Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 17
"Ooooh ...benarkah itu?" seru Lan See giok dengan kening berkerut, kemudian sambil berpaling kearah ketiga orang komandan kapalnya. diapun bertanya.
"Apa benar ada kejadian seperti ini?"
Sebelum ketiga orang itu menjawab. komandan Nyoo
yang berada di perahunya tujuh delapan kaki di seberang
sana telah berteriak dengan suara keras. ,
"Lapor pocu, kau jangan percaya dengan ocehan si
bajingan anjing budukan itu ...."
Tapi sebelum komandan Nyoo selesai berbicara, si bajing
air berbulu emas telah berseru pula sambil tertawa dingin.
"Bila kalian tidak bersedia membayar ongkos lewat,
andaikata kapal-kapal kalian sampai terbakar oleh hujan
panah berapi kami.. heeehh... heeehhh.. sampai waktunya
kau jangan salahkan bila aku tidak memberi penjelasan
lebih dulu"
Lan See-giok gusar sekali oleh ucapan lawan, dengan
kening berkerut segera bentaknya keras-keras.
"Siapkan kapal untuk bertanding!"
Bentakan tersebut diutarakan dengan suara menggeledek
sehingga orang yang berada di kejauhanpun dapat terdengar dengan jelas.
Sebuah perahu berpanggung datar yang kira-kira luasnya
empat kaki segera berlayar mendekat.
Dengan sorot mata yang berkilat tajam Lan See giok
mengawasi si bajing air berbulu emas lekat-lekat, kemudian ujarnya lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Apabila kau sanggup mengungguli seorang saja diantara komandan kapalku itu, setiap perahu kami yang melewati
mulut telaga akan membayar ongkos satu kali lipat lebih
besar ...."
Diam-diam si bajing air berbulu emas Ong Hua merasa
girang, sebelum pemuda itu menyelesaikan kata katanya, ia sudah berteriak nyaring. "Moga-moga saja pocu tidak menyesal!"
Lan See giok tertawa angkuh.
"Hmmm.. sebagai seorang pemilik benteng, aku tak
bakal menyalahi janji, cuma bila kalian sudah keok
ditangan anak buahku nanti, bila kau tidak segera
membubarkan organisasimu itu segera akan kupenggal
batok kepalamu itu!"
Sesungguhnya, walaupun si bajing air berbulu emas Ong
Hua telah mendengar kalau ke empat komandan kapal Wi
lim poo hanya memiliki ilmu silat yang biasa saja namun
sampai pada taraf yang manakah masih belum diketahui
sama sekali oleh nya.
Berubah paras mukanya setelah mendengar perkataan
Lan See giok itu, setengah menyesal dia manggut-manggut
berulang kali "Ohh, sudah barang tentu!" sahutnya.
Dalam waktu singkat perahu untuk bertanding telah tiba,
panggungnya rata dan licin seperti cermin, ketika tertimpa sinar mata hari senja segera memantulkan cahaya kemerah
merahan. Komandan Nyoo memerintahkan perahu itu berhenti
ditengah telaga, kemudian serunya.
http://kangzusi.com/
"Lapor pocu, hamba sebagai komandan pasukan
terdepan memohon ijin dari pocu untuk melayani
pertarungan ini"
Lan See giok manggut-manggut, ujarnya dengan tenang:
"Berhati-hatilah komandan Nyoo"
Baru selesai dia berkata, komandan Nyoo telah melejit
ke udara, tubuhnya yang tinggi besar seperti pagoda hitam melayang turun diatas panggung perahu itu dengan enteng
dan tidak menimbulkan sedikit suara pun. Begitu
menjejakkan kaki di lantai, dia segera mengadu sepasang
senjatanya sehingga memercikkan bunga api.
Dengan suara yang menggeledek dia segera membentak.
"Barang siapa yang merasa bosan hidup silahkan saja naik ke panggung untuk bertanding!"
Baru selesai dia membentak. lelaki berbaju hitam
bersenjata palu yang berada di perahu abu-abu itu sudah
membentak nyaring.
"Toayamu akan datang melayanimu."
Dalam bentakan keras dia melompat pula ke atas perahu
panggung tersebut, kemudian meloloskan pula sepasang
senjata palunya
"Ayo cepat sebutkan namamu" bentaknya kemudian dengan mata melotot besar."
"Selamanya palu toaya mu tak pernah membunuh
manusia tak bernama!"
"Kau tak usah mengetahui si apa namaku, kalau
memang punya kepandaian, ayo di keluarkan saja semua."
Lelaki kekar yang bernama Lok Jui itu menjadi amat
gusar, ia berteriak penuh kegeraman:
http://kangzusi.com/
"Bajingan tengik, tak usah banyak bicara lagi, serahkan nyawa anjingmu."
Sambil berteriak dia menerjang ke muka, senjata
ditangan kirinya memainkan jurus "bukit thai-san menindih kepala." sedang senjata ditangan kanannya dengan jurus
"menyapu rata lima bukit" langsung menerjang ke depan dengan tenaga serangan yang sangat hebat.
Komandan Nyoo tertawa tergelak.
"Haaahhh...haaaahhh....haaahhh....tampaknya
kau memang manusia gelandangan yang hanya main ngawur.
coba lihat, jurus serangan macam beginipun berani kau
perlihatkan dihadapanku...?"
Sembari berkata dia maju dua langkah ke depan, palu
ditangan kirinya memainkan jurus. "menyingkap awan
melihat rembulan", sedang palu ditangan kanannya
memainkan jurus "menyapu rata seribu prajurit" serangan itu bersama sama ditujukan kearah senjata musuh.
"Duuuk. duuuk., .!" ..
Dua kali benturan keras berkumandang di susul percikan
bunga api memancar kemana mana. diiringi dengusan
tertahan. Lok Jui bergetar mundur sejauh tiga langkah
lebih. Pada dasarnya komandan Nyoo memang tersohor
karena tenaga alamnya yang hebat sekarang ditambah pula
dengan khasiat Leng sik giok ji. boleh dibilang tenaga
dalamnya telah maju satu kali lipat.
Begitu hawa murninya digunakan. ia segera merasakan
tenaga serangannya menggulung keluar sangat hebat.
http://kangzusi.com/
Menyaksikan Lok Jui kena didesak mundur semangatnya segera bangkit kembali, dengan menambah
kekuatan serangannya ia membentak nyaring.
"Roboh kau . . . . "
Ditengah bentakan, tubuhnya mendesak maju ke muka,
lalu palu kanannya dengan sepenuh tenaga dihantamkan ke
dada lawan. Lok Jui tak mau memperlihatkan kelemahannya dihadapan lawan, iapun membentak keras
sambil menyongsong datangnya serangan lawan dengan
senjatanya "Blaammmm...!"
Suatu benturan keras bergema memecah keheningan.
ditengah percikan bunga api yang memancar kemana mana.
Lok Jui menjerit kesakitan, pergelangan tangannya pecah
dan senjatanya mencelat ke udara sementara tubuhnya
bagaikan layang-layang putus benang meluncur ke belakang dan jatuh ke dalam air.
Peristiwa ini kontan saja membuat paras muka si bajing
air berbulu emas berubah hebat, saking kagetnya dia sampai membuka mulutnya lebar-lebar dengan mata terbelalak.
Ketiga orang komandan lainnya yang berdiri di sisi Lan
See giok ikut dibikin tertegun, kemampuan komandan
Nyoo, yang begitu dahsyat benar-benar membuat hati
mereka bertiga merasa sangat terkejut.
Bahkan komandan Nyoo sendiripun ikut dibikin
tertegun, ia sendiripun tidak dapat percaya kalau tenaga dalam yang dimilikinya telah mencapai begitu sempurna.
Tapi dengan cepat ia berhasil menguasai diri, sambil
membentur-bentur kembali sepasang senjatanya. kembali
dia membentak keras
http://kangzusi.com/
"Masih ada siapa lagi yang tak takut mampus, ayo
silahkan maju ke depan!"
Walaupun si bajing air berbulu emas Ong Hua berniat
mengundurkan diri dari situ, namun mendengar tempik
sorak yang gegap gempita dari sekeliling tempat itu, panas juga hatinya dibuat. dari malu dia menjadi naik darah.
dengan tekad mengadu jiwa segera teriaknya:
"Huuuh, kalau cuma berapa bagian tenaga kerbau sih tak ada gunanya. kan jangan sombong dulu. coba lihat. aku
akan segera memberi pelajaran kepadamu!"
Sembari berseru dia melejit ke udara dan langsung
meluncur ke atas perahu panggung.
Ketika komandan Ciang menyaksikan Ong Hua tidak
membawa senjata, dia kuatir komandan Nyoo tanpa
sepasang senjata palunya bukan tandingan lawan. maka
kepada Lan See giok segera bisiknya,
"Lapor pocu-"
Belum habis ucapnya Siau thi gou yang sudah merasa
gatal sedari tadi, kini tak sanggup menahan diri lagi. segera teriaknya keras-keras.
"Komandan Nyoo harap kau mundur. biar aku yang
menghadapi si bajing air ini"
Dalam bentakan keras tubuhnya sudah melayang ke
perahu panggung, maka ketika ucapnya selesai diutarakan, tubuhnya sudah berdiri diatas panggung tersebut.
Sebenarnya komandan Nyoo sedang merasa serba susah
waktu itu, karena si bajing air berbulu emas Ong Hoa tidak membawa senjata, dengan sendirinya dia pun tak bisa
menghadapi lawan dengan mempergunakan senjata. namun
http://kangzusi.com/
bila dia harus menghadapi dengan tangan kosong belaka. ia pun tak yakin bisa menang.
Sementara hatinya sedang risau dan gelisah, Siau thi gou telah tampilkan diri menggantikan dirinya, hal ini membuat hatinya amat gembira, serta merta dia mengiakan dan
melompat kembali ke perahu sendiri.
Bajing air berbulu emas menjadi sangat geram ketika
melihat Siau thi gou menampakkan diri menggantikan
komandan Nyoo, dengan sorot mata buas ditatapnya bocah
itu lekat-lekat, kemudian tegurnya penuh amarah.
"Bocah keparat. siapa kau?" .
Siau thi gou melototkan matanya bulat-bulat. kemudian
jawabnya konyol.
"Aku adalah orang Wi-lim-poo."
Jawaban yang sangat konyol ini kontan saja membuat
Lan See giok sekalian tak mampu menahan rasa gelinya
lagi. mereka segera tertawa terbahak-bahak.
Si bajing air berbulu emas maju lebih ke depan,
kemudian bentaknya lagi.
"Aku tanya siapakah namamu" Apa pula kedudukanmu?"
"Ooooh. kau ingin mengetahui jabatanku?" seru Siau thi gou berlagak dewasa. segera ditunjuknya komandan Nyoo
di perahunya, lalu melanjutkan, "mereka orangnya besar tapi merupakan komandan kecil, sedang aku mesti
orangnya kecil, justru merupakan komandan besar,
mengerti kau?"
Bajing air berbulu emas tak dapat menahan hawa
amarahnya lagi, dengan sorot mata memancarkan sinar
buas dia menyumpah.
http://kangzusi.com/
"Bajingan hitam, kau memang manusia keparat, rasakan sebuah pukulanku ini"
Dalam bentakan mana, tubuhnya menerjang ke muka,
telapak tangannya diangkat dan langsung diayunkan ke
bawah membacok tubuh Siau thi gou.
Dengan melototkan matanya yang besar Siau thi gou
mendengus dingin. dia menunggu sampai bacokan tersebut
hampir mengenai tubuhnya kemudian baru bergeser ke
samping dan menyongsong datangnya ancaman mana
dengan ayunan tangan kanan. bajing air berbulu emas
adalah seorang jago kawakan yang sudah cukup
berpengalaman dalam menghadapi pertarungan. dari cara
Siau thi gou berdiri serta menyambut serangannya secara
gegabah, dia lantas menduga bahwa bocah ini lebih banyak mengandalkan tenaga kasarnya daripada otak.
Maka sambil mendengus dingin dan menyumpahi
didalam hati, bacokan tangan kanannya segera diubah
menjadi cengkeraman dan
kali ini mencengkeram
tenggorokan Siau thi gou.
Mendadak Siau thi gou tertawa tergelak, "Haaaahhh...
haaahhh...haaahhh...Ong Hua, kau tertipu!"
Dalam pembicaraan tersebut, tubuhnya berkelebat
secepat kilat, dengan Jurus "naga menggulung dibalik awan"
mendadak tangannya yang dipakai untuk membendung serangan
lawan dirubah dan segera mencengkeram pergelangan tangan kanan lawan.
Ong Hua sangat terkejut. dalam bentakan itu sebuah
tendangan kilat langsung di lancarkan ke perut Siau thi gou.
Thi-gou mendengus dingin, sebelum tendangan kaki
kanan Ong Hua mencapai sasarannya. dia sudah
mengerahkan tenaga nya sambil menggetar..
http://kangzusi.com/
Tak ampun lagi tubuh Ong Hua segera terbetot naik ke
tengah udara. Bentaknya kemudian.
"Enyah kau dari sini !"
Dalam bentakan mana tangan kanannya segera melepas
.... Diiringi jeritan kaget, tubuh Ong Hua segera meluncur
ke depan dan langsung menumbuk ke atas kapal abu
abunya.... Suasana diatas perahu abu-abu itu menjadi panik dan
kalut, sebaliknya Siau-cian dan Cay-soat tak bisa menahan diri lagi hingga tertawa cekikikan.
Berhubung tenaga lemparan Siau- thi-gou sangat kuat,
ditambah pula tenaga Ong Hua sendiri yang sangat besar,
biarpun ada empat orang lelaki kekar yang coba
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyambut tubuhnya, tak urung kena tertumbuk juga
sehingga semuanya roboh terguling ke atas geladak.
Dalam kekalutan yang menyelimuti perahu tersebut, dua
orang pemimpin beserta puluhan orang lelaki lainnya
serentak memasang gendewa serta meloloskan senjata
masing-masing, Lan See giok yang menjumpai keadaan ini kontan saja
memperingatkan.
"Kalian semua sudah lama bercokol di mulut telaga dan memeras rakyat kecil, berbicara dari dosa kalian. Sudah
sepantasnya bila kamu semua dijatuhi hukuman mati,
namun mengingat kalian belum sampai melakukan
kejahatan besar. maka kali ini kuberi kesempatan kepada
kalian untuk menempuh jalan hidup baru, segera bubarkan
perkumpulan dan kembali ke jalan yang benar, kalau tidak niscaya jiwa kalian akan kurebut!"
http://kangzusi.com/
Habis berkata dia lantai menyentilkan jari tangannya ke
arah depan ....
Segulung desingan angin tajam diiringi suara sambaran
angin yang luar biasa langsung menyapa panji biru di ujung tiang layar perahu abu-abu tersebut.
"Kraakkk.."
Panji biru bersulamkan bajing air berwarna emas itu
segera patah den rontok ke bawah.
Semua orang yang berada dalam perahu abu-abu itu
menjadi ketakutan setengah mati. dengan wajah memucat
dan mata melotot mulut melongo. mereka berdiri tertegun
untuk sesaat. Bajing air berbulu emas Ong Hua yang tergeletak diatas
geladak kapalnya sudah ketakutan setengah mati, sedari
tadi ia merasa sukmanya serasa melayang meninggalkan
raganya. sementara keringat bercucuran dengan amat
derasnya. Sebaliknya para anggota Wi Li Poo yang berada di
ratusan buah kapal perang, di sekeliling sana turut dibikin tertegun karena kagetnya, sekalipun mereka tahu kalau,
pocu baru mereka yang masih muda ini memiliki ilmu silat yang hebat. namun tak ada yang menyangka kalau
kelihaiannya telah mencapai tingkatan yang begini luar
biasa. Kepada komandan Nyoo yang masih berdiri tertegun
pula. tiba-tiba Lan See giok berteriak keras:
"Segera kembali kebarisan dan lanjutkan pelayaran!"
Komandan Nyoo mengiakan sambil memberi hormat,
kemudian turun dari kapal panggung.
http://kangzusi.com/
Kepada ketiga orang komandan lainnya. Lan See giok
berkata pula sambil manggut-manggut.
"Kalian bertiga pun boleh kembali ke kapal, untuk
beristirahat. kita teruskan perjalanan menurut jadwal yang telah ditentukan."
Selesai berkata bersama Siau Cian, Cay soat dan Siau thi gou, mereka masuk kembali ke ruang kapal keraton.
Ketika si naga sakti pembalik sungai melihat Lan See
giok sekalian berjalan masuk ke dalam, dia lantas tertawa terbahak bahak:
"hahhhh .... haaahhh... haahh... agaknya si bajing air berbulu emas hendak menggunakan kesempatan ini untuk
membuat peraturan baru dan memaksa setiap perahu dari
Wi lim Poo yang masuk keluar lewat selat telaga harus
membayar ongkos, tak tahunya sarang merekapun ikut
terbongkar.."
"Engkoh tua." ujar Si Cay soat sambil menggandeng Siau cian.. mengambil tempat duduk "menurut pendapatmu,
mungkinkah Ong Hua serta komplotannya masih tetap
bercokol disini?"
Tanpa sangsi si naga sakti pembalik sungai menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Tentu saja dia tak akan berani bercokol lebih jauh disini, cuma pepatah kuno bilang, bukit mudah dirubah, watak
susah diganti. Setelah menderita kekalahan total disini, sudah pasti mereka akan memindahkan markas operasinya
ke tempat lain!"
"Bila demikian halnya, bukankah sepanjang jalan nanti kita masih akan menemui, pelbagai hambatan dari
komplotan-komplotan yang lain.." tanya Siau cian kuatir.
http://kangzusi.com/
"Aku pikir tak akan ada hambatan lagi!" pelan-pelan si naga sakti pembalik sungai menggelengkan kepalanya.
Selesai berkata, dia lantas menengok sekejap kearah Hu
yong siancu yang cuma tersenyum dengan mulut
membungkam itu.
Dengan senyum dikulum Hu yong siancu segera
berkata:- "Selewatnya mulut telaga kita akan sampai di sungai Tiang kang, memang perkumpulan dan komplotan yang
bercokol di sepanjang sungai tersebut amat banyak, tapi
peristiwa yang berlangsung hari inipun dengan cepat akan tersiar sampai di mana-mana, aku pikir semestinya memang tiada orang yang berani menghadang perjalanan kita lagi..."
Sementara pembicaraan berlangsung, mata hari sudah
tenggelam di ujung langit, beberapa lentera mulai
menerangi ruang perahu, para dayang dan kacung pun
mulai menghidangkan makan malam.
Ketika rombongan kapal memasuki sungai Tiang kang,
waktu menunjukkan kentongan pertama.
Waktu itu angin berhembus sangat kencang, ombak
menggulung gulung setinggi anak bukit, langit yang gelap dan kapal yang oleng membuat kapal-kapal tersebut
terpisah sampai sejauh dua tiga puluh kaki lebih.
Biarpun demikian, kapal-kapal perang itu masih tetap
bergerak maju, meski antar ujung dan akhir dari rombongan terpisah sampai berapa li jauhnya.
Malam itu suasana aman tanpa kejadian apa-apa,
menjelang kentongan kelima datang nya sang fajar, ombak
mulai mereda dan anginpun berhenti berhembus, dengan
tiga layar penuh, semua kapal berlayar dengan kecepatan
tinggi. http://kangzusi.com/
Dalam cuaca yang cerah bermandikan cahaya keemas
emasan, Lan See giok, Siau cian, Cay soat dan Thi gou
berdiri di ujung, geladak kapal, sambil menikmati
keindahan alam di pagi itu.
Tiba-tiba.... Dengan sorot mata berkilat Lan See giok menuding ke
arah timur sungai sambil seru nya gelisah:
"Coba kalian lihat, mungkin di depan sana lagi-lagi terjadi suatu peristiwa."
Dengan perasaan tidak percaya Siau cian, Cay soat dan
Siau thi gou berpaling, ke arah yang ditunjuk pemuda
tersebut:.. Betul juga, pada permukaan sungai di sebelah timur,
tiba-tiba muncul puluhan buah titik hitam, tampaknya
pasukan depan kapal-kapal perang Wi lim poo telah mulai
berkumpul dan siap menghadapi peperangan.
Memandang hal ini, Siau cian segera berkata:
"Agaknya, kekuatan yang datang kali ini masih jauh
lebih kuat dari pada kekuatan yang dipimpin, si Bajing air berbulu emas kemarin..."
"Akan kusampaikan kabar ini kepada bibi dan Thio
loko," kata Thi gou tiba-tiba dengan langkah cepat ia segera lari masuk ke ruang kapal.
Memandang kapal yang mulai berkumpul semua itu,
Lan See giok berkerut kening, dan gumamnya seorang diri:
"Tampaknya kekuatan yang muncul di depan sana tak
kalah dari kekuatan Wi lim poo, tapi dari perkumpulan
manakah itu?"
Siau cian dan Cay soat juga tidak tahu, karenanya
mereka menggeleng dengan kebingungan.
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah dari pasukan depan sana secara lamatlamat kedengaran suara terompet yang dibunyikan nyaring.
Menyusul kemudian dari kapal-kapal perang yang berada
di sayap kiri dan kanan bergema pula suara terompet
balasan, kemudian semua kapal bergerak bersama menuju
ke depan dan bergabung dengan pasukan pelopor.
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat dari
kapal sebelah kiri, komandan Ciang dari pasukan naga sakti telah melompat turun ke sebuah sampan kecil dan buru-buru menuju ke kapal Lan See giok dengan wajah tergesagesa. Sementara itu, Hu yong siancu dan Naga sakti pembalik
sungai telah muncul pula dari ruang perahu bersama Siau
thi gou. Begitu bersua dengan Lan See giok sekalian, komandan
Ciang segera berseru.
"Lapor pocu, pasukan pelopor telah mengirim tanda
bahaya kalau musuh tangguh telah berada di depan mata."
"Ehmmmm" Lan See giok berkerut kening, "tahukah komandan
Ciang, pasukan musuh berasal dari perkumpulan mana?"
"Hal ini harus diperiksa dulu dari panji yang berkibar di ujung layar perahu lawan."
Dalam pembicaraan mana, Hu yong siancu bertiga telah
menghampiri mereka.
Naga sakti pembalik sungai memandang se kejap ke arah
timur, kemudian manggut-manggut.
"Ehmm, ucapan komandan Ciang memang benar,
agaknya kekuatan pasukan lawan tidak kalah dengan
kekuatan Wi lim poo kita!"
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu cukup mengerti, apabila pasukan kapal
dalam jumlah besar terlibat di dalam suatu pertarungan,
maka dari kedua belah pihak tentu akan berjatuhan korban, apalagi menyaksikan pasukan sayap kiri dan kanan telah
menyongsong kedatangan musuh dengan cepat, suasana
benar-benar amat tegang.
Ia tahu kedua pasukan sayap kiri dan kanan sedang
membantu pasukan pelopor melakukan penghadangan, ini
dilakukan untuk mencegah pasukan musuh menyerbu ke
lambung pasukan induk mereka sehingga mengacaukan
barisan. Oleh sebab itu kepada komandan Ciang segera serunya:
"Cepat lepaskan tanda untuk menghentikan pelayaran, secepatnya kita sambut mereka!"
Komandan Ciang mengiakan dan buru-buru menuju ke
buritan kapal .....
Dari sikap Hu yong siancu yang begitu serius, Lan See
giok sadar kalau masalahnya amat gawat, sebagai seorang
pemuda yang sama sekali tidak berpengalaman di dalam
pertarungan di atas air, ia memutuskan untuk menerima
petunjuk dari bibinya saja.
Suara bentakan-bentakan bergema dari dasar kapal, lalu
terdengar kapal dikayuh lebih kencang, perahu itupun
melesat ke depan lebih cepat lagi.
Siau thi gou ikut lari ke buritan kapal, dari situ dia
saksikan ada dua puluhan dayung panjang, yang sedang
mengayuh kapal menuruti irama yang teratur, buih-buih air memancar kemana mana.
Ketika suara terompet panjang dan pendek dibunyikan
bergantian, pasukan sayap kiri dan kanan yang sedang
http://kangzusi.com/
bergerak ke depan itu segera mengendorkan dayungan dan
sama-sama menyingkir ke samping.
Pada saat inilah sebuah sampan kecil meluncur datang
menentang ombak dengan kecepatan tinggi .....
Dalam waktu singkat sampan tersebut sudah mendekati
kapal besar .....
Lan See giok melihat diatas sampan itu duduk empat
orang memegang dayung dengan seseorang berdiri di atas
geladak, sampan meluncur tiba dengan kecepatan luar
biasa. Ketika sampan dan kapal besar saling berpapasan orang
itu dengan sigap, melompat naik ke atas geladak dan lari menuju ke depan Lan See giok. Dalam sekilas pandangan
saja Lan See giok dapat mengenali bahwa orang itu, adalah si lelaki setengah umur yang memberi laporan kemarin.
Begitu tiba dihadapan Lan See giok, lelaki setengah
umur itu segera memberi hormat sambil memberi laporan:
"Lapor pocu, pasukan kapal perang dari telaga Pek toh oh telah menghadang perjalanan kita, bahkan nampaknya ada
maksud menantang untuk berperang, harap pocu memberi
keputusan!"
Begitu mendengar nama "pek-toh oh" Lan See giok segera teringat pula dengan Si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi sebagai biang keladi atas musibah yang menimpa
ayahnya, dengan penuh amarah ia segera membentak:
"Turunkan perintah, untuk
siapkan pertarungan, tenggelamkan semua kapal musuh!"
Lelaki itu mengiakan dan membalikkan badan siap
berlalu dari situ...
"Berhenti!" tiba-tiba Hu yong siancu membentak keras.
http://kangzusi.com/
Lelaki setengah umur itu tak berani membangkang
perintah, ia segera menghentikan langkahnya. Sementara
itu Hu yong siancu telah berpaling kearah Lan See giok
sambil berkata dengan suara dalam:
"Sekarang pasukan kapal perang dari telaga kelinci putih telah menghentikan gerakan mereka, sudah sepantasnya
kalau kita-pun berusaha untuk menghindari benturan secara kekerasan dengan pihak mereka sehingga terhindar dari
kerugian di kedua belah pihak dan menyebabkan rencana
perjalanan kita ke pulau Wan san terpengaruh"
Paras muka Lan See giok hijau membesi, bibirnya pucat
dan hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya. sambil mengulapkan tangannya untuk memerintahkan laki setengah umur itu pergi, Hu yong
siancu berkata lebih jauh:
"si makhluk bertanduk tunggal pribadi telah tewas, dia sudah menerima ganjaran sebagai akibat dari perbuatannya, apa
yang telah dilakukan olehnya pribadi telah dipertanggung jawabkan oleh dirinya sendiri, hal tersebut sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan orang lain,
mengapa kau malah melampiaskan amarahmu kepada
orang lain...."
Paras muka Lan See giok masih belum juga pulih
kembali, namun ia mendengarkan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan tubuh mematung. Sementara itu layar pada kapal keraton telah diturunkan, karena jaraknya dengan kapal pemimpin pihak Pek toh oh
tinggal seratus kaki saja.
Dari kejauhan mereka dapat melihat bahwa semua
anggota pasukan dipihak kapal perang telaga kelinci putih sama-sama mengenakan pakaian berkabung, sedang pada
tiang ujung kapal pemimpin mereka berkibar sebuah panji
http://kangzusi.com/
besar berwarna kuning yang di tengahnya bersulamkan
sebuah kelinci kemala.
Lan See giok sekalian yang menyaksikan kejadian
tersebut merasa tidak habis mengerti, sampai mereka
saksikan pakaian berkabung yang dikenakan setiap orang
yang berada di kapal perang lawan, mereka baru mengerti
apa gerangan yang terjadi, rupanya semua anggota Pek toh oh sedang berkabung untuk kematian pemimpin mereka si
Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi.
"Tapi, bukankah si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi sudah mati banyak tahun, mengapa orang-orang itu masih
juga memakai pakaian berkabung" Mungkinkah belakangan
ini mereka baru mendapat tahu tentang kematian si
makhluk bertanduk tunggal itu?"
Sementara itu kapal sudah berlayar semakin lambat, dua
buah layar yang tersisapun telah diturunkan, dengan begitu kapal hanya bergerak mengandalkan dayung.
Kapal besar yang ditumpangi komandan Nyoo, segera
bergerak pula mendekat untuk menyongsong kedatangan
kapal keraton tersebut.
Lan See giok memperhatikan sekejap keadaan di sekitar
situ, kemudian memberi tanda agar berhenti, kapal keraton itu makin melambatkan gerakannya sebelum akhirnya
berhenti. Dalam pada itu, dari jarak empat puluh kaki di depan
sana, pelan-pelan muncul pula sebuah perahu bertingkat
dua berwarna putih yang pelan-pelan bergerak meninggalkan pasukan perang Pek toh oh.
Dengan sorot mata yang tajam Lan Se giok dapat
melihat, bahwa diantara sekawanan jago lelaki perempuan
yang berdiri di ujung geladak, berdiri pula seorang nyonya
http://kangzusi.com/
muda berwajah cantik yang mengenakan pakaian berkabung. Nyonya muda itu amat cantik dengan wajah yang bersih,
mata yang jeli dan bibir yang merah, sepasang pedang
tersoren di punggungnya, biarpun ia tidak berdandan
namun tidak mengurangi daya tariknya...
Naga sakti pembalik sungai segera memperingatkan Lan
See giok: "Nyonya muda berbaju putih yang berdiri di depan sana adalah istri makhluk bertanduk tunggal yang disebut Giok toh hujin dia adalah putri bungsu pemimpin telaga yang
lampau, bernama Pek Gwat go, selain permainan sepasang
pedangnya, ilmu di dalam airnya sempurna, jarum perak
berbulunya juga hebat dan khusus mematahkan hawa
khikang pelindung badan, bila terjadi pertarungan nanti, kau mesti bertindak lebih berhati hati."
Sementara pembicaraan berlangsung, perahu dari kedua
belah pihak telah berhenti, pada jarak tujuh delapan kaki, tapi berhubung arus sungai amat deras, merekapun
menurunkan jangkar masing-masing.
Dengan sikap yang tenang Giok toh hujin Pek Gwat go
berdiri di ujung geladak, sorot matanya yang tajam menatap Lan See giok tanpa berkedip, wajahnya dingin dan
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa:
Di belakangnya berdiri seorang kakek berusia lima puluh
tahunan yang memakai pula pakaian berkabung, setelah
memandang sekejap kemari, buru-buru dia mendekati Pek
Gwat go sambil membisikkan sesuatu di sisi telinganya.
Paras muka Pak Gwat go tetap tenang dan hambar,
hanya sorot matanya yang jeli memandang sekejap ke arah
naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong.. kemudian ia
http://kangzusi.com/
manggut-manggut seperti mengijinkan atau menyetujui
suatu persoalan.
Kakek berpakaian berkabung itu segera maju ke depan,
kemudian setelah menjura katanya dengan lantang.
"Nyonya kami ada perintah untuk bertanya kepada naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong dari telaga Phoa
yang, mengapa ia berada di kapal keraton dari Wi lim poo"
Mohon Thio lo enghiong sudi menjawab."
Naga sakti pembalik sungai segera tertawa terbahak
bahak, sahutnya dengan nyaring:
"Berikan jawaban kepada nyonya kalian, katakanlah, aku sedang menemani Lan siau hiap berangkat ke pulau Wan
san untuk bertarung melawan tiga manusia aneh dari luar
samudra dan berusaha melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan, oleh karena tekad Lan siauhiap mulia,
maka aku-pun bersedia mempertaruhkan jiwa tuaku untuk
menemani Lan siauhiap menuju ke-luar samudra, sudah
barang tentu aku harus berada di perahu ini."
"Mengapa manusia bengis Oh Tin san dari Wi lim poo
tidak nampak di perahu ini?". tanya kakek itu lagi.
Naga Sakti pembalik sungai segera mengelus jenggotnya
dan tertawa tergelak.
"Haahhhh... haaaahh.. haaaahh... Oh Tin san suami istri telah mampus, mana mungkin mereka dapat muncul lagi di
tempat ini?"
Mendengar jawaban tersebut berubahlah wajah Pek
Gwat go, sementara kawanan jago yang berada di
belakangnya turut berdiri tertegun ......
Sambil tersenyum kembali si naga sakti pembalik sungai
menjelaskan:"
http://kangzusi.com/
"Apabila Oh Tin San suami istri masih hidup di dunia ini, masa aku mau menaiki kapal keratonnya" Hu jin adalah orang yang pintar, tentunya aku tak usah menerangkan
lebih jauh bukan."
Tampak Pek Gwat Go manggut-manggut, kemudian ia
membisikkan sesuatu kepada si kakek berbaju putih itu.
Kakek tadi manggut-manggut dan serunya lantang,
"Setelah kematian Oh Tin San si tua bangka celaka itu, siapa yang menguasai Wi lim poo sekarang?"
"Lan siauhiap..."
Sambil berkata dia menuding kearah Lan See giok yang
masih berdiri dengan wajah angkuh. dengan sorot mata
yang jeli Pek Gwat go memperhatikan sekejap kearah Lan
See giok, kemudian mengerling lagi dengan sinis.
Menjumpai keangkuhan dan kepongahan Pek Gwat go,
Si Cay soat jadi mendongkol sekali, tiba-tiba dia berseru dengan suara dalam:
"Apa maksud kalian menghalangi perjalanan kami
sehingga mengacaukan jadwal yang telah kami rencanakan"
Sekarang, aku minta hujin kalian memberikan pertanggungan jawabnya."
Pek Gwat go melirik sekejap kearah Cay soat dengan
dingin, wajahnya tetap angkuh dan sama sekali tidak
menggubris, Sebaliknya si kakek berbaju putih itu segera menjawab dengan lantang:
"Harap nona jangan marah, berhubung Oh Tin San telah menotok mati pemimpin kami Si Yu gi secara diam-diam,
maka kami bersumpah akan membalas dendam atas sakit
hati tersebut, oleh karena kalian memakai kapal-kapal milik
http://kangzusi.com/
Wi lim poo, tentu saja kami harus mencegat untuk
memeriksanya."
Hu yong siancu segera berkerut kening tiba-tiba ia
bertanya dengan keheranan:
"Perbuatan Oh Tin san menotok mati Si Oh-cu dalam
sebuah peti mati bobrok merupakan sebuah rahasia yang
jarang di ketahui orang, darimana kalian bisa mengetahui tentang peristiwa tersebut?"
Begitu perkataan tersebut diutarakan, Pek Gwat go serta
puluhan orang jago yang berada dibelakangnya diam-diam
merasa terkejut, sebab biarpun perkataan dari Hu-yong
siancu itu tidak diutarakan dengan suara keras, namun
ditengah hembusan angin sungai yang begitu kencang,
orang yang berada di perahu sejarak puluhan kakipun dapat menangkap dengan jelas, hal tersebut benar-benar sangat
mengejutkan hati mereka.
Setelah berhasil menenangkan diri, dengan wajah serius
kakek berbaju putih itu berkata lagi:
"Menjawab pertanyaan nyonya, orang bilang, Jika tak ingin diketahui orang, janganlah melakukan hal tersebut.
Oh Tin san telah melakukan perbuatan terkutuk yang amat
keji, mana mungkin rahasia tersebut dapat disimpannya
sampai lama"
Ketika Siau cian menyaksikan sepasang mata Pek Gwat
go yang jeli mengawasi adik Gioknya tanpa berkedip, diam-diam ia menjadi amat gusar, maka setelah mendengar
perkataan itu, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
"Hmmm!" dia mendengus dingin, "andai kata Lim lo pacu Toan Ki tin dari telaga Tong ting tidak punya maksud lain dengan menyampaikan kabar tersebut kepada kalian
http://kangzusi.com/
mana mungkin selama hidup kalian tak akan mengetahui
kabar tersebut."
Sekali lagi paras muka Pek Gwat go sekalian berubah
serentak mereka alihkan pandangan matanya ke wajah Siau
cian. Hu yong siancu kuatir Siau cian membawa persoalan itu
jauh dari masalah yang sebenarnya sehingga menimbulkan
persengketaan baru, cepat-cepat dia mengalihkan pokok
pembicaraan kembali, lalu ujarnya:
"Dengan kematian Oh Tin san suami istri arwah Oh-cu kalianpun dapat beristirahat dengan tenang dialam baka,
berarti dendam sakit hati ini sudah seharusnya diselesaikan hingga disini saja, kuharap kedua belah pihak dapat
menghindari bentrokan fisik secara langsung hingga tidak menimbulkan pembunuhan yang tak berguna, sekarang
kumohon kalian menyingkir dari sini, agar rombongan
kapal perang dari Wi lim poo dapat meneruskan
perjalanannya."
Tampak Pek Gwat go menggerakkan bibir dan berbisik
lagi kepada si kakek tersebut, Kakek berbaju putih itu
manggut-manggut, kemudian berseru dengan lantang:
"Perkataan nyonya memang amat tepat, sejak kini kami tak akan menarik panjang lagi tentang peristiwa tersebut.
Cuma saja, menurut berita yang tersiar di luaran, konon
pejabat pocu Wi lim poo yang baru Lan See giok memiliki
kepandaian silat hebat yang mampu mengungguli tiga
manusia aneh dari luar samudra, hujin kami merasa
kesempatan seperti ini sukar dijumpai, karena itu ia
berkeinginan untuk mengajak Lan pocu bertarung beberapa
gebrakan."
Lan See giok berkerut kening mencorong sinar tajam dari
balik matanya, paras muka yang memucat berubah menjadi
http://kangzusi.com/
hijau membesi, dia bertekad hendak membunuh istri Si Yu
gi ini didalam air agar dendam kesumatnya dapat
terlampiaskan. Hu yong siancu adalah seorang perempuan yang pernah
merasakan bagaimana kehilangan suami, maka terhadap
Pek Gwat go yang mengenakan pakaian berkabung itu dia
menaruh perasaan simpatik.
Maka ketika menyaksikan mimik wajah Lan See giok
tersebut, dia tahu kalau pemuda tersebut sudah dicekam
oleh hawa napsu membunuh, sadar kalau hal ini tak bisa
dicegah lagi, dia menggelengkan kepalanya sambil
menghela napas dan masuk kembali ke dalam ruangan
perahu. Sementara itu, meskipun Lan See giok dicekam oleh
hawa amarah yang meluap namun sorot matanya tak
pernah beralih dari Hu yong siancu, maka ketika dilihatnya perempuan itu masuk ke ruang perahu sambil menghela
napas sedih. ia menjadi terperanjat.
"Bibi..." serunya tanpa terasa.
Hu yong siancu menghentikan langkahnya kemudian
berpaling ke arah pemuda tersebut, katanya kemudian
dengan lembut: "Kalau ingin bertarung. batasilah hanya sampai saling menutul, jangan dikarenakan urusan kecil menyebabkan
masalah besar terbengkalai, perjalanan kita masih jauh. kita mesti menghemat waktu dan tenaga untuk menghadapi
masalah mendatang, badanku kurang enak sekarang, biar
aku beristirahat dulu, kalian tak usah ikut aku. "
Selesai berkata, pelan-pelan dia berjalan masuk ke dalam ruang perahu. .
http://kangzusi.com/
Sebenarnya Cay soat dan Siau cian hendak mengikuti
Hu yong siancu masuk ke dalam, tapi setelah mendengar
pesan ini, mereka tak ada yang berani mengikutinya lagi.
Tampaknya si naga sakti pembalik sungai dapat
memahami perasaan Hu yong siancu waktu itu, kepada Lan
See giok segera bisiknya:
"Saudara cilik, batasi saja pertarungan nanti dengan saling menutul, selesai urusan disini kita mesti meneruskan perjalanan lagi."
Lan See giok yang melihat wajah bibinya murung dan
tak senang hati, kontan saja perasaannya menjadi tak
tenang, api amarahnya menjadi padam sama sekali,
minatnya untuk bertarung melawan Pek Gwat go pun
menghilang. Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi tampak Pek
Gwat go yang berada di atas perahunya telah melepaskan
pakaian berkabung sehingga hanya mengenakan pakaian
untuk renang, sepasang pedangnya telah diloloskan dari
sarung. Pek Gwat go memiliki bentuk badan yang kecil mungil,
payudaranya montok, pinggangnya kecil dan pinggulnya
besar, sepasang pahanyapun kelihatan langsing dan amat
indah. Baik anggota Wi lim poo maupun anggota Pek toh oh
sama-sama tertegun oleh kejadian ini, sekalipun diatas
kapal keraton berdiri dua orang gadis secantik bidadari dari kahyangan, namun gaya Pek Gwat go justru mendatangkan
suatu kesan yang lain.
Lan See giok tidak berminat untuk memperhatikan gaya
Pek Gwat go tersebut, ia segera maju dua langkah ke depan, lalu setelah menjura ujarnya dengan suara dalam:
http://kangzusi.com/
"Berhubung aku masih ada urusan penting yang mesti
diselesaikan secepatnya di pulau Wan san, hari ini tak ada waktu bagiku untuk melayani keinginanmu tersebut, kalau
ingin bertarung, lebih baik kita langsungkan di atas perahu saja ...."
"Sudah lama aku dengar akan kehebatan ilmu silat pocu, itulah sebabnya kumohon petunjuk darimu, sebagai seorang pocu yang menguasai wilayah air, aku yakin Lan pocu pasti mahir dalam pertarungan di darat maupun di air, itulah
sebabnya kumohon pocu bertarung di dalam air saja...."
Semua perkataan dari Pek Gwat go itu di utarakan
dengan suara yang lembut dan merdu, begitu enak didengar seolah-olah mempunyai suatu daya tarik tertentu.
Dengan kening berkerut Lan See giok tertawa dingin, ia
hendak mengucapkan sesuatu, namun tiba-tiba Si Cay soat
telah membentak nyaring, sambil menuding ke arah Pek
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gwat go dia berseru:
"Kau tak usah memojokkan posisi orang atau sengaja
mengulur waktu lagi, asal kau mampu mengungguli
pedangku ini engkoh Giok pasti akan melayani keinginanmu itu."
Sambil berkata, dia lantas memutar pergelangan
tangannya diantara kilauan, cahaya yang menusuk
pandangan mata pedang Jit hoa kiam telah diloloskan dari sarungnya.
Naga sakti pembalik sungai cukup mengetahui akan
kelihaian jarum bulu kerbau dari Pek Gwat go, buru-buru
dia, berbisik. "Adik Soat harap mundur dengan segera, biar engkoh
Giok yang menyelesaikan persoalan ini, jangan lupa dengan pesan Han lihiap sehingga membengkalaikan urusan besar."
http://kangzusi.com/
oooOdwOooo BAB 35 WALAUPUN Si Cay soat merasa cemburu di samping
gusar, tapi setelah teringat dengar pesan bibinya, sudah barang tentu tak berani berkeras kepala lagi.
Tiba-tiba Siau thi gou berteriak keras.
"Lebih baik kalian beristirahat semua, biar aku saja yang bertarung melawan nyonya muda ini."
Sambil berkata dia lantas melepaskan pakaian atas dan
bersiap mencopot celananya pula.
Merah dadu selembar wajah Cay soat dan Siau cian
melihat ulah bocah tersebut, buru-buru ia berseru:
"Hai Thi gou, mau apa kau?"
Siau thi gou mengencangkan kembali tali kolor
celananya, kemudian menerangkan.
"Aku lupa membawa pakaian renang, maka aku mau
bertelanjang saja ...."
Atas jawaban ini, semua orang hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali, mereka benarbenar dibuat tertawa getir.
Tiba-tiba, nampak Pek Gwat go berkerut kening, dengan
menunjukkan wajah kecewa kembali dia berpaling kearah
kakek tadi dan membisikkan sesuatu. Kakek itu mengangguk, kemudian berseru lantang:
"Majikan kami bilang, bila pocu kalian tidak mengerti ilmu di dalam air, biarlah pertarungan hari ini tak usah dilangsungkan lagi.."
http://kangzusi.com/
Lan See giok gusar sekali atas perkataan tersebut, dengan kening berkerut dia hendak mengucapkan sesuatu, tapi naga Sakti pembalik sungai Thio lo enghiong telah tertawa
tergelak. seraya berkata:
"Bukan aku sengaja mengunggulkan diri, berbicara yang benar, selain Hu yong Siancu Han lihiap yang tangguh
dalam air, mungkin tiada orang kedua yang mampu
menandingi Lan Siauhiap, bahkan aku sendiripun belum
tentu sanggup bertarung beberapa gebrakan melawan Lan
Siauhiap di dalam air, jadi kalian jangan berkata yang
bukan-bukan...."
Mendengar ucapan ini, dengan wajah dingin dan kaku
Pek Gwat go segera berseru "Kalau memang begini, akan kutunggu kedatangannya didalam air..,."
Selesai berkata tubuhnya melejit ke udara dan melompat
sejauh beberapa kaki... menyusul kemudian tubuhnya
berjumpalitan diangkasa, sepasang pedangnya diputar
menciptakan dua gulung lingkaran cahaya, tubuhnya
berubah arah, sekarang dengan kepala di bawah kaki diatas dia menyusup ke dalam air.
"Byuuurrr. . . ." Bunga air memercik ke mana-mana, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan
mata. Kagum sekali segenap jago dari Wi lim Poo dan Pek toh
oh yang menyaksikan kejadian ini, tempik sorak bergema
memecahkan keheningan .....
Siau cian dan Cay soatpun diam-diam merasa kagum,
naga sakti pembalik sungai menggelengkan kepalanya, Siau thi gou membelalakkan matanya lebar-lebar dan komandan
Ciang sekalian berdiri melongo...
http://kangzusi.com/
Lan See giok menundukkan kepalanya dan memperhatikan sekejap gulungan ombak di sungai,
kemudian sambil tertawa hambar dia membebaskan ujung
bajunya, bagaikan seekor rajawali raksasa tubuhnya
melayang turun ke bawah.
Secara beruntun dia berputar tiga lingkaran dulu di
tengah udara, kemudian baru menyusup ke dasar sungai.
Demonstrasi yang begini indah tersebut kontan saja
membuat semua jago yang berada di perahu abu-abu itu
tertegun, sekarang mereka baru sadar, bila Pek Gwat go
ingin mengalahkan Lan pocu yang masih muda dan lihay
ini, hal tersebut lebih sukar dari pada naik ke langit.
Naga sakti pembalik sungai yang berada di atas perahu
manggut-manggut sambil mengelus jenggot, wajahnya
nampak berseri dan menunjukkan rasa bangga.
Siau cian dan Cay soat saling bertukar pandangan
sekejap, tak tahan mereka menutupi mulutnya dan tertawa
cekikikan. Siau thi gou membelalakkan pula matanya. lebar-lebar
sambil membuka mulutnya lebar-lebar, dengan termangu
dia awasi gulungan ombak di tengah sungai, mulutnya yang melongo seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun tidak
diketahui olehnya apa yang hendak diucapkan keluar.
Untuk beberapa saat lamanya suasana di sekeliling
sungai itu amat hening, semua jago dari kedua belah pihak sama-sama dialihkan ke permukaan sungai di mana Pek
Gwat go dan Lan See giok melenyapkan diri.
Mereka semua memusatkan pikiran dan perhatiannya,
sambil menguatirkan menang kalah majikan masingmasing, sebab sejak terjun ke dalam air, baik Pek Gwat go
http://kangzusi.com/
mau pun Lan See giok sama-sama tidak muncul kembali
dari permukaan air.
Beberapa saat sudah lewat, namun kedua orang itu
belum juga menampakkan diri.
Semua Jago yang berada di kedua belah pihak mulai
berkerut kening, mereka benar-benar merasa tidak habis
mengerti. Berapa saat kembali lewat, ombak masih menggulung
gulung tapi tak nampak sesosok manusia pun yang
menampakkan diri.
Saat itu si naga sakti pembalik sungai dan Cay soat
maupun Siau cian mulai mengerutkan dahi dengan
perasaan gelisah dan tidak tenang.
Siau thi gou yang paling menguatirkan keselamatan
kakaknya, ia sudah lari masuk ke dalam ruangan dan
mengundang Hu yong siancu keluar.
Begitu berdua dengan Hu yong siancu yang gelisah, naga
sakti pembalik sungai segera berkata dengan cemas: "See giok sudah lama terjun ke dalam air, tapi sampai sekarang belum juga menampakkan diri...."
Hu gong siancu tidak menjawab, cepat-cepat dia menuju
ke ujung geladak kemudian memeriksa keadaan arus air.
Dalam pada itu, kawanan jago yang berada di perahu
abu-abu itu sudah mulai gugup, seperti juga di pihak Wi lim poo, mereka dibuat gelagapan sendiri.
Hu yong siancu memandang sekejap keadaan sungai,
tapi berhubung arus sungai amat deras, maka sulit baginya untuk menemukan sesuatu pertanda.
Siau cian dan Cay soat sudah amat gelisah hingga
mengucurkan air mata, mereka memaksa untuk menyusul
http://kangzusi.com/
ke bawah sungai, namun selalu dicegah oleh naga Sakti
pembalik sungai.
Hu yong siancu memperhatikan lagi suasana di bawah
air, kemudian dengan nada kurang pasti katanya:
"Kalau dilihat keadaannya, pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu berjalan sengit ......."
"Tapi kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki Lan See giok rasanya dia tidak membutuhkan waktu selama
ini untuk membereskan Si hujin" sela naga Sakti pembalik sungai.
Hu yong siancu manggut berulang kali, kemudian
katanya lagi agak sangsi:
"Tapi itupun belum tentu, bila si hujin tidak mempunyai keyakinan untuk berhasil, iapun tak akan berani menantang anak, Giok untuk bertarung."
Siau cian dan Cay soat merasa gelisah sekali, tapi
sebelum mendapat persetujuan dari Hu yong siancu,
mereka berdua tak berani turun tangan secara sembarangan.
Tiba-tiba terdengar naga sakti pembalik sungai bertanya
kepada kapal di seberang sana.
"Tolong tanya saudara, apakah di dasar sungai ini
terdapat gua atau pusaran air?"
Setelah menyeka keringat yang membasahi jidatnya.
kakek berbaju putih itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan gelisah.
"Menjawab pertanyaan lo enghiong, kami sendiripun
tidak tahu menahu, Harap lo-enghiong bersedia menjadi
penengah dalam peristiwa ini untuk terjun ke sungai dan
melihat keadaan, menurut pendapatku hujin kami bukan
http://kangzusi.com/
tandingan Lan pocu, bisa jadi telah terjadi suatu peristiwa didalam air"
"Harap kau tak usah gelisah" Jawab naga sakti pembalik sungai dengan cepat.
"Menurut pengamatan Hu-yong siancu Han lihiap,
pertempuran masih berlangsung amat seru didalam air"
Mendengar nama "Hu-yong siancu". segenap jago yang berada diatas perahu abu-abu itu menjerit tertahan, sorot mata mereka serentak ditujukan kemari dengan perasaan
kaget. rasa gelisah dan tak tenang yang semula mencekam
perasaan merekapun terlupakan untuk sementara waktu.
Berapa saat kemudian kakek berbaju putih itu sudah
berhasil menenangkan kembali hatinya, ia segera menjura
seraya berkata dengan hormat
"Kalau memang Han lihiap hadir disini, mengapa tidak lo-enghiong katakan semenjak tadi" daripada kedua belah
pihak harus bertempur dan membuang waktu yang
berharga. Bila nyonya kami tahu kalau Han lihiap berada
diatas kapal, tak mungkin dia akan menantang Lan pocu
untuk berduel"
Belum selesai ia berkata. dari bawah permukaan air
kedengaran suara air membelah ke samping, lalu tampak
sesosok bayangan manusia melompat keluar.
Ketika semua orang mengalihkan matanya serentak
seruan kaget bergema dimana mana ternyata orang yang
munculkan diri adalah Pek Gwat go, cuma pedangnya
tinggal sebelah.
Tapi setelah menghembuskan napas dan berganti napas
baru, kembali dia menyelam ke dalam air.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gelisah Cay soat dan Siau cian bersama
sama meloloskan pedang masing-masing, ketika tertimpa
sinar matahari, senjata tersebut segera memantulkan sinar yang amat menyilaukan mata . . .
Hu yong siancu yang melihat hal ini cepat-cepat
mencegah, kemudian ujarnya lagi sambil memandang ke
sungai, "Kalau dilihat dari keadaan, mereka, agaknya pertarungan diantara kedua orang itu belum berhasil
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah,
kalian berdua tidak usah bertindak secara gegabah dari-pada ditertawakan orang di kemudian hari, betul tak akan
menciptakan pertarungan massal, tapi bisa di ejek orang
sebagai golongan yang hendak mencari kemenangan
dengan mengandalkan jumlah yang banyak ...."
Sebelum selesai dia berkata. dari balik permukaan sungai tiba-tiba muncul segumpal darah kental.
"Aaahhh!"
Semua orang yang menyaksikan kejadian ini berseru
kaget. bahkan Hu yong siancu dan naga sakti pembalik
sungai pun ikut terkejut sehingga paras mukanya berubah.
Tapi gumpalan darah yang muncul itu segera buyar
terbawa oleh arus sungai.
Kakek berbaju putih serta puluhan orang jago yang
semula bergembira melihat kemunculan Pak Gwat go tadi.
kini dicekam lagi oleh perasaan tegang setelah melihat
cucuran darah itu..
Perasaan gelisah, ngeri dan panik kini menyelimuti
wajah setiap orang yang berada di sana.
http://kangzusi.com/
Sebab setiap orang dapat merasakan bahwa cucuran
darah yang begitu deras tak mungkin keluar dari tubuh
seseorang bila kepalanya tak sampai terpenggal atau
dadanya robek besar.
Pada. saat itulah....
Air sungai kembali merebak ke samping Pek Gwat-go
dengan pedang tunggalnya telah muncul lagi dari balik
permukaan air. Rasa gelisah dan tegang yang sekian lama mencekam
perasaan si kakek berbaju putih serta puluhan orang
jagonya itu segera berubah menjadi perasaan terkejut dan girang, serentak mereka bersorak sorai dengan penuh
kegembiraan. Berbeda dengan Siau-cian, Cay soat dan Siau thi gou,
mereka rasakan kepalanya seperti disambar geledek.
menyangka pemuda tersebut sudah mendapat celaka,
hampir saja mereka jatuh pingsan ....
Tapi Pek Gwat go hanya sebentar berada di permukaan
air, setelah memandang sekejap kearah permukaan sungai
dengan pandangan kaget. dia menarik napas panjang
kemudian menyelam lagi secepat kilat ....
Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou seperti orang kalap segera berteriak marah.
"Ijinkan kami turun ke bawah"
Tapi Hu yong siancu yang berdiri dengan wajah pucat
dan memusatkan perhatian memperhatikan sungai itu lama
sekali tidak menggubris teriakan mereka bertiga, hanya
tangannya digoyangkan berulang kali memperlihatkan tidak boleh.
Mendadak...
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
http://kangzusi.com/
Kembali suara air memercik ke samping, kemudian
sesosok bayangan biru melesat keluar.
Ketika semua orang memperhatikan dengan seksama,
ternyata dia adalah Lan See giok yang membawa pedang
dengan wajah serius
Karena itu semua orang dibikin tertegun dan tidak
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
Dengan kening berkerut dan mata bersinar tajam Lan
See-giok memandang pula ke permukaan air dengan wajah
gelisah, tampaknya dia tak sempat banyak berbicara lagi, pedangnya diputar dan tubuhnya sekali lagi menyelam ke
dalam air. Hu-yong siancu segera sadar kalau ada sesuatu yang tak
beres di situ, buru-buru dia berseru.
"Kalian tidak usah ikut, biar kuperiksa sendiri.!"
Sambil berkata ia segera terjun ke dalam air dan
menyelam ke dasar sungai.
Naga sakti pembalik sungai juga tidak ambil diam, segera teriaknya keras-keras.
"Saudara sekalian. tampaknya ke dua orang itu sudah mengalami ancaman bahaya di bawah air, bila ada papan
atau kayu siapkan dengan segera sehingga setiap saat bisa di lemparkan ke dalam air "
Begitu teriakan itu diutarakan, para pengawal yang
berada di kedua belah pihak sudah menyiapkan papanpapan serta kayu.
Kakek baju putih di seberang sana dan naga sakti
pembalik sungai dipihak sini. masing-masing menyiapkan
sebuah papan pula sambil memusatkan
perhatian mengawasi permukaan sungai.
http://kangzusi.com/
Cay soat, Siau cian maupun para jago lainnya benarbenar dibuat kebingungan setengah mati, mereka tidak
mengerti dari mana datangnya darah segar tersebut dan
mengapa Lan See giok mendapat sebilah pedang milik Pek
Gwat go, Pada saat itulah...
Dari balik sungai muncul lagi darah segar yang
menyebar kemana mana...
Kemudian disusul air yang memancar ke empat penjuru.
lalu sesosok bayangan biru dan perak munculkan diri,
Naga Sakti pembalik sungai segera membentak keras.
"Perhatikan papan..."
Ditengah bentakan, sepasang tangannya menolak ke
depan kuat-kuat papan yang berada di tangannya segera
meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi...
Semua orang mengalihkan perhatian masing-masing
kearah sungai, ternyata bayangan biru dan perak yang
muncul barusan adalah Lan See giok yang membopong Pek
Gwat go yang telah jatuh tak sadarkan diri. Lan See giok yang baru muncul sambil mengempit tubuh Pek Gwat go
dapat menangkap suara bentakan si naga sakti pembalik
sungai yang menggeledek, maka mempergunakan tenaga
mengapungnya dia melejit setinggi tiga depa, pedangnya di lemparkan pula ke depan si kakek berbaju putih itu
Bersamaan waktunya ketika ia melompat ke atas sambil
melemparkan pedangnya. papan yang dilemparkan naga
sakti pembalik sungai telah meluncur diatas permukaan air.
Melihat hal ini tubuhnya meluncur ke depan, lalu
memanfaatkan kesempatan di saat papan itu masih
mengapung, ia membentak keras, ujung baju tangan
http://kangzusi.com/
kanannya dikebaskan ke depan lalu ujung kakinya menutul
papan tadi, secepat sambaran kilat ia sudah melompat naik ke atas perahu keraton.
Sementara itu kedua belah pihak sama-sama sudah
dicekam kegugupan dan kekalutan, si saga Sakti pembalik
sungai kembali mengambil sepotong kayu dan pusatkan
perhatiannya kearah permukaan air sebab papan yang
dilemparkan untuk pertama kalinya tadi sudah terbawa arus hingga meluncur sejauh puluhan kaki lebih-Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou sudah tak berhasrat lagi untuk berpikir mengapa Lan See giok membopong
tubuh Pek Gwat go, sebab Hu yong siancu masih berada di
dalam air. Mendadak.... Dari balik sungai berkelebat sesosok bayangan ungu yang
diikuti kilatan cahaya tajam yang meluncur ke atas.
Si Naga sakti pembalik sungai tahu kalau orang itu
adalah Hu yong siancu yang membawa pedang Hu yong
kiam, maka sambil menghimpun tenaganya ke dalam
lengan. ia mengawasi Hu yong siancu munculkan diri dari
permukaan air. Tiba-tiba bentaknya keras.
"Lihiap, perhatikan baik-baik ....."
Dalam bentakan tersebut, papannya meluncur ke arah
depan dengan kecepatan tinggi . . , .
Hu yong siancu sudah menduga agaknya bahwa naga
sakti pembalik sungai yang amat berpengalaman di dalam
air telah mempersiapkan diri sebaik baiknya.
Maka begitu muncul di permukaan ia segera menarik
napas panjang dan menghantam papan yang meluncur tibahttp://kangzusi.com/
tiba itu dengan tangan kirinya, sedang pedang di tangan
kanannya memainkan jurus ikan leihi melompati pintu
naga. begitu muncul dia melejit ke udara dengan menjejak papan dan meluncur ke depan....
Disaat tubuh Hu-yong siancu baru saja melompat ke
tengah udara inilah. dari balik permukaan sungai
kedengaran suara yang keras. lalu ditengah percikan air
sungai yang memancar ke empat penjuru, muncul se ekor
makhluk besar berbulu emas bermata merah dan bertaring
yang bentuk badannya mirip seekor kerbau.
Sambil mementangkan mulutnya lebar-lebar. makhluk
tersebut langsung menggigit papan yang mengapung
didekatnya. "Kraaaaakkk!"
Papan yang tergigit itu seketika hancur berantakan
berkeping keping sedang makhluk besar itu kembali
menyelam ke dalam air...
Si Cay-soat membentak keras, pergelangan tangannya
segera diayunkan ke depan, dua titik cahaya tajam secepat kilat, menyambar makhluk besar yang sedang menyelam ke
dalam air itu. Hu yong siancu telah melayang turun diatas geladak,
kepada Cay soat katanya gelisah.
"Anak soat, makhluk besar itu tak bakal terbunuh bila tidak menggunakan senjata mestika, kau tak usah
menghambur hamburkan senjata rahasiamu, lagi dengan
percuma" Kemudian sambil berpaling ia bertanya lagi.
"Mana anak Giok serta Si hujin?"
http://kangzusi.com/
"Engkoh Giok membopong perempuan muda itu masuk
ke ruangan dalam . . , ?" Sahut Siau thi gou.
Setelah Hu yong siancu naik ke atas perahu dalam
keadaan selamat. Siau cian dan Cay soat baru merasa lega, dan pada saat inilah mereka baru teringat kalau Lan See
giok telah masuk ke dalam ruangan perahu sambil
membopong Pak Gwat go.
Dengan perasaan sangat gelisah ke dua orang itu segera
berlarian masuk ke dalam ruang perahu tersebut.
Sedang Hu yong siancu segera berkata ke pada si naga
sakti pembalik sungai,
"Thio lo enghiong, segera kau undang ke dua orang
dayang serta penanggung jawab dari pihak Pek toh oh agar datang kemari, bisa jadi Si hujin mereka telah terluka oleh gigitan binatang tadi."
Selesai berkata, buru-buru dia masuk pula ke dalam
ruangan perahu.
Ketika tiba didalam kamar megah yang ditempati Lan
See giok, tampak Siau cian dan Cay-soat telah berada di
depan pembaringan. Lan See giok telah membaringkan Pek
Gwat go diatas pembaringannya dan menutupi tubuhnya
dengan sebuah selimut.
Hu-yong siancu yang menyaksikan hal ini tanpa terasa
bertanya kepada pemuda itu dengan gelisah.
"Anak Giok, bagaimana dengan Si hujin" Parahkah luka yang dideritanya?"
Agak memerah wajah Lan See giok, sahutnya tersipu
sipu: "Mungkin ia jatuh pingsan karena terkejut dimanakah
letak lukanya tidak anak Giok ketahui."
http://kangzusi.com/
Biarpun Si cay soat dan Siau cian menunjukkan sikap
yang terbuka, padahal dalam hati kecilnya merasa amat
cemburu. Apalagi setelah melihat pemuda itu menjawab secara
terbata-bata, tanpa terasa mereka mendengus sambil
mencibirkan bibirnya,
Lan See giok yang menyaksikan hal tersebut, wajahnya
berubah semakin merah, buru-buru dia mengalihkan
pandangan matanya kearah lain.
Hu yong siancu adalah perempuan yang pintar, melihat
gelagat kurang baik. dia segera mengulapkan tangannya
sambil berkata.
"Kalian anak lelaki keluarlah lebih dulu!", Bagaikan mendapat pengampunan besar serta merta Lan See giok
beranjak dari ruangan tersebut dengan langkah lebar.
Siau-thi-gou masih berdiri di situ dengan mata terbelalak dan mulut melongo, dia memandang sekejap sekeliling
ruangan dengan termangu, kecuali dia hampir semua orang
yang masih tertinggal dalam ruangan itu adalah kaum
wanita. Terutama sekali para dayang cilik. mereka segera
memandang ke arahnya sambil tertawa geli.
Dengan cepat Siau thi-gou merasa kalau gelagat tidak
menguntungkan, yang diartikan bibinya sebagai anak lelaki pasti termasuk juga dirinya.
Maka dengan wajah memerah, cepat-cepat dia ngeloyor
pergi pula dari situ.
Sepeninggal Siau thi-gou, Hu yong siancu baru
mendekati pembaringan dan memeriksa Pek Gwat-go.
http://kangzusi.com/
Ditemukan perempuan itu berbaring dengan wajah pucat
dan bibir terkatup kencang, agaknya jatuh tak sadarkan diri karena terkejut, tapi kalau dilihat dari gayanya waktu tidur, persis seperti perempuan cantik yang lagi tidur.
Melihat sampai disini, diapun menyingkap selimut yang
menutupi tubuh perempuan itu.
Pek Gwat-go masih berbaring dengan pakaian renangnya
yang ketat, cuma dari bagian selangkangan hingga bagian
dadanya telah robek selebar empat inci lebih.
Dengan demikian pakaian dalamnya yang melekat di
badan hampir terlihat sama sekali, pinggangnya yang
ramping, payudaranya yang montok dan bawah perutnya
yang bulat datar, badan yang mulus serta bau harum yang
semerbak, membuat perempuan itu nampak begitu
mempersonakan hati.
Siau cian dan Cay soat segera merasa sangat tak tenang
sehingga tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap, rasa cemburu yang berkobar dalam hatipun semakin
membara, cuma biarpun cemburu membakar dada mereka,
tapi menghadapi kejadian semacam ini, merekapun sama
sekali tak berdaya.
Hu yong siancu menggelengkan kepalanya berulang kali,
kemudian menempelkan telapak tangannya di atas jalan
darah Sim-ki-hiat di dada Pek Gwat-go.
Akibat dari tekanan ini, Pek Gwat-go merintih pelahan
dan pelan-pelan membuka matanya kembali.
Pek Gwat-go memandang ke arah Hu yong siancu, Siau
cian dan Si Cay soat, kemudian keningnya berkerut
kencang, seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.
Hu yong siancu tertawa lembut, ujarnya ramah:
http://kangzusi.com/
"Si hujin, pakaian renangmu tergigit babi sungai sehingga robek, untung saja nyawamu, masih sempat diselamatkan
oleh anak Giok..."
Pek Gwat go sangat terkejut, buru-buru dia mencoba
mengatur pernapasan, tapi hawa murninya dapat beredar
tanpa hambatan dari seluruh tubuhnya juga tidak terasa
sakit, ia tahu tubuhnya tak sampai terluka, oleh gigitan babi sungai tersebut.
Tapi ia memang seorang yang cerdik, dari sebutan Hu
yong siancu segera menyimpulkan bahwa nyonya cantik
yang anggun di depan matanya pastilah angkatan tua dari
Lan See giok. Karena itu dengan senyum manis menghiasi wajahnya
dia bangkit berdiri dan siap untuk turun dari pembaringan.
"Si hujin baru saja sadar jangan bergerak kelewat cepat"
cegah Hu yong siancu sambil tertawa ramah,
Seraya berkata cepat-cepat ia menutupi pakaian renang
Pek Gwat go yang robek itu dengan selimut, kemudian
menekan bahunya agar ia membaringkan diri kembali,
Pek Gwat go masih belum tahu kalau celana renangnya
telah robek, sambil tertawa kembali katanya,
"Boanpwe sama sekali tidak merasa sesuatu yang kurang enak"
Bagaimanapun juga, Siau cian dan Cay-soat masih
muda, belum lenyap sifat ke kanak kanakan dari watak
mereka, melihat Pek Gwat go masih belum tahu kalau
pakaian dalamnya kelihatan semua, kedua orang itu tak
bisa menahan rasa gelinya lagi dan segera tertawa
cekikikan. http://kangzusi.com/
Pek Gwat go bukan orang yang bodoh, melihat Siau cian
berdua tertawa geli, dia segera teringat kalau celana
renangnya telah tergigit babi sungai, dengan perasaan
terkejut wajahnya kontan saja berubah hebat.
Buru-buru dia meraba celana renangnya itu, kemudian
paras mukanya berubah menjadi merah padam seperti
kepiting rebus, masih untung pakaian dalamnya tidak
ikutan robek., Pada saat itulah pintu kamar dibuka orang lalu muncul
dua orang dayang berpakaian berkabung yang membawa
pakaian milik Pek Gwat go.
Dari dandanan mereka. Hu-yong siancu tahu kalau
kedua orang ini berasal dari pihak Pek-toh-oh. maka
ujarnya sambil tersenyum.
"Untung saja kalian datang tepat pada waktunya, cepat kalian layani nyonya kalian."
Kemudian sambil berpaling kearah Pak Gwat-go yang
masih berdiri tersipu-sipu karena malu, kembali katanya
sambil tertawa."
"Si hujin. silahkan bertukar pakaian, kami akan
menunggumu di ruang muka"
Pek Gwat-go sedang melamunkan peristiwa yang baru
saja dialaminya didalam air, mendengar ucapan ini, buruburu dia memberi hormat sambil menyahut.
"Silahkan cianpwe!"
Hu-yong siancu berpaling dan memandang sekejap
kearah Si Cay soat serta Siau-cian dengan pertanda agar
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka turut mundur, bahkan kepada para dayang yang
berada di situpun dia mengulapkan tangannya menitahkan
http://kangzusi.com/
mereka untuk mundur, kemudian dia baru mengundurkan
diri pula dari ruangan,
Setelah menyaksikan Hu-yong siancu sekalian telah
berlalu, Pek Gwat go baru berbisik kepada kedua orang
dayangnya. "Bagaimana cara kalian berdua menuju ke mari?"
Salah seorang dayang yang berusia agak tua sambil
meletakkan pakaian ke atas pembaringan, sahutnya.
"Kami menyeberang kemari bersama sama Ko tongcu"
Pek Gwat go tidak berminat untuk bertanya lagi, sambil
membuka selimut yang menutupi tubuhnya, dengan wajah
memerah ujarnya tersipu sipu:
"Coba kalian lihat, benar-benar memalukan tidak ...."
Dayang yang berusia lebih muda segera berbisik "Malah Lan pocu yang muda dan ganteng itulah yang membopong
nyonya datang kemari."
Tampaknya Pek Gwat go merasa girang bercampur
malu, buru-buru dia berseru.
"Budak sialan, siapa bilang begitu, Kalau kau berani mengaco belo lagi, hati-hati kuhajar bibirmu sampai penyot
...... " Sembari berkata dia melepaskan pakaian renangnya yang
robek, seorang dayang segera memberi pakaian kering
untuk menutupi tubuhnya yang mungil.
Sedang si dayang yang mudaan itu berkata lagi dengan
wajah bersungguh-sungguh
"Bukan aku sengaja mengaco belo, malah beratus orang yang berada di kapal perang sekeliling tempat ini melihat dengan jelas..."
http://kangzusi.com/
Paras muka Pek Gwat go semakin merah karena jengah,
tapi senyuman manis menghiasi bibirnya. matanya melotot
besar dan berlagak mau memukul, serunya lirih.
"Kalau kau berani berbicara lagi, ku pukul kau.. ayo bicara lagi tidak?"
Dayang itu mundur dengan ketakutan. tapi ia berseru
lagi. "Tapi sungguh hujin.-"
Sebelum ucapan itu sempat dilanjutkan, si dayang yang
lebih tua usianya sudah melotot sekejap kearah rekannya, maka kata-kata selanjutnya pun tak berani ia ucapkan lagi, Dengan tenang Pek Gwat go membiarkan kedua orang
dayang itu membetulkan pakaian serta dandanannya,
sedang ia sendiri membayangkan kembali bagaimana Lan
See giok membopong tubuhnya dengan wajah gelisah, tadi
saat seperti itu benar-benar berbahaya sekali...
Dihati kecilnya berulang kali ia bertanya kepada diri
sendiri, ia tak tahu selanjutnya apa yang mesti dilakukan olehnya untuk membalas budi kebaikan tersebut.
Sementara dia masih berpikir, dayangnya mulai
memakaikan pakaian berkabung di atas tubuhnya.
Tapi perempuan ini segera mengigos dan melepaskan
pakaian berkabung itu kembali.
Atas tindakan tersebut, kedua orang dayang itu menjadi
tertegun dan berdiri melongo.
Pek Gwat-go memandang sekejap pakaian berkabung
yang tergeletak diatas tanah itu, setiap kali ia teringat kembali
bagaimana keperawanannya ditipu orang, bagaimana dia diperistri seorang suami yang licik dan
http://kangzusi.com/
berusia satu kali lipat dari usianya, ia benar-benar merasa muak untuk memakai kembali pakaian berkabungnya itu.
Tapi bila teringat kembali tentang kekuasaan, teringat
bagaimana dia menguasahi segenap jago yang berada di
Pek toh Oh, maka katanya kemudian dengan suara hambar:
"Kenakan!"
Cepat cepat ke dua orang dayang itu membantu untuk
mengenakan pakaian berkabung itu di tubuhnya.
Selesai mengenakan pakaian berkabung itu. sekali lagi
Pek Gwat go memandang sekejap ruangan kamar yang
mewah itu, kemudian berpaling dan memandang sekejap
lagi ke arah pembaringan.
Setelah itu sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat, ia
membiarkan pikirannya yang kalut dan bergelombang
lambat laun menjadi tenang kembali.
Tatkala dia membuka matanya kembali, diantara bulu
mata yang tebal dan sinar mata yang jeli, kini telah dibasahi oleh butiran air mata.
Dengan sedih dia menghela napas, lalu dengan tertunduk
cepat-cepat berjalan menuju ke depan pintu.
Melihat hal ini, cepat-cepat ke dua orang dayang tersebut lari ke depan pintu dan membukakan tirai baginya.
Sewaktu Pek Gwat go sudah keluar dari pintu kamar,
seorang dayang yang sengaja diperintahkan Hu yong siancu untuk menyambutnya telah memberi hormat seraya
berkata. "Silahkan hujin mengikuti budak"
Habis berkata dia berjalan keluar lebih dulu.
http://kangzusi.com/
Pek Gwat go manggut-manggut dan
mengikuti dibelakangnya dengan kepala tertunduk sedang kedua
orang dayangnya mengikuti pula di paling belakang.
Berhubung Pek Gwat go adalah pejabat Oh-cu dari Pek
toh oh, maka baru saja keluar dari penyekat ruangan, Hu
yong siancu serta Lan See giok sekalian telah bangkit berdiri sambil menyambut kedatangannya.
Pek Gwat go mencoba untuk memperhatikan sekeliling
tempat itu, ia temukan anak buahnya si kakek berpakaian
kabung Ko Tongcu hadir pula di situ.
Maka sorot matanya pelan-pelan dialihkan dari wajah
naga sakti pembalik sungai, Siau thi gou, komandan Ciang.
Siau Cian, Si Cay soat dan akhirnya sampai di wajah Lan
See giok. Menyaksikan wajah Lan See giok yang begitu tampan
hatinya segera berdebar keras, sekali lagi ia tertunduk
dengan wajah merah padam, maka dengan mencoba
menenangkan hatinya ia menuju ke depan Hu yong siancu
memberi hormat serta berkata merdu.
"Boanpwe Pek Gwat go lalu menjumpai Cianpwe..."
"Lapor hujin" timbrung si kakek berpakaian berkabung itu tiba-tiba. "dia tak lain adalah Hu yong siancu Han lihiap yang paling kau kagumi itu"
Pek Gwat go merasa terkejut dan sekali lagi dia
mendongakkan kepalanya sambil memandang sekejap
wajah Hu yong siancu dengan pandangan terkejut
bercampur gembira tak tertahankan lagi dia maju dua
langkah ke depan sambil berseru girang,
"Boanpwe Pak Gwat go sudah lama mengagumi nama
locianpwe, sayang selama ini kami tak berjodoh untuk
saling bersua. hari ini boanpwe dapat bertemu dengan
http://kangzusi.com/
locianpwe di sini. sungguh kejadian ini merupakan
keberuntungan bagiku."
Selesai berkata, kembali dia menyembah, si naga sakti
pembalik sungai yang pertama tama tak mampu menahan
diri lagi, ia tertawa terbahak-bahak, menyusul kemudian
orang-orang yang berada di ruangan itupun ikut tertawa
geli. Dengan wajah memerah Hu-yong siancu segera maju ke
depan dan membangunkan Pek Gwat go dari atas tanah.
Selesai memberi hormat, Pek Gwat-go memandang
sekejap kearah semua orang dengan pandangan kebingungan. ia tidak tahu apa sebabnya semua orang
tertawa geli"
Sambil tertawa terbahak-bahak Siau thi gou segera
berkata. "Perempuan muda. masa kau belum tahu apa yang
menyebabkan mereka tertawa geli" Mereka sedang
menertawakan karena kau sebut bibi sebagai Locianpwe
pada hal bibi belum lagi tua!"
Mendengar ucapan tersebut. Pek Gwat go menjadi
paham. Memang kalau dilihat dari wajah Hu yong siancu yang
begitu segar dan anggun, siapa pun tak berani mengatakan bahwa perempuan ini sudah tua,
Tapi semenjak sepuluh tahun berselang sebelum ayahnya
meninggal dia pernah berkata kalau berbicara soal ilmu
berenang tiada orang di dunia ini yang mampu menandingi
Hu yong siancu, waktu itu usianya baru dua tiga belas
tahunan. dan baru sekarang dia dapat bersua dengan tokoh wanita yang dikaguminya itu.
http://kangzusi.com/
Inilah sebabnya mengapa dia memanggil locianpwe
kepada perempuan tersebut.
Berpikir demikian, dengan wajah merah dadu sekali lagi
dia menundukkan kepalanya
Hu yong siancu tertawa riang, segera tegurnya kepada
Siau thi gou. sambil tertawa "Bibi sudah hampir berusia empat puluh tahun. sudah sepantasnya kalau aku dianggap
tua" Gelak tertawa yang riang dan gembira kembali bergema
dalam ruangan itu.
Suara gelak tertawa ini berkumandang sampai di luar
ruang perahu dan didengar segenap pasukan perang yang
masih berhadapan dengan tegang.
Kontan saja suasana tegang yang mencekam sekitar situ
seketika berubah menjadi suasana lega, damai dan
kegembiraan. Hu yong siancu mempersilahkan Pek Gwat go untuk
mengambil tempat duduk, dayang pun datang menghidangkan air teh.
Sambil mengelus jenggotnya, si naga sakti pembalik
sungai memperhatikan sekejap wajah Pek Gwat go, lalu
tanyanya dengan wajah tersenyum riang:
"Sekarang,
harap si hujin bercerita tentang pengalamanmu setelah terjun ke air. bagaimana sih
ceritanya sehingga kau dapat berjumpa dengan babi sungai berbulu emas bermata merah yang terkenal karena
ganasnya itu?" "
Pak Gwat go tertawa jengah, pertama tama dia
memandang sekejap ke wajah tampan Lan See giok,
http://kangzusi.com/
kemudian sambil memandang ke arah Hu yong siancu dan
naga sakti pembalik sungai katanya.
"Kali ini boanpwe benar-benar tak tahu diri telah
menantang Lan pocu untuk berduel, sehingga nyaris
selembar jiwaku melayang didalam sungai, sekarang
terlebih dulu ingin boanpwe sampaikan rasa terima kasih ku kepada Lan pocu atas budi pertolongan yang telah
diberikan"
Dia bangkit berdiri lalu memberi hormat kepada Lan See
giok. Buru-buru anak muda itu bangkit berdiri dan
menjawab sambil tertawa merendah.
"Harap hujin jangan banyak adat kalau cuma urusan
kecil mah tak perlu berterima kasih lagi"
Sementara pembicaraan mereka balas memberi hormat.
bersama itu pula matanya melirik sekejap kearah Cay soat dan Siau cian.
Menyaksikan sikap kedua orang gadis itu tetap tenang
dengan senyum dikulum, perasaan tak tenang yang semula
mencekam perasaannya kini hilang lenyap tak berbekas.
Setelah mengambil tempat duduk, Pek Gwat go baru
bercerita lebih jauh,
"Begitu terjun ke sungai, boanpwe langsung menyelam ke dasar air, dengan harapan aku bisa melangsungkan
pertarungan melawan Lan pocu dibagian sungai yang
terdalam. tapi belum sampai tubuhku mencapai dasar
sungai, Lan pocu sudah menyusul tiba dengan kecepatan
luar biasa. Diam-diam boanpwe merasa terkejut, sadarlah aku
bahwa ilmu berenang yang kumiliki masih selisih amat jauh kalau dibandingkan dengan Lan pocu. Terpaksa kubalikkan
badan sambil menyambut dengan serangan pedang. tapi
http://kangzusi.com/
gerakan tubuh Lan pocu memang luar biasa cepatnya.
boanpwe yakin belum mencapai enam tujuh bagiannya.
Bisa jadi pakaian yang dikenakan Lan pocu adalah
sebuah pakaian mestika, selama berada didalam air selalu memancarkan sinar yang tajam. ketika memantul terkena
sinar perak dari pakaian renang yang kukenakan maka
terpancarlah sinar terang yang membuat kedua belah pihak sama-sama dapat melihat keadaan masing-masing dengan
jelas". Mungkin disebabkan pantulan sinar yang memancar dari
tubuh kami berdua serta gerakan tubuh Lan pocu yang
begitu hebat sehingga menimbulkan gejolak yang keras di
dalam air, maka si babi sungai yang bersembunyi di dasar air menjadi terpancing datang.
Semua orang tahu, babi sungai berbulu emas bermata
merah berusia paling tidak seratus tahun, dia paling ganas dan bisa memakan daging sesamanya, tapi kali ini,
sekaligus kami telah bertemu dengan tiga ekor babi sungai berbulu emas..,"
Mendengar ada tiga ekor, paras muka semua orang
berubah hebat, dengan perasaan terkejut bercampur
keheranan mereka saling bertukar pandangan sekejap.
Pek Gwat go tertawa lembut, menggunakan kesempatan
ini dia melirik sekejap ke arah Lan See giok, kemudian
melanjutkan: "Pertama tama yang terkecil menerjang diriku lebih dulu, waktu itu aku masih belum merasakan datangnya ancaman,
masih untung Lan pocu segera datang menerjang sambil
melepaskan sebuah pukulan, segulung arus sungai yang
kuat segera mementalkan babi sungai itu hingga terguling ke belakang:
http://kangzusi.com/
Tampaknya serangan ini, menimbulkan sifat ganas si
babi sungai, bagaikan kalap binatang itu menyerang Lan
pocu habis habisan, tapi gerakan tubuh Lan pocu pun
sangat cepat, dalam sekali kelebatan saja tubuhnya sudah lenyap, maka babi sungai itupun menyerang boanpwe
sebagai tempat pelampiasan.
Boanpwe sadar, gerakan tubuhku tidak secepat gerakan
si babi sungai itu, untung saja Lan pocu datang lagi dengan cepat saat ia menarik tubuh boanpwe sambil melepaskan
sentilan jari ke dua mata babi sungai itu segera terkena serangan.
Pada saat inilah babi sungai berbulu emas yang agak
besar datang menyergap dari dasar sungai, boanpwe yang
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjumpai Lan pocu sama sekali tidak bersenjata, maka
kuserahkan pedang yang ada di tangan kiri ku padanya..."
Mendengar sampai di situ, Cay soat yang diam-diam
merasa amat cemburu itu sengaja menggoda:
"Waaah kalau begitu Lan pocu merangkul pinggangmu
terus sambil berenang?"
Merah padam selembar wajah Pek Gwat go, dia melirik
sekejap kearah Si Cay soat dan Siau cian, sadar bahwa
kedua orang gadis ini pasti mempunyai hubungan asmara
dengan Lan pocu yang tampan, dia tertawa. Entah
mengapa, terbayang akan persoalan ini, segera timbul pula perasaan cemburu dari hatinya, tapi teringat kembali Lan See giok adalah tuan penolongnya, maka sambil
menggeleng dia menjawab agak malu
"Tidak, kulemparkan pedang tersebut ke pada Lan
pocu!" Sementara itu paras muka Lan See giok berubah menjadi
merah dengan pikiran serta perasaan yang sangat kalut,
http://kangzusi.com/
namun ketika mendengar jawaban, dari Pek Gwat go
sangat tepat dan tidak mengungkap bahwa dia bertarung
melawan babi sungai itu sambil merangkul pinggangnya,
maka cepat-cepat diapun menimpali: "Benar, benar pedang tersebut dia lemparkan kepadaku".
Si Cay soat dan Siau cian memandang sekejap wajah Pek
Gwat go dan See giok yang tersipu sipu, segera timbul
perasaan tidak percaya didalam hatinya, dengan sorot mata penuh peringatan mereka berdua memandang sekejap ke
arah Lan See giok, sebenarnya hendak mengucapkan
sesuatu, tapi Hu yong siancu telah keburu menegur sambil tersenyum:
"Anak Cian, kalian berdua jangan menimbrung dulu.
dengarkan sampai Si hujin selesai bercerita."
Walaupun Si Cay soat melihat bibinya cuma melarang
Siau cian banyak bicara, namun biarpun dia merasa tak
senang hati terhadap Pek Gwat go, hal inipun tak berani
diutarakan secara berterus terang.
Kembali Pek Gwat go mengerling sekejap kearah Lan
See giok, kemudian meneruskan:
"Oleh karena boanpwe merasa tegang, ditambah pula tak mampu berganti napas di dalam air, terpaksa berulang kali aku musti muncul di atas permukaan air untuk berganti
napas kemudian menyelam lagi, belum sampai di dasar
sungai, Lan pocu telah berhasil membunuh si babi sungai
yang telah dibikin buta matanya itu, berhubung gerakan
tubuh Lan pocu sangat cepat, untuk beberapa saat sulit bagi boanpwe untuk melihat jelas posisi yang sebenarnya dari
Lan pocu, pada saat itulah seekor babi sungai datang
menerjang lagi, dalam kejutnya sekali lagi boanpwe
munculkan diri di atas permukaan air.
http://kangzusi.com/
Boanpwe sama sekali tidak melihat Lan pocu naik ke
permukaan, maka dengan perasaan tak lega, kembali aku
menyelam ke dasar sungai...:." ,
Siau thi gou yang duduk di sudut ruangan mendadak
tertawa terbahak bahak, kemudian ujarnya polos.
"Haahh... haahhh... haaahhh.... perempuan muda, kau kuatirkan keselamatan engkoh Giok, engkoh Giok juga
menguatirkan keselamatanmu, baru saja kau turun ternyata engkoh Giok sudah naik ke atas mencarimu..."
Tidak sampai Siau thi gou menyelesaikan kata katanya,
naga sakti pembalik sungai telah melotot sambil pura-pura marah.
"Apa itu perempuan muda, perempuan muda kau mesti
panggil Si hujin kepadanya."
Siau thi gou yang kena ditegur nampak agak tertegun,
tapi ia segera membantah:
"Tapi perempuan muda kan nyonya muda, nyonya
muda sama pula sebagai perempuan muda!"
Naga sakti pembalik sungai yang dibantah dengan katakata itu kontan saja hanya bisa melototkan matanya sambil menggelengkan kepala berulang kali.
Seluruh isi ruangan, kecuali Pek Gwat go dan Lan See
giok yang tersenyum dengan wajah jengah, lainnya tak bisa menahan diri lagi sehingga tertawa terbahak bahak.
Hu yong siancu menunggu sampai suara tertawa semua
orang mereda., kemudian baru ujarnya kepada Pek Gwat
go: "Harap Si hujin bercerita lebih jauh."
Dengan senyum malu Pek Gwat go, mengiakan, lalu
berkata kembali dengan suara lembut.
http://kangzusi.com/
"Ketika boanpwe menyelam lagi ke dasar sungai,
kujumpai babi sungai tersebut masih juga berenang. Di
sekitar sana, dengan perasaan kaget boanpwe bersiap siap hendak naik ke atas permukaan air lagi, tiba-tiba dari
belakang tubuhku, terdengar datang arus air, pada mulanya boanpwe mengira Lan pocu yang telah berenang mendekat
.... Setelah berpaling, baru kujumpai ada seekor babi sungai
yang sangat besar telah mendekati tubuhku, boanpwe
terkejut sekali sambil membalikkan badan kutusuk binatang itu keras-keras, tapi kulit tubuh babi sungai itu tebal lagi kuat, biarpun tertusuk namun lama sekali tidak terluka atau mati."
Pada saat itulah, secepat kilat binatang itu menyambar
datang .... ehmm.... ehmm apa yang terjadi kemudian sama sekali tak kuketahui lagi."
Ketika berbicara sampai di sini, wajahnya berubah
menjadi merah padam sampai ke telinga, setelah
menggelengkan kepalanya berulang kali ia tertunduk
rendah-rendah, Semua orang tahu Pek Gwat go merasa malu untuk
bercerita lebih jauh, maka semua orangpun tidak bertanya lagi bagaimana See giok menolongnya waktu itu.
Ko tongcu atau si kakek berpakaian berkabung itu
adalah, seorang yang berpengalaman luas, dia tahu kalau
pemimpinnya berada dalam posisi terpojok, maka sambil
memandang ke arah Pek Gwat go segera timbrungnya
"Hujin, waktu itu Hu yong siaucu Han lihiap, telah
merasakan bahwa kalian bertemu dengan bahaya di bawah
air sana, beliau segera terjun ke air untuk menolong kalian."
http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan tersebut, Pek Gwat go segera
bangkit berdiri dan mengucapkan terima kasih kepada Hu
yong siancu. Tiba-tiba terdengar Siau Thi gou berseru keras:
"Nyonya muda telah selesai bercerita, sekarang harus giliran engkoh Giok, yang menceritakan pengalamannya."
Mendengar seruan ini, serentak semua orang berpaling
ke arah Lan See giok, Pek Gwat go juga berpaling ke wajah See giok dengan wajah gelisah, dia seperti kuatir sekali kalau pemuda itu mengungkapkan beberapa, adegan mesra
yang mereka lakukan di dalam air ......
Merah dadu selembar wajah Lan See giok, dia segera
bangkit dari tempat duduknya, kemudian memandang
sekejap ke arah Pek Gwat go yang sedang memandang ke
arahnya dengan gelisah itu.
Setelah memandang pula wajah semua orang yang
berada dalam ruangan, katanya sambil tersenyum:
"Semua peristiwa telah diceritakan oleh Si hujin..."
"Tidak bisa, engkoh Giok harus bercerita" seru Siau thi go dan Cay soat hampir bersamaan waktunya.
Lan See giok segera mengangguk berulang kali, dengan
tenang dia menyahut sambil tertawa:
"Baik, baik, aku akan bercerita..."
Pertama tama dia memandang sekejap ke arah Hu yong
siancu dengan sorot mata mohon bantuan, kemudian ia
baru meneruskan:
"Jika aku harus menambahkan maka hanya ada satu hal saja, yaitu ilmu berenang dari Si hujin memang lihay sekali, permainan pedangnya di dalam air secepat sambaran kilat, gerakan tubuhnya juga cepat sekali..."
http://kangzusi.com/
Cay soat dan Siau cian yang menyaksikan Lan See giok
serta Pek Gwat go selalu berbicara saling memuji, tanpa
terasa berkobar kembali rasa cemburu di hati mereka.
Tapi menyaksikan Hu yong siancu mengangguk berulang
kali, kemudian merasa juga kalau Hu yong siancu telah
terjun pula ke air, siapa tahu kalau memang begitulah
keadaannya."
Tapi Cay soat yang binal tak tertahankan lagi segera
menimbrung dengan suara dingin:
"Selain itu?"
Padahal Lan See giok sudah tahu kalau kedua orang
kekasihnya menunjukkan wajah tak senang hati semenjak
tadi, sambil tersenyum dia lantas menjawab:
"Selain itu aku gagal untuk menangkap seekor babi
sungai yang hidup untuk diberikan kepada adik Gou!"
Mendengar ucapan ini, kembali semua orang tertawa.
Dalam gelak tertawa tersebut, ada yang benar-benar
tertawa ada pula yang tertawa biasa, tapi suasana di seluruh ruang perahu itu diliputi suasana tertawa.
Hu yong siancu amat sayang kepada Lan See giok, kuatir
putrinya membuat ulah lagi maka diapun berkata kemudian
sambil tertawa:
"Pepatah bilang: Tidak bertarung tidak akan mengenal.
Setelah mengalami peristiwa itu hubungan antara Wi lim
poo dengan Pek toh oh pun semakin bersahabat, semoga
sejak kini masing-masing pihak dapat melakukan kerja
sama yang lebih akrab, bersama sama membasmi kaum
durjana dan melindungi kaum rakyat kecil, inilah perbuatan mulia yang sangat diharapkan setiap manusia."
http://kangzusi.com/
Pek Gwat go buru-buru mengiakan sambil memberi
hormat, menyusul kemudian Ko tongcu juga mendukung
ucapan tersebut.
Naga sakti pembalik sungai memandang sekejap pasukan
kapal perang di luar jendela serta matahari yang sudah jauh tinggi di angkasa, lalu sambil mengelus jenggotnya
tersenyum ia berkata.
"Kini hari sudah siang, perahupun kitapun sudah kelewat lama berhenti disini, mari kita meneruskan perjalanan
sambil berbincang bincang ....."
Komandan Ciang dari pasukan naga perkasa segera
mohon diri kepada Hu yong siancu dan Lan See giok,
kemudian buru-buru keluar dari ruang perahu.
Biarpun Pek Gwat go tahu bahwa perjalanan harus
dilanjutkan, tapi dia merasa berat hati untuk mohon diri dengan begitu saja, kepada Hu yong siancu segera ujarnya dengan hormat:
"Boanpwe merasa kagum sekali atas tujuan kepergian
cianpwe serta Lan pocu menuju ke pulau Wan san untuk
melenyapkan ketiga pembawa bibit bencana itu dari muka
bumi, apabila cianpwe tidak menampik, boanpwe bersedia
mendukung usaha ini dengan menggabungkan ke tujuh
puluh buah kapal perang kami serta seribu orang anggota
perkumpulan kami untuk bersama sama berangkat ke pulau
tersebut."
Dengan senyum dikulum Hu yong siancu manggutmanggut, dia melirik sekejap ke arah Cay soat dan Siau
cian, dilihatnya paras muka kedua orang ini telah berkerut kencang, memahami perasaan putrinya maka diapun
berkata: http://kangzusi.com/
"Walaupun didalam perjalanan kami hal ini mempunyai beban yang cukup berat, namun pihak Wi lim Poo pun
mempunyai ratusan buah kapal perang dan dua ribu
anggota, ditambah lagi dengan bantuan ke empat
komandan serta Thio lo enghiong, aku pikir kekuatan kami sudah cukup untuk menghadapi lawan."
Ko tongcu segera berkata pula:
"Melenyapkan bencana dari muka bumi merupakan
kebahagian bagi umat persilatan setiap orang merasa
berkewajiban untuk turut mendermakan kemampuannya
untuk berbuat begitu, pihak kami sangat bersedia
mendukung usaha seperti ini."
Kembali Hu Yong siancu tersenyum.
"Kesempatan yang akan kita jumpai selanjutnya masih amat banyak, aku pikir tak usah terlalu tergesa gesa dalam suatu saat, sebab bila kapal dan anggota yang kita sertakan dalam perjalanan kali ini terlampau besar, ini berarti suatu pemborosan yang tak berguna, apa lagi setelah ke pulau
Wan san, mungkin kami akan pergi ke Hay lam lebih dulu,
dengan persiapan yang kurang sempurna, rombongan
kalian akan menemukan pelbagai masalah besar..."
Pek Gwat go dan Ko tongcu Yang mendengar ucapan
tersebut segera manggut-manggut membenarkan, karenanya
mereka pun tidak bersikeras lebih jauh.
Pek Gwat go segera bangkit berdiri dan berkata:
"Kalau memang begitu, boanpwe ingin mohon diri lebih dulu, semoga usaha cianpwe sekalian sukses dan berhasil
serta cepat-cepat kembali ke daratan, saat itu boanpwe pasti akan
berkunjung sendiri ke
Wi lim poo untuk menyampaikan selamat kepada cianpwe."
http://kangzusi.com/
Melihat Pek Gwat go ada maksud untuk meninggalkan
tempat itu, serentak Hu yong siancu sekalian bangkit
berdiri. Sambil tersenyum Hu yong siancu segera berkata:
"Ucapan selamat sih tak usah, tapi setiap saat kami akan menyambut kedatanganmu di Wi lim poo untuk menginap
selama berapa hari di sana."
Melihat ada kesempatan baik, satu ingatan segera
melintas dalam benak Pek Gwat go, sahutnya sambil
tersenyum: "Sampai waktunya aku pasti akan datang berkunjung.."
Sembari berkata, semua orang segera beranjak menuju
keluar pintu untuk mengantar Pek Gwat go dan kakek
berbaju berkabung itu.
Dalam pada itu, perahu komando dari Pek toh oh cuma
berlabuh empat kaki dari perahu keraton, sedangkan
perahu-perahu yang lain sudah mundur sejauh beberapa li
di sisi sungai, suasana pertarungan sudah tidak nampak
lagi. Sekali lagi Pek Gwat go dan kakek berbaju putih itu
memberi hormat kepada Hu yong siancu sekalian,
kemudian setelah saling menyampaikan kata-kata perpisahan, mereka baru kembali ke perahunya.
Jangkar segera dinaikkan dan berangkatlah kapal
tersebut meneruskan perjalanannya kembali ke Pek toh oh.
Hu yong siancu dan Lan gee giok sekalian berdiri di
ujung geladak sampai Pek Gwat go sekalian jauh
meninggalkan tempat itu, kemudian mereka baru kembali
ke dalam ruangan.
http://kangzusi.com/
Perintah untuk berangkat segera diturunkan dan
berangkatlah, rombongan kapal perang itu meneruskan
perjalanan kembali.
Pada hari kelima mereka telah tiba di kota Kim leng.
O-oodw-oo-wioo-O
BAB 36 BEBERAPA hari kemudian .... Rombongan kapal
perang dari Wi lim poo telah keluar dari kota Go siong dan kini memasuki lautan timur menuju ke selat Hiang ciu ....
Dengan masuknya rombongan kapal itu ke samudra
luas, semua orangpun merasakan hatinya lega.
Tapi semakin mendekati selat Hang ciu, pikiran dan
perasaan Hu yong siancu serta si naga Sakti pembalik
sungai justru merasa makin risau dan tidak tenang.
Selama ini Lan See giok selalu mempergiat latihannya
untuk memecahkan inti sari ilmu pedang Tay lo kiu thian
kiam hoat serta Pwee yap sam ciang.
Sejak belajar kedua macam ilmu tersebut hingga kini
belum pernah ia pergunakan ke dua macam ilmu tersebut
untuk menghadapi musuh musuhnya.
Sekarang, musuh tangguh sudah makin mendekatinya,
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tiga manusia aneh dari luar lautan, tiga tokoh persilatan yang angkat nama bersama sama gurunya To Seng cu,
dapat dibayangkan kepandaian silat mereka tentu hampir
berimbang dengan gurunya. Kini dia harus mulai
mempersiapkan diri dengan rencana perlawanannya
melawan ke tiga manusia tersebut seorang diri, sebab ia tak dapat mengharapkan bantuan dari Hu yong siancu maupun
naga sakti pembalik sungai, sekalipun ke dua orang itu
http://kangzusi.com/
bekerja samapun belum tentu mampu menandingi lawan
lawannya Ia dapat membayangkan pula, walaupun ketiga manusia
aneh dari luar lautan mempunyai kedudukan yang amat
tinggi, namun bila mereka sudah berada dalam keadaan
terancam nama baik serta jiwanya, ketiga manusia tersebut niscaya akan mempergunakan segala macam tipu daya
yang licik untuk menghabisi nyawanya.
Akhirnya dia pun berhasil mendapatkan sebuah rencana
yang baik dan sempurna, dia hendak sekaligus menghabisi
nyawa ketiga manusia aneh tersebut.
Dipihak lain Si Cay soat dan Siau cian setiap hari
mempelajari ilmu pedang Tong kong kiam hoat, mereka
berdua sudah mulai merasakan kegelisahan dari Hu yong
siancu serta Si naga Sakti pembalik sungai ....
Sebab tiga manusia aneh dari luar lautan itu bukan cuma
seorang tokoh sakti saja dari dunia persilatan, melainkan mereka benar-benar adalah gembong iblis yang ditakuti dan disegani setiap orang.
Siau thi gou yang melihat engkoh Giok dan kedua
cicinya berlatih diri setiap hari secara tekun tanpa
menggubrisnya lagi, dia sendiripun tak mau menunjukkan
kelemahan di dalam ruang perahu dia berpikir sebentar
seorang diri, kemudian berlarian ke luar.
Begitu tiba di luar kapal, tanpa menghentikan gerakan
tubuhnya sepasang tangan mulai digerakkan kian kemari
memainkan delapan jurus ilmu naga dan harimau nya...
Angin pukulan yang menderu deru membuat para
pengawal diatas perahu tersebut sama-sama menghindarkan
diri jauh-jauh, ketika perahu itu berlayar setengah hari lagi, dari pihak kapal pelopor diterima kabar bahwa pasukan
http://kangzusi.com/
paling depan sudah menjumpai rangkaian kepulauan Wan
san. Maka si kepala regu pengawal kapalpun menyampaikan
kabar ini kepada dayang dan kacung yang ditugaskan
menjaga pintu ruangan:
"Adik cilik berdua, tolong sampaikan kepada pocu,
katakan bahwa pulau Wan san telah kelihatan di depan
sana." Siau thi gou yang sedang duduk termenung di kursi
kontan melompat bangun setelah mendengar ucapan itu,
belum sampai kedua orang dayang dan kacung itu
menjawab, dia sudah berlarian menuju ke dalam ruangan
sambil berteriak keras:
"Bibi Wan, Thio loko, cici berdua, engkoh Giok, pulau Wan san telah di depan mata."
Begitu siau thi gou berteriak, Hu yong siancu sekalian
segera berlarian keluar dari dalam ruang kapal.
Dengan kening berkerut naga sakti pembalik sungai Thio
Lo enghiong bertanya sambil menatap Thi gou lekat-lekat:
"Kau sudah melihatnya sendiri?"
Siau thi gou yang sedang gembira jadi tertegun
dibuatnya, setelah ragu sejenak, katanya kemudian:
"Kepala regu pasukan pengawal yang berkata begini,
katanya pulau Wan san sudah kelihatan."
"Oooh, mungkin pasukan pelopor telah menangkap
bayangan pulau, kalau begitu mari kita bersiap sedia," seru Hu yang siancu sambil tersenyum.
Kemudian kepada Siau cian katanya lagi:
http://kangzusi.com/
"Anak Cian. . pergilah ke kamarku dan ambillah kamus yang kusimpan di situ."
Siau cian mengiakan dan bersama Cay soat segera
beranjak pergi dari situ.
Hu yang siancu dan Lan See giok bersama sama menuju
ke luar geladak, ketika memandang ke depan situ, tampak
ombak samudra menggulung bagaikan bukit, kapal-kapal
perang yang berada di sayap kiri dan kanan masih
terombang ambing dimainkan ombak.
Kapal perang yang kelihatan begitu besar sewaktu ada di
telaga, kini nampak begitu kecil seperti sebuah sampan saja.
Biar ombak besar, udara waktu itu amat cerah, di bawah
sinar matahari yang terang benderang, air laut yang
berwarna hijau memecahkan buih putih di sisi kapal.
Dari celah-celah pasukan pelopor yang bergerak di depan
sana, lamat-lamat tampak beberapa titik bayangan hitam
muncul di ujung langit sana.
Kepada si kepala regu pasukan-pasukan yang berdiri tak
jauh di situ, Hu yong siancu segera berkata:
"Harap kau melepaskan kode rahasia dan memberitahukan kepada semua kapal agar menghentikan
perjalanan, lalu undang ke empat komandan kapal agar
berkumpul semua di sini untuk menunggu petunjuk
selanjutnya:"
Kepala regu itu mengiakan dan buru-buru berlalu dari
situ... Dalam pada itu Siau cian dan Cay soat telah muncul
sambil membawa kamus peta laut yang dimaksud.
Hu yong siancu menerima kamus peta laut itu dan
bersama sama Lan See giok sekalian masuk kembali ke
http://kangzusi.com/
dalam ruangan, kemudian bersama Naga sakti pembalik
sungai sekalian mereka mulai merundingkan rencana
pengepungan. Berdasarkan hasil penyelidikan yang pernah dilakukan
naga sakti pembalik sungai setengah tahun berselang, lalu dicocokkan dengan kamus peta laut dan diambil
kesimpulan, mereka menarik kesimpulan bahwa Wan san
popo pasti berdiam di pulau terbesar yang berada dibagian tengah menghadap timur laut.
Pulau ini jarang ada penghuninya, kalau toh ada mereka
adalah dayang atau murid serta cucu murid Wan san popo.
Hasil kesimpulan tersebut, Hu yong siancu dan naga
sakti pembalik sungai menentukan beberapa hal yang
penting untuk disampaikan kepada para anggota rombongan. Setengah jam kemudian ke empat komandan kapal telah
muncul diatas perahu keraton disertai kapten kapal masing-masing.
Lan See giok segera membeberkan rencana yang telah
disusun oleh Hu yong siancu dan naga sakti pembalik
sungai itu kepada semua orang, kemudian mengatur pula
pengepungan yang khusus terhadap beberapa buah pulau
yang dianggap rawan.
Selesai pengumuman, semua orang kembali ke kapal
masing-masing untuk melaksanakan rencana, malamnya
lentera dipasang untuk memudahkan pengenalan.
Sepeninggal ke empat komandan kapal perang serta anak
buahnya, Lan See giok sekalian kembali melakukan
perundingan baru, sebab untuk menjelajahi kepulauan ini
paling tidak mereka membutuhkan waktu sampai setengah
bulan lamanya. http://kangzusi.com/
Akhirnya ditetapkan mereka akan mencari Wan San
popo bersama sama, dengan demikian, bukan saja jumlah
anggota mereka jadi banyak, di samping itupun dapat saling jaga menjaga dan bantu membantu.
Dan untuk menghindari pencarian yang tak beraturan
atas ketiga manusia aneh dari luar lautan, merekapun
memutuskan untuk menantang gembong iblis itu secara
terbuka, dengan demikian mereka tak usah kuatir gembonggembong iblis tersebut melarikan diri dari situ.
Malampun semakin kelam, angin laut berhembus makin
kencang, perahu yang dimainkan ombak bergoyang tiada
hentinya kesana kemari ....
Hu yong siancu dan Lan See giok sekalian berdiri di
ujung geladak sambil memperhatikan suasana di sekitar
sana. kini ratusan kapal perang mereka telah mengepung
seluruh kepulauan Wan san, kini tinggal sebuah pulau lagi di bagian timur sana sedang dilakukan pengepungan.
Berhubung cahaya lentera yang terang benderang di
setiap perahu, maka posisi setiap kapal perang yang me
lakukan pengepungan itu dapat terlihat dengan jelas sekali.
Kepulauan Wan san berada dalam keadaan gelap gulita,
tak nampak setitik sinar, tak nampak pula suatu gerakan, selain suara ombak yang memecah di pantai, tak
kedengaran lagi suara yang lain.
Sementara itu kabut tebal menyelimuti angkasa, langit
tak bersinar dan tak berbintang, suara terompet dibunyikan secara lamat-lamat dari kapal-kapal perang itu, ke
semuanya menambah seramnya suasana.
Menjelang kentongan pertama, semua kapal perang telah
mengepung pulau Wan San rapat-rapat, ke empat
http://kangzusi.com/
komandan pun sudah menaikkan lenteranya sebagai
laporan bahwa segala sesuatunya telah beres...
Lan See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou
memperhatikan kepulauan berbentuk aneh yang berada di
kejauhan dengan perasaan yang amat gelisah, mereka tak
tahu apakah To Seng cu berada di pulau tersebut.
Begitu banyak pulau yang berada di situ, bila ingin
melakukan penggeledahan jelas tempat yang dipakai untuk
menyekap gurunya tidak mudah ditemukan.
Lan See giok yang berpendapat bahwa semua pulau telah
dikepung oleh kapal perang, mengapa mereka harus
menunggu lagi sampai hari esok..."
Tapi tiga buah pulau yang berada di bagian tengah begitu gelap dan sepi, sedemikian sepinya sehingga mencurigakan orang, dia tak percaya tiga manusia aneh dari luar lautan itu tidak melihat kehadiran ratusan buah kapal perang yang
terang benderang itu.
Pertama tama Si Cay soat yang menyatakan kekuatiran
lebih dulu, ujarnya:
"Bila kita memutuskan akan menantang secara terbuka, setiap saatkan kita bisa mendarat dan meneruskan
perjalanan sambil menyalakan obor" Aku tak kuatir pihak
lawan tak akan muncul untuk menghadang perjalanan kita,
asal ada seorang saja yang munculkan diri, aku yakin tidak sulit
untuk mengetahui bagaimana keadaan suhu belakangan ini."
Lan See giok sendiripun sedang berpikir demikian, maka
ia segera mendukung usul tersebut.
Hu yong siancu pun merasa usul tersebut-pun masuk
diakal, maka sahutnya kemudian sambil mengangguk:
http://kangzusi.com/
"Kalau memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga!" Lan See giok sudah tak mampu menahan diri lagi,
kepada dua orang pengawal di alat pemanah, ia segera
berteriak: "Siapkan sampan cepat!"Begitu perintah diturunkan segera terjadi kesibukan
diatas perahu tersebut untuk menurunkan sebuah sampan.
Kemudian Lan See giok memerintahkan pula kacung
cilik untuk menyiapkan beberapa buah obor yang
diserahkan kepada Siau thi gou, kemudian menerangkan
pula berbagai tanda rahasia untuk berhubungan, dengan
kapal lain kepada Siau cian dan Cay soat. setelah itu
mereka baru turun ke sampan.
Dengan didayung oleh Siau cian serta Cay soat,
berangkatlah mereka menuju ke pulau besar yang berada di sebelah barat.
Tapi berhubung ombak sangat besar, sampan itu tak
berani bergerak terlalu cepat, terutama sekali setelah
melewati kepungan kapal-kapal perang.
Dengan cepat mereka bergerak mendekati pulau dengan
batu karang yang terbesar di mana-mana itu.
Dalam pada itu semua orang yang berada diatas kapal
perang telah mempersiapkan diri secara ketat, semuanya
berada di depan alat pemanah otomatis sambil mengawasi
gerak gerik sekeliling tempat itu, ada pula yang
memperhatikan sekitar permukaan laut, kuatir ada anak
buah dari ke tiga manusia aneh yang menyusup datang .....
Setelah melalui batuan karang yang besar, sampan itu
mengikuti arus laut meluncur lebih ke depan.
http://kangzusi.com/
Waktu itu angin kencang dan ombak besar, arus laut
sangat deras, dalam keadaan begini sampan sukar
dikendalikan, andaikata Cay soat dan Siau cian tidak
cekatan, hampir saja sampan mereka tenggelam tersapu
ombak. Agar ke empat komandan serta kapal-kapal perang
lainnya mengetahui posisi sampan kecil itu, naga sakti
pembalik sungai memerintahkan kepada Siau thi gou untuk
menyulut sebuah obor dan digenggam ditangan.
Tak lama kemudian mereka sudah menembusi pulaupulau kecil berkarang dan akhirnya mendekati pulau besar di sebelah barat, tapi suasana di atas pulau tersebut masih tetap hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Lan See giok mencoba untuk memperhatikan suasana di
pulau tersebut, ternyata pohon dan semak belukar tumbuh
amat lebat di situ, tiada suatu gerakan yang mencurigakan di
situ kecuali suara ombak dan angin yang menggoyangkan pepohonan.
Menyaksikan hal ini Hu yong siancu segera berkerut
kening, lalu kepada naga sakti pembalik sungai tanyanya
"Lo enghiong, setengah tahun berselang apakah kaupun melakukan pemeriksaan atas pulau ini?"
Naga sakti pembalik sungai segera mengangguk. "Ya,
sudah kuperiksa dengan seksama, beberapa li dari tempat
ini terdapat tujuh delapan buah rumah gubuk, selain itu
tidak nampak bangunan lain."
"Sudahkah Thio loko menyelidiki siapa-siapa saja yang berdiam dirumah gubuk itu?" sela Lan See giok.
Naga sakti pembalik sungai termenung sejenak,
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian baru menjawab:
http://kangzusi.com/
"Menurut hasil penyelidikanku setelah melakukan
pengintaian selama lima hari, pulau ini cuma dihuni
belasan orang lelaki dan perempuan, bila dilihat dari
gerakan tubuh serta dandanan mereka, mirip sekali dengan dayang dan kacung, tidak mirip seorang tuan rumah, sehari harinya mereka jarang sekali masuk keluar, paling banter mereka hanya berhenti di depan gedung paling besar yang
berada di paling belakang, atau mengirim makanan dan
minuman ...."
"Menurut pengamatan Thio loko, mungkin kah tempat
tersebut merupakan rumah kediaman Wan san popo?" sela Si Cay soat.
Naga sakti pembalik sungai segera menggeleng.
"Mungkin bukan, sebab di pulau besar bagian tenggara sana terdapat bangunan seperti keraton yang dihuni banyak pelayan, bangunan perkampungan itu besarnya beberapa
kali lipat, karena itulah kusimpulkan Wan san popo
berdiam di pulau tersebut."
Lan See giok termenung dan berpikir sejenak, kemudian
katanya: "Kalau memang begitu, lebih baik secara langsung kita pergi ke pulau itu saja ....
Belum selesai dia berkata, dari balik pulau itu
kedengaran suara pekikan panjang yang amat nyaring
bergema memecahkan keheningan, suara itu meski cuma
lamat-lamat namun kedengarannya luar biasa ......
Lan See giok sekalian merasa amat terkejut suara
pekikan itu tinggi melengking dan tidak seperti jagoan biasa didengar dari nada suaranya, orang yang memperdengarkan
suara pekikan tersebut tentulah seorang perempuan,
http://kangzusi.com/
Sambil mengangkat obornya tinggi-tinggi Siau thi you
segera berseru dengan gembira:
"Mungkin Wan san popo telah datang."
Si Cay soat sudah pernah mendengar suara pekikan
nyaring dari Lam hay lo koay, dia merasa orang itu meski memiliki tenaga dalam yang sempurna, namun bila
dibandingkan Lam hay lo koay masih selisih jauh sekali.
Wan san popo dan Lam hay lo koay sama-sama
merupakan pentolan iblis yang berilmu tinggi, sudah barang tentu selisih tenaga dalam yang mereka miliki tak akan
terlalu jauh, maka ujarnya kemudian:
"Si nenek siluman itu berdiam di pulau besar, mana
mungkin bisa dia ....."
"Kalau begitu bisa jadi dia adalah tamu yang mau datang minum arak." seru Siau thi gou sambil melototkan sepasang matanya bulat-bulat.
Sebelum ucapan itu selesai diutarakan, Si Cay soat telah menukas agak gemas.
"Aaah, kau ini cuma tahunya makan melulu..."
Siau thi gou jadi tertegun dan seketika tak berani
berbicara lagi, sementara suara-suara pekikan panjang tadi makin lama semakin bertambah dekat.
Dengan kening berkerut Lan See giok segera berseru
dengan penuh amarah.
"Kalau toh pihak lawan sudah datang menyambut,
kenapa kita tidak memapakinya?"
Hu yong siancu serta Naga sakti pembalik sungai segera
manggut-manggut menyatakan persetujuannya.
http://kangzusi.com/
Siau cian dan Cay soat mulai memperlambat sampan
dan membiarkan perahu itu diombang-ambingkan oleh
ombak laut, pelan-pelan mereka mendekati sebaris
pepohonan yang besar di tepi pantai.
Gerakan tubuh orang itu benar-benar amat cepat dalam
waktu singkat suara pekikan sudah memekikkan telinga,
mungkin jaraknya tinggal ratusan kaki saja.
Lan See giok kuatir orang itu menempati posisi yang
menguntungkan lebih dahulu, bila hal ini sampai terjadi, maka keinginannya untuk mencapai pantai pasti akan sulit.
Karenanya sewaktu sampan masih berapa kaki dari
pantai. dia melejit ke udara dan meluncur ke depan.
Berada ditengah udara dia merentangkan lengannya
seperti seekor rajawali kemudian meluncur kearah pulau
tersebut dengan kecepatan luar biasa.
Ketika mencapai tengah jalan sepasang ujung bajunya
dikibaskan ke depan lalu tubuhnya turun dan melejit
kembali tahu-tahu dia sudah mencapai batuan cadas
diantara pepohonan di sisi pantai..
Gerakan tubuh si pendatang tersebut memang benarbenar amat cepat, disaat tubuh Lan See giok melayang
turun ke atas tanah itulah, dia menangkap ditengah pekikan nyaring membawa pula suara ujung baju yang terhembus
angin. Lan See giok amat terkejut. secepat kilat dia meluncur ke atas permukaan bumi.
Disaat kakinya baru menginjak tanah itulah, suara
pekikan telah berhenti dan orang itu sudah meluncur tiba sambil membentak keras
http://kangzusi.com/
"Kawanan cecunguk dari mana yang datang kemari,
berani amat memasuki pulau dewa Wan san semaunya
sendiri!" Didalam bentakan itu sebuah pukulan dilontarkan ke
depan, segulung angin serangan yang amat dahsyat seperti amukan puyuhpun menggulung tubuh Lan See giok.
Diam-diam Lan See giok merasa keheranan, sudah jelas
suara pekikan tadi berasal dari perempuan, mengapa suara bentakan kasar yang bergema sat ini justru suara lelaki"
Tapi, ia tak sempat untuk berpikir panjang lagi, telapak tangan kanannya diputar dan melepaskan pula sebuah
pukulan yang tak kalah cepatnya.
"Blaaaamm....!"
Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga. batu
dan pasir beterbangan di angkasa dan menyelimuti
sekeliling tempat itu, daun dan ranting berguguran ke tanah.
Akibat dari bentrokan tersebut. si pendatang kena
tergetar sehingga mundur sejauh beberapa langkah.
Sebaliknya Lan See giok masih tetap berdiri ditempat
semula tanpa bergerak sedikit pun jua. hanya baju birunya saja yang berkibar ketika terhembus angin,
Ketika ia mendongakkan kepalanya barulah terlihat lebih
kurang tiga kaki dihadapannya berdiri sepasang laki
perempuan setengah umur yang mengenakan pakaian
perlente dan menunjukkan wajah kaget bercampur
keheranan. Yang lelaki berusia tiga puluh delapan sembilan tahunan, memakai jubah berwarna hijau dengan bunga-bunga emas,
sebuah topi kecil, bermuka kurus panjang dan bibir
http://kangzusi.com/
mencibir, waktu itu mukanya bergetar keras seakan akan
dibikin tertegun oleh peristiwa tersebut.
Sedangkan yang perempuan bermata lentik, bibir tipis
dan mengenakan baju warna merah dengan gaun panjang
berwarna hijau, sebilah pedang tersoren di pinggangnya.
Biarpun "perempuan ini terhitung cantik" namun sikapnya membuat orang tidak tahan
Dia memandang sekejap kearah Lan See giok dengan
wajah tertegun dan kaget, sementara bibir kecilnya yang
melongo lama-lama sekali belum juga dapat merapat,
Sesudah berhasil mengendalikan diri, buru-buru laki
perempuan berpakaian perlente itu memandang sekejap
wajah Hu yong siancu sekalian, kemudian lelaki berjubah
mentereng itu berkerut kening dan menegur penuh amarah:
"Kalian berasal dari perguruan mana, berani amat
memasuki pulau dewa Wan san ini"
Bertemu dengan laki perempuan setengah umur itu. Siau
thi gou bagaikan berjumpa dengan musuh besarnya saja, ia segera berteriak keras:
"Kami datang dari Wi Lim poo, memangnya kenapa tak
berani kemari?"
Kejut dan girang menyelimuti wajah laki perempuan
setengah umur itu,
Nyonya muda itu memperhatikan sekejap wajah Lan See
giok sekalian, kemudian dengan gembira serunya.
"Aaaah, kalau begitu kalian masih punya hubungan
dengan enci Hoa dan engkoh Tin san" Apa hubungan
kalian?" Lan See-giok segera tertawa dingin,
http://kangzusi.com/
"Kami memang datang dari Wi lim poo, tapi sama sekali tiada hubungan dengan Oh Tin- san."
Dengan cepat lelaki setengah umur itu dapat merasakan
Romantika Sebilah Pedang 6 Kitab Pusaka Karya Tjan Id Panji Sakti 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama