Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bayangan Setan 11

Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 11


a melancarkan satu pukulan ke atas.
Dengan bersusah payah akhirnya mereka berhasil juga menghindarkan diri dari serangan itu. Walaupun begitu tubuh mereka sudah terdesak mundur ke belakang dalam keadaan sempoyongan.
Dengan adanya kejadian ini Chuan Tiong Ngo Kui semakin dibuat gusar lagi tidak menanti pemuda itu berdiri tegak dengan santernya mereka sudah menubruk ke depan
melancarkan serangan serangan mematikan
Nama besar Chuan Tiong Ngo Kui ternyata bukan nama kosong belaka, serangan yang dilancarkan untuk kedua kalinya ini benar-benar luar biasa sekali tanah kalangan seluas lima kaki hampir hampir boleh dikata berada dibawah lingkungan serta kekuasaan angin pukulan serta bayangan senjata mereka.
Musuh tangguh kin isudah berada di depan mata maka Tan Kia-beng tidak berani berlaku ayal lagi, seluruh perhatiannya dipusatkan untuk menghadapi serangan serangan musuh.
Di bawah sorotan sinar rembulan tampaklah enam sosok bayangan hitam berkelebat saling silih berganti, keadaan benar-benar amat menyeramkan!!
Angin pukulan menderu deru, cahaya terang berkelebat laksana petir ada kalanya diselingi dengan suara bentakan bentakan yang amat keras membuat suasana dimalam yang amat sunyi itu penuh diliputi oleh hawa pembunuhan!!
Hanya di dalam sekejap saja masing-masing pihak sudah saling bergebrak sebanyak seratus jurus lebih serangan serangan dari Chuan Tiong Ngo Kui pun semakin lama semakin mencapai pada puncak kedahsyatannya, terasa hawa tekanan yang menyelimuti empat penjuru kalangan
peretmpuran semakin lama hatinya makin merasa cemas, pikirnya, "Kekuatan dari tenaga gabungan mereka berlima benar-benar amat dahsyat sekali. bilamana aku tidak menggunakan jurus jurus aneh untuk merebut kemenangan maka akhirnya aku akan kepayahan dan mati karena
kelelahan."
Demikianlah secara diam-diam dia mulai menyalurkan hawa saktinya hingga dua bagian dengan menggunakan hawa pukulan Im serta Yang yang dipisahkan telapak kirinya mulai
dibabat ke depan dengan menggunakan jurus serangan dari ilmu Tok Yen Mo Ciang."
Terasalah segulung hawa pukulan yang maha dingin
bagaikan angin taupan menggulung ke depan.
Diikuti hawa murninya disalurkan melalui pusar keseluruh badan, sambil membentak keras telapak kanannya berputar melancarkan satu pukulan menggunakan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian"
Tampaklah segulung tenaga pukulan berhawa khie kang dengan diselingi suara ledakan guntur yang memekikkan telinga bergabung dengan pukulan hawa Im tadi menghajar ke depan.
Chuan Tiong Ngo Kui yang sedang kena pukulan berhawa dingin tadi tubuhnya sudah tergetar, kini melihat datangnya hawa pukulan yang begitu dahsyat laksana sambaran angin topan jadi amat kaget sekali.
Si Setan Gantung Pengikat Sukma Ong Thian serta si Setan Pengejar Nyawa Ong Kiam yang menerjang palig depan segera memperdengarkan suara jeritan yang seram dan mendirikan bulu roma tubuhnya beserta senjata ditangannya kena digulung sehingga mencelat sejauh tiga kaki dan rubuh ke dalam rerumputan dengan amat kerasnya.
Melihat kejadian itu si Siauw Bian Coa Sim jadi amat terperanjat sekali dengan cepat dia menarik kembali serangannya dan mundur delapan depa ke belakang.
"Siapkan pedang!" bentaknya keras.
Dari punggungnya sendiri ia mencabut keluar sebilah pedang kematian yang amat lebar dan dikebas kebaskan di
atas udara, selapis hawa membunuh dengan perlahan tersungging pada wajahnya.
Dari tadi Tan Kia-beng sudah mendengar nama dari barisan pedang Ngo Kui Im Hong Kiam Tin tersebut cuma saja dia tidak tahu bagaimanakah lihaynya barisan tersebut kini melihat dia mencabut keluar pedang kematian tersebut dengan telitinya pemuda itu memperhatikan terus
Tampaklah pedang tersebut berwarna hitam dan
memancarkan yang amat terang sekali, di tengah-tengah tubuh pedang kematian tersebut terdapat lekukan berwarna merah darah dengan banyak lubang, lubang tersebar di atasnya cuma dia tidak mengetahui apakah keistimewaan dari pedang itu tetapi sewaktu mendengar nada suara mereka yang begitu mantap terpaksa dia pun lantas mencabut keluar seruling Pek Giok Siauw nya.
Saat ini jaraknya dengan Siauw Bian Coa Sim tidak lebih cuma lima depa mendadak terdengar suara jeritan yang mendirikan bulu roma.... Sreeet sreeet! bagaikan kilat cepatnya dia sudah melancarkan delapan tusukan dahsyat.
Jie Kui yang ada dibelakangnya hampir pada saat yang bersamaan melancarkan serangan pula ke depan,
Seketika itu juga seluruh angkasa telah dipenuhi dengan kabut cahaya pedang yang menyilaukan mata diselingi suara dengusan yang mendebarkan hati hawa dingin terasa menusuk tulang makin lama semakin menebal membuat tubuhnya hampir hampir membeku.
Waktu inilah Tan Kia-beng baru tahu kalau Chuan Tiong Ngo Kui sebetulnya sudah melatih semacam ilmu yang sangat beracun.
Sewaktu melancarkan serangan pedang secara diam-diam mereka mengerahkan tenaga dalam ke dalam tubuh pedang lalu menggunakan lubang lubang kecil yang ada di atas pedang itu untuk menimbulkan hawa dingin serta suara dengusan yang dapat mengacaukan pikiran musuh.
Tetapi perduli mereka berbuat demikian serangan serangan pedang yang laksana menyambarnya selaksa batang anak panah itu tidak boleh dipandang rendah.
Terburu-buru Tan Kia-beng pusatkan seluruh perhatiannya menanti kesempatan yang lebih baik, seruling pualamnya diputar balik menimbulkan cahaya yang tamam untuk mengelilingi seluruh tubuhnya.
Dengan tiadanya gerakan dari pemuda itu maka hal ini memberi kesempatan buat ketiga orang setan itu untuk menduduki kedudukan segi tiga dan mengurung Tan Kia-beng rapat rapat.
Serangan serangan pedang yang dilancarkan pun
bertambah jurus bertambah lihay barisan tersebut dengan membentuk suatu jaringan dinding bersinar merah yang amat rapat dan mengaburkan pandangan mata
Tan Kia-beng yang kena dikurung di tengah kalangan mulai merasakan napasnya sesak, bau busuk semakin menusuk hidung maka serulingnya dengan payah dan ngotot terus menerus dibolang balingkan menangkisi setiap serangan yang ditujukan kepadanya.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian mendadak
terdengar dua rentetan suara suitan yang amat keras berkumandang datang, si Setan Gantung Pengikat Sukma Ong Thian yang tadi kena dipukul pental oleh tenaga pukulan kini sudah berhasil memulihkan kembali tenaganya dan sekarang
pada menubruk ke depan ikut ambil bagian di dalam kancah pertempuran tersebut.
Barisan Ngo Kui Im Hong Kiam Tin ini haru smembutuhkan kerja sama dari lima setan baru bisa memperlihatkan pengaruhnya yang dahsyat, dan kini dengan ikut ambil bagiannya dua orang setan lainnya keadaan benar-benar berubah, kedahsyatanpun meningkat sedang angin serta kabut berhawa dingin yang mengurung kalanganpun mencapai seluas lima kaki lebih.
Siauw Bian Coa Sim yang melihat kedua orang saudaranya sudah pulih kembali dan ikut ambil bagian di dalam serangan tersebut hatinya benar amat girang mendadak dia bersuit rendah barisan pedang itu pun mulai berputar kesamping.
Tampaklah lima sosok bayangan hitam dengan
memancarkan cahaya tajam yang menyilaukan mata melayang tiada hentinya sebentar ke atas sebentar ke bawah, suara jeritan setan yang amat menyeramkan mengiringi gerakan tersebut.
Angin dingin serta kabut gelap mengurung seluruh
kalangan, semakin dahsyat lagi terasalah suasana waktu itu amat seram, ngeri membuat berdiri bulu roma
Tan Kia-beng yang rada berayal sedikit sehingga kena direbut posisi baiknya oleh pihak lawan saat ini benar-benar amat payah, walaupun ilmu seruling "Teh Leng Kiu Tah Pek Giok Tie nya amat sempurna dan merupakan serangkaian ilmu seruling yang paling rapat pertahanannya tetapi tak ada kesempatan baginya untuk melancarakan serangan balasan, hatinya mulai merasa cemas sekali.
Pada saat yang tegang itulah mendadak terdengarlah suara berputarnya roda kereta berkumandang dari tempat kejauhan,
dibawah sorotan cahaya rembulan tampaklah sebuah kereta kencana yang amat mewah dengan ditarik oleh dua ekor kuda meluncur datang dengan cepatnya.
Di atas kursi duduklah seorang gadis berbaju putih yang berkerudung, agaknya gadis itupun telah menemukan kalau ditanah kuburan tersebut sedang terjadi suatu pertempuran yang amat sengit mendadak dia menarik tali les kudanya yang sedang lari cepat itu sehingga pada meringkik panjang dan meloncat berdiri, hampir saja kereta tersebut terguling oleh tindakannya yang mendadak itu.
Tetapi gadis tersebut kiranya sudah mempunyai persiapan akan hal tersebut, mendadak ujung bajunya dikebutkan ke depan melancarkan satu pukulan tak berwujud menahan kembali kereta itu yang miring kesamping.
---0-dewi-0--- Waktu itu suasana di dalam kalangan sedang mencapai pada puncak ketegangan, Tan Kia-beng yang sedang
terkurung sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk melihat situasi diluar kalangan, sedang Chuan Tiong Ngo Kui yang lagi kesemsem dengan pedang pusaka ditangan pemuda itu sama sekali tidak menggubris keadaan di sekelilingnya, oleh karena itulah walaupun gadis berkerudung putih itu sudah lama tiba di ari tak seorang pun yang tahu
Tiba-tiba.... Serentetan cahaya tajam yang menyilaukan mata
menerjang keluar dari antara kepungan kabut hitam itu yang disusul dengan suara bentrokan senjata tajam dan suara jeritan yang amat keras
Si Setan Pengejar Nyawa Ong Kiam dan si setan pengikat sukma Ong Thian sambil mencekal pedangnya yang tinggal sepotong munduk ke belakang dengan sempoyongan.
Gadis berkerudung putih itupun menjerit kaget sewaktu melihat kejadian itu.
"Iiih"!! Kiranya benar-benar dia adanya!!"
Diantara berkelebatnya bayangan putih gadis itu sudah melayang ke tengah kalangan cambuk ditangannya segera dibabat ke kiri kanan memperdengarkan suara ledakan yang amat keras
"Tahan!" bentaknya.
Padahal tidak perlu dia menjerit, masing-masing pihak pun sudah pasti akan berhenti dengan sendirinya, karena di dalam keadaan gusar tadi Tan Kia-beng sudah mengeluarkan pedang Kiem Ceng Giok Hun Kiamnya yang dengan cepat berhasil membabat putus dua bilah pedang dari Chuan Tiong Ngo Kui.
Dalam keadaan amat terperanjat sekali Chuan Tiong Ngo Kui lantas mengundurkan diri siap-siap ngeloyor pergi dari sana kini begitu mendengar suara bentakan dari gadis itu terburu lantas menarik diri dan menoleh.
Tetapi sebentar kemudian mereka pun sudah merasa
terperanjat kembali.
Mereka sama sekali tidak menyangka kalau kereta kencana serta bayangan iblis yang paling ditakuti oleh orang-orang kangouw pada saat ini sudah munculkan dirinya disitu, apalagi waktu itu mereka belum berhasil memperoleh pedang Giok Hun Kiam itu sudah tentu tak ingin mereka mengikat kerepotan lagi.
Tampaklah Siauw Bian Coa Sim segera maju ke depan mejura ke arah gadis berbaju putih itu.
"Urusan malam ini dikarenakan sudah ada campur tangan dari nona biar kami sudahi sampai disini saja" ujarnya.
Terburu-buru dia memasukkan kembali pedangnya ke
dalam sarung, lalu dengan memimpin empat setan lainnya berlalu dari sana.
Saat ini Tan Kia-beng boleh dikata sudah melupakan peristiwa yang baru terjadi dengan Chuan Tiong Ngo Kui itu karena seluruh perhatiannya sudah ditumpahkan pada kereta kencana serta gadis berbaju putih itu.
Kereta kencana serta gadis berkerudung putih itu tidak bakal bisa salah lagi! kini yang kurang hanyalah si kakek berkerudung hitam itupun muncul juga pada saat ini maka suatu peristiwa yang maha besar bakal tersingkap
Sewaktu gadis berkerudung putih itu melihat Tan Kia-beng melototi dirinya dengan tak berkedip mendadak dia lantas tertawa cekikikan.
"Eee! mari sini dan bantu nonamu jadi kusir kereta" ujarnya sambil menyapa "Saat ini memangnya lagi kekurangan seorang kusir kereta!"
"Heee.... heee.... kau tidak usah merasa bangga dulu" sela Tan Kia-beng sambil tertawa dingin, "Malam ini bilamana aku orang she Tan tidak berhasil membuka kedok yang kau pakai itu aku akan merasa malu terhadap kepandaian silat sendiri"
Mendadak tubuhnya berkelebat maju menyambar ke atas kerudung yang dikenakan di atas wajah gadis itu
Dengan gesitnya gadis berkerudung putih itu menyingkir kesamping, cambuk yang ada ditangannya dengan gesitnya
laksana seekor ular menggulung ke atas pergelangan tangannya.
"Hi hi.... belum tahu!" ejeknya sambil tertawa cekikikan.
Dengan cepat Tan Kia-beng miringkan tubuh dan
mendayungkan tangannya dengan menggunakan gerakan Huan Im Hu Yu sambil melesat maju dan melangkah ke depan tangannya menyambar ke atas cambuk tersebut.
"Hati-hati dengan kaki anjingmu!" tiba-tiba maki gadis kerudung putih sambil tertawa.
Pergelangan tangannya mendadak ditekan ke bawah
cambuknya bagaikan seekor ular segera menggulung ke arah sepasang kaki dari pemuda tersebut.
Gerakannya ini dilakukan amat gesit dan cepat lincah bagaikan seekor kijang.
Diam-diam Tan Kia-beng merasa amat kaget dengan
kejadian ini pinggangnya ditarik ke depan sedang tubuhnya melayang sejauh lima depa untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Gadis itu sama sekali tidak mengejar ke depan pinggangnya sedikit ditekuk dan kembali tertawa dengan gelinya.
Melihat dirinya diejek Tan Kia-beng jadi amat gusar, kembali tubuhnya berkelebat ke depan sepasang tangannya dipentangkan lebar-lebar melancarkan serangan gencar dengan menggunakan cara cara yang termuat dalam Kitab pusaka "Teh Leng Ciu Kong"
Gadis itupun segera memperlihatkan gerakan gerakannya yang gesit, cambuk ditangannya segera menggulung dan menyambar dengan amat hebatnya, setiap serangan tak ada
yang terlepas dari ancaman sepasang tangan serta kaki dari pemuda itu.
Dengan cepatnya diantara mereka berdua terjadi suatu pertempuran yang amat seru, walaupun sudah lewat beberapa saat lamanya Tan Kia-beng tidak berhasil meraba kerudung yang dikenakan oleh gadis tersebut.
Sedangkan cambuk dari gadis itupun tidak berhasil menempel ujung baju dari pemuda itu.
Dalam keadaan yang amat cemas itulah mendadak Tan Kia-beng teringat akan sesuatu siasat yang licik, diam-diam dia mengerahkan hawa murninya keseluruh tubuh lalu sengaja memperlambat gerakannya.
Dengan gerakan tubuh sang gadis yang begitu cepat dan gesitnya untuk sesaat lamanya tak berhasil juga menahan serangan cambuk itu, tapi tahu-tahu cambuk itu sudah melibat dikaki si pemuda, dan sulit ditarik kembali.
"Haa.... haa.... kau kena tertipu!" teriak Tan Kia-beng sambil tertawa tawar.
Tubuhnyapun dengan meminjam kesempatan menarik ke belakang dengan kerasnya sehingga membentur tubuh gadis itu, sedang tangannya dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar ke atas kerudung yang dikenakan olehnya.
Menurut keadaan seharusnya.... ya gadis itu tentu akan menjerit keras karena kena ditipu oleh lawannya, siapa sangka bukannya dia merasa terkejut atau gugup tapi malah cambuknya dilepaskan sedang sepasang tangannya yang putih halus itu melingkar pada lehernya.
Perbuatannya benar-benar berada diluar dugaan Tan Kia-beng di dalam keadaan tertegun dengan cepat dia
menyingkap kain kerudung itu.
"Haa.... haa.... kurangajar! kiranya kau"
Wajahnya dengan cepat ditempelkan pada pipi gadis tersebut dan menciumnya dengan bernapsu.
Gadis tersebut menurut saja dan membiarkan pemuda itu menciumi dirinya dengan bernapsu.
Bercium.... cium sehingga bibir bertemu dengan bibir dan menempelkan amat lama sekali, mereka mulai menjalankan tindakan sebagai manusia purba.
---0-dewi-0--- Lama lama sekali, dengan rasa malu gadis berbaju putih itu baru mendongakkan kepalanya dan mendorong dia
kesamping. "Kau manusia jahat, sungguh jahat sekali" serunya manja.
Tetapi Tan Kia-beng tetap memeluk pinggangnya erat-erat, diapun tersenyum.
"Tahun lalu aku sudah jadi kusirmu selama dua bulan apakah masih tidak cukup" kenapa malam ini kembali kau suruh aku menjadi kusirmu lagi?"
"Emmm," seru gadis berbaju putih itu sambil tertawa cekikikkan
Tan Kia-beng menggoyang goyangkan kepalanya dan
memperlihatkan sikapnya apa boleh buat.
Para pembaca sekilas tentunya bisa menduga bukan
siapakah gadis berbaju putih itu" dia bukan lain adalah
kekasih yang dirindukan oleh Tan Kia-beng siang malam Mo Tan-hong adanya!
Tampaknya dengan gerakan yang gesit dia meloncat naik ke atas kereta sebuah jubah hitam serta secarik kain hitam dan dua utas jenggot palsu kepada pemuda tersebut.
"Cepat kau kenakan semua barang-barang itu, semakin cepat semakin baik."
"Eei.... apa yang hendak kau perbuat?"
"Tidak usah banyak tanya lagi, ayoh cepat kenakan barang-barang tersebut!"
Tan Kia-beng tidak bisa berbuat apa apa lagi, terpaksa dia menurut dan mengenakan barang-barang tersebut.
Mo Tan-hong pun segera menyerahkan cambuk itu
kepadanya. "Cepat jalankan kereta menuju jalan besar dan lari ke sebelah Barat. Ingat! cambuk harus dibunyikan senyaring mungkin dan kereta harus dijalan amat kencang, semakin menarik perhatian banyak orang semakin baik."
Tan Kia-beng tidak tahu apa yang sebenarnya lagi
diperbuat oleh gadis tersebut, dalam hati pemuda itu cuma merasa keheranan.
Orang lain sudah mencurigai dirinya mempunyai hubungan dengan majikan kereta kencana itu bagaimana boleh dirinya menyamar seperti ini untuk mencari gara gara"
Tetapi dia menurut saja melarikan keretanya ke arah jalan raya dengan amat cepat.
Sembari melakukan perjalanan tanyanya kemudian,
"Sebenarnya ide dari siapakah ini?"
"Suhuku!!"
"Ui Liong Tootiang?"
"Bukan, dia adalah Sam Kuang"
"Sam Kuan sin nie" lalu apakah Ui Liong-ci tidak memberi pelajaran ilmu silat kepadamu".
"Soal ini tak ada waktu untuk dibicarakan pada waktu ini, pokoknya lain kali kau bakal tahu sendiri."
Kereta berlari dengan amat cepatnya membuat suasana jadi gaduh dan dipenuhi dengan suara putaran roda serta bunyi cambuk yang amat ramai.
Tan Kia-beng menunggang kereta ini adalah untuk kedua kalinya bersama-sama dengan Mo Tan-hong, cuma saja keadaan dari sekarang dan dulu adalah sama sekali berbeda.
Tetapi kali ini mereka berdua pada memiliki kepandaian silat yang amat lihay hingga tidak takut lagi kalau ada orang yang datang mencari gara gara dengan mereka.
Sedikitpun tidak salah, dengan munculnya kereta kencana itu maka dengan cepat sudah memancing perhatian orang-orang Bulim.
Sewaktu pagi hari menjelang orang-orang yang menguntit dari belakang kereta itupun semakin lama semakin banyak.
Tan Kia-beng yang melihat kejadian itu hatinya mulai merasa tidak tenang, tetapi Mo Tan-hong yang ada di dalam ruangan kereta terburu-buru memberi peringatan, "Coba kau bersabarlah untuk menjalankan tugas, tidak sampai setengah hari lagi kita bakal tiga di tempat tujuan."
Tan Kia-beng waktu itu benar-benar merasa tidak sabar lagi, cambuknya diayunkan semakin kencang membuat larinya keretapun semakin cepat.
Beberapa saat kemudian kereta itu sudah tiba disebuah mulut lembah yang penuh dengan pepohonan yang tinggi besar....
Tidak usah ragu ragu lagi larikan kereta ke dalam buru-buru Mo Tan-hong memberi peringatan "Mulai sekarang harap kau suka bersabar menjalankan tugas, bila keadaan tidak sampai kepepet lebih baik jangan turun tangan."
Tan Kia-beng hanya mengangguk, cambuknya diayjnkan dengan nyaringnya melarikan kereta tersebut menuju kemulut lembah itu.
Baru saja mereka tiba dimulut lembah, mendadak....
Suara berputarnya roda kereta kencana dari mulut lembah sebelah Timur, di atas kereta itupun duduklah seorang kakek tua berjubah hitam yang berkerudung.
Melihat munculnya si kakek berjubah hitam itu darah panas bergolak dengan kerasnya di dada pemuda tersebut.
"Hmm! ini hari ketemu juga kau ditangan siauw yamu"
serunya sambil mendengus dingin.
Mo Tan-hong yang takut dia mengikuti hawa nafsunya sehingga dapat merusak rencananya yang sudah diatur itu buru-buru kembali bisiknya, "Sebelum suhuku munculkan diri, kau dilarang turun tangan, dengar?"
"Heeei.... tidak boleh aku turun tangan bagaimana bisa?"
Baru saja dia selesai berkata dari mulut gunung sebelah Selatan kembali muncul sebuah kereta kencana diselingi dengan suara cambuk yang amat nyaring.
Orang yang ada di atas kereta itu pun seorang kakek tua berjubah hitam yang memakai kerudung pula.
Melihat kejadian itu Tan Kia-beng jadi keheranan.
"Iiih" bagaimana bisa muncul begitu banyak kereta kencana?" serunya.
Sewaktu dia bermaksud hendak menanyakan persoalan ini kepada Mo Tan-hong itulah kembali terdengar suara ringkikan kuda yang memanjang disusul munculnya sebuah kereta kencana dari mulut gunung sebelah Timur.
Orang yang mengurusi kereta itupun merupakan seorang kakek tua berkerudung hitam secara samar-samar dapat melihat di dalam ruangan kereta itu duduklah seorang gadis berkerudung putih.
Seluruh kereta kencana yang munculkan dirinya itu pada berlari menuju ke sebuah kuil besar di tengah lembah tersebut.
Dengan adanya kejadian ini Tan Kia-beng benar-benar dibuat kebingungan.
"Eei.... jangan ragu ragu lagi" teriak Mo Tan-hong dari dalam ruangan kereta. Cepat larikan kereta ke depan, semua orang sudah hampir tiba!"
Terpaksa Tan Kia-beng putar cambuk dan melarikan
keretanya kembali menuju ke arah kuil tersebut.
Sewaktu keretanya tiba di depan kuil tersebut tampaklah ketiga buah kereta kencana lainnya juga sudah berhenti di depan kuil tersebut tetapi dak seorangpun yang turun dari keretanya.
Sewaktu pemuda itu menyapu kembali keadaan di sekeliling tempat itu terlihatlah di belakang setiap kereta kencana
berdirilah puluhan orang jagoan Bulim tidak terkecuali dibelakang kereta kencana sendiri.
Sedang keadaan dari kuil itu amat angker sekali, di atas pintu masuk terpancanglah sebuah papan nama yang
berukiran kata-kata, "YA HU SI" tiga kata besar yang terbuat dari emas.
Seorang hweesio gemuk yang perutnya gemuk dengan
memakai lhasa berwarna merah darah memegang sebuah tongkat dengan pemimpin empat orang hweesio gundul lainnya berjalan keluar dari ruangan dengan langkah lebar.
Tapi sewaktu dilihatnya barisan yang ada di depan matanya jelas kelihatan dia rada terperanjat, lalu sambil tertawa, serunya, "Selama ini Pinceng tidak pernah mencampuri urusan dunia kangouw, entah kawan kawan sekalipun ada keperluan apa pada berdatangan kemari!"
Tiba-tiba.... dari dalam kereta kencana yang berhenti disebelah selatan terdengar suara bentakan keras laksana halilintar.
"Biarlah aku keluar dari kereta untuk menghilangkan rasa mangkel dari aku si hweesio gundul!" serunya.
Sreeet dari atas atap kereta kencana itu mendadak meloncat keluar seorang hweesio gemuk seorang pengemis yang amat dengkil diikuti si kakek berbaju hitam yang ada di depan keretapun melepaskan kerudungnya yang ternyata bukan lain adalah si toosu dengkil.
Hong Jan Sam Yu sudah lama berkelana di dalam dunia kangouw, tindak tanduknya aneh kini begitu melihat munculnya mereka dari balik kereta kencana tak terasa lagi membuat para jago ini jadi terperanjat.
"Iih"!.... suara jeritan kaget segera bergema memenuhi angkasa.
Air muka si pengemis aneh sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun sebaliknya si hweesio berangasan itu sudah tertawa terbahak-bahak.
"Terus terang aku beritahu kepadamu! kawan kawan Bulim yang ada diempat penjuru pada saat in hanya datang karena sedang mengejar kereta kencana ini, urusan ini tiada sangkut pautnya dengan dirimu."
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambil menuding ke arah kereta kencana yang lain dia berseru kembali.
"Cuma salah satu kereta dari antara kereta ini saja yang sengaja datang kemari untuk mencari gara gara dengan dirimu atau dengan perkataan lain orang itu benar-benar bermaksud mencari dirimu adalah majikan kereta kencana yang amat kejam dan terkutuk!"
Sepasang mulut si Toosu dengkil itu paling tidak bisa berdiam, cepat-cepat dia menyambung kembali perkataan dari si hweesio berangasan itu sambil tertawa aneh, "Hee.... hee....
orang budiman tidak akan melakukan pekerjaan yang merugikan orang lain, hanya penjahat saja yang kaget bilamana diketuk pintunya di tengah malam, bilamana aku belum pernah melakukan perbuatan jahat kenapa saat ini merasa begitu takut?"
Hweesio gemuk yang berdiri di depan kuil dalam hati sebenarnya sudah punya perasaan yang tidak beres, kini begitu mendengar kalau majikan kereta kencana bermaksud hendak mencari gara gara, air mukanya sudah berubah amat hebat.
"Oorang.... orang beribadat.... tidak.... tidak pernah ber....
berbuat jaaa.... jahat...." serunya gemetar.
Baru saja hweesio itu selesai berkata mendadak terdengar suara tertawa aneh berkumandang keluar dari kereta kencana sebelah Utara, seorang tua berjubah hitam itu mendadak melompat ke atas udara dan menerjang ke arah kereta kencana yang ada di sebelah Timur.
Tubuhnya belum tiba telapak tangannya dengan dahsyat sudah melancarkan satu pukulan ke arah si kakek berjubah hitam yang ada di sebelah Timur itu, agaknya dia merasa amat benci sekali terhadap orang itu.
Melihat datangnya serangan tersebut kakek berjubah hitam yang ada di atas kereta sebelah Timur buru-buru menyentak tali les kudanya hingga kereta itu lari ke depan.
Dengan demikian pukulan yang amat dahsyat itu berhasil dihindari.
Si kakek berjubah hitam yang ada di tengah udara sewaktu melihat serangannya tidak mencapai sasarannya segera membentak keras.
"Ini hari loohu mau lihat kau bisa berubah jadi apa lagi".
Mendadak tubuhnya menerjang ke depan lima jarinya dipentangkan lebar-lebar dan menghajar wajah dari si orang tua itu.
Pada waktu itu si kakek tua yang ada disebelah utara melancarkan serangan itulah Hong Jen Sam Yu pun bersama-sama meloncat ke depan dan mengurung kereta kencana yang ada di sebelah Timur itu dengan rapat rapat.
"Ini hari kami mau lihat kau hendak melarikan diri kemana lagi?" bentaknya berbareng.
Mo Tan-hong yang ada dikereta kencana sebelah Barat setelah melihat kejadian itu segera menjerit, "Kereta kencana itu adalah kereta yang sesungguhnya, dan dialah orang yang sudah menyaru dengan berbuat jahat, ayoh cepat kita kesana untuk menangkap dirinya"
Demikianlah mereka berdua segera melepaskan kain
kerudung yang ada di atas wajahnya dan meloncat ke arah kereta itu dari belakang Hong Jen Sam Yu.
Seluruh kejadian itu berlangsung hanya di dalam sekejap mata saja si kakek berkerudung hitam yang ada di atas kereta disebelah Timur itu sama sekali tidak jadi gugup, dengan cepat diapun melepaskan kain kerudungnya.
"Hmm! pencuri berteriak pencuri, apakah kalian mengira dengan berbuat demikian sudahbisa mengelabuhi orang lain"
serunya sambil tertawa dingin.
Para jago lainnya sewaktu melihat orang itu melepaskan kain kerudungnya segera pada menjerit kaget;
"Iiih! sungguh aneh sekali, bagaimana mungkin bisa dia?"
Kiranya si manusia berkerudung hitam itu bukan lain adalah Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong yang namanya amat terkenal di seluruh kolong langit itu.
Si kakek tua berjubah hitam yang ada di atas kereta kencana di sebelah Utara itu sama sekali tidak jadi terperanjat oleh kejadian ini, dengan gerakan yang tetap dia meneruskan terjangannya melancarkan serangan.
Sedang Hong Jen Sam Yu pun sama sekali tidak merasa ada diluar dugaan, dengan memecahkan diri dalam posisi segitiga mereka mengawasi seluruh tindak tanduk dari Thay Gak Cungcu itu.
Tan Kia-beng serta Mo Tan-hong pun pada saat yang bersamaan sudah tiba dihadapan Thay Gak Cungcu.
Setelah Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong selesai
mengucapkan kata-kata itu tubuhnya dengan cepat
menyingkir dari serangan yang dilancarkan oleh si kakek berkerudung hitam dari kereta sebelah utara itu.
"Bajingan iblis! ayoh cepat lepaskan kain kerudungmu, biar kawan kawan Bulim pada tahu siapakah sebenarnya aku"
bentaknya kembali.
Si kakek tua berjubah hitam yang lagi melancarkan serangan segera dongakkan kepalanya.
"Cepat la lepas kenapa harus takut" apa kau kira aku orang she Hu pernah melakukan pekerjaan yang memalukan"
Ketika kain penutup itu terbuka maka tampaklah kalau orang itu bukan lain adalah si Penjagal Selaksa Li Hu Hong adanya.
Mendadak.... Tampaklah bayangan putih berkelebat diantara siluman mata tampaklah dua sosok bayangan putih melayang ke tengah kalangan dan masing-masing pada melepaskan kain kerudung.
Gadis yang ada disamping Bok Thian-hong bukan lain adalah Bok Hujien, Lei Hun Hwee ci sedang gadis yang ada di samping Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong bukan lain adalah si Pek Ih Loo Sat Hu Siauw-cian!
Kejadian ini benar-benar amat mengherankan sekali, sewaktu Hu Hong dan Hu Siauw-cian melepaskan kain kerudungnya itulah di tengah kalangan sudah berubah jadi gaduh, bahkan ada beberapa orang yang mulai menjerit keras.
"Aakh.... iblis tua" tidak salah, dia memangnya iblis tua yang telah banyak melakukan kejahatan itu".
"Akh.... siluman perempuan" siluman perempuan.... aakh!!
sianakan iblispun sudah tiba, ini hari jangan membiarkan mereka lolos, ayoh serbu!"
Melihat suasana yang amat kacau itu si hweesio berangasan jadi amat gusar, mendadak bentaknya, "Tutup mulut! orang yang benar-benar telah melakukan kejahatan dialah si Thay Gak Cungcu, Bok Thain Hong yang biasanya kelihatan ramah dan sopan tetapi dihati binatang itu."
Si hweesio berangasan ini jadi orang sangat kasar, suaranyapun laksana halilintar, apa yang diucapkan olehnya pada saat ini segera berkumandang keseluruh angkasa membuat para jago jadi amat kaget dan bungkam.
Tetapi, walaupun nama Hong Jen Sam Yu sudah terkenal diseluruh Bulim tetapi nama tersebut tidak secemerlang Cun Hong Hua Yu empat kata, dari antar para jago yang hadir pada waktu itu kecuali menaruh rasa jeri dan kaget disana sini masih terdengar suara menggerutu jelas perkataan dari si hweesio berangasan in sama sekali tidak mendapat
kepercayaan seratus persen dari para jago.
Waktu itu Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong ayah beranak serta Hong Jen Sam Yu dan Tan Kia-beng, Mo Tan-hong dengan tajamnya mengawasi terus seluruh gerak gerik dari Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong.
Sebaliknya air muka Bok Thian-hong itu cungcu dari perkampungan Thay Gak Cung sama sekali tidak berubah, wajahnya tetapi tersungging suatu senyuman dan berdiri disana sambil bergendong tangan.
Sebaliknya Lie Hun Hweeci dengan wajah diliputi
ketegangan bersandar di tubuh suaminya.
Suasana kembali jadi hening setelah para jago dapat dibuat tenang si pengemis aneh itu baru tertawa terbahak-bahak sambil menuding ke arah Bok Thian-hong.
Ha ha ha.... aku si pengemis tua melakukan pengejaran sejauh laksaan li dan lari sama lari sehingga hampir kakinya terasa putus, tidak disangka angin topan serta banjir darah yang terjadi di dalam Bulim adalah hasil perbuatan dari kalian suami istri, ha ha.... hati manusia sungguh sukar diduga!"
Air muka Lei Hun Hweeci segera berubah jadi hijau membesi, dia menjerit gusar, "Kau jangan sembarangan berbicara, kami suami istri sengaja menyaru dan menguntit siang malam justru hendak mengejar iblis bangsat ini, siapa tahu kau pengemis busuk ternyata membolak balikkan persoalan dan menuduh kami yang jadi pembunuh Hmm! kau kira orang-orang dari perkampungan Thay Gak Cung boleh diganggu seenaknya?"
"Hooo hooo hooo.... urusan sudah menjadi begini, apakah kau masih hendak mungkir?" seru si pengemis aneh sambil memutar biji matanya.
Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong masih bersikap dingin dan kaku terhadap semua urusan yang sudah terjadi dia merasa seperti tidak ada hubungannya dengan dia, sepasang matanya yang tajam dan seram memancarkan sinar yang amat
menakutkan dan melototi Thay Gak Cungcu tanpa berkedip.
"Hmm! Sudah, loohu bermaksud mencari dirimu untuk mengadu jiwa, cuma saja kau amat licik dan setiap kali berhasil lolos, hee hee.... ini hari aku mau suruh kau merasakan lagi bagaimana rasanya ilmu Swie Soat Peng Hun
Sam Tiap Sah dariku ini!" serunya sambil setindak demi setindak mendesak lebih mendekat.
Mendengar perkataan tersebut Bok Thian-hong segera dongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Sepasang tanganmu sudah dinodai darah segar, dosamupun sudah bertumpuk tumpuk, setiap orang Bulim pada bermaksud untuk melenyapkan dirimu dari muka bumi ini. Walaupun aku orang she Bok punya hati welas tapi tidak bisa juga mengampuni kau manusia jahanam yang berhati kejam, baiklah ini hari kita membuat suatu keputusan dihadapan para jago Bulim"
Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong mulai menyengir buas, dia tak berbicara lagi cuma sepasang telapak tangannya dengan perlahan diangkat di depan dada siap-siap melancarkan serangan.
Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong yang menghadapi musuh tangguh dihadapannya tidak berani berlaku ayal lagi, air mukanya berubah serius, sedang hawa murninya secara diamdiam mulai disalurkan keseluruh tubuh siap menerima serangan dari pihak musuh.
Para jago yang hadir di tengah kalangan saat ini sama sekali tidak dibuat tenang oleh situasi yang penuh ketegangan itu, sebaliknya keadaan jadi bertambah gaduh.
Mendadak dari antara para jago yang hadir disana
munculnya segerombolan manusia manusia termasuk para jago dari siauw lim Bu-tong-pay, Kay-pang, Benteng Hwee Im Poo Go-bie pay dan para jago lainnya dari kalangan Liok lim.
Gerombolan manusia manusia itu dengan perlahan mulai mendesak ke depan dengan tegaknya, sudah tentu tujuannya
adalah si Penjagal Selaksa Li Hu Hong, Pek Ih Loo Sat, Hu Siauw-cian dan Tan Kia-beng tiga orang.
Melihat kejadian ini si pengemis aneh jadi cemas sekali, mendadak teriaknya keras, "Peristiwa yang terjadi hari ini bilamana tidak dibikin jelas maka orang-orang kangouw selamanya akan buta dalam urusan ini"
Kepada Hu Siauw-cian diapun lantas berbisik, "Cepat cegah ayahmu, katakan saja untuk sementara bersabar, menanti setelah urusan dibikin jelas untuk hajar dia masih banyak waktu"
Sejak Tan Kia-beng munculkan dirinya di dalam kalangan selama ini belum pernah dia mengucapkan sepatah katapun, kini setelah mengetahui kalau kakek tua berkerudung hitam yang diemuinya berulang kali ternyata bukan lain adalah Bok Thian-hong dalam hati lantas merasa bagaimana pun juga orang-orang Bulim harus dijelaskan dulu bagaimana licik dan jahatnya Bok Thian-hong kalau tidak urusan ini tak bakal jadi jelas kembali.


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karenanya mendadak dia maju ke depan dan berdiri
diantara Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong serta Thay Gak Cungcu.
"Suheng untuk sementara waktu kau bersabarlah sebentar, biarlah aku yang maju," katanya.
Walaupun Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong berada dalam keadaan gusar tetapi sangat penurut sekali, begitu mendengar perkataan tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia sudah loncat mundur ke belakang.
Setelah Tan Kia-beng berhasil mencegah Hu Hong,
mendadak dia mengambil keluar medali pualam yang
didapatkan dari si pencuri sakti itu dan diperlihatkan di depan mata Bok Thian-hong
"Tahukah kau benda apakah ini?"
Thay Gak Cungcu yang melihat mukanya segera berubah hebat, tapi bagaimanapun juga adalah seorang yang berhati licik sekalipun dalam hati merasa terperanjat tapi dengan berusaha keras wajahnya tetap dipertahankan
kemenangannya. "Cayhe tidak kenal dengan benda benda yang ada ditangan iblis." serunya dingin.
Mendengar perkataan Tan Kia-beng segera tersenyum.
"Haa.... haa.... bilamana aku menggunakan benda ini untuk memberi perintah kepadamu apakah kau berarti melanggar?"
Sekali lagi Bok Thian-hong dibuat terperanjat oleh perkataan tersebut, selintas napsu membunuh menyelimuti wajahnya, tetapi dia tidak berani memperlihatkan di wajahnya.
"Aduuuh celaka! bilamana bangsat itu benar-benar memberi perintah dengan menggunakan medali pualam itu, aku harus berbuat bagaimana?" pikirnya.
Sekalipun di dalam otaknya berpikir begitu tetapi mulutnya masih tersungging senyuman yang amat tawar.
"Medali pualam bukan benda dari perkampungan kami, kenapa bisa mengikat aku orang she Bok?" katanya.
Perkataan tersebut amat tepat sekali, artinya bisa mengaku bisa pula tidak mengaku, dengan mudahnya dia berhasil menghindarkan diri dari pertanyaan itu.
Tan Kia-beng pun semula hanya bermaksud untuk
mengetahu bagaimana jawabannya, melihat dia berbicara
begitu pemuda itupun tidak suka bertanya lebih lanjut, sambil menyimpan kembali medali pualam itu dia menoleh ke arah si pengemis aneh
"Loo Ko Ko, kita hendak menghukum bajingan ini dengan cara apa?" tanyanya.
"Umumkan seluruh kesalahannya dihadapan jago-jago Bulimdan suruh dia turun tangan untuk membinasakan diri!"
sahut si pengemis aneh itu dengan keren.
Mendadak dari antara para jago yang hadir di tempat itu berkumandang datang suara seorang yang amat seram sekali
"Hey pengemis tua, pinto lihat semakin tolol buat apa kau bergaul dengan ketiga orang manusia bangsat yang sudah banyak berbuat dosa itu?"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambil mempertinggi suaranya melanjutkan kembali, "Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong ayah beranak bersifat buas dan kejam suka membunuh orang, Bok Thian-hong suami istri sebagai jagoan berhati jujur dengan menyaru hendak membasmi bibit bencana bukannya dipuji kau malah menganggapnya sebagai pembunuh,
perkataan ini siapa yang mau percaya" aku menasehati dirimu, lebih baik cepat-cepatlah meninggalkan tempat ini dan memberi kesempatan buat kawan kawan Bulim untuk
membasmi ketiga orang bajingan bangsat itu dari muka bumi."
Si pengemis aneh segere memutar sepasang matanya
memandang ke arah orang yang baru saja berbicara itu, orang itu bukan lain adalah Loo Hu Cu Ciangbunjin dari Go-bie pay, tak terasa lagi sepasang matanya segera mendelik bulat bulat.
"Hee.... hee.... bilamana aku si pengemis tidak suka bagaimana?" serunya sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu kau adalah kawan saja lain dengan Si Penjagal Selaksa Li, kawan kawan Bulim akan memusnahkan sekalian dirimu.
"Omong kosong!" bentak si hweesio berangasan sambil maju ke depan. "kau termasuk manusia tidak genah, bergaul dengan manusia yang sok gagah dan pura pura bersifat jantan!"
Perkataan dari si hweesio ini benar-benar amat tajam, bahkan secara diam-diam mulai menyalurkan hawa murninya ke arah tangan.
"Hee.... hee.... apakah kau bermaksud hendak turun tangan?" seru Loo Hu Cu sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Mungkin!"
Tubuh si hweesio berangasan yang amat gemuk dan besar itu segera bergeser dua langkah ke depan.
---0-dewi-0--- JILID: 21 Mendadak.... Bayangan manusia berkelebat tahu-tahu Bok Thian-hong sudah berdiri diantara mereka berdua.
"Kalian berdua tak usah beribut dulu!" cegahnya dengan suara yang amat keras.
"Keadilan ada dihati tiap orang masing-masing! baiknya kita mengajukan urusan ini kehadapan kawan kawan Bulim diseluruh kolong langir dan biarlah mereka yang bertindak sebagai penuntut!"
Di atas jalan raya Cing Siang, tulang putih bertumpuk tumpuk, di dalam benteng Hwee Im Poo mayat laksana gunung, di atas gunung Bu-tong-san jejak darah masih baru, kesemuanya ini adalah bukti yang nyata, apakah soal ini bisa dipungkiri lagi" saudara saudara sejalan dan sealiran, ayoh serbu! kita tawan dulu ketiga orang bajingan iblis itu kemudian baru tuntut mereka di depan umum!"
Sampai waktu ini Hwee Im Poocu benar-benar tidak kuat menahan sabarnya, sambil membentak keras dia sudah menyerbu ke depan.
Di dalam hati kecil para jago selama ini terus menerus terbayang Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong adalah seorang iblis jahat yang melakukan perbuatan busuk macam apapun, bayangan ini sukar untuk terhapus dari benaknya, Kini sesudah dibakar hatinya oleh Bok Thian-hong keadaanpun mulai jadi gaduh
Di dalam sekejap saja bayangan manusia berkelebat memenuhi kalangan, suara bentakan serta teriakan bergema tiada hentinya, masing-masing jago dengan ganasnya pada menyerbu ke depan.
Kelihatannya suatu pertempuran yang mengerikan kembali akan berlangsung di tempat ini
Bok Thian-hong dengan wajah yang masih tersungging satu senyuman dingin segera mengajak Lei Hun Hwee ci mundur ke samping kalangan untuk menonton.
Pada saat saat yang kritis itulah mendadak kembali terdengar suara ringkikan kuda yang amat ramai sebuah kereta kencana bagaikan kilat cepatnya sudah muncul di tengah kalangan.
Kusir yang ada dikereta kencana itupun merupakan seorang kakek tua berjubah hitam yang berperawakan tinggi besar.
Kedatangan dari kereta kencana itu amat cepat bahkan aneh sekali seketika itu juga membuat para jago yang hadir disana dibuat kebingungan dan berdiri melongo
Kereta kencana itu setelah tiba di tengah kalangan sedikitpun tidak berhenti, dengan cepatnya kereta itu menerjang dari antara para jago dan berhenti di depan pintu kuil
Pada saat itulah si kakek berjubah hitam yang ada di depan kereta mendadak meloncat bangun dan melepaskan kain kerudung yang ada di depan wajahnya.
"Akh! Liok lim Sin Ci...." teriak para jago yang hadir disana dengan perasaan terperanjat
Dikuti dari kereta itu berkelebat keluar sosok bayangan abu abu tahu-tahu di depan kereta sudah muncul seorang nikouw tua yang berwajah merah.
Sam kuang Sinnie! kembali dari antara para jago lalu serunya dengan suara teriakan
Dengan angkernya Liok lim Sin Ci berdiri di atas kereta, sedang matanya dengan amat tajam menyapu sekejap ke arah para jago lalu serunya dengan suara keras, "Kawan kawan Bulim sekalian tentunya sudah merasa cemas dan ingin cepat-cepat mengetahui siapakah majikan kereta kencana yang berulang kali melakukan kejahatan itu bukan?"
Walaupun para jago yang hadir di tengah kalangan itu pada mengira kalau orang yang melakukan kejahatan berulang kali itu pasti adalah si Penjagal Selaksa Li Hu Hong ayah beranak serta Tan Kia-beng tetapi setelah mendengar tuduhan dari
Hong Jen Sam Yu, sedikit banyak dalam hati mulai menaruh curiga juga.
Kini secara tiba-tiba mendengar Liok lim Sin Ci mengajukan pertanyaan tersebut seluruh kalangan segera diliputi oleh suasana yang amat sunyi setiap orang dengan mata terbelalak memandang ke arahnya.
"Sungguh tidak disangka orang itu bukan lain adalah Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong!"
Setiap kata diucapkan dengan begitu tegas dan
bertenaganya dari mulut Liok lim Sin Ci sehingga membuat para jago yang mendengarnya merasa amat terperanjat sekali.
Sinar mata dari Liok lim Sin Ci kembali menyapu sekejap keseluruh kalangan lalu sambungnya.
"Ada kemungkinan diantara kalian masih menaruh rasa ragu serta heran dengan perbuatan serta nama dari orang she Bok di dalam Bulim tempo hari mana mungkin bi melakukan perbuatan ini" Sekarang Loo hu bisa memberitahukan kepada saudara saudara sekalian, sebenarnya Bok Thian-hong adalah seorang manusia licik yang sangat berbahaya bagi
keselamatan dunia kangouw, kadang kadang dia bisa menggunakan sedikit budi atau kebaikan untuk menipu orang lain dan menutupi seluruh kejahatan yang dilakukan sibalik semuanya itu.... maka kalian jangan terlalu percaya dengan manusia she Bok itu! dia adalah orang bangsat yang berhati licik bagaikan ular berbisa!"
Kedudukan dari Liok lim Sin Ci di dalam dunia kangouw sangat terhormat sekali perkataannya jauh lebih dihormati dan dipandang oleh para jago.
Kini setelah mendengar perkataannya itu walaupun dalam hati para jago masih diliputi oleh rasa curiga tetapi tidak urung
sinar matanya bersama-sama dialihkan ke atas wajah Thay Gak Cungcu suami istri.
Sebaliknya Bok Thian-hong masih tetap berdiri dengan amat tenangnya, dengan pandangan dingin dan jumawa dia menyapu ke arah para jago yang sedang memandang ke arahnya lalu dialihkan ke atas wajah Liok lim Sin Ci.
Loo Hu Cu itu ciangbunjin dari Go-bie pay yang terkenal akan kelicikannya sampai saat ini dia sebagai pembunuh yang sesungguhnya, mendadak dia majukan dirinya ke depan dan membantah, "Apakah perkataan dari Sin Ci ini tidak sedikit keterlaluan berdasarkan dari bukti
Sepasang mata dari Liok lim Sin Ci segera berkelebat memancar cahaya yang sangat tajam, dia dongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suaranya yang keras itu dengan cepatnya bergema keseluruh lembah membuat para jago merasakan terlinganya mendengus tiada hentinya.
Jelas kalau Liok lim Sin Ci ini sudah dibuat gusar oleh perkataan dari Loo Hu Cu itu.
Sudah tentu dia harus merasa gusar karena ciangbunjin dari Go-bie pay yang terdahulu Luok Oh Tootiang adalah sahabat karibnya, waktu itu Loo Hu Cu tidak lebih hanyalah seorang toosu cilik, tidak disangka ini hari ternyata berani menggunakan nada suara yang begitu kasar untuk
mengadakan pembicaraan dengan angkatan tua, saking khekinya seolah ingin meledak jantungnya.
Sam Koan Sin nie tahu kalau Liok lim Sin Cie sudah dibuat gusar oleh pertanyaan dari Loo Hu Cu yang amat kasar itu, diam-diam dia memuji keagungan Budha.
Omintohud! Pada beberapa waktu ini orang-orang kangouw pada mengerti ada seorang yang bernama Thay Gak Cungcu
Bok Thian-hong yang melakukan beberapa pekerjaan mulia"
katanya perlahan "Tetapi apakah kalian ada yang tahu dari manakah asal usulnya" terletak dimanakah perkampungan Thay Gak Cung yang amat terkenal itu" Menurut penglihatan Pinnie seseorang jagoan gagah yang benar-benar bermaksud mulia dan luhur tidak akan menyembunyikan asal usul serta tempat tinggalnya kepada orang banyak!
Sejak munculnya peristiwa peristiwa ngeri yang dilakukan oleh kereta kencana, pie nie serta Sin Ci tiada tahu lelah telah terjunkan diri ke dalam dunia persilatan untuk mengadakan pemeriksaan, setelah berdaya upaya beberapa waktu lamana terakhir Pinnie baru berhasil memperoleh bukti bagi kawan kawan Bulim siapakah sebetulnya pembunuh yang maha kejam dan buas itu karenanya Pinnie lantas mengundang Hong Jen Sam hiap serta muridku Mo Tan-hong untuk menyaru sebagai pemilik kereta kencana dan memancing kedatangan kalian kemari.
Sehabis Sam Kuang Sin nie mengucapkan kata-kata
tersebut para jago pada saling tukar pandangan dengan mulut mulut melongo, ternyata mereka tidak seorang pun yang tahu bagaimanakah sebenarnya Thay Gak Cungcu hati mereka pada mulai merasa kecewa karena sampai Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu sendiripun tidak tahu dari manakah asal usulnya.
Karena itu suasana di tengah kalangan jadi amat gaduh, bahkan ada beberapa orang yang mempunyai rasa dendam dengan majikan kereta kencana itu pada mencabut senjata masing-masing dan memandang ke arah Bok Thian-hong suami istri dengan pandangan gusar.
Dengan gerakan yang amat ringan Liok lim Sin Ci segera meloncat ke depan dan melayang turun ke depan kereta
kencana yang dinaiki oleh Thay Gak Cungcu lalu teriaknya keras sambil menuding ke arah ruangan kereta itu,
"Sewaktu bajingan iblis itu melakukan kejahatan dikuil Sam Cing Kong digunung Bu-tong-san Loohu sudah datang sedikit terlambat sehingga tidak berhasil menghalangi kereta tersebut untuk melaksanakan kejahatan walaupun begitu di belakang kereta itu sudah aku hantam satu bekas telapak tangan dengan menggunakan ilmu pukulan Toa Loo Thian Kang Ciang sebagai pertanda untuk memudahkan dicari dikemudian hari!
Sehabis berkata ujung bajunya segera dikebutkan, kayu pada rontok dan terlihatlah di atas ruangan kereta yang berwarna merah darah itu terteralah sebuah telapak tangan yang amat dalam sekali.
Mendadak dari sepasang mata Liok lim Sin Ci memancarkan cahaya yang amat tajam, dengan pandangan berapi api dia melototi Thay Gak Cungcu.
Bok Thian-hong, kau ada perkataan apa lagi sebagai pembelaan?" bentaknya keras.
Paras muka Bok Thian-hong masih tetap tenang-tenang saja, kepalanya didongakkan ke atas sedang dari mulutnya tiada hentinya memperdengarkan suara tertawa dingin.
"Dosa yang dituduhkan waktu ini aku tidak bisa menerimanya, walaupun aku orang she Bok tidak berani menuduh kalau perbuatan ini adalah siasat buruk yang kelian persiapkan terlebih dulu untuk mencelakai kami suami istri berdua tapi semoga saja dengan nama kosongnya tempo hari aku masih bisa membuktikan kebersihan diri aku yang menghadapi urusan ini."
Mendadak Hwee Im Poocu tertawa terbahak-bahak dengan suara yang amat keras, "Haaa.... haaa.... pendapat dari para
enghiong selamanya sama, cayhepun mempunyai perasaan demikian sejak semula!"
Loo Hu Cu itu ciangbunjin dari Go-bie pay semakin gusar lagi dibuatnya, terdengar dia membentak nyaring, "Benteng Hwee Im Poo serta partai Go-bie adalah orang-orang yang menderita siksaan akibat perbuatan yang terkutuk itu, bilamana Thay Gak Cungcu benar-benar adalah pembunuhnya bagaimana mungkin dia suka membela diri kami mati matian"
apalagi ilmu silat aliran Teh-leng-bun tidak ada persamaannya dengan ilmu silat Tionggoan siapa saja yang melihat tentu akan mengetahui dengan jelas, hee, hee disini pinto hanya memberi peringatan kepada saudara saudara sekalian janganlah sampai tertutup matanya oleh perkataan dari pembunuh yang sebetulnya"
Setelah mendengar perkataan tersebut suasana yang semula tegang dengan perlahan reda kembali hati para jagoanpun dibuatnya ragu ragu.
Saat ini si pengemis aneh tidak bisa menahan sabar lagi, mendadak dia maju dua langkah ke depan dan tertawa aneh dengan seramnya.
"Urusan orang lain aku si pengemis tua tidak akan perduli, tetapi nyawa dari anak murid Kay-pang, yang mendekati seratus orang, aku tidak boleh melepaskan dengan begitu saja heee.... heee.... Bok Thian-hong, bilamana kau betul-betul seorang lelaki sejati janganlah coba-coba menghindarkan diri dari beban ini."
"Heee.... heee.... kau anjing pengemis tidak usah main kekerasan disini!" ejek Bok Thian-hong sambil melirik sekejap ke arahnya. "Orang lain takut Hong Jen Sam Yu tapi aku Bok Thian-hong tidak akan memandang sebelah matapun kepada kalian."
Mendengar perkataan yang amat menghina itu hweesio berangasan jadi lebih gusar mendadak dia meloncat maju ke depan dan melancarkan satu babatan dahsyat
"Aku akan babat hancur kau anjing keparat yang tak berperikemanusiaan!" bentaknya keras.
Angin pukulan laksana taupan yang menderu deru, dengan dahsyat segera menyapu ke arah depan.
Bok Thian-hong mendengus dan telapak tangannya dengan ringan disapu ke depan sedang tubuhnya mengambil
kesempatan ini maju dua langkah.
Si hweesio berangasan yang melihat pukulannya tidak mencapai hasil tubuhnya dengan cepat menubruk ke depan lagi sambil kirimkan satu pukulan dahsyat keluar.
Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat Loo Hu Cu tahu-tahu sudah berdiri menghalangi perjalanannya.
"Peristiwa yang sesungguhnya belum selesai diselidiki, tindakan saudara itu apakah tidak merasa terlalu
berangasan?"
"Selamanya Hong Jen Sam Yu melakukan tindakan dengan adil dan benar, kenapa ini hari begitu ngotot mencari muka buat orang lain" cayhe ingin minta beberapa petunjuk seru Hwee Im Poocu Ong Jiang secara mendadak sambil meloncat maju
Melihat situasi yang sangat tegang dan tidak
menguntungkan bagi dirinya buru-buru si pengemis aneh meloncat ke samping tubuh si hweesio berangasan lalu tertawa terbahak-bahak dengan amat seramnya.
"Haaa.... haaa.... kalian bukannya menyelidiki dan membalaskan dendam bagi kematian anak buah dari
perguruannya masing-masing sebaliknya malah membelai pihak musuh aku si pengemis tidak akan sebodoh kalian, peristiwa ini hari sudah ada kenyataan dihadapan mata siapapun yang akan ajukan diri jangan harap bisa
menghalangi maksud dari perkumpulan Kay-pang kami untuk menuntut balas.
Jadi kalian bertiga benar-benar mau mencari gara gara sehingga urusan akan berkahir dengan suatu akibat yang mengerikan
"Nyawa seratus orang anak murid Kay-pang tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa dituntut balas!"
"Kalau orang betul-betul begitu keras kepala, biarlah pinto minta beberapa petunjuk dari kalian!" serunya dingin.
Begitu melihat dirinya ditantang, si pengemis aneh segera tertawa terbahak-bahak dengan nyaringnya.
"Haaa.... haaa.... sudah lama aku mendengar kehebatan ilmu Kiam hoat dari Go-bie pay, ini hari aku si pengemis tua kepingin juga minta beberapa jurus pengajaran darimu!
Sewaktu keadaan mencapai pada puncak yang amat kritis itulah mendadak dari antara gerombolan para jago itu berkumandanglah keluar suara pujian Buddha, seorang hweesio yang berwajah merah bercahaya dengan memakai sebuah jubah yang longgar berjalan keluar melerai mereka berdua, katanya, "Peristiwa ini hari tidak bisa dibereskan dengan suatu pertempuran yang menggunakan kekerasan, menurut pinceng dengan kedudukan serta nama besar dari Liok lim Sin Ci loocianpwee perkataan yang diucapkan tidak bakal bohong, harap Too yu suka berpikir tiga kali sebelum mengambil tindakan."
Hweesio yang baru saja mengajukan dirinya ke depan ini bukan lain adalah Hu Cin Hweesio yang menjabat sebagai ketua dari ruangan kitab suci di dalam kuil Siauw Lim amat tinggi sekali bahkan boleh dikata satu tingkatan dengan Ci Si Sangjien itu Ciangbunjin dari Siauw-lim-pay.
Walaupun Loo Hu cu jadi orang amat sombong dan jumawa sekali tapi terhadap hweesio ini dia tidak berani berlaku kurang hormat buru-buru ia merangkap tangannya memberi hormat.
"Perkataan dari Sin Ci ada kemungkinan memang benar tapi pinto tidak akan mempercayai kalau Bok Cungcu sebagai pendekar sejati yang berhati luhur bisa jadi seorang pembunuh yang gemar membunuhapalagi nama jahat dari Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong sudah terkenal dimana mana, bagaimana mungkin aku tidak boleh bertanya?"
Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong yang selama ini hanya berdiri disamping saat ini sudah tidak sabar lagi, sewaktu mendengar Loo Hu Cu sekalian menyebut nyebut namanya dalam hati merasa amat gusar, dengan beratnya dia mendengus dan siap-siap melancarkan serangan.
Tan Kia-beng yang melihat situasi ini hari ini sangat ruwet sehingga dengan nama serta kedudukan dari Liok lim Sin Ci serta Sam Kuang Sin nie pun sulit untuk memaksa orang menaruh percaya dalam hati lantas mengerti kalau nama besar dari Bok Thian-hong benar-benar telah dihormati oleh setiap jago.
Hu Hong ayah beranak kini sudah mengikat tali
permusuhan yang amat mendalam sekali dengan orang-orang Bulim, bilamana mereka tidak bisa menahan sabar untuk menanti keputusan sehingga terjadi bentrokan maka kesalah pahaman ini selamanya tidak bakal dibersihkan lagi.
Karenanya sewaktu melihat Hu Hong sudah dibikin gusar oleh situasi saat ini buru-buru ia menarik ujung bajunya sembari berbisik, "Harap suheng suka bersabar lagi, jangan sekali kali bermaksud turun tangan!"
Dan kini Si penjagal selaka li dibuat tidak bisa berbuat apa apa lagi terpaksa dia harus menahan rasa gusar dihatinya saja sambil berdiam diri.
Terdengar Hu Cin Hweesio dari Siauw-lim-pay kembali berkata dengan suara yang perlahan!
Peristiwa mengenai perbuatan Hu sicu untuk sementara waktu pinceng tidak ambil gugat dulu, tetapi ini hari pinceng langsung mengejar sendiri kereta kencana yang ditumpangi oleh Bok Thian-hong ini sejak dari bangunan cun Hoanya yang misterius itu hingga sampai disini, bahkan di tengah jalan pinceng dapat mengetahui kalau maksud tujuannya adalah hendak membasmi hweesio dari kuil Ya Hu Sie ini, jelas sekali apakah maksudnya untuk menggunakan kereta kencana ini kiranya kalian sudah mengetahui sendiri bukan?"
"Soal itu apanya yang sudah untuk dijelaskan" sambung si pengemis aneh itu dengan tertawa dingin. Sudah tentu tujuannya adalah bermaksud memfitnah Hu Hong ayah beranak!"
Selama beberapa ratus tahun ini partai Siauw lim selalu memimpin Bulim dengan nama besarnya yang sangat
cemerlang serta peraturan pengurus yang amat keras dengan kedudukan Hu Cin hweesio sebagai ketua ruangan
penyimpanan kitab di dalam Siauw lim pasti apa yang diucapkan bisa mengambil kepercayaan dari para jago.
Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong yang jadi orang selalu berhati licik sekalipun terang terangan tahu kalau situasi ini
hari sangat tidak menguntungkan dirinya tapi dia masih tetap berlagak pilon juga.
Dalam hati ia mengerti kalau dendam dari para partai di Bulim itu terhadap Hu Hong ayah beranak sudah sangat mendalam sekali, sekalipun ada Liok lim Sin Ci Sam Kuang Sin nie beserta Hong Jen Sam Yu yang bersusah untuk mencuci bersihkan noda noda hitam itu tetapi suatu dendam sedalam lautan tidak bakal bisa dihapus hana dengan dua tiga patah kata saja.
Sebaliknya nama besar dari Thay Gak Cungcu selama sepuluh tahun ini sudah mempunyai bayangan yang
mendalam di dalam benak orang-orang kangouw. untuk menyapu bersih di dalam beberapa waktu saja tidak bakal mungkin bisa terlaksana.
Karena itu dengan ngototnya dia tetap mempertahankan perkataannya itu sekalipun semua orang memakin dan menuduh dirinya dengan perkataan apapun dia tetap tenang-tenang saja, tidak menjawab juga tak melarikan diri dari sana, karena dia merasa bilamana dirinya melarikan diri maka hal ini mengartikan kalau dia sudah mengakui seluruh perbuatannya.
Para jago yang sedang berkumpul dilapangan luas di depan kuil Ya Hu Sie pada hari ini mencapai seratus orang lebih, ada yang datang karena mengejar kereta dari Hong Jen Sam Yu ada juga yang datang karena mengikuti kereta dari Bok Thian-hong suami istri adalah para jago-jago lihay dari partai Siauw lim saja.
Saat ini terlihatlah para jago mulai berjalan mendekati Bok Thian-hong suami istri.
Sedang orang-orang Kay-pang pun dengan perlahan sudah mulai bergerak siap-siap melancarkan penyerbuan secara besar besaran
Situasi di tengah kalangan seketika itu juga sudah berubah menjadi amat hebat, jelas kalau hujan badai yang amat dahsyat bakal menyerang datang.
Mendadak Loo Hu Cu menggetarkan pedang panjangnya di tengah udara, lalu berteriak, "Perduli partai mana saja yang berani tanpa sebab menyerbu orang-orang Thay Gak Cung, maka dari pihak kami partai Go-bie akan menganggap dirinya sebagai musuh partai kami juga."
Hwee Im Poocu pun mencabut keluar pedangnya dan
meloncat ke samping tubuh Thay Gak Cungcu.
"Hee.... heee...." serunya sambil tertawa dingin. Kami dari Benteng Hwee Im Poo pun berada disatu jalan dengan partai Go-bie saudara saudara yang keras kepala boleh mulai coba-coba!"
Dengan adanya kejadian ini maka situasi berubah semakin menegangkan lagi pada saat itulah terdengar Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong berteriak dengan suara yang amat keras.
"Aku orang she Bok merasa setiap pekerjaan yang aku lakukan selama beberapa tahun ini tak ada yang menyalahi kawan Bulim tidak disangka kawan kawan kangouw ternyata ada juga yang menuduhku orang she Bok dengan perkataan semacam itu, hal ini benar-benar membuat aku merasa amat sedih sekali"
Liok lim Sin Ci serta Sam Kuang Sinnie sebagai orang-orang kangouw dari angkatan tua, biasanya memperoleh
kepercayaan serta penghormatan yang luar biasa dari orangorang Bulim tidak disangka di dalam urusan Hu Hong ini sekalipu mereka berdua sudah munculkan dirinya bersama-sama bukan saja tidak berhasil menyelesaikan urusan ini bahkan situasi berubah semakin buruk lagi membuat hati mereka berdua merasa amat menyesal.
Bagi Sam Kuang Sin nie yang beriman kuat hal ini masih tak mengapa, tetapi buat Liok lim Sin Ci hatinya berdebar debar telah dibuat gusar sekali.
Mendadak dia meloncat ke depan dan menerjang
kehadapan Loa Hu Cu lalu bentaknya keras, "Hmmm! loohu merasa amat sayang buat Lok Oh Tootiang yang ternyata bisa memperoleh seorang murid yang demikian goblok dan tololnya seperti kau, ayoh cepat menggelinding dari sini!
Tubuhnya pun menerjang ke depan melancarkan satu
cengkeraman mengancam pergelangan tangan dari Thay Gak Cungcu gerakannya ini dilakukannya amat cepat sekali bagaikan sambaran kilat.
Bok Thian-hong sejak semula sudah mengerti kalau
keadaannya sangat berbahaya sekali karena itu diam-diam tenaga murninyapun sudah disalurkan memenuhi tubuh dan melihat Liok lim Sin Ci melancarkan serangan maka dengan cepat dia meloncat ke samping menghindarkan diri dengan gerakan yang amat aneh, saking anehnya sampai Loo Hu Cu yang ada disampingnya tidak melihat dengan jelas.
Kembali Liok lim Sin Ci membentak keras, mendadak serangan cengkeramannya sudah berubah jadi gaplokan menghajar ke atas punggung Bok Thian-hong dengan
kecepatan yang luar biasa.
Dengan kesempurnaan dari tenaga dalamnya ditambah pula ilmu pukulan Toa Loo Thian Kang Ciangnya yang merupakan
suatu ilmu maha sakti, sekalipun Bok Thian-hong memiliki kepandaian yang amat dahsyatpun jangan harap bisa menghindarkan diri dari serangan itu.
Pada saat yang amat kritis itulah mendadak tampak bayangan hijau berkelebat bagaikan pelangi panjang meluncur datang
Bersamaan dengan berkelebatnya bayangan tersebut
terasalah suatu bau harum yang sangat aneh menyambut datangnya angin pukulan dari Liok lim Sin Ci yang amat dahsyat itu.
Seketika itu juga terdengar Liok lim Sin Ci mendengus berat, tubuhnya tidak kuasa lagi mundur lima enam langkah ke belakang segumpal darah merah yang gelap muncrat keluar dari mulutnya bagaikan gerimis.
Melihat kejadian itu para jago dibuat amat terperanjat sekali, karena usia Liok lim Sin Ci sudah mencapai seratus tahun ilmu pukulan Toa Loo Thian Kang Ciangnya pun sudah menjagoi seluruh dunia persilatan, tidak disangka belum mencapai satu jurus dia sudah menderita kekalahan di tangan pihak musuh.
"Cepat menyingkir!" terdengar Sam Kuang nio membentak keras.
Tampak sesosok bayangan abu abu berkelebat bagaikan sambaran kilat, nikouw tersebut sudah menubruk ke arah Liok lim Sin Ci sedang ujung bajunya berturut turut melancarkan delapan buah yang mematikan.
Kiranya bersamaan dengan munculnya kabut berwarna hijau tua itu dari samping kuil mendadak meluncur dua
rentetan cahaya keemas emasan yang menyilaukan mata menerjang ke tengah kalangan.
Seketika itu juga suara jeritan ngeri memenuhi angkasa, paling sedikit kini sudah sepertiga dari jago yang ada di tengah kalangan sudah menderita luka parah.
Untung saja suara peringatan dari Sam Kuang sinnie diucapkan dengan amat cepat sehingga sisanya bisa menggunakan tenaga pukulan maupun senjata tajam untuk melindungi tubuhnya sendiri dari serangan bokongan tersebut.
Sewaktu Liok lim Sin Ci melancarkan serangan ke arah Bok Thian-hong tadi secara samar-samar Tan Kia-beng sudah melihat adanya sesosok bayangan hijau yang sangat tawar menerjang ke dalam kalangan.
Belum sempat hatinya bergerak tahu-tahu tubuh Liok lim Sin Ci sudah terkena pukulan sehingga luka dalam, melihat kejadian itu dia segera membentak keras dan menubruk ke arah bayangan hijau tersebut.
Tetapi bagaimanapun juga tindakannya ini rada terlambat satu tindak, waktu dia sedang menubruk maju ke depan itulah seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan cahaya keemas emasan yang menyilaukan mata menerjang ke depan.
Tetapi sewaktu berada dibangunan Cun Hoa tempo hari pemuda tersebut pernah menemui senjata rahasia semacam ini karena itu sekali pandangan dia sudah mengetahui kalau benda tersebut bukan lain adalah senjata rahasia "Pek Cu Kiam Uh Yen Wei Ciam", maka seruling pualamnya dengan cepat dicabutnya keluar dan diputar sedemikian rupa sehingga membentuk serangkaian cahaya putih yang amat rapat.
Hanya di dalam waktu yang amat singkat itu jarum-jarum tersebut sudah berhasil kena dihantam jatuh semua, tetapi
waktu itu pula bayangan hijau tersebut sudah lenyap tak berbekas.
Sewaktu suasana di tengah kalangan amat kacau itulah dengan mengambil kesempatan ini Bok Thian-hong suami isteri pun sudah melarikan dirinya tak berbekas.
Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong yang melihat Bok Thian-hong sudah melarikan diri tak berbekas dia lantas tertawa aneh dengan seramnya sambil menarik tangan Hu Siauw-cian si Pek Ih Loo Sat bentaknya, "Ayoh jalan!"
Tubuhnya pun dengan cepat meloncat ke dalam kereta kencana dan melarikan kudanya dengan amat cepat, di tengah suara berputarnya roda kereta serta sentakan cambuk yang nyaring hanya di dalam sekejap merekapun sudah pergi tak berbekas
Kembali Liok lim Sin Ci dengan perlahan membuka
matanya, tetapi sewaktu dilihatnya situasi sangat tidak menguntungkan dia menghela napas panjang dan berlalu dari sana.
Dengan menggunakan sedikit waktu yang luang itulah Sam Kuang Sin nie lantas berjalan mendekati Tan Kia-beng dan memuji keagungan Buddha, "Omintohud Siauw sicu, apakah kau bisa melihat jelas siapakah orang yang baru datang itu?"
Harus diketahui Sam Kuang Sinnie merupakan seorang pendekar aneh dari angakatan tua, kini dia suka menurunkan derajatnya sendiri dengan bertanya begitu merendah terhadap sang pemuda hal ini cukup memperlihatkan kalau nikouw itu menaruh sikap yang sangat hormat terhadapnya.
Tan Kia-beng mengerutkan alisnya lalu menggeleng, "Aku cuma menemukan sebuah bayangan hijau saja, entah dia adalah seorang lelaki ataukah seorang perempuan, tetapi
senjata rahasia yang mereka gunakan, boanpwee pernah menemuinya sekali, senjata tersebut sangat beracun sekali yang dibawa oleh tetamu dari gurun pasir dan bernama Pek Cu Kiem Uh Yen Wei Ciam"
"Di tempat manakah kau sudah pernah bertemu dengan tetamu dari gurun pasir itu?"
Di dalam bangunan rumah Cun Hoa dari Bok Thian-hong, disana cayhe sudah bertemu dengan dua orang tetamu yang datang dari gurun pasir yang satu adalah Miauw Pit Suseng Bun Ih Peng sedang yang lain adalah seorang gadis berbaju hijau yang bernama nona Hong tetapi aku berani memastikan kalau diantara mereka berdua tak ada yang memiliki tenaga dalam yang dimiliki orang berbaju hijau tadi."
Mengungkat soal yang menyangkut tamu dari gurun pasir, air muka Sam Kuan Sin nie pun segera berubah jadi amat tegang, lama sekali dia baru menghela napas panjang.
"Sejak semula Pinnie sudah menduga akan datang hari seperti ini, cuma sayang para kawan kawan sealiran dari berbagai partai besar masih berada di dalam keadaan terbius agaknya di dalam Bulim bakal terjadi berpuluh puluh urusan yang amat mebingungkan.
Mendadak dia menoleh ke arah Mo Tan-hong yang ada disisinya lalu berkata lagi, "Pinnie masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan dengan cepat untuk sementara waktu lebih baik kau berkelana di dalam Bulim bersama-sama Tan Siauwhiap saja ada kemungkinan dalam waktu dekat ini Ui Liong Too yu akan mencari kalian berdua."
Sehabis berkata dia lantas mengangguk kepada Hong Jen Sam Yu, dan diantara berkelebatnya bayangan abu abu tahu-tahu dia sudah berkelebat sejauh dua puluh kaki lebih
Suasana di tengah kalangan pada saat ini sangat
mengenaskan sekali Lo Hu Cu serta Hwe Im Pocu yang tidak memperoleh keuntungan sudah tentu cepat-cepat
meninggalkan tempat tersebut sedang sisanya para jago yang hadir sebagian yang pergi mengejar Bok Thian-hong suami istri ada juga yang tetap tinggal di dalam kalangan untuk menolong kawan kawannya yang terluka maupun yang mati.
Dengan wajah yang amat gusar Hong Jen Sam Yu tampak berdiri termangu-mangu disamping kalangan setelah melihat Sam Kuang Sin nie meninggalkan tempat itu merekapun berjalan mendekati sang pemuda
"Hee.... tidak disangka kawan kawan Bulim kiranya begitu tolol semua, kesempatan yang begitu baik untuk melenyapkan musuh besar sudah dilepaskan dengan percuma sehingga bajingan itu berhasil meloloskan diri" seru si pengemis aneh secara tiba-tiba sambil meghela napas panjang
"Heee, heee kini semua orang sudah tahu kalau Bok Thian-hong adalah pembunuh yang asli, apakah kau kira sejak ini hari dia bisa lolos dari kurungan?" seru Tan Kia-beng sambil tertawa.
Mendengar perkataan dari pemuda tersebut agaknya dalam hati pengemis aneh itu dan tertawa dingin tiada hentinya.
"Nama kosong dari Hong Jen Sam Yu tidak akan terkubur dengan begini saja" serunya. "Perduli Bok Thian-hong mempunyai saudara yang bagaimana lihaynyapun aku si pengemis tua akan bergebrak dengan dirinya."
Pada saat ini Hong Jen Koay hiap sudah penuh dibakar dengan hawa amarahnya belum habis si pengemis aneh itu berbicara si hweesio berangasan maupun sitosu dekil sudah berlari terlebih dulu ke depan.
Dengan termangu-mangu Mo Tan-hong memperhatikan
bayangan tubuh Hong Jen Sam Yu yang mulai menghilang, mendadak dia menarik tangan Tan Kia-beng.
"Engkoh Beng, ayoh kita pergi!"
Dengan seenaknya saja Tan Kia-beng mengangguk, dan dengan cepat Mo Tan-hong sudah meloncat ke depan kereta kencana dan melepaskan kedua ekor kudanya yang ada di depan setelah itu dia melemparkan salah satu tali les ke arah Tan Kia-beng sedang dia sendiri dengan cepatnya meloncat ke atas kuda dan melarikan diri.
Kembali kedua orang itu satu di depan dan satu dibelakang dengan cepatnya melakukan perjalanan sejauh lima enam li, mendadak Mo Tan-hong menarik kembali tali les kudanya lalu berbisik kepada pemuda itu, "Mari kita beristirahat sebentar, bagaimana kalau malam ini kita pergi mengadakan
penyelidikan kembali ke dalam kuil Ya Hu Sie tersebut" aku lagi berpikir dengan kuil Ya Hu sie yang tak bernama di dalam Bulim kenapa Thay Gak Cungcu bermaksud menyerang
mereka" di dalam hal ini tentu ada sebab sebabnya".
Dengan cepat Tan Kia-beng mengangguk tanda setuju.
"Aku lihat Mey Ling Hweesio itupun pasti bukan manusia baik-baik, karena tadi kita lagi repot untuk mempersoalkan siapakah pembunuh sebenarnya untuk sementara sudah melupakan dirinya aku rasa orang yang menyelidiki kuil tersebut pada malam ini bukanlah diri kita saja."
Mereka berdua sembari bercakap-cakap menalikan kudanya pada pohon siong di jalan kemudian baru duduk di atas tanah rerumputan, karena selama ini mereka berdua lagi
mempeributkan teka teki yang menyelimuti kereta kencana itu
maka tidak ada waktu lagi bagi mereka untuk membicarakan soal pribadi.
Boleh dikata saat inilah merupakan suatu kesempatan yang baik bagi mereka untuk melaksanakan niatnya.
Dengan hati yang penuh rasa cinta Mo Tan-hong
menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan pemuda tersebut dan beristirahatlah beberapa saat lamanya, tetapi mendadak dia mendongakkan kepalanya dan berkata, "Engkoh Beng, pil pemberianmu itu sangat bagus sekali! setelah kutelan maka tenaga dalamku memperoleh kemajuan yang pesat, suhu yang melihat kejadian ini benar-benar merasa terperanjat sekali, dia bilang tenaga dalamku paling sedikit sudah memperoleh kemajuan sebanyak tiga puluh tahun hasil latihan"
Jika dengar dari nada ucapannya dia merasa amat bangga sekali, sebaliknya Tan Kia-beng yang sudah mengetahui urusan ini dari surat peninggalan Han Tan Loojien sama sekali tidak jadi terperanjat dan keheranan, sekalipun begitu hatinya merasa kegirangan juga.
Tak terasa lagi sambil mencekal erat-erat sepasang telapak tangannya yang halus dia tersenyum.
"Kalau begitu tenaga dalam Pek Tiap Sin Kang mu memperoleh kemajuan yang amat pesat bukan?" ujarnya.
"Suhuku merasa kagum sekali dengan kedahsyatan dari ilmu lweekang Pek Tiap Sin Kang itu, dia merasa ilmu tersebut jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan tenaga dalam Siauw Jan Tan Kang dari perguruannya, karena itu kini aku sudah mempelajari kedua ilmu lweekang tersebut dari suhu."
"Saat itu, sewaktu berada di dalam bangunan Cun Ong-hu bukankah Ui Liong Tootiang bermaksud hendak membawa kau untuk berguru bukan" kenapa tidak jadi?"
Mendengar pertanyaan tersebut tak tertahan lagi Mo Tan-hong segera tertawa cekikikan.
"Hiii.... hiii.... jika dibicarakan sungguh menggelikan sekali!
Suhu yang dimaksudkan oleh Ui Liong-ci bukan lain adalah suhuku sekarang ini, karena sewaktu berguru tempo hari suhu datang sendiri kebangunan S*ng Su H* untuk mencari diriku, dia bilang tempo hari beliau kenal dengan ayahku dan saat ini berusaha hendak membalas budi kebaikannya dahulu dengan mendidik diriku sebagai seorang jagoan.
Tetapi sewaktu aku dibawa ke dalam kuilnya pada waktu itulah aku baru mengerti kalau orang yang dimaksudkan oleh Ui Liong-ci ternyata bukan lain adalah suhuku sendiri"
"Kalau begitu kau belum mempelajari ilmu silat yang termuat di dalam pusaka Sian Tok Poo Liok itu"
"Ui Liong Supek bilang menanti setahun kemudian setelah tenaga lweekang Pek Tiap sin Kang ku memperoleh dasar yang kuat baru bersama-sama dengan dirimu mempelajari kitab tersebut".
"Berlatih bersama-sama aku?" seru pemuda tersebut keheranan, agaknya dia merasa perkataan itu jauh berada didugaannya.
"Apa kau merasa tidak senang?" balas teriak gadis itu sambil menggoyang goyangkan tangan Tan Kia-beng dengan keras hatinya benar-benar kegirangan, "Ui Liong supek sangat suka kepadamu!"
Bilamana Tan Kia-beng menaruh perhatian yang lebih mendalam lagi, pasti dia bisa mendengar kalau di dalam kegembiraan hatinya itu masih terkandung suatu maksud tertentu karena Ui Liong-ci adalah kawan yang paling akrab dengan Raja Muda Mo Cun-ong tempo hari, sudah tentu dia
berkewajiban pula untuk melindungi gadis tersebut apalagi terhadap kebahagiaan itu untuk selanjutnya.
Sudah tentu gembira sekali" jawab Tan Kia-beng kemudian sambil mengangguk. Cuma aku rasa bagiku tiada kesempatan lagi untuk mempelajari isi kitab, karena aku harus segera berangkat ke gurun pasir."
"Pergi ke gurun pasir?"
"Ehmm."
"Kenapa?"
Mendadak terdengar suara langkah manusia berkumandang datang disusul suara deheman yang keras muncul dari samping tempat itu.
"Siapa?" teriak Tan Kia-beng sambil meloncat bangun dari tempat duduknya.
"Toako, aku!"
Diantara suara jawaban tersebut orang itu sudah muncul dihadapannya, ternyata bukan lain adalah seorang kakek tua yang memakai jubah berwarna kuning.
Mo Tan-hong yang mendengar suara jawaban itu hatinya terperanjat dan dengan mata terbelalak lebar-lebar memperhatikan diri pemuda tersebut, dia merasa tidak paham bagaimana mungkin seorang kakek tua yang rambutnya dan jenggotnya sudah pada memutih semua itu bisa memanggil pemuda tersebut dengan sebutan Toako.
Melihat keheranan dari gadis itu buru-buru Tan Kia-beng memperkenalkan kepadanya, "Lootoa ini adalah si "Su Hay Sin Tou" si pencuri sakti Loocianpwee yang namanya sudah amat kesohor di dalam dunia kangouw."
Dari mulut Sam Kuang Sin Mio, gadis itu pun pernah mendengar nama si Pendekar aneh dari dunia persilatan ini, maka buru-buru dia maju ke depan untuk memberi hormat.


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mo Tan-hong menghunjuk hormat buat Sin Tou
loocianpwee!"
Su Hay Sin Tou agaknya sudah mengerti hubungannya dengan Tan Kia-beng, maka begitu mendengar perkataan itu dia segera tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.
"Haaa.... haa.... Locianpwee" aku tidak berani menerima sebutan tersebut, baiknya kau panggil aku dengan sebutan Sam ko saja!"
Seketika itu juga gadis tersebut dibuatnya semakin kebingungan, bilamana suruh dirinya memanggil dengan sebutan Toako masih mendingan, kenapa justru harus memanggil dia dengan sebutan Sam ko atau kakak ketiga"
Padahal maksud yang sebenarnya oleh Su Hay Sin Tou adalah berdasarkan urutannya dengan Pek-tok Cuncu serta Tan Kia-beng, dia yang jauh lebih muda dua tahun dari si Rasul Racun itu sudah seharusnya menduduki sebagai Loo sam, tapi buat Mo Tan-hong mana dia bisa tahu akan hal ini"
Setelah Su Hay Sin Tou mengucapkan kata-kata itu diapun tidak berguyon lebih lanjut, mendadak wajahnya berubah serius dan menghela napas panjang.
"Heei.... aku si pencuri tua sama sekali tidak menyangka kalau urusan ini menyangkut soal pembunuhan masal yang mengancam seluruh Bulim" katanya.
"Apa maksud perkataanmu itu?" kata Tan Kia-beng dengan gusar.
Kembali dari tempat kejauhan terdengar suara tertawa gelak yang amat nyaring menyambung perkataan dari si pencuri sakti itu.
"Haaa.... haaa.... pencuri tua, kiranya kaupun sudah memperoleh berita tersebut."
Selesai suara itu berkumandang datang, tampaklah Pek-tok Cuncu si Rasul Racun itu dengan wajah penuh bercahaya sudah muncul ditempatnya.
Terburu-buru si pengemis aneh memperkenalkan Mo Tan-hong.
Dengan berkumpulnya kedua orang siluman tua ini, maka mereka pun mulai membicarakan soal taruhan diantara mereka berdua tempo hari, ternyata berita yang didapatkan oleh mereka berdua adalah sama dua berarti keadaan mereka kembali seimbang.
Tan Kia-beng yang tidak paham teka teki apa yang sedang disimpan oleh kedua orang siluman tua itu hatinya jadi cemas
"Eei! sebetulnya kalian sudah memperoleh berita apa?"
tanyanya dengan cepat, "Menurut apa yang aku ketahui majikan dari kereta kencana itu benar-benar adalah Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong!"
Diapun lalu menceritakan seluruh kejadian yang
menegangkan siang tadi kepada mereka.
Selesai mendengarkan kisah itu Su Hay Sin Tou si pencuri sakti lalu mengaku.
"Peristiwa mengerikan yang beberapa kali terjadi memang hasil perbuatan dari Bok Thian-hong, tapi dia sendiripun tidak lain hanya menerima perintah dari seseorang, di balik
kesemuanya ini masih tersimpan satu kekuatan pengaruh yang maha dahsyat."
"Apakah urusan ini benar-benar?" tanya Tan Kia-beng terkejut.
Pek-tok Cuncu si Rasul Racun itu segera tersenyum dingin tiada hentinya.
"Siasat licik dan permainan setan semacam ini mana mungkin bisa mengelabuhi diri loohu?" serunya dingin. "Pada mulanya Loohu mengira maksud tujuannya hanya hendak mencelakai Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong, tapi urusan selanjutnya setelah mengadakan penyelidikan yang lebih seksama loohu baru bisa menemukan kalau setiap orang setiap partai yang kena dicelakai pastilah mempunyai hubungan yang amat erat sekali dengan raja muda Mo Cun-ong tempo hari, bahkan semuanya merupakan jago-jago dari partai besar di dalam dunia kangouw.
Jika mengandalkan kekuatan dari Bok Thian-hong seorang diri saja pastilah tidak bakal terjadi peristiwa semacam ini karena itu loohu menduga dibalik kesemuanya ini pastilah Thay Gak Cungcu sudah memperoleh sandaran yang besar bahkan sedang melakukan suatu tindakan sesuai dengan rencana dari seseorang itu"
"Aku si pencuri tua serta situa bangka beracun selamanya tidak pernah menaruh perhatian terhadap persoalan Bulim,"
sambung Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu dengan cepat.
"Kali sudah melanggar kebiasaan tersebut dengan mengambil bagian di dalam urusan ini, sebetulnya menganggap hal ini hanyalah menyangkut dendam sakit hati seseorang, sungguh tak disangka peristiwa ini mempunyai hubungan yang erat dengan mati hidupnya Bulim dikemudian hari bahkan kesempurnaan ilmu silat dari orang dibelakang layar itu benarbenar luar biasa sekali, hanya saja tidak tahu mengapa mereka hanya membunuhi jago-jago Bulim yang mengikuti raja muda Mo menyerbu ke daerah suku Biauw tempo hari?"
Mendadak Pek-tok Cuncu si Rasul Racun mendengus amat dingin.
"Menurut pendapat loohu suatu pembunuhan berdarah yang amat dahsyat bakal menjelang datang dan melanda seluruh Bulim!" katanya.
Tan Kia-beng yang melihat mereka sudah saling beribut sendiri dengan amat ramainya seperti lagi menebak teka teki maka tanpa terasa lagi ia sudah bertanya, "Jie ko! bagaimana kau bisa tahu kalau suatu bencana serta angin topan yang bakal menimbulkan banjir darah bakal berlangsung di dalam Bulim?"
"Soal ini mudah sekali untuk menjelaskan" jawab Pek-tok Cuncu sambil tertawa dingin. "Kali ini kereta kencana bikin gara gara dimanapun, ada kemungkinan tujuannya hanya ingin menyelidiki kekuatan yang sebetulnya dari orang-orang Bulim mengejek orang-orang kangouw yang tidak memiliki seorang pemimpin pun yang becus untuk membasmi kawanan iblis walaupun Liok lim Sin Ci mempunyai maksud untuk menegakkan keadilan dengan menampilkan dirinya tetapi tidak kuat menahan satu pukulan dari orang berbaju hijau itu.
Dengan adanya kejadian serta situasi yang sangat
menguntungkan bagi mereka apaka kawanan iblis itu tidak akan mempercepat gerakannnya menjagali orang-orang Bulim?"
Tan Kia-beng yang bersifat pendekar dan mempunyai sifat suka membela yang lemah dan menegakkan keadilan maka setelah habis mendengar perkataan dari Pek-tok Cuncu ini
alisnya segera dikerutkan rapat rapat, saking gemasnya dia lantas tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haa.... haa.... aku paling tidak percaya akan keanehan, bilamana ada kesempatan untuk menemui orang berbaju hijau pasti akan kucari dia untuk bergebrak dengan dirinya."
Selamanya Su Hay Sin Tou paling tidak suka mengalah kepada siapapun juga tetapi terhadap Toako nya ini benar-benar amat kagum dan takluk, oleh karena itu takut pemuda itu jadi kheki sehingga mencari gara gara buru-buru hiburnya,
"Menurut penglihatan aku si pencuri tua, urusan ini tidak akan segampang itu, lebih baik Toako berpikir tiga kali sebelum melakukan suatu tindakan, walaupun aku si pencuri tua tidak pernah mencampuri urusan kangouw tetapi dalam hatiku masih menaruh curiga juga atas ketidak kembalian Chu Swie Tiang Cing, Tan Ci Lian, Thiat Bok Tootiang dari Bu-tong-pay serta Leng Siauw Kiam Khek dari gunung Cing Shia setelah pergi ke gurun pasir, dari peristiwa yang lalu ini kita bisa tarik kesimpulan kalau nona berbaju hijau serta Miauw Pit suseng yang datang dari gurun pasir itu ada kemungkinan merupakan manusia manusia dibelakang layar yang memerintah Bok Thian-hong melakukan tindakan. Pengaruh dari gurun pasir ini mau tidak mau harus kita jaga dan persiapkan mulai saat ini."
Mengungkap kembali peristiwa gurun pasir mendadak Tan Kia-beng teringat kembali akan nasib suhunya "Ban Li Im Yen"
hingga saat ini tak ada kabar beritanya, perisiwa ini semakin membuktikan kalau urusan yang terjadi beberapa hari bukanlah peristiwa yang biasa.
Dalam hati Tan Kia-beng lalu merasa perkataan dari Su Hay Sin Tou ini amat cengli, buru-buru dia merangkap tangannya menjura dengan penuh perasaan terharu.
"Perkataan emas dari Sanko benar-benar membuat aku sadar dari lamunan, tapi hanya aku yang selalu memperoleh warisan dari seluruh kepandaian silat suhuku tempo hari, maka seharusnya dengan mengandalkan sedikit modal ini pergi membasmi kawanan siluman iblis itu guna melenyapkan bencana."
"Haa.... haa.... bersemangat! perkataan bagus, perkataan bagus, teriak Su Hay Sin Tou sambil terawa dingin.
Setelah itu dia mengajak Pek-tok Cuncu untuk bersama-sama menjura ke arah Tan Kia-beng dan berkata kembali,
"Kami berdua sudah dikenal orang-orang kangouw sebagai siluman tua yang selama sepuluh tahun lamanya jarang menemui musuh tangguh kali ini setelah mengikuti Toako menyelidiki peristiwa yang menyangkut kereta kencana ini dalam hati baru mengerti kalau kepandaian yang ada pada kami bukanlah suatu yang amat dahsyat untuk dipamerkan, karena itu untuk sementara waktu biarlah kami berpisah dengan Toako untuk lebih memperdalam lagi beberapa macam kepandaian silat lain kali ini bila Toako mengadakan gerakan untuk membasmi kawanan iblis kami pasti akan datang untuk memberi bantuan!"
Sehabis berkata mereka berdua pada menjura lalu loncat pergi dari sana.
Tan Kia-beng yang melihat mereka berdua sudah berlalu dari sana segera mengingat ingat kembali perkataan yang baru saja diucapkan oleh mereka, dalam hati dia merasa amat terharu sekali, dan dia merasa justru manusia manusia bersifat kukoay-lah yang paling setia kawan daripada orang lain.
Sejak kedatangan Su Hay Sin Tou tadi Mo Tan-hong belum pernah mengucapkan sepatah kata pun, maka kini melihat Tan Kia-beng berdiri termangu-mangu seorang diri dengan
perlahan ia lantas maju ke depan menegur, "Engkoh Beng, kau lagi memikirkan apa?"
"Aku lagi berpikir setelah kelaliman dari Bok Thian-hong terbongkar entah dia hendak memperlihatkan permainan setan apa lagi?"
Mendadak Mo Tan-hong menghela napas panjang.
"Ayahku selamanya bertindak jujur dan sangat ramah terhadap siapapun, setiap orang kangouw yang mempunyai kepandaian asalkan mengunjungi bangunan kami tentu akan dilayani sebagai tetamu terhormat, entah bagaimana mungkin bisa mengikat permusuhan dengan Chuan Tiong Ngo Kui."
"Menurut penglihatanku urusan ini tidak mungkin terjadi dari Chuan Tiong Ngo Kui sendiri, coba bayangkan Chuan Tiong Ngo Kui sebagai bajingan rendahan di dunia kangouw ini dan cuma tahunya berbuat jahat bagaimana mungkin bisa bertindak sebagai pimpinan untuk menyusun siasat dan mengadakan permusuhan dengan berpuluh puluh orang tetamu terhormat dari Cun-ong?"
"Heee.... urusan ini bukannya bila dibikin paham oleh pikiran kita berdua, aku lihat lebih baik kita menanti kedatangan dari Ui Liong supek saja, untuk kemudian bertanya lebih jelas lagi dari mulutnya, kini waktu sudah tidak pagi lagi, mari kita cepat-cepat bernagkat ke kuil Ya Hu Sie untuk melihat keramaian."
Dengan perlahan Tan Kia-beng dongakkan kepalanya
memandang sekejap keadaan cuaca waktu itu, setelah dirasakannya waktu hampir mendekati kentongan pertama diapun lantas mengajak gadis itu berangkat menuju ke kuil Ya Hu Sie.
Sesampainya di dalam kuil itu terasalah suasana di tempat itu diliputi oleh kegelapan dan amat sunyi sekali keadaannya, sedikit pun tidak mirip dengan keadaan dari suatu kuil angker.
Baru saja Mo Tan-hong bermaksud untuk mengajukan
pertanyaan mendadak terasalah Tan Kia-beng menyikut iganya dan berbisik dengan suara yang amat perlahan,
"Hweesio hweesio di dalam kuil ini masih mengadakan perondaan yang amat ketat sekali!"
Mo Tan-hong pun segera mendongakkan kepalanya
memandang keadaan di sekeliling tempat itu, sedikitpun tidak salah di tengah kegelapan secara samar-samar tampaklah seperti ada kepala gundul lagi bergoyang goyang perlahan, tidak terasa lagi dia merasa amat kagum sekali atas ketajaman mata Tan Kia-beng
Dengan perlahan-lahan mereka berdua berjalan mengitari tempat gelap tersebut lalu baru meloncat naik ke atas sebuah pohon siong yang rindang di depan kuil itu.
"Sreet....!" tampaklah dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa meluncur ke depan kuil tersebut setelah memeriksa sebentar keadaan di sekeliling tempat itu maka dengan amat ringannya bagaikan dua lembar kapas saja dengan cepatnya meloncat naik ke atas wuwungan bangunan besar itu dan berkelebat menuju ke arah belakang kuil.
"Kejar!" seru Tan Kia-beng cepat.
Sambil menarik tangan Mo Tan-hong bagaikan serentetan cahaya orang mereka berkelebat ke atas wuwungan rumah pula dan meloncat ke belakang.
Tetapi hanya terpaut sedikit waktu itulah mereka sudah kehilangan jejak dari kedua sosok bayangan manusia itu.
Di dalam sebuah bangunan yang amat bersih serta
memancarkan sinar lampu yang ternag mereka berdua lalu dapat melihat Mey Leng Hweesio yang ditemuinya siang tadi lagi mengadakan pembicaraan rahasia dengan orang kakek tua berdandankan pemilik rumah penginapan, di atas meja masih tampak sisa dari sayuran.
Begitu Mo Tan-hong melihat si kakek tua itu parasnya kontan berubah jadi merah padam, sepasang matanya memancarkan sinar berapi api bersamaan pula tubuhnya gemetar dengan amat kerasnya.
Tan Kia-beng yang begitu melihat paras mukanya rada aneh dia segera tahu kalau gadis itu tentu sudah kenal dengan si orang tua itu, berhubung situasi tidak mengijinkan maka dia tidak bertanya kepada sang gadis tetapi matanya dengan tajam sudah menyapu sekejap ke arahnya.
Tampaklah orang itu mempunyai kepala kecil bermata tikus dengan sinar mata yang tidak beres, jelas sifatnya amat amat licik dan pengecut.
Terdengarlah orang itu gelengkan kepala lalu
mendengarkan suara tertawa yang amat licik sekali, "Hweesio gede kau boleh legakan hati, tidak perduli siapakah majikan kereta kencana itu aku berani memastikan kalau dia tak akan berani datang lagi mencari gara gara kekuil ini, apalagi kitapun bukan manusia manusia yang takut akan urusan, bukannya Cau Phoa berbicara besar, di dalam Bulim waktu ini ada berapa orang yang patut dihargai olehku untuk menaruh rasa takut kepadanya!"
Kenyataan yang ada tidak bisa diucapkan dengan begitu mudah," seru Mey Leng Hweesio sambil kerutkan alisnya yang tebal. Jago-jago Bulim serta manusia manusia aneh yang dikumpulkan oleh raja muda she Mo tempo hari amat banyak
sekali sampai tak terhitung, bilamana mereka sampai tahu kalau kita sudah membinasakan penguasa gudang dan merampok seluruh intan permata yang sudah tentu mereka tidak akan berdiam diri lagi, bersamaan itu pula suasana dalam dunia kangouw beberapa hari ini amat tegang yang diliputi oleh napsu membunuh, dan kini yang matipun kebanyakan adalah orang-orang pengikut raja muda yang tempo hari sewaktu menyerbu ke suku Biauw, coba kau bayangkan bagaimana mungkin pinceng bisa enak makan tidur."
Mendadak Cau Phoa seperti sudah teringat akan sesuatu, lanjutnya tiba-tiba, "Menurut berita yang tersiar seaktu Mo Cun-ong mengadakan pengamatan ke daerah Si Chuan pernah dia memperoleh sebuah daftar nama nama para pendekar yang mengikuti gerakan tersebut dari kaisar, tetapi mendadak daftar tersebut telah lenyap entah akhirnya sudah ditemukan oleh siapa?"
"Haa, haa, di atas daftar itu nama dari siapapun terdaftar justru cuma nama dari pinceng seorang yang tak ada. Kata Mey Leng Hweesio kembali sambil tertawa terbahak-bahak.
Oleh karena itu di dalam keadaan gusar aku sudah lantas melenyapkannya, siapa tahu setelah kejadian itu aku menemukan banyak orang yang sedang mencari daftar nama ini, kau lihat aneh sekali tidak?"
---0-dewi-0---oo
Mendadak.... "Soal itu apanya yang aneh?" terdengar suara yang aneh berkumandang datang deselingi dengan suara tertawa yang menyeramkan. Setiap orang yang namanya terdaftar dalam daftar nama itu sama saja sudah ikut tercatat di dalam kitab
kematian dari Raja Akhirat sekalipun kalian berdua juga jangan harap bisa lolos dari bencana kematian ini hari."
"Siapa?" bentak Cau Phoa dengan keras, tubuhnya dengan cepat menerjang keluar dari jendela diikuti dengan bayangan merah berkelebat pula, kiranya Mey Leng Hweesio yang gemuk itu ikut meloncat keluar.
Tan Kia-beng cuma merasa suara yang ada diluar jendela itu sudah sangat dikenal, maka sewaktu matanya memandang lebih tajam lagi terlihatlah orang itu bukan lain adalah Bok Thian-hong suami istri yang saat itu lagi berdiri diluar jendela dengan pandangan yang amat dingin.
Terhadap dia agaknya Mey Leng hweesio menaruh rasa yang amat jeri, terlihatlah air mukanya segera berubah hebat sekali.
Sebaliknya Cau Phoa dengan wajah seram mata berapi api memperdengarkan suara tertawa yang dingin mengerikan.
"Hee.... hee.... Bok Toa Cungcu malam malam buta begini mendatangi kuil Ya Hu Sie ini entah ada petunjuk apa?"
Lei Hun Hweeci yang ada disisi suaminya segera
memperdengarkan suara tertawa cekikikan yang amat merdu....
---0-dewi-0--- JILID: 22 "Hee hee kau sungguh pintar sekali, kiranya seluruh harta kekayaan raja muda she Mo sudah kau rampok habis, tapi....
hee.... heee.... apakah kau tidak merasa terlalu serakah?"
"Akh! apakah ada peristiwa semacam ini" Hujien! kau jangan sembarangan menimpah dosa kepada orang lain" seru Cau Phoa sengaja sambil memperlihatkan perasaan yang amat kaget.
Terdengarlah Bok Thian-hong mendengus dingin.
"Hmm! bilamana kau anggap orang lain tidak tahu kecuali dirimu merasa kepandaian silat yang kau miliki paling lihay.
Hee.... heee.... bilamana malam ini kau tidak terangkan dimanakah letanya tempat penyimpanan harta kerajaan itu, aku rasa tidak ada kebaikan lagi buat dirimu."
Sehabis berkata tubuhnya melompat kehadapan Mey Leng Hweesio dan ulurkan tangannya ke depan.
"Bawa kemari!" perintahnya.
"Kau suruh aku serahkan barang apa?" teriak Mey Leng Hweesio dengan amat terperanjatnya.
"Hmm! kau jangan pura pura bodoh lagi serahkan daftar nama namanya!"
"Buat apa Cungcu meminta daftar daftarnya"
"Kau tidak usah perduli, pokoknya lekas kau serahkan daftar itu padaku"
Seketika itu juga wajah Mey Leng hweesio diliputi oleh silat yang menyengir licik, buru-buru dia mengundurkan diri dua langkah ke belakang.
"Baik! Baik! biarlah pinceng pergi mengambil"
Lie Hun Hwee ci segera berkelebat menghalangi perjalanan mundur dari hweesio tersebut, serunya sambil tertawa dingin,
"Kau jangan harap bisa main setan di depan kami suami istri,
bilamana kau berbuat demikian maka sama saja dengan mencari gara gara buat dirimu sendiri"
Pada saat itulah terdengar suara bentakakn nyaring bergema memenuhi angkasa dari empat penjuru telah menerjang keluar hweesio hweesio yang bersenjatakan toya, dibawah sorotan sinar rembulan tampaklah hweesio hweesio tersebut dengan perlahan berjalan mendekati Bok Thian-hong suami istri.
Mey Leng hweesio pun dari perasaan jeri kini jadi bernyali kembali, dia tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haa haa Bok Thian-hong!! perbuatan jahatmu sudah cukup sampai disini saja, malam ini kuil Ya Hu Sie ini adalah tempat bagimu untuk mengubur tubuh selanjutnya, bilamana kau mempunyai pesan pesan terakhir boleh diserahkan mulai sekarang!"
Tan Kia-beng yang melihat kawanan hweesio itu pada berwajah beringas dan buas dalam hati lantas tahu kalau mereka bukanlah manusia manusia baik pikirnya segera berputar, batinnya.
"Bagaimanapun juga hweesio hweesio ini bukanlah manusia baik-baik, lebih baik secara diam-diam aku melihat mereka dengan cara apakah Bok Thian-hong hendak turun tangan kejam menghadapi mereka."
Demikianlah secara diam-diam dia lantas kirim kedipan mata kepada Mo Tan-hong untuk memberi pesan agar dia jangan terburu turun tangan.
Ternyata Mo Tan-hong sangat penurut, dengan cepat tubuhnya menjatuhkan diri ke depan pelukan pemuda tersebut untuk merasakan kehangatan badan dari Tan Kia-beng.
Walaupun pada saat ini dia menghadapi dua orang penjahat
yang merampok harta kekayaannya tetapi dalam hati sama sekali tak bermaksud untuk turun tangan.
Pada saat itulah suasana di tengah kalangan sudah berubah amat tegang sekali Cau Phoa serta Mey Leng Hweesio yang bermaksud untuk melenyapkan Bok Thian-hong suami istri untuk tutup mulut, wajahnya segera terlintaslah napsu membunuh, diam-diam tenaga murni segera disalurkan memenuhi seluruh tubuhnya siap-siap melancarkan serangan.
Bok Thian-hong suami istri yang memiliki kepandaian silat amat tinggi itu sudah tentu tidak akan memandang sebelah mata pun terhadap mereka berdua, asalkan mereka berdua bisa memperoleh barang yang ditemui sudah tentu mereka tak bermaksud turun tangan dengan cepat. Tapi kini melihat mereka berdua sudah bermaksud untuk turun tangan, sifat buaspun mulai menyelimuti wajahnya.
Kembali terdengar suara tertawa seram memenuhi angkasa kini tampaklah bayangan manusia berkelebat tubuh Mey Leng Hweesio yang gemuk itu sudah kena dilemparkan sejauh tujuh delapan depa dan jatuh terbanting ke atas dengan amat kerasnya.
Dan bersamaan dengan terlemparnya tubuh Mey Leng
Hweesio ke tengah udara terdengarlah suara jeritan memenuhi angkasa hweesio hweesio yang mengurung di sekeliling tempat itu segera kena pukul rubuh hampir sebagian besar.
Tubuh Mey Leng Hweesio yang kena dirubuhkan dengan cepat bergelinding dan meloncat bangun kembali, tampaklah waktu itu Cau Phoa sedang bergebrak dengan amat serunya melawan Lie Hun Hwee ci sedang Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong dengan wajah amat seram dan penuh diliputi oleh
napsu membunuh berdiri jumawa disana menyapu sekejap ke arah hweesio yang lagi mengundurkan diri dengan serabutan.
Suara tertawa dingin yang amat menyeramkan tiada
hentinya bergema memenuhi angkasa.
Sewaktu dilihatnya Mey Leng Hweesio mendadak
merangkak bangun kembali dia pun maju ke depan sambil membentak dengan suara yang amat dingin.
"Kau tidak suka menerima arak kehormatan sebaliknya memilih arak hukuman kalau tidak kau serahkan daftar nama itu baik-baik jangan salahkan aku segera turun tangan kejam terhadap dirimu."
Dengan mulut masih berlepotan darah Mey Leng Hweesio merangkak bangun, tubuhnya rada berkerut sedikit lalu menggeleng berulang kali.
"Daftar itu benar-benar tidak berada di tanganku pinceng!"
serunya. "Heee, heee.... apakah kau benar-benar kepingin merasakan totokan melepaskan otot membetot tulang serta jalan darah dimasuki selaksa semut?" ancam Bok Thian-hong sambil tertawa dingin, dan dari sepasang matanya
memancarkan sinar yang amat buas
Baru saja dia selesai tertawa dingin mendadak terdengar suara dengusan berat bergema datang, dan tubuh Cau Phoa dengan sempoyongan mundur sejauh lima, enam langkah ke belakang kiranya dia sudah kena dihantam oleh Lei Hun Hwee ci pada jalan darah Cian Ching Hiat nya sehingga terluka dalam, darah segarpun muncrat keluar dari ujung bibirnya.
Sampai detik itu pihak kuil Ya Hu Sie telah menemui kekalahan total. Mey Leng Hweesio dengan menahan rasa
sakit pada luka dalamnya menarik napas panjang panjang setelah termenung sebentar dia mengambil keputusan juga di dalam hatinya terdengar ia tertawa seram.
"Ini hari pinceng baru tahu kalau tindakan dari Thay Gak Cungcu amat ganas dan kejam. aku tahu maksudmu merebut harta kekayaan ini adalah untuk meluaskan anak buah dan memperlebar pengaruh dalam Bulim, sedang kau mencari daftar nama nama pasti bermaksud hendak melenyapkan seluruh pengikut raja muda Mo tempo hari, heee.... heee....
sekalipun aku Mey Leng harus mati jangan harap benda benda tersebut suka aku serahkan kepadamu."
"Heee.... heee.... hiii.... hiii, Hm! aku tidak percaya kalau kau adalah seorang manusia yang terbuat dari otot besi tulang baja!" ejek Lei Hun hweeci sambil tertawa cekikikkan.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat ke depan, laksana segulung awan hitam mendadak menerjang ke arah tubuh Mey Leng hweesio.
Agaknya Mey Leng hweesiopun tahu kalau malam ini sulit untuk meloloskan diri dari bahaya sehabis mengucapkan kata-kata tadi diam-diam dia sudah kerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia.
Kini melihat datangnya serangan tersebut mendadak ia membentak keras, sepasang telapak tangannya bersama-sama didorongkan ke depan melancarkan babatan....
Pukulannya ini telah menggunakan seluruh tenaga murni yang dimilikinya selama ini, kedahsyatannya sudah tentu luar biasa sekali.
Lei Hun Hwee ci sama sekali tidak menduga kalau dia berani melancarkan serangan terhadap dirinya sehingga hampir pukulan tersebut bersarang pada tubuhnya maka
dengan cepat ia meloncat ke tengah udara untuk
berjumpalitan, diantara berkelebatnya ujung baju yang tertiup angin itu mendadak telapan tangannya melayang ke depan dengan amat ringannya.
Melihat gerakan ilmu pukulan tersebut Tan Kia-beng yang lagi bersembunyi jadi amat terperanjat.
"Aaakh.... ilmu gerakan Mao Ho Sin Lie," serunya tak tertahan lagi.
Sewaktu Mey Leng hweesio ngotot melancarkan serangan itulah mendadak terdengar Thay Gak Cungcu membentak keras, "Kau mencari mati!"
Pukulannya dengan disertai hawa tenaga dahsyat
menyambut kedatangan serangan musuh, segulung angin pukulan berhawa dingin tanpa menimbulkan sedikit suarapun sudah menerjang ke depan disusul dengan suara jeritan ngeri dari Mey Leng Hweesio lalu rubuh ke atas tanah.
"Akh! Ilmu pukulan Tok Yen Mo cian
Petualang Asmara 7 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Pendekar Pemetik Harpa 14

Cari Blog Ini