Ceritasilat Novel Online

Pedang Berkarat Pena Beraksara 2

Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D Bagian 2


pasti mengalami keadaan yang seperti itu. Sebaliknya Lak-jiu-im eng menyerang
semakin gencar, pedangnya berputar kekiri kekanan dengan amat dahsyatnya.
Ditengah serangan yang bertubi tubi, terdengar gadis itu mendengus dingin.
"Hmmm ... Bajingan cilik, rupanya kau hanya mempunyai kepandaian secetek itu,
lepas tangan"
Tiba-tiba permainan ilmu pedangnya diper-gencar, sreet, sreet, sreet... Secara
beruntun dia melepaskan tiga jurus serangan dahsyat. Betul juga, termakan oleh
ketiga buah serangan si nona yang amat gencar itu, seketika itu juga wi Tiong hong
kena terdesak sehingga mundur sejauh dua langkah.
"Cri ng..."
Ditengah bentakan yang amat nyaring, tiba2 terjadi benturan nyaring yang
memekikkan telinga, lalu menyusul sebilah pedang mencelat sejauh tiga kaki dan
terlepas dari cekalan.
Tatkala bayangan manusia itu berpisah, maka tampaklah wi Tiong hong yang "Berilmu tak seberapa" itu masih memegang pedang berkaratnya yang mirip barang rongsok
itu. Sebaliknya Lakjiu im eng berdiri dengan tangan kosong belaka, pedangnya telah
terpental dari cekalannya.
Semua peristiwa l u berlangsung dalam sekejap mata, untuk sesaat Lakjiu im eng
termangu-mangu belaka.
Tapi kemudian, dia menjejakkan kakinya ke tanah dan menerjang kearah wi Tiong
hong. Kepalan dan kakinya secara beruntun melancarkan serangkaian ancaman yang bertubi
tubi bagaikan hujan deras.
Melihat gadis itu dari malu menjadi marah dan mengajaknya untuk beradu jiwa, wi
Tiong hong tak berani bertarung lebih lanjut, sambil berkelit kesana kemari,
bentaknya. "Nona, mengapa kau tak segera menghentikan seranganmu ?"
Bwee hoa kiam Thio Kun kai yang di hari2 biasa selalu angkuh dan tinggi hati,
sesungguhnya adalah orang yang ternama.
Ia dapat menyaksikan dengan jelas, bahwa jurus-jurus serangan yang digunakan Wi
Tiong hong tadi adalah serangkaian ilmu pedang Ji-gi kiam hoat, selain itu diapun
merasa bahwa jurus Giok bu tiau thian (Lempengan pualam menghadap Lang it) yang
dipergunakan anak muda itu aneh sekali. Kemudian diapun menyaksikan pemuda ini
mengeluarkan jurus It goan bu li (hawa murni beralis kai), bunga pedang yang berputar
di-udara semestinya cuma sebuah jurus pertahanan belaka, mustahil bisa menggetar
lepas pedang adiknya seperti apa yang kemudian terjadi.
Maka timbul ah kecurigaan didalam hatinya, buru buru dia membentak nyaring.
"Adikku, kau bukan tandingannya, hayo cepat mundur."
Sementara itu, semakin tak mampu menghajar Wi Tiong-hong, Lakjiu im eng merasa
semakin mendongkol,jeritnya keras-keras,
"Tidak, hari ini aku harus bertarung habis-habisan melawannya."
Bwe hoa kiam Thio Kun kai berkerut kening, kemudian bentaknya lagi keras-keras.
"Berhenti dulu, aku ada persoalan yang hendak ditanyakan kepadanya."
Dibentak oleh kakaknya seperti itu, terpaksa dengan uring-uringan Lak Jiu Im eng
mengundurkan diri kebelakang, kemudian memungut lagi senjatanya yang terlepas.
Selama hidup belum pernah dia alami kejadian yang begini memalukannya, paras
mukanya dari kuning telah berubah manjadi hijau membesi, sepasang matanya
menjadi merah, untung saja tak sampai menangis.
Pelan-pelan Bwee hoa kiam Thio Kun kai mengalihkan sorot matanya ke wajah Wi
Tiong hong kemudian tegurnya dingin. "Ilmu pedang ji gi kiam hoat yang kau
pergunakan itu berasal dari mana . . . ."
Sejak menyaksikan keangkuhan kedua orang itu, Wi Thiong hong sudah merasa tak
senang, apa lagi setelah mendengar orang yang begitu dingin seakan-akan kepandaian
itu berasal dari curian saja dia maka mendongkol. Sambil mengangkat kepalanya dia
berseru, "pokoknya kepandaian itu bukan kudapatkan dengan cara mencuri"
Nada pembicaraannya juga kedengaran amat tak sedap. Paras muka Bwee hoa kiam
berubah menjadi dingin dan kaku, kembali tegurnya. "Aku ingin tahu, dari mana aku dapat kepandaian tersebut?"
"Darimana aku berhasil mendapatkannya, apa pula sangkut pautnya dengan dirimu."
Bwee hoa kiam menjadi naik pitam.
"Kurang ajar" teriaknya aku adalah anggota Bu tong pay, aku berhak untuk mencari tahu asal mula dari ilmu pedang yang kau miliki sekarang itu."
"Maaf, aku bukan anggota Bu tong pay-" tukas Wi Tiong hong ketus.
Suatu jawaban yang sangat aneh, kalau bukan anggota Bu tong pay, darimana dia
dapatkan ilmu pedang dari aliran Bu tong pay. LakJiu Im eng segera mendengus dingin.
"Hmm - - -Jiko, sudah jelas dia peroleh kepandaian silat itu dengan jalan mencuri."
serunya. "Mencuri" Buat apa aku mesti mencuri?" seru wi Tiong hong dengan mata melotot.
"Ciss, tahu malu, sudah mencuri belajar ilmu pedang kami masih ingin mungkin?"
damprat gadis itu lebih jauh.
"Aku bukan anggota Bu tong pay, tapi orang yang memberi pelajaran ilmu pedang
kepadaku adalah anggota Bu tong pay."
"Coba katakan, siapa yang memberi pelajaran itu kepadamu?" bentak Bwee hoa kiam.
"Walaupun dia orang tua bukan guruku, tapi mempunyai budi kepadaku karena
memberikan ilmu pedang, dia bergelar Thian goan."
"Haaah ..masa toa supek?" seru Bwee hoa kiam Thio Kun kai dengan perasaan
terkesiap. Baru selesai dia berkata, tiba2 dari atas ruangan itu bergema suara hembusan angin
berpusing yang amat kencang. Pusaran angin berpusing itu timbulnya dari atas kepala
semua orang, dan lagi datangnya sangat aneh.
Enam orang manusia yang hadir di ruangan, kecuali wi Tiong hong, lainnya merupakan
jago kawakan yang sudah berkelana didalam dunia persilatan, ketika merasa
datangnya angin berpusing itu sangat aneh, serentak semua orang menengadah ke
atas. Tapi bersamaan dengan gerakan itu, tiba-tiba dari empat penjuru sekeliling
tempat itu berkumandang suara desisan nyaring kemudian muncul kepulan asap
berwarna kuning. Keadaan seperti ini tak ubahnya dengan keadaan ketika arak
beracun dituangkan keatas lantai.
Semua orang menjadi terkesiap dan sorot matanya bersama-sama dialihkan keatas
lantai. Ketika semua orang menengadah tadi, diatas lantai bergema suara aneh, mata
sekarang ketika semua orang menundukkan kepalanya dari atas ruangan
berkumandang lagi suara aneh. Suara itu mirip sekali dangan suara dengusan
seseorang. Dengan kening berkerut tiba2 Beng kan hoo membentak keatas.
"Siapa disitu?"
Mengikuti bentakan itu, serta merta semua orang menengadah lagi keatas ruangan.
"Pletak"
Dari permukaan lantai bergema lagi suara nyaring.
Kali ini semua orang dapat melihat jelas kalau benda itu adalah segumpal bayangan
hitam yang terjatuh lurus dari atas atap rumah-Ternyata bayangan hitam itu adalah
seorang manusia, seorang manusia berbaju hitam yang kecil dan ceking. Tampaknya
bantingan itu cukup berat, selain tertelentang, punggungnya lebih dulu yang
menghantam lantai itulah sebabnya terdengar suara benturan yang sangat nyaring.
Beng Kiam hoo sama sekali tak menyangka kalau ditengah hari bolong, apa lagi dikala
dia sedang menjamu tamu, ada orang yang menyadap pembicaraan mereka dari atas
wuwungan rumah.
Bila kejadian ini sampai tersiar keluar dikemudian hari sudah pasti nama baik
perusahaan Ang wan piaukiok akan ternoda.
Dengan suatu gerakan cepat, wakil Congpiautau Cuan im nu Li Goan tong memburu ke
depan, sekarang dia baru ketahui kalau orang itu adalah seorang bocah yang berusia
empat lima belas tahunan.
Bocah itu berwajah hitam pekat dengan celana yang berwarna hitam pula, sepasang
matanya bulat besar dan mukanya menunjukkan kekerasan hati. Ketika itu dia sedang
duduk dilantai dengan wajah penuh kegusaran.
Cuan im nu Li Goan tong tampik agak tertegun, kemudian bentaknya keras-keras:
"Siapakah kau" Mau apa datang kemari" Hayo cepat bangun"
Sambil tertawa dingin Bocah berbaju hitam itu menjawab: "Siauya mau datang akan
datang, mau pergi akan pergi, siapakah aku tak usah kau ketahui, toh sekalipun
kuberitahukan kepadamu, kau juga tak bakal tahu."
"Bocah keparat" maki Cuan im nu Li Goan tong sambil menarik muka, "kau ang gap tempat ini tempat umum yang bisakau datangi dengan semau hatimu sendiri?"
"Tempat ini tempat apa?" bocah berbaju hitam itu mendengus sambil menengadah menantang, ia masih tetap duduk ditempat semula, "huuuh, kalau cuna An wan
piaukiok mah masih tidak berada dalam pandangan muka siauya..."
Li Goan tong semakin naik darah, kembali bentaknya. "Bocah keparat, kau pingin
mampus ..." Telapak tangannya segera diayunkan ke atas dan siap2 dihantamkan
ketubuh bocah itu.
Walaupun di bawah ancaman, ternyata bocah berbaju hitam ini menunjukkan sikap
yang amat sinis, ia tidak bermaksud untuk menghindar atau berkelit, bahkan
memanriang sekejap kearahnya pun tidak,
Beng Kiam hoo yang berpengalaman dengan cepat menyadari kalau bocah berbaju
hitam itu bukan manusia sembarangan.
Buru-buru dia menggoyangkan tangan berulang kali sambil membentak. "Li lote,
tunggu sebentar"
Pada saat yang bersamaan tiba-tiba Ting-Ci kang menyelinap maju kedepan, kemudian
sambil membungkuk, dia menepuk bahu bocah berbaju hitam itu, serunya. "Saudara
cilik, bila ada persoalan mari dibicarakan sambil berdiri saja,jangan duduk dilantai"
Tatkala tangannya menepuk bahu bocah itu tadi, dengan cepatnya ia berhasil
mencabut keluar dua batang jarum perak dari bahu dan lekukan kaki bocah tadi. Tibatiba bocah berbaju hitam itu melompat bangun, kemudian sambil mengalihkan sorot
mata nya kearah Ting Ci kang, dia manggut-manggut, katanya. "Jadi kaulah ketua dari perkumpulan Thi pit pang. Ting Ci kang?"
Orangnya memang kecil, namun lagaknya betul-betul bukan alang kepalang besarnya.
Ting Ci kang sama sekali tidak marah, malah sahutnya dengan tertawa lebar. "Benar, akulah Ting Cing kang, Saudara cilik, siapakah kau" Dan siapa namamu?"
"Aku bernama Tok Hay ji (bocah racun), pernah mendengar orang menyebutkan?"
kata si bocah sambil memandangnya sekejap. Pertanyaan ini segera membuatnya Ting
Ci-kang menjadi tertegun dan tak mampu menjawab, sebab nama Tok Hayji baru
didengarnya pertama kali ini. Mendadak terdengar Beng Kian hoo tertawa tergelak.
"Haahh,. haahh,. haahh,. saudara cilik menyebut diri sebagai Tok Hay-ji, aku rasa racun dalam arak dan pasir beracun yang ditebarkan disekitar tempat ini tadi, pastilah
merupakan hasil karyamu...?"
Tok Hay-jie tertawa terkekeh-kekeh. "Betul, memang aku yang melakukan."
Paras muka Beng Kian hoo agak berubah, tapi dengan cepat menjadi tenang kembali,
katanya kemudian sambil menatap wajahnya tajam-tajam. "Antara kami dengan
saudara cilik toh tak pernah teejalin hubungan dendam atau sakit hati, apa sebabnya
kau meracuni kami?"
"Kenapa mesti menunggu sampai ada dendam sakit hati baru boleh turun tangan"
Kalian boleh merampas benda itu dari tangan Kian kun jiu Siau Beng san, apakah aku
tak dapat mengambil pula benda tersebut dari tangan kalian semua... ?"
Dengan cepat Lakjiu im eng melirik sekejap kearah Bwee hoa kiam Thio Kun kai,
namun mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
"Saudara cilik, jangan sembarangan berbicara lagi?" kata Beng Kiam hoo dengan wajah serius "siapa yang telah merampas barang milik Siau tayhiap .. ?"
Tok Hay ji segera tertawa terbahak-bahak, "Setiap umat persilatan berkata demikian, memangnya aku sengaja mengarang cerita untuk memfitnah kalian?"
Berbicara sampai disitu, tiba2 ia berpaling kearah Ting Ci kang dan berseru. "Kau telah membantuku untuk mencabut keluar kedua batang jarum perak tadi, kelak akupun tak
akan mencarimu, cuma aku kuatir orang yang sedang mencarimu sekarang tak sedikit
jumlahnya."
Mendengar perkataan itu. Ting Ci kang segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
tergelak, "Dalam peristiwa berdarah yang menimpa perusahaan Ban li piaukiok, mungkin ada
orang sengaja melimpahkan abu hangat ini kepadaku, padahal kami Thi pit pang tak
pernah membegal barang kawalan tersebut, aku orang datang mencariku",
Lakjiu im eng segera mendengus berat-berat.
"Yang dibegal dari Siau Beng san bukan barang kawalan perusahaannya." seru Tok Hay ji sambil tertawa tergelak,
Ucapan ini segera menbuat Beng Kian hoo maupun Bwee hoa kiam Thio Kun kai
sekalian menjadi tertegun.
Dengan keheranan Ting Ci kang segera bertanya: "Kalau bukan barang kawalan
perusahaan Ban-li piaukiok yang dibegal, lantas barang apa yang kena dirampok?"
Agaknya Tok Hayji telah sadar kalau dia sudah salah berbicara, maka buru-buru dia
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku sendiripun tidak tahu, pokoknya bukan barang kawalan perusahaannya ..."
Setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu, serunya. "Maaf, aku tak dapat
menemani terlalu lama"
Begitu berkata hendak pergi dia lantas pergi sepasang kakinya menjejak permukaan
tanah dan secepat sambaran kilat berlalu dari sana.
"Berhenti" bentak Bwee hoa kiam Thio Kun kai dengan suara menggeledek, Menanti dia hendak menyusulnya, keadaan sudah terlambat, bayangan tubuh Tok Hayji tahu2
sudah lenyap dari pandangan mata.
Tapi pada saat itu juga ia telah menyaksikan didepan pintu gerbang An-wan piaukiok
telah muncul dua orang tojin berjubah biru yang menggembol pedang dipunggungnya.
Melihat itu dengan girang dia lantas berpaling kearah adiknya, kemudian berbisik,
"Coba lihat, para suheng dari angkatan Keng telah datang."
LakJiu Im eng berseru tertahan, belum sempat dia berbicara, seorang lelaki telah
datang melapor.
"Keng hian dan Kengjin totiang dari Bu tong pay telah tiba didepan pintu..."
Buru buru Beng kiam hoo bangkit keluar untuk menyambut, tak lama kemudian dia
telah masuk kembali mendampingi dua orang totiang yang memakai jubah biru. Yang
didepan seorang tosu berjenggot hitam, dia adalah murid pertama dari ketua Bu tongpay saat ini, Keng hian toojin adanya, sedang dibelakangnya seorang tosu berusia tiga
puluh tahunan, berwajah bersih, dia adalah sutenya, Kengjin toojin.
Bwee hoa kiam Thio kun kai dan Lakjiu Im-eng Thio Man buru-buru memberi hormat.
Sambil tersenyum Keng hian toojin berkata. "Thio sute sumoay, ternyata kalian benar benar sudah datang lebih duluan." Beng Kian hoo lantas memperkenalkan Ting Ci
kang, Khok Thian seng Lo Liang dan Wi-Tiong hong sekalian pada kedua orang tosu itu.
Keng hian tojin mengira Kok thian seng dan Wi Tiong hong adalah anggota Thi Pit pang
semua, setelah memberi hormat sambil tertawa, kepada Ting Ci kang ujarnya
kemudian. "Nama besar Ting pangcu sudah lama pinto kagumi."
Buru-buru Ting Ci kang mengatakan tidak berani.
Bwee hoa kiam Thio kun kai yang berada di sisinya segera menimbrung. "Toa suheng, konon Wi siauhiap ini adalah murid Toa supek."
Ucapan itu membuat Keng hian tojin segera tertegun, sorot matanya segera dialihkan
ke wajah Wi Tiong hong, kemudian ujarnya sambil tersenyum.
"Oooh ... rupanya siau ciu adalah murid Toa supek, kalau begitu kita berasal dari satu keluarga."
Dengan wajah memerah buru buru Wi Tiong hong menjura seraya tertawa, sahutnya.
"Aaaah, aku hanya mendapat warisan beberapa macam kepandaian pelindung diri saja
dari Thian goan lo totiang, sebelum mewariskan ilmu silat tersebut, dia orang tua
berulang kali menyatakan bahwa antara beliau denganku tiada ikatan hubungan
sebagai guru dan murid, jadi akupun tidak terhitung anggota perguruan Bu-tong pay."
Bab-06 Rupanya beberapa patah itu sudah disusun lebih dulu sebelumnya sehingga ketika
diutarakan kedepannya luwes dan amat leluasa. Meski ucapan itu hanya karangannya
sendiri, tapi katanya justru sangat tepat.
Thian Goan-cu adalah Toa-suheng dari ketua Bu-tong-pay dewasa ini, tingkat
kedudukannya dalam perguruan tinggi sekali, tapi berhubung ia berasal dari perguruan
hitam dimasa musanya, sehingga ilmu silat yang dipelajarinya amat beraneka ragam,
maka selama ini tak pernah mau menerima seorang muridpun, itulah sebabnya ketika
Keng-hian Tojin mendengar perkataan Wi Tiong-hong ia menjadi percaya sekali,
pikirnya, "Yaa, sudah pasti kepandaian yan diwariskan Toa-supek kepadanya adalah
beberapa macam kepandaian silat gado2nya." berpikir demikian dia lantas tertawa
ter-bahak2, kemudian katanya dengan nyaring:
"Sekalipun siau-sicu tak mempunyai hubungan sebagai guru dan murid dengan Toasupek namun kenyataannya mempunyai hubungan yang erat dengan Bu-tong-pay,
hitung2 kita masih mempunyai ikatan persahabatan sebagai sesama anggota
perguruan."
Lakjiu im eng merasa sangat tidak puas oleh sikap toa suhengnya yang sama sekali
tidak mencurigai pemuda itu, sebaliknya malah segera mengakuinwa sebagai sesama
arggota perguruan.
Baru saja dia akan berbicara, Keng hian to jin telah memberi hormat kepada Beng
Kiau-hoo seraya berkata.
"Pinto bersaudara datang kemari atas perintah dari suhu untuk menyelidiki tentang hilangnya barang kawalan Ban li piaukiok, sebenarnya kami tak ingin mengganggu
ketenangan Beng Cong piautau, tapi oleh karena Cong piautau begitu sungkansungkan dengan mengutus orang untuk menyambut kedatangan kami, terpaksa pinto
berdua harus berkunjung kesini, atas kebaikan ini terlebih dulu pinto ucapkan banyak
terima kasih."
Ucapan tersebut segera membuat Beng Kian-hoo menjadi tertegun, segera pikirnya.
"Lagi-lagi suatu kejadian aneh,jangan toh mengundang mereka datang, mengetahui
kalau Keng hian dan Kengjin dua orang tosu ini akan datang kemari pun aku tak tahu,
bagaimana mungkin bisa mengutus orang untuk menyambut kedatangan mereka?"
Tentu saja perkataan tersebut tak dapat diutarakan secara langsung, maka setelah
termenung dan berpikir sebentar, sahutnya sambil tertawa.
"Berhubung siaute mengetahui kalau antara partai anda dengan Ting lote telah terjadi kesalahan-paham gara-gara dibegal barang kawalan Siau tayhiap dari Bau-li piaukiok
oleh seseorang, maka kemarin sewaktu kuketahui kalau Thio tayhiap kakak beradik
telah datang kemari, kukirimkan dua lembar undangan kepada Thio tayhiap agar
datang kemari berbincang-bincang dengan Ting lote sekalian berusaha untuk
menghilangkan kesalahan paham tersebut, kini Kebetulan toheng berdua telah datang,
tentu saja hal ini semakin kebetulan lagi."
Ting Ci kang adalah seorang ketua Thi pit pang yang berpengetahuan luas, semenjak
kemunculan Tok Hay-ji atau bocah beracun tadi, dengan cepat dia sadar kalau
dibegalnya barang kawalan Kan kunjiu (tangan sakti jagad ) Siu beng san dari Ban li
piaukiok merupakan suatu pemula dari suatu peristiwa yang maha besar.
Maka ketika mendengar perkataan dari Beng Kian hoo barusan, kuatir kalau Keng hian
tojin yang baru datang tak dapat menangkap maksud sebenarnya dari ucapan
tersebut, buru-buru dia bangkit sembari menjura, lalu katanya.


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Beng loko, kedua orang toheng ini baru datang, mungkin mereka masih belum
mengetahui peristiwa yang telah berlangsung disini dan lagi sebelum kejadian loko
juga tak tahu kalau totiang berdua akan datang kemari, tentu saja mustahil kalau bisa
mengutus orang untuk menyambut kedatangan mereka."
"Oleh karena itu, siaute merasa orang yang telah menyambut kedatangan tooheng itu amat mencurigakan, entah bersediakah toheng untuk menerangkan kejadian pada
saat itu dengan lebih jelas lagi?"
Beng Kian hoo segera manggut-manggut sambil berkata pula. "Perkataan dari Ting
Lote memang benar, peristiwa ini sungguh mencurigakan sekali"
Keng hian lojin tertegun beberapa saat lamanya, kemudian dari salah sakunya dia
mengeluarkan sepucuk kartu undangan berwarna merah dan diserahkan kepada Beng
Kiam hoo ujarnya.
"Orang itu menyebut dirinya sebagai anggota An wan piaukiok yang mendapat
perintah dari Beng Congpiautau untuk menyambut kedatangan pinto, diberitahukan
juga sute kami Thio Kun kai kakak beradik telah menunggu pula dalam kantor, nah
silahkan Beng Congpiautau periksa kartu undangan tersebut."
Beng Kian hoo segera menerima kartu undangan itu dan diperiksa isinya dengan
seksama, terbaca diatas kartu undangan tadi tercantum beberapa patah kata yang
berbunyi: "Tengah hari nanti tersedia hidangan berpantang dengan kantor kami. mengharapkan
kedatangan kalian berdua. Tertanda Beng Kian hoo."
Diatas kartu undangan tersebut tercantum pula nama dari Keng hian dan Kengji
lotiang berdua.
Paras mukanya kontan saja berubah hebat, setelah termenung sebentar, ujarnya,
"Heran, permainan busuk dari siapakah ini?" Ting Ci kang segera tertawa terbahak-bahak, "Haaahh ... haaah ... siapa tahu kalau hasil permainan busuk dari Tok Hayji dan komplotannya"
Kongjin tojin segera berkerut kening, kepada Bwee hoa kiam tanyanya kemudian.
"Thio sute, apa yang telah terjadi disini tadi?"
Secara-ringkas Thio kun kai segera menceritakan usaha Beng kian hoo untuk melerai
kesalah pahaman tu serta bagaimana Tok Hayji meracuni mereka secara diam-diam ...
Selesai mendengar keterangan tersebut, Keng hian tojin segera berkata. "Kalau toh Beng Congpiautau sudah menampilkan diri sebagai penengah dalam peristiwa ini,
bahkan ada Sip-cu taysu dari Siauw limpay sebagai saksi, tentu saja ucapan ia bisa
dipercaya."
Berbicara sampai disini, dia lantas bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Beng
Kian hoo serta Ting Ci kang, kemudian ujarnya.
"Tindakan dari Beng congpiautau ini selalu dapat menghindarkan kesalahan paham
antara dua keluarga, dan lagi bisa mengurangi pula banyak kesulitan bagi pinto berdua
dalam tugasnya melacak peristiwa pembegalan atas perusahaan Ban li piaukiok,
sebelumnya pinto ucapkan banyak terima kasih, duduk perkara yang sebenarnya telah
diketahui, pinto pun berharap Ting pangcu jangan sampai marah oleh kesalahanpaham
ini." Buru2 Tiang Ci kang balas memberi hormat katanya.
"Terima kasih atas ucapan toheng itu, dalam peristiwa terbunuhnya Siau tayhiap dari Ban li piaukiok, nama baik aku orang she Ting ikut tersangkut, betul berkat bantuan
Beng loko, kecurigaan terhadap diriku bisa terhapus, tapi tindakan orang itu dengan
membegal barang kawalan dan membunuh orang lalu
sengaja meninggalkan pena baja milikku.jelas2 untuk memfitnah aku, maka sebelum
pembunuh yang sebenarnya berhasil dibekuk, aku orang she ting pun tak bisa
melepaskan diri dari tanggung jawab ini.
"Paling cepat dalam tiga bulan, paling lama dalam satu tahun, aku orang she Ting
bersumpah akan menemukan orang itu dan memberikan sesuatu pertanggung jawab
terhadap partai anda dan Beng loko".
Bwe hoa kiam memandang sekejap kearah dua orang suhengnya, lalu menimbrung.
"Kini sudah terbukti kalau dalam peristiwa terbunuhnya Siauw suheng, Ting pangcu
sama sekali tidak tersangkut, hanya apa yang terjadi selama inipun hanya suatu
kesalahan paham biasa, aku yakin bagaimanapun liciknya pembunuh terse ut, Bu tong
pay tak akan melepaskannya dengan begitu saja, harap Ting pangcu tak usah repotrepot". Ketika Beng kian ho menyaksikan kesalah paham telah berhasil di lerai dan lagi kuatir
kalau terjadi peristiwa lain karena pembicaraan yang tak tepat, smabil tertawa
terbahak-bahak segera katanya:
"Perjamuan baru saja diselenggarakan Tok Hay ji telah datang dan mengacau dengan
racunnya sehingga kalian kehilangan selera untuk bersantap, kini mumpung ada
toheng berdua disini, siaute telah perintahkan orang untuk menyiapkan hidangan
berpantang, mari kita duduk kembali di meja perjamuan."
Seraya berkata dia lantas mempersiapkan Keng Hian dan Keng jin tojin untuk
mengambil tempat duduk kembali di meja perjamuan."
Seraya berkata dia lantas mempersilahkan Keng hian dan Keng jin tojin untuk
mengambil tempat duduk dikursi utama. tentu saja Keng hian tojin menampik.
Sementara semua orang sudah saling mengalah, mendadak tampak sesosok bayangan
manusia berjalan masuk lewat pintu depan dengan langkah sempoyongan.
Walaupun langkah orang itu sempoyongan ternyata gerakan tubunya amat cepat,
dalam waktu singkat dia telah melewati pelataran depan terus menuju keruangan
tengah. Ternyata dia adalah Tok Hayji
Hanya kali ini dia muncul dengan luka bekas bacokan pada bahu kanan serta paha
kirinya, darah segar bercucuran tak hentinya,jelas bocah itu baru saja terlibat dalam
suatu pertarungan yang seru sehingga wajahnya nampak amat letih. Dia langsung
masuk keruangan tengah, kemudian tanpa berbicara segera duduk bersila ditanah,
merogoh sakunya mengambil keluar sebuah botol dan menaburkan bubuk obat yang
berwarna putih pada mulut lukanya. begitu Lakjiu im eng melihat kemunculan Tok
Hayji, dia segera berteriak keras.
"Toa suheng, sam suheng, dia... dialah orangnya, dialah Tok Hayji itu"
Walaupun Tok Hay ji masih kecil, ternyata wataknya binal lagi kasar, sekalipun sudah
letih, setelah mendengar ucapan itu matanya langsung melotot besar lagi. "Kalau betul aku ada apa?" teriaknya.
"Saudara cilik, mengapa kau balik kembali?" tegur Beng Kiau-ho dengan kening berkerut.
Tok Hayji segera mendengus dingin dengan acuh tak acuh sahutnya. "Setiap orang
yang memasuki pintu gerbang An wan piaukiokmu ini jangan harap bisa pergi lagi dari
sini dalam keadaan hidup "
Selesai berkata, pelan2 dia memejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.
Walaupun wataknya keras kepala, namun berhubung darah yang mengalir keluar
kelewat banyak, tubuhnya sudah menjadi lemah sekali.
Oleh perkataannya yang tanpa ujung pangkal itu, semua orang menjadi tertegun
dibuatnya. Pada saat itulah dari depan pintu gerbang An wan piaukiok telah muncul kembali
sekelompok manusia.
Orang pertama adalah seorang tosu tua berjubah kuning berkopiah tinggi yang
membawa senjata kebutan, wajahnya suram menyeramkan. Orang kedua adalah
seorang pendeta yang gemuk lagi pendek, Orang ketiga adalah seorang kakek
berkepala botak, bermuka merah dan memelihara jenggot kambing. Orang ke empat
adalah seorang lelaki berbaju hitam yang menyandang golok. Orang kelima adalah
seorang lelaki yang berperawakan tinggi besar seperti pagoda kecil.
Orang ke enam adalah seorang sastrawan yang berbaju hijau, berwajah putih bersih
dan berusia empat puluh tahunan.
Kemunculan ke enam orang ini selain mendadak, juga sama sekali diluar dugaan.
Beng Kian-hoo yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun, sebab dari enam
orang tamu yang tak diundang itu, kecuali sastrawan yang berbaju hijau yang berjalan
paling belakang, lainnya cukup dikenal olehnya.
Beberapa orang itu merupakan wakil dari Jago-jago kelas satu yang ada diutara
maupun selatan sungai Tiangkang dewasa ini. Orang pertama, si tosu tua tersebut tak
lain adalah Ma koan Tojin dari bukit Hang san yang tersohor karena kekejian hatinya
dan kebuasan cara kerjanya.
Orang kedua, si paderi gemuk itu adalah Thi lo-han (Lohan baja) Kiong beng taysu dari
kuil Thi hud si dibukit Kan swan san.
Orang ketiga, si kakek botak itu adalah Tu wi-lo-liong (naga tua berekor botak) To sam teng dari kota Huan yang.
Orang ke empat dan orang kelima adalah Kang pak siang knt (sepasang orang gagah
dari utara sungai) yang terdiri dari Tui
hong-to ( golok pengejar angin) Hee ho Nian serta Se ong sia ( dewa raja kuda ) Ku Tay tong.
Hanya sastrawan yang berbaju hijau yang berada dibarisan terakhir saja yang tidak
diketahui indentitasnya, tapi ditinjau dari kehadiran orang-orang yang ternama itu,
bisa diketahui kalau diapun bukan seorang manusia sembarangan.
Setelah tertegun sesaat, Beng Kian hoo baru maju menyongsong kedatangan mereka,
serunya sambil menjura. "Kehadiran saudara sekalian..."
Tidak menanti dia menyelesaikan kata-katanya, sambil tertawa seram Ma koan tojin
dari bukit Hang san telah menjura sambil menukas.
"Beng Congpiautau tak usah banyak bicara, setelah menerima panggilanmu terpaksa
pinto mesti mengganggumu sebentar "
"Omintohud" seru Thi lo han Kwong beng taysu pula sambil merangkap tangannya memuji keagungan sang Budha, "Beng losicu memang tak malu disebut pemimpin dari
perusahaan piaukiok dilima propinsi selatan sungai besar, beritamu sungguh amat
tajam, baru saja kaki kiri pinceng melangkah masuk ke kota Siausia, tangan kanannya
telah menerima undangan dan losicu, konon losicu sedang menyelenggarakan suatu
perjamuan besar, tolong tanya perjamuan apakah itu?"
Ucapan tersebut kontan saja membuat Beng Kian ho menjadi tertegun. Sudah jelas
sekarang, kedatangan orang2 itu adalah menerima kartu undangannya, tapi siapakah
orang yang secara diam-diam telah mencatut namanya untuk membagi kartu
undangan itu" Dan apa pula maksud tujuannya" Tapi dilain keadaan begini tak sempat
lagi baginya untuk berpikir panjang, sambil menjura berulang kali, katanya. "Kehadiran saudara sekalian sungguh membuat siaute merasa bangga, silahkan duduk, silahkan
duduk" Setelah semua orang dipersilahkan masuk ke ruang tengah, suasana pun menjadi
ramai sekali. Ting Ci kang yang menyaksikan kejadian ini diam-diam berkerut kening, dia tahu
kehadiran orang-orang itu disana sudah pasti bukan lantaran suatu kebetulan saja,
melainkan ada suatu tujuan tertentu. Tanpa terasa ia menjadi teringat kembali dengan
perkataan dari Tok Hayji tadi. "Orang yang datang mencarimu bukan cuma satu dua
orang saja..."
Jangan-jangan kedatangan orang orang inipun lantaran untuk mencari dirinya". Lantas
benda berharga apakah yang sebenarnya telah dibegal orang dari perusahaan Ban-li
piaukiok" Mengapa bisa memancing incaran begitu banyak jago persilatan di dunia
ini" Tak selang berapa saat kemudian dalam ruangan tengah telah ditambah lagi dengan
sebuah meja perjamuan, Beng Kian hoo segera mempersilahkan tamu-tamunya untuk
duduk, Pada meja perjamuan sebelah kanan duduk pada kursi utama adalah Keng Hian
tojin dan Keng jin tojin dari Bu tong pay, menyusul kemudian Bwe hoa kiam Thia Kun
kai, Lakjiu im eng Thio Man. Wi Tiong hong. Ting Ci kang, Kok thian seng Lo Liang dan
ditemani oleh wakil congpiautau Cuan im itu Li Goan.
Sedangkan pada meja perjamuan sebelah kiri duduk Ma-koan Gwat, Thi lo han Kwong
beng taysu, Tu wi lo liong To Sam- seng, Kang pak siang kiat Hee ho Niao dan Ku Tay
tong, sastrawan berbaju hijau dengan didampingi Beng Kian ho.
Tok Hayji selama ini duduk bersila dilantai sambil memejamkan mata dan mengatur
pernapasan itu, mendadak membuka matanya lebar2, kemudian setelah tertawa
terbahak serunya.
"Bagus sekali Orang yang datang menghantar kematian ternyata satu persatu telah
datang menghantar dirinya"
Pada waktu itu, antara Thi lo han Kwong-nong taysu dengan Tu wi lo liong To Sam seng
mengalah tempat duduk, baru saja Thi lo han-duduk dan Tu wi lo liong belum sempat
duduk Tok Hayji telah menyerobot menduduki kursi tersebut. Dalam keadaan
demikian, terpaksa Tu wi lo liong To sam seng harus menempati kursi paling buncit.
Tiba-tiba To sam seng berpaling kemudian tegurnya.
"Saudara cilik, apa yang barusan kau katakan?" padahal perkataan dari Tok Hayji tadi diucapkan cukup nyaring, semua orang dapat mendengarnya dengan jelas, itu berarti
pertanyaan dari Tu wi liong sengaja ditanyakan lagi. Ternyata Tok Hayji sama sekali
tidak sungkan-sungkan, setelah mengangkat cawan araknya dan minum satu tegukan,
dia menyumput sepotong daging babi dan dikunyahnya, kemudian baru berkata
sambil tertawa.
"Aku bilang, orang yang datang menghantar kematian, ternyata satu persatu telah
berdatangan semua"
"Saudara cilik, kau mengatakan siapa yang datang mengantar kematiannya?" kembali Tu-Wi lo liong bertanya.
Dengan tangan kanan menyumpit paha ayam Tok Hayji menggigit dulu daging ayam
itu dan mengunyah, kemudian setelah memandang sekejap seluruh ruangan, sahurnya
sambil tertawa.
"Yang kumaksudkan tentu saja setiap orang yang hadir dalam ruangan sekarang"
"Bocah cilik kau berasal dari perguruan mana?"
"Huuh, pokoknya aku tak akan berbuat goblok dengan membuat beberapa buah
lubang tatoo diatas batok kepalaku sendiri." Bocah ini betul-betul hebat sekali,
orangnya memang kecil tapi nyalinya betul-betul besar dan mulutnya tajam, dia sama
sekali tidak ambil perduli apakah Thi lo han Kwong beng taysu adalah seorang pendeta
yang saleh atau bukan. Betul juga , diatas wajah Kwong beng taysu yang putih dan
gemuk segera terlintas rasa gusar, akan tetapi bagaimanapun juga ia mesti memberi
muka kepada Beng Kian ho, terutama sekali dengan nama besarnya tentu saja dia
enggan melakukan banyak ribut dengan seorang bocah cilik,
Maka dia letakkan saja sumpitnya diatas meja. Kalau hanya sumpit itu saja yang
diletakan dimeja masih mending an, tiba tiba cawan arak yang berada dihadapan Tok
Hayji itu- melayang keudara
setinggi satu depa, sedang arak yang berada dalam cawan itu sama sekali tidak
tumpah barang setetespun.
Menanti tangannya yang menekan pada sumpit itu ditarik kembali, cawan arak tadi
baru melayang turun kembali ketempat semula.
Demontrasi kepandaian ini segera membuat para jago merasa terkejut bercampur
tertegun diam diam mereka lantas berpikir. "Tampaknya pendeta bengis yang ternama ini benar benar memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, jago itu tak boleh
dianggap sebagai musuh enteng."
Paras muka Tok Hayji sama sekali tidik berubah, malah sambil tertawa dingin katanya.
"Sayang sekali, walaupun kau memiliki ilmu silat yang sangat lihay, akan tetapi jangan harap bisa lolos dari kematian "
Mencorong sinar buas dari Thi Lohan Kwong beng taysu, dengan gusar segera
bentaknya. "Bocah cilik, kau ingin mampus ...." dia memang duduk berjajar dengan Tok Hayji begitu selesai membentak mendadak ia membalikkan badannya sambil mengayunkan
telapak tangan kanannya.
Ma koan tejin yang duduk dikursi utama mendadak berseru dengan suara
menyeramkan "Taysu, harap tunggu sebentar" Thi Lo han menjadi tertegun.
"Apakah toheng dengan bocah ini...."
"Oooh tidak" tukas Mo koan tojin sambit tertawa, "pinto cuma ingin tahu mengapa kami beberapa orang datang kemari untuk menghantar kematian saja ?" Apa yang dia
ucapkan memang merupakan persoalan yang ingin diketahui oleh setiap orang.
Mendadak Tok Hayji mendongakan kepalanya dan tertawa terbahak bahak, katanya.
"Haaah ... hsaah .... haaahh... apalagi yang mesti ditanyakan" Bukankah kedatangan kalian disebabkan oleh benda yang di-bawa oleh Siau beng sau dari perusahaan Bau-li
piaukiok ?"
Ucapan tersebut benar-2 mengejutkan semua orang yang hadir, tanpa terasa paras
muka semua orang berubah hebat.
Sekarang Beng kiam hoo baru mengetahui duduknya persoalan tak heran kalau orang
orang itu bisa berdatangan ketempat ini
Namun dalam hati kecilnya masih ada beberapa hal yang tidak mengerti, dia tak tahu
mengapa orang-orang mencatut nama dengan menyebar undangan pada orang-orang
itu telah mengundang mereka untuk berkumpul dalam An Wan piaukiok" Dan apa
pula maksud tujuan orang itu yang sebenarnya"
Terdengar Ma koan tojin berkata lagi sambil tertawa seram "Pinto ingin tahu,
mengapa kami beberapa orang bisa datang kemari hanya untuk mengantar
kematian?"
"Setelah kalian masuk kedalam pintu gerbang An wanpiaukiok, apakah dianggap masih bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup?"
Tu wi lo liong To Snm sang segera terbawa terbahak-bahak, "Haah ... haaah ... kalau begitu tujuan Beng loko mengundang kami kemari adalah bertujuan untuk meringkus
kami semua."
Buru-buru Beng Kian hoo menjura, katanya agak keder. "Harap To loko jangan salah
paham, kehadiran kalian sekalian cukup membuat siaute merasa bangga, tapi terus
terang saja, siaute sama sekali tidak tahu menahu tentang undangan yang telah kalian
terima itu."
Dengan sorot mata setajam sembilu Thi Lo han segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah Ting Ci kang, kemudian serunya dengan suara lantang. "Kalau begitu siapakah yang telah mewakili Beng lo sicu untuk mengemukakan usul tersebut.?"
Beng Kian hoo segera tertawa getir. "Sampai detik ini, siaute masih belum tahu
siapakah orang yang secara diam-diam telah mencatut nama siaute itu?"
"Tentu saja kau tak akan tahu"jengek Tok-Hayji sinis.
Mendadak Bwee hoa kiam Thio Kun kai segera bangkit berdiri, lalu sambil menuding
ke arah Tok Hayji bentaknya.
"Tadi dua kali kau pergunakan racun untuk mencelakai kami, hayo jawab, siapa pula yang telah memerintahkan kepada dirimu untuk berbuat demikian?"
"Apa yang kupikirkan dalam hati, kulakukan tanpa canggung-canggung, kenapa mesti
menuruti perintah orang" Hmm, kau anggap dalam dunia persilatan ada orang yang
pantas untuk memerintahkan aku?"
"Bocah keparat" bentak Thio Kun kai kemudian, "akan kubekuk dirimu, ingin kulihat kau akan berbicara atau tidak?"
"Huuuh, dengan andalkan kemampuanmu itu kau hendak membekuk aku?" Tok Hayji
segera tertawa dingin, "bukankah akupun telah kembali kemari lagi" Terus terang
kuberitahukan kepadamu, bahkan aku saja tak sanggup menerjang keluar, jangan
harap manusia macam kalian bisa keluar dari sini" Perkataannya makin lama semakin aneh dan mengherankan hati orang saja. Apa yang diucapkan memang benar,jelas ia
sudah pergi tadi, tapi sewaktu balik kemari, tubuhnya sudah penuh dengan luka. Ting
Ci kang segera merasakan kejadian ini sedikit agak mencurigakan, tak tahan dia lantas
bertanya. "Saudara cilik, bukankah tadi kau sudah keluar dari sini" Mengapa balik kemari lagi?"
"Bukankah tadi sudah kukatakan. barang siapa yang sudah memasuki pintu gerbang
An Wan piaukiok,jangan harap lagi bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup"
"ltu berarti ada orang yang berjaga didepan pintu sana?"


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tentu saja"
"Siapakah dia?" tanya Beng Kian hoo kemudian dengan suara dalam.
"Entahlah" Tok Hayji menggeleng, "yang jelas lihay sekali, bahkan akupun tak mampu untuk menangkan dia"
Ucapannya itu benar benar berlagak-besar, maksudnya tak seorang jagopun yang
hadir di situ dipandang sebelah mata olehnya.
Ma koan tojin segera tertawa seram, "Heehh .. heehh .. heehh :. sungguh menarik,
sungguh menarik sekali serunya, "macam apakah orang itu" Bersediakah kau untuk
menerangkannya kepada kami?"
"Aku tak sempat melihat wajahnya"
"Kalau kau tak melihat wajahnya, dari mana mungkin bisa bertarung lawan dirinya?"
Ma-koan tojin semakin memperhatikan. Agaknya Tok Hayji tak ingin menyinggung
kembali soal luka yang dideritanya itu,
setelah berhenti sejenak katanya. "Aku dengar mereka bilang, kesemuanya ini adalah ide dari Thian Sat nio, barang siapa telah memasuki perusahaan An wan piaukiok, tak
seorangpun boleh dilepaskan dalam keadaan hidup."
"Thian Sat nio?"
Ma koan tojin bergumam dengan suara lirih, agaknya dia seperti mulai percaya.
Dari sekian banyak orang yang berada dalam ruangan itu, kecuali Wi Tiong hong yang
baru muncul dalam dunia persilatan, lainnya merupakan jago-jago kawakan yang
mempunyai banyak pengalaman, namun tak seorangpun diantara mereka yang pernah
mendengar kalau dalam dunia persilatan masih terdapat seorang manusia yang
bernama Thian Sat nio. Tui hong tong (golok pengejar angin) Hee ho Nian dari Kang
pak siang kiat segera tertawa terbahak bahak, serunya:
"Haaaahhh... haaaahhh... haaaahhh,.. masa didunia ini terdapat kejadian Seperti itu?"
"Mengapa tidak?"jawab Tok Hay ji, "kalau tidak percaya, Cobalah sendiri, tanggung kau akan lebih tak becus daripada diriku."
"Bagaimana bisa lebih tak becus daripada dirimu?"
"Kalau aku masih dapat balik kemari, maka jika kau yang keluar,jangan mimpi bisa lagi kesini dalam keadaan hidup."
Si Golok pengejar angin Hee ho Nian menjadi naik pitam, serunya dengan gusar.
"Bocah keparat, kau berani memandang hina diriku?"
"Apakah kau ingin mencoba beberapa jurus diujung telapak tanganku...?" tantang Tok hayji.
Seketika itu si Golok pengejar angin Hee ho Nian bang kit berdiri, bentaknya "Berdiri kau bajingan cilik, aku Hee ho Nian ingin mencoba sampai dimanakah taraf
kemampuan yang kau miliki ?"
Mendadak Tok Hayji menggunakan sumpitnya untuk mengambil sepotong daging, lalu
sambil mengunyah dengan asyiknya dia berkata.
"Tak usah dicoba lagi, akupun segan untuk bertarung melawanmu, jika kau tidak puas, mengapa tidak menyerbu keluar dari pintu gerbang dan mencobanya sendiri?"
Kegusaran si Golok pengejar angin Hee ho Nian benaK2 telah mencapai pada
puncaknya, dia segera mendengus dingin. "Sudah banyak tahu aku Hee ho Nian
berkelana dalam duina persilatan, belum pernah ada suatu tempat yang tidak berani
kudatangi. Hmmm, lihat saja segera kubuktikan"
Dia benar2 membalikkan badan dan berjalan keluar dari ruangan itu dengan langkah
lebar. Buru2 Beng Kiam hoo maju menghalangi niatnya itu, ujarnya dengan lembut.
"Hee-ho loko, kau adalah tamu kami, harap minum beberapa cawan arak, siaute
sebagai tuan rumah sudah seharusnya yang bertugas untuk menengok keluar, ingin
tahu manusia macam apakah yang begitu berani memusuhi Siaute?"
Ketika Cuan im an Li goan tong menyaksikan congpiautau-nya sudah bangkit berdiri,
buru-buru diapun takut bangkit sambil berkata.
"Suheng, kau harus berada disini untuk menemani tamu, lebih baik biar siaute saja yang keluar"
Kiranya Cuan im an Li goan tong pun seorang murid preman dari Siau limpay, dengan
Beng kiam ho mereka adalah sesama saudara seperguruan. Beng Kiam hoo segera
manggut manggut
"Hati hatilah kau sute." pesannya. Cuan im an Li goan tong mengiakan, dia segera membalikkan badan berjalan keluar. Ting cikang turut bangkit berdiri dan berseru.
"Tunggu sebentar saudara Li, Siaute akan menemanimu untuk keluar melihat lihat
keadaan" Sepeninggal kedua orang itu, suasana dalam ruangan menjadi amat hening tak
kedengaran suara sedikitpun, sorot mata semua orang hampir sama sama ditujukan ke
tubuh ke dua orang itu.
Mendadak Tok Hayji meletakkan kembali sumpitnya, kemudian kepada si Golok
pengejar angin Hee ho Nian ujarnya.
"Kau tidak jadi keluar, bagaimana jika kita lanjutkan pertarungan yang kau tantangkan tadi?"
"Bagus sekali" sahut si golok pengejar angin Hee ho Nian sambil tertawa seram.
Tok Hayji segera mengalihkan sorat matanya memperhatikan sekejap wajah orang2
yang berada dalam ruangan itu, kemudian ujarnya.
"Aku pikir,jika kalian sanggup mengalahkan diriku, mungkin saja masih ada setitik kesempatan untuk melarikan diri" Ma koan lojin
yang duduk dikursi yang paling utama hanyalah mengawasi gerak gerik dari Tok Hay-ji,
pada saat itulah mendadak dia bertanya. "Siau-sicu, siapakah namamu ?"
"Tok Hay-ji"
Bab-07 Ma koan tojin tidak berkata apa-apa lagi, dia tegang memikirkan asal usul dari bocah
berwajah hitam ini.
Sementara itu, si Golok pengejar angin Hee-ho Nian telah bangkit berdiri dan berjalan
menuju ketempat yang longgar ditengah ruangan, lalu sambil meloloskan golok Yan
leng to-nya dia membentak berat. "Bocah keparat, kalau ingin turun tangan, hayo
cepat cabut keluar senjatamu "
Meskipun Tok Hay ji- masih kecil, lagaknya sangat besar, dengan langkah yang acuh dia
maju kedepan, kemudian sambil bertolak pinggang dan tertawa ejeknya. "Marilah"
Jelek jelek begitu, si Golok pengejar ingin Hee ho Nian terhitung jagoan termashur pula diwilayah utara sungai tiangkang, menyaksikan lagak musuhnya yang begitu besar,
hatinya sudah menjadi panas seperti mau meledak, tapi dia tak bisa berbuat banyak,
sebab bagaimanapun juga pihak lawan tak lebih hanya seorang bocah cilik,
Walaupun dalam hati kecilnya ingin mencincang tubuh bocah cilik itu menjadi
berkeping-keping, namun dia tak dapat mengacuhkan tingkat kedudukan yang
dimilikinya sekarang, maka sambil tertawa seram, ujarnya. "Mana senjatamu ?"
"Aaah, kau ini betul betul cerewet" seru Tok Hayji tak sabar, "jangan perdulikan aku, bukankah kau telah membawa senjata sekarang " Bacokkan saja ketubuhku kan
beres ?" Ucapan tersebut memang ada benarnya juga, jikalau golok tersebut sudah
dicabut tapi tidak dibacokkan, sebaliknya hanya berbicara melulu, bukankah hal ini
sama halnya dengan menghambur-hamburkan waktu saja"
Kendatipun semua orang yang berada dalam ruangan itu merasa tingkah laku dari
bocah hitam itu sangat tekebur, namun merekapun ingin mengetahui asal usulnya dari
permainan silatnya nanti.
Dengan mata melotot besar, Hee ho Nian betul-betul sangat berang, dia tertawa
seram lalu serunya.
"Kau sendiri yang berkata begitu,jangan kau salahkan aku nanti.."
-ooo00ooo- "KALAU aku sampai mampus terbacok, anggap saja kepandaianku yang tidak
becus,"jawab Tok Hay-ji dingin.
"Baik..."
Hee-ho Nian membentak keras, sambil mengayunkan golok Yan leng to miliknya, dia
membacok tubuh bocah itu keras-keras. pada dasarnya dia memang memiliki tenaga
yangamat besar, ayunan golok yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini segera
mengakibatkan menderunya angin tajam.
Tok Hayji tidak membawa senjata, diapun tidak menyambut serangan tersebut dengan
kekerasan, tubuhnya segera melompat ke samping untuk menghindarkan diri.
Untuk kesekian kalinya Hee ho Nian membentak keras, bacokan kedua kembali
dilancarkan. Agak terkejut juga perasaan Tok Hayji setelah menyaksikan kemantapan gerak
serangan musuh serta kesempurnaan jurus serangan yang digunakan lawan, walaupun
hanya sebuah jurus serangan yang amat sederhana, namun secara lamat-lamat
mengandung banyak sekali perubahan.
Kali inipun ia tidak menangkis dengan kekerasan, melainkan melejit ke samping untuk
menghindar. Setelah secara beruntun melancarkan dua kali bacokan, namun Pihak lawan tidak
melepaskan senjata melainkan hanya main kelit belaka, tanpa terasa Hee ho Nian
menghentikan gerakannya lalu bentak keras.
"Hei, apa-apa an kau ini " Mengapa masih belum juga turun tangan?"
Tok Hayji acuh sekali, dengan seenaknya dia menjawab.
"Aku ingin menyaksikan dulu bagaimanakah hebatnya permainan golokmu itu,
kemudian baru menentukan apakah aku harus mempergunakan senjata atau tidak?"
Si Golok pengejar angin tak bisa menahan sabarnya lagi, sambil tertawa seram
serunya. "Heeeehhh " heeehhh " heehhh "bagus sekali, moga-moga saja kau masih
sempat untuk mempergunakannya nanti"
Mendadak dia mendesak maju ke depan, kemudian secara beruntun goloknya
diayunkan ke depan melepaskan tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Kali ini kemarahannya betul2 sudah memuncak, ke tiga jurus serangan tersebut
dilancarkan berantai dan dilepaskan sekaligus dalam waktu singkat, selain jurus
goloknya lihay, tenaga serangannya juga sangat hebat.
Menghadapi ancaman serangan itulah yang paling cepat dan dahsyat itu, Tok Hayji
segera dipaksa mundur sejauh tiga empat depa dari tempat semula. Si Golok pengejar
angin Hee ho Nian tidak berhenti sampai disitu saja, begitu ketiga serangannya sudah
berakhir, tubuhnya bergerak maju bagaikan hembusan angin, untuk kesekian kalinya
dia melancarkan kembali tiga buah bacokan kilat.
Ke tiga bacokan kilat ini jauh lebih dahsyat daripada tiga buah serangan sebelumnya,
selapis cahaya golok bagaikan bianglala
menyelimuti seluruh angkasa, tak malu dia disebut si-Golok pengejar angin ...
Menghadapi tiga buah bacokan berantai itu, Tok Hayji segera terdesak dalam keadaan
yang sangat berbahaya, hampir saja ia terluka di ujung golok lawan.
Tapi pada saat itulah terdengar bocah itu terdengar tertawa dingin, kemudian serunya.
"Satu ilmu golok yang amat bagus " Mendadak sepasang pergelangan tangannya
digetarkan denganamat keras, "weet "
Selapis cahaya hitam menyapu keluar dengan kecepatan tinggi. Tubuh si Golok
pengejar angin Hee bo Nian yang tinggi besar itu seketika jatuh terjungkal ke atas
tanah, walaupun Hee ho Nian kena dijatuhkan namun ia sama sekali tak sempat
melihat jurus seperti apakah yang dipergunakan lawan juga tak sempat terlihat
olehnya. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya dan terkesiapnya hati jagoan ini menghadapi
kenyataan tersebut.
Buru-buru dia melompat bangun dari atas tanah, selembar wajahnya berubah menjadi
merah padam seperti hati babi, dari malu dia makin berangasan, goloknya segera
diangkat ke-atas dan siap menubruk kembali kedepan. Mendadak Ma koan tojin yang
duduk dikursi utama bangkit berdiri, kemudian bentaknya dengan suara rendah. "Hee ho sicu, harap tunggu sebentar." Mendengar seruan itu, Tui liong to segera menarik kembali serangannya dan mundur.
Ma-koan tojin segera berpaling kembali kearah Tok Hayji lalu tegurnya. "Siau-sicu, apakah kau datang dari Tok-seh sia atau selat pasir beracun?"
Begitu mendengar nama Tok seh-sia atau selat pasir beracun disinggung orang.
serentak semua jago merasakan hatinya tercekat.
Hal ini tak bisa salahkan mereka, sudah banyak tahun orang orang Selat pasir beracun
tak pernah muncul didalam dunia
persilatan, maka begitu nama tersebut disinggung otomatis semua orang menjadi
terkejut bercampur heran.
Tiba-tiba saja paras muka Tok-Hayji berubah hebat dengan cepat dia menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Bukan, aku bukan...." serunya gugup,
Dimulut dia berseru, sementara tangannya bekerja cepat untuk menyimpan kembali
senjatanya. Semua orang hanya sempat menyaksikan benda tersebut ternyata adalah sebuah
senjata lunak berbentuk cambuk bukan cambuk, ruyung bukan ruyung, panjangnya
enam tujuh depa dengan tubuh berwarna hitam, besarnya seibu jari.
Dalam waktu singkat senjatanya tadi sudah digulung menjadi beberapa bagian dan di
masukkan ke dalam saku.
Setelah Tok Hayji menyimpan kembali senjatanya itu, si Golok pengejar angin Hee ho
Nian juga menyimpan kembali goloknya dan mereka berduapun bila kembali ke
tempat duduk semula.
Wi Tiong hong baru pertama kali ini terjun ke dalam dunia persilatan, tentu saja dia
tidak mengetahui asal usul dari Selat pasir beracun, ketika dilihatnya setelah Ma koan tojin menyinggung soal "selat pasir beracun", dan semua orang yang hadir di arena seakan2 seperti terpagut ular beracun dan membungkam dalam seribu bahasa, diam2 ia
merasa keheranan.
Lakjiu im eng Thio Man juga sedang membisikkan sesuatu ke sisi telinga engkohnya
Bwe hoa kiam Thio Kun kai dengan suara lirih, mungkin saja yang dibicarakan adalah
persoalan yang menyangkut soal Selat pasir beracun. Bwe hoa kiam yang dihari-hari
biasa selalu jumawa dan tinggi hati itu, kini membungkam dalam seribu bahasa,
dengan wajah serius dia menggelengkan kepalanya berulang kali, tampak nya seperti
enggan untuk banyak berbicara. Dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dari
luar pintu gerbang, kemudian melangkah masuk dengan langkah terburu-buru.
Mereka adalah ketua partai Thi pit pang Ting ci kang serta wakil Congpiautau dari An
wan piaukiok, Cuan im cun Li Goan tong yang telah kembali.
Buru buru Beng kian go bang kit berdiri menyambut kedatangan mereka, segera
tegurnya. "Ting lote apakah kaitan telah menemukan seseorang?"
Ting Ci kang menggelengkan kepalanya berulang kali, lahutnya sambil tertawa.
"Tidak, siaute dan Li heng telah melakukan pemeriksaan disekitar tempat ini, namun tak seorang manusiapun yang terlihat."
"Memangnya aku sengaja cerita bohong untuk menipu kalian.. ?" Tok Hayji segera berteriak keras.
Betul juga perkataan itu, seandainya tiada orang yang menghalangi jalan perginya,
darimana pula datangnya pula luka pada badan dan kakinya itu" Ting Ci kang
tersenyum, katanya kemudian "Mungkin orang yang kaujumpai itu telah pergi"
"Pergi" Hmmm ..." Tok Hayji segera mendengus dingin. Belum habis dia berkata, mendadak terdengar suara nyanyian yang merdu berkumandang datang dari kejauhan
sana. Itulah nyanyian yang dibawakang oleh seorang perempuan dan seorang lelaki,
mula mula si-perempuan menyanyikan sebait syair, kemudian yang lelaki
menyambung. "Taypak muncul di barat..."
"Taypak muncul di barat..."
"Dunia persilatan penuh Pembunuhan"
"Dunia persilatan penuh pembunuhan."
"Tolong siapa yang mendalangi.."
"ToIong siapa yang mendalangi.."
"Lo tay Thian Sat nio.."
"Lo tay Thian Sat nio..."
Yang perempuan suara merdu merayu, yang pria suaranya gagah dan nyaring. Suara
nyanyian itu seolah-olah datangnya dari kejauhan sana, tapi seakan-akan pula berada
didepan mata, suaranya nyaring tapi melambung sehingga sukar untuk diraba. Suara
itu tidak terasa menyeramkan, tetapi anehnya setelah terdengar dalam telinga justru
mendatangkan suatu firasat jelek, timbul perasaan ngeri dalam hati kecilnya, seakanakan suatu bencana besar segera akan muncul didepan mata.
Ternyata Thian Sat nio benar benar telah muncul, kontan saja paras muka semua jago
yang hadir dalam ruangan itu berubah hebat. Dengan perasaan tak tenang Tok Hayji
mengangkat cawannya dan meneguk arak setegukan, kemudian sambil mendengus
katanya. "Sudah kalian dengar belum" Thian Sat nio telah datang"
"Yang kau maksudkan sebagai Thian Sat nio itu sebenarnya siapa?" tanya si naga tua berekor botak To Sam seng dengan berkerut.
"Kau bertanya kepadaku, lantas aku mesti bertanya kepada siapa?"jawab sibocah ketus.
Thi Lo-han Kwong-beng taysu segera berpaling dan memandang sekejap kearah Makoan tojin, kemudian katanya. "Selama ini tootiang selalu berkelana di arah tenggara, pernah kau dengar tentang manusia yang bernama Thian Sat nio ?"
Ma koan tojin yang wataknya memang dingin menyeramkan hanya tersenyum,
katanya. "Taysu saja belum pernah mendengar, dari mana pinto bisa tahu?"
Perlu diketahui, dari sekian banyak orang yang hadir dalam ruangan sekarang. Ma
koan tojin, Thi Lo han Kwong beng taysu rian Naga tua berekor botak To Sam seng
termasuk orang yang paling tinggi kedudukannya dan paling tenar namanya.
Tapi kenyataannya sekarang, mereka bertiga pun tak mengetahui asal usul dari Thian
Sat"nio, sudah barang tentu orang lain lebih lebih tidak mengerti.
Thi Lo han Kwong beng taysu tertawa nyaring, lalu katanya. "Bagus sekali, hari ini marilah kita bersama-sama menyaksikan macam apakah dalang dari dunia persilatan
ini" To Sam seng mengangkat cawannya dan meneguk kering isi araknya, lalu dengan mata
berkilat sambungnya.
"Perkataan Taysu memang benar, sudah setua ini lohu hidup didunia, belum pernah
kudengar ada seorang dalang yang mengalir suatu pembunuhan dalam dunia
persilatan."
Mendadak terdengar suara tertawa dingin yang keras dan mengerikan bagaikan sukma
gentayangan saja berkumandang didalam ruangan.
Suara tersebut datangnya sangat istimewa dan aneh sekali, membuat hati orang
terasa tercekat.
Semua jago yang berada dalam ruangan itu kontan merasa terkesiap, dalam sekejap
mata suasana dalam ruangan berubah menjadi sunyi senyap, setiap orang dengan
sorot mata kaget seram bercampur tercengang mulai melakukan pemeriksaan
disekeliling tempat itu.
Waktu itu sedang tengah hari, langit cerah dan suasana terang benderang, terkecuali
orang orang yang berkumpul dikedua meja perjamuan tersebut tak nampak sesosok
bayangan manusiapun.
Padahal suara dingin yang menyeramkan itu jelas berkumandang dari atas ruangan,
siapapun merasa yakin kalau tak salah mendengar..
Puluhan tahun hidup didalam dunia persilatan suasana seperti apapun sudah pernah
dijumpai Beng Kian ho, akan tetapi baru kali ini dia menghadapi situasi seperti hari ini.
Sebagai tuan rumah, apalagi d isaat dia sedang menjamu tamu-tamunya, tentu saja
keadaan semacam ini amat mengurangi kewibawaannya, tak heran kalau dia segera
bangkit berdiri dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu dengan mata melotot
besar. Kemudian serunya dengan suara lantang.
"Sahabat dari manakah yang telah datang" Jika aku orang she Beng yang dituju, harap segera menampakkan diri agar aku orang she Beng tahu manusia macam apakah
dirimu itu?"
Bentakan tersebut diutarakan dengan suara yang keras, nadanya mendengung
kencang menggetarkan seluruh ruangan,jelas kemarahannya telah mencapai pada


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puncaknya. Siapa tahu, walaupun bentakan telah diutarakan dan waktu berlalu dengan cepat,
belum juga kedengaran suara jawaban apa-apa.
Keadaan tersebut seakan-akan memperlihatkan kalau suara tertawa dingin yang
terdengar tadi, pada hakekatnya seperti tak pernah terjadi.
Ma koan tojin menggoyangkan tangannya berulang kali, kemudian sambil mendengus
dingin ujarnya.
"Beng congpiautau, silahkan duduk untuk berbincang-bincang, paling tidak orang yang tertawa dingin itu memancarkan suaranya dari jarak satu li, apa yang diperlihatkan tak lebih hanya kepandaian Jian li coan im (seribu li menyampaikan suara)"
Perlu diketahui bagi seseorang yang tenaga dalamnya telah berhasil mencapai
kesempurnaan, dia dapat mengubah suara yang keluar menjadi suatu gelombang
suara yang keluar dari mulut pembicaraan langsung memasuki telinga lawan,
sekalipun orang yang berada disampingnya juga sukar untuk mendengar kalau suara
itu beraSal dari ilmu coan-im jim.
Akan tetapi suara itu hanya bisa digunakan bila orang yang bersangkutan saling
berhadapan muka dengan jarak tidak begitu jauh,
Bila seseorang bisa melatih ilmunya selangkah lebih maju hingga suara yang terpancar
tak menyambar tapi mengumpul jadi satu garis, suara yang dikirim dari jarak satu dua
li pun masih dapat terdengar jelas seperti orang yang berbicara saling berhadapan
muka saja, kepandaian semaCam ini dinamakan Jim li coan im (seribu li menyampaikan
suara) Dari sekian banyak orang yang hadir dalam ruangan itu yang dapat menggunakan ilmu
menyampi kan suara saja tak banyak, sudah barang tentu orang yang dapat
menggunakan ilmu Jian li coan im semakin sedikit lagi.
Sementara orang lagi merasa kaget juga bercampur tertegun sesudah mendengar
perkataan dari Ma koan Tojin mendadak "Heeeehhh. , .heeeehhh- - - heeeerhhhh- - -"
Didalam ruangan itu kembali berkumandang serentetan suara tertawa aneh yang amat
membetot sukma, suaranya tajam menusuk pendengaran dan amat tak sedap
didengar. Kali ini semua oraag dapat mendengar dengan jelas, suara tertawa seram itu benar2
berasal dari atas ruangan tengah.
Yang tepat, suara tersebut mangalun didalam ruangan tengah dan melayang kesana
kemari tiada hentinya, sehingga membuat orang tak bisameraba secara tepat. Paras
muka Ma koan lojin segera berubah sangat hebat.
Paras muka Thi Lo han Kwong beng taysu dan siNaga tua berekor botak To Sam seng
juga turut berubah hebat.
Dengan kehadiran mereka bertiga disitu, ternyata orang tersebut masih berani
bermain gila dengan cara yang begitu jumawa, bahkan hal ini sama halnya dengan
memandang enteng mereka semua"
Beng Kian hoo sendiri, meskitahu kalau pihak lawan bukan seorang manusia yang bisa
dihadapi secara mudah, toh mendongkol juga hatinya-melihat kejumawaan orang, tak
tahan dia lantas melompat bangun, lalu sambil menjura tegurnya. "Apakah kau adalah Thian Sat nio?"
Terdengar suara seorang nenek yang mirip bambu pecah segera menjawab sambil
tertawa. "Buat apa hal ini mesti ditanyakan lagi." jawabnya dingin mana kaku lagi, seakan-akan berasal dari depan mata semua orang, tapi
para jago jago tak dapat menentukan secara tepat berasal dari manakah suara itu"
Mendadak Beng Kian hoo tertawa tergelak.
"Hahhh--- hEaahh --- saudara telah mewakili Aku orang she Beng untuk mengundang
datang begitu banyak teman yang sukar dijumpai hari-hari biasa sehingga mereka
berkunjung kemarin kejadian mana membuat aku orang she Beng merasa amat
bangga. Kini semua teman telah berkumpul kalau toh saudara telah mewakili aku orang she
Beng untuk mengundang tamu, -nah kau musuh kek atau teman kek, paling tidak
sepantasnya, Jika tampi kan diri untuk berjumpa dengan semua orang, aku orang she
Beng sebagai tuan rumah, siap menantikan kedatanganmu"
Dia memang tak malu disebut orang pemimpin dari seluruh perusahaan angkutan yang
berada dilima propinsi wilayah Selatan, kendatipun berada dalam keadaan marah,
caranya berbicara tetap sopan dan sama sekali tidak keras.
"Tidak perduli" suara macam bambu pecah itu berkumandang lagi dingin. "Bu Lim Siu hud "
Suara-pujian berkumandang dari kursi pertama meja perjamuan sebelah kanan.
Keng hian tootiang dari Bi tong-pay yang semenjak tadi sambil duduk di meja
perjamuan tidak bicara, pelan-pelan bangkit berdiri, setelah menjura ke angkasa
tanyanya sambil mendongakan kepala.
"Lo-sicu telah mewakil Beng Tayhiap mengundang kedatangan pinto suheng-te
berdua, tolong tanya ada urusan apa kau?"
Pertanyaan ini merupakan persoalan yang ingin diketahui oleh setiap orang, maka
begitu pertanyaan itu diutarakan semua orang segera memusatkan perhatiannya
untuk mendengarkan dengan seksama.
Tapi suara parau macam bambu pecah dari Thian sat nio tidak terdengar lagi,
sebaliknya suara seseorang yang kasar dan keras mengemakan gelak tertawa nyaring.
"Haahh. .. . haaah. . . . bukankah kedatangan kalian semua disebabkan oleh benda
yang lenyap dari perusahaan Ban li piaukiok" sekarang aku telah mengumpulkan kalian
semua disini agar bisa mati bersama, bukankah hal ini merupakan suatu keuntungan
buat kalian?"
Suara orang itu kasar dan nyaring, dalam sekilas pendengaran saja dapat diketahui
kalau dia adalah suara lelaki yang membawakan nyanyian nyaring tadi.
Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar2 anat sempurna, bukan saja suara
pembicaraannya memekikkan telinga, sumber suaranya sendiripun sukar diraba.
Kang-jin tojin yang duduk disamping Kang hian tojin segera berubah muka, sambil
tertawa nyaring serunya.
"Kalau didengar dari ucapanmu itu, tampaknya kalau kau yang telah membunuh Siau
sute?" Ucapan tersebut memang ingin diketahui pula oleh setiap orang, sehingga serentak
para jago yang berada disinipun memasang telinga dengan wajah serius.
"Memang benar, kehadiran orang itu tak lain adalah demi benda yang hilang dari
perusahaan Ban li piaukiok."
Terdengar suara kasar tadi kembali tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh. ... seratus orang Siau Beng sau mampus bersamapun tak ada sangkut-pautnya dengan "kami"
"Kalau bukan kalian, siapakah yang melakukan perbuatan itu?" bentak Bwee hoa kiam Thio Kun kai dengan gusar.
"Dengan andalkan namaku Kan Liucu dari Thian sat bun, sekalipun sudah membunuh
selaksa orang. kami juga takkan menyangkal "
Yang dimaksudkan sebagai "Kan Liu-cu dari Thian sat-bun" sudah jelas merupakan nama darinya.
Tapi begitu banyak jago yang berpengalaman puluhan tahun dalam ruangan saat itu,
ternyata tak seorangpun yang pernah mendengar tentang perguruan "Thian sat bun"
seperti apa yang diucapkan olehnya itu, sudah barang tentu tak ada orang yang
mengetahui siapa gerangan manusia bernama Kan Liu cu tersebut.
Bwee-hoa kiam ingin membuka suaranya, tapi Keng hian tojin segera menggelengkan
kepalanya mencegah, kemudian sambil menjura ke tengah udara dia berkata.
"Jika kudengar dari ucapan sicu, tampaknya kau sudah tahu akan alasan yang
menyebabkan kematian Siau sute kami itu, entah benda apakah yang sedang
dilindungi oleh Siau sute itu" Apakah sicu bersedia untuk memberi keterangan-"
"Bukankah Thian yan cu sengaja mengutus kalian untuk memberi bantuan kepada
Siau-Beng san?" kata Kan Liu cu cepat, "mungkin kalian tidak tahu, tapi suhu kalian sudah pasti mengetahui hal itu dengan se-jelas2-nya."
Keng hian tojin yang mendengar perkataan itu menjadi tertegun, segera pikirnya.
"Yaa, kami benar memang mendapat tugas untuk membantu Siau sute, justru karena
ditengah jalan kami dengar tentang berita kematian Siau sute, maka segera berangkat
kemari, heran darimana mereka bisa mengetahui persoalan ini?"
Sementara itu, Keng jin tojin telah berkata kembali.
"Jikalau Siau sute bukan dibunuh oleh sicu, lantas apa maksud tujuan kalian yang
sebenarnya?"
"Thian sat bun bertekad untuk mendapatkan benda itu " kata Kan Liu cu dingin.
"Kalau begitu Thian sat buu telah mengetahui siapa yang telah turun tangan?"
"Hmmm, itulah yang menjadi alasan mengapa kalian manusia-manusia kurcaci dari
dunia persilatan harus mampus."
Ma-koan tojin adalah manusia yang licik, selama ini dia hanya membungkam diri
belaka sambil memusatkan segenap perhatiannya guna mempehatikan asal mula
suara lawan- Akan tetapi, walaupun sudah mendengarkan dengan cermat sekian lama, ternyata
belum berhasil juga untuk menentukan arah sumber suara tersebut, kenyataan ini
diam-diam membuat hatinya terkesiap sekali.
"Tampaknya cukup seorang anak buah Thian sat bun sudah memiliki kepandaian silat
yang sangat lihay, bahkan kelihayan orang itu sedikitpun tak beradi dibawah
kepandaian sendiri."
Mendadak dia mendongakkan kepalanya, setajam sembilu sorot mata yang memancar
keluar dari balik matanya, dengan suara keras bentaknya.
"Kau bilang siapa yang telah turun tangan ?" Ma koan tojin dari bukit Hong sin sudah termasyur karena kebegisannya, semenjak duduk dikursi utama tadi, kecuali sikapnya
menunjukkan kelicikan dan keseraman gerak geriknya sama sekali tak menyalahi adat
sopan santun. Akan tetapi setelah mengucapkan kata2 tersebut, wajahnya segera berubah menjadi
menyeringai seram, hawa napsu membunuh pun segera menyelimuti seluruh
wajahnya. "Suatu pertanyaan yang sangat bagus." Kan Liu cu segera berseru dengan suara dingin,
"siapa kah orang yang melakukan perbuatan itu, tentunya takkan terlepas dari kalian yang berada didalam ruangan saat ini bukan ?"
"Betul2 suatu perkataan yang sangat mengejutkan" kontan saja semua orang yang hadir dalam ruangan itu mulai bertanya-tanya, sementara sorot mata merekapun
tanpa terasa saling berpandangan muka.
Dari meja perjamuan sebelah kanan, Beng-kiam ho sebagai tuan rumah dan pemilik
perusahaan An wan piaukiok yang bertindak sebagai penengah untuk menghilangkan
kesalahan antara ketua Thi
pit pang Ting ci kang dari pihak Bu tongpay, tentu saja bukan seorang yang dapat
dicurigai. Sedangkan Keng hian tojin, Keng Jin tojin serta Bwe hoa kiam kakak beradik dari Bu
tongpay adalah pihak yang datang melakukan penyelidikan jelas mereka mustahil
sebagai pembunuhnya .
Sebaliknya Thi pit pa ngcu Ting Ci kang itu, Beng kian ho yang bertindak sebagai saksi dengan mengatakan bahwa tatkala Ban li piaukiok tertimpa musibah, dia sedang
berada di bukit Thian bok San, jadi diapun mustahil sebagai pembunuhnya.
Wi tiong hong baru pertama kali terjun ke dalam dunia persilatan diapun merupakan
murid Thian Goan-Cu dari Bu tong pay, tentu saja anak muda inipun bukanItu berarti orang2 yang berada di meja perjamuan sebelah kanan hampir semuanya
tak dapat dicurigai.
Berbeda keadaannya dengan mereka yang berada di meja perjamuan sebelah kiri.
Ma koan tojin, Thi Lo han Kwong Beng maupun Naga tua berekor botak, mereka boleh
dibilang merupakan jago2 dari golongan hitam yang sudah termashur namanya di
wilayah Kang lam.
Kang pak siang kiat juga merupakan penjahat keji yang sudah termashur namanya. Tok
Hay ji sudah dua kali melepaskan racun secara diam diam.
Selain itu masih ada lagi seorang sastrawan berbaju hijau, sejak masuk ke dalam
ruangan dan kecuali dia mengaku she Pit ketika Beng Kiao-ho menanyakan namanya,
dan selama ini dia cuma membungkam dalam seribu bahasa, sudah tentu manusia
semacam ini jelas datang karena ada maksud tertentu.
Dalam pandangan orang-orang yang berada dimeja meja perjamuan sebelah kanan,
teitu saja mereka semua merupakan orang orang yang patut dicurigai.
Sebaliknya bagi orang-orang yang berada di meja perjamuan sebelah kiri, kecuali
mereka saling menduga diantara mereka sendiri, terhadap Ting Ci kang dan Wi tiong
hong sekalian yang berada dimeja perjamuan sebelah kanan pun menaruh perasaan
curiga. Untuk sesaat suasana dalam ruangan itu menjadi sepi, hening dan tidak kedengaran
sedikit suarapun, mereka saling mengawasi dengan penuh kecurigaan.
Thi lohan Kwong beng hwesio memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu tertawa
terbahak-bahak.
"Haah. . haah sicu,apakah kau bertujuan untuk mengadu domba, huuh, kalau didengar dari ucapanmu itu, jelas Thian sat- bun pun tak bisa terlepas dari peristiwa ini."
si Naga tua berekor botak To Sam teng ikut bertepuk tangan keras sambungnya cepat.
"Benar kalau dilihat dari perbuatan kalian yang telah mencatut nama Bengcongpiautaw untuk memancing kami datang kemari, jelaslah sudah kalau kalian
memang mempunyai rencana busuk tertentu."
Kan Liu-cu segera tertawa dingin.
"Hehhh . . . heeehhh .. . lebih baik kalian tak usah banyak bicara lagi, bagaimanapun juga jangan harap kalian bisa hidup selewatnya hari ini"
Si golok pengejar angin Hee-ho Nian dari Kang pak siang kiat berwatak paling
berangasan, habislah kesabarannya setelah menyaksikan keadaan tersebut, mendadak
ia membentak dengan suara dalam. "sekarang apa yang hendak kau lakukan?"
Baru selesai perkataan itu diutarakan mendadak terdengar serentetan suara gadis
yang merdu berseru.
"Kan toako, waktunya sudah tiba, buat apa kau mesti ribut melulu dengan mereka?"
Suara itu merdu merayu, ternyata tak lain adalah suara dari perempuan yang
membawakan nyanyian merdu tadi.
Ucapannya itu se-akan2 berkumandang dari dalam ruangan, seperti orangnya berdiri
dihadapan mereka saja.
ooo00ooo Bab-08 KAN LIU CU segera tertawa ter-bahak2.
"Haaaah...haaahh...haaaahh....aku hanya menerangkan perkataanku saja, agar meeka
bisa mampus dalam keadaan mengerti, baiklah Sam sumoay, lebih baik kau saja yang
mereka hendak mengumumkan apa" Mungkin mengumumkan nama pembunuh yang
telah melakukan pembekalan dan pembunuhan itu?"
Setap orang yang berada dalam ruangan itu memusatkan semua perhatiannya dam
memperhatikan dengan seksama. Terdengar gadis itu berkata lebih jauh.
"Kehadiran kalian dikota Sang-siau ini sedikit banyak tentu ada hubungannya dengan barang yang dibawa Siau Beng-san, namun suhuku tidak suka melakukan pembunuhan
yang tanpa aturan, maka berikut ini ditentukan empat pasal yang akan dilaksanakan.
Pertama, orang yang sudah berhasil, dibunuh tanpa ampun.
Kedua, orang yang mempunyai intrik jahat, dibunuh tanpa ampun.
Ketiga, orang yang tahuan dibunuh tanpa ampun.
Keempat, orang yang ada hubungannya dengan peristiwa ini, dibunuh tanpa
ampun ..."
Secara beruntun dia telah mengucapkan kata "dibunuh tanpa ampun" sebanyak
empat kali namun ia berkata dengan santai, seakan-akan soal bunuh membunuh
merupakan suatu kejadian atau perbuatan yang sudah lumrah dan tak periu
diherankan lagi.
Suara itu merdu dan amat enak didengar akan tetapi apa dia umumkan justru
merupakan kematian dari semua orang yang berada di dalam ruangan itu.
Si Naga tua berekor botak To sam-seng marah sekali, sambil tertawa seram serunya.
"Betul-betul tekebur sekali kau ini, belum pernah lohu percaya dengan segala
omongan setan"
Ma-koan tojin tertawa seram.
"Heeehhh . . . he:ehhh . .. heeehhh . . . sekalipun pihak Thian sat bun ada niat untuk mengampuni pinto, belum tentu pinto akan menerima pengampunan" sambungnya
cepat. Perempuan itu sama sekali tidak menggubris mereka, dengan suara yang merdu
kembali sambungnya.
"Diantara kalian apakah ada yang tidak tersangkut dengan keempa tpasal diatas" Jika ada harap segera keluar, daripada turut menjadi korban."
Suatu ucapan yang amat sedap didengar, suatu ungkapan yang bermaksud baik.
Tapi sampai lama kemudian suasana tetap hening, tak seorangpun diantara mereka
yang berbicara Suara yang merdu itu kembali berkumandang.
"Wi tiong hong, tempat ini tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, keluar kau.."
Wi tiong hong yang mendengar seruan tersebut menjadi tertegun, dia tak menyangka
kalau orang itu bisa memanggil namanya, bahkan suruh dia keluar dari sana" Betulkah
Thian Sat-nlo amat bijaksana dengan tidak membunuhi mereka yang tersangka.
Kalau begitu, selain dia, semua orang yang berada disini sudah dipastikan bakal
mampus. Wi tiong hong tidak menanggapi teriakan itu, sebagai seorang pemuda yang baru saja
terjun kedalam dunia persilatan, pada hakekatnya dia belum ada pengalaman apa apa,
waktu itu dia tak tahu haruskah keluar atau tidak. Apa pula yang harus dilakukan"
Dalam ruangan hadir banyak orang namun tak ada yang tahu siapakah Wi tiong hong
itu. Mereka lantas saling berpandangan dengan sorot mata penuh keheranan . . .
Tok Hay-ji mendengus dingin, ejeknya tiba2.
"Tak nyana kalau Thian Sat niopun mengecualikan orang yang akan di bunuh."
si Naga tua berekor botak To Sam seng segera memandang sekejap sekeliling arena,
kemudian tanyanya. "Siapakah sih tiong hong itu?"
Pelan2 Ting ci kang berjalan kesamping wi tiong hong, lalu bisiknya.
"Saudara Wi persoalan disini memang tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, lebih
baik kau tinggalkan saja tempat ini"
"Toako, aku tak mau pergi" seru Wi tiong hoag dengan wajah memerah karena jengah.
Ting ci kang termenung sebentar , lalu dengan suara yang lirih bisiknya pelan"Tampaknya apa yang sedang berlangsung kini amat berbahaya sekali, hingga
sekarang kita masih belum tahu dengan jelas keadaan lawan, rasanya tak perlu kau
terjunkan diri kedalam persoalan ini."
"Cuma, tujuan lawan tidak jelas, akupun kurang lega untuk membiarkan kaupergi
seorang diri, begini saja, kau boleh saja tetap tinggal disini tapi entah peristiwa apapun yaag terjadi lebih baik tak usah kau campuri." Wi tiong hong segera manggut-manggut tanpa menjawab. Dalam pada itu suara yang merdu tadi kembali berkumandang.
"Wi tiong hong, suduh kau dengar belum" Hayo cepat keluar dari ruangan itu"
"Hei, sebetulnya siapa sih yang bernama Wi-tiong hong?" teriak si nagatua berekor botak To Sam seng dengan kening berkerut.
"Akulah orangnya" Wi tiong hong segera menyahut.
Serentak semua orang yang berada di perjamuan sebelah kiri mengalihkan sorot
matanya kearah pemuda itu.


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"omintohud" Thi Lo han Kwong beng hwee-slo segera tertawa terbahak-bahak. "Thian Sat-nlo suruh siau sicu keluar, mengapa siau sicu belum juga keluar?"
"Aku ingin pergi dari sini"
"Siapakah Thian Sat nio itu" Kalau begitu, kau pasti tahu?" seru si nagatua berekor botak To Sam seng cepat.
"Aku tidak tahu"
"Kalau kau tidak kenal dengan Thian Sat nio mengapa dia menyuruh kau keluar?"
Wi tiong hong yang mendapatkan itu-terjadi tertegun. "Soal ini . .. soal inipun aku tidak tahu" sahutnya.
Mendadak si Naga tua berekor botak tertawa terbahak-bahak. kembali dia berseru.
"Haaaah .. . haaah , . . . sudah separuh hidupku lohu sudah berkelana didalam dunia persilatan, mana mungkin kau si bocah cilik dapat mengelabuhi diriku?"
"Hm, aku lihat, kemungkinan besar kau adalah orang orang yang di utus oleh Thian Sat nio untuk menyelundup kemari" bentak si Naga tua berekor botak dengan sorot mata
berkilat tajam.
Dari ucapan tersebut semua orang segera dapat menduga maksud dari ucapan iblis
tua itu. Maka begitu dia membentak keras, serentak semua orang mengalihkan sinar matinya
ke wajah Wi tiong liong dengan penuh kecurigaan.
Wi tiong hong adalah seorang pemuda yang baru terjun ke dalam dunia pers ilatan
mendengar bentakan itu, paras mukanya kontan menjadi merah pa da.
"Hei, mengapa kau bicara sembarangan?" serunya kemudian dengan kening berkerut.
"Apakah lohu salah bicara?" teriak si Niga tua berekor botak dengan gusar.
"Yaa, bocah keparat itu tak boleh dilepas" teriak si Golok pengejar angin Hot- ho Nian pula dengan suara keras.
Ting ci kang yang menyakslkan situasi sudah meruncing, buru2 menjura seraya
berseru. "Enkoh To salah paham, saudara Wi ini baru terjun kedua persilatan dia adalah
sahabatku"
"Haahh - - - - haah - -- - apalagi begitu, dia lebih lebih tak boleh pergi lagi" seru si Naga toa berekor botak sambil tertawa ter bahak bahak.
Maksud dari perkataan itu jelas sekali, yakni kalau toh Wi tiong hong adalah
komplotan Ting Ci kang mungkin Thian sat nio pun merupakan kompfotan yang kalian
undang datang. Ting ci kang sebagai ketua perkUmpulan Thi pit pang dan sudah lama terjun kedalam
dunia persilatan, sudah barang tentu dapat memahami maksud dari perkataan itu,
paras mukanya segera berubah menjadi membesi.
"To loko, apa maksud dari perkataanmu itu?"
Dalam pada itu, Wi tiong hong telah berkata pula. "Aku bilang kalau aku tak pergi dari sini"
"Hmm kalau kau tak pergi, hal ini memaag lebih baik lagi"
"Perkataan dari To loko memang benar" kata si golok pengejar angin Hee ho Nian pula,
"asal usul dari keparat ini tidak jelas, dia memang perlu ditangkap untuk diperiksa secara teliti"
Dengan wajah penuh kegusaran Ting Ci kang segera tertawa terbahak-bahak.
"Haahnh. . . haaahhh. . . haahhn. . . sudah kukatakan, saudara Wi adalah teman yang semula aku orang she Ting undang kemari, bila Heeho loko berkata demikian, hal ini
sama artinya dengan mencari urusan dengan aku orang she Ting."
"Bu liang siu hud"
Mendadak Keng hian lojin yang berada di meja perjamuan sebelah kanan bangkit
berdiri seraya menjura, kemudian katanya.
"Wi siau sicu ini adalah murid supek pinto, harap saudara sekalian jangan salah
paham." sebagai murid pertama dari ketua Bu tong pay, ucapannya memang jauh lebih
berbobot. Semua yang hadir diarena segera tertegun dibuatnya, mereka baru tahu sekarang
kalau pemuda berbaju hijau itu adalah anak murid dari Thian Goan cu.
Srentakk terdengar perkataan demi perkataan dari si naga tua berekor botak To Sam
teng serta si Golok pengejar angin He ho Nian tadi kemarahan dalam hati Wi Tiang
hong telah berkobar, akan tetapi berhubung dia tahu kalau kebanyakan orang yang
hadir diarena sekarang merupakan jago-jago persilatan yang sudah banyak tahun
tersohor dalam dunia persilatan maka ia memaksa diri untuk menekan kobaran hawa
amarah tersebut.
Maka ketika dilihatnya sekarang bahwa gara2 persoalannya membuat Ting toak
bentrok dengan orang-orang itu, habis sudah kesabarannya, sambil menjura tiba2
ujarnya. kepada Ting Ci kang
"Ting taako, sebetulnya siaute tak ingin pergi tempat ini, kalau toh ada orang yang menaruh curiga kepadaku, lebih baik siaute mohon diri saja dari sini" selesai berkata dia lantas membalikkan badannya dan berlalu dari tempat itu.
Mendadak si Naga tua berekor botak To sam teng menggebrak meja sambil
membentak keras. "Berhenti "
"Masih ada petunjuk apalagi darimu?" desak Wi tiong hong sangat marah.
Si Naga tua berekor botak To Sam seng tertawa dingin "Walaupun kau adalah murid
Bu tong pay. pada saat dan keadaan seperti inipun mesti tetap tinggal disini" serunya.
Wi tiong hong semakin gusar, teriaknya cepat
"Aku bukan murid Bu toag pay, tapi kalau aku mau pergi aku akan pergi, tak ada orang yg bisa mengurus diriku"
Si Golok pengejar angin Hee ho Nian turut melompat bangun, ejeknya sambil tertawa
seram. "Kalau To loko menyuruh kau tetap tinggal disini, kau harus tetap tinggal disini." Begitu si Golok pengejar angin Heeho Nian bangkit berdiri, loji dari Kang pak siang kiat be ong sin ( Dewa raja kuda ) Ku Tay tong ikut melompat bangun pula.
Beng Kian hoo yang menyaksikan suasana meruncing dan datang suatu bentrokan
segera bakal terjadi, buru-buru ikut bangun berdiri, dia hanya goyangkan tangannya
berulang kali tanpa sempat berbicara. sebab pada saat itulah terdengar serentetan
suara pekikan yang aneh sekali.
Pekikan tersebut amat tajam dan meruncing, mula mula berada di kejauhan sana,
namun makin lama semakin dekat.
Kalau didengar sepintas lalu, suara itu bagaikan suara seruling yang terhembus angin
puyuh suaranya begitu keras, melengking tinggi hingga amat tak sedap didengar,
terutama kecepatannya sewaktu meluncur datang benar-benar mengerikan sekali.
Semua orang tidak kenal suara apakah itu, buru-buru mereka berpaling kearah
datangnya cahaya tadi, tampak sekilas cahaya putih di ringi suara desingan lengking
yang memekikkan telinga meluncur dari depan wuwungan rumah.
Ternyata benda itu adalah sebilah pisau terbang Liu yap hui to yang panjangnya tujuh
inci dan bersinar tajam.
Setelah meluncur masuk ke dalam ruangan, pisau terbang itu tidak jatuh ke bawah,
melainkan setelah berputar satu lingkaran diatas kepala semua orang, kemudian . . .
"weess" meluncur keluar lagi dari ruangan tersebut.
Pisau terbang itu datang maupun pergi dengan kecepatan seperti sambaran kilat,
kecepatannya betul-betul mengerikan sekali
Meskipun semua orang yang hadir di dalam ruangan saat itu merupakan jago-jago
kelas satu didalam dunia persilatan, tapi oleh karena Sewaktu pisau terbang itu
meluncur masuk tadi tak ada yang tahu bakal terjatuh ke mana, maka tak seorangpun
diantara mereka yang mencoba untuk menghalanginya.
Menanti pisau terbang tersebut telah membuat satu lingkaran dalam ruangan lalu
melayang keluar lagi dari situ, untuk menghalanginya lagi sudah tak sempat.
Thi Lo han Kwong beng hweeslo tertawa, ia segera menyentilkan jari tangannya
kedepan... . "
"sreeet"
Segulung desingan angin tajam segera meluncur ke angkasa dan mengejar pisau
terbang tersebut, sayang tindakannya itu terlambat setindak. serangannya tidak
berhasil menghantam pisau terbang tadi. "Cri ing ..."
Sebatang anak panah pendek yang dilepaskan wakil congpiautau, Cuan im an Lie
Goan-tong juga bersamaan waktunya terpental balik oleh pisau terbang tersebut,
sewaktu terjatuh ketanah, panah pendek itu sudah patah menjadi dua bagianDengan adanya peristiwa itu, maka semua orang lantas menduga bahwa hal itu
merupakan pertanda dari gerakan Thian Sat nio.
Sejak terjun kedunia persilatan, tak seorangpun diantara sekian banyak jago yang
berada di dalam ruangan itu yang pernah menyaksikan pisau terbang yang telah
meluncur masuk ternyata bisa melayang keluar, lalu untuk sesaat mereka jadi
terbungkam dan saling berpandangan dengan wajah tertegun.
Sementara itu, Thi Lo han Kwong beng hweeslo yang sedang menyaksikan
serangannya meleset segera naik pitam, wajahnya yang gemuk dan putih itu berubah
jadi hijau membesi, sepasang matanya melotot besar, agaknya ia telah bersiap sedia
untuk melakukan tubrukan kedepan.
Tiba2 Ma kon tojin tertawa seram, kemudian bibirnya bergetar mengirim suaranya
lewat ilmu menyampaikan suara kepada si hwesio gemuk itu. "Taysu. . ."
Thi Lo han Kwang beng hwesio amat terperanjat, dengan cepat ia berpaling ke
belakang. Terdengar Ma koan tojin berbisik kembali, "Kepandaiao yang didemontrasikan oleh
Thian Sat nio barusan amat mirip dengan ilmu hwe hong to (golok angin berpusing)
yang amat termashur itu, sebelum pihak lawan menampakkan diri, lebih baik taysu
jangan turun tangan secara sembarangan."
Dlam-diam Thi Lo han Kwong beng hwesio merasakan hatinya bergetar keras, buru
buru dia mengangguk dan tidak berbicara lagi.
Ma koan tojin selama ini berbicara dengan Thi Lo han Kwong beng hweeslo melalui
ilmu menyampaikan suara, sudah barang tentu lainnya takkan mendengar
pembicaraan mereka.
Dalam pada itu, Wi tiong hong telah jauh dihibur oleh Ting Ci kang agar tetap tinggal
disitu, dia dianjurkan jangan membuat banyak membuat keonaran sebelum pihak
lawan melakukan sesuatu tindakanSi Golok pengejar angin Hee ho Nian yang berangasan sudah tak kuasa menahan
amarahnya lagi, mendadak dia berteriak dengan suara yang keras danp arau.
"Hei Thian Sat nio, Jika kau punya kepandaian hayo munculkan diri dan bertarung
bersama kami, kalau mau berlagak menjadi setan dengan permainan pisau terbang mu
mah lebih baik pulang kerumah saja. Ketahuilah, permainan setan dalam dunia
persilatan jauh lebih baik dari pada permainanmu, lebih baik kau tak usah membuat
lelucon dihadapan kami lagi . . ."
"Aaaah" mendadak Ting ci kaog berpaling dan menjerit tertahanWalaupun suara jeritan tertahannya amat kecil, tapi lantaran semua orang sedang
berada dalam keadaan terperanjat maka suara itu kedengaran bagaikan tusukan jarum
saja, seketika itu juga membuat perasaan semua orang bergetar keras.
"Siapa disitu?" terdengar Cuan im-an Li Goan tong membentak keras. Bentakan
tersebut makin menggetarkan semua orang.
Ketika kawanan jago itu berpaling, maka terlihatlah seorang manusia aneh berbaju
hitam yang dari kepala sampai kakinya terbungkus rapat hinggi cuma kelihatan
matanya saja, dengan membawa baki perak.pelan-pelan dia berjalan masuk melalui
pintu depan. Walaupun orang itu mengenakan kain kerudung hitam dan jubah hitam yang
dikenakan panjangnya mencapai tanah, akan tetapi pada lengan kirinya yang
memegang baki perak itu nampak putih, halus dan menyenangkan sementara potong
an badannya lamat-lamat tampak ramping.
Tak bisa disangkal lagi orang itu adalah seorang perempuan, bahkan seorang
perempuan yang berusia sangat muda.
Thian Sat nio, ternyata perempuan inilah yang bernama Thian Sat nio ....
Usai pisau terbang sampai dalam ruang tengah jaraknya ada belasan kaki lebih, sambil
membawa baki perak itu si perempuan berbaju hitam tersebut berjalan amat lambat,
sementara sorot mata semua orangpun telah tertuju keatas tubuhnya.
Tapi berhubung jaraknya masih cukup jauh, siapapun tak sempat melihat jelas benda
apakah yang berada diatas baki perak itu.
Kawanan jago yang berada dalam ruangan itu baru saja dibikin keder oleh demonstrasi
kepandaian dari Thian Sat nio, tak heran kalau perasaan semua orang pada saat itu
diliputi oleh perasaan yang sangat berat.
Akan tetapi setelah perempuan baju-hitam berkerudung hitam itu semakin mendekat,
dan mereka menduga usianya tidak terlalu besar, pelan2 para jago baru merasa agak
lega. Tiba2 Beng Kian hoo bangkit berdiri, kemudian setelah menjura tegurnya. "Sobat, kaukah yang bernama Thian Sat nio?"
Perempuan berbaju hitam itu tidak menjawab, seakan-akan tidak mendengar
perkataan itu dia melanjutkan perjalanannya melangkah masuk ke dalam ruangan.
Cuan im am Li Goan tong menjadi gusar sekali menyaksikan keangkuhan musuhnya,
dengan langkah lebar dia maju ke depan menyongsong kedatangan orang itu,
kemudian bentaknya lagi
"Sobat, mengapa kau mesti berdandan macam setan saja dengan mengerudungi
wajahmu" Bila tidak kau sebutkan siapa namamu, jangan salahkan kalau kami dari
pihak An wan piaukiok tak akan bertindak sungkan2 lagi kepadamu."
Ting Ci kang bersahabat karib dengan Beng Kian hoo maupun Cuan im an Li Goan tong,
dia kuatir dua orang itu tertimpa musibah atau kejadian yang tak dlinginkan maka
dengan cepat dia berpaling dan memberi tanda kepada Ko thian seng Lo Liang.
Ko thian seng Lo Liang segera melompat bangun, lalu dengan mengikuti dibelakang
Cuan im an Li Goan tong menuju keluar ruanganPerempuan berbaju hitam tadi terus melangkah maju kedepan, terhadap suara
bentakan dari Cuan im an Li Goan tong sama sekali tidak menggubris.
Cuan im an Li Goan tong semakin naik darah,alis matanya yang tebal segera berkerut
kencang, kemudian sambil mencabut keluar pedangnya membentuk serentetan
cahaya bianglala berwarna perak, bentaknya.
"Berhenti, sudah kau dengar belum perkataanku itu?"
Terhadap cahaya pedang yang berkilauan di depan matanya itu, siperempuan berbaju
hitam itu tetap berlagak seperti tak pernah melihatnya, pelan-pelan dia melanjutkan
terus langkahnya menuju kedepanCuan im an Li Goan tong semakin naik darah, untuk kedua kalinya dia memutar
pedangnya menciptakan serentetan cahaya bianglala berwarna perak yang
menyilaukan mata untuk membendung gerak majunya.
"Berhenti" bentaknya keras-keras, "sudah pernah dengar belum apa yung
kukatakan ?"
Sudah cukup lama Cuan im-an Li Goan tong melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan tapi belum pernah iajumpai seseorang yang begitu tenangnya menghadapi
ancaman, bahkan terhadap cahaya pedang yang menyambar didepan matapUn sama
sekali tak ambil perduli.
Maka sewaktu dilihatnya perempuan itu masih melanjutkan perjalanannya ke depan,
dengan wajah agak tertegun bentaknya lagi.
"Jika kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau diujung pedang aku orang she Li tak punya mata"
Pada hakekatnya perempuan berbaju hitam itu sama sekali tidak memandang sebelah
mata pun terhadap Li Goan tong, bagaikan tak pernah terjadi suatu kejadian apapun,
pelan-pelan dia masih melanjutkan perjalananya kedepanPerbuatan dari lawannya itu amat menggusarkan Cuan im an Li Goan tong, sambil
tertawa dingin hawa murninya segera disalurkan keluar, pergelangan tangannya
diangkat dan mendadak saja memancarkan selapis bayangan pedang yang secepat
kilat mengurung seluruh badan perempuan berbaju hitam itu.
Betul Cuan iman Li Goan tong tersohor didalam dunia persilatan karena "Sam cian
cuan-im" (tiga panah menembusi awan), namun ilmu pedang Tat mo kiam hoat yang
digergUnakannya sekarang juga memiliki kesempurnaan yang luar biasa.
Begitu serangan tersebut dilancarkan kedepan, terlihatlah cahaya tajam yang
berkilauan segera menyelimuti daerah seluas beberapa depa disekitar sana.
Kecuali perempuan berbaju hitam itu segera menghentikan gerakan tubuhnya, kalau
dia berani maju beberapa langkah lagi, maka jangan harap dia bisa meloloskan diri dari yangan pedang yang menyambar itu secara mudah.
Bab-09 Mendadak terdengar suara dengusan dingin yang amat nyaring berkumandang datang
dari balik kain kerudung hitam perempuan itu, seperti tak pernah terjadi apa apa, ujung baju
sebelah kanannya segera dikebaskan pelan kedepan.
Didalam kebasan mana tidak nampak adanya desingan angin tajam tapi secara diamdiam muncul segulung tenaga pukulan berhawa dingin dan lembut memancar keluar lewat ujung
bajunya tadi dan segera menahan gerakan pedang dari Cuao im an.
Seketika itu juga Cum im an Li Goan tong merasakan tangannya bergetar keras,
bagaikan segulung tenaga tak berwujud yang menghisapnya, tiba-tiba saja serangannya itu
terseret ke samping. Dengan begitu, jangankan menusuk orang, sekalipun ingin memunahkan serangan saja
sudah tak sempat, tak ampun lagi tubuhnya ikut menerjang kesebelah kiri mengikuti
gerakan pedangnya itu.
Untung saja kepandaian silat yang dimilikinya terhitung cukup tangguh, dan lagi
pengalamannya cukup matang, dia hanya turut maju sejauh dua langkah sebelum
dapat berdiri tegak kembali. Ko thian seng Lo Liang yang keluar bersama dari ruang bersamanya itu menjadi amat
terkejut, sambil mendengus dingin tangannya segeia diayunkan kedepan melancarkan sebuah
serangan kearah perempuan berbaju hitam itu dengan ilmu Siau thian seng ciang ( ilmu pukulan
bintang kecil). Perlu diketahui ilmu Siau thian seng ciang termasuk sejenis ilmu pukulan yang sangat
mengandalkan kesempurnaan tenaga dalam, Ko-thian seng Lo Liang sebagai salah
seorang dari empat pelindung hukum perkumpulan Thi pat-pang tentu saja memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna. Sekalipun hanya suatu serangan yang dilancarkan seenaknya, akan tetapi desingan
angin tajam yang dihasilkan ternyata luar biasa sekali.
Sambil menyungging baki perak. pelan-pelan perempuan berbaju hitam itu bergerak


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maju ke depan, kali ini dia sama sekali tidak mendengus seperti juga yang semula, hanya ujung
bajunya saja yang dikebaskan pelan ke depan.
Ternyata angin pukulan Ko Thian seng Lo Liang yang sangat kuat itu saling membentur
dengan ujung bajunya, seketika itu juga darah panas didalam dadanya bergolak keras, detik itu juga
ia dipaksa mundur sejauh beberapa langkah.
Perempuan berbaju hitam itu tidak menggubrisnya lagi, begitu selesai mengibaskan
ujung bajunya, pelan2 dia bergerak maju ke depan, seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu
apapun selama ini. Cuan im an Li Goan tong yang pedangnya terseret ke samping arena serta pukulan Ko
thian seng Lo Liang yang tergetar mundur, meski terjadi saling berurutan, sesungguhnya kedua
duanya terjadi hanya didalam waktu singkat.
Setelah tertegun sejenak. Cuan im an segera menerjang maju lagi ke depan secepat
sambaran petir, pedangnya segera diangkat bersiap-siap melancarkan serangan lagi.
Sedangan Ko thian seng Lo Liang yang dipaksa mundur sejauh tiga langkah pun segera
mendengus dingin, kemudian secepat kilat tangan kanannya merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sebuah ruyang berantai perak sambil siap-siap melancarkan serangan.
"Kalian cepat kembali" tiba-tiba Beng Kiam-hoo berteriak keras.
Sementara itu Cuan im-an Li Goan tong sudah menyadari kalau kehebatan ilmu silat
perempuan berbaju hitam itu jauh melebihi kemampuannya, sekalipun ia bekerja sama dengan
Kho thian seng Lo Liang, betul tak sampai kalah, namun harapan untuk meraih kemenanganpun
tipis sekali. . . . -ooo0O0ooo- ITULAH sebabnya begitu mendengar suhengnya memanggil dia lantas menarik kembali
pedangnya dan bersama-sama Ko thian seng mengundurkan diri dari situ.
Dalam pada itu, perempuan berbaju hitam tadi sudah berada lima enam kaki didepan
ruangan, mendadak diapun menghentikan langkahnya.
Beng Kian ho sebagai tuan ruman juga berdiri didepan ruangan dengan wajah serius,
dalam anggapannya pihak lawan pasti akan mengatakan sesuatu setelah berhenti.
Siapa tahu meski sudah dinantikan sekian lamapun, perempuan berbaju hitam yang
membawa baki perak itu masih tetap tidak maju maupun berbicara dia hanya berdiri disana tanpa
bergerak barang sedikitpun jua.
Habis sudah kesabaran Beng Kian hoo, dengan wajah serius pelan-pelan dia berkata:
"Sobat, sebenarnya apa tujuanmu?"
Perempuan berbaju hitam itu masih saja membungkam dalam seribu bahasa. "Bu liang
siu hud" Mendadak Keng hian tojin bangkit berdiri, setelah memberi hormat kepada Beng Kian
hoo, katanya. "Kalau toh kedatangan Thian Sat nio disebabkan benda yang dibegal dari perusahaan Ban li
piaukiok milik suteku, lebih baik biar pinto saja yang menanyai dia"
Begitu tojin itu berdiri, Keng jin tojin, Bwe hoa kiam Thio Kun kai serta Lakjiu im seng Thio Man turut bangkit berdiri pula.
Dengan demikian maka orang yang berada di meja perjamuan sebelah kiri telah
bangkit berdiri.
Sebaliknya di meja perjamuan sebelah kanan, hanya Ma koan lojin Thi lohan Kwong
beng hwesio, si Naga tua berekor botak To Sam seng serta sastrawan berbaju hijau saja yang masih
tetap duduk ditempat semula tanpa bergerak.
Berbarengan dengan berdirinya Keng hian tojin, si Golok pengejar angin Hee ho Nian
segera tertawa seram seraya berkata.
"Heeeeh , , , heeeh . . heeeh . , . mengapa kita mesti memperdulikan siapakah Thian Sat nio
itu, selamanya locu memang tak kenal rasa kasihan, kalau budak ingusan ini masih
berani berlagak sok rahasia didepan kita lebih baik di habisi dulu nyawanya."
Sambil membentak keras tubuhnya segera menyerobot didepan Keng hian tojin dan
menerjang keluar dari ruangan itu.
Si perempuan berbaju hitam itu masih tetap berdiri tak berkutik sehingga tetap
ditempat semula, walaupun paras mukanya yang
tertutup kain kerudung hitam itu tak nampak jelas, akan tetapi pada saat si Golok
pengejar angin Hee ho Nian menerjang keluar dari ruangan tengah itu ia segera mendengus
dingin- Dengusan dingin itu dinginnya luar biasa, pada hakekatnya tidak mirip suara dengusan
manusia, sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi siapapun yang
mendengarnya. Mendadak . . . dia mengangkat lengan kanannya, kemudian mengeluarkan telapak
tangannya yang berwarna putih dari balik ujung bajunya yang lebar.
Tangan itu kelihatan sangat indah, putih bersih dan lembut dengan jari-jari tangan
yang ramping dan halus, diatas kukunya tampak pula cat kuku berwarna merah.
Cukup dilihat dari telapak tangan itu saja dapat diketahui kalau perempuan berbaju
hitam itu selain masih muda, kemungkinan sekali wajahnya Cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan. Tiba-tiba perempuan berbaju hitam itu mengambil sebuah golok Liu yap-to sepanjang
tujuh inci dari atas baki peraknya, kemudian segera dilemparkan ketengah udara.
Sekarang semua orang baru tahu, rupanya isi baki perak itu adalah pisau terbang,
pisau terbang Liu yap bui to yang sudah pernah menyambar masuk kedalam ruangan.
Tapi, mengapakah dia melemparkan pisau terbang itu ketengah udara" Apa
maksudnya ?" Suatu
peristiwa aneh pun terjadi pada saat itu. Ternyata perempuan berbaju hitam itu
memiliki suatu kepandaian ilmu melepaskan pisau terbang yang sangat lihay, ketika
melemparkan pisau
terbangnya tadi, senjata tersebut tertuju keatas tanpa menimbulkan sedikit suarapun,
tapi ketika pisau itu berada ditengah udara, entah bagaimana berputarnya tahu tahu sudah
meluncur kembali kebawah dengan disertai desingan tajam yang amat memekikkan telinga.
"Sreeeet. . ."
Serentetan cahaya bianglala berwarna perak secepat kilat menyambar ke muka dan
menerjang ke dada si Golok pengejar angin Hee ho Nian.
Kang pak siang kiat merupakan gembong2 dari golongan hitam yang cukup termashur
namanya di wilayah utara sungai besar, sebagaijagoan kenamaan yang sudah banyak tahun
malang melintang
dalam2 dunia persilatan, tentusaja reaksi dari si Golok pengejar angin Heeho Nian
cukup cekatan. Ketika ia menyaksikan si perempuan berbaju hitam itu mengambil pisau terbang
sambil melemparkan ke tengah udara tadi, diam2 ia sudah waspada, maka tatkala dilihatnya
pisau terbang itu tertuju ke dadanya- kontan saja ia tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh . . . haaahhh , . . . haaahhh . . . rupanya kaU hanya memiliki kepandaian semacam
ini. . ." Sambil mengangkatpergelangantangannya, dia memutar golok Yan leng to miliknya
sambil menyambut datangnya sambaran pisau terbang tadi.
Suara bentakan belum lagi habis diutarakan dengan mendadak terdengar suara
benturan nyaring
bergema memecahkan keheningan- . . "Traaang Traaang "
Menyusul berkumandang pula suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati.
Cahaya perak menyambar lewat lalu lenyap. secepat sambaran kilat pisau terbang liu
yap-hui- to tadi sudah menembusi dada si Golok pengejar angin Hee ho Nian, kemudian setelah
membentuk gerakan setengah busur melayang balik kembali keatas baki perak yang berada
ditangan perempuan berbaju hitam itu.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, baru saja pisau terbang itu
"Traang "jatuh kembali diatas baki perak. dipihak lain tubuh si Golok pengejar angin Hee ho Niaa
telah roboh terjengkang diatas tanah dengan darah segar bercucuran membasahi
seluruh permukaan tanah.
Padahal sewaktu bertarung melawan Tok Hay ji tadi, semua orang sempat melihat
permainan golok berantai dari si Golok pengejar angin cepat bagaikan sambaran kilat dengan
perubahan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Siapa tahu dalam kenyataannya sekarang, dalam waktu yang begitu singkat dan cepat
dia telah tewas diujung pisau terbang lawan,
Menyaksikan saudara angkatnya tewas, Si Dewa raja kuda Ku Tay tong menjadi
berang, dengan sepasang mata berwarna merah menyala bentaknya keras-keras. "Budak keparat,
serahkan selembar jiwamu"
Sepasang kakinya segera menjejak tanah sambil menubruk kearah perempuan berbaju
hitam itu, begitu orangnya tiba golok pun tiba, dengan ganas dia menusuk dada perempuan
berbaju hitam itu. Kali ini semua orang tak sempat menyaksikan bagaimana caranya perempuan berbaju
hitam itu turun tangan hanya terdengar desingan angin tajam yang menyertai kilatan cahaya
tajam membelah angkasa, tahu-tahu pisau terbang itu kembali sudah beraksi.
cahaya perak berkelebat lewat, jeritan ngeri berkumandang saling menyusul, dan
kemudian "Tiaang" pisau terbang tadi sudah melayang balik keatas baki perak.
Dewa raja kuda Ku Tay tong yang berperawakan tinggi besar itu tahu-tahu sudah
roboh terkapar diatas tanah, darah segera menyembur keluar dari punggungnya.
Peristiwa ini benar-benar menggetarkan hati setiap orang, kontan saja paras muka
semua orang berubah hebat. Dengan sorot mata yang tajam tapi jeli, perempuan berbaju hitam itu memandang
Sekejap ke Pendekar Satu Jurus 8 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Pendekar Pemetik Harpa 19

Cari Blog Ini