Kitab Pusaka Karya Tjan Id Bagian 13
erhadap sergapan si
kakek telanjang yang mungkin akan memanfaatkan
kesempatan tersebut.
Dalam keadaan demikian si anak muda itu segera
menjejakkan kakinya ketanah dan kabur meninggalkan
lembah lebah beracun tersebut.
Kalau dibicarakan memang sangat aneh, kawanan lebah
beracun itu hanya mengejar sampai perbatasan lembah
mereka, tak seekorpun diantaranya yang berani terbang
melewati batas tersebut.
Suma Thian yu segera berdiri ditepi hutan itu sambil
serunya kepada kakek setengah telanjang tersebut:
"Tay ong lebah beracun, kau cuma panas disebut raja
dalam lembahmu, bila ke luar dari sini maka keadaanmu
seperti harimau masuk kota, mengenaskan sekali keadaannya"
Kakek setengah telanjang itu berjalan maju kedepan dan
berhenti lima langkah dihadapan Suma Thian yu, kemudian
sambil tertawa terbahak-bahak katanya:
"Oh... betapa gagahnya gayamu bisa masuk keluar dari
lembah lebah beracun seperti memasuki daerah tak bertuan
saja, tapi pernahkah kau pikirkan bahwa lembah lebah
beracun adalah tempat kuburan mu?"
Suma Thian yu tidak memahami apa arti dari ucapan kakek
setengah telanjang itu, dia balik bertanya dengan nada
tercengang: "Apakah kau hendak keluar dari lembah mu untuk
membekukku kembali?"
Kakek selengah telanjang itu tertawa seram, dia
mengalihkan sorot matanya kearah belakang Suma thian yu,
kemudian sambil menyeringai seram katanya:
"Tentu saja ada orang yang akan menghantar domba
gemuk kehadapanku, asal kau berpaling segala persoalan
akan menjadi jelas dengan sendirinya"
Bergidik hati Suma Thian yu setelah mendengar perkataan
tersebut, dia kuatir kakek setengah telanjang itu memakai tipu
daya, cepat dia berpaling, tapi paras mukanya segera berubah
hebat, jeritnya kaget:
"Aaaa........!"
Apa yang sebenarnya telah terlihat olehnya sehingga
pemuda itu sangat terkejut.
Rupanya dibelakang tubuhnya sekarang telah bertambah
dengan seorang kakek berambut kusut yang mempunyai bulu
tebal diseluruh badannya, disisi kakek itu mendekam seekor
harimau belang yang sedang mengawasi gerak-geriknya
dengan buas. Memandang perubahan wajah dari Suma Thian yu tersebut,
si kakek setengah telanjang tersebut kembali tertawa
terbahak-ba hak.
"Bagaimana anak jadah" Lebih baik melangkah masuk
kedalam lembah lebah beracun saja, kalau tidak...
heeh...heheh.... aku lihat si harimau belang di belakangmu
kebetulan lagi kelaparan"
Baru saja kakek setengah telanjang itu menyelesaikan katakatanya,
mendadak terdengar si kakek aneh yang berada di
belakang tubuhnya telah membentak dengan suara yang
menyeramkan"
"Hei bocah, kau jangan mencoba untuk meloloskan diri,
setelah berada di daerah kekuasaanku, kau harus menuruti
segala perintahku..."
Agak lega Suma thian yu setelah mendengar perkataan
tersebut, dia mengira kakek aneh tersebut berniat menolong
dan melindungi jiwanya, dengan girang dia berseru:
"Kau bersedia menolongku?"
Kakek menyeramkan itu kembali tertawa keas:
"Dalam kamus hidupku tak pernah mengenal arti kata
menolong, aku hanya tahu lebih baik seseorang mati diterkam
harimau daripada mati disengat lebah beracun, oleh sebab itu
kau tak usah kesitu, kalau toh harus mati, lebih baik mati
didalam perut harimauku saja."
Sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya tegang, dia
mendongkol bercampur ge lisah, akhirnya setelah menghela
napas panjang, diputuskan akan beradu jiwa saja.
Mendadak satu ingatan melintas lewat dalam benaknya,
kemudian sambil tertawa ia berkata:
Kalian berdua tak perlu berebut sendiri aku bersedia mati,
hanya saja........"
"Hanya saja kenapa?" ke dua orang kakek itu bertanya
bersama. Suma Thian yu memandang sekejap lebih dulu ke arah
kakek setengah telanjang itu, kemudian menatap pula kearah
si kakek aneh sebelum pelan-pelan berkata:
"Seekor kuda mustahil mempunyai dua pelana, seorang
gadis tidak mungkin menikah dengan dua orang pria, aku
hanya mempunyai sesosok tubuh, padahal kalian berdua
sama-sama menginginkannya, bagaimana ini persoalan bisa
diselesaikan?"
Baru selesai Suma Thian yu berkata, kedua manusia aneh
tersebut telah menyahut bersama sambil tertawa terbahakbahak:
Haaah...haah.....haah..., soal itu mah tidak perlu kau
risaukan, kita bagi seorang setengah kan urusan menjadi
beres" Tergetar keras perasaan Suma Thian yu setelah mendengar
ucapan itu, diam-diam dia mengeluh.
Semula dianggapnya kedua orang itu tak lebih cuma
manusia liar yang bodoh dan tak punya otak, dengan dua tiga
patah kata hasutan saja dia sudah dapat mengadu domba
mereka, sedang dirinya akan duduk sambil menyaksikan dua
harimau saling bertarung. Siapa sangka kedua orang manusia
aneh itu tidak mudah terperangkap, malahan gelagatnya
semakin merugikan pihaknya.
Terpaksa dia menggeserkan tubuhnya kesamping sambil
memperkokoh posisinya, lalu katanya sambil tersenyum dia
berkata: "Siapakah di antara kalian berdua yang akan maju lebih
dulu?" Kakek setengah telanjang itu memandang sekejap kearah
si kakek aneh, kemudian bertanya:
"Hu hou sia san (dewa sesat penakluk harimau), locu boleh
menyebrangi perbatasanmu?"
Manusia aneh berambut kusut dan berbulu yang bernama
dewa sesat penakluk ha rimau itu segera membentak gusar:
"Tak bisa! Siapapun dilarang menginjak kan kakinya
diwilayahku, tunggu saja sampai kubunuh dirinya baru kita
bagi mayatnya menjadi dua bagian!"
Mendadak dari tengah udara bergema suara pekikkan
nyaring, ditengah pekikkan tersebut terdengar seseorang
berseru dengan suara yang nyaring:
"Hitung aku dalam bagian, kita bertiga bagi rata si bocah
tersebut."
Dari kejauhan nampak sesosok bayangan manusia
meluncur datang dengan kecepatan luar biasa dan melayang
turun tepat di hadapan Suma thian yu.
Tiga orang tersebut sama-sama terkejut, tapi begitu
mengetahui siapa yang datang, Suma Ihian yu segera berseru
dengan girang: "Cianpwee, rupanya kau?"
Pendatang tersebut mengenakan pakaian compangcamping
dengan model seorang sastrawan, wajahnya rudin
dan mengenaskan, tak salah lagi dia adalah Sin sian siang su
(peramal dewa) Yu Seng si.
Sebagaimana diketahui, tokoh aneh dari dunia persilatan ini
mendapat tugas dari Ciong liong losianjin untuk melindungi
Suma Thian yu, tapi dia datang terlambat sehingga belum
tahu kalau perjalannya ke Tibet telah berhasil dengan sukses.
Tak terlukiskan rasa gusar Dewa sesat penakluk harimau
ketika melihat munculnya orang ketiga dalam kesempatan
tersebut, bentaknya-keras keras:
"Setan malaikat dari mana yang berani membuat keonaran
disini" Ayo cepat berlutut minta ampun, kau ingin mampus
rupa nya?"
Sin sian siangsu tertawa terkekeh-kekeh.
"Heeeh...heeeh...heeeh... apakah san tayong berdua tidak
merasa menurunkan gengsi dan martabat sendiri dengan
saling berebut mangsa disini" Aku si orang perantauan
mempunyai sebuah cara yang baik untuk menyelesaikan
persoalan ini, entah bagaimana pendapat kalian?"
Tergerak hati si Dewa sesat penakluk harimau maupun
pemilik lembah lebah beracun sotelah mendengar ucapan itu.
Dari gusar si Dewa sesat penakluk hari mau menjadi
gembira, katanya:
"Harap kau jelaskan caranya, aku pasti akan
menyetujuinya"
"Bagaimana kalau kita bagi tiga saja korban tersebut"
batok kepala bocah ini buat harimau, tubuhnya buat lebah
beracun sedang sepasang kakinya untukku"
"Tutup mulut!" tukas Dewa sesat penakluk harimau dengan
gusar, "sekali lagi kau berani berbicara kurobek mulut
busukmu itu..!"
"Baik...baiklah, tak boleh bicara yaa sudah, bila kalian
berdua memang keberatan, lebuh baik hadiahkan saja
seutuhnya kepadaku"
Kakek setengah telanjang itu jadi naik pitam, sambil
berpaling kearah rekannya dia berseru:
"Rupanya kakek celaka ini berniat mencari gara-gara, Dewa
sesat, lebih baik dia pun sekalian ditahan"
Sebelum Dewa sesat penakluk harimau sempat menjawab,
Sin sian siangsu telah berkta lagi sambil tertawa terbahakbahak.
"Betul, betul, aku mengerti, bocah itu dihadiahkan kepada
lebah beracun sedang kan aku si tua bangka untuk harimau,
dengan begitu kedua belah pihak sama-sama peroleh hasil
dan sama-sama gembira, kesulitan yang dihadapi tay ong
berduapun akan beres dengan sendirinya?"
Sementara Suma Thian yu masih tercengang oleh
perkataan tersebut, mendadak dari sisi telinganya terdengar
ada suara bi sikan seperti suara nyamuk:
"Hiantit, kedua orang siluman tua ini sama-sama
merupakan manusia pengacau masyarakat dan pengracun
dunia, mereka tak boleh dibiarkan hidup, sebentar kau boleh
pusatkan semua perhatianmu untuk mengawasi gerak-gerik si
kakek setengah telanjang itu, selain lebah beracun hasil
pemeliharaannya, kepandaian silat yang dimiliki biasa saja, tak
ada yang perlu dikuatirkan.
Suma Thian yu baru memahami duduk persoalan setelah
mendengar bisikan dari Sin sian siangsu yang berbicara
dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara tersebut.
Mendadak terdengar suara auman harimau dari sisi si Dewa
sesat penakluk hari mau.
Dengan cepat Sin sian siangsu berpaling lalu serunya
sambil tertawa terbahak-bahak:
"Bagaimana" Mengapa tidak turun tangan degan segera"
Aku sudah tak sabar untuk menanti terus"
Sembari berkata, dia berlagak seakan-akan siap
meninggalkan tempat tersebut.
Siapa tahu si Dewa sesat penakluk hari mau malahan
tertawa terbahak-bahak:
Haaa...haaa...kalau ingin pergi, silahkan pergi, asal kau
dapat berjalan melebihi seratus langkah, kamu berdua boleh
meninggalkan tempat ini dengan selamat"
Mendadak Sin sian siangsu menghentikan langkanya,
sambil melejit ketengah udara, dalam sekali lejitan tiga kaki
sudah dicapainya, kemudian sambil menarik napas panjang,
sepasang tangannya diayunkan ke muka menyerang kedua
ekor harimau belang yang mendekam disisi Dewa sesat
penakluk harimau.
Serangan yang dilancarkan oleh Sin sian siangsu kali ini
telah mempergunakan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian,
semula Dewa sesat penakluk harimau mengira serangan
tersebut ditujukan ke arahnya, dia baru terkejut setelah
mengetahui bahwa serangan mana ditujukan kearah sepasang
harimaunya. Dengan perasaan gelisah ia lantas membentak:
"Terkam!"
Mendapat perintah tersebut kedua ekor harimau itu
mengaum gusar dan menerjang ke muka dari kiri dan kanan.
Baru saja kedua ekor harimau itu mementangkan cakarnya,
angin serangan dari Sin sian siangsu sudah mengenai
tubuhnya secara telak. Diiringi rintihan kesakitan kedua ekor
harimau itu bergulingan ke atas tanah tapi dengan cepat telah
melejit kembali sambil melancarkan terjangan berikut.
Dewa sesat penakluk harimau segera mengejek sambil
tertawa seram: "Tua bangka celaka, kau jangan belagak sok pintar,
percuma saja kelicikan otakmu itu. Sepasang panglimaku ini
sudah berpengalaman dalam beratus kali pertempuran, kalau
hanya angin pukulan biasa mah tak akan mengapa-apakan
mereka. Heee... heehe... inilah yang dinamakan mencari
penyakit buat diri sendiri!"
Beberapa kali Sin sian siansu berhasil menyarangkan
pukulannya ketubuh sepasang harimau tersebut, tapi saban
kali tak mendatangkan hasil apapun kecuali harimau-harimau
itu terdorong mundur, mereka tak menderita cedera sama
sekali. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini segera dapat
menangkap gelagat kurang baik, tiba-tiba ia berteriak keras:
"Cianpwe, kalau ingin menangkap bajingan, lawan dulu
pentolan-nya, kau hadapi saja siluman tua itu, biar aku yang
menghadapi sepasang harimaunya.
Dengai cepat dia melompat kemuka dan menerobos dari
samping Sin sian siangsu untuk menggantikan kedudukannya.
Sementara itu, seekor harimau buas telah melompat
keudara dan menerkam kearahnya dengan ganas.
Sesungguhnya Suma Thian yu sendiripun hanya bermaksud
mencoba-coba, dia sendiripun tak mempunyai keyakinan
untuk berhasil.
Telapak tangan kirinya dengan menghimpun tenaga
sebesar delapan bagian mendadak melepaskan pukulan
dengan ilmu Hui poo sian hong ciang, serangan yang tajam
segera meluncur kemuka.
"Blaaammm...!" suatu benturan keras terjadi, menyusul
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian harimau itu terbanting keras-keras ketanah,
napasnya mendengus ngos-ngosan dan empat kakinya
menghadap kelangit.
Suma thian yu tidak berani berayal lagi, begitu pukulan
dilepaskan, tangan kanan-nya meloloskan Kit hong kiam dari
sarungnya sambil meluncur kemuka secepat kilat.
Begitu tiba dimuka harimau yang terbaring tadi, pedangnya
langsung ditusukan kedepan.
Harimau tersebut meraung kesakitan, perutnya segera
robek dan usus serta darah berhamburan kemana-mana.
Pada saat itulah, harimau yang lain telah menerkam dari
belakang tubuhnya.
Tak terlukiskan rasa kaget Suma Thian yu ketika
merasakan datangnya sergapan dari belakang, pedangnya
yang digenggam erat-erat mendadak terasa seperti terhisap
oleh sesuatu kekuatan sehingga sama sekali tak mampu
bergerak. Dengan perasaan tergetar keras dia membuang pedang
sambil melejit kesamping, kemudian sambil membalikan
telapak tangan dia lepaskan sebuah serangan dengan jurus
Jiau hui pie pa (mengayun alat pie pa) yang disertai tenaga
sebesar delapan bagian.
Berhubung jarak harimau tersebut terlampau dekat, ayunan
tangannya itu persis menghantam benak harimau tersebut.
Suma thian yu merasakan telapak tangan-nya menjadi kaku
dan buru-buru ditarik kembali, lalu cepat-cepat dia berpaling.
Sungguh aneh sekali, harimau itu seperti tertidur secara
tiba-tiba, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun tahu-tahu
sudah roboh diatas tubuh harimau pertama.
Dalam waktu singkat Suma Thian yu berhasil membunuh
dua ekor harimau buas, bukan cuma Sin sian siangsu saja
yang terperanjat, si Dewa sesat penakluk harimau sendiripun
dibikin sampai terbelalak dengan mulut melongo, untuk
beberapa saat dia seperti lupa untuk naik darah.
Padahal Suma Thian yu sendiripnn tidak habis mengerti
dengan keadaan tersebut, dia tak tahu darimanakah
datangnya kekuatan dan keberanian tersebut.
Ketika dilihatnya dua ekor harimau tersebut sudah
tergeletak kaku ditanah, dia baru bisa bersyukur dihati.
Sin sian siangsu menjadi sangat gelisah terutama setelah
melihat Suma thian yu menerbitkan bencana besar. Dengan
cepat dia melompat kesisi pemua itu, kemudian bisiknya lirih:
"Cepat bereskan pedangmu dan meninggalkan tempat ini,
kalau sampai terlambat bisa jadi kita tak dapat pergi!"
"Kenapa?"
"sekarang jangan banyak bertanya, cepat laksakan saja
menurut apa yang aku ucapkan!"
Menyaksikan kecemasan orang, Suma thian yu segera
menendang bangkai harimau, mengambil kembali pedangnya
dan segera siap berlalu dari tempat kejadian.
Siapa tahu pada saat itulah terdengar si Dewa sesat
penakluk harimau berpekik nyaring.
Sin sian siangsu segera menarik tangan sang pemuda
sambil berseru lagi dengan gugup:
"Ayo cepat pergi, apakah kau ingin berdiam disitu sambil
menunggu saat kematian?"
Tanpa berpikir banyak, dia menarik tangan Suma Thian yu
dan diajak melarikan diri dari situ.
Sambil tertawa seram si Dewa sesat penakluk harimau
berteriak nyaring:
Sayang terlambat sudah, sekeliling hutan ini sudah
terkepung rapat-rapat, kalau ingin pergi, silahkan saja terbang
kelangit!"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dari balik
hutan bergema suara lolongan srigala dan auman singa yang
makin lama semakin mendekat, agaknya suara-suara tersebut
sedang mengepung mereka dari empat penjuru.
Dalam terdesaknya Suma Thian yu peroleh akal bagus, dia
menarik tangan Sin sian siangsu sambil berseru:
Mari kita terjang dari lembah lebah beracun!"
Sin sian singsu tertegun dan tidak menjawab.
Menyaksikan sikap serba salah dari rekan-nya, buru-buru
Suma Thian yu berseru lagi:
"Kau cukup menghadapi siluman tua setengah telanjang
itu, sedang lebah beracun-nya biar aku yang hadapi"
Sembari berkata mereka berdua melompat masak kedalam
lembah tersebut.
Dari arah belakang kedengaran si Dewa sesat penakluk
harimau berseru sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaa...haaa. ..percuma, jalan kesitupun hanya merupakan
jalan kematian"
Ketika mereka berdua menerjang masuk kedalam lembah,
si kakek setengah telanjang telah menghadang dihadapan
mereka. Sin sian siangsu tertawa terkekeh-kekeh, dia melejit
kesamping dan menerobos kesisi tubuh kakek setengah
telanjang itu, sebuah sodokan segera dilancarkan.
Jilid : 25 PADA DASARNYA SI KAKEK setengah telanjang itu hanya
seorang manusia biasa, dia terpaut jauh sekali bila dibandingkan
dengan lawannya, tidak heran kalau dalam satu gebrakan saja sudah
tertotok. Walaupun kakek setengah telanjang itu sudah roboh, namun lebah
beracun yang tak terhitung jumlahnya itu tetap berdatangan secara
bergerombol, mereka menyerang secara ganas dan mengerikan.
Suma Thian yu bergerak lebih dulu, dengan pedang ditangan kanan,
pukulan yang dahsyat ditangan kiri, semua perintang di sapu
serentak. Perlu di ketahui, telapak tangan kiri pernah direndam dalam cairan
mestika sian kiam lan, itulah sebabnya betapapun beracun lebahlebah
tersebut, tak satupun yang bisa mengapa-apakan dirinya.
Sin sian siangsu yang mengikuti dibelakangnya, di samping
melepaskan pukulan untuk mengusir lebah, diam-diam diapun ter
kejut atas kelihayan ilmu silat Suma Thian yu.
Hingga mereka keluar dari perbatasan lembah, lebah-lebah beracun
tersebut baru menghentikan pengejarannya.
Kedua orang itu menghembuskan napas lega, ketika berpaling
tampak oleh mereka kawanan binatang buas peliharaan si Dewa sesat
penakluk harimau telah melintasi daerah perbatasan dan memasuki
wilayah lembah.
Siapa sangka begitu kawanan binatang buas itu melewati perbatasan,
kawanan lebah beracun yang berada di wilayahnya segera
melancarkan serangan secara besar-besaran.
Tak ampun lagi banyak korban berjatuh di kedua belah pihak.
Suma Thian yu segera bertepuk tangan sambil berteriak:
Bagus, bagus sekali, ini namanya saling bunuh membunuh, mari kita
saksikan pertunjukkan bagus ini, kesempatan semacam ini jarang
bisa dijumpai, kita tak boleh kehilangan kesempatan sebaik ini."
Sin sian siangsu yang berpengalaman lebih luas mendadak berteriak
kaget: "Aduh celaka, andaikata kakek setengah telanjang itu sudah di
sadarkan kembali mungkin sulit bagi kita untuk meloloskan diri!"
Mendengar perkataan tersebut Suma Thian yu segera berpaling, betul
juga, si Dewa sesat penakluk harimau telah membebaskan pengaruh
totokan pada kakek setengah telanjang tersebut.
Seandainya jalan darah kakek setengah telanjang itu sudah bebas,
niscaya diakan bekerja sama dengan dewa sesat penakluk harimau
untuk menggabungkan binatang peliharaan mereka guna menyerang
bersama. Dalam serangan gabungan antara manusia dengan binatang ini, biar
ada seratus orang Suma Thian yu maupun Sin sian siangsu pun
jangan harap bisa lolos dari hutan seratus binatang dan lembah lebah
beracun ini dalam keadaan selamat.
Menyadari betapa gawatnya keadaan tersebut, Suma Thian yu segera
mengajak Sin sian siangsu untuk kabur dari lingkungan daerah
tersebut dan kabur menuju ke jalan semula.
Baru saja dua orang itu memasuki hutan, suara auman yang gegap
gempita telah bergema dari belakang, agaknya seratus ekor hewan
buas tersebut sudah mulai melancarkan pengejaran.
Dalam keadaan seperti ini, kedua orang itu semakin tak berani
tinggal lebih lama mereka kabur makin kencang dan akhirnya
berhasil lolos dari pengejaran.
Sin sian siangsu tidak berhenti meski mereka sudah lolos dari
wilayah berbahaya, malahan langkahnya semakin dipercepat lagi.
Lebih kurang tiga li kemudian mereka baru memperlambat larinya,
kemudian sambil menggelengkan kepala dan menghela napas
panjang gumamnya:
"Oooh, sungguh berbahaya, untung kedua lembar jiwa kita masih
bisa dipungut kembali dari pintu neraka."
Suma Thian yu tertawa ringan.
"Aah, tak mungkin sedemikian parah, mengapa boanpwee tidak
merasakan sama sekali kalau baru lolos dari bahaya maut?"
Sekali lagi Sin siau siangsu menghela napas panjang:
"Tahukah kau mengapa aku masuk hutan lebat?"
"Mungkin kau tahu kalau boanpwee sedang menjumpai mara
bahaya?" Sin sian siangsu cepat menggeleng, sambil menuding ke arah sebuah
dusun tak jauh dari situ dia berkata:
"Semalam aku menginap di dusun itu, dari orang dusun kuperoleh
keterangan tentang segala sesuatu diseputar hutan itu, mendengar
cerita mana aku jadi gembira, maka sejak fajar tadi aku tinggalkan
dusun itu dan melakukan penyelidikan kesini"
"Bukankah kau bisa masuk ke sana dengan lancar dan kembali
dengan selamat?" Apa sih yang menakutkan?" tukas Suma Thian yu
tidak habis mengerti.
Sin sian siangsu segera tertawa.
"Kau hanya tahu satu tak tahu dua, sesungguhnya lembah lebah
beracun mau pun hutan seratus binatang bukan daerah aman"
"Apa sih yang menakutkan?" tegurnya.
"Hmm, kau terlalu polos, ketahuilah di dalam hutan ini berdiam lima
orang kakek khas yang berhati kejam dan berperangai aneh, yang
baru saja kita jumpai hanya dua diantaranya, bila tiga orang lainnya
munculkan diri pula, kita pasti akan mampus!"
"Masih ada tiga orang" Tiga orang yang mana?" tanya Suma Thian
yu keheranan. "Bila hari sudah gelap, ke tiga orang lainnya akan segera
menampakkan diri, bukit gundul dimana kau berdiri tadi adalah Tok
coa nia atau Tebing ular berbisa, seringkali ular beracun
bermunculan bila malam hari sedang hutan lebat yang kita telusuri
barusan adalah Tok go kong lim (hutan kelabang beracun),
sedangkan hutan lebat disebelah barat adalah Tok ci cu lim atau
Hutan laba laba beracun, pokoknya setiap sudut dari wilayah tersebut
ditempati oleh seorang gembong iblis!"
Berubah paras muka Suma Thian yu setelah mendengar perkataan
itu, badannya jadi dingin separuh, sekarang dia baru memahami
betapa rawannya keadaan mereka waktu itu.
Menyaksikan perubahan wajah Suma Thian yu, Sin sian siangsu
segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah...haaah...haaah... kau ingin sekali lagi menyerempet bahaya?"
Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang langit yang
mendekati senja, buru-buru sahutnya:
"Tidak usah...tidak usah.. "
"Haaah...haah...haah... sekarang kau baru merasa takut?"
"Kalau dipikirkan kembali, bergidik rasanya hatiku, sampai sekarang
pun bulu kudukku masih pada berdiri!"
Suma Thian yu memang 1agi kesepian dalam perjalannya, bisa
bersua dengan manusia macam Sin sian siangsu, boleh dibilang
banyak duka mestapa yang bisa dihilang kan.
Malam itu mereka habiskan dalam perjalanan diiringi sendang gurau
dan pem bicaraannya yang asyik.
Keesokan harinya...
Mereka berdua telah tiba dibawah bukit Jit yang san.
Sambil menuding kearah tanah perbukitan didepan sana, Sin sian
siangsu berseru:
"Kau ingin mendaki bukit itu untuk menyaksikan pemandangan
indah...?"
"Apa sih yang indah?"
"Di atas bukit itu ada gua air, gua itu penuh dengan misteri dan
sudah banyak umat persilatan yang mengunjungi tempat itu tapi
banyak pula yang lenyap setelah melakukan penyelidikan"
Mendengar cerita itu, Suma Thian yu segera menerima tawaran
tersebut. Terdengar Sin sian siangsu berkata lagi:
"Aku tahu kalau kau sangat tertarik oleh ceritaku, tapi ingat
setibanya disana maka kita harus bertindak menurut keadaan, tak
boleh gegabah, sebab sudah beratus-ratus jago yang menemui
ajalnya ditempat itu.
Dengan langkah berhati-hati berangkatlah mereka ke arah bukit.
Baru tiba di kaki bukit, mereka menyaksikan sebuah tugu peringatan
didirikan orang dengan tulisan tulisan besar yang amat menyolok
dipandang: "Gua air Jit yang tong adalah gua siluman, harap para pelancong
berhati-hati!"
Mungkin peringatan tersebut didirikan oleh penduduk disekitar bukit
tersebut setelah banyak korban berjatuhan disana.
Suma Thian yu mendengus dingin, tanpa banyak bicara dia
meneruskan langkahnya menuju ke atas bukit.
Sin sian siangsu yang menjumpai sikap anak muda tersebut menjadi
cemas, dengan ketat dia mengikuti terus dibelakangnya.
Jalan bukit itu amat sempit dan sukar dilalui, tapi kedua orang itu
sebagai jago lihay dunia persilatan bukan merupakan masalah,
dengan muda semua perjalanan dapat ditempuh.
Baru saja menaiki subuah tebing, mendadak Suma Thian yu
menghentikan langkahnya sambil menjerit kaget:
"Aaaaii!!"
Dengan cepat dia meluncur naik keatas sebuah pohon yang tumbuh
dihadapannya. Ternyata diatas pohon itu tergantung secarik kain putih, diatas kain
itu masih nampak noda darah.
"Apa yang kau temukan?" Sin sian siangsu segera menghampirinya
sambil menegur.
"Chin Siau pasti berada disekitar tempat ini!" seru Suma Thian yu
setelah meneliti kain tersebut.
"Chin Siau" Siapakah Chin Siau itu?"
"Dia adalah seorang jago lihai dari Bong kok kiam jiu (aliran pedang
bermata buta)"
Secara ringkas dia lantas menceritakan pengalamannya bersama
Chin Siau di bukit Ngo tay san.
Sin sian siangsu tertawa nyaring.
"Berdasarkan secarik kain kau bisa menduga akan dia, hal ini
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunjukkan kalau kau memang seorang yang cermat, cuma...."
"Pakaian yang dikenakan pernah tertusuk oleh pedangku,
berdasarkan hal ini aku lantas menduga kalau dia berada disini"
Selesai berkata, dia lantas menarik tangan Sin sian siangsu untuk
melanjutkan perjalanan mendaki bukit.
Sebuah tebing kembali sudah dilalui, selama ini Suma Thian yu
selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya, jangan-jangan masih
ada kain seperti itu yang tertinggal. Apa yang diduga ternyata tidak
salah, di samping tebing dia jumpai secarik kain yang sama, hanya
kain tersebut tidak dinodai oleh percikan darah.
"Jangan-jangan saudara Chin sudah menjumpai bahaya maut!"
gumam Suma thian yu kemudian sambil memungut cuwilan kain itu
dari atas tanah.
Sin sian siangsu tertawa panjang.
"Aku lihat, kau kelewat membayangkan yang bukan-bukan,
seandainya dia memang sudah terkena musibah, darimana dia punya
waktu untuk meninggalkan kainnya sebagai tanda" Aku lihat, bisa
jadi hal ini merupakan bagian dari rencana busuknya untuk
memancing kau masuk perangkap!"
Meskipun dalam hatinya Suma Thian yu tidak setuju pada pendapat
tersebut, tetapi dia juga tidak membantah, maka berangkatlah kadua
orang itu meneruskan perjalanan-nya.
Ketika mencapai tebing yang ketiga, Sin sian siangsu kembali
berkata: "Hati-hati, tebing di depan sana adalah gua air yang termasyur dalam
dunia persilatan"
Sebenarnya ucapan mana dimaksudkan untuk memberi peringatan
agar pemuda itu waspada, siapa tahu Suma Thian yu justru tertawa
panjang sambil melejit ke muka dengan kecepatan tinggi.
Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian ini, terpaksa harus
mengikuti dibelakangnya sambil berteriak:
"Jangan bertindak gegabah, pikirlah tiga kali sebelum bertindak
dalam segala hal!"
Belum habis perkataan ini diutarakan, Suma Thian yu telah tiba di
atas puncak tersebut dan tiba-tiba saja terdengar ia menjadi kaget:
"Aaaah! Cepat kemari..."
Sing sian siangsu segera melejit ke tengah udara dan meluncur ke
depan dengan kecepatan luar biasa, tapi dengan cepat dia menjerit
pula dengan nada kaget:
"Aaaah!"
Rupanya diatas tebing itu tumbuh berderet pepohonan besar,
jumlahnya mencapai dua puluhan batang lebih, waktu itu, diatas
setiap batang pohon tergantung sesosok mayat.
Diantara mayat mayat tersebut ada kaum lelaki, ada kaum wanita,
ada yang tua ada pula yang muda, tapi semuanya mengenakan
pakaian ringkas dan bersenjata, jelas orang-orang persilatan.
Memandang adegan yang terbentang di depan mata, tanpa terasa
kedua orang itu menghembuskan napas dingin.
Sambil menggelengkan kepala serta menghela napas dalam-dalam
Sin sian siangsu berkata:
"Aaai, kalau manusia sudah bejat moral, dia selalu membantai orang
seperti membantai binatang, betul-betul neraka ditengah alam
manusia, hiantit, menurut perkiraanku disini pasti hidup seorang iblis
yang suka membunuh orang seperti membabat rumput dan dapat
membunuh orang tanpa berkedip mata"
Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa mayat-mayat tersebut
dengan seksama, dia mencoba untuk mendapat tahu apakah Chin
Siau terdapat diantara korban korban pembunuhan itu, ternyata tidak
ada, Chin Siau bukan termasuk korban pembunuhan keji.
Sambil menuding kebelakang deretan pepohonan itu Sin sian siangsu
berkata: Didepan sana adalah gua air, bisa jadi sahabatmu itu sudah
menyerempet bahaya dan masuk kesana.
Habis sudah kesabaran Suma Thian yu setelah mendengar perkataan
ini, cepat-cepat serunya:
"Cianpwee, mari kita segera masuk, aku kuatir dia telah tertimpa
bencana!" Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak....
Ditengah keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu,
berkumandang suara pekikan nyaring yang amat menggidikkan hati,
suaranya seperti jeritan kuntilanak ditengah malam buta membuat
bulu kuduk orang pada bangun berdiri, menyeramkan.
Baik Sin sian siangsu maupun Sama Thian yu kedua duanya samasama
merasa terkejut, ditengah gugupnya cepat mereka
membalikkkan badan dan berusaha menahan gerak laju mereka
secara paksa. Tiba-tiba pandangan matanya terasa kabur dan...Sreeet, sreeet...."
tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan mereka.
Ternyata mereka terdiri dari dua orang lelaki dan seorang wanita
yang berdandan sangat aneh.
Orang pertama merupakan seorang kakek berusia enam puluhan
yang telanjang bagian atasnya, dia kurus sekali sehingga tinggal kulit
yang membungkus tulang, namun di tangannya memegang sebuah
tongkat dengan diujung tongkat itu berukirkan sebuah kepala ular.
Orang kedua juga seorang kakek, usianya hampir sebaya yaitu enam
puluh tahunan, bagian rawan dari tubuhnya saja yang di tutup dengan
beberapa lembar daun, dia membawa pula sebuah tongkat, hanya
pada ujungnya berukir seekor kelabang.
Orang ketiga adalah seorang nenek, dia berusia lima puluh tahunan
dengan perut yang buncit, tubuh bagian atasnya ditutup dengan
selembar kain sutra yang tipis sementara didalam genggamannya
membawa sebuah kipas bambu, diatas kipas menempel sepasang
laba laba. Sin sian siangsu yani cukup berpengalaman dalam dunia persilatan
kuatir kalau Suma thian yu tidak mengenali asal usul beberapa orang
itu, buru-buru serunya ke mudian sambil tertawa tergelak.
"Ooh...rupanya tay ong bertiga yang sudah lama termashur namanya
dalam dunia persilatan tapi, heran, mengapa kalian ber tiga bisa
muncul dibukit Jit yang san ini?"
Si kakek bertongkat kepala ular itu menjawab dingin:
"Kami khususnya datang untuk menyambut kalian! Kalau toh kalian
berdua sang gup memasuki lembah lebah beracun dan hutan seratus
binatang, hal mana membuktikan kalau kepandaian silat yang kau
miliki cukup hebat, sayang kami bertiga kebetulan tak hadir disana,
itulah sebabnya kami tak bisa turut menyambut, harap sudi
dimaafkan. Sin sian siangsu tertawa terbahak bahak:
Haaa... haaaa...ucapan kalian bertiga terlalu serius, kami berdua tak
lebih hanya kuli silat kasaran yang kebetulan saja lewat disini, kami
memang sedang menyesal lantaran tak bisa menjumpai kalian
bertiga, setelah perjumpaan hari ini terbukti sudah bahwa apa yang
kami dengar selama ini memang benar"
000O000 TERNYATA si kakek yang membawa tongkat terkepala ular itu
adalah pemimpin dari Tok coa nia (tebing ular beracun) yang disebut
orang sebagai Tok coa mo ong (Raja iblis ular beracun).
Kakek kedua yang membawa tongkat berkepala kelabang adalah
pemimpin dari Go kong lim (hutan kelabang) yang disebut orang Go
kong mo ong (Raja iblis kelabang), Sedangkan si nenek tak lain
adalah Ci cu mo poo (Nenek iblis laba laba).
Ketiga orang gembong iblis ini bersama Pek siu ong (Raja seratus
binatang) dari hutan Pek siu lim yaitu Hu hon sia sian dan Tok hong
mo ong (Raja iblis lebah beracun) disebut orang Khong ciong mo
ong (lima raja dari pedalaman) sedangkan orang persilatan menyebut
mereka sebagai Mang huang ngo mo (lima iblis dari daerah liar).
Mereka termashur karena peliharaannya yang beracun, setiap orang
memiliki sejenis binatang peliharaan yang selain beracun juga amat
jahat dan berbahaya.
Seperti misalnya si Raja iblis lebah beracun, didalam lembahnya
terdapat beribu-ribu ekor lebah beracun yang semuanya berada
dalam kendali dirinya.
Begitu pula dengan ke empat rekannya, mereka semua merupakan
orang-orang pedalaman yang masih liar dan gemar sekali melakukan
kejahatan. Yang beruntung adalah kelima orang ini tak pernah bersatu, mereka
masing-masing berusaha untuk menjadi raja dan tak mau saling
bekerja sama, coba kalau mereka saling bersatu padu, niscaya dunia
persilatan akan dibikin obrak-abrik.
Adapun binatang andalan mereka adalah Lebah beracun, laba laba
beracun, ular be racun, kelabang beracun dan macan kumbang hitam.
Tapi kalau dibicarakan kembali memang cukup aneh, sebab binatang
tandingan dari ular beracun sesungguhnya adalah kelabang, sedang
tandingan dari kela bang adalah macan kumbang hitam, sebaliknya
tandingan dari macan kumbang hitam adalah lebah beracun, tapi
lebah beracun sendiri takut dengan laba laba, sedang laba laba takut
dengan ular beracun dan begitu seterusnya.
Ketika semalam Suma Thian yu memasuki hutan wilayah mereka,
kebetulan sekali Raja iblis ular beracun dan raja iblis kelabang
beracun sedang menyambangi nenek iblis laba laba beracun dihutan
sebelah utara, oleh sebab itu dia hanya menjumpai raja iblis seratus
binatang dan raja iblis lebah beracun, coba kalau bukan demikian tak
bisa dibayangkan bagaimanakah nasib dari Suma Thian yu serta Sin
sian siangsu. Menanti ketiga raja iblis itu mendapat laporan kalau hutan mereka
diserbu orang dan segera berangkat kebukit Jit yang san yang
memang bersatu dengan hutan sebelah utara, waktu itu Sin sian
siangsu dan Suma Thian yu sedang menuju pula kesitu, akibatnya
mereka saling berjumpa disini.
Sementara pembicaraan berlangsung, sorot mata si raja iblis ular
beracun mengawasi wajah Suma Thian yu tiada hentinya. Sebab dari
mulut Hu hou sia sian yang baru saja diselamatkan, dia mendapat
tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki anak muda tersebut lihay
sekali. Itulah sebabnya begitu saling berjumpa pun mengawasi anak muda
tersebut dengan seksama.
Dasar anak muda yang masih berdarah panas, merasa diamati terus
oleh orang lain, timbal perasaan muak dan kesal dihati Suma Thian
yu, dengan cepat dia menegur:
"Hei, bila kalian bertiga ada maksud tertentu untuk menghadang
jalan pergi kami, ayo cepat diutarakan sekarang juga, kalau tidak,
lebih baik menyingkir saja, aku masih ada urusan lain harus segera
berangkat ke gua Jit yang tong"
Raja iblis ular beracun tertawa seram.
"Bocah keparat kau datang mencari kematian atau mengiringi
kematian" Kau tahu, siapakah pemilik gua Jit yang tong itu" Kalau
ingin menghantar kematianmu disitu, lebih baik tinggalkan dahulu
kepandaianmu sebelum terkubur selamanya digua air tersebut!"
Mengetahui kalau gua air tersebut mempunyai pemilik lain, sekali
lagi Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras, apa bila
terbayang Chin Siau kena dibekuk pemilik gua air tersebut, hatinya
bertambah gelisah.
Tiba-tiba terdengar Sin sian siangsu berkata:
"Kalian bertiga semuanya adalah jago-jago yang merajai suatu
daerah, buat apa sih mesti ribut dengan kami" Apalagi kedatangan
kami kemari hanya untuk mencari seorang teman saja, buat apa
kalian mesti memojokkan orang lain?"
Mendengar perkataan mana, si Raja iblis ular beracun segera
membuat sebuah garis lurus diatas tanah dengan tongkat kepala
ularnya, setelah memberi tanda kepada kedua orang rekannya,
mereka bertiga sama-sama mundur kebelakang garis lurus tadi.
Kemudian sambil tertawa seram dia baru berkata:
"Barang siapa tidak takut, ayo maju dan langkahi garis lurus yang
kubuat ini."
Sin sian siangsu mengerutkan dahinya dan ragu sejenak, sebelum ia
sempat berbuat banyak barang sesuatu hal, Suma Thian yu tertawa
nyaring dan melangkahi garis lurus tersebut.
Sin sian siangsu menjadi tertegun, tetapi dengan cepat dia menyusul
dibelakangnya. Setelah tertawa seram, Raja iblis ular beracun segera mengacungkan
ibu jari sembari berkata:
"Punya nyali, benar-benar punya nyali, aku sangat kagum, aku
kagum sekali, biar aku yang memberi pelajaran dulu padamu!"
Tongkat kepala ularnya segera diayunkan kedepan, diiringi deruan
angin serangan yang maha dahsyat dia langsung menyerang jalan
darah Yu bun hiat di bawah tetek Sin Sian siangsu.
Sesungguhnya Sin sian siangsu termasuk seorang jago yang banyak
humor dan berwatak aneh, dihari-hari biasa dia paling segan
melakukan pembunuhan, lagipula orangnya sabar dan bersedia
mengalah kepada siapa saja.
Walaupun demikian, kesabaran orang itu ada batas-batasnya, setelah
didesak dan dipojokkan berulang kali, habis juga akhir nya kesabaran
orang ini. Sambil tertawa dingin dia balas maju ke depan, sepasang lengannya
digerakkan kekiri dan kanan melepaskan serangan dan tangkisan
bersama kemudian, dengan kecepatan bagaikan kilat, kepalan
kanannya menyodok kedada si raja iblis ular beracun.
Betapa terkejutnya si raja iblis ular beracun setelah menghadapi
ancaman itu, tongkatnya ditarik dengan cepat sambil buru-buru
mundur kebelakang, menyusul kemudian dia memutar tongkatnya
melakukan per tarungan pertarungan keras melawan keras.
Di pihak lain, si nenek iblis laba laba beracun tidak menganggur
pula, sambil menggoyangkan kipas bambunya dia menerjang
kehadapan Suma Thian yu, lalu katanya sambil tertawa terkekeh
kekeh: "Hei bocah, biar lo nio menemanimu bermain-main sebentar!"
Kipas bambunya segera dikebaskan kemuka, segulung hawa panas
yang menyengat badan cepat berhembus keatas wajah Suma Thian
yu. Sejak berpengalaman di lembah lebah beracun dan hutan seratus
binatang, Suma thian yu sudah cukup mengerti tentang ke mampuan
ke lima iblis tersebut, dalam per tarungan asal dia bisa berhati-hati
dalam mengawasi jurus serangan, maka kemenangan tentu berhasil
diraih dengan mudah.
Itulah sebabnya ketika melihat serangan pertama dari si nenek iblis
laba laba beracun ditujukan hendak melukainya dengan racun, ia
menjadi sangat mendongkol.
Tiba-tiba tangan kirinya dibalik keatas, kelima jari tangannya
membentuk kaitan dan memancarkan segenap tenaga dalamnya
melewati ujung ujung jari itu.
Tangan kanannya tidak menganggur pula, dengan cepat dia
meloloskan pedang Kit hong kiamnya.
Begitu senjata tersebut dicabut dari sarungnya bergemalah suara
dentingan nyaring disusul pancaran sinar biru ke empat penjuru,
dalam waktu singkat sebuah serangan telah dilepaskan.
Mimpipun si nenek iblis laba laba beracun tidak menyangka kalau
lawannya seorang pemuda ingusan bisa melancarkan serangan
sedemikian cepatnya, dalam waktu singkat dua jurus serangan telah
dilepaskan berbareng dengan kekuatan yang maha dahsyat.
Ketika ia merasakan hawa beracunnya terbendung, tahu-tahu cahaya
tajam sudah menyambar tiba.
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Untung saja si nenek iblis laba laba beracun bukan termasuk manusia
lemah, kipas bambunya cepat dikibaskan kekiri dan kanan.
"Weesss... weeess... weesss..."
Secara beruntun dia lepaskan pula tiga buah serangan berantai yang
kesemuanya ditujukan keatas jalan darah penting ditubuh Suma
Thian yu. Menghadapi ancaman yang begitu berbahaya, Suma Thian yu sama
sekali tidak gugup ataupun gelisah, pedangnya diputar membentuk
lingkaran cahaya berwarna biru dan serentak berhasil mematahkan
keti ga serangan kipas dari nenek iblis laba laba beracun itu.
Menyusul kemudian pedangnya diputar sambil mendesak kedepan,
memaksa si nenek iblis tersebut harus mundur dua langkah dari
posisi semula. "Hei nenek peot!" seru pemuda itu kemudian sambil menarik
kembali serangannya, "apakah aku cukup berhak untuk mengunjungi
gua air Jit yang tong?"
Agaknya si nenek iblis laba laba beracun masih tertegun karena kena
didesak mundur oleh pemuda itu, mendengar pertanyaan mana, tanpa
disadari dia menyahut:
"Cukup, cukup!"
"Kalau begitu, aku tidak akan melayani dirimu lebih jauh" seru sang
pemuda sambil menjura.
Kepada Sin sian siangsu masih terlibat dalam pertarungan dia
berseru pula: "Cianpwee, kita harus segera berangkat!"
Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar raja iblis kelabang
beracun telah membentak nyaring:
"Bocah keparat, masih ada yayamu yang belum kau layani!"
Tubuhnya bergerak secepat angin, didalam waktu singkat dia sudah
menerobos maju kehadapan Suma Thian yu.
pada saat itulah si nenek iblis laba laba beracun baru mendusin
kembali dari lamunannya, melihat sikapnya yang memalukan tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia menyusul dibelakang raja iblis
kelabang beracun menuju kehadapan anak muda tersebut kemudian
serunya: "Lo nio belum mau menganku kalah, tidak gampang kau ingin pergi
dari sini"
Memandang kebandelan kedua orang musuhnya, Suma Thian yu
hanya bisa tertawa getir, apalagi bila teringat keliaran dan kebuasan
manusia-manusia buas tersebut, dia ingin sekali memberi pelajaran
yang setimpal kepada orang-orang itu!
Dengan sorot mata yang tajam, diawasinya sekejap kedua orang itu,
kemudian dia memandang pula kearah Sin sian siangsu dan raja iblis
ular beracun yang sedang bertarung sengit.
Segera terlihat olehnya betapa cepatnya gerak serangan dari
gembong iblis itu, semua serangannya dilancarkan seperti orang
kalap, namun sayang tiada bermanfaat.
Cukup dalam sekilas pandangan, Suma Thian yu telah memahami
kemampuan dari makhluk-makhluk tua tersebut, diam-diam ia
tertawa geli. Bentaknya kemudian dengan lantang:
"Tahan! cianpwee mundur dulu... aku mempunyai sebuah usul yang
sangat bagus!"
Pada dasar Sin sian siangsu memang tak bertindak keji terhadap
kawanan manusia liar itu, ia banyak menggunakan segala kelincahan
tubuhnya saja untuk memberi peringatan kepada mereka, mendengar
seruan tersebut, dengan cepat dia melompat mundur dari arena
pertarungan.....
Menanti semua orang sudah menghentikan serangannya, Suma Thian
yu baru berkata dengan lantang:
"Bila aku kelewat takabur, harap tay ong bertiga jangan marah, agar
lebih berhemat waktu, silahkan kalian bertiga menyerang bersama
saja, andaikata aku sampai kalah, biar aku pun cepat menyerah.
Dengan pertarungan seperti ini, pasti suasananya akan bertambah
ramai, entah bagaimana dengan pendapat tay ong bertiga?"
Racun iblis ular beracun mendengus dingin, biji mata sesatnya
berputar kian ke mari, lalu jawabnya:
"Bagus sekali, cuma sampai waktunya nanti kau jangan menuduh
kami bertiga orang tua mempermainkan seorang bocah, yang minta
begini adalah kau sendiri....."
"Oooh, jangan kuatir, aku berbicara atas dasar kemauan sendiri, tentu
saja aku tak bakal menyalahkan siapa pun" kata Suma thian yu
sambil tertawa terbahak-bahak.
Sin sian siansu menjadi sangat gelisah setelah menyaksikan kejadian
ini, cepat timbrungnya dari samping:
"Hiantit, kau....."
Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, Suma Thian yu kembali
telah menukas: "Ciaupwee tak usah kuatir, aku sudah mempunyai rencana yang
cukup matang"
Menyaksikan kekerasan kepala pemuda itu, Sin sian siangsu hanya
bisa menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan napas
panjang, dia segera mengundurkan diri dari arena.
Si raja iblis kelabang beracun sungguh merasa mendongkol sekali,
sepasang giginya sampai menggertak keras, sepasang matanya
memancarkan sinar mata berapi-api dan mengawasi Suma Thian yu
dengan penuh amarah dan tak berkedip.
Tiga orang gembong iblis ini biasanya malang melintang ditakuti
orang, belum pernah mereka dicemooh bahkan dipandang rendah
seperti hari ini.
Bisa dibayangkan sampai dimanakah amarah mereka bertiga setelah
bertemu de ngan jago muda yang tidak takut langit tidak takut bumi
ini, kalau bisa mereka ingin sekali menggigit dan menelan suma
Thian yu ke dalam perut.
Dalam pada itu, si raja iblis ular be racun telah membisikkan sesuatu
ke sisi telinga raja iblis kelabang beracun, kemudian bentaknya
kepada Suma Thian yu:
"Anak muda, aku mempunyai sebuah usul bagus, bersediakah kau
untuk menerimanya?"
"Asalkan kalian bertiga mengusulkan, aku pasti akan menyanggupi
tanpa berkerut kening"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Sin sian siangsu yang
berdiri diluar arena merasakan tubuhnya bergetar keras, pekik nya
tanpa terasa dihati:
"Aduh celaka, habis sudah kali ini."
Si Raja iblis ular beracun mendongakkan kepalanya sambil berpekik
nyaring, begitu selesai berpekik, dari sakunya dia mengeluarkan
seekor ular kecil yang berwarna kuning emas.
Menyaksikan ular kecil ini, tiba-tiba saja Suma Thian yu teringat
kembali dengan ular kecil berwarna emas yang pernah di jumpa
dipuncak di im hong tempo hari, gelisah hatinya. Sebab dari gurunya
Put gho cu dia mendapat tahu akan kelihayan ular emas kecil ini.
Si raja iblis ular beracun segera tertawa bangga setelah menyaksikan
paras muka Summa Thian yu berubah menjadi pucat pias, katanya
setengah mengejek:
"Bagaimana" Kau merasa takut" Hei, bocah keparat, aku merasa
bertanding ilmu silat kurang merangsang napsu, mari kita beradu
racun saja, pasti pertandingan ini lebih merangsang dan gembira!"
Suma Thian yu berusaha keras mengendalikan rasa ngerinya, dengan
menunjukan sikap acuh tak acuh dia bertanya:
"Bagaimana cara kita bertanding?"
Raja iblis ular beracun tertawa seram.
"Bila kau beranggapan cara bertanding ini kurang adil, tentu saja kau
tak perlu memaksakan diri"
Suma Thian yu tertawa terbahak:
"Haaa...haaa...kalau hanya seekor ular emas yang begitu kecil mah
tak akan bisa menakuti aku, cuma sauyapun mempunyai sebuah
syarat" "Apa syaratmu?"
"Kita harus bertanding dua babak, babak pertama diusulkan kalian
bertiga sedang babak kedua haruslah aku yang mengajukan
persoalan, ini baru adil namanya, entah bagaimana pendapat kalian
bertiga?" "Boleh sih boleh saja, pokoknya kami setuju"
Tentu saja mereka bertiga setuju, karena dalam perkiraan mereka,
baru dalam babak pertama saja Suma Thian yu sudah bisa dibikin
mampus, mana mungkin dia berkesempatan untuk bertarung pada
babak yang kedua atau selanjutnya"
Suma Thian yu tertawa misterius, ujarnya kemudian:
"Pembicaraan telah usai, silahkan kalian mengajukan pertanyaan...!"
Raja iblis ular beracun tertawa seram, ular emas kecilnya diletakkan
ditangan ki rinya dan membiarkan tangan tersebut di pagut satu kali,
kemudian dengan wajah tak berubah dia berkata sambil tertawa
seram. "Sekarang tiba giliranmu"
Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian mana, merinding
sekujur badannya buru-buru dia berkata:
"Hiantit, jangan bertindak gegabah"
Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, dia tidak menggubris nasehat
dari rekannya itu malah menyambut ular emas tadi dengan tangan
kirinya. Memandang tingkah laku pemuda itu, Raja iblis ular racun
memperdengarkan gelak tertawa seramnya yang penuh dengan
kebanggaan. Mendadak ular kecil itu melejit kedepan dan memagut telapak
tangan kiri Suma thian yu.
Pemuda itu hanya merasakan telapak taegan kirinya menjadi kaku,
menyusul kemudian sama sekali tak menunjukkan gejala apa-apa.
Sepanjang kejadian tersebut berlangsung si raja iblis ular beracun
hanya membelalakan matanya sambil mengawasi setiap perubahan
yang terjadi. Dikala ular itu menggigit lengan lawan, dia tak dapat membendung
rasa girang dihatinya, sehingga tertawa terbahak-bahak. Tapi gelak
tawa tersebut segera terhenti ditengah jalan dan berganti menjadi
pekikan aneh yang menyerupai isak tangis.
Ternyata ular emas yang menggigit lengan kiri Suma Thian yu itu
segera mengejang keras dan tak berkutik lagi.
Suma Thian yu melirik sekejap ke arah ular kecil tersebut dengan
pandangan sinis lalu menyodorkan bangkai itu kehadapan raja iblis
ular beracun sembari berkata:
"Benar-benar tak berguna, aku pikir ular emas ini ular palsu barang
kali, masa begitu tak dapat, hanya menggigit sekali sudah tak
Berkutik?"
"Apa sudah mati?"
Sambil menjerit kaget raja iblis ular beracun menerima kembali ular
emasnya, ke mudian menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.
Suma Thian yu sama sekali tak menggubris ulah musuhnya, sambil
berpaling kearah Raja iblis kelabang beracun, dia berkata:
"Tay ong, apakah kau ingin memperlihatkan pula kelihayanmu?"
Dengan sorot mata kaget bercampur heranan si raja iblis kelabang
beracun mengawasi wajah anak muda itu tanpa berkedip, sementara
dihati kecilnya dia berpikir:
"Entah setan atau manusiakah dia" Kalau setan mengapa dia
berbentuk manusia" Kalau manusia, mengapa mempunyai kepadaian
yang begitu dahsyat" Hmm mungkin saja dia memang kebal
terhadap racun ular...kelabang adalah tandingan ular beracun bila kau
tidak takut ular, tentu kau takut dengan kelabang"
Berpendapat demikian dari sakunya dia lantas mengeluarkan seekor
kelabang berkaki seratus. Kelabang dari jenis ini meru pakan
kelabang yang beracun sekali, barang siapa terpagut niscaya akan
tewas seketika.
Sejak dilahirkan hingga begini dewasa, belum pernah Suma Thian yu
menyaksikan kelabang berkaki seratus yang begini aneh dan
mengerikan hati, merinding sekujur badan nya karena seram, hawa
dingin nerambat ketubuhnya membuat bulu kuduknva pada bangun
berdiri. Tadi, dia berhasil menahan racun ular karena telapak tangan kirinya
mengandug cairan mestika Jio sian kiam len ci tapi sekarang dia
tidak tahu apakah cairan mestika itu masih mampu untuk menahan
racunnya si kelabang beracun atau tidak.
Raja iblis kelabang beracun tertawa dingin, pikirnya lagi dengan
nada amat bangga:
"Nah, ini dia, bocah keparat ini tentu jeri dengan kelabang, heeh,
heeh, heeh, bila aku berhasil kali ini, pasti aku akan menjadi
pemimpin semua orang!"
Berpikir denemikian, dengan mengikuti cara yang semula, dia mem
biarkan kelabang tersebut menggigit tubuhnya sendiri, kemudian
baru menyodorkan kehadapan Suma Thian yu.
Diam-diam Suma Thian yu berdoa, kemudiua menyalurkan segenap
hawa murninya ke telapak tangan kiri guna berjaga-jaga terhadap
segala kemungkinan yang bisa terjadi, andaikata cairan Jin sian kiam
lan ci tidak manjur, dia akan mempergunakan tenaga dalam nya yang
sempurna untuk mendesak keluar sisa racun dari tubuhnya.
Betitulah, selesai mengerahkan hawa murni nya dengan sangat
berhati-hati dia menerima kelabang beracun itu.
Raja iblis kelabang beracun tertawa seram dia letakkan kelabang
beracun itu ke atas telapak tangan Suma Thian yu.
Dengan gesit kelabang tadi melompat keatas telapak tangan pemuda
itu dan menggigitnya.
Suma Thian yu sama sekali tidak bergerak, sorot matanya yang tajam
mengawasi kelabang diatas tangannya tanpa berkedip, sementara
peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran dengan derasnya.
Raja iblis kelabang beracun sendiripun mengikuti perkembangan
selanjutnya dengan perasaan tegang, jantungnya berdebar keras
serasa mau melompat keluar dari rongga dadanya....
Dalam pada itu, si raja iblis ular beracun telah menghentikan pula
isak tangisnya, dia turut mengawasi adegan tersebut dengan perasaan
berdebar. Mendadak...... Suma Thian yu memperdengarkan suara pekikan yang nyaring
sekali. Semua orang terperanjat, pekikan itu ibarat guntur yang membelah
bumi disiang hari bolong, serentak semua orang mengalihkan sorot
matanya ke arah telapak tangak Suma Thian yu.
Mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun menjerit keras,
dengan cepat tubuhnya menerjang ke depan Suma Thian yu
sementara kepalanya langsung diayunkan ke tubuh pemuda tersebut.
"Bocah keparat" teriaknya gusar "ayo ganti seekor kelabang untuk
ku!" Agaknya kelabang beracun berkaki seratus andalannya telah
menyusul nasib dari ular emas kecil tadi mampus ditangan lawan.
Suma Thian yu tertawa sambil berkelit kesamping, dia menyodorkan
bangkai kelabang tersebut ke depan Raja iblis kelabang beracun,
kemudian ujarnya:
"Jangan terburu napsu, bukankah di dalam hutan kelabangmu penuh
dengan kelabang, apa sih artinya kematian seekor kelabang mengapa
kau tidak berpikir, aku Suma Thian yu hanya ada satu didunia ini,
bila mati tak bakal muncul lagi ke duanya....."
Lalu kepada nenek iblis laba laba beracun dia berkata pula:
"Hei si nenek, sekarang tiba giliranmu, apakah kau mempunyai
permainan baru?"
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul!" si nenek mengangguk.
"Apakah pelajaran yang diterima ke dua orang itu masih belum
cukup sebagai contoh soal bagimu?" kembali Suma Thian yu
tertawa. Nenek iblis laba beracun mendengus dingin, umpatnya:
"Setan cilik, kau tak usah takabur, lo nio sudah mengetahui siasat
busukmu itu, dua kali pertarungan tadi kau selalu menghadapi
serangan dengan telepak tangan kiri, ini menunjukkan kalau telapak
tangan kirimu telah di rendam dengan obat penawar racun. Mari,
mari, lo nio akan menukar dengan cara lain saja"
Dari atas kipas bambunya dia menangkap seekor laba laba, kemudian
ujarnya sambil terkekeh-kekeh:
"Lihatlah permainanku ini!"
Suma Thian yu dibuat terkejut juga setelah mendengar ucapan dari si
nenek iblis itu, diam-diam pikirnya:
"Lihay amat nenek ini!"
Dalam pada itu, si nenek iblis laba laba beracun telah menggenggam
laba labanya dan diiringi tertawa seram dia telan laba laba tersebut
kedalam perut, sebagai bukti, dia malah memperhatikan mulutnya
kepada anak muda tersebut.
Muak perut Suma Thian yu menyaksikan adegan tersebut, nyaris isi
perutnya ikut tumpah keluar.
Pemuda itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya
kemudian: "Dalam babak ini aku mengaku kalah saja, berbicara sesungguhnya,
aku tidak mempunyai keberanian untuk menelan laba laba tersebut.
Maaf, permainan orang pedalaman yang liar seperti ini tak berani
kucoba ikuti"
Nenek iblis laba laba beracun segera mendongakkan kepalanya dan
tertewa seram, suaranya mengerikan seperti jeritan setan, buat
siapapun yang mendengarkan merasakan hatinya jeri dan tak enak.
Seusai tertawa, sambil menuding ke arah Suma Thian yu kembali dia
berkata: "Setan cilik, aku akau melanggar kebiasaan ku, asal kau bersedia
berlutut dan menyembah tiga kali kepadaku, akan kuijinkan kau
untuk meninggalkan bukit Jit yang san ini, kalau tidak, hmmmm...!
Semenjak berhasil menangkan dua babak pertama, kepercayaan
Suma Thian yu terhadap diri sendiri semakin bertambah kuat,
sesungguhnya dia tidak menandang sebelah matapun ter hadap laba
laba beracun itu, namun kalau dia disuruh menelannya, ia benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
benar tak berani untuk mencobanya.
"Hei si nenek, kau jangan kelewat memojok kan orang" kata Suma
Thian yu kemudian, "aku bukannya takut dengan laba labamu itu,
hakekatnya aku tak ingin mencari gara-gara denganmu, bila kau
menginginkan aku telan binatang, biar kita ambil jalan tengah
dengan menyudahi pertarungan ini dengan seri saja, toh lebih baik
kita sudahi saja masalah ini sampai disini saja!"
"Tidak bisa, kau masih belum berhak untuk mengajukan usul! bentak
nenek iblis laba laba beracun sambil menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Kalau begitu, aku harus melaksanakan janjiku?"
"Benar!" jawaban dari si nenek iblis ini teramat tegas.
Tak kuasa lagi Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa
nyaring, dengan cepat dia mengangsurkan tangan kirinya ke hadapan
nenek iblis tersebut.
Dari atas kipas bambunya nenek iblis menangkap seekor laba laba
dan diserahkan ke tangan anak muda itu, tanpa ragu Suma Thian yu
segera memencet laba laba itu sampai mati lalu setelah diletakkan
berapa saat diatas telapak tangan kirinya, menanti kadar racun sudah
berkurang, ia baru menelannya.
Namun ketika sorot matanya membentur dengan gumpalan laba laba
itu, dia menjadi ragu kembali.
Memandang sikap dari Suma thian yu, si nenek iblis laba laba
beracun tertawa penuh kebanggan.
Dia mensanggap hal ini merupakan kemenangan baginya, dia
mengira inilah penampilannya yang melebihi orang lain, paling tidak
ia sanggup membuat lawan mengalami kesulitan. Suma Thian yu
mendongkol sekali menyaksikan kesombongan lawan, segera
pikirnya. "Hutan golok, kuali berisi minyak mendidih pun sanggup kulakukan,
masa aku tak berani menelan seekor laba laba kecil yang sudah di
punahkan kadar racunnya?"
Berpikir, demikian, tanpa ragu-ragu lagi dia lantas menelan laba laba
tersebut kedalam perut.
Nenek Iblis laba laba beracun menjadi tertegun setelah menyaksikan
kejadian mana, sebelum ia sempat berbicara sesuatu, Suma Thian ya
telah berkata lebih dulu:
"Hei si nenek, sauyamu telah berhasil menyelesaikan ketiga
permintaan kalian, dan menangkan semua pertarungan ini, sekarang
tiba giliran sauyamu untuk mengajukan persoalan"
Ketiga orang gembong iblis itu segera berdiri tertegun belaka sambil
mengawasi Suma thian yu, mereka menganggap pemuda ini sebagai
malaikat yang baru turun dari kahyangan.
Yang lain jangan dibicarakan, seandainya si raja iblis ular beracun
disuruh menelan laba laba beracun, atau si nenek iblis laba laba
beracun disuruh menerima gigitan dari kelabang beracun niscaya
mereka akan tewas dengan segera.
ATau dengan perkataan lain ketiga orang itu sama-sama tak akan
mampu untuk menyelesaikan pertarungan ini, tapi pemuda yang
berada dihadapan mereka sekarang sanggup menyelesaikan semua
tugas itu secara baik, jelss hal semacam ini diluar kemampuan orang
biasa. Raja iblis ular beracun benar-benar takluk, terdengar ia berkata
dengan cepat: "Masuklah kedalam, orang yang hendak kau cari belum mati"
Suma Thian yu gembira sekali mendengar perkataan itu.
"Terima kasih" serunya kemudian.
Siapa tahu si Raja iblis kelabang berseru secara tiba-tiba:
"Bocah keparat, kau jangan pergi dulu, kalau akan pergi, bayar dulu
kerugian yang kami derita"
"Hah! ganti rugi apa?" tanya Suma thian yu kaget.
"Seekor ular emas, seekor kelabang berkaki seratus dan dua ekor
laba laba beracun!"
Mendengar perkataan tersebut Suma thian yu segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terba hak-babak:
"Seandainya selembar jiwaku sampai melayang, siapa pula yang
akan membayar ganti rugi kepadaku?"
Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya ke wajah nenek
iblis laba laba beracun, dia bertanya:
"Apakah kau minta ganti rugi dariku?"
"Tentu Saja!"
Suma thian yu segera berpaling pula kearah raja iblis ular beracun
sambil bertanya lagi:
"Dan kau?"
Raja iblis ular beracun nampak agak ragu, akhirnya dia menjawab
agak tergagap: "Ter.....terserah...."
Suma Thian yu manggut-manggut.
"Kalau toh kalian bertiga begitu liar, terpaksa aku harus membayar
ganti kerugian kepada kalian, nah siapa yang akan maju duluan?"
Raja iblis kelabang beracun melompat kedepan Suma Thian yu,
telapak tangan-nya di silangkan didepan dada, sementara tongkatnya
membuat gerakan setengah lingkaran diudara lalu dihantamkan
kearah kepala lawan sambil membentak gusar:
"Setan cilik, locu akan mencabut nyawamu!"
Amarah Suma Thian yu benar-benar sudah mencapai pada
puncaknya, pedang Kit hong kiamnya diputar menciptakan selapis
cahaya bianglala biru yang amat menyilaukan mata, kemudian....
"Kraaakkk!" tongkat berkepala kelabang milik raja iblis kelabang
beracun sudah terpapas kutung menjadi dua bagian.
Suma Thian yu memang berniat untuk menghabisi nyawa musuhnya,
dengan cepat pedang Kit hong kiamnya diputar menggunakan jurus
Ciong liong hong ji hay (naga masuk samura) secepat sambaran petir
menusuk keperut musuh.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang dari mulut
raja iblis kelabang beracun, perutnya robek dan ususnya mengalir
keluar, toyanya yang tinggal separuhpun terjatuh ke tanah.
Sambil memegangi perutnya yang robek dan wajah pucat pias,
sekujur badannya gemetar keras, akhirnya dia roboh, dia tak pernah
bangun kembali.
Sehabis membereskan 1awannya, Suma Thian yu berpaling ke arah
nenek iblis laba laba beracun, lalu bentaknya lagi:
"Apakah kau masih bermaksud untuk menuntut ganti rugi?"
Bergidik sekujur badan nenek iblis itu selesai melihat keampuhan
sang pemuda yang menghabisi nyawa raja iblis kelabang beracun
dalam sekali ayunan pedang, dia tak berani banyak berkutik lagi.
Suma Thian yu tidak memberi kesempatan lagi kepada lawannya,
dengan cepat dia menerobos kedepan nenek iblis, pedang Kit hong
kiamnya dengm jurus Tui san tiam hay (mendorong bukit
membendung samudra) membacok ke muka.
Cahaya biru berkelebat lewat, sebelum si nenek iblis sempat
melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu sebuah lengannya sudah
terpapas kutung menjadi dua bagian.
Diiringi jerit kesakitan yang memilukan
hati, nenek itu segera membalikkan badannya dan melarikan diri
terbirit-birit.
Suma Thian yu menarik kembali pedangnya, kepada si raja iblis ular
beracun katanya:
"Kau boleh pergi! Tapi ingat dengan pelajaran yang kau saksikan
hari ini, bila dikemudian hari sikapmu masih tetap kejam dan tak
berperikemanusiaan, inilah contoh yang paling baik untukmu"
Pada mulanya si raja iblis ular beracun mengira Suma Thian yu tidak
akan melepaskan pula dirinya setelah terdengar ucapan tersebut
hatinya baru merasa lega.
Buru-buru dia menjura kepada Suma Thiah yu, kemudian
membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat
bayangan tubuh nya sudab lenyap dari pandangan mata.
Memandang bayangan punggung orang itu, Suma Thian yu
menghela napas panjang seraya berguman:
"Moga-moga saja si raja iblis lebah beracun dan Ha hou sia sian
dapat meniru sikap raja iblis ular beracun.
Belum habis dia bergumam, terdengar Sin sian siangsu yang benda
dibelakangnya telah menukas:
"Hiantit, kau telah melanggar sebuah pantangan besar, masa
depanmu selanjutnya akan banyak menjumpai bahaya maut"
"Maksud ciaopwee...." tanya Suma Thian yu tercengang.
"Aaai..." Sin sian siangsu menghela napas panjang, "menghadapi
manusia liar seperti mereka kau hanya boleh menaklukan hati
mereka dengan kata-kata, bukan dengan kekerasan. Mereka adalah
manusia tak berbudaya yang tidak memandang penting arti
kehidupan, dengan dibiarkannya mereka berlalu, itu berarti kau telah
mengundang banyak kesulitan dikemudian hari"
"Mengapa?" Suma Thian yu balik bertarya, "bukankah sewaktu
berlalu tadi, si raja iblis ular beracun telah menunjukkan sikap yang
begitu munduk dan hormat?"
"Haaaah... haah.... haaah...ini merupakan suatu firasat yang salah dari
hiantit, tahukah kau mengapa aku enggan melakukan pembunuhan"
Misalkan saja, ketika aku menghadapi dua ekor harimau milik Hu
hou sia sian dilembah lebah beracun serta dalam menghadapi si Raja
iblis ular beracun tadi, aku selalu berusaha untuk mempertahankan
suatu selisih jarak dengan tidak mau mencelakai mereka.
Bahkan terhadap binatang peliharaan mereka pun aku sama saja
enggan mengusiknya, mengertikah kau?"
"Boanpwee bodoh dan tidak memahami teori tersebut"
"Daerah dimana kita berada sekarang merupakan daerah kekuasaan
mereka" Manusia memang makhluk yang aneh, asalkan saja seorang ibu yang
mengetahui anaknya berbuat kesalahan, andaikata anaknya di hukum
mati, mereka pasti akan penasaran dan berusaha membelanya.
Demikian juga dengan keadaan mereka, sekalipun raja iblis ular be
racun sekalian terhitung manusia liar toh mereka mempunyai
hubungan batin satu sama lainnya, apakah mereka rela membiarkan
rekan nya diusik orang" Bila kejadian tersebut sampai menimbulkan
amarah mereka sehingga turun tangan bersama, biar ada sayappun
mungkin sulit bagi mu untuk melepaskan diri, mengerti?"
"Aku mengerti"
"Bagus sekali, kalau begitu mari kita berangkat, mumpung mereka
belum sempat melakukan pengejaran kemari"
"Chin Siau masih berada diangan orang, kita harus menolongnya
secepat mungkin, bisa jadi selembar jiwanya terancam bahaya maut.
Apa lagi bila kita tidak memasuki sarang harimau bagaimana
mungkin bisa berhasil dengan sukses"
Mendengar ucapan mana, diam-diam Sin sian siangsu mengagumi
keberanian pemuda ini, diapun semakin kagum dengan kegagahan
dan kesetiaan kawan-nya.
"Hiantit, aku benar-benar takluk kepadamu" kata Sin sian siangsu
kemudian sambil manggut-manggut, "terus terang saja, biarkan harus
mengorbankan selembar jiwa tua ku, aku takkan menampik maksud
baikmu itu, ayo berangkat, kita terjang kedalam!"
Kedua orang itu segera menembusi hutan dan masuk kedalam sebuah
rimba yang lebat.
Anehnya hutan itu sangat teratur, bahkan besar kecilnya pun tidak
jauh berbeda. Mendadak Sin sian siangsu menarik tangan Suma Thian yu sambil
berbisik. "Hiantit, tunggu dulu, jangan sampai tersesat, kalau sampai terjebak
oleh perangkap musuh, bisa berabe kita"
Suma Thian yu dapat merasakan juga kalau keadaan rada kurang
beres, dengan cepat dia amati sekejap sekeliling tempat itu,
mendadak pada jarak tiga kaki disebelah kiri terlihat sebuah kain
panjang yang berkibar terhembus angin.
Tanpa berpikir panjang lagi dia melejit dan meluncur ke situ dengan
kecepatan bagai kan anak panah yang terlepas dari busur.
"Cianpwe, cepat kemari" teriaknya keras-keras, "gua air tersebut
terletak didepan sana!"
Dalam dua kali lompatan saja Sin sian siangsu sudah tiba didepan
Suma Thian yu, mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemuda itu, benar
juga, dia saksikan sebuah gua muncul di tengah hutan.
Dengan seksama Sin sian siangsu memperhatikan sekejap keadaan
disekeliling itu, lalu sambil menggelengkan kepalanya dia berkata:
"Kita sudah tertipu, gua itu bukan Jit yang sui tong!"
"Dari mana kau bisa tahu?" tanya Suma thian yu dengan wajah
tercengang. "Sederhana sekali, didepan gua Sui yang jit tong semestinya berdiri
sebatang pohon siong, gua itu berada persis pada bagian akarnya...."
"Mengapa cianpwee bisa mengetahui begitu jelas?" pemuda itu
bertanya sambil tertawa hambar.
Pertanyaan itu segera menimbulkan kesan kurang baik bagi Sin sian
siangsu, dia merasa Suma Thian yu kelewat cerewet, segera tegurnya
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan marah: "Bila kau tidak percaya, turun saja sendiri untuk membuktikan
keberaran dari perkataanku"
Suma Thian yu tahu, pertanyaan yang ber lebihan darinya telah
menimbulkan amarah dari kakek tersebut, maka diapun lantas
bertanya: "Harap cianpwee sudi memberi petunjuk, bila kita tidak bertindak
cepat, sampai terlambat Chin Siau bisa terancam bahaya"
"Ikutilah aku, sepanjang jalan tak usah banyak bertanya, kedua, bila
menjumpai kejadian apapun harus minta persetujuan dariku sebelum
melakukan suatu tindikan"
Suma Thian yu mengiyakan berulang kali, dia tak berani berayal lagi
dan berdua memasuki hutan menuju kearah gua.
Siapa tahu, biarpun sudah berjalan dua jam lamanya, mereka masih
belum berhasil juga menemukan mulut masuk menuju ke gua Jit
yang sui tong itu.
Suma Thian yu jadi habis ke sabarannya, tapi dia enggan banyak
menimbrung, apa lagi selama ini Sin sian siangsu membungkam
terus tanpa berbicara, terpaksa dia harus menahan diri sambil
mengikutinya. Tapi lama kelamaan habis sudah kesabaran Suma Thian yu,
mendadak dia bertanya:
"Ciancwee, bukankah kau bilang mulut masuk menuju ke gua
terletak pada bagian akar pohon siong?"
"Ehmm...!" jawab Sin sian siangsu sekenanya, dia seperti lagi
memusatkan segenap pikirannya untuk menemukan jalan tembus.
"Aku lihat hutan ini seperti diaturr menurut berisan Pat kwa,
susunannya sangat teratur"
"Hmmm, memang benar"
Kalau kita mesti berjalan terus dengan cara ini harus berjalan sampai
kapan" Padahal senja telah tiba, bila malam sudah menjelang, mana
mungkin kita bisa melanjutkan perjalanan?"
"Dicoba saja, aku pikir tak menjadi soal" kembali jawaban dari Sin
sian siangsu acuh tak acuh.
"Mengapa kita tidak berusaha mencari jalan lain?"
"Cara apa" Kecuali memecahkan barisan apakah meski memasuki
tanah...!" Sin sian siangsu nampak amat kesal.
"Biarpun masuk ketanah mustahil, kita kan bisa terbang kelangit...?"
"Hei, jangan bergurau saja, masa dalam keadaan beginipun kau
masih berniat untuk bergurau?"
Biar kecil orangnya, besar sekali otak licik Suma Thian yu, sekali
lagi dia tertawa.
"Pohon siong yang berusia seribu tahun pasti tinggi menjulang ke
angkasa, kalau kita menuju kepuncaknya, bukankah dengan cepat
tempat tersebut akan ditemukan?"
Mendengar perkataan itu Sin Sian Siansu segera berseru tertahan.
"Aah, benar, suatu siasat yang bagus, suatu pemikiran yang sangat
jitu" Dia lantas menepuk bahu Suma Thian yu sambil barkata lagi:
"Hiantit, kau memang punya aksi bagus, yang tua begini memang
sungguh tak becus, mengapa tidak kau katakan dari tadi" Bikin aku
menjadi gelisah saja"
"Aah, boanpwe hanya teringat secara tidak sebgaja saja...." Sin sian
siangsu tidak banyak berbicara lagi, buru-buru dia menjejakkan
kakinya ke tanah dan melejit ke puncak pohon dengan gerakan It bok
ciong thian (burung bangau ter bang ke udara)
Betul juga, tak jauh dari tempat itu, mereka menyaksikan sebuah
pohon siong yang amat besar.
"Itu dia!" Sin sian siangsu segera barteriak kegirangan, "disitu pohon
yang kita cari, ayo cepat turun!"
Tapi Suma Thian yu menggelengkan kepalanya
berulang kali, ceegahnya: "Cianpwee, kita tak perlu turun, kalau kita
berjalan melewati puncak pohon, bukankah keadaannya akan lebih
gampang?" Sin sian siangsu yang mendengar perkataan ini menjadi kagum sekali
atas kecerdasan otak pemuda itu.
Begitulah, mereka berdua segera mergerahkan ilmu meringankan
tubuh Cau sang hui (terbang diatas rumput) dan meluncur kearah
pohon siong tadi dengan melalui puncak pohon.
Suatu ketika, mendadak Suma Thian yu menjerit kaget:
"Aah, tahan!"
Bagaikan burung elang yang menyambar kelinci, dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat dia segera meluncur kebawah.
Sin sian siangsu dengan mengerahkan pula ilmu meringankan tubuh
ceng sah lok eng (burung manyar hinggap dipasir) melompat turun
pula keatas tanah.
Ternyata mereka saksikan seorang kakek sedang bersiap sedia
membunuh seorang pemuda, dan pemuda itu bukan lain adalah
musuh Suma Thian yu, Chin Siau.
Ketika mendengar bentakan tadi, si kakek tersebut kelihatan kaget
dan berdiri melongo, saat itulah dua sosok bayangan manusia telah
meluncur turun dengan kecepatan tinggi.
Begitu mencapai permukaan tanah, Suma Thian yu langsung berjalan
menuju kehadapan Chin Siau.
Waktu itu sepasang tangan Chin Siau terikat kencang dan
kesadarannya hampir punah, secepat kilat Suma Thian yu
membebaskan belenggunya, membebaskan totokan jalan darahnya
dan mengeluarkan dua butir pil sambil melancarkan peredaran
darahnya. Chin Siau membuka matanya lebar-lebar, ketika menjumpai Suma
thian yu, mendadak dia mencaci maki:
Jilid : 25 PADA DASARNYA SI KAKEK setengah telanjang itu hanya
seorang manusia biasa, dia terpaut jauh sekali bila
dibandingkan dengan lawannya, tidak heran kalau dalam satu
gebrakan saja sudah tertotok.
Walaupun kakek setengah telanjang itu sudah roboh,
namun lebah beracun yang tak terhitung jumlahnya itu tetap
berdatangan secara bergerombol, mereka menyerang secara
ganas dan mengerikan.
Suma Thian yu bergerak lebih dulu, dengan pedang
ditangan kanan, pukulan yang dahsyat ditangan kiri, semua
perintang di sapu serentak.
Perlu di ketahui, telapak tangan kiri pernah direndam dalam
cairan mestika sian kiam lan, itulah sebabnya betapapun
beracun lebah-lebah tersebut, tak satupun yang bisa
mengapa-apakan dirinya.
Sin sian siangsu yang mengikuti dibelakangnya, di samping
melepaskan pukulan untuk mengusir lebah, diam-diam diapun
ter kejut atas kelihayan ilmu silat Suma Thian yu.
Hingga mereka keluar dari perbatasan lembah, lebah-lebah
beracun tersebut baru menghentikan pengejarannya.
Kedua orang itu menghembuskan napas lega, ketika
berpaling tampak oleh mereka kawanan binatang buas
peliharaan si Dewa sesat penakluk harimau telah melintasi
daerah perbatasan dan memasuki wilayah lembah.
Siapa sangka begitu kawanan binatang buas itu melewati
perbatasan, kawanan lebah beracun yang berada di
wilayahnya segera melancarkan serangan secara besarbesaran.
Tak ampun lagi banyak korban berjatuh di kedua belah
pihak. Suma Thian yu segera bertepuk tangan sambil berteriak:
Bagus, bagus sekali, ini namanya saling bunuh membunuh,
mari kita saksikan pertunjukkan bagus ini, kesempatan
semacam ini jarang bisa dijumpai, kita tak boleh kehilangan
kesempatan sebaik ini."
Sin sian siangsu yang berpengalaman lebih luas mendadak
berteriak kaget:
"Aduh celaka, andaikata kakek setengah telanjang itu
sudah di sadarkan kembali mungkin sulit bagi kita untuk
meloloskan diri!"
Mendengar perkataan tersebut Suma Thian yu segera
berpaling, betul juga, si Dewa sesat penakluk harimau telah
membebaskan pengaruh totokan pada kakek setengah
telanjang tersebut.
Seandainya jalan darah kakek setengah telanjang itu sudah
bebas, niscaya diakan bekerja sama dengan dewa sesat
penakluk harimau untuk menggabungkan binatang peliharaan
mereka guna menyerang bersama.
Dalam serangan gabungan antara manusia dengan
binatang ini, biar ada seratus orang Suma Thian yu maupun
Sin sian siangsu pun jangan harap bisa lolos dari hutan
seratus binatang dan lembah lebah beracun ini dalam keadaan
selamat. Menyadari betapa gawatnya keadaan tersebut, Suma Thian
yu segera mengajak Sin sian siangsu untuk kabur dari
lingkungan daerah tersebut dan kabur menuju ke jalan
semula. Baru saja dua orang itu memasuki hutan, suara auman
yang gegap gempita telah bergema dari belakang, agaknya
seratus ekor hewan buas tersebut sudah mulai melancarkan
pengejaran. Dalam keadaan seperti ini, kedua orang itu semakin tak
berani tinggal lebih lama mereka kabur makin kencang dan
akhirnya berhasil lolos dari pengejaran.
Sin sian siangsu tidak berhenti meski mereka sudah lolos
dari wilayah berbahaya, malahan langkahnya semakin
dipercepat lagi.
Lebih kurang tiga li kemudian mereka baru memperlambat
larinya, kemudian sambil menggelengkan kepala dan
menghela napas panjang gumamnya:
"Oooh, sungguh berbahaya, untung kedua lembar jiwa kita
masih bisa dipungut kembali dari pintu neraka."
Suma Thian yu tertawa ringan.
"Aah, tak mungkin sedemikian parah, mengapa boanpwee
tidak merasakan sama sekali kalau baru lolos dari bahaya
maut?" Sekali lagi Sin siau siangsu menghela napas panjang:
"Tahukah kau mengapa aku masuk hutan lebat?"
"Mungkin kau tahu kalau boanpwee sedang menjumpai
mara bahaya?"
Sin sian siangsu cepat menggeleng, sambil menuding ke
arah sebuah dusun tak jauh dari situ dia berkata:
"Semalam aku menginap di dusun itu, dari orang dusun
kuperoleh keterangan tentang segala sesuatu diseputar hutan
itu, mendengar cerita mana aku jadi gembira, maka sejak
fajar tadi aku tinggalkan dusun itu dan melakukan
penyelidikan kesini"
"Bukankah kau bisa masuk ke sana dengan lancar dan
kembali dengan selamat?" Apa sih yang menakutkan?" tukas
Suma Thian yu tidak habis mengerti.
Sin sian siangsu segera tertawa.
"Kau hanya tahu satu tak tahu dua, sesungguhnya lembah
lebah beracun mau pun hutan seratus binatang bukan daerah
aman" "Apa sih yang menakutkan?" tegurnya.
"Hmm, kau terlalu polos, ketahuilah di dalam hutan ini
berdiam lima orang kakek khas yang berhati kejam dan
berperangai aneh, yang baru saja kita jumpai hanya dua
diantaranya, bila tiga orang lainnya munculkan diri pula, kita
pasti akan mampus!"
"Masih ada tiga orang" Tiga orang yang mana?" tanya
Suma Thian yu keheranan.
"Bila hari sudah gelap, ke tiga orang lainnya akan segera
menampakkan diri, bukit gundul dimana kau berdiri tadi
adalah Tok coa nia atau Tebing ular berbisa, seringkali ular
beracun bermunculan bila malam hari sedang hutan lebat
yang kita telusuri barusan adalah Tok go kong lim (hutan
kelabang beracun), sedangkan hutan lebat disebelah barat
adalah Tok ci cu lim atau Hutan laba laba beracun, pokoknya
setiap sudut dari wilayah tersebut ditempati oleh seorang
gembong iblis!"
Berubah paras muka Suma Thian yu setelah mendengar
perkataan itu, badannya jadi dingin separuh, sekarang dia
baru memahami betapa rawannya keadaan mereka waktu itu.
Menyaksikan perubahan wajah Suma Thian yu, Sin sian
siangsu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah...haaah...haaah... kau ingin sekali lagi
menyerempet bahaya?"
Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang
langit yang mendekati senja, buru-buru sahutnya:
"Tidak usah...tidak usah.. "
"Haaah...haah...haah... sekarang kau baru merasa takut?"
"Kalau dipikirkan kembali, bergidik rasanya hatiku, sampai
sekarang pun bulu kudukku masih pada berdiri!"
Suma Thian yu memang 1agi kesepian dalam perjalannya,
bisa bersua dengan manusia macam Sin sian siangsu, boleh
dibilang banyak duka mestapa yang bisa dihilang kan.
Malam itu mereka habiskan dalam perjalanan diiringi
sendang gurau dan pem bicaraannya yang asyik.
Keesokan harinya...
Mereka berdua telah tiba dibawah bukit Jit yang san.
Sambil menuding kearah tanah perbukitan didepan sana,
Sin sian siangsu berseru:
"Kau ingin mendaki bukit itu untuk menyaksikan
pemandangan indah...?"
"Apa sih yang indah?"
"Di atas bukit itu ada gua air, gua itu penuh dengan misteri
dan sudah banyak umat persilatan yang mengunjungi tempat
itu tapi banyak pula yang lenyap setelah melakukan
penyelidikan"
Mendengar cerita itu, Suma Thian yu segera menerima
tawaran tersebut.
Terdengar Sin sian siangsu berkata lagi:
"Aku tahu kalau kau sangat tertarik oleh ceritaku, tapi ingat
setibanya disana maka kita harus bertindak menurut keadaan,
tak boleh gegabah, sebab sudah beratus-ratus jago yang
menemui ajalnya ditempat itu.
Dengan langkah berhati-hati berangkatlah mereka ke arah
bukit. Baru tiba di kaki bukit, mereka menyaksikan sebuah tugu
peringatan didirikan orang dengan tulisan tulisan besar yang
amat menyolok dipandang:
"Gua air Jit yang tong adalah gua siluman, harap para
pelancong berhati-hati!"
Mungkin peringatan tersebut didirikan oleh penduduk
disekitar bukit tersebut setelah banyak korban berjatuhan
disana. Suma Thian yu mendengus dingin, tanpa banyak bicara dia
meneruskan langkahnya menuju ke atas bukit.
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sin sian siangsu yang menjumpai sikap anak muda tersebut
menjadi cemas, dengan ketat dia mengikuti terus
dibelakangnya. Jalan bukit itu amat sempit dan sukar dilalui, tapi kedua
orang itu sebagai jago lihay dunia persilatan bukan merupakan
masalah, dengan muda semua perjalanan dapat ditempuh.
Baru saja menaiki subuah tebing, mendadak Suma Thian yu
menghentikan langkahnya sambil menjerit kaget:
"Aaaaii!!"
Dengan cepat dia meluncur naik keatas sebuah pohon yang
tumbuh dihadapannya.
Ternyata diatas pohon itu tergantung secarik kain putih,
diatas kain itu masih nampak noda darah.
"Apa yang kau temukan?" Sin sian siangsu segera
menghampirinya sambil menegur.
"Chin Siau pasti berada disekitar tempat ini!" seru Suma
Thian yu setelah meneliti kain tersebut.
"Chin Siau" Siapakah Chin Siau itu?"
"Dia adalah seorang jago lihai dari Bong kok kiam jiu (aliran
pedang bermata buta)"
Secara ringkas dia lantas menceritakan pengalamannya
bersama Chin Siau di bukit Ngo tay san.
Sin sian siangsu tertawa nyaring.
"Berdasarkan secarik kain kau bisa menduga akan dia, hal
ini menunjukkan kalau kau memang seorang yang cermat,
cuma...." "Pakaian yang dikenakan pernah tertusuk oleh pedangku,
berdasarkan hal ini aku lantas menduga kalau dia berada
disini" Selesai berkata, dia lantas menarik tangan Sin sian siangsu
untuk melanjutkan perjalanan mendaki bukit.
Sebuah tebing kembali sudah dilalui, selama ini Suma Thian
yu selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya, janganjangan
masih ada kain seperti itu yang tertinggal. Apa yang
diduga ternyata tidak salah, di samping tebing dia jumpai
secarik kain yang sama, hanya kain tersebut tidak dinodai oleh
percikan darah.
"Jangan-jangan saudara Chin sudah menjumpai bahaya
maut!" gumam Suma thian yu kemudian sambil memungut
cuwilan kain itu dari atas tanah.
Sin sian siangsu tertawa panjang.
"Aku lihat, kau kelewat membayangkan yang bukan-bukan,
seandainya dia memang sudah terkena musibah, darimana dia
punya waktu untuk meninggalkan kainnya sebagai tanda" Aku
lihat, bisa jadi hal ini merupakan bagian dari rencana
busuknya untuk memancing kau masuk perangkap!"
Meskipun dalam hatinya Suma Thian yu tidak setuju pada
pendapat tersebut, tetapi dia juga tidak membantah, maka
berangkatlah kadua orang itu meneruskan perjalanan-nya.
Ketika mencapai tebing yang ketiga, Sin sian siangsu
kembali berkata:
"Hati-hati, tebing di depan sana adalah gua air yang
termasyur dalam dunia persilatan"
Sebenarnya ucapan mana dimaksudkan untuk memberi
peringatan agar pemuda itu waspada, siapa tahu Suma Thian
yu justru tertawa panjang sambil melejit ke muka dengan
kecepatan tinggi.
Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian ini, terpaksa
harus mengikuti dibelakangnya sambil berteriak:
"Jangan bertindak gegabah, pikirlah tiga kali sebelum
bertindak dalam segala hal!"
Belum habis perkataan ini diutarakan, Suma Thian yu telah
tiba di atas puncak tersebut dan tiba-tiba saja terdengar ia
menjadi kaget: "Aaaah! Cepat kemari..."
Sing sian siangsu segera melejit ke tengah udara dan
meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, tapi dengan
cepat dia menjerit pula dengan nada kaget:
"Aaaah!"
Rupanya diatas tebing itu tumbuh berderet pepohonan
besar, jumlahnya mencapai dua puluhan batang lebih, waktu
itu, diatas setiap batang pohon tergantung sesosok mayat.
Diantara mayat mayat tersebut ada kaum lelaki, ada kaum
wanita, ada yang tua ada pula yang muda, tapi semuanya
mengenakan pakaian ringkas dan bersenjata, jelas orangorang
persilatan. Memandang adegan yang terbentang di depan mata, tanpa
terasa kedua orang itu menghembuskan napas dingin.
Sambil menggelengkan kepala serta menghela napas
dalam-dalam Sin sian siangsu berkata:
"Aaai, kalau manusia sudah bejat moral, dia selalu
membantai orang seperti membantai binatang, betul-betul
neraka ditengah alam manusia, hiantit, menurut perkiraanku
disini pasti hidup seorang iblis yang suka membunuh orang
seperti membabat rumput dan dapat membunuh orang tanpa
berkedip mata"
Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa mayat-mayat
tersebut dengan seksama, dia mencoba untuk mendapat tahu
apakah Chin Siau terdapat diantara korban korban
pembunuhan itu, ternyata tidak ada, Chin Siau bukan
termasuk korban pembunuhan keji.
Sambil menuding kebelakang deretan pepohonan itu Sin
sian siangsu berkata:
Didepan sana adalah gua air, bisa jadi sahabatmu itu sudah
menyerempet bahaya dan masuk kesana.
Habis sudah kesabaran Suma Thian yu setelah mendengar
perkataan ini, cepat-cepat serunya:
"Cianpwee, mari kita segera masuk, aku kuatir dia telah
tertimpa bencana!"
Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak....
Ditengah keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu,
berkumandang suara pekikan nyaring yang amat
menggidikkan hati, suaranya seperti jeritan kuntilanak
ditengah malam buta membuat bulu kuduk orang pada
bangun berdiri, menyeramkan.
Baik Sin sian siangsu maupun Sama Thian yu kedua duanya
sama-sama merasa terkejut, ditengah gugupnya cepat mereka
membalikkkan badan dan berusaha menahan gerak laju
mereka secara paksa.
Tiba-tiba pandangan matanya terasa kabur dan...Sreeet,
sreeet...." tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat
dihadapan mereka.
Ternyata mereka terdiri dari dua orang lelaki dan seorang
wanita yang berdandan sangat aneh.
Orang pertama merupakan seorang kakek berusia enam
puluhan yang telanjang bagian atasnya, dia kurus sekali
sehingga tinggal kulit yang membungkus tulang, namun di
tangannya memegang sebuah tongkat dengan diujung
tongkat itu berukirkan sebuah kepala ular.
Orang kedua juga seorang kakek, usianya hampir sebaya
yaitu enam puluh tahunan, bagian rawan dari tubuhnya saja
yang di tutup dengan beberapa lembar daun, dia membawa
pula sebuah tongkat, hanya pada ujungnya berukir seekor
kelabang. Orang ketiga adalah seorang nenek, dia berusia lima puluh
tahunan dengan perut yang buncit, tubuh bagian atasnya
ditutup dengan selembar kain sutra yang tipis sementara
didalam genggamannya membawa sebuah kipas bambu,
diatas kipas menempel sepasang laba laba.
Sin sian siangsu yani cukup berpengalaman dalam dunia
persilatan kuatir kalau Suma thian yu tidak mengenali asal
usul beberapa orang itu, buru-buru serunya ke mudian sambil
tertawa tergelak.
"Ooh...rupanya tay ong bertiga yang sudah lama termashur
namanya dalam dunia persilatan tapi, heran, mengapa kalian
ber tiga bisa muncul dibukit Jit yang san ini?"
Si kakek bertongkat kepala ular itu menjawab dingin:
"Kami khususnya datang untuk menyambut kalian! Kalau
toh kalian berdua sang gup memasuki lembah lebah beracun
dan hutan seratus binatang, hal mana membuktikan kalau
kepandaian silat yang kau miliki cukup hebat, sayang kami
bertiga kebetulan tak hadir disana, itulah sebabnya kami tak
bisa turut menyambut, harap sudi dimaafkan.
Sin sian siangsu tertawa terbahak bahak:
Haaa... haaaa...ucapan kalian bertiga terlalu serius, kami
berdua tak lebih hanya kuli silat kasaran yang kebetulan saja
lewat disini, kami memang sedang menyesal lantaran tak bisa
menjumpai kalian bertiga, setelah perjumpaan hari ini terbukti
sudah bahwa apa yang kami dengar selama ini memang
benar" 000O000 TERNYATA si kakek yang membawa tongkat terkepala ular
itu adalah pemimpin dari Tok coa nia (tebing ular beracun)
yang disebut orang sebagai Tok coa mo ong (Raja iblis ular
beracun). Kakek kedua yang membawa tongkat berkepala kelabang
adalah pemimpin dari Go kong lim (hutan kelabang) yang
disebut orang Go kong mo ong (Raja iblis kelabang),
Sedangkan si nenek tak lain adalah Ci cu mo poo (Nenek iblis
laba laba). Ketiga orang gembong iblis ini bersama Pek siu ong (Raja
seratus binatang) dari hutan Pek siu lim yaitu Hu hon sia sian
dan Tok hong mo ong (Raja iblis lebah beracun) disebut orang
Khong ciong mo ong (lima raja dari pedalaman) sedangkan
orang persilatan menyebut mereka sebagai Mang huang ngo
mo (lima iblis dari daerah liar).
Mereka termashur karena peliharaannya yang beracun,
setiap orang memiliki sejenis binatang peliharaan yang selain
beracun juga amat jahat dan berbahaya.
Seperti misalnya si Raja iblis lebah beracun, didalam
lembahnya terdapat beribu-ribu ekor lebah beracun yang
semuanya berada dalam kendali dirinya.
Begitu pula dengan ke empat rekannya, mereka semua
merupakan orang-orang pedalaman yang masih liar dan
gemar sekali melakukan kejahatan.
Yang beruntung adalah kelima orang ini tak pernah
bersatu, mereka masing-masing berusaha untuk menjadi raja
dan tak mau saling bekerja sama, coba kalau mereka saling
bersatu padu, niscaya dunia persilatan akan dibikin obrakabrik.
Adapun binatang andalan mereka adalah Lebah beracun,
laba laba beracun, ular be racun, kelabang beracun dan
macan kumbang hitam. Tapi kalau dibicarakan kembali
memang cukup aneh, sebab binatang tandingan dari ular
beracun sesungguhnya adalah kelabang, sedang tandingan
dari kela bang adalah macan kumbang hitam, sebaliknya
tandingan dari macan kumbang hitam adalah lebah beracun,
tapi lebah beracun sendiri takut dengan laba laba, sedang laba
laba takut dengan ular beracun dan begitu seterusnya.
Ketika semalam Suma Thian yu memasuki hutan wilayah
mereka, kebetulan sekali Raja iblis ular beracun dan raja iblis
kelabang beracun sedang menyambangi nenek iblis laba laba
beracun dihutan sebelah utara, oleh sebab itu dia hanya
menjumpai raja iblis seratus binatang dan raja iblis lebah
beracun, coba kalau bukan demikian tak bisa dibayangkan
bagaimanakah nasib dari Suma Thian yu serta Sin sian
siangsu. Menanti ketiga raja iblis itu mendapat laporan kalau hutan
mereka diserbu orang dan segera berangkat kebukit Jit yang
san yang memang bersatu dengan hutan sebelah utara, waktu
itu Sin sian siangsu dan Suma Thian yu sedang menuju pula
kesitu, akibatnya mereka saling berjumpa disini.
Sementara pembicaraan berlangsung, sorot mata si raja
iblis ular beracun mengawasi wajah Suma Thian yu tiada
hentinya. Sebab dari mulut Hu hou sia sian yang baru saja
diselamatkan, dia mendapat tahu kalau kepandaian silat yang
dimiliki anak muda tersebut lihay sekali.
Itulah sebabnya begitu saling berjumpa pun mengawasi
anak muda tersebut dengan seksama.
Dasar anak muda yang masih berdarah panas, merasa
diamati terus oleh orang lain, timbal perasaan muak dan kesal
dihati Suma Thian yu, dengan cepat dia menegur:
"Hei, bila kalian bertiga ada maksud tertentu untuk
menghadang jalan pergi kami, ayo cepat diutarakan sekarang
juga, kalau tidak, lebih baik menyingkir saja, aku masih ada
urusan lain harus segera berangkat ke gua Jit yang tong"
Raja iblis ular beracun tertawa seram.
"Bocah keparat kau datang mencari kematian atau
mengiringi kematian" Kau tahu, siapakah pemilik gua Jit yang
tong itu" Kalau ingin menghantar kematianmu disitu, lebih
baik tinggalkan dahulu kepandaianmu sebelum terkubur
selamanya digua air tersebut!"
Mengetahui kalau gua air tersebut mempunyai pemilik lain,
sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras,
apa bila terbayang Chin Siau kena dibekuk pemilik gua air
tersebut, hatinya bertambah gelisah.
Tiba-tiba terdengar Sin sian siangsu berkata:
"Kalian bertiga semuanya adalah jago-jago yang merajai
suatu daerah, buat apa sih mesti ribut dengan kami" Apalagi
kedatangan kami kemari hanya untuk mencari seorang teman
saja, buat apa kalian mesti memojokkan orang lain?"
Mendengar perkataan mana, si Raja iblis ular beracun
segera membuat sebuah garis lurus diatas tanah dengan
tongkat kepala ularnya, setelah memberi tanda kepada kedua
orang rekannya, mereka bertiga sama-sama mundur
kebelakang garis lurus tadi.
Kemudian sambil tertawa seram dia baru berkata:
"Barang siapa tidak takut, ayo maju dan langkahi garis
lurus yang kubuat ini."
Sin sian siangsu mengerutkan dahinya dan ragu sejenak,
sebelum ia sempat berbuat banyak barang sesuatu hal, Suma
Thian yu tertawa nyaring dan melangkahi garis lurus tersebut.
Sin sian siangsu menjadi tertegun, tetapi dengan cepat dia
menyusul dibelakangnya.
Setelah tertawa seram, Raja iblis ular beracun segera
mengacungkan ibu jari sembari berkata:
"Punya nyali, benar-benar punya nyali, aku sangat kagum,
aku kagum sekali, biar aku yang memberi pelajaran dulu
padamu!" Tongkat kepala ularnya segera diayunkan kedepan, diiringi
deruan angin serangan yang maha dahsyat dia langsung
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerang jalan darah Yu bun hiat di bawah tetek Sin Sian
siangsu. Sesungguhnya Sin sian siangsu termasuk seorang jago
yang banyak humor dan berwatak aneh, dihari-hari biasa dia
paling segan melakukan pembunuhan, lagipula orangnya
sabar dan bersedia mengalah kepada siapa saja.
Walaupun demikian, kesabaran orang itu ada batasbatasnya,
setelah didesak dan dipojokkan berulang kali, habis
juga akhir nya kesabaran orang ini.
Sambil tertawa dingin dia balas maju ke depan, sepasang
lengannya digerakkan kekiri dan kanan melepaskan serangan
dan tangkisan bersama kemudian, dengan kecepatan
bagaikan kilat, kepalan kanannya menyodok kedada si raja
iblis ular beracun.
Betapa terkejutnya si raja iblis ular beracun setelah
menghadapi ancaman itu, tongkatnya ditarik dengan cepat
sambil buru-buru mundur kebelakang, menyusul kemudian dia
memutar tongkatnya melakukan per tarungan pertarungan
keras melawan keras.
Di pihak lain, si nenek iblis laba laba beracun tidak
menganggur pula, sambil menggoyangkan kipas bambunya
dia menerjang kehadapan Suma Thian yu, lalu katanya sambil
tertawa terkekeh kekeh:
"Hei bocah, biar lo nio menemanimu bermain-main
sebentar!"
Kipas bambunya segera dikebaskan kemuka, segulung
hawa panas yang menyengat badan cepat berhembus keatas
wajah Suma Thian yu.
Sejak berpengalaman di lembah lebah beracun dan hutan
seratus binatang, Suma thian yu sudah cukup mengerti
tentang ke mampuan ke lima iblis tersebut, dalam per
tarungan asal dia bisa berhati-hati dalam mengawasi jurus
serangan, maka kemenangan tentu berhasil diraih dengan
mudah. Itulah sebabnya ketika melihat serangan pertama dari si
nenek iblis laba laba beracun ditujukan hendak melukainya
dengan racun, ia menjadi sangat mendongkol.
Tiba-tiba tangan kirinya dibalik keatas, kelima jari
tangannya membentuk kaitan dan memancarkan segenap
tenaga dalamnya melewati ujung ujung jari itu.
Tangan kanannya tidak menganggur pula, dengan cepat
dia meloloskan pedang Kit hong kiamnya.
Begitu senjata tersebut dicabut dari sarungnya bergemalah
suara dentingan nyaring disusul pancaran sinar biru ke empat
penjuru, dalam waktu singkat sebuah serangan telah
dilepaskan. Mimpipun si nenek iblis laba laba beracun tidak menyangka
kalau lawannya seorang pemuda ingusan bisa melancarkan
serangan sedemikian cepatnya, dalam waktu singkat dua jurus
serangan telah dilepaskan berbareng dengan kekuatan yang
maha dahsyat. Ketika ia merasakan hawa beracunnya terbendung, tahutahu
cahaya tajam sudah menyambar tiba.
Untung saja si nenek iblis laba laba beracun bukan
termasuk manusia lemah, kipas bambunya cepat dikibaskan
kekiri dan kanan.
"Weesss... weeess... weesss..."
Secara beruntun dia lepaskan pula tiga buah serangan
berantai yang kesemuanya ditujukan keatas jalan darah
penting ditubuh Suma Thian yu.
Menghadapi ancaman yang begitu berbahaya, Suma Thian
yu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah, pedangnya
diputar membentuk lingkaran cahaya berwarna biru dan
serentak berhasil mematahkan keti ga serangan kipas dari
nenek iblis laba laba beracun itu.
Menyusul kemudian pedangnya diputar sambil mendesak
kedepan, memaksa si nenek iblis tersebut harus mundur dua
langkah dari posisi semula.
"Hei nenek peot!" seru pemuda itu kemudian sambil
menarik kembali serangannya, "apakah aku cukup berhak
untuk mengunjungi gua air Jit yang tong?"
Agaknya si nenek iblis laba laba beracun masih tertegun
karena kena didesak mundur oleh pemuda itu, mendengar
pertanyaan mana, tanpa disadari dia menyahut:
"Cukup, cukup!"
"Kalau begitu, aku tidak akan melayani dirimu lebih jauh"
seru sang pemuda sambil menjura.
Kepada Sin sian siangsu masih terlibat dalam pertarungan
dia berseru pula:
"Cianpwee, kita harus segera berangkat!"
Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar raja iblis
kelabang beracun telah membentak nyaring:
"Bocah keparat, masih ada yayamu yang belum kau
layani!" Tubuhnya bergerak secepat angin, didalam waktu singkat
dia sudah menerobos maju kehadapan Suma Thian yu.
pada saat itulah si nenek iblis laba laba beracun baru
mendusin kembali dari lamunannya, melihat sikapnya yang
memalukan tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
menyusul dibelakang raja iblis kelabang beracun menuju
kehadapan anak muda tersebut kemudian serunya:
"Lo nio belum mau menganku kalah, tidak gampang kau
ingin pergi dari sini"
Memandang kebandelan kedua orang musuhnya, Suma
Thian yu hanya bisa tertawa getir, apalagi bila teringat
keliaran dan kebuasan manusia-manusia buas tersebut, dia
ingin sekali memberi pelajaran yang setimpal kepada orangorang
itu! Dengan sorot mata yang tajam, diawasinya sekejap kedua
orang itu, kemudian dia memandang pula kearah Sin sian
siangsu dan raja iblis ular beracun yang sedang bertarung
sengit. Segera terlihat olehnya betapa cepatnya gerak serangan
dari gembong iblis itu, semua serangannya dilancarkan seperti
orang kalap, namun sayang tiada bermanfaat.
Cukup dalam sekilas pandangan, Suma Thian yu telah
memahami kemampuan dari makhluk-makhluk tua tersebut,
diam-diam ia tertawa geli. Bentaknya kemudian dengan
lantang: "Tahan! cianpwee mundur dulu... aku mempunyai sebuah
usul yang sangat bagus!"
Pada dasar Sin sian siangsu memang tak bertindak keji
terhadap kawanan manusia liar itu, ia banyak menggunakan
segala kelincahan tubuhnya saja untuk memberi peringatan
kepada mereka, mendengar seruan tersebut, dengan cepat
dia melompat mundur dari arena pertarungan.....
Menanti semua orang sudah menghentikan serangannya,
Suma Thian yu baru berkata dengan lantang:
"Bila aku kelewat takabur, harap tay ong bertiga jangan
marah, agar lebih berhemat waktu, silahkan kalian bertiga
menyerang bersama saja, andaikata aku sampai kalah, biar
aku pun cepat menyerah. Dengan pertarungan seperti ini,
pasti suasananya akan bertambah ramai, entah bagaimana
dengan pendapat tay ong bertiga?"
Racun iblis ular beracun mendengus dingin, biji mata
sesatnya berputar kian ke mari, lalu jawabnya:
"Bagus sekali, cuma sampai waktunya nanti kau jangan
menuduh kami bertiga orang tua mempermainkan seorang
bocah, yang minta begini adalah kau sendiri....."
"Oooh, jangan kuatir, aku berbicara atas dasar kemauan
sendiri, tentu saja aku tak bakal menyalahkan siapa pun" kata
Suma thian yu sambil tertawa terbahak-bahak.
Sin sian siansu menjadi sangat gelisah setelah menyaksikan
kejadian ini, cepat timbrungnya dari samping:
"Hiantit, kau....."
Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, Suma Thian
yu kembali telah menukas:
"Ciaupwee tak usah kuatir, aku sudah mempunyai rencana
yang cukup matang"
Menyaksikan kekerasan kepala pemuda itu, Sin sian siangsu
hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan
napas panjang, dia segera mengundurkan diri dari arena.
Si raja iblis kelabang beracun sungguh merasa mendongkol
sekali, sepasang giginya sampai menggertak keras, sepasang
matanya memancarkan sinar mata berapi-api dan mengawasi
Suma Thian yu dengan penuh amarah dan tak berkedip.
Tiga orang gembong iblis ini biasanya malang melintang
ditakuti orang, belum pernah mereka dicemooh bahkan
dipandang rendah seperti hari ini.
Bisa dibayangkan sampai dimanakah amarah mereka
bertiga setelah bertemu de ngan jago muda yang tidak takut
langit tidak takut bumi ini, kalau bisa mereka ingin sekali
menggigit dan menelan suma Thian yu ke dalam perut.
Dalam pada itu, si raja iblis ular be racun telah
membisikkan sesuatu ke sisi telinga raja iblis kelabang
beracun, kemudian bentaknya kepada Suma Thian yu:
"Anak muda, aku mempunyai sebuah usul bagus,
bersediakah kau untuk menerimanya?"
"Asalkan kalian bertiga mengusulkan, aku pasti akan
menyanggupi tanpa berkerut kening"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Sin sian siangsu
yang berdiri diluar arena merasakan tubuhnya bergetar keras,
pekik nya tanpa terasa dihati:
"Aduh celaka, habis sudah kali ini."
Si Raja iblis ular beracun mendongakkan kepalanya sambil
berpekik nyaring, begitu selesai berpekik, dari sakunya dia
mengeluarkan seekor ular kecil yang berwarna kuning emas.
Menyaksikan ular kecil ini, tiba-tiba saja Suma Thian yu
teringat kembali dengan ular kecil berwarna emas yang
pernah di jumpa dipuncak di im hong tempo hari, gelisah
hatinya. Sebab dari gurunya Put gho cu dia mendapat tahu
akan kelihayan ular emas kecil ini.
Si raja iblis ular beracun segera tertawa bangga setelah
menyaksikan paras muka Summa Thian yu berubah menjadi
pucat pias, katanya setengah mengejek:
"Bagaimana" Kau merasa takut" Hei, bocah keparat, aku
merasa bertanding ilmu silat kurang merangsang napsu, mari
kita beradu racun saja, pasti pertandingan ini lebih
merangsang dan gembira!"
Suma Thian yu berusaha keras mengendalikan rasa
ngerinya, dengan menunjukan sikap acuh tak acuh dia
bertanya: "Bagaimana cara kita bertanding?"
Raja iblis ular beracun tertawa seram.
"Bila kau beranggapan cara bertanding ini kurang adil,
tentu saja kau tak perlu memaksakan diri"
Suma Thian yu tertawa terbahak:
"Haaa...haaa...kalau hanya seekor ular emas yang begitu
kecil mah tak akan bisa menakuti aku, cuma sauyapun
mempunyai sebuah syarat"
"Apa syaratmu?"
"Kita harus bertanding dua babak, babak pertama diusulkan
kalian bertiga sedang babak kedua haruslah aku yang
mengajukan persoalan, ini baru adil namanya, entah
bagaimana pendapat kalian bertiga?"
"Boleh sih boleh saja, pokoknya kami setuju"
Tentu saja mereka bertiga setuju, karena dalam perkiraan
mereka, baru dalam babak pertama saja Suma Thian yu sudah
bisa dibikin mampus, mana mungkin dia berkesempatan untuk
bertarung pada babak yang kedua atau selanjutnya"
Suma Thian yu tertawa misterius, ujarnya kemudian:
"Pembicaraan telah usai, silahkan kalian mengajukan
pertanyaan...!"
Raja iblis ular beracun tertawa seram, ular emas kecilnya
diletakkan ditangan ki rinya dan membiarkan tangan tersebut
di pagut satu kali, kemudian dengan wajah tak berubah dia
berkata sambil tertawa seram.
"Sekarang tiba giliranmu"
Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian mana,
merinding sekujur badannya buru-buru dia berkata:
"Hiantit, jangan bertindak gegabah"
Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, dia tidak
menggubris nasehat dari rekannya itu malah menyambut ular
emas tadi dengan tangan kirinya.
Memandang tingkah laku pemuda itu, Raja iblis ular racun
memperdengarkan gelak tertawa seramnya yang penuh
dengan kebanggaan.
Mendadak ular kecil itu melejit kedepan dan memagut
telapak tangan kiri Suma thian yu.
Pemuda itu hanya merasakan telapak taegan kirinya
menjadi kaku, menyusul kemudian sama sekali tak
menunjukkan gejala apa-apa.
Sepanjang kejadian tersebut berlangsung si raja iblis ular
beracun hanya membelalakan matanya sambil mengawasi
setiap perubahan yang terjadi.
Dikala ular itu menggigit lengan lawan, dia tak dapat
membendung rasa girang dihatinya, sehingga tertawa
terbahak-bahak. Tapi gelak tawa tersebut segera terhenti
ditengah jalan dan berganti menjadi pekikan aneh yang
menyerupai isak tangis.
Ternyata ular emas yang menggigit lengan kiri Suma Thian
yu itu segera mengejang keras dan tak berkutik lagi.
Suma Thian yu melirik sekejap ke arah ular kecil tersebut
dengan pandangan sinis lalu menyodorkan bangkai itu
kehadapan raja iblis ular beracun sembari berkata:
"Benar-benar tak berguna, aku pikir ular emas ini ular palsu
barang kali, masa begitu tak dapat, hanya menggigit sekali
sudah tak Berkutik?"
"Apa sudah mati?"
Sambil menjerit kaget raja iblis ular beracun menerima
kembali ular emasnya, ke mudian menangis tersedu-sedu
seperti anak kecil.
Suma Thian yu sama sekali tak menggubris ulah musuhnya,
sambil berpaling kearah Raja iblis kelabang beracun, dia
berkata: "Tay ong, apakah kau ingin memperlihatkan pula
kelihayanmu?"
Dengan sorot mata kaget bercampur heranan si raja iblis
kelabang beracun mengawasi wajah anak muda itu tanpa
berkedip, sementara dihati kecilnya dia berpikir:
Kitab Pusaka Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Entah setan atau manusiakah dia" Kalau setan mengapa
dia berbentuk manusia" Kalau manusia, mengapa mempunyai
kepadaian yang begitu dahsyat" Hmm mungkin saja dia
memang kebal terhadap racun ular...kelabang adalah
tandingan ular beracun bila kau tidak takut ular, tentu kau
takut dengan kelabang"
Berpendapat demikian dari sakunya dia lantas
mengeluarkan seekor kelabang berkaki seratus. Kelabang dari
jenis ini meru pakan kelabang yang beracun sekali, barang
siapa terpagut niscaya akan tewas seketika.
Sejak dilahirkan hingga begini dewasa, belum pernah Suma
Thian yu menyaksikan kelabang berkaki seratus yang begini
aneh dan mengerikan hati, merinding sekujur badan nya
karena seram, hawa dingin nerambat ketubuhnya membuat
bulu kuduknva pada bangun berdiri.
Tadi, dia berhasil menahan racun ular karena telapak
tangan kirinya mengandug cairan mestika Jio sian kiam len ci
tapi sekarang dia tidak tahu apakah cairan mestika itu masih
mampu untuk menahan racunnya si kelabang beracun atau
tidak. Raja iblis kelabang beracun tertawa dingin, pikirnya lagi
dengan nada amat bangga:
"Nah, ini dia, bocah keparat ini tentu jeri dengan kelabang,
heeh, heeh, heeh, bila aku berhasil kali ini, pasti aku akan
menjadi pemimpin semua orang!"
Berpikir denemikian, dengan mengikuti cara yang semula,
dia mem biarkan kelabang tersebut menggigit tubuhnya
sendiri, kemudian baru menyodorkan kehadapan Suma Thian
yu. Diam-diam Suma Thian yu berdoa, kemudiua menyalurkan
segenap hawa murninya ke telapak tangan kiri guna berjagajaga
terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi,
andaikata cairan Jin sian kiam lan ci tidak manjur, dia akan
mempergunakan tenaga dalam nya yang sempurna untuk
mendesak keluar sisa racun dari tubuhnya.
Betitulah, selesai mengerahkan hawa murni nya dengan
sangat berhati-hati dia menerima kelabang beracun itu.
Raja iblis kelabang beracun tertawa seram dia letakkan
kelabang beracun itu ke atas telapak tangan Suma Thian yu.
Dengan gesit kelabang tadi melompat keatas telapak
tangan pemuda itu dan menggigitnya.
Suma Thian yu sama sekali tidak bergerak, sorot matanya
yang tajam mengawasi kelabang diatas tangannya tanpa
berkedip, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh
bercucuran dengan derasnya.
Raja iblis kelabang beracun sendiripun mengikuti
perkembangan selanjutnya dengan perasaan tegang,
jantungnya berdebar keras serasa mau melompat keluar dari
rongga dadanya....
Dalam pada itu, si raja iblis ular beracun telah
menghentikan pula isak tangisnya, dia turut mengawasi
adegan tersebut dengan perasaan berdebar.
Mendadak...... Suma Thian yu memperdengarkan suara pekikan yang
nyaring sekali.
Semua orang terperanjat, pekikan itu ibarat guntur yang
membelah bumi disiang hari bolong, serentak semua orang
mengalihkan sorot matanya ke arah telapak tangak Suma
Thian yu. Mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun menjerit
keras, dengan cepat tubuhnya menerjang ke depan Suma
Thian yu sementara kepalanya langsung diayunkan ke tubuh
pemuda tersebut.
"Bocah keparat"
Kilas Balik Merah Salju 1 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Golok Halilintar 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama