Panji Sakti Karya Khu Lung Bagian 10
ruang itu pun tertutup secara otomatis.
Cit Ciat Sin Kun berdiri termangu, lama sekali barulah ia
meninggalkan tempat itu menuju kamarnya.
"Nak!" Panggilnya ketika memasuki kamarnya, ternyata Tu Cu
Yen duduk di kursi dengan wajah pucat pias dan tampak lemas.
"Ayah ?"" sahut Tu Cu Yen tak bersemangat. Maklum, semua
ilmu kepandaiannya telah musnah.
"Mo Cun memberitahukan, kalau ilmunya sudah mencapai
tingkat kesempurnaan, maka dia akan memulihkan ilmu silatmu."
"Oh?" Wajah Tu Cu Yen tampak girang. "Apakah Mo Cun
sanggup melakukan itu?"
"Sanggup." Cit Ciat Sin Kun mengangguk. "Tapi harus menunggu
ilmunya mencapai tingkat kesempurnaan."
"Kira-kira kapan?"
"Mo Cun tidak memberitahukan." Cit Ciat Sin Kun menatapnya.
"Nak, bukankah lebih baik engkau hidup seperti orang biasa?"
488 "Tidak." Tu Cu Yen menggelengkan kepala. "Pokoknya aku harus
membalas dendam ini."
"Nak ?"" Cit Ciat Sin Kun menggeleng-gelengkan kepala. "Pek
Giok Liong berhati bajik dan berbudi luhur. Padahal dia bisa
membunuh kita, namun dia tidak melakukannya. Lalu ?" kenapa
engkau masih membalas dendam?"
"Ayah! Kalau salah satu diantara kami tidak ada yang mati,
urusan dendam ini tidak akan usai."
"Nak!" Cit Ciat Sin Kun menarik nafas.'"Engkau yang memimpin
Siang Hiong Sam Kuai membantai kedua orang tuanya berikut
seluruh penghuni Ciok Lau San Cung, namun dia masih tidak
membunuhmu, hanya memusnahkan ilmu silatmu. Seharusnya
engkau berterimakasih padanya."
"Oh?" Tu Cu Yen menatap Cit Ciat Sin Kun. "Kenapa ayah
berubah tak bersemangat ?""
"Ayah telah berhutang budi padanya, karena dia tidak
membunuh ayah," sahut Cit Ciat Sin Kun. "Kini Siang Hiong dan Sam
Kuai telah mati, maka lebih baik engkau hidup seperti orang biasa
jangan berkecimpung di bu lim lagi!"
"Ayah!" Sepasang mata Tu Cu Yen berapi-api. "Pokoknya aku
masih harus berdiri di bu lim, itu sesuai dengan cita-cita Mo Cun."
"Nak ?"" Cit Ciat Sin Kun menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau beristirahatlah!"
"Ya." Tu Cu Yen mengangguk.
Cit Ciat Sin Kun memang merasa berhutang budi pada Pek Giok
Liong, sebab Pek Giok Liong tidak membunuhnya. Tapi kini, Mo Cun
telah mengambil keputusan untuk membunuh Pek Giok Liong, itu
membuatnya salah tingkah. Meskipun ia telah memperingatkan Pek
Giok Liong, namun ?"
Bagian ke 52. Kiu Thian Mo Cun (Maha Iblis Langit
Sembilan) Pek Giok Liong, Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing Ji sedang
melakukan perjalanan menuju ke Lam Hai, itu atas usul Se Pit Han.
"Kakak Han, kenapa kita harus ke Lam Hai?" tanya Siauw Hui
Ceh. "Adik Hui!" Se Pit Han tersenyum. "Tentunya ke Pulau Pelangi!"
"Tempat tinggalmu itu?"
489 "Ya." Se Pit Han mengangguk. "Engkau harus tahu,
pemandangan di Cai Hong To sangat indah, secara tidak langsung
dapat menghibur dirimu."
"Aaaakh ?"" Siauw Hui Ceh menarik nafas panjang. "Aku tidak
menyangka, akhirnya ayahku meninggal juga!"
"Kita semua telah berusaha menolong ayahmu, tapi ?"" Se Pit
Han menggeleng-gelengkan kepala. "Adik Hui, sudahlah, jangan
berduka!" "Kakek pun sudah mati, kini aku tinggal seorang diri ?"" sela
Cing Ji dengan wajah murung.
"Adik Cing!" Se Pit Han tersenyum. "Engkau tidak tinggal
seorang diri, masih ada kami bertiga bersamamu."
"Adik Cing, engkau tidak usah berduka!" hibur Pek Giok Liong
sambil tersenyum lembut. "Kami bertiga sangat menyayangimu, jadi
engkau tidak usah berduka lagi!"
"Ya, Kakak Liong." Cing Ji mengangguk.
"Kak misan!" Pek Giok Liong menatapnya. "Mungkin Siang Sing,
Si Kim Kong dan lainnya sudah tiba di Pulau Pelangi."
"Mungkin." Se Pit Han manggut-manggut, kemudian tersenyum.
"Di Pulau Pelangi banyak terdapat tempat-tempat yang amat indah,
aku pasti mengajak kalian jalan-jalan kesemua tempat itu."
"Bagus." Cing Ji tertawa gembira. "Aku sudah merasa bosan
berkeluyuran di bu lim, ingin beristirahat di Pulau Pelangi saja."
"Aku pun berpikir begitu," sambung Siauw Hui Ceh dan
menambahkan. "Sebab Kakak Peng Yang sudah menjadi cung cu di
Siauw Keh Cung, dia pasti bisa mengurusi Siauw Keh Cung dengan
baik." "Betul." Pek Giok Liong mengangguk. "Sayang sekali Cian Tok
Suseng tidak mau ikut ke Pulau Pelangi, dia malah lebih senang
kembali ke tempatnya."
"Begitu pula Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong, dia bersama
teman baiknya pulang ke kwan gwa, dan kini Seng Sim Bun pun
bubar dengan sendirinya."
"Tentu." Se Pit Han tersenyum. "Kini bu lim telah tenang dan
aman, maka tidak perlu keberadaan partai Hati Suci lagi."
"Tidak salah." Pek Giok Liong mengangguk. "Namun apabila
perlu, partai Hati Suci pasti berdiri lagi."
"Itu tidak mungkin."
490 "Kak misan, apa yang akan terjadi kelak, siapa yang dapat
mengetahuinya" Kini bu lim sudah tenang dan aman, tapi
bagaimana kelak, siapa bisa mengetahuinya?"
"Kakak Liong!" sela Cing Ji. "Aku lebih senang hidup tenang di
Pulau Pelangi. Kalau pun bu lim akan kacau lagi kelak, aku tetap
diam di Pulau Pelangi, tidak mau ke Tionggoan lagi."
"Aku setuju," sambung Siauw Hui Ceh.
"Bagus." Se Pit Han tertawa gembira. "Mari kita hidup bersama
di Pulau Pelangi!"
"Termasuk aku kan?" tanya Pek Giok Liong sambil tersenyum.
"Eh" Adik Liong ?"" Se Pit Han menatapnya. "Sebetulnya
engkau mencintai siapa di antara kita bertiga?"
"Itu ?"" Pek Giok Liong ragu menjawabnya, malah tergagap.
"Aku ?""
"Engkau mencintai kami bertiga?" tanya Se Pit Han dengan
wajah agak kemerah-merahan. "Lebih baik engkau berterus terang
saja!" "Aku ?"" Pek Giok Liong menundukkan kepala, berselang
sesaat bertanya dengan suara rendah, "Kalian bertiga mencintaiku?"
"Kami mencintaimu," sahut Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing
Ji serentak. Ketiga anak gadis itu pun saling memandang, lalu
menundukkan wajah masing-masing saking jengahnya.
"Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong menatap mereka bertiga. "Aku
harus bagaimana?"
Ketiga gadis itu tidak menyahut, mereka bertiga malah berbisikbisik
seakan sedang merundingkan sesuatu, kemudian wajah mereka
bertiga berseri, kelihatan telah mencapai suatu kesepakatan.
"Engkau memperistri kami bertiga saja!" ujar Se Pit Han dengan
suara hampir tak kedengaran.
"Apa"!" Pek Giok Liong terbelalak. "Aku ?" aku memperistri
kalian bertiga ?"?"
"Ya." Se Pit Han mengangguk. "Kami bertiga memang sangat
mencintaimu. Kalau engkau tidak memperistri kami bertiga, lalu
harus bagaimana?"
"Itu ?"" Pek Giok Liong memandang jauh ke depan. ?""
terserah kalian bertiga."
"Kalau begitu, kita akan menikah di Cai Hong To!" ujar Se Pit
Han. "Setuju." sahut Siauw Hui Ceh dan Cing Ji dengan wajah berseri.
491 "Baiklah." Pek Giok Liong mengangguk, kemudian berseru
kagum. "Wah! Bukan main indahnya pemandangan Yan San
(Gunung Walet) ini, gumpalan awan putih menutupi puncaknya."
"Hati-hati adik Liong!" Se Pit Han mengingatkan. "Jangan
terlampau ke sana, mulut jurang yang ribuan meter dalamnya
menganga di situ! Kalau engkau terjatuh ke dalam jurang itu, kami
bertiga belum menikah denganmu malah akan jadi janda."
"Hi hi hi!" Siauw Hui Ceh dan Cing Ji tertawa geli.
"Kalian ?"" Pek Giok Liong tersenyum, tapi kemudian
mengernyitkan kening dengan wajah tampak serius.
"Adik Liong!" Se Pit Han menatapnya heran. "Kenapa engkau?"
"Ada orang datang!" sahut Pek Giok Liong.
"Oh?" Se Pit Han menengok ke sana ke mari, tapi tidak tampak
siapapun. "Tidak ada yang datang ?""
Mendadak terdengarlah suara tawa yang melengking-lengking,
begitu tajam menusuk telinga.
"Siapa yang tertawa itu?" Pek Giok Liong heran. "Lwee kangnya
dalam sekali, masih di atas Cit Khi Jin (Tujuh orang aneh)!"
"Apakah musuh kita?" tanya Se Pit Han.
"Entahlah." Pek Giok Liong menggeleng kepala. "Kita harus
berhati-hati menghadapi segala kemungkinan!"
Sementara suara tawa yang melengking-lengking itu terdengar
semakin mendekat. Siauw Hui Ceh dan Cing Ji terpaksa menutup
telinga, karena tidak tahan mendengar suara tawa itu.
"Adik Liong! Berhati-hatilah!" Pesan Se Pit Han. "Yang datang itu
pasti mengandung maksud tidak baik."
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. Ia segera merogoh ke dalam
bajunya mengambil 'Kitab Ajaib', lalu diserahkan pada Se Pit Han.
"Kak misan, simpanlah 'Kitab Ajaib' ini!"
"Ya." Se Pit Han menerima kitab itu dan sekaligus
menyimpannya ke dalam bajunya. "Adik Liong, kenapa engkau ?""
Ucapan Se Pit Han terputus, karena ia melihat empat sosok
bayangan melayang turun. Empat sosok bayangan itu ternyata Cit
Ciat Sin Kun, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun.
"He he he!" Cit Ciat Sin Kun tertawa terkekeh-kekeh. "Bocah!
Hari ini engkau pasti mampus!"
"Cit Ciat Sin Kun!" Pek Giok Liong menatapnya tajam. "Kenapa
engkau muncul lagi?"
492 "Ha ha ha!" Cit Ciat Sin Kun tertawa gelak, namun secara diamdiam
ia berkata pada Pek Giok Liong dengan ilmu menyampaikan
suara. "Pek Siauhiap, berhati-hatilah! Yang datang itu berilmu amat
tinggi, alangkah baiknya engkau cepat pergi bersama tiga nona itu!"
"Ha ha!" Pek Giok Liong tertawa. "Padahal aku telah
mengampuni nyawa kalian, tapi kalian masih ke mari cari mati!"
Sahut Pek Giok Liong dan ia pun bertanya pada Cit Ciat Sin Kun
dengan ilmu menyampaikan suara pula.
"Sin Kun, siapa orang itu?"
"Dia Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun memberitahukan sambil tertawa.
"Ha ha ha! Hari ini engkau pasti mampus!"
"Kalian berempat sungguh tak tahu diri! Sudah diampuni malah
mau cari mati di sini!" bentak Se Pit Han.
"Nona, lebih baik engkau pergi!" Cit Ciat Sin Kun menatapnya.
"Kalau tidak, engkau pun akan mampus di gunung Yan San ini!"
"Pergi?" Se Pit Han tertawa dingin. "Jangan omong besar ?"!"
"Cit Ciat Sin Kun tidak omong besar, kalian memang harus
mampus hari ini!" Terdengar suara sahutan yang melengking tajam,
menyusul tampak sosok bayangan melayang turun. Orang itu
memakai jubah dan memakai kedok iblis. "Pek Giok Liong! Hari ini
engkau pasti mampus!"
"Siapa Anda" Kenapa begitu berniat membunuhku?" tanya Pek
Giok Liong sambil menatapnya tajam.
"Bocah! Engkau ketua partai Hati Suci kan?"
"Betul!"
"Generasi kelima pemegang panji Hati Suci Matahari Bulan?"
"Tidak salah!"
"He he he!" Orang berkedok iblis tertawa terkekeh-kekeh. "Maka
engkau harus mampus!"
"Anda punya dendam denganku?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Di antara kita tiada dendam, namun aku punya dendam dengan
Seng Sim Tayhiap (Pendekar Hati Suci)!" Orang berkedok iblis
memberitahukan.
"Apa"!" Pek Giok Liong terbelalak. "Anda punya dendam dengan
kakek guruku?"
"Betul!" Orang berkedok iblis mengangguk. "Maka aku harus
berbuat perhitungan denganmu!"
"Kalau begitu, siapa Anda yang terhormat"' tanya Pek Giok Liong
sopan. 493 "Bocah! Dengar baik-baik! Aku Kiu Thian Mo Cun (Maha Iblis
Langit Sembilan)!" Orang berkedok iblis memberitahukan dengan
suara parau. "Haah"!" Pek Giok Liong terkejut, begitu pula Se Pit Han, karena
ayah Se Pit Han pernah bercerita tentang Kiu Thian Mo Cun. Hampir
dua ratus tahun yang lampau, pendekar Hati Suci bertanding dengan
Kiu Thian Mo Cun. Dalam pertandingan itu, pendekar Hati Suci
berhasil memukul Kiu Thian Mo Cun jatuh ke dalam jurang. Setelah
itu, para ketua partai besar masa itu bersepakat untuk membikin
panji Jit Goal Seng Sim Ki.
Akan tetapi, kejadian itu sudah begitu lama bagaimana mungkin
Kiu Thian Mo Cun masih hidup" Oleh karena itu, Pek Giok Liong pun
tertawa seraya berkata.
"Anda bercanda! Bagaimana mungkin Kiu Thian Mo Cun masih
hidup" Anda pasti bukan Kiu Thian Mo Cun itu, tapi mungkin Anda
pewarisnya!"
"Aku Kiu Thian Mo Cun!" ujar orang berkedok iblis. "Nah, bocah!
Engkau harus mati hari ini!"
"Oh, ya?" Pek Giok Liong tertawa hambar. "Mungkin Anda yang
akan mati di tanganku!"
"Hm!" dengus Kiu Thian Mo Cun dingin. "Cit Ciat, Thian Sat,
Thian Suang dan Ti Kie! Kalian berempat boleh menyerang bocah itu
sepuluh jurus, aku ingin tahu berapa tinggi kepandaiannya!"
"Ya! Hamba berempat menerima perintah!" sahut Cit Ciat
berempat, lalu mengurung Pek Giok Liong.
Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing mundur ke belakang, yang
paling tegang dan cemas adalah Se Pit Han, sebab ia tahu betapa
tingginya ilmu Kiu Thian Mo Cun. Namun ia masih tidak yakin bahwa
orang berkedok iblis itu Kiu Thian Mo Cun sendiri.
"Baiklah!" Pek Giok Liong menatap mereka satu persatu. "Kalian
berempat boleh menyerangku sampai sepuluh jurus. Aku sama sekali
tidak akan balas menyerang!"
"Kalau begitu, hati-hatilah!" ujar Cit Ciat Sin Kun dan langsung
menyerang Pek Giok Liong.
Pek Giok Liong cepat-cepat berkelit, namun Thiat Sat, Thian
Suan dan Ti Kie sudah menyerang dari tiga jurusan. Sulit bagi Pek
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Giok Liong untuk berkelit lagi, maka dikerahkannya ginkangnya,
sehingga badannya meluncur ke atas.
494 Pada waktu bersamaan, Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti
Kie Sin Kun segera menyerang ke atas dengan pukulan yang penuh
mengandung tenaga dalam.
Pek Giok Liong tidak gugup. Ia langsung menyentilkan jari
telunjuknya, itu adalah ilmu Ceng Thian Sin Ci (Telunjuk sakti
penggetar langit). Bukan main hebatnya ilmu itu, mampu
mematahkan serangan mereka berempat.
Mereka terus bertempur, tak terasa sudah sampai jurus
kesepuluh, seketika juga Kiu Thian Mo Cun menghardik.
"Berhenti!"
Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun segera
berhenti menyerang, dan sekaligus mundur ke sisi Kiu Thian Mo Cun.
"Bocah!" Kiu Thian Mo Cun tertawa dingin. "Kepandaianmu
cukup tinggi, tapi tetap bukan lawanku!"
"Oh?" Pek Giok Liong tertawa hambar. "Anda kok begitu yakin
bahwa aku bukan lawanmu?"
"Karena aku sudah tahu berapa dalam lwee kangmu dan berapa
tinggi kepandaianmu!"
"Kita belum bertarung, maka janganlah begitu yakin!" sahut Pek
Giok Liong dingin.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Bocah! Bersiapsiaplah,
aku akan mulai menyerangmu!"
"Baik!" Pek Giok Liong mulai mengerahkan Thai Ceng Sin
Kangnya. Sedangkan Kiu Thian Mo Cun pun mulai mengerahkan Han Im
Sin Kang (Tenaga sakti hawa dingin). Ia akan menyerang Pek Giok
Liong dengan Han Im Ciang (Pukulan hawa dingin).
"Bocah! Berhati-hatilah!" hardik Kiu Thian Mo Cun, lalu
mendadak menyerang Pek Giok Liong dengan jurus Swat Hoa PhiauPhiau (Bunga salju berterbangan). Begitu cepat dan dahsyat
serangannya, bahkan mengandung hawa yang amat dingin.
Pek Giok Liong mengeluarkan ilmu Ceng Thian Sin Ci untuk
menangkis jurus itu. Memang hebat ilmu tersebut, sebab mampu
membuyarkan hawa dingin sekaligus mematahkan jurus itu.
"Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa panjang, lalu menyerang Pek
Giok Liong dengan jurus Leng Thian Hong Khi (Hembusan angin
dingin). 495 Pek Giok Liong berseru nyaring, dan menangkis jurus itu dengan
jurus Hong Khi Hun Yong (Angin berhembus awan terbang), jurus
tersebut pun dapat mematahkan jurus itu.
"Bocah!" Kiu Thian Mo Cun tertawa lagi. "Engkau cukup tangguh!
Sambutlah jurus ini!"
Kiu Thian Mo Cun menyerangnya dengan jurus Man Thian Swat
Hoa (Bunga salju di langit).
Pek Giok Liong tidak gugup, dan langsung menangkis jurus itu
dengan jurus Hoa Ih Pian Hun (Warna warni bunga hujan).
Bummm! Terdengar suara benturan keras.
Pek Giok Liong terdorong mundur tiga langkah, sedangkan Kiu
Thian Mo Cun cuma terdorong mundur selangkah. Itu membuktikan
bahwa lwee kang Kiu Thian Mo Cun lebih tinggi.
Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak, Pek Giok Liong diam saja,
namun ia amat terkejut dalam hati.
"Adik Liong, bagaimana keadaanmu?" seru Se Pit Han bertanya
dengan cemas. "Aku tidak apa-apa!" sahut Pek Giok Liong.
"Gadis manis!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh.
"Sebentar lagi kekasihmu itu akan mampus!"
Se Pit Han mengernyitkan kening, sedangkan Kiu Thian Mo Cun
menatap Pek Giok Liong dengan tajam.
"Bocah! Sekarang engkau harus berhati-hati! Aku akan sungguhsungguh
menyerangmu!"
"Baik!"
"Bersiap-siaplah menyambut seranganku!" Kiu Thian Mo Cun
memperingatkan Pek Giok Liong, lalu menarik nafas dalam-dalam
menghimpun Hek Sim Sin Kang (Tenaga sakti hati hitam), ia akan
menyerang Pek Giok Liong dengan ilmu Hek Sim Tok Ciang (Pukulan
beracun hati hitam). Setelah menghimpun tenaga sakti hati hitam,
badan Kiu Thian Mo Cun pun memancarkan cahaya hitam.
"Hati-hati Pek Siau hiap!" pesan Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu
menyampaikan suara. "Dia akan menyerangmu dengan Hek Sim Tok
Ciang!" Hati Pek Giok Liong tegang juga. Ia segera menghimpun Thai
Ceng Sin Kang sampai pada puncaknya.
"Hiyaaat!" pekik Kiu Thian Mo Cun sambil menyerang Pek Giok
Liong dengan jurus Hek Sim Bu To (Hati hitam tiada perasaan).
Tampak cahaya hitam mengarah pada bagian dada Pek Giok Liong.
496 Pek Giok Liong cepat-cepat menangkis jurus itu dengan salah
satu jurus Tiga jurus sakti pelindung panji.
Daaar! Terdengar suara ledakan dahsyat.
Pek Giok Liong terpental sejauh lima meteran ke dekat bibir
jurang, kemudian terkulai dengan muka kehitam-hitaman dan
mulutnya pun memuntahkan darah hitam.
"Kakak Liong!" seru Siauw Hui Ceh dan Cing Ji cemas.
"Adik Liong ?"" Wajah Se Pit Han pucat pias. Gadis itu mau
melompat ke arah Pek Giok Liong, namun keburu dihadang oleh Cit
Ciat Sin Kun dan Thian Sat Sin Kun.
"Engkau tidak boleh mendekatinya, mereka sedang bertarung!"
ujar Cit Ciat Sin Kun dingin.
Sementara Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh dan
menatap Pek Giok Liong dengan tajam.
"Bocah! Tiga jurus sakti pelindung panji tidak dapat menandingi
Hek Sim Tok Ciang (Pukulan beracun hati hitam) ku! Engkau telah
terluka parah dan terkena racun pula!"
Pek Giok Liong bangkit berdiri, mulutnya masih mengalir darah
hitam, mukanya pun tetap kehitam-hitaman.
"Sambut seranganku ini lagi!" hardik Kiu Thian Mo Cun sambil
menyerang Pek Giok Liong dengan jurus Hek Sim Cong Thian (Hati
hitam menembus langit).
Pada waktu bersamaan, tampak dua sosok bayangan melompat
ke arah Pek Giok Liong. Siapa mereka berdua" Tidak lain Siauw Hui
Ceh dan Cing Ji. Kedua gadis itu ingin melindungi Pek Giok Liong
dari serangan Kiu Thian Mo Cun.
"Aaaakh ?"!" Jerit kedua gadis itu menyayatkan hati. Muka
mereka berdua telah berubah hitam dan mulut terus menerus
memuntahkan darah hitam.
"Adik Hui, adik Cing ?"" Panggil Pek Giok Liong dengan suara
lemah. "Kalian ?""
"Adik Hui! Adik Cing!" teriak Se Pit Han. Ketika ia baru mau
melompat kedua gadis itu, Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie
Sin Kun segera menghadangnya.
Se Pit Han sudah tidak perduli. Ia langsung menyerang mereka,
akan tetapi dirinya justru yang terpental mundur, karena
serangannya tertangkis oleh keempat orang itu.
"Kalian cepat minggir!" bentak Se Pit Han.
497 "Nona!" Cit Ciat Sin Kun memperingatkannya dengan ilmu
menyampaikan suara. "Jangan cari mati secara sia-sia!"
Se Pit Han sama sekali tidak menghiraukan peringatan Cit Ciat
Sin Kun, ia langsung menyerang mereka berempat, tapi ia terpental
jatuh oleh tangkisan keempat orang itu.
"He he he!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh. "Pek Giok
Liong, kini sudah saatnya engkau mampus!"
Kiu Thian Mo Cun menyerangnya dengan jurus Hek Sim Bu In
(Hati hitam tanpa bayangan). Betapa dahsyatnya jurus itu. Apa
boleh buat, Pek Giok Liong terpaksa menangkis jurus itu dengan tiga
jurus sakti pelindung panji.
"Aaaakh!" Jerit Pek Giok Liong. Badannya terpental melayang ke
dalam jurang. "Adik Liong! Adik Liong ?"" Pekik Se Pit Han histeris.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Pek Giok Liong,
engkau pasti mati tanpa kuburan di dasar jurang itu!"
"Adik Liong ?"" Wajah Se Pit Han pucat pias dan air matanya
pun berderai. "Adik Liong ?""
Kiu Thian Mo Cun mendekati Se Pit Han selangkah demi
selangkah, kemudian mengangkat sebelah tangannya, kelihatannya
ia juga ingin membunuh Se Pit Han. Akan tetapi, mendadak ia
menurunkan tangannya kembali dan membalikkan badannya.
"Mari kita pergi!" ujarnya sambil melangkah.
Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun saling
memandang, lalu mengikutinya melangkah pergi.
Kenapa Kiu Thian Mo Cun tidak jadi membunuh Se Pit Han"
Apakah ia menaruh kasihan pada gadis itu" Tidak! Melainkan karena
ilmu Hek Sim Sin Kangnya belum mencapai tingkat kesempurnaan,
maka kalau ia menghimpun lwee kangnya untuk menyerang, ia pun
akan mengalami luka dalam yang cukup parah. Oleh karena itu,
ketika ia ingin menyerang Se Pit Han, dadanya terasa sakit sekali. Ia
harus segera pulang untuk mengobati luka dalamnya. Kalau tidak, ia
pasti mati oleh serangan balik Hek Sim Sin Kangnya sendiri.
Nyawa Se Pit Han masih panjang, tapi ia sudah seperti orang gila
berteriak-teriak histeris di pinggir jurang.
"Adik Liong! Adik Liong ?"!" Air matanya berderai-derai. "Aku
ikut ?""
Kelihatannya ia ingin melompat ke jurang itu, namun pada waktu
bersamaan, ia mendengar suara lirih memanggilnya.
498 "Kakak Han ?""
"Kakak Han ?""
Ternyata Siauw Hui Ceh dan Cing Ji memanggilnya. Wajah kedua
gadis itu menghitam, darah hitam pun masih mengalir ke luar dari
mulut mereka. "Adik Hui! Adik Cing ?"" Se Pit Han segera mendekati mereka.
"Kakak Han ?"" Siauw Hui Ceh memandangnya dengan mata
redup. "Kakak Han ?""
"Adik Hui!" Se Pit Han menggenggam tangannya dengan air
mata bercucuran. "Bagaimana keadaanmu?"
"Kakak Han! Engkau ?" Engkau harus hidup, balas ?" Balas
dendam kami ?"!" usai berkata begitu, nafas Siauw Hui Ceh pun
putus. "Adik Hui ?"" jerit Se Pit Han.
"Kakak Han ?"" panggil Cing Ji lirih.
"Adik Cing!" Se Pit Han menggenggam tangannya erat-erat.
"Adik Cing ?""
"Kakak Han ?"" Cing Ji memandangnya dengan mata redup.
"Engkau ?" Engkau harus balas ?" balas dendam kami!"
"Adik Cing! Aku ?" aku pasti balas dendam kalian," sahut Se Pit
Han berjanji. "Pasti balas dendam kalian."
"Kakak Han, aku ?" aku tidak bisa pergi ke Cai Hong To, aku
?" aku ?"" Cing Ji tidak melanjutkan ucapannya lagi, karena
nafasnya telah putus.
"Adik Cing! Adik Cing! Adik Cing ?"!" Jerit Se Pit Han dan nyaris
pingsan seketika.
Berselang beberapa saat kemudian, ia mulai menggali sebuah
lubang, lalu mengubur kedua jenazah itu di lubang tersebut. Setelah
itu, ia melangkah ke tepi jurang.
"Adik Liong! Tenanglah engkau di dasar jurang!" gumamnya
dengan air mata berderai. "Aku pasti membalas dendammu, dan
mulai saat ini, aku akan memakai baju hitam berkabung untukmu
?"" Se Pit Han melangkah memasuki Istana Pelangi seperti
kehilangan sukma. Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Pat Kiam dan kepala
pengurus istana segera mendekatinya dengan wajah cemas.
"Siau kiong cu ?"" panggil Se Khi.
499 Namun Se Pit Han diam saja, dan terus melangkah, lalu
menghempaskan dirinya ke tempat duduk.
"Nona! Nona ?"" panggil Giok Cing. "Nona kenapa?"
Se Pit Han duduk dengan mata memandang jauh ke depan,
kemudian air matanya berderai-derai.
"Sudah mati! Sudah mati ?"" gumamnya.
Betapa terkejutnya Se Khi, Giok Cing, Giok Ling dan Pat Kiam.
Sedangkan kepala pengurus istana segera pergi memanggil Siang
Sing, Si Kim Kong, Ngo Hu To dan Si Hong.
Tak seberapa lama kemudian, mereka semua sudah berkumpul
di ruang depan Istana Pelangi. Tiada seorang pun yang membuka
mulut, hanya memandang Se Pit Han dengan wajah cemas.
"Nona!" panggil Se Khi dan bertanya. "Apa gerangan yang telah
terjadi?" "Siauw Hui Ceh dan Cing Ji sudah ?" sudah mati," sahut Se Pit
Han sambil menangis sedih.
"Apa?" Betapa terkejutnya Se Khi, begitu pula yang lain,
kemudian Se Khi bertanya dengan hati berdebar-debar tegang. "Di
mana Pek Giok Liong?"
"Adik Liong ?"" Se Pit Han langsung menangis meraung-raung.
Adik Liong ?" adik ?""
"Dia ?" dia kenapa?" Wajah Se Khi mulai memucat.
"Dia ?" dia terpukul jatuh ke dalam jurang." Air mata Se Pit
Han bercucuran.
"Haah ?"?" Wajah Se Khi pucat pias, begitu juga yang lainnya.
"Siapa yang membunuh Siauw Hui Ceh dan Cing Ji?" tanya Thian
Koh Sing yang tampak masih bisa tenang.
"Mereka berdua ingin melindungi adik Liong, namun mereka
berdua mati ?"" Se Pit Han memberitahukan.
"Siapa yang memukul Pek Giok Liong sampai jatuh ke dalam
jurang?" tanya Thian Kong Sing dengan kening berkerut-kerut. Ia
terkejut bukan main karena ada orang mampu memukul Pek Giok
Liong sampai jatuh ke dalam jurang. Siapa orang yang
berkepandaian begitu tinggi" Thian Kong Sing tidak habis berpikir.
"Orang itu mengaku dirinya Kiu Thian Mo Cun." Se Pit Han
memberitahukan.
"Haah...?" Betapa terperanjat mereka semua ketika mendengar
nama itu disebut Se Pit Han. Thian Kong Sing tidak begitu percaya,
maka ia langsung bertanya, "Betulkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?"
500 "Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu
memakai jubah bersulam iblis dan memakai kedok iblis pula."
"Itu ?" itu bagaimana mungkin?" gumam Se Khi. "Sudah
hampir dua ratus tahun, lagi pula pada masa itu Kiu Thian Mo Cun
telah terpukul jatuh ke dalam jurang oleh pendekar Hati Suci, tidak
mungkin kini dia muncul lagi!"
"Tapi orang itu berkepandaian amat tinggi, entah ilmu apa yang
digunakannya?" ujar Se Pit Han. "Ketika orang itu mau menyerang
adik Liong, sekujur badannya memancarkan cahaya hitam."
"Hah?" Se Khi tampak terkejut sekali. "Itu ilmu andalan Kiu Thian
Mo Cun!" "Apakah itu Hek Sim Sin Kang?" tanya Thian Koh Sing.
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak salah, itu pasti Hek Sim Sin Kang," jawab Se Khi. "Orang
itu pasti menyerang Pek Giok Liong dengan Hek Sim Tok Ciang,
pukulan itu amat beracun."
"Kalau begitu ?"" Thian Kong Sing mengernyitkan kening.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak mungkin." Se Khi menggelengkan kepala. "Yang jelas
orang itu pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Nona!" Tanya Thian Koh Sing. "Orang itu muncul seorang diri?"
"Dia muncul bersama Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie
Sin Kun." Se Pit Han memberitahukan. "Ketika aku melihat adik
Liong terluka, aku ingin mendekatinya, tapi Cit Ciat dan Thian Sat
menghalangiku!"
"Kenapa mereka berdua menghalangi Nona?" tanya Se Khi.
"Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Tapi ?""
"Kenapa?" tanya Thian Koh Sing.
"Cit Ciat memperingkanku dengan ilmu menyampaikan suara,"
jawab Se Pit Han.
"Dia memperingatkan apa?" tanya Se Khi heran.
"Agar aku tidak cari mati." Se Pit Han memberitahukan. "Siauw
Hui Ceh dan Cing Ji berpesan padaku, harus membalas dendam
mereka." "Jenazah mereka berdua sudah dikubur?" tanya Se Khi.
"Sudah." Se Pit Han mengangguk.
"Di mana kejadian itu?" tanya Se Khi lagi.
"Di Yan San," sahut Se Pit Han dan mulai menangis lagi. "Adik
Liong sudah terluka parah, bahkan jatuh ke dalam jurang yang
501 ribuan meter dalamnya, dia ?" dia bagaimana mungkin bisa hidup"
Aaakh! Adik Liong ?""
"Kini bu lim akan dilanda banjir darah lagi!" gumam Thian Koh
Sing. "Karena Kiu Thian Mo Cun telah muncul, siapa yang mampu
melawannya?"
"Itu malapetaka bagi bu lim." Se Khi menggeleng-gelengkan
kepala. "Oh ya, bagaimana sekarang" Majikan dan nyonya majikan
kita tidak ada di pulau, kita harus berbuat apa?"
"Bagaimana kalau kita memberi kabar pada majikan melalui Sin
Ku Ceh (Merpati sakti), agar majikan segera pulang?"
"Ya." Se Khi mengangguk. "Merpati sakti pasti mampu mencari
majikan kita."
"Setelah majikan pulang, barulah kita berunding," sambung
Thian Koh Sing dan melanjutkan, "Oh ya, mengenai Pek Giok Liong
yang jatuh ke jurang Yan San, bagaimana kalau kita pergi
mencarinya di dasar jurang itu?"
"Boleh juga." Se Khi manggut-manggut. "Kalau begitu ?""
"Kami berempat yang ke Yang San," sahut Hok Mo Kim Kong.
"Yang lain harus berada di sini menjaga Siau kiong cu."
"Baiklah." Se Khi manggut-manggut dan berpesan pada Giok
Cing dan Giok Ling. "Kalian berdua tidak boleh meninggalkan Siau
kiong cu selangkah pun!"
"Ya, Giok Cing clan Giok Ling mengangguk.
"Adik Liong ?"" gumam Se Pit Han. "Engkau tidak mati kan"
Engkau akan ke mari kan?"
"Siau kiong cu!" ujar Giok Cing. "Mari ke kamar untuk
beristirahat!"
"Aku tidak mau istirahat, mau menunggu adik Liong ?"" Se Pit
Han menangis terisak-isak, sepasang matanya telah membengkak.
"Siau kiong cu!" Se Khi membelainya. "Lebih baik engkau ke
kamar untuk beristirahat!"
"Se Khi ?"" Se Pit Han memeluknya dengan air mata berderaiderai.
Kenapa nasib adik Liong begitu malang ?"?"
Bagian ke 53. Saudara Kembar
Pemandangan di Heng San sangat indah menakjubkan. Sayupsayup
terdengar suara air terjun dan suara arus sungai. Keadaan di
502 Heng San begitu tenang dan damai, tampak pula beberapa ekor
kelinci bercanda ria dan berlompat-lompatan.
Di tempat yang indah, tenang dan damai itu terdapat sebuah
gubuk berpagar garis bambu. Gubuk milik siapa itu" Di tempat yang
begitu sunyi kok ada gubuk"
Saat ini sang surya mulai merangkak ke atas. Terdengar suara
kicau burung yang amat merdu. Di halaman gubuk itu tampak
seseorang pemuda sedang berlatih ilmu pedang. Sungguh
mengherankan, wajah pemuda itu mirip wajah Pek Giok Liong,
ternyata pemuda itu Hek Siau Liong yang ditolong Swat San Lo Jin
(Orang tua gunung salju). Kini ia sudah menjadi murid orang tua
tersebut. Di teras gubuk itu, duduk seorang wanita berusia empat
puluhan. Walau sudah berusia sekian, namun wanita itu masih
tampak cantik, hanya saja di keningnya banyak terdapat garis
kerutan. Siapa wanita itu" Dia adalah ibu Hek Siau Liong bernama Hek Ai
Lan dan julukannya adalah Hek Bi Jin (Wanita cantik Hek).
Sementara Hek Siau Liong sudah selesai berlatih ilmu pedang. Ia
menghampiri Hek Ai Lan dengan wajah berseri-seri.
"Ibu, bagaimana latihan Siau Liong" Sudah ada kemajuan?"
tanya Hek Siau Liong sambil tersenyum.
"Nak!" Hek Ai Lan menarik nafas panjang.
"Kenapa Ibu menarik nafas" Apakah Ibu tidak senang melihat
Siau Liong berlatih ilmu pedang?"
"Nak ?"" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebetulnya ibu tidak setuju engkau belajar ilmu silat, maka ?""
"Ibu tidak setuju?" Hek Siau Liong tertawa. "Padahal ibu sendiri
berilmu tinggi, tapi sama sekali tidak mengajar Siau Liong. Setelah
Siau Liong di tolong guru, barulah ibu mau mengajar Siau Liong ilmu
silat." "Mungkin itu sudah merupakan takdir!" Hek Ai Lan menarik nafas
panjang lagi. "Hari itu engkau pergi secara diam-diam, akhirnya
dilukai orang. Kalau tidak ditolong oleh Swat San Lo Jin, engkau
pasti sudah mati."
"Betul, Bu." Hek Siau Liong mengangguk. "Oh ya, Siau Liong
masih merasa heran, kenapa wajah Siau Liong mirip sekali dengan
wajah Siau Liong itu?"
503 "Entahlah." Hek Ai Lan menggelengkan kepala, namun sekilas air
mukanya tampak berubah.
"Itu ?" itu mungkin kebetulan."
"Sungguh mengherankan!" Hek Siau Liong tertawa. "Semua
orang mengira Siau Liong adalah Siau Liong itu, karena nama kami
pun sama."
"Ibu sudah mengatakan, itu mungkin kebetulan."
"Ibu!" Hek Siau Liong menatapnya. "Kalau ada kesempatan, Siau
Liong ingin bertemu Siau Liong itu."
"Lho" Memangnya kenapa?"
"Siau Liong ingin bertanya padanya ?""
"Mau bertanya apa padanya?"
"Apakah di belakang telinganya juga terdapat tanda merah?"
sahut Hek Siau Liong sambil tersenyum. "Ibu kan tahu, di belakang
telinga Siau Liong terdapat tanda merah, kalau dia juga punya tanda
merah itu ?" Wah! Betul-betul aneh!"
"Nak!" Hek Ai Lan tersenyum lembut. "Bukan waktunya engkau
meninggalkan Heng San ini."
"Kapan Siau Liong boleh meninggalkan tempat ini?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam. "Apakah engkau
ingin berkelana di bu lim?"
"Ya." Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menggeleng-gelengkan kepala. "Justru itu,
sebelum engkau di tolong oleh Swat San Lo Jin, ibu sama sekali
tidak mau mengajarmu ilmu silat, karena khawatir engkau akan
pergi berkelanan di bu lim."
"Ibu! Siau Liong ingin jadi pendekar!" ujar Hek Siau Liong penuh
semangat. "Nak, ilmu silatmu masih rendah, belum waktunya pergi
berkelana." tandas Hek Ai Lan.
"Maka ?" Siau Liong terus menerus berlatih, kalau ilmu silat
Siau Liong sudah tinggi, Siau Liong ingin jadi pendekar."
"Bagus! Bagus! Engkau memang calon pendekar!" Terdengar
sahutan di sertai tawa gelak, tak lama melayang sosok bayangan.
"Guru! Guru!" Seru Hek Siau Liong girang. Ternyata yang
melayang turun itu Swat San Lo Jin, orang tua itu masih tertawa.
"Anak Liong, benarkah engkau ingin jadi pendekar?"
"Ya, Guru."
504 "Anak Liong!" Swat San Lo Jin tertawa-tawa lagi. "Engkau harus
terus belajar, sebab kepandaianmu masih rendah."
"Ya, Guru." Hek Siau Liong mengangguk. "Siau Liong memang
belajar siang dan malam, sebab ingin sekali jadi pendekar."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian
wajahnya berubah serius. "Anak Liong, engkau terus berlatih di sini,
guru ingin bicara dengan ibumu."
"Ya." Hek Siau Liong mulai berlatih lagi. Sedangkan Swat San Lo
Jin mengajak Hek Ai Lan ke dalam gubuk. Setelah berada di dalam
gubuk, Hek Ai Lan segera menyuguhkan secangkir teh untuk Swat
San Lo Jin, lalu duduk di hadapannya.
"Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya berkata. "Mungkin
tidak lama lagi, bu lim akan dilanda malapetaka."
"Bu Lim akan dilanda malapetaka?" Hek Ai Lan terkejut.
"Bukankah kini bu lim sudah aman" Kok lo cianpwee malah bilang bu
lim akan dilanda malapetaka?"
"Aaakh ?"!" Swat San Lo Jin menarik nafas panjang. "Pek Giok
Liong, ketua partai Hati Suci atau generasi kelima pemegang Jit Goat
Seng Sim Ki itu telah dipukul jatuh ke dalam jurang."
"Apa?" Wajah Hek Ai Lan berubah pucat pias. "Pek ?" Pek Giok
Liong ?""
"Ai Lan!" Swat San Lo Jin menatapnya tajam. "Kenapa wajahmu
berubah begitu pucat" Apakah Pek Giok Liong punya hubungan
dengan dirimu?"
"Tidak ada." Hek Ai Lan menggelengkan kepala. "Oh ya, siapa
yang memukul jatuh Pek Giok Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun!"
"Kiu Thian Mo Cun?" Hek Ai Lan tercengang. "Siapa Kiu Thian Mo
Cun itu?" "Dia adalah ?"" tutur Swat San Lo Jin dan menambahkan,
"Nah, bukankah bu lim akan dilanda malapetaka dengan munculnya
Kiu Thian Mo Cun?"
"Dia... dia begitu tinggi kepandaiannya, sehingga mampu
memukul jatuh Pek Giok Liong?"
"Kepandaian maha iblis itu memang tinggi sekali." Swat San Lo
Jin menarik nafas panjang. "Kalau aku dan bu lim cit khi jin
bergabung melawannya, belum tentu kami mampu bertahan sampai
tiga puluh jurus!"
505 "Haah?" Hek Ai Lan terbelalak. "Kalau begitu, dia pasti bisa
menguasai bu lim!"
"Tidak salah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku yakin tidak
lama lagi , dia pasti menguasai bu lim."
"Seandainya Kiu Pat It Pang bergabung, apakah mampu
melawannya?" tanya Hek Ai Lan.
"Aku dan Cit Khi Jin masih tidak mampu melawannya, apa lagi
para ketua sembilan partai?"
"Kalau begitu, dia betul-betul tiada tanding di kolong langit?"
"Pek Giok Liong bisa dipukul jatuh olehnya, lalu siapa lagi yang
mampu menandinginya?"
"Bagaimana dengan Cai Hong Tocu?"
"Kepandaian Cai Hong Tocu setingkat dengan Pek Giok Liong,
jadi engkau pun mengerti."
"Seandainya Cai Hong Tocu dan para bawahannya mengeroyok
Kiu Thian Mo Cun itu, apakah pihak Cai Hong To akan menang?"
"Tetap kalah," jawab Swat San Lo Jin. "Terus terang, tiada
seorang pun yang mampu mengalahkannya, kecuali ?""
"Kecuali siapa?"
"Pendekar Hati Suci itu hidup lagi."
"Siapa pendekar Hati Suci itu?"
"Dia adalah ?"" Swat San Lo Jin memberitahukan, kemudian
menarik nafas. "Tapi dia tidak mungkin hidup kembali. Kini bu lim
betul-betul berada di ambang kehancuran!"
"Kalau begitu, kemunculan Kiu Thian Mo Cun pasti amat
menggembirakan semua orang dari golongan hitam!"
"Itu sudah pasti, maka nyawa para pendekar dari golongan putih
sudah berada di ujung tanduk." ujar Swat San Lo Jin. Mendadak
keningnya berkerut seraya memberitahukan, "Ada orang datang!"
"Siapa orang itu?" tanya Hek Ai Lan heran.
"Entahlah!" Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Orang itu
memiliki kepandaian tingkat tinggi ?""
"Saudara tua, aku pengemis bau yang ke mari!" Terdengar suara
sahutan, menyusul berkelebat sosok bayangan memasuki gubuk.
Siapa orang itu" Ternyata Ouw Yang Seng Tek, tetua Kay Pang.
Biasanya ia suka tertawa, tapi kali ini wajahnya tampak murung
sekali. "Hei! Pengemis bau! Mau apa engkau ke mari?" tanya Swat San
Lo Jin. 506 "Aaakh ?"!" Ouw Yang Seng Tek menghempaskan dirinya ke
tempat duduk. "Terus terang, tadi aku menguntitmu sampai di sini.
Tapi aku tidak segera masuk, melainkan bersembunyi di balik pohon
melihat Hek Siau Liong itu berlatih ilmu pedang."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Tadi aku sudah
tahu ada orang menguntitku, ternyata engkau pengemis bau!"
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek bergumam. "Hek Siau Liong
itu mirip sekali dengan Pek Giok Liong seperti pinang dibelah dua!"
"Tidak salah. Kalau mereka berjalan bersama, orang lain pasti
mengira mereka adalah saudara kembar."
"Oh ya! Saudara tua, sudahkah engkau tahu apa yang menimpa
diri Pek Giok Liong?"
"Kejadian itu sangat menggemparkan bu lim, bagaimana
mungkin aku tidak tahu?"
"Aaakh! Aku telah kehilangan seorang saudara kecil ?"" ujar
Ouw Yang Seng Tek dengan mata bersimbah air. "Rasanya aku ingin
menangis ?""
"Kalau begitu, lebih baik engkau menangis!" usul Swat San Lo Jin
jang tahu akan kedukaan pengemis tua itu.
"Aku memang harus menangis," sahut Ouw Yang Seng Tek, usai
berkata begitu, ia betul-betul menangis gerung-gerungan.
"Pengemis bau!" ujar Swat San Lo Jin setelah lewat beberapa
saat kemudian. "Kukira engkau sudah boleh berhenti menangis."
"Ya." Ouw Yang Seng Tek segera berhenti menangis. "Saudara
tua, bu lim akan dilanda banjir darah."
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Itulah yang amat
mencemaskanku."
"Saudara tua, benarkah orang yang memukul Pek Giok Liong
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jatuh ke jurang itu Kiu Thian Mo Cun?" tanya Ouw Yang Seng Tek
mendadak. "Itu tidak mungkin." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala.
"Tapi aku yakin bahwa dia pewaris Kiu Thian Mo Cun!"
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut. "Setelah Pek
Giok Liong jatuh ke jurang, siapa lagi yang mampu mengalahkan Kiu
Thian Mo Cun?"
"Sama sekali tidak ada." Swat San Lo Jin menarik nafas panjang.
"Oleh karena itu, tidak lama lagi bu lim pasti dikuasai Kiu Thian Mo
Cun." 507 "Apakah kita harus membiarkannya menguasai bu lim?"
"Tentu tidak. Biar bagaimana pun kita harus mencari jalan untuk
membasmi Kiu Thian Mo Cun itu," ujar Swat San Lo Jin. "Terus
terang, yang kukhawatirkan lagi yakni Kiu Thian Mo Cun akan
mengundang beberapa tokoh tua golongan hitam untuk
membantunya."
"Kalau begitu, bagaimana mungkin kita mampu membasmi
mereka?" Ouw Yang Seng Tek menggeleng-gelengkan kepala.
"Maka kita harus bergabung dengan Cai Hong To."
"Bagaimana cara kita bergabung dengan Cai Hong To?"
"Kita harus berangkat ke Lam Hai."
"Ngmm!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut, dan ia pun
teringat sesuatu. "Oh ya, aku masih merasa heran. Hek Siau Liong
yang di luar itu kok begitu mirip Pek Giok Liong?"
"Mungkin cuma kebetulan."
"Kalau pun kebetulan, tidak mungkin mereka begitu mirip seperti
saudara kembar."
"Aku sendiri pun tidak habis berpikir, mungkin ?"" Swat San Lo
Jin memandang Hek Ai Lan. "Engkau bersedia menjelaskan?"
"Lo cianpwee, aku memang menyimpan suatu rahasia mengenai
Hek Siau Liong." ujar Hek Ai Lan.
"Oh?" Swat San Lo Jin menatapnya. "Kalau begitu,
beritahukanlah!"
"Karena Pek Giok Liong mungkin sudah mati, maka aku pun
harus membeberkan rahasia itu." Hek Ai Lan memandang jauh ke
depan seakan sedang mengenang sesuatu. "Kira-kira depalan belas
tahun yang lalu, aku mulai berkelana dalam rimba persilatan, dan
memperoleh julukan Hek Bi Jin. Setahun kemudian aku bertemu Pek
Mang Ciu dan istrinya ?""
"Kedua orang tua Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng Tek
terbelalak. "Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Entah apa sebabnya, begitu
melihat Pek Mang Ciu, aku pun jatuh cinta padanya. Akan tetapi, dia
lelaki sejati, sama sekali tidak tertarik padaku, dan itu membuatku
amat penasaran dan mulailah aku memikatnya dengan berbagai cara
?"" "Kemudian bagaimana?" tanya Swat San Lo Jin.
"Dia tetap tidak terpikat, sehingga membuatku amat
membencinya. Setelah itu ?"" Lanjut Hek Ai Lan. "Pek Mang Ciu
508 dan istrinya bertarung melawan Pat Hiong. Suami istri itu mampu
mengalahkan mereka, bahkan Thai Nia Siang Hiong dan Lang San
Sam Kuai terpukul jatuh ke dalam jurang ?""
"Tidak salah." sambung Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu, Pek
tayhiap dan istrinya membangun Ciok Lau San Cung, kan?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku ke sana menemui mereka
untuk bermohon pada mereka agar aku diterima sebagai pelayan.
Namun ?" Pek Mang Ciu tetap menolak. Coba bayangkan, betapa
sakitnya hatiku!"
"Kenapa engkau ingin jadi pelayan di sana?" tanya Ouw Yang
Seng Tek. "Karena aku ?" ingin berdekatan dengan Pek Mang Ciu, aku
amat mencintainya ?"" jawab Hek Ai Lan dengan wajah murung.
"Lantaran aku diusir, maka aku pun mendendam pada mereka suami
istri." "Engkau mencoba membunuh mereka?" tanya Swat San Lo Jin
mendadak. "Aku sama sekali tidak berniat begitu." Hek Ai Lan menarik nafas
panjang. "Setahun kemudian, istri Pek Mang Ciu melahirkan ?""
"Melahirkan Pek Giok Liong kan?" Ouw Yang Seng Tek
menatapnya. "Istri Pek Mang Ciu melahirkan anak lelaki kembar, kemudian
diberi nama Pek Giok Liong dan Pek Giok Houw." Hek Ai Lan
memberitahukan. "Pek Giok Liong lahir lebih dulu, menyusul adalah
Pek Giok Houw ?""
"Jadi ?"" Ouw Yang Seng Tek terbelalak. "Hek Siau Liong yang
di luar itu Pek Giok Houw?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Dua bulan kemudian setelah
anak kembar itu lahir, aku menyelinap ke dalam Ciok Lau San Cung
untuk mencuri salah satu bayi tersebut. Bahkan aku pun
meninggalkan sepucuk surat untuk Pek Mang Ciu dan istrinya,
menyatakan bahwa aku akan mengurus bayi yang kucuri itu."
"Heran?" ujar Ouw Yang Seng Tek sambil menggaruk-garuk
kepala. "Kenapa Pek Mang Ciu tidak menyiarkan kabar tentang itu?"
"Mungkin mereka menjaga namaku, sekaligus menjaga nama
mereka pula," ujar Hek Ai Lan.
"Kenapa engkau mencuri bayi itu?" tanya Swat San Lo Jin sambil
menatap Hek Ai Lan.
509 "Lo cianpwee, aku amat mencintai Pek Mang Ciu, maka rasanya
akan puas mengurusi anak Pek Mang Ciu."
"Kok begitu?" Ouw Yang Seng Tek menggaruk-garuk kepala.
"Itu yang disebut cinta." Swat San Lo Jin menarik nafas.
"Pengemis bau, pernahkah engkau jatuh cintai?"
"Tidak pernah." Ouw Yang Seng Tek menatapnya. "Bagaimana
dengan engkau" Pernahkah engkau jatuh cinta ketika masih muda?"
"Pernah, tapi ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan
kepala. "Sudahlah! Semua itu telah berlalu."
"Hek Bi Jin!" Ouw Yang Seng Tek memandangnya. "Jadi engkau
mengurusi Pek Giok Houw sampai belasan tahun?"
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Dia ikut marga Hek dan kuberi
nama Siau Liong, namun sungguh di luar dugaan ".."
"Maksudmu tentang kematian Pek tayhiap dan istrinya?" tanya
Ouw Yang Seng Tek.
"Ng!" Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah mencuri bayi itu, setiap
tahun aku selalu ke Ciok Lau San Cung secara diam-diam ?""
"Lho" Kenapa engkau masih ke sana?" tanya Ouw Yang Seng
Tek heran. "Ingin melihat Pek Mang Ciu dari jauh ?"" Hek Ai Lan
menundukkan kepala. "Kira-kira dua tahun yang lalu, aku ke sana
lagi, justru melihat belasan orang yang memakai kain penutup muka
menuju sana. Aku pun mendengar pembicaraan mereka, bahwa
ingin membunuh Pek Mang Ciu dan istrinya, bahkan juga akan
membantai semua penghuni Ciok Lau San Cung. Betapa terkejutnya
hatiku! Oleh karena itu, aku pun menutup mukaku dengan kain, lalu
menyelinap masuk ke kamar Pek Giok Liong untuk menolongnya."
"Jadi engkau yang menolong Pek Giok Liong?" Ouw Yang Seng
Tek terbelalak.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk. "Aku menotok jalan darah
tidurnya, lalu membawanya ke suatu tempat yang aman. Aku pun
meninggalkan sepucuk surat menyuruhnya ke Lam Hai cari Pulau
Pelangi." "Engkau sudah tahu Pek Mang Ciu dan istrinya berasal dari pulau
itu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Guruku yang memberitahukan."
"Oooh!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Oh ya, kenapa
engkau tidak mau memberitahukan padaku siapa gurumu itu?"
510 "Lo cianpwee, aku tidak tahu siapa guruku itu," jawab Hek Ai
Lan. "Namun dia seorang nenek yang sudah tua. Walau aku sebagai
muridnya, selama itu dia tidak pernah memberitahukan padaku
nama maupun julukannya."
"Aneh!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. "Oh ya,
senjata apa yang dipakainya?"
"Sepasang pedang pendek."
"Apa?" Swat San Lo Jin tampak tersentak. "Sepasang pedang
pendek?" "Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Gurumu tinggal di Thian San?" tanya Swat San Lo Jin dengan
suara agak bergemetar.
"Kami memang tinggal di Thian San ?""
"Aaakh....!" Keluh Swat San Lo Jin. "Ternyata dia ?""
"Mantan kekasihmu kan, saudara tua?" Ouw Yang Seng Tek
tertawa gelak. "Eh" Pengemis bau!" Swat San Lo Jin melotot. "Jangan
menggodaku! Engkau ingin merasakan pukulanku ya?"
"Itu kalau terpaksa." Ouw Yang Seng Tek masih tertawa gelak.
Swat San Lo Jin diam, sepasang matanya memandang jauh ke
depan, kelihatannya sedang mengenang masa lalunya.
"Aaakh ?"" gumamnya mengeluh. "Sudah lima puluh tahun
tidak bertemu, apakah dia baik-baik saja dan ?" apakah masih
cerewet seperti dulu?"
"Lo cianpwee, aku tidak tahu, karena sudah belasan tahun aku
tidak bertemu guruku itu."
"Apakah dia berjuluk Thian San Lolo?" tanya Swat San Lo Jin.
"Ya." Hek Ai Lan mengangguk.
"Haah ?"?" Ouw Yang Seng Tek terperanjat. Ia menatap Hek Ai
Lan seraya bertanya, "Nenek galak itukah gurumu?"
"Tidak salah."
"Aaakh!" Ouw Yang Seng Tek menarik nafas panjang. "Enam
puluh tahun yang lalu, gurumu amat terkenal, tapi kemudian dia
menghilang dari kang ouw. Tidak disangka dia menetap di Thian
San!" "Itu ?"" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala. ?""
itu gara-gara aku, maka dia mengasingkan diri di Thian San."
"Kok gara-gara lo cianpwee?" tanya Hek Ai Lan.
511 "Yaah!" Swat San Lo Jin menarik nafas. "Enam puluh tahun yang
lampau, kami masih muda dan berdarah panas. Walau kami sudah
saling mencinta, tapi justru tidak mau saling mengalah dalam hal
kepandaian. Oleh karena itu kami pun bertanding ratusan jurus, dan
akhirnya dia kalah. Sejak itulah dia menghilang entah ke mana. Aku
terus mencarinya, tapi tidak pernah ketemu, ternyata dia
mengasingkan diri di Thian San ?""
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek tertawa. "Kalau begitu,
engkau harus ke Thian San menemuinya, dan mohon padanya untuk
bergabung dengan kita demi melawan Kiu Thian Mo Cun!"
"Aku memang punya niat begitu, namun belum tentu dia akan
memaafkanku," ujar Swat San Lo Jin sambil menggeleng-gelengkan
kepala. "Sudah sama-sama tua, tentunya tidak berdarah panas lagi. Aku
yakin dia pun merindukanmu, dan masih tetap mencintaimu. Kalau
tidak, kenapa dia tidak menikah?"
"Aaakh! Semua itu telah berlalu." Swat San Lo Jin menarik nafas.
"Oh ya, mari kita kembali pada masalah pokok!"
"Saudara tua, kini kita sudah tahu asal-usul Hek Siau Liong,
maka aku punya suatu ide."
"Ide apa?" Swat San Lo Jin menatapnya.
"Panggil Hek Siau Liong ke mari, kita beritahukan tentang asal
usulnya!" jawab Ouw Yang Seng Tek. "Setelah itu kita bawa dia ke
Cai Hong To."
"Untuk apa membawanya ke Cai Hong To?" tanya Hek Ai Lan
heran. "Dia famili majikan pulau itu, wajar kalau kita membawanya ke
sana," jawab Ouw Yang Seng Tek dan menambahkan, "Sekaligus
belajar ilmu tingkat tinggi di sana."
"Percuma." Swat San Lo Jin menggelengkan kepala. "Pek Giok
Liong yang berilmu begitu tinggi, tapi masih tidak bisa melawan Kiu
Thian Mo Cun, apa lagi Hek Siau Liong?"
"Saudara tua!" Ouw Yang Seng Tek serius. "Siapa tahu di pulau
itu masih tersimpan kitab silat yang belum di pelajari oleh Pek Giok
Liong, maka kita usulkan ?""
"Aku tahu maksudmu." Swat San Lo Jin manggut-manggut, lalu
memandang Hek Ai Lan. "Engkau ke depan panggil Siau Liong ke
mari!" 512 "Ya." Hek Ai Lan segera memanggil Hek Siau Liong, dan tak lama
ia sudah kembali bersama pemuda itu.
"Apakah Guru memanggil Siau Liong?" tanya Hek Siau Liong.
"Ya." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Anak Liong, cepat beri
hormat pada paman pengemis!"
Hek Siau Liong menurut, lalu segera memberi hormat pada Ouw
Yang Seng Tek. Pengemis tua itu tertawa gelak. Ia menatap Hek
Siau Liong dengan penuh perhatian.
"Bagus! Bagus! Dia memiliki tulang dan bakat yang amat bagus!
Mungkin tidak akan mengecewakan harapan kita."
"Aku pun berpikir begitu." Swat San Lo Jin tersenyum, lalu
memandang Hek Siau Liong. "Anak Liong, tahukah engkau asalusulmu?"
"Siau Liong ?"" Pemuda itu melongo, kemudian memandang
Hek Ai Lan. "Ibu kenapa guru bertanya begitu pada Siau Liong?"
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam, lalu ujarnya
perlahan. "Sebetulnya engkau bukan anakku ?""
"Apa"!" Hek Siau Liong terbelalak.
"Sesungguhnya engkau bernama Pek Giok Houw." Hek Ai Lan
memberitahukan. "Engkau adik kembar Pek Giok Liong."
"Oh" Pantas Siau Liong mirip dia!" Hek Siau Liong tertawa kecil
dan bertanya. "Kapan Siau Liong boleh bertemu dia?"
"Engkau tidak akan bertemu dia lagi ?"" Hek Ai Lan menarik
nafas. "Kenapa?"
"Dia telah dipukul jatuh ke jurang oleh musuhnya."
"Oh?" Wajah Hek Siau Liong tampak berduka. "Siapa yang
memukul jatuh Kakak Siau Liong ke dalam jurang?"
"Kiu Thian Mo Cun." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Siapa Kiu Thian Mo Cun itu?" tanya Hek Siau Liong.
"Anak Liong!" Swat San Lo Jin menatapnya, lalu menutur
mengenai pendekar Hati Suci dan Kiu Thian Mo Cun itu.
"Haah?" Hek Siau Liong terkejut. "Betapa tinggi kepandaian Kiu
Thian Mo Cun itu" Tapi ?" bagaimana mungkin dia hidup sampai
hampir dua ratus tahun?"
"Orang itu mungkin pewarisnya," sahut Ouw Yang Seng Tek.
"Oooh!" Hek Siau Liong mengangguk.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya lembut. "Mulai sekarang engkau
bernama Pek Giok Houw, sebab ?"" Hek Ai Lan mulai menutur
513 tentang asal-usul pemuda itu, dan kemudian menambahkan, "Oleh
karena itu, kami ingin membawamu ke Pulau Pelangi untuk belajar
ilmu silat tingkat tinggi di sana."
"Ibu ?"" Pek Giok Houw terbelalak. ?"" jadi Siau Houw famili
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
majikan Cai Hong to itu?"
"Betul." Hek Ai Lan mengangguk. "Setelah engkau berhasil,
engkau harus membasmi Kiu Thian Mo Cun itu!"
"Siau Houw pasti membalas dendam Kakak Liong!" ujar Pek Giok
Houw dengan mata berapi-api.
"Lo cianpwee, kapan kita berangkat ke Pulau Pelangi?" tanya
Hek Ai Lan pada Swat San Lo Jin.
"Besok pagi," sahut Swat San Lo Jin sambil mengarah pada Ouw
Yang Seng Tek. "Pengemis bau, engkau mau ikut kan?"
"Tentu." Ouw Yang Seng Tek mengangguk.
"Baiklah." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Kalau begitu, kita
pastikan berangkat besok."
Bagian ke 54. Pertemuan di Pulau Pelangi
Se Ciang Cing dan istrinya telah kembali ke Pulau Pelangi.
Mereka berdua duduk di ruang depan istana dengan wajah serius
dan berduka. Se Pit Han duduk di sisi ibunya dengan mata
bersimbah air, bahkan wajahnya pun amat pucat.
Kepala pengurus istana, Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Thian Koh
Sing, Thian Kang Sing, Si Kim Kong, Si Hong dan Pat Kiam pun
duduk di ruang tersebut.
Tiada seorang pun membuka mulut, suasana pun menjadi
hening. Berselang beberapa saat kemudian, Se Ciang Cing, majikan
Pulau Pelangi mulai membuka mulut sambil memandang putrinya.
"Jadi benarkah Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati?" tanya Se
Ciang Cing dengan suara dalam.
"Ya." Se Pit Han mengangguk.
"Apakah ketika Pek Giok Liong terpukul jatuh ke dalam jurang,
dia pun telah terkena racun?" tanya Se Ciang Cing lagi.
"Ya." Se Pit Han mulai menangis terisak-isak.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?" Wajah Se Ciang Cing
tampak serius sekali.
514 "Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu
mengenakan jubah bersulam iblis, mukanya pun memakai kedok
iblis." "Si Kim Kong!" Se Ciang Cing menatap mereka. "Apakah kalian
berempat sudah ke Yan San?"
"Sudah," jawab Hok Mo Kim Kong dan memberitahukan, "Kami
pun sudah turun ke dasar jurang, tapi tidak menemukan mayat Pek
Giok Liong. Mungkin mayatnya telah dimangsa binatang buas."
"Aaakh ?"!" Se Ciang Cing menarik nafas panjang." Kenapa
nasib Pek Giok Liong begitu malang" Kematiannya pun begitu
mengenaskan ?""
Mendengar itu, Se Pit Han mulai menangis sedih lagi dengan air
mata berderai-derai.
"Adik Liong..." gumamnya.
"Nak!" hibur Nyonya Se Ciang Cing. "Jangan berduka, karena
tidak menemukan mayat Pek Giok Liong, siapa tahu dia belum mati."
"Dia ?" dia bagaimana mungkin belum mati" Aku
menyaksikannya terpukul oleh Kiu Thian Mo Cun, mukanya pun
kehitam-hitaman ?""
"Hek Sim Tok Ciang." Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan
kepala. "Tiada satu ilmu pun yang dapat melawan Hek Sim Tok
Ciang itu."
"Bukankah kita masih menyimpan kitab Bu Kek Cin Keng" Kitab
itu berisi pelajaran lwee kang yang amat tinggi." Nyonya Se Ciang
Cing mengingatkan.
"Benar." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Aku tidak pernah mempelajarinya, tapi menurutku, ilmu itu
masih tidak bisa menandingi Hek Sim Tok Ciang."
"Tapi masih bisa membendung ilmu itu kan?"
"Benar. Tapi ?" siapa yang akan mempelajari ilmu itu?"
"Aku," sahut Se Pit Han mendadak. "Ayah, Ibu! Aku harus
mempelajari ilmu itu demi membalas dendam adik Liong."
"Nak!" Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau
anak perempuan, tidak bisa mempelajari ilmu itu."
"Kenapa?"
"Hanya anak lelaki yang masih perjaka, yang bisa mempelajari
ilmu tersebut."
515 "Kalau begitu, kenapa dulu ayah tidak menyuruh Pek Giok Liong
belajar ilmu itu" Kalau dia belajar ilmu itu, mungkin tidak akan mati
?"" "Kenapa?" tanya Se Pit Han heran.
"Nak!" Nyonya Se Ciang Cing berbisik di telinga putrinya. "Anak
perjaka yang belajar ilmu itu, akan jadi impoten seumur hidup. Oleh
karena itu, ibu dan ayah tidak mau menyuruhnya belajar ilmu
tersebut."
"Oooh!" Se Pit Han manggut-manggut.
"Kalian dengar semua!" seru Se Ciang Cing mendadak. "Mulai
saat ini, kalian semua dilarang memasuki Tiong Goan, itu karena
kemunculan Kiu Thian Mo Cun!"
"Ya," sahut mereka semua.
"Lima pelindung pulau, kalian dengar baik-baik!" ujar Se Ciang
Cing dengan suara lantang. "Mulai besok, di seluruh pulau ini harus
dipasang jebakan!"
"Ya." Sahut lima pelindung pulau serentak.
"Dan ?"" tambah Se Ciang Cing. "Mulai saat ini, kalian semua
harus giat berlatih ilmu masing-masing, demi menjaga kemunculan
pihak Kiu Thian Mo Cun!"
"Kami menerima perintah!"
Tiba-tiba seseorang berlari memasuki rang itu, lalu menjura pada
Se Ciang Cing seraya melapor.
"Ada tamu ingin bertemu tocu!"
"Apa"!" Se Ciang Cing tercengang. "Siapa tamu itu?"
"Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Hek Siau
Liong." Orang itu memberitahukan.
"Hek Siau Liong?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening.
"Tocu! Hek Siau Liong itu mirip Pek Giok Liong ?"" Se Khi
memberitahukan tentang Hek Siau Liong itu.
"Oh?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening lagi. "Kalau begitu,
cepat undang mereka masuk!"
Orang yang melapor itu segera menjura, lalu pergi mengundang
mereka masuk. Tak lama kemudian tampak Swat San Lo Jin, Ouw
Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Pek Giok Houw memasuki ruang
istana. "Ha ha ha!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Sungguh indah
dan mewah istana Pelangi ini!"
516 "Selamat datang Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Bi
Jin dan ?" Hek Siau Liong!" ucap Se Ciang Cing sambil menatap
Pek Giok Houw dan membatin. Memang mirip Pek Giok Liong, kok
bisa mirip begitu"
"Apa kabar, Tocu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Baik-baik saja," sahut Se Ciang Cing. "Silakan duduk, lo
cianpwee!"
Mereka duduk, sementara Se Pit Han terus-menerus menatap
Pek Giok Houw. Pemuda itu memang serupa dengan Pek Giok Liong,
hanya saja Pek Giok Liong agak tinggi.
"Maaf!" ucap Ouw Yang Seng Tek. "Kedatangan kami telah
mengganggu kalian!"
"Tidak apa-apa." Se Ciang Cing tersenyum. "Kedatangan kalian
tentunya mempunyai sesuatu yang penting, kan?"
"Betul." Ouw Yang Seng Tek mengangguk. "Yakni menyangkut
Kiu Thian Mo Cun."
"Jadi kalian sudah tahu peristiwa Pek Giok Liong?" tanya Se
Ciang Cing. "Justru karena itu, kami berkunjung ke mari," sahut Swat San Lo
Jin. "Di samping itu, kami juga ingin menyampaikan sesuatu yang
amat penting." sambung Ouw Yang Seng Tek.
"Oh?" Se Ciang Cing menatapnya. "Tetua Kay Pang ingin
menyampaikan apa?"
"Mengenai Hek Siau Liong ini," jawab Ouw Yang Seng Tek, lalu
memandang Hek Ai Lan. "Hek Bi Jin, beritahukanlah!"
"Se tocu!" ujar Hek Ai Lan. "Nama asli Hek Siau Liong adalah Pek
Giok Houw ?""
"Apa?" Se Ciang Cing terbelalak. "Nama aslinya Pek Giok Houw"
Jadi ?" dia adalah ?""
"Adik kembar Pek Giok Liong." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Oh?" Nyonya Se Ciang Cing menatapnya. "Tapi ?" kenapa Pek
Mang Ciu dan istrinya tidak pernah memberitahukan pada kami, lagi
pula ?" Pek Giok Liong pun tidak tahu tentang ini."
"Benar." Hek Ai Lan manggut-manggut. "Setelah istri Pek Mang
Ciu melahirkan anak kembar ?""
Hek Ai Lan menutur tentang dirinya mencuri salah satu bayi
kembar itu. Se Ciang Cing dan istrinya mendengar dengan mata
terbelalak, begitu pula Se Pit Han dan lainnya.
517 "Kalau begitu, dia ?" dia anak Pek Mang Ciu!" Se Ciang Cing
menatap Pek Giok Houw dengan penuh perhatian.
"Itu memang benar." ujar Hek Ai Lan.
"Oh ya!" Se Ciang Cing menatapnya. "Kenapa engkau menculik
salah satu anak kembar Pek Mang Ciu?"
"Karena ?" karena ?"" Hek Ai Lan menundukkan kepala.
"Hek Bi Jin sangat mencintai Pek Mang Ciu." sambung Ouw Yang
Seng Tek sambil tertawa, sekaligus menceritakan tentang itu.
"Oooh!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Ternyata begitu!"
"Nak!" ujar Hek Ai Lan pada Pek Giok Houw. "Cepatlah engkau
memberi hormat pada paman dan bibimu!"
"Giok Houw memberi hormat pada Paman dan Bibi!" Pek Giok
Houw segera memberi hormat.
"Anak baik!" Se Ciang Cing tertawa.
"Nak! Beri hormat pada kakak misanmu!" ujar Hek Ai Lan.
"Kak misan, terimalah hormatku!" ucap Pek Giok Houw sambil
menjura pada Se Pit Han.
"Adik Houw ?"" Mata Se Pit Han bersimbah air. "Kakakmu telah
mati ?""
"Aku sudah tahu, maka aku sudah mengambil keputusan untuk
membalas dendamnya," sahut Pek Giok Houw.
"Tapi ?" kepandaiamu masih rendah." Se Pit Han menggelenggelengkan
kepala. "Se tocu!" ujar Swat San Lo Jin. "Kami antar Giok Houw ke mari
untuk bertemu kalian, sekaligus agar dia bisa belajar ilmu tingkat
tinggi di sini."
"Ngmmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Itu memang
bagus, kami pasti menerimanya dengan senang hati."
"Terimakasih, Paman!" ucap Pek Giok Houw cepat sambil
memberi hormat.
"Ha ha!" Se Ciang Cing tertawa gembira. "Giok Houw, engkau
juga memiliki sifat seperti Giok Liong."
"Mereka saudara kembar, tentunya sama sifat mereka," sahut
Ouw Yang Seng Tek sambil tertawa gelak, kemudian mendadak
wajahnya berubah serius. "Pek Giok Liong tidak dapat melawan Kiu
Thian Mo Cun, lalu bagaimana dengan Pek Giok Houw?"
"Sebelum kemunculan kalian, kami telah memikirkan hal ini." Se
Ciang Cing memberitahukan. "Kami masih menyimpan sebuah
kitab." 518 "Oh?" Wajah Ouw Yang Seng Tek berseri. "Kitab apa itu?"
"Bu Kek Cin Keng."
"Bu Kek Cin Keng?" Ouw Yang Seng Tek mengernyitkan kening.
"Apakah itu kitab doa?"
"Bukan." Se Ciang Cing menjelaskan. "kitab Bu Kek Cin Keng ini
memuat pelajaran ilmu lwee kang yang amat tinggi, hanya anak
perjaka yang boleh belajar tapi ?""
"Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin.
"Perjaka mana pun yang belajar ilmu itu seumur hidup tidak
boleh kawin." Se Ciang Cing memberitahukan.
"Lho, Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin heran.
"Karena ?" akan impoten seumur hidup."
"Haah ?"?" Swat San Lo Jin dan Ouw Yang Seng Tek saling
memandang, kemudian mereka mengarah pada Hek Ai Lan.
"Aku tidak bisa mengambil keputusan, itu tergantung pada Pek
Giok Houw." ujar Hek Ai Lan.
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku bersedia belajar ilmu
itu," sahut Pek Giok Houw sungguh-sungguh.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya. "Tapi seumur hidup engkau tidak
bisa kawin. Maka alangkah baiknya pikirkanlah masak-masak dulu!"
"Ibu, aku cuma memikirkan dendam Kakak Liong, sama sekali
tidak memikirkan soal kawin." tegas Pek Giok Houw.
"Bagus! Bagus!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak.
"Apa yang bagus?" tegur Swat San Lo Jin sambil melotot.
"Apakah Giok Houw harus menempuh jalanmu tidak kawin seumur
hidup?" "Menempuh jalan kita," sahut Ouw Yang Seng Tek. "Bukankah
saudara tua juga tidak kawin seumur hidup?"
"Paman, Bibi!" ujar Pek Giok Houw yang telah mengambil
keputusan. "Aku bersedia belajar Bu Kek Sin Kang."
"Ngmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Oh ya!" Se Pit Han teringat sesuatu, lalu mengeluarkan sebuah
kitab dan diserahkan pada Se Ciang Cing. "Ayah, sebelum Kiu Thian
Mo Cun muncul, adik Liong memberikan kitab ini padaku, mungkin
berguna untuk Adik Houw!"
"Oh?" Se Ciang Cing terbelalak setelah melihat kitab itu, yang
ternyata 'Kitab Ajaib'. Siapa yang belajar ilmu di dalam kitab itu,
maka seumur hidup tidak boleh kawin.
"Kitab apa itu?" tanya Nyonya Se Ciang Cing.
519 "Ini 'Kitab Ajaib'," Se Ciang Cing memberitahukan. "Giok Houw
boleh belajar ilmu yang ada di dalam kitab ini."
"Se tocu! Kitab apa itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Kitab Ajaib." Se Ciang Cing memperlihatkan kitab itu.
"Wuah!" seru Ouw Yang Seng Tek. "Kitab yang luar biasa! Giok
Houw memang berjodoh dengan kitab ajaib ini!"
"Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya bertanya, "Kalau
Giok Houw sudah berhasil belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab Ajaib
ini, apakah dia bisa mengalahkan Kiu Thian Mo Cun?"
"Entahlah." Se Clang Cing menggelengkan kepala. "Sebab kita
harus tahu, lwee kang Pek Giok Liong sudah begitu tinggi, namun
masih di bawah lwee kang Kiu Thian Mo Cun. Lagi pula Kiu Thian Mo
Cun memiliki Hek Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang amat
dahsyat, bahkan juga amat beracun. Maka sulit bagi Giok Houw
mengalahkannya dengan ilmu Bu Kek Sin Kang dan ilmu yang ada di
dalam Kitab Ajaib ini."
"Kalau begitu ?"" Ouw Yang Seng Tek tampak lemas. "Percuma
juga dia belajar ?""
"Tidak percuma," sahut Se Ciang Cing. "Sebab dia masih bisa
menjaga diri dengan ilmu-ilmu itu."
"Selain ilmu-ilmu itu, dia juga boleh belajar ilmu Cai Hong To,"
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tambah Nyonya Se Ciang Cing.
"Terimakasih Paman, terimakasih Bibi!" ucap Pek Giok Houw
haru dan berjanji, "Setelah aku berhasil belajar semua ilmu itu, aku
pasti pergi mencari Kiu Thian Mo Cun untuk menuntut balas
kematian Kakak Liong!"
"Bagus." Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Pokoknya pihak
Kay Pang pasti membantu dalam hal ini."
"Terimakasih, Paman pengemis!" ucap Pek Giok Houw.
"Giok Houw ?"" Ouw Yang Seng Tek menatapnya dalam-dalam.
"Engkau boleh dikatakan jelmaan Giok Liong."
"Paman pengemis, kami saudara kembar, tentunya akan saling
menjelma jadi satu." ujar Pek Giok Houw.
"Oh ya! Kalau begitu, kami mau mohon diri!" ujar Swat San Lo
Jin, lalu memandang Hek Ai Lan. "Bagaimana engkau" Mau tinggal
di sini atau kembali ke Thian San?"
"Aku ?"" Hek Ai Lan bimbang.
"Hek Bi Jin!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum. "Lebih baik
engkau tinggal di sini bersama Pek Giok Houw!"
520 "Terimakasih, tocu hujin!" ucap Hek Ai Lan.
"Jangan sungkan-sungkan!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum
lagi. "Nanti akan kusuruh kepala pengurus istana menyediakan
sebuah kamar untukmu."
"Terimakasih!"
"Se tocu! Aku dan pengemis bau mau pergi. Kalau ada berita apa
pun di bu lim, kami pasti ke mari memberitahukan," ujar Swat San
Lo Jin. "Lo cianpwee! Mulai besok di seluruh pulau ini akan di pasang
jebakan, maka aku akan berikan tanda pengenal pada kallian," Kata
Se Ciang Cing, lalu memberikan mereka tanda pengenal.
"Eh?" Ouw Yang Seng Tek tercengang. "Semua orang di sini
sudah mengenal kami, kok masih harus punya tanda pengenal?"
"Demi menjaga hal-hal yang tak diinginkan." Se Ciang Cing
memberitahukan. "Siapa tahu ada orang tertentu akan menyamar
sebagai diri kalian untuk menyusup ke mari, maka kami perlu
berhati-hati."
"Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Se tocu memang
harus waspada, siapa tahu Kiu Thian Mo Cun akan mengutus
orangnya menyusup ke mari."
"Selain tanda pengenal, harus pula ada kata-kata sandi." tambah
Se Ciang Cing. "Apa kata-kata sandi itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Jit Seng Tong Hong (Matahari terbit diufuk timur)!" Se Ciang
Cing memberitahukan.
"Akan kuingat kata-kata sandi itu." Ouw Yang Seng Tek
manggut-manggut.
"Memang lebih baik berhati-hati," ujar Swat San Lo Jin. "Agar
pihak Kiu Thian Mo Cun tidak bisa mengutus orangnya menyusup ke
mari. Baiklah, kami mau mohon diri!"
"Guru ?"" Pek Giok Houw merasa berat berpisah dengan Swat
San Lo Jin. "Giok Houw!" Swat San Lo Jin tersenyum. "Kita pasti berjumpa
lagi, baik-baiklah engkau belajar kepandaian tingkat tinggi di sini,
jangan mengecewakan kami!"
"Ya, Guru." Pek Giok Liong mengangguk.
"Se tocu, sampai jumpa!" ucap Swat San Lo Jin.
"Selamat jalan, lo cianpwee!" sahut Se Ciang Cing.
521 "Se tocu, aku mohon diri!" ucap Ouw Yang Seng Tek, "Sampai
berjumpa lagi kelak!"
"Selamat jalan, Ouw Yang Pang Cu!" Se Ciang Cing mengantar
mereka sampai di depan istana. Setelah mereka berdua pergi jauh,
barulah ia kembali ke dalam istana dan duduk. "Giok Houw ?""
"Ya, Paman!"
"Sungguhkah engkau ingin belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab
Ajaib itu?" tanya Se Ciang Cing sambil menatapnya tajam.
"Sungguh, Paman." Pek Giok Houw mengangguk.
"Tentunya engkau tahu apa resikonya kan?"
"Tahu, Paman."
"Engkau tidak akan menyesal?"
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku sama sekali tidak
akan menyesal."
"Baiklah!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Engkau boleh mulai
belajar esok di ruang rahasia. Kalau sudah masuk ke ruang rahasia
itu, engkau tidak boleh ke luar, kecuali berhasil belajar ilmu-ilmu
itu." "Ya, Paman."
"Oh ya, Hek Bi Jin!" Se Ciang Cing tersenyum. "Kepala pengurus
istana akan menyiapkan sebuah kamar untukmu, temanilah Giok
Houw malam ini!"
"Terimakasih, Se tocu!" ucap Hek Ai Lan.
"Nah, sekarang kalian boleh beristirahat dulu." Kemudian Se
Ciang Cing berkata pada kepala pengurus istana. "Ajak mereka ke
dalam dan tunjukan kamar itu!"
"Ya." Kepala pengurus istana menjura, lalu mengajak Hek Ai Lan
dan Pek Giok Houw ke dalam.
"Pit Han!" panggil Se Ciang Cing.
"Ada apa, Ayah?" tanya Se Pit Han.
"Mulai besok, engkau pun harus memperdalam kepandaianmu!"
pesan Se Ciang Cing sungguh-sungguh.
"Ayah, kini adik Liong sudah tiada, untuk apa aku memperdalam
ilmu silat lagi?" Se Pit Han tampak tiada gairah terhadap apa pun.
"Nak!" ujar Nyonya Se Ciang Cing sambil tersenyum lembut, ia
tahu maksud tujuan suaminya kenapa menyuruh Se Pit Han
memperdalam ilmu silatnya. Tidak lain agar Se Pit Han tidak
terlampau memikirkan Pek Giok Liong yang sudah tiada itu. "Kalau
522 ilmumu bertambah tinggi, kelak engkau kan boleh menuntut balas
pada Kiu Thian Mo Cun?"
"Baiklah!" Se Pit Han mengangguk.
Keesokan harinya, Pek Giok Houw diantar kepala pengurus
istana ke ruang rahasia, untuk belajar Bu Kek Sin Kang dan ilmuilmu
yang terdapat di dalam Kitab Ajaib. Sedangkan Se Pit Han pun
mulai memperdalam ilmu silatnya.
Sementara itu, Kiu Thian Mo Cun pun menutup diri di sebuah
ruang rahasia dalam istananya. Ia pun mulai berlatih lagi ilmu Hek
Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang maha dahsyat itu.
Lalu bagaimana nasib Pek Giok Liong yang terpukul jatuh ke
dalam jurang itu" Si Kim Kong bersusah payah turun ke dasar jurang
dengan tali, namun mereka tidak menemukan mayat Pek Giok Liong.
Betulkah mayat Pek Giok Liong telah dimangsa binatang buas"
Ternyata tidak, ketika tubuh Pek Giok Liong melayang turun ke
jurang, ia sudah pingsan terpukul Kiu Thian Mo Cun, bahkan
mukanya pun terhantam pukulan itu pula, mengakibatkan muka Pek
Giok Liong jadi rusak terkena racun.
Masih untung ia memiliki Thai Ceng Sin Kang melindungi
jantungnya, kalau tidak, ia pasti sudah mati.
Pek Giok Liong memang belum ditakdirkan mati. Tubuhnya
menyangkut di sebuah pohon yang tumbuh di tebing gunung. Dua
hari dua malam ia menyangkut di dahan pohon itu dalam keadaan
pingsan. Pada hari ketiga, mendadak turun hujan deras membuat sekujur
badannya basah kuyup, namun ia masih dalam keadaan pingsan dan
nafasnya pun mulai lemah.
Berselang beberapa saat kemudian, hujan mulai reda. Di saat itu
tampak seekor ular merayap di dahan tempat Pek Giok Liong
tersangkut. Panjang ular itu cuma setengah meter, tapi ular tersebut
sungguh aneh dan amat indah. Di kepala ular itu terdapat sebuah
tanduk kecil yang memancarkan sinar putih bergemerlapan, dan
tujuh macam warna menghiasi sisik-sisiknya.
Ular apa itu" Ternyata Cian Nian Cit Sek Tok Kak Coa (Ular tujuh
warna bertanduk satu yang telah berusia seribu tahun). Ular
tersebut sangat beracun, namun juga sangat berkhasiat bagi orang
yang punya lwee kang.
523 Akan tetapi, siapa tergigit ular itu, beberapa detik saja pasti mati
terkena racunnya.
Sementara ular itu terus merayap mendekati Pek Giok Liong.
Setelah dekat, ular tersebut pun berhenti. Sepasang matanya
menatap Pek Giok Liong dengan tajam, kelihatanya ular itu tertarik
pada sesuatu yang ada di dalam tubuh Pek Giok Liong.
Sekoyong-konyong ular itu menggigit lengan Pek Giok Liong.
Sungguh mengherankan, ular itu tidak mau melepaskan gigitan.
Beberapa saat kemudian, sekujur tubuh Pek Giok Liong bergetar
seperti kena strom.
Berselang sesaat, terjadi lagi hal yang aneh. Tanduk ular yang
memancarkan sinar putih gemerlapan itu tampak mulai suram,
kemudian berubah hitam. Setelah itu, barulah ular tersebut
melepaskan gigitannya, lalu merayap pergi.
Tak seberapa lama kemudian, badan Pek Giok Liong pun mulai
bergerak. Ternyata racun ular itu telah memusnahkan racun yang
ada di dalam tubuh Pek Giok Liong. Bahkan ular itu pun menyedot
racun tersebut, sehingga membuat tanduk ular itu berubah hitam.
Itu memang merupakan kejadian mujizat, sebab kini Pek Giok
Liong sudah kebal terhadap racun apa pun. Bahkan tenaga
dalamnya pun bertambah berlipat ganda.
Perlahan-lahan Pek Giok Liong membuka matanya. Ia tampak
tercengang ketika melihat tempat itu. Kemudian ia pun teringat
kembali apa yang telah terjadi atas dirinya, dan seketika juga ia
menarik nafas lega.
"Aaakh ?"! Aku belum mati, tapi ?"" Tiba-tiba ia teringat pada
Siauw Hui Ceh dan Cing Ji yang terkena pukulan Kiu Thian Mo Cun
lantaran ingin melindungi dirinya. "Bagaimana keadaan mereka"
Apakah mereka sudah mati atau masih hidup ?"?"
Pek Giok Liong mulai turun. Ketika sampai di bawah, ia pun
terbelalak karena pohon itu tumbuh di tebing gunung. Ia melihat ke
bawah, betapa terperanjat hatinya, sebab jurang itu masih belum
terlihat dasarnya.
Bagaimana mungkin ia turun ke bawah atau memanjat ke atas,
karena tebing itu sangat licin. Meskipun ia mengerahkan ginkangnya,
juga tidak bisa sampai ke atas.
Ia menengok ke sana ke mari, tiba-tiba matanya tertuju pada sisi
pohon. Ternyata terdapat sebuah goa kecil di situ. Segeralah ia
524 mendekati goa itu dan memandang ke dalam. Walau sangat gelap
namun ia dapat melihat dengan jelas sekali.
Goa itu amat dalam, hanya terdapat batu karang. Kalau mau
masuk ke dalam, harus merangkak.
Pek Giok Liong berpikir sejenak, lalu merangkak ke dalam goa
itu. Sungguh tak terduga sama sekali, goa itu mirip sebuah
terowongan yang amat panjang. Pek Giok Liong terus merangkak,
entah berapa lama kemudian, ia melihat ada sinar di ujung goa.
Bukan main girangnya Pek Giok Liong, karena ia sudah
mendekati mulut goa. Tak lama kemudian, ia sudah ke luar dari
mulut goa tersebut dan sepasang matanya terbelalak lebar.
Ternyata ia melihat pemandangan alam yang amat indah,
bunga-bunga liar yang berwarnawarni tumbuh teratur di situ,
sehingga tempat tersebut tampak semarak. Terdengar pula suara air
terjun, cepat-cepat Pek Giok Liong menuju ke tempat air terjun itu
karena ingin mencuci muka.
Ia menjongkokkan badannya sepasang tangannya dijulurkan
untuk mengambil air. Namun mendadak ia menjerit kaget dengan
mata terbelalak, mulutnya pun ternganga lebar.
"Mukaku ?" mukaku ?"" Pek Giok Liong mengusap mukanya.
"Kenapa mukaku berubah begitu buruk" Aaaakh ?"!"
Pek Giok Liong jatuh duduk di situ. Berselang sesaat barulah ia
menyadari kenapa mukanya berubah begitu buruk, penuh benjolan
yang kehitam-hitaman.
Itu akibat terhantam pukulan Kiu Thian Mo Cun, tapi kenapa ia
tidak mati" Tentang ini membuatnya tidak habis berpikir. Ketika ular
beracun menggigitnya, ia masih dalam keadaan pingsan.
"Aaakh ?"" Pek Giok Liong menarik nafas panjang. "Sudahlah!
Wajahku rusak begini tidak apa-apa, yang penting aku harus
membunuh Kiu Thian Mo Cun, lalu mengasingkan diri di sini. Karena
wajahku telah rusak begini, aku pun tidak akan bertemu Kak Han
lagi ?""
Pek Giok Liong bangkit berdiri, ia mengayunkan kakinya tanpa
tujuan. Namun hatinya masih terhibur, karena pemandangan di
tempat itu amat indah menakjubkan.
Ia terus melangkah, tiba-tiba matanya terbelalak karena melihat
di tempat itu terdapat meja dan tempat duduk yang terbuat dari
batu. Itu pertanda tempat tersebut pernah dihuni orang.
525 Di tempat itu juga terdapat sebuah goa yang amat besar. Ia
memandang ke dalam goa itu. Karena hatinya merasa tertarik ia pun
mamasuki goa tersebut.
Ruangan goa itu terang benderang. Yang menerangi goa itu
bukan sinar matahari, melainkan sinar yang amat terang, yang
dipancarkan oleh butir-butir mutiara yang menempel di dinding goa.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari. Mendadak ia tampak
terkejut karena melihat sosok bersandar pada dinding goa.
Bayangan itu ternyata tengkorak manusia yang masih utuh dengan
pakaiannya. Perlahan-lahan Pek Giok Liong mendekati rangka itu, lalu
berlutut memberi hormat.
"Maafkan teecu, lo cianpwee!" ucapnya. "Teecu tidak sengaja
mendatangi tempat ini, sehingga mengganggu ketenangan lo
cianpwee!"
Ketika menundukkan kepalanya dalam-dalam, Pek Giok Liong
melihat tulisan pada batu di hadapan tengkorak itu, lalu segera
membacanya. Siapa yang memasuki tempat ini, berarti berjodoh denganku.
Walau aku berhasil memukul Kiu Thian Mo Cun jatuh ke jurang,
namun aku pun terluka oleh pukulannya yang beracun. Itu adalah
pukulan Hek Sim Tok Ciang yang amat ganas dan beracun.
Beberapa partai besar sangat berterimakasih padaku karena
telah membasmi Maha Iblis Langit Sembilan itu, maka para ketua
partai besar itu bersepakat membuat sebuah panji untukku, panji itu
disebut Jit Goat Seng Sim Ki. Siapa yang berkaitan melihat panji itu,
harus bergabung dan tunduk pada pemegang panji.
Panji tersebut kuwariskan pada muridku, setelah itu aku pun
mengundurkan diri dari rimba persilatan. Tanpa sengaja aku
menemukan tempat yang amat rahasia dan indah ini. Tempat ini
berada di dalam perut Gunung Yan San, dan secara kebetulan aku
memperoleh semacam buah aneh. Khasiat buah tersebut dapat
menambah lwee kang orang, maka buah aneh itu kubikin jadi
semacam obat. Sungguh di luar dugaan, buah itu pun dapat
memunahkan berbagai macam racun ganas, kusimpan di dalam
botol porselin di sisiku. Ingat! Untuk menambah lwee kang, hanya
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
boleh makan satu butir. Lebih banyak dari satu butir, akan mati
526 muntah darah. Kalau terkena racun ganas, boleh makan dua butir.
Kalau lebih dari dua butir, akan mati muntah darah.
Setelah racun di dalam tubuhku punah, ilmu silaiku pun ikut
punah, itu karena racun pukulan Kiu Thian Mo Cun telah lama
mengidap di dalam tubuhku. Oleh karena itu, aku tetap tinggal di
sini. Setelah lama mengasingkan diri di sini, aku pun berfirasat bahwa
Kiu Thian Mo Cun akan muncul di bu lim lagi, tapi aku tidak tahu
kapan dia akan muncul untuk menguasai bu lim. Dikarenakan itu,
aku meninggalkan sebuah buku untuk yang berjodoh.
Itu adalah buku Jit Goat Seng Sim Pit Kip, yang memuat ilmu Jit
Goat Seng Sim Sin Kang (Tenaga sakti Hati Suci Matahari Bulan) dan
Jit Goat Seng Sim Ciang Hoat (Ilmu pukulan tangan kosong Hati Suci
Matahari Bulan). Ilmu pukulan tersebut terdiri dari tujuh jurus, dan
setiap jurus mempunyai tujuh perubahan. Ilmu ini amat dahsyat,
maka jangan sembarangan mempergunakannya.
Aku cuma sampai tingkat ketujuh, belum mencapai tingkat
kesepuluh, yakni tingkat kesempurnaan. Kalau sudah mencapai
tingkat kesepuluh, sekujur badan akan memancarkan cahaya putih.
Karena Kiu Thian Mo Cun sudah mengganas di bu lim, maka aku
terpaksa memunculkan diri untuk membasminya. Namun ilmuku
cuma mencapai tingkat ketujuh, sehingga diriku pun terluka oleh
Hek Sim Tok Ciang yang dimiliki Kiu Thian Mo Cun itu.
Oleh karena itu, siapa yang berjodoh dengan buku ini, haruslah
belajar sampai tingkat kesepuluh, barulah bisa membasmi Kiu Thian
Mo Cun. Setelah aku berhasil memukul jatuh Kiu Thian Mo Cun kejurang,
bu lim pun menjadi aman. Para ketua partai besar amat
berterimakasih padaku, dan mereka menghadiahkan kitab silat
tingkat tinggi padaku. Aku terpaksa menerimanya karena terus
mendesakku. Karena ilmu-ilmu tersebut amat tinggi dan sulit
dimengerti, maka para ketua partai cuma menyimpan saja, dan
dijadikan kitab pusaka partai masing-masing.
Aku khawatir, kitab-kitab itu akan rusak, maka kusalin dihalaman
belakang Jit Goat Seng Sim Pit Kip dengan semacam getah pohon
yang tidak akan luntur terkena air.
Aku tidak tahu siapa engkau yang berjodoh, namun engkau pun
boleh belajar ilmu-ilmu dari partai besar itu. Akan tetapi, engkau pun
harus mengembalikan dengan cara mengajar pada para ketua partai.
527 Pergunakan ilmu-ilmu ini untuk kebaikan, jangan melakukan
kejahatan, sebab engkau akan mati oleh ilmu sendiri.
Setelah engkau berhasil mencapai tingkat kesepuluh, barulah
engkau boleh meninggalkan tempat ini melalui jalan yang engkau
lalui ketika masuk itu. Dan engkau pun harus mencari panji Hati Suci
Matahari Bulan.
Jit Goat Seng Sim Pit Kip berada di bawah batu yang di
hadapanku. Setelah engkau membenturkan kepalamu tiga kali di
tanah, barulah engkau boleh mengambil buku itu" Selamat belajar!
Seng Sim Tayhiap
Seusai membaca tulisan itu, Pek Giok Liong merasa dirinya
dalam mimpi. Sama sekali tidak menyangka akan menemui
tengkorak kakak gurunya di goa itu. Itu membuatnya girang bukan
main. "Kakek guru, aku Pek Giok Liong cucu muridmu." ucap Pek Giok
Liong sambil memberi hormat dalam keadaan berlutut. "Panji Hati
Suci Matahari Bulan berada di tanganku. Karena aku adalah generasi
kelima pemegang panji itu. Aku bersumpah pasti membasmi Kiu
Thian Mo Cun itu. Kakek guru, terimalah sembah sujud dari cucu
muridmu!" Pek Giok Liong membenturkan kepalanya tiga kali ke tanah,
mendadak ia mendengar 'Krak', batu yang di hadapan tengkorak itu
bergerak dan tampak sebuah lubang kecil. Di dalam lubang itu
terdapat sebuah kotak besi.
"Kakek guru, cucu murid akan mengambil kotak besi itu," ucap
Pek Giok Liong sambil menjulurkan tangannya mengambil kotak besi
tersebut. Setelah itu, ia pun membuka mulut besi tersebut. Di dalamnya
berisi sebuah buku yang bertuliskan 'Jit Goat Seng Sim Pit Kip'.
"Terimakasih, Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong dan
menyembah lagi, barulah mengambil buku itu. Tampak secarik
kertas di situ, lalu dibacanya.
Engkau memang pemuda yang baik. Aku yakin engkau pasti
berhasil mencapai sampai tingkat kesepuluh. Mengenai tulang
belulangku, engkau tidak perlu menguburnya. Selamat belajar, Nak!
528 Seng Sim Tayhiap
"Aku pasti belajar sampai mencapai tingkat kesepuluh, dan tidak
akan mengecewakan Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong, lalu mulai
membuka buku tersebut. Pada waktu bersamaan, mendadak ia
teringat sesuatu sehingga langsung berseru.
"Obat yang ada di dalam botol porselin, bukankah dapat
memunahkan berbagai macam racun" Kalau begitu ?"" Pek Giok
Liong segera mengambil botol porselin yang berisi obat tersebut.
"Aku harus makan dua butir, mudah-mudahan mukaku bisa
sembuh!" Pek Giok Liong membuka tutup botol dan menuang dua butir
obat itu, kemudian di masukkan ke dalam mulutnya. Setelah itu,
ditutupnya kembali botor porselin itu, dan dikembalikan pada
tempatnya. "Apakah mukaku akan pulih seperti semula?" gumamnya. "Kalau
tidak bisa pulih ?" ya sudahlah! Aku akan menutup mukaku dengan
kain putih."
Pek Giok Liong mulai belajar Jit Goat Seng Sim Sin Kang, dan
membaca ilmu-ilmu yang tercantum di halaman belakang Jit Goat
Seng Sim Pit Kip. Setelah membaca, ia pun terkejut karena semua
ilmu itu merupakan ilmu simpanan beberapa partai besar. Yakni Siau
Lim Tat Mo Sin Kang, Tat Mo Kiam Hoat dan Tat Mo Ciang Hoat.
Butong Hian Thian Sin Kang, Hian Thian Kiam Hoat dan Hian Thian
Ciang Hoat. Hwa San Thay Yang Sin Kang, Thay Yang Kiam Hoat
dan Thay Yang Ciang Hoat. Gobi Bu Siang Sin Kang, Bu Siang Kiam
Hoat dan Bu Siang Ciang Hoat. Khong Tong Bie Lek Sin Kang, Bie
Lek Kiam Hoat dan Bie Lek Ciang Hoat. Semua ilmu itu adalah ilmu
simpanan partai-partai tersebut, namun tiada seorang pun dalam
partai-partai tersebut berhasil belajar ilmu simpanan itu.
Akan tetapi, Pek Giok Liong justru mampu dan ia pun harus
mengembalikan ilmu-ilmu itu pada para ketua partai tersebut.
Bagian ke 55. Susunan Kedudukan
Tentang kemunculan Kiu Thian Mo Cun yang telah memukul Pek
Giok Liong masuk ke jurang, itu sungguh mengejutkan beberapa
partai besar. 529 Siau Lim Pay, Butong Pay, Gobi Pay, Hwa San pay dan Khong
Tong Pay sudah bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Akan
tetapi, justru sungguh mengherankan, Kiu Thian Mo Cun sudah tiada
kabar beritanya lagi, entah menghilang ke mana.
Siapa pun tidak tahu, bahwa sesungguhnya Kiu Thian Mo Cun
menutup diri untuk memperdalam ilmu Hek Sim Sin Kangnya.
Sebelum menutup diri, ia pun memberi perintah pada para anak
buahnya jangan memunculkan diri dalam bu lim.
Oleh karena itu, bu lim Pun menjadi aman. Hal tersebut tentunya
sangat mengherankan para ketua partai, termasuk Swat San Lo Jin
dan Ouw Yang Seng Tek, Ketua Kay Pang.
"Heran?" gumam Ouui Yang Seng Tek yang bertemu Swat San
Lo Jin disebuah vihara tua.
"Kenapa Kiu Thian Mo Cun hilang begitu saja?"
"Memang mengherankan," sahut Swat San Lo Jin sambil
mengernyitkan kening. "Mungkinkah dia juga terluka Parah oleh
pukulan Pek Giok Liong, maka sedang mengobati dirinya, sehingga
tidak muncul?"
"Itu mungkin." Ouui Yang Seng Tek mengangguk dan
menambahkan, "Tapi para anak buahnya kok ikut hilang juga?"
"Mungkin Kiu Thian Mo Cun melarang mereka menampakkan diri
di bu lim," ujar Swat San Lo Jin.
"itu memang mungkin." Ouui Yang Seng Tek manggut-manggut.
"Kini sembilan bulan telah berlalu, entah Pek Giok Houui sudah
berhasil belum di Pulau Pelangi?"
"Oh ya! Bagaimana kalau kita ke Pulau pelangi untuk
menengoknya?" tanya Swat San Lo Jin.
"Saudara tua, aku masih ada urusan lain, engkau saja yang ke
sana!" jawab Ouw Yang Seng Tek.
"Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku akan segera
berangkat ke Lam Hai. Kalau ada berita penting, engkau harus
segera menyusul ke Lam Hai!"
"itu pasti." Ouui Yang Seng Tek tertawa. "Saudara tua, aku
mohon diri!"
"Sampai jumpa, Pengemis bau!" sahut Swat San Lo Jin sambil
tertawa. "Ha ha!" Ouw Yang Seng Tek juga tertawa, lalu meninggalkan
vihara itu. Begitu sampai di luar, ia pun mengerahkan ginkangnya.
530 Sementara Swat San Lo Jin duduk termangu di dalam vihara tua
itu. Orang tua itu tidak habis berpikir kenapa Kiu Thian Mo Cun
menghilang begitu saja, bahkan para anak buahnyapun ikut hilang
pula- Cukup lama Swat San Lo Jin berpikir, akhirnya mengambil
keputusan untuk berangkat ke Lam Hai.
Dengan penuh kegembiraan Se Ciang Cing dan istrinya
menyambut kedatangan Swat San Lo Jin. Mereka semua duduk di
ruang depan Istana pelangi. Swat San Lo Jin segera menutur
tentang situasi bu lim setelah Pek Giok Liong di pukul jatuh ke
jurang. "Kok bisa begitu?" Se Ciang Cing merasa heran setelah
mendengar penuturan Swat San Lo Jin.
"itu memang amat mengherankan," sahut Swat San Lo Jin.
"Menurut dugaanku, mungkin Kiu Thian Mo Cun juga terluka parah
oleh pukulan Pek Giok Liong, maka dia harus mengobati lukanya."
"Itu memang masuk akal." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Kalau begitu, setelah lukanya sembuh, dia pasti akan muncul lagi."
"Berarti bu lim akan mengalami bencana!"
"Mungkin begitu."
"Kalau begitu, setelah aku kembali ke Tiong Goan, aku harus
memberitahukan pada beberapa ketua partai terkemuka di bu lim."
'itu agar mereka bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan-"
"Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian bertanya,
"Oh ya, Se tocu! Bagaimana Pek Giok HoUui" Apakah dia akan
berhasil mencapai tingkat tinggi dalam hal ilmu silat?"
"itu sudah pasti." Se tocu tersenyum.
"Kira-kira kapan dia akan berhasil?"
"Mungkin tiga bulan lagi."
"Syukurlah!" Swat San Lo Jin menarik nafas lega. "Lho" Kok Pit
Han tidak kelihatan?"
"Dia..aa " Se tocu menarik nafas panjang, "sejak Pek Giok Liong
mati, dia pun tiada gairah hidup lagi. Setiap hari cuma menyendiri di
dalam kamar dan berlatih ilmu silat,"
"Kasihan Pit Han!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan
kepala "Oh ya, di mana Hek Ai Lan?"
"Dia berada di dalam ruang rahasia menemani Giok Houw."
531 "Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya." Mudah-mudahan Pek
Giok Houw dapat membasmi Kiu Thian Mo Cun nanti! Kalau tidak,
entah apa jadinya bu lim nanti?"
"Tentunya pihak golongan hitam yang berkuasa dalam bu lim."
sahut Se Ciang Cing.
"Se tocu! Engkau tidak mau menginjak ke dalam bu lim lagi?"
tanya Swat San Lo jin mendadak.
"Lo cianpwee!" Se Ciang Cing tersenyum getir. "Aku tidak boleh
melanggar sumpah."
"Kalau begitu, apakah engkau berniat mengutus Se Pit Han
menemani Pek Giok Houw pergi membasmi Kiu Thian Mo Cun
nanti?" "Itu akan dipikirkan setelah Giok Houw berhasil."
"Tentunya Se tocu tidak akan berpangku tangan kan?"
"Meskipun aku berpangku tangan, para anak buahku pasti tidak
akan tinggal diam," ujar Se Ciang Cing. "Sampai waktunya, aku pasti
mengutus orang-orangku ke Tiong Goan."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "pokoknya aku
pasti membantu dalam hal membasmi Kiu Thian Mo Cun!"
"Lo cianpwee bukankah masih ada beberapa tokoh tua golongan
putih" Kenapa lo cianpwee tidak mau mengundang mereka untuk
bersama membasmi Kiu Thian Mo Cun itu?"
'Aku tidak tahu mereka mengasingkan diri di mana, hanya satu
yang kutahu." "Siapa dia?"
"Thian San Lolo."
"Bukankah ia guru Hek Ai Lan?"
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Nanti aku akan pergi
menemuinya bersama Hek Ai Lan."
"Kalau Thian San Lolo bersedia membantu, itu sungguh baik
sekali." "Oh ya!" Swat San Lo Jin teringat sesuatu. "Kalau aku yang
mengundangnya, mungkin dia akan menolak. Bagaimana kalau aku
atas nama Cai Hong To?"
"Itu tentu boleh" Se Ciang Cing mengangguk. "Se tocu! Bolehkah
aku menemui Giok Houw sebentar?" tanya Swat San Lo Jin
mendadak. "Maaf, lo cianpwee!" ucap Se Ciang Cing. "Untuk sementara ini
lebih baik jangan, sebab akan mengganggu konsentrasinya."
532 "Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Se tocu, aku mau
mohon diri, tiga bulan kemudian aku akan ke mari lagi!"
"Lo cianpwee tidak mau tinggal beberapa hari di sini?"
"itu?" Swat San Lo Jin berpikir sejenak, lalu mengangguk.
"Baiklah! Mumpung Se tocu mengizinkan, maka aku pun bisa
menikmati keindahan Pulau Pelangi ini ?"
Pada waktu Swat San Lo Jin kembali ke Tiong Goan, ketika itu
pula Kiu Thian Mo Cunpun telah berhasil menyempurnakan ilmuilmunya.
Cit Giat Sin Kun, Thiat San, Thian Suan, Ti Kie Sin Kun, Jin Pin
Mo Kun, Ling Ming Gun Cia, Ngo Tok Geng Kun, empat pengawal
pribadi, enam pengawal khusus dan Hui Eng Cap Ji Kiam berdiri di
ruang dalam dengan sikap hormat.
Kreeek! Pintu yang di dinding terbuka. Tak lama kemudian
tampak Kiu Thian Mo Cun melangkah ke luar, ia tetap memakai
kedok iblis. "Kami mengucapkan selamat pada Mo Cun!" ucap mereka
serentak. "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Terimakasih!
Terimakasih"
Kiu Thian Mo Cun menuju ke ruang khusus, Cit Ciat Sin Kun dan
lainnya mengikuti dari belakang.
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu sampai di ruang itu, Kiu Thian Mo Cun langsung duduk di
kursi kebesarannya, sedangkan Cit Ciat Sin Kun dan lainnya masih
berdiri dengan sikap hormat.
"Kalian semua duduklah!" ucap Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih, Mo Cun!" sahut mereka dan duduk di kursi
masing-masing. "Mulai saat ini, Bun Jiu Kiong dan Tay Tie Kiong ini dinamai Kiu
Thian Mo Kiong (Istana Iblis Langit Sembilan) saja!" ujar Kiu Thian
Mo Cun dan menambahkan, "Aku pun akan memulihkan kepandaian
Tu Cu Yen, sekaligus kuterima sebagai murid."
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil memberi
hormat. "Cit Ciat Sin Kun!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam.
"Hamba siap menerima perintah!" sahut Cit Ciat Sin Kun sambil
menjura. "Bagaimana situasi bu lim ketika aku menutup diri untuk
menyempurnakan ilmu-ilmuku?" tanya Kiu Thian Mo Cun.
533 "Situasi bu lim tenang-tenang saja selama itu," jawab Cit Ciat Sin
Kun dan memberitahukan, "Namun lima partai besar tampak
bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan setelah Mo Cun
berhasil memukul Pek Giok Liong ke jurang."
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lima partai
besar?" "Ya, Mo Cun," jawab Cit Ciat Sin Kun. "Yakni partai Siau Lim,
Butong, Gobi, Hwa San, dan Khong Tong."
"Hmm!" dengus Kiu Thian Mo Cun dingin. "Tidak lama lagi partai
besar itu akan di bawah perintah Kiu Thian Mo Ki0ng."
"Mo Cun! Kapan kita akan mulai menyerang partai-partai itu?"
tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Kini belum waktunya," sahut Kiu Thian Mo Cun. "Cit Ciat Sin
Kun, aku memberi perintah padamu!"
"Hamba siap menerima perintah." Cit Ciat Sin Kun segera
menjura. "Engkau harus segera berangkat ke Hek in San, Hong Lay San
dan Ti Sat Tong untuk mengundang Thian Ti Siang Mo (Sepasang
Iblis Langit Bumi), Ngo Kui (Lima Setan) dan Cit Ti Sat (Tujuh Algojo
Akhirat)!"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura.
"Bawa lencanaku, agar mereka mau menurut!" ujar Kiu Thian Mo
Cun, lalu melempar sebuah lencana yang terbuat dari perak berukir
muka iblis, itu adalah Mo Cun Ling (Lencana Maha Iblis).
Cit Ciat Sin Kun menyambut lencana itu dengan sikap hormat,
kemudian bangkit berdiri seraya bertanya.
"Kapan hamba harus berangkat?" "Sekarang. '
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat,
lalu segera berangkat.
"Pengawal Naga!" Panggil Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba siap menerima perintah!" Pengawal Naga segera bangkit
berdiri. "Cepat ke ruang Mo Li (Iblis wanita), panggil Kiu Mo Li (Sembilan
wanita iblis) ke mari!"
"Ya!" Pengawal Naga menjura, lalu segera menuju ke ruang Mo
Li. Berselang beberapa saat kemudian. Pengawal Naga sudah
kembali bersama sembilan wanita cantik jelita, namun gaun mereka
sangat tipis sehingga tembus pandang.
534 "Kiu Mo Li menghadap Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil memberi
hormat. "Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Toa Mo
Li, engkau bertambah cantik saja!"
"Terimakasih atas pujian Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil
tertawa cekikikan. Suara tawanya amat merdu dan nyaring, bahkan
mengandung kekuatan.
"Toa Mo Li, bagaimana ilmu Mo Li Hun Tinmu (Barisan pembetot
sukma wanita iblis)?"
"Sudah berhasil, Mo Cun!" jawab Toa Mo Li.
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lalu
bagaimana dengan Mo Li Kiam Tin (Barisan pedang wanita iblis)
mu?" "Juga sudah berhasil."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak lagi. "Mungkin
tidak lama lagi, kalian akan membetot sukma para kepala gundul
dan para hidung kerbau (Ucapan penghinaan terhadap para hweshio
dan para pendeta To)!"
"Kami memang sedang menunggu kesempatan itu," sahut Toa
Mo Li sambil tertawa genit.
"Nah! Sekarang kalian boleh kembali ke ruang kalian untuk
beristirahat, tunggu perintahku berikutnya!"
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Toa Mo Li, lalu segera mengajak
yang lain kembali ke ruang mereka. Ketika melangkah ke dalam,
badan mereka pun meliuk-liuk, sehingga membuat para anak buah
Kiu Thian Mo Cun melotot menyaksikannya"He he he!" Kiu Thian Mo Cun tertaWa terkekeh, lalu berkata,
"Setelah Cit Ciat Sin Kun pulang, aku akan menyusun kedudukan
kalian! Sekarang aku mau beristirahat, dan kalian pun boleh kembali
ke tempat masing-masing."
Kiu Thian Mo Cun telah memulihkan kepandaian Tu Cu Yen, dan
menerimanya sebagai murid, tentunya sangat menggembirakan Tu
Cu Yen "Teecu memberi hormat pada guru!" Tu Cu Yen berlutut di
hadapan Kiu Thian Mo Cun.
"Bangunlah muridku!" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Mulai sekacang
engkau harus rajin belajar, agar engkau bisa bantu guru untuk
menguasai rimba persilatan!"
535 "Murid pasti rajin belajar, tidak akan mengecewakan Guru!" ucap
Tu Cu Yen sungguh-sungguh, kemudian bertanya, "Guru, betulkah
Pek Giok Liong telah mati?"
"Betul." Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Dia sudah terkena
pukulanku dan masuk ke jurang, bagaimana mungkin dia bisa
hidup?" "Bagaimana dengan Siauw Hui Ceh, Cing Ji dan Se pit Han?"
"Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati, sedangkan Se Pit Han
kembali ke pulau Pelangi."
"Guru .." Tu Cu Yen menarik nafas. "Kenapa Guru membunuh
Siauw Hui Ceh?"
"Sesungguhnya aku tidak membunuhnya, dia dan Cing Ji
berusaha melindungi pek Giok Liong, maka terkena pukulanku."
"Hui Ceh.."
"Muridku, engkau mencintai gadis itu?"
"Ya."
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak.
"Muridku, masih banyak gadis lain yang cantik-cantik, engkau boleh
bersenang-senang dengan para gadis itu kelak."
"Guru tidak melarang?"
"Untuk apa aku melarang kesenangan murid?"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Cu Yen girang. "Terimakasih.."
"Baiklah!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam seraya berkata,
"Mulai sekarang, aku akan mengajarmu ilmu-ilmu yang paling
tinggi." Maka Kiu Thian Mo Cun mulai mengajar Tu Cu Yen dengan ilmuilmu
simpanannya. Tidak mengherankan kepandaian Tu Cu Yen
bertambah tinggi dan sempurna.
Lima belas hari kemudian, Cit Ciat Sin Kun sudah kembali ke Kiu
Thian Mo Cun bersama belasan tokoh tua golongan hitam yang
berkepandaian amat tinggi.
"Lapor pada Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat. "Hamba
telah mengundang mereka ke mari."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertauia girang.
"Kami memberi hormat pada Mo Cun!" ucap para tokoh tua
golongan hitam itu"Silakan duduk!" ujar Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih!" ucap mereka serentak lalu duduk.
536 Para tokoh tua golongan hitam itu adalah Thian Ti Siang Mo,
Ngo Kui Yakni Toa Tauui Kui (Setan kepala besar), Kiang Si Kui
(Setan mayat), Tok Gan Kui (Setan mata satu), Tok Pie Kui (Setan
lengan tunggal), Tok Kah Kui (Setan kaki satu) dan Cit Ti Sat (Tujuh
algojo akhirat).
"Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui dan Cit Ti Sat ikut aku di Kiu Thian
Mo Kiong ini!" ujar Kiu Thian Mo Cun memberitahukan. "Cit Ciat Sin
Kun kuangkat sebagai pemimpin di ekspedisi Yang Wie. Thian Sat,
Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun, |_ing Ming Cun cia, Ngo Tok
Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam ikut Cit Ciat Sin Kun!"
"Kami menerima perintah!" sahut mereka sambil menjura.
"Mulai sekarang ekspedisi Yang Wie di namai Yang Wie Kiong!"
ujar Kiu Thian Mo Cun, lalu memanggil Tu Cu Yen. "Muridku!"
"Ya, Guru!" Tu Cu Yen segera bangkit berdiri sambil memberi
hormat. "Murid siap menerima perintah!"
"Engkau ke Siauui Keh Cung!" Kiu Thian Mo Cun memberi
perintah Pada Tu Cu Yen. "Siauw Keh Cung harus dijadikan Siau Mo
Kiong (Istana iblis kecil), dan mulai saat ini julukanmu adalah Siau
Mo Cun (Maha iblis kecil)!"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Cu Yen.
"Mo Cun, kapan kami harus berangkat ke Yang wie Kiong (Istana
Yang Wie)?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun segera melangkah
pergi, sedangkan Thian Sat Sin Kun dan lainnya langsung
mengikutinya. "Guru, kapan murid harus berangkat ke Siau Keh Cung?" tanya
Tu Cu Yen. "Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun dan menambahkan, "Naga,
Harimau. Singa, Macan Tutul dan enam pengawal khusus ikut
engkau!" "Ya, Guru!" Tu Cu Yen meninggalkan ruang Kiu Thian Mo Kiong,
empat pengawal pribadi dan enam pengawal khusus mengikutinya
dari belakang. Tu Cu Yen dan lainnya sudah sampai di Siauw Keh Cung. Pintu
rumah Siauw terbuka lebar, mereka langsung melangkah ke dalam.
Dua penjaga segera menghadang, namun Tu Cu Yen
mengibaskan tangannya, dan kedua penjaga itu langsung menjerit.
537 "Aaaakh" Nyawa mereka pun melayang seketika.
Tu Cu Yen tertawa dingin dan melangkah ke dalam. Siauw Peng
Yang, Siauw Kiam Meng dan lainnya menyambut mereka dengan
senjata di tangan.
"He he he!" Tu Cu Yen tertawa terkekeh, "selamat bertemu
Siauw Peng Yang!"
"Engkau.." Siauw Peng Yang terbelalak, "Tu Cu Yen!"
"Siauw Peng Yang, kini kepandaianku telah pulih!" Tu Cu Yen
menatapnya dingin. "Engkau pun sudah menjadi majikan di rumah
ini, tapi riwayatmu akan tamat hari ini!"
"Tu Cu Yen!" Siauw peng Yang terkejut. "Engkau mau apa?"
"Mau apa?" Tu Cu Yen tertawa gelak- "Empat Pengawal pribadi!
Bunuh mereka semua! Pokoknya yang bermarga Siauw harus
dibantai!"
"Ya," sahut keempat pengawal pribadi itu, kemudian mereka
bergerak cepat dan terdengarlah jeritan yang menyayatkan hati.
"Aaakh!"
"Aaakh..!"
Tak seberapa lama kemudian, Siauw Peng Yang, Siauw Kiam
Meng dan semua orang yang bermarga Siauw sudah tergeletak
menjadi mayat, masih tersisa belasan orang yang bukan marga
Siauw, mereka berdiri dengan bergemetaran.
"Kubur mayat-mayat itu dan bersihkan tempat ini!" Tu Cu Yen
memberi perintah pada mereka.
"Ya," sahut mereka serentak sambil menarik nafas lega, karena
Tu Cu Yen tidak membunuh mereka.
Tu Cu Yen duduk di ruang dalam, empat pengawal pribadi dan
enam pengawal khusus berdiri mendampinginya.
"Mulai saat ini, kalian semua harus memanggilku Siau Mo Cun,
tempat ini dinamai Siau Mo Kiong!" ujar Tu Cu Yen.
"Ya."
"Kalian berempat kuangkat sebagai Si Hu Huat (Empat
pelindung) di Siau Mo Kiong ini."
"Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap keempat orang itu sambil
memberi hormat.
"Kalian berenam kuangkat sebagai Lak Mo." ujar Tu Cu Yen pada
keenam pengawal khusus.
"Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap mereka berenam.
"Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gelak. "Si Hu Huat!"
538 "Kami siap menerima perintah, Siau Mo Cun!" sahut keempat
orang itu sambil memberi hormat. "Undang orang-orang dari
golongan hitam, aku akan mengadakan pesta malam in!"
"Ya." Si Hu Huat menjura, lalu segera pergi.
"Lak Mo!" panggil Tu Cu Yen.
"Kami siap menerima perintah!" Lak Mo memberi hormat.
"Kalian harus mencari beberapa wanita cantik untuk
menemaniku malam ini!" Tu Cu Yen memberi perintah
"Ya." Lak Mo memberi hormat lalu pergi.
Ketika hari mulai menjelang malam, ramailah di Siau Mo Kiong.
Orang-orang dari golongan hitam hadir semua, mereka berpesta
pora di situ. Lak Mo pun telah melaksanakan tugas mereka dengan baik,
mereka membawa beberapa wanita cantik ke dalam Siau Mo Kiong
dan disekap di sebuah kamar.
Ketika pesta berlangsung dengan meriah, muncullah Tu Cu Yen
bersama Si Hu Huat dan Lak Mo.
Tu Cu Yen duduk, Si Hu Huat dan Lak M0 berdiri di sisinya. Tu
Cu Yen memandang Si Hu Huat sambil manggut-manggut memberi
isyarat, seketika juga Toa Hu Huat berseru lantang.
"Kawan-kawan, bersediakah kalian bergabung dengan kami?"
"Bersedia!" sahut orang-orang golongan hitam serentak.
Apakah kalian Pasti setia pada Siau Mo Cun?" tanya Toa Hu
Huat. "Pasti setia!"
"Kalau begitu, mulai sekarang kalian semua boleh tinggal di sini!
Besok Siau Mo Cun akan menyusun kedudukan kalian!"
"Terimakasih, Siau Mo Cun!"
"Nah! Sekarang kalian boleh bersenang-senang!"
"Terimakasih!" Orang-orang golongan hitam itu minum-minum
lagi. Tu Cu Yen tersenyum-senyum, Toa Mo (Saudara tertua Lak Mo)
segera berbisik-bisik ditelinga Tu Cu Yen.
"Siau Mo Cun! Sarapan sudah disiapkan di dalam kamar!"
"Sarapan apa?" tanya Tu Cu Yen heran.
Panji Sakti Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wanita-wanita cantik itu." Toa Mo memberitahukan.
"Oh" Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gembira. "Bagus, bagus!
Malam ini aku harus bersenang-senang bersama dengan mereka."
539 Si Hu Huat dan Lak Mo saling memandang, kemudian mereka
tersenyum, lalu ikut minum bersama orang-orang golongan hitam
itu. Sedangkan Tu Cu Yen sudah masuk ke dalam menuju ke kamar
tempat wanita-wanita cantik tersebut disekap.
Sementara itu, di Yang Wie Kiong pun sedang berlangsung pesta
minum-minum, namun cuma orang-orang Yang Wie saja
Cit Ciat Sin Kun duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Thian
Sat dan lainnya duduk di sisi kiri kanannya
"Thian Sat, Thian Suan! Mulai sekarang kalian berdua kuangkat
sebagai pelindung di Yang Wie Kiong ini." ujar Cit Ciat Siri Kun.
"Terimakasih, Sin Kun!" Thian Sat dan Thian Suan memberi
hormat. "Ti Kie, Jin Ping, Ling Ming dan Ngo Tok kuangkat sebagai empat
pengawal."
"Terimakasih, Sin Kun!" ucap mereka berempat sambil memberi
hormat. "Hui Eng Cap Ji Kiam kuangkat sebagai pemimpin orang-orang di
sini." "Terimakasih, Sin Kun|" ucap Hui Eng Cap Ji Kiam serentak.
"Sin Kun, perlukah kita menundukkan semua perguruan kecil
yang ada di daerah sini?" tanya Jin Pin Mo Kun.
"Itu tidak perlu." jawab Cit Ciat Sin Kun sambil tertawa."Mulai
besok mereka pasti ke mari untuk menyatakan takluk pada kita."
"Kok bisa begitu?" tanya Jin Pin Mo Kun heran"Mereka sudah tahu siapa kita, kalau mereka tidak ke mari
menyatakan takluk pada kita, tentunya kita akan menghabiskan
mereka, kan?" ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Betul." Jin Pin Mo Kun tertawa"Tapi kita pun tidak boleh sembarangan bertindak." ujar Cit Ciat
Sin Kun mengingatkan
"Kenapa?" tanya Ngo Tok Ceng Kun.
"Yang Wie Kiong ini masih di bawah perintah Kiu Thian Mo Cun,
maka kalau tiada perintah dari Kiu Thian Mo Cun, kita tidak boleh
sembarangan bertindak."
"Benar," sahut Thian Sat Sin Kun dan menambahkan, "Kalau kita
melanggar perintah Mo Cun, nyawa kita pasti melayang."
540 "Kalau begitu .." Ngo Tok Ceng Kun menarik nafas.
"Bukankah lebih baik kita makan tidur saja?" ujar Cit Ciat Sin Kun
sambil tertawa.
"Kalau ada perintah dari Mo Cun, barulah kita bergerak."
"Betul." Ling Ming Cun Cia tertawa gelak. "Maka kita santaisantai
saja. Tapi sayang sekali ?"
"Kenapa?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Di saat santai, justru tiada wanita," jawab Ling Ming Cun Cia
sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau engkau masih bernafsu terhadap wanita, panggilan
beberapa wanita pelacur ke mari untuk teman tiduri" usul Cit Ciat Sin
Kun. "Sin Kun, bolehkah aku mencari wanita lain?" tanya Ling Ming
Cun Cia. "Maksudmu wanita baik-baik?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya
tajam. "Ya." Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Itu tidak kuizinkan," tegas Cit Ciat Sin Kun. "Dan ingat, kalau
engkau sudah tidur dengan wanita pelacur, engkau harus bayar!"
"Ya!" Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Kalian ingat, siapa yang berani main dengan wanita baik-baik,
pasti kuhukum!" tegas Cit Ciat Sin Kun.
"Kami tidak berani," sahut mereka serentak.
"Nah, sekarang kalian boleh ikut minum, aku mau pergi
istirahat." Cit Ciat Sin Kun meninggalkan tempat itu
Bagian ke 56. Bencana Melanda Rimba Persilatan
Cit Ciat Sin Kun, Thian sat, Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun,
Ling Cun Cia dan Ngo Tok Ceng Kun duduk di ruang dalam, tiba_tiba
masuk seseorang dan melapor
"Thian Mo (Iblis Langit) datang!"
"Cepat suruh dia masuk!" sahut Cit Ciat Sin Kun. Setelah itu ia
pun bangkit berdiri, begitu pula yang lain.
Tak lama kemudian tampak Thian Mo melangkah ke dalam, Cit
Ciat Sin Kun dan lainnyasegera memberi hormat.
"Silakan duduk, Thian M0!" Ucap Cit Ciat Sin Kun.
Thian Mo duduk, ia menatap Cit Ciat Sin Kun tajam, kemudian
ujarnya dengan suara dalam.
541 "Mo Cun mengutusku ke mari untuk menyampaikan
perintahnya."
"Hamba siap menerima perintah dari Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin
Kun sambil memberi hormat pada Thian Mo.
"Besok kalian harus berangkat ke Siau Lim, beritahukan pada
ketua Siau Lim bahwa Mo Cun akan berkunjung ke sana tiga hari
kemudian!" Thian Mo menyampaikan perintah dari Kiu Thian Mo Cun
"Hamba mesti melaksanakan perintah Mo Cun," ucap Cit Ciat Sin
Kun sambil menjura.
"Suruh ketua Siau Lim bersiap-siap menyambut kedatangan Mo
Cun!" pesan Thian Mo.
"Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura lagi.
"Baiklah." Thian Mo bangkit berdiri. "Aku harus segera Pulang ke
Kiu Thian Mo Kiong, laksanakan tugasmu itu dengan baik!"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun mengangguk, lalu diikuti yang lainnya
mengantar Thian Mo sampai ke depan. Setelah Thian Mo pergi,
barulah ia masuk bersama Thian Sat dan lainnya.
"Besok kalian semua ikut aku ke Siau Lim," ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Ya," sahut Thian Sat, Thian Suan dan lainnya sambil menjuraKeesokan harinya, berangkatlah mereka menuju ke Siau Lim.
Pihak Siau Lim tidak berani main-main, sebab mereka adalah utusan
Kiu Thian Mo Cun, maka ketua Siau Lim Pay segera menyambut
mereka, sekaligus mempersilahkan mereka duduk di ruang dalam.
"Maaf!" Ucap ketua Siau Lim. "Ada kepentingan apa kalian
berkunjung ke mari?"
"Kepala gundul!" sahut Ngo Tok Ceng Kun kasar. "Tentu penting!
Kalau tidak, bagaimana mungkin kami ke mari?"
"Kira-kira kepentingan apa?" tanya ketua Sian Lim tetap sabar.
"Begini!" Cit Ciat Sin Kun memberitahukan. "Kiu Thian Mo Cun
mengutus kami ke mari untuk menyampaikan pesannya."
"Mo Cun ada pesan apa untuk kami?" tanya ketua Siau Lim dan
tersentak dalam hati.
"Tiga hari kemudian, Mo Cun akan berkunjung ke mari," jawab
Cit Ciat Sin Kun. "Kalian harus bersiap-siap menyambut
kunjungannya!"
"Oh?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Kira-kira ada
urusan apa Kiu Thian Mo Cun berkunjung ke mari?"
Rahasia 180 Patung Mas 9 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Pendekar Sadis 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama