Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 3
ota Gak-ciu!" "Aaah, betulkah kabar itu?" tanya Gak Lam-kun dengan perasaan bergetar keras.
"Betul atau tidak, aku yakin berita itu bukan berita isapan jempol belaka, sebab cepat
atau lambat Soat san Thian-li pasti akan tiba dibukit Kun-san, cuma kita tak bisa melacaki
jejaknya saja"
"Jadi kalau begitu, kawanan jago persilatan termasuk juga saudara Si, mempunyai
anggapan bahwa Soat san Thian-li bercokol, diatas pulau ini?"
Si Tiong-pek manggut manggut.
"Konon tiga malaikat dari See-ih telah menyanggupi permintaan Soat san Thian-li untuk
menjadi pembantunya, dan bertugas melindungi keamanan selama berlangsungnya
penyerahan Lencana Pembunuh Naga dibukit Kun-san?"
Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun semakin terperanjat, cepat dia berpikir, Masa
Soat-san Thian-li mempunyai rencana lain" Kalau tidak, dengan kepandaian silat serta
pamornya aku rasa cukup untuk melindungi keamanan sendiri selama berlangsungnya
penyerahan lencana pembunuh naga, kenapa dia musti minta bantuan Tiga malaikat Seeih?""
Tiba-tiba Si Tiong-pek berkata lagi, "Saudara Gak aku sangat ingin meminjam
tenagamu untuk bersama-sama menanggulangi suatu rencana besar, entah bersediakah
kau untuk memenuhinya?"
"Masalah apa saudara Si" Katakan saja secara terperinci, agar Siaute bisa
mempertimbangkannya, andaikata Siaute memang mampu, sudah tentu akan kubantu
sedapat mungkin"
Si Tiong-pek tersenyum katanya, "Sebetulnya masalahnya bukan masalah besar, sebab
hanya sekitar penyerahan lencana pembunuh naga dari Soat san Thian-li ke tangan Tok
liong Cuncu dibukit Kun san. Aku sama sekali tak menyangka kalau urusannya seberat ini,
aku lebih-lebih tak menduga kalau para jago kenamaan baik dari golongan putih maupun
dari golongan hitam ikut pula dalam perebutan ini, terutama orang-orang dari perguruan
panah bercinta!
Lantaran Waktu berangkat semuanya serba cepat-cepat dan mendadak, siaute tak bisa
membawa pembantu yang terlampau banyak, dewasa ini kecuali delapan belas elang baja
bawahanku serta Ou Thamcu dibawah panji elang baja, boleh dibilang segenap kekuatan
perkumpulan kami belum tiba disini, jadi kalau dinilai dari situasinya sekarang ini pada
hakekatnya kekuatan kami terlampau minim. Sebab itulah dengan memberanikan diri,
siaute memohon bantuan dari saudara Gak untuk bersama-sama menanggulangi situasi
ini, bila berhasil tentu saja kita nikmati bersama!"
"Bagus sekali!" pikir Gak Lam-kun, rupanya kalian memang lagi putar otak untuk
menghadapi diriku, hmm! Tak nanti aku Gak Lam-kun menderita kekalahan total dalam
permainan catur ini"
Sementara sipemuda termenung Si Tiong-pek telah tertawa ringan.
"Haahhh"haahhh"haaahhh"tentu saja jika saudara Gak merasa keberatan, siaute pun
tak berani terlalu memaksa, marilah kita selidiki bersama keadaan perkampungan itu"
Selesai mengucapkan kata-kata tersebut, tanpa menantikan jawaban dari Gak Lam-kun
lagi dia sudah melompat setinggi tiga kaki ketengah udara, lalu meluncur kedalam
bangunan rumah yang berdiri angker ditengah kegelapan itu.
Dalam sekali lompatan, ia sudah mencapai sejauh lima kaki lebih, bukan saja tidak
menimbulkan suara, bajunyapun tidak menimbulkan suara kibaran. Enteng lincah dan luar
biasa! Menyaksikan itu, Gak-Lam-kun menghela napas, pikirnya, "Sudah lama kudengar orang
berkata bahwa Si Tiong-pek adalah seorang jago lihay diantara kalangan muda, setelah
perjumpaan hari ini terbukti sudah kalau berita tersebut bukan berita kosong belaka.
Cukup dinilai dari ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna ini, bisa diketahui kalau dia
memang terhitung seorang jagoan kelas satu dalam dunia persilatan?"
Dihati dia berpikir begitu, badannya ikut melompat keudara, lalu dengan beberapa kali
jumpalitan badannya ikut melayang turun sejauh empat lima kaki dari tempat semula.
Kegelapan serasa menyelimuti seluruh angkasa, bintang bertaburan diudara dan
memancarkan kerlipan sinarnya yang redup.
Kecuali bangunan rumah yang berderet-deret serta bangunan loteng yang menjulang
keangkasa, dalam perkampungan yang luas dan megah itu hanya dipenuhi oleh pohon
Pek-yang yang tinggi besar dengan dedaunannya yang lebat, suasana menyeramkan
gelap, sepi dan tak nampak setitik cahayapun.
Si Tiong-pek bersama Gak Lam-kun melompat masuk kedalam pekarangan rumah,
mereka mencoba untuk menengok sekelilingnya, tapi cuma kegelapan yang ditemui. Angin
musim gugur yang berhembus lewat, yang menggugurkan dedaunan kering, menambah
seramnya suasana dalam perkampungan tersebut"
Si Tiong-pek berpaling, dan ujarnya kepada Gak Lam-kun sambil tertawa lirih, "Saudara
Gak, coba kau lihat! Semua jendela dan pintu dalam perkampungan ini tertutup rapat,
seolah olah tiada penghuninya, tapi aku rasa justru keadaan semacam ini harus
mengundang kewaspadaan yang lebih tinggi buat kita" Gak Lam-kun mendengus dingin.
"Hmm"! Toh kita sudah sampai disini, perduli apa yang hendak mereka lakukan atas
diri kita?"
Si Tiong-pek ikut tertawa.
"Untuk suksesnya pencarian ini, bagaimana kalau saudara Gak melakukan tugas
pemeriksaan dari timur menuju keselatan, sedang aku dari barat menuju keselatan" Bila
tidak menemukan sesuatu, kita berkumpul lagi disini?"
Gak Lam-kun tidak menjawab, lalu dia kerahkan hawa murninya melambung keudara
dan melayang turun diatas atap rumah dengan entengnya.
"Siaute akan berangkat duluan!" kata Gak-Lam-kun sambil berpaling.
Lalu dia kerahkan hawa murninya dan melejit keudara, sekali melompat tubuhnya
sudah mencapai sejauh tiga empat kaki dari tempat semula. Dia hinggap diatas sebatang
pohon Pek-yang, dari situ dengan meminjam tenaga pantulan dari dahan pohon, ibaratnya
kuda langit yang terbang diangkasa, secara beruntun dia lewati tiga lapis bangunan rumah
dan melayang turun nun jauh disana.
Lompatan ini hampir mencapai jarak sejauh belasan kaki, bukan saja cepat bagaikan
kilat, langkah lompatannya pun luar biasa.
Si Tiong-pek yang ada dibelakangnya cuma bisa berdiri melongo menyaksikan
kesemuanya mimpipun tak pernah ia sangka jika ilmu meringankan tubuh dari Gak-Lamkun
sudah mencapai taraf sedemikian tingginya, sehingga kalau dibandingkan maka
hampir sejajar dengan kemampuan gurunya sendiri"
Sebagai pemuda yang panjang pikiran dan banyak tipu muslihat, dia lantas mengambil
satu keputusan dalam hatinya, bagaimanapun juga dia harus berusaha untuk merangkul
pemuda itu agar mau berpihak kepadanya"
Begitu keputusan diambil, secepat sambaran petir Si Tiong-pek berangkat menuju
kebarat. Dalam waktu singkat Gak Lam-kun telah melewati beberapa buah halaman luas, tapi
yang aneh sepanjang jalan hanya keheningan yang ditemui, tiada jejak manusia yang
tampak, tiada cahaya lampu yang terlihat, segala sesuatunya sepi, gelap dan
menyeramkan. "Aneh benar, masa perkampungan ini tiada penghuninya" Kalau tidak, kenapa sunyi
senyap suasana disini?"
Keheningan yang luar biasa, yang berada diluar dugaan ini, mendatangkan perasaan
ngeri, perasaan seram bagi siapapun yang kebetulan berada disana.
Terdiam beberapa saat, tiba-tiba Gak Lam-kun menyaksikan sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat dari puluhan kaki dihadapannya, cepat nian gerakan tubuh orang itu,
hanya sekilas pandangan saja tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.
Serta merta ia melakukan pengejaran kesana tapi apa yang ditemukan hanya
keheningan ditengah malam buta, tak sesosok bayangan manusiapun yang ditemui.
Kenyataan tersebut makin mengejutkan Gak Lam-kun, dia lantas berpikir, "Bila ditinjau
dari gerakan tubuhnya, sudah pasti ilmu silatnya amat tangguh, aaai"jago lihay dalam
dunia persilatan memang tak terhitung jumlahnya"
Malam semakin kelam, suasana semakin hening hanya bintang bertaburan diangkasa,
dan rembulan memancarkan sinarnya yang keperak-perakan.
Tiba-tiba dari balik sebuah ruangan, dalam bangunan perkampungan itu muncul
seberkas sinar lilin, tanpa berpikir panjang Gak Lam-kun melompat kedepan dan melayang
kearah mana berasalnya cahaya tersebut.
Tiba-tiba ia mendengar sesuatu dari balik ruangan. Kedengaran seseorang sedang
berkata, "Dapatkah kau sembuhkan luka racun yang dideritanya itu?"
Suara lain yang nyaring segera menjawab, "Ou Yong-hu, jika kau dapat
menyembuhkannya, kenapa harus datang untuk mohon bantuan Kwik To sianseng?"
Mendengar perkataan itu, kembali Gak Lam-kun berpikir, "Aneh benar, kenapa Ou
Yong-hu bisa berada dalam bangunan ini" Kalau didengar dari suara yang nyaring,
tampaknya seperti suara dari Bwe Li-pek tapi kalau didengar dari pembicaraan selanjutnya
seperti Ou Yong hu membawa adik Ji Kiu liong kesitu untuk mohon bantuan Kwik To
sianseng guna meyembuhkan racun Jit-poh-toan-hun(tujuh langkah pemutus nyawa)?"
Semua kejadian yang berada diluar dugaan ini membuat Gak Lam-kun kebingungan,
membuat si pemuda tertegun dan tak tahu apa yang sebetulnya telah terjadi.
Dari dalam ruangan kembali terdengar suara dari Tang-hai coa-siu Ou Yong-hu,
"Benarkah kau dapat menemukan Kwik To sianseng bagiku?"
"Ou Yong-hu! Jika kau tidak percaya kepadaku, bawa dia pergi dari sini"!"
"Aku bukannya tidak percaya kepadamu, cuma soal ini menyangkut soal nyawa
manusia?" "Yaa, sekali orang ini mampus, berarti kau Ou Yong hu juga tak ada harapan untuk
hidup lebih lanjut!" sambung suara nyaring itu dengan cepat.
Gak Lam-kun yang mendengar perkataan itu sekali lagi tertegun dibuatnya.
"Aneh benar darimana Bwe Li-pek bisa meraba suara hatiku?"" pikirnya kemudian.
Dalam pada itu, Kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu sedang tertawa seram.
"Heeehhh"heeehh"heeehh"aku Ou Yong hu tak dapat hidup, memangnya Kwik To
sianseng masih bisa bernyawa?"
"Hmmm"! Seorang jago persilatan yang gagah perkasa, berani berbuat berani pula
bertanggung jawab, Kwik To sianseng tak akan sepengecut kau Ong Yong-hu!"
Rupanya kakek ular dari lautan timur ini sangat jeri terhadap orang itu, meskipun
berulangkali dia dicemooh dan dihina, namun sedikitpun tak marah, dia malah berkata lagi
sambil tertawa seram, "Baik! Baik! Rupanya kalian orang-orang perguruan panah bercinta
memang lebih berani menghadapi muridnya Tok-liong Cuncu, bagus! Orang ini kuserahkan
kepadamu, bila ia sampai mengalami sesuatu yang tak beres, murid Tok-liong Cuncu, Gak
Lam-kun pasti akan membuat perhitungan sendiri dengan kalian"
Selesai mengucapkan kata-kata tersebut tampak Ou Yong hu keluar dari ruangan
dengan langkah lebar, kemudian sekali melompat dia sudah berada diatas rumah dan
kabur dari situ.
Gak Lam-kun merasa terperanjat, sekarang dia baru tahu kalau Bwe Li-pek adalah
anggota perguruan panah bercinta, itu berarti Kwik To sianseng juga merupakan anggota
dari perguruan panah bercinta.
Gak Lam-kun memandang sekejap sekeliling tempat itu, setelah merasa bahwa
disekitarnya tak ada orang, diam-diam menyelinap kebawah lalu menyusup kedalam
ruangan, bau harum semerbak tersiar keluar masuk penciuman, tampaknya ruangan ini
adalah kamar tidur seorang perempuan.
Cahaya lilin bergetar pelan lalu pulih kembali menjadi terang, dalam ruangan terdapat
meja dari kayu cendana, mainan dari batu pualam, tirai dari kain sutra warna biru dan alas
lantai dari permadani putih suatu dekorasi yang mewah dan megah.
Pada sudut dekat dinding membujur sebuah pembaringan berukiran indah, kelambunya
tergulung rapi, seprei dan sarung bantalnya bersulamkan bunga mawar yang indah, sudah
pasti kamar pribadi seorang nona.
Gak Lam-kun mengerutkan dahinya, dia melirik sekejap kearah pembaringan disudut
ruangan. Seorang bocah lelaki berbaju putih berbaring diatas pembaringan, dia tak lain adalah Ji
Kiu liong seorang pemuda berbaju putih sedang menguruti jalan darah penting
ditubuhnya. Cukup memandang baju putihnya, tak usah melihat wajahpun Gak Lam-kun sudah tahu
bahwa dia bukan lain adalah Bwe-Li-pek yang misterius itu"
Dia sedang pusatkan segenap perhatiannya untuk menguruti jalan darah penting
disekujur tubuh Ji Kiu liong, sekalipun Gak Lam-kun sudah berada dibelakangnya, ternyata
ia sama sekali tidak merasakan.
Tiba-tiba Bwe Li pek menghentikan perbuatannya, kemudian berpaling seraya tertawa.
"Kenapa kau juga sampai disini?" tegurnya.
Sekarang Gak Lam-kun sudah tahu kalau Bwe Li pek sedang mengobati luka racun dari
Ji Kiu liong, meski begitu tanpa sadar dia bertanya kembali, "Bwe-heng, apa yang sedang
kau lakukan?"
Bwe Li pek mengerlingkan matanya lalu tertawa kembali.
"Kau telah menipu Ou Yong-hu untuk mengantarnya kemari, dan sekarang aku telah
menotok delapan nadi urat aneh ditubuh adik Liongmu, ketiga ratus enam puluh empat
buah persendiannya sudah kukendorkan, dalam keadaan begini, bila kau sentuh sedikit
saja tubuhnya, niscaya semua tulangnya akan copot dan rontok"
Gak Lam-kun tertegun, dia berdiri melongo. Sepatah katapun belum sempat diucapkan,
kembali Bwe Li pek berkata, "Keadaan Ji Kiu liong sekarang, kecuali isi perutnya masih
berjalan normal seperti biasa, pada hakekatnya bagian organ tubuh lainnya sudah tak
berguna lagi, racun jahat itu sudah meresap kedalam tulang belulangnya, kini secara
perlahan tapi pasti merembes keluar dari sendi-sendi tulangnya dan mengikuti aliran darah
mengalir keseluruh badan. Dengan demikian racun tersebut akan mengikuti darah masuk
kejantung, tanpa harus mengalami siksaan dan penderitaan yang keji selama tujuh hari,
racun itu secara langsung akan menyerang jantung!"
Gak Lam-kun sangat terkejut, teriaknya, "Kalau begitu, kau memang sengaja membuat
racun itu menyerang jantungnya"."
"Yaa" apa boleh buat?" jawab Bwe Li pek sambil tersenyum, "kecuali berbuat begitu,
apalagi yang bisa kita lakukan?"
Sambil berkata, pelan-pelan dia menuju kedepan pintu, memandang bintang yang
bertaburan diangkasa dan menghembuskan napas panjang.
Gak Lam-kun tampaknya telah salah mengartikan perkataan itu, dia mengira Bwe Li pek
memang bermaksud hendak mencelakai jiwa Ji Kiu liong dengan mempercepat kerjanya
racun itu menyerang kejantung, kontan saja hawa amarahnya berkobar.
"Heeehhh"heeehhh"heeehhh"saudara
Bwe" tegurnya sambil tertawa dingin, "mati hidup seorang manusia adalah masalah
besar, memangnya kau anggap kejadian tersebut cuma bahan suatu gurauan?"
"Kau tidak mengerti maksud hatiku!" kata Bwe Li pek sambil berpaling, sepasang alis
matanya berkrenyit.
"Hmm! Sekalipun dia harus merasakan siksaan dan penderitaan selama tujuh hari, aku
tak rela kalau kau matikan kesempatan hidupnya selama tujuh hari itu, sekarang kau telah
mencelakai jiwanya, maka kaupun harus mengganti dengan nyawamu!" teriak Gak Lamkun
ketus. Perasaan anak muda tersebut ketika itu dipengaruhi oleh emosi yang meluap, ia tidak
memperhatikan bagaimanakah murung dan sedihnya Bwe Li pek, ia tak sudi memberi
kesempatan kepadanya untuk memberi keterangan apapun juga.
Begitu selesai berkata tiba-tiba ia turun tangan dicengkeramnya urat nadi pada
pergelangan tangan Bwe Li pek dengan jurus Lam-hay-po-liong(menangkap naga dilaut
selatan). Serangan cepat dan lagi tepat, dalam perkiraan Gak Lam-kun ancaman itu pasti
mendatangkan hasil yang diinginkan.
Siapa tahu, baru saja tangan kanannya digerakkan, tiba-tiba bayangan manusia
berkelebat lewat dihadapan matanya, tahu-tahu Bwe Li pek sudah melompat keluar dari
ruangan. Gak Lam-kun tertawa dingin, dia menyusul keluar, tapi dalam waktu yang amat singkat
Bwe Li pek sudah lenyap tak berbekas.
Tak terkirakan rasa kaget Gak Lam-kun, cepat-cepat dia melompat keatap rumah dan
memeriksa keadaan sekeliling tempat itu.
Dibawah sorotan cahaya rembulan, tampaklah sesosok bayangan manusia sedang
berlarian diatas atap kurang lebih belasan kaki jauhnya.
Kejut dan marah Gak Lam-kun, dia merasa diejek, tanpa berpikir panjang dengan suatu
gerakan cepat dia mengejar kearah bayangan tersebut"
Rupanya orang didepan merasa kalau dikejar makin cepat Gak Lam-kun mengejarnya,
semakin cepat pula orang itu melarikan diri.
Dalam waktu singkat mereka sudah berada diluar kompleks perumahan tersebut, tapi
orang itu masih lari terus dengan kencangnya.
"Bwe Li pek!" Gak Lam-kun segera berteriak keras, "sebagai seorang lelaki sejati, berani
berbuat harus berani tanggung jawab, kalau melarikan diri, terhitung jago apaan kamu
ini?" Sambil membentak, Gak Lam-kun berkelebat kemuka, lalu dengan gerakan Pat-pohtenggong(delapan langkah mencapai langit), bagai burung elang mencari mangsa secepat
kilat dia menyusul keatas, lalu telapak tangan kanannya dengan jurus im-gwat-tian-kong
(awan rembulan cahaya kilat) dia hantam punggung orang.
Setelah pukulan dilancarkan, Gak Lam-kun baru mengetahui kalau orang itu bukan Bwe
Li pek dengan perasaan terkejut buru-buru ia menarik kembali serangannya.
Siapa tahu, mendadak orang itu tertawa panjang, sambil putar badan kaki kirinya
diangkat dan menendang lambung si anak muda.
Memutar badan, melancarkan serangan, gerakan tersebut dilakukan hampir bersamaan
waktunya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Gak Lam-kun terperanjat, buru-buru dia melompat mundur dan mengawasi lawannya
lebih seksama. Ternyata dia adalah seorang laki-laki berbaju abu-abu dengan sebuah kain
cadar menutupi wajahnya, orang itu tak lain adalah si lelaki berbaju abu-abu yang
mendayung perahu Bwe Li pek.
Terdengar orang berbaju abu-abu itu berkata sambil tertawa tergelak, "Gak siangkong,
besar amat luapan amarahmu! Jangan kau anggap dengan andalkan beberapa macam
kepandaian silat yang kau peroleh dari Tok liong Cuncu, maka kau bisa seenaknya merajai
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dunia persilatan. Hmm"! Jika pada malam ini aku si orang tua tidak mengeluarkan sedikit
kepandaian agar kau tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, entah sampai dimana
kesombonganmu dikemudian hari?"
Ketika melihat orang adalah sekomplotan Bwe Li pek, dan mendengar perkataannya
seketika hawa napsu membunuh dihati Gak Lam-kun berkobar, sambil tertawa dingin
katanya, "Bwe Li pek telah mencelakai adikku, dan sekarang kujumpai kau sebagai
komplotannya, maka lebih baik kuringkus lebih dulu dirimu"
Selesai berkata, Gak Lam-kun segera menggerakkan sepasang telapak tangannya untuk
melancarkan dua buah serangan berantai, angin pukulan menderu-deru, terasalah betapa
dahsyatnya tenaga pukulan itu.
Rupanya si orang berbaju abu-abu tahu serangan itu lihay, dia tak berani menyambut
serangan tersebut dengan kekerasan badannya melompat kesamping lalu melambung
keudara bagaikan segulung angin dia menyambar lewat dari bawah kakinya, dengan
demikian terhindarlah dia dari ancaman.
"Hmm, jangan kau anggap bisa lolos dari cengkeramanku!" bentak Gak Lam-kun.
Tiba-tiba dia melambung keudara, tangan kirinya mencengkeram tubuh lawan dengan
jurus Sin-liong-tham-jiau(naga sakti unjukkan cakar), sedang tangan kanannya secepat
kilat mencengkeram pergelangan tangan kanan lawan dengan jurus Boan koan-huan
poh(hakim pengadilan meringkas catatan).
Berkilat sepasang mata laki-laki berbaju abu-abu itu, pergelangan tangannya segera
ditekan kebawah, lalu dengan gerakan yang aneh sepasang telapak tangannya menotok
seperti juga membacok menghantam jalan darah Hian ki, Tong-bun dan Ciang-tay tiga
buah jalan darah penting.
Jurus serangan ini anehnya luar biasa, sekalipun Gak Lam-kun berilmu tinggi toh sulit
juga baginya untuk memunahkan ancaman tersebut, terpaksa ia menarik kembali
serangannya dan mundur tiga langkah kebelakang"
Tiba-tiba menyelinap dalam pikirannya, Gak Lam-kun segera membentak nyaring,
"Apakah kau adalah Jit-poh toan-hun(tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To?"
Orang berbaju abu-abu itu tertawa tergelak, tiba-tiba dia menjura, "Maafkanlah daku
Gak lote!"
Tanpa menantikan jawaban dari Gak Lam-kun, dia putar badan dan segera berlalu dari
situ. Gak Lam-kun tertawa seram, kembali dia membentak, "Kwik To, sebelum kabur
tinggalkan dulu nyawamu!"
Tubuhnya berkelebat kemuka dengan cepatnya, dengan menghimpun hawa sakti Tongliongci-jiau dalam telapak tangan kanannya, secepat kilat dia melancarkan serangan
maut. Agaknya orang berbaju abu-abu itu dibuat keder oleh kedahsyatan serta keganasan
ilmu maha sakti itu, dengan hati tercekat dia terbelalak, untuk sesaat orang itu tak tahu
apa yang harus dilakukan"
Ketika dia masih tertegun, lima gulung angin serangan sedahsyat amukan taupan
menggulung tiba dan menerjang dadanya.
Untunglah disaat yang amat kritis, orang berbaju abu-abu tersebut masih sempat
mengempos tenaga dalamnya, cepat dia melindungi dadanya dan melepaskan sebuah
serangan kedepan.
Kebetulan pada waktu itu muncul pula segulung angin pukulan yang lembut dari arah
kanan yang langsung menyerang kearah gulungan hawa sakti Tok-liong-ci-jiau"
"Blaaang"!" benturan nyaring tak dapat dihindari lagi.
Dengan sempoyongan orang berbaju abu-abu itu mundur tiga empat langkah
kebelakang. Terdengar seorang perempuan membentak dengan marah, "Kau tua bangka yang tak
tahu malu, urusan yang serius tidak dilakukan malah berkelahi dengan orang disini.
Memangnya matamu sudah buta hingga maksud hati majikan pun tidak kau pahami?"
Setelah berhasil menenteramkan hatinya, orang berbaju abu-abu itu tertawa tergelak.
"Haaahhh"haaahhh"haaahhh"lihay benar-benar sangat lihay, ilmu penghancuran dari
Tok-liong-ci-jiau tidak berkurang dari kedahsyatannya seperti tempo hari"
Dia putar badan kabur dari situ, dalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan.
Untuk melancarkan serangannya tadi, Gak Lam-kun telah menggunakan hawa sakti
Tok-liong-ci-jiaunya sebesar tujuh bagian, setelah serangan dilepaskan dalam
perkiraannya kalau tidak mampus orang berbaju abu-abu itu tentu luka parah.
Siapa tahu ketika terjadi bentrokan, ia merasakan munculnya segulung tenaga pantulan
yang maha dahsyat menekan kedadanya membuat darah ditubuhnya bergolak keras.
Memang pukulan itu tidak diterima semua oleh orang berbaju abu-abu tapi ada seorang
yang membantunya dari samping, tapi sejak terjun kedalam dunia persilatan baru kali ini
Gak Lam-kun menjumpai orang yang memiliki tenaga dalam sesempurna itu"
Dalam kejut dan geramnya Gak Lam-kun berpaling, beberapa tombak jauh didepannya
berdiri seorang nyonya tua yang rambutnya telah beruban, mukanya masih tampak cantik,
sepintas lalu usianya seperti baru mencapai empat puluh tahunan, tapi rambutnya sudah
beruban. Dia memakai jubah panjang berwarna putih dengan celana hitam, sebuah handuk
bersulamkan bunga melilit pada pinggangnya, sepasang pedang tersoren dipunggung dan
tampak gagah perkasa.
"Gak siangkong! kata nyonya berambut uban itu sambil tertawa, "kau tak usah
berurusan dengan setan tua itu, dia memang selamanya berangasan macam anak-anak
saja. Biar kumohonkan maaf baginya!"
Selesai berkata dia lantas menjura, kemudian putar badan siap berlalu dari situ, Gak
Lam-kun tertegun, dia seperti orang bodoh yang tak tahu urusan, meski otaknya cerdik
toh dibuat kebingungan juga oleh keadaan tersebut, waktu dia masih tertegun nyonya
berambut uban sudah berada tujuh delapan kaki jauhnya. Buru-buru dia menyusul
kedepan sambil berteriak, "Eeeh"nyonya, harap tunggu sebentar, aku masih ada urusan
lain yang hendak dibicarakan denganmu!"
Nyonya berambut putih itu berhenti dan tertawa.
"Ada urusan apa Gak siangkong" Silahkan bicara"
"Tolong tanya apakah nyonya anggota perguruan panah bercinta..?" tanya Gak Lamkun
dengan dahi berkerut.
Sambil tersenyum nyonya berambut putih itu mengangguk.
"Yang kalian sebut sebagai majikan! apakah Bwe Li pek?" desak anak muda itu lebih
jauh. Nyonya berambut putih itu hanya tersenyum, tidak menjawab.
Kontan saja Gak Lam-kun tertawa dingin.
"Heeehhh"heehh"heeehh" bagus! Jadi kau maupun Jit-poh-toan-hun hendak
membekukmu dulu"
Paras muka nyonya berambut putih itu agak berubah, tapi dia berusaha sedapat
mungkin untuk menahan diri.
"Gak siangkong" tegurnya, "usiamu masih muda, kenapa mulutmu tajam dan suka
melukai perasaan orang?"
"Bwe Li pek telah mencelakai adikku, aku bersumpah tak akan hidup berdampingan
dengannya!" bentak anak muda itu marah.
Setelah medengar perkataan itu, tiba-tiba saja nyonya berambut putih itu tertawa
terkekeh-kekeh.
"Gak siangkong, kali ini kau telah membalas air susu dengan air tuba adikmu telah
ditolong majikanku kalau tidak percaya silahkan memeriksa sendiri!"
Begitu selesai berbicara, dia lantas mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya yang
sempurna dalam dua tiga kali lompatan bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Dibawah cahaya rembulan, nyonya berambut putih itu lenyap bagaikan segumpal asap.
Agak termangu Gak Lam-kun memandang bayangan punggungnya yang lenyap
dikejauhan itu, lama sekali dia termenung, kemudian baru pikirnya, "Ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki perempuan ini sungguh mengerikan, pergi datangnya ibarat kilat yang
berkelebat diudara"aaai, rupanya Bwe Li pek adalah seorang manusia yang luar biasa!"
Ditinjau dari jurus serangan yang barusan dipergunakan orang berbaju abu-abu itu
sudah jelas ilmu tersebut adalah ilmu Kiam-goan-ciang dari Jit-poh-toan-hun(tujuh langkah
pemutus nyawa) Kwik To. Dan seandainya Kwik-To adalah dalang dari sebab kematian
gurunya, itu berarti pula antara dia dengan Bwe Li pek akan berhadapan sebagai musuh
bebuyutan. Terbayang kembali tentang keadaan tersebut Gak Lam-kun menghela napas panjang,
setelah menentukan arah dia lari kembali kekomplek perkampungan tadi.
Ruangan itu terang benderang bermandikan cahaya, semua benda yang ada didalam
ruang masih tetap seperti sedia kala, tapi Bwe Li pek maupun Ji Kiu liong yang berbaring
diatas pembaringan telah lenyap tak berbekas.
Diatas meja tiba-tiba Gak Lam-kun menemukan secarik sapu tangan berwarna putih,
saputangan itu penuh tulisan, segera diambilnya kain itu dan diperiksa isinya, "Ji Kiu liong
adik kecilmu sudah terkena racun jahat yang bersumber dari bukit Leng san diwilayah Seeih,
dengan ilmu sinkang tingkat atasku, semua racun yang mengeram dalam tubuhnya
berhasil kudesak keluar bila diberi perawatan yang lebih rutin maka semua pengaruh
racun jahat itu akan lenyap dan menjadi sehat kembali. Komplek perkampungan dipulau
ini telah diliputi hawa pembunuhan yang hebat, setiap langkah berarti bahaya mengintai
dari mana-mana, semoga kau baik-baik menjaga diri"
Diujung bawah surat tersebut tidak nampak tanda tangan, tapi jelas tulisan seorang
perempuan. Selesai membaca tulisan itu, Gak Lam-kun berdiri termangu-mangu, lalu menghela
napas panjang, pelan-pelan ia keluar dari ruangan dan memandang bintang yang
bertaburan diangkasa, kemudian tubuhnya melompat keatas atap rumah dan berkelebat
menuju ke utara.
Dalam waktu singkat beberapa buah bangunan besar telah dilewati, tiba-tiba ia
menyaksikan sebuah bangunan mungil di depannya, bangunan itu sangat indah dan
dikelilingi kebun bunga yang menawan hati.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Gak Lam-kun, pikirnya, "Aneh, mengapa
ditengah kompleks perkampungan yang kosong terdapat sebuah bangunan taman bunga
yang demikian indahnya, masa disini ada penghuninya" Oya" Bwe Li-pek bukankah
muncul juga dalam kompleks perkampungan ini" Jangan-jangan dialah pemilik
perkampungan ini.Tapi menurut Si Tiong-pek, Soat san Thian-li telah tiba pula dipulau ini,
atau mungkin dia yang berada dalam perkampungan ini?"
Mendadak terdengar suara gemersak muncul di balik semak, lalu berkumandanglah
suara teguran, "Saudara Gak kah yang berada disitu" Sudah lama siau-te mencari
jejakmu!" Gak Lam-kun kenali suara itu sebagai suara Si Tiong-pek, cepat dia melompat turun.
Waktu itu Si Tiong-pek duduk bersandar dibalik semak, Gak Lam-kun menghampirinya
seraya bertanya, "Saudara Si, berhasil kau temukan jejak musuh?"
Si Tiong-pek menghela napas panjang.
"Aaaai" meski musuh tangguh tidak kujumpai, tapi dari dalam perkampungan ini siaute
telah menjumpai seorang nona muda yang sangat cantik bak bidadari dari kahyangan"
"Lantas bagaimana?" tanya Gak Lam-kun dengan dahi berkerut.
Agaknya Si Tiong-pek tidak mendengar pertanyaannya, setelah berhenti sejenak, ia
berkata kembali, ?"selama hidup, tak terhitung jumlah gadis cantik yang pernah
kujumpai, lapi belum pernah kutemui gadis rupawan seperti apa yang kutemui barusan?"
Berdebar juga jantung Gak Lam-kun setelah mendengar pujian Si Tiong-pek atas gadis
yang dimaksudkan, segera pikirnya, "Benarkah didalam semua ini terdapat gadis cantik
seperti apa yang ia lukiskan"
Kalau tidak, mengapa Si Tiong-pek bisa kesemsem macam orang kehilangan sukma?"
Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun kembali bertanya, "Kini berada dimana gadis itu?"
Agak merah wajah Si Tiong-pek lantaran jengah tapi ia toh tersenyum juga.
"Gadis cantik itu berada dalam komplek perumahan didepan sana. Apakah saudara Gak
juga ingin melihat wajahnya" Mari, kuantar engkau kesana!"
Setelah berkata, tanpa memperdulikan apakah Gak Lam-kun setuju atau tidak, ia
bangkit dan beranjak lebih dulu.
Dengan sekali lompat dia naik keatas atap rumah, lalu bergerak menuju kedepan, Gak
Lam-kun bimbang sebentar, akhirnya dia menyusul dari belakang.
Waktu itu Si Tiong-pek sudah melayang turun kedalam sebuah halaman, dengan cepat
Gak Lam-kun menyusul dibelakangnya.
Tempat itu adalah sebuah halaman rumah yang indah, sepi dan bersih, sebatang pohon
berbunga putih tumbuh dekat dinding pekarangan, lalu disepanjang dinding penuh dengan
pot-pot bunga yang terdiri dari aneka macam bunga.
Ketika angin malam berhembus lewat, bau harum bunga serasa memabokkan, harum,
segar dan mempesonakan.
Si Tiong-pek bersembunyi dibelakang beberapa buah pot bunga dideretan sebelah kiri,
dia sedang mengintip ruangan diujung selatan.
Menyaksikan perbuatannya itu, dengan dahi berkerut Gak Lam-kun segera berpikir,
"Sudah jelas dia tahu kalau ruangan itu dihuni seorang gadis, masa ditengah malam buta
begini dia datang mengintip kamar tidur orang, aah"perbuatan semacam ini terlampau
memalukan!"
Belum habis dia melamun suara tertawa cekikikan berkumandang memecahkan
kesunyian, diantara bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ditengah halaman
telah bertambah dengan empat orang gadis cantik bak bidadari dari kayangan, mereka
berempat mengenakan gaun tipis berwarna hijau, biru, kuning dan merah.
Makin terkejut Gak Lam-kun setelah menyaksikan gerakan tubuhnya, dia tahu keempat
orang nona itu berilmu silat tinggi, ini dapat dilihat dari gerakan tubuh mereka yang
enteng, lincah dan cepat.
Si nona bergaun biru tampil kemuka dengan wajah garang, lalu membentak dengan
lantang, "Hei, mau apa kamu berdua disitu" Kenapa begitu lancang memasuki halaman
rumah kami?"
Sambil cengar cengir Si Tiong-pek memberi hormat.
"Oh, maaf! Maaf! Harap kalian bersedia memberi maaf bila malam buta begini kami
mengganggu ketenangan kalian."
"Yaa" maklumlah, dipulau kosong ini tiada tempat berteduh lain kecuali tempat ini,
maka kami datang kemari untuk ikut numpang berteduh"
"Oooh" rupanya begitu!" nona berbaju hijau yang ada disudut timur menyahut, "kalau
begitu cepatlah kalian berdua tinggalkan tempat ini! Jika menunggu sampai nona kami
bangun, untuk meninggalkan tempat ini mungkin tak segampang saat ini"
Si Tiong-pek tersenyum.
"Bolehkah aku tahu siapa nama nona kalian" Masa sejelek itu adatnya?""
Air muka keempat orang itu tiba-tiba berubah hebat, senyuman yang semula menghiasi
ujung bibir mereka seketika lenyap tak berbekas, sebagai gantinya muka mereka menjadi
sedingin es, alis matanya berkrenyit dan kelihatan kalau mereka sedang naik pitam.
Pada saat itulah terdengar suara merdu bagaikan burung nuri berkumandang dari balik
ruangan, "Masuk rumah orang ditengah malam buta, sudah mengganggu nyenyaknya
orang tidur, menjelekkan orang lagi. Hmm! Jika mereka keberatan untuk meninggalkan
tempat ini, bunuh saja dan kubur disitu! Biar selamanya bisa berada disana"
Suaranya merdu merayu, cukup didengar dari suaranya yang indah menawan dapat
dibayangkan betapa cantiknya perempuan itu.
Si Tiong-pek segera tertawa tergelak.
"Haaahhh"haaahhh"haaahah"maaf, maaf! Aku tak tahu kalau nona berada ditempat
ini, bila kedatangan kami telah mengganggu ketenangan nona, harap kau bersedia
memaafkan!"
Suara yang merdu merayu itu kembali berkumandang, "Orang yang barusan berbicara
itu licik, banyak tipu muslihat dan pandai berbohong, tak ada gunanya manusia seperti dia
dibiarkan hidup didunia ini. Nah, sekarang kuhadiahkan kematian dengan bunuh diri
kepadamu, sedang orang yang satu lagi boleh tinggalkan tempat ini dengan segera?"
Sejak masuk keruangan tersebut, Gak Lam-kun hanya berdiam diri tanpa berbicara, dia
hanya berdiri dengan wajah kebingungan.
Disaat itulah si nona baju merah yang berada disebelah utara membentak kepada Gak
Lam-kun dengan suara lantang, "Hei, nona kami telah menghadiahkan pengampunan
bagimu, kenapa tidak cepat-cepat kau ucapkan terima kasih kepadanya?"
Paras muka Gak Lam-kun sedikitpun tidak berubah, malah ia tidak ambil perduli
terhadap bentakan tersebut.
Sikap seperti ini membuat si nona berbaju merah itu menjadi tertegun, sekali lagi dia
membentak, "Hei, Memangnya kau tuli?"
Gak Lam-kun masih juga tidak menggubris, Si Tiongpek yang berada disampingnya
segera terbahak-bahak, "Haaahhh"haaahhh"haaahhh"kami berdua tidak bisu ataupun
tuli, mulut dan telinga kami normal senormal manusia biasa, cuma"ya kami merasa
sangat terharu oleh pemberian nona kalian maka untuk sesaat menjadi kaget dan tak tahu
bagaimana harus mengucapkan rasa terimakasih?"
"Bagaimana?" nona berbaju merah itu mengerdipkan matanya, "jadi kalian berani
membangkang perintah nona?"
Berbareng dengan ucapan tersebut tiba-tiba ia lancarkan sergapan kilat.
Secepat anak panah yang terlepas dari busurnya tahu-tahu sudah bergerak maju, dia
langsung menerjang kehadapan Si Tiong-pek dan mencengkeram pergelangan tangan
lawan dengan tangan kirinya.
Jurus serangan yang dipakai adalah jurus serangan yang aneh, tapi cepat, dahsyat, dan
mengerikan. Dengan rasa kaget yang meluap Si Tiong-pek menghindar kesamping, nyaris dia
termakan oleh serangan yang maha dahsyat itu.
Walaupun Si Tiong-pek dapat meloloskan diri dari cengkeraman itu dengan egosan
badan, nona baju merah itu tidak kaget ataupun tercengang malah serangan kedua segera
dilancarkan. Si Tiong-pek dibikin kaget oleh ancaman itu, yaa, pada hakekatnya nona berbaju merah
itu menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, kecepatan seperti itu belum pernah
ditemuinya sepanjang hidupnya. Bayangkan saja, seorang gadis muda belia ternyata
mempunyai gerakan tubuh yang luar biasa cepatnya mana mungkin dia tidak menjadi
kaget" Untung dia sudah bersiap sedia menghadapi ancaman tersebut, coba kalau tidak"
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Niscaya sudah tertangkap lawan.
Gak-Lam-kun yang menyaksikan dari samping pun merasa terperanjat, cuma yang
membuat dia terperanjat adalah nona yang berada dalam ruangan itu"
Secara beruntun si nona berbaju merah itu melancarkan tiga buah serangan berantai,
dari serangan mencengkeram tiba-tiba saja ia merubahnya menjadi serangan pukulan,
diantara berkelebatnya telapak tangan kiri, secara beruntun ia melepaskan lima buah
serangan dahsyat.
Dengan perubahan tersebut, maka semakin menyerang serangannya makin gencar,
tangannya yang putih, kecil dan halus ibaratnya kupu-kupu yang berterbangan diantara
bunga, semua pukulan tertuju pada bagian-bagian yang mematikan ditubuh Si Tiong-pek.
Makin terperanjat Si Tiong-pek menghadapi serangan yang kian lama kian bertambah
hebat, terutama gerakannya yang aneh serta arah tujuan yang sukar diraba, dalam waktu
singkat kembali ia terdesak mundur sejauh empat lima langkah.
Si nona baju biru yang berada disudut barat daya tiba-tiba bertindak cepat, sambil
menekuk pinggang ia lepaskan sebuah sapuan kearah Si Tiong-pek.
Mengikuti sapuan tersebut, gaun birunya tersingkap lebar sehingga paha dan betisnya
yang putih mulus kelihatan semua. Kulit yang halus merangsang itu cukup membikin hati
orang berdebar.
Ooo)*(ooO Si Tiong-Pek sama sekali tak menduga akan kejadian ini, ia kena tersapu sehingga
mundur tiga langkah dengan sempoyongan.
Si nona baju kuning yang berada disebelah selatan tak tinggal diam, dia tertawa
terkekeh-kekeh lalu melancarkan pula sebuah tendangan kilat.
Semua peristiwa ini seketika menimbulkan kobaran amarah didada Si Tiong-pek,
dengan telapak tangan kanannya dia lepaskan sebuah bacokan kearah musuhnya.
Gagal dengan tendangannya, Si nona baju kuning segera manfaatkan kesempatan itu
untuk melompat mundur, dengan demikian ketika Si Tiong-pek melancarkan bacokannya,
si nona sudah berada empat depa jauhnya dari gelanggang.
Gelak tertawa cekikikan berkumandang dari belakang, si nona baju hijau yang berada
disudut timur tiba-tiba bertindak cepat.
Gak Lam-kun dapat menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas, lebih-lebih setelah
Si Tiong-pek dipermainkan empat orang nona itu.
Dia tak tega, maka sambil melompat kedepan serunya, "Saudara Si, keempat nona ini
terlampau binal dan nakal, biar aku yang hadapi mereka!"
Dengan cekatan dia menerjang kegelanggang pertempuran lalu tangan kirinya
berkelebat secepat kilat menyodok jalan darah Oi-ji-hiat dilengan kanan nona berbaju
hijau. Nona berbaju hijau itu menjerit kaget, buru-buru dia buyarkan serangannya sambil
melompat mundur.
Pada saat itu Si Tiong-pek sedang kelabakan dipermainkan keempat orang nona itu.
untunglah disaat yang kritis Gak Lam-kun bertindak cepat dengan menahan seranganserangan
musuh. Dengan demikian maka, ia memperoleh kesempatan untuk mengatur kembali
napasnya. Baru saja Gak Lam-kun mendesak mundur si nona baju hijau, tiba-tiba terdengar
bentakan nyaring, disusul kemudian si nona baju biru dan si nona baju merah
melancarkan serangan bersama dari kiri dan kanan.
Diantara berkelebatnya bayangan tangan, jari-jari tangan mereka mengurung keempat
bagian jalan darah penting ditubuh Gak Lam-kun.
Memang cepat dan tepat ancaman kedua orang nona itu, serangan mereka dahsyat
lagi, ini semua membuat Gak Lam-kun harus berkerut kening, terpaksa dia harus
menghindar kesamping dengan gerakan yang aneh tapi lihay.
Gerakan dari Gak Lam-kun itu, sangat aneh dan mencengangkan, untuk sesaat kedua
orang nona itu menghentikan serangannya.
Sesaat kemudian, si nona berbaju merah baru tertawa terkekeh-kekeh, seraya maju
kedepan katanya, "Hei, rupanya kau tidak bisu, kau memang jahat, kau lebih jahat dari
dia" Waktu mengucapkan kata-kata itu wajahnya penuh senyuman dan sifat kekanakkanakannya
masih belum hilang.
"Bagaimana jahatku?" tegur Gak Lam-kun dingin.
Tiba-tiba air muka si nona berbaju merah berubah, sambil tertawa dingin katanya,
"Orang jahat pantas dibunuh! Untung siocia kami menghadiahkan kehidupan kepadamu,
Nah cepatlah tinggalkan tempat ini sebelum terlambat!"
Gak Lam-kun menyipitkan sepasang matanya lalu tertawa, "Tak ada artinya memang
seseorang hidup terlampau lama didunia ini, seandainya kalian punya kepandaian untuk
membunuhku, aku rela mati satu kali dihadapan kalian, ingin kuketahui bagaimana
rasanya kalau orang itu mati!"
"Hiiihhh"hiiihhh"hiiihhh"bodoh amat kau ini" geli rasanya si nona baju merah, setelah
mendengar perkataan tersebut, "sebagai manusia didunia ini, siapa yang bisa mati lebih
dari sekali" Kalau seseorang sudah mati maka tak ada persoalan atau melihat benda
didunia ini bayangkan sendiri enakkah kalau mati?"
Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun menjadi tertegun, segera pikirnya dihati, "Gadis
ini masih polos dan kebocah-bocahan kalau tidak tak mungkin dia akan mengucapkan
kata-kata seperti itu"
"Crriing"! Criing"! Crriing"!" tiba-tiba terdengar suara dentingan harpa. Paras muka
keempat orang nona itu kontan berubah hebat.
Gak Lam-kun juga terperanjat, sebab dia masih mengenali suara harpa tersebut
sebagai suara harpa yang didengar ditengah telaga tadi, yakni suara yang muncul dari
perahu aneh berbentuk naga.
Tiba-tiba Si nona berbaju merah menunjukkan perasaan kasihan dan iba kepada Gak
Lam-kun pintanya, "Hei, aku mohon kepadamu sudikah kiranya kau tinggalkan tempat ini"
Sebab kalau tidak kau tinggalkan tempat ini nona kami pasti akan membinasakan dirimu"
Dilihat dari sikap maupun wajahnya memang amat menggenaskan, air mata sempat
mengembang dikelopak matanya.
Gak Lam-kun malah menunjukkan sekulum senyuman diujung bibirnya, ia bertanya
dengan lembut, "Apakah suara harpa itu dimainkan oleh nonamu."
"Tak usah banyak cerewet dengan orang itu," tukas si nona baju biru yang lebih tua
dengan dingin, "hayo kita bunuh dulu orang itu, lalu menangkap orang ini dan diserahkan
kepada nona"
Dengan diucapkannya perkataan tersebut, serempak keempat orang nona itu bergerak
kemuka untuk menyerang Si Tiong-pek.
Dengan marah Si Tiong-pek membentak keras, tangan kirinya mainkan jurus Lo-hansiupit (lo-han luruskan lengan) sementara tangan kanannya mainkan jurus Hui-poh-ciongcong
(sekop terbang menumbuk lonceng), serentak dia menyerang keempat orang gadis
itu secara berbareng.
Dalam gelisah dan gusarnya ia telah menggunakan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, angin pukulan menderu-deru, keadaannya mengerikan sekali.
Keempat orang nona itu cepat memisahkan diri, begitu lolos dari ancaman Si Tiongpek,
telapak tangan dan tendangan kilat beterbangan memenuhi angkasa.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami Si Tiong-pek telah menggusarkan hatinya,
segenap tenaga murni yang dimilikinya dihimpun menjadi satu, bukannya mundur dia
malah mendesak kedepan, dengan jurus Im-liong-bengwu (naga awan menyemburkan
kabut) telapak tangan kanannya disodok kemuka.
Angin pukulan menderu-deru dan menyapu semua benda dihadapannya, hebatnya
bukan kepalang.
Secepat kilat empat orang nona itu mengundurkan diri kesamping, si nona berbaju biru
menjerit tertahan, "Oooh"aneh, rupanya secara mendadak ilmu silatnya menjadi
beberapa kali lipat lebih tinggi?"
Sebagaimana diketahui, Si Tiong-pek adalah seorang manusia licik yang mempunyai
perhitungan mengenai segala persoalan, dihari-hari biasa ia tak suka terlampau
menonjolkan ilmu silatnya, padahal yang benar kepandaian silatnya sudah pantas
disejajarkan dengan jago persilatan kelas satu.
Jangankan orang lain, sekalipun gurunya sendiri yakni Tiat-eng sin-siu (kakek sakti
elang baja) Oh Bu-hong belum tentu mengetahui dengan jelas berapa tinggi kepandaian
silat yang dimiliki Si Tiong-pek sekarang.
Si Tiong-pek memang cerdas orangnya dan lagi sangat gemar belajar silat, sepanjang
hidupnya boleh dibilang semua waktu yang disisihkan ia gunakan sebaik-baiknya untuk
mendalami ilmu silatnya.
Selama banyak tahun mengembara dalam dunia persilatan, tak terhitung jumlahnya
jagoan lihay yang ditemuinya, dan setiap kali ia menyaksikan serangkaian ilmu tangguh
yang dimiliki orang lain dengan segala tipu muslihatnya yang lihay dia selalu berusaha
untuk mempelajarinya, oleh sebab itulah meskipun usianya masih sangat muda, namun
taraf kepandaian silat yang dimilikinya sudah mencapai tingkatan yang amat tinggi.
Sejak pertama kali bertemu dengan Si Tiong-pek Gak Lam-kun sudah tahu kalau
rekannya ini memiliki ilmu silat yang lihay sekali meskipun tidak dia perlihatkan secara
terang-terangan, ternyata dugaannya memang benar!
Begitulah, setelah berhasil memukul mundur keempat orang nona tadi, Si Tiong-pek
melompat mundur kesisi Gak Lam-kun, kemudian katanya, "Saudara Gak, keempat orang
nona ini terlampau lihay, siaute yakin kepandaianku masih belum mampu untuk
menghadapi serangan gabungan mereka berempat"
Kalau diartikan maksud perkataannya, maka orang akan mengartikan sebagai
permohonan kepada Gak Lam-kun agar mewakilinya untuk menghadapi kerubutan
tersebut. Padahal, secara diam-diam dia mempunyai suatu tujuan tertentu. Rupanya dia sangat
tertarik oleh gerakan tubuh Gak Lam-kun ketika menghindarkan diri dari kerubutan dua
orang gadis tadi. Ia merasa gerakan tubuhnya amat lihay dan cekatan, jelas merupakan
kepandaian tingkat tinggi.
Hatinya jadi tergerak, dia ingin menggunakan kecerdasan otaknya untuk menyadap
kelihayan gerakan dari kepandaian tersebut.
Sudah barang tentu Gak Lam-kun tak akan menyangka kalau ilmu saktinya hendak
disadap lawan. "Saudara si, kau terlalu sungkan!" demikian katanya sambil tersenyum, pelan-pelan dia
masuk kembali ke gelanggang.
Si nona baju biru, si nona baju hijau, si nona baju kuning dan si nona baju merah
segera membentak keras, tiba-tiba mereka memisahkan diri keempat penjuru lalu serentak
menyerang Gak Lam-kun, dalam waktu singkat bayangan telapak tangan dan tendangan
kilat memenuhi seluruh angkasa, mengerikan sekali keadaannya.
Jilid 5 GAK LAM-KUN tidak gugup ataupun cemas dengan sangat entengnya dia berkelit
kesamping dan tahu-tahu semua ancaman tersebut berhasil dihindari.
Betapa penasarannya keempat orang nona itu sewaktu Gak Lam-kun berhasil
menghindari serangan gabungan mereka dengan begitu gampang karena panas hatinya
maka serangan yang mereka lancarkan pun makin lama makin bertambah cepat.
Bayangan telapak tangan memenuhi seluruh angkasa bagaikan beribu-ribu ekor kupukupu
yang berterbangan diatas bunga, dalam waktu singkat sekujur badan Gak Lam-kun
sudah terkurung dibawah ancaman musuh"
Gak Lam-kun sedikitpun tidak membalas, dia kembali menggunakan gerakan tubuhnya
yang aneh dan sakti itu untuk menerobos kesana kemari diantara lapisan bayangan
telapak tangan lawan.
Caranya menghindarkan diri dari serangan memang sangat lihay, kendatipun keempat
orang nona itu sudah mengerahkan segenap kemampuan yang mereka miliki, jangankan
melukai pemuda tersebut, untuk menjawil ujung bajunya pun susah.
Dengan sepasang mata yang terbelalak lebar Si Tiong pek mengawasi terus gerakan
tubuh rekannya, ia merasa langkah sakti dari Gak Lam kun tersebut mengandung
perubahan yang berdasarkan langkah Ngo-heng(lima unsur) setiap langkahnya membawa
gerakan yang dalam artinya jauh berbeda bila dibandingkan ilmu meringankan badan pada
umumnya karena tempat yang digunakan hanya beberapa meter persegi saja.
Memang, sepintas lalu gerakan Gak Lam-kun tampaknya santai, lambat dan tak ada
artinya padahal kecepatannya bagaikan sambaran kilat. Sekalipun Si Tiong pek telah
memperhatikan langkah kakinya dengan seksama, toh belum juga berhasil untuk
menyadap kepandaian tersebut.
Angin puyuh mederu-deru serasa memekikkan telinga, dari keempat orang penyerang
tersebut masing-masing telah melancarkan tiga sampai empat puluh jurus serangan,
ketika mereka saksikan Gak Lam-kun sama sekali tidak membalas walau hanya satu
gebrakanpun, si nona baju merah yang paling muda pertama-tama melompat mundur
paling dulu, teriaknya, "Cici bertiga, kita tak usah bertempur lagi!" Ketiga orang nona itu
menurut dan segera menghentikan serangan.
Si nona baju merah yang paling muda diantara rekan-rekannya itu kembali berkata
lebih jauh, "Kita toh tak mampu menangkap dia!"
"Siapa bilang tak bisa?" tanya nona baju biru agak penasaran.
"Dia tak pernah membalas serangan kita, malah cuma menghindar terus, coba kalau
dia sampai membalas, habis sudah kita berempat"
"Yaa, kepandaian yang dimiliki orang ini memang keliwat hebatnya!" tiga orang nona
lainnya mengangguk setuju.
Maka dengan suatu lompatan mereka mengundurkan diri kebelakang.
Suara merdu merayu yang lembut dan enak didengar tadi kembali berkumandang dari
dalam ruangan, "Suatu ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin
hoat(gerakan naga dua urusan ilmu wujud tujuh bintang) yang sangat hebat! Tak nyana
kalau dalam dunia persilatan didaratan Tionggoan ini masih terdapat seorang jago
persilatan yang mempunyai kepandaian sedahsyat itu. Baiklah, sekarang akan kumainkan
sebuah lagu dengan harpa untuk kamu berdua, asal kalian sanggup mendengarkan
permainan harpaku ini, maka nyawa kalian berdua akan kuampuni"
Gak Lam-kun yang mendengar perkataan itu merasa amat terperanjat, ia kaget sebab
sejak terjun kedalam dunia persilatan hingga kini, belum pernah ada orang yang
mengenali gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat yang dia pergunakan,
tapi sekarang, nona tak dikenal dapat mengenalinya, sedikit banyak kaget juga
perasaannya"tanpa sadar dia mengangkat kepalanya.
Cahaya lampu memercik keluar dari ruangan sebelah selatan, daun jendela dibuka
orang dan muncullah seorang nona berbaju perak yang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, duduk ditepi jendela sambil membawa sebuah harpa.
Sekalipun nona berbaju perak duduk dalam posisi miring sehingga Gak Lam kun berdua
tak dapat melihat jelas seluruh raut wajahnya, tapi ditinjau dari tangannya yang putih
mulus, separuh wajahnya yang mungil menawan hati serta potongan badannya yang
ramping jelita, siapapun akan tahu bahwa dia adalah seorang nona cantik jelita.
Berdebar keras jantung Gak Lam-kun setelah menyaksikan kejadian itu, pujinya dalam
hati, "Betapa cantiknya gadis itu, wajahnya ayu badannya ramping, suatu perpaduan yang
amat serasi. Jika Gak Lam-kun hanya mengutarakan kekagumannya dalam hati, maka berbeda
dengan Si Tiong-pek, dia berdiri tertegun dengan mata terbelalak lebar, rupanya seperti
orang kehilangan sukma. Maklumlah gadis itu memang terlampau cantik sedemikian
cantiknya sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Gak Lam-kun kembali berpikir, "Kalau dilihat dari kelembutan, keayuan serta kemanjaan
nona berbaju perak ini, tampaknya dia seperti seorang gadis yang tak pernah belajar ilmu
silat, tapi bila kita lihat dari kepandaian silat yang dimiliki keempat orang dayangnya, jelas
dia bukan manusia sembarangan, mungkinkah ilmu silatnya telah mencapai ketingkatan
yang paling luar biasa sehingga kelihayannya itu sama sekali tak nampak dari luar?"
Setelah berhenti sejenak, dia berpikir lebih jauh, "Waaah"kalau memang begitu,
jelaslah sudah bahwa permainan harpanya bukan permainan biasa, dia pasti akan
membawakan irama yang tak sedap didengar?"
Baru saja berpikir sampai disitu tiba tiba harpa itu disentil lagi dua kali"
"Criiiiiing"! Criiiiiing"!"
Gak-Lam-kun merasakan jantungnya bergetar keras mengikuti suara dentingan
tersebut, dan Si Tiong pek malah terpukul sampai badannya bergoncang keras
Sekarang si pemuda baru sadar kalau permainan harpa si nona tak boleh dianggap
enteng, buru-buru dia menjura kearah jendela seraya serunya, "Nona, jangan kau
lanjutkan permainan harpamu!"
"Kau takut untuk mendengarkan?" tegur si nona baju perak dengan suara yang lembut,
tubuhnya masih tetap duduk miring ditepi jendela.
Si Tiong-pek segera tertawa ringan.
"Haaahhh"haaahha"haaahhh"nona demikian menaruh perhatian kepada kami,
sepantasnya kalau kami nikmati permainan indahmu itu, cuma sayang aku adalah seorang
pemuda bodoh yang tak mengerti irama musik, aku kuatir kalau permainan tersebut malah
akan menyia-nyiakan harapan nona saja"
"Sekalipun kau tidak mengerti soal irama musik, orang lain toh memahaminya" kata
nona baju perak lagi dengan hambar.
Si Tiong-pek terbahak-bahak. "Haaahh"haaahh"haaahhh"kalau begitu biarlah aku
mohon diri terlebih dulu"
Begitu selesai berkata, dia lantas putar badan dan mengambil langkah seribu.
Perlu diketahui disini, bahwa Si Tiong pek adalah seorang pemuda yang cerdas
otaknya, sekalipun ia kesemsem oleh kecantikan nona berbaju perak, tapi disaat bahaya
yang menyangkut soal mati hidupnya ini, rasa kesemsemnya dapat diatasi dan otaknya
segera menjadi sadar kembali.
Tampaknya si nona berbaju perak tidak rela membiarkan musuhnya pergi, jari
jemarinya segera menarik diantara senar-senar harpanya.
Dentingan-dentingan nyaring menyebar keangkasa. Si Tiong-pek merasakan kepalanya
seperti dipukul dengan martil besar, kaki kanannya segera ditarik kembali, sebab
dentingan harpa itu ibaratnya panggilan ibu buat putranya, begitu halus, lembut membuat
hati menjadi iba.
Dengan dahi berkerut, Gak Lam-kun segera berbisik, "Saudara Si, cepat duduk bersila
dan mengatur pernapasan, pusatkan pikiranmu dan matikan perasaan"
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Tiong-pek mengetahui pula kalau jiwanya berada diujung tanduk, dia lantas
tersenyum. "Saudara Gak, bagaimana dengan kau sendiri" Sanggupkah menahan irama iblis
tersebut?" ia balik bertanya.
"Aku tidak tahu!"
Si nona berbaju perak yang duduk disisi jendela kembali membuka suara, ucapnya
dengan suara yang lembut, "Kalian tak usah takut, akan kupilihkan irama yang paling
datar untuk kalian berdua!"
Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Si Tiong-pek, tiba-tiba saja ia
teringat dengan kabar yang tersiar dalam dunia persilatan, kabar tentang irama Sanggoanci(irama peluka hawa murni) dari Soat-san Thian-li yang telah menggetarkan seluruh
dunia. Dia ingin berteriak, ingin mengutarakan perkataan itu"
Sayang waktu tidak mengijinkan, gadis berbaju perak itu sudah mainkan kelima jari
tangan kanannya dan menyentil senar-senar harpa tersebut"
Suara detingan nyaring, berkumandang diangkasa dan menggetarkan perasaan
siapapun, dalam keadaan demikian sudah barang tentu ia tak berani cabangkan pikiran
untuk berbicara, cepat-cepat ia pejamkan matanya dan duduk bersila untuk mengatur
napas guna melawan pengaruh iblis irama tersebut.
Terdengar suara harpa yang merdu dan lembut teruar keluar mengikuti gerakan jari
jemari si nona baju perak yarg lembut, iramanya lembut dan menggetarkan sukma.
Meskipun iramanya merdu merayu, namun mengandung kekuatan yang seolah-olah
mampu membetot sukma setiap orang.
Dalam waktu singkat Si Tiong-pek telah dipengaruhi oleh alunan musik aneh tersebut,
pelbagai pikiran ataupun angan-angan yang serba aneh seketika mempengaruhi segenap
pikiran maupun perasaannya, dia seperti lagi terbang dilangit, seperti menyaksikan apa
yang diimpikan, seperti melakukan apa yang diangankan"
Gak Lam-kun pejamkan matanya pula rapat-rapat, dahinya berkerut dan butiran
keringat membasahi jidatnya, jelas sudah diapun terpengaruh oleh gelombang irama iblis
yang maha dahsyat itu.
Selang sesaat, Si Tiong-pek merasakan isi perutnya bergolak keras, ia tak dapat duduk
lagi dengan tenang, sambil berteriak keras tiba-tiba ia bangkit berdiri lalu ingin kabur
meninggalkan tempat itu.
Criing"! Criiing..! Criiing..! secara beruntun nona berbaju perak itu menyentilkan jari
tangannya, suara nyaring seketika mengalun memecahkan keheningan"
"Uuaak"!" Si Tiong pek memuntahkan darah segar, kaki yang sudah melangkah pergi
tiba-tiba terhenti kembali.
Oleh dentingan irama harpa tersebut, Gak Lam-kun ikut merasakan pula bergolaknya
darah yang menggulung didalam dadanya ia merasa sempoyongan dan tak bisa bertahan
lebih lama pemuda itu sadar jika permainan harpa tersebut dilanjutkan oleh si nona
berbaju perak, niscaya dia sendiripun tak akan tahan.
Makin lama pengaruh yang dirasakan dari permainan harpa itu makin menghebat,
akhirnya Gak Lam-kun tak tahan, dia bermaksud minta kepada nona itu agar
menghentikan permainannya.
Tapi sebelum ucapan tersebut sempat diutarakan, tiba-tiba nona berbaju perak
menghela napas panjang, permainan harpa itupun serentak berhenti.
Daun jendela ditutup kembali dan lampu lilinpun dipadamkan, suasana kembali menjadi
hening. Keempat orang dayang cantik yang berada dihalaman luarpun ikut putar badan dan
masuk kedalam ruangan.
Dengan demikian suasana makin hening, makin sepi hingga tak kedengaran sedikit
suarapun. Si Tiong-pek yang semula terpengaruh oleh permainan harpa, kini telah sadar kembali
namun lamat-lamat dia merasa dada maupun lambungnya menjadi sakit si pemuda segera
sadar bahwa isi perutnya telah mengalami luka yarg sangat parah.
Dengan wajah yang lemas dan tak punya tenaga dia berpaling kearah Gak Lam kun,
lalu bisiknya, "Saudara Gak, kau tidak terluka bukan?"
Sambil gelengkan kepalanya Gak Lam-kun menghela napas panjang.
"Aaaai" irama iblis itu memang kelewat lihay!" Sekali lagi Si Tiong-pek berusaha untuk
mencoba mengerahkan tenaga dalamnya, siapa tahu begitu hawa murninya disalurkan,
rasa sakit didada maupun lambungnya semakin menghebat, sadarlah dia bahwa hawa
murninya telah menggumpal dalam pusar dan mengakibatkan luka dalam yang parah, luka
semacam ini bila tidak cepat-cepat disembuhkan, niscaya akan berakibat fatal yaitu selama
hidup jangan harap bisa berlatih ilmu silat lagi.
"Saudara Gak, siaute akan berangkat duluan!" bisik Si Tiong-pek.
Dia beranjak dan berusaha berlalu dari sana, apa mau dikata baru saja kakinya
melangkah pergi, dada serta lambungnya terasa sakit bukan kepalang, hingga saking tak
tahannya dia menjerit keras badannya makin sempoyongan.
Cepat-cepat Gak Lam-kun memburu kedepan serta memayarg tubuhnya, kemudian
bertanya, "Saudara Si, parahkah luka yang kau derita?"
Sepucat kertas air muka Si Tiong pek, ia tertawa getir.
"Aaaaai"kurasa siaute sudah tak berguna tak kusangka kalau dia berbuat sekeji itu"
Kiranya ketika Si Tiong pek menghimpun segenap tenaga murninya untuk menahan
pengaruh irama musik tersebut, tiba-tiba ia melompat bangun sambil menyalurkan hawa
murni yang dimilikinya itu kedalam dada serta lambung, siapa tahu tenaga tersebut justru
sukar disalurkan lagi"
Dengan keadaan semacam ini, bila dalam waktu enam jam tidak mendapat pengobatan
semestinya, maka hawa murni itu akan membeku, menvusup kedalam jalan darah dan
mengakibatkan luka dalam yang fatal, hal ini bisa mengakibatkan kematian atau paling
entengpun akan mendatangkan tubuh Cacad selama hidup.
Keadaan tersebut pada lazimnya disebut "jalan api menuju neraka" oleh kalangan
persilatan, semakin tinggi kepandaian yang dimiliki seseorang semakin parah pula luka
yang dideritanya bila sampai mengalami jalan api menuju neraka.
Gak Lam-kun yang menyaksikan keadaan tersebut segera mengernyitkan alis matanya,
ia lantas menegur, "Saudara Si, apakah kau mengalami jalan api menuju neraka?"
Sambi! tertawa sedih Si Tiong-pek mengangguk.
"Yaa, aku tahu kehidupanku sudah tak lama lagi!"
Gak Lam-kun memayang rekannya itu berjalan keluar dari halaman rumah yang luas,
lalu bisiknya lirih, "Saudara Si, untuk sementara waktu cobalah untuk mengatur
pernapasanmu disini!"
"Percuma!" Si Tiong-pek tertawa getir, "setiap kali kucoba untuk mengatur pernapasan,
dada serta lambungku seketika terasa amat sakit bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau"
Gak Lam kun menghela napas panjang.
"Aku tahu, dan kebetulan siaute mempunyai suatu cara untuk mengobati luka dalam,
duduklah bersila lebih dulu"
Gak-Lam-kun mempersilahkan Si Tiong pek agar duduk bersila dulu, kemudian baru
mewariskan rahasia ilmu itu kepadanya.
Si Tiong pek berlatih mengikuti cara yang diwariskan Gak Lam-kun kepadanya itu,
kurang lebih sepertanakan nasi kemudian ia merasakan lukanya agak enteng juga, ini
membuat hatinya sangat gembira cepat-cepat latihan dilanjutkan untuk mengobati luka
tersebut. Siapa tahu, ketika hawa murni dicoba untuk mengikuti seluruh tubuhnya lagi dada serta
lambungnya sekali lagi terasa sakit sekali, malah tenggorokannya terasa anyir dan darah
kental kembali tersembur keluar, mukanya yang pucat seperti mayat kini diikuti pula
dengan kejang-kejang keras.
Sesungguhnya, ketika itu Gak Lam-kun sedang memandang bintang diangkasa dengan
wajah murung betapa terperanjatnya setelah mendengar jeritan tersebut, telapak tangan
kanannya bertindak cepat menepuk jalan darah Hiang-ki-hiat ditubuh Si Tiong pek,
kemudian tegurnya, "Saudara Si kenapa kau?"
Si Tiong pek menghembuskan napas panjang, sahutnya dengan suara gemetar,
"Saudara Gak, aku"aku benar-benar tidak tahan, kini nadi-nadiku mulai terasa kaku dan
membatu?" Diam-diam terkejut juga Gak Lam kun sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya,
"Masakah begitu lihay irama iblis tersebut?" Irama apa itu?""
Berpikir sampai disitu, dengan suara rendah segera hiburnya, "Tak usah kuatir saudara
Si, apabila siau-te tidak berhasil menemukan cara pengobatan yang baik, pasti akan kucari
nona berbaju perak itu untuk menanyakan cara pengobatannya"
Si Tiong-pek menghela napas panjang.
"Aaaai"tak kusangka saudara Gak begitu mulia hatinya dan bijaksana, siau-te merasa
sangat beruntung dapat berkenalan denganmu, maksud baik saudara Gak akan kuingat
selalu dalam hati. Aaaai"saudara Gak tahukah kau lagu apakah yang telah melukai isi
perutku itu?"
"Aku tidak tahu!" jawab Gak Lam-kun sambil gelengkan kepalanya.
Pancaran sinar sedih menghiasi wajah Si Tiong pek, ia menghela napas panjang.
"Aaaai" itulah lagu pukulan isi perut Sang-goan-ki dari Soat-san Thian-li!"
Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari tempat gelap tak jauh disisi
tubuhnya berkumandang suara tertawa dingin.
"Sang-goan-ki"! Sang-goan-ki"! Sudah belasan tahun lamanya aku tak pernah
mendengar lagi lagu ini, bocah muda, kau bisa nikmati lagu tersebut mendahului
siapapun, sekalipun mati kenapa musti susah?"
Ketika Si Tiong pek mendengar ucapan tersebut ia agak tertegun lalu tanyanya
tercengang, "Bukankah yang datang adalah Kiu-wi-hou (rase berekor sembilan) Kongsun
po locianpwe?"
Gelak tertawa yang amat nyaring bagaikan suara gembrengan berkumandang
memecahkan kesunyian, "Haaahhh"haaahhh"haaahhh" betul, tak kusangka kau si
bocah dapat mengenali suaraku"
Sesosok bayangan melompat keluar dari tempat kegelapan, dia adalah seorang kakek
bertubuh kurus kering, berjubah panjang bermuka kuda dan bermata tajam bagaikan
sembilu. Ketika mendengar nama orang itu, Gak Lam kun merasakan sekujur badannya bergetar
keras, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, tapi sesaat kemudian
lenyap kembali tak berbekas.
Dengan sikap yang hambar ia berpaling memandang bintang-bintang yang bertaburan
diangkasa, terhadap kehadiran kakek tersebut jangankan menatapnya, melirik sekejappun
tidak. Yang muncul dihadapan mereka tak lain adalah ketua dari perguruan Hoa-san-pay yang
menggetarkan seluruh dunia" Kiu-wi-hou(Rase berekor sembilan ) Kongsun Po.
Dengan sepasang sinar matanya yang tajam menggidikkan ia melirik sekejap kearah Si
Tiong pek, kemudian mendengus dingin.
"Hei bocah kecil, apakah setan tua gurumu juga ikut datang?" tegurnya sinis.
Sementara itu Si Tiong-pek, sedang menggerutu dalam hati kecilnya, dia tahu si Rase
berekor sembilan ini bukan saja memiliki ilmu silat yang amat sempurna, jadi orangpun
licik, keji dan berbahaya.
Konon dalam peristiwa keributan atas diri Tok-liong Cuncu ditebing Yanpo gan tempo
dulu dialah otak yang menyusun semua siasat dan perangkap, dan kini dia telah muncul
juga disini itu berarti kedatangannya pasti disertai d?ngan suara rencana tertentu.
"Siapa tahu kalau kedatangannya untuk menyatroni aku?" demikianlah Si Tiong pek
berkuatir "Jika ia tahu kalau guruku belum datang, kemungkinan besar aku bisa dibunuh
lebih dahulu sehingga menghilangkan seorang saingan beratnya untuk memperebutkan
lencana pembunuh naga?"
Berpikir sampai disitu, dengan memaksakan diri Si Tiong pek merangkak bangun,
kemudian setelah memberi hormat katanya, "Sungguh tak kusangka Kongsun locianpwe
telah muncul disini, boanpwe Si Tiong pek menyampaikan salam hormat kepada cianpwe!"
Rase berekor sembilan Kongsun po mendehem beberapa kali, lalu katanya sambil
tertawa, "Jangan sungkan-sungkan, jangan sungkan-sungkan, Sejak kapankah komandan
pasukan elang baja dari perkumpulan Thi-eng pang begitu menaruh perhatian terhadap
aku Kongsun po?"
Keadaan Si Tiong pek pada saat ini amat
lemah setelah isi perutnya terluka parah, sekalipun disindir orang ia masih tetap
mengendalikan amarahnya didalam bati, katanya sambil tertawa, "Thi-eng pangcu si kakek
sakti elang baja Oh-Bu-hong merupakan orang yang paling dimusuhi oleh perguruanperguruan
besar dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya Kongsun Po locian-pwe dari
Hoa-san yang mempunyai hubungan akrab dengannya, siapakah manusia-manusia dalam
dunia persilatan dewasa ini yang tidak mengetahui akan bal tersebut?"
Paras muka Rase berekor sembilan Kongsun Po berubah membesi, setelah tertawa
dingin ia menukas ucapan Si Tiong-pek, "Semua orang mengatakan kau berotak cerdas
banyak tipu muslihatnya dan merupakan seorang manusia pilihan dari golongan muda,
tampaknya berita ini memang tidak keliru, tapi kau tak usah kuatir, aku tak bakal
membalikkan perahuku dalam selokan"
Si Tiong-pek tertawa.
"Kongsun locianpwe adalah orang yang cerdas dan bijaksana, pengetahuannya luas
pengalaman banyak, namanya menggetarkan baik disungai bagian utara maupun dibagian
selatan, siapakah dalam dunia persilatan dewasa ini yang tidak kagum oleh kecerdasan
locianpwee, malah Tok liong Cuncu yang dikenal sebagai seorang manusia berbakatpun
berhasil tewas ditanganmu, siapa yang tidak akan ngeri setelah berjumpa dengan kau?"
Ketika mendengar perkataan itu, tiba-tiba diatas paras muka Rase berekor sembilan
Kongsun Po melintas napsu membunuh bentaknya, "Bocah keparat, lebih baik kau tak
usah mencekoki kuah pemabuk kepadaku?""
Ditengah bentakan itu. Kongsun Po mengayunkan telapak tangan kirinya kedepan,
segulung tenaga pukulan yang sangat hebat segera menggulung keluar dan langsung
menghajar kedada Si Tiong-pek.
Sebagai seorang pemuda yang cerdas dan cekatan, semenjak tadi Si Tiong-pek telah
menaruh perhatian terhadap segala gerak gerik Kongsun Po.
Dalam keadaan terluka parah, sudah barang tentu ia tak berani menyambut datangnya
serangan tersebut dengan kekerasan, sesungguhnya dia ingin melompat mundur
kebelakang untuk
menghindarkan diri, sayang luka dalamnya terlampau parah, luka tersebut telah
menyebabkan ia tak sanggup mengerahkan tenaganya walau hanya sedikitpun.
Dengan begitu maka tampaklah angin pukulan yang maha dahsyat tersebut segera
akan menghantam didada Si Tiong pek.
Untunglah Gak Lam kun yang berada disisinya bertindak cukup sigap, tiba-tiba dia
melompat kemuka dan menghadang dihadapannya. Lalu dengan telapak tangan kirinya
dia membabat keatas urat nadi pergelangan tangan Kongsun po.
Betapa terkejutnya si Rase berekor sembilan Kongsun po menyaksikan kecepatan gerak
Gak Lam-kun, cepat-cepat ia buyarkan tenaga pukulan pada telapak tangan kirinya lalu
ditarik kebelakang, sementara telapak tangan kanannya secepat sambaran kilat
mencengkeram bahu Kiri Si Tiong pek.
Gak Lam kun miringkan sedikit tubuhnya, tiba-tiba tangan kirinya yang sedang
membacok berputar satu lingkaran, kemudian berbalik menghantam pergelangan tangan
kanan Kongsun po.
Kongsun po semakin terperanjat lagi menyaksikan keanehan gerakan yang
dipergunakan Gak Lam kun ketika melancarkan serangan balasan itu, terutama terhadap
serangan jari tangannya yang kesemuanya tertuju pada jalan darah jalan darah penting
ditubuhnya. Dengan suatu gerakan terpaksa ia tarik kembali lengan kanannya mentah-mentah,
meskipun cepat ketika melancarkan serangan, sewaktu menarik kembalipun tak kalah
cepatnya. Dengan begitu kendatipun sapuan yang dilancarkan Gak Lam kun dilakukan dengan
kecepatan tinggi, akan tetapi tidak berhasil menyentuh ujung baju lawannya.
Kongsun po menarik kembali tangan kanannya, sementara tangan kirinya telah
dikembangkan kembali untuk melancarkan sebuah sapuan.
Mencorong sinar pembunuh dari sepasang mata Gak Lam kun, sumpahnya dihati,
"Bagus sekali! Rase berekor sembilan Kongsun po, kau berani berbuat demikian sama
artinya dengan mencari kematian buat diri sendiri"Hmm bersiap-siaplah untuk menerima
kematianmu."
Ketika ingatan tersebut sudah melintas lewat dari benaknya, dengan menghimpun
tenaga pukulannya kedalam telapak tangan kanan, dia hantam dada Kongsun Po.
Rase tua tersebut sungguh memang amat licik dan cerdik. Jikala sorot matanya
berbenturan dengan sinar pembunuhan yang memancar dari mata Gak Lam-kun, segera
timbul kecurigaan dalam hatinya.
Maka dari itu dikala Gak Lam-kun melepaskan sebuah pukulan dan segulung angin
tajam yang menggidikkan hati ikut menerpa tiba, ia menjadi amat terkejut.
Dalam keadaan begitu, ketua dari Hoa san pay itu tak berani menyambut datangnya
ancaman dengan keras lawan keras, sambil membuyarkan tenaga pukulannya, ia
melompat dua kaki ketengah udara.
"Pleetaakk"baaam!"suatu benturan keras terjadi disusul terdengarnya suara gemuruh
yang memekikkan telinga.
Tenaga pukulan Gak Lam-kun yang amat dahsyat bak kuda liar yang terlepas dari
kendali meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi dan langsung menghantam diatas
sebuah pohon Pek-yang yang tinggi besar tiga tombak didepannya.
Padahal pohon Pek-yang itu besar lagi kuat, namun begitu tersambar oleh angin
pukulan langsung terhajar patah dan tumbang keatas tanah.
Tiba-tiba berkumandang suara pekikan nyaring yang amat memekikkan telinga, dari
atas pohon Pek-yang yang tumbang ketanah itu melayang turun sesosok bayangan
manusia, orang itu ternyata adalah seorang kakek gemuk pendek yang berwajah merah
seperti bayi tapi berambut putih keperak-perakan"
Dengan entengnya kakek gemuk pendek itu melayang turun keatas permukaan tanah,
dengan sepasang matanya yang tajam menggidikkan ia perhatikan Gak Lam kun dari atas
kepalanya hingga kebawah kaki.
Waktu itu, Si Rase berekor sembilan Kongsun po serta Si Tiong pek masih berdiri
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
termangu-mangu ditempatnya, rupanya mereka tidak menyangka kalau serangan dari Gak
Lam kun sedemikian dahsyatnya.
Untuk sesaat suasana disekeliling tempat itu menjadi sepi dan hening, seakan-akan dia
merasa murung dan sedih lantaran pukulannya tidak berhasil mengenai tubuh lawannya.
Yaa, memang begitulah keadaan sesungguhnya, Gak Lam-kun memang sedang merasa
mUrung dan sedih karena serangan mautnya tidak berhasil membinasakan Kongsun po, ia
merasa musuhnya terlampau licin dan banyak tipu muslihatnya, keadaan itu semakin
menipiskan harapannya untuk berhasil menuntut balas.
Gurunya, Tok-liong Cuncu pernah berkata kepadanya bahwa diantara ketujuh belas
orang musuh besarnya, mulai dari Tang hay coa siu(kakek ular dari lautan timur) Ou
Yong-hu sekalian bertujuh merupakan musuh-musuh paling berbahaya yang kian keatas
kian tinggi ilmu silat yang mereka miliki!
Selapis awan mendung melintas dalam benak Gak Lam-kun, diam-diam pikirnya, "Dari
tujuh orang musuh tangguh yang musti kuperhatikan, secara beruntun sekarang telah
kujumpai Tang hay coa siu(kakek ular dari lautan timur), Jit poh toan hun(Tujuh langkah
pemutus nyawa) dan Kiu wi-hou(rase berekor sembilan), menurut Catatan musuh besar
yang ditinggalkan suhunya, Jit poh toan hun Kwik To merupakan jagoan nomer tiga, Kiuwihou Kongsun Po merupakan jago nomer enam dan Tang hay-coa siu merupakan jago
yang paling belakang, sekalipun ketujuh orang musuh utamaku belum kujumpai semua,
tapi berbicara dari taraf ilmu silat yang dimiliki Kwik To bertiga, dapat dibuktikan bahwa
ilmu silat yang mereka miliki rata-rata memang amat lihay, seandainya ketujuh orang itu
sampai bersatu padu, mungkinkah aku bisa menahan mereka bersama?""
Dalam pada itu, setelah si kakek gemuk pendek itu memperhatikan Gak Lam-kun sekian
lama, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, Suaranya
nyaring bagaikan genta yang dibunyikan bertalu-talu, bukan saja menggetarkan daerah
disekitarnya bahkan sangat menyakitkan telinga.
Rase berekor sembilan Kongsun Po mendehem ringan, setelah melirik sekejap kearah
kakek gemuk pendek itu, katanya, "Say loji, sejak berpisah ditebing Yan-Po gan tempo
hari, aku dengar belasan tahun belakangan ini kau tak pernah meninggalkan bukit Siau
Ngo Tay barang selangkahpun, setelah hari ini muncul kembali diwilayah Kanglam, aku
rasa tentu ada urusan penting yang hendak kau selesaikan bukan?""
Gak Lam-kun yang mendengar perkataan itu merasakan hatinya bergetar keras
pikirnya, "Jangan-jangan orang ini adalah orang keempat dari ketujuh orang musuh
utamaku yang disebut Giok-bin-sin-ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit dari
bukit Siau-ngo-tay" Sungguh tak kusangka secara beruntun aku telah berjumpa dengan
empat orang musuh besarku diatas pulau yang terpencil ini"
Kakek gemuk pendek itu memang tak lain adalah Kakek sakti berwajah pualam Say Khipit
dari bukit Siau ngo tay, medengar perkataan itu dia lantas tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh"haaahh"haahh"wahai rase tua, bukan aku seorang yang tiba disini,
mungkin semua sobat-sobat lama yang pernah berkumpul ditebing Yan po gan belasan
tahun berselang akan berkumpul semua disekitar bukit Kun san ini, waktu itu suasana
tentu ramai sekali"haaahh"haaah"haaah?"
"Jadi kalau begitu kedatangan Say-heng pun untuk ikut serta dalam keramaian ini?"
sambung Kongsun-Po dengan ketus.
Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit tertawa tergelak.
"Haaahhh"haaahhh"haaahhhh"tidak berani tidak berani, aku cuma mengiringi saja
dari samping, kedatanganku tak lebih cuma ingin menonton keramaian"
Rase berekor sembilan kongsun Po tertawa dingin, katanya lagi, "Say loji, kau tak usah
berlagak, keadaan dalam dunia persilatan dewasa ini sudah berbeda jauh dengan keadaan
dulu, si kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu telah menjadi anggota Thi eng pang, ia
sudah mempunyai tulang punggung yang cukup kuat, sedang kau dan aku masih
bujangan tanpa teman, untuk mengangkat diri dalam pertarungan dibukit Kun san ini?"
Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa lebar.
"Aku memang bermaksud demikian, asal kita mau bersatupadu maka urusan lebih
gampang diselesaikan, sebaliknya kalau tercerai berai maka pasti akan ditunggangi orang
dan hancur musnah dengan sendirinya. Maka"kalau begitu akan kuusahakan bantuan
semaksimal mungkin.." kata Say Khi-pit kemudian sambil tertawa.
Si Tiong pek diam-diam menjadi terkejut, dia tahu kedua orang itu semuanya
merupakan jago-jago tangguh yang memimpin suatu golongan tertentu, ilmu silat mereka
boleh dibilang sudah mencapai taraf yang sangat tinggi, terutama Giok-bin sin-ang Say Khi
pit, kepandaiannya setingkat lebih tinggi daripada Kongsun po.
Bisa dibayangkan apa jadinya bila kedua orang tokoh persilatan itu sampai bersatu
padu" Si Tiong pek cukup mengerti, kerja sama kedua orang tokoh ini memang masih belum
sanggup untuk mengalahkan perkumpulannya, meski demikian pasti akan merupakan
halangan yang menjengkelkan bagi perkembangan ambisi perkumpulannya sebab itu dia
mengambil keputusan untuk berusaha memecah belah kerja sama tersebut.
Karena itu setelah berpikir sebentar, Si Tiong pek pun memberi hormat kepada Say Khipi
sambil katanya, "Ilmu silat Say cianpwe menggetarkan dunia persilatan, selama ini
menjagoi pula wilayah sekitar Lam san, kegagahan tersebut sudah lama membuat hatiku
amat bangga, maka beruntunglah hari ini aku bisa bersua dengan cianpwe, Boanpwe Si
Tiong-pek dari pasukan elang baja mempersembahkan salam hormatku kepada locianpwe"
Selesai berkata ia lantas membungkukkan badannya dan memberi hormat.
Giok bin-sin-ang Say Khi-pit mengelus jenggotnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh"haaahhh"haaahhh"semua orang bilang Oh Bu-hong mempunyai seorang
ahli waris yang cerdik dan bisa diandalkan, setelah perjumpaan hari ini dapat kubuktikan
bahwa perkataan itu memang ada benarnya, haahh"haahh"haahh" kalau kulihat dari
sikap hormatmu kepadaku, tentunya ada urusan yang hendak kau sampaikan kepadaku
bukan?" Si Tiong-pek tersenyum.
"Oooh"tidak berani merepotkan Say locianpwe"
Rase berekor sembilan Kongsun Po yang ada disampingnya segera tertawa dingin.
"Si Tiong-pek, siapakah dia?"
"Dia adalah seorang sahabat karibku!" jawab Si Tiong-pek sambil tersenyum lebar.
"Paras muka Kongsun Po berubah menjadi amat dingin, katanya ketus, "Apabila kau
masih mempunyai perasaan hormat kepada angkatan tua, maka harus kau katakan asal
usulnya." Tiba-tiba dari balik mata Gak Lam-kun memancar keluar sinar buas yang menggidikkan
hati. Pelan-pelan maju kemuka mendekati Kongsun Po, lalu sambil mendengus katanya,
"Apabila kau ingin tahu asal usulku, pergilah keakhirat dan tanyakan sendiri soal itu
kepada Giam-lo-ong!"
Secara tiba tiba saja anak muda itu berubah menjadi ganas seperti seekor binatang
buas, wajahnya penuh diliputi hawa napsu membunuh yang mengerikan.
Rupanya hawa amarah yang berkobar dalam dada Konsun Po telah memuncak juga,
sambil tertawa serak katanya, "Bocah keparat yang bau, berani betul kau pandang hina
diriku..Hmm..! Agaknya kau sudah bosan hidup?"
Si Tiong pek sendiri, ketika secara tiba-tiba menyaksikan paras muka Gak Lam kun
berubah seseram itu, hatinya ikut terperanjat pula, pikirnya, "Watak orang ini sungguh
sulit diraba oleh siapapun, apalagi sikapnya yang begitu tinggi hati dan congkak,
tampaknya sulit untuk kupergunakan tenaganya. Mumpung sekarang ada dua orang sakti
disini, kenapa tidak kubiarkan mereka berdua bekerja sama untuk menghadapi Gak Lam
kun. Asal orang she Gak ini sudah mampus, berarti pula aku akan kehilangan seorang
musuh tangguh"
Berpikir sampai disitu, dengan dingin dia lantas berkata, "Kongsun locianpwe, ibaratnya
rumput jerami ditumpuk sebukit, jangan harap bisa menindih mati seekor tikus, sekalipun
kau sudah hidup sekian lamanya, belum tentu ilmu silatmu akan lebih tangguh daripada
orang lain" jangan takabur dulu"
000000O000000 DALAM dunia persilatan, Kiu-wi-hou Kongsun po terhitung juga seorang jagoan yang
bisa diandalkan sekalipun merasa bahwa Gak Lam kun adalah seorang musuh tangguh
yang berilmu tinggi, terutama setelah terjadi pertarungan beberapa jurus tadi, tapi sebagai
orang yang sombong dan sudah biasa bersikap latah, sudah barang tentu tak mau
mengundurkan diri dengan begitu saja, terutama dalam ucapannya tadi Si Tiong pek jelas
memandang hina kepadanya.
"Bocah keparat!" ia lantas membentak, "begitu berani kau menghina diriku" Hmm, akan
kurenggut dulu selembar nyawamu!"
Sambil membentak, telapak tangan kanannya segera diayun membacok ketubuh Si
Tiong pek. Gak Lam kun tidak merasa kalau dibalik serangannya terdapat tipuan, cepat telapak
tangan kirinya diayun kedepan untuk menyambut pukulan yang tertuju ketubuh Si Tiong
pek itu. Dalam melancarkan serangannya, tidak terjadi desingan angin tajam maupun tidak
terjadi gelombang hawa tekanan yang dahsyat, gerakan itu enteng dan sederhana.
Ternyata serangan tangan kanan dari Rase berekor sembilan Kongsun po itu cuma
serangan tipuan, ia telah menghitung bahwa Gak Lam kun pasti akan melancarkan
serangan untuk menyambut ancaman itu.
Maka begitu Gak Lam kun melepaskan bacokannya kedepan, tiba-tiba ia menarik
kembali telapak tangan kanannya dan menerobos maju kedepan"
Telapak tangan kirinya dengan membawa desingan angin pukulan yang kuat segera
meluncur kedepan dengan jurus Sin-liong jut-im(naga sakti keluar dari awan), dasar
memang licik, ternyata dibalik deruan angin puyuh yang sangat keras itu diam-diam ia
sembunyikan sebuah serangan totokan secara keji mengancam dibawah ketiak Gak Lam
kun. Serangan semacam ini sungguh merupakan Suatu serangan yang keji, ganas dan licik.
Gak Lam-kun sendiri bukan orang bodoh, ia telah menduga kalau si Rase berekor
sembilan bakal melancarkan serangan dahsyat dikala ia menyambut pukulan yang tertuju
ketubuh Si Tiong-pek, karenanya diam-diam hawa murninya sudah dikerahkan kedalam
telapak tangan kanan, meskipun begitu mimpipun dia tak menyangka kalau dibalik
serangan dahsyat tersebut si Rase berekor sembilan ini bakal menyembunyikan sebuah
serangan mematikan lainnya.
Disaat telapak tangan kiri Kiu-wi-hou membacok kedepan, telapak tangan kanan Gak
Lam-kun ditekan pula kedepan, tapi rupanya dia tak ingin telapak tangannya berbenturan
dengan telapak tangan Rase berekor sembilan itu, ketika serangan sudah dilontarkan tibatiba
ia menarik kembali telapak tangannya.
Si Rase berekor sembilan Kongsun Po sendiri diam-diampun merasa terkejut ketika
telapak tangan kirinya baru saja dilancarkan, mendadak segulung tenaga pukulan yang
maha dahsyat telah menggulung tiba, segera pikirnya dihati, "Ilmu silat yang dimiliki
pemuda ini betul-betul tak boleh dipandang enteng, ia bisa menyembunyikan angin
pukulan sedemikian dahsyatnya dalam telapak tangan tanpa diketahui orang, bahkan
sewaktu dilontarkan kedepan kedahsyatannya mengerikan waah,..aku musti bertindak
lebih waspada lagi?"
Baru ingatan tersebut melintas dalam benaknya serangan jari yang tersembunyi dibalik
serangannya tadi telah bersarang dibahu Gak Lam kun yang dengan sigap telah berkelit
kesamping dikala merasakan tibanya ancaman maut.
Kedengaran Gak Lam kun mendengus tertahan tulang diatas bahu kirinya terasa amat
sakit seperti mau remuk, dengan sempoyongan mundur tiga langkah kebelakang.
Sekalipun begitu, si Rase berekor sembilan Kongsun po sendiripun tidak berhasil
meloloskan diri dengan begitu saja, ketika angin pukulan dari Gak Lam kun yang maha
dahsyat itu menyentuh telapak tangannya, segulung hawa dingin yang tajam terasa
menyengat badan menembusi nadinya dan ia langsunglah kebelakang.
Tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri yang mencekam perasaan Kongsun po ketika itu,
cepat-cepat ia berjumpalitan beberapa tombak kebelakang"
Untung ia menghindar dengan cepat sehingga luka yang lebih parah bisa dihindari,
kendatipun demikian isi perut Kongsun Po toh mengalami juga goncangan yang sangat
keras, jelas ia sudah menderita luka ringan.
Adegan demi adegan dahsyat yang berlangsung secara beruntun ini membuat orangorang
yang hadir berdiri tertegun, semua orang membelalakkan matanya dengan wajah
kaget, untuk sesaat tak seorangpun yang turun tangan lagi, masing-masing mengerahkan
tenaga dalamnya untuk mengendalikan golakan darah didalam dadanya.
Pada saat itulah tiba-tiba dari dalam sebuah bangunan loteng disebelah barat
berkumandang serentetan suara teguran yang dingin dan menyeramkan, "Bila kalian tidak
segera meninggalkan tempat ini, hmm! Barangsiapa berani berdiam lebih lama lagi disini,
akan kusuruh kalian mampus tanpa kuburan."
Sesungguhnya Giok-bin-sin ang(kakek sakti berwajah pualam) Say Khi-pit ada niat
untuk melenyapkan Gak Lam-kun setelah menyaksikan ilmu silatnya yang sakti dan lihay
itu daripada meninggalkan bibit bencana dikemudian hari.
Akan tetapi setelah mendengar suara peringatan tersebut, tak kuasa lagi ia
menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh"haaahhh"haaahhh"siapakah kau" Takabur amat perkataanmu itu, tidakkah
kau takut bahwa ucapanmu itu akan ditertawakan oleh umat persilatan?"
Setelah menyampaikan suara peringatan tadi, suasana dalam bangunan rumah
berloteng itu pulih kembali dalam keheningan, tak kedengaran sedikit suarapun.
Karena tiada yang menggubris teriakannya, Giok-bin sin-ang Say Khi pit pun tidak
mendesak lebih lanjut, kembali ia berpaling kepada Gak Lam-kun kemudian tanyanya
sambil tertawa, "Lote, bolehkah aku tahu kau berasal dari perguruan mana?"
Gak lam-kun hanya memicingkan sepasang matanya, ia membungkam dalam seribu
bahasa. Paras muka Say Khi-pit segera berobah hebat, katanya lagi dengan suara dalam,
"Jikalau kau congkak dan tinggi hati selalu, jangan salahkan bila aku akan berbuat kurang
ajar" "Silahkan!" kata Gak Lam-kun hambar.
Bergetar juga perasaan Giok-bin-sin-ang Say Khi pit sebab dalam dunia persilatan
dewasa ini belum pernah ada orang yang berani menantangnya secara terus terang
macam begini, sekalipun dia adalah Oh Bu hong ketua perkumpulan elang baja.
Setelah tertegun beberapa saat, Say Khi pit mendengus dingin lalu katanya, "Besar
amat bacotmu, dengan maksud baik aku bertanya kepadamu, tak kusangka kalau kau
begini sombong dan tinggi hati, Hmm" tampaknya jika aku tidak memberi sedikit
pelajaran kepadamu, kau masih belum tahu diluar langit masih ada langit, diatas manusia
masih ada manusia yang lebih pintar"
Selesai berkata, tiba-tiba ia menerjang maju kedepan dan melancarkan sebuah
bacokan. Dengan cekatan Gak Lam-kun merendahkan tubuhnya kebawah, sekalipun pukulan itu
berhasil dihindari, ia tidak melepaskan serangan balasan, sikapnya masih tenang dan
seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun"
Betapa gusarnya Giok-bin sin-ang Say Khi pit menyaksikan kelatahan dan
kesombongannya itu, pikirnya, "Betapa sombongnya orang ini, bila tak kuberi sedikit
pelajaran kepadanya pasti dianggapnya bahwa dia paling hebat dan didunia ini cuma ada
dia seorang yang pintar dan hebat"
Hawa murninya diam-diam dihimpun menjadi satu, lalu dengan satu dorongan telapak
tangan kanan ia lepaskan serangan tersebut.
Gak Lam kun mengebaskan telapak tangan kanannya, tanpa menimbulkan sedikit
suarapun ia sambut datangnya ancaman tersebut.
Padahal didalam melancarkan serangannya tadi, Say Khi pit telah mengerahkan tenaga
dalamnya sebesar delapan bagian, kekuatan angin pukulannya cukup untuk memukul
hancur batu cadas.
Dalam perkiraannya semula, kendatipun serangan tersebut belum tentu bisa menghajar
Gak Lam-kun sehingga terluka parah, paling sedikit kuda-kudanya pasti akan tergempur
dan tubuhnya akan mundur beberapa langkah dengan sempoyongan.
Siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata diluar dugaan Say Khi pit, setelah
menyambut serangan itu tubuh Gak Lam-kun masih tetap tegak bagaikan bukit Tay-san,
jangankan bergerak mundur, bergerak sedikitpun tidak"
Sementara itu secara tiba-tiba timbul segulung angin pukulan yang tajam langsung
menghantam kedadanya.
Say Khi-pit tertegun, sepasang ujung bajunya dikebaskan untuk memunahkan
datangnya ancaman tersebut.
Pada saat itulah tiba-tiba Gak Lam-kun menerjang maju kedepan, telapak tangan dan
kakinya melancarkan serangan bersama, dalam waktu singkat lima buah pukulan
dilepaskan. Kelima jurus serangannya bukan saja dilancarkan dengan kecepatan tinggi, bahkan
jurus serangannya aneh dan tenaganya dahsyat sedikit kurang waspada seketika Giok-binsinang Say Khi-pit terdesak mundur sejauh tiga langkah.
Diantara tujuh belas orang jago tangguh yang mengerubuti Tok-liong Cuncu dibukit
Yan-po gan belasan tahun berselang, Giok-bin-sin-ang Say Khi-pit merupakan jago
tangguh keempat.
Bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi, diapun terhitung jago nomor satu dalam dunia
persilatan dewasa ini.
Belasan tahun berselang ia sudah lihay apalagi belasan tahun kemudian, sudah barang
tentu kemajuan yang dicapainya dalam ilmu silat sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Siapa menyangka dalam kemunculannya kembali dalam dunia persilatan dia harus
berjumpa dengan musuh setangguh ini.
Selama hidup belum pernah ia menerima penghinaan dan rasa malu seperti yang
dialaminya sekarang, kontan saja hawa amarahnya berkobar sambil mendengus dingin
telapak tangannya diayun kedepan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan menyelimuti angkasa, segulung angin
pukulan yang kuat dan berat tiba berlapis-lapis.
Dari catatan "Ciu jin-liok" yakni catatan yang berisi keterangan tentang musuh-musuh
besarnya. Gak Lam kun telah mendapat tahu bahwa Say Khi-pit merupakan jago keempat
diantara tujuh jago lihay lainnya, dengan dasar keterangan itu tentu saja ia tak berani
bertarung secara gegabah, semua serangan-serangannya dilancarkan dengan aneh dan
sakti bahkan beberapa gebrakan kemudian ia telah berhasil membendung semua serangan
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangguh dari Giok bin sin ang.
Pertarungan yang berlangsung ini sungguh merupakan suatu pertarungan indah yang
jarang ditemui dalam dunia persilatan, hal ini membuat Si Tiong pek yang menyaksikan
kejadian itu merasa terkejut bercampur tercekat.
Ia tak mengira kelihayan Gak Lam-kun ternyata jauh diluar dugaannya semula, ia lebihlebih
tak menyangka dengan usia Gak Lam kun yang beberapa tahun lebih muda darinya
ternyata memiliki ilmu silat sedemikian sempurna.
Untuk sesaat ia menjadi getun sendiri, bahkan makin dilihat rasa iri dan dengkinya
semakin menghebat.
Ketika serangan berantai yang dilancarkan Giok bin-Sin-ang Say Khi pit berhasil
dibendung semua oleh Gak Lam-kun, hatinya merasa kaget dan marah sambil membentak
keras sekali lagi dia menyerbu kedepan sambil melancarkan serangan.
Semua bacokan telapak tangannya dan totokan jari tangannya tertuju pada jalan darah
kematian disekujur badan Gak Lam-kun, bukan saja serangan itu amat dahsyat dan luar
biasa, bahkan datangnya berantai bagaikan gulungan ombak yang saling berkejaran.
Gak Lam kun mengernyitkan sepasang alis matanya, dibawah serangan dan desakan
Say Khi-pit yang bertubi-tubi, mendadak ia gunakan jurus serangan yang aneh dan sakti
untuk membacok urat nadi ditubuh lawan.
Dengan terjadinya ancaman tersebut, maka secara tiba-tiba saja semua serangan
ganas dari Giok bin-sin ang Say Khi-pit mengalami kemacetan total, bukan saja ia tak
mampu melukai musuhnya bahkan oleh ilmu bacokan nadi yang dipakai Gak Lam kun
seluruh kepandaian silatnya tak mampu dikembangkan kembali.
Sementara itu setelah mengatur pernapasan sekian lama, si Rase berekor sembilan
Kongsun po telah berhasil menenangkan kembali golakan hawa darah dalam dadanya
betapa terkesiapnya dia setelah menyaksikan pertarungan sengit antara Say Khi pit
melawan Gak Lam kun, pikirnya kemudian dengan hati kebat-kebit, "Sepintas lalu orang ini
tampaknya baru berusia dua puluh tahunan, tak nyana kalau kepandaian silatnya telah
mencapai taraf setinggi ini bila ia diberi kesempatan untuk hidup sepuluh tahun lagi entah
bagaimana jadinya nanti" Aaai"kenapa tidak kugunakan kesempatan yang sangat baik ini
untuk bekerja sama dengan Say Khi-pit dan melenyapkannya dari muka bumi" Lebih baik
bersusah payah sekarang, daripada menjadi bibit bencana yang besar buatku dikemudian
hari?" Berpikir sampai disitu, nafsu membunuh dihati Kongsun Po segera berkobar kembali,
katanya sambil tertawa kering, "Say loji, bocah keparat ini terlalu hebat, mari kubantu
untuk menaklukannya."
Begitu ucapan diutarakan secepat sambaran kilat Kongsun Po menerjang maju kedepan
dan melepaskan serangkaian pukulan dan tiga kali tendangan kilat, bukan saja gerakannya
penuh bertenaga bahkan jurus-jurus serangan yang digunakan semuanya merupakan
serangan yang ganas dan mengerikan hati.
Sesungguhnya semenjak tadi Giok bin sin ang Say Khi-pit memang mempunyai ingatan
tersebut maka dia cepat-cepat menarik napas panjang, kemudian sepasang telapak
tangannya melancarkan serangan-serangan untuk mengimbangi kerja samanya dengan si
Rase berekor sembilan.
Kendatipun Gak Lam-kun berilmu tinggi, tapi dibawah serangan berantai dari dua orang
tokoh kelas satu yang amat lihay itu, terdesak juga dia sehingga harus mundur sejauh
empat lima langkah dari kedudukannya semula.
Ditengah sengitnya pertarungan yang sedang berlangsung pada kegelapan menjelang
fajar tiba-tiba dari dalam bangunan loteng itu berkumandang suara suitan aneh yang
panjang tapi rendah dan berat. Suara itu sangat aneh dan seakan-akan membawa daya
pengaruh iblis yang sanggup membetot sukma orang.
Bersamaan dengan berkumandangnya suara suitan aneh itu, mendadak dari balik
semak belukar disekitar gelanggang itu berkumandang suara desisan yang ramai.
Dengan terkejut Si Tiong pek berpaling kearah mana berasalnya suara itu, tiba-tiba
segulung bau amis berhembus lewat, menyusul kemudian muncullah beberapa ekor ular
beracun yang bersisik emas dari balik semak belukar.
Ular-ular beracun yang menjijikkan sekali tampangnya itu dengan sigap dan sangat
terlatih langsung menyerbu kedalam gelanggang pertarungan.
Sementara itu Gak Lam-kun yang berada dalam kancah pertarungan, kendatipun ikut
mendengar suara suitan aneh tersebut akan tetapi berada dalam desakan dua orang
musuh besarnya yang datang secara bertubi-tubi, meluap juga hawa amarahnya. Ia tak
sempat untuk memikirkan persoalan lain lagi, sambil membentak keras sebuah pukulan
dahsyat dilancarkan kearah depannya"
Dengan penuh kegusaran kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit mendengus dingin,
ia melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat untuk menyambut datangnya ancaman
tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaaang..!" dikala dua gulung angin pukulan saling bertemu satu sama lainnya,
terjadilah suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga, akan tetapi justru karena itu
gerak maju kedua belah pihakpun menjadi tertahan hingga jauh lebih lambat.
Gak Lam-kun tidak berhenti sampai disitu saja telapak tangan kirinya kembali
melancarkan sebuah pukulan untuk menghantam kedada lawan, sementara tangan
kanannya berputar mencengkeram urat nadi diatas pergelangan tangan Say Khi-pit.
Sesudah berlangsungnya adu kekuatan secara kekerasan tadi, Say Khi-pit merasakan isi
perutnya tergetar keras, meskipun diwajahnya ia masih dapat mempertahankan
ketenangannya seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadianpun, padahal isi perutnya
sudah tergoncang keras, bukan saja hawa darah sudah bergolak keras, diapun sudah tak
sanggup lagi untuk menyambut serangan lawan dengan kekerasan.
Oleh sebab itu, dikala serangan dari Gak Lam-kun yang maha dahsyat itu meluncur
datang dengan cepat-cepat dia melompat mundur kebelakang.
Gagal dengan serangannya yang pertama, Gak Lam kun mengangkat kaki kirinya dan
menyusul kedepan.
Pada saat itulah si Rase berekor sembilan Kongsun Po membentak keras, dua gulung
angin pukulan yang sangat kuat segera menggulung kedepan.
Gak Lam-kun tertawa dingin, ia merangkap sepasang telapak tangannya kedepan dada,
setelah berputar satu lingkaran ditolaknya serangan tersebut kearah dada Kiu-wi-hou.
Sepanjang karirnya sebagai jagoan dalam dunia persilatan, sudah banyak jago lihay
yang pernah ia temui belum pernah ia saksikan pukulan seaneh serangan yang dilancarkan
Gak Lam-kun ini.
Buru-buru ia menarik napas panjang dan menekan tubuhnya yang sedang menyerbu
kedepan itu sehingga merosot kebawah, lalu sepasang telapak tangannya yang penuh
berisikan tenaga pukulan itu pada saat yang hampir bersamaan dilancarkannya kedepan,
sementara Giok-bin-sin ang Say Khi-pit yang berada disebelah kanan ikut pula menyerbu
kedepan" Gak Lam-kun mendengus dingin, dengan jurus Giok liong hun-sim (naga kemala
memecah perhatian) tiba-tiba sepasang telapak tangannya direntangkan kesamping,
tangan kirinya digunakan untuk menangkis serangan dari Say Khi-pit, sedang telapak
tangan kanannya bagaikan sambaran kilat cepatnya menghantam kedada Rase berekor
sembilan. Perubahan jurus serangan ini sangat diluar dugaan orang, lagi pula datangnya ancaman
sedemikian cepatnya, peluh dingin segera membasahi sekujur badan Kongsun Po saking
kagetnya. Bagaimanapun juga dia adalah seorang rase tua yang sudah berpengalaman luas dalam
menghadapi musuh, sekalipun peluh dingin telah membasahi tubuhnya karena kaget,
gerak geriknya sama sekali tidak menjadi kalut, ia menarik napas panjang kemudian
menyurut mundur kebelakang.
Waktu itu api dendam dan kebencian sedang membara dalam hati Gak Lam-kun, tentu
saja ia tak sudi membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja dari cengkeramannya, ia
tahu diantara ketujuh orang musuh besarnya Jit-poh-toan-hun (tujuh langkah pemutus
nyawa) Kwik To dan Tang-hay-coa-siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong-hu telah
mengetahui asal usulnya yang sesungguhnya.
Ia cukup mengerti, apabila ia membiarkan mereka semua bersatu padu maka niscaya ia
tak akan sanggup untuk menghadapi mereka sekaligus.
Oleh sebab itulah bagaimanapun juga dua orang musuh besar yang sedang
dihadapinya ini harus dibinasakan dibawah telapak tangannya, daripada memberikan
mereka pulang gunung dan meninggalkan bibit bencana kemudian hari.
Berpikir sampai disitu Gak Lam-kun segera menghimpun hawa sakti Tok-liong-ci jiau
(cakar jari naga beracunnya kedalam telapak tangan"
Pada saat tenaga sakti yang maha dahsyat itu siap dilancarkan tiba-tiba terdengar Si
Tiong pek membentak keras, "Ular beracun!!"
Berbareng dengan teriakan itu, Gak Lam-kun merasa tumit kirinya amat sakit, ketika ia
mencoba untuk memeriksanya maka tampaklah seekor ular beracun yang berbadan bintikbintik
merah sedang melingkar diatas kakinya erat-erat.
Tak terkira rasa kaget dan terkesiap Gak Lam-kun menghadapi kejadian tersebut, cepat
kelima jari tangan kanannya disapu kebawah.
Termakan oleh pukulan yang sangat dahsyat itu kontan saja ular beracun yang
menggigit tumitnya itu hancur berkeping-keping, tapi Gak Lam-kun keburu merasakan
tumitnya menjadi panas seperti dibakar dengan api, dengan terkejut ia segera,
menghimpun tenaga dalamnya untuk mendesak keluar racun ular tersebut.
Pekikan nyaring yang amat tajam dan tak sedap didengar tadi kembali berkumandang
datang dari kejauhan.
"Sreeet..! Sreeet..!" bunyi desisan aneh berkumandang dari mana-mana, lalu tampaklah
beratus-ratus ekor ular berbisa bermunculan dari balik semak belukar disekelilingnya, ularular
tersebut sambil menjulurkan lidahnya yang merah membara, secara berpencar
mendekati tubuh Si Tiong pek, Say Khi-pit, Kongsun Po dan Gak Lam-kun.
Gak Lam-kun marah sekali menyaksikan ancaman itu, sepasangtelapak tangannya
dibacok kedepan berulang kali, gulungan angin puyuh yang disertai dengan batu dan
kerikil segera menggulung kemuka serta membinasakan beberapa ekor ular beracun.
Pada saat yang hampir bersamaan, Say Khi-pit serta Kongsun po telah melancarkan
juga pukulan-pukulan udara kosong untuk membinasakan ular-ular beracun yang
menyerbu kearah mereka.
Tapi sayang ular-ular beracun itu sangat banyak Jumlahnya, apalagi dibawah komando
suara lengkingan tajam yang sangat aneh itu, mereka bermunculan dari balik semak
belukar disekitar tempat itu dan menyerbu kearah musuh-musuhnya secara ganas dan
mengerikan. Menyaksikan kejadian itu, si Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa kering
kemudian katanya, "Say loji, hari ini secara beruntun kita harus menghadapi beberapa
kejadian aneh, benar-benar sedang sial!"
Tentu saja yang dimaksudkan sebagai beberapa persoalan aneh adalah masalah ilmu
silat yang dimiliki Gak Lam-kun serta penyerbuan oleh ular beracun atas diri mereka
berempat. Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit berkata, "Hei Rase tua, aku dengar Si Kakek
ular dari lautan Timur adalah seorang ahli dalam menangkap ular apabila hari ini Ou loji
juga berada disini, ingin kusaksikan dengan cara apakah dia akan menangkap gerombolan
ular-ular beracun ini"
Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa dingin.
"Sekalipun Ou Yong-hu terhitung seorang ahli dalam menangkap ular, tapi bila
dibandingkan dengan orang ini, hmm"dia masih ketinggalan jauh sekali coba dengarkan
irama musik yang mengendalikan gerakan maju ular-ular beracun itu, sungguh hebat dan
mengagumkan coba terka siapakah orang itu?"
"Haaahhh"haaahhh"haaaahh"rase tua masa kau tahu siapakah pawang ular itu?"
"Say loji, kau pernah mendengar kalau dari See Thian san terdapat tiga orang manusia
latah" Nah salah satu diantaranya adalah See hi Tong-seng malaikat racun dari See-hi Lo
Kay seng?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung gerombolan ular-ular beracun itu sudah
berada beberapa kaki saja dihadapan kedua orang itu, terpaksa mereka harus
mengayunkan telapak tangan masing-masing untuk menghajar ular-ular beracun itu.
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna, kendatipun ia kena digigit
oleh ular beracun itu, namun pukulan-pukulan yang dihasilkan dari sepasang telapak
tangannya masih mantap dan penuh bertenaga dahsyat, ular-ular beracun yang berada
disekitar tiga kaki darinya tak seekorpun berhasil meloloskan diri dalam keadaan selamat.
Si Tiong-pek paling menggenaskan keadaannya, setelah isi perutnya menderita luka
yang cukup parah, ia telah kehilangan seluruh kekuatan hawa murninya, dikala ular-ular
beracun itu menyerbu tiba, dia cuma bisa berkelit kesana kemari secara gelagapan, tapi
sayang ular-ular beracun yang menyerbu datang terlampau banyak jumlahnya, tak selang
beberapa saat kemudian sekeliling tubuhnya telah dipenuhi oleh ular-ular beracun yang
ganas itu. Tiba-tiba muncul seekor ular kecil berwarna hitam, sambil mendesis aneh ular itu
melompat keatas secepat kilat menggigit lengan kanan Si Tiong pek.
"Aduuuh..!" saking sakit dan kagetnya, pemuda itu menjerit tertahan lalu jatuh
terjerembab diatas tanah.
Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu dengan cepat melayang datang, ujung
bajunya dikebaskan berulangkali, seketika itu juga berpuluh-puluh ekor ular beracun yang
sedang menyerbu ketubuh Si Tiong pek berhasil dibinasakan.
Sungguh tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri yang mencekam perasaan Si Tiong pek
ketika itu buru-buru dia merangkak bangun.
Ular kecil berwarna hitam yang cuma beberapa depa panjangnya itu masih menggigit
lengan kanannya kencang-kencang Gak Lam kun bergerak cepat, dengan jari tengah dan
jari telunjuk tangan kirinya dia jepit ular hitam itu lalu ditarik hingga terlepas dari gigitan,
kemudian setelah digencet sampai mati, bangkai ular itu dibuangnya jauh-jauh dari sana"
"Saudara Si cepat kerahkan hawa murnimu untuk mencegah menjalarnya sari racun
tersebut!" serunya.
Si Tiong pek menghela napas panjang.
"Aaaaai"luka yang kuderita sudah terlampau parah, aku tak mampu untuk
mengerahkan tenaga lagi, apalagi setelah digigit ular beracun sekarang, sudah pasti aku
bakal mampus. Saudara Gak, cepat tinggalkan tempat ini, kau tak usah menggubris diriku
lagi" Gak Lam-kun mengerutkan dahinya mendengar perkataan itu, katanya, "Saudara Si,
apabila kau cepat tinggalkan tempat ini dan berhasil menemukan Ou Yong hu tham cu dari
perkumpulanmu itu, mungkin jiwamu masih dapat diselamatkan, akupun sudah digigit oleh
ular beracun, siapa tahu kalau sebentar lagi bakal mampus pula diujung mulut ular-ular
beracun itu?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Gak Lam-kun telah mengerahkan tenaga
dalamnya untuk melancarkan beberapa buah pukulan dahsyat untuk membinasakan lagi
beberapa ekor ular beracun.
Si Tiong-pek tertawa terbahak-bahak, katanya, "Saudara Gak, kendatipun kita hanya
berjumpa dalam sekali perjumpaan belaka, tampaknya ant
Cinta Bernoda Darah 16 Pendekar Riang Karya Khu Lung Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama