Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 8

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 8


tujui tekadku ini untuk menemaninya sepanjang
masa, karena ia telah mati, bukankah kau orang tua tidak melarangku untuk mencintai
seseorang yang telah mati?"
Selesai berdoa, ia membungkukkan badannya dan memungut lencana pembunuh naga
itu, kemudian dimasukkan kembali kedalam kotak kumala tersebut"
Kemudian diambilnya kembali Khim antik itu dan" "Criing! Criing!" dia memainkan
irama yang memilukan hati.
Irama tersebut bernada sedih, penuh kedukaan kemurungan dan kemasgulan.
Diantara gulungan ombak yang menghantam diatas batu karang, irama khim itu
sungguh mengharukan hati siapapun.
Angin laut berhembus lewat menggoyangkan rambutnya yang lembut, bunyi pohon
siong yang terhembus angin menambah sedih dan murungnya pemandangan waktu itu.
Ditengah sinar rembulan yang purnama, tiba-tiba muncul seorang gadis berbaju putih
yang pelan-pelan menuju ketanah datar tersebut.
Gadis berbaju putih itu melirik sekejap kearah Gak Lam kun yang tergeletak ditanah lalu
tampak agak tertegun.
Tiba-tiba saja ia menjerit kaget, lalu secepat kilat menubruk kearah depan.
Dipeluknya Gak Lam kun erat-erat, lalu teriaknya keras-keras, "Engkoh Gak..!"
Teriakan tersebut segera menyadarkan gadis berbaju perak itu dari kesedihannya,
dengan sepasang matanya yang jeli dia melirik sekejap kearah gadis berbaju putih itu,
kemudian setelah menghela napas sedih katanya, "Kau kenal dengan orang ini?"
Siapa gadis berbaju putih itu" Dia tak lain adalah Ji Cin peng.
Dalam cemas dan gugupnya, ia tak sempat untuk menjawab pertanyaannya lagi,
dengan cepat dia meraba denyutan nadi Gak Lam kun, ketika dirasakan bahwa denyutan
jantungnya masih bergerak, dia segera mengerahkan tenaga dalamnya dan menguruti
disekeliling dada si anak muda itu.
Sudah berulangkali Ji Cin peng menguruti dada si anak muda ini, akan tetapi belum
juga sadar kembali, hal mana membuat gadis itu mulai gelisah, pikirannya menjadi kalut
sekali. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menghela napas panjang, katanya kemudian dengan
lirih, "Ia sudah meninggal dunia!"
Ji Cin peng membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar, ditatapnya gadis berbaju
perak itu sekejap, kemudian hardiknya, "Apakah kau yang telah mencelakainya?"
Sekali lagi gadis berbaju perak itu menghela nafas panjang.
"Yaa, benar! Tapi aku amat menyesal sekali!"
"Dengan menggunakan kepandaian apakah kau telah melukainya?" Ji Cin peng kembali
bertanya. "Nadi-nadi pentingnya sudah terluka oleh getaran irama Kiu huan tay boan yok sin im
yang kulancarkan akibatnya ia meninggal dunia!"
"Heeeh" heeeh" heeeeh" masakah irama sakti Kiu huan tay boan yok sin im bisa
dipakai untuk membunuh orang?"
Mendengar pertanyaan itu, gadis berbaju perak tersebut menjadi tertegun, kemudian ia
balik bertanya, "Apakah kau sanggup untuk menerima permainan irama sakti dari Kiu
huan tay boan yok sin im ini?"
"Heeeh" heeeh" heeeh" sekalipun aku tidak mempunyai kepercayaan tersebut, akan
tetapi sebentar lagi aku pasti akan mencoba kelihayanmu itu"
Sehabis berkata, gadis itu segera menepuk pelan jalan darah Mia bun hiat dipunggung
Gak Lam kun, setelah itu hawa murninya segera disalurkan kedalam tubuhnya.
Dalam waktu singkat hawa murninya itu telah menembusi jalan darah Hu ciat hiat, Pek
hwei hiat dan Hian ki hiat ditubuh Gak Lam kun.
Akan tetapi, sekalipun ia sudah bekerja keras selama seperminum teh lamanya, kecuali
denyutan jantung didada Gak Lam kun masih berdetak, sekujur badannya hampir sudah
menjadi dingin dan kaku persis seperti sesosok mayat.
Sampai disini, Ji Cin peng benar-benar merasa kecewa sekali, ia menghela napas sedih
dan katanya, "Betulkah kau telah mempergunakan irama sakti Kiu huan tay boan yok sin
im melukai nadi-nadi penting didalam tubuhnya?"
Gadis berbaju perak itu mengangguk.
"Ilmu silat yang dimilikinya terlalu tinggi kecuali mempergunakan kepandaian ini, aku
tak akan sanggup untuk menangkan kehebatan ilmu silatnya"
Sekuat tenaga Ji Cin peng berusaha untuk mengendalikan rasa sedih yang mencekam
hatinya, kembali ia bertanya, "Apakah kau dapat mencarikan akal untuk menyembuhkan
luka yang dideritanya itu?"
Gadis berbaju perak itu gelengkan kepalanya berulangkali.
"Sekalipun ibuku masih hidup didunia, belum tentu ia sanggup untuk mengobati
lukanya itu!"
"Kenapa kau begitu tega untuk mencelakai jiwanya?" bisik Ji Cin peng dengan airmata
bercucuran saking sedihnya.
Mendengar perkataan itu, gadis berbaju perak itu tertegun, lalu diam-diam gumamnya,
"Yaa, benar, kenapa aku begitu tega untuk mencelakai jiwanya..?"
Dalam pada itu Ji Cin peng duduk dengan tenang disana tanpa bergerak ataupun
mengucapkan sepatah katapun sambil membopong tubuh Gak Lam kun yang sedang
menderita luka parah itu.
Tiada airmata yang jatuh bercucuran membasahi wajahnya, tiada pula suara isak tangis
yang memecahkan keheningan.
Tiba-tiba saja Ji Cin peng menundukkan kepalanya dan mencium noda darah diujung
bibir Gak Lam kun, ia tak takut kotor ia tak takut perbuatannya itu ditertawakan orang.
Dengan sepasang mata terbelalak besar gadis berbaju perak itu mengawasi gerak gerik
gadis itu wajahnya amat tenang dan wajar, sama sekali tiada rasa dengki atau iri.
Pemandangan itu benar-benar merupakan suatu pemandangan yang penuh dengan
kepedihan dan keseriusan.
Tapi dibalik ketenangan yang mencekam sekeliling tempat itu justru terkandung suatu
kekuatan yang merangsang perasaan orang membuat siapapun juga yang menyaksikan
adegan semacam ini akan merasa ikut terharu dan bersedih hati"
Lama, lama sekali"
Tiba-tiba Ji Cin peng berkata dengan suara dingin, "Aku akan membalaskan dendam
bagi sakit hatinya!"
Pelan-pelan Ji Cin peng menurunkan tubuh Gak Lam kun dari pelukannya, selapis hawa
napsu membunuh yang mengerikan telah menyelimuti seluruh wajahnya.
Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, tiba-tiba tanyanya, "Apakah
hubunganmu dengannya?"
"Aku adalah istrinya!" jawab Ji Cin peng dingin.
Mendengar jawaban tersebut, sekujur tubuh gadis berbaju perak itu gemetar keras,
tapi hanya sebentar kemudian wajahnya telah pulih kembali menjadi tenang, ia tertawa
getir lalu katanya.
"Kalau memang demikian, silahkan kau turun tangan!"
Ji Cin peng bukan orang yang ceroboh, diapun tahu bahwa orang yang sanggup
melukai kekasihnya hingga terluka parah pasti mempunyai kepandaian silat yang sangat
lihay dari sakunya dia mengeluarkan pedang Giok siang kut kiam yang amat tajam itu,
sambil meloloskan dari sarungnya ia berkata dengan suara dingin, "Cabut keluar senjata
tajammu !"
Gadis berbaju perak itu kembali menghela napas sedih.
"Terus terang kuberitahukan kepadamu, setelah melukai jiwanya tadi aku merasa amat
menyesal sekali, tapi kalau kau belum juga bisa memahami keadaanku, akupun tak bisa
berbuat apa-apa lagi!"
Sambil berkata dia mengambil kembali khim antiknya dan mulai memetik dua kali"
"Criiing! Criiing!"
Walaupun tenaga dalam yang dimiliki Ji Cin peng sangat sempurna, daya tahannya pun
sangat tinggi, akan tetapi dua kali dentingan bunyi irama khim itu membuat jantungnya
berdebar keras dan peredaran darahnya bergolak keras, buru-buru ia membuang semua
pikiran kalut untuk memusatkan diri menghadapi musuh.
Pedang pendek didalam genggamannya itu segera digetarkan keras, kemudian secara
beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai.
Walaupun ketiga buah serangan tersebut dilancarkan tidak bersamaan waktunya,
namun kecepatannya luar biasa sekali sehingga hampir bersamaan waktunya tiba ditubuh
lawan. Gadis berbaju perak itu segera bergerak kesamping, dengan suatu gerakan tubuh yang
enteng dan gesit dia menghindarkan diri dari ketiga bacokan pedang itu.
"Criiing..! Criiing..! Criiing..!" kembali terdengar suara dentingan khim berbunyi diudara.
Sambil menghimpun tenaga dalamnya kembali Ji Cin peng melancarkan sebuah tusukan
kedepan, tiba-tiba saja hawa murninya terasa mengendor, tubuhnya bergetar dan mundur
dua langkah dengan sempoyongan.
Sambil membopong khim antiknya, gadis berbaju perak itu kembali berkata dengan
suara hambar. "Kau sanggup menahan enam dentingan irama sakti dari Kiu hian tay boan yok sin im
yang kulancarkan, ini menunjukkan bahwa tenaga dalam yang kau miliki benar-benar
hebat, aku hendak memperingatkanmu, jika kau harus menyerang dengan hawa murni
yang buyar, maka akibatnya hawa murni akan menyerang kedalam nadi-nadi pentingmu
sendiri?" Belum lagi perkataan itu selesai diucapkan, Ji Cin peng telah menerjang kembali,
pedangnya menggunakan jurus Thian li hui ko (gadis langit mengayunkan tombak) tibatiba
dari gerakan membacok berubah menjadi gerakan menotok yang diancam adalah
jalan darah diatas bahu kanan gadis berbaju perak itu.
Dibalik serangannya itu lamat-lamat mengandung beberapa gerakan membunuh yang
luar biasa sekali.
Baru saja gadis berbaju perak itu berkelit kesamping, Ji Cin peng tidak sudi memberi
kesempatan baginya untuk memetik senar tali khimnya lagi, ia menerjang maju lebih
kedepan, pedangnya secara beruntun melancarkan beberapa buah bacokan.
Dalam waktu singkat bayangan pedang membumbung tinggi keangkasa, hawa pedang
yang tajam menyusup keempat penjuru.
Dalam sekejap mata Ji Cin peng telah melancarkan delapan buah serangan maut.
Dibawah desakan yang gencar dan dahsyat dari ilmu pedang maha sakti itu, gadis
berbaju perak tersebut betul-betul tidak mempunyai kesempatan untuk memetik tali senar
khimnya, malah sebaliknya setiap kali harus menghadapi keadaan yang sangat berbahaya.
Kejut dan heran Ji Cin peng menghadapi kenyataan tersebut, ia tak menyangka kalau
delapan belas buah serangan pedang kilatnya yang sangat luar biasa itu belum berhasil
juga untuk melukai lawannya, itu berarti jika jurus pedangnya tak dapat disambung lebih
lanjut, akibatnya dia sendirilah yang akan terluka oleh irama maut tersebut. Maka Ji Cin
peng segera menerjang maju kedepan, menggunakan kesempatan itu ia melancarkan
sebuah tusukan dengan mempergunakan jurus Cuan im ci seng (menembusi awan
memetik bintang).
Gadis berbaju perak itu segera mementalkan serangan pedang itu dengan
mempergunakan khim antiknya, lalu sepasang kaki menjejak tanah dan ia melompat
ketengah udara.
Ji Cin peng tidak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk kabur dari jangkauan
serangannya, melihat dia melompat keudara gadis itupun ikut melompat ketengah udara,
pedang pendeknya dengan menciptakan selapis cahaya pelangi berwarna putih langsung
menerobos maju kedepan.
Tiba-tiba ia menyaksikan gadis berbaju perak itu menarik keatas sepasang kakinya, lalu
dalam beberapa kali jumpalitan saja ia sudah berada ditempat semula.
Mimpipun Ji Cin peng tidak menyangka kalau gerakan tubuhnya secepat itu, dia tahu
apabila musuhnya dibiarkan kabur dari jangkauan serangannya, maka begitu irama khim
mulai dipetik, niscaya dia tak akan mampu untuk menahan datangnya serangan tersebut.
Didalam gugup dan cemasnya, dari tengah udara ia mengeluarkan tiga biji tasbeh dan
segera diayunkan kedepan.
Itulah senjata rahasia khas dari Lam hay sin ni, sambaran tasbeh tersebut sedemikian
cepatnya bak sambaran kilat ditengah udara.
Pada waktu itu, jari tangan gadis berbaju perak itu sudah menempel diatas tali senar
khim dan siap memetiknya, tapi lantaran ketiga biji tasbeh itu sudah keburu menyambar
datang lebih dahulu terpaksa mau tak mau dia harus menggeser badan untuk
menghindarkan diri.
Didalam kesempatan itulah Ji Cin peng telah menerjang maju kedepan dan secara
beruntun pedang pendeknya kembali melancarkan tiga buah serangan berantai.
Akibat dari serangan Ji Cin peng yang bertubi-tubi itu terpaksa si gadis berbaju perak
itu harus mundur sejauh beberapa langkah.
Diam-diam ia merasa terkejut dan keheranan juga menghadapi kejadian ini, pikirnya,
"Sungguh hebat dan luar biasa sekali kepandaian silat yang dimiliki gadis ini, terutama
sekali permainan ilmu pedangnya suugguh tidak lebih lemah dari permainan pedang
Malaikat pedang Siang hong im"
Diatas wajah Ji Cin peng yang dingin, lamat-lamat sudah mulai muncul hawa napsu
membunuh yang mengerikan, ia mendengus dingin tiba-tiba pedang dan telapak
tangannya melancarkan serangan.
Pedangnya melancarkan serangan dengan jurus Bang hong jut ciau (selaksa kumbang
dari sarang) suatu jurus serangan yang mematikan dari ilmu pedang Tay ik tiu bun kiam
hoat aliran Lam hay, sementara telapak tangan kirinya melancarkan serangan dengan
jurus Sin liong huan hay(naga sakti menggulung samudra) yang disertai dengan tenaga
sakti Boan yok sinkang.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul
kemudian muncul segulung tenaga pukulan yang maha sakti langsung menyergap
belakang punggung Ji Cin peng.
Berada dalam keadaan seperti ini, mau tak mau Ji Cin peng harus melindungi diri
sendiri, tubuhnya segera bergeser empat depa kesamping ketika berpaling maka
tampaklah kurang lebih dua kaki dibelakangnya berdiri seorang kakek berbaju hijau yang
rambutnya telah memutih semua dilihat dari dandanannya, tak salah lagi kalau dia adalah
seorang tokoh silat yang berilmu tinggi.
Kakek berbaju hijau itu menggembol sebilah pedang antik pada punggungnya dengan
sepasang mata yang tajam bagaikan kilat ia memandang Ji Cin peng sekejap, kemudian
pelan-pelan berkata, "Tolong tanya apakah kau adalah murid dari Lam hay sin ni?"
Begitu menyaksikan kakek tersebut, tanpa ditanyapun Ji Cin peng sudah tahu bahwa
kakek tersebut adalah See ih kiam seng (malaikat pedang dari wilayah See ih) Siang Bong
im. Ia lantas tertawa dingin dan balik bertanya, "Bolehkah aku tahu bahwa kau adalah See
ih kiam seng Siang losianseng..?"
Kiam seng Siang Bong im mengelus jenggotnya dan tersenyum.
"Benar, itulah lohu!" sahutnya.
"Siang lo sianseng!" kata Ji Cin peng dengan dingin, "namamu sudah menggetarkan
seluruh dunia persilatan, sungguh beruntung kita bisa jumpa muka pada malam ini, aku
seorang pelajar yang belum tamat belajar ingin sekali memohon petunjuk beberapa jurus
kepandaian silatmu yang maha sakti itu"
Mendengar perkataan tersebut, See ih kiam seng Siang Bong im segera tertawa
terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" selamanya orang baru akan menggantikan orang
lama, kaum generasi yang muda memang selalu lebih hebat dan pemberani?"
Belum habis perkataan itu, mendadak dari kejauhan berkumandang suara gelak tertawa
yang menggetarkan seluruh angkasa ditengah malam tersebut.
Ketika Ji Cin peng mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Thi eng sin siu (kakek
sakti elang baja) Oh Bu hong dibawah iringan Kim, Gin dan Lan tiga orang thamcunya
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan luar biasa.
Dibelakang mereka mengikuti pula delapan belas orang elang baja yang tersohor itu.
Langkah Thi eng sin siu Oh Bu hong amat santai dan tenang, jenggot panjangnya
bergoyang keras terhembus angin malam, sekali lagi ia tertawa terbahak-bahak dengan
nyaringnya. "Haaahhh" haaahhh" haaahhh" tak kusangka kalau kalian semua telah datang
selangkah lebih dahulu, maaf jika kami dari Thi eng pang datang agak terlambat!"
Belum habis perkataan itu, serentetan suara dingin lain yang mengerikan kembali
berkumandang, "Sungguh pagi amat kedatangan kalian, biarlah aku si tua bangka yang
tidak mati-mati ikut datang meramaikan suasana ini"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, tampaklah sesosok bayangan manusia
bagaikan sesosok sukma gentayangan yang telah menerjang masuk kedalam gelanggang,
orang itu bukan lain adalah Ji poh lui sim ciam Lui Seng thian adanya.
Dalam waktu singkat, tempat yang amat sempit itu telah berkumpul sekian banyak
jago-jago yang berilmu tinggi.
Ketika semua kawanan jago itu menyaksikan diri Gak Lam kun yang tergeletak kaku
diatas tanah, mula-mula mereka agak tertegun, terutama sekali Kim eng thamcu Ki Li soat
dari perkumpulan Thi eng pang.
Terdengar ia menjerit kaget lalu serunya, "Haah, rupanya dia?"
Mungkin penemuan tersebut sangat menggetarkan perasaannya sehingga sekujur
tubuhnya yang indah itu tampak agak menggigil keras.
Berbareng dengan berkumandangnya jeritan kaget itu, tiba-tiba terdengar seseorang
menghela napas panjang, lalu berseru, "Oooh" betapa lihaynya irama khim tersebut?"
Kontan saja gadis berbaju perak itu menjerit keras, lalu teriaknya dengan suara panik,
"Ada setan" ada setan?"
Paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sekujur tubuhnya gemetar
keras. Ternyata Gak Lam kun yang mula-mula berbaring dengan tubuh kaku itu secara tibatiba
bangun dan berduduk.
Kejut dan girang Ji Cin peng menyaksikan kejadian itu, serta merta ia memutar
badannya sambil berseru, "Kau" kau tidak apa-apa..?"
Suaranya penuh dengan rasa kuatir, kasihan dan sayang, sekalipun nadanya agak
gemetar. Gak Lam kun manggut-manggut.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, aku masih sanggup bertahan!" sahutnya.
Melihat pemuda itu tidak mati, gadis berbaju perak itupun dapat tersenyum kembali
serunya sambil tertawa, "Hei, rupanya kau belum mati?"
"Ehmmm..! Aku memang belum mati, maka aku minta agar kau dapat memenuhi
janjimu itu" kata Gak Lam kun sambil menarik muka.
Menggunakan kesempatan sedang berbicara, dengan suatu gerakan yang cepat Gak
Lam kun menyapu sekejap keadaan disekeliling tempat itu"
"Hei, sebenarnya kenapa kau bisa bangun kembali?" terdengar gadis berbaju perak itu
bertanya dengan wajah penuh kecurigaan.
"Sesungguhnya didunia ini penuh dengan kejadian yang aneh serta benda-benda yang
janggal, karena itu aku sendiripun tak tahu kenapa bisa hidup kembali" sahut pemuda itu
hambar. Sebagaimana telah diucapkan tadi, sebenarnya Gak Lam kun sendiripun merasa heran
dan tercengang ketika mengetahui bahwa ia dapat sadar kembali dari pingsannya, sebab
sejak dulu sampai sekarang ia telah tahu bahwa ilmu irama Kiu hian tay boan yok sin im
adalah suatu irama iblis yang lihay sekali.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu berpaling kewajah Ji Cin peng, setelah menghela
napas sedih katanya, "Sungguh tak kusangka kalau dalam dunia persilatan dewasa ini
masih ada orang yang sanggup menyembuhkan penyakit semacam ini"
Mendengar perkataan itu, Gak Lam kun segera menyadari bahwa hidupnya kembali
disaat ini adalah berkat pertolongan dari Bwe Li pek, dengan cepat ia berpaling kearah Ji
Cin peng dan katanya sambil menghela napas panjang, "Aaai" Nona Bwe, selama
kehidupanku sekarang, entah dengan cara apakah Gak Lam kun dapat membalas budi
kebaikanmu itu"
Mendengar perkataan itu, sekali lagi si gadis berbaju perak itu merasa tertegun, tibatiba
ia berpaling kearah Ji Cin peng memandangnya sekejap dan berkata sambil tertawa,
"Ooo" rupanya kau sedang berbohong tadi"
Mendengar perkataan itu, merah padam selembar wajah Ji Cin peng karena jengah, ia
segera menundukkan kepalanya.
Oleh tanya jawab yang tiada ujung pangkalnya ini, semua orang yang hadir ditempat
itu menjadi kebingungan dan tak habis mengerti dengan apa yang mereka bicarakan,
demikian juga halnya dengan Gak Lam kun sendiri, ia tak tahu apa arti dari pembicaraan
kedua orang gadis tersebut.
Perasaan Ji Cin peng pada saat ini amat menderita, kiranya yang dimaksudkan oleh
gadis berbaju perak tadi adalah soal pengakuannya sebagai istri Gak Lam kun.
Ji Cin peng kuatir sekali jika gadis berbaju perak itu membongkar rahasianya secara
langsung, maka sambil mendongakan kepalanya ia berkata kembali, "Dibalik persoalan ini
sesungguhnya terdapat latar belakang yang sangat kalut sekali, aku harap agar kau
jangan menambah kesulitan bagiku saja!"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa dingin, katanya, "Siapakah yang akan
menambah kesulitanmu" Hmm?"
Paras muka Gak Lam kun ikut berubah menjadi serius, tiba-tiba katanya, "Nona, lebih
baik kau selesaikan dengan segera pekerjaan yang harus kau lakukan"
"Persoalan apa?"
Hawa amarah sudah mulai menyelimuti seluruh wajah Gak Lam kun, tegurnya, "Apakah
kau hendak mengingkari janji?"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa berderai-derai.
"Haaah" haaah" haaah" setelah kau ambil benda tersebut, apakah tidak takut kalau
dirampas orang lagi" Baiklah! Kalau toh aku yang telah kalah pada malam ini, terpaksa
benda itu harus kuserahkan kepadamu."
Seraya berkata gadis berbaju perak itu mengambil keluar sebuah kotak kumala dari
dalam sakunya. Sementara itu semua jago lihay yang berada disekitar gelanggang serta merta telah
maju beberapa langkah kedepan.
Thi eng sin siu Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, sepasang matanya yang lebih
tajam dari sembilu itu menatap kotak kumala ditangan gadis berbaju perak itu tajamtajam
kemudian tegurnya, "Tolong tanya, apakah nona berasal dari perguruan See thian
san pay..?"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa merdu.
"Benar!" sahutnya, "apakah kau ingin tanya apa isi dalam kotak kumala ini?"
Thi eng sin siu Oh Bu hong segera tersenyum.
"Nona memang cerdik sekali" katanya, "tolong tanya apa benar isi kotak kumala itu
adalah Lencana pembunuh naga?"
Gadis berbaju perak itu manggut-manggut.
"Ehmm, kaupun amat cerdas! Benda yang berada didalam kotak kumala ini memang
benar Lencana pembunuh naga yang dapat membuat setiap orang persilatan berubah
muka, eeeh" kau menanyakan persoalan ini sampai sedemikian jelasnya, apa maksud dan
tujuanmu?"
Oh Bu hong kembali tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahhhh" haaahhh" walaupun Lencana pembunuh naga adalah benda
mustika yang tiada taranya dalam dunia persilatan, akan tetapi aku Oh Bu hong masih tak
kesudian untuk merampasnya dengan kekerasan dewasa ini tak sedikit jumlah jago lihay
yang berkumpul dipulau ini, bila sampai terjadi pertarungan maka tidak sedikit nyawa
manusia yang akan melayang ditempat ini. Lolap rasa kita harus mencari sebuah akal yang
adil untuk menyelesaikan persoalan ini yakni mempergunakan kehebatan ilmu silat
masing-masing untuk menetapkan milik siapakah Lencana pembunuh naga itu, entah
bagaimana menurut pendapat nona..?"
Gadis berbaju perak itu segera tersenyum.
"Usulmu itu memang adil sekali cuma sayangnya Lencana pembunuh naga itu sudah
menjadi milik Gak siangkong, dalam hal ini aku sudah tak dapat mengambil keputusan lagi
karena itu lebih baik kau ajukan saja persoalan itu kepadanya"
Gak Lam kun segera maju dua langkah kedepan menerima kotak kemala tersebut dari
tangan gadis berbaju perak itu lalu sambil tertawa dingin katanya, "Cara yang diusulkan
Oh pangcu memang terhitung bagus sekali, cuma sayangnya aku tak dapat menyetujui
usulanmu itu"
Seraya berkata anak muda itu berpaling dan memberi tanda kepada Ji Cin peng untuk
berangkat meninggalkan tempat itu.
Sambil tertawa terbahak-bahak, Oh Bu hong segera maju kedepan dan menghadang
jalan perginya.
"Sekalipun kau maju kedepan juga percuma, sebab kepergianmu itu pasti akan
dihadang oleh orang-orang lain, itu berarti walaupun lohu tidak turun tangan, toh akhirnya
Lencana pembunuh naga itu tak akan berhasil kau pertahankan"
Gak Lam kun segera tertawa dingin.
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh" peringatan maupun maksud baik Oh pangcu biar
kuterima dalam hati, terima kasih banyak atas kebaikan hatimu itu" katanya.
Thi eng sin siu kembali tertawa, tanyanya kemudian, "Andaikata orang lain telah turun
tangan untuk merampas Lencana pembunuh nagamu apakah pihak Thi eng pang juga
boleh ikut memeriahkan keramaian ini?"
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh" tentu saja boleh!" sahut Gak Lam kun sambil tertawa
dingin, "seandainya Oh pangcu mempunyai kegembiraan untuk turut ambil bagian,
silahkan saja untuk turun tangan"
Oh Bu hong segera menyingkir kesamping dan memberi jalan, katanya sambil tertawa,
"Lebih baik kita tentukan dengan sepatah kata itu saja, apabila orang lain tidak merampas
badanmu itu, pihak Thi eng pang pasti tak akan secara sengaja menyulitkan dirimu"
Gak Lam kun tidak menyangka kalau Oh Bu hong bisa bersikap demikian terbuka atas
peristiwa ini, padahal Oh Bu hong sekalian masih belum tahu kalau Tang hay coa siu
(kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu telah tewas ditangannya.
Baru saja Gak Lam kun dan Ji Cin peng hendak melanjutkan kembali perjalanannya
kedepan, tiba-tiba terdengar kembali suara tertawa dingin yang mengerikan
berkumandang diudara.
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh" Gak lote harap jangan pergi dulu" katanya, "aku Lui
Seng thian ingin merundingkan suatu persoalan denganmu"
Gak Lam kun merasa terkejut sekali menyaksikan jalan perginya dihadang oleh kakek
dengan panah mautnya, apalagi setelah menyaksikan tabung maut itu ditujukan
kearahnya serta Ji Cin peng.
Setelah termenung sejenak, diapun bertanya dengan suara dingin, "Lui locianpwe,
perundingan apakah yang hendak kau bicarakan dengan diriku?"
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian tertawa seram, kemudian katanya pelan, "Gak lote,
aku rasa kaupun seorang yang pintar, dan situasi diatas pulau inipun telah kau ketahui
dengan jelas, maka apabila kau bersedia mengijinkan lohu untuk turut serta dalam
membahas rahasia lencana itu, lohupun bersedia membantu dirimu untuk menghadapi
hadangan-hadangan dari musuh tangguh yang telah berada didepan mata sekarang"
Gak Lam kun tertawa.
"Lui locianpwe, biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati saja, sayang aku Gak
Lam kun selamanya enggan berlutut dihadapan orang sambil memohon bantuannya!"
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali tertawa seram.
"Heehhh" heehhhh" heeehhh" Gak lote, kau pasti sudah mengetahui betapa lihaynya
panah inti geledek yang bisa membunuh korbannya dari jarak tujuh langkah ini bukan"
Aku harap kau suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum bertindak"
Thi eng sin siu Oh Bu hong kembali tertawa terbahak-bahak, katanya, "Haaahhh"
haaahhh" haaahhh" Gak lote, sekarang kami orang-orang dari Thi eng pang terpaksa
harus ikut serta didalam keramaian ini"!"
Sambil berkata pelan-pelan ia berjalan maju kedepan.
Jilid 13 Lui Seng Thian segera mengalihkan panah inti geledek Jit poh lui sim ciamnya
mengarah diri Oh Bu hong, lalu bertanya dengan keras.
"Oh Bu hong, jika kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau lohu tak akan
bertindak sungkan-sungkan lagi kepadamu"."
Ji Cin peng pun sadar bahwa peristiwa yang telah terjadi hari ini tak mungkin bisa
diselesaikan secara baik-baik, maka begitu panah inti geledek milik Lui Seng thian beralih
ditujukan kearah Oh Bu hong, ia merasa bahwa kesempatan baik ini tak boleh dibiarkan
lewat dengan begitu saja".
Ia tidak ragu-ragu lagi, sambil membentak keras tubuhnya menerjang maju kemuka,
telapak tangan kirinya dengan jurus Hui tim cing tam (mengebut debu mencari
ketenangan) segera dikebaskan kedepan sementara kedua jari tangannya dengan disertai
tenaga penuh langsung disodokkan kearah jalan darah Khi bun hiat.
Lui seng thian adalah seorang gembong iblis tua yang sangat lihay sepasang bahunya
segera digetarkan dan tahu-tahu ia sudah mundur delapan depa dari posisi semula, kini
tabung bulatnya kembali ditujukan kearah gadis tersebut.
000000O00000 Begitu sudah lepas dari incaran musuh, sudah barang tentu Ji Cin peng tak sudi
membiarkan dirinya diancam oleh lawan lagi, dengan suatu kecepatan yang luar biasa ia
memutar badannya dan langsung menerjang kesisi Lui Seng thian.
Gerakan itu bukan cuma menghindarkan diri dari ancaman saja bahkan sekaligus telah
melancarkan serangan, gerakan tersebut benar-benar dilakukan dengan kecepatan yang
luar biasa. Perputaran badannya sambil disertai gerakan maju kedepan itu sungguh dilakukan
dengan menempuh bahaya maut nyaris tabung bulat itu mampir diatas tubuhnya meski
hanya selisih beberapa inci saja untung saja gerakan tubuhnya itu digunakan secara tepat
dan bagus, coba kalau tidak sekalipun tidak terluka parah oleh tabung bulat tersebut,
paling tidak diapun akan ditawan kembali dibawah ancaman musuh.
Lui Seng thian sesungguhnya adalah seorang jago lihay yang sudah lama tersohor
namanya dalam dunia persilatan, mana pengalamannya menghadapi musuh sudah cukup
banyak, tak sedikit pula jago lihay yang pernah dijumpainya, tapi sayang sekali gerakan
tubuh dari Ji Cin peng terlalu aneh dan sakti, kali inipun ia baru menjumpai untuk pertama
kalinya, tak urung dibuat tertegun juga ia oleh kejadian tersebut.
Gerakan tubuh yang barusan dipergunakan oleh Ji Cin peng itu bernama Lam hay peng
po leng im sin hoat (ilmu gerakan tubuh menyeberangi awan tenang dilautan selatan),
gerak geriknya bukan cuma aneh, sakti dan lihay lagi, gerakan itu agak sedikit mirip
dengan gerakan Ji gi heng jit seng liong heng sin hoat dari Gak Lam-kun.
Dikala Lui Seng thian masih tertegun itulah, Ji Cin peng telah menerjang kesamping
tubuhnya, dengan menggunakan jurus Peng hong tiang kang (salju menutup sungai
tiangkang) tangan kanannya dihantam kedepan dengan disertai tenaga yang luar biasa,
begitu tabung bulat milik Lui Seng thian dipukul sampai menyingkir kesamping, telapak
tangan kirinya, secepat kilat melancarkan empat buah pukulan dahsyat secara beruntun. 6
Keempat buah serangan itu meski dilancarkan dengan jarak yang berbeda, tapi karena
kecepatannya terlalu hebat, sehingga sepintas lalu tampaknya keempat buah pukulan itu
dilancarkan secara berbareng, ini semua membuat pandangan mata orang menjadi kabur
dan sukar untuk menghindarkan diri.
Lui Seng thian merasa amat terkejut, dengan cepat tubuhnya melompat mundur
kebelakang, menanti punggungnya hampir menempel dengan permukaan tanah, kakinya
segera mengerahkan tenaga penuh dan seluruh tubuhnya mencelat sejauh delapan
sembilan depa lebih dari posisi semula dengan tubuh hampir menempel diatas permukaan
tanah. Akibat dari serangan tersebut, walaupun Lui Seng thian berhasil meloloskan diri dari
serangkaian ancaman tersebut, akan tetapi tabung panah inti geledeknya kena dihantam
oleh pukulan Ji Cin peng sehingga terjatuh keatas tanah.
Sekalipun kedua belah pihak hanya bergebrak dalam satu jurus belaka, akan tetapi
masing-masing pihak telah mempergunakan jurus paling tangguh yang jarang dijumpai
dalam dunia persilatan hal mana membuat para jago yang menyaksikan jalannya
pertarungan dari sisi gelanggang sama-sama terkejut dan menghela napas panjang.
Cara yang telah dipergunakan oleh Ji Cin peng untuk menghindari sergapan, menerjang
kedepan, mendesak mundur tabung panah, melancarkan serangan dan mendesak musuh,
semuanya mempergunakan jurus-jurus serangan yang tangguh, terutama sekali dikala
melancarkan sebuah pukulan untuk memaksa Lui Seng thian untuk membuang senjata Jit
poh lui sim ciamnya tadi, gerakan tersebut betul-betul luar biasa sekali.
Setelah berhasil meloloskan diri dari serangan Ji Cin peng tadi, hawa amarah yang
membara dalam dada Lui seng thian benar-benar tak terkendalikan sambil tertawa dingin
dengan suara yang menyeramkan ia berseru, "Ilmu silat yang dimiliki nona benar-benar
luar biasa sekali, kau merupakan satu-satunya jago tangguh yang pernah kujumpai selama
hidupku ini, sungguh tak kusangka dalam usia tuaku ini lohu masih sempat untuk bertemu
dengan jago setangguh nona"."
Setelah tertawa serak dengan nada menyeramkan ia berkata lebih jauh, "Cuma, aku
harap nona bersedia untuk menjelaskan asal usul perguruanmu agar bisa menambahkan
pengetahuan lohu untuk kali ini, aku ingin tahu ilmu silat dari perguruan manakah yang
sesungguhnya begitu sakti dan luar biasa"
Sebagaimana diketahui, Lui Seng thian adalah seorang jago kawakan yang sudah sering
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pengetahuan serta pengalamannya cukup
luas, iapun seringkali menjumpai pelbagai ilmu silat dari pelbagai aliran dalam dunia ini,
sekalipun tidak hapal seratus persen, tapi asal pihak lawan telah melancarkan
serangannya, dengan cepat dia akan mengetahui asal usul dari perguruannya itu".
Gak Lam-kun sendiri walaupun sudah tahu jelas kalau gadis ini mempunyai hubungan
dengan Lam hay sin ni tapi dia sendiripun tidak berhasil mengetahui asal usul dari ilmu
silat yang dipakai gadis tersebut, dia hanya merasa bahwa tangan gadis itu diayunkan
sekali dan tahu-tahu jurus serangan yang sangat aneh tapi lihay itu telah dipergunakan.
Sementara itu Ji Cin peng sedang tertawa dingin lalu berkata, "Ilmu silat yang
kugunakan ini tidak berasal dari partai manapun, buat apa kau musti menanyakannya?"
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian adalah seorang gembong iblis tua yang ternama,
ilmu silatnya amat menonjol dalam deretan jago kenamaan dalam dunia persilatan, selama
hidup belum pernah dihina dan dicemooh orang dengan cara serendah ini.
Kontan saja hawa amarah dalam tubuhnya berkobar, dengan tubuh gemetar keras ia
tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeh". heeeh". heeeh". bocah perempuan kau benar-benar amat takabur, begitu
berani kau pandang hina diriku"
Sambil berkata, selangkah demi selangkah ia berjalan kedepan dan menghampiri gadis
tersebut. Tiba-tiba Ji Cin peng menggunakan ujung kakinya untuk mencukil tabung bulat berisi Jit
poh lui sim ciam itu, begitu berhasil diterima dalam genggamannya ia lantas membentak
nyaring, "Hayo majulah jika kau memang tidak takut mampus"
Lui Seng thian benar-benar menghentikan langkah tubuhnya, ia tertawa seram lalu
katanya, "Lohu tidak percaya kalau dalam dunia persilatan dewasa ini masih terdapat
orang kedua yang bisa mempergunakan tabung anak panah ini."
"Jawab saja kau pingin hidup atau mati?" kata Ji Cin peng dingin, "terserah
kemauanmu sendiri, aku tahu bahwa suatu pertarungan sengit tak akan terhindari lagi bila
ditinjau dari situasinya sekarang ini, jika kubunuh dirimu berarti aku akan kehilangan
seorang musuh tangguh"
Sekalipun Lui Seng thian adalah seorang gembong iblis yang membunuh orang tak
berkedip, akan tetapi menghadapi ancaman jiwa yang mempertaruhkan mati hidupnya, ia
tak berani bertindak secara sembarangan.
Bila meninjau keadaan yang terbentang didepan mata sekarang, aku tidak percaya
kalau nona bisa melindunginya untuk meninggalkan tempat ini dengan selamat.
Ji Cin peng tidak menggubris ucapan itu, tiba-tiba ia berpaling kearah Gak Lam-kun
seraya berkata, "Gak siangkong, mari kita pergi dari sini!"
Selesai berkata ia lantas melangkah kearah samping kiri.
Sementara pembicaraan itu sedang berlangsung secara diam-diam Lui Seng thian telah
menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya, terdengar gelak tertawa seram
berkumandang memecahkan kesunyian tahu-tahu sepasang telapak tangannya secara
beruntun telah melancarkan serangkaian pukulan berantai.
Sementara itu, delapan belas orang elang baja dari Thi eng pang telah membentak


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersama lalu maju kedepan sambil melakukan pengurungan yang ketat.
Hawa pedang serasa memancar kemana-mana, kedelapan belas bilah pedang itu
meluncur datang dari empat arah delapan penjuru dan langsung ditujukan ketubuh gadis
tersebut. Berada dalam keadaan seperti ini Ji Cin peng segera tertawa dingin, telapak tangannya
disilangkan didepan dada sambil berdiri serius, sementara tabung bulat yang berada
ditangan kanannya diputar sedemikian rupa menciptakan selapis bayangan hitam yang
menerjang kearah delapan belas orang anggota Thi eng pang itu.
Delapan belas elang baja dari Thi eng pang sudah pernah menyaksikan keganasan dari
Jit poh lui sim ciam, ketika mereka saksikan Ji Cin peng memutar tabung bulatnya
sedemikian rupa seakan-akan hendak melancarkan serangan dengan panah itu, serta
merta mereka membuyarkan diri dan mencari selamatnya masing-masing.
Ji Cin peng berdiri dengan telapak tangan kiri disilangkan didepan dada, ketika hendak
saling bertemu dengan kekuatan dari Lui Seng thian, tiba-tiba saja ia menghantam
serangan itu kesamping, rupanya ia hendak memancing serangan lain kearah sana.
Tiba-tiba ia merasakan kembali datangnya segulung angin pukulan yang sangat kuat
langsung menerjang kearahnya.
Kiranya Lui Seng thian telah membagi segenap kekuatan yang diraihnya menjadi dua
bagian yang masing-masing dihimpun kedalam kedua belah telapak tangannya.
Dasar cerdik ia menyerang secara beruntun dengan cara tenaga yang meluncur secara
berlapis-lapis, hal ini membuat Ji Cin peng sama sekali tidak menyangka ataupun bersiap
sedia, kontan saja ia kena diterjang oleh gulungan angin pukulan yang datang secara
berlapis-lapis itu".
Untung saja reaksinya cukup cepat, sepasang kakinya segera menjejak tanah lalu
dengan mengikuti arah meluncurnya angin pukulan tersebut, tubuhnya meluncur kedepan
dan baru melayang turun tiga kaki jauhnya dari tempat semula.
Lui Seng thian terkejut sekali menghadapi kenyataan tersebut, segera pikirnya, "Ilmu
silat yang dimiliki orang ini benar-benar sukar diduga dengan akal biasa tampaknya ia
sudah terkena oleh pukulanku yang maha dahsyat itu kenapa ia tampak biasa saja dan
sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda terluka?"
Darimana dia bisa tahu kalau sebelum berlangsungnya pertarungan tadi, secara diamdiam
Ji Cin peng telah menghimpun tenaga khiekang pelindung badan Sian thian
khikangnya untuk melindungi badannya"
Tenaga dalam semacam itu termasuk tenaga yang bersifat lunak, begitu terkena
serangan yang datangnya dari luar maka tenaga itu segera akan memberikan reaksi yang
hebat mengikuti datangnya aliran tenaga itu, gadis tersebut segera melayang keudara dan
atas gerakannya inilah maka terhindarlah dia dari getaran keras yang mengakibatkan
terlukanya isi perut gadis tersebut.
Sementara Lui Seng thian masih tertegun dan berdiri termangu-mangu, Ji Cin peng
telah melompat turun dari atas udara sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Lui Seng thian cukup tahu akan kelihayan musuhnya ia tak berani menyambut
datangnya serangan dengan keras lawan keras, ujung baju kanannya dengan cepat
dikebaskan kedepan, sementara tubuhnya bergeser sembilan depa jauhnya kesebelah kiri.
Cepat-cepat Ji Cin peng menekuk pinggangnya dan secara tiba-tiba berjumpalitan
diudara, dengan kecepatan bagaikan sambaran petir ia mengejar langsung kemana
kaburnya Lui Seng thian, angin jari setajam pisau langsung dilontarkan kedepan untuk
menghajar belakang bahunya.
Waktu itu sepasang kaki Lui Seng thian belum sempat berdiri tegak ketika merasakan
datangnya desingan angin jari dari Ji Cin peng, betapa terkesiapnya jago tua itu, buruburu
badannya menjatuhkan diri kedepan, lalu dengan jurus Hui tau wang gwat (berpaling
sambil memandang rembulan) ia melepaskan sebuah serangan balasan.
Rupanya dia tahu bahwa tak mungkin baginya untuk menghindarkan diri dari serangan
kilat Ji Cin peng itu, maka timbulnya niatnya untuk beradu jiwa.
Telapak tangannya segera dibalik sambil meluncur kedepan, segenap kekuatan
tubuhnya yang dimilikinya disalurkan keluar, angin pukulanpun menggulung dengan
hebatnya. Sekalipun, Ji Cin peng memiliki ilmu silat yang amat sakti sayangnya ia masih cetek
dalam pengalaman suatu pertarungan, menghadapi sikap nekat Lui Seng thian yang
mengajak beradu jiwa ini sedikit banyak ia menjadi panik juga.
Betul juga serangan nekad dari Lui Seng thian tersebut segera memaksa Ji Cin peng
harus menarik kembali serangannya untuk melindungi diri, pinggangnya lantas
direndahkan kebawah dan tubuhnya yang sedang menerjang kemuka dihentikan secara
paksa, kemudian mengikuti hembusan angin pukulan yang menggulung datang itu
tubuhnya melayang sejauh enam tujuh depa kebelakang.
Begitu lolos dari bahaya maut setelah melancarkan serangan sambil menyerempet
bahaya peluh dingin segera membasahi setujur tubuh Lui Seng thian saking kagetnya.
Tiba-tiba Thi eng sin siu Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, tubuhnya melayang
diudara bagaikan seekor burung elang raksasa, begitu melayang melewati atas kepala Ji
Cin peng sambil rentangkan sepasang lengannya, pedang dan tongkat Thi eng kiam
serentak digetarkan kemuka untuk menyerang diri Gak Lam-kun.
Sungguh cepat serangan tersebut, belum sirap gelak tertawanya, desingan toya pedang
itu sudah mengurung sekeliling batok kepalanya.
Gak Lam-kun terperanjat, ia merasa hawa murni dalam tubuhnya sekarang telah
mencapai keadaan yang paling lemah, tubuhpun serasa melayang-layang diatas awan
dengan entengnya, darimana mungkin ia dapat membendung tibanya serangan dahsyat
itu. Dalam cemas dan gugupnya, cepat-cepat ia gunakan ilmu gerakan tubuhnya yang aneh
untuk berputar kesebelah kiri.
Oh Bu hong menekuk pinggang, tiba-tiba saja tubuhnya maju beberapa depa kedepan
toya pedang Thi eng kiamnya melepaskan sebuah serangan kosong sementara tangan
kirinya melepaskan cengkeraman.
Menanti sepasang kakinya telah mencapai permukaan tanah, tahu-tahu tangan kirinya
telah mencengkeram urat nadi diatas pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun.
Semua kejadian ini hanya berlangsung didalam waktu yang amat singkat".
Baik Ji Cin peng maupun kawanan jago lainnya yang ada didalam gelanggang,
semuanya tidak menyangka kalau Gak Lam-kun bisa ditangkap oleh Oh Bu hong dengan
cara yang begitu mudah, menanti Ji Cin peng bersiap-siap hendak melakukan pertolongan.
Oh Bu hong telah berhasil menangkap korbannya.
Sekalipun demikian, gerakan Ji Cin peng dikala melakukan tubrukan itu dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, baru saja Oh Bu hong berhasil mencengkeram pergelangan
tangan kanan Gak Lam-kun, angin serangan jari tangan dari Ji Cin peng tahu-tahu sudah
tiba dibelakang punggungnya.
Rupanya Oh Bu hong telah menduga bahwa Ji Cin peng pasti akan melakukan
pertolongan, maka begitu berhasil mencengkeram pergelangan tangan kanan Gak Lamkun,
segera ia menyingkir kesamping.
Sekalipun gerakan itu dilakukan cukup cepat, toh punggungnya kena disapu juga oleh
angin jari tangan Ji Cin peng".
"Breeet".!" pakaiannya segera tersambar robek dan punggungnya muncul sebuah
guratan sepanjang beberapa senti.
Gagal dengan serangannya tersebut, Oh Bu hong telah berhasil mantapkan dirinya,
dengan sentakan keras ia membetot Gak Lam-kun kedepan.
Termakan oleh kekuatan tersebut Gak Lam-kun yang pada dasarnya sudah lemah itu
segera tertarik kedepan, dan tubuhnya melintang dihadapan mukanya.
Dalam pada itu serangan kedua dari Ji Cin peng baru saja dilancarkan, Oh Bu hong
segera mengerahkan tenaga dalamnya kelengan kiri dan mendorong tubuh Gak Lam-kun
untuk menyongsong datangnya, ancaman dari gadis tersebut.
Yang satu menyerang yang lain menyongsong gerakan tersebut benar-benar dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, menunggu Ji Cin peng menyadari bahwa Oh Bu hong telah
mempergunakan Gak Lam-kun untuk menyongsong tibanya serangan itu, serangan jarinya
yang dahsyat tahu-tahu sudah berada dimuka dada Gak Lam-kun.
Keadaan menjadi gawat, agaknya jari tangan Ji Cin peng yang tajam dan runcing itu
segera akan menempel diujung baju Gak Lam-kun".
Disaat yang amat kritis inilah, mendadak gadis itu menarik kembali serangan tangan
kanannya. Tiba-tiba Oh Bu hong tertawa dingin, lalu bentaknya, "Gak lote, kau menginginkan
Lencana pembunuh naga ataukah menginginkan jiwa sendiri?"
Gak Lam-kun membentak gusar, ia mengibatkan tangannya keras-keras dengan
maksud hendak melepaskan diri dari cengkeraman Oh Bu hong, andaikata hal ini terjadi
dihari-hari biasa maka kebasan yang dilakukan sekuat tenaga itu pasti dapat membuatnya
lepas dari cengkeraman orang.
Berbeda jauh dengan keadaan pada saat ini dalam keadaan hawa murni yang
membuyar, kebasannya itu bukan saja gagal memenuhi harapan, bahkan daya tekanan
yang menekan pergelangan tangan kanannya terasa makin berat, ibaratnya dijepit dengan
tanggem besi yang kuat, cuma anehnya ternyata tidak terasa sakit.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ji Cin peng, dengan cekatan ia mengegos
kesamping kanan menghindari Gak Lam-kun lalu diantara getaran tangannya secara
beruntun ia melancarkan tiga buah serangan kilat dengan gerakan-gerakan yang aneh dan
sakti. Termakan oleh tiga buah pukulan berantai itu, Oh Bu hong terdesak mundur sejauh
empat langkah lebih, tapi tangan kirinya masih mencengkeram pergelangan tangan kanan
Gak Lam-kun erat-erat, sementara tongkat pedang elang bajanya yang berada ditangan
kanan, diayunkan berulangkali untuk membendung datangnya ancaman tersebut, setelah
bersusah payah sekian lama akhirnya berhasil juga ia menghindari ketiga buah serangan
dahsyat itu. Betapa terkesiapnya Oh Bu hong ketika menundukkan kepalanya dan tidak menjumpai
Gak Lam-kun dalam keadaan kesakitan. Sebab sebagaimana yang ia ketahui, barangsiapa
nadinya tercengkeram, maka sekalipun tenaga dalamnya amat sempurna, dalam keadaan
begini akan membuyar juga kekuatannya, badan akan terasa kaku dan sakitnya bukan
kepalang. Tapi yang dijumpai sekarang, sekalipun Gak Lam-kun tidak memberikan perlawanan
namun sikapnya cukup santai.
Thi eng sin siu Oh Bu hong segera tertawa dingin, ancamnya, "Jika kau berani
melancarkan sebuah serangan lagi kepadaku, segera kuhancurkan tulang pergelangan
tangannya!"
"Hmm".!" Ji Cin peng mendengus dingin, menyandera orang sambil mengancam,
terhitung manusia macam apakah kau ini" Kalau berani hayolah kita berduel satu lawan
satu". Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, sebelum Ji Cin peng menyelesaikan perkataannya
ia segera menukas.
"Antara lohu dengan nona tak pernah terikat oleh dendam sakit hati ataupun
perselisihan lain, kenapa aku musti beradu jiwa dengan dirimu"."
Mendadak Gak Lam-kun membentak marah, "Bagi seorang laki-laki sejati lebih baik
dibunuh daripada dihina, bila bersikap semacam ini kepadaku, jangan salahkan kalau aku
hendak memakimu!"
Dalam pada itu, ketiga orang Thamcu dari Thi eng pang berserta kedelapan belas orang
elang bajanya telah menyebarkan diri keempat penjuru dengan mengambil posisi
mengepung. Menyaksikan keadaan semacam ini, sadarlah Ji Cin peng bahwa dirinya amat terjepit
malam ini, anehnya sampai sekarang tak seorangpun dari anggota perguruannya tiba
disana. Dalam menghadapi keadaan seperti ini tiba-tiba ia membentak keras, "Lui Seng thian,
sambutlah ini!"
Tiba-tiba ia melempar tabung panah inti geledek Jit poh lui sim ciam itu kepada Lui
Seng thian. Begitu menerima kembali tabung bulatnya, Lui Seng thian segera tertawa seram.
"Heehhh". heeehhh". heeehhh". tua bangka Oh, panah inti geledek yang bisa
mencabut nyawa orang dalam tujuh langkah ini telah kutujukan kepadamu!"
Perubahan ini terjadi sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan para jago Thi
eng pang. Mimpipun mereka tak mengira kalau Ji Cin peng bakal menyerahkan kembali
senjata ampuh tersebut kepada Lui Seng thian.
Mendengar ancaman itu, Oh Bu hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh".haaahhh".haaahhh". kau musti tahu, bukan aku seorang yang kau tuju,
disini masih ada seorang Gak lote"
Sekali lagi Lui Seng thian tertawa seram.
"Heeehh". heeehh". heeehh". tua bangka Oh, mungkin kaupun sudah tahu dengan
tabiatku selamanya lohu hanya memikirkan bagaimana caranya mencapai tujuan, aku tak
pernah mempersoalkan tindakan apa yang musti kuambil"
Ou Bu hong tertawa dingin, "Heeehh". heeehh". heeehh". kalau begitu lakukanlah
sekarang juga".!"
Dalam waktu singkat situasi yang terbentang didepan mata berubah menjadi amat
tegang, diam-diam Ji Cin peng segera mengerahkan tenaga dalam untuk bersiap sedia, dia
kuatir Lui Seng thian benar-benar akan membidikkan panah inti geledeknya kearah
mereka berdua. Situasi ketika itu sungguh menjadi amat serius dan mengerikan, pertarungan sengit
setiap saat bisa meletus.
Lui Seng thian sama sekali tidak menekan tombol tabungnya, diapun hanya bersiap
siaga penuh dengan sikap yang was-was, hal ini sudah barang tentu menambah tegang
dan seramnya suasana disana.
Entah sedari kapan, gadis berbaju perak dan See ih kiam seng Siang Bong im telah
mengundurkan diri dari daerah disekitar tempat itu".
Gulungan ombak samudra berkejaran dilautan bebas dan memecah diatas batu karang,
peredaran darah didalam tubuh semua orang terasa begitu bergelora dan bertambah
cepat. Tiba-tiba Lui Seng thian tertawa seram, suaranya yang keras memecahkan keheningan
dan suasana tegang disekeliling tempat itu.
"Tua bangga Oh!" katanya dengan dingin, "apakah kau tidak merasakan sesuatu yang
aneh dan mencurigakan?"
Oh Bu hong tertawa dingin.
"Tua bangka Lui, kau anggap aku bisa termakan oleh siasat busukmu yang licik itu?"
Thi eng sin siu mengira dia akan melancarkan sergapan dan sengaja mengucapkan
kata-kata itu untuk mengalihkan perhatiannya.
Lui Seng thian kembali tertawa dingin katanya
"Tua bangka Oh, seandainya aku orang she Lui hendak menyergap dirimu, sejak tadi
hal mana telah kulakukan"
"Haaaa". haaaa". haaaa". kalau begitu apa yang hendak kau bicarakan?" Thi eng sin
siu tertawa terbahak-bahak.
"Menurut dugaanku, Lencana pembunuh naga yang berada disaku Gak lote pasti adalah
lencana palsu"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka semua orang segera berubah
hebat. Gak Lam-kun mengejek sinis.
"Palsu juga boleh, asli juga boleh, kecuali aku sudah mampus kalau tidak jangan harap
kalian bisa mendapatkannya" ia berseru.
Thi eng sin siu tertawa dingin pula.
"Gak lote, kenapa pikiranmu tidak lebih kau buka" Ketahuilah, Lencana pembunuh naga
bukan terhitung sebuah rahasia besar lagi, tidak sedikit orang persilatan yang sudah
mengetahui tentang persoalan ini sudah begitu banyak manusia lihay yang telah
berdatangan kepulau terpencil ini dengan harapan bisa mendapatkan mustika itu,
sekalipun Gak lote berhasil kabur pada malam ini, aku rasa juga tak mungkin bisa
menghindari pengejaran serta pencarian dari kawanan jago persilatan dari pelbagai
golongan didunia ini. Apalagi sekalipun lencana tersebut berhasil kau dapatkan, toh belum
tentu mustika tersebut akan kau dapatkan dengan gampang."
Gak Lam-kun mendengus dingin, bentaknya tiba-tiba, "Hei, mau apa kau
mencengkeram terus pergelangan tanganku ini?"
Oh Bu hong tertawa.
"Kecuali kau bersedia mengambil keluar lencana pembunuh naga itu dan membiarkan
kami memeriksa keasliannya."
"Hmm".! Kau anggap aku orang she Gak sudi kau ancam dengan cara begini" Buat
seorang lelaki sejati, lebih baik mati daripada dihina."
Mendadak Thi eng sin siu melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan
kanan Gak Lam-kun, lalu sambil mundur dua langkah katanya, "Aku tidak kuatir kalian bisa
kabur dari sini!"
Ji Cin peng dengan cepat maju kedepan dan menghampiri Gak Lam-kun, lalu dengan
suara lembut katanya, "Gak siangkong, bolehkah kau pinjamkan sebentar lencana
pembunuh naga itu kepadaku!"
Gak Lam-kun manggut-manggut dari dalam sakunya ia mengeluarkan kotak kumala
tersebut. "Tunggu sebentar!" mendadak seseorang membentak keras.
Gan tiong ciang (pukulan batu karang) Kwan kim ceng dari perkumpulan Thi eng pang
segera melompat kedepan dan melancarkan sebuah bacokan kilat kedepan.
Ji Cin peng segera memutar balik telapak tangan kanannya, kemudian menyambut
datangnya ancaman tersebut sambil membentak, "Mundur kau!"
"Blaang"." ketika dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat bertemu satu sama
lainnya ditengah udara, segera terjadilah ledakan keras yang mengakibatkan timbulnya
pusaran angin kencang, pasir dan batu kerikil segera beterbangan keudara.
Manusia yang bernama Pukulan batu karang Kwan Kim ceng itu segera mencelat
kebelakang dan tergetar sejauh satu langkah lebih.
Sementara itu, Ji Cin peng telah menerima kotak kumala tersebut segera ujarnya
dengan dingin, "Lencana pembunuh naga yang kalian kehendaki berada didalam kotak
kosong"

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kotak yang sementara itu sudah dibuka oleh Ji Cin peng tampak kosong melompong
tak ada isinya sementara Lencana pembunuh naga yang berwarna warni itu entah sudah
kabur kemana. Tak terkirakan rasa gusar Gak Lam-kun sesudah menyaksikan kejadian itu, ia
mendengus dingin lalu makinya.
"Budak liar kau berani menipu aku."
Lui Seng thian pun tertawa seram.
"Heeeh". heeeh". heeeh". Gak lote, dugaanku tidak salah bukan" Tak nanti orangorang
dari See thian san menyerahkan Lencana mustika itu kepadamu dengan segampang
ini" Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Thi eng sin siu sambil melanjutkan,
"Tua bangka Oh" Lohu ada satu persoalan yang hendak dirundingkan denganmu, apakah
kau punya keberanian untuk menjawabnya?"
"Persoalan apa?" tanya Oh Bu hong sambil tertawa dingin, "harap kau mengatakannya
lebih dulu, setelah kupikirkan baru dibicarakan lebih lanjut"."
Mendengar itu, diam-diam Lui Seng thian memaki didalam hati, "Tua bangka bajingan
ini betul-betul seorang bangsat tua yang berhati licik"
Berpikir sampai disitu katanya kemudian dengan dingin, "Tua bangka Oh, aku rasa kau
pasti telah bertekad untuk mendapatkan lencana pembunuh naga itu bukan?"
"Betul!" sahut Oh Bu hong ketus, "jauh-jauh dari ribuan li lohu datang kemari, kalau
tidak bertekad untuk memperolehnya lantas dengan maksud apa aku datang kemari?"
"Kalau begitu kita adalah sama-sama setujuan. Tapi, seperti kau lihat sendiri, disinipun
hadir kawanan jago dari See thian san, dari Perguruan panah bercinta serta sekawanan
jago lihay lainnya, yakinkah kalian Thi eng pang untuk memperoleh mustika?"
Walaupun ucapan tersebut ditujukan kepada Oh Bu hong, tapi sinar matanya dialihkan
kewajah Ji Cin peng serta memperhatikan perubahan mimik wajahnya itu.
Tapi paras muka Ji Cin peng amat dingin dan kaku bagaikan es, ia seperti tidak merasa
murung tidak pula merasa gembira, tapi jelas terlihat memancarkan sikap anggun yang
membuat setiap orang yang melihat merasa tunduk dan menaruh hormat.
Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh". haaahh". haaahh". asal saudara Lui bersedia untuk menggabungkan diri
dengan perkumpulan kami, sembilan puluh sembilan persen Lencana pembunuh naga itu
akan menjadi milik perkumpulan kita"
Lui Seng thian tertawa dingin.
"Heeehh". heeehh". heeehh". apakah maksudmu hendak menarik aku menjadi
anggota Thi eng pang" Sayang sekali aku orang she Lui tak sudi menerima perintah orang
lain!" Bukan menjadi marah. Oh Bu hong kembali tertawa, katanya kembali, "Kalau begitu,
apa maksud saudara Lui dengan perkataanmu tadi?"
"Menurut maksud lohu, ada baiknya jika Thi eng pang bekerja sama dengan perguruan
panah bercinta untuk bersama-sama menghadapi perguruan See thian san."
Mendengar ucapan itu Oh Bu hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah". haaah". haaah". jadi andaikata lencana pembunuh naga itu berhasil
didapatkan, maka pihak Thi eng pang kami harus bertarung melawan perguruan panah
bercinta untuk menentukan siapakah pemenangnya yang berhak untuk mendapatkan
Lencana pembunuh naga" Lantas bagaimana dengan kau sendiri dan Gak lote?"
"Kami berdua" Tentu saja yang satu bergabung dengan Thi eng pang sedang yang lain
bergabung dengan perguruan panah bercinta tapi bukan dalam arti kata masuk menjadi
anggota." Ketika mereka berbicara sampai disitu, diam-diam Ji Cin peng dan Gak Lam-kun telah
berlalu dari sana.
Oh Bu hong tertawa tergelak.
"Haaahhh". haaahhh". haaahhh". saudara Lui, pintu gerbang Thi eng pang selalu
terbuka bagimu, bila kau bersedia masuk kedalam perkumpulan kami, dengan senang hati
lohu akan menyambut kedatanganmu untuk bersama-sama menciptakan suatu pekerjaan
besar. Kini semua orang sudah pergi dari sini, kita tak boleh kehilangan kesempatan baik
ini sehingga didahului orang lain.
Berbicara sampai disitu, dia lantas memimpin kawanan jago Thi eng pang berangkat
meninggalkan tempat itu.
Bulan bersinar cerah diangkasa, sinar yang keperak-perakan memancar keempat
penjuru. Gak Lam-kun dan Ji Cin peng melakukan perjalanan bersama dengan santainya".
Ji Cin peng menghela napas panjang, katanya, "Gak siangkong, benarkah kau bertekad
untuk mendapatkan Lencana pembunuh naga itu?"
Gak Lam-kun menghela napas pula dengan suara lirih, sahutnya, "Didalam Lencana
pembunuh naga terkandung suatu rahasia yang maha besar dan rahasia itu menyangkut
suatu mustika dunia yang tiada taranya didunia ini, setiap orang berusaha untuk
mendapatkan, bahkan dengan pelbagai cara berusaha untuk merebutnya, aaai"."
Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas lanjutnya, "Tapi aku bukannya menjadi merah
mata lantaran mustikanya melainkan"."
Ketika berbicara sampai disini, tiba-tiba Gak Lam-kun menghentikan kata-katanya.
"Apakah pesan gurumu menjelang kematiannya mengharuskan kau untuk
mendapatkannya?" tanya Ji Cin peng.
Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali.
"Walaupun suhu berpesan agar Lencana itu kudapatkan, lalu mengasingkan diri dari
dunia persilatan dan berusaha memecahkan rahasia lencana ini, tapi aku adalah seorang
yang sudah hampir mati, aku tak dapat melaksanakan lagi tugas tersebut"
"Benarkah kau bakal mati?" Ji Cin peng bertanya dengan sedih.
Gak Lam-kun berpaling dan memandang Ji Cin peng sekejap tampak wajahnya telah
basah oleh airmata.
Gak Lam-kun segera menghela napas panjang.
"Masa matipun bisa pura-pura, aai". kini aku sudah merasakan sekujur badanku lemas
tak bertenaga tubuhnya menjadi enteng seperti mau terbang, rencana yang sebenarnya
telah kususun dengan rapi selama dua hari ini tampaknya sudah tak mungkin untuk
diselesaikan lagi"
Ji Cin peng yang pada dasarnya sudah sedih kini makin sedih lagi sehabis mendengar
perkataan itu. "Mati, bukan suatu peristiwa yang menakutkan", Gak Lam-kun berkata lagi, "sebab tiap
manusia tentu akan mati bila usianya telah mencapai tua, sekalipun demikian aku merasa
bahwa tidak seharusnya kalau aku mati pada saat seperti ini."
"Benar! Tidak seharusnya kau mati dengan begitu saja"
Gak Lam-kun tertawa getir.
"Tapi sekarang, urusan sudah menjadi begini apalagi yang bisa dilakukan?"
Perasaan mereka berdua pada saat ini dicekam oleh rasa sedih yang luar biasa mereka
berjalan dengan mulut membungkam dan perasaan yang kosong, seakan-akan pikiran dan
perasaan mereka telah tercebur kedalam samudra luas yang tak terkirakan dalamnya.
Entah berapa lama sudah lewat, dengan perasaan yang kosong mereka berjalan sampai
disuatu tanah perbukitan.
Ditengah keheningan malam yang mencekam, tiba-tiba berkumandang suara petikan
khim yang amat merdu.
Dentingan khim yang merdu itu segera menyadarkan kembali Gak Lam-kun dan Ji Cin
peng dari lamunannya, cepat mereka alihkan pandangannya kearah mana berasalnya
suara itu. Tapi apa yang kemudian terlihat membuat mereka merasakan hatinya bergetar keras.
Gak Lam-kun segera menyumpah dengan suara lirih, "Budak sialan, rupanya kau
bersembunyi disini!"
Ditengah sebuah tebing bukit yang sunyi dan dibawah sinar rembulan yang cerah,
tampak seorang gadis berbaju perak berdiri angker disitu, dihadapan gadis tadi berdiri
pula puluhan orang manusia.
Waktu itu gadis berbaju perak tersebut sedang memainkan khimnya dengan
membawakan sebuah lagu yang merdu, irama tersebut amat merdu dan nyaring membuat
puluhan orang jago yang berada dihadapannya berdiri termangu-mangu.
Tentu saja orang-orang itu bukan terkesima karena mendengarkan permainan khimnya
yang merdu, sebaliknya justru orang-orang itu terpengaruh oleh daya iblis dari irama khim
gadis baju perak itu hingga terpesona dan tidak sadar.
Diantara puluhan orang tersebut ada empat orang diantaranya yang duduk bersila,
mereka adalah Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To dari perguruan
panah bercinta, Tam ciang ceng kan kun (telapak tangan tunggal penggetar jagad)
Siangkoan It, Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit dan Kiu wi hou
(rase berekor sembilan) Kongsun Po.
Diantara gerombolan manusia itu ada pula delapan belas orang manusia baju putih
yang kurus kecil dengan busur ditangan anak panah sudah siap dibidikkan cuma wajah
mereka kini kelihatan aneh sekali.
Tak usah dipikirpun Ji Cin peng dan Gak Lam-kun sudah tahu bahwa gadis berbaju
perak itu tentu sudah terkepung disitu, maka diapun mainkan irama khim untuk
mempengaruhi mereka.
Tapi anehnya See ih kiam seng Siang Bong im yang bertugas melindungi gadis berbaju
perak itu entah telah kemana, padahal darimana mereka tahu kalau sekeliling tanah
perbukitan itu sesungguhnya telah dikepung oleh kawanan jago lihay, akan tetapi
berhubung mereka kuatir dipengaruhi oleh irama khim yang maha dahsyat tersebut maka
orang-orang itu pada menyingkir semua sambil menunggu kesempatan baik untuk turun
tangan. Gak Lam-kun berpaling kearah Ji Cin peng lalu katanya, "Nona Bwe, irama khimnya
amat jahat dan lihay sekali, lebih baik kau berdiam disini saja, aku akan kesana untuk
menengok keadaan sebentar."
"Apakah kau sanggup menghadapi pengaruh dari irama khim yang membetot sukma
itu?" Gak Lam-kun segera tersenyum.
"Meskipun irama khimnya sangat lihay tapi suhu telah mewariskan kepandaian
melawan pengaruh irama iblis kepadaku"
"Tapi tenaga dalam yang kau miliki sekarang telah punah sama sekali" kata Ji Cin peng
lagi dengan dahi berkerut.
Setelah mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun baru tahu kalau tenaga dalam yang
dimilikinya telah punah sama sekali, sudah barang tentu sulit baginya untuk melawan
pengaruh irama tersebut.
Haruslah diketahui, irama khim yang berkumandang diudara sekarang adalah suatu
pancaran irama yang disalurkan dengan pengerahan tenaga dalam yang sempurna,
sekalipun Gak Lam-kun mengetahui cara untuk menghadapinya, tapi setelah tenaga
dalamnya buyar sekarang, ia tak sanggup lagi untuk mengerahkan tenaganya untuk
melawan pengaruh irama musik itu".
Gak Lam-kun tertawa lebar, katanya dengan cepat, "Walaupun tenaga dalamku telah
buyar tapi suhuku telah mewariskan suatu kepandaian istimewa kepadaku, jadi tanpa
tenaga dalampun aku sanggup untuk melawan irama tersebut.
Padahal Gak Lam-kun sengaja mengucapkan kata-kata itu dengan tujuan
membohonginya sebab ia tahu tak nanti gadis tersebut mengijinkan dirinya pergi dari situ.
Selama beberapa hari ini, sudah dua kali Ji Cin peng memeriksa denyutan nadi Gak
Lam-kun dan mengetahui bahwa denyutan nadinya telah putus tapi setiap kali pula
pemuda itu dapat sadar kembali secara aneh.
Oleh karena itu ia menjadi setengah percaya setengah tidak sesudah mendengar
perkataan itu, ujarnya setelah berseru tertahan, "Baiklah! Kalau begitu marilah kutemani
dirimu kesitu"
Melihat tekad sang gadis, Gak Lam-kun menghela napas panjang.
"Nona Bwe!" katanya, "Budi kebaikanmu tak akan kulupakan untuk selamanya, tapi
kau"."
"Jangan kuatir" tukas Ji Cin peng dengan sedih, kecuali dia mainkan irama Kiu hian tay
boan yok sin im, aku percaya masih sanggup untuk mempertahankan diri"
Sekalipun Gak Lam-kun tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki Ji Cin peng amat tinggi, tapi
ia tidak percaya kalau dalam dunia dewasa ini masih ada orang lain yang mampu melawan
pengaruh iblis dari permainan khim Sot san thian li.
Padahal darimana dia tahu dimasa dulu Yo Long dan Lam hay sin ni sesungguhnya
adalah sepasang kekasih tidak mungkin kalau Yo Long tidak mewariskan kepandaian
menahan pengaruh irama sakti itu kepada Lam hay sin ni.
Sementara Gak Lam-kun telah menghela napas sedih dengan langkah lebar ia
meneruskan perjalanannya kedepan.
Ji Cin peng dengan sikap yang amat santai mengikuti dibelakang Gak Lam-kun mulamula
anak muda itu masih kuatir, tapi setelah dua kali berpaling dan tidak menemukan
gejala aneh atas dirinya, iapun mulai merasa lega hati.
Tapi, pada saat itu pula mendadak Gak Lam-kun merasa keheranan ternyata dia
sendiripun sanggup bertahan terhadap pengaruh irama iblis itu bukankah tenaga
dalamnya telah punah" Yang lebih aneh lagi peredaran darah didalam tubuhnya menjadi
tegang, sekujur tubuhnya terasa makin enteng seperti melayang diudara.
Dalam keadaan seperti ini tak sempat lagi baginya untuk mencari sebab musababnya
dia hanya menganggap kejadian itu merupakan suatu kejadian aneh.
Sementara itu paras muka gadis berbaju perakpun rada berubah ketika menyaksikan
Gak Lam-kun dan Ji Cin peng muncul disitu.
"Cring!" ia segera menghentikan permainan khimnya.
Selapis hawa dingin menyelimuti wajah Gak Lam-kun, dengan sinar mata memancarkan
hawa amarah ditatapnya gadis itu lekat-lekat.
Gadis berbaju perak itu segera tersenyum katanya, "Eeeeh". kenapa kau musti
bersikap begitu galak kepadaku?"
Senyumannya itu jauh berbeda dengan manusia biasa, tapi persis seperti senyuman
gadis cantik diatas Lencana pembunuh naga itu, bukan cuma indah saja bahkan seperti
mengandung suatu kekuatan yang dapat membetot sukma, hal mana membuat Gak Lamkun
merasakan kepalanya seperti kosong dan hampa.
00000O00000 Hanya sebentar Gak Lam-kun berdiri kehilangan semangat, dengan cepat kesadarannya
telah pulih kembali seperti sedia kala.
Ji Cin peng sendiri walaupun masih merupakan seorang gadis, tapi diapun dibuat
terkesima oleh keindahan senyuman dari gadis berbaju perak itu.
Dengan suara dingin Gak Lam-kun segera menegur.
"Kenapa kau mengingkari janji?"
Gadis berbaju perak itu menggetarkan bibirnya pelan, serentetan suara yang merdu
pun segera berkumandang diudara, "Mengingkari janji apa?"
"Kenapa kau menyerahkan kotak kosong kepadaku?" bentak Gak Lam-kun dengan
gusarnya. Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah menjadi serius, senyuman indah
menawanpun seketika lenyap tak berbekas.
"Seandainya Lencana mustika itu kuserahkan kepadamu, maka semenjak tadi mustika
itu sudah dirampas orang" katanya dengan dingin, "mendingan kalau cuma barangnya
saja yang kena dirampas bagaimana kalau sampai selembar nyawamupun ikut melayang"
Hmm! Aku bermaksud baik kepadamu kenapa kau malah menuduh aku mengingkari
janji?" "Maksud baik nona biar kuterima dalam hati saja, sekarang harap kau serahkan dengan
segera lencana itu kepadaku."
Gadis berbaju perak itu mengangguk.
"Baik!" katanya kemudian, "kalau memang kau tidak takut dirampas orang, segera
kuserahkan mustika itu kepadamu, cuma aku hendak menjelaskannya lebih dulu,
seandainya lencana itu sampai terjatuh ketangan orang lain, maka akupun mempunyai hak
untuk memperebutkannya"
"Tentu saja kau mempunyai hak untuk ikut memperebutkannya" jengek Gak Lam-kun
dingin. Dari dalam khim antiknya, gadis berbaju perak itu mengambil sebuah lencana
berwarna-warni dan diserahkan kepada pemuda itu sambil berkata, "Baik-baiklah lindungi
benda ini, jangan sampai ada orang yang merebutnya"
Tapi, sebelum dia masukkan kotak kumala itu kedalam sakunya, tiba-tiba terdengar
beberapa kali suara tertawa dingin berkumandang memecahkan keheningan, belum lagi
suara tertawa itu sirap, tahu-tahu orangnya sudah berada beberapa depa dihadapannya.
Ji Cin peng segera berpaling kearah mana berasalnya suara itu, ternyata dia adalah
Thiat kiam kuncu (laki-laki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi serta Kui to (tosu setan)
Thian yu Cinjin.
Kedua orang itu berdiri berjajar dengan sekulum senyuman dingin menghiasi ujung
bibirnya. Menyusul kemudian suara gelak tertawa yang nyaring bagaikan suara genta
menggelegar diudara dan menggoncangkan seluruh tanah perbukitan itu, Thi eng sin siu
Oh Bu hong dengan memimpin para jago andalannya muncul pula disitu.
"Criiing".! Criiing".!" kembali terdengar dua kali suara dentingan khim menggema
diudara. Menyusul dentingan nyaring itu, dari balik tanah perbukitan segera muncul dua orang
dayang cantik yang berbaju indah laksana kupu-kupu yang terbang diantara bunga,
dibelakang mereka mengikuti pula tiga orang kakek, ketiga orang itu adalah See ih sam
seng (tiga malaikat dari wilayah See ih)
Sementara itu, Jit poh toan hun Kwik To, Siangkoan It, Kiu wi hou Kongsun Poh dan
Giok bin sin ang Say Khi pit yang semula duduk bersila, kini telah melompat bangun
semua. Dari arah barat bukit situ muncul pula dua sosok bayangan manusia, mereka adalah
Han Hu hoa dan nenek berambut putih dari perguruan panah bercinta.
Dengan demikian, semua jago lihay dari pelbagai aliran telah berdatangan semua dan
berkumpul menjadi satu disitu.
Tiba-t?ba gadis berbaju perak itu berseru dengan suara merdu, "Sungguh ramai sekali
pertemuan ini, kami orang-orang dari See thian san untuk sementara waktu akan


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengundurkan diri lebih dulu untuk menonton keramaian ini"
"Betul!" sindir Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tertawa ringan, "memang lebih
enak kalau pihak See thian san menyingkir dulu, kemudian menjadi nelayan beruntung
yang tinggal memungut hasil"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, serentak kawanan jago yang mula-mula sudah
mulai bergerak itu menghentikan gerakan masing-masing, lalu dengan perasaan bergetar
keras semua pihak bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak
diinginkan. Pelan-pelan sinar mata semua orang dialihkan kearah Gak Lam-kun dan mengawasi
gerak geriknya dengan seksama, demikian pula terhadap orang-orang dari perguruan
panah bercinta, karena semua orang sudah tahu bahwa Gak Lam-kun berdiri dipihak
perguruan panah bercinta.
Suasana hening mencekam tanah perbukitan yang mengerikan itu, dalam waktu singkat
selapis hawa pembunuhan yang menggidikkan hati menyelimuti sekitar sana.
Thi eng sin siu Oh Bu hong memandang sekejap sekeliling gelanggang lalu
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh". haaahh". haaahh". Gak lote aku rasa kau pasti sudah melihat jelas situasi
yang kau hadapi sekarang, bagaimana keputusanmu dengan apa yang diusulkan Jit poh
lui sim ciam tadi" Mau diputuskan sekarangpun rasanya juga belum terlambat"
Gak Lam-kun sendiripun sadar bahwa persoalan yang dihadapinya malam ini tak bisa
dibereskan dengan cara baik-baik, sekalipun demikian diapun tak sudi untuk bekerja sama
dengan pihak Thi eng pang walaupun diapun tahu kendatipun pihak perguruan panah
bercinta mendukungnya untuk melindungi lencana mustika itu, bakal banyak korban yang
akan berjatuhan dari pihaknya.
Untuk sesaat ia menjadi kesulitan untuk memberi jawaban, dia tak tahu bagaimana
musti mengambil keputusan, maka tanpa terasa sinar matanya dialihkan kearah Ji Cin
peng. Tentu saja Ji Cin peng mengetahui maksud hatinya itu, tapi bagaimana pula dia bisa
mengambil keputusan"
Sementara sepasang muda mudi itu masih mengalami kesulitan untuk memberi
jawaban, mendadak dari luar lembah kembali berkumandang suara pekikan panjang yang
memekikkan telinga.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin yang berada dalam gelanggangpun tiba-tiba
mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, suaranya tinggi melengking tak sedap
didengar tapi justru seirama dengan pekikan panjang tadi.
Terdengarlah pekikan itu mula-mula berasal dari tempat yang jauh tapi kian lama kian
bertambah dekat.
Mendadak tampak dua sosok bayangan manusia berkelebat diangkasa dan mendekati
arena, bila dilihat dari kecepatan gerak kedua orang itu dapat diketahui bahwa ia memiliki
ilmu silat yang amat tinggi.
Dua sosok bayangan manusia itu bekelebat tiba dari kejauhan dan berhenti kurang
lebih beberapa kaki jauhnya dari arena.
Ji Cin peng mencoba untuk mengawasi kedua orang pendatang itu, terlihatlah orang
yang berada disebelah kiri adalah seorang laki-laki yang bertubuh gemuk dengan muka
bulat bibir lebar, kepalanya gundul dan memakai baju berwarna hitam.
Sedangkan yang berada disebelah kanan adalah seorang laki-laki berusia empat puluh
tahunan yang berpakaian ringkas dengan perawakan yang tinggi besar, punggungnya
agak bungkuk, sepasang matanya besar seperti gundu dengan sinar yang tajam,
lengannya panjang sekali dan berbulu putih.
Oh Bu hong memperhatikan sekejap kedua orang itu, lalu sambil tertawa katanya,
"Tong heng, tajam amat pendengaranmu. Siapa dia?"
Sambil berkata ia menuding kearah laki-laki bungkuk itu.
Kakek berbaju hitam itu hanya mementangkan mulutnya lebar-lebar dan tertawa tanpa
suara, diapun tidak menjawab pertanyaan dari Oh Bu hong tersebut.
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng dari Thi eng pang yang menyaksikan kejumawaan
orang menjadi naik darah, tiba-tiba ia maju beberapa langkah sambil membentak dengan
gusar, "Tong Bu kong, besar amat lagakmu, kau memangnya sudah tuli" Ataukah purapura
berlagak pilon?"
Begitu nama "Tong Bu kong" disebut, Ji Cin peng maupun Gak Lam-kun merasakan
hatinya bergetar keras, ternyata orang itu adalah ciangbunjin dari partai Thian san pay
yang disebut orang Bu seng sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong.
Belum lagi Tong Bu kong menjawab, laki-laki bungkuk itu sudab berkata lebih dulu.
"Apa pekerjaan saudara yang barusan berbicara itu" Dewasa ini banyak jago kenamaan
yang hadir disini, rasanya masih belum pantas buatmu untuk ikut berbicara ditempat
semacam ini, bila tahu diri lebih baik cepatlah mengundurkan diri dari sini"
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng adalah salah satu dari empat orang Thamcu
perkumpulan Thi eng pang, selama malang melintang dalam dunia persilatan, nama
maupun kedudukannya amat terhormat, belum pernah satu kalipun ia menderita
penghinaan semacam ini.
Kontan saja ucapan tersebut mengobarkan hawa amarah dalam hatinya, hawa murni
segera dihimpunkan menjadi satu, kemudian sambil membentak gusar ia melepaskan
sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Laki-laki bungkuk itu memang benar-benar takabur, terhadap datangnya angin pukulan
dari Kwan Kim ceng itu tidak dianggapnya sebagai suatu ancaman, malah sambil
busungkan dada ia sambut datangnya hantaman tersebut".
"Blaaaang".!" suatu benturan keras tak terhindarkan lagi, oleh pukulan dahsyat itu lakilaki
bungkuk tersebut hanya mundur selangkah, kemudian dengan badan yang tegak lurus
seperti sebatang pit pelan-pelan menghampiri Kwan Kim ceng.
Sejak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah Kwan Kim ceng menghadapi jago
selihay ini, ia tidak habis mengerti mengapa laki-laki bertubuh bungkuk itu sanggup
menerima pukulan udara kosongnya yang bertenaga delapan bagian itu, padahal dalam
anggapannya serangan tersebut cukup untuk membinasakan dirinya.
Kini Laki-laki bungkuk itu sudah melancarkan serangan belasan dengan kecepatan luar
biasa, ia tak tahu bagaimana caranya untuk menghindari ancaman tersebut.
Disaat yang kritis itulah mendadak Oh Bu hong membentak keras, telapak tangan
kirinya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan yang dahsyat kearah lakilaki
bungkuk itu. Agaknya laki-laki bungkuk itu tahu lihay, cepat-cepat ia menjatuhkan diri bergelinding
sejauh beberapa kaki, lalu dengan wajah marah serunya keras-keras, "Hei, apakah kalian
hendak merebut kemenangan dengan andalkan jumlah banyak?"
Gagal dengan serangan yang pertama, Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh". haaahhh". haaahhh". suatu ilmu soat him kang (beruang salju) yang
bagus! Haaahhh". haaahhh". rupanya kau berandal dari aliran Tiang pek pay"
Agak kaget juga laki-laki bungkuk itu setelah asal usul perguruannya diketahui orang ia
ganti membentak, "Siapa kau" Apakah masih ingin mencoba beberapa jurus sakti dari
perguruanku?"
Oh Bu hong tersenyum.
"Andaikata kau berniat, tentu saja lohu akan menemanimu untuk bermain tiga
gebrakan" Laki-laki bungkuk itu dasarnya memang jumawa, tak terkirakan rasa gusarnya setelah
mendengar bahwa dia hanya mampu menerima tiga pukulannya.
"Bangsat rupanya kau sudah bosan hidup" Akan kucabut nyawamu dalam tiga
gebrakan" Tiba-tiba si Tosu setan Thian yu Cinjin maju kedepan dan melerai sambil tertawa.
"Saudara Mao Tam, harap jangan marah dulu, lebih baik kita hadapi dulu masalah
penting!" Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi pun ikut tertawa nyaring, lalu menyambung, "Saudara
Mao Tam, bagaimana keadaanmu selama ini" Aku lihat ilmu Soat him kangmu sudah maju
pesat, rasanya tak sampai beberapa tahun lagi, susiokmu sekalian pasti dapat kau
ungguli." Mao Tam si laki-laki bungkuk itu seperti orang bodoh, ketika mendengar pujian dari
Hoa Kok khi itu dia tampak gembira sekali terkekehlah dia dengan anehnya.
"Bagus! Bagus sekali! Apakah Hoa lote juga ingin beradu tenaga dalam denganku?"
Ji Cin peng dan Gak Lam-kun yang mendengarkan pembicaraan itu diam-diam
mengerutkan dahi.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa, sahutnya kemudian, "Aaah, masa
dengan saudara sendiripun musti beradu" Lebih baik kau rampas dulu kotak kumala yang
berada ditangan pemuda berbaju hijau itu"
Sambil berkata ia menuding kearah Gak Lam-kun.
Mendengar ucapan tersebut, Mao Tam si laki-laki bungkuk itu segera memandang
kearah Gak Lam-kun dengan sepasang matanya yang sebesar gundu itu, kemudian sambil
tertawa aneh katanya, "Bocah muda itu maksudmu" Kenapa musti merepotkan aku?"
Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang tinggi hati, tak terlukiskan rasa marahnya
setelah mendengar perkataan itu, tapi hawa murninya telah punah sekarang, tak mungkin
lagi baginya untuk turun tangan, terpaksa rasa mangkelnya itu hanya disimpan dalam hati.
"Saudara Mao Tam, kau jangan anggap enteng dirinya, kami semua tak ada yang
sanggup menangkan dia?"
Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi adalah seorang manusia yang
berhati busuk dan berakal licin.
Kiranya Moa Tam adalah murid kesayangan dari Tiang pek sam him (tiga beruang dari
tiang pek) yang tersohor namanya diluar perbatasan, ilmu silat yang dimiliki Tiang pek
sam him amat lihay tapi enggan melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, mereka
selalu menetap diwilayah Tiang pek dan kerjanya hanya mendalami ilmu silat belaka.
Berulangkali Hoa Kok khi memancing mereka untuk menggerakkan hati mereka maka
kali ini diajaknya murid mereka mendatangi wilayah Tionggoan.
Pertama ia dapat mempergunakan tangannya untuk kepentingan pribadi, dan kedua
andaikata murid dari Tiang pek sam him ini sampai tewas didaratan Tionggoan, niscaya
ketiga beruang dari Tiang pek itu akan mendatangi Tionggoan untuk menuntut balas,
maka diapun akan mempergunakan kekuatan mereka untuk menaklukkan semua aliran
didunia persilatan dan merajai kolong langit.
Jadi sesungguhnya tujuan dari Hoa Kok khi ini betul-betul licik, jahat dan terkutuk.
Sementara itu Mao Tam telah tertawa geram setelah mendengar perkataan itu,
mendadak ia melompat ketengah udara dan langsung menerjang kearah Gak Lam-kun.
Ji Cin peng yang berdiri disamping Gak Lam-kun telah bersiap sedia semenjak tadi,
begitu musuh melancarkan tubrukan tiba-tiba ia mengernyitkan alis matanya dan
menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan suatu gerakan aneh.
Telapak tangannya diputar sedemikian rupa lalu ditolak kemuka melepaskan sebuah
pukulan, hanya saja serangan tersebut sama sekali tidak menimbulkan suara.
Mao Tam sama sekali tidak menyangka kalau orang yang menyongsong kedatangannya
adalah seorang gadis muda yang berwajah cantik, sementara ia masih tertegun pukulan
itu sudah menyambar datang.
Waktu itu Ji Cin peng memang ada maksud untuk meruntuhkan semangat kawanan
jago disitu! Maka serangan yang dilancarkan itu disertai dengan tenaga yang kuat.
Walaupun pukulannya meluncur kemuka tanpa menimbulkan suara, tapi justru dibalik
semuanya itu terkandung suatu daya kekuatan yang maha dahsyat, ditengah kelembutan
tersimpan kekerasan, begitu telapak tangannya menempel ditubuh musuh hawa pukulan
yang disimpan dibalik telapak tanganpun segera menggulung keluar dan melukai orang.
Setelah tubuhnya termakan pukulan, Mao Tam baru merasakan munculnya segulung
tenaga tekanan yang maha dahsyat menghantam isi perutnya keras-keras, ia menjadi
amat terperanjat, sambil mengerahkan tenaga sakti Soat him kangnya untuk melawan
serangan itu, buru-buru tubuhnya berkelit kesamping.
Sekalipun telapak tangan Ji Cin peng mengena pada tubuh lawan lebih dahulu, hawa
serangan baru dipancarkan menanti lawan berusaha melakukan perlawanan, ia telah
menarik kembali pukulannya sambil menubruk maju lagi dengan kecepatan luar biasa.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, sekalipun reaksi Mao Tam cukup
cepat, tapi ia terkena juga getaran hawa pukulan yang dilancarkan oleh Ji Cin peng itu.
"Uaak".!" ia kesakitan dan muntah darah.
Walaupun Mao Tam seorang bodoh, terkesiap juga hatinya setelah melihat kelihayan
lawan, seketika itu juga sikap takaburnya hilang lenyap tak berbekas.
Maka begitu dilihatnya Ji Cin peng menerjang lagi dengan kecepatan luar biasa buruburu
tubuhnya melompat kesamping untuk berkelit, sementara hawa murninya telah
dihimpun kedalam telapak tangan kanannya.
Menanti sepasang kaki Ji Cin peng baru saja menempel diatas permukaan tanah,
pukulan dahsyat itu segera dilontarkan.
Segulung angin pukulan yang sangat kuat ibaratnya gulungan gelombang disamudera
segera menumbuk kemuka.
Dikala kedua orang itu sedang terlibat dalam pertarungan yang amat seru, si Tosu
setan Thian yu Cinjin mendadak maju kedepan dan menerjang kearah Gak Lam-kun".
Ji Cin peng dapat menyaksikan kejadian itu dengan jelas, ia tertawa dingin, telapak
tangan kirinya segera memancing datang tenaga pukulan dari Mao Tam, kemudian
diantara putaran pergelangan tangannya, tenaga serangan itu segera dilontarkan ketubuh
si Tosu setan Thian yu Cinjin.
Gak Lam-kun mengenali kepandaian tersebut adalah suatu jenis ilmu meminjam tenaga
yang maha dahsyat, kepandaian itu khusus digunakan untuk meminjam tenaga orang
untuk memukul orang lain.
Segulung angin topan yang maha dahsyat pun segera melesat diudara, mengikuti
perputaran pergelangan tangan Ji Cin peng tenaga itu langsung menerjang ketubuh Thian
yu Cinjin. Sedemikian dahsyatnya angin pukulan itu hingga menimbulkan angin yang
menderu-deru. Si Tosu setan Thian yu Cinjin mempunyai pengalaman selama puluhan tahun berkelana
dalam dunia persilatan tak sedikit jago lihay yang telah dijumpainya itu membuat
pengetahuannya tentang pelbagai ilmu silat didunia menjadi amat luas.
Sekalipun demikian belum pernah ia jumpai kepandaian seaneh yang dipergunakan Ji
Cin peng sekarang, dimana dalam suatu perputaran pergelangan tangan saja telah
sanggup untuk mengalihkan tenaga pukulan dahsyat dari musuh kearahnya.
Kepandaian semacam ini dianggapnya betul-betul merupakan suatu kepandaian sakti
yang jarang ditemui dalam dunia persilatan.
Dalam terkejutnya, tak sempat lagi baginya untuk bergeser kesamping, terpaksa hawa
murninya dihimpun kedalam pusar, sepasang lengannya digetarkan dan ia melompat
ketengah udara bagaikan sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya.
Jit poh toan hun Kwik To yang berada disamping arena segera menyindir sambil
tertawa dingin, "Thian yu to heng, sungguh enteng benar ilmu meringankan tubuhmu!"
Si tosu setan Thian yu Cinjin berjumpalitan ditengah udara sebanyak beberapa kali, lalu
melayang turun satu kaki jauhnya dari tempat semula, ketika mendengar sindiran tersebut
dia lantas membentak, "Tua bangka She kwik, kurangi mulutmu yang busuk itu, suatu
ketika aku pasti akan -mengajak kau untuk berduel sampai mampus."
Kwik To tertawa terbahak-bahak, baru saja dia hendak menyindir lagi, mendadak
terdengar seseorang mendengus tertahan".
Ternyata Mao Tam sudah jatuh terduduk diatas tanah dengan peluh membasahi
sekujur tubuhnya, ia tampak kesakitan hebat sampai-sampai menggigit bibir untuk
menahan diri, tak terdengar sepotong suara rintihan pun yang muncul dari mulutnya.
Paras muka Ji Cin peng pun pucat pias seperti mayat, Han Hu hoa dan nenek berambut
putih yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, serentak mereka
melompat kedepan untuk memberi pertolongan.
Tiba-tiba gadis itu berteriak, "Nenek Siau". kalian cepat lindungi Gak siangkong"."
Mendadak si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras, lalu melepaskan sebuah
pukulan dahsyat kearah Ji Cin peng.
Didalam serangan yang dilancarkannya ini telah disertai dengan tenaga dalam yang
maha dahsyat, tentu saja kehebatannya tak terkirakan.
Diantara desingan angin tajam yang menderu-deru, muncullah segulung angin pukulan
bagaikan gelombang dahsyat ditengah samudra.
Siapa tahu ketika angin pukulan itu tiba ditempat sasarannya, Ji Cin peng telah
melompat keudara, lalu berputar badan diangkasa dan secepat sambaran petir menerjang
Thian yu cinjin yang berada dibawahnya.
Thian yu cinjin merasa terperanjat sekali menyaksikan gerakan tubuhnya yang sangat
sakti itu, buru-buru Hud timnya diputar sedemikian rupa untuk melindungi badan,
kemudian buru-buru ia melompat sejauh satu kaki lebih untuk menyelamatkan diri.
Mendadak kembali terdengar suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang
memecahkan keheningan, tiba-tiba ketua dari Thian san pay, Bu seng siangseng Tong Bu
kong mencabut pedangnya dan melompat keudara, lalu senjatanya digetarkan
menciptakan selapis cahaya pedang yang tebal untuk melindungi sekujur badannya, lalu
dengan kecepatan bagaikan kilat mengurung kearah Han Hu hoa, nenek berambut putih
dan Gak Lam-kun.
Mendadak nenek berambut putih itu mencabut keluar pedangnya baru saja ia hendak
mengerahkan senjatanya kearah serangan pedang dari lawan, tiba-tiba tampak Ji Cin peng
memutar tubuhnya telapak tangan kiri dan ujung jari tangan kanan bersama-sama
dibacokan kedepan.
Terdengar Tong Bun kong mendengus dingin kabut pedang yang sedang menyerang
kebawah itu mendadak lenyap tak berbekas, lalu tubuhnya berputar satu lingkaran diudara
dan melayang turun dua kaki jauhnya dari posisi semula dengan wajah hijau membesi ia
berdiri membungkam disana".
Jilid 14 Beberapa pertarungan yang berlangsung secara beruntun ini membuat semua orang
mulai terperanjat oleh kehebatan ilmu silat yang dimiliki Ji Cin peng, meski demikian ilmu
silat dari Thian yu Cinjin, Tong Bu kong dan Mao Tam pun mengejutkan pula semua
orang. Terutama tusukan pedang dari Tong Bu kong tadi telah memperlihatkan pula inti
kekuatan yang luar biasa dari ilmu pedang Thian san kiam hoat, hal mana membuat
semua orangpun menaruh penilaian yang lain terhadap aliran Thian san pay.
"Li nay nay dan Han cici harap melindungi keselamatan Gak siangkong, Kwik toako,


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siangkoan toako dengan memimpin delapan belas pemanah panah bercinta harap
membuat lingkaran disekeliling Gak siangkong bertiga guna menghadapi kemungkinan
yang tak diinginkan, malam ini aku hendak membuka pantangan membunuh sepuasnya"
Begitu komando diumumkan terpancarlah kewibawaan yang besar, serentak para jago
dari perguruan panah bercinta menyebarkan diri dan mengambil posisi, sementara Ji Cin
peng tiba-tiba mencabut keluar pedang pendek Giok siang kiamnya.
Gak Lam-kun merasa kagum sekali dengan kepandaian silat yang dimiliki Ji Cin peng
terhadap cinta kasihnya ia pun merasa amat terharu, pemuda itu tak habis mengerti
kenapa ia bersedia mengorbankan segala-galanya demi melindungi keselamatannya.
Dengan menitikkan airmata haru, Gak Lam-kun segera berteriak keras, "Nona Bwe,
jangan"."
"Tak usah kuatir, aku tak bakal mati" sahut Ji Cin peng sambil berpaling.
Sementara ia sedang berbicara, tiba-tiba kawanan jago yang berada disana telah
bergerak maju menghampirinya.
Sambil menggenggam pedang Giok siang kiam dan memandang sekejap kawanan jago
itu dengan pandangan dingin, hardiknya dengan suara yang amat dingin, "Semuanya
berhenti!"
Walaupun Ji Cin peng hanya seorang gadis remaja akan tetapi justru memiliki
kewibawaan serta keagungan yang luar biasa, bentakan tersebut segera memaksa
kawanan jago itu menghentikan langkahnya.
Si rase berekor sembilan Kongsun Po segera berpaling dan memandang sekejap Say
Khi pit yang berada disisinya kemudian sambil tertawa dingin katanya
"Saudara Say, tampaknya kedatangan kita bakal sia-sia belaka, coba lihat orang lain
yang bakal menikmati hasil tersebut!"
Seperti telah diketahui, Kongsun Po adalah seorang jago yang banyak sekali akal
busuknya dan panjang pula pikirannya. Dengan mengandalkan kekuatannya seorang tak
nanti sanggup menghadapi jika tidak menggunakan pancingan-pancingan dengan katakata
agar ia mau turun tangan.
Say Khi-pit tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh". haaahhh". haaahh". jauh-jauh kami datang kepulau terpencil ini dengan
harapan bisa mendapat mustika, bila kita biarkan orang lain mendapatkan lencana
tersebut tanpa mengeluarkan sedikit tenagapun hal ini benar-benar merupakan suatu
penghinaan besar untuk kita semua."
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi jauh lebih licik lagi daripada rekan-rekannya, sejak tadi
sampai sekarang ia tak pernah bertarung dengan orang, tapi begitu mendengar perkataan
yang bernada adu domba tersebut, kontan saja ia tertawa terbahak-bahak, lalu
sambungnya, "Saudara Say, saudara Kongsun, perkataan kalian berdua memang benar
bagaimanapun juga kita harus ikut melihat bagaimanakah macamnya Lencana pembunuh
naga dan benda apakah itu serta apa rahasianya sehingga bisa menarik perhatian
kawanan jago dari dunia persilatan dan membuatnya menjadi tergila-gila, kalau tidak,
tentu saja kami akan meraca kecewa sekali!"
Pembicaraan yang saling bersahut-sahutan ini segera membuat suasana dalam arena
menjadi tegang, napsu ingin mendapatkan lencana pembunuh naga pun semakin besar,
tapi siapapun tak ingin turun tangan lebih dulu.
Tiba-tiba seseorang tertawa merdu, kemudian berkata, "Hei, apakah kalian ingin tahu
benda macam apakah lencana tersebut" Aku bersedia memberitahukan kepada kalian"
Ternyata yang berbicara adalah si gadis berbaju perak yang menonton jalannya
pertarungan dari sisi arena itu.
"Bila nona bersedia memberi keterangan kepada kami, tentu saja hal ini jauh lebih baik
lagi" seru Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tersenyum.
Gadis berbaju perak itu tertawa.
"Sesungguhnya Lencana pembunuh naga adalah suatu benda yang membawa alamat
jelek bagi pemiliknya, itu bisa kita lihat dari sebutannya Pembunuh naga"."
"Hmm! Siapa yang tidak tahu tentang soal itu" mendadak seseorang menanggapi
dengan suara yang menyeramkan.
Dari luar gelanggang pelan-pelan berjalan datang seorang kakek berwajah jelek, orang
itu bukan lain adalah Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian".!
"Hei, kamu si jelek kenapa berkaok-kaok tak karuan" Masa kau pernah menjumpai
lencana pembunuh naga?"
Entah mengapa ternyata Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian tidak dibikin marah oleh
ejekan tersebut, malahan secara tiba-tiba ia bertanya, "Nona siapa namamu?"
"Cis! Buat apa kau menanyakan namaku" Kita toh bukan sanak bukan keluarga, kenapa
aku musti memberitahukan namaku kepadamu?"
Ternyata Lui Seng thian merasa bahwa raut wajah gadis ini terlalu mirip dengan Soat
san thian li serta Yo long.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali manfaatkan suasana itu, tiba-tiba serunya
kepada Lui Seng thian, "Hei kalau ogah mendengarkan yaa sudah kenapa musti cerewet
melulu?" Sementara itu sinar mata orang yang berada dalam gelanggangpun sama-sama
ditujukan kearah Jit poh lui sim ciam dengan perasaan amat mendongkol.
Hal mana kontan saja menimbulkan kemarahan yang meluap-luap bagi Lui Seng thian
ia tertawa seram, sambil mendekati Hoa Kok khi tegurnya dengan nada sinis.
"Hei, kamu yang bernama Hoa Kok khi?"
Walaupun diluaran Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi masih tetap bersikap tenang, padahal
ia telah mengerahkan tenaga dalamnya sambil besiap sedia menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan.
"Ada urusan apa kau menanyakan soal itu?" sahutnya kemudian.
Tiba-tiba Lui Seng thian mengacungkan tabung bulat itu kearahnya sambil berseru
dengan dingin, "Aku ingin menyuruh kau untuk merasakan bagaimana hebatnya panah inti
geledek yang membawa maut buat korbannya dalam tujuh langkah!"
Mendengar itu, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi baru terperanjat, tak pernah disangka
olehnya kalau iblis tua itu yang telah diganggunya malam ini.
Kiranya sebelum itu dia sama sekali tidak kenal dengan Lui Seng thian.
Hoa Kok khi segera tersenyum, ujarnya, "Sungguh tak kusangka kalau saudara adalah
Jit poh lui sim ciam yang tersohor namanya didalam dunia persilatan itu, maaf, maaf jika
aku bersikap kurang hormat"
Hoa Kok khi memang seorang manusia yang luar biasa, kalau pada umumnya para jago
persilatan amat menjaga nama baik serta wajahnya, maka ia tidak terlalu mementingkan
hal tersebut malah sebaliknya dari ucapan tersebut seakan-akan ia memperlihatkan
kelemahan diri sendiri.
Lui Seng thian tertawa seram, katanya, "Belakangan ini aku dengar orang berkata
bahwa dalam dunia persilatan telah muncul seorang manusia luar biasa, setelah bertemu
hari ini, kubuktikan bahwa ucapan tersebut memang tidak salah"
Hoa Kok khi segera tersenyum.
"Aah, tidak berani, tidak berani kalau dibandingkan nama besar anda, diriku tak lebih
hanya sinar kunang-kunang yang dibandingkan dengan sinar rembulan, kaulah yang
sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa dari dunia persilatan"
Mendadak Lui Seng thian melotot kearahnya lalu berkata dengan suara menyeramkan,
"Aku Lui Seng thian paling tidak doyan dengan permainan mengumpak semacam itu
sekarang juga ingin kusaksikan sendiri sampai dimanakah kehebatanmu itu"
"Oooh". jika kau merasa tidak terlalu canggung untuk bertarung melawan manusia
semacam aku ini, dengan senang hati aku orang she Hoa akan mengiringi keinginanmu
itu" Lui Seng thian menarik kembali tabung bulatnya secepat sukma gentayangan ia
bergerak kedepan".
Hoa Kok khi tidak menyangka kalau orang itu demikian keras kepalanya dan memaksa
juga untuk bertarung melawannya, melihat ia menerjang datang hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya.
Tiba-tiba ia mundur setengah langkah, telapak tangan kanannya yang melindungi
badan mendadak ditekan pelan kedepan.
Lui Seng thian segera mendengus tertahan dengan tubuh menggigil keras ia mundur
tiga langkah dengan sempoyongan.
Sambil tertawa dingin Hoa Kok khi segera berkata, "Kau sudah terkena pukulan Tay siu
im khi ku dalam tujuh jam mendatang sari racun akan menyerang kedalam tubuhmu yang
akan mengakibatkan kematian."
"Bagus sekali!" seru Lui Seng thian sambil tertawa seram, "tidak kusangka kalau pada
akhirnya lohu bakal kena kau pecundangi tapi kau tak usah kuatir, lohu tak nanti akan
mati dengan begini saja, sekarang kau telah menyadari bahwa lohu adalah anggota
perguruan Pek kut bun, itu berarti kau telah mencari kematian buat diri sendiri.
Ditengah pembicaraan tersebut, Lui Seng thian telah melancarkan serangkaian pukulan
yang gencar dan dahsyat.
Desingan angin yang tajam dan kuat segera menderu-deru diudara dan menyelimuti
seluruh angkasa.
Dalam waktu singkat kedua orang itu telah terlibat dalam suatu pertarungan yang
sengit sekali, yang tampak hanyalah dua bayangan manusia yang saling menyerang dan
saling memukul, sedemikian cepatnya gerakan itu membuat pandangan orang menjadi
kabur. Walaupun Lui Seng thian telah menendang dengan kakinya, membacok dengan telapak
tangannya dan menyodok dengan jari tangannya, dan semua serangan tersebut adalah
pukulan-pukulan yang gencar, akan tetapi bukan suatu pekerjaan yang gampang bila ingin
melukai Hoa Kok khi dalam waktu singkat.
Pada waktu itu, sinar mata semua orang telah ditujukan kearah mereka berdua,
sedemikian terpesonanya orang-orang itu sehingga mereka berdiri dengan mata terbelalak
dan mulut melongo.
Mendadak terdengar jeritan kaget yang tinggi melengking dan memekikkan telinga
berkumandang diudara.
"Kau". rupanya kaulah pembunuh yang telah mencelakai Yo Long"."
Menyusul kemudian". menggema pula jerit kesakitan. Tahu-tahu Gak Lam-kun sudah
roboh terkapar diatas tanah.
Entah sedari kapan, ditengah arena telah muncul seorang perempuan gila berambut
panjang yang bertampang jelek, perempuan itu begitu muncul lantas menghantam Gak
Lam-kun sampai roboh ketanah.
Sejak kapan ia muncul disitu" Dengan cara apa Gak Lam-kun dirobohkan" Ternyata Ji
Cin peng sama sekali tidak merasa.
Mungkin memang beginilah nasib Gak Lam-kun, sebab perempuan gila itu tak lain
adalah perempuan sinting yang pernah dijumpainya dulu.
Kiranya ia telah kembali kedalam gua ditepi samudra serta bertanya kepada Si Tiong
pek, siapa yang telah membunuh Yo Long, dan Si Tiong pek pun menjawab bahwa Yo
Long telah dibunuh oleh Gak Lam-kun.
Pada dasarnya perempuan berambut panjang atau Hay Sim li adalah seorang
perempuan yang kurang waras otaknya, tentu saja ia tidak mencurigai perkataan dari Si
Tiong pek itu. Begitu berhasil merobohkan Gak Lam-kun, tiba-tiba Hay sim li atau perempuan jelek
berambut panjang itu membopong tubuhnya dan dibawa kabur dari situ".
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini segera menggemparkan semua orang, tanpa
terasa merekapun sama-sama melakukan pengejaran, karena Lencana pembunuh naga
justru berada disaku Gak Lam-kun.
Ji Cin peng yang paling kaget dan cemas menghadapi kejadian ini, ia tak tahu Gak Lamkun
masih hidup atau telah mati"
Sambil menjerit keras, telapak tangan kirinya secepatkilat melancarkan sebuah pukulan
kedepan". Tapi dengan suatu kebasan ujung bajunya perempuan jelek berambut panjang Hay sim
li telah memaksa Ji Cin peng terpental sejauh tiga langkah kebelakang.
Disaat itu pula mendadak Lui Seng thian melepaskan panah inti geledeknya membidik
perempuan jelek berambut panjang Hay sim li serta Gak Lam-kun.
Tak terkirakan rasa kaget Ji Cin peng, ia menjerit keras lalu melepaskan sebuah
pukulan hawa panas yang maha dahsyat menghantam ketiga titik cahaya bintang hijau itu.
Tapi senjata rahasia dari Lui Seng thian itu memang aneh sekali kecepatannyapun tak
terkirakan dalam sekali berkelebat saja tahu-tahu sudah tiba disasaran.
Sungguh lihay perempuan gila berambut panjang itu, belakang kepalanya seperti ada
tumbuh matanya, begitu senjata rahasia berkelebat lewat, dia cepat-cepat mundur sejauh
tiga empat kaki dari posisi semula.
Pada saat itulah Thi eng sin siu Oh Bu hong mulai bertindak, pedang Khi ing kiamnya
disapu keluar dengan jurus Heng im toan gak (lapisan awan memotong perbukitan).
Dalam keadaan yang kritis itu, perempuan gila berambut panjang tersebut justru
bergeser tempat sambil memutar badan, dengan enteng dan gampangnya ia berhasil
meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Diam-diam Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menerjang kemuka dan melepaskan sebuah
sergapan maut dengan ilmu Tay siu im khi nya.
Siapa tahu baru saja pukulan dilontarkan keluar tiba-tiba kekuatan tersebut ditahan dan
dipentalkan kembali oleh segulung tenaga lain yang jauh lebih kuat.
Hoa Kok khi tahu bahwa kekuatan tersebut adalah sejenis khikang tingkat tinggi, jika
serangan itu ditahan secara paksa, niscaya isi perutnya akan tergetar luka maka dengan
perasaan apa boleh buat ia buyarkan kembali serangannya sambil melayang pergi.
Sementara itu Ji Cin peng telah menerjang kedepan, sepasang telapak tangannya
bergerak cepat melancarkan serangkaian serangan kilat.
Tapi oleh karena ia kuatir pedangnya akan melukai Gak Lam-kun maka senjata pendek
itu disimpannya kembali.
Ji Cin peng sangat menguatirkan keselamatan si anak muda itu, maka segenap
kepandaian yang dimilikinya dikerahkan keluar, semua serangannya mempergunakan
jurus-jurus yang terhebat dan terampuh.
Akan tetapi sekalipun Ji Cin peng telah menyerang dengan mempergunakan pelbagai
perubahan jurus yang paling lihay, namun perempuan gila berambut panjang itu masih
saja dapat melayaninya secara jitu.
Ji Cin peng mulai sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya masih terpaut jauh sekali
darinya, dengan cemas ia berteriak, "Locianpwe, dia adalah murid kesayangan Yo Long,
kau tak boleh melukai dirinya"."
Tiba-tiba cahaya pedang berkelebat lewat".
See ih kiam seng Siang Ban im, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi serta Bu seng sianseng
Tang Bu kong dengan ketiga bilah pedangnya bagaikan tiga buah kilatan cahaya pedang
bersama-sama menyerang tubuh si perempuan gila berambut panjang itu.
Serangan dari tiga orang jago pedang dengan mengerahkan ilmu pedang andalan
masing-masing ini betul-betul luar biasa hebatnya, seketika itu juga seluruh angkasa
diliputi oleh hawa pedang yang menggidikkan hati.
Tiga bilah pedang membawa tiga jalur kilatan cahaya berwarna keperak-perakan dalam
waktu singkat telah mengancam atas tubuh lawan.
Agak tertegun si perempuan gila berambut panjang tersebut menghadapi tibanya
cahaya pedang yang maha dahsyat itu, rupanya sudah lama sekali ia tak pernah berjumpa
dengan jago-jago setangguh ini.
Ia tertawa panjang dengan suara yang mengerikan, menyusul kemudian telapak tangan
kirinya diayun kedepan secara beruntun melancarkan dua buah pukulan hawa lembut yang
kuat. Berbareng dengan berhembusnya dua gulung angin pukulan itu, See ih kiamseng Siang
Bong im serta Tang Bu kong segera menarik kembali pedangnya dengan cepat.
Sedangkan hawa pedang dari Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah meluncur kedepan
dan berada hanya tiga inci didepan dada perempuan gila berambut panjang itu.
Disaat yang palirg kritis dan berbahaya itulah".
Tiba-tiba perempuan gila berambut panjang itu menggerakkan telapak tangan kirinya
kebawah, lalu secepat sambaran kilat mencengkeram pedang dari Hoa Kok khi tersebut.
Sungguh suatu kepandaian tangan kosong yang mengerikan hati, gerakan aneh
tersebut kontan saja mengejutkan hati Hoa Kok khi sehingga sekujur tubuhnya bergetar
keras. Diam-diam pikirnya dihati, "Heran, kepandaian tangan kosong apaan yang dia
gunakan" Belum pernah kujumpai kepandaian seaneh ini!"
Berpikir sampai disitu, ia semakin kuatir bila perempuan gila berambut panjang itu
melancarkan balasan yang akan mengakibatkan dirinya terluka, buru-buru hawa murninya
dikerahkan lalu mengipatkan lengannya keras-keras.
Siapa tahu perempuan gila berambut panjang itu telah memanfaatkan tenaga
kebasannya itu, tahu-tahu sambil membopong tubuh Gak Lam-kun dia melayang keudara,
tangan kirinya masih tetap menjepit punggung pedang Hoa Kok khi, kemudian
menggunakan gerakan tersebut ia menarik serta memutarkan keras-keras.
Oleh tenaga lawan yang maha dahsyat itu tak bisa dikuasai lagi tubuh Hoa Kok khi ikut
berputar mengikuti gerakan pedangnya, kemudian tubuhnya terlempar kebelakang dan
langsung menumbuk kearah si Tosu setan Thian yu Cinjin.
Gerakan lawan betul-betul tak terlukiskan hebatnya, dengan begitu maka tenaga yang
dikerahkan Hoa Kok khi sama sekali tidak terbuang dengan sia-sia, sebab seluruhnya telah
dimanfaatkan lawan untuk melayang pergi sembari
Golok Halilintar 10 Kisah Sepasang Rajawali Karya Kho Ping Hoo Pendekar Super Sakti 9

Cari Blog Ini