Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Bagian 3
karib ?".." serunya keras.
"Aaakh ".! Bilamana Phoa-suhu ada janji dengan
kawan karib, hal ini malah kebetulan sekali, Siauw-li bisa
meminjam kesempatan ini untuk beristirahat sehari,
tetapi hari ini sudah hampir tutupan tahun, Cayhe ingin
cepat-cepat bisa tiba di kota Kay Hong" ujar Liauw
Thayjien cepat.
163 Mendengar perkataan tersebut, senyuman yang
semula menghiasi wajah Phoa Ceng Yan dengan
terpaksa itu kontan lenyap tak berbekas dan berubah
hebat, ia mengerti bila Liauw Thayjien sudah
menjatuhkan alasan tidak berangkatnya ini hari ke atas
kepala Phoa Ceng Yan, dirinya.
Sebetulnya ia ingin memberi penjelasan lebih lanjut,
tetapi saai itu Liauw Thayjien sudah putar badan dan
masuk ke dalam kamarnya dengan langkah lebar.
Terpaksa Phoa Ceng Yan menoleh dan memandang
sekejap ke arah Ih Coen lalu tertawa pahit.
"Kau pergilah mencari suko-mu serta Nyoo Piauwtauw
untuk datang sebentar ke dalam kamarku" katanya.
Ih Coen mengia lantas putar badan berlalu.
"Kaupun ikut datang" sambung Phoa Ceng Yan lebih
lanjut."Suruh Nyoo Piauw-tauw membawa serta du orang
anak buah, mulai saat ini suruh mereka baik-baik berjaga
di sekeliling ruangan ini, untuk sementara waktu
melarang orang-orang asing untuk berjalan masuk
kemari!" "Jika pelayan dari rumah penginapan ini?"
"Suruh saja mereka serahkan barang yang dibawa
kepada anak buah kita agar mereka yang membawa
masuk" ujar Phoa Ceng Yan setelah termenung sebentar.
"Siauw-tit akan mengingatnya!"
164 Menanti Ih Coen sudah berlalu, dengan tergesa-gesa
Phoa Ceng Yan-pun kembali ke dalam kamarnya, dari
dalam sakunya kembali ia mengambil keluar surat
undangan tersebut kemudian dipandangnya dengan
termangu-mangu.
Ia sudah berpikir seantero jago-jago Liok-lim yang
terkenal dan mempunyai nama besar di dalam dunia
kangouw, tetapi tak teringat olehnya siapakah kelima
orang yang mengundang dia untuk bersantap itu, ada
pepatah mengatakan: Ada pertemuan bukanlah
pertemuan bermaksud baik, ada jamuan bukanlah
jamuan berniat baik, kemungkinan sekali perjamuan ini
sukar untuk ditelan.
Selagi ia berpikir keras itulah Nyoo Su Jan dengan
membawa Lie Giok Liong serta Ih Coen bersama-sama
masuk ke dalam kamar.
"Jie-ya, kau sudah mendapatkan sedikit gambaran
siapakah mereka-mereka itu?" tanya Nyoo Su Jan sambil
menjura. "Kau lihatlah sendiri!" sahut Phoa Ceng Yan sambil
menyerahkan surat undangan yang ada di atas meja ke
tangan Nyoo Su Jan. Di dalam kalangan Bu-lim di daerah
utara adakah orang yang menamakan dirinya lima
bersaudara?"
Isi surat undangan tersebut sangat sederhana, sekali
pandang sudah bisa dimengerti maksudnya, justru
165 persoalannya pada surat itu terletak pada kata-kata lima
orang kawan lama itu.
Setelah melihat beberapa saat lamanya Nyoo Su Jan
lantas mengembalikan surat undangan tersebut ke
tangan Phoa Ceng Yan.
"Jie-ya! Sebenarnya nama-nama yang tercantum
dalam surat undangan ini tidak begitu penting. benarkah
mereka menyebut dirinya sebagai lima bersaudara atau
bukan, hal ini terlalu menyangkut persoalan yang kita
hadapi, yang harus kita pikirkan sekarang ini adalah
santapan ini adalah suatu santapan yang lezat atau
santapan yang keras seatos batu!" ujarnya.
"Tidak salah!" Phoa Ceng Yan mengangguk. "Su Jan!
Kita memang sudah membuang banyak tenaga dengan
sia-sia untuk mengetahui asal usul mereka."
"Ada pepatah mengatakan siapa yang tahu keadaan
lawan seratus kali bertempur, seratus kali akan menang,
bilamana Jie Siok dapat mengetahui siapakah pihak
mereka, sudah tentu dengan mudah sekali kita dapat
mencari akal yang sesuai untuk menghadapi mereka,"
sela Lie Giok Liong.
Jilid 5 Bilamana bisa mengetahui siapakah mereka hal ini
memang semakin bagus lagi!" Kata Nyoo Su Jan pula.
"Tetapi jikalau tak terpikir siapakah mereka itu, kitapun
tidak usah terlalu terpengaruh oleh kata-kata kelima
166 orang karibnya itu, yang seharusnya kita pikirkan adalah
apakah maksud tujuan mereka dengan mengantarkan
kartu undangan tersebut kepada kita! Mengundang Jieya
bersantap merupakan sebuah siasat memancing
harimau turun gunung atau bukan! Mungkin juga mereka
memancing kita untuk bersama-sama pergi bersantap di
rumah makan tersebut, lalu mengambil kesempatan ini
turun tangan."
"Aaakh".! Cengli".. cengli ".." teriak Phoa Ce3ng
Yan sambil menghantam meja sesudah mendengar
perkataan tersebut.
"Tetapi, memandang situasi pada saat ini, Jie-yapun
mau tak mau harus pergi," sambung Nyoo Su Jan lebih
lanjut sambil tersenyum.
"Ehmmmmm".! Perkataanmu memang tidak salah,"
Phoa Ceng Yan mendehem. "Perjamuan makan ini
sekalipun harus naik ke atas gunung golok lembah
minyak mendidih aku harus menghadirinya, aku harus
mengenali siapakah sebenarnya kelima orang kawan
karib kita itu."
"Betul! Betul! Pendapat Jie-ya memang betul,
perjamuan makan ini harus dihadiri walaupun apa yang
bakal terjadi, kemungkinan sekali di dalam pertemuan
kali ini kita berhadil mengetahui maksud hati mereka
yang sebetulnya! Bilamana kita tinjau dari peristiwa yang
terjadi berulang kali, aku merasa agaknya keluarga Liauw
memang terselimut oleh suatu teka-teki yang misterius.
167 Dengan nama besar perusahaan Liong Wie Piaw-kiok kita
di daerah utara, tidak seharusnya kawan-kawan Liok-lim
begitu ngotot untuk mencari gara-gara dengan kita.
Sewaktu Jie-ya menemui kelima orang kawan karib di
rumah makan Yu It Cun nanti, lebih baik berusahalah
bersabar diri dan mencari tahu dulu apa maksud tujuan
mereka." Perlahan-lah Phoa Ceng Yan mengangguk, "Tidak
salah. Sampai saat ini kita masih belum mengerti apakah
sebabnya peristiwa aneh." ujarnya perlahan. "Nah, jika
aku sudah pergi ke rumah makan Yu It Cun, maka
urusan di sini aku serahkan kepada Nyoo piauw-tauw
untuk menjaganya, jangan lupa selalu berwaspada
terhadap siasat musuh!"
"Hamba akan berusaha dengan sekuat tenaga! Tetapi,
kemungkinan sekali kepergian Jie-ya ke rumah makan Yu
It Coen tak dapat terhindar dari bentrokan-bentrokan
kekerasan di dalam soal ini hamba akan mengucap dua
persoakan untuk Jie-ya dengar!"
"Ehmmm! Kau bicaralah."
"Jie-ya harus berusaha keras untuk bersabar diri,
kecuali pihak lawan mengerakkan senjata sehingga
memaksa Jie-ya mau tak mau harus turun tangan.
Bilamana bisa kembali ke rumah penginapan hal ini jauh
lebih bagus lagi, kita bisa bersama-sama mengatur siasat
untuk menghadapi serangan-serangan musuh tangguh."
"Baik, aku akan berusaha keras untuk bersabar diri."
168 "Aku akan menyuruh Giok Liong pergi dulu ke dusun
Yu It Coen dengan menyaru." tiba-tiba Nyoo Su Jan
berbisik lirih."Semisalnya terjadi peristiwa yang ada di
luar dugaan, Giok Liong bisa buru-buru pulang kemari
memberi kabar dan semisalnya Jie-ya terpaksa harus
turun tangan, Giok Liong-pun bisa membantu Jie-ya di
dalam perlawanannya menggundurkan pihak musuh."
"Baik sih baik!" sahut Phoa Ceng Yan setelah
termenung sebentar. "Cuma, pengalaman dari Giok Liong
belum banyak, aku takut belum apa-apa dia sudah
diketahui jejaknya oleh orang lain."
"Oouuw?".. soal ini Jie-ya boleh berlega hati, asal
aku sudah turun tangan menyarukan wajah Giok Liong,
tanggung pihak musuh tak bakal mengetahui
rahasianya."
"Aku rasa sejak kita tiba di sini, sekeliling rumah
penginapan telah disebari mata-mata pihak lawan yang
secara diam-diam mengawasi seluruh gerak-gerik kita."
"Tidak! Saat ini disekeliling rumah penginapan ini
memang kemungkinan sekali ada mata-mata yang lagi
mengawasi gerak-gerik kita, tetapi maksud tujuan
mereka adalah kau Phoa Jie-ya. Asalkan Jie-ya sudah
berangkat setindak terlebih dahulu, perhatian mereka
terhadap kamipun akan jauh berkurang, dengan
meminjam kesempatan inilah Giok Liong akan berjalan
keluar dan langsung menuju ke rumah makan Yu It Coen
terlebih dulu, untuk suksesnya rencana ini setelah keluar
dari rumah penginapan Jie-ya tiada halangan untuk
169 ngeloyor dan pesiar dulu keliling kota setelah itu baru
berangkat menuju rumah makan Yu It Coen."
"Bagus! Kita kerjakan demikian saja."
Menanti siang hari menjelang datang, Phoa Ceng Yan
dengan mengenakan jubah panjang dan ditangannya
mencekal sebuah Huncwee perlahan-lahan berjalan
keluar dari rumah penginapan.
Sikapnya luwes, paras mukanya tenang ketika
tubuhnya telah tiba di luar rumah penginapan, sinar
matanya perlahan-lahan menyapu sekejap ke sekeliling
tempat itu. Sedikitpun tidak salah, ia menemukan dua orang
pemuda yang memakai pakaian ringkas buru-buru
ngeloyor pergi.
Diam-diam si orang tua ini tertawa dingin, lambatlambat
ia mulai melanjutkan perjalanannya ke depan.
Saat setelah Phoa Ceng Yan meninggalkan rumah
penginapan itu, seorang lelaki kasar yang memakai topi
terbuat dari kulit dengan di bawah janggutnya
memelihara kumis pendek berjalan keluar dari rumah
penginapan itu dengan langkah lebar.
Lama sekali Phoa Ceng Yan berpesiar keliling kota,
setelah dirasanya waktu sudah cukup panjang ia baru
putar halua berangkat menuju ke rumah makan Yu It
Coen. 170 Yu It Coen adalah sebuah rumah makan yang terbesar
di kota Si Sian Jan, suasana sangat ramai dan setiap hari
banyak pengunjung yang bersantap di sana.
Pada beberapa tahun yang lalu pernah satu kali Phoa
Ceng Yan bersantao siang di rumah makan Yu It Coen
ini, seingatnya ruangan yang besar penuh dengan para
tamu-tamu, suasana sangat ramai sekali.
Tetapi keadaan dari rumah makan Yu It Coen pada
hari ini sama sekali berbeda dengan ingatannya tempo
dulu. Tampaklah sebuah ruangan rumah makan yang besar
dan luas, saat ini sunyi senyap, berpuluh-puluh buah
meja semuanya kosong melompong tak kelihatan
seorang tamupun.
Tujuh orang pelayan rumah makan dengan kepala
memakai topi putih sera pinggang terikat kain putih
dengan sangat rapih berdiri di samping.
Hal ini membuat Phoa Hu Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok mengerutkan alisnya
rapat-rapat. Baru saja ia berjalan masuk ke dalam pintu, tampaklah
seorang pelayan dengan langkah tergesa-gesa datang
menyambut dan menghalangi perjalanan selanjutnya.
"Toa-ya!" serunya sambil menjura, "ini hari rumah
penginapan kami sudah diborong orang, maafkanlah
orang lebih baik cari tempat lain saja."
171 Belum sempat Phoa Ceng Yang memberi jawaban
mendadak terdengarlah suara seseorang yang besar dan
nyaring sudah berkumandang datang.
"Pelayan busuk, matamu sudah buta! Ayoh cepat
menyingkir ke samping!"
Seorang lelaki kasar yang memakai baju singsat
dengan kancing yang sangat banyak dan ikat pinggang
berwarna putih, dengan langkah besar berjalan
mendekat dan mendorong pelayan itu ke samping.
Kau orang tua apakah Phoa Jie-ya!" sapanya sambil
menjura, Phoa Ceng Yan mengangguk, dari dalam
sakunya ia mengambil keluar kartu undangan berwarna
merah itu. "Bilamana Loohu tidak salah melihat, seharusnya
rumah makan ini bukan?" katanya.
"Aaakh?".! Benar, benar! Tidak salah" seru lelaki
tersebut sambil memandang sekejap ke arah kartu
undangan berwarna merah itu, "Pelayan ini ada mata
tidak mengenal gunung Thay san, harap kau orang tua
jangan merasa tersinggung dengan kejadian ini. Mari,
mari silahkan masuk".
"Heeee?".heeee".. kawan adalah"."
"Hamba tidak lebih cuma seorang pesuruh saja,
majikan kami serta beberapa orang kawan sejak semula
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
172 sudah menanti di atas loteng" sambung lelaki itu dengan
cepat. Sinar mata Phoa Ceng Yan perlahan-lahan menyapu
sekejap ke sekeliling tempat itu sewaktu tidak melihat Lie
Giok Liong ada di sana, dalam hati diam-diam pikirnya.
"Mungkin sekali bocah itu sudah menggabungkan diri
di sekeliling tempat ini?"." Ujarnya kemudian. "Harap
saudara membawa jalan buat diriku!"
Lelaki kasar itu mengia, kemudian putar badan dan
berjalan masuk ke ruangan.
Phoa Ceng Yan perlahan-lahan membuntuti dari
belakang, sembari berjalan matanya mengawasi keadaan
di sekeliling ruangan-ruangan rumah makan itu dengan
teliti. Hal ini memaksa lelaki tersebut tak data berjalan
terlalu cepat. Setelah naik ke loteng tingkat kedua, tampaklah
ruangan tersebutpun kosong, kursi meja sebagian besar
sudah disingkirkan sehingga ruangan loteng seluas limaenam
kaki tertinggal sebuah meja perjamuan saja.
Lima orang lelaki kasar masing-masing duduk di
sekeliling meja itu meninggalkan sebuah tempat kosong
di tempat yang teratas.
Phoa Ceng Yan setelah berada di loteng tingkat kedua,
dengan sangat berhati-hati sekali mengawasi keadaan di
sekeliling ruangan setelah dirasanya tiada pihak musuh
173 yang bersembunyi di sana ia baru melangkah maju ke
depan. Melihat munculnya si orang tua tersebut, kelima orang
tersebut bersama-sama bangun berdiri.
"Phoa Jie-ya selamat bertemu, kami berlima sudah
menanti!" ujarnya hampir berbareng.
Dengan pandangan yang sangat tajam Phoa Ceng Yan
memperhatikan kelima orang itu sekejap kecuali
dirasanya dua orang di antara mereka terasa agak
dikenal, sisanya tiga orang ia sama sekali merasa asing.
Perlahan-lahan ia berjalan mendekati meja perjamuan.
"Aku orang she Phoa lebih baik ikut perintah saja!"
ujarnya sambil menjura.
Tanpa sungkan-sungkan ia menempati tempat duduk
yang masih kosong itu.
Sekalian matanya menyapu sekejap ke arah beberapa
orang tersebut.
"Phoa Jie-ya! Kau adalah seorang gagah yang cepat
mengambil keputusan, cayhe merasa sangat kagum,
mari?".mari! Aku hormati dulu Jie-ya dengan satu
cawan arak." ujar lelaki bercambang yang ada disebelah
kiri. Selesai berkata ia mengangkat cawan araknya dan
meneguk isinya sampai habis.
174 Kiranya di atas meja perjamuan sudah tersedia empat
mangkok sayur serta cawan arak yang telah dipenuhi.
"Aku orang she Phoa tidak terbiasa minum arak,
terima kasih atas maksud baik saudara-saudar sekalian."
ujar Phoa Ceng Yan sambil tertawa dan memandang
sekejap ke arah cawan arak itu.
"Haaa?"?"haaaa?"?""haaa?"".. Jie-ya terlalu
banyak curiga" seru lelaku bercambang itu sambil
tertawa terbahak-bahak.
Ia lantas mengambil cawan arak di hadapan Phoa
Ceng Yan dan meneguknya hingga habis.
Meminjam kesempatan inilah Phoa Ceng Yan
memperhatikan dengan teliti wajah ke lima orang itu.
Walaupun mereka bellima punya raut muka yang
berbeda tetapi kecuali si kakek tua yang memelihara
jenggot kambing gunung duduk di hadapannya serta
pejamkan matanya itu, sisanya berempat adalah orang
kasar. Sekalipun di dalam hal ilmu silat boleh dikata ada ia
masih punya sedikit simpanan tetapi tidak lebih itupun
cuma ilmu gwaa-kang saja yang mengutamakan
kekerasan. Dalam hati ia mulai merasa lega, sambil tertawa tawar
ujarnya kemudian.
175 "Maaf aku orang she Phoa tidak ingat dengan kalian
berlima!" serunya.
"Heee"..heee"..heee".. Phoa Ji-ya adalah seorang
Toa Piauw su, sudah tentu tidak akan mengingat-ingat
kami si prajurit tidak bernama di dalam dunia kangouw"
jengek si orang laki-laki dengan alis yang tebal di sebelah
kanan sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Haaa"..haaa"..haaa,,,,, saudara terlalu memuji,
saudara terlalu memuji" dengan alis yang dikerutkan
Phoa Ceng Yan tertawa terbahak bahak. "Aku orang she
Phoa bisa jadi begini, kesemuanya tidak lain disebabkan
saudara-saudara sekalian suka memberi muka kepada
diriku, bilamana aku orang pernah berbuat salah, harap
saudara-saudara suka memaafkan."
Selesai berkata, ia bangun berdiri dan menjura di
sekeliling meja perjamuan.
Setelah itu ia duduk lagi dan sambungnya lebih lanjut.
"Dikarenakan aku orang she Phoa masih ada tugas
untuk mengawasi barang, maaf tidak dapat terlalu lama
menemani saudara-saudara sekalian, tetapi maksud baik
dari kalian itu akan aku orang she Phoa ingat terus di
hati, apabila saudara-saudara masih ada urusan silahkan
ucapkan secara terus terang, asalkan aku dapat
melaksanakan tentu tak akan kutolak, bila semisalnya tak
ada urusan lagi, aku orang she Phoa ada maksud untuk
mohon diri."
176 "Heee?"heee"..he?". Phoa Jie-Ya!" seru lelaki
beralis tebal itu lagi sambil tertawa dingin. "Bangkupun
belum panas kau duduki bagaimana mungkin boleh buruburu
pergi." "Maaf"..maaf aku orang she Phoa harus mencari
sesuap nasi dengan bekerja sebagai pengawal barang,
karena itu kedudukanku tidak sebebas orang biasa,
harap saudara sekalian suka memakluminya."
Si kakek tua berjenggot kambing yang berada
dihadapannya mendadak membuka matanya lebar-lebar,
lalu tertawa dingin.
"Heee?"heee?". Phoa Hu COng Piauw-tauw!
Kaupun seorang jago kangouw yang sudah mengalami
berbagai angin topan dan pernah menemui pula beratusratus
orang terkemuka, setelah datang dengan tergesagesa
mengapa hendak pergi dengan tergesa-gesa pula?"
Apakah kau tidak merasa tindakanmu itu terlalu
gampang?"?"" tegurnya.
Melihat sinar mata yang sangat tajam berkelebat
keluar dari sepasang matanya yang terpentang lebarlebar
itu, diam-diam Phoa Ceng Yan merasa amat
terperanjat. "Ooouw?"" tenaga dalam orang ini tidak lemah, aku
harus menaruh kewaspadaan penuh terhadap dirinya,"
Pikir orang tua itu dalam hati.
Sembari berpikir keras, tangannya mengambil keluar
korek api untuk menyulut huncwee di tangan kanannya,
177 setelah menghembuskan asap panjang ujarnya sambil
tertawa, "Baru saja aku orang she Phoa sudah berkata,
bilamana saudara-saudara ada urusan maka silahkan
katakanlah secara terus terang, bilamana aku orang she
Phoa bisa melakukannya tentu tak bakal kutolak,
bilamana aku orang she Phoa memang tidak sanggup,
dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok masih ada COng
Piauw-tauw kami yang dapat mengambil keputusan, jika
saudara-saudara ada urusan katakanlah secara terbuka!"
"Tiada air kencing yang tidak menimbulkan lubang,
kini Phoa Hu Cong Piauw-tauw sudah memberikan
kesempatan, kami bersaudarapun terpaksa harus
berbicara secara blak-blakan," ujar si kakek tua
berjenggot kambing itu sambil tertawa tawar."Pihak
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian tiada dendam
sakit hati dengan kami, tetapi langganan kalian kali ini
ada sedikit ikatan permusuhan dengan kami bersaudara,
justru maksud dari kami mengundang Phoa Jie-Ya untuk
bersantap tidak lain mengharapkan dari pihak
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok suka memberi muka
kepada kami bersaudara untuk kali ini saja."
"Aaaah?"".. bagus sekali!" pikir Phoa Ceng Yan
secara diam-diam dalam hati."Sekarang kalian sudah tiba
pada puncaknya."
Karena dalam hati sudah ada persiapan maka
menghadapi perkataan tersebut dia sama sekali tidak
menjadi gugup. 178 "Saudara-saudara sekalian sebetulnya menginginkan
aku orang Phoa secara bagaimana memberi muka pada
kalian?" tanyanya sambil tertawa.
"Haaa?"..haaa?"haaa?"?" tidak sulit, tidak sulit!"
Si kakek tua berjenggot kambing itu tertawa terbahakbahak.
"Asalkan Phoa Jie-ya suka memejamkan mata dan
kasih waktu sepenanak nasi untuk kami itu sudah lebih
dari cukup!"
Mendengar perkataan tersebut Phoa Ceng Yan segera
merasakan hatinya tersentak.
"Apakah mereka benar-benar sedang menjalankan
siasat memancing harimau turun gunung" dan sudah ada
orang yang turun tangan sewaktu aku masih berada di
sini?" pikirnya di dalam hati.
Sembari berpikir keras ia mendehem berulang kali.
"Jika saudara-saudara sekalian sudah kasih
keterangan, aku harap dapat menerangkan lebih jelas
lagi." ujarnya. "Sebenarnya kalian ingin membunuh
orang atau cuma mendapatkan barang-barang saja."
Agaknya si kakek tua yang berjenggot kambing
gunung itu merupakan pentolan dari antara kelima orang
itu, asal apa yang diucapkan merupakan keputusan yang
mutlak. Terlihatlah ia mengangkat cawan araknya perlahanlahan,
kemudian sambil tertawa jawabnya, "Setelah
179 berjanji dengan kau Phoa Jie-ya kami bersaudara sudah
tentu tidak akan melukai orang."
"Ehmmmm?"?"..! Kalau begitu kalian cuma
menginginkan barangnya saja bukan" tetapu menurut
apa yang aku orang she Phoa ketahui Liauw Thayjien
tidak membawa intan permata terlalu banyak,
kemungkinan sekali gerakan dari saudara-saudara kali ini
akan memperoleh kekecewaan saja."
Air muka si kakek tua berjenggot kambing itu kontan
saja berubah hebat.
"Soal ini kau Phoa Jie-ya tidak perlu repot-repot ikut
merasa kuatir, siauw-te sudah berkata tidak akan
melukai orang bilamana perkataanku tidak sesuai dengan
perbuatan, maka cawan itu adalah suatu contoh yang
paling baik." ujarnya.
Terlihat cawan arak yang ada di tangannya mendadak
remuk berkeping-keping.
Phoa Ceng Yan memandang sekejap ke arah
hancurnya cawan arak tersebut, kemudian tertawa
terbahak-bahak.
"Haaaaa?"?"haaaaa?"".haaaaa?"kawan,
sungguh dahsyat tenaga dalammu, kita sudah berbicara
selama setengah harian lamanya, tapi aku orang she
Phoa masih belum mengetahui nama besarmu."
"ooouww siauw-te!" seru kakek berjenggot kambing
itu sembari tertawa dingin."Cayhe adalah Miauw It Tong,
180 seorang prajurit tak bernama dari dunia kangouw,
mungkin Phoa-heng belum pernah mendengar namaku
bukan." "Aaach?"! Yen San Ngo Ih"." seru Phoa Ceng Yan
tak tertahan lagi. hatinya benar-benar terasa bergetar
sangat keras. "Heee?"heee?"heee".. Phoa Jie-ya tidak usah
terlalu memuji lagi, kami lima bersaudara disebut orang
dengan sebutan Yen San Ngo Kui atau lima setan dari
gunung Yen San, sebutan "Ngo Ih"-mu tersebut kami
bersaudara tidak berani menerimanya.
Miauw It Tong merandek sejenak, lalu sambungnya
kembali, "Pada lima tahun berselang, sewaktu
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok mengadakan
perjamuan untuk menjamu para enghiong hoohan baik
dari darat maupun dari laut di daerah sebelah utara,
kami lima bersaudara-pun pada waktu itu menerima
surat undangan dari piauw-kiok kalian dan pernah
bertemu satu kali dengan Phoa Jie-ya. Karena itu di atas
surat undangan kami berlima tadi sudah kami cantumkan
lima orang kawan lama, tetapi Phoa Jie-ya orang
budiman suka lupaan, ternyata kau sudah tidak teringat
lagi dengan kami berlima."
Phoa Ceng Yan menyedot huncwee-nya dalam-dalam
kemudian menyemburkan segulung asap biru yang
sangat tebal. "Saudara-saudara sekalian sudah lama mengasingkan
diri dari keramaian dunia, tidak kusangka ternyata kali ini
181 kalian dapat munculkan diri kembali!" ujarnya sambil
tertawa. "Phoa Jie-ya! Kami Yen San Ngo Kui biasanya suka
pergi kesana pergi kemari sesuka hati, setelah menjadi
budak orang lainpun rasanya tidak berhasil mengelabui
pendengaran kawan-kawan Bu-lim lainnya, apalagi matamata
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok tersebar luas di
mana-mana, terhadap urusan kami lima bersaudara
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentunya kau orang sudah mendengar jelas bukan?" kata
Miauw It Tong. Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan mengangguk-angguk.
"Aku orang she Phoa memang pernah mendengar
berita ini, katanya saudara-saudara sekalian sudah
menggabungkan diri di bawah perintah si Kongcu tukang
foya-foya" "Im Yan Pan" Ke Giok Lang!" katanya.
"Sedikitpun tidak salah, kami lima bersaudara memang
sudah menjadi pembantu-pembantu dari Ke-Kongcu!"
Walaupun Phoa Ceng Yan berusaha untuk
mempertahankan ketenangan hatinya, tak urung paras
mukanya rada berubah juga.
"Lalu apakah Ke Kong juga sudah datang di kota Si
Sian Jan ini?"?" tanyanya lebih lanjut sambil menghisap
huncweenya dalam-dalam.
"Majikan kami mungkin sekali sudah tiba di rumah
penginapan Phoa Jie-ya!"
182 Mendadak Phoa Ceng Yan meloncat bangun dari
tempat duduknya.
"Siasat memancing harimau turun gunung yang
saudara sekalian gunakan, aku rela untuk
menggantikannya" kata si orang tua itu dengan dingin.
"Phoa Jie-ya! Mungkin sudah terlambat!" seru Miauw
It Tong sambil bangun berdiri pula.
Selagi Phoa Ceng Yan bermaksud mengumbar hawa
amarah, mendadak dari bawah loteng berkumandang
datang suara bentakan yang amat keras dan nyaring.
"Khek-ya! Di dalam kota Si Sian Jan bukan cuma ada
satu rumah makan saja, bersantap dimana saja
bukankah sama?"."
"Kau cucu kura-kura jangan bicara seenakmu sendiri!"
teriak seseorang dengan nada yang berat dan logat Su
Tzuan. "Kalian buka rumah makan untuk cari uang, kini
aku orang punya uang untuk membayar, mengapa kalian
tidak mengijinkan aku untuk bersantap"."
Diikuti suara bentakan keras dari seseorang mendadak
di mulut tangga muncul seseorang.
Phoa Ceng Yan segera mendongakkan kepala terlihat
olehnya seseorang lelaki yang memakai jubah warna
hijau dengan celana warna putih, sepatu terbuat dari
serabut dan pada punggungnya menggembol sebuah
buntalan berbentuk persegi panjang, sikapnya amat
gagah sekali. 183 Wajahnya sederhana, tiada bagian-bagian yang
memancing daya tarik seseorang, tetapi di dalam musim
dingin seperti ini ternyata dia orang hanya memakai
pakaian tipis dan sama sekali tidak kelihatan kedinginan,
hal ini jelas menunjukkan bila ia memiliki dasar tenaga
lweekang yang sangat sempurna.
Setelah naik ke atas loteng sewaktu dilihatnya meja
kursi di sana pada disingkirkan semua ke samping, dan
tinggal sebuah meja perjamuan saja yang masih ada di
tengah-tengah ruangan, tak terasa lagi keningnya sudah
dikerutkan erat-erat.
"Maknya".. termasuk rumah makan macam apa ini"."
teriaknya tak kuasa lagi.
Belum habis ia berteriak mendadak terlihatlah sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat, seorang lelaki kasar
dengan tergesa-gesa menyusup naik ke atas loteng.
"Eeeeei".. apa yang sedang kau gembar gemborkan?"
bentaknya keras.
Tangan kanannya lantas menyambar mencengkeram
pundak lelaki berjubah hijau itu./
"Ooooouw?". mau berkelahi?" teriak lelaki tersebut.
Tubuhnya dengan sangat ringan berkelebat
menghindarkan diri dari sambaran tangan kanan lelaki
tersebut. 184 Phoa Ceng Yan sewaktu melihat orang yang baru saja
melancarkan serangan itu bukan lain adalah lelaki yang
menyambut kedatangannya tadi, diam-diam pikirnya
dalam hati, "Entah siapakah lelaki berjubah hijau itu"
Mengapa pada saat ini ia paksakan diri untuk naik loteng,
bukannya bersantai sebaliknya mencari gara-gara
dengan orang itu".."
Lelaki tersebut sewaktu melihat cengkeramannya
segera dibabat ke samping berubah menjadi suatu
serangan pukulan.
"Aduuuuh?"aduh". celaka.,celaka, di siang hari
bolong kau berani turun tangan pukul orang, apa aku
kira si orang tua takut dengan peraturan hukum?" teriak
si orang berbaju hijau itu dengan suara berat.
Sembari berteriak dengan sangat lincah ia berkelit ke
samping. Lelaki tersebut sewaktu melihat kedua buah serangan
beruntunnya kena dihindari oleh lelaki berbaju hijau
tersebut, dalam hati merasa amat gusar, sepasang
telapaknya diperkencang dan melancarkan serangan
semakin gencar.
Terlihatlah sepasang kepalannya laksana curahan
hujan dengan gencar mendesak pihak lawannya.
Tetapi gerakan tubuh lelaki berbaju hijau itu ternyata
amat lincah, setiap serangan lelaki tersebut dengan indah
dan seenaknya berhasil dihindari semua.
185 Hanya di dalam sekejap mata lelaki itu sudah
melancarkan dua-tiga puluh jurus serangan, sebagian
besar pukulannya hanya menyambar lewat setengah
coen dari ujung jubah lelaki berbaju hijau itu.
Agaknya setiap kepalan yang dilancarkan bakal
mengenai pada sasarannya, tetapi begitu kepalan
mendekati sang tubuh, pihak musuh tahu-tahu
serangannya telah mencapai pada sasaran yang kosong.
Sejak pertama kali tadi Phoa Ceng Yan sudah dapat
melihat bila lelaki berbaju hijau itu sebenarnya memiliki
ilmu silat yang sangat tinggi, asal ia melancarkan
serangan balas mungkin hanya di dalam satu jurus saja
sudah cukup untuk menguasai lelaki tersebut. "Tahan!"
mendadak terdengar Miauw It Tong membentak keras.
"Jangan pamerkan kejelekanmu lagi."
Lelaki itu beruntun melancarkan sepuluh jurus
serangan tetapi tak satupun yang berhasil mengenai
lawannya dalam hati ia mulai menyadari bila ini hari dia
orang sudah menemui musuh tangguh, kini setelah
mendengar suara bentakan dari Miauw It Tong buruburu
lelaki tersebut menarik kembali serangannya dan
mengundurkan diri ke belakang.
"Ooouw?"kawan! Kau sudah bosan bergebrak?"
jengek lelaki berjubah hijau itu kemudian sambil
memandang sekejap ke arah lelaki tersebut.
Kala itu sebetulnya Phoa Ceng Yan sudah bersiap-siap
hendak menerjang keluar dari kurungan Yen San Ngo
Kui, tetapi setelah melihat si lelaki berlogat Su Tzuan ini
186 ada maksud mencari gara-gara, segera iapun bersabar
diri dan menekan rasa kuatir di hatinya untuk duduk
kembali di tempat semula.
Kiranya, secara mendadak teringat olehnya walaupun
Lie Giok Liong tidak berhasil menyelundup masuk ke
dalam rumah makan tersebut tetapi paling sedikit sudah
berada di depan rumah makan Yu It Coen tersebut,
asalkan ia berhasil memperoleh sedikit kabar berita saja
kemungkinan sekali ia bisa kembali ke rumah penginapan
untuk melaporkan berita tersebut kepada diri Nyoo Su
Jan. Ketika itulah mendadak Miauw It Tong mengulapkan
tangannya, dua orang lelaki kasar yang duduk di sisinya
tiba-tiba meloncat bangun dan secara berbareng
menghadang jalan pergi dari lelaki berbaju hijau itu.
Dari Yen San Ngo Kui, kecuali Loo-toa Miauw It Tong
mempunyai perawakan kurus kering, sisanya berempat
adalah lelaki-lelaki kasar berperawakan tinggi besar
dengan wajah bengis.
Dua orang lelaki bengis yang menghadang perjalanan
lelaki berjubah hijau pada saat ini bukan lain adalah Looji
si "Cioe Koe" atau setan arak Thio Hauw serta Loo Sam
"Si Koei" atau setan perempuan Ong Peng dari antara
Yen San Ngo Koei.
Si lelaki berbaju hijau itu dengan cepat menghentikan
langkahnya dan memandang sekejap ke arah dua orang
setan tersebut.
187 "Bagaimana" Kau orang juga kepingin berkelahi?"
tegurnya sambil tertawa.
"Kawan! Lebih baik kau orang jangan berpura-pura
gila dan menyaru seperti orang bodoh, di dalam
sepasang mata aku Thio Jie-ya masih belum kemasukan
pasir!" seru Si setan arak Thio Hauw dengan suara yang
sangat dingin. "Kau bangsat tua! Kepandaianmu tidak cetek juga, aku
rasa tentunya kau adalah seorang jagoan yang
mempunyai sedikir nama di dalam dunia kangouw"
sambung Si setan perempuan Ong Peng melanjutkan
kata-kata saudara angkatnya. "Manusia punya nama,
pohon punya bayangan, kawan kalau betul-betul berani
mencari gara-gara dengan kami Yen San Ngo Koei ada
seharusnya melaporkan dulu siapakah namamu."
Mendengar perkataan tersebut, si orang berbaju hihau
itu segera menengadah ke atas tertawa terbahak-bahak.
Mendadak dengan menggunakan logat ibukota yang
sangat cepat, ujarnya, "Kalian berdua lagi menanyakan
nama besar cayhe?"
Mendengar nada ucapannya berubah bahkan sama
sekali tidak kedengaran logat Su Tzuan-nya lagi tak
terasa lagi Phoa Ceng Yan merasa hatinya rada bergerak,
di dalam benaknya teringat akan seseorang.
"Telingamu tidak tuli, matamu tidak buta, kalau tidak
bertanya padamu, apakah aku sedang bertanya dengan
188 cucu kura-kura?" maki si setan arak Thio Hauw dengan
murka. "Ooouw?". ooouw?". kau berani memaki dengan
kata-kata kotor". bagus! Ingat saja dengan empat buah
gaplokanku nanti."
"Kawan! Sungguh besar sekali bacotmu!" seru si setan
perempuan Ong Peng pula dengan kasar. "Apakah kau
tidak takut ada angin utara yang menyambar putus
lidahmu" Kami lima bersaudara dari gunung Yen San
selamanya paling tidak takut cari gara-gara, tetapi
selamanya paling pantang pula bergebrak melawan
manusia-manusia yang tidak punya nama!"
"Ooouw".. nama cayhe" Ada sih ada, cuma saja
kurang sedap jika didengar, kalau aku ucapkan keluar,
harap kalian jangan marah-marah dan salahkan diriku
yaaahhhh?""
"Sungai besar, samudra luas kami sudah melihatnya
semua, dengan mengandalkan ilmumu yang tidak
seberapa aku tidak percaya bila kaupun bisa memiliki
sebuah nama yang mirip manusia".." ejek si setan arak
dengan dingin. "Waah?". kau benar-benar sangat pandai kawan,
sedikitpun tidak salah! Gelarku memang tidak akan
ditakuti manusia tetapi bagi kaum setan, siluman, iblis
atau manusia-manusia aneh yang mendengar tentu akan
murung dibuatnya."
189 Air muka si setan perempuan Ong Peng segera
berubah hebat. "Siapa namamu?" tanyanya.
"Kui Kian Chu (setan ketemu murung).
Untuk sementara waktu si setan arak Thio Hauw
masih belum merasakan apa-apa, terdengar ia
bergumam berulang kali.
"Kui Kian Cu?"Kui Kian Cu?" Setan ketemu
murung?".Haaa?"
Mendadak ia menggembor keras.
"Bajingan! Bangsat, kau sudah bosan hidup?"
Dengan jurus "Hwie Cu Cong Tiong" atau tongkat
terbang menumbuk genta ia melancarkan sebuah
hantaman dashyat menghajar dada lelaki berjubah hijau
itu. Kepalannya besar lagi kasar sudah tentu kekuatannya
luar biasa mengejutkan, pukulannya ini segera
menyambar kedepan disertai dengan deruan angin
pukulan yang memekakkan telinga.
Si lelaki berbaju hijau itu segera maju satu langkah ke
depan, kakinya berputar menghindarkan diri dari
datangnya serangan tersebut.
190 Thio Hauw mengangkat tangan kirinya ke atas,
pukulan kedua menyusul datang, sedang mulutnya
berteriak keras.
"Coba kau rasakanlah bagaimana kedashyatan dari
pukulan Thio Jie-yamu!"
Baru saja si orang berbaju hijau itu menyingkir ke
samping, angin pukulan dari Thio Hauw yang maha
dashyat sudah menyambar lewat dari sisinya.
Thio Hauw yang melihat pukulan tersebut akan
mengenai tubuh orang berbaju hijau itu, menanti
kepalannya hampir dekat dengan tubuh musuhnya
mendadak ia menambahi dengan beberapa bagian
tenaga lagi. Oleh karena itu, sewaktu pukulannya mencapai pada
sasaran yang kosong, Thio Hauw tak dapat
mempertahankan tubuhnya lagi, sang badan jatuh
terjengkang ke depan dan menumbuk tubuh orang
berbaju hijau itu.
Sedang si orang berbaju hijau itupun sedang
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyingkir ke sampind menghindarkan diri dari
datangnya serangan tersebut, tak terhindar lagi pundak
kirinya dengan tepat menyongsong kedatangan dada
Thio Hauw sehingga tak bisa tercegah lagi terjadilah
bentrokan yang amat keras.
Si baju hijau itu berteriak tertahan, tubuhnya
menyingkir dua langkah ke samping, sebaliknya si setan
arak Thio Hauw sudah mencekal dadanya berturut-turut
191 mundur lima enam langkah ke depan dan tepat
menubruk di atas Phoa Ceng Yan.
Phoa Ceng Yan segera menggerakkan tangan
kanannya menerima jatuhnya tubuh Thio Hauw.
"Eeei, Thio Jie-ya, kau sudah kena kuhantam?"
jengeknya dingin.
Waktu itu saking sakitnya Thio Hauw sudah tak bisa
bicara lagi, tak kuasa lagi ia muntahkan darah segar.
Sewaktu Phoa Ceng Yan melihat Thio Hauw sudah
menderita luka yang parah, ia tidak mengeluarkan katakata
ejekan lagi, dengan cepat dibimbingnya tubuh Thio
Hauw untuk dipersilahkan duduk di atas kursi.
"Phoa-heng! Kau orangkah yang sudah turun tangan
menghajar dirinya?" Mendadak Miauw It Tong bangun
berdiri sambil mendengus dingin.
Phoa Ceng Yang menggeleng dan mendengarkan
suara tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee"..heee?"heee?".menurut pandangan
Miauw-heng, apakah aku orang she Phoa mirip dengan
manusia rendah ahli membokong orang lain?""
jengkelnya. Harus diketahui Phoa Ceng Yan memiliki julukan si
pukulan besi yang menggetarkan seluruh dunia
persilatan, di dalam permainan telapak tangannya sudah
tentu memiliki kesempurnaan yang luar biasa.
192 Miauw It Tong yang melihat dia orang membimbing
tubuh Thio Hauw, lantas saudaranya muntah darah segar
di dalam anggapan-nya Phoa Ceng Yan lah yang secara
diam-diam sudah kerahkan hawa murni menghajar muka
Thio Hauw. Terdengar si setan arak Thio Hauw menghembuskan
napas panjang dua kali, lalu dengan nada terputus-putus
serunya, "Luka".lukaku aaada diii".didepan dada"..!"
Selesai mengucapkan kata-kata tersebut, kembali ia
muntahkan darah segar.
Ketika itulah Miauw It Tong baru mengerti bila dirinya
sudah menganggap kucing sebagai anjing, tak terasa lagi
dengan wajah merah padam ia menoleh dan
memandang sekejap ke arah lelaki berjubah hijau itu.
"Kawan! Sungguh bagus sekali perbuatanmu "
tegurnya ketus."Aku orang she Miauw hampir-hampir
saja salah melihat."
Tangan kanan si lelaki berjubah hijau itu tetap
diletakkan di atas pundak kirinya, ia tertawa.
"Bila punya cengli maka mengembara ke seluruh
kolong langitpun bisa, tetapi jika tidak punya cengli untuk
melangkah setengah coenpun susah, sejak siauw-te naik
ke atas loteng belum pernah turun tangan terhadap
siapa-pun," katanya perlahan. "Adalah saudaramu sendiri
yang menerjang pundakku secara kasar, hal ini
bagaimana bisa salahkan cayhe?"
193 Sembari berkata iapun melangkah maju menuju ke
arah meja persegi tersebut.
Walau si setan perempuan Ong Peng dapat melihat si
setan arak Thio Hauw menderita luka parah, tetapi ia
mempunyai pandangan yang sama seperti Miauw It
Tong, di dalam perasaannya saudara mereka adalah
terluka di tangan si telapak besi gelang emas Phoa Ceng
Yan, tetapi sama sekali tak terduga olehnya bila
saudaranya itu terluka karena tubrukan dengan pundak
lelaki berbaju hijau itu.
Kiranya si setan arak Thio Hauw memiliki kepandaian
ilmu kebal, walaupun belum sampai taraf tidak mempan
terhadap segala tusukan senjata tajam, tetapi bilamana
cuma ada tenaga pukulan seberat tiga-lima ratus kati
saja jangan harap bisa melukai dirinya hanya di dalam
sekali pukulan.
Si lelaki berbaju hijau ini sama sekali tidak menarik
perhatian, bagaimana mungkin dia orang bisa berhasil
memukul luka diri Thio Hauw"
Selesai mendengar penjelasan dari peristiwa bariuan
ini, mendadak dari sebuah tabung bambu Ong Peng
mencabut keluar sebuah senjata tri sula, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun ia segera bertindak
mendekati diri lelaki berbaju hijau itu.
Si setan perempuan Ong Peng bukan saja sangat
gemar dengan perempuan, bahkan diantara Yen San Ngo
Koei dialah yang paling licik dan paling kejam.
194 Kini dengan senjata tri sula diangkat tinggi-tinggi dan
sedikitpun tidak menimnulkan suara perlahan-lahan ia
berjalan mendekat tubuh lelaki berbaju hijau itu
kemudian melancarkan tusukan ke atas punggung
musuhnya. Dengan menimbulkan suara desiran tajam trisula di
atas tangannya segera melesat ke atas ujung baju lelaki
berbaju hijau itu.
Di dalam anggapannya serangan tersebut pasti akan
menemui sasarannya atau paling sedikit musuhnya pasti
akan menderita luka.
Siapa sangka tenaga yang digunakan terlalu besar,
apalagi lelaki berbaju hijau itupun dengan sebat dan
gesit sekali menghindarkan diri ke samping.
Kiranya sewaktu senjata trisula itu hampir mengenai
badan si lelaki berbaju hijau itulah, mendadak orang itu
sambil memegang perutnya menjerit kesakitan dan
menjatuhkan diri ke arah depan.
Si setan perempuan Ong Peng tak dapat menahan diri
lagi. Senjata trisulanya dengan menimbulkan suara
berisik menghajar tepat di atas piring sayur sehingga
membuat benda tersebut hancur lebur, kuah berminyak
muncrat ke empat penjuru membasahi seluruh wajahnya.
Phoa Ceng Yan serta Miauw It Tong pada saat yang
bersamaan dengan menggunakan gerakan yang tercepat
195 mencelat ke samping, hindarkan diri dari cipratan kuah
minyak tadi. Si setan arak Thio Hauw yang sedang menderita luka
berat tak sempat untuk menghindarkan diri lagi, tak
terhindar lagi seluruh tubuhnya dibasahi dengan
berminyak tersebut.
Walaupun Phoa Ceng Yan mencelat ke belakang
sejauh lima depa, tetapi selama ini sepasang matanya
dengan memancarkan cahaya tajam memperhatikan
terus diri si lelaki berbaju hijau itu.
Terlihat tubuh si lelaki berbaju hijau hampir jatuh
mengenai tanhah itu, mendadak busungkan dada, angkat
kepala, tangan tidak menempel tanah, badan tidak
pinjam tenaga dengan menggunakan kekuatan sewaktu
mendongakkan kepalanya itulah ia berhasil menegakkan
badannya kembali.
Ong Peng yang melihat serangan senjata trisulanya
tidak mencapai pada sasaran, dengan tangan kiri
mengusap kering kuah pada minyak yang mengotori
wajah dan senjata trisula di tangan kanan berputar,
sekali lagi ia melancarkan tusukan ke arah dada lelaki
berbaju hijau itu.
"Heee?"heeee"..heee?" agaknya kau orang
sebelum melihat peti mati tak akan mengucurkan air
mata, sebelum tiba di sungai Huang Hoo belum puas!"
seru lelaki berbaju hijau itu sambil tertawa dingin tiada
hentinya. 196 Di tengah suara peembicaraan, tangan kirinya
mendadak diangkat ke atas mencengkeram pergelangan
tangan kanan Ong Peng.
Di mana hawa murninya disalurkan melalui sang
telapak, Ong Peng kontan merasakan separuh badannya
jadi kaku, kelima jari tangannya mengendor dan senjata
trisula dalam cekalannya tak tertahan lagi jatuh ke atas
tanah. Si setan harta Lie Tan serta si setan nafsu Cau San
sewaktu melihat si setan arak serta si setan perempuan
yang satu terluka parah dan yang lain kena ditawan oleh
pihak musuh, dalam hati benar-benar merasa terperanjat
bercampur gusar, diam-diam pikirnya di dalam hati.
"Bangsat cilik yang tidak diketahui nama serta asalusulnya
ini, tidak disangka sedemikian lihaynya?"
Agaknya di dalam hati mereka berdua mempunyai
maksud yang sama, mendadak diiringi suara bentakan
yang keras kedua orang itu secara berbareng menubruk
ke arah lelaki berbaju hijau itu.
Lelaki berbaju hijau itu mendengus dingin, dengan
sekuat tenaga ia menarik badan setan perempuan Ong
Peng ke arah depan menghadang datangnya tubrukan
dari si setan harta Lie Tan.
Gerakan dari Lie Tan dilakukan sangat cepat dan
ganas, penarikan tubuh Ong Peng yang dilakukan lelaki
berbaju hijau itupun tepat pada saatnya, si setan
197 perempua tak bisa menahan dirinya lagi tanpa terasa lagi
tubuhnya menubruk ke arah Lie Tan.
Si setan harta Lie Tan sewaktu melihat berkelebatnya
bayangan tubuh Ong Peng menyambut tubrukannya,
dalam hati merasa sangat terperanjat sekali, cuma
sayang untuk mengerem tindakannya sudah tidak
sempat lagi. "Braaak"..!" tak terhindar lagi mereka berdua saling
bertubrukan dengan kerasnya.
Lie Tan mendengus berat, tubuhnya kena terpukul
mundur tiga langkah ke belakang sebaliknya persendian
serta tulang iga Ong Peng kena ketubruk patah sehingga
ia harus menyekal pinggangnya sambil mengerangngerang
kesakitan. Seluruh peristiwa ini terjadi hanya di dalam sekejap
mata saja, sewaktu lelaki berbaju hijau itu menggunakan
badan Ong Peng untuk menahan tubrukan dari Lie Tan,
telapak tangan kanannya pada saat yang bersamaan
mengirim pula satu pukulan ke depan.
Serangan telapak ini kelihatannya sama sekali tidak
aneh, justru kelihayannya terletak pada ketepatan waktu.
Cau San ingin menghindarkan diri dari serangan
tersebut agaknya tidak sempat lagi melihat angin
pukulan sudah menyambar datang, terpaksa dengan
keraskan kepala ia menubruk ke atas telapak musuh
dengan keras. 198 "Plaaak?"! Dengan menimbulkan suara keras, tubuh
Cau San yang semula bergerak maju dengan sangat
tepat menubruk di atas telapak tangan lelaki berbaju
hijau itu. Lelaki itu tidak bodoh, begitu tubuh si setan nafsu
menubruk datang, hawa murninya segera dikerahkan
keluar, terasalah segulung daya pental yang amat keras
dengan cepat melemparkan badannya ke belakang.
Sebetulnya ketika itu si setan nafsu Cau San sedang
berlari menerjang ke depan, setelaj termakan daya
pental tadi, tak kuasa lagi badannya mencelat ke
belakang sehingga tubuhnya berjumpalitan.
Melihat saudaranya kembali dipukul sehingga mencelat
ke belakang, Miauw It Tong segera maju ke depan
menerima jatuhnya tubuh Cau San.
"Heee?"heee?"heee?"kawan, sungguh dashyat
tanaga dalammu" jengeknya perlahan.
Kiranya, kendati Miauw It Tong berhasil menerima
jatuhnya badan Cau San, tetapi badannya tidak utung
kena terpukul mundur juga sehingga melangkah ke arah
belakang sebanyak tiga tindak dengan sempoyongan.
"Hmmmmm"..! Kalian beberapa orang budak buta
yang tak tahu diri, memang sepatutnya aku kasih sedikit
hajaran kepada kalian agar kamu semua tahu jika jagojago
lihay di dalam dunia kangouw sangat banyak
jumlahnya, lain kali janganlah coba-coba main gertak dan
cari menang sendiri!" seru lelaki berbaju hijau itu dingin.
199 Miauw It Tog bukan saja namanya tercantum sebagai
loo-toa di dalam deretan Yen San Ngo Koei bahkan ilmu
silatnya-pun jauh lebih tinggi beberapa kali lipat dari
empat setan lainnya, sesudah melihat kejadian tadi, ia
lantas mengerti bila kepandaian silat yang dimiliki lelaki
berbaju hijau ini telah berhasil mencapai pada taraf
kesempurnaan, sekalipun ia sendiri majupun hanya siasia
belaka. Dasar sifatnya memang licik, pintar dan banyak akal.
Sesudah merasa bila posisinya tidak menguntungkan
dengan paksakan diri menahan rasa murka di dalam
dadanya ia berkata, "Salah aku sendiri punya mata tak
berbiji sehingga tidak mengenal kau sebagai seorang
jagoan lihay, hal ini tak bisa salahkan kawan telah
memberi sedikit hajaran kepada mereka."
"Haaa?"haaa?"haaa".. Khek loo ci, begitulah baru
mirip perkataan seorang manusia!" teriak lelaki berbaju
hijau itu sambil tertawa terbahak-bahak, sedang
lagaknyapun telah kembali dengan menggunakan logat
daerah Su TZuan.
Perlahan-lahan Miauw It Tong menghembuskan napas
panjang. "Manusia meninggalkan nama, burung meninggalkan
suara, kawan! Mengapa kau orang tidak tinggalkan dulu
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nama besarmu!" ujarnya.
Lelaki berbaju hijau itu sama sekali tidak mengubris
terhadap perkataan tersebut, ia segera duduk kembali
200 mengangkat cawan arak dan dan berturut-turut meneguk
sebanyak tiga cawan besar.
Pada mulanya si setan arak, perempuan, harta serta
nafsi berempat tak dapat menahan rasa gusar di hatinya
melihat kecongkakan orang itu, tetapi setelah kejadian
barusan mereka baru merasa bila mereka berempat telah
menemui jagoan lihay yang selama ini belum pernah
ditemuinya. Akhirnya dengan menahan rasa sakit mereka
pada bungkam diam dalam seribu bahasa.
Kembali Miauw It TOng mendehem perlahan, "Kawan,
siaw-tee ingin minta petunjuk nama besar dari
saudara?" katanya.
Lelaki berbaju hijau itu tetap tidak mengubris dan
pura-pura tidak mendengar bahkan kepalanya tidak
menoleh, matanya tidak berputar, ia hanya repot dengan
araknya saja. "Ehmmm"..! Kedatangan lelaki berbaju hijau ini
sungguh aneh sekali," diam-diam pikir Phoa Ceng Yan di
dalam hati."Agaknya ia sengaja ada maksud hendak
mencari gara-gara dengan mereka, sebetulnya apa
maksud yang sebetulnya?"
Berpikir akan hal itu, perlahan-lahan ia-pun sambil
duduk ditempatnya semula.
"Heee?"heee"..heee?" ada pepatah mengatakan
tiada perjamuan merupakan suatu perjamuan baik.
Kawan! Kau orang tidak takut bila di dalam arak tersebut
201 sudah kami campur dengan racun?" teriak Miauw It Tong
sambil tertawa seram.
"Apa kau kata?" mendadak lelaki berbaju hijau itu
meletakkan poci araknya ke atas meja.
"Cayhe berkata kalau arak tersebut dicampuri dengan
racun!" "Racun apa?"
"Racun apa" oouuw?" sungguh maaf sekali! Cayhe
sendiripun tidak paham racun apakah itu, yang jelas di
dalam arak tersebut sudah dicampuri racun."
"Heee?"heee"..heee?" tentu kau sendirilah yang
bertindak sebagai pentolan Yen San Ngo Koei?" jengek
lelaki berbaju hijau itu sambil tertawa dingin.
"Sedikitpun tidak salah, cayhe she Miauw bernama It
Tong, entah kawan mempunyai petunjuk apa?"
"Badan setan ekor-ekor setan! Semuanya pentang
cakar unjuk gigi, kelihatannya kau sebagai kepala setan
masih bisa menahan sabar."
"Maksud kawan?".?" air muka Miauw It Tong kontan
berubah hebat. "Kau kira aku tidak paham dengan siasat setan dari
kepala setan otak setan kalian?"
"Apa maksud perkataanmu itu?"
202 "Aku dengar orang berkata bahwa si kepala setan
memiliki kepandaian silat yang jauh hebat dari beberapa
orang setan-setan yang menjadi ekornyam tidak
kusangka kaupun memiliki kelicikan yang jauh melebihi
setan-setan ekor lainnya"."
Mendadak ia putar batok kepalanya, dengan dua
rentetan cahaya mata yang dingin dan tajam ia melototi
wajah Miauw It Tong dalam-dalam, sambungnya dengan
nada sangat dingin.
"Kau adalah seekor kadak buduk yang ingin
bersembunyi dari sinar matahari, bisa meloloskan diri
satu detik, berusaha keras untuk mendapatkan satu
detik, heee?"heee?"cuma saja kau jangan kuatir!"
Begitu perkataan tersebut selesai diucapkan, Miauw It
Tong segera merasakan ghatinya tergetar sangat keras,
tetapi di atas paras mukanya masih mempertahankan
ketenangan. "Cayhe mempunyai urusan apa yang patut
dikuatirkan," katanya perlahan.
"Kau sedang mengulur waktu untuk menanti
kedatangan majikan kalian si kongcu tukan foya-foya Ke
Giok Lang!"
Sekali lagi Miauw It Tong merasakan hatinya tergetar
sangat keras. "Saudara adalah ?"?"
203 "Perkataan dari Khek Loo-ci tidak salah bukan!"
potong lelaki berbaju hijau itu dengan cepat. "Kau
bangsat cilik diam-diam punya maksud tidak baik,
heee"..heee?"sebetulnya jika aku kepingin
membereskan kalian Yen San Ngo Koei sangat gampang
sekali seperti membalik tangan sendiri, cuma ?".."
Belum habis ia menyelesaikan perkataannya,
mendadak terdengarlah suara tertawa terbahak-bahak
yang amat keras memotong pembicaraan lelaki berbaju
hijau yang belum selesai diucapkan itu.
Ketika semua orang menoleh ke arah mana berasalnya
suara tertawa itu, terlihatlah di depan mulut loteng
muncullah seorang pemuda tampan yang memakai topi
model siangkong, memakai jubah berwarna biru,
tangannya mencekal sebuah kipas, wajah putih halus dan
berbibir merah seperti memakai gincu.
Melihat munculnya pemuda itu si lelaki berbaju hijau
itu segera mengebrakkan tangannya ke atas meja
sehingga membuat teko arak, cawan, mangkok serta
piring-piring sayur tergetar keras dan beterbangan di
tengah udara. "Ke Giok Lang, loohu sudah mengejar dirimu selama
setengah tahun lamanya"."
"Ooouw". aku kira siapa, tidak nyana adalah Tui Hong
Hiap atau si pendekar pengejar anging yang memiliki
nama besar di dalam dunia kangouw," potong Ke Giok
Lang sambil mengulapkan tangannya.
204 Mendengar disebutnya nama tersebut, Miauw It Tong
kontan merasakan hatinya tergetar sangat keras.
"Tidak nyana si bangsat cilik yang berwajah biasa dan
sama sekali tidak menarik ini adalah si pendekar
pengejar angin yang amat terkenal itu." pikirnya diamdiam
dalam hati. "Masih beruntung aku bisa menahan
sabar, kalau sampai aku orang turun tangan mungkin
dirikupun tak akan terhindar dan bakal menderita rasa
malu pula."
Terdengarlah pada waktu itu si pendekar pengejar
angin dengan nada dingin sedang berseru, "Ke Giok
Lang! Kau sudah menculik pergi keponakan
perempuanku kemana?"
"Aduuh?"..aduuh?" sungguh tidak enak sekali
perkataanmu itu jika didengar, selama ini cayhe belum
pernah menculik atau membawa lari perempuan orangorang
baik".." seru si Kongcu tukang foya-foya Ke Giok
Lang sambil melangkah maju ke depan dan tertawa
menyengir. Ia merandek sejenak, setelah membentangkan
kipasnya lebar-lebar kembali sambungnya lagi.
"Heeei"! Bilamana bukannya mereka yang memohonmohon
dengan begitu mengenaskan akupun tidak ingin
membawa mereka pergi."
205 "Eeei". Kau jangan coba melamuri aku sedang
menanyakan keponakan perempuan cayhe, ia masih
hidup atau sudah mati?" sekarang ada di mana?"
"Haaaa?"haaa?"".haaa?"?".siapakah nama dari
keponakan perempuan itu" Apakah kaupun tahu?" ejek
Ke Giok Lang lagi sambil tertawa geli.
Saking khekinya air muka si pendekar pengejar angin
berubah hebat. "Ke Giok Lang! Kau cucu kura-kura jangan membuat
aku si orang tua jadi gusar haaa! Kalau tidak
".heee"..heee".. jangan salahkan aku orang hendak
memaki dirimu dengan menggunakan logat tiga belas
daerah!" Jilid Ke 6 (Hal 3 " 4 dari bukunya sobek, jadi susah dibaca, jadi
ngetiknya pakai perkiraan aja, maaf kalau salah)
Ke Giok Lang sambil mengoyangkan kipasnya
mengerutkan alis rapat-rapat.
"Kau jangan coba-coba mengucapkan kata-kata
kurang sedap tentang diriku!" katanya tak mau kalah.
"Kalau tidak penjelasan ini akan kubatalkan dan
Kongcuya segera akan pergi meninggalkan tempat ini."
Mendengar ancaman tersebut, si pendekar pengejar
angin terdesak, terpaksa katanya sambil menahan sabar.
206 "Keponakan perempuan saya bernama Hoo Lian Hoa!"
katanya pelan. Si Kongcu tukan foya-foya Ke Giok Lang mengeluarkan
napas panjang panjang.
"Wanita simpanan cayhe sebetulnya tidak sedikit
jumlahnya, jikalau kau tidak mengucapkan namanya,
bagaimana bisa kuingat kembali?"
"Sekarang kamu boleh katakan!" dengus si pendekar
pengejar angin dingin.
"Mengenai berita yang dapat aku sampaikan pada
Chin-heng adalah nona Hoo lian Hoa masih hidup di
dalam kolong langit."
"Sekarang dia ada dimana?""
Ke Giok Lang segera tersenyum.
"Cayhe mohon maaf! Soal ini cayhe tak dapat
terangkan kepadamu!"
"Kalau begitu terpaksa cayhe harus turun tangan
mendesak dirimu sampai suka berbicara!" bentak si
pendekar pengejar angin dengan gusar.
"Menurut pandangan Chin-heng, apakah kau orang
pasti akan berhasil menangkan diriku?"
"Sekalipun aku orang she Chin tidak berhasil
menangkan dirimu, untuk kalahpun tidak mungkin, kau
boleh mulai ajukan syaratmu kau ingin aku berbuat apa
baru suka menjelaskan dimanakah Hoo Lian Hoa sekang
berada?" "Pertama-tama yang cayhe tidak pahami adalah nona
Hoo Lian Hoa itu she Hoo, sedang kau she Chin,
mengapa Chin-heng boleh membahasahi dirinya segagai
keponakan perempuan?" Ujar Ke Giok Lang sambil
tertawa. 207 "Hoa-hoa Kongcu! Kau sungguh tidak tahu ataukah
sudah tahu tapi pura-pura bertanya?" teriak Tui Hong
Hiap dengan sangat marah.
"Haaa"..haaa"..haaa". jika aku katakan aku orang
sama sekali tidak tahu, mungkin kau Chin-heng bakal
tidak percaya, tetapi pengetahuan siauw-tee ada
batasnya, aku ingin lebih mengetahui apakah hubungan
yang sebetulnya antara Chin Heng dengan nona Hoo Lian
Hoa?" "Urusan ini gampang sekali, ayah Hoo Lian Hoa adalah
saudara angkatku".
Sekali lagi Ke Giok Lang tertawa.
"Si pancing sakti Hoo Tong pun merupakan seorang
jagoan lihay yang mempunyai nama besar di dalam dunia
kangouw, ia kehilangan putrinya bukan pergi mencari
sendiri sebaliknya malah menyuruh Chin-heng mewakili
dirinya pergi menemukan kembali putrinya, berita ini
bilamana di kemudian hari tersebar di dalam dunia
kangouw, apakah tidak takut ditertawakan orang-orang
sehingga gigi-pun pada terlepas semua?" ejeknya.
"Hoo Toa-ko ku sama sekali tidak memerintahkan
diriku untuk pergi mencari dapat putrinya yang
hilang".."
"Kalau begitu tindakan Chin-heng di dalam pencarian
jejak nona Hoo Lian Hoa adalah berdasarkan maksud diri
sendiri," sambung Ke Giok Lang tidak menanti ia
menyelesaikan kata-katanya.
"Sedikitpun tidak salah, hal ini memang maksud aku
orang she Chin sendiri"."
Nadanya mendadak berubah, dengan suara yang amat
dingin sambungnya lebih lanjut, "Orang lain mungkin
takut dengan kau si "Hoa-Hoa Kongcu" Ke Giok Lang,
tetapi aku orang she Chin tidak bakal jeri, ini hari kau
208 sudah mengakui bahwa Hoo Lian Hoa adalah kau yang
culik pergi, maka ini hari juga aku hendak memaksa kau
orang untuk menyerahkan kembali nona itu kepadaku".
"Jika siauw-tee tidak mau serahkan kembali
kepadamu?" ejek Ke Giok Lang lebih lanjut.
"Kalau begitu, ini hari kita harus bergeb rak sehingga
salah satu di antara kita ada yang kalah dan ada yang
menang." "ooo".. kepingin berkelahi?"
"Jika tak ada cara lainnya lagi yang bisa digunakan,
terpaksa aku orang she Chin harus minta beberapa
petunjuk dari kepandaian silatmu yang lihay itu."
"Persoalan diantara kita mudah dibicarakan, mau
berkelahi atau mau damai, pokoknya suatu jalan keluar
masih mudah didapatkan?""
Berbicara sampai di situ, sinar matanya lantas
dialihkan ke atas wajah Phoa Ceng Yan.
"Saudara ini tentunya Phoa Hu Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok bukan?"
"Tidak berani, tidak berani, cayhe Phoa Ceng Yan!"
buru-buru si orang tua itu merangkap tangannya
menjura. "Nyoo Su Jan beserta anak buahmu lainnya baru saja
titip pesan kepada cayhe agar supaya suka
menyampaikan kepada Phoa-heng bahwa sekarang
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka menanti kembalinya Phoa Hu Cong Piauw-tauw
ke rumah penginapan."
"Aaaakh".! Ke Kongcu sudah bertemu dengan Nyoo
Piauw-tauw kami?" seru Phoa Ceng Yan sambil melompat
bangun. "Sedikitpun tidak salah, cayhe bukan saja sudah
mengunjungi rumah penginapan yang didiami kalian,
bahkan sudah bertemu pula dengan nona Liauw."
209 Mendengar perkataan tersebut, Phoa Ceng Yan segera
merasakan hatinya berdebar-debar sangat keras, tetapi
di luaran paras mukanya masih tetap tenang.
"Ke-heng! Kaupun sudah bertemu dengan Liauw
Thayjien?" tanyanya.
"Selama ini siauw-tee paling tidak suka berhubungan
dengan orang-orang laki, terutama lelaki yang berasal
dari kaum pembesar negeri"." sahut Ke Giok Lang
sambil menggeleng.
Ia merandek sejenak, kemudian sambil tertawa
terbahak-bahak sambungnya kembali.
"Cayhe dengan nona Liauw dapat bercakap dengan
sangat baik sekali, jikalau nona Liauw tidak menipu diriku
maka namanya adalah Liauw Wan Jie, bukan begitu?"
Phoa Ceng Yan pernah mendengar Liauw Hujin
memanggil putrinya dengan sebutan Liauw Wan Jie, ia
lantas mengerti bila apa yang diucapkan oleh kongcu ini
sedikitpun tidak salah.
Tak terasa lagi dalam hati si orang tua ini mulai
merasa amat terperanjat pikirnya,"Jikalau nona Liauw
sampai mendapat malu karena dirinya, bukankah merek
emas dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok akan hancur
di tangan aku orang she Phoa?"" jika sampai terjadi
peristiwa ini, aku mana punya muka lagi untuk menemui
Cong Piauw-tauw?" lebih baik aku melakukan suatu
pertempuran mati-matian saja di dalam rumah makan Yu
It Cun ini untuk membasmi mereka daripada harus hidup
menanggung rasa malu."
Setelah di dalam hati mengambil keputusan, nyalinya
semakin besar. "Heee?"heee?" penyakit nona Liauw sangat hebat
sekali!" serunya dingin.
210 "Sedikitpun tidak salah, bukan saja cayhe sudah
tolong periksakan urat nadinya bahkan akupun telah
menghadiahkan sebutir pil penyembuh sakit," kata Ke
Giok Lang lantang. "Sewaktu cayhe hendak
meninggalkan rumah penginapan itu, kelihatannya sakit
yang ia derita sudah rada ringan."
"Ehmmm! Nama besar Ke Kongcu sudah
menggetarkan seluruh dunia kangouw, kedatanganmu
mengunjungi rumah penginapan yang kami diami tentu
bukan tanpa sebab bukan?"?"
"Perkataan dair Phoa-heng sedikitpun tidak salah"
sahut Ke Giok Lang sambil tertawa. "Jika tak ada urusan,
cayhepun tak bakal mendatangi kota Si Sian Jan yang
sunyi dan terpencil ini."
"Kedatangan Ke Kongcu ke tempat ini mungkin ada
sedikit sangkut paut dengan perusahaan kami?"
"Betul, betul?""justru dikarenakan barang kawalan
dari perusahaan kalian itu, cuma.."
"Cuma bagaimana?"" potong Phoa Ceng Yan tidak
sabaran. "Cuma, kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw boleh berlega
hati, kemungkinan sekali barang kawalan dari
perusahaan kalian tak bakal ada orang yang berani
mengganggu lagi."
Mendengar perkataan tersebut, Phoa Ceng Yan segera
merasakan hatinya rada bergerak, pikirnya diam-diam.
"Apakah nona Liauw sudah memperlihatkan ilmu
silatnya yang sangat lihay sehingga membuat iblis besar
yang telah menggetarkan seluruh dunia kangouw ini jadi
jeri dan tarik kembali maksud tujuannya?"
"Maksud Ke Kongcu?".." sengaja serunya.
"Terang-terangan Phoa-heng sudah mengetahui jelas,
mengapa kau harus ajukan pertanyaan ini lagi?" potong
211 si Kongcu tukang foya-foya tidak menanti si orang tua itu
menyelesaikan kata-katanya.
"Aku orang she Phoa sungguh-sungguh merasa
kurang paham, masih mengharapkan Ke Kongcu suka
memberi penjelasan di dalam persoalan ini."
"Bilamana Kongcu-ya mu tidak berani mengganggu
barang kawalan dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kalian, aku rasa di kolong langit pada saat ini tak
mungkin bisa ditemukan beberapa orang yang berani
turun tangan membegal barang-barang kawalan kalian,
cuma saja Kongcu-ya mu terlebih dahulu hendak
menjelaskan satu persoalan kepada-mu. Kali ini aku
orang she Ke tidak sampai membegal barang-barang
kawalanmu bukan-nya disebabkan aku menaruh
perasaan jeri terhadap perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kalian." Phoa Ceng Yan tertawa tawar.
"Peduli dikarenakan persoalan apa, yang jelas kali ini
Ke Kongcu suka lepas tangan terhadap barang-barang
kawalan perusahaan kami, cayhe sudah merasa sangat
berterima kasih sekali," katanya.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Kau bole berlalu terlebih
dulu," ujar Ke Giok Lang kemudian sambil melirik sekejap
ke arah si pendekar pengejar angin. "Cayhe dengan
saudara Chin ini masih ada sedikit persoalan yang
hendak diselesaikan."
Phoa Ceng Yan segera bangun berdiri sambil menjura.
"Cyhe lebih baik menurut perintah saja, aku orang she
Phoa berangkat satu langkah terlebih dulu."
"Aku orang she Chin tidak menghantar lebih jauh," si
pendekar pengejar angin menjura.
"Terima kasih?"..terima kasih. Cayhe tidak berani
mengganggu dan merepotkan Chin taihiap"
212 Perlahan-lahan si Kongcu tukang foya-foya Ke Giok
Lang bangun meninggalkan tempat duduknya.
"Sewaktu bertemu dengan Nyoo Piauw-tauw, suka
mewakili cayhe mintakan maaf kepadanya, tadi aku
orang sudah turun tangan terlalu berat terhadap dirinya."
"Asalkan Ke Kongcu tidak sampai membuat mereka
jadi cacad seumur hidup, seluruh urusan biar aku orang
she Phoa yang tanggung."
Ke Giok Lang kembali tersenyum.
"Aku orang she Ke paling banyak mengikat
permusuhan di dalam dunia kangouw, ditambah lagi
dengan beberapa orang musuhpun tidak akan
memikirkan di hati, cuma saja cayhe tidak ingin membuat
dosa terhadap nona Liauw," katanya.
Phoa Ceng Yan mendehem perlahan.
"Cayhe mohon diri dulu!" serunya kemudian.
Ia lantas putar badan dan dengan langkah lebar
berjalan menuruni loteng tersebut.
Setelah keluar dari pintu rumah makan Yu It Cun,
seorang lelaki berjenggot panjang dengan langkah lebar
menyongsong kedatangan-nya.
"Paman Jie-siok." tegurnya dengan suara yang lirih.
"Aku adalah Giok Liong, penjagaan di pintu rumah makan
Yu It Cun sangat ketat, siauw-tit tidak berhasil
menyelundup masuk!"
"Kau tidak usah pergi lagi, mari kita sama-sama
kembali ke rumah penginapan."
Kendati dari mulut si "Hoa Hoa Kongcu" Ke Giok Lang,
si telapak besi bergelang emas Phoa Ceng Yan telah
mengetahui jika Nyoo Su Jan hanya menemui kekagetan
saja tanpa mendapatkan cedera apapun, tetap ia masih
merasa tidak berlega hati.
213 Dengan membawa Lie Giok Liong dengan langkah
tergesa-gesa ia kembali ke dalam rumah penginapan dan
langsung menuju ke ruang belakang.
Terlihatlah Nyoo Su Jan serta Ih Coen pada waktu itu
sedang bercakap-cakap di dalam ruangan.
Mereka berdua begitu melihat munculnya Phoa Ceng
Yan, dengan cepat berjalan menyongsong.
Ih Coen setelah menyapa dan memberi hormat, lantas
menyingkir ke samping, sebaliknya Nyoo Su Jan
melanjutkan kata-katanya.
"Jie-ya! Tadi si Hoa-Hoa Kongcu Ke Giopk Lang sudah
datang berkunjung kemari."
"Ehmmm"..! Aku sudah tahu." potong Phoa Ceng Yan
dengan cepat. "Apakah dari pihak keluarga Liauw
menderita kerugian" Di antara orang-orang kita adakah
orang-orang yang menderita luka atau menemui
ajalnya." "Heeei". jika diceritakan sungguh memalukan sekali,
hamba yang bergebrak tidak sampai tiga jurus melawan
Ke Giok Lang sudah berhasil kena ditotok rubuh. Thio
Piauw-tauw beserta beberapa orang anak buah kena
tertotok jalan darahnya oleh babatan kipasnya, keadaan
yang sejelasnya hamba tidak melihat sendiri, menurut
laporang dari Liauw Thayjien katanya mereka sama
sekali tidak menderita kerugian apapun.
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan menengadah ke atas
dan menghembuskan napas panjang.
"Su Jan! Di dalam pengawalan barang kali ini, boleh
dikata kita sudah kehilangan muka, sama baik
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok yang diperjuangkan
selama puluhan tahun lamanya sudah menemui
kehancuran di tangan kita"."
214 Ia merandek sejenak,lalu sambungnya lagi, "Suruh
mereka melakukan persiapan, sore ini juga kita akan
segera berangkat, lebih baik cepat-cepat kita hantar
barang kawalanini sampai ke kota Kay Hong, setelah itu
aku akan minta maaf dan mengundurkan diri dari jabatan
di hadapan COng Piauw-tauw."
"Jie-ya, kau tidak usah marah-marah." hibur Nyoo Su
Jan dengan suara yang sangat lirih. "Si kongcu tukang
foya-foya Ke Giok Lang merupakan seorang jago
kenamaan yang telah menggemparkan seluruh dunia
persilatan, sekalipun Cong Piauw-tauw turun tangan
sendiri mengawal barang-barang inipun akan bernasib
sama saja"."
Ia mendehem perlahan dan memotong perkataannya
sampai disitu, setelah termenung sebentar lalu
sambungnya lagi, "Cuma saja, dengan kedatangan dari
Ke Giok Lang kali ini kita berhasil membuktikan hal-hal
yang mencurigakan Jie-ya selama ini"."
"Urusan apa?"
"Nona Liauw itu bukan saja merupakan seorang
pendekar yang memiliki kepandaian ilmu silat sangat
tinggi, bahkan mempunyai kecerdasan yang melebihi
orang lain dan mempunyai banyak akal, seorang anak
buah kita telah berhasil melihat Hoa Hoa Kongcu
memasuki kamar nona Liauw tetapi sebentar kemudian
sudah mengundurkan diri dari tempat sana bahkan turun
tangan membebaskan jalan darah kami yang tertotok".
"Anak buah kita itu apakah tidak salah melihat?" seru
Phoa Ceng Yan setelah termenung sebentar.
"Tidak bakal salah melihat! Di dalam halaman bersegi
empat ini seluruhnya terdapat beberapa buah kamar,
anak buah kita itu sedang menderita luka dan
beristirahat di dalam kamar, tempat pembaringan tepat
215 terletak berhadap-hadapan dengan jendela kamar
seberang di mana didiami oleh nona Liauw. Aku sudah
menanyai dirinya dua tiga kali, jawaban-nya adalah
sama." "Coen-jie, coba kau panggil anak buah kita itu dan
suruh datang ke kamarku, aku hendak tanyai dirinya."
ujar Phoa Ceng Yan kemudian sambil menoleh ke arah Ih
Piauw-tauw. "Bagaimana kalau saya saja yang membawa-nya ke
tempat Jie-ya?" tanya Nyoo Su Jan perlahan.
Phoa Ceng Yan mengangguk perlahan, ia lantas
kembali ke dalam kamarnya, mengambil handuk, baskom
air lantas mencuci muka.
Tidak selang lama kemudian, terlihatlah Nyoo Su Jan
dengan memayang seorang lelaki berjalan masuk ke
dalam kamar. "Kau melihat dengan mata kepala sendiri Ke Giok Lang
memasuki kamar nona Liauw?" tanya Phoa Ceng Yan
kemudian sambil mengusap keringat butiran air di atas
wajahnya. "Sedikitpun tidak salah!" sahut lelaku itu dengan amat
hormatnya sambil mengangguk. "Hamba melihat dengan
mata kepala sendiri Ke Giok Lang memasuki kamar tidur
nona Liauw. ketika itu Liauw Hujin serta dayangnya-pun
ada di dalam kamar."
"Akhirnya?" tanya si telapak besi bergelang emas lebih
lanjut. "Setelah Ke Giok Lang masuk ke dalam kamar itu
beberapa saat lamanya ia lantas mengundurkan diri
kembali, bagaimana selanjutnya hamba lantas tidak
tahu." "Ehmmm"..kau boleh kembali ke dalam kamarmu
untuk beristirahat!"
216 Dengan sangat hormat lelaki itu menjura, kemudian
sambil menoleh ke arah Nyoo Su Jan katanya, "Hamba
bisa berjalan sendiri, Nyoo Piauw-tauw tidak usah susahsusah
membimbing diriku lagi."
"Kalau begitu kau jalanlah perlahan-lahan." bisik Nyoo
Su Jan sambil membimbing ia hingga sampai di depan
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pintu kamar. Setelah menutup pintu kamar, dengan suara yang
amat lirih kembali ujarnya kepada Phoa Ceng Yan.
"Walaupun jalan darah hamba kena tertotok, tetapi
kesadaran serta pikiranku masih jernih, didalam
ingatanku kepergian Ke Giok Lang ke dalam kamar
tersebut sangat cepat sekali, jika ia berhenti sebentar di
dalam kamarnya nona Liauw maka boleh dikata hanya
sekejap mata, jika bergebrak maka tidak akan melebihi
sepuluh gebrakan."
"Jikalau masing-masing pihak adalah jago-jago lihay,
pertarungan sebanyak sepuluh jurus sudah cukup untuk
menentukan siapa yang menang dan siapa kalah."
"Ke Giok Lang setelah membebaskan jalan darah
hamba yang tertotok tanpa banyak cakap lagi ia segera
berlalu." ujar Nyoo Su Jan lebih lanjut. Hal ini
menunjukkan kalau di dalam pertempurannya di dalam
kamar, ia tak berhasil memperoleh posisi di atas angin."
"Heeei".. hitung-hitung kita adalah manusia-manusia
yang buta, ternyata tak seorangpun diantara kita yang
berhasl mengetahui jika nona Liauw sebetulnya memiliki
kepandaian silat yang amat tinggi."
"Seseorang bilamana tenaga dalamnya telah berhasil
mencapai pada titik kesempurnaan yang tiada taranya,
maka diatas raut mukanya kebalikan malah sama sekali
tidak kelihatan jika ia memiliki kepandaian ilmu silat yang
sangat tinggi."
217 "Bagaimanapun juga," ujar Phoa Ceng Yan kemudian
setelah termenung sejenak. "Kali ini kita benar-benar
sudah jatuh kecundang, biarlah sebentar lagi aku pergi
bercakap-cakap dengan Liauw Thayjien, ia sudah
mempunyai seorang putri yang memiliki kepandaian silat
yang sangat tinggi, sebetulnya tidak perlu menggunakan
tenaga kita untuk melindungi keselamatannya lagi,
jikalau bisa lepas tangan lebih baik kita selesaikan saja
tugas kita sampai di sini."
"Bilamana Laiuw Thayjien tidak suka mengabulkan?"
"Terpaksa kita orang dengan keraskan kepala harus
mengantar mereka sampai tiba ke kota Kay Hong."
"Baik!" seru Nyoo Su Jan mengangguk. "Phoa-ya boleh
pergi berunding dengan Liauw Thayjien, kemungkinan
sekali Liauw Thayjien sendiripun sama sekali tidak tahu
bila putrinya memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat
lihay." "Baik! Kau pergilah suruh mereka mempersiapkan
kereta dan kuda, sedang aku akan pergi menemui Liauw
Thayjien. tidak perduli ia suka mengabulkan permintaan
kita atau tidak, kita tetap harus melanjutkan perjalanan."
Nyoo Su Jan mengia, ia lantas putar badan berlalu.
"Su Jan!" Mendadak Phoa Ceng Yan menegur sambil
mendehem perlahan. "Teringat olehku beberapa patah
kata yang diucapkan si Hoa Hoa Kongcu Ke GIok Lang
kepadaku."
Nyoo Su Jan yang sudah berada di depan pintu
setelah mendengar perkataan tersebut segera
menghentikan langkahnya.
"Perkataan apa?" tanyanya.
"Kata Ke Giok Lang, ia sudah memeriksa denyutan
jantung dari nona Liauw, bahkan masih menghadiahkan
pula sebutir pil kepadanya."
218 Nyoo Su Jan kontas saja mengerutkan alisnya rapatrapat.
"Walaupun si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang jadi orang
licik dan cabul tetapi jarang sekali berbohong, beberapa
patah perkataannya ini jelas bukan merupakan kata-kata
yang bohong."
"Jika perkataannya tidak bohong, maka di dalam
persoalan ini kita harus melakukan suatu penyelidikan
yang teliti."
"Bukan saja harus mengadakan penyelidikan dengan
teliti, bahkan semua perkataan kita yang pernah
diucapkan harus dipikirkan kembali," sambung Nyoo Su
Jan dengan cepat.
Sambil mengelus jenggotnya Phoa Ceng Yan
termenung berpikir keras.
"Su Jan, bagaimana pandanganmu?" tanyanya
kemudian dengan suara yang sangat perlahan.
"Jikalau perkataan dari Ke Giok Lang adalah kata-kata
yang benar dan nyata, maka hal ini menunjukkan bila
nona Liauw adalah seorang gadis yang tidak mengerti
akan ilmu silat".
"Jadi maksudmu si Hoa Hoa Kongcu suka menaruh
belas kasihan terhadap dirinya sehingga suka
melepaslam dirinya," tanya Phoa Ceng Yan.
"Heei".! Jikalau si Kongcu tukang foya-foya Ke Giok
Lang betul-betul sudah mengucapkan perkataan
tersebut, cayhe percaya kalau dia sedang berbohong, di
dalam peristiwa ini pasti sudah tersimpan suatu
persoalan yang besar."
Selesai mendengar perkataan dari Nyoo Su jan ini,
tampaklah si telapak besi bergelang emas termenung
berpikir keras.
219 "Ehmmmmm?".! Di dalam persialan ini memang
terdapat banyak hal yang patut dicurigai" sahutnya
kemudian setelah lewat beberapa saat lamanya. "Jika
ditinjau dari keadaan kita pada saat ini, menurut
pandanganku walaupun bertemu dengan Liauw Thayjienpun
tidak ada gunanya, lebih baik kita berusaha untuk
menemui nona Liauw sendiri."
"Liauw Thayjien agaknya merupakan seorang yang
berpandangan luas dan berpikiran tajam, jikalau Jie-ya
mengungkap persoalan ini dihadapannya, aku pikir Liauw
Thayjien tak akan menolak."
Kembali Phoa Ceng Yan termenung beberapa saat
lamanya, terakhir ia mengangguk.
"Tentang soal ini tiada halangannya aku pergi
bertanya di dalam menghadapi keadaan seperti ini, kita
tidak boleh bertindak seperti orang buta menunggang
kuda, menubruk seenaknya dan sekenanya."
"Jikalau pada saat ini kita dapat mengunjungi kamar
nona Liauw untuk mengadakan pemeriksaan,
kemungkinan sekalai kita orang dapat berhasil
mendapatkan sesuatu tanda." bisik Nyoo Su Jan.
"Akh".! Haaa?"haaa?" sedikitpun tidak salah!"
teriak Phoa Ceng Yan sambil menepuk pahanya keras
keras. "Apa yang berhasil dilihat oleh Hoa Hoa Kongcu di
dalam kamar nona Liauw, seharusnya kitapun dapat
menemuinya."
"Urusan tak boleh diulur-ulur lagi, jika mau pergi
seharusnya saay ini juga Jie-ya pergi mencari Liauw
Thayjien."
Phoa Ceng Yan segera mengangguk.
Belum sempat ia bertindak keluar untuk mencari Liauw
Thayjien. tampaklah bekas pembesar negeri ini dengan
langkah lebar sudah berjalan mendekat.
220 Ketika Liauw Thayjien melihat munculnya Phoa Ceng
Yan di sana, mendadak sambil mempercepat langkah
kakinya ia berjalan mendekat, serunya, "Phoa Hu Cong
Piauw-tauw! Kapan kita akan berangkat?"
"Maksud Thayjien?" balik tanya Phoa Ceng Yan sambil
tersenyum, ia tetap berusaha untuk menahan gejolak di
dalam hatinya. "Menurut pendapat cayhe, sudah tentu lebih cepat
lebih baik"."
"Bagus sekali! Bagus sekali! Cayhe berharap bisa cepat
cepat tiba ke kota Kay Hong."
"Cuma?""."
"Cuma kenapa?" tanya Liauw Thayjien cepat.
"Bagaimana dengan sakit yang diderita nona Liauw?"
"Menurut perkataan isteriku, penyakit dari Siauw-li
sudah jauh membaik."
"Cayhe mempunyai suatu permintaan yang tidak
senonoh, entah dapatkah thayjien mengabulkannya?"
ujar Phoa Ceng Yan kemudian rada ragu-ragu.
"Urusan apa?"
"Cayhe ingin pergi melihat keadaan dari nona Liauw,
entah tindakanku ini leluasa atau tidak?"
"Ooouw".. soal ini".. Eeeehmmmm?". soal ini
biarlah cayhe pergi berunding dulu dengan Hujien."
"Tidak perlu dirundingkan lagi." potong Phoa Ceng Yan
dengan cepat. "Maksud cayhe, jikalau kita ingin pergi
lebih baik sekarang juga kita berangkat, dan lebih baik
keadaan di dalam kamar jangan sampau diubah!"
"Maksudmu "." seru Liauw Thayjien dengan alis yang
dikerutkan. "Terus terang saja aku beritahukan kepada Liauw
Thayjien." bisik Phoa Ceng Yan akhirnya. "Sekalipun putri
kesayanganmu tidak memiliki kepandaian ilmu silat,
221 tetapi ia memiliki suatu daya kekuatan yang tak dapat
diduga dan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
orang lain sehingga hal ini membuat banyak jago-jago
lihay Bulim yang menaruh perasaan jeri terhadap
dirinya!" "Aaaaakh".! Benar benar sudah terjadi urusan
semacam ini?"
"Peristiwa ini benar-benar dan sungguh-sungguh
terjadi, cuma saja apakah alasannya kami belum berhasil
memperolehnya," kata Phoa Ceng Yan dengan suara
berat. "Cuma saja, alasan-alasan ini telah berhasil
diketahui orang lain."
"Alasan apa?" tanya Liauw Thayjien agak melengak.
"Jikalau cayhe sudah tahu, saat ini tak bakal aku
tanyakan kembali di hadapan Liauw Thayjien."
Tampak Liauw Thayjien termenung sejenak, sejurus
kemudian ia baru mengangguk dan sahutnya, "Bilamana
Phoa Hu Cong Piauw-tauw yakin bila siauw-li memiliki
suatu daya kekuatan yang luar biasa sehingga dapat
menundukkan orang lain, bahkan kekuatan tadi bisa
dirasakan sejak kita memasuki pintu kamar yang didiami
siauw-li untuk merawat sakit, cayhe rela membawa Phoa
Hu Cong Piauw-tauw bersama-sama pergi menjenguk ke
dalam kamar siauw-li."
"Lebih baik jangan dikabarkan dulu kepada Hujien,
kita harus masuk ke dalam kamar putri kesayanganmu
secara mendadak dan berada di luar dugaan siapapun
juga." "Di dalam hati apakah Phoa Hu Cong Piauw-tauw
mempunyai pegangan yang kuat?"
Karena takut Liauw Thayjien berubah maksud di
tengah jalan, buru-buru Phoa Ceng Yna menyambung.
222 "Cayhe percaya paling sedikit kita berhasil menemukan
suatu titik terang."
"Peraturan keluarga dari istriku selama ini sangat
keras dan ketat, jikalau aku membawa kau pergi
mengunjungi kamar Siauw-li dan sama sekali tidak
berhasil menemukan titik terang, kemungkinan sekali aku
bakal mendapat teguran pedas dari Hujien," kata Liayw
Thayjien dengan nada berat.
"Keadaan kita pada saat ini penuh diliputi oleh
kegelapan, cayhe sangat berharap bisa menemukan
suatu titik terang yang bisa membikin jelas seluruh
persoalan ini, asalkan thayjien suka menerima sedikit
makian saja hal ini sudah terhitung telah memberi suatu
bantuan yang amat besar buat diriku."
"Baik!" ujar Liauw thayjien kemudian sambil
mengangguk. "Aku akan berjalan di depan, setelah
masuk ke dalam dengan deheman sebagai tanda.
Asalkan Phoa Hu Cong Piauw-tauw mendengar suara
dehemenku maka cepat-cepatlah menerjang masuk ke
dalam kamar."
Phoa Ceng Yan mengia, mereka berdua segera
melanjutkan perjalanan menuju ke arah depan.
Setelah tiba di depan pintu kamar nona Liauw, tanpa
banyak berbicara dan mengetuk pintu lagi Liauw thayjien
segera mendorong pintu berjalan masuk ke dalam.
Tampaklah pada saat itu nona Liauw sedang
berbareng dengan punggung menempel tembok, sedang
Liauw Hujien duduk di sisi pembaringan sedang
bercakap-cakap dengan puterinya. Si dayang Cuen Lan
berdiri di sisi ruangan.
Mereka bertiga sewaktu melihat munculnya Liauw
Thayjien secara mendadak, masing-masing
memperlihatkan perubahan paras muka yang berbeda.
223 "Tia! Maafkan puterimu karena ada sakit di badan tak
dapat bangun untuk memberi hormat!" ujar nona Liauw
sambil mengangguk di atas pembaringannya.
Sebaliknya Coen Lan menjatuhkan diri berlutut.
"Budak menghunjuk hormat buat Loo-ya!" serunya.
"Kau bangunlah, tidak usah banyak adat!" buru-buru
cegah Liauw Thayjien sembari ulapkan tangannya.
Coen Lan mengia dan mengundurkan diri ke pojokan
ruangan. Kini giliran Liauw Hujien yang segera bangun berdiri
sambil menegur ke arah suaminya dengan kata-kata
tajam. "Puteri kita sudah sedemikian besarnya, kau sebagai
seorang ayah mengapa tidak mengetuk pintu terlebih
dulu sebelum bertindak masuk?""
"Aku sama sekali tidak menduga kalau pintu tersebut
sama sekali tidak dikunci, dorong lantas terbuka"."
Sembari berkata, Liauw Thayjien tiada hentinya
mendehem. Phoa Ceng Yan yang berada didepan begitu
mendengar suara mendehem dari Liauw Thayjien dengan
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
langkah cepat segera menerjang masuk ke dalam kamar.
Gerakannya sangat cepat, begitu masuk ke dalam
kamar sepasang matanya yang amat tajam laksana
sambaran kilat menyapu sekejap ke seluruh ruangan
kamar. "Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" teriak Liauw Hujien
dengan keras, paras mukanya memperlihatkan perasaan
amat gusar. "Selama perjalanan kami sudah cukup
tersiksa dengan gangguan-gangguan penjahat, sekarang
kaupun ".."
"Hujie?".! Kau tidak usah salahkan Phoa Hu Cong
Piauw-tauw lagi!" dengan cepat Liauw thayjien
224 memotong sambil goyangkan tangannya berulang kali.
"Akulah yang mengajak dia datang kemari."
"Apa yang dia maui" Kau yang suruh dia datang?"
"Sedikitpun tidak salah! Tadi sewaktu rumah
penginapan kita kedatangan penjahat, bukanlah diapun
sudah mengunjungi kamar ini ?""
Perlahan-lahan Liauw Thayjien tersenyum.
"Penjahat boleh datang, sudah tentu Phoa Hu Cong
Piauw-tauw pun boleh datang pula," katanya.
"Jika kaum penjahat ingin datang, hal ini merupakan
peristiwa yang tidak bisa dicegah lagi," kata Liauw Hujien
keheranan. "Tetapi Phoa Hu COng Piauw-tauw adalah
seorang Piauw su yang mengawal keselamatan kta,
apakah kau tidak punya cara untuk mengalangi niatnya
ini" Heeeeei?"! Nona kita sudah dewasa, bagaimana
boleh diperlihatkan kepada orang lain dengan
seenaknya?"
"Cayhe paham akan ilmu pertabiban," buru-buru Phoa
Ceng Yan menyambung dengan cemas, "Kedatanganku
sengaja hendak memeriksa penyakit yang diderita oleh
nona Liauw, aku mau lihat apakah nanti sore kita bisa
berangkat atau tidak."
"Sungguh-sungguhkah perkataanmu itu?"
"Sidah tentu sungguh-sungguh."
"Baiklah, kalau begitu cepatlah periksakan keadaan
penyakit dari putriku!"
Phoa Ceng Yan mengaku dapat memeriksa dan
mengobati penyakit, hal ini memang tidak salah, tetapi
yang dimaksudkan "penyakit" olehnya di sini hanyalah
terbatas luka-luka luar yang disebabkan bacokan pedang
serta golok, mengenai penyakit dalam kaum perempuan
serta segala penyakit-penyakit yang sulit dan rumit, sama
sekali tak dipahami olehnya.
225 Tetapi disebabkan Liauw Hujien terus mendesak
terpaksa dengan keraskan kepala Phoa Ceng Yan
mengakuinya. Tidak disangka ternyata Liauw Hujien meminta dia
orang mendemonstrasikan kepandaian tersebut di
hadapannya, terpaksa sang bebek naik ke atas pagar,
katanya, "Walaupun cayhe memahami ilmu pertabiban,
tetapi sangat jarang periksakan penyakit buat orang lain.
Bilamana Hujien paksakan diri agar cayhe perlihatkan
kejelekan juga, cayhepun harus periksakan denyutan
nadi dari nona Liauw."
Kiranya pada waktu itu hubungan antara lelaki dan
perempuan sangat ketat sekali, mereka-mereka yang
disebut gadis perawan serta nona-nona dari kalangan
bangsawan boleh dikata tidak pernah menerima tamu
orang lelaki. Sekalipun para tabib yang memeriksakan denyutan
nadinya-pun harus dipisahkan dengan horden bambu
bahkan memeriksa denyutan nadi-pun harus
menggunakan seutas tali serabut yang amat halus.
Pada mulanya Phoa Ceng Yan yang melihat penyakit
nona Liauw sama sekali tidak berat di dalam
anggapannya Liauw Hujien tentu akan menolak
tawarannya itu.
Siapa sangka ternyata peristiwa terjadi di luar dugaan,
setelah termenung berpikir sejenak terdengar Liauw
Hujien berkata perlahan.
"Peduli ilmu pertabiban-mu bagus atau jelek,
periksakan dirinya pun tidak ada salahnya, demi
kesehatan dari siauw-li, terpaksa sekali ini kita melanggar
peraturan yang berlaku?"."
Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke atas wajah
nona Liauw, sambungnya kembali.
226 "Bocah, kau keluarkanlah tanganmu agar Phoa Hu
Cong Piauw-tauw bisa periksa nadimu."
"Ibu, putrimu sudah sembuh!"
"Aaaaaaayaa". diperiksa sebentarkan tidak mengapa."
Nona Liauw tak dapat berbuat apa-apa lagi, terpaksa
ia mengeluarkan tangan kanannya.
Coen Lan segera membawa datang sebuah bantal
yang diletakkan di bawah pergelangan tangan Nona
Liauw sekalian mengambil sebuah kursi yang segera
diletakkan di dekat pembaringan.
Phoa Ceng Yan mendehem perlahan, ia duduk di atas
kursi dekat pembaringan kemudian mengeluarkan jari
tengah serta jari telunjuk tangan kanannya untuk
ditekankan ke atas urat nadi pergelangan tangan kanan
nona Liauw. Dia adalah seorang ahli di dalam menotok jalan darah,
sudah tentu mengetahui pula letak-letak jalan darah
serta urat nadi.
Ketika jari tangannya menekan di atas urat nadi nona
Liauw, kontan saja ia merasa bahwa denyutan
jantungnya amat keras dan bertenaga, sama sekali tidak
menunjukkan gejala sakit.
Hal ini membuat alisnya segera saja dikerutkan rapatrapat.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw, bagaimana dengan
penyakit siauw-li".?" tanya Liauw Hujien dengan nada
berat. Mendadak Phoa Ceng Yan dengan melototkan
sepasang matanya bulat-bulat, serentetan sinar mata
yang amat dingin dengan cepat menyapu sekejap ke
arah wajah Liauw Thayjien suami istri.
"Sunggguh aneh sekali!" serunya tak terasa.
227 "Apanya yang aneh?" tanya Liauw Thayjien
keheranan, sewaktu melihat paras muka Phoa Ceng Yan
berubah jadi sangat serius, ia sendiripun ikut merasa
tegang. Menurut keadaan dari kekuatan denyutan nadi nona
Liauw, ia tidak mirip dengan seorang yang sedang
menderita sakit".."
"Dari denyutan jantung siauw-li kau tidak berhasil
menemukan tanda sedang menderita sakit, jadi
maksudmu sakitnya siauw-li kali ini adalah sengaja purapura
diperlihatkan," sambung Liauw Hujien dingin.
"Cayhe sama sekali tidak bermaksud begitu."
"Selama ini badan Siauw-li lemah dan selalu banyak
penyakit. Yang memeriksa penyakitnyapun bukan cuma
satu dua kali saja, tetapi selama ini tak pernah aku
dengar kalau diantara para tabib-tabib itu ada yang
mengatakan Siauw-li sedang berpura-pura sakit."
Phoa Ceng Yan ada perkataan sukar diucapkan, sejak
masuk ke dalam ruangan hingga saat ini ia belum
berhasil juga menemukan sesuatu tanda-tanda yang
memberikan titik terang, di dalam hati ia sangat berharap
dapat tinggal lebih lama lagi di sana sekalian melakukan
pemeriksaan lebih teliti lagi di sekeliling ruangan.
Dikarenakan dua sebab yang bergabung menjadi satu,
ia lantas mendongak memandang sekejap ke arah Liauw
Thayjien. "Thayjien adalah seorang sastrawan yang kenyang
membaca kitab-kitab syair serta filsafat, entah
bagaimana dengan ilmu pertabiban apakah thayjien pun
sedikit tahu?" tanyanya.
"Ehmmm"..! Tahu sedikit-sedikit saja."
"Kalau begitu coba periksalah denyutan nadi dari putri
kesayanganmu!"
228 Liauw Thayjien kerutkan dahinya, ia siap hendak
berbicara tetapi segera dibatalkan kembali. Tanpa
banyak cakap lagi iapun mengeluarkan jari tengah serta
jari telunjuk tangan kanannya untuk ditempelkan ke atas
urat nadi pergelangan tangan kanan nona Liauw.
Terasalah olehnya denyutan jantung nona Liauw amat
kuat dan bertenaga, tak terasa lagi iapun rada melengak
dibuatnya. Liauw Hujien yang melihat paras muka Liauw Thayjien
memperlihatkan rasa keheranan hatinya jadi terasa amat
cemas. "Bagaimana?"
"Denyutan jantung Wan-Jie memang rada
mengherankan."
"Bagaimana?"
"Denyutan jantungnya kuat lagi bertenaga, sama
sekali tidak mirip dengan seorang yang sedang
menderita sakit."
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Liauw Hujien
kebingungan. "Selama beberapa tahun ini, bagaimana
dengan kesehatan Wan-jie bukankah kau mengetahui
sendiri".."
"Oleh sebab itulah He-koan(saya) baru merasa
keheranan dan tidak paham apa-apa sebetulnya yang
telah terjadi."
"Aaakh".!" tiba-tiba Liauw Hujien menjerit tertahan.
"Apa mungkin kejadian ini ada sangkut pautnya dengan
obat pemberian orang itu?"
Dari mulut si "Hoa Hoa KongCu" atau si Kongcu
tukang foya-foya Ke GIok Lang si telapak besi bergelang
emas Phoa Ceng Yan sudah mendengar kisah tentang si
Kongcu yang menghadiahkan sebutir obat kepada nona
229 Liauw, kendati begitu di luaran sengaja ia perlihatkan
sikapnya sedang kaget.
"Siapa yang sudah menghadiahkan obat kepada nona
Liauw?" Liauw Hujien yang terlanjur berbicara saat ini tidak
dapat menarik kembali kata-katanya, terpaksa dengan
keraskan kepala sahutnya.
"Seorang pemuda agaknya siucay yang pandai
bersyair?""
Ia memandang sekejap ke arah Phoa Ceng Yan,
mendadak dengan berubah bahan pembicaraan
sambungnya lebih lanjut.
"Jikalau dibicarakan, sekali lagi aku harus salahkan
kalian orang-orang dari perusahaan Liong Wie Piauwkiok,
terang-terangan kalian sudah tahu bila siauw-li
merawat sakit di sini, mengapa kamu semua sudah
membiarkan orang-orang asing memasuki halaman
rumah ini sehingga mereka bisa datang berkunjung ke
dalam kamar."
"Soal ini sudah tentu cayhe akan menegur atas
keteledoran mereka, tetapi nona Liauw sudah menelan
obat apa?"
"Orang itu dengan langkah lebar dan kaya seorang
perlente bertindak masuk ke dalam kamar, pada waktu
itu aku serta Coen Lan-pun ada di sini." ujar Liauw Hujien
perlahan. Ia melirik sekejap ke arah Coen Lan, kemudian
sambungnya kembali.
"Urusan selanjutnya, coba kau ceritakanlah!"
"Nona, aku berharap kau dapat mengisahkan seluruh
kejadian ini. Cayhe harap dari kisahmu menemui titik
terang!" ujar Phoa Ceng Yan kemudian sambil
mengalihkan sinar matanya ke atas tubuh Coen Lan.
230 "Perlahan-lahan dayang itu mengangguk.
"Orang itu sangat tampan!" ujarnya kemudian, "Tetapi
sikapnya galak dan ganas, sewaktu Hujien menghadangi
perjalanannya sambil membentak, ternyata ia sudah
mendorong Hujien sehingga hampir-ampir saja
terhuyung jatuh, entah bagaimana mendadak sikap serta
tindak tanduknya berubah, ia sudah periksakan denyutan
nadi nona bahkan menghadiahkan pula sebutir pil untuk
nona, setelah itu ia baru berlalu."
"Bagaimana warna pil trersebut?"
"Putih, besarnya seperti kacang kedelai"
Phoa Ceng Yan segera mengalihkan sinar matanya ke
arah nona Liauw, terlihatlah gadis tersebut dengan
perasaan amat malu dan jengah memejamkan matanya
rapat-rapat, mulutnya bungkam dan paras mukanya
berubah jadi merah padam.
"Ehmm"..! Kalau begitu pil tersebut memang ada
sangkut paut yang sangat erat," katanya kemudian.
Saat itulah Liauw Thayjien kembali mendehem
perlahan. "Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" serunya, "Bagaimana
kalau nanti sore kita berangkat!"
Walaupun ucapan tersebut diutarakan dengan halus
tetapi nadanya jelas sedang mengusir tamu.
Phoa Ceng Yan lantas bangun berdiri.
"Kalau memang penyakit dari nona Liauw telah
sembuh, memang seharusnya kita berangkat. Baiklah,
biar cayhe pergi mengadakan persiapan terlebih dulu."
Selesai berbicara lantas menjura dan mengundurkan
diri dari dalam kamar.
"Phoa Loo-enghiong! Kau sudah berhasil menemui
suatu titik terang?" tanya Liauw Thayjien dengan suara
setengah berbisik sambil mengejar si orang tua itu.
231 "Soal ini kita bicarakan nanti saja".
Terburu-buru ia melanjutkan langkahnya kembali ke
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam kamarnya sendiri.
Ketika itu Nyoo Su Jan, Giok Liong serta Ih Coen
sudah menunggu di dalam kamar.
"Kalian duduklah semua!" Ujar Phoa Ceng Yan
kemudian sambil ulap tangannya setelah masuk ke dalam
kamar. "Jie-ya, kau sudah menemukan sesuatu yang
mencurigakan?" tanya Nyoo Su Jan tidak dapat menahan
sabar lagi. "Sungguh aneh sekali!" Phoa Ceng Yan menggeleng.
"Loohu percaya sudah melakukan pemeriksaan dengan
sangat teliti, tetapi tak sedikitpun yang berhasil aku
temui, cuma saja."
"Cuma saja bagaimana?"
"Aku telah memeriksa denyutan jantung nona Liauw,
agaknya dia sama sekali tidak menderita sakit."
"Jikalau nona Liauw benar-benaradalah seorang jago
lihay yang memiliki kepandaian silat sangat tinggi,
bahkan berhasil pula mengundurkan si Hoa Hoa Kongcu
atau Kongcu tukang foya-foya Ke Giok Lang, maka
kesempurnaannya ilmu silatnya pasti telah mencapai
pada puncaknya, menurut apa yang hamba pernah
dengar, bilamana kepandaian ilmu silat seseorang
berhasil dilatih hingga mencapai pada titik puncaknya,
bukan saja ia bisa mempertahankan paras mukanya
seperti orang-orang biasa, bahkan dapat pula
menguasahi pernapasan serta denyutan jantungnya
sendiri. Jikalau nona Liauw betul-betul memiliki
kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi dan tidak
mengharapkan agar kita bisa tahu, dapat saja ia
232 mengerahkan tenaganya untuk memperlemah denyutan
jantung." "Perkataanmu memang sangat cengli" kata Phoa Ceng
Yan setelah termenung beberapa saat lamanya. Tetapi
jikalau dia bukan seorang jago lihay yang memiliki
kepandaian sangat tinggi, bagaimana mungkin seorang
gadis yang lemah dapat mengundurkan Lam Thian Sam
Sah beserta si Kongcu tukang Foya-foya Ke Giok Lang?"
"Kecuali nona Liauw sendiri, apakah Jie-ya telah
memperhatikan pula keadaan di tempat tempat lain?"
tanya Nyoo Su Jan lebih lanjut.
"Aku sudah melakukan penyelidikan dengan sangat
teliti, dan benar-benar tidak berhasil menemukan sesuatu
hal yang patut dicurigai."
"Menghadapi perubahan yang terjadi di hadapan kita
pada saat ini, aku rasa sebetulnya buat kita tak ada yang
penting untuk melakukan penyelidikan pada soal ini
hingga jelas," Nyoo Su Jan mendehem perlahan. "Jarak
dari sini ke kota Kay Hong sudah tak begitu jauh lagi,
lebih baik kita cepat-cepat hantar mereka ke kota Kay
Hong. Hmm, kemudian kembali ke markas untuk
memberi laporan entah bagaimana kalau menurut
pendapat Jie-ya?"
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan mengangguk kemudian
menghela napas panjang.
"Angin taufan ombak dashyat, di dalam pedang di
bawah golok, mati hidup di tengah keadaan bahaya aku
sudah merasakan semua dan selama ini belum pernah
membuat aku susah, tetapi kali ini hanya disebabkan
seorang nona Liauw yang lemah lembut ternyata sudah
cukup membuat aku kelabakan dan kebingungan
setengah mati!" katanya perlahan.
233 "Jie-ya!" kembali Nyoo Su Jan mendehem perlahan.
"Persoalan di dalam dunia kangouw terlalu kacau dan
rumit, peduli seorang manusia yang memiliki kecerdasan
sebagaimana tingginya-pun jangan harap bisa
memahami seluruh persoalan yang ada. Peduli nona
Liauw benar-benar jago lihay yang memiliki kepandaian
silat tinggi atau bukan, yang jelas, dia memiliki cara
untuk memundurkan musuh-musuh tangguh bahkan
semua jago yang berhasil dia pukul mundur adalah iblisiblis
Bu-lim yang ganas. Kini dia tidak memperkenankan
kita orang untuk tahu persoalannya, sudah tentu iapun
mempunyai kesusahannya sendiri, jikalau kita ngotot
melakukan pemeriksaan terus terhadap persoalan ini
kemungkinan sekali malah akan mendatangkan perasaan
tidak puas di dalam hatinya".
"Jadi maksudmu kita tidak usah mengadakan
penyelidikan lagi tentang peristiwa ini?" tanya Phoa Ceng
Yan kemudian setelah termenung sejenak.
"Benar! Menurut perasaan hamba, tiada berguna bagi
kita untuk mengadakan penyelidikan tentang soal ini ".
"Perjalanan kita hingga tiba di kota Kay Hong masih
cukup panjang, selama di dalam perjalanan kita ini
apakah kau merasa tentu aman?"
"Persoalan ini boleh dianggap sebagai suatu pekerjaan
untung-untungan, hanya tidak berani terlalu memastikan,
cuma saja "."
"Cuma apa?"
"Nona Liauw berhasil memundurkan Lam Thian Sam
Sah beserta si Kongcu tukang Foya-foya Ke Giok Lang,
mungkin sekali orang lainpun tak bakal berani
melaksanakan niatnya kembali."
"Baik!" ujar Phoa Ceng Yan kemudian. "Kita kerjakan
demikian saja, persoalan nona Liauw untuk sementara
234 kita kesampingkan dulu, coba kalian perintah seluruh
anak buah kita untuk siap-siap, kita segera berangkat."
Nyoo Su Jan lantas mengia, putar badan dan berlalu.
"Su Jan! Coba kau periksa sebentar" sambung Phoa
Ceng Yan lebih lanjut. "Bila mereka-mereka yang
menderita luka terlalu berat, selama di dalam perjalanan
hanya mendatangkan kerepotan saja, lebih baik kita
tinggalkan saja mereka di sini untuk beristirahat, nanti
sewaktu pulang baru sekalian kita bawa mereka kembali
ke rumah!"
"Hambapun punya maksud begitu," sahut Nyoo SU Jan
sambil tertawa.
Ia segera putar badan dan kembali melanjutkan
perjalanannya menuju keluar.
Para anak buah perusahaan "Liong Wie Piauw-kiok"
kebanyakan merupakan jago-jago yang sudah terlatih,
setelah menerima perintah dari Nyoo Su Jan mereka
segera menghela kuda mempersiapkan kereta, hanya di
dalam sekejap mata semua kereta telah dipersiapkan
rapi-rapi. Ketika itu hujan salju telah berhenti, tetapi langit
masih tertutup oleh awan yang sangat tebal. Angin barat
daya bertiup amat kencang membawa hawa dingin yang
serasa menusuk hingga ke dalam tulang sumsum.
Lie Giok Liong serta Thio Toa Hauw dengan masingmasing
menunggang seekor kuda jempolan berjalan di
paling depan membuka jalan, sedang Nyoo Su Jan
beserta Phoa Ceng Yan duduk di dalam kereta kuning
yang ada di depan.
Kecuali lima orang kusir yang menghela kereta, kini
cuma tersisa dua orang pembantu saja yang masih bisa
melanjutkan perjalanan.
235 Ih Coen beserta kedua orang anak tersebut dengan
menunggang kuda berjalan di paling belakang.
Setelah beristirahat selama satu malam dan setengah
harian penuh, kekuatan kuda-kuda tunggangan
merekapun telah pulih kembali.
Kendati udara terasa sangat dingin, angin bertiup
amat kencang tetapi mereka dapat melanjutkan
perjalanan dengan amat cepat.
Dengan kaki kuda melemparkan gumpalan salju ke
tengah udara, membentuk asap putih yang menyilaukan
mata, rombongan kereta dengan mengambil jalan besar
kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah selatan.
Liauw Thayjien serta kacung bukunya berada di kereta
kedua, sedang Liauw Hujien disebabkan hendak menjaga
putrinya bersama-sama dengan Coen-Lan serta nona
Liauw ada di kereta nomor tiga.
Phoa Ceng Yan yang di dalam hati sudah tiada
maksud untuk melakukan penyelidikan terhadap nona
Liauw yang penuh diliputu kemisteriusan serta berbadan
lemah banyak penyakit itu, saat ini hanya berharap bisa
cepat-cepat menghantar keluarga Liauw tiba di kota Kay
Hong kemudian baru mengambil keputusan kembali.
Oleh karena itu sejak semula ia sudah memerintahkan
kepada semua anak buahnya untuk melakukan
perjalanan cepat.
Ketika mereka meninggalkan kota Si Sian Jan hari
sudah sore menanti cuaca mulai gelap mereka telah
melakukan perjalanan sejauh empat puluh lie.
Di tengah udara dingin, semua kuda-kuda itu sudah
mulai berkeringat karena perjalanan cepat ini.
Udara semakin lama semakin menggelap, jalanan
yang dilaluipun kelihatan mulai samar-samar sehingga
236 sukar dibedakan, tetapoi tempat penginapan masih
belum juga ditemukan.
Lie Giok Liong yang bera di depan segera melarikan
kudanya mendekati kereta.
"Paman Jie-siok!" serunya. "Kita sudah lewatkan
tempat-tempat penginapan, kini hari semakin lama
semakin jadi gelap, saljupun mulai mencair, kuda-kuda
telah pada lelah dan hawa malam sangat dingin,
sekalipun hendak melanjutkan perjalanan malam ada
seharusnya mencari suatu tempat dulu untuk memberi
makan kuda-kuda ini."
Phoa Ceng Yan yang mendapat laporan tersebut
lantas menyingkap horden melongok ke depan, setelah
menyapu sekejap ke seluruh penjuru, ujarnya kemudian,
"Giok Liong! Coba kau lihat disebelah timur laut sana ada
segulung bayangan hitam, betulkan bayangan itu
merupakan bayangan rumah?"."
Dengan cepat Lie Giok Liong mengalihkan sinar
matanya ke arah yang ditujukan tetapi sebentar
kemudian ia sudah menjawab.
"Kekuatan mata siauw-tit tidak becus, aku tidak
berhasil melihat jelas."
Ketika itulah Nyoo Su Jan sudah melongok keluar,
sambungnya. "Jika pemberitaan si pencuri sakti she Shen tidak
menipu kita, maka kecuali si Kongcu tukang foya-foya Ke
Giok Lang masih banyak sekali orang-orang yang
menaruh minat terhadap barang-barang kawalan kita kali
ini. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, aku
rasa lebih baik kita jangan menginap di rumah
penginapan, melakukan perjalanan tanpa mengikuti
waktu yang ditetapkan kemungkinan sekali malah
237 memberikan suatu pukulan bagi mereka sehingga jadi
kelabakan"."
Ia merandek sejenak, setelah meloncat keluar dari
dalam kereta sambungnya kembali.
"Secara diam-diam aku sudah menyuruh orang
persiapkan rumput untuk bahan makanan kuda-kuda
kita, asalkan dapat mencari suatu tempat yang terlindung
dari tiupan angin serta curahan hujan salju, hal ini sudah
cukup." "Kalau begitu, biar cayhe pergi periksa sebentar!" kata
Lie Giok Liong dengan cepat.
Jilid 7 Badannya lantas meloncat naik ke atas punggung
kuda dan melarikan kudanya menuju ke arah timur laut.
Ia pergi dengan cepat, pulangpun dengan cepat,
hanya di dalam sekejap pemuda tersebut telah berlari
kembali. "Paman Jie-siok!" serunya sembari menjura. "Tempat
itu adalah sebuah kuil bobrok yang tidak digunakan lagi,
secara garis besarnya siauw-tit sudah melakukan
pemeriksaan dan menurut perasaanku masih
Naga Naga Kecil 4 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Golok Halilintar 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama