Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 5
pedang pendek itu sebagai milik Si Leng-jin, cepat ia
menerima sambitan tersebut.
Tapi seketika itu juga ia merasakan telapak tangannya
menjadi panas, nyaris pedang tersebut terlepas kembali dari
tangan nya, diam-diam hatinya merasa terkejut sekali.
"Aku lihat, kau sebagai seorang cianpwe mempunyai
kedudukan yang tinggi sekali" katanya sambil tertawa dingin,
"masa seorang cianpwe sudi sudinya menghina kaum
perempuan?"
Seng Tocu mendengus dingin.
"Pokoknya asal kau bersedia bertarung seorang lawan
seorang denganku tanpa bermaksud melarikan diri, lohu siap
melepaskan mereka dari cengkeramanku!
Sekali lagi Hoa In-liong merasakan hatinya tercekat,
pikirnya, "Dengan segala daya upaya dia memaksaku untuk
bersedia melayani pertarungannya, jangan-jangan ia memang
bermaksud untuk membunuh aku?"
Sementara ia masih termenung, Seng Tocu telah berkata
lebih jauh, "Terus terang saja kukatakan kepadamu meskipun
tenaga dalam yang dimiliki Goan-cing hwesio jauh diatasku,
tapi sejak kehilangan banyak tenaganya, selama tiga sampai
lima tahun tidak mungkin baginya untuk memulihkan kembali
seluruh kekuatan tubuhnya seperti semula, kendatipun
301 berhasil, dengan usianya yang sudah begitu lanjut, masa
kematiannya pun semakin dekat, manusia semacam itu masih
bukan terhitung suatu ancaman bagi kami, sebaiknya ayahmu
Hoa Thian-hong meski berilmu tinggi dan berjiwa gagah,
itupun hanya terbatas pada ia seseorang"
Setelah berhenti sejenak, terusnya, "Tapi kau, bukan saja
otaknya cerdas, punya bakat, punya nyali dan punya rejeki,
temanmu juga banyak, maka lohu,?""
"Mau apa kau?" seru Hoa In-liong tanpa terasa.
Dengan hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya, sepatah demi sepatah kata jawab Seng Tocu,
"Demi kejayaan serta kecemerlangan nama Seng Kut pay,
terpaksa lohu tak akan mengijinkan manusia berbakat seperti
kau untuk melanjutkan hidupnya didunia ini"
"Aku merasa bangga sekali bisa mendapat perhatian
khususmu!" Seru Hoa In-liong kemudian dengan kening
berkerut. "Apa yang hendak kau lakukan sekarang" "Akan
kuusahakan untuk membantu terwujudnya cita-cita kalian itu!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Seng Tocu,
tampaknya ia merasa agak gusar tapi kemudian setelah
mendengus, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia berlalu
dari sana. Hoa In-liong juga sadar bahwa pertarungan yang bakal
berlangsung nanti lebih banyak bahayanya daripada
keberuntungannya tapi bagaimanapun juga ia tak tega
membiarkan Si Leng-jin terjatuh ke tangan orang-orang
Mokau, maka setelah menghela napas panjang ia segera
menyusulnya sambil berseru,
302 Jilid 8 "Seng Tocu! Kau tidak membawa serta orangnya" Tanpa
berpaling Seng Tocu menjawab, "Aku hendak menitahkan
segenap anggota Mokau agar kembali ke markas, masalah
tentang Thian Ik-cu juga tak perlu kau risaukan"
Mendengar perkataan itu, Hoa In-liong berpikir didalam
hati, "Gembong iblis ini tak sudi mengandalkan jumlah banyak
untuk meraih kemenang an, diapun enggan menunggangi
kesempatan dikala orang lagi kesulitan, jiwa gagah semacam
ini sungguh amat sulit dijumpai dalam kalangan kaum sesat
macam dia."
Gerakan tubuh Seng Tocu benar benar amat cepat seperti
terbang, sekalipun Hoa In-liong telah mengerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya, itupun hanya bisa mengi kuti
secara paksa. Dengan dasar ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua
orang itu, tak selang beberapa saat kemudian mereka telah
melewati tebing itu dan tiba di sebuah hutan bambu, setelah
menerobosi hutan bambu sam pailah mereka disebuah tanah
kosong, diatas tanah kosong berdiri sebuah rumah gubuk.
Tiba tiba Seng Tocu menghentikan langkahnya, sambil
berpaling ia berkata, "Jalan darah mereka dalam keadaan
terto tok dan berada dalam rumah itu, lohu akan menanti
kedatangan dipuncak bukit sana!"
Selesai berkata, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi ia
lantas berlalu dari situ.
303 Hoa In-liong termenung sejenak, akhirnya ia mendekati
rumah gubuk itu, mendorong pintunya dan?".
"Krek!" pintu rumah terbentang lebar.
Suasana dalam ruangan itu gelap gulita, tapi dengan
ketajaman mata, Hoa In-liong masih dapat melihatnya dengan
jelas. Rumah itu terdiri dari sebuah ruangan tengah, diruangan
itu hanya terdapat sebuah meja dengan dua buah kursi, d
sudut dinding terletak sebuah pembaringan kayu, diatas
pembaringan berbaring dua sosok tubuh manusia?".
Orang yang berbaring di sebelah luar adalah Si Leng-jin,
bibirnya yang mungil, hidungnya yang man cung menambah
kecantikan raut wajahnya.
Meskipun ia dalam keadaan berbaring, sepasang biji
matanya yang bening dan jeli sedang meman dang kearah
luar dengan termangu-mangu, tampak nya dia pun sudah
mendengar suara napas manusia, biji matanya tampak
berputar putar.
Orang yang berbaring menghadap ke dalam adalah Si Nio
yang mukanya penuh dengan luka, ia berada dalam keadaan
pulas. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Hoa In-liong
berjalan mendekatinya, lalu tangannya ditepuk diatas jalan
darah Thian leng hiat ditubuh Si Leng-jin untuk membebaskan
jalan darahnya yang ter-totok.
Si Leng-jin segera merasakan segulung hawa panas
mengalir turun lewat jalan darah Pek-hwe hiat, dimanca aliran
hawa panas itu mengalir lewat, seluruh tubuhnya menjadi
304 segar dan semua jalan da rah yang tertotok secara otomatis
bebas dengan sendirinya.
Gadis itu segera melejit bangun dan duduk ditepi
pembaringan Dengan terbiasanya berada diruang gelap, lamat-lamat
gadis itu dapat pula menyaksikan bentuk tubuh Hoa In-liong,
seketika itu juga perasaannya terasa tersumbat, seakan akan
ada beribu kata terkandung dalam hatinya namun tak sepatah
katapun sanggup diutarakan keluar, mukanya termangumangu
persis seperti seseorang yang baru sadar dari impian.
Menyaksikan keadaan dara itu Hoa In-liong segera
menghela napas panjang, katanya, "Nona apa yang kau
rasakan sekarang?"
Mendengar pertanyaan itu tiba-tiba butiran air mata jatuh
berlinang dari mata Si Leng-jin.
Hoa In Hong segera berpikir, "Sudah pasti kedua orang ini
mempunyai penga laman hidup yang amat getir, apalagi
setelah bertemu dengan gembong iblis macam Seng Tocu,
tentunya banyak sudah pengalaman seram yang di
rasakan?".."
Berpikir sampai disana, timbul perasaan iba dan kasihannya
dengan lembut ia berkata, "Pertolonganku datang agak lambat
tentunya nona sudah banyak mengalami kejadian yang
mengejutkan hati"
"Hoa kongcu?"" bisiknya.
Untuk sesaat dia tak tahu apa yang musti diucapkan, air
mata bercucuran amat deras, kalau bisa ia ingin menangis
sepuasnya 305 Tapi dia adalah seorang gadis yang berhati sekeras baja,
air matanya segera dibesut dan ia berusaha keras untuk
menahan rasa pedih didalam hatinya.
Mendadak Hoa In-liong teringat kembali akan janjinya
dengan Seng Tocu, hatinya merasa amat terkejut, ia merasa
sudah membuang waktu terlalu lama, pikirnya, "Dalam
pertarunganku melawan Seng Tocu sembilan puluh persen
jiwaku tiada harapan bisa selamat, padahal obat Yau-ti-wan ini
menyangkut jiwa dari beribu-ribu orang jago du nia persilatan,
aku harus mengatur segala sesuatunya secara tepat."
Berpikir sampai disitu, dengan wajah serius ia lantas
berkata, "Nona Si, aku ada satu persoalan ingin minta tolong
kepadamu, apakah kau bersedia membantu?"
"Kongcu ada pesan apa?" tanya Si Leng-jin dengan air
mata bercucuran.
"Sesungguhnya persoalan ini menyangkut mati hidupnya
seluruh dunia persilatan?""
Mendadak ia berhenti ditengah jalan, pikirnya kembali,
"Ilmu silat yang dimiliki Si Leng-jin tidak terlalu tinggi, kalau
suruh dia yang membawa pusaka ini rasanya terlampau
berbahaya?""
Rupanya Si Leng-jin dapat menduga jalan pemikiran
pemuda itu, segera ujarnya, "Kalau Kongcu dapat
mempercayai diriku apa yang kau pesankan pasti akan
kulakukan dengan sebaik-baiknya"
Setelah berhenti sejenak ia menyambung, "Cuma ilmu
silatku amat cetek, aku kuatir tak dapat melaksanakan tugas
itu dengan sebaik-baiknya"
306 Hoa In-liong segera tersenyum, ia telah mengambil
keputusan didalam hati, sambil mengeluarkan botol porselen
yang berisi pil Yan ti-wan itu dan menyerahkan kepada Si
Leng-jin, ia berpesan, "Isi botol porselen ini adalah obat
mustinya, dari sini harap nona menuju ke barat dan melewati
dua buah bukit, diujung sebuah lembah terdapat sebuah gua
yang tertutup oleh tumbuhan rotan, temuilah Thian Ikcu?"?"
"Thian Ik-cu?" seru Si Leng-jin dengan wajah terkejut.
"Harap nona jangan kaget, kini Thian Ik-cu sudah bertobat
dan kembali ke jalan yang benar!"
Mendengar jawaban tersebut, Si Leng-jin tertegun sejenak,
kemudian katanya pula, "Kalau toh cuma sedekat ini, kenapa
Hoa kongcu tidak menyerahkan sendiri kepada Thian Ik-cu?"
Hoa In-liong tertawa-tawa.
"Saat ini pihak Seng-sut-pay sedang melakukan
penggeledahan bukit secara besar-besaran, nona musti
bertindak hati-hati, andaikata Thian Ik-cu tidak berhasil
ditemukan, mintalah tolong kepada temanku untuk
mencarinya sampai ketemu!"
Selesai berkata dia letakan botol porselen itu ke tanah, lalu
pedang pendek Si Leng-jin ikut pula diletakkan disana, sehabis
menotok bebas jalan darah Si Nio, ia melompat keluar dari
rumah, menerobosi hutan bambu dan berangkat ke puncak
bukit. Kendatipun tingkah laku pemuda itu tetap tenang dan
wajar, toh Si Leng-jin merasakan juga sesuatu yang tak beres,
307 dia segera memburu keluar rumah, kemudian teriaknya keraskeras,
"Hoa kongcu!"
"Harap nona baik-baik menjaga diri!" seru Hoa In-liong
kedengaran dari kejauhan.
Si Leng-jin merasa tertegun, dengan cepat ia memburu ke
dalam rumah, menyambar botol porselen itu dan masukkan ke
sakunya, lalu menyelipkan pedangnya ke pinggang dan siap
keluar lagi dari rumah itu.
Mendadak ia batalkan niatnya itu, sambil berpaling
diawasinya Si Nio sekejap, ketika dilihatnya perempuan itu
masih tertidur pulas, butiran air mata jatuh berlinang
membasahi pipi Si Leng-jin, gumamnya dengan suara lirih,
"Selama banyak waktu ini, aku betul-betul telah menyiksa
dirimu?""
Akhirnya sambil menggertak gigi, ia melompat keluar dari
rumah gubuk itu dan berangkat kearah dimana Hoa In-liong
berlalu. Sementara itu Hoa In-liong telah berlarian menuju
kepuncak bukit dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya yang sempurna, tak selang seperminuman teh
kemudian ia sudah tiba ditempat tujuan.
Dengan sikap yang mengerikan seperti sesosok sukma
gentayangan, Seng Tocu berdiri diatas puncak, sekalipun
disekelilingnya sangat indah, tapi dengan kehadirannya disana
membuat suasana puncak tersebut seakan-akan diliputi
selapis hawa setan, membuat siapapun merasa bergidik.
"Maaf kalau kau harus menunggu agak lama!" katanya.
Seng Tocu memicingkan matanya.
308 "Lohu sedang heran kenapa begitu cepat kau sudah datang
kemari. Sudah kau atur baik-baik kekasihmu itu?" katanya.
Hoa In-liong menjadi meringis ketika melihat orang itu
salah mengira Si Leng-jin sebagai kekasihnya, namun diapun
enggan memberi penjelasan, maka sambil ulapkan tangannya,
ia berkata, Lebih baik tak usah membicarakan hal yang bukanbukan,
bila kau ingin mencoba kelihaiyan dari ilmu silat Lioksoatsan-ceng kami, sekarang sudah boleh dimulai.
Pedangnya lantas dicabut keluar dan dilintangkan didepan
dada, sekokoh batu karang ia berdiri disana, dalam waktu
singkat semua masalah tentang rejeki atau bencana, mati atau
hidup tersapu lenyap dari benaknya, apa yang dipikirkan
sekarang adalah bagaimana caranya mempertahankan diri
serta bagaimana caranya merobohkan musuh.
Seng Tocu tak berani memandang enteng musuhnya,
sepasang mata yang biasanya dipejamkan rapat-rapat kini
mencorong sinar yang tajam sekali.
Seketika itu juga kabut pertarungan menyelimuti seluruh
puncak bukit tersebut.
Mendadak Hoa In-liong membentak keras, pedangnya
digetarkan dan hawa pedang memancar melancarkan
serangannya yang pertama.
Serangan ini cukup dahsyat dan mematikan, andaikata
orang tak berilmu tinggi niscaya akan terluka diujung
senjatanya.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bocah muda, belum terhitung hebat ilmu pedangmu itu!"
309 Sambil maju kemuka dia melepaskan sebuah serangan
hebat, seakan-akan ia sama sekali tak terpengaruh oleh
kehebatan ilmu pedang lawan.
Siapa tahu, ketika pedang itu sampai, ditengah jalan
mendadak hawa pedangnya sirap, kemudian tanpa
menimbulkan sedikit suara pun mengancam pinggang orang
itu. Seng Tocu amat terkejut, buru-buru ia tarik nafas panjang
tanpa berkutik lain sambil bergeser tiga depa kesamping,
pujinya, "Bocah muda! Kau memang pantas melangsungkan
pertarungan melawan diriku"
"Kau terlampau menilai tinggi dirimu sendiri!" dengus Hoa
In-liong. Sementara dihati kecilnya ia berpikir, "Tenaga dalam yang
dimiliki gembong iblis Ini memang betul-betul hebat sekali
hanya mengandalkan tarikan nafas saja tubuhnya dapat
bergeser tempat, bahkan sempat berbicara juga, aku tak
boleh menilai terlalu rendah musuhku yang ini."
Setelah berlangsungnya pertarungan pertama, kedua belah
pihak sama-sama telah mengetahui kehebatan dari ilmu silat
masing-masing, hal ini menambah semangat bagi kedua belah
pihak untuk melangsungkan pertarungan lebih jauh.
Setelah dipaksa berada diposisi bawah angin, Seng Tocu
merasa penasaran sekali, timbul rasa ingin menang dihatinya,
sambil mendengus ia menerjang kemuka sambil melepaskan
pukulan. Dalam sekejap mata, suatu pertarungan sengit yang jarang
terjadi dalam dunia persilatan pun berlangsung dengan
serunya. Setelah sepuluh jurus lewat, Hoa In-liong, mulai
310 terdesak dibawah angin, melihat posisinya ini, pemuda itu
segera mengambil pedang, dimainkan sedemikian rupa
sehingga menciptakan selapis dinding baja yang airpun tak
tembus, sementara tiap kali ada kesempatan ia melancarkan
serangan balasan.
Tujuh delapan puluh jurus serangan telah dilancarkan Seng
Tocu. akan tetapi dia belum berhasil juga mengalahkan Hoa
In-liong, hal ini menimbulkan perasaan malu dalam hatinya.
Ia merasa dengan usianya sekarang, andai kata dalam
seratus gebrakan tidak berhasil mengalahkan anaknya Hoa
Thian-hong, maka peristiwa ini akan sangat mempengaruhi
nama baiknya, Berpikir demikian, tiba-tiba serunya, "Hoa Yang, dalam
sepuluh jurus lohu akan mengalahkan dirimu!"
Ditengah pembicaraan tiba-tiba serangan nya berubah, ia
bergerak mengitari disekeliling badan Hoa In-liong, sepasang
telapak ta ngannya diayunkan berulang kali menghantam
tempat-tempat kosong disekeliling tubuh si anak muda itu.
Hoa In-liong tidak habis mengerti dengan tindakan-nya itu,
namun ia tak berani bertindak gegabah, sebaliknya
pertahanan disekitar tubuhnya malahan diperketat.
Sungguh hebat tenaga dalam yang dimiliki Seng Tocu,
dalam waktu singkat ia sudah mengitari anak muda itu
sebanyak dua tiga puluh kali lingkaran, kemudian tubuhnya
menerobos keposisi tiong-kiong dan sebuah pukulan segera
dilontarkan ke depan.
Hoi In liong memutar pedang antiknya membacok
kebawah, tapi dengan cepat ia merasakan sekeliling tubuhnya
311 seakan-akan telah membeku, bacokan pedangnya yang
mengarah tubuh lawan pun segera meleset kesamping.
Pertarungan antara jago lihay mana boleh meleset
seincipun" Terdengar Seng Tocu tertawa terkekeh-kekeh,
sebuah pukulan dahsyat segera di lontarkan ke dada lawan.
Sesungguhnya serangan ini sulit sekali untuk di hindari,
untungnya Hoa In-liong cerdas dan ilmu silatnya sudah
mencapai kesempurnaan, apalagi pengalamannya yang cukup
selama berkelana dalam dunia persilatan, membuat ia tidak
panik dalam menghadapi bahaya maut.
Dalam keadaan kritis, telapak tangan kirinya diayun ke
depan menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Plaak"..!" sepasang telapak tanpanrya segera menempel
antara yang satu dengan lainnya.
Tujuan Seng Tocu yang sebenarnya memang demikian,
maka serentak hawa murninya disalurkan keluar dengan
dahsyatnya untuk menerjang tubuh Hoa In-liong.
Buru-buru si anak muda itu mengerahkan tenaga dalamnya
untuk melakukan perlawanan sementara pedang ditangan
kanannya langsung membacok ke bawah.
Seng Tocu bergerak cepat, tangan kirinya segera diayun ke
depan untuk mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangan Hoa In-liong.
Telapak tangan kiri Hoa In-liong yang digunakan untuk
melawan tekanan hawa murni dari Seng Tocu hampir telah
mempergunakan segenap kekuatannya, karena keadaan
terdesak terpaksa ia membuang pedangnya dan berganti
312 menotok jalan darah tay-ciu-hiat pada belakang telapak
tangan Seng Tocu.
Sebelum pedang yang terjatuh mencapai tanah, kedua
orang itu sudah melangsungkan pertarungan sebanyak empat
lima jurus dengan menggunakan segenap kekuatan yang
dimilikinya. Harus diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki Seng
Tocu jauh lebih hebat dibandingkan Hoa In-liong, hal ini sudah
merupakan kenyataan yang terbukti, sudah barang tentu Hoa
In-liong yang mengetahui kelemahannya berusaha keras
untuk menghindari suatu pertarungan beradu kekuatan,
sayang posisi Seng Tocu berada diatas angin, sehingga mau
tak mau mereka harus menempelkan kembali sepasang
telapak tangannya untuk beradu tenaga.
Betapa girangnya Seng Tocu karena niatnya tercapai,
segenap kekuatan tubuhnya segera dikerahkan keluar dengan
maksud untuk membinasakan anak muda itu dalam sekali
pukulan, siapa tahu tiba-ti ba ia merasakan hawa murninya
tergelincir kearah samping lain hilang lenyap tak berbekas.
Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, ia lantas berpikir,
"Tenaga dalam apaan ini?"
Haruslah diketahui bahwa pertarungan adu tenaga dalam
merupakan suatu pertarungan yang paling jujur, orang tak
mungkin bisa menggunakan akal muslihat untuk peroleh
kemenangan. Tapi kenyataanya Hoa In-liong sanggup mengalihkan
kekuatan musuhnya kearah lain, kejadian aneh semacam ini
hakekatnya belum pernah terjadi dalam dunia persilatan, tak
heran kalau Seng Tocu dibikin terperanjat oleh kejadian itu.
313 Akan tetapi dia bukan manusia sembarangan, begitu hawa
murninya dihimpun, kembali Hoa In li ong segera merasakan
sepasang telapak tangannya seperti menahan bukit Tay san,
sukar baginya untuk melenyapkan Kembali daya kekuatan
tersebut Kendatipun begitu, Seng Tocu sendiripun tidak berhasil
merobohkan Hoa In-liong, ia merasakan betapa anehnya
tenaga dalam yang dimiliki si anak muda itu, setiap kali kalah
sebagaian maka kekuatannya akan bertambah besar
sebagaian, makin sulit pula baginya untuk mendesak anak
muda tersebut. Akan tetapi tenaga dalam memang merupakan urusan
terpenting dalam pertarungan ini, tak sampai seperminum teh
kemudian, peluh telah membasahi seluruh badan Hoa In-liong,
pakaian yang di kenakan telah basah kuyup dibuatnya.
Selama pertarungan berlangsung, secara diam-diam Seng
Tocu memperhatinkan terus paras muka Hoa In-liong, ia
saksikan sinar matanya memancarkan cahaya berkilat,
tampaknya makin bertarung semakin kuat, hal ini segera
mengingatkannya akan suatu peristiwa, tiba-tiba timbul
perasaan menyesal dalam hatinya.
"Rupanya si hwesia tua itu kehilangan hawa murninya
sewaktu ada di Yu hoa-tay karena mewariskan kekuatannya
kepada bocah ini, kalau pertarungan adu tenaga ini
dilanjutkan niscaya aku akan kehilangan banyak tenaga, dan
tindakanku ini sama artinya seperti membantu bocah ini
mencapai kesuksesan".."
Keadaan sekarang ibarat menunggang dipunggung
harimau, mau berhenti ditengah jalanpun tak mungkin bisa,
maka kuputuskan mumpung Hoa In-liong belum berhasil
meresapi inti kekuatan yang diwariskan Goan-cing taysu
314 kepadanya, ia akan membunuhnya lebih dulu, sebab kalau
menunggu sampai inti kekuatannya telah menggabung
dengan kekuatannya, menang kalah akan semakin sulit untuk
ditentukan. Karena berpikir demikian, dengan mengerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya ia segera menyerang dengan
hebatnya. Hoa In-liong yang didesak terus menerus betul-betul
keteter hebat, akan tetapi ia tetap melawannya dengan gigih,
sedikitpun tiada tanda-tanda hendak menyerah kalah.
Dalam waktu singkat dua jam sudah lewat, kedua orang itu
masih juga saling menempel antara yang satu dengan lainnya,
air muka Hoa In-liong ketika itu sudah berubah menjadi merah
padam, peluh sebesar kacang membasahi sekujur tubuhnya
sedangkan Seng Tocu telah menarik pula wajahnya yang kaku
dan tanpa emosi itu.
Pada saat itulah dari bawah tebing sebelah barat
merangkak naik seorang gadis berbaju hitam, tubuhnya
ramping dan wajahnya cantik, sebilah pedang pendek
tergantung di pinggangnya, dia tak lain adalah Si Leng-jin?"
Ternyata ia menyusul Hoa In-liong kesana, tapi berhubung
ilmu silatnya selisih jauh bila dibandingkan pemuda itu, maka
sampai sekarang ia baru sampai disana.
Dengan sepasang matanya yang jeli dia perhatikan
keadaan disekeliling tempat itu, akhirnya dibawah cahaya
bintang ia saksikan ada dua orang berdiri saling berhadapan
dengan sepasang telapak tangan saling menempel antara satu
dengan lainnya, kejadian itu membuatnya tertegun.
315 Apalagi setelah mengetahui Hoa In-liong berada di posisi
bawah angin, dalam kagetnya tanpa berpikir panjang ia cabut
keluar pedangnya dan menubruk ke depan, pedangnya
langsung ditusukkan ke punggung Seng Tocu.
Mendadak Hoa In-liong membentak keras, Seng Tocu
mendengus pula dengan dingin, bukan saja pedangnya itu tak
berhasil menusuk punggung Seng Tocu, bahkan muncul
segulung tenaga dahsyat yang menyusup lewat pedangnya
menghantam gadis itu.
Si Leng-jin menjerit tertahan, kulit tangannya pecah, dan
pedang pendeknya mencelat dari pegangan, kemudian dengan
sempoyongan badannya mundur sejauh lima enam langkah,
lengannya linu dan kaku, hampir saja tak sanggup digerakkan
lagi, ditambah telinganya mendengung keras dan rasanya
sakit sekali. Belum habis rasa kaget dan takutnya, telapak tangan kedua
orang yang saling menempel itu sudah berpisah dan masingmasing
mundur dua langkah.
Seng Tocu hanya tergetar sedikit tubuhnya lalu berdiri
tegak kembali. Sebaliknya Hoa In-liong dengan wajah pucat pias seperti
mayat melirik gadis itu sekejap, tiba-tiba ia muntah darah
segar, lalu roboh terjengkang ke atas tanah.
Si Leng-jin agak tertegun sejenak, kemudian sambil
menangis tersedu-sedu teriaknya, "Ooh, Hoa kongcu!"
Seperti dua buah sungai, air matanya bercucuran dengan
derasnya, ia maju menghampirinya lalu berlutut disisi Hoa Inliong
dan bermaksud membopong tubuhnya.
316 Waktu itu sebenarnya Seng Tocu sedang memejamkan
matanya sambil mengatur pernapasan, tiba-tiba ia membuka
matanya sambil membentak, "Jangan dibopong!"
Si Leng-jin agak tertegun, lalu sambil berpaling teriaknya,
"Menyingkir kau dari situ!"
Agaknya dia tak tahu kalau Seng Tocu adalah seorang
gembong iblis yang berilmu tinggi, setelah membentak
kembali, ia berpaling dan siap membopong anak muda itu lagi.
Kemarahan Seng Tocu langsung berkobar, lengan
kanannya segera diangkat siap dihantamkan keatas batok
kepala Si Leng-jin akan tetapi ketika dilihatnya wajah sinona
begitu mengenaskan ia menjadi tak tega.
Serangan bacokan dirubah menjadi tenaga lembut yang
membawa tubuh Si Leng-jin mencelat ke samping.
"Kau tahu isi perutnya sekarang telah bergeser dari tempat
kedudukannya semula?" demikian ia menegur ketus, "kini
hanya tinggal segulung hawa murni yang melindungi
jantungnya, bila kau gerak-kan tubuhnya maka ia akan tewas
seketika itu juga"
Si Leng-jin menjadi tertegun, tiba-tiba ia mendekam
ditanah sambil menangis tersedu-sedu.
"Budak ingusan, apa yang kau tangisi?" kata Seng Tocu
dengan hambar, "berbicara sesungguh nya bocah muda she
Hoa itu bisa menjadi begitu adalah gara-gara perbuatanmu"
Mendengar perkataan itu, Si Leng-jin segera menghentikan
tangisannya dan menengadah memandang ke arah Seng
Tocu, wajahnya menampilkan rasa kaget dan tidak habis
mengerti. 317 Melihat gadis itu sudah mengalihkan perhatian kepadanya,
Seng Tocu berkata kembali, "Perhatikan baik-baik, selama
hidup lohu paling tak ambil perduli terhadap segala kebaikan,
kejahatan ataupun segala kedengkian tapi terhadap segala
persoalan selamanya aku tak pernah merahasiakan keadaan
yang sebenarnya"
Ia memandang sekejap Hoa In-liong yang pucat pias dalam
keadaan sekarat itu, kemudian melanjutkan.
"Demikian terhadap keadaan sesungguhnya dari
pertarungan malam ini, akupun tak ingin merahasiakannya
kepada orang lain"
Si Leng-jin membelalakkan sepasang matanya sambil
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpikir, "Menang kalah dari pertarungan ini sudah jelas
tertera, kenyataan apa lagi yang hendak dia bicarakan?"
Tiba-tiba teringat kembali dengan perkataan dari Seng
Tocu yang mengatakan bahwa dialah yang telah mencelakai
Hoa In-liong, segera hatinya bergetar keras.
Terdengar Seng Tocu berkata kembali, "Mula-mula lohu
merasa yakin kalau tenaga dalamku amat sempurna dan jauh
diatas kekuatan bocah dari keluarga Hoa itu, mala sengaja
kupaksa dirinya untuk melangsungkan ada kekuatan tenaga
dalam, siapa tahu kenyataannya".
Tiba tiba wajahnya memancarkan sinar keraguan, tanyanya
kemudian, "Hei budak cilik, tahukah kau tenaga dalam yang
dipelajarinya itu berasal dari perguruan mana?"
"Tentu saja pelajaran dari keluarganya!" jawab Si Leng-jin.
Seng Tocu segera gelengkan kepalanya berulang kali.
318 Meskipun lohu tidak begitu memahami Gin hoat tenaga
dalam dari keluarga Hoa, tapi aku yakin tenaga dalam yang
dipelajarinya bukan berasal dari aliran keluarga Hoa, sebab
tenaga dalamnya sangat kuat bagaikan gelombang yang
berlapis-lapis, gelombang yang satu jauh lebih hebat dari
gelombang berikutnya, lagipula aliran hawa murninya itu
sebentar mengalir secara lurus sebentar mengalir kembali
secara terbalik, tenaga dalam aliran keluarga Hoa tidak
mempunyai gejala semacam ini.
"Soal ini boleh tak usah kita bicarakan, dengan
mengandalkan tenaga dalam yang sangat aneh ini Hoa Inliong
ternyata sanggup mempertahankan diri dari seranganku,
bahkan semakin lama pertarungan berlangsung ternyata
tenaga dalam yang dimilikinya semakin dahsyat dan
kuat?".."
"Aneh sekali!" seru Si Leng-jin tanpa terasa.
"Saat itulah lohu baru sadar bahwa ia telah mencapat
bimbingan dari seorang jago lihay" kata Seng Tocu lebih jauh,
"bila ditinjau dari keadaan itu, kemungkinan besar ilmu yang
sedang dipelajarinya adalah ilmu sebangsa Tin goan ing tok
(bimbingan tenaga dalam untuk menyeberang) yang justru
kesempatan semacam itu merupakan kesempatan yang
terbaik baginya untuk membaurkan tenaga murni yang
didapat dengan tenaga murni yang telah dimiliki dalam
tubuhnya?".."
"Apakah yang disebut Tin goan ing tok tersebut?" tanya Si
Leng-jin tiba-tiba.
Seng Tocu memandang sekejap kearahnya kemudian
menjawab, "Sebenarnya dalam soal ilmu tenaga dalam,
kemajuan hanya bisa dicapai bila seseorang tekun melatihnya,
319 tapi lain ceritanya jika dia mempunyai sebangsa obat yang
dapat mengganti tulang merubah otot, selain daripada itu jika
ada seorang tokoh sakti yang rela menghadiahkan tenaga
dalam hasil latihannya kepada orang lain tentu saja hal inipun
bisa terjadi, dan cara yang terakhir inilah yang dinamakan
sebagai Tin-goan-ing-tok tersebut.
"Apa susahnya ini?" pikirnya.
Tampaknya Seng Tocu dapat menebak suara hatinya,
dengan dingin ia berkata, Cara semacam ini tampaknya saja
gampang padahal jauh lebih sulit prosesnya daripada
mempergunakan obat mustika, sebab pertama sedikit
kesalahan saja akan berakibat fatal, kedua, tokoh sakti
semacam ini sukar ditemukan didunia ini, yang lebih penting
lagi orang-orang itu biasanya enggan memberikan hasil yang
luar biasa kepada muridnya tanpa si murid harus bersusah
payah. Tampaknya Seng Tocu merasa bahwa pembicaraannya
sudah terlanjur terlampau jauh cepat-cepat katanya kembali,
Berbicara kembali kesoal kami tadi, waktu itu lohu merasa
menyesal sekali, aku tahu jika keadaan ini dibiarkan
berlangsung terus maka pada akhirnya bocah dari keluarga
Hoa itulah yang bakal peroleh kemenangan mutlak.
"Lantas dia?".kenapa dia".?"
Seng Tocu segera ulapkan tangannya, bukan menjawab dia
malah balik bertanya, "Kaukah yang menyergap diriku?"
Waktu itu Si Leng-jin sudah tidak terlampau merisaukan
kesel-amatan diri, mendengar pertanyaan itu dia lantas
mendengus dingin.
"Hmm! Sudah tahu pura-pura bertanya lagi!"
320 Bukannya menjadi gusar, Seng Tocu malahan tertawa
terbahak-bahak,
"Haaahh?"haaahh?".haaahh?""hei budak, tahukah
kau ketika lohu dan bocah muda she Hoa itu sedang
melangsungkan pertaru ngan adu tenaga, sekeliling tubuh
kami telah dilapisi hawa murni pelindung badan" Apabila dari
luar ada serangan yang datang maka akan memancarlah
tenaga gabungan dari kami berdua, siapakah didunia ini yang
sanggup menerima tenaga gabungan dari kami berdua ini"
Bukankah kau mencari jalan kematian buat diri sendiri?"
"Tapi aku toh masih hidup segar bugar?"
Seng Tocu segera mendengus dingin.
"Kau masih hidup segar bugar?" katanya. "Kau tahu"
Kenapa sampai sekarang kau masih tetap segar bugar?"
Tidak menanti jawaban dari Si Leng-jin, dengan marah ia
berkata lebih lanjut, "Kau tahu" Seseorang yang hampir saja
tiada tandingannya dikolong langit, telah hancur lebur dan
lenyap tak berbekas, gara-gara perbuatanmu itu?"
Suaranya keras dan tegas, sama sekali berubah dari sikap
semulanya yang hambar dan berbau hawa setan itu.
Si Leng-jin termenung sebentar, mendadak dengan wajah
berubah hebat serunya, "Jangan, jangan?""
"Betul!" tukas Seng Tocu, "gara gara ingin menyelamatkan
jiwamu dan lagi diapun tak ingin menangkan aku dengan cara
tak adil, akhirnya ia malah berubah menjadi begini rupa"
321 Dibalik ucapannya itu lamat-lamat kedengaran pula
nadanya yang bersedih hati.
Haruslah diketahui, barang siapa telah menjadi seorang ahli
dalam suatu kepandaian, tentu akan timbul suatu perasaan
sayangnya terhadap genera si penerus yang memiliki bakat
bagus. Selama hidupnya boleh dibilang Seng Tocu ha nya terjun
dalam bidang ilmu silat, sudah barang tentu dia menaruh rasa
sayang terhadap setiap o-rang yang berbakat bagus dan
berilmu tinggi.
Sayangnya Hoa In-liong bukan berasal dari Seng-sut-pay,
malahan merupakan musuh tangguh partainya, rasa dengki
telah menindas rasa sayangnya. Akan tetapi disaat keadaan
Hoa In-liong terancam bahaya, rasa dendamnya seketika
lenyap tak berbekas, sebagai gantinya timbul rasa sayang dan
kasihannya. OOOOOOOOOOOOOO 47 Dengan tatapan sinar kosong Si Leng-jin memandang awan
di angkasa, lama sekali ia berdiri termanggu, lalu dengan
wajah yang sedih, guman-nya lirih, "Aku?"?" akulah yang
telah mencelakainya?"?"".tak kusangka"..tak
kusangka"..!"
Tiba-tiba sinar matanya membentur dengan pedang antik
yang tergeletak ditanah, tanpa berpikir panjang lagi ia
menyambar senjata itu dan menggorok keleher sendiri.
322 Kelihatannya pedang itu segera akan melukai tenggorokan
si nona dan gadis yang cantik jelita segera akan berpulang ke
alam baka".
Mendadak Seng Tocu merampas pedang itu sambil ujarnya
dengan suara yang dingin, "Sampai kini orang she Hoa itu
belum mati, buat apa kau buru-buru hendak mampus" Si
Leng-jin tertegun, mendadak ia menengadahkan kepalanya
sambil berkata, "Apakah kau dapat menyelamatkan jiwanya?"
"Seng Tocu hanya dapat menyelamatkan jiwanya selama
sepuluh hari, bila ingin menolong jiwanya kecuali kau bisa
mendapat jin som berusia seribu tahun atau bahan obat
mujarab lain seperti Leng ci dan lain sebagainya".."
"Ke mana aku harus mencari Jin som berusia seriba tahun
dan Lengci itu?" tanya Si Leng-jin lagi dengan wajah penuh
pengharapan. Seng Tocu mengerutkan dahinya, lalu menjawab, "Bendabenda
yang langka didunia ini hanya bisa ditemukan dan tak
mungkin diharapkan tapi bagaimana caranya untuk
menemukan benda-benda mustika itu?"
Tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, katanya
kemudian, "Keluarga Hoa tersohor didunia persilatan sebagai
tempat yang dimiliki pelbagai mustika, siapa tahu dirumahnya
tersedia bahan obat-obatan seperti itu" Cuma saja sekalipun
ada, jaraknya dari sini menuju ke bukit Im tiong san ada tiga
empat ribu li, dalam sepuluh hari tak mungkin bisa tiba
ditempat tujuan kecuali terbang, apa lagi dirumahnya toh
belum tentu ada benda tersebut?"?""
Mendengar ucapan itu tiba-tiba Si Leng-jin seperti teringat
akan sesuatu, ia teringat dengan botol porselen yang baru
323 saja diserahkan Hoa In-liong kepadanya itu, siapa tahu kalau
isi botol porselen itu adalah obat mujarab"
Dengan cepat botol itu diambil keluar, tapi baru saja
hendak membuka penutupnya, sebagai seorang gadis yang
cukup berpengalaman dan mengetahui bahayanya orang
persilatan, dengan cepat ia teringat kalau disana masih ada
Seng Tocu, andaikata isinya betul-betul adalah obat mustika,
lalu Seng Tocu hendak merampasnya, apa yang bisa dia
lakukan" Seng Tocu bukan manusia kemarin sore, dari sikap si nona
yang mengeluarkan sebuah botol berbentuk aneh tapi segera
membatalkan niatnya untuk membuka penutup botol itu,
dengan cepat ia dapat menebak suara hatinya.
Sambil mendengus dingin katanya kemudian, "Kau anggap
Lohu ini manusia macam apa" Tak akan kurampas benda
milikmu, baiklah! Memandang Hoa yang sebagai seorang lelaki
ksatria, lohu akan memperpanjang umurnya selama sepuluh
hari" Begitu selesai berkata, tanpa menantikan jawaban dari Si
Leng-jin lagi ia lantas maju ke depan dan secara beruntun
melepaskan tujuh belas buah pukulan keatas dada Hoa Inliong.
Si Leng-jin dapat menyaksikan bahwa dalam setiap
pukulannya itu selalu disertakan tenaga yang cukup kuat,
tempat yang di incarpun merupakan jalan darah penting,
berdebar juga jantungnya menyaksikan kejadian itu, untuk
sesaat ia hanya bisa memperhatikannya tanpa berkedip.
Dengan sebuah kebutan ujung bajunya, Seng Tocu
membalikan tubuh Hoa In-liong, kemudian menotok pula
beberapa buah jalan darah penting di punggungnya itu, secara
324 beruntun ia lepaskan lima belas buah pukulan, hanya kali ini
gerakannya dilakukan lambat sekali.
Pukulannya yang terakhir itu ditujukan pada jalan darah
Thian-teng hiat ditubuh Hoa In-liong, setelah itu ia baru
menghembuskan napas panjang dan membesut keringat yang
telah membasahi jidatnya.
Sekarang Si Leng-jin baru tahu bahwa Seng Tocu telah
mengor-bankan banyak sekali tenaga dalamnya untuk
memperpanjang usia Hoa In-liong selama sepuluh hari,
bagaimanapun juga gadis itu tercengang juga oleh tindak
tanduk gembong iblis tersebut yang ternyata bersedia
berkorban demi musuhnya?"..
Sementara itu Seng Tocu telah memutar balik tubuh Hoa
In-liong, dari sakunya ia mengeluarkan sebuah botol porselen
berwarna hijau dan mengeluarkan sebutir pil warna hitam
yang besarnya seperti gundu.
"Eeh, obat itu terbuat dari bahan apa saja" Kenapa jelek
amat warnanya?"?"".?" tiba-tiba Si Leng-jin menegur.
Suara itu amat lirih, seakan akan sedang bergumam
seorang diri. Seng Tocu segera mendengus dingin, sahutnya, "Jika lohu
berniat untuk mencelakainya buat apa musti melakukan
banyak perbuatan yang tak ada gunanya"
Ia membungkuk dan membuka mulut Hoa In-liong lalu
masukkan pil berwarna hitam itu ke mulutnya, kemudian
sambil membopong tubuh si anak muda itu ia siap berlalu dari
sana. 325 Si Leng in menjerit kaget, sambil melompat bangun
teriaknya, "Hei, mau apa kau?"
Seng Tocu menghentikan langkah kakinya seraya berpaling,
lalu dengan nada tak sabar katanya, "Hmm?"! Dengan
mengandalkan sedikit kepandaian yang kau miliki itu
dianggapnya bisa membawa turun seorang yang terluka parah
dengan selamat" Lohu akan menghantarkannya ke rumah
gubuk itu, urusan selanjutnya terserah padamu."
Setelah berhenti sebentar ia menambahkan.
"Dasar pikiran perempuan memang selalu picik tubuhnya
cuma curiga melulu?"?".
Hmm! Brengsek!"
Merah padam selembar wajah Si Leng-jin karena jengah, ia
segera maju dua langkah seraya berkata, "Kalau begitu harap
locianpwe sudi membawa serta diriku!"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Seng Tocu
menyambar tubuh Hoa In-liong dengan tangan kanan dan
menggenggam lengan Si Leng-jin dengan tangan kirinya.
Tiba-tiba gadis itu berseru lagi.
"Eeeh".tunggu sebentar!"
Seng Tocu mengernyitkan alis matanya seperti tidak sabar,
tapi ia toh melepaskan juga genggamannya.
Si Leng-jin segera menghampiri pedang milik Hoa In-liong
dan mengambilnya, lalu mencari pula pedang pendek miliknya
sendiri, tapi pedang itu lenyap tak berbekas, tahukah nona itu
ada kemungkinan pedangnya sudah terjatuh ke bawah jurang.
326 Sebagaimana diketahui, pedang pendek itu tajamnya luar
biasa, selama ini ia selalu menyayanginya, kini setelah terbukti
hilang sedikit banyak nona itu merasa sayang juga, tapi
karena lebih menguatirkan keselamatan Hoa In-liong, maka
buru-buru ia kembali ke tempat semula.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seng Tocu sudah tak sabaran lagi, lengan kanannya segera
disambar dan dibawanya turun ke bawah tebing.
Separjang jalan Si Leng-jin hanya merasa desingan angin
kencang menyambar lewat dari sisi telinganya, pemandangan
alam di sekitarnya sukar di perhatikan dan kakinya seakan
akan tidak menempel tanah, diam-diam terkejut juga si nona
itu oleh kebebatan ilmu silat yang dimiliki Seng Tocu
"Bila dilihat dari kepandaian silat yang dimiliki iblis ini tak
mungkin kemenangan bisa kuraih bila terjadi pertarungan
yang saling berhadapan muka, mumpung sekarang ada
kesempatan lebih baik kutusuk punggungnya secara diamdiam
dengan begitu dendam sakit hati Hoa kongcu pun bisa
terbalas, toh bagaimanapun juga yang bakal celaka juga aku
seorang, kenapa tidak beradu jiwa dengannya?"
Berpikir sampai disini dengan hati-hati sekali dia
mengangkat pedangnya, karena sudah punya rencana, maka
pedang itu tidak dikembalikan kepada Hoa In-liong, sebaiknya
digenggang ditangan kirinya, Tiba-tiba ia teringat pula bahwa
tindakannya ini pasti akan berakibat tewasnya Hoa In-liong
pula, sekalipun kini nyawa anak muda tinggal sepuluh hari
Saja tapi baginya sepuluh hari itu adalah wak tu-waktu yang
berharga sekali, ini semua menyebabkan ragu-ragu untuk
melanjutkan rencananya itu.
Belum lagi keputusannya diambil, tiba-tiba mereka sudah
berhenti dan Seng Tocu telah melepaskan tangannya, ternyata
327 mereka telah tiba di depan rumah gubuk itu. Diam-diam ia
menyesal karena telah menyia-nyiakan suatu kesempatan
baik. Tiba tiba terdengar Seng Tocu berkata, "Hei budak cilik tadi
kenapa kau tidak jadi menusuk punggungku?"
"Oh rupanya dia sudah tahu!" pikir Si Leng-jin.
Ia menjadi sangat mendongkol, dengan gusar serunya,
"Aku hanya merasa bahwa selembar jiwamu itu sekalipun
hidup seratus tahun lagi juga tidak menangkan kehidupan Hoa
kongcu sendiri, bukan berarti aku jeri kepada ilmu silatmu"
Seng Tocu tidak gusar sebaliknya malah tertawa, katanya,
"Budak cilik ternyata kau memang betul-betul sedang mabuk
cinta, cuma lohu tidak mengerti, kenapa kau masih memanggil
bocah muda itu sebagai Hoa kongcu?"
Walau pun Si Leng-jin merasa girang dihati, merah padam
juga selembar wajahnya karena jengah, buru-buru ia berseru.
"Kau tak usah ngaco belo tak karuan, aku dengan Hoa
kongcu sama sekali tak punya hubungan apa-apa"
"Hmm! Lain dimulut lain dihati" dengus Seng Tocu.
Si Leng-jin menjadi marah katanya, "Hmmm, Dia adalah
putra Thian cu kiam, asal usulnya tersohor dan punya
kedudukan terhormat, sebaliknya aku tak lebih cuma seorang
gadis yang tak dikenal".."
Teringat dengan asal-usulnya sendiri, rasa sedih segera
menyelimuti perasaannya, apalagi teringat keadaan Hoa Inliong
yang terluka parah, seketika itu juga ia menangis terisak.
328 "Aku enggan mengetahui apa hubunganmu dengan bocah
muda dari keluarga Hoa ini" Seng Tocu berkata, "baik-baiklah
biarkan dia hidup selama beberapa hari, bila ada pesan-pesan
lebih baik dikatakan pula sejak sekarang"
Lalu setelah melirik sekejap wajah Hoa In-liong, ia
menambahkan, "Sekarang isi perutnya sudah bergeser, untuk
mengharapkan penyembuhan hanya ibarat orang bermimpi.
Daripada dikirim balik ke perkampungan Liok-soat-san ceng
lebih baik temanilah dia hidup selama beberapa hari disini,
lohu akan pergi menghalangi orang-orang yang mungkin akan
datang mengacau"
Selesai berkata, ia letakkan tubuh Hoa In-liong keatas
tanah dan sekali berkelebat tubuhnya telah lenyap dari
pandangan mata.
Buru-buru Si Leng-jin membopong tubuh Hoa In-liong
sambil menyumpah, "Seng Tocu setan tua, kau betul-betul
menggemaskan! Kau toh mengerti kalau Hoa In-liong lagi
terluka parah, masa ditengah malam buta yang berkabut tebal
kau geletakkan tubuh ke tanah dengan begitu saja?"
Baru habis ia berkata, pandangan matanya menjadi kabur
dan tiba-tiba Seng Tocu teah muncul kembali dihadapan-nya.
Sesudah memandang sekejap wajah si nona, pelan-pelan
katanya. "Bila dia telah sadar nanti, katakanlah bahwa lohu sangat
berharap agar lukanya cepat sembuh, sebab lohu ingin sekali
dapat bertarung sekali lagi dengannya"
"Aku pasti akan menyampaikan kepadanya, sekarang kau
boleh pergi dari sini!"
329 Terhadap sikap kasar dari Si Leng-jin ini, ternyata Seng
Tocu tidak merasakan reaksi apa-apa, dia hanya mendengus
dingin lalu berkelebat pergi dari situ, sekejap mata kemudian
bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Tiba-tiba terdengar suara dari Si Nio berkumandang dari
samping, "Nona, bagaimana dengan Hoa kogcu?"
Sambil menahan rasa sedih dalam hatinya, Si Leng-jin
berpaling lalu sahutaya, "Seandainya ia tewas, maka ia tewas
lantaran aku?".."
Air matanya kembali bercucuran membasahi pipinya, ia
menjadi sesunggukan dan sambil membopong tubuh Hoa Inliong
masuk ke dalam ruangan.
Diatas wajah Si Nio yang penuh kerutan tampak agak
gemetar keras, dia ikut melangkah masuk ke dalam ruangan.
Dengan sangat hati-hati, Si Leng-jin membaringkan tubuh
Hoa In-liong diatas pembaringan, lalu melepaskan sarung
pedangnya, menya rungkan pedang dan menggantungkan
diatas dinding.
Setelah itu ia melepaskan sepatu dan kaus kaki dari Hoa Inliong,
dan menutupi badannya dengan selimut.
Si Nio mengira ia sudah selesai bekerja, baru saja akan
bersuara mendadak dilihatnya gadis itu berdiri termenung
sejenak lalu membetulkan kembali letak bantal, ternyata gerak
geriknya amat le mah lembut dan penuh perhatian.
Ketika semuanya telah selesai dan dilihatnya Hoa In-liong
tidak berbaring dalam keadaan tak enak, ia baru duduk ditepi
pembaringan dan memandang wajahnya dengan termangu,
lama sekali ia tetap membungkam dalam seribu bahasa.
330 Si Nio yang menanti disampingnya, lama kelamaan menjadi
tak sabar, ia lantas menegur, "Nona!"
lima depa disisi Si Leng-jin, semestinya siapapun akan
mendengar panggilan tersebut, akan tetapi gadis itu tetap tak
berkutik, ia sama sekali tak mendengar panggilan dari pelayan
setianya ini. Terpaksa Si Nio harus mempertinggi suara panggilannya,
"Nona?"
Tanpa berpaling Si Leng-jin ulapkan tangannya
"Sst".jangan berisik!"
Si Nio betul betul dibikin tertegun, agaknya kecuali Hoa Inliong
ketika itu ia sudah melupakan segala persoalan yang ada
didunia ini. Satu ingatan segera melintas dalam benak pelayan tua itu,
tiba-tiba ujarnya!, "Setelah sadar nanti apa yang dibutuhkan
Hoa kongcu" Apakah nona perlu mempersiapkannya?"
Ternyata ucapan itu manjur juga, Si Leng-jin segera
menjawab, "Ehhmm".coba periksalah apakah didapur masih
ada makanan, kalau ada bawa saja kemari!"
Sekalipun mulutnya menjawab, sepasang matanya yang jeli
itu masih mengawasi wajahnya Hoa In-liong tanpa berkedip.
Diam-diam Si Nio berpikir, "Ai"orang she Hoa ini betulbetul
penyakit, kalau nona begini terus keadaannya
bagaimana jadinya nanti?"
Setelah berpikir sebentar, terpaksa ia menuju kedapur.
331 Tak lama kemudian ia telah muncul kembali sambil
membawa sebuah baki yang berisi dua mangkuk bubur panas
serta tiga macam sayur.
Setibanya dibelakang Si Leng-jin, perempuan itu berseru,
"Nona, hidangan telah tiba!"
"Nanti saja," jawab si nona, "ia toh masih belum sadar!"
Sekali lagi raut wajah Si Nio yang jelek bergetar keras,
katanya setelah merenung sejenak, "Nona, lebih baik kau
makan lebih dulu!"
"Tidak usah!"
Kembali Si Nio menjadi tertegun, akhirnya dia menghela
napas panjang, dengan perasaan apa boleh buat terpaksa ia
menarik meja itu ke sisi pembaringan lalu setelah meletakkan
baki ke atas meja ia duduk dibangku dan memperhatikan
gerak gerik majikannya.
Dalam kebeningan malam yang mencekam diantara tiga
orang yang ada dalam ruangan, dua duduk berjaga satu tidur
dengan pulasnya, tanpa terasa fajar mulai menyingsing.
Tiba-tiba Hoa In-liong menghembuskan napas panjang dan
pelan-pelan membuka mulutnya.
Leng-jin girang, Si Leng-jin menyaksikan kejadian itu,
segera serunya, "Kau telah sadar?"
Diam-diam Hoa In-liong mencoba untuk mengatur hawa
murni yang dimilikinya sudah tak ada, iapun menemukan isi
perutnya sudah tergeser dan jiwanya terancam bahaya maut,
diam-diam ia merasa terkejut sekali.
332 Kendatipun demikian, sambil tertawa hambar ia toh berkata
juga, "Kemana perginya Seng Tocu?"
Dengan sikutnya menyangga badan, ia mencoba untuk
bangkit dan duduk.
Buru-buru Si Leng-jin menahannya sambil berkata,
"Lukamu sekarang parah sekali lebih baik jangan
sembarangan bergerek dan terbaring saja"
Ketika Hoa In-liong mencoba menggadakan tenaga, ia
segera merasakan kepalanya pusing dan dadanya sesak, ia
sadar tak boleh banyak berkutik lagi, maka sambil berpaling
kembali katanya seraya tertawa, "Waahh".. baru pertama kali
ini kurasakan keadaan seperti ini, hitung-hitung aku punya
jodoh juga dengan keadaan seperti ini"
Si Leng-jin yang menjumpai anak muda itu sama sekali
tidak memperhatikan mati hidup sendiri, apalagi teringat
dengan ucapan Seng Tocu yang mengatakan bahwa nyawa
Hoa In-liong tinggal sepuluh hari lagi, hatinya menjadi sedih
sekali bagaikan disayat-sayat dengan pisau, air matanya
segera bercucuran membasahi pipinya.
Hoa In-liong tersenyum,kembali ujarnya, "Aku tahu
waalaupun keras hati dan gagah, di hari-hari biasa jarang
sekali melelehkan air mata, persoalan apakah yang membuat
kau bersedih hati?"?"
Sekalipun dalam keadaan terluka, ternyata ucapan-nya
masih lemah lembut, Si Leng-jin benar-benar tak kuat
mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba ia menjatuhkan diri
berlutut dan membenamkan kepalanya ke pembaringan sambil
menangis tersedu-sedu.
333 Si Nio bangkit berdiri sambil membuka mulutnya seperti
hendak mengucapkan sesuatu, tapi ia segera membatalkan
niatnya, setelah menghela napas sedih, dengan air mata
membasahi pipinya diam-diam ia mengundurkan diri dari situ.
Hoa In-liong palingkan wajahnya kearah si nona, lalu
dengan lembut katanya, "Persoalan apa yang telah
menyedihkan hatimu" Coba ceritakanlah kepadaku"
"Aku benci!" seru Si Leng-jin sambil menangis tersedusedu.
"Membenci siapa" tanya Hoa In-liong sambil menggerutkan
dahinya. "Aku membenci Seng Tocu" Hoa In-liong segera tertawa,
katanya, "Ia pernah menganiaya diriku, melukai aku pula, kau
memang pantas membencinya"
Dengan suara tersendat-sendat Si Leng-jin melanjutkan
kembali kata-katanya, "Aku lebih membenci pada diri sendiri!"
"Waah?"" ini tidak boleh terjadi, mana ada orang yang
membenci diri sendiri" kata pemuda itu sambil tersenyum.
"Akupun membenci dirimu!" sambung gadis itu gemetar.
Hoa In-liong mengernyitkan alis matanya, tapi setelah
membenarkan letak tubuhnya ia mengangguk.
"Yaa, pastilah aku telah membuat kesalahan kepadamu"
Si Leng-jin menengadahkan kepalanya, dengan air mata
bercucuran ia berkata, "Aku membenci dirimu, membenci
kepada mu kenapa terlalu memikirkan keselamatan jiwaku"
seharusnya kau gunakan kesempatan itu untuk membunuh
334 Seng Tocu si iblis tua itu, aku mati juga tidak mengapa,
daripada hidup sengsara didunia ini"
Hoa In-liong segera tertawa.
"Pepatah kuno mengatakan: Daripada mati secara baik-baik
lebih baik hidup agak sengsara, meskipun didunia ini penuh
dengan orang jahat, namun tidak mengurangi kecantikannya,
meski aku harus mati secara mengenaskan, itupun kulakukan
dengan hati yang berat, sebaliknya kau masih muda, mana
cantik lagi, kenapa musti mengucapkan kata-kata yang begitu
tak sedap didengar?"
Si Leng-jin menundukkan kepalanya sambil menangis
tersedu-sedu ia tidak berbicara pun tidak berhenti menangis.
Melihat gadis itu tak bisa dihibur diam-diam Hoa In-liong
berkerut kening, tapi setelah berpikir sebentar ia lantas
berkata, "Coba dongakkan kepalamu!"
Dengan lemah lembut Si Leng-jin mendongakkan
kepalanya, meski ia tidak habis mengerti dengan maksud
tujuan pemuda itu.
Dengan sinar mata yang cerah Hoa In-liong mengamati
sekejap wajahnya yang basah oleh air mata itu, kemudian
dengan wajah bersungguh-sungguh ujarnya, Sewaktu kau lagi
menangis ternyata jauh lebih menarik daripada sewaktu kau
lagi tertawa, dulu aku tak punya kesempatan untuk
memperhatikannya, sekarang bisa mendapat rejeki besar
seperti ini, rasanya lukaku ini pun ada harganya"
Si Leng-jin tidak mengira kalau dalam keadaan seperti ini
pemuda itu masih punya kegembiraan untuk menggodanya, ia
menjadi tersipu-sipu dibuatnya.
335 Ketika itulah Si Nio muncul sambil membawa sebuah baki
penuh dengan bubur yang masih mengepul panas, bubur yang
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah dingin tadi diambilnya kembali.
Setelah digoda oleh Hoa In-liong barusan, rasa sedih di hati
Si Leng-jin menjadi jauh berkurang, ketika mencium bau
harumnya bubur ia terasa lapar sekali, segera pikirnya, "Dia
pasti merasa lapar sekali!"
Berpikir demikian, iapun membimbing bangun anak muda
itu, letak bantalnya dibelikan sehingga pemuda itu dapat
setengah berbaring, lalu diambilnya bubur dan secara telaten
menyuapi anak muda itu.
Diam-diam Hoa In-liong lantas berpikir, "Padahal ia sendiri
sedang lapar, tapi aku yang diurusi lebih dulu"
Maka sambil gelengkan kepalanya dia berkata, "Lebih baik
kau makan duluan, aku belum lapar!"
Si Leng-jin mengerutkan dahinya, dengan wajah cemberut
ia berseru, "Kalau kau tidak makan duluan, mana aku tega
untuk makan?"
"Sebaliknya kalau kau tidak makan, aku pun merasa tak
enak untuk makan lebih dulu" sambung Hoa In-liong sambil
tertawa. Tiba-tiba Si Leng-jin mengucurkan air mata kembali,
katanya dengan sedih, "Kau bisa menjadi begini, semuanya
adalah gara-gara aku?".."
"Baik, baiklah aku makan duluan!" buru-buru Hoa In-liong
menukas sambil tertawa.
336 Ia mencoba untuk mengambil mangkuk sendiri, ternyata
lengannya terasa lemas sekali, sewaktu di angkat ternyata
lengan itu gemetaran keras.
Si Leng-jin teramat sedih melihat kejadian itu, hatinya
serasa disayat-sayat dengan pisau, nyaris ia melelehkan air
matanya. Ia tak mengira seorang jago silat yang tak terkalahkan
dalam dunia dewasa ini, kini berubah jadi begitu lemah
sehingga untuk menggerakkan lengan sendiripun susah sekali.
Akan tetapi lantaran ia kuatir Hoa In-liong tak senang hati
maka buru-buru ia berpaling ke arah lain sambil diam-diam
menyeka air matanya, kemudian sambil tertawa paksa
katanya, "Lebih baik kau jangan mempersoalkan segala tata
cara yang tetek bengek, biar kusuapin untukmu!"
Hoa In-liong tertawa getir, terpaksa ia biarkan Si Leng-jin
menyuapi untuknya.
Sambil menyuapi bubur untuk pemuda itu, secara ringkas
Si Leng-jin menceritakan apa yang telah terjadi setelah
pemuda itu tak sadarkan diri, hanya soal usia yang tinggal
sepuluh hari ia rubah menjadi harus beristirahat sehingga
dapat sembuh seluruhnya.
Tentu saja hal tersebut tak dapat mengelabuhi diri Hoa Inliong,
cuma ia pun tidak membongkar rahasia itu.
Ketika dua mangkuk bubur sudah habis, ceritapun telah
berakhir, sambil menghela napas Hoa In-liong lantas berkata,
"Ternyata Seng Tocu bersedia mempergunakan ilmu Thian mo
hu ti sinkang untuk menyembuhkan lukaku, hal ini betul-betul
merupakan suatu kejadian yang sangat aneh"
337 "Thian mo hu ti?" kata Si Leng-jin dengan dahi berkerut,
kok kedengarannya berbau hawa setan" Jangan-jangan secara
diam-diam ia telah melukai dirimu?"
Hoa In-liong segera tertawa.
"Walaupun kedengarannya tak sedap, sesungguhnya ilmu
itu adalah cara pengobatan yang paling hebat dari pihak
Mokau, tidak mungkin Seng Tocu akan bertindak pengecut
seperti itu"
Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan.
"Dikemudian hari, akupun harus menolong jiwanya satu
kali!" Mendengar itu Si Leng-jin lantas berpikir".
Nyawamu saja tinggal beberapa hari lagi mana mungkin
bisa menolong orang lain?"
Dengan perasaan yang amat pedih seperti diiris-iris dengan
pisau, ia mencoba tertawa paksa, kemudian katanya,
"Sekalipun mampus, iblis tua itu juga rada keenakan, buat apa
kau musti menolongnya?"
"Yaa, barang siapa telah berhutang budi, apakah tidak
pantas untuk membalas budi itu?" katanya.
Tapi kalau dibiarkan hidup terus, entah berapa banyak
orang yang bakal dicelakai oleh iblis tua itu?"
"Tidak mungkin, aku tahu bahwa dia adalah seorang yang
tinggi hati, tak mungkin ia akan mau turun tangan terhadap
orang biasa, asal orang itu bisa ditaklukan, dia pasti akan
mengasingkan diri, tak nanti akan mencelakai dunia"
338 Ketika Si Leng-jin menyaksikan pemuda itu sudah
menunjukkan tanda-tanda lelah setelah berbicara sekian lama,
buru-buru katanya sambil tertawa, "Bagaimana kalau kau
berbaring dulu, aku hendak bersantap"
Dalam keadaan terluka parah, keadaan Hoa In-liong
memang lemah sekali, ia merasa agak lelah setelah bercakapcakap
sekian lamanya, maka diapun mengangguk.
Si Leng-jin buru-buru memayangnya untuk berbaring
kembali. Tak lama kemudian Hoa In-liong sudah pulas dengan
nyenyaknya. Dengan termangu-mangu Si Leng-jin mengawasi terus
wajah pemuda itu, ia tidak bersantap dan entah apa saja yang
dipikirkan, sebentar senyuman dikulum sebentar lagi parasnya
berubah dan air mata bercucuran, tapi karena kuatir
menyadarkan Hoa In-liong dari tidurnya ia tak berani
menangis hingga bersuara.
Selama ini Si Nio hanya mengawasi terus dari luar pintu,
menyaksikan keadaan tersebut dia segera lari masuk sambil
serunya, "Nona, kalau begini terus keadaanmu, bagaimana
jadinya nanti?"
Si Leng-jin menghela napas sedih, sahutnya dengan lirih,
"Si Nio, jika ia mati akupun mati!"
Dua patah kata "mati" itu ibaratnya martil berat yang
mengetuk hati Si Nio, kontan saja ia menjerit sekeraskerasnya,
"Mati" Nona, kau sudah gila?"
339 Si Leng-jin berpaling, wajahnya menunjukkan kekerasan
hatinya yang telah bulat.
"Tidak, aku tidak gila! Aku waras dan segar bugar"
"Nona tak ada harganya kau berbuat demikian" kembali Si
Nio berseru dengan perasaan gelisah.
"Kenapa tak ada harganya?"
"Sebab bocah muda dari keluarga Hoa ini pada hakekatnya
adalah seorang kongcu romantis yang suka bermain
perempuan?"
"Jangan kau hina dirinya dengan kata-kata yang tak
senonoh!" hardik Si Leng-jin marah.
Si Nio agak tertegun, lalu serunya lagi, "Tapi ia memang
menebarkan bibit cintanya kepada siapapun, belum tentu
dalam hatinya terdapat bayangan nona!"
Perkataan itu diucapkan dengan suara keras dan nyaring. Si
Leng-jin segera kuatir kalau ucapan itu menyadarkan Hoa Inliong
dari tidurnya, ia berpaling sekejap kearahnya, ketika
dilihatnya Hoa In-liong masih tertidur pulas, hatinya baru
merasa lega. katanya kemudian, "Pergilah beristirahat, lebih baik
persoalan ini tak usah dibicarakan lagi"
Si Nio tertegun dan berdiri melongo, tapi bagaimanapun
juga dia adalah pelayan dari keluarga Si, dengan mata kepala
sendiri dia saksikan Si Leng-jin tumbuh jadi dewasa, karena itu
diapun tahu bahwa keputusan yang telah diambil selamanya
tak dapat dirubah kembali.
340 "Semua ini timbul gara-gara karena lelaki hidung bangor
itu, lebih baik kubunuh saja Hoa In-liong"
Berpikir sampai disitu, hawa nafsu membunuh segera
memancar keluar dari sorot matanya, tanpa sadar diapun
berpaling dan melotot sekejap kearah sianak muda itu.
Si Leng-jin yang menyaksikan keadaan tersebut menjadi
gelisah sekali, tiba-tiba dia berkata, "Bila kau berani berbuat
sesuatu yang tidak menguntungkan bagi Hoa kongcu, seketika
itu juga aku akan mati. Seluruh kulit wajah Si Nio yang
menyeramkan itu mengejang keras, ia menggertak gigi dan
tidak menjawab.
Si Leng-jin segera berkata.
"Kau anggap aku cuma bermain-main saja?"
"Nona, apakah kau lupa dengan Joya-cu?" tiba tiba Nio
menjerit keras.
Mendengar jeritan itu, Si Leng-jin merintih pelan, sepasang
tangannya menekan dadanya keras-keras seperti menahan
rasa sakit yang luar biasa, kemudian hembuskan nafas
panjang katanya dengan sedih, "Kau boleh keluar lebih dulu,
aku"..akan"..kupikirkan kembali".akan kupikirkan lagi"
Si Nio amat sedih sekali hingga air matanya bercucuran,
tapi ia pun tidak berbicara lagi dan segera keluar dari ruangan
itu. Selama lima hari berikutnya Si Leng-jin tak pernah bergeser
dari tempatnya semula, ia selalu menjaga ditepi pembaringan,
kalau lelah iapun tidur di bawah kaki Hoa In-liong, sekalipun
anak muda itu berulang kali mencegahnya tapi percuma saja,
maka akhirnya diapun tidak banyak bicara lagi.
341 Selama ini semua kebutuhan makanan dan minuman
diurusi oleh Si Nio, untungnya Seng Tocu telah menyiapkan
bahan makanan yang cukup disitu, sehingga mereka tidak
takut kekurangan.
Sepanjang hari Hoa In-liong selalu duduk bersila sambil
mengatur pernapasan dengan harapan bisa menyembuhkan
luka yang dideritanya, sayang tiada perkembangan apapun,
hanya secara dipaksakan dapat mencegah keadaannya
berubah menjadi makin buruk.
Hari itu ia merasa hawa murninya sudah betul-betul tak
terhimpun lagi, bahkan urat-urat pentingnya mulai tersumbat
dan ia merasa amat mederita, dalam keadaan demikian
pemuda itupun berpikir, "Tampaknya keadaan lukaku tak bisa
disembuhkan lagi dengan mengandalkan kekuatan sendiri, yaa
apa boleh buat, terpaksa aku harus mempergunakan obat Yau
ti wan tersebut untuk menolong diri"
Berpikir sampai disitu, dia lantas berpaling hendak minta
botol berisi Yau ti wan itu dari Si Leng-jin akan tetapi ketika
dilihatnya gadis itu sedang tidur dengan nyenyaknya, ia
menjadi tak tega untuk membangunkannya kembali.
Karena iseng, diam-diam ia amati wajah gadis itu dengan
seksama ketika dilihatnya gadis itu jauh lebih kurus dengan
mata yang membengkak setelah kelelahan selama beberapa
hari ini, dengan perasaan terharu pikirnya, "Aaai?". selama
beberapa hari ini ia terlalu payah dan menderita?". kasihan
betul".."
Sementara ia masih melamun, tiba-tiba dilihatnya Si Lengjin
mengernyitkan alis matanya lalu mengigau, "Ayah, cepat
kemari?".. In liong, Jangan pergi?". tolonglah aku".."
342 Hoa In-liong menjadi tertegun, pikirnya, "Ia mempunyai
asal-usul yang amat mengenaskan, saat ini penghidupannya
amat sengsara dan penuh penderitaan?".. kalau dilihat dari
igauannya yang memanggil namaku, terbukti bahwa ia sangat
mempercayaiku, bagaimana pun juga aku harus membantu
tenaga untuk melepaskan nya dari lautan kesengsaraan".."
Dengan perasaan sayang diapun berbisik lembut, "Jangan
kuatir aku tak akan pergi!"
Tiba tiba Si Leng-jin tersentak bangun dari tidurnya dan
terduduk dengan termangu, kemudian setelah berhasil
menenangkan hatinya, ia baru bertanya dengan suara lirih,
"Barusan apa yang kau katakan?"
"Tempo hari karena ada persoalan pembicaraan kita
terhenti ditengah jalan lalu selama beberapa hari ini karena
perhatianku tertuju untuk meyembuhkan luka, aku selalu tak
sempat menanyakan asal usulmu, mumpung sekarang ada
waktu bersediakah kau memberitahukan soal ini kepadaku?"
Si Leng-jin menghela napas panjang.
"Aaii"..soal ini lebih baik kita bicarakan lagi sesudah
lukamu sembuh nanti"
Hoa In-liong manggut-manggut.
"Baiklah, apakah botol porselen yang kutitipkan kepadamu
itu masih ada".?"
"Masih" sabut Si Leng-jin setelah tertegun sejenak, "mau
apa kau?" Dari sakunya ia mengeluarkan botol itu dan di serahkan
kepada Hoa In-liong, kemudian katanya lagi, "Sebenarnya
343 sejak semula obat ini hendak kuberikan kepadamu, tapi
berhubung Seng Tocu ada disamping dan kaupun tak mampu
berkutik maka niatku ini kemudian kubalalkan"
Hoa In-liong tertawa hambar, "Kini apakah lukaku bisa
disembuhkan atau tidak, terpaksa kita harus menggantungkan
pada kemujaraban obat ini"
"Obat mustika apakah itu" Bagaimana kemanjurannya?"
tanya Si Leng-jin tercengang.
"Pil ini bernama Yau ti, dibuat oleh Bu seng (malaikat ilmu
silat) pada tiga ratus tahun berselang"
"Malaikat ilmu silat?" tanya Si Leng-jin sambil
membelalakan sepasang matanya lebar-lebar.
"Yaa, malaikat ilmu silat Im locianpwe yang namanya
pernah tersohor dalam dunia persilatan pada tiga ratus tahun
berselang"..
?" sahut Hoa In-liong sambil tertawa.
"Kenapa aku tidak mengetahui tentang lo-cianpwe ini"
tukas Si Leng-jin tiba-tiba," padahal persoalan sekitar
keturunan malaikat ilmu silat tak ada yang lebih jelas dari
pada keluargaku"
Mendengar ucapan tersebut, hati Hoa In-liong segera
tergetak, pikirnya kemudian, "Aaaa, kalau begitu dia pastilah
keturunan dari Tin Hoo yang ada diluar perbatasan, kalau
tidak kenapa ia mengucapkan kata-kata ini?"
Jilid 9 344 Tiba-tiba terdengar Si Leng-jin berseru, "Kalau toh kau
mempunyai obat mujarab ini kenapa tidak kau makan sejak
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dulu dulu?" Hoa In-liong menghela napas panjang.
"Aaaai".. kau tidak tahu, obat ini sebenarnya hendak
kugunakan untuk menolong kawanan jago yang terkena racun
ular putih dari Mokau, bila kugunakan sekarang, hal ini
sesungguhnya karena keadaan yang terlalu terpaksa"
"Sekalipun demikian, semestinya kau terangkan dulu
kepadaku!" Si Leng-jin kembali menegur. Hoa In-liong
tertawa. "Seandainya kuterangkan kepadamu, maka kau pasti akan
memaksaku untuk minum pil itu, padahal aku lebih suka
mengobati luka itu dengan caraku sendiri dari pada
membuang obat mustika itu secara percuma"
Kejut dan girang Si Leng-jin setelah mengetahui bahwa
pemuda itu bakal tertolong jiwanya, dia hanya menggerutu
karena pemuda itu tak mau bicara sejak semula, dikerlingnya
sekejap dengan cemas.
Kembali Hoa In-liong tersenyum katanya, "Dalam obat ini
terkandung juga jin som berusia seribu tahun, Hu-leng dan
bahan obat lain"..
"Aku tahu obat ini adalah obat mustika yang dibuat Bu seng
pada tiga ratus tahun berselang" tukas Si Leng-jin cepat,
"dengan obat mustika semacam ini, lukamu seratus persen
pasti akan sembuh"
Tiba-tiba suatu perasaan masgul muncul dalam hatinya,
untuk sesaat ia merasa hubungannya dengan Hoa In-liong
menjadi terpaut jauh sekali.
345 Sebagaimana diketahui Si Leng-jin adalah seorang gadis
yang tinggi hati dan angkuh, pemandang remeh soal
hubungan cinta antara muda mudi, tapi perempuan semacam
ini bila sekali jatuh cinta maka ukurannya adalah mati dan
hidup. Sudah beberapa kali ia berjumpa dengan Hoa In-liong,
berjumpa yang berulang membuatnya jatuh hati oleh
kegagahan serta kejantanan-nya itu, dengan lagi terlukanya
Hoa In-liong kali ini adalah gara-gara ulahnya, diam-diam ia
telah bersumpah kehendak hatinya, maka ia melupakan
ketinggian hatinya dan tanpa ragu-ragu merawat si anak
muda itu dengan penuh kesabaran, dalam pembicaraan pun
penuh perasaan cinta dalam pemikirannya asal Hoa In-liong
sudah meninggal maka diapun akan bunuh diri untuk
menyusulnya. Tapi dikala Hoa In-liong secara tiba- tiba bisa tak usah
mati, meskipun ia merasa gembira tapi sedikit banyak timbul
juga perasaan bahwa pada akhirnya mereka bakal berpisah.
Sesungguhnya perasaan itu kan ia sendiri hampir saja tidak
merasakannya. Mendadak Si Leng-jin tersentak bangun dari lamunannya,
dengan suara rendah ia berkata, "Biar kuambilkan air
untukmu, harap kongcu segera menelan obat itu sehingga
kesehatanmu cepat pulih kembali seperti sedia kala"
Selesai berkata, ia lantas bangkit dan menuju ke dapur.
ketika secara tiba-tiba mendengar gadis itu merubah
panggilannya menjadi "Kongcu", Hoa In-liong agak tertegun,
lalu pikirnya, "Kenapa secara tiba-tiba ia malah bersikap asing
padaku" Entah apa sebabnya?"
346 Sementara ia masin berpikir, Si Leng-jin sambil membawa
air teh dan sebuah botol masuk ke dalam ruangan, air teh ia
letakkan di meja dan penutup botolpun dibuka, bau harum
semerbak segera tersiar ke seluruh ruangan membuat orang
jadi segar rasanya.
Hoa In-liong segera menunjuk ke tepi pembaringan sambil
berkata dengan serius, "Cepat atau lambat menelan pil ini
kasiatnya toh sama saja, lebih baik kau duduk dulu, aku ingin
bercakap-cakap denganmu"
Mendengar ucapan tersebut dengan kaku Si Leng-jin duduk
kembali ketepi pembaringan dan menutup botol itu. Lama
sekali suasana dalam keheningan, akhirnya Hoa In-liong
bertanya dengan suara lirih, "Apakah aku telah membuat
kesalahan kepadamu?"
Si Leng-jin gelengkan kepalanya dan tidak berbicara.
"Kalau begitu kau merasa tidak puas kepadaku?" kata si
anak muda itu lebih lanjut.
Si Leng-jin berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian
menjawab dengan hambar, "Bagiku kau adalah segala budi
kebaikan, jika aku tidak puas lagi kepadamu, maka aku jauh
lebih rendah dari binatang"
"Kalau begitu aku menjadi tidak habis mengerti".."seru
Hoa In-liong dengan kening berkerut.
"Kau tidak perlu mengerti, tukas si nona.
Tiba-tiba ia letak-kan botol obat itu dimeja, keluar dari
ruangan itu. 347 Ia merasa hatinya amat gundah dan masgul, kalau bisa ia
ingin menangis sepuasnya.
Setelah keluar dari ruangan, gadis itu kabur ke hutan
bambu, ketika tiba ditanah lapang, ia menjatuhkan diri,
menangislah gadis itu sejadinya.
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya ia berhenti
menangis, dadanya terasa lebih nyaman dan lega.
Pada saat itulah terdengar Si Nio memanggil dengan lirih,
"Nona!"
Ketika Si Leng-jin berpaling maka terlihatlah sendiri entah
dari kapan Si Nio telah berdiri dibelakangnya, buru-buru ia
menyeka air mata dan bangkit berdiri.
Si Nio menghela napas panjang katanya, "Kalau memang
jiwanya sudah tidak terancam lagi mari kita tinggalkan tempat
ini" "Tidak!" Si Leng-jin gelengkan kepalanya berulang kali
"sekalipun hendak pergi, kita harus menunggu sampai lukanya
betul betul sembuh kembali!"
Si Nio menggerakkan bibirnya seperti hendak
menggucapkan sesuatu, tapi belum sempat berbicara Si Lengjin
telah berkata lagi.
"Dahulu sifat terlalu mementingkan diri sendiri ku terlalu
berat kini aku sudah mulai sadar kembali. Asal masih bisa
berjuang dengan kekuatan sendiri, aku orang she Si tidak
akan memohon kepada orang!"
Saking emosinya mungkin, perkataan itu diucapkan sampai
beberapa kali banyaknya.
348 Menyaksikan sikap nonanya, terpaksa Si Nio berkata,
"Baiklah segala sesuatunya terserah kepada nona
Setelah berhenti sejenak ia menambahkan, "Aku lihat orang
she Hoa itu lumayan juga, baik kecerdasan maupun ilmu
silatnya tak ada yang cacad, walaupun waktunya terlalu binal
itupun bukan suatu cacad benar".."
"Bahkan akupun sudah menjadi paham, kenapa kau malah
tak habis mengerti?" tukas Si Leng-jin.
Setelah tertawa getir ia melanjutkannya.
"Benar, aku mencintainya tapi bagaimana sikapnya
kepadaku aku tak dapat dan tak ingin mengetahuinya
sekarang"..lebih baik persoalan ini tak usah dibicarakan lagi,
mari kita pergi?"
"Sekarang, bagaimana pula dengan nona?" tanya Si Nio
kebingungan. Si Leng-jin tertawa katanya, "Biarpun sikapku terlalu tak
sopan, sekarang aku hendak minta maaf kepadanya"
Melihat diantara senyumannya terselip kegetiran, Si Nio
tertegun, ketika dilihatnya gadis itu sudah maju ke depan,
buru-buru ia mengikuti dibelakangnya.
Tiba tiba Si Leng-jin menghela napas panjang, lalu berkata,
"Si Nio, demi keluargaku kau telah mengorbankan segalagalanya,
sebaliknya keluarga kami sama sekali tidak pernah
membalas budi kebaikanmu itu"..
349 "Nona, mengapa kau mengucapkan kata-kata semacam
itu?" seru Si Nio dengan cemas, "sekali pun aku harus mati
seratus kali demi majikan tua itu pun sudah sepantasnya"
Si Leng-jin sedih, ia melanjutkan langkahnya masuk ke
dalam ruangan gubuk itu.
Si Nio sambil mengikuti dibelakangnya, diam-diam berpikir,
"Watak nona selalu keras kepala, kesulitan apapun selalu
hanya disimpan dihati, kalau dilihat dari mimik wajahnya itu
rupanya ia telah mengambil suatu keputusan, semoga saja
jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kalau
tidak dimana aku musti taruh wa jahku bila bertemu dengan
arwah majikan di alam baka nanti?"
Pikir punya pikir akhirnya semua kesalahan ia limpahkan
keatas pundak Hoa In-liong, diam-diam sumpahnya.
"Sialan betul bajingan muda itu, kalau nona sampai terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan, aku pasti akan beradu jiwa
denganmu!"
Selang sesaat kemudian mereka sudah tiba kembali
didepan rumah gubuk itu.
Si Leng-jin segera menerobos masuk kedalam ruangan, ia
jumpai Hoa In-liong masih berbaring dipembaringan, obat itu
belum di makan dan botolnya masih berada ditempat semula."
Ketika menjumpai gadis itu berjalan masuk ke dalam
ruangan, sambil tertawa ia lantas berkata, "Aku mengira kau
tidak akan kembali lagi"
Si Leng-jin tertegun, bibirnya bergetar seperti ingin
mengucapkan suatu tapi tenggorokannya serasa tersumbat
dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun, tiba-tiba ia
350 menubruk ke dalam rangkulan Hoa In-liong dan memeluknya
erat-erat. "Belum pernah ada orang yang begitu memperhatikan
diriku".." bisiknya sambil menangis, Dengan penuh kasih
sayang, Hoa In-liong membelai rambutnya, lalu berbisik
lembut, "Aku tahu kau sangat menderita, banyak persoalan
yang telah menyiksa dirimu selama ini"
Sambil menangis tersedu-sedu Si Leng-jin berkata, "Ketika
aku berusia lima tahun, ibu telah tiada, ayah mempunyai
ambisi yang sangat besar untuk membangun suatu kekuasaan
besar didunia, ia tak punya cukup waktu untuk berkumpul
denganku?"."
Diam-diam Hoa In-liong berpikir, "Sejak kecil ia sudah
kehilangan kasih sayang, ayahnya jauh pula darinya, seorang
anak yang tanpa kasih sayang dari orang tuanya memang
merupakan suatu kejadian yang tragis"
Terdengar Si Leng-jin berkata lagi sambil menangis terisak,
"Ketika aku berusia sepuluh tahun, tiba-tiba muncul Hianbengkaucu Ki ci Sinkun, dalam suatu pembicaraan yang
kemudian terjadi merekapun bersahabat dan saling berjanji
akan bersama-sama menguasai dunia"
Ketika berbicara sampai disini, mendadak ia mendongakkan
kepalanya sambil menambahkan, "Kau tahu ayahku?""
"Han Seng tek!" tukas Hoa In-liong sambil tertawa,
"bukankah dia adalah keturunan dari Tin wan ho yang ada
hubungan famili dengan Bu seng pada tiga ratus tahun
berselang?"
"Jadi kau sudah tahu?" tanya Si Leng-jin tercengang.
351 Hoa In-liong kembali tersenyum.
"Gwakong yang memberitahukan kepadaku, dia orang tua
adalah bekas ketua Sin-ki-pang dimasa lalu, katanya juga
bahwa ayahmu sudah kena ditangkap orang?""
Setelah berhenti sebentar, kembali ujarnya, "Menurut
pembicaraan tadi, ayahmu dan Kok See-piau yang mengaku
bernama Sinkun itu mempunyai hubungan yang intim,
sesungguhnya apa yang telah terjadi?"
"Aaaai?".hubungan apa" Apalagi kalau bukan
mengundang setan masuk rumah"
"Bersediakah kau memberi penjelasan lebih mendalam
lagi?" Si Leng-jin manggut-manggut.
"Peristiwa itu terjadi pada dua tahun berselang, entah
dengan cara apa ternyata Kok See-piau berhasil menyuap
seorang pelayanku yang bernama Si Thong pada waktu itu,
diam-diam bangsat tersebut telah mencampuri makanan dan
minuman ayahku dengan racun pembuyar tenaga yang
bekerja lambat, menanti ayahku menyadari akan hal ini
keadaan sudah terlambat, maka setelah membunuh
penghianat tersebut, beliau menitahkan kepada Si Nio untuk
mengajakku melarikan diri"
Sambil menggigit bibir tambahnya kemudian dengan nada
penuh kebencian"
"Wajah Si Nio, telah hancur ditangan bajingan anjing she
Kok tersebut!"
352 "Sungguh kejam hati Kok See-piau, sungguh busuk
perbuatannya" kata Hoa In-liong kemudian sambil
mengerutkan dahi, "hmmm", hmmm?"aku ingin melihat
perbuatan terkutuknya itu dapat bertahan sampai berapa
lama?" "Yaa, dendam berdarah ini bagaimanapun juga harus
dituntut balas!" katanya.
Hoa In-liong termenung sebentar, lalu katanya kemudian,
Lantas dengan cara apakah kalian melewati penghidupan
selama dua tahun belakangan ini?"
Mula-mula kami kabur kebarat lalu ketimur untuk mencari
keselamatan, untungnya Kok See-piau tidak terlampau
memandang serius atas diriku dan Si Nio, selain daripada itu
sebagian anak buah Hian-beng-kau sekarang adalah anak
buah ayahku, sejak ayahku tertangkap, mereka dipaksa untuk
menggabungkan diri, sekalipun ada juga di antaranya yang
rela berpihak kepada musuh tapi sebagian besar masih setia
kepada kami, mereka terpaksa harus menjalankan perintah
musuh lantaran ayahku masih berada ditangan mereka, sebab
itulah merekapun tak berani memberontak, tapi kemudian?",
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak ia tutup mulut.
"Bagaimaaa selanjutnya?" tanya Hoa In-liong.
Agak merah wajah Si Leng-jin karena jengah, katanya.
"Kok See-piau mengutus orang untuk menyampaikan pesan
kepada kami yang katanya bila kami dapat membunuh salah
seorang anak dari Thian-cu-kiam, maka dia akan segera
membebaskan ayahku!"
0000O0000
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
353 48 Mendengar perkataan itu, Hoa In-liong segera berpikir,
"Oooh?"" rupanya beginilah duduknya persoalan, tak heran
kalau niat mereka untuk membunuh adalah begitu besar dan
berkobar-kobar, terutama dalam perjumpaan yang pertama
kalinya dulu?".."
Berpikir demikian, diapun tertawa tergelak, lalu katanya,
"Kematianku sih urusan kecil cuma benarkah Kok See piu mau
menepati janjinya?"
"Hei, orang kan sedang menyesal setengah mati, kenapa
kau bicarakan kembali persoalan itu?" bisik Si Leng-jin.
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi, "Cuma, aku rasa
ia pasti akan menepati janjinya untuk melepaskan diri ayahku"
"Oya" Darimana kau bisa berkata demikian".?" tanya Hoa
In-liong sambil tertawa"
"Kepandaian silat yang dimiliki ayahku telah punah sama
sekali, hakekatnya beliau tak lebih hanya seorang cacad, jelas
bukan merupakan suatu ancaman serius baginya, ditambah
pula jika kami berhasil memenuhi syaratnya, itu berarti kami
dengan keluarga Hoa telah saling berhadapan sebagai musuh
bebuyutan, tentu saja dia tak usah kuatir kalau kami kabur ke
pihakmu dengan membocorkan rahasianya, selain dari pada
itu, ia berambisi menguasahi dunia persilatan, itu betarti ia
harus memupuk kewibawaan baginya sendiri, jika tidak
pegang janji, siapa pula yang akan bersedia menjual nyawa
baginya?" 354 "Sungguh cermat sekali jalan pikirnya" pikir Hoa In-liong,
"agaknya ia tak akan melakukan segala tindakan secara
gegabah" Maka sambil tersenyum ujarnya, "Tenaga dalam ayahmu
telah buyar, seandainya kau berhasil menyelamatkan dirinya,
apa pula yang hendak kau lakukan?" Sahut Si Leng-jin dengan
sedih, "Seandainya Thian mengabulkan permintaanku dan
membiarkan kami ayah dan anak bisa berkumpul kembali, Aku
Si Leng-jin pasti akan mengajak ayahku untuk hidup
mengasingkan diri, apa lagi yang bisa kuinginkan" Sekalipun
ilmu silat ayahku telah punah, toh jiwanya masih dilindungi
Thian, hal ini sudah merupakan suatu keberuntungan ditengah
kemalangan. Diam-diam Hoa In-liong merasa kagum sekali atas
kebaktian gadis itu terhadap ayahnya, mendadak ia seperti
teringat akan suatu persoalan, segera tanyanya, "Sebenarnya,
siapakah pembunuh sebenarnya dari kasus pembunuhan atas
keluarga Sumi" Apa bukan Yu si dan Cia Hoa yang turun
tangan" Kok See-piau dan Kiu-im-kaucu mendalangi dari
belakang?"
Hoa In-liong termenung sejenak kemudian katanya, "Kok
See-piau dan Kiu-im-kaucu memang tak dapat terlepas dari
persoalan ini, cuma kemungkinan besar masih ada latar
belakang lainnya"
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih lanjut dengan suara
nyaring, "Leng-jin, tentang persoalanmu sesungguhnya akan
menjadi beres asal perkumpulan Hian-beng-kau berhasil
dimusnahkan, cuma hal itu merupakan suatu pekerjaan yang
sulit, maka lebih baik janganlah berbuat secara sembrono
lebih dulu. Nah, sekarang aku hendak makan obat dulu untuk
menyembuhkan lukaku"
355 Untuk pertama kalinya ini ia memanggil nama Si Leng-jin
secara langsung, gadis itu segera merasakan hatinya menjadi
hangat dan manggut berulang kali, iapun mencabut penutup
botol itu dan mengeluarkan dua butir pil sebesar kelengkeng
yang menyiarkan bau harum semerbak, sambil diangsurkan ke
hadapan Hoa In-liong katanya, "Pil mustika semacam ini
kebanyakan akan hancur begitu kena air liur, percuma
mengambil air sebagai pendorong, hayo telanlah obat ini
dengan cepat"
Melihat tangan si nona yang halus dan lembut dan hampir
sebanding dengan pil Yau ti wan tersebut, Hoa In-liong begera
berseru memuji, Walaupun pil mustika itu mujarab tapi jauh
lebih menyenangkan tangan yang halus itu, mari biar
kurabahnya dulu.
Merah padam wajah Si Leng-jin karena jengah, serunya
cepat, "Kalau kau ngaco belo lagi, aku segera akan pergi dari
sini dan perduli dengan mati hidupmu"
"Obat itu cukup sebutir saja, tolong kembalikan yang lain
kedalam botol!"
"Lukamu begini parah, dua butir pil pun belum tentu
sembuh, perduli amat dengan kawanan jago yang sedang
keracunan itu" Apa lagi untuk membebaskan pengaruh racun
jahat, toh belum tentu musti mempergunakan obat mustika
ini" kata si nona manja.
Dengan wajah serius Hoa In-liong berseru, "Leng-jin,
menjadi orang kita tak boleh terlalu mementingkan diri sendiri,
kita jangan melupakan kepentingan umum, nah simpanlah
baik-baik obat tersebut"
356 Melihat keseriusan orang, Si Leng-jin tak berani bergurau
lagi, dia simpan baik-baik sebutir obat mustika itu dan
memberikan yang lain kepada pemuda itu.
Setelah menelan pil Yau ti wan, Hoa In-liong pejamkan
mata dan mulai duduk bersila sambil mengatur pernafasan.
Si Leng-jin duduk menanti di sampingnya, dengan wajah
yang terang dan sinar mata yang tajam, ia awasi wajah Hoa
In-liong lekat-lekat, rasa girang membuat wajahnya berseri,
kesedihan dan kemurungan yang dulu menghiasi wajahnya
kini tersapu lenyap tak berbekas.
0000O0000 Kota Wi Leng sian terletak dipantai selatan Hway-ho,
tempat itu merupakan persimpangan lalu lintas penting yang
menghubungkan kota Hway-im dengan Si ciu.
Suatu hari, dari selatan pintu kota Wi-leng sian telah
muncul seorang kakek dan dua orang gadis muda.
Yang tua bertubuh kurus kering tinggal kulit pembungkus
tulang, mukanya penuh keriput, jenggot sepanjang dada,
membawa tasbeh, memakai jubah abu-abu khas kependetaan
dan bersepatu rumput, tampaknva dia adalah seorang
pendeta tua yang hidup dengan berkeliling.
Sedangkan yang muda adalah dua orang gadis cantik jelita
bak bidadari dari kahyangan, mereka mengiringi ke kiri kanan
pendeta tua tersebut?""
Gadis disebelah kiri memakai baju ungu dengan sanggul
yang tinggi, gaun panjang dan berwajah lembut.
357 Sebaliknya gadis yang ada disebelah kanan mempunyai
wajah yang luar biasa cantiknya, ia bermata jeli, berhidung
mancung, berbibir kecil dan bertubuh ramping, suatu tipe
gadis ideal yang sukar dicarikan keduanya didunia ini.
Ternyata ketiga orang itu tak lain adalah Goan cing taysu
keturunan dari Malaikat silat beserta buyut perempuannya Coa
Wi-wi dan murid Pui Che-giok, itu kaucu dari Cian li kau yang
bernama Cia In.
Seorang pendeta tua melakukan perjalanan bersama-sama
dua orang gadis muda hal ini sudah merupakan suatu
pemandangan yang amat mencolok, ditambah lagi kecantikan
Coa Wi-wi dan Cia In menawan hati orang, kehadiran mereka
semakin banyak menarik perhatian orang yang bersama-sama
mengalihkan pandangannya ke arah rombongan mereka.
Melihat itu, Coa Wi-wi mengerutkan dahinya sambil
menyumpah. "Huuuh, sialan!" Kepada Cia In tambahnya, "Betul bukan
enci In?" Cia In hanya tersenyum dan tidak memberi tanggapan.
Melibat rekannya cuma diam saja, Coa Wi-wi segera
berseru lagi dengan manja, "Hmm, Makin lama enci In
semakin membisu macam patung, seakan akan berubah
menjadi orang lain saja, tidak bisa tidak, kau harus menjawab
pertanyaanku dengan segera"
Lantaran didesak terus, terpaksa Cia In menyahut setelah
tertawa-tawa. 358 "Kecantikan adik Wi bak bidadari dari kahyangan, tentu
saja sepanjang kehadiranmu memancing perhatian mata para
lelaki" "Beeh?"".tampaknya enci In lagi menyindir diriku"
Kenapa tidak kau katakan kalau lantaran kau?"
Cia In tersenyum.
"Aku jelek dan berwajah tak sedap dilihat, mana berani
dibandingkan dengan adik Wi?" katanya.
Coa Wi-wi hendak mendebat lagi tapi Goan cing Taysu
segera menukas, "Anak Wi, jangan kau ganggu terus enci In
mu itu!" "Huuuh, semuanya ini adalah hasil pelajaran dari
kongkong" seru Coa Wi-wi sambil mencibirkan bibirnya yang
kecil, "Kalau tidak, mana mungkin enci In dapat berubah
menjadi begini rupa" Kalau lain waktu enci In masih saja
disuruh membaca kitab Kim cong ceng atau sebangsa kitab
sembayangan lainnya, akan kubakar buku-buku itu sampai
habis?"!"
"Ngaco belo!" bentak Goan cing taysu sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali, "kau tahu perbuatan
itu dosa?"
"Aku tak ambil perduli dosa atau tidak, pokoknya aku tak
mau kalau sepanjang hari enci In cuma membungkam melulu
macam sebuah patung arca saja"
"Andaikata kongkong menerangkan terus isi pelajaran
Buddha kepadaku mau apa kau" kata Cia In kemudian.
359 Coa Wi-wi kontan saja melotot, serunya cepat "Aku akan
memukul tambur disampingnya dengan keras akan kulihat
dengan cara apa dia akan memberi pelajaran kepadamu"
Mendengar perkataan itu, baik Goan cing taysu maupun Cia
ln segera tersenyum.
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki berdandan pelayan
menghadang jalan pergi mereka, sambil memberi hormat
katanya. "Rumah makan kami mempunyai hidangan yang lezat,
silahkan taysu mampir?"
Goan cing taysu diam diam berpikir, "Ooh"..rupanya ada
warung makan yang menarik pendeta untuk
mengunjunginya?"
Pada dasarnya ia memang seorang pendeta yang tidak
terikat ketat oleh peraturan, diapun tidak kuatir orang-orang
itu main gila kepadanya, ia segera mengangguk.
"Harap tunjukan jalan kepada kami!" Pelayan itu kembali
memberi hormat.
"Harap taysu dan nona berdua mengikuti hamba.
Cia In adalah seorang pendekar perempuan yang telah
berkecipung dalam dunia persilatan semenjak kecil, sekilas
pandang saja setelah mengetahui bahwa urusan agak kurang
beres tapi ia tidak berbicara apa-apa.
Sebaliknya Coa Wi-wi pada dasarnya memang tak berminat
untuk mengurusi hal-hal tersebut maka tanpa mengucapkan
sepatah katapun ia berjalan mengikuti dibelakang
kongkongnya. 360 Tak lama kemudian sampailah mereka didepan sebuah
rumah makan yang mentereng sekali, kehadiran mereka
diantar langsung oleh ciangkwe keatas loteng.
Setelah ambil tempat duduk, ciangkwe itu lantas bertanya
kepada Cia wi wi dan Cia In, "Tolong tanya apakah nona
berdua".."
"Akupun berpantang makan barang berjiwa" tukas Cia In
cepat. Dengan suara rendah Coa Wi-wi segera berbisik, "Hei,
sepanjang jalan begini terus makan yang kau pesan padahal
usiamu toh masih muda, kenapa musti begitu?"
Cia In pura-pura tidak mendengar, hal mana membuat Coa
Wi-wi segera mencibirkan bibirnya yang kecil karena
mendongkol. Sementara itu sang ciangkwe telah berpaling kearah Coa
Wi-wi sambil bertanya, "Dan nona pesan apa?"."
"Sama seperti pesanan mereka!" seru Coa Wi-wi sambil
ulapkan Tangannya dengan mendongkol, Ciangkwe pun
mengiakan berulang kali dan mundur dari situ.
Tak lama kemudian hidangan telah siap dan mengalir
datang dengan cepatnya, semua hidangan itu berbau harum
dan tampaknya lezat, tempat sayurpun terbuat dari tembikar
dan sendoknya terbuat dari perak.
Menyaksikan kesemuanya itu, dengan dahi berkerut Coa
Wi-wi segera berseru, "Buat apa sebanyak ini" Kami toh cuma
bertiga saja"
361 Untuk menghormati keturunan dari Bu Seng, mana boleh
hanya menghidangkan beberapa macam sayur saja" sambung
Cia In sambil tertawa.
Kemudian sambil menuding sendok-sendok itu terusnya,
"Coba lihatlah, untuk menghilangkan kecurigaan kami, sengaja
mereka memakai sendok yang terbuat dari perak untuk kita"
Coa Wi-wi memang seorang gadis yang cerdik, begitu
diingatkan diapun menjadi paham kembali dengan duduknya
persoalan, dia lantas berbisik dengan lirih, "Dari pihak Hianbengkau" Ataukah Kiu-im-kau?"
"Tempat ini dekat dengan Lu Lam, aku rasa lebih besar
kemungkinannya dari pihak Hian-beng-kau" sahut Cia In
sambil tersenyum.
"Nah, mereka sudah datang" tiba-tiba Goao cing taysu
berkata. Coa Wi-wi pusatkan perhatiannya untuk memeriksa
sekeliling tempat itu, kemudian katanya, "Aaah benar, ada
orang sedang bertanya kepada ciangkwe, kita ada dimana,
Ciangkwe menjawab kita ada diruang nomor empat, ehm! Dia
sudah naik keatas"
Buru-buru Cia In mengerahkan tenaga dalamnya ke telinga
untuk ikut mendengarkan pembicaraan tersebut tapi tiada
suara apapun yang terdengar, sambil tertawa ia lantas
berseru, "Waah, tampaknya tenaga dalam yang dimiliki orang
itu jauh lebih tinggi daripada aku"
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa suruh waktumu kau habiskan diatas kitab
sembayangan daripada kemajuan yang kau capai"."
362 Tiba-tiba tirai disingkap orang dan masuklah seorang kakek
berkulit merah dan bertubuh tinggi besar, Coa Wi-wi segera
menutup mulutnya rapat-rapat.
Kakek bermuka merah itu memandang sekejap ketiga
orang itu, kemudian memperhatikan pula wajah Coa Wi-wi
sekejap, akhirnya sambil menjura kepada Goan cing taysu
katanya, "Hanya hidangan yang tak seberapa untuk
menyambut kedatangan taysu, bila ada kesalahan mohon
maaf" Goan cing taysu segera membalas hormat sambil
menyahut, "Terima kasih atas sambutan dari sicu, maaf jika
mata lolap?"?"
Sambil tertawa seram kakek bermuka merah itu menukas,
"Lohu adalah Tang Bong liang, atas kebaikan sinku kini
menjawab di bagian bidang administrasi"
"Ooooh rupanya adalah Tong thamcu, maaf kalau lolap
kurang hormat"
Setelah berhenti sejenak, ia bertanya lagi, "Dengan maksud
apa Tong thiamcu datang kemari?"
"Lohu sedang menjalankan tugas dari sinku untuk
menyampaikan surat undangan.
Dari sakunya ia mengeluarkan sepucuk surat undangan
merah dan diangsurkan ke depan, katanya lagi, "Sebenarnya
sudah lama surat undangan ini di bagi, tapi berhubung
kedudukan taysu berbeda maka sinkun khusus mengutus lohu
untuk menyampaikan sendiri, sebab itulah tertunda sampai
sekarang" 363 Melihat pihak lawan datang dengan sikap hormat, Gon cing
taysu tak berani berayal, setelah menyambut uudangan
tersebut sahutnya sambil tersenyum, "Aaah, lolap tak lebih
hanya manusia dari gunung, sikap atasanmu yang begitu
memandang tinggi diriku sungguh membuat lolap merasa
malu sendiri"
Undangan itupun dibuka dan terbaca tiga baris kata,
"Ditujukan untuk yang terhormat Gon cing taysu.
Pada hari Toan yang nanti, kami hendak menyelenggarakan
upacara peresmian perkumpulan kami di Ou gou penag dalam
wilayah Ci mong mengharapkan kedatangan saudara"
Dibawahnya tertulis tanda tangan pengundang nya.
"Murid angkatan kedua dari Bu liang-san, ketua
perkumpulan Hian-beng-kau, Kok See-piau"
Diam-diam Goan cing taysu berpikir, "Sepanjang jalan
sudah kudengar kalau Hian-beng-kaucu adalah Kok See-piau
bekas murid Bu liang sin kun, padahal Li Bu-liang tewas
ditangan Bun Tay kun, dengan dicantumkannya tulisan Bu
liang san, jelas Kok See-piau bertekad hendak membalaskan
dendam bagi kematian gurunya"
sementara ia masih termenung, Tang Bong liang telah
berkata lebih lanjut, "Undangan nona Coa disertakan pada
orang tuanya, sedang nona Cia turut dalam perkumpulan Cian
li kau, oleh sebab itu undangan nona berdua tidak dihantar
secara khusus"
Coa Wi-wi menyambut undangan dari tangan Goan cing
taysu dan dilihatnya sekejap, kemudian sambil mendongakkan
kepalanya ia berkata, "Oooh, kalau itu sih urusan kecil, cuma
364 ada beberapa persoalan yang membuatku tidak habis
mengerti, apakah Tong thamcu bersedia memberi petunjuk?"
Tang Bong-liang segera tertawa terbahak-bahak.
"Haahh?"".haaahhh?"..haaahhh?""harap nona katakan!
" "Konon perkumpulan anda akan diresmikan pada bulan
empat tanggal enam, kenapa sekarang dirubah menjadi pada
hari Peh-cun?"
"Yaa, karena persiapan yang terlambat terpaksa harus
diundur sejauh itu" sahut Tong Bong liang sambil tertawa
kering. Coa Wi-wi tertawa dingin, kembali katanya, "Disini
dicantumkan Bu liang san dan Kiu ci san, jelas nama-nama itu
menunjukkan dua tempat yang berbeda, kenapa bisa kau
kaitkan menjadi satu hal ini sungguh membuat orang tak
habis mengerti"
Paras muka Tang Bong liang agak berubah setelah
mendengar perkataan itu, tapi sebentar kemudian telah pulih
kembali menjadi sedia kala, sahutnya, "Sinkun mula-mula
mendapat pelajaran dari Linkong Bu liang sinkun yang
berdiam di Bu liang san, selanjutnya memperoleh warisan
kitab silat dari Sinkun generasi berselang, karena tak ingin
melupakan asal mulanya maka kedua nama itu dicantumkan
menjadi satu"
"Pandai juga orang ini berbicara pikir Coa Wi-wi, "dengan
ucapannya tersebut seolah olah Hian-beng-kaucu benar-benar
adalah seorang manusia berbudi yang tidak lupa dengan
asalnya" Bibirnya lantas bergetar hendak mengucapkan sesuatu lagi
tapi Goan cing taysu tak ingin perdebatan itu berlangsung
365 terus, sambil tersenyum katanya kemudian, "Undangan untuk
Hoa tayhiap apakah telah di sampaikan?"
"Perkampungan Liok soat san ceng adalah pusat kekuatan
dunia persilatan, tentu saja perkumpulan kami tak akan lupa
untuk mengundangnya"
Goan cing taysu kembali berpikir setelah mendengar
perkataan itu, "Kalau Hian-beng-kaucu tidak yakin dengan
ilmu silatnya yang lihay sehingga berani mengundang
kehadiran Hoa Thian-hong, sudah tentu ia mempunyai
rencana busuk lainnya?""
Berpikir sampai disitu, sambil tertawa-tawa katanya
kemudian, "Lolap adalah manusia berwatak orang gunung,
tulang belulangku sudah kaku dan enggan untuk kuatirnya aku
hanya akan menyia-nyiakan harapan atasan kalian saja"
Ucapan itu jauh diluar dugaan Tang Bong liang, untuk
sesaat ia menjadi tertegun.
"Taysu, bila kau tidak pergi sehingga dari pihak Malaikat
Silat tak ada wakilnya, hal mana tentu akan mengurangi
kesemarakannya upacara peresmian itu" Goan cing taysu
tertawa-tawa. "Selama hidup lolap tak pernah melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, aku pun tidak mempunyai nama
besar, hadir atau tidak sebetulnya tak usah dipersoalkan
secara serius"
Diam-diam Tang Bong liang gelisah sekali, biji matanya
segera berputar, lalu sambil sengaja tertawa angkuh ujarnya,
Sinkun ada maksud untuk membuka suatu pertemuan ilmu
silat dalam upacara peresmian itu, mengingat banyaknya
manusia yang mencari nama dalam dunia persilatan, sudah
366 barang tentu mereka yang mencabut nama besar belaka tak
akan berani hadir pada waktunya?"..
Coa Wi-wi mendengus dingin, tiba-tiba selanya, "Jadi kau
ingin menyaksikan kehebatan dari Bu seng" Itu sih gampang,
nah sambutlah sebuah pukulan ini."
Telapak tangannya sudah diangkat keatas siap untuk
melepaskan sebuah pukulan.
Tang Bong liang merasa terkesiap, segera pikirnya,
"Ditinjau dari beberapa kali pengalaman pertarungan yang
berlangsung, agaknya ilmu yang dimiliki dayang ini jauh
diatasku, apa lagi dengan demikian akan mengakibatkan
terjadinya bentrokan langsung dengan keluarga Coa, aku
harus menahan diri",".."
Berpikir demikian ia tidak menyambut ataupun menghindar,
sebaliknya malah mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak.
Sudah barang tentu Coa Wi-wi tak dapat turun tangan
terhadap orang yang tidak membalas, dengan perasaan apa
boleh buat terpaksa ia menarik kembali telapak tangan-nya
sambil berkata, "Kalau toh kau berani pandang remeh ilmu
silat Bu seng, mengapa tak berari menyambut seranganku
ini?" "Aaah?"?"siapa bilang kalau lohu pandang remeh?" kata
Tang Bong liang sambil berhenti tertawa.
"Sudah jelas kau bilang?"?".." teriak Coa Wi-wi dengan
gusar. Mendadak is sadar bahwa dalam perkataan Tang Bong
liang tadi meski ada nada memandang remeh, sesungguhnya
367 yang dimaksud adalah mereka-mereka yang tidak menghadiri
pertemuan yang akan dise-lenggara kan Hian-beng-kau, maka
iapun berkata kembali, "Apanya yang luar biasa dengan
upacara peresmian perkumpulan Hian-beng-kau" Berani betul
mengundang para enghiong dari seluruh kolong langit?"?"
Tang Bong liang hanya tertawa-tawa belaka, sinar matanya
segera dialihkan ke wajah Goan cing taysun.
Sementara itu Goan cing taysu termenung sebentar, tibatiba
sepasang matanya dipentangkan dan memancarkan sinar
yang amat tajam.
Ketika sinar mata Tang Bong liang saling membentur
dengan sepasang mata Goan cing taysu, ia merasakan bahwa
ketajaman mata pendeta itu ibaratnya dua bilah pisau yang
tajam sekali menusuk ke ulu hatinya, ia merasa amat
terkesiap. "Tajam amat penglihatan hwesio ini" sempurna betul
tenaga dalamnya?" demikian ia berpikir.
"Omitohud?" Goan cing berseru memuji keagungan
Buddha. "lolap merasa tak berilmu dan tak berani menghadiri
pertemuan semacam itu"..
"Jadi taysu bersedia untuk menghadirinya sekarang?" sela
Tang Bong liang cepat.
"Tak usah kuatir Tong tham cu, sampai waktunya lolap
pasti akan sampai".."
Diam-diam Tang Bong liang merasa girang, katanya
kemudian, "Kalau memang taysu bersedia datang, upacara
peresmian perkumpulan kami nanti tentu akan berttambah
semarak, para jago yang hadir dalam pertemuan ini pun dapat
368 menyaksikan, kelihayan dari jurus silat malaikat silat"..hal ini
akan merupakan suatu atraksi yang menarik"
Sinar matanya dialihkan kembali ke wajah Coa Wi-wi,
kemudian ujarnya sambil tertawa.
"Nona Coa sekalian menempuh perjalanan melewati tempat
ini apakah kalian hendak ke kota Si ciu?"
"Buat apa tanya-tanya?" kata Coa Wi-wi ketus. Tang Bong
liang tertawa tergelak.
"Haah"..haaa".aaah".bi1a kalian bukan pergi mencari
Hoa ji-kongcu, tentu saja lohu tak usah banyak bicara tapi
kalau memang benar?"
Coa Wi-wi dapat menangkap bahwa dibalik ucapannya
masih ada perkataan lain, dengan perasaan tercekat dia lantas
berseru, "Kenapa dia?"
Paras muka Cia In pun berubah hebat, dengan sinar
matanya yang jeli ia berpaling pula ke arah orang she Tang
itu. Tang Bong liang kembali tertawa terbahak-bahak "Haaah"
hahh"..haaah..
kurang lebih setengah bulan berselang, Tong thian kaucu
Thian Ik-cu salah seorang pentolan dari tiga maha besar dunia
persilatan muncul secara mendadak dikota Si ciu dan mencari
Hoa kongcu, pertarungan seru yang berlangsung mendadak
terhenti dan merekapun masuk ke dalam gedung sambil
bergandeng tangan"
369 Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "kemudian
apakah Hoa kongcu dan Thian Ik-cu menjadi bersahabat atau
bermusuhan terus lo hu kurang lebih tahu"
Meskipun Coi wi wi tidak begitu Jelas dengan manusia yang
bernama Tiga pembawa bencana itu, tapi dari namanya bisa
diketahui bahwa orang itu adalah seorang manusia jahat yang
berhati busuk. Berbeda dengan Cia In, gurunya Pui Che-giok dahulunya
adalah dayang Giok teng hujin dan ikut menyusup dalam
tubuh Tong thian kau, dia tahu bagaimanakah kebiasaan dari
orang-orang perkumpulan tersebut, hatinya kontan bergetar
keras sehingga tanpa sadar serunya?"
Tang Bong liang melirik sekejap kearahnya, lalu menyabut,
"Konon Hoa kongcu dan Thian Ik-cu telah berangkat secara
rahasia pada malam harinya, kemana mereka pergi hingga kini
belum ada kabarnya, itupun berbasil lohu ketahui sewaktu
sedang membagi undangan"
Cia In dan Coa Wi-wi saling berpandangan sekejap, lalu
sama sama memperlihatkan wajah yang murung.
Terdengar Tang Bong liang berkata lebih berlanjut, "Dari
sini menuju ke utara, dalam setiap kota besar tentu ada
rumah makan yang khusus disediakan perkumpulan kami
untuk menerima tamu agung, saudara sekalian boleh makan
minum dan menginap secara gratis"
Sampai disitu diapun menjura sambil menambah, "Kini
tugas lohu telah selesai, aku ingin mohon diri terlebih
dahulu"."
"lolap tak akan mengantar lebih jauh lagi!" Goan cing taysu
merangkap tangganya balas memberi hormat.
370 Tanpa berbicara lagi, Tang Bong liang segera putar badan
dan mengundurkan diri dari situ.
Sepeninggal jago dari Hian-beng-kau itu, Coa Wi-wi lantas
bertanya, "Kongkong, menurut pendapatmu mungkinkah jiko
telah ketimpa musibah"..?"
Walapun dihati kecilnya merasa murung dan kuatir,
senyuman masih tetap mengahiasi ujung bibir Goan cing
taysu, sahutnya, "Jangan lagi kepandaian dan keberesan Liong
ji luar biasa, berbicara diri raut wajahnya dapat diketahui
bahwa ia bukan manusia yang berumur pendek, harap kau tak
usah kuatit"
Mendadak Cia In bangkit sambil berkata, Aku akan
mencoba untuk mencari berita dari kantor cabang
perkumpulan kami yang ada dikota ini.
"Ehm, cepatlah pergi dan cepat kembali" katanya.
Buru-buru Cia In beranjak dan meninggalkan rumah makan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu, tak lama kemudian ia muncul kembali dengan wajah
masih murung "Enci In, kabar apa yang kau peroleh?" Coa Wi-wi segera
berseru. Cia In tertawa paksa, sahutnya, Orang-orang yang berada
disini mempunyai jabatan yang terlampau rendah, mereka
tidak begitu jelas, rasanya jika ingin tahu keadaan yang
sebenarnya kita harus kekota Si ciu.
Goan cing taysu mengangguk.
371 "Yaa, dari sini sampai Si ciu hanya terpaut dua ratus li, asal
berangkat sekarang sore nanti pasti telah sampai!"
Berbicara sampai disitu, mereka bertiga pun tidak banyak
bicara lagi, tanpa bersantap mereka turun untuk membayar
rekening, tapi ciangkwe tak mau menerima bayaran, karena
enggan banyak ribut, Coa Wi-wi melemparkan sekeping uang
kemeja lalu berlalu dari situ.
Setelah keluar dari pintu kota, mereka tidak ambil perduli
lagi apakah jalanan ramai atau tidak, tanpa sangsi lagi mereka
bertiga mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk
melakukan perjalanan.
Goan cing taysu kuatir tenaga dalam Cia In masih
ketinggalan jauh, maka ia tarik tangan kanannya dan
menyeret gadis itu untuk melakukan perjalanan dengan cepat.
Kepandaian silat yang dimiliki Coa Wi-wi memang betulbetul
amat sempurna, apalagi kepandaian yang dimiliki Goan
cing taysu, sore itu mereka telah sampai dikota Si Ciu.
Baru masuk kekota, mereka telah bertemu dengan Cia Sau
yan, kontan saja Cia In bertanya, "Hoa kongcu berada di
mana?" Cia Sau-yan tidak menjawab secara langsung, ia memberi
hormat lebih dulu kepada Goan cing taysu, kemudian baru
menyapa Coa Wi-wi.
"Tak usah banyak adat" katanya.
"Enci Yan, sebenarnya jiko berada di kota Si ciu atau
tidak?" dengan tak sabar Coa Wi-wi bertanya.
372 Cia Sau yan memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian sambil tertawa paksa katanya, "Bila ada persoalan
lebih baik kita bicara saja dalam rumah!"
Ia memutar badannya dan berjalan lebih dulu
meninggalkan tempat itu.
Tak lama kemudian mereka berempat tiba digedung
tersebut dan langsung masuk ke ruang dalam.
Waktu itu dua bersaudara Kiong sedang duduk dalam
ruang tengah, ketika mendengar suara langkah manusia ia
maju menyongsong ke depan pintu, tapi begitu menjumpai
Coa Wi-wi mereka agak tertegun.
Secara ringkas Cia Siau yan memperkenalkan mereka
semua, lalu tak sempat duduk lagi dia berkata, "Setengah
bulan berselang, Hoa In-liong dan Thian Ik-cu telah berangkat
ke bukit Ho san di wan see"
"Mau apa dia kesana?" tanya Coa Wi-wi.
"Menurut perkataan Thian Ik-cu, katanya ada sekelompok
jago dari daratan Tionggoan yang terkena racun jahat ular
emas dan tersekap di bukit Ho San, mendengar berita itu Hoa
kongcu segera berangkat untuk memberi pertolongan!"
"Apakah waktu itu Somoay juga hadir disana?" tiba-tiba Cia
In bertanya. "Yaa, aku hadir!"
Dengan dahi berkerut dan suara menegur, Cia in segera
berseru, "Sumoay, bukankah dihari-hari biasa suhu selalu
memperingatkan kita bahwa Tong thian kau adalah
sekawanan manusia licik yang banyak tipu muslihatnya,
373 mengapa kau tidak mencoba untuk menghalanginya"
Semuanya ini, kaulah yang salah"
Dengan wajah malu Cia Sau yan menundukkan wajahnya
rendah-rendah. Pergaulan selama beberapa hari ini diantara dua
bersaudara Kiong dengan Cia sau yan membuat hubungan
mereka bertambah intim, melihat keadaan itu, Kiong Gwat hui
segera menyela, Dalam masalah ini enci Yan tak bisa
disalahkan, waktu itu kami dua bersaudara, Siang huan toh mi
(sepasang gelang pencabut nyawa) Ting Ji-san dan Ho Keesian
dari Sin-ki-pang hadir pula ditempat tersebut, tapi ling
dan Ho dua orang cianpwe sama sekali tidak bermaksud untuk
menghalangi kepentingan"
"Ooooh".. begitu!" dengan nada minta maaf, coa In
berkata kemudian, "kalau begitu akulah yang telah salah
menegur, harap sumoay sudi memberi maaf"
Cia Sau yan menghela napas panjang, katanya, "Siau moay
memang bersalah. Cuma siapakah yang bisa mengurusi
persoalannya Hoa kongcu" Apalagi menurut pengamatan Siau
moay atas tingkah laku Thian Ik-cu, kami benar-benar tidak
menemukan sesuatu gejala yang mencurigakan"
"Tapi betapa jahatnya Thian Ik-cu itu?" seru Coa Wi-wi
dengan cemas, "bagaimanakah tingkah lakunya ketika itu?"
"Urusan yang lewat lebih baik tak usah dibicarakan lagi"
Kata Cia Sau yan kemudian setelah berpikir sebentar, "biarlah
kuceritakan kembali keadaan waktu itu"
Setelah berhenti sebentar, diapun mulai menceritakan
bagian ketika Thian Ik-cu mendatangi kota Si ciu, menjajal
kepandaian Hoa In-liong, lalu bagaimana masuk kerumah
374 untuk berunding dan bagaimana berusaha untuk menolong
orang?". Ketika selesai bercerita, dengan sinar mata berkilat ia
berkata kembali, "Kakek nona Coa, Ting Ji-san dan Ho Keesian
sekalian telah berangkat untuk memberi pertolongan, tapi
sampai sekarang mereka masih belum juga kembali"
"Tentu saja" seru Coa Wi-wi, "kalau engkohku sudah
mengetahui akan urusan ini, sudah pasti dia tak akan berdiam
diri saja"
Cia Sau yan berkata kembali, "Murid Thian Ik-cu dengan
suka rela bersedia disekap beberapa lama sampai ada kabar
berita tentang gurunya dan Hoa kongcu"
"itu semua cuma urusan kecil" tukas Coa In, "masih ada
yang lain?"
Cia Sau yan ragu ragu sejenak, kemudian katanya,
"Menurut laporan Ho Kee-sian, Ting Ji-san locianpwe dan Coa
kongcu telah berjumpa dengan Sing Tocu, suheng dari Tang
Kwik-siu ditengah jalan, nyaris jiwa mereka melayang
dengannya, terpaksa buru-buru mereka menarik diri"
Mendengar itu, Coa Wi-wi lantas berpaling ke arah Goan
cing taysu dan berkata dengan cemas, "Kongkong, apakah
Jiko sanggup untuk menandingi Sing Tocu?"
Selama ini Goan cing taysu hanya duduk membungkam
sambil mendengarkan pembicaraan mereka, ketika mendengar
perkataan itu dengan ham bar sahutnya, Meskipun tak
sanggup menandinginya, bukan suatu urusan yang susah
baginya jika ingin kabur!"
375 "Kalau ia tak sudi kabur?" sambung Coa Wi-wi dengan
perasaan cemas bercampur gelisah. Goan cing taysu segera
tertawa. "Liong ji adalah seorang manusia yang tahu diri, tak
mungkin ia berani mengajak musuhnya beradu jiwa bila tiada
manfaat apapun.
Coa Wi-wi merasa sangat tak lega, serunya tiba-tiba, "Kalau
begitu biar ku berangkan kebukit Ho san"
Cia In berpaling sekejap memandang ke arah Goan cing
taysu, meskipun tidak mengucapkan apa-apa tapi jelas kalau
gadis inipun ingin menyusul ke sana.
Sepasang Pedang Iblis 3 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Kisah Pedang Di Sungai Es 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama