Ceritasilat Novel Online

Pendekar Pedang Kail Emas 6

Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Bagian 6


tinggi, di dalam hati berkata:
'Apakah yang didepan itu adalah gunung Bu- tong"'
Setelah dia dekat, dia baru menemukan di bawah gunung itu
bertebaran puluhan rumah penduduk, dia memperlambat
langkahnya, di depannya terlihat seorang bukuni tua keluar dari
rumah sambil membawa pacul, buru-buru dia maju ke depan dan
bertanya: "Mohon tanya Lopek, apakah yang di depan itu gunung Butong?"
Petani tua itu melihat dia sekali, lalu menganggukkan kepala:
"Betul, kenapa Siauya pergi ke gunung sepagi ini?"
Sin-hiong sangat senang, di dalam hati berterima kasih pada
bukuni tua itu, setelah *itu dengan cepat dia berlari lagi ke depan!
-oo0dw0oo- BAB 7 Tempat tinggal tidak bagus
Matahari sudah berada diatas kepala, bumi semua terlihat jelas,
Sin-hiong sudah tiba di bawah gunung Bu-tong, mendadak dia
melihat di depan ada sebuah batu cadas yang menonjol, diatasnya
tertulis Kie-kiam-yan (Bukit melepas pedang) tiga huruf besar!
Sin-hiong menatap tiga huruf besar itu, di otaknya teringat
sebuah cerita, konon saat pendiri Bu-tong Thio Sam-hong
mendirikan perguruan Bu-tong, dia hanya mengajarkan ilmu
bertahan dan menyehat-kan tubuh, kemudian setelah murid
diperguruannya bertambah banyak, berbagai perguruan di dunia
persilatan pun ikut berkembang, peristiwa bunuh-membunuh karena
dendam sering terdengar, perguruan Bu-tong membuat aturan
sangat keras kepada muridnya, tetapi jika ada orang penting dari
luar mau naik ke gunung Bu-tong, tidak boleh membawa senjata
naik ke atas gunung, di sini bisa dilihat kebesarannya perguruan Butong.
Tidak di duga dua hari ini, di bawah gunung Bu-tong berturut
turut muncul dua orang pesilat tinggi, dan kedua orang ini sengaja
datang untuk mengacau perguruan Bu-tong, membuat kuil To yang
sangat termasyur di dunia ini, hampir saja mengalami mala bukuka
yang tidak pernah terjadi selama seratus tahun!
Sin-hiong melihat-lihat, di dalam hati berpikir:
'Aku tidak perlu terlalu memikirkannya, sekali membungkukan
tubuh, orangnya sudah meloncat ke atas, naik ke gunung. Mulamula
jalanannya datar, semakin lama semakin naik, setelah berjalan
sesaat, ketika hampir melewati setengah gunung, dia masih belum
melihat satu pun tosu"
Hati Sin-hiong menjadi merasa heran dan pikir: 'Apakah si tua
Thian-ho sudah kemari"' Sekarang pengalaman dia di dunia
persilatan sudah semakin banyak, melihat keadaan di depan mata
tidak lazim, maka terpikirlah Thian-ho-tiauwsou" Berjalan lagi
sebentar, masih tidak terlihat di sekitarnya ada orang, sekarang dia
sudah merasa ada yang tidak beres, sekali menghirup nafas, dia
sudah melesat ke depan.
Tapi, baru saja dia berlari sekitar sepuluh tombak, mendadak dia
melihat di depan berdiri empat orang tosu setengah baya! Sin-hiong
segera menghenti-kan langkahnya, tapi saat dia menelitinya,
kembali dia terkejut sampai bengong.
Empat orang tosu ini di tangannya memegang pedang, mereka
berdiri di sana sedikit pun tidak bergerak, kelihatannya ke empat
tosu ini sudah ditotok dengan cara berat jalan darahnya oleh
seseorang! Sin-hiong merasa hatinya merasa berat dan di dalam hati
berkata: 'Selain Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi yang berani melakukan hal
ini"' Buru-buru dia menghampiri empat orang itu, dia menyentuh
dengan tangannya, terasa yang disentuh dingin sekali, tidak tahan
hatinya menjadi tegang, dengan sekali mengeluh dia berkata:
"Hay, sudah mati!" dia melihat ke depan, terlihat di depan sunyi,
sedikit suara pun tidak ada, tanpa membuang waktu lagi, dia segera
naik ke atas gunung.
Sekarang dia sangat berhati-hati, berjalan sekitar dua puluh
tombak lebih, mendadak terlihat di atas tanah tergeletak ada
sepuluh lebih tosu, di sudut mulutnya ada yang masih berlumuran
darah segar, melihat keadaannya, orang-orang ini mati oleh pukulan
telapak tangan yang sangat keras!
Darah Sin-hiong jadi bergolak, harinya menduga-duga, 'tidak
peduli siapa yang melakukan-nya" Jika aku bertemu dengan
orangnya, aku pasti tidak akan melepaskannya"'
Dia datang kemari dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalahnya dengan Bu-tong-pai, tapi dia hanya mencari satu orang
dari Bu-tong-pai, mengenai murid-murid perguruan, asalkan tidak
mengganggunya, Sin-hiong tidak akan mengusik mereka.
Tapi orang yang melakukan ini berbeda sekali, melihat dari
kenyataan yang terpangpang, orang ini tidak pandang siapapun,
asal berhadapan langsung dibunuhnya, jika orang ini adalah Thianhotiauw-sou, maka kekejaman hati Thian-ho-tiauw-sou, mungkin di
atas ketua pulau Teratai"
Sin-hiong berdiri disana, ketika sorot matanya berpaling, tampak
dari kejauhan juga tergeletak tiga puluh lebih tosu, para tosu ini
tergeletak diatas tanah sedikit pun tidak bergerak, melihat keadaan
posisinya, tiga puluh orang ini sepertinya sedang mengatur strategi,
hendak menghadang orang yang datang, tapi dalam pertarungan,
tiga puluh orang ini bukan lawannya, maka satu persatu tergeletak
diatas tanah dengan tangan masih memegang erat-erat pedangnya,
keadaannya sangat mengerikan!
Semalaman Sin-hiong berlari tanpa berhenti, tadinya dia sudah
merasa sangat lelah, sekarang dia dirangsang oleh pemandangan
yang ada di depan mata, dia jadi tidak bisa menahan diri dan
kembali berlari ke atas. Berlari tidak jauh, di depan nampak saru kuil
To yang megah, terlihat rumah berderetan selapis dilapis yang
lainnya menyambung sampai ke puncak, keadaan-nya memang luar
biasa! Tapi saat ini di seluruh kuil To tidak terlihat satu pun bayangan
manusia, keadaannya membuat orang merasa dingin mengerikan,
walau Sin-hiong pemberani, saat melihat keadaan begini, hatinya
merasa merinding.
Perguruan Bu-tong adalah perguruan besar dari aliran lurus di
dunia persilatan, muridnya tidak kurang dari tiga empat ratus orang,
walaupun kehebatan Thian-ho-tiauw-sou sebesar langit, tidak
mungkin bisa membunuh semua orang-orang ini!
Tapi keadaan di depan mata sepertinya begitu, selain empat lima
puluh mayat yang ada di depan kuil, satu bayangan manusia pun
tidak terlihat!
Pelan-pelan Sin-hiong melangkah masuk ke dalam gerbang, dia
melihat di atas tanah kembali tergeletak sepuluh lebih mayat, tidak
tahan dia menarik nafas dan berkata di dalam hati:
'Dimana Bu-tong-sam-kiam (Tiga jago pedang Bu-tong)?"
Dia maju mendekat dan ditelitinya setiap mayat, tapi tidak
menemukan Bu-tong-sam-kiam, tidak terasa dia menganggukan
kepala sambil berguman:
"Rupanya orang-orang ini hanya murid biasa, tentu saja tidak
mampu melawan orang seperti Thian-ho-tiauw-sou, pesilat tinggi
kelas wahid, mengenai Bu-tong-sam-kiam dan ketua mereka Coancin
totiang, Thian-ho-tiauw-sou tidak mudah mengalahkan mereka1"
Berkata sampai disini, dia langsung terpikir Bu-tong-sam-kiam
pasti masih berada di dalam, saat ini dia malah mendapat persoalan
sulit, yaitu jika bertemu dengan ketua Bu-tong, haruskah dia bertarung
dengannya"
Sambil berpikir dia melangkah masuk ke dalam gerbang kuil To,
di depan ada satu pekarangan yang amat luas, ditanami pepohonan,
tepat di depan ruangan besar, tapi, saat inipun tidak terlihat ada
orang" Dia sangat tidak mengerti, baru saja meng-angkat kakinya,
mendadak serangkum hawa dingin pedang datang menyerang,
buru-buru Sin-hiong menghindar dan berteriak:
"Cayhe, Sen Sin-hiong......"
Orang itu sedikit pun tidak peduli dengan kesal berkata:
"Walau Sen Kiu-hiong juga akan aku bunuh!"
Sin-hiong melihat, orang ini kepalanya memakai topi Kiu-liankoan,
godek kumis dan janggutnya panjang sampai ke dada,
usianya sekitar empat puluhan, setelah serangan pedangnya gagal,
dia jadi sedikit terkejut, didalam hati berkata:
'Apakah datang lagi seorang pesilat tinggi dunia persilatan"'
Orang ini namanya Bu-coan, dia angkatan kedua di Bu-tong, ilmu
silatnya bisa disebut yang paling tinggi, tapi sifatnya tidak sabaran,
begitu melihat Sin-hiong tertegun memandanginya, tidak tahan dia
jadi marah berkata:
"Sebenarnya kalian datang berapa banyak, kenapa tidak sekali
gus saja datangnya?"
Hati Sin-hiong tergerak dan berkata lagi:
"Cayhe, Sen Sin-hiong, bukan sekelompok dengan orang-orang
yang kemarin malam, Totiang salah orang!"
Bu-coan Totiang sedikit tertegun, mendadak dia mundur
kebelakang dan berteriak:
"Kau ini Kim-kau-kiam-khek?"
Sin-hiong melihat kelakuannya seperti menghadapi musuh,
sesaat dia tidak tahu harus menjawab apa, dia menganggukan
kepala dan berkata:
"Betul!"
Warna wajah Bu-coan berubah dengan suara gemetar berka ta:
"Bagus sekali, kalian datang bergelombang, malapetaka
perguruan Bu-tong benar-benar sudah tiba!"
Tadinya Sin-hiong ingin mendahului Thian-ho-tiauw-sou datang
kesini, tapi ternyata masih terlambat selangkah dan perguruan Butong
sudah berantakan, walau dia ingin membalas budi guru,
melaksanakan wasiat gurunya, sekarang dia sudah tidak bisa
mengatakannya lagi.
Setelah Bu-coan Totiang berkata, di belakang terdengar lagi
suara derap kaki, dalam sekejap keluar lagi sepuluh tosu.
Salah seorang setelah melihat lalu berkata:
"Bu-coan Suheng, kita terpaksa menerima karmanya!"
Wajah Bu-coan sangat serius, dia menyabetkan pedangnya
menyerang Sin-hiong sambil berteriak:
"Kau sudah datang kemari, kenapa masih belum bergerak?"
Begitu Bu-coan bergerak, puluhan tosu di belakangnya juga ikut
bergerak, dalam sekejap sudah mengurung ketat Sin-hiong di
tengah tengah. Sin-hiong menggeleng-gelengkan kepala, dalam hati berpikir:
'Kenapa orang orang ini tidak menurut aturan"'
Begitu mengangkat tangan, Kim-kau-po-kiam sudah berada di
tangannya dia berkata:
"Kalian bisa tidak dengarkan aku dulu!"
Bu-coan menyerang tiga kali, sambil tertawa dingin berkata:
"Mau bilang apa lagi?"
Tiga jurus serangan ini sangat dahsyat, jika Sin-hiong tidak
bergerak, kelihatannya dia akan terkurung di dalam barisan pedang.
Dia sadar, tosu-tosu yang mengurungnya bukanlah pesilat biasa,
Bu-coan Totiang telah melancarkan serangan pedangnya tiga jurus,
puluhan tosu di sekelilingnya pun menusukkan pedang tiga kali, jika
dihitung maka ada tiga puluh lebih tusukan!
Sin-hiong terdiam, matanya menyapu, sekali menggetarkan
pedangnya, sinar pedangnya memancar keluar, memaksa mundur
tosu-tosu yang paling dekat dengannya, lalu dia meloncat keluar
kurungan mereka!
Salah satu tosu berteriak:
"Awas dia akan menyerang dari samping!"
Ketika berkata, sudah ada puluhan tosu datang menutupi
kekosongan, tapi menunggu mereka tiba, Sin-hiong sudah
menembus dua ruangan, turun di kamar belakang.
Puluhan orang orang ini jadi berubah wajahnya, Bu-coan buru
buru berteriak:
"Bu-keng Sute, cepat pukul kentongan isyarat!"
Setelah berkata, dia sendiri membawa saudara seperguruannya
mengejar ke belakang.
Setelah tiba dibelakang, Sin-hiong melihat keadaan sangat sepi,
tidak terlihat seorangpun, dia jadi bertambah keheranan.
Di dalam hati dia tidak mengerti, kenapa perguruan Bu-tong bisa
sekacau ini"
Ketika berpikir, mendadak suara lonceng menggema, dia masih
belum tahu apa yang terjadi, pada saat itu di depannya muncul lagi
dua puluh lebih tosu, Sin-hiong melihatnya lalu bertanya:
"Mohon tanya Totiang, dimana Coan-cin Totiang berada?"
Melihat dia begitu bertanya langsung menanya kan ketuanya,
wajah semua orang jadi berubah, tidak saru pun yang menjawab,
malah selangkah demi selangkah maju mendesak dia.
Sin-hiong mengerutkan alis, di dalam hati berpikir:
'Apa sebenarnya yang terjadi"'
Dia menyentil-nyentil pedang pusakanya dan berkata lagi:
"Kalau begitu aku tanya satu orang lagi, dimana Coan-hong
Totiang?" Saat dia menanyakan dua pertanyaan ini, mimik wajahnya biasabiasa
saja, tapi bagi pen-dengaran tosu-tosu ini sangat
mengejutkan! Semua ini karena ketua perguruan Bu-tong telah terluka parah,
sedangkan Bu-tong-sam-kiam entah berada dimana" Kalau tidak
mana mungkin mereka membiarkan orang seenaknya meraja lela.
Sin-hiong berturut-turut menanyakan dua pertanyaan, melihat
mereka satu pun tidak menjawab, dia sadar menanyakan terus juga
tidak ada gunanya, baru saja mau mencari ke arah kanan.
Disaat tubuhnya mau bergerak tapi belum gerak, Bu-coan sudah
tiba dengan membawa sepuluh lebih tosu!
Suara lonceng masih tenis bergema tidak putus putusnya, pelanpelan
di dalam pekarangan yang kecil ini, dari atas rumah sampai di
bawah rumah, malah disetiap sudut sudah penuh oleh orang orang.
Orang-orang ini semuanya melototi dia, melihat keadaannya
mereka akan melemparkan tanggung jawab peristiwa kemarin
malam pada diri Sin-hiong.
Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata:
"Kenapa" Kalian ingin melampiaskan amarah kalian padaku?"
Baru selesai bicara, di hadapan dia sudah berdiri lima enam tosu
menghadang jalannya, Sin-hiong melihat dengan dingin berkata:
"Kalian sungguh ingin melakukannya, kalau begitu silahkan
coba." Ssst! Dia menusukan pedanghya pada lima enam orang tosu
yang ada di hadapannya!
Lima enam orang tosu itu bersama-sama menghindar, pedang
ditangan pun bersamaan mem-balas menyerang, pada saat ini dari
depan dan belakang, kiri dan kanan Sin-hiong sekali gus muncul
tidak kurang tiga empat puluh tosu, mereka juga bukan orang
biasa, begitu Sin-hiong menusukan pedangnya, mereka juga
bersamaan membalas menyerang, dalam sekejap menyerang tidak
kurang dari empat puluh tusukan pedang.
Mata Sin-hiong bersinar, sambil membentak, menyabetkan Kimkaupo-kiam nya dengan dahsyat, lalu berteriak:


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebenarnya kalian punya berapa banyak kehebatan, silahkan
keluarkan semuanya?"
Serangan pedang dia hampir mengerahkan seluruh tenaganya,
menyerang ke segala arah, angin serangannya mengeluarkan suara
ssst ssst sst, dengan dahsyat membalas menyerang!
Walaupun orang-orang dari Bu-tong banyak, tapi mereka ini
bukan pesilat tinggi di perguruan, mana mungkin bisa menahan
serangah dahsyat Sin-hiong, puluhan tosu yang ada di sebelah
kanan, sudah dipaksa mundur dua langkah ke belakang.
Sin-hiong tidak mau membuang waktu sedikit pun, dia langsung
mengikuti maju, serangannya semakin dahsyat, puluhan tosu yang
tadi saja sudah kewalahan menahannya, melihat dia maju mengikuti
gerakannya, wajah semua orang jadi berubah, Bu-coan Totiang
teriak: "Hadang dia, hadang dia!"
Setelah berkata, membawa dua tiga puluh tosu di belakangnya,
menerjang ke arah Sin-hiong.
Puluhan tosu itu tadinya mau mundur, begitu diteriaki oleh Bucoan
Totiang, tanpa menghiraukan nyawanya kembali maju
menyerang! Melihat keadaan ini, di dalam hati Sin-hiong berkata:
'Dibelakang pasti ada rahasia apa, jika tidak, tidak mungkin
mereka menghadang aku dengan tidak mempedulikan nyawa
mereka.' Setelah berpikir, dia mengayunkan pedang pusakanya, tapi dia
tidak ingin melukai orang yang tidak ada sangkut pautnya, dia lalu
mengambil nafas dalam-dalam, orangnya sudah meloncat tinggi
sekali, "Huut!" melayang lewat di atas kepala puluhan tosu!
Bu-coan dan kawan-kawan jadi semakin terkejut!
Ternyata di bagian belakang benar ada sesuatu, ketika tubuh Sinhiong
melayang, mendadak di atas atap rumah muncul seorang tosu
tua berusia tujuh puluh tahun lebih!
Munculnya orang ini, membuat tosu-tosu yang berada di bawah
rumah jadi tambah terkejut, wajahnya menjadi pucat, Bu-coan
dengan suara gemetar berkata:
"Guru, luka anda belum sembuh, jangan bertarung!"
Tosu tua itu tersenyum dan berkata:
"Tidak apa-apa!"
Saat ini Sin-hiong sedang menerjang ke arah-nya, dia bisa saja
mengambil kesempatan menyerang, tapi dia tidak melakukannya,
tubuhnya malah menghindar membiarkan Sin-hiong bisa tunin
dengan tenang. Di bawah rumah ada orang mengeluh, berkata:
"Hay, jika Coan-hong Supek sekalian ada disini, maka peristiwa
ini tidak akan terjadi!"
Sin-hiong sedikit terperangah dan bertanya:
"Apakah ini Coan-cin Totiang?"
"Betul!" katanya sambil mengangguk.
Sin-hiong melihat wajahnya sangat pucat, walaupun tampak
sangat tenang, tapi setelah bicara nafasnya sedikit memburu, tidak
tahan di dalam hati berkata:
Tampaknya dia kemarin malam telah ber-tarung dengan Thianhotiauw-sou, dan mungkin sudah terlukai Aku tidak boleh
mengambil kesempatan saat lawan sedang terluka"'
Setelah berpikir dia berkata:
"Cayhe Sen Sin-hiong......"
Dia belum selesai bicara, Coan-cin Totiang sudah menyelanya:
"Aku sudah tahu maksud kedatangan anda, kenapa masih belum
bergerak?"
Begitu kata-kata ini keluar, terdengar "Huut huut!" berturut tumt
puluhan tosu sekaligus meloncat keatas, salah satunya berteriak:
"Guru, anda tidak bisa bertarung?"
Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit, di dalam hati berkata:
'Ketua perguruan Bu-tong ini boleh juga, walaupun dalam
keadaan terluka parah, tapi penampilannya masih segagah ini,
dibandingkan dengan hweesio Siauw-lim, mereka lebih hebat!'
Sin-hiong bersifat jujur, melihat perguruan Bu-tong baru saja
mengalami mala petaka, dan ketua mereka terluka parah, walaupun
urusannya lebih penting lagi, tetap harus di tangguhkan, tapi dia
berharap bisa membuktikan apakah orang yang kemarin malam
datang kesini Thian-ho-tiauw-sou atau bukan, maka dia berkata:
"Mohon tanya, apakah orang yang kemarin malam datang kemari
adalah Thian-ho-tiauw-sou?"
Di samping ada seorang dengan keras menjawab: "Betul, kau
sendiri sudah tahu buat apa masih menanyakan?"
Sin-hiong menghela nafas dengan pelan berkata: "Perguruan
anda baru saja mengalami musibah dan ketua juga terluka parah,
aku tidak bisa melempar batu ke dalam sumur, hemm... hemm...
aku akan mencari Thian-ho-tiauw-sou itu."
Setelah berkata, dia langsung lari ke bawah gunung!
Dalam pikirannya, Siauw-lim, Bu-tong, Go-bi, Kun-lun, Hoa-san,
Tiang-pek, Kong-tong, Bu-tai dan Tiam-jong sembilan perguruan
besar, hanya dia yang pantas menghadapinya, sekarang Thian-hotiauwsou mendadak menyerang Bu-tong, apa pun alasannya dia
tidak bisa menerimanya"
Sin-hiong sudah pergi jauh, orang-orang Bu-tong-pai jadi terkejut
tidak mengerti.
Mereka tidak tahu kenapa Sin-hiong mendadak pergi, yang lebih
mengejutkan lagi adalah Sin-hiong mau menghadapi Thian-hotiauwsou. Coan-cin Totiang kemarin malam pernah bertarung dengan
Thian-ho-tiauw-sou, lukanya tidak ringan, melihat Sin-hiong
mendadak pergi, sesaat dia mendapat satu perasaan, katanya:
"Hanya dia yang paling pantas menghadapi Thian-ho-tiauw-sou,
tapi tidak peduli siapa yang menang siapa yang kalah, semuanya
bukan keberuntungan bagi dunia persilatan!"
Kata-kata ini maknanya besar, tapi tosu-tosu di sampingnya
semua tidak bisa mengerti.
Sin-hiong berlari keluar dari mulut gunung, setelah berpikir
sejenak, dia berguman:
'Tiga murid Thian-ho-tiauw-sou kemarin malam masih muncul di
Po-cia-tian, mereka pasti belum pergi jauh.'
Berkata sampai disini, dia kembali ke jalan itu lagi.
Sampai di penginapan, pelayan yang seharian tidak melihat dia,
begitu melihat Sin-hiong kembali ke penginapan sambil membawa
gitar kunonya, tidak tahan dengan keheranan bertanya:
"Siauya, kukira sudah pergi?"
Sin-hiong sembarangan menjawabnya, kembali ke dalam
kamarnya, hatinya berpikir:
'Apakah Hui-lan sudah kembali belum', maka dia berjalan ke
depan pintu kamar Hui-lan, dengan pelan mengetuk pintu beberapa
kali, tapi pintu kamar masih tertutup rapat.
Sin-hiong teringat saat dirinya kemarin malam pergi, di hadapan
Hui-lan masih ada tiga orang musuh, diri sendiri pergi begitu saja,
bagaimana Hui-lan menghadapi mereka"
Terpikir sampai disini, hatinya jadi merasa resah, katanya, 'jika
sampai terjadi apa-apa pada Hui-lan, dan ketua pulau Teratai
mengetahuinya, mungkin ketua pulau Teratai tidak akan
melepaskan dirinya"
Dia tertegun sejenak, buru-buru keluar dari penginapan, sampai
di tempat kemarin malam, terlihat pohon melambai-lambai, tidak
ada seorang pun disana"
Saat ini matahari sudah tenggelam di barat, bumi diselimuti oleh
kegelapan, Sin-hiong berjalan ke kiri sekitar tujuh delapan li,
mendadak di depan terdengar suara aneh "Haay!"
Sin-hiong berbelok, tepat di saat ini ada satu bayangan hitam
yang amat besar menerkam ke arahnya.
Gerakan bayangan hitam ini sangat cepat, dalam sekejap sudah
dekat dengannya!
Sin-hiong meneliti, terlihat bayangan hitam ini, seorang manusia
berkaki dan tangan, tapi penampilannya sangat menakutkan, mulut
menganga gigi menonjol, rupanya adalah seekor kingkong besar.
Setelah mahluk aneh ini muncul, "Ccct!" kembali menerkam ke
arah Sin-hiong!
Sin-hiong berteriak "Heh!":
"Binatang, kau cari mati?"
"Huut!" telapak tangannya menyapu, satu angin pukulan yang
keras sudah menggulung ke arahnya.
Kingkong itu sepertinya tahu kedahsyatan serangannya, "Cccet
cccet!" beberapa kali, tubuhnya yang besar itu bergoyang-goyang,
sapuan telapak tangan Sin-hiong itu meleset di samping tubuhnya!
Sin-hiong berteriak:
"Hebat juga, tentu pemiliknya bukan orang biasa!"
Belum sempat dia bergerak lagi, lima cakar mahluk aneh yang
seperti kail, secepat kilat ingin menangkap bahu kanan dan kirinya!
Sin-hiong tergetar, hatinya berpikir sebenarnya mahluk aneh ini
manusia atau setan" telapak tangan-nya segera memotong, angin
pukulan seberat gunung didorong keluar!
Kali ini mahluk aneh itu tidak menduganya, cakarnya belum
sampai, telapak angin Sin-hiong sudah datang, terdengar suara
keras "Buum!", tubuhnya sudah dihantam melayang keluar sejauh
lima enam tombak!
Tidak menunggu mahluk aneh itu turun, Sin-hiong sudah
menerjang lagi ke depan.
Ternyata pukulan tangannya tadi telah membuat mahluk aneh itu
terluka berat, setelah turun ke tanah dia masih berbunyi "Ciit ciit!"
rupanya kesakitan.
Sin-hiong menekan dengan menginjakan kakinya dan
membentak: "Binatang, kenapa kau menyerang aku?" Perkataannya belum
selesai, mendadak dia merasa di belakang rubuhnya ada angin
berhembus, kembali terdengar suara "Ciit ciit!" yang menusuk
telinga, Sin-hiong segera membalikan tubuh, tampak di depan mata
muncul lagi tiga ekor mahluk aneh. Melihat ini Sin-hiong berpikir:
'tempat ini sangat aneh, tubuhnya sedikit bergerak, tiga mahluk
aneh itu sudah datang menyerang dari tiga arah, dan gerakannya
sama cepatnya! Sambil membalikan tubuh, Sin-hiong menyapu dengan telapak
tangannya, tiga ekor mahluk aneh itu seperti tahu pukulannya
sangat lihay, secepat kilat mereka meloncat mundur ke belakang.
Tiga pasang matanya menatap pada temannya yang berada di
tanah, sambil berbunyi "Ciit ciit!" tidak henti-hentinya.
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:
"Kelihatannya empat ekor mahluk aneh yang seperti kera ini,
adalah peliharaan orang, kenapa aku tidak coba melihat
majikannya?"
Dia tidak bergerak, tiga mahluk aneh yang di pinggir pun tidak
bergerak, ketiga mahkluk itu hanya mengawasi dia, jika Sin-hiong
mau membunuh teman mereka, mungkin mereka akan menyerang
tanpa mempedulikan nyawa mereka!
Sin-hiong mengangkat kaki kanannya, mahkluk aneh yang di
bawah berguling beberapa kali, tapi kaki kirinya pincang,
gerakannya tidak bisa leluasa, setelah berteriak "Ciit ciit!" beberapa
kali, segera ada satu temannya datang membantu dia dan berjalan
ke atas gunung!
Dua ekor mahluk aneh lainnya masih tetap mengawasi Sin-hiong,
ternyata mereka berdua juga tahu bukan lawannya Sin-hiong,
menunggu kedua temannya sudah jauh, mereka baru pelan-pelan
meninggalkan tempat.
Dalam hati Sin-hiong tertawa, lalu mengikuti mereka dari
belakang. Setelah menembus dua hutan yang lebat, terlihat empat
bayangan di depan berkelebat, lalu menghilang!
Hati Sin-hiong tergerak, dia berlari ke sana dan melihat, tampak
di bawah kakinya ada sebuah lembah kecil, karena hari sudah gelap,
dan malam inipun tidak berbulan, maka ke empat ekor binatang
yang seperti kingkong itu tidak terlihat dimana bersembunyi, untuk
sesaat masih belum bisa diketahuinya!
Dia bolak balik sejenak, akhirnya menemukan satu jalan gunung,
tanpa banyak berpikir lagi dia langsung menelusuri jalan itu.
Karena ini adalah sebuah lembah, makanya di bawah lebih gelap
dari pada diatas, setelah Sin-hiong berjalan beberapa saat, dengan
ketajaman pandangan matanya, saat ini bisa melihat sejauh lima
enam tombak. Sin-hiong berjalan pelan-pelan, sambil berjalan sambil
mengawasi ke sekelilingnya, saat ini dia sudah berjalan hampir
sejauh tiga empat puluh tombak, hatinya berpikir, 'jika di tempat ini
ada keanehan, saat ini seharusnya sudah ada gejalanya.'
Baru saja berpikir demikian, mendadak ada seseorang berteriak:
"Jalan gunung berputar-putar, setelah pohon Liu yang gelap,
timbul bunga yang terang, apakah kedua kalimat ini bisa
menyambungnya?"
Sin-hiong terkejut, dai merasa suara ini seperti di kenalnya"
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara wanita yang mendengus
lalu dan berkata:
"Aku tidak mau mengatakannya, aku tidak mau mengatakannya!"
Mendengar suara ini, Sin-hiong tambah terkejut, kenapa Hui-lan
juga ada disini"
Dalam sekejap, pikirannya timbul perasaan aneh aneh, entah
kenapa mereka bisa berkumpul"
Dia seperti merasa dirinya sedang mimpi, ternyata tadi yang
mula-mula berbicara adalah Sin-kiam-jiu Ho Koan-beng!
Sin-hiong berpikir sesaat, karena kakinya tidak hati-hati, telah
membentur satu pohon besar, saat ini ilmu silat Ho Koan-beng
sudah jauh berbeda dengan dulu "Heh!" dia berteriak sekali dan
berkata: "Mungkin Sen Sin-hiong yang kau katakan itu sudah tiba, aku
juga mau menemui dia!"
Sin-hiong tergetar, tepat di saat ini, mendadak terlihat dari
belakang satu pohon besar meloncat keluar satu bayangan hitam!
Baru saja orang ini muncul, sudah tertawa dingin berkata:
"Sen-tayhiap, kita sungguh berjodoh sekali, untuk ketiga kalinya
kita bertemu!"
Yang berkata tentu saja Ho Koan-beng, setelah dia berhenti
berkata, Sin-hiong melihat rambutnya tampak awut-awutan, janggut
dan kumisnya tumbuh panjang, jika tidak teliti, mungkin tidak bisa
mengenali dia. Sin-hiong tahu, semua karena berlatih ilmu silat yang ada di
dalam Hiang-liong-pit-to, sehingga tampang dia jadi begini, saat itu
dia menganggukan kepala dan berkata:
"Saudara Ho, selamat!"
Ho Koan-beng membereskan rambutnya yang awut-awutan itu
dengan dingin berkata:
"Kau sudah tahu lebih bagus, apa kau merasa iri?"
Ketika dia berkata, tingkahnya sangat sombong, berbeda jauh
dibandingkan saat di kuil terbengkalai itu, Sin-hiong berpikir
mungkin dia sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada di dalam
Hiang-liong-pit-toitu"
Berpikir sampai disini, dia tetap tidak mau membuka rahasianya,
dia berkata:

Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, aku kemari mencari seseorang."
Wajah Ho Koan-beng tersirat sinar aneh, dengan rasa iri yang
kental berkata:
"Sen.-tayhiap, aku harus memberitahukan satu hal, ketika
bintang keberuntungan perjodohanmu sedang gemerlap, buatmu
bukan satu hal yang baik."
Sin-hiong tahu apa maksud kata-kata dia, yaitu menunjuk pada
Cui-giok dan Hui-lan, hatinya berpikir:
'Di dunia ini tadinya tidak ada masalah, hanya orang bodoh saja
yang merepotkan dirinya sendiri, apa lagi Ho Koan-beng, tadinya dia
memang sudah tidak suka"'
Maka sambil tersenyum dia berkata:
"Saudara Ho, apakah nona Lim baik-baik saja?"
Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:
"Kali ini kau harus berterima kasih padaku, jika tidak, mungkin
saat ini dia sudah berada di tangannya Hoa bersaudara!"
Sin-hiong tergetar dan bertanya:
"Kalau begitu, dimana Hoa bersaudara berada?"
"Sudah dibunuh olehku!" kata Ho Koan beng sambil tertawa
dingin. Sin-hiong membelalakan sepasang matanya, dia tidak menduga,
dalam waktu sesingkat ini, ilmu silatnya bisa maju sepesat ini, jika
bukan karena sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada didalam
Hiang-liong-pit-to, mana mungkin bisa membunuh Hoa bersaudara"
Tidak tahan dia menghela nafas dan berkata:
"Jika begitu, aku harus mengucapkan selamat pada saudara Ho."
Ho Koan-beng dengan bangga mencabut pedang dari
punggungnya lalu menggetarkannya dan berkata:
"Aku sudah bilang, saat kita bertemu lagi, aku pasti mengalah
dulu tiga jurus padamu, he he he, hari ini tepat waktunya!"
Mendengar kata-kata ini, hati Sin-hiong jadi bergejolak, pikirnya:
'Walaupun kau sudah memperoleh ilmu silat di dalam Hiangliongpit-to itu, kau bisa apa terhadap diriku"'
Baru saja dia mau mencabut Kim-kau-po-kiam, mencoba ilmu
silatnya Ho Koan-beng, tapi setelah berpikir lagi, pertama diri tidak
ada permusuhan dengan Ho Koan-beng, kedua walaupun saat ini
Hui-lan ada ditangannya, jika terjadi apa-apa pada dia, bukankah
seluruh dosanya jadi ditimpakan pada dia"
Akhirnya Sin-hiong menahan diri dan berkata:
"Aku dengan saudara Ho selama ini tidak ada dendam, kenapa
harus bertarung?"
Ho Koan-beng memegang pedangnya lebih erat lagi, hidungnya
mengeluarkan suara "Hii!" lalu berkata:
"Tidak ada dendam" Kata-kata ini kau tujukan untuk siapa?"
Setelah berkata begitu, dia mendesak maju satu langkah dan
teriak: "Kuhitung sampai tiga, jika kau tidak mencabut senjatamu, maka
jangan salahkan aku marga Ho menyerang!"
Setelah itu hitungan satu sudah diteriakannya! Wajah Sin-hiong
masih tetap tidak berubah, tapi otaknya berputar dengan cepat.
Ketika Ho Koan-beng sudah menghitung dua. Sepasang mata Ho
Koan-beng dengan kesal melototi dia, dengan marah berkata:
"Hanya tinggal saru hitungan lagi, jika kau masih berpura-pura,
aku tidak akan sungkan lagi!"
"Jika saudara Ho bersikukuh ingin bertarung dengan aku, aku
hanya bisa melayaninya, tapi aku masih ada persoalan yang ingin
dibicarakan pada saudara Ho, harap saudara Ho bersabar dulu?"
Ho Koan-beng dengan dingin berkata: "Masalah apa, coba kau
katakan?" Sin-hiong melihat ke arah pohon, katanya lagi: "Nona Lim
yang saat ini ada di tangan saudara Ho, adalah putrinya ketua pulau
Teratai, nona Sun ditangkap oleh Ngo-ki-thian-cun, nona Lim dan
aku sudah mengejar di sepanjang jalan, tidak diduga kemarin
malam bertemu dengan tiga muridnya Thian-ho-tiauw-sou?"
Mendengar Cui-giok jatuh ketangan Ngo-ki-thian-cun, Ho Koanbeng
membelalakan sepasang matanya, perhatiannya nampak jelas
diwajahnya, tapi dia masih tidak tahu Ngo-ki-thian-cun itu siapa,
maka dia bertanya:
"Siapa itu Ngo-ki-thian-cun, dia bisa merebut Sun Cui-giok di
tangannya Sen-tayhiap, jelas dia bukan orang biasa, aku ingin sekali
menghadapinya!"
Sin-hiong tidak mau menjelaskan, katanya lagi:
"Nona Lim sudah ditolong oleh saudara Ho, aku ada satu
permintaan, yaitu tolong saudara Ho lepaskan dia, supaya di
kemudian hari jika bertemu dengan ketua pulau Teratai, tidak
terjadi kesalah pahaman!"
Sin-hiong ingin mendamaikan permasalahan, tapi Ho Koan-beng
berbeda pikirannya, saat ini rasa dengki Ho Koan-beng sudah
menutupi segalanya, walau ada masalah sebesar apa pun dia tidak
mau peduli, apa lagi hanya seorang putrinya ketua pulau Teratai"
"Ingin aku lepaskan dia tidak sulit, tapi Sen-tayhiap harus
menyanggupi satu syaratku!"
"Silahkan katakan saja."
"Hadapi tiga jurusku!"
Akhir-akhir ini Ho Koan-beng telah berhasil melatih ilmu silat
Hiang-liong-pit-to, ambisinya sedang menggelora, dia ingin
menjagoi dunia persilatan, maka dia harus mencari beberapa orang
untuk mencobanya, Sin-hiong tepat menjadi percobaan nya, maka
bagaimana pun caranya dia harus memaksa Sin-hiong bertarung"
Dari tadi Sin-hiong terus bersabar/ sekarang dia sudah tidak bisa
bertahan lagi, maka pelan-pelan dia mencabut pedang pusakanya
sambil tertawa berkata:
"Jika demikian, aku terpaksa melayani!"
"Aku akan mengalahdulu tiga jurus padamu!"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku dan kau mencoba ilmu silat, tidak perlu ada yang mengalah,
lebih baik saudara Ho menyerang lebih dulu!"
Sin-hiong menghadapi orang selalu dengan jujur, tapi hati Ho
Koan-beng saat ini sangat kejam, terpikir Cui-giok dengan dia saling
mencintai, malah sudah hampir menikah, tidak diduga di tengah
jalan Sen Sin-hiong menyelak, jika. tidak ada dia, bukankah
sekarang dia dengan Cui-giok sudah menjadi suami istri yang
mesra" Semakin dipikir dia jadi semakin marah, semakin marah jadi
semakin ingin membunuh Sin-hiong, sekarang Sin-hiong tidak mau
menyerang duluan, ini cocok dengan hatinya, maka dia mengayun
kan pedangnya dan berkata:
"Kalau begitu aku tidak sungkan lagi!"
Setelah bicara, dia langsung menggetarkan pedangnya
membentuk tiga gulungan perak, langsung menusuk ke arah tiga
jalan darah penting di dada Sin-hiong!
Sin-hiong melihat, tusukan pedang ini adalah jurus Ki-ku-sianthian
(memukul tambur menggetar langit) yang hebat dari jurus
pedang perguman Go-bi, hatinya jadi tergerak, pikirnya:
'Apakah ini ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-to itu"'
Pikiran ini secepat kilat lewat diotaknya, Kim-kau-po-kiam segera
ditusukan miring, tepat di celah-celah gulungan pedang lawannya,
Ho Koan-beng berteriak:
"Bagus!"
Dia memutar pergelangan tangannya, ujung pedang mendadak
membentuk enam titik sinar perak, luas sasarannya juga membesar,
dia masih mengguna-kan jurus itu Ki-ku-sian-thian, tapi telah
menutup celahnya, sasaran ujung pedangnya, masih tetap jalan
darah penting di dada Sin-hiong, tapi tadi tiga titik sekarang menjadi
enam titik! Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Jurus pedang bagus!"
Kaki berputar seperti angin, sekali menggetar-kan tangan dia pun
menusukan pedangnya enam kali!
Melihat sekali menyerang, sudah memaksa Sin-hiong berpindah
tempat, kepercayaan diri Ho Koan-beng jadi meningkat, sedikit
mengangkat tubuh, kakinya sudah menendang beruntun enam kali,
dan tangannya berturut-turut menusukan pedang tiga kali!
Ilmu silat dan jurus pedang seperti ini, sungguh jarang terlihat di
dunia persilatan, Sin-hiong tidak berani bertindak sembrono, dia
mengetatkan pedangnya, sinar pedang laksana kilat menyambar,
enam gerakan pedang nya dipecah, tiga menghadapi yang di atas,
tiga lagi menghadapi yang di bawah, tetap menangkis kembali
serangannya Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng terkejut, tapi sekarang dia semakin bertarung
semakin berani, teriaknya:
"Ini seharusnya jurus ketiga!"
Tubuhnya belum turun, ujung pedangnya mendadak berputar,
dari atas menyerang ke bawah dengan tiga putaran, jurus pedang
ini adalah jurus hebat dari perguruan Kunlun yang disebut In-liongsamsian (Naga di awan muncul tiga kali)!
Diam-diam Sin-hiong menghela nafas dingin, di dalam hati
berkata: "Ternyata ilmu silat Hiang-liong-pit-to semua-nya adalah jurusjurus
inti dari seluruh ilmu silat di dunia persilatan! Melihat tiga jurus
dari Ho Koan-beng, di dunia ini sudah jarang ada tandingannya!'
Walaupun hatinya berpikir demikian, tapi dia masih tidak berniat
buruk pada Ho Koan-beng, sedangkan sebab Ho Koan-beng tidak
mau melepas-kan dia, karena ditimbulkan oleh hatinya yang dengki,
hati dengki ini mendorong semangat Ho Koan-beng, sehingga
dengan cara apa pun harus mengalahkan Sin-hiong.
Serangan pedang Ho Koan-beng sangat cepat dan kejam, tiga
gulungan angin menekan ke bawah, dalam radius lima enam
tombak semua di bawah ancaman pedangnya, kekuatannya sangat
mengejut-kan! Mendadak Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiam di
tangannya, terlihat sinar pedang mengem-bang, dua sinar pedang
ini beradu, terdengar suara keras "Ssat!", dua bayangan orang
terpental, tubuh Ho Koan-beng terpental sejauh satu tombak lebih.
Sin-hiong tertawa tawar dan berkata:
"Saudara Ho, kita seimbang?"
Dalam sekejap, wajah Ho Koan-beng tampak berubah beberapa
kali, entah dia terkejut atau gembira, dengan bengong dia
memandang pedang di tangan-nya, wajahnya seperti kebingungan.
Benturan tadi, tidak bisa dikatakan Ho Koan-beng kalah, sebab
serangannya dari udara, biasanya orang sulit mengendalikan
tenaga, orang yang di tanah tentu saja lebih menguntungkan,
walaupun Ho Koan-beng terlontar, itu tidak bisa dikatakan kalah.
Makanya saat Sin-hiong mengatakan seimbang, wajahnya tampak
sinar kebingungan.
Ho Koan-beng sudah beberapa bulan berlatih ilmu silat yang ada
di dalam Hiang-liong-pit-to, semua ilmu silatnya adalah inti dari ilmu
silat berbagai perguruan besar, tidak diduga dengan kepandaiannya
sekarang dibandingkan dengan Sin-hiong, tetap saja dia tidak bisa
mengalahkannya, di dalam kegembiraan nya, dia tetap ada sedikit
perasaan kecewa.
Ho Koan-beng tertegun sejenak, mendadak dia teringat dua
kalimat di dalam Pit-to itu, sambil menganggukkan kepala dia
berkata: "Sen-tayhiap, kata-katamu tidak salah, kita memang seimbang!"
Setelah berkata, pelan-pelan mendekati dan berkata lagi:
"Tapi aku masih punya dua kalimat yang ingin ditanyakan,
setelah kau mengatakannya, maka aku akan melepaskan nona itu!"
Sin-hiong jadi naik pitam mendengar ini, dia berkata:
"Saudara Ho mau ingkar janji; masih ingin menguji aku?"
Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:
"Maaf, yang aku katakan ini tidak melibatkan orang, juga tidak
melibatkan masalah di dunia persilatan, hanya ada dua kalimat
sajak yang tidak dimengerti, jadi ingin bertanya pada saudara."
Tidak menunggu dia mengatakan Sin-hiong sudah berkata:
"Apakah 'Jalan gunung berputar-putar', dan 'setelah pohon Liu
yang gelap timbul bunga yang terang'?"
Ho Koan-beng menganggukan kepala:
"Betul, saat tadi aku mengatakan kalimat ini, pasti saudara
mendengarkan?"
Sin-hiong adalah orang jujur, berpikir dua kalimat ini tidak ada
apa-apanya, maka dia berkata:
"Dua kalimat sajak ini artinya sama, tapi setelah diteliti ada
sedikit berbeda."
Ho Koan-beng menggerakan lima jarinya, wajahnya mendadak
jadi terang buru-buru berkata:
"Betul, betul, katakan dimana berbedanya!"
Sin-hiong tidak berpikir ada maksud ter-selubung, dia sungguhsungguh
memikirkannya, mana dia tahu, dua kalimat ini adalah dua
jurus terhebat di dalam Hiang-liong-pit-to itu, jika Sin-hiong benarbenar
berhasil memecahkannya, dan pikiran Ho Koan-beng terbuka,
mungkin nanti dia tidak saja tidak akan melepaskan Hui-lan,
mungkin dia malah ingin mencoba lagi bertanding dengan Sin-hiong.
Pada saat yang genting ini, tidak lebih dari sepuluh tombak di
samping mereka, tiba-tiba terdengar suara aneh "Ciit ciit!", Sinhiong
jadi terkejut dan berkata:
"Ooo! Datang lagi!"
Melihat siasatnya hampir berhasil, tapi diganggu oleh beberapa
suara aneh ini, sehingga pikiran Sin-hiong jadi buyar, kemarahan Ho
Koan-beng hampir meledak, matanya segera menyapu, mendadak
dari dasar lembah meloncat keluar lima bayangan hitam!
Sin-hiong tahu, lima bayangan hitam yang datang ini, selain
empat ekor mahluk aneh, yang satu lagi pasti adalah pemilik empat
mahluk aneh ini.
Dugaan dia tidak salah, lima bayangan hitam ini dalam sekejap
sudah tampak jelas, salah satunya seorang kakek tua yang
berambut putih, kedua matanya merah seperti berdarah, di tangan
kanannya memegang tongkat, yang paling membuat orang terkejut
setelah melihatnya, adalah diatas tongkat itu digantung lima buah
tengkorak putih menakutkan!
Empat ekor mahluk aneh yang seperti kingkong begitu lihat Sinhiong,
langsung bersuara "Ciit ciit!", orang tua yang memegang
tongkat tengkorak itu dengan dingin bertanya:
"Tadi siapa yang telah melukai anakku?"
Baru saja Sin-hiong mau menjawab, Ho Koan-beng dengan
marah berteriak:
"Kukira mahluk aneh apa, setiap malam loncat-loncatan di dalam
lembah, ternyata kau kakek tua yang membawa empat ekor hewan
besar, hem... hem... malam ini aku tidak akan melepaskan kalian
lagi!" Orang tua yang kedua matanya merah itu melototi dia sekali lalu
mendengus dingin dan berkata:
"Sombong sekali mulutnya, sudah puluhan tahun tidak ada orang
yang berani bersikap sombong dihadapanku GoanThian-hoa!"
Satu langkah demi satu langkah Goan Thian-hoa maju mendesak
ke depan. Mendengar orang tua ini menyebutkan nama-nya, Sin-hiong
diam-diam terkejut, menurut kabar yang tersiar Goan Thian-hoa ini
adalah mahluk aneh setengah manusia setengah hewan, puluhan
tahun lalu terkenal dengan kekejamannya, gurunya juga pernah
berpesan pada dia supaya berhati-hati jika bertemu dengannya,


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malam ini dia harus hati hati sekali.
Ho Koan-beng yang baru saja berhasil meningkatkan ilmu
silatnya, semangatnya sedang menggebu-gebu, walaupun raja
langit yang datang, dia juga ingin mengusiknya, apa lagi Goan
Thian-hoa orang tua aneh yang tidak mencolok mata ini"
Dia sangat kesal pada Goan Thian-hoa karena telah
menggagalkan pembicaraan dia dengan Sin-hiong begitu Goan
Thian-hoa datang mendekat, dia pun maju mendekat, tampaknya,
Ho Koan-beng berambisi bertarung dengannya.
Mata Goan Thian-hoa menyorot sinar kejam, bentaknya:
"Kau bocah cilik, rupanya tidak pernah mendengar dulu Toanhuncian (Lembah putus nyawa) ini tempat apa, berani beraninya
bertingkah di hadapan-ku, sungguh-sungguh sudah bosan hidup!"
Setelah berkata, dia memutar tongkat tengkorak di tangannya,
dengan dahsyat menghantam!
Ho Koan-beng maju menghadang jurus pedangnya berturut-turut
di lancarkan keluar, setiap jurus pedang dia adalah jurus inti dari
berbagai perguruan besar, jurus pedang macam ini bukan saja
beraneka ragam, juga banyak sekali perubahannya, Ho Koan-beng
masih belum merasakan kehebatan yang terkandung dalam
jurusnya, tapi walaupun demikian, Goan Thian-hoa pun tidakbisa
berbuat apa-apa terhadapnya!
Saat Goan Thian-hoa mengayunkan tongkat menyerang, tidak
tahan dengan tertawa dingin berkata:
"Tidak heran kau berani memandang rendah orang, ternyata
memang punya kemampuan?"
Gerakannya mendadak berubah, terlihat dia seperti meloncat tapi
bukan meloncat, seperti berjalan tapi juga bukan, berputar-putar
beberapa putaran, tengkorak di tangannya digoyang-goyang
sehingga mengeluarkan suara ramai, membuat orang yang
mendengarnya menjadi risau.
Ho Koan-beng marah dan berkata:
"Kau mau mainkan jurus apa?"
Ujung pedangnya disabetkan, mendadak terlihat sejalur hawa
pedang dingin berputar-putar di sekelilingnya, walaupun Goan
Thian-hoa menyerang dengan berbagai jurus aneh, tapi tetap tidak
bisa melukainya!
Sehingga bukan saja Goan Thian-hoa yang terkejut, Sin-hiong
pun tergetar karenanya.
Alis panjang Goan Thian-hoa bergerak, tiba-tiba mulutnya
mengeluarkan satu suara aneh "Ciit!", empat bayangan hitam di
belakang dia, tahu-tahu sudah maju menerjang ke arah Sin-hiong.
Tapi begitu pedang pusakanya diayunkan, empat bayangan
hitam yang datangnya sangat cepat, tapi tidak ada satu pun yang
berani mendekati dia.'
Tapi, empat mahluk aneh yang kelihatannya seperti kingkong ini,
setelah mundur selalu kembali maju lagi, dari kejauhan mengancam
Sin-hiong, rupanya sengaja mengganggu dia, supaya dia tidak dapat
membantu Ho Koan-beng"
Di dalam hati Sin-hiong merasa lucu, katanya:
'Kalian empat ekor hewan walaupun sudah pintar, tapi tetap saja
tidak sepintar manusia, hanya mengandalkan ini sudah mau
menghadang aku"
Maka dia mengerahkan tiga jurus pedang dari jurus Kim-kaukiam,
"Sst sst!" terdengar desiran pedang, empat mahluk aneh di
depan sudah didesak sampai meloncat-loncat kesana-kemari,
mulutnya mengeluarkan suara "Ciit ciit!".
Goan Thian-hoa mencuri pandang, melihat jurus pedang Sinhiong
amat lihay jika dia berniat melukai empat mahluk aneh itu,
mungkin sudah dari tadi terluka, hatinya jadi gelisah, tongkat
tengkorak ditangan nya sengaja membuat sedikit lubang Ho Koanbeng
tidak berpikir panjang lagi, jurus pedang-nya segera maju
menyerang, perkiraannya kali ini dia pasti berhasil, siapa sangka
baru saja pedangnya menusuk, Goan Thian-hoa seperti angin
menerobos ke sisi kanannya, telapak tangannya menyabet, mengeluarkan
angin dingin datang menyerang!
Begitu jurusnya tidak berhasil, Ho Koan-beng sudah sadar akan
bahaya, belum sempat dia bergerak, mendadak merasa angin dingin
menyapu wajahnya, seluruh tubuhnya tidak tahan jadi merinding,
satu hawa yang amat dingin sudah menerjang tubuhnya!
Ho Koan-beng terkejut, tubuhnya buru-buru mundur kebelakang,
tapi tetap terlanbat satu langkah, hawa dingin itu sudah melanda,
akhirnya dia tidak tahan lagi seluruh tubuhnya gemetaran.
Sin-hiong baru saja menyelesaikan tiga jurus-nya, melihat Ho
Koan-beng dalam keadaan bahaya, dia berteriak, lalu menerjang
kesana! Goan Thian-hoa tertawa dingin dan berkata:
"Kau telah melukai keluargaku, kau juga tidak bisa dimaafkan!"
Setelah berkata, tongkat tengkoraknya sudah menggulung!
Sin-hiong tertegun, tidak terpikir empat mahluk aneh itu
dikatakan keluarganya"
Tapi keadaan di depan mata tidak memberi dia waktu untuk
berpikir, ketika Goan Thian-hoa menggerakkan tongkatnya, empat
ekor kingkong yang berdiri di belakang Sin-hiong juga datang
menyerang, Sin-hiong tersenyum dan berkata:
"Seluruh keluarga kalian sudah bergerak semua!"
Dia menggetarkan pedang pusaka, sekejap saja sudah
menyabetkan tiga kali!
Mata merah Goan Thian-hoa membelalak besar sekali, di dalam
hati berkata: "Apa yang terjadi, kelihatannya usia kedua orang ini tidak besar,
tapi jurus pedangnya yang satu lebih tinggi lagi dari pada yang
lainnya, jika diganti oleh orang lain, mungkin tidak akan bisa
menahan lima jurusnya!"
Goan Thian-hoa lahir dari ayah manusia dengan ibu kera, sejak
kecil berkumpul dengan kera, setelah besar, diambil oleh seorang
aneh dan dijadikan murid-nya, maka dia memiliki ilmu tinggi,
setelah orang aneh itu meninggal, dia kembali lagi ke tempat
asalnya, dan berkumpul dengan kera-kera, selama puluhan tahun
dia hanya bergerak di daerah Biauw, jarang sekali bertemu lawan
tanding, tapi karena perbuatannya sangat keji, setiap orang yang
berhasil dibunuhnya, kepalanya selalu dipenggal, setelah dijemur
kering digantung di atas tongkatnya itu, makanya orang-orang
dunia persilatan sedikit banyak mendengar nama besarnya, tapi
entah kenapa dia sekarang membawa empat ekor kera pintar
datang kemari"
Empat ekor kera pintar itu rupanya sangat takut pada Sin-hiong,
begitu sinar pedang keluar, mereka berempat langsung mundur,
Goan Thian-hoa yang melihat menjadi marah, dia memutar tongkat
tengkoraknya sampai mengeluarkan suara "Weet weet!", dalam
waktu sekejap sudah melancarkan serangan lebih dari delapan
jurus! Sin-hiong mengkhawatirkan luka Ho Koan-beng dan keselamatan
Hui-lan, makanya dia tidak ingin berlama-lama bertarung dengan
lawannya, sehingga dia melancarkan serangannya dengan sangat
dahsyat, dan setiap serangannya ditujukan ke tempat kematian
Goan Thian-hoa, walaupun Goan Thian-hoa telah menyerang
delapan jurus, tapi dia tidak bisa mendesak Sin-hiong, malah dia
sendiri yang didesak Sin-hiong mundur dua tiga langkah ke
belakang! Hal ini membuat hati Goan Thian-hoa menjadi semakin terkejut!
Empat ekor kera pintar yang dibawanya, begitu melihat Goan
Thian-hoa dalam bahaya, mereka berteriak-teriak aneh, empat kera
itu kembali menerjang ke arah Sin-hiong tidak peduli lagi akan
bahaya! Sin-hiong menyabetkan pedangnya melintang, baru saja empat
ekor kera pintar itu maju, tidak menduga Sin-hiong merubah
jurusnya secepat ini, tiga ekor di antaranya segera menghentikan
gerakannya, tapi salah satunya terlambat, terdengar suara keras
"Craak!", sebelah lengannya sudah dipotong oleh pedang Sin-hiong.
Kera itu menjerit dan jatuh ke tanah berguling sejauh dua tiga
tombak, terus menjerit jerit kesakitan.
Wajah Goan Thian-hoa berubah hebat, dia masih ingin bertarung
tapi melihat kera yang roboh itu masih menjerit jerit, terpaksa dia
menghampirinya.
Begitu melihat kera itu mencucurkan darah terus, mungkin akan
segera mati jika tidak segera dihentikan darahnya, maka buru-buru
dia menjulur-kan tangan menghentikan aliran darahnya, sambil
melototi Sin-hiong berkata:
"Kau sungguh kejam, malam ini sementara melepaskanmu, di
kemudian hari aku pasti membuat perhitungan kembali dengan
kau!" Tidak menunggu Sin-hiong menjawab, dia berteriak "Ciit!",
suaranya sangat pilu, mengangkat kera yang terluka itu, bersama
dengan tiga kera lainnya dalam sekejap sudah menghilang entah
kemana. Sin-hiong tidak mengejar, dia berjalan ke samping Ho Koan-beng
terlihat dia menggulung tubuhnya sambil gemetaran, ketika
menyentuh tubuh-nya, dia merasa sangat dingin, dia jadi terkejut
dari di dalam hatinya berkata:
"Dia terkena pukulan telapak tangan apa dari Goan Thian-hoa,
kenapa bisa jadi begini?"
Walaupun ilmu silatnya sangat hebat, tapi seumur hidup dia
belum pernah mengobati orang, setelah sejenak ragu-ragu,
mendadak dia teringat Hui-lan yang ada di sekitar sini, maka dia
berteriak: "Nona Lan, nona Lan!"
Setelah beberapa kali berteriak, dia tidak mendengar jawaban
dari Hui-lan, di dalam hati berpikir:
'Hui-lan tentu telah ditotok jalan darahnya oleh Ho Koan-beng,
sebab menurut sifatnya, tidak mungkin dia tidak menjawab."
Setelah. berpikir begitu, lalu dia mengangkat tubuh Ho Koanbeng
langsung berjalan menuju ke tempat tadi dia muncul!
Setelah dia cukup lama berada di dalam lembah, terhadap
gelapnya tempat itu mata dia sudah biasa maka sekarang dia bisa
melihat dengan jelas keadaan di sekelilingnya, begitu berjalan ke
belakang pohon besar itu, terlihat tidak jauh di sebelah kiri ada satu
batu cadas yang menonjol, dibawah batu itu samar-samar tampak
ada sebuah gua, hatinya jadi tergerak, maka sambil membawa Ho
Koan-beng dia berjalan ke sana.
Tiba di depan mulut gua, terdengar suara riak air, di dalam
hatinya berpikir, 'mungkin nona Lan tidak ada didalam"'
Dia ingin menanyakan pada Ho Koan-beng tapi saat ini Ho Koanbeng
sudah pingsan, terpaksa dia berteriak lagi beberapa kali,
melihat di dalam masih tidak ada orang yang menjawab, maka dia
melihat-lihat lagi ke sekeliling tampak di sekitar ini selain gua itu,
tidak ada tempat lain lagi, maka dia menaruh Ho Koan-beng ke
bawah, lalu masuk ke dalam gua itu.
Berjalan sesaat, terlihat di depan ada sinar perak berkelap-kelip,
dia tahu itu adalah riak air, di dalam hatinya berpikir:
'Aku sudah masuk ke dalam, jika di dalam ada orang, seharusnya
sudah menemukannya.
Baru saja berpikir begitu, mendadak di dalam kilatan riak air itu,
seperti ada satu bayangan hitam, buru-buru dialari ke depan dan
menjulurkan tangan menangkap bayangan itu, ternyata bayangan
itu memang manusia"
Orang ini setengah tubuh bawahnya berada di dalam air,
setengah lagi tubuhnya di atas air, begitu Sin-hiong menyentuh
orang itu, dia sadar ini adalah tubuh wanita, saat ini dan di tempat
ini selain Hui-lan di dalam pikirannya hampir tidak ada orang lain
lagi! Sin-hiong mengangkat orang itu keluar dari air, walau di dalam
gua gelap, tapi dari bentuk wajahnya bisa dikenal dia adalah Huilan,
maka dia menepuk jalan darah Joan-ma (lemas, mati rasa),
tidak lama kemudian, dia melihat Hui-lan mulai sadar.
Tidak terasa dia berteriak gembira, tapi Hui-lan yang baru sadar,
masih mengira dipeluk oleh Ho Koan-beng, tanpa berpikir lagi dia
langsung mengangkat tangan menempelengnya.
Di dalam gua sangat gelap, ditambah Sin-hiong tidak mengira
Hui-lan setelah sadar, bisa memberi dia sebuah tempelengan, dalam
keadaan tidak siap, terdengar suara "Paak!", pipi Sin-hiong sudah
terkena tempelengan keras!
Sin-hiong terkejut dan berteriak: "Nona Lan, aku ini Sen Sinhiong!
Mendengar dia adalah Sin-hiong, mula-mula Hui-lan tertegun,
akhirnya tidak bisa menahan kesedihannya, balik memeluk Sinhiong,
dengan suara gemetar berkata:
"Sin-hiong, benar ini kau?"
Kali ini, Sin-hiong kembali tidak siap, dia hampir tidak bisa
bernafas, setelah menghela nafas panjang berkata:
"Benar, aku ini Sen Sin-hiong!"
Dia tidak mengatakan ini masih bagus, setelah mengatakannya,
Hui-lan malah memeluknya lebih erat lagi.
Sin-hiong jadi tertegun, mendadak dia seperti mencium bau
harum dari rambutnya Hui-lan, walau-pun dia tidak ada pikiran
cabul, tapi dalam keadaan begini, tidak terasa pikirannya jadi
tergerak! Hui-lan menggoyangkan tubuhnya, berkata:
"Marga Ho itu jahat sekali!"
"Bagaimana jahatnya?" tanya Sin-hiong.
"Dia, dia......"
Hui-lan mengatakan beberapa kali 'dia', tapi dalam sesaat tidak
tahu harus berkata apa!
Sin-hiong dan Hui-lan berdua, seumur hidup-nya tidak pernah
bersentuhan dengan lawan jenisnya, hati kedua orang itu masih
polos suci, apa yang dipikirkan langsung dikatakan, tidak mengerti
antara laki-laki dan wanita ada perbedaan, makanya Hui-lan hanya
bisa mengatakan beberapa kata "dia" saja, kata selanjutnya tidak
tahu harus mengatakan apa.
Setelah berpikir-pikir, di dalam hati Sin-hiong samar-samar
seperti mengerti, maka dengan kesalnya berkata:
"Apakah dia bermaksud jahat" Kita sekarang cari dia!"
Kata-kata Sin-hiong ini keluar dari lubuk hati-nya, tapi begitu
terdengar di telinga Hui-lan, hatinya jadi sangat senang dia hanya
bersuara "Mmm!", Sin-hiong sudah membopong dia lari keluar gua!
Ternyata saat ini sudah tengah malam, bulan sudah keluar dari
awan yang tebal, keadaan di lembah samar-samar bisa dilihat,
kedua orang itu berlari keluar gua, terlihat Ho Koan-beng
menggulung tubuh-nya, tergeletak di tanah sedikit pun tidak
bergerak. Tadinya Sin-hiong memang akan mencari dia, tepi setelah
melihat keadaannya, hatinya jadi timbul rasa tidak tega, maka dia
bertanya: "Nona Lan, menurutmu bagaimana cara menyembuhkan dia?"
Hui-lan mendengus dan berkata:
"Orang macam dia biarkan saja mati, buat apa menolongnya?"
Sin-hiong berpikir, hatinya timbul juga rasa benci kepada Ho
Koan-beng tapi setelah terpikir Cui-giok, hatinya kembali timbul rasa
penyesalan, sambil menggelengkan kepala dia berkata:
"Tidak, bagaimana pun kita tidak bisa membiarkan orang dalam
kesulitan!"
Hui-lan mencibir bibirnya dan berkata:


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku tidak peduli?"
Tampak dia masih membenci Ho Koan-beng Sin-hiong tidak enak
berkata lagi, tiba-tiba dia teringat dia masih memiliki Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun, di dalam hatinya berpikir, mungkin benda ini
ada gunanya buat dia"
Berpikir sampai disini, dia mengeluarkan kotak kecil berwarna
emas itu, Hui-lan yang melihat, tidak tahan jadi terkejut dan
berkata: "Kau mau apa" Jangan melakukan hal itu!"
Sin-hiong tahu Ho-siu-oh adalah pusaka, di dunia tidak ada
benda lain yang bisa dibandingkan dengannya, apa lagi dia telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, demi pusaka di dalam
kotak ini, entah berapa orang persilatan yang mati karenanya, jika
untuk menolong orang lain masih bisa dimengerti, tapi
menggunakan pusaka ini untuk menolong Ho Koan-beng, dan Ho
Koan-beng malah musuh cintanya!
Sin-hiong tertegun sejenak, tapi akhirnya dia memutuskan
menolong orang lebih penting, maka dia tidak mau menuruti nasihat
Hui-lan, pelan-pelan membuka tutup kotak itu, bau harum sudah
tercium. Wajah Hui-lan berubah dan menyerit:
"Jangan, jangan, lebih baik dimakan sendiri, jangan
digunakannya untuk menolongnya!"
Sin-hiong menghela nafas:
"Nona Lan, kita hanya menolong dia sekali ini saja, lain kali
walaupun bertemu lagi, aku tidak akan mempedulikannya,
menurutmu bagaimana?"
Hui-lan masih marah, dia menggeleng- gelengkan kepala, tidak
sependapat dan berkata:
"Kau tidak tahu hati orang ini busuk sekali, saat dia menangkap
aku, pernah beberapa kali mengatakan pada aku akan
membunuhmu, kau malah mau menggunakan Ho-siu-oh
menolongnya, aturan apa ini?"
Saat Hui-lan mengatakan ini, dia menampakan perasaan
sebenarnya, setelah mengatakannya dia malah hampir menangis.
Sin-hiong menghela nafas, katanya:
"Nona Lan, aku juga tahu itu!"
Hui-lan keheranan dan berkata:
"Kau juga tahu! Aneh sekali! Kalau begitu coba kau katakan,
kenapa masih mau menyelamatkan dia!"
Sin-hiong hanya tahu harus menolong Ho Koan-beng, tapi jika
ditanya alasannya kenapa, dia sungguh tidak tahu jawabannya,
dengan lesu menun-dukan kepala, mengambil sedikit Ho-siu-oh,
tanpa pikir lagi menyuapkannya ke mulut Ho Koan-beng!
Hui-lan menjadi sangat marah, wajahnya jadi pucat, dengan
keras dia menghentakan kakinya, secepat kilat berlari ke atas
gunung! Sin-hiong masih mengeraskan hati, setelah menyuapkan Ho-siuoh
ke mulut Ho Koan-beng, lalu mencari air bersih dan diberikan
padanya, setelah merasa cukup, dia baru mengejar Hui-lan keluar.
Sekarang dia sepertinya merasa punya hutang pada Hui-lan"
Bagaimana pun harus mengejar dia!
Di sepanjang jalan dia terus berpikir, 'Hui-lan pasti kembali lagi
kepenginapan', maka laksana sebuah meteor dia berlari menyusul!
Sekarang sudah tengah malam, di sekeliling sangat sepi, tidak
lama mengejar, benar saja dia melihat tubuh Hui-lan yang langsing
sedang berjalan sendirian didepan, buru-buru dia berteriak:
"Nona Lan tunggu!"
Tidak berteriak masih bagus, setelah berteriakJ Hui-lan malah
mempercepat larinya!
Sin-hiong tidak mau menyerah, dia segera mengambil nafas,
dengan lima enam kali loncatan, dia sudah berhasil mengejar Huilan
dan berkata lagi:
"Nona Lan, tolong kau dengarkan aku dulu?"
Hui-lan masih tidak mau peduli, saat Sin-hiong berhenti, dia
sudah lari lagi sejauh lima enam tombak!
Sin-hiong sudah menetapkan hati, dia tidak akan berhenti
sebelum berhasil, tubuhnya berkelebat dalam sekejap sudah
.mengejar kembali Hui-lan dan berdiri di tengah jalan berkata:
"Nona Lan, apakah kau bisa mendengarkan penjelasanku dulu?"
Hui-lan diam tidak menjawab, dia melangkah kesisi jalan, Sinhiong
pun melangkah kesisi jalan, Hui-lan kekiri, dia juga kekiri, Huilan
melotot dengan marah berkata:
"Mau apa kau?"
"Aku hanya ingin menjelaskan, setelah aku menjelaskan, kau
mau jalan lagi juga tidak apa apa!"
"Aku tidak mau dengar!"
"Benarkah?" kata Sin-hiong tertegun.
Hui-lan melihat ketika Sin-hicng mengatakan ini, wajahnya
samar-samar ada ekspresi sedih, dia jadi tertegun dan bertanya:
"Kau sudah menolongnya, kenapa harus menjelaskan padaku?"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku bukan mau menjelaskan, nona, selanjut-nya aku tidak
berhutang apa-apa lagi pada dia?"
Jelas di dalam kata-katanya mengandung arti yang dalam, Huilan
bertanya: "Apa arti kata katamu?"
Dengan lemas dan tubuh bergetar, Sin-hiong lalu menceritakan
keadaan dirinya sepuluh tahun yang lalu, dan dikemudian hari apa
yang terjadi setelah kembali ke rumah Sun Cui-giok, lalu Cui-giok
dalam keadaan bagaimana meninggalkan rumahnya, terakhir dia
berkata lagi: "Saat ini ilmu silat Ho Koan-beng sudah maju pesat, setelah aku
menyelamatkannya, dia bisa pergi menolong Sun Cui-giok,
sedangkan diriku, tugas dari guruku masih belum selesai, walaupun
aku berniat pergi ke Ngo-ki-hong, tapi saat ini mungkin tidak
sempat, mengenai bagaimana dia setelah sembuh menghadapi aku,
itu urusan dia sendiri?"
Entah kenapa" setelah mendengar cerita Sin-hiong, kedua mata
Hui-lan berlinang air mata, lalu berteriak:
"Hiong-ko!" dia langsung memeluk.
Sin-hiong tidak menghindar, dia membiarkan Hui-lan sepuasnya
menyandar di dadanya, kedua matanya bengong memandang jauh,
hati dia seperti merasa-kan semacam perasaan indah.
Sepanjang hidupnya, saat dia masih kecil, sudah mengalami
berbagai penghinaan, hatinya selalu merasakan semacam
kekosongan, setelah 'turun gunung, dia kembali memaksa menekan
sifatnya yang bebas, terhadap siapa pun dia menampakan wajah
yang dingin, tapi hatinya sebenrnya sangat hangat.
Sekarang, Hui-lan sudah mengerti dirinya, dengan pelan dia
berkata: "Hiong-ko, aku rela menemanimu mengunjungi seluruh pelosok
dunia!" Hati Sin-hiong tergerak, lalu berkata
"Kau jangan berkata bodoh, jika ayahmu tahu, dia tidak akan
mengizinkanmu!"
Hui-lan mengangkat kepalanya dan bertanya: "Kenapa?"
Sin-hiong menundukan kepala, melihat air matanya masih belum
kering otaknya tiba-tiba berkelebat satu pikiran aneh, tanyanya:
"Bukankah karena kasihan padaku, jadi kau rela ikut denganku?"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Tidak peduli kau mau bilang apa, aku tetap akan ikut
denganmu!"
Sin-hiong sangat terharu, baru saja mau bicara, mendadak
terdengar seseorang berkata:
"Hemm... hemm... sangguh menggelikan?"
Dua orang yang sedang dimabuk cinta itu, tidak menduga di
belakangnya ada orang begitu mendengar suara ini, ternyata dia
adalah Ho Koan-beng yang baru saja ditolong Sin-hiong!
Hui-lan mendadak meloncat dengan marah berkata:
"Mau apa kau ikut kesini?"
Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Kau bisa ikut dia, apakah aku tidak boleh mengikutinya?"
Walaupun Ho Koan-beng dalam keadaan setengah pingsan, tapi
pembicaraan kedua orang ini dia dapat mendengarnya jelas, dia
berpikir, 'ternyata Sen Sin-hiong masih memiliki sebuah pusaka yang
sulit didapat, jika dia mendengar kata-kata Hui-lan, benar-benar
memakan semua Ho-siu-oh itu, mungkin ilmu silatku seumur
hidup tidak akan bisa mengejar-nya"
Setelah dia sadar, dia segera mengejar, ketika dia meloncatloncat,
dia merasakan gerakannya semakin lincah dan ringan,
sehingga bertambah keinginan merebut Ho-siu-oh yang berusia
ribuan tahun itu dari tangan Sin-hiong.
Tapi dia sadar, walaupun ilmu silatnya sekarang sudah maju
pesat, jika ingin mengalahkan Sin-hiong, bukan satu hal yang
mudah, maka dia terpaksa menggunakan siasat.
Sin-hiong masih belum sadar, ketika melihat Ho Koan-beng
mengikutinya, maka dia berkata:
"Ho-heng, bagaimana keadaanmu sekarang?"
Ho Koan-beng pura-pura tidak tahu dia memiliki Ho-siu-oh,
setelah tersenyum dia berkata:
"Terima kasih Sen-tayhiap, aku sekarang sudah baik!"
"Baguslah, tapi aku ada satu hal yang harus kuberitahukan
padamu, yaitu masalah nona Sun, jika saudara Ho sempat, pergilah
ke Ngo-ki-hong!"
Setelah berkata, lalu mau pergi bersama dengan Hui-lan.
Mana mungkin Ho Koan-beng membiarkan Sin-hiong pergi begitu
saja, buru-buru dia berkata:
"Sen-tayhiap tunggu, aku masih ada yang perkataan yang ingin
kusampaikan!"
Sin-hiong terpaksa menghentikan langkah dan tanya:
"Saudara Ho masih ada apa lagi?" Otak Ho Koan-beng berputar
katanya: "Saudara Sen tadi mengatakan apa Ngo-ki-hong dan Ngo-kithiancun, aku sedikit pun tidak tahu, apakah saudara Sen bisa
menerangkannya?"
Hui-lan melihat saat dia berkata, bola matanya berputar-putar,
dia sadar ada udang dibalik batu, dia segera berkata:
"Hiong-ko jangan sampai tertipu olehnya, orang ini sedang
bersiasat!"
Sambil tertawa Sin-hiong berkata:
"Ngo-ki-thian-cun namanya Tonghong Ki, saudara Ho murid dari
perguruan ternama beraliran lurus, kenapa bisa tidak tahu?"
Ho Koan-beng berpura-pura "Aah!" katanya:
"Ternyata dia?"
Wajahnya tampak seperti terkejut, pura-pura terkejut mendengar
nama besar Ngo-ki-thian-cun, sebenarnya dengan ilmu silatnya
sekarang, walau Tonghong Ki dia tidak merasa takut"
Hui-lan tertawa dan berkata:
"Bagaimana" Dia kan sudah tahu, hemm hemm sudah tahu
masih berpura-pura bertanya, mana mungkin niatnya baik?"
Terhadap Ho Koan-beng bisa dikatakan Hui-lan sama sekali tidak
percaya, walaupun Sin-hiong tadi pernah mengatakan selanjutnya
tidak akan mempeduli kan Ho Koan-beng lagi, tapi dia bersifat
sungkan, setelah bertemu lagi, dia malah merasa tidak enak"
Ho Koan-beng melangkah dua langkah dan berkata:
"Saudara Sen, kita harus mempertegas, Cui-giok hilang
karenamu, tentu saja kau harus mencarinya kembali, jika saudara
Sen merasa kurang tenaga, dan memerlukan bantuanku, tentu
saja dengan senang hati aku akan membantunya?"
Sin-hiong tertegun, kata-kata Ho Koan-beng walaupun sangat
licik, tapi itupun kenyataan, setelah berpikir-pikir dia berkata:
"Terima kasih atas bantuannya, jika saudara Ho tidak mau
mencarinya, nanti setengah tahun kemudian aku akan
mengantarnya ke Hoa-san."
Setelah berkata begitu, dia langsung pergi bersama dengan Huilan.
Ho Koan-beng menatap bayangan belakang Sin-hiong dengan
Hui-lan, rasa irinya timbul lagi, di dalam hatinya berpikir:
'Kalian sungguh enak sekali, hemm hemm lihat saja, setelah
kubuat kacau, nanti kalian bisa apa padaku?"
Terhadap Sin-hiong, sekarang dia sudah tidak ada apa-apa lagi,
menunggu kedua orang itu pergi jauh, diam-diam dia mengikutinya
dari belakang. Sebenarnya hati Ho Koan-beng tadinya sangat polos, karena
selama setengah tahun terakhir ini, dia telah mendapatkan Hiangliongpit-to itu, lalu pontang panting ingin bersembunyi, menghindar
dari incaran orang, maka telah menghabiskan pikirannya, ditambah
mendapat rangsangan dari Sin-hiong dan Hui-lan, sifatnya pelanpelan
jadi berubah, dengan tidak sadar dia sudah menjadi orang
licik. Keesokan hari, Sin-hiong dan Hui-lan sudah meninggalkan Po-ciatian,
tujuan Sin-hiong sekarang hanya berniat mencari Thian-hotiauwsou dan Ngo-ki-thian-cun berdua, menurut perkiraannya, dua
orang ini pernah menampakan diri di daerah Ho-pak, walaupun
sekarang mungkin sudah pergi, tapi mungkin perginya tidak jauh.
Kedua orang itu pelan-pelan memacu kudanya di jalan raya,
karena di sekitarnya adalah pegunungan, paling biasa digunakan
oleh orang-orang dunia persilatan, maka kedua orang itu sambil
berjalan sambil mengawasi sekelilingnya"
Tapi walaupun kedua orang ini sudah berjalan dua tiga hari, di
sepanjang jalan masih belum menemukan apa-apa, sampai akhirnya
mereka sudah hampir keluar dari daerah Ho-pak.
Tiba-tiba hati Sin-hiong tergerak dan bertanya:
"Kalau pergi ke Go-bi kira-kira masih berapa jauh?"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Aku belum pernah pergi ke Su-chuan, kita berjalan saja pelanpelan
lihat apa yang nanti terjadi."
Sin-hiong berpikir-pikir dalam hatinya, 'jika ingin menemukan
Thian-ho-tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun, mungkin hanya bisa
dengan keberuntungan saja, sekarang sudah tiba di daerah Suchuan,
lebih baik aku bereskan saja salah satu keinginan guru yang
ditugaskan padaku.'
Tanpa terasa dia menganggukan kepala, baru saja akan memacu
kudanya, mendadak dari belakang terdengar derap kaki kuda yang
cepat sekali! Hui-lan memalingkan kepala kebelakang, tidak tahan dia terkejut
dan berkata: "Hiong-ko, kau lihat orang ini bukankah dia Ho Koan-beng?"
Sin-hiong melihat orang ini memakai baju putih, kudanya seekor
kuda putih, pedang panjang diselipkan dipunggungnya, sambil
memacu kudanya kelihatan gagah sekali!
Sin-hiong menganggukan kepala dan berkata:
"Memang dia!"
Ketika dia berkata, Ho Koan-beng sudah tiba di depannya, dia
teriak: "Saudara Sen, kita sungguh berjodoh, tidak diduga bisa bertemu
disini?" Sin-hiong bersuara "Mmm!" dan berkata:
"Entah saudara Ho saat ini mau pergi kemana?"
Mata Ho Koan-beng berputar sekali, berkata:


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mendengar sebuah kabar, jadi sedang mencari Sen-tayhiap,
tidak diduga bertemu disini."
Hui-lan mendengus dan berkata:
"Kau mendapat kabar bagus apa, hingga mau mencari kami?"
Dengan kesal Ho Koan-beng melihat Hui-lan sekali, lalu berkata
dingin: "Bukankah saudara Sen mau mencari Ngo-ki-thian-cun" Yang
ingin aku kabarkan justru orang ini!"
Sin-hiong jadi bersemangat kembali tanyanya:
"Dimana saudara Ho bertemu dengan dia?"
Ho Koan-beng bertingkah misterius berkata:
"Saudara Sen mengatakan dia menawan Cui-giok, tapi saat aku
bertemu dengan dia, dia hanya seorang diri!"
Sin-hiong memalingkan kepala melihat Hui-lan, Hui-lan yang
pintar, di dalam hati timbul curiga lalu bertanya:
"Kau katakan dulu dimana bertemu dengan dia?"
Diam-diam Ho Koan-beng menghela nafas, di dalam hatinya
berkata: 'Kau sungguh pintar, tunggu setelah aku membereskan Sen Sinhiong
baru kau tahu rasa', saat itu dia pura-pura tertawa dan
berkata: "Percaya atau tidak terserah kalian, mungkin dia sekarang sudah
pergi ke Ngo-ki-san!"
Pikiran Sin-hiong hanya ingin menolong orang, tanpa pikir
panjang berkata:
"Bagus sekali kalau begitu, Ngo-ki-san tidak jauh dari sini, jika
sekarang kita mengejarnya masih keburu!"
Hui-lan tertawa dingin dan berkata:
"Hiong-ko, jangan termakan siasat orang licik!"
Wajah Ho Koan-beng berubah dengan marah berkata:
"Kau bicara sembarangan saja, tolong tanya siapa orang yang
licik?" Hui-lan tidak mau mengalah dia mendengus dan berkata:
"Didalam hati kau mengerti sendiri!"
Ho Koan-beng naik pitam, "Ssst!" dia men-cabut pedangnya dan
berkata: "Jika kau masih sembarangan bicara, maka aku tidak akan
sungkan lagi?"
Bagaimana Hui-lan bisa takut padanya, baru saja mau membalas,
Sin-hiong khawatir jika begini terus akan membuang waktu, maka
dia cepat-cepat berkata:
"Kalian berdua jangan bicara lagi, jika saudara Ho sudah tahu
Ngo-ki-thian-cun pergi ke Ngo-ki-san, maka silahkan saudara Ho
membawa jalan, bagaimana pun kita harus menolong Cui-giok
kembali!" Wajah Ho Koan-beng tampak tertawa senang dan berkata:
"Ini baru kata-kata yang pantas!"
Setelah berkata dia membalikan kudanya dan dipacu menuju ke
provinsi Su-chuan!
Sekarang Hui-lan sedang jatuh cinta pada Sin-hiong, dia tahu
perjalanan ini sangat berbahaya, tapi dia tidak tega menentang
keinginan Sin-hiong, maka dengan pelan berkata:
"Hiong-ko, Aku lihat sorot mata orang ini tidak benar, jika tetap
mau pergi, kita harus sangat waspada!"
Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong melihat nya, katanya:
"Adik Lan kau tenang saja, aku akan waspada!"
Sesudah kata-kata ini keluar, hati Hui-lan merasa melayang,
selama dia berjalan dengan Sin-hiong, baru pertama kalinya Sinhiong
memanggil dia 'adik Lan', dia merasa hatinya manis sekali,
hampir melupakan apa yang dinamakan bahaya.
Tidak lama setelah Ho Koan-beng pergi, Sin-hiong dan Hui-lan
pun mengikutinya dari belakang.
Jarak ke Ngo-ki-san hanya ertam tujuh puluh li saja, ketiga orang
itu memacu kudanya dengan cepat, ketika matahari terbenam
mereka sudah tiba di kabupaten Ngo-ki-san, Ho Koan-beng
menghentikan kudanya dan berkata:
"Kita jangan masuk ke dalam kota, langsung saja naik ke atas
puncak gunung!"
Tentu saja Sin-hiong setuju, melewati sudut benteng kota, di
depan sudah samar-samar terlihat sinar lampu berwarna kuning
padam, kiranya itu adalah rumah rumah penduduk di bawah
gunung, ke tiga orang itu beristirahat sebentar, menitipkan kudanya
pada satu keluarga bukuni, lalu naik gunung menelusuri jalan.
Dua belas bukit Ngo-ki-san adalah daerah berbahaya yang
ternama, di atas bukit tebingnya tinggi tinggi dan penuh oleh batubatu
yang bentuknya aneh aneh, Ho Koan-beng dulu pernah
berkunjung kesini mengikuti gurunya Hoa-san tayhiap, makanya dia
sangat hafal jalan-jalannya.
Sambil berjalan cepat Ho Koan-beng memutar otaknya, dia ingin
sekali membunuh Sin-hiong, tapi tidak mau kehilangan Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun yang dimiliki Sin-hiong! Maka dia terus
memikirkan satu cara yang bagus.
Ketiga orang itu berlari sejenak, sesudah hampir melewati tengah
gunung, terlihat di bawah kaki adalah sungai Yang-cu yang seperti
ular naga, Sin-hiong menghentikan langkah dan bertanya:
"Saudara Ho, Ngo-ki-san demikian besar, kemana kita harus
berjalan, baru bisa bertemu dengan Ngo-ki-thian-cun?"
Ho Koan-beng sedang membelakangi Sin-hiong, kedua matanya
pura-pura melihat ke atas puncak, wajahnya samar-samar tampak
hawa membunuh, sebenarnya dia sedang membawa Sin-hiong ke
tepi jurang di sisi sungai, yaitu ingin mengambil kesempatan saat
Sin-hiong tidak bersiaga, lalu mendorongnya jatuh ke dalam sungai,
tapi jika dia bertindak begini, Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun
itu pun akan jatuh ke sungai bersama Sin-hiong"
Otaknya berputar cepat, ketika hatinya sedang tidak risau,
mendadak diatas puncak terlihat satu bayangan orang yang
bergerak sangat cepat!
Munculnya orang ini sangat mendadak, sampai Ho Koan-beng
sendiri pun tidak tahu siapa dia, ternyata saat ini Hui-lan pun sudah
melihatnya, buru-buru dia menarik Sin-hiong sambil terkejut
berkata: "Hiong-ko, di puncak ada orang!"
Sin-hiong sedang memperhatikan sungai, setelah mendengar ini
dia langsung melihat ke atas, bayangan orang itu tepat berkelebat
menghilang! Ho Koan-beng mengambil kesempatan ini untuk mengelak dan
berkata: "Dia benar atau bukan belum bisa dipastikan, kita ke puncak saja
untuk melihatnya!"
Setelah itu dia langsung mendahului berlari, Sin-hiong dan Huilan
mengikutinya naik ke puncak!
Gerakan ketiga orang ini cepat sekali, sebentar saja sudah
sampai di puncak gunung, tapi disana tidak terlihat siapanya, Ho
Koan-beng yang berniat buruk, tidak ingin Sin-hiong menemukan
orang itu, supaya dia bisa mengambil kesempatan menyerangnya!
Tadinya Hui-lan masih bercuriga pada Ho Koan-beng, saat
melihat di puncak muncul seseorang, tidak tahan hatinya jadi
tegang, di dalam hatinya berpikir jika Sin-hiong menemukan Ngo-kithiancun, dengan ilmu silatnya digabungkan dengan Ho Koan-beng,
bisa saja merebut kembali Cui-giok, tapi jika saat itu Cui-giok tidak
menginginkan Ho Koan-beng malah ingin bersama dengan Sinhiong,
dia harus bagaimana"
Hati wanita semuanya sempit, tidak terkecuali Hui-lan, tujuan dia
berbeda dengan Ho Koan-beng, tapi dalam cara berpikir, saat inipun
tidak meng-inginkan Sin-hiong menemukan orang itu!
Sin-hiong berputar dua putaran dan berkata:
"Orang ini ilmu silatnya cukup tinggi, menurut pandanganku,
kebanyakan dia adalah Ngo-ki-thian-cun!"
Hati Ho Koan-beng jadi tegang, tapi dia masih berpura-pura dan
berkata: "Perkataan saudara Sen mungkin saja, tapi bagaimana kita bisa
menemukan dia?"
Sin-hiong melangkah dua langkah ke depan, melihat di depan
ada setumpukan batu aneh, bayangannya di bawah sinar bulan,
tampak dingin mengerikan. Sin-hiong melihat sekali dan berkata:
"Kita coba ke depan melihatnya!"
Setelah berkata, dia mencabut Kim-kau-po-kiam, selangkah demi
selangkah maju ke depan.
Ketiga orang itu pelan-pelan berjalan, kedua mata Ho Koan-beng
terus memperhatikan keadaan sekeliling, mendadak telinga dia
terdengar satu suara aneh di sebelah kanan, harinya tergerak dan
berteriak: "Saudara Sen perlahan saja, biar aku kesana melihat-lihat."
Dia berniat buruk, pergi kesana mencari tempat bagus untuk
menyerang, hatinya berpikir:
'Aku sudah menghabiskan waktu sebanyak ini, jika terus begini,
kesempatannya akan hilang.'
Maka dia sudah lari ke sana tidak menunggu jawaban dari Sinhiong.
Sin-hiong dan Hui-lan masih mengira dia benar benar ke sana
untuk melihat-lihat keadaan, kedua orang itu menghentikan
langkahnya, siapa tahu setelah menunggu sesaat, Ho Koan-beng
masih belum kembali.
Sin-hiong jadi mengkhawatirkannya dan berkata:
"Apakah dia sudah menemukan Ngo-ki-thian-cun, mungkin saja
mereka sedang bertarung!"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Tidak mungkin!"
Entah apa sebabnya" Terhadap Ho Koan-beng Hui-lan selalu
tidak bisa percaya seratus persen, sekarang dia sudah bisa melihat
jelas, Sin-hiong sangat jujur, tapi Ho Koan-beng penuh kelicikan,
makanya dia sangat mengkhawatirkan Sin-hiong.
Sin-hiong tidak bicara, menunggu lagi sesaat, tapi Ho Koan-beng
masih tidak muncul, maka dia berkata lagi:
"Mungkin dia sudah mengalami hal yang tidak diinginkan, kau
tunggu disini, biar aku pergi kesana melihatnya!"
"Aku juga ikut!" kata Hui-lan cemas.
Sin-hiong dengan lembut memandang dia dan berkata:
"Adik Lan, kau jangan menempuh bahaya, ada aku sudah
cukup." Bagaimana Hui-lan bisa tenang dia tahu Sin-hiong melakukan ini
karena mau melindungi dirinya tapi dia tidakbisa membiarkan Sinhiong
menempuh bahaya sendirian. Saat itu berkata: .
"Tidak apa, aku bisa melindungi diri sendiri."
Setelah berkata, sepasang matanya melihat Sin-hiong dengan
penuh cinta, Sin-hiong hanya merasa hatinya melayang, sesaat
tidak tega menolaknya, maka menganggukan kepala, bersama Huilan
pergi kesana. Batu-batu disini selain tinggi juga besar-besar, puncak yang hijau
bisa terlihat dari kejauhan, saat ini malam sudah larut, kadangkadang
masih terdengar suara pekikan kera.
Kedua orang itu menembus beberapa tumpuk-an batu,
mendadak di depan mata ada lapangan luas ke bawah, Sin-hiong
menghentikan langkahnya, berkata:
"Adik Lan hati-hati, kau ikut di belakangku!"
Hui-lan menyahut sekali, mengikuti Sin-hiong dari belakang,
sepasang mata hitam yang besar dibuka lebar-lebar, dalam hatinya
berpikir: 'Tidak peduli Ngo-ki-thian-cun atau Ho Koan-beng, siapa saja dari
mereka asal menyerang Sin-hiong, aku pun akan pertama
menyerangnya. Keadaan lapangan ini juga aneh, semakin kedua orang itu turun
terasa jalannya berliku-liku, walaupun di langit ada sinar bulan yang
tipis, tapi keadaan di depan mata cukup gelap.
Hui-lan menghela nafas panjang, katanya:
"Hiong-ko hati-hati, aku lihat disini sedikit aneh?"
Sin-hiong tidak menjawab, tapi tangannya lebih erat memegang
pedang pusakanya, berjalan tidak jauh, lapangannya mendadak jadi
datar, di depan ada sebuah hutan, sinar bulan dengan susah payah
menembus ke bawah, angin bertiup lemah, di dalam hutan
terdengar suara daun pohon ditiup angin, Hui-lan berkata lirih:
"Tempat ini angker sekali, jika ada orang pasti bukan orang baikbaik?"
Perkataannya belum selesai, tiba-tiba terdengar suara jeritan
mengerikan yang tajam sekali di belakang hutan!
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Ini suaranya saudara Ho, kita segera ke sana!"
Dia membalikan tangan menarik Hui-lan, sambil berteriak "Lari!"
dua bayangan orang itu melesat ke dalam hutan!
Gerakan mereka cukup cepat, tapi setelah tiba di dalam hutan
dan melihat, di sekeliling tempat itu, setengah bayangan orang pun
tidak ada"
Setelah Sin-hiong melihat-lihat, dia berkata:
"Heran, kenapa tidak terlihat satu orang pun?"
"Mendengar suara tadi, sepertinya berasal dari tempat ini, hemm
hemm, sungguh ajaib sekali!"
Walaupun kedua orang itu sedang berbicara, tapi kakinya tetap
berjalan kesana-kemari, Hui-lan menggetarkan pedangnya,
membuat ujung pedangnya mengeluarkan bunga pedang tiba-tiba
di tanah tampak ada jejak kaki!
Sin-hiong yang ikut melihat langsung berteriak:
"Di depan, cepat kesana!"
Hati Hui-lan selalu tidak bisa tenang tapi dia saat ini dia tidak
enak memberitahukan pada Sin-hiong dia khawatir membuyarkan
konsentrasinya.
Sekarang kedua orang ini sudah keluar dari hutan, terlihat di
belakang hutan ada parit yang dangkal, Sin-hiong melihat-lihat, lalu
dengan Hui-lan berjalan menelusuri parit, berjalan sesaat,
mendadak parit itu jadi melebar, Sin-hiong bersuara "Iiih!" dan
berkata: "Suara airnya begitu besar, kenapa kita tadi tidak
mendengarnya?"
Hui-lan melihat ke belakang, lalu menunjuk dengan tangan dan
berkata: "Hiong-ko, kau lihat, kita sudah belok dari sudut gunung, tentu
saja tidak bisa mendengarnya!"
Sekarang Sin-hiong pun merasakan ada sesuatu yang ganjil,
sebab mereka tadi mendengar suara jeritan dari Ho Koan-beng, dan
suaranya datang dari belakang hutan, tapi sekarang bukan saja
mereka sudah melewati hutan, malah sudah belok dari sudut
gunung, tapi satu bayangan orang pun tidak terlihat, bagaimana
tidak membuat orang jadi keheranan"
Sin-hiong mengerutkan alis, nada bicaranya seperti pada dirinya
saja, katanya: "Coba kita jalan lagi ke depan, pasti menemukan salah satu dari
dua orang itu!"
Dua orang yang dia katakan itu, tentu saja ditujukan pada Ho
Koan-beng dan bayangan hitam yang tapi sekelebat menghilang,
hanya langit yang tahu, bagaimana dia bisa memastikan bayangan
hitam itu adalah Ngo-ki-thian-cun"
Semakin ke atas gunung, airnya semakin besar, keadaan yang
tidak normal ini sangat mengherankan mereka, sesudah lewat


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hampir dua jam, kedua orang sudah merasa tidak sabar lagi, tapi di
depan mata mendadak ada satu danau.
Walaupun danau ini tidak besar, tapi percikan air yang diterjang
oleh air terjun itu, dimalam hari pemandangannya sangat indah!
Sin-hiong tidak tahan merasa kagum, berkata:
"Sungguh tempat yang bagus sekali!"
Mendengar ini, Hui-lan, tidak tahan tertawa dan berkata:
"Kau masih bisa menikmati pemandangan ini!"
Baru saja dia selesai bicara, mendadak dari balik air terjun
terdengar suara rintihan, kedua orang jadi terkejut, Sin-hiong
berteriak: "Saudara Ho, saudara Ho......"
Dia berteriak beberapa kali, tapi kembali tidak ada yang
menjawab. Hui-lan menarik dia dan berteriak:
"Hiong-ko jangan kesana!"
Sin-hiong tidak peduli, ternyata dia seperti mendengar suara Ho
Koan-beng jika Ho Koan-beng terluka, menurut sifatnya, walau di
sana sarang singa, dia tetap harus menyelidikinya.
Di balik air terjun setelah terdengar sekali teriakan, lama sekali
tidak ada teriakan lagi, Sin-hiong merapihkan bajunya dan berkata
pada Hui-lan: "Adik Lan kau tunggu disini, aku kesana sebentar saja!"
Hui-lan terkejut sekali dan berkata: "Bagaimana bisa kau pergi
seorang diri?" Walaupun Hui-lan sangat khawatir, tapi dia sekarang
sudah tahu sifat Sin-hiong tahu tidak bisa mencegahnya, terpaksa
dia memperingatinya:
"Kau harus berhati-hati sekali, jika tidak ada apa-apa" Cepat
kembali lagi!"
Sin-hiong menganggukan kepala, lalu mengambil nafas,
tubuhnya meloncat ke atas masuk ke balik air terjun itu!
Di balik air terjun itu apakah ada tempat untuk berpijak, dia tidak
mempedulikannya, saat tubuhnya meloncat ke atas, Kim-kau-pokiam
sudah disabetkan tiga kali, dalam liati dia pikir, 'jika di dalam
tidak ada tempat untuk berpijak kaki, asalkan dia meminjam sedikit
tenaga ujung pedang, bagaimana pun tidak akan tenggelam!
Tapi baru saja dia menembus air terjun, mendadak dia merasa
dari depan ada angin dahsyat datang menyerang, dia tahu di dalam
pasti ada orang bersembunyi, sambil menggunakan pedangnya dia
masih bisa membelokan angin serangan itu di udara!
Orang yang di dalam gua itu terkejut, tidak menduga di udara
Sin-hiong masih mampu meloloskan dirinya, mengambil kesempatan
sebelum Sin-hiong turun kebawah, dia secepat kilat sudah melesat
ke dalam! Sin-hiong turun di depan mulut gua tanpa basah sedikitpun, tapi
dia tidak mempedulinya, dia tidak tahu siapa yang sembunyi di
dalam gua ini, saat itu dengan nada dalam dia berkata:
"Siapa yang ada di dalam, aku Sen Sin-hiong mau masuk......."
Setelah berkata, tangan kanannya menghunus pedang, telapak
tangan kiri melindungi dada, langsung menerjang masuk!
Ketika dia menghentikan langkahnya, terlihat keadaan di dalam
gua berbeda sekali dengan di luar gua, di dalam gua selain kering
sekali, juga seperti ada orang yang tinggal disini!
Dia sudah masuk ke dalam sarang singa, tentu saja harus hatihati
sekali, pelan-pelan maju ke depan, berjalan tidak jauh,
mendadak terlihat di depan sinar bulan menembus, dia berpikir,
"tempat ini aneh sekali, tapi tidak tahu siapa orangnya yang tinggal
disini?" Sin-hiong berjalan ke depan, mendadak terlihat di sebelah kanan
ada satu pintu batu, maka dia berjalan ke sana.
Siapa duga, setelah dekat dia melihat di dalam ada tiga kamar
yang berhubungan, yang paling mengejutkan dia adalah di kamar
paling belakang bertumpuk tidak kurang ribuan liang emas, Sinhiong
yang melihat jadi terkejut sampai bengong"
Melihat keadaannya, gua batu bertirai air terjun ini adalah tempat
penyimpanan barang jarahan seorang perampok besar, tapi tadi ada
orang yang diam diam menyerang dirinya, apakah dia pemilik gua
ini" Dia teringat suara rintihan di luar gua tadi, suara itu jelas adalah
suaranya Ho Koan-beng dia tidak mungkin salah dengar" ^
Setelah berpikir, dia tidak mau masuk ke dalam kamar itu,
supaya tidak dituduh orang mencuri barang lalu melangkahkan
kakinya jalan ke depan.
Berjalan sampai di kamar paling belakang, dia sudah sampai ke
ujung gua, jika maju lagi ke depan kelihatannya tidak ada jalan
keluar, Sin-hiong mengikuti sinar bulan melihat keatas, terlihat
diatas ada saru lubang kecil, sinar bulan yang tipis itu tembus dari
lubang itu. Dia masih menduga-duga, gua ini tidak luas, selain rumah batu
itu, tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, jika di dalam gua ada
orang, orang itu pasti bersembunyi di salah satu dari tiga kamar itu.
Berpikir sampai disini, Sin-hiong berjalan balik ke asalnya, dia
sengaja melangkah dengan keras, sampai di pintu kamar, berpikir
juga tidak, langsung masuk ke dalam!
Masuk ke kamar pertama, kedua, di dalam tidak ada orang, saat
dia masuk ke kamar ketiga, "Buum!" di belakangnya jatuh sebuah
batu besar, tepat menutupi pintu kamar!
Sin-hiong terkejut, dia menyapu ke belakang, tapi batunya
sekeras baja, terdengar "Paak!" di atas pintu batu berjatuhan debu
batu, tubuh dia malah terpental ke belakang selangkah oleh tenaga
balik! Dia menghela nafas dingin, di dalam hatinya berpikir:
"Aku tidak mendengar nasihat Hui-lan, akhir-nya terjebak oleh
siasat licik orang!
Ketika berpikir, mendadak dari luar terdengar tawa dingin dan
berkata: "Saudara Sen, kenapa kau lari ke dalam?"
Mendengar suaranya, ternyata adalah Ho Koan-beng, sekarang
dia sudah mengerti semuanya, suara jeritan mengerikan, suara
rintihan itu, kelihatan-nya itu sengaja dilakukan, supaya dapat
memancing dirinya masuk kesini, tidak disangka sesudah memperlakukan
dia begitu baiknya, Ho Koan-beng masih menggunakan
siasat menghadapi dirinya, hati orang sungguh sulit ditebak"
Berpikir sampai disini, dia menghela nafas, berkata:
"Saudara Ho, aku sungguh kagum padamu telah menghabiskan
seluruh kepintarannya, saat ini kau menahan aku di dalam sini,
apakah hanya karena masalah Cui-giok?"
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Ini hanya salah satu sebab!"
Sin-hiong merasa tidak mengerti dan berkata:
"Kalau begitu mohon beritahukan sebab kedua?"
Ho Koan-beng terhenti sejenak lalu berkata:
"Beberapa hari lalu, aku telah terkena pukulan Im-hong-ciang
(Telapak tangan dingin) nya Goan Thian-hoa, coba katakan, saudara
Sen menggunakan apa menyembuhkan aku?"
Tidak menunggu Ho Koan-beng menyelaskan selanjutnya, Sinhiong
sudah dapat menerka apa sebab keduanya, di dalam hati
berpikir, dulu Ho Koan-beng orangnya cukup baik, kenapa dalam
waktu singkat bisa berubah jadi begini"'
Walaupun Sin-hiong membenci dia, tapi di dalam hatinya, sangat
menyayangkan dia berlaku ke jalan yang salah.
Ho Koan-beng menjaga di luar, melihat Sin-hiong tidak bicara,
dengan dingin berkata:
"Saudara Sen kalau mau berpikir dulu juga bagus, aku harus
membereskan dulu wanita hina itu baru kesini lagi!"
Setelah berkata begitu dia berjalan keluar!
Sin-hiong jadi sangat gelisah, sekuatnya dia memukul pintu batu
itu, tapi sampai lengannya sakit, tetap saja tidak berguna, maka dia
berjalan menge-lilingi kamar itu dua putaran, terpikir dia sendiri di
dalam tidak masalah, tapi Kui-lan bukanlah lawannya Ho Koanbeng"
Berpikir sampai disini, hatinya cuma bisa semakin gelisah.
Hari sudah terang Ho Koan-beng masih belum kembali, di dalam
hatinya berpikir orang ini banyak siasat licik, Hui-lan seorang diri
diluar, mungkin sekarang sudah dibunuhnya"
Dia berpikir kesana-kemari tanpa ada hasil, di dalam hati sudah
ada satu keputusan, yaitu tidak peduli menggunakan cara apa pun,
dia tidak boleh menyerahkan Ho-siu-oh itu pada dia"
Tengah hari juga sudah lewat, malam sudah tiba, tetap saja
belum mendengar ada derap kaki Ho Koan-beng, merasa gelisah
saja juga tidak ada gunanya, Sin-hiong sekalian saja duduk bersila,
berusaha memikirkan cara meloloskan diri.
Tapi begitu dia bersila langsung terasa perutnya kosong, dia
sadar sudah seharian dia tidak makan, hatinya berpikir, dalam gua
ini sulit mendapat makanan, tampaknya dia akan mati kelaparan!
Setelah berpikir lagi sesaat, dia merasa perutnya semakin melilit,
walau memaksa menahan-nya, tapi perut lapar tidak bisa
dibandingkan dengan hal lain, semakin dipikir semakin lapar saja,
dalam keadaan perut lapar dia berjalan berputar-putar di dalam
kamar. Dalam keadaan sulit menahannya, tiba-tiba Sin-hiong terpikir Hosiuoh, tapi saat keinginannya tergerak, kembali menggelenggelengkan
kepala: "Tidak boleh, tidak boleh, bagaimana bisa aku menggunakan
pusaka yang sulit didapat ini untuk mengisi perut?"
Tapi, semakin mau menahannya, rasa laparnya semakin lihay,
dengan susah payah dia menahan sampai hari kedua, akhirnya dia
sudah tidak bisa menahannya lagi, dengan sendirinya dia
mengeluar-kan kotak kecil warna emas itu, saat dia melihatnya,
kembali memaksakan diri memasukan kembali ke dalam baju.
Hari kedua sudah lewat, Sin-hiong merasa kepala berputar-putar,
mata berkunang-kunang, di dalam hatinya berpikir jika begini terus,
menunggu sampai dirinya lemas tidak bertenaga, Ho Koan-beng
bisa diam-diam datang dan dirinya tidak ada tenaga melawannya,
bukankah Ho Koan-beng bisa dengan mudah merebut Ho-siu-oh ini"
Berpikir sampai disini, hatinya jadi tergetar keras, kembali dia
mengeluarkan kota kecil itu, menatap lama sekali, tapi dia masih
tidak berani menggunakannya!
Hari ketiga bukung, bukan saja laparnya amat menyiksa, dia juga
merasa sangat haus, di dalam hatinya berpikir:
"Aku dikurung di dalam gua ini, tidak apa mati kelaparan, tapi
perintah guru masih belum selesai, walaupun mati juga tidak bisa
mempertanggung jawabkan pada guru di akhirat!
Akhirnya dia tidak ragu-ragu lagi, dia meng-ambil sebagian Hosiuoh, dengan nekad memasukan ke dalam mulutnya!
Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun sungguh hebat khasiatnya,
baru saja masuk ke dalam perut, Sin-hiong langsung merasakan ada
arus hangat menyebar ke seluruh tubuhnya, rasa hausnya langsung
meng-hilang, buru-buru dia bersemedi untuk melancarkan
peredarannya, saat ini dia merasa hawa murninya bergolak, tenaga
dalamnya terasa bergolak, semangat-nya sangat tinggi, jauh lebih
tinggi dari pada hari-hari biasanya!
Dia segera mencoba kekuatannya, dengan hebat menghantam
menggunakan telapak tangannya, terdengar suara keras "Buum!"
batu besar yang berat-nya ada ribuan kati itu, telah bergeser
sedikit! Melihat itu, Sin-hiong tidak terasa menjadi sangat senang, di
dalam hati berkata:
"Asal aku memukul tiga kali lagi, bukankah aku sudah bisa
keluar?" Ketika otaknya berputar, telapak tangannya sudah diangkat, tapi
pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di mulut gua.
Sin-hiong segera menurunkan lengannya, terdengar Ho Koanbeng
dengan sombong berkata:
"Kau tidak akan bisa lari kemana pun, bagai-mana pun aku harus
menangkapmu?"
Sin-hiong tergerak, di dalam hatinya berpikir ternyata benar Ho
Koan-beng pergi mencari Hui-lan, tapi entah kenapa bisa sampai
menghabiskan waktu tiga hari lamanya"
Terdengar Hui-lan memakinya:
"Kau bangsat berhati busuk, kulihat akhirnya kau akan mati tidak
wajar!" Ho Koan-beng berkata dingin:
"Aku tidak peduli mati wajar atau tidak, asalkan kau bisa
membujuk dia memberikan Ho-siu-oh itu, maka aku akan
melepaskanmu!"
Mendengar ini, kemarahan Sin-hiong naik sampai rambut pun
berdiri, dia tidak menduga Ho Koan-beng bisa melakukan perbuatan
yang begini, tadinya dia mau mengambil kesempatan sebelum
mereka sampai di depan pintu, dia membuka pintu dengan
mendobraknya, tapi setelah dipikir-pikir, orang ini sungguh tidak
bisa dibiarkan hidup, jika tidak, entah berapa banyak orang lagi
yang dicelakai dia"
Tapi pikirannya sudah terlambat satu langkah, saat ini Ho Koanbeng
sudah masuk kedalam gua.
"Disini?" tanya Hui-lan
Ho Koan-beng menganggukan kepala, Hui-lan berteriak:
"Hiong-ko, kau tidak apa apa?"
Dalam waktu yang sempit ini, otak Sin-hiong mendadak berputar,
di dalam hati berpikir:
'Kenapa aku tidak tipu saja mereka!
Berpikir sampai sini, maka dia pura-pura tidak mendengarnya,
hati Hui-lan tergetar, 'dengan gelisah bertanya:
"Bukankah kau sudah mengurung dia tiga hari" Aduh, mungkin
sudah tidak bisa bergerak karena kelaparan!"
Setelah berkata, dia berontak ingin berlari ke depan, tapi Ho
Koan-beng mencengkram pergelangan tangan dia, begitu Hui-lan
bergerak, mendadak merasa pergelangan tangan mati rasa, Ho
Koan-beng berkata dingin:
"Sabar, kau begini pun tidak bisa masuk!"
Walaupun berkata demikian, tapi otak dia berputar, sambil
memegang tangan Hui-lan dia maju mendekat, begitu melihat Sinhiong
roboh duduk di tanah tidak bergerak, dengan pelan
memanggil: "Saudara Sen, temanmu sudah datang!"
Sin-hiong tetap diam tidak mempedulikan, Ho Koan-beng tertawa
dingin berkata lagi:
"Di antara kalian, siapa pun yang tersiksa sama saja!"
Setelah berkata, lima jarinya mencengkram lebih erat lagi, Huilan
hanya merasa pergelangan tangannya seperti dijepit oleh besi
panas "Aduh!" dia berteriak keras, Ho Koan-beng berkata lagi:
"Bagaimana, jika kedua belah pihak tersiksa, sangat tidak
menguntungkan sekali!"
Tadinya Sin-hiong masih ingin terus berpura pura, tapi melihat
Hui-lan kesakitan, hatinya jadi tidak tega, akhirnya berkata:
"Saudara Ho, kau ada masalah apa hadapilah aku, buat apa
melampiaskan pada seorang wanita yang lemah dan tidak berdosa?"
Ho Koan-beng tertawa keras dan berkata:
"Jika kau menyerahkan Ho-siu-oh itu padaku, aku jamin kalian
berdua tidak apa-apa?"
Sin-hiong berjalan ke sisi pintu batu:


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mendapatkan Ho-siu-oh ini dengan tidak sengaja, jika
saudara Ho menginginkannya, silahkan buka dulu pintunya!"
Ho Koan-beng sangat senang dan berkata:
"Janji laki-laki sejati!"
Hui-lan mendadak menyela:
"Hiong-ko, jangan dengarkan dia!"
Sin-hiong dengan emosi berkata:
"Jika saudara Ho sampai tidak percaya pada-ku, bisnis kita ini
batalkan saja!"
Ho Koan-beng berpikir-pikir sebentar, sambil tertawa berkata:
"Tidak, tidak, sekarang kubuka pintunya!"
Setelah berkata, jarinya menekan di atas tembok batu, terdengar
suara "Buum!", pintu batu itu sudah berguling ke samping!
Sin-hiong meloncat keluar, melihat tangan Ho Koan-beng
mencengkram jalan darah Hui-lan, satu tangan lagi memegang
pedang, wajahnya tampak tersenyum licik, dia berkata:
"Bagaimana, sudah saatnya menepati janji bukan!"
Mata Sin-hiong melotot dan menyorot sinar yang tajam, dengan
kesalnya berkata:
"Ho Koan-beng, aku memperlakukanmu dengan baik!"
Ho Koan-beng melihat wajah dia penuh dengan hawa
membunuh, tidak tahan mundur ke belakang dan berteriak:
"Saudara Sen, kau harus pandai melihat keadaan, jika kau maju
satu langkah lagi, aku terpaksa membunuh dia!"
Sin-hiong tidak pedulikan, mendadak dia maju selangkah! Ho
Koan-beng melihat dia malah tidak takut ancaman, hatinya jadi
tergetar dan berteriak:
-oo0dw0ooo- BAB 8 Thian-ho-tiauw-sou
Sin-hiong sangat marah, tapi setelah dia mempertimbangkan
keadaan di depan mata ini, terpaksa dia menghentikan langkahnya.
Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:
"Itu baru betul, saudara Sen, silahkan berikan barang itu, biar
semua orang bisa pergi!
"Hiong-ko, jangan, jangan!" jerit Hui-lan.
"He he he, kau benar-benar tidak menuruti aku, kalau begitu
jangan salahkan aku tidak punya perasaan!"
Setelah berkata, dia sudah mengangkat pedangnya,
kelihatannya, jika Sin-hiong berani maju lagi satu langkah, mungkin
dia benar-benar akan membunuh Hui-lan"
Ho Koan-beng menambah tenaga pada lima jarinya, sampai Huilan
berteriak kesakitan, Ho Koan-beng dengan dingin berkata:
"Saudara Sen adalah laki-laki sejati, tidak bisa dibandingkan
dengan pandangan kalian para wanita?"
Sin-hiong melihat pada Hui-lan, dia melihat wajah cantiknya
sebentar merah sebentar putih, pikiran dia jadi goyah, sekarang
kenyataan yang di depan mata jelas sekali, jika dia tidak
memberikan Ho-siu-oh, maka Ho Koan-beng akan mengancam Huilan,
mungkin Ho Koan-beng benar-benar membunuhnya"
Sin-hiong jadi merasa sangat sulit dan berkata:
"Saudara Sen, bisakah kau lepaskan dia dulu lalu
membicarakannya?"
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Tidak bisa, tidak bisa, kecuali kau berikan dulu Ho-siu-oh itu,
jika tidak, maka aku akan membunuh dia!"
Baru saja dia selesai bicara, mendadak di sudut gelap ada orang
bersuara dengan dingin berkata:
"Tidak semudah itu!"
Suaranya tajam dan melengking, tapi terdengar di telinga Ho
Koan-beng sampai berbunyi "Weng weng!" Ho Koan-beng terkejut
sekali dan berteriak:
"Siapa yang bicara?"
Wajah Sin-hiong Tampak terkejut, pada saat ini Hui-lan berteriak:
"Ayah, ayah......"
Sin-hiong dan Ho Koan-beng jadi tergetar, Ho Koan-beng lebihlebih
terkejut, dan berteriak: "He he he, ketua pulau Teratai!
Tapi sebelum dia selesai bicara, mendadak ada satu orang di
belakang tubuhnya dengan dingin sekali berkata:
"Betul, kau juga tahu sehutanku?"
Ho Koan-beng semakin terkejut!
Ketua pulau Teratai yang namanya menggemparkan dunia ini,
ketika mulai berkata sampai muncul, kelihatannya seperti roh saja,
kecepatan dan misterinya, sungguh di dunia ini tidak ada dua nya"
Tubuh Ho Koan-beng gemetar sejenak dan berkata:
"Cayhe Ho Koan-beng, sudah lama mendengar nama besar ketua
pulau, tidak diduga malam ini bisa bertemu disini!"
Sin-hiong mengawasi, terlihat ketua pulau Teratai yang
termasyur di dunia persilatan ini, memakai mantel panjang
berwarna ungu, kumis dan janggutnya melayang-layang di depan
dada, usianya hanya lima puluh tahun lebih, kedua tangannya
dimasukan ke dalam lengan baju, tampangnya sangat tenang sekali.
Selama ini Sin-hiong hanya mendengar kebesar-an nama ketua
pulau Teratai, tidak diduga setelah bertemu ternyata dia masih
belum terlalu tua" Dengan kata lain, jika bukan Hui-lan telah
memanggil-nya, walaupun di kemudian hari bertemu lagi, dia juga
tidak akan percaya orang di depan mata ini adalah ketua pulau
Teratai yang amat termasyur itu"
Wajah ketua pulau Teratai sangat dingin, dia melihat pada Ho
Koan-beng dan berkata:
"Jika kau sudah tahu nama besarku, masih berani tidak
melepaskan anak Hui?"
Ho Koan-beng diam-diam menarik nafas: "Sebenarnya aku ada
kesulitan yang tidak bisa dikatakan, asalkan ketua pulau bisa
menyuruh Sen-tayhiap menyerahkan Ho-siu-oh, aku pasti menuruti
anda!" Di dalam pikiran Ho Koan-beng, aku sekarang memegang
sandera, walaupun raja langit yang datang aku tidak takut, asal kau
maju selangkah, aku juga bisa menggunakan putrimu sebagai
sandera, mungkin kau pun tidak bisa berbuat apa-apa"
"Ayah, dia orang jahat!" teriak Hui-lan.
Wajah ketua pulau Teratai tergerak:
"Kalau begitu, kau coba saja tiga jurusku, jika kau bisa menahan
tiga juras seranganku, maka aku tidak mau lagi putri ku ini!"
Sin-hiong mendengar kata-kata ini, dia merasa, kata-katanya
terlalu percaya diri" Siapa sangka baru saja dia berpikir begitu,
mendadak satu bayangan berwarna ungu sudah menerjang kearah
Ho Koan-beng, sambil berteriak:
"Siap, inilah jurus pertama!"
Gerakannya aneh sekali, sebab gerakannya tidak menimbulkan
desiran angin sedikitpun, tapi serangannya laksana anak panah
yang terlepaskan busurnya!
Sin-hiong yang melihat serangan itu jadi tergetar, hatinya
bertanya-tanya tentang gerakannya"
Ho Koan-beng melihat lawan habis berkata langsung menyerang
dengan kecepatannya secepat kilat, dalam keadaan terkejut, dia
mendorong Hui-lan di depan tubuhnya untuk menghalangi, lalu
mengeluarkan jurus pedang dari Hiang-liong-pit-to, sambil menusuk
dia berteriak: "Karena Tocu sudah memerintah, terpaksa aku mencobanya!"
Gerakan Ho Koan-beng cukup lihay, mula-mula dia menjadikan
Hui-lan sebagai tameng, lalu menyerang dengan jurus pedang Cuihongsu-eng! (Di puncak hijau ada bayangan pohon) dari Go-bi!
Belum lagi tubuh ketua pulau Teratai turun, ujung jarinya cepat
menusuk ke bawah, terhadap jurusnya Ho Koan-beng, dia seperti
sudah hafal, dengan angkuhnya berkata:
"Jurus ini walaupun cukup bagus, sayang kurang bertenaga!"
Lima jarinya yang seperti kail dengan ganasnya mencengkram ke
bawah, Ho Koan-beng hanya merasa di depan mata ada bayangan
berkelebat, dengan cepat ketua pulau telah datang mencengkram
pedang pusakanya dan merebut Hui-lan yang ada di depan
tubuhnya. Sebenarnya jurus pedang dia sangat hebat, tapi dia masih kalah
pengalaman, ditambah bertemu dengan orang sehebat ketua pulau
Teratai, sehingga sedetik dia tidak bisa mengendalikan pikirannya,
begitu tangannya sedikit lambat, dia hanya merasa tangan kirinya
jadi enteng, tahu-tahu Hui-lan yang ada di tangannya sudah
diangkat keatas oleh ketua pulau Teratai.
Ho Koan-beng tergetar, dia langsung meloncat ke belakang!
Melihat ini, Sin-hiong tidak terasa meng-hentakan kakinya dan
berkata: "Hay, sayang sekali kalah dalam jurus ini!"
Ketua pulau Teratai membawa Hui-lan ke samping, dengan
dingin berkata pada Sin-hiong: "Kau mau mencobanya?"
Sin-hiong menarik nafas dalam-dalam, hatinya berpikir:
'Benar saja orang ini sangat sombong, hemm hemm, apa aku
takut padamu"'
Matanya menyapu, terlihat wajah Ho Koan-beng pucat sekali,
sedangkan Hui-lan malah terus-menerus memberi isyarat mata
padanya, supaya dia sabar, walaupun dalam hati Sin-hiong tidak
terima, tapi demi Hui-lan dia jadi tidak enak bertindak, maka dengan
menahan diri dia berkata:
"Kepandaian ketua pulau tidak ada duanya di dunia, aku merasa
bukan lawannya!"
Mendengar ini, Hui-lan merasa lega sekali dan berkata:
"Ayah, dia orang baik!"
Ketua pulau Teratai dengan penuh kasih sayang melihat lembut
pada Hui-lan dan berkata:
"Anak Lan, sudah cukup kau bermain, sudah waktunya kita
pulang!" Hui-lan memonyongkan mulutnya, dengan manja berkata:
"Belum, belum, aku masih ingin bermain lagi!"
Ketua pulau Teratai tertegun, mengikuti wajah Hui-lan yang lugu
berkata: "Belum, belum, ! Lalu mau bermain sampai kapan?"
Melihat ini, Sin-hiong menjadi keheranan, di dalam hatinya
berpikir, terhadap orang lain dia sangat galak, tapi terhadap
putrinya sendiri malah sangat penurut, kelihatannya seperti anak
kecil saja, tidak heran orang-orang Poan-liong-pang menyebut dia
mahluk aneh"
Hui-lan tertawa, sambil menggerak-gerakan-kan tubuhnya
berkata: "Ayah, aku bukan anak kecil lagi, harus selalu diawasimu?"
Ketua pulau Teratai mengeluh beberapa kali dengan resah
berkata: "Lho lho, jika bukan ayah khawatir kau dihina orang, aku tidak
akan datang lebih dulu dari kalian!"
Ho Koan-beng dan Sin-hiong jadi tertegun, ternyata bayangan
orang itu adalah dia, karena tadi Ho Koan-beng tidak sampai dua
jurus tawanannya sudah direbut oleh ketua pulau Teratai, maka
keberaniannya menurun, sekarang sepatah kata pun tidak bisa
keluar. Hui-lan tertawa dengan manja berkata:
"Aku pulang sendiri juga tidak boleh?"
Kepala ketua pulau Teratai mengeleng seperti klontongan saja
dan berkata: "Tidak boleh, tidak boleh, jika begitu entah kapan kau mau
pulang kerumah?"
Hui-lan paling tahu sifat ayahnya, melihat ketua pulau Teratai
bersikap demikian, maka sadar di dalam hatinya tidak mengizinkan,
dia sendiri pun sadar, dia tidak bisa terlalu lama berada di luaran,
tapi dia ingin bersama dengan Sin-hiong pergi ke pulau Giok-sik
mencari Ngo-ki-thian-cun, siapa tahu harus minta bantuan ayah!
Berpikir ini, maka dengan serius berkata:
"Ayah, bagaimana kalau paling lama setengah tahun saja?"
Ketua pulau Teratai tidak pernah membantah keinginan putri
kesayangannya, saat itu mengangguk-kan kepala dan berkata:
"Baik, baik, baik, terserah kau saja, ayah juga ingin pergi
bermain-main! Setelah berkata, tidak terlihat dia bersiap-siap, tahu-tahu sudah
melesat sejauh sepuluh tombak lebih, kecepatannya sungguh sulit
ditemukan di dunia persilatan!
Melihat ayahnya sudah pergi, Hui-lan langsung meloncat ke
samping Sin-hiong dan berkata:
Pendekar Kidal 2 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Kisah Sepasang Rajawali 2

Cari Blog Ini