Ceritasilat Novel Online

Raja Naga 7 Bintang 1

Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung Bagian 1


"Raja Naga 7 Bintang
QI XING LONG WANG - SEVEN-STAR DRAGON KING
Karya: Khu Lung
Jilid-01 KATA PENGANTAR DARI JIN YONG
Saudara Gu Long adalah orang yang mudah bergaul alias supel.
Semua karangan hasil ciptaannya tidak dibuat-buat sama seperti
pribadinya. orangnya gagah tapi sayangnya masih muda sudah
meninggal dunia. Persahabatan saya dengan saudara GU Long
sangat baik. Saya senang sekali membaca karangannya. Hanya
sayang, sekarang orangnya sudah tidak ada lagi sehingga sudah
tidak ada lagi ciptaannya yang baru. Saya merasakan kehilangan
yang amat mendalam.
Hongkong, n Oktober 1990 Jin Yong.
BAB I KEMATIAN ORANG YANG PALING KAYA DAN
BERKUASA Tanggal 15 bulan 4, hari cerah, Hari ini pun dimulai sama seperti
biasanya, pada waktu Sun Ji cheng terbangun dari tidurnya, seperti
biasa mantan dayang istana Liu Jin Niang yang membawahi 16
pelayan yang bertanggungjawab membenahi pakaian di dalam
istana, sudah menyiapkan pakaian yang akan dipakainya hari itu.
Setelah menghabiskan semangkuk teh Wu Long, Sun Ji cheng
kemudian naik ke kereta kuda yang biasa digunakannya dan mulai
melakukan inspeksi ke 79 buah toko miliknya di dalam kota Ji Nan.
Sun Ji cheng bukanlah orang yang hidupnya selalu mengikuti
aturan, dia dengan teman-temannya sering kali minum-minum
hingga larut malam, tapi tidak pernah sekalipun sampai menunda
pemeriksaan yang dilakukannya sehari sekali, bahkan rute
perjalanannya pun tidak pernah berubah.
Memulai suatu usaha tidaklah gampang, mempertahankan
usaha yang sudah ada jauh lebih susah.
Siapapun yang hendak melakukannya juga harus berani
mengeluarkan pengorbanan yang sama besarnya. Sun Ji cheng juga
mengerti akan hal ini. Dia sangat mencintai pekerjaannya dan
kekayaannya, sama seperti seorang wanita cantik sangat mencintai
kecantikannya. Dia sering memberitahu temannya,
Kekayaan belum tentu bisa membuat seseorang bahagia, tetapi
tetap saja jauh lebih baik daripada miskin.
Tinggi badan sun Ji cheng 5 chi dan 11 cUn, bertubuh tinggi besar
dan tegaki dan dia jauh lebih menikmati hidup bila dibandingkan
dengan orang kaya dan berkuasa lainnya yang status sosialnya sama
dengannya. Beberapa tahun ini walaupun hidup yang berkecukupan dan
makan minum yang enak sudah membuat bagian perutnya
menonjol, tapi dengan memilih potongan pakaian untuk
dikenakannya dengan cermat, dia kelihatan jauh lebih muda
dibandingkan dengan orang ang sebaya dengannya, dan dia juga
masih bisa menunggang kuda dengan cepat, masih kuat minum
araki dan masih bisa memuaskan wanita yang paling sulit untuk
dipuaskan. Dia tidak pernah lupa mengingatkan yang lain untuk memujinya
akan hal ini, orang lain pun tidak ada yang berani lupa. orang seperti
dia tentu saja tidak ingin mati. oleh karena itu setiap hari sewaktu
keluar rumah, dia selalu dikawal oleh pesilat-pesilat tangguh yang
dipilih dari berbagai biaoju,
bahkan diantaranya ada yang kekuatannya sempat
menggoncangkan dunia persilatan karena menyokong biaoju
sampai tak terkalahkan sebanyak 91 kali yang bernama Qiu Bu Dao.
Tempat duduk di kereta kudanya dibuat khusus untuknya. goloknya
sangat tajam dan tembaka panahnya tidak pandang bulu. Pelatih
kudanya yang sekarang, sebelumnya adalah pengurus kandang kuda
seorang jendral dan kuda-kuda yang digunakan untuk menarik
kereta kudanya adalah jenis kuda yang terbaik serta daya tahan
tubuh dan kecepatannya sudah diuji dipuncak gunung, dan bila
diperlukan bisa menempuh jarak sejauh l00 li dalam waktu sehari
semalam. Penjagaan di dalam rumah besarnya juga sangat ketat, siang
malam pasti minimal ada satu orang yang menjaga secara bergiliran
dan setiap penjaganya merupakan pesilat yang tangguh. siapa pun
yang berani macam-macam pada orang seperti itu sudah pasti mati,
boleh dikatakan orang itu melakukan suatu hal yang sia-sia.
siapapun tidak akan ada yang berbuat macam-macam dan tidak
akan ada yang berani menanggung resikonya. Tidak seorangpun
yang menyangka bahwa dia akan mati
ooo)o(ooo Kalau tidak ada urusan yang mendadaki Sun Ji cheng seperti
biasanya pasti pergi ke restoran Da san Yuan untuk makan siang
yang letaknya berada di tengah kota.
Tidak diketahui apakah disebabkan karena cemas akan parutnya
yang kian hari kian menonjol, ataukah akibat kepalanya yang pusing
karena malam sebelumnya minum arak terlalu banyaki begitu dia
bangun tidur sampai sebelum keluar rumah selain semangkuk teh
Wu long dia tidak pernah makan apa-apa lagi, jadi dia sangat
memperhatikan makan siangnya.
Dia memilih restoran Da san Yuan juga banyak alasannya "Da
san Yuan adalah salah satu dari 79 toko yang diinspeksi Sun Ji cheng.
Juru masak Da san Yuan adalah juru masak ternama yang sengaja
didatangkan oleh sun Ji Cheng dari restoran Hong Mian di kota Ling
Nan. Mengolah sirip dan membakar sirip adalah teknik rahasia yang
diwariskan secara turun temurun dan sirip ikan adalah kegemaran
Sun Ji Cheng. Pengurus restoran Da San Yuan, Zheng Nan Yuan, adalah orang
yang bukan hanya sangat mementingkan makanan dan minuman
tetapi gaya bicaranya juga Jenaka, pandai bicara dan selalu
membicarakan hal yang enak didengar oleh Sun Ji cheng, juga bisa
minum sedikit arak.
Dan hal yang paling penting yaitu bisnis restoran Da san Yuan
sangat bagus, pelanggannya sangat banyaki dan berbagai macam
pelanggan semuanya ada. Sun Ji cheng sangat senang melihat orang
banyaki juga senang orang lain melihat dia.
Hari ini pun sama seperti biasanya, bos besar sun menyantap
makan siangnya di restoran Da san Yuan, juga minum sedikit arak.
Arak yang biasa diminumnya ada kalanya arak Zhu Ye Qing, arak
Mao Tai, arak Da Qu, arak Ni Er Hong, arak Mei Qui Lou, bahkan ada
kalanya minum sedikit arak yang berasal dari luar seperti arak Qing
Ke dan Zu cheng shao.
Arak yang diminumnya hari ini adalah arak yang sukar didapat
yaitu Bo si Pu Tao Qiu. sun ji Cheng tidak minum terlalu banyak
karena sebelum hari gelap dia tidak pernah minum arak terlalu
banyaki Da san Yuan adalah tempat inspeksinya yang terakhir dari 79
buah toko yang d iinspeksinya .
selesai menyantap makanannya, dia pulang ke kediamannya
untuk tidur sejenak guna memulihkan tenaga dan baru setelah itu
dia menikmati kehidupan malamnya yang gemerlapan. Kaya jauh
lebih baik daripada miskin.
Sun Ji cheng jauh lebih makmur dan senang dibandingkan
dengan banyak orang lainnya di dunia ini Jika tidak ada orang yang
bisa membunuhnya, dia sendiri tidak punya alasan sedikitpun untuk
mati. Bagaimana dia bisa mati"
ooo)o(ooo Sun Ji cheng adalah orang yang sangat menikmati hidup, dia
orang yang meneliti setiap masalah, terhadap pakaian, makanan,
dan tempat tinggal juga sangat teliti.
Kamar tidurnya tentu saja sangat nyaman, indah, dan berselera
tinggi. ini adalah sesuatu yang bisa dibayangkan setiap orang yang
memiliki sedikit otak , tapi hanya sedikit orang yang bisa
membayangkan di dalam itu tempat seperti apa, karena jarang ada
orang yang bisa masuk ke kamar tidur Sun Ji cheng.
Kamarnya adalah tempat dia beristirahat dan tidur. Pada saat dia
mau istirahat dan tidur, dia tidak mencari wanita, tapi pada saat dia
mencari wanita, dia tidak beristirahat dan tidur.
Istri dan wanita tidaklah sama. Istri tidak hanya seorang wanita,
juga seorang yang bisa bersama-sama di waktu susah dan senang,
diwaktu kesepian, sakit dan tua bisa saling bergantung dan
menghibur sebagai pasangan dan juga teman.
Sun Ji cheng tidak punya istri juga teman. Temannya yang ada
sekarang tidak bisa dikatakan sebagai teman. Di puncak gunung
tidak mengeluarkan keringat. seseorang yang sudah berada di atas
biasanya memang lebih merasa kesepian. sama seperti biasanya
saat hampir mendekati senja dia kembali ke kamarnya yang jarang
dimasuki orang tetapi s iapapun yang sudah masuk pasti akan
terpesona dan kagum akan keindahan kamar itu.
Biasanya kalau dia pulang pasti tidur sejenaki tapi hari ini
pengecualian. Pertama-tama dari lemari rahasia yang terletak di
kepala ranjang dia mengeluarkan sebuah keramik dari putih juga
kalung berbandul batu giok.
Di luar kamarnya ada sebuah bangunan kecil yang sangat indah
dimana di atas tembok tergantung lukisan pendeta Wu dan tulisan
yang ditulis Wang Xi Zhi, ditambah penataan bejana giok putih
murni darijaman dinasti Han. Begitu melewati pintu masuki ada
sebuah kursi kuno berlengan yang konon adalah barang peninggalan
dari raja dinasti Qin dari istana E dimana pada waktu itu Pangeran
giang sengaja menyuruh orang untuk memindahkan kursi itu dari
dalam istana. sebelum dia membakar istana E. Hal ini dilakukannya
demi mendapatkan senyuman dari selirnya selir Yu.
Pahlawan yang hebat, senyuman seorang wanita, perbedaan
antara yang pandai dan yang bodoh dan yang sukses dan yang
gagal, siapa yang bisa membedakannya dengan jelas"
Sun Ji cheng baru saja duduk waktu di pintu luar terdengar suara
semacam bunyi gemerincing dari gelang-gelang yang dikenakan di
tubuh seseorang. Dia tahu bahwa orang yang ditunggunya telah
datang. Ternyata yang datang adalah Liu Jin Niang.
Wanita yang cantik, lembut, penuh perhatian, dan juga memiliki
potongan tubuh yang bagus ini, sejak usia sebelas tahun sudah
masuk istana. Waktu usia dua puluh satu tahun dia dipulangkan dan
langsung diminta oleh Sun Ji cheng untuk bekerja sebagai orang
yang mengurus pakaian, sepatu,dan topinya. Di dunia ini tidak akan
ada orang yang lebih tahu akan pastur tubuh sun ji cheng dibanding
Liu Jin Niang. Apabila ingin membuatkan seseorang pakaian yang
nyaman dan pas di badan, ini adalah salah satu syarat yang harus
diketahui. Bila benar-benar ingin memahami postur tubuh seorang pria
tidaklah mudahi dan untuk itu Liu Jin Niang menggunakan cara yang
paling efektif.
Dia adalah wanita yang cantik dan bertubuh sangat sehat.
Malam itu angin musim semi bertiup dengan sangat lembut. Tapi
sejak malam itu, dia tidak pernah lagi mengingat tentang hal itu dan
dia juga seolah-olah benar-benar telah melupakannya. Kedua orang
itu tetap menjaga hubungan seperti orang asing. semenjak di dalam
istana dia sudah belajar untuk bisa menahan rasa sepi.
sinar mentari sore masuk melalui jendela. Begitu Sun Ji Cheng
melihat wajahnya yang cantik dan dingin itu, tiba-tiba dia
menghembuskan nafas pelan-pelan.
"sepuluh tahun" Dia mengeluh bertanya padanya, "Apakah
sudah hampir 10 tahun?"
"Kurang lebih begitulah."
Wajah Liu Jin Niang masih saja terlihat dingin tanpa ekspresi.
orang yang sudah terlatih seperti dia tidak akan membiarkan
perasaannya terbaca di wajahnya.
Tapi hatinya sakit seperti ditusuk sesuatu. Dia tahu bahwa
hitungan itu dimulai dari malam di musim semi itu. Dia jelas lebih
ingat dibandingkan dia, bukan 10 tahun tapi 10 tahun 1 bulan 3 hari.
"Beberapa tahun ini apakah hidupmu bahagia?"
"Dikatakan sangat bahagia ya tidaki dikatakan tidak bahagia juga
tidak" Liu Jin Niang berkata dengan dingin,
"sekarang bila diingat, tak terasa 10 tahun berlalu dengan
cepat." Tidak terhitung banyaknya hari-hari yang sunyi di musim dingin,
tidak terhitung banyaknya malam-malam sepi di musim semi,
apakah benar dalam sekejap mata semuanya berlalu begitu saja"
Sun Ji cheng menarik nafas lagi, tiba-tiba dia berdiri dan
menghampiri. "Aku tahu aku sudah berbuat tidak adil padamu," dia
mengeluarkan tangannya dan menyerahkan bungkusan yang berisi
kalung itu kepadanya,
"Ini melambangkan rasa hormatku kepadamu, apakah kau tidak
keberatan bila kupasangkan kalung ini di lehermu?"
Liu Jin Niang menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan
sepatah kata pun. Tapi pada saat sun Ji Cheng telah mendekat
padanya dan mengalungkan kalung yang indah dan mahal harganya
itu ke lehernya, tiba-tiba dia merasa dirinya hendak menangis.
Apakah setelah melewati sikap saling tidak peduli satu sama
lainnya selama 10 tahun, dia tiba-tiba teringat akan malam yang
penuh kelembutan dan kegairahan itu"
Di saat matanya hampir mengeluarkan air mata, tiba-tiba Sun Ji
cheng menjerat lehernya dengan menggunakan kalung yang indah
dan mahal itu hingga mati. Dia mati tanpa merasa kesakitan sedikit
pun karena sampai mati pun dia tidak percaya bahwa Sun Ji cheng
tega berbuat sekejam itu terhadapnya.
Tidak ada seorangpun yang mengerti mengapa dia sampai tega
membunuhnya karena dia sama sekali tidak mempunyai alasan
untuk membunuhnya.
Kalung yang indah itu masih bertengger di leher yang indah itu
sedangkan orangnya yang cantik sudah tersungkur. sinar mentari
sore yang masuk dari luar jendela lama-lama mulai memudar dan
senja pun mulai menghilang.
Sun Ji cheng yang raut muka dan tindakan sehari-harinya selalu
dilandasi dengan kehati-hatian dan kepala dingin, pelan-pelan
membuka jendela belakang dan tiba-tiba seperti ada kabui asap
yang keluar dari jendela, dalam sekejap mata lenyap ditelan senja.
ooo)o(ooo Di malam yang gelup, Qiu Bu Dao berbaring di ranjangnya. Dia
bertugas jaga malam kemarin malamjadi di siang hari dia baru bisa
tidur. Tugas jaga yang dilakukannya sama persis seperti yang
dilakukannya waktu dia masih melindungi biaoju, selalu berusaha
sekuat tenaga dan walaupun tahu bahwa tidak akan terjadi apa-apa
tapi tetap tidak berani lengah sedikitpun.
Wen Ru Tai san julukan yang terdiri dari empat huruf itu
didapatkannya dengan cucuran darah dan keringat. Tapi bila sekali
saja lengah, mungkin dia bisa saja terbunuh dalam sekejap mata.
sesudah mengalami peristiwa antara hidup dan mati yang tak
terhitung banyaknya, dia boleh dikatakan sudah memenuhi apa
yang diwakilkan oleh huruf Wen (kokoh), walaupun ada serangan
pisau dan panah dari depan, dia tidak pernah takut, walaupun
semua kekayaan yang dimilikinya dipertaruhkan di meja judi,
matanya tidak akan berkedip sedikitpun.
Belakangan ini dia sering merasa lelahi seseorang yang sudah
berusia 55 tahun seperti dia memang seharusnya sudah tidak
mengerjakan pekerjaan berat seperti itu lagi. sayangnya di bagian


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belakang tubuhnya serasa ada cemeti yang memecuti punggungnya
sehingga dia bagaikan kuda yang dipecut agar terus bergerak tidak
berhenti. Latihan yang dilakukannya hampir sepanjang hidupnya telah
membuat otot dan tulang tubuhnya keras bagaikan baja.
Dia mengeluh dalam hatinya. Di saat bangkit dari tempat
tidurnya dan berjalan menuju untuk menyalakan lentera yang
terletak di atasnya, tiba-tiba ada sebuah tangan terjulur dari
belakang punggungnya menahan bahunya.
sekujur tubuh Qiu Bu Dao langsung dingin bagaikan es. Ternyata
ada orang yang bisa memasuki kamarnya tanpa diketahuinya dan
berdiri di belakangnya. Ini seharusnya kejadian yang tidak mungkin
terjadi. Pada saat itu sekujur tubuh Qiu Bu Dao sudah dibanjiri oieh
keringat dingin. Tangan yang menahan bahunya dari belakang itu
sama sekali tidak menahanjalan darahnya dan juga sama sekali tidak
ada gerakan apapun, hanya terdengar seseorang dengan suara
pelan berkata, "Tidak perlu menyalakan lentera karena aku bisa melihatmu dan
kamu juga bisa melihatku."
Qiu Bu Dao mengenali suara orang ini. orang yang bagaikan
hantu tiba-tiba muncul di belakangnya ini tidak lain adalah majikan
mereka Sun Ji cheng. Sun Ji cheng melepaskan tangannya agar Qiu
Bu Dao dapat membalikkan badan menghadapnya. Dalam
keremangan cahaya malam walaupun warna wajah Qiu Bu Dao
terlihat putih pucat tapi ekspresinya sudah mulai tenang.
Dia sudah bertarung sampai tak terhitung banyaknya dan setiap
kuli bertarung dia selalu mampu membalikkan keadaan dalam
situasi terburuk sekalipun dengan berlandaskan pada huruf Wen itu.
Mata Sun Ji cheng sama sekali tidak menunjukkan sikap
menghargai dan kamar yang tadinya hangat dalam sekejap mata
berubah jadi dingin. Dia dengan tiba-tiba mengajukan pertanyaan
yang aneh tanpa memberikan kesempatan kepada Qiu Bu Dao
untuk berbicara. Dia bertanya dengan terpatah-patah "sejak.....
kapan..... kau..... mengetahuinya?"
"Mengetahui apa?" Qiu Bu Dao sama sekali tidak mengerti apa
yang dibicarakannya karena seharusnya dialah yang mengajukan
pertanyaan itu kepadanya.. Benar-benar membuat orang sukar
untuk menjawabnya.
Sun Ji cheng tertawa, tapi matanya sama sekali tidak tertawa. Dia
berkata dengan terpatah-patah sambil mengawasi Qiu Bu Dao,
"Tentang...rahasiaku."
"Rahasiamu" Rahasia apa?"
Sun Ji cheng menghela nafas,
"Karena kau sudah tahu, untuk apa aku harus bicara lagi?" Qiu
Bu Dao langsung menutup mulutnya.
Begitu dia melihat, dia langsung maju ke hadapannya. Benarbenar
orang yang tidak bisa dibohongi oleh orang lain betapapun
pandainya orang itu bersilat lidah dan berpura-pura.
"sejak kapan kau tahu?" Qiu Bu Dao tiba-tiba bertanya.
"sejak kapan kau menyadari bahwa aku sudah tahu tentang
rahasiamu?"
Ini adalah pertanyaan sekaligus jawaban.
Sun Ji Cheng kembali tertawa .
"Judimu benar-benar hebat, tebakanmu juga sama hebatnya,
dalam dua bulan belakangan ini sedikit demi sedikit kau sudah
melunasi hutang judimu."
Dia lalu bertanya lagi,
"siapa yang membantumu melunasinya?"
Qiu Bu Dao menolak menjawab dan Sun Ji cheng pun tidak
memaksa untuk langsung menjawabnya. Dia berkata lagi,
"Pengawal yang bergabung dibawahmu ada tiga regu dan
semuanya ada 72 orang, tapi dalam dua bulan belakangan ini kau
sudah mengganti pengawal sebanyak 13 orang, setiap tiga atau 5
hari sekali pasti akan ada pergantian satu pengawal baru. Para
pengawal juga selalu ditempatkan jauh dari tempatku berada." Sun
Ji cheng tersenyum,
"Kau kira aku tidak tahu?"
Tak disangka Qiu Bu Dao juga ikut tertawa,
"semula aku benar-benar mengira bahwa kamu tidak pernah
menyadarinya."
Begitu perkataan itu selesai diucapkan, disaat Sun Ji cheng
hendak berbicara, Qiu Bu Dao sudah melancarkan serangan secara
kilat. Ilmu yang dipelajari dengan baik oleh Qiu Bu Dao adalah ilmu
golok. Tidak ada seorangpun yang tidak mengakui bahwa ilmu
goloknya adalah ilmu golok nomor satu. Tapi dia justru sangat
jarang menggunakan golok.
Pukulan tinjunya juga merupakan senjata andalannya, bahkan
dibandingkan ilmu goloknya jauh lebih hebat dan menakutkan.
Dia selalu merasa bahwa senjata apapun ada kalanya tidak ada
ditangan pada saat dibutuhkan. Paman keduanya, si cemeti ganda
Qiu sheng, karena cemetinya dicuri orang maka berjuang dengan
tangan kosong hingga mati.
Pukulan tinju tidak akan pernah meninggalkan tangan. oleh
karena itu semenjak kecil dia sudah berlatih keras dengan kedua
tinjunya, lagipula bagaimana pun banyaknya pahit getir yang harus
dimakannya, dia bertekad harus menjadi murid di kuil xiao lin.
Itu disebabkan karena jurus pukulan dewa Luo Han
menundukkan naga menaklukkan macan dari kuil Xiao Lin sudah
dikenal semua orang sebagai jurus pukulan tinju yang tak
terkalahkan. Jurus tinjunya sangat hebat dan keras, pukulan tinjunya sangat
cepat dan keras, benar-benar jurus tinju nomor satu.
Dia selalu merasa bahwa pukulan pertama adalah pukulan yang
paling penting, konsep seperti itu tidak diragukan lagi sangatlah
tepat. sekarang dia mengeluarkan pukulan pertamanya, walaupun
belum tentu dapa^ merobohkan lawan dengan satu pukulan, ^api
setidaknya dapat mendahului lawan dan mempunyai kesempatan
untuk melarikan diri.
setelah 40 tahun bekerja keras tanpa peduli akan panas dan
dingin, 300 kali pengalaman akan perjuangan keras yang
bermandikan darah, dia percaya bahwa keputusannya tidak
mungkin salah. Tapi kali ini dia salah. Baru saja hendak melancar
pukulan secepat kilat, tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan
orang yang menjadi sasaran pukulannya tiba-tiba hilang dari
hadapannya. Dalam waktu singkat, kekuatan tangannya seperti ada yang
menahan dan seluruh badannya seperti kehilangan tenaga, tangan
pun sudah dipuntir ke belakang punggungnya, bahkan kekuatan
untuk melawan pun tidak ada.
Qiu Bu Dao menjadi gentar. Entah berapa banyak pendekarpendekar
hebat di dunia persilatan yang dikalahkan dan tulang iga
serta batang hidung yang remuk oleh sepasang tinju ini.
Ternyata hanya dalam waktu singkat bisa dikalahkan. Merana
selama 40 tahun hanya untuk jurus ini, ternyata dihadapan orang ini
sama sekali tidak ada apa-apanya. Raut wajah Wen Ru Tai san Qiu
Bu Dao berubah, mukanya bermandikan keringat dingin mengalir
dengan deras. Dalam mimpi pun dia tidak pernah menyangka bahwa seorang
pejabat tinggi dan juga orang yang kaya dan berkuasa seperti dia
ternyata adalah seorang yang begitu menakutkan juga memiliki ilmu
silat aliran sesat.
Sun Ji cheng menghembuskan nafasnya.
"Aku salah." Dia berkata,
"Kali ini akulah yang salah."
Yang salah itu seharusnya Qiu Bu Dao mengapa jadi dia yang
salah" Qiu Bu Dao tidak dapat menahan dirinya lagi lalu bertanya,
"Kau yang salah" salah apa?"
"Kau sama sekali tidak mengerti."
"Apanya yang tidak mengerti?"
"Bahwa kau sama sekali tidak mengetahui rahasiaku juga tidak
tahu siapa sebenarnya diriku."
Sun Ji cheng berbicara dengan nada dingin,
"Kalau tidak biarpun punya banyak nyali, kau tidak akan berani
mengeluarkan jurus untuk melawanku."
"siapa kau?" Qiu Bu Dao bertanya dengan suara parau,
"siapa sebenarnya dirimu?"
Sun Ji cheng tidak menjawabnya, malah balik bertanya
"Jika siapa sebenarnya diriku pun kau tidak tahu, mengapa
menghianatiku?"
Pertanyaan ini sebenarnya jarang ada orang yang mau
menjawabnya. Qiu Bu Dao memang pengecualian karena
keingintahuannya akan kebenaran jauh lebih besar dibandingkan
Sun Ji Cheng. siapa sebenarnya orang yang paling kaya, berkuasa, yang
misterius serta menakutkan ini" Ada rahasia apa dibalik semua ini"
Jika ingin mengetahui rahasia seseorang, satu-satunya cara yaitu
diri sendiri harus berbicara jujur terlebih dahulu. semua orang yang
sudah lama berkecimpung di dunia persilatan tahu akan prinsip ini.
"sebenarnya walaupun sebelumnya aku tidak pernah percaya
bahwa kau adalah orang yang bersih, tapi tidak pernah
terbayangkan olehku bahwa kau adalah seorang pesilat tangguh
dari dunia persilatan." Qiu Bu Dao berkata,
"Lebih tidak menyangka lagi bahwa kau adalah seorang
perampok ulung yang sudah mengundurkan diri "
"Mengapa?"
"Karena kau benar-benar tidak mirip" kata Qiu Bu Dao.
"Kau terlalu mencolok mata, bahkan berbicara halus tentang apa
yang ingin didengar orang lainpun tidak bisa."
Dia menambahkan,
"selama 20 tahun ini, perampok yang tiba-tiba menghilang dari
dunia persilatan paling banyak juga sembilan orang Walaupun
empat diantaranya masih belum diketahui keberadaannya, tapi kau
bukanlah salah satu dari keempat orang itu karena baik usia, raut
wajah, ataupun bentuk tubuhmu sama sekali sedikitpun tidak cocok
dengan mereka."
Sun Ji cheng tersenyum,
"sekarang kaujuga bisa melihat bahwa ilmu silatku jauh diatas
mereka" Qiu Bu Dao juga mengakuinya.
"Tapi lebih dari tiga bulan yang lalu, tiba-tiba ada orang yang
menanyakan tentang dirimu padaku. Dia berkata, Mereka ingin
mengetahui semua gerak gerikmu. siapa mereka itu sebenarnya?"
"Aku mengenal mereka di rumah judi, ada yang tua juga ada
yang muda, identitas mereka pun sangat misterius."
"Kau tidak tahu asal usul mereka?"
"Aku tidak tahu."
setelah Qiu Bu Dao mengingat-ingat kembali dia lalu berkata,
"gerakan tangan mereka sangat luar biasa, kelihatannya
semuanya memiliki ilmu yang tinggi dan semuanya
menyembunyikan kekuatan mereka. orang-orang di dunia persilatan
juga belum pernah mendengar nama mereka dan tentu saja belum
pernah ada yang pernah melihat mereka"
Nada suaranya dilicuti rasa gentar orang-orang ini bagaikan
orang yang tiba-tiba muncul dari satu tempat yang aneh yang belum
pernah ada orang yang pernah ke sana.
senyuman Sun Ji cheng langsung menghilang dan dia
menyipitkan matanya. Dia menyadari bahwa kali ini lawan yang
dihadapinya adalah lawan yang sangat misterius dan menakutkan.
"Aku seumur hidup hanya gemar berjudi, berjudi terlalu hebat,
kalah juga terlalu banyak" Qiu Bu Dao berkata,
"Permintaan mereka terhadapku tidaklah banyak jadi aku
menjanjikan mereka akan dirimu."
"Memang betul." Qiu Bu Dao berkata,
"Aku berjanji kepada mereka karena aku tidak mau berhutang
kepada siapapun. selain mereka, tidak ada orang yang mau
melunasi hutang- hutangku."
Dia menggunakan tenaga untuk membalikkan kepalanya dan
dengan sudut matanya menatap tajam orang yang dibelakangnya,
Sun Ji cheng. "Aku berkata yang sesungguhnya."
"Aku percaya padamu."
"Apakah kau tidak tahu asal usul mereka?"
"Tidak tahu."
"Apakah mereka tahu tentang asal usulmu?" Sun Ji cheng
terdiam. Qiu Bu Dao bertanya lagi,
"siapa sebenarnya dirimu?"
Pada saat ini malam sudah semakin gelup, Sun Ji cheng lama
terdiam dalam kegelapan malam, lalu tiba-tiba tertawa dan berkata,
"siapa sebenarnya diriku" "
senyumnya sangat aneh dan misterius.
"Aku hanyalah orang yang tidak lama lagi bakal mati."
seseorang yang seperti dia, mengapa harus mati" Bagaimana
bisa mati" Qiu Bu Dao hampir tidak dapat menahan dirinya lagi
untuk bertanya, tapi Sun Ji cheng hanya berkata,
"Kau ikut denganku, aku akan membawamu ke satu tempat."
"Untuk apa?"
"Untuk melihat seseorang."
"siapa?"
"seseorang yang tidak kau sangka bakal kau temui seumur
hidupmu." Sun Ji cheng berkata,
"waktu kau melihatnya sendiri pun mungkin kau sendiri tidak
akan percaya."
ooo)o(ooo siapakah orang itu" Mengapa bisa membuat orang yang waktu
melihatnya sendiri pun tidak akan percaya bahwa dirinya
melihatnya" Apakah dia mungkin tidak seharusnya hidup di dunia
ini, tidak seharusnya ada" Qiu Bu Dao tidak habis pikir.
setiap kejadian yang akan terjadi satujam mendatang adalah
kejadian yang tidak pernah diduganya. Ternyata Sun Ji cheng malah
membawanya ke kamarnya yang indah yang tidak pernah dimasuki
sebelumnya oleh orang lain. seorang yang lemah lembut, santun,
dan tidak pernah ribut dengan orang lain, Liu Jin Niang, ternyata
telah mati. Ternyata dibawah ranjang besar yang terbungkus indah itu masih
ada kamar rahasia. Di dalamnya selain terdapat lukisan, persediaan
makanan dan araki juga masih ada satu orang. seseorang yang tidak
akan pernah Qiu Bu Dao sangka akan bertemu, walaupun sekarang
sudah bertemu tapi tetap saja tidak percaya. Karena orang itu tidak
lain adalah Sun Ji cheng. Sun Ji Cheng yang kedua.
ooo)o(ooo Di sudut kamar rahasia itu terdapat kursi berlengan yang
panjang, Qiu Bu Dao langsung terduduk diatasnya, seolah-olah tidak
bisa menyangga tubuhnya sendiri. orang itu tentu saja bukan sun Ji
cheng. Di dunia ini tidak akan ada dua Qiu Bu Dao, juga tidak akan
ada dua sun Ji cheng. Dan orang ini tidak mungkin saudara sun Ji
cheng. Sun Ji cheng tidak memiliki saudara, jikalau saudara kembar pun
tidak mungkin wajahnya sama persis. Mereka benar-benar sama


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persis, postur tubuh, raut wajah, dandanan, sikap pun sama. Pada
saat Sun Ji cheng berdiri berhadapan dengan orang itu, seakan-akan
sedang berdiri di hadapan sebuah cermin besar.
siapa sebenarnya orang ini" Ada hubungan apa Sun Ji cheng"
Mengapa Sun Ji cheng menyembunyikannya" Mengapa membawa
Qiu Bu Dao untuk menemuinya" Qiu Bu Dao semakin tidak
mengerti. Sun Ji cheng sedang menikmati perasaan Qiu Bu Dao yang
tergambar di wajahnya, bahkan dia merasa sangat puas. Ini adalah
hasil karyanya yang cermat, hanya saja selama ini tidak bisa
membawa orang untuk menikmatinya. Pada akhirnya sekarang ada
yang orang yang melihatnya.
Sun Ji cheng tersenyum berkata,
"Aku tahu pada waktu kau melihatnya pasti akan terkejut, aku
sendiri juga terkejut waktu pertama kali melihatnya."
Dia tertawa dengan sangat gembira.
"Pada waktu itu kami belum terlihat sama persis Jika keduanya
berdiri bersamaan, masih akan ada orang yang bisa
membedakannya."
Sun Ji cheng berkata,
"Tapi ditambah sedikit keunikan dan kepintaran dari pekerja
tangan, kondisi jadi berubah."
Dia menambahkan "Jika ingin sempurna, tentu saja ada
beberapa tempat penting yang membuat perlu diperhatikan."
Qiu Bu Dao sedang menunggu kelanjutan perkataannya.
"sebagai contoh, ruang gerakmu tidak luas, biasanya jika tidak
berbaring di ranjang termenung, ya duduk melihat-lihat lukisan.
Pada situasi seperti ini, perut sudah dapat dipastikan membesar.
Sun Ji cheng menunjuk pada perutnya sendiri, Jadi aku juga
perutnya keluar sedikit. Lainnya"
Jika seseorang sudah beberapa tahun tidak bertemu sinar
matahari, warna kulit akan berubah menjadi putih pucat dan aneh."
Sun Ji cheng berkata,
"Maka dari itu setiap hari aku membiarkan dia untuk berjemur di
mulut jendela kamar. Itu sebabnya kau tidak pernah membiarkan
orang lain masuk ke kamarmu."
Telapak tangan Qiu Bu Dao berkeringat dingin. Kejadian sudah
berkembang sampai sejauh ini, dia sudah mulai mengerti. Muslihat
yang menakutkan sedang berlangsung di saat sun Ji cheng sedang
dalam situasi yang baik dan sekarang di dunia ini tidak seorangpun
yang dapat menghentikannya.
Sun Ji cheng membalikkan tubuhnya, menepuk-nepuk pundak
orang itu serta tersenyum dan berkata,
"Dua hari belakangan ini air mukamu bagus, pasti tidurmu sangat
enak." Bayangannya langsung dengan menggunakan suara yang lemah
lembut berkata,
"Ya, dua hari ini tidurku nyenyak"
Tiba-tiba Qiu Bu Dao menggunakan suara yang keras berkata,
"tidak benar, ada sesuatu yang uaranya sama sekali tidak sama
dengan suaramu."
Sun Ji cheng tertawa dan dengan suara hambar berkata,
suaranya tidak perlu persis
tidak benar. "Di mana?"
"sama denganku."
Qiu Bu Dao tidak lagi bertanya mengapa, pertanyaannya yang
tadi hanya untuk memastikan bahwa sesuatu yang menakuti
pikirannya itu benar. setelah memastikannya, hatinya semakin Kalau
dia masih bisa bergeraki bagaimanapun menakutkannya ilmu silat
Sun Ji cheng, dia masih bisa bangkit mengadu nyawa.
Tapi sayangnya dia tidak tahu ilmu apa yang digunakan oleh Sun
Ji cheng untuk menahannya sehingga tidak bisa bergeraki dia tidak
tahu aliran darah yang mana yang telah ditotok sehingga kekuatan
di seluruh tubuhnya hilang tak berbekas.
Sun Ji cheng justru kelihatan sangat senang, bahkan
bercengkrama dengan bayangan nya.
"Waktu pertama kali aku melihatmu, air mukamu sangat tidak
bagus, seperti yang sudah lama sekali tidak tidur."
"Betul, karena waktu itu aku sudah tiga hari tiga malam tidak
makan tidak minum, juga tidak tidur."
"Mengapa?"
"Karena aku baru saja tertimpa musibah yang paling berat yang
pernah diterima seseorang."
suaranya sewaktu berbicara masih saja lembut dan datar,
"orang tuaku serta anak istriku semuanya mati dibunuh oleh
orang jahat."
"Mengapa kau tidak membalaskan dendam mereka?"
"Karena aku tahu dengan kemampuanku ini jangan harap bisa
menyentuh orang jahat itu seujung rambutpun."
"oleh karena itu kau ingin mengakhiri hidupmu begitu saja."
"Ya."
"Tapi kau sama sekali belum mati "
"Aku belum mati karena kau yang menolongku, bahkan
membalaskan dendamku dengan membunuh orang jahat itu."
"Apakah aku pernah memintamu untuk membalas budiku itu?"
"Tidak pernah."
Bayangannya berkata,
"Kau hanya memintaku untuk menunggu sampai saat kau
hendak mati, aku harus mengembalikan hutang nyawaku ini
kepadamu."
Dia menatap Sun Ji cheng, diluar dugaan dengan menggunakan
nada yang biasa berkata,
"Apakah sekarang waktunya sudah tiba?"
" Benar."
Waktunya sudah tiba, nyawa pun sudah berakhir. Akhir yang
seperti itu, Bayangan tentu saja sudah menduganya, Qiu Bu Dao
juga bisa mengetahuinya .
Sun Ji cheng tentu saja bukan orang kaya yang memulai semua
usahanya dari awal, juga bukan orang kaya yang hanya sangat
mementingkan penampilan dan suka turut campur urusan orang.
Dia pasti di luar itu, seseorang yang karena alasan tertentu sehingga
tidak bisa mengemukakan siapa dirinya sebenarnya, membawa
kekayaan yang berlimpah dan tangan yang penuh dengan darah
ketempat ini untuk bersembunyi menghindari musuh.
Tapi dia tahu sebuah rahasia suatu saat pasti akan terbongkar,
oleh karena itu dia sudah dari jauh hari menyiapkan orang yang
akan menggantikannya untuk mati. orang ini tentu saja harus
terlihat sama seperti dirinya, hanya nada suaranya saja yang tidak
perlu sama. Karena sampai saat orang menyadarinya, dia pasti
sudah mati dan orang mati tidak perlu berbicara.
orang ini tidak akan mati dengan menderita, karena sun Ji cheng
melancarkan satu pukulan saja sudah langsung merenggut nyawa.
Pukulan ini cepat, tepat, dan kuat. Air muka Qiu Bu Dao langsung
berubah. Sun Ji Cheng tiba-tiba bertanya,
"Apakah bisa menebak pukulanku ini meng gunakan jurus apa?"
Qiu Bu Dao tentu saja dapat menebaknya, sekali Sun Ji Cheng
mengeluarkan jurusnya dia sudah dapat menebaknya karena jurus
yang digunakannya adalah jurus pukulan andalannya yang sudah
dipelajarinya selama 40 tahun dengan susah payah dari kuil Xiao Lin.
Sun Ji cheng lalu bertanya lagi,
"Bagaimana pukulan ini menurutmu?"
Qiu Bu Dao tidak bisa menjawab, bahkan satu kata pun tidak bisa
keluar dari mulutnya.
Dia sudah berlatih dengan susah payah selama 40 tahun
lamanya, tapi pukulan yang dikeluarkan Sun Ji cheng barusan baik
tenaga maupun kekuatannya diatas dirinya. Dia bisa bicara apa"
Sun Ji cheng berkata, "satu pukulan langsung merenggut nyawa,
bagian dada hancur, benar-benar pembunuhan yang dilakukan oleh
Wen Ru Tai san Qiu Bu Dao, oleh karena itu tentu saja Sun Ji Cheng
yang ini mati di tanganmu, tidak ada hubungannya denganku, hal ini
semua orang pasti bisa melihat dengan jelas."
Dia mencuci tangannya di sebuah baskom perak lalu
menggunakan sapu tangan yang seputih salju mengeringkan
tangannya. Tiba-tiba ia menghela nafas dan berkata,
"Tapi semua orang pasti merasa aneh, mengapa kau juga sampai
membunuh Liu Jin Niang?"
"Liu Jin Niang?" Qiu Bu Dao dengan suara parau bertanya,
"Apakah dia juga mati ditanganku?"
"Tentu saja." Sun Ji cheng terlihat seperti kebingungan,
"Apakah kau tidak menyadari bahwa kalung yang menjeratnya
sampai mati itu milik siapa?"
Qiu Bu Dao terhenyaki Kejadian yang baru saja terjadi membuat
hatinya kacau sehingga baru sekarang dia bisa melihat dengan jelas.
Kalung yang berada di leher yang indah itu memang miliknya,
peninggalan almarhum istrinya. Dia sudah lama menyimpannya dan
tidak pernah mengeluarkannya .
Dia jarang melihat benda itu karena kenangan masa lalunya
begitu mesra dan indah sehingga ia tidak mau mengingatnya lagi.
"Bagaimana benda bisa ada di tanganmu?"
"Tentu saja aku punya cara tersendiri untuk mendapatkannya."
Sun Ji cheng tertawa.
" Paling sedikit aku punya l001 macam cara."
siapapun tidak ada yang tidak mengakui bahwa orang seperti
Sun Ji cheng, apapun yang dia mau pasti didapatnya.
"Kenapa aku mau membunuh kalian?"
"Tentu saja kau punya alasanmu sendiri."
Sun Ji cheng berkata
"Jika seorang pria hendak membunuh seorang wanita dan
seorang pria yang lain, paling sedikit ada seratus macam alasannya.
Biarpun tidak terpikirkan olehmu, pasti akan terpikirkan oleh orang
lain. " Dia tertawa. "Mungkin alasan yang dipikirkan setiap orang berbeda-beda, jika
ada 50 orang mungkin ada 50 macam alasan yang terpikirkan oleh
mereka. untungnya apapun yang mereka pikirkan sudah tidak ada
hubungannya lagi denganmu."
Qiu Bu Dao menatapnya dengan lama, lalu berbicara sepatah
demi sepatah, "Aku... .mengerti... .maksudmu...."
"Kau tasti mengerti."
sun ji cheng berkata,
"sekarang sun ji cheng sudah mati, Liu Jin Niang juga sudah mati,
kamu juga pasti sudah tidak ingin hidup lagi."
Dia dengan dingin melanjutkan,
"Aku berani jamin orang lain akan menggantikanmu memikirkan
alasan mengapa harus mati, oleh karena itu aku sudah terlebih dulu
membantumu menyiapkan arak beracun."
ooo)o(ooo sekarang Sun Ji cheng sudah mati. Biarpun tidak ada seorangpun
yang menyangka dia bakal mati, tapi dia benar-benar telah mati.
Pada malam hari di tanggal 15 bulan 4, dia telah mati bersama
dengan pengawalnya yang paling setia Qiu Bu Dao dan kekasihnya
yang hangat dan misterius Liu Jin Miang dalam sebuah kamar
rahasia yang tidak pernah diketahui orang lain.
Mengenai sebab kematian mereka, tentu saja tersebar berbagai
macam gosip. Tetapi apapun pendapat orang sudah tidak ada
hubungannya lagi dengan Sun Ji cheng, karena sekarang dia sudah
mati. Di malam yang pekat di tanggal 15 bulan 4, dia sudah
meninggalkan kota Ji Nan dengan meninggalkan semua harta benda
kekayaannya, seperti orang yang luntang lantung tidak memiliki
apa-apa, sama sekali tidak meninggalkan jejak.
seorang yang paling kaya dan berkuasa mati begitu saja. Apakah
dia akan hidup kembali"
ooo)o(ooo BAB II BARANG BERHARGA
Tanggal 16 bulan 4, hari cerah....
Hari ini dimulai seperti biasanya, langit sangat cerah dan jalan
utama di luar kota Ji Nan ramai dengan orang yang lalu lalang.
Tapi untuk sebagian orang, biarpun hari diawali seperti biasanya,
tapi waktu hari berakhir sama sekali tidak sama seperti biasanya.
Dilihat dari sudut pandang yang lain, ada orang yang penampilan
luarnya sama seperti orang kebanyakan, tetapi sebenarnya adalah
orang yang sama sekali berbeda. Wu Tao adalah orang yang seperti
itu. Wu Tao adalah orang biasa, seorang pedagang. sama seperti
berjuta juta pedagang lainnya yang ada di luar sana, kelihatannya
sangat jujur tetapi tidak bodoh sedikitpun.
Wu Tao orangnya tidak gemuk juga tidak kurus, walaupun tidak
bisa disebut tampan tapi juga tidak jeleki bahan pakaian yang
dikenakannya Walaupun tidak bisa dibilang bagus tapi bersih,
menunggang seekor keledai yang memiliki stamina dan tahan derita
sama seperti dia.
Kelihatannya usianya sudah lanjut, tabunganjuga sudah ada
sedikit, tetapi sekarang masih saja bersusah payah dijalanan hanya
untuk membuat anak dan istri hidup lebih baik dan di hari tua nanti
bisa hidup lebih baik.
Di dunia ini entah ada berapa banyak orang yang seperti dia.
Perbedaan orang ini dengan yang lainnya adalah sebelum tanggal 15
bulan 4, tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya. sama sekali
tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya, bahkan satu orang
pun tidak pernah Boleh dikatakan, sebelum orang yang paling kaya
dan berkuasa Sun Ji cheng mati, seorang pedagang biasa bernama
Wu Tao juga belum muncul di dunia ini. sudah jelas belum muncul.
ooo)o(ooo Di luar kota besar pasti ada kota kecil, di dalam kota kecil pasti
ada penginapan.
Di luar kota Ji Nan yaitu di kota kecil Liu juga ada sebuah
penginapan dan Wu Tao tinggal di dalam penginapan itu sejak
tanggal 15 bulan 4 malam.
Pada saat itu bulan sudah menghilang, pintu penginapan sudah
tutup, dia berteriak lama pintu baru dibukakan. Karena pada saat itu
pintu masuk utama ke kota Ji Nan sudah tutup sedangkan dia dari
luar kota mau masuk ke kotaJi Nan dan pintu kota tidak bisa dibuka,
jadi terpaksa berteriak di depan pintu penginapan.
Apakah benar dia dari luar kota mau masuk ke kota Ji Nan atau
baru keluar dari dalam kota Ji Nan"
untung saja pemilik dan pelayan penginapan itu tidak
menyelidiki hal ini lebih lanjut, juga tidak memperhatikan apakah
tamu ini pada saat makan keesokkan harinya ada sedikit
perubahaan pada wajahnya atau tidak.
Pelayan yang membukakan pintu baginya tengah malam itujuga
tidak memperhatikan seperti apa tampangnya waktu itu Apa yang
dilakukannya pada malam itu di dalam penginapan itu juga tidak
ada seorangpun yang tahu.
Tanggal 16 kebetulan sekali adalah hari pasar bagi kota kecil Liu.
sejak pagi banyak orang yang datang ke pasar dari segala penjuru,
membawa hasil panen mereka sendiri, ayam, bebek, babi, kambing,


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buah-buahan, sayuran, ikan, bunga, beras, palawija, ditukar dengan
sedikit lemak asup, tepung, kain sutera, rajutan, dan sedikit barang
pecah belah lalu pulang untuk melihat wajah gembira istri dan anak.
Tentu saja pengemis kecil yang hidup dengan mencuri demi
sesuap nasi juga tidak akan melewatkan kesempatan emas ini.
Begitu pintu penginapan dibuka, lapangan dan jalan besar di
depan penginapan itu sudah penuh dengan berbagai macam orang.
Ada dua guru teater terkenal yang mencari nafkah di dunia
persilatan yang juga telah datang oleh karena itu pertunjukkan di
kota kecil ini lebih ramai dibandingkan yang dulu-dulu.
Wu Tao juga tidak dapat menahan diri untuk ikut meramaikan
suasana. Dia melihat sesuatu yang unik, para pengemis yang datang
ke tempat ini semuanya memiliki aturan. Mereka diam-diam
membagi kelompok di dua tiga penjuru, orang lain tidak memberi,
mereka juga tidak meminta, walaupun ada orang yang memberi
lebih banyaki mereka tidak keluar suara sedikit pun, bahkan kata
terima kasih pun tidak.
Di setiap kelompok pengemis, ada satu dua orang ang usianya
lebih besar yang menyampirkan karung goni dipunggungnya dan
duduk menjauh di belakang. Barang apapun yang didapat siapapun
harus diberikan terlebih dahulu kepada mereka lalu mereka yang
bertugas membagikannya .
iapapun tidak menyangka pengemis juga begitu berprinsip dan
memiliki aturan dan Orang-orang melihatnya sebagai sesuatu yang
sangat menarik. Tapi pengemis kecil yang bermata besar itu adalah
anak yang tidak mengerti aturan sedikit pun.
Anak ini bermuka bundar bermata besar, begitu tertawa terlihat
lesung pipi di kiri dan kanan, begitu melihat orang dia langsung
tertawa, sekali tertawa dia langsung menjulurkan tangannya
dan tidak tahu apakah karena tampangnya yang membuat orang
menyukainya atau karena dia melihat orang yang tepat, anak ini
begitu menjulurkan tangan jarang sekali pulang dengan tangan
kosong. oleh karena itu uang yang didapatnya selalu lebih banyak
daripada yang lain, tapi setiap kepingnya masuk ke kantongnya
sendiri. Tas besarnya sudah penuh tapi dia tetap saja tidak berhenti
untuk bergerak kesana kemari diantara kerumunan orang-orang,
hingga menubruk WuTao. WuTao tidak pernah memberikan uang
sepeser pun padanya.
Dia bukan tipe orang yang sembarangan memberikan harta
bendanya kepada orang lain, lagi pula dia mendapatkan uang itu
dengan susah payahi bahkanjauh lebih susah dibandingkan si
pengemis kecil.
Dia tahu si pengemis kecil sengaja menubruknya, hanya
sayangnya si pengemis kecil lebih licin dibandingkan ikan di lumpur,
begitu menubruk langsung kabur, dalam sekejap mata sudah tidak
terlihat lagi bayangan maupunjejaknya. Wu Tao tentu saja tidak
mengejarnya. Wu Tao bukanlah orang yang senang mengumbarkan marahnya
di depan orang lain, tapi sesudah ditubruk tadi, suasana hatinya
untuk melihat keramaian menjadi hilang.
Wu Tao lalu kembali ke penginapan dan mengambil kudanya lalu
masuk ke dalam kotaJi Nan. Dia benar-benar masuk ke kota Ji Nan.
Tidak peduli dari mana asalnya, kali ini benar-benar tidak
bohong. Pada waktu tengah hari, dia sudah sampai di kotaJi Nan.
ooo)o(ooo Di dalam gedung pertunjukkan terdengar bunyi gong dan
genderang, seorang gadis berkepang dua yang berusia kurang lebih
17-18 tahun sedang berjungkir balik di dalam gedung. sepasang kaki
yang indahi lurus dan lincah yang sepertinya setiap saat dapatpatah
karena hanya ditahan oleh tali tipis yang terbuat dari kain sutra.
"Nah, sekarang kau telah menolongku, tujuanmu sudah
tercapai."
Pengemis kecil itu berkata,
"Perbuatanku yang mana yang tidak benar?"
gadis berkepang itu dibuat terdiam oleh pertanyaan tadi, bahkan
tidak bisa tidak mengakui bahwa perkataannya memang berdasar.
si pengemis kecil itu bertanya lagi padanya,
"sekarang bagaimana caranya kau berterima kasih padaku?"
"Berterima kasih padamu?" gadis berkepang tadi tidak dapat
menahan dirinya untuk berteriaki
"Kau bahkan ingin aku berterima kasih padamu?"
"sudah seharusnya kau berterima kasih padaku." si pengemis
kecil itu berkata dengan gagah.
"orang berbaju hijau itu melakukan sesuatu tidak pernah
setengah-setengah, ilmunya juga tinggi, orangnya juga anehi kalau
aku tidak menggunakan cara ini, bagaimana mungkin kau bisa
menyelamatkan aku dari tangannya?"
gadis berkepang itu tidak bisa berkata apa-apa.
Si pengemis kecil itu bicara semakin anehi
"Kalau kau tidak bisa menolongku hatimu pasti sedih, aku hanya
ingin membuatmu senang dan aku sudah membantumu sebesar itu,
bagaimana mungkin kau tidak berterima kasih padaku?"
gadis berkepang itu tertawa, suara tawanya seperti bunga putih
kecil di tepi hutan yang sedang mulai mekar.
"Dasar kau setan cilik, akal bulusmu benar-benar banyak "
Bersambung Jilid-02 "Kalau hal ini tidak terpikirkan olehmu, aku bisa membantumu
memberikan pendapat," kata pengemis kecil itu.
"Ada siasat licik apa lagi?"
"Cuma ingin membantumu menemukan bagaimana caranya
untuk berterima kasih padaku."
"Cara apa" Katakanlah."
Gadis berkepang itu mengedipkan matanya, benar-benar ingin
mendengar akal bulus apa lagi yang dipikirkan anak ini
Pengemis kecil itu terbatuk kecil untuk menjernihkan suaranya
dan membalikkan mukanya seraya serius berkata,
"Apabila kau membiarkan aku untuk mencium bibirmu itu,
anggap saja sudah berterima kasih padaku, kita berdua impas."
Wajah gadis berkepang menjadi merah dan tampang si pengemis
kecil itu seperti yang serius akan melakukan apa yang telah
diucapkannya. "Berani sekali kau Kalau kau berani menciumku, aku akan......"
"Kau akan apa?"
Gadis berkepang itu bisa apa" Dia hanya bisa lari dan larinya
sangat cepat sehingga kedua kepangnya berkibar ditiup angin.
Kepang rambutnya bagaikan dua kupu-kupu yang terbang di
atasnya. Si pengemis kecil itu tertawa terbahak-bahak sampai
pinggangnya sakit.
ooo)o(ooo Sekarang sudah bulan 4, musim semi sudah tiba.
Pengemis kecil itu tidak mengejar kupu-kupu itu. Walaupun dia
menyukai kupu-kupu yang cantik tapi dia tidak suka melihat muka
yang putih pucat seperti orang mati itu. Di dalam hutan jauh lebih
aman dibandingkan di luar.
Dia lalu memasuki hutan itu, ia ingin mencari pohon yang
berdahan besar untuk tidur. Tidak disangka sebelum dia
menemukan pohon, sudah ada orang yang mencari dia.
Yang datang semuanya ada lima orang dan datang dari empat
penjuru, mengurungnya di tengah-tengah.
Kelima jagoan itu. berwajah gelap dan galaki kelihatannya
biarpun mereka bukanlah jagoan dari dunia persilatan tapi
setidaknya untuk membunuh anak kecil seperti dia bukanlah hal
yang sulit. Diantaranya ada seseorang yang di lehernya tumbuh benjolan
besar seperti tumor yang ternyata adalah pemimpin mereka dan di
tangannya terdapat sebilah golok penjagal sapi. Dia tertawa melihat
si pengemis kecil.
"Saudara kecil, kamu mengerti aturan atau tidak" Saudara kami
sudah sangat tertarik pada kambing gemuk itu, mengapa kau mau
merebutnya?"
"Kambing gemuk" Kambing gemuk dari mana?"
Dengan tampang tidak mengerti si pengemis kecil berkata,
"Bahkan kambing kurus pun aku tidak pernah memegangnya,
kapan aku pernah berebut kambing gemuk dengan kalian?"
"Lewat tanganmu tercium aroma kekayaan, paling sedikit yang
ada di depan itu kita dapat bagian setengahnya, yang begini pun
kamu tidak mengerti?"
"Tidak," kata pengemis kecil itu. Paling sedikit aku sudah 30-50
hari tidak mandi, seluruh badanku baunya setengah mati, mana ada
aroma kekayaan"
Dia menarik lengan bajunya sendiri serta mencium- ciumnya,
tapi tak lama dia langsung menjauhkan hidungnya dan mengejapkan
matanya. "Bau sekali, benar-benar bisa membuat orang mati karenanya,
kalau tidak percaya coba saja kau cium sendiri"
Pemimpin mereka itu sangat marah
"Hey bocah tengiki kau pura-pura bodoh, ya?"
Dia memutar-mutar pergelangan tangannya yang memegang
pisau jagal itu, saudara-saudaranya langsung bersorak memberi
dukungan, "Buat si brengsek kecil ini tidak berkutik dulu baru bicara, kita
lihat apa dia itu sayang uang atau sayang nyawa?"
Pengemis kecil itu akhirnya sadar.
"oh, ternyata kalian ini perampok yang mau merampas uangku."
Dia menghembuskan nafasnya.
"Perampok perampas uang, ternyata mau merampas uang
seorang pengemis kecil, perampok yang demikian juga sangatjarang
ditemui." Pemimpin itu menelan ludahnya lalu mengacungkan goloknya,
pengemis kecil itu cepat-cepat mengangkat tangannya.
"Kau tidak boleh marah, kalau marah maka benjolanmu itu akan
bertambah besar, bahkan mungkin saja besarnya melebihi besar
kepalamu dan kalau sudah begitu jadi tidak menarik lagi."
Dia tersenyum sampai terlihat lesung pipinya sambil berkata,
"Asalkan tidak marah, apapun yang kau inginkan akan kuberi."
"saudara kami tidak suka yang lainnya, asalkan melihat uang
yang berkilauan, kemarahannya akan langsung mereda."
"Kalau uang aku tidak punya, bagaimana kalau barang
berharga?"
"Boleh." Pemimpin itu reda marahnya dan tertawa.
"Tentu saja boleh."
"Kalian mau yang besar atau mau yang kecil?"
"Tentu saja yang besar, makin besar makin baik."
"Kalau begitu jadi lebih mudah." si pengemis kecil tertawa dan
berkata, "Yang lain aku tidak punya tapi barang berharga aku punya satu
bahkan luar biasa besarnya."
Tiba-tiba pengemis kecil berbaring di tanah dan melindungi
kepalanya dengan tangannya serta berkata,
"Barang berharganya ada di sini, kalian cepatlah mengambilnya."
Yang lainnya tidak melihat bayangan sedikitpun dari barang
berharga itu, lalu bertanya dengan galak,
"Di sini mana ada barang berharga?"
"Barang berharga itu ya aku, akulah barang berharga itu."
Sambil menutup hidungnya berkata,
"Segini besarnya barang berharga itu kalian tidak mau?"
Kali ini pemimpin itu benar-benar naik darah, benjolan yang ada
di lehernya benar-benar seperti membesar.
"Dasar anak kurang ajar, berani melecehkan leluhurmu?"
Kali ini dia benar- benar mengayun- ayunkan pisaunya
mengancam, sekali menyerang tubuh pengemis kecil pasti tersayatsayat.
Paling sedikit bisa kehilangan setengah nyawa.
saudara-saudaranya yang lain pun ikut menyergap. semua mata
pisau menghadap ke si pengemis kecil, walaupun senjata yang
digunakan mereka bukanlah senjata yang digunakan oleh para
jagoan di dunia persilatan tetapi masih bisa menakuti s i pengemis
kecil. Dia ketakutan sampai seluruh badannya gemetaran, tapi sinar di
dalam kedua matanya sama sekali tidak memancarkan arti
ketakutan sedikitpun.
Tiba-tiba dari luar hutan ada 4-5 berkas sinar yang masuk ke
dalam hutan, diantaranya ada sinar yang berwarna perak yang
bersinar paling terang, tapi tidak terlihat terlalu jelas juga.
Kedatangannya sangatlah cepat bahkan dengan kecepatan
penglihatan manusia tidak akan bisa melihatnya. Begitu sinar itu
masuk dan melewati mereka, kelima orang itu langsung tersungkur
di tanah secara bersamaan dan tidak akan pernah bangkit lagi untuk
selamanya. Kelima orang yang berbadan sehat seperti sapi itu tidak sempat
menarik nafas sudah keburu mati. serangan gelap tadi sangat cepat,
tepat, dan menakutkan. serangan seperti itu hanya bisa dikeluarkan
oleh pesilat tangguh berilmu tinggi dari dunia persilatan dan yang
berilmu tinggi seperti itu bila dicari di seluruh negeri pun tidak akan
ada sampai 10 orang. serangan itu paling sedikit dilakukan oleh dua
orang karena sinar tadi datang dari dua penjuru yang berbeda dan
warnanya pun berbeda.
Pesilat tangguh seperti mereka, bagaimana mungkin muncul di
tempat seperti ini pada waktu yang bersamaan" sinar tadi sudah
menghilang, orangnya pun tidak ada.
Pengemis kecil itu sama sekali tidak melihat sinar itu, terlebih
lagi sama sekali tidak melihat ada orang diluar hutan itu
Dia tentu saja tidak tahu siapa yang telah menolongnya, tapi biar
bagaimanapun nyawanya telah terselamatkan sehingga sudah
seharusnya dia berterima kasih. Angin bertiup di antara pepohonan
dan dedaunan, hutan kosong sunyi sepi.
Dia tiba-tiba bangkit dari tanah dan jangankan ada perasaan
sedikit berterima kasihi dia malah gusarnya setengah mati sampai
mukanya pun merah.
"orang brengsek mana yang telah menolongku?" Dia bahkan
memaki, "Siapa yang menyuruhmu menolongku" Apakah kalian kira
melawan perampok rendahan seperti mereka pun aku tidak
mampu?" sudah ditolong tapi dia malah balas memarahi.
Jika mau ditelusuri, di dunia ini mana ada bajingan yang paling
tidak tahu diuntung dan paling tidak waras selain si pengemis kecil"
Untungnya orang yang telah menolongnya itu sudah pergi, kalau
tidak mungkin yang tadinya hidup pun bisa jadi mati.
Kalau tidak ada pendengar sama sekali, baik itu pembicaraan
orang, nyanyian, atau bahkan makian, semuanya adalah sesuatu
yang membuat orang lelah dan bosan.
Pengemis kecil itu juga merasa dia semakin marah semakin tidak
ada artinya. Dia juga sudah lelah memaki dan juga ingin mencari
sebatang pohon untuk beristirahat sejenak setelah itu baru
memikirkan bagaimana cara mengurusi kelima mayat itu karena
walaupun mereka hanyalah perampok tingkat delapan (rendahan)


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi jangan sampai setelah matipun peti mati saja tidak punya.
Kali ini akhirnya dia menemukan dahan pohon yang sesuai
dengan keinginannya untuk beristirahat dan sedang bersiap-siap
untuk memanjatnya.
Dia sudah membalikkan badannya, oleh karena itu sama sekali
tidak melihat apa yang terjadi di belakang punggungnya.
Dia juga tidak menyangka bahwa diantara kelima orang itu masih
ada seorang yang masih hidup.
orang yang sudah mati tidak akan hidup kembali. Yang mati pun
bukan lima orang, melainkan empat orang.
Pimpinan perampok itu sama sekali belum mati, begitu si
pengemis kecil membalikkan badannya, Mayat nya mulai bergerak.
Tidak tahu mengapa, walaupun dia sudah menderita luka parah
tapi gerakan tubuhnya masih luar biasa tangkas, jauh lebih tangkas
daripada sebelumnya.
Pengemis kecil sudah sampai di depan pohon yang hendak
dipanjatnya. Pemimpin perampok itu memandangi si pengemis kecil
dengan matanya yang berlumuran darah dan benjolan yang ada di
lehernya berubah menjadi merahi dari merah berubah menjadi
ungu yang terang seperti kristal berwarna ungu yang bercahaya dan
transparan. Tiba-tiba tubuhnya melonjak seperti seekor macan kumbang
hendak menerkam ke arah pengemis kecil itu. Gerakannya bukan
berasal dari kekuatan yang dimiliki perampok tingkat delapan,
bahkan perampok tingkat tujuh, enam, lima, empat, tiga juga tidak
bisa. sebetulnya baik perampok tingkat dua sekalipun tidak akan
dapat melakukannya. Kekuatannya adalah kekuatan tingkat satu.
Walaupun dia terluka, tapi kehebatan jurus pukulannya, baik
kecepatan, tenaga, jurus, maupun kekuatannya semuanya nomor
satu. Meskipun golok penjagal sapinya sudah terlepas dari tangannya
pada saat dia jatuh tersungkur tadi, tapi kedua kepalan tinjunya
lebih menakutkan dari pisaunya.
Urat-urat tangan berwarna hijau yang ada di atas kepalan
tinjunya pun berubah menjadi ungu kemerah-merahan yang
bercahaya dan transparan.
Sekarang baru tahu bahwa orang ini sama sekali bukan orang
sembarangan, apa pun yang dilakukannya tidak menunjukkan
kekuatan orang rendahan, yang sebelumnya pasti hanyalah purapura
saja. orang yang memiliki kekuatan tingkat atas tidak mungkin mau
mengangkat saudara dengan yang kekuatannya tingkat rendahan.
Tidak bisa dipercaya kalau pengemis kecil itu sama sekali tidak
bisa melihatnya. Tapi dia memang sama sekali tidak melihat karena
dia tidak memiliki mata di belakang tubuhnya.
Untungnya dia memiliki sepasang telinga yang tajam sehingga
bisa mendengar bunyi udara yang dipukul pada saat orang itu
melancarkan pukulannya. Begitu bunyi itu datang, dia sudah rebah
di atas tanah. Hanya terdengar bunyi d uar dan membuat pohon yang lebih
keras daripada karang di lautan itu tumbang dengan satu pukulan.
Pengemis kecil itu kaget sekali.
seluruh badannya tidak ada yang terluka tapi sekujur tubuhnya
basah oieh keringat dingin. saudara-saudaranya yang lain mungkin
semuanya hebat seperti dia.
orang yang memiliki kekuatan tingkat atas berpura-pura menjadi
orang yang kekuatannya rendah adalah sesuatu yang sangat
membahayakan sekali, jika tadi tidak ada yang menolongnya,
bagaimana mungkin dia bisa hidup sampai sekarang"
Dia sekarang baru mengerti, baru sadar bahwa tidak seharusnya
dia marah tadi. Tapi yang tidak bisa dimengerti, mengapa pesilat
tangguh dari dunia persilatan sengaja berpura-pura untuk merebut
barang curian si pengemis kecil" Dan juga mau mengambil nyawa
pengemis kecil itu. Adakah yang tahu apa sebenarnya yang terjadi"
ooo)o(ooo BAB III BERANEKA RAGAM PANJI (BENDERA)
Tanggal 16 bulan 4, lewat siang.....
Bagi Song chang Sheng, begitu hari ini dimulai, sama sekali tidak
ada perbedaan dengan hari-hari sebelumnya, tetapi sesudah
menyantap makan siang, dia menemukan satu masalah aneh yang
tidak pernah ditemuinya seumur hidupnya.
Song chang Sheng adalah pemilik toko penjual peti mati satusatunya
yang ada di kota kecil Liu. Mungkin karena penduduk di
kota ini hidupnya sangat sederhana dan bersahaja sehingga hidup
mereka lebih panjang, oleh karena itu bisnisnya tidak begitu bagus
bahkan ada kalanya uang yang didapatnya tidak cukup untuk
makan. Tak disangka hari ini, setelah selesai makan siang, ada
sejumlah bisnis besar yang datang ke tempatnya.
Pada saat itu, dia sedang duduk di meja kasir sambil terkantukkantuk.
Angin yang bertiup di bulan 4 masuk ke dalam melalui
jendela dan membuat sekujur tubuhnya tidak enak membuat dia
merasa seakan-akan segala sesuatunya ada yang tidak beres.
Yang lebih menjengkelkan lagi, baru saja dia tidur tiba-tiba
dibangunkan orang dan orang itu adalah seorang pengemis kecil.
Biasanya kalau ada pengemis yang datang, sedikit banyak dia
akan mengeluarkan uang kecil untuk mereka, tapi hari ini bahkan
sedikit nasi pun dia tidak ingin memberikannya. Tak disangka malah
pengemis kecil ini yang mengeluarkan seonggok uang dari badannya
dan diberikan kepadanya.
Ternyata pengemis kecil ini datang bukan untuk minta sesuap
nasi. "Aku mau membeli peti mati, lima buah peti mati. Coba kau
hitung dulu apakah uang ini cukup atau tidak?"
Song chang Sheng termanggu-manggu. Pengemis kecil yang
hidup demi sesuap nasi, apabila meninggal ada tikar rumput yang
membungkus jasadnya saja bisa dibilang sudah bagus. Tapi
pengemis kecil Ini malah mau membeli peti mati dan sekali beli lima
buah peti. song chang sheng sudah melakukan bisnis ini selama 30 tahun,
Tapi kejadian seperti ini belum pernah dia temukan.
Lebih aneh lagi, setelah menaikkan kelima peti mati itu ke dalam
keretanya dan pergi bersama pengemis kecil itu ke hutan di luar
kota untuk mengambil mayat-mayat itu, ternyata setelah sampai di
sana bahkan satu mayat pun tidak ada. Kalau tidak ada yang mati
mengapa membeli peti mati"
Dia baru saja hendak bertanya kepada pengemis kecil itu apa
yang sebenarnya telah terjadi, pengemis kecil itu sudah lenyap.
bahkan uang pembelian lima peti mati sebesar 20 liang lebih juga
ditinggalkan begitu saja.
Jika pengemis kecil itu benar-benar hanya ingin
mempermainkannya saja, uang sebanyak 23 liang itu sama sekali
bukan main-main.
song chang sheng semakin dipikir semakin tidak mengerti.
Lebih tidak disangka-sangka olehnya, baru saja kelima peti mati
itu ditaruhnya lagi di tokonya, tiba-tiba ada orang yang datang mau
membelinya. Kali ini yang membeli peti mati lagi-lagi seorang pengemis, dan
sekali membelijuga lima buah peti.
Wajah pengemis ini sangat kasar, kelihatannya dia jauh lebih
galak dibandingkan dengan pengemis kecil tadi.
Song chang sheng tidak berani bertanya macam-macam
padanya, tapi tidak bisa tidak bertanya, orang yang mau dimasukkan
ke dalam peti ada di mana" Kelima peti ini mau diantar ke mana"
Pengemis berwajah kasar itu malah membalikkan wajahnya
berkata, "Ini adalah rahasia, rahasia dengan taruhan nyawa."
Ekspresinya benar-benar serius.
"Kalau kau tahu yang meninggal itu siapa, mulai hari ini hidupmu
akan merana seumur hidup."
selesai berkata, dia sendiri mencari dua buah kereta untuk
mengangkut peti-peti itu lalu pergi. song chang sheng sudah dibuat
terkejut sampai tidak berani mengeluarkan satu patah pun. Malam
itu dia sama sekali tidak bisa tidur.
Mayat-mayat yang ada di dalam hutan itu mengapa bisa tiba-tiba
hilang" Penjual peti mati Song chang sheng dan si pengemis kecil itu
sama-sama tidak mengerti.
Sewaktu dia pergi, mayat-mayat itu masih ada di sana dan
semuanya sudah mati. Pukulan pimpinan perampok itu adalah
pukulan terakhir dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, seperti
bertekad hendak mati sama-sama, oleh karena itu setelah
pukulannya mengenai pohon dia langsung mati lemas.
Empat mayat lainnya sudah menjadi dingin beku lebih dulu. Kali
ini pengemis kecil itu memeriksa ulang kembali semuanya baru
pergi. Pengemis kecil ingin membelikan peti mati untuk mereka. Kali
ini yang hendak mencuri uangnya lah yang menghendaki nyawanya.
Uang itu didapatnya dengan susah payah dan sebenarnya uang itu
hendak dibelikannya permen, kue, daging dan memberikannya
kepada gadis berkepang dua itu. Tapi malahan dibelikan peti mati.
Seseorang asalkan masih hidup, tidak bisa dihindari pasti ada
saatnya di mana harus melakukan sesuatu yang sama sekali tidak
dikehendaki oleh diri sendiri. Pengemis kecil tentu saja tidak tahu
mayat-mayat itu dibawa pergi oleh siapa, dan juga tidak menyangka
bahwa pengemis yang bermuka kasar itu bakal pergi ke toko song
Chang shen untuk membeli lima buah peti mati.
Dia hanya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat kejadian ini.
Pada malam harinya, dia sampai di kota Ji Nan. setelah berputar
dijalan raya besar sebanyak dua kali, dia melihat Wu Tao. Kedua
orang ini sepertinya memiliki alasan tertentu.
Mayat-mayat yang terdapat di dalam hutan itu dibawa pergi oleh
orang yang berbaju hijau itu dengan melemparkannya ke atas
pohon yang ditutupi daun lebat pada waktu pengemis kecil itu pergi
membeli peti mati.
orang berbaju hijau itu sama sekali belum melepaskannya, selalu
mengawasinya tapi sama sekali belum bertindak apa-apa.
Pengemis kecil itu pulang dari membeli peti mati dan mendapati
bahwa semua mayatnya hilang, sama sekali tidak berusaha untuk
mencari. Dia sudah membelikan peti mati bagi mereka dengan kata lain
sudah menunjukkan niat baiknya, tidak peduli mayat mereka
diambil oleh siapa sudah tidak ada hubungannya lagi dengannya, dia
sudah tidak tertarik lagi dengan masalah ini.
orang berbaju hijau itu justru sebaliknya sangat tertarik dengan
masalah kelima orang ini, bahkan menyuruh bawahannya untuk
membelikan lima buah peti mati dan menempatkan kelima mayat
itu ke dalamnya serta membawanya pergi, bahkan melepaskan
pengemis kecil yang selalu dikejarnya.
Apa hubungan antara kelima orang itu dengan orang berbaju
hijau itu" Mengapa dia mau mengurus kematian mereka" Mengapa
tiba-tiba membiarkan pengemis kecil itu pergi"
Para bawahannya sama sekali tidak berani menanyakannya, dia
juga tidak wajib untuk memberikan penjelasan apapun kepada
mereka, hanya mengeluarkan perintah pendek,
"Lain kali kalau kalian bertemu dengan anak itu di mana pun
juga, tidak boleh mengganggu dia."
Di mukanya yang pucat terdapat emosi yang sangat dalam.
"segera antarkan kelima mayat ini ke kota Ji Nan."
Di saat pengemis kecil bertemu dengan wu Tao, kelima peti
itujuga sudah masuk ke kota Ji Nan. Malam hari........
Bagi sebagian besar orang, malam ini tidak sama dengan malammalam
sebelumnya, di dalam kota Ji Nan pun lebih sunyi dan suram
dibandingkan biasanya. Toko-toko yang biasanya dagangannya
paling ramai, pagi-pagi sudah menutup tokonya, bahkan tidak
berani melayani pelanggan yang sudah terikat janji bisnis beberapa
hari sebelumnya.
Dua keluarga yang tadinya sepakat hendak mengadakan pesta
perkawinan di restoran Da san Yuan pun jadi beralih ke tempat lain
untuk merayakannya.
Tidak ada seorangpun yang tahu apa alasan dari semua ini,
semua pemilik restoran beserta pelayannya tidak ada yang mau
membuka mulut tentang hal ini.
satu-satunya yang bisa dijadikan petunjuk adalah semua toko
baik yang jauh maupun dekat semuanya milik orang yang paling
kaya dan berkuasa, Sun Ji Cheng. Luar rumah dan halaman keluarga
Sun dijaga ketat oleh pengawal-pengawal tangguh yang
menunggangi kuda yang bisa berlari sangat cepat, ke sana kemari.
Ketika pengemis kecil itu bertemu Wu Tao, saat itu Wu Tao
sedang makan malam di dalam sebuah restoran yang tidak terlalu
besar dan tampangnya sepertinya sedang tidak bersemangat,
bahkan dua piring berisi masakan dan sebotol arak di depannya
sama sekali tidak disentuhnya.
Pengemis kecil itu hampir sepanjang hari memperhatikannya
dari seberang jalan, lalu tiba-tiba menetapkan hatinya untuk
menemani dia dan menghilangkan kejemuannya serta sekalian
membantunya untuk menghabiskan kedua piring masakan dan
sebotol arak itu.
sayangnya orang tua yang bermuka panjang dan kotor itu sama
sekali tidak memperdulikan perasaannya dan mengacuhkan dia,
sepertinya tidak melihat sama sekali ada orang yang berdiri
dihadapanya. Pengemis kecil itu tertawa sambil memperlihatkan kedua lesung
pipinya. Dia bukanlah orang yang dengan seenaknya melepaskan
dua piring berisi masakan yang enak dan sebotol arak bagus begitu
saja. Walaupun orang tua ini lebih menyayangi uang daripada nyawa
alias kikir, tapi pengemis kecil itu percaya dia masih ada cara untuk
menghadapinya. Dia pertama-tama duduk dulu di depan orang tua itu, setelah itu
baru bertanya, "Apakah kau kehilangan dompetmu?"
Pertanyaan ini sudah ditelitinya lama, sesuatu yang bisa
membuat Wu Tao tidak bisa lagi tidak memperdulikan dia.
Wu Tao benar-benar masuk perangkap. dia mengangkat
kepalanya bertanya padanya,
"Bagaimana kau tahu kalau aku kehilangan dompetku?"
"Aku tentu saja tahu."
Pengemis kecil itu balik bertanya,
"Apakah kau mau kucarikan dompetmu?"
sambil berbicara, dia sudah mengambil sumpit yang ada di atas
meja dan memakan telinga babi, hati babi, usus babi, lambung babi,
dan ginjal babi dari dalam piring masing-masing dua buah. Wu Tao
hanya bisa melihatnya makan.
"Uang yang ada di dalam dompet itu cukup untuk membeli
seekor babi. Apakah kau benar-benar mau mencarikannya
untukku?" "sedikitpun tidak berbohong."
"Kapan kau bisa menemukannya kembali?"
"Saat ini juga." Pengemis kecil itu berkata,
"Aku bisa menemukannya kembali sekarang juga."
selesai berkata, daging iris panggang yang ada dipiring satunya
lagicjuga sudah habis setengah dimakannya.


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wu Tao tentu saja cepat-cepat bertanya,
"Mana dompetku?"
"Dompetmu ada di sini." sumpit yang ada di tangan kanan
pengemis kecil itu sama sekali tidak berhenti dan menggunakan
tangan kirinya mengeluarkan dompet itu,
"Bukankah ini milikmu?"
"Benar, itu milikku."
sama sekali tidak salahi tapi sayangnya isi dompet itu sudah
kosong. wu Tao hanya merasakan kegembiraan yang kosong.
"Di dalam dompetku seharusnya ada uang sebanyak 23 liang 33
sen." "Aku tahu itu" Pengemis kecil itu sambil makan daging dan
minum arak berkata,
"Tapi tadi aku hanya mengabulkan permintaanmu untuk
mencarikan dompetmu, tidak untuk mencarikan uangmu."
"Mana uangnya?"
"gangnya sudah habis kupakai."
Pengemis kecil itu membiarkan wu Tao marah dan melanjutkan
bicaranya, "Aku berani taruhan kau pasti tidak tahu bagaimana caranya aku
bisa menghabiskan uang itu."
Uang sudah tidak ada, marah pun percuma saja, dia
menundukkan kepalanya sambil menghembuskan nafasnya.
"Dengan uang 23 liang bisa untuk aku hidup selama satu bulan,
bagaimana kau bisa menghabiskannya dalam sekejap?"
"Aku membeli sedikit barang."
"Membeli barang apa?"
"Membeli lima buah peti mati."
Wu Tao menahan nafas, hanya bisa menatap pengemis kecil itu,
tampangnya seperti orang yang baru menginjak kotoran anjing saja.
"Untuk apa membeli peti mati?" dia tidak bisa menahan diri
untuk bertanya.
"Aku mengambil uangmu memang pada dasarnya ingin
membantumu untuk berbuat sedikit kebajikan."
Pengemis kecil itu berkata,
"Kebetulan sekali di tengah jalan aku melihat ada lima orang
yang sudah mati, makanya kau mewakilimu untuk membelikan peti
mati bagi mereka, mewakilimu untuk melakukan kebajikan."
Dia mengeluh berkata,
"Kesempatan seperti itu sebenarnya jarang ada, tapi dalam
sekejap saja kau bisa menemukannya, kelihatannya nasibmu benarbenar
bagus." Wu Tao melotot menatapnya sambil merapatkan bibirnya, tidak
tahu apakah ingin menangis atau ingin tertawa, atau ingin menggigit
si pengemis kecil itu.
Lewat beberapa lama baru dia mengeluarkan amarahnya, sambil
tertawa pahit berkata,
"Kalau begitu kelihatannya nasib baikku benar-benar bagus
untuk mereka."
orang tua ini ternyata bisa juga bicaranya. Pengemis kecil itu
tertawa. "Aku sudah mengira kau adalah orang yang mengerti akan baik
dan buruk."
Dia malah sengaja memanas-manasi dia,
"Lain kali kalau ada kesempatan seperti itu, aku pasti akan
memberikannya padamu."
Dia sepertinya berniat untuk membuat orang tua itu marah.
Wu Tao melototkan matanya kepadanya lama, tiba-tiba
menggebrakkan tangannya ke meja sambil berkata,
"Ambilkan araknya"
Dia memerintahkan pelayan restoran itu,
"Aku mau arak Lian Hua Bai 2,5 kg yang paling baik dan juga 5
macam masakan yang enak untuk menemani minum arak, tidak
peduli berapa pun harganya."
Kali ini si pengemis kecil pun dibuat kaget.
Tadi orang mengira dialah yang gila, tapi sekarang dia merasa
orang tua yang kikir itulah yang gila, kalau tidak bagaimana mungkin
tiba-tiba berubah menjadi bermurah hati dan boros.
Begitu arak datang dia langsung minum tiga cawan dan tertawa
keras sebanyak tiga kali setelah menaruh cawannya, sambil
mengeluarkan suara keras dari dadanya dan berkata,
"Puas....sungguh puas..., susah lama aku tidak minum sepuas
ini." Dia bahkan menuangkan secawan arak untuk si pengemis kecil.
"Mari, kau juga menemaniku minum arak ini, mau makan apa
langsung saja suruh mereka membawanya, hari ini kita makan
sampai puas."
Pengemis kecil itu langsung mengambil cawan berisi arak itu dan
membawanya ke mulutnya.
orang gila semuanya tidakpunya akal sehat, hanya berdasarkan
sedikit kebaikkannya saja, jika tidak mungkin dia akan gemar
memukul. Setelah minum tiga cawan araki Wu Tao tiba-tiba bertanya,
"Kau tahu tidak kenapa hari ini aku begitu gembira?"
"Tidak tahu."
"Karena kau."
Wu Tao tertawa dengan keras.
"Kaulah yang membuat aku gembir aku tidak pernah bertemu
bajingan seperti dirimu."
Pengemis kecil itu juga tertawa keras,
"Bajingan seperti aku memang sangat sukar ditemukan."
sekarang dia sudah bisa melihat bahwa orang tua itu sebenarnya
tidak gila, hanya saja hidupnya terlalu menghemat, terlalu banyak
aturan, terlalu kaku, jadi mencari kesempatan untuk dirinya supaya
rileks sedikit dan gembira sedikit. Dalam situasi seperti ini seseorang
itu biarpun sedikit gila adalah hal yang wajar.
Wu Tao minum secawan arak lagi lalu dengan tiba-tiba
menggebrak meja dengan menggunakan tenaganya.
"Bajingan-bajingan itu semuanya brengsek." Dia berkata,
"Kalau bukan karena bertemu denganmu, malam ini aku pasti
bakal dibuat mereka marah sekali sampai serasa tidak bisa tidur."
"Bajingan-bajingan itu siapa?"
"Lau Xiang sou si penjual kain sutra itu beserta anak buahnya."
Wu Tao benar-benar sedang marah,
"Aku sudah menyuruh orang untuk membawakan surat untuk
memesan kain sutra dari shan Dong, padahal sudah janji barangnya
bakal diterima hari ini bahkan uang pemesanannya pun sudah
dibayar, tapi hari ini mereka tutup bahkan sepertinya tidak ada
seorangpun di dalamnya, aku berteriak-teriak sampai
tenggorokkanku sakit pun tidak ada yang menghiraukan."
Pengemis kecil itu juga ikut menggebrakkan meja dengan sekuat
tenaga. "orang itu benar-benar brengsek, kita jangan hiraukan mereka,
ayo, minum... minum..."
Wu Tao hatinya senang lagi.
"Betul, kita jangan hiraukan mereka, ayo, minum... minum..."
sayangnya dia bukanlah peminum yang baik, baru saja dua
cawan arak yang masuk ke dalam perut, dia langsung besar kepala.
Mukanya merah seperti binatang yang bisa memanjat pohon, waktu
berbicara tenggorokkannya seperti tersedak sebutir telur saja.
Tapi otaknya sepertinya masih sadar, masih bisa bertanya
kepada pengemis kecil ini,
"Margaku Wu, namaku Wu Tao, namamu siapa?"
"Namaku Yuan Bao (barang berharga)." Pengemis kecil itu
berkata, "Itu loh barang yang disukai oleh orang-orang."
"Yuan Bao." Wu Tao tertawa keras.
"Nama ini benar-benar cocok sekali dengan orangnya."
saat ini orang berbaju hijau itu sudah memasuki kota Ji Nan.
Dua buah kereta yang mengangkut kelima peti mati itu juga
sudah tiba, tapi yang menarik keretanya bukan kuda melainkan
orang. Anak buah perkumpulan pengemis sama sekali tidak memiliki
kereta yang ditarik oleh kuda, apa saja yang mereka lakukan
semuanya harus mengandalkan diri sendiri, mengucurkan keringat
sendiri, menggunakan kekuatan sendiri
Ada pengemis bermuka bopeng yang mendorong kereta itu dari
belakang, orang berbaju hijau itu berjalan pelan-pelan dibela kang
mereka, kedua matanya masih saja dingin sambil menatap kosong
ke kejauhan. Walaupun raganya ada di sini tetapi hatinya seperti
berada di dunia yang lain, dunia yang tidak ada orang lain yang bisa
masuk ke dalamnya.
Taman Bulan Purnama. Tapi sepertinya tidak ada sinar bulan
yang bisa masuk ke taman ini. Kereta usang itu ditindih oleh petipeti
mati itu sampai berbunyi nyit...nyit... Udara di dalam penuh
dengan bau minyak tanah dan sampah. Warna wajah orang berbaju
hijau itu semakin pucat menakutkan.
sebenarnya mau diapakan kelima peti mati itu" Dikirim untuk
apa" Tidak ada seorangpun yang tahu dan tidak ada seorangpun
yang berani bertanya.
Kereta itu bergerak di kegelapan malam dan orang yang
mendorong kereta itu bermandikan keringat di udara yang dingin
ini. Tiba-tiba, 7-8 buah senjata yang panjang keluar dari kegelapan
malam, 70-80 orang jagoan berkelibat keluar dari kegelapan malam,
mengepung kedua kereta yang sudah tidak dapat bergerak itu.
Kepandaian setiap orangnya sangat hebat dan cepat, golok yang
tersampir di pinggang pun sudah keluar dan bercahaya diterpa sinar
malam. orang berbaju hijau itu berjalan terlalu lamban sehingga sudah
dihadang oleh kepungan di luar sehingga yang ada hanya si muka
bopeng, warna di muka bopengnya itu berubah seakan-akan setiap
bopeng yang ada di wajahnya mengeluarkan cahaya. Tapi dia tidak
bergerak sedikitpun.
Dia bisa melihat bahwa yang benar-benar menakutkan bukanlah
orang-orang ini, golok yang ditangan 70-80 orang jagoan ini apabila
digabungkan sama sekali tidak menakutkan, bila dibandingkan
dengan orang yang tangannya memegang secangkir arak.
orang ini duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari
kayupohon angsana yang didorong oleh orang. Kursi itu bisa
didorong karena di bawah kursi itu dipasang roda dan orang yang
duduk diatasnya sedang memegang cangkir arak di tangannya
karena dia memang sedang minum arak.
Tempat ini bukanlah tempat untuk minum arak dan sekarang
juga bukan waktunya untuk minum arak. Tidak ada seorang pun
yang duduk di kursi panjang dan sengaja menyuruh orang untuk
mengantarnya ke tempat ini untuk minum arak.
orang ini justru datang seperti itu, lagi pula sepertinya memang
datang untuk minum arak karena selain cangkir arak di tangannya,
dia sama sekali tidak tertarik dengan keadaan sekelilingnya.
Ada seseorang yang berdiri di sebelah kursi berodanya dan orang
itujustru kebalikkan dari dirinya. Dia berpakaian menarik serta
wajahnya selalu menampilkan muka yang penuh dengan senyuman
ramah, orang ini seperti sebatang lembing, sepertinya setiap saat
bisa terbang melesat menembus jantung orang lain.
Begitu sampai di depan kereta itu dia berkata dengan dingin,
"Margaku Lian dan namaku Lian Gen. orang-orang ini semuanya
adalah bawahanku, mereka bersedia mati demi aku kapan saja."
Gaya bicaranya langsung dan ringkas tapi sangat galak.
"oleh karena itu aku juga bisa mengambil nyawa kalian setiap
saat." si bopeng itu malah tertawa berkata,
"kebetulan sekali kita pun sedang tidak menginginkan orang lain
mati, sendiri juga tidak ingin mati." Dia berkata,
"Kami hanyalah si miskin yang menginginkan sesuap nasi."
"Aku bisa melihatnya."
"Kami sama sekali tidak membawa uang di tubuh kami, di dalam
kereta juga tidak ada barang yang berharga, hanya ada lima buah
peti mati saja."
si muka bopeng berkata,
"Di dalam peti juga tidak ada uang emas juga perhiasaan, di
dalamnya hanya ada beberapa orang mati." Dia berkata sambil
mengeluh, "Karena itu saya tidak mengerti mengapa kalian mau mencegat
kami?" "Kami hanya ingin meminjam beberapa barang untuk dibawa
pulang untuk dilihat."
"Barang apa yang bisa kami pinjamkan untukmu?"
"Peti mati." Lian Gen berkata,
"Kelima peti mati yang ada di atas kereta itu."
"Apakah kelima peti mati itu enak dilihat?"
"Peti mati tidak enak dilihat, orang mati juga tidak enak dilihat."
Lian Gen berkata,
"Yang enak dilihat aku tidak mau melihatnya, yang tidak enak
dilihat aku justru makin ingin melihatnya."
"Kamu benar-benar ingin melihatnya?"
"Ya."
"Tidak bisa tidak melihatnya?"
"Tidak bisa." Lian Gen berkata dtngan suara keras,
"Bahkan walaupun tetua Long Tou dan tetua Xiao dari
perkumpulan pengemis ada di sini, aku tetap akan melihatnya."
si muka bopeng menghela nafasnya.
"Kalau begitu, mengapa tidak sekarang saja kau perintahkan
beberapa orang ini untuk menggantikanmu mati."
Wajah Lian Gen langsung berubah, dengan perlahan
mengeluarkan tangannya lalu dengan tiba-tiba membalikkan
telapak tangannya dan golok salah satu anak buah di belakangnya
langsung berada di tangannya lalu langsung mematahkannya
menjadi dua dengan kedua tangannya.
orang yang ditangannya ada cangkir arak yang duduk di kursi
beroda setelah ini baru mengeluarkan suaranya,
"Ilmu silat yang hebat. ..ilmu silat yang hebat... "Dia tersenyum
berkata, "Bahkan orang-orang di wisma Raja Cakar Elang di Huai Nan
kemungkinan juga tidak banyak yang bisa menandingimu."
Lian Gen tertawa dingin,
"Mereka memang bukan tandinganku."
Dengan menggunakan kedua tangannya dia mengambil golok
yang dipatahkannya tadi dan tiba-tiba sebelah tangannya
melemparkannya lalu hilang, hanya terdengar suaranya saja,
ternyata golok yang patah itu sudah masuk menembus peti mati itu.
Raut muka si bopeng sama sekali tidak berubah, hanya berkata
dengan dingin, "Untung sekali yang di dalam peti mati itu adalah orang mati,
ditusuk beberapa kali pun tidak jadi masalah."
"Dia sudah mati, tapi kau belum mati."
Di tangan Lian Gen masih ada sebagian lagi dari golok patah tadi.
"Yang ini adalah bagianmu."
Perkataan itu baru saja selesai diucapkan, tiba-tiba ada
seseorang yang muncul di antara Lian Gen dan si muka bopeng.


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seseorang yang bewajah putih pucat dan berbaju hijau yang
datangnya bagaikan ditiup angin.
Lian Gen mundur setengah langkah ke belakang lalu bertanya,
"siapa kau?"
orang yang berbaju hijau itu seolah-olah tidak mendengar apa
yang dikatakannya dan juga seolah-olah tidak melihatnya. Dengan
perlahan-lahan dia mengeluarkan panji-panji kecil dari tubuhnya
yang diikatkan pada tiang bendera hitam yang panjangnya 6-7 cun.
Apakah panji-panji kecil ini adalah alat yang digunakannya untuk
membunuh orang"
Tangan Lian Gen yang digunakan untuk memegang golok itu
mengeluarkan keringat dingin dan tangan semua orang yang
memegang golok pun mengeluarkan keringat dingin.
siapapun bisa melihatnya orang yang berbaju hijau itu bisa
membunuh orang hanya dengan menggunakan sebatang ranting
pohon. Dia sama sekali tidak membunuh orang. Dia hanya
menancapkan panji-panji itu satu persatu di atas kelima peti mati
itu. Lima buah peti mati, lima buah panji.
Dia pergi sesudah menancapkan semua panji-panji itu.
Pengikutnya pun mengikutinya pergi dan meninggalkan kelima peti
mati yang tadinya sampai mati pun tidak akan diserahkan. semua
jagoan yang membawa golok itu sebera memberikan jalan.
Yang mereka inginkan hanyalah peti-peti mati itu dan bukan
orangnya. Karena mereka sudah meninggalkan peti-peti itu, mereka
juga tidak mau mencari masalah lebih jauh, lebih cepat memeriksa
lebih cepat pulang, lalu minum araki mandi, dan tidur Jauh lebih
baik daripada mempertaruhkan nyawa di tengah malam.
Tidak ada yang menyangka mereka akan pergi tapi mereka
benar-benar telah pergi dan hanya meninggalkan lima buah panji
yang ditancapkan di atas kelima peti mati itu. Mengapa mereka
berbuat demikian"
Tidak ada seorangpun yang mengerti dan tidak ada seorangpun
yang mencoba berpikir untuk mengerti.
Di lorong panjang yang gelap. dengan sinar bulan yang berwarna
putih, tiupan angin yang dingin, Lian Gen tiba-tiba mengangkat
tangannya. "Kita pergi." Dia berkata,
"Bawa serta kelima peti itu."
Ada empat orang menyarungkan goloknya dan mendorong
kereta ini. Baru saja berjalan dua langkahi tiba-tiba mereka
berhenti, sepertinya empat pasang kaki itu terkena semacam ilmu
hitam karena bagaikan ada tangan yang tidak terlihat yang
menancapkan paku-paku di keempat pasang kaki itu sampai ke
tanah sehingga tidak bisa bergerak.
Mata keempat orang itu dan yang lainnya semuanya menatap ke
satu arah, yaitu menatap ke panji-panji itu.
Kebetulan pada saat itu ada angin yang bertiup dan mengibarkan
panji-panji yang tertancap itu, ternyata di atas panji-panji itu penuh
dengan gambar kuntum bunga beraneka warna. Dibawah cahaya
sinar bulan, gambar-gambar itu terlihat lebih hidup,
setelah beberapa saat barulah kaki keempat orang itu bisa
bergerak tetapi bukan bergerak maju malah bergerak mundur.
Lian Gen marah besar dan dia memerintahkan anak buahnya
dengan nada seperti dalam ketentaraan yang tidak ada seorangpun
yang berani melawannya.
Mereka tidak berani melawan juga tidak berani mengelak, tapi
rasa takut dan hormat mereka terhadap Lian Gen tidak berkurang.
Tapi mereka sudah tidak ada yang berani menggerakkan kelima
peti mati tersebut.
Lian Gen menjulurkan telapak tangan besinya dan mencengkram
lengan salah seorang anak buahnya. sekuat apapun lengan
seseorang apabila sudah terkena cengkraman tangan besinya pasti
akan hangus remuk.
sekali mengeluarkan perintahi dia tidak akan mengucapkannya
dua kali, dia akan menggunakan tindakan untuk menekankan hal
itu. suara tulang lengan yang remuk itu membuat bulu kuduk orang
berdiri di dinginnya angin malam. suara jeritan orang yang remuk
lengannya itu seperti lolongan serigala layaknya.
Dengan pandangan sedingin es, Lian Gen menjulurkan goloknya
kedepan muka setiap orang yang ada di sana sambil berkata,
"Adakah, orang yang mau membawa kelima peti mati ini?"
Tidak ada yang berani mendekat, tidak ada seorangpun yang
berani. orang yang duduk di kursi beroda itu tiba-tiba meletakkan
cangkir araknya dan menghela nafas panjang.
"Tidak ada gunanya." Dia berkata,
"walaupun kau bunuh mereka semua juga tidak akan ada
gunanya. Tetap saja tidak akan ada yang berani menyentuh kelima
peti mati itu."
Lian Gen membalikkan kepalanya dan bertanya dengan nada
marahi "Mengapa?"
"Karena mereka semua mengenali panji-panji yang ada di atas
peti-peti itu." orang yang duduk di kursi beroda itu berkata,
"30 tahun ini, di kota Ji Nan dalam radius 800 li tidak ada seorang
pun yang berani mengusik panji bunga milik tuan besar tua Tian."
Lian Gen tertawa dingin.
"Kalau mengusiknya lalu apa yang akan terjadi,"
"Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi." orang yang duduk di
kursi roda itu berkata,
"Mengapa tidak kau coba saja sendiri?"
Urat-urat yang ada di dahi Lian Gen kelihatan menonjol.
"Aku justru ingin mencobanya,"
Keretanya masih ada dijalan, peti matinya masih ada di atas
keretanya, dan panjinya masih ada di atas peti matinya.
Lian Gen mendekati secara perlahan-lahan, urat-urat yang ada di
belakangan tangannya sudah menonjol.
Dia benar-benar ingin mencabut sendiri panji-panji itu.
Dengan ilmu silat serta ilmu golok yang tinggi, pohon yang besar
sekalipun bisa dicabut olehnya. Tapi dia malah tidak bisa mencabuti
panji-panji kecil itu.
Baru saja tangannya terjulur ke depan, ternyata sudah ada orang
tua berbaju hitam yang kurus kering, pendek dan kepala botak yang
berdiri di depan kereta itu dan menggunakan tangannya yang kurus
kering menangkap lengan Lian Gen dan memegang telapak tangan
besinya. Wajah Lian Gen langsung menggeliat kesakitan, walaupun
badannya masih berdiri di sana tetapi keringat dingin sebesar
kacang sudah keluar membasahi tubuhnya.
orang tua berkepala botak itu hanya menatap dingin kepadanya
dan bertanya dengan nada dingin,
"Kamu adalah pengurus kediaman Sun Ji Cheng yang berjulukan
Tenaga Dewa Iblis itu?"
"Ya." Suara Lian Gen terdengar sangat menderita dan kesakitan.
"Ya, aku adalah Lian Gen."
"Kalau begitu kau telah melakukan kesalahan." orang tua itu
berkata, "Ada dua hal yang kamu salah."
"oh?"
"Yang pertama, kau sama sekali tidak boleh mengusik panji-panji
ini." "Yang kedua?"
"Yang kedua, kau terlalu tinggi menilai ilmu silatmu sendiri"
orang tua itu berkata dengan dingin,
"Ilmu silatmu masih jauh bila dibandingkan dengan orang-orang
dari wisma Raja Cakar Elang di Huai Nan."
Seusai mengucapkan kalimat itu, terdengar suara tulang yang
remuk di tengah tiupan angin malam.
Lian Gen menjerit, badannya terangkat seperti pohon yang
dicabut sampai ke akarnya dan terlempar seperti tombak yang
dilempar. Bawahannya langsung mundur, yang tertinggal hanya orang yang
duduk di kursi beroda itu yang sedang tertawa dan bertepuk tangan.
"Tiga raja dari Huai Nan, yang terkuat, Lao Wang." Dia berkata
dengan nada memuji yang tulus,
"Ilmu cakar elang tuan Lao Wang benar-benar hebat."
"Hebat, benar-benar hebat." Ternyata dalam lorong yang gelap
masih ada seseorang yang bertepuk tangan dan tertawa. Tidak
disangka pengurus Zheng dari restoran Da San Yuan juga punya
mata yang jeli, dengan sekali melihat sudah dapat menebak ilmu
yang digunakan paman Lao Wang, benar-benar hebat.
Usia orang ini masih muda tapi badannya sangat tinggi.
Walaupun usianya juga tidak bisa dikatakan masih kecil tapi kalau
tertawa kelihatannya seperti anak kecil. Tampang orang ini tidak
bisa dikatakan tampan, mata yang kecil, mulut yang besar, hidung
peseki muka bulat, sekali tertawa matanya langsung tidak terlihat,
tapi tampangnya enak dilihat.
orang ini ternyata juga duduk dikursi di atas kereta yang bisa
bergeraki juga seperti Zheng Nan Yuan yang mendorong sendiri
kursinya, dia juga mendorong sendiri kursinya untuk mendekat.
Zheng Nan Yuan tertawa.
"Ternyata tuan muda Tian." Dia memberi salam dari kursi
beradanya, "Apa kabar tuan muda?"
"Pengurus Zheng, apa kabar?"
"Mengapa tuan muda juga menggunakan kursi yang seperti ini?"
"saya mempelajarinya darimu." Tuan muda Tian dari partai Panji
Bunga berkata, "Dari dulu aku sudah ingin menggunakan kursi yang seperti ini."
"Tapi aku ingat dua hari sebelumnya tuan muda masih
bersemangat, tuan muda bisa naik 20 lebih anak tangga di sebuah
kedai kecil dengan mudah."
"Di mana kau menemukan mereka?"
"Kedua kakiku ini memang sangat berguna sekali, kalau tidak
tuan besar kami tidak akan memanggilku Tian Ji Zi."
"Lalu mengapa tuan muda duduk di kursi seperti itu?" Zheng Nan
Yuan bertanya lagi.
"Karena aku seorang pemalas," kata Tian Ji Zi. "Aku selalu
merasa sayang harus membuang tenaga hanya untuk berjalan kaki."
Zheng Nan Yuan tertawa lagi. Kedua orang itu tertawanya sangat
gembira sekali.
"Apakah pengurus restoran seperti anda datang ke tempat ini
karena kelima tamu kami?"
"Tamu" Lima tamu yang mana?"
"Yang memiliki panji yang diberikan tuan besar kami adalah
tamu kami, baik mati atau hidup sama saja." Tian Ji Zi tertawa
sambil bertanya, "Apakah anda bisa membiarkan aku untuk
membawa pergi mereka semua?"
"Silahkan."
Zheng Nan. Yuan segara mendorong kursinya menyingkir. Dia
adalah orang yang tahu diri, lebih dulu mendorong kursinya untuk
memberi jalan kepada Tian Ji Zi.
Tak disangka tuan Lao Wang berkata terlebih dahulu, "Tunggu
dulu." Zheng Nan Yuan baru saja membalikkan mukanya, sepasang
cakar elang tuan Lao Wang yang sudah terkenal di dunia persilatan
sudah berada di depan tenggorokannya.
Tangan inilah yang tadi meremukkan tangan Lian Gen, dengan
menggunakan sedikit tenaga, tenggorokan siapa pun pasti
berlubang. Zheng Nan Yuan sama sekali tidak mengedipkan matanya, hanya
berkata dengan tawar, "Ada apa?"
"Kamu tahu orang mati yang ada di dalam peti mati itu siapa?"
"Tidak tahu."
"Lalu mengapa kau ingin melihat kelima peti mati itu?"
"Karena kemarin malam di rumah majikan kami terjadi kejadian
yang aneh." Zheng Nan Yuan berkata,"oleh karena itu semua orang
yang baru datang hari ini ke kota Ji Nan, tidak peduli hidup atau
mati, kami ingin melihatnya."
Di waktu yang bersamaan, Wu Tao sedang mabuk berat di dalam
restoran. Pengemis kecil yang bernama Yuan Bao itu hanya duduk di
sebelahnya memandangi Wu Tao, dia tidak tahu apakah dia sendiri
sadar atau mabuk.
Dengan situasi yang terjadi malam ini, orang-orang yang sudah
berada di kota Ji Nan semua akan merasa kalau mabuk lebih baik
dibandingkan sadar.
Di mana-mana terdapat timbunan kayu besar yang didatangkan
dari berbagai daerah, udara di sekelilingnya dipenuhi oleh wangi
yang berasal dari serpihan kayu.
Semua orang tahu bahwa dalam jarak 800 li tidak ada lagi
perusahaan kayu yang lebih besar dari "Sen Ji", tapi tidak ada
seorangpun yang tahu bahwa ini adalah salah satu cabang dari
partai Panji Bunga.
Dibelakang lapangan yang penuh dengan wangi kayu ada sebuah
gubuk kayu yang tinggi dan luas. Kereta bobrok yang membawa
kelima peti mati itu sudah dibereskan dengan cara dipereteli
menjadi sampah sedangkan kelima peti mati itu sudah dibawa
masuk ke dalam gubuk kayu itu.
Diatas sebuah meja yang dibuat dengan menggunakan paku kayu
yang besar, terdapat sebuah lentera, semangkuk daging, satu guci
arak, dan tiga set cangkir dan sumpit. Tapi hanya ada dua orang
yang duduk. Mata elang si "cakar elang" Lao Wang sedang menatap tajam
orang yang duduk dihadapannya, Tian Ji Zi.
"Apakah kau benar-benar percaya si marga Zheng itu hanyalah
seorang pengurus kedai arak biasa?"
"Aku tidak percaya."
"Kalau begitu seharusnya tadi kau tidak memintaku untuk
melepaskannya."
"Untuk apa kau menahannya?" Tian Ji Zi tertawa.
"Mengudangnya kemari untuk minum arak?"
"Paling tidak aku bisa menjejal ilmu silatnya."
"Kau tidak perlu menjejalnya." Tian Ji Zi berkata dengan pasti,
"Ilmunya tidak lebih bawah dibandingkan ilmu kita."
Si cakar elang tidak berbicara lagi, biji matanya mendadak
mengerut dan dengan tiba-tiba membalikkan badannya dan
melompat, dengan satu tangan melindungi kepalanya, dia
mendobrak keluar jendela.
Di luar jendela tidak ada orang sama sekali.
Ternyata orang itu telah masuk ke dalam melalui jendela yang
lainnya. Orang yang bermuka putih pucat seperti orang mati dengan
pandangan mata yang sepertinya selalu melihat ke kejauhan, baju
hijau di badan sudah dicuci bersih, sebelah lengan bajunya terselip
di pinggang. Tian Ji Zi. memandanginya, lalu memandangi kelima peti mati itu.
Dia menggelengkan kepalanya dan tertawa pahit. "Mengapa kau
selalu mencampuri urusan bisnis kami?"
Orang berbaju hijau itu balas bertanya, "Mengapa tidak kau
tanyakan orang-orang itu mengapa mereka tertarik dengan kelima


Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peti mati ini?"
"Sudah kutanyakan." Tian Ji Zi berkata, "Dia hanya berkata
kemarin malam di rumah majikannya telah terjadi suatu kejadian
yang aneh."
"Mengapa tidak kau tanyakan kejadian aneh seperti apa yang
telah terjadi?"
"Aku tidak perlu bertanya, karena aku sudah mengetahuinya."
Tian Ji Zi berkata, "Di rumah mereka ada tiga orang yang terbunuh."
"Siapa ketiga orang itu?"
"Yang satu pengawal pribadinya Qiu Bu Dao, yang satu Liu Jin
Niang yang terkenal sebagai orang yang ahli menyulam dan mantan
dayang istana," kata Tian Ji Zi. "Masih ada satu lagi yaitu majikan
mereka Sun Ji Cheng."
"Sun Ji Cheng juga mati?" Orang berbaju hijau itu terkejut.
"Bagaimana matinya?"
"Rumornya mati oleh pukulan tinju Xiao Lin milik Qiu Bu Dao,
sekali pukul langsung mati."
"Lalu Qiu Bu Dao?"
"Mati keracunan oleh arak beracun." Tian Ji Zi berkata, "Kata
orang, racun yang ada di dalam arak itu bisa membunuh satu kompi
orang." "Siapa yang menaruh racun di dalam arak itu?"
"Mungkin Sun Ji Cheng, mungkin Liu Jin Niang, atau mungkin Qiu
Bu Dao sendiri." Tian Ji Zi berkata, "Mereka bertiga memiliki
kemungkinan besar menaruh racun dalam arak, dan masing-masing
memiliki alasan untuk menghabisi nyawa yang lainnya." Dia tertawa
pahit. "Aku sudah mencarikan paling sedikit 70-80 macam alasan
bagi mereka, lapi untuk alasan yang sebenarnya sekarang mungkin
hanya Tuhan yang tahu."
Orang yang berbaju hijau itu merenungkannya.
Si cakar elang sudah kembali, dia berdiri di sampingnya, matanya
menyipit menatap urat-urat aliran darahnya yang ada di belakang
kepalanya, sepasang cakarnya sudah penuh dengan tenaga dalam.
Orang berbaju hijau itu sepertinya sama sekali tidak
merasakannya, lewat beberapa saat barulah bertanya kembali, "Di
mana mereka mati?"
"Di kamar rahasia Sun Ji Cheng."
"Apakah ada orang lain yang tahu keberadaan kamar rahasia
itu?" "Tidak ada."
"Jadi tidak ada orang lain yang bisa membubuhkan racun ke
dalam arak itu?"
"Benar."
Tian Ji Zi melanjutkan, "Kamar rahasia itu ada di dalam kamar
tidur, kemarin malam para penjaga yang berjaga di luar kamar itu
melihat Sun Ji Cheng masuk ke dalam dengan Qiu Bu Dao dan
setelah itu tidak ada seorangpun yang melihat mereka keluar dari
kamar itu."
Mata orang berbaju hijau itu tiba-tiba terfokus dan bercahaya,
"Dalam situasi seperti ini, kematian mereka bertiga hanya ada satu
alasan." Dia berkata, "Mati bersama-sama karena cinta."
"Aku juga berpikir demikian," kata Tian Ji Zi.
"Karena mereka saling bunuh sendiri, artinya tidak ada
pembunuhnya, mengapa semua bawahan Sun Ji Cheng memeriksa
semua orang asing yang masuk ke kota Ji Nan" Bahkan orang mati
pun tidak terkecuali?" Orang berbaju hijau itu berkata sekata demi
sekata, "Apakah masih ada rahasia di dalamnya?"
Pertanyaan tadi merupakan pokok dari kejadian ini, seperti pisau
yang langsung ditusukkan ke seekor ular.
* satuan mata uang china jaman dulu.
ooo)O(ooo BAB IV ORANG TUA YANG MEMAINKAN SAN XIAN*
Tanggal 16 bulan 4, malam...
Penyelidikan yang sangat ketat sudah dibentangkan ditengah
kegelapan malam. Jumlah orang yang bermobilisasi jauh lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah kepala pemerintahan
(setingkat residen) yang mengatur di kota Ji Nan. Orang yang
mengorganisir sukarela termasuk keluarga pengawal Sun Ji Cheng,
pelayan yang bekerja di toko-toko milik bawahan Sun Ji Cheng, juga
saudara dan kerabat dari orang-orang ini, semuanya sangat
mengenal baik segala masalah yang ada di dalam kota Ji Nan. Setiap
kedai teh, kedai arak, dan tempat pelacuran di setiap daerah
semuanya ada dalam penyelidikan mereka.
Pada saat ini, Wu Tao yang sedang mabuk itu sudah dipersiapkan
sebuah kamar kecil di belakang oleh pelayan kedai arak itu untuk
tinggal. Yuan Bao ternyata masih belum pergi karena dia juga mabuk,
benar-benar mabuk. Keduanya mabuk sampai tidak sadar akan
sekelilingnya, pening sampai bingung.
Yang bertanggung jawab untuk memeriksa daerah ini adalah
pengurus kedua toko "Kai Yuan Jian Hao" milik Sun Ji Cheng yang
bernama Yang Ke Dong.
Orang ini pintar dan cekatan juga pandai berbicara, tetapi
menghadapi setan mabuk seperti Wu Tao dia juga kehabisan akal,
tidak ada satu pertanyaan pun yang bisa dijawab.
Tapi setan mabuk seperti Wu Tao sama sekali tidak berarti, jika
seseorang memiliki masalah di hatinya, tidak akan mungkin dengan
seorang pengemis kecil minum sampai mabuk seperti ini.
Jadi Yang Ke Dong memutuskan untuk melepaskan kedua orang
ini. Tapi dia tetap harus terus mengadakan penyelidikan,
kelihatannya malam ini tidak mungkin bisa pulang ke rumah untuk
tidur. Istri yang baru dinikahinya pasti akan berbaring di ranjang
dengan mata terbuka menunggunya pulang.
Dia tidak dapat menahan diri untuk menggerutu diam-diam di
dalam hatinya karena dia sendiri juga tidak mengerti,
Petualang Asmara 9 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Rajawali 26

Cari Blog Ini