Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Bagian 5
Lambat laun Kong Sun Giok mulai sadar dari
pingsannya. Ia merasa tulang2nya sakit, jalan napasnya
mangpat, dan kerongkongannya kering sekali. lapun merasa
se-olah2 dadanya tertindih dengan benda yang berat sekali,
dan kepala-nya pusing! la masih tertelentang, dan
mendengar suara orang menangis tersedu-sedu. la tak dapat
berbalik. Badannya masih kaku. Ia terperanjat, dan mulai
mengenangkan pertarungan melawan Bo San Shin Lo. Ia
ingat bahwa pedangnia dibikin terpental oleh lawannya,
bahwa ia terluka karena menangkis jotosan yang dilepaskan
oleh tenaga dalam lawannya sehingga pingsan. lapun ingat
bahwa ia telah dikubur hidup2 didalam sebuah lubang yang
telah disediakan untuknya. Mengapa ia masih dapat hidup"
Dan apakah bau yang harum ini!" la berusaha melirik
kesamping dan berhasil melihat sigadis yang berbaju merah
sedang menangis tersedu-sedu. la mencoba bangun, tetapi
mendadak matanya gelap, dan kepalanya pusing sekali.
238 Gadis yang berada dipinggir tempat tidurnya itu berkata
dengan ramah: "Kong Sun Slauw-hiap. Untuk sementara
waktu, harap kau tidur telentang, karena kau telah
kehilangan banyak tenaga, dan lukamu parah. Meskipun
guruku telah mengobati kau dengann ilmu tenaga
dalamnya, dan telah memberikan kau obat yang mustajab,
tetapi paling sedikit 7-8 hari kau harus berbaring diatas
tempat tidur ini. Aku harap kau jangan paksakan bangun,
Tidurlah!"
Ucapan yang ramah itu membikin Kong Sun Giok
terkejut, dan kemudian marah. Tetapi baru saja amarahnya
naik, ia segera merasa dadanya menyesak dan sakit.
Kong Sun Giok insyaf bahwa ia betul2 telah menderita
luka parah, dan setelah ia ingat bahwa ia bertanggungjawab atas jatuh bangunnya partai Thian Lam, ia harus
menelan semua hinaan dengan sabar. Setelah ia, merasa
sedikit reda ia menanya: "Sim siocia, aku telah membayar
semua hutang saudari angkatku, Tee Thian Kauw,
dipegunungan Bo San, tetapi mengapa......" Ucapannya
dipotong oleh Sim Lam Sie yang mengatakan dengan
ramah : "Kong Sun Siauw-hiap harus beristirahat, dan
jangan mengeluh atau memikirkan tentang apa yang telah
terjadi. Jika aku tidak dapat melihat biji manik Hian Bun Ti
Cu-mu yang telah menolong jiwaku mungkin Siauw-hiap
telah dikubur hidup2. Kini kau telah menderita luka parah,
dan mungkin stikar memulihkan tenaga dan semangatmu.
Jika kau sering2 naik darah, dapat melukakan paru2mu.
Oleh karena itu, aku mohon kau bersabar dan beristirahat
dengan tenang. Aku juga minta kau dengarkan apa yang
telah terjadi, agar kita dapat bersama-sama mencari daya
upaya menyem....buhkan dan memulihkan tenaga dan
semangatrnu."
239 Lalu ia selimuti tubuhnya Kong Sun Giok, dan sambil
duduk disisi pembaringan, ia menceriterakan peristiwa yang
telah terjadi setelah Kong Sun Giok pingsan, dan
memberitahukan tentang luka2nya dan cara untuk
menyembuhkan dan memulihkan tenaga dan semangatnya.
Kong Sun Giok menjadi cemas sekali setelah mengetahui
betapa hebat luka2nya. la kuatir ia tak dapat sembuh pula
dengan demikian tak dapat menunaikan pesan guru dan
paman2 gurunya.
Ia berpikir : "Untuk memulihkan tenaga dan
semangatku, aku yakin Shin It Cui akan menolong dengan
sungguh2 hati. Obat yang mustajab juga tak sukar
diperoleh. Tetapi bagaimana Ban Cur Bu diminta
pertolongannya" la tak akan menolong aku dengan ilmu
Sun Yo Cin Kai-nya. Akupun tak sudi merendahkan diri
pergi minta pertolongannya!"
Bo San Shin Lo pernah mengatakan bahwa untuk
meno!ong Kong Sun Giok tidak ada jalan lain lagi daripada
apa yang telah dituturkan diatas. Lalu sambil mengawasi
wajahnya Sim Lam Sie, ia menanya: "Sim siocia tak usah
terlampau kuatir. Aku mempunyai urusan penting yang
harus diselesaikan. Jika aku sudah dapat bangun dan
berjalan. aku segera berlalu dari sini. Tentang soal
memulihkantenagadansemangat,akuakan
mengikhtiarkannya sendiri. Dimanakah guru siocia" Harap
kau memberitahukan bahwa aku, Kong Sun Giok, tidak
menaruh dendam atas apa yang telah terjadi terhadap
diriku. Akupun minta siocia jangan membikin perhitungan
terhadap Tee Thian Kauw!"
Sim Lam Sie menyahut : "Guruku telah pergi kepuncak
gunung Bong Sia Hong mengunjungi temannya, akan lama
dia kembali. Budimu yang telah menolong aku, aku belum
dapat membalasnya, dan aku mesti balas. Tetapi Tee Thian
240 Kauw telah menghina aku dan ayahku dihadapan orang
ramai, aku telah bersumpah membikin pembalasan. Oleh
karena itu, akupun minta kau jangan campur soal budi dan
soal pembalasan dendam. Aku juga minta kau memaafkan
adatku yang keras ini. Nah, sekarang kau harus minum obat
ini!" Lalu ia bantu mengangkat kepalanya Kong Sun Giok
untuk meminum obat itu.
Ketika Sim Lam Sie mengangkat kepalanya, tuhuhnya
menempel dengan tubuhnya Kong Sun Giok. Kulit
mukanya yang putih lagi halus, harum tubuhnya dan sikap
yang ramah telah membikin Kong Sun Giok terkenang
akan Bian Leng Jun dan Tee Thian Kauw kedua gadis yang
telah jatuh cinta kepadanya. Ia berpikir : "Bo San Shin Lo
telah pergi kepuncak gunung Bong Sia Hong. Gadis ini
telah memanggil aku dengan cara yang lebih akrab, tidak
memanggilnya aku Kong Sun Siauw-hiap lagi. la melayani
aku melebihi dari pada ibuku. Apakah maksudnya "
Terhadap Bian Leng Jun dan Tee Thian kauw aku sering2
bersikap serba salah. Kini ditambah gadis yang cantik dan
ramah ini. Apa yang aku harus lakukan?"
Demikianlah Kong Sun Giok berbaring ditempat tidur
dengan dapat perawatan dan pelayanan yang telaten baik
sekali dari Sim Lam Sie, dan 7 hari telah lewat dengan tak
terasa lagi. Selama itu ia telah tertarik oleh rupa dan sikap gadis yang berbudi itu. Ia berusaha keras menghindarkan
diri dari jaring asmara, tetapi sia2. Terutama terhadap
permintaan sigadis itu untuk jangan campur soal budi dan
soal pembalasan dendam, ia sangat buat pikiran. Ia
bertekad setelah nanti ia sembuh dari luka2nya, ia mau
bikin Sim Lam Sie juga menjadi kawan akrabnya Tee Thian
Kauw! 241 "Nah! Minumlah obat!" Berkata Sim Lam Sie, sambil bantu
untuk mengangkat kepalanya Kong Sun Giok meminum obat itu.
Selama 7 hari itu sebelum Kong Sun Giok tidur, Sim
Lam Sie selalu berada didampingnya, dan menghiburnya
dengan menceriterakan kisah2 dikalangan Kang Ouw yang
dia dapat dengar dari ayahnya. Makin hari Kong Sun Giok
makin tertarik oleh gadis itu, tetapi untuk melaksanakan
pesan guru dan paman2 gurunya ia harus membebaskan diri
dari jaring asmara.
Pada hari ke-8, Kong Sun Giok merasa penyakitnya
telah sembuh, hanya tenaga dalam dan semangatnya yang
masih belum pulih. Pada tengah-malam, diwaktu Sim Lam
Sie dan ayahnya sedang tidur nyenyak, ia berlalu dari
242 tempat Bo San Shin Lo itu dengan meninggalkan sepucuk
surat kepada Sim Lam Sie. la telah berlalu dari pegunungan
Bo San dan dengan menyewa perahu menuju ke See-leng!
Sungai yang menuju kepropinsi Kwiciusangat deras
airnya, dan jurang dikedua tepi amat curam tebingnya.
Penyair Li Ceng Loan dizaman Tong Tiauw pernah
menulis tentang sungai itu sebagai berikut :
"Jurang yang curam mencakar larigit,
Air sungai mengalir deras sekali.
Soal penghidupan pasti menjadi sulit,
Jika asmara murni tak terbalas nanti."
Perahunya Kong Sun Giok berlayar kehulu dengan
T)esatnya, dan dengan cepat sudah hampir tiba di See-leng.
la tidak mengetahui bahwa dibelakang perahunya ada
sebuah perahu lagi yang mengejarnya.
Orang yang mengemudikan perahu itu mengenakan
pakaian seperti orang penangkap ikan, dan masih muda
sekali. Dari caranya mengemudikan perahu itu ternyata dia
faham betul akan keadaan sungai tersebut.
Ketika kedua perahu itu sedang lajunya berlayar, dan
tidak jauh dari tepi sungai, se-konyong2 terdengar suara
seperti meraungnya seekor srigala
Suara itu membikin Kong Sun Giok terkejut, karena ia
pernah mendengarnya, dan ingat akan peristiwa
dipegunungan Biauw Leng. Ketika itu ia hampir habis
riwayatnya bertempur melawan Tok Pik Cai Jin (Si-macan
Tutul, dan Lang Sim Siu Si (Si-pelajar berhati srigala) jika
tidak tertolong oleh saudara angkatnya Shin It Cui!
243 la menoleh ketepi sungai, dan betul saja ditepi itu ia
melihat kedua iblis itu. Dengan menggunakan tenaga
dalamnya Lang Sim Siu Si berkaok : "Hei! anjing kecil
Kong Sun Giok! Rupanya nasibmu akan berakhir hari ini !
Kita berjumpa lagi disini, dan aku akan mengubur
mayatmu didalam sungai yang deras ini. Aku hendak lihat
apakah Si-pemabok itu Shin It Cui masih dapat menolong
kau pula!"
Kaokan itu dibarengi dengan sambitan satu batu kearah
kepalanya Kong Sun Giok. Jangankan Kong Sun Giok
yang ilmu silatnya tidak seberapa tinggi, walau seorang jago
silat yang ilmu silatnya tinggi pun tidak berani menangkis
sambitan batu itu. Untung sekali pengemudi perahunya
mengegoskan kemudinya dengan cepat sehingga batu yang
besar itu melayang lewat diatas kepalanya Kong Sun Giok,
dan menyemplung kedalam sungai membikin airnya
berombak besar sehingga perahu itu terombang-ambing
hebat sekali! Tetapi Tok Pik Cai Jin yang berdiri didamping Lang Sim
Siu Si segera menyambit iagi, dan batunya telah membentur
buritan perahu, yang segera tergetar hebat sehingga Kong
Sun Giok dan pengemudinya terjerumus dan jatuh kedalam
sungai! Segera perahu yang dibelakang tiba, dan pemuda
didalam perahu itu lalu terjun kedalam sungai, dan dengan
ilmu Hie Yin Jip Cui atau Ikan cucut menyelam pesat
didalam air, berhasil mengangkat kedua orang yang
kecemplung didalam sungai yang deras itu, dan sambil
memegang pakaiannya kedua orang itu berusaha berenang
mengikuti arus air!
Tok Pik Cai Jin dan Lang Sim Siu Si sama sekali tidak
menduga jika didaerah yang terpencil dan didalam sungai
yang airnya sangat deras masih ada orang yang dapat
244 menolong Kong Sun Giok! Mreka terperanjat menyaksikan
dengan kepala mata sendiri caranya pemuda itu menolong
Kong Sun Giok dan pengemudi perahunya. Mereka
mengejar sambil ber-lari2 disepanjang tepi sungai, sejenak
saja mereka tertinggal jauh dibelakang dan orang yang
dikejarnya segera juga menghilang disuatu tikungan.
Lang Sim Siu Si berkata kepada Tok Pik Cai Jin :
"Sungai yang sangat deras arusnya dengan kencang2 yang
tajam didasarnya sangat berbahaya sekali. Aku yakin
mereka tak dapat mengambang lama Iagi. Mereka pasti
akan tenggelam dan akan menjadi makanannya ikan!"
Tok Pik Cai Jin mengerutkan keningnya : ,.Mereka sukar
dapat tertolong didalam arus air yag deras ini. Menurut
pendapatku, Shin It Cui yang sangat sayang Kong Sun
Giok sudah tentu tidak akan tinggal diam. Ia pasti mencari
kita dan membikin perhitungan. Lebih selamat kita lekas2
berlalu dari sini!" kata Tok Pik Cai Jin, kuatir.
Peringatan itu juga membikin Lang Sim Siu Si menjadi
cemas dan kuatir. la berkata : "Shin It Cui dijuluki oleh Hek I Bo Im (Si Setan Hitam tanpa bayangan). Datang dan
perginya seperti angin. Ilmu silat Sian Tian Kun Goan Kie
(Tenaga dalam melonjak keangkasan) dan hian Sing Ciang
(ilmu tinju melabrak bintang2 diangkasa) tak ada tara-nya
dikalangan Bu Lim. Meskipun kita berdua mengerubuti
padanya, kita tak dapat menang. Pada dewasa ini, selain
Ban Cun Bu dari kota Lak Cao, aku kira tiada jago2 silat
yang dapat menandingi dia".
"Jika demikian", kata Tok Pik Cai Jin, "untuk
menghindarkan diri dari kejarannya Shin It Cui, bukankah
lebih baik kita lari ke Lak Cao dipropinsi Yunnan" Kita
berusaha menjadi kawannya Ban Cun Bu, dan kemudian
kita gosok Ban Cun Bu agar dia tempur Shin It Cui. Dan
jalan yang lain yalah, setelah kita tiba dikota Lak Cao, kita 245
berdaya mencuri kitab Sun Yo Cin Kai-nya, dan kemudian
berdasar kitab ilmu silat itu, kita tekun belajar dan berlatib, 10 tahun untuk menjagoi dikalangan Kang Ouw!"
Pendapat itu disetujui, mereka lalu berjalan menuju
kekota Lak Cao!
Marilah kita menoleh kepada Kong Sun Giok yang telah
hilang tenaga dalamnya tidak berdaya didalam air snngai
yang deras itu, setelah terombang-ambing didalam sungai
lapun menjadi pingsan.
Pengemudi perahu yang dapat bertahan untuk sementara
waktu, karena terbentur karang yang tayam telah tewas dan
dilepas oleh pemuda RwDengan demikian Kong Sun Giok
dapat tertolong, karena penolongnya bukan saja pandai
berenang, juga rupanya mengetahui betul keadaan sungai
itu! Namun pemuda itu pun mendapat banyak luka dari
karang2 yang tajam. la tidak dapat membawa Kong Sun
Giok ketepi, karena ia kuatir kedua musuh tadi masih
berada ditepi. Oleh karena itu dengan sekuat tenaga ia
pegang Kong Sun Giok dengan tangan kiri-nya, dan dengan
tangan kanan dan kedua kakinya ia berenang terus. Akan
tetapi akhirnya ia tak dapat bertahan lebih lama lagi!,
karena tubuh dan kaki-tangan-nya telah tak bertenaga pula.
Segera iapun pingsan!
Entah berapa lama telah lewat, dan ketika Kong Sini
Giok mulai sadar, hidungnya terbentur oleh bau yang
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harum sekali. Dengan seluruh tubuhnya letih dan sakit ia
masih dapat merasakan se-olah2 ia sedang berbaring diatas
suatu pembaringan dengan kasur yang empuk sekali!
Tidak jauh dari tempat tidurnya ia lihat satu anglo tanah
dengan baranya yang menyala membakar kemenyan
harum. 246 Kong Sun Giok mulai mengenangkan peristiwa yang
paling akhir menimpa dirinya. Ia ingat setelah ia
kecemplung kedalam sungai karena perahunya! terbalik
disambit dengan batu besar oleh Tok Cai Jin, seorang
pemuda penangkap ikan telah menolongi ia. Mengapa ia
sekarang berada didalam rumah gubuk dan berbaring diatas
tempat tidur ini, pikirnya. Ia pernah dengar bahwa didaerah
dekat tepi sungai ada seorang pemuda yang suka menolong
orang. Apakah ia berada didalam rumah pemuda itu"
Sambil tidur terlentang ia meng-ingat2 peristiwa yang
baru2 terjadi itu. Tiba2 terdengar suara nyanyian dari luar.
Orang itu bernyanyi :
"Nasi dan garam yang sederhana
Dapat aku makan dengan hati gembira,
Diatas tempat tidur bambu dengan kasur dari rumput
Dapat aku tidur tanpa selimut,
Pakaian sederhana dari bahan yang kuat
Dapat aku pakai dengan selamat,
Rumah gubuk ini disapu bersih dan dijaga rapi
Dapat aku bernaung dengan tenang sampai mati."
Nyanyian itu menghibur Kong Sun Giok. Untuk
pertama kali ia menjumpai orang yang merasa puas dengan
hidup sederhana dan terpencil. Jika semua orang dapat
berpikir dan hidup demikian, soal membalas dendam yang
berakibat dengan pertumpahan darah pasti tak akan timbul,
pikirnya. 247 Pintu terbuka, dan seorang tua dengan rambut putih
seperti salju melangkah masuk. Pakaian yang sederhana
menunjukkan bahwa ia se-olah2 seorang tukang menangkap
ikan. Kong Sun Giok masih juga anggap bahwa ia berada
didalam rumahnya orang yang telah menolong ia disungai
tadi, ia menduganya orang tua ini ayahnya pemuda
penolong itu. Ia hendak bangun untuk menghaturkan
terima kasih, tetapi ia tak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia
merasaa tak bertenaga dan kedua matanya ber-kunang2.
seperti juga ketika ia dilukai oleh Bo San Shin Lo.
Siorang tua menghampiri, dan sambil tersenyum ia
berkata : "Lotee (saudara muda) tak usah hiraukan suatu
apa. Kau rupanya tak mengetahui sifat air sungai. Tetapi
setelah kau beristirahat 4-5 hari, kau akan sembuh. Isterimu
yang berusaha menolong kau yuga telah menderita luka2.
Meskipun aku telah memberikan dia obat yang mustajab,
aku harus menunggu beberapa hari untuk melihat hasil dan
khasiatnya obat yang mustajab itu. Kini dia masih tak dapat
bangun!" Pemberitahuan itu membikin Kong Sun Giok gelisah dan
bingung sekali. Sebetulnya ia mempunyai tugas untuk
membikin pembalasan dendam, tetapi ia telah terlibat
dalam soal asmara terhadap Bian Leng Jun, Tee Thian
Kauw dan paling akhir Sim lam Sie. Siapakah wanita yang
menolong padanya, yang dikatakan si kakek sebagai
isterinya dan sedang menderita luka parah itu" Jelas kata2
orang tua itu bahwa ia telah ditolong oleh "isteri"nya itu, sedangkan ia belum beristeri. Inilah yang membikin ia
gelisah sekali!
Ketika itupun pikirannya melayang kepada Sim Lam Sie
yang pernah mengatakan bahwa dia tidak puas jika tak
membalas budinya.
248 Untuk mengetahui duduknya perkara, dengan tak
menghiraukan sakit seluruh tubuhnya, ia menanya: "Bapak
aku bernama Kong Sun Giok, dan aku belum beristeri.
Apakah wanita yang menolong aku itu bernama Sim Lam
Sie" Sambil tersenyum, siorang tua menjawab : "Gadis itu
belum sadar, aku belum tanya siapa namanya dia. Jila ia
bukannya isterimu, aku betul2 merasa kagum mengetahui
dan melihat dia menolong kau dengan tak menghiraukan
bahaya. Menurut pandanganku, kau dan ia pantas sekali
menjadi pasangan aku yakin kau akan beruntung jika
mempunyai isteri yang demikian setianya".
Kong Sun Giok terpesona mendengar pujian terhadap
gadis yang telah menolong dirinya, lalu ia menanya lagi :
"Bapak.. sebetulnya aku ini dimana" Dirumah Siapa?"
"Disini ialah dimana sungai Yo-ciu membelok dengan
arus airnya yang deras sekali. Tempat ini dekat sekali
kekota See-leng. Aku adalah See-leng Yun-hiap (Pendekar
See-leng yang bertapa)", jawab siorang tua dengan ramah.
"Bapa ini pulakah yang dapat julukan Ti Ciok Hie Ang
(Tukang menangkap ikan yang selalu merasa puas)?" tanya
Kong Sun Giok. "Betul!" jawab siorang tua, "tetapi julukan itu terlampau merdu didengarnya."
Bukan main girangnya Kong Sun Giok, karena sikakek
inilah orang yang ia sedang cari dan hendak diminta
pertolongannya. Lalu ia menjelaskan: "Aku dari tapal batas
Propinsi Yunnan datang ke propinsi Sucoan, karena aku
diperintahkan oleh Ceng Lian Taysu. Aku diperintahkan
menghaturakan hormat kenada Bapak, dan minta
keterangan tentang suatu rahasia yang bersangkutan dengan
urusan Bu Lim".
249 "Aku tahu kau telah datang dari propinsi Yunnan" kata
orang tua itu sambil mengangguk. "Aku telah meIihat,
kerincingan emas yang kau bawa. Kerincingan emas yang
kecil itu adalah senjata rahasia dari Lak Cao Shin Kun Ban
Cun Bu. Aku merasa heran dari manakah kau peroleh
kerincingan emas yang kecil itu" Akupun mengetahui
bahwa Ceng Lian Taysu sangat benci Ban Cun Bu.
Sebetulnya dengan maksud apakah kau diperintahkan oleh
Ceng Lian Taysu mencari aku?"
"Bapak, Ban Cun Bu juga musuh besarku. Jika aku
belum hirup darahnya aku tidak akan menjadi puas!" kata
Kong Sun Giok dengan sengit.
Penjelasan itu menggirangkan Ti Ciok Hie Ang. Ia ambil
beberapa helai kumis Kolesom (Obat mustajab yang dapat
melancarkan peredaran darah dan memulihkan semangat
dan tenaga dalam) dari kantong didadanya, lalu suruh
Kong Sun Giok memamah dimulutnya untuk ditelan
ludahnya. la berkata: "Kau harus memamah kumis
Kolesom ini agar kau dapat memulihkan tenaga dan
semangatmu. Kau menderita luka parah. Kau tidak boleh
bicara banyak sebelum menelan khasiat kumis Kolesom
itu." Kong Sun Giok hanya turuti kehendak Tie Ciok Hie
Ang, dan betul saja ia merasa lebih segar dan bersemangat
setelah menelan khasiat kumis Kolesom.
Kemudian Kong Sun Giok menceriterakan riwayat
hidupnya, dan peristiwa2 yang teIah dialaminya setelah ia
keluar dari tempat tinggalnya untuk meIaksanakan pesan
gurunya. Ia menanyakan juga mengenai pedang pusaka
Leng Liong Pi (Naga sakti).
Setelah mendengar dengan penuh perhatian uraian Kong
Sun Giok, Tie Ciok Hie Ang menjawab sambil geleng2
250 kepala :"Akupun pernah dengar tentang pedang pusaka
Leng Liong Pi itu yang juga bernama "Cu To" (Pedang
plastik). Seratus tahun berselang pedang itu adalah miliknya
seorang jago dikalangan Bu Lim. Pedang itu dapat
membelah baja!, luar biasa tajamnya. Tapi dalam beberapa
puluh tahun ini, pedang itu tidak kelihatan lagi dikalangan
Kang Ouw. Dimana adanya pedang itu, aku juga tidak
mengetahuinya."
Jawaban itu membikin Kong Sun Giok menjadi kecewa,
jelas tampak pada wajah mukanya.
"Tapi kau tak usah terampau, gelisah" kata kakek itu
melanjutkan. "Bahayaataumalapetaka,kebahagiaanatau
keberuntungan, semuanya atas takdir Tuhan yang Maha
Kuasa. Meskipun aku tidak mengetahui dimana adanya
pedang pusaka itu, mungkin kau dapat menemuinya.
Lagipula, perbuatan Ban Cun Bu yang se-wenang2 dan
durhaka tak akan bebas dari hukum Tuhan. Bukankah
pribahasa mengatakan "Kebaikan atau kejahatan ada
balasnya". Hanya kita tidak ketahui bila datangnya
pembalasan itu, cepat atau lambat. Kau telah bersumpah
akan manunaikan pesan gurumu dalam jangka waktu
sepuluh tahun. Jangka waktu itu masih panjang, dan aku
tak usah ter-gesa2."
Kong Sun Giok terhibur mendengar ucapan yang
beralas,an itu, tetapi ia merasa masgul bahwa segala dayaupayanya telah gagal. Dipegunungan Bo San ia telah
dibikin tak berdaya sehingga seluruh tenaga dalamnya dan
semangatnya hilang. Bilakah dapat pulih kembali" Jika ia
tak berdaya. bagaimanakah ia dapat menunaikan
sumpahnya" Semua ini membikin ia menjadi masgul.
251 Ti Ciok Hie Ang merasa sangat simpathi terhadap Kong
Sun Giok yang budiman dan setia itu. la berkata lagi :
"Meskipun aku tidak mengetahui dimana adanya pedang
Long Liong Pi itu, tetapi aku mengarti tentang obat yang
mustajab untuk dapat menyembuhkan penyakit dan
menyembuhkan tenaga dalam dan semangatmu!"
Keterangan itu betul2 menggirangkan Kong Sun Giok.
"Jika tenaga dalam dan semangatku pulih kembali. Aku tak
menghiraukan jerih-payah untuk mencari Toasuheng-ku It
Ceng dan pedang pusaka Leng Liong Pi. Dengan tubuh
yang sehat, akupun dapat tempur Lang Sim Siu Si dan Tok
Pik Cai Jin yang keji bila aku menjumpai mereka lag !" pikir Kong Sun Giok.
Baru saja ia ingin menanya tentang obat yang mustajab
itu, dari kamar disebelah terdengar suara orang me-rintih2.
Dengan wajah ber-seri2 Tie Ciok Hie Ang berkata : "Hm!
Jinsom (obat untuk membikin kuat urat syaraf, dan
menyembuhkan luka2 didalam tubuh) yang aku godok
betul2 mustajab. Gadis itu sudah sadar kembali. la dapat
ditolong!" Lalu ia bangun dari tempat duduknya untuk
pergi kekamar disebelah.
Siapakah gerangan gadis itu" Ini merupakan teka teki
bagi Kong Sun Giok. la sekarang merasa banyak lebih segar
dan bertenaga karena khasiat KoIesom yang ditelannya.
Karena kamar2 didalam rumah gubuk itu berdinding bilik
bambu, dengan hanya membentet kepangan lembaran2
bambu bilik, ia dapat mengintip kedalam kamar disebelah.
Alangkah kagetnya ketika ia melihat gadis yang berbaring
diatas tempat tidur adalah Sim Lam Sie yang telah merawa
ia ditempatnya Bo San Shin Lo!
Kong Sun Giok telah tertarik oleh Sim Lam Sie Yang
cantik-manis, budiman dan ramah itu. Hanya dengan tekad
menunaikan sumpahnya, ia paksakan diri berlalu dengan
252 diam2 diwaktu malam. Tetapi berlalunya itu telah diketahui
oleh Sim Lam Sie yang dapat menolong ia ketika ia hampir
mati kelelep. Untuk menolong ia, gadis itu juga hampir
tewas dan telah menderita luka parah!
Kemudian terdengar gadis itu bicara dengan suara yang
lemah dan terharu : "Terima kasih........ banyak atas
pertolonganmu Bapak. Tetapi apakah saudara Sun...... juga
tertolong?"
Kata2 "saudara Sun" itu diucapkannya dengan wajar
sekali dan ketulusan hati. Kong Sun Giok terharu sekali
mendengarnya. Sambil bersenyum Ti Ciok Hie Ang menjawab: "Harap
siocia jangan kuatir. Kong Sun Giok yang kau telah tolong
mati2an tidak berat lukanya, dia dapat lekas sembuh. Siocia
harus berlaku tenang dan beristirahat. Setelah lewat 6-7
hari, siocia baru dapat bangun".
Terlihat wajah yang ber-seri2 dari Sim Lam Sie ketika
mendengar bahwa Kong Sun Giok tidak parah lukanya.
Sebetulnya ia ingin bangun dan melihat keadaannya Kong
Sun Giok, tetapi tak dapat karena saking sakit tubuhnya.
Kong Sun Giok tak tertahankan lagi untuk tidak berseru:
"Sim siocia, atas pertolonganmu, aku menghaturkan
banyak2 terima kasih. Sekarang turutilah apa kata Ti Ciok
Hie Ang yang menghendakinya kau beristirahat atau tidur
dengan tenang. Nanti jika kau sudah sembuh, aku pasti
datang kehadapanmu."
Seruan Kong Sun Giok itu membikin terang wajahnya
Sim Lam Sie. Ia menarik napas lega, dan berseru pula :
Kong Sun heng (kakak Kong Sun) ......." Lalu ia tertidur
lagi.! 253 Kemudian Ti Ciok Hie Ang datang kekamar Kong Sun
Giok, dan berkata : "Cobalah lihat! Betapa mesranya dia
sebut namamu! Gadis itu karena menolong kau hampir
tewas, iapun sangat menyintai kau. Tetapi tenaga dalammu
telah dibikin hampa oleh gurunya, Bo San Shin Lo.
Perhitungan budi dan dendam ini entah bagaimana
dibereskannya olehmu kelak." la mengakhiri omongannya
dengan menarik napas panjang sekali.
Kong Sun Giok pernah menceriterakan riwayat
hidupnya dan peristiwa2 yang telah dialaminya tetapi ia
tidak menjelaskan hubungannya terhadap Bian Leng Jun
dan Tee Thian Kauw. la pikir tak perlu diberitahukannya, ia
hanya menanya dengan hormat : "Bapak, barusan kau
katakan ada obat yang mustajab sekali untuk memulihkan
tenaga dalam dan semangatku. Apa namanya dan dimana
adanya obat itu ?"
"O......obat itu?" jawab Ti Ciok Hie Ang, "Obat itu
mudah dikenalinya, tetapi tak mudah dicarinya. Kau harus
menuruti petunjuk2ku untuk mencarinya." Lalu ia
menuangkan dua cangkir teh. Ia suruh Kong Sun Giok
telan satu pil obat dengan air teh. la sendiripun minum pada
cangkir yang lain. Ia meneruskan petunjuk2nya : "Disuatu
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lembah yang dalam dari- pegunungan Go Bie San telah
tumbuh pohon bunga Giok Yap Kim Lian (daun giok
bunga emas), pohon bunga itu tumbuh karena hawa dari
dua lereng gunung yang curam. Bunganya mirip bunga
teratai, daunnya berwarna abu2 putih seperti batu Giok,
dan bunganya kuning ke-emas2an, dari bunganya berwarna
hijau. Jika kau kebetulan dan beruntung menjumpai pohon
bunga itu, kau ambil sari bunga itu, dengan bantuannya
kedua iblis dari utara dan salatan, yakni Shin It Cui dan
Ban Cun Bu, yang akan menggunakan tenaga dalamnya,
maka khasiat sari bunga itu dapat beredar diseluruh pipa2
254 urat darahmu, diseluruh urat2 syarafmu, bahkan diseluruh
tulang2mu. Aku yakin kau dapat sembuh dan pulih seperti
sediakala!" la berhenti sebentar. Ia mengerutkan keningnya, lalu melanjutkan pula : "Kurasa sari bunga Giok Yap Kim
Lian itu mungkin kau bisa dapati, tetapi Ban Cun Bu, salah
satu antara kedua iblis itu adalah musuh guru dan paman2
gurumu serta kau juga, diapun musuh besarnya Shin It Cui,
apakah dia rela menolong kau?""
Dengan menyengir Kong Sun Giok menjawab : "Bapak,
mungkin Ban Cun Bu tidak kenal aku, tetapi aku lebih baik
mati daripada minta pertolongannya. Akupun tidak percaya
dikalangan Kang Ouw tidak ada orang lain yang dapat
memberikan pertolongan itu selain daripada Ban Cun Bu
yang kejam dan jahat itu!"
Setelah lewat tiga hari. Kong Sun Giok sudah dapat
bangun dan ber-jalan2, tetapi Sim Lam Sie masih berbaring
saja. la, menengoki Sim Lam Sie untuk menghaturkan
terima kasihnya kepada gadis yang telah menolong jiwanya
itu. la tidak berani ajak bicara banyak2 karena Sim Lam Sie
masih harus banyak mengaso. Orang yang dapat ia ajak
bicara Ti Ciok Hie Ang yang dapat baca kegelisahan
hatinya. Ti Ciok Hie Ang menasehatkan : "Aku tahu kau ingin
lekas2 menunaikan sumpahmu, dan tak ingin terlihat lebih
dalam lagi dalam soal asmara. Menurut pendapatku, ada
baiknya jika kau berlalu dari rumah ini sebelum gadis itu
sembuh sama-sekali. Dengan demikian kau dapat pergi
sendiri kepegunungan Go Bi San untuk mencari sari bunga
Giok Yap Kim Lian itu."
Kong Sun Giok berpikir sejenak, lalu menjawab: "Bapak,
aku Kong Sun Giok tak harus memikirkan kepentingan
sendiri. Sim siocia telah menolong jiwaku dengan hampir2
mengorbankan jiwanya sendiri. Aku harus menunggu
255 sampai Sim siocia sembuh betul, baru aku berlalu. Aku tak
harus berbuat seperti binatang yang tak mengenal budi
orang. Aku telah terima budi. Sim siocia besar sekali, aku
belum dapat membelanya".
Sambil mengangguk Ti Ciok Hie Ang berkata lagi : "Aku
menghormati sikap kesatriamu. Tetapi betapapun keras
hatimu, kau tak akan bebas dari jaring asmara yang rupanya
mulai mengikat dirimu."
Kong Sun Giok menjadi bisu. la, berkeputusan tidak
berlalu sebelum Sim Lam Siee sembuh betul. Tiap2 hari ia
yang merawati gadis itu dengan telaten, dan perawatan ini
membantu banyak untuk menyembuhkan sigadis yang juga
telah terlibat didalam jaring asmara.
Tie Ciok Hie Ang yang menyaksikan pergaulan pemuda
pemudi itu tak dapat memberi nasehat lain daripada menggeleng2 kepala bila ia pikir betapa sulitnya soal yang
mereka akan hadapi kelak kemudian hari. Mereka telah
menjadi demikian akrabnya, dan bagi orang yang baru
melihatnya pasti menganggap mereka adalah suami isteri.
Setelah liwat 6 hari, Sim Lam Sie menjadi sembuh. Pada
hari ke-7 Sim Lam Sie mengajak Kong Sun Giok keluar dari
rumah gubuk untuk duduk disuatu batu yang besar ditepi
sungai. Mereka duduk berdamping-dampingan mengawasi
arus air sungai yang deras. Kong Sun Giok terkenang akan
peristiwa ketika ia terjerumus kedalarn sungai, terbentur
karang2 yang tajam, menjadi pingsan setelah dipegang oleh
seorang pemuda. Untuk beberapa menit mereka duduk
membisu. Kemudian Sim Lam berkata dengan senyuman yang
menggiurkan hati : "Sedari kecil aku mengikuti guruku.
Aku selalu suka ber-main2 dipinggir sungai, dan sering2
mengayuh perahu disungai yang airnya deras.
256 Pengetahuan tentang sungai ini telah membantu banyak usaha
menolong kau. Jika tidak, mungkin kita sudah berada dalam perut ikan." berkata Sim Lam Sie dengan senyum yang menggiurkan hati.
Aku tak gentar naik perahu sendirian disungai yang
berbahaya serupa ini, dan seringkali aku mengayuh sampai
ke See-ling. Oleh karena itu aku faham betul akan keadaan
disekitar kedua tepi sungai ini, maupun sifat arus airnya
yang deras. Pengetahuanku tentang sungai ini telah
membantu banyak usahaku menolong kau pada hari itu.
Jika tidak, mungkin kita sudah berada didalam perut ikan"
Kong Sun Giok mendengarinya dengan hati berdebar2.
Untuk sementara waktu ia lupa akan Bian Leng Jun dan
257 Tee Thian Kauw. la berkata : "Budimu besar sekali, aku tak
bisa lupa"
Sim Lam Sie tidak menunggu orang bicara habis, ia
berkata lagi : "Giok koko. Kau betul2 baik. Kita tak usah
bicara tentang budi lagi. Kau telah menolong jiwaku lebih
dulu, budi itu bagiku tak akan terlupakan, karena aku telah
bersumpah akan berbakti kepada koko seumur hidupku!"
Perkataan terakhir itu ia ucapkan dengan khidmat.
Kong Sun Giok sangat terharu mendengar pengakuan
gadis itu. la mengawasi wajahnya Si Lam Sie dengan kasihsayang. Lalu Sim Lam Sie menanya : "Giok koko, aku ada suatu
permintaan. Apakah kau dapat menyanggupinya "
"Lam moy, kita sudah kenal-mengenal agak lama, dan
aku berhutang budi terhadap kau. Jangan sungkan, sebutlah
apa permintaanmu itu." Jawab Kong Sun Giok.
Lalu Sim Lam Sie berkata : "Pertempuran dipegunungan
Bo San adalah karena salah faham. Guruku yang wataknya
kejam dan ganjil telah melukai kau, aku minta kau tidak
akan membikin pembalasan"
Kong Sun Giok memotong pembicaraannya gadis itu
dengan berkata : "Lam moy, kita telah seperti saudara,
maka gurumu seperti juga guruku. Mengapa kau masih saja
membicarakan soal pembalasan dendam?"
Pernyataan itu membikin Sim Lam Sie sangat girang.
Dengan tak terasa lagi ia berseru : "Giok kok, kau betul2
seorang satria nan agung!"
Ketika itu Kong Sun Giok ingat akan perkataan Ti Ciok
Hie Ang bahwa ia akan terlibat lebih dalam lagi dalam soal
asmara jika ia berdiam lebih lama. Demi tekadnya
258 menunaikan sumpah ia menanya : "Lam moy, aku yakin
kau telah sembuh betul."
Sambil bersenyum Sim Lam Sie menjawab :"Giok koko,
kau tak usah kuatir. Aku sudah sembuh. Besok aku dapat
menyertai koko pergi kepegunungan Go Bie San mencari
bunga Giok Yap Kim Lian."
Jawaban tersebut menggelisahkan Kong Sun Giok lagi,
karena dengan turut sertanya Sim Lam Sie, berarti ia
tenggelam lebih dalam lagi dalam jurang asmara. la tak
dapat ber-kata2. la tundukkan kepalanya, tetapi pikirannya
menjadi bimbang dan kalut. Sikapnya itu telah diperhatikan
oleh sigadis yang berkata lagi : "Giok koko, apa saja yang
kau hendak lakukan, aku tentu setuju."
"Lam moy, untu menjelaskan soal ini, ada baiknya aku
berceritera." kata Kong Sun Giok.
"O, aku paling suka mendengar ceritera" jawab Sim Lam
Sie dengan gembira.
"Ceritera ini adalah kenyataan, dan sehingga sekarang
masih berlangsung. Apakah akan berakhir dengan
kebahagian atau dengan kesedihan, siapapun tak dapat
mengatakan!" kata Kong Sun Giok. Lalu ia menuturkan
semua peristiwa yang ia telah alami, termasuk
perkenalannya dengan Bian Leng Jun dan Tee Thian
Kauw, hanya nama dari kedua gadis itu ia tidak sebut
terang2. la berikan nama samaran kepada kedua gadis itu.
Sim Lam Sie yang pintar cerdas segera mengarti
maksudnya Kong Sun Giok. Ia mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan ketika Kong Sun Giok berceritera ia
kembali kekuil Sun Yo Kong untuk menengoki Bian Leng
Jun yang sedang menderita sakit, Sim Lam Sie berkata
dengan perasaan cemas : "Giok koko, sudahlah, aku tak
dapat terus mendengarnya lagi. Aku gelisah!" Kong Sun
259 Giok lalu cekal kedua tangannya sigadis sambil mengawasi
wajahnya. Ketika itu air mata mengucur keluar dari kedua
matanya sigadis. Kong Sun Giok yang berwatak agung
ingin mengaku terus terang tentang dirinya agar sigadis
dapat mengambil keputusan, tetapi api asmara yang telah
berkobar didalam hatinya Sim Lam Sie rupanya sukar
dipadamkan! ---oo0oo--- BAGIAN 13 MENCARI O BAT DIPEGUNUNGAN GO BIE SAN
Jika seorang gadis tersenyum, soalnya tak sukar ditebak.
Tetapi jika ia mengucurkan air-mata dan tak bicara, soalnya
menjadi rumit! Kong Sun Giok menjadi sangat bingung
menghadapi Sim Lam Sie yang hanya menangis dan tak
ingin bicara lagi. Gadis itu pernah menolong ia, dan iapun
sangat tertarik oleh sikap dan watak yang mulia dari gadis
itu. la tak danat berbuat lain. la cekal kedua tangannya
sigadis lebih erat, dan air matanya juga mengucur keluar.
Lau Sim Lam Sie keluarkan sapu-tangannya dan
menyekai air-matanya Kong Sun Giok. "Giok koko,
melihat kau bersedih-hati, aku turut menjadi sedih. Aku
minta koko dengan se-jujur2nya menjawab satu
pertanyaanku. Kisah yang kau barusan ceriterakan
kepadaku apakah bukan mengenai koko sendiri ?"
Kong Sun Giok menganggukkan kepalanya. Lalu Sim
Lam Sie meneruskan pertanyaannya : "Gadis pertama
siapakah namanya" Dan gurunya itu bukankah Ban Cun Bu
dari kota Lak Cao?"
260 Kong Sun Giok yang jujur dan mulia menjawab : "Gadis
itu bernama Bian Lang Jun, salah satu dari kedelapan
murid2nya Ban Cun Bu."
"Siapakah gadis yang kedua?" tanya Sim Lam Sie.
Kong Sun Giok tahu bahwa Sim Lam Sie sengaja
menanya nama gadis kedua itu meskipun telah
mengetahuinya. Namun ia menjawab juga : "Dia adalah
orang yang kau sangat benci, Tee Thian Kauw".
Sambil geleng2 kepalanya Sim Lam Sie berkata "Ai.
Giok koko, kau masih saja menaruh curiga terhadap aku.
Guruku telah membikin kau menjadi seorang yang tak
berdaya dengan tinju ampuhnya, tetapi kau tidak
berdendam hati. Jika aku masih berdendam terhadap Tee
Thian Kauw, aku ini bukan manusia !"
Ucapan itu membuat mukanya Kong Sun Giok menjadi
merah. Sim Lam Sie meneruskan : "Bian Leng Jun harus
dikasihani, karena dia dibelenggu oleh iblis Ban Cun Bu.
Tee Thian Kauw harus disegani, karena dia suka menolong
orang. Giok koko, kau harus memperlakukan mereka
dengan baik. Tetap kisahmu itu belum semua kau tuturkan,
masih ada satu bagian lagi yang kau sembunyikan. Menurut
pendapatku, didalam kisah itu masih ada gadis ketiga yang
memegangperananpenting,yangkokotidak
ceriterakannya. Dan........aku ngin mendengar kesanmu
yang sejujur2nya tentang gadis yang ketiga itu."
Permintaan itu sangat menggelisahkan Kong Sun Giok,
tetapi ia telah berjanji memberikan jawaban yang jujur, dan
ia harus memegang janjinya. Maka ia menjawab : "Gadis
itu dapat membedakan Budi dan Dendam. Dia seorang
pintar, cerdas dan budiman. Dia tak berkorban untuk
261 menolong orang. Bagiku, gadis itu, selainnya harus
dikasihani dan disegani, juga harus dihormati!"
Sim Lam Sie bersenyum dan berkata pula : "Giok koko,
mungkin kau terlampau memujinya. Nah, sekarang
pertanyaanku terakhir. Koko hendak pergi kepegunungan
Go Bie San mencari Giok Yap Kim Liar, apakah aku dapat
turut-serta?"
Pertanyaan atau permintaan itu sukar dijawab. Kong Sun
Giok membungkam. Ketika didesak lagi, ia menjawab :
"Lam moy, kau telah berlalu dari pegunungan Bo San
seorang diri, dan sudah lama belum kembali. Bukankah
Paman dan Bo San Shin Lo akan menjadi gelisah?"
Sambil menggelengkan kepala Sim Lam Sie menjawab :
"Giok koko, jawaban yang koko berikan semuanya jujur,
dan aku dapat melihat dengan jelas kedudukanku sekarang.
Mengapa koko masih bersikap ragu2" Aku mengetahui
bahwa koko juga sudah memperhatikan aku, hanya, koko
kuatir jika aku senantiasa didampingmu, koko akan makin
terlibat, bukan" Aku sendiri suka Tee Thian Kauw dan
mengagumi Bian Leng Jun, juga sangat hormati koko. Kita
harus berterus terang. Jika koko tidak ingin aku turut-serta, katakanlah. Aku ingin menyertai karena mengingat koko
telah bertemu lagi dengan Tok Pik Cai Jin dan Lang musuh
diperjalanlan. Bagaimanakah jika koko kehilangan tenaga
dalamnya dan kuatir menjumpai Sim Siu Sie yang jahat dan
kejam itu?"
Kong Sun Giok sangat terharu kata2 gadis itu
membuktikan bahwa dia telah berkorban lagi untuk
kepentingannya Soal yang rumit, ialah bagaimana ia akan
membereskan Bian Leng Jun jika jaring asmara makin
melibat dirinya" la menyahut: "Urusan dikalangan Kang
Ouw memang sulit dan rumit, kita tak dapat
menghindarkan bahaya yang mengancam. Jika kau
262 menyertai aku, kukira akan serupa saja. Kita tak dapat
melawan kedua iblis itu, bukan?"
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jawaban Kong Soen Giok sudah jelas bagi Sim Lam Sie
yang cerdas, ia tak ingin mendesak lagi. Lalu ia berkata:
"Baiklah. Sekarang kau berdiam beberapa hari lagi disini
menikmati pemandangan disekitar kita. Besok pagi, koko
dapat berangkat kepegunungan Go Bie San, dan aku
kembali kepegunungan Bo San!".
Hancur hatinya Kong Sun Giok, karena ia sangat
kagumi sifat kerelaan berkorbannya gadis itu. Dengan tak
terasa ia berseru: "Lam moy, gadis yang cantik jelita,
berbudi mulia! Kong Sun Giok ini bukannya batu atau kayu
yang tidak mempunyai perasaan. Sayang kita mengenal
satu sama lain agak terlambat. Ai......!" Ia menarik napas panjang, lalu melanjutkan pula: "Lam moy, kita diam disini
tiga hari lagi. Kemudian aku antarkan kau kembali
kepegunungan Bo San, dari sana baru aku berangkat pergi
kepegunungan Go Bie San. Aku ingin melihat nasibku ."
Sim Lam Sie merasa gembira tercampur sedih. Mereka
telah saling menuturkan isi hati maSing2, dan rupanya tidak
ada apa2 lagi yang dapat menghalangi masing2 tujuannya,
dan dengan ketetapan itu, mereka terus duduk
berdampingan diatas batu dipinggir sungai sampai malam
baru kembali kerumah gubuknya Ti Ciok Hie Ang, untuk
tidur. Keesokan paginya ketika ia membuka, mata dari
tidurnya. Ti Ciok Hie Ang sudah berdiri dipinggir
ranjangnya dengan wajah yang muram. la menanya:
"Bapak, urusan apakah yang membikin Bapak bersedih
hati?" Setelah menarik napas panjang, Ti Ciok Hie Ang
berkata: ,Sim siocia itu betul2 sangat mulia dan agung.
263 Hubunganmu dengan dia, aku telah mengetahui jelas. Aku
sangat kasihan kepadanya. Semalam ketika kau sedang
tidur nyenyak, ia telah berlalu dari sini.
Bukan main terkejutnya Kong Sun Giok. Ia lekas2
bangun, dan jalan masuk kekamarnya Sim Lam Sie. Diatas
pembaringan ia lihat surat yang ditulis oleh gadis itu, dan
Surat itu berbunyi:
"Aku rela menanggung sedih seorang diri.
Agar kakak tak terhalang.
Mudah2an kasih-sayangku ini terbukti,
Dan kasih-sayangmu terhadap aku hilang!"
Bagi Kong Sun Gliok isi surat itu jelas sekali. Sim Lam
Sie Iagi2 bersedia berkorban demi kepentingannya. la
terharu, dan kedua matanya berlinang. Ti Ciok Hie Ang
mengampiri dan menghibur: "Gadis itu patut dihormati.
Jika tugasmu telah terlaksana, kau harus bersedia soalnya
dengan saksama jangan sampai dia itu mati mereres!"
"Pembalasan dendam guru dan paman2 guruku belum
dilakukan. Oleh karena itu, pada dewasa ini jiwa-ragaku ini
bukan milikku. Soal yang rumit ini aku pasti
membereskannya dengan saksama setelah aku membikin
perhitungan terhadap Ban Cun Bu!"
"Kong Sun Giok. Aku tahu bahwa kau seorang yang
budiman satria, janganlah pusingkan soal asmara ini. Untuk
membalas dendam terhadap musuh yang jahat dan kejam,
kau harus waspada. Namanya Thian Lam ada dalam
tanganmu. Sekali lagi, untuk mempertahankan nama Thian
264 Lam, kau harus bertindak waspada dan jangan putus asa
karena soal asmara!" Ti Ciok Hie Ang menasehatkan.
Kong Sun Giok mengangkat kedua tangan.lya
memberikan hormat, dap berkata : "Bapak, terlebih dulu
aku menghaturkan banyak2 terima kasih atas semua
pertolongan Bapak. Nasehat Bapak aku perhatikan. Kini
aku minta diri untuk berangkat pergi kepewunungan Go Bie
San mencari obat Giok Yao Kim Lian.'
Sambil bersenyum Ti Ciok Hie Ang berkata: "Kau belum
sembuh betul lebih baik kau naik perahu daripada berjalan
kaki. Aku akan antarkan kau dengan perahu sampai didesa
Ka-teng dekat kaki gunung Go Bie San".
"Tapi Bapak telah banyak menolong. Kini Bapak mau
pusingkan diri lagi mengantarkan aku. Sudahlah. biar aku
berja!an saja!" jawab Kong Sun Giok.
"Ha! Ha! Ha!" Ti Ciok Hie Ang tertawa, lalu berkata lagi
: "Bukankah namaku Ti Ciok Hie Ang (Situkang
menangkap ikan yang puas)" Aku tidak merasa puas jika
aku tidak menolong orang. Aku merasa girang jika
mendapat kesempatan menolong orang. Lagipula
maksudmu sangat mulia. Bukankah kau bermaksud
membunuh mati iblis Ban Cun Bu iang berbuat se-wenang2
terhadap rakyat jelata" Jika kau berhasil membunuh dia,
kau akan membikin aku merasa puas sekali, karena kau
telah dapat singkirkan satu manusia jahanam!"
Melihat sikap yang teguh dari siorang tua itu, Kong Sun
Giok tidak ingin mendesak untuk menolaknya lagi.
Setelah membekal sedikit makanan kering, Kong Sun
Giok lalu naik perahunya siorang tua itu, dan kareena
perahu itu berlayar kehilir sungai, maka dalam satu hari
saja mereka telah menempuh jarak lebih kurang 1000 li.
265 Ketika perahu berlayar melewati pegunungan Bo San,
Kong Sun Giok terkenang akan pertempuran melawan Bo
San Shin Lo, dan pertolongan yang diberikan Sim Lam Sie
kepadanya. Dan kemudian ia jatuh hati terhadap gadis itu.
Kedua matanya berlinang, dan ia berdiri terpaku diatas
perahu. Ti Ciok Hie Ang segera mengerti akan kelakuannya
Kong Sun Giok. Untuk menghibur. ia menyanyi :
"Sungai besar mengalir ketimur,
Arus air membawa kisah manusia kelautan.
Melaksanak,an tugas dengan maksud yang luhur.
Pasti berhasil karena Tuhan memberi kekuatan."
Kong Sun Giok bersenyum mendengar sajak daripada
nyanyian orang tua itu. Ia berpaling kepada kakek itu dan
berkata : "Bapak, pertolongan dan nasihat Bapak aku tak
akan lupa! Terima kasih."
Ti Ciok Hie Ang tersenyum. la berkata lagi : "Cobalah
kau perhatikan, arus air ini yang mengalir ketimur. Dari
dahulu sehingga sekarang tidak berbeda! Zaman telah
mengalami makmur dan runtuhnya banyak kerajaan, tetapi
sungai ini tetap tak berubah! Zaman telah menyaksikan
gugurnya banyak pendekar2 dan pahlawan, maupun
tewasnya banyak wanita2 yang cantik, tetapi sungai ini
mengalir terus dengan tak menghiraukan kejadian2
disekitarnya. Ya. Manusa hidup tidak lama. Oleh karena
itu, kita harus berbuat sesuatu demi kepentingan sesama
manusia. Buah2an yang kita makan sekarang sebagian
besar hasil dari pohon2 yang ditanam oleh orang2 yang
hidup lebih dulu daripada kita, dan kita juga harus
menanam pohon2 yang hasilnya dapat dinikmati oleh
266 generasi yang akan datang. Dengan demikian hidup kita ini
tidak menjadi hampa !"
Demikianlah perahunya si kakek berlayar dengan cepat
sekali, dan kemudian memasuki Bin-kang. Ti Ciok Hie Ang
berkata: "Kita hampir tiba. Jika kita sudah sampai didesa
Ka-teng, maka pegunungan Go Bie San segera tampak
didepan mata. Aku tak dapat mengantar lebih jauh lagi.
Aku hanya doakan kau berhasil mencari obat Giok Yen
Kim Lian untuk memulihkan tenaga dalammu, dan
menunaikan sumpahmu. Tetapi setelah kau berhasil
melaksanakan tugasmu, kau harus kembali ke See-leng, dan
aku selalu menanti dengan menyediakan ikan segar lezat
untuk hidanganmu!"
Pesan Ti Ciok Hie Ang diterima Kong Sun Giok dengan
penuh perhatian. Ia insyaf bahwa setelah obat Giok Yap
Kim Lian diperolehnya, ia masih harus mendapatkan
pertolongan dari Shin It Cui dan Ban Cun Bu. Apakah Shin
It Cui seorang saja dapat menolongnya" Setelah tenaga
dalam dan semangatnya pulih, ia masih harus mencari
pedang Leng Liong Pi, lalu dengan menuruti petunjuk2
Ceng Lian Taysu, ber-sama2 kedua saudara seperguruannya
ia dapat membalas dendam terhadap Ban Cun Bu dikota
Lak Cao. Perhitungan itu membikin ia menjawab dengan
sikap yang gelisah : "Aku Kong Sun Giok telah menginsyafi
bahwa tugasku ini sangat berat. Tetapi jika berhasil, aku
tentu akan kembali menemui Bapak pula !" Lalu ia
mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan terus
loncat kedarat menuju kedesa Ka-teng.
Perjalanannya Kong Sun Giok yang mengalami banyak
rintangan, kita tunda dulu. Sekarang kita berpaling kepada
Tee Thian Kauw, untuk dapat mengikuti kisah yang
bersangkutan dengan Kong sun Giok.
267 Semenjak berpisah dari Kong Sun Giok, untuk
mempercepat saatnya menuntut balas, Tee Thian kauw
telah berlatih silat giat sekali. Berkat bakatnya dan
kerajinannya, ditambah dengan petunjuk gurunya, dalam
hanya jangka waktu 20 hari, ia telah dapat mempelajari dan
memahami jurus ilmu , silat dari partai Siauw Lim, partai
Thiam Cong, Partai Thian Lam, dan ilmu silat pedang
(Gurunya yang terkenal sebagai ilmu silat pedang Cit Kiat
Piam Hoat - Ilmu silat pedang yang dapat menyerang dan
menggempur lawan dari tujuh jurusan). Setelah mahir
betul. ia berkata kepada gurunya : "Suhu! kini aku telah
berhasil mempelajari pedang Poa Cu Kiam, dengan jalan
meminjam dari Sim Lam Sie dalam pertandingan mengadu
silat dan dapat memahami betul ilmu silat pedang Cit Kiat
Kiam Hoat. Aku minta Suhu memberitahukan nama
daripada musuhku itu, dan mengijinkan aku turun gunung
mencari Kong Sun Giok, agar aku dapat bersama-sama dia
membalas dendam!"
Gurunya geleng2 kepalanya dan menjawab : "Musuhmu
itu tinggi sekali ilmu silatnya, mungkin pada dewasa ini
belum ada jago silat yang dapat menandinginya. Jika kau
gagal, kau akan menyesal seumur hidupmu! Betul ilmu silat
pedang Cit Kiam Kiam Hoat kau telah pahami, tetapi
menurut pendapatku, kau masih harus berlatih lagi. Jika
aku sekarang memperkenankan kau turun gunung untuk
menuntut balas, aku sama juga melepaskan seekor kambing
kedalam goa macan!"
Mendengar jawaban gurunya itu, Tee Thian Kauw
berjingkrak, dan berkata : "Suhu! Apakah Suhu anggap aku
belum dapat menggempur musuh" Percuma latihan yang
aku telah lakukan dengan giat dan rajinnya itu!"
Gurunya bersenyum, dan berkata lagi : "Latihan yang
kau telah lakukan dengan giat dan rajin banyak faedahnya,
268 dan ilmu silat pedang Cit Kiat Kiam Hoat kau telah dapat
gunakan dengan baik. Aku memperkenankan kau turun
gunung mencari Kong Sun Giok. dan membantu dia
membasmi iblis Ban Cun Bu. Setelah itu aku haru
beritahukan kau nama daripada musuhmu !"
Meskipun Tee Thian Kauw masih merasa kecewa, akan
tetapi setelah gurunya mengijinkan ia pergi mencari Kong
Sun Giok, ia bersenyum juga. la lekas2 mempersiapkan
keperluannya, dan dengan menyamar sebagai laki2, ia
berangkat setelah meminta diri dari gurunya.
Gurunya Heng Taysu berkata sambil tertawa : "Hei!
Anak bodoh, kemanakah kau hendak cari Kong Sun Giok
?" Dengan sikap yang tabah Tee Thian Kauw menjawab :
"Suhu dalam urusan ini, aku lebih pintar daripada suhu.
Aku pergi kepuncak Sie Hong San untuk mencari Sio Yao
Sian-seng, Beng Ya Hok, lebih dulu." Lalu ia
membungkukkan tubuh memberi hormat dan turun dari
puncak gunung Te Sing Hong itu!
Heng Taysu menjadi cemas setelah Tee Thian Kauw
pergi. la mendo'a agar muridnya itu berhasil dalam
usahanya. Tee Thian Kauw yang telah tinggal lama dipegunungan
Kauw Gie San faham betul tentang jalan dan tempat
dipropinsi Hunan, dan dengan mudah ia pergi
kepegunungan Sie Hong San untuk menemui Sio Yao Sianseng, Beng Ya Hok.
Beng Ya Hok yang pernah menerima budi dari Heng
Taysu telah mengetahui riwayat hidupnya Tee Thian
Kauw, dan iapun mengetahui bahwa Heng Taysu belum
memberitahukan nama daripada musuhnya Tee Thian
Kauw. lapun insyaf bahwa Heng Taysu tidak
269 memberitahukan itu, karena suatu alasan. Oleh karena itu,
ketika mereka berjumpa, ia tidak singgung2 urusan itu. la
hanya memberitahukan bahwa Kong Sun Giok telah pergi
kepegunungan Biauw Leng. Lak Cao dan Kong San utuk
mencari kitab Ju Keng tanpa hasil. Keterangan mana ia
perlu memberitahukan kepada Tee Thian Kauw.
Dengan keterangan itu, Tee hian Kauw lekas2 menuju
kepegunungan Biauw Leng, lalu ke Lak Cao. la seperti juga
seekor anak menjangan yang tak mengetahui sifatnya
seekor harimau, dan tidak menjadi takut menghadapinya.
Setelah ia tiba dikota Lak Cao, ia mengambil kesimpulan
bahwa Kong Sun Giok pasti pergi menjumpai Bian Leng
Jun dan berusaha menyelidiki keadaan markasnya Ban Cun
Bu. Karena dugaanya itu, setelah tiba dikota Lak Cao, ia
juga segera menuju kekuil Sun Yo Kong, markasnya Ban
Cun Bu! Semenjak Kong Sun Giok mencuri masuk kekuil Sun Yo
Kong, membunuh Tu Leng Hang dan Tio Leng Cu, maka
Ban Cun Bu menjadi sangat murka. Ia memerintahlcan Cin
Leng Ngo dan Bian Leng Jun memimpin Goei Leng Sa,
Kouw Leng Hong. See Leng Ko dan Tu Leng San dan
murid2 lainnya menjaga kuil dengan keras siang dan
malam. Bahkan ia sendiripun sering2 datang memeriksa
tempat2 penjagaan disekitar kuil. Tetapi setelah sekian
lamanya, mereka tidak menjumpai musuh atau orang yang
dicurigai. Pada suatu hari Ban Cun Bu membikin perhitungan
tentang lawan2nya. "Thian Lam Sha Kiam (tiga jago silat
pedang Thian Lam) telah tewas. Sin Teng Taysu berada
jauh dilautan utara Pak Hay dan menurut pendapatku, ia
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak akan keluar berkecimpungan dikalangan Kang Ouw
lagi. Bo San Shin Lo sudah lama tidak turun dari
pegunungan Bo San. Hek I Bo Im Shin It Cui (iblis baju,
270 hitam tanpa bayangan Shin It Cui) dan Hut Mo Shin Ni
Ceng Lian Taysu (Rahib wanita pembasmi iblis Ceng Lian
Taysu) tak akan nempil melawan aku meskipun mereka
menyerang aku bersama-sama. Dengan kedua tongkat besi
dan ilmu silat Sun Yo Cin Kai. aku kira pada dewasa ini
aku dapat menjagoi dikalangan Kang Ouw. Tetapi, karena
aku telah bersumpah, aku tak dapat pergi kedaerah tengah.
Sayang!" Karena keyakinan itu, maka setelah penjagaan keras
agak lama, iapun mulai menjadi lengah, dan penjagaan
disekitar kuilnya ia serahkan kepada murid2nya saja.
Tee Thian Kauw tak mengetahui keadaan didalam kuil
Sun Yo Kong. Begitu ia masuk kedalam kuil ia segera
menuju kebangunan yang berbentuk segidelapan dan
berwarna merah, suatu tempat yang paling berbahaya bagi
musuh! Akan tetapi malam itu ia sangat beruntung, karena
malam itu justru Bian Leng Jun yang ditugaskan berjaga.
Bian Leng Jun menyangkanya orang yang menyatroni kuil
mungkin Kong Sun Giok. Bian Leng Jun pikir: "Jago2 silat
pasti tidak berani sembarangan masuk kedalam kuil ini,
karena mereka tahu betapa lihaynya Ban Cun Bu. Orang
yang telah masuk ini mungkin sekali adalah Kong Sun
Giok. Apakah dia berhasil memperoleh kitab Ju Keng dan
telah dapat mempelajari kitab itu dan kemudian berlatih
ilmu silat menurut petunjuk2 kitab tersebut dalam jangka
waktu yang singkat" Aku yakin ia tak akan bertindak
sembrono. Tetapi mengapa ia berani datang kesini lagi?"
Dengan hati berdebar-debar, ia mengisyaratkan dengan
tangannya memanggil kepada Tee Thian Kauw yang baru
saja mendekati bangunan itu.
Tee Thian Kauw berhenti. Ia mengawasi gadis yang
mengenakan pakaian putih dan mengulapkan ia dari jarak
yang lebih kurang 4-5 depa jauhnya. Ia memperhatikan
271 bahwa gadis itu hampir mirip dengan ia sendiri. Ia teringat
akan kisah dari Kong Sun Giok tentang Bian Leng Jun, ia
menduga bahwa gadis itu pasti Bian Leng Jun yang dicintai
Kong Sun Giok. Lalu ia mengikuti gadis itu pergi keluar
dari kuil menuju kesuatu lereng gunung.
Setelah tiba dilereng gunung, dari belakang ia menegur :
"Siocia ini apakah Bian cici?"
Teguran itu mengejutkan Bian Leng Jun, karena ia kira
orang itu adalah Kong Sun Giok, tetapi mengapa
membahasakan ia cici" la membalikbadan menghadapi Tee
Thian Kauw akan menjadi terpesona. Tee Thian Kauw-pun
tak terkecuali, karena masing2 bagaikan melihat dirinya
sendiri didepannya! Mereka mirip sekali!
Untuk menghindarkan salah-faham, Tee Thian Kauw
berkata lebih dulu : "Bian Cici, aku datang ingin mencari
Giok koko. Apakah dia pernah datang kesini?"
Bian Leng Jun tidak segera menjawab. la tampak
pemuda didepannya mirip sekali dengan ia (Tee Thian
Kauw menyamar sebagai pria), dan memanggil ia Cici
(kakak) demikian ramahnya. Ia mundur setindak, lalu
menanya : "Siapakah Giok koko-mu" Apakah dia itu Kong
Sun Giok, murid dari Thian Lam Sha Kiam" Dan kau ini
siapa?" Tee Thian Kauw yang cerdik dan cerdas segera
membuka pembalut kepalanya. lalu sambil bersenyum ia
menjawah : ..Aku ini Tee Thian Kauw, saudari angkat
Giok kok......"
Bian Leng Jun menjadi bisu, tetapi ia terus mengawasi
wajahnya Tee Thian Kauw.
"Bian cici, kau jangan salah-faham," kata Tee Thian
Kauw dengan ramah, "Giok koko pernah memberitahukan
272 aku bahwa dia telah mempunyai Bian cici, dan dia pandang
aku sebagai saudari angkatnya. Aku pernah dengar bahwa
Bian cici hidup terbelenggu didalam kuil Sun Yo Kong.
Maukah dengar kisah aku mengenai Giok koko?"
Sikap yang ramah dan ucapan yang tulus hati itu telah
menghilangkan kecurigaannya Bian Leng Jun. la mengajak
Tee Thian Kauw duduk dibawah sebuah pohon yang
rindang untuk mendengarkan kisahnya Tee Thian Kauw.
Tee Thian Kauw lalu menceriterakan kisahnya mengenai
Kong Sun Giok dan hubungannya juga. Kemudian Bian
Leng Jun berkata dengan nada yang akrab sekali : "Giok
koko pernah datang kekuil Sun Yo Kong. Tetapi sekarang
aku tidak mengetahui dia berada dimana. Aku juga tidak
mengetahui apakah dia telah berhasil memperoleh kitab Ju
Keng." Iapun menceriterakan kisah Kong Sun Giok
menerobos masuk kekuil Sun Yo Kong serta kepergiannya
kepegunungan Sian Yan Leng mencari kitab Ju Keng.
"Jika demikian," jawab Tee Thian Kauw, "aku lebih baik
lantas menuju kepegunungan Sian Yan Leng mencari Giok
koko. Umpama dia sudah berlalu, mungkin dia
meninggalkan tanda2"
Sejenak kemudian, setelah melihat pakaiannya Bian
Leng Jun ia menanya : "Bian cici, apakah murid2 dari Ban
Cun Bu semuanya mengenakan pakaian putih ?"
Bian Leng Jun mengangguk, lalu menanya : "Maksud
apakah kau menanyakan soal ini?"
"Melihat Bian cici mengenakan pakaian putih, aku
terkenang akan seorang dewi,' jawab Tee Thian Kauw,
"Sudahlah, Bian cici, aku harus segera berlalu. Jika aku
berhasil menjumpai Giok koko, aku akan datang kembali
menjumpai kau!"
273 "Tunggu!" kata Bian Leng Jun, "aku lupa
memberitahukan kau bahwa pada beberapa hari berselang
telah datang juga Tok Pi Cai Jin dan Lang Sim Siu Si. Dan
mereka teah diterima sebagai pembantunya Ban Cun Bu.
Kau harus memberitahukan ini kepada Kong Sun Giok. la
jangan datang jika belum berlatih betul"
Tee Thian Kauw berjanji memperhatikan pesan itu, lalu
dengan ilmu meringankan tubuh ia berlalu dari tempat itu
dan menuju kepegunungan Sian Tan Hong.
Tetapi setelah ia tiba ditempat tujuannya, ia tak berhasil
menjumpai Kong Sun Giok. la menjadi kecewa. Betul ia
telah menemui patung seekor monyet, tetapi ia tak
mengetahui dimana ia harus mencari Kong Sun Giok,
karena sebegitu jauh ia tak menemui tanda2 yang dapat
memberi petunjuk kemana perginya Kong Sun Giok. la
duduk dibawah patung monyet itu dari berpikir : "Giok
koko mungkin telah mendapat rintangan2. Aku telah
berjanji setelah berlatih ilmu silat pedang, aku akan segera
turun gunung mencari padanya. Mengapa dia tidak
meninggalkan tanda2" Kini dimanakah aku harus
mencarinya?"
la teringat akan pedang Poa Cu Kiam-nya, dan tentang
sajak yang tertera diatas kulit kambing yang tersimpan
didalam gagang pedang Poa Cu Kiam. la memperhatikan
juga bahwa keadaan disekitar tempat itu serupa dengan peta
yang tertera diatas kulit kambing.
"Mungkin Giok koko telah berhasil menemui kitab Ju
Keng, dan kini sedang berlatih menurut petunjuk2 didalam
kitab itu. Tetapi jika dia tidak herhasii menemuinya,
mungkin ia telah menuju keutara atau pergi kepegunungan
Tiang Pek," pikirnya.
274 Kemudian ia berdiri dan mengawasi patung monyet itu.
Ia cabut pedang Poa Cu Kiamnya dan menabas patung
monyet yang dibuat dari batu karang gunung itu, yang
menayadi berantakan.
Sebetulnya ketika Ceng Lian Taysu berusaha membuka
kotak yang berisi kitab Ju Keng dengan telunjuk jari
tangannya, kotak itu tidak terbuka, tetapi kitab didalamnya
telah terbakar menjadi abu. Ia telah taruh kembali kotak itu
didalam lubang, dan menutup lubang itu dengan batu
karang penutup lubang itu, dan menambalnya celahcelahnya dengan tanah. Tetapi tambalan itu meninggalkan
tanda2. Tee Thian Kauw memperhatikan tanda2 itu. Dengan
pedang Poa Cu Kiam ia coba mencongkel batu yang
menutup lubang. Setelah batu itu tercongkel ia merogo
untuk mengambil kotak yang dibuat dari batu kristal dan
berukuran 12 cm h 20 cm. la melihat juga bahwa kitab
didalam kotak tsb. telah terbakar menjadi abu, meskipun
bentuknya kitab masih utuh, dan huruf2 diatas kulit kitab
masih terlihat samar2.
Ia segera menduga bahwa Kong Sun Giok telah
menemui kitab atau kotak itu. bahwa dia menjadi kecewa.
karena kitab Ju Keng didalam kotak telah terbakar menjadi
abu dan bahwa dia telah berlalu dan tempat itu.
Tee Thian Kauw- lalu taruh kotak itu diatas batu yang
merupakan alas daripada patung kera tersebut, dan ingin
membuka dengan paksa kotak tersebut agar ia dapat
menyelidiki lebih jauh!
Tetapi pedang Poa. Cu Kiam yang dapat menabas putus
emas atau batu Giok tak berhasil menghancurkan kotak
kristal itu. Hanya batu karang dibawah kotak menjadi
hancur! 275 Tee Thian Kauw memperhatikan bahwa dibawah batu
yang hancur itu terdapat satu lubang, dan didalamnya
tampak suatu benda. la ambil keluar benda itu, yang
ternyata adalah sebuah pedang yang disarungi dengan kulit
yang luar biasa lemasnya.
Tee Thian Kauw cabut pedang itu dari sarungnya,
terlihat olehnya bahwa pedang itu panjangnya hanya dua
kaki dari ujung gagang sampai ujungpedang. Pedang itu
tidak mirip pedang juga tidak mirip golok, dan tidak
bercahaya atau mengkilap. Pisau daripada pedang itu
berwarna hitam dan tidak rata, se-olah2 sisik ikan. Gagang
pedang berbentuk kepala seekor naga dan terukir dengan
dua huruf Leng Liong (Naga sakti ) disatu samping, dan
dua huruf Ju To (Golok ajaib) dilain samping.
Hatinya Tee Thian Kauw ber-debar2. Ia merasa gembira
sekali. Ia bermaksud mencari pedang "Leng Liong Pi",
tetapi dengan tak terduga ia telah menemui pedang tersebut
sekaligus dengan kitab Ju Keng yang ber-sama2
tersembunyi dibawah batu karang yang berada dibawah
patung monyet itu.
"Mungkin kotak batu kristal ini dapat dibuka dengan
pedang Leng Liong Pi !" pikirnya. Lalu ia gurat kotak itu dengan ujung pedang Leng Liong Pi, dan betul saja kotak
itu terbuka menurut guratan ujung pedang! "Ai, pedang
Leng Long Pi ini lebih lihay dari pada pedang Poa Cu
Kiam!" serunya dalam hati.
Kotak telah terbuka, namun kitab didalamnya telah
menjadi abu, dan kitab itu berhamburan bila disentuh.
Tetapi ketika Tee Thian Kauw memperhatikan lagi, yang
terbakar menjadi abu hanya kulit luarnya. Rupanya kitab
itu tidak dibuat dari kertas biasa, entah dibuat dari bahan
apa. Terlihat olehnya huruf2 yang kecil dibalik tutup kotak
yang dibuat dari kristal.
276 "Ai, sungguh pedang Leng Liong Pi ini lebih lihay dari pada
pedang Poa Cu Kiam !" seru Tee Thian Kauw dalam hatinya.
"Tee Thian Kauw membaca huruf2 yaug kecil itu, dan
mengetahui bahwa kitab Ju Keng yang Kong Sun Giok dan
kawan2nya tidak berhasil membuka kotaknya, bahkan
melihat telah terbakar menjadi abu, sangat erat
hubungannya dengan pedang Leng Liong Pi, dan kedua
benda yang ajaib itu tersembunyi bersama disuatu tempat
dibawah batu karang itu.
277 Seterusnya Tee Thian Kauw membaca kisah dari kedua
benda itu sebagai berikut : "Pada lebih kurang seratus tahun
berselang, dikalangan Bu Lim telah muncul satu orang yang
luar biasa ganjilnya bernama "Pe Ju Totiang" yang mahir
betul dalam ilmu silat Sian Thian Bo Kit Ki Kong (ilmu
silat tenaga dalam nomor wahid dikolong langit) dan ilmu
silat Bo Kit Kiam Hoat (ilmu silat pedang tiada bandingan).
Pe Ju Totiang hanya menerima seorang murid, dan ia telah
turunkan semua kepandaian ilmu silatnya kepada muridnya
itu. Tetapi murid itu telah mengecewakan gurunya. Dia
berbuat se-wenang2 dikalangan Kang Ouw. Setelah murid
durhaka itu turun gunung tidak tidak lama, Pe Ju Totiang
lalu mempelajari dan menciptakan jurus2 yang dapat
memperhebat ilmu silat Sian Thiau Bo Kit Ki Kong-nya,
ilmu mana ia namakan Ci Ju Kek Kang atau dengan
kelembutan mengatasi kekerasan. Kemudian iapun turun
gunung mencari muridnya yang durhaka itu.
Tetapi rupanya nasib manusia telah ditakdirkan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun ia telah berusaha
mencarinya dimana2, ia tak berhasil menemui muridnya!
Namun, perjalanannya itu tidak hampa. Dalam
berkelananya dibanyak tempat itu ia telah memperoleh dua
benda yang sakti, yakni pedang Poa Cu Kiam seekor kera
berbulu emas yang ganjil sekali. Tetapi ketika ia berada
dipegunuugan Lak Cao, untuk membasmi dan melawan
seekor ular berbisa, kera tersebut telah mengorbankan
jiwanya. Bahkan Pe Ju Totiang juga telah kena racun ular
itu! Meskipun ilmu tenaga dalamnya telah merncapai
puncaknya, ia insyaf bahwa ia tak dapat hidup lama lagi, ia
telah memuturkan jurus2 ilmu silat Ci Ju Kek Kang dalam
sebuah buku yang dinamakan kitab "Ju Keng". Kemudian
ia ingin menyimpan kitab tersebut ber-sama2 pedang Poa
Cu Kiam dan Leng Liong Pi dibawah batu dari patung
278 keranya yang dibuat dari batu karang gunung, dengan
harapan diketemui pula oleh orang dikemudian hari!
Justru pada satu itu, seorang sahabat karibnya yang
tinggal bertapa disebelah timur dari sungai datang hendak
pinjam pedang untuk membunuh seekor naga. Pe Ju
Totiang lalu menyembunyikan suatu peta ke-gagang pedang
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Poa Cu Kiam sebelum pedang tsb. dipinjamkan kepada
sahabatnya, dan memberitahukan sahabat karibnya itu
bahwa jika dia tidak menjumpai muridnya, pedang tersebut
tidak usah dikembalikan, bahwa ia harus menyebarkan
berita dikalangan Kang Ouw : "Untuk memperoleh kitab Ju
Keng, pedang Poa Cu Kiam harus diperoleh lebih dulu."
Setelah sahabat karibnya pergi dengan membawa pedang
Poa Cu Kiam, Pe Ju Totiang lalu menyembunyikan kitab
Ju Keng dan pedang Leng Liong Pi dibawah batu karang
gunung dibawah patung keranya. Untuk menjaga kitab
tersebut jangan rusak, ia telah taruh kitab itu didalam satu
kotak dari batu kristal. Demikianlah untuk mencari
letaknya kitab dan pedang Leng Liong Pi, orang harus
memperoleh pedang Poa Cu Kiam, dan mencari peta yang
disimpan didalam gagang pedang Poa Cu Kiam itu!
Setelah membaca penuturan itu, Tee Thian Kauw
mengetahui bahwa Thian Lam Sha Kiam dengan ilmu silat
pedang Bo Kit Kiam Hoat Yan ilmu silat tenaga dalam
Shian hian Bo Kit Wi Kongnya adalah murid2 dari partai
Pe Ju Totiang, dan bahwa pedang Poa Cu Kiam yang ia
dapat pinjam dari Sim Lam Sie adalah milik dari Kong Sun
Giok, karena Kong Sun Giok adalah murid dari partai
Thian Lam! Kini, kitab Ju Keng telah terbakar menjadi abu, tetapi ia
telah memperoleh pedang Leng Liong Pi. Ia tidak percaya
bahwa ia dengan ilmu silat pedang Cit Mat Kiam Hoat
tidak dapat melawan Ban Cu Bu dengan menggunakan
279 pedang Poa Cu Kiam atau Leng Liong Pi! Bukankah Kong
Sun Giok telah menjadi kecewa setelah menyaksikan kitab
Ju Keng terbakar menjadi abu, la yakin bahwa Kong Sun
Giok akan lebih suka membunuh diri daripada tidak
menunaikan sumpah untuk membalas dendam guru dan
paman2 gurunya terhadap Ban Cun Bu. la sendiri telah
bersumpah untuk saling membantu dengan tak
menghiraukan pengorbanan apapun. Dengan keyakinannya
itu, ia bertekad pergi kekuil Sun Yo Kong untuk
menggempur. Ban Cun Bu dan bila ia berhasil membasmi
iblis yang jahat itu. ia anggap telah menunaikan
kewajibannya terhadap Kong Sun Giok, saudara
angkatnya. Lalu ia mulai merencanakan siasatnya sebelum
ia menerjang masuk kekuil Sun Yo Kong.
Tetapi ketika ia terkenang akan Bian Leng Jun, ia
bersenyum. Lalu sebelumnya ia menuju kekota Lak Cao ia
pergi kesatu kota yang berdekatan dengan kota Lak Cao
untuk membeli pakaian putih yang mirip seperti pakaian2
putih dari murid2nya Ban Cun Bu. Dengan mengenakan
pakaian putih dan membuka samarannya sebagai pria, ia
pancang pedang Poa Cu Kiam dibelakang dengan
gagangnya menonjol diatas pundak, dan menyelipkan
pedang Leng Liong Pi pada ikat pinggangnya, untuk segera
menuju kekota Lak Cao.
Sebagai saudari angkat, ia harus membela Kong Sun
Giok. la tidak mengetahui apakah Kong Sun Giok masih
hidup atau mati, tetapi sebagai saudari angkat, ia harus
menerjang masuk kekuil Sun Yo Kong dan melabrak Ban
Cun Bu, musuh besarnya Kong Sun Giok !
Dcngan menuruti jalan yang pernah dilalui, lekas juga ia
tiba disebuah tempat dilereng gunung dimana ia pernah bercakap2 dengan Bian Leng Jun. la terkejut, karena tidak jauh
dari tempat dimana ia berdiri terdengar suara orang tertawa
280 mengejek, dan segera terlihat seorang yang memakai
pakaian seperti satu pelajar berusia lebih kurang 50 tahun
tengah mendatangi. Rupanya orang itu baru keluar dari kuil
Sun Yo Kong. Tee Thian Kauw memperhatikan juga bahwa hidungnya
orang itu mirip patuk burung elang, matanya mirip mata
rubah, kedua belah bibirnya tipis, dan wajahnya nampak
seram sekali. la berpikir : "Bukankah orang2 didalam kuil
Sun Yo Kong semuanya orang perempuan" Dan laki2 ini
keluar dari kuil itu. Siapa gerangan?"
Dari jarak yang agak jauh itu orang itu memanggil2
sambil menyengir : "Hei! Bian Siocia. Keadaan didalam
kuil Sun Yo Kong sangat indahnya. Mengapa hanya kau
seorang yang tidak menikmatinya" Kemarin dulu aku
terlampau kasar, dan kau terlalu memandang rendah
terhadap aku. Apakah kau kira aku ini, Lang Sim Siu Si,
tidak berani memaksa kau?"
Ucapan "Lang Sim Siu Sie" itu membuat Tee Thian
Kauw ingat lagi akan peringatannya Bian Leng Jun, dan ia
mengetahui Lang Sim Siu Sie itu termasuk salah satu dari
10 jago2 silat yang tergolong tingkat atas, dan Lang Sim Siu
Sie itu selalu bertarung ber-damping2an dengan Tok Pik
Cai Jin. Baru saja ia ingin menanyakan tentang kawannya Tok
Pik Cai Jin, ia ingat bahwa Lang Sim Siu Si itu mengira ia
Bian Leng Jun dan dari sikap dan ucapannya, ia
mengetahui bahwa Lang Sim Siu Si itu telah ter-gila2
terhadap Bian Leng Jun. Sebetulnya ia datang kekuil Sun
Yo Kong dengan maksud melabrak Ban Cun Bu. Kini ia
bertemu Lang Sim Siu Si, ia bertekad membasmi manusia
yang cabul dan hina itu.
281 Lalu dengan ilmu meringankan tubuh ia berlagak lari,
dengan harapan Lang Sim Siu Si mengejar. Betul saja Lang
Sim Siu Si mengejar sambil berteriak : "Bian siocia!
Mengapa kau menjauhkan diri dari aku" Gurumu sedang
beristirahat, ia tak akan mencari kau. Marilah kita duduk
ber-cakap2!"
Belum lagi selesai ucapannya, tiba2 Tee Thian Kauw
berbalik dan dengan pedang Leng Liong Pi-nya secepat kilat
ia menyabet lengan kirinya Lang Sim Siu Si.
---oo0oo--- BAGIAN 14 TERKEJUT MENDENGAR BERITA BELASUNGKAWA Lang Sim Siu Si yang baru diterima sebagai tamu oleh
Ban Cun Bu tidak menduga bahwa seorang muridnya
berani melukai padanya. Ketika ia mengejar dari belakang,
ia melihat dengan kepala mata sendiri pedang yang
dipancangkan dibelakang gadis itu, tidak dicabut. Lagipula
ia sedang mengejar dengan sangat bernapsu. Begitu lekas
sigadis berbalik dan menyerangnya dengan senjata tajam, ia
hanya berhasil mengegos kesamping. la tidak menduga
bahwa senjata yang digunakan oleh sigadis itu adalah
pedang sakti yang di-idam2kan oleh tiap2 jago silat, dan
bukan main tajam dan saktinya. Oleh karena itu ketika Tee
Thian Kauw berbalik dan menyabet secepat kilat lengan
kirinya, kelitannya itu hanya mempercepat tertabasnya
putus lengannya dari batas sikut! Darah muncrat
berhamburan, dan jeritan nyaring menggetarkan suasana.
282 Tee Thian Kauw yang telah mengetahui kebusukan
watak dari lawanya itu tidak memberi kesempatan kepada
lawannya. la menyerang terus dengan jurus2 Hui Hong Bu
Liu atau angin puyuh meniup daun pohon liu. Meski Lang
Sim Siu Si tinggi ilmu silatnya, dengan terluka parah, dan
serangan2 yang ber-tubi2 dari Tee Thian Kauw, ia sibuk
mengegos dan mengelit. Samasekali ia tak dapat
kesempatan untuk balas menyerang. Dengan mengeluarkan
kepandaiannya, ia berusaha menghindari serangan2 untuk
lari kabur masuk kedalam kuil lagi dengan sekujur badan
berlumuran darah!
Tee Thian Kauw berpendapat bahwa jika ia berhasil
membunuh mati iblis yang cabul dan jahat ini, ia berjasa
sekali terhadap jago2 silat yang kesatria dan mulia
dikalangan Bu Lim. la tidak mengetahui bahwa selagi Lang
Sim Siu Si melarikan diri, lawannya itu telah men-jerit2
untuk memanggil Tok Pi Cai Jin, suara jeritannya itupun
telah terdengar oleh orang2 didalam kuil Sun Yo Kong,
termasuk juga Ban Cun Bu!
Tee Thian Kauw terus mengejar Lang Sim Siu Si. Baru
saja mereka hampir tiba dipintu sebelah barat dari kuil itu,
tiba2 berkelebat bayangan2 putih, dan segera lima orang
turun dan berdiri didepan. Lang Sim Siu Si dan Tee Thian
Kauw berhenti beriari2 !
Tibanya kelima orang itu bukan main cepatnya. Tetapi
yang ganjil adalah diantara lima orang itu tidak kelihatan
Cin Long Ngo dan Bian Leng Jun. Dan Tok Pi Cai Jin,
kawan karibnya Lang Siu Si juga tidak ada diantara
mereka! Kelima orang itu ialah Goei Leng Sa, Khouw Leng
Hong, Se Leng Ko, Tu Leng San dikedua samping, dan Ban
Cun Bu yang mengenakan baju dari kulit ikan hiu berdiri
283 ditengah dengan menggunakan kedua tongkat besinya
sebagai kaki! Ban Cun Bu dan keempat muridnya itu mula2 mengira
gadis yang mengejar Lang Sim Siu Si dengan pedang
terhunus adalah Bian Leng Jun, dan mereka semua terkejut
melihat lengan kirinya Lang Sim Siu Si telah tertabas putus.
Mereka semuanya berdiri bengong tak bergerak.
Lang Sim Siu Si lekas2 menghampiri Ban Cun Bu dan
berseru : "Ban Cun Sin Kun, muridmu terlampau lihay"
Ban Cun Bu yang masih mengira Tee Thian Kauw itu
Bian Leng Jun tidak menunggu ucapan itu, ia berkata
dengan mengejek : "Meskipun Bian Leng Jun adalah murid
yang aku segeni, tetapi peraturan disini sangat keras. Tiap2
murid yang bertindak melampaui batas pasti dihukum.
Nah, coba tuturkan, dia telah melanggar peraturan apakah"
Aku Ban Cun Bu segera menghukumnya dengan tongkat
besiku!" Lam Sim Siu Si tidak menjelaskan, karena ia memang
dipihak salah. la hanya berdiri sambil menahan sakit pada
lengannya yang telah buntung itu.
Ban Cun Bu segera mengarti bahwa kesalahan berada
dipihak Lang Sim Siu Si. la berkata kepada Tee Thian
Kauw yang dianggapnya Bian Leng Jun, dan yang berdiri
agak jauh : "Jun ji, kau tak usah takut. Coba tuturkan
dengan jujur apa yang telah terjadi. Jika perbuatanmu tidak
bertanggung-jawab dan tak beralasan, tak usah aku yang
turun tangan. Kau dapat membunuh diri sendiri. Tetapi jika
kau dipihak benar, jangankan Lang Sim Siu Si, meskipun
Shin It Cui-pun aku akan bunuh mati juga untuk membela
kau, muridku!"
Ucapan itu menyakiti hatinya Lang Sim Siu Si, tetapi ia
tak dapat berbuat apa2. la bukan tandingannya Ban Cun
284 Bu. Lagipula ia merasa cemas karena ia tak tampak Tok Pit
Cai Jin datang menolong.
Tee Thian Kauwpun tak dapat menjawab. Jika ia
menjawab, maka akan ketahuan bahwa ia bukannya, Bian
Leng Jun. Betul wajah, tubuhnya dan pakaiannya mirip
Bian Leng Jun, tetapi suaranya berlainan! la berdiri dan
berpikir. Lalu ia ambil putusan melabrak jahanam yang
menjadi musuh besar saudara angkatnya. la maju beberapa
tindak untuk menjawab. Bila Ban Cun Bu mencurigai ia,
maka ia dapat segera menyerang dengan pedang Poa Cu
Kiam dan Leng Liong Pi demi kepentingan Giok koko-nya.
Bian Leng Jun adalah murid kesayangan Ban Cu Bu dan
sudah lama bernaung didalam kuilnya. Dari jarak agak jauh
ia masih dapat ditipu, tetapi ketika Tee Thian Kauw
bertindak maju, cara dan sikap jalannya segera kelihatan,
dan mulai menimbulkan kecurigaannya Ban Cun Bu.
Melihat pedang Leng Liong Pi ditangannya Tee Thian
Kauw, Ban Cun Bu menanya : "Hei, Jun ji! Pedang pendek
ditanganmu itu dari mana?"
Sebetulnya niatnya semula bila sudah dekat Ban Cun Bu,
Tee Thian Kauw ingin segera menyerang, tetapi entah
mengapa, mungkin karena kewibawaannya iblis itu, ia
menjadi mundur-maju. la menjawab sambil menundukkan
kepalania : "Suhu, pedang ini adalah pedang Leng Liong
Pi. Jun ji kebetulan dapat menemuinya. Sudilah suhu
melihatnya!"
Perkataan itu ia barengi dengan tusukan pedang Leng
Liong Pi kemukanya Ban Cun Bu!
Ban Cun Bu yang tertarik dengan pedang Leng Liong Pi
itu, tidak memperhatikan bahwa suaranya Bian Leng Jun
tetiron itu berlainan daripada suaranya Bian Leng Jun yang
tulen. la hanya perhatikan sikap "Bian Leng Jun"
285 mempertunjukkan pedangnya agak ganjil. la mengawasi
wajahnya Tee Thian Kauw, dan ketika itu ia melihat
pedang Leng Liong Pi menyambar!
Bagi lawan yang biasa, Tee Thian Kauw mungkin
berhasil membunuh mati lawannya; tetapi Ban Cun Bu
dengan ilmu silatnya yang tinggi, se-olah2 seorang dewa,
ketika pedang Leng Liong Pi menyambar, dan ia
mengetahui sukar mengegos, ia buka mulutnya dan
menyembur pedang itu! Aneh sekali! Pedang Leng Liong Pi
yang kena semburan itu segera tertahan dan jatuh dilantai!
Tee Thian Kauw menyerang lagi dengan tusukan pedang
Poa Cu Kiamnya. Serangan itupun Ban Cun Bu dapat
menangkisnya dengan mudah sekali oleh satu kemplangan
tongkat besinya, dan dengan tenaga dalam, ia menotok
lantai dengan tongkat besi lainnya untuk memindahkan
tubuhnya dua depa jauhnya! Ban Cun Bu masih juga belum
dapat membedakan apakah yang menyerang ia itu betul2
Bian Leng Jun. la membentak : "Hei ! Jun ji! Mengapa kau
begitu kurang ajar berani melawan aku" Siapakah yang
telah membikin kau demikian kurang ajar terhadap aku!"
Lang Sim Siu Si mulai insyaf bahwa semua keributan ini
terbit karena perbuatannya, tetapi gadis yang lain sudah
mulai melihat cara "Bian Leng Jun" melawan gurunya, dan
masing2 memperhatikan jawaban apakah yang akan
diberikan oleh ,,Bian Leng Jun." Tee Thian Kauw setelah
gagal membunuh Ban Cun Bu tidak ingin mencelakakan
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bian Leng Jun karena penyamarannya itu. Dengan pedang
Poa Tiu Kiam-nya menjaga badannya, ia menuding Ban
Cun Bu dan membentak : "Ban Cun Bu! Kau iblis yang
kejam. Betul2 matamu buta! Aku bukan Bian Leng Jun.
Aku bernama Tee Thian Kauw, dan aku datang mencari
saudara angkatku, Kong Sun Giok, dan juga hendak
286 membunuh kau untuk membalas dendam guru dan paman2
guru saudara angkatku!"
"Suhu pedang ini adalah pedang Leng Liong Pi, Jun ji
kebetulan dapat menemuinya. Sudilah suhu melihatnya !"
Perkataan itu Tee Thian Kauw barengi dengan tusukan pedang
Leng Piong Pi kemuka Ban Cun Bu!
Ban Cun Bu terkejut dan merasa kagum akan
keberaniannya gadis itu. Ia menanya : "Siapakah gurumu"
287 Jika dia ada hubungan dengan aku, Ban Cun Bu, aku dapat
memberi ampun kepadamu."
Tee Thian Kauw tetap teguh dan tidak gentar. Dengan
congkak ia berkata : "Ha! Siapa ingin diberi ampun olehmu.
Guruku bernama Heng Taysu. Apakah kau mengenalnya?"
Nama "Heng Taysu" itu tidak terkenal oleh banyak
orang, tetapi melihat keberanian dan ilmu silat muridnya
membikin Ban Cun Bu menaruh penghargaan. Ia berpikir
sambil mengawasi Tee Thian Kauw.
Pada saat itu Lang Sim Siu Si menuding Tee Thian Kau
dan memakai : "Hei! Kau ini sundel yang rendah. Kau
datang melukai aku! Anjing kecil Kong Sun Giok telah aku
bunuh mati, dan mayatnya telah berada didasar sungai bersama2 perahu yang aku telah hancurkan dengan sambitan
batu besar! Ban Cun Bu dapat mengampuni kau, tetapi aku
tak akan diam jika tidak membikin pembalasan!"
Ban Cun Bu melirik kearah Lang Sim Siu Si. Berita
tentang tewasnya Kong Sun Giok itu membikin Tee Thian
Kauw terkejut. Ia bertindak mundur satu langkah untuk
mengumpulkan semangatnya. Timbullah kemurkaannya
untuk membunuh mati Lang Sim Siu Si. Baru saja ia ingin
menusuk jahanam itu dengan pedang Poa Cu Kiam, terlihat
asap hijau mengepul tidak jauh dari tempat tersebut!
Goei Leng Sa lalu membungkukkan tubuhnya memberi
hormat kepada Ban Cun Bu sambil berkata : "Suhu, Suci
Cin Leng Ngo yang menjaga ruang Tin-kung memberi
isyarat bahaya!"
Ban Cun Bu mengerutkan keningnya sejenak, lam
berkata : "Bian Leng Jun menjaga pintu disebelah timur,
ruang Tin-kung dijaga oleh Cin Leng Ngo, dan Tok Pik Cai
Jin berada didalam kuil Sun Yo Kong. Untuk sementara
waktu, kita tidak usah kuatir. Aku harus bereskan soal ini
288 dulu!" Lalu ia berkata lagi kepada Tee Thian Kauw :
"Apakah gurumu telah kehilangan kedua lengannya?"
Tee Thian Kauw terperanjat mendengar pertanyaan itu,
karena gurunya betul telah kehilangan kedua lengannya.
Lagipula caranya Ban Cun Bu menanya mengandung nada
yang simpathi terhadap gurunya itu. la baru saja ingin
menjawab, sekonyong2 terbang datang bayangan putih
yang pesat sekali!
Bayangan putih yang datang itu adalah Bian Leng Jun
yang mirip seka!i dengan Tee Thian Kauw. Bian Leng Jun
terkejut melihat The Thian Kauw lalu ia melaporkan
kepada Ban Cun Bu dengan tergesa2 : "Suhu! Tok Pik Cai
Jin telah mengambil kesempatan ketika Suhu keluar, dia
telah menerobos masuk keruang Tin-kung! la telah labrak
Cin Leng Ngo Suci, dan membawa lari kitab Sun Yo Tim
Kai!" Mendengar laporan itu Ban Cun Bu menjadi pucat bahna
gusarnya. la menanya Bian Leng Jun sambil mengawani
Yang Sim Siu Si : "Apakah Cin Leng Ngo luka parah"
Sudah berapa lama Tok Pik Cai Jin kabur?"
"Cin Suci menderita luka parah! Tapi aku kira ia tak
akan mati. Tok Pik Cai Jin telah kabur kira2 10 menit!"
Ban Cun Bu mengetahui ia tak dapat mengejar. la
tertawa gelak2 dan berkata : "Biarlah ia baca kitab Sun Yo
Cin Kai itu. Aku harus memenuhi janjiku terhadap Thian
Lam Sha Kiam untuk berdiam didalam kota Lak Cao
selama 10 tahun. Setelah itu, dimanapun ia lari, aku akan
kejar dan memukul hancur tulang2 dan dagingnya dengan
tongkat besiku!" Lalu ia perintahkan muridnya : "Bian Leng Jun, Goei Leng Sa, Khouw Leng Hong! Kalian bertiga
lekas2 pergi ke ruang Tin-kung mengurus Cin Leng Ngo.
289 Aku hendak membereskan soal ini dulu, nanti aku datang
mengobati luka2nya!"
Mendengar perintah itu, Bian Leng Jun tak berani
membangkang. Tapi ia kuatir akan keselamatannya Tee
Thian Kauw. Ia mengawasi Tee Thian Kauw se-olah2
memberi isyarat agar lekas2 kabur dari labrakan Ban Cun
Bu. Tee Thian Kauw telah memperhatikan sikap Bian Leng
Jun itu, dan ia mengarti bahwa ia berada dalam bahaya. la
harus bertindak waspada!
Ketiga gadis itu segera berlalu untuk mengurus Cin Leng
Ngo yang menderita luka parah.
Ketika itu Ban Cun Bu lebih memperhatikan Lang Sim
Siu Si daripada Tee Thian Kauw. Lang Sim Siu Si menjadi
sangat ketakutan setelah mengetahui bahwa kawannya, Tok
Pik Cai Jin telah membawa lari kitab Sun Yo Cin Kai.
Dengan sikap yang tenang Ban Cun Bu menanya Lang
Sim Siu Si : "Hei! Apa katamu tentang kawan karibmu Tok
Pik Cai Jin!"
Seperti juga seorang tawanan menghadapi algojo, Lang
Sim Siu Si menjawab : "Perbuatan Tok Pik Cai Jin sangat
rendah. Tapi aku sanggup mencari dia, dan aku berjanji
akan membawa kembali kitab Sun Yo Cin Kai dalam waktu
10 hari, dan aku juga akan suruh dia minta maaf terhadap
Ban Cun Bu Shin Kun."
Dengan secepat kilat Ban Cun Bu menotokkan kedua
tongkat besinya ditanah untuk loncat mundur lebih kurang
lima depa. Lang Sim Siu Si merasa agak lega melihat Ban
Cun Bu loncat mundur, karena dengan ilmu meringankan
tubuhnya, ia dapat segera lari jika perlu! Maka iapun ingin
loncat mundur dua tiga depa. Baru saja ia hendak
290 melompat mundur, terdengar hembusan angin, dan secepat
kilat Ban Cun Bu sudah berada lagi dihadapannya, hanya 78 kaki jauhnya!
Lang Sim Siu Si menyengir dan berkata :"Ban Cun Shin
Kun, apakah kau juga mencurigai aku?"
Dengan kalem Ban T.iun Bu berkata :"Ketika kalian
berdua datang kesini untuk bernaung, aku menerimanya
dengan tangan terbuka. Tetapi ternyata kalian datang
dengan maksud yang keji ! Satu telah mencuri dan
membawa lari kitab Sun Yo Cin Kai-kii. dan kau berlaku
sangat ceriwis terhadap murid2ku. Tok Pik Cai Jin telah
melarikan diri. Biarlah ia hidup beberapa tahun lagi. Tetap
kau tak akan kulepaskan begitu saja !"
Lang Sim Siu Si segera mengarti bahwa ia tak dapat
menyingkirkan diri dari labrakannya Ban Cun Bu. Dengan
tabah ia menjawab :
"Ban Cun Bu! Aku tak dapat membela diri. Tetapi nama
"Lang Sim Siu Si" telah terkenal dikalangan Bu Lim. Betul aku bukan tandinganmu. tetapi dengan lengan yang
buntung, aku ingin coba2 ilmu silat Sun Yo Cin Kai-mu
dengan tangan kananku !"
Ban Cun Bu tertawa gelak2, dan berkata :"Nyatalah kau
satu laki2! Tetapi aku tidak percaya kau termasuk hitungan
10 jago2 silat tingkat satu dikalangan Bu Lim dewasa ini!"
la berhenti sejenak untuk mengawasi lengan kiri lawannya
yang telah buntung ditabas Tee Thian Kauw. Lalu ia
berkata lagi : ,,Ban Cun Bu tidak ingin bertarung dengan
diganda. Karena kau baru saja kehilangan sebelah
lenganmu, kita tak usah bertarung. Kita hanya mengadu
tenaga dalam saja. Aku memberi keringanan kepadamu.
Kita akan menghadapi tinju kita masing2, dan jika kau
dapat menahan tenaga dalam Sun Yo Cin Kai-ku selama 5
291 menit, hari ini kau dapat berlalu dari sini dengan tidak
dapat gangguan dan hutang hari ini, kita akan bereskan
setelah aku memenuhi janjiku berdiam dikuil selama 10
tahun !" Tawaran tersebut menggirangkan Lang Sim Siu Si. la
percaya bahwa Ban Cun Bu senantiasa memegang janji. la
hanya harus menahan tenaga da]amnya selama 5 menit,
dan ia segera dapat berlalu dengan selamat, atau menusuk
Ban Cun Bu dengan baja beracun berbentuk kuku yang
dipasang diujung kedua jari tangan kanannya. dengan
akibat kedua2nya kalah dan kedua2nya tewas! Demikian
pikirnya. Lalu ia. menjawab sambil menyengir : "Baiklah, Ban
Cun Shin Kun beri petunjuk!"
Lalu Ban Cun Bu tancapkan tongkat besinya kedalam
tanah sedalam tiga inci (10 cm), dan seluruh tubuhnya yang
tak berbetis berdiri tegak diatas satu tongkat besi dengan
teguh. Ia, lonjorkan keluar tinju kirinya untuk menghadapi
tinju kananya Lang Sim Siu Si!
Ban Cun Bu terkenal karena ilmu silat Sun Yo Cin
Kainya, tapi ilmu silat tinju "Tay Yo Shin Ciang" (tinju surya) yang telah difahami oleh Lang Sim Siu Si juga tak
dapat dipandang rerdah. Betul kedua ilmu berlainan
namanya, tetapi sifatnya serupa. Setelah kedua tinju berhadap2an, maka terlihatlah Ban Cun Bu dan Lang Sim Siu
Si mengerahkan tenaga dalamnya disalurkan kepada
tinjunya masing2, dan mukanya kedua orang itu laksana
jambu air yang merahnya.
Tee Thian Kauw menjadi tertarik menyaksikan cara
mereka membereskan persoalannya. Pedang Leng Liong Pi,
yang telah dibikin jatuh oleh tiupan Ban Cun Bu, telah
berada ditangan Tu Leng San. Ia dapat lawan Tu Leng San
292 dan Se Leng Ko karena Ban Cun Bu sedang sibuk mengadu
tenaga dalam. Kesempatannya merampas kembali
pedangnya dan melarikan diri telah tiba! Tetapi Tee Thian
Kauw telah dibikin terkejut oleh berita bahwa Kong Sun
Giok telah tewas disungai, ia sedang memikirkan membalas
dendamnya Kong Sun Giok meski ia akan berkorban jiwa!
la masih bersikap ragu2, karena ia belum mengambil
keputusan. Dengan pedang Poa Cun Kiam ditangan ia
mengawasi kedua iblis kejam (Ban Cun Bu dan Lang Sim
Siu Si) sedang mengadu tenaga dalam.
Ban Cun Bu masih bersikap tenang, tetapi seluruh
tubuhnya Lang Sim Siu Si gemetar !
Semula Lang Sim Siu Si tidak merasakan apa2 dari
tenaga dalam lawannya, tetapi sejenak kemudian, ia merasa
seluruh tubuhnya menjadi panas. Pipa darahnya ia rasakan
panas dan sakit, seluruh tulang2nya se-olah2 menjadi
remuk, dan ia tak dapat bertahan lagi! la insyaf jiwanya
berada didalam tangan Ban Cun Bu. Akan tetapi karena
ingin hidup, ia bermaksud menyerang Ban Cun Bu dengan
baja beracun diujung jari2 tangan kanannya.
Maksud khianat diri Lang Sim Siu Si itu telah diketahui
oleh Ban Cun Bu. Ia keluarkan seluruh tenaga dalamnya
menurut petunjuk kitab Sun Yo Cin Kai, dan Lang Sim Siu
Si segera merasa seluruh tubuhnya se-olah2 dibakar!
Lang Sim Siu Si tak dapat melawan, pun tidak dapat
melarikan diri. Dengan kedua mata terbelalak, ia menjerit :
"Ban Cun Bu! Aku Lang Sim Siu Si...... kini tewas di Lak
Cao..... tetapi...... kau juga harus...... menyertai aku....pergi keakherat! " Belum lagi perkataannya itu selesai, dengan seluruh tenaga ia loncat menyeruduk dan berusaha
menusuk dadanya Ban Cun Bu dengan baja beracun
diujung jari2 tangan kanannya itu!
293 Ban Cun Bu merasa satu jarinya sakit, dan ia segera
mengetahui bahwa lawannya melakukan serangan yang
keji. la tidak segan2 lagi! Dengan tinju kirinya ia menjotos
jatuh terlentang Lang Sim Siu Si, lalu ia gigit putus jarinya sendiri yang ia rasakan sangat sakit itu. Kemudian ia
semprot keluar dari mulutnya jarinya sendiri yang ia telah
gigit putus kemukanya Lang Sim Siu Si!
"Clek!" terdengar suara jari itu menghantam muka Lang
Sim Siu Si, dan "Prat" terdengar lagi suara batok kepala dan otaknya Lang Sim Siu Si hancur berantakan!
Lalu Ban Cun Bu panggil seorang muridnya : "Tu Leng
San! Ambilkan aku sebutir obat Sun Yo Tan, dan balut
jariku yang putus ini!"
Tu Leng San segera memberikan pil obat Sun Yo Tan
dan membalut jari gurunya yang telah digigit putus itu.
Peristiwa itu berlangsung didalam waktu lima menit! Tee
Thian Kauw menyaksikan dengan kepala mata sendiri
dengan terperanjat. la mengagumi, betul kepandaiannya
Ban Cun Bu, ia berdiri terpaku ditempatnya.
Ban Cun Bu berpaling kepada Tee Thian Kauw, dan
berkata sambil tersenyum : "Kau telah tidak menggunakan
kesempatan baik untuk melarikan diri ketika aku sedang
mengadu tenaga dalam. Kau betul2 berani. Aku hargai
orang2 yang berani. Oleh karena itu, akupun suka
memberikan keringanan..."
Tee Thian Kauw tidak menunggu ucapan itu selesai, ia
membentak : "Hei! Ban Cun Bu! Jangan anggap dirimu
seorang jago tiada tandingan! Dengan mudah saja
memberikan kelonggaran...... keringanan......ini itu! Aku
Tee Thian Kauw bukan Lang Sim Siu Si! Aku tidak sudi
terima kelonggaran! Aku telah masuk kedalam daerah kuil
Sun Yo Kong. Jika aku tidak dapat membalas dendamnya
294 Kong Sun Giok, aku tidak akan berlalu dari sini! Kau boleh
beristirahat dua jam sebelum kau bertempur melawan aku!"
Ban Cun Bu menjawab dengan kedua mata terbelalak :
"Mengapa kau suruh aku beristirahat begitu lama sampai
dua jam?" "Akupun tidak mau diganda!" jawab Tee Thian Kauw,
"Tadi kau melawan Lang Sim Siu Si dan telah
mengeluarkan banyak tenaga, serta telah kehilangan satu
jari tanganmu. Kau harus beristirahat !"
Jawaban itu membikin Ban Cun Bu tertawa ter-bahak2.
Ia mengawasi gadis didepannya dengan kekaguman dan
tidak bicara.
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tee Thian Kauw menjadi heran. la menegur : "Hei! Ban
Cun Bu! Apakah yang kau tertawakan?"
Ban Cun Bu masih terus bersenyum. la congkel pedang
Leng Liong Pi dari tangannya Tu Leng San. Lalu ia berkata
: "Tee Thian Kauw, sambutlah pedang Leng Liong Pi-mu.
Kau jangan bersikap congkak. Kau jangan mengigau
dengan kedua pedang Poa Cu Kiam dan Leng Liong Pi kau
dapat melawan aku!" la berkata sambil mencongkel pedang
Leng Liong Pi kearah Tee Thian Kauw.
Tee hian Kauw merasa heran mengapa Ban Cun Bu
mengembalikan pedangnya. Tetapi ia menjawab juga :
"Aku dapat melawan dan membunuh kau dalam 100
jurus!" Ban Cun Bu tertawa gelak2 lagi, dan berkata : "Hai!
Tempo hari, dilembah pegunungan Kwat Cong San tiga
jago silat pedang Thian Lam melawan aku sendiri dan
mengaku kalah dalam 101 jurus. Mustahil kau lebih lihay
daripada ketiga Thian Lam Sha hiam itu " Ha! Ha! a!"
295 Tee Thian Kauw membentak : "Ban Cun Bu! Kau
jangan angap dirimu jago! Betul aku tidak lebih lihay
daripada Thian Lam Sha Kiam, tetapi ketika itu kau
melawan mereka dengan dua tongkat besi, dan sekarang
kau harus melawan aku dengan satu tongkat. Aku pasti
dapat membunuh mati kau dalam 100 jurus!"
Ban Cun Bu mengangguk dan berkata lagi : "Jika. kau
dapat mengalahkan aku dengan satu tongkat besi ditangan
kiriku dalam 100 jurus, aku Ban Cun Bu akan membunuh
diri! Tetapi satu pertanyaanku kau belum memberi
jawabannya. Apakah gurumu, Heng Taysu kehilangan
kedua tangannya?"
Tee Thian Kauw menjawab, suaranya keras : "Ban Cun
Bu! Jika kau ingin bertempur, ayolah bertempur! Mengapa
banyak rewel, tanya ini tanya itu" Guruku tak bertangan,
tetapi aku bertangan. Aku persilahkan kau memotong
kedua tanganku ini!"
Baru saja selesai jawabannya, pedang Poa Cu Kiam dan
pedang Leng Liong Pi menyerang berbareng! Ban Cun Bu
hanya mengegos, dan serangan2 itu tak menemui sasaran !
Tee Thian Kauw tidak terus menyerang lagi. la harus
bersikap waspada, karena insyaf akan kelihayan lawannya.
Ban Cun Bu berkata sambil tertawa :"Caranya kau
menyerang aku, kau lebih lihay daripada Lang Sim Siu Si.
Kau terlampau gegabah dan ingin mempertunjukkan apa
yang kau telah pelajari! Aku sekarang ingin menyaksikan,
ilmu silat apa yang kau telah pelajari!"
Sebetulnya Tee Thian Kauw menyerang dengan jurus2
yang luar biasa ampuhnya. Pedang Poa Cu Kiam
menyerang dengan jurus Hui Hong Bu Liu Kiam atau
Angin puyuh menghembus daun2 pohon Liu, dan pedang
Leng Liong Pi menyerang dengan jurus Cek Kie Tong Lay
296 atau Hawa berbisa datang dari timur. Akan tetapi Ban Cun
Bu bukan lawan yang enteng. Serangan yang datang dari
dua pedang sakti itu dapat ia hindarkan dengan menotok
tongkat besi ketanah, dan ia terbang loncat dua depa
kebelakang! Tee Thian Kauw mengejar dan menyerang. Ban Cun Bu
dengan berdiri diatas tongkat besi ditangan kanan, tangan
kirinya yang luka memegang tongkat besi melawan Tee
Thian Kauw. Dalam sekejapan saja terdengar suara senjata
beradu, lelatu api berhamburan dari senjata2 yang beradu
tersebut! Tidak percuma Ban Cun Bu mendapat julukan jago silat
nomor wahid. la melawan dengan hanya satu tongkat besi
ditangan kiri, dan tangan kanannya memegang tongkat
besii sebagai kakinya! Hebat benar pertarungan mereka itu,
se-olah2 seekor naga bertempur melawan seekor harimau.
Tee Thian Kauw bertempur dengan beringas dan bernapsu.
Ban Con Bu bertarung dengan tenang dan waspada. Tetapi
kedua2nya mempunyai pikiran yang serupai!
Ban Cun Bu berpikir : "Dengan hanya menggunakan
tenaga dalam Sun Yo aku tak berhasil melucutkan pedang2
dikedua tangannya. Ai! Gadis ini betul2 lihay ilmu silatnya.
Jika dia berlatih lagi 10 tahun, aku yakin tak ada jago yang
dapat menggempur dia.
Tee Thian Kauw berpikir : "Ban Cun Bu ini betul2 bukan
manusia! Pedang sakti Leng Liong Pi dan Poa Cu Kiam tak
berhasil menabas putus tongkat besinya. Aku telah
mengeluarkan semua kepandaianku, tapi Ban Cun Bu
masih tetap tak terkisarkan. Jika demikian, Kong Sun Giok
tak akan berhasil membalas dendam guru dan paman2
gurunya!" 297 Demikianlah mereka masing2 mengagumi pihak
lawannya! Tee Thian Kauw telah menggunakan jurus2 Cit
Kiat Kiam Hoat, Tat Mo Shin Kiam (Pedang sakti
menyentuh angkasa) Hui Hong Bu Liu Kiam dan Thian
Lam Bo Kit Kiam dan juga jurus2 yang gurunya Heng
Taysu telah ajarkan, ia berhasil melawan selama 30 jurus
lebih, dan masih dapat bertahan!
Ban Cun Bu belum menyerang. Ia hanya menangkis,
mengegos dan mengelit, karena ia ingin mencari tahu
sampai batas mana ilmu silat pedung Lawannya itu. la
memperhatikan bahwa serangan2 lawannya makin lama
makin hebat sehingga ia pikir ia tak dapat terus menerus
menangkis dengan tidak balas menyerang.
Lalu dengan menotokkan tongkat besi ,yang mvenunjang
tubuhnya, "Tung" tubuhnya melayang keatas lebih kurang
tiga depa tingginya! la turun sambil menyerang lawannya
dengan tongkat lang dipegang ditangan kiri. Serangan
tersebut adalah jurus Lo Hou Hiat Ji atau Mendodet
tengorokan dan darah mengucur yang dilancarkan dengan
tenaga dalam Sun Yo Cin Lek!
Loncatan yang se-konyong2 itu telah membikin Tee
Thian Kauw tekejut. la tidak menyerang lagi, tetapi loncat
kebelakang dua depa untuk menanti serangan musuh.
Hembusanangindariserangantongkatbesi
memberitahukan ia bahwa lawannya sudah beringas. Pada
saat itu ia teringat akan jurus Ceng Lian Kiam Hoat (jurus
ilmu pedang dari Ceng Lian Shin Ni yang menitik beratkan
penjagaan diri dari serangan2). Dengan secepat kilat ia ayun
pedang Poa Cu kiamnya, dengan jurus Hua Kai Kian Hut
atau Bunga mekar melihat Hud (dewa) dan pedang Leng
Liong Pi-nya menusuk keatas dengan jurus Ti Siang Seng
Lian atau Bunga teratai tumbuh diatas telaga. Kedua jurus
tersebut adalah jurus2 yang ampuh untuk menjaga diri
298 serangan dari atas karena jika serangan diteruskan, maka
yang menyerang pasti menderita luka atau terbunuh!
Jurus2 itu dapat menahan serangan2 Ban Cun Bu yang
menyerang dengan tenaga dalam Sun Yo tetapi tenaga Tee
Thian Kauw jauh dibawah tenaga dari Ban Cun Bu, yang
melancarkan lagi serangan2nya yang ber-tubi2.
299 Pedang Poa Cu Kiamnya Tee Thian Kauw dengan tongkatnya
Ban Cun Bu saling beradu tidak henti-hentinya.
Pada saat pedang Poa Cu Kiam beradu dengan tongkat
besi Ban Cun Bu, ia segera, rasakan seluruh lengannya
panas dan lemas, dan pedang itu terlepas dari pegangannya
! la terkejut, tapi ia harus segera menangkis kemplangan
tongkat besi lawannya dengan pedang Leng Liong Pinya.
Pedang itupun terpental terbang melewati pohon cemara
dan menancap dipongkot pohon cemara lainnya yang tidak
jauh dari tempat pertempuran!
Demikianlah kedua pedang sakti dari Tee Thian Kauw
terlepas dari tanganya selama pertarungan berlangsung
belum sampai 50 jurus! Bukan main malunya Tee Thian
Kauw. la menggertek gigi, mukanya merah, dan melihat
kedua telapak tanganaya berdarah!
Pada saat itu, Ban Cun Bu menotokkan tongkat besinya.
Rahasia Peti Wasiat 5 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Jodoh Rajawali 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama