Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 6
Goan cing taysu lantas berkata, "Dari sini menuju ke bukit
Ho-san ada seribu empat lima ratus li, sampai di wilayah Gi
mong pun ada seribu li pula, padahal saat peresmian
perkumpulan Hian-beng-kau telah tinggal belasan hari saja,
tak sempat lagi?"."
Coa Wi-wi segera mengerutkan dahinya.
"Wi ji ogah menghadiri peresmian itu, apa sih yang hebat
untuk dilihat?"?" serunya.
Goan cing taysu gelengkan kepalanya berulang kali sambil
berpaling katanya, "Nona Yan, berapa orang yang mendapat
undangan dari pihak Hian-beng-kau"..?"
Setelah membungkukkan badan memberi hormat sahut Cia
Sau yan, "Kau orang tua terlalu sungkan, boanpwe mana
berani menerimanya"
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh, "Boanpwe
rasa setiap orang yang punya nama, baik ia masih berkelana
atau telah mengasingkan diri, pihak Hian-beng-kau pasti telah
menyampaikan undangan kepada mereka, yang tidak
376 mendapat bagian undangan tapi i-ngin melihat keramaianpun
sebagian besar sudah berangkat, dewasa ini tak sedikit
jumlahnya manusia yang telah meninggalkan kota Si ciu.
"Apakah dari pihak keluarga Hoa telah melakukan suatu
tindakan?"
"Bun tay kun belum melakukan tindakan apa-apa, Hoa
tayhiap juga belum turun gunung, ketika urusan yang
mengirim undangan tersebut tiba ditengah bukit ia telah
dihadang oleh kuasanya, jadi belum sampai bertemu langsung
dengan Hoa tayhiap.
Setelah menghela napas, lanjutnya.
"Keluarga Hoa selalu dianggap sebagai keluarga pesilatan
nomer satu didalam dunia persilatan tapi sikapnya yang sukar
diraba ini benar-benar membuat umat persilatan didunia ini
menjadi bingung dan tidak habis mengerti"
Kiong Gwat hui yang berada disampingnya tiba-tiba
menyela. "Sewaktu turun gunung, kali ini kami berdua sempat pula
mengunjungi perkampungan Liok soat san ceng dan
menyambangi Bun Tay kun, Hoa tayhiap dan dua orang Hoa
hujin" "Kalian telah bertemu?" tanya Goan cing taysu sambil
tersenyum. "Ketemu sih sudah ketemu, cuma saja Bun Tay kun sedang
memusatkan semua perhatiannya untuk mendidik Suma Jin,
putri pendiam Suma tayhiap, mengenai yang lain penghidupan
berjalan biasa, hanya Koa toako Koa samet dan dua orang
sumoay yang secara diam-diam membicarakan segala sepak
377 terjang dan Hoa jiko, selain itu masih ada pula seorang Coa
hujin".. "Dia adalah ibuku!" kata Coa Wi-wi dengan mata mendelik,
"bagaimana dengan dia orang tua"
"Ibumu dan kedua orang hujin bergaul dengan riang
gembira, dan berpesan kepadaku bila datang ke timur maka
kami diminta mampir di Kota Kiam leng dan mengajak kau
bermain" "Kenapa cici berdua tidak membicarakannya sejak tadi?"
seru Coa Wi-wi sambil bertepuk tangan kegirangan.
Kiong Gwat hui tertawa, sahutnya.
"Tadi kau buru-buru ingin mengetahui nasib Hoa jiko, kami
mana berani untuk mengganggunya
Sementara itu Goan cing taysu sedang berpikir, Wiji hanya
menguatirkan keselamalan jiko nya, ilmu silat In-ji amat cetek,
beberapa orang gadis inipun tak bisa menghadapi masalah
besar ini dengan sempurna?"."
Setelah berpikir sebentar, serunya kemudian, "Anak Wi!"
Menyaksikan paras muka Goan-cing taysu amat serius,
buru-buru Coa Wi-wi meluruskan tangannya ke bawah sambil
bertanya, "Kongkong ada pesan apa?"
"Upacara pembukaan perkumpulan Hian-beng-kau
mempunyai arti penting bagi keselamatan umat persilatan
didunia, karenanya aku harus berangkat untuk melakukan
penyelidikan lebih dulu, kau boleh menyusul kemudian.
378 Setelah berhenti sebentar, kembali ia berkata, "Sedangkan
urusan Liong ji, lebih baik kita pikirkan selesai upacara
peresmian itu, mau kebukit Ho san juga tak bisa sekarang,
aku harap kau dapat mengingat selalu pesan leluhur kita yang
lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi. Begitu juga dengan anak ini!"
Selesai berkata, ujung bajunya segera dikebaskan dan
tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Bagi Goan cing taysu yang sepanjang hidupnya berkelana
diluar, kepergiannya tidak meninggalkan kesan apa-apa tapi
berbeda dengan Coa Wi-wi dan Cia In. mereka merasa seperti
kehilangan sesuatu, sambil memburu ke tepi jendela, titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Tiba-tiba Kiong Gwat hui berkata, "Ilmu silat yang kami
berdua memiliki amat cetek, jarak dari sini sampai bukit Gi
sanpun tidak dekat, bila ingin menghadiri pertemuan tersebut,
kita harus melakukan perjalanan mulai sekarang"
Diam diam Co wi wi berpikir, "Terpaksa persoalan tentang
jiko harus ditunda untuk sementara waktu.
Padahal bicara dari kepandaian yang di milikinya, tak
mungkin sampai terjadi peristiwa, mungkin juga kita akan
berjumpa dalam pertemuan nanti"."
Berpikir demikian ia lantas berkata, "Enci Kiong, bagaimana
kalau melakukan perjalanan bersama sama?"?"
Kiong Gwat hui memegang tangan Coa Wi-wi dan tertawa
merdu, serunya, "Kau benar benar cantik jelita seperti bidadari
yang turun dari kahyangan, kami berdua sungguh merasa tak
sanggup untuk melakukan perjalanan bersamamu"
379 "Kau iri hati?" goda Kiong Gwat lan sam bil tertawa.
Kiong Gwat hui ikut tertawa. "Yaa, tentu saja iri sekali!"
"Kenapa?" tanya Coa Wi-wi sambil tertawa, sekalipun sedang
menguatirkan keselamatan Hoa In-liong, sempat pula dia
untuk bergurau.
Kiong Gwat hui dapat merasakan bahwa dibalik kecantikan
gadis itu terkandung juga kepolosan dan kelembutan, sama
sekali tidak menaruh rasa iri atau dengki, hal mana
membuatnya menghela napas panjang.
Sambil menarik tangan Coa Wi-wi, katanya kemudian,
"Terus terang saja aku mengaku, bahwa aku merasa iri sekali
ketika untuk pertama kalinya mengetahui akan dirimu, tapi
sekarang semua kedengkian itu sudah lenyap tak berbekas"
Mendengar perkataan itu, Coa Wi-wi menjadi tertegun, ia
tak habis mengerti kenapa gadis itu bisa menaruh perasaan
dengki ketika berjumpa untuk pertama kalinya tadi.
"Malam ini kita beristirahat dulu, besok pagi baru
melanjutkan kembali perjalanan kita" tiba-tiba Cia In berkata.
0000O0000 Jalan raya yang menuju ke Lu lam selama beberapa hari ini
mendadak menjadi ramai, sebagian besar orang yang
menempuh perjalanan disana adalah kawanan jago persilatan.
Pengaruh Hian-beng-kau memang benar-benar besar dan
luas, dengan bukit Gi san sebagai pusat seribu li disekitar
tempat itu telah tersebar tempat-tempat penyambutan,
terutama sekali dikota-kota besar, baik rumah penginapan
380 tersedia, makanan terjamin, yang melayani merekapun ratarata
gadis cantik jelita yang bertubuh indah.
Alunan musik yang indah, tempat yang nyaman, hidangan
yang lezat dan pelayan yang memuaskan, sungguh membuat
siapapun menjadi kerasan.
Sudah terlalu lama dunia persilatan berada dalam keadaan
tenang, banyak yang sudah lama tenangpun berbondongbondong
memunculkan diri, sebagian besar adalah bermaksud
untuk melihat keramaian, hanya sebagian kecil saja yang
benar-benar menguatirkan ambisi orang yang bermaksud
menguasai jagat.
Waktu itu, Coa Wi-wi, Cia In dan dua bersaudara Kiongpun
sedang melakukun perjalanan ke utara, untuk menghindari
tempat-tempat penyambutan yang disediakan pihak Hianbengkau, mereka khusus memilih jalanan yang kecil dan
terpencil. Empat orang gadis itu berencana akan tiba ditempat
peresmian itu sehari sebelumnya, maka sepanjang jalan
mereka banyak berpesiar dan bersantai-santai.
Senja itu mereka telah tiba diluar kota Gi sun shia, oleh
karena empat orang gadis itu tak tahu dimanakah letaknya Ou
gou peng, setelah berunding sejenak akhirnya diputuskan
kalau malam itu akan mendatangi gedung penerima tamu
guna melakukan penyelidikan.
Malam itu keempat gadis itu masuk ke dalam kota dan
langsung menuju ke gedung penerima tamu dari Hian-bengkau.
381 Ditengah jalan, mendadak Coa Wi-wi berhenti dan
berpaling ke arah sebelah kiri.
Melihat gadis itu berhenti, tiga orang lainnya pun ikut
berhenti dengan wajah tertegun.
"Apa yangg terjadi?" Kiong Gwat lan segera berbisik lirih.
"Bwe Su-yok telah datang!" sahut Coa Wi-wi sambil
menatap terus ke depan"
Cia In dan dua bersaudara Kiong segera berpaling pula ke
arah mana yang ditujukan.
Tapi Coa Wi-wi gelengkan kepalanya sambil berkata, "Ia
sudah keluar dari kota, tidak terlihat lagi"
Cia In termenung sebentar kemudian ujarnya.
"Dibalik ucapan peresmian perkumpulan Hian-beng-kau kali
ini sesungguhnya mereka bermaksud untuk menantang para
jago dari kalangan lurus sebagai seorang ketua dari Kiu-imkau,
sudah barang tentu Bwe Su-yok harusnya berada
dimarkas Hian-beng-kau, daripada berkeliaran ditempat
luaran" "Jadi maksudmu, Bwe Su-yok sedang melakukan suatu
pekerjaan?" tanya Kiong Gwat hui.
Cia In mengangguk.
"Semestinya memang begitu!" sahutnya,
"Enci In, bagaimana kalau kita ikuti dirinya?" bisik Coa Wiwi
mendadak dengan suara lirih, diantara keempat orang itu
usia Cia In paling tua dan pengalamannya paling luas oleh
382 sebab itu dalam menghadapi pelbagai persoalan, dia juga
yang mengambil keputusan.
Padahal Cia In sudah jemu dengan persoalan tentang dunia
persilatan, tapi dalam keadaan demikian mau tak mau dia
harus juga membangkitkan semangat untuk menghadapinya.
Diam-diam Cia In berpikir, "Kedatangan Bwe Su-yok ke
tempat ini pasti karena urusan penting, seandainya ia
memang bermaksud tidak menguntungkan untuk golongan
kami, memang ada baiknya jika mencari kesempatan untuk
mengacaunya"
Berpikir sampai disitu, diapun lantas mengangguk,
sahutnya, "Bagaimanapun juga kita memang tidak repot, tak
ada salahnya untuk melihat-lihat.
Mendengar ucapan tersebut, Coa Wi-wi segera berangkat
lebih dulu untuk membawa jalan dan menuju kearah mana
Bwe Su-yok melenyapkan diri.
Sesaat kemudian sampailah keempat orang itu ditengah
sebuah hutan yang lebat.
Mendadak Coa Wi-wi berhenti sambil berbisik, "Sudah
sampai!" "Dimana?" tanya Kiong Gwat hui karena tidak menyaksikan
sesosok bayangan manusia pun.
Baru saja akan menjawab, air muka Coa Wi-wi mendadak
berubah, serunya kemudian dengan cemas, "Cepat
menyembunyikan diri!" Meskipun agak keheranan, tiga orang
itu tahu bahwa ucapan tersebut pasti ada alasan tertentu,
maka masing-masing mencari sebatang pohon dan
menyembunyikan diri.
383 Baru saja selesai bersembunyi, bayangan manusia
berkelebat lewat, tahu-tahu ditempat mereka berada tadi telah
muncul dua orang laki-laki bertubuh kekar.
Agak merah wajah Kiong Gwat-hui karena jengah, pikirnya
kemudian, Yaa, pasti ucapanku terlalu keras tadi sehingga
mengagetkan penjaga di sana?"."
Dengan sepasang mata yang tajam, dua orang laki-laki
kekar itu memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
salah seorang diantaranya berkata, "Lo tan, kentut busukpun
tak ada, mungkin kau salah mendengar?"
"Tidak mungkin" jawab laki laki kekar yang bernama lo tan
itu dengan suara berat, "dengan jelas kudengar ada suara
perempuan yang berkumandang dari sini?""
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Sudah pasti
orangnya bersembunyi, lo Thio, mari kita geledah sekeliling
tempat ini!"
Ia mencabut keluar sebatang tombak pendek dan siap
melakukan penggeledahan.
"Tunggu sebentar!" seru lo thio tiba-tiba sambil menarik
lengan rekannya itu.
"Eeh" kenapa kau musti mengulur waktu terus" dengan
gusar lo tan berteriak, "coba kalau sampai urusan menjadi
berantakan akan kulihat beberapa butir batok kepala yang kau
miliki?" Lo Thio mendengus dingin.
384 "Kalau begini cara penggeledahan yang kita lakukan, jika
sampai terkena sergapan, siapa yang bakal rugi" Lebih baik
kita melepaskan tanda bahaya saja untuk mengundang bala
bantuan "Bajingan cilik!" diam-diam Kiong Gwat hui menyumpah.
Sambil menggigit bibir, ia tetap bersiap sedia untuk
menyerempet bahaya dengan menaklukan ke dua orang itu.
Baru saja ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tibatiba
bayangan manusia berkelebat lewat, diam-diam Coa Wiwi
menerjang turun ke bawah".
Ilmu silat yang dimiliki kedua orang laki-laki kekar itu
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memang bukan kepandaian sembarangan apalagi berada
dalam keadaan siap siaga namun di bawah sergapan dari Coa
Wi-wi ternyata tak sanggup untuk meloloskan diri.
Terdengar Lo Thio mendengus tertahan dan roboh ke
tanah, sedangkan lo Tan menggerakkan tombaknya siap
berteriak tapi sebelum sempat melanjutkan gerakannya, ia
sudah ditotok jalan darah pingsannya oleh Coa Wi-wi dan
roboh dan tak berkutik diatas tanah.
Setelah dua orang manusia ditaklukan, Kiong Gwat hui baru
melompat keluar sambil memuji, "Siapapun diantara kedua
orang ini memiliki ilmu silat jauh diatas kepandaianku, tapi
tanpa mengeluarkan sedikit tenagapun kau berhasil
menaklukan mereka, bahkan menjeritpun tak sempat, ini
membuktikan bahwa kau memang betul betul hebat"
Cia In tertawa ringan, katanya, "Dua orang itu masih belum
terhitung seberapa, ilmu silat sesungguhnya dari adik Wi
belum pernah kau lihat, coba kalau sudah tahu"..tanggung
kau akan kagum"
385 Kiong Gwat hui mengerdipkan sepasang matanya,
kemudian berkata, "Semoga saja pada malam ini bakal ada
suatu pertarungan yang seru, sehingga menambah
pengalaman"
Setelah menyembunyikan dua orang tawanan-nya,
beberapa orang itu melanjutkan kembali perjalanannya untuk
menyusup ke depan, tak sampai sepuluh kaki kemudian
dengan dahi berkerut dan mengerahkan ilmu menyampaikan
suaranya, Coa Wi-wi berbisik kepada ketiga orang itu,
"Semakin masuk kedalam, para penjaganya memiliki ilmu silat
yang semakin tinggi, bila kita memaksa untuk maju lebih ke
depan, niscaya jejak kita bakal ketahuan"
Baik Cia In maupun dua bersaudara Kiong sama-sama tak
dapat berbicara dengan menyampaikan suara, merekapun
tahu kalau gadis itu menguatirkan keselamatan mereka
bertiga. Maka setelah termenung sebentar, Cia In lantas berbisik
ditepi telinganya, "Bagaimana kalau kau masuk saja seorang
diri?" Coa Wi-wi mengangguk tapi menggeleng pula, bisiknya
dengan ilmu menyampaikan suara "disinipun boleh juga, Aku
duga Kiu-im-kau sedang memasang jebakan disini untuk
meringkus seseorang, sebentar aku akan tahu siapakah
sasarannya itu"
Cian In tahu kalau Coa Wi-wi kuatir bila ia dan dua
bersaudara Kiong tak sanggup menandingi jago-jago dari Kiuimkau, maka ia sengaja tetap tinggal disini.
386 Pikirnya kemudian, "Bila tujuan Kiu-im-kau memang sedang
mencegat seseorang, berada disini pun sama saja dapat
menyelidiki jejak mereka, baiklah ditunggu sebentar lagi,?""
Berpikir demikian, diapun mengangguk.
Ke empat orang itupun segera berhenti di sana sambil
memasang telinga baik-baik untuk memperhatikan keadaan di
sekitar sana. Kurang lebih setengah jam kemudian, tiba-tiba Coa Wi-wi
mendengar ada suara ujung baju yang tersampok angin
berkumandang datang dari kejauhan dan makin lama makin
mendekati tempat itu.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu tinggi
sekali, dalam waktu singkat jaraknya tinggal sepuluh kaki saja.
Pada saat itulah tiba tiba terdengar seorang membentak
keras, Jilid 10 "Ku Ing ing, berhenti!"
Sinar lampu segera menerangi empat penjuru, menyusul
kemudian bayangan manusia yang entah berapa banyak
jumlahnya bermunculan disekeliling hutan itu.
Diam-diam terkejut juga Coa Wi-wi mendengar seruan tadi,
pikirnya, "Oooh"..rupanya bibi Ku yang sedang mereka
hadang!" Ketika berpaling, tampak olehnya Cia In pun sedang berada
dalam keadaan tertegun dengan wajah kaget.
387 Ia mencoba pula untuk mengawasi sekeliling sana diatas
sebatang dahan pohon sepuluh kaki dihadapannya sana,
berdirilah seorang tokoh berusia setengah umur yang cantik
jelita, tokoh itu membawa sebuah Hud tim bergagang pualam
di tangan kirinya.
Meski hanya memakai sebuah jubah pendeta yang
berwarna hijau, namun tidak menyembunyikan kecantikan
wajahnya yang mempesonakan hati itu.
Dan dia memang bukan lain adalah Giok teng Hujin Ku Ing
ing yang kini bernama Tiang heng Tokoh.
Hanya sebentar terkejut, Tiang heng Tokoh segera dapat
menenangkan kembali hatinya, dengan sepasang biji matanya
yang jeli ia mengawasi sekejap sekeliling tempat itu".
Disebuah tanah lapang didepan sana, tampaklah Bwe Suyok
yang berwajah cantik tapi dingin itu berdiri angker sambil
memegang tongkat kepala setannya, dikiri kanannya masingmasing
berdiri Lei Kiu-it dan seorang kakek berbaju hitam
yang bertubuh ceking sekali, sementara sayap kiri dan sayap
kanan masing-masing berdiri dua baris anak buahnya.
Diarah kiri dan kanan masing-masing berdiri kawanan jago
yang dipimpin Kek Thian tok, Seng Sin san dan Huan Tong
untuk menghadang jalan mundur orang, kalau dilihat dari
tampang-tampang kawanan jago dari Kiu-im-kau itu, bisa
diketahui bahwa mereka bukan manusia manusia yang
berilmu cetek. Setelah menyaksikan keadaan tersebut, Tiang beng Tokoh
baru merasa terkesiap pikirnya.
388 "Celaka, kalau dilihat dari posisi yang terbentang didepan
mata sekarang, rasanya untuk kabur dari sini jauh lebih sulit
dari pada mendaki ke langit!"
"Ku Ing-ing!" kedengaran Lei Kui it membentak, "kenapa
kau masih belum juga memberi hormat kepada Kiu-imkaucu?"
Setelah mengasingkan diri selama belasan tahun,
kemampuan Tiang heng Tokoh untuk mengendalikan
perasaan sungguh mengagumkan sekali.
la tertawa-tawa, sambil melompat turun dari atas dahan,
dan memberi hormat kepada bwe Su-yok sapanya.
Bwe Su-yok berlagak tidak melihat, ia berdiri angkuh disitu
sementara sinar matanya berkilat tajam, tampaknya terjadi
pergolakan hebat di dalam hati kecilnya.
00000O0000 49 Ku Ing Ing, apakah kau sudah lupa dengan asalmu?" kakek
berjubah hitam yang bertubuh ceking itu kembali membentak
dengan suara dingin.
Tiang heng Tokoh mengalihkan sorot matanya ke arah
orang itu, lalu tanyanya, Siapa kau" maaf bila pintoi tidak
mengenalinya!"
Lohu adalah Sik Bio Ciao pelinduag hukum dan kaucu
angkatan kedua, sekalipun belum pernah berjumpa tentu
pernah mendengar bukan?" kata kakek ceking berbaju hitam
itu lagi dengan dingin.
389 Terkesiap juga Tiang heng Tokoh sesudah mendengar
nama tersebut, segera pikirnya, "Ooooh" rupanya dia!"
Ternyata Sik Ban-cian si kakek ceking berjubah hitam itu
adalah salah satu diantara empat orang pelindung hukum dari
Kiu-im-kaucu angkatan kedua, dimasa itu empat orang
pelindung hukum dari Kiu-im-kaucu ini disebut orang
persilatan sebagai Kiu im su-ciat (empat yang luar biasa dari
Kiu-im-kau cu).
Berbicara tentang kesuksesan Kiu-im-kau dimasa lampau,
ada separuh bagian diantaranya adalah berkat perjuangan
keempat orang itu, coba kalau keempat orang itu tidak
tersekap dibukit Wu san pada lima tahun berselang tak
mungkin Kiu-im-kau bakal di paksa orang untuk kabur
ketengah samudra dan hidup terombang ambing tanpa tujuan.
Tiang heng Tokoh menjadi murid Kiu-im-kau justru disaat
Kiu-im-kau sedang mengalami masa runtuh, diapun kemudian
mendapat tugas untuk menyusup ke tubuh Tong thian kau
sambil menunggu saat yang baik untuk muncul kembali dalam
dunia persilatan.
Karenanya ia belum pernah berjumpa dengan keempat
orang itu, tapi pernah mendengar kelihayan mereka berempat.
Maka sambil menghela napas diam-diam berpikir,
"Waah?".rupanya aku bakal mampus hari ini"
Tapi pertapaannya selama ini membuat hatinya setenang
air, dengan sikap yang tenang ia memberi hormat kepada Sik
Ban-ciau, la lu katanya, "Rupanya kau adalah cianpwe pinni,
maafkanlah bila Tiang heng bersikap kurang hormat
kepadamu" 390 "Hmm, apa kau anggap setelah mengenakan jubah
kependetaan maka urusan dimasa lalu bisa diselesaikan
dengan begitu saja?"
Tiang heng tokoh tertawa hambar, sahutnya, Sudah lama
pinni bukan anggota Kiu-im-kau lagi.
"Ku Ing ing, kau berani menghianati su-cou?" bentaknya.
Pinni bernama Tiang heng. Ku Ing Ing sudah mati
semenjak dua puluh tahun berselang.
Sekalipun Ku Ing ing belum mati, tapi setelah menjalankan
hukuman Im-hwe-lian-hun (api dingin melelehkan sukma) aku
sudah bu kan terhitung anak murid Kiu-im-kau lagi.
Ucapan tersebut membuat Sik Ban-cian tertegun, ia lantas
berpaling ke arah Bwe Su-yok.
"Yaa, memang ada kejadian tersebut!" Bwe Su-yok segera
mengangguk tanda membenarkan.
Kiranya dalam peraturan Kiu-im-kau ada tercantum bahwa
barang siapa telah menjalani hukuman Api dingin melelehkan
sukma maka ia sudah bukan termasuk anggota Kiu-im-kau
lagi. Sebagaimana diketahui, siksaan Api dingin melelehkan
sukma adalah siksaan paling kejam didunia ini, belum tentu
setiap manusia bisa menahannya, barang siapa t lah
menjalaninya selama tujuh hari tujuh malam tubuhnya akan
berubah menjadi sesosok mayat kering.
Peraturano itu sebenarnya diujukan untuk anggota
perkumpulan yang telah melakukan pelanggaran besar, agar
setelah mati pun tak dapat menjadi murid Kiu-im-kau.
391 Siapa tahu dikala Giok teng hujin menjalani siksaan di kota
Cho ciu, Hoa Thian-hong telah datang tepat pada waktunya,
karena menguatirkan ilmu silat Hoa Thian-hong yang lihay,
terpaksa Kiu-im-kaucu membatalkan hukuman-nya ditengah
jalan, sebab itulah Giok Teng hujin bisa hidup sampai
sekarang. Kenyataan mana segera membuat Sik Ban-cian menjadi
serba salah, sebab menurut peraturan setelah Giok teng hujin
tidak menjadi murid Kiu-im-kau, maka peraturanpun tidak
berlaku lagi baginya, atau dengan perkataan lain diapun tidak
berhak lagi untuk menuntutnya.
"Ku lng ing" mendadak Lei Kiu-it membentak dengan
dingin, "hukuman api dingin melelehkan sukma yang
semuanya berlangsung selama tujuh hari tujuh malam belum
kau laksanakan hingga selesai, itu berarti kau masih belum
terlepas dari ikatan peraturan perkumpulan kami"
Dengan langkah lebar ia lantas maju ke depan dan
melepaskan sebuah pukulan ke arah Ku Ing ing, seraya
membentak, "Akan kulihat sampai dimanakah kemajuan yang
berhasil kau capai selama beberapa tahun ini?"
Ku Ing ing tersenyum, hud tim ditangan kanannya
menggulung keatas..
Terdengar suara benturan seperti benda retak, hawa
pukulan langsung membuyar keempat penjuru dan membuat
kobaran api obor menjilat-jilat tiada hentinya.
suasana dalam hutan itupun menjadi mengerikan sekali
seperti ada setan-setan yang sedang bergentayangan.
392 Lei Kiu-it mundur selangkah dengan cepat sementara ujung
baju Tiang-heng Tokoh berkibar keras terhembus angin.
Kejadian itu segera membuat semua anggota Kiu-im-kau
menjadi terperanjat, dalam bentrokan yang baru terjadi
terbukti bahwa kepandaian yang dimilikinya memang hebat.
Padahal sebagai seorang jago dibawah ruangan Yu beng
thiam, kepandaian silat yang dimiliknya masih berada di
bawah dua istana dan tiga ruangan, tapi kenyataannya dia
masih berada diatas kepandaian Lei Kiu-it.
Tiba tiba Bwe Su-yok menegur dengan dingin, Lei tiamcu,
apakah aku menitahkan kepadamu untuk turun tangan"
Paras muka Lei Kiu-it agak bsrubah, buru-buru ia memberi
hormat kepada Bwe Su-yok sambil menyahut, Hamba
melakukannya karena buru-buru ingin menangkap penghianat
tersebut. "Mundur kau!" tukas Bwe Su-yok cepat.
Lei Kiu-it agak ragu-ragu sejenak, kemudian setelah sangsi
beberapa waktu diapun mengundurkan diri dari sana.
Bwe Su-yok mendengus dingin, setelah melirik sekejap
kearah Sik Ban-cian katanya, "Sik hu hoat, bagaimana
menurut pendapatmu?""
Sik Ban-cian memberi hormat lalu sahutnya, Walaupun
peraturan dalam perkumpulan kita memang berbunyi
demikian, tapi menurut pendapat lohu, Ku Ing ing tak dapat
dile paskan dengan begitu saja.
393 "Kalau peraturan yang telah adapun tidak dipegang teguh,
perkumpulan macam apakah perkumpulan kita ini" Dan
bagaimana pula bisa merajai dunia persilatan?" tegurnya.
Mendengar itu diam-diam Sik Ban-cian berpikir, "Kalau
didengar dari perkataannya itu, agaknya dia berniat untuk
melindungi Ku Ing ing perempuan rendah itu, hmm! Orang
bilang dia ada main dengan bocah muda dari keluarga Hoa,
rupanya perkataan tersebut tak bakal keliru lagi."
Berpikir demikian iapun lantas berkata, "Menurut peraturan
perkumpulan, orang harus menjalani hukuman api dingin
melelehkan sukma sukma tujuh hari tujuh malam, walaupun
tidak dicantumkan keterangan lalu tapi artinya sudah jelas,
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harap kaucu bersedia untuk memahaminya"
Paras muka Bwe Su-yok mulai tampak agak sangsi, namun
diapun tidak banyak berbicara lagi.
Diam-diam Tiang beng Tokoh berpikir kembali, "Aaai"."
Keadaan telah berkembang menjadi begini, rasanya diapun
tak akan mampu untuk membentak diriku lagi, janganlah
lantaran persoalan membuat kewibawaannya dibadan anak
buahnya merosot, semoga bocah ini dapat membawa
perkumpulan Kiu-im-kau menuju ke jalan yang benar"."
Berpikir demikian, ia merasa enggan untuk menyulitkan
Bwe Su-yok lagi dalam persoalan ini, ia lebih rela beradu iiwa
daripada menyulitkan orang lain.
Maka sesudah berpikir sejenak, katanya sambil tersenyum,
"Kaucu".."
Setajam sembilu Bwe Su-yok berpaling, ketika dilihatnya
paras muka Tiang heng Tokoh yang se-mula sedih kini
berubah jadi cerah, dengan cepat ia dapat menebak suara
394 hatinya, iapun lantas berpikir, "Bila membiarkan ia mati
dihadapanku, jika sampai diketahui olehnya, niscaya dia akan
membenciku setengah mati!"
Walaupun sikapnya yang istimewa dimasa dalam
pertemuan yang pertama dengan Tiang beng Tokoh, ia telah
menyebutnya sebagai cianpwe dan sikapnya menunjukan
penuh kesopanan dan rasa hormat mempunyai penjelasan
tertentu, namun kesemuanya ini dia lakukan jelas disebabkan
oleh Hoa In-liong.
Kalau tidak demikian, mungkin sedari tadi ia telah menuduh
Tiang heng Tokoh sebagai seorang penghianat.
Maka dari itu ketika dilihatnya Tiang heng Tokoh ada
maksud untuk mengakui kesalahannya di hadapan umum, ia
menjadi cemas bercampur gelisah, tiba-tiba bentaknya dengan
keras, "Tutup mulut!"
Kemudian sambil berpaling kearah Sik tan cian, katanya
lagi, "Sik Hu hoat, dalam usaha penghadangan terhadap Ku
Ing ing ini, kaulah yang memimpin langsung semua penjagaan
disini, apakah cukup rapat dan kuat penjagaan di sekeliling
tempat ini?"
Coa Wi-wi yang mendengar sampai disitu hatinya lantas
bergerak, pikirnya, "Jangan-jangan Bwe Su-yok memang
bermaksud memancing ke-datanganku ke tempat ini"
Berpikir demikian, iapun melirik sekejap kearah Cia In,
ketika empat mata saling bertemu, Cia In segera
mengangguk, rupa nya mereka berdua mempunyai pendapat
yang sama. Sik Ban-cian agak tertegun setelah mendengar dibalik
perkataan Bwe Su-yok masih ada perkataan lain, dengan
395 tenaga dalam yang dimilikinya, asal memasang telinga baik
baik maka tak sulit baginya untuk menemukan tempat
persembunyian dari Cia ln serta dua bersaudara Kiong, maka
sorot matanya lantas dialihkan ketempat persembunyian
empat orang gadis itu kemudian tertawa panjang.
Sungguh amat sempurna tenaga dalam ysng di miliki Sik
Ban-cian, gelak tertawanya melengking dan membelah
keheningan malam hingga membuat Cia In dan dua
bersaudara Kiong yang berada pada jarak agak jauhpun
merasakan gendang telinganya menjadi amat sakit, kepalanya
pusing tujuh keliling, hampir saja ia tak tahan.
Menyaksikan kejadian itu Coa Wi-wi menjadi amat gelisah,
kontan saja ia membentak nyaring.
Dalami keadaan cemas dan gelisah bentakan tersebut telah
disertai dengan tenaga dalam yang cu-kup empurna, bahkan
saja berhasil mengimbangi gelak tertawa Sik Ban ciao, bahkan
menusuk pendengaran lawan.
Bwe Su-yok maupun Lei Kiu-it yang sama sekali tidak
bersiap sedia hampir saja merasakan dadanya bergolak keras
apalagi murid-murid Kiu-im-kau lainnya, mereka merasa
seperti disambar guntur, tubuhnya sampai bergoyang keras.
Dengan wajah tertegunn Sik Ban ciao tutup mulut tapi
sejenak kemudian dengan suara dalam serunya, "Rupanya ada
jago tangguh yang berada disini, bagaimana kalau tampilkan
diri sebentar?"
Coa Wi-wi tahu bahwa kemungkinan besar ia tak dapat
mengundurkan diri dari situ dengan aman pada malam ini,
maka dengan suara setengah berbisik katanya, "Tiga orang
saudaraku, jago-jago tangguh dari Kiu-im-kau telah berkumpul
semua disini, kalian bukan tandingannya, maka jika sampai
396 terjadi bentrokan nanti, lebih baik hindari jago-jago tangguh,
cari saja para anak buahnya yang agak cetek kepandaian
silatnya. Sebetulnya ucapan semacam ini pantang di utarakan
keluar, sekalipun merupakan suatu kenyataan, untung saja
ketiga orang gadis itu berhati polos dan tidak menaruh
perasaan tak senang atau perasaan lainnya, mendengar
perkataan itu serentak mereka manggut manggut.
"Jangan kuatir!" kata Giong Gwat lan sambil tertawa
"sebetulaya aku memang cuma ingin berpeluk tangan belaka,
ingin kulihat sampai dimanakah kehebatan ilmu silat yang kau
miliki itu"
Coa Wi-wi tersenyum, diapun berjalan keluar lebih dulu dari
tempat persembunyian nya disusul ketiga orang lainnya.
Ketika Tiang heng Tokoh melihat Coa Wi-wi dari depan,
dengan heran iaberseru.
"Anak Wi, rupanya kau!"
"Bibi Ku" kata Coa Wi-wi dcngsn manja, "aku harus
berterima kacih kepada pihak Kiu-im-kau karena berhasil
mengurung dirimu disini kali ini aku tak akan biarkan kau
kabur dengan begitu saja"
Tiang heng Tokoh tersenyum, sinar matanya pelan-pelan
dialihkan kewajah Cia In serta dua bersaudara Kiong,
kemudian sambil menggape katanya, "Anak In, kau dan nona
berdua dibelakangku saja"
Dalam sekilas pandangan saja, Sik Pan cian telah
mengetahui bahwa kepandaian silat yang dimiliki keempat
orang ini amat cetek, tapi setelah mengetahui bahwa orang
397 yang membentak amat dahsyat tadi adalah seorang gadis
belia yang cantik jelita, ia menjadi tercengang.
"Aaali"..!" serunya tertahan.
"Budak ini bernama Coa Wi-wi, keturunan dari Bu seng
(malaikat ilmu silat)!" demikian Bwe Su-yok berkata dingin.
Paras muka Sik Ban-cian berubah hebat, serunya dengan
suara lantang, "Wahai budak she Coa, ape hubungan mu
dongan Coan cing si keledai tua gundul?"
Tak terkirakan rasa gusar Coa Wi-wi mendengar orang itu
mengejek kakeknya, biji mata yang jeli berputar-putar, lalu
sahutnya dingin, "Setan tua, apa yang kau ngaco belokan?"
"Budak sialan!" teriak Sik Ban-cian penuh kegusaran,
selanglah demi selangkah ia maju ke depan.
Coa Wi-wi tidak berani bertindak gegabah, diam-diam ia
menge rahkan tenaga dalamnya untuk bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan, sementara Thian heng
Tokoh mempersiapkan senjata Hud timnya untuk melancarkan
Serangan. "Setan tua, lihat toya saktiku!" mendadak seseorang
berseru dengan suara lantang.
Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, sesosok
bayangan hitam dengan membawa desingan angin tajam
langsung menerjang kearah Sik Ban-cian.
Melihat datangnya ancaman, Sik Ban-cian memutar telapak
tangan-nya melancarkan serangan balasan, tiba-tiba ia merasa
keadaan tidak betul, bawa murninya segera ditarik kembali
398 lalu dari pukulan merubahnya menjadi cengkeraman, ia cakar
punggung bayangan hitam tersebut.
Benar juga ternyata orang itu adalah anggota Kiu-im-kau
yang dilemparkan orang ke arahnya.
"Sik lo ku!, kau memang hebat" suara itu memuji lantang,
"untung matamu cukup jeli sehingga nyawa seorang anak
buahmu berhasil diselamatkan
Habis sudah kesabaran Sik Ban-cian, karena gusarnya ia
tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke atas sebatang
pohon besar yang rimbun lebih kurang sepuluh kaki
dihadapannya sana, bentaknya penuh kegusaran, "Kawanan
tikus darimana yang telah datang" Hayo cepat meng-gelinding
keluar dari tempat persembunyianmu!"
Belum lagi tubuhnya menerjang tiba, sepasang telapak
tangannya telah dilontarkan ke depan, gulungan angin
pukulan yang maha dahsyat segera menyambar tubuh lawan,
"Blaaaar?"".!" getaran keras yang memekik-kan telinga
berkumandang memecahkan keheningan, batang pohon yang
lima kaki tingginya itu segera terhantam telak sehingga patah
menjadi dua dan roboh ketanah.
Diantara daun-daun dan ranting-ranting yang beterbangan
diudara, terdengar gelak tertawa pan-jang yang memekikkan
telinga berkumandang memecahkan keheningan, sesosok
bayangan hitam melompat keudara lalu berseru sambil
tertawa, Sungguh suatu tenaga pukulan yang amat hebat,
cuma sayang hanya bisa dilampiaskan pada batang pohon.
Sik Ban ciat makin marah, teriaknya keras-keras, "Manusia
sialan, jangan kabur kau!"
399 Dia melompat keudara dan meluncur ke depan melakukan
pengejaran.. Semua orang telah dapat melihat bahwa orang yang
mengejek Sik Ban-cian itu memiliki ilmu silat yang maha
hebat, sudah jelas kepergian Sik Ban-cian kali ini tak pasti
akan berhasil menyusul lawan.
Diam-diam Tang heng Tokoh berpikir, "Walaupun Sik Bancian
berhasil dipancing pergi, tapi ketiga orang Thamcu dari
Kin im kau serta Bwe Su-yok masih ada di sini, belum tentu
anak Wi sanggup menghadapinya, lebih baik mumpung masih
ada kesempatan aku kabur saja lebih dulu.
Satelah mengambil keputusan, iapun berbisik, "Anak Wi,
buka jalan! Nona berdua dan anak In ditengah, mari kita
berangkat!"
Coa Wi-wi mengangguk, ia bersiap-siap untuk berangkat
mening-galkan tempat itu.
Mendadak terdengar suara pujian kepada sang Buddha
berkumandang diudara, seorang, tauto (hwesio yang
memelihara rambut) dengan rambut yang terurai sepundak,
berwajah pualam dan berikat kepala perak, dengan memakai
jubah pendata warna abu-abu dan membawa sebuah senjata
sekop dari perak melayang turun ketengah arena.
"Siapa sebutanmu taysu?" tanyanya.
"Pinceng adalah Cu Im!" jawab si Tauto.
Kemudin sambil berpaling kearah Tiang heng Tokoh,
katanya, "Nona Ku, apakah masih kenal dengan pinceng?"
Tiang heng Tokoh tertawa getir.
400 Budi kebaikan taysu dan suma tayhap yang jauh-jauh
datang memberi bantuan tak akan Tiang heng lupakan untuk
selamanya, mana mungkin pinceng lupa dengan taysu"!!
Tiba-tiba paras muka Cu Im taysu berubah menjadi amat
sedih, dia berkata memuji keagunggan sang Buddha.
"Omintahud!" Kini Suma loce telah berpulang kelangit barat
sementara pinceng masih kelayappan dialam semesta.
Aai..Kejadian dalam dunia memang berubah dengan cepatnya.
Semuanya itu akan menambah kenanggan dan kepedihan
dihati orang saja.
Tiba tiba Lei Kiu-it berkata dengan dingin.
"Cu Im tauto, tempat ini bukan tempat bagi kalian untuk
mengenang kembali kejadian-kejadian dimasa silam, aku pikir
bila kau sudah bersiap mencampuri urusan ini, tak berguna
banyak bicara lagi, mari kitalangsung saja beradu kekuatan.
Cu Im taysu tertawa-tawa.
"Lei sicu, cukup tajam perkataanmu itu, pinceng kagum
sekali, cuma berilah kesempatan lebih dulu kepada pinceng
untuk bercakap cakap dengan kaucu kalian"
"Taysu hendak membicarakan soal apa?" tanya Bwe Suyok.
Cu Im taysu lantas berpaling, diawasinya sekejap wajah
Bwe Su-yok, kemudian sambil merangkap tangannya didepan
dada ia berkata, "Bwe kaucu adalah seorang perempuan yang
pintar dengan hati yang bijaksana, masa jaya Kiu-im-kau tak
lama lagi pasti akan tiba, pinceng akan menyampaikan
selamat lebih dahulu"
401 Bwe Su-yok terpaksa membungkukkan badan membalas
hormat. "Aku tak berani menerima ucapan selamat dari taysu" cepat
sahutnya. Cu Im taysu menghela napas panjang, katanya, "Bwe
kaucu, dua puluh tahun berselang nona Ku sudah
melaksanakan hukuman im hwe lian nun (api dingin
melelehkan sukma) selama sehari dua malam, keadaannya
mengerikan sekali?"."
"Taysu!" tukas Bwe Su-yok, "jika ingin mengucapkan
sesuatu, katakan saja berterus terang, aku pikir kau tak perlu
berbelok-belok lagi dalam pembicaraan"
"Pinceng hanya ingin berkata bahwa menurut peraturan,
semestinya Kiu-im-kau sudah tidak berhak lagi untuk
mencampuri urusan nona Ku, sebab nona Ku telah
menjalankan siksaan tersebut"
Bwe Su-yok tertawa dingin.
"Heeehh"..heeeh".heeeh"..hebat betul taysu, rupanya
kau pandai mengupas masalah peraturan dari pertarungan
kami. "Maksud Bwe kaucu".." Cu Im Taysu mengernyitkan
sepasang alis matanya.
Tidak menanti ia menyelesaikan kata-katanya, dengau
dingin Bwe Su-yok telah berkata, "Semua persoalan tentang
perkumpulan kami, tak akan mengijinkan orang lain untuk
mencampurinya. 402 Setelah kejadian berkembang jadi dingin, demi menjaga
nama baik serta martabat Kiu-im-kau, terpaksa ia tak dapat
mundur dengan begitu saja, padahal hati kecilnya merasa
salah, coba kalau tidak terikat oleh budi kebaikan dari
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gurunya, ia sudah tinggalkan kedudukannya sebagai kaucu
dan mengasingkan diri ditempat yang terpencil.
Ketika mendengar perkataan itu, Lei Kiu-it sekalian segera
merasakan semangatnya berkobar kembali, rasa antipati yang
timbul dalam hati merekapun segera tersapu lenyap.
Tiba-riba terdengar suara parau berkumandang
memecahkan kesunyian.
"Hei hwesio tua, sekalipun kau berhati baik, sayang sekali si
keras kepala enggan menganggukkan kepala, lebih baik
simpan saja hati baikmu dan mengangkat senjata."
"Siapa disitu?" bentak Lei Kiu-it.
"Ciu Thian-hau dan gunung Hong-san" jawab orang itu
dingin. Paras muka semua jago dari Kiu-im-kau segera berubah
hebat, sebab keadaan yang terbentang didepan mata mereka
sama sekali diluar dugaan siapapun.
Kepandaian Giok teng Hujin sudah tidak seperti kepandaian
yang dulu, ilmu silat Coa Wi-wi tiada tandingannya dan pernah
dibuktikan sendiri oleh para jago Kiu-im-kau, kini Sik Ban-cian
dipancing orang dan belum kembari, ditambah Ciu Thian-hau
dan Cu Im taysu telah muncul dipihak lawan, sudah bisa
dipastikan Kiu-im-kau berada dalam keadaan kalah.
Dalam pada itu, Kek Thian tok, Seng Sim san dan Huan
Tong yang menyaksikan kepungan mereka tak mungkin
403 mendatangkan hasil, dengan cepat mereka mundur ke
samping Bwe Su-yok.
"Ciu Thian hau!" bentak Huan Tong dengan gusar "jelekjelek
kau juga punya nama, kenapa tidak segera menampilkan
diri" Memangnya malu untuk bertemu orang?"
Ciu Thian hau mendengus dingin.
"Hmm"..! Hanya kawanan setan gentayangan yang ada
disitu, lohu malas untuk bertemu dengan kalian"
Menggunaakan kesempatan ketika Huan tong sedang
bertanya jawab dengan Ciu Thian hau, Bwe Su-yok berpaling
ke arah Kek Thian tok sambil bertanya dengan suara lirih,
"Bagaimana pendapat Kek tongcu?"
"Hamba rasa tiada berharga buat kita untuk beradu
kekerasan" bisik Kek Thian tok. "lebih baik kita tunggu saja
sampai saat peresmian perkumpulan Hian-beng-kau, waktu itu
sekalian kita turun tangan membasmi kawanan musuh besar
kita ini* "Bagaimana dengan pendapat kalian?" Bwe Su-yok
berpaling ke arah para jago lainnya.
Seng Sim sam menghela napas, katanya, "Padahal rencana
kita diatur sangat rahasia, entah kenapa mereka dapat
mengetahui rahasia ini sehingga pada berdatangan kemari,
kalau tahu begini keempat huhoat kita diajak kemari semua
dengan kekuatan yang tangguh kita tak usah takut pada
mereka lagi, yaa, apa boleh buat, terpaksa kita harus berbuat
demikian" Bwe Su-yok tersenyum, tiba-tiba ia maju lima langkah ke
depan, dengan sorot mata yang tajam ia menatap sekejap
404 wajah Tiang beng Tokoh, kemudian katanya, "Ku".. Tiang
heng Tokoh, jika kita langsungkan pertarungan, yakinkah kau
dapat menangkan pertarungan ini?"
Tiang heng Tokoh agak tertegun, lalu pikirnya, "Kek Thian
tok merekapun bermaksud lepas tangan, kenapa kau malah
tak mau mengundurkan diri?"
Dalam hati berpikir demiktar, diluar hati ujarnya sambil
tersenyum, "Masakah pinto dapat menandinggi kehebatan Kui
im kaucu, tentu saja aku yang bakal kalah"
"Coa Wi-wi yang berada disisinya lantas berpikir, "Jika bibi
Ku sampai bertarung dengan Bwe Su-yok, dan karena tak
beruntun sampai kalah, nama baiknya pasti akan ikut ternoda,
hal ini sangat tidak berharga baginya"
Berpikir demikian, diapun menampilkan diri, seraya berkata,
"Bwe Su-yok, mana mungkin bibi Ku mau bertarung dengan
seorang boanbwe seperti kau, kalau ingin bertarung, hayo kita
saja yang bertarung"
Bwe Su-yok pura-pura tidak mendengar, kembali ujarnya,
"Sebelum pertarungan dilangsungkan, sukar untuk
menentukan menang kalahnya, tapi berbicara menurut
pendapat umum aku lebih banyak bera-da dipihak yang kalah
dari pada menang"
Setelah berhenti sejenak, katanya kembali, "Dalam
pertarungan ini, bila kau dapat menang, sejak hari ini Kiu-imkau
tak akan mencarimu lagi, tapi jika aku yang menang,
maka terpaksa aku harus membawamu pergi"
Tiang heng Tokoh tidak langsung menjawab, diam-diam
pikirnya kembali;
405 "Terhitung lumayan juga ia bisa berpikir sampai kesitu,
cuma jelas aku tak boleh kalah, padahal sebagai seorang
kaucu tak mungkin akan membiarkan dirinya sampai
kalah?""..
Berpikir sampai disitu, diapun melirik sekejap kearah Cu Im
taysu, ia berharap paderi itu bisa membantunya berbicara.
Cu Im taysu mengernyitkan, alis matanya, lalu berkata,
"Bwe kaucu!"
Bwe Su-yok tertawa angkuh, katanya, "Apakah taysu
bermaksud untuk memberi petunjuk kepadaku?" Cu Im taysu
tertawa. "Pinceng sudah tua, enggan rasanya aku untuk bermain
kekerasan, apalagi melangsungkan pertarungan dengan orang
muda" Setelah berhenti sebentar, ia berkata lebih jauh, "Menurut
pendapat pinceng, mumpung saat peresmian perkumpulan
Hian-beng-kau tinggal beberapa hari, lebih baik kita selesaikan
masalah ini dihadapan para enghiong hohan dari kolong
langit, bukankah hal ini jauh lebih baik?"
Bwe Su-yok termenung dan tidak berbicara padahal
memang itulah yang diharapkan, segera pikirnya, "Dalam
peresmian perkumpulan Hian-beng-kau nanti, seluruh jago
dari pelbagai tempat bakal berkumpul semua disitu, keadaan
nya pasti kacau balau tak karuan, bila ingin membereskan
pertikaian dalam ke adaan seperti ini, jelas hal ini bukan suatu
pekerjaan yang gampang"..
Baru saja berpikir sampai disitu, tiba-tiba berkumandang
suara pekikan nyaring yang memmbelah udara, Sik Bon cian
406 bagaikan seekor burung raksasa melayang masuk ke dalam
gelanggang. Di bawah cahaya api, tampak wajarnya berubah menjadi
hijau membesi, ujung baju sebelah kanannya terpapas kutung
sebagian. Ia melirik sekejap kearah Cu Im taysu kemudian sambil
tertawa seram bentaknya.
"Cu Im, siau pwe darimanakah itu?"
"Haputule!" jawab Cu Im taysu dengan kening berkerut.
"Belum pernah kudengar nama orang itu, siapa gurunya?"
"Aku rasa kau pasti telah merasakan pedang mestika itu,
pedang emas tersebut merupakan pedang paling tajam
dikolong langit, rasa nya tidak sulit bukan bagimu untuk
menebak asal perguruannya.
"Lohu tidak menyangka bakal".."tapi sampai ditengah
jalan, Sik Ban-cian telah mengalihkan pembicaraannya ke soal
lain "apakah dia muridnya It kiam kay tionggoan (Pedang sakti
yang menyelimuti daratan Tionggoan) Siang Tang lay, si setan
tua itu?" "Huh, sungguh tak tahu malu" ejek Coa Wi-wi sambil
tertawa dingin, "tak mampu mengalahkan orang, berkaokkaok
juga ditempat ini, kau pamerkan kepada siapa lagakmu
itu?" Kegusaran Sik Ban-cian ketika itu sedang mencapai pada
puncaknya, mendengar perkataan itu ibaratnya minyak yang
bertemu api, kontan saja ii menyeringai seram.
407 "Budak sialan!" teriaknya menahan geram, Coa Wi-wi sama
sekali tidak menghindar atau pun berkelit, tetapi tangannya
segera digetarkan dan langsung menyambut nya tubrukan
lawan. Kedua orang itu asma sama maagandalkan tenaga pukulan
dingin yang bersifat lembut, apalagi serangannya sama-sama
dilancarkan tanpa menimbulkan sedikit suarapun, maka ketika
dua kekuatan saling bertemu?"?"Blaar!" pancaran hawa
sakti menyebar ke empat penjuru.
Cu Im taysu yang berada didekat sana segera merasakan
tenaga tekanan yang maha kuat menghantam dadanya,
dengan hati terkejut ia awasi Coa Wi-wi beberapa kejap,
kemudian pikirnya, "Dengan tubuh yang begitu ramping dan
lemah lembut ternyata memiliki tenaga dalam sehebat itu,
sungguh merupakan suatu kejadian yang sama sekali diluar
dugaan" Dalam pada itu, Sik Ban-cian mendengus gusar, lengan
kanannya diangkat, siap melancarkan serangan lagi, tapi ia
segera berubah ingatan, pelan-pelan dihampirinya Bwe Suyok,
lalu bibirnya berke mak-kemik entah apa yang diucapkan,
sebab ia mengirim suaranya dengan ilmu menyampaikan
suara. Mendengar bisikan tersebut paras muka Bwe Su-yok
berubah hebat, dengan cepat ia menengadah sambil berkata,
Jika taysu memang berpendapat demikian, baiklah persoalan
ini kita undur sampai diselengarakannya peresmian
perkumpulan Hian-beng-kau nanti.
Tidak menunggu jawaban dari Cu Im taysu lagi, tongkat
kepala setannya segera digetarkan lalu mengundurkan diri dari
situ. 408 Sik Ban-cian serta Kek Thiann tok sekalian menyusul
dibelakangnya, sementara para jago dari Kiu-im-kau samasama
memadamkan obor dan mundur ke dalam hutan,
sekejap kemudian tak seorangpun yang tertinggal disitu.
Dengan keheranan Coa Wi-wi lantas berkata, "Mereka
mundur dengan begitu tergesa gesa, jangan-jangan Kiu-imkau
telah tertimpa suatu musibah?"
Cu Im taysu gelengkan kepalanya berulang kali "Entahlah
pinceng sendiripun kurang jelas" Kemudian sambil berpaling
dengan wajah lembut katanya, "Nona Coa?""
"Panggil aku anak Wi!" sela Coa Wi-wi manja.
Cu Im taysu tersenyum, ujarnya, "Baiklah, tiga puluh tahun
berselang, pinceng pernah bertemu dengan kakekmu dan
ayahmu sewaktu berpesiar ke kota Kiui leng, aku memang
pantas memanggilmu sebagaia anak Wi!"
"Kenapa kau tak pernah mendengar ibuku membicarakan
persoalan ini".?" tanya Coa Wi-wi sambil membelalakkan
matanya yang jeli.
Cu Im taysu tertawa.
"Waktu itu usia ayahmu maupun aku masih amat muda,
ketika kakekmu mengetahui bahwa pinceng adalah orang
persilatan, beliau enggan bersahabat lebih akrab denganku,
Cuma saja lantaran ayahmu begitu dimerahasiakan dirinya,
maka hingga kini pinceng baru tahu bahwa keluargamu adalah
keturunan dari Bu seng,.
Coa Wi-wi menggerakkan bibirnya hendak menjelaskan
pesan dari Kakek moyangnya yang melarang anak keturunannya
berkelana dalam dunia persilatan.
409 Tapi ia sebelum ia sempat berbicara, tiba-tiba terdengar
Tiang-heng Tokoh bertanya.
"Kenapa Ciu tayhiap masin belum juga munculkan diri?"
Cu Im taysu memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian sambil menghela nafas panjang, sahutnya, "Karena
kematian suma lote, ia telah bersumpah tak akan berjumpa
dengan sahabat-sahabat lamanya sebelum pembunuh itu
berhasil ditemukan dan lehernya digorok untuk membalas
dendam" Thiang heng Tokoh lantas berpaling ke arah hutan,
kemudian serunya, "Ciu tayhiap bisa begitu setia kawan, hal
ini sungguh membuat Thiang heng merasa kagum, cuma saja
tindakan semacam ini apakah tidak terlalu?".."
"Percuma banyak bicara, mungkin ia sudah pergi
meninggalkan tempat ini" sela Cu Im taysu dari samping.
"Cu pekya malahan merasa tak senang hati lantaran Ciu
pekya enggan turun gunung!" sela Coa W i wi dengan manja.
Sementara itu Thian heng Tokoh sedang berpikir.
"Jika tidak pergi meninggalkan tempat ini, aku akan sulit
untuk kabur setelah direcoki budak tersebut."
Selama banyak tahun belakangan ini, dia selalu berusaha
untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan sanak
keluarga, maka ketika kemunculan Ciu Thian-hau justru
mencocoki selera hatinya, maka sambil tersenyum katanya,
"Kalian bicaralah pelan-pelan disini, karena masih ada sedikit
urusan, pinto harus mohon diri lebih dulu"
410 Lalu sambil berpaling kearah Cia In, katanya lagi, "Anak In,
guruku telah berangkat ke utara lebih dulu untuk menyelidiki
gerak-gerik dari tiga perkumpulan besar, sepanjang jalan, ia
meninggalkan tanda rahasia, pergi susullah dia, kalau bisa
bergabung saja dengan gurumu!
Cu Im taysu bukan orang bodoh, segera dia pun berpikir,
"Setelah kepergiannya, sudah pasti jejaknya akan semakin
rahasia, selanjutnya kemana aku harus pergi untuk
mencarinya?"
Berpikir demikian, buru-buru ia berkata, "Nona ku, harap
tunggu sebentar, Haputule dari See ih ingin bercakap-cakap
denganmu" "Lain kali saja!" jawab Thiang heng Tokoh.
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Pinto bernama
Thiang heng, jika taysu masih juga memanggil nama ku dulu,
maaf jika pinto tak akan menggubris lagi."
Haputule dan Hoa Thian-hong berhubungan lebih akrab
dari saudara sendiri, sudah tentu ia lebih-lebih tak ingin
berjumpa de ngannya, belum lagi kata-katanya selesai dia
ucapkan, senjata Hud timnya telah dikebaskan siap
meninggalkan tempat itu.
"Omintohud!" Cu Im taysu berseru memuji keagunggan
sang Buddha, senjata sekopnya langsung dilintangkan di
depan dada, sepasang kakinya menjejak ketanah dan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melayang turun bersamaan waktunya dihadapan Thiang heng
Tokoh, sehingga jalan perginya segara terhadang.
Melihat itu, Thiang heng Tokoh mengerutkan dahinya, lalu
berseru dengan nada yang tenang.
411 "Apakah taysu melarang pinto pergi dari sini?"
"Ah, mana pinceng, berani?" buru-buru Cu Im taysu
menjawab. "Kalau begitu, minggirlah dari situ!"
Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak Cu Im taysu,
untuk sesaat ia tak berhasil menemukan cara yang baik untuk
menahan Thiang heng Tokoh disitu?"
Tiba tiba Cia In berseru lantang.
"Oh supek! Bukankah kau telah berjanji dengan pihak Kiuimkau untuk menyelesaikan pertikaian ini pada saat
peresmian perkumpulan Hian-beng-kau"." Jika kau orang tua
pergi, bukankah Cu Im taysu yang membuat perjanjian ini
akan kehilangan kepercayannya?"
"Perkotaan sutit memang benar" cepat-cepat Cu Im taysu
berseru dengan gembira, "harap nona Ku jangan
menyusahkan pinceng.
Ia masih tetap memanggil Tiang heng Tokoh dengan
sebutan "nona Ku" maksudnya dia hendak menginggatkan
Giok teng hujin Ku lng ing bahwa hubungannya dengan
keluarga Hoa sesungguhnya erat sekali.
Diam-diam Thiang heng Tokoh merasa marah sekali,
segera serunya.
"Budak sialan, kau berani barsekongkol dengan mereka
untuk menghadapi aku?"
412 Cia In segera bertekuk lutut dan menjatuhkan diri berlutut
dihadapan supeknya lalu sambil menengadah katanya dengan
suara gemetar. "Ooh supek, kenapa kau orang tua musti bersusah payah
berbuat demikian"
Keponakan murid rela dijauhi hukuman mati asal kau orang
tua bersedia untuk bertemu dengan Hoa tayahiap!"
Dua bersaudara Kiong saling berpandangan sejejap,
kemudian bersama-sama memberi hormat kepada Tiang heng
Tokoh. Kata Kiong Gwat hui.
"Kiong Gwat hui dan Gwat lan dari perguruan MHa san
memberi hormat buat cianpwe"
"Tidak berani" jawab Thiang heng Tokoh sambil tersenyum,
"baik baikkah kakekmu?"
"Dia orang tua ada dalam keadaan baik-baik dan boleh
dibilang sehat walafiat"
Berbicara sempai disini, ia lantas mengedipkan matanya
memberi tanda kepada Gwat lan untuk berbicara.
Semenjak tadi Kiong Gwat lan telah berniat untuk
berbicara, melibat itu buru-buru ia menyam-bung.
"Ku locianpwe, kejadianmu dimasa lalu yang penuh
kegembiraan maupun kesedihan telah banyak kami dengar,
hanya sayang boanpwe sekalian tak sempat menjumpaimu,
sungguh beruntung malam ini kami bisa berjumpa muka"."
413 "Tak usah mengumpak" tukas Thiang heng Tokoh sambil
tertawa, apa yang kau ucapkan katakan saja terus terang!"
Maaf cianpwe, apakah kau tidak merasa terlalu manja
sekali?" Kiong Gwat lan dengan wajah serius.
"Aaah, kalian anak kecil cuma tahu satu tak tahu dua, apa
yang hendak kalian bicarakan?" dengan gusar Thiang heng
Tokoh berseru. Aku tak ambil perduli soal satu atau dua, seru Coa Wi-wi
dengan capat, Pokoknya kau musti berjumpa dengan empek
Hoa, kalau tidak tinggalkan alamatmu, aku pikir empek Hoa
pasti akan berkunjung kesitu untuk minta maaf"
Melihat gelagat tak baik, Tiang beng Tokoh segera berpikir,
Wah, mereka pada mengerubuti aku seorang, kalau begini
terus caranya, tidak memakai sedikit akal jelas aku tak bakal
bisa loloskan diri dari sini.
Berpikir demikian, diapun berkata, "In jin, hayo bangun!
Supek tak akan menyalahkan kamu lagi"
Cia In menyembah beberapa kaki kemudian baru bangkit
berdiri, wajahnya kelihatan sedih, ia seperti mau
mengucapkan sesuatu namun maksud tersebut kemudian
diurungkan. Diam-diam Thiang heng Tokoh menghela napas panjang
sambil berpaling ke arah Cu Im taysu, katanya, "Taysu,
persoalan antara Kiu-im-kau dengan pinto biarlah diselesaikan
saja pada ucapacara peresmian Hian-beng-kau nanti, kalau
toh demikian untuk sementara waktu, bagaimana kalau
jangan kita bicarakan lagi?"
414 "Apakah sampai waktunya, nona Ku pasti akan tiba?" Cu Im
taysu masih kelihatan sangsi.
"Yaa, sampai waktunya Ku Ing ing pasti akan datang!"
Begitu selesai berkata, ia lantas melejit ke udara dan
melayang pergi dari situ.
Cu Im tsysu masih juga agak sangsi tapi terbayang bahwa
orang persilatan selalu memegang janji yang telah diucapkan,
apalagi Tiang beng Tokoh pun telah berjanji akan datang,
maka dia tidak menghalangi lagi jalan perginya.
Sebab bagaimanapun juga cukup mengerti, apa bila ia
sampai mengucapkan kata-kata yang ber-nada tak percaya
akibatnya bisa terjalin perselisihan paham, karena itulah ia
selalu tak berani mengucapkan kata-kata yang bermaksud
menghalangi niatnya.
Setelah berjalan sejauh beberapa li, mendadak Tiang hen
tokoh merasa gelagat tak benar, tiba-tiba ia berpaling
kebelakang, maka tampaklah Coa Wi-wi dengan senyuman
dikulum sedang mengikuti di belakangnya, jelas ia sudah
cukup lama membuntuti disana.
Ketika Coa Wi-wi menjumpai jejaknya ketahuan, kontan
saja ia tertawa cekikikan.
"Bibi Ku, aku ingin mengikutimu! Tiang heng Tokoh segera
terhenti, serunya, "Budak cilik,, kau berani tak pacaya dengan
perkataanku?"
Coa Wi-wi tertawa cekikikan, serunya, "Hei, apa yang kau
katakan?" 415 "Aku bilang?" mendadak ia terbungkam.
Kembali Coa Wi-wi tertawa.
Biar aku saja yang mengatakannya untuk bibi Ku, waktu itu
Bibi ku berkata bahwa Ku Ing ing pasti akan datang, padahal
bibi Ku pernah berkata bahwa kau sudah bukan Giok teng
hujin Ku Ing ing lagi, kalau memang demikian, itu berarti
sudah tiada hubungannya lagi dengan Tiang heng Tokoh,
sampai waktunya asal kau mengirim orang yang mengabarkan
bahwa Giok teng hujin sudah tiada lagi, otomatis Thiang heng
Tokoh tak perlu memenuhi janji tersebut. Yaa, taysu itu
terlampau jujur, tentu saja ia tak da-pat menangkap
rencanamu itu"
Padahal memang begitulah rencana Tiang heng Tokoh,
setelah rahasianya ketahuan, ia pun tak sanggup tertawa lagi.
"Anak Wi, kau memang pintar, tapi setiap orang
mempunyai jalan pemikiran yang berbeda, buat apa kau
memaksa terus?""
"Maka dari itu, aku sudah bertekad untuk mengikuti terus
bibi Ku!" sambungnya.
Tiang hieng Tokoh agak tertegun, tiba-tiba wajahnya
berubah mem besi, kemudian serunya, "Bila kau mengejar
diriku lari, hati-hati kalau kuanggap dirimu sebagai musuh
besarku." Sepasang mala Coa Wi-wi berubah menjadi merah,
katanya, "Pukullah aku, pokoknya aku tak akan pergi!"
Karena gadis itu sudah tersengguh hendak menangis, buruburu
Tiang heng Tokoh mengendorkan sikap kerasnya, sambil
416 tertawa ia berkata, "Ah, ucapan bibi Ku memang kelewat
berat, anak Wi. Kenapa musti kau msukkan kedalam hati"
"Kalau bibi Ku mengijinkan aku mengikutimu" kata Coi Wi
wi lagi sambil lertawa.
Tingkah polahnya yang tak menentu itu sungguh membuat
Tiang heng Tokoh kehabisan akal, apa lagi Coa Wi-wi pada
dasarnya memang polos dan lembut ibarat bidadari dari
kahyangan, siapapun yang bertemu dengan nya lantas akan
merasa cocok dan senang sekali untuk bergaul dengannya.
Betulkah, dengan perasaan apa boleh buat, Tiang heng
Tokoh berkata sambil tertawa, "Siapa yang berani
melarangku?"
Tiba-tiba terdengar suara Haputule berseru, "Setelah ada
nona Coa yang mengiringi perjalanan, siaute akan mohon diri
sampai disini saja!"
Sesosok bayangan hitam menerjang keluar dari balik hutan,
lalu seperti seekor burung elang me-luncur ke arah barat laut.
Tiang heng tokoh agak tertegun, kemudian serunya dengan
lantang, "Bagus sekal", hei Haputule! Kau berani bermain gila
dengan pinto"
"Harap nona Ku suka memaafkan kesalahanku ini" jawaban
dari Haputule datang dari kejauhan, "siaute?""
Mungkin lantaran sudah amat jauh, suara selanjutnya tak
dapat terdengari lagi dengan jelas.
Melihat itu, Tiang heng Tokoh pun bergumam, "Tampaknya
ilmu silat yang di miliki sudah berhasil menyusul kehebatan
gurunya ketika mengetarkan daratan Tionggoan tempo hari"
417 Lalu sambil berpaling ke arah Coa Wi-wi, katanya lagi
sambil tertawa.
"Hei, budak cilik bukankah semenjak tadi kau sudah tahu
kalau ia sedang menguntil di belakang ku?"
Coa Wi-wi tertawa cekikikkan.
"Masa kau tak bisa menangkap nada ucapannya" Muugkin
sudah banyak waktu ia menguntil dibelakangmu, hanya saja
kau tidak merasakan hal itu, kalau tidak kenapa Cu Im taysu
dan Ciu tayhiap, bisa berdatangan kemari secara kebetulan"
Thiang heng tokoh gelengkan kepalanya sambil tertawa
getir, katanya kemudian, "Hayo kita berangkat!"
oooOooo Upacara perkumpulan Hian-beng-kau di selenggarakan
ditebung Ui gou peng diatas bukit Gi san.
Nama Ui gou peng tersebut tak akan di kenal orang lain,
sekalipun bertanya pada orang sedesa pun, rupanya nama
tersebut diberikan sendiri oleh orang-orang Hian-beng-kau.
Menurut keterangan dari orang-orang Hian-beng-kau,
letaknya berada disebelah selatan bukit Gi san, ditengah
lekukan bukit yang bersusun dan menghadap ke arah bukit
Mong-san, jaraknya kira-kira seratus li dari kota Gi sui shin.
Kira-kira mendekati akhir bulan empat, semua rumah
penginapan yang berada dikota-kota sekitar bukit Gi mong
san, seperti kota Gi sui shia, Leng hou shia, An khu shia, Mong
im shia, hampir boleh dibilang penuh oleh tamu.
418 Setelah mengalami masa tenang selama banyak waktu
dengan keluarga Hoa saja yang paling menonjol dalam dunia
persilatan, sebagai besar umat persilatan merasa gembira
sekali menyambut ter-jadinya peristiwa besar ini, berbondongbondong
mereka berdatang dari segala penjuru tempat untuk
ikut meramaikan suasana.
Ketika bulan lima tanggal satu, orang sudah mulai mendaki
bukit, sepanjang jalan tentu saja orang-orang Hian-beng-kau
sibuk menyiapian tempat penginapan dan hidangan untuk
menjamu tamu-tamunya itu.
Hari ini adalah bulan lima tanggal empat, sebagian besar
tamu sudah naik gunung ketika mende-kati senja, kembali ada
sekelompok orang yang berdatangan.
Setelah menembusi sebuah jalan usus kambing yang
dihimpit dua buah bukit karang menjulang ke langit, didepan
sana adalah sebuah tempat terbuka yarg dikelilingi bukit
dengan bentuk seperti kerbau, itulah sebabnya tempat itu
dinamakan Ui gou peng.
Dikeliling puncak bukit terdapat sebuah tanah lapang yang
bertumbuh pohon siang, kicauan burung berbunyi
memeriahkan suasana, keadaan terasa nyaman sekali.
Didepan sana terbentang sebuah jalan batu yang lebar,
dihadapannya berdiri sebuah tugu kumala putih yang
bertulisan "Kun leng thian he" (Aku merajai kolong langit)
empat huruf besar yang terbuat dan emas.
Tertimpa sinar senja, huruf-huruf itu memantulkan sinar
emas yang amat menyilaukan mata.
Tiba-tiba salah seorang kakek berjubah hijau mendengus
dingin, kemudian gumamnya, "Hmm, takabur amat!"
419 "Tam tayhiap, persoalan apa yang membuatmu merasa
kurang puas?" seseorang menegur menda-dak."
Ketika semua orang alihkan sinar matanya, tampaklah
seorang kakek berjenggot cabang tiga de-ngan sinar mata
yang tajam dan mengenakan jubah hitam berdiri disisi jalan.
Kakek berbaju hijau itu tampak agak terkejut, lalu pikirnya,
Padahal aku sudah banyak tahun tak pernah muncul dalam
dunia persilatan, tapi orang itu dapat segera menyebut
namaku, Hian-beng-kau benar-benar bukan suatu
perkumpulan yang boleh dianggap remeh.
Ternyata kakek berbaju hijau itu shi Tam bernama Si bin
berasal dari perguruan Thian tay-pay dan terhitung kakak
seperguruan dari Kanglam Sin-ih Yu Siang-tek, ilmu silatnya
jauh melebihi adik seperguruannya.
Kalau Kanglam Sin-ih (tabib sakti dan Kanglam) lebih
menitik beratkan perhatian-nya untuk memperdalam ilmu
pertabiban-nya sehingga dalam ilmu silat ia ketinggalan jauh,
maka Tam Si-bin menetap terus di Thian tay sambil berlatih
ilmu dengan tekun.
Ketika Kanglam Sin-ih Yu Siang-tek diculik orang, seluruh
partai Thian tay-pay menjadi gempar, sebagai orang yang
berilmu paling tinggi dalam partai Thian tay, sudah barang
tentu ia tak dapat berpeluk tangan belaka, maka di pimpinnya
beberapa orang murid untuk turun gunung.
Kebetulan mereka menjumpai perayaan tersebut, maka
kesempatan baik ini pun segera dimanfaatkan, mereka
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bermaksud menyelidiki markas besar Hian-beng-kau, sebab
420 dengan kedudukannya sekarang, jelas sulit akan dikenali
orang lain. Siapa tahu, baru saja sampai di tengah jalan, indentitasnya
sudah diketahui orang.
Dengan perasaan bergetar keras, dia pun bertanya, "Siapa
kau?" "Aku bernama Cui Heng, menjabat kedudukan seorang
Thamcu dari ruangan Tee it tham!"
Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Tam Sibin,
segera ia menjura, lalu katanya, "Oooh?"..rupanya kau
adalah It pit kon hua (pit sakti penggaet sukma) dari wilayah
tian liong yang termashur karena ketujuh puluh dua jurus ilmu
Poan koan pit Kui seng tiam goan, maaf".. maaf!"
Pit sakti pengaet sukma Cui Heng segera menjura, katanya
pula, "Mana, mana, cukup memandang ilmu Kui goan sinkang
dari Tam heng yang sudah beratus tahun lenyap dari
peredaran dunia bisa disimpulkan bahwa partai Thian tay
bakal merajai kembali dunia persilatan"
Semakin terkesiap Tam Si-bin setelah mendengar
perkataan itu, pikirnya, "Aku sudah tiga puluh tahun lamanya
mengundurkan diri dari dunia persilatan untuk melatih ilmu
sakti tersebut, bahkan anak muridku pun tak, kenapa Hianbengkau sudah bisa menyelidiki persoalan ini begitu
jelasnya?"
Terdengar Cui Heng berkata lagi, "Saudara Tam, bolehkah
aku tahu, apakah pelayanan dari perkumpulan kami sepanjang
jalan kurang sempurna sehingga tak berkenan dihatimu, harap
saudara Tam katakan padaku dengan terus terang, siaute
pasti akan menghukum berat mereka yang bersalah"
421 Tam Si-bin segera tertewa terbahak-bahak.
"Haaahh"..haaahh".haahh".pelayanan dari perkumpulan
kalian cukup baik dan menyenangkan, masa siaute tidak
merasa puas"
"Kalau begitu tolong tanya karena persoalan apakah
saudara Tam tak senang hati?"
"Sialan betul orang ini" maki Tam Si-bin dalam bati, "sudah
tahupun pura-pura tidak mengerti, sialan!"
Maka sambil menuding huruf "Kun leng thian he" yang
tercantum diatas tugu, ia tertawa terbabak-bahak, kemudian
katanya, "Siaute memang bodoh sekali, apakah Cui thamcu
bersedia menjelaskan arti daripada ke empat huruf tersebut?"
0000000O0000000
50 Ciu Heng memutar sekejap matanya, lalu tertawa-tawa.
"Oooh, jadi saudara Tam tak senang hati karena persoalan
itu" katanya.
Jika sekarang saudara Tam masih tak paham, maka selesai
upacara nanti kau akan mengerti dengan sendirinya.
Sudah jelas arti lain dari perkataan itu adalah, sejak kini
perkumpulan Hian-beng-kau bakal menguasahi seluruh kolong
langit! 422 Tam Si-bin tertawa dingin, tiba-tiba sambil menjura ia
berkata!, "Dalam penemuan nanti siaute ingin mo hon
petunjuk dari saudara Cui!"
"Siaute pasti akan melayaninya!" jawabnya.
Setelah memberi hormat, ia lantas putar badan dan
berjalan menelusuri jalan kecil itu, sekejap kemudian
bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Tiba-tiba terdengar seseorang berkata sambil tertawa,
"Tam cianpwe, kionghi! kionghi! Rupanya ilmu sakti partaimu
telah berhasil di kembangkan kembali!"
Ketika Tam Si-bin berpaling, maka tampaklah seorang lakilaki
setengah umur yang berwajah bersih dan berdandan
seorang sastrawan, dengan tangan kirinya membawa sebuah
kipas yang terbuat dari baja, sedang berjalan
menghampirinya.
Ia merasa teramat asing dengan orang itu, maka setelah
ter-menung subentar, katanya sambil tertawa, "Lote ini
adalah?".."
"Tam locianpwe, masih ingatkah kau dengan Yau Tiang li
dari partai Tian cong?" sapanya.
Tam Si-bin baru teringat kembali, segera pikirnya,
"Ooohhhh?"?".. rupanya dia!"
"Tiba-tiba paras mukanya menjadi dingin.
"Oh, ternyata adalah Yau lote, konon pada sepuluh tahun
berselang kau telah menjadi seorang ketua dari suatu
perguruan, ke jadian ini patut diberi selamat"
423 Lalu satelah memberi hormat, ia menambahkan, "Disini
banyak orang dan tidak leluasa untuk berbicara, maaf?""
Tak mau banyak berhubungan dengan orang ini, maka
dengan membawa anak buah, segera melanjutkan kembali
perjalanan menuju ke depan.
Bila sewaktu Tam Si-bin berbicara dengan Cui Heng tadi,
sebagian besar jago pada ikut berhenti dan menonton
keramaian, maka setelah berbisik-bisik sejenak, merekapun
melanjutkan kembali perjalanan menuju ke dalam lembah,
suasana pulih kembali dalam keheningan.
Kiranya partai Cian cong terhitung pula aliran kaum
pemdekar, tiga puluh tahun berselang ketika mereka
kekurangan orang berbakat, tiba-tiba diumumkan bahwa
perguruan menutup pintu dan tak mengadakan hubungan lagi
dengan dunia persilatan, walaupun ketika itu hawa jahat
menyelimuti angkasa, kejahatan merajalela bahkan pertemuan
besar Pak beng hwe maupun Kian-ciau tay-hwee, tidak hadir
pula. Karenanya Tam Si-bin memandang sinis orang tersebut.
Tiba tiba Yau Tiong-in berteriak kembali, "Tam locianpwe,
harap tunggu sebentar, silaukan kau dengarkan dulu
perkataan dari aku Yau Tiong-in"
Tam Si-bin pura-pura tidak mendengar dan meneruskan
perjalanannya menuju ke depan.
Melihat itu, Yau Tiong-in mengerutkan dahinya, kemudian
berseru dengan lantang, "Tam locianpwe, masakah sepatah
katapun tak kau ijinkan kami Tiam cong pay memberi
penjelasan?"
424 Setelah berkata demikian, tentu saja Tam Si-bin tak bisa
berpura-pura lagi, ia putar badan dan berkata dengan hambar,
"Apa lagi yang hendak kau katakan?"
Yau Tiong-in maju tiga langkah ke depan, ia saksikan
hanya terpaut sedikit waktu saja mereka berdua telah
tertinggal sejauh beberapa kaki dari rombongan lainnya.
Maka sambil maju menghampiri Tam Si-bin dengan serius
dia berkata, "Ketidakhadiran kami dalam penemuan Pak beng
hwe, maupun Kiau ciau tay hwe bukau disebabkan karena
takut mati, tapi sesungguhnya guru kami?""
Agaknya ia merasa sukar nntuk meneruskan perkataan itu
tapi setelah berheeti sejenak, ia pun melanjutkan,
"Sesungguhnya guru kami telah dikalahkan oleh Bu liang
Sinkun, oleh sebab itu partai kami harus menepati janji
dengan menutup diri selama puluhan tahun lamanya"
Berkenyit sepasang alis mata Tam Si-bin setelah
mendengar perkataan itu, cepat dia berseru.
"Oooh, kiranya begitu! Cuma pegang janjipun harus
dibedakan atas urusan yang serius dan urunan yang tidak
serius, jika persoalan su- dah menyangkut mati hidupnya
dunia persilatan, tidak betul kalau partai Kalian hanya berpeluk
tangan belaka, untung ada Hoa tayhiap dan ibunya coba kalau
tidak demikian, entah bagaimanakah keadaan dunia persilatan
dewasa ini".."
"Perkataan locianpwe memang benar!" tukas Yau Tiong-in
sambil tertawa getir, "sebenarnya suhu pun hendak berbuat
demikian, beliau rela mengingkari janji dan ditertawakan
orang, dari pada tidak turut serta dalam usaha melenyapkan
hawa sesat dari dunia persilatan?""
425 Sesudah menghembuskan napas panjang, ia melanjutkan,
"Cuma saja, pada waktu itulah tiba-tiba kami temukan bahwa
kecuali sebagian kecil anggota perguruan, hampir seluruhnya
telah terkena racun jahat yang membuat kami kehilangan
tenaga dan tak mampu bertarung lagi dengan orang lain"
Setelah mendengar sampai disini, dengan nada minta maaf
buru-buru Tam Si-bin berseru, "Oooh, selama ini lohu tak tahu
duduk perkara yang sesungguhnya, jika telah melakukan
kesalahan, harap Lote sudi memaafkan!"
"Partai kami tak pernah mengungkapkan persoalan yang
sesungguhnya, tak heran kalau menimbulkan kesalahpahaman
semua orang!"
Agaknya ia merasa amat murung dan sedih, setelah
menghela napas panjang katanya lebih jauh, "Akhirnya suhu
kami nanti dengan membawa duka nestapa, sebelum
meninggal beliau berpesan agar kami balaskan dendam sakit
hati ini, tiga puluh tahun kemudian partai kami dapat muncul
kembali dalam dunia persilatan, sesungguhnya dendam sakit
hati ini hendak kami tuntut balas, tapi Bu Liang loji sudah
keburu mampus ditangan Bun Tay-kun, partai kami tiada
kesempatan lagi untuk membalas dendam, tak tahunya murid
dari setan tua itu, Kok See-piau berani menyebar undangan
untuk mendirikan perkumpulan disini, maka kehadiran partai
kami kali ini pasti akan membalas dendam sakit hati itu
dihadapan para enghiong hohan"
"Semoga saja usahamu itu berhasil!" kata Tam Si-bun
sambil menghela napas panjang.
Sesudah berhenti sebentar, ia menambahkan.
"Sudah tahukah kalian, siapa yang melepaskan racun keji
itu sehingga membuat sengsara semua partai?"
426 Yau Tiong-in menggeretakan giginya kencang-kencang
menahan luapan emosi, katanya, "Sudah bisa dipastikan tak
akan terlepas dari Bu-liang si bajingan tua itu!".
Diam-diam Tam Si-bin lantas berpikir, "Dendam sakit hati
sedalam ini sudah pasti akan dituntun balas oleh semua
kekuatan dari Thiam cong pay, itu berarti pertumpahan darah
pasti akan menghiasi seluruh pertemuan ini"
Setelah berpikir sebentar, ia merasa tidak baik jika berhenti
terlalu lama disitu, maka sambil berjalan ke depan, ia bertanya
lagi, "Berapa banyak jago yang telah kau bawa kali ini?"
Angkatan mudanya tidak dihitung, dari angkatanku saja
ada sembilan orang, ditambah lagi dengan kedua orang
susiokku!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Tam Si-bin, serunya
dengan cepat, "Asal Thiam cong siang kiam (sepasang pedang
dari Thian cong) maka kekuatan kita untuk menumpas hawa
sesatpun akan bertambah tangguh!"
Rupanya cianpwe terlalu tinggi menilai Hian-beng-kau!"
Tampak Si bin menghela napas panjang.
Aaaai" pada mulanya lohu pun berpendapat demikian,
sebagai seorang angkatan muda seberapa besar yang bisa
dimiliki Kok See-piau dengan ilmu silatnya, tapi sekarang
hatiku betul-betul amat murung. Ternyata kehebatan Kok Seepiau
jauh melebihi Kiu ci sin-kan dimasa lalu, bahkan lebih
sulit dihadapi kami kalau Hoa tayhip hadir, aaai?"! andaikata
ada Hoa jikongcu, paling tidak keadaanpun rada mendingan,
sayangnya iapun tidak diketahui kemana perginya!"
427 Kiu Tiong in segera menunjukkan rasa tidak puasnya, ia
berkata, "Ilmu silat Hoa tayhiap tiada keduanya dikolong
langit, hal mana sudah jelas diketahui setiap orang tapi Hoa ji
kongcu masih muda, apakah locianpwe tidak menilai dirinya
terlalu tinggi?"
Tam Si-bin tersenyum.
"Tidak, sama sekali tidak, kecerdasan Hoa ji kongcu tiada
duanya didunia ini berbicara soal ilmu silat, secara diam-diam
lohu pun pernah menjajalnya ketika hendak menghormati
secawan arak kepadanya?"."
"Sekalipun Hoa ji kongcu berasal dari keluarga persilatan
yang termashur, masakah ia sanggup menandingi kehebatan
cianpwe?" tukas Yau Tiong-in tidak percaya
Tim Si bin gelengkan kepalanya berulang kali sambil
tertawa, Sekalipun sepintas lalu orang mengira kekuatan kita
seimbang, padahal lohu tahu bahwa tenaga dalam yang
dimiliki Hoa ji kongcu jauh diatas kemampuanku"
Yau Tiong-in menjadi tertegun, segera pikirnya, "Telaga
dalamnya ini tergantung dari hasil latihan, usia Hoa yang
paling banter berusia dua puluh tahunan, masa dia dapat
menandingi mu, sudah tentu kau ingin memopulerkan
namanya saja?"."
Sementara itu mereka berdua telah tiba di ujung jalan
berbatu itu, setelah melewati dinding tinggi, mereka pun
menjadi tertegun.
Kiranya setelan melewati dinding tinggi maka semua
pemandangan dalam lembah dapat terlihat dengan jelas.
428 Kiranya dihadapanya terbentang sebuah lapangan yang
amat luas dengan ubin putih yang amat indah sebagai
alasnya. Sebuah bangunan istana yang bersusun-susun tertera
nyata nun jauh didepan, pada pintu istana terukir empat buah
huruf besar terbuat dari emas berbunyi "Kiu ci-piat-kiong"
Tempat ditengah tanah lapang, dibangun sebuah panggung
tiga tingkat yang sangat besar, sebuah permadani berwarna
merah darah menghiasi permukaan lantai dari pintu istana
hingga bawah panggung tersebut, sementara dikiri kanannya
masing-masing berdiri sebuah barak besar, sekalipun
dibangun dengan tergesa-gesa namun tidak berkurang
keindahanya. Pada saat itu baik panggung upacara maupun barak besar
tak nampak seorang menusia pun, di-tengah tanah lapang
yang luaspun hanya ada belasan orang jago Hian-beng-kau
yang berlalu lalang sehingga suasana terasa begitu lenggang.
Diam-diam kedua orang itu merasa terperanjat, mereka
tidak mengira kalau Hian-beng-kau bisa membangun istana
seindah ini ditengah bukit yang gersang, cukup melibat arsitek
bangunan, bisa diketahui betapa besar biaya dan tenaga yang
telah mereka hamburkan.
Tam Si-bin mencoba untuk memeriksa keadaan disekeliling
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat Itu, tiba-tiba ia menemukan bahwa dalam tebing Ui
gou beng tersebut hampir boleh dibilang tiada jalan tembus
lain kecuali jalan usus kambing tersebut, sekeliling lembah
hanya ada dinding-dinding bukit yang terjal dan menjulang
keudara. 429 Dengan hati terkesiap diam-diam dia pun berpikir,
Seandainya terjadi pertarungan nanti, asal pihak Hian-bengkau
menutup mulut lembah, sekalipun kita punya sayap juga
tak mungkin bisa kabur dari sini dengan selamat.
Sementara mereka berdua masih mengamati keadaan,
mendadak muncul dua orang bocah berbaju hijau yang
menghampiri mereka.
Melihat langkah kaki kedua orang bocah berbaju hijau yang
ringan itu, Tam Si-bin menjadi tertegun, kemudian pikirnya,
Jilid 11 "Hanya dua orang bocah cilikpun memiliki ilmu silat yang
tidak lemah, hal ini menunjukkan kalau Hian-beng-kau
memang benar-benar penuh dengan jago lihay"
Terdengar Yau Tiong-in berkata dengan hambar, "Aku
belum lelah, kalian boleh pergi dulu karena kami ingin berhenti
sebentar disini."
Bocah yang ada disebelah kanan itu berkata, "Kalau
memang begitu biar hamba menunggu perintah disini!"
"Aku tidak menghendaki pelayan orang, lebih baik kalian
segera berlalu dari sini!"
Dua orang bocah berbaju hijau itu segera berpaling ke arah
Tam Si-bin, kemudian serunya berbareng, Loya-cu?"?".!"
Sambil mengelus jenggotnya Tam Si-bin tertawa, katanya,
"Lohu adalah tulang orang miskin, tidak terbiasa mendapat
430 pelayanan orang lain, jadi kalian lebih baik pergi saja dari
sini!" Tapi setiap enghiong yang turut serta dalam pertemuan
besar ini?"..
"Orang lain adalah orang lain, kami adalah kami, hayo
cepat pergi!" bentaknya.
Kedua orang bocah berbaju hijau itu segera menunjukkan
wajah serba salah, mereka saling berpandangan sekejap,
namun tetap berdiri ditempat semula.
"Kenapa?" teriak Yau Tiong-in lagi semakin gusar, "jadi
kalian hendak mengawasi gerak-gerik kami?"
"Persoalan apa sih yang telah menimbulkan rasa tak
senang dihati Yau Ciangbun?"
Mendengar seruan tersebut, Tam Si-bin dan Yau Tiong-in
segera berpaling, tapi dengan cepat mereka tercengang
dengan wajah tertegun.
Ternyata dihadapan mereka telah berdiri seorang gadis
cantik jelita berbaju putih, kecantikan gadis itu jarang sekali
dijumpai dikolong langit, tapi bukan hal itu yang membuat
mereka berdua terkejut, melainkan wajah gadis itu persis
sekali dengan wajah ke dua orang putri Pek Siau-thian, bekas
ketua dari Sin-ki-pang dimasa lalu.
Dengan cepat Tam Si-bin menjura kepada gadis itu,
kemudian sapanya, "Nona memakai marga Bong" Ataukah
marga Pek?"
Gadis cantik itu tertawa cekikikan.
431 "Hei, apa yang terjadi" Heran benar, setiap kali bertemu
orang, selalu pertanyaan itu yang diajukan kepadaku!"
Setelah berhenti sebentar, katanya, "Aku bernama Kok Gi pek!" Baik Tam Si-bin maupun Yau Tiong-in menjadi tertegun,
dalam hati pikirnya, Heran, jika dilihat dari raut wajahnya, ia
mirip sekali dengan wajah Pek si hujin, kenapa bisa bukan
putri dari Bong Pay dan Pek Soh-gi?"
Walaupun heran, Tam Si-bin berkata juga, "Kalau begitu
nona adalah!?""..
Tidak menunggu ia menyelesaikan kata-katanya, dengan
cepat Kok Gi-pek menukas.
"Hian-beng-kaucu adalah guruku!"
Diam-diam Tang Si bin dan Yau Tiong-in merasa sayang
dihati, gadis secantik bidadari ternyata adalah murid si
gembong iblis, yaa?"ibaratnya sekuntum bunga tumbuh
diatas kotoran kerbau.
Dalam pada itu Kok Gi-pek telah berpaling ke arah dua
orang bocah berbaju hijau itu, kemudian tegurnya dengan
dingin, "Apakah kalian yang telah menggusarkan Yau
tayhiap?" Bocah berbaju hijau yang ada disebelah kiri itu menjadi
gelagapan, serunya tergagap, "Adalah?".adalah Yau tayhiap
sendiri." "Hmm! Setiap enghiong yang menghadiri pertemuan ini
adalah manusia-manusia yang berjiwa besar" tukas Kok Gi-pek
ketus, bila bukan kalian yang tak tahu sopan, masa dapat
432 memancing ketidaksenangan Yau tayhiap" Kenapa tidak cepat
mengaku salah?"
Sungguh tak terlukiskan perasaan Yau Tiong-in setelah
mendengar perkataan itu, ia tertawa serak, lalu katanya,
"Nona telah salah menegur, persoalan ini sama sekali tiada
hubungannya dengan mereka berdua"
Kok Gi-pek mengerling sekejap dengan sepasang biji
matanya yang jeli, kemudian sambil tersenyum ia berkata,
"Aaah, kenapa Yau tayhiap berkata demikian" Kalau begini
jadinya malah kami yang merasa tak enak sendiri!"
Lalu sambil menarik muka, katanya kepada dua orang
bocah tersebut, "Kaucu toh telah berpesan jangan menyalahi
tamu agung yang menghadiri pertemuan ini" Sekarang kalian
telah melakukan kesalahan, hayo sana menghadap toa kongcu
untuk menerima hukuman"
Sekujur tubuh bocah-bocah berbaju hijau itu gemetar
keras, agaknya mereka merasa ketakutan setengah mati,
namun tidak berani pula banyak bicara maka setelah memberi
hormat, sahutnya, "Terima perintah!"
Ketika memutar tubuhnya hendak pergi, tak tahan lagi titik
air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Yau Tiong-in yang menyaksikan kejadian itu menjadi tak
tega, segera bentaknya, "Tunggu sebentar."
Dua orang bocah berbaju hijau itu segera berhenti,
kemudian berpaling kearah Kok Gi-pek.
Kalau memang Yau tayhiap ada perintah, tetua saja kalian
harus berhenti" ujar Kok Gi-pek.
433 Lalu sambil berpaling kearah Yau Tiong-in, ujarnya sambil
tertawa, "Apakah Yau tayhiap merasa cara tersebut kurang
dapat melampiaskan rasa gusarmu, sehingga ingin
menghukum sendiri mereka berdua?"
"Tolong tanya, apakah kedua orang saudara cilik ini harus
melaksanakan hukumannya?" tanya Yau Tiong-in dengan
suara dalam. Kok Gi-pek segera tertawa hambar.
"Aneh benar pertanyaan dari Yau tayhiap, memangnya
perintah dari perkumpulan Hian-beng-kau kami hanya
permainan belaka?"
Merah padam selembar wajah Yau Tiong-in karena jengah,
kembali ia bertanya, "Entah hukuman apakah yang hendak
dilaksanakannya?"
"Jika masuk ke ruang hukuman, berarti mereka harus
mampus tapi jika mendapat pengampunan maka keputusan
berada ditangan suheng kami, itupun paling enteng harus
potong lengan"
Bergidik hati Tam Si-bin dan Yau Tiong-in setelah
mendengar perkataan itu, kekejaman serta keketatan
peraturan Hian-beng-kau boleh dibilang jarang ditemui didunia
ini, sebab hanya dibilang melakukan kesalahan kecil pun
hukumannya potong lengan, malah Kok Gi-pek
mengucapkannya dengan begitu santai seolah-olah hukuman
tersebut sudah merupakan suatu kejadian yang umum, hal
mana cukup menggetarkan hati siapapun yang mendengar.
Yau Tiong-in segera memberi hormat, lalu katanya, "Aku
orang she Yau ingin memohonkan pengampunan bagi
mereka!" 434 "Waaah, jika Yau tayhiap berkata demikian, hal ini malah
justru akan menyusahkan kami!" kata Kok Gi-pek sambil
mengerutkan dahinya.
Sebagai seorang jagoan dari golongan kaum pendekar,
sudah barang tentu Yau Tiong-in merasa tak tega
mengorbankan jiwa dua orang bocah cilik yang tak berdosa
karena persoalannya, karena terpaksa maka diapun berkata,
"Nona Kok dalam persoalan ini akulah yang sebetulnya tidak
benar karena hatiku sedang gundah dan murung maka semua
kemarahan telah kulampiaskan pada dua orang saudara cilik
ini, sesungguhnya mereka tak bersalah, tentu saja tak pantas
dijatuhi hukuman, bila ingin menyalahkan seharusnya akulah
yang pantas disalahkan"
Kok Gi-pek berseru tertahan, lalu sambil pura-pura
tercengang, serunya kembali, "Aaah, hal ini sama sekali tak
masuk diakal" masa ada jago dari golongan lurus yang
melampiaskan hawa amarahnya kepada orang lain"
Merah padam wajah Yau Tiong-in karena malu, diam-diam
sumpahnya dalam hati, "Budak sialan, tajam benar lidahmu!"
Dalam pada itu Kok Gi-pek telah ulapkan tangannya sambil
berkata, "Kalau memang kalian menjemukan dan bodoh sekali
sehingga tidak berkenan dihati Yau tayhiap, kenapa tidak
cepat pergi dari sini" Berdiri melulu disitu hanya membikin
jemu orang saja"
Bocah berbaju hijau itu segera memberi hormat seperti
memperoleh pengampunan, buru-buru mereka kabur
meninggalkan tempat itu.
Kok Gi-pek mengerling sekejap ke arah dua orang
tamunya, lalu berkata kembali, "Para bocah pelayan itu
435 memang bodoh dan tak tahu aturan, tentu saja sulit buat
mereka untuk melayani orang pintar entah bagaimana kalau
aku saja yang mengantar saudara berdua kembali ke tempat
istirahat para tamu agung?"
Mana berani merepotkan nona?" seru Tam Si-bin.
"Ah, tidak menjadi soal"
Tidak banyak berbicara lagi ia putar badan dan berlalu lebih
dulu dari situ.
Terpaksa Tam Si-bin dan Yau Tiong-in mengikuti pula di
belakangnya. Kok Gi-pek membawa dua orang itu berjalan melewati sisi
lapangan dan berbelok ke sebuah jalan tembus.
Dalam perjalanan, tiba-tiba Kok Gi-pek berkata sambil
tertawa, "Yau tayhiap, apakah kau anggap perkumpulan kami
terlampau miskin sehingga tak mampu menjamu tamu
banyak?" Pertanyaan tersebut segera membuat Yau Tiong-in menjadi
tertegun, katanya, "Maaf aku tidak paham dengan apa yang
nona maksudkan?"
Kok Gi-pek tertawa cekikikan.
"Aaah, masa Yau tayhiap tidak mengerti?"
Tam Si-bin ikut tertawa tergelak, timbrungnya, "Lebih baik
nona jangan bermain teka-teki, apalah salahnya jika berbicara
saja terus terang!"
436 Kok Gi-pek tersenyum manis, katanya kemudian, "Yan
tayhiap, susiokmu Tiang cong siang kiam, masa yang satu
tinggal diruang kedua, yang lain tinggal di ruang ketiga,
sementara suheng dan murid-muridmu malah menempati
ruangan ke empat sampai ruang sembilan bukan saja tidak
memakai nama asli, pun tidak menye-butkan asal perguruan
asal mana, sungguh menyulitkan perkumpulan kami ataukah
Yau tayhiap merasa malu karena membawa anggota
perguruan yang terlalu besar jumlahnya, sehingga daripada
ditolak masuk maka kalian gunakan taktik tersebut?"
Setelah berhenti sejenak, sambil tertawa ia melanjutkan,
"Harap Yau ciangbun legakan hati sekalipun dari perguruan
kalian ada seribu orang yang datang, perkumpulan kami masih
sanggup untuk menjamunya apalagi cuma lima puluh orang"
Ucapan tersebut kontan saja membuat paras muka Yau
Tiong-in berubah menjadi pucat sebentar merah sebentar,
sungguh tak terlukiskan rasa kaget dan terkesiapnya.
Ternyata partai Tiam cong memang telah mengatur
rencana untuk membalas dendam dengan mempergunakan
kesempatan itu, maka segenap ke kuuatan mereka telah
dikerahkan datang.
Akan tetapi karena kuatir kekuatan tersebut ketahuan Hianbengkau, maka kecuali Yau Tiong-in seorang, yang lain
segera menyaru dan menyusup masuk dengan cara
menyebarkan diri, rencana mereka bila upacara peresmian
nanti diselenggarakan, maka mereka akan lancarkan serangan
secara mendadak".
Siapa tahu jejak mereka justru telah diketahui oleh pihak
Hian-beng-kau, malahan jumlahnya tak kurang seorangpun,
ucapan dari Kok Gi-pek tersebut semakin menunjukkan bahwa
gerak-gerik mereka memang selalu diawasi.
437 Tam Si-bin yang menyaksikan kejadian itu segera kuatir
kalau ia tak tahan diri, buru-buru menarik ujung bajunya lalu
tertawa terbahak bahak.
"Haaahn"..haaah h"haaahhh?"?"berita yang kalian
peroleh sungguh amat tajam, sungguh mengagumkan!"
Kok Gi-pek mengerdipkan biji matanya yang jeli, lalu
katanya, "Tan cianpwe terlalu memuji partai kami?"
Sambil tertawa Tam Si-bin segera menukas, Tiga orang
suteku dan delapan orang keponakan muridku datang kemari
secara berombongan, mungkin merekapun tidak menyebutkan
nama yang sebenarnya, harap kalian suka memaafkan.
Mendengar perkataan itu, diam-diam Kok Gi-pek berpikir,
Jago kawakan memang biasanya lebih cerdik dan
cekatan?""
Maka ujarnya sambil tersenyum, Ah, ucapan Tam cianpwe
terlalu serius. Para jago dengan tidak mengecilkan partai kami
sebagai partai sesat telah sudi berkunjung kemari, hal ini
sudah amat mengharukan hati kami, orang lain sedang
berbuat bagaimana lantas bagaimana, tentu perkumpulan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami tak berani banyak bicara, pertama jangan kuatir kalau
pelayanan kami kurang baik, kedua kuatir jika ada kawanan
manusia rendah yang memanfaatkan kesempatan ini untuk
memancing diair keruh maka mau tak mau terpaksa kami
harus bersiap lebih waspada"
Meskipun perkataan itu mengandung sindiran, namun
kedua orang jago tersebut tak mampu menanggapi walaupun
hanya sepatah kata pun.
438 Sementara itu Kok Gik pek telah berkata lagi setelah
berhenti sejenak, "Seandainya kali ini Jin tianglo dan Tiangsun
tianglo dari perkumpulan kami tidak berhasil mengenali jagojago
lihay dari partai kalian berdua jika hal ini sampai tersiar
dalam dunia persilatan, bukankah orang lain akan
mentertawakan kami orang orang Hian-beng-kau sebagai
manusia yang punya mata tak berbiji"
Tam Si-bin segera tertawa terbahak bahak.
Haahh?"haahh"..haaahh?"aku pikir Jin tianglo serta
Tiangsun tianglo kalian pastilah jago-jago lihay dari dunia
pesilatan. "Tiangsun tianglo sudah lama mengasingkan diri dari
keramaian dunia" kata Kok Gi-pek hambar, "dia merupakan
keturunan langsung dari seng jiu lu pan (Lu Pan bertangan
malaikat) yang telah membangun istana Kiu ci kiong dari
coucu kami tempo hari, kali ini keturunannya kembali
berkerjasama dengan perkumpulan kami untuk membangun
istana kedua?"?"
"Apakah dia adalah Tiangsun Poh?" tanya Tam Si-bin
dengan perasaan bergetar keras.
"Betul!" Kok Gi-pek manggut-manggut.
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lebih jauh, "Sedangkan
Jin tianglo, dia lebih termashur lagi, tentunya kalian berdua
belum lupa bukan dengan Cong tausu dari perkumpulan Hong
im hwee yang tersohor pada dua puluh tahun berselang?"
"Jin Hian maksudmu?" seru Yau Tiong-in kaget.
Kok Gi-pek tertawa hambar.
439 "Yaa, itulah Jin tianglo"
Sementara pembicaraan berlangsung sampai disitu, mereka
bertiga telah tiba disebuah bangunan rumah yang dikelilingi
pagar tembok tinggi.
Bangunan rumah disana bersusun-susun dengan serambi
yang saling berhubungan, ada pohon yang rindang, kolam air
yang jernih, gunung-gunungan yang indah dan taman bunga
dengan aneka tumbuhan yang berbau harum, sungguh tempat
itu merupakan sebuah pemandangan yang sangat indah?".
Sepanjang serambi ruangan kecuali para jago dari empat
penjuru yang datang menghadiri upacara, terlihat pula banyak
gadis cantik yang berjalan hilir mudik.
Sambil menghentikan langkahnya Kok Gi-pek lantas
bertanya, "Kalian berdua ingin tinggal bersama orang-orang
separtai, ataukah ingin tinggal secara terpisah?"
Tam Si-bin dan Yau Tiong-in saling berpandangan sekejap
lalu diam-diam tertawa getir.
Baru saja mereka masuk ke wilayah Ui gou peng, sekalipun
tahu kalau rekan-rekan seperguruannya telah masuk kedalam
lembah tapi hingga kini belum mengadakan kontak,
merekapun enggan menanyakan persoalan ini kepada pihak
Hian-beng-kau, maka untuk sesaat menjadi bingung tidak
memberi jawaban.
Kok Gi-pek segera tertawa cekikian, tiba-tiba ia bertepuk
tangan pelan, segera muncul dua orang gadis cantik
menghampirinya, setelah memberi hormat tanyanya, "Ada
urusan apa nona?"
440 Sambil menuding kedua orang itu, Kok Gi-pek berkata,
"Persiapkan segera baik-baik tempat menginap dua orang
tayhiap ini, jangan tertindak kurang sopan!"
Dua orang pelayan cantik itu segera mengiakan, setibanya
dihadapan Tam Si-bin dan Yau Tiong-in mereka memberi
hormat kemudian ujarnya bersama, "Menjumpai ya koan
berdua!" Sambil menuding dua orang pelayan cantik itu Kok Gi-pek
kembali berkata, "Yang disebelah kiri bernama Kim Kwi khusus
melayani Tam loy cu, Sedangkan yang di kanan Cui Huan
anggap saja untuk Yau tayhiap"
Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan, "Mulai sekarang,
dua orang pelayan ini menjadi milik kalian berdua kecuali
makan, hidup kalian berdua, mati hidup kedua orang pelayan
inipun berada ditangan kalian, perkumpulan kami tidak akan
berhak untuk menanyakan lagi, jika kalian memang setuju,
selesai upacara nanti kedua orang pelayan itu boleh kalian
bawa pergi"
Kontan saja Yau Tiong-in mencaci maki, "Hmm! Tidak
bermaksud baik, rupanya kau hendak menjebak orang"
Kok Gi-pek tertawa cekikikan.
"Arak itu tidak memabukkan adalah orang yang mabuk
dengan sendirinya, emas tulen tak kuatir dibakar dengan api,
hanya jago-jago tulen yang tidak kuatir perpengaruh oleh
arak, perempuan, har ta dan kedudukan. Apakah Yau tayhiap
kuatir imannya kurang tebal dan tidak tahan godaan?"
Sepasang alis mata Yau Tiong-in langsung berkenyit,
serunya dengan angkuh, "Ako orang she Yau mana takut".."
441 Tiba-tiba Tam Si-bin mendeham pelan, kemudian dengan
kening berkerut katanya, "Lohu adalah orang dari gunung
yang terbiasa hidup bebas, jika dilayani orang malah rasanya
kurang leluasa, nona Kok, biarlah maksud baikmu itu kuterima
dalam hati saja"
Ketika mendengar perkataan itu, paras muka dua orang
pelayan cantik itu segera berubah hebat.
Kok Gi-pek tersenyum, katanya, "Tam cianpwe, kau harus
tahu, seandainya suhengku atau para thamcu yang melayani
kedatangan kalian sekarang, maka dua orang pelayan ini
mungkin sudah tergeletak tak bernyawa lagi!"
Yau Tiong-in mendengus marah, serunya.
"Aku orang she Yau merasa kagum sekali dengan ketatnya
peraturan Hian-beng-kau, cuma?".hmm, apakah kalian tidak
merasa kebangatan dengan tindakan semacam itu?"
"Yaa, kalau tidak begini, mana mungkin perkumpulan kami
bisa menegakan disiplin dan memperketat peraturan?"
Tam Si-bin benar benar tak dapat mengendalikan
perasaannya lagi. dengan dingin ia berseru.
"Perbuatan perkumpulan kalian memang luar biasa sekali,
waah, dengan cara kalian yang kejam dan tidak kenal
perasaan begini rasanya memang tidak sulit bila ingin
menguasahi seluruh jagad.
Kok Gi-pek tidak membantah atau mendebat perkataan itu,
pelan- pelan dia berjalan kehadapan dua orang pelayan itu,
lalu setelah menghela nafas sedih ujarnya, "Kalian baik-baiklah
bertugas, seperti yang diketahui, peraturan dari perkumpulan
kita sangat ketat, jika sampai melanggar peraturan tersebut,
442 bahkan akupun tak akan sanggup menyelamatkan jiwa
kalian." Agak merah sepasang mata dua orang pelayan itu, mereka
tundukkan kepalanya rendah-rendah.
Dengan suara lirih Cui Huan lanias berkata, "Terima kasih
banyak atas kebaikan nona."
Kok Gi-pek menghela nafas panjang, dia berpaling kearah
lain dan berkata lagi dengan dingin, "Soal penyambut tamu
agung sesungguhnya bukan urusanku, aku sampai berbuat
demikian tak lebih karena ingin mengurangi jumlah kematian
yang tak berguna, toh aku hanya bisa berbicara disini saja,
untuk selanjutnya terserah pada kalian sendiri!"
Sambil putar badan ia bersiap meninggalkan tempat itu,
tapi tiba-tiba ia berhenti.
Tam Si-bin dan Yau Tiong-in yang menyaksikan kejadian
tersebut ikut berpaling.
Tampaklah dari tikungan jalan sebelah depan sana muncul
tiga orang manusia, paling depan adalah seorang kakek
berjenggot putih berwajah merah sedang dibelakangnya
mengikuti seorang laki dan seorang perempuan yang jalan
bersanding. Kedua orang itu mirip suami istri, yang pria beralis tebal
bermata besar dan bertubuh tegap, ia tampak gagah perkasa
sedang yang perempuan berwajah cantik dan bersikap
anggun, kedua-duanya ti dak membawa senjata.
Dalam sekilas pandangan saja Kok Gi-pek telah mengetahui
siapakah kedua orang itu, ditatapnya perempuan cantik
443 setengah umur itu sekejap, lalu pikirnya, "Yaa, tak salah lagi
aku memang mirip sekali dengannya?""
Entah mengapa tiba-tiba muncul suatu perasaan aneh
dalam hatinya, kalau bisa ia ingin sekali menubruk kedalam
pangkuan perempuan cantik setengah umur itu.
Ketika sepasang suami istri itu berjumpa dengan Kok Gipek,
merekapun kelihatan agak tertegun, empat buah mata
sama-sama menatap wajahnya tanpa berkedip.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, tiba-tiba
perempuan cantik berusia setengah umur itu berjalan
menghampiri Kok Gi-pek kemudian sapanya, "Nona, bolehkah
aku tahu siapa namamu?"
Keangkuhan Kok Gi-pek sama sekali lenyap tak berbekas,
dengan amat sopan ia memberi hormat, lalu sahutnya.
"Boanpwe Kok Gi-pek!"
Mendengar perkataan itu, sang nyonya cantik itu tertawa
kepada laki-laki kekar itu, ujarnya, "Toako, sudah kau dengar"
Aku tebak yang di maksudkan pastilah moay moay"
Laki-laki kekar mendengus rendah, sikap sinis menghiasi
wajahnya. "Nona berasal darimana?" kembali nyonya cantik itu
bertanya lagi. Kok Gi-pek tidak menjawab, sebaliknya mala bertanya,
"Apakah cianpwa adalah Cu sim siancu (Dewi berhati bajik)?"
Nyonya cantik setengah umur itu tersenyum.
444 "Aaah, itu cuma sanjungan dari sahabat-sahabat persilatan,
Pek Soh-gi mana pantas menerima julukan tersebut?"
Ternyata sepasang suami istri ini bukan lain adalah Bong
Pay serta Pek Soh-gi.
Walaupun Pek Soh-gi adalah putri Pek Siau-thian, tapi sejak
kecil dia ikut dengan ibunya Koa Hong bwe meninggalkan
perkumpulan Sin-ki-pang dan tinggal dibukit Hoan keng san.
Sepanjang tahun dia makan makanan berpantang seperti
ibunya dan tak pernah meninggalkan rumah barang selangkah
pun, oleh sebab itu bukan saja tidak ternoda oleh kebiasaan
orang-orang persilatan, kelembutan dan kehalusan budinya
masih suci bersih, hingga siapapun yang berjumpa dengannya
tentu menaruh simpati kepadanya.
Kemudian setelah menikah dengan Pek lek kun (pukulan
geledek) Bong Pay, untuk menebus dosa ayahnya dan lebihlebih
atas dorongan suaminya untuk banyak beramal,
kelembutan dan kebaikan hatinya merebut simpati banyak
orang, sekalipun ada musuh yang berniat ja hat, hawa
sesatnya segera terpunahkan setelah berjumpa dengannya,
sebab itulah orang persilatan menghadiahkan julukan "Cu sim
Siancu kepada-nya,
Bong Pay adalah murid Pek sian (Dewa geledek) dari Bu lim
siang sian (sepasang dewa dari dunia persilatan) didalam
pertemuan Pak beng-bwe, Pek lek sian menemui ajalnya
dengan menanggung dendam, waktu itu ia masih muda dan
hidup gelandangan dalam dunia persilatan, tapi untung
dengan ketekunannya berlatih dan memperoleh bimbingan
dari supeknya Siau yau sian (dewa yang suka keluyuran) Cu
Thong serta Hoa Thian-hong, akhirnya ia berhasil juga
mengangkat dirinya menjadi seorang pendekar besar yang
menggemparkan dunia persilatan.
445 Semenjak kawin dengan Pek Soh-gi yang lemah lembut, ia
banyak sekali berbudi sosial dan menolong orang apa lagi
didampingi istrinya yang lemah lembut, hal mana membuat
kewelasan hatinya bukan aja bertambah tebal, bahkan sifat
berangasannya dimasa lalupun sudah banyak berubah.
Coba kalau bukan demikian, setelah mendengar perkataan
dari Pek Soh-gi tadi, niscaya ia sudah memaki Kok See-piau
dengan beberapa patah kata yang tajam.
Sejak ia masuk kedalam keluarga Pek, sebenarnya kursi
kebesaran sebagai seorang pangcu dari perkumpulan besar itu
menjadi miliknya, tapi ia adalah seorang yang tak suka
kebesaran dan kedudukan, malah perjuangannya terhitung
paling besar ketika membubarkan Sin-ki-pang, atas
perbuatannya itu banyak jago dari kalangan lurus yang kagum
dan memuji dirinya.
Dengan pandangan kagum Kok Gi-pek memperhatikan
wajah Pek Soh-gi lekat-lekat, meski usianya telah mencapai
empat puluh tahunan, ternyata kelembutan dan kecantikannya
masih tertera jelas.
Makin dilihat, gadis itu merasa semakin simpati, sehingga
akhirnya ia berkata, "Aaah mana kecantikan cianpwe bagaikan
bidadari, kelembutan hatinya bagaikan Buddha julukan Cu sim
Siancu memang paling pantas untuk diri cianpwe"
"Soal itu tak usah dibicarakan lagi nona, apakah kau
bersedia memberi tahukan kepadaku berasal dari mana?"
"Boanpwe berasal dari Cing-ciu!"
"Aaah?"!" Pek Soh-gi berseru tertahan,
446 wajahnya segera diliputi oleh rasa kecewa yang mendalam
sekali. "Soh-gi, belum tentu dalam dunia ini terdapat kejadian
yang begini kebetulan, sudahlah, lupakan saja!"
Tapi Pek Soh-gi segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tidak terlalu percaya!" katanya.
Tiba-tiba satu ingatan menggerakkan hati Kok Gi-pek,
diam-diam pikirnya, "Kalau diresapi maksud dari ucapannya
itu, apa dia telah menganggapku sebagai putrinya?"
Sementara ia masih melamun, Pek Soh-gi telah bertanya
lagi, "Nona, apakah ayah ibumu masih sehat semua?"
Kok Gi-pek menggerakkan bibirnya hendak menjawab, tapi
sebelum mengucapkan sesuatu, kakek berwajah merah
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berambut putih yang bukan lain adalah Toan bok Seeliang,
Tamcu dari markas besar Hian-beng-kau telah manyela sambil
mendehem ringan.
"Bong hujin, orang tua nona Kok tentu saja masih sehat
wal"afiaat?""
Sebenarnya Bong Pay terhitung masuk anggota keluarga
Pek, tapi berhubung Pek Soh-gi amat menghargai suaminya,
dalam setiap persoalan Bong Pay yang mengatasi dan untuk
meneruskan tali keturunan keluarga Bong, maka keturunannya
semua memakai nama marga Bong, dan persoalan ini telah
dirunding sebelumnya secara baik baik.
Pek Soh-gi sama sekali tidak memperdulikan jawaban kakek
itu, kembali ia mengulangi pertanyaannya, "Apakah ayah
ibumu masih hidup?"
447 Kok Gi-pek manggut manggut
"Terima kasih atas perhatian cianpwe hingga kini orang
tuaku masih segar bugar"
Pek Soh-gi amat kecewa, pikirnya, Betul-betul aneh sekali,
masa kolong langit bisa terdapat seorang anak yang bukan
keturunannya tapi mempunyai type wajah yang begitu mirip"
Hal ini betul-betul mustahil!"
Dengan perasaan tergerak, ia bertanya lagi, "Bolehkah
kami suami isteri berdua bertemu dengan orang tuamu?"
Tiba-tiba Toan See liang menyela kembali, "Bong hujin, ada
pepatah mengatakan, jika tidak sepaham maka tak akan
sekomplot, buat apa kalian musti berjumpa muka?"
Pek Soh-gi kembali pura-pura tidak mendengar.
"Aku pikir she Kok tersebut bukan nama warga nona yang
sebetulnya, bolehkah aku tahu nona sebenarnya she apa"
Kenapa mengikuti she gurumu"
Percayalah bahwa aku bermaksud baik, maka akupun minta
agar kau jangan berbohong"
Bong hujin!" tegur Toan bok See liang dengan kening
berkerut, "cara menyelidiki urusan pribadi nona Kok dari
perkumpulan kami sudah merupakan perbuatan yang
melanggar pantangan besar"
Sehabis berkata ia lantas melangkah pergi dari situ.
Bong Pay mengernyitkan alis matanya yang tebal, tiba-tiba
ia rentangkan tangannya untuk menghadang jalan pergi kakek
448 itu kemudian sambil tertawa ujarnya, "Toan bok thamcu,
terimalah salam hormat dari Bong Pay!"
Rentangan tangan itu memang kelihatan-nya sederhana
dan tiada sesuatu yang aneh, padahal justru mengandung
suatu kekuatan besar yang setiap saat siap dilontarkan
bilamana Toan bok See liang nekad untuk menyerbu ke
depan, maka serangan yang dahsyat dan mematikan itu
segera akan meluncur keluar.
Sebagai seorang jago kawakan tentu saja Toan bok See
liang cukup mengetahui kelihaiyan dari serangan tersebut,
dengan wajah berubah ia segera berhenti, katanya dengan
gusar, "Bong tayhiap, kalian suami istri berdua datang kemari
sebagai tamu, kenapa sikap kalian begitu kelewat batas?"
"Istriku toh cuma mengajukan beberapa buah pertanyaan
saja kepada nona ini, apakah perbuatan semacam ini
termasuk kebangetan"
Paras muka Toan bok See liang segera berubah menjadi
hijau membesi, katanya kemudian, "Baik, baik, apakah Bong
tayhiap bermaksud untuk bertarung sekarang juga?"
"Oh, aku orang she Bong sebagai tamu pasti akan
mengiringi keinginan tuan ramah!"
Kok Gi-pek yang melihat gelagat tak enak, dengan alis
berkenyit segera menegur, "Empek Toan bok, kenapa sih kau
ini" Toan bok See liang berkerut kening, tiba-tiba sambil
tertawa tergelak katanya, "Ternyata Bong tayhiap suami istri
sangat memperhatikan murid sinkun perkumpulan kami,
peristiwa ini betul-betul merupakan ke jadian yang baik, lohu
merasa amat gembira"
449 Pek Soh-gi tersenyum ia bertanya lagi, "Bagaimana
pendapat nona?"
Pek Soh ikut tertawa.
"Cianpwe suami istri adalah jago-jago kenamaan dalam
dunia persilatan, bila ada waktu, dengan senang hati orang
tua kami pasti bersedia untuk bertemu dengan kalian"
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Aku mengikuti
nama marga dari guruku, ini dikarenakan guruku telah
mendapat persetujuan dari ayahku, semenjak kecil sudah
demikian" Dengan kecewa Pek Soh-gi menghela napas panjang,
setelah fakta berbicara demikian terpaksa ia harus urungkan
niatnya sampai disitu.
Dengan penuh kasih sayang Bong Pay membelai bahu
istrinya dan menghibur dengan kata-kata yang manis.
Tapi Pek Soh-gi gelengkan kepalanya berulang kali, dengan
mata berkaca- kaca, tiba-tiba ia berseru, "Ooh toako jika dia
adalah putri kami, betapa senangnya aku!"
Kok Gi-pek merasakan hatinya bergetar keras, kalau bisa
dia ingin menubruk ke dalam pangkuan Pek Soh-gi dan
menghibur hatinya,
Perasaan semacam itu memang aneh sekali, bahkan ia
sendiripun agak tercengang oleh perasaan demikian, sambil
mengendalikan diri iapun berpiir, "Kalau diingat kembali,
sebetulnya mereka dengan aku masih terhitung musuh besar
tapi heran, kenapa kau bisa mempunyai perasaan semacam
itu. 450 Berpikir sampai disitu, ia lantas bungkukkan badan
memberi hormat seraya ujarnya, "Boanpwe ingin mohon diri
lebih dulu, semoga saja dikemudian hari bisa banyak peroleh
petunjuk dari cianpwe berdua"
Diam-diam Toan bok See liang menghembuskan napas
panjang, cepat ia berkata pula sambil tertawa.
"Saat upacara peresmian sudah makin dekat, tamu yang
datang makin banyak, maaf jika lohu muski mohon diri lebih
dulu karena masih banyak tugas yang harus ku selesaikan"
Setelah memberi hormat kepada Bong Pay suami istri,
menyusul dibelakang Kok Gi-pek diapun berlalu dari situ.
Bong Pay segera menjura, Pek Soh-gi membalas hormat
pula dengan memaksakan diri katanya.
"Nona Kok, semoga saja dalam waktu singkat kita bisa
berjumpa kembali?""
"Semoga saja demikian, Boanpwe pun berharap bisa
bertemu lagi"
Ketika sampai diujung jalan saja, gadis itu tak tahan telah
berpaling kembali ketika dilihatnya Bong Pay suami istri
menghantar kepergiannya, tiba-tiba iapun merasa agak berat
hati untuk berpisah dengan mereka, setelah tertegun sejenak
akhirnya ia baru beranjak dan pergi dari situ.
Menanti bayangan tubuh gadis itu sudah lenyap tak
berbekas, Pek Sob gi baru berkata dengan sedih.
"Toako, bila Siau yu masih hidup, saat ini dia pun sudah
dewasa seperti dia!"
451 Bong Pay menghela napas panjang.
"Aaai"..tapi ia punya orang tua, sedang jenasah Siau yu
pun hingga kini telah"."
Tapi melihat kesedian yang melimuti wajab istrinya, tibatiba
ia berganti pembicaraan, katanya dengan lembut.
"Dalam dunia yang begini lebar, segala kemukjijatan bisa
Hati Budha Tangan Berbisa 8 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Pendekar Panji Sakti 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama