Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 14

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 14


maksa Gak Lam-kun mau tak mau harus
menarik pedangnya untuk menangkis. Dengan terjadinya peristiwa ini, dengan cepat posisi
barisan Ceng tay khek huan ngo heng kiam tin pulih kembali seperti sedia kata.
Suara pedang dengan enam gulung hawa pedang dengan cepat mengurung kembali
Gak Lam-kun dalam barisan pedang.
Tambaknya perubahan ini telah membangkitkan hawa amarah dari jagoan muda ini. Ia
naik darah, hawa napsu membunuhpun segera menyelimuti wajahnya
Pedang Giok siang kiam itu segera dialihkan ke tangan kiri, kemudian dengan jurus
Kiam hay-teng liong (membelenggu naga dalam laut) menyerang posisi Koi sui. Sedangkan
kelima jari tangan kanannya dengan dipentangkan lebar-lebar mempergunakan
kepandaian Tok liong ci jiau mencengkeram posisi Pia hwee.
Daya penghancur dari ilmu Tok liong ci jiau ini benar-benar luar biasa hebatnya.
Dimana desingan angin tajam menyambar lewat, jerit kesakitan segera berkumandang
memecahkan keheningan
Kakek baju abu-abu yang menjaga diposisi Pia hwee itu seperti memperoleh suatu
pukulan berat yang dahsyat sekali, mendadak tubuhnya mencelat keudara dan terbanting
sejauh dua kaki lebih dari posisi semula.
hawa napsu membunuh telah berkobar dalam tubuh Gak Lam-kun. Begitu berhasil
dengan serangannya, tidak menunggu barisan lawan melakukan perubahan lagi untuk
kedua kalinya dia menghimpun tenaga dan menyerang lagi dengan ilmu Tok liong ci jiau.
Segulung angin desingan tajam yang luar biasa langsung menyerang keposisi Ih boh.
Dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan. Kembali ada seorang kakek
barbaju abu-abu yang terhajar sampai terpental jauh dari tempat semula.
Hebat sekali akibat dari serangan Gak Lam-kun dengan ilmu sakti Tok liong ci jiau ini.
Dalam waktu singkat dia mengenyahkan dua dari lima orang jago pedang itu bukan saja
seluruh barisan Tay-khek ngo heng kiam tin itu terhambat gerak-geriknya bahkah boleh
dibilang sudah tidak berwujud sebagai barisan lagi.
Menyaksikan dua orang anggota perguruannya mengalami nasib buruk, dan barisan
Tay khek ngo heng kiam tin yang ditekuni dan dibina selama delapan belas tahun ternyata
mengalami kemusnahan dan berantakan, tak terlukiskan rasa sedih dan kesal dalam hati
Yan Lo-sat Hong Im.
Tiba tiba ia berpekik dengan suara yang amat nyaring.
Dalam gelisah dan gusarnya, dia lupa akan kelihayan orang. Sambil mendesak maju
pedangnya langsung diputar melancarkan serangkaian serangan secara gencar.
Gak Lam-kun tertawa dingin, dia putar pedang dan menangkis datangnya ancaman
tersebut. Sementara tiga orang kakek berbaju abu-abu lainnya sedang dibikin gusar lantaran
rekan mereka dipecundangi, sambil membentak keras, mereka maju bersama sambil
melepaskan serangkaian serangan yang amat dahsyat.
Serangan gabungan dari beberapa orang jago Tay khek bun ini sungguh luar biasa
hebatnya, apalagi dengan tenaga dalam mereka yang terhitung tidak lemah.
Cuma, kalau tadi mereka mengandalkan kelihayan dan barisan Tay khek ngo heng kiam
tin untuk mengepung musuhnya dalam barisan maka sekarang mereka bertarung dengan
mengandalkan kepandaian silat yang sesungguhnya.
Dalam waktu singkat, bunga-bunga pedang beterbangan memenuhi angkasa. Cahaya
padang saling menyambar menyilaukan mata, keadaannya mengerikan sekali.
Gak Lam-kun segera berkata dengan dingin katanya. "Hong Im, kau mencari mampus
buat dirimu sendiri, jangan salahkan kalau aku Gak Lam-kun akan bertindak keji
kepadamu" Padang pendeknya masih dimainkan dengan tangan kiri, sedangkan tenaga dalamnya
disalurkan kedalam telapak tangan kanan untuk mempergunakan ilmu sakti Tok liong ci
jiau. Tiba tiba ia membentak keras dan melepaskan sebuah serangan dahsyat kearah
seorang kakek kurus yang ada disebelah kiri.
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pada saat ini telah peroleh kemajuan yang
pesat sekali. Tenaga serangan yang disertakan dalam pukulan ini betul-betul ibaratnya
bukit karang yang ambrol.
Sekalipun kakek kurus itu terhitung salah seorang jago tangguh dari perguruan Tay
Khek bun, darimana mungkin ia mampu menyambut serangan dari Gak Lam-kun ini.
Terdengar dengusan tertahan berkamandang memecahkan keheningan. Kakek kurus
itu berikut pedangnya sudah terpental sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula.
Dikala ia menggetarkan tubuh si kakek itu dengan ilmu sakti Tok liong ci jiau itu,
berbareng pada saat yang sama jurus pedang yang dipakai untuk menyergap Hong Im itu
tiba tiba berubah menjadi jurus Ciong eng hui jiau (cakar sakti burung elang).
Pedang pendek Giok sang kiam dengan membawa serentetan suara desingan tajam
langsung menyongsong datangbya pedang si kakek cebol yang berada dihadapannya.
"Traaang?"!"
Benturan nyaring yang disertai percikan bunga api terjadi ditengah udara. Si kakek
cebol segera merasakan telapak tangannya menjadi pecah dan sakit sekali. Tahu-tahu
pedangnya terlepas dari genggaman, dengan membawa serentetan cahaya perak
langsung meluncur ke udara dan mencelat sejauh tujuh delapan kaki dari tempat itu.
Diantara pergantian napas, Gak Lam-kun sekali lagi melancarkan sebuah tusukan untuk
membendung jurus serangan dari Yan Lo-sat. Bersamaan waktunya telapak tangan kiri itu
melepaskan juga sebuah pukulan dahsyat yang langsung menghajar si kakek yang lain.
Agaknya kakek berbaju abu-abu itu sudah tahu kalau tenaga pukulan dari Gak Lam-kun
lihay sekali. Ia tak berani menyambut dengan kekerasan, sambil bertekuk pinggang dan
menggeserkan badan, dia berkelit tiga langkah ke samping untuk meloloskan diri dari
serangan tersebut.
Dalam waktu singkat, Gak Lam-kun berhasil merobohkan dua orang, mendesak mundur
seorang dan membuat seorang lagi kehilangan senjatanya. Menyaksikan kesemuanya itu,
sadarlah Yan Lo-sat Hong Im bahwa nama baik perguruan Tay khek bun bakal musnah
akibat dari hasil pertarungan hari ini.
Rasa sedih yang amat sangat membuat parah panas dalam dadanya bergolak keras.
Wajahnya berubah menjadi pucat kehijau-hijauhan. Dengan termangu-mangu dia berdiri
ditempat tanpa berkutik barang sedikitpun juga. Tanpa disadari beberapa titik air mata
jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Kemudian ditatapnya wajah Gak Lam-kun lekat-lekat dengan sorot mata penuh rasa
benci dan dendam.
Ini menunjukkan kalau Yan Lo-sat telah dibuat sedih sekali sehingga untuk sesaat
lamanya tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya.
Sesungguhnya telapak tangan kanan Gak Lam-kun sudah diangkat ke tengah udara dan
siap dihantamkan ke atas tubuhnya. Akan tetapi setelah menyaksikan penderitaan yang
diperlihatkan pada wajahnya, pelan-pelan telapak tangan itu diturunkan kembali.
Mendadak Yan Lo-sat Hong Im mendonggakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak
dengan seramnya.
Tiba-tiba ia membuang pedangnya ke atas tanah, lalu membalikkan badan dan
menjatuhkan diri berlutut dihadapan gadis berbaju perak itu, mohonnya dengan setengah
merengek, "Susiok mohon pengampunan dari kau orang tua atas dosa dan kesalahan yang
telah aku lakukan barusan"
"Hee" hee" hee" kau tak usah mengaco belo tak karuan" kata sinona berbaju perak
itu sambil tertawa dingin, "Apa-apaan kamu ini" Sudah begitu tua, masih juga berlutut
dihadapan orang. Apa kau anggap perbuatanmu itu bagus?"
Yan Lo-sat Hong Im masih belum bangkit juga, malah rengeknya lebih jauh, "Susiok
kalau kau orang tua tidak bersedia pulang ke perguruan Tay khek bun, tecu akan berlutut
terus disini"
Mendengar ucapan tersebut, si nona berbaju perak itu segera mengernyitkan alis
matanya, lalu tertawa dingin. "Hmm, kenapa sih kau begitu tak tahu diri". Berulang kali
toh sudah kuterangkan bahwa aku bukan Hong ih kim cha Gui Bok eng, kenapa kau masih
saja tidak percaya" Baik! Kalau kau ingin berlutut, silahkan berlutut terus sampai tua
ditempat ini"
ooOOOoo SEUSAI berkata gadis itu lantas tersenyum seraya berpaling ke arah Gak Lam-kun,
katanya, "Engkoh Gak, mari kita berangkat!"
Gak Lam-kun mengiakan, pelan-pelan dia berjalan kehadapan Ji Cin peng, setelah
menghela napas panjang, katanya, "Nona Bwe, berulang kali cayhe mendapat bantuanmu.
Budi kebaikan tersebut akan ku ingat terus didalam hati kecilku. Hingga kini ada suatu
persoalan yang masih membingungkan hatiku ingin sekali kumohon petunjuk dari nona
Bwe, bersediakah kau memberi petunjuk kepada diriku ini?"
Mendengar ucapan itu, Ji Cin-peng tertawa paksa, katanya kemudian setelah
termenung sejenak, "Entah persoalan apa yang membingungkan hati Gak siangkong" Aku
bersedia membantumu untuk menghilangkan kerisauan tersebut apabila tenagaku mampu
untuk melakukannya"
Gak Lam-kun segera manggut-manggut. "Baiklah!" dia berkata, "Pada malam bulan
purnama nanti, akan kunantikan kedatangan nona Bwe dalam bangunan mungil di gedung
sebelah barat daya"
Ji Cin-peng tersenyum. "Menjelang kentongan pertama bulan purnama, aku pasti akan
menunggu kedatanganmu disana, pergilah!"
Kiranya pada waktu itu si nona baju perak dengan penuh raia cemburu dan jengkel
telah melengos ke arah lain dan berlalu seorang diri dari situ.
Gak Lam-kun menyerahkan kembali pedang pendek itu ke tangan Ji Cin peng, katanya
lagi, "Semoga kau suka menjaga pula adik Liong ku itu!"
Selesai berkata, dia baru membalikkan badan dan menyusul gadis berbaju perak itu.
Menyaksikan kekasihnya pergi bersama seorang gadis yang lain, Ji Cin-peng tak dapat
melukiskan bagaimana perasaannya saat ini. Titik-titik air mata tanpa terasa jatuh
berlinang membasahi pipinya.
Dia tahu Gak Lim kun masih amat mencintainya. Dia yakin didasar hati kecil Gak Lamkun
sudah tertera nyata bayangan tubuhnya dan bayangan tersebut tak akan lenyap untuk
selamanya. "Jika dia tahu kalau aku adalah Ji Cin-peng rasa cintanya kepadaku pasti akan
jauh lebih dalam daripada rasa cintanya kepada gadis berbaju perak itu. Tapi, aku"
bagaimana mungkin aku bisa munculkan diri dengan wajah asliku" Dendam berdarah dari
orang tuaku belum dituntut balas".."
Antara dendam kesumat dan cinta ia merasa tak sanggup untuk memilih salah satu
diantaranya".
Hanya penderitaan dan tekanan batin yang selalu menghantui lubuk hatinya.
Titik titik air mata jatuh bercucuran membasahi di pipinya.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, pelan-pelan Han Hu hoa
menghampirinya dan berbisik dengan suara lirih. "Buncu, aaaai?"
Padahal dia sendiripun tak tahu harus menggunakan kata-kata apa untuk menghibur
hatinya. "Enci Bwe" Ji Kiu-liong segera berseru dengan suara lirih, "kau tak usah berduka. Gak
toako tak akan mencintai perempuan macam gadis berbaju perak itu. Kalau dia sampai
kesemsem kepada perempuan itu, aku pasti tak akan membiarkan Gak toako terbuai terus
menerus".."
Mendengar perkataan itu merah padam selembar wajah Ji Cin-peng lantaran jengah,
dengan gusar serunya, "Adik Liong kau jangan sembarangan berbicara, aku bukan". aku
bukan".."
Ketika menatap wajah anak muda itu tiba-tiba gadis tersebut menghela napas sedih,
katanya lagi. "Adik Liong, Gak toako adalah seorang yang baik sekali, lain kali kau harus
mendengarkan perkataannya"
Sementara itu sepasang mata Ji Kiu-liong sedang menatap wajahnya tanpa berkedip.
Sepatah katapun ia tidak berbicara, seakan-akan ada sesuatu yang menyentuh
perasaannya, dia merasa gadis ini terlalu mirip dengan orang itu.
Tiba-tiba beberapa titik air mata jatuh berlinang membasahi wajah Ji Kiu liong,
bisiknya, "Enci Bwe, kau terlalu mirip dengan dia!"
Mendengar perkataan itu, Ji Cin-peng merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat
dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Dengan lemah lembut dia berjalan
menghampirinya, lalu membelai rambut Ji Kiu-liong dengan penuh kasih sayang. "Adik
Liong, kau mengatakan aku mirip siapa?" tanyanya dengan suara lirih.
Sambil menahan isak tangisnya, jawab Ji Kiu liong. "Kau terlalu mirip dengan enciku.
Pada hakekatnya kau menyerupai enciku yang hidup kembali, baik dalam potongan badan,
logat berbicara, watak serta gerak gerik"
Merdengar perkataannya itu, Ji Cin-peng merasa hatinya sangat sedih, tanpa terasa
gumamnya seorang diri, "Adik Liong.. wahai adik Liong, akulah enci kandungmu, kau
maafkanlah aku. Aku tak bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang kakak yang baik
untuk membesarkan dirimu akupun malu terhadap ayah dan ibu di alam baka. "Tapi"
tapi" masih ada seorang bocah lagi yang jauh lebih mengenaskan keadaannya
daripadamu. Dia bakal hidup sebatang kara tanpa ayah dan ibu. Bocah itu tak lain
adalah"."
Ji Kiu-liong yang menyaksikan perempuan itu bergumam seperti orang mengigau,
berusaha untuk memperhatikan kata-katanya, tapi lantaran suara ucapannya terlalu
rendah maka dia hanya sempat mendengar sedikit saja.
Maka dengan perasaan heran dan tidak habis mengerti, diapun bertanya, "Siapakah
bocah itu?"
Mendengar pertanyaan itu, dengan terkejut Ji Cin-peng buru-buru menutup mulut dan
mengalihkan sorot matanya kewajah Ji Kiu-liong, dalam hati kecilnya tak terlukiskan rasa
sedih yang timbul dengan segera, tak tahu apakah dia harus berterus terang kepada
adiknya atau tidak".
Akhirnya sambil menghela napas panjang, Ji Cin-peng berkata, "Adik Liong, bocah itu
adalah anakku!"
Mendengar perkataan itu dengan terkejut Ji Kiu-liong segera bertanya, "Kau sudah"
pernah kawin?"
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, wajahnya menunjukkan perasaan kecewa yang
amat tebal. Tentu saja Ji Cin-peng dapat menangkap perubahan mimik wajahnya itu, ia segera
menganggguk, "Yaa, aku sudah mempunyai suami?" jawabnya.
Dengan sedih dan kecewa Ji Kiu-liong menghela napas panjang, gumamnya kemudian,
"Aaai" Kalau begitu kau dengan engkoh Gak tak mungkin bisa". tak mungkin bisa"."
Dengan hati sedih Ji Cin-peng mengangguk. "Adik Liong aku mempunyai banyak
persoalan yang hendak dibicarakan denganmu"
"Kau mempunyai kesulitan apa katakan secara terus terang. aku pasti akan berusaha
untuk membantumu menyelesaikan persoalan-persoalan itu?"
Ketika mengucapkan kata-kata itu, dia menunjukkan sikap seperti orang yang sudah
tahu urusan, seperti pemuda yang sudah meningkat kedewasaannya.
Melihat itu Ji Cin-peng merasa agak lega. Ia merasa selama dua tahun belakangan ini
adik liongnya sudah jauh lebih dewasa.
Pelan-pelan Ji Cin-peng membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah barat.
Ji Kiu-liong dengan perasaan penuh tanda tanya, mengikuti terus dibelakangnya.
Ketika tiba di bawah sebatang pohon siong, Ji Cin-peng berhenti seraya berpaling,
panggilnya dengan lembut, "Adik Liong?"
Ji Kiu-liong merasa panggilan "adik Liong" tersebut begitu dikenal olehnya, membuat
pemuda itu hampir saja tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Mungkinkah didunia ini masih terdapat orang lain yang bisa memiliki suara maupun
wajah yang begitu mirip dengan encinya"
"Atau mungkin dia adalah enciku Ji Cin peng". Tidak" tidak" hal ini tak mungkin" Jika
dia adalah enci ku, mengapa dia bisa tak kenal dengan toako Gak" Aku rasa enci tak bisa
hidup tanpa engkoh Gak"
"Adik Liong!" ujar Ji Cin-peng lagi dengan suara yang amat pedih, "tahukah kau bahwa
da-lam hati kecilku tersimpan suatu kejadian amat sedih yang pernah kualami dimasa
lampau?" Ji Kiu-liong manggut-manggut, "Aku tahu!"
Tiba tiba Ji Cin-peng bertanya lagi. "Aku ingin bertanya kepadamu, bila kau mempunyai
dendam sakit hati. apakah kau bertekad untuk membalasnya?"
Sambil melototkan sepasang matanya bulat-bulat, Ji Kiu-liong segera menjawab, "Tentu
saja harus dibalas, kalau ada dendam kesumat, mengapa kita tidak menuntutnya?"
Ucapan terserut sangat menggetarkan perasaan Ji Cin peng, segera pikirnya dihati,
"Harus dibalas! Harus dibalas! Tentu saja harus dibalas! tentu saja harus dibalas!"
Setelah berhenti sejenak Ji Cin-peng menghela nafas sedih, kembali ia berkata, "Adik
Liong, aku memiliki suatu dendam kesumat keluarga yang lebih dalam dari samudra,
namun dendam sakit hati itu justru tak bisa kutuntut balas".
"Kenapa?" tanya Ji Kiu-liong keheranan, "apakah ilmu silatmu tak sanggup untuk
menandinginya?"
"Benar ilmu silatku sungat jauh ketinggalan kalau dibandingkan dengan kepandaiannya"
Ji Cin-peng berkata.
Mendengar itu Ji Kiu-liong menjadi amat terkejut bercampur tercengang serunya, "Ilmu
silat yang enci miliki sekarang boleh dibilang tiada bandingannya didunia ini. Siapa yang
mampu mengalahkan dirimu dalam dunia persilatan sekarang" Aku Tidak percaya dengan
perkataaanmu itu, siapakah sih musuh besar enci itu?"
Ji Cin-peng tidak menjawab pertanyaannya tapi berkata kembali lebih jauh, "Bila
menggunakan ilmu silat sudah barang tentu aku tak dapat menangkan dia. Tapi jika aku
ingin membalas dendam, ia pasti akan membiarkan diriku melaksanakan keinginanku
itu".."
Semakin mendengar Ji Kui liong merasa semakin keheranan. Dia tahu dendam kusumat
yang terjalin diantara mereka pasti suatu jalinan hubungan yang sangat pelik.
Ji Cin-peng kembali menghela nafas panjang, katanya lagi. "Tapi selama ini aku tak
berani mencarinya untuk membalas dendam, karena dia adalah kekasihku sendiri. Aku
dengan dia sudah menjalin hubungan cinta yang amat mendalam, bahkan telah
menmbuahkan hasil ketu-runan. Jika kubalas dendam sakit hati ini, maka anakku yang
patut dikasihani itu akan kehilangan ayah dan ibunya bersama. Dia akan hidup sebatang
kara sepanjang masa. Ooooh". Betapa mengenaskan nasibnya itu"
"Enci Bwe, seandainya kau bunuh kekasihmu itu, apakah kau sendiri juga enggan untuk


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hidup lagi didunia ini?" tiba-tiba Ji Kiu-liong bertanya dengan suara lembut.
Ji Cin-peng menggelengkan kepalanya berulang kali, "Adik Liong!" katanya "jika ada
seorang perempuan telah membunuh sendiri suaminya, apakah dia mungkin akan hidup
seorang diri di dunia ini?"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, "Itulah". itulah sebabnya". antara cinta
dan dendam" aku". aku sendiripun tak tahu harus memilih yang mana. Adik Liong hari
ini aku telah mengungkapkan semua rahasia hatiku kepadamu, tujuanku tak lain adalah
ingin mohon bantuanmu untuk menyelesaikan kesulitan yang sedang kuhadapi ini"
Setelah mendengar kisah dendam dan cinta yang serba pelik ini. Ji Kiu-liong sendiripun
merasa sedih bercampur serba salah, setelah termenung sebentar dia lantas bertanya.
"Apakah suamimu mengetahui akan persoalan ini?".
"Tidak tahu, lagi pula dia telah menganggap aku sudah mati"
Ji Kiu-liong menghela napas panjang, "Kalau memang begitu, kau tak usah membalas
lagi dendam sakit hati itu. Lenyapkan saja semua kenangan lama yang serba pahit dan
getir itu dari dalam benakmu sehingga kalian suami istri dan anak bisa berkumpul dengan
rukun kembali serta selamanya melewatkan penghidupan yang senang, gembira dan
bahagia" "Adik Liong, seandainya kau adalah sipemegang peranan didalam peristiwa semacam
itu, apakah kaupun akan berbuat demikian?"
"Yaa, kalau tidak apakah masih ada cara lain yang lebih baik iagi" Andaikata kita
memilih jalan untuk menuntut balas, sekalipun dendam tersebut dapat dituntut balas,
namun akibatnya malah justru jauh lebih mengenaskan"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, "Tak bisa disangkal lagi bahwa kau tidak
tega untuk membunuh suamimu, itu berarti bibit atau benih dendamnya dalam hatimu
sesungguhnya telah terhapus sama sekali. Kuanjurkan kepadamu lebih baik lupakan saja
tragedi yang mengerikan itu!"
Setelah mendengar ucapan dari Ji Kiu-liong ini, bagaikan genta kuil di pagi hari, Ji Cinpeng
segera tersadar kembali dalam lelapan impian yang buruk dan sudah mencekam
hatinya selama banyak tahun.
Perasaan hatinya sekarang adalah begitu terharu begitu gembira sehingga hampir saja
melupakan keadaan. "Oooh adik Liong!" pekiknya dengan gembira "Aku" aku" amat
menyukai dirimu"
Dipeluknya kepala Ji Kiu-liong erat erat, sementara air matanya tak bisa ditahan lagi
jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Dia Ingin menangis, dia ingin menggunakan tangisannya untuk memperlihatkan luapan
rasa gembira yang sedang berkecamuk dalam hatinya.
Agaknya Ji Kiu-liong merasa agak terkejut dengan sikap perempuan itu, serunya
dengan nada kaget, "Kau". Kau". Enci Bwe?"
"Oooh"." Ji Cin-peng mengeluh pedih, "adik Liong, aku adalah" enci Peng" Aku
adalah enci Peng"."
"Apa?" Ji Kiu-liong amat terkejut dan segera meronta untuk melepaskan diri dari
rangkulan Ji Cin peng, kemudian dengan terkejut serunya, "Kau" Kau" kau benar-benar
adalah enci Peng" Enci Peng yang telah meninggal?"
Ji Cin-peng manggut manggut, "Benar, adik Liong! Aku " aku belum mati"
Paras muka Ji Kiu-liong segera berubah, hebat, serunya, "Kalau begitu".. engkoh Gak
adalah"."
Ji Cin-peng segera tertawa getir. "Adik Liong, kita tak usah menyinggung kembali
peristiwa yang penuh kesedihan itu" bisiknya.
?"Oooh".. cici, kau betul-betul sangat mulia!"
"Adik Liong".."
Ji Kiu-liong yang polos tak dapat menguasai diri lagi. Ia menubruk kedalam rangkulan Ji
Cin-peng dan menangis tersedu-sedu karena kegirangan, lalu serunya tersendat sendat.
"Enci Peng, dimanakah keponakanku itu" Aku terlalu gembira"."
"Dia berada di Lam-hay, ditempat guruku"
"Enci Peng, hayo kita susul Gak toako, biar aku yang akan menuturkan hal ini
kepadanya!"
Tapi sebelum mereka sempat beranjak pergi, tiba tiba dari arah belakang
berkumandang suara tertawa seram yang amat mengerikan. "Hee" hee" hee" jangan
harap kalian bisa pergi menjumpai orang she Gak itu lagi"
Dengan cepat Ji Cin-peng dan Ji Kiu-liong membalikkan tubuhnya. Empat buah mata
yang bersinar tajam segera menyapu sekeliling tempat itu.
Lebih kurang tujuh delapan kaki dihadapannya sana berdiri seorang lelaki bertubuh
tinggi besar yang mengenakan baju berwarna putih, orang itu tak lain adalah Mao Tam
dari Tiang pek-san.
Dibelakangnya mengikuti tiga orang kakek berbentuk aneh sekali. Waktu itu ketua
Thian san pay, Bu-seng sianseng Tang Bu kong sedang bercakap-cakap dengan tiga orang
kakek itu. Sementara itu dalam arena tinggal jago jago dari perguruan panah bercinta, sedang
See ih sam seng dan orang orang Tay khek bun entah sudah kemana perginya.
Jit poh-toan-hun Kwik To yang menyaksikan kemunculan Mao Tam sekalian, segera
merasakan bahwa suatu pertarungan berdarah segera akan berlangsung, tanpa terasa
mereka maju bersama melakukan pengepungan.
Delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta segera mempersiapkan
gendewa masing masing dan mengerahkan arah panahnya ke arah Mao Tam sekalian di
tengah kepungan.
Tiga orang kakek aneh yang bertubuh tinggi, pendek serta gemuk itu sama sekali tidak
menggerakkan biji matanya untuk memandang sekitar arena, jelas kepandaian mereka
sangat lihay sehingga kepungan tersebut sama sekali tidak menggetarkan hati mereka
bertiga. Sesungguhnya ketiga orang kakek aneh itu adalah jago jago yang amat termashur
namanya dalam dunia persilatan. Orang menyebut mereka sebagai Tiang pek sam hi (tiga
ekor beruang dari Tiang pek san).
Si kakek aneh bertubuh jangkung seperti bambu dengan mata yang sebesar gundu
serta sekujur badannya penuh dengan bulu putih itu adalah pemimpin dari tiga
beruang, Ngo kok bim cun (Malaikat beruang dari lima lembah) Leng Han tang. Disebelah
kirinya yang bertubuh pendek lagi ceking dan berambut emas macam monyet itu bernama
Has thian bu im kim si him (beruang bulu emas yang terbang tanpa bayangan) Hoo Ki
Seng. Sedangkan si kakek yang gemuk bagaikan dewa Mi lek bud tapi sedikit berbeda
karena tak pernah tersenyum ini bukan lain adalah beruang yang terganas di antara kadua
orang rekan lainnya. Dia bernama Im yang bim (si beruang banci) Pit Gi.
Begitu berjumpa dengan ketiga orang kakek aneh itu, Ji Cin-peng segera tahu kalau si
pendatang itu bukan lain adalah Tiang Pek sam him (tiga beruang dari Tiang Pek san) tapi
dasar perempuan ini memang bernyali apalagi ilmu silatnya memang lihay, ia sama sekail
tidak merasa gentar untuk berhadapan dengan mereka.
Tiba tiba Im yang him Pit Gi mengalihkan sinar matanya ke tubuh Ji Cin-peng kemudian
sekulum senyuman cabul tersungging diujung bibirnya.
Ji Cin-peng yang dipandang secara begitu tengik menjadi naik pitam, ia segera
mendengus berulang kali.
Ji Kiu-liong tak tahan melihat ketengikan orang, kontan saja ia mencaci maki kalang
kabut, "Tiga orang itu tujuh bagian mirip setan, tiga bagian mirip manusia, entah siluman
siluman darimana?"
Mao Tam yang mendengar Ji Kiu-liong memaki suhu dan susioknya menjadi naik darah
pula bentaknya, "Setan cilik rupanya kau sudah bosan hidup!"
Sambil membentak dia menerjang maju kedepan.
Ji Kiu-liong tertawa dingin, ia tak mau memperlihatkan kelemahannya, segera anak
muda inipun bersiap-siap untuk menyongsong kedatangannya.
Tiba tiba Ji Cin-peng menarik tangannya sembari berbisik, "Adik liong, jangan gegabah,
ilmu silat yang dimiliki orang ini aneh sekali"
Mao Tam sudah pernah merasakan kerugian ditangan Ji Cin peng. Ketika dilihatnya Ji
Cin-peng berdiri disampingnya, ia tak berani menerjang ke muka lebih jauh, hanya
ditatapnya wajah pemuda Itu dengan penuh kegusaran.
Jit poh-toan hun Kwik To segera tertawa terbahak bahak, sambil melangkah ke depan,
serunya, "Saudara, apakah kau ingin berkelahi?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, diam-diam Jit poh toan-hun Kwik To telah
menghimpun tenaga dalamnya, tiba tiba sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke depan.
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke muka dan menghajar
telak diatas lambung Mao Tam.
"Blaaaam?"!"
Terjadi benturan yang amat keras sekali. Mao Tam menjerit kesakitan sekujur
badannya terasa sakit seperti dililit pisau tak ampun ia terpental ke belakang dan muntah
darah segar. Sergapan yang dilancarkan Kwik To ini sama sekali diluar dugaan Tiang pek sam him,
agaknya mereka tidak menyangka kalau ada orang berani menghajar muridnya dihadapan
mereka. Hui thian bu im Kim si him segera berkelebat kedepan dan tahu-tahu sudah berdiri
disamping Mao Tam.
Demontrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan oleh si beruang berbulu emas yang
terbang tanpa bayangan ini segera mengejutkan semua jago dari perguruan panah
bercinta. Sepasang alis Ji Cin-peng juga ikut berkerut kencang. Ia lalu menyadari bahwa
mereka telah berhadapan dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpainya
sebelum ini. Setelah mengalami sergapan sehingga mengakibatkan luka dalam isi perutnya tadi,
sifat buas Mao Tam segera berkobar kembali. Sambil menjerit aneh tiba-tiba ia melejit ke
udara lalu menerjang kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Tapi dengusan tertahan tiba-tiba berkumandang tahu-tahu Mao Tam sudah roboh
kembali dari tengah udara.
Sambil tertawa dingin Jit poh toan hun Kwik To segera berkata, "Kau sudah terhajar
oleh ilmu pukulan Jian-si-tok-ciang yang amat beracun. Bila tidak berusaha mencegah
menjalarnya racun didalam tubuhmu luka itu segera akan bekerja dan mengakibatkan
keadaan yang lebih fatal.
Tiang pek sam bin tidak percaya dengan ancaman itu, sekalipun Mao Tam sendiri juga
tidak tahu kalau ia sudah kena di pecundangi orang, baru saja dia bersiap-siap turun
tangan lagi"..
Bu Seng sian-seng Tong Bu kong pelan-pelan tampil kedepan kemudian katanya,
"Saudara Mao memang benar benar sudah dipecundangi orang cepat mundur kemari.
Untung saja suhumu hadir disini. Ilmu pukulan beracun semacam itu mah masih belum
cukup untuk melukai orang"
Walaupun Mao Tam adalah seorang kasar yang tak pakai, otak namun ia tak berani
bergurau dengan nyawa sendiri, buru-buru dia menghimpun tenaganya siap disalurkan ke
dalam badan. "Jangan menyalurkan tenaga dalam!" tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram urat
nadinya. Mao Tam berpaling, ketika dilihatnya orang itu adalah Hui thian bit im kim si him, tanpa
terasa bisiknya: "Susiok aku sudah keracunan?"
"Cepat salurkan hawa murninya secara terbalik untuk menyerang jalan darah Hian
kwan!" jerit Hui thian bit im Kim si him dengan suara tinggi melengking.
Sementara itu Ngo kok bim cun Leng Han-tang serta Im yang bim Pit Gi entah
menggunakan gerakan apa, tahu-tahu sudah menghampiri Jit poh toan hun Kwik To dan
berhenti kurang lebih empat kaki dihadapannya.
Ketua Thian san pay Bu seng sian-seng Tang Bu kong segera mengelas jenggotnya
sambil tertawa dingin, katanya, "Delapan belas tahun berselang, dengan sekujur tubuh
penuh dengan bisa Kwik heng menjagoi dunia persilatan. Tak seorang manusiapun yang
tidak memberi muka kepadamu. Setelah bersembunyi selama delapan belas tahun sambil
mendalami pelbagai ilmu beracun, tentunya kepandaianmu saat ini setingkat lebih hebat.
Sudah lama siaute mengagumi namamu. Sungguh beruntung hari ini mendapat
kesempatan sebaik ini untuk bertemu muka. Mumpung lagi ketemu, aku ingin mohon
beberapa petunjuk darimu"
Jit poh toan hun Kwik To Cukup mengetahui akan kelihayan Tong Bu kong dalam ilmu
pedang lagi pula sudah memiliki Sian thian kang khi yang berat, dia bersikap sangat
berhati hati. "Mana, mana" katanya sambil tersenyum "kalau memang kau berniat
demikian dengan pertaruhkan nyawa, aku orang she Kwik bersedia untuk mengiringi
keinginanmu itu"
Tong Bu kong segera meloloskan pedangnya, lalu berkata, "Saudara Kwik silahkan
meloloskan senjatamu"
"Biar aku orang she Kwik melayanimu dengan tangan kosong saja"
Tong Bu kong segera tertawa dingin, "Pedang itu tak bermata kau tidak kuatir kalau
sampai terluka?" ejeknya.
"Walaupun lohu tidak menggunakan senjata tapi dalam menghadapi serangan musuh
aku seringkali akan melayani juga memakai benda-benda beracun yang mematikan.
Mungkin juga benda itu jauh lebih menakutkan dari pada senjata. Aku harap Tong-heng
suka berhati hati didalam hal ini"
"Jikalau suatu pertarungan sudah terjadi, berarti posisi kita ibaratnya api dan air. Jika
saudara Kwik memiliki ilmu beracun yang lain, silahkan saja untuk digunakan semua"
Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa berbahak-bahak, "Haa" haa" haa"
perkataan saudara Tong memang tepat sekali, sungguh membuat aku merasa kagum
sekali. Harap Tong heng melancarkan serangan lebih dahulu!"
"Jika saudara Kwik memang berniat mengalah, baiklah. Daripada menolak lebih baik
kuturuti saja keinginanmu itu"
Pedangnya didorong ke muka dan segera melancarkan sebuah bacokan ketubuh Kwik
To. Serangan yang dilancarkan jago kenamaan memang selalu hebat dan indah. Semua
serangan pedang yang dilancarkan Tong Bu kong selalu mirip bacokan atau totokan
membuat orarg sulit untuk menduga semua perubahan dalam permainan pedangnya.
Jit poh toan hun Kwik To segera terdesak sehingga harus mundur tiga langkah ke
belakang Diam diam terkesiap juga hatinya menghadapi kelihayan lawan. Sekalipun serangan
dari Tang Bu kong itu tampaknya sederhana tanpa sesuatu yang aneh, sesungguhnya
inilah suatu jurus pedang yang luar biasa lihaynya dengan kombinasi yang mengagumkan.
Justru dalam ilmu pedang jenis ini keistimewaannya terletak dalam kesederhanaannya,
membuat siapapun akan merasa bahwa jurus tersebut merupakan suatu serangan tipuan,
tapi justru tidak mudah untuk mengetahui perubahannya.
Begitu berhasil mendesak mundur Jit poh toan hun Kwik To dengan serangan kilatnya
tiba tiba ketua dari Thian san pay ini, Bu Seng sian-seng Tong Bu kong maju selangkah ke
depan. Pedangnya diputar secepat angin dan mengembangkan suatu serangan kilat.
Dalam waktu singkat bayangan pedang memenuhi angkasa. Deruan angin bercampur
guntur menderu-deru amit memekakkan telinga.
Thian san kiam hoat yang digunakan Tong Bu kong ini sungguh luar biasa sekali
kekuatannya. Sekali salah perhitungkan polisi Jit poh-toan hun Kwik To segera terjepit
dibawah angin. Dihawah serangkaian serangan kilat dari Tong Bu kong yang berbasil merebut posisi di
atas angin itu, dia dipaksa hingga tak sanggup untuk melancarkan serangan balasan.
Walaupun ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menangkis dan berkelit,
namun selalu gagal untuk meloloskan diri dari kurungan cahaya pedang lawan.
Sangkoan Im yang menyaksikan kejadian itu segera berbisik kepada Ji Cin peng, "Ilmu
pedang Thian san kiam hoat dari Tong Bu kong amat ganas, jahat dan lihay. Aku kuatir
kalau saudara Kwik tak sanggup untuk memperbaiki kembali posisinya"
"Tenaga dalam yang dimiliki Kwik To sangat lihay, aku pikir tak usah terlalu
mencemaskan keselamatannya"
Sementara mereka berdua sedang berbicara situasi dalam tengah arena kembali telah
terjadi perubahan besar.
Secara beruntun Tong Bu kong telah melancarkan tiga buah serangan berantai dengan
jurus yang tangguh. Cahaya pedang yang selalu melayang amat rapat itu tiba-tiba terjadi
gelombang amat besar, kemudian menciptakan selapis bayangan pedang yang segera
mengurung seluruh badan Jit pon toan hun.
Sesudah didesak dan diteter terus oleh permainan pedang lawan yang gencar dan
beruntun, lama kelamaan dari malunya Jit-poh toan hun Kwik To menjadi naik pitam.
Hawa murninya dikipatkan ke belakang, kemudian melepaskan sebuah tenaga lembut
yang memaksa pedang Tong Bu kong tergeser ke ramping
Menggunakan kesempatan itu, cepat-cepat telapak tangan kanannya diayunkan ke
depan menghantam dada lawan,
Perubahan ini sama sekati diluar dugaan siapapun, sebab dalam suatu pertarungan
yang seimbang, bukan suatu perbuatan yang gampang untuk menggeserkan senjata
lawan dengan mengandalkan tenaga dalam.
Karena itu, dalam terkejutnya tahu-tahu pedang Tong Bu kong sudah kena digeser
sejauh beberapa inci.
Pada saat itulah, tenaga pukulan yang di lancarkan Kwik To dengan disertai suara
gemuruh yang keras telah manerjang tiba dengan kecepatan luar biasa.
Tong Bu kong kuatir di balik serangan yang dilancarkan Kwik To itu mengandung racun
jahat, buru buru dia menghimpun tenaga khi kang nya untuk melindungi badan, terutama
jalan darah kematian disekitar dada
Setelah itu, menggunakan kesempatan tadi, pedangnya diputar kesamping berbalik
membacok iga kiri Kwik To.
Belum lagi ujung pedangnya menyentuh di atas iga lawan, serangan yang dilancarkan
Kwik To telah bersarang telak diatas dadanya.
Terdengar dua orang itu sama sama mendengus dingin kemudian mundur tiga langkah
ke belakang. Kiranya serangan yang barusan digunakan Kwik To itu adalah ilmu pukulan Kiam goancing
yang disertai dengan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Betul Tong Bu kong
memiliki tenaga khikang pelindung badan namun dia toh tak tahan juga untuk
membendung datangnya serangan yang dilancarkan secepat kilat itu.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dadanya terasa bagaikan dihantam dengan martil berat, kontan hawa didalam dadanya
bergolak keras. Kuda-kudanya tergempur dan tanpa terasa tubuhnya mundar beberapa
langkah dengan sempoyongan.
Nyaris pukulan dari Kwik To ini membuyarkan seluruh hawa khikang pelindung badan
yang dimilikinya.
Sekalipun begitu Kwik To sendiri juga kena digetarkan oleh tenaga khikang pelindung
badan dari Tong Bu kong sehingga tangan kanannya menjadi kaku dan kesemutan seluruh
tulang pergelangan tangannya terasa amat sakit bagaikan mau retak. Sambil mendengus
dingin, dia ikut pula mundur dua langkah.
Setelah terjadi bentrokan secara kekerasan, dalam hati masing-masing pihakpun sudah
mempunyai gambaran atas kekuatan lawan, diam-diam mereka mengagumi kekuatan
masing-masing pihak.
Tapi apapun diantara mereka berdua tak mau menunjukkan kelemahannya dengan
begitu saja, setelah mengatur pernapasan sebentar, sekali lagi mereka menerjang maju ke
depan. Tadi, KwiK To sudah merasakan pahit getirnya orang yang kehilangan posisi, sekarang
kewaspadaannya dipertingkat, ia tak berani gegabah lagi menghadapi musuhnya yang
tangguh itu. Begitu turun tangan, dia lantas menggunakan ilmu pukulan Kiam goan ciang yang
sudah dilatihnya selama puluhan tahun itu untuk menghadapi lawan.
Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan yang melakukan gerakan seperti
menotok, membacok, seperti juga membabat atau menusuk.
Sesungguhnya ilmu pukulan yang sangat aneh ini merupakan ilmu yang paling
diandalkan olehnya sepanjang hidup. Bilamana keadaan tidak terlalu mendesak, dia
enggan untuk melakukannya secara sembarangan.
Tong Bu kong masih tetap memberikan perlawanannya dengan memainkan ilmu
pedang Thian san kiam hoat.
Rangkaian ilmu pedang ini sungguh luar biasa hebatnya, semakin digunakan semakin
banyak gerakan aneh yang membuat orang keheranan dan tidak habis mengerti kearah
mana tujuannya.
Tiga puluh gebrakan kemudian, angin serangan makin memekikkan telinga, daya
kekuatan yang tergencar dari lingkaran pedang pun tiada hentinya mengembang semakin
meluas, ternyata Kwik To kembali sudah dikurung oleb lapisan cahaya pedangnya itu.
Namun Kwik To sama sekali tidak menjadi gugup atau gelagapan oleh karena kekuatan
hawa pedang lawan. Sepasang telapak tangannya masih menyapu dan menyambar tiada
hentinya bagaikan dua bilah pedang tajam, semua serangannya ditujukan ke jalan darah
kematian disekujur badan Tong Bu kong.
Perlu diketahui ilmu pukulan Kiam goan ciang miliknya ini bukan saja sukar diduga
perubahannya, lagipula dari setiap serangan yang dilancarkan tentu tercipta bayangan
tangan ibaratnya beribu-ribu batang pedang yang menyerang bersama bukan cuma
membuat mata orang menjadi silau, pun membuat orang tak habis mengerti ke arah mana
saja sasarannya tertuju.
Rupanya kedua belah pihak telah menggunakan segenap ilmu silat andalannya untuk
bertarung. Hal mana membuat para jago yang mengikuti jalannya pertarungan itu harus
menahan napas dengan perasaan tegang, suasana menjadi sepi dan tak kedengaran
sedikit suara pun.
Ditengah pertarungan yang sedang berlangsung sengit, tiba-tiba terdengar Jit poh toan
hun Kwik To tertawa dingin"
Tangan kirinya diayunkan ke muka, puluhan buah titik cahaya biru yang amat lembut,
tanpa menimbulkan sedikit suarapun mendadak meluncur ke tubuh Tong Bu kong.
Tempo dulu, Kwik To dengan mengandalkan senjata rahasianya yang lembut, kecil
beracun ini, Hu hoat ciam (jarum rambut) pernah menjagoi dunia persilatan. Entah berapa
banyak jago persilatan yang sudah tewas terkena jarum lembut bagaikan rambut yang
sangat beracun mi.
Walaupun Tong Bu kong mempunyai hawa khikang pelindung badan, rupanya ia agak
keder juga menghadapi senjata rahasia lembut yang sangat beracun ini. Ia kuatir kalau
hawa khikang pelindung badannya itu tidak mampu untuk membendung kelembutan
senjata rahasia lawan.
Sambil membentak keras, buru-buru ia mundur tiga langkah ke belakang. Dalam waktu
yang amat singkat inilah dia telah menyalurkan segenap hawa murni yang dimilikinya ke
dalam tubuh pedang, lalu menciptakan berkuntum-kuntum bunga pedang serta
gelombang hawa pedang yang kuat untuk merontokkan puluhan batang jarum yang
lembut itu. Kwik To segera tertawa dingin, jengeknya, "Sanggupkah kau untuk menahan
ke dua ratus enam puluh batang jarum rambut yang kulepaskan?"
Seraya berkata, lengan kirinya diayunkan sebanyak tiga kali, tiga gelombang jarum
beracun segara beruntun segera melancar ke tengah udara".
Dibawah cahaya matahari, tampak kilatan cahaya biru yang menggidikkan hati
beterbangan di angkasa.
ooOOOoo RUPANYA ilmu melepaskan senjata rahasia yang ia miliki benar-benar telah mencapai
puncak kesempurnaan. Dalam tiga gelombang serangan jarum rambut yang dilancarkan
itu, hampir beratus ratus batang senjata meluncur bersama, begitu rapatnya serangan
tersebut hingga mirip dengan datangnya hujan gerimis. Sungguh membuat orang merasa
susah untuk menghindarinya.
Retapa terkesiapnya Tong Bu kong ketika dilihatnya pihak lawan secara beruntun
melancarkan tiga gelombang senjata rahasia, segera pikirnya dalam hati, "Entah masih
ada betapa banyak senjata rahasia beracun yang dimilikinya" Jika serangan ini di
lancarkan secara beruntun dalam beberapa gelombang, sekalipun tak sampai terluka oleh
jarum beracun itu, paling tidak aku akan kehilangan banyak sekali tenaga dalam jika
pertarungan kemudian dilanjutkan. Sudah pasti akulah yang menderita kerugian besar.
Aaaai".. daripada kehilangan banyak tenaga dalam lebih baik aku beradu jiwa saja
dengan mencoba pedang terbang yang baru kuyakini itu".."
Berpikir sampai disini, dia lantas menarik napas panjang panjang.
Mendadak?". Jit poh toan hun Kwik To tertawa panjang dengan nyaringnya, ia
berjumpalitan diudara dan mundur sejauh empat lima kaki dari posisi semula.
Tong Bu kong dibikin kebingungan oleh tindakannya itu dengan perasaan tidak habis
mengerti, pikirnya, "Setan tua ini betul-betul amat licik. Masa kau bisa tahu kalau aku
sudah bersiap-siap untuk beradu jiwa denganmu".."
Setelah tertawa nyaring. Kwik To berdiri di tangah arena dengan sikap yang amat
santai. Terdengar ia berkata dengan suara dingin, "Saudara Tong, kau sudah terkena
racun jahat tanpa bayangan. Jika berani menggunakan tenaga dalam secara sembarangan
lagi berarti hanya ada jalan kematian bagimu"
Mendengar perkataan itu Tong Bu kong menjadi amat terperanjat tapi ia belum mau
percaya kalau dirinya sudah terkena serangan gelap lawan.
Sambil tertawa seram dia berseru, "Tua bangka she Kwik. kau tak usah menakut-nakuti
orang dengari gertak sambal semacam itu. Ketahuilah aku Tong Bu kong bukan seorang
bocah yang berusia tiga tahun. Tak nanti aku bisa kau gertak hinya dengan dua tiga patah
kata belaka!"
Kwik To segera tersenyum, ujarnya, "Saudara Tong, tidakkah kau merasa bahwa
sikapmu itu keliwat angkuh dan jumawa?"
Setelah memperbaiki posisinya, dia berkata lebih jauh. "Haa" haa" haa" Aku Kwik To
tersohor dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya, Tentu saja kepandaianku
melepaskan racun tiada taranya. didunia ini, aku bisa membuat seseorang keracunan
tanpa disadari olehnya. Sudah barang tentu jangan harap korbanku itu bisa lolos dengan
begitu saja"
Mendengar perkataan itu, paras muka Tong Bu kong kembali berubah sangat hebat.
Sampai lama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Terdengar Kwik To berkata lebih lanjut, "Sewaktu aku melancarkan jarum beracun Hu
hoat ciam gelombang yang ketiga tadi, didalamnya telah kuisi juga dengan bubuk racun
tanpa bayangan, padahal waktu itu kau sedang menghirup udara untuk menghimpun
tenaga, maka tak bisa dihindari lagi racun itu segera akan terhirup kedalam tubuhmu"
Tiba-tiba paras muka Tong Bu kong berubah menjadi tenang kembali, malah sambil
tertawa tergelak katanya, "Hebat. hebat. Betul-betul suatu cara yang sangat hebat. Tapi
kau sendiri juga jangan harap bisa lolos dari cengkera manku"
Belum habis perkataan itu diucapkan diiringi suara pekikan yang amat nyaring. Tong Bu
kong melompat ketengah udara, pedangnya menciptakan selapis cahaya pelindung badan
yang amat kuat. Kemudian tubuh berikut pedangnya dengan menciptakan diri menjadi
serentetan cahaya putih langsung mengurungi ke tubuh dari Kwik To.
Kepandaian Kiam jin hip it (pedang dan tubuh terhimpun menjadi satu) semacam ini
merupakan sejenis kepandaian tingkat tinggi didalam ilmu pedang. Semua serangan
tersebut mengandalkan himpunan tenaga dalam yang meledak sebagai suatu tenaga
ledakan yang kuat, membawa tubuh berikut pedangnya untuk mengancam lawan yang
ada beberapa kaki jauhnya.
Bila kepandaian tersebut ditingkatkan satu tingkat lebih keatas lagi, maka hanya
pedang saja yang melesat keudara untuk mencabik-cabik tubuh lawannya, itulah ilmu
pedang terbang yang merupakan kepandaian paling top dari ilmu pedang .
Menyaksikan serangan maut yang dilancarkan musuh dengan ancaman yang begitu
nekad itu, Kwik To amat terkesiap, diam-diam ia menghela napas, pikirnya, "Aaai"
Peristiwa yang berlangsung hari ini jelas tak bisa diselesaikan secara damai"
Maka diapun menghimpun tenaga dalamnya, Sambil melompat ke tengah udara, ia
bersiap-siap menggunakan tenaga dalam hasil latihannya selama puluhan tahun untuk
melangsungkan duel mati dan hidup dengan lawannya.
"Kwik To, jangan beradu kekerasan. Cepat mundur!" tiba-tiba Ji Cin-peng berteriak
keras. Menyusul teriakan itu. Ji Cin-peng mencelat ke udara dan meluncur ke arah kedua
orang itu".
Mendadak Hui thian bu im Kim si him dari Tiang pek san him juga menggerakkan
badannya sambil menyongsong kedatangan lawan dengan kecepatan luar biasa".
Berada di tengah udara Ji Cin-peng segara mengeluarkan kepandaian saktinya.
Pinggangnya dilengkungkan bagaikan gendewa sehingga menambah cepatnya daya luncur
badan. Bersamaan itu pula jari tangan kanannya segera menyentil kedepan
Gerakannya yang berganti posisi ditengah udara ini kembali mengejutkan semua orang.
Tapi merekapun diam-diam mengagumi kelihayan perempuan ini.
Sekalipun begitu, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hui thian bu im kim si him juga
merupakan kepandaian nomor wahid dalam dunia persilatan. Sepasang kakinya ditekuk
sedikit kemudian berjumpalitan dua kali ditengah udara, dia langsung menyongsong
datangnya tubuh Ji Cin-peng itu".
Walaupun gerakan tubuh Ji Cin-peng sangat cepat, namun serangan pedang yang
dilancarkan Tong Bu kong juga luar biasa cepatnya, ditambah lagi Kwik To enggan berkelit
dari sasaran tersebut sebaliknya menghimpun tenaga dalam hasil latihan puluhan
tahunnya untuk beradu jiwa sudah barang tentu semuanya itu berlangsung dalam sekejap
mata. Ketika Ji Cin-peng melepaskan ilmu sentilan jari Tan ci sia thong untuk menolong
keadaan tersebut sayang keadaan sudah terlambat.
Terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan.
Kilatan cahaya bianglala berwarna putih itu tahu-tahu lenyap tak berbekas.
Kwik To maupun Tong Bu kong hampir pada saat yang bersamaan terjatun dari tengah
udara. Pada saat itulah Hui thian bu im kim si him telah menerjang ke arah Ji Cin-peng dengan
membawa segulung tenaga serangan yang dingin lembut dan aneh sekali.
Ji Cin-peng amat terperanjat, sambil mendengus dingin, telapak tangan kirinya segera
diayunkan kemuka"..
"Blaaaam"!"
Ji Cin-peng maupun si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan itu samasama
merasakan timbulnya segulung tenaga dingin berhawa lunak yang tak sanggup di
lawan dengan badan menerjang langsung ke dalam tubuhnya. Tak ampun kedua belah
pihak sama-sama terdorong mundur sejauh beberapa langkah.
Telapak tangan kanan Ji Cin-peng secepat kilat melepaskan kembali sebuah pukulan ke
depan, berbareng itu juga tubuhnya melayang turun keatas tanah.
Pada saat yang hampir bersamaan, tubuh Hui thian bu im Kim si him juga telah
melayang turun keatas tanah. Diatas wajahnya yang aneh seperti monyet itu terlintas
semacam rasa kaget yang luar biasa. Dengan sepasang biji matanya yang kecil dan bulat
dia awasi wajah perempuan itu tanpa berkedip.
Pertarungan antara mati dan hidup yang mendebarkan hati ini segera membuat semua
orang yang hadir diarena ikut terkejut bercampur terkesiap.
Sementara itu Jit-poh-toan-hun Kwik To telah menggeletak diatas tanah sambil
bermandi darah. Seluruh pakaiannya sudah basah oleh darah kental yang mengucur keluar
dari tubuhnya. Ternyata diatas bahu lengan kirinya telah termakan oleh tusukan pedang
Tong Bu kong sehingga tembus kebelakang.
Akan tetapi Tong Bu kong sendiri juga termakan oleh serangan balasan yang
dilancarkan oleh Kwik To tepat diatas dadanya. Betul ia memiliki hawa khikang pelindung
badan. Akan tetapi bagaimana mungkin ia bisa tahan untuk menghadap serangan Kwik To
yang dilepaskan dengan segenap tenaga dalam yang dimilikinya itu"
Sejak terjatuh dari tengah udara, Tong Bu kong selalu terduduk dengan wajah
memucat, napasnya memburu dan pedangnya terlempar ke samping arena.
Ji Cin-peng segera tenangkan hatinya, kemudian maju ke depan dan secepat kilat
menotok jalan darah ditubuh Kwik To untuk mencegah lebin banyak darah yang mengalir
keluar. Sementara itu Songkoan Im juga Sudah memburu ke depan dengen cepat ia lantas
memayang Kwik To untuk menyingkir ke sisi arena.
Ji Cin-peng mendengus dingin, tegurnya kemudian, "Orang she Tong, hari ini kau telah
mengajak jago-jago dari Tiang pek san datang mencari kami sesungguhnya apa urusanmu
dengan kami orang orang dari perguruan panah bercinta?"
"Karena apa?" tiba tiba si beruang berbulu emas terkekeh kekeh dengan seramnya,
"Hee" hee" hee" bukankah kau yang telah menghajar murid kami?"
Seraya berkata dia lantas menuding ke arah Mao Tam yarg sedang duduk bersila di
atas tanah. "Benar!" Ji Cin-peng segera mengangguk.
Serentetan cahaya aneh segera memancar keluar dari balik mata si beruang berbulu
emas yang kecil itu, teriaknya, "Kenapa kau menghajar murid kami?"
"Ia telah menuruti perkataan orang lain untuk merampas Lencana pembunuh naga dari
tanganku kenapa aku tak boleh menghajar adat kepadanya?"" jawab Ji Cin-peng dengan
suara ketus. Sewaktu mendengar disinggungnya "Lencana pembunuh naga", Im yang bim maupun
Ngo kok bim cun segera maju ke depan dengan langkah pelan.
Dengan suara yang menyeramkan, Ngo kok bim cun yang merupakan pemimpin dari
Tiang pek san-him tersebut segera berkata, "Jika kau bersedia menyerahkan Lencana
pembunuh naga itu kepada kami, semua hutang lama maupun hutang baru bersedia kami
hapus seluruhnya tanpa membuat perhitungan"
"Kalau aku tak mau menyerahkannya kepadamu?" seru Ji Cin-peng sambil mengerutkan
dahinya kencang kencang.
"Terpaksa kau akan kami bawa pulang ke bukit Tiang pek san dan memenjarakan
dirimu didalam penjara salju yang dingin"
"Hee" hee" hee" yakinkah kalian bahwa aku bisa dibekuk semudah itu" jengek Ji Cinpeng
lagi sambil tertawa dingin tiada hentinya
"Hmm! Bukan cuma kau seorang saja yang hendak kami bekuk, segenap jago lihay
yang berada didaratan Tionggoan akan kami ringkus semua seadanya" kata Ngo kok him
cun sombong. "Sekarang, dari sekian banyak jago perguruan panah bercinta yang
berkumpul disini, bagi mereka yang mampu menahan satu jurus seranganku. maka dia
akan kami tawan hidup-hidup. Sedang mereka yang tak mampu menahan satu jurus
seranganku akan kubunuh tanpa ampun. Aku pikir hanya kau orang kubu she Kwik dan
perempuan berbaju hijau itu yang sanggup menahan satu jurus seranganku sedang yang
lain tak lebih hanya akan menempuh jalan kematian"
Ji Cin-peng yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa amat terkejut. Mungkin
juga ucapan tersebut cuma gertak sambal belaka tapi kenyataannya hanya dalam sepatah
kata saja ia sudah dapat mengatakan tiga orang anggota perguruannya yang berilmu
tinggi. Dari sini terbuktilah sudah bahwa ilmu silat yang dimiliki Tiang pek-sam him benarbenar
luar biasa sekali.
Tiba-tiba satu ingatan cerdik melintas dalam benak Ji Cin-peng, serunya kemudian.
"Setiap anggota perguruan panah bercinta segera saling melindungi untuk meninggalkan
tempat ini"
"Hee" hee" hee" Tidak segampang itu" jengek Im-yang him sambil tertawa dingin.
"Seorangpun jangan harap bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat"
Sambil berkata tubuhnya yang gemuk dan besar itu sudah menerjang kearah delapan
belas pemanah dari perguruan panah bercinta itu secara garang.
"Berhenti" bentak Ji Cin-peng amat gusar.
Waktu itu pedang Giok-siang kiam telah dilepaskan dari sarung. Hawa murni yang
dimiliki-nya segera dihimpun menjadi satu. Tubuh bersama pedang seakan-akan melebur
menjadi satu. Diiringi serentetan cahaya putih pedangnya meluncur ke depan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Inilah ilmu podang terbang yang merupakan kepandaian paling tinggi dalam rangkaian
ilmu pedang. Paras muka Im Yang him agak berubah ketika menyaksikan datangnya sambaran ilmu
pedang terbang itu. Seketika itu juga tubuhnya yang sedang meluncur kedepan itu
berhenti secara tiba tiba
Angin pedang berputar bagaikan roda kereta. Cahaya bianglala yang menyilaukan mata
meluncur ke muka secepat kilat.
Ketika cahaya putih itu hampir tiba didepan mata, Im Yang him segera membentak
keras. Tangan kanannya diayunkan ke depan, tiga titik cahaya putih segera melesat pula
ke tengah udara.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Triing, triing, traang, traang?"
Serentetan bunyi gemerincing beradu besi berkumandang memecahkan keheningan.
Pedang yang dilepaskan Ji Cin-peng itu tahu-tahu sudah terhajar sehingga rontok ke
atas tanah. Paras muka perempuan itu segera berubah menjadi amat serius, dia tidak menyangka,
kalau dalam dunia persilatan dewasa ini masih ada orang yang sanggup mematahkan ilmu
pedang terbangnya.
Ternyata tiga bilah pisau tipis liu yap to yang disambit Im Yang him barusan berhasil
menghadang serangan pedang yang dilontarkan oleh Ji Cin-peng.
Sementara itu, para jago dari perguruan panah bercinta telah mengundurkan diri ke
arah timur. Beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan segera menjerit aneh. Secepat
sambaran kilat dia meluncur ke muka dan menerjang ke arah delapan belas pemanah jitu
dari perguruan panah bercinta.
"Sreeet, Sreeet"
Hujan panah segera berdesingan ditengah udara.
Selapis anak panah bercinta yang tajam segera berhamburan di udara dan menyambar
ketubuh orang itu.
Akan tetapi, si Beruang terbulu emas yang terbang tanpa bayangan itu betul-betul
memiliki ilmu meringankan tubuh yang sama sekali diluar dugaan siapapun. Tampak
tubuhnya berkelebat lewat bagaikan bayangan setan sebentar berkelebat ke kanan
sebentar berkelebat ke kiri tak sebatangpun dari panah-panah bercinta yang dilepaskan
kearahnya itu mengenai tubuhnya malah menowel ujung baju pun tidak.
Bayangan emas berkelebat lewat kembali ia menerjang masuk ketengah kerumunan
orang banyak Jeritan kesakitan yang menyayatkan hati segera berkumadang memecahkan kesunyian
Empat orang pemanah jitu dari perguruan panah bercinta secara beruntun tewas
secara mengerikan ditangan iblis itu. Darah kental segera berceceran diatas tanah. Mayat
bergelimpangan di mana-mana. Keadaan waktu itu sungguh mengenaskan.
Ternyata di tangan si beruang berbulu emas ini mengenakan sepasang cakar beruang
yang berwarna emas. Sedemikian tajamnya cakar itu sehingga kemana saja cakar tersebut
menyambar lewat darah segar berhamburan kemana-mana. Kutungan kepala dan anggota
badan tercerai berai disana sini.
Menyaksikan kebuasan orang, dengan gusar Ji Cin-peng membentak keras, sekali lagi
ia menerjang kedepan sambil melancarkan ilmu pedang terbangnya.
Cahaya putih menembusi angkasa, hawa pedang menyelimati arena berkuntum kuntum
bunga emas segera tersebar kemana mana.
Tapi pada saat itu juga mendadak dari arah belakang menyambar datang segulung
angin serangan yang kuat aekali menyergap kepunggungnya.
Menghadapi ancaman tersebut, Ji Cin-peng tak sanggup melepaskan serangan dengan
ilmu pedang terbangnya lagi, terpaksa dia harus melayang turun kembali ke tanah.
Terdengar seseorang berkala sambil tertawa seram, "Belum pernah perkataan yang
diucapkan oleh Ngo kok-him cun pernah diingkari. Aku lihat lebih baik kau cepat-cepat
serahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku. Kalau tidak sejenak lagi seluruh anak
buatmu akan tewas secara menggenaskan"
"Kau jangan terlalu memandang hina perguruan kami" bentak Ji Cin-peng marah,
"sambut dulu sebuah pukulanku ini!"
Hawa murninya segera disalurkan ke tubuh pedang, kemudian tubuhnya melejit ke
tengah udara. Tangan kirinya memainkan ilmu totokan Kiu kang ci sedang tangan
kanannya memainkan pedang, secara garang dan buas dia menyerang tubuh Ngo kok him
cun. Terkekeh kekeh seram Ngo kok him cun menjumpai serangan tersebut, ejeknya,
"Silahkan kau pun merasakan kelihayan dari ilmu Soat him sat tee kang (ilmu pukulan
bertiang salju) dari perguruan Tiang pek san kami!"
Sambil berkata, dia melepaskan pula sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Ji Cin-peng"..
Ji Cin-peng mendengus dingin, tubuhnya melesat sejauh beberapa kaki dari posisi
semula. Kemudian sambil membentak keras tiba tiba ia menarik kembali pedang Giok siang
kiam" Secepat kilat badannya menerjang ke muka. Telapak tangan kanannya diayunkan ke
muka melancarkan sebuah pukulan dengan ilmu Boan yok ciang.
Ilmu pukulan Boan yok ciang adalah suatu kepandaian paling sakti dari Lam-hay. Bila
bertemu dengan tenaga keras maka sifat serangannya akan menjadi lembek, sebaliknya
jika bertemu dengan serangan bersifat lembek maka dia akan menjadi keras.
Oleh sebab itu, ketika ilmu pukulan Soat him tee sat kang yang dilancarkan Ngo kok
him cun bertemu dengan ilmu pukulan Boan yok ciang tersebut, terasalah ia seolah-olah
menghajar segumpal yang lembek sekali, sedikitpun tiada tenaga barang sedikitpun juga.
kontan saja tenaga pukulan dari kedua belah pihak sama-sama punah dan lenyap tak
berbekas. Jilid 24 BARU saja Ji Cin-peng akan melancarkan serangan kembali dengan ilmu Boan yok ciang
yang maha dahsyat itu tiba tiba terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang kembali tiada hentinya.
Tak terlukiskan betapa sakit hatinya gadis ini menyaksikan peristiwa sersebut, merah
membara sepasang matanya.
Tampaklah para jago dari perguruan Panah Bercinta ada separuh diantaranya sudah
tewas dalam keadaan yang mengenaskan. Mayat bergelimpangan memenuhi permukaan
tanah, darah berceceran bagaikan sebuah anak sungai, pemandangan disitu mengerikan
sekali. Ketika itu, si Beruang berbulu emas sedang melanjutkan pembantaiannya terhadap
sisa-sisa jago yang masih hidup. Di mana tubuhnya menyambar tiba, seseorang segera
menjerit kesakitan dan menggeletak ke tanah dengan tubuh hancur.
Menyajikan kesemuanya itu Ji Cin-peng merasakan bawa amarahnya meluap sampai ke
atas benak. Sambil tertawa seram dia menerjang maju ke muka dengan kecepatan
tinggi".. Ibaratnya burung elang yang meluncur ke udara, lompatannya ini mencapai ketinggian
tujuh-delapan kaki dari posisi semula, agaknya Ngo kok him cun tidak menyangka kalau
gadis itu memiliki ilmu silat sedemikian lihaynya, untuk sesaat dia tidak berhasil
menghalanginya.
Dengan kecepatan tinggi Ji Cin-peng berjumpalitan di udara lalu meluncur turun ke
bawah, telapak tangan kirinya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan dengan
tenaga sakti Boan yok sin kang.
Sementara itu si beruang berbulu emas sedang mengayunkan lengan kanannya siap
melancarkan serangan mematikan terhadap seorang pemanah jitu dari perguruan Panah
bercinta. Ketika secara tiba tiba merasakan berhembus datangnya segulung tenaga pukulan yang
sangat aneh, ia menjadi terkejut.
Bagaimanapun juga dia adalah seorang tokoh silat yang berilmu tinggi. Dari hembusan
angin serangan yang menerpa datang itu, dia segera tahu lihay, cepat cepat tubuhnya
berjumpalitan dengan gerakan mendatar ke samping. Secara aneh tapi jitu tahu-tahu ia
sudah menyelinap sejauh dua kaki lebih dari posisi semula.
Melihat orang itu sanggup menyelamatkan diri secara cerdik, diam diam Ji Cin-peng
merasa terperanjat. Kegusarannya saat ini benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata,
pedangnya segera diangkat dan pelan pelan menusuk kemuka.
Walaupun si beruang berbulu emas merasa tercengang dan tidak habis mengerti ketika
dilihat-nya serangan pedang dari gadis itu meluncur tiba dengan gerakan lamban, namun
ia tak berani berayal. Telapak tangannya segera didorong ke muka untuk melakukan
pembendungan. Waktu itu Ji Cin-peng sudah bertekad untuk melancarkan serangan mematikan. Secara
diam-diam mendadak pergelangan tangannya menekan ke bawah, pedang pendek Giok
siang kiam itu secepat sambaran kilat meluncur ke muka dan langsung menusuk lambung
bagian kiri lawan.
Angin pedang mendesis amat memekakkan telinga, kehebatannya sungguh
mengerikan. Si beruang berbulu emas amat terperanjat. Untung saja dia memiliki gerakan tubuh
yang jauh lebih cepat ketimbang orang lain. Ketika dilihatnya gerakan pedang dari Ji Cinpeng
mengalami perubahan, cepat cepat tubuhnya menyurut mundur sejauh empat lima
langkah. Ji Cin-peng tertawa dingin, sambil memutar pedangnya ia melancarkan serangkaian
serangan kilat. Jurus demi jurus serangan yang aneh dilancarkan secara bertubi-tubi.
Dalam waktu singkat dia telah melepaskan tujuh buah serangan berantai yang memaksa si
beruang berbulu emas harus berkelit ke kiri menghindar ke kanan dengan gugup dan
kelabakan setengah mati.
Ji Cin-peng benar benar telah bertekad untuk membalaskan dendam bagi kematian
anak buahnya. Semakin lama dia melancarkan serangan semakin aneh jurus serangan
yang digunakan.
Sekalipun si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan terhitung seorang
jagoan yang tersohor dalam dunia persilatan namun ia terdesak juga oleh serangkaian
serangan kilat dari Ji Cin-peng itu. Ia sama sekali terkurung dan kehilangan posisinya
untuk melancarkan serangan balasan.
Ditengah pertarungan yang amat seru itu, tiba-tiba Ji Cin-peng berjumpalitan di udara.
Pedang mestikanya diputar sedemikian rupa menyebarkan selapis bintik2 cahaya kilat
yang menyilaukan mata.
Inilah jurus Thian ho to kwa (sungai langit jatuh terbalik) yang pernah diandalkan oleh
Lam-hay sinni untuk merajai dunia persilatan di masa lalu.
Satu kali si Beruang berbulu emas salah bertindak, seketika itu juga ia terkurung di
balik bayangan pedang yang diciptakan oleh putaran pedang Ji Cin-peng.
"Suheng, cepat mundur".!" buru-buru Im yang him (si beruang banci) membentak
keras. Tangan kanannya segera diayunkan ke depan. Dua buah pisau Liu yap to yang tipis
dengan membawa suara desingan tajam yang memekikkan telinga segera menyambar ke
muka. Pada saat yang bersamaan, Ngo-kok him-cun juga melepaskan sebuah pukulan udara
kosong dari kejauhan. Meskipun angin serangan amat kuat dan cepat, namun sama sekali
tidak membawa suara desingan barang sedikitpun juga
Waktu itu Ji Cin-peng sudah nekad. Sekalipun ia menyaksikan datangnya dua ancaman
maut yang mungkin bisa merenggut nyawanya itu namun ia tidak gentar maupun
membuyarkan serangannya. Lebih2 ia enggan untuk melepaskan kesempatan yang sangat
baik ini untuk melukai si beruang berbulu emas.
Segenap tenaga dalam yang dimilikinya segera disalurkan keluar. Pergelangan
tangannya digetarkan keras dan mempergunakan kecepatan yang paling tinggi ia
hujamkan pedangnya kemuka.
Dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan keheningan.
Ujung pedang yang tajam dan mengerikan itu telah menembusi iga kiri si beruang
berbulu emas hingga tembus kepunggungnya, darah segar segera berhamburan ke manamana.
Hampir pada saat yang bersamaan?"
Sebatang pisau liu yap to telah menyambar lewat dari bahu kiri Ji Cin-peng dan
melukainya, darah segar segera muncrat keluar membasahi seluruh pakaian yang
dikenakannya. Berbareng itu juga, segulung tenaga pukulan yang maha kuat telah menerjang tubuh Ji
Cin-peng membuat tubuhnya terpental sejauh tiga kaki lebih dari posisi semula.
Paras mukanya segera berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, rambutnya yang
panjangpun terurai tak karuan.
Jeritan ngeri, keluhan sedih berkumandang saling susul menyusul"..
Tampaklah kawanan jago dari perguruan Panah Bercinta bertumbangan satu demi satu
diujung golok In yang him yang menyambar kesana kemari. Setiap kali cahaya goloknya
menyambar lewat, percikan darah segar segera berhamburan ke mana mana.
Dalam waktu singkat, delapan orang pemanah jitu dari perguruan Panah Bercinta telah
punah tak berbekas, seorangpun tak ada yang dibiarkan hidup.
Han Hu hoa sambil melindungi Jit poh toan hun Kwik To dengan cepat mengundurkan
diri kearah timur.
Dengan demikian, dalam arena yang begitu luas tinggal Ji Kiu-liong dan Sangkoan It
dua orang. "Cici"." tiba-tiba terdengar jeritan pedih berkumandang memecahkan kesunyian
Jeritan pedih itu segera menyadarkan kembali Ji Cin-peng yang hampir kehilangan
kesadarannya karena keliwat sedih.
Tampaklah Im yang him dengan wajah yang bengis dan mengerikan, selangkah demi
selangkah berjalan mendekati Ji Kiu-liong
Sambil menahan rasa sedih yang luar biasa Ji Cin-peng membentak gusar, "Kalian tak
boleh membunuhnya!"
Menyusul suara bentakan itu, pedang mestikanya digetarkan dan langsung menusuk ke
perut Im yang him.
Dengan licik Im yang him tertawa licik. Belum lagi serangan itu menyambar, tubuhnya
berputar dan secepat sambaran kilat menerjang ke arah Sangkoan It.
Sementara itu Sam ciang lam kok (tiga pukulan sudah dilewati) Sangkoan It berdiri,
dengan telapak tangannya disilangkan didepan dada. Sedari tadi ia sudah bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Im yang him tertawa terbahak-bahak, bagaikan bunyi genta yang menggelegar diudara.
Pelan pelan sepasang telapak tangannya didorong ke depan.
Sangkoan It membentak keras segenap tenaga dalam yang dihimpun ke dalam telapak
tangan kiri dan kanan itu susul menyusul dilontarkan ke depan.
Tapi Sangkoan It segera merasakan semua pukulan yang dilepaskan itu seakan akan
dibendung oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat yang tak terlukiskan dengan katakata,
mendadak sontak semua kekuatannya itu mental kembali kebelakang.
Padahal pada waktu itu Sangkoan It sedang bersiap-siap untnk menerjang maju
kemuka, ketika secara tiba tiba menjumpai bahwa segenap kekuatan serangannya
tertahan balik, bahkan lenyap dengan begitu saja ia baru merasa amat terkesiap".
Cepat-cepat tenaga dalamnya dihimpun mencapai dua balas bagian lebih kemudian
sekali lagi dia melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat kedepan.
Siapa tahu semakin kuat Sangkoan It melancarkan serangannya semakin kuat pula
tenaga pantulan yang dihasilkan pulang. Sekujur badannya seakan-akan tersambar
geledek, mendadak mencelat ke udara setinggi beberapa depa"..
Sangkoan It, seorang jago yang sepanjang hidupnya menjagoi dunia persilatan dengan
mengandalkan pukulan telapak tangannya, terakhir harus mengalami nasib yang amat
tragis. Ketika termakan oleh tenaga pantulan yang sangat dahsyat itu, seketika semua urat
nadi dalam tubuhnya putus, isi perutnya juga ikut hancur remuk tak ada wujudnya. Belum
sempat mengeluh, dia sudah muntah darah segar dan tewas seketika itu juga.
Keberhasilan Im yang him membinasakan seorang jago yang termashur namanya
dalam dunia persilatan hanya dalam satu gebrakan ini sungguh mengejutkan Ji Cin peng.
Paras mukanya sampai berubah hebat.
Ia tahu masa jayanya sudah lewat, sekarang satu-satunya hal yang dipikirkan gadis ini
adalah bagaimana caranya melindungi adik Liong nya dari bencana ini, sebab dia tahu
Tiang pek sam him adalah manusia manusia buas yang tak kenal perikemanusiaan. Sudah
pasti mereka akan melakukan pembasmian sampai keakar-akarnya.
Betul juga, setelah berhasil membinasakan Sangkoan It, Im yang him segera berpekik
nyaring. Selincah kupu-kupu, ia menerjang ke muka mengejar Han Bu hoa dan Jit poh
toan hun Kwik To yang sedang melarikan diri.
Sekulum senyuman licik yang penuh kebanggaan tersungging di ujung bibir Ngo kok
him cun (Malaikat beruang dari panca lembah). Ujarnya dengan suara menyeramkam,
"Jika kau tidak menyerahkan Lencana pembunuh naga itu lagi kepadaku, jangan salahkan
kalau aku berlaku keji"
Seraya berkata pelan-pelan ia mengejar ke depan.
Dengan tenang tapi angkuh Ji Cin-peng berdiri kaku ditempat. Telapak tangan
kanannya diangkat ke tengah udara"..
Ngo kok him cun masih mengejar selangkah demi selangkah. Sekulum senyuman dingin
yang menyeramkan semakin menghiasi wajahnya yang mengerikan itu.
Walaupun gerak tangan Ji Cin-peng yang diayun ke atas itu dilakukan sangat lambat,
tapi akhirnya juga toh terayun pula ke tengah udara. Tangan itu berhenti sebentar disana,
kemudian baru diayunkan ke depan menghajar tubuh Ngo kok him cun.
Dalam serangan yang dilancarkan ini, ia telah mengerahkan segenap kekuatan terakhir
yang dimilikinya. Dia tahu serangan tersebut telah tak berkekuatan lagi. Itu berarti nasib
buruk yang mengerikan kian lama sudah kian mendekati hadapannya.
Akhirnya serangan tersebut dilepaskan juga. Segulung tenaga pukulan yang sama
sekati tidak menimbulkan suara meluncur ke depan dan menerjang tubuh lawannya?"
Ngo kok him cun tertawa dingin, ejeknya. "Nona, kau memang tahu kalau kepandaian
silatmu hebat dan melebihi siapapun. Sayangnya justru kau telah kehabisan tenaga pada
saat ini. Seranganmu itu sudah tidak bertenaga sama sekali".
Sembari berrketa telapak tangan kanannya didorong ke muka. Segulung tenaga
pukulan yang kuat langsung menyongsong datangnya ancaman tersebut.
Bagaimanapun juga Ngo kok him cun sudah terlampau memandang enteng kekuatan
serangan dari Ji Cin-peng tersebut.
Tendengar dengusan teriakan berkumandang memecahkan keheningan, tah- tahu
tubuh Ngo kok him cun sudah terlempar ke belakang sejauh satu kaki lebih dan
terjengkang di atas tanah.
Kiranya ketika Ji Cin-peng menyaksikan Ngo kok him cun mendesak semakin mendekat,
ia telah menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya. Dia ingin melukai musuh
tersebut dalam sekali serangan, maka pertama-tama telapak tangan kanannya melepaskan
sebuah pukulan dengan ilmu Boan yok sin kang.
Haruslah diketahui, Boan yok sin kang adalah semacam kepandaian sakti yang luar


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biasa kegunaannya. Segenap tenaga serangan yang dilancarkan oleh Ngo kok him Cun itu
segera tersapu lenyap hingga tak berbekas oleti serangannya itu. Sedangkan tenaga
pentulan yang maha dahstyat itupun segera membalik dan berbalik menyerang diri sendiri.
Masih untung kepandaian silat yang dimilikinya terlalu hebat. Walau terancam bahaya
pikirannya tak sampai kalut. Hawa murninya segera dihimpun keluar. Telapak tangan
kirinya cepat-cepat melepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk membendung tenaga
pantulan tersebut.
Betul juga sebagian dari tenaga pantulan yang dilancarkan Ji Cin-peng itu berhasil di
punahkan. Siapa tahu pada saat itu Ji Cin-peng mengayunkan kembali telapak tangan kanannya
melancarkan sebuah totokan maut dengan ilmu jari Thian kangci.
Desingan tajam yang memekakkan telinga langsung meluncur ke muka dan menerjang
tubuh kakek tersebut.
Mimpi pun Ngo kok him cun tidak menyangka kalau Ji Cin-peng masih memiliki tenaga
dalam yang demikian sempurnanya meski sudah berada dalam keadaan terluka parah.
Sekali salah perhitungan, fatallah akibatnya. Baru saja dia hendak menghimpun tenaga
Soat him tee sin kangnya, keadaan sudah terlambat.
Terasa dadanya seakan-akan dihantam oleh martil yang beribu-ribu kati beratnya, tak
bisa dikendalikan lagi tubuhnya mencelat ke udara dan terlempar keluar arena.
Namun keadaan Ji Cin-peng sendiripun amat payah. Setelah terluka parah secara
beruntun dia harus melancarkan serangan berulang kali, ini menyebabkan lukanya makin
parah. Hawa murninya terasa tersendat-sendat, kepalanya pusing tujuh keliling dan
wajahnya pucat pias seperti mayat. Keempat anggota badannya menjadi lemas dan tak
ampun lagi tubuhnya roboh terduduk di tanah.
Dsngan air mata bercucuran karena sedih Ji Kiu-liong berteriak keras keras, "Cici kau"
lukamu amat parah?"
Ji Cin-peng membuka matanya yang sayu dan memperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, dilihatnya Ngo koh him cun, si beruang berbulu emas, Mao Tam maupun ketua
Thian san pay Tong Bu kong sedaag duduk bersila semua untuk mengatur pernapasan.
Tahulah gadis itu jika Ji Kiu-liong tidak kabur menggunakan kesempatan ini jelas tiada
harapan lagi baginya untuk melarikan diri.
Diapun tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Ngo kok him cun amat sempurna,
kemungkinan besar sebentar lagi kekuatannya akan pulih kembali seperti sedia kala.
"Adik Liong" rintihnya kemudian dengan air mata bercucuran, "kau" kau harus segera
pergi meninggalkan tempat ini"
"Tidak" tidak" aku tak akan pergi meninggalkan tempat ini" seru Ji Kiu-liong
menggertak gigi menahan marah, "aku hendak membalaskan dendam bagi cici, sekalipun
harus mati aku juga akan membalaskan dendam untuk cici!".
Ji Cin-peng menghela napas panjang, "Aaai! Adik Liong, aku memahami perasaanmu.
Tapi keturunan keluarga Ji kita tinggal kau seorang yang bisa melanjutkan. Kau musti
menuruti perkataan cici. Bila ingin membalaskan dendam untuk cici, tunggulah sampai
ilmu silatmu berhasil mencapai tingkat yang lebih tinggi"
"Oooh" cici" seru Ji Kiu-liong menangis tersedu sedu. "Mana mungkin" Mana
mungkin" Aku tega untuk meninggalkanmu"
"Adik Liong" kata Ji Cin-peng dengan air mata bercucuran. "Jika bertemu dengan Gak
toako ceritakanlah kejadian ini kepadanya. Tapi kau tak usah menyinggung soal dendam
kesumat antara keluarga kita dengannya. Terutama sekali soal keponakanmu yang berada
ditempatnya Lam-hay sinni, dia adalah darah daging Gak toakomu. Suruhlah Gak toako
untuk menjumpainya di tempat guruku itu serta merawatnya sendiri?"
Ketika berbicara sampai disitu, paras muka Ji Cin-peng berubah semakin memucat,
napasnya juga terengah-engah, terpaksa dia harus pejamkan matanya untuk mengatur
pernapasan. "Cici" kau" apakah kau benar-benar hendak meninggalkan aku dan Gak toako?" seru
Ji Kio liong sambil terisak.
Ji Cin-peng tertawa getir, katanya, "Adik Liong" kaya miskin ada di langit, mati hidup
sudah ditetapkan takdir. Cepatlah pergi meninggalkan tempat ini. Kalau tidak maka kau
akan menjadi orang yang paling berdosa dari keluarga Ji. Tidak berbakti ada tiga, tak
punya keturunan merupakan yang terutama, hayo cepat pergi, cepat tinggalkan tempat
ini!" Ji Kiu-liong adalah seorang pemuda yang cerdas walaupun berada dalam suasana
perpisahan antara mati dan hidup yang menyedihkan, tapi ia cukup tahu keadaan dan bisa
membedakan enteng beratnya persoalan.
Sambil menggigit bibir menahan cucuran air matanya, pemuda itu lantas berkata, "Cici,
percayalah, bila adik Liong ini tidak mampu membalaskan dendam bagimu, aku
bersumpah tak akan hidup sebagai seorang lelaki dari keturunan keluarga Ji"
Selesai berkata dia membalikkan badan dan melotot sekejap kearah Ngo kok him cun si
beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan Mao Tam dan Thian san ciang bunjin
Tong Bu kong dengan sorot mata penuh kebencian. Kemudian tanpa mengucapkan
separah katapun segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berlalu dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Memandang kepergian adik kandungnya itu tanpa teraaa air mata Ji Cin-peng jatuh
bercucuran dengan derasnya.
ooOOOoo KENTONGAN ketiga baru saja menjelang. Bunyi jangkrik dan binatang kecil lainnya
berbunyi amat memekikkan telinga".
Kecuali bunyi binatang binatang kecil itu, jagad serasa sunyi, sepi daii tiada sedikit
gerakan apa pun.
Rembulan bersinar terang jauh di awang awang dan memancarkan cahaya keperak
perakan keempat penjuru dunia.
Perkampungan rahasia yang luas dipulau terpencil itu tampak lebih menyeramkan dan
menggidikkan hati Orang.
Ditengan sebuah halaman kecil yaag indah di banguuan sebelah timur berdiri termangu
seorang pemuda baju hijau yang menyoren pedang antik dipunggungnya. Sejak
kentongan kedua ia sudah berdiri termangu seorang diri ditempat itu.
Helaan napas panjang bergema dari bibirnya, lalu pemuda itupun bergumam.
"Mengapa nona Bwe belum juga datang" Dengan kedudukannya dan wataknya tak
mungkin akan mengingkari janji" Aaai, bukannya aku Gak Lam-kun terlampau romantis.
Sesungguhnya aku tak kuasa untuk menangkan rasa pergolakan hatiku terhadap
keanggunannya sebab ia begitu mirip dengan Ji Cin-peng"
Seusai bergumam, kembali ia mendongakkan kepalanya memandang awan diangkasa,
sekali lagi hatinya terasa amat murung dan kesal.
Pemuda itu merasa bahwa kehidupan manusia begitu mirip dengan awan yang
melayang diangkasa. Membuat orang sukar menduga akhir dari kehidupannya bahkan apa
yang bakai terjadi dalam sekejap kemudian.
Yaa, Gak Lam-kun waktu itu benar-benar meresapi bahwa awan putih yang tebal
sesungguhnya merupakan suatu perlambang bagi kehidupan manusia didunia ini.
Tiba tiba terdengar helaan napas panjang berkumandang dari belakang tubuhnya.
"Engkoh Gak mengapa kau berada disini seorang diri" Apa yang sedang kau lakukan
disini?" Terkesiap Gak Lam-kun setelah mendengar teguran itu. Dengan cepat ia membalikkan
badannya, terlihat si nona baju perak yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan itu
sedang melangkah mendekat dengan gerakan tubuh yang ringan.
Gak Lam-kun segera menghela napas sedih katanya, "Mengapa kau belum tidur juga?"
Selapis rasa kesal dan sedih menghiasi wajah si nona baju perak yang cantik, sahutnya,
"Ujung tembok menutupi daun jendela. Asap tipis menyelimuti wajah, rembulan serasa
hamba. kekasih ada di mana?" Oh engkoh Gak?"
Ketika mengucapkan kata kata tersebut, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang
membasahi wajahnya yang murung itu.
Gak Lam-kun segera menghampirinya, lalu berbisik lirih. "Adik Ping, mengapa kau?"
Diambilnya secarik sapu tangan dan disekanya air mata yang membasahi pipinya itu
dengan penuh kelembutan dan kehangatan, sikapnya itu amat mesra.
Tampaklah dari balik sepasang mata si nona baju perak yang besar, air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya. Tapi sekulum senyuman muncul diujung bibirnya dengan
manis pelan-pelan dia memejamkan matanya dan bersandar dalam pelukan pemuda itu.
"Engkoh Gak. apakah kau sedang menunggu Bwe Li-pek?" tegurnya.
Gak Lam-kun mengangguk "Benar, aku ada urusan hendak dibicarakan dengannya,
karena itu aku harus bertemu dengannya!"
Nona berbaju perak segera mencibirkan bibirnya, dengan nada cemburu dia
bertanyalagi, "Engkoh Gak, cintakah kau kepadanya?"
Gak Lam-kun tidak menyangka kalau gadis itu bakal mengajukan pertanyaan secara
terang-terangan. Dia tahu perempuan itu paling mudah cemburu apalagi dia telah
mencintai dirinya sedemikian rupa, tak nanti dia akan ijinkan orang lain untuk terjun pula
dalam kancah percintaannya dengan pemuda tersebut.
Berpikir demikian Gak Lam-kun segera berkata.: "Adik Ping. Kau tak usah berpikir yang
bukan-bukan. Aku pasti akan mendampingimu selama hidup"
Mendengar janji tersebut sekulum senyuman yang manis dan hangat kembali
menghiasi wajahnya yang cantik. Dalam sekejap itu pula perasaannya terasa lega dan
terbuka, katanya: "Engkoh Gak. kalau begitu bagaimana kalau kita hidup tenang dalam
istana kaca Siu bing kiong yang didirikan oleh Kiu tiong-kiongcu Ku Yang-cu itu" Aku pasti
akan melayanimu secara baik-baik. Aku dapat memberikan seorang anak lelaki dan
seorang anak perempuan kepadamu. Waktu itu kita tak akan banyak ribut dengan seorang
persilatan, sepanjang hari memetik harpa bermain pedang untuk menghibur diri?"
Sesungguhnya si nona berbaju perak itu adalah seorang gadis aneh yang aneh pula
wataknya. Ia tinggi hati, terlalu egois dan tahunya menang sendiri. Tapi ketika ia sudah
menjadi istrinya Gak Lam-kun, watak yang aneh itu ternyata seratus delapan puluh derajat
mengalami perubahan yang besar. Ia berubah menjadi begitu romantis, begitu polos dan
lembut, seakan akan sama sekali tiada hubungannnya dengan keanehan serta
keeksentrikan wataknya dimasa lalu.
Gck Lam-kun merasa terharu sekali setelah menyaksikan ketukusan dan dalamnya cinta
orang, diam diam ia berpikir di hati, "Gak Lam-kun wahai Gak Lam-kun, sekarang kau
sudah mempunyai seorang istri yang paling cantik didunia ini, apakah kau masih belum
merasa puas" Apakah kau tidak merasa tindakanmu sekarang telah menyakiti hati Adik
Ping"."
Berpikir sampai disitu, timbul perasaan dihati kecil Gak Lam-kun. Ia merasa hatinya
hancur lebur menjadi berkeping-keping. Dipeluknya tubuh gadis itu dengan hangat dan
mesra, tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan. Hanya titik air mata yang jatuh
berlinang membasahi wajah gadis cantik itu.
Tiba tiba nona berbaju perak itu membelalakkan sepasang matanya, kemudian katanya
sambil tertawa, "Engkoh Gak, sedihkah hatimu?"
"Tidak" Aku" aku" terlalu gembira" sahut pemuda itu seraya menggeleng.
Sehabis berkata, ia menundukkan kepalanya dan mancium bibirnya dengan mesra.
"Ehmm" kau jahat?" bisik nona berbaju perak itu dengan wajah memerah.
Menyaksikan pipinya yang merah karena jengah, Gak Lam-kun merasa makin
dipandang gadis itu semakin mempesona hati, sehingga tanpa terasa ia membelai
rambutnya dengan mesra dan timbul perasaan nyaman dan hangat yang tak terlukiskan
dengan kata-kata.
Pelan-pelan gadis berbaju perak itu memejamkan matanya. Sekulum senyuman manis
masih menghiasi ujung bibirnya, seakan-akan ia merasa bahwa detik itu merupakan detik
yang paling bahagia dalam sejarah hidupnya selama ini.
Gak Lam-kun memperlihatkan sekejap matanya yang besar dan jeli itu, senyuman
manis yang menghiasi bibirnya dan sorot matanya yang lembut dan penuh kemesraan itu,
tanpa terasa dia menghela napas dalam hati pikirnya. "Kenapa aku Gak Lam-kun pernah
merasakan kebahagiaan hidup seperti sekarang ini" Sejak mendapatkan Ji Cin-peng
sebagai istriku, kini aku mendapat pula seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan sebagai istriku pula. Aaai" semoga Thian melimpahkan rahmatnya kepada
kami sehingga bisa hidup bahagia sampai akhir masa nanti"."
Gak Lam-kun memajamkan matanya rapat-rapat dan diam-diam berdoa didalam hati.
Tiba tiba terdengar nona berbaju perak itu berseru, "Engkoh Gak, aku ingin
memberituhukan sebuah rahasia besar kepadamu. Mau dengar tidak?".
Mendengar ucapan tersebut, bagaikan baru sadar dari impian, cepat-cepat pemuda itu
bertanya, "Rahasia apa?"
"Kau bersedia tidak untuk mendengarkan?"
Menyaksikan wajahnya yang manja dan manis itu, apalagi kalau sedang aleman begini,
kecantikannya terasa bertambah mempesonakan hati, tanpa terasa sahutnya berulang
kali, "Aku bersedia! Aku bersedia! Cepatlah kau katakan!"
Nona berbaju perak itu menatap wajah Gak Lam-kun lekat-lekat, kemudian bertanya,
"Engkoh Gak, beritahu kepadaku secara terus terang, sesungguhnya gurumu Yo Long
sudah mati atau belum?"
Pertanyaan itu sangat mencengangkan hati Gak Lam-kun. Ia tidak habis mengerti apa
sebabnya gadis itu mengajukan pertanyaan seaneh itu. "Adik Ping. mengapa kau
mengajukan pertanyaan tersebut?" tegurnya kemudian.
Sepasang mata nona berbaju perak itu merah karena sedih bisiknya, "Tahukah kau asal
usulku?" Diam-diam Gak Lam-kun merasa menyesal, pikirnya, "Yaa, benar! Aku telah menjadi
suami istri dengannya tapi asal usulnya masih belum kuketahui dengan jelas. Bukankah
kejadian ini lucu dan menggelikan sekali?"
Berpikir demikian, dia lantas tersenyum, katanya, "Bukankah kau putrinya Soat san
thian li?"
"Kau hanya tahu itu saja, tahukah kau siapa nama ibuku?"
Merah padam selembar wajah Gak Lam-kun lantaran jengah, sahutnya agak tergagap,
"Sungguh menyesal aku"."
Nona berbaju perak itu menghela napas panjang, katanya, "Dalam dunia dewasa ini,
mungkin hanya gurumu seorang yang mengetahui asal usul ibuku" Padahal aku
sendiripun tidik tahu siapakah nama ibuku yang sesungguhnya. Aku hanya lahu dia orang
tua bernama Gi-gi"
Gak Lam-kun menjadi amat keheranan, segera tanyanya, "Adik Ping, apakah ibumu tak
pernah memberitahukan kepadamu siapakah nama lengkapnya". Kalau begitu siapakah
ayah-mu?" Nona berbaju perak itu tak kuasa menahan rasa sedihnya lagi setelah mengenang
kembali asal usulnya yang mengenaskan itu tanpa terasa titik air mata kembali jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Gak Lam-kun mengeluarkan sapu tangan dan menyeka air mata yang membasahi
pipinya itu, kemudian berbisik, "Adik Ping, aku benar-benar tidak mengerti kau memiliki
asal usul semacam ini"
Tiba tiba nona berbaju perak itu tertawa kembali, katanya, "Asal kau benar benar
mencintaiku, aku tak akan pernah merasakan sedih lagi dengan asal usulku yang
mengenaskan itu"
Ucapan tersebut sangat menggetarkan perasaan Gak Lam-kun. Sekalipun hanya
sepatah kata yang sederhana tapi sudah terpancar betapa dalamnya cinta gadis itu
kepadanya. Itu berarti dia sendiri tak boleh sampai menyia-nyiakan limpahan rasa
sayangnya itu. "Adik Ping kau jangan kuatir" janjinya, "sampai mati aku Gak Lam-kun akan tetap
mencin-taimu"
"Engkoh Gak tahukah kau barusan mengapa aku bertanya soal gurumu" Karena lamatlamat
menurut dugaanku ayahku besar kemungkinan adalah gurumu sendiri Yo Long"
Tak terlukiskan rasa kaget Gak Lam-kun setelah mendengar perkataan itu, seruuya,
"Apa?" Hal ini" hal ini mana bisa jadi?"
"Sejak aku tahu urusan, ibu sudah malai mengajarkan aku membaca buku, bermain
khim. Tapi setiap kali aku bertanya soal ayahku, wajahnya selalu memucat dan menangis
dengan sedih. Dia bilang ayahku sudah lama meninggal dunia, dia suruh aku baik-baik
berlatih memetik harpa serta ilmu silat, agar setelah dewasa nanti bisa pergi membunuh
seorang musuh besarnya. Selama enam tujuh tahun lamanya selain ibu mengajarkan ilmu
syair dan ilmu silat, mengenai soal jago-jago dalam dunia persilatan serta watak manusia
di dunia luar boleh dibilang tak pernah membicarakannya. Dia selalu membungam dalam
seribu bahasa, bahkan nama margaku pun tak pernah mau dikatakan. Akan tetapi
sebelum dia orang tua meninggal dunia, ternyata dia telah menyerahkan Lencana
Pembunuh Naga itu kepadaku. Ia berpesan agar aku datang ke pulau terpencil ini dan
menunggu kedatangan Tok liong cuncu Yo long. Ia suruh aku memetikkan khim baginya.
Waktu itu aku bertanya kembali siapakah nama margaku sebab bila seorang tidak memiliki
nama marga berarti dia adalah anak jadah, aku tidak ingin seorang anak yang tidak
berbapak."
"Apakah ibumu memberitahukan kepadamu siapa nama margamu?" tukas Gak Lam-kun
Nona berbaju perak itu menghela napas panjang, sahutnya. "Ketika kuajukan
pertanyaan ini, sekujur tubuh ibu segera mengejang keras, akhirnya ketika ia
menyebutkan bahwa aku she Yo. Dia orang tua telah menghembuskan napasnya yang
penghabisan"
Gak Lam-kun segera menghels napas panjang pula. "Aaai" ilmu silat yang dimiliki Soat
san-thian li tiada tandinganya diseluruh dunia, mengapa dia bisa meninggal secara tibatiba"..?"
Pada saat itu, si nona berbaju perak itu sudah tak dapat menahan rasa sedihnya lagi
mengenang kembali kematian ibunya. Air mata bercucuran dengan derasnya, dengan
sedih ia berkata, "Berhubung terlalu banyak pikiran dan hatinya tak pernah tenang, maka
sewaktu melihat sejenis ilmu silat yang maha sakti dia telah mengalami jalan api menuju
ke neraka yang mengakibatkan kematiannya"
Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas panjang. "Bila perasaen tidak tenang pikiran
ikut tak tenang, hal mana justru merupakan pantangan bagi orang untuk berlatih ilmu.
Apakah dia tidak mengetahui akan hal ini?"
"Mungkin ia lebih suka cepat-cepat mati daripada hidup menanggung sengsara?"
"Kau jangan terlalu bersedih hati, kejadian dimasa lampau bagaikan impian, apa yang
sudah lewat biarkan saja dia lewat"
"Engkoh Gak"." pekik Yo Ping, si nona berbaju perak itu lirih, "semenjak kematian ibu,


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siang dan malam aku selalu memikirkan hubungan apakah yang sesungguhnya terjalin
antara dia dengan Yo Long. Pada akhirnya aku sudah mulai merasakannya secara lamatlamat
bahwa besar kemungkinan Tok liong cuncu Yo Long adalah ayahku yang
sesungguhnya. Engkon Gak, beritahu kepadaku apakah dia sudah mati" Mari kita pergi
mencarinya dan membongkar keadaan yang sebenarnya"
"Adik Ping, kau tak usah bersedih hati. Guruku telah meninggal dunia pada tiga tahun
berselang!" kata Gak Lam-kun sambil menghela napas sedih.
"Kalau begitu asal-usulku kan tak bisa ku ketahui sepanjang masa".?"
"Aku rasa masih ada seorang yang mungkin tahu?"
"Siapa?"
"Hay sim li yang sinting itu. Asal kita dapat menyembuhkan penyakit yang
menderitanya besar kemungkinan dia bisa memberitahu hubungan yang sebenarnya
antara guruku dengan ibumu"
"Sekarang Hay sim li berada dimana?"
"Dia pergi mengambil tulang dari guruku. Mungkin masih berada dipulau ini"
"Engkoh Gak, malam sudah semakin kelam, mari kita pulang kcdalam rumah!" bisik Yo
Ping lirih. Dengan mesra Gak Lam-kun merangkul pinggangnya yang ramping dan menempelkan
wajah-nya diatas wajahnya. Sikap itu begitu hangat dan mesra, penuh dengan luapan rasa
cinta yang dalam.
Pelan-pelan mereka beranjak dan kembali ke ruangan.
Tapi baru tiga kaki dia berjalan tiba- tiba dibawah sebatang pahon siang tampak
sesosok bayangan manusia berdiri tegak disitu.
Yo Ping menjadi naik pitam ketika dilihatnya ada orang yang begitu berani mengintip
perbuatan mereka. Sambil membentak nyaring tangan kirinya diayunkan kedepan siap
membinasakan orang itu.
Gak Lam-kun yang memiliki sepasang mata yang tajam segera dapat menangkap siapa
gera-ngan orang itu, buru-buru serunya. "Adik Ping jangan sembarangan bertindak!"
Tiba tiba orang itu meloloskan pedangnya dan secepat kilat menyambar datang.
Cahaya pedang memancar keempat penjuru amat menyilaukan mata dengan jurus Cun
han Hau siau (Kabut dingin menyelimuti bukit) ia gulung tubuh kedua orang itu.
"Liong te, ako!" Gak Lam-kun segera berteriak keras.
Di bawah sorot sinar rembulan, tampaklah bahwa orang itu tak lain adalah Ji Kiu-liong.
Dengan wajah penuh kesedihan dan perasaan aei ci Ji Kiu-liong membentak keras.
"Justru karena aku tahu kalau kau, maka aku hendak membunuh kalian berdua!"
Bukannya mundur kebelakang. pemuda itu malah maju menerjang ke muka dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat.
"Adik Liong, kau"..?"
Berbareng deegan bentakan yang berat, tangan kirinya secepat kilat mencengkeram
kedepan. "Aduuhh"!" Diiringi jeritan tertahan, pedang ditangan Ji Kiu liong itu tahu-tahu sudah
dipukul rontok keatas tanah oleh serangan dari Gak Lam-kun itu.
Ji Kiu-liong membentak amat gusar. Sepasang telapak tangannya secara beruntun
melepaskan tiga buah serangan berantai dan sebuah tendangan kilat.
Kaki dan tangan digunakan bersama" itulah jurus ampuh yang diwariskan Gak Lamkun
kepadanya. Ketika dilihatnya pemuda itu menyerang bagaikan orang kalap, bahkan begitu turun
tangan lantas mempergunakan jurus-jurus serangan yang dahsyat dan mematikan, Gak
Lam-kun menjadi tertegun dan tidak habis mengerti. Dia tak tahu apa sebabnya Ji Kiuliong
bisa melancarkan sergapan maut kepadanya"
Gak Lam-kun dan Yo Ping segera memutar tubuhnya dan secara aneh dan gesit dia
menghindarkan diri sejauh tiga depa lebih dari posisi semula.
Dengan gusar Gak Lam-kun segera membentak keras, "Adik Liong, kau jangan
bergurau terus, hayo cepat hentikan seranganmu itu!"
Benar juga. Ji Kiu-liong segera menghentikan serangannya. Dengan sepasang mata
melotot lebar diawasinya Gak Lam-kun lekat lekat. Titik air mata jatuh bercucuran
membasahi pakaiannya. Ia tampak amat sedih dan tersiksa, mulutnya terbungkam dalam
seribu bahasa. Dari sakunya Gak Lam-kun mengeluarkan sapu tangan dan menyeka air mata yang
membasahi wajah Ji Kiu-liong, kemudian dengan suara lirih dia bertanya, "Adik Liong, apa
yang telah terjadi denganmu?"
Ji Kiu-liong tidak menjawab, dia malah menangis tersedu sedu.
Menyaksikan tindak tanduk pemuda itu, Gak Lam-kun semakin tertegun lagi lagi
dibuatnya sehingga ia menjadi melongo dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan cepat dia berseru, "Adik Liong,
apakah nona Bwe sudah tertimpa sesuatu kejadian besar?"
Sambil menangil terisak kata Ji Kiu-liong, "Engkoh Gak, terima kasih kuucapkan atas
perhatianmu Selama banyak tahun kepadaku. Hari ini hubungan kita sudah berakhir. Sejak
sekarang kita akan berpisah untuk selama-lamanya. Kau". baik-baiklah menjaga dirimu"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari tempat itu.
Gak Lam-kun menjadi sangat gelisah, teriaknya keras keras, "Adik Liong, adik Liong,
harap tunggu dulu. Kau harus menjelaskan dahulu apa yang telah terjadi"!"
Pada waktu itu perasaan Ji Kiu-liong amat sedih bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau.
Terhadap teriakan dari Gak Lam-kun, hampir tak digubris olehnya. Dalam waktu singkat
bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas ditelan kegelapan.
Pelan- pelan Yo Ping menghampirinya dan berkata, "Engkoh Gak. bocah itu telah
menghina dirimu. Biarkanlah dia pergi dari sini!"
Gak Lam-kun mengaela napas panjang. "Adik Ping!" katanya, "tunggulah aku di dalam
istana Sui cin kiong" sebentar aku datang!"
Sehabis berkata dia telah membalikkan badannya dan siap pergi meninggalkan tempat
itu. Paras muka Yo Ping segera berubah hebat. "Engkoh Gak, kau".."
"Maafkanlah aku Adik Ping. Aku tak dapat membiarkan bocah itu pergi dengan begitu
saja. Ia perlu pengawasan dariku!"
Sehabis berkata, secepat sambaran kilat Gak Lam-kun berlalu dari sana mengejar
kemana Ji Kiu-liong melenyapkan diri tadi.
Menyaksikan bayangan punggung Gak Lam-kun yang lenyap dari pandangan, air mata
jatuh bercucuran membasahi wajah Yo Ping.
Rasa sedih yang amat tebal menyelimuti wajahnya. Dia bergumam seorang diri, "Lelaki
bedebah, rupanya mulutmu saja yang manis. Rupaya kau lebih mencintai orang she Bwe
itu daripada kepadaku?"
Bergumam sampai disitu selapis hawa napsu membunuh amat tebal segera memancar
keluar diatas wajah Yo ping yang dingin bagaikan es itu, serunya lagi dengan gemas,
"Baik! Kalau ingin mati, kita akan mati bersama"!"
Perempuan memang sebagian besar berhati culas dan curiga. Apalagi terhadap
masalah kecil yang sepele, biasanya mereka akan memandangnya amat serius dan berat.
Bila suatu persoalan sudah menyusup dalam benaknya maka masalah itu seakan akan
selalu merongrong hatinya. Makin dipikir persoalan yang mulanya kecil itu akan makin di
besar-besarkan sehingga akhirnya akan rnenciptakan suatu tragedi yang akan disesalinya
setelah semua itu telah terjadi.
Begitu pula dengan keadaan Yo Ping sekarang. Dia mengira Gak Lam-kun telan
menghianati cintanya. Dia menganggap pemuda itu lebih mencintai gadis lain daripada
mencintainya. Ini membuat gadis tersebut makin dipikir semakin marah, akhirnya kobaran
api yang membara dalam dadanya mendorong hawa napsu membunuhnya. Ini pula
akibatnya dia melangkah ke suatu jalan yang salah yang akhirnya nyaris mengakibatkan
kematian banyak orang.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ji Kiu-liong" Mengapa secara kebetulan dia dapat
berjumpa dengan Gak Lam-kun serta Yo Ping disana"
Kiranya setelah senja menjelang tiba tadi, Ji Kiu liong telah meninggalkan Ji Cin peng.
Ia tahu ingin melepaskan diri dari cengkeraman Tiang pek sam him, maka tak boleh ia
tinggalkan tempat itu. Maka pemuda tersebut bersembunyi di suatu sudut dari bangunan
tersebut. Menanti kentongan keempat sudah menjelang, tiba-tiba ia teringat kembali janji
Gak Lam-kun dengan kakaknya itu.
Maka secara diam-diam dia menyelinap masuk ke dalam. ruangan bangunan itu. Apa
mau dibilang pada saat itulah ia menyaksikan adegan mesra antara Gak Lam-kun dengan
Yo Ping. Hal ini kontan saja membangkitkan rasa sedih dan sakit hatinya.
Terbayang kembali kakaknya yang bernasib jelek, hidup sengsara sepanjang masa"
bukankah kesemuanya itu karena cinta kasihnya kepada Gak Lam-kun"
Benar dia kurang begitu jelas tentang dendam keluarganya, tapi ia tidak menyangkal
bahwa kesengsaraan yang dialami kakaknya tak lain adalah hasil perbuatan dari Gak Lamkun.
Bagaimanapun juga Gak Lam-kun wajib memikul tanggung jawab ini.
Cinta kasih kakaknya terhadap pemuda itu begitu mendalam, begitu suci dan murni
sehingga ia rela mengorbankan segala sesuatunya demi pemuda itu. Sebaliknya Gak Lamkun
sendiri". Semakin dipikirkan, Ji Kiu-liong dengan jalan pemikiran kekanak-kanakannya itu
semakin mendendam sehingga tanpa terasa api kemarahannya berkobar didalam dada.
Itulah sebabnya dengan geram ia melancarkan tusukan maut ke tubuh Gak Lam-kun.
Dalam pada itu, Ji Kiu-liong seding berlarian dengan kencangnya. Pelbagai ingatan
berkecamuk dalam benaknya, kini kakaknya sudah ditawan orang. Mati hidupnya tidak
diketahui. Dengan cara apakah dia harus menyelamatkan jiwanya"..
Seandainya ia sampai mati, maka keponakanku itu mengapa harus diserahkan kepada
Gak Lam-kun?"
Ternyata didalam hati kecilnya itu sudah mengambil keputusan untuk memikul
tanggung jawab untuk mendidik bocah kecil itu. Dia tak rela menyerahkan keponakannya
itu kepada Gak Lam-kun, sebab bagaimanapun juga bocah itu dilahirkan oleh kakaknya".
Dalam sekejap mata, Ji Kiu-liong sudah berada di pantai laut sebelah barat,
memandcang gulungan ombak di samudra yang bewarna biru kehitam-hitaman itu. Ia
duduk termangu".
Angin dingin berhembus lewat membuat ombak menggulung makin ganas.
Kobaran api amarah yang membara daiam dadanya, pelan-pelan mulai mereda dan
membuyar?"
Dengan begitu, otaknya juga mulai dingin. Kesadarannya mulai pulih kembali seperti
sediakala".
Tapi ia menangis, menangis tersedu-sedu persis seperti seseorang anak kecil.
Kemudian, dari belakang tubuhnya tiba-tiba kedengaran seseorang menghela napas
panjang. "Adik Liong, kesedihan apakah yang kau alami, sehingga membuat batinmu
begitu tertekan. Kenapa kau tidak menjelaskan kepadaku" Tahukah kau bila kau sampai
berbuat demikian, aku merasa malu kepada kakakmu dialam baka. Aku merasa seakanakan
tak sanggup menanggung pertanggungan jawab ini"
Ji Kiu-liong makin meledak tangisannya. Tiba-tiba ia melompat bangun dari
menjatuhkan diri ke dalam pelukan Gak Lam-kun.
"Adik Liong!" kata Gak Lam-kun sambil menepuk bahunya, "sebagai seorang lelaki
sejati, tidak pantas kau melelehkan air mata dengan begitu saja. Bila ada persoalan,
katakanlah secara terus terang!"
"Gak toako!", kata Ji Kiu-liong, sambil menahan isak tangisnya. "Aku" Aku" merasa
bersalah kepadamu"."
Kasih sayang yang diperlihatkan Gak Lam-kun itu sangat mengharukan Ji Kiu-liong.
Sebagaimana diketahui seorang bocah adalah paling gampang terpengaruh emosinya, tapi
paling gampang pula dibikin terharu. Tidak terkecuali Ji Kiu-liong sendiri.
"Kau jangan bersedih hati" kata Gak Lam-kun lagi. "aku tahu didalam hati kecilmu pasti
terdapat kesulitan yang tak mampu diutarakan dengan kata-kata?"
Ji Kiu-liong semakin tergetar perasaannya, tak tahan lagi dia lantas berteriak keras,
"Engkoh Gak, cici ku telah ditawan oleh Tiang pek sam him".!"
Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun mengerutkan dahinya rapat-rapat lalu berkata,
"Ilmu silat yang dimiliki nona Bwe sangat lihay, bagaimana mungkin ia bisa".."
"Nona Bwe adalah kakak kandungku. Dia adalah enci Cin peng"!" seru Ji Kiu-liong lagi
dengan pedih. Ibarat disambar geledek di siang hari bolong Gak Lam-kun merasakan benaknya serasa
benaknya terasa kosong. Tak terasa, dengan suara gemetar, bisiknya agak tergagap,
"Apaa".. apaa kau bilang" Nona Bwe adalah Cin peng" Sedang mimpikah aku ini?"
"Engkoh Gak mengapa kau tidak percaya?" teriak Ji Kiu-liong "Ia telah melahirkan
seorang anak lelaki untukmu. Dia benar-benar adalah kakak kandungku?"
Gak Lam-kun berusaha keras untuk menekan pergolakan perasaan dalam hatinya ia
berkata lirih, "Adik Liong, sesungguhnya apa yang telah terjadi" Cepat kau terangkan
kepadaku" Secara ringkas Ji Kiu-liong lantas menceritakan bagaimana Ji Cin-peng mengakui
keadaannya serta bagaimana terjadinya pertarungan dengan Tiang-pek sam him, sehingga
mengakibatkan tertawannya dia. Cuma dia secara sengaja telah merahasiakan hubungan
dendam keluarganya dengan si anak muda itu.
Seusai mendengar kisah tersebut, Gak Lam-kun lantas bergumam, "Dia adalah adik
Peng. Yaa dia memang mirip sekali dengan Adik Peng. Baik raut wajahnya maupun
potongan badannya. Tapi kenyataan ini serasa sukar diterima dengan akal". Yaa" Yaa"!
Dia pasti adalah Ji Cin-peng. Dia benar-benar adalah Ji Cin-peng"."
"Oooh adik Peng" adik Peng" mengapa kau harus meninggalkan kami?" mengapa.."
Belum pernah pikiran dan perasaan Gak Lam-kun sekalut sekararg ini. Sedemikian
kalutnya kepala terasa menjadi pusing tujuh keliling.
Ji Kiu-liong segera berkata, "Cici meninggalkan kita hampir setahun karena ia hendak
melahirkan anak itu."
Gak Lam-kun menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian berkata, "Kiu-liong, kau jangan
berbohong. Setelah melahirkan anak itu, mengapa tidak datang mencari kita berdua?"
Ji Kiu-liong merasa amat terkejut pikirnya. "Aduuuh" celaka" Bila ia sampai menaruh
curiga, habislah sudah segala galanya"
Berpikir demikian, dengan cepat Ji Kiu-liong berkata. "Cici meninggalkan kita tentu saja
karena ia mempunyai rahasia yang tak bisa diungkapkan kepada orang. Apa salahnya bila
kau tanyakan sendiri persoalan tersebut kepadanya dikemudian hari"
Gak Lam-kun manggut manggut. kemudian ia bertanya lagi dengan cemas, "Adik Liong,
bagaimana keadaan lukanya?"
"Luka yang dideritanya itu parah sekali" jawab Ji Kiu-liong dengan sedih. "Mungkin
sekali akibat lukanya itu bisa mempengaruhi jiwanya. Andaikata ia mati. sungguh kasihan
keponaklanku itu. Dia tak akan bisa merasakan kasih sayang dari ibunya lagi!"
Mendengar itu dengan geram Gak Lam-kun menggigit bibirnya menahan rasa gusar dan
bencinya dihati. Ia bersumpah. "Tiang pek san him wahai Tiang pek san him apabila Ji
Cin-peng sampai mengalami sesuatu cedera, aku Gak Lam-kun bersumpah akan membumi
ratakan Ngo kok kosu kalian dan mencincang tubuh kamu bertiga"..!"
Diam diam Ji Kiu-liong merasa girang setelah mendengar perkataan itn, serunya
dengan cepat, "Engkoh Gak. Mereka sudah berangkat semalam lebih awal, bila kita
mengejarnya sekarang jaga mungkin ditengah jalan masib bisa menghalangi jalan pergi
mereka" Mendengar perkataan itu, bagaikan baru sadar dari impian Gak Lam-kun segera
berseru, "Adik Liong, perjalanan menuju kebukit Tiang pek san jauh sekali, apakah kau
hendak ikut?"
"Gak toako, apakah kau suruh aku berada di sini seorang diri tiap hari sambil
menanggung derita?"
Gak Lam-kun segera manggut manggut "Kalau begitu urusan tak bisa ditunda lagi, mari
kita segera berangkat"..!"
Selesai berkata Gak Lam- kun dan Ji Kiu-liong segera mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa. Setibanya dipantai, dengan
sampan mereka berangkat meninggalkan pulau terpencil itu, kemudian dengan dua ekor
kuda jempolan berangkat menuju ke bukit Tiang pek san.
Perjalanan dilakukan dengan kecepatan luar biasa, siang malam terus berjalan untuk
mengejar waktu. Dalam waktu belasan hari kemudian tibalah ke dua orang itu
diperbatasan. Sepanjang jalan mereka selalu mencari kabar tentang rombongan Tiang pek-sam him,
tapi tak pernah ada beri
Kisah Pendekar Bongkok 3 Pendekar Sadis Karya Kho Ping Hoo Istana Pulau Es 18

Cari Blog Ini