Ceritasilat Novel Online

Kisah Pedang Di Sungai Es 1

Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Bagian 1


"Kisah Pedang Di Sungai EsPengemis Berbisa
Peng Ho Swe Kiam
Karya : Liang Ie Shen
Saduran : Gan KL
Jilid 1 Tok Jiu Hong Kay Kim Si-ih, si Pengemis Gila Bertangan
Keji. Tokoh yang menggemparkan dunia persilatan itu sudah
tujuh tahun lamanya, sejak peristiwa tragedi percintaannya
dengan Le Seng- lam, tiada kabar beritanya lagi tentang tokoh
pengemis gila bertangan keji itu.
Kisah percintaannya dengan Le Seng-lam yang berakhir
dengan mengenaskan itu, bagi yang kenal pribadi atau tidak
kenal tokoh itu, semuanya merasa gegetun dan sudah tentu
dengan pendapatnya masing-masing. Ada yang benci pada Le
seng-lam, anggap gadis ini yang membikin celaka Kim Si-ih.
Tapi ada juga yang dapatkan Le Seng-lam sesudah gadis itu
meninggal. Bahkan ada yang terharu oleh cinta buta si gadis
ini. Ada pula sementara orang yang tahu seluk-beluk
percintaan Kim Si-ih dengan Kok ci-hoa. Mereka merasa
penasaran pula bagi Kok ci-hoa. Dalam pandangan mereka,
Kim Si-ih dan Kok ci-hoa sebenarnya adalah suatu pasangan
yang paling ideal. Tapi gara-gara Le Seng-lam, perjodohan
setimpal itu menjadi gagal. Mereka anggap kematian Le Senglam
sebagai bukti dari kelicikannya. Mereka menarik
kesimpulan: Le Seng-lam sadar kalau dirinya tak bisa
menandingi Kok ci-hoa dalam perburuan kekasih, maka
menggunakan kematiannya itu untuk memenangkan cintanya
sesudah di liang kubur.
Begitulah suka duka, benar atau tidak dari macam-macam
pendapat orang. Namun ada suatu titik persamaan pendapat
mereka, ialah: pandangan mereka terhadap Kim Si-ih sudah
berubah. Tiada yang anggap tokoh itu sebagai hantu, sebagai
iblis lagi. sebaliknya, semua merasa terkenang sangat
rindukan dia dengan harapan tokoh itu bisa muncul kembali
semangatnya yang tak kunjung padam itu untuk melakukan
sesuatu yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Dan di antara sobat- andai Kim si- ih, kecuali Kok Ci-hoa,
rasanya yang paling terkenang padanya adalah Kang Lam, itu
bekas kacungnya Tan Thian-ih.
Cuaca hari itu nyaman sejuk. suatu hari bagus dipermukaan
musim rontok. seperti biasa, pagi-pagi Kang Lam sudah
membawa puteranya ke taman bunga untuk berlatih.
Puteranya ini dilahirkan pada saat terjadinya tragedi
percintaan Kim si-ih dan Le seng-lam. sekarang inipun sudah
berumur tujuh tahun.
Hanya sejak kecil Kang Lam sudah dibeli oleh ayahnya Tan
Thian-ih sebagai kacung, maka asal-usulnya she apa, dia
sendiri tidak tahu. Karena dipanggil orang sebagai Kang Lam,
maka ia memakai she Kang. Dan puteranya itu diberinya nama
Kang Hay-thian.
seperti diketahui, isteri Kang Lam adalah puteri tunggal Ce
dan Nyo Liu-jing, yaitu Ce siang- he. Karena itu, sejak
menikah, Kang Lam lantas masuk tinggal bersama keluarga
Ce. Dan di rumah bekas jago tua terkemuka Thi Cio sin Tan
(Telapak Tangan Besi dan Peluru sakti) Nyo-eng ini cukup
megah dengan pemandangannya yang indah permai.
Pagi itu, setelah Kang Lam menyaksikan sang putera selesai
memainkan sejurus Kau Kun (silat Monyet). Dengan tertawa
senang ia berkata: "Bagus, bagus, kau bocah ini ternyata lebih
pintar dari ayah. sekali belajar sudah bisa, tidak perlu diberi
petunjuk dua kali".
Kang Hay-thian tidak menjawab, sebaliknya ia gores-gores
pipi sendiri dengan sebuah jarinya.
"He, kenapa kau olok-olok ayahmu?" tanya Kang Lam.
"Kata ibu"."
"Ya, ya, aku sudah tahu" sela Kang Lam sebelum bocah itu
melanjutkan. "ibumu selalu suka mentertawai aku, katanya
aku suka membual, bukan" Namun , sekarang aku memuji
kau. Tak bisa dianggap aku membual untuk diri sendiri,
bukan" Ha, kau tahu tidak bahwa ayahmu selamanya tidak
pernah mengangkat guru secara resmi. Ilmu silatku
seluruhnya bolehnya kupelajari dari sedikit dari orang lain.
Dahulu waktu Tan-toapek"
"sudahlah, aku sudah tahu," potong Kang Hay-thian- "Hal
itu entah sudah berapa kali kudengar dari ayah. Bukankah
mula-mula ayah belajar dari Tan-toapek, lalu ikut belajar sama
siau-kongkong (siau Jing-hong) dan paling akhir, tentunya
dengan Kang-tayhiap."
"Ya, sudahlah. Aku tidak omong lagi. Marilah kita latihan
sungguh-sungguh," kata Kang Lam sambil geleng-geleng
kepala. "Wahai, anakku, hari ini aku ingin mengajar semacam
kepandaian yang sulit padamu, yaitu berjumpalitan "
"o, jumpalitan?" ujar Kang Hay-thian dengan nada seakanakan
tidak heran. Bukankah setiap hari dirinya suka main
jumpalitan, buat apa mesti diajar lagi"
Maka Kang Lam berkata pula dengan tertawa: "Kau jangan
memandang enteng ilmu jumpalitan ini, nak. Jumpalitan ini
sama sekali berbeda daripada permainan kaum anak-anak
kalian- Ha, dahulu.."
"Hihihi" tiba-tiba Kang Hay-thian tertawa.
Kang Lam jadi urung bicara terus. Katanya kemudian:
"Baiklah, aku tidak omong lagi. Tapi,ai, tak bisa. Betapapun
hendak kukatakan. Wahai putera ku, sungguhpun kau lebih
pintar dariku, tapi nasibmu memangnya juga lebih bagus
daripada diriku. sejak lahir kau sudah mendapat bimbingan
orang tua, malahan bila kelak kau sudah memperoleh seantero
kepandaian ayah, hendak kukirim kau untuk belajar lagi
kepada Kim-tayhiap."
Mungkin ucapan terakhir ini adalah baru pertama kali ini
Kang Lam katakan pada sang putera, seketika Hay-thian
berjingkrak girang, serunya: "Betul ayah" Tapi kau bilang tidak
tahu di mana beradanya Kim-tayhiap" Namun, kau tidak
membohongi aku toh, ayah?"
Kang Lam terbahak-bahak senang, sahutnya: "Akhirnya kau
mau bicara juga"
Kiranya meski sudah menjadi ayah, sifat Kang Lam yang
ceriwis, suka bicara, masih belum berubah. sudah tentu sang
putera tidak jemu pada orang tua, tapi saking banyak Kang
Lam mencerocos bila berhadapan hingga tidak memberi
kesempatan pada si anak untuk bicara. Lama kelamaan malah
menjadikan si anak berwatak pendiam, jadi berlawanan
dengan sang ayah yang ceriwis. Namun dasar kanak-kanak,
bila ada hal-hal yang menyenangkan, seketikapun berteriak
gembira. Maka Kang Lam berkata pula: "Tentu saja ayah tak
membohongi kau. Kim-tayhiap pernah berjanji akan menerima
kau sebagai murid. selagi kau masih bayi, beliau pernah
menjenguk kemari. Ia telah meraba-raba tulangmu dan
memuji kau mempunyai bakat pembawaan sebagai jago silat."
"Cerita inipun sudah pernah kudengar". Ujar Hay-thian.
"Yang ingin kutanya ialah tentang Kim-tayhiap. dia.."
"o, kau ingin tanya di mana beradanya Kim-tayhiap.
bukan?" sela Kang Lam. "Kau jangan kuatir, kata-kata Kimtayhiap
serupa dengan emas, apa yang dia pernah katakan
tentu berharga, tidak nanti mengapuli. sekalipun kita tak bisa
menjumpainya. setelah kau dewasa, pasti beliau juga akan
datang kemari. Gurumu itu sudah pasti akan kau miliki.
Baiklah, sudah, sudah, jangan omong lagi. Marilah berlatih.
Ini, kuberi contoh begini"
sambil berkata, terus saja Kang Lam memberi contoh
berjumpalitan ke depan- Tapi mendadak ia berkaok hingga si
anak ikut terkejut.
Kiranya waktu Kang Lam berjumpalitan ke sana, tiba-tiba
dilihatnya di tengah-tengah semak-semak bunga ada
bergeraknya bayangan manusia. Ketika ditegasi, ternyata
adalah seorang wanita.
"siapa kau?" tegur Kang Lam terkejut.
Muka wanita itu berkerudung sutera tipis, perlahan-lahan ia
keluar dari tempat sembunyinya. Langkahnya aneh, enteng
gemulai, seperti kaki terapung di atas tanah, mirip makhluk
halus saja. Berulang dua kali Kang Lam menegur, tetap wanita itu tidak
menjawab. Mendadak Hay-thian berseru: "Di sana juga ada
orang, ayah"
Waktu Kang Lam memandang ke sana, tidak saja jurusan
yang ditunjuk si bocah memang benar ada orangnya, bahkan
dari empat penjuru muncul wanita-wanita yang berdandan
seperti wanita yang dagang duluan tadi.
Kang Lam adalah seorang sudah kenyang makan asam
garam di dunia Kang-ouw, pula ilmu silatnya pernah mendapat
didikan dari Kim si ih. Tingkatannya kini sudah termasuk jago
kelas satu. setelah tenangkan diri, diam-diam ia membatin:
"selama hidup aku tiada permusuhan apa-apa dengan orang,
mengapa aku jeri pada mereka" sungguhpun demikian"
pikirnya, namun munculnya ke empat wanita itu teramat aneh
dan mencurigakan. Betapapun timbul juga rasa kuatir Kang
Lam terhadap mereka.
setelah masuk di tempat latihan silat itu, segera ke empat
wanita itu mengambil tempat di empat sudut, dan masih tetap
tidak membuka suara.
"Hai, siapakah kalian ini?" Kang Lam menegur pula.
"siapakah yang hendak kalian cari" Hay-ji, panggil ibu dan
nenekmu" Nyo Liu-jing, ibu mertua Kang Lam, adalah angkatan tua
dari Bu-lim, maka banyak mempunyai hubungan dengan
berbagai golongan persilatan terkemuka. Karena Kang Lam
tidak kenal ke empat wanita ini, maka maksudnya biar sang
ibu mertua yang mengenali mereka.
Mendadak wanita yang berada di sudut timur sana
menjawab: "Kami ingin mencari kau, bukan hendak bertemu
ibu mertua mu"
"Aku tidak kenal kalian, untuk apa kalian mencari diriku?"
tanya Kang Lam.
"Kau tidak kenal kami, tapi kami kenal kau," sahut wanita
itu. "Kedatangan kami ini adalah sengaja hendak melihat cara
kau melatih silat."
"o, terima kasih, terima kasih," ujar Kang Lam. "sungguh
tidak nyana bahwa beberapa jurusku yang mirip cakar kucing
ini bisa menarik perhatian orang. cuma, cara kunjungan kalian
ini rada-rada aneh. Namun, aku Kang Lam memang suka
terima tamu, baik kenal maupun tidak. Aku suka terima
dengan suka hati. Tetapi di antara tuan rumah dan tamu,
tentunya harus saling perkenalkan nama. Marilah silahkan
masuk dahulu, minum-minum dan omong-omong, habis itu
baru kita datang ke tempat latihan ini lagi?"
"semua orang menyebut kau Kang Lam si ceriwis.
Nyatanya memang tidak salah," ujar si wanita sebelah barat
sana dengan tertawa. "Cerocos terus tidak karuan".
"Ai,ai, aku undang kalian minum-minum dahulu, apa
salahnya. Kenapa malah bikin jemu kalian?" sahut Kang Lam.
"Bukannya kami jemu padamu, tapi kami ingin lekas lihat
kau berlatih," kata wanita itu.
"Untuk itu perlu juga suka relaku," kata Kang Lam. "Urusan
dengan orang perempuan memang runyam. Ai, biarlah
kupanggil siang-he untuk bicara dengan kalian saja."
"Tidak perlu repot-repot". Kata si wanita di sebelah timur
itu dengan tawar. "Isterimu dan ibu mertuamu sudah ada
kawan kami yang menjumpainya di dalam."
Belum lenyap kata-katanya itu, tiba-tiba terdengar seruan
Nyo Liu-jing dari dalam: "sungguh kurang ajar siapakah kalian
ini, kenapa berani sembarangan terobosan di rumah kami ini"
Apa kalian sangka keluarga Nyo mudah dihina segala orang?"
Berbareng itu, dari dalam berlari keluar empat wanita
berkerudung seperti wanita-wanita yang duluan.
"Wah, galak amat mertuamu itu. Lebih bawel dari pada
kau" ujar si wanita sebelah timur itu dengan tertawa.
"Mak " seru Kang Lam. "Kalian jangan berkelahi dahulu,
tanya dulu duduk perkara hingga terang."
Maka tampaklah Nyo Liu-jing mengudak keluar dengan
rambut kusut, tangan membawa busur dan peluru. ce sianghe
kelihatan menyusul dibelakangnya dengan pedang
terhunus. Melihat di luar situ ada empat wanita lain pula yang
berdandan serupa wanita-wanita yang diusir keluar tadi. Nyo
Liu-jing menjadi tercengang, tanyanya pada Kang Lam: "Lho,
siapakah mereka ini" Apa kau kenal mereka?"
"Justeru karena tidak kenal, maka aku sedang tanya
mereka," sahut Kang Lam.
"sungguh sembrono, tidak kenal mereka, kenapa
perbolehkan mereka terobosan sesukanya?" omel Nyo Liu-jing.
"Bukan aku yang perbolehkan mereka masuk. tapi
mereka?" Belum habis Kang Lam menutur, tahu-tahu
gendewa Nyo Liu-jing sudah menjepret berulang-ulang,
serentetan peluru baja sudah menghujani wanita-wanita tadi.
"sembrono, sungguh sembrono, apa kau tahu mereka
berbuat apa di dalam" Hm, kelakuan mereka hakikatnya mirip
perampok" masih Nyo Liu-jing menggerundel.
Kiranya ke empat wanita tadi telah diusir keluar oleh Nyo
Liu-jing dengan puterinya ketika mereka sedang beraksi
mengobrak-abrik di kamarnya Ce siang- he.
Ilmu peluru baja ajaran keluarga Nyo itu bukan main
hebatnya. sekali peluru sudah dibidikkan, seketika terjadilah
hujan peluru. Ada seorang di antaranya sedikit ayal berkelit,
kontan batok kepalanya keserempet lecet.
Karuan wanita itu menjadi gusar, dampratnya: "Lo kikpo,
apa kau sangka kami jeri padamu?" dan sekali melesat,
secepat kilat orangnya lantas menerjang ke arah Nyo Liu-jing.
setelah habis bidikannya serentetan peluru, untuk pasang
peluru lain sudah tidak keburu lagi, terpaksa Nyo Liu-jing
mainkan Kim Kiong cap Pek Tah (18Jurus serangan Gendewa),
salah satu kepandaian warisan keluarga Nyo yang lihay. Brak.
terus saja ia mendahului mengeret pergelangan tangan lawan
dengan gendewanya. Apabila serangan ini kena sasarannya,
pasti pergelangan tangan wanita itu akan patah dan cacat
untuk selamanya.
Tak tersangka gerak tubuh wanita itu ternyata sangat aneh,
sekali berkelit dan sekali menekuk tubuh, tahu-tahu orangnya
menyeruduk ke pangkuan Nyo Liu-jing. Menyusul jarinya
menjawil perlahan, maka terdengar suara mengaduh Nyo Liujing.
Gendewanya masih tetap dipegangnya dengan gaya


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggait ke bawah, tapi tubuhnya sudah kaku bagai patung,
sedikitpun tak bisa berkutik lagi.
Dan pada saat yang hampir berbarengan, ce siang- he pun
telah kena ditutuk wanita yang lain dengan Tiam Hiat Hoat.
Ilmu silat Kang Lam meski sudah mencapai tingkatan kelas
satu, namun dasar wataknya memang peramah dan sabar,
memangnya ia tidak berniat bergebrak dengan wanita-wanita
itu. Kini kalau mesti bergebrak. namun sang mertua dan isteri
sudah ditawan musuh, dalam keadaan serba susah, ia menjadi
bingung dan tak berdaya.
sebaliknya puteranya yang masih kecil itu terus saja
berteriak-teriak: "Hai, kenapa kalian menghina ibuku.." segera
bocah itu berlari ke arah sang ibu.
"He, kembalilah Hay-ji, biar ayah bicara dengan mereka "
seru Kang Lam cepat.
Namun sudah terlambat, Hay-thian sudah kena dipegang
oleh salah seorang wanita itu. "Anak baik, jangan takut. Kami
tidak punya maksud jahat. ibumu takkan terganggu seujung
rambutpun- sebentar kuberi permen, ya?" demikian bujuk
wanita itu. "Tidak. tidak. aku tidak pingin permen, aku ingin ibuku"
seru Hay-thian"Baiklah, jika kalian tidak punya maksud jahat. Kenapa
tidak buka HiatTo mereka?" tegur Kang Lam kemudian"Aneh, apakah kau masih belum kenal perangai ibu
mertuamu?" kata si wanita sebelah timur tadi. "Kalau lepaskan
dia, tentu keadaan akan kacau. Kami tanggung takkan bikin
susah dia, tak perlu kau kuatir. sekarang silahkan kau cobacoba
mainkan ilmu kepandaianmu, kalau bagus latihanmu,
segera kami lepaskan dia"
Meski tabiat Kang Lam sangat sabar, namun tak sudi juga
dihina orang, pikirnya: "Emangnya aku dianggap seperti
monyet, makanya disuruh main-main untuk ditonton kalian?"
karena itu, ia menjadi ragu-ragu dan serba salah hingga
berdiri mematung di tempatnya.
Wanita yang berdiri di sebelah barat sana agaknya tahu
batin Kang Lam, dengan tersenyum ia berkata: "Bagaimana,
apa barangkali berlatih seorang diri kau merasa malu" Jika
begitu, baiklah, biar kujadi lawan umpanmu"
Menjadi lawan umpan adalah istilah Bu-lim yang berarti
latihan di antara sesama golongan atau antara saudara
seperguruan- Kang Lam menjadi tercengang, pikirnya: "Boleh coba cara
bagaimana kau akan menjadi lawan latihanku?"
Belum lagi selesai pikirannya, wanita tadi sudah kencangkan
ikat pinggangnya, sekali berjumpalitan, mendadak orangnya
melompat ke depan Kang Lam.
Sungguh aneh bin lucu, masakan seorang wanita main
jumpalitan segala. Cara demikian bukan saja bukan saja tak
pernah dilihat Kang Lam, bahkan dengar pun tidak pernah.
Yang lebih mengherankan lagi adalah cara berjumpalitan
wanita itu ternyata sama seperti apa yang Kim si-ih ajarkan
pada Kang Lam. Malahan gaya jumpalitan wanita itu terlebih
indah daripada Kang Lam. setelah berjumpalitan dua kali di
udara, baru kemudian menegak di depan Kang Lam dengan
enteng sekali. "He, seru Kang Lam heran. Kenapa kau pun mahir
berjumpalitan begini" Eh, siapakah yang mengajarkan kau?"
"Awas serangan" bentak wanita itu sama sekali ia tidak
jawab pertanyaan Kang Lam. sekaligus ke sepuluh jarinya
terpentang terus mencengkram.
sungguh terkejut Kang Lam tak terkira. Cengkraman itu
ternyata adalah Im Yang Jiau (Cakar im dan Yang), yaitu
semacam ilmu sakti yang tertera di dalam kitab rahasia silat
tinggalkan Kiau Pak-beng. Beberapa tahun yang lalu, ketika
Kim si- ih berkunjung ke rumah Kang Lam, pernah tokoh itu
mengajarkan belasan macam silat yang terdapat dalam kitab
pusaka itu kepada Kang Lam. Dan im Yang Jiau itu adalah
satu di antara belasan macam silat itu.
Cengkraman wanita itu ternyata menggunakan separuh
tenaga. tenaga yang terlontar dari kedua tangannya satu
sama lain berbeda. Yaitu sesuai namanya, yang satu tenaga
positif dan yang satu tenaga negatif. sekali turun tangan,
tubuh Kang Lam sudah terkurung di tengah cakarannya itu.
Kalau kena, jiwanya pasti melayang.
Dalam kejut dan sangsinya itu, Kang Lam tak bisa pikir
banyak lagi. Lekas ia keluarkan ilmu lawan cakaran itu yang
diperoleh dari Kim si- ih. Menyusul ke lima jari kiri balas
mencakar juga ke arah lawan, sedang tangan kanan tahu-tahu
menerobos ke depan dari bawah hendak menjentik Kiok Ti
Hiat di sikut wanita itu.
"Bagus" seru wanita itu sambil menggeliat berkelit.
Langkahnya menggeser dengan Thian Lo Poh Hoat (Ilmu Jalan
Jaringan Langit), semacam ilmu menggeser langkah yang
belum masak dilatih Kang Lam, maka cakarannya menjadi
luput. Menyusul mana, wanita itu sudah memutar sampai di
belakang. Kang Lam terus menyodok kecunggung dengan ilmu
In ciang (sodokan Telapak Tangan).
Namun Kang Lam sempat membalik tangannya menyampok
ke belakang hingga wanita itu terpaksa mundur. Tapi
serangan-serangan wanita itu teramat ganas, makin lama
makin kencang serangannya hingga akhirnya Kang Lam hilang
sabarnya. Diam-diam ia kerahkan tenaga sakti pelindung
badannya. Ia sengaja memberi lubang hingga wanita itu
sempat menghantam sekali di punggungnya, biang, kontan
wanita itu terpental sendiri dan jatuh terbanting.
"Bagus, sekarang giliranku menjadi umpanmu" seru si
wanita bajuputih di sebelah selatanDan belum lagi Kang Lam ganti napas, tiba-tiba wanita itu
sudah melompat tiba. sekali kebas lengan bajunya, ilmu yang
digunakan ternyata adalah Tiat siu Kang (ilmu Kebas Lengan
Baju Baja), yang terdapat dalam kitab pusaka tinggalkan Kiau
Pak-beng. Kang Lam kenal lihaynya ilmu itu, cepat ia berjumpalitan
menyingkir. Namun wanita itu seperti bayangan melekat di
tubuh. Tahu-tahu sudah menyusul datang dan mengebas pula.
Cepat Kang Lam memutar di atas tanah hingga kebasan lawan
luput lagi. Mendadak Kang Lam melompat bangun dan melayang
lewat di atas kepala wanita itu sambil berseru: "Hai, hai, nanti
dulu siapakah sebenarnya yang mengajarkan ilmu ini
kepadamu?"
"Peduli apa siapa yang mengajarkan aku?" sahut wanita
itu. Dan selagi Kang Lam hendak tancapkan kakinya di tanah,
kembali wanita itu menyerang pula dengan pinggir telapak
tangan yang memotong ke iga lawanCiang Yan Jiu itu sudah pernah dipelajari Kang Lam, maka
iapun putar ke dua tangannya menangkis pukulan lawan itu
sambil berkaok-kaok pula: "Hai, apakah kepandaianmu ini
adalah ajaran Kim-tayhiap" Jika betul, kita adalah sama-sama
dari suatu sumber, buat apa bertanding?"
"Hm, Kim-tayhiap apa segala?" jengek wanita itu tiba-tiba
dengan gusar. "Dalam pandangan kami, Kim si-ih tidak lebih
hanya seorang iblis belaka"
Di jagat ini tiada mungkin ada murid memaki sang guru.
Maka dengan makian wanita itu terang kepandaiannya itu
bukan diperoleh dari Kim si- ih.
Padahal beberapa tahun paling akhir ini, orang-orang Bu-lim
yang tergolong baik, semuanya sudah anggap Kim si-ih
sebagai kawan sehaluan mereka, tiada lagi yang menyebutnya
sebagai iblis. siapa duga wanita inijusteru berani memaki
beliau. Keruan Kang Lam naik darah, bentaknya gusar "Jangan
ngaco belo Kalau bukan wanita sudah kutempiling kau"
"Aku justeru mau memaki, kau bisa apa" Hm, demikian
kau membela dia, tentu akan merugikan kau sendiri," jengek
wanita itu. segera ia merangsak maju dan mencecar Kang
Lam. setelah dua puluhan jurus, diam-diam Kang Lam kerahkan
tenaga sedotan di telapak tangannya hingga ke dua tangan
lawan seakan-akan lengket, berbareng ia membentak.
"Pergilah"
seketika wanita itu tergentak pergi hingga tiga tombak lebih
jauhnya. syukur watak Kang Lam cukup bajik, walaupun hatinya
marah karena orang berani memaki Kim si- ih, tapi ia masih
murah tangan hanya bikin wanita itu kesakitan sedikit dengan
jatuh terlentang saja.
Menyusul wanita ketiga terus melompat ke tengah
kalangan- Ia ambil dua batang pedang dari rak senjata. Yang
sebatang ia lemparkan pada Kang Lam sambil berkata: "Biar
kuminta belajar kenal dengan ilmu pedangmu" dan tanpa
menunggu Kang Lam menjawab, terus saja ia mendahului
menyerang. Kiam Hoat yang dimiliki Kang Lam ini bukanlah ajaran Kim
si- ih, tapi pernah dia belajar Jing sia Kiam Hoat pada Tan
Thian-ih. Cuma semuanya belum lengkap. baru setengah alias
kepalang tanggung. Tapi dia pernah mendapat didikan Kim siih,
ia sudah memahami inti sari Kiam Hoat yang paling tinggi.
Maka dari jurus Kiam Hoat yang tidak lengkap diperolehnya
itu, setelah dicampur- baurkan, dapat juga merupakan suatu
macam Kiam Hoat tersendiri
sebaliknya meski ilmu pedang itu sangat aneh, tapi iapun
belum komplit mempelajarinya. Maka sekira tiga puluhan
jurus, ia telah kena pancingan Kang Lam hingga lengan
bajunya terpapas sebagian. ia berseru heran terus undurkan
diri, katanya pada kawannya: "Kiam Hoat tak perlu
mengujinya lagi. Cici, kau boleh coba-coba kepandaian Tiam
Hiat nya saja".
Wanita keempat mengiakan lantas melompat keluar. Tanpa
bicara lagi ke lima jarinya terus menjentik berulang-ulang,
sekaligus mengarah tiga belas Hiat To besar ditubuh Kang
Lam. Di antara jago-jago silat ahli Tiam Hiat (Ilmu Menutu kJalan
Darah), yang paling pandai dan juga paling banyak hanya
mampu menutuk tujuh tempat Hiat To dalam sekali menutuk.
Hanya menurut kitab pusaka tinggalkan Kiau Pak-beng, ada
ajaran rahasia tentang menutuk tiga belas tempat Hiat To
sekaligus. Kalau kepandaian wanita ini dipamerkan di depan
pertemuan besar orang-orang Bu-lim, boleh jadi semua orang
akan geger oleh ilmu tutuk yang lihay itu. Tapi di depan Kang
Lam, kepandaian wanita itu tidak lebih seperti laron
menyambar api. sebab, di antara belasan macam kepandaian
Kang Lam yang diperoleh dari Kim si-ih itu, hanya ilmu Tiam
Hiat inilah yang benar-benar mendapat warisan dari tokoh
maha sohor itu. Bukan saja Kim si- ih telah ajarkan Tiam Hiat
Hoat menurut kitab pusaka Kiau Pak-beng, bahkan
mengajarkan ilmu tutuk ciptaan Tok Liong cuncia yang tunggal
itu padanya. Kecuali itu, Kang Lam pernah mendapat pelajaran
Tian To Hiat To (Ilmu Memutar-balik Jalan Darah) dari Ui Ciok
Tojin- Maka dalam hal ilmu menutuk dan anti ditutuk. selain
Kim si- ih sendiri, di dunia persilatan sekarang boleh dikata
Kang Lam adalah satu-satunya yang paling lihay.
Rupanya Kang Lam sengaja hendak menggoda wanita tadi,
sedikit mendak. ia membiarkan jari wanita itu mengenai ong
Jiau Hiat -Jalan Darah Tertawa Keras) di bawah bahunya.
Menyusul ia berjumpalitan mundur sambil ketawa terkekehkekeh
dan berkata: "He, he, jangan kau kilik-kilik aku, aku
paling takut geli"
Wanita itu tertegun heran melihat Kang Lam tidak mempan
tutukannya. Biasanya kalau ongJiau Hiat tertutuk. seketika
orangnya akan lemas tertawa terus. Kalau tidak keburu
ditolong, akhirnya pasti binasa kehabisan napas. Kini Kang
Lam terkekeh-kekeh tawa juga, tapi toh tidak keras. Bahkan
masih bisa berjumpalitan dan mengolok-olok. Tentu saja
wanita itu rada terkesiap. .
"Hemmm kau bergurau apa?" dampratnya.
"Aneh kau yang kilik kilik ketiakku, aku tidak mengomeli
kau, sebaliknya kau malah semprot aku, bukankah kau sendiri
yang ajak guyon dengan kau?" sahut Kang Lam dengan
menyengir. Selagi Kang Lam obral kata-kata, sekonyong-konyong
wanita itu menubruk maju pula, sekali tutuk, segera "soam-kiHiat didada Kang Lam diincar.
"Soan-ki hiat" dibagian dada ini juga satu diantara Hiat-to
mematikan ditubuh manusia. Malahan lebih berbahaya dari
pada Ong Jiau hiat. kalau kena tertutuk seketika orangnya
mait. Sebenarnya wanita itu tiada maksud membinasakan Kang
LAm. Serangannya ini hanya ingin meliat cara bagaimana
bekas kacung ini menghindar. sebaliknya malah
membusungkan dadanya memapak tutukan itu.
"Cusss!" dengan tepat Soan ki hiat kan tertutuk, Kang lam
menjerit sekali terus roboh. Tentu saja wanita itu kaget.
TEngah ia merasa menyesal, tahu2 Kang Lam melompat
bangun sambil membentak dengant tertawa: "Biar kaupun
merebah sebentar"!" berbareng jarinya menutuk, benar juga,
kontan wanita itu roboh.
Cepat siwanita disebelah timur tadi berlari maju
membangunkan sang kawan, tapi tak mampu membuka Hiatto
yang tertutuk tu, karuan ia menjadi bingung, serunya
kuatir: "Sudah dikatakan latihan, kenapa kau binasakan dia?"
"Siapa bilang dia binasa?" sahut Kang Lam tertawa "Ni
lihat!" berbareng tangannya menjentik, sepotong batu kerikil
nyamber ketubuh wanita yang tak bisa berkutik itu. maka
seketika dapatlah bergerak lagi.
"Bagus, ilmu tutukanmu memang nyata sangat ajaib" seru
wanita yang tertutuk tadi.
"he cici, sekarang bolehlah kau uji ilmu Bian Ciang
padanya". Segera wanita kelima masuk kalangan lagi.
Kang Lam menjadi marah "He kenapa kalian masih rewel
saja?" "Jangan banyak omong! Lihat pukulan" bentak wanita itu.
Mendadak orangnya sudah meluncur sampai didepan Kang
Lam terus menabok. Serangan ini tampaknya enteng tak
bertenaga, tetapi sebenarnya membawa semacam kekuatan
tersembunyi yang maha dahsyat. itulah ilmu "Bian Ciang" atau
pukulan lemas. tapi mampu meremuk batu menjadi bubuk.
Karena terpaksa Kang Lam kerahkan semangat untuk


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melawannya pula. Iwekang Kang Lam terlebih tinggi daripada
wanita itu, maka sampai jurus ke 32 sekali hantam, Kang Lam
bikin wanita itu mencelat ke samping, tapi ia sendiripun sudah
megap2 saking letihnya.
Menyusul mana wanita keenam masuk kalangan lagi tanapa
memberi kesempatan bernapas bagi Kang Lam. Tapi akhirnya
dikalahkan pula oleh jago bekas kacung itu.
Berturut2 Kang Lam mengalahkan enam orang.ia merasa
setiap wanita itu memiliki semacam kepandaiannya masing2,
ada beberapa diantaranya Kang Lam tak paham, tapi ia tahu
berasal dari satu sumber yang sama, yaitu berasal dari kitab
pusaka Kiau Pak Beng, seorang tokoh silat dari aliran jahat
yang menghimpun sari ilmu sikat dari pelbagai golongan pada
kira2 tiga ratusan tahun yang lalu.
Karena itu, tiba tiba pikiran Kang Lam tergerak, serunya
segera: "Ya.. YA.. sekarang aku tahulah asal usul kalian,
bukankah kalian adalah". adalah?"
"Kau tahu apa" jangan banyak bicara!" bentak si wanita
baju hitam yagn berdiri disebelah timur itu.
"O. apa kau kuatir ku bongkar asli kalian bukan?" kata
Kang Lam pula. "Baiklah meski aku sudha tahu, biarlah tak ku
katakan." "Kukuatirkan apa padamu?" sahut wanita itu. "Marilah
babak ini adalah yang terakhir, ingin kulihat sampai
ditingkatan mana Iweekangmu" maaf kami bakal maju berdua
orang." SEgera wanita itu melompat maju terus memukul. Hampir
pada saat yang sama, mendadak Kang Lam merasa ada angin
serangan menyambar dari sisi lain, kembali seoarng wanita
merangsek maju lagi dengan mengincar lambungnya.
Serangan gadis yang belakangan itupun cepat luar biasa, ilmu
silat keduanya ternyata serupa.
Cepat Kang Lam mementang kedua tangannya menangkis,
"plak plok" dua kali empat tangan saling beradu terus
melengket. Berbareng kedua gadis itu mendesak seuatnya
sehingga Kang Lam merasa tangan mereka sedingin es, tak
tertahan lagi ia terperanjat, pikirnya "Kiranya mereka telah
berhasil melatih Siu-lo-im-sat-kang, cuma dari tenaga mereka
ini, agaknya paling tinggi mencapai tingkatan ke lima."
Menurut cerita, Siu-lo-im-sat-kang, semacam ilmu sakti
yang bertenaga maha dingin, keseluruhnya terdiri dari
sembilan tingkat. Karena ilmu itu terlalu keji, maka Kim si-ih
tidak sudi melatihnya, walaupun tahu cara2nya. Dengan
sendirinya Kang Lam juga tidak bisa ilmu itu. Tapi dia pernah
mendapat ajaran Iweekang murni dari Kim si-ih, selama tujuh
tahun ia giat melatih maka terhadap tenaga dingin serangan
kedua wanita itu, ia masih bisa paksakan diri bertaha. Cuma
lama kelamaan, ahawa dingin mulai meresap kedalam tubuh
dan meluas, Kang Lam merasa daranya se-akan akan
membeku, terpaksa ia kerahkan antero kemampuannya untuk
bertahansebaliknya,
aneh juga ke dua wanita itu. Apabila terasa
Kang Lam ada tanda-tanda tidak tahan, mereka lantas
kendorkan tekanan tenaga, lalu mendesak pula. Berulang kali
terjadilah kendor- kencang demikian tekanan mereka. Kira-kira
hampir satu jam, perlahan-lahan Kang Lam sudah lemas
kehabisan tenaga hingga tubuhnya mulai menggigil.
"Biarkan dia jatuh sakit, kau kira hukuman ini sudah cukup
belum?" tanya si wanita baju hitam tadi kepada sang kawan.
"Menurut aturan," demikian jawab si wanita baju putih.
"siaucu ini berani mengolok-olok Kaucu kita, kalau hanya
menderita sakit saja masih belum cukup hukumannya. Tapi
mengingat hari ini dia telah iringi kita berlatih sekian banyak
babak. pula Cici mintakan ampun baginya, maka bolehlah kita
sudahi sekarang."
Menyusul, benar juga ke dua wanita itu sama-sama menarik
kembali tenaga tekanan mereka hingga Kang Lam yang sudah
lemas seketika duduk mendeprok ke tanah.
"siaucu ini selamanya suka ceriwis, kita harus ambil
sesuatu barang tanggungan dari dia," ujar si wanita baju
putih. "Benar," sahut wanita baju hitam. Lalu katanya pada Kang
Lam: "Hai, dengarlah kau, setelah kami pergi dilarang kau
katakan kejadian ini kepada orang lain. Jika sembarangan kau
minta bantuan orang mengusut asal-usul kami, hm., jangan
kau salahkan kami tidak sungkan-sungkan lagi."
Kang Lam menghela napas, sahutnya: "Darimana
datangnya bahaya, dari mulut yang suka bicara. sudahlah, hari
ini anggap aku sudah insyaf. selanjutnya aku tidak mau
banyak omong lagi."
"Meski begitu katamu, tapi kami tetap belum bisa percaya,"
ujar wanita itu. "Maka sementara ini puteramu akan kami
bawa, bila semuanya baik-baik saja, selang beberapa tahun
lagi tentu akan kami kembalikan padamu."
sungguh kejut Kang Lam meronta-ronta hendak berbangkit,
namun rombongan wanita itu sudah bersuit pergi dengan
menggondol anaknya. Hendak Kang Lam mengejar, namun
maksud ada, tenaga kurang. Baru melompat ke atas tembok
sudah lemas dan jatuh kembali. sayup,sayup ia dengan suara
teriakan sang putera lagi memanggil ayah-ibu.
saat itu Nyo Liu-jing berdua masih belum bisa bergerak.
Kang Lam duduk bersila sebentar hingga tenaganya rada
pulih, lalu coba memeriksa sang mertua dan isteri. Untung
tutukan musuh tidak terlalu berat. Kang Lam adalah seorang
ahli Tiam Hiat pula, maka tidak terlalu susah. Akhirnya
dapatlah ia membuka Hiat To ibu mertua dan isterinya itu,
walaupun is sendiri masih menggigil lemas.
Dan begitu Nyo Liu-jing sudah bisa bergerak, seketika ia
mendamprat Kang Lam: "sudah menjadi ayah begini, kenapa
kau masih begitu sembrono" Wanita-wanita siluman itu datang
tanpa permisi, seharusnya kau menangkap mereka lebih dulu.
Kepandaian mereka bukan tandinganmu semua. sebelum
mereka mengeroyok. kau bisa bertindak lebih dahulu untuk
menangkap dua atau tiga orang di antara mereka sebagai
jaminan- Habis itu, masakan mereka berani main gila lagi"
Tapi kaujusteru sebabak demi sebabak main bertanding apa
segala dengan mereka. sungguh tolol nomor satu di jagat ini
Nah, sekarang bagaimana jadinya, cucu telah diculik mereka.
Ingin kulihat cara bagaimana kau mencarinya?"
Memangnya Kang Lam masih menggigil kedinginan karena
belum sempat mengerahkan Iwekang untuk menolak
serangan Im sat Kang yang lihay itu. Kena didamprat lagi oleh
sang mertua, mukanya menjadi pucat dan semangat lesu.
Ce siang-he menjadi tidak tega, dengan air mata berlinanglinang
ia berkata: "sudahlah, mak, jangan kau maki dia lagi.
Urusan sudah begini, diributkan juga percuma. Paling baik kita
harus mencari suatu akal penyelesaiannya."
Melihat sang menantu cukup kasihan juga, hilanglah
amarah Nyo Liu-jing, katanya kemudian: "siapakah beberapa
wanita tadi" Kenapa mereka bilang kau menghina Kaucu
mereka?" "Menurut dugaanku, agaknya mereka adalah ke delapan
dayang Le seng-lam dahulu yang dibawa serta ke Thian-san
itu," sahut Kang Lam. "Mereka bilang aku menghina Kaucu
mereka, mungkin yang dimaksudkan ialah dahulu aku pernah
memaki Le seng-lam."
"Pantas, makanya aku seperti pernah kenal mereka.
Kiranya adalah dayang-dayang Le seng-lam itu," ujar Ce
siang- he. "Agaknya di masa hidupnya Le seng- lam pernah
menjadi Kaucu apa segala. Hm, hidupnya banyak melakukan
kejahatan, sesudah mati masih meninggalkan kawanan
perempuan siluman itu untuk membikin susah orang."
"Lam-ko, apa kau terluka oleh serangan mereka?"
"Tidak apa-apa, hanya sedikit kedinginan, besok sudah
baik," sahut Kang Lam. segera Ce siang- he memayang sang
suami kembali ke kamar.
Rupanya Nyo Liu-jing masih penasaran karena rumahnya
diubrak-abrik orang, katanya dengan marah-marah pula:
"Lihat, hampir-hampir rumah kita ini dibongkar oleh kawanan
perempuan liar itu. Keluarga Nyo selamanya tak pernah dihina
sedemikian Kang Lam, nanti setelah kesehatanmu pulih,
bawalah suratku keThian-san untuk menemui Teng Hiau-lan"
"sudahlah, mak. besok kita rundingkan lagi," ujar sianghe.
ia kuatir bila mesti meminta bantuan tokoh Bu-lim yang
terkemuka, mungkin akan membahayakan keselamatan sang
putera yang diculik itu.
"Kalau melulu karena kau pernah memaki Le seng- lam
dan mereka sengaja datang mempermainkan padaku, itulah
dapat kupahami. Tapi mengapa mereka mengobrak-abrik seisi
rumah kita" Inilah yang aku merasa tidak mengerti." Demikian
Kang Lam menggerundel.
Meski tabiat Nyo Liu-jing berangasan, ilmu silatnya tak bisa
mencapai tingkatan teratas. Tapi pengalamannya banyak.
pengetahuannya luas dalam seluk- beluk Bu-lim. setiap tipu
akal orang Kang-ouw rasanya tak bisa mengelabui dia. Maka
katanya kemudian sesudah memikir sejenak: "Kenapa mesti
heran" Apa kau kira ajakan bertanding mereka padamu hanya
mempermainkan kau saja, Kang Lam?"
"Menurut pandanganmu bagaimana, mak?" tanya Kang
Lam. "Tampaknya setiap orang mereka mahir semacam
kepandaian. Mungkin Le seng-lam juga belum mengajarkan
semua ilmu dalam kitab pusaka tinggalan Kiau Pak-beng pada
mereka. Tapi setiap orang hanya diberi ajaran semacam,"
demikian Nyo Liu-jing membahas. "setelah Le seng- lam
meninggal, meski mereka saling tukar pelajaran, hasilnya juga
cuma itu-itu saja. Maka mereka menyangka kau pernah
mendapat didikan Kim si-ih, boleh jadi kitab pusaka Kiau Pakbeng
itupun berada padamu. sebab itulah mereka datang
kesini menggeledah. Tapi setelah tidak memperoleh apa-apa,
pula melihat kemahiranmu juga terbatas, barulah mereka
pergi. Menurut pandanganku, mereka mengajak bertanding
padamu, tujuannya adalah untuk memancing ilmu silatmu
untuk menambah kekurangan mereka."
Pembahasan Nyo Liu-jing itu dapat diterima oleh Kang Lam,
pikirnya Jika demikian, bukanlah di dunia Kang-ouw bakal
terjadi huru-hara lagi" Apabila mereka berbuat sewenangwenang
karena kepintaran mereka dan ilmu silatku kena ditipu
mereka pula, bukankah akupun ikut berdosa" mengingat
akibat kemungkinan itu, berduka kehilangan putera pula, ia
menjadi muram. Maka Cesiang-he lantas menghiburnya: "sudah lah
kesehatanmu perlu dijaga. Biarlah kelak kita cari jalan yang
sempurna saja."
Lwekang Kang Lam sudah mempunyai dasar yang dalam,
kalau rombongan wanita itu menduga dia tentu akan jatuh
sakit, tapi ternyata cukup Kang Lam duduk sila menjalankan
Lwekang nya, hanya lewat semalam sudah pulih
kesehatannya. Besok paginya, Nyo Liu-jing berdua berunding lagi dengan
Kang Lam. Dasar watak Nyo Liu-jing memang tidak mau kalah,
maka ia menyuruh Kang Lam minta Teng Hiau-lan yang tampil
ke muka mengusut perkara itu. sebaliknya, Ce siang- he kuatir
urusan semakin meluas hingga merugikan pihak sendiri
"sudah tentu kita tak bisa tunduk pada gertakan mereka,
tapi anak harus dicari pulang juga," demikian kata Kang Lam.
"Cuma pada sebelum mendapatkan jalan yang baik, tak usah
kita bikin repot Teng-tayhiap hingga tokoh-tokoh Bu-lim lain
nanti ikut geger"
"Lantas apa dayamu?" tanya Liu-jing.
"Kulihat urusan ini paling baik minta bantuan Kim-tayhiap
saja," ujar Kang Lam. "Beberapa wanita itu adalah dayang Le
seng-lam, yang digunakan adalah ilmu silat dari kitab pusaka
Kiau Pak-beng. itu berarti ada sangkut pautnya dengan Kimtayhiap,
maka urusan ini tak bisa tidak ia harus turut campur."
"Walaupun betul katamu, tapi apakah kau tahu di mana
Kim-tayhiap berada sekarang?" kata Ce siang-he mengerutkan
kening. "Kuingin pergi ke Bin-san mencari Kok Ci-hoa dulu, lalu
mencari Giheng (kakak angkat) Tan-kongcu di Lokseiu. Mereka
berdua boleh jadi akan tahu jejaknya Kim-tayhiap," kata Kang
Lam. "Baiklah," ujar Liu-jing sesudah berpikir. "Minta bantuan
Kim si- ih juga suatu cara yang baik, tapi bila kau tak
memperoleh jejaknya, hendaklah kau lantas pergi ke Thiansansurat pribadiku untuk Hiau-lan biar kuserahkan padamu
sekarang, agar setiap waktu kau bisa pergi menemuinya.
Padahal menurut pendapatku, minta bantuan Hiau-lan lebih
dapat dipercaya."
sebagaimana diketahui, Nyo Liu-jing pernah menjadi
tunangan Teng Hiau-lan (bacalah Kang-ouw sam Lihiap atau
Tiga Dara Pendekar). Walaupun gagal menjadi suami- isteri,
tapi hubungan baik mereka masih tetap berlangsung. Kini
Teng Hiau-lan merupakan seorang tokoh paling terkemuka di
Bu-lim, dengan sendirinya menjadi kebanggaan Nyo Liu-jing
juga. Maka setelah berunding, hari itu juga Kang Lam lantas
berangkat. Lima hari kemudian, sampailah Kang Lam di suatu
kota kecil namanya sin-an- Kira-kira ratusan li dekat Bin-sanItulah tempat pertemuan Kang Lam dengan Le seng-lam
dahulu. sementara itu hari sudah malam, Kang Lam menuju ke
hotel yang dahulu pernah diinapinya. Agaknya tamu di hotel
itu tidak banyak. masih ada beberapa kamar yang kosong,
satu di antaranya yang dulu pernah ditinggali, itu juga masih
kosong. Maka Kang Lam lantas tunjuk kamar yang diinginkan
itu "Tuan tentu adalah langganan lama kami, maka pilih kamar
terbaik dalam hotel kami ini," demikian pelayan hotel meng
umpak Kang Lam.
"Tidak lama berselang ada seorang tamu yang menginap di
sini juga menunjuk minta disediakan kamar ini." Kang Lam
menjadi ketarik oleh cerita itu, tanyanya: "Macam apakah
tamu itu?"
"seorang nyonya besar yang kaya, numpang joli
datangnya," tutur si pelayanBanyak kenalan Kang Lam, tapi tiada seorang yang menjadi
isteri pembesar. Maka ia menjadi kecewa oleh keterangan itu
semula ia kira mungkin adalah Kim si- ih, tapi mendengar
adalah seorang nyonya besar, ia pikir mungkin secara


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebetulan saja, maka tidak tanya lebih lanjut mengingat sang
isteri telah pesan padanya jangan banyak mulut di tengah
perjalanan- Tapi pelayan itu masih terus cerocos bercerita tentang
kemewahan dan keroyalan nyonya besar itu. sedang Kang
Lam asyik mendengarkan obrolan itu, mendadak dari sana
berlari seorang kacung hingga Kang Lam kena diseruduk
karena tak tersangka-sangka. orang itu menjerit kaget dan
terg entak mundur beberapa tindak.
Waktu Kang Lam menegas, kiranya yang menyeruduk itu
adalah seorang muda berdandan pesuruh, baju hijau, kopiah
kecil, bajunya cukup mentereng. sebagai seorang peramah,
selagi Kang Lam hendak minta maaf, tiba-tiba nampak dari
kamar sebelah timur sana muncul seorang tamu berdandan
sangat perlente dan mendamprat kacung tadi: "siausamcu,
kenapa kau jalan tidak membawa mata, selalu seradakseruduk.
Lekas kau minta maaf pada tuan tamu itu"
Kang Lam sendiri adalah bekas kacung, terhadap nasib
kacung itu timbul rasa simpatiknya, maka cepat katanya: "Ah,
hanya soal kecil, buat apa dibuat pikiran" eh, adik cilik, kau
tidak apa-apa bukan?"
"Tak apa, tak apa.. Wah, tenaga tuan tamu sungguh besar
amat" sahut kacung itu.
"Menurut nadamu ini, agaknya malah salahkan orang," ujar
sipelayan hotel dengan tertawa.
"Mana, mana aku berani," sahut si kacung cepat. "Ai,
padahal semua gara-garamu."
"Loh, kau yang menubruk orang, kenapa aku yang
disalahkan?" tanya sipelayan heran.
"Ya, sebab sejak tadi Kongcu sudah pesan agar disediakan
daharan, tapi sampai sekarang kalian masih belum hantar,"
tutur si kacung. "Kongcu suruh aku mengingatkan kalian,
sehingga aku terburu-buru. Coba, kalau kau sudah sediakan
daharannya, mana bisa aku tergesa-gesa dan kalau aku tak
tergesa-gesa, tentu tidak akan menubruk tuan tamu ini."
"Wah, kalau menurut ceritamu, kedengarannya ada
benarnya juga," sahut sipelayan tertawa.
sementara itu Kongcu tadi sudah kembali ke dalam
kamarnya, dengan hormat sipelayan lantas berkata dari luar
pintu: "Harap Kongcu maklum, pesanan daharan sudah hamba
sampaikan pada bagian dapur. Karena tak bisa cepat-cepat
disediakan, harap Kongcu suka memaafkan- Rasanya tak lama
lagi sudah bisa dihantar."
"Tahulah sudah," sahut si Kongcu di dalam kamar. "Aku
hanya suruh si kacung coba menjenguk bagaimana macamnya
pesanan itu. Bukan aku buru-buru ingin makan, dia sendiri
yang tergesa-gesa."
"Kongcu jangan kuatir, bahan masakan itu pasti adalah
pilihan semua." Ujar si pelayan.
"Jika begitu, Siausamcu tidak perlu ke dapur lagi,
kembalilah saja Jangan banyak rewel hingga bikin orang
sangka kau adalah seorang kacung ceriwis" demikian kata
Kongcu itu. Kang Lam merasa tersinggung oleh ucapan terakhir itu.
Tapi segera terpikir olehnya: "Ah, mungkin kaum majikan di
dunia ni memang sudah biasa memaki kaum hambanya secara
demikian- Sedikit- dikit mengomel, memaki, malahan kalau
perlu terus memukul. Untuk mencari majikan seperti Glhengku
Tan- kongcu, terang jarang ada. Ya, toh dia tidak kenal
asal-usulku, dia maki kacungnya sendiri, kenapa aku pikir yang
tidak-tidak."
Tapi baru hilang rasa curiga itu, kesangsian lain yang lebih
besar segera timbul lagi dalam benaknya. Walaupun Kang Lam
seorang yang tak berpendidikan, tapi sedikitnya sudah
mempunyai pengalaman Kang-ouw. Kini mau tak mau terpikir
olehnya: "Jalanan serambi ini toh tak sempit, yang disitu juga
aku dan si pelayan hotel. Sekalipun si kacung itu jalan tidak
pakai mata, tidak seharusnya lantas menyeruduk begitu saja.
Lagi pula, aku adalah seorang persilatan, telinga tajam, mata
awas, tapi tadi secara tak sadar lantas kena diseruduk
olehnya. Sungguh aneh bin ajaib
Ia coba bayangkan kejadian tadi, ketika mendadak ketahui
kacung itu hendak menubruknya, selagi dirinya ingin
menghindar, toh tetap tak bisa menghindarkan serudukan itu.
Gerak tubuh kacung itu benar-benar rada aneh. Bila diingat
lagi, ketika Kongcu tadi bicara pada kacungnya, kedua
matanya justru memandang pada dirinya. Dari sinar matanya
yang tajam berwibawa itu, agaknya Kongcu itu pun pernah
melatih silat. Dalam pada itu sipelayan hotel sudah menyilahkan Kang
Lam masuk ke kamar yang diminta. segera Kang Lam
keluarkan serenceng uang perak dan diberikan pada pelayan,
katanya: "Harap kau sediakan sedikit daharan, sisanya boleh
kau ambil."
Melihat uang perak itu sedikitnya 10 tahil beratnya, pelayan
itu kegirangan, cepat ia menjawab: "Baiklah, biar hamba
menyediakan masakan khusus dari hotel kami yaitu Kiau Hoa
Khe (Ayam Pengemis, lihat resep di halaman terakhir jilid ini).
Bolehlah tuanya mu coba-coba rasakan nanti. Kecuali itu,
apakah tuan tamu ada pesanan lain?"
"Tidak. sedikit saja aku makan, seekor Kiau Hoa Khe
sudahlah cukup," sahut Kang Lam. "Eh, ya, biasanya aku suka
bergaul, dapatlah kau memberitahu, siapakah gerangan
Kongcu tadi?"
"Kacung itu menyebut majikannya Bun- kongcu, namanya
tak tahu," sahut sipelayan. "Tampaknya putera keluarga
hartawan atau bangsawan, mungkin keluar buat pesiar. Wah,
royalnya bukan main Tahukah tuan tamu cara bagaimana dia
membayar sewa kamar?"
"Ha, sekali sodor sebuah kancing emas, sedikitnya juga
bernilai 10 tahil perak. Eh, ya, ya, kalian berdua adalah tuan
muda yang sama royalnya. seharusnya kalian bersahabat,
biarlah hamba katakan padanya."
Si pelayan ini juga tergolong orang ceriwis. Tapi selain
memuji keroyalan Kongcu itu, lainnya tak diketahui pula.
Karena itu, cepat Kang Lam berkata: "sudahlah, tak perlu kau
bicara padanya, aku sendiri bisa mendatangi dia."
"Benar, kalian berdua sama derajatnya, jika tuan tamu sudi
datang padanya, itu tandanya lebih sopan dan hormat,"
umpak si pelayan lagi.
Nyata, persen 10 tahil perak Kang Lam tadi tidak percuma.
setelah pelayan itu meng umpak dan menjilat, dengan berseriseri
ia lekas pergi menyiapkan daharan.
setelah makan malam, Kang Lam pikir hendak pergi
berkenalan dengan Bun- kongcu itu. Tapi setelah ragu-ragu
sejenak. ia pikir: "Aku sendiri ada urusan penting, buat apa
mencari perkara orang lain. Apalagi sifat Bun- kongcu itu
tampaknya juga tidak cocok dengan aku."
seorang diri ia merasa terlalu iseng, setelah duduk
termenung tak lama lagi, tanpa terasa teringat pula olehnya
kelakuan yang mencurigakan dari Bun- kongcu dan kacungnya
itu. Ia tak bisa menguasai rasa ingin tahunya lagi, pikirnya:
"Kalau kupergi mengintai sebentar, tentunya tiada
halangannya?"
Dengan keputusan itu, ia tunggu dekat tengah malam.
setelah keadaan sudah sepi, ia tukar pakaian hitam peranti
jalan malam lalu melompat keluar dari jendela. Ginkang atau
ilmu mengentengkan tubuh Kang Lam meski bukan jago kelas
wahid, tapi sudah boleh dikata jarang ada tandingannya di
Kang-ouw. Ia yakin kepandaiannya takkan mudah diketahui
musuh, maka dengan berani ia melayang ke atas genting
kamar Bun- kongcu itu, dengan gerakan Kim Kau To Kui Liam
(Gaetan Emas Menggantol Kerai), ke dua kakinya menggantol
di emper, tubuhnya terus menjulur ke bawah untuk melongok.
Tiba-tiba ia mendengar Bun- kongcu itu lagi berkata:
"siausamcu, hatiku merasa berdebar dan kedutan, aku
menjadi kuatir jangan-jangan ada pencuri. Coba ambilkan peti
itu, ingin kulihat apakah masih baik-baik tidak isinya".
"Peti itu masih di bawah bantal, harap Kong cu jangan
kuatir," sahut si kacung.
"Tidak. aku ingin melihatnya sendiri dan mencocokkan
isinya. Baru aku bisa tidur dengan tenteram," ujar Bunkongcu.
Ketika si kacung mengeluarkan sebuah peti kayu bercat
merah dari bawah bantal, peti yang besarnya tiada 20 senti
persegi itu tampaknya antap benar. Perlahan Bun-kongcu itu
membuka tutup peti, seketika mata Kang Lam seakan-akan
kabur oleh sinar kemilauan dari isi peti itu, saking terpesona
sampai Kang Lam ternganga.
satu per satu Bun-kongcu mengeluarkan batu permata dari
dalam peti itu, ada serenceng mutiara mestika yang besarnya
seperti biji kelengkeng, ada tiga batu jamrud sebesar jari
jempol dan batu-batu permata lainnya yang tak ternilai
harganya, lebih-lebih sebatang Giok Ju Ih dari kemala hijau.
sekali lihat lantas tahu adalah benda mestika yang tiada
terkira nilainya.
Diam- diam Kang Lam gegetun, pikirnya: "Meski kedua
majikan dan hamba ini paham sedikit silat, tapi pengalaman
Kang-ouw ternyata sedikitpun tidak punya. Masakan harta
benda sebesar itu sembarangan dikeluarkan?"
Karena pikiran itu, segera Kang Lam bermaksud masuk ke
kamar orang untuk menasehatinya. Tapi tiba-tiba terdengar si
kacung tadi lagi berkata: "Kongcu, hendaklah kita berhati-hati.
Mungkin di dalam hotel ini ada orang jahat".
"Apakah ada sesuatu yang mencurigakan?" tanya Bunkongcu.
"Tetamu yang kutubruk siang tadi, kelakuannya mirip
seorang pencuri. Bukan mustahil dia sedang mengincar harta
benda kita," sahut si kacung. "Coba, sekali tumbuk, malah
hamba sendiri hampir-hampir jatuh, bukankah patut
dicurigai?"
"Tak perlu kau banyak mulut, aku sendiri bisa hati-hati,"
ujar si Kongcu. "Walaupun tamu itu memang seorang pencuri,
tapi kulihat kepandaiannya juga terbatas, yang kita harus
jaga-jaga adalah orang-orang lain. Tentang pencuri kerucuk
itu tak perlu dikuatirkan"
Mendengarkan itu, Kang Lam menjadi naik darah. "Kurang
ajar" pikirnya. "Maksud baikku ternyata dibalas dengan
prasangka jelek. Aku dianggapnya sebagai pencuri. sungguhsungguh
tidak pantas Baiklah, nanti biarpun harta bendamu
ludas dirampok orang juga takkan kupeduli."
Karena marahnya itu, segera Kang Lam meninggalkan
tempatnya itu. Tapi baru saja ia melompat turun dari kamar
orang, mendadak terdengar suara keresekan yang sangat
perlahan, segera Kang Lam tahu ada orang lain lagi yang
berkepandaian tinggi bersembunyi di dekat situ.
Meski Kang Lam sudah ambil keputusan takkan peduli, tapi
mendengar suara itu, ia menjadi berkuatir pula bagi Bunkongcu
itu, pikirnya: "orang yang memiliki Ginkang setinggi itu
tentu mempunyai ilmu silat yang lihay pula. Apabila dia Cuma
ingin mencuri barang, itulah aku tak peduli. Tapi kalau dia
akan membunuh orang juga, ini aku tak bisa tinggal diam. Ada
lebih baik kutemui orang yang sembunyi itu untuk
memperingatkan dia. Cukup kalau dia mencuri sebutir atau
dua butir mutiara mestika, sudahlah."
Walaupun pikiran Kang Lam terlalu kekanak-kanakan, tapi
dia sendiri justeru anggap paling sempurna. Dengan
keputusan itu, segera ia mendekati tempat suara berkeresek
tadi untuk mencari orang yang sembunyi di situ.
Di bawah sinar bulan yang remang-remang, sekonyongkonyong
dari situ meloncat keluar dua bayangan orang.
Kiranya adalah dua orang gundul. Ketika Kang Lam menegasi,
saking terkejut, hampir-hampir ia berteriak. sebaliknya ke dua
kepala gundul itupun kaget demi mengenali Kang Lam, tapi
cepat mereka menggoyangi tangan agar Kang Lam jangan
bersuara, lalu mendekatinya.
sebab apakah Kang Lam terkejut" Kiranya kedua Hwesio itu
bukanlah sembarang orang, mereka adalah Tay-hiong dan
Tay-pi siansu dari siau-lim si, ilmu silat mereka tinggi, terkenal
saleh dalam agama. Maka tidak heran Kang Lam terkejut demi
kenali mereka, pikirnya: Masa ke dua paderi saleh inipun kini
datang menjadi maling"
Ia lihat Tay-hiong siansu memberi tanda sekali pula,
menyusul dari atas pohon Go-tong di pekarangan sana
mendadak melompat turun seorang. Ginkang orang ini sangat
tinggi, seakan-akanjatuhnya daun saja, sedikitpun tidak
mengeluarkan suara. Melihat orang ini, Kang Lam terlebihlebih
kejut. Kiranya orang yang umurnya sebaya Kang Lam ini tak lain
tak bukan adalah Cui In-liang, itu murid tertua dari siau Jinghong.
Dahulu, ketika siau Jing-hong menjadi guru di rumah
Tan Thian-ih, dari beliau Kang Lam mula-mula belajar silat,
yaitu dengan jalan mencuri lihat dari samping bila siau Jinghong
lagi mengajar pada Thian-ih. Makanya meski Kang Lam
bukan murid resmi siau Jing-hong, tapi sebenarnya ada
hubungan antara guru dan murid dalam hal kenyataan- Paling
akhir ini siau Jing-hong sudah mengasingkan diri di Jing-sia
san- Terkadang Kang Lam suka menyambangi orang tua itu,
maka anak muridnya dikenalnya semua. Lebih-lebih
hubungannya dengan cui In liang mirip saudara sekandung
baiknya. Pelahan-lahan cui In-liang menepuk tangan dan menuding
ke arah kamar Kang Lam. Maka tahulah Kang Lam akan
maksud orang, segera ia melompat ke atas genting pula
bersama Cui In-liang. ia lihat ditempat jauh masih banyak pula
bayangan-bayangan orang. seketika Kang Lam tak bisa tahu
berapa jumlahnya, tapi tampaknya adalah tokoh-tokoh Bu-lim
pilihan semua. Kang Lam membawa Cui In-liang ke dalam kamarnya,
setelah tutup pintu, dengan tertawa Kang Lam berkata: "Nah,
sekarang bolehlah bicara. Cui-hiante, sebenarnya ada apa ini?"
"sst, jangan keras-keras," sahut Cui In-liang berbisik
"Jangan buru-buru menanya, aku ingin tanya dulu padamu.
Apakah yang kau lihat dalam intaianmu tadi di kamar orang
she Bun itu?"
"Wah, macam-macam," sahut Kang Lam. "Begitu banyak
batu permata mestikanya hingga mataku silau. Melulu
mutiara-mutiaranya saja ada puluhan butir, belum lagi intan
berlian lainnya yang tak terhitung nilainya. Tampaknya, kalau
dibandingkan barang upeti raja Tibet ke kaisar, upeti raja
Tibet itu menjadi seperti sampah yang tak berharga."
Dahulu Kang Lam pernah ikut Thian-ih tinggal bersama


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahnya Tan Ting-ki yang ditugas oleh pemerintah sebagai
duta di daerah Tibet. Maka Kang Lam sering melihat barangbarang
upeti raja-raja daerah Tibet yang dikirim ke ibukota
melalui Tan Ting-ki.
Cui In- liang kenal sifat Kang Lam yang suka omong besar,
andaikan apa yang dia katakan itu harus dikorting, namun
jumlah nilai harta pusaka itupun tidaklah sedikit. Maka dengan
tersenyum, katanya: "Jika demikian, tidaklah sia-sia
perjalananku ini".
Kang Lam semakin kejut dan heran, tanyanya cepat: "Jadi
kau dan kedua Siansu itu memang sengaja datang untuk harta
pusaka orang she Bun itu" Baik juga, jika kalian yang
kerjakan, akupun tak periu kuatir lagi. Cuma entah mereka
yang lain-lain itu suka turut katamu atau tidak?"
Cui In- liang tercengang bingung oleh ucapan Kang Lam
yang tak karuan juntrungnya itu. Tanyanya: "Urusan apakah
yang menguatirkan kau" Sungguh aku tidak mengerti"
"Kupikir kalian hanya ingin mencuri harta pusakanya dan
takkan mencelakai orangnya, bukan?" tanya Kang Lam.
Sungguh geli Cui In- liang tak terkatakan, ia tekan perut
sendiri hingga menjengklng, barulah suara tawanya dapat
tertahan- "Kenapa" Apa salah perkataanku" Kenapa kau tertawa?"
tanya Kang Lam bingung.
"Sungguh sembrono," kata In-liang setelah tenangkan diri.
"Kalau Kang-toako mencurigai Siaute menjadi maling masih
bisa dimengerti. Tapi mengapa juga sangka ke dua paderi
saleh Siau-lim Si itu adalah maling yang kemaruk pada harta
pusaka pula?"
"Sebab itulah, makanya aku heran," ujar Kang Lam. "Dan
kalau bukan untuk harta pusaka itu seperti yang kau katakan,
untuk apa mereka mendatangi hotel sekecil ini" Belum lagi
maksud tujuan Ya Heng Jin (orang Jalan Malam) yang lain-lain
itu?" "Ai, kenapa Kang-toako sekarang menjadi pikun begini?"
sahut In-liang. "Seumpama kami hendak mengincar harta
benda pemuda she Bun itu, masa perlu datang sedemikian
banyak orang" Apalagi mendatangkan ke dua paderi saleh
Siau-lim si?"
"Sungguh aneh," kata Kang Lam garuk-garuk kepala.
"Baiklah, memangnya aku tidak tahu, cobalah kau terangkan
duduknya perkara."
"Ya, karena kaupun bukan orang luar, biar kuceritakan
padamu. Malahan sebentar masih periu bantuanmu," ujar Inliang.
"Nah, kau masih ingat tidak pada Ki Hiau-hong" Itu
muridnya Beng Sin-thong?"
"Ki Hiau-hong, itu copet sakti nomor satu di dunia ini?"
Kang Lam menegas. "Ha, masa aku bisa lupa padanya. Ketika
gurunya masih hidupi setiap orang membenci padanya. Tapi Ki
Hiau-hong ini tampaknya masih boleh juga."
"Hus, apanya yang boleh juga?" kata In-liang. "Sungguh
tidak nyana kau mempunyai kesan baik padanya."
"Habis, kalau cuma mencopet sedikit barang orang,
rasanya juga bukan sesuatu yang terlalu jahat. Malahan bisa
dibuat bahan cerita iseng," sahut Kang Lam. "Apalagi dia juga
tidak mencuri barangmu, kenapa kau demikian benci
padanya?" "Jikalau dia sudah mencuri barangku, kau akan membantu
aku tidak?" tanya In-liang.
"Sudah tentu aku akan bantu kau," sahut Kang Lam. "Tapi
barang apakah dari milikmu yang ada nilainya untuk dicuri Ki
Hiau-hong" Sudahlah, tak perlu kita omong yang tidak-tidak,
sebenarnya apa sangkut-pautnya dengan gerakan kalian
malam ini?"
"Ki Hiau-hong pernah mencuri dua kitab pusaka rahasia
silat Siau-lim Si. Kau tahu tidak?" tanya In- liang.
"Sudah tentu aku tahu," sahut Kang Lam tertawa.
"Peristiwa itu terjadi sesudah pertemuan Beng Sin-thong
dengan Teng-tayhiap (Teng Hiau-lan) diJian Ciang Peng.
Akupun ikut hadir dalam pertemuan itu. Tatkala itu kau malah
belum apa-apa."
"Tetapi selama beberapa tahun ini kau hanya tekun
membopong anak di rumah. Urusan di dunia Kang-ouw
mungkin tidak banyak mengetahui," sahut In- liang.
Mendengar orang menyinggung anaknya, Kang Lam
menjadi berduka di dalam batin. Tapi Cui In- liang lagi bicara
sampai pokok ceritanya, Kang Lam tidak ingin memotong
uraiannya itu, maka urusan pribadi sendiri sementara ia
kesampingkan dulu.
Maka terdengar Cui In- liang menyambung lagi: "selama
beberapa tahun ini, ke mana-mana orang Siau-lim Si telah
mencari pencopet itu. Berbagai golongan dan aliran terkemuka
juga ikut memperhatikan kabar beritanya, tapi tiada berdaya
menangkapnya. Ini masih tidak mengapa, siapa duga setelah
berhasil menggerayangi Siau-lim Si, penyakit gatal tangan Ki
Hiau-hong itu angot lagi. Kau tidak mencari dia, dia yang
justeru mencari kau Dua tiga tahun paling akhir ini, berbagai
golongan terkemuka telah mendapat kunjungannya semua"
"Wah, ramai ini Tentunya Jing Sia Pay kalian juga
mendapat kunjungannya, ya?" tanya Kang Lam tertawa.
"Ya,justeru Ki Hiau-hong yang terkutuk itulah yang telah
mencuri sejilid kitab ilmu pedang yang terkemuka". Pejabat
ketuanya sekarang, Sin Un-long, terkenal sebagai seorang
yang kaya daya ciptanya. Ia telah menulis sejilid tentang Jing
sia Kiam Hoat yang terdiri dari 18 bab. siapa duga baru saja
hasil karyanya itu selesai, lantas kena digondol oleh Ki Hiauhong.
Bahkan copet sakti itu sengaja meninggalkan secarik
bon pinjamanan yang ditanda-tangani olehnya sendiri. Keruan
sin Un-long gusar tidak kepalang. Maka anak muridnya dikirim
ke mana-mana bersama jago-jago siau-lim Pay untuk mencari
jejaknya Ki Hiau-hong.
Maka Cui In- liang menutur lagi: "selain itu, sejilid Ngo
Heng Kun Keng dari Hoa-san Pay, sejilid dari Khong-tong Pay
juga sama dicuri Ki Hiau-hong. Belum lagi terhitung milik
golongan lain-lain yang tak begitu bernilai. sebab itulah,
berbagai golongan dan aliran besar kini sedang mencarinya
bersama untuk menangkap pencuri kitab yang kurang ajar
itu." "sungguh menarik juga Ki Hiau-hong itu". Ujar Kang Lam
dengan tertawa. "setahuku, harta pusaka di dalam keraton
juga sudah pernah dicurinya. Hahaha, sekarang dari keraton ia
pindah ke siau-lim Pay, Hoa-san Pay dan Jing-sia Pay kalian.
Kaisar yang berkuasa dia tidak takut, tokoh-tokoh terkemuka
dia juga tidak gentar. sungguh ahli copet dari jaman dulu
sampai sekarang mungkin hanya dia seorang yang paling
hebat". "Ha, Ki Hiau-hong sudah mendapat celaan Bu-lim, hanya
kau seorang yang memujinya", kata In-liang mendongkol.
"Bukannya aku membela dia", sahut Kang Lam. "Aku hanya
merasa si copet ini benar-benar lain dari yang lain,
pandangannya juga sangat jeli beritanya tajam sekali. Coba
pikir, umpamanya aku, hubungannya dengan kalian demikian
baiknya, dan aku sampai sekarang baru tahu bahwa sinciangbun
telah berhasil menciptakan sejilid kitab ilmu pedang".
"Apakah ini bukan memuji dia?" kata In-liang lagi
mendongkol. "Malahan, dari nadamu ini, semakin kau kagum
padanya". "Kagum atau tidak. itulah perkara lain", ujar Kang Lam.
"Kalau aku pergoki Ki Hiau-hong, tetap aku akan bantu kau
menangkapnya. Yang ingin kukatakan adalah perbuatannya
mencuri kitab-kitab pusaka ajaran silat itulah. sungguh
kelakuan seorang maling pelajar yang pintar, dan bukanlah
dosa yang tak bisa diampuni. Tidak boleh disama-ratakan
dengan gurunya, Beng sin-thong. sebab itulah aku tetap
mengharapkan asal kalian sudah dapat kembali kitab yang
hilang itu, jiwanya janganlah dicelakai".
"Tentang ini, tak periu kau mengusul juga kami sudah
berunding sebelumnya. Apabila Ki Hiau-hong dapat kami
tangkap, kami akan mengurung dia di dalam gua Im Hong
Tong di atas Khong-tong san- selama hidupnya biar
mengeram di sana"
"Wah, ini lebih menderita dari pada membunuhnya," ujar
Kang Lam melelerkan lidah. "Namun, bila itu sudah menjadi
keputusan kalian, akupun tak ingin berkata apa-apa lagi. He,
kita menjadi melantur" Ya, aku ingin tanya padamu, ada
hubungan apakah Bun- kongcu itu adalah komplotannya Ki
Hiau-hong?"
"Biasanya kau sangat cerdas, kenapa sekarang tak bisa
menerkanya," kata In-liang. "orang she Bun itu tiada sangkutpaut
apa-apa dengan Ki Hiau-hong, tapi melalui dia, kami
justeru akan menemukan Ki Hiau-hong."
"Mana bisa begitu?" tanya Kang Lam heran. "Kalau tiada
hubungan apa-apa dengan Ki Hiau-hong, kenapa bisa melalui
dia untuk menemukan maling sakti itu" Ai, Jangan kau puji
engkoh mu ini cerdas, paling betul, lekaslah kau ceritakan
secara terus terang."
"Kau ini pura-pura bodoh atau memang bodoh?" kata Inliang.
"Baiklah, biar kuceritakan. orang she Bun itu punya satu
peti benda mestika, dan melalui benda-benda berharga itu
kami akan pancing datangnya Ki Hiau-hong."
"Ya, pahamlah aku sekarang" seru Kang Lam sambil tepuk
tangan. "sst" cepat In- liang mendekap mulut kawan itu. "Kenapa
gembar-gembor begini, kalau didengar Ki Hiau-hong, kan
urusan bisa runyam"
"Kalian ingin tangkap maling, tapi kuatir diketahui si maling
pula. Hihihi, pakai sembunyi-sembunyi. Kalian sendiri mirip
malingnya juga," dengan cekikikan pelahan Kang Lam berkata.
"Kau cukup kenal Ki Hiau-hong, pergi datang tanpa bekas,
kalau tidak pakai perangkap begini, mana bisa menjebak dia."
"Dan orang she Bun itu apakah kawanmu?" tanya Kang
Lam. "Bukan, dari mana kami punya harta pusaka sebesar itu?"
sahut In- liang. "Cuma menurut perhitungan kami, harta
pusaka yang dibawa orang she Bun itu sudah tersiar. Tentu Ki
Hiau-hong akan tertarik dan pasti akan datang mencurinya.
Maka kami sengaja menguntit orang she Bun itu untuk
menunggu munculnya Ki Hiau-hong."
"o, kiranya begitu. Pantas ke dua paderi saleh siau-lim si
juga ikut-ikut mendatangi hotel kecil ini jadi kalian sengaja
memakai harta pusaka orang she Bun itu sebagai umpan
untuk memancing kakap besar si Ki Hiau-hong. Tetapi
siapakah gerangan orang she Bun ini, apakah kalian sudah
jelas menyelidiki" Dan dia sendiri tahu tidak rencana kalian"
Pula, dia membawa harta sebesar itu, kalau kabarnya sudah
tersiar, bukan mustahil tokoh-tokoh dari kalangan Hok To juga
akan mengincarnya hingga mengacaukan kalian?"
"Asal-usul orang she Bun ini kami belum selidiki," sahut Inliang.
"Kami hanya tahu dia datang dari selatan- Ketika masuk
wilayah soatang, baru diketahui oleh orang kita bahwa dia
membawa harta pusaka yang tak ternilai harganya. Berita
itupun sengaja kita siarkan-sedang mengenai kawan kalangan
Hok To, kita sudah minta orang Kay Pang memberi
peringatan, agar sebelum Ki Hiau-hong dipancing muncul,
mereka dilarang turun tangan dulu. sehabis Ki Hiau-hong
tertangkap, mereka akan merampok harta itu atau tidak, kita
tak akan urus."
"Jadi asal-usul orang she Bun itu belum kalian ketahui, tapi
kalian sudah memakainya sebagai perantara, bukankah ini
rada berbahaya?" ujar Kang Lam.
In-liang rada tercengang oleh ucapan Kang Lam yang
sungguh itu, cepat tanyanya: "Tadi kau telah mengintip
kamarnya, apakah kau melihat dia memiliki kepandaian luar
biasa?" "Apakah orang she Bun itu berkepandaian atau tidak. itulah
aku tidak jelas," sahut Kang Lam. "Yang terang, kudengar dia
seperti sudah tahu sedang dikuntit oleh kalian?"
"Apa betul" Apa yang kau dengar?" tanya In-lian
tercengang. "Kudengar dia mencurigai akupun seorang penjahatnya,"
sahut Kang Lam tertawa. Lalu ia ceritakan pengalamannya
ketika mengintip tadi dan apa yang didengarnya itu.
"Jika begitu, rupanya kami yang telah salah lihat," ujar inliang.
"Padahal tokoh-tokoh yang datang malam ini bukanlah
kaum lemah, tapi toh dapat diketahui olehnya."
"Kecerdikannya ini sungguh tak kami duga sebelumnya.
Hal ini perlu kuberitahukan juga pada ke dua siansu."
Baru bicara sampai disini, sekonyong-konyong terdengar
suara bluk di luar, seperti benda antap yang dibanting ke
tanah. Menyusul terdengar suara bentakan orang: "Hm,
penjahat yang buta, kalau kau tak diberi tahu rasa, tentu tak
kenal kelihayanku Hayo, masih berapa banyak begundalmu,
suruh mereka keluar semua".inilah suaranya Bun-kongcu.
sungguh kejut Cui In-liang tidak kepalang, cepat ia dorong
daun jendela dan melompat ke atas rumah bersama Kang
Lam. Di bawah aling-aling ujung emper, mereka coba
melongok ke bawah, tapi segera mereka terkesima.
Mula-mula mereka menyangka Ki Hiau-hong yang telah
dagang. Kemudian mereka sangsikan dugaan itu pula, karena
dengan kepandaian si maling sakti itu, tidak mungkin sekali
gebrak lantas dilempar keluar oleh lawan. siapa tahu, meski
orang itu bukan Ki Hiau-hong, toh juga seorang kenalan
mereka. orang itu tinggi kurus, saat itu sudah melompat bangun dari
tanah, dalam pada itu, Bun-kongcu juga sudah mengudak
keluar. Dan pada saat hampir sama, dari sudut sana juga
melompat keluar dua orang, kedua pedang sekaligus menusuk
Bun-kongcu. Kedua penyerang itu masing-masing adalah
seorang Tosu atau imam setengah umur, yang lain adalah
pemuda hitam kasar.
Ketiga orang itu dikenal Cui In-liang semua. Laki-laki tinggi
kurus yang dilempar keluar tadi bernama oh Kian, adalah
murid tertua ketua Bu-tong Pay, Lui Cin cu. oh Kian lebih lama
merantau Kang-ouw daripada In-liang, terkenal karena gerakgeriknya
yang enteng gesit. orang memberi julukan siau Ling
Goan (Monyet Gesit Kecil).
Pemuda yang berkulit hitam itupun muridnya Lui Cin cu,
namanya seng To. Karena tenaganya besar, maka berjuluk
Tay Lik sin (Malaikat Bertenaga Raksasa). Dan imam setengah
umur itu adalah susiok mereka, bergelar Bo-cut Tojin

Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cui In-liang menjadi heran sekali demi mengenali mereka,
pikirnya: "Apa barangkali mereka belum bertemu dengan Taypi
siansu hingga tidak tahu rencana kita" Tapi seumpama tidak
tahu, tidak pantas juga bertindak secara gegabah demikian"
Kenapa datang-datang lantas turun tangan hendak merampas
milik orang she Bun itu?"
Belum lagi Cui In-liang bisa menarik kesimpulan, sementara
itu terdengarlah suara plak sekali. seng To, si malaikat
bertenaga raksasa, pipinya telah digampar sekali orang
pemuda she Bun itu Kontan saja seng To mencaci- maki
kalang kabut: "Haram jadah, kau anjing kaum ningrat ini"
"Bocah dogol, makilah terus, jika tak mau berhenti,
sebentar kutambahi lagi dua kali tempilingan" kata si orang
she Bun dengan tertawa.
"seng-sutit, kau mundur" bentak Bo- cut Tojin selagi seng
To hendak memaki terus. sret pedangnya lantas menusuk.
Bo-cut Tojin adalah tokoh kenamaan Bu-tong Pay, maka
tusukannya itu tidaklah sembarangan, tenaganya kuat hingga
batang pedang seakan-akan mendengung, lihaynya tidak
kepalang. "Bagus, kau si hidung kerbau ini masih boleh juga" seru si
pemuda she Bun- Berbareng tubuhnya menggeliat, dalam
sekejap saja ia sudah menghindarkan tiga kali serangan Bocut.
Ketika serangan keempat datang pula, mendadak pemuda
she Bun itu membentak: "Lepas tangan!" entah dari mana,
tahu-tahu tangannya sudah bertambah sebuah kipas lempit
terus menekan ke atas pedang Bo-cut. seketika pedang Bo-cut
seakan-akan ditindih oleh benda seberat ribuan kati hingga
batang pedang melengkung, tapi sesaat itu masih belum
terlepas dari cekalannya.
Dalam pada itu, jago-jago dari berbagai golongan yang
sembunyi di sekitar tempat pertempuran itu sudah lebih 20
orang banyaknya. Menyaksikan pertarungan itu, mereka
menjadi kaget semua, bukan saja kejut atas ilmu silat pemuda
she Bun yang aneh dan tinggi itu, bahkan merekapun tidak
habis mengerti caci makian seng To tadi, mereka sama
berpikir: "sebenarnya siapakah gerangan orang she Bun ini"
Kenapa seng To memakinya sebagai anjing (kaki tangan)
kaum ningrat?"
Tokoh-tokoh yang datang itu adalah orang-orang yang
berkedudukan tinggi di kalangan Bu-lim, tujuan kedatangan
mereka, sasarannya adalah Ki Hiau-hong. sebab itulah,
sebelum tahu jelas asal-usul pemuda she Bun itu, mereka
tidak ingin turun tangan.
sedari tadi siau Ling Goan oh Kian sudah mundur di
samping, kini melihat gelagat tidak menguntungkan sang
susiok segera ia berseru: "Terhadap manusia sebangsa anjing
alap-alap kaum berkuasa ini, buat apa bicara tentang
peraturan Bu-lim" dengan dia terus saja ia putar pedangnya
mengerubut maju.
Ilmu pedang oh Kian jauh lebih tinggi daripada sang sute,
seng To. sebabnya dia sekali gebrak lantas dilempar keluar
oleh pemuda she Bun itu, walaupun benar karena kepandaian
orang she Bun itu memang lebih tinggi setingkat darinya, tapi
sebagian besar juga disebabkan penilaiannya terhadap lawan
itu kurang cukup,
Melihat sang suheng sudah ikut maju, seng Topun tidak
mau diam, serunya segera: "susiok. aku lebih suka didamprat
olehmu, tapi jahanam ini harus kuberi hajaran dulu". tanpa
aba-aba lagi, terus saja pedangnya membacok sekuatnya.
Karena tenaganya besar, maka pedang seng To itu
panjangnya satu meter lebih, tebalnya tiga kali lipat daripada
pedang biasa hingga lebih mirip golok besar daripada
dinamakan pedang .
Dengan pedang besar itu, seng To putar sekuatnya hingga
menerbitkan suara menderu- deru. sebaliknya gerak pedang
oh Kian enteng cekatan, keduanya sama-sama mainkan Lian
Hoan Toh Beng Kiam Hoat dari Bu-tong Pay yang hebat.
Karena itu, terpaksa pemuda she Bun itu kendorkan
tekanannya pada Bo-cut Tojin. Gerakannya ternyata sangat
aneh, tampaknya senjata seng To dan oh Kian sudah hampir
mengenai tubuhnya, tahu-tahu dalam sekejapan itu orangnya
sudah menyelinap di bawah kedua senjata, bahkan terus
terdengar suara trang, sekali kipasnya mengebas, pedang
seng To yang antap itu kena disampok hingga membentur
sendiri dengan oh Kian- Karuan oh Kian tak sangguc menahan
tenaga sang sute yang besar itu, hampir-hampir ia tergentak
roboh. Untung ia cukup gesit, lekas-lekas ia melompat mundur
sambil berputaran- Dengan demikian barulah bisa tegak
berdiri lagi. Bo-cut Tojin lebih ulet daripada kedua murid keponakannya
itu, sekali pedangnya terlepas dari tekanan musuh, segera
dengan tipu Lim Kang cak Bik (Mencegat Pusaka Di Tepi
sungai), cepat ia menghadang di depan seng To agar orang
she Bun itu tidak mencecar
sang sutit yang kasar dogol itu Dalam pada itu, oh Kian
sudah sempat merangsang maju lagi dan menusuk Hong Hu
Hiat dipunggung pemuda she Bun. Karena digencet dari muka
dan belakang, terpaksa orang she Bun itu layani mereka
dengan terbahak-bahak: "Hahaha, malam ini hitung-hitung
aku orang she Bun dapat berkenalan dengan jago-jago Butong
Pay dari angkatan tua dan mudanya, dan nyatanya
memang hebat, memang hebat"
Gusar Bo-cut Tojin bukan kepalang oleh kata-kata yang
bernada menyindir itu. Dengan mendelik ia serang tiga kali
beruntun pula, mendadak teriaknya:
"Wahai, para kawan Bu-lim yang lain, bukanlah Bu-tong Pay
kami suka main keroyokan, tapi sesungguhnya karena orang
she Bun ini adalah kaki tangan perdana menteri korup Ho Kun,
ia sedang mengawal harta pusaka sumbangan dari pembesarpembesar
di daerah Kang-lam kepada menteri dorna itu. Harta
karun yang tidak halal asal-usulnya itu setiap orang boleh
mengambilnya, dan manusia rendah ini setiap orang boleh
membunuhnya!"
Ho Kun yang disebut itu adalah perdana menteri yang
paling berkuasa pada masa itu. Menurut cerita, Ho Kun
asalnya hanya seorang penggotong joli saja. Tapi karena
pandainya mengambil hati sang kaisar, lambat-laun ia
dinaikkan pangkatnya hingga paling akhir diangkat menjadi
Tay Haksu, yaitu setingkat dengan perdana menteri. Bahkan
kaisar berbesanan pula dengan perdana menteri
kesayangannya itu. Maka betapa jaya dan bahagianya Ho Kun
itu dapat dibayangkan.
Dengan kedudukan yang tinggi itu, tentu saja banyak
pembesar lain dan orang swasta ingin membonceng dan
menjadikannya sebagai jalan yang menuju ke tempat mencari
kekayaan dan kedudukan. Ho Kun sendiri menjadi lebih
berani, main kuasa dan terima suap.
Tatkala itu kaisar Kian Liong sudah kakek-kakek yang
berumur 72 tahun, ia naik tahta sejak umur 25. Maka sudah
57 tahun ia berada disinggasananya, tapi kesehatannya masih
sangat baik. Cuma pada waktu naik tahta ia sudah bersumpah
bahwa dia takkan menjadi kaisar lebih dari 60 tahun yaitu
sebagai tanda tidak berani melebihi kakeknya, yaitu kaisar
Khong Hi yang bertahta selama 61 tahun. Karena itu, kalau
tiga tahun lagi, ia bermaksud undurkan diri dan menyerahkan
tahtanya pada putera mahkota.
Karuan yang paling kelabakan adalah Ho Kun demi
mengetahui maksud sang kaisar. Bisanya dia berkedudukan
sedemikian tingginya adalah karena dianak-emaskan Kian
Liong. Kalau kini kaisar itu undurkan diri, tentu dia akan jatuh
pula. Maka di samping ia berusaha mengambil hati putera
mahkota, iapun pupuk terus kekuatan sendiri, berbareng lebih
giat lagi mengeruk harta rakyat jelata untuk keuntungan diri
sendiri. Betapa kekayaannya dapat dibayangkan. Ketika
kemudian Ho Kun dihukum mati oleh kaisar Kah Khing,
menurut daftar harta milik Ho Kun yang disita, katanya jauh
lebih besar daripada kas negara pada waktu itu. Begitulah
sekedar cerita Ho Kun, perdana menteri yang korup itu.
Maka ketika para jago yang bersembunyi di sekeliling hotel
itu demi mendengar Bo-cut Tojin mengatakan orang she Bun
itu adalah begundalnya Ho Kun dan harta pusaka dalam peti
itu adalah sumbangan berbagai pembesar untuk perdana
menteri itu, seketika mereka menjadi geger, segera ada
beberapa orang di antaranya terus melompat keluar dari
tempat sembunyi mereka.
Ternyata pemuda she Bun itu bisa berlaku tenang sekali, ia
tidak menyangkal dan tidak mengaku tuduhan Bo-cut Tojin
tadi, tapi sekali kebas kipasnya, ia telah sampak pedang imam
itu ke samping, lalu katanya dengan dingin:
"Bagaimana, apakah kedua angkatan Bu-tong Pay kalian ini
maju sekalian" Hahaha, ini tandanya terlalu menghargai diriku,
sungguh beruntung sekali aku orang she Bun hari ini bisa
mendapat petunjuk dari sekian banyaknya jago-jago
terkemuka dari berbagai golongan dan aliran"
Ucapan itu membikin tokoh-tokoh Bu-lim yang sudah
melompat maju itu menjadi ragu-ragu. Mereka adalah tokohtokoh
terkenal semua, walaupun benci pada Ho Kun, ada
hubungan baik pula dengan Bo-cut Tojin, tapi kata-kata si
pemuda she Bun itu mirip sebuah tameng hingga akhirnya
mereka mengkeret mundur lagi.
Dalam pada itu pemuda she Bun telah kerjakan kipasnya
dengan berulang-ulang hingga Bo-cut Tojin terdesak mundur
terus. Di tengah pertarungan sengit itu, tiba-tiba terdengar suara
plok sekali, batok kepala seng To keserempet oleh kipas lawan
hingga darah bercucuran. Cepat Bo-cut Tojin dan oh Kian
menyerang dari samping, yang satu menusuk soan Ki Hiat di
dada dan yang lain mengarah Hong Hu Hiat dipunggung
orang. Namun pemuda she Bun itu sungguh cekatan sekali,
meskipun diserang dari muka dan belakang, mendadak ia
kempit kipasnya sambil cepat berputar terus mengetuk ke
pergelangan tangan Bo-cut Tojin. Karena itu, tusukan imam
itu menjadi luput, sebaliknya malah kena terdesak, terpaksa
Bo-cut berkelit menghindar.
Tak terduga serangan pemuda she Bun itu hanya pura-pura
saja, begitu Bo-cut Tojin kena digertak mundur, sekonyongkonyong
pemuda itu membentak:
"Biarlah kaupun rebah sebentar!" berbareng tangannya
mencengkeram ke belakang, nyata tujuan yang sebenarnya
adalah merobohkan oh Kian.
Sebenarnya gesit dan cepat adalah kemahiran oh Kian, tapi
kalau dibanding, di antara tiga orang yang bertarung ini, dia
adalah yang paling rendah, sungguh tak tersangka olehnya
bahwa pedangnya hampir mengenai sasaran, tahu-tahu
pemuda she Bun itu secepat kilat bisa menggeser pergi dan
mendadak sudah berada di depannya.
Tanpa ampun lagi bret, baju oh Kian tersobek sebagian
hingga separoh punggungnya kelihatan, walaupun tidak
sampai roboh seperti sangkaan musuh, namun juga sudah
serba malu. Bagus, kepandaianmu masih lebih tinggi daripada Sute-mu
yang besar dogol itu, kata Bun-kongcu. Apakah kau perlu
mengaso dulu untuk tukar pakaian dulu"
Melihat kawan karibnya kecundang, cui In liang tak bisa
tahan lagi, segera ia cabut pedang dan melompat ke bawah
sambil berseru:
Apa yang dikatakan Bo-cut Totiang memang benar.
Terhadap anjing alap-alap kaum pembesar korup ini, perlu apa
kita bicara tentang peraturan Bu-lim segala" oh-toako, Sengtoako,
biar Siaute menggantikan kalian untuk belajar kenal
dengan dia. Bagus, Bu-tong Pay sudah kucoba, biarlah sekarang kulihat
bagaimana dengan Jing-sia Pay, kata Bun-kongcu mengejek.
Nah, apakah kalian akan maju sekaligus atau akan secara
bergiliran, boleh kalian pilih mana suka"
Sikap Bun-kongcu itu bukan saja angkuh sombong, bahkan
ucapannya itu seakan-akan terhadap setiap orang yang hadir
disitu sudah dikenal asal-usulnya semua.
Karena bajunya terobek, oh Kian merasa tiada muka buat
tempur lagi, terpaksa ia seret sang Sute mengundurkan diri.
Bo-cut Tojin juga merasa kehilangan pamor, tapi musuh
tangguh masih berada di depannya. Kalau cui In liang sudah
maju membantu, mana bisa dirinya membiarkan orang
bertempur sendirian" Karena itu, terpaksa ia kerahkan seluruh
semangatnya untuk mengerubuti pemuda she Bun lagi, cuma
seorang angkatan tua Bu-tong mesti main keroyokan, baginya
sungguh merupakan suatu noda besar selama ini, karenanya
ia menjadi rada lesu.
Sebaliknya cui In liang masih muda dan kuat, ia benci pada
kecongkakan pemuda she Bun itu, maka begitu maju, kontan
dengan tipu Tiang I Hong Keng Thian (Pelangi Panjang
Melintang Di Langit), dada lawan terus ditusuknya.
Bagus! seru Bun-kongcu memuji sembari menggunakan
daya tarik. Kipasnya mendadak menempel batang pedang Inliang
hingga tanpa kuasa badan jago Jing-sia Pay ini ikut
mendoyong sedikit ke depan. Untung in-liang sudah
memperoleh seluruh kepandaian sang guru, ilmu pedang dan
Lwekang-nya sudah mencapai tingkatan cukup tinggi, maka
sedikit kuda-kuda kakinya goyah, segera ia putar dengan
tungkak kaki, pedangnya terus menyabet pula. Dari gerak tipu
Tiang Hong Heng Thian tadi, ia ganti menjadi tipu serangan
Sui Hongcu ciat Liu (Mematahkan Pohon Liu Mengikuti Arah
Angin). Dengan gaya demikian, bukan saja dapat menutupi
kesalahannya tadi, bahkan tampaknya sangat wajar, kalau
bukan ahli pedang susah mengetahuinya.
Melihat ilmu pedang In-liang cukup lihay, jauh lebih tinggi
dari kedua sutit-nya, semangat tempur Bo-cut pulih kembali.
Apalagi ia tidak ingin nama Bu-tong Pay dikalahkan oleh Jingsia
Pay. Dengan demikian, kini bukan lagi dia bersatu dengan
cui In-liang menempur musuh, bahkan seakan-akan lagi
berlomba antara Bu-tong Pay dan Jing-sia Pay. Ia bertempur
lebih semangat dan merangsak mati-matian.
Namun ternyata kepandaian orang she Bun itu susah
dijajaki. Kalau tekanan lawan bertambah berat, kepandaiannya
juga seakan-akan mendadak bertambah lihay. Di tengah
kurungan sinar pedang kedua lawan, ia mainkan kipasnya
sedemikian lincah dan hidup. sebentar mekar, sebentar tutup.
Gerakannya cepat dan serangannya aneh. Betapapun hebat


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan pedang Bo-cut dan in-liang, sampai ujung baju
pemuda itupun tak bisa menyenggolnya.
Diam-diam Kang Lam berkuatir menyaksikan itu.
Sekonyong-konyong timbul pikirannya: Bo-cut Tojin tadi bilang
pemuda she Bun itu adalah begundalnya Ho Kun, apakah Ho
Kun itu adalah orang yang pernah bikin susah paman
angkatku dahulu itu" Banyak sekali paman menderita karena
perbuatan durjana Ho Kun itu. Kalau benar-benar sama
orangnya, dan pemuda ini membawa harta pusaka untuk Ho
Kun, hm, biar aku tiada permusuhan apa-apa dengan pemuda
ini, tapi demi untuk membalas dendam paman angkat, ingin
kubikin sedikit perhitungan dengan bangsat tua bangka Ho
Kun itu. Paman angkat yang dimaksudkan Kang Lam itu adalah Tan
Ting-ki, ayahnya Tan Thian-ih.
Tan Ting-ki pernah menjadi korban kekuasaan Ho Kun, ia
dibuang selama 10 tahun dengan diutus ke Tibet menjadi soan
wi su, semacam duta rendahan, di sekte Caka. Beruntung
kemudian berjasa dalam hal menyelamatkan piala emas
Penpa. Akhirnya ia ditarik kembali ke kota raja dan
dikembalikan pada pangkat semula oleh kaisar Kian Liong.
Tapi tidak lama, iapun minta pensiun. Tatkala itu Kang Lam
adalah kacungnya Thian-ih. Nama Kang Lam itupun diperoleh
pada waktu itu karena Tan Ting-ki sangat rindu pada tanah
airnya di daerah Kang-lam.
Begitulah diam-diam Kang Lam menjadi gusar, pikirnya:
orang she Bun ini tiada permusuhan apa-apa dengan aku, tapi
Ho kun pernah menyakiti pamanku, betapapun juga aku harus
memberi sedikit hajaran pada bocah ini.
Belum selesai Kang Lam ambil keputusan, mendadak
terdengar cui In-liang bersuara tertahan, bluk, tahu-tahu
orangnya sudah roboh. Kiranya kena ditutuk oleh si pemuda
she Bun. Habis menjatuhkan In-liang, segera pemuda she Bun
ayun kipasnya mencecar Bo-cut Tojin hingga imam itu
terdesak kalang-kabut.
Jangan temb erang, bocah teriak Kang Lam terus melayang
turun dari atas emper. Lebih dulu ia bangunkan cui In-liang
dan dipayang ke pinggir sambil berkata: Cui-laute, kau tunggu
saja disini, saksikan aku balaskan sakit hatimu.
Pada saat itulah, terdengar suara gemerontang beberapa
kali, pedang Bo-cut Tojin telah kena disampok jatuh juga oleh
lawannya, sebagai seorang tokoh yang cukup tinggi
kedudukannya, sekali pedang lepas dari tangan, Bo-cut tiada
muka buat bertempur lagi. Tanpa bicara, ia jemput pedangnya
terus melompat keluar pagar tembok hotel itu.
Pemuda she Bun rada tercengang juga demi menyaksikan
cui In-liang begitu cepat sudah bisa bergerak lagi. Hanya
dibangunkan Kang Lam, terus bisa jalan. Diam-diam ia pikir:
Kabarnya siaucu ini pernah mendapat ajaran dari Kimsi-ih.
Kini, dia ternyata bisa membuka Hiat To yang kututuk itu,
agaknya kabar itu memang betul.
Walaupun pemuda itu banyak mengetahui seluk-beluk Kang
Lam, tapi iapun tidak jeri. Begitu kipasnya mengebas, katanya
dengan dingin: Aha, kukira siapa, tak tahunya adalah kau.
Nyata, kacungku yang ceriwis itu cukup tajam juga
penglihatannya. Memangnya dia sudah tahu kau adalah
seorang pencuri kecil. Hahaha, apakah dengan seorang diri,
kaupun berani mengincar harta pusaka dalam petiku itu"
Terserah padamu, boleh kau panggil aku menurut
seleramu. Kalau aku adalah pencuri kecil, maka majikanmu
adalah maling besar. Dan kau ikut-ikut mengeruk harta benda
rakyat jelata baginya, maka kaupun seorang pencuri kecil
demikian Kang Lam mengolok-olok. setelah merandek
sejenak, segera ia membungkuk tubuh memberi hormat ke
sekeliling kalangan, lalu katanya lantang: Aku Kang Lam hanya
seorang kecilan saja, maka aku tidak kuatir ditertawai dia main
tempur giliran, juga tidak kuatir dia akan mengejek aku ikut
mengeroyok. Tapi pencuri kecil macamku sengaja hendak lihat
bagaimana kepandaian pencuri kecil macamnya. Nanti kalau
hadirin melihat cayhe sudah tak tahan, barulah silahkan maju
membantu. Nah, pencuri kecil, kenapa kau mendelik doang"
Lekaslah maju. Lucu dan enak didengar uraian Kang Lam itu, semakin ia
merendah diri, semakin menusuk dan menghina lawannya.
Pula dia seorang diri yang menantang pemuda she Bun, maka
segera ada suara tawa beberapa orang di tempat gelap yang
memujinya: Kang Lam si bocah ini masih boleh juga,
sebaliknya rasa gusar pemuda she Bun itu sudah memuncak,
makinya sambil menuding: Dasar ceriwis, berani kau
mengoceh lagi, sebentar kutempiling kau. Kalau pandai, boleh
kau coba sahut Kang Lam tertawa.
Belum habis katanya, sekonyong-konyong bayangan orang
berkelebat. Cepat sekali pemuda she Bun itu sudah menubruk
maju. Karena tak menyangka gerakan orang bisa sedemikian
cepatnya, hampir-hampir Kang Lam kena dicengkeramnya.
Tapi pada detik terakhir, tahu-tahu serangan pemuda she Bun
mengenai tempat kosong. Kang Lam sudah mengegos ke
samping sambil berseru: Haya, hampir saja. Untung tidak kena
kiranya ia telah gunakan Thian Lo Pok Hoat ajaran Kim si- ih.
Ilmu menggeser langkah itu mengutamakan kegesitan untuk
menghindari serangan musuh secara tiba-tiba. Belum lagi
bergebrak apa kau sudah ingin merat" bentak pemuda itu.
siapa bilang aku akan merat" sahut Kang Lam tertawa.
Bukankah aku masih tegak berdiri di depan hidungmu" Hayo,
pencuri kecil, aku sengaja mengalah sejurus padamu. Apa kau
kira aku jeri padamu"
Bagus, jika begitu jangan lari, bentak orang she Bun
sembari pentang kipasnya terus mengebas ke muka Kang
Lam. Keras sekali sambaran angin itu, selagi Kang Lam
bermaksud menggunakan Thian Lo Poh Hoat untuk memutar
ke belakang musuh terus balas menyerang. Namun pemuda
she Bun itu ternyata cepat luar biasa. Di samping kipasnya
mengebas, menyusul sebelah tangannya memukul pula. Dua
tenaga serangan yang berbeda, yang satu lemas yang lain
keras, hingga mirip angin puyuh sambaran-nya, seketika Kang
Lam sempoyongan, cus, tahu-tahu Tay Tui Hiat di punggung
Kang Lam telah kena ditutuk kipas lawan. Hiat To itupun salah
satu tempat mematikan di tubuh manusia. Karena itu saking
kaget sampai beberapa penonton yang bersembunyi di tempat
gelap ikut berteriak.
Tapi pada sat yang hampir berbarengan itulah, bret, jubah
panjang pemuda she Bun juga kena dicakar sobek sebagian
oleh Kang Lam. Pemuda itu tidak tahu kalau Kang Lam mahir
Tian To Hiat To yang lihay. Maka ia menjadi kelabakan karena
jubahnya tahu-tahu dicakar sobek, sebaliknya Kang Lam pun
sangat kesakitan oleh tutukan berat lawan walaupun Hiat To
tidak sampai buntu ditutuk.
Kalau dibandingkan, Kang Lam lebih payah dalam jurus itu,
namun jubah pemuda itu terobek sebagian. Dilihat lahirnya,
pemuda itu lebih runyam. Karuan Bun-kongcu itu murka.
Tadinya ia tiada maksud mencelakai jiwa Kang Lam, tapi kini
ia menyerang tanpa kenal ampun lagi. Kini ia sudah tahu Kang
Lam mahir dalam ilmu Tiam hiat, maka ia sengaja
menghindari kepandaian itu dan menyerang kelemahan lawan,
kipasnya untuk dipakai menutuk lagi, tapi digunakan golok
dan pedang untuk memotong dan membabat dengan tipu
serangan aneh. Terhadap ilmu silat berbagai golongan, kang lam sudah
banyak mengenal, tapi selamanya belum pernah melihat ilmu
silat pemuda she Bun ini, pula pemuda ini lebih lihay dari dia.
Maka biarpun Kang lam sudah mengeluarkan seantero
kemampuan-nya, paling-paling ia hanya bias bertahan
sementara saja tanpa bias balas menyerang.
Dalam pertarungan sengit itu tiba-tiba terdengar suara
"sreeet" sekali lagi, Kang lam kena diketok oleh kipas lawan,
sebaliknya jubah pemuda she Bun itupun kena dicakar robek
pula. Kini dapatlah semua orang melihat jelas bahwa ilmu silat
Kang lam masih lebih rendah setinggkat daripada lawan-nya,
tapi kalau ada seorang saja membantu, segera musuh dapat
dirobohkan. Sebaliknya kalau tidak dibantu, sebentar lagi
boleh jadi kang lam akan terjungkal.
Tapi tokoh-tokoh silat yang hadir disitu, sama-sama
menjaga gengsi sendiri-sendiri dan tak mau turun tangan
secara sembarangan. Sedang ragu-ragu, dari ujung tembok
sana melompat turun seorang laki-laki berewok, serunya
lantang: "Harta yang tak halal setiap orang boleh
mengambilnya! Urusan sudah kadung begini, biarlah aku Lau
Thio juga ingin coba-coba maju, harap hadirin memaafkan"
Laki-laki berewok ini adalah Tok kah toa cat atau begal
besar tunggal (seorang diri) didaerah Soatang, namanya Thio
Thi-ko. Sebenarnya Thay pi siansu sudah minta perantaraan
orang Kay pang agar memperingatkan kawan-kawan kalangn
Hek to yaitu golongan perampok dan begal, agar menunggu
munculnya Ki Hiau-hong baru mereka diperbolehkan
merampas harta pusaka. Cuma, waktu itu mereka masihbelum
tahu asal-usul pemuda she Bun itu serta harta pusaka
yang dibawa itu, tapi kini, tokoh-tokoh dari golongan Cing-pay
sudah ada yang maju, seperti Bo-cut, Cui In-liang dan lainlain,
memang benar seperti kata Thio Thi-ko tadi bahwa
urusan sudah kadung begini, menurut lazimnya, terang Ki
Hiau-hong tak nantinya mau masuk perangkap mereka. Sebab
itu menurut peraturan Kang-ouw, tiada alasan lagi buat cegah
turun tangannya kawan-kawan kalangan Hek-to.
Karena itu, Tay-pi dan Tay-hong tinggal diam saja
menyaksikan majunya Thio Thi-ko, dengan sendirinya tokohtokoh
aliran lainpun ikut contoh kedua padri yang dipandang
sebagai pimpinan mereka.
Tampak Thio Ti-ko memberi hormat sekeliling, serta melihat
orang merintang-rintang terus saja ia membentak sekali
sambil menerjang kearah pemuda she Bun. Cara
menerjangnya sungguh lucu dan aneh, kepalanya menunduk,
menjadi mirip tanduk kerbau, dan dari gaya serudukan-nya itu
memang mirip dengan banteng aduan.
Keruan pemuda she Bun itu geli, katanya dengan tawar:
"Haha, rupanya ada sapi nyeruduk inh!" menyusul sebuah
tangannya terus menggaplok "blak" tepat sekali pundak Thio
Ti-ko kena digebuk.
Sesuai dengan namanya Thio Ti-ko atau Thio sipundak
baja, memang bahu orang she Thio itu benar-benar keras
seperti papan besi, maka sekali kena gaplok dipundak orang,
seketika pemuda she Bun malah bergetar mundur tiga langkah
telapak tangan pecah dan mengucur darah.
"Bangsat kau berani gebuk bapakmu!" Thio Ti-ko ber-kaok.
Kiranya pundaknya kena digaplok oleh pemuda she Bun itu
dengan ilmu Bian Ciang yang bisa meremuk batu, maka ada
dua batang tulang pundaknya telah patah, cuma lukanya ada
dibagian dalam, orang lain tak tahu malah bersorak memuji
ketangkasannya digaplok tidak mempan.
"Siauko" seru Thio Thi-ko pada Kang Lam, "coba kau cakar
mukanya biar aku menyeruduk sekali lagi!"
Habis berkata kembali ia membungkuk, dengan gaya
banteng menyeruduk seperti tadi, kembali ia menerjang
kearah she Bun. Kang lam menurut permintaan orang, ia
barengi mencakar muka lawan.
Untuk menghindari serudukan itu sebenarnya terlalu mudah
bagi pemuda she Bun itu, tapi cakaran Kang Lam itu tepat
merintang jalan mundurnya hingga ia terpaksa menangkisnya.
Pada saat yang sama, dan dengan kecepatan luar biasa,
kepala banteng Thio Thi-ko sudah menyeruduk tiba,
tampaknya segera orang she Bun pasti akan terjungkal.
Tapi aneh bin ajaib, mendadak pemuda she Bun itu
menghilang entah kemana!
Kiranya pada waktu Thio Thi-ko main menyeruduk, kedua
kakinya rada terpentang, dalam keadaan tak bisa menghindar,
mendadak pemuda she Bun mendapat akal, tiba-tiba ia
mendak kebawah terus menerobos melalui selangkangan Thio
Thi-ko. Tentu saja perbuatan itu membuat Thio thi ko
tercengang dan pada saat itulah ia merasa punggungnya
terasa kesakitan, pinggulnya kena disodok oleh toya baja yang
antap, kontan tubuhnya menyelonong kedepan hampir-hampir
ia ngusruk menciumi tanah, huak, tanpa ampun lagi darah
menyembur keluar dari mulutnya. Namun dia malah tertawa
terbahak-bahak, teriaknya: Haha, bacah kurang ajar, kau
menerobos lewat selangkangku lantas minta aku ngampuni
kau, ya" Tidak, tidak bisa kau harus menjura tiga ratus kali
juga padaku baru aku menerima!"
Menurut adat istiadat, kalau paksa orang merangkak lewat
selangkang, itu adalah suatu penghinaan besar. Maka meski
sudah menerobos lewat selangkang orang kontan pemuda she
Bun itu lantas balas menggablok sekali dipunggung Thio-thi-ko
serta mendempaknya pula hingga terpental, toh dia masih
merasa malu sekali oleh olok-olok itu. Dengan murka ia
membentak: "Biar kubutakan dulu kerbau gila ini!"
Segera ia kebas kipas melayani Kang Lam sedang sebelah
tangan lain dua jari terpentang terus mengincar kedua mata
Thio thi-ko benar-benar ia hendak membikin buta kedua mata
si pundak baja itu. Luka yang diderita Thio thi-ko tidaklah
enteng, dia tak sanggup dan kapok main seruduk lagi terpaksa
ia obat-abitjan kedua Lengan untuk menjaga kedua matanya,
dengan sendirinya kelakuannya menjadi lucu, untuk memaki
iapun tak sempat lagi.
Dalam pada itu kembali ada dua laki-laki melompat maju
pula sambil berseru: "Jangan kuatir, Thio toako, panganan ini
biarlah kita ganyang bersama. Hok Hou Ce kami pun minta
diberi satu bagian"
Kedua laki-laki ini adalah dua saudara she soa dari Hok Hou
Ce. Di kalangan Lok-lim daerah lima provinsi utara, nama
mereka cukup disegani.
Memangnya orang-orang yang bersembunyi di sekitar hotel
itu, kecuali tokoh-tokoh dari berbagai aliran cing Pay, banyak
pula begal-begal besar dari Kang-ouw yang lagi menunggu
kesempatan. Maka begitu Thio Thi-ko mulai turun tangan,
mereka pun sama getol ingin coba-coba maju. Kini dua
saudara soa melompat maju pula, seketika jago-jago dari
kalangan Hok To itu membanjir keluar sambil berteriak-teriak.
Ya, ya, benar Kita ada rejeki dibagi bersama, ada kesulitan
dipikul berbareng. Ada kambing gemuk disembelih beramairamai
dan penganan ini pun kita ganyang sekalian.
"Sebagian harap masuk menggeledah ke dalam kamar,


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jangan sampai kacung cilik itu lolos" seru soa lotoa, si kakak
dari dua saudara she soa.
Jumlah mereka memang sangat banyak, maka tidak susahsusah
ada sebagian lantas menyerbu ke dalam kamar orang
she Bun. Beberapa begal lain yang berkepandaian tinggi terus
ikut mengerubut pemuda itu.
Betapa pun tinggi ilmu silat pemuda she Bun itu pun tidak
mungkin sanggup melawan kerubutan orang begitu banyak.
Tapi ia pun cukup cerdik dan licin. Belum lagi musuh
membanjir, lebih dulu ia sudah mundur sampai di pojok
tembok. Dengan membelakangi tembok, terhindarlah dia
ancaman dari belakang, segera ia ayun kipas dan lontarkan
pukulan melawan kerubutan kawanan begal itu. Ada dua begal
besar di antaranya mendesak terlalu dekat. Yang satu kena
ditutuk Ih Gi Hiat oleh kipas pemuda itu, dan seketika
menggeletak, seorang lainnya kena dipuntir patah lengannya
oleh siau Kim Na Hoat si pemuda, saking kesakitan sampai
menjerit bagai ayam disembelih.
Karena itu, kawanan begal itu berteriak ramai-ramai terus
ganti siasat. Mereka menyerang dengan senjata dari jauh.
Namun ilmu silat pemuda she Bun memang benar-benar
hebat. Biar pun cuma bersenjata sebuah kipas lempit yang
pendek, tapi kipas itu seperti
hidup saja ditangannya. Kesana mengetuk, kesini
menyampok. Ia keluarkan ilmu silat pinjam tenaga
menghantam musuh yang hebat, sehingga tombak lawan A
ditangkis untuk menyampok golok lawan B, serangan pedang
lawan c diketoknya hingga menceng membentur senjata lawan
D, dan begitu seterusnya. Maka sekali pun terkepung rapat,
kawanan begal itupun tak bisa menjatuhkannya.
Selang tak lama, kawanan rampok yang menggeledah ke
dalam kamar tadi sudah keluar kembali dan beritahu kawankawan
yang lain. Kamarnya sudah digeledah, kacung cilik itu
pun sudah kita ringkas, tapi peti harta mestika itu tetap tidak
kelihatan. Jika begitu, pasti berada di badan bangsat cilik ini, seru
soa-lotoa. Bagus, jika bangsat cilik ini tidak mau serahkan
benda mestika itu, biar kita cincang badannya hingga hancur
luluh. Benar, teriak kawanan begal yang lain. Bangsat ini tidak
terlalu tahu adat, biar kita mengerubuti maju dan
mencincangnya. Dasar watak Kang Lam adalah bajik, melihat pemuda she
Bun itu dikerubuti begitu, ia menjadi tidak tega malah.
Berulang kali ia coba menasihati pemuda itu agar
menyerahkan benda mestika itu supaya jiwanya bisa selamat.
Apalagi harta itu pun milik si dorna Ho Kun. Guna apa menjual
nyawa guna orang lain"
Namun pemuda she Bun itu tetap bungkam tak gubris
padanya. Ia masih mengeluarkan seluruh kepandaiannya
untuk melawan kerubutan musuh.
Karena tak berdaya, terpaksa Kang Lam mengendorkan
serangannya sendiri. Walaupun masih pura-pura bertempur,
tapi sebenarnya hanya tipu kembangkan saja sekedar ramairamai,
sebab Thio Thi-ko sudah terluka ketika membantunya,
kalau ia undurkan diri sekarang, rasanya kurang pantas. Dan
oleh karena tekanan Kang Lam telah berkurang, maka
dapatlah pemuda she Bun itu melayani serangan-serangan
kawanan begal itu lebih kuat.
Agaknya soa lotoa dapat melihat kelakuan Kang Lam itu,
segera ia berseru: Hai, saudara muda, jangan lesu. Hayolah
mencecar lebih semangat Kalau berhasil, kau pun akan dapat
satu bagian. Aku tidak inginkan harta mestika, sahut Kang Lam.
Harta tidak mau, Gi Khi (rasa setia kawan) sedikit pun harus
kaujaga, seru soa lotoa. Bukannya majunya kami demi untuk
membantu kau"
Betul, makanya meskipun aku sudah sangat lelah, toh aku
masih ikut mengeroyok bersama kalian, sahut Kang Lam.
Walau pun demikian katanya, tapi ia merasa main keroyokan
begini, sesungguhnya menang pun tidak berharga. Maka
sengaja ia keluarkan tipu-tipu kembangan. Tampaknya hebat,
tapi sebenarnya tidak berguna, sebaliknya kawanan begal itu
tetap mengerubut sepenuh tenaga.
Di bawah keroyokan musuh sekian banyaknya, betapa pun
tangkasnya pemuda she Bun itu, akhirnya ia kewalahanjuga.
Mendadak Soa-loji, si saudara muda she soa dari Hok Hou Ce,
menimpukkan tombaknya. Untung Bun-kongcu itu sempat
berkelit, kalau tidak. hampir badannya terpantek di atas
tembok. Dan di saat pemuda she Bun itu terancam bahaya,
sekonyong-konyong di luar hotel riuh ramai dengan suara
teriakan: Pemeriksaan hotel, pemeriksaan hotel menyusul
seorang perwira tampak menerobos masuk diiringi empat
prajurit. Kawanan begal yang mengerubut Bun-kongcu itu sudah
biasa bertempur dengan pasukan tentara pemerintah. Kalau
cuma seorang perwira dengan empat prajurit, terang tak
mereka pandang sebelah mata. Namun perwira itu masih
berlagak garang, bentaknya keras-keras: Hai, hai Apa-apaan
kalian ini" Kenapa berkelahi disini"
Berkelahi pak, teriak si pemuda she Bun. Kawanan
perampok ini justru lagi hendak membegal dan membunuh
orang. Agaknya baru sekarang perwira itu melihat jelas bahwa ada
seorang baik-baik sedang dikerubuti sekawanan penjahat. Ia
sangat terkejut dan cepat membentak pula: Merampok dan
membunuh" Wah, apa kalian sudah tidak kenal undangundang
negara lagi" Hayo, lekas kalian berhenti, lekas
berhenti dan dengarkan perintahku.
Mana sudi kawanan begal itu menurut, biar pun perwira itu
sampai bejat tenggorokannya membentak, tetap mereka
melancarkan serangan semakin gencar. Bahkan ada di
antaranya berseru mengejek: Hm, anak anjing hamba wet,
sebaiknya kaujangan ikut campur urusan orang. Kalau tetap
gembar-gembor lagi, sebentar tentu kulitmu akan kami
besetjuga Kurang ajar Di manakah letaknya undang-undang ini"
Berani amat kalian ini demikian perwira itu berjingkrak gusar.
Hayo, tangkap mereka.
Berbareng ke empat prajurit itu berseru terus menyerbu ke
tengah kawanan begal itu. Meski tidak gentar, tapi kawanan
begal itu heran juga. Kenapa empat prajurit kerucuk ini
demikian besar nyalinya. Biasanya belum diserbu malah
mereka sudah lari.
Dan selagi soa-loji cabut tombaknya kembali hendak
menimpuk si pemuda she Bun lagi.
Namun dengan kecepatan luar biasa, seorang prajurit lain
sudah melompat ke sampingnya sambil membentak: Tahan
Enyah kau Jangan coba rintangi tuanmu gertak soa-lotoa
dengan gusar, sebelah kakinya terus melayang hendak
menendang prajurit itu
Tapi mendadak terasa pergelangan tangannya digenggam
sesuatu bagai tanggam kerasnya. Tahu-tahu prajurit itu sudah
dapat menceng kramnya. Kejut soa-lotoa bukan buatan, cepat
ia hendak menolong saudaranya itu dengan mendepak si
prajurit itu dari belakang.
Tak terduga seorang prajurit lagi tahu-tahu sudah memburu
datang, sekali samber, tungkak kaki soa-lotoa kena dipegang.
sekali bentak: Pergi tanpa ampun lagi soa-lotoa kena dilempar
keluar pagar tembok. Dan pada saat yang hampir sama, soa
loji juga dibanting keluar pintu oleh prajurit tadi.
Perubahan mendadak ini seketika membikin suasana
menjadi panik. sebelum itu, semua orang menyangka prajuritprajurit
itu hanya besar gertak sambel saja, siapa tahu mereka
benar-benar mempunyai kepandaian tangguh. Kedua saudara
soa dari Hok Hou Ce cukup terkenal di kalangan Lok lim. Tapi
hanya sekali gebrak lantas keduanya dilempar oleh prajuritprajurit
itu. Hanya kepandaian ini saja sudah menyamai jago
kelas satu kalangan Bu-lim.
Dengan menggerung keras, segera Thio Thi-ko menyeruduk
ke arah prajurit yang mendekati dirinya. Ilmu silat Thio Thi-ko
adalah yang tertinggi di antara kawanan begal itu, setelah
terluka tadi, tenaga serudukan ini masih sangat hebat. Cepat
prajurit itu enjot tubuhnya meloncat ke atas. Dan selagi dari
atas hendak mencengkram, tiba-tiba terdengar perwira tadi
berkata: orang ini terhitung seorang gagah ksatria, jangan
bikin susah dia, mendadak ia tampil ke muka, karena itu,
serudukan Thio Thi-ko itu tepat mengenai perwira itu.
Berdirilah yang kuat kata perwira itu sambil memegang ke
dua pundak Thio Thi-ko.
Saat itu, Thio Thi-ko merasa kepalanya seakan-akan
menubruk seonggok kapas yang empuk. Tindakannya menjadi
sempoyongan dan badan miring ke depan. Untung perwira itu
keburu memegang pundaknya.
Bagus, kepandaian bagus seru Thio Thi-ko Melulu
kepintaranmu ini saja, aku orang she Thio rela tidak mau ikut
berkecimpungan di air keruh ini lagi.
Baik, aku terima kebaikanmu ini, ujar perwira itu. Dan
begitu lepas tangan, segera Thio Thi-ko berlari pergi.
Melihat Thio Thi-ko sudah kabur, kawanan begal yang lain
menjadi jeri, selagi Kang Lam hendak gantikan maju, tiba-tiba
telinganya mendengar suara seorang yang seperti udah
dikenalnya: Wahai, Kang Lam, kau cukup baik diajak menjadi
kawan. Urusan ini sebaiknya tak perlu kau ikut campur lagi.
Nanti kalau sudah selesai, aku akan undang kau untuk minum
arak. Untuk sejenak Kang Lam terkesiap, tapi segera iapun
berseru: Bagus, bagus Memangnya orang hidup di mana-mana
suka bertemu. Jikalau kau dapat menghargai aku, aku Kang
Lam juga bersedia mempunyai kawan seperti kau. Cuma,
keramaian ini betapa pun aku harus menontonnya hingga
bubar. Bisikan suara tadi hanya Kang Lam sendiri yang
mendengar, sebab itulah bagi kedengaran orang lain menjadi
seakan-akan Kang Lam lagi mengoceh seorang sendiri bagai
orang gendeng. Tentu saja mereka heran dan bingung. Lalu
tampak Kang Lam undurkan diri dari kalangan pertempuran,
tapi tidak berlari pergi seperti Thio Thi-ko, melainkan terus
melompat ke wuwungan rumah. Ia duduk di sana untuk
menonton keramaian di bawah.
Kang Lam, Bo-cut coba mendekati dan menanya. Apakah kau
kenal gerombolan orang-orang ini" Apa mereka adalah alat
negara tulen"
Entah, aku tidak kenal mereka, sahut Kang Lam
menggeleng. Tapi, mungkin karena namaku si Kang Lam ada
juga sedikit terkenal di kang-ouw, boleh jadi di antara mereka
ada yang kenal aku.
Bo-cut Tejin juga tahu Kang Lam suka membual suka
omong besar, tapi tidak pernah mengapusi orang, tidak biasa
berdusta, sebab itulah, ia tambah curiga terhadap perwira
berikut prajuritnya itu. Padahal sesudah mendengar bisikan
suara tadi, Kang Lam lantas teringat pada seseorang, cuma
karena wajahnya sama sekali berbeda, maka ia pun tidak
berani yakin akan dugaannya sendiri.
Sementara itu para jagoan yang hadir disitu sudah dapat
melihat perwira tadi pasti bukan orang sembarangan. Rasa
ingin tahu mereka berjangkit. Maka meski kawanan begal tadi
sudah kabur hampir bersih, mereka masih tetap tinggal disitu.
Bukan saja tokoh-tokoh persilatan itu bersangsi, bahkan kini
pemuda she Bun itu pun merasa aneh. Kalau ditilik kepandaian
perwira itu bersama prajuritnya itu, untuk menangkap
penjahat tadi boleh dikata sangat mudah. Tapi mereka hanya
pamer sedikit kepandaian saja, ada yang dilempar keluar atau
hanya dibikin luka ringan hingga kawanan begal itu kabur
sendiri ketakutan. Hal mana menimbulkan pertanyaan apakah
mereka sengaja melepaskan penjahatnya atau sedikitnya tidak
memenuhi kewajiban sebagai alat negara.
Pemuda she Bun itu lempit kipasnya, lalu memberi hormat
pada perwira tadi dan mengucapkan terima kasih: Atas
pertolongan Tayjin bolehkah mohon tanya nama Tayjin yang
mulia" Tampak perwira itu mengedip mata padanya, tanpa
kelihatan mulutnya bergerak, tahu-tahu pemuda she Bun itu
mendengar suara membisiki di telinganya: Awas, begal yang
sesungguhnya masih berada disini Kepandaian orang-orang ini
masih jauh lebih tinggi daripada yang tadi. Di antaranya
terdapat pula Biau Jiu sin Thau (Copet sakti Bertangan Gaib),
yang pergi datang tanpa bekas. Rintanganmu belum tersingkir
semua, kau perlu lebih waspada.
Sudah tentu pemuda she Bun itu tahu berbagai jagoan
masih mengincar di sekitarnya. Tapi iapun tahu tokoh-tokoh
yang ada malam ini, ke dua siansu dari siau-lim si adalah yang
berkepandaian paling tinggi. Di samping itu ada pula tokoh
terkemuka Go-bi Pay. Namun ia yakin dengan kedudukan ke
tiga tokoh besar itu, tidak mungkin merosotkan harga diri dan
maju mengerubut pada seorang anak muda.
Tapi mendengar peringatan perwira itu, mau tak mau ia
terperanjat juga, pikirnya: Di seluruh jagat sekarang ini, orang
yang sesuai disebut sebagai copet sakti yang pergi datang
tanpa bekas hanya Ki Hiau-hong seorang. Apa mungkin beliau
yang telah datang juga" Kabarnya berbagai golongan dan
aliran besar hendak menangkapnya, masa dia berani muncul
terang-terangan disini" segera terpikir pula olehnya: Perwira
ini Kisah Sepasang Rajawali 11 Perkampungan Misterius Seri Pendekar Cinta 4 Karya Tabib Gila Istana Pulau Es 19

Cari Blog Ini