Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bayangan Setan 13

Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 13


barang-barang untuk bersembahyang maupun bayangan dari Nikou walaupun begitu Tan Kia-beng tidak tertarik untuk mengurusinya.
Setelah menghantarkan Lei Hun Hweeci ke belakang
ruangan dengan nada yang amat dingin, ujarnya, "Untuk sementara waktu aku lepaskan dirimu, lain kali bilamana berjumpa kembali janganlah salahkan aku akan turun tangan kejam."
Selesai berkata dengan langkah lebar ia berlalu dari tempat itu.
"Sute! kesalah pahamanmu terhadap kami suami istri sudah begitu mendalamnya, hal ini membuat aku susah untuk memberi penjelasan kata Lei Hun Hweeci sambil tertawa
sedih. "Ini hari kau sudah menghantar aku datang kemari, kenapa tidak minum arak dulu baru pergi" urusan selanjutnya kita bicarakan dikemudian hari saja!"
Pada saat itu tampaklah dua orang pelayang berbaju hijau sudah membawa sebuah nampan datang kehadapannya.
Dengan amat sedih sekali Lei Hun Hweeci mengambil sebuah cawan arak lalu diangsurkan kehadapan pemuda itu, ujarnya dengan perasaan murung, "Sute biarlah ensomu menghormati satu cawan dulu kepadamu lain kali bilamana kita berjumpa kembali ada kemungkinan kau akan
menganggap aku sebagai musuh besarmu."
Tan Kia-beng yang melihat arak itu berwarna hijau dan bening tak ada tanda tanda yang mencurigakan ditambah pula yang sikapnya yang terlalu menaruh rasa kasihan kepada orang lain melihat sikap dari Lei Hun Hweeci yang patut dikasihani itu ia merasa tidak tega untuk menolak.
Tanpa pikir panjang lagi dia menerima angsuran cawan itu kemudian meneguknya hingga habis.
Begitu Lei Hun hweeci melihat pemuda itu sudah
mengeringkan isi cawan dengan cepat ia merangkak naik ke atas pembaringannya.
"Hiii.... hiii.... beginilah baru suteku yang baik!" serunya sambil tertawa.
Sambil tertawa dia menarik tangan sang pemuda lalu tambahnya lagi, "Setelah minum arak seharusnya berbaring dulu, sute! mari berbaringlah biar ensomu melayani kepuasan lelakimu!"
Tan Kia-beng rada tertegun mendengar perkataan yang tidak dimengerti olehnya itu mendadak dari pusarnya
terasalah segulung hawa panas yang amat aneh bergerak naik ke atas sehingga membuat seluruh pembuluh darahnya ikut menegang.
Suatu perasaan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan
dengan cepat muncul dari dasar hatinya, ia merasa keadaannya jadi pudar sedang wajahnya berubah jadi merah padam matanya melotot lebar-lebar mulutnya mendesis sehingga keadaannya mirip dengan seekor binatang buas.
Di tengah suara napasnya yang memburu dan pentangkan tangan yang amat lebar dengan perlahan ia bergerak mendekati tubuh Lei Hun hweeci telah tidur terlentang di atas pembaringan itu.
Mendadak tubuhnya menubruk ke depan dan memeluk
tubuh perempuan itu kencang terdengarlah Lei Hun Hweeci mendesis perlahan kemudian dengan pasrahnya ia
menjatuhkan diri ke dalam tindihan tubuhnya.
Suara sobekan pakaian dengan cepat bergema saling susul menyusul seketika itu juga robekan pakaian beterbangan keempat penjuru
Di tengah tindakan kasar sang pemuda tangannya mulai menggerayangi seluruh tubuh Lei Hun Hweeci yang pada saat itu sudah berada dalam keadaan telanjang bulat.
Di dalam sekejap saja dibawah sorotan sinar lampu tampaklah bukit-bukit putih yang montok dan empuk muncul dihadapan mata ditambah pula likukan lekukan tubuh yang mempesonakan apalagi sebuah lembah yang tak berhutan....
Keadaan dari Lei Hun Hweeci mirip dengan seekor anak kambing....Tidak lebih mirip dengan seekor ular yang tak bertulang menggeliat, bergoyang dan bergerak kesana kemari
tiada hentinya dibawah tindihan dada yang lebar dari sang pemuda
Bibirnya yang kecil dan berwarna merah ternganga lebar-lebar menanti serangan gencar dari sang pemuda....
Tubuh mereka berdua mulai merapat.... semakin melengket dan....
Lampu di tengah ruangan bergoyang ditiup anign, suatu pemandangan yang amat mendebarkan hati, amat indah dan mempersonakan sebentar lagi bakal berlangsung.
Suasana benar-benar mencapai pada ketegangan yang hampir mendekati pada puncaknya.
Sekonyong konyong....
Suara bentakan merdu bergema datang disusul
berkelebatnya sesosok bayangan manusia, tampaklah seorang Dara Berbaju Hijau bagaikan kilat cepatnya menerjang masuk ke dalam ruangan melalui jendela
Begitu melihat munculnya sang dara tersebut Lei Hun Hweeci jadi amat terperanjat.
"Aaakh!...." teriaknya dengan amat kaget.
Dengan sekuat tenaga dia merontah dari tindihan dari sang pemuda, begitu terlepas dari pelukan Tan Kia-beng tanpa memakai pakaian lagi dalam keadaan telanjang bulat dia berlari dengan cepatnya meninggalkan tempat itu.
Tan Kia-beng yang sudah kena dicekoki dengan obat pembangkit hawa napsu birahi oleh Lei Hun Hweeci saat ini benar-benar tak kuat untuk tidak mengumbar napsunya binatangnya melihat kelinci buruannya berhasil meloloskan diri dengan kalapnya ia menubruk ke arah Dara Berbaju Hijau yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
Pada mulanya gadis berbaju hijau itu tidak mengetahui apa yang telah terjadi sehingga terburu-buru menerjang ke dalam kini melihat pemuda itu dalam keadaan telanjang bulat dengan mata berwarna merah darah dan amat liar menubruk ke arahnya, tak terasa lagi dengan wajah berubah merah jengah ia menjerit kaget.
"Hayaa....!"
Tangannya dengan cepat menutupi seluruh wajah
kemudian putar badan dan berlalu dari sana.
Pada saat itulah tiba-tiba pinggangnya terasa dirangkul dengan amat kencangnya oleh lengan sang pemuda yang amat kuat itu diikuti tangan yang lain menyambar dan merobeknya pakaian itu yang dikenakan sehingga bagian dada hingga tubuh bagian bawahnya kelihatan jelas di depan mata Kepandaian silat yang dimiliki oleh Gui Ci Cian sebetulnya amat lihay sekali, saat ini ia berhasil kena dirangkul oleh Tan Kia-beng justru dikarenakan hatinya bingung dan gugup, tetapi setelah tubuhnya kena dirangkul dan pakaiannya kena dirobek hingga bagian tubuhnya yang terlarang kelihatan ia jadi sadar kembali.
Dengan kecerdikannya sekali pandang ia sudah tahu apa sebabnya pemuda itu jadi begini tangannya dengan cepat berkelebat menotok jalan darah tidur pada tubuh pemuda tersebut kemudian menggendongnya ke atas pembaringan.
Bersamaan itu pula dari sakunya dia mengambil keluar sebuah botol porselen dan mengambil keluar sebutir pil "Swie Nau Kiem Tan" untuk dijejalkan ke dalam mulut Tan Kia-beng.
Pil mujarab "Swie Nau Kiem Tan" ini adalah obat yang paling mujarab dari Isana Kelabang Emas, baru saja gadis itu memasukkan pil itu ke dalam mulutnya mendadak....
Dari luar jendela kembali berkumandang datang suara tertawa dingin yang amat menyeramkan
Dalam keadaan amat terperanjat Gui Ci Cian balikkan badannya melancarkan satu pukulan membebaskan jalan walet dengan gesitnya melayang keluar dari dalam ruangan.
Dibawah sorotan sinar rembulan terlihatlah seorang gadis berbaju putih dengan wajah yang amat dingin menengadah ke atas udara sedang dari mulutnya tiada hentinya
memperdengarkan suara tertawa yang menusuk telinga
"Nonamu adalah Hu Siauw-cian! hmm! maaf, maaf sudah mengacau pekerjaan bagus kalian bukan?" bentak gadis tersebut dengan nyaring.
"Omong kosong!" teriak Gui Ci Cian dengan paras muka berubah jadi merah jengah
Mendadak dia merasa segulung angin dingin berhembus datang membuat dada serta tubuh bagian bawahnya terasa amat dingin buru-buru dia menundukkan kepalanya.
Seketika itu juga gadis itu merasa amat malu sehingga seluruh paras mukanya berubah jadi merah padam, kiranya teteknya pada saat ini sudah menonjol keluar dari balik pakaiannya yang robek keadaannya mirip dengan perempuan yang lagi menyusui anaknya.
Hu Siauw-cian yang melihat sikapnya yang agak kikuk itu tak terasa lagi memperdengarkan kembali suara tertawa dingin yang semakin menyeramkan.
Pada saat itulah kembali terlihatlah sesosok bayangan merah berkelebat mendatang, sewaktu melihat sikap dari kedua orang itu ia rada tertegun dibuatnya.
"Bukankah kau datang bersama-sama dengan engkoh Beng?" tegur "Pek Ih Loo Sat" Hu Siauw-ciang dengan suara yang amat dingin setelah melihat munculnya bayangan merah itu.
Orang yang baru datang ini bukan lain adalah Mo Tan-hong, semula ia datang mencari Tan Kia-beng di dunia kangouw, tak terkira kebetulan sudah lewat di tempat tersebut dan ketemu dengan kedua orang gadis itu.
Kini setelah mendengar suara teguran dari Pek Ih Loo Sat hatinya mulai mengerti kalau di tempat itu sudah terjadi sesuatu.
"Tidak!" jawabnya kemudian. "Dia keluar jauh lebih dulu dari diriku, kau sudah bertemu dengan dirinya?"
"Bertemu sih sudah bertemu, hanya saja saat ini ia sudah dipengaruhi oleh siluman rase!"
Siluman rase" tak terasa lagi dengan mata terbelalak lebar-lebar Mo Tan-hong memperhatikan dirinya.
Tiba-tiba.... Bayangan putih berkelebat tahu-tahu Pek Ih Loo Sat dengan gerakan yang amat gesit telah menghalangi jalan pergi dari Dara Berbaju Hijau itu
"Siluman rase!" bentaknya dengan suara yang amat menyeramkan. Kau sudah membuat engkoh Beng jadi begitu, kini kau hendak melarikan diri pula" Hmm! jangan bermimpi di siang hari bolong."
Terhadap kedua orang gadis ini Gui Ci Cian pernah menemui semua ia tahu kalau merekapun adalah kawan karib dari Tan Kia-beng.
Kini dirinya berada dalam keadaan setengah telanjangan apalagi teteknya keluar sebagian bagaimanapun hal ini membuat ia merasa tidak enak untuk tetap berada disana setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya ia terkahir bermaksud untuk meninggalkan tempat itu.
Siapa sangka baru saja ia menggerakkan badannya telah kena dihalangi oleh si Pek Ih heng Hu Siauw-cian bahkan tiada hentinya dirinya kena dimaki sebagai siluman rase, dia sejak kecil selalu dimanja mana kuat dia menahan cemoohan tersebut"
Dalam keadaan yang amat gusar telapak tangannya dengan cepat dibabat ke depan dan melancarkan satu serangan yang gencar ke arah tubuh Pek Ih Loo Sat.
Dengan kepandaian silatnya yang begitu tinggi seketika itu juga membuat seluruh angkasa dipenuhi dengan bayangan hijau yang menyambar kesana kemari tiada henti hentinya, di dalam sekejap saja dia sudah melancarkan tujuh belas serangan dahsyat.
Hu Siauw-cian adalah seorang bocah perempuan yang suka mencari gara gara, seketika dia melihat sikap yang demikian mesra antara dia dengan Tan Kia-beng, hatinya sudah merasa amat marah.
Ia menyangka sikap pemuda itu terlalu baik terhadap sang gadis perduli peristiwa itu keluar dari hati Tan Kia-beng sendiri atau terpengaruh obat bius dia sendiri sama sekali tidak mau tahu.
Karenanya sewaktu melihat Gui Ci Cian melancarkan serangan ke arahnya dengan cepat dia bergerak maju untuk menyambut.
Mereka berdua sama-sama memiliki bakat baik, ditambah ilmu silat yang dipelajari pun sama-sama lihaynya membuat suasana seketika itu juga berubah jadi amat tegang.
Tampaklah bayangan putih dan hijau saling berputar dan melayang kesana kemari dengan gesitnya sebentar ke atas sebentar ke bawah masing-masing dengan gerakan yang cepat laksana kilat berusaha mengalahkan pihak lawannya.
Mo Tan-hong yang tidak mengetahui keadaan yang
sesungguhnya setelah mendengar perkataan terakhir dari Pek Ih Loo Sat salah menyangka kalau Tan Kia-beng sudah terluka ditangan Dara Berbaju Hijau itu, di dalam keadaan yang amat cemas dengan cepatnya menjerit melengking
Budak! kau berani mencelakai engkoh Beng serahkan nyawamu!
Tubuhnya dengan amat cepat bergerak ke depan dan ikut menerjunkan diri ke dalam kancah pertempuran
Dengan demikian dia bersama-sama dengan Pek Ih Loo Sat secara berbareng mengeroyok Dara Berbaju Hijau itu Sejak dirinya memperoleh pil pencuci tulang dari Ui Liong-ci, tenaga dalamnya sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat kini setelah ia terjunkan diri ke dalam kalangan maka keadaan Gui Ci Cian pun jadi semakin terdesak
Pada saat yang amat tegang itulah mendadak tampak sesosok bayangan manusia dengan jalan rada sempoyongan berlari keluar dari dalam ruangan kuil.
"Jangan berkelahi.... jangan berkelahi, ayoh cepat berhenti!! semuanya adalah orang sendiri" teriaknya keras.
Mereka bertiga yang mendengar perkataan itu segera menghentikan gerakannya dan menoleh ke belakang.
Sebentar kemudian Pek Ih Loo Sat serta Mo Tan-hong sudah menjerit keras dan melengos ke samping dengan wajah berubah merah padam.
Kiranya Tan Kia-beng yang dicekoki dengan sebutir pil
"Swie Nau Kiem Tan" sekalipun belum berhasil memunahkan seluruh racun yang mengeram di dalam tubuhnya, tetapi kesadarannya sudah pulih saat ini dengan jalan sempoyongan dan kebingungan ia berlari keluar tanpa penutup badan barang secarik kainpun.
Dalam keadaan telanjang bulat polos seperti jaman hawa sudah tentu membuat para gadis yang ada disana jadi menjerit kaget lalu melengos kesamping.
Dengan meminjam kesempatan itulah mendadak Gui Ci Cian dengan gerakan yang amat cepat laksana sambaran kilat berkelebat ke samping tubuh pemuda itu lalu menotok jalan darahnya kembali, kemudian dengan terburu-buru ia menerjang masuk ke dalam kuil untuk mengambil pakaiannya dan berkelebat lenyap dibalik hutan yang gelap.
Menanti Pek Ih Loo Sat serta Mo Tan-hong segera
mendepak depakkan kakinya ke atas tanah dan berseru,
"Aduh celaka! engkoh Beng kembali kena diculik oleh siluman rase itu!"
Sebaliknya Pek Ih Loo Sat sama sekali tak mengucapkan sepatah katapun, ia langsung menerjang masuk ke dalam kuil SUasana di dalam kuilpun sunyi sekali tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun, hal ini membuat gadis itu semakin gusar lagi dengan cepat dia menyambar lilin yang ada dimeja dan membakar setiap benda yang ditemuinya.
Seketika itu juga kuil yang megah sudah berada di tengah lautan api....
Kedua orang gadis itu kembali berjalan keluar dari kuil kemudian sambil berpandangan lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun.
Beberapa saat kemudian terdengarlah Mo Tan-hong dengan air mata bercucuran berkata;
"Siluman rase itu adalah orang dari Isana Kelabang Emas, kali ini ia pasti sudah menculik engkoh Beng untuk dibawa kembali keIsana Kelabang Emas."
Dengan pandangan yang dingin Hu Siauw-cian memandang sekejap ke arahnya, mendadak ia enjotkan badannya dan berlalu dari sana dengan amat cepatnya.
Melihat sikap dari Pek Ih Loo Sat ini Mo Tan-hong rada tertegun dibuatnya, akhirnya sambil mengusap kering bekas air mata ia depakkan kakinya ke atas tanah.
"Aku harus mengejar siluman rase itu walaupun sampai keujung langit ataupun kedasar lautan!" gumamnya seorang diri.
Selesai berkata iapun enjotkan badannya untuk berlalu dari sana
Menanti beberapa orang itu telah berlalu dari balik hutan, kelihatanlah berkelebat keluarnya seorang perempuan muda dengan pakaian yang tak keruan, kemudian dengan gemasnya berteriak, "Budak bangsat, tanpa sebab kalian sudah merusak permainan bagus dari Loo nio.... Hmm! Bilamana aku tidak berhasil menghancur leburkan badan kalian aku tidak akan disebut Lei Hun Hweeci"
Selesai berkata iapun melayangkan badannya ke samping dan lenyap dibalik hutan
---0-dewi-0--- Kita balik kepada Gui Ci Cian yang menggunakan
kesempatan sewaktu kedua orang gadis lainnya tak waspada telah menculik pergi Tan Kia-beng yang masih belum sadar.
Dengan gerakan yang amat cepat ia maju ke depan
beberapa waktu lamanya kemudian ia baru berhenti di tengah sebuah hutan yang amat lebat dan meletakkan tubuh pemuda itu ke atas tanah.
Di dalam hati kecilnya ia merasa bingung haruskah dia membawa pemuda itu kembali keIsana Kelabang Emas
ataukah melenyapkan dulu racun yang mengeram di dalam tubuhnya"
Akhirnya rasa cinta menangkan segala galanya ia
menghembuskan napas panjang yang bergumam, "Heei....!
demi dirinya lebih baik aku berbuat demikian saja, bilamana dikemudian hari ibu menyalahkan aku baiklah aku terima saja!
Dari dalam sakunya kembali ia mengambil keluar sebutir pil Swie Nau Kiem Tan dan dimasukkan ke dalam mulut sang pemuda
Walaupun ia tahu pil ini adalah obet mujarab untuk menyembuhkan luka parah dan sama sekali tidak
mendatangkah manfaat yang besar untuk memunahkan racun yang mengeram ditubuh seseorang, tetapi ia tak bisa apa apa selain berbuat demikian.
Akhirnya setelah pil itu dimasukkan ke dalam mulut sang pemuda iapun membebaskan pula jalan darahnya yang tertotok dan menempelkan telapak tangannya pada jalan darah Nau Cung hoat untuk salurkan tenaga dalam Hong Mong Ci Khei nya ke dalam tubuh sang pemuda.
Dengan perlahan hawa murninya mengikuti aliran jalan darah bergerak masuk ke dalam tubuh lalu dengan perlahan
mulai mendesak sisa sisa racun yang masih tertinggal di dalam tubuh Tan Kia-beng.
Sebenarnya dari dalam tubuh Tan Kia-beng sendiri memiliki suatu kemampuan untuk menolak racun, barhubung racun pemabok yang digunakan oleh Lei Hun Hweeci adalah semacam bubuk "Ho Ho Sian Lok" yang amat beracun sekali ditambah pula ia telah mengetahui bagaimana lihaynya tenaga dalam sang pemuda itu sehingga memberi daya racun yang lipat ganda maka sekalipun pemuda itu telah menelan dua butir pil Swie Nau Kiem Tan" belum juga berhasil memunahkan seluruh racun yang ada di dalam tubuhnya.
Kini setelah Gui Ci Cian menyalurkan hawa murni Hong Mong Cie Khei"nya ketubuh Tan Kia-beng, seketika itu juga memancing daya kerja dari kekuatan tubuh sang pemuda tersebut, dari batok kepalanya dengan perlahan mulai mengembanglah asap putih yang secara samar-samar
bercampur dengan bau harumnya arak.
Kurang lebih sepertanakan nasi lamanya terakhir Tan Kia-beng baru sadar dari maboknya, sewaktu Gui Ci Cian lagi duduk bersila disisinya sambil membantu ia dengan kekuatan tenaga dalam, dalam hati segera merasa amat menyesal.
Buru-buru ia pejamkan matanya dan mulai menyalurkan hawa murni untuk mengelilingi seluruh tubuhnya satu kali, menanti pemuda itu merasa badannya telah sehat kembali ia beru bangun dari tidur.
Tetapi sebentar kemudian ia sudah menjerit kaget kiranya pada saat ini dirinya telah menemukan kalau ia masih berada dalam keadaan telanjang bulat, sedang pakaiannya bertumpuk disisinya, hal ini membua pemuda itu saking malunya membuat wajah jadi berubah merah padam.
Buru-buru dia mengenakan kembali pakaiannya dan melirik sekejap ke arah Gui Ci Cian
Waktu itu gadis tersebut sedang duduk bersila mengatur pernapasannya teringat perbuatan sang nona yang sudah menolong dia untuk paksa keluar racun dari dalam tubuh, dalam hatinya dia merasa semakin menyesal lagi.
Mendadak dia menemukan kembali satu peristiwa yang mengejutkan hatinya pakaian berwarna hijau yang dikenakan Gui Ci Cian pada saat ini sudah sobek amat besar sehingga kelihatanlah teteknya yang menonjol keluar dari balik robekan kain bahkan sampai tubuh bagian bawahnya yang terlarang pun kelihatan muncul dihadapan mata.
Tanpa dipikir panjang lagi ia sudah tahu kalau peristiwa itu tentu hasil perbuatannya sewaktu berada dalam keadaan tidak sadar hal ini membuat hatinya semakin malu dan menyesal.
Teringat peristiwa yang terjadi dalam kuil itu membuat keringat dingin mengucur keluar dengan amat derasnya bilamana pada waktu itu gadis berbaju hijau ini tidak datang pada waktunya, apakah yang bakal terjadi"
Dengan perlahan wajah Dara Berbaju Hijau itu mulai berubah memerah, pemuda itu tahu sebentar lagi ia tentu bakal sadar kembali tak terasa pikirannya mulai berputar,
"Bilamana aku tidak mau pergi dari sekarang, menanti ia sadar kembali bagaimana malunya aku?"
Mendadak ia teringat pula akan janjinya dengan Si Huan, mendadak sambil depakkan kakinya ke atas tanah ia berseru,
"Aduuuhh celaka, bagaimana aku boleh mengingkari janji terhadap seorang kawan yang baru saja dikenal?"
Karenanya dalam hati ia semakin mantap untuk tinggalkan Gui Ci Cian sebelum gadis itu sadar dari semedinya.
Buru-buru dengan hormatnya ia menjura ke arah Dara Berbaju Hijau itu.
"Budi dari pertolongan nona akan cayhe ingat terus selama lamanya!"
Selesai berkata laksana kilat cepatnya ia putar badan dan menuju kekota Wu Hoan.
Tan Kia-beng yang melakukan perjalanan cepat, sembari berlari pikirannya tiada hentinya berputar
Teringat akan kejadian di dalam kuil yang hampir hampir membuat ia merasa menyesal selama hidup hatinya merasa rada kecewa, teringat pula akan sikap dari Gui Ci Cian yang tampak memperdulikan kesunyiannya sendiri telah menolong dan melindungi dirinya, perbuatan demikian baiknya ini jelas menunjukkan kalau gadis itu sudah menaruh rasa cinta yang amat mendalam terhadap dirinya.
Tetapi sampai kini ia belum tahu gadis itu berada dalam kedudukan lawan atau kawan bagaimana ia boleh membalas rasa cinta itu?"
Teringat akan persoalan persoalan tersebut tak terasa lagi ia menghela napas panjang.
"Heei.... tidak kusangka persoalan yang paling rumit dibawah kolong langit pada saat ini adalah budi dari wanita cantik, tidak disangka karena berlaku ceroboh telah mengakibatkan datangnya banyak kerepotan."
"Mengetahui begini kenapa tidak mencegah dari dulu?" tiba-tiba terdengar seseorang menyambung sambil tertawa cekikikan.
Mendengar perkataan tersebut Tan Kia-beng jadi amat terperanjat, dia tidak menyangka kalau pendengarannya bisa
macet sehingga sama sekali tidak mengetahui tibanya seseorang disamping tubuhnya.
Bilamana orang itu bermaksud jahat apa yang bakal terjadi"
---0-dewi-0--- Dengan gerakan yang amat cepat pemuda itu melayang muncur sejauh tiga depa, sewaktu memandang lebih teliti lagi maka terlihatlah seorang perempuan muda yang memiliki kecantikan yang luar biasa telah berada dihadapannya.
Tubuhnya memakai seperangkat pakaian yang terbuat dari lima warna sehingga menambah kecantikan wajahnya, apalagi ujung bajunya yang tertiup angin membuat keadaannya mirip dengan bidadari yang baru saja turun dari kahyangan
"Hii.... hii..... buat apa kau bersikap demikian gugup?" tegur perempuan muda itu sambil tertawa terkekeh kekeh.
"bilamana aku bermaksud jahat terhadap dirinya, sewaktu kau berada dalam keadaan kehilangan sukma aku sudah turun tangan jahat."
"Siapakah saudara" ada maksud apa mencari diri cayhe?"
tanya Tan Kia-beng sambil kerutkan alisnya rapat rapat.
"Mungkin kau sudah dibuat takut karena hendak dipukul orang ya" kenapa melihat oran glain sudah ketakutan sedemikan rupa" aku adalah Wu Mey Jien" atau si perempuan cantik dari balik kabut Loo Cui Thay adanya, walaupun tindakanku rada telengas tetapi melihat lihat pula terhadap siapa aku turun tangan! terhadap saudara cilik seperti kau yang begitu penurut dan jujurnya aku sih merasa tidak tega untuk turun tangan jahat!
Tan Kia-beng yang belum lama terjunkan dirinya ke dalam dunia persilatan sama sekali tidak kenal dengan si perempuan
cantik dari balik kabut ini, alisnya dikerutkan semakin mengencang lagi.
"Kalau memangnya kau tak ada urusan yang penting cayhe terpaksa minta diri terlebih dulu tetapi akupun hendak beritahukan satu urusan kepadamu aku orang she Tan bukanlah seorang manusia yang mudah diganggu seenaknya."
Dia yang sudah kena digigit oleh ular, selama sepuluh tahun takut dengan tali tambang, pemuda ini sama sekali tidak ingin berhubungan lagi dengan perempuan yang genit bagaikan ular berbisa ini.
Siapa tahu baru saja tubuhnya bergerak terasalah segulung bau harum menerjang datang, si perempuan cantik dari kabut ini sudah berkelebat menghalangi jalan perginya dan memperlihatkan satu senyuman yang sangat misterius;
"Apakah kau anakan iblis Tan Kia-beng yang samanya pada waktu mendekat ini amat terkenal sekali di dalam Bulim?"
tanyanya dengan amat merdu.
Kalau benar ada urusan apa?" dengan perbuatan dari kau bukankah sama dengan sudah tahu pura pura tanya"
"Ehmm!.... kalau begitu begitu anggaplah aku sudah tahu tadi pura pura tanya! Tetapi aku pun boleh bicara terus terang kepadamu, munculnya aku orang she Lo kali ini sebenarnya ada dua maksud tujuan, pertama ingin menemui majikan kereta kencana yang telah membuat seluruh dunia persilatan kacau balau dan hujan darah karena kereta kencananya, yang kedua adalah bertemu dan berkenalan dengan Tan Siauwhiap, yang dikatakan orang-orang sebagai anakan iblis, aku ingin berkenalan dengan adik cilik yang demikian tampan romantisnya ini...."
"Terima kasih atas penghargaan dari dirimu, cuma sayang cayhe tidak sanggup untuk menerima penghargaanmu itu."
"Ooouw.... kau tidak setuju?"
Agaknya perempuan itu merasa jawaban tersebut berada diluar dugaannya.
Si perempuan cantik dari balik kabut ini pada dua puluh tahun yang lalu terkenal sebagai seorang iblis perempuan yang menggemparkan seluruh dunia kangouw, tak ada seorangpun yang tahu dari manakah asal perguruannya dan tak seorangpun yang bisa cocok untuk bersahabat dengan dirinya, kepandaian silat yang dimilikinya benar-benar luar biasa sekali, setiap orang yang berani mencari gara gara dengan dirinya jangan harap bisa hidup dengan tenang terutama sekali terhadap orang-orang yang pernah berbuat cabul dengan perempuan lain, tindakannya semakin telengas lagi.
Karena itulah di dalam dunia kangouw jarang ada orang yang berkenalan dengan dirinya, mereka pada menaruh hormat dan menjauhi perempuan ini.
Tan Kia-beng mana mengetahui akan persoalan ini, ia tetap menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kita sama sekali tidak saling mengenal, soal bersahabat kita bicarakan lain kali saja, sekarang cayhe masih ada urusan penting."
Selesai berkata dia menjura ke arah perempuan itu lalu dengan langkah lebar berjalan ke depan.
Suatu peristiwa yang ada diluar dugaan kembali sudah berlangsung, Wu Mey Jien ternyata tidak menghalangi
perjalanannya malahan menyingkir ke samping untuk memberi jalan padanya.
Tan Kia-beng yang tidak ingin tersanggut kembali dengan urusan yang merepotkan, dengan langkah lebar ia lantas melanjutkan perjalanannya ke depan, waktu itu secara samar-samar telinganya masih bisa menangkap suara helaan napas panjang dari perempuan tersebut.
Mendengar helaan napas itu tak terasa lagi pemuda itu tertawa dingin, pikirnya;
"Hmm! entah siasat setan apa lagi yang hendak dipasang untuk menjebak diriku, aku orang she Tan cukup tertipu satu kali saja, jangan harap bisa membuat aku tertipu untuk kedua kalinya"
Untuk jangan sampai kelihatan hatinya yang lemah selama perjalanan ia selalu menggunakan ilmu meringankan tubuhnya yang paling lihay.
Kurang lebih baru saja dia melakukan perjalanan sejauh tiga, lima puluh langkah mendadak terdengarlah suara tertawa aneh yang amat menyeramkan berkumandang keluar dari sisi tubuhnya.
"Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong Loo Hu Cu itu ciangbunjin dari Go-bie pay serta Ong Jian Poocu dari benteng Hwee Im Poo mendadak munculkan dirinya dari balik pohon dan menghalangi perjalanannya.
"Berhenti!" bentaknya dengan keras.
Tan Kia-beng semula rada tertegun, tapi sebentar kemudian ia sudah tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haa.... haa kiranya kalian bertiga, bagus, bagus sekali, aku orang she Tan memang lagi bersiap untuk mencari kalian"
teriaknya. Waktu ini Bok Thian-hong sudah tidak memperlihatkan lagi wajahnya yang halus berbudi dan patut dihormati, dengan wajah amat dingin dan penuh kedengkian ia membentak keras, "Hee.... hee.... pada waktu waktu mendekat ini kau benar-benar senang sekali ya! sampai saat ini aku orang she Bok baru tahu kalau kaupun merupakan anak murid dari Teh-leng-bun."
Sebetulnya kau harus mengetahui hal ini sejak dahulu!
bokonganmu sewaktu ada di gunung Go-bie serta
perbuatanmu yang turun jahat terhadap aku serta Toa suheng sewaktu ada digunung Gak Lok San kesemuanya adalah hasil kerjamu! terus terang saja aku katakan sudah lama sekali aku mengetahui kalau kau adalah jie suhengku yang telah murtad dan mengatakan sendiri telah meninggalkan Teh-leng-bun, saat ini aku orang she Tan pun cuma bisa mengeikuti pesan dari suhu tempo dulu, membersihkan perguruan dari murid murid durhaka."
"Tutup bacotmu!" bentak Bok Thian-hong dengan amat keras "Kau sudah mencuri kitab pusaka perguruan Teh Leng Cin Keng" mencuri pula seruling pualam putih milik Kauwcu, bukannya aku orang she Bok yang memaki dan menuntut terhadap dirimu justru dihadapanku orang she Bok kau berani berkata kasar, nyalimu sungguh besar sekali!
Ayoh cepat serahkan kitab pusaka serta seruling pualam itu kepada diriku!
Mendadak ia maju dua langkah ke depan kemudian dengan suara yang amat menyeramkan sambungnya kembali.
"Kau kira setelah ada Hu Hoang si iblis tua itu memegangi pinggangmu dengan tenangnya kau bisa menduduki jabatan sebagai Kauwcu" hmmm! kau jangan bermimpi di siang hari bolong murid murtad itu sejak dulu sudah diusir oleh suhu dari perguruan, urusan inipun ada beberapa orang cianpwee yang bertindak sebagai saksi bersamaan itu pula kau pun harus tahu, yang muda harus mengalah pada yang tua, sekalipun kau telah memperoleh pesan dari suhu untuk masuk jadi anggota perguruan tetapi masih ada satu orang she Bok disini, kau berani mencari gara gara dan menduduki jabatan tersebut?"
Tan Kia-beng yang merasa suling yang ada di dalam sakunya diperoleh atas pesan terakhir dari Han Tan Loojien, sama sekali tidak jadi gusar sekalipun telah mendengar perkataan yang amat kasar dari Bok Thian-hong ini, wajahnya masih tetap tenang-tenang saja tanpa sedikit perubahan apapun.
"Perkataanmu belum tentu tak ada yang cengli" katanya dengan amat tawar. "Bila mana kau adalah seorang lelaki sejati walaupun ada perintah dari suhu mendiang aku orang she Tan pun tidak akan menerima jabatan sebagai Kauwcu bahkan dengan kedua tangan terbuka mengangsurkan jabatan ini kepadamu, tetapi cuma sayang perbuatan amat jahat dan terkutuk hal ini memaksa aku orang she Tan tidak punya muka lagi untuk membiarkan kau tetap hidup di dalam kolong langit, meninggalkan kau dimuka bumi sama saja dengan memelihara bibit penyakit orang-orang dikemudian hari"
Selesai berkata wajahnya berubah jadi amat angker, dari matanya memancarkan cahaya yang amat tajam melototi Bok Thian-hong.
Bok Thian-hong yang sinar matanya terbentur dengan pandangan matanya merasakan hatinya amat terperanjat, tetapi sebentar kemudian dia sudah dongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... binatang! kau tidak menghormati angkatan yang lebih tua bahkan berani berbicara besar dihadapan loohu, terpaksa loohu akan mewakili mendiang suhu untuk membereskan murid murtad semacam kau!"
"Heee.... hee siapa yang jadi murid murtad umum bisa menentukan sendiri!" kata Tan Kia-beng sambil tertawa dingin, "Ini hari kau bersiap-siap hendak menggunakan cara apa untuk menghadapi aku orang she Tan silahkan kau gunakan sepuasnya, bagaimanapun membinasakan manusia jahanam semacam kau tidak bakal berdosa sebaliknya membantu orang Bulim membereskan seorang bibit bencana."
Tempo hari Bok Thian-hong sudah pernah merasakan
kelihayan dari pemuda ini tapi ini hari dia tidak merasa jeri berhubung kecuali dirinya masih ada Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu yang bakal turun tangan memberi bantuan bilamana dirinya terdesak, disamping itu iapun telah menggerakkan hati seorang cianpwee yang tidak lagi bakal tiba disana untuk membantu dirinya.
Dia bersiap-siap turun tangan setelah loocianpwee bala bantuan itu tiba-tiba disana, tetapi perkataan semakin dibicarakan semakin keras mau tak mau dia harus turun tangan juga sebelum saatnya.
Karena itu diam-diam dan mulai menyalurkan hawa
murninya memenuhi seluruh tubuh kemudian selangkah demi selangkah mendesak maju ke depan.
Sudah amat lama sekali Tan Kia-beng bermaksud untuk melenyapkan manusia buas yang pura pura alim ini, melihat Bok Thian-hong sudah bersiap-siap hendak turun tangan hatinya jadi amat girang.
Diam-diam iapun mulai menyalurkan hawa murninya
keseluruh tubuh, walaupun pada wajahnya masih kelihatan amat tenang dan dingin kaku padahal ia sudah bersiap sedia.
Begitu persiapan telah berhenti suasana mendadak jadi tenang sekali, Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu pun saling bertukar pandangan kemudian dengan langkah perlahan mulai bergerak ke depan
Sekalipun diluar kelihatannya mereka amat menguatirkan keselamatan Bok Thian-hong padahal sebenarnya dalam hati kecil mereka berdua telah tersusuk suatu maksud tertentu.
Teringat peristiwa yang terjadi dilapangan luas kuil Ya Hu Tan Sie dimana secara terbuka rahasia Thay Gak Cungcu sudah disiarkan, dengan pengalaman yang amat luas dari Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu bagaimana mungkin mereka tak mengetahuinya" apa lagi ada Liok Lim Sin Ci serta Sam Kuang Sin nie sebagai saksi sudah tentu hal ini membuat hati mereka semakin mantap.
Hanya saja dikarenakan selama ini mereka berdua selalu mengincar pedang pusaka Giok Hun Kiam serta kitab pusaka
"Teh Leng Cin Keng" dari Tan Kia-beng maka sengaja mereka suka bekerja sama dengan Bok Thian-hong, maksud mereka menanti kedua orang itu telah berada dalam keadaan parah, pelayan disamping tinggal memungut hasil saja.
Pada saat suasana mencapai pada saat saat yang amat kritis, mendadak....
Si perempuan cantik dari balik kabut yang pernah ditemui Tan Kia-beng buru saja telah melayang keluar dari balik hutan dan tertawa terkekeh kekeh terhadap Loo Hu Cu.
"Hee.... hee.... kalian berdua saling tukar pandangan bersikap misterius sebetulnya lagi memberi bantuan kepada Thay Gak Cungcu ataukah meminjam kesempatan untuk mencari keuntungan?"
Perkataan yang memecahkan rahasia hati kedua orang itu membuat Loo Hu Cu dan Ong Jian merasa hatinya amat terperanjat, apa lagi setelah mengetahui kalau orang itu bukan lain adalah si iblis wanita yang paling sulit untuk dilayani, hatinya merasa semakin tidak tenteram lagi.
"Hee.... hee.... Loo Li hiap, kau lagi bergurau" serunya berbareng sambil tertawa paksa.
Sekalipun begitu dalam hati mereka diam-diam merasa keheranan, mereka tidak mengira kalau dianakan iblis ini bisa memiliki hubungan yang begitu luas, sampai manusia yang bersifat kukoay dan berkepandaian tinggipun bisa diajak bertemu.
Tempo hari mereka tidak ingin bentrok dengan Pek-tok Cuncu dan Su Hay Sin Tou demikian pula dengan kali ini merekapun tidak ingin sampai bentrok dengan si iblis perempuan itu.
Sudah tentu hal ini bukan dikarenakan mereka takut urusan justru sebagai satu ketua partai mereka tidak ingin mendatangkan kerepotan buat dirinya sendiri.
Selesai mendengar perkataan dari kedua orang itu kembali Wu Mey Jien tertawa terkekeh kekeh.
"Hee.... hee.... kalian jangan Li hiap, Li hiap, turus ratusan sehingga membuat telingaku jadi geli! aku Loo Cui Thay tidak kuat untuk menerima sebutan tersebut asalkan kalian jangan secara diam-diam memaki aku sebagai iblis perempuan itu sudah lebih dari cukup
Ciangbunjin berdua, kalian rasa bukankah begitu.
Dengan perlahan dia menoleh ke arah Tan Kia-beng dan ujarnya lagi sambil tertawa, "Adik cilik, perlukah aku sebagai encimu mewakili dirimu" haruskah kau ketahui bergebrak dengan Thay Gak Cungcu yang amat terkenal inipun
merupakan salah satu harapanku."
Tan Kia-beng benar-benar merasa takut bilamana
perempuan itu ikut campur di dalam urusan ini sehingga menghilangkan kesempatan untuk membersihkan perguruan dari murid durhaka, mendengar perkataan tersebut ia lantas berteriak.
"Tidak usah kau buang tenaga lagi!"
Telapak tangannya dengan cepat melancarkan satu pukulan dahsyat membabat Bok Thian-hong.
Bok Thian-hong yang menghadapi musuh tangguh sejak semula sudah mengadakan persiapan, sewaktu dirasakan telapak pihak lawan sudah hampir mendekati badannya buru-buru ia menyingkir kesamping, telapaknya diputar setengah lingkaran dan balas menggencet pemuda itu.
Di tengah berkelebatnya bayangan telapak yang
menyilaukan mata di dalam sekejap saja ia sudah mengirim tujuh buah pukulan dahsyat yang mematikan.
Begitu ketujuh buah serangan tersebut menyambar seketika itu juga membuat Tan Kia-beng jadi amat terperanjat. dia
sama sekali tidak menyangka kalau ketujuh buah serangan yang dilancarkan oleh Bok Thian-hong ternyata merupakan jurus jurus serangan yang aneh dan lihay sebuahpun tidak mirip dengan ilmu dari Teh-leng-bun.
Waktu itulah ia baru percaya bilamana dia telah berguru dengan orang lain.
Pertempuran sengit yang dialaminya berulang kali membuat tenaga dalamnya memperoleh kemajuan yang pesat, banyak pula jurus jurus ilmu silat yang terbuat di dalam kitab pusaka
"Teh Leng Cing Keng" berhasil dipahami, oleh karena itu walaupun ketujuh buah serangan dari Bok Thian-hong amat lihay dan dahsyat, belum berhasil jangan memaksa dirinya mundur barang setengah langkahpun.
Dengan dinginnya Bok Thian-hong mendengus mendadak dia maju ke depan lebih dekat lagi, jari jari tangannya dengan sangat cepat melancarkan satu totokan menghajar jalan darah
"Than Tong Hiat" pada tubuh pemuda tersebut.
Walaupun angin serangan sudah terasa menusuk badan.
Diam-diam Tan Kia-beng merasa hatinya terperanjat, telapak tangannya dibalik dengan menggunakan jurus "Po Cau Sing Coa" atau membabat rumput mencari ular sisi telapaknya dibabat ke depan diikuti sambil menekuk dadanya ke belakang dengan melawan serangan menghajar jalan darah "Ci Tong Hiat" pada tubuh Bok Thian-hong.
Jurus serangan dari Bok Thian-hong merupakan sebuah serangan kosong, baru saja jarinya mencapai setengah jalan mendadak dia balik membabat ke arah pundaknya sepasang telapak tangannya bagaikan kilat mengancam kedua belas jalan darah penting pada tubuh pihak lawan sedangkan kakinya laksana putaran roda melancarkan tendangan kilat.
Hanya di dalam sekejap saja dia sudah melancarkan beberapa serangan gencar membuat Tan Kia-beng dengan repotnya harus menggagalkan seluruh serangan itu dan berturut turut mengundurkan diri sejauh beberapa langkah.
Melihat kejadian itu si perempuan cantik dari balik kabut merasa amat cemas, mendadak tubuhnya bergerak maju ke depan.
"Adik cilik!" serunya dengan amat keras "Kau mundurlah, biarlah aku yang maju!"
Hwee Im Poocu yang ada disampingnya mendadak
mencabut keluar pedang panjangnya, diantara berkelebatnya cahaya hijau yang disertai hawa dingin yang menusuk tulang menghalangi jalan pergi dari perempuan itu.
"Hee.... hee.... urusan orang lain buat apa Loo Li hiap pun ikut ambil bagian" serunya sambil tertawa dingin.
Hadangan yang mengandung maksud tantangan ini
bilamana pada hari biasanya tentu akan membuat perempuan itu jadi sangat gusar dan turun tangan kosong.
Tetapi pada saat ini hatinya lagi merasa kuatir terhadap keselamatan dari Tan Kia-beng, dengan paksakan diri ia menekan hawa amarah tersebut dan berkelebat ke samping untuk memperhatikan situasi kalangan dengan pandangan tajam.


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampaklah hanya di dalam sekejap mata pemuda itu dari sikap berjaga telah berubah jadi posisi menyerang, angin pukulan menderu laksana angin topan hingga membuat pasir dan batu kerikil beterbangan ke angkasa.
Setiap angin pukulannya yang luar biasa itu seketika itu juga memaksa Bok Thian-hong balik ke tempat asalnya.
Mereka berdua suheng te yang satu adalah pemuda yang berbakat alam dan berhati sombong sedang yang lain adalah manusia laknat yang pandai membawa diri, pada saat ini telah mengerahkan seluruh kepandaian silatnya untuk bergebrak.
Tampaklah dua sosok bayangan manusia sebentar merapat sebentar berpisah lalu berputar dengan amat kacaunya membuat pandangan jadi kabur dan telinga berdengung.
Sampai pada saat inilah Loo Hu Cu serta Ong Jiang baru dapat mengetahui bagaimanakah sesungguhnya kepandaian silat yang dimiliki oleh Bok Thian-hong pada mulanya mereka menganggap Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong adalah seorang manusia yang paling menakutkan, tetapi kini.... mereka baru mengerti kalau Bok Thian-hong lah sebetulnya manusia yang paling menakutkan.
Kedua orang itu dengan gerakan yang paling cepat dan jurus serangan yang paling ganas saling bergebrak, hanya di dalam sekejap saja empat, lima puluh jurus sudah berlalu tanpa berhasil menentukan siapa yang menang siapa yang kalah.
Tempo dulu Tan Kia-beng pernah bergebrak melawan si Penjagal Selaksa Li Hu Hong, dia merasa Hu Hong di dalam soal tenaga dalam jauh lebih menang satu tingkat dari pada Bok Thian-hong tetapi ada banyak jurus serangan yang aneh tak bisa menandingi Thay Gak Cungcu ini bilamana mereka berdua harus saling bergebrak sukar sekali untuk ditentukan siapa menang siapa kalah.
Kedua orang itu kembali melanjutkan pertempurannya sebanyak sepuluh jurus lebih, di dalam hati Bok Thian-hong mulai merasa cemas karena locianpwee yang diundangnya hingga saat ini belum muncul juga, sedang Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu pun sudah kena ditahan oleh Si perempuan
cantik dari balik kabut, dia tahu bilamana waktu lebih lama lagi ia tentu akan menderita kalah.
Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia yang halus lembut meluncur datang sambil membentak keras,
"Tahan!"
Sreet! sinar pedang berkelebat laksana rantai, dengan paksa dia menahan serangan dari kedua orang itu.
Buru-buru Tan Kia-beng menarik kembali serangannya ke belakang kemudian dengan tajam memandang ke arah orang itu.
Tampaklah seseorang Dara Berbaju Hijau muda dengan wajah penuh kegusaran sedang membentak ke arah Bok Thian-hong.
"Siapa yang suruh kau bersikap demikian terhadap dirinya"
kau sungguh keterlaluan sekali!"
Bok Thian-hong semula rada tertegun tetapi sebentar kemudian wajahnya sudah berubah hebat.
"Urusan ini adalah urusan rumah tangga dari aku she Bok, lebih baik nona Hong tidak usah banyak ikut campur!"
bentaknya dengan kasar.
"Hee....hee.... kau sudah menggabungkan diri dengan Isana Kelabang Emas, apakah kau kira dirimu boleh sembarangan bebas semaunya" ayoh cepat menggelinding pergi dari sini!"
bentak nona berbaju muda itu lagi sambil tertawa dingin.
"Bilamana kau masih membandel juga jangan salahkan aku Lo Hong-ing akan bertindak kasar terhadap dirimu"
Siapa tahu Bok Thian-hong pada ini hari ternyata bersikap lain dari pada yang lain, bukannya mengundurkan diri sebaliknya malah balas mengejek.
"Kedatangan nona Hong ini hari dikarenakan memperoleh perintah dari medali Kiem Uh Leng Pay ataukah Giok Uh Leng Pay?"
Sang Dara Berbaju Hijau muda Lo Hong-ing yang ditanyai demikian kontan jadi bungkam diri apalagi dari sakunya ia tak dapat mengeluarkan medali apapun.
Melihat kejadian itu Bok Thian-hong segera
memperdengarkan suara tertawanya yang tak enak didengar.
Lo Hong-ing jadi amat gusar, pedang di tangannya segera dibalik melancarkan satu babatan ke arah depan.
"Nonamu mengandalkan ini!!" bentaknya dengan gusar.
Walaupun Bok Thian-hong mengetahui gadis itu tak
memiliki medali Giok Uh Leng Pay tetapi diapun tidak berani bergebrak secara terang terangan dengan dirinya buru-buru tubuhnya bergerak menghindarkan diri dari serangan pedang itu.
"Apa maksudmu?" teriaknya keras.
Lo Hong-ing yang melihat serangannya tak berhasil mencapai sasarannya dengan cepat putar pedangnya
sedemikian rupa sehingga membentuk cahaya pedang yang menyilaukan mata.
Hanya di dalam sekejap saja dia sudah melancarkan tujuh buah serangan.
Melihat dirinya terus menerus digencet dengan serangan serangan mematikan akhirnya Bok Thian-hong tidak bisa juga menahan hawa amarahnya.
"Nona Hong!" bentaknya dengan keras. "Aku orang she Bok justru karena menghormati kau adalah Toa ci dari nona Gui
maka tidak ingin mencari susah dengan dirimu, apa kau kira aku benar-benar takut dengan kau?"
Lo Hong-ing tetap tidak mengucapkan sepatah katapun, pedangnya digerakkan semakin gencar lagi mengancam seluruh tubuh dari seorang tua itu.
Sampai pada detik itu Bok Thian-hong benar-benar tidak bisa menahan sabar lagi, dia tertawa dingin sedang telapak tangannya berturut turut melancarkan dua buah serangan dahsyat ke arah depan.
Segulung hawa dingin yang menusuk tulang dengan cepat menggulung ke arah depan kemudian laksana berputarnya roda dengan cepat menghantam tubuh Lo Hong-ing.
Kedua buah serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar luar biasa akibatnya. Lo Hong-ing sendiripun lama sekali tidak menyangka kalau dia berani turun tangan balas melancarkan serangan ke arahnya.
Untuk beberapa saat lamanya dia kena didesak mundur sejauh lima enam langkah sedang pedangnya hampir hampir terlepas dari tangannya.
Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu yang takut diantara mereka sungguh sungguh bergebrak sehingga melainkan urusan besar, buru-buru pada maju melerai.
"Bok heng! hiburnya. "Ada perkataan baik-baiklah dibicarakan buat apa harus dibereskan dengan kekerasan?"
Lo Hong-ing yang kena terdesak mundur saking khe ki dan cemasnya hampir hampir saja melelehkan air mata, kembali dia membentak keras sedang pedangnya dengan dahsyat melancarkan serangan gencar.
Sekonyong konyong....
Suara hembusan angin bergema datang disusul segulung bau harum menusuk hidung tampaklah sesosok bayangan hijau dengan amat cepatnya menerjang datang.
Hanya di dalam sekejap saja terdengar Bok Thian-hong bertiga pada mendengus berat kemudian dengan terhuyung huyung mundur ke arah belakang.
Lo Hong-ing sendiripun dengan perasaan amat kaget mengundurkan dirinya ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan hawa hijau itu, disusul secara samar-samar terdengar suara bentakan yang amat merdu bergema datang,
"Ayoh cepat ikuti aku pergi!"
Tan Kia-beng serta Wu Mey Jien boleh dihitung sebagai jagoan nomor wahid dari Bulim, sekalipun begitu merekapun cuma bisa menangkap dua sosok bayangan manusia yang ramping dengan cepat berkelebat lewat dan hanya di dalam sekejap saja telah lenyap dari pandangan.
Kiranya bayangan hijau itu sudah menarik tangan Lo Hong-ing untuk diajak pergi.
Sewaktu melihat kembali ke arah Bok Thian-hong bertiga, tampaklah wajah mereka amat murung sedang dari ujung bibirnya masih menetes titik titik darah segar.
Kiranya mereka semua telah menderita luka dalam yang amat parah sekali!
Peristiwa ini benar-benar amat aneh dan sukar sekali untuk dipercaya, menurut kebiasaan seharusnya Bok Thian-hong adalah manusia yang paling berjasa terhadap Isana Kelabang Emas, bagaimana mungkin saat ini bisa menderita luka karena kena dihajar oleh orang-orang Isana Kelabang Emas"
Dengan kejadian ini Bok Thian-hong sekalianpun tak punya semangat dan tenaga lagi untuk menyerang Tan Kia-beng sedang Tan Kia-beng sendiripun tidak ingin turun tangan melukai musuhnya dengan menggunakan kesempatan
sewaktu mereka lagi terluka.
Dengan begitu suasanapun seketika itu juga jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Mendadak terdengar Wu Mey Jien tertawa terkekeh kekeh dengan amat merdunya.
"Hiii.... hiii.... aku mengira Thay Gak Cungcu adalah seorang manusia yang bagaimana luar biasanya, kiranya tidak lebih hanyalah anjing dan penjaga pintu dari orang lain, hmm!
sungguh amat rendah kedudukannya itu"
Pada saat itu Bok Thian-hong telah dilukai oleh angin pukulan Hong Mong Ci Khei pihak lawan, sekalipun dalam hatinya merasa kheki, tetapi dia pura pura tidak mendengar dan menutup matanya untuk menyembuhkan penyakit yang sedang dideritanya.
Tiba-tiba terasalah segulung angin menyambar datang, seorang kakek tua berjubah kuning dengan tangannya mencekal sebuah huncwee telah muncul di tengah-tengah kalangan.
"Loohu sudah terlambat datang satu tindak, apakah kau sudah terluka ditangan bangsat cilik itu?" tegurnya dengan suara yang amat dingin.
Pertanyaan ini benar-benar membuat Bok Thian-hong gelagapan, rahasia dimana secara diam-diam dia menerima perintah dari Isana Kelabang Emas tak bisa dibiarkan secara terbuka, terhadap pukulan yang datangnya dari si Si Dara
Berbaju Hijau itupun ia tak berani bicara, hal ini membuat dia jadi bungkam seribu bahasa.
Si kakek tua berjubah kuning yang melihat dia tidak berbicara dalam hati sudah salah sangka kalau dia tak ada muka lagi untuk bicara, saking khekinya ia lantas kebaskan jenggotnya dan maju selangkah ke depan.
---0-dewi-0--- JILID: 25 "Kaukah yang bernama Tan Kia-beng?" tanyanya sambil menudingkan huncweenya ke depan. Sungguh bernyali kau berani melukai suhengmu, hmm.... Kau kira di dalam Teh-leng-bun sudah tak ada lagi orang yang bisa mengatur peraturan perguruan?"
Tan Kia-beng yang secara samar-samar mendengar orang itu agaknya juga anggota Teh-leng-bun, buru-buru merangkap tangannya menjura.
Boanpwee benar-benar adalah Tan Kia-beng entah siapakah sebutan dari loocianpwee?"
"Loohu Pak San tempo hari berkat kemurahan hati Kauwcu menjabat sebagai pengatur peraturan perguruan, tidak disangka akhirnya Kauwcu tinggalkan kawan kawan dan mengasingkan diri, maka dari itu loohupun terpaksa ikut mengundurkan diri dari dunia kangouw dan tak ikut mencampuri lagi."
Sehabis berkata dengan sedinya ia menghela napas
sebentar kemudian sehabis menghisap hun cweenya dia berkata lagi, "Pada waktu waktu mendekat ini aku dengar munculnya seorang ahli waris dari Kauwcu bahkan memiliki
pula seruling pualam putih sebagai tanda kepercayaan Kauwcu bahkan begitu saja akupun dengar kalau orang itu hendak membangun kembali Teh Leng Kau. Urusan ini benar
membuat loohu kurang percaya, menurut apa yang loohu ketahui Kauwcu semuanya cuma menerima dua orang murid saja, murid pertama Hu Hong telah diusir keluar dari perguruan sedang muridnya yang kedua adalah "Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong, bila mana dikatakan untuk membangun kembali Teh-leng-bun serta menduduki jabatan Kauwcu ada seharusnya dia yang menjabat tidak disangka kau saat ini berani bersikap keras terhadap suhengmu, loohu sebagai seorang tiangloo tidak akan berpeluk tangan di dalam urusan ini"
Tan Kia-beng mengerti kalau orang ini bukan lain adalah cianpwee dari Teh Leng Kauw tempo hari, saat ini tentunya ia sudah kena dikibulin oleh Bok Thian-hong.
Tanpa terasa lagi dia menghela napas panjang dan berkata,
"Cianpwee cuma mengetahui satu tetapi tak mengetahui kedua, boanpwee berhasil memperoleh kepandaian silat dari Kauwcu walaupun betul aku memiliki bukti tulisan asli dari Kauwcu yang memerintahkan aku untuk mendirikan kembali perkumpulan ini lain kali setelah tiba saatnya aku tentu akan mengundang seluruh cianpwee serta Teh Su Ci untuk menjadi saksi."
Berbicara sampai disini mendadak wajahnya berubah amat keren dan sambungnya lagi dengan suara amat keras, "Cuma saja "Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong jadi orang bersifat ganas dan licik, bahkan menerima perintah dari orang lain untuk membunuhi kawan kawan Bulim. urusan ini tak bisa didiamkan lebih lamalagi karena itu ini hari juga aku orang she Tan akan mewakili Kauwcu untuk membersihkan perguruan dari manusia laknat semacam dia!"
Pak San yang secara tiba-tiba mendengar Tan Kia-beng mengungkat nama Teh Leng Su Ci dengan perasaan heran segera bertanya, "Kau sudah bertemu dengan Teh Leng Su Ci?"
"Benar, cayhe pernah bertemu satu kali dengan mereka, sekarang mereka tinggal didusun Tau Siang Cung"
"Heei!" tak kusangka merekapun masih sehat walafiat!" ujar Pak San sambil menghela napas panjang Kalau memangnya dari perguruan Teh-leng-bun masih terdapat begitu banyak cianpwee yang masih hidup, aku pikir urusan ini lebih baik lain kali saja dibicarakan kembali. loohupun merasa tidak berhak untuk mengurusi peristiwa ini, tidak perduli kau yang benar-benar atau dia yang salah, dengan memandang wajah loohu harap untuk sementara waktu kau suka bersabar apalagi saat ini dia sudah terlalu di tanganmu"
"Oow.... mana bisa dia yang lukai?" sela Wu Mey Jien secara tiba-tiba dari samping. "Itulah hadiah yang diberikan majikannya kepada dia!!"
Dengan dinginnya Pak San melirik sekejap ke arah tapi tak sepatah katapun yang diucapkannya dengan perlahan dia putar badan dan ujarnya terhadap Bok Thian-hong, "Urusan ini hari sebetulnya terjadi secara bagaimana loohu sendiripun untuk sementara waktu tidak bisa mengetahui jelas, baiklah urusan ini kita bicarakan kembali setelah loohu bertemu dengan Teh Leng Su Ci; sekarang kau pulanglah!!"
Sebenarnya Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong mengatur suatu siasat yang bagus untuk menghadapi Tan Kia-beng bukan saja ia sudah mengundang datang si orang tua berbaju kuning itu bahkan di sekeliling tempat itu telah dipasangi sejumlah jago-jago lihay yang nantinya akan bersama-sama mengetahui pemuda tersebut.
Siapa sangka di tengah jalan situasi sudah berubah, bahkan dirinya tanpa bisa dicegah telah terluka dibawah serangan ilmu "Hong Mong Ci Khei" dari Dara Berbaju Hijau.
Bukan begitu saja bahkan cianpwee dari Teh-leng-bun yang diundang olehnya berhasil ditundukkan oleh Tan Kia-beng dengan dua tiga patah kata dia tahu bilamana tidak menggunakan kesempatan ini untuk turun dari panggung bilamana Pak San sudah pergi dirinya akan menemui bencana.
Karenanya dengan berpura pura memperlihatkan sikap yang apa boleh buat dengan mengikuti dari belakang tubuh Pak San berlalu dari tempat itu.
Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu yang tanpa angin tanpa hujan kena terhantam sehingga terluka parah saat ini melihat Thay Gak Cungcu sudah pergi meninggalkan tempat itu merekapun dengan arak arakan ikut putar badan dan berlalu dari sana.
Hanya di dalam sekejap saja beberapa orang itu telah lenyap dari pandangan.
Kini di tengah kalangan cuma Tan Kia-beng serta si perempuan cantik dari balik kabut dua orang.
Tetapi waktu itu pemuda tersebut telah terjerumus di dalam keadaan lamunan yang memusingkan kepala dia merasa heran terhadap sikap si gadis berbaju hijau Gui Ci Cian yang diperlihatkan ini hari.
Bok Thian-hong adalah kaki tangan dari Isana Kelabang Emas asalkan dia saat munculkan dirinya dan memaki sudah tentu dia tidak bakal berani melawan Lo Hong-ing secara terbuka
Tetapi kenapa dia tanpa mengucapkan sepatah katapun telah melancarkan satu pukulan dahsyat melukai dirinya"
bahkan masih ada Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu yang tak tahu urusan kena dilukai juga"
Urusan ini benar-benar membuat dia jadi kebingungan Si perempuan cantik dari balik kabut sewaktu melihat pemuda itu melamun, tanpa terasa lagi sudah maju ke depan dan menegur dengan suara yang halus, "Adik cilik, orang lain sudah pergi jauh! buat apa kau melamun saja di tempat ini"
apa yang lagi kau pikirkan" apakah kau sudah jatuh cinta di dalam satu kali pandangan terhadap nona berbaju hijau itu?"
"Ehm..... maukah kau bicara yang genah" apa yang aku pikirkan sama sekali buakn urusan yang kau tebak itu!" seru pemuda itu sambil kerutkan alisnya rapat rapat.
"BAIKLAH!! Bagaimana kalau anggap saja perkataan cici yang salah" kini kedua buah harapanku sudah tercapai, akupun harus segera pergi!"
"Kau hendak pergi kemana?"
Perkataan dari Tan Kia-beng ini sebenarnya keluar tanpa disadari olehnya, tetapi bagi si perempuan cantik dari balik kabut pertanyaan ini benar-benar membuat hatinya terhibur Walaupun pemuda tersebut masih meragukan asal usul serta tindakannya tetapi tanpa disadari ia sudah mengakui juga persahabatan ini.
Dan dengan wajah tersenyum kegirangan ia buru-buru menjawab.
"Encimu tinggal diempat penjuru, jejakku sukar untuk ditentukan. Lalu kau ini hendak kemana?"
"Kekota Wu Han untuk menemui janji dengan Ciat Hun Kiam Si Huan digunung Cing Shia"
Baiklah kita kakak beradik, bertemu kembali di kota Wu Han" seru perempuan itu setelah selesai berkata ia meloncat pergi.
Sepeninggalannya perempuan itu Tan Kia-beng pun dengan langkah cepat melanjutkan perjalanannya menuju kekota Wu Han.
Sejak peristiwa yang terjadi dilapangan luar kuil "Ya Hu Sie"
dimana Liok lim Sin Ci membongkar kedok dari "Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong suasana di dalam dunia kangouw terjadi pula kejadian perubahan yang amat besar.
Partai partai besar yang pernah menderita pembunuhan mulai mengalihkan seluruh dendam perhatiannya ke arah
"Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong
Tetapi.... dimanakah letaknya perkampungan Thay Gak CUng"
Dan kini Bok Thian-hong telah pergi ke mana" siapapun tak ada yang tahu!
Beberapa waktu akhirnya mendadak dalam Bulim tersiar suatu berita tentang munculnya Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong bersama-sama dengan Lo Hu Cu itu ciangbunjin dari Go-bie pay serta Ong Jian poo cu dari benteng Hwee Im poo di luar kota Wu Han.
Dan dengan tersiaranya berita ini maka suasana dalam dunia kangouw pun menjadi gempar kembali para jago Bulim yang melakukan pengejaran mulai melakukan perjalanan jauh dan bersama-sama kumpul di kota Wu Han.
---0-dewi-0--- Yang paling membuat semua orang tidak paham adalah peristiwa pembunuhan oleh kereta kencana pada waktu yang lalu karena jelas partai Go-bie pay serta benteng Hwee Im poo lah yang paling hebat mengapa kini Loo Hu Cu serta Im poocu Ong Ciang dapat bersatu dengan Thay Gak Cungcu"
Dengan pengetahuan maupun pengalaman yang
diperolehnya hingga kini terhadap siasat maupun akal licik dari Bok Thian-hong seharusnya mereka sudah mengetahui sedikit jelas. Tetapi kenapa mereka sebaliknya berbuat demikian"
sungguh suatu hal ini merupakan suatu peristiwa yang membingungkan sekali.
Sewaktu Tan Kia-beng tiba di kota Wu Han, tepatnya merupakan saat saat yang paling tegang di dalam Bulim.
Tetapi ia sama sekali tidak menggubris akan hal itu dan tanpa memperdulikan lagi semua unsur pemuda itu langsung menuju kerumah penginapan Cau Hian untuk menemui Si Huan.
Sewaktu kakinya melangkah masuk ke dalam pintu rumah penginapan itulah terlihat Si Huan serta Sak Ih sudah tiba disana terlebih dahulu. Kecuali mereka berdua masih ada ciangbunjin dari Bu-tong-pay Leng Hong Tootiang ada disitu.
Tan Kia-beng yang dasarnya memang sudah menaruh rasa hormat dan simpatik terhadap Tootiang tua ini maka buru-buru maju memberi hormat.
"Aaakh! Tidak kusangka Tootiangpun muncul di kota Wu Han, selamat datang, selamat datang!"
"Perjalanan Siauwhiap tentu melelahkan silahkan ambil tempat duduk!" balas Leng Hong Tootiang sambil tersenyum.
"Haaa, haaa, si Si Dara Berbaju Hijau dari Isana Kelabang Emas itu apakah tidak ikut datang?" sambung Si Huan sambil tertawa terbahak-bahak.
Kontan paras muka Tan Kia-beng berubah jadi merah jengah.
"Dia telah pergi!" jawabnya malu malu
Mengungkapkan soal Isana Kelabang Emas segera
memancing perhatian dari Leng Hong Tootiang.
"Tan Siauwhiap, apakah kau ada hubungan dengan pihak Isana Kelabang Emas?" selanya.
Tidak bisa dikatakan ada hubungan" bantah pemuda itu buru-buru sembari menggeleng. "Kami tidak lebih hanya kenal karena suatu pertemuan saja, entah Tootiang apakah mengerti jelas tentang hal ihwal tentang Isana Kelabang Emas ini" menurut analisa cayhe rasanya seluruh perbuatan maupun tindak tanduk dari "Cay Gak Cungcu" Bok Thian-hong telah menerima petunuk serta perintah dari pihak Isana Kelabang Emas"
Bicara sampai disitu iapun lantas menceritakan
ungalamannya dimana Bok Thian-hong mendatangi kuil "Ya Hu Sie" untuk mendapatkan daftar hitam dari Mey Ling Hwesio lalu bagaimana si Si Dara Berbaju Hijau munculkan diri beserta pertemuannya dengan Ci Lan Pek di tengah jalan.
Leng Hong Tootiang termenung berpikir sejenak kemudian baru ujarnya, "Bilamana ditinjau dari perkataanmu itu maka yang jadi pokok persoalan ada kemungkinan dikarenakan daftar hitam itu teringat sewaktu Mo Cun-ong masih hidup, ia sangat menghargai orang-orang Bulim dan hampir sebagian besar jagoan Bulim selalu mengadakan hubungan degnan dirinya. Ketika pada suatu tahun Mo Cun-ong mendapat perintah untuk menyerang daerah Biauw para jagoan Bulim yang ikut sangatlah banyak sekali sehingga aku rasa peristiwa ini tentunya timbul dikarenakan hal ini Maksud Pinto
terbunuhnya Mo Cun-ong pasti ada hubungannya dengan daftar hitam itu."
"Apa mungkin nama yang semula terdaftar di dalam daftar nama itu kemudian terbocor keluar sehingga orang menaruh rasa dendam?" tiba-tiba si Ciat Hun Kiam Si Huan menimbrung dari samping.
"Karena ada nama yang bocor keluar sehingga orang itu mendendam Mo Cun-ong hal ini memang ada kemungkinan.
Tetapi apa hubugannya dengan para jago Bulim yang ikut di dalam penyerbuan itu" Kenapa pula ia harus marah kepada semua orang?" kata Leng Hong Tootiang menggeleng.
"Tan heng, tahukah kamu dimanakah letaknya Isana
Kelabang Emas itu?" sela Sak Ih pula dengan keras. "Bilamana letaknya ada di daerah Lam Huang, maka ada delapan bagian pekerjaan ini tentu ditimbulkan karena pembalasan dendam dari rakyat suku Biauw"
Mendengar perkataan itu Tan Kia-beng menggeleng tanda tidak tahu.
"Menurut dugaan Pinto agaknya Isana Kelabang Emas letaknya ada di gurun pasir, bahkan ada kemungkinan istana tersebut bukan lain adalah partai misterius di gurun pasir yang didatangi oleh Cu Swie Tiang Ciang, Tan Ci Tiang, Leng Siauw Kiam khek dari Cing-shia-pay serta Thian Bok susiok dari partai kami pada masa yang lalu" ujar Leng Hong Tootiang sambil mengelus elus jenggotnya.
"Perduli benar atau salah, siauwte tentu akan pergi juga ke gurun pasir untuk memberi tahu keadaan dari suhuku, Ban Lie Im Yen atau si asap selaksa Lie Lok Tong." kata Tan Kia-beng.
"Bilamana Tan heng hendak pergi biarlah siauwte sekalian ikut mengawasi!" teriak Sak Ih Si Huan berbareng.
Buru-buru Leng Hong Tootiang goyangkan tangannya
mencegah. "Untuk sementara waktu tenangkanlah hati kalian, lebih baik bila dalam menanggapi urusan ini dipikirkan lebih teliti lagi karena jelas pihak Isana Kelabang Emas ada maksud untuk mendapatkan daftar hitam itu dari tangan Siauwhiap ditambah pula Tan Siauwhiap kini menggembol pedang pusaka Giok Hun Koam serta kitab pusaka "Teh Leng Cing Keng" yang dincar oleh orang banyak maka lebih baik untuk sementara waktu jangan berangkat dulu. Kini partai partai besar di dalam Bulim sudah mengirim jago-jagonya untuk menguntit Thay Gak Cungcu menurut pandangan pinto lebih baik kita tunggu sampai urusan Thay Gak Cungcu diselesaikan, kalian baru berangkat ke gurun pasir"
Jadi maksud Tootiang agar kita menginap dulu selama beberapa hari di kota Wu Han ini kemudian baru berangkat ke gurun pasir
"Benar!" jawab Leng Hong Tootiang mengangguk, "Tan Siauwhiap sudah melakukan perjalanan jauh, rasanya kini sudah lelah dan harus beristirahat lebih dulu, bagaimana kalau kita bicarakan pada esok hari saja"
Sejak peristiwa yang terjadi dengan Lei Hun Hweeci pemuda ini memang ada dua hari dua malam tidak dapat tidur pulas, maka setelah diikat oleh Leng Hong Tootiang buru-buru ia bangun untuk mengundurkan diri ke dalam kamar yang telah dipesankan terlebih dulu oleh Si Huan sekalian.
Selesai cuci muka dan berganti pakaian pemuda itu lantas minum secangkir teh untuk mengiringi tidurnya.
Pada saat itulah mendadak tampak bayangan manusia berkelebat. "Miauw Pit Suseng" Bun Ih Peng yang pernah
menggebrak dengan dirinya dibangunan "Bun Hoa" tempo hari goyangkan kipasnya telah tindak masuk sambil tertawa
"Haaa.... haaa.... selamat bertemu! selamat bertemu!
selama ini apakah Tan heng baik-baik saja?" serunya sambil merangkap tangan memberi hormat dan tertawa terbahak-bahak.
Mendengar teguran itu, hati Tan Kia-beng rada bergerak, berpikir, "Entah permainan kembangan apa lagi yang hendak dipertontonkan?"
Karena itu iapun segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaa, haaa, terima kasih entah apa maksudmu datang kemari?"
"Terus terang saja kedatangan cayhe ini hari adalah dikarenakan menerima perintah dari majikan istana kami untuk menjenguk saudara serta menyampaikan kekaguman majikan kami" kata Bun Ih Peng dengan serius.
Ia rada mendadak sejenak kemudian sambungnya lagi,
"Majikan Isana Kelabang Emas merasa amat kagum atas kelihayan ilmu silat yang saudara miliki. Dan bilamana kau suka suka bergabung dengan pihak Isana Kelabang Emas kami, maka majikan kami akan membantu dirimu untuk merebut gelar jagoan nomor wahid dari seluruh kolong langit pada pertemuan puncak para jago yang akan datang digunung Ui San"
"Kini aku memang lagi murung karena tak tahu alamat dari Isana Kelabang Emas itu" pikirnya dihati. "Kenapa aku tidak pancing saja keluar dari mulutnya?"
Oleh karena itu segera Tan Kia-beng pun tertawa terbahak-bahak.
"Siauwte tak berbakat serta bodoh, bagaimana mungkin berani menerima pujian serta penghargaan dari majikan istana kalian. Siauwte takut tenaga mudaku ini tidak bakal bisa memenuhi harapan dari majikan istana kalian."
Bun Ih Peng yang mendengar nada suaranya rada
bermaksud menyetujui hatinya jadi amat girang buru-buru jawabnya, "Tenaga sakti Tan heng amat dahsyat dan menjabat sebagai ketua partai Teh Leng Kauw dikemudian hari bilamana usaha kita berhasil kekuasaan seluruh Bulim di daerah Tionggoan ini tentu akan diserahkan semua sedang mengenai diri majikan istana kami tak banyak hanya ingin Tan heng suka mengerjakan suatu tugas saja buat istana kami!"
Bicara sampai disitu dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah medali pualam dan diangsurkan ketangan Tan Kia-beng.
Dengan cepat pemuda itu menerima medali tersebut dan tertawa tergelak gelak.
"Ooow.... ada urusan yang begitu gampangnya?"
Dan dengan amat teliti dia memeriksa medali tersebut, ketika dilihatnya medali pualam itu mirip sekali dengan medali yang diberikan Su Hay Sin Tou kepadanya kembali dia tertawa dan berkata lagi;
Bukankah Thay Gak Cungcu pun mempunyai medali
semacam ini" Lalu sebenarnya siapa saja yang berhak memiliki medali ini" dan apa kegunaannya.
"Tan heng jangan terlalu memandang rendah medali ini, dialah benda yang paling penting untuk memasuki Isana Kelabang Emas, kedudukannya ada di atas Tongcu dari ketua cabang, siapa saja yang memiliki medali ini ada hak dan
kekuasaan untuk memerintahkan para siangcu yang ada dibawahnya."
Tan Kia-beng segera menggeleng.
"Cayhe sama sekali tidak tertarik dengan medali ini, lebih baik untuk sementara waktu kau bawa pulang saja!"
Apakah Tan heng merasa kedudukannya terlalu rendah?"
"Cayhe sama sekali tidak pernah memikirkan besar kecilnya kedudukan sebaliknya hanya dikarenakan sudah bertekad bulat untuk membasmi "Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong dari muka bumi bilamana aku sudah menyanggupi undangan dari majikan istana kalian bukankah aku jadi tak leluasa untuk turun tangan terhadap Bok Thian-hong?"
"Haaa.... haaa.... urusan ini adalah suatu pekerjaan yang amat mudah sekali." teriak si "Miauw Pit suseng" Bun Ih Peng sambil tertawa keras. "Bilamana kau memang sungguh sungguh sudah tekad untuk membasmi "Thay Gak Cungcu"
Bok Thian-honghe membawa Tan heng pergi
keperkampungan Thay Gak Cung"
"Omongan macam apakah itu?" diam-diam maki Tan Kia-beng di dalam hati "kedudukan dari Thay Gak Cungcu sudah ketahuan umum dan tak ada harga untuk digunakan lagi, maka sekarang kalian hendak menyingkirkan orang itu dengan pinjam tanganku Hmm....! suatu siasat keji sungguh!"
Walaupun dalam hati ia berpikir begitu tapi pada luarnya pemuda itu berpura kaget.
"Bilamana berbuat demikian apakah Heng Thay tidak takut dipersalahkan oleh majikan istana kalian?"
"Bok Thian-hong selalu bekerja tak jujur dan selalu berani membangkang perintah dari majikan istana kami, sekalipun
Tan heng tidak turun tangan terhadap dirinya dari pihak istana kamipun akan menjatuhkan hukuman yang berat kepadanya"
"Perbuatan ini apakah menurut maksud dari majikan kalian....?"
Walaupun majikan kami tidak memberi perintah secara jelas tetapi dari Ci Lan Pak sudah ada petunjuk yang jelas!"
"Kalau begitu heng thay silahkan berangkat lebih dulu biarlah aku orang she Tan menyusul dari belakang,"
"Miauw Pit suseng" Bun Ih Peng segera bangun berdiri, lalu menjura dan meloncat keluar dari dalam kamar.
Menanti Miauw Pit suseng sudah pergi, Tan Kia-beng baru mulai mengadakan analisa terhadap apa yang didengarkan barusan ini.
Ia merasa tindakan dari pihak Isana Kelabang Emas ini mempunyai dua maksud.
Pertama, sudah tentu ingin mendapatkan daftar hitam itu.
Kedua sudah tentu karena kepandaian silatnya jauh melebihi Thay Gak Cungcu bahkan tak ketinggalan pula dirinya adalah Teh Leng kauwcu. Harganya sudah tentu jauh melebihi harnya Bok Thian-hong. Biar kehilangan seorang Bok Thian-hong yang sama sekali tak berharga dengan mendapat ganti seorang yang lihay dan sempurna seperti Tan Kia-beng sudah tentu hal ini sangat menyenangkan sekali.
Ketika kentongan kedua sudah tiba Tan Kia-beng segera bersiap-siap dan tanpa membangunkan lagi Leng Hong Tootiang sekalian dengan cepat ia sudah berlari menuju ke arah yang ditempuh Miauw Pit Suseng tadi.
Siapapun tak ada yang menyangka kalau perkampungan
"Thay Gak Cung" yang amat misterius itu sebenarnya terletak dekat dengan kota Wu Han.
Di sepanjang jalan dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat dahsyat dengan melalui padang rumput dan memasuki hutan yang gelap, tidak lama kemudian di dalam sebuah lembah yang dilingkari dengan bukit bukit yang tinggi pemuda itu menemukan juga sebuah perkampungan yang persis seperti apa yang dikatakan oleh Bun Ih Peng tadi.
Tanpa ragu ragu lagi laksana samburan anak panah Tan Kia-beng meluncur ke arah perkampungan tersebut
Perkampungan itu benar luar biasa besarnya sehingga mirip dengan sebuah kuil, bangungan rumah itu berdiri hampir menggunakan separuh dari lembah itu sendiri.
Selagi pemuda itu bersiap-siap hendak meloncat masuk ke dalam lembah itulah tiba-tiba tampaklah sesosok manusi meluncur ke arahnya sembari memanggil, "Tan heng, ikutilah diriku."
Kiranya suara dari si Miauw Pit Suseng Bun Ih Peng adanya!
Tan Kia-beng yang bernyali dan berkepandaian tinggi sudah tentu tidak akan takut terhadap apapun, maka pikirnya diamdiam, "Perduli kau mau main setan macam apa pun aku tidak percaya kau ia dapat mengapa apakan diriku"
Ia berputar setengah udara kemudian dengan cepatnya menubruk kesisi tubuh Miaw Pit Suseng.
Agaknya si "Miauw Pit suseng" Bun Ih Peng sangat hafal dengan keadaan di dalam perkampungan tersebut! Dan dengan meminjam bayangan pepohonan serta semak belukar yang gelap dengan cepanya berhasil mendekati halaman
kebun di dalam ruangan penerima tamu dari perkampungan Thay Gak Cung tersebut
Waktu suasana di dalam ruangan amat ramai, kecuali Chun Tiong Ngo Kui" Hwee Im Poocu, Loo Hu Cu itu ciangbunjin dari Go-bie pay, "Sin Sie Ci" Lie Ih Sian Sian, Jien Liong So Ong Hong Sin serta Im Yang siusu" Ho Cian masih ada banyak sekali orang yang tidak dikenal
"Thay Gak Cungcu" Bok Thian-hong duduk di atas kursi kebesaran yang ada di sebelah kanan, sedang disebelah kirinya duduklah istri kesayangannya Lei Hun Hweeci.
Tan Kia-beng yang melihat Lei Hun hweeci pun ada disana, wajahnya kontan berubah merah.
Terdengarlah Lo Hu Cu sambil memandang wajah Bok
Thian-hong bertanya dengan suara keras, "Pinto ada suatu urusan yang sukar untuk dipahami, Kalau memangnya Bok heng ada hubungan dengan pihak Isana Kelabang Emas kenapa si Si Dara Berbaju Hijau itu bisa turun tangan menyerang kita semua?"
"Haa.... haaa.... urusan yang telah lewat lebih baik tidak usah diungkat kembali" sahut Bok Thian-hong sambil tertawa terbahak-bahak. "Kebanyakan orang perempuan sangat sombong dan ingin menang sendiri, mungkin dikarenakan siuwte sudah menghajar dayangnya Lo Hong-ing maka dia jadi marah. Kau serta aku adalah orang-orang yang sudah ada umur buat apa ribut dengan mereka."
"Heee.... heee.... aku lihat soal ini bukanlah merupakan suatu alasan yang kuat! Menurut penglihatanku ada delapan bagian soal ini tentu disebabkan oleh si wajah putih itu."
sambung Lei Hun Hweeci sambil tertawa sinis
Agaknya Bok Thian-hong merasa sangat takut untuk
membicarakan lagi persoalan yang menyangkut Dara Berbaju Hijau itu, maka dengan cepat ia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Perduli ia berbuat begitu dikarenakan urusan apa, pokoknya asalkan bukan maksud dari majikan Isana Kelabang Emas itu sendiri sudah cukup!" katanya.
"Soal terluka dalam kalangan Bulim adalah suatu peristiwa yang jamak, karena itu suatu Bok Thian-hong tak ambil pusing soal tersebut, Lo Hu Cu pun tak mengungkapnya kembali."
Sebaliknya Hwee Im Poocu yang selalu mengingat ingat soal Tan Kia-beng mendadak menimbrung.
"Kemarin malam setelah diganggu oleh nona tersebut sehingga memberi kesempatan yang bagus buat bangsat cilik itu, kini Bok heng ada maksud hendak berbuat gimana"
"Hmm!" dengus Bok Thian-hong dengan gemasnya, napsu membunuhpun mulai meliputi sinar matanya, "Bangsat cilik itu mengandalkan kitab pusaka peninggalan suhuku tempo dulu kini memandang sebelah mata terhadap siauwte bahkan telah sumbar akan mendirikan kembali perkumpulan Teh Leng Kauw. Manusia sesombong itu siauwte bersumpah hendak membunuhnya mati!"
"Heee.... hee.... buat apa kau pentang gaya dirumah saja?"
sindir Kai Huan Hweeci sambil tertawa dingin. "Bilamana sungguh sungguh berani cari orangnya, buat apa beraninya omong kosong dibelakang orangnya!"
Mendengar suara sindiran tersebut Bok Thian-hong segera bangun berdiri, dan tertawa dingin tiada hentinya.
"Hee.... heee.... kau kira aku orang she Bok benar-benar tidak bisa membereskan dirinya" Terus terang saja aku beritahu kepadamu, di sekeliling kota Wu Han sudah aku sebar jebakan yang sangat rapat hmm! Kini tidak bakal ia berhasil meloloskan dirinya kembali. Bilamana semisalnya siasat ini tidak berhasil maka aku akan pancing dia mendatangi Isana Kelabang Emas. Dan sampai waktu itu....
heee.... heee.... sekalipun ia memiliki kepandaian yang lihaypun tidak mungkin bisa berhasil meloloskan dirinya lagi."
Tan Kia-beng yang mendengar perkataan tersebut diamdiam tiada hentinya tertawa dingin pikirnya, "Sekarang aku kasih kesempatan bagimu untuk meneruskan omongan
besarmu, sampai waktunya aku akan menyuruh kalian rasakan kelihayan dari siauw ya mu."
Sewaktu ia bersiap-siap hendak melakukan gerakan, sekonyong konyong dari pojokan Timur laut berkelebat datang dua sosok tubuh manusia yang merupakan seorang hweesio serta seorang toosu.
Dengan ketajaman dari pandangan mata Tan Kia-beng, sekali pandang saja ia sudah bisa menemukan kalau hweesio serta toosu itu bukan lain adalah orang-orang dari tujuh partai besar, hanya saja ia tak bisa membedakan dari partai manakah mereka itu
Dengan cepatnya kedua orang itu berkelebat ke atas wuwungan rumah dan mulau menyapu ke arah bawah.
Tidak lama hweesio serta toosu itu, tiba-tiba kembali tampak bayangan manusia berkelebat, kiranya dari arah Barat daya muncul lagi tiga sosok bayangan manusia yang dengan gerakan cepat laksana sambaran kilat lenyap di tengah kegelapan.
"Kenapa malam ini ada begitu banyak orang yang mendatangi perkampungan Thay Gak Cung ini?" pikir Tan Kia-beng karena hatinya rada bergerak. "Apa mungkin kedatangan mereka untuk mengejar jejakku?"
Ketika itu pikirannya jadi tergetar, tak terasa lagi ia sudah menoleh ke arah Miauw Pit suseng.
Siapa nyana entah sejak kapan Bun Ih Peng sudah lenyap tak berbekas, tetapi pengalamannya saat ini sudah banyak akalnyapun bertambah cerdik. Sehingga saat ini ia sama sekali tidak kaget oleh kejadian itu, sebaliknya malah ia tidak mau pikirkan dihati.
Hanya sepasang tangannya dengan cepat dikebaskan ke belakang, tubuhnya dengan sengaja menempel ke atas atap kemudian meluncur ke arah sebuah pohon dihadapannya.
Saat ini ia melihat keadaan di dalam ruangan itu lebih jelas lagi.
Terdengar "Siauw Bian Coa Sim" Go To* Seng dari Chuan Tiong Ngo Kui mendadak buka mulut dan berkata, "Menurut berita yang aku dengan daftar nama dari Mo Cun-ong yang lenyap tempo dulu kini sudah terjatuh ketangan bangsat cilik itu, entah saat ini sudah berhasil didapatkan belum oleh pihak Isana Kelabang Emas?"
"Menurut apa yang siauwte ketahui, agaknya daftar tersebut belum berhasil didapatkan sahut Thay Gak Cungcu sambil menggeleng
"Hee.... hee.... suatu petunjuk yang amat menguntungkan kenapa pihak Isana Kelabang Emas menyingkirkannya kesamping?" sambung Setan Pengejar Nyawa Ong Kian dengan seramnya "Apa mungkin mereka sudah mengubah siasat?"
"Jika ditinjau dari keadaannya mungkin si Dara Berbaju Hijau itu sudah mengadakan pengacauan dari dalam tapi keadaan yang sebenarnya siauwte sendiri juga tidak jelas"
"Pada masa mekar ini kelihatannya Bok Heng sangat jarang mengadakan hubungan dengan pihak Isana Kelabang Emas.
urusan ini kau harus menaruh perhatian! Jangan sampai dikarenakan persoalan dengan Dara Berbaju Hijau itu lantas memberi kesempatan buat bangsat cilik itu untuk mengadakan hubungan dengan pihak Isana Kelabang Emas. Waktu itu....
hee.... hee.... mungkin susah payahmu selama ini akan berantakan!"
Bok Thian-hong yang dikatai sana sini, hatinya mulai merasa berdebar debar, lama sekali ia berdiri termangu-mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu yang selama ini berdiri disamping saat ini sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun.


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena mereka berdua pernah bergerak di dalam istana Mo Cun-ong, dalam hatipun mungkin bisa menduga kalau di atas daftar hitam itu tentu ada tercantum namanya sendiri.
Kini mendengar nada ucapan Chun Tiong Ngo Kui yang rasanya pihak Isana Kelabang Emas menaruh maksud tidak baik terhadap nama nama yang tercantum dalam daftar hitam itu, dalam hati merasa amat terperanjat.
Mereka berdua bukannya merupakan burung-burung yang bodoh, tujuannya saat ini bekerja sama dengan Bok Thian-hong pun tidak lebih hanya bertujuan untuk menghadapi Tan Kia-beng.
Setelah diketahuinya Bok Thian-hong sebenarnya hanyalah anak buah dari Isana Kelabang Emas yang bermaksud tidak
baik terhadap orang-orang Bulim, perasaan waspada muncul pula meliputi hatinya.
Lama seklai Bok Thian-hong termenung. Mendadak sambil meloncat bangun dari tempat duduknya ia berseru dengan amat gemas, "Bernyali kecil bukan lelaki sejati tidak kejam bukannya suami yang baik. Pihak Isana Kelabang Emas bisa bersikap tawar dan tidak senang terhadap diriku semuanya disebabkan pekerjaanku terlalu lamban dan tidak berhasil mendapatkan daftar nama itu. Hee.... hee.... menurut pikiranku lebih baik kita membuat lagi suatu daftar nama menurut ingatan masing-masing kemungkinan bilamana jumlah orangnya masih kurang, bisa kita terangkan nama nama secara sembarangan, pokoknya bisa diserahkan kepada mereka, hal ini kiranya sudah cukup."
"Bok Thian-hong, nyalimu sungguh amat besar! Terdengar suara bentakan yang amat menyeramkan berkumandang keluar memenuhi seluruh ruangan.
Mendengar suara bentakan ini seketika itu juga paras muka Thay Gak Cungcu sudah berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat, saking kagetnya ia hadir melongo longo dengan mata terbelalak lebar. Sehingga untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun yang bisa diucapkan keluar.
Para tetamu yang ada di dalam ruangan sewaktu
mendengar dari tempat kegelapan berkumandang datang suara manusia, sebagian besar sudah pada meloncat bangun.
Tetapi sewaktu melihat sikap dari Bok Thian-hong yang kelabakan dan ketakutan setengah mati itu mereka jadi tertegun dan berdiri termangu ditempatnya masing-masing.
Wajah Bok Thian-hong sudah berubah semakin pucat, akhirnya ia menunduk dan menghela napas panjang.
Tan Kia-beng yang mendengar suara betnakan tersebut segera bisa mengetahui kalau suara tersebut tentu berasal dari Miauw Pit suseng" Bun Ih Peng tak terasa lagi hatinya merasa amat terperanjat juga.
Thay Gak Cungcu biasanya bersikap gagah dan berangasan tidak disangka kini bisa begitu takutnya terhadap pihak Isana Kelabang Emas" pikirnya dihati Jika ditinjau dari soal ini terang terangan pengaruh mereka tidaklah kecil.
Selagi pikirannya berputar keras itulah mendadak terdengar suara pujian kepada sang Budha yang gegap gempita kemudian dari atas wuwungan rumah muncullah seorang hweesio tua yang mencekal tongkat serta seorang Tootiang yang pada punggungnya tersoren sebilah pedang panjang.
Para jagoan yang hadir di dalam ruangan semula sudah dibuat terkejut dan hati terasa tidak tenteram oleh suara
****nga Bun Ih Peng tadi, kini mendengar lagi suara pujian kepada sang Budha hatinya semakin terperanjat.
Ketika mereka bersama mendongakkan kepalanya ke atas wuwungan rumah, maka terlihatlah orang itu bukan lain adalah Kwang Hoat Tootiang dari Kun-lun-pay serta Phu Cing Taysu dari Ngo Tay san.
Jangan dilihat sikap Bok Thian-hong yang begitu ketakutan terhadap pihak Isana Kelabang Emas sehingga kini mirip dengan tikus bersemu muka kucing. Tetapi terhadap orang-orang dari tujuh partai besar ia sama sekali tidak memandang sebelah matapun.
Kini melihat munculnya orang-orang itu ia segera
menengadah ke atas dan tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... ciang bun jien berdua malam buta mengunjung perkampungan Thay Gak Cung kami entah ada urusan apa yang penting?"
Omintohud! orang beribadat tidak pernah berbohong, kedatangan pinceng hanya khusus buat menyelidiki persoalan berdarah diperkampungan Cui-cu-sian yang dilakukan oleh sicu."
Sepasang mata Kwang Hoat Tootiang laksana sambaran kilat tajamnya menyapu sekejap seluruh ruangan, sewaktu melihat Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu ada disana lantas segera merangkap tangannya menjura.
"Haa.... haa.... kiranya Lho Hu TOo heng serta Ong heng sudah pada datang semua, hal ini sungguh bagus sekali serunya sambil tertawa tawar.
Mereka berdua bukannya telah melupakan peristiwa
pembunuhan berdarah yang terjadi di dalam perkampungan Cui-cu-sian, darah belum kering kereta kencana masih segar membekas dibenaknya, merekapun sudah tahu kalau
perbuatan itu besar kemungkinan dilakukan oleh Thay Gak Cungcu yang ada di hadapan kini.
Dan kini mendengar persoalan tersebut diungkap kembali oleh Kwang Hoat Tootiang jantungnya terasa tergetar amat keras.
Loo Hu Cu serta Ong Jian semuanya adalah manusia
manusia yang berhati licik, walaupun hatinya tergetar tetapi wajahnya sama sekali tidak berubah.
"Benar.... benar, kenapa kalian berdua tidak turun dulu untuk bercakap-cakap!" sahutnya berbareng.
Malam ini pihak Kun-lun-pay serta Ngo Thay-san sudah pada bulatkan tekad untuk menagih hutang berdarah dengan pihak Thay Gak Cungcu, selesai menjelaskan duduknya persoalan mereka berdua lantas melayang turun ke atas anak tangga di depan pintu ruangan tersebut.
Thay Gak Cungcu yang melihat dari pihak mereka cuma muncul dua orang semakin tidak memandang sebelah
matapun terhadap mereka.
Maka begitu melihat munculnya kedua orang itu buru-buru ia merangkap tangannya menjura dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haa.... kalian berdua hendak mencari pembunuh peristiwa berdarah itu, lalu mengapa kalian mendatangi perkampungan Thay Gak Cung kami ini" Apa mungkin kalian sudah menaruh curiga kalau pembunuhan berdarah itu aku orang she Bok yang melakukan?"
Hati manusia sukar diraba, setelah peristiwa kereta kencana tempo hari, mau tak mau pinceng harus berpikir secara begini!"
"Haa.... haa kalau betul peristiwa berdarah itu aku orang she Bok yang melakukannya, lalu kalian berdua kini punya rencana untuk berbuat apa?"
"Omintohud! Walaupun Sang Buddha berwelas asih tetapi bilamana urusan sudah terdesak hingga pada puncaknya, terpaksa pinceng harus mengambil jalan hutang darah harus dibayar dengan darah!"
Mendengar perkataan itu Bok Thian-hong tertawa semakin keras lagi.
"Haa....haa Thaysu perkataanmu sungguh cepat sekali diucapkan keluar, lalu kita hendak bereskan urusan ini dikemudian hari ataukah ini hari juga?" tantangnya.
Mungkin disebabkan banyaknya urusan yang diluar dugaan terjatuh ke atas kepalanya membuat perasaan halous yang ada pada dirinya tempo hati kini hilang lenyap tak berbekas sama sekali.
Paras muka Bok Thian-hong kini sudah dipenuhi dengan napsu membunuh yang berkobar kobar sinar matanya berkilat tajam kemudian selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati sang hweesio serta sang toosu kedua orang itu.
Perlahan-lahan Kwang Hoat Tootiang mencabut keluar pedangnya dari dalam sarung, kemudian dengan suara bentaknya, "Ruangan ini sangat luas, dari pada kemudian hari lebih baik kita bereskan pada ini hari juga!"
Waktu itu para jagoan yang ada di dalam ruangan sudah pada meninggalkan tempat duduknya masing-masing dan berdiri dikedua belah sisi Bok Thian-hong. Cuma Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu saja yang paling mengenaskan, terlihatlah mereka berdiri di tempat kejauhan dan rasa bingungnya entah harus berbuat bagaimana baiknya.
Bilamana ditinjau dari keadaan serta situasi pada saat ini keadaan dari Thay Gak Cungcu sangat menguntungkan sekali, tetapi justru Bok Thian-hong ingin menyelesaikan urusan ini dengan suatu akhiran yang buruk. Mendadak merangkap tangannya menjura ke arah mereka berdua dan ujarnya.
"Telah lama aku mendengar akan kedahsyatan dari ilmu pedang aliran Go bi pay yang menjagoi seluruh Bulim, kali ini siauwte ingin sekali minta bantuan terhadap Hoo Hu Too heng
agar susah sedikit berpayah menemani tantangan permainan kali ini."
Beberapa patah perkataan ini begitu diucapkan keluar bukan saja Kwang Hoat Tootiang serta Phu Cing thaysu merasa kaget dan melengak. Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu sendiripun dibuat tertegun. Ia sama sekali tak menyangka kalau Bok Thian-hong bisa melakukan tindakan semacam ini.
Bilamana mengabulkan permintaannya, keretakan antara ketujuh partai selama ini yang belum pernah diakhiri dengan suatu pertumpahan darah mungkin akan merupakan suatu kejadian yang sangat mengerikan. Partai Go-bie pay tidak akan sanggup untuk menahan serangan gabungan dari keenam partai besar lainnya.
Bilamana tidak mengabulkan permintaannya. Seketika itu juga hubungan dengan Bok Thian-hong akan putus, dan berarti susah payahnya selama ini akan sia-sia belaka.
Karena persoalan ini lama sekali toosu tersebut tak mengucapkan sepatah katapun.
Bok Thian-hong yang melihat sikap keragu raguannya itu maka dengan cepat tertawa dingin dengan seramnya.
"Hee.... hee.... bilamana Loo Hu heng ada keberatan di dalam hal ini, maka siauwte harap bagaimana kalau Hwee Im Poocu Ong heng yang menggantikannya?"
Inilah titik kelicikan serta kepandaian dari Bok Thian-hong, sewaktu ia melihat Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu terus menerus membaiki dirinya ia sudah merasa bilamana mereka berdua tentu ada sesuatu maksud tertentu, karena itu kini sengaja memaksa mereka untuk menggantikan dirinya terjun ke dalam kalangan pertempuran.
Walaupun Hwee Im Poocu sudah kenal dengan orang-orang Tujuh partai besar, tetapi hubungannya jauh lebih jarang daripada Loo Hu Cu sendiri.
Maka itu setelah mendengar suara permintaan tersebut sinar matanya menyapu sekejap ke arah Loo Hu Cu kemudian sambil menggigit kencang bibirnya, ia mencabut keluar pedangnya dari dalam sarung dan menubruk ke arah Kwang Hoat Tootiang.
Hanya di dalam sekejap saja, ia sudah kebaskan pedangnya keseluruh pihak musuhnya dan melancarkan tujuh buah serangan sekaligus.
"Bagus! Bagus!" teriak Kwang Hoat Tootiang dengan gusarnya. "Demi keadilan Bulim, terlebih dulu pinto akan membalaskan dendam bagi arwah beratus ratus anggota benteng Hwee Im Poo yang telah mati, setelah itu, baru mencari pembunuh sesungguhnya untuk menuntut balas...."
Pedangnya digetarkan keras membentuk tujuh kuntum bunga pedang untuk memunahkan datangnya ketujuh
serangan gencar dari Ong Jian.
Suara desiran seketika itu juga memenuhi angkasa, diantara bekerjanya cahaya keemas emasan yang
menyilaukan mata seketika itu juga tubuh Hwee Im Poocu telah terbungkus ke dalam lautan bunga pedang.
Dari antara ketujuh partai besar didaalm Bulim Siauw-lim-pay serta Ngo Thay pay lah yang mengandalkan ilmu pukuklan untuk menjagoi dunia kangouw. kalau partai Tiam-cong-pay mengutamakan ilmu menotok jalan darah, sedang sisanya empat partai lainnya semuanya mengutamakan ilmu pedang.
Kwang Hoat Tootiang yang menjabat sebagai ketua partai diambah pula melancarkan serangan di dalam keadaan gusar kedahsyatannya sungguh luar biasa.
Dia merasa benci gemas dan mendongkol karena Ong Jiang telah melupakan dendam berdarah dari Bentengnya yang kini malah membantu musuh besarnya untuk menghalang halangi dirinya untuk menuntut balas.
Oleh sebab itu begitu turun tangan dia sudah menggunakan jurus serangan yang paling dahsyat.
Dari pihak Hwee Im Poocu sendiri sebenarnya ia tak ada maksud buat bermusuhan dengan pihak Kun-lun-pay, tetapi rasa tamak serta keinginan yang muluk muluk memaksa ia tak dapat melepaskan cita-citanya itu sampai di tengah jalan.
Kini mendengar suara sindiran dari Kwang Hoat Tootiang yang menusuk telinga dalam hati merasa amat sedih seperti diiris iris, belum sempat ia memberi penjelasan tubuhnya sudah terdesak ke dalam keadaan yang sangat berbahaya sekali.
Bok Thian-hong betul-betul merupakan seorang yang amat licik dan kejam, kini melihat Ong Jiang sebentar lagi bakal dapat terluka bukannya memberi bantuan, ia malah melengos ke samping dan berdiri sambil tertawa dingin tiada hentinya.
Lama kelamaan Loo Hu Cu mulai merasa tidak sabaran, tangannya meraba gagang pedang yang tersoren pada punggungnya dan bersiap-siap untuk maju memberi bantuan.
Mendadak.... "Hee.... hee.... murid durhaka yang menjual nenek moyangnya sendiri, kau bermaksud main kerubut?" bentak seseorang sambil tertawa dingin.
Diantara berkelebatnya cahaya pedang yang menyilaukan mata tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan yang amat gagah dengan menyilangkan pedangnya dihadapan badannya.
Sekali pandang saja Tan Kia-beng telah dapat menangkap kalau orang itu bukan lain adalah Sak Ih dari Bu-tong-pay pada saat yang bersamaan pula tampak bayangan bayangan manusia lain yang berkelebat Leng Hong Tootiang dari Butong-pay bersama-sama dengan si Ciat Hun Kiam Si Huan pun muncul di tengah kalangan.
Sejak semula Loo Hu Cu memang sudah mendendam
terhadap Sak Ih, kini mendengar pemuda memaki semaunya seketika itu juga jadi amat gusar.
Pedangnya dengan disertai suara desiran tajam membabat ke arah depan, bersamaan itu pula bentaknya dengan gusar.
"Bangsat licik yang bermulut kotor, kau berani memaki angkatan yang lebih tua" Kau bangsat yang tak berpendidikan.
Sak Ih yang melihat datangnya serangan babatan itu dengan tepat menangkisnya ke arah depan.
"Hmm! Perbuatan semalam kauj lebih mirip dengan anjing maupun babi!" balas makinya dengan dingin. "Kau masih bisa mengaku dirimu sebagai cianpwee" Hee, hee sungguh tidak mempunyai malu!"
Sreet! Sreet! Hawa pedang berdesir segulung demi
segulung, hanya di dalam sekejap mata dia telah melancarkan sembilan buah serangan gencar yang tidak memberi sedikit kesempatanpun baginya untuk bicara.
Loo Hu Cu jadi cemas bercampur gusar, pedangnya
mengencang kemudian di tengah suara bentaknya yang amat
nyaring tenaga dalamnya segera disalurkan memenuhi seluruh tubuh.
"Traang! Traang!" dengan menimbulkan percikan bunga bunga api ia sudah menangkis kesembilan buah serangan itu dengan keras lawan keras.
Sak Ih sadar kalau tenaga dalamnya amat sempurnya kini melihat toosu itu mengajak adu tenaga hatinya jadi berdesir.
Maka itu jurus serangan pedangnya segera diubah, dengan mengandalkan kegesitan badannya ia berusaha agar jangan sampai pedangnya terbentur dengan pedang lawan.
Sesaat Sak Ih lagi bergebrak dengan amat ramainya melawan Loo Hu Cu dari tengah kalangan mendadak
berkumandang datang suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati.
Kiranya lengan si Hwee Pocu Ong Jian berikut pedangnya berhasil terwayat putus oleh serangan Kwan Hoat Tootiang darah segar memancar memenuhi angkasa sehingga hampir hampir saja tubuhnya jatuh rubuh ke atas tanah.
Tetapi ia tidak malu disebut sebagai seorang jagoan Bulim maka dengan wajah sedih ia berusaha menutupi mulut lukanya dengan tangan sebelah dan teriaknya ke arah Kwang Hoat Tootiang.
"Toosu bangsat tindakanmu sungguh kejam! hadiahmu ini hari akan aku orang she Ong kembalikan pada tiga tahun kemudian!
Selesai berkata tubuhnya segera meloncat melewati tembok dan lenyap dari pandangan mata.
"Haa.... haa Ong Poocu kau terlalu berkecil hati betapa berharganya ratusan nyawa manusia kalau diganti dengan
sebuah lengan, apa kau masih tidak terima?" sahut Kwang Hoat Tootiang sambil tertawa dengan terbahak-bahak.
Bagaimanapun Leng Hong Tootiang dari Bu-tong-pay ini jauh lebih berpikir panjang dan tidak berani berani berlaku gegabah melihat Sak Ih serta Loo Hu Cu telah bergerak mencapai pada taraf puncaknya tak terasa dia sudah kerutkan dahi.
"Sute! Cepat berhenti!" bentaknya sambil maju ke depan, dan toosu ini tidak mau melihat diantara ketujuh partai besar saling bunuh membunuh sendiri.
Walaupun Sak Ih masih berada dalam keadaan gusar tetapi dia tidak berani membangkang juga perkataan dari Ciangbun suhengnya, maka itu dengan cepat serangannya ditarik kembali dan mundur sejauh delapan depa ke belakang.
Waktu itulah Leng Hong Tootiang baru maju ke depan menjura ke arah Loo Hu Cu
"Atas tindakan gegabah dari suteku yang menuruti hawa napsu, harap Too heng jangan marah" katanya halus, "Biarlah pinto mewakili sute untuk mohon maaf!"
Dengan wajah penuh kegusaran Loo Hu Cu mendengus
berat. "Tujuh partai besar selamanya bertindak bersama-sama, sekalipun ada kesalah pahaman, tidak sukar untuk
diberesakan." ujar Leng Hong Tootiang lagi. "Kenapa Too heng harus bergabung dengan pihak Thay Gak Cungcu"
Apakah kau masih tidak mau percaya kalau seluruh
pertumpahan darah yang telah terjadi adalah hasil kerjanya?"
Padahal Loo Hu Cu sudah jauh lebih jelas mengetahui urusan ini dari pada orang lain, hanya ia berpura pura pilon
saja Kini setelah ditegur secara terbuka oleh Leng Hong Tootiang kontan saja mulutnya serasa terkunci tak sepatah katapun yang bisa diucapkan keluar.
Semula maksud tujuan Bok Thian-hong adalah ingin
mengadu mereka untuk bertarung mati matian terlebih dulu, tetapi kini melihat Loo Hu Cu sudah memperlihatkan sikapnya yang menyesal maka dengan cepat segera bertindak maju ke depan.
"Loo Hu TOo heng! Bilamana kau takut menyinggung pihak Bu-tong-pay sekarang silahkan beristirahat dulu! Biarlah siauwte yang mencoba-coba bagaimanakah kedahsyatan dari ilmu silat aliran Bu-tong-pay."
"Hee.... hee.... kendati mereka sui heng te maju bersama-sama pun belum tentu pinto merasa takut." bantah Loo Hu Cu sambil tertawa dingin. "Cuma saja pinto ingin untuk sementara waktu melepaskan diri dari persoalan ini."
Kemudian ia masukkan kembali pedangnya ke dalam
sarung dan siap-siap untuk mengundurkan diri dari dalam ruangan.
Melihat kejadian itu Bok Thian-hong segera tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haaa.... haa rahasia dari perkampungan Thay Gak Cung ini sudah kau ketahui, apakah malam ini kau sehidung kerbau bermaksud hendak meninggalkan tempat ini?" Loo Hu Cu jadi melengak dibuatnya.
Mendadak Bok Thian-hong menarik kembali suara
tertawanya, dan dengan wajah penuh hawa nafsu membunuh bentaknya, "Bawa kemari!"
Dan dari balik ruangan muncullah dua belas orang bocah pemunah hujan yang pada mnyoren pedang, empat yang berada di depan berjalan masuk sambil menggotong seorang lelaki yang tubuhnya sudah berlepotan darah.
Dari tempat kejauhan semua orang bisa mengetahui kalau orang itu bukan lain adalah Hwee Im Poocu, Ong Jiang yang baru saja melarikan diri itu.
Orang lain yang melihat masih tidak merasa seberapa gusar, sebaliknya bagi Loo Hu Cu sangat murka sekali.
"Apa maksudmu?" bentaknya dengan keras
"Hee.... hee.... barang siapa yang bermaksud mencari tahu rahasia perkampungan Thay Gak Cung kami, harus dibunuh!"
jawab Bok Thian-hong seram. "Dia sudah dipastikan harus mati disini, demikian juga dengan dirimu, kaupun tidak bakal bisa meloloskan diri dari perkampungan Thay Gak Cung ini dalam keadaan hidup hidup.
Selesai berkata, hawa napsu membunuh mulai meliputi seluruh tubuhnya, para jago yang hadir di dalam ruangan itupun kini mulai menyebar keempat penjuru.
Entah sejak kapan di atas wuwungan rumah pun tampak bayangan manusia berkelebat kiranya seluruh lingkaran tempat itu telah terkurung rapat rapat.
Ketika itu Loo Hu Cu benar-benar merasa amat menyesal bercampur mendongkol, pedang segera dicabut keluar kemudian sambil menuding ke arah Bok Thian-hong makinya.
"Bilamana kau berani mengganggu seujung rambut dari Hwee Im Poocu aku segera maui nyawamu"
"Hii.... hii.... hey toosu bau!" kau berani berbicara begitu sombong apakah tidak takut lidahnya jadi keseleo" baik biarlah loo nio bunuh dirinya terlebih dulu sebagai contoh!"
Dengan langkah yang lemah gemulai ia berjalan langsung kehadapan Hwee Im Poo cu
"Kau berani!" bentaknya keras, karena kegusaran dihati Loo Hu Cu benar-benar telah memuncak.
Pedangnya digetarkan kemudian langsung menubruk ke arah depan.
Tiba-tiba.... segulung angin pukulan berhawa dingin yang berbau amis menggulung datang memaksa ia harus
melancaran dua buah serangan untuk memunahkan
datangnya serangan itu.
Ketika sinar matanya berputar tampaklah "Chuan Tiong Ngo Kui" sambil mencekal sebilah pedang pencabut nyawa laksana lima orang malaikat dari akhirat menyebar diri ke seluruh ruangan siap-siap melancarkan serangan.
Melihat hal tersebut hatinya segera merasa berdesir juga.
Telah lama toosu ini mendengar bagaimana keji dan dahsyatnya barisan pedang "Ngo Kui Im Hong Kiam Tin"
tersebut. kin isudah tentu Loo Hu Cu tak berani menerjang masuk seorang diri.
Maka dengan mengambil kesempatan sewaktu ia rada
merandek itulah Lei Hun Hwee ci sudah menerima tubuh Hwee Im Poocu dari tangan keempat orang bocah pelenyap hujan itu.
Sehingga dua belas orang bocah "Hue Yu Tong Ci"
bersama-sama mencabut keluar pedang pendeknya dan kontan membentuk barisan pedang di tengah ruangan itu.
Dari pihak tujuh partai besar bersama-sama dengan si Ciat Hun Kiam Si Huan hanya berjumlah enam orang, kalau hanya untuk menghadapi barisan pedang "Ngo Kui Im Hong Kiam Tin" saja masih cukup bertenanga, tetapi kecuali itu masih ada Bok Thian-hong suami istri, Jien Liong so sekalian beserta kedua belas bocah "Hua Yu Tong Ci" hal ini jadi tidak gampang lagi.
Apalagi pihak musuh adalah gelap sedang pihak mereka terang didalamnya masih tersembunyi berapa banyak jagoan lihay mereka sendiripun tidak tahu.
Karena itu walaupun mereka berenam sudah pada
mencabut keluar senjata tajamnya tetapi siapapun tak ada yang berani turun tangan terlebih dulu.
Seketika itu juga suasana di dalam ruangan jadi sunyi senyap, dan dibawah sorotan sinar lilin wajah kelima setan itu berubah jadi semakin menyeramkan.
"Bilamana diantara kalian ada yang sayang pada nyawa sendiri lebih baik saat ini juga bersumpah untuk setia dengan aku.... hee.... hee.... sekarang masih belum terlambat!" ujar Bok Thian-hong secara tiba-tiba dengan seramnya.
Pendekar Cacad 14 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Pendekar Gelandangan 6

Cari Blog Ini