Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 9

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 9


melakukan serangan balasan.
Mendadak si tosu setan Thian yu Cinjin melejit keudara dan berjumpalitan beberapa
kali, kemudian dengan kepala dibawah dan kaki diatas dia langsung menubruk kearah
perempuan gila berambut panjang itu.
Senjata Hud timnya disaluri hawa murni sehingga bulu-bulu emas terbuat dari bulu
singa yang berwarna keemas-emasan itu merentang besar, kemudian dengan membawa
desingan angin tajam yang luar biasa hebatnya langsung menyambar kedepan.
Serangan ini cukup tangguh dan mengerikan, dalam dunia persilatan lebih dikenal
sebagai gerakan Toan hun yu si (benang-benang halus pemutus nyawa).
Seandainya orang yang melancarkan gerakan tersebut memiliki tenaga dalam yang
sangat sempurna maka kehebatannya akan meningkat, sebaliknya bila hanya memiliki
tenaga sedang saja, jangan harap gerakan itu bisa digunakan.
0000O0000 Terdengar perempuan gila berambut panjang itu tertawa terbahak-bahak, tubuhnya
sama sekali tidak bergeser dari posisi semula, telapak tangan kirinya segera diangkat
keatas kemudian menyambut datangnya serangan dari Thian yu Cinjin tersebut
Entah bagaimana caranya, tahu-tahu bulu senjata Hud tim milik si tosu setan Thian yu
Cinjin tersebut seluruhnya sudah berada didalam cengkeramannya.
Menyusul kemudian, pergelangan tangannya segera digetarkan kedepan.
Tubuh Thian yu Cinjin ibaratnya sebuah bola, kontan saja meloncat keluar dan
melayang jauh dari tempat semula, sedangkan senjata Hud timnya kena dirampas oleh
perempuan gila berambut panjang itu.
Perlu diketahui bahwa Si tosu Setan Thian yu Cinjin terhitung pula seorang jago
tangguh yang namanya amat populer dalam dunia persilatan, tapi nyatanya sekarang,
dalam sekali bentrokan saja tahu-tahu senjata Hud timnya kena dirampas perempuan gila
itu bahkan tubuhnya kena terlempar jauh kebelakang, kontan saja kejadian ini
menggemparkan seluruh gelanggang, para jago yang ada disekeliling tempat itu pada
terbelalak lebar dengan mulut melongo.
"Locianpwe!" terdengar Ji Cin peng berseru kembali dengan suara yang merdu, "kau
tak boleh melukai dirinya locianpwe"."
Dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuhnya yang lihay, dalam dua kali kelebatan Ji
Cin peng sudah berada belasan kaki jauhnya dari posisi semula lagi ia berhasil
menghadang jalan perginya perempuan gila berambut panjang itu.
Setelah berulangkali jalan perginya dihadang orang, lama kelamaan hawa amarah
dalam dada perempuan gila tersebut berkobar juga tangan kirinya mendadak bergerak
cepat secara beruntun ia lancarkan tiga buah pukulan dahsyat kearah Ji Cin peng.
Sungguh dahsyat ketiga buah serangan tersebut, sekalipun berbeda waktu
serangannya tapi seakan-akan dilancarkan dalam waktu yang bersamaan bukan saja
kecepatannya luar biasa, lagipula menyerang tiba dari tiga arah yang berbeda, hal mana
segera memaksa Ji Cin peng harus melompat mundur kebelakang.
Perempuan gila berambut panjang itu tertawa seram, serunya kemudian.
"Aku hendak menyiksa dan mencincang tubuhnya berkeping-keping, karena dia telah
mencelakai Yo Long ku kau". kau". bajingan busuk yang tak berliangsim, aku hendak
membunuh kau, mencincang tubuhmu dan menghisap darahmu"."
"Oooh Yo Long". wahai Yo Long sungguh mengenaskan sekali kematianmu itu."
"Aku hendak membalaskan dendam bagi kematianmu, suhu hendak mencincang tubuh
musuh besarmu ini hingga hancur berkeping-keping."
Mengikuti suara teriakan-teriakan gilanya yang memekikan telinga, dengan suatu
gerakan tubuh yang amat cepat ia berkelebat pergi dari tempat itu.
Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan sana.
Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, masih terdengar jeritan Ji
Cin peng yang berkumandang hingga jauh dari tempat itu.
"Locianpwe". oh Locianpwe, dia adalah murid Yo Long". dia bukan pembunuh Yo
Long"."
Sambil berlarian menyusul dibelakang perempuan gila itu, Ji Cin peng ikut berteriakteriak
dengan suara keras.
Tapi ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan gila berambut panjang itu telah
mencapai pada puncaknya, dalam waktu singkat ia dengan membawa tubuh Gak Lam-kun
telah lenyap dibalik ujung pulau disebelah depan sana.
Ji Cin peng sadar bahwa tak mungkin baginya untuk menyusul perempuan gila itu,
terpaksa dengan hati yang remuk redam dan airmata yang jatuh bercucuran membasahi
wajahnya, ia menghentikan pengejaran tersebut.
Kejadian demi kejadian yang pernah dialaminya dimasa lampau terkenang kembali
dalam benaknya".
Sepasang sejoli yang sesungguhnya dapat hidup bahagia, kini harus berpisah satu
sama lainnya dan entah sampai kapan baru bisa bertemu kembali".
Dialam bakakah" Atau dialam semesta"."
Ia benci, ia membenci diri sendiri! Ia pun membenci pada takdir yang tak berperasaan.
Terbayang kembali putra kesayangannya yang hidup tanpa ayah, hampir saja hatinya
hancur lebur karena sedihnya".
Kesedihan yang kelewat batas membuat pendengaran maupun penglihatannya menjadi
kabur dan kehilangan ketajamannya seperti biasa, ia lupa berada dimanakah dirinya
sekarang. Tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang suara helaan napas sedih, kemudian
terdengar seseorang berkata, "Inilah yang dinamakan takdir, jangan menyalahkan
manusia, jangan pula membenci langit!"
Bagaikan baru bangun dari lamunan dengan cepat Ji Cin peng berpaling kebelakang.
Tampaklah seorang nyonya berambut putih telah berdiri disampingnya dan
menggenggam tangannya yang lembut pelan-pelan, wajah perempuan tua itupun penuh
diliputi kesedihan.
"Oooh nenek!" seru Ji Cin peng dengan suara yang memilukan hati, "kau suruh hidup
dengan cara apa" Bagaimana mungkin aku bisa hidup lebih lanjut?"
"Bagaimanapun juga akhir dari kalian berdua adalah suatu kematian disalah satu pihak,
toh bagaimanapun juga dia harus mati" bisik perempuan itu lirih.
"Oh nenek, kau". kenapa kau tidak menghalangi kepergiannya tadi" Dengan
kepandaian yang dimiliki nenek dan Peng ji, kita pasti dapat menghalangi jalan perginya,
kau". kenapa kau tidak berbuat demikian"." Kenapa".?"
"Oh Peng ji tahukah kau siapa perempuan tadi?" tanya perempuan berambut putih itu
sambil menghela napas.
"Betul dia adalah suhunya Yo Long locianpwe yang disebut orang Hay sim li, tetapi
dengan ilmu silat nenek yang begitu tinggi, asal kau bersedia turun tangan maka tak nanti
dia akan bisa kabur dari sini dengan sedemikian mudahnya"
Sekali lagi perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
"Aai".! Anak Peng, kau menilai terlampau tinggi kepandaian silat yang dimiliki nenek".
Betul andaikata aku turun tangan dan bekerja sama denganmu mungkin jalan perginya
bisa dihadang, tapi tahukah kau bahwa aku tak dapat melanggar sumpahku sendiri?"
Pucat pias selembar wajah Ji Cin peng setelah mendengar perkataan itu, dengan suara
gemetar katanya, "Nenek". aku menyesal". aku menyesal sekali telah mengangkat
sumpah tersebut"."
Dengan penuh kasih sayang perempuan berambut putih itu membelai rambutnya yang
lembut, kemudian katanya dengan suara pelan, "Anak Peng kau jangan terlampau
bersedih hati bila penglihatanku tidak salah, mungkin nasibnya tidak akan sejelek itu, dan
usianya tak mungkin akan berakhir dengan begitu cepat"
Ucapan tersebut dengan cepat mendatangkan setitik harapan keputus asaan yang
mencekam perasaan Ji Cin peng sebelumnya.
Haruslah diketahui bahwa perempuan berambut putih itu adalah pelayan dari Lam hay
sin ni, bukan saja kepandaian silatnya sudah mencapai puncak kehebatan, lagipula ia
pandai sekali melihat raut wajah.
Dasar-dasar ilmu silat yang dipelajari Ji Cin peng, hampir boleh dibilang sebagian besar
adalah hasil pelajaran dari perempuan berambut putih ini mungkin dahulunya perempuan
itupun pernah mengalami suatu kejadian yang memilukan hatinya, sehingga tak pernah
ada orang yang tahu siapa nama sebetulnya dari perempuan itu, Ji Cin peng sendiripun
hanya memangil perempuan berambut putih itu sebagai Siau Nay nay.
Dengan sorot mata tajam Ji Cin peng menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian katanya
lirih. "Nenek, kau tak akan membohongi diriku bukan!"
Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
"Anak bodoh, nenek sudah berusia lanjut masakah membohongimu dengan kata-kata
yang bukan-bukan, aai". kau si bocah cilik, betul-betul berhati bajik dan lembut, cuma
sayang kau tak dapat menembusi rintangan dalam soal cinta"."
Mendadak dia menghela napas panjang, kemudian sambil mendongakkan kepalanya
dan memandang rembulan yang telah condong kesebe1ah barat, gumamnya seorang diri.
"Tapi, siapakah dikoiong langit dewasa ini yang sanggup menghindarkan diri dari soal
cinta?" Ji Cin peng membungkam dalam seribu bahasa, ia tahu Siau Nay nay amat
mencintainya, tak mungkin ia akan berbicara bohong dengannya, diam-diam iapun
bersyukur atas ucapan itu.
Tiba-tiba berkumandang suara langkah manusia yang memecahkan keheningan.
Ketika Ji Cin peng menengadah, maka tampaklah Jit poh toan hun Kwik To sekalian
anak buahnya dari perguruan panah bercinta telah berbondong-bondong datang kesana.
Dengan suara lantang terdengar Jit poh toan hun berseru, "Nona Ji, pelbagai perguruan
telah mengirim orang untuk mencari jejak perempuan gila tersebut, bagaimana dengan
kita" Harap siocia segera memberi petunjuk!"
"Aaai". Kwik toako, mari kitapun melakukan pencarian disekitar pulau ini!"
Maka dipimpin langsung oleh Ji Cin peng berangkatlah sekalian anak buah perguruan
panah bercinta untuk melakukan pencarian disetiap sudut pulau tersebut, namun jejak dari
perempuan gila berambut panjang maupun Gak Lam-kun belum juga ditemukan.
Tiga hari sudah mereka lakukan pencarian disegala penjuru pulau tersebut, sementara
kawanan jago dari perguruan lain mulai melakukan pencarian diluar pulau tersebut.
Selama ini hanya pihak See thian san saja yang tetap diam dalam bangunan megah
ditengah pulau tersebut tanpa melakukan suatu gerakan ataupun tindakan apapun.
000O000 ooOoo oooCooo
Disudut timur dari bangunan megah yang amat luas itu, terdapat sebuah bangunan
menyendiri yang menghadap kesebelah barat, seorang perempuan berambut panjang
yang berwajah jelek tampak sedang duduk bersila disana.
Dibalik sepasang biji matanya yang jeli, terpancar suatu sinar termangu-mangu yang
lebih mirip dengan orang yang sedang melamun, ia sedang mengawasi seorang pemuda
berbaju emas yang tergeletak diatas tanah tanpa berkedip.
Tanpa berkutik barang sedikitpun pemuda berbaju emas itu tergeletak diatas tanah,
dada maupun lambungnya sudah tidak bergerak naik turun lagi seperti layaknya orang
bernapas, keadaan semacam itu tak ubahnya seperti orang yang telah putus nyawa.
Namun, paras muka pemuda berbaju emas itu masih belum berubah menjadi pucat
pias seperti wajah sesosok mayat.
Siapa gerangan kedua orang itu" Mereka tak lain adalah Gak Lam-kun dan perempuan
gila berambut panjang Hay sim li yang telah bikin heboh para jago persilatan tiga hari
berselang ketika terjadi perebutan Lencana pembunuh naga.
Sejak berhasil menangkap Gak Lam-kun dan melarikannya, selama tiga hari beruntun
Hay sim li hanya mengendon dalam ruangan tersebut tanpa berkutik barang sedikitpun
jua, tentu saja Ji Cin peng maupun kawanan jago lainnya tidak mengira kalau perempuan
gila berambut panjang yang mereka cari-cari selama ini ternyata hanya berada dalam
gedung. Gak Lam-kun sendiripun berada dalam keadaan tak sadar semenjak dibekuk dan
dilarikan kesitu, keadaan anak muda tersebut tak berbeda jauh dengan sesosok mayat.
Setelah membawa Gak Lam-kun kedalam ruangan tersebut, dan semenjak perempuan
gila berambut panjang itu menemukan baju warna emas yang dikenakan sang pemuda
dibalik jubah hijaunya, iapun terlelap dalam lamunan yang panjang yang tiada habisnya.
Ia seperti kehilangan ingatannya sama sekali, sepanjang hari dan malam hanya duduk
disamping Gak Lam-kun sambil memandangi tubuhnya yang tergeletak ditanah itu tanpa
berkedip. Bayangan dari si setan berbakat yang termashur dalam dunia persilatan, Tok liong
cuncu Yo Long pun terkenang kembali dalam benaknya, ia merasa pemuda yang
tergeletak itu seakan-akan adalah kekasih hatinya, beberapa kali dia hendak menubruk
kedepan serta memeluk tubuh Gak Lam-kun.
Sambil menangis terisak bisiknya berulangkali, "Yo Long". ooh Yo Long".!"
Senjapun kembali menjelang tiba".
Mendadak Hay sim li menubruk kedepan dan memeluk tubuh Gak Lam-kun erat-erat
serunya sambil menangis tersedu-sedu.
"Oooh Yo Long, wahai Yo Long. Sungguh mengenaskan kematianmu ini"."
"Kenapa kau tak mau hidup saja" Kenapa kau begitu tega meninggalkan gurumu yang
kau cintai itu" Ooh Yo Long". Yo Long sayangku". jangan kau tinggalkan diriku"."
Ia menangis tersedu dengan penuh kesedihan".
Ia merintih dan berteriak seperti orang gila".
Airmatanya bagaikan mutiara yang putus benang setetes demi setetes meleleh keluar
dan jatuh dibawah Gak Lam-kun.
Dunia serasa menjadi kelabu, jagad serasa menjadi sepi". suatu siksaan batin yang
benar-benar mengenaskan".
Dalam keadaan beginilah, Gak Lam-kun yang telah empat hari tak sadarkan diri itu
mulai meronta dan menggerakkan tubuhnya.
Sekalipun gerakan tersebut sangat lirih, tapi perempuan gila berambut panjang itu
segera merasakannya ia menjerit penuh rasa kaget bercampur gembira.
"Oooh". Long ji". Long ji kusayang". kau tidak mati" Kau tak akan mati!"
Rasa cinta Hay sim li terhadap Tok liong cuncu Yo Long boleh dibilang telah mendarah
daging, sewaktu mendengar berita kematian Yo Long dari mulut Si Tiong pek, rasa sedih
yang kelewat batas menimbulkan kembali tingkah polahnya yang sinting dan setengah
sadar, selama empat hari belakangan ini lantaran Gak Lam-kun mengenakan dandanan
dari Yo Long dimasa lalu, ternyata ia telah salah menganggap Gak Lam-kun sebagai Tok
liong Cuncu Yo Long.
Setelah menjerit kegirangan, Hay sim li segera menyambar tubuh Gak Lam-kun dan
memeluknya erat-erat, secara beruntun ia lepaskan dua totokan yang menepuk jalan
darah Thian leng hiat dua buah jalan darah penting.
Biasanya, kendatipun seseorang menderita luka dalam yang bagaimanapun parahnya,
asal kedua buah jalan darah penting tersebut ditepuk, maka penderita segera akan sadar
kembali, tapi Gak Lam-kun masih belum juga berkutik.
Hal mana dengan cepat membuat Hay sim li menjadi tertegun dengan rasa cemas ia
tekan nadi Gak Lam-kun dan memeriksa denyutan nadinya tiba-tiba ia menjerit keras.
Dengan cepat perempuan itu terlelap kembali kedalam lamunannya yang tak terhingga.
Sejak terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, kemudian anak muda itu
mengerahkan ilmu sakti Huan pu hwe kong untuk memperpanjang usianya selama dua
hari, sesungguhnya bila saatnya telah tiba, niscaya selembar nyawanya akan lenyap dari
raganya. Tapi beruntunglah dia menemukan suatu peristiwa lain, yaitu sewaktu melawan
pengaruh ilmu Kiu hian tay boan yok sin im dari gadis berbaju perak itu, tiba-tiba saja ia
dapat memahami pelajaran sim hoat ilmu Hian im kok meh (menggunakan irama
menembusi nadi) yang pernah diterangkan Yo Long kepadanya.
Sim hoat Hian im kok meh tersebut merupakan semacam kepandaian untuk
menyembuhkan luka yang sangat lihay, oleh karena itu dia telah memanfaatkan pengaruh
gelombang irama dari Kiu hian tay boan yok sin im tersebut untuk menembusi urat-urat
penting dalam tubuhnya yang terluka.
Ketika gelombang irama tersebut dikerahkan Gak Lam-kun menembusi nadi penting
dan delapan urat utama, tiba-tiba saja gelombang irama berhawa panas itu saling
berbenturan dengan hawa jahat Tay siu im khi yang mengendon dalam tubuhnya, akibat
dari benturan tersebut ia segera jatuh tak sadarkan diri.
Ketika sadar kembali dari pingsannya, betul hawa racun Tay siu im khi dalam tubuhnya
telah penuh, tapi berhubung hawa murni yang berada dalam kedelapan urat utamanya
ikut tergetar buyar oleh gelombang irama Kiu hian tay boan yok sin im, akibatnya hawa
murni ditubuhnya jadi mengambang dan tak sanggup dipersatukan kembali dalam waktu
singkat. Untung saja keadaan tersebut bukan suatu keadaan yang terlampau serius, asal ada
cukup waktu baginya untuk mengatur kembali hawa murninya, ataupun ia paham sim hoat
kepandaian untuk menggiring hawa murninya kembali kepusat, maka segenap hawa murni
yang membuyar tersebut akan terhimpun, bukan cuma tenaganya saja yang bakal pulih
kembali seperti sedia kala bahkan tenaga dalamnya akan bertambah sempurna lagi, hal
mana tentu saja jauh diluar dugaan siapapun.
Sayangnya, ketika hawa murni Gak Lam-kun yang membuyar belum terhimpun
kembali, ternyata ia terkena sebuah pukulan lagi dari Hay sim li yang berat dan
mematikan, justru karena hawa murni Gak Lam-kun tidak terhimpun dipusar, ia dapat
menahan pukulan dari Hay sim li tanpa tewas, akan tetapi, akibatnya hawa murni yang
telah membuyar tersebut segera menyebar kedalam ketiga ratus enam puluh delapan
buah jalan darahnya dan tercerai berai tak karuan.
Dalam keadaan begini, ia merasa tubuhnya seperti terlepas sama sekali dari daya tarik
bumi, kesadarannya punah, napasnya seperti tak ada dan perasaannya ikut hilang
sekalipun ia masih hidup segar bugar namun sepintas lalu keadaannya tak berbeda jauh
dari sesosok mayat.
Selama empat hari belakangan ini, keadaan tubuh Gak Lam-kun kembali mengalami
perubahan, hawa murni yang telah tersebar kedalam jalan darahnya pelan-pelan mulai
menggumpal dan mengalir kembali kearah pusat, karenanya anak muda itu menunjukan
gejala meronta belum lama berselang.
Untuk beberapa saat lamanya Hay sim li termenung sambil memutar otaknya, tiba-tiba
timbul ingatan bahwa hawa murni yang dimiliki Gak Lam-kun mungkin telah punah sama
sekali, ia lantas bertekad hendak mempergunakan hawa saktinya untuk menyalurkan hawa


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

murni dalam tubuhnya kedalam nadi-nadi penting si anak muda itu.
Demikianlah, Hay sim li lantas duduk bersila dengan tangan kirinya ditempelkan diatas
jalan darah Thian leng hiat ditubuh Gak Lam-kun, sementara tangan kanannya merangkul
pinggang pemuda itu matanya melotot besar dan hawa murni disalurkan keluar.
Lewat beberapa saat kemudian, segulung aliran hawa panas telah menembusi jalan
darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya lalu melewati jalan darah Thian leng hiat segera
menyebar keempat penjuru dan mengitari sekujur badan Gak Lam-kun.
Tak sampai sepertanak nasi kemudian, isi perut Gak Lam-kun telah digerakkan kembali
oleh hawa murni Hay sim li dan pulih kembali kegunaannya seperti sedia kala, darah yang
membekupun lambat laun bisa mengalir kembali mengitari seluruh tubuhnya.
Cuma hawa murni yang ia miliki semula masih tetap tersumbat didalam setiap jalan
darah penting ditubuhnya.
Walaupun demikian, keempat anggota badan Gak Lam-kun, yang telah mengejang
keras itu tiba-tiba saja dapat bergerak kembali, peluh mulai bercucuran dari ronggarongga
tubuhnya, wajah yang memucatpun kini sudah memerah kembali.
Mendadak sekujur tubuh Hay sim li gemetar keras, tangan kirinya yang menempel
diatas jalan darah Thian leng hiat pada tubuh Gak Lam-kun tiba-tiba saja dialihkan keatas
jalan darah Mia bun hiat diatas punggung pemuda itu.
Uap putih yang mengepul keluar dari atas kepala Hay sim li kian lama kian bertambah
tebal, tak sampai satu jam kemudian, lapisan uap putih yang menyelimuti seluruh
badannya sudah sedemikian tebalnya sehingga berupa kabut putih yang amat tebal.
Suhu udara panas makin lama makin tinggi, mendadak paras muka Hay sim li
mengalami suatu perobahan.
Kulit wajahnya yang jelek dan menyeramkan itu seakan-akan kulit kerak yang kering
tahu-tahu mengelupas selembar demi selembar".
Waktu itu Hay sim li masih belum merasa bahwa kulit wajahnya mulai mengelupas,
seluruh perhatiannya hanya tertuju untuk menyembuhkan luka yang diderita Gak Lamkun.
Mendadak sepasang telapak tangannya yang dirangkap didepan dadanya itu berpisah
kekedua belah sisi, kemudian secepat kilat menepuk dua buah jalan darah penting ditubuh
Gak Lam-kun. Namun sepasang tangannya itu tidak segera disingkirkan dari tempat itu, sebaliknya
malah menempel lekat-lekat pada setiap jalan darah yang baru ditepuknya itu, hawa
panas yang mengelilingi tubuh mereka berduapun kian lama kian bertambah kurang.
Seperminum teh kemudian ia baru menyingkirkan sepasang tangannya dari atas jalan
darah tersebut.
Begitulah hal tersebut dilakukan berulang-ulang sampai enam kali banyaknya, sudah
dua belas buah jalan darah kematian ditubuh Gak Lam-kun yang ditepuk olehnya.
Peristiwa ini boleh dibilang merupakan reaksi bagi Gak Lam-kun, sekalipun hawa
murninya tak akan pulih kembali dalam waktu singkat sesudah mendapat pengobatan, tapi
dua puluh empat jam kemudian bila hawa murninya telah terhimpun kembali kedalam
pusar, maka kehebatan tenaga dalamnya ketika itu hampir boleh dibilang satu kali lipat
daripada kemampuannya sekarang.
Mendadak berkumandang suara helaan napas panjang".
Pelan-pelan Gak Lam-kun membuka matanya, tiada rasa girang yang memancar diatas
wajahnya, ia hanya bertanya dengan suara hambar, "Siapa kau?"
Begitu mendengar suaranya, bagaikan baru mendusin dari impian, Hay sim li berseru
tertahan, ia melemparkan tubuh Gak Lam-kun keatas tanah lalu mundur beberapa depa
dari situ. Sinar rembulan memancarkan cahaya keperak-perakannya melewati daun jendela,
ketika Gak Lam-kun mencoba untuk memperhatikan wajah Hay sim li, ia menjadi tertegun
sebab raut wajah tersebut seingatnya begitu siang dan belum pernah dijumpai
sebelumnya. Raut wajah perempuan itu begitu cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, sedemikian
ayunya sehingga siapapun yang memandang wajahnya pasti akan terpikat dan terpesona
dibuatnya. Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa si anak muda itu mulai
memeras otaknya dan mengingat kembali peristiwa demi peristiwa yang telah dialaminya
selama ini".
Malam itu, ia menyaksikan perempuan gila berambut panjang ini berjalan
menghampirinya tiba-tiba diapun jatuh tak sadarkan diri".
Berpikir sampai disitu, apalagi melihat rambut Hay sim li dan baju yang dikenakan
olehnya, kontan saja Gak Lam-kun menjerit kaget, "Haah, kau". kau adalah dia"."
Ternyata wajah Hay sim li pada saat ini sudah tidak jelek atau menyeramkan lagi
seperti tempo hari, tapi begitu cantik dan jelita bak bidadari dari kahyangan.
Wajah tersebut bukan wajah seorang perempuan tua yang berusia enam puluh tahunan
tapi merupakan seraut wajah perempuan yang masih muda.
(Tentang hubungan kasih antara Hay sim li dan Yo Long, akan diceritakan pada bagian
lain). Ketika memandang untuk pertama kalinya tadi, Gak Lam-kun masih belum merasakan
sesuatu yang aneh, tapi setelah memandangnya agak lama tiba-tiba ia mulai merasakan
jantungnya berdebar keras, terasa olehnya betapa menarik dan memikatnya wajah Hay
sim li tersebut.
Daya pesona perempuan Hay sim li tersebut, tak kalah dari daya tarik si gadis cantik
yang tertera diatas lencana pembunuh naga, sudah barang tentu jauh melebihi si nona
berbaju perak dari perguruan See thian san tersebut.
Ia merasa bahwa daya pikat yang dimiliki ketiga orang perempuan itu hampir sama
satu sama lainnya, terutama sekali antara Hay sim li dengan si nona yang tertera diatas
lencana pembunuh naga tersebut, satu-satunya perbedaan hanyalah pada alis mata nona
dalam lencana pembunuh naga terdapat sebuah tahi lalat merah, dan lagi wajahnya lebih
bersih dan polos.
Terkesiap Gak Lam-kun mendengar bentakan tersebut, ia jumpai paras muka Hay sim li
telah berubah hebat, dengan sepasang mata yang tajam ia sedang mengawasinya lekatlekat,
sementara hawa napsu membunuh yang tebal menyelimuti wajahnya.
Diam-diam Gak Lam-kun bersiap juga menghadapi kejadian tersebut, tapi ketika
teringat kembali bahwa dirinya sudah terkena hawa pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok
khi, hatinya menjadi jauh lebih tenang.
Sesudah menghela napas ringan, pemuda itupun berkata, "Locianpwe, ada sedikit
persoalan ingin boanpwe utarakan kepadamu!"
Agaknya jalan pikiran Hay sim li ketika itu telah berada dalam keadaan normal kembali,
katanya dingin, "Persoalan apa yang hendak kau katakan cepat diutarakan sekarang juga!
Sebab sebentar lagi tubuhmu akan kucincang menjadi berkeping-keping"."
Tertegun Gak Lam-kun mendengar ancaman tersebut, pikirnya, "Heran, dengan kau toh
aku tak pernah punya dendam atau sakit hati, kenapa kau hendak mencincang tubuhku
menjadi berkeping-keping"."
Tiba-tiba saja ia teringat kalau otak perempuan itu kurang waras, maka katanya
kemudian, "Locianpwe, apakah kau kenal dengan baju berwarna emas yang kukenakan
ini" Kalau kenal, tolong tanya milik siapakah baju tersebut?"
"Kau manusia yang pantas dibunuh" teriak Hay sim li dengan geramnya, "kau telah
membunuh Yo Long, merampas pula pakaian miliknya, kau". kau"."
Tampak jelas kalau perasaannya ketika itu sedang mengalami goncangan keras,
dengan sorot mata yang berapi-api, dia awasi Gak Lam-kun tanpa berkedip.
Tentu saja Gak Lam-kun menjadi kebingungan setengah mati mendengar ucapan lawan
yang penuh luapan rasa dendam itu, setelah menghela napas sedih, katanya, "Locianpwe,
Yo Long adalah guru boanpwe masa aku tega membunuh guru sendiri"."
"Apa" Kaupun muridnya?" seru Hay sim li dengan perasaan terkejut.
Ternyata Hay sim li telah menganggap Si Tiong pek sebagai murid Yo Long oleh sebab
itu ketika mendengar Gak Lam-kun pun mengaku sebagai murid Yo Long, ia menjadi
terkejut dan mengajukan pertanyaan tersebut.
Gak Lam-kun sendiripun agak tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, segera
pikirnya, "Kalau didengar dari perkataannya jelas ada seorang yang lain telah mengaku
sebagai murid suhu, tapi siapa orang itu".?"
Berpikir demikian pemuda itupun manggut-manggut, sahutnya, "Betul locianpwe,
akulah murid yang sebenarnya dari Tok liong Cuncu Yo Long!"
"Tidak, aku tidak percaya kau pasti sedang membohongiku, kau harus mampus" seru
Hay sim li sambil menggelengkan kepalanya berulangkali.
Gak Lam-kun menghela napas panjang, kembali ujarnya.
"Locianpwe, boanpwe tidak membohongi, apakah ada orang lain yang mengaku-ngaku
murid suhu"
Kali ini Hay sim li yang dibuat tertegun oleh perkataan itu, gumamnya kemudian, "Kalau
itu gadungan, kenapa bisa mengetahui kalau aku berada dalam gua itu"."
Tentu saja yang dia maksudkan adalah perkataan dari Si Tiong pek yang ditujukan
kepadanya itu. Tiba-tiba perempuan itu membentak gusar, "Bajingan cilik, kau bukan murid Long ji,
kau bukan!"
Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas panjang.
"Aaaai". locianpwe! Jika kau kenal guruku, tentu saja mengetahui juga dengan
wataknya, mungkinkah dia akan menyerahkan pakaian miliknya ini kepada orang lain"
Terus terang kukatakan kepadamu, adapun kedatangan boanpwe kali ini adalah untuk
melaksanakan pesan terakhir dari suhu untuk menerima Lencana pembunuh naga dibukit
Kun san serta membalaskan dendam bagi perguruan"."
Tiba-tiba Hay sim li menerjang maju kedepan lalu sambil mencengkeram urat nadi pada
pergelangan Gak Lam-kun, serunya dengan penuh rasa cemas, "Apa kau bilang" Long ji
telah mati cepat katakan, cepat katakan kepadaku!"
Gak Lam-kun merasakan betapa cepatnya gerak maju perempuan itu, gerak
serangannya ketika mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangannya pun aneh
sekali, baik ditinjau dari sudut manapun, tak mungkin bagi sang korban untuk meloloskan
diri dari cengkeraman itu.
Padahal tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun waktu itu belum pulih kembali, begitu
nadinya dicengkeram Hay sim li, kontan saja ia merasa kesakitan setengah mati sehingga
peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya.
Tapi pemuda itu tidak meronta, ia menahan rasa sakit tersebut sebisanya kemudian
setelah menghela napas sedih katanya, "Delapan belas tahun berselang, suhu kena
disergap orang ketika bertarung ditebing Yan po gan dibukit Hoa san, pada musim gugur
tiga tahun berselang, tiba-tiba racun dalam tubuhnya kambuh, ia tewas dalam keadaan
yang mengenaskan"."
Berbicara kembali soal kematian suhunya yang mengenaskan itu, tak kuasa lagi titik
airmata jatuh bercucuran membasahi wajah Gak Lam-kun, rasa sedihnya sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Sebagaimana diketahui, Yo Long adalah tuan penolongnya yang paling dia cintai!
Ketika mendengar cerita itu Hay sim li merasakan kepalanya seperti dipukul dengan
martil berat pandangan matanya menjadi gelap nyaris ia jatuh tak sadarkan diri".
Cengkeramannya pada urat nadi ditangan kiri Gak Lam-kun mendadak diperkencang,
lalu sambil berteriak sekeras-kerasnya ia berseru, "Kau bohong, dia tak akan mati, dia tak
mungkin mati, kalau akan mati dia bakal mati disisi tubuhku"."
Oleh cengkeraman yang luar biasa kencangnya itu, Gak Lam-kun merasakan tulang
pergelangan tangannya sakit hingga merasuk ketulang sumsum tapi ia masih tetap
berusaha keras untuk menahan rasa sakitnya itu.
"Locianpwe!" kembali ia berkata, "aku berbicara sesungguhnya, suhu betul-betul sudah
tiada" "Cepat katakan kepadaku! Cepat katakan kepadaku, jenasahnya kau kubur dimana
sekarang?" jerit Hay sim li.
"Sebelum ajalnya suhu telah berpesan tak mau dibakar, juga tak mau dikubur, maka
sampai sekarang jenasahnya masih berbaring dalam sebuah gua karang dibawah air terjun
tebing Yan po gan dibukit Hoa san"."
Belum habis Gak Lam-kun berbicara, teriakan keras yang memilukan hati telah
berkumandang memecahkan keheningan, "Oh Long ji wahai Long ji ku, kau jangan mati
dulu! Aku pergi mencarimu Long ji"."
Seperti seekor burung rajawali dengan suatu gerakan yang amat cepat Hay sim li
menerjang keluar dari jendela dan berkelebat pergi dari situ".
"Locianpwe, tunggu sebentar!" teriak Gak Lam-kun keras-keras, "tempat itu sukar
carinya"."
Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hay sim li, dalam waktu singkat ia telah
berada seratus kaki jauhnya dari tempat semula, betul ia mendengar teriakan dari Gak
Lam-kun, tapi dalam keadaan seperti ini hakekatnya ia sudah dibikin gila oleh berita
kematian Yo Long, sudah barang tentu tak akan balik kembali kesana.
Gak Lam-kun berjalan keluar dari dalam ruangan, lalu menengadah dan memandang
bintang-bintang yang bertaburan diangkasa, tak kuasa lagi ia menghela napas panjang".
Teringat kembali nasibnya yang buruk dan jiwanya yang sudah tak akan hidup lama ia
merasa pikirannya kosong dan hampa".
Bangunan rumah yang megah dan bersusun-susun terasa dalam keadaan yang hening,
sedih dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Angin dimusim gugur ini terasa dingin dan menggidikkan tubuh, daun dan ranting
bergoyang dipermainkan bayu, suasana benar-benar terasa mengenaskan.
Gak Lam-kun berjalan pelan menelusuri bangunan megah itu tanpa tujuan".
Tiba-tiba anak muda itu merasa perutnya lapar sekali, sekujur tubuhnya lemas tak
bertenaga, kakinya gontai dan hampir saja tak mampu berjalan lagi.
Darimana anak muda itu bisa tahu kalau sudah empat hari empat malam ia jatuh tak
sadarkan diri tanpa makan atau minum air setetespun.
Dari dalam buntalan yang menggembol dibahunya Gak Lam-kun mengeluarkan sisa
ransum kering yang sudah tak seberapa lagi jumlahnya itu dan menangsal perutnya yang
lapar. Setelah agak kenyang, ia baru menghela napas sedih, pikirnya.
"Sekalipun harus mati, aku harus mati sebagai setan yang kenyang". aku tak ingin
menjadi setan kelaparan"."
Coba kalau bukan lagi berada dipulau yang terpencil, sudah pasti dia akan mencari
rumah makan dan makan minum sepuasnya.
"Aaai".!" sekali lagi Gak Lam-kun menghela nafas panjang.
Belum habis helaan nafasnya, tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang suara
teguran yang merdu.
"Kenapa kau menghela nafas. Sebagai seorang lelaki sejati, seorang hohan tidak
malukah kau menghela nafas tanpa sebab-sebab tertentu!"
Mendengar teguran itu, dengan perasaan hati yang kaget anak muda itu segera putar
badan dan berpaling kebelakang.
Dibawah sinar bintang, tampaklah tak jauh dibelakang tubuhnya sana berdiri seorang
gadis muda berbaju emas yang cantik jelita.
Siapakah gadis itu"
Dia tak lain adalah jago tangguh nomor dua dalam perkumpulan Thi eng pang, Kim eng
thamcu Ki Li soat adanya.
Begitu berjumpa dengannya, Gak Lam-kun segera menegur dengan suara dingin,
"Nona Ki tolong tanya apakah kau datang kemari lantaran Lencana pembunuh naga itu?"
Paras muka Ki Li soat berubah hebat, lalu sambil tertawa dingin jengeknya, "Bila aku
memang menginginkan lencana tersebut, bersediakah kau untuk memberikan kepadaku?"
"Bila aku tidak bersedia memberikan kepadamu, apakah kau hendak merampasnya
dengan kekerasan?"
Ki Li soat manggut-manggut, "Tentu saja!"
"Kalau begitu coba rampas dari tanganku!" kata Gak Lam-kun dingin.
Selesai berkata, pemuda itu segera memutar tubuhnya dan berlalu dari situ.
"Berhenti kau!" tiba-tiba bentakan nyaring kembali berkumandang memecahkan
keheningan. Tapi Gak Lam-kun pura-pura tidak mendengar, dengan langkah lebar ia berjalan
meninggalkan tempat itu.
Paras muka Ki Li soat berubah hebat, dia mendengus dingin kemudian tubuhnya
menerjang kedepan dan sebuah cengkeraman dilancarkan untuk mengancam bahu anak
muda itu. Meskipun hawa murni yang dimi1iki Gak Lam-kun saat ini telah buyar ilmu silatnya
sama sekali tidak berkurang, kakinya cepat melangkah kesamping, dengan suatu gerakan
yang sangat aneh ia telah meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Sampai detik itu, Gak Lam-kun masih juga belum berpaling untuk menengok sekejap
kearahnya. Kemarahan yang berkobar dalam hati Ki Li soat sungguh tak terlukiskan, bagaikan
seekor burung walet yang terbang diudara, ia meluncur kedepan melampaui diatas kepala
Gak Lam-kun, kemudian berjumpalitan dan menghadang tetap dihadapan pemuda
tersebut, bentaknya.
"Berhenti kau!"
Sreet! Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan.
Segulung angin pukulan yang sangat kuat, bagaikan gulungan gelombang dahsyat
langsung menerjang kedepan.
Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Gak Lam-kun tak berani menyambut datangnya
ancaman itu dengan kekerasan, tubuhnya segera bergerak kesamping kiri sejauh
beberapa depa untuk menghindarkan diri dari tibanya ancaman itu.
Ketika Ki Li soat menyaksikan pemuda itu tidak melancarkan serangan balasan,
melainkan hanya berkelit melulu, dalam anggapannya pemuda tersebut sengaja
memandang enteng dirinya, kontan saja hawa amarahnya memuncak, sambil tertawa
dingin serunya, "Bagus sekali! Malam ini ingin sekali kuminta beberapa petunjuk darimu,
ingin kuketahui sampai dimanakah taraf kehebatan ilmu silat yang kau miliki itu"
Dalam pembicaraan itu, Ki Li soat bergerak maju dengan kecepatan luar biasa, secara
beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Ketika segulung angin pukulan berhembus lewat, hawa serangan yang berlapis-lapis
pun segera menekan kedepan dan berhamburan keempat penjuru".
Berubah hebat paras muka Gak Lam-kun menghadapi kejadian tersebut, dengan


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecepatan serangan yang dimiliki gadis itu, sekalipun dalam keadaan normal dengan
tenaga dalam yang penuhpun belum tentu ia sanggup menghadapinya, apalagi dalam
keadaan seperti sekarang.
Dengan sekuat tenaga Gak Lam-kun mengerahkan kembali ilmu gerakan tubuh Ji gi
ngo heng jit seng liong heng sin hoat untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Sekalipun demikian, tubuh Gak Lam-kun terlanggar juga oleh ekor serangan ketiga dari
gadis itu, tubuhnya kontan menjadi sempoyongan dan nyaris tertelungkup.
000000O000000 Ki Li soat lebih gusar lagi setelah anak muda tersebut kembali berhasil menghindarkan
diri dari serangkaian serangan tanpa melancarkan serangan balasan, dengan gusar
bentaknya, "Akan kulihat berapa gebrakan lagi yang sanggup kau hindari?"
Sementara masih berbicara, tidak diketahui gerakan apa yang telah dilakukan gadis
tersebut, tahu-tahu ia sudah menerjang tiba dihadapan Gak Lam-kun, kemudian".
"Weess!" sebilah pukulan telah dilontarkan keatas dada pemuda tersebut.
Menghadapi gerak serangan si nona yang begitu cepat dan aneh itu, untuk sesaat
lamanya Gak Lam-kun menjadi tertegun.
"Blaang!" pukulan yang dilontarkan Ki Li soat tersebut dengan telak bersarang didada
Gak Lam-kun. Si anak muda itu mendengus tertahan, tubuhnya terlempar sejauh beberapa kaki dari
posisi semula dan terkapar diatas tanah.
Ki Li soat sama sekali tak mengira kalau Gak Lam-kun tak dapat menghindarkan diri
dari serangannya itu, maka begitu serangannya mengenai sasaran, dia malah tertegun
dan berdiri melongo ditempat.
"Uuakk!" Gak Lam-kun yang tergeletak diatas tanah itu muntah-muntah darah segar
dengan susah payah ia merangkak bangun, kemudian dengan wajah penuh rasa dendam
katanya dingin, "Pukulan yang sangat bagus! Pukulan yang sangat bagus! Kini aku sudah
tak bertenaga lagi untuk melakukan perlawanan, hayo cepat bunuhlah aku dan rampas
lencana pembunuh naga itu!"
Ucapan tersebut sangat menyakitkan hati Ki Li soat, dengan suara gemetar katanya,
"Kee". kenapa". kenapa kau tidak mencoba untuk menghindarkan diri?"
Gak Lam-kun mendengus dingin.
"Hmm! Jika aku dapat menghindarkan diri, sebuah pukulanmu itu pasti akan kubalas"
Tiba-tiba Ki Li soat merasa bahwa gerakan tubuhnya sewaktu menghindar tadi meski
tampaknya sangat aneh dan sakti, tapi sesungguhnya amat lambat, seakan-akan ia sama
sekali tiada berkekuatan barang sedikitpun untuk melakukan perlawanan.
Paras muka Ki Li soat kontan saja berubah hebat, bisiknya kemudian dengan suara
gemetar, "Kau". kau". kau sudah tidak memiliki ilmu silat lagi".?"
Tanpa rasa jeri barang sedikitpun Gak Lam-kun mengangguk.
"Yaa benar! Sekararg tenaga dalamku telah punah sama sekali, maka bila kau
menghendaki lencana pembunuh naga tersebut, jangan kau lewatkan kesempatan baik
ini" Airmata mulai bercucuran membasahi wajah Ki Li soat, katanya sambil menahan
sesenggukan, "Kau jangan salah paham, aku". aku tidak tahu kalau tenaga dalammu
telah punah sama sekali"."
Melihat gadis itu melelehkan airmata, Gak Lam-kun malah tertegun dibuatnya.
"Apakah ia menyesal setelah salah memukul orang".?" demikian ia berpikir.
Tiba-tiba Ki Li soat mengeluarkan sebutir pil dari sakunya, kemudian berkata, "Gak
siangkong, aku tidak bermaksud untuk merampas lencana pembunuh nagamu, kau jangan
membenci diriku, aku betul-betul menyesal setelah melukaimu tadi, cepatlah telan butiran
pil ini" Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali, kembali ia berpikir, "Sungguhkah
perkataan itu?"
Butiran airmata kembali jatuh bercucuran membasahi pipi Ki Li soat, keluhnya dengan
penuh kesedihan, "Apakah kau tak bersedia memaafkan diriku?"
Tiba-tiba Gak Lam-kun menghela napas panjang, ia memutar tubuhnya dan berlalu dari
situ dengan langkah lebar.
Sambil berjalan pergi, pemuda itu bergumam kembali, "Kalau memang kesalahan
tersebut tidak dilakukan dengan sengaja, aku tak akan membencimu, bagaimanapun aku
sudah hampir mati, sekalipun diberi tambahan sebuah pukulan juga tidak menjadi soal!"
Setelah memandang bayangan punggung dari Gak Lam-kun, lenyap ditempat kejauhan
sana, tiba-tiba Ki Li soat berjongkok lalu menangis tersedu-sedu dengan amat sedihnya.
Isak tangisnya begitu menyedihkan hati seakan-akan jagad hendak ambruk dan dunia
hendak kiamat saja, membuat siapapun bila kebetulan mendengarnya ikut merasa sedih.
Tubuh Gak Lam-kun bagaikan sesosok bayangan sukma gentayangan berjalan
sempoyongan dibawah sinar rembulan".
Sambil berjalan terus tanpa tujuan, dalam hatinya ia berpikir tiada hentinya, "Gak Lamkun
wahai Gak Lam-kun, kau hendak mati dimana" Tempat manakah yang cocok bagimu
untuk beristirahat sepanjang masa". aai, adik peng". mungkin sudah lama kau nantikan
kedatanganku". tahukah kau bahwa aku hendak datang"." Apakah kau telah siap
menjemput kedatanganku". adik peng". selama hidup hanya kau seorang yang
mencintai". adik peng". cepatlah datang menjemput diriku".! Selanjutnya kita berdua
tak akan berpisah lagi untuk selamanya".
Tiba-tiba ia menjadi sempoyongan, kemudian roboh terjengkang keatas tanah.
Sesosok bayangan tubuh yang ramping, dengan suatu gerakan yang amat cepat segera
menerjang datang.
Dengan wajah merah dadu ia bopong tubuh Gak Lam-kun, ketika memandang
wajahnya yang pucat pias serta noda darah yang membekas diujung bibirnya, gadis itu
merasa amat bersedih hati, ia menangis tersedu-sedu dengan suara lirih.
Selang sejenak kemudian dengan paksa ia membuka mulut Gak Lam-kun lalu
menjejalkan sebutir pil kedalam mulutnya.
Tak lama kemudian, Gak Lam-kun telah sadar kembali dari pingsannya.
Dengan cepat pemuda itu mengendus bau harum semerbak yang aneh tersiar dari
sekeliling tubuhnya, ia merasa ada sesosok tubuh yang lembut dan hangat memeluknya.
Cepat ia berseru dengan suara lirih.
"Adik Peng, kaukah yang telah datang menjumpaiku?"
Tiba-tiba ia membuka matanya lebar-lebar, setelah mengetahui siapa yang berada
dihadapannya, pemuda itu menghela napas panjang.
"Aaaai! Nona Ki, aku tidak membencimu!" bisiknya.
Ternyata gadis itu adalah Ki Li soat!
Setelah melukai Gak Lam-kun dan menangis tersedu-sedu mendadak teringat olehnya
bahwa anak muda itu berjalan dengan sempoyongan, karena merasa tak tega maka buruburu
ia menyusul pemuda tersebut.
Setelah mendengar perkataan dari Gak Lam-kun barusan, Ki Li soat segera membesut
airmatanya dan menunjukkan wajah berseri, dengan wajah merah dan senyuman yang
manis menghiasi ujung bibirnya ia bertanya lirih, "Siapa sih adik Peng yang kau panggilpanggil
tadi?" Gak Lam-kun meronta bangun dari pelukannya lalu bangkit berdiri, sahutnya sambil
tertawa ewa, Jilid 15 "Dia adalah nama dari istriku yang telah tiada!"
Ki Li soat menghela napas panjang sedih, bisiknya kemudian, "Sungguh tak kusangka
kalau kau adalah seorang laki-laki yang hidup kesepian dan mempunyai pengalaman yang
memedihkan hati, aai!"
Sekali lagi ia menghela napas sedih.
"Terima kasih atas perhatian nona Ki," ucap Gak Lam-kun sambil tertawa sedih, "bila
masih ada jodoh, kita pasti akan berjumpa lagi dikemudian hari"
Sehabis berkata ia putar badan dan siap pergi meninggalkan tempat itu.
"Gak siangkong, kau hendak kemana" tanya Ki li soat.
"Aku sendiripun tak tahu kemana akan pergi!"
Ki Li soat mengejar lebih jauh, katanya lagi, "Sekarang". lebih baik aku saja yang
mengiringi kepergianmu?"
Dengan cepat Gak Lam-kun menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Aku mohon kepadamu agar jangan mengikuti diriku lagi, bila kau menghendaki
Lencana pembunuh naga itu, sekarang juga benda tersebut boleh kau ambil!"
Paras muka Ki Li soat berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, serunya,
"Apakah kau anggap aku datang kemari karena Lencana pembunuh naga" Kau anggap
aku baru akan pergi setelah benda tersebut kudapatkan?"
Agaknya Gak Lam-kun pun merasakan juga bahwa perkataannya terlampau menusuk
hati orang, cepat-cepat ia menjura seraya berkata, "Maksud baik nona Ki biarlah kusimpan
didalam hati, aku kuatir budi kebaikanmu itu tak dapat kubalas lagi dalam penghidupanku
kali ini."
Ki Li soat menghela nafas panjang.
"Aaai".hatiku merasa tak tenang setelah mencelakai dirimu menjadi begini rupa, kau
tidak membenciku, aku sudah merasa amat puas, siapa yang mengharapkan balas jasa
darimu" Ucapan tersebut amat merdu didengar dan sedap dirasakan, sikap maupun tingkah
lakunya yang lembut semakin menambah segarnya suasana.
Gak Lam-kun agak tertegun untuk sesaat lamanya, cepat ia berpaling, ditemuinya
dibalik sinar matanya yang jeli itu terpancar kelembutan hatinya yang menawan, titik-titik
airmata mengembang dalam kelopak matanya itu.
Menyaksikan keadaan Ki Li soat yang menggenaskan, ditambah teringat olehnya sikap
yang ketus dan dingin darinya tadi, membuat pemuda itu merasa amat menyesal.
Setelah menghela nafas panjang katanya, "Nona pernah menyelamatkan selembar
jiwaku, budi kebaikan itu masih belum kubalas hingga kini."
Baru berbicara sampai disitu, mendadak terdengar suara gelak tertawa yang amat
nyaring berkumandang datang dari sisi mereka, menyusul kemudian seseorang berseru,
"Haaahh".haaahh".haaaahh". sungguh diluar dugaan, ternyata Gak lote masih berada
dipulau ini."
Ketika Ki Li soat menengadahkan kepalanya tampaklah Thi kiam kuncu Hoa Kok khi
dengan sikap yang santai pelan-pelan sedang berjalan mendekat, kejadian ini segera
mengejutkan hatinya.
"Sungguh tak kusangka orang persilatan begitu licik dan berbahaya" demikian ia
berpikir, "ternyata diapun masih berada dipulau. Kalau begitu, dari setiap golongan pasti
ada jago-jagonya yang sengaja ditinggalkan disini untuk berjaga dipulau ini."
Kiranya sebagian besar dari kawanan jago yang hadir disana telah meninggalkan pulau
untuk mencari jejak Gak Lam-kun, tapi ketika mereka saksikan orang-orang See thian san
sama sekali tidak meninggalkan tempat itu, timbullah kecurigaan dihati mereka, maka
masing-masing pihak lantas mengutus seorang jago tangguhnya untuk secara diam-diam
mengawasi gerak gerik dari orang-orang See thian san.
Diam-diam Gak Lam-kun merasa terkejut bercampur terkesiap setelah mengetahui
bahwa orang yang muncul adalah Hoa Kok khi, tapi diapun merasa mendongkol sekali,
ditatapnya orang she Hoa itu dengan sorot mata penuh penuh kegusaran, sementara
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, lalu sambil
tersenyum katanya, "Gak lote, sudah sembuhkah luka parah yang kau derita?"
Gak Lam-kun masih berdiri dengan wajah penuh kegusaran, ia tetap membungkam
dalam seribu bahasa.
Tiba-tiba Ki Li soat berjalan kesamping Gak Lam-kun. kemudian katanya dengan suara
merdu, "Gak siangkong mari kita pergi tinggalkan tempat ini!"
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
"Haaah". haaahh". haaahh". sungguh tak kusangka Kim eng thamcu dari
perkumpulan Thi eng pang juga melindunginya, mungkin lencana pembunuh naga itu
sudah berada dalam saku nona Ki?"
Ki Li soat mengerutkan alis matanya, lalu mendengus dingin.
"Kalau memang sudah ditanganku, lantas mau apa kau" Kalau punya kepandaian hayo
cobalah merampasnya dari tanganku"
"Bagus sekali, bagus sekali" jawab Thi kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tersenyum,
"daripada kita bentrok sendiri, aku harap nona bersedia menyerahkannya kepadaku"
"Ki Li soat berpaling kembali kearah Gak Lam-kun, lalu tanpa menggubris ocehan lawan
katanya, "Gak siangkong, lebih baik kau pergi lebih dahulu!"
Belum lagi terdengar jawaban, tiba-tiba terdengar lagi suara tertawa kering yang
mengerikan. "Heeehh". heeehhh". heeehhh". kau anggap dia masih mampu untuk pergi
meninggalkan tempat ini?"
Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, dari belakang tubuh Gak Lam-kun tibatiba
muncul Kiu wi hou Kongsun Po dan Giok bin sin ang Say Khi pit yang menghadang
jalan perginya.
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa katanya, "Nona Ki, aku nasehatkan
kepadamu lebih baik sedikitlah tahu diri, cepat tinggalkan tempat ini sebelum terjadi
sesuatu hal yang tak diinginkan atas dirimu"
Ketika menyaksikan pihak Iawan berjumlah banyak, diam-diam Ki Li soat mengeluh,
"Waah, habis sudah kali ini!"
Berpikir demikian, sambil menarik muka ia lantas berseru dengan suara dingin, "Apakah
kalian hendak mengandalkan jumlah yang lebih banyak"."
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba Kongsun Po dan Say Khi-pit telah
maju bersama menghampiri Gak Lam-kun.
Dengan gerakan cepat K i Li soat memutar badannya menghadang dihadapan kedua
orang itu kemudian bentaknya, "Jika kalian berani maju selangkah lagi, jangan salahkan
jika aku tak akan sungkan-sungkan kepada kalian!"
Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa dingin.
"Heeehh". heeehh". heeehh". sedari dulu sampai sekarang yang ada hanya
pelindung bunga, belum pernah kudengar ada bunga melindungi laki-laki gede!"
Jelas perkataan itu bernada menyindir, mengejek mencemooh dan menghina, kontan
saja mengobarkan hawa amarah dalam hati Ki Li soat.
"Hmm".! Seorang ketua dari suatu perguruan besar, tak tahunya punya selembar
mulut yang tidak bersih betul-betul manusia berhati bedebah"."
Tiba-tiba ia bergerak maju kedepan, lalu melancarkan sebuah pukulan untuk
membacok tubuh lawan.
Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit yang berada disisinya
mendadak maju kedepan menyongsong, telapak tangan kirinya dibalik keluar lalu
menyambut datangnya serangan dari Ki Li soat tersebut dengan keras lawan keras.
Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling membentur antara yang satu dengan
lainnya paras muka Say Khi pit segera berubah hebat, sekujur tubuhnya gemetar keras,
bajunya bergoncang keras, tapi ia berhasil juga untuk menerima datangnya ancaman
tersebut. Ki Li soat tertawa dingin, tiba-tiba lengan kirinya menekan diatas pergelangan lengan
tangan kanannya yang sedang membacok itu, dengan adanya tekanan tersebut maka
tenaga pukulannya atas diri Say Khi pit secara tiba-tiba bertambah tangguh, seakan-akan
gelombang dahsyat yang datang berlapis-lapis, dengan hebatnya langsung mendesak
kemuka. Haruslah diketahui, Ki Li soat adalah seorang gadis yang cerdik sekali, setelah rneninjau
sejenak situasi yang sedang dihadapinya, ia sadar bahwa keadaan ini tak mungkin bisa
diselesaikan secara baik, maka andaikata ia gagal untuk melukai salah seorang diantara
mereka, niscaya semakin sulitlah bagi dirinya untuk meloloskan diri dari kepungan mereka
itu". Giok bin sin ang Say Khi pit segera merasa angin pukulan yang menumbuk datang
secara berlapis-lapis ini makin lama semakin kuat dan berat, bahkan serangan yang satu
lebih tangguh dari serangan berikutnya, itupun datangnya secara beruntun tanpa
berkeputusan, ibaratnya air sungai Huang ho yang mengalir lewat.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaannya, dalam waktu singkat peluh
telah bercucuran bagaikan hujan gerimis jangankan meloloskan diri, untuk menggeserkan
tubuhnya barang selangkahpun sudah tak mungkin ia lakukan.
Say Khi pit tidak menyangka kalau kehebatan Tamcu elang emas dari perkumpulan Thi
eng pang ini betul-betul bukan nama kosong belaka, berhubung serangan musuh
datangnya berlapis-lapis dan bersambung tiada hentinya, bahkan pukulan demi pukulan
datang semakin hebat maka sebagai seorang jago tangguh yang berilmu tinggi dan
berpengalaman, cukup dalam hal pertarungan, ia sadar bila tenaga perlawanan pada
telapak tangan kirinya ditarik kembali, niscaya dia akan tewas oleh terjangan musuh yang
maha dahsyat itu.
Sebaliknya bila pertarungan ini harus dilangsungkan lebih jauh, maka akhirnya diapun
akan mati karena kehabisan tenaga.
Karena itu, posisinya sekarang boleh dibilang serba salah, mau maju tak bisa mau
mundurpun tak mungkin, keadaannya benar-benar menggenaskan sekali.
Dalam pada itu, Hoa Kok khi serta Kong-sun Po dapat menyaksikan pula keadaan Say
khi pit yang terdesak hebat dan berada dalam keadaan runyam, bila orang itu tidak diberi
bantuan lagi, maka tak sampai seperminuman teh kemudian, sudah pasti dia akan tewas
dalam keadaan mengerikan.
Baru saja bantuan akan diberikan, mendadak ia saksikan tangan kiri Ki Li soat yang
menekan diatas pergelangan tangan kanannya itu ditarik kembali lalu melepaskan sebuah
tepukan. Tiba-tiba saia Giok bin sin ang Say Khi Pit merasa bahwa tenaga tekanan yang
mendesak tubuhnya itu sebentar berkurang sebentar bertambah, goncangan demi
goncangan yang terjadi secara beruntun itu dengan cepat menimbulkan pergolakan darah
didalam dadanya, kepala menjadi pusing tujuh keliling, napas serasa sesak, dan tak bisa
dicegah lagi tubuhnya kena digetarkan sehingga mencelat sejauh tujuh delapan langkah
lebih. "Uuakk".!" akhirnya Say Khi pit tak sanggup menahan diri, ia muntahkan darah segar.
GakLarn kun yang mengikuti jalannya peristiwa itu diam-diam merasa kagum sekali, ia
tak menduga kalau K i Li soat memiliki ilmu silat sedemikian lihaynya.
Kiu wi hou Kongsun Po segera bertindak tangan kanannya diayunkan kedepan


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melepaskan sebuah angin pukulan kuat yang menyergap datang secara tiba-tiba.
Pada saat yang bersamaan, Say Khi pit yang telah terluka dalam itu membentak pula
keras-keras, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan juga kearah Ki Li soat dengan membawa
hawa serangan yang mengerikan.
Dalam waktu singkat hawa pukulan dari Kongsun Po telah meluncur tiba disisi tubuh
sementara pada saat yang bersamaan, dari kanan serangan maut Say Khi pit membacok
pula keatas batok kepalanya.
Ki Li soat bukan orang bodoh, ia dapat menyaksikan betapa dahyatnya tenaga
gabungan dari kedua orang itu, tubuhnya segera berkelit kesamping, telapak tangan
kirinya membacok dada Say Khi pit sedangkan telapak tangan kanannya berputar dan
menyambut datangnya serangan dari Kongsun Po itu dengan kekerasan.
"Braaak".!" benturan keras tak bisa dihindari lagi.
Oleh tenaga benturan yang amat keras itu, Kong sun Po tergetar mundur sejauh tiga
langkah, tapi Say Khi pit menerjang maju lebih kedepan telapak tangan kirinya menangkis
tangan kiri Ki Li soat, sedang telapak tangan kanannya melanjutkan bacokan semula.
Hawa pukulan menderu-deru, kekuatannya sungguh hebat hingga sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Ternyata setelah terluka dalam tadi, hawa amarahnya segera berkobar, ia bertekad
ingin menghancurkan Ki Li soat diujung telapak tangannya.
Ki Li soat sendiripun bukan orang kemarin sore, ilmu silat yang dimilikinya cukup dapat
diandalkan. Ketika menyaksikan tibanya ancaman musuh yang dahsyat, dengan suatu gerakan
manis ia menghindarkan diri dari ancaman itu. lalu tangannya diputar dan berbalik
membacok jalan darah Yu bun hiat ditubuh kakek sakti berwajah pualam itu.
Perubahan itu terjadi dalam waktu singkat, tapi akibatnya sukar diduga sebelumnya.
Say Khi pit adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar yang amat termashur
namanya dalam dunia persilatan sekalipun lantaran kebodohannya membuat isi perutnya
terluka, tapi sekarang sambil menahan rasa sakit dalam tubuhnya ia bertekad ingin
membunuh lawan.
Tampaklah jari tangan dan ujung telapak tangan berkelebat silih berganti, dengan
cepat ia berubah gerakan dan membabat urat nadi pada pergelangan tangan gadis itu.
Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa dingin, sekali lagi ia menerjang maju
sambil melancarkan serangan.
Ketiga orang jago lihay itupun segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru,
dalam waktu singkat beberapa jurus telah lewat tanpa terasa.
Untuk menghadapi kerubutan dari dua orang jago tangguh tersebut. Ki Li soat segera
mengembangkan pula serangkaian ilmu pukulan yang aneh sekali, dengan hawa pukulan
lembut berhawa dingin sebagai pangkal kekuatan, ia manfaatkan sistim "Menempel" dan
"membuang" untuk menghadapi perubahan-perubahan gerak serangan musuh.
Setiap kali menghadapi ancaman yang berbahaya cepat-cepat gadis itu meminjam
kekuatan lawan untuk memunahkan tenaga lawan, dengan demikian, sekalipun Say Khi pit
dan Kongsun Po telah mengembangkan sistim pertarungan dengan tenaga gabungan yang
rapat dan hebat, kedua orang itupun tak mampu berbuat apa-apa terhadap lawannya.
Gak Lam-kun terpesona dibuatnya menyaksikan jalannya pertarungan itu, mendadak ia
mendengar suara tertawa ringan berkumandang dari belakang tubuhnya".
Dengan perasaan terkesiap Gak Lam-kun segera melangkah kesamping lalu dengan
suatu gerakan cepat menghindarkan diri dari tempat itu.
Ketika ia menengok kebelakang, maka tampaklah Hoa Kok khi dengan sekulum
senyuman licik menghiasi ujung bibirnya sedang memandang kearahnya tanpa berkedip.
Ki Li soat yang sedang bertempur sengit tak pernah mengendorkan perhatiannya
kearah Gak Lam-kun, maka sewaktu Hoa Kok khi bergerak menghampiri Gak Lam-kun ia
lantas membentak nyaring, sepasang telapak tangannya berbareng melancarkan tujuh
buah pukulan berantai kearah dua orang lawannya, kemudian sambil mundur sejauh lima
depa, bentaknya lantang.
"Hoa Kok khi, sambut dulu sebuah pukulan Sam im ciang hoatku ini!"
Ketika telapak tangannya dilontarkan kemuka, segulung angin pukulan berhawa dingin
yang amat dahsyat langsung menggulung kearah Hoa Kok khi".
Sam im ciang adalah sejenis pukulan beracun yang sangat lihay, barangsiapa terkena
serangan hawa dingin itu, paru-parunya akan hancur dan mati dalam keadaan
menggenaskan. Walaupun Hoa Kok khi memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna, toh ia tak berani
bertindak gegabah.
Napasnya segera dihentikan kemudian sepasang telapak tangannya didorong sejajar
dengan dada, menggunakan tenaga Tay siu im kang khi yang dimilikinya ia sambut
pukulan Sam im ciang hoat dari Ki Li soat dengan keras lawan keras.
Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu, segera terjadi gulungan angin
puyuh yang amat dahsyat.
Tenaga dalam yang dimiliki Ki Li soat masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan
lawannya ketika pukulan Sam im ciang yang dilepaskan itu termakan oleh hantaman
tenaga musuh, kekuatannya segera membuyar keempat penjuru sementara segulung
angin serangan lainnya yang dingin menggidikkan langsung menghantam tubuh Ki Li soat.
Rupanya Ki Li soat tahu Iihay dalam kejutnya ia melompat mundur beberapa kaki dari
posisi semula. Kendatipun ia berkelit cukup cepat, toh badannya sempat tersambar juga oleh sisa
kekuatan itu tubuhnya menjadi sempoyongan dan nyaris jatuh tertelungkup ketanah.
Menggunakan kesempatan itu, Giok bin sin ang Say Khi pit menerjang maju kemuka,
secepat kilat ia menubruk ketubuh Ki Li soat.
Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu segera menjerit kaget, "Nona Ki, hatihati!"
Sekalipun ia tak bertenaga barang sedikitpun tapi menghadapi kejadian seperti itu serta
merta tubuhnya menerkam kedepan, sepasang telapak tangannya didorong sejajar dada
untuk menahan tubuh Say Khi pit.
Alhasil, dalam dorongan itu Gak Lam-kun merasa munculnya sedikit kekuatan dari
tubuhnya meski tenaga tersebut masih relatif lemah sekali.
Dalam hati kecilnya Say Khi pit amat membenci Ki Li soat, maka ketika menyaksikan
gadis itu sempoyongan, tiba-tiba timbul niatnya untuk membunuh gadis tersebut.
Maka ketika dilihatnya Gak Lam-kun menerjang datang, hawa amarahnya kontan
berkobar, tiba-tiba hawa pukulannya diperhebat, telapak tangan kirinya diputar kemudian
menghantam kedepan.
Begitu telapak tangan saling bertemu, menang kalahpun segera dapat diketahui.
Dalam keadaan tenaga dalamnya belum pulih, oleh pukulan Say Khi pit tersebut
tubuhnya langsung mencelat keudara dan terbanting kembali ketanah.
Ki Li soat menjerit kaget, ia melompat kedepan dan menyambut tubuh Gak Lam-kun
yang sedang meluncur kebawah itu.
Kiu wi hou (Rase berekor sembilan) Kongsun Po membentak keras, secepat kilat ia
menubruk kedepan dan menghantam dua orang tersebut.
"Wees! Wees!" sepasang telapak tangannya diayunkan bersama.
Baru saja Ki Li soat membopong tubuh Gak Lam-kun, tenaga serangan dari Kongsun Po
telah tiba dibelakang tubuhnya jika dia ingin menghindarkan diri maka satu-satunya jalan
adalah melepaskan tubuh Gak Lam-kun.
Maka sambil menggigit bibir ia bersiap sedia menggunakan punggungnya untuk
menyambut dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat itu.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang memecahkan
keheningan. Dari balik kegelapan sana melompat keluar sesosok bayangan biru yang segera
menghadang dihadapan Kongsun Po.
Betapa terkejutnya si Rase berekor sembilan Kongsun Po menyaksikan kemunculan
orang yang tiba-tiba dengan kecepatan tubuh yang luar biasa, buru-buru ia buyarkan
pukulan sambil melompat kebelakang, kemudian mendongakkan kepalanya"."
Ternyata pendatang itu adalah seorang pemuda tampan berbaju biru, sikapnya amat
romantis, cuma sayang lengan kirinya sebatas sikut telah kutung hingga kini tinggal lengan
kanannya belaka.
Begitu melihat kemunculan pemuda berbaju biru itu, Ki Li-soat segera berteriak dengan
manja, "Engkoh Si, kiranya kau"."
Mendengar seruan itu, pemuda berbaju biru tersebut memutar badannya, tapi ketika ia
menyaksikan Ki Li soat masih juga membopong tubuh Gak Lam-kun, selintas perasaan
aneh yang sukar dilukiskan dengan kata-kata muncul diatas wajahnya yang pucat.
Ketika Ki Li soat menyaksikan lengan kiri pemuda berbaju biru itu kutung, dengan kaget
ia berseru kembali, "Engkoh Si, lengan kirimu telah kutung."
Pemuda berbaju biru itu tertawa ewa, tiba-tiba ia bertanya, "Adik Soat, siapa yang kau
bopong itu?"
Akibat tenaga pukulan yang dahsyat dari Say Khi pit tadi, Gak Lam-kun jatuh tak
sadarkan diri, tapi setelah lewat sekian lama, lambat laun ia telah sadar kembali dari
pingsannya, ketika mendengar suara pembicaraan dari seorang yang dikenalnya, tiba-tiba
ia membuka matanya kembali.
Sementara itu paras muka Ki Li soat telah berubah menjadi merah padam setelah
mendengar teguran dari pemuda baju biru itu, ketika ia menundukkan kepalanya,
kebetulan Gak Lam-kun telah membuka matanya kembali.
Hal mana membuat gadis itu tambah malu dengan wajah merah padam ia lepaskan
bopongannya dan mundur kebelakang.
Waktu itu Gak Lam-kun telah mengetahui siapakah pemuda itu, dengan perasaan
terkejut bercampur girang segera teriaknya, "Saudara Si, kiranya kau"."
Pemuda baju biru pun telah melihat jelas wajah Gak Lam-kun, sekulum senyuman yang
amat dingin segera menghiasi wajahnya. Ia berkata, "Oooh". aku kira siapa" Ternyata
adalah saudara Gak, sedari kapan kau berdandan demikian" Hampir saja aku tidak
mengenali dirimu lagi"
Pemuda berbaju biru itu tak lain adalah Si Tiong pek, komandan pasukan elang baja
dari perkumpulan Thi eng pang yang telah lenyap selama beberapa hari.
Ternyata Si Tiong pek kena disekap dalam gua batu oleh Hay sim li, sudah lama ia
mencari akal untuk membebaskan diri dari sekapan tersebut, akhirnya pemuda itu
berkesimpulan bahwa kecuali memotong lengan sendiri, jangan harap ia bisa lolos dari
sana. Sebab bagaimanapun ia mencoba meronta gelang baja yang membelenggu
pergelangan tangannya itu makin menyusut makin kencang, jepitannya pun makin dalam
menjepit kulit badannya, tak terlukiskan rasa sakitnya, maka sambil menggigit bibir Si
Tiong pek memutuskan lengan sendiri".
Sejak kecil, Ki Li soat memang tumbuh menjadi dewasa bersama Si Tiong pek,
hubungan mereka bagaikan saudara sendiri, maka tak terlukiskan rasa girang gadis
tersebut setelah mengetahui kalau Si Tiong pek belum mati.
"Engkoh Si" tanyanya kemudian dengan manja, "kemana saja kau pergi selama
beberapa hari ini" Siapa yang mengutungi lengan kirimu?"
"Aku yang mengutungi lenganku sendiri!"
"Mengapa kau musti mengutungi lengan sendiri?" tanya Ki Li soat lagi dengan wajah
tertegun. Si Tiong pek tertawa pedih, sahutnya, "Kenapa aku musti mengutungi lenganku sendiri"
Memangnya kau anggap lengan kutung itu bagus dilihat?"
Seperti yang diketahui, Si Tiong pek adalah seorang pemuda yang berjiwa sempit,
ketika menyaksikan Ki Li soat membopong Gak Lam-kun tadi, sudah timbul perasaan
cemburu dihati kecilnya. Ternyata secara diam-diam Si Tiong pek telah jatuh cinta kepada
Ki Li soat. Mendengar ucapan tersebut, dengan cepat Ki Li soat dapat meresapi jalan pikirannya.
Sekarang ia baru merasakan hatinya bergetar keras".
Dalam dasar hatinya, gadis itu selalu menganggap Si Tiong pek sebagai kakak sendiri
tanpa diembeli rasa cinta asmara antara seorang pemuda dengan seorang gadis.
Entah mengapa sejak bertemu dengan Gak Lam-kun tiba-tiba saja ia merasakan
pikirannya jadi kalut bayangan wajah Gak Lam-kun seringkali muncul dalam benaknya
bagaimana pun ia berusaha untuk mengendalikan diri, usaha itu selalu gagal.
Keadaan itu ibaratnya sebuah permukaan telaga yang tenang, tiba-tiba bergelora
karena kejatuhan sebutir batu cinta dari Gak Lam-kun.
Apa lacur gelombang tersebut makin lama makin membesar dan melebar, sehingga
pada akhirnya menyeret gadis itu tercebur kedalam samudra cinta yang tak bertepian.
Sekarang, suatu kenyataan yang tak dapat disangkal telah muncul didepan mata! diamdiam
ia telah jatuh cinta kepadanya.
Tapi dalam keadaan seperti inilah tiba-tiba Si Tiong pek muncul pula didepan mata,
kemunculannya membuat ia menjadi kalut, dan pikirannya menjadi gundah.
Ia tahu Si Tiong pek amat mencintainya, bahkan selama ini dengan segala cinta
kasihnya selalu menjaga dan merawatnya".
Tiba-tiba helaan napas Gak Lam-kun menyadarkan kembali dirinya dari lamunan,
terdengar pemuda itu sedang berkata, "Perubahan cuaca sukar diramalkan, rejeki atau
bencana dari manusiapun sukar diduga, aai". Saudara Si! Selama belasan hari ini,
peristiwa yang menimpa dirimu tentu amat tidak berkenan dihati bukan!"
Si Tiong pek tersenyum.
"Masih terhitung tidak jelek" sahutnya, "meskipun kehilangan sebuah lengan tapi, ada
hasil yang cukup berharga, baik-baikkah saudara Gak selama ini?"
Gak Lam-kun menghela napas sedih.
"Aaai".! Kalau tempo hari siaute yang menyaksikan saudara Si mendekati ambang
kematian, maka sekarang hal itu sudah tiba pada giliran siaute"
Bergetar keras hati Ki Li soat setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa tanyanya,
"Gak siangkong, kau bilang apa?"
Ucapannya penuh dengan rasa kuatir dan rasa cemas yang amat tebal. Si Tiong pek
yang menyaksikan kejadian itu merasakan hatinya sangat tak enak, diam-diam ia berkerut
kening, tak disangka olehnya hanya beberapa hari saja dirinya tersekap dalam gua
ternyata perubahan yang amat pesat telah terjadi diluaran.
Gak Lam-kun menghela napas panjang, katanya lagi, "Tak lama kemudian aku bakal
mati" "Gak heng, kenapa kau bicara demikian" seru Si Tiong pek dengan perasaan
tercengang. Gak Lam-kun melirik sekejap kearah Si Tiong pek, kemudian tertawa getir.
"Memangnya aku sendiri kepingin cepat mampus?" ia berbisik.
Diam-diam Si Tiong pek lantas berpikir, "Tentu saja kau tak bakal ingin cepat mampus,
tapi demikianpun lebin baik, kalau tidak, bila sampai kau menceburkan diri pula dalam
pertikaian cinta segitiga ini, akupun akan menggunakan segala cara untuk membinasakan
dirimu" Ketika Ki Li-soat .mendengar kekasihnya berada diambang kematian, pikiran dan
perasaannya menjadi sangat kalut, tanpa disadari dua titik airmata jatuh berlinang
membasahi pipinya.
Menyaksikan kejadian itu, api cemburu yang berkobar dalam hati Si Tiong pek makin
membara, tiba-tiba ia perhatikan pakaian yang dikenakan Gak Lam-kun, kemudian dengan
terkejut pikirnya, "Bukankah pakaian yang dikenakan itu adalah dandanan dari Tok liong
Cuncu Yo Long seperti yang sering tersiar dalam dunia persilatan?"
Baru saja ia berpikir sampai disana, mendadak terdengar seseorang tertawa ringan,
kemudian menyapa, "Lote, tolong tanya apakah kau adalah Si Tiong pek dari pasukan
elang baja?"
Si Tiong pek segera berpaling, terlihatlah seorang sastrawan tampan berusia setengah
umur telah berdiri dihadapannya.
Dengan kening berkerut ia bertanya, "Siapa kau?"
"Haaahhh". haaahhh". haaahhh". atas sanjungan dari rekan-rekan persilatan,
mereka menghadiahkan julukan Thiat kiam kuncu kepadaku" kata Hoa Kok khi sambil
tertawa tergelak.
Terkejut juga Si Tiong pek sesudah mendengar nama itu, ia tak mengira kalau Thiat
kiam Kuncu yang termashyur dalam dunia persilatan tak lain adalah sastrawan yang
berada didepan matanya sekarang.
Sekulum senyuman dingin segera menghiasi wajah Si Tiong pek yang pucat, katanya
kemudian, "Ooh". kiranya kaulah Hoa Kok khi yang termashur itu, maaf maaf! Cuma".
mumpung ada kesempatan berbicara, aku ingin bertanya kepadamu sekitar perbuatan
kalian yang mengerubuti Ki thamcu dari perkumpulan kami, apakah kau bisa memberikan
suatu keterangan yang bisa dipertanggung jawabkan?"
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa.
"Tidak berani, tidak berani, selamanya antara kami dengan pihak Thi eng pang tak
pernah terikat dendam sakit hati apapun, sesungguhnya yang sedang kami cari adalah
saudara Gak Lam-kun yang merupakan murid kesayangan dari Tok liong Cuncu Yo Long
itu" Dengan sinar mata yang tajam Si Tiong pek menatapi sekejap wajah Gak Lam-kun,
kemudian sambil berseru kaget, katanya, "Saudara Gak, tidak kusangka kalau kau adalah
muridnya Yo Long yang menggetarkan dunia persilatan itu"
Gak Lam-kun menghela napas panjang.
"Aai". aku harap kau bisa memaklumi kesulitanku sehingga tidak memberi keterangan
yang sejelasnya kepadamu tempo hari"
Diam-diam Si Tiong pek tertawa dingin, pikirnya, "Bagus sekali! Selama hidup aku Si
Tiong pek selalu mengembara dalam dunia persilatan, aku percaya kecerdikanku
melampaui siapapun, tak kusangka akhirnya jatuh kecundang juga ditanganmu"."
Dihati ia berpikir demikian, dimulut ia berkata lain, "Aah, mana, mana". saudara Gak
terlalu serius"
Thiat kiam Kuncu tersenyum, lalu kembali berseru, "Si lote, dengan perkumpulan kalian
boleh dibilang aku tak bermaksud bermusuhan malam ini kami mencarinya karena ingin
melenyapkan bibit bencana dikemudian hari harap Si lote mau mencuci tangan dalam
persoalan ini"."
"Engko Si!" tiba-tiba Ki Li soat berseru sambil tertawa dingin, "mereka mempunyai
tujuan lain, mereka berniat untuk merampas lencana pembunuh naga milik Gak
siangkong!"
"Lencana pembunuh naga?" tiba-tiba Si Tiong pek membelalakkan sepasang matanya


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebar-lebar. "Benar, Lencana pembunuh naga itu berada disakuku!" jawab Gak Lam-kun hambar.
Si Tiong pek, pemuda berakal licik yang pintar ketika mengetahui rahasia tersebut tibatiba
saja paras mukanya yang pucat berubah, lalu sambil tertawa dingin ujarnya kepada
Hoa Kok khi, "Gak Lam-kun adalah sahabat karibku, selama aku orang she Si masih bisa
bernapas, tak nanti akan kubiarkan sahabatku dipermainkan orang, hmm! Hmm".! Jika
kalian tahu diri pergi dari sini!"
Dalam pembicaraan tersebut tiba-tiba Si Tiong pek meloloskan pedang elang baja yang
tersoren dipunggungnya.
Gak Lam-kun merasa terharu sekali setelah menyaksikan kegagahan dan kesetiaan
kawannya untuk melindungi keselamatan jiwanya.
Kiu wi hou Kongsun Po segera tertawa seram katanya, "Bocah keparat yang tak tahu
diri, kau bejul-betul jumawa dan tekebur, kau sangka setelah ada perkumpulan Thi eng
pang sebagai tulang punggung kalian, maka kau bersikap sombong dan tidak pandang
sebelah matapun kepada orang lain?"
00000O00000 Haruslah diketahui, walaupun setiap Thamcu dari perkumpulan Thi eng pang adalah
seorang jago persilatan yang menggetarkan dunia persilatan, tapi kecuali keempat orang
thamcu tersebut, konon Si Tiong pek dari pasukan elang baja merupakan seorang pemuda
yang berhasil pula.
Sekalipun demikian, dalam bayangan mereka ilmu silat yang dimiliki pemuda itu paling
banter cuma setaraf dengan seorang thamcu.
Berbicara sebenarnya, kalau meninjau dari ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek tempo
hari, paling tidak ilmu silatnya setaraf dengan kepandaian silat Tang hay coa siu (kakek
ular dari lautan timur), tapi sekarang, setelah mengalami penemuan diluar dugaan, ilmu
silatnya telah mencapai berkaIi-kali lipat bila dibandingkan dengan kepandaiannya dulu.
Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Si Tiong pek, dengan dingin
katanya, "Sewaktu berada dalam bangunan gedung tempo hari, berulangkali kau berusaha
membunuhku, mengapa malam ini kau bersembunyi terus macam cucu kura-kura?"
Ucapan tersebut segera membangkitkan hawa amarah dihati Kiu wi hou Kongsun Po
bentaknya, "Bocah keparat, ingin kubuktikan apa yang berhasil kau pelajari selama
belasan hari belakangan ini."
Pedangnya segera diloloskan, kemudian dengan jurus Hun im peng gwat ( memisah
awan mencari rembulan), ia bacok tubuh lawan.
Sementara pembicaraan tersebut masih berlangsung secara diam-diam Ki li soat telah
mengatur pernafasannya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, ia tahu ilmu silat
yang dimiliki Si Tiong pek bukan tandingan Kongsun Po sebetulnya ia hendak
menghalanginya, kemudian dengan suatu serangan kilat menghajarnya hingga terluka.
Siapa tahu belum sempat dia mengucapkan kata-katanya, Si Tiong pek telah tertawa
dingin dengan suara yang melengking, pedang elang bajanya sebentar menusuk kekiri
sebentar menyerang kekanan, dalarn sekejap mata ia telah melancarkan empat buah
serangan berantai.
Keempat buah serangan tersebut, semuanya merupakan ilmu sakti yang tercantum
dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, jurus-jurus serangannya mana aneh, sukar pula
diduga arah tujuannya.
Dalam waktu singkat, keempat buah serangan tersebut telah memaksa Kongsun Po
mundur. Tertegun juga si Rase berekor sembilan Kongsun Po menyaksikan keanehan dari jurus
pedangnya, yang dalam sekejap mata saja telah memaksanya mundur berulangkali.
Ki Li soat dan Gak Lam-kun yang berada disisi gelanggang menjadi kaget bercampur
girang setelah melihat kejadian itu.
Si Tiong pek sendiripun merasa gembira sekali setelah terbukti jurus pedang yang
dipelajarinya dari kitab pusaka Hay ciong kun boh tersebut memiliki kelihayan yang luar
biasa. Keberaniannya makin memuncak, dengan dingin segera serunya, "Hmm". Ngakunya
saja seorang ketua dari suatu perguruan besar, tak tahunya cuma berilmu begitu-begitu
saja". Huuh, masih pingin menjajal beberapa jurus tusukan pedangku lagi tidak?"
Sesungguhnya Kongsun Po telah dibikin terkesiap oleh kelihayan jurus pedang
lawannya, tapi sesudah mendengar perkataan itu hawa amarahnya segera berkobar,
sambil tertawa dingin ia berteriak, "Bagus sekali! Rupanya kau benar-benar berhasil
mencuri belajar beberapa jurus ilmu kucing kaki tiga!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, pedangnya telah diayunkan berulangkali
melancarkan dua jurus serangan dahsyat.
Kedua jurus serangan tersebut semuanya merupakan jurus-jurus pedang dari ilmu
simpanan aliran Hoa-san, kelihayannya bukan kepalang.
Kepandaian silat dari Si Tiong pek saat ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan
kepandaian dulu, setelah menekuni kitab silat Hay ciong kun boh selama belasan hari ia
telah memperoleh banyak tambahan dalam ilmu silat tingkat tingginya otomatis dalam
gerak menghindar dan berkelitpun tak terlukiskan hebatnya.
Tampak sepasang bahunya sedikit bergerak tahu-tahu ia sudah lolos dari lingkaran
pedang yang diciptakan oleh Kongsun Po.
Dengan sepasang mata yang tajam, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi mengawasi terus
gerak gerik Si Tiong pek. namun ia toh masih tetap gagal untuk melihat jelas gerakan apa
yang telah ia gunakan untuk menghindari kedua buah serangan kilat tersebut.
Dengan perasaan bergetar keras, segera pikirnya, "Jika dilihat dari keanehan gerakan
tubuhnya, jelas kepandaian yang dimilikinya sudah iauh lebih hebat daripada kepandaian
dulu, waah". kalau ditinjau dari keadaan tersebut, tampaknya untuk mendapatkan
lencana pembunuh naga tersebut, aku musti melalui suatu pertempuran yang amat
seru"."
Tiba-tiba terdengar Si Tiong pek tertawa tergelak, kemudian katanya, "Coba sekali lagi
ilmu kucing kaki tigaku ini menggenjot seorang ketua partai"."
Belum habis ucapan tersebut, pedang elang bajanya telah digetarkan untuk menusuk
tubuh Kongsun Po.
Sementara itu si Rase berekor sembilan telah mengetahui kalau selama beberapa hari
belakangan ini Si Tiong pek telah mempelajari semacam ilmu pedang yang lihay, ia tak
berani gegabah lagi ketika dilihatnya pedang elang baja tersebut menusuk dadanya, ia
kuatir pihak lawan menyembunyikan perubahan gerak lain yang lebih menggidikkan hati,
ia tak berani menangkis dengan pedangnya, hawa murni segera dihimpun tiba-tiba
tubuhnya melayang keudara dan mundur sejauh empat depa dari posisi semula.
Gerakan tubuhnya untuk menghindarkan diri ini merupakan sejenis ilmu sakti dari Hoa
san yang disebut Wan Kau biau (monyet melayang).
Melotot besar sepasang mata Giok bin sin ang Say Khi pit setelah menyaksikan kejadian
itu, teriaknya keras-keras, "Kongsun heng, suatu ilmu Wan kau biau yang amat hebat, hari
ini sepasang mata siaute benar-benar terbuka lebar"
Gak Lam-kun sekalipun diam-diam menghela napas panjarg, pikirnya dihati,
"Bagaimanapun juga seorang ketua dari suatu partai besar memang jauh berbeda jika
dibandingkan dengan kawanan persilatan pada umumnya"
"Mana, mana, saudara Say terlalu memuji!" demikian Kiu wi hou Kongsun Po berkata
sambil tertawa.
Walaupun ia berbicara amat enteng, sesungguhnya ia merasa tegang dan berat,
sepasang matanya yang tak diinginkan.
Mendadak Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi berjalan ketengah arena dengan langkah
pelan. Ki Li soat kuatir kalau Hoa Kok khi menyergap Si Tiong pek dengan ilmu pukulan Tay
siu im khinya, sambil membentak nyaring ia lancarkan dua buah pukulan dahsyat untuk
menghalangi jalan pergi Hoa Kok khi.
Secara tiba-tiba Hoa Kok khi merasakan tibanya segulung tenaga pukulan yang sangat
aneh menerjang kearahnya, dengan cepat ia himpun hawa murni sendiri untuk
menyingkirkan ancaman tersebut.
Tiba-tiba ia merasakan tibanya kembali segulung tenaga pukulan yang jauh lebih
dahsyat menekan dadanya, pukulan itu tibanya sangat mendadak dan diluar dugaan untuk
sesaat Hoa Kok khi menjadi gelagapan. Dalam keadaan begini terpaksa ia musti
menghimpun tenaganya diatas dada untuk menyambut serangan tersebut dengan keras
lawan keras. Terasalah dadanya bergetar keras, kuda-kudanya gempur dan ia mundur dua langkah
dengan sempoyongan untung saja tenaga dalamnya terhitung sempurna, lagi pula hawa
murninya keburu dikerahkan lebih dulu, coba tidak begitu niscaya isi perutnya sudah
menderita luka yang cukup parah.
Perlu diterangkan disini, ilmu pukulan yang dimiliki Ki Li soat itu terhitung aneh sekali,
dikala ia melancarkan dua pukulan tadi tangan kiri dan tangan kanannya masing-masing
melepaskan sebuah pukulan yang menggulung datang secara berlapis dengan satu
didepan yang lain dibelakang.
Hoa Kok khi yang tidak memahami keistimewaan dari pukulan tersebut, hampir saja
menderita kerugian besar.
Setelah melompat kebelakang. sambil tersenyum Thiat kiam kuncu berkata lagi, Tenaga
pukulan yang dimiliki nona Ki memang amat lihay, malam ini pengalaman aku orang she
Hoa betul-betul telah bertambah luas.
Ki Li soat hanya menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap sedia, ia sama sekali
tidak menjawab pertanyaan itu.
Kongsun Po sekalian yang menyebar disekeliling arena tampaknya sudah tak sabar
menunggu lebih lama, tiba-tiba mereka berebut maju sambil melancarkan serangan lebih
dulu. Pedangnya dengan jurus Siau ci thian lam (sambil tertawa menuding langit selatan)
langsung menyerang tubuh lawan.
Si Tiong pek tidak melayani serangan tersebut, dengan cepat ia mundur kebelakang
sambil berkelit dari ancaman itu.
Kiu wi hou Kongsun Po sudah merasakan kelihayan dari jurus pedang anehnya, tidak
memberi kesempatan lagi bagi musuhnya melancarkan serangan balasan, tiba-tiba
pedangnya dengan jurus Hi ang say kang (nelayan menyebar jala) mengurung tubuh
lawan dengan selapis hawa pedang yang tebal.
Si Tiong pek tertawa dingin, pedangnya diangkat keatas untuk menangkis, disambutnya
serangan dari Kongsun Po itu dengan keras lawan keras.
Dua buah serangan yang dilancarkan Kong sun Po tersebut semuanya merupakan
jurus-jurus biasa yang bertujuan memancing musuh, maka ketika dilihatnya Si Tiong pek
mengangkat pedangnya untuk menangkis, ia menjadi sangat girang, pergelangan
tangannya direndahkan dan pedang yang sedang melancarkan serangan itu ditarik
kembali, tiba-tiba saja ia lepaskan kembali tiga buah serangan berantai.
Bayangan pedang menyambar-nyambar, hawa tajam memenuhi angkasa, seperti
gelombang samudra dengan hebatnya langsung menggulung kernuka.
Terkesiap juga Si Tiong pek menghadapi kilatan cahaya pedang yang menggulunggulung
itu, pikirnya, "Jurus pedang apaan ini" Kenapa begitu hebat dan mengerikan
hati".?"
"Aku tak boleh bertindak gegabah!"
Berpikir sampai disini, Si Tiong pek segera menggerakkan pedang elang bajanya
membentuk lingkaran cahaya perak untuk melindungi badan".
Tiba-tiba saja pedang Kongsun Po berubah arah ditengah jalan, dengan jurus Pek im
jut siu (awan putih muncul dari bukit) tampaklah bayangan pedang yang bergetar
memenuhi seluruh angkasa itu bersatu dalam waktu singkat, kemudian secepat kilat
menusuk kedada Si Tiong pek.
Tak sempat bagi Si Tiong pek untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut, tibatiba
satu ingatan melintas dalam benaknya, bukan mundur ia malah maju, sambil
memiringkan badan ia keluarkan jurus Pah long yu hi (ikan berenang ditengah ombak)
yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh.
Tangan kirinya dikebaskan kuat-kuat melancarkan segulung tenaga pukulan, sementara
tubuhnya menerobos lewat dari balik kilatan pedang yang amat rapat itu.
Gerakan itu memang suatu gerakan yang aneh dan sakti, tidak banyak orang didunia ini
yang sanggup mematahkannya.
Sementara Kongsun Po masih tertegun, Si Tiong pek telah menyusup kesisi tubuhnya,
sambil membuang pedang tangan kanannya menyambar kedepan mencengkeram
persendian tulang pada sikut kanan Kongsun Po yang memegang senjata itu.
Serangan semacam itu meski bukan termasuk suatu gerakan aneh yang berada diluar
dugaan, tapi kebagusannya justru terletak pada saat yang tepat serta sasaran yang
menakjubkan, membuat orang sukar untuk menghindarkan diri.
Tampaknya serangan tangan kanan Si Tiong pek segera akan menyentuh sikut kanan
Kongsun Po. ". tiba tiba menggulung tiba segulung tenaga pukulan dari samping yang langsung
menghajar bahu kiri Si Tiong pek".
Pemuda she Si itu mendengus tertahan, tubuhnya termakan telak oleh pukulan tersebut
hingga mencelat kebelakang.
Kongsun Po segera memutar pergelangan tangan dan membacok dengan pedangnya.
Bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, Ki Li soat mengayunkan
telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan yang amat dahsyat untuk membendung
pedang Kongsun Po, sementara tubuhnya melayang keudara bagaikan burung walet,
dengan suatu gerakan yang manis ia berhasil menyambut tubuh Si Tiong pek.
Tapi pada saat itulah tiba-tiba Kongsun Po melejit keudara, lalu sambil menghimpun
tenaga murninya, sekuat tenaga ia menebas kedepan dengan jurus Pek hong koan jit
(pelangi putih menutupi matahari) mengancam tubuh Gak Lam-kun.
Perubahan ini berlangsung terlalu cepat sehingga Ki Li soat pun tak sempat memberi
pertolongan, tampaknya Gak Lam-kun segera akan tewas tertusuk dadanya oleh serangan
itu. Disaat yang paling kritis inilah, suatu bentakan keras tiba-tiba menggelegar diudara,
"Kembali kau!"
Dari sisi gelanggang tiba-tiba menyambar datang sesosok bayangan manusia dengan
kecepatan bagaikan kilat, dari tengah udara sebuah pukulan segera dilontarkan kebawah.
Ketika merasakan betapa dahsyatnya serangan tersebut buru-buru Kongsun Po
berjumpalitan ditengah udara untuk menghindarkan diri, tapi sayang terlambat, tahu-tahu
dadanya sudah terasa sesak sekali.
Tak dapat dikuasai lagi tubuh berikut pedangnya segera mencelat sejauh dua kaki
kebelakang. Walau begitu tenggorokannya toh terasa anyir, tak bisa ditahan lagi ia muntah darah
segar. Tubuhnya dengan sempoyongan kembali mundur sejauh tiga empat langkah, saat
itulah ia baru sempat melihat jelas raut wajah penyerangnya, ternyata ia adalah Ji Cin
peng. Sementara itu, suara pekikan nyaring berkumandang sahut menyahut, menyusul
kemudian bayangan manusia berkelebat lewat.
Perempuan tua berambut putih dari perguruan panah bercinta bersama Han Hu hoa, Jit
poh toan hun Kwik To, Tam ciang ceng kan kun Siangkoan it dan delapan belas pemanah
panah bercinta secara beruntun telah tiba pula disana.
Tapi dari pihak Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah berdatangan pula si tosu setan
Thian yu Cinjin dan ketua Thian san pay, Bu seng sianseng Tang Bu kong.
Walaupun demikian, ketika Hoa Kok khi melihat semua jago lihay dari perguruan panah
bercinta telah berdatangan semua, diam-diam ia mengeluh dihati.
Sesudah melepaskan sebuah pukulan tadi dengan suatu gerakan tubuh yang indah Ji
Cin peng melayang turun dihadapan Gak Lam-kun, sambil menatap tajam raut wajahnya,
tak terlukiskan rasa gembira yang bergelora dalam hatinya ketika itu.
Gak Lam-kun sendiripun merasakan hatinya bergolak keras, berjumpa dengan Ji Cin
peng bagaikan berjumpa dengan sanak keluarga sendiri, airmata terharu sempat
mengembang dibalik kelopak matanya.
Empat mata saling bertemu dan berpandangan lama, lama sekali".
Akhirnya Gak Lam-kun menghela nafas panjang, katanya, "Tak kusargka kalau aku
masih bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan nona Bwee!"
Ji Cin peng dapat menangkap maksud lain dari ucapannya tersebut, dengan sedih ia
bertanya, "Kenapa kau". apakah lukamu belum sembuh?"
Gak Lam-kun menggeleng.
"Aku tahu, jarakku dengan saat kematian sudah tidak terlalu jauh lagi"
Sekalipun Ji Cin peng adalah seorang gadis yang cantik ibaratnya burung hong diantara
manusia, namun iapun tak sanggup mengendalikan rasa sedih yang amat mencekam itu.
Tergetar keras tubuhnya sehabis mendengar ucapan itu.
Ketika Ki Li soat menjumpai kemunculan Ji Cin peng disitu, dari dalam hatinya tiba-tiba
muncul suatu perasaan getir yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, mendadak iapun
berjalan menghampiri dengan langkah pelan-pelan.
Melihat kehadirannya, dengan dahi berkerut Ji Cin peng segera maju kedepan
menghadang didepan Gak Lam-kun, kemudian bentaknya, "Mau apa kau" Hayo minggir
kesanal" Si Tiong pek menjadi marah sekali., sambil tertawa dingin serunya, "Siapakah orang ini"
Mirip betul seorang perempuan judas"
Sambil berkata ia telah bergerak maju kedepan.
Waktu itu pikiran Ji Cin peng sedang kalut begitu mendengar Si Tiong pek memakinya
seorang perempuan judas, napsu membunuhnya kontan saja berkobar, sambil bertekuk
pinggang secepat kilat ia melompat kesamping Si Tiong pek, lalu bentaknya, "Kau yang
mencari mati sendiri, jangan salahkan kalau aku bertindak keji kepadamu"
Dalam pembicaraan tersebut, tangan kirinya secara beruntun telah melepaskan tiga
buah pukulan. Dengan cekatan Si Tiong pek menghindar kekiri berkelit kekanan, ketiga buah serangan
tersebut berhasil dihindari semua dengan manis, malah sambil memutar pergelangan
tangannya ia lancarkan sebuah serangan balasan.
Ji Cin peng tidak mau mengalah, pergelangan tangannya diputar sambil dibalik entah
gerangan apa yang dipergunakan, tahu-tahu secara manis ia berhasil memaksa pedang
elang baja milik Si Tiong pek berbalik mental kebelakang.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu menggunakan kesempatan itu, jari tangannya menyentil kedepan beberapa kali,
segulung desingan angin tajam yang maha dahsyat langsung menerjang kedada pemuda
itu. Mimpipun Si Tiong pek tidak menyangka kalau gadis tersebut memiliki ilmu silat
sedemikian lihaynya.
Desingan angin jari itu jelas merupakan sejenis ilmu sentilan jari sebangsa Tan ci sin
tong yang maha lihay, kepandaian semacam itu jelas merupakan suatu ancaman yang
cukup serius bagi korbannya.
Si Tiong pek ingin berkelit, tapi keadaan tak sempat tiba-tiba satu ingatan melintas
dalam benaknya, ia teringat kembali akan suatu jurus sakti yang tercantum dalam kitab
Hay ciong kun boh.
Maka bukannya mundur dia malah maju sambil menyergap tubuh Ji Cin peng dengan
sebuah serangan dahsyat.
"Nona Bwee, jangan lukai dia!" tiba-tiba bentakan keras berkumandang memecahkan
keheningan. Secara tiba-tiba Gak Lam-kun sudah menyusup kedepan dan menghadang dihadapan Si
Tiong pek. Ji Cin peng merasa amat terperanjat, segera teriaknya, "Cepat menyingkir"."
Tapi belum habis teriakan itu, dengusan tertahan telah berkumandang memecahkan
keheningan sambil mendekap perutnya Gak Lam-kun jatuh kebawah dan berjongkok
ditanah karena kesakitan.
Tak terlukis rasa kaget dalam hati Ji Cin peng, segera teriaknya lagi keras-keras,
"Engkoh kun"."
Seperti anak sungai, airmatanya jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya".
Haruslah diketahui, serangan jari yang dilepaskan Ji Cin peng barusan merupakan suatu
serangan yang amat lihay, setelah terkena serangan semacam itu, mana mungkin Gak
Lam-kun bisa hidup lebih jauh didunia ini" Bila sampai terjadi demikian, bukankah sama
pula artinya dengan Ji Cin peng telah membunuh sendiri kekasihnya"
Siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata jauh diluar dugaan siapapun, terdengar
Gak Lam-kun berkata lagi dengan suara gemetar, "Nona". nona Bwee, dia adalah sahabat
karibku". barusan akupun telah berhutang banyak budi kepada mereka atas pertolongan
yang telah diberikan"."
Ketika mengetahui kalau Gak Lam-kun masih bisa berbicara, Ji Cin peng merasa
terkejut bercampur gembira, katanya dengan sedih, "Kee". kenapa kau lari kemari,
kau"."
Semua jago yang hadir disekitar gelanggang tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Gak
Lam-kun telah punah tapi buktinya sekarang meski sudah termakan oleh sebuah serangan
maut dari Ji Cin peng, ternyata ia tak sampai tewas, peristiwa tersebut segera
menggemparkan semua orang yang berada disana.
Bahkan Ji Cin peng sendiripun tidak percaya kalau dia sanggup menerima serangan
jarinya yang sangat lihay itu.
Pelan-pelan Gak Lam-kun yang berjongkok bangkit kembali, kemudian ujarnya, "Nona
Bwe, aku". aku tidak apa-apa cuma barusan aku merasa sangat tersiksa"."
Ketika dilihatnya paras muka Gak Lam-kun yang semula memucat kini telah memerah
kembali, Ji Cin peng merasa agak lega, tapi dengan penuh rasa kuatir tanyanya kembali,
"Kau benar-benar tidak apa-apa?"
Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali, sahutnya sambi! tertawa getir,
"Sekalipun aku harus mati diujung jari nona, aku akan mati dengan perasaan lega"
Dari ucapan tersebut dapat ditangkap betapa besarnya cinta kasih pemuda tersebut
kepadanya. Ketika Ji Cin peng mengetahui kalau anak muda itu sangat mencintainya, ia merasa
sedih bercampur gembira, tapi dengan cepat pula pikirannya terjerumus dalam lamunan
yang penuh penderitaan.
Gak Lam-kun mengira dia masih marah, buru-buru sambil minta maaf ujarnya, "Nona
Bwee maafkanlah aku bila telah salah berbicara"."
Airmata telah membasahi seluruh wajah Ji Cin peng, dengan gemetar ia berkata "Aku".
aku bukan"."
Si Tiong pek yang menyaksikan pula cinta kasih antara dua orang itu tiba-tiba merasa
cemburu sekali sehingga kemarahannya meluap. Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya begitu keras hingga menggetarkan
kesunyian yang mencekam dimalam itu.
"Apa yang kau tertawakan?" bentak Ji Cin peng dengan wajah gusar, "apakah kau
hendak mempergunakan suara tertawamu itu untuk memanggil semua orang-orang dari
Thi eng pang untuk membantumu?"
Si Tiong pek segera menghentikan gelak tawanya, lalu menjawab dengan dingin, "Aku
tertawa sesuka hatiku sendiri, mau apa kau?"
Lagi-lagi Gak Lam-kun kuatir mereka sampai bentrok sendiri buru-buru ia menengahi.
"Nona Bwe, jika kau bersedia melihat wajahku"."
Sebenarnya Ji Cin peng hendak mengumbar kembali hawa amarahnya, tapi setelah
menyaksikan Gak Lam-kun berkata demikian terpaksa ia pun rnembungkam diri.
Tiba-tiba Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi tertawa licik, kemudian katanya, "Gak lote, kau
menganggap dia sebagai sahabat karibmu, tapi sebentar lagi dia akan menganggapmu
sebagai musuh bebuyutan, haahhh". haahh". haahh". Gak lote, masih ingatkah kau
ketika membantai seorang jago lihay dari Thi eng pang yakni Tang hay coa siu kakek ular
dari lautan timur Ou Yong hu?" Rupanya sampai sekarang, peristiwa ini belum diketahui
oleh para jago dari Thi eng pang?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, paras muka Si Tiong pek maupun Ki Li soat kontan
berubah hebat, empat buah mata mereka bersama-sama dialihkan kewajah Gak Lam-kun
dan menatapnya lekat-lekat.
"Gak siangkong, betulkah perkataannya".?" Ki Li soat bertanya dengan suara gemetar.
Gak Lam-kun manggut-manggut, sahutnya dengan sedih, "Maaf sekali nona Ki dan
saudara Si, Ou Yong hu terpaksa harus kubunuh karena kalian telah mengetahui semua
bahwa Ou Yong hu adalah musuh besar pembunuh guruku, aku Gak Lam-kun pun berani
berbuat berani betanggung jawab"
Sementara itu paras muka Si Tiong pek telah berubah menjadi hijau membesi sambil
tertawa dingin katanya, "Saudara Gak hubungan persahabatan kita hanya sampai disini
saja, mulai detik ini hubungan kita telah putus! Nah, sekarang aku akan menuntut balas
bagi kematian Ou Thamcu"
Padahal, semenjak Si Tiong pek mendengar kalau Lencana pembunuh naga berada
disaku Gak Lam-kun, dalam hatinya telah mempunyai suatu rencana, dia ingin merangkul
Gak Lam-kun untuk sementara kemudian diam-diam menyelakainya.
Tapi sekarang keadaannya berbeda, para jago dari perguruan panah bercinta telah
berdatang semua, ia yakin dengan kekuatannya berdua tak mungkin bisa mendapatkan
lencana mustika tersebut sebab itulah mumpung ada kesempatan, ia lantas
memperlihatkan sikap bermusuhan.
Ji Cin peng berkerut kening lalu sekali melompat, tubuhnya telah berada disamping Si
Tiong pek katanya, "Kini ilmu silat yang dimilikinya telah punah, jika kau berani
mengganggu seujung rambutnya pun aku segera akan membinasakan dirimu"
Ki Li soat yang berada disisinya, ikut pula menasehati dengan suara lembut.
"Engkoh Si lebih baik persoalan ini kita tunda dulu untuk sementara waktu, menanti
Liong tau pangcu sudah tiba, barulah kita meminta nasehatnya lagi"
Si Tiong pek sendiripun sadar bahwa mustahil baginya untuk membunuh pemuda itu,
setelah ia menimbang sejenak situasi yang dihadapinya, maka setelah tertawa dingin
katanya, "Saudara Gak, jika kau sampai mati tentu saja urusan jadi beres, tapi selama kau
masih hidup maka selama hayat masih dikandung badan aku Si Tiong pek pasti akan
menuntut balas atas sakit hati ini"
Gak Lam-kun tertawa ewa, "Tak usah kuatir saudara Si, Gak Lam-kun lak akan hidup
sampai esok pagi"
Selesai berkata, ia lantas berpaling kearah Ji Cin peng sambil berkata, "Nona Bwe, ada
satu persoalan aku orang she Gak ingin minta bantuanmu, tolong terimalah adik Kiu liong
sebagai murid, atau rawatlah dia baik-baik"
Ucapan tersebut pada hakekatnya seperti pesan terakhir menjelang saat kematiannya,
Ji Cin peng yang mendengar itu menjadi sedih sekali, hingga kau musti mengangguk
sambil menahan airmatanya.
Untuk sesaat Gak Lam-kun merasa gembira, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak".
Suara tertawanya amat keras dan tinggi melengking". penuh kesedihan yang membuat
siapapun ikut berduka".
Selesai tertawa, dari sakunya Gak Lam-kun mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat
dari kumala, kemudian secepat kilat menyodorkannya ketangan Ji Cin peng setelah itu
dengan langkah cepat dia berlalu dari situ.
Tindakan yang dilakukan ini sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan, dengan
kaget Ji Cin peng segera berteriak keras, "Engkoh Kun, berhentilah dulu"."
Tapi Gak Lam-kun pura-pura tidak mendengar dengan langkah cepat ia berlalu dari
sana. Tiba-tiba terdengar bentakan keras bergetar diudara, menyusul kemudian muncul dua
gulung angin pukulan yang amat keras menerjang ketubuh Ji Cin peng.
Perempuan berambut putih yang berdiri disamping Ji Cin peng segera membentak
keras, "Kembali kau!"
Ketika telapak tangan kanannya diayunkan kedepan segulung angin desingan yang
lunak menyambar kemuka dan tanpa menimbulkan getaran barang sedikitpun tahu-tahu
telah berhasil memunahkan datangnya ancaman yang maha dahsyat tersebut.
Tapi dari pihak lain, Thiat kiam kuncu serta Thian yu Cinjin telah menerjang datang
seperti sukma gentayangan, kemudian".
"Weess! Weess!" masing-masing melancarkan dua buah pukulan yang berat dan
dahsyat. Ketika menyaksikan Gak Lam-kun pergi meninggalkan tempat itu, Ji Cin peng merasa
amat sedih sekali, menanti ia tersadar kembali dari kesedihannya, serangan dahsyat dari
Hoa Kok khi dan Thian yu Cinjin telah tiba didepan mata.
Dalam keadaan demikian, sekalipun Ji Cin peng bermaksud untuk menangkispun sudah
tak sempat lagi terpaksa tubuhnya yang kecil mungil itu harus berjumpalitan beberapa kali
ditengah udara dan melayang turun tiga kaki dari posisi semula.
Han Hu hoa menjerit kaget, dia langsung melompat kesamping Ji Cin peng sementara
perempuan berambut putih itupun buru-buru menyusul kesitu".
Meskipun pada akhirnya sepasang kaki Ji Cin peng berhasil melayang turun dengan
selamat keatas tanah, tapi begitu mencapai permukaan tanah, secara beruntun tubuhnya
mundur empat lima langkah lagi dengan sempoyongan, akhirnya ia tak sanggup berdiri
tegak dan jatuh terduduk diatas tanah.
Tampaknya tidak ringan luka yang dideritanya, setelah jatuh terduduk ditanah, ia
muntahkan darah segar.
Cepat-cepat perempuan berambut putih itu merogoh sakunya dan mengeluarkan
sebutir pil berwarna merah kemudian dicekokkan kedalam mulut Ji Cin peng, katanya,
"Anak Peng, cepat kau telan pil itu! Bangkitkan semangatmu, dan pertahankan
kehidupanmu."
"Aku tidak mengapa"." kata Ji Cin peng sambil tersenyum.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata kembali, "Siau Nay nay, anak Peng
mohon kepadamu untuk memberitahukan kepadaku sejujurnya, apakah dia bisa mati atau
tidak?" Ketika menyaksikan gadis itu sudah sedemikian terseretnya kedalam lembah cinta,
perempuan berambut putih itu menghela nafas panjang, sahutnya kemudian, "Jangan
kuatir anak Peng, dia pasti akan menjumpai kejadian-kejadian aneh yang menguntungkan
dirinya" Dua bilah pedang dari Hoa Kok khi dan Tang Bu kong dengan kecepatan bagaikan kilat
langsung meluncur ketubuh Ji Cin peng.
Setelah mendengar perkataan dari perempuan berambut putih itu, bagaikan baru saja
menelan sebutir pil yang mustajab, dalam waktu singkat semangatnya telah berkobar
kembali, sambil membentak keras, tubuhnya segera melayang kedepan.
Perempuan berambut putih yang berada disisinya segera bertindak cepat, ketika dua
bilah pedang itu meluncur tiba, ujung bajunya tiba-tiba dikebaskan kedepan, segulung
angin pukulan yang sangat kuat segera menerobos keluar lebih duluan.
Hoa Kok khi maupun Tang Bu kong segera merasakan tusukan pedangnya seakan-akan
terhalang oleh selapis dinding baja yang sangat kuat, dalam kejutnya buru-buru mereka
menarik kembali serangannya sambil mengundurkan diri.
Sementara itu si Tosu setan Thian yu Cin jin, Giok bin sin ang Say Khi pit dan Kiu wi
hou Kongsun Po telah menerjang kearah Ji Cin peng dengan kecepatan luar biasa.
"Siapa berani mendekati aku mati, yang jauh dari aku hidup!"
Ia telah meloloskan pedang Giok siang kiamnya yang amat tajam itu, hawa nafsu
membunuh menyelimuti wajahnya, tiba-tiba ia menggetarkan pergelangan tangannya,
pedang dan badan segera bersatu padu dan meluncur lurus kedepan.
Sesungguhnya kepandaian ini merupakan suatu ilmu pedang terbang yang amat lihay
ilmu pedang terbang terhitung sejenis kepandaian tertinggi dari ilmu pedang lainnya, bila
tenaga dalam yang dimiliki sipenyerang tersebut sangat lihay, maka ia dapat membunuh
orang dari jarak sepuluh kaki dari posisinya.
Sekalipun Ji Cin peng tidak memiliki tenaga dalam sesempurna itu, namun kehebatan
ilmu pedang terbangnya cukup menggetarkan perasaan setiap orang.
Tampak olehnya serentetan cahaya putih menyambar lewat secepat kilat, tahu-tahu
senjata tersebut telah mengurung sekujur badan Thian yu cinjin, Say Khi pit serta Kong
sun Po. Agak gugup juga ketiga orang itu ketika merasakan tibanya segulung sinar putih yang
segera mengurung sekujur tubuh mereka dibawah ancaman hawa pedang lawan tanpa
berhasil mengetahui dimanakah musuhnya berada, untuk sesaat mereka menjadi bingung
bagaimana caranya untuk menghadapi ancaman itu.
Dalam gelisah dan gugupnya, tiba-tiba Say Khi pit mengayunkan sepasang telapak
tangannya kedepan melancarkan dua gulung tenaga pukulan yang dahsyat, Thian yu cinjin
memutar senjata Hudtimnya menciptakan selapis bayangan senjata, sedang Kongsun Po
menggetarkan pedangnya membentuk selapis bukit pedang.
Walaupun demikian, mereka bertiga masih tetap berusaha untuk melompat mundur
dari situ. Suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang memecahkan
keheningan, menyusul kemudian darah kental memancar keempat penjuru".
Didalam pertarungan tersebut, ternyata Si kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit
telah kehilangan sebuah lengannya, pedang Kongsun Po tersayat kutung menjadi tiga
bagian, sedangkan si tosu setan Thian yu Cinjin yang berilmu silat paling tinggi hanya
mengalami sedikit kerugian, yakni sebagian dari bulu senjata Hudtimnya kena tersapu
rontok. Sementara hal pertarungan baru saja diketahui, Hoa Kok khi dan Tang Bu kong telah
menyergap kembali dengan mempergunakan senjatanya.
Perlu diterangkan disini, ilmu pedang terbang memang merupakan sejenis ilmu pedang
yang sangat lihay, akan tetapi ilmu tersebut justru paling banyak pula menyerap tenaga
penyerangnya. Jilid 16 Barusan Ji Cin Peng menderita luka dalam yang tidak enteng, kemudian harus
melancarkan serangan kembali dengan ilmu pedang terbang hawa murni yang dimilikinya
saat ini boleh dibilang telah berkurang banyak, menghadapi serangan musuh yang sangat
lihay itu, meski dia ingin mengeluarkan ilmu pedang terbangnya lagi guna melakukan
perlawanan, sayang sekali kemauan ada tenaga kurang.
Dalam keadaan demikian terpaksa dia harus melompat kesebelah kanan untuk
menghindarkan diri lebih dulu dari serangan Hoa Kok khi, kemudian sambil membalikkan
tubuhnya ia menyerang balik dengan jurus Hay si sinlo (pandangan fatamorgana ditengah
Laut). Pedangnya dengan menciptakan selapis cahaya tajam pelindung badan segera
menghadang pula serangan kilat dari Tang Bu kong.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras, sepasang telapak tangannya secara
beruntun melancarkan beberapa buah serangan berantai, dua gulung desingan angin
pukulan tajam langsung saja menerjang kedepan.
Ji Cin peng tak berani menyambut ancaman tersebut dengan keras lawan keras,
dengan gesit dia melejit ketengah udara untuk menghindarkan diri.
Baru saja badannya melambung keudara segulung hembusan angin puyuh telah
menggulung lewat dari bawah kakinya, kalau dibilang berselisih maka selisih tersebut
hanya bebe Pendekar Super Sakti 15 Elang Pemburu Karya Gu Long Bentrok Rimba Persilatan 17

Cari Blog Ini