Ceritasilat Novel Online

Kisah Pedang Bersatu Padu 13

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Bagian 13


g! Kau?" 896 "Benar!" sahut si nona, ialah Kiam Hong, yang muncul
sebagai penolong. "Sebenarnya aku datang untuk minta
sesuatu..." la lantas mengibas dengan tangannya, hingga dua
kali, untuk membuyarkan asap yang belum sirap
seluruhnya. lantas tubuhnya terhuyung, terus ia roboh.
Cit Im Kauwcu kaget, ia menguatkan diri. Ia bangun
untuk duduk. Di atas meja abu, pelita berkelak-kelik, menyorotkan
sinarnya pada pemandangan yang menggiriskan itu.
Tubuh Pektok Sinkun rebah meringkuk, dari matanya,
dari kupingnya, juga dari hidung dan mulutnya, keluar
darah mengalir. Dia masih dapat berkutik dua kali. lalu
terdengar suaranya yang keras dan seram: "Kau baik!
Kau baik! Kalau aku mati, kau juga tidak bakal hidup!..."
Suaranya keras tapi makin lama makin kendor, akan
akhirnya ia memuntahkan pula darah-darah
yang kental bergumpal dan hitam warnanya. Kali ini
dia bergerak untuk tidak bergeming lagi. Cuma suaranya
yang seram itu bagaikan berkumandang...
Dua-dua Ban Thian Peng dan Im Siu Lan juga rebah
bergelimpangan, Siu Lan mengeluarkan napas tandanya
ia sangat letih. Tubuh Thian Peng tidak berkutik. Di sisi
mereka menggeletak empat potong anting-anting.
Adalah Liong Kiam Hong, yang membabat kutung
sepasang anting-anting itu. Dia melompat keluar dan
tempatnya sembunyi di belakang patung, dia menyerang
kedua perhiasan kuping yang lihai dari Pektok Sinkun,
membuatnya terkutung dua. Dengan pertolongannya ini.
897 ia mencegah anting-anting itu menyerang kepada Thian
Peng. Dari empat potong anting-anting itu, yang sepotong
mental balik, tepat mengenakan jidatnya Pektok Sinkun
tanpa Pektok sempat menghindarkan diri.
Pektok telah menyerang Cit Im Kauwcu dengan
bokongannya itu. Cit Im masih sempat membalasnya
satu kali. Ketika Cit Im menyerang, Pektok mencoba
menangkis. Di antara mereka berdua, suheng dan
sumoay, kakak seperguruan laki-laki dan wanita, sang
kakak kalah tenaga dalamnya, maka itu, dia kena
terhajar pukulan beracun Cit Im Tokciang dari sumoaynya
itu. Dia mempunyai obat pemunah racun tetapi,
dalam keadaannya seperti itu, dia tidak sempat
mengeluarkan obatnya, guna menolong dirinya. Antingantingnya
sangat beracun, dia pun kena terhajar Cit Im,
karenanya dia mati dalam sekejap.
Cit Im Kauwcu adalah orang yang sadar seorang diri.
Ia melihat ke sekitarnya. Ia lantas mengerti, Ban Thian
Peng ada orang yang terserang racun paling hebat, dan
Kiam Hong bersama Siu Lan cuma terkena asap, mereka
ini tidak dalam bahaya besar. Kiam Hong rebah paling
dekat dengannya, dengan mengerahkan tenaga, ia
merayap pada nona itu. Yang pertama ia lakukan ialah
menggigicari tengah si nona.
Kiam Hong merasakan sakit, ia kaget dan mendusin
dengan segera. Ia lantas mengerti duduknya hal, lekaslekas
ia mengempos semangat, untuk memperlurus
napasnya. Ia pun lantas mendengar Cit Im Kauwcu
berkata di telinganya: "Lekas kau keluarkan pot kemala
898 hijau dari sakuku!" Karena ia mengerti bahaya, ia lantas
berbuat seperti diperintahkan.
"Benar!" berbisik pula Cit Im Kauwcu. "Lekas kau buka
pot itu! Paling dulu. kau telan dua butir!"
Kiam Hong menurut. Ketika obat masuk ke dalam
perutnya, ia merasakan bau yang harum yang disusuli
rasa lega di dadanya, sedang tadi ia merasakan sesak
sekali. Dengan lekas, kesegarannya pun mulai pulih.
"Apakah kau mengerti ilmu menusuk dengan jarum?"
Cit Im tanya kemudian.
"Tidak," menyahut si nona seraya menggeleng kepala.
"Tidak apa, nanti aku mengajari kau. Kau toh kenal
pelbagai jalan darah?"
Si nona mengangguk.
"Kenal," sahutnya.
"Kalau begitu, kau ambil jarum emas dari tubuhku,"
berkata si nyonya. "Benar, itulah dia! Sekarang lekas kau
tusuk jalan darah kwichonghiatdi punggungku. Tusuk
dalamnya tiga hun. Begitu kau menusuk, begitu kau
mencabut pula."
Kiam Hong menurut, ia mencari jalan darah itu, ia
menusuk. Tapi ia belum biasa, ia menusuk kurang dalam.
"Tusukkan lagi!" Cit Im memerintah.
Kali ini si nona menggunakan tenaga lebih, ia kena
menusuk lewat. Tubuh Cit Im menggigil, peluhnya
keluar. Tentu sekali ia menjadi kaget. Ia takut.
"Tidak apa," Cit Im bilang. "Lain kali kau tusuk sedikit
lebih perlahan. Sekarang jarum yang kedua. Kau tusuk
899 jalan darah koanki hiat, dalamnya lima hun. Kau tunggu
sampai aku menyuruh, baru kau cabut jarumnya."
Kiam Hong menurut. Sekarang ia menjadi lebih
paham. Menurut petunjuknya si nyonya, ia terus
menusuk pelbagai jalan darah seperti koanki hiat itu,
bengbun hiat, yangkwan hiat dan jikhie hiat. Semua jalan
darah itu yang berhubungan sama nadi. Paling akhir ia
menusuk pekhwee hiat di embun-embunan.
Cit Im Kauwcu meluruskan napasnya, baru ia bangun
untuk berduduk, untuk beristirahat.
"Coba kau pepayang aku, aku hendak melihat
mereka," ia kata pada Kiam Hong. "Mari lihat dulu bocah
she Ban itu."
Kiam Hong memegang tubuh orang, untuk membantu
dia. Habis memeriksa Thian Peng, Cit Im Kauwcu kata
seraya mengertak gigi: "Tangannya sangat telengas!"
Kemudian ia memeriksa anaknya dan lalu kata:
"Terhadap anaknya, dia masih mempunyai Hangsim
sedikit..."
Memang tadi ketika Siu Lan dan Thian Peng
menerjang, menghadapi mereka itu, Pektok Sinkun tidak
berlaku sama telengasnya. Siu Lan cuma terkena asap
beracun. Thian Peng, kecuali asap beracun itu, terkena
juga bubuk racun Ngotok San, bubuk mana terbuat dari
ramuan seruni kimyap kiok, teratai heksim lian, bunga
tho yang telah direndam di air racun dan rotan merah
dari wilayah Biauw berikut lima macam kutu berbisa. Jadi
racun itu cuma kalah sedikit dari racun diantingTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
900 antingnya, yang dinamakan anting-anting Sengheng
Tokhoan. "Syukur kau telah tabas kutung anting-antingnya itu,"
kata Cit Im Kauwcu pada Kiam Hong, "kalau tidak, bocah
ini jadi seperti terkena delapan belas macam racun
hingga aku pun tidak berdaya untuk menolongi dia..."
Sekarang nyonya ini dapat merogoh sakunya, untuk
mengasi keluar lima batang jarum emas. Ia
mengeluarkan semacam obat bubuk, semuajarum itu
dibelesaki masuk ke dalam bubuk itu, baru setiap jarum
itu ia pakai menusuk lima jalan darah ditubuhnya Thian
Peng, ialah lengtay hiat, ciyang hiat, wito hiat, liongtauw
hiat dan hongbwee hiat. Ia sebenarnya masih sangat
letih, tenaganya belum putih, maka itu, di waktu
menusuk, ia mesti mengerahkan tenaga istimewa, sebab
setiap tusukan memerlukan aksi sendiri-sendiri. Lincah
tertampak setiap gerakannya itu. Hanya setelah itu,
embun-embunannya lantas menghembuskan uap putih
seperti asap dan peluhnya pun mengucur keluar. Inilah
sebenarnya suatu gerakan yang terpantang sebab ia
terluka parah. Kiam Hong menyaksikan aksi si nyonya, ia tidak
mengerti ilmu pengobatan, tetapi ia bisa menduga
kesukaran nyonya itu, hanya lantaran tak mengertinya,
terpaksa ia berdiam saja, memandang dengan hatinya
gelisah. Habis menusuk, Cit Im Kauwcu duduk numprah
dengan napasnya mengorong, mukanya pucat sekali,
kedua matanya guram. Tapi ia masih dapat berbicara. Ia
berikan Kiam Hong dua butir pel seraya berkata: "Tolong
kau tolongi anakku si Lan itu. Kau berikan ia dua butir pel
901 ini, setelah itu kau tusuk jalan darahnya kwichong. Dia
cuma terkena asap beracun, dia tidak dalam bahaya
besar." Habis berkata, si nyonya berdiam saja, dia tidak dapat
bergerak lagi. Kiam Hong berlaku sebat untuk menolongi Siu Lan.
Memang Siu Lan yang paling enteng penderitaannya.
Begitu ia menelan dua butir obat ibunya, ia lantas
mendusin, maka Kiam Hong terus memberikan tusukan
jarumnya. Begitu darahnyajalan lurus, ia kembali
kesegarannya. Ketika ia membuka mata dan melihat
orang yang menolong padanya, ia heran hingga ia
tercengang, la kenali si Nona Liong.
"Syukur ada Nona Liong, jikalau tidak maka kita
bertiga, ibu dan anak, pasti akan berkumpul di dunia
baka," berkata Cit Im Kauwcu kepada puterinya itu.
Siu Lan jelus terhadap Kiam Hong, ia bahkan
membenci, tapi sekarang, mendengar perkataan ibunya
itu, ia menjadi likat sendiri. Ia malu dan berbareng
bersyukur. "Terima kasih," katanya perlahan seraya ia cekal
tangan Kiam Hong, untuk ditarik.
"Anak Lan, mari!" berkata si ibu.
Siu Lan menurut, ia menghampirkan, hanya belum lagi
datang dekat, ia sudah merasakan hawa panas
mengkedus, hingga ia mengawasi ibunya, yang mukanya
merah sekali, sedang di alisnya ada warna hitam, la
kaget. 902 "Mama!" katanya, "kau kenapa" Kau terkena racun
apa yang demikian jahat!"
"Tidak apa, mungkin aku tidak bakalan mati,"
menyahut sang ibu. "Sekarang coba kau geledah ia,
keluarkan segala barang yang ada di tubuhnya..."
Dengan "dia" teranglah si nyonya maksudkan Pektok
Sinkun. Siu Lan berkata di dalam hatinya: "Ibu belajar
bersama-sama dia dan ibu pula mendapatkan kitab
Pektok Cinkeng dari gurunya, sekarang ibu tidak dapat
menolong dirinya sendiri, ia rupanya masih mau
mengandal kepada dia... Oh, Thian, semoga di tubuh dia
ada obat pemunahnya!..."
Anak ini benar. Memang ibunya tidak dapat menolong
dirinya sendiri. Kecuali terkena hajaran Kiuyang
Tokciang, ia pun terkena bubuk Siauwhun Sitku San,
juga racun yang terbuat dari bunga toh beracun
dicampur racun-racun lainnya. Sifat racun itu dingin,
sedang sifatnya Kiuyang Tokc iang panas, makaj uga
Pektok Sinkun telah menggunakan itu, supaya Cit Im
dapat dibikin mati.
Kiuyang Tokciang dan Cit Im Tokciang berlainan
sifatnya, yang satu panas, yang lain dingin, tetapi
keduanya bisa sama-sama saling mempengaruhi.
Umpama kata Cit Im Kauwcu cuma terserang Kiuyang
Tokciang, ia dapat melawan dengan tenaga dinginnya
sendiri, lantas hawa panas bisa dibuyarkan, tapi karena
ia ditambah racun Siauwhun Sitku San, ia menjadi tidak
berdaya. 903 Siu Lan mendekati tubuh Pektok Sinkun, terus ia
membaliknya. Tubuh itu sudah kaku dan dingin hawanya.
Tubuh itu pun melengkung seperti udang, darah keluar
dari matanya dan lainnya. Diamati disebabkan pukulan
Cit Im Tokciang serta anting-antingnya sendiri.
Sebenarnya si nona sangat membenci, tetapi melihat
keadaan orang demikian hebat, ia menjadi tidak tega
untuk mengawasi lama-lama. Lekas-lekas ia memakai
sarung tangan dan menutup matanya, ia mengasi keluar
segala barang yang menjadi isi saku Pektok, seperti
pelbagai macam obat beracun serta beberapa peles kecil.
"Apa sudah tidak ada lagi?" Cit Im tanya. Ia
mengawasi semua obat itu.
"Tidak," sahut anaknya. "Tidak bisa jadi! Mesti ada
serupa lagi."
Siu Lan memberanikan hati, ia menggeledah pula.
Lantas tangannya membentur sesuatu di pinggang
Pektok. "Jangan pegang itu dengan tangan!" Cit Im berseru,
mencegah. "Kutungkan ikat pinggang itu dengan golok
terbang!" Siu Lan mengeluarkan tiga batang pisau belatinya,
lantas ia bersiap sedia, mengincar untuk menimpuk.
Tiba-tiba ia bersangsi, tangannya pun menggetar.
"Mari kasihkan pisau itu padaku," kata Kiam Hong,
perlahan. Ia bisa membade hati si nona, yang kuatir
nanti melukai pinggang Pektok.
Tanpa berkata-kata, Nona Im menyerahkan pisaunya,
lantas ia melengos. Memang ia kuatir penyerangannya
tidak tepat dan nanti mengenai perutnya Pektok. Kalau
904 itu terjadi, perut orang bisa pecah dan ususnya akan
keluar. Biar bagaimana, Pektok ialah ayahnya sendiri.
Kiam Hong sudah lantas bekerja. Dengan menggeraki
tangannya, maka ketiga pisau-belati menyamber saling
susul. Hebat penyerangannya itu, ikat pinggang lantas


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkutung menjadi tiga potong hingga terlepas
sendirinya. Tidak ada pisau yang mengenai perut atau
kulit. "Sungguh lihai!" Cit Im Kauwcu memuji di dalam hati.
"Syukur malam ini ada dia, umpama yang datang kalah
pandai, entah apa jadinya!..."
Selagi ikat pinggang terkutung, ada benda yang
berkilauan yang melesat bagaikan bintangjatuh.
Kiam Hong telah berjaga-jaga, dengan menarik
tangannya Siu Lan, ia berkelit.
Nyata diikat pinggang Pektok ada pesawat rahasianya.
Dengan putusnya ikat pinggang, pesawat rahasia itu
bekerja sendirinya. Maka menyamberlah sejumlah jarum
beracun. Coba ikat pinggang itu ditarik dengan tangan,
tentu celakalah orang yang menariknya.
Dari ikat pinggang itu lantas terjatuh sebuah kotak
kemala, yang mungil dan indah. Melihat itu, hatinya Cit
Im Kauwcu lega.
"Anak Lan, mari kotak itu kasihkan aku!" ia kata pada
puterinya. Siu Lan menurut.
"Apakah kotak ini berisi obat pemunah racun itu?" ia
tanya. 905 Cit Im Kauwcu menyambuti. Dengan telunjuknya ia
menekan perlahan pada samping kotak, setelah
beberapa kali, terbukalah tutup kotak itu. Di dalamnya
terlihat tiga butir obat pulung yang warnanya hijau.
Begitu melihat itu obat, Kauwcu bernapas lega. Ia
dapat bersenyum getir. Itulah senyuman campur
kedukaan. "Bagaimana?" Siu Lan tanya.
"Tidak apa-apa. Mungkin ibumu dapat menemani kau
lagi beberapa tahun..."
Hati si nona pun lega. Ia masih hendak menanya
ketika ibunya kata: "Kau ambil itu peles kemala yang
lehernya ceking."
Sang anak menurut perintah.
"Benar!" ibunya mengangguk. "Obat bubuk di dalam
peles itu kau keluarkan, kau tiupkan ke dalam hidungnya
adik Peng-mu. Itulah obat untuk memunahkan asap
beracun. Tusukan jarum tadi cuma dapat mencegah
mengalirnya racun ke seluruh tubuhnya bagian dalam,
supaya jantungnya tidak terserang..."
"Racun dia itu, kenapa semuanya demikian lihai?"
tanya Siu Lan. Ia pun menggunakan kata-kata "dia."
"Jikalau tidak demikian, mana dia dapat memperoleh
gelarannya itu, Pektok Sinkun?" kata sang ibu. "Benar
aku berhasil mendapatkan kitab warisan guruku tetapi
aku belum dapat ketika mempelajari racun seperti dia.
Syukurnya ialah di dalam kitab ada tercatat pelbagai obat
untuk memunahkan macam-macam racun. Dia tidak tahu
ketika tadi kita beradu tangan, dia telah terkena racunku
906 yang diberi nama Soku san. Jikalau bukannya begitu,
ketika dia menyerang dengan Sengheng Tokhoan,
tenaganya bakal bertambah lebih besar lagi."
Mendengar ini barulah Kiam Hong mengerti bahwa
berhasilnya ia membabat anting-anting Pektok itu
disebabkan bantuan bekerjanya racun Soku san itu
hingga tenaganya Pektok telah jadi berkurang.
Ketika itu Siu Lan sudah bekerja, obat bubuk ia tiup
masuk ke dalam hidungnya Ban Thian Peng.
Thian Peng rupanya merasa geli, tubuhnya bergerak,
meski demikian, ia tidak lantas sadar.
Cit Im Kauwcu menghela napas.
"Hebat dia terkena racun," katanya, berduka.
"Kelihatannya dia mesti menanti dulu satu jam baru dia
dapat mendusin. Karena ini, dengan dapat rawatan
sempurna, berselang satu bulan barulah kesehatannya
dapat pulih seseluruhnya..." Ia berhenti sebentar, ia
merapatkan kedua matanya. Sekian lama, baru ia melek
pula. Sekarang ia memandang Kiam Hong.
"Nona Liong, tadi kau mengatakan hendak meminta
sesuatu dari aku," tanyanya, "urusan apakah itu"
Sekarang kau dapat berbicara."
"Sebenarnya aku tidak memikir untuk di waktu begini
mengganggu Kauwcu." menyahut si nona, "akan tetapi
tugasku penting sekali, pada ini ada tersangkut jiwanya
beberapa orang. Kecuali kau, Kauwcu, lain orang tidak
dapat menolong, mereka itu."
907 "Apakah itu?" tanya Cit Im, hatinya terkesiap.
"Siapakah itu yang kau hendak minta aku menolongi
jiwanya?" Kiam Hong mengawasi. Ia lantas menyebutkan
namanya Giok Houw.
"Pula mereka itu terkena pukulan Kiuyang Tokciang
dari Pektok Sinkun," ia menambahkan.
Sebenarnya Cit Im Kauwcu lagi memasuki sebuah obat
pulung ke dalam mulutnya, entah bagaimana, mendadak
ia menggigit, membikin obat itu kutung dua, yang
separuh ia terus telan, yang lainnya ia muntahkan, terus
ia bungkus dengan rapi seperti tadinya dan dimasuki pula
ke dalam kotaknya.
Siu Lan heran melihat kelakuan ibunya itu.
"Mama, apakah obat ini tidak cocok?" ia tanya.
Ibu itu batuk-batuk.
"Bukan begitu," katanya. "Obat ini memang mesti
begini cara makannya, ialah satu hari separuh, lantas
tiga hari berselang, sakitnya sembuh."
Siu Lan percaya itu, ia tidak kata apa-apa lagi, ia
lantas menumbuki punggung ibunya.
Kiam Hong pun mengawasi. Ia melihat si nyonya
berduka tetapi toh dapat bersenyum, hanya ketika dia
berbicara, suaranya sedikit menggetar. Ia heran, ia jadi
berpikir: "Kenapa dia bersenyum sedih" Apakah dia
terluka parah dan tidak mau memberitahukan anaknya?"
Cit Im Kauwcu bernapas dalam-dalam lalu ia merasa
lega sedikit. 908 "Oh, Thio Giok Houw terlukakan Kiuyang Tokciang?" ia
tanya kemudian. "Siapa lagi yang lainnya?"
"Merekalah saudaraku, enci Leng In Hong. serta Kimto
Cecu," sahut Nona Liong. "Mereka mendapat pukulan
yang serupa."
Mendengar begitu, Cit Im Kauwcu kata di dalam
hatinya: "Pantas di dalam kotak ini cuma ada tiga butir
obat, kiranya itu hendak dipakai menolongi mereka itu
bertiga. Teranglah dia mau memaksa Kimto Cecu
menyerahkan bingkisan itu."
Kiam Hong mengawasi, ia tidak tahu apa yang orang
pikir. "Kauwcu," katanya, berhati-hati. "Kiuyang Tokciang itu
ada ilmu ajarannya guru Kauwcu, tentulah Kauwcu
ketahui juga obat pemunahnya..."
"Memang, aku tahu obat pemunahnya," menyahut Cit
Im. Ia henti sejenak, baru ia menambahkan: "Hanyalah
Thio Giok Houw ialah bocah yang terhadapku sangat
kurang ajar dan Leng In Hong serta Ciu San Bin tidak
aku kenal..."
Belum habis perkataan ibu ini, Siu Lan sudah
memotong, agaknya si nona sangat gelisah: "Mama!
Mama! Kau..." Suaranya pun parau.
Nyonya itu bersenyum.
"Anak Lan, buat apa kau bergelisah?" katanya. "Ibumu
belum bicara habis..."
Tapi anak itu tetap bergelisah.
"Mama!" katanya pula, mendesak, "kau... kau
sebenarnya mau menolongi mereka itu atau tidak?"
909 "Sebenarnya ibumu tidak berniat menolongi mereka,"
menyahut ibu itu, "akan tetapi dengan memandang
kepada Nona Liong, biar orang musuh kita, hendak aku
menolongnya. Ah, sudahlah, segala apa yang sudah
lewat, harus jangan disebut-sebut pula..."
Nyonya ini bicara demikian rupa akan tetapi Kiam
Hong dapat membade hatinya. Itulah soal Giok Houw
yang diberatkan si nyonya. Tapi ia sudah siap sedia,
maka ia lantas berkata.
"Dulu hari itu Giok Houw belum mengenal sifat
Kauwcu," demikian katanya, "maka itu beberapa kali ia
sudah berlaku sembrono, akan tetapi belakangan ini ia
telah mendengar omongannya Lihiap Ie Sin Cu, yang
menjadi kakak seperguruannya, baru setelah itu ia
ketahui siapa kauwcu ibu dan anak, terutama ia
mengagumi penolakan Kauwcu atas lamarannya Kiauw
Pak Beng. Sebelumnya terluka, Giok Houw pernah
menyatakan padaku, kalau nanti urusan bingkisan sudah
selesai, ia berniat mencari Kauwcu dan Nona Im untuk
menghaturkan maaf."
Siu Lan membuka lebar matanya.
"Dia membilangnya demikian?" ia tanya.
"Mana berani aku mendustai kau?" Kiam Hong
membaliki. "Memang dia mengatakan demikian dan aku
tidak salah ingat, sekalipun sepatah kata."
Nona itu menghela napas.
"Aku juga tidak mengharap dia menghaturkan maaf
padaku." katanya, berduka, "sudah cukup asal dia
mengetahui bahwa aku bukannya orang jahat. Ie Lihiap
baik sekali, ketika dulu hari itu ia menolongi aku, belum
910 sempat aku menghaturkan terima kasih padanya, maka
itu enci, tolong kau saja yang mewakilkan
menghaturkannya. Tolong bilangjuga buat banyak tahun
aku tersesat, setelah mendapatkan petunjuknya, aku
sangat bersyukur. Sekarang ini aku suka mendengar
perkataannya."
"Aku kuatir aku tidak bakal bertemu pula Ie Lihiap."
kata Kiam Hong.
Siu Lan heran. "Kenapakah?" tanyanya.
"Enci Leng In Hong dengan aku terhitung guru dan
murid," menyahut Nona Liong, "kita pun ada bagaikan
saudara kandung. Enci Leng bersama suaminya telah
bercita-citakan membangun ilmu silat pedang Thiansan
Pay, mengenai itu aku telah mengangkat sumpah untuk
mengikuti mereka selama hidupku. Dengan begitu di satu
pihak hendak aku membalas budinya, di lain pihak aku
memang tidak dapat meninggalkan dia. Kali ini enci Leng
terkena pukulan beracun KiuyangTokciang, begitu lekas
ia telah sembuh, aku akan turut dia pulang ke Thiansan,
untuk selanjutnya aku tidak mencampur tahu lagi urusan
dalam dunia..."
Siu Lan tercengang.
"Kau bercita-citakan demikian?" tanyanya, heran. "Ah,
kau yang masih begini muda, kau dapat tinggal sendirian
selama beberapa puluh tahun di gunung yang sepi
sunyi?" "Aku telah memikir," menyahut Kiam Hong,
menjelaskan, "asal aku dapat membantu enci Leng
membangun satu partai maka tidaklah sia-sia hidupku ini.
911 Apakah yang aku kehendaki lagi?" Ia berhenti sejenak,
untuk lantas menambahkan: "Maka itu aku bakal lekas
meninggalkan gunungnya Ciu Cecu, karena mana aku
kuatir aku tidak bakal bertemu pula dengan Ie Lihiap.
Tentang Giok Houw, aku bilang memang dia sangat ingin
menemui kau, guna menghaturkan maaf. Andaikata kau
tidak menemui dia, di belakang hari, pasti dia bakal
mencari kau. Oleh karena itu sekarang baiklah kau pergi
menemui dia. Dialah adik seperguruan dari Ie Lihiap,
jikalau ada apa-apa yang kau hendak perkatakan, kau
dapat minta pertolongannya untuk disampaikan kepada
Ie Lihiap itu."
Sempurna sekali Kiam Hong mengatur kata-katanya
hingga Siu Lan mempercayai dia, hingga hati Nona Im
menjadi kacau. "Dia mau meninggalkan Thio Giok Houw?" puterinya
Cit Im Kauwcu berkata dalam hatinya. "Dia berbicara
begini sungguh-sungguh, adakah itu benar9 Bagaimana
sekarang, aku pergi menemui dia atau jangan?"
Dengan "dia," Siu Lan maksudkan Giok Houw.
Cit Im Kauwcu sendiri mengawasi tajam kepada Kiam
Hong, akhirnya ia mengangguk, kemudian ia berkata
kepada anaknya: "Siu Lan, benar katanya Nona Liong.
Sebentar lagi, kau pergilah bersama ia. Aku hendak
berdiam di kuil tua ini guna merawat diri Aku akan
beritahukan kau tentang obat pemunah itu serta cara
untuk menggunakannya, lantas kau pergi mewakilkan
aku." "Tetapi, mama," kata anak itu, "kau berdiam seorang
diri di sini, hatiku tidak tenteram..."
912 Cit Im Kauwcu bersenyum.
"Siapa bilang aku bersendirian di sini?" katanya.
"Bukankah di sini ada Ban Thian Peng" Tidak lama lagi,
dia bakal sadar sendirinya. Diaterlukakan Ngotok San,
setelah ada obatnya, dia bakal mendusin dan akan lekas
kembali kesehatannya. Beda kalau orang terkena
Kiuyang Tokciang, meski telah diberikan obat. untuk
kesembuhannya dia membutuhkan waktu beristirahat
sepuluh hari sampai setengah bulan lagi. Dia
berkepandaian cukup, dengan adanya aku di sini, kau
jangan kuatirkan apa-apa lagi." Lantas nyonya ini
menoleh kepada Kiam Hong. untuk menanya: "Sudah
berapa lama mereka itu terluka?"
Kiam Hong menekuk-nekuk jari tangannya.
"Hari ini ialah hari ke enam," ia menyahut. "Pektok
Sinkun pernah menggertak Kimto Cecu bahwa mereka


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mesti mendapat pertolongan di dalam waktu sepuluh
hari..." "Itulah bukan gertakan belaka," berkata Cit Im
Kauwcu. "Kiuyang Tokciang sangat berbahaya, racunnya
luar biasa, selewatnya sepuluh hari. racun akan bekerja
memasuki tulang-tulang dan sungsum, maka sampai itu
waktu, meski ada obat yang tepat, si kurban toh bakal
bercacad seumur hidupnya. Oh, masih ada tempo empat
hari... Aku pikir, untuk pergi ke gunungnya Kimto Cecu,
cukup dengan perjalanan dua atau tiga hari, maka kamu
berdua, pergi kamu lekas berangkat! Anak Lan, mari!"
"Mama hendak memesan apa?" Siu Lan tanya. Ia
mengira bakal diajarkan caramengobati luka hajaran
KiuyangTokciang. Maka heranlah ia ketika ibu itu
mengeluarkan sejilid buku seraya terus berkata dengan
913 sungguh-sungguh kepadanya: "Inilah kitab Pektok
Cinkeng warisan Ki Sucouw. Kau simpanlah baik-baik."
Sang anak menjadi terlebih heran pula.
"Mama, mengapa kau berikan ini padaku?" tanyanya.
"Kaulah anakku, cepat atau lambat, aku toh mesti
memberikan padamu."
"Toh tak usah sekarang," pikir sang anak. "Apakah
karena mama terluka, ia menjadi tidak tenang hatinya
untuk ia yang menyimpannya?" Karena ibunya
membilang demikian, ia terpaksa menerimanya. Ia kata:
"Mama, jangan kuatir. Aku ada bersama enci Liong, kita
juga cuma berjalan beberapa hari, kitab ini tidak nanti
lenyap." Ia masih menyangka ibunya menyerahkan
kepadanya untuk ia yang simpan untuk sementara
waktu. Air mukanya Cit Im Kauwcu bersungguh-sungguh, ia
menanti sampai anaknya sudah menyimpan kitabnya itu,
ia berkata pula per lahan-perlahan: "Aku telah
membangun Cit Im Kau w, untuk itu aku telah
menggunakan banyak pikiran dan tenaga dan waktu,
kesudahannya orang menamakannya agama sesat. Akan
tetapi aku tidak menghiraukan itu. Aku tahu bahwa
belum pernah aku melakukan sesuatu yang jahat, aku
melainkan bekerja untuk kaum wanita yang terhina.
Mungkin sekali, di waktu aku melakukan pembalasan
untuk mereka, ada perbuatanku yang kurang tepat
hingga aku mencelakai banyak orang kaum pria, karena
mana orang telah mencaci aku dan mengatakan
agamaku agama sesat. Pendek, biar bagaimana
maksudku baik."
914 "Mama, aku ketahui itu," kata Siu Lan.
Kiam Hong sebaliknya berpikir: "Cit Im Kauwcu
bergantian telah diganggu oleh Ci Hee Tojin dan Pektok
Sinkun, nasibnya buruk, tidak heran jikalau dia jadi
membenci semua orang lelaki yang jahat. Oleh karena
pembalasannya hebat, tidaklah heran jikalau oleh kaum
lurus dia dipandang sesat, dia tidak dimengerti."
Siu Lan juga berpikir: "Kenapakah di saat seperti ini,
mama menyebut-nyebut segala hal yang tidak ada
kepentingannya?"
Cit Im Kauwcu menghela napas, lalu ia
menambahkan: "Aku telah membangun Cit Im Kauw,
dengan begitu selama beberapa tahun ini aku telah
menolong dan merawat beberapa puluh anak perempuan
yang tidak punya rumah ke mana mereka dapat pulang.
Aku pun telah mengajari kepandaian kepada mereka.
Oleh karena itu, anak, umpama di belakang hari kau
suka menggantikan aku sebagai kauwcu dari Cit Im
Kauw, kau boleh tetap memimpin mereka, sebaliknya,
apabila kau tidak sudi, dapat kau membubarkan mereka
itu. Aku memiliki harta, yang sekarang ini disimpan oleh
Han Toaya, hal itu kau ketahui, maka uang itu, dapat kau
pakai untuk membubarkan mereka."
Yang dipanggil Han Toaya itu ialah si pria yang pernah
menyamar menjadi guru sekolah yang bersama Im Siu
Lan mengatur rencana merampas bingkisan dari
tangannya Ciu Ci Hiap. Dia itu, dua anak daranya telah
dibikin celaka oleh seorang okpa, ketika Cit Im Kauwcu
membalaskan sakit hatinya, bersama-sama anak-anaknya
itu dia masuk dalam Cit Im Kauw.
915 Mendengar perkataan ibunya ini, Siu Lan kaget. Katakata
itu terlalu mirip dengan pesan terakhir, pesan dari
seorang yang hendak meninggalkan dunia yang fana.
"Mama, aku tidak mau pergi!" katanya mendadak,
keras. "Aku akan temani kau!"
Cit Im Kauwcu bersenyum.
"Menolong jiwa orang itulah urusan sangat perlu,"
berkata ibu ini. "Perlu apakah aku ditemani kau" Cukup
yang aku ditemani dia! Anak yang baik, jangan kau
berkuatir untukku. Aku masih hendak memesan kau..."
Habis berkata begitu, ia mengangkat tangannya
perlahan-perlahan, untuk menunjuk kepada si pemuda
baju kuning. Ia berkata pula: "Tentang penghidupanku,
barusan aku telah membilangi kau. Dia ini ialah anak dari
orang yang menjadi sahabat karibku, maka itu aku ingin
kau memandang dia sebagai saudara sendiri. Tahukah
kau?" Siu Lan mengangguk. Kedua matanya mengembeng
air. "Mama, aku tahu," katanya. Mendadak ia merasakan
hatinya senap. Ada suatu perasaan aneh atau firasat
yang menghinggapinya. Ia bertanya dalam hatinya:
"Kenapa mama menyerahkan dia kepadaku" Juga katakatanya
ibu ini tak usah diucapkan sekarang... Ia
menjadi berkuatir, hatinya berdenyutan. Dengan tajam ia
mengawasi ibunya itu. Ia menjublak.
Justeru itu, tubuhnya Thian Peng berkutik. Dia mulai
mendusin. Cit Im Kauwcu tertawa. Ia kata: "Anak tolol! Kau telah
jadi dewasa begini, apakah kau tidak tega meninggalkan
916 ibumu" Lihat, adikmu itu sudah sadar, kau angkatlah dia
bangun!" Ban Thian Peng mementang kedua matanya. Ia
mengawasi ke sekitarnya, hingga ia melihat suasana di
dalam ruang kuil itu. Ia percaya bahwa ia mengerti
duduknya hal. Rupanya, untuknya, Cit Im Kauwcu sudah
membinasakan Pektok Sinkun. Hanya, kapan ia ingat
pula peristiwa barusan, tubuhnya menggigil sendirinya,
jantungnya goncang. Tanpa merasa, ia lantas
mengucurkan air mata. Terus ia menekuk lutut di depan
Cit Im Kauwcu. "Mama!" ia memanggil.
Cit Im Kauwcu mengangkat bangun anak muda itu.
"Orang yang mau mencelakai kau sudah mati,"
katanya perlahan. "Sekarang ini sudah aman, tidak ada
bahaya apa-apa lagi."
Ban Thian Peng mengangkat kepalanya, ia menangis
terisak. "Mama, kau baik sekali, tak tahu aku bagaimana harus
aku membalas budimu." katanya.
"Adalah ini Nona Liong yang menolongi kau, pergi kau
menghaturkan terima kasih terhadapnya," berkata Cit Tm
Kauwcu seraya menunjuk Kiam Hong.
Thian Peng berpaling, ia mengawasi Nona Liong,
nampaknya ia heran sekali.
Kiam Hong lantas berkata kepada anak muda itu:
"Kauwcu telah menerima baik permintaanku untuk
menolongi sahabat-sahabatku, maka itu, aku pun harus
mengucap terima kasih padamu."
917 "Nah, sekarang sudah!" berkata Cit Im Kauwcu. "Thian
Peng sudah mendusin, anak Lan, pergilah kau lekas,
menolongi orang tidak boleh ayal-ayalan!"
"Mama, aku... aku takut..." sahut sang anak.
"Takut apa. anak?"
"Aku... aku takut meninggalkan kau, mama... Lebih
baik aku terus menemani kau."
"Anak Lan, kau mengertilah," berkata ibu itu perlahan.
"Kau pergilah! Adikmu tidak mengerti urusan mengobati
luka keracunan, sedang pemuda she Thio itu ingin
bertemu denganmu. Kau boleh mewakilkan aku dengan
perjalananmu ini..."
"Enci, kau jangan kuatir," Thian Peng berkata. "Nanti
aku yang merawati mama."
Mendengar suaranya ibu dan adik itu. Siu Lan berpikir,
la menginsafi bahaya yang mengancam Giok Houw
semua, karena temponya tinggal empat hari lagi.
"Baiklah," katanya akhirnya. "Mama, mari kasih aku
obatnya. Aku akan pergi untuk lekas kembali. Adik Peng,
aku serahkan ibu kepada kau."
Cit Im Kauwcu mengawasi Liong Kiam Hong.
Nona Liong menyangka ibu itu hendak berbicara sama
anaknya, entah urusan apa, maka ia memutar tubuhnya,
untuk memandang keluar kuil. Ia membawa sikap seperti
ia tidak mengetahui apa-apa.
"Mama, kau hendak memesan apa lagi?" Siu Lan
tanya. 918 Mendadak air mukanya nyonya itu berubah, hingga
anaknya kaget. "Mama, kau kenapa?" tanya sang anak, hatinya
cemas. Cit Im Kauwcu tidak menjawab puterinya itu,
sebaliknya, ia memanggil: "Nona Liong, mari!"
Kim Hong heran, ia menoleh dengan cepat.
"Bukankah kau menjanjikan sahabat yang lihai datang
kemari?" tanya kauwcu itu. Dia mengawasi tajam,
sedang Kiam Hong mengawasi dengan heran.
"Tidak!" sahut si nona. melengak.
"Jikalau dia bukannya sehabatmu, dia tentunya
musuh!" berkata kauwcu itu. "Nah lekas kamu bertiga
menyembunyikan diri!"
Ketika itu Kiam Hong segera mendengar suara
tindakan kaki mendatangi, cepat sekali, makin lama,
suaranya makin tegas. Karena ini, ia mengagumi lihainya
nyonya itu. Tapi, ia tidak mau lantas pergi, ia berkuatir
untuk nyonya itu.
Cit Im Kauwcu seperti dapat rmembade hati orang.
"Lekas kamu turut perkataanku, lekas sembunyi!"
berkata dia. "Orang yang datang ini gagah luar biasa,
akan tetapi aku masih mempunyai daya untuk
menghadapi dia. Umpamanya aku tidak berhasil, Nona
Liong, kau boleh bertindak seperti tadi. kau bokong dia!"
Kiam Hong dapat dikasih mengerti, maka lantas ia
ajak Thian Peng dan Siu Lan pergi ke belakang patung,
untuk bersembunyi sambil mengintai, guna bersiap sedia.
919 Selagi anaknya bertiga bersembunyi itu, Cit Im
Kauwcu bekerja. Ia menghampirkan mayatnya Pektok
Sinkun, untuk diangkat, guna dikasih duduk di lantai,
setelah mana, ia bersembunyi di belakang mayat sambil
menggunakan tangannya menunjang punggung mayat
itu. Baru ia selesai, atau tindakan kaki orang diluar ituyang
katanya orang lihai-sudah sampai di depan pintu,
berbareng dengan mana terdengar suara memanggil
nyaring: "Lao Cio! Lao Cio! Apakah kamu suami isterinya
sudah selesai bicara?"
Itulah pertanyaan yang berarti, apa suami isteri sudah
akur pula. Cit Im Kauwcu batuk satu kali. Itulah kebiasaan
Pektok Sinkun jikalau dia mau bicara. Dan kauwcu ini
dapat menirunya dengan baik. Setelah itu, ia kata
dengan perlahan: "Keng Ham. sahabat kekalmu datang."
Cit Im Kauwcu membawa lagak seperti ia dan
suaminya tengah kasak-kusuk tetapi mereka diganggu
dengan datangnya sahabat sang suami.
Di depan pintu itu, orang yang baru datang itu tertawa
terbahak-bahak.
"Selamat! Selamat!" ia berkata berulang-ulang. "Kamu
sudah akur pula satu dengan lain maka ingin aku minum
memberi selamat kepada kamu!" Kata-kata itu dibarengi
dengan tindakan kaki, yang membawa tubuh orang
memasuki pintu. Lebar tindakannya orang itu.
Kiam Hong dari tempatnya bersembunyi dapat
mengintai. Ia lantas mengenali Cou w Thian Yauw, yang
datang bersama-sama Pektok Sinkun, yang sudah
mengancam kepada Kimto Cecu.
920 Couw Thian Yauw sudah bertindak masuk, ia tidak
mendapat dengar jawabannya Pektok Sinkun, ia heran
sekali, justeru itu, matanya dapat melihat sahabatnya
lagi duduk bercokol, matanya dirapatkan. Dari heran, ia
menjadi kaget. "Lao Cio, kau bikin apa?" dia tanya dalam kaget dan
herannya itu. "Eh, mana Cit Im Kauwcu?"
Belum suara itu berhenti seseluruhnya satu
suarajawaban yang menyeramkan sudah terdengar: "Aku
berada di sini, apakah matamu buta?" Lantas menyusul
itu, tubuhnya Pektok Sinkun bergerak, berlompat
menubruk! Couw Thian Yauw kaget tidak terkira, belum sempat ia
berbuat apa-apa peluru Tokyam tan yang beracun dari
Cit Im Kauwcu sudah menyerang tepat kepada dadanya.
Begitu mengenai, peluru itu pecah, apinya lantas
membakar sasarannya.
Dalam kagetnya. Couw Thian Yauw menggeraki kedua
tangannya. Tepat dia kaget dan tangannya itu bergerak,
tepat dari belakang patung, Liong Kiam Hong berlompat
menyerang, menebas.
Thian Yauw tidak berdaya lagi, sampai berkelit pun ia
tidak sanggup, maka lengan kirinya terpapas kutung dan


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya roboh. Tapi ia gagah, dengan menguatkan diri,
dengan gerakan "Ikan gabus meletik." ia berlompat
bangun untuk berdiri.
Berbareng dengan itu terdengar tertawa, tertawa
seram dari Cit Im Kauwcu, yang berkata tajam: "Jikalau
kau bergerak pula. kau bakal tidak bisa hidup lagi satu
jam!" 921 Couw Thian Yauw insaf akan bahaya yang
mengancam dirinya, ia tidak berani melakukan
perlawanan, hanya dengan memutar tubuh sangat sebat,
ia meloloskan bajunya yang terbakar, baju itu terus
dilemparkan ke arah Liong Kiam Hong. Nona itu berkelit,
atas mana, dia membareng untuk berlompat nerobos,
guna lari keluar kuil. Atau di lain saat terdengar
jeritannya yang menyayatkan hati, jeritan yang di
keluarkan di tempat jauh, kira satu li. Itulah tanda dari
mahirnya ilmu ringan tubuh dari orang she Couw itu,
yang dapat lari dengan cepat.
Kiam Hong kaget dan tergetar hatinya menyaksikan
kegagahan Thian Yauw itu. Dia sudah terbakar dan tangannya
telah kena dikutungkan, tetapi dia masih dapat lari
demikian pesat.
Cit Im Kauwcu tertawa dingin ketika ia berkata.
"Biarpun ilmu dalammu sangat mahir, jikalau tidak
mampus, kau bakal bercacad!" Itulah kata-kata yang
ditujukan kepada Thian Yauw. Habis itu, perlahanperlahan
ia menggeraki tubuhnya.
"Kauwcu, kau beristirahatlah!" kata Kiam Hong.
Cit Im Kauwcu menggeleng kepala. Ia merayap ke
depannya mayat Pektok Sinkun, untuk membenarkannya,
kemudian sambil menghela napas dalam, ia kata: "Dua
sahabatmu yang buruk yang telah membujuki dan
memancingmu berbuat jahat telah aku bereskan, maka
itu, bolehlah kau mati dengan mata meram..." Suaranya
itu makin lama menjadi makin lemah. Akhirnya, ia kata
pula: "Inilah yang dibilang budi dan penasaran, yang
benar dan tidak benar! Semua itu telah menjadi beres,
922 maka sekarang aku pun sudah saatnya untuk pergi
berlalu..."
Ketika itu Siu Lan dan Thian Peng sudah keluar dari
tempat mereka bersembunyi, mereka merubungi ibu itu.
Mereka melihat di bibir ibu itu ada tetesan darah,
sebaliknya, mukanya pucat sekali. Dengan sinar
matanya, Cit Im Kauwcu mengisyaratkan untuk gadisnya
memasang kuping.
Siu Lan memegangi tubuh ibunya itu, telinganya
dipasang. "Yang di dalam kotak kemala itu ialah obat pemunah
racun," berkata Cit Im Kauwcu, suaranya sangat
perlahan, sangat lemah, sedang napasnya memburu.
Meskipun ia memasang telinga, sukar Siu Lan
mendengarnya. Ia menyodorkan kotak kemala, yang tadi
ia dapatkan dari tubuhnya Pektok Sinkun. "Ini, mama?"
ia tanya. Ibu itu mengangguk.
Siu Lan hendak membuka tutup kotak itu, atau ia
melihat ibunya, dengan susah payah mencoba
menggeleng kepala. Kata ibu itu, napasniamendesak:
"Bukan... bukan untuk aku yang makan... Aku sudah
tidak berguna lagi... Kau berikan mereka seorang satu
butir, orang yang ketiga, terserah kepada nasibnya..."
Siu Lan tidak lantas dapat menangkap arti kata kata
ibunya itu, kecuali itu kata-kata: "Aku sudah tidak
berguna lagi..." Ia merasa bagaikan kepalanya ditimpa
guntur, hingga ia berdiam menjublak.
923 Ban Thian Peng pun berdiri melengak. Ia tidak dapat
dengar perkataannya kauwcu itu. akan tetapi matanya
dapat melihat, dan ia mendapatkan romannya Cit Im
Kauwcu sama seperti roman ayahnya di saat ayahnya itu
hendak menghembuskan napasnya yang terakhir. Maka
ia lantas memegang keras tangannya nyonya itu.
"Mama, kau kenapa?" tanyanya, hatinya mencelos.
"Ayah menginginkan aku hidup mengandal pada
mama..." Matanya Cit Im Kauwcu sudah dirapatkan ketika ia
mendengar suara orang, ia lantas membukanya pula. Ia
menghela napas.
"Anak, ibumu tidak dapat membalaskan sakit hatimu...
Untuk kau, kau... kau... Yang Cong Hay..."
Cuma sebegitu nyonya ini dapat berbicara pula, lantas
napasnya berhenti berjalan. Ia meninggalkan puterinya
sebelum si puteri pergi...
Kauwcu ini sebenarnya telah mendapatkan dua
serangan yang berbahaya. Yang pertama tangan Kiuyang
Tokciang, yang kedua, bubuk Ngotok San. Sedang obat
di dalam kotak kemala itu hanyalah tiga butir obat
pemunah Kiuyang Tokciang. Itulah tiga butir pel, yang
Pektok Sinkun sediakan untuk menolongi Ciu San Bin,
Leng In Hong dan Thio Giok Houw andaikata mereka itu
bersedia menyerahkan separuh dari semua bingkisan
raja. Cit Im Kauwcu terluka parah, umpamanya ia
menelan semua tiga butir pel itu, cumajiwanya yang
bakal ketolongan, kepandaian silatnya tidak dapat
dipertahankan lagi. Maka itu, begitu mendengar halnya
Thio Giok Houw terluka parah, ia batal memakan obat
pemunah racun itu. Ia telah lantas berpikir: "Daripada
924 aku hidup terus sebagai manusia bercacad, yang tidak
mempunyai guna apa-apa lagi. lebih baik aku tolongi
mereka itu, supaya dengan begitu pun perjodohan dari si
Lan jadi terangkap..." Satu dari ketiga butir obat, ia telah
makan sepanahnya, sisanya tinggal dua butir setengah,
maka itu ia telah mengatakan: "...orang yang ketiga,
terserah kepada nasibnya..."
Siu Lan memeluki tubuh ibunya itu, ia merasakan
tubuh sang ibu makin dingin dan makin dingin, lalu
perlahan-perlahan menjadi kaku. Sedang Ban Thian Peng
lantas menangis menggerung-gerung.
Nona itu, atau si anak yatim piatu sekarang, berdiam
saja. matanya melongo. Semenjak dilahirkan, ia cuma
hidup berdua ibunya. Sekarang ia ditinggal pergi ibunya
itu, orang satu-satunya yang ia buat andalan, bagaimana
hatinya tidak menjadi mencelos. Hampir ia tidak percaya
bahwa ibunya sudah menutup mata. Tapi tubuh ibu itu
sudah dingin dan kaku.
"Ibu telah menutup mata sudah menutup mata... Ya
benar, ibu telah menutup mata..." katanya berulangulang,
perasaannya bagaikan hilang.
Kiam Hong pun mengucurkan air matanya.
Pemandangan itu sangat memilukan hatinya. Ia menolak
tubuh Siu Lan. "Adik Lan..." katanya, "kau nangis, kau nangislah!" Siu
Lan melepaskan tangannya, maka robohlah tubuh
ibunya. Thian Peng lantas menyambar, untuk memegangi
tubuh itu. 925 Hanya sejenak lagi. lantas Siu Lan menjerit menangis,
dan ia menangis lama hingga suaranya menjadi serak,
hingga matanya mengeluarkan darah. Selewatnya itu
bara ia menjadi sedikit lebih tenang.
Kiam Hong menahan keluarnya air matanya, ia
mengusap-usap pundaknya Nona Im.
"Adik," katanya perlahan, "orang yang telah meninggal
dunia tidak bakal hidup pula, maka itu haruslah kau jaga
dirimu baik-baik, supaya kau bisa merawat jenazah
ibumu ini."
Dengan sepasang matanya suram, Siu Lan
mengangkat kepalanya, mengawasi nona dihadapannya
itu. la seperti tidak mengerti perkataan orang, ia agaknya
masih kurang percaya bahwa ibunya sudah menutup
mata. Kiam Hong menguati hati, untuk tidak menangis
terlebih jauh. "Saudara Ban," katanya pada Thian Peng, "kau
bantulah adik Siu Lan mengurus jenazah ibumu ini.
Maafkan aku, aku tidak dapat membantu dan mengantar
ibumu dikubur."
Siu Lan agaknya kaget.
"Enci Liong, kau hendak pergi sekarang?" tanyanya,
agaknya ia berpikir keras. Tapi cepat sekali ia mendusin
bahwa Nona Liong perlu lekas pulang untuk menolongi
orang, bahwa ibunya telah memberikan obat guna
menolongi Giok Houw semua.
Ia lantas mengeluarkan kotak kemala, untuk
dipegangi. Mendadak saja ia ingat suatu apa, lalu ia pikir:
926 "Cuma untuk membawa obat pemunah untuk menolongi
mereka, lantas racun Kiuyang Tokc iang bisa
disingkirkan, karenanya, kenapa barusan mama
mengharuskan aku turut pergi?"
Nona ini cerdas, hanya karena pukulan yang hebat ini,
pikirannya menjadi kacau. Ia mesti mengingat-ingat
keras untuk dapat memulihkan kesadarannya. Pikirnya
pula: "Sebelumnya Couw Thian Yauw datang, ibu tidak
mengijinkan adik Peng pergi bersama Nona Liong,
katanya adik Peng tidak mengerti tentang cara
pengobatan. Mungkinkah, selainnya ini obat pemunah,
dibutuhkan lain macam obat lagi" Atau adalah lainlainnya
soal yang mesti diperhatikan" Kalau bukan cuma
diperlukan obat pemunah, mengapa tadinya ibu tidak
menyebutkannya?"
Masih Siu Lan berpikir, hingga ia mendapat pikiran
lebih sadar lagi. Sekarang ia dapat mengerti maksud
ibunya. Tentulah ibu itu bekerja untuk dirinya sendiri,
ialah supaya ia sendiri yang membawa obat itu. untuk ia
sendiri juga yang mengobati Giok Houw, supaya dengan
demikian dapatlah jodoh mereka --- jodoh ia dengan
jodoh Giok Houw --- terangkap sempurna. Rupa-rupanya
ibu itu, setelah terlukakan Kiuyang Tokciang, sudah
mendapat firasat yang lukanya tidak bakal sembuh,
bahwa ia telah didustakan ibunya, yang membilang
dirinya --- ibu itu --- tidak terancam bahaya.
Teranglah, dengan mendustakan ia, ibunya ingin ia
pergi dengan pikiran tenteram. Setelah memikir
demikian, mendadak ia merasakan hatinya seperti copot.
"Seumurnya mama memperhatikan diriku, sampai saat
terakhir, ia masih memikirkan kepentinganku," pikirnya
927 pula. Ia menjadi sangat bersedih, akan tetapi air
matanya sudah habis, air mata itu tidak mau keluar pula.
"Enci," bertanya Thian Peng, "Nona Liong mau pergi
menolongi orang, enci mau turut atau tidak" Tentang
mama, enci serahkan padaku saja."
Siu Lan tidak menjawab Thian Peng, hanya sambil
menyodorkan kotak kepada Kiam Hong, ia berkata:
"Nona Liong, maafkan aku, aku tidak dapat menemani
kau!" Wajahnya Kiam Hong guram. Memang, di dalam
keadaan seperti itu, tidak dapat ia mengajak nona itu
pergi bersama. Tentu sekali ia sangat berduka. Tapi ia
terpaksa mesti lekas pergi. Maka tiga kali ia paykui
kepada jenazah Cit Im Kauwcu. Ketika ia berbangkit, ia
menarik tangannya Nona Im.
"Seharusnya aku membantu mengurus dan mengantar
pehbo dikubur," katanya, "akan tetapi di sana ada
jiwanya tiga orang, terpaksa aku mesti pergi. Nanti saja,
setelah aku selesai dengan tugasku, aku datang pula
untuk mohon maaf..."
"Aku mengerti," kata Siu Lan. suaranya parau. "Untuk
menolong orang, kau tidak dapat ayal-ayalan, maka kau
pergilah!"
Kiam Hong lantas bertindak pergi. Tiba di ambang
pintu, ia berpaling, ia menghampirkan Siu Lan, guna
menarik tangannya.
"Adikku, aku tidak tahu bagaimana harus
menghiburimu," katanya, "akan tetapi ada beberapa
kata-kata yang aku ingin bicarakan dengan kau..."
928 Sampai itu waktu, buyar sudah sikap bermusuh dari
Siu Lan terhadap Kiam Hong.
"Kau mau bicara apa, enci" Silakan!" katanya.
"Tidak beruntung ibumu telah meninggal dunia sedang
saudara ini belum terbalas sakit hatinya," kata Kiam
Hong, yang menunjuk Thian Peng. "Di samping itu
adalah suatu kenyataan di saat hidupnya, ibumu juga
mempunyai banyak musuh. Maka kau, seorang nona
muda, untukmu menghadapi demikian banyak urusan,
sungguh kau membuatnya aku berkuatir. Dari itu,
kupikir, selekasnya kau beres mengurusjenazah ibumu
ini, baik kau menyusul aku ke gunungnya Kimto Cecu. Di
sana di mana ada banyak sahabat, dapat kita
mendamaikan sesuatu. Tidakkah kau berkesan aku telah
berbicara terlalu berterus terang?"
Siu Lan mengerti, kata-kata itu untuk kebaikannya,
tetapi pikirannya lagi ruwet, ia bingung sekali. Ia pun
berpikir. "Dia dengan Giok Houw bersahabat erat sekali,
dia sekarang menganjurkan pergi ke gunungnya,
sebaliknya, dia sendiri katanya mau pulang ke Thiansan.
Bukankah itu berarti dia berniat merangkap jodohku
dengan jodoh Giok Houw" Jikalau aku menghalang di
antara mereka, apa artinya itu?" Maka ia berpikir keras,
akhirnya ia kata: "Enci, aku mengerti maksud baik dari
kau. Sekarang kau lekas lekaslah pergi, untuk menolongi
mereka yang terluka itu. Tentang lainnya urusan,
perlahan-perlahan saja aku nanti pikirkan pula."


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiam Hong tidak dapat memaksa, maka dengan
mengucurkan air mata, mereka berpisahan.
Di tengah jalan. Nona Liong pun kacau pikirannya. Ia
mesti berpikir banyak. Bukankah Cit Im Kauwcu telah
929 berkurban disebabkan dia hendak menolong Giok Houw
bertiga" Bukankah Siu Lan harus dikasihani karena
nasibnya yang buruk itu, sedang terhadap Giok Houw dia
sangat menyinta" Sekarang Siok Lan telah menjadi yatim
piatu. Pikirnya: "Untungku masih lebih baik. Aku
mempunyai enci Leng sebagai orang yang aku andalkan.
Maka baiklah aku jangan bersangsi lagi. Baik aku tetap
menjalankan rencanaku, dan sehabis mengobati engko
Houw, aku lantas pergi menyembunyikan diri di gunung
Thiansan, lalu untuk selama-lamanya aku jangan
menemukan pula mereka itu..."
Walaupun ia telah berpikir demikian dan telah
mengambil keputusannya, dalam perjalanan lebih jauh
ini, Kiam Hong tetap tak tenteram hatinya. Ia merasa
berat untuk meninggalkan Giok Houw bila nanti ia sudah
mengobati sembuh pemuda itu. Ia menjadi berduka. Ia
tentu masih berpikir terus, kalau tidak kupingnya
mendengar suara tindakan kaki kuda di sebelah
depannya. Ketika ia memandang ke depan, ia melihat
tiga penunggang kuda lagi mendatangi dengan cepat,
bahkan segera ia mendengar tertawa lebar dari
penunggang kuda terdepan, yang terus berkata nyaring:
"Nona Liong, sungguh tidak disangka-sangka bahwa di
sini kita dapat bertemu pula! Kau berlari-lari begini cepat,
apakah perlunya" Baiklah kau beristirahat, untuk sekalian
kita memasang omong!"
Orang itu bukan cuma tertawa dan mengatakan
demikian dengan lagaknya yang kurang ajar, dia pun
sudah lantas lompat turun dari kudanya, guna
menghadang di depan si nona.
Untuk terkejutnya Kiam Hong, ia mengenali Yang
Cong Hay. 930 Orang she Yang ini mempunyai hubungan atau
kepentingannya dengan halnya Pektok Sinkun pergi ke
gunungnya Ciu San Bin untuk meminta bagian separuh
dari bingkisan rampasan serta dengan peristiwa Cit Im
Kauwcu itu. Dialah yang pertama kali menganjurkan Cit
Im Kauwcu merampas bingkisan, ketika ternyata Cit Im
Kauwcu gagal, ia lantas mengojok-ojok Pektok Sinkun
kepada siapa juga ia memberitahukan segala sesuatu
mengenai Cit Im Kauwcu. Memangnya Pektok Sinkun
ingin baik pula dengan kauwcu itu. Dalam ini hal, Yang
Cong Hay mencoba memberikan bantuannya. Itulah
untuk kepentingannya. Kalau Pektok Sinkun dan Cit Im
Kauwcu rukun kembali, sangat besar faedahnya
untuknya. Ia hendak membaiki mereka, untuk ia gunai
tenaganya. Berbareng dengan itu, ia juga membaiki
Kiauw Pak Beng. Demikian, sesuai dengan perjanjian,
mereka mau berkumpul di rumahnya Bang Thong. Di luar
dugaan Yang Cong Hay, malam itu Bang Thong
terbinasakan C it Im Kauwcu. Ketika Cong Hay tiba di
rumah Bang Thong, orang justeru lagi sibuk mengurus
jenazah orang she Bang itu. Lalu setelah itu, datanglah
Kiam Hong, yang mengacau.
Sebagai seorang sangat cerdik, Yang Cong Hay lantas
membade-bade apa perlunya Nona Liong datang mencari
Cit Tm Kauwcu. Ia sekarang percaya, Cil Im Kauwcu dan
Pektok Sinkun tentu tidak bakal akur kembali. Oleh
karena itu, ia lantas mengajak dua orang cintengnya
keluarga Bang, guna mencari Kiam Hong. Kebetulan
untuknya, di tengah jalan ia berpapasan dengan Couw
Thian Yauw, yang tengah terluka parah, hingga ia
mendengar peristiwa atau kecelakaannya Thian Yauw itu,
yang telah dilukai Cit Im Kauwcu. Ia menyesal sekali, ia
931 mengeluh. Pikirnya: "Pektok Sinkun telah roboh di
tangannya Cit Im Kauwcu, itu berarti gagallah rencanaku,
maka kalau Cit Im Kauwcu sampai kena dibaiki Liong
Kiam Hong, untukku menjadi bertambah buruk..."
Maka disatu pihak ia menitahkan orang mengantarkan
Couw Thian Yauw pulang ke rumah Bang Thong, di lain
pihak ia lantas mengasah otak, untuk menelurkan akal
baru. Paling dulu ia mau pergi ke kuil, guna melihat
keadaan, untuk mengambil tindakan perlawanan.
Menurut ia, Cit Im Kauwcu membinasakan Pektok Sinkun
tentu disebabkan urusan pribadi. Ia pikir: Cit Im Kauwcu
pernah melukakan Ciu Ci Hiap, belum tentu kauwcu itu
nanti berbalik menjadi membantui Ciu San Bin.
Sebaliknya ia dengan Cit Im Kauwcu pernah saudara
seperguruan, ia sangsi kauwcu itu nanti bentrok
dengannya. Maka ia ingin mencoba membujuk kauwcu
itu berpihak kepadanya, supaya Liong Kiam Hong
dibekuk, la hanya tidak pernah menyangka. Cit Im
Kauwcu telah meninggal dunia. Pula, tidaklah dalam
dugaannya, di tengah jalan ini ia bersomplokan sama
Nona Liong. Ia menjadi girang sekali, dari itu ia telah
membawa aksinya itu menghadang si nona!
Sebelumnya memegat itu, melihat Kiam Hong
bersendirian dan tengah berlari-lari keras sekali, Yang
Cong Hay si cerdik sudah menggunakan juga otaknya. Ia
bercuriga. Ia lantas menduga-duga. Pikirnya itu waktu:
"Jalan ini memang jalan pegunungan yang sunyi, tetapi
dia wanita dan bersendirian, tanpa ada urusan yang
penting, tidak nanti dia berjalan begini keras. Dia telah
menggunakan ilmunya ringan tubuh. Bukankah dia dan
Cit Im Kauwcu ada sangkut pautnya" Kenapa kemarin ini
di Bang keepo, dia menyatakan bahwa dia mencari Cit
932 Im Kauwcu untuk memohon bantuan kauwcu itu"
Kenapa dia tidak malu untuk minta bantuannya Cit Im
Kauwcu" Bukankah di gunungnya Kimto Cecu ada
banyak orang yang lihai" Kenapa dia masih
membutuhkan Cit Im Kauwcu" --- Ah, tidak bisa lain,
tentulah ini ada berhubung sama obat pemunah racun!
Dia berjalan begini cepat, mungkin dia telah berhasil
mendapatkan obat itu..." Maka ia lantas memegat.
Kiam Hong kaget bukan main menemui Cong Hay di
tempat sepi itu, hingga ia mengeluh dalam hatinya. Dan
belum lagi ia sempat berpikir, Cong Hay sudah lompat
turun dari kudanya, guna menghalang di .depannya itu.
Ia lantas mengerutkan alis, otaknya berputar.
"Kiraku siapa, tak tahunya Yang Toacongkoan!" ia
berkata. "Aku telah mendapat keakuran dengan suci kau,
kenapa kau memegat aku?"
"Apa?" Cong Hay tanya. "Kau maksudkan Cit Im
Kauwcu?" Nona itu tertawa.
"Aku menyebut suci-mu!" katanya, "kalau bukannya
Cit Im Kauwcu, habis siapa lagi?"
Cong Hay sudah lantas berpikir.
"Di dalam dunia Kangouw ini, yang mengetahui Cit Im
Kauwcu itu kakak seperguruanku sangat sedikit,"
pikirnya, "maka budak ini tentu bukannya tengah
mendusta. Ia mestinya diberitahukan sendiri oleh Cit Im
Kauwcu..." Maka ia lantas menanya: "Mana suci-ku itu?"
"Dia bersama puterinya mengambil jalan arah sana."
sahut Kiam Hong sambil menunjuk.
933 "Itu toh jalan untuk kota raja?" Cong Hay tanya.
"Tidak salah!" menjawab si nona. "Kauwcu justru mau
pergi mencari kau, katanya untuk menasehati kau agar
kau jangan memangku pangkat, supaya kau susul
mereka, mungkin kau masih dapat menyandak!"
Sengaja Nona Liong menunjuk arah yang
bertentangan, supaya Cong Hay tidak pergi ke arah kuil
di mana dia mungkin menemui mayat kakak
seperguruannya itu, hingga bisa kejadian dia nanti
mengganggu Im Siu Lan.
Cong Hay tercengang, tapi hanya sejenak, lantas dia
tertawa lebar. "Dengan suci-ku itu, boleh perlahan perlahan saja aku
membuat pertemuan!" katanya. "Kau telah bertemu
sama suci-ku itu, kau dapat apakah dari ia" Mari
serahkan barang itu padaku!"
"Aku tidak dapatkan apa-apa," sahut Kiam Hong,
sedang hatinya berdebaran. Ia bergelisah.
"Kau membilang tidak! Apakah kau berani membiarkan
aku menggeledahmu?" tanya Cong Hay. Sambil berkata
begitu, ia mengulur tangannya yang panjang ke arah si
nona, niatnya untuk menjambak dan menarik nona itu.
Kiam Hong mundur, tangannya menghunus
pedangnya. "Yang Cong Hay!" ia membentak. "Kau berani kurang
ajar" Taruh kata benar suci-mu itu memberikan aku
sesuatu barang, kau tidak berhak untuk
menanyakannya!"
934 Dengan berkata begitu. Kiam Hong menggertak. Di
luar dugaannya, Cong Hay tertawa besar.
"Dengan kata-katamu yang bergula kau mempedayai
suci-ku!" katanya. "Apakah aku yang menjadi adik
seperguruannya tidak dapat mengurus halnya" Kau telah
menipu untuk mendapatkan obat, guna menolong musuh
kami. maka jikalau aku membunuh kau, suci-ku tidak
nanti menyesalkan aku!"
Sembari berkata begitu, Yang Cong Hay menghunus
pedangnya, untuk segera menerjang. Tiga kali beruntun
ia menikam dan menabas.
Kiam Hong main mundur, sekonyong-konyong ia
tertawa. "Suci-mu itu bukan saja memberikan aku obat
pemunah, dia bahkan memberikan juga barang yang
sangat berharga! Tahukah kau itu?" ia menanya.
Kelihatannya ia tenang sekali.
Hatinya Cong Hay tergerak. Ia lantas memikir:
"Mungkinkah itu kitab Pektok Cinkeng?" Maka ia lantas
menanya: "Apakah itu?"
"Aku tidak mau mengatakan!" menyahut si nona.
Cong Hay tertawa dingin, dia menyeringai.
"Jikalau kau tidak suka bicara, aku nanti bunuh
padamu!" dia mengancam "Dapat aku menggeledah
kau!" "Jikalau begitu maka salahlah perbuatanmu!" berkata
si nona, tertawa pula. "Barang demikian berharga,
apakah kau kira aku bawa itu pada tubuhku" Aku telah
menyembunyikannya! Nanti, di belakang hari, aku minta
935 bantuannya orang-orang yang lihai untuk mengambilnya!
Hendak aku melihat, kau mempunyai daya apa untuk
merintangi orang-orang lihai itu!"
Cong Hay bersangsi melihat sikap orang demikian
tenang dan suaranya demikian pasti.
"Sebenarnya barang apakah itu?" dia tanya, suaranya
keras. "Kau bersikap begini galak terhadap aku, coba kau
pikir, dapatkah aku bicara denganmu?" si
nonamembaliki. Selama itu Cong Hay masih merangsak, sekarang ia
memperlahankannya.
"Baiklah!" katanya, lagu suaranya menjadi lunak.
"Sekarang kau serahkanlah barangnya suci-ku itu. Nanti
aku memberi ampun padamu."
"Benarkah perkataan kau ini?" Kim Hong menegaskan.
"Benar!" Cong Hay memberikan kepastian.
"Baiklah, ini aku memberikannya!" Sembari berkata
begitu, dengan sebat luar biasa Kiam Hong menikam ke
arah tenggorokan jago itu.
Teranglah nona ini sudah mengoceh saja. Ia
menggunakan siasat. Ia menduga, dengan dipedayakan
secara demikian, Cong Hay bakal menjadi lengah, lantas
ketika baik itu ia tidak sia-siakannya lagi. Ternyatalah ia
berhasil dengan tipunya itu. Cong Hay itu lihai luar biasa
dan jumawa dan dia tidak memandang sebelah mata
kepada si nona.
Di dalam hal ilmu dalam, Kiam Hong kalah jauh dari
orang she Yang itu, congkoan besar yang pernah
936 menjadi salah satu dari ke empat kiamkek, ahli pedang
atau jago utama, tetapi mengenai ilmu pedang, ia
menang setingkat, dan sekarang, ia menyerang hebat
setelah ia mencari-cari ketika sekian lama.
Cong Hay kaget bukan main, hingga dia berseru:
"Celaka!" Dasar dia lihai, dalam saat kematian itu, ia
menghindarkan diri dengan gerakannya "Tiatpoan kio"
atau Jembatan Besi. Diamelengak dengan kedua kakinya
memasang kuda-kuda yang kokoh kuat, hingga dengan
tubuhnya rata bagaikan tidur terlentang, pedang si nona
lewat di atasan dadanya. Menyusul itu, dia segera
berlompat, guna menyingkir lebih jauh, karena dia
percaya si nona bakal mengulangi serangannya. Dia pun
menangkis dengan pedangnya.
Dugaan itu tepat. Kiam Hong menyerang pula. Kali ini,
serangannya itu kena ditangkis. Meski demikian, ujung
pedangnya mampir juga di dada lawan hingga dada itu
tergores luka sedikit, kira-kira tiga dim panjangnya.
"Sayang!" si nona mengeluh di dalam hatinya.
Sebaliknya, Cong Hay jadi sangat malu dan panas
hatinya. Dialah jago dan dia kena diakali. Dia tidak
terlukakan parah tetapi bagian yang tergores itu justeru
bagian yang berbahaya-di atasan perut --- hingga
sakitnya bukan main.
"Hari ini aku mesti ambil jiwamu, tidak dapat tidak!"
dia berteriak. Dan dia lantas menerjang dengan bengis,
bagaikan badai dan hujan lebat.


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiam Hong lantas kena terdesak, sampai ia menjadi
repot sekali. 937 Menggunakan ketika desakannya itu, dengan tangan
kirinya, Cong Hay mengeluarkan obatnya, guna segera
diborehkan pada lukanya, supaya luka itu tidak
membahayakan jiwanya.
Hati Kiam Hong menjadi kecil. Ia tidak menyangka
sama sekali, setelah terluka itu, Cong Hay masih
demikian kosen. Bagaikan binatang liar mogok, dengan
berseru keras, Cong Hay melanjuti desakannya. Tapi
Kiam Hong juga nekat, ia mempunyai tugas sangat
penting. Ialah membawa obat pemunah, guna menolongi
tigajiwa. Maka ia membesarkan hatinya, ia mencoba
melawan keras tetapi waspada.
Dalam tempo yang singkat, tiga puluh jurus sudah
lewat. Nona Liong mengeluarkan kepandaiannya guna
melayani musuh yang kalap itu. Benar Cong Hay
merangsak hebat, akan tetapi dia tidak berhasil
merobohkan lawannya, sebaliknya, satu kali, tangan
bajunya kena ditobloskan ujung pedang si nona. Syukur
ujung pedang itu tidak meluncur terus ke perutnya.
Dengan menyedot napas, dia membikin dada dan
perutnya ciut. Maka dia menjadi semakin gusar.
Hanyalah kali ini, dia dapat berpikir.
"Baru selang dua hari, kenapa ilmu pedangnya ia ini
menjadi maju begini?" demikian pikirnya. Karena dapat
memikir, ia menjadi kurangan mendongkolnya. Ia lantas
ingat, inilah bukan disebabkan si nona maju hanya ia
sendiri, saking murka, menjadi kurang waspada.
Kedua orangnya Bang Thong heran melihat si nona
dapat mendesak jago itu. Mereka jadi berpikir: "Kiranya
ini Yang Toacongkoan cuma besar namanya saja,
938 sekalipun seorang nona. dia tidak dapat lawan." Karena
itu, mereka lantas menghunus senjata, berniat
memberikan bantuan mereka. Tapi, belum lagi mereka
maju, mereka telah mendengar tertawa nyaring dari
congkoan besar itu.
"Untuk melawan satu budak kecil perlu apa mesti main
banyakan orang!" berkata congkoan itu. Dia rupanya
melihat orang hendak meluruk membantui padanya.
"Kamu kucak mata kamu dan lihat, jikalau dalam tiga
puluh jurus aku tidak dapat membekuk budak ini, kamu
boleh tulis terbalik tiga namanya Yang Cong Hay!"
Belum berhenti kata-katajumawa itu, gerakan pedang
congkoan ini sudah berubah.
Kiam Hong menjadi heran. Ia merasakan pedang
musuh itu menjadi berat luar biasa, benar gerakannya
tidak menjadi sebat lagi, bahkan ayal, tetapi ujung
pedang itu menjadi berat umpama kata seribu kati.
Dengan lantas ia menjadi terdesak pula.
Cong Hay sudah menukar siasat. Ia tahu si nona lihai
dan gesit, ia lantas menggunakan tenaga dalamnya,
tenaga mana disalurkan kepada pedangnya, membikin
pedang itu menjadi berat. Untuk dapat melayani, guna
membela diri. Kiam Hong menjadi tidak dapat berlaku
sebat lagi seperti semula.
"Celaka!" akhirnya Kiam Hong berseru di dalam
hatinya. Lama-lama ia merasakan, kecuali pedang musuh
menjadi berat, pedangnya sendiri bagaikan tertempel,
hingga sulit untuk ia menariknya.
"Haha-haha!" Yang Cong Hay tertawa. Dan ini
memperbesar tenaga dalamnya itu. Ia menindih makin
939 berat pedang Cengkong kiam si nona, setelah mana,
tangan kirinya pun bekerja, dalam ilmu silat "Tangan
kosong memasuki senjata putih." Itulah ilmu untuk
dengan tangan kosong merampas senjata musuh.
Biarnya ia lebih lihai ilmu pedangnya, Kiam Hong
akhirnya kewalahan. Ia kalah tenaga dalam, sangat berat
untuk ia melayani, guna bertahan terus menerus.
Percuma ia mengerahkan semangat, guna melawan
terus. Ia pun lantas saban-saban kena dibikin kaget.
Tangan kiri musuh itu beberapa kali hampir berhasil
menjambret pedangnya untuk dirampas. Maka selang
belasan jurus lagi, ia lantas kena terkurung...
Tengah pertempuran itu berjalan di saat yang akan
memutuskan, di sana terdengar suara nyaring dari
kelenengan kuda disusul suara pertanyaan yang keras:
"He! Apakah itu bukannya Nona Liong?"
Mendengar suara itu, Kiam Hong menjadi girang
mendadak. "Lauw Cecu?" ia berseru menanya.
Pertanyaan itu tidak mendapat jawaban, sebaliknya, di
sana terdengar bentrokan senjata. Itulah disebabkan
orang yang baru datang itu, yang dipanggil Lauw Cecu,
sudah dirintangi kedua orangnya Bang Thong.
Orang itu Lauw Wan Tat hucecu atau ketua muda dari
benteng Kimto Ce dari gunungnya Kimto Cecu Cio San
Bin. Dia bersenjatakan sebatang golok besar dan tebal,
karena dialah seorang yang bertenaga besar. Keduajago
dari Bang keepo lihai tetapi berat mereka melayani Lauw
Cecu. Di dalam tempo yang pendek, keduanya lantas
terdesak. Setiap kali senjata mereka bertiga bentrok,
940 setiap kali juga tangan mereka berdua kesemutan dan
gemetaran, sakit rasanya, sebab telapakan tangan
mereka berdarah, bahkan yang satu, tombaknya kena
dibacok kutung!
Habis itu, Lauw Cecu maju kepada Yang Cong Hay,
dan ia lantas membacok.
Cong Hay lagi mencoba pula merampas pedang Kiam
Hong ketika ia melihat sampainya serangan, terpaksa ia
melepaskan si nona, guna membela dirinya. Ia
menangkis senjata musuh. Akibatnya itu ialah suara
berkontrang keras serta muncratnya lelatu api. Keduanya
pun menjadi terkejut. Ternyata, goloknya cecu itu kena
terpapas sedikit, dan pedangnya Cong Hay mental dan
tangannya terasakan sakit, syukur pedang itu tidak
terlepas dari cekalan.
"Hebat tenaganya orang ini," pikir Cong Hay. Ia kaget
tetapi tidak takut.
Lauw Wan Tat juga kaget, lalu tanpa menghiraukan
sempoaknya goloknya, ia mengulangi bacokannya yang
kedua kali, di-susul sama yang ketiga.
Kiam Hong sendiri, dengan datangnya bala bantuan,
menjadi mendapat ketika untuk memperbaiki diri. Ia
sebenarnya mau maju terus, guna membantui Wan Tat,
tatkala kedua cinteng Bang keepo datang padanya,
menyerang dari kiri dan kanan. Ia dibokong dan digencet
pula. Musuh yang satu bersenjatakan golok, dia
menyerang dari bawah, ialah membacok kaki sambil dia
menjatuhkan diri di tanah, untuk maju sambil
bergulingan. Yang satunya pula menyerang dengan
tombak kutungnya, ujung tombaknya mengarah jalan
941 darah soanki hiat. Dia ini tidak memandang sebelah mata
kepada si nona, yang dia anggap sudah letih sekali.
"Kau pun lihat totokanku!" kata Kiam Hong, yang
melihat datangnya dua serangan itu. Dengan sebat ia
telah melirik ke kedua arah, lalu ia maju kepada si musuh
yang menggunakan tombak itu. belum lagi ia kena
ditusuk, totokannya sudah mendahului mengenai musuh
hingga dia itu lantas saja berdiri diam, kedua tangannya
dikasih turun, mulutnya terbuka menganga.
Yang menyerang di bawah itu membacok tempat
kosong. Sambil maju tadi, Kiam Hong berkelit dari
bacokan kepada kakinya. Dia terkejut karena gagalnya
serangannya itu. dia menjadi kaget pula melihat
kawannya kena tertotok hingga menjadi tidak berdaya.
Dia pun heran sebab tadi dia dan kawannya memandang
enteng kepada Cong Hay, yang kena didesak nona ini.
Sekarang dia menginsafi nona itu benar lihai, hanyalah
dia terlambat. Ketika dia mau mengguling tubuh, buat
mundur, Kiam Hong mendahului menendangnya hingga
dia terpental dengan tulang iganya patah!
Pertempuran di antara Yang Cong Hay dan ,Lauw Wan
Tat berjalan terus. Cong Hay menang lihai, Wan Tat
menang tenaga dan goloknya pun lihay. Maka bekas
congkoan itu lantas berpikir: "Sulit untuk dalam tempo
pendek merobohkan cecu itu." Pula, di samping ia
terkejut menyaksikan kedua cinteng Bang keepo telah
kena dirobohkan, di sebelah depan nampak
mendatanginya lagi dua penunggang kuda. Atas
datangnya kedua orang itu, Lauw Wan Tat sudah lantas
mengasi dengar suaranya yang nyaring, dalam bahasa
rahasia kaumnya: "Kakinya kambing dapat menendang!
942 Pundak rata maju mengutungi kaki itu!" Itulah berarti:
Musuh tangguh, mari kita kepung dia!
Yang Cong Hay licik sekali. Melayani satu Lauw Wan
Tat masih satu soal, di sana masih ada Kiam Hong. Lalu
sekarang datang dua orang lagi, yang belum ketahuan
lihai atau tidak. Maka ia pikir, mengangkat kaki ialah
paling selamat. Karenanya ia mendesak Wan Tat. Setelah
dua tikaman saling susul, ia memutar tubuhnya, untuk
berlompat, guna membuka langkah seribu.
"Bangsat, kau hendak lari?" Wan Tat mencaci dengan
gusar seraya dia berlompat, guna membacok.
"Kau hendak merintangi aku?" kata Cong Hay sambil
tertawa menyeringai, tubuhnya mencelat ke samping,
membikin serangan lewat, setelah mana, dia berbalik,
untuk membalas menyerang dengan tikamannya.
Lauw Wan Tat tidak menduga lawan menggunakan
tipu dan gerakannya pun demikian gesit. Ia sendiri,
benar ia kuat, tetapi kurang sebat, senjatanya berat dari
senjata berat sukar melawan pedang yang kecil dan
enteng, la masih mencoba membela dirinya dengan
melintangi goloknya.
"Traang!"
Pedang Cong Hay itu kena ditangkis Kiam Hong, yang
maju untuk melindungi kawannya, akan tetapi pedang
telah meluncur demikian rupa. lengan Wan Tat kena juga
tergores. Sambil tertawa dingin, Cong Hay kata: "Masihkah kau
berani mengatakan aku si kambing?" Ia rupanya
mengerti bahasa rahasianya cecu muda itu.
943 Belum berhenti perkataan bekas congkoan ini
goloknya Wan Tat sudah menyambar ke arahnya. Wan
Tat mendongkol ia diejek, maka tanpa membilang suatu
apa. goloknya yang melintang itu dipakai menyampok.
Cong Hay kaget tetapi sesudah pedangnya kena
tersampok, demikian keras, hingga lepas dari tangannya
dan mental. Kiam Hong melihat itu, ia menggunakan saatnya untuk
menyerang saling susul, hingga Cong Hay terdesak, tak
sempat dia berlompat guna menyambar pulang
pedangnya itu. Bahkan saking terpaksa, dia lari terus
kepada sekor kuda, untuk lompat naik ke pinggangnya,
guna terus menyingkirkan diri.
Kiam Hong tidak mengejar, ia menoleh kepada Wan
Tat yang terluka itu. Ia berlega hati kapan ia mendapat
kenyataan hucecu itu melainkan terluka kulitnya. Tapi dia
beradat keras, dia mendongkol sekali, maka itu dia
mencaci musuhnya yang sudah kabur jauh itu.
"Lauw Cecu," kata si nona tertawa, "Yang Cong Hay
bekas congkoan besar dari istana kaisar, kau telah bikin
dia meninggalkan senjatanya dan kabur, itu saja sudah
cukup untukmu membanggakannya!"
Wan Tat dapat juga dihiburkan.
Ketika itu kedua penunggang kuda telah tiba kepada
mereka. Mereka berdua ialah liauwlo dari gunung, yang
di kirim untuk menyusul. Sebenarnya mereka berdua di
kirim berbareng bersama Wan Tat tetapi mereka berjalan
belakangan. Ilmu silat mereka tidak berarti, mereka
hanyalah cerdik, maka itu. setiap kali ia turun gunung,
hucecu mengajak mereka. Syukur Cong Hay tidak
ketahui halnya kedua liauwlo ini, kalau tidak, kalau dia
944 tidak menyingkir, entah bagaimana kesudahannya
pertempuran selanjutnya.
Dari dua orang Bang keepo, yang tulang rusuknya
patah masih dapat melarikan diri, tinggal yang kena
tertotok Kiam Hong, dia tetap berdiri menjublak,
tangannya turun, mulutnya terbuka. Kiam Hong lantas
membebaskan dia, untuk ditanya keterangannya. Dia
suka menerangkan bahwa Yang Cong Hay datang ke
Bang keepo bersama dua opsir Gilimkun, tibanya baru
beberapa hari yang lalu, bahwa sekarang Couw Thian
Yauw lagi berobat di rumahnya Bang Thong itu.
Karena dia suka bicara, dia lantas dimerdekakan.
"Kalau begitu Yang Cong Hay dan Pektok Sinkun ada
dari satu golongan," berkata Lauw Wan Tat. "rupanya
mereka bersama hendak mendapatkan bingkisan kita."
Kiam Hong mengangguk.
"Sekarang tak usah kita kuatirkan Cong Hay," kata
nona ini. "Pektok Sinkun sudah mati dan Couw Thian
Yauw tengah terluka. Seorang diri tentulah dia tidak bisa
berbuat banyak."
Lebih jauh Kiam Hong tuturkan peristiwa matinya
Pektok Sinkun itu. hingga matinyaCit Im Kauwcu juga.
Lauw Wan Tat berlega hati mendengar musuh telah
terbinasa dan terluka dan obat pemunah racun pun
sudah didapatkan. Karena ia berlega hati itu.
kewaspadaannya menjadi berkurang.
Sampai di situ. mereka melakukan perjalanan pulang.
Kiam Hong menggunakan kuda rampasan, maka itu,


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka bersama-sama menunggang kuda. Dengan lekas
945 mereka melalui perjalanan seratus li. Ketika hari sudah
jadi magrib, mereka tiba di sebuah dusun, Hulicip
namanya. Dusun itu masih terpisah kira-kira dua ratus li
dari gunung mereka.
"Kalau kita berjalan terus, besok tengah hari kita bisa
kembali ke gunung," kata Lauw Wan Tat.
Kiam Hong menekuk-nekuk jari tangannya, untuk
menghitung hari.
Nusa ialah hari ke sembilan dari terlukanya Giok Houw
bertiga. Luka disebabkan tangan Kiuyang Tokciang,
seperti diterangkan Couw Thian Yauw. cuma dapat
bertahan sepuluh hari, selewatnya. celakalah si kurban.
Karena masih ada tempo satu hari, hati si nona lega.
suka ia singgah didusun itu. Ia merasa lega juga hatinya,
hanya kapan ia mengingat kematiannya Cit Im Kauwcu,
ia berduka. Tapi ia menanyakan dulu tentang
keadaannya Giok Houw bertiga.
"Keadaannya Ciu Cecu yang paling berat," Wan Tat
menerangkan. "Leng Lihiap dan Thio Tocu mendingan,
mereka dapat minum susu dan bisa juga memasang
omong." Tiba di dalam dusun, sudah waktunya api dinyalakan,
dan di jalanan, sedikit orang yang berlalu lintas.
"Apakah perlu kita memeriksa dulu, kalau-kalau di sini
ada orang-orang yang mencurigakan?" tanya kedua
liauwlo yang cerdik itu.
Lauw Wan Tat tertawa ketika ia menjawab: "Di tempat
ini cuma ada sebuah rumah penginapan, yang dibuka
oleh orang sendiri, baiklah kita langsung pergi ke sana.
Segala apa dapat kita minta keterangan dari
946 pengurusnya. Yang Cong Hay sudah kabur, apa lagi yang
kita buat kuatir" Kamu sendiri tentu sudah letih, di sana
kamu dapat beristirahat."
Keterangannya hucecu ini benar. Rumah penginapan
yang disebutkan itu mempunyai perhubungan sama Ciu
San Bin. Pemiliknya, seorang she Ciu, sudah
mengusahakan itu sepuluh tahun lebih, benar dia bukan
asal liauwlo tapi dia kenal baik sejumlah tauwbak
gunung. Juga di dalam pondokan itu ada dua liauwlo,
yang tinggal menetap sebagai pegawai, dengan tugas
menjadi mata-mata. Karena ini, atas perkataan cecu itu,
kedua orangnya tidak membilang apa-apa lagi.
Belum lagi mereka tiba di pintu depan. Ciu Ciangkui. si
pengurus pondokan, sudah keluar dan menyambut. Ia
lantas bicara rahasia dengan Wan Tat, yang menanya
kalau-kalau ia mendapatkan orang-orang yang dicurigai
di dusun itu. Ia menerangkan bahwa ia tidak
menyangsikan siapajuga. Maka Wan Tat lantas mengajak
kawan-kawannya masuk ke dalam.
Letih Wan Tat semua. Cio Ciangkui lantas menjamu
mereka, ia duduk menemani. Sembari bersantap, mereka
berbicara. Ia menanyakan hal keadaan di gunung. Biar
bagaimana, dia bukannya anggauta gunung, maka Wan
Tat tidak mau memberitahukan hal sakitnya San Bin
karena terlukakan musuh.
Kemudian Wan Tat menanyakan kedua mata-mata. Ia
diberitahu bahwa-mereka itu kebetulan keluar.
Ciu Ciangkui menyuguhkan arak Cenglay ciu
rendamannya sendiri. Arak itu berbau wangi menyedak
hidung. Wan Tat girang sekali. Ia memangnya gemar
minum air kata-kata.
947 "Ha, kau masih ingat aku suka arak ini!' katanya. Ia
jujur, dengan Ciu Ciangkui ia kenal baik. tanpa
dianjurkan lagi, ia lantas mengeringkan tiga cawan.
"Arak ini harum tetapi tidak keras, inilah arak tepat
sekali untuk orang habis melakukan perjalanan jauh,"
berkata Ciu Ciangkui. "Nona Liong, mari minum! Benar
dengan nona aku baru kenal satu kali ini tetapi dengan
Lauw Cecu aku telah mengenal lama, maka itu, ijinkanlah
aku memberi selamat kepada kau barang satu cawan!"
"Terima kasih!" menyahut Kiam Hong. "Ijinkan aku
yang memberi selamat lebih dulu kepada tuan rumah!"
Ia lantas menolak balik araknya ciangkui itu.
"Nona sungkan sekali!" kata si orang she Ciu, tertawa.
"Baiklah, aku akan minum lebih dulu!" Ia lantas
menenggak arak itu.
Melihat orang minum araknya, Kiam Hong turut
minum. Ia tidak menaruh curiga lagi.
Kemudian Ciu Ciangkui pun menganjurkan kedua tau
wbak kecil itu turut minum bersama.
"Ah, perutku mulas!" kata seorang tauwbak, berseru.
"Nanti aku ke belakang dulu!" Dan ia berbangkit, untuk
lari ke belakang, rupanya dia mau pergi ke kakus.
"Di tengah jalan tadi dia minum air dingin terlalu
banyak!" kata Wan Tat tertawa.
Tauwbak yang kedua tiba-tiba melengak.
"Eh, perutku pun mulas!" kata dia, dan terus dia
berbangkit, untuk lari ke belakang.
"Eh, eh!" kata Wan Tat heran, alisnya mengkerut.
"Kau toh tidak minum air dingin tadi?" Ia baru berkata,
948 tiba-tiba ia pun merasakan perutnya sakit, lantas
kepalanya pusing dan matanya seperti kabur. Ia merasa
seperti ia telah minum terlalu banyak arak. "Aneh,
perutku pun sakit!" kemudian ia berseru.
Tepat di saat itu, tauwbak yang pertama tadi lari ke
belakang, muncul dengan tersengal-sengal, dan berteriak
tajam: "Celaka! Cecu, lekas lari! Di sini ada orang-orang
yang bersembunyi!"
"Ngaco belo!" membentak Ciu Ciangkui. "Apakah kau
sudah sinting?"
Mendadak saja Kiam Hong berlompat bangun,
menyambar tangannya Ciu Ciangkui, untuk dicekuk, akan
tetapi ciangkui itu berkelit, ketika si nona maju pula,
untuk mengulangi sambarannya, dengan tubuhnya
limbung, dia lolos pula. Nona Liong merasakan kakinya
enteng. "Ha,orang she Ciu!" Lauw Wan
Tat membentak. Sedetik itu. dia sadar. "Kau main gila
ya!" Dan antara meja, ia lantas meninju ciangkui itu.
Ialah seorang Gwakee. ahli ilmu luar, gwakang, maka
tenaganya besar luar biasa, di hari-hari biasa, mesti
bercelaka Ciu Ciangkui. sebab dia diserang dengan satu
pukulan dari ilmu silat "Pekpou Sinkun," atau "Tinju
Seratus Tindak." Tapi ia telah menjadi kurbannya
bonghan yoh, obat pulas, tenaganya telah berkurang,
tubuhnya pun terhuyung, maka tinjunya cuma sampai di
tengah jalan, terus mengenakan meja, hingga meja itu
ringsak. Si ciangkui sendiri telah lompat berkelit, tetapi
tidak urung, dia terjungkal juga.
949 Tepat di saat itu, Yang Cong Hay muncul dari dalam.
Paling dulu terdengar suara tertawanya bergelak-gelak,
disusul sama kata-katanya yang tajam: "Bagus ya! Ke
sorga ada jalannya, kamu tidak pergi ke sana! Noraka
tidak ada pintunya, kamu justeru menyerbunya! Haha!
Aku mau lihat, apakah kali ini pun kamu dapat lolos dari
tanganku?"
Lauw Wan Tat gusar bukan kepalang.
"Oh, toacongkoan yang gagah perkasa!" ia mengejek.
"Tidak malukah kau melakukan ini perbuatan rendah?"
Dalam murkanya itu. ia lompat menyerang. Tapi
kepalanya pusing, matanya tidak dapat melihat nyata,
pukulannya tidak mengenakan sasarannya. Sebaliknya,
ketika Cong Hay habis berkelit terus menggaet kakinya,
ia roboh seketika!
Tauwbak kecil tadi tidak minum arak bonghan yoh,
maka ia menghunus goloknya, menyerang ke kakinya
Cong Hay. Tentu sekali ia bukannya lawan dari itu bekas
congkoan besar, maka dengan satu tendangan kaki yang
lain, ia tertendang mental dan roboh terbanting.
"Mahluk tolol, bukannya kabur!" Wan Tat masih dapat
berseru. "Kau mau mampus?"
Cuma sebegitu ia dapat membuka mulutnya, lantas ia
rebah pingsan. Kiam Hong tidak lantas roboh. Dengan mengandai
pada tenaga dalamnya, ia masih bertahan. Tetapi ia juga
merasai kepalanya pusing dan matanya kabur.
Mendengar perkataannya Wan Tat itu, ia mendusin.
Segera ia berpikir: "Tidak salah! Pertama-tama obat
mesti dilindungi! Dan kedua, mesti ada orang yang lolos
950 untuk menyampaikan kabar!" Maka ia lantas menghunus
pedangnya, menyerang Yang Cong Hay. Inilah siasat
guna menolong si tauwbak, agar dia dapat menyingkir.
Ciu Ciangkui tidak berdiam saja. Ia mengerti juga
beberapa jurus ilmu silat. Dengan menyambar bangku
panjang, ia lari ke arah pintu, guna merintangi si
tauwbak. "Pengchianat, lihat!" berseru si tauwbak gusar,
tangannya melayang, melontarkan sebuah bungkusan.
Ciu Ciangkui menyangka kepada senjata rahasia, ia
mengangkat bangkunya, untuk menangkis, maka
bentroklah bungkusan itu dengan bangku. Benarlah itu
senjata rahasia, hanya senjata rahasia bungkusan terisi
abu. Ciangkui itu lantas menutup kedua matanya. Justeru
itu si tauwbak kabur, disusul temannya yang pun muncul
di situ. Tauwbak itu benar-benar cerdik. Pertama kali masuk
ke hotel dan tidak melihat dua kawannya, yang menjadi
mata-mata, ia sudah bercuriga. Untuk membuktikan
kecurigaannya, ia berpura-pura sakit perut dan lari ke
dalam. Di pekarangan belakang, ia melihat kuda
tunggangan Yang Cong Hay, yang ia kenali. Maka ia
lantas lari balik. Tapi ia masih terlambat, Ciu Ciangkui
sudah berhasil dengan obat mabuknya. Ia telah
mengambil abu. maka abu itu dapat dipakai menyerang
si ciangkui yang menjadi pengchianat itu.
Kiam Hong mengempos semangat, ia mengerahkan
tenaganya, untuk mendesak. Mau atau tidak. Cong Hay
mesti melayani dengan sungguh-sungguh. Inilah ketika
baik untuk kaburnya kedua tauwbak kecil itu.
951 Di saat Nona Liong merasa kedua tauwbak itu sudah
menyingkir jauh, ia merasa hatinya lega. tetapi ini justeru
membuat bonghan yoh itu di dalam perutnya bekerja,
hingga ia menjadi semakin lemah. Cong Hay berbalik
mendesak, untuk merampas pedangnya, setelah mana,
ia kena ditotok roboh. Selagi waswas, ia mendengar
tertawa seram dari bekas congkoan itu, lantas ia tidak
sadarkan diri. Tidaklah aneh jikalau Ciu Ciangkui itu berchianat. Ia
memang bersanak dengan Bang Thong, pemilik dari
Bang keepo. Isterinya Bang Thong ialah adiknya satu
she. Bang Thong itu sangat pintar dan licik. Setelah
berhasil mengumpul harta besar di wilayah Biauwkiang.
ia pulang ke kampung halamannya itu, untuk mencuci
tangan, untuk hidup sebagai hartawan yang budiman, di
antaranya ia mengeluarkan uang untuk membikin
jembatan dan memperbaiki jalan umum, hingga ia
menjadi mendapatkan nama baik. Ciu San Bin tidak
ketahui asal-usul orang, ia bergaul dengannya.
Bang keepo terletak di perbatasan antara negara
Watzu dan Tiongkok, itulah daerah tak bertuan, dan
yang berpengaruh di situ ialah Ciu San Bin. Bang
Thongjeri pada raja gunung penyinta negara ini, ia
berlaku merendah dan menurut saja. Ia pun pandai
mengambil hati, sering ia melakukan sesuatu untuk San
Bin. Sebaliknya, diam-diam ia berkongkol sama pembesar
kerajaan. Beberapa kali, di waktu menempur tentera
negeri, San Bin kena dikalahkan. Itulah hasil
kecurangannya sahabat Bang Thong ini. Tentang itu, San
Bin tetap tidak mendapat tahu apa-apa.
952 Demikian juga pemilik pondokan she Ciu itu. dia
berhubungan dengan San Bin, dia menjadi mata-mata. di
lain pihak, dia berhubungan erat dengan Bang keepo dan
selalu memberikan kabar rahasia kepada Bang Thong.
Benar San Bin ada mengutus dua liauwlo buat menjadi
mata-mata di pondokan, tetapi dengan kecerdikannya
Ciu Ciangkui, kedua mata-mata itu dapat dilagukan dan
dijual, mereka tidak mendapat tahu bahwa diri mereka
diakali. Pantas Wan Tat mendamprat Ciu Ciangkui
sebagai pengchianat, sebab dia bekerja lebih banyak
untuk Bang Thong, dari siapa dia memperoleh lebih
banyak kebaikan.
Yang Cong Hay seorang sangat cerdik. Ketika ia kabur
meninggalkan Kiam Hong dan Wan Tat, ia tidak puas. Ia
tetap ingin mencegah obat pemunah dapat dibawa ke
gunungnya Ciu San Bin. Maka ia tidak lantas terus
mencari Cit Im Kauwcu hanya ia pergi ke Hulicip. Ia
merasa pasti, Wan Tat bakal singgah di pondokannya Ciu
Ciangkui, dari itu ia pergi kepondokan itu, untuk bekerja
sama dengan si ciangkui. Demikian mereka
menggunakan obat mabuk bonghan yoh itu.
Bukan main girangnya Cong Hay dapat membekuk
Wan Tat dan Kiam Hong. Dengan tertawa besar, ia kata
pada Ciu Ciangkui: "Inilah harta besar yang di kirim oleh
Thian! Dengan aku mendapatkan obat pemunah, tak
usah dikuatirkan lagi yang Ciu San Bin tidak akan
menyerahkan bingkisan itu! Jikalau aku sudah pulang ke
Pakkhia di mana aku menjabat pula pangkatku sebagai
Toacongkoan. kau boleh percaya, kau akan memperoleh
keuntungan bukan kecil!"
Ciangkui itu girang sekali mendapatkan janjinya Cong


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hay itu. Ia justeru lagi menguatirkan tidak lagi
953 mempunyai tulang punggung berhubung dengan matinya
Bang Thong. Ia menghaturkan terima kasih berulangulang.
Yang Cong Hay lantas bekerja. Sendirinya ia
menggeledah Lauw Wan Tat. Untuk memeriksa tubuh
Kiam Hong, ia menugaskan isterinya Ciu Ciangkui.
Sebagai toacongkoan, ia mau memegang derajat, ia malu
menjamah-jamah tubuh seorang wanita apapula seorang
gadis remaja. Karena ini, Kiam Hong pun jadi lolos dari
penghinaan. Kiam Hong masih tak ingat akan dirinya ketika ia
merasa dingin pada mukanya. Lantas ia mendusin. Ketika
ia membuka matanya, ia melihat seorang nyonya
bertubuh jangkung dan kurus, ialah orang yang
membasahkan mukanya dengan air, untuk membikin ia
sadar. "He, rase kecil yang licin, di mana kau simpan obat
pemunah racun?" tanya nyonya itu bengis. Dialah
isterinya si ciangkui.
Kiam Hong pun segera melihat Yang Cong Hay duduk
di depannya. Di sana tertampak Lauw Wan Tat terbelenggu seperti
ia sendiri. Ciu Ciangkui berdiri di samping, melakukan
penjagaan. Mereka itu sudah melakukan penggeledahan tanpa
hasil, maka itu. setelah kedua musuh itu diringkus,
mereka dibikin mendusin, untuk didengar keterangannya.
Cong Hay sendiri yang mau memeriksa si nona.
"Apa kau bilang?" Nona Liong berpura-pura. "Obat
pemunah apa?"
954 "Jangan berlagak gila!" kata Cong Hay, tertawa dingin.
Suaranya tidak sedap untuk telinga. "Sampai ini waktu,
percuma kau main gila!"
"Sebenarnya kau menghendaki obat pemunah apa?"
Kiam Hong menegaskan.
"Obat pemunah racun Kiuyang Tokciang yang Cit Im
Kauwcu serahkan nada kau!" Cong Hay menjelaskan.
"Heran!" kata si nona. "Cit Im Kauwcu bermusuh
dengan gunung kami, puterinya pernah membikin celaka
puteranya Ciu Cecu! Apakah kau tidak tahu urusan itu"
Bagaimana dia dapat memberikan obat pada kami?"
Alisnya Cong Hay berkerut, hatinya berpikir:
"Benarkah suci tidak memberikan obat pemunah itu
kepada dia ini?"
Keterangannya Kiam Hong itu beralasan, di dalam
keadaan biasa, Cong Hay tentulah percaya itu. Tapi ia
telah mendengar dari mulutnya Couw Thian Yauw sendiri
bahwa selama di dalam kuil, Kiam Hong sudah
membantui Cit Im Kauwcu menyerang kepadanya --pada Thian Yauw. Pula ia menyaksikan sendiri Kiam
Hong berlari-lari pulang ke gunungnya secara tergesagesa.
Ia mengeprakmeja.
"Aku tahu kau memang paling pandai bicara!"
bentaknya. "Dapat kau mendustai suci-ku tetapi tidak
aku! Obat pemunah racun itu mesti ada di tubuhmu!"
Kiam Hong tertawa mengejek.
"Kau mengukuhi obat itu ada di tubuhku, nah, kau
suruhlah nyonya ini geledah aku!" ia menantang. Ia tahu
yang ia telah digeledah tetapi sengaja ia mengejek Cong
955 Hay, untuk membikin panas hati orang, guna
mempuaskan hatinya sendiri.
"Aku telah menggeledah terteliti sekali," berkata si
nyonya, "aku telah periksa kaos kaki dan rambutnya
juga, obat itu tidak ada padanya. Mungkin benar dia
tidak menyimpannya..."
Kedua matanya Cong Hay terbuka lebar, lain
mendelik. "Aku tidak percaya!" dia berseru. "Buka semua
pakaiannya! Nanti aku memeriksanya sendiri!"
Nyonya itu kaget.
"Itu... itu..." katanya tertahan.
Ciu Ciangkui cerdik, dapat ia membade hatinya Cong
Hay, yang rupanya mau menggertak saja. Maka ia lantas
menimbrung, katanya: "Isteriku, kau sudah tua, apakah
kau masih merasa likat" Toh bukannya pakaianmu yang
diloloskan?" Ia terus berpaling kepada Kiam Hong, untuk
meneruskan berkata: "Nona, jikalau kau tidak mau
mendapat malu, lekas kau keluarkan obat itu atau kau
menyebutkan tempat di mana kau menyembunyikannya."
"Jangan kamu paksa aku." katanya kemudian. "Nanti
aku bicara..."
Cong Hay tertawa berkakak.
"Akur!" katanya. "Seharusnya kau bicara dari tadi,
urusan tentu sudah beres."
"Apakah kau kira aku demikian tolol hingga obat aku
simpan di tubuhku?" kata Kiam Hong, mengejek. "Obat
itu aku telah berikan kepada si tauwbak kecil yang
956 barusan melarikan diri! Siapa suruh tadi kamu tidak
merintangi dia?"
Wan Tat heran mendengar perkataan si nona. Ia kata
dalam hati kecilnya: "Kapannya dia menyerahkan obat
kepada tauwbak kecil itu" Kita berjalan bersama-sama,
kenapa aku tidak mendapat lihat?"
Sebagai orang jujur, cecu ini tidak dapat membade
yang Nona Liong lagi mendusta.
"Lekas kamu kejar tauwbak itu!" kata pula Kiam Hong.
"Mungkin kamu dapat menyandak!"
Ciu Ciangkui heran, ia mengawasi nona itu.
"Kau berikan obat itu kepada tauwbak yang mana?" ia
tanya. "Kepada yang mukanya persegi atau yang
mukanya panjang itu?"
"Aku memberikan pada mereka berdua," sahut Kiam
Hong. "Aku menitahkan mereka bergantian
membawanya, maka itu sekarang aku tidak tahu ada
pada siapa di antara mereka itu berdua!"
Ciu Ciangkui cerdik juga, ia berpikir: "Budak ini masih
sangat muda tetapi dia cerdik sekali! Terang kedua
tauwbak itu tidak dapat berlari berama-sama. Kalau aku
dan Cong Hay mengejar dengan berpisahan, itulah
berbahaya. Cong Hay lihai, dia tentu dapat mengalahkan
tauwbak itu, tetapi aku, aku belum tentu..." Maka itu ia
mau menanya pikirannya bekas congkoan itu, atau
mendadak ia mendengar Cong Hay membentak: "Siapa
yang kau hendak akali, setan cilik" Jikalau kau tetap
tidak suka memberitahukan, hm, kau lihat, aku berani
membuka semua pakaianmu atau tidak!"
957 Kata-kata itu dibarengi tepukan meja dan kedua mata
melotot. Kiam Hong berbicara untuk menjalankan siasatnya
menyerang hati. Ia tahu Cong Hay sangat cerdik, maka
ia sengaja memberikan pengakuannya itu.
Memang kepercayaannya Cong Hay kena dibikin
goncang, hingga dia menjadi bersangsi. Dia pikir: "Bocah
ini sangat cerdik, kenapa aku tidak dapat memikir kepada
siasatnya itu?" Dia mengangkat kepalanya, ketika dia
memandang muka Wan Tat, dia merasa heran.
Nampaknya Wan Tat itu tercengang.
Kiam Hong melihat orang menyangsikan ia, ia kata
pula: "Aku omong terus terang, kau tidak percaya! Tidak
dapat aku mengarang kedustaan lain lagi!"
Cong Hay tertawa dingin.
"Jikalau aku tidak membongkarnya, kau tentu tidak
puas!" dia bilang. "Kedustaan kau ini kau karang
sempurna sekali! Hanya sayang pada itu ada
kelemahannya! Jikalau kau ketahui lebih dulu bahwa
cuma aku sendiri yang mau merampas obat itu, dapat
kau menyerahkan itu kepada tauwbak yang kau sebutkan
itu, aku pun tidak bakal mencurigakannya, dapat mereka
lolos. Akan tetapi kau tidak tahu berapa jumlah
rombonganku, taruh kata kau dapat menduga kami bakal
merampasnya, hingga kau tidak berani menyimpan itu
dalam tubuhmu, seharusnya kau menyerahkannya
kepada ini Lauw Cecu! Bukankah dalam ilmu silat, cecu
ini jauh lebih lihai daripada kedua tauwbak itu" Kalau
cecu ini bertemu orang-orang yang mau merampok dia,
dia mempunyai lebih banyak ketika untuk meloloskan
diri! Maka, kenapa kau tidak serahkan obat kepadanya
958 hanya kepada dua tauwbak itu" Nah, apa lagi kau
hendak bilang" Enso Ciu, kau bukai semua pakaiannya,
aku mau lihat, dia hendak membilang apa lagi!"
Kiam Hong terperanjat tetapi ia tertawa dingin.
"Kami berjumlah empat tetapi kau berkukuh menuduh
obat ada padaku." ia kata, "apa buktinya sekarang"
Bukankah kau telah menggeledah dengan sia-sia" Dan
sekarang kau hendak menggunakan cara hina dina.
untuk membikin aku malu! Hm! Hm! Apakah di belakang
hari kau masih mempunyai muka untuk menaruh kaki
dalam dunia Kangouw?"
Mukanya Cong Hay menjadi merah padam. Hinaan itu
tepat mengenai hatinya.
"Dia sudah digeledah, obatnya tidak kedapatan,
memang tidak perlunya untuk membukai pakaiannya,"
pikirnya. "Tapi aku penasaran sekali! Bagaimana harus
melampiaskannya" Aku mesti mendapatkan akal!" Ia
tidak berpikir lagi, terus ia mengibaskan tangannya dan
berkata: "Siapkan kuda! Enso Ciu. kau bantui aku
membawa dia ke Bang keepo! Aku tidak dapat obat,
gunungnya Ciu San Binjuga tidak! Aku mau lihat, dia ini
dapat bertahan berapa hari!..."
Puas rasanya Cong Hay habis berkata demikian.
Kembali di a tertawa dingin.
"Aku kasih nasihat padamu baiklah kau bicara!" ia kata
pada si nona. "Jikalau kau suka memberitahukan, aku
nanti temani kau pergi ke gunung kamu membawa obat
itu. Tentu sekali, aku tidak dapat mengantarkan kau
dengan cuma-cuma. Aku cuma menghendaki separuh
saja dari jumlah semua bingkisan. Mustahilkah tiga
959 jiwanya Ciu San Bin, Thio Giok Houw dan Leng In Hong
tidak cukup berharga untuk sedikit bingkisan itu?"
Kiam Hong terkejut pula. Hebat kata-katanya bekas
congkoan ini. Selagi ia ragu-ragu, ia mendengar suara
nyaring dari Lauw Wan Tat: "Di dalam gudangnya kaisar
bertumpuk segala emas dan kemala! Sebaliknya kami,
kami bersengsara, makan tidak kenyang, berpakaian
tidak hangat bagi tubuh, tetapi kamu memutar otak,
kamu hendak menolongi kaisar mendapatkan pulang
barangnya itu! Kau hendak mendapatkan bingkisan cuma
untuk kepentingan dirimu sendiri, supaya kau mendapat
pangkat dan hadiah! Apakah benar-benar kau tidak ingat
jiwa kami semua?"
Yang Cong Hay tertawa.
"Jiwa kamu sekawanan berandal?" dia berkata,
mengejek. "Tentang jiwa kamu, benar-benar aku tidak
perlu mencampur tahu!"
"Kau sendiri tidak tetapi orang-orang gagah di seluruh
negara akan memperhatikannya!" Wan Tat berteriak
pula. "Kau kira, dapat secara begini sajakau merampas
harta" Hm! Tidak, tidak sedemikian mudah!"
"Memang juga. harta yang didapati orang banyak
demikian susah payah, mana dapat itu di haturkan
kepada mereka secara begini saja?" Kiam Hong pun
memikir. "Jikalau Ciu Cecu menyayangi jiwanya, siangsiang
tentulah ia sudah berdamai dengan Pektok Sinkun.
Jikalau untuk diriku sendiri aku membiarkan Yang Cong
Hay mendapatkan obat, untuk dia memaksa memeras
bingkisan itu, pastilah engko Giok Houw tidak bakal
memberi maaf kepadaku!"
960 Maka ia berdiam terus.
Melihat orang berkepala batu, Cong Hay tertawa.
Tidak tempo lagi, tubuh Wan Tat dan si nona diangkat ke
punggung kuda dan diikat. Ia sendiri membawa Wan Tat
dan Nyonya Ciu membawa Kiam Hong. Kuda mereka itu
dikasih kabur ke arah Bang keepo. Ciu Ciangkui tidak
diajak, dia mesti menjaga hotelnya.
Cong Hay sangat cerdik. Ia kuatir Kiam Hong nanti
dapat membebaskan diri dari totokan, maka selang enam
jam, ia menotok pula. Totokan itu direncanakan akan
diulangi setiap enam jam kemudian.
Perjalanan dari Hulicip ke Bang keepo membutuhkan
waktu satu setengah hari, maka dengan melakukan
perjalanan terus menerus, besoknya tengah hari tibalah
sudah mereka di rumahnya Bang Thong.
Kiam Hong heran kenapa orang melakukan perjalanan
demikian tergesa-gesa. Sudah terang ia tidak mau
menyerahkan obatnya. Karena itu ia mau menduga
mungkin bekas congkoan itu hendak menggunakan akal
muslihat lain. Ketika itu keluarga Bang sudah selesai mengurus
jenazah. Di muka pintu digantung tengloleng biru. Ketika
Cong Hay tiba. lantas ada yang mewartakan ke dalam
gedung, maka Iantaslah ada orang yang menyambut
sambil lebih dulu terdengar tertawanya yang nyaring, lalu
kata-katanya yang keras: "Yang Congkoan, kau sudah
pulang" Bagaimana kesudahannya pembicaraan di antara
Pektok Sinkun dan Cit Im Kauwcu?"
Kiam Hong sudah putus harapan tetapi ketika ia
mendengar suara orang itu, ia terkejut. Ia mengenali
961 suara orang dengan baik sekali. Itulah suaranya Le Kong
Thian si pengurus rumah, atau koankee, dari Kiauw Pak
Beng. "Telah terjadi perubahan tidak disangka-sangka,"


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cong Hay menyahut. "Mari kita bicara di dalam."
Kong Thian melirik Kiam Hong, lantas ia tertawa pula.
"Kau tidak dapat mengundang Cit Im Kauwcu,
sebaliknya kau membekuk ini bocah wanita!" katanya.
"Haha! Apakah kau hendak mengambil dia sebagai
gantinya Siu Lan" Tidak dapat!"
Di dalam urusan ini. Yang Cong Hay adalah orang
yang memegang peranan. Dialah yang menyuruh Pektok
Sinkun akur pula dengan Cit Im Kauwcu. Maksudnya
yang utama yaitu untuk mendapatkan Pektok Cinkeng
untuk nanti diserahkan kepada Kiauw Pak Peng. Justeru
untuk mendapatkan kitab tersebut, Kiauw Pak Beng
sudah mengutus pengurus rumah tangganya pergi
mengajukan lamaran kepada Cit Im Kauwcu, untuk
mempersatukan jodoh putera dan puteri mereka. Kiauw
Pak Beng tidak terlalu menghiraukan janjinya Pektok
Sinkun mengenai sebagian dari bingkisan, yang katanya
diperuntukkan pesalin puterinya. Karena harta datang
sendiri, ia tentu menerima saja. Kali ini Le Kong Thian
muncul untuk mendengar kesudahannya ichtiarnya Yang
Cong Hay itu. Kong Thian bangsa sembrono dan tidak sabaran,
setibanya di ruang tetamu, tanpa menanti sampai orang
berduduk, ia sudah lantas menanya pula: "Ada terjadi
perubahan apakah" Apakah nenek itu tidak suka akur
pula dengan Pektok Sinkun?"
962 "Bukan cuma dia tidak mau akur pula," menyahut
Cong Hay, "bahkan dia menggunakan obat pulas
membuatnya Pektok Sinkun roboh tak berdaya, lalu
hampir dia membunuh mati pada Couw Thian Yauw!"
Kong Thian heran.
"Couw Thian Yauw itu orang macam apa?" dia tanya.
"Dialah yang dulu hari dikenal sebagai Tiatsi Siseng
Couw Tay Ce yang menjadi begal tunggal di dalam kedua
propinsi Titlee dan Shoatang," Cong Hay menerangkan.
"Dialah konconya Pektok Sinkun. Sekarang dia ada di
rumah ini lagi berobat. Apakah kau belum tahu?"
"Aku baru saja tiba," menyahut Kong Thian. "Aku
melihat orang di sini sedang repot bekerja dan berbicara,
aku lantas minta keterangan halnya tuan rumah mati
diracuni. Mereka itu belum beres menjelaskan ketika
dikabarkan sampainya kau. Apakah Cit Im Kauwcu yang
meracuni Bang Pocu?"
"Memang! Dia meracuni Bang Pocu sampai binasa,
lantas dia membikin Pektok Sinkun roboh tidak berdaya,
dan akhirnya, dia melukakan Couw Thian Yauw. Dia pula
telah menyerahkan obat pemunah racun kepada musuh!
Inilah perubahan yang aku tidak sangka sama sekali!"
Yang Cong Hay mengatakan demikian karena ia belum
tahu Pektok Sinkun dan Cit Im Kauwcu telah mati
bersama, tidak demikian, pasti dia bakal menjadi terlebih
kaget dan heran pula.
Kong Thian terkejut hingga ia lompat berjingkrak.
"Dia kasihkan obat itu kepada siapa?" ia tanya keras.
Inilah soal yang paling diperhatikannya.
963 Ketika itu Liong Kiam Hong tidak dapat berkutik, tetapi
ia sadar, maka itu, ia bisa mendengar nyata
pembicaraannya duajago itu. Ketika itu tepat baru lewat
enam jam dari totokan yang terbelakang, maka diamdiam
ia mengerahkan tenaga dalamnya, guna
membebaskan diri. Kalau tadinya ia meram saja,
mendadak ia membuka matanya dan terus mengeluh
keras: "Cit Im Kauwcu, kasihan kau mati bersengsara!
Yang Cong Hay, oh, bangsat! Kaulah manusia dengan
peparu anjing dan hati srigala! Bagaimana kau berani
membinasakan suci-mu sendiri?"
Kong Thian kaget.
"Eh, apa katamu?" dia tanya bengis.
Kiam Hong mengawasi manusia raksasa itu.
"Ah, kau... kau..." katanya, suaranya dibikin parau.
"Hm, kiranya Yang Cong Hay mempunyai kau sebagai
tulang punggungnya! Pantaslah dia berani
membinasakan suci-nya!..."
Pandai sekali Nona Liong berpura-pura bagaikan orang
baru mendusin. Air mukanya Kong Thian berubah. Dia kaget dan
heran. "Eh, Lao Yang, bagaimana ini?" dia tanya Cong Hay.
"Jangan percaya obrolannya!" menjawab Cong Hay
cepat. "Kaulah yang ngebrahol!" kata Kiam Hong nyaring.
"Kau sudah merampas obat pemunahnya Pektok Sinkun,
kau juga sudah mengambil kitab Pektok Cinkeng
kepunyaan Cit Im Kauwcu! Biasanya seorang penjahat
964 cuma membutuhkan uang tetapi tidak menghendaki jiwa
orang, kaulah lain! Kau sudah menghendaki banda
orang, kau pun merampas jiwanya, untuk menutup
mulutnya! Kau jahat sekali, kau tidak akan diterima
Thian!" "Tutup bacotmu!" Cong Hay berteriak. "Sudah kau
mengakali obat pemunah dari Cit Im Kauwcu, sekarang
kau hendak mempermainkan juga Le Toaya! Kau mesti
dimampusi terlebih dulu!"
Habis berkata, Cong Hay maju menghampirkan. guna
menotok mati pada si nona.
"Tahan!" berseru Le Kong Thian, yang mencegah
secara tiba-tiba. Lalu dia mengawasi nona itu dan tanya:
"Bagaimana kau ketahui semua itu?"
"Aku melihatnya dengan mataku sendiri!" menjawab si
nona. "Aku mendapat perintah untuk mencuri obat
pemunah itu. maka terlebih dulu aku menyembunyikan
diri di dalam kuil itu. Pertama-tama aku melihat Pektok
Sinkun datang kepada Cit Im Kauwcu meminta obat.
Pembicaraan mereka menyatakan mereka seperti suami
isteri. Pektok Sinkun ingin akur kembali dengan isterinya.
Cit Im Kauwcu menolak. Mereka menjadi bertengkar,
akhirnya mereka berkelahi. Keduanya sama-sama
terluka. Sesaat kemudian datanglah Yang Cong Hay
bersama Couw Thian Yauw. Di luar dugaan, mereka itu
sangat rendah dan busuk, selagi orang terluka. mereka
membokong. Baru Cit Im Kauwcu bertanya: 'Oh. kau.
sute!' lantas punggungnya ditikam. Sial Couw Thian
Yauw, yang bersama Yang Cong Hay itu mengepung dari
depan dan belakang, dia terlukakan senjata rahasia Cit
Im Kauwcu. Aku mel ihat Yang T j ong Hay menggeledah
965 tubuhnya Cit Im Kauwcu dari mana ia mendapatkan kitab
itu." "Bagaimana kau bisa ketahui kitab itu ialah Pektok
Cinkeng?" Kong Thian tanya.
"Sebab aku mendengar Cit Im Kauwcu, yang
mendamprat, mengatakan: 'Kitab Pektok Cinkeng ini aku
hendak menyerahkannya kepada Kiauw Pak Beng, kau
berani mencelakakan aku, apakah kau tidak takut Kiauw
Pak Beng nanti mendapat tahu dan akan membunuhmu"'
Cit Im baru berkata begitu atau ia lantas ditikam mati
oleh Yang Cong Hay."
Bukan kepalang mendongkolnya Cong Hay.
"Menyesal aku tidak lantas membunuh padamu!"
katanya dalam hatinya. Ia cuma bisa mengawasi dengan
bengis pada nona itu. Di saat demikian, ia bukan cuma
tidak dapat membunuh si nona, bahkan memutuskan
perkataannya pun tidak. Jikalau ia berbuat begitu, pasti
Kong Thian akan mempercayai nona itu, ia dapat dituduh
membunuh untuk menutup mulut orang. Terpaksa ia
berlagak pilon. ia cuma tertawa dingin.
Mendengar perkataannya Kiam Hong, suram
romannya Kong Thian.
"Yang Toako, apa katamu?" dia menanya.
"Budak ini mengoceh saja!" Cong Hay jawab. "Dia
telah menipu obatnya Cit Im Kauwcu tetapi dia menuduh
aku!" "Habis, mana itu obat pemunah?" Kong Thian tanya.
"Entah budak ini menyembunyikannya di mana! Aku
belum mendapatkannya."
966 "Benar," berkata Nyonya Ciu, yang sedari tadi diam
saja. Ia mau membantui kawan itu. "Begitu Yang Tayjin
membekuk budak ini, aku lantas menggeledah tubuhnya,
sampai ke rambut kepalanya, tetapi obat itu tidak
kedapatan."
Kiam Hong tertawa dingin.
"Setahu siapa yang ngoceh tidak keruan!" katanya.
"Dapatkah Cit Im Kauwcu menyerahkan obat kepadaku?"
Kong Thian melirik pada Cong Hay.
"Yang Tayjin," ia berkata, "jikalau kau hendak
menelan bingkisan, kau ambillah itu obat pemunah! Akan
tetapi kitab Pektok Cinkeng itu, ialah kitab yang dimaui
majikanku, maka aku minta sukalah kau keluarkan itu!"
Cong Hay menjadi gusar sekali.
"Jadinya kau percaya obrolannya budak ini?" dia
tanya. "Benar, aku percaya dia!" sahut manusia raksasa itu.
"Jikalau begitu, aku tidak berdaya lagi," kata Cong
Hay, menyesal, tapi hatinya tetap mendongkol. "Budak
ini mengatakan yang tidak-tidak, apakah yang aku mesti
serahkan padamu?"
"Yang Tayjin, kau main-main dengan aku!" kata pula
Kong Thian keras. "Aku Le Kong Thian, aku kenal kau,
tetapi senjataku ini, tokkak tongjin, tidak kenal padamu!
Mana obat itu, kau mau serahkan atau tidak?"
Yang Cong Hay berniat keras sekali membaiki Kiauw
Pak Beng, supaya mereka berdua bisa bekerja sama dan
ia memperoleh hasil, untuk itu ia sudah berlaku sabar
luar biasa, bahkan ia merendah, tetapi ia tetap bekas
967 seorang toacongkoan. orang kepercayaannya raja, ia
berkepala besar dan jumawa, angkuh adatnya, maka itu
tidak dapat ia terima sikapnya Le Kong Thian ini, sedang
Le Kong Thian --- biarpun dia gagah --- dia cuma
pengurus rumah tangganya Kiauw Pak Beng. Maka
berkatalah ia dengan dingin: "Le Koankee, jangan kau
main gila terhadap aku! Aku dapat pergi sendiri kepada
majikanmu untuk berbicara!"
Le Kong Thian telah panas hatinya, mendengar
perkataan Cong Hay itu, ia bagaikan api ditambahkan
minyak. "Yang Cong Hay. kau berani tidak melihat sebelah
mata padaku?" katanya keras. "Aku bicara baik-baik
dengan kau karena aku masih memandang padamu,
jikalau kau tidak sungkan-sungkan lagi, baiklah, aku juga
tidak sudi berlaku sungkan pula terhadapmu! Jikalau kau
tidak menyerahkan kitab Pektok Cinkeng maka tokkak
tongjin-ku ini yang akan minta kepadamu!"
"Le Kong Thian, kau sangat menghina aku!" Cong Hay
berteriak saking gusarnya. "Kau mempunyai tokkak
tongjin. di tanganku pun ada pedangku!"
Belum berhenti suaranya bekas congkoan itu. maka
tokkak tongjin, ialah senjata yang berupa boneka
kuningan, dari si manusia raksasa, sudah menyambar
kepadanya. Ia tidak berayal untuk menangkis, hingga
kedua senjata beradu keras, hingga terdengar suara
"traang" sangat nyaring dan lelatu api pun berpeletikan.
Justeru itu. Cong Hay merasakan telapakan tangannya
sakit. "Baiklah!" serunya. "Kau jangan katakan aku tidak
memandang persahabatan lagi!"
968 Kata-kata ini disusuli dengan serangan pembalasan
yang cepat sekali.
Le Kong Thian tidak sempat menarik pulang
bonekanya guna menangkis, dari itu ia cuma berkelit;
sebenarnya ia berkelit dengan sangat sebat akan tetapi,
untuk kagetnya, ia merasa rambutnya kena terbabat
pedang lawan. Ia menjadi mencelos hati, kaget dan
gusar, maka sambil berseru, ia menyerang pula.
Cong Hay melihat orang kalap, ia berlompat mundur.
Di dalam gusarnya, ia kata dalam hati kecilnya: "Kau
yang mulai berlaku kurang ajar, maka itu Kiauw Pak
Beng tidaklah nanti menyesal aku sudah mengemplang
anjing tanpa memandang lagi tuannya!" Maka ia lantas
melayani, untuk mana ia mesti mengeluarkan kepandaian
ilmu pedangnya.
Pada sepuluh tahun yang lalu Yang Cong Hay ini
menjadi satu di antara ke empat ki.amkek, meski benar
ialah yang terlemah, ia sudah lihai sekali, dan setelah
berselang sepuluh tahun itu, latihannya bertambah,
hingga ia kini jauh terlebih lihai daripada dulu hari itu. Le
Kong Thian boleh tangguh sekali tetapi ia mesti
menghadapi seorang yang lincah, untuk sementara, ia
tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ah, benar-benar dia lihai sekali," kata Yang Cong Hay
dalam hatinya. Ia telah membuktikan ketangguhannya si
manusia raksasa. Ia cuma dapat membela diri. Mulanya
ia hanya ingin mengasi rasa sedikit, lalu perselisihan
disudahi dengan damai. Tidak tahunya, Kong Thian
menjadi seperti kalap. Tadi dia kena dipapas rambutnya,
itu rupanya terjadi karena dia alpa.
969 Juga Kong Thian kagum. Sia-sia belaka ia mendesak.
Baru sekarang ia menginsyafi, orang she Yang ini tidak
dapat dipandang enteng. Tadinya ia tidak takut siapa
juga, orang satu-satunya yang ia hormati ialah Kiauw Pak
Beng yang menjadi gurunya berbareng majikannya.
Tapi mereka tidak mau berhenti berkelahi. Kong Thian
ingin mendapatkan Pektok Cinkeng dan Yang Cong Hay
hendak memegang derajat sebagai bekas toacongkoan


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau taykiamkek. Dengan begitu, mereka berkelahi seru
sekali. Si manusia raksasa menang tenaga dan ulat, dan
si kiamkek, ahli pedang, menang lincah dan latihan.
Hebatnya pertempuran mereka merusak hebat juga kursi
meja dan lainnya dalam ruang itu. Ciu Ciangkui dan
isterinya ketakutan, mereka menyembunyikan diri,
sedang kedua orangnya Bang Thong menyingkir jauhjauh,
tidak berani mereka datang untuk memisahkan.
Kiam Hong sebaliknya girang sekali melihat
kesudahannya akal muslihatnya mengadu domba itu.
Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya, untuk
berontak. Tambang yang dipakai mengikatnya tidak
dapat bertahan. Mulanya ia loloskan sebelah tangannya,
lalu ia memutuskan tambang itu. Perbuatannya itu tidak
ada yang lihat. Ia menunggu sampai Cong Hay dan Kong
Thian pindah ke pojok, mendadak ia berlompat bangun,
untuk menolongi memutuskan belengguan atas dirinya
Lauw Wan Tat, setelah mana, ia ajak kawan itu kabur.
Yang Cong Hay kaget, ia lompat meninggalkan Kong
Thian, untuk mengejar. Ia berlompat sambil berseru.
Atas itu, si manusia raksasa turut memburu.
"Le Kong Thian, perlu apa kau mengejar aku?" berkata
Kiam Hong sambil berlari. "Obat tidak ada padaku!"
970 Kong Thian melengak, lalu dia berteriak: "Yang Tayjin,
jangan kau menggunakan alasan untuk merat! Kau
serahkan dulu obat dan kitab!"
"Celaka betul!" Cong Hay membanting kaki,
mendongkolnya bukan kepalang. "Sampai ini waktu
masih kau melibat aku!"
Kiam Hong dan Wan Tat tidak perduli orang
bertengkar, mereka lari terus, keluar dari pintu. Di depan
rumah ada dua ekor kuda, mereka lompat menaiki
seorang satu, terus mereka mengaburkannya.
Yang Cong Hay mendesak dengan dua tabasan pergi
pula Petualang Asmara 23 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Rahasia 180 Patung Mas 15

Cari Blog Ini