng pun terpaksa mengakui bahwa SiKong Zhai Xing benar-benar hebat, peri monyet kecil itu mampu mencuri sesuatu dari Lu Xiao Feng tepat di depan hidungnya sendiri.
Semula ia merasa perutnya hampir meledak karena marahnya, lalu hampir meledak karena tawanya, tapi sekarang ia hanya merasa kekosongan di dalam perutnya. Ia amat kelaparan. Untunglah baginya, saat itu sudah tiba waktunya makan siang. Terdengar dari semua rumah makan, baik besar atau pun kecil, dentingan suara pisau dan peralatan dapur saat mereka mempersiapkan segala jenis masakan. Bahkan orang-orang yang tidak lapar pun akan segera lapar saat mendengarnya. Jika ia tidak makan besar sekarang juga, perutnya yang tadi hampir meledak karena marah dan kemudian hampir meledak karena tawa mungkin akan segera mengempis karena kelaparan.
"Bawakan aku sepiring besar sirip ikan yang dimasak dalam saus kacang, seekor bebek goreng, sekilo biscuit, dan selain itu, berikan aku satu setengah kilo arak Bambu Hijau dan 4 jenis masakan lain yang cocok dinikmati bersama arak."
Ia pergi ke rumah makan terdekat, mengambil meja terdekat, memesan 8 jenis lebih masakan yang teringat di kepalanya, dan menunggu.
Tidak satu pun dari 8 macam masakan itu yang telah tiba, tapi dari luar sana telah berdatangan beberapa orang. Orang yang di depan mengenakan pakaian sutera terbaik dan bersikap seakan-akan dialah orang yang memiliki tempat itu. Walaupun sudah ada sedikit uban di kepalanya, ia masih berpakaian seperti seorang pemuda. Di sekeliling pinggangnya terlilit sehelai sabuk giok yang bertatahkan kristal-kristal yang amat besar dan bahkan jamrud-jamrud yang lebih besar lagi ukurannya. Sabuk itu saja sudah tak ternilai harganya, tapi pedang yang terikat pada sabuk itu jauh lebih berharga daripada sabuk itu sendiri.
Di belakangnya ada segerombolan pemuda yang tampak angkuh luar biasa, masing-masing berpakaian lebih mentereng daripada yang lain dan mereka semua tampaknya telah memasang matanya tinggi-tinggi di atas kepala. Tapi setiap orang dari mereka bergerak dengan lincah dan gesit yang menunjukkan bahwa mereka semuanya cukup ahli dalam ilmu kungfu.
Koleksi Kang Zusi
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang-orang ini berjalan masuk, melirik sekilas pada Lu Xiao Feng, dan duduk bergerombol di meja terbesar. Walaupun mereka tidak memandang orang lain, seakan-akan semua orang tiada harganya untuk dilihat oleh mereka, setidaknya mereka sesekali masih melirik Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng tidak mengalihkan perhatiannya pada mereka, tapi ia masih bisa mengenali pedang yang terikat pada sabuk giok itu.
Sebatang pedang yang bersarungkan kulit ikan hitam dengan mulut terbuat dari emas putih, sebatang pedang yang berbentuk amat aneh dan berukuran luar biasa panjang. Bersama dengan rumbai-rumbainya yang berwarna merah darah, ada dua buah patung ikan yang terbuat dari giok putih murni. Siapa saja yang mengenali pedang ini tentu juga akan mengenali orang yang membawa pedang.
Orang setengah umur berpakaian sutera itu, tentu saja, tak lain daripada majikan Gedung Kesenangan Abadi, di Telaga Ikan Kembar, Bukit Harimau, di sebelah selatan sungai Yangtze,
"Jago Pedang Damai dan Tenang" Si Ma Zi Yi.
Bukit Pemakan Manusia 18 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Harpa Iblis Jari Sakti 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama