Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 1
"Lencana Pembunuh Naga
Khu Lung Diceritakan oleh Tjan ID
Jilid I DITENGAH-TENGAH remangnya cuaca senja, sebuah perahu sampan melaju dengan
cepatnya dari mulut telaga Tong-ting-ou menuju ke arah bukit Kun-san.
Diujung geladak duduk seorang bocah laki-laki berusia empat lima belas tahunan, ia
mempunyai potongan badan yang bagus dengan bibir yang merah, sebaris gigi yang putih
dan pakaian serba putih.
Ia duduk diujung geladak dengan wajah riang, matanya melihat kesana kemari,
menyaksikan perahu-perahu sampan yang hilir mudik bagaikan kunang-kunang, sekulum
senyuman segera menghiasi bibirnya.
Dibelakang bocah laki-laki berbaju putih itu, berdiri seorang pemuda baju hijau yang
berusia dua puluh tahunan, alis matanya melentik ke atas dengan mata yang jeli,
tubuhnya tegap kekar, mukanya tampan menawan hati.
Cuma sayangnya, pemuda berbaju hijau itu tidak berniat untuk menikmati keindahan
malam di telaga tersebut mukanya dingin serius tak tampak senyuman, malah dahinya
berkerut, rupanya banyak persoalan yang merisaukan hatinya sehingga mengurangi
minatnya untuk memperhatikan alam semesta di sekelilingnya.
Memandang air yang koyak terbelah oleh dayung ia berdiri termenung dengan mulut
membungkam. Di tengah keheningan malam yang menyelimuti sekitarnya tiba-tiba bocah laki-laki
berbaju putih itu berbisik, "Toako, ada perahu mendekati kita!"
Yaa, dari depan sana muncul dua titik sinar lentera yang makin lama makin dekat ke
arah mereka. Pemuda baju hijau itu mendesis lalu mengalihkan sorot matanya yang jeli ke arah
depan, memandang sampan-sampan di kejauhan sana.
Murungkah dia" Atau sedihkah dia" Apa yang menyebabkan dia bersikap demikian"
Tiba-tiba dua buah sampan kecil itu memisahkan diri, kemudian satu dari sebelah kiri
yang lain dari sebelah kanan, dengan kecepatan yang luar biasa langsung menerjang
perahu yang mereka tumpangi.
Agaknya kejadian tersebut diluar dugaan sibocah baju putih itu, dengan kaget dia
lantas membentak, "Hei, kenapa kalian tumbuk perahu kami?""
Sepasang telapak tangannya segera diayun ke depan menyongsong datangnya
terjangan sampan-sampan tersebut.
Hembusan angin pukulan menderu-deru, termakan oleh pukulan yang begitu dahsyat
kedua buah sampan tadi terseret hingga meluncur lewat dari kedua belah samping
sampan mereka. Suara tertawa dingin segera berkumandang dari atas sampan-sampan tersebut.
Begitu mendengar suara tertawa dingin, paras muka si anak muda berbaju hijau yang
semula hambar tanpa emosi berubah hebat, hawa pembunuhan yang tebal mencorong
keluar dari balik matanya, ia mendengus lalu bagaikan burung elang yang mencari mangsa
tubuhnya melambung ke udara dan langsung menerkam sebuah sampan yang sudah
berlalu dari sampingnya itu?".
Saat tubuhnya melambung di udara, tangannya diayun ke muka berulangkali, dan tiga
rentetan cahaya putih yang menyilaukan mata langsung mengenai ke atas sampan itu.
Jerit kesakitan yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, sesosok
bayangan manusia tiba-tiba melambung ke udara dan kabur ke arah telaga.
Pemuda berbaju hijau itu tertawa dingin, begitu badannya melayang turun diatas
geladak, telapak tangan kirinya langsung diayun ke muka.
"Aduuh?".!" kembali suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan keheningan, bayangan manusia yang mencoba kabur itu terhajar telak oleh
pukulan musuh hingga tubuhnya tercebur ke dalam air telaga.
Tiba-tiba bentakan nyaring menggelegar di angkasa, "Kalian mau kabur kemana?".."
Ternyata pembunuhan yang terjadi di sampan itu menimbulkan kepanikan pada
sampan lainnya, orang-orang yang berada dalam sampan itu segera mengambil keputusan
untuk melarikan diri.
Tapi si bocah berbaju putih yang bermata jeli tidak berpeluk tangan belaka, mengikuti
di belakang pemuda berbaju hijau, tubuhnya langsung menerjang ke arah sampan
tersebut. Tiga orang laki-laki berbaju ringkas berwarna hitam segera berlompat keluar dari
ruangan sampan masing-masing bersenjatakan sebilah pedang tajam, begitu musuhnya
tiba, serentak menyerang dari tiga jurusan yang berbeda.
Selincah kijang gerak-gerik bocah berbaju putih itu, tubuhnya berputar bagaikan
gasingan, tiba-tiba lengan kirinya diayun ke muka dan langsung melepaskan sebuah
pukulan gencar.
Salah seorang laki-laki berbaju hitam yang ada di tengah menjerit kesakitan,
pedangnya terlepas dan jatuh diatas geladak.
Bocah berbaju putih itu bergerak cepat, sambil memutar badan, ujung jarinya kembali
menotok jalan darah Cian-keng-hiat di tubuh laki-laki yang lain.
Baik memukul jatuh senjata musuh, maupun menotok jalan darah lawan kedua gerakan
itu sama-sama dilakukan dengan kecepatan yang hampir bersamaan waktunya.
Terkesiap laki-laki yang pedangnya terpukul jatuh itu setelah menyaksikan kelihayan
kungfu musuhnya, mereka tak sempat memperdulikan nasib rekannya yang tertotok lagi,
tanpa komando serentak orang-orang itu melompat ke dalam telaga untuk melarikan diri.
Bocah berbaju putih itu membentak keras, pedangnya berkelebat menusuk ke muka,
sekilas cahaya putih membelah angkasa.
Ditengah jerit kesakitan yang memilukan hati, darah berhamburan membasahi seluruh
permukaan tanah, tahu-tahu laki-laki itu sudah mati terpapas senjata.
Tapi pada saat yang bersamaan pula, laki-laki di depan sana sudah melompat masuk ke
dalam air telaga.
Detik terakhir sebelum laki-laki itu lenyap di bawah permukaan air, suara tertawa dingin
kembali berkumandang, pemuda baju hijau yang berada di sampan sebelah kiri telah
menyergap tiba secepat meteor, telapak tangannya langsung diayun menghantam
permukaan air telaga.
"Plaaak?"! Byuuar"! Percikan butir-butir air bermuncratan keempat penjuru, tubuh
laki-laki itu mencelat beberapa kaki ke udara, lalu dengan lemas badannya tercebur
kembali ke dalam air dan tenggelam ke dasar telaga.
Setelah berhasil membinasakan orang itu, menggunakan tenaga pantulan yang masih
tersisa pemuda berbaju hijau tadi melayang kembali ke atas sampan, kemudian
memandang bocah baju putih itu, diapun tertawa.
"Adik Liong, ilmu silatmu telah mendapat kemajuan yang amat pesat?".!"
Tampan sekali senyuman itu, lagipula begitu polos dan halus, siapapun tidak akan
percaya kalau pemuda sehalus itu sebetulnya memiliki ilmu silat yang amat tinggi dan baru
saja secara beruntun membinasakan empat orang musuh tangguh.
Bocah berbaju putih itu tertawa merdu, "Aah"..toako yang lebih cerdik dan cekatan,
hampir saja aku terkecoh oleh mereka!"
Tiba-tiba kekesalan dan kemurungan kembali menyelimuti wajah pemuda berbaju hijau
itu, begitu suram wajahnya hingga mendatangkan perasaan yang sayu bagi siapapun
yang melihat, ia menghela napas ringan.
"Aaai"..! Tampaknya jago-jago lihay dari dunia persilatan sudah mendapat pula berita
tentang soal itu!"
Kembali suatu kemurungan menyelimuti raut wajah anak muda itu.
Mendadak bocah berbaju putih itu seperti teringat akan sesuatu, ia berpaling lalu
serunya, "Toako, apa salahnya kalau kita tanyai orang ini?"
Sambil berkerut kening pemuda berbaju hijau itu mengangguk, tindakan semacam itu
tanpa terasa membuat suasana di sekelilingnya bertambah guram.
Setelah mendapat persetujuan, bocah berbaju putih itu lantas membebaskan jalan
darah laki-laki yang tertotok tadi, kemudian tegurnya, "Hei! Engkau berasal dari perguruan
mana?" Laki-laki itu berwajah keren gagah dan jelas merupakan orang gagah yang tak takut
menghadapi kematian, dengan pandangan gusar ditatapnya sekejap kedua orang itu,
kemudian menengadah dan tertawa terbahak bahak.
"Haahh"..haahh"..haahh".. bagi seorang ksatria lebih baik mati terbunuh daripada
hidup terhina, bocah bocah kunyuk, tak usah banyak bicara lagi, kalau mau bunuh hayo
cepat laksanakan keinginanmu itu.
"Hmm" memangnya kau anggap siauya tak berani membunuh engkau?" teriak bocah
baju putih itu dengan wajah melotot penuh kemarahan.
"Hidup sebagai enghiong, matipun sebagai hohan mau bunuh mau cincang cepat
lakukan tak nanti toaya mu bakal kerutkan dahi"
Sepasang mata pemuda baju hijau itu kontan mendelik, mukanya juga berubah
sedingin es, dengan sinar mata yang menggidikkan hati ditatapnya laki-laki berbaju hitam
itu tanpa berkedip.
"Apakah engkau ingin merasakan bagaimana nikmatnya kalau otot-ototmu dipisahkan
dan tulang-tulangmu dialihkan posisinya?" dia mengancam.
Bertemu dengan sinar mata si pemuda baju hijau yang begitu tajam, bergidik seluruh
perasaan laki-laki berbaju hitam itu, dia merasa betapa buas keji dan kejamnya sorot mata
itu hingga melebihi sinar mata majikannya.
Setelah merenung sebentar, laki-laki berbaju hitam itu tertawa dingin.
"Heeehhh"..heeehhh"..heeehhh?"aku tahu otot-ototku dipisahkan dan tulangtulangku
dialihkan posisinya, aku akan merasakan kesakitan yang bukan kepalang tapi
percuma kalau hendak diterapkan diatas diriku, sebab penyiksaan semacam itu masih
terhitung enteng dalam pandangan kami!"
Dengan kening berkerut, pemuda berbaju hijau itu lantas menengadah memandang
bintang-bintang di langit, lama sekali dia membungkam.
Mungkin ia sedang merasa heran, apa sebabnya laki-laki itu tak takut mati" Bukankah
kematian adalah suatu kejadian yang paling ditakuti oleh setiap manusia"
Tiba-tiba pemuda berbaju hijau itu berkata, "Adik Liong, totok jalan darahnya,
kemudian mari kita pergi!"
"Jangan! Jangan!" mendadak laki-laki itu menjadi ketakutan, mukanya berubah hebat,
"lebih baik bunuhlah diriku".."
Suaranya begitu tegang, membuat orang jadi keheranan atas sikapnya itu. Ketika
jiwanya diancam dengan kematian, dia sama sekali tak takut, tapi ketika pemuda baju
hijau itu tak jadi membinasakannya, kenapa laki-laki berbaju hitam itu malah ketakutan
setengah mati".."
Rupanya pemuda berbaju hijau itu bukan seorang laki-laki yang bodoh, dengan
kecerdasan otaknya, cukup dipikir sebentar saja dia lantas mengerti kenapa laki-laki
berbaju hitam itu rela dirinya dibunuh.
Maka sambil tertawa ujarnya lagi, "Adik Liong, waktu sudah tidak pagi, cepat kerjakan!"
Bocah berbaju putih itu segera menggerakkan jari tangan kanannya siap menotok jalan
darah musuhnya.
"Tunggu sebentar!" laki-laki itu berseru cemas, kumohon kepada kalian bunuhlah diriku
ini, dan apa yang kalian tanyakan pasti akan kujawab sejujurnya!"
"Bagus sekali!"pelan-pelan pemuda berbaju hijau itu putar badannya, "sekarang akan
kuajukan satu pertanyaan, kuminta kaupun segera menjawab pertanyaanku itu,
mengerti?"
Laki-laki berbaju hitam itu menghela napas sedih.
"Aaai". tanyalah!"
"Mengapa kau tak mau hidup?"
"Sebab lolos dari cengkeraman kalian justru lebih mengerikan daripada mati secara
konyol!" Pelan-pelan pemuda berbaju hitam itu mengangguk.
"Lantas apa maksud dan tujuan kalian mencari gara-gara dengan kami".?" tanyanya
pula. Laki-laki berbaju hitam itu tertegun.
"Masa kalian tidak tahu kalau Tok liong-cuncu (datuk naga beracun) mau datang ke
bukit Kun-san untuk menerima To-liong-leng-pay (lencana pembunuh naga)" Padahal
berita besar itukan sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan"!"
"Hei, apa yang kami tanyakan jawab saja secara langsung! Mengapa kau singgungsinggung
urusan yang tak ada gunanya?" bentak si bocah cilik itu.
"Kami mendapat tugas untuk menghadang serta membinasakan kawanan jago
persilatan yang berdatangan ke bukit Kun-san!" jawab laki-laki berbaju hitam itu
kemudian. Tiba-tiba diatas wajah pemuda berbaju hijau itu melintas kembali rasa kesal yang
dalam. "Adik Kiu-liong, binasakan orang itu!"ujarnya kemudian.
Si bocah berbaju putih yang bernama Ji Kiu liong itu segera mengayunkan telapak
tangannya ke depan, ujung jarinya yang tajam menyambar hanya setengah depa di depan
dada laki-laki berbaju hitam itu.
Meski begitu, laki-laki berbaju hitam itu segera mendengus dan tubuhnya langsung
tergeletak ke atas geladak dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Pemuda berbaju hijau itu menghela napas, pelan-pelan ia melangkah kembali ke
sampannya, sementara paras mukanya makin lama berubah makin layu seakan-akan
dalam waktu yang amat singkat ia sudah mengidap penyakit yang amat parah hingga tak
sanggup berdiri tegak lagi, ia terduduk diujung geladak.
Sementara itu Ji Kiu-liong sudah melompat kembali ke perahunya setelah
menenggelamkan kedua buah sampan itu, tapi ia jadi tertegun setelah menyaksikan raut
wajahnya itu. Sebab sekalipun ia tahu betapa menyedihkan asal usul toakonya, namun tak
diketahui olehnya apa yang menyebabkan toakonya jadi begini putus asa.
"Toako!" Ji Kiu-liong lantas menegur "Jangan sampai merusak kesehatanmu sendiri!"
Pemuda berbaju hijau itu seperti tidak mendengar teguran tersebut, air matanya
meleleh keluar membasahi pipinya, memandang air ditengah telaga tiba-tiba ia berteriak
keras, "Aku Gak Lam-kun juga manusia yang dilahirkan ayah dan ibu, aku juga manusia
yang berhati bersih, tapi mengapa semua orang di dunia ini memandang hina kepadaku?"
Mengikuti teriaknya itu, air matanya semakin deras membasahi pipinya?".
Saat itulah, kenangan lama bagaikan sambaran kilat melintas dalam benaknya.. ..dia
teringat kembali pengalamannya yang getir sewaktu masih bocah dulu.
Ibunya sudah lama meninggal, sedang ayahnya adalah seorang guru ilmu sastra yang
rudin dan mengajar disebuah sekolahan yang letaknya dalam dusun lain.
Ketika ia berusia tujuh tahun, ayahnya dipecat dari jabatannya karena usianya yang
sudah lanjut dan sakit-sakitan.
Karena kehilangan mata pencaharian, sedang keahlian lain tidak dimiliki terpaksa sambil
mengemis ayahnya pulang kembali ke rumah, tapi sakitnya disepanjang jalan makin
bartambah parah, tiga tahun kemudian sampai juga ayahnya didesa kelahirannya, tapi
sakitnya yang parah akhirnya merenggut juga selembar jiwanya.
Sejak itulah ia menjadi seorang pengemis cilik yang bergabung dengan pengemis
lainnya untuk meminta-minta disepanjang rumah, bajunya dekil dan tubuhnya penuh
dengan kutu, keadaannya waktu itu tak ubahnya dengan pengemis lainnya, tak ada orang
yang memperhatikan keadaannya"..
Hidup sebagai pengemis kembali dilewatkan selama tiga tahun, entah lantaran
hidupnya terlalu kotor atau terkena penyakit aneh, tiba-tiba sekujur tubuhnya timbul
bintik-bintik bisul kecil yang menjalar sampai Wajahnya, mula-mula bisul itu berwarna
merah akhirnya pecah dan bopeng-bopeng menjijikkan.
Waktu itu dia masih kecil, tentu saja tak tahu apa yang telah menimpa dirinya, tapi
sejak itu pengemis-pengemis yang lain selalu menghindari dirinya, waktu meminta-minta
semua orang juga menjauhi dirinya, ini menyebabkan bocah itu seringkali menderita
kelaparan. Seorang pengemis tua yang baik hati memberitahu kepadanya, ia bilang begini,
"Agaknya kau sudah mengidap penyakit kusta, lebih baik janganlah meminta-minta di
tempat yang banyak orangnya, sebab orang bisa menghajar dirimu sampai mampus!"
Mendengar peringatan tersebut, dia jadi sangat ketakutan, sekarang dia baru mengerti
apa sebabnya rekan-rekan pengemis yang lainpun menjauhi dirinya.
Sejak itu dia tak berani meminta-minta lagi, bila malam sudah tiba, diam-diam dia baru
keluar dari tempat persembunyiannya dan mencuri buah-buahan serta sayur-mayur di
kebun orang untuk mengisi perutnya yang lapar.
Suatu hari ia tertangkap dan dihajar sampai setengah mampus, beberapa bulan dia
harus beristirahat sebelum tubuhnya menjadi kuat kembali.
Setiap kali dia munculkan diri di pagi hari, maka orang memakinya sebagai "si kusta"
yang bernyali kecil pada kabur sedang yang bernyali agak besar mengejarnya sambil
berteriak-teriak hendak menguburnya hidup-hidup, untung larinya cukup cepat hingga
setiap kali berhasil lolos dari kematian.
Begitulah, setelah beberapa bulan ia hidup bagaikan orang liar, siksaan batin yang
dialaminya ketika itu sungguh amat sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Makin dipikir ia merasa semakin tak berarti hidupnya di dunia ini, suatu hari dia
mendaki ke atas puncak gunung yang tinggi, perutnya dan badannya kedinginan, setelah
berteriak memanggil nama ayahnya dan memanggil nama ibunya, tiba-tiba ia jadi nekad
dan melompat masuk kedalam jurang yang dalam.
Dibawah tebing itu adalah sebuah air terjun yang dalamnya ratusan kaki lebih, dengan
jiwa yang tertekan dan perasaan yang hancur lebur, terjunlah bocah itu ke bawah untuk
menghabisi nyawanya.
Ketika tubuhnya meluncur kebawah, kesadarannya hampir hilang tiba-tiba ia merasakan
ada sebuah tangan yang amat besar menyambar tubuhnya dari tengah udara dan
menariknya keluar dari lembah Kematian.
Ia merasa seperti mendapat suatu impian buruk yang menakutkan, badannya seakanakan
dilempar ke atas awan, tapi seakan-akan pula diceburkan ke dalam samudra yang
dalam, secara lapat-lapat telinganya mendengar suara gulungan ombak yang memekikkan
telinga. Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba ia mendengar seperti ada orang berbisik,
"Aaaah"..bocah yang patut dikasihani!"
Sejak itu nasibnya telah dirubah oleh seorang kakek yang luar biasa, dan kakek itu
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan lain adalah orang yang paling dihormati sepanjang hidupnya.
Tapi delapan tahun kemudian, kakek itu telah tewas secara mengenaskan, sesaat
sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, ia telah menyerahkan tugas yang maha
besar kepadanya.
Itulah dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra?". maka dengan membawa
sikap yang pongah, ia mulai menantang terhadap dunia yang pernah menganiaya dirinya,
ia mulai melakukan pembalasan dendam!
Dalam tiga tahun belakangan ini, sudah banyak jago lihay yang dirobohkan, nama
besar Tok liong Cuncu (Datuk naga beracun) juga sudah termashur diseluruh dunia
persilatan, baik jago-jago dari golongan putih maupun jago-jago dari golongan hitam pada
menyingkir jauh-jauh bila mendengar nama besarnya.
Setiap kali ia berhasil mengalahkan musuhnya, suatu perasaan bangga selalu muncul
dalam hatinya, tapi kemudian dia merasa kesepian dan bersedih hati, karena semakin
menang dia, semakin sedih pula hatinya.
Sebab keganasan dan keangkuhannya, mengikuti setiap kali kemenangan yang berhasil
diraih bertambah makin dalam, setiap kemenangan dan rasa bangga yang diperolehnya
ibarat bianglala diujung langit.
Kesepian, kesedihan dan kedukaan yang dalam selalu dan selamanya menyelimuti
perasaan pemuda itu.
Suatu senja, ia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita, dia tak lain adalah
kakak perempuan Ji-Kiu-liong yang bernama Ji-Cing-peng.
Sejak bertemu dengan gadis itu, ibaratnya sebuah lembah gersang yang ketimpa
cahaya matahari, mendatangkan suasana yang hangat dan nyaman bagi hatinya yang
beku, sebab di dunia ini kecuali gurunya yang sudah tiada, hanya dia seoranglah yang
dapat merubah wataknya yang aneh dan kaku itu?"
Tapi, gadis cantik yang amat jelita itu hanya mendatangkan luka yang semakin tak
tertahan dalam hati kecilnya, sebab jiwa gadis itu telah direnggut oleh sekawanan
penyamun?"
Yaa, pengalaman getir yang dialaminya sejak kecil ditambah lagi kematian
kekasihnya". membuat pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan itu selalu murung,
selalu kesal dan selalu bersedih hati.
Justru karena itu, dia semakin membenci dunia ini, ia semakin ganas, semakin keji dan
tak kenal apa artinya perikemanusiaan?".
Ia membenci langit, membenci bumi, membenci semua orang jahat di dunia ini, bahkan
hampir saja membenci dirinya sendiri, kesemuanya itu membuat pikirannya bertambah
cupat, membuat pemuda itu merasa bahwa setiap orang yang berani mencari gara-gara
dengannya, tak boleh dilepaskan dengan begitu saja.
Sampan bergerak maju membelah air telaga, kenangan Gak Lam-kun semasa kecilpun
lewat bagaikan air telaga yang mengombak.
Ditengah kegelapan malam, dari kejauhan muncul kembali sebuah perahu besar yang
pelan-pelan berlayar mendekat, tak lama kemudian perahu itu sudah tiba didekat mereka,
berbareng itu juga dari sebelah kanan meluncur kembali empat buah sampan.
"Lam-kau toako!" bisik Ji Kiu liong kemudian mari kita kasih pelajaran yang setimpal
kepada mereka"
Sementara Ji Kiu-liong masih berbisik, keempat buah sampan itu dengan formasi satu
garis telah menghadang di depan perahu kecil itu, pada ujung geladak masing-masing
perahu berdirilah seorang laki-laki berbaju pendek.
Sambil tertawa dingin Ji Kiu-liong segera membentak, "Hei! Kalian tidak kenal dengan
kami, dan kamipun bukan perompak-perompak yang membegal harta kekayaan milik
orang lain, apa maksud kalian semua menghadang di depan perahu kami ini?"
Diatas sampan cepat sebelah kiri berdiri seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan,
sambil balas tertawa dingin sahutnya, "Andaikata kalian berdua adalah kaum pedagang
kaya, kamipun tak usah bersusah-payah menggerakkan anggota kami sebanyak ini.
Tolong tanya sobat, siapakah diantara kalian yang bernama Gak Lam-kun sauhiap?"
Paras muka Gak Lam-kun agak berubah, tapi sebentar kemudian sudah pulih kembali
seperti sedia kala, sambil menjura dia tertawa.
"Tolong tanya ada persoalan apa kalian mencari aku orang she-Gak?"
tegurnya kemudian.
Laki-laki kekar itu tertawa ringan.
"Tidak berani!" Tidak berani! Nama besar Gak sauhiap sudah menggetarkan seluruh
kolong langit kami tak ada urusan lain, hanya nona kami berhubung sudah lama
mengagumi nama besar sauhiap maka sengaja mengundang kedatangan sauhiap untuk
berkenalan"
Gak Lam-kun berkerut kening, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya,
ia berpikir, "Walaupun sudah banyak jago persilatan yang pernah kujumpai, tapi aku rasa
belum pernah berhubungan dengan orang-orang dari suatu perkumpulan, apalagi namaku
memang tak banyak yang tahu, darimana bisa muncul seorang perempuan yang kenal
dengan diriku" Biasanya yang datang itu selalu membawa maksud tak baik, kali ini aku
harus lebih waspada"
Kalau sikap Gak Lam-kun tadi murung, kesal dan sedih, maka sekarang wajahnya
tampak tampan dan gagah, perubahan sikapnya itu sungguh diluar dugaan orang.
Ji Kiu-liong sendiri juga berkerut kening, tiba-tiba ia menegur, "Siapakah nama siocia
kalian?" "Cerdik betul bocah cilik ini!"pikir Gak Lam-kun.
Ternyata Ji Kiu-liong sendiri juga merasa tercengang, sebab sejak encinya tewas,
toakonya selalu membawa dia bergelandangan kesana kemari, sangat jarang orang
mengetahui namanya, sekalipun julukan Tok-liong Cuncu juga merupakan julukan suhu
toakonya yang dicatut, padahal kemunculan kembali Tok-liong Cuncu dalam dunia
persilatan teramat rahasia, tentu saja orang lebih-lebih tak akan menyangka kalau Datuk
naga beracun yang muncul saat ini tak lain adalah penyaruan Gak Lam-kun.
Laki-laki kekar itu tersenyum.
"Saudara cilik, kau memang hebat! Pada hakekatnya siocia kami memang belum pernah
kenal dengan Gak sauhiap, beliau cuma mengagumi saja nama besar sauhiap".."
"Empat penjuru adalah saudara, ujung langit adalah tetangga, kalau toh siocia kalian
mengagumi diriku, sudah sepantasnya, kalau aku Gak Lam-kun juga datang
menyambanginya" kata anak muda itu sambil tertawa.
"Bagus sekali" laki-laki itu mengangguk, Nio-nio yang mendampingi siocia telah
berangkat sendiri kemari untuk menyambut kedatangan sauhiap".!"
Seraya berkata, laki-laki itu lantas menuding ke arah belakang.
Mengikuti arah yang ditunjuk Gak Lam-kun melihat perahu besar itu sudah membuang
sauh dihadapannya, pintu ruang perahu terbentang lebar cahaya lampu memancar terang
benderang dari dalam. Empat orang laki-laki berpakaian ringkas warna hijau dengan
memegang golok besar berdiri tegak ditepi pintu.
Saat itulah dari balik ruangan perahu pelan-pelan muncul empat orang dayang berbaju
hijau, mereka berdua membawa dua buah lentera yang indah.
Dibelakang dua orang dayang itu, mengikutlah seorang kakek berjenggot panjang yang
rambutnya telah beruban semua, menyusul kemunculan kakek itu, perahu besar pelanpelan
bergerak kembali mendekati sampan.
Kepada Gak Lam-kun, kakek tersebut segera menjura sambil tertawa.
"Tanpa sebab kami telah menghalangi perjalanan saudara, untuk menebus kesalahan
itu bagaimana kalau kupersilahkan naik ke perahu untuk meneguk secawan arak lebih
dahulu?" Sebenarnya Gak Lam-kun mengira nona itu berada diatas perahu besar, maka
terdorong oleh perasaan ingin tahunya, ia menerima tawaran tersebut?".
Tapi kemudian, setelah mendengar bahwa nona itu tidak hadir di perahu, rasa ingin
tahunya segera tersapu lenyap, namun kakek itu keburu munculkan diri dalam keadaan
demikian ia merasa kurang leluasa untuk menolak tawaran orang.
Kepada Ji Kiu liong yang berada disisinya, dia lantas berkata, "Adik Liong, tunggulah
disini, aku sebentar akan balik lagi kemari!"
Begitu selesai berkata, dia lantas melompat naik ke atas perahu besar.
Dikala tamunya sedang melompat naik ke atas perahu, kakek berjenggot panjang itu
lantas berpaling ke arah dua orang dayang baju hijau di belakangnya seraya berkata,
"Berilah laporan kedalam! Katakan kalau tamu sudah tiba di atas perahu".."
Dua orang dayang cilik yang membawa lentera itu segera mengiakan dan masuk ke
ruangan dalam. Sepeninggal dua orang dayang tersebut, kakek berjenggot panjang itu baru berkata
kepada Gak Lam-kun sambil tertawa, "Silahkan Gak sauhiap, dalam ruang perahu sudah
disiapkan arak, bagaimana kalau meneguk beberapa cawan dulu?"
"Terima kasih banyak atas jamuan yang disiapkan, tapi sebelum itu, bolehkah aku tahu
siapa nama saudara?"
Sambil mengelus jenggotnya yang panjang, tergelaklah kakek itu.
"Haaahhh?"..haaahhh?"..haaahhh?"". aku she Siangkoan bernama It. Mari masuk
ke dalam ruangan untuk minum arak, majikan kami masih ada beberapa urusan yang
hendak dirundingkan"
Diam-diam terkesiap juga Gak Lam-kun setelah mengetahui bahwa kakek itu bukan lain
adalah Siangkoan It, dia tak mengira kalau kakek itu adalah Tam-ciang-teng-kan-kun
(telapak tangan tunggal penenang jagad)
Siangkoan It yang namanya termashur di utara maupun selatan sungai besar, lebihlebih
lagi karena orang itu sudah sejak dua puluh tahun berselang mengundurkan diri dari
keramaian dunia, sungguh tak disangka malam ini bisa muncul di telaga Tang-ting-ou,
bahkan sudi menjadi budaknya orang lain, dari kesemuanya itu terbuktilah sudah bahwa
majikannya sudah pasti adalah seorang jago silat yang amat lihay.
Sebenarnya Gak Lam-kun mempunyai rencana akan mengundurkan diri setelah
mengucapkan beberapa patah kata, tapi untuk mengetahui asal usul majikannya, maka
diapun tersenyum.
"Selamat bertemu, selamat bertemu, sudah lama kudengar nama besar Sam-ciang-lamkok
(sukar lewati tiga buah pukulan) yang telah menggetarkan seluruh dunia persilatan itu
Siangkoan lo sianseng, perjumpaan ini sungguh menggembirakan hatiku"
Telapak tangan tunggal penenang jagad Siangkoan It tertawa ringan.
"Tidak berani tidak berani itulah julukan yang dihadiahkan sahabat-sahabat persilatan
kepadaku, padahal lohu malu untuk menggunakannya!"
Sambil melangkah masuk kedalam ruangan, diam-diam Gak Lam-kun menyumpah
dalam hati, "Huuuh".jangan keburu bersenang hati dulu, suatu waktu aku pasti akan
menjajal sampai dimanakah kepandaian silat yang kau miliki!"
Ruang perahu dihiasi dengan aneka barang antik yang indah dan mahal-mahal,
permadani merah menutupi lantai, hiasan mahal tergantung didinding, dibawah pantulan
cahaya yang terpancar dari dua buah lilin besar, tampaklah horden hijau menjadi latar
belakang hiasan ruang perahu itu, disisi jendela tertera pula sebuah meja perjamuan
dimana dua orang bocah laki-laki berbaju hijau berdiri dengan tangan terjulur ke bawah.
Setelah Tam-ciang-teng-kan-kun Siangkoan It mempersilahkan tamunya duduk, GakLam kun segera menjura sambil bertanya, "Tolong tanya Siangkoan lo sianseng, siapakah
nama besar dari majikanmu?"?"
Mendengar pertanyaan itu, dengan wajah serius telapak tangan tunggal penenang
jagad Siangkoan It segera menjawab, "Majikan ada perintah, maafkanlah lohu bila tak bisa
mengatakannya secara berterus-terang"
Diam-diam Gak Lam-kun mengerutkan dahinya.
"Lalu, apakah aku dapat berjumpa dengan Nio-nio dan siocia kalian yang berada di
perahu ini?" ujarnya pula.
Sekali lagi air muka Siangkoan It menunjukkan perasaan keberatan.
Kebetulan dari belakang ruangan muncul dua orang dayang cilik berbaju hijau yang
segera berkata, "Nio-nio ada perintah, harap Siangkoan loya saja yang melayani tamu
kita!" Gak Lam-kun adalah seorang jagoan berwatak tinggi hati, menyaksikan sikap
memandang rendah musuhnya, dia jadi mendongkol, kontan saja ia bangkit berdiri.
"Kalau toh majikan kalian tidak berada diatas perahu" demikian ujarnya sambil menjura
ke arah Siangkoan It, "harap maafkan diriku lebih tak bisa menemani lebih lama lagi,
sebab aku sendiripun masih ada urusan"
Tiba-tiba dari luar ruang perahu terdengar jeritan dari Ji Kiu-liong, "Toako?"kau
hendak pergi kemana?"
Suara itu penuh kekuatiran dan gelisah, jelas perahu besar itu sudah mulai bergerak.
Gak Lam-kun mengerutkan dahinya! kemudian melangkah keluar dari ruang perahu itu.
Empat orang laki-laki berpakaian ringkas yang menjaga di depan pintu itu mendadak
melintangkan golok besarnya dan menghadang jalan pergi si anak muda itu.
Gak Lam-kun tertawa dingin, ia bersikap seolah-olah tidak melihat gerakan tersebut,
bahkan langkahnya sedikitpun tidak nampak gugup atau panik.
Suara seruan dari Siangkoan It kembali berkumandang dari belakang, "Perahu sudah
bergerak jauh meninggalkan tempat semula, Gak sauhiap, apa salahnya kalau duduk saja
dalam ruangan dengan tenang sambil minum beberapa cawan arak?"
Mendengar ucapan tersebut, tiba-tiba napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah
Gak Lam-kun pelan-pelan ia putar badan lalu berkata dengan hambar, "Kuperintahkan
kepadamu untuk menjalankan kembali perahu ini ketempat semula, kalau tidak jangan
salahkan kalau aku akan bermain kasar"
Siangkoan It tertawa tergelak-gelak.
"Haaahhh. "..haaahhh?".haaahhh?" di dunia ini belum pernah ada orang yang
bernyali begitu besar untuk memandang hina diriku, bila Gak sauhiap enggan untuk
bercakap-cakap diperahu ini kenapa tidak segera angkat kaki?".?"
Gak Lam-kun menggerakkan bahunya, sekali lompat tahu-tahu ia sudah menerobos
keluar dari ruangan perahu itu.
Empat orang laki-laki berbaju ringkas itu serentak menggerakkan pula senjata mereka
untuk melancarkan serangan, diantara kilauan cahaya berwarna keperak-perakan, senjata
mereka langsung membacok tiga bagian tubuh yang berbeda dari Gak Lam-kun.
Sepintas lalu, gaya Gak Lam-kun seperti seseorang yang sama sekali tak siap, tapi
kenyataannya serangan yang kemudian dilancarkan lebih cepat dari sambaran kilat.
Dua dengusan tertahan berkumandang susul menyusul, dua orang laki-laki berbaju
ringkas yang ada dipaling depan serentak tergeletak tak berkutik dilantai.
Demikian cepatnya serangan itu dilancarkan, sampai-sampai Siangkoan It yang nama
besarnya menggetarkan di utara maupun di selatan sungai besarpun tak sempat melihat
jelas dengan cara apakah Gak Lam-kun menyarangkan serangan-serangannya itu.
Menyaksikan rekannya roboh, dua orang laki-laki yang lain segera membentak keras,
golok besarnya diputar sedemikian rupa menciptakan dua jalur cahaya perak yang segera
menutup pintu keluar ruang perahu itu.
Gak Lam-kun tertawa dingin, tangan kirinya berkelebat kemuka dan tahu-tahu ia sudah
mencekal pergelangan tangan kanan salah seorang laki-laki berpakaian ringkas itu, lalu
menggunakan kesempatan itu tangannya diayun kedepan dan. bentrokan nyaringpun
berkumandang memecahkan kesunyian, golok besar lainnya kena ditangkis sampai
mencelat ke belakang.
Gak Lam-kun tidak berdiam sampai disitu saja, lutut kirinya segera diangkat dan sikut
kanannya menyodok ke belakang, kembali dua kali dengusan tertahan menggema diudara,
dan robohlah dua orang laki-laki tersebut.
Begitu beres menghabisi keempat orang musuhnya, Gak Lam-kun melompat keluar dari
ruang perahu, tapi sepanjang pandangannya ke depan yang tampak hanya air telaga yang
menggulung, dari kejauhan sana tampak setitik cahaya lentera, tapi letaknya sangat jauh,
dari arah titik cahaya itulah lapat-lapat terdengar suara teriakan Ji Kiu-liong yang
memilukan hati?"..
Hawa napsu memburuh tiba-tiba membakar di rongga dada Gak Lam-kun, pelan-pelan
ia putar badannya lalu memandang sekejap ke sekeliling tempat itu dengan pandangan
tajam. Dua belas orang Laki-laki berbaju hitam sudah mengelilingi geladak, ditangan mereka
masing-masing tersoren sebilah pedang yang memancarkan cahaya perak, terutama posisi
dari belasan orang itu jelas merupakan sebuah barisan pertahanan yang cukup tangguh.
Gak Lam-kun sama sekali tak menggubris kedua belas orang laki-laki bersenjata pedang
itu, orang-orang berbaju hitam yang berdiri dengan napsu membunuh membara itu
seakan-akan dianggapnya sebagai patung yang tak berguna malah sinar matanya yang
tajam langsung mencorong kedalam ruangan perahu, sementara kakinya pelan-pelan
melangkah maju mendekati Siangkoan It.
Angin malam menderu-deru, deburan ombak memekikkan telinga, suasana syahdu
yang semula menyelimuti perahu itu, kini sudah berubah jadi tegang dan penuh dengan
hawa pembunuhan.
Siangkoan It tertawa dingin tiada hentinya, dengan suara yang menyeramkan ia
berseru, "Setelah berada di perahu kami, berarti hanya ada dua jalan yang bisa kau
tempuh, yakni tunduk dibawah perintah majikan kami, atau mampus dalam keadaan
mengerikan. Gak sauhiap, aku percaya engkau adalah seorang yang cerdik, aku rasa
pilihan yang kau caripun seharusnya pilihan yang cerdik dan tepat"
"Heeehhh?"..heeehhh?".heeehh?".bagus sekali, bagus sekali"
Gak Lam-kun tertawa dingin tiada hentinya, "kalau begitu biarlah kupilih jalan kematian
saja, ingin kulihat jalan kematian macam apakah yang akan kulalui?"
Telapak tangan tunggal penenang jagad Sang kwan It memang seorang jagoan yang
termashur namanya dalam dunia persilatan, entah berapa banyak sudah jago lihay yang
telah ditundukkan olehnya selama ini, dia merasa sedikit kewalahan dibuatnya.
Terutama kemampuan Gak Lam-kun yang berhasil menaklukkan empat orang anak
buahnya dalam sekali gebrakan, ilmu selihay itu sungguh membuat hati jago kawakan
tersebut jadi bergidik.
Siangkoan It tertawa kering, kemudian berkata, "Gak-sauhiap, kalau toh engkau tetap
membandel, jangan salahkan kalau akupun tak akan sungkan-sungkan lagi"
Begitu selesai berkata, tiba-tiba ia menerobos maju sambil melancarkan serangan,
telapak tangan kirinya menyerang dengan jurus tui-poh-cu-lan (mendengar riak
membantu ombak), sedang telapak tangan kanannya menyodok dengan gerakan Liu-imchasan (awan hitam menutupi bukit), sekali menyerang menggunakan dua jurus yang
berbeda, bahkan kekuatan yang digunakanpun tak sama, hal ini semakin menunjukkan
betapa lihaynya si kakek tersebut.
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gak Lam-kun tak berani gegabah menghadapi serangan yang begitu dahsyatnya
dengan telapak tangan kiri dia pancing serangan musuh miring ke arah lain, sementara
tubuhnya segera melompat tiga depa ke samping, darimana sebuah pukulan segera balas
dilancarkan pula.
Tapi dua orang laki-laki baju hitam yang ada disampingnya tidak berpeluk tangan
belaka, diantara kilatan cahaya tajam, dengan menciptakan berkuntum-kuntum bunga
pedang, mereka tusuk tubuh si anak muda itu dari dua arah.
Gak Lam-kun tertawa dingin, sepasang kakinya melayang ke atas melancarkan
beberapa buah tendangan berantai.
Dua buah tendangan dilepaskan dengan suatu gerakan yang sangat aneh, tak sempat
dua orang laki-laki berbaju hitam itu menghindarkan diri masing-masing terkena sebuah
tendangan yang bersarang telak di dadanya.
Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, dua orang itu mencelat ke belakang dan
roboh tak bernyawa lagi.
Betapa gusarnya Siangkoan It melihat anak buahnya tewas, sambil membentak penuh
kemarahan sepasang telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan dahsyat menghajar
punggung Gak Lam-kun, serangan itu belum tiba, angin pukulannya sudah terasa
menyayat badan.
Gak Lam-kun agak kaget menyadari akan hal itu, segera pikirnya, "Sungguh sempurna
tenaga dalam yang dimiliki kakek ini!"
Tiba-tiba ia tarik ke belakang sepasang kakinya kemudian berjumpalitan di udara,
setelah itu badannya menerobos kesamping dan menumbuk seorang laki-laki berbaju
hitam yang kebetulan berada di sampingnya.
Setelah menyaksikan kelihayan Gak Lam-kun yang dalam sekali gebrakan berhasil
membinasakan dua orang rekannya, kedua belas orang laki-laki berbaju hitam itu merasa
terkesiap, maka ketika Gak Lam-kun menyambar tiba, pedang mereka serentak diayun
kedepan menciptakan selapis bayangan pedang menyongsong tibanya tubuh Gak Lamkun.
"Mundur ke belakang dan pertahankan sudut barisan!" tiba-tiba Siangkoan It
membentak. Terhadang oleh belasan pedang sekaligus, terpaksa Gak Lam-kun harus tarik kembali
terjangannya, sepasang telapak tangannya melancarkan serangan berantai, dua gulung
angin puyuh yang menusuk telinga berhembus keluar memaksa belasan orang laki-laki
berbaju hitam itu harus menarik kembali serangannya sambil mundur ke belakang.
Siangkoan It mendengus dingin, dia menerobos maju kemuka, sepasang telapak
tangannya melancarkan serangan berulangkali untuk merangsek lawannya?".
Gak Lam-kun tertawa panjang, nyaring sekali suaranya, dengan sinar mata mencorong
keluar dia himpun tenaga murninya ke dalam lengan kiri untuk membendung tibanya
ancaman tersebut.
Selincah ular sakti telapak tangan kirinya melambung ke atas menerobos kebawah,
dengan jurus yang lihai dan tersakti, dan secara beruntun dia hujani sekujur badan
Siangkoan It dengan delapan buah pukulan.
Memang hebat tenaga pukulan yang dimiliki Siangkoan It, setiap pukulan yang dia
lepaskan tentu membawa desingan angin tajam yang memekikkan telinga, belasan
gerakan kemudian, daya pantulan yang terpancar keluar dari serangannya telah mencapai
beberapa depa. Gak Lam-kun memang berhasrat menyaksikan kehebatan lwekang Siangkoan It,
dengan sedikitpun tak jeri disambutnya semua pukulan itu dengan keras lawan keras.
Sebagaimana diketahui, Siangkoan It terkenal sebagai Telapak tangan tunggal
penenang jagad, itu berarti hawa pukulannya lebih mengandalkan pada tenaga Yang-kang
yang maha dahsyat.
Justru karena kehebatan itu, setiap orang yang bertarung melawan dirinya, tentu
berusaha untuk menghindari suatu bentrokan secara kekerasan.
Tapi kini, Gak Lam-kun malahan berani menerima pukulannya itu dengan keras lawan
keras, kejadian ini segera menimbulkan hawa napsu membunuh didalam hati Siangkoan It.
Tiba-tiba hawa murninya dihimpun menjadi satu kemudian melepaskan serangan
dengan sepenuh tenaga. Otomatis dua gulung tenaga murni yang terpancar keluar dari
balik telapak tangannya juga semakin dahsyat ibaratnya bacokan kampak yang membelah
bukit. Melihat kakek itu makin bertarung makin gagah, angin pukulannya makin lama semakin
gencar, tanpa terasa Gak Lam-kun memuji dalam hatinya, "Memang hebat orang tua itu,
nama besarnya ternyata bukan nama kosong belaka!"
Siangkoan It sendiri diam-diam juga terkesiap, sepanjang masa berkelananya dalam
dunia persilatan, belum pernah angin pukulannya itu mendapat tandingan yang setimpal,
tapi malam ini, setelah berjumpa dengan jago muda tersebut, ternyata tenaga pukulannya
beberapa bagian lebih dahsyat dari apa yang dimilikinya, bahkan jurus serangan yang
digunakannya juga jauh lebih sempurna.
Dalam kaget dan ngerinya, tanpa terasa ia berpikir, "Menurut majikan, ilmu silat yang
dimiliki orang ini sudah menggetarkan sungai telaga, diapun merupakan jagoan paling
lihay diantara kelompok kaum muda, setelah kubuktikan sendiri malam ini, ternyata
ucapan tersebut memang bukan nama kosong belaka, tapi apa julukannya dalam dunia
persilatan?"
Meskipun Siangkoan It mengetahui nama Gak Lam-kun, tapi mereka tak tahu kalau dia
adalah Tok-liong Cuncu yang telah muncul kembali dalam dunia persilatan.
Karena ada yang dipikirkan dalam benaknya, tanpa sadar perhatian Siangkoan It juga
ikut bercabang, tiba-tiba ia merasa ada segulung angin pukulan yang maha dahsyat
menerjang dadanya, dalam kagetnya cepat-cepat ia menyingkir kesamping.
Gak Lam-kun tidak mengejar karena keberhasilan itu, dia malah menarik kembali
serangannya sambil berdiri dengan wajah gagah, ujarnya sambil tertawa nyaring, "Kuakui
bahwa tenaga pukulan yang kau miliki terhitung nomor satu dalam dunia persilatan, aku
orang she-Gak menyesal tak mampu menandinginya, untuk menghindari pertikaian lebih
lanjut yang tak berguna, harap Siangkoan lo-sianseng segera menjalankan perahu ini
kembali ke tempat semula, tapi jika engkau menolak permintaan ini terpaksa aku orang
she-Gak pun tak akan sungkan-sungkan lagi"
Ucapannya itu setengah bernada lembut setengah bernada keras, seperti juga suatu
sindiran, seperti juga suatu cemoohan.
Siangkoan It yang mendengar sindiran itu jadi naik pitam, kontan saja ia tertawa
seram. "Heeehhh?". heeehhh?".. heeehbh?"" meskipun ilmu silatmu terhitung lihai dalam
dunia persilatan, tapi kalau ingin paksa lohu menyerahkan diri"..oohoo".. kau musti
melatih diri beberapa tahun lagi"
Gak Lam-kun tertawa dingin.
"Di dunia ini memang terlampau banyak terdapat manusia-manusia bandel, Siangkoan
sianseng, kalau begitu jangan kau salahkan lagi jika aku bertindak kejam"
Begitu selesai berkata, Gak Lam-kun segera melangkah maju ke posisi tiong kiong dan
menerobos kedepan, telapak tangan kirinya langsung dikebaskan ke tubuh lawan.
Siangkoan It tidak menyangka kalau pemuda itu segera menyerang begitu mengatakan
akan menyerang, sedikit kurang cermat, ia sudah terjatuh dibawah angin.
Untung pengalamannya dalam menghadapi serangan lawan cukup sempurna, meski
menghadapi mara bahaya, ia tak sampai gugup.
Dengan cepat pinggangnya ditekuk kebawah, lalu memakai jurus Gi-san-tiam-hay
(memindahkan bukit menimbun samudra) sepasang telapak tangannya didorong kemuka
sejajar dengan dada, disambutnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaaaaang".!" desingan angin berpusing memancar keempat penjuru menyusul
terjadinya bentrokan itu.
Seketika itu juga Siangkoan It merasakan darah dalam dadanya bergolak keras, hampir
saja ia tak sanggup berdiri tegak.
Dengan mata mencorongkan sinar tajam, Gak-Lam kun tertawa dingin tiada hentinya,
kemudian ia berseru, "Suatu kekuatan yang luar biasa, hayo sambutlah pukulan lagi?"!"
Tanpa mengubah posisi telapak tangan kirinya, ia membalik tangan itu ke belakang lalu
dikebaskan ke tubuh lawannya dengan gerakan aneh.
Siangkoan It terkesiap, buru-buru dia tarik napas sambil menghimpun tenaga murninya
guna menyambut datangnya ancaman tersebut.
00000O00000 TAPI, sebelum niat tersebut dilaksanakan, mendadak terdengar suara bentakan yang
amat merdu bagaikan suara keleningan menggelegar memecahkan kesunyian, "Siangkoan
sianseng, cepat hentikan pertarungan"!"
Begitu ucapan tersebut timbul, tiba-tiba muncullah segulung tenaga pukulan yang
lembut menerjang ke tengah-tengah mereka berdua, dimana angin pukulan Gak Lam-kun
yang amat tangguh tersebut segera tersapu lenyap hingga tak berbekas.
Menggunakan kesempatan itu Siangkoan It menarik kembali serangannya dan
melompat mundur ke belakang, sambil memberi hormat buru-buru serunya lirih, "Menanti
perintah dari Nio-nio!"
Gak Lam-kun mendengar, meski suara itu merdu bagaikan kicauan burung nuri tapi
dibalik kemerduan tersebut terkandung kewibawaan yang luar biasa, ini membuat anak
muda itu tanpa terasa berpaling ke arah mana berasalnya suara.
Seorang perempuan berbaju hijau diiringi empat orang dayang berbaju hijau pula
pelan-pelan memunculkan diri dari balik ruangan perahu.
Dibawah cahaya lentera yang dibawa keempat orang dayang itu, tampaklah perempuan
itu mempunyai sepasang alis mata yang lentik dengan bibir yang mungil, dibalik sepasang
matanya yang bulat mencorong keluar sinar mata yang memikat hati, hidungnya mancung
dan sekulum senyuman manis menghiasi bibirnya.
Kepada Gak Lam-kun ia berkata lembut, "Aaaah?"! Kamu ini sungguh tak tahu
suasana, dimalam yang romantis seperti ini, bukannya menikmati arak wangi sambil
memandang alam yang indah, apakah tidak kau rasakan bahwa berkelahi hanya akan
merusak suasana yang bagus ini?"
Diantara suara pembicaraannya itu terselip kerlingan mata yang mendatangkan gairah
orang, memang daya pikat dari seorang perempuan yang sudah matang.
Gak Lam-kun berusaha menenangkan hatinya, lalu berkata dengan nada yang dingin.
"Aku masih mempunyai seorang saudara cilik yang tertinggal di sampan, karena itu
maafkan daku bila tak dapat menikmati keromantisan ditempat ini. Kalau toh Nio-nio
majikan dari perahu ini harap segera turunkan perintah untuk menjalankan perahu ini balik
ke tempat semula daripada pertarungan ini harus dilanjutkan"
Perempuan berbaju hijau itu tertawa, dengan mata yang memikat ia mengerling
pemuda itu sekejap kemudian berkata, "Jika kau hanya menguatirkan saudara cilikmu
menunggu sendirian di sampannya, kalau begitu biarlah kuutus tiga orang untuk
menemaninya"
Gak Lam-kun semakin mengerutkan dahinya.
"Tolong tanya nio-nio, dengan maksud apakah kau menahan diriku dengan paksa"
Kalau tidak kau terangkan?"."
Agaknya perempuan berbaju hijau tak menyangka kalau ia bakal mendapat pertanyaan
semacam itu, tanpa terasa pipinya jadi merah, setelah termenung sebentar dia baru
tertawa ewa. "Kalau tidak, bagaimana" Jika engkau merasa kurang leluasa diatas perahuku ini,
silahkan pergi!"
Gak Lam-kun tahu bahwa perahu besar yang sedang melaju ini tak bisa dihentikan lagi,
dengan sinar mata yang menggidikkan dia lantas menatap ke arah musuhnya, mendadak
pemuda itu menerobos maju kemuka dan telapak tangan kanannya diayun kedepan
melepaskan sebuah pukulan yang amat gencar.
Sedikit saja perempuan berbaju hijau itu menggerakkan bahunya, tahu-tahu dia sudah
bergeser tiga depa dari posisinya semula, kemudian sambil tertawa cekikikan katanya,
"Hiiihh".. hiiihh".. hiiihh". dalam sepuluh gebrakan mendatang, jika engkau sanggup
menjawil ujung bajuku, maka segera kuhantar engkau untuk kembali ke tempat semula"
Gak Lam-kun ikut tertawa dingin.
"Dalam tiga jurus, bila aku tak berhasil melukai dirimu aku orang she-Gak juga akan
menyerahkan diri untuk kau jatuhi hukuman."
Begitu selesai berbicara, tiba-tiba ia tarik kembali pukulannya lalu sambil memutar
badan, sebuah totokan dilancarkan.
Perempuan berbaju hijau itu mengegos kesamping, dengan suatu langkah yang enteng
dan lincah tahu-tahu ia sudah melepaskan diri dari ancaman totokan tersebut.
Indah dan menawan hati gerakan tubuhnya itu, meskipun menghadapi suatu
pertarungan yang mempertaruhkan jiwa raganya, gerak-geriknya sama sekali tidak
kehilangan kebagusan serta daya tariknya.
Begitu berhasil melepaskan diri dari serangan yang pertama, perempuan berbaju hijau
itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Heehhh". heeehhh". heeehhh". masih ada delapan gerakan lagi, gunakanlah
dengan lebih berhati-hati!"
Begitu gagal dengan serangan yang pertama, tiba-tiba Gak Lam-kun menarik tangan
kanannya ke belakang, kemudian ia menyerang sejajar dengan dada, secepat kilat ia
menerobos kemuka melakukan pengejaran.
Sekulum senyuman masih tersungging diujung bibir perempuan berbaju hijau itu ketika
tangan kiri anak muda itu diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan dengan jurus Huijiancing tham (Menyapu debu berbicara santai).
Rupanya perempuan berbaju hijau itu mengetahui bahwa dibalik jurus serangan
tersebut terkandung dua perubahan yang berbeda, ditengah lengkingan gelak tertawanya
kembali ia melejit kesamping untuk melepaskan diri dari ancaman.
Padahal ketika itu, jurus serangan yang digunakan Gak Lam-kun belum mencapai pada
puncaknya, ia lantas mendengus, mumpung perempuan musuhnya belum melayang turun
ketanah, telapak tangan kirinya dengan mengandung hawa pukulan yang maha dahsyat
tiba-tiba dilontarkan kedepan.
Sungguh tepat penggunaan waktu yang dilakukan dalam serangan tersebut, pada saat
sepasang kaki perempuan berbaju hijau itu hampir menempel diatas permukaan tanah,
serangan dari Gak Lam-kun yang ibaratnya gulungan ombak dahsyat itu sudah melanda
tiba. Jangan dilihat perempuan baju hijau itu genit dan meliuk-liuk manja, pada hakekatnya
dia memiliki ilmu silat yang maha dahsyat.
Ketika serangan tersebut menyergap datang, cepat lengannya dikebaskan, lalu
badannya melambung keudara secara tiba-tiba, setelah berjumpalitan beberapa kali, ia
melayang turun kembali ditempat lain yang jauh lebih aman.
Tapi, Gak Lam-kun juga bukan orang bodoh, tampaknya ia sudah memperhitungkan
sampai disitu, buktinya dalam serangan itu terkandung lima jalur desingan angin tajam
yang memekikkan telinga?".
"Sreeeeet ?"! akhirnya gaun panjang yang dikenakan perempuan berbaju hijau itu
kena tersambar juga hingga robek sebagian, maka terlihatlah paha kakinya yang putih
mulus seperti salju.
Tiba-tiba Gak Lam-kun menghela napas sedih.
"Aaaai" aku sudah menggunakan setengah jurus lebih banyak dari seharusnya,
terserah hukuman apa yang hendak kau jatuhkan atas diriku!" katanya.
Ketika gaun panjangnya tersambar robek, perempuan berbaju hijau itu merasa amat
jengah hingga seluruh wajahnya berubah jadi merah padam, lama sekali dia termangumangu
tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan.
Setelah mendengar helaan napas dari Gak Lam-kun, ia baru terkejut dan merasa
seperti baru sadar dari impian, setelah berhasil menenangkan hatinya perempuan itupun
menghela napas panjang.
"Aaaai"..Sungguh tak nyana kalau ilmu silatmu amat lihay pergilah dari sini!"
"Hmm"..! Perkataan seorang laki-laki sejati lebih berat dari batu karang, aku Gak Lamkun
mengaku kalah!"
"Huuuh".. Memangnya ucapan pun-kiong (aku) tidak masuk hitungan"..?" perempuan
berbaju hijau itu mengernyitkan sepasang alis matanya.
Sekalipun perempuan berbaju hijau itu telah berjanji, bahwa anak muda itu akan
dihantar pulang andaikata dalam sepuluh gebrakan ujung bajunya berhasil dijawil, tapi
Gak Lam-kun sendiripun baru berhasil merobek gaun lawannya dalam tiga jurus setengah,
padahal pemuda itu mengatakan dia akan berhasil dalam tiga gebrakan belaka.
Mereka berdua sama-sama merupakan tokoh persilatan yang punya nama besar,
mereka berduapun sama-sama berwatak angkuh dan tinggi hati, setelah apa yang
disumbarkan tak terwujud, kedua belah pihak sama-sama tak mau mengingkari janjinya.
Dengan wajah murung baik Gak Lam-kun maupun perempuan berbaju hijau itu samasama
termenung dan berdiri melamun.
Untuk sesaat lamanya, suasana di sekeliling tempat itu diliputi keheningan, seandainya
tiada suara air telaga yang menyampok perahu, mungkin jatuhnya sebatang jarumpun
akan kedengaran dengan jelas.
"Toako, aku datang membantumu!" tiba-tiba terdengar suara jeritan memecahkan
kesunyian. Menyusul kemudian sesosok bayangan manusia melompat naik ke atas perahu, siapa
lagi orang itu kalau bukan Ji Kiu-liong"
Kemunculan Ji Kiu-liong secara tiba-tiba membuat Gak Lam-kun terkejut bercampur
gembira, dia tidak habis mengerti kenapa adiknya bisa muncul disitu secara tiba-tiba.
Sementara dia masih termenung, mendadak dari balik perahu besar menggema lagi
gelak tertawa yang amat nyaring.
"Haaaahhh?"haaahhh?"haaahhh?".Si Tiong pek dari barisan Tiat-eng tui
perkumpulan Tiat-eng-pang (elang baja) sengaja berkunjung datang, harap Han Nio-nio
sudi memaafkan kedatanganku yang tidak terduga ini!"
Seorang pemuda tampan berbadan kurus dan berbaju warna biru melompat naik ke
perahu, lalu pelan-pelan maju kedepan.
Ji Kiu liong segera menuding ke arah pemuda baju biru itu seraya berseru, "Toako, Si
toako itulah yang menghantar aku sampai kesini!"
Gak Lam-kun berpaling dan memandang sekejap wajah Si Tiong-pek, lalu dia menjura.
"Terima kasih banyak atas bantuan saudara yang telah menghantar adikku sampai
disini, aku orang she Gak mengucapkan banyak-banyak terima kasih?"."
"Aaaaaaah ?"mana, mana" Si Tiong pek tertawa, "sudah selayaknya kalau orang
persilatan itu saling membantu, urusan sekecil itu kenapa harus dipikirkan terus" Boleh
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku tahu siapa nama saudara?"
"Aku she-Gak bernama Lam-kun!" sahut si pemuda sambil tertawa ewa.
Betapa kecewanya Si Tiong pek setelah mendengar kalau nama itu masih terlampau
asing dalam dunia persilatan, namun ia tersenyum juga.
"Selamat berjumpa, selamat berjumpa!"
Han Nio-nio atau perempuan berbaju hijau itu rupanya sudah tidak sabaran, mendadak
dengan paras muka serius ia berkata, "Si Tiong pek, berani betul engkau mencari garagara
dengan kami!"
Kalau tertawa, perempuan cantik ini tampak genit dan mempesonakan hati, tapi setelah
serius, kelihatanlah betapa agung dan berwibawanya dia.
Gak Lam-kun merasa seakan-akan dalam waktu sekejap perempuan itu sudah berubah
menjadi seorang manusia yang lain, dibalik keagungannya secara lapat-lapat terpancar
pula kewibawaan yang sangat tebal.
Si Tiong pek mengangguk lirih sebagai tanda hormatnya kemudian berkata, "Han Nionio,
kau jangan salah paham, aku orang she Si tidak lebih hanya manusia diluar garis yang
cuma ingin menonton keramaian belaka lihatlah sendiri, perahuku sudah berada sepuluh
kaki jauhnya dari sini, bila Han Nio-nio tak senang menyambut kedatanganku, lebih baik
aku orang she Si mohon diri saja"
Selesai berkata, dia lantas putar badan dan siap berlalu dari tempat itu.
"Berhenti!" bentakan nyaring menggelegar memecahkan kesunyian.
Tiba-tiba Han Nio-nio melompat kedepan secepat sambaran kilat, jari-jari tangannya
yang lentik langsung mencengkeram ke arah bahu Si Tiong-pek.
Sekalipun ketika itu Si Tiong-pek berdiri membelakanginya, namun seakan-akan
dipunggungnya juga tumbuh mata baru saja Han Nio-nio beraksi tiba-tiba dia putar
badannya dan melejit enam depa kesamping untuk menghindarkan diri.
"Haaahhh"haaahhh"haaahhh"Han Nio-nio" serunya sambil tertawa tergelak, lebih
baik kita jangan bergerak dulu, kalau ingin beradu kekuatan tunggu sesampainya di bukit
Kun-san, perkumpulan elang baja kami pasti akan melangsungkan suatu pertarungan yang
seru melawan perguruan Ciang-ciam-bun kalian!"
Kembali Gak Lam-kun merasa terkesiap, konon ia dengar orang berkata bahwa dalam
dunia persilatan telah muncul sebuah perguruan rahasia yang disebut Ciang-ciam-bun
(perguruan panah bercinta) siapakah ciangbunjinnya" Ternyata tak seorang manusia
persilatanpun yang tahu.
Dia tak pernah mengira kalau perempuan berbaju hijau serta Siangkoan It yang
dijumpainya sekarang ternyata adalah anggota perguruan panah bercinta, dari sini dapat
diketahui bahwa Ciang-ciam-bun memang terhitung sebuah perguruan besar yang
mempunyai kekuatan amat tangguh.
Dengan kening berkerut Han-Nio-nio sudah tertawa dingin.
"Heeehhh"heeehhh"heeehhh"memang pada tiga puluh tahun berselang perkumpulan
Tiat eng pang kalian menjagoi seluruh daratan Tiong-goan, tapi sekarang"Hmm!
Perkumpulan Tiat eng-pang kalian tak akan bisa menandingi kehebatan Ciang ciam-bunkami?"
Perlu diterangkan disini, semenjak dua puluh tahun berselang, perkumpulan Tiat-engpang
memang merupakan suatu perkumpulan yang amat besar dalam kalangan hek-to di
dunia persilatan, banyak jago tangguh dan pandai yang bergabung dalam perkumpulan
itu, ini menyebabkan kekuatan mereka pada hakekatnya jauh melampaui kekuatan
sembilan partai besar.
Ketua mereka Tiat eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong adalah seorang
tokoh persilatan yang berilmu tinggi, dia merupakan seorang manusia berbakat yang
muncul belum lama berselang, namun kemampuannya memimpin para anak buahnya
sangat hebat, orang ini merupakan seorang tokoh persilatan yang paling susah dihadapi
dalam golongan hitam maupun putih.
Si Tiong-pek adalah murid kesayangan Oh Bun-hong, dengan kedudukannya sebagai
komandan pasukan Elang Baja, bukan saja namanya termashur sampai dimana-mana,
pengaruhnya juga menyebar luas baik diutara maupun diselatan sungai besar.
Dalam pada itu Si Tiong-pek sudah tersenyum seraya berkata, "Kalau memang begitu,
mari kita saksikan saja!" katanya sambil berjalan.
"Hmm"!" Han Nio-nio mendengus, "barangsiapa sudah naik keperahu ini, maka dia
harus menyambut sepuluh buah seranganku lebih dulu sebelum bisa tinggalkan tempat ini
dengan selamat, Si Tiong-pek! Bersiap sedialah menerima seranganku ini!"
Tiba-tiba ia menerobos maju kedepan sambil menyerang, jari tangannya menotok jalan
darah juga sikutnya menyodok ulu hati, dua serangan yang berbeda namun memiliki
kekuatan yang hampir sama.
Si Tiong-pek tertawa dingin lalu berseru, "Han Nio-nio, kalau engkau mendesak terus
menerus diriku, janganlah dianggap aku Si Tiong-pek jeri kepadamu!"
Berbicara sampai disitu, tubuhnya lantas miring kesamping menghindarkan diri dari
terjangan sikut Han Nio-nio, lalu bukannya mundur dia malah mendesak maju kedepan,
tangan kanannya dengan jurus Kim-cian toam-bwe (memotong sakura dengan gunting
emas) langsung menyodok ketubuh Han Nio-nio pula.
Tapi pada saat itulah tendangan kaki kanan dari perempuan itu sudah mengancam lutut
kanan Si Tiong-pek"
Agaknya Si Tiong-pek tidak menyangka kalau ilmu silatnya itu begitu lihay, dengan
terkesiap dia mundur dua langkah untuk menghindarkan diri dari serangan dua buah
pukulan dan sebuah tendangan kilat itu.
Mendadak hembusan angin tajam menyambar lewat, tahu-tahu kelima jari tangan Han
Nio-nio bagaikan kuku garuda sudah menyambar tiga inci diatas wajah Si Tiong-pek.
Kali ini Si Tiong-pek benar-benar merasa terkesiap, bahunya langsung dibuang
kesamping seraya melompat mundur, tapi gerakan itu toh masih terlambat satu langkah"
"Sreeeet"!" baju putih dibahu kiri Si Tiong-pek segera tersambar oleh jari-jari tangan
Han Nio-nio yang lentik hingga robek besar sekali"
Kejut dan gusar Si Tiong-pek menghadapi kenyataan tersebut, sepanjang masa
berkelananya dalam dunia persilatan belum pernah ia dipecundangi orang seperti kali ini,
sambil membentak keras, sepasang telapak tangannya segera diayun kedepan melepaskan
pukulan-pukulannya yang amat dahsyat"
Sedikit miring kesamping, tubuh Han Nio-nio sudah berada empat depa disisi
gelanggang, mendadak ia menerobos maju lagi ke depan.
Bayangan manusia melintas lewat, tiba-tiba Gak Lam-kun menerobos masuk kedalam
arena dan menghadang dihadapan Han Nio-nio seraya berseru, "Saudara Si, sisanya enam
jurus biar aku orang she Gak saja yang menyambutnya!"
Ketika menyaksikan Gak Lam-kun terjun kearena, tiba-tiba Han Nio-nio menghentikan
gerakan tubuhnya lalu tertawa merdu.
"Bagus sekali, bagus sekali, boleh saja kalau engkau hendak mewakilinya untuk
menerima sisa enam jurus itu"
Sebenarnya Si-Tiong-pek tidak pandang sebelah matapun atas diri Gak Lam-kun, tapi
setelah menyaksikan gerakan tubuhnya sekarang, dia baru terperanjat.
"Masa seorang pemuda yang tak ternama semacam dia, sebetulnya adalah seorang
jago lihay?" demikian dia berpikir.
Sementara itu Gak Lam-kun sudah berkata dengan dingin, "Tadi aku sudah kebagian
menyerang tiga setengah jurus, maka sekarang adalah giliranku untuk menerima keenam
jurus seranganmu tanpa menggeserkan sepasang kakiku"
Ketika Han-Nio-nio berangkat ketelaga Tong-ting ou, majikannya telah berpesan: Gak
Lam-kun merupakan seorang tokoh persilatan yang amat lihay!
Waktu itu dia masih tidak percaya, tapi setelah terjadi bentrokan fisik barusan, dia baru
mengakui bahwa si pemuda pada hakekatnya adalah seorang musuh tangguh yang belum
pernah dijumpainya.
Misalnya, ucapan semacam itu diucapkan orang lain kepadanya, Han-Nio-nio pasti tidak
akan membiarkan dirinya dihina begitu saja, tapi keadaannya sekarang justru berbeda, dia
sudah menderita kalah ditangan Gak Lam-kun, meskipun dalam pertarungannya itu dia
cuma bertahan tanpa menyerang, namun pada hakekatnya tiga setengah jurus serangan
yang dilancarkan Gak Lam-kun itu betul-betul luar biasa bebatnya.
Kendati begitu, ia tersenyum juga melihat kepongahan orang. Hendak menerima enam
jurus serangannya tanpa menggeserkan sepasang kakinya"
Kecuali orang goblok, rasanya tak mungkin dia berani mengucapkan kata-kata
sesumbar seperti itu.
Sekulum senyuman lantas menghiasi wajah Han Nio-nio, ia berkata dengan hambar,
"Cukuplah sudah asal kau mampu menerima enam jurus seranganku itu, mau
menggeserkan kaki atau tidak, aku tak ambil perduli. Nah, sambutlah seranganku ini!"
Dengan kelima jari tangan yang direntangkan, secepat kilat tangan kirinya menyambar
kedepan Gak Lam-kun sama sekali tidak bergeser dengan jari tengah dan jari telunjuknya
dia balas menotok urat nadi dari Han Nio-nio.
Cepat-cepat perempuan berbaju hijau itu merentangkan pukulannya jadi totokan, dan
dia ganti menotok urat nadi penting diatas pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun.
Serangan itu bukan saja dilancarkan dengan kecepatan luar biasa perubahan yang
dilakukan juga sangat mendadak"
Gak Lam-kun terperanjat, dalam keadaan demikian terpaksa telapak tangan kanannya
membalik kebawah kemudian memapas pergelangan tangan Han Nio-nio.
Serangan ini berhasil juga memaksa Han Nio-nio harus menarik pergelangan tangan
kirinya untuk menghindari bacokan anak muda itu, tiba-tiba ia melompat kesamping,
telapak tangan kanannya secepat kilat menerjang jalan darah penting dibahu lawan.
Demikianlah, suatu pertarungan sengit segera berkobar, kedua belah pihak sama-sama
menggunakan serangan yang tercepat dan terlihay untuk berusaha menundukkan pihak
lawan, dalam waktu singkat lima gerakan sudah lewat.
Meskipun hanya lima jurus tapi kecepatan berubah jurus yang berlangsung sukar diikuti
dengan pandangan mata, semua jurus serangan yang dipakai, otomatis merupakan pula
serangan yang paling tangguh.
Tiba-tiba Han Nio-nio melepaskan sebuah tendangan kilat, gaun yang robekpun lantas
menyingkap hingga tampak pahanya yang putih dan mendatangkan gairah birahi.
Tendangan tersebut boleh dibilang dilancarkan dengan suatu gerakan yang sangat
aneh, sekalipun ilmu silat Gak Lam-kun lebih lihaypun jangan harap dia bisa hindari
serangan itu tanpa menggeserkan kakinya.
Gak Lam-kun yang lihay memang tak malu disebut jagoan kosen, ketika ujung kakinya
Han Nio-nio hampir menyentuh tubuhnya, tiba-tiba Gak Lam-kun menjatuhkan tubuh
bagian atas ke belakang sementara telapak tangannya disilangkan di depan dada untuk
menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan.
Jilid 2 MEMANG aneh dan lihay gerakan tersebut malahan sama sekali diluar dugaan
siapapun. Si Tiong-pek yang menonton jalannya pertarungan itu dari tepi gelanggang
segera berseru tertahan, jelas dia sudah dibikin terkesiap oleh gerakan Gak Lam-kun yang
aneh dan diluar dugaan itu.
Setelah Gak Lam-kun mengeluarkan gerakan aneh untuk menghindari tendangan
lawan, Han Nio-nio tak sanggup melancarkan tendangan yang kedua kalinya, dalam posisi
begini terpaksa ia tarik kembali kakinya sambil mundur ke belakang.
Enam jurus pertarungan jarak dekat yang baru saja berlangsung ini memang
keliarannya tidak seberapa hebat, tapi dalam pandangan mata seorang ahli pertarungan
tersebut justru merupakan sengit yang menentukan mati hidup seseorang?"..
Tiba-tiba Han Nio hio menghela napas panjang katanya, "Gak siauhiap, ilmu silatmu
memang sangat lihay Pun Kiong merasa benar-benar takluk dengan hati yang rela, Nah,
kalian boleh segera berlalu."
Pada waktu itulah, Si Tiong-pek ikut tertawa tergelak. "Haaah?" haaah?".. haaah?"
sudah lama Han Nio-nio malang melintang dalam dunia persilatan nama besar juga sudah
tersohor sampai di mana-mana, Sungguh beruntung pada malam ini aku orang she Si
berkesempatan menyaksikan kelihayanmu"
Han Nio-nio melotot sekejap ke arah Si Tiong-pek dengan mata lebar, kemudian
mendengus. "Hmmm"..! Seandainya aku tidak memandang diatas wajahnya pada malam ini, jangan
harap kau Si Tiong-pek bisa tinggalkan perahu ini dalam ke adaan selamat!"
Berkerut sepasang alis mata Si Tiong-pek sesudah mendengar perkataan itu, hawa
amarah tertera ternyata diwajahnya, tapi secara tiba-tiba kemarahan itu ditahan kembali
kemudian tertawa tergelak. "Haaahhh?". aaahhh?"".. aaahhh?".. bagus, bagus, bila
lain waktu ada kesempatan aku orang she-Si pasti akan berkunjung lagi kesini untuk
merasakan kelihayanmu"
Selesai berkata dia lantas menjura kepada Gak Lam-kun seraya berkata. "Saudara Gak
jika engkau tak ada urusan, apa salahnya kalau duduk sebentar diperahu kami?"
"Atas kebaikan saudara Si rasanya tidak pantas kalau kutolak tawaranmu itu, baiklah
lebih baik aku turut perintah saja"
Selesai berkata pelan-pelan dia berjalan menuju ke tepi perahu.
"Gak singkong, harap tunggu sebentar!" Tiba-tiba teguran lembut berkumandang lagi
dari belakang. Gak Lam-kun segera berpaling, dilihatnya Han Nio-nio dengan rambutnya yang panjang
terurai sebahu sedang berdiri dibelakangnya dengan agung wajahnya tampak begitu
cantik dan sikapnya begitu agung membuat orang merasa kagum dibuatnya.
"Ada urusan apa Nio-nio memangil aku?" tegur Gak Lam-kun kemudian dengan suara
hambar. "Pun-kiong benar-benar ada urusan penting yang hendak dibicarakan denganmu,
bagaimana kalau kita masuk keruang belakang dulu untuk membicarakan persoalan ini?"
"Aku rasa kalau ada persoalan katakan saja di sini, toh disini atau disana juga sama
saja" Dari belakang terdengar suara Si Tiong-pek berseru sambil tertawa ringan, "Saudara
Gak, siaute berjalan setindak dulu kutunggu kedatanganmu dalam perahu!"
"Si toako tunggu sebentar" suara teriakan Ji Kiu-liong berkumandang pula, "siaute ikut
engkau lebih dulu!"
Habis berkata Ji Kiu liong melompat turun pu la keperahu kecil, dan kedua orang itupun
mendayung sampannya menuju ke sebuah perahu besar yang membuang sauh beberapa
puluh kaki jauhnya.
Sepeninggal kedua orang itu, Han Nio-nio baru berkata lagi sambil tertawa, "Kalau toh
engkau tak mau masuk ke dalam ruangan, baiklah kita bercakap cakap di luar sana,
silahkan Gak siangkong"
Dengan tubuhnya yang tinggi semampai perempu an itu menuju ke belakang perahu
lebih dulu kepada seorang pelaut dia ulapkan tangannya memerintahkan orang itu
mengundurkan diri.
Setelah suasana disekitar sana jadi hening, Han Nio-nio baru membereskan rambutnya
yang awut-awutan lalu sambil tersenyum ia berbatuk. "Kehebatan ilmu silatmu, keketusan
watakmu di tambah pula kebesaran nyalimu, sungguh merupakan suatu perpaduan yang
baru pertama kali ini, aku Han Hu-hoa jumpai!"
"Kelihayan ilmu silat yang dimiliki Han Nio-nio juga baru kali ini kujumpai dalam dunia
persilatan" sahut anak muda itu ketus.
Segulung angin berhembus lewat menyingkapkan gaun bajunya yang robek, hingga
pahanya yang putih mulus kembali terlihat jelas.
Cepat tangannya menyambar gaun yang berobek itu dan menutupi pahanya yang
kelihatan, pelan-pelan ia pejamkan matanya lalu berkata dengan sedih, "Selama malang
melintang dalam dunia persilatan hampir tiga puluh tahunan, aku cuma pernah takluk
kepada dua orang"
"Dua orang tokoh silat macam apakah yang bisa peroleh kehormatan dari Nio-nio?"
tanya Gak Lam-kun dengan perasaan ingin tahu.
Ha Hu-Hoa tertawa. "Yang satu adalah engkau dan yang lain adalah majikanku!"
Mula-mula Gak lam-kun agak tertegun, tiba-tiba selapis kemurungan melintas diatas
wajahnya. Ha-Hu-hoa tertawa kembali ujarnya. "Kalau kulihat dari kemurungan keputusan yang
menyelimuti wajahmu tampaknya engkau punya kenangan masa lalu yang cukup
menyedihkan hati, tapi kau musti tahu bahwa diantara sepuluh bagian di dunia ini ada
delapan sampai sembilan bagian yang tak bisa diselesaikan dengan lancar. Sebagai anak
muda kenapa pikiranmu tak bisa terbuka. Terus terang kukatakan kepadamu belasan
tahun berselang kedaan kupun semua seperti dirimu sekarang, aaii..!"
Tiba-tiba ia menghela napas sedih, titik air mata mendadak mengembang dibalik
kelopak matanya.
"Terima kasih atas petunjukmu" kata Gak Lam-kun cepat, " Bila Nio-nio masih ada
urusan cepatlah utarakan keluar"
Titik air mata mengembang dalam kelopak ma ta Hau Hu-hoa, dan akhirnya meleleh
keluar membasahi pipinya.
"Sebenarnya aku ingin mengundang dirimu masuk ke perguruan panah bercinta kami,
agar bisa menanggulangi masalah besar bersama sama majikan kami, tapi sekarang aku
rasa kau pasti menolak tawaranku itu" ujarnya dengan sedih.
Gak Lam-kun tertawa ewa. "Terima kasih atas kebaikanmu, jika sudah habis
perkataanmu, aku orang she-Gak segera akan mohon diri"
Setelah merangkap tangannya memberi hormat, dia putar badan dan berlalu dari
sana. "Gak siangkong, tunggu sebentar!" teriak Han Hu-hoa lagi.
Gak Lam-kun berhenti seraya berpaling, kemudian tegurnya, "Masih ada perkataan apa
lagi yang hendak kau Ucapkan?"
Pelan pelan Han Hu-hoa maju ke depan lalu menyahut, "Apakah engkau sedikit
memandang hina diriku karena aku menjadi budak orang lain?"
"Aku tidak tahu!"
Kembali Han Nio-nio menghela napas sedih "Setelah berpisah pada malam ini, entah
dikemudian hari masih ada kesempatan untuk berjumpa lagi atau tidak, sekalipun kita
hanya bertemu tanpa sengaja, aku Han Hu hoa mengucapkan semoga kau menjaga diri
baik baik?". Oya, masih ada satu urusan hendak kuperingatkan kepadamu, Si Tiong-pek
dari perkumpulan Tiat-eng-pang adalah seorang manusia licik dengan akal busuk yang
berbahaya. kau musti berjaga-jaga atas manusia sema-cam itu"
Gak Lam-kun bukan manusia sembarangan sudah tentu diapun merasakan betapa
liciknya manusia yang bernama Si Tiong-pek itu, terutama melihat bagaimana caranya
menghindari kobaran hawa amarah akibat sindiran dari Han Hu-hoa tadi.
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perlu diterangkan disini, Si Tiong-pek bisa memimpin pasukan elang baja, tentu saja
ilmu silat yang dimilikinya bukan termasuk golongan yang lemah, tindakannya tak mau
bertarung melawan Han Nio-nio tadi memang merupakan suatu tindakan yang cerdik,
sebab ia telah mengesampingkan kekuatan yang sebenarnya untuk digunakan merebut
lencana pembunuh naga dibukit Kun-san. Ia tak mau lantaran dua harimau yang berkelahi
mengakibatkan dua belah pihak terluka hingga memberikan peluang yang baik bagi orang
lain untuk mendapatkan keuntungan.
Gak Lam-kun sebagai orang yang berhak menerima Lencana Pembunuh Naga, sudah
tentu mempunyai ilmu silat yang tinggi serta kecerdasan yang seimbang dengan
kecerdikan gurunya Tok liong Cuncu dimasa lalu dengan kecerdasannya itu, masa ia tak
dapat menebak jalan pikiran orang lain"
"Aku sudah tahu!" seru Gak Lam-kun kemudian sambil tersenyum.
Dia menjura lantas berlalu pergi, tapi baru beberapa langkah, Han Hu-hoa sudah
berseru lagi dengan manja, "Gak sianngkong, bagaimana kalau kuperintahkan anak
buahku untuk menyiapkan perahu bagimu?"
"Tak usah repot repot!"
Tiba-tiba dari belasan kaki sebelah depan sana berkumandang suara dari Si Tiong-pek,
"Gak heng, siaute telah siapkan perahu untuk menyambut kedatanganmu"..!"
Menyusul teriakan itu, perahu besar tersebut pelan-pelan bergerak maju kedepan dan
sekejap kemudian sudah berada empat kaki dari perahu Han Nio-nio.
"Gak siang kong, baik baiklah jaga diri!" kata Han Hu-hoa kemudian sambil tertawa
sedih. Gak Lam-kun segera merangkap tangannya memberi hormat, kemudian sekali loncat
dia sudah be rada diatas perahu elang raksasa yang berada dua kaki jauhnya itu.
Begitu anak muda tersebut sudah melayanag pergi, Han Hu hoa segera memerintahkan
anak buah nya untuk menaikkan layar, kemudian dalam sepeminuman teh perahu itu
sudah lenyap dari pandangan mata?".
Perahu tiang raksasa dari Si Tiong-pek terang ben derang bagaikan ditengah hari,
sambil tersenyum simpul pemuda itu menyambut kedatangan Gak Lam-kun ditengah
geladak. Ji Kiu-liong juga mengikuti dibelakangnya, sedang dibelakang sipemuda berbaris
delapan belas orang laki-laki bertubuh kekar, beralis mata tebal dan berbaju biru dengan
sebilah pedang bergagang burung rajawali yang sedang merentangkan sayapnya tersoren
di punggung. Menyaksikan kedelapan belas orang manusia ber baju biru itu, Gak Lam-kun segera
berpikir. "Aku pikir kedelapan belas orang itu pastilah delapan belas elang baja yang
dipimpin Si Tiong-pek dalam pasukan elang bajanya, aku lihat mereka rata-rata gagah
perkasa dengan sorot mata yang tajam, jelas ilmu silat yang dimilikinya amat tinggi, tak
heran kalau pasukan elang baja bisa populer dan disegani orang dalam dunia persilatan"
Ketika dia masih termenung, Si Tiong-pek sudah berseru sambil tertawa nyaring,
"Haaahh?".haaah?""haaahh?".. Saudara Gak sedia menumpang diperahu kami
kejadian tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi kami semua, sambutlah
penghormatan diri delapan belas elang baja anak buah kami?"!"
Cepat-cepat Gak Lam-kun menjura, "Kemampuan dan keehebatan apakah yang dimiliki
aku orang she Gak, tak berani aku menerima sambutan dari delapan belas elang baja yang
ramanya tersohor di dunia"
Sementara itu dari dalam ruang perahu berjalan seorang kakek cebol yang berbaju
hitam dengan jenggot putih, badannya kurus seperti lidi dan senjatanya adalah sebuah
tongkat berkepala ular hitam.
Dengan senyum tak senyum ia lantas berseru, "Si lote, jago muda dari manakah yang
telah datang sehingga memerlukan sambutan semeriah ini.
Suara teriaknya itu menyeramkan, ditambah pula badannya yang kurus kecil
melambung seperti setan gentayangan, membuat siapapun yang melihatnya merasa
kurang begitu senang.
Sedingin salju panas muka Gak Lam-kun bahkan melirik sekejappun ke arahnya tidak,
dia malahan menengadah sambil memandang bintang bintang yang bertaburan di
angkasa. Menyaksikan kecongkakan orang, kakek cebol itu semakin naik pitam, ia tertawa dingin
tiada hentinya dengan suara yang menggidikkan hati".
Si Tiong-pek yang menyaksikan kejadian itu alis matanya kontan berkenyit, tapi cepat
ia tertawa nyaring. "Ou thamcu, saudara ini adalah Gak Lam-kun sauhiap, dialah yang
barusan mengalahkan Han Nio-nio dari perguruan panah bercinta!"
Kakek cebol yang kurus kering itu tertawa dingin tiada hentinya dengan suara yang
mengerikan, "Heehh.". heeeeh". Heeeh".. ombak di belakang sungai Tiangkang
mendorong ombak yang di depannya, kembali dalam dunia persilatan telah muncul
seorang toa-enghiong yang gagah perkasa"
Sengaja perkataan yang terakhir itu diucapkan dengan nada memanjang, sudah tentu
nadanya adalah nada mencemooh.
Diatas wajah Gak Lam-kun yang dingin tiba-tiba tersungging sekulum senyuman ia
bertanya, "Saudara Si konon anggota elang bajamu itu terdiri dari manusia-manusia gagah
yang kosen dan berilmu tinggi, tolong tanya apakah dia juga seorang anak buahmu?"
Kakek cebol berambut putih itu merupakan seorang jagoan yang angkuh dan tinggi
hati, sudah tentu dia tak tahan mendengar sindiran dari Gak Lam-kun, maka sebelum Si
Tiong-pek menjawab dia sudah membentak lebih dulu dengan nyaring, "Bagus sekali! Kau
si bocah kunyuk memang pingin mampus!"
Begitu selesai berkata, tongkat kepala ularnya langsung menyokot kemuka dengan
jurus hui-pau-bong-cwen (air terjun merupakan sumber mata air)
Ji Kiu-liong yang berdiri disamping Gak Lam-kun bertindak cepat, sebelum saudaranya
bertindak tiba-tiba dia cabut keluar pedangnya, kemudian pergelangan tangannya
digetarkan menciptakan dua kuntum bunga pedang yang langsung manabas tubuh lawan.
"Kakek cebol, rupanya kau gemar bertarung" Hayo hadapilah seranganku ini!"
hardiknya. Kakek cebol berambut putih itu tertawa dingin tubuhnya mengigos kesamping
kemudian menerobos maju kemuka secara tiba-tiba, jari tengah dan jari telunjuknya di
kakukan bagaikan tombak, kemudian disodoknya jalan darah Hian-ki-hiat di tubuh Ji Kiuliong
dengan keras. Ji Kiu-long tak berani gegabah, cepat dia mundur setengah langkah, kemudian
pedangnya dengan menciptakan selapis cahaya yang menyilaukan mata balas menusuk ke
depan. 0000000000 KAKEK berambut putih itu kembali menyelinap ke samping melepaskan diri dari
ancaman tersebut, tiba-tiba ia membentak, "Lepas tangan!"
Toya kepala ularnya menyodok pergelangan tangan kanan Ji Kiu- liong yang memegang
pedang, dan ".
"Criiing!" Diiringi dengusan tertahan bocah laki-laki itu, pedangnya benar-benar terjatuh
dari genggaman.
"Kau juga lepas tangan!" tiba-tiba bentakan lain berkumandang memecahkan
kesunyian. Bagaikan sambaran sukma gentayangan, tahu tahu Gak Lam-kun sudah menyusup
datang, tangan kirinya membabat pergelangan tangan kanan si kakek cebol, sedang
tangan kanannya melancarkan sebuah totokan aneh.
Sambil berkerut kening cepat-cepat kakek cebol itu mundur dua langkah, begitu
terhindar dari kebasan tangan kiri dan sodokan jari lawan, dengan membawa deruan
angin pukulan yang tak kalah cepatnya dia lepaskan pula sebuah serangan balasan.
Sungguh dahsyat tenaga serangannya itu. Ibaratnya bendungan yang jebol dilanda air
bah, bisa dilayangkan berapa besar tenaga dorongan yang dihasilkan oleh pukulan itu"
Ketika dua gulung angin pukulan saling bertemu jadi satu, tidak terjadi benturan
apapun, bahu si kakek cebol itu cepat bergoyang untuk membuang daya tekanan yang
menekan dirinya, namun toh badannya terdorong mundur juga dua langkah.
Sebaliknya Gak Lam-kun juga tidak berhasil meraih keuntungan apa apa, sambil
mendengus, tubuhnya terdorong mundur setengah langkah.
Setelah terjadi bentrokan kekerasan, kedua belah pihak sama sama mengagumi
kehebatan tenaga dalam yang dimiliki musuhnya, merekapun tahu bahwa musuh yang
sedang dihadapi adalah musuh yang paling tangguh, untuk sesaat kedua belah pihak tak
ada yang berani melancarkan bentrokan untuk kedua kalinya.
Saat itulah Si Tiong-pek menyela sambil tertawa tergelak, "Haaahhh".. haaahhh"..
haaahhh".. kagum, kagum! Ternyata tenaga dalam yang dimiliki kalian berdua memang
seimbang! Itulah yang dinamakan kalau tidak saling bertarung tidak akan saling mengenal,
kebanyakan orang persilatan baru akan kenal jika sudah terjadi pertarungan. Saudara Gak,
untuk kejadian tersebut harap engkau jangan marah. Saudara ini juga merupakan seorang
jagoan yang ternama dalam dunia persilatan, orang menyebutnya sebagai Tang-hay coasiu
(kakek ular dari lautan timur) Ou Yong-hu, kini jabatannya adalah Thamcu ruang elang
sakti dari perkumpulan kami. mari?" mari".. mari ".. kita semua bersama sama minum
seteguk arak dalam ruangan"
Ketika mendengar disinggungnya nama "Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu" paras muka
Gak Lam-kun agak berubah, dendam sakit hati karena kematian gurunya Tok-liong Cuncu
segera berkobar kembali dalam rongga dadanya, tanpa sadar ia bergumam, "Diantara
tujuh belas orang musuh besarku, ada sepuluh orang yang sudah tewas ditanganku,
sisanya yang tujuh orang sukar dilacaki jejaknya, sungguh tak disangka sekarang aku
berhasil temukan seorang Ou Yong-hu lagi jadi, selama ini dia bersembunyi dalam
perkumpulan elang baja" pantas jejaknya sukar ditemukan?" Ou Yong-hu wahai Ou
Yong-hu".. saat kematianmu sudah tiba"
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba dalam benaknya terlintas kembali pesan Tok-liong
Cuncu sebelum tiba ajalnya, ?"".diantara tujuh belas orang musuh besarku rata-rata
mereka merupakan gembong iblis yang berilmu silat amat tinggi terutama sekali Si kakek
ular dari lautan timur Ou Yong-hu mereka merupakan jago-jago yang berilmu paling
tinggi, bahkan kungfu mereka yang satu lebih hebat dari yang lain Dalam catatan musuh
besarku sudah kucatat masing-masing keistimewaan ilmu silat yang mereka miliki, bila kau
jumpai salah seorang diantara ke tujuh orang itu, maka sebelum membalas dendam lebih
baik periksalah dulu catatan musuh besarku!"
Teringat sampai disitu, hawa amarah dan rasa dendam yang semula berkobar di rongga
dada Gak Lam-kun, tiba-tiba berhasil dikendalikan kembali, lagi pula dia tahu bahwa dialah
yang mencatut nama gurunya untuk menuntut balas bila rahasianya terbongkar, niscaya
orang persilatanpun akan mengetahui pula rahasia dibalik kemunculan Tok liong Cuncu
dalam dunia persilatan.
Begitu selesai mempertimbangkan untung ruginya, dengan cepat paras muka Gak Lamkun
pulih kembali seperti sedia kala.
Baik Si Tiong-pek maupun Ou Yong-hu sama-sama merasakan pula perubahan wajah
Gak Lam-kun, cuma mereka mengira anak muda itu sedang terperanjat setelah
mengetahui nama besar dari Tang-hay-coa-siu, maka sekulum senyuman tanpa terasa
tersungging diujung bibir Ou Yong-hu.
"Sungguh hebat ilmu silatmu" demikian ujarnya kemudian, "aku Ou Yong-hu merasa
amat kagum!"
Gak Lam-kun tersenyum. "Aaah".. cuma ilmu silat kucing kaki tiga, malu untuk
dibicarakan!" cepat Gak Lam-kun menyanggah.
"Heeeehhh".. heeeehhh".. heeeehh?".. mana, mana".." Tang hay-coa-siu Ou Yonghu
tertawa seram, "Aku Ou Yong-hu sudah memastikan diri untuk bersahabat lote!"
"Hmmm?".! Ou Yong-hu, engkau telah perkenalan dengan setan pencabut nyawa dari
mereka!" menyumpah Gak Lam-kun dalam hati kecilnya.
Betul senangnya Si Tiong-pek setelah menyaksikan suasana yang semula serba kaku
kini berubah jadi tenang kembali, ia lantas berseru dengan lantang, "Saudara Gak betulbetul
seorang jagoan lihay yang sukar ditemui di dunia ini, sungguh beruntung aku bisa
berkenalan dengan dirimu. Mari-mari kita masuk ke dalam ruangan dan minuman arak
sambil bercakap-cakap!"
Berbicara sampai disitu, Si Tiong-pek melangkah masuk ke dalam ruangan lebih dahulu
diiring salam hormat dari ke delapan belas elang baja yang berjajar di sekeliling sana.
Perlu diterangkan disini bahwasanya ke delapan belas elang baja itu adalah jago jago
berilmu tinggi, hal ini rasanya tak perlu diterangkan lagi selain itu mereka juga berwatak
tinggi hati. Dihari-hari biasa mereka tak pernah pandang sebelah matapun terhadap
kawanan jago silat yang ditemuinya.
Tapi keampuhan angin pukulan yang didemontrasikan Gak Lam-kun tadi telah
menimbulkan rasa hormat dihati kecil mereka, maka tanpa sadar timbul pula rasa
kagumnya dihati mereka semua untuk menghormati jagoan muda itu.
Gak Lam-kun segera merangkap tangannya balas memberi hormat. "Terima kasih
banyak atas perhatian saudara sekalian!" ujarnya.
Ruang dalam perahu itu luas sekali, kemewahan dan kemegahannya tidak kalah
dengan perahu milik Han Nio-nio. Si Tiong-pek, Ou Yong-hu, Gak Lam-kun dan Ji Kiu-hong
serentak masuk ke dalam ruangan.
Mereka duduk disebuah ruangan mungil yang dia tur dengan arsitek tinggi, empat
dilapisi kain hor den berwarna biru langit, sebuah meja yang indah teratur ditepi jendela
dan aneka masakan yang lezat telah dihidangkan di depan meja.
"Silahkan saudara Gak!" ujar Si Tiong-pek.
Maka diiringi pembicaraan yang amat santai, keempat orang itu duduk berbicara sambil
menikmati hidangan.
Ji Kiu-liong tak pandai minum arak, setelah mereguk beberapa cawan, ia lantas
berhenti, sebaliknya Gak Lam-kun, Si Tiong-pek maupun Ou Yong-hu mempunyai takaran
minum yang luar biasa. Dalam waktu singkat puluhan cawan sudah di teguk ke dalam
perut. Si Tiong-pek adalah seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman, ia berkenalan
dengan Gak Lam-kun memang disertai dengan suatu rencana besar yakni menariknya
masuk kedalam perkampungannya, tapi sampai perjamuan di langsungkan, niat tersebut
sama sekali tak disinggung, bahkan pembicaraan yang berlangsungpun hanya
pembicaraan yang santai-santai.
Akhirnya Gak Lam-kun tak kuasa menahan diri, mendadak dia alihkan pembicaraan ke
pokok persoalan yang sebenarnya tanyanya, "Saudara Si, konon aku dengar Tok-liong
Cuncu yang namanya pernah menggetarkan dunia persilatan dimasa lalu telah
memunculkan diri kembali, malah katanya pertengahan bulan delapan ini akan datang ke
bukit Kun-san untuk menerima lencana pembunuh naga, benarkah ada kejadian seperti
itu?"..?"
Berbicara sampai disitu, dengan ujung matanya Gak Lam-kun melirik sekejap ke arah
Tang-hay-coa-siu. Betul juga paras muka kakek cebol itu segera diliputi oleh kemurungan
dan kekesalan yang sangat tebal.
Si Tiong-pek segera menghela napas panjang seraya menjawab, "Kemunculan Tokliong
Cuncu dalam dunia persilatan sudah mulai tersiar sejak tiga tahun berselang,
mengenai kehadiran Tok-liong Cuncu di bukit Kun-san untuk menerima lencana pembunuh
naga pada pertengahan bulan delapan nanti, hal ini merupakan suatu janji Tok-liong cuma
dengar Soat san thian li yang telah berlangsung dua puluh tahun berselang, tapi sejak
Tok-liong Cuncu tewas dibelakang tebing Yan-po-gan dibukit Hoa-san peristiwa itu juga
sudah dilupakan oleh orang-orang persilatan, tapi anehnya dua puluh tahun kemudian
tiba-tiba si Datuk naga beracun itu muncul kembali dalam dunia persilatan, ini
mengakibatkan kawanan jago dari pelbagai perguruan telah berkumpul semua di wilayah
Siang-pek. Aku dengar tidak sedikit jumlah manusia yang berkumpul disini. Yaa beberapa
hari kemudian suatu perebutan mustika tak bisa dihindari lagi, entah berapa banyak
manusia lagi yang bakal tewas peristiwa akibat Lencana Pembunuh naga" bagaimanakah
keadaan yang sebenarnya, aku sendiripun kurang begitu jelas, tapi terus terang saja
kukatakan kedatangan siaute kesini juga lantaran Lencana Pembunuhan naga itu, Apakah
kehadiran saudara Gak dan saudara Ji juga disebabkan benda mustika tersebut?".?"
"Aaaah?". aku orang she-Gak dengan adik Liong ku ini cuma mengembara didalam
dunia persilatan tanpa tujuan tertentu, adapun kehadiran kami kesini pun tak lebih cuma
ikut menonton keramaian belaka. Mengenai soal Lencana pembunuh naga".. Haaahh"..
haaahhh".. Aku orang she-Gak tak lebih hanya mempunyai perasaan ingin tahu."
Mendengar jawaban tersebut Si Tiong-pek segera menengadah dan tertawa terbahakbahak.
"Haaahhh".. haaahhh?" haaahhh".. bagus sekali, bagus sekali sebagai anak
muda memang harus mempunyai perasaan ingin tahu, cuma kalau toh kedatangan
saudara Gak bukan lantaran lencana pembunuh naga, maka ada baiknya kalau jejak lain
mulai kini lebih dirahasiakan, daripada mengundang datangnya segala kerepotan yang tak
inginkan haahh".. haaahh?"" haaahh?""
Si Tiong-pek kembali tertawa bergelak, dengan sepasang matanya yang jeli dia melirik
sekejap wajah Gak Lam-kun, kemudian lanjutnya lebih jauh, "Haaahh". haaahh".
haaahh".. ilmu silat yang dimiliki saudara Gak sangat tinggi, tentu saja kau tak takut
urusan, cuma saudara Gak harus waspada terhadap segala kelicikan serta kebusukan hati
orang-orang persilatan, seringkali mereka lebih mengutamakan tercapainya tujuan
daripada mengindahkan keselamatan serta kebajikan, sebab banyak urusan yang tak bisa
dihadapi hanya mengandalkan dengan kekuatan ilmu silat belaka"
Perkataan tersebut betul-betul berpengalaman dan bermaksud luas, selain memberi
peringatan ke pada Gak Lam-kun, diapun seakan-akan sedang berusaha menyelidiki suara
hati lawannya, dari sini dapat diketahui bahwa Si Tiong-pek memang seorang manusia
yang amat licik.
"Terima kasih banyak atas petunjukmu!" jawab Gak Lam-kun hambar.
Sementara itu, Ji Kiu-liong yang berada disisinya ikut menimbrung pula dengan mata
melotot besar , "Sebetulnya watak toako lembut dan baik hati, tapi bila ada orang berani
mencari urusan dengannya, maka dia akan menjatuhkan hukuman yang berat kepadanya,
tapi bila orang tidak memusuhinya, diapun segan untuk mencampuri urusan orang lain.
Maka Si toako, bila kau masih ada persoalan katakan saja cepat-cepat, sebab kami masih
ada urusan lain yang perlu diselesaikan!"
Si Tiong-pek tertawa nyaring. "Saudara cilik. Kau memang orang pintar pandai
berbicara, tindakanmu itu tak malu disebut sebagai tindakan seorang jagoan muda,
kemanakah kalian berdua akan pergi selanjutnya" Mari sekalian kuhantar, dengan
demikian bukan saja tak usah membuang waktu dengan percuma, kitapun bisa
memanfaatkan waktu dalam perjalanan sambil bercakap cakap"
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kami akan berhenti di kota Gak-ciu dekat bukit Kun-san" jawab Gak Lam-kun cepat,
"tolong saudara Si hantar kami kesana saja"
"Aaah?" kita memang sejalan dan setujuan,
apa salahnya kalau kita menempuhnya bersama?" ujar Si Tiong-pek seraya tertawa dan
gelengkan ke palanya berulang kali.
Sejak Gak Lam-kun menyinggung tentang diri Datuk naga beracun, Si kakek ular dari
lautan timur Ou Yong-hu cuma membungkam diri tanpa berbicara, dengan sendirinya Gak
Lam-kun juga tak dapat menebak begaimana jalan pikirannya itu.
Ditengah keheningan, tiba-tiba Ji Kiu-liong bertanya. "Si Toako. Barusan kau
mengatakan bahwa kawanan jago persilatan berbondong-bondong telah mendatangi
sekitar bukit Kun-san untuk ikut memperebutkan Lencana pembunuh naga, tolong tanya
benda macam apakah Lencana pembunuh naga itu sehingga demikian berharganya
sampai semua orang tak segannya menempuh perjalanan jauh demi benda itu?"
Si Tiong-pek tertawa ringan. "Saudara Ji, kamu sudah tahu pura-pura bertanya ataukah
sungguh sungguh tidak tahu?"
"Tentu saja tidak tahu, tolong Si toako bersedia memberi penjelasan".."
Si Tiong-pek seperti takut rahasianya yang berharga itu sampai diketahui orang. Dia
termenung sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Berita tentang betapa berharganya
Lencana Pembunuh naga terdiri dari aneka macam raganya. Tiap orang persilatan
mempunyai versi cerita yang berbeda. Aku tak bisa memberi jawaban yang sesungguhnya
kepadamu?""
Ji Kiu-liong memang seorang setan cerdik yang cilik, dia tahu Si Tiong-pek enggan
membicarakan rahasia itu, maka dia sengaja mendesaknya lebih lanjut, kembali ujarnya
sambil tertawa, "Kalau begitu bicarakanlah secara singkat, Si-toako tentunya engkau tidak
keberatan bukan?"
Si Tiong-pek benar-benar dibuat serba salah hingga mau menangis tak bisa mau
tertawapun enggan, tapi diapun tahu jika dirinya menolak untuk memberi keterangan,
orang pasti akan menuduh jiwanya terlalu sempit.
Akhirnya sesudah merenung sebentar, dia lantas menengadah ke arah Gak Lam-kun
dan balik bertanya sambil tertawa, "Saudara Gak, apakah engkau mengetahui raha sia
tentang Lencana Pembunuh Naga itu?"
"Tidak!"
Si Tiong-pek segera terbahak bahak. "Haaahhh".. haaahhh".. haaahhh".. konon
dimana tersimpan harta karun didalam petunjuk lencana pembunuh naga terdapat juga
sejilid kitab pusaka yang tak ternilai harganya serta sebilah pedang emas yang tajam
sehingga rambut yang ditiupkan ke atasnya akan putus, juga terdapat seorang gadis
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan serta emas permata yang tak terhitung
jumlahnya"
"Kalau dikatakan lencana pembunuh naga menyimpan kitab pusaka, dengan mustika
dan emas permata siapa saja akan percaya, bagaimana mungkin menyangkut pula
seorang gadis yang cantik jelita?" sela Ji Kiu-liong keheranan.
Si Tiong-pek kembali tertawa misterius. "Apa yang kudengar hanya terbatas pada
berita yang tersiar dalam dunia persilatan tentu saja keadaan yang sebenarnya tidak
kuketahui".
"Tapi". tentu saja tanpa angin pohon tak akan bergoyung, masa orang akan
menyiarkan berita bohong tanpa wujudnya?" gumam Ji Kiu-liong seorang diri, kalau bilang
ada pedang dan kitab si orang percaya saja, tapi kalau dibilang bisa mendapatkan gadis
cantik" aaah, aku tak akan percaya!"
Si Tiong-pek tidak memperdulikan gumaman orang, ujarnya lebih jauh, "Saudara Gak
kita sudah berbicara lama sekali, tapi belum kuketahui siapakah nama gurumu?"
Ketika mendengar pertanyaan itu, sepasang mata Tan-hay coa-siu Ou Yong-hu yang jeli
segera menatap tajam wajah Gak Lam-kun, dia ingin sekali mengetahui asal perguruan
dari Gak Lam-kun setelah ia gagal untuk menebaknya sendiri terutama setelah pemuda itu
berhasil memunahkan pula sebuah pukulan dahsyat yang lancarkan tadi.
Gak Lam-kun menghela napas sedih sahutnya, "Guruku sudah lama tutup usia, maaf
bila aku tak akan sebutkan namanya daripada menambah kepedihan hatiku"
Jawaban itu sungguh bikin hati orang kecewa tapi Ou Yong-hu yang licik dan banyak
tipu muslihatnya mendadak teringat akan sesuatu. kecurigaannya segera timbul.
Kepada Si Tiong-pek tiba-tiba tanyanya dengan nada menyeramkan, "Si lote, kau
selamanya adalah orang yang pintar, tahukah engkau bahwa berita tentang kemunculan
kembali Tok-liong Cuncu dalam dunia persilatan adalah sebuah berita yang patut
dicurigai?"
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut, dengan ujarnya matanya Ou Yong-hu melirik
sekejap ke wajah Gak Lam-kun.
Diam diam Gak Lam-kun tertawa dingin didalam hati, pikirnya, "Ou Yong-hu kau jangan
harap bisa mendapatkan keterangan apapun dari perubahan wajahku!"
Yaa, memang! Paras muka Gak Lam-kun ketika itu amat dingin dan kaku, sedingin salju
ditengah bukit yang tinggi membuat orang sukar untuk merasakan perubahan wajahnya.
Si Tiong-pek manggut-manggut lirih. "Ketika berada di puncak Hong-po-gan bukit Hoasan
tempo dulu, Tok-liong Cuncu sudah terkena delapan buah tusukan pedang yang
mematikan, tiga buah pukulan beracun yang amat jahat, dua belas batang senjata rahasia
yang amat beracun selain obat pemutus usus yang diminumnya lebih dulu sebelum
pertempuran, kemudian sesudah terluka parah tubuhnya terjatuh pula ke dalam jurang
dengan air terjun yang amat dahsyat, aku pikir sekalipun dia dewa juga jangan harap bisa
lolos dari lubang kematian?""
Mendengar kembali kisah pembunuhan terhadap gurunya yang mengerikan, hawa
amarah serasa mendidih dalam dada Gak Lam-kun, hampir saja ia menjerit dan menghajar
musuh besar yang berada dihadapannya, meski demikian, paras mukanya sedikitpun tidak
berubah. Setelah selesai berkata Si Tiong-pek lantas berpaling ke arah Gak Lam-kun sambil
bertanya, "Saudara Gak, apakah engkau tahu juga tentang peristiwa berdarah di bukit
Hoa-san tebing Yan-po-gan tersebut?"
Gak Lam-kun tertawa. "Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya memalukan sekali,
sebab walaupun aku orang she-Gak termasuk salah seorang anggota dunia persilatan, tapi
oleh karena kurang suka bergaul, maka pengetahuanku mengenai peristiwa dalam dunia
persilatan juga picik sekali. Tentang Tok-liong Cuncu, aku cuma tahu kalau dia telah
dikerubuti oleh orang-orang persilatan yang mendendam kepadanya, mengenai
lainnya".. aku kurang begitu tahu"
Perkataan itu diucapkan dengan kata-kata yang sejujurnya, ditambah pula mukanya
yang polos dan tidak berpura-pura, membuat orang jadi percaya bahwa perkataannya
bukan kata-kata bohong.
Tang-hay-coa-siu Ou Yong hu tertawa dingin, "Ilmu silat yang dimiliki Tok-liong Cuncu
waktu itu memang sangat luar biasa, bila orang lain yang terkena pukulan dan tusukan
sebanyak itu mungkin jiwanya akan segera melayang tapi dia memang jauh berbeda
dengan orang lain"
"Waaah?"..jadi kalau begitu, dia benar-benar masih hidup di dunia ini?".?" seru Si
Tiong-pek dengan kaget.
Ou Yong-hu kembali tertawa dingin. "Jika dia masih hidup, buat apa kukatakan kejadian
ini sedikit mencurigakan?"
"Aduuh mak, kalau begitu aku malah dibikin tak mengerti dengan teka teki dibalik
ucapan Ou thamcu!"
"Si lote tahukah kau racun pemutus usus yang diminum Tok liong Cuncu tempo hari
adalah buatan siapa?"
Si Tiong-pek menggeleng.
Sambil tertawa seram Ou Yong-hu berkata lebih jauh, "Dalam dunia dewasa ini masih
ada siapa lagi yang mampu membuat obat racun lebih dahsyat daripada Jit-poh-toan-hun
(tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To sianseng?"
"Bagus sekali!" pikir Gak Lam-kun dalam hati kecilnya dengan gemas, "Jadi Jit-pohtoanhun Kwik To lah pembunuh utama yang menyebabkan kematian guruku!"
Ketika Ou Yong-hu menyebutkan nama orang itu, sepasang matanya dengan cepat
melirik sekejap ke atas wajah Gak Lam-kun, tapi ia kembali ia merasa kecewa.
Kembali Tang-hay-coa-siu berkata lagi, "Arak beracun pemutus usus itu dibuat oleh
Kwik To sianseng sebagai sejenis arak beracun yang bersifat amat keras, besar sekali daya
pengaruhnya bila terteguk kedalam perut seseorang. Pada mulanya kami kuatir Tok-liong
Cuncu tahu rencana busuk kami dan tak sudi meneguk habis arak beracun yang telah
dipersiapkan, maka ketika menciptakan racun itu kami membubuhkan racun yang berdaya
kerja sangat hebat, dimana asal Tok-liong Cuncu hanya meneguk setetes saja, sekalipun ia
mencoba untuk mendesak keluar racun itu dari tubuhnya namun tak akan bisa
menghindari suatu kematian yang mengerikan setelah racun tersebut mengeram selama
belasan tahun dalam tubuhnya. Yaa, waktu itu Tok-liong Cuncu memang tidak
menghabiskan arak racun yang kami siapkan, sekalipun demikian bukan berarti Tok-liong
Cuncu tak akan mati apalagi tubuhnya yang terkena tiga buah pukulan rata-rata pukulan
beracun yang amat dahsyat"
"Kalau memang begitu, lantas menurut anggapan Ou Thamcu, siapakah yang telah
muncul diri didalam dunia persilatan sebagai Tok-liong Cuncu itu?"
"Kalau ditinjau dari tanda-tanda kematian yang dialami Kang lam Tiat-san-cu sekalian
bersepuluh".. mereka memang terkena oleh Ton-liong jin (cakar naga perenggut nyawa)
itu senjata rahasia andalan Tok-liong Cuncu dimasa lalu, konon menurut orang melihat
kemunculannya, baik potongan badan maupun dandannya persis dengan Tok-liong Cuncu.
Wajahnya juga mengenakan topeng kulit berkepala naga yang sama. Meski begitu aku
berani yakin bila Tok-liong Cuncu sudah lebih banyak mampusnya daripada hidupnya
kalau belakangan ini dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa Tokliong
Cuncu telah muncul kembali, sudah pasti hal itu merupakan perbuatan dari
muridnya" Si Tiong-pek melirik sekejap ke arah Gak Lam-kun, kemudian gelengkan kepalanya
berulang kali. "Seandainya Tok-liong Cuncu mempunyai anak murid kenapa dalam dunia
persilatan tidak tersiar berita tentang hal ini?"
Dalam pembicaraan yang berlangsung selama ini rupanya Tang-hay-coa-siu Ou Yonghu
tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang mencurigakan diwajah Gak Lam-kun, dan
agaknya kejadian ini membuat hatinya jadi mendongkol, dia lantas menghela napas. "Lohu
yakin kalau kejadian ini besar kemungkinannya adalah demikian. Cuma tentu saja masih
terbatas pada perkiraan belaka"
Diam-diam Gak Lam-kun tertawa dingin. pikirnya, "Heeehhh".. heeeehh"..
heeeehh?" sekalipun Cuma anak muridnya, jangan harap kalian bisa lolos dari
cengkeraman mautnya"
Sementara dia masih termenung, Si Tiong-pek sudah berkata sambil tertawa ringan,
"Ou thamcu. sekarang kau adalah seorang thamcu dari perkumpulan elang baja, ilmu
silatmu juga luar biasa lihaynya, sekalipun Tok-liong Cuncu itu berilmu tinggi, tak nanti dia
berani mengganggu seujungpun rambut dari anggota anggota Tiat-eng-pang"
Dengan perkataannya jelas dia mengartikan bahwa seandainya Tang hay coa siu Ou
Yong-hu sampai dicari oleh Tok-liong Cuncu untuk dibunuh. maka seluruh jago lihay dari
Tiat-eng-pang akan serentak membantu dipihaknya?"..
Tiba-tiba Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu menengadah sambil tertawa seram.
"Haaahhh". haaaahh". haaahhh". masih mendingan kalau Tok-liong Cuncu tidak datang
kebukit Kun-san, asal ia berani berkunjung kebukit Kun-san, akan kami buat orang itu tak
mampu lolos dari jebakan langit dan bumi yang kami atur"
Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun merasa hatinya agak tergerak, segera pikirnya,
"Masa mereka sudah mengadakan persiapan" Suhu sendiri juga tewas oleh siasat busuk
yang mereka susun, aku tak boleh terlalu gegabah menghadapi mereka?""
Ji Kiu-liong mengetahui jelas asal usul dari Gak Lam-kun, diapun dengan jelas
menyaksikan adu otak yang sedang berlangsung antara ketiga orang itu, maka cepatcepat
dia unjukkan pula sikap seakan akan tidak tahu urusan.
Tiba-tiba Gak Lam-kun buka suara, ujarnya ke pada Si Tiong-pek, "Pengetahuan yang
dimiliki saudara Si sungguh amat luas, apa yang kudengar malam ini ibaratnya bersekolah
selama sepuluh tahun, semua kebodohanku selama ini dapat diungkapkan sedikit demi
sedikit. Oya, ada satu urusan ingin kutanyakan kepada saudara Si, apakah kau bersedia
memberi petunjuk?"
"Aaah".. mana tahu" Si Tiong pek tertawa lirih, "saudara Gak terlalu sungkan, tentu
saja kalau aku mengetahui tentang persoalannya, akan kuterangkan sejelas-jelasnya"
Gak Lam-kun merenung sebentar dengan wajah membesi, kemudian ujarnya, "Atas
kebaikan dan kepercayaan nona Han yang kujumpai malam tadi, sebenarnya dia hendak
mengajak siaute untuk masuk menjadi anggota perguruan panah bercinta, padahal siaute
boleh dibilang merasa asing terhadap segala sesuatu yang menyangkut perguruan Cingcianbun tersebut, maka bila saudara Si tidak keberatan, bersediakah kau terangkan
segala sesuatu yang menyangkut perguruan itu?"
Agak terperanjat Si Tiong-pek ketika mendengar perkataan itu, segera pikirnya:
Meskipun asal-usul orang ini tidak begitu jelas, tapi kelihayan ilmu silat yang dimilikinya
mungkin tidak lebih lemah daripada Ou Yong hu pada hal sejak Cing-cian-bun muncul
dalam dunia persilatan, pengaruhnya meluas sampai dimana-mana, terutama sebagai
saingan utama dari perkumpulan kami, bila manusia berbakat semacam Gak Lam-kun
sampai kena ditarik oleh pihak Cing-cian-bun, maka peristiwa ini tanpa serasa justru akan
menambah daya pengaruh mereka, yaa, bagaimanapun, juga aku harus berusaha untuk
menariknya ke pihakku"
Ingatan tersebut secepat kilat melintas dalam benak Si Tiong-pek. dia lantas
tersenyum. "Saudara Gak" ujarnya kemudian, "jadi engkau sudah menyanggupi tawaran
dari Han Nio- nio untuk bergabung dengan pihak Cing-cian-bun?"
Gak Lam-kun segera menggeleng tanda belum.
Jangan dilihat usia Si Tiong-pek masih muda. Pada hakekatnya dia adalah seorang
manusia yang berotak cerdas, begitu menyaksikan gerak gerik Gak Lak-kun, dia lantas
tahu bahwa manusia semacan ini bukanlah manusia yang gampang dipergunakan
tenaganya, sudah tentu tanpa ditanyapun dia sudah tahu kalau Gak Lam-kun tidak secepat
itu menggabungkan diri dengan pihak Cing-cian-bun.
Paras muka Si Tiong-pek berubah jadi serius, ujarnya dengan suara rendah, "Saudara
Gak! bukannya aku sengaja menjelek-jelekkan orang, tapi jika saudara Gak sudah
menyanggupi untuk menjadi anggota Cing-cian-bun, maka runyamlah keadaannya. Orang
persilatan dewasa ini jarang sekali ada yang tahu tentang perguruan panah bercinta
tersebut, tapi siaute bukan sombong nih! Sedikit banyak soal
Peristiwa Burung Kenari 8 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Dendam Iblis Seribu Wajah 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama