Ceritasilat Novel Online

Lambang Naga Panji Naga Sakti 5

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Bagian 5


Buru-buru Phoa Ceng Yan merangkap tangannya
menjura, "Thayjien! Harap kau orang suka memaafkan
kelancangan kami ini" ujarnya sambil tertawa.
"Menghadapi situasi seperti ini sekalipun thayjien harus
memaki dan menyalahkan aku orang she Phoa, biarlah
aku terima di hati saja. Cuma saja bilamana thayjien
suka menjelaskan alamat dari calon Besanmu itu, kami
dapat mencarikan akal untuk menghantar surat tersebut
ke kota Kay Hong. Di kota Kay Hong sana perusahaan
kamipun punya sebuah kantor cabang, biarlah mereka
yanga hantarkan surat tersebut kepadanya."
"Kalian hendak kirim dengan apa?"
"Burung merpati! Perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kami punya sejumlah burung-burung merpati yang
sangat terlatih dan sering digunakan untuk mengirim
berita antara markas dengan kantor cabang, jika thayjien
hendak menyampaikan surat kepada calon besanmu kita
313 dapat menggunakan burung merpati untuk mengirimnya
ke kantor cabang kami, kemudian dari sana akan
memerintahkan seseorang untuk menyampaikan surat
tersebut ke tempat tujuan."
"Sekarang kalian masih ada burung merpati itu?"
"Masih ada seekor burung yang terbaik."
"Baiklah, biar aku pergi membuat sepucuk surat
kemudian biar burung merpati dari perusahaan kalian
mengirimnya ke kota Kay Hong."
"Thayjien! Ditengah cuaca yang demikian dingin serta
berangin kencang, lebih baik kau orang menggunakan
kertas surat yang tipis dan ringan."
"Ehm! Memang jangan sampai burung tersebut
merasa terlalu berat!" Liauw Thayjien mengangguk.
Ia lantas bangun berdiri dan meninggalkan ruangan
tersebut. Phoa Ceng Yan pun dengan mengikuti Liauw Thayjien
berjalan keluar dari ruangan itu.
Pada waktu itu terlihatlah beberapa orang pembantu
sedang membersihkan halaman dari tumpukan salju,
dengan cepat ia enjotkan badannya meloncat naik ke
atas atap rumah kemudian dari sana memandang ke
empat penjuru. 314 Dari sana ia melayang keluar dari kuil untuk
melakukan pemeriksaan sekali lagi dengan teliti, setelah
itu dengan langkah lambat-lambat baru berjalan kembali
ke dalam ruangan.
Pada saat ia hendak memasuki pintu kuil itulah,
mendadak terdengar suara derapan kaki kuda
berkumandang datang memecahkan kesunyian yang
mencekam sekeliling tempat itu.
Phoa Ceng Yan segera merasakan hatinya tergetar
keras, tubuhnya dengan cepat berputar memandang ke
arah luar. Tampaklah seekor kuda warna putih bagaikan anak
panah yang terlepas dari busurnya dengan cepat
berlarimendekat, di atas punggung kuda tersebut
terdapatlah sesosok tubuh manusia.
Warna putih kuda itu amat mulus dan tiada bedanya
dengan permukaan salju, dari atas hingga ke bawah
sama sekali tidak kelihatan sedikit titik hitampun.
Phoa Ceng Yan menghembuskan napas panjang,
setelah berdiri tegak mendadak bentaknya keras,
"Berhenti! Jika kau orang tidak menghentikan lagi larinya
kudamu itu, jangan salahkan aku orang she Phoa akan
turun tangan terhadap dirimu."
Di tengah suara bentakan yang amat keras itulah,
mendadak kuda putih tersebut berhenti berlari, sedang
orang yang tertelungkup di atas punggung kuda tersebut
315 mendadak dongakkan kepalanya, mengayunkan tangan
kirinya dan berkemak kemik.
Belum sempat sepatah kata meluncur keluar,
tubuhnya tahu-tahu sudah terjatuh ke atas tanah dengan
menimbulkan suara yang amat gaduh.
Melihat kejadian itu Phoa Ceng Yan melengak, selagi
ia hendak berjalan mendekati orang itu untuk memeriksa
keadaan yang sebetulnya, mendadak terdengarlah kuda
putih itu meringkik panjang lututnya tahu tahu ditekuk
dan berlutut di hadapan tubuh orang tersebut.
"Aaaakh".! Kiranya seekor kuda jempolan yang
sangat menarik hati."
Jika dilihat dari sikap kuda tadi, kelihatan sekali bila ia
menaruh rasa sangat hormat terhadap majikannya.
Dengan langkah lebar Phoa Ceng Yan segera berjalan
ke depan tubuh orang itu dan membopong tubuh dari
atas tanah. Tampaklah paras muka orang itu sudah berubah jadi
hijau membesi, jelas ia sudah kena terbokong oleh
senjata rahasia.
Kendati Phoa Ceng Yan sendiripun sedang berada di
dalam keadaan berbahaya, tetapi teringat bahwa
menolong orang merupakan suatu kejadian yang sangat
penting tanpa berpikir panjang lagi ia segera
membopong tubuh orang itu dan dengan langkah
terburu-buru kembali kedalam kuil.
316 Beberapa orang lelaki yang ada di tengah halaman
sejak tadi sudah mendengar suara jeritan tertahan dari
Phoa Ceng Yan, melihat dia orang membopong orang itu
sambil berlari masuk ke dalam kamar, mereka lantas
tahu jika si orang tua itu sedang menolong orang
tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi orang yang berada di
sebelah kiri lari keluar kuil dengan mulut membungkam,
secara sadar ia bertindak sendiri sebagai pengawas
keadaan, yang mengawasi apakah dari belakang ada
orang yang melakukan pengejaran atau tidak.
Sedangkan orang yang ada di sebelah kanan bersamasama
dengan Phoa Ceng Yan lari masuk ke dalam
ruangan. Membuka perusahaan mengawal barang paling mudah
mendapat keuntungan, tapi peraturanpun paling ketat,
sang pembantu tersebut setibanya di depan pintu
ruangan ternyata tidak berani melanjutkan kembali
langkahnya. Yang paling aneh adalah kuda putih yang tinggi besar
itu, ia mengikuti dari belakang Phoa Ceng Yan dan
berjalan masuk ke dalam ruangan kuil, kemudian sambil
tundukkan kepala menanti di samping.
Melihat kebagusan serta kegagahan kuda putih
tersebut, rata-rat para pembantu piauw-kiok pada
dongakkan kepalanya seraya memuji.
317 "Kuda bagus! Kuda bagus! Sekalipun kuda jempolan
Hwee Liong Ci dari Cong Piauw-tauw yang bisa
melakukan perjalanan seribu lie dalam seharipun susah
untuk menandinginya."
Haruslah diketahui kebanyakan orang Bu Lim setelah
melihat pedang bagus atau kuda bagus rata-rata
menunjukkan rasa suka, para pembantu piauw-kiok ini
walaupun bukan termasuk jago-jago kangouw tetapi
karena sudah banyak tahun berkelana di dalam Bu-lim
sambil mengawal barang. Pengetahuan mereka
bertambah luas, ketajaman mata melebihi siapapun,
sebab itu mereka mengetahui jika kuda tersebut kuda
jempolan. Kita balik pada Phoa Ceng Yan, di mana orang setelah
tiba di dalam kamar segera meletakkan orang itu di
samping api unggun yang belum padam, hawa hangat
menyamankan suasana, kemudian diperiksa badan orang
tadi dengan teliti.
Dilihatnya orang itu adalah seorang pemuda tampan
yang baru berusia delapan sembilan belasan tahun, ia
memakai celana warna hitam dengan jubah biru berikat
kepala warna biru dengan sepasang alis yang tebal,
berbadan kekar. Walaupun air mukanya pada saat ini
sudah berubah jadi hijau membesi tapi tak sampai
menutupi ketampanan wajahnya.
Phoa Ceng Yan yang melakukan pemeriksaan teliti di
tubuhnya tak berhasil menemukan tanda luka apapun, ia
segera balikkan badannya.
318 Terlihatlah di atas jalan darah "Hong Hu" di belakang
pundaknya masih tersisa sedikit darah kering, hal ini
membuat si orang tua itu kerutkan kening.
"Sungguh suatu tindakan yang kejam!" pikirnya.
"Bukan saja senjata rahasia yang digunakan sangat
beracun bahkan menghajar pula tepat di atas jalan
darah, sekalipun badannya terbuat dari baja murnipun
tak akan bisa kuat menahan serangan tersebut."
Walaupun pengetahuannya sangat luas, tapi iapun
hanya bisa membedakan bila pemuda tersebut kena
dilukai oleh sebangsa senjata rahasia yang amat kecil
dan sangat beracun, jari-jari tangannya segera
dikerahkan tenaga untuk merobek pakaian di atas
pundak. Sedikitpun tidak salah, terlihatlah sebatang jarum ekor
walet yang amat lembut dan kecil masih kelihatan
tersundul diluar kulit.
jarum ekor walet yang tersundul keluar dari kulit
pundak itu memancarkan sinar kebiru-biruan, sekali
pandang sudah bisa ditentukan bila racun yang
dipoleskan di atas senjata rahasia tersebut benar-benar
sangat ganas. Setelah melihat jelas bentuk senjata rahasia itu, Phoa
Ceng Yan baru kelihatan tertegun.
"Aaakh..! Senjata rahasia Yan Wie Tui Hun Ciam."
319 "Apa itu senjata rahasia ekow walet pengejar sukma?"
mendadak terdengar suara Liauw thayjien menyambung.
Phoa Ceng Yan berpaling, tampak Liauw Thayjien
dengan langkah lambat sedang bertindak masuk ke
dalam ruangan. Ia lantas tertawa getir.
"Senjata rahasia ekor walet pengejar sukma adalah
semacam senjata rahasia yang amat beracun, asalkan
menembusi badan pasti akan membinasakan, racunnya
sangat luar biasa."
Ketika itu Liauw Thayjien barusan dapat melihat jelas
bila diatas tanah menggeletak seseorang.
"Maksudmu orang ini sudah terkena hajaran senjata
rahasia Yen Wie Tui Hun Ciam tersebut?"
"Tidak salah." Phoa Ceng Yan manggut.
"Phoa-ya! Cepat cabut keluar senjata beracun tersebut
dari atas pundaknya!" seru Liauw Thayjien sambil
melangkah mendekat dan menengok sekejap ke arah
pemuda tersebut.
Kembali Phoa Ceng Yan tertawa getir dan
menggeleng. "Racun ganas yang terpoles di atas jarum pencabut
nyawa ini sangat luar biasa, kecuali menggunakan obat
pemunah manungal dari si penyambit senjata rahasia,
320 orang lain tak bakal bisa bantu memunahkannya, bila
aku cabut keluar jarum beracun itu dari pundaknya maka
kemungkinan besar pemuda ini bakal lebih cepat
menemui ajalnya."
"Tapi kitapun tak bisa berpeluk tangan melihat orang
lain menjelang sekarat!"
"Bilamana aku orang tiada bermaksud untuk menolong
dirinya, akupun tak akan membopong dirinya msuk ke
dalam kuil."
Liauw Thay jien menghela napas panjang.
"Jika kita tidak bantu dirinya mencabut keluar senjata
beracun itu, bukankah sebentar lagi ia bakal mati?"
"Dugaan Thayjien salah besar, menurut apa yang
orang she Phoa ketahui, asalkan jarum beracun itu tidak
sampai tercabut maka kemungkinan besar nyawanya
bisa diperpanjang beberapa saat."
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Sewaktu kau turun
tangan menolong dirinya apakah kau tidak tahu jika
pemuda ini sudah terhajar oleh senjata rahasia yang
sangat beracun?"
"Ehm! Akupun tidak tahu jika senjata rahasia yang
menghajar dirinya adalah jarum ekor walet pengejar
sukma." "Nyawa manusia sangat berharga, Phoa Hu Cong
Piauw-tauw, apa yang hendak kau lakukan saat ini?"
321 Mendengar pertanyaan itu, Phoa Ceng Yan jadi
melengak, tapi mengingat Liauw Thayjien adalah seorang
yang pernah menjabat sebagai pembesar maka tidak
aneh kalau nada ucapannya tidak terlepas dari nada
seorang pembesar walaupun sudah menghadapi
peristiwa macam begini.
Pikirannya segera berputar, beberapa saat kemudian
ia baru menyahut.
"Thayjie! Aku sendiripun tidak tahu semisalnya aku
tidak berhasil menolong hidup orang ini apakah hal
tersebut merupakan suatu perbuatan melanggar hukum
atau tidak, tapi menurut peraturan dari dunia kangouw,
setiap kali kami menemui persoalan yang sangat
merepotkan, jikalau semisalnya aku tidak berhasil
menolong hidup dirinya maka akupun tidak usah ganti
nyawa sendiri, tapi kejadian yang sebenarnya kami harus
jelaskan kepada sanak keluarganya dan kepada
perguruannya pun aku harus memberikan suatu
pertanggungan jawab."
"Setelah orang itu mati, kenapa tidak kalian laporkan
saja kepada kaum pembesar negeri?" kata Liauw


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thayjien. "Dalam dunia kangouw terdapat peraturan dunia
kangouw yang harus kami taati, peristiwa ini sudah tentu
tidak perlu kami laporkan kepada kaum pembesar."
322 "Tidak salah!" Liauw Thayjien mengangguk. "Kalian
sebagai orang kangouw memang memiliki cara
penyelesaian kalian sendiri."
Ia menghela napas panjang.
"Hee-koan sudah selesai membuat surat!" tambahnya.
"Bagus! Kau serahkan saja kepadaku, akan kubantu
kirimkan surat ini sampai kealamatnya."
Dari dalam sakunya Liauw Thayjien mengambil keluar
selembar kertas putih dan diangsurkan kepada si orang
tua itu. "He-koan sudah menurut nasehatmu, surat yang aku
tulis amat singkat sekali."
"Thayjien boleh berlega hati, dalam satu dua hari ini
Besan dari thayjien tentu sudah menerima surat ini," kata
Phoa Ceng Yan seraya menerima angsuran surat itu.
Perlahan lahan Liauw Thayjien mengalihkan sinar
matanya ke arah dada pemuda berbaju biru itu, ia
berbatuk batuk kering.
"Phoa-ya! He-koan menyimpan berbagai macam obat
mujarab yang dapat digunakan untuk memunahkan
racun-racun ganas tersebut, entah dapatkah obat-obat
itu digunakan buat ini?"
"Obat apa?"
323 "Sewaktu He-koan masih menjabat sebagai pembesar
di kota Tok-Hu pernah mendapat hadiah dari seorang
tabib kenamaan?"
Tiba-tiba pemuda berbaju biru itu menggerakkan jari
tangannya dan menuding dada sendiri.
"Sungguh hebat lweekang yang dimiliki orang ini."
diam-diam pikir Phoa Ceng Yan ketika melihat pemuda
tersebut menunjukkan suatu gerakan."setelah terhajar
senjata rahasia beracun Yen Wie Tui Hun Ciam nyatanya
dalam waktu singkat ia bisa menggerakkan jari-jari
tangannya, sungguh suatu kejadian yang luar biasa!"
Berpikir akan persoalan itu, mendadak suatu ingatan
bagus berkelebat di dalam benaknya, dengan cepat ia
meraba dada pemuda berbaju biru itu.
Di mana jari-jari tangannya bergerak, si orang tua ini
dengan cepat meraba sebuah botol kumala di balik
sakunya. Buru-buru Phoa Ceng Yan merogoh ke dalam saku
orang itu dan diambilnya keluar sebuah botol porselen.
Botol porselen itu panjangnya ada dua coen
danberwarna hijau bening, setelah membuka gabus
penutupnya mengelinding keluarlah dua butir pil.
Di dalam botol tersebut hanya terdapat dua butir pil,
satu warna hijau kemerah-merahan dan yang lain
berwarna putih keperak-perakan.
324 Phoa Ceng Yan letakkan kedua butir pil tersebut ke
telapak tangannya dan memandang benda itu dengan
terpesona, warna kedua butir pil itu tidak sama rasanya
penggunaannya sama sekali berbeda.
Ia mengetahui jelas maksud pemuda berbaju biru itu
menuding dada sendiri adalah minta ia mengambil keluar
botol porselen yang ada di dalam sakunya, tapi ia tidak
mengerti pil warna yang manakah merupakan obat
pemunah dari racun tersebut.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Apakah pil obat itu cukup
memberitahukan kepadamu maksud tujuannya menuding
botol porselen tersebut?"" tanya Liauw Thayjien sembari
terbatuk-batuk.
"Dalam keadaan luka parah ia masih tidak melupakan
botol porselen yang disimpan dalam saku, sudah tentu
jelas sekali membuktikan bila isi dari botol porselen itu
adalah obat pemunah racun yang mujarab!"
"Dan kini di dalam botol tersebut semuanya terdapat
dua butir pil yang berlainan warnanya, salah sebutir
diantaranya tentu bukan merupakan obat pemunah
bukan?" "Benar! Di antara kedua butir pil tersebut yang satu
adalah pil pemunah sedang yang lain bukan pil pemunah,
saat ini aku sendiripun susah untuk membedakan mana
yang pil pemunah dan mana yang bukan pil pemunah!"
"Perlahan-lahan Liauw Thayjien menghela napas
panjang. 325 "Heeei"! Jikalau kita tak berhasil membedakan butiran
pil yang mana adalah pil pemunah racun, sekalipun saat
ini kita miliki obat pemunah juga sama saja tak dapat
digunakan untuk menyelematkan jiwanya.
"Cara lain sih masih ada!" kata Phoa Ceng Yan setelah
termenung sebentar. "Tapi berhasil atau tidak masih
susah dibicarakan."
"Apa caramu itu?"?"
"Cabut dulu jarum Yen Wie Ciam yang menghajar
pada punggungnya, salurkan tenaga dalam akan kubantu
menyadarkan dirinya dari pingsan, kemudian biar ia
sendiri yang menunjukkan butiran pil mana adalah pil
pemunah racun!"
"Obat tersebut ia yang membawa sendiri, sudah tentu
pemuda tersebut dapat menentukan sendiri mana yang
merupakan pil pemunah racun!"
"Cuma cara inipun merupakan suatu tindakan sangat
berbahaya," kata Phoa Ceng Yan kembali berat.
"Bagian mana yang kau maksud bahaya."
"Jikalau aku tidak berhasil menyadarkan dirinya, maka
kita tak akan berhasil menyelamatkan jiwanya lagi."
"Kecuali bertindak demikian, masih adakah cara-cara
yang kiranya dapat digunakan"."
326 "Bilaman dibicarakan dalam situasi seperti ini, kecuali
cara tersebut rasanya tak ada cara lain lagi"."
Selagi mereka bercakap-cakap, Nyoo Su Jan dengan
membawa baki berisi makanan sudah berjalan masuk.
"Jie-ya, siapakah orang ini?" tanya Nyoo Su Jan sambil
meletakkan baku berisi makanan itu ke atas tanah.
"Aku sendiripun tidak tahu." perlahan-lahan Phoa Ceng
Yan menggeleng. "Ia menunggang kuda dan kesasar
sampai ke sini, sedang pemuda itu sendiri jatuh pingsan
karena terhajar senjata rahasia."
Sinar mata Nyoo Su Jan dialihkan ke atas jarum
beracun Yen Wie Tui Hun Ciam yang masih melekat pada
punggungnya. "Aaaakh! Ia sudah terhajar oleh jarum beracun Yen
Wie Tui Hun Ciam".." serunya tiba-tiba dengan rasa
kaget. "Tidak salah, bahkan kalau sudah tak ditolong lagi,
maka jiwanya bakal melayang."
"Kuda putih yang berada di luar ruangan apakah kuda
tunggangannya?""." kembali Nyoo Su Jan bertanya.
"Ehmmm! Jikalau kuda tunggangannya bukan seekor
kuda jempolan yang cerdik, mungkin ini hari jiwanya
sudah melayang."
"Jadi Jie-ya mau menolong dirinya?"
327 "Benar, urusan sudah menjumpai diriku sudah tentu
aku harus berusaha keras".."
"Jika ditinjau dari perubahan air mukanya, jelas ia
sudah keracunan hebat, bila tidak berhasil kita tolong
dirinya, maka kesulitan bakal menimpa diri kita."
"Soal ini aku sendiripun tahu, jika kita tidak berhasil
menyelamatkan jiwa maka kerepotan bakal saling
berdatangan, dan bila kita berhasil menolong dirinya
kerepotan tetap bakal datang. Sekarang urusan ini sudah
menjumpai kita, kalau memang apapun terjadi kita tetap
merasakn kerepotan, bukankah jauh lebih baik kita coba
dulu tolong orang itu. Kedatanganmu sungguh amat
bagus, coba perintahkan mereka perketat penjagaan,
mungkin satu dua jam ini aku tak bisa lepaskan diri
dalam ruangan, sebentar lagi aku mau turun tangan
menolong dirinya."
Dirobeknya pakaian kulit kambing pada pundak
pemuda itu, lalu jari-jari tangan kanan mulai bekerja
mencabut keluar jarum beracun yang menghajar di atas
jalan darah "Hong Hu Hiat" pada pundak pemuda
berbaju biru itu, sedangkan tangan kirinya angsurkan pil
pemunah tadi ke tangan Liauw Thayjien.
Liauw Thayjien terima obat pemunah itu, Phoa Ceng
Yan lantas gunakan tangan kirinya membimbing bangun
pundak pemuda tersebut, telapak tangan ditempelkan ke
atas jalan darah "Ming Bun Hiat" pada punggung diamdiam
hawa murni disalurkan menerjang masuk ke isi
perutnya. 328 Liauw Thayjien yang belum pernah mencampurkan diri
dalam urusan dunia kangouw, ketika melihat Phoa Ceng
Yan tempelkan telapak kanannya ke atas punggung
pemuda berbaju biru itu dalam hati jadi keheranan.
"Eeei". terhitung cara apakah ini" masa
menyembuhkan luka keracunan hanya dengan tempelkan
tangan ke atas punggung?"
Tampaklah beberapa saat kemudian batok kepala
Phoa Ceng Yan mulai dibasahi oleh keringat yang makin
lama semakin deras bagaikan curahan hujan, dari ujung
kepala sampai bawah basah kuyup semua.
Melihat kejadian itu, Liauw Thayjien jadi semakin
terkejut bercampur keheranan.
"Phoa-ya, kau lelah?" tak tertahan lagi tanyanya.
Ketika itu Phoa Ceng Yan sedang pusatkan seluruh
perhatian untuk paksa keluar racun dari dalam tubuh si
lelaku berbaju biru itu dengan kerahkan tenaga
lweekang, sudah tentu tak ada waktu baginya untuk
menjawab pertanyaan dari Liaw Thayjien.
Ia tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Liauw Thayjien yang melihat Phoa Ceng Yan tetap
duduk bersila sambil pejamkan mata, agaknya sama
sekali tidak mendengar pertanyaan, iapun tidak
mengajukan pertanyaan lebih lanjut.
329 Kembali lewat beberapa waktu, mendadak si orang
berbaju biru itu menghembuskan napas panjang,
perlahan-lahan ia membuka matanya.
Agaknya ketika itu Phoa Ceng Yan sudah kecapaian,
sesudah menghembuskan naoas ringan buru-buru
katanya. "Liauw Thayjien, cepat tunjukkan pil itu kepadanya
dan suruh ia tunuk pil mana yang pemunah racun."
Liauw Thayjien menurut, ia keluarkan telapak
tangannya dan menunjukkan kedua butir pil kepada sang
pemuda. "Dia antara kedua butir ini mana yang merupakan pil
pemunah racun?"
"Pil berwarna putih keperak-perakan adalah pemunah
racun." Liauw Thayjien segera mengambil pil yang dimaksud
dan diserahkan ke mulut pemuda tersebut.
"Phoa-ya, apakah pil ini diberikan saja kepadanya."
"Tanyakan saja kepadanya."
Si orang berbaju biru itu tidak menjawab tapi
pentangkan mulut lebar-lebar.
Liauw Thayjien pun lantas hantar pil warna putih ke
dalam mulut si orang berbaju biru.
330 Setelah itu dimasukkannya pula pil berwarna merah
tadi ke botol kumala, lalu menutup gabusnya dan
diletakkan di depan tubuh sang pemuda.
Setelah semuanya beres ia baru bangun berdiri dan
bertindak keluar dari ruangan.
Si lelaki berbaju biru itu setelah menelan pil pemunah
racun segera pejamkan matanya pula untuk mengatur
pernapasan. Phoa Ceng Yan dengan kerahkan sisa tenaganya
mengirim hawa lweekang ke dalam isi perut sang
pemuda dan bantu ia perlancar jalannya peredaran darah
di badan. Sepeminum teh kemudia, mendadak si orang berbaju
biru itu buka suara, katanya.
"Terima kasih atas bantuan dari Locianpwee,
boanpwee sudah bisa atur pernapasan sendiri, cianpwee
tidak usah repot repot lagi."
Cara menyembuhkan luka dengan menggunakan
tenaga dalam merupakan suatu pekerjaan yang sangat
berat dan banyak mengeluarkan tenaga murni, Phoa
Ceng Yan yang ada maksud menolong orang telah
kerahkan seluruh hawa murni yang dimilikinya.
Sesudah lewat beberapa saat hawa murni di dalam
badan hampir boleh dikata sudah tinggal sedikit, keringat
ngucur keluar menembusi mantel bulunya, sekalipun si
331 orang berbaju biru itu tidak menyuruh ia beristirahat pun
ia tak akan meneruskan pekerjaannya.
Si orang berbaju biru itu melirik sekejap ke atas wajah
Phoa Ceng Yan yang penuh diliputi keletihan, setelah itu
ia baru pejamkan mata atur pernapasan.
Phoa Ceng Yan menghembuskan napas panjang,
tubuhnya langsung dijatuhkan ke belakang dan rebah ke
atas tanah, kelelahan yang dialami saat ini bagaikan
kelelahan yang dialami setelah mengalami suatu
pertarungan yang maha sengit.
Waktu itu Nyoo Su Jan dengan jalan merindik-rindik
masuk ke dalam ruangan, sebagai seorang jago kawakan
yang sering melakukan perjalanan setelah melihat
sekejap keadaan ruangan perlahan-lahan ia menutup


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pintu kembali dan mengundurkan diri untuk berjaga-jaga
di luar. Kiranya ia takut keadaan Phoa Ceng Yan yang sangat
mengenaskan itu dapat diketahui oleh pihak lawan, maka
dari itu untuk amannya sengaja ia berjaga-jaga di depan
pintu untuk menghalangi setiap orang yang bermaksud
untuk masuk ke sana.
Setelah berbaring beberapa saat, perlahan-lahan Phoa
Ceng Yan bangun duduk dan mulai atur pernapasan.
Menanti ia selesai salurkan hawa murninya
mengelilingi seluruh badan satu lingkaran dan rasa lelah
lenyap dari dalam tubuh pada waktu itu si orang berbaju
332 birupun sudah selesai bersemedi dan sedang duduk di
sudut ruangan. Ketika Phoa Ceng Yan buka mata untuk kedua kalinya,
keadaan dari si orang berbaju biru itu sudah berubah dari
keadaan semula, wajah sembab hijau yang semula
menghiasi wajahnya kini sudah tersapu lenyap berganti
dengan selembar wajah tampan dan gagah perkasa.
"Loo-Cianpwee sudah selesai bersemedi, boanpwee
pun seharusnya mohon diri" kata si orang berbaju biru
itu hambar. Ia bangun berdiri, membuka pintu dan berjalan keluar
dengan langkah lebar.
Ia tidak menanyakan kisahnya sehingga ditolong, juga
tidak mengucapkan sepatah kata terima kasih bahkan
tidak menanyakan pula nama Phoa Ceng Yan maupun
meninggalkan nama sendiri, begitu keluar dari ruangan
segera meloncat naik ke atas kuda, menarik tali les dan
diiringi suara ringkikan kuda putihnya laksana sambaran
petir meleset sejauh delapan depa untuk kemudian
lenyap di balik hutan sana.
Menanti Phoa Ceng Yan tiba di depan pintu kuil
bayangan manusia sudah lenyap tak berbekas.
Nyoo Su Jan yang melihat kejadian itu tak bisa
menahan golakan dihatinya lagi, kontan ia bentang bacot
memuji. "Sungguh seekor kuda yang bagus?".."
333 Ia bepaling, sewaktu melihat Phoa Ceng Yan pun
sudah keluar, buru-buru sambungnya dengan berganti
nada. "Jie-ya, siapakah orang itu" Agaknya di dalam
kalangan Bu Lim sebelah utara belum pernah menemui
jejak orang ini."
"Ia tidak tinggalkan nama" Phoa Ceng Yan
menggeleng. "Ehmmm! Apakah Jie-ya tidak menanyakan hal
tersebut kepadanya?"
"Kepergiannya teramat cepat, sang manusia amat
gesit kudanya lincah, sama sekali tidak memberi suatu
kesempatan bagiku untuk mengajukan pertanyaan.
Thio Toa Hauw yang berdiri di samping pintu kuil
sehabis mendengar perkataan itu hawa gusarnya kontan
bergelora. "Hmmm! Bangsat cilik itu benar-benar tidak tahu
kesopanan, bikin dongkol. Jie-ya! Kau sudah sia-sia
menolong selembar nyawanya, kurang ajar benar, masa
sepatah kata terima kasihpun tidak diucapkan, jika di
kemudian hari aku si Loo Thio menemui dirinya lagi,
tentu akan kukasih sedikit hajaran kepadanya."
"Toa-Hauw, lain kali aku larang kau ungkap kembali
persoalan ini " cegah Phoa Ceng Yan sembari ulapkan
tangannya. "Kita sebagai orang kangouw yang sering
334 melakukan perjalanan sudah sepatutnya sering tolong
menolong dan membantu, urusan telah lewat biarkanlah
berlalu, apalagi kitapun menolong bukan mengharapkan
upah orang lain.
Walaupun di dalam hati tidak puas, Thio Toa Hauw
tidak berani membantah perkataan Hu Piauw-tauw-nya,
dengan hati mendongkol segera putar badan berlalu.
"Jie-ya, jika ditinjau dari kudanya kemungkinan besar
orang ini mempunyai asal-usul yang luar biasa." bisik
Nyoo Su Jan dengan suara lirih. "Budi tidak mengenal
terima kasih, inilah baru dinamakan wajah seorang
pendekar sejati!"
"Su Jan, jangan bicarakan urusan ini lagi " potong
Phoa Ceng Yan sambil terbatuk batuk kering. "Tadi kau
keluar sebentar dan apa yang sudah kau temui di sana?"
"Hamba serta Giok Liong sekalian bekerja untuk
kumpulkan sedikit bahan makanan yang kira-kira bisa
digunakan untuk penuhi ransum selama empat-lima hari
buat manusia maupun kuda, selain itu secara teliti dan
cermat kamipun sudah periksa keadaan di empat
penjuru, tapi tak sebuah tanda yang mencurigakan pun
berhasil kita temukan. Hamba merasa keadaan sekeliling
kuil ini sangat tenang bahkan ketenangan yang
membawa rasa keheranan."
"Semakin hening, suasana semakin menakutkan! Kita
jangan terlalu bertindak gegabah?"" kata Phoa Ceng
Yan seraya tertawa getir.
335 Ia dongakkan kepala memandang cuaca.
"Waktu masih pagi, sekalipun bakal terjadi urusan
juga tak akan berlangsung pada saat ini. Menggunakan
kesempatan ini ada baiknya suruh mereka makan yang
kenyang lalu beristirahat sebentar. Semisalnya si Dewa
Api Ban Cau betul-betul sudah pasang jebakan di sebelah
sana dan ini hari tidak berhasil menjumpai kita, maka
nanti malam pihak mereka pasti akan adakan suatu
gerakan." Agaknya Nyoo Su Jan secara tiba-tiba teringat akan
suatu persoalan yang penting, buru-buru ujarnya.
"Eeeeii?"".Piauw-tauw, pemuda tadi sudah kena
terhajar senjata rahasia macam apa?"
"Jarum beracun Yen Wei Tui Hun Ciam" seru Phoa
Ceng Yan rada melengak.
"Jarum Yen Wie Tui Hun Ciam adalah sebangsa
senjata rahasia tunggal yang sangat istimewa, jarang
sekali orang-orang Bu-lim yang menggunakan senjata
tersebut."
"Tentang hal ini aku sih tahu" Phoa Hu Cong Piauwtauw
dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini tertawa
getir. "Dan didalam dunia kangouw saat ini hanya
seorang saja yang menggunakan senjata rahasia ini
sebagai senjata andalan."
"Si "Kui Siu" atau Tangan Setan Mo Cing."
336 "Tidak salah, memang si tangan setan Mo Cing."
"Menurut apa yang hamba ketahui, selamanya antara
Kui Siu serta Shia Kiam atau si pedang sesat belum
pernah berpisah."
"Tentang hal ini akupun tahu," kembali si orang tua
mengangguk. "Di mana si tangan Setan Mo Cing
munculkan diri maka "Shia Kiam" atau si pedang Sesat
pasti menguntil datang."
"Jie-ya" Nyoo Su Jan berbisik rendah.
"Sudah ada banyak tahun si Tangan Setan serta si
Pedang Sesat tidak pernah munculkan dirinya di dalam
dunia kangouw, kemunculan mereka di tempat ini ada
kemungkinan disebabkan karena suatu maksud tertentu."
"Maksudmu, kedatangan mereka-pun disebabkan oleh
barang kawalan kita kali ini?" teriak Phoa Ceng Yan
tertegun. "Soal ini hamba tidak berani terlalu memastikan,
hanya saja peristiwa ini terjadi sangat kebetulan, dalam
musim dingin yang menggigilkan badan serta jalan raya
yang tertutup lapisan salju tebal apalagi menjelang tutup
tahun, kebanyakan jago-jago Liok-Lim kenamaan sudah
masanya beristirahat menyambut kedatangan Tahun
Baru, seharusnya Kui So serta Shia Kiam tidak akan
dikarenakan jual beli ini lantas cari sangu untuk melewati
Tahun Baru bukan?"
337 "Tidak salah, si Dewa Api Ban Cau ditambah tangan
dan pedang sesat, urusan memang sedikit rada
kebetulan."
"Bahkan mereka masih tinggalkan suatu bukti kepada
kita bahwa si tangan setan Mo Cing pun telah unjukkan
diri." "Tapi diantara perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita
dengan pihak mereka belum pernah terlibat sengketa!"
seru Phoa Ceng Yan.
"Kita sudah menolong orang yang pernah dilukai si
Tangan Setan Mo Cing, bukankah hal ini berarti sudah
memberikan suatu kesempatan yang baik buat mereka
untuk mencari gara-gara?"
"Su Jan!" kata si Orang tua seraya tertawa getir.
"Jikalau kedatangan mereka adalah membawa maksud
tujuan, sekalipun kita tidak menolong orang itupun
mereka sama saja tak akan melepaskan kita orang."
"Perkataan dari Jie-ya memang tidak salah, agaknya
urusan makin lama berubah semakin merepotkan, hamba
segera akan perintahkan mereka untuk banyak bikin
persiapan."
Ia merandek sejenak.
"Walaupun keadaan pihak musuh jauh lebih kuat,
paling banterpun kita harus bertempur sampai mati,
justru persoalannya sekarang terletak pada diri keluarga
Liauw. Heee?"! Sekarang, hamba malah sebaliknya
338 sangat mengharapkan nona Liauw benar-benar seorang
gadis yang memiliki rangkaian ilmu silat lihay."
"Kalau rejeki bukan bencana, kalau bencana tak akan
terhindar, sampai waktunya aku kepingin sekali agar
mereka suka memberi sedikit keterangan tentang
maksud kedatangannya, setelah itu kita lakukan suatu
pertarungan sepuas-puasnya, daripada harus merasakan
kemasgulan, kemurungan serta kesumpekan sebanyak
ini, jauh lebih baik semuanya berlalu dengan blakblakan."
"Jie-ya, maafkan hamba akan bicara terus terang.
Kemungkinan sekali Cong Piaut tauw sudah mulai
melakukan perjalanan, dengan kecepatan lari kudanya,
mungkin dalam beberapa hari ini akan tiba di sini,
sekarang kita harus berusaha keras menahan siksaan
serta kepahitan getir untuk mengesampingkan semua
persoalan yang tak berguna, kita harus mencari akal
untuk bertahan hingga kedatangan Cong Piauw-tauw
kita." "Perkataanmu tidak salah, pergilah melakukan
persiapan." Phoa Hu Cong Piauw-tauw mengangguk.
Agaknya secara tiba-tiba ia sudah teringat akan suatu
persoalan yang penting, sembari mengelus jenggot
sambungnya lagi.
"Su Jan, aku sudah teringat akan suatu persoalan!."
339 Nyoo Su Jan yang sudah putar badan dan melangkah
keluar mendengar perkataan itu lantas berhenti dan
berpaling. "Jie-ya, kau masih ada urusan apa yang hendak
diperintahkan?""
"Toa-hauw memiliki kekuatan alam luar biasa, hanya
jurus-jurus ilmu silatnya kurang sempurna, setelah
menemui jago lihay kadangkala hanya dalam tiga lima
jurus kena didesak bergebrak jarak dekat kemudian
tertotok jalan darahnya. Bila kita hendak bertahan
seharusnya kau aturkan penjagaan sedemikian rupa
sehingga Toa Hauw bisa unjukkan sedikit
kegagahannya."
Ia tarik napas panjang panjang dan beristirahat
sebentar. "Jikalau kita bisa lewatkan hadangan ini akan
memohonkan kepada COng Piauw-tauw untuk carikan
satu akal menyempurnakan diri Toa Hauw, menambah
kecerdikannya dan wariskan beberapa rangkaian ilmu
silat yang sesuai bagi dirinya."
"Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah, soal ini
sudah lama kita rundingkan, dan akhirnya berhasil kami
dapatkan satu cara, cuma cara ini harus bekerja sama
pula dengan Jie-ya kau orang tua."
"Harus bekerja sama dengan diriku?"
340 "Tidak salah. Gelang terbang dari Jie-ya beserta du
alat bandring otomatis dan empat busur panjang yang
keras bisa kita gunakan berbareng, sekalipun kita jumpai
seorang jago lihay kelas wahidpun hamba percaya masih
bisa menghadapinya, cuma?"".."
"Su Jan, teruskan kata katamu, tidak mengapa!" seru
Phoa Ceng Yan tertawa.
"Jie-ya harus bisa menahan hina, makian serta
hasutan musuh, kita jangan gubris makian serta
tantangan mereka".
"Baik! Akan kudengarkan siasatmu itu."
"Hamba sudah periksa situasi di sekitar sini, jikalau
kita akan bertahan di dalam kuil ini maka ruang tengah
harus kita jadikan titik pusat, soal keluarga Liauw sana
terpaksa hamba harus merepotkan Jie-ya untuk bikin
takluk dulu Liauw Thayjien."
"Heeeei"..! Jikalau kau suruh aku bicarakan lagi
tentang sesuatu dengan mereka sebenarnya Loohu
sudah malu untuk buka suara, bagaimana kalau titik
pusat penjagaan dari ruang tengah kita pindahkan ke
ruang yang mereka tempati saja?"
"Hamba serta Giok Liong sudah bikin perhitungan
yang cermat, kami merasa bahwa ruangan itu tidak
kuat?""
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
341

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hamba sudah gunakan papan serta kulit pohon untuk
membangun sebuah ruang kecil di dalam ruangan
tengah, rasanya ruangan tersebut cukup digunakan
sebagai tempat persembunyian beberapa orang keluarga
Liauw! Apalagi tempat itupun jauh lebih aman daripada
ruangan sekarang."
Beberapa patah perkataan ini sengaja diucapkan
dengan suara keras, sehingga para pembantu Piauw-kiok
yang meronda di luar pintu besar pun dapat mendengar
perkataan itu jelas.
Selagi Phoa Ceng Yan bersiap hendak memberi
jawaban, tiba-tiba Liauw Thayjien munculkan dirinya dari
balik ruangan. "Phoa-ya, kau tidak perlu bersedih hati!" serunya
seraya ulapkan tangannya. "Urusan sudah jadi begini,
terpaksa kau harus berbuat sesuai dengan perintah dari
Nyoo Su Jan Piauw-tauw."
"Thay-jien, kau terlalu sungkan" buru-buru Nyoo Su
Jan menjura. "Di dalam keadaan dan situasi macam
begini terpaksa kita harus saling percaya mempercayai
dan saling bantu membantu, dengan demikian hadangan
bahaya ini baru bisa kita lalui."
"Aku paham, entah kapan kami harus pindah!" potong
Liauw Thayjien tertawa hambar.
"Lebih baik sekarang juga pindah kemari! Bilamana
kedatangan mereka adalah benar-benar dikarenakan kita
orang, rasanya sebentar lagi orang-orang itu pasti sudah
342 tiba di sini, bahkan ada kemungkinan besar malam nanti
bakal terjadi suatu perubahan besar".."
"Baiklah, sekarang juga cayhe akan suruh merekap
pindah masuk ke ruang tengah."
"Su Jan! Tidak bisa salahkan orang lain merasa tidak
senang" sela Phoa Ceng Yan seraya tertawa hambar
menanti Liauw Thayjien telah berlalu. "Orang lain adalah
buang uang meminta kita jadi pengawalnya, bukannya
kami yang menurut perintah sekarang merekalah yang
setiap langkah harus mendengar petunjuk kita orang."
"Keadaan kritis dan tidak mengijinkan kita banyak
berpikir panjang, rasanya kejadian inipun merupakan
suatu peristiwa yang tidak terhindarkan."
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya.
"Jie-ya, kau harus baik-baik beristirahat sebelum Cong
Piauw-tauw tiba di sini maka semua urusan masih harus
andalkan kepandaian Jie-ya.
Selesai berkata, Nyoo Su Jan lantas berlalu untuk
adakan persiapan persiapan seperlunya.
Liauw Thayjien dengan membimbing Liauw Hujien
serta nona Liauw pindah masuk ruang tengah kuil.
Sedikitpun tidak salah, Nyoo Su Jan sekalian sejak
semula sudah persiapkan sebuah rumah kecil yang
sangat kuat dan tertutup di tengah ruang kecil itu ditutup
343 oleh papan serta kulit pohon yang tebal dan kokohnya
luar biasa di bawah jendela bertumpukan batu batu
cadas dalam jumlah yang sangat banyak.
Jelas membuktikan bila Phoa Ceng Yan sekalian sudah
bulatkan tekad untuk bertahan mati-matian di dalam kuil
tersebut dengan titik pusat di dalam ruang tengah tadi.
Cuaca makin lama semakin gelap, suasana di sekeliling
tempat itupun mulai kelihatan samar-samar, rasa tegang
mulai mencekam hati setiap orang semua.
Ketika itu salju sudah berhenti, awan gelap mulai
buyar dan muncullah langit nan biri dengan separuh
bagian rembulan memancarkan cahayanya menyinari
permukaan jagat yang putih menyilaukan mata.
Dalam kuil sudah disulut lampu, suasana empat
penjuru sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun
kecuali ringkikan-ringkikan kuda yang menambah
keseraman di tengah malam yang bening itu.
Kurang lebih mendekati kentongan kedua di luar kuil
tiba-tiba muncul empat sosok bayangan manusia, suara
berdetaknya kaku kuda berlari di atas permukaan salju
kedengaran sangat jelas.
Phoa Ceng Yan yang bersembunyi di tempat
kegelapan di balik pintu besar kuil dengan meminjam
cahaya rembulan dapat melihat pemandangan di luar kuil
dengan sangat jelas.
344 Di lihatnya empat sosok bayangan manusia
menghentikan larinya kuda pada kurang lebih sepuluh
kaki di luar kuil dan sama-sama meloncar turun ke ats
permukaan tanah.
Agaknya keempat orang itu sama sekali tiada
mengandung maksud hendak melancarkan serangan
bokongan, setelah menyerahkan keempat ekor kuda itu
pada seorang, sisanya tiga orang dengan langkah lebar
berjalan ke arah kuil.
Melihat kejadian itu Phoa Ceng Yan lantas berpaling
dan memandang sekejap ke arah Nyoo Su Jan.
"Agaknya mereka siap-siap menantang kita untuk
bergerak " bisiknya lirih.
"Jika memang begitu, pasti mereka adalah jago-jago
kenamaan."
Gerakan tubuh ketiga orang itu sangat cepat, di dalam
sekejap mata sudah berada kurang lebih tiga kaki di luar
kuil. Pihak lawan tidak buka suara untuk menantang
perang, sedang dari pihak Phoa Ceng Yan pun tidak
kedengaran suara bentakan maupun teguran, mereka
hanya memandang orang-orang itu dengan pandangan
dingin. Menanti ketiga orang itu sudah mencapai tiga kaki dari
kuil mendadak bersama-sama menghentikan langkahnya,
salah seorang diantaranya seorang kakek tua berjubah
345 panjang warna hijau dengan jenggot melambai
sepanjang dada maju ke depan seraya menjura, katanya.
"Siapakah yang sedang bertugas" Harap suka laporkan
kepada si telapak besi gelang emas Phoa Hu Cong
Piauw-tauw dari perusahaan kalian, katakan saja si Dewa
Api Ban Cau malam-malam datang berkunjung."
Selagi Phoa Ceng Yan siap-siap hendak memberi
jawaban, Nyoo Su Jan yang ada disisinya sudah keburu
menyahut. "Oooooouw?"..! Kiranya Ban Loo-yacu yang
namanya sangat terkenal di dalam Bu Lim, cayhe aturkan
selamat datang! Maaf kami menyambut kurang hormat."
Sembari menjawab, lambat-lambat ia berjalan keluar
dari tempat persembunyian.
Ban Cau dongakkan kepala memandang sekejap ke
arah Nyoo Su Jan.
"Maaf, Loohu punya mata tak berbiji, tidak berhasil
kukenali sebutan dari kawan."
"Cayhe Nyoo Su Jan! Ban Loo-yacu adalah cianpwee
loojien, sudah tentu tak akan mengenali aku orang she
Nyoo yang sama sekali tak bernama di dalam dunia
persilatan," kata Nyoo Su Jan seraya menjura.
Ban Cau mendengus dingin.
346 "Kau tidak usah meluncurkan sindiran dalam katakatamu,
sana beritahu kepada Phoa Ceng Yan, coba lihat
maukah dia orang menemui aku sebagai si tetamu."
Phoa Ceng Yan yang bersembunyi di belakang pintu
dapat mendengar jelas semua perkataan dari kedua
orang itu, tapi berhubung belum mendapat tanda dari
Nyoo Su Jan maka ia merasa kurang leluasa untuk
unjukkan diri. Terdengar Nyoo Su Jan kembali berkata, "Bilamana
dibicarakan dari nama serta kedudukan Ban Loo-yacu
saat ini sudah tentu seharusnya Phoa Hu Cong Piauwtauw
dari perusahaan kami munculkan diri untuk
menemui tamu, cuma saja".."
Ban Cau ulapkan tangannya memotong pembicaraan
selanjutnya dari Nyoo Su Jan, sahutnya.
"Kau tidak usah bukakan pintu buat aku orang, Loohu
malam-malam datang berkunjung bukannya dikarenakan
ingin mengikat persahabatan, jika kau tidak ingin
sampaikan berita ini jangan salahkan Loohu segera akan
terjang masuk ke dalam."
Melihat Nyoo Su Jan terdesak dan sulit untuk memberi
jawaban lagi, Phoa Ceng Yan batuk0batuk kering sambil
melangkah keluar dari tempat persembunyian.
"Siapa yang datang mencari aku orang she Phoa."
Seraya menyahut lambat-lambat ia munculkan dirinya
dan berjalan keluar ke pintu kuil, melihat munculnya
347 Phoa Hu Cong Piauw-tauw ini, Ban Cau segera
merangkap tangannya menjura, "Si telapak besi gelang
emas Phoa Jie-ya, di sini Ban Cau menghunjuk hormat."
Buru-buru Phoa Ceng Yan balas menjura.
"Tidak berani"..tidak berani, cayhe tidak berani
menerima penghormatan besar dari Ban Toa-ya."
Si Dewa Api Ban Cau tertawa hambar.
"Selama beberapa tahun ini siauw-tee bersembunyi
terus di gunung dan jarang berkelana di dalam dunia
persilatan, tapi aku dengar nama besar dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kalian beserta kedashyatan dari
gelang terbang pencabut nyawa dari Phoa Jie-ya,
katanya kau sudah berhasil mkendesak kawan-kawan
Liok-lim di daerah utara sampai tak bisa berkutik."
Phoa Ceng Yan mendengus dingin sahutnya.
"Jikalau kedatangan Ban Heng pada malam ini
dikarenakan soal kawan-kawan di sekitar daerah Utara,
maka aku orang she Phoa dengan suka hati akan
menyampaikan pendapat dari Ban heng ini kepada Cong
Piauw-tauw kami, aku rassa Cong Piauw-tauw tentu akan
memberikan satu jawaban yang memuaskan hati Ban
Heng, aku orang she Phoa hanya menjabat kedudukan
kecil, di atas masih ada COng Piauw-tauw dan maaf aku
orang tak bisa ambil keputusan sendiri".."
348 "Haaaa?"".haaa?"?"..haaaa?"..kalau begitu
Phoa heng hanya bisa berbuat apa saja?" potong Ban
Cau sembari dongakkan kepalanya tertawa tergelak.
Melihat kejadian itu, diam-diam di dalam hati Phoa
Ceng Yan berpikir.
"Bila aku ulur sedikit waktu lagi berarti memberi
kesempatan pada mereka untuk mengadakan persiapan
lebih teliti, jikalau ia tidak suka memberi muka kepadaku,
akupun tidak usah menggunakan kata-kata untuk
menyanjung dirinya lagi."
Berpikir akan hal tersebut, ia lantas menyahut.
"Pertanyaan dari Ban-heng betul-betul membuat
Siauw-te jadi tidak paham, di bawah kolong langit tak
ada orang kedua. Di dalam rumah tak ada dua majikan,
di dalam perusahaan pengawal barang-barang kita punya
peraturan kami sendiri aku orang she Phoa tidak ingin
bicara terlalu besar?""
"Heee"..heee?"heee?" di dalam persoalan barang
walaupun kali ini, apakah kau Phoa Jie-ya bisa ambil
keputusan," kembali potong Ban Cau diiringi suara
tertawa dingin.
Phoa Ceng Yan segera tertawa terbahak-bahak.
"Ooouw.. jika demikian adanya, tujuan Ban-heng pun
terletak pada barang-barang kawalan kami?"
349 "Barang kawalan dari perusahaan Liong Wie Piauwkiok
selamanya tak ada yang berani mengutak-ngatik,
dalam hati siauw-tee merasa tidak puas, kami ingin cobacoba
menahan barang kawalan dari perusahaan kalian
kali ini."
"Mau merampok katakan saja terus terang mau
merampok, seorang lelaki sejati selamanya bicara blakblakan,
cara Ban-heng belak-belok tak menentu apakah
tidak berarti membuang tenaga terlalu banyak?"
Disindir oleh Phoa Ceng Yan, air muka Ban Cau kontan
berubah jadi merah padam, serunya gusar.
"Kalau begitu anggap saja aku orang she ban ada
maksud merampok barang kawalan kalian, kau Phoaheng
bersiap-siap hendak berbuat apa?"
"Siauw-tee berani mengawal barang sudah tentu tidak
bakal takut menghadapi mereka-mereka yang ada
maksud merampok barang kawalan kami, jikalau Banheng
punya kesadaran tunggulah sebentar, setelah kami
bereskan dulu orang-orang piauw-kiok kami, rasanya
turun tangan kemudian pun belum terlambat".."
"Ban-heng, kau baik-baik jaga diri, maaf siauw-tee tak
bisa menemui lebih lanjut," sambungnya kemudian
sambil ulapkan tangannya.
Dengan sinar mata tetap melototi diri Ban Cau, si
orang tua ini lambat-lambat mengundurkan diri ke dalam
ruangan kuil. 350 Ban Cau adalah seorang manusia yang licik dan
banyak akal, sebenarnya maksud kedatangannya di sini
adalah ingin mencari tahu beberapa persoalan dari mulut
Phoa Ceng Yan. Siapa sangka Phoa Ceng Yan jauh lebih lihay
daripadanya, hanya di dalam beberapa patah kata saja ia
berhasil menyelamuri diri Ban Cau sehingga lupa dengan
maksud kedatangannya.
Menanti Phoa Ceng Yan sudah balik ke dalam ruangan
kuil, Ban Cau baru teringat kembali akan maksud
kedatangannya adalah ingin mencari sedikit keterangan,
tapi kini tak sedikit keteranganpun yang berhasil ia
dapatkan. Senjata rahasia gelang emas dari Phoa Ceng Yan
sudah amat terkenal di dalam dunia kangouw. Si Dewa
api Ban Cau tidak berani bersikap terlalu gegabah,


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat Phoa Ceng Yan mundur ke belakang.
Selama ini Nyoo Su Jan terus menerus bersembunyi di
tempat kegelapan di balik pintu, ketika dilihatnya Ban
Cau dengan membawa anak buahnya mengundurkan
diri, dalam hati jadi keheranan.
Jilid 10 Si Dewa Api merupakan seorang iblis kenamaan di
dalam kalangan Liok-lim, kenapa mereka mengundurkan
diri sebelum berhasil mencapai pada sasarannya?""
351 Phoa Ceng Yan yang melihat kejadian inipun rada
keheranan dibuatnya.
"Su Jan, mereka mengundurkan diri?"" bisiknya lirih.
"Mungkin waktu yang mereka janjikan untuk turun
tangan belum tiba, dan sekarang mereka mengundurkan
diri terlebih dulu sambil menunggu waktu."
"Dengan watak si Dewa Api Ban Cau yang licik dan
banyak pengalaman sebelum punya pegangan kuat, ia
tak akan berani datang kemari untuk menempuh
bahaya," kata Phoa Ceng Yan setelah termenung
sejenak. "Kini mereka sudah datang bahkan ajak aku
bicara secara berhadapan muka, tak mungkin ia suka
mengundurkan diri sedemikian mudah, paling tidak ia
akan tunjukkan dulu dua-tiga macam senjata apinya
sebagai tameng dalam pengunduran diri tersebut."
"Perkataan Jie-ya tidak salah," Nyoo Su Jan
mengangguk. "Di antara persoalan ini pasti sudah ada
perubahan, tetapi perubahan apakah tang telah terjadi
sehingga bisa membuat si iblis tua itu berubah pendapat
menjelang saat-saat kritis dan mengundurkan diri?""
"Mungkinkah mereka sedang gunakan siasat licik
untuk menipu kita?" seru Phoa Ceng Yan tiba-tiba.
"Sengaja mereka munculkan diri kemudian
mengundurkan diri, setelah itu mengambil kesempatan
sewaktu penjagaan kita sedikit mengendor, secara diamdiam
mereka menyelundup masuk ke dalam kuil".."
352 Belum sempat Nyoo Su Jan memberikan jawabannya,
mendadak nampaklah Lie Giok Liong berlari masuk
dengan langkah cepat.
"Giok Liong, bukannya berjaga-jaga di posmu, buat
apa lari kemari dengan gugup dan gelagapan?" tegur
Phoa Ceng Yan sang Hu Cing Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok dengan alis berkerut.
"Jie-siok! Siauw-tit telah menemui suatu kejadian yang
mengherankan, karena itu sengaja datang minta
pendapat dari paman Jie-siok!" lapor Lie Giok Liong
seraya menjura.
"Ada Urusan apa?""
"Sewaktu Siauw-tit berjaga-jaga di pos penjagaan
mendadak menemukan empat sosok bayangan manusia
dengan gerakan menyelinap mendekati kuil kita".."
"Kalian sudah tahu ada orang hendak menyelinap
masuk ke dalam kuil, kenapa kau orang malah
meninggalkan pos penjagaan, jangan bergurau!"
"Paman Jie-siok, Siauw-tit belum selesai menceritakan
keadaan selanjutnya."
"Baiklah! Kau teruskan lebih lanjut."
"Keempat sosok bayangan manusia itu sewaktu tiba
kurang lebih tiga kaki di luar tembok kuil, mendadak
salah satu di antaranya tanpa sebab mendadak jatuh
tertelungkup seperti menubruk katak."
353 "Aaaakh! Kemudian?"" Phoa Ceng Yan berseru
tertahan. "Justeru keistemewaannya terletak di sini, baru saja
orang yang jatuh itu bangun berdiri, orang yang berada
di sampingnya mendadak jatuh rubuh ke atas tanah,
empat orang itu jatuh ke atas tanah saling bergilir, ketika
orang terakhir berhasil meronta bangun dari tanah, maka
mereka berlalu terbirit-birit tanpa menoleh lagi, karena
siauw-tit tidak paham di manakah letak keistemewaan
dari persoalan ini, maka sengaja datang kemari untuk
laporkan urusan ini pada paman Jie-siok."
Sembari mengelus jenggotnya Phoa Ceng Yan
termenung berpikir keras, beberapa saat kemudia ia baru
berkata, "Soal ini"..soal ini".. benar-benar membuat
orang merasa sedikit tidak paham."
"Jie-ya, mungkinkah ada jagoan lihay yang membantu
kita secara diam-diam?" timbrung Nyoo Su Jan dari
samping. "Nona Liauw?"?"
"Apa yang berhasil Giok Liong lihat serta
mengundurkan diri si Dewa Api Ban Cau secara
mendadak, tidak mungkin kalau tak ada sebabsebabnya?""
"Kalau begitu, biarlah aku pergi tengok diri Liauw
Thayjien."
354 Habis berkata orang tua she Phoa ini bangun dan
melangkah menuju ruangan tengah.
"Cepat kembali dan berjaga-jaga di tempat semula."
bisik Nyoo Su Jan kemudian kepada diri Lie Giok Liong
sepeninggal Phoa Ceng Yan. "Peristiwa yang terjadi pada
malam ini rada sedikit kabur, sungguh membuat orang
jadi kebingungan, sekalipun jelas ada jago lihay yang
secara diam-diam membantu kita dengan gunakan
kepandaian lihaynya mengundurkan musuh tangguh, tapi
kitapun jangan terlalu bersikap gegabah,"
Perlahan-lahan Lie Giok Liong menghela napas
panjang. "Cahaya rembulan menyinari permukaan salju dengan
terangnya, pemandangan di sekitar beberapa kaki dari
pos penjagaanku dapat dilihat dengan jelas, tapi ?"".
kecuali keempat orang itu jatuh bangun dipermainkan
orang belum pernah kutemukan lagi bayangan manusia
yang lain, jika benar-benar ada orang yang membantu
kita secara diam-diam maka kepandaian silat dari orang
itu betul-betul luar biasa lihaynya."
"Bila kepandaian silat dari orang itu biasa saja,
rasanya iapun tak bakal bisa kejutkan musuh tangguh
sehingga melarikan diri terbirit-birit."
"Heee?"".. apalagi jika jago lihay itu adalah nona
Liauw, kita seharusnya merasa sangat malu."
"Sedikitpun tidak salah! Orang lain hamburkan uang
minta kita mengawal keselamatan mereka sepanjang
355 jalan, tidak disangka sewaktu kita hadapi persoalan yang
kritis sebaliknya orang lain yang melindungi keselamatan
kita." "Aku mau pergi" kata Lie Giok Liong kemudian seraya
menjura. "Jikalau paman Jie-siok menemukan sesuatu
harap dia orang suka cepat-cepat beri kabar kepadaku."
"Kenapa" Agaknya terhadap persoalan ini kaupun
sudah timbul perasaan ingin tahu?"
"Kepandaian silat seseorang ternyata bisa dilatih
hingga tahap mengundurkan musuh tangguh tanpa
perlihatkan sedikit jejak, kejadian ini benar-benar susah
dipercaya dengan pikiran manusia, cayhe kepingin sekali
bisa bertemu dengan manusia macam begini."
Ia merandek sejenak, setelah tukar napas
sambungnya. "Terus terang saja aku beritahu pada Nyoo-heng,
sejak Lam Thian Sam Sah mengundurkan diri secara
misterius, selama ini siauw-te terus menerus
memperhatikan segala gerak-gerik dari kereta yang
ditumpangi nona Liauw".
"Lalu apakah Lie-heng sudah pernah menemukan
sesuatu tanda yang mencurigakan ataupun istimewa?"
"Belum, selama ini cayhe belum berhasil menemukan
suatu tanda-tanda yang aneh ataupun mencurigakan."
356 "Jie-ya sudah pergi tanyakan persoalan ini pada Liauw
Thayjien, jikalau jago lihay yang barusan saja bantu kita
mengundurkan musuh tangguh ini adalah hasil
perbuatan nona Liauw, rasanya kali ini ia pasti berhasil
menemukan tanda-tanda tersebut."
"Mengapa?"
"Di dalam ruang tengah cuma terdapat sebuah jalan
keluar saja, peduli nona Liauw memiliki kepandaian silat
seberapa lihaypun tidak mungkin dia orang bisa masuk
keluar dengan menembusi dinding?""
Ia rada merandek sejenak, lantas tambahnya.
"Musuh tangguh telah mengundurkan diri, untuk
beberapa saat tak mungkin bisa balik kemari, bagaimana
kalau kitapun pergi ke ruang tengah untuk melihat-lihat
keadaan?" "Meninggalkan tugas pos penjagaan, aku takut paman
jie-siok akan menegur?"
"Sekalipun kita pergi menengok sejenak rasanya tak
akan buang banyak waktu?"?"
"Baiklah!" akhirnya Lie Giok Liong setuju. "Nyoo
Piauw-tauw selama ini mendapat penghargaan dari
paman Jie-siok, asalkan kau berjalan di depan rasanya
paman Jie-siok tak akan menegur."
357 Nyoo Su Jan tersenyum, setelah ia serahkan tugas pos
penjagaan mereka kepada dua orang pembantu piauwkiok,
katanya. "Kalian baik-baiklah berjaga di pintu besar, bilamana
menemukan sesuatu tanda yang mencurigakan
berusahalah secepat mungkin sampaikan berita itu ke
dalam ruangan tengah."
"Nyoo-ya harap berlega hati" sahut kedua orang
pembantu piauw-kiok itu seraya menjura.
Kemudian Nyoo Su Jan baru berpaling dan
memandang sekejap ke arah Lie Giok Liong.
"Mari kita pergi"
Dengan langkah lambat ia berjalan ke depan.
Lie Giok Liong dengan cepat menguntil dari belakang
Piauw-tauw she Nyoo ini menuju ke dalam ruangan.
Ketika kedua orang itu mendekati ruangan, pada
waktu itu Phoa Ceng Yan sedang bercakap-cakap dengan
Liauw Thayjien.
Terdengar Phoa Ceng Yan dengan suara lirih sedang
berkata. "Putri kasayanganmu apakah masih ada di dalam
ruangan?" 358 "Sejak Siauw-li masuk ke dalam ruangan tengah,
hingga kini belum pernah meninggalkan tempat ini
barang selangkahpun," sahut Liauw Thayjien perlahan.
"Apakah Thayjien yakin tidak salah melihat?"
"Tidak salah. He-koan tahu siauw-li belum pernah
meninggalkan ruang kecil ini barang selangkahpun."
"Dapatkah Thayjien masuk sejenak untuk memeriksa
sendiri?"?"
Liauw Thayjien tampak termenung, akhirnya ia
manggut. "Baiklah! He-koan akan periksa sebentar ke dalam!"
Ia lantas bangun berdiri dan melangkah masuk ke
dalam ruang kecil di tengah ruang besar kuil tersebut.
Sesaat kemudian ia sudah melangkah ke luar.
"Siauw-li sudah tidur pulas!"
"Apa" putrimu sudah tertidur nyenyak?" Phoa Ceng
Yan jadi tertegun dibuatnya.
"He-koan melihat hal tersebut dengan mata kepala
sendiri dan siauw-li betul-betul sudah tertidur pulas,
apakah aku masih bisa menipu kalian?"
"Oouw?".oouw?" sudah tentu Thayjien tak bakal
berbicara bohong."
359 "Phoa Hu Cong Piauw-tauw! He-koan ada beberapa
patah kata bila tak kuucapkan keluar rasanya mengganjel
di tenggorokan."
"Silahkan Thayjien mengutarakan keluar."
"Aku sudah banyak menuruti kemauan kalian semua,
tapi lebih baik kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw sedikit tau
keadaan, masa di tengah malam buta kau paksa aku
yang jadi ayah pergi tengok putriku sendiri, walaupun
keadaan tidak sama dengan waktu waktu biasa, tapi
kejadian ini telah melanggar tata kesopanan?".."
Phoa Ceng Yan terbatuk batuk kering, buru-buru ia
rangkap tangannya menjura.
"Teguran dari Thayjien memang tepat!" sahutnya
perlahan. "Kebanyakan keluarga pembesar paling ketat
menjaga peraturan rumah tangga, tapi keadaan kita
hadapi saat ini jauh berbeda dengan keadaan biasa,
sedikit teledor kemungkinan besar kita akan kehilangan
nyawa bersama-sama, oleh karena itu di banyak tempat
terpaksa aku orang she Phoa harus mendapatkan bukti
dengan sangat berhati-hati."
Setelah mendengar perkataan itu hawa gusar dalam
dada Liauw Thayjien pun rada reda.
"Agaknya suatu peristiwa besar kembali terjadi pada
malam ini?"
360 "Tidak salah, walaupun Thayjien harus tidur di pojokan
kuil yang sempit dan banyak menderita siksaan lahir
maupun bathin, tapi orang-orang perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok dari kedudukan teratas aku orang she Phoa
hingga bagian bawah para pembantu piauw-kiok yang
terluka semuanya berjaga di atas tanah lapang bersalju
yang sangat dingin, kita sudah salurkan seluruh kekuatan
yang kita miliki untuk melindungi keselamatan dari
Thayjien sekeluarga."
Liauw Thayjien menghela napas panjang.
"Sebenarnya kalianpun sudah cukup
menderita?".cuma, apa sangkut pautnya urusan itu
dengan diri Siauw-li?""
"Liauw Thayjien! Terus terang saja kukatakan barusan


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada beberapa kelompok jago-jago Liok-lim dengan
mengambil arah yang berlainan sama-sama menyerang
kuil kita, tapi sewaktu mereka mendekati kuil secara
mendadak mengundurkan diri kembali dengan terbirit
birit?" "Ooouw?"?".. ada urusan demikian?"
"Tidak salah, justeru disinilah letak rasa curiga di hati
cayhe, setelah aku pikir bolak balik akhirnya berhasil
kamu dapatkan dua kesimpulan."
"Dan apa hubungannya dengan Siauw-li"
"Pertama ada seorang jago lihay yang memiliki
kepandaian silat dashyat bersembunyi di sekitar tempat
361 ini dan bantu kita mengundurkan para penjahat. Kedua,
mereka sengaja menjalankan siasat licik untuk mencobacoba
kekuatan kita apa benar-benar mengandalkan
persiapan. Kita jangan bicarakan kesimpulan yang kedua,
jikalau semisalnya benar-benar ada seorang jago lihay
yang membantu kita, lalu siapakah orang itu" Inilah yang
membuat kami harus berpikir dan menduga-duga ."
"Maka dari itu kalian lantas mencurigai Siauw-li?"
sambung Liauw Thayjien cepat.
"Lam Thian Sam Sah setelah membuka horden kereta
putrimu buru-buru mengundurkan diri terbirit-birit, HoaHoa Kongcu menerjang masuk ke dalam ruang tidur
putrimu dan akhirnya mengundurkan diri serta
menghadiahkan obat mujarab, sebegitu banyak hal-hal
yang mencurigakan benar-benar membuat orang merasa
tidak paham di manakah letaknya alasan-alasan tersebut!
Bila kau Liauw Thayjien berkedudukan seperti aku Phoa
Ceng Yan sekarang ini, maka apa yang hendak kau
lakukan?" Sekali lagi Liauw Thayjien menghela napas panjang.
"Perkataanmu memang betul, kejadian ini memang tak
bisa salahkan kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw."
"Thayjien bisa memahami kesusahan aku orang she
Phoa, dengan demikian aku orang she Phoa pun bisa
berlega hati. " segera Phoa Ceng Yan merangkap
tangannya menjura.
362 "Baiklah!" kembali Liauw Thayjien berbatuk-batuk
kering. "Besok pagi, setelah semangat Siauw-li sedikit
baikan, kau Phoa Hu COng Piauw-tauw boleh bercakapcakap
dengan dirinya, aku rasa di balik kesemuanya ini
memang benar-benar masih tersembunyi suatu rahasia.."
"Tia! Aku sudah bangun ?"" tiba-tiba terdengar suara
seseorang yang lemah lembut memotong pembicaraan.
Ketika Phoa Ceng Yan berpaling, dilihatnya nona Liauw
dengan rambut panjang terurai di pundak melangkah
keluar dari balik ruang kecil itu lambat-lambat.
"Malam sudah kelam, hawa diluarpun dingin, cepat
pergi beristirahat, ada perkataan kita bicarakan besok
hari saja" buru-buru Liauw Thayjien menegur seraya
mendehem. Liauw Wan Jie tersenyum manis.
"Selama dua hari ini secara mendadak aku merasa
badanku jauh lebih baikan, bahkan semangatpun sudah
pulih kembali. Tia! Kau tidak usah kuatir buat diriku lagi."
"Apakah setelah menelan pil mujarab pemberian Hoa
Hoa Kongcu?"." sela Phoa Ceng Yan dari samping.
"Ehm! Tidak salah, sejak menelan pil pemberiannya,
aku merasa penyakitku rada baikan?".."
Gadis she Liauw ini merandek sejenak, lantas
tambahnya. 363 "Bukankah kalian sangat mencurigai diriku?"
"Berhubung banyak urusan berlangsung sangat
bertepatan waktu, mau tak mau terpaksa kami harus
mencurigai diri nona" Phoa Ceng Yan membenarkan.
"Sekarang aku berdiri di sini, ada persoalan apa
silahkan ditanyakan semua."
Phoa Ceng Yan termenung sejenak, akhirnya ia
rangkap tangannya menjura.
"Nona memiliki kepandaian silat yang lihay bahkan
berulang kali membantu kami mengundurkan musuhmusuh
tangguh, bukan saja cayhe merasa sangat
berterima kasih, sekalipun Cong Piauw-tauw kamipun
ikut merasa kagum bercampur girang."
"Apa maksud perkataanmu itu?" Liauw Wan Jie segera
menggeleng. "Badanku lemah tak bertenaga, untuk turun
tangan menyembelih seekor ayam pun tak becus, mana
mungkin bisa memiliki kepandaian silat."
"Walaupun manusia pandai tidak suka unjukkan muka,
tapi jejak dari nona sudah bocor dan diketahui banyak
orang, agaknya tiada berguna kau orang berbohong
lagi." "Setiap perkataan yang kuucapkan adalah kata-kata
sejujurnya, jika kau tak percaya itupun merupakan suatu
kejadian yang tidak bisa dibuktikan lagi."
Phoa Ceng Yan jadi melengak.
364 "Cayhe sama sekali tidak bermaksud untuk
menciptakan kesalah-pahaman dengan diri nona".."
"Perduli kau ada maksud menganggap soal ini
kesalah-pahaman atau tidak, yang jelas apa yang aku
ucapkan adalah kata-kata sejujurnya." potong Liauw Wan
Jie cepat. "Aku tidak bisa ilmu silat, jangan dikata orang
yang bisa ilmu silat sekalipun orang biasapun cukup
sekali tinju bisa membinasakan diriku."
"Ada kalanya cayhepun merasa bahwa nona tidak
mirip dengan seorang yang pandai bersilat."
"Kalau memang sudah melihat betul, kenapa kau ubah
kembali pendapatmu itu?"
"Karena cayhe tidak berhasil menjelaskan persoalanpersoalan
yang terjadi secara beruntun dan kebetulan itu
secara tepat! Oleh sebab itu cayhe merasa di balik
kesemuanya ini tentu masih ada sebab-sebab lain."
Nona Liauw menghela napas panjang.
"Aku berharap kalian bisa mempercayai perkataanku."
"Mana berani kami tidak mempercayai perkataan
nona, cuma cayhe sangat berharap nona suka
menceritakan semua rahasia di balik kesemuanya ini,
semisalnya nona merasa jalan inipun susah ditempuh,
maka kami berharap nona suka membuka suatu jalan
yang rasanya bisa kita lampaui."
365 "Heeeeeiii! Tindakan kalian ini bukankah sama dengan
bertanya jalan dengan orang buta" Kau suruh aku
berbuat apa, bagaimana aku bisa tahu?""
Dalam hati Phoa Ceng Yan tahu sekalipun ditanyakan
lebih lanjut tak berguna, karena itu ia lantas alihkan
bahan pembicaraan.
"Nona, silahkan kau kembali untuk beristirahat."
"Pada malam ini semangatku luar biasa segar, lebih
baik kau tumpahkan keluar seluruh kecurigaan yang
mencekam di dalam dadamu."
"Baiklah," kata Phoa Ceng Yan kemudian setelah raguragu
sejenak. "Kenapa sewaktu Hoa Hoa Kongcu
menerjang masuk ke dalam ruangan tidur nona bukan
saja ia tidak melukai dirimu bahkan menghadiahkan obat
yang sangat mujarab?"
"Liauw Wan Jie termenung tidak bicara, agaknya ia
sedang berpikir cermat sebelum menjawab.
"Bocah, kau harus bicara terus terang," sela Liauw
Thayjien dari samping.
"Bicara sejujurnya, aku sendiripun kurang begitu
paham mengapa ia hadiahkan sebutir obat mujarab
kepadaku," kata Liauw Wan Jie seraya mengangguk.
"Tapi aku jelas mengetahui bahwa diapun tidak punya
alasan yang kuat untuk mencelakai diriku."
366 "Jikalau perkataan yang nona ucapkan adalah
sejujurnya, maka rasanya baik Hoa Hoa Kongcu maupun
Lam Thian Sam Sah tiada alasan untuk datang kemari."
"Tidak salah, tapi mereka pada berdatangan lalu
dikarenakan apa "."
Phoa Ceng Yan tertegun, kemudian tertawa getir.
"Karena apa" Pertanyaan dari nona sangat bagus!
Hingga sekarang aku orang she Phoa pun masih belum
paham, apa sebabnya?"
"Jadi maksudmu, kedatangan mereka dikarenakan
aku?"" kata Liauw Wan Jie sambil membereskan
rambutnya yang panjang terurai.
"Soal ini si bukan" Phoa Hu Cong Piauw-tauw
menggeleng. "Jikalau kedatangan mereka disebabkan
nona, agaknya tindakan yang diambil tidak perlu
sedemikian buas dan keji, mereka bisa mohon bertemu
secara blak-blak kan?""
"Aaakh! Lalu karena apa mereka datang kesini?"
"Jikalau nona betul-betul tidak tahu, maka persoalan
ini harus ditanyakan ayahmu."
Sinar mata Liauw Wan Jie perlahan-lahan dialihkan ke
atas wajah Liauw Thayjien, perasaan curiga mulai
melintasi alisnya.
367 "Tia, sebenarnya barang berharga apakah yang kita
bawa sehingga menimbulkan inceran sebegitu banyak
orang-orang?"
"Menurut perkataan dari Phoa Hu Cong Piauw-tauw,
kedatangan orang-orang ini bukannya dikarenakan untuk
merampok emas, perak ataupun barang-barang mustika
lainnya".." kata Liauw Thayjien menggeleng.
"Tidak salah!" sambung Phoa Ceng Yan pula.
"Sekalipun Thayjien sudah kumpulkan banyak emas,
perak maupun barang antik, tapi barang-barang tersebut
masih tidak termasuk suatu barang kawalan yang besar.
Perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami sudah pernah
mengawal beberapa ratus laksa tahil perak di daratan
Tionggoan sebelah Utara tetapi belum pernah ada orang
yang berani menempuh bahaya mengikat tali
permusuhan dengan kami ataupun menghadang barangbarang
kawalan kami, sekalipun beberapa orang
pentolan Liok-lim yang tak dapat diajak kompromipun tak
akan berani banyak ribut, tapi kali ini". beberapa orang
iblis kenamaan dari kalangan Liok-lim sudah pada
munculkan diri."
"Jadi maksudmu barang yang kami bawa sudah
melampaui nilai beberapa ratus laksa tahil sehingga
memancing perhatian mereka?"
"Tidak salah," jawab Phoa Ceng Yan dengan air muka
serius. "Kemungkinan sekali barang-barang itu sama
sekali tidak bernilai di mata kalian dan tiada berharga
beberapa ratus laksa tahil, tapi bagi mereka benda itu
betul-betul bernilai."
368 "Tia! Sebenarnya apa yang sudah kita bawa?" Harta
adalah benda sampingan yang tidak berguna?"."
"Aku sendiripun tidak paham tentang soal ini," Liauw
Thayjien menggeleng dan memotong perkataan putrinya
yang belum selesai.
"Menurut apa yang cayhe ketahui, lukisan peta
pengangon kambing itu termasuk salah satu di
antaranya," sela orang tua she Phoa dari samping.
Liauw Thayjien nampak termenung berpikir keras,
sesaat kemudian ia baru mengambil keputusan.
"He-koan akan bertanggung jawab, asalkan yang
mereka minta adalah lukisan peta pengangon kambing
itu maka kalian boleh serahkan peta tersebut kepada
mereka asalkan kita bisa melanjutkan perjalanan dengan
selamat!" Agaknya Phoa Ceng Yan sama sekali tidak menduga
kalau Liauw Thayjien bisa berkata demikian, ia
mendehem. "Sungguh?"
"Sudah tentu sungguh, kemungkinan sekali lukisan
peta itu benar-benar bernilai, tapi di tanganku tak
kumengerti dimanakah letak berharganya benda
tersebut."
369 "Walaupun perkataan bisa diucapkan demikian," sela
Phoa Ceng Yan sambil menghela napas panjang. "Tapi
asalkan aku orang she Phoa masih ada napas tiga cun
yang bergetar, maka aku tak akan membiarkan orang
lain mengganggu barang seujung rambutpun terhadap
kalian sekeluarga Liauw?"
Liauw Thayjien pun menghela napas panjang seraya
menggeleng. "Phoa-ya, uang dan harta adalah barang sampingan,
aku menjabat sebagai pembesar kelas dua walaupun
pernah tenggelam di dalam kemakmuran serta
kelimpahan harta, tapi dalam pandanganku pribadi benda
tersebut tak berguna bagai awan di langit, perkataan dari
Siauw-li kemungkinan besar tak bakal salah, sesudah Hekoan
pikir tiga kali rasanya pikiranku tak berhasil
menyimpulkan kapankah Siauw-li mendapat kesempatan
untuk belajar ilmu silat?".."
Ia merandek sejenak, lalu dengan air muka serius
sambungnya lebih lanjut.
"Hingga detik ini agaknya kau Phoa Hu Cong Piauwtauw
masih belum berhasil mengetahui jelas apa yang
sebenarnya mereka inginkan dari kami?"
Phoa Ceng Yan tertegun, pikirnya.
"Perkataan ini sedikitpun tidak salah, hingga detik ini
aku masih belum berhasil memahami apa sebabnya
mereka gerakan masa untuk atur jebakan dengan
menghadang barang kawalanku ini ".."
370 Kedengaran Liauw Thayjien melanjutkan lagi
ucapannya. Kemungkinan sekali orang lain sudah mengetahui jelas


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentang soal ini!"
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw, lain kali jikalau kau
bertemu lagi dengan pihak musuh maka jangan lupa
tanya pada mereka sebenarnya apa yang mereka
kehendaki" Asalkan benda tersebut ada di dalam
tumpukan barang-barang kami, cayhe pasti akan
menyerahkan keluar."
Phoa Ceng Yan merasa sangat malu sekali, tapi untuk
beberapa saat iapun tak mengerti jawaban apa yang
harus diutarakan.
"Bocah, kau kembalilah ke bilik untuk beristirahat!"
ujar Liauw Thayjien kemudian kepada Liauw Wan Jie
seraya berpaling.
Liauw Wan-jie mengiakan, perlahan-lahan ia putar
badan bertindak masuk ke dalam ruangan.
Liauw Thayjien pun mengikuti dari belakang tubuh
Liauw Wan Jie melangkah masuk ke dalam ruangan.
Lama sekali Phoa Ceng Yan memandang bayangan
punggung kedua orang itu hingga lenyap dari
pandangan, akhirnya dengan hati murung ia putar badan
berjalan keluar dari ruangan.
371 Ketika Nyoo Su Jan serta Lie Giok Liong sudah
menanti di atas permukaan salju di luar ruangan.
Menemui kedua orang itu Phoa Ceng Yan langsung
tertawa getir. "Sudah kalian dengar semua?"
"Semua telah kami dengar." Nyoo Su Jan
membungkuk dan menjura.
"Perkataan dari Liawu Thayjien sedikitpun tidak salah,"
kata Phoa Ceng Yan setelah mendehem. "Kita hanya
tahu keadaan disekeliling kita penuh terkurung oleh
keadaan bahaya, tapi apa yang mereka kehendaki kita
orang masih belum jelas."
Nyoo Su Jan termenung, lalu manggut.
"Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah, barang
kawalan kita kali ini bukan saja mempunyai banyak
perubahan bahkan masih terbungkus pula oleh suatu
rahasia yang sangat misterius dan susah diketahui,
jikalau dikatakan si Dewa Api Ban Cau sekalian sama
sekali tidak mendapatkan kabar berita, rasanya
merekapun tak bakal munculkan dirinya kembali di dalam
Bu lim setelah lama cuci tangan mengasingkan diri."
"Yang menggelikan lagi adalah pihak bajingan sudah
tahu benda apa yang akan diincer, sebaliknya kita orang
yang melindungi barang tersebut masih tidak tahu
barang apa yang sedang kita kawali!"
372 "Kemungkinan sekali Liauw Thayjien hanya
dipergunakan orang" dengan demikian sudah tentu ia
sendirianpun tak bakal tahu rahasia di balik semuanya
ini".."
Phoa Ceng Yan kerutkan alisnya, lama sekali ia
termenung, akhirnya mengangguk.
"Perkataanmu ini memang rada ceng li!"
"Jie-ya, bilamana dikemudian hari kau bisa berjumpa
lagi dengan mereka, baiknya gunakan sedikit siasat
untuk jebak mereka dalam perkataan." bisik Nyoo Su Jan
lagi sambil dongakkan kepalanya memandang rembulan.
Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Kelihatannya hanya satu-satunya jalan yang bisa kita
tempuh!" Ia lantas ulapkan tangannya.
"Giok Liong, coba kau pergi meronda sebentar,
bilamana menemukan jejak musuh laporkan padaku
secepatnya."
Lie Giok Liong menjura lalu putar badan berlalu.
Menanti Lie Giok Liong sudah lenyap dari pandangan,
Phoa Ceng Yan baru berpaling, bisiknya, "Su Jan, mari
kita kongkouw!"
373 Ia melangkah keluar dari ruangan kuil.
Dengan kencang Nyoo Su Jan membuntuti dari
belakang, sekeluarganya dari kuil ia baru menegur.
"Jie-ya, kita akan kemana?"
"Walaupun si Dewa api Ban Cau sudah mengundurkan
diri, tapi aku percaya mereka pasti sudah tinggalkan
mata-mata di sekitar tempat ini untuk mengawasi segala
gerak-gerik kita."
"Apakah Jie-ya akan menangkap dan cari keterangan
dari mulut mereka?"."
"Soal itu sih bukan!" potong Phoa Ceng Yan. "Aku
ingin agar supaya mereka suka membawakan sepucuk
suratku buat si Dewa Api Ban Cau."
"Jie-ya, bila besok malam Cong Piauw-tauw belum
datang, maka lusa sebelum menjelang siang hari ia pasti
sudah tiba di sini, rasanya kalau mau bicara saat itulah
merupakan waktu yang paling tepat."
"Su Jan! Coba kau bayangkan, jikalau Cong Piauwtauw
sudah tiba di sini dan ia bertanya apa sebabnya
mereka ada maksud untuk mengganggu barang kawalan
kita jikalau aku tak dapat menjawab pertanyaan ini
bukankah peristiwa tersebut merupakan suatu kejadian
yang sangat memalukan?"
Nyoo Su Jan tersenyum.
374 "Maka dari itu Jie-ya ingin menemui si Dewa Api dan
menanyakan keadaan sejelasnya sebelum Cong Piauwtauw
tiba di sini?"
"Tidak salah, aku ingin menanyakan urusan ini sampai
jelas, dengan demikian bila Cong Piauw-tauw
mengajukan pertanyaan aku bisa menjawab dengan
lancar." Waktu itu kedua orang itu sudah berjalan
meninggalkan kuil sejauh enam-tujuh kaki di bawah
sorotan sinar rembulan dilihatnya permukaan tanah
hanya tertutup oleh selapis salju nan putih, seluruh jalan
raya telah diselimuti dengan salju.
"Situasi di sekeliling tempat ini tidak begitu kita
pahami, berjalan di malam hari rasanya kurang leluasa"
bisik Nyoo Su Jan lirih. "Jika Jie-ya memang ada maksud
hendak bertanya, Rasanya besok pagi cari merekapun
masih belum terlambat."
"Baiklah! Kalau begitu kita tinjau dulu di sana dan
selidiki apa sebabnya mereka mengundurkan diri,
kemungkinan sekali di atas permukaan salju kita bakal
berhasil menemukan sesuatu jejak yang banyak
membantu kita di dalam pengungkapan rahasia ini."
"Benar!" Nyoo Su Jan memperdengarkan tanda
setujunya. "Kecuali orang itu sudah berhasil melatih
kepandaian silatnya hingga mencapai taraf tidak
menempel tanah kalau tidak sepatunya di atas
permukaan salju tertinggal telapak kaki atau sedikitnya
tanda-tanda yang bisa diselidiki."
375 "Heiii?""! Marilah kita pergi adu untung! Selama
separuh hidupku aku berkelana di dalam dunia kangouw
dan banyak menemui manusia aneh maupun peristiwa
aneh tapi belum pernah berjumpa dengan situasi yang
sulit dan membingungkan semacam kali ini ?"."
Ia merandek sejenak, lantas sembari memandang
sekejap ke arah Nyoo Su Jan tampaknya.
"Giok Liong berjaga di pos sebelah utara."
"Tidak salah, biar hamba bawa jalan."
Nyoo Su Jan berebut jalan terlebih dahulu di depan
Phoa Ceng Yan, lalu sambungnya, "Jie-ya, situasi yang
kita hadapi pada saat ini walaupun penuh diliputi awan
gelap ini masih berada dalam keadaan ada kekejutan
tanpa mara bahaya".. kita tidak tahu mengapa mereka
bermaksud mengganggu barang kawalan kita, jago-jago
Liok-lim serta iblis-iblis tua yang telah mengasingkan diri
satu demi satu saling susul menyusul munculkan dirinya
di dalam Bu-lim tapi kemudian seorang demi seorang
mengundurkan diri dalam keadaan sangat
mengherankan, suasana sekeliling kita rasanya penuh
diliputi oleh kemisteriusan, jikalau bukan dikarenakan
beban yang kita pikul untuk melindungi seluruh keluarga
Liauw terlalu berat, kepingin sekali hamba melakukan
suatu penyelidikan secara teliti."
"Keadaan kita saat ini sama halnya dengan minum
arak di bawah pohon pare, mencari kesenangan di
tengah kepahitan."
376 Sewaktu bercakap-cakap, mereka sudah tiba di kuil
bagian Utara. Mereka berdua tidak bicara lagi, seluruh perhatian
dipusatkan jadi satu dan menyapu seluruh permukaan
salju dengan sinar mata tajam.
Sedikitpun tidak salah, di atas permukaan salju nan
putih mereka temukan sebaris bekas tapak kaki yang
kacau balau tidak karuan tapi seluruh bekas kaki tersebut
hanya terdapat di dalam lingkungan tiga kaki di luar
tembok kuil. Tiga kaki di balik lingkungan tersebut salju
tetap putih, jelas tidak pernah dijamah orang.
Jika ditinjau dari bekas telapak kaki yang tertera di
atas permukaan salju, agaknya orang-orang itu sudah
menemui suatu kejadian yang sangat mengejutkan
sewaktu tiba di tempat kurang lebih tiga kaki dari kuil
sehingga mereka terburu-buru putar tubuh dan lari
ngacrit, dengan demikian bekas kaki yang tertera di atas
permukaan salju pun jadi kacau balau tidak karuan.
"Di bawah sorotan sinar rembulan serta pantulan
cahaya dari permukaan salju, seharusnya dengan
ketajaman mata Giok Liong, benda dalam jarak tiga kaki
bisa ia lihat dengan sangat jelas sekali" kata Phoa Ceng
Yan. "Benar, orang-orang itu pasti sudah menemui sesuatu
kejadian yang sangat mengejutkan sewaktu tiba kurang
lebih tiga kaki dari tembok kuil, sehingga mereka ngacrit
pergi dengan ketakutan," sambung Nyoo Su Jan.
377 "Saat itu keadaan apa yang sudah mereka temukan di
tempat ini?"
Sinar mata Nyoo Su Jan dengan tajam menyapu
sekeliling kalangan, dan akhirnya sinar mata berhentu du
atas sebuah pohon kayu besi yang tumbuh pada suatu
tempat pemberhentian, hatinya jadi sedikit bergetar.
"Jie-ya, jika ada orang bersembunyi di balik pohon
sambil melancarkan serangan mengundurkan para
penjahat, rasanya ia tidak perlu undurkan diri".
"Sedikitpun tidak salah," Phoa Ceng Yan menengok ke
sana. Hawa murnipun disalurkan mengelilingi seluruh badan,
dalam dua tiga loncatan ia sudah tiba di sisi pohon
tersebut. Sinar mata dengan tajam melakukan pemeriksaan,
tampak di sekeliling pohon tersebut sama sekali tidak
terdapat bekas-bekas telapak kaki yang menandakan
pernah dilalui orang, permukaan salju nan putih halus
bersih dan rata bagaikan kaca.
"Jie-ya, apakah berhasil menemukan sesuatu?" tanya
Nyoo Su Jan yang mengejar dari belakang.
Phoa Ceng Yan menggeleng.
"Tidak, sedikitpun tidak terdapat bekas kaki."
378 "Aku lihat lebih baik kita tak usah buang tenaga
dengan percuma lagi, semua urusan tunggu saja setelah
Cong Piauw-tauw kita datang!" kata Nyoo Su Jan sambil
menghembuskan napas panjang.
"Dalam keadaan seperti ini rasanya kita hanya dapat
berbuat demikian, kecerdikan serta kepandaian silat dari
Cong Piauw-tauw jauh melebihi kita orang semua,
kemungkinan sekali ia bisa berhasil menemukan sedikit
titik terang dalam keadaan aneh yang beruntun kita
temui ini."
"Siapa, cepat berhenti!" tiba-tiba terdengar Lie Giok
Liong membentak keras.
"Giok Liong, aku! Seru Phoa Ceng Yan dengan air
muka berkerut. Tapi bagaimanapun juga dia adalah jago yang
berpengalaman sangat luas baru saja ucapan meluncur
keluar ia sudah merasa keadaan sedikit tidak beres,
dengan cepat badannya berputar ke belakang.
Nyoo Su Jan pun mengikuti gerakan Piauw-tauwnya
ikut putar badan ke belakang.
"Dalam waktu mereka berdua sama-sama putar
badan, hawa murnipun secara diam-diam disalurkan
mengelilingi tubuh siap melakukan penjagaan terhadap
segala kemungkinan.
Kurang lebih tiga kaki dari mereka muncul seorang
lelaki kasar berpakaian ringkas berwarna hitam gelap.
379 "Kawan! Setelah datang kemari seharusnya sebutkan
nama besarmu!" seru Phoa Ceng Yan sembari menjura.
"Cayhe adalah Phoa Ceng Yan, terimalah hormatku."
Sehabis berkata ia rangkap tangan memberi hormat.
"Sudah lama aku mendengar nama besar Phoa Jieya!"
sahut si orang berbaju hitam itu singkat.
Selangkah demi selangkah Phoa Ceng Yan maju ke
depan. "Kawan, siapa namamu" maaf aku orang she Phoa
punya mata tak berbiji sehingga tidak tahu kapan kita
pernah berjumpa"
Orang berbaju hitam itu tetap berdiri tak bergerak di
tempat semula, hanya suara tertawa dingin bergema
tiada hentinya.
"Phoa Jie-ya! Ada baiknya jika kau jangan mendesak
terlalu maju ke depan di tengah malam buta begini cayhe
sama sekali tidak bernapsu untuk turun tangan terhadap
kalian."

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Asalkan saudara tiada berniat untuk mengganggu
barang kawalan kami, itu berarti kawan karib dari aku
she Phoa, kawan, kenapa tidak masuk ke dalam kuil
untuk duduk-duduk sebentar" di tengah malam buta
dalam kuil kami walaupun tak ada hidangan lezat yang
bisa dihidangkan untuk menyambut tamu, tapi aku orang
she Phoa masih membawa sedikit arak bagus,
380 bagaimana kalau kita minum secawan untuk
menghangatkan badan?"
"Sungguh patut disayangkan cayhe masih ada urusan
di badan, tidak berani menerima tawaran baik dari Phoa
Jie-ya" potong si orang berbaju hitam itu cepat.
Mendengar jawaban tersebut, Phoa Ceng Yan jadi
melengak. "Kawan! Jikalau kau tidak ingin memberi tahu nama
besarmu, entah bolehkah cayhe ketahui apa maksud
kunjunganmu pada malam begini?"
"Jikalau urusan ini tiada sangkut paut dengan kau
Phoa Jie-ya, cayhepun tak akan datang berkunjung di
tengah malam buta yang dingin dengan menempuh
perjalanan di atas permukaan salju yang tebal ini."
"Jika demikian adanya, kawan! Tentu kau sedang
menjalankan tugas penting."
"Tidak salah! Cayhe memang sedang menjalankan
tugas perintah."
"Entah perintah dari siapa?"
"Ke Kongcu".
"si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang?"
"Tidak salah! Majikan kami memerintahkan cayhe
untuk memberitahu kepada Phoa Jie-ya kalian bahwa
381 keadaan kalian sudah terkepung rapat-rapat, si Dewa Api
Ban Cau dengan beberapa orang iblis sakti yang telah
mengundurkan diri dari kalangan dunia persilatan kini
sudah menunjukkan gerakan-gerakannya berjaga-jaga
untuk mengawasi daerah sekitar tempat ini."
"Maksud baik dari Ke Kongcu akan kami terima
dengan senang hati, cayhe ucapkan banyak terima
kasih!" sahut Phoa Ceng Yan segera.
Si Orang berbaju hitam itu tertawa hambar.
"Majikan kami masih menitipkan pula sepatah kata."
"Apa yang ia katakan?"
"Menurut majikan kami, jikalau Phoa Jie-ya
membutuhkan tenaga bantuannya, majikannya kami rela
turun tangan membantu kalian."
Beberapa patah kata itu benar-benar berada di luar
dugaan Phoa Ceng Yan, maka setelah termenung
beberapa saat katanya.
"Antara Ke Kongcu dengan perusahaan expedisi Liong
Wie Piauw-kiok selama ini tiada ikatan dendam maupun
hubungan erat, aku rasa dibalik kesemuanya ini tentu
ada maksud tertentu bukan?"
"Phoa Jie-ya tidak malu disebut orang jago kangouw
kawakan, didalam mata tidak dapat dikotori dengan batu
kerikil, Majikan kami tidak sayang-sayangnya rela
mengikat dendam dengan banyak pentolan iblis sudah
382 tentu tak mungkin bekerja tanpa suatu balas jasa yang
besar pula."
"Dapatkah kau orang jelaskan dulu berapa besar balas
jasa yang ia inginkan?"
"Liauw Si-cu tersebut memiliki sebuah lukisan, tolong
kau Phoa Piauw-tauw suka mengajak ia berunding, bila ia
suka hadiahkan barang itu kepada kami maka majikan
kamipun akan kerahkan semua tenaga yang dipunyai
untuk melindungi seluruh anak buah perusahaan piauwkiok
kalian beserta keselamatan mereka sekeluarga".."
Ia merandek sejenak lalu sambungnya.
"Jika Phoa Piauw-tauw bisa menyampaikan maksud
hati majikan kami ini sudah tentu jauh lebih bagus lagi,
tapi bila Phoa Piauw-tauw tidak suka menyampaikan
pesan ini, maka cayhe mohon bisa bertemu dengan
Liauw Sicu dan menerangkan sendiri urusan ini
kepadanya."
Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Tolong sampaikan kepada Ke Kongcu, katakan saja
maksud baiknya akan kami terima di hati, sedang
mengenai kau ingin membicarakan persoalan ini dengan
Liauw Thayjien sendiri, cayhe rasa itu tidak perlu."
"Jadi kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw suka mewakili
kami untuk sampaikan urusan tersebut kepadanya?"
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan menggeleng.
383 "Kami perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok
sudah ada puluhan tahun melakukan pekerjaan ini, tapi
belum pernah berbuat begitu bodoh dengan menasehati
si pemilik barang untuk menyerahkan harta bendanya,
peraturan ini tak boleh rusak di tanganku."
"Phoa Jie-ya, kau pikirlah dengan lebih cermat,
majikan kami punya maksud baik."
"Tadi aku orang she Phoa sudah katakan bahwa
maksud baiknya akan kuterima di hati saja, kawan!
Silahkan kau tinggalkan tempat ini!"
"Jika dilihat dari keadaan, agaknya Phoa Jie-ya tidak
suka minum arak kehormatan sebaliknya malah memilih
arak hukuman!"
"Kawan! Kalau bicara ada baiknya sedikit tahu aturan"
seru Phoa Ceng Yan dengan air muka berubah
membeku. "Selama ini aku orang she Phoa selalu
pandang kau sebagai seorang utusan, sekembalinya dari
sini kau boleh utarakan seluruh perkataanku ini kepada
majikan kalian, jikalau Ke Kongcu ingin mencari diriku,
setiap saat aku orang she Phoa menunggu
kedatangannya di kuil ini."
Si orang berbaju hitam itu tidak banyak bicara lagi, ia
tertawa dingin lalu putar badan berlalu dari sana.
Menanti si orang berbaju hitam itu sudah pergi sangat
jauh, Nyoo Su Jan baru menghela napas panjang.
384 "Jie-ya! Ke Giok Lang terang-terangan menginginkan
lukisan tersebut, aku lihat pandangan kita pasti tak bakal
salah lagi, bencana yang kita temui terus menerus dalam
melakukan perjalanan kali ini justeru penyakitnya pasti
terletak di atas gambar lukisan!"
"Setelah berhasil temukan sebab dari bencana yang
terjadi beruntun ini hatipun bisa lega, setelah Cong
Piauw-tauw tiba di sini, kitapun bisa memberikan
pertanggung jawaban!" kata Phoa Ceng Yan seraya
mengangguk. "Jie-ya, jikalau Ke Giok Lang sungguh akan datang
mengunjungi kuil ini, maka Jie-ya siap menggunakan
cara apa untuk menghadapi dirinya?"
"Jika ia sungguh datang kemari terpaksa kita harus
melakukan suatu pertarungan melawan dirinya, cuma
setelah kupikir dua tiga kali rasanya ia tidak bakal datang
jika ia serius menginginkan gambar lukisan tersebut,
sekalipun kita halangi juga percuma saja. Sudah tentu
iapun tidak perlu menggunakan cara putar kalangan
macam begini lagi."
"Perkataan Jie-ya sedikitpun tidak salah, kita tidak
takut serangan terang, justeru yang membuat kita jeri
adalah kemungkinan serangan gelap. jika semisalnya Ke
Giok Lang benar-benar mencari satroni ke dalam kuil ini
ada baiknya Jie-ya jangan terlalu banyak berbicara
dengan dirinya maupun menggubris dirinya."
"Maksudmu ?""."
385 "Pertama bisa dihindari pertarungan satu lawan satu
dengan dia orang dan kedua memaksa ia mempunyai
pikiran yang tak menentu dan rasa curiga yang besar."
Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Aku harus berpikir lebih cermat dahulu baru bisa
mengambil keputusan"."
Sejurus kemudian ?". kurang lebih dua kaki dari
tembok pekarangan tiba-tiba tampak bayangan manusia
berkelebat lewat. Lie Giok Liong dengan meloncat
tembok pekarangan melayang datang.
"Menghunjuk hormat buat paman Jie-siok!" katanya
sembari menjura.
"Tidak perlu banyak adat?".."
Nyoo Su Jan buru-buru melangkah ke depan dan
mendekati ke sisi Lie Giok Liong, katanya lirih.
"Giok Liong, keadaan musuh sewaktu datang dan
pergi apakah ada menunjukkan sikap yang aneh?"
Lie Giok Liong termenung sejenak, akhirnya ia
menggeleng. "Aku tidak berhasil menemukan hal yang aneh!"
386 "Kau tidak usah terburu-buru, coba dipikirkan lebih
teliti lagi, walaupun hanya urusan yang kecilpun jangan
kau lepas begitu saja."
"Ada suatu titik yang rasanya sangat istimewa,
kedatangan orang itu sangat bernafsu dan ganas tetapi
sewaktu tiba dekat dengan kuil mendadak seperti telah
berjumpa dengan suatu peristiwa yang sangat
mengejutkan sekali kemudian buru-buru putar badannya
melarikan diri. Pada waktu itu mereka berada sangat
dekat dengan kuil sehingga secara lapat-lapat bisa
kelihatan sikapnya gugup dan cemas."
"Jie-ya, saat ini paling sedikit satu soal yang berhasil
kita buktikan kebenarannya!" seru Nyoo Su Jan
kemudian. "Ehmmm?". urusan apa?"
"Ada seorang jago berkepandaian tinggi yang secara
diam-diam membantu diri kita, orang lihay itu berhasil
mengejutkan para penjahat sehingga melarikan diri
terbirit-birit, sedang kita sama sekali tidak berhasil
temukan tempat persembunyiannya."
"Orang lihay yang secara diam-diam membantu tidak
ingin kita mengetahui siapakah dirinya, aku rasa kitapun
tidak perlu terlalu paksakan diri cari akal untuk menemui
dirinya." Ia percepat langkahnya berjalan masuk ke dalam kuil
seraya tambahnya.
387 "Suruh mereka berjaga-jaga di sekitar tempat ini
menurut giliran, malam ini cahaya rembulan
memancarkan cahaya yang tajam di seluruh permukaan
salju, kecuali seorang jago lihay yang telah berhasil
melatih ilmu silatnya hingga mencapai taraf terbang, aku
rasa tak bakal lolos dari pengawasan maupun
pengintaian kita, setelah menemui tanda bahaya
cepatlah kirim kabar kepadaku."
"Paman Jie-siok boleh berlega hati." Lie Giok Liong
bungkukkan badan menjura.
Setibanya di dalam ruang kamar dalam kuil, Phoa
Ceng Yan jatuhkan diri berbaring ke atas tanah,
pejamkan mata dan beristirahat.
Walaupun begitu otaknya masih berputar terus
memikirkan segala peristiwa aneh yang baru ditemuinya
selama beberapa hari ini. Ia merasa setiap peristiwa yang
telah terjadi merupakan kejadian aneh yang belum
pernah ditemuinya selama dua puluh tahun bekerja
sebagai pengawal barang.
Semalaman berlalu dengan cepat tanpa menimbulkan
suatu peristiwa apapun.
Hari kedua seharian penuh juga aman tenteram tidak
terjadi segala kerepotan, suasana di sekitar kuil sunyi
sehingga seperti orang yang mengepung di sekeliling
sana sudah pada bubaran semua.
388 Liauw Thayjien yang harus menganggur seharian
menanti sang surya lenyap di balik gunung tak sabaran
lagi, tegurnya.
"Phoa-ya, ini hari seharian penuh tidak kelihatan
gerakan apapun, jika ada orang yang mau datang
rasanya sejak semula sudah datang."
"Kita tunggu satu malam lagi, besok siang mungkin
Cong Piauw-tauw kami sudah bisa tiba di sini, begitu ia
tiba kita segera melanjutkan perjalanan kembali."
"Antara keluarga besanku serta He-koan mempunyai
hubungan yang sangat erat, ia sudah meminta
kedatanganku sebelum tutupan tahun, seharusnya Hekoanpun
tidak boleh bikin kecewa harapannya, tolong
kau Phoa-ya suka memberitahu kepada anak buahmu
sekalian, katakan saja apabila kita bisa tiba di kota Kay
Hong Hu sebelum tutupan tahun maka setiap orang yang
ikut mengawal He-koan kali ini mendapat upah tambahan
sebesar tiga puluh tahil perak."
"Tiga puluh tahil perak bukan suatu jumlah yang kecil,
Thayjien bisa timbul maksud semua ini tentu akan
disambut mereka dengan rasa terima kasih yang bukan
kepalang cuma Cong Piauw-tauw kami sudah peroleh
kabar melalui burung merpati, ia pasti berhasil temukan
tempat ini dan bila dihitung lamanya perjalanan, besok
siang tentu sudah akan tiba disini. Bilamana di tengah
jalan tidak terjadi peristiwa lagi, perjalanan bisa kita
lakukan lebih cepat sehingga memenuhi harapan Liauw
Thayjien untuk melewati akhir tahun di kota Kay Hong."
389 "Semoga saja begitu" kata Liauw Thayjien perlahan. Ia
merandek sejenak lalu tambahnya.
"Phoa-ya! He-koan ada suatu urusan yang merasa
kurang paham, entah dapatkah kau memberi sedikit
keterangan?"
"Tiada halangan, silahkan Thayjien ajukan
pertanyaan."
"Kau adalah Hu Cong Piauw-tauw, dalam perusahaan
expedisi kalian kecuali Cong Piauw-tauw, apakah


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian silatmu boleh disebut paling tinggi?"
Phoa Ceng Yan termenung sejenak, kemudian baru
menyahut. "Kecuali Cong Piauw-tauw, kedudukan cayhe di dalam
perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok memang
dapat dihitung yang tertinggi, tapi dalam hal kepandaian
silat tak bisa dikatakan nomor dua lagi."
"Akh! Phoa-ya terlalu merendah ?".."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Jikalau sampai besok siang Cong Piauw-tauw dari
perusahaan kalian masih belum kelihatan juga, apa yang
hendak kalian lakukan?"
Justeru karena persoalan ini Phoa Ceng Yan merasa
serba sulit apa lagi sekarang ditanyai secara langsung.
390 Setelah termenung beberapa saat baru jawabnya.
"Soal ini aku rasa tidak mungkin terjadi! Menurut
perhitungan kami sampai waktunya Cong Piauw-tauw
tentu bisa tiba di sini atau paling banter akan terlambat
satu dua keuntungan belaka."
"Phoa-ya! Bukannya He-koan tidak mempercayai
dirimu. He-koan hanya ingin tahu waktu yang benar bagi
pemberangkatan kita."
"Baiklah! Jikalau Cong Piauw-tauw kami tidak bisa tiba
pada sore hari, kita segera berangkat besok."
"Baiklah! Kita tetapkan demikian saja." Liauw Thayjien
mengangguk. "He-koan percaya atas perkataan dari
Phoa-ya." "Liauw Thayjiem!" kata Phoa Ceng Yan sambil tertawa
getir. "Aku orang she Phoa berulang kali membatalkan
perjalanan kesemuanya adalah dikarenakan keselamatan
kalian sekeluarga, terus terang aku beritahu kepada
Liauw Thayjien, di balik kesunyian di sekeliling kuil ini
telah penuh tersebar jago-jago yang siap merampok
barang kawalan kita kali ini."
"Apa yang mereka inginkan" Phoa-ya, tahukah kau
soal ini dengan jelas?"
"Cayhe berhasil mengetahui sebagian kecil saja?""
"Barang apa yang mereka inginkan?"
391 "Gambar lukisan pengangon kambing termasuk salah
sebuah barang yang diincar."
"Kecuali lukisan pengangon kambing itu masih ada
barang apa lagi yang diinginkan?"
"Jika ditinjau dari keadaan mereka agaknya bukan
lukisan pengangon kambing saja yang diinginkan."
"Jadi berarti masih ada yang lain" Apakah barang itu?"
"Hingga saat ini cayhe masih belum paham cuma
seharusnya dalam hati Liauw Thayjien sudah punya
perhitungan sendiri, bukan?"
"Aku benar tidak tahu barang apa yang diinginkan,"
kata Liauw Thayjien sembari menggeleng.
"Kalau begitu urusan jadi sulit, sewaktu kami terima
permintaan kalian dari pihak perusahaan benar-benar
tidak tahu barang apa saja yang dibawa Liauw Thayjien"
Tapi di pihak orang yang punya maksud untuk membegal
ternyata sejak lama sudah pusatkan pikiran cari berita
hingga sangat jelas sekali."
"Hingga sampai saat ini aku lihat agaknya kau Phoa
Hu Cong Piauw-tauw masih tidak percaya terhadap Hekoan"
seru Liauw Thayjien kembali sembari tertawa getir.
"Thayjien terlalu curiga, aku orang she Phoa bukannya
tidak percaya terhadap Liauw Thayjien cuma situasi yang
kita hadapi saat ini sangat aneh, dan aku orang she Phoa
sendiri masih merasa kurang paham terhadap urusan di
392 balik kesemuanya ini, mau tak mau harus kami selidiki
urusan ini sampai jelas."
Jilid 11 "Demikian Saja!" kata Liauw Thayjien kemudian
setelah mendehem perlahan. "Jikalau Phoa-ya berjumpa
lagi dengan mereka katakan saja kepada orang itu, coba
lihat apa yang mereka inginkan" Asalkan barang yang
diminta ada di tanganku, He-koan rela menyerahkan
kepadanya, perkataan Siauw-li sedikitpun tidak salah,
harta kekayaan merupakan barang sampingan, apalagi
barang yang dimintapun tidak akan lebih merupakan
uang atau emas, barang-barang ini walaupun merupakan
benda berharga tapi sama sekali tidak berguna bagi
kami." "Sekalipun Thayjien siap serahkan barang yang
mereka inginkan, tapi cayhe tak akan menyanggupi".."
"Phoa-ya, urusan ini tiada sangkut pautnya dengan
perusahaan expedisi kalian, urusan ini adalah aku sendiri
yang rela serahkan padanya."
"Sekalipun Thayjien ada maksud berbuat demikian,
aku berharap bisa melakukan hal ini dalam waktu yang
tepat." "Baiklah! Kita putuskan besok siang melanjutkan
kembali perjalanan, jika ada musuh mencegat lagi maka
He-koan akan serahkan barang yang mereka inginkan."
393 "Dapatkah besok siang COng Piauw-tauw tiba di sini,
dalam hati Phoa Ceng Yan pada saat ini masih belum
punya pegangan yang kuat, karena itu iapun tidak
banyak bicara lagi.
Liauw Thayjien sendiripun tidak banyak bicara lagi, ia
putar badan meninggalkan tempat itu.
Semalaman lewat dengan cepat, hari keduapun telah
tiba. Tapi hingga mendekati siang hari masih belum
kelihatan munculnya Cong Piauw-tauw mereka di kuil
tesebut. Liauw Thayjien tidak sungkan-sungkan lagi sambil
mengerutkan alisnya ia menegur diri Phoa Ceng Yan.
"Phoa-ya, menurut apa yang He-koan ketahui,
kebanyakan jago kangouw mengutamakan janjinya yang
telah diucapkan, kemarin malam kau sudah menyanggupi
untuk melanjutkan perjalan setelah menjelang siang
hari?""
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan dongakkan kepala
memeriksa keadaan cuaca sedikitpun tidak salah kiranya
siang hari sudah lewat karena itu ia mengangguk.
"Baiklah! Jikalau Thayjien ngotot ingin melanjutkan
perjalanan kitapun segera berangkat."
Ia menoleh dan memandang sekejap ke arah Lie Giok
Liong, kemudian ujarnya, "Giok Liong, suruh mereka
siapkan diri kita akan segera berangkat."
394 Lie Giok Liong bongkokkan badan terima perintah, ia
segera perintahkan beberapa orang anak buahnya untuk
persiapkan kereta.
Gerak-gerik beberapa orang itu ternyata cukup
terlatih, tidak selang beberapa waktu keretapun telah
disiapkan. Phoa Ceng Yan mendehem ringan, ujarnya kemudian,
"Silahkan nyonya dan putrimu naik ke dalam kereta, kita
segera berangkat?""."
Liauw Thayjien tidak banyak bicara ia panggil kacung
bukunya, dayang sang nyonya serta Siao-cia naik ke
dalam kereta, setelah itu baru ujarnya, "Phoa-ya! Jika
ditengah jalan kita berjumpa lagi dengan para penjahat,
apa yang mereka minta katakanlah kepadaku."
"Baiklah, cuma cayhe ada beberapa patah perkataan
harus diutarakan dulu sebelumnya."
"Urusan apa?"
"Thayjien serahkan barang yang akan mereka minta
adalah untuk mengganti nyawa kalian suami istri serta
putrimu, kami orang-orang perusahaan Liong Wie Piauwkiok
tidak pernah makan macam begini?".."
"Phoa-ya, jika orang-orang itu memiliki kepandaian
silat yang sangat lihay?" potong Liauw Thayjien.
395 "Itu urusan kami sendiri, kau Liauw Thayjien tidak
perlu kuatir."
Liauw Thayjien yang ketanggor batunya tidak banyak
bicara lagi, ia turunkan horden dan berdiam diri tak
berbicara lagi.
"Giok Liong" teriak Phoa Ceng Yan kemudian dengan
suara keras. "Kau dengan Toa Hauw berjalan di depan
kereta." "Siauw-tit menerima perintah!"
Dengan Thio Toa Hauw ia melangkah ke depan cepat.
"Jie-ya, kau sungguh-sungguh hendak berangkat?"
bisik Nyoo Su Jan lirih.
"Disekitar kuil yang terasa agak menyolok letaknya
tinggali tanda rahasia perusahaan katakan saja kita
berangkat siang ini dan suruh ia mengejar datang cepatcepat."
"Hamba terima perintah!"
Ia lantas meninggalkan tanda di depan pintu besar kuil
tersebut. Setelah keluar dari kuil melakukan perjalanan di atas
jalan raya tidak ada berapa lagi lama mendadak muncul
tiga orang lelaku kekar yang menggembol senjata
menghadang jalan pergi mereka.
396 Lie Giok Liong ulapkan tangannya, rombongan
keretapun pada berhenti.
Tidak sampai menanti laporan dari Lie Giok Liong, si
kakek tua she Phoa ini sudah menerjang maju ke depan
kereta. "Giok Liong, kembali jaga keretamu."
Kiranya sejak semula Phoa Ceng Yan sudah
persiapkan perubahan dalam menghadapi musuh, oleh
karena itu begitu melihat jejak lawan masing-masing pun
segera berdiri pada posisi-posisinya sendiri.
Terdengar suara ringkikan kuda yang memanjang,
lima buah kereta kuda dengan cepat menggabungkan diri
membentuk lingkaran bulat.
Phoa Ceng Yan selangkah demi selangkah berjalan
mendekati ketiga orang itu, setelah menjura ujarnya.
"Cayhe Phoa Ceng Yan, kawan bertiga setelah
menghadang kereta barang kami aku rasa tentu ada
urusan hendak bicarakan bukan?"
Dalam hati ia mengerti yang baik tidak akan datang,
yang datang pasti tidak mengandung maksud baik, tapi
urusan sudah berada di depan mata memberi
penjelasanpun tak berguna, jauh lebih baik bila
memperlihatkan keangkeran dari seorang Hu Cong
Piauw-tauw. 397 Usia ketiga orang lelaki itu rata-rata berada di antara
empat puluh tahunan, orang yang berada di sebelah kiri
menyoren sepasang kaitan Hauw Tauw Siang Kouw,
orang yang ditengah menggembol golok Yen Ling To
sedang orang yang ada disebelah kanan menggembol
sebuah cambuk lemas tiga belas ruas yang dilibatkan
pada pinggang. Si orang yang berada di paling tengah berjalan dua
langkah ke muka, katanya.
"Sudah lama aku mendengar nama besar dari Thiat
Ciang Kiem Huan, Phoa Jie-ya, ini hari bisa bertemu
sungguh merupakan suatu keuntungan seumur hidup."
Phoa Ceng Yan tetap bertangan kosong, ia rangkap
tangannya menjura dan tertawa hambar.
"Tidak berani".tidak berani, maaf cayhe bermata tak
berbiji susah mengenal siapakah kawan bertiga?"
"Phoa-ya adalah seorang jago kenamaan dalam dunia
persilatan, sudah tentu saja tak bakal kenal kami tiga
orang prajurit tak ternama dalam Bu-lim."
"Hmmm!" Phoa Ceng Yan mendengus dingin. "Kawan!
Di tengah hawa dingin yang membekukan badan,
rasanya kalian bertiga mencari aku bukan untuk
mengajak aku orang she Phoa kongkouw bukan!"
"Kedatangan kami memang sedang membawa
tugas?""." lelaku yang berada di tengah itu tertawa
seraya mengangguk.
398 "Mendapat perintah dari siapa kalian bertiga?"
"Si Dewa Api Ban Cau, menurut Ban-ya katanya ia
pernah berjumpa dengan Phoa-ya."
"Sedikitpun tidak salah, urusan apa yang
di Pendekar Sadis 19 Amanat Marga Karya Khu Lung Kisah Sepasang Rajawali 8

Cari Blog Ini